BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) hingga saat ini telah menerbitkan empat standar akuntansi di Indonesia atau yang biasa disebut empat pilar standar akuntansi Indonesia. Empat pilar standar akuntansi tersebut yaitu : 1. Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2012) Standar Akuntansi Keuangan (SAK), tujuan dan peranan kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pengguna eksternal. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi : a. Komite penyusunan standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya b. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan. c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai standar akuntansi keuangan ; dan d. Para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
24
25
Jadi berdasarkan isi buku SAK tersebut Standar Akuntansi Keuangan ini memuat berbagai macam standar akuntansi yang sering disebut dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK memuat standar akuntansi yang diperuntukkan untuk seluruh entitas tergantung jenis entitas usaha tersebut. PSAK ini telah mengalami beberapa perubahan dari tahun ke tahun dan berkiblat kepada IFRS. Sehingga beberapa standar mengadopsi kepada IFRS. 2. Standar Akuntansi Pe merintahan Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar akuntansi pemerintahan, menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
yang
laporan keuangan pemerintah.
pernyataan standar akuntansi pemerintahan, yang selanjutnya disingkat PSAP, adalah SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. kerangka konseptual akuntansi pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan,
dan merupakan acuan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam pernyataan standar akuntansi pemerintahan. 3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (2007) tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah, kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
26
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah dalam pelaksanaan tugasnya b. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah. c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum. d. Para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi syariah. Ruang Lingkup a. Tujuan laporan keuangan. b. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan. c. Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. 4. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Untuk dapat memahami laporan keuangan, maka dibutuhkan suatu standar yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan sejauh mana sumber daya yang dipercayakan digunakan dan dikelola secara baik. International Accounting Standard Board (IASB) selaku badan yang berwenang dalam pengembangan ilmu akuntansi, akhirnya membuat standar untuk UMKM yaitu yang kemudian dinamakan IFRS for Small Medium Entities (IFRS for SMEs). Ikatan Akuntan Indonesia melalui dewan standar akuntansi keuangan (DSAK) telah menerbitkan
27
pelaporan keuangan bagi UMKM yang kemudian dinamakan SAK ETAP pada tanggal 17 Juli 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011.
2.1.2 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Ruang Lingkup Ikatan Akuntan Indonesia (2009) tentang Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik menyatakan bahwa standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang : a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit. Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika : a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. b. Entitas mengusai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas, asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
28
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP. 2.1.3
Definisi Persepsi
Mahmud (1990) menyatakan bahwa persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam contact. Sedangkan Rakhmat (2006) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolehn dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. Colhoun, J. F dan J. R. Acocella. (1990) meyatakan bahwa Persepsi sosial kita adalah pandangan kita terhadap orang lain. Pembentukan persepsi sosial dimulai pada masa bayi, ketika pertama kali anak menyadari manusia lain. Kesdaran ini terlihat pada kasih sayang awal masa bayi kepada orang dan pada tanggapan mereka terhadap kecemasan adanya orang asing dan kecemasan berpisah dengan orang tuanya. Tn (2011) menyatakan bahwa persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya
alat
untuk
memahaminya
adalah
kesadaran atau
kognisi.
Artinya, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
29
menafsirkan pesan. Atau dengan kata lain persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang ditangkap oleh inderawi. Atkinson et al. (1997) menyatakan bahwa hipotesis persepsi bentuk yang dapat berbalik balik seperti kubus, menurut necker dalam buku ini menunjukkan bahwa persepsi kita bukan merupakan stimulus penglihatan yang statis. Penghayatan dapat dikatakan sebagai upaya untuk mendapatkan tafsiran yang prima dan informasi sensorik berdasarkan pengetahuan kita tentang benda-benda. Para ahli psikologi kognitif berdasarkan para ahli gestalt sebelumnya menekankan bahwa penghayatan adalah suatu hipotesis yang dianjurkan oleh data sensorik. Dugaan tentang adanya pengujian hipotesis menekankan adanya sifat aktif persepsi. Sistem persepsi tidak menerima masukan secara pasif tetapi berupaya untuk mencari penghayatan yang paling sesuai dengan data sensorik. Dalam kebanyakan situasi, hanya terdapa t satu penafsiran data sensorik yang masuk akal, dan pencarian terhadap penghayatan yang tepat, berlangsung begitu cepatnya dan secara otomatik sehingga hal itu tidak kita sadari. Atkinson et al. (1997) menyatakan bahwa teori yang memandang persepsi sebagai proses aktif yang menguji hipotesis yang dipengaruhi konteks dan pengalaman lampau disebut dengan analisis sintesis dalam buku ini menurut Neisser (1976) dalam Atkinson et al. (1997) . Menurut teori ini, penghayat menggunakan ciri benda konteks dan pengalaman lampau untuk mendapatkan “terkaan yang jitu” tentang apa yang dilihat. Analisis dengan sintesis berasumsi bahwa pengamat telah menyimpan suatu skema dalam ingatannya untuk setiap stimulus yang telah dialaminya pada masa lalu. Dalam pembahasan ini skema
30
dapat diangap sebagai suatu daftar ciri yang tersimpan dalam ingatan seseorang yang memberikan ciri pada suatu stimulus. Bila terdapat suatu stimulus, proses dua tahap menjadi aktif. Pertama, di susun hipotesis atau terkaan tentang identitas stimulus, berdasarkan konteks dimana stimulus diberikan serta penglaman lampau dan harapan pengamat. Pengamat kemudian menarik skema dari ingatannya yang diasosiasikan dengan stimulus yang diterka. Dalam hal ini, stimulus yang mengenai inderawi individu itu kemudian diorganisasikan, diinterprestasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderakannya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima oleh alat indera, kemudian proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpestasikan. Dengan persepsi, individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demiklan dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi inilah yang disebut persepsi diri (self perception). Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu
31
yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual (Tn, 2011).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada Persepsi Tn (2011) menyatakan bahwa telah dijelaskan bahwa apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam mengadakan persepsi, ini merupakan faktor internal. Disamping itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus,
yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi dapat
menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsikan oleh individu. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi. Stimulus yang kurang jelas, akan berpengaruh dalam ketetapan persepsi. Bila stimulus itu berwujud bendabenda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi. karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi. Hal tersebut akan berbeda bila yang dipersepsi itu manusia. Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistim fisiologinya tergangggu. hal
32
tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Sedangkan segi psikologis seperti telah dipaparkan di depan. yaitu antara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi. Sedangkan lingk ungan atau situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-Iebih bila objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda. Faktor Pada Pemersepsi : - Sikap - Motif - Kepentingan - Pengalaman - Pengharapan
Faktor Dalam Situasi : - Waktu - Keadaan/Tempat
PERSEPSI
Faktor Pada Target : - Hal Baru - Gerakan - Bunyi - Ukuran - Latar Belakang - Kedekatan Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sumber : Robins (2002) dalam Salam (2010)
33
Bedasarkan gambar diatas, terdapat faktor yang bekerja untuk membentuk persepsi dan kadangkala membiaskan persepsi. Faktor-faktor tersebut dapat terletak pada orang yang mempersepsikannya, objek atau konteks dimana persepsi itu dibuat. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan. Begitupula dengan karakteristik
sasaran
yang diobservasi dapat
mempengaruhi apa
yang
dipersepsikan. Faktor situasi seperti waktu, keadaan tempat, keadaan sosial juga mempengaruhi dalam membentuk persepsi seseorang terhadap objek atau peristiwa yang akan dipersespsikan. Disamping itu, persepsi bergantung pada rancangan fisik dan kecenderungan individu tersebut. Rangsangan fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti penglihatan dan sentuhan. Kecenderungan individu meliputi alasan, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu, dan harapan. Perbedaan persepsi antara orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi dan disebabkan oleh kecenderungan perbedaan individu. Kecenderungan individu seperti faktor keakraban, perasaan, arti, penting dan emosi. 2.1.4 Definisi Akuntan Definisi Akuntan Menurut Soemarso (2004:14), akuntan merupakan suatu gelar bagi merekayang telah lulus ujian-ujian akuntansi seperti yang ditetapkan dalam
34
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954. Tenaga-tenaga akuntansi secara umum dapatdidefinisikan sebagai mereka yang mempunyai pengetahuan di bidang akuntansi.Sedangkan menurut Nurhasanah (2012) akuntan adalah sebutan dan gelar profesional yang diberikan kepada seorang sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi jurusan akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Akuntan mempunyai pengetahuan dan penerapan standar akuntansikeuangan yang diterima umum. Seorang akuntan diharapkan cakap untukmengawasi dan mengatur pekerjaan
pemegang
buku dalam pencatatan,penggolongan,
peringkasan,
penyajian dan penafsiran data akuntansi.Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant)yang mensyaratkan bahwa hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai ijazah akuntan sesuai dengan ketentuan dan berdasarkan undang-undang ini. Jenis-jenis Akuntan Menurut Soemarso (2004), secara garis besar akuntan dapat digolongkanmenjadi : 1. Akuntan Publik Akuntan publik atau kadang disebut akuntan ekstern (externalaccountant) adalah akuntan independen yang memberikan jasa-jasanyaatas dasar pembayaran tertentu. Mereka bekerja secara bebas, padaumumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Termasuk dalam kategoriakuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik.Untuk dapat berpraktik sebagai akuntan publik dan mendirikan kantorakuntan, seseorang harus memperoleh izin dari kementerian
35
keuangan.Seorang akuntan publik dapat memberikan: (1) Jasa Pemeriksaan; (2)Jasa perpajakan; (3) Jasa Konsultasi manajemen; (4) Jasa akuntansi(accounting services). 2. Akuntan Manajemen Akuntan manajemen atau disebut juga akuntan intern (internalaccountant) adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atauorganisasi. Jabatan yang dapat diduduki mulai dari staf biasa sampaidengan kepala bagian akuntansi, controller atau direktur keuangan. Tugasyang dikerjakan dapat berupa: (1) Penyusunan sistem akuntansi (2)Penyusunan laporan akuntansi kepada pihak-pihak di luar perusahaan (3)Penyusunan laporan akuntansi kepada pihak manajemen (4) penyusunan
anggaran
(5)
menangani
masalah
perpajakan
(6)
melakukanpemeriksaan intern. 3. Akuntan Pe merintah Terkait bidang akuntansi pemerintahan, yaitu bidang akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi yang terjadi dalam badan pemerintah, berdasarkan pengertian tersebut, Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badanpemerintah, seperti di departemen-departemen, Badan PengawasanKeuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan(BPK), Direktorat Jenderal Pajak dan lain- lain. 4. Akuntan Pendidik Akuntan Pendidik terutama bertugas dalam pendidikan akunta nsi,yaitu mengajar, menyusun kurikulum, pendidikan akuntansi danmelakukan penelitian di bidang akuntansi.
36
2.1.5 Definisi Mahasiswa Akuntansi Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Sedangkan Jusup (2005) meyatakan bahwa akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari sudut proses kegiatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang
menyediakan informasi yang diperlukan serta proses pencatata n,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan, jadi yang dimaksudmahasiswa akuntansi dalam penelitian ini adalah orang yang sedang menempuh ilmu di perguruan tinggi yang mempelajari disiplin ilmu yang menyediakan informasi keuangan serta melalui siklus proses pencatatan akuntansi. Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud mahasiswa jurusan akuntansi adalah mahasiswa yang telah atau sedang menempuh mata kuliah teori akuntansi. Persyaratan ini didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa akuntansi tersebut telahmempunyai pemahaman tentang SAK ETAP
2.2
Rerangka Pe mikiran Menurut Sunarwinadi (1991 : 36) dalam Triyono (2011) menyatakan bahwa
dimensi persepsi meliputi : 1.
Dimensi Persepsi Secara Fisik (me ngatur / me ngorganisasi)
Dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar. Tahap permulaan ini mencakup karakteristik karakteristik stimuli yang berupa energi, hakekat dan fungsi mekanisme penerimaan manusia (mata, telinga,
37
hidung, mulut dan kulit) serta transmisi data melalui system syaraf menuju otak, untuk kemudian di ubah ke dalam bentuk yang bermakna. 2.
Dimensi Persepsi Secara Psikologis (menafsirkan)
Dimensi ini menggambarkan bahwa keadaan individual (kepribadian, kecerdasan, pendidikan, emosi, keyakinan, nilai, sikap, motivasi dan sebagainya) mempunyai dampak yang jauh lebih menentukan pada persepsi tentang lingkungan dan perilaku. Dalam tahap inilah menusia menciptakan struktur, stabilitas dan makna bagi persepsi-persepsinya dan memberikan sifat yang pribadi serta penafsiran mengenai dunia luar. Menurut Rossi (2009) menyatakan bahwa dimensi persepsi yaitu : a. Dimensi fisik(mengatur/mengorganisasikan)dan b. Dimensi psikologi(menafsirkan). Dimensi persepsi secara fisik Dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar.Tahap permulaan ini mencakup karakteristik-karakteristik stimulasi yang berupa
energihakikat
dan
fungsi
mekanisme
penerimaan
manusia
(mata,telinga,hidung, mulut dan kulit)serta transmisi data melalui urat syaraf menuju otak,untuk kemudian di ubah kedalam bentuk yang bermakna. Dimensi persepsi secara psikologis Dalam kehidupan sehari- hari,kita menerima begitu banyakmasukan pesan.Semua stimulus ini secara bersamaan akan ikut mempengaruhi proses kegiatan kita dalam membaca buku.namun demikian, dalam prakteknya tidak mungkin kita mengolah semua masukan pesan yang kita terima.Dengan kata lain kita melakukan
38
penyeleksian terhadap semua stimulus yang kita terima.Keputusan untuk menyeleksi semua masukan pesan yang akan diberi makna secara langsung berhubungan dengan kebudayaan kita. Proses seleksi dalam persepsi mengenai suatu objek
dan
lingkungan
sekelilingnya,menurut Samovar (1981) dalam Rossi (2009) secara umum melibatkan tiga hal yang saling berkaitan yakni: a. Selective exposure (seleksi terhadap pengenaan pesan/stimulus) b. Selective attention( seleksi dalam hal perhatian),dan c. Selective retention(seleksi yang menyangkut retensi/ingatan). Sedangakan menurut Robert A Baron dan Paul B. Paulus dalam Hereyah (2011)
menyatakan
bahwa
persepsi
merupakan
proses
internal
yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Jadi peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan pengertian dan dimensi persepsi diatas maka dimensi persepsi digolongkan menjadi tiga bagian yaitu, dimensi seleksi, dimensi organisasi dan dimensi interpretasi.
39
CONSTRUCT PERSEPSI DIMENSI SELEKSI
KONSEP Minat , Kebutuhan Ekspetasi.
DIMENSI ORGANISASI
KONSEP Profesi, Pengalaman, Pengetahuan,Motivasi
DIMENSI INTERPRETASI
KONSEP Pengalaman, Pendidikan kepribadian,Kecerdasan
Gambar 2.2 Construct Persepsi 2.3
Perumusan Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan penelitipeneliti sebelumnya, peneliti melakukan pengembangan berdasarkan hasil penelitian tersebut, yaitu tidak terdapat persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan komite audit dalam mewujudkan good corporate governance (GCG) (Mufdhali, 2010). Sedangkan penelitian lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap etika profesi akuntan, juga tidak terdapat perbedaan signifikan akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi
40
secara bersama-sama (simultan) terhadap etika profesi akuntan (Syarah, 2011).
Penelitian
lain
menunjukkan bahwa persepsi kemudahan
penggunaan dan persepsi kegunaan terhadap penggunaan SAK ETAP pada bank perkreditan rakyat di malang raya (Fitakhurrokhmah, 2013). Selain itu juga tidak ada perbedaan signifikan antara persepsi akuntan publik dengan akuntan manajemen terkait dengan penerapan SAK ETAP pada UMKM (Salam, 2010). Penelitian lain menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara persepsi akuntan dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik akuntan (Nurlan, 2011). Berdasarkan hasilhasil penelitian terdahulu terkait persepsi ak untan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi, maka peneliti mengembangkan penelitian tersebut yang terkait tentang ekspektasi SAK ETAP, dengan hipotesis sebagai berikut : :Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap ekspektasi SAK ETAP. : Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP. : Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP.