BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur Modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Menurut Riyanto (2008:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain). Mengingat tentang pengertian struktur modal menurut Moeljadi (2006:244) bahwa struktur modal merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri.Maka seorang manajer keuangan dituntut mampu mengoptimalkan struktur modal.Dari keterangan diatas Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan (Martono dan Agus, 2008:240). 2. Unsur- Unsur Struktur Modal Modalyang dimilikiolehperusahaandibedakanmenjadidua(Bambang,2008:281) yaitu: 1. Modal sendiriadalah modal yangberasal dari pemilik perusahaanyangtertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya dandanayang dibentuk sendiri di dalamperusahaan(Bambang, 2008:240).Modal sendiri berasal
dari
sumber
internal
maupun
internalinidiperolehdarikeuntunganyang
sumber
eksternal.
dihasilkan
Sumber
perusahaan,
sedangkansumber eksternalmerupakan modal yang berasaldari pemilik perusahaan. 2. Modal asing adalah modal yang berasal dari utang jangka panjang lain yang serupa. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long-Term Debt).Menurut Bambang (2008:238), modal asing/utang jangkapanjang adalah utang yang pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan
perusahaan
(ekspansi) atau modernasisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan
tersebut
meliputi
jumlah
yang
besar.
Utang
Jangka
Menengah,Pendanaan jangka menengah yang utama adalah Term Loans (hutang jangka menengah) dan Leasing(sewa guna). Term Loans(hutang jangka menengah) umumnya juga bersifat Self Liquidating artinya hutang
tersebut lunas pada saat aktiva yang dibiayai dengan hutang tersebut tidak lagi diperlukan. Meskipun demikian jenis hutang ini juga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dana yang lebih bersifat permanen atau sebagai pendanaan sementara sambil menunggu pendanaan jangka panjang (Suad Husnan
2008:521).Utang
utamautangjangkapendekadalah
perencanaan
Jangka keuangan
Pendek,tujuan jangka
pendek
meyakinkan bahwa perusahaan dapat memelihara atau mengendalikan likuiditasnyayang diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibantunai yang telah jatuh tempo(Lukas, 2003:373). 3. Struktur Modal yang Optimal Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang merupakan sumber pembelanjaan aktiva-aktiva jangka panjang perusahaan. Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan menggunakan sumber dana dari dalamperusahaan, tetapi mungkin saja kebutuhan dananya diperoleh dari luar perusahaan apabila dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi. Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian, antara lain: a. Menggunakan lebih banyakhutang berarti memperbesar resiko yangditanggung pemegang saham. b. Menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Menurut Brigham dan Houston (2006: 42-44) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain yaitu: a. Stabilitas Penjualan Sebuah perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dari pada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. b. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik dan sebaliknya pada aktiva untuk tujuan khusus. c. Leverage Operasi Jika hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis yang tinggi. d. Tingakat Pertumbuhan Jika hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan daripada modal eksternal. e. Profitabilitas
Bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. f. Pajak Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak dan pengurang pajak adalah hal yang sangat berharga bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan, semakin besar manfaat yang diperoleh dari utang. g. Pengendalian Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali atas pengambilan suara (memiliki lebih dari 50 persen saham) tetapi berada dalam posisi dimana mereka tidak dapat membeli saham lagi, manajemen mungkin akan memilih hutang untuk pendanaan-pendanaan baru. h. Sikap Manajemen Manajemen dapat menerapkan pertimbangan atas struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif daripadayang lainnya dan akibatnya menggunakan lebih sedikit hutang daripada rata-rata perusahaan didalam industri mereka sedangkan manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak hutang didalam pencarian laba yang lebih tinggi. i. Sikap Pemberi Pinjaman dan Agen Pemberi Peringkat Dalam sebagian kasus, perusahaan akan mendiskusikan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat dan memberikan bobot yang lebih besar.
j. Kondisi Pasar Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arti penting pada struktur modal sebuah perusahaan yang optimal. k. Kondisi internal perusahaan Kondisi internal perusahaan juga dapat memiliki pengaruh pada sasaran struktur modalnya. Bila perusahaan meramalkan akan memperoleh keuntungan yang tinggi, akan tetapi keuntungan ini tidak diantisipasi oleh para investor. Perusahaan tidak akan memilih menerbitkan saham, akan lebih mendanai dengan hutangsampai keuntungan yang lebih tinggi terwujud dalam harga saham. Baru setelah itu perusahaan akan menjual penerbitan saham biasa, melunasi utang dan kembali ke sasaran struktur modalnya. l. Fleksibilitas Keuangan Tujuan menjaga fleksibilitas keuangan dilihat dari sudut pandang operasional, artinya adalah menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai.
Struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama adalah (Riyanto, 2011:297): a. Tingkat Bunga Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi.
b. Stabilitas dari Earning Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak. Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earning tidak stabil dan unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga atau tidak dapat membayar angsuran-angsuran hutangnya pada tahun-tahun atau keadaan yang buru. c. Susunan dari Aktiva Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansiil konservatif yang horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap dan aktiva lain yang sifatnya permanen. d. Kadar Risiko dari Aktiva Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tak ada henti-hentinya, dalam
artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan. e. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap jenis modal yang aka ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar, sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja (misalnya dengan saham biasa), maka perlulah dicari sumber lain (misalnya dengan saham preferen dan obligasi). f. Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (upswing) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Berhubung dengan itu maka perusahaan dalam rangka usaha untuk mengeluarkan atau menjual sekuritas haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut. g. Sifat Manajemen Sifat
manajemen
akan
mempunyai
pengaruh
yang langsung dalam
pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. h. Besarnya Suatu Perusahaan Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil. Penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. 5. Trade-Off Theory Trade-off theory merupakan teori yang menjelaskan tentang adanya pertukaran antara laba atau keuntungan yang didapatkan dengan risiko yang akan ditanggung. Ada beberapa alasan yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Salah satu alasan terpenting perusahaan ialah semakin tinggi hutang, akan semakin tinggi pula kebangkrutan yang akan terjadi pada perusahaan tersebut. Kebangkrutan yang terjadi akan menimbulkan biaya kebangkrutan (financial distress). Biaya kebangkrutan terdiri dari 2 hal yaitu: a. Biaya Langsung (direct cost) Biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lain yang sejenis. Misalnya bunga atas hutang kepada kreditur yang tidak mampu dilunasi perusahaan tepat waktu akibat tidak adanya dana yang bisa digunakan untuk membayar bunga tersebut. b. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan.Misalnya, pembayaran denda, bunga, pembagian saham preferen
dan saham biasa karena dituntut oleh para pemegang saham, dan lain sebagainya. Trede off theory memasukkan beberapa faktor dalam menentukan struktur modal optimal diantaranya: pajak, agency cost, dan financial distress tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan asymmetric information sebagai perimbangan dan manfaat dari penggunaan hutang. Brigham dan Houston (2006:36 dalam Hanafi, 2008) meringkas inti dari trade-off sebagai berikut: a. Kenyataan bahwa bunga kredit atau hutang merupakan sebab pengurang pajak yang menjadikan biaya hutang relatif rendah dibandingkan biaya penerbitan saham. Secara tidak langsung hutang memberikan mmanfaat perlindungan pajak bagi perusahaan. b. Dalam dunia nyata perusahaan jarang menggunakan hutang 100% dalam sumber pendanaanya. Perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menjaga biaya yang berhubungan dengan biaya kebangkrutan (financial distress). c. Hutang juga mempunyai tingkat ambang batas yaitu batasan dimana biaya kebangkrutan (financial distress) menjadi penting dalam struktur modal optimal yaitu manfaat perlindungan pajak sama biaya-biaya yang berhubungan dengan biaya kebangkrutan. Jika perusahaan memiliki jumlah hutang yang relatif rendah dari ambang batas maka kemungkinan perusahaan bangkrut akan semakin kecil sehingga financial distress diabaikan, sebaliknya jika penggunaan
hutang
diluar
ambang
batas
maka
perusahaan
akan
memperhitungkan financial distress sebab kemungkinan perusahaan bangkrut juga akan semakin besar. 6. Teori Pecking Order dalam Struktur Modal Husnan (2000:324) menyatakan teori ini disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori tersebut dikemukakan oleh Myers and Majluf (1984). Tidak ada suatu target Debt to Equity Ratio(DER), karena ada 2 jenis modal sendiri yaitu, eksternal dan internal. Dalam teori ini, perusahaan cenderung lebih menyukai modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan
dari
pada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan dan
memilih penggunaan sumber pendanaan yang memiliki resiko terendah terlebih dahulu. Semua masalah ini terhindarkan jika perusahaan dapat mendanai dengan dana internal yaitu, dengan dana yang ditahan dan investasikan kembali. Tetapi jika diperlukan pendanaan eksternal, jalur resistensi terendah adalah utang, bukan ekuitas.Penerbitan utang tampaknya memiliki dampak kecil pada harga saham.Ruang lingkup kesalahan penilaian utang lebih kecil dan karena itu penerbitan utang merupakan tanda yang tidak terlalu menghawatirkan investor. Observasi ini mencetuskan teori pecking order struktur modal. Teori itu bunyinya sebagai berikut: a. Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham.
b. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang yang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas. Dalam hal ini, tidak ada bauran utang-ekuitas sasaran yang jelas, karena ada dua jenis ekuitas, internal dan eksternal.Ekuitas pertama berada pada bagian atas pecking order, dan ekuitas kedua di bagian bawah.Pecking order menjelaskan mengapa perusahaan yang paling menguntungkan biasanya meminjam lebih sedikit, ini bukan karena mereka memiliki rasio utang sasaran rendah tetapi karena mereka tidak memerlukan uang dari luar. Hanya sedikit perusahaan menguntungkan yang menerbitkan utang karena mereka tidak memiliki dana internal yang cukup untuk program investasi modal mereka dan karena utang berada pada urutan pertama dalam urutan pilihan (pecking order) untuk pendanaan eksternal. Teori pecking order tidak menyangkal bahwa pajak dan masalah keuangan dapat menjadi faktor penting dalam pilihan struktur modal. Meskipun demikian, teori ini menyatakan bahwa faktor-faktor ini tidak terlalu penting membandingkan preferensi manajer atas dana internal melebihi dana eksternal dan atas pendanaan utang melebihi penerbitan saham biasa baru. 2.1.2 Ukuran Perusahaan 1. Pengertian Ukuran Perusahaan Menurut Riyanto (2008), ukuran perusahaanmerupakan proksi volatilitas opersional dan inventory controlability yang seharusnya dalam skala ekonomis
besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan.Sedangkan menurut Riyanto (2011) ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar-kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau total aset yang dimiliki perusahaan. Suatu ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan dengan total asset, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total asset, sehingga perusahaan yang lebih kecil akan lebih sulit mendapatkan sumber pendanaan dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar, oleh sebab itu besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal. Menurut Hanafi (2004:321) menyatakan bahwa perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurukan risiko kebangkrutan.Ukuran perusahan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman dan dana eksternal. Perusahaan yang ukuran perusahaannya lebih besar memiliki peluang untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga perusahaan yang lebih besar mampu memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan memiliki profitabilitas lebih besar. Sedangkan perusahaan yang ukurannya lebih kecil sulit untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai
sumber dikarenakan perusahaan dengan ukuran kecil lebih fleksibel menghadapi ketidakpastian. Menurut Abdul Halim (2007:93), ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan di proxy dengan nilai logaritma natural dari total aset perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Skala pengukuran pada variabel ini menggunakan skala ratio. Dan dapat dirumuskan sebagai beriikut: Ukuran perusahaan (size) = Ln (Total Aktiva) Sebuah perusahaan besar memiliki total aset yang besar. Dalam setiap operasional sebuah perusahaan, perusahaan yang besar memiliki banyak kebutuhan dana yang perlu dialirkan untuk menunjang operasionalnya. Semakin besar perusahaan, semakin
besar
dana
eksternal
yang
dibutuhkan.
Sebaliknya,
semakin
kecilperusahaan semakin sedikit dana eksternal yang dibutuhkan perusahaan. 2.1.3 Struktur Aktiva 1. Pengertian Struktur Aktiva Strukturaktiva(Assets
tangibility)adalah
perimbanganatauperbandinganantaraasettetapdengantotalaset.Aktivaterdiridariakti vatetap,aktivatakberwujud, aktiva lancar, dan aktiva tidak lancar. Asettetapadalahkekayaanyangdimilikiperusahaanyangsecarafisiktampakdan turut berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu mempunyaiumurekonomislebihdari
satuperiodedalamkegiatanperusahaan
sepertitanah, gedung, mesin, peralatan kantor, kendaraan.
Struktur Aktiva menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat sebagai pelengkap. Hal ini dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aset tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang sebagian besar asetnya terdiri dari aset lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan hutang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aset terhadap struktur modal suatu perusahaan (Riyanto, 2011).
2.1.4 Pertumbuhan Penjualan 1. Pengertian Pertumbuhan Penjualan Perusahaan
yang
tumbuh
dengan
cepat
harus
lebih
banyak
mengandalkan diri pada modal eksternal. Biaya emisi yang terkait dalam penjualan saham biasa melebihi biaya yang terjadi ketika menjual utang, yang selanjutnya
mendorong
perusahaan
yang
tumbuh
dengan
pesat
untukmengandalkan diri pada utang. Namun pada waktu yang sama, perusahaan-perusahaan ini sering kali menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginan mereka untuk menggunakan utang (Houston dan Brigham, 2006:43).
Perusahaan dengan penjualan yang relatif
stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang stabil dapat lebih aman, lebih banyak pinjaman, dan lebih mampu menanggung beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhan penjualannya tidak stabil. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat lebih banyak membutuhkan dana sehingga dibutuhkan banyak dana eksternal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan. Sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba di tahan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif besar daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (Atmaja, 2008:274) Menurut Hanafi,(2004:345) perusahaan penjualannya
tinggi,
akan cenderung
yang tingkat menggunakan
pertumbuhan utang
dalam
strukturmodalnya . Tingkat pertumbuhan penjualan adalah hasil perbandingan antara selisih penjualan tahun berjalan dan penjualan di tahun sebelumnya dengan penjualan di tahun sebelumnya Home dan Machowicz (2005).
2.1.5Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal
Menurut Huang dan Song (2006), ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap struktur modal. Hubungan yang positif ini diartikan bahwa semakin besar sebuah ukuran perusahaan maka semakin besar hutang yang dimilikinya, ini disebabkan karena perusahaan dengan skala besar lebih memberikan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil sehingga perusahaan besar tersebut lebih mudah untuk mendapatkan hutang. perusahaan dengan ukuran besar akan menggunakan hutang yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena kemudahaan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula menurut Darmawan Sjahrial(2008 44: 205),karena perusahaan dengan ukuran lebih besar, mempunyai kepercayaan lebih besar dalam mendapatkan sumber dana, sehingga akan memudahkan untuk mendapatkan kredit dari pihak luar. Oleh karena itu, ukuran perusahaanyang besar merupakan sinyal positif bagi kreditur untuk memberikan pinjaman.Sehingga ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. 2.1.6 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap terhadap total aktiva (Sudana, 2011:163).Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap lebih besar daripada aktiva lancar cenderung akan menggunakan utang lebih besar karena aktiva tersebut bisa dijadikan jaminan utang.
Perusahaan
yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai
agunanhutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar (Lukas SetiaAtmaja,2008:273).Menurut
Bambang
Riyanto
(2001:65)
kebanyakan
perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. 2.1.7 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Penjualan adalah suatu kegiatan transaksi
yang dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan.Transaksi yang dilakukan dapat berupa barang maupun jasa.Nilai penjualan yang diukur dengan membagi penjualan periode terakhir dibagi dengan penjualan periode awal disebut tingkat pertumbuhan penjualan. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, kecenderungan penggunaan hutang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah (Halim, 2007:92). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2011:39), perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal.
2.2Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. 2. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jemmy, Werner, dan Bertha (2013) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. 3. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarsa dan Djoko (2012) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. 4. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal menurut hasil penelitian
yang
dilakukan
oleh
Taruna,Topowijono
dan
Devi(2014)
menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.
2.3
Rerangka Pemikiran Dalam struktur modal terdapat faktor ukuran perusahaan (Riyanto,2011)
mendefinisikan bahwa semakin besar suatu perushaan besar memiliki kemudahan akses sehingga fleksibilitas perusahaan besar juga lebih besar. Pihak kreditur atau pemberi hutang tentunya lebih menyukai untuk memberikan kredit kepada perusahaan dengan ukuranbesar sehingga perusahaan yang besar mempunyai kesempatan yang luas dan mudah memperoleh dari definisi tersebut.
Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat sebagai pelengkap. Pertumbuhan penjualan merupakan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya
tinggi,
akan cenderung
menggunakan
utang
dalam
strukturmodalnya . Tingkat pertumbuhan penjualan adalah hasil perbandingan antara selisih penjualan tahun berjalan dan penjualan di tahun sebelumnya dengan penjualan di tahun sebelumnya (Hanafi, 2004:345). Dari rerangka pemikiran yang disusun berdasarkan tinjauan teoritis, kemudian dilakukan analisis dan pemecahan masalah yang dikemukakakan oleh peneliti. Dari latar belakang, rumusan masalah, serta tujuan penelitian yang telah dikemukakan, sehingga dapat tersusun rerangka pemikiran dan rerangka konseptual. Faktor-faktor yang digunakan yang mempengaruhi struktur modal dapat dijadikan informasi yang penting bagi perusahaan dalam memutuskan kebijakan pendanaan dalam menggunakan hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek.Sehubungan dengan tujuan utama dari manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka perusahaan juga harus mencari sumber dana dengan biaya paling murah, maka dalam mencari kebutuhan dana selain mempertimbangkan jenis dan perusahaan juga perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan dana internal (laba ditahan) atau mencari dana kepada pihak
luar (seperti penerbitan obligasi atau penerbitan saham baru).Sehingga perusahaan harus menentukan bauran struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Berdasarkan dari landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun
rerangka
pemikiran
yang
dikembangkan
dalam
penelitian
ini
digambarkan pada gambar 1: Ukuran Perusahaan (X1) Struktur Aktiva (X2)
Struktur Modal (Y)
Pertumbuhan Penjualan (X3)
Gambar 1 Model Rerangka Pemikiran
2.4
Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H2: Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H3: Pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.