BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan bukti bahwa kepemilikan atas asset-asset perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) (Tandelilin, 2010:18). Setelah
mengetahui
pengertian
saham,
maka
selanjutnya
adalah
mengetahui jenis saham. Jenis saham yang dikenal publik (Fahmi, 2014:324), yaitu : a.
Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Berikut adalah jenis-jenis saham biasa :
1) Saham Unggulan (Blue-Chip Stock) Merupakan saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas.
2) Growth Stock Merupakan saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham yang lain, dan juga mempunyai PER yang tinggi. 3) Defensive Stock Merupakan saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. 4) Cyclical Stock Merupakan sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. 5) Seasonal Stock Merupakan perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca atau hari libur. 6) Saham Spekulatif Merupakan saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negative. b.
Saham Istimewa (Preferred Stock) Saham istimewa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan). Macam dari saham preferen ini diantaranya adalah saham preferen yang dapat
dikonversikan ke saham biasa (convertible preferred stock), saham preferen yang dapat ditebus (callable preferred stock), saham preferen dengan tingkat dividen yang mengambang (floating preferred stock). 2.1.2 Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Pengertian harga saham menurut Darmadji & Fakhrudin (2012:102) harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham biasa berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham. 2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi HargaSaham faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Menurut Zulfikar (2016:92) faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu a.
Faktor internal Adanya
pengumuman
tentang
pemasaran,
produksi
dan
penjualan,
pengumuman pendanaan, perubahan badan direksi manajemen, pengumuman laporan keuangan perusahaan. b.
Faktor eksternal Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga, kurs valuta asing, dan inflasi, adanya perubahan hukum serta adanya gejolak politik dalam negeri.
Sedangkan menurut Azis et al. (2015:83) faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat harga saham antara lain: a.
Jumlah dividen kas yang diberikan, membagikan jumlah dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor kepada perusahaan.
b.
Jumlah laba yang didapat oleh perusahaan, perusahaan yang mempunyai laba tinggi akan dianggap memiliki prospek yang cerah dan dapat menjadi pilihan bagi investor untuk berinvestasi.
c.
Laba per lembar saham (earning per share), semakin tinggi laba per lembar saham yang diberikan perusahaan, maka akan mendorong investor untuk berinvestasi.
d.
Tingkat suku bunga, mempengaruhi laba perusahaan, semakin tinggi suku bunga semakin rendah laba perusahaan.
e.
Tingkat resiko dan tingkat pengembalian, semakin tinggi resiko semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan investor.
2.1.3 Nilai Tukar Mata Uang 1. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang Menurut Nopirin (2012:163) nilai tukar mata uang merupakan harga di dalam pertukaran dua macam mata uang yang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tertentu, perbandingan nilai inilah yang disebut exchange rate. Oleh karena itu, terjadinya perbedaan yang timbul mengenai tingkat nilai kurs disebabkan oleh tiga hal yaitu; a.
Perbedaan antar kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta asing kurs beli adalah kurs yang di pakai apabila para pedagang valas atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah kurs yang di pakai apabila
para pedagang valas atau bank menjual maka selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bank atau pedagang valas. b.
Perbedaan kurs yang di akibatkan oleh perbedaan waktu pembayaran. Di dalam pembayaran valas yang lebih cepat akan mencapai kurs yang lebih tinggi.
c. Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Perubahan nilai tukar yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan atau menurunkan mata uang domestik terhadap mata uang asing diistilahkan sebagai berikut : 1.
Depresiasi adalah peningkatan harga mata uang di dalam negeri, atau menurunnya mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing, yang disebabkan mekanisme pasar.
2. Apresiasi adalah penurunan harga mata uang asing di dalam negeri, atau meningkatnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing. Pasar valuta asing mempunyai fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional antara lain : a. Mempermudah penukaran valas serta pemindahan dan dari suatu negara ke negara lain. b. Memberi kemudahan untuk dilaksanakan perjanjian atau kontrak jual beli dengan kredit. c. Mempermudah dilakukan “hedging” yaitu membantu perdagangan yang melakukan transaksi jual beli valas di pasar yang berbeda, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko akibat kerugian kurs.
2. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurs menurut Sukirno (2010:402) sebagai berikut: a.
Perubahan dalam cita masyarakat Cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsinya. Perubahan cita rasa
masyarakat akan mengubah corak konsumsinya atas barang-barang yang di produksi di dalam maupun luar negeri. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan juga dapat menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor barang bertambah besar. Perubahanperubahan ini menyebabkan permintaan dan penawaran valuta asing. b.
Perubahan harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
apakah suatu barang akan impor atau di ekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor dan kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing. c.
Kenaikan harga umum (Inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing.
Inflasi pada umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing. d.
Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir keluar negeri sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri akan masuk ke dalam negeri. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain. e.
Pertumbuhan ekonomi Efek yang akan ditimbulkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata
uangnya tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Apabila kemajuan ekonomi diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang asing akan bertambah lebih cepat dari penawarannya sehingga mata uang tersebut akan naik. Akan tetapi, jika kemajuan ekonomi menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor maka penawaran atas mata uang tersebut akan merosot. 3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang Sifat dari kurs valuta asing tergantung sifat pasar. Apabila transaksi jual valuta asing dapat di lakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Nopirin (2012:173) mengemukakan bahwa ada beberapa sistem nilai tukar yaitu : a.
Sistem kurs berubah-ubah Dalam sistem ini makin tinggi tingkat pertumbuhan (relatif terhadap negara
lain), makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing. kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian pula inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan mengakibatkan kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga
cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. kurs valuta asing akan turun (nilai mata uang sendiri naik relatif terhadap valuta asing). Dari uraian di atas jelas bahwa semua kegiatan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah (fiskal dan moneter) yang mempengaruhi pendapat, harga, serta tingkat bunga secara langsung akan mempengaruhi kurs. b.
Sistem kurs stabil Sistem kurs stabil dapat terjadi secara aktif dan pasif. Pada sistem kurs stabil
aktif pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs (stabilization). Kegiatan stabilitas kurs di jalankan dengan cara apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah akan membeli valuta asing di pasar. Dengan tambahnya tendensi pemerintah maka tendensi kurs pemerintah menjual valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat cegah. Pada sistem kurs stabil pasif menggunakan standart emas. Dalam standart emas, kurs valuta asing suatu negara dengan negara lain di tentukan dengan dasar emas. c.
Pengawasan devisa (exechange control) Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing.
Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama jika negara tersebut menghadap keterbatasan cadangan valuta asing di banding permintaannya. 2.1.4 Inflasi 1.
Pengertian Inflasi Menurut Tandelilin (2010 : 212). Inflasi adalah kecenderungan terjadinya
peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya di kaitkan dengan kondisi ekonomi terlalu panas. Artinya, kondisi
ekonomi mengalami permintaan atas produk yang berlebih kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. menurut Fahmi (2014:67) inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi di mana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Menurut Fahmi (2014:68) inflasi yang terjadi dapat dikelompokkan berdasarkan area dan penyebab yang terjadi, antara lain: a.
Inflasi berdasarkan area
1) Inflasi Domestik Inflasi domestik terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi di dalam negeri, seperti karena kebijakan pemerintah (government policy) dalam mengeluarkan deregulasi yang mampu mempengaruhi kondisi kenaikan harga. 2) Inflasi impor Inflasi impor disebabkan faktor situasi dan kondisi yang terjadi diluar negeri, seperti terjadinya goncangan ekonomi di amerika serikat yang berpengaruh pada naiknya harga berbagai barang yang berasal dari sana. b.
Inflasi berdasarkan penyebab yang terjadi
1) Inflasi structural (structural inflasion) Yaitu suatu keadaan yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang tetapi karena pergeseran struktur ekonomi.
2) Desakan biaya (cost push inflasion) Yaitu inflasi yang disebabkan oleh kebijakan perusahaan yang menaikan harga barang dagangannya karena implikasi dari biaya internal. 3) Desakan permintaan (demand full inflation) Yaitu inflasi yang timbul karena didorong oleh biaya atau inflasi lain. 2. Efek Inflasi Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktor-faktor serta produk nasional (Nopirin 2012:32). Efek terhadap produksi pendapatan disebut equity effect, sedangkan efek terhadap faktor produksi dan produksi nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effect. a.
Efek terhadap pendapatan (Equity Effect) Sifatnya tiddak merata ada yang dirugikan tetapi ada pula yang merasa di
untungkan dengan adanya inflasi.Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari inflasi adalah pihak- pihak yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan presentase yang lebih besar dari laju inflasi tersebut. Seorang yang dengan penghasilan tetap akan di rugikan dengan adanya inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat umum. Inflasi ini seolah-olah merupakan pajak bagi beberapa pihak dan merupakan subsidi bagi orang lain. b.
Efek terhadap efisien (Efficiency Effect) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang tertentu yang mengalami kenaikan yang lebih besar dari pada barang lain, yang kemudian dapat mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan barang ini pada
gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi tersebut lebih efisien pada keadaan tidak terdapat inflasi, namun kebanyakan pendapatan tersebut menyebutkan bahwa inflasi dapat menyebabkan aloksi faktor produksi dapat berubah menjadi tidak efisien. c.
Efek terhadap output (Output Effect) Dalam analisa kedua efek tersebut di atas terdapat suatu anggapan bahwa
output dalam keadaan tetap. Inflasi mungkin dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Karena dalam keadaan adanya inflasi, biasanya kenaikan bank mendahului kenaikan upah sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang bertambah. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi tersebut cukup tinggi akan mempunyai akibat yang sebaliknya yaitu penurunan output. 3. Cara Mencegah Inflasi Cara mencegah inflasi menurut (Nopirin 2012:34) dapat menggunakan beberapa kebijakan diantaranya: a.
Kebijakan moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang
beredar.Salah satu komponen uang beredar adalah uang giral (demand deposit).Bank sentral dapat mengatur uang giral melalui penetapan cadangan minimum.Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Di samping cara ini bank sentral dapat menggunakan tingkat diskonto (discount rate). Discount rate dalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang di berikan oleh bank sentral.
b.
Kebijakan fiskal Kebijakan fiskal menyangkut tentang peraturan pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajakakan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat dicegah. c.
Kebijakan yang berkaitan dengan output Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini
dapat dicapai misalnya dengan penurunan kebijakan bea masuksehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga. 4. Skala Pengukuran Inflasi Menurut Fahmi (2014:69) berdasarkan skala penilaian inflasi ada 4 katagori yaitu: 1.
Inflasi ringan (creeping inflation) Kondisi inflasi seperti ini disebut sebagai inflasi ringan karena skalanya inflasinya sangat kecil. Skala inflasi <10% per tahun.
2.
Inflasi sedang (moderate inflation) Inflasi moderat dianggap dapat menggangu dan bahkan mengancam pertumbuhan ekonomi. Skala inflasi 10-30% per tahun.
3.
Inflasi berat Inflasi berat adalah dimana sektor-sektor ekonomi mulai mengalami kelumpuhan kecuali yang dikuasai negara. Skala inflasi 30-100% per tahun.
4.
Inflasi sangat berat (hyper inflation) Inflasi ini terjadi pada jaman perang dunia kedua, uang dicetak berlebihan karena kebutuhan perang. Skala inflasi >100% per tahun.
1.1.5 1.
Tingkat Suku Bunga
Pengertian Tingkat Suku Bunga Menurut Tandelilin (2010:213), Tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan
mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan. Sehingga kesempatan-kesempatan investasi tdak ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Suku bunga (interest rate) adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dan pinjaman tersebut (Mishkin 2010:4). Bunga adalah sejumlah dana dinilai dalam uang yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. 2.
Macam-Macam Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga Khalwaty (2010:144)dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sebagai berikut: a.
Suku Bunga Nominal Adalah suku bunga dalam nilai uang.Suku bunga ini merupakan nilai yang
dapat dibaca secara umum.Suku bunga ini menunjukan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. b.
Suku Bunga Riil Adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan
didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.
Menurut Tandelilin (2010:214) tingkat suku bunga merupakan proksi bagi investor di dalam menentukan tingkat return yang disyaratkan atas surat investasi. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi pula yang disyaratkan investor selanjutnya akan berpengaruh harga-harga saham di pasar. Perubahan tingkat suku bunga yang meningkatpun akan membuat investor menarik investasinya pada saham dan berpindah ke investasi lainnya berupa tabungan dan deposito. 3.
Tingkat Suku Bunga SBI Tingkat suku bunga merupakan salah satu dari beberapa indikator ekonomi
moneter Indonesia. BI sebagai otoritas moneter di Indonesia, dalam rangka mengatur
likuiditas
peredaran
uang
di
Indonesia
antara
lain
dengan
mempergunakan instrumen Sertifikat Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia atau yang lebih dikenal dengan SBI adalah surat berharga atas tunjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan dapat diperjual belikan dengan diskonto. SBI pertama kali di terbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama untuk menciptakan suatu instrumen pasar uang yang hanya diperdagangkan antar bankbank. Namun sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijaksanaan moneter pemerintah terutama setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983. Maka Bank Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrument menurut Desmon Wira (2011:25) Tingkat bunga SBI di lakukan untuk menyedot dana dari masyarakat supaya investasi dan konsumsi menurun, dan tersimpan di perbankan. Hal tersebut biasanya dilakukan pada saat inflasi yang tinggi dan nilai uang rendah sedangkan tingkat suku bunga SBI yang rendah dilakukan agar investasi
dan konsumsi menjadi bergairah dengan demikian dana akan berputar dan dunia usaha berjalan. 1.1.6 Hubungan Nilai Tukar Mata Uang dengan Harga Saham Depresiasi kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat meningkatkan volume ekspor. Hal ini dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan yang kemudian meningkatkan harga saham perusahaan apabila permintaan pada pasar international cukup elastis dan mempengaruhi return yang akan di terima oleh investor (Kewal, 2012). 1.1.7
Hubungan Inflasi dengan Harga Saham
Inflasi secara relatif berpengaruh negatif terhadap harga saham karena inflasi meningkatkan biaya suatu perusahaan. Apabila peningkatan biaya lebih tinggi daripada pendapatan perusahaan, maka profitabilitas dari perusahaan tersebut mengalami penurunan. Penurunan laba perusahaan akan menyebabkan investor tidak tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan, hal ini akan mengakibatkan penurunan harga saham dan berdampak pada penurunan return saham (Tandelilin, 2010:343). Melihat kondisi seperti ini berarti tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. 1.1.8
Hubungan Suku Bunga dengan Harga Saham
Menurut Tnadelilin (2010:214) tinngkat suku bunga merupakan proksi bagi investor dalam menentukan tingkat return yang di syaratkan atas surat investasi. Semakin tinggi suku bunga, semakin pula return yang di syaratkan investor selanjutnya akan berpengaruh harga-harga saham di pasar. Perubahan tingkat suku bunga yang menigkatpun akan membuat investor menarik investasinya pada saham dan berpindah ke investasi lain berupa tabungan atau deposito.
1.1.9
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Terdapat pemikiran terdahulu yang di pakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Izzati dan Robby (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham SUB Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia”. hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Nilai Tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Maria, Topowijoyono, dan Sri (2016), dalam penelitian berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Inflasi Terhadap Harga Saham (Studi Pada Sub-Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Suku Bunga dan Inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham sedangkan variabel Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. 3. Zainuddin dan Aditya (2012), dalam penelitian berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD , Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Aktiva Terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan Di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham sedangkan Suku Bunga SBI, Nilai Tukar , Profitabilitas , dan Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. 4. Devi Sofiani Tarigan (2009), dalam penelitian berjudul “Pengaruh tingkat Inflasi, Suku bunga, dan Nilai tukar Terhadap Harga saham Perusahaan
Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia”.hasil penelitian ini memperlihatkan variabel tingkat
inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Tabel 2 Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu No
1
2
Peneliti Izzati Amperaningrum dan Robby Suryawan Agung Maria Ratna Marisa Ginting, Topowijono, dan Sri Sulasmiyati
Tahu n
Obyek Penelitian
Variabel Bebas
Variabel Terikat
2011
Bursa Efek Indonesia
Tingkat suku bunga, Nilai tukar mata uang, dan Tingkat Inflasi
Harga Saham
Perusahaan Perbankan
2016
Bursa Efek Indonesia
Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar, dan Inflasi
Harga Saham
Perusahaan Perbankan
Harga Saham
Perusahaan Pembiyaan
Purposive Sampling
7 Perusahaan
Analisis Regresi Berganda
Populasi
Teknik Sampling
Jumlah Sampel
Teknik Analisis
Hasil
Purposive Sampling
14 Perusahaan
Analisis Regresi Berganda
Nilai tukar mata uang berpengaruh signifikan, Tingkat suku bunga dan Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan
Purposive Sampling
29 Perusahaan
Analisis Regresi Berganda
Nilai tukar berpengaruh signifikan, Tingkat suku bunga dan Inflasi tidak berpengaruh signifikan
3
Zainudddin Iba dan Aditya Wardhana
2012
Bursa Efek Indonesia
Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD, Profitabilias, dan Pertumbuhan Aktiva
4
Devi Sofiani Tarigan
2009
Bursa Efek Indonesia
Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai tukar
Harga Saham
Perusahaan Perbankan
Purposive Sampling
48 perusahaan
Analisis Regresi Berganda
2017
Bursa Efek Indonesia
Nilai Tukar Mata Uang, Inflasi, dan Suku Bunga
Harga Saham
Perusahaan Properti
Purposive Sampling
10 perusahaan
Analisis Regresi Berganda
5
Eri Saputra
Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD, Profitabilias, dan Pertumbuhan Aktiva berpengaruh signifikan Tingkat Inflasi dan Nilai tukar tidak berpengaruh signifikan, Suku bunga berpengaruh signifikan Nilai Tukar Mata Uang dan Inflasiberpengaruh signifikan, Suku bunga tidak berpengaruh signifikan
Sumber: data diolah
28
2.2 Rerangka Konseptual Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka rerangka pemikiran yang diajukan penulis pada penelitian ini yaitu faktor eksternal yang mepengaruhi harga saham dengan menggunakan variabel tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, dan inflasi dan variabel dependen adalah harga saham seperti pada rerangka pemikiran berikut:
NILAI TUKAR MATA UANG (X1)
HARGA SAHAM (Y)
INFLASI (X2)
SUKU BUNGA (X3)
Gambar 1 Rerangka Konseptual 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012:15). Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan teoritis seperti telah di uraikan sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: H1
: Terdapat pengaruh antara nilai tukar mata uang terhadap harga saham
pada sektor properti.
H2
: Terdapat pengaruh antara inflasi terhadap harga saham pada sektor
properti. H3
:Terdapat
pengaruh antara suku bunga terhadap harga saham pada sektor
properti. H4
:
Terdapat variabel nilai tukar mata uang, inflasi, dan suku bunga yang
memiliki pengaruh dominan terhadap harga saham pada sektor properti di Bursa Efek Indonesia.