BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan 1.Pengertian Analisis Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2007:6) adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaanpenggunaan dana. Sedangkan pengertian lain dari laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2005:4) adalah laporan yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan
yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Suatu laporan keuangan akan lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan apabila data keuangan dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan.Sebelum mengadakan analisis terhadap laporan keuangan, penganalisis harus benar-benar memahami bentuk dan isi laporan keuangan tersebut dan seorang analis harus mempunyai kemampuan dan kebijaksanaan yang cukup dalam pengambilan suatu kesimpulan di samping harus memperhatikan dan mempertimbangkan perubahan kondisi perusahaan.
9
10
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahuitingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2008:72) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan, yaitu: a.
Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya ternd-ternd tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan keuangan lima atau enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat munculnya trend tertentu.
b.
Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh pihak perusahaan. Rata-Rata industri bisa dipakai sebagai
pembanding.
Meskipun
rata-rata
industri
bukan
angka
pembanding yang tepat karena beberapa hal, misalnya karena adanya perbedaan karakteristik rata-rata industri dengan perusahaan tersebut. c.
Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pertanyaan-pertanyaan penting yang melengkapi laporan keuangan seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi merupakan bagian internal yang harus dimasukkan dalam analisis. Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua
informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis yang mendalam dari laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan bisa memberikan analisis
11
yang lebih tajam lagi. Sebagai contoh, analisis penurunan penjualan bila disertai dengan analisis perkembangan market share akan memberi pendangan baru kenapa perjualan bisa menurun. 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan dari analisis laporan keuangan menurut Hanafi dan Halim (2005:6) meliputi: a.
Investasi saham Sertifikat saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor bisa membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun juga berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan (apabila rugi). Kondisi tersebut menjadikan laporan keuangan bisa difokuskan pada kemampuan perusahaan melewati masamasa sulit dan kemudian memproyeksikan kemampuan pada masa-masa yang akan datang, rasio keuangan disini memegang peranan yang penting.
b.
Pemberian Kredit Dalam analisis laporan keuangan yang menjadi tujuan pokok adalah kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan berserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. Pihak pemberi pinjaman (kreditor) memperoleh keuntungan dari bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut.
12
c.
Kesehatan Pemasok (Supplier) Perusahaan tergantung pada “supply” pemasok akan mempunyai kepentingan pada pemasok tersebut. Perusahaan ingin memastikan bahwa pemasok tersebut sehat dan bisa bertahan terus. Dengan kemungkinan kerja sama yang terus-menerus, analisis dari pihak perusahaan akan berusaha menganalisis profitabilitas pemasok, kondisi keuangan, kondisi keuangan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi opsi sehari-hari.
d.
Kesehatan Pelanggan (Customer) Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan maka perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai kemampuan pelanggan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
e.
Kesehatan Perusahaan Ditinjau dari Karyawan Karyawan atau calon karyawan barangkali akan tertarik menganalisis keuangan perusahaan untuk memastikan apakah perusahaan yang dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus.
f.
Pemerintah Pemerintah melakukan analisis laporan keuangn perusahaan untuk menentukan pajak yang harus dibayarkan atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri.
g.
Analisis Internal Pihak internal perusahaan sendiri akan memerlukan informasi mengenai kondisi
keuangan
perusahaan
perkembangan perusahaan.
untuk
menentukan
sejauh
mana
13
h.
Analisis pesaing Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing.
i.
Penilaian Kerusakan Kadangkala analisis laporan keuangan dapat digunakan sebagai penentu besarnya kerusakan yang dialami oleh perusahaan.
3. Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:36) teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: 1) Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah 2) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah 3) Kenaikan atau penurunan dalam prosentase 4) Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio 5) Prosentase total b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis data untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
14
c. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengatahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan. d. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. e. Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan kas selama periode tertentu. f. Analisa ratio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. g. Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk mengatahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu perusahaan. h. Analisa break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
15
2.1.2 Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya baik dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa. Modal kerja harus selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan melakukan kegiatan usaha. Pengertian modal kerja menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:166) adalah dana yang diperlukan untuk operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Brigham dan Houston (2006) modal kerja merupakan investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek. Dari pengertian tersebut maka usur-unsur dari modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang terdiri dari: a.Kas Kas merupakan rekening giro ditambah dengan mata uang. Kas adalah aktiva yang paling likuid, selain itu kas juga merupakan aktiva yang tidak menghasilkan. Kas dibutuhkan perusahaan untuk membayar tenaga kerja, bahan baku, melunasi utang, membeli aktiva tetap, membayar pajak, membayar dividen, dan kebutuhan lainnya. Namun kas tersebut tidak menghasilkan bunga sehingga tujuan manajemen kas adalah untuk meminimalkan jumlah kas pada titik di mana kas tersebut cukup untuk menjalankan aktivitas bisnis secara normal.
16
b. Sekuritas Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak kepemilikan untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan atas perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang melaksanakan hak tersebut. Menurut Bank Indonesia, sekuritas adalah surat berharga dalam bentuk fisik (warkat) yang mempunyai nilai uang yang dapat diperdagangkan di pasar uang dan atau pasar modal. Selain dengan kas, perusahaan juga memerlukan sekuritas yang dapat diperjualbelikan sebagai cadangan bagi akun kas. Jika kas yang dimiliki kurang dari yang diperlukan, maka sekuritas tersebut dapat dijual untuk memenuhi kekurangan kas. Oleh karena itu, sekuritas ini dimaksudkan sebagai pertahanan pertama atas kebutuhan operasional yang tidak diperkirakan oleh perusahaan. c. Persediaan Persediaan merupakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang selanjutnya akan dijual dengan atau tanpa diolah terlebih dahulu. Persediaan sendiri merupakan elemen dari aktiva lancar yang paling kurang likuid bila dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Persediaan akan menimbulkan biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tersebut antara lain adalah biaya sewa gudang, biaya perawatan, biaya asuransi, biaya pengangkutan, dan lain sebagainya. Selain biaya, persediaan juga akan menimbulkan resiko yang cukup tinggi yaitu resiko hilang, resiko rusak, dan lain-lain.
17
d. Piutang Piutang merupakan hak untuk menerima sejumlah kas pada waktu yang akan datang karena kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Piutang muncul karena adanya penjualan secara kredit, pemberian pinjaman, porsekot dalam kontrak pembelian, dan lain-lain. 2. Jenis-jenis modal kerja a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan yaitu : 1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) Yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya 2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) Yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain : 1) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim
18
2) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital ) Yaitu Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi konjungtur. 3) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misal : adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak) 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja Modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan menurut Munawir (2007:117) tergantung atau dipengaruhi beberapa faktor antara lain : a.
Sifat atau tipe dari perusahaan Modal kerja suatu perusahaan berbeda-beda biasanya perusahaan jasa relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan industri. Semua itu tergantung pada investasi yang ditanam dalam kas maupun persediaan, misalnya perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih pada waktu relatif pendek, bahkan untuk perusahaan jasa tertentu penerimaan uang justru lebih dahulu daripada penerimaan jasa. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modalnya sebagian besar pada aktiva tetap (Pland and
19
Equipment) yang digunakan untuk memberikan pelayanan untuk jasanya kepada masyarakat. Sedangkan perusahaan industri harus mengadakan yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya sehari-hari, oleh karena itu apabila dibandingkan dengan perusahaan jasa, perusahaan industri membutuhkan modal kerja yang lebih besar. b.
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang akan dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan dan semakin besar harga pokok persatuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
c.
Syarat pembelian bahan atau barang dagangan Jika syarat yang diterima pada waktu pembelian bahan atau barang dagangan menguntungkan, maka sedikit
uang kas yang harus
diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila persyaratan atas bahan atau barang dagangan yang dibeli tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, maka uang kas yang diperlukan semakin besar pula.
20
d.
Syarat penjualan Untuk memperoleh dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tidak tertagih, sebaliknya perusahaan memberikan tunai kepada pembeli. Karena semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam setor piutang.
e.
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn-over) Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan) dalam persediaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan. Disamping faktor-faktor tersebut di atas masih banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja suatu perusahaan, misalnya faktor musiman, volume penjualan, tingkat perputaran piutang dan jumlah rata-rata pengeluaran uang setiap harinya.
4. Sumber-Sumber Modal Kerja Munawir (2007:120) menyatakan bahwa pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
21
a. Hasil operasi perusahaan Jumlah pendapatan bersih yang ada dalam perhitungan laba rugi ditambah
dengan
depresiasi
dan
amortisasi,
karena
jumlah
ini
menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. b. Keuntungan dari surat-surat berharga Dengan adanya penjualan surat berharga ini akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Karena surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan, keuntungan yang diperoleh merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja. c. Penjualan aktiva lancar Hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva lancar lainnya yang tidak diperlukan oleh perusahaan merupakan sumber lain yang dapat menambah modal kerja, perubahan dari aktiva ini menjadi
22
kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. d. Penjualan saham atau obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta pemilik perusahaan menambah dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. 5. Penggunaan Modal Kerja Menurut Gitosudarmo (2008:48) bahwa penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah: a. Pembayaran kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan. Dikatakan sebagai penggunaaan modal kerja apabila perusahaan mengalami kerugian yaitu jumlah biaya dalam suatu periode lebih besar daripada jumlah penghasilannya. b. Pembayaran kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya. Kegiatan diluar kegiatan operasi terdapat pada selisih pendapatan dan biaya lain-lain dalam suatu periode sedang kerugian insidentil
adalah
kerugian
pada
saat
tertentu
yang
keduanya
mengakibatkan berkurangnya modal kerja. c. Adanya pembayaran hutang-hutang jangka panjang, hutang hipotek, obligasi maupun hutang jangka panjang lainnya.
23
d. Adanya pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau tumbuhnya hutang lancar. Dengan demikian akan mengurangi besarnya modal kerja. e. Adanya pengambilan uang kas oleh pemilik perusahaan dan pengambilan keuntungan atas pengambilan dividen oleh pemilik dalam perseroan terbatas. f. Adanya pembentukan dana dari aktiva lancar pada tujuan tertentu dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Prastowo dan Juliaty (2005:122) ada empat aktivitas investasi yang memerlukan penggunaan modal kerja, yaitu : a. Pembelian aktiva tak lancar Apabila aktiva tak lancar seperti tanah, gedung, mesin, peralatan atau investasi jangka panjang dibeli dengan cara ditukar dengan aktiva lancar atau hutang lancar, maka modal kerja akan mengalami penurunan dengan jumlah sebesar harga beli aktiva tersebut. b. Pembayaran hutang jangka panjang Apabila perusahaan menggunakan aktiva lancar untuk membayar hutang jangka panjang seperti hutang obligasi, maka modal kerja perusahaan akan mengalami penurunan sebesar jumlah aktiva lancar yang digunakan tersebut. Dengan demikian transaksi ini merupakan penggunaan modal kerja. Apabila aktiva lancar seperti kas digunakan untuk melunasi hutang jangka pendek, maka transaksi ini tidak akan berpengaruh terhadap modal
24
kerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena transaksi tersebut hanya mempengaruhi rekening lancar saja, yaitu aktiva lancar dan hutang lancar dengan jumlah yang sama. c. Pembelian atau penarikan kembali modal saham Apabila kas atau aktiva lancar lainnya digunakan oleh perusahaan untuk membeli saham untuk ditarik kembali atau dimiliki kembali sebagai treasury, maka modal kerja akan berkurang (penggunaan modal kerja) sebesar jumlah aktiva lancar yang digunakan. Demikian pula apabila pemilik perusahaan menarik dana dari perusahaan, maka modal kerja perusahaan juga akan berkurang. d. Pengumuman dividen kas Pengumuman dividen oleh perusahaan, yang akan dibayar secara tunai (kas) akan menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang, yang berarti penggunaan modal kerja. Perlu diperhatikan, bahwa pengumuman dividen, dan bukan pembayarannya, yang mempengaruhi modal kerja. Pengumuman dividen membentuk hutang dividen (hutang lancar), yang menyebabkan modal kerja berkurang. Pada saaat kas harus dibayarkan atas dividen tersebut, aktiva lancar (kas) dan hutang lancar (hutang dividen) akan berkurang dengan jumlah yang sama, sehingga tidak mempengaruhi modal kerja. 6. Kebijakan Modal Kerja Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam
25
pengelolaan modal kerja juga berbeda. Ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan, yaitu : a. Kebijakan konservatif Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variable dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variable lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek b. Kebijakan Agresif Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variable dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek c. Kebijakan moderat Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variable dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang berjangka panjang. Sumber modal yang permanen seperti saham, sedangkan sumber modal berjangka panjang yang lain adalah obligasi (hutang jangka panjang).
26
7. Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat di mana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnorver rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata (working capital turnorver). Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2007:80). Formulasi dari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut : Perputaran Modal Kerja =
Penjualan (Kali) Rata-rata modal kerja
8. Hubungan modal kerja dengan ROA Modal kerja dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik. Modal kerja tersebutharus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan karena di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Modal
27
kerja (working capital) didefinisikan sebagai modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja yang cukup lebih baik daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif. Hal tersebut akan berdampak terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas. Begitu juga sebaliknya modal kerja yang kurang dari cukup akan dapat menjadi penyebab kemunduran atau bahkan kegagalan suatu perusahaan dan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.
2.1.3 Piutang 1. Pengertian Piutang Pengertian piutang menurut menurut Munawir (2007:13)adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit). Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan secara kredit, tetapi dapat karena hal-hal lain misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan aktiva tetap secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Simamora (2005:228) mendefiniaikan piutang (receivables) sebagai klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana atau jenis transaksi lainnya yang membentuk suatu
28
hubungan di mana satu pihak berhutang kepada pihak yang lainnya. Sedangkan menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:81) piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa piutang merupakan penerimaan yang diharapkan akan diterima perusahaan dimasa yang akan datang sebagai akibat dari adanya kebijakan perusahaan berupa penjualan kredit. 2. Perputaran Piutang Perputaran piutang (receivable turn over) menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Akan tetapi rasio yang terlalu tinggi akan mengakibatkan ketidak sukaan pelanggan sehingga bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga bisa menjadi dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tidak tertagih. Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 – 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Perputaran piutang (receivable turn over) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Perputaran Piutang =
Penjualan (Kali) Rata-rata piutang
29
3. Hubungan Piutang dengan ROA Piutang juga merupakan aktivitas lancar yang paling likuid setelah kas. Bagi sebagian perusahaan, piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang, hal ini berarti profitabilitas perusahaan pun dapat dipertahankan.
2.1.4 Persediaan 1. Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Munawir (2007:16) adalah semua barangbarang yang diperdagangkan yang sampai pada tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual. Untuk perusahaan manufaktur (perusahaan yang memproduksi barang), maka persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, persediaan baranga dalam proses, dan persediaan barang jadi. MenurutAssauri (2008:219) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya suatu proses produksi. Sedangkan menurut Baridwan (2006:162) persediaan adalah barang yang akan menjadi bagian dari barang jadi yang dapat ditelusuribiayanya. Bahan
30
baku yang ada merupakan bahan mentah yang diperoleh perusahaan dari sumber alam atau dapat jugayang merupakan barang jadi dari perusahaan lain. Dari beberapa pengertian persediaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan pada saat tertentu, dengan maksud untuk dijual kembali baik secara langsung maupun melalui proses produksi dalam siklus operasi normal perusahaan, dalam hal ini termasuk pula barang-barang yang masih berada dalam proses produksi dalam atau yang menunggu digunakan. 2. Klasifikasi Persediaan Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya menurut Assauri (2008:221), persediaan dapat dibedakan menjadi: a. Batch stock atau lot size inventory Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahanbahan dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. b. Fluctuation stock. Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan.
31
c. Anticipation stock. Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau permintaan yang meningkat. Di samping itu dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan
sukarnya
diperoleh
bahan-bahan
sehingga
tidak
mengganggu jalannya proses produksi. Di samping perbedaan menurut fungsi, perbedaan itu dapat pula dibedakan menurut jenis dan posisi barang tersebut didalam urutan pengerjaan produk, menurut Baridwan (2006:116) adalah sebagai berikut: a. Bahan baku dan bahan penolong Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Sedangkan bahan penolong adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya lebih kecil atau sulit diikuti biayanya. b. Supplies Pabrik. Supplies pabrik adalah barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi. c. Barang dalam Proses Adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal neraca barang-barang tadi belum selesai dikerjakan. Untuk dapat dijualmasih diperlukan pengerjaan lebih lanjut.
32
d. Produk Selesai(Barang Jadi) Adalah barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualannya. 3. Perputaran Persediaan Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi, oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca. Persediaan merupakan salah satu elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Dalam penentuan besarnya persediaan haruslah seimbang dengan
kebutuhan,
dibandingkan
sebab
apabila
kebutuhannya
maka
jumlah dapat
persediaan memperbesar
terlalu
besar
kemungkinan
terjadinya kerusakan, turunnya kualitas juga menambah biaya guna pemeliharaan dan penyimpanan persediaan. Sebaliknya apabila jumlah persediaan terlalu kecil, maka akan menghambat proses produksi sehingga tidak dapat menghasilkan barang yang optimal. Perputaran
persediaan
(inventory
turn
over)
digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi
rasio
ini,
maka
semakin
cepat
persediaan
diubah
menjadi
33
penjualan.Menurut Darsono dan Ashari (2005:82) rasio yang ideal untuk perputaran persediaan adalah 6 kali. Rasio yang terlalu tinggi beresiko terjadinya kekurangan persediaan yang mengakibatkan larinya pelanggan, sedangkan rasio yang terlalu rendah menyebabkan banyaknya persediaan yang menganggur yang mengakibatkan aktiva menganggur terlalu banyak. Perputaran persediaan (inventory turn over) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Inventory Turn Over =
Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan
2.1.5 Profitabilitas 1. Pengertian Rasio Profitabilitas (Rentabilitas) Analisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan karena perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan. Rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aktiva, dan modal saham yang tertentu. 2. Pengukuran tingkat profitabilitas Pengukuran tingkat profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA). Return on assetsmembandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva. ROA merupakan salah satu ratio profitabilitas yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Rasio ini mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktifa yang dimilikinya.
34
Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara profitabilitas lainnya. ROA merupakan rasio keuangan yang dominan mempengaruhi return saham karena merupakan ROAearning power keuangan perusahaan. Dan semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Kebanyakan perusahaan yang memiliki pusat investasi mengevaluasi unit usahanya dengan dasar ROA hal ini dikarenakan ada 3 keuntungan
dari
ROA,
pertama
ROA
mendorong
manager
untuk
memperhatikan pada hubungan antara penjualan, cost dan investasi. Kedua, ROA mendorong manager untuk menghemat cost atau fokus pada efisiensi biaya, ketika ROA mencegah investasi yang dipandang berlebihan. Selain itu, data ROA dapat diketahui oleh pesaing dan dapat dijadikan dasar perbandingan kinerja keuangan. Rumus perhitungan Return on Asset (ROA) adalah sebagai berikut: =
ℎ
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Saghir Hashmi dan
Hussen (2011) dengan judul “Working Capital
Management and Profitability : Evidence From Pakistan Firm” Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Saghir, Hashmi dan Hussen (2011) adalah variabel terikat sama-sama
menggunakan
profitabilitas,
variabel
bebas
menggunakan
perputaran modal kerja dan perputaran persediaan dan teknik analisis data
35
menggunakan uji korelasi. Sedangkan perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan Saghir, Hashmi dan Hussen (2011) adalah data penelitian. Data penelitian Saghir, Hashmi dan Hussen (2011) adalah laporan keuangan perusahaan textile di bursa efek di Karachi Stock Exchange periode 2001 sampai 2006, sedangkan pada penelitian ini adalah perusahaan tekstil periode 2010 sampai 2012. Hasil penelitian Saghir, Hashmi dan Hussen (2011) menunjukkan bahwa dari pengujian uji korelasi diketahui bahwa tingkat korelasi antara perputaran modal kerja dengan profitabilitas sebesar -0.118. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel perputaran modal kerja (X1), tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (Y). Sedangkan tingkat korelasi antara perputaran persediaan dengan profitabilitas sebesar -.0.067. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variable perputaran persediaan (X2), tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. 2. Sumaira Tufail (2013) dengan judul “Impact of working capital management on Profitability of Textil sector of pakistan” Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumaia Tufail (2013)
adalah variabel terikat sama-sama
menggunakan profitabilitas, variabel bebas menggunakan perputaran modal kerja dan teknik analisis data menggunakan uji korelasi dan uji regresi linier berganda. Sedangkan perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan Sumaira
36
Tufail (2013) adalah data penelitian. Data penelitian Sumaira Tufail (2013) adalah laporan keuangan perusahaan textile di bursa efek di Karachi Stock Exchange periode 2006 sampai 2008, sedangkan pada penelitian ini adalah perusahaan tekstil periode 2010 sampai 2012. Hasil penelitian Sumaira Tufail (2013) menunjukkan bahwa dari pengujian uji korelasi diketahui bahwa tingkat korelasi antara perputaran modal kerja dengan profitabilitas sebesar -0.078. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel perputaran modal kerja (X1), tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (Y). Sedangkan tingkat korelasi antara perputaran persediaan dengan profitabilitas sebesar .0.045. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variable perputaran persediaan (X2), memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. 3. Mohammad Morshedur Rahman (2011) dengan judul “Working Capital Management and Profitability : A study on textile Industry” Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Morshedur Rahman (2011) adalah variabel terikat sama-sama
menggunakan
profitabilitas,
variabel
bebas
menggunakan
perputaran modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi dan regresi linier berganda. Sedangkan perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan
Mohammad Morshedur
Rahman (2011) adalah variable bebas dan data penelitian. Data penelitian adalah laporan keuangan perusahaan textile di Bangladesh periode tahun
37
2006-2008, sedangkan pada penelitian ini adalah perusahaan tekstil periode 2010 sampai 2012. Variabel bebas di penelitian Mohammad Morshedur Rahman (2011) adalah perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Sedangkan pada penelitian ini perputaran modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Hasil penelitian Mohammad Morshedur Rahman (2011) menunjukkan bahwa dari pengujian uji korelasi diketahui bahwa tingkat korelasi antara perputaran modal kerja dengan profitabilitas sebesar 0.045. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel perputaran modal kerja (X1), memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (Y). Sedangkan tingkat korelasi antara perputaran persediaan dengan profitabilitas sebesar 0.087. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variable perputaran persediaan (X2), tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. 4. Purbaningsih, Yoppi Palupi (2012) dengan judul “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI” Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Purbaningsih, Yoppi Palupi (2012) adalah variabel bebas sama-sama menggunakan perputaran persediaan. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Sedangkan perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan
Purbaningsih, Yoppi Palupi (2012) adalah variable
terikat dan data penelitian. Data penelitian
adalah laporan keuangan
38
perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode tahun 20082010, sedangkan pada penelitian ini adalah perusahaan tekstil periode 2010 sampai 2012. Variabel terikat di penelitian Purbaningsih, Yoppi Palupi (2012) adalah likuiditas. Sedangkan pada penelitian ini adalah profitabilitas. Hasil penelitian Purbaningsih, Yoppi Palupi (2012)) menunjukkan bahwa variabel perputaran persediaan memiliki hubungan yang searah dengan profitabilitas, dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap profitabilitas. Nilai R Square sebesar 0,64 berarti variabel-variabel bebas hanya mampu memberikan penjelasan/pengaruh sebesar 64% terhadap variabel terikat. 5. Nina Sufiani (2011) dengan judul “Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas” Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina Sufiani (2011)
adalah variabel bebas sama-sama
menggunakan perputaran piutang dan perputaran persediaan sedangkan variable terikat sama-sama menggunakan profitabilitas. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Sedangkan perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan Nina Sufiani (2011) adalah variable bebas dan data penelitian. Data penelitian adalah laporan keuangan perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2010, sedangkan pada penelitian ini adalah perusahaan tekstil periode 2010 sampai 2012. Variabel bebas di penelitian Nina Sufiani (2011) adalah perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Sedangkan pada penelitian ini adalah perputaran modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan.
39
Hasil penelitian Purbaningsih, Yoppi Palupi (2012)) menunjukkan bahwa perputaran piutang memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005. Dikarenakan lebih kecil dari 0,05, maka perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan untuk perputaran persediaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,020. Dikarenakan lebih kecil dari 0,05 maka perputaran persediaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas.
2.3 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran yang diajukan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Perputaran Modal Kerja (X1)
Perputaran Piutang (X2)
Perputaran Persediaan (X3)
Profitabilitas (Y)
40
2.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Diduga perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.
Diduga perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.
Diduga perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.
Diduga perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.