BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Bank 1. Pengertian Bank Pada masyarakat umum pengertian bank sering kali disamakan dengan pengertian perbankan. Padahal keduanya adalah merupakan dua hal yang sangat berbeda. Pada prinsipnya bank hanya mencakup aspek kelembagaan. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1. Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah departement store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan. 2. Menurut Dictionary of Banking and Financial Service by Jerry Rosenberg bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga. 3. Menurut UU No.10 tahun 1998 (revisi UU No.14 tahun 1992) bahwa yang dimaksud bank adalah badan usaha yag menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jadi dapat disimpulkan bahwa bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito
tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatannya kembali pada masyarakat yang membutuhkan dana (devisit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Sedangkan pengertian perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank itu sendiri, diantaranya mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, produk-produk, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2. Karakteristik Bank Pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank. Beberapa karakteristik bank antara lain : 1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial termediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus spending unit) dengan mereka yang membutuhkan dana (deficit spending unit) serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Kegiatan tersebut dilakukan atas dasar falsafah kepercayaan. 2. Bank
juga
merupakan
industri
yang
dalam
setiap
kegiatannya
mengandalkan falsafah kepercayaan sehingga harus selalu menjaga kesehatannya.
Pemeliharaan
kesehatan
bank
antara
lain
dengan
pemeliharaan kecukupan modal, kualitas aktiva, manajemen, pencapaian profit dan likuiditas yang cukup. 3. Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan
kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan penanamannya. Hal tersebut perlu dilakukan karena bank dalam usahanya selain menanamkan dana dalam aktiva produktif juga memberikan komitmen jasa-jasa lainnya yang menghasilkan fee base income (pendapatan bunga). Untuk itu strategi penghimpunan dan penempatan dana pada bank perlu dilakukan secara hati-hati dan sistematis agar likuiditas terpelihara dan profitabilitas tercapai secara wajar. 4. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan. 5. Secara operasional bank mempunyai ciri khas, yaitu aktiva tetapnya relatif rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan perbandingan antara aktiva dengan modal (financial leverage) sangat besar. 3. Jenis - Jenis Bank Bank pada dasarnya apabila di klasifikasi akan timbul beberapa jenis bank yang tergantung pada cara melakukan klasifikasinya. Klasifikasi bank dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut: 1. Bank berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan terdiri dari : 1.1 Bank Umum Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
lalu lintas pembayaran. Seperti bank-bank pada umumnya yang ada pada saat ini di masyarakat. 1.2 Bank Perkreditan Rakyat Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip
syariah
yang
dalam
kegiatannya
tidak
memberikan jasa lalu lintas pembayaran. 2. Jenis bank dilihat dari fungsinya terdiri dari: 2.1 Bank Konvensional Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito lancar (giro) dan deposito berjangka dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. 2.2 Bank Pembangunan Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito berjangka dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan. 2.3 Bank Tabungan Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga. 3. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya terdiri dari : 3.1 Bank Pemerintah Pusat
Bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemerintah pusat. 3.2 Bank Pemerintah Daerah Bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemerintah daerah. 3.3 Bank Swasta Nasional Bank yang dimiliki oleh warga negara Indonesia. 3.4 Bank Swasta Asing Bank yang mayoritas kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing. 3.5 Bank Swasta Capuran Bank yang dimiliki oleh swasta domestik dan swasta asing. 4. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa terdiri dari : 4.1 Bank Devisa Bank yang memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri. 4.2 Bank Non Devisa Bank yang tidak memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri. 5. Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasar terdiri dari : 5.1 Retail Banking
Bank yang dalam kegiatannya mayoritas melayani perorangan, usaha kecil dan koperasi. 5.2 Wholesale Banking Bank yang mengandalkan nasabah besar atau nasabah korporasi. 4. Fungsi Bank Bank memiliki fungsi dasar sebagai lembaga perantara serta sebagai pengatur lalu lintas keuangan (financial intermediary), yang tugasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan (Idroes dan Sugiarto, 2006:6) yang intinya adalah untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Secara lebih spesifik, fungsi bank dapat dibagi sebagai berikut: 1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan baik dalam hal penghimpunan maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak disalah gunakan oleh bank, akan dikelola dengan baik, dan juga percaya bahwa pada suatu saat yang telah dijanjikan dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Selain itu dana yang ada pada bank akan dijamin keamanannya oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). 2. Agent of Development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, kedua hal tesebut tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor
tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tesebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dimana selalu berkaitan dengan penggunaan uang. 3. Agent of Services Disamping kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. 5. Kegiatan Bank Beberapa kegiatan yang dilakukan didalam bank milik Pemerintah adalah sebagai berikut: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit. c. Memberikan surat pengakuan utang.
d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: 1. Surat- surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud. 2. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat–surat yang dimaksud. 3. Kertas pembendarahan negara dan surat jaminan Pemerintah. 4. Sertifikat Bank Indonesia.
60
5. Obligasi. 6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun. 7. Instrumen surat berharga lain berjangka waktu sampai dengan satu tahun. e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah (transfer). f. Menempatkan dana pada pihak lain, meminjam dana dari pihak lain, atau meminjamkan dana kepada pihak lain, baik dengan menggunakan surat, saran telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek, atau sarana lainnya. g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan dengan atau antara pihak ketiga. h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposit box).
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan lain berdasarkan suatu kontrak. j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. k. Melakukan kegiatan usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat. l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. m. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang di tetapkan Bank Indonesia. n. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada modal atau perusahaan lain dibidang keuangan separti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Edaran Bank Indonesia. 2.1.2 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode Camel Untuk melakukan penilaian kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari berbagai aspek yang ada. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut termasuk dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank tersebut dapat memberikan arahan tentang bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan jika telah mengalami kemerosotan maka harus dihentikan operasinya.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek penting yang sangat berpengaruh terhadap kondisi serta kinerja suatu bank yang melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas terhadap risiko pasar. Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank senantiasa bersifat dinamis dan selaras, sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank harus mencerminkan pada kondisi bank saat ini dan diwaktu yang akan datang. Metodologi penelitian kesehatan bank saat ini adalah mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 mengenai perihal sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran No. 6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yakni dengan menggunakan rasio CAMEL. Rasio CAMEL terdiri dari komponen-komponen Capital, untuk rasio kecukupan modal. Assets, untuk rasio kualitas aktiva yang digunakan untuk mengukur kualitas aktiva produktif. Management, untuk menilai kualitas manajemen. Earnings, untuk rasio rentabilitas bank yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank dan Liquidity, untuk mengukur rasio likuiditas bank. Mekanisme Penilaian Kesehatan Bank Umum adalah sebagai berikut: 1. Bank yang terdaftar pada Bank Indonesia wajib untuk melakukan penilaian pada tingkat kesehatan bank masing-masing sesuai dengan Peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
2. Apabila diperlukan Bank Indonesia dapat meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh bank-bank yang berada dalam pengawasannya. 3. Dalam rangka melaksanakan pengawasan bank, Bank Indonesia melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan. 4. Penilaian tingkat kesehatan bank dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan bank, dan atau informasi lain yang diketahui secara umum seperti hasil penilaian oleh otoritas atau lembaga lain yang berwenang. 5. Apabila terdapat suatu perbedaan hasil penilaian pada tingkat kesehatan bank yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia, dengan hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh bank yang terkait tersebut, maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dikarenakan Bank Indonesialah yang mengeluarkan peraturan tersebut. Tabel Predikat Tingkat Kesehatan Bank Nilai Kredit CAMEL Predikat 81 – 100 Sehat 66 - <81 Cukup Sehat 51 - <66 Kurang Sehat 0 - <51 Tidak Sehat
2.1.3 Saham 1. Pengertian Saham
Saham merupakan suatu bukti kepemilikan sebagian maupun keseluruhan dari perusahaan dan merupakan salah satu hal yang dapat mencerminkan kinerja dan nilai dari suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai atau harga saham dari suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula penilaian terhadap perusahaan tersebut, dan berlaku pula sebaliknya. Pengertian saham menurut Husnan (2005:36) saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. 2. Bentuk Saham Bentuk saham dapat dikelompokkan dalam tiga kategori saham berdasarkan hak tagih, berdasarkan peralihan hak, dan berdasarkan kinerja. Bentuk saham menurut Darmadji dan Hendi, (2001:6) yang terdiri dari : 1. Berdasarkan Hak Tagih atau Klaim a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah jenis saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba/rugi yang diperoleh perusahaan dan saham yang paling dikenal oleh masyarakat. b. Saham Preferen (Prefered Stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap. 2. Berdasarkan Peralihan hak a. Saham Atas Unjuk (Bearer stock)
Merupakan jenis saham yang memiliki karakteristik tidak tercantum nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah di pindah tangankan dari suatu investor ke investor lainnya. b. Saham Atas Nama (Registered Stock ) Saham-saham yang dimana ditulis dengan jelas nama pemilik dan pemegang hak atas saham tersebut. Dimana cara peralihannya dengan mencatatkan pada dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. 3. Berdasarkan Kinerja Saham a. Blue chip stock Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. b. Income Stock Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Growth Stock Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. d. Speculative Stock
Saham ini merupakan saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stock Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 3. Nilai Saham Menurut Jogiyanto (2004:82) dalam penelitian dikenal adanya tiga jenis nilai saham, yaitu terdiri dari nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik, yang digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah (undervalued), saham-saham mana yang wajar dan saham-saham mana yang mahal (overvalued). a. Nilai Buku Nilai buku merupakan nilai saham yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai buku suatu saham dapat dihitung dari nilai nominal, agio saham, modal yang disetor dan laba yang ditahan. b. Nilai Pasar Nilai pasar adalah nilai saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang berlaku di pasar baru. c. Nilai Intrinsik
Nilai Intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya dari perusahaan. Jika nilai saham suatu pasar lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini biasanya para investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Dan apabila sebaliknya, jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsiknya, maka saham tergolong murah (undervalued). Dan dalam situasi seperti ini para investor dapat mengambil keputusan untuk membeli saham tersebut. 4. Harga Saham Harga saham dapat diartikan sebagai harga pasar (market value) yaitu harga saham yang ditentukan oleh mekanisme modal. Harga saham pada hakikatnya adalah penerima besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga pasar saham adalah harga terakhir yang melaporkan saat suatu surat berharga atau efek terjual di bursa. Menurut Sunariyah (2000:154) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal, dan harga perdana sebagai berikut: 1. Harga Pasar (market value) Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan invesor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi, harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya. 2. Harga Nominal
Harga nominal adalah harga saham yang tercantum dalam sertifikat saham, yang telah ditetapkan oleh emiten serta dengan mendapatkan persetujuan dari Bapepam (Badan Pemeriksa dan Pengawas Pasar Modal) untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. 3. Harga Perdana Harga perdana adalah harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek, yang harganya ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2.1.4 Analisis Sekuritas Menilai sekuritas khususnya saham dapat digunakan dalam berbagai analisis sekuritas. Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan yan terjadi dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Menurut Ghozali dan Sugiyanto (2002:91-96), untuk menentukan harga saham terdapat dua pendekatan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental menekankan bahwa faktor-faktor fundamental mempengaruhi harga saham karena menitik beratkan pada analisis rasio keuangan. Melalui analisis rasio keuangan dapat diperoleh informasi atau gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasional yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang coba diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana mengetahui kinerja perusahaan perbankan yang diukur dengan tiap rasio-rasio keuangan serta bagaimana pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham yang dimiliki oleh perusahaan.
1. Analisis fundamental Analisis fundamental merupakan salah satu cara yang lazim digunakan oleh para pemodal untuk menilai saham dan bertujuan untuk memprediksi harga saham. Analisis fundamental memiliki asumsi dasar bahwa harga saham tidaklah diukur dari standar harga di pasar, melainkan diprediksikan terlebih
dahulu
dengan
melakukan
analisis
perusahaan.
Analisis
fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya akan menjadi milik investor apakah sehat atau tidak ataukah menguntungkan atau tidak dan sebagainya, sehingga para calon investor dapat mengambil keputusan terhadap modalnya. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah analisis yang mendasarkan diri pada data-data pergerakan harga saham dari waktu ke waktu berdasarkan pada observasi pergerakan saham di masa lalu, yaitu menentukan harga saham dengan menggunakan data pasar dari saham misalnya harga saham, volume transaksi saham dan indeks pasar. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual saham. 2.1.5 Kinerja Perusahaan 1. Pengertian Kinerja Perusahaan
Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Dengan adanya kinerja yang baik maka kemampuan organisasi atau suatu perusahaan untuk dapat meraih tujuan-tujuannya dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien dapat tercapai. Efisien adalah kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar, dimana dengan adanya input yang minimal akan dicapai output yang optimal. Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih dan melakukan pekerjaan yang tepat dengan cara atau alat yang tepat, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Menurut Mohammad Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi. Jadi, kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai suatu organisasi secara kuantitas maupun kualitas yang dapat diukur tingkat keberhasilannya berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja perusahaan merupakan hal yang timbul karena ditetapkannya tujuan oleh pihak perusahaan. Tujuan dari pengukuran kinerja itu sendiri adalah untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan posisi ekonominya baik dalam pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan maupun dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi. Pengukuran kinerja dapat didefinisikan
sebagai “performing measurement” (pengukuran kinerja) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian dapat pula ditarik kesimpulan bahwa pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan suatu perusahaan atau suatu organisasi untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. 2.Tujuan Perusahaan Didirikannya suatu perusahaan wajib memiliki tujuan yang jelas, agar para pengelola serta para investor dapat memahami arah dan target yang akan dituju oleh perusahaan tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Ada pula pendapat lain yang mengemukakan bahwa tujuan perusahaan adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan pendapat yang lain lagi menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga pendapat tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapainya berbeda antara tujuan yang satu dengan yang lain. 3. Analisis Kinerja Perusahaan Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per lembar saham seperti ukuran akuntansi. Data akuntansi sangat mempengaruhi harga saham dan untuk memahami bagaimana
kinerja perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan sangat diperlukan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena dari laporan keuangan tersebut seorang manager dapat memantau pergerakan harga saham perusahaan yang dikelolanya. Sedangkan bagi para investor laporan keuangan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman dan bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan laba, dividen dan harga saham. Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan, yang mencakup perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, namun yang paling umum dan sering digunakan adalah analisis rasio. Analisis rasio tersebut akan memberikan gambaran atau pengukuran relatif dari operasi perusahaan. 2.1.6 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:2) laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut seperti para pemegang saham, pengelola perusahaan serta para calon investor. Laporan keuangan dimaksudkan untuk melayani kebutuhan pemakai, terutama pemilik
dan kreditur. Laporan keuangan terdiri atas neraca (balance sheet), laporan rugi laba (income statement), laporan sumber dan penggunaan dana (source and use of founds), dan laporan sumber dan penggunaan kas (cash flow statement) (Moeljadi, 2006:43). Laporan keuangan yang diterbitkan secara periodik oleh perusahaan mempunyai tujuan-tujuan tertentu dalam penerbitannya tersebut. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, serta menunjukkan apa
yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2. Laporan Keuangan Perbankan Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu. Laporan keuangan perusahaan perbankan memiliki beberapa perbedaan bila dibandingkan dengan laporan perusahaan lain misalnya perusahaan manufaktur. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kegiatan usaha perbankan yang berbeda dari kegiatan usaha perusahaan yang lain. Perbedaan tersebut terdapat pada unsur-unsur yang ada di neraca dan laporan laba rugi. Hal ini disebabkan laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan laporan laba rugi. Menurut Martono (2002:62) bahwa tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum terdiri dari :
1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai jumlah aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan informasi keuangan yang dapat membantu pemakai laporan keuangan untuk menaksir kemampuan bank dalam menghasilkan laba. 3. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. 4. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manjemen berhasil atau tidak dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan tergambar dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen. 3. Analisis Laporan Keuangan Bank Setelah laporan keuangan disusun, selanjutnya laporan keuangan tersebut harus dianalisis. Tujuan dari adanya analisis tersebut adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kepada para pembacanya mengenai posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan dari perusahaan yang laporan keuangannya dianalisis. Analisis laporan keuangan merupakan analisis
mengenai kondisi keuangan suatu bank yang melibatkan neraca dan laporan laba rugi. Neraca (balance sheet) suatu bank menggambarkan jumlah kekayaan, kewajiban dan modal dari bank tersebut pada suatu waktu. Laporan laba rugi (income statement) suatu bank menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari bank tersebut pada periode tertentu. 4. Metode-Metode Analisis Laporan keuangan Menurut Prastowo dan Julianty (2005:59), metode untuk menganalisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu terdiri dari : 1. Metode Analisis Horisontal (dinamis) Metode ini menganalisis laporan keuangan dari suatu perusahaan untuk beberapa tahun (periode). Metode ini disebut metode horisontal karena dilakukan dengan membandingkan pos-pos yang sama untuk beberapa periode yang berbeda. Dengan analisis horisontal kita mencoba melihat perkembangan berbagai perkiraan yang ada dalam neraca dan laporan laba rugi dari tahun ke tahun sehingga akan tampak adanya turun naik yang membentuk suatu trend. Metode horisontal ini juga disebut metode analisis dinamis karena analisisnya bergerak dari tahun ke tahun (periode). Analisis ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana. 2. Metode Analisis Vertikal (statis) Metode analisis laporan keuangan yang menganalisis laporan pada suatu periode saja, yaitu dengan membandingkan pos-pos yang terdapat
pada laporan keuangan satu periode tertentu. Karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada suatu laporan keuangan saja, metode ini disebut metode vertikal. Dan karena metode ini membandingkan pos-pos pada suatu periode laporan keuangan yang sama, maka metode ini juga disebut metode statis. Adapun yang termasuk teknik analisis prosentase perkomponen (common-size), analisis rasio. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis vertikal (statis), yaitu metode analisis rasio. Teknik analisis rasio digunakan karena laporan keuangan tiap perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian dianalisis per tahun atau per periode dengan menggunakan rasio-rasio keuangan perbankan dengan metode CAMEL. 2.1.7 Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Melalui analisis horisontal dan vertikal kita mencoba membandingkan berbagai perkiraan laporan keuangan dalam kategori yang sama. Dengan analisis rasio kita membandingkan berbagai perkiraan dalam kategori yang berbeda, yakni antara perkiraan yang satu dengan perkiraan yang lainnya, baik antar perkiraan dalam laporan rugi laba sendiri maupun antara neraca dan laporan rugi laba. Menurut Prastowo dan Julianty (2005:80) mengemukakan bahwa analisis rasio adalah suatu rasio yang mengungkapkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya.
Penggunaan analisis rasio sebagai teknik analisis memiliki keunggulan sebagai berikut : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 3. Sangat bermanfaat sebagai bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi. 4. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan yang satu dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik
atau time
series. 5. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 2. Jenis Rasio Keuangan Bank a. Rasio Likuiditas Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tana terjadi penangguhan. Oleh karena itu, bank dikatakan likuid apabila : (1) bank tersebut memiliki cash asset sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya, (2) bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya, tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya (misalnya surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, (3) bank tersebut mempunyai
kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang. Dalam rasio likuiditas, rasio yang dapat diukur antara lain quick ratio, banking ratio, loans to asset ratio. b. Rasio Solvabilitas (Capital) Analisis solvabilitas digunakan untuk : (1) ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, (2) sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas waktu tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan asset yang tidak dipakai, (3) alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, (4) dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekarja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Pada rasio permodalan ini dapat diukur dengan capital adequacy ratio. c. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas, rasio yang dapat diukur antara lain return on assets, biaya operasi/pendapatan operasi, gross profit margin, dan net profit margin.
d. Rasio Risiko Usaha Bank Setiap jenis usaha selalu dihadapkan ada berbagai risiko, begitu pula di dalam bisnis perbankan, banyak pula risiko yang dihadapinya. Risiko-risiko ini dapat diukur secara kuantitatif antara lain dengan deposit risk ratio, dan interest risk rate ratio. e. Rasio Efisiensi Usaha Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio keuangan di sini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio yang digunakan antara lain leverage multiplier ratio, asset utilization ratio, dan operating ratio. 3. Analisis Rasio CAMEL Metode CAMEL selain dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank, sebenarnya juga dapat digunakan untuk mengevalusi kinerja bank. Taswan (2006:361) mengemukakan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja perusahaan suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penelitian ini mengukur kinerja keuangan perbankan dengan menggunakan metode CAMEL. Pemilihan metode CAMEL untuk mengukur kinerja keuangan objek penelitian yang dilakukan mengingat objek penelitian adalah perusahaan-perusahaan perbankan, yang tentunya akan lebih
sesuai bila perhitungan kinerjanya dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan untuk perbankan juga. Dalam menilai kinerja suatu bank, sebagai pelaksana salah satu fungsi pengawasan, Bank Indonesia sebagai otoritas bank di Indonesia telah menerapkan Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Rasio CAMEL terdiri dari komponen-komponen : a. Capital, untuk rasio kecukupan modal suatu bank yang digunakan untuk mengetahui kecukupan modal untuk mendukung kegiatan bank. b. Assets, digunakan rasio kualitas aktiva untuk mengukur kualitas aktiva produktif. c. Management, digunakan untuk menilai kualitas managemen. d. Earnings, untuk rasio-rasio rentabilitas bank, digunakan untuk mengukur produktivitas aset, yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba. e. Liquidity, digunakan untuk mengukur likuiditas bank. 1.Capital Capital merupakan aspek permodalan suatu bank yang digunakan untuk mengetahui kecukupan modal untuk mendukung kegiatan bank secara efesien.
Kemampuan
permodalan
juga
digunakan
untuk
menutup
kemungkinan terjadinya kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan serta perubahan pada kekayaan bank selama periode tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio keuangan CAR (Capital Adequacy Rasio). CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang
kebutuhan bank dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank yang bersangkutan. Tingkat Capital Adequacy Ratio Tingkat 8 % Keatas
Peringkat Sehat
6,4% – 8 %
Cukup Sehat
5,6% - 6,4%
Kurang Sehat
Di bawah 5,6 %
Tidak Sehat
Sumber : www.bi.go.id 2. Asset Quality Aspek kualitas dimaksudkan untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank, yaitu dengan cara membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Dalam penelitian ini menggunakan RORA (Return on Risked Assets). RORA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba dan mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham. Tingkat Return On Risked Asets Tingkat Peringkat Dibawah 3,35% Tidak Sehat 3,35% - 5,60% Kurang Sehat 5,60 % - 7,85 % Cukup Sehat Diatas 7,85 % Sehat Sumber : www.bi.go.id 3. Management Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dapat dilihat dari pendidikan serta
pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Aspek manajemen pada kinerja bank diproksikan dengan profit margin, dengan alasan seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba. Dalam penelitian ini menggunakan NPM (Net Profit Margin).NPM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok bank. 4. Earnings Analisis rentabilitas atau aspek earnings adalah aspek yang digunakan untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank (Dendawijaya, 2009:118). Jadi earnings dimaksudkan untuk mengukur produktivitas aset, yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya, dan juga mengukur efisiensi penggunaan modal. Dalam penelitian ini menggunakan ROA (Return on Assets). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh laba dari perolehan aktiva yang dimiliki. Tingkat Return On Assets Tingkat Peringkat Diatas 1,22% Sehat 0,99% - 1,22% Cukup Sehat 0,77 % - 0,99 % Kurang Sehat Dibawah 0,77 % Tidak Sehat Sumber : www.bi.go.id
5. Liquidity Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Dalam penelitian ini menggunakan LDR (Loan to deposit Ratio). LDR digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Tingkat Loan to Deposit Ratio Tingkat Peringkat Dibawah 93,75 % Sehat 93,75% - 97,5% Cukup Sehat 97,5 % - 101,25 % Kurang Sehat Diatas 101,25 % Tidak Sehat Sumber : www.bi.go.id 2.1.8 Penelitian Terdahulu Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu mengenai rasio keuangan CAMEL antara lain pernah dilakukan oleh Komang Ayu Maha Dewi (2012) dengan judul “ Analisis CAMEL: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari apakah rasio-rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPA, PDN, ROA dan LDR untuk menilai faktor likuiditas, dan penetapan sistem manajemen risiko pasar untuk menilai faktor sensitivitas terhadap risiko pasar. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial CAR berpengaruh secara signifikan terhadap faktor sensitivitas terhadap resiko
pasar. Sedangkan rasio-rasio keuangan NPA, PDN, ROA dan LDR secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap faktor sensitivitas terhadap resiko pasar. Sehingga dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kesehatan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 23 sampel penelitian, terdapat tiga bank yang mendapatkan predikat cukup sehat dan bank-bank lainnya mendapatkan predikat sehat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah berdasarkan variabel yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Komang Ayu Maha Dewi menggunakan rasio keuangan CAR, NPA, PDN, ROA dan LDR untuk menilai faktor likuiditas, dan penetapan sistem manajemen risiko pasar untuk menilai faktor sensitivitas terhadap risiko pasar pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian tersebut variabel terikat yang digunakan adalah faktor sensitivitas terhadap risiko pasar pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2009. Sedangkan dalam penelitian ini, menggunakan metode CAMEL yang terdiri dari rasio keuangan CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR yang berpengaruh tehadap harga saham pada perusahaan perbankan milik Pemerintah di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini variabel terikatnya menggunakan harga saham perusahaan milik Pemerintah (BNI, BRI, BTN dan Mandiri) pada periode 2009-2011. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas dan menganalisis tentang rasio keuangan CAMEL pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pada penelitian Nurhartanto (2010) dengan judul “Pengaruh Rasio CAMELS terhadap Harga Saham” yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh CAMELS yang terdiri dari rasio kecukupan modal (CAR), laba bersih per saham (EPS), kredit bermasalah (NPL), biaya operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO), pinjaman terhadap simpanan (LDR) terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio CAMELS secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan hanya CAR, EPS dan LDR yang berpengaruh secara signifikan. Penelitian diatas hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditasari (2010) dengan judul “ Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan Go Public Periode 2004-2008 ” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang Go Public. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan dengan metode CAMEL (CAR, RORA, NPM, ROA, LDR) terhadap harga saham pada perusahaan perbankan milik Pemerintah di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian yang dilakukan Nurhantanto (2010) dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian dan rasio keuangannya. Pada penelitian tersebut menggunakan rasio keuangan CAMELS, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan CAMEL. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kedua penelitian sama-sama membahas dan menganalisis tentang harga saham pada perusahaan perbankan.
2. 2 Rerangka Pemikiran Menurut Arikunto (2005:76) kerangka pikir adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Rerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penulis dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa penulis mempunyai anggapan seperti yang disampaikan sebagai berikut : “ Analisis Dampak Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Metode Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Milik Pemerintah di Bursa Efek Indonesia”.
Perusahaan Perbankan milik Pemerintah Laporan Keuangan Rasio Keuangan
Capital
Kualitasasse t
Management
Harga Saham
Desain Penelitian
X1 X2 X3 X4 X5
Y
Earning
Liquidity
Keterangan : X1
= Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2
= Return on Risked Assets (RORA)
X3
= Net Profit Margin (NPM)
X4
= Return on Assets (ROA)
X5
= Loan to Deposit Ratio (LDR)
Y
= Harga Saham = Berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri = Berpengaruh secara simultan
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas, maka didapat hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha1 : Diduga terdapat pengaruh antara kinerja perusahaan perbankan dengan menggunakan metode CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan milik Pemerintah di Bursa Efek Indonesia. Ha2: Diduga diantara analisis rasio keuangan dengan metode CAMEL yang terdiri dari variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked
Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio keuangan dengan menggunakan variabel Return On Assets (ROA) yang berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan milik Pemerintah di Bursa Efek Indonesia.