BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis Tinjauan teoretis diperlukan untuk menegaskan landasan teoritis penelitian
yang akan dilakukan. Secara garis besar, sumber teori dapat dibedakan menjadi dua yaitu; (1.) Acuan umum, terutama terdapat pada buku-buku teks, dan (2.) Acuan khusus, yang berupa laporan hasil penelitian yang terutama terdapat dalam jurnal profesional. Teori yang dipilih paling tidak harus memenuhi tiga unsur yaitu relevansi, kelengkapan materi, dan kemutakhiran. Tinjauan litelatur juga dapat berupa hasil penelitian terdahulu yang diperoleh melalui jurnal penerbitan berkala local maupun internasional. Penelitian terdahulu juga dapat digunakan untuk menangkap berbagai perbedaan (pro dan kontra) dari berbagai penelitian sehingga diperoleh gambaran lengkap mengenai permasalahan yang diteliti. Tinjauan litelatur memiliki keterkaitan erat dengan kerangka teoritis dan hipotesis yang diajukan. Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, penelitian yang ditujukan untuk memahami dan menyelesaikan suatu masalah harus juga didasarkan pada cara ilmiah. Cara ilmiah dalam memecahkan suatu masalah pada hakikatnya adalah menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan sehingga menghasilkan jawaban yang dapat diandalkan.
8
9
2.1.1
Anggaran
2.1.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka yang dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu (periode) tertentu dimasa yang akan datang. Oleh karena rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting dalam arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang,sehingga dapat diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan perusahaan. Menurut Bastian (2001:79) menunjukkan bahwa anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu beberapa periode mendatang. Di dalam tampilan anggaran selalu disertakan data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu. Pendapat lain tentang anggaran dikemukakan oleh Warsito (2005:2) yang menyatakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana yang disusun sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter, dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Munawir (2002:391) menyatakan bahwa anggaran atau budget adalah perencanaan keuangan (perencanaan yang dinyatakan dalam satuan uang) secara menyeluruh untuk periode mendatang (biasanya jangka satu waktu satu tahun), yang mengidentifikasikan tujuan dan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
9
10
mencapai tujuan tersebut. Anggaran biasanya disusun pada awal aktivitas operasi dimulai, yang menyajikan pendapatan dan biaya yang direncanakan untuk tahun tersebut. Terdapat beberapa jenis anggaran yang diungkapkan Anthony dan Govindarajan (2005) meliputi; (1.) Anggaran Operasi, (2.) Anggaran Modal, (3.) Anggaran Neraca, (4.) Anggaran Laporan Arus Kas. Adapun tujuan penyusunan anggaran yaitu (1.) Untuk menyatakan harapan atau sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari keracunan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai oleh manajemen, (2.) Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihakpihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan di laksanakan, (3.) Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan, (4.) Untuk mengkoordinasikan cara atau metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya, (5.) Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi. Secara umum, tujuan disusunnya suatu anggaran adalah agar kebutuhan jangka pendek yang tercantum dalam anggaran dapat terpenuhi, anggaran akan menuntun agar pencapaian tujuan jangka pendek tetap konsisten sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan.
10
11
2.1.1.2 Fungsi Anggaran Adapun fungsi anggaran menurut Mulyadi (1997:502) menyatakan fungsi anggaran sebagai berikut: (1.) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja, (2.) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan dimasa yang akan datang, (3.) Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas, (4.) Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya, (5,) Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinan manajemen untuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan, (6.) Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan adanya anggaran tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat manajemen yang dapat digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun pengendalian.
11
12
2.1.2
Partisipasi Penyusunan Anggaran
2.1.2.1 Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran Partisipasi penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu-individu secara langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka (Brownell, 1982). Partisipasi anggaran adalah tahap partisipasi pengurus dalam menyusun anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggung jawaban. Brownell (1982) mendefinisikan bahwa anggaran adalah suatu proses partisipasi individu akan dinilai dan mungkin diberi penghargaan atas prestasi mereka pada tujuan yang dianggarkan, dan mereka terlibat dalam proses tersebut serta mempunyai pengaruh pada penentuan tujuan tersebut. Definisi partisipasi dalam anggaran sercara terperinci yaitu: (1.) Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus, (2.) Alasan-alasan pihak manajer pada saat anggaran diproses, (3.) Keinginan memberikan partisipasi kepada pihak manajer tanpa diminta, (4.) Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir, (5.) Kepentingan manajer dalam partisipasinya terhadap anggaran, (6.) Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat pertanggung jawaban pada saat anggaran disusun.
12
13
Menurut Sumarno (2005), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran, sementara Chong (2002) menyatakan sebagai proses dimana bawahan atau pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan di kalangan bawahan / pelaksana anggaran. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan manajer dalam memutuskan bersama dengan komitmen anggaran mengenai rangkaian kegiatan dimasa akan datang yang akan ditempuh oleh manajer tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Partisipasi anggaran terutama dilakukan oleh manajer tingkat menengah yang memegang pusat-pusat pertanggung jawaban dengan menekankan pada keikutsertaan mereka dalam proses penyusunan dan penentuan sasaran anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan dilibatkannya manajer dalam penyusunan anggaran, akan menambah informasi bagi atasan mengenai lingkungan yang sedang dan yang akan dihadapi serta membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan anggaran (Siegel dan Marconi, 1989). Dengan diizinkannya para manajer bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, memberikan kesempatan bagi mereka untuk menggabungkan informasi pribadi atau informasi khusus yang dimilikinya untuk digabungkan dengan tujuan pribadi manajer tersebut dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengadakan penawaran dengan manajer diatasnya. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam anggaran merupakan suatu proses dimana para individu, yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan
13
14
berdasarkan pencapaian target sasaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penjualan target sasaran. Seperti
yang
dikemukakan
Anissarahma
(2008),
bahwa
tingkat
keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan antara anggaran partisipatif dan anggaran non partisipatif, aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif dibandingkan dengan anggaran non partisipatif. Penyusunan anggaran secara partisipatif memungkinkan para manajer mempertimbangkan bagaimana membangun anggaran. Dengan adanya partisipasi tersebut, maka manajer puncak dapat memperoleh informasi mengenai lingkungan yang sedang dan akan dihadapi. Secara tidak langsung juga memberikan tanggung jawab pada manajer yang diharapkan akan merangsang kreativitas mereka. Partisipasi yang sukses akan memberikan keuntungan kepada perusahaan sebagai berikut: (1.) Suatu pengaruh yang sehat pada kepentingan inisiatif dan formal, (2.) Akan menghasilkan rencana yang lebih baik, karena adanya kombinasi pemikiran dari beberapa individu, (3.) Seluruh tingkat manajemen lebih manyadari bagaimana fungsinya sesuai dengan keseluruhan struktur gambar operasionalnya, (4.) Dapat meningkatkan kerja sama antar departemen, (5.) Bagi pegawai bawahan dapat menyadari situasi dimasa mendatang.
14
15
2.1.2.2 Indikator Partisipasi Penyusunan Anggaran Adapun indikator dari supriyono (2004:282) partisipasi anggaran adalah sebagai berikut: (1.) Seberapa besar tingkat keterlibatan para manajer dalam pengusulan dan penyusunan anggaran dibidang yang menjadi tanggung jawabnya, (2.) Tingkat kelogisan alasan yang diberikan oleh atasan para manajer dalam merevisi anggaran yang mereka usulkan, (3.) Seberapa sering manajer mengajak atasannya mendiskusikan anggaran yang diusulkan, (4.) Kontribusi manajer terhadap anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan adanya partisipasi penyusunan anggaran maka dalam menyusun suatu anggaran akan menghasilkan rencana yang lebih baik, karena adanya kombinasi pemikiran dari beberapa individu. Oleh karena itu dalam perusahaan perlu adanya partisipasi penyusunan anggaran untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan oleh perusahaan dan diberikannya kesempatan bawahan untuk dapat terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. 2.1.3
Komitmen Organisasi
2.1.3.1 Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi adalah sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan meletakkan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadinya (Darlis, 2006). Komitmen organisasi bisa tumbuh disebabkan karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada di dalam organisasi serta tekad dalam diri untuk mengabdi pada organisasi.
15
16
Selain beberapa pendapat tentang komitmen organisasi berikut ini Luthans (2006: 258) menyatakan bahwa komitmen organisasi paling sering didefinisikan sebagai:(1.) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, (2.) keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, (3.) keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Selain itu Luthan juga mengemukakan dimensi tentang komitmen organisasi sebagai berikut: (1.) Komitmen Afektif adalah keterikatan emosional karyawan, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi, (2.) Komitmen Berkelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit, (3.) Komitmen Normatif adalah perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu. Tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. Pendapat lain tentang komitmen organisasi dikemukakan oleh Baron dan Greenberg (1996: 175) yang mengatakan bahwa komitmen organisasi merupakan komitmen yang berasal dari diri karyawan untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggung jawab, dan wewenang berdasarkan pada alasan dan motivasi yang dimiliki.
16
17
2.1.3.2 Indikator Komitmen Organisasi Adapun indikator-indikator pembentukan komitmen organisasi antara lain: (1.) Job Characteristicyaitupersepsi agen asuransi terhadap kewajiban atau pekerjaan yang diberikan oleh suatu perusahaan dan menuntut adanya tanggung jawab dari karyawan tersebut, (2.) Alternative Employment Opportunities yaitu persepsi agen asuransi terhadap peluang yang diberikan
perusahaan atau
organisasi untuk memberikan promosi secara terbuka serta memberikan alternatif untuk mendapatkan pekerjaan baru yang memiliki komitmen yang rendah, (3.) Personal Characteristicyaitu persepsi agen asuransi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, (4.) Treatment Of Newcomers yaitu persepsi agen asuransi terhadap cara yang dilakukan oleh organisasi dalam menjadikan mereka anggota organisasi yang produktif. Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula. Partisipasi anggaran tidak hanya secara langsung meningkatkan prestasi kerja, namun juga akan memoderasinya melalui komitmen organisasi. Penyusunan anggaran antara atasan dan bawahan yang baik akan meningkatkan kinerja
manajerialnya,
karena
partisipasi
memungkinkan
bawahan
mengkomunikasikan apa saja yang mereka butuhkan kepada atasan. Komitmen organisasi yang tinggi akan mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, karena jika manajer mempunyai komitmen organisasi yang tinggi maka manajer akan termotivasi, sehingga kehormatan manajer dalam penyusunan anggaran akan semakin efektif dan semakin meningkatkan kinerja manajerialnya.
17
18
Dengan adanya komitmen organisasi yang kuat yang dimiliki oleh setiap individu maka dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan. Dengan komitmen organisasi yang kuat maka karyawan dapat menimbulkan rasa kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi, memberikan kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi, dan memiliki keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan. 2.1.4
Gaya Kepemimpinan
2.1.4.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis maupun di dunia pendidikan,perusahaan,kesehatan,sosial, pemerintah negara, dan lain-lain. Dalam keberhasilan organisasi
di perlukan kualitas pemimpin yang baik. Sebab,
pemimpin yang sukses dapat mengelolah organisasi dengan baik, dapat memengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan prilaku benar yang harus
dikerjakan
bersama-sama
(melakukan
kerja
sama),
dan
bahkan
kepemimpinan sangat mempengaruhi semangat kerja kelompok. Gaya kepemimpinan adalah sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Berkaitan dengan hal diatas maka akan diuraikan mengenai gaya kepemimpinan menurut haris yang dikutip oleh Ranupandojo dan Husnan
(1995:224)
meliputi:
(1.)
Autocratic
leadership
Styles
(Gaya
Kepemimpinan Otokratik) merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan, memberi motivasi, dan mengawasi bawahan terpusat
18
19
ditangannya. Seorang otokrat mengawasi pelaksanaan pekerjaannya dengan maksud agar tidak penyimpangan dari arah yang diberikan, (2.) Participative Leadership
Styles
(Gaya
Kepemimpinan
Partisipasi)
merupakan
gaya
kepemimpinan dimana pemimpin selalu meminta dan menggunakan saran-saran bawahannya, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahan. Gaya kepemimpinan ini selalu memotivasi bawahannya agar merasa ikut memiliki organisasi, namun demikian pengambilan keputusan tetap berada pada pemimpin, (3.) Free Rain Leadership Styles (Gaya Kepemimpinan Delegasi) merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pada bawahannya, dalam arti pemimpin menginginkan agar bawahannya dapat mengendalikan diri mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Dengan gaya kepemimpinan ini bawahan dapat mengambil keputusan dengan lebih leluasa dalam melaksanakan tugasnya karena adanya pendelegasian dari pemimpin. Dalam masing-masing gaya kepemimpinan di atas akan membuat bawahan memberikan persepsi yang berbeda-beda. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap keberhasian suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Semakin baik persepsi yang diberikan bawahan mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin, maka loyalitas bawahan terhadap pemimpin akan semakin tinggi karena bawahan akan memberikan aspek yang tinggi terhadap pemimpinnya.
19
20
2.1.4.2 Macam-Macam Gaya Kepemimpinan Adapun macam-macam gaya kepemimpinan menurut Robbins (2006) membagi gaya kepemimpinan menjadi dua kategori, yaitu: (1.) Pemimpin Transaksional, pemimpin jenis ini memandu atau memotivasi pengikut mereka menuju kesasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Tipe pemimpin transaksional dibagi menjadi empat karakteristik pemimpin, yaitu: (a.) imbalan kontigen merupakan kontrak pertukaran imbalan atas upaya, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian, (b.) manajemen berdasar pengecualian (aktif) yaitu melihat dan mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan, (c.) manajemen berdasarkan pengecualian (pasif) yaitu mengintervensi hanya jika standar tidak dipenuhi, (d.) laissez-faire yaitu melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan keputusan. (2.) pemimpin Transformasional, merupakan pemimpin yang menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan yang mampu dampak mendalam dan luar biasa pada para pengikut. Tipe pemimpin transformasional dibagi menjadi empat karakteristik pemimpin, yaitu: (a.) kharisma, yaitu memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan penghargaan, (b.) inspirasi, yaitu mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana, (c.) stimulasi intelektual, yaitu mendorong intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara hati-hati, (d.) pertimbangan individual, yaitu memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara pribadi, melatih, dan menasehati.
20
21
Dengan adanya gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang tegas dan bijak dapat mempengaruhi kemajuan suatu perusahaan, karena dengan pemimpin seperti itu akan disegani oleh bawahannya dan dapat memberikan motivasi kepada bawahan untuk dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan tersebut. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dalam perusahaan maka dibutuhkan kerjasama yang baik antara bawahan dengan pemimpin, karena dengan adanya kerjasama yang baik antara pemimpin dengan bawahan maka akan dapat mempengaruhi perusahaan berkembang lebih baik. 2.1.5
Kinerja Manajerial
2.1.5.1 Pengertian Kinerja Manajerial Kinerja manajerial adalah seberapa jauh manajer melaksanakan fungsifungsi manajemen. Kinerja berhubungan dengan seberapa besar kemampuan setiap level manajemen dalam membangun perusahaan dan meningkatkan produktivitas serta kinerja perusahaan baik dari segi kinerja kualitas sumber daya manusia juga kinerja keuangan, (Sinaga dan Siregar, 2007). Menurut Mulyadi (1997) seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Sementara itu, Riyadi (2000:145) kinerja manajerial adalah kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, perwakilan, dan kinerja secara menyeluruh. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada di dalam daerah wewenangnya. Oleh karena itu, manajer memerlukan kerangka pemikiran konseptual sebagai working model
21
22
(rencana kerja) yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk menghasilkan kinerja manajerial (Hariyono, 2008:21). Kerangka konseptual dibutuhkan untuk: (1.) Memungkinkan tim manajemen yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kinerja manajerial dapat bekerja in concern (dengan berkonsentrasi), (2.) Memungkinkan setiap anggota tim melakukan alignment (korelasi) atas kinerja yang dihasilkan dengan kinerja anggota tim lain, agar kinerja bersama bagi organisasi secara keseluruhan dapat diwujudkan, (3.) Memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap konsistensi antar kerangka konseptual kinerja manajerial, (4.) Memungkinkan dilakukan evaluasi kekuatan dan kelemahan setiap komponen kerangka tersebut jika lingkungan bisnis menurut perubahan terhadap komponen tertentu. 2.1.5.2 Penilaian Kinerja Manajerial Mulyadi (1997)menyatakan bahwa penilaian kinerja dimanfaatkan oleh organisasi sebagai berikut: (1.) Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personel secara maksimum, (2.) Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian, (3.) Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan, pengembangan personel dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel, (4.) Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
22
23
Sedangkan menurut Lubis (2010) kinerja manajerial diukur dengan menggunakan 9 (sembilan) item. Tingkat kinerja manajerial disetiap bidang yang meliputi: (1.) Perencanaan, (2.) Investigasi, (3.) Pengkoordinasian, (4.) Evaluasi, (5.) Pengawasan, (6.) Pengaturan Staf (staffing), (7.) Negosiasi, (8.) Perwakilan / Representasi, (9.) Kinerja secara keseluruhan. Tingkat kinerja manajerial tersebut merupakan faktor-faktor terpenting untuk dapat mengetahui efektif dan efisien dalam suatu kinerja keuangan perusahaan berdasarkan tolak ukur kinerja manajerial. Tingkat manajerial tersebut merupakan perhitungan partisipasi anggaran yang memiliki suatu bentuk yang dapat disimpulkan bahwa tingkat kinerja manajerial merupakan faktor penting dalam pengukuran kinerja keuangan. Untuk dapat menilai kinerja yang baik maka dibutuhkan kemampuan setiap manajemen dalam membangun perusahaan lebih maju lagi dan meningkatkan produktivitas serta kinerja perusahaan yang baik dengan meningkatkan kualitas bawahannya dan kinerja keuangan, karena seseorang yang menjadi manajerial harus mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial yang baik. 2.2
Hubungan Antar Variabel
2.2.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Partisipasi diharapkan meningkatkan kinerja manajerial, yakni ketika tujuan telah direncanakan dan disetujui secara partisipatif, karyawan akan menginternalisasi tujuan tersebut dan mereka akan memiliki tanggung jawab secara personal untuk mencapainya melalui keterlibatan dalam proses anggaran
23
24
(Milani, 1975). Menurut Brownell (1982) partisipasi umumnya dinilai sebagai suatu pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi. Brownell (1982) melakukan penelitian terhadap 48 manajer pusat biaya level menengah di San Fransisco yang mengukur hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial dan menemukan hubungan positif dan signifikan. Brownell dan Innes (1986) juga melakukan penelitian melalui 224 responden dari manajer tingkat menengah di tiga perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran meningkatkan kinerja manajerial. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan rumusan hipotesis sebagai berikut: H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. 2.2.2
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial Penelitian ini mendasar pada gagasan bahwa partisipasi dalam penyusunan
anggaran berhubungan dengan komitmen organisasi yang dapat meningkatkan kinerja manajerial. Rahman (2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi. Apabila komitmen organisasi melibatkan kepercayaan dan keterimaan tujuan organisasi, maka partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan komitmen organisasi. Berarti bahwa pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial akan meningkat apabila
24
25
komitmen organisasi manajer juga tinggi. Berdasarkan temuan penelitian diatas yang menguji hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial dengan variabel komitmen organisasi, maka dapat dinyatakan sebagai berikut: H2 : Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. 2.2.3
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Manajerial Gaya kepemimpinan yang diarahkan pada keterbukaan dan lebih bersifat
humanis (berorientasi konsiderasi) yang dimiliki oleh pimpinannya serta dengan keikutsertaannya dalam penyusunan anggaran, maka kinerja manajerial yang terjadi pada karyawan akan meningkat dan akan semakin bersemangat dalam mencapai anggaran yang telah ditetapkan. Faktor utama dalam sukses gaya kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan dasar individu. Kinerja kelompok atau individu yang efektif bergantung pada pandangan yang tepat antara gaya interaksi dari pemimpin dengan bawahannya, serta sampai tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin (Sadat dan Nasir, 2002). Bentuk hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial dengan variabel gaya kepemimpinan dapat dinyatakan sebagai berikut: H3 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
25
26
2.3
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengaruh partisipasi
penyusunan anggaran, gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial. Berikut terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sumber dan bahan masukan karena sesuai dengan tema dan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Himawan dan Ardianu (2010) melakukan penelitian dengan judul pengaruh komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dan Job relevant information (JRI) terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kinerja manajerial dengan komitmen organisasi digunakan, gaya kepemimpinan, dan jobrelevant informasi sebagai moderator populasi variabel. Penelitian ini dilakukan di perusahaan BPR yang berlokasi di Semarang dan sampel menggunakan BPR manajer. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan ke 50 BPR manajer di 10 perusahaan BPR yang berlokasi di semarang. Sampling metode yang digunakan adalah purposive judgment sampling. Total 40 kuisioner yang diterima, 38 yang lengkap dan karenanya dapat digunakan dalam analisis. Analisis hipotesis adalah menggunakan analisis regresi berganda program SPSS. Dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh signifikan untuk kinerja manajerial, komitmen organisasi berpengaruh signifikan untuk hubungan antara anggaran partisipasi dan kinerja manajerial, gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan untuk hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial,
26
27
jobrelevant informasi mempunyai pengaruh signifikan untuk hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Utama (2013) melakukan penelitian dengan judul pengaruh penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial, komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari organisasi sektor public diwilayah Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sampit. Survei dengan kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. 143 kuisioner dibagikan kepada pejabat struktural satuan kerja instansi vertikal. Sebanyak 86 kuisioner (60,14%) terkumpul dan 57 kuisioner diisi lengkap sehingga bisa digunakan dalam penelitian. Data diolah dengan menggunakan teknik analisis jalur (Path Analisis) dibantu dengan program IBM SPSS v16. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial dan secara statistik signifikan. Partisipasi penyusunan anggaran secara langsung juga berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi dan persepsi inovasi dan signifikan secara statistik. Terdapat hubungan positif antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial tetapi secara statistik tidak signifikan. Terdapat hubungan positif antara persepsi inovasi dan kinerja manajerial dan secara statistik signifikan. Tetapi tidak terdapat hubungan tidak langsung antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial melalui komitmen organisasi dan persepsi inovasi.
27
28
Herimawati (2013) melakukan penelitian dengan judul pengaruh partisipasi anggaran, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dan terhadap kinerja manajerial pada PT. Kusuma Dipa Nugraha. Populasi dalam penelitian ini adalah manajer dan assisten manajer yang ikut andil dan berperan penting dalam pengambilan keputusan yang ada dikantor PT. Kusuma Dipa Nugraha, yang berjumlah 43 orang dengan jumlah sampel 40 responden. Penelitian ini berlandaskan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis regresi linier berganda. Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran, komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja manajerial maka dapat di ambil kesimpulan dengan hasil penelitian menunjukkan variabel partisipasi anggaran, komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Variabel partisipasi anggaran mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja manajerial. 2.4
Rerangka Pemikiran Partisipasi penyusunan anggaran merupakan tingkat keikutsertaan manajer
dalam proses penyusunan anggaran, baik manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Keterlibatan manajer ini sangat penting dalam upaya memotivasi menreka untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan diperlukan komunikasi yang baik antar para manajer, adanya partisipasi anggaran ini merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu komunikasi yang baik antar manajer. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif, diharapkan dalam meningkatkan kinerja manajerial suatu perusahaan. Ini didasarkan oleh pemikiran
28
29
apabila seorang manajer ikut menyusun suatu anggaran yang digunakan sebagai tujuan dan standar yang telah diputuskan bersama, maka dalam melaksanakan tugasnya mereka akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk mencapai tujuan tersebut karena mereka pulalah yang menyusun anggaran tersebut sebagai tujuan dan standar yang diciptakan untuk keberhasilan perusahaan. Komitmen organisasi menggambarkan suatu keadaan dimana didalam suatu organisasi para karyawan sama-sama mempunyai dukungan, keyakinan dan semangat yang kuat terhadap nilai sasaran yang ingin dicapai perusahaan. Komitmen organisasi tumbuh karena adanya ikatan emosional antara manajer pusat pertanggung jawaban dan perusahaan yang meliputi dukungan moral dan tekad yang ada dalam dirinya untuk mengabdi pada perusahaan. Komitmen organisasi yang kuat dan berkembang dalam suatu organisasi tersebut dapat meningkatkan partisipasi dalam penyusunan anggaran, sehingga dengan demikian akan meningkatkan kinerja manajerial perusahaan. Gaya kepemimpinan merupakan faktor penentu dalam kesuksesan suatu perusahaan. Sebab, pemimpin yang sukses dapat mengelola organisasi dengan baik dan menunjukkan prilaku yang benar dalam melakukan kerjasama dengan bawahan untuk dapat mewujudkan perusahaan yang lebih baik lagi. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang baik maka dapat meningkatkan partisipasi penyusunan anggaran,
sehingga dapat
perusahaan.
29
meningkatkan kinerja manajerial
30
Dalam rerangka pemikiran diatas dapat digambarkan model penelitian seperti pada gambar 1 dibawah ini:
PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN KINERJA MANAJERIAL
KOMITMEN ORGANISASI
GAYA KEPEMIMPINAN
Gambar 1 Model Penelitian
Keterangan: Y : Kinerja Manajerial X 1 : Partisipasi Penyusunan Anggaran X 2 : Komitmen Organisasi X 3 : Gaya Kepemimpinan 2.5
Hipotesis Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2002:44) adalah jawaban
sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan.
30
31
Berdasarkan pembahasan pada landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H1 :
Partisipasi penyusunan anggaran dapat berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
H2 :
Komitmen organisasi dapat berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
H3 :
Gaya
kepemimpinan
dapat
berpengaruh
manajerial.
31
positif
terhadap
kinerja