BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi, Bodnar dan Hopwood (2000) dalam Astuti (2008:21).Informasi
yang dihasilkan
melalui
sistem
informasi
akuntansi kemudian dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam suatu organisasi.Sistem informasi akuntansi dapat diterapkan secara manual maupun terkomputerisasi.Keberhasilan pelaksanaan sistem informasi akuntansi yang telah dirancang sangat dipengaruhi oleh faktor desain sistem yang mencerminkan adanya pemisahan tanggung jawab fungsional yang tepat dan sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik. Sistem informasi akuntansi digunakan dalam suatu organisasi untuk mengidentifikasi, menganalisa, menyimpan, merangkum dan menyampaikan informasi ekonomi yang relevan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak eksternal maupun pihak internal organisasi.Sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam suatu organisasi harus sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut.Sistem informasi akuntansi dapat lebih mudah diterapkan dengan adanya teknologi informasi.
10
26
Penerapan sistem informasi dipengaruhi secara positif oleh faktor-faktor sosial pemakai sistem, dimana faktor-faktor sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan teman sekerja, manajer puncak, pimpinan dan organisasi (Diana, 2001).Menurut (Tjhai Fung Jen, 2002) berpendapat bahwa semakin besar dukungan yang diberikan manajemen puncak (atasan) akan meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi dikarenakan adanya hubungan yang positif antara dukungan manajemen puncak (atasan) dalam proses pengembangan dan pengoperasian sistem informasi akuntansi dengan kinerja sistem informasi akuntansi. Menurut (Indriantoro, 1996) berpendapat bahwa istilah teknologi informasi yang sekarang lazim digunakan banyak orang, sebenarnya merupakan perpaduan antara teknologi komputer, komunikasi dan otomatisasi kantor yang telah bercampur menjadi satu sehingga sulit untuk memisahkannya. Wilkinson (2000) dalam Astuti (2008:23) menyatakan peranan teknologi informasi bagi akuntan dalam menerapkan sistem informasi akuntansi, yang meliputi: 1. Teknologi informasi membantu akuntan untuk menyelesaikan kewajiban mereka dengan lebih cepat, akurat, dan konsisten. 2. Beberapa
teknologi
informasi
terbaru
dapat
membantu
pengembangan dan pengintregasian file akuntansi, mengevaluasi pengawasan intern dalam sistem informasi akuntasi (SIA) dan variasi aplikasi paket software. 3. Jaringan komputer menyalurkan data dan informasi, sehingga merupakan bagian integral dari SIA.
27
4. Jaringan komputer tertentu akan dikembangkan sehingga akan membantu pemakai dengan variasi informasi keuangan. 2.1.1.1 Sistem Menurut
(Bodnar
dan
Hopwood,
2000)sistem
merupakan sekumpulansumber daya yangberhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Semua sumberdaya yang saling terkait dalam suatu organisasi akan membentuk sebuah sistem dalam organisasi tersebut. Sistem ini manfaatkan oleh organisasi untukmencapai tujuan organisasi.Wilkinson (2000) dalam Astuti (2008:17) mendefinisikan sistem sebagaisebuah entitas
yang
mengandung
bagian-bagian
yang
saling
mempengaruhi, yangdikoordinasikan untuk meraih satu atau lebih tujuan umum. Pada prinsipnya,setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen: 1. Objek yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel dalam suatusistem. 2. Atribut yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem danobjeknya. 3. Hubungan internal yang terjadi antara objek-objek di dalam suatu sistem. 4. Lingkungan yang berupa tempat di mana sistem berada. O‟Brien (2003) dalam Astuti (2008:17) menyatakan bahwa sistem adalahsebuah kelompok komponen yang saling terhubung dan bekerja secara bersama-samauntuk mencapai
28
tujuan dengan menerima input dan memproduksi outputdalam sebuah proses informasi yang terorganisasi. Definisi tersebut menunjukkanbahwa
sistem memiliki
tiga fungsi
yang
meliputi: a. Input yang melibatkan perolehan dan penyusunan atas elemen-elemen yangmemasuki sistem untuk kemudian diproses. b. Proses
yang
melibatkan
proses
transformasi
yang
mengkonversikan inputmenjadi output. c. Output yang melibatkan pentransferan elemen-elemen yang dihasilkan dariproses transformasi pada tujuan akhir. 2.1.1.2 Informasi Informasi merupakan salah satu sumber daya terpenting yang dimiliki olehsuatu organisasi. Ketersediaan informasi akan mempermudah suatu organisasiuntuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Informasi adalah pengetahuan darihasil pengolahan data-data yang berhubungan menjadi sebuah
kesimpulan.Informasi
dapat
dikatakan
sebagai
ringkasan data.Secara teknis, data merupakansekumpulan fakta
dan
fenomena
yang
diproses
menjadi
suatu
informasi.Beberapadata dapat dinyatakan sebagai informasi bila data tersebut dapat digunakan untukmenarik suatu kesimpulan.
29
Gordon B. Davis (2002) dalam Astuti (2008:18) menyebut informasisebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanyadan nyata, berupa nilai yang
dapat
dipahami
di
dalam
keputusan
sekarang
maupunmasa depan. Informasi merupakan sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahandata yang diorganisasi dan berguna kepada orang yang menerimanya.Informasisebagai kenyataan atau bentuk yang berguna, dapat menambah pengetahuan bagipenggunanya dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis.Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebihberguna bagi yang menerimanya
yang
menggambarkan
suatu
kejadian-
kejadiannyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan (Kusnandar, 2007). Beberapa aspek yang menentukan kualitas informasi disebutkan Oetomo(2002) dalam Astuti (2008:19), yang meliputi: 1.
Akurat dan teruji kebenarannya Informasi yang berkualitas adalah informasi yang tidak
menyesatkan.Suatuinformasi
harus
bebas
dari
kesalahan dan mungkin timbul karenakesalahan dalam pengolahan data menjadi informasi. 2.
Kesempurnaan informasi
30
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang disajikan secara lengkap,tanpa penambahan, pengurangan dan pengubahan. 3.
Tepat waktu Ketepatan waktu dalam penyajian informasi sangat mempengaruhipemanfaatan informasi tersebut. Informasi yang
disajikan
manfaatnya
tidak
dalam
tepat
proses
waktu
akankehilangan
pengambilan
keputusan.
Keputusan yangsalah sangat mungkin diambil apabila informasi tidak disajikan tepat padawaktunya. 4.
Relevansi Informasi akan memiliki nilai manfaat apabila disampaikan kepada pihakyang tepat. Penerima informasi haruslah pihak yang membutuhkan informasitersebut sehingga suatu informasi dapat dimanfaatkan secara maksimal.
5.
Mudah dan murah Informasi dikatakan memiliki kualitas apabila biaya yang harus dikeluarkanuntuk mendapatkan suatu informasi sebanding dengan isi informasi tersebut.Informasi memiliki kualitas yang lebih baik apabila informasi tersebut diperolehsecara mudah.
2.1.1.3 Sistem Informasi
31
Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi darisuatu organisasi.Sistem informasi adalah sekumpulan hardware, software,brainware, prosedur dan atau aturan yang diorganisasikan secara integral untukmengolah data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalahdan pengambilan keputusan. Sistem informasi adalah satu kesatuan data olahanyang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output, baik dalambentuk gambar, suara maupun tulisan. Secara umum sistem informasi yang diimplementasikan dalam suatuorganisasi seharusnya memudahkan pemakai dalam
mengidentifikasi
data,mengakses
data
dan
menginterpretasikan data (Jumaili, 2005). Implementasisistem informasi dapat dilakukan melalui lima aktivitas seperti yang disebutkanoleh O‟Brien (2003) dalam Astuti (2008:20), yang meliputi
input,
pemrosesan,output,
penyimpanan,
dan
pengontrolan. Sistem
informasi
adalah
sekumpulan
komponen
pembentuk sistem yangmempunyai keterkaitan antara satu komponen
dengan
menghasilkan
suatu
komponen informasi
lainnya dalam
yangbertujuan suatu
bidang
tertentu.Informasimerupakan bagian penting dalam penerapan suatu sistem dalam suatu organisasi.Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal inidisebabkan
32
keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh penggunainformasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain adalah fleksibel, efektif danefisien. Menurut (Wuryaningrum, 2007)
berpendat
bahwa
suatu
organisasi
memerlukankeberadaan sistem informasi yang relevan, tepat dan akurat sehingga dapatdigunakan dalam mengambil keputusan. Sistem informasi adalah kumpulan antara sub-sub sistem yang salingberhubungan yang membentuk suatu komponen yang
di
dalamnya
mencakupinput-proses-output
yang
berhubungan dengan pengolahan informasi (data yangtelah diolah sehingga lebih berguna bagi user). Suatu sistem informasi merupakanaransemen dari orang, data, prosesproses, dan antar-muka yang berinteraksimendukung dan memperbaiki beberapa operasi sehari-hari dalam suatu bisnistermasuk
mendukung
pemecahan
masalah
dan
kebutuhan pembuat keputusanmanajemen dan para pengguna. 2.1.1.4 Tujuan Sistem Informasi Sistem informasi suatu organisasi dalam dunia bisnis, pendidikan, dan pemerintahan mempunyai tiga sasaran utama yaitu menyediakan informasi yang menunjang pengambilan keputusan, menyediakan informasi yang mendukung operasi harian
dan
menyediakan
informasi
yang
menyangkut
pengelolaan kekayaan. Baik pengguna interen maupun
33
eksteren
dilayani
oleh
informasi
pendukung
kegiatan
operasional, sedangkan informasi untuk pengelolaan kekayaan hanya ditujukan bagi pengguna eksteren. Kebanyakan informasi untuk dua sasaran terakhir dan sebagian informasi untuk sasaran pertama dihasilkan melalui pemrosesan data transaksi. 2.1.2 Kinerja Individu Kinerja individu merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dandikonfirmasikan
kepada
pihak
yang
berkepentingan
untuk
mengetahui tingkatpencapaian tujuan suatu organisasi.Kinerja individu dapat menunjukkan dampakpositif dan dampak negatif dari suatu kebijakan operasional suatu organisasi.Goodhue dan Thomson (1995) dalam Jumaili (2005:725) menyatakan bahwapencapaian kinerja individu berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugasindividu dengan dukungan teknologi informasi yang ada. Pada dasarnya kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan
yang
berbeda-beda
dalam
mengerjakan
tugas
pekerjaannya.Kinerja seseorang bergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang diperoleh. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan
karyawan
dalam
mencapai
kerja
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Kinerja sangat penting untuk mencapai tujuan dan akan mendorong seseorang untuk lebih baik lagi dalam pencapaian
34
tujuan.
Untuk
mengukur
tingkat
kinerja
karyawan
biasanya
menggunakan performance system yang dikembangkan melalui pengamatan yang dilakukan oleh atasan dari masing-masing unit kerja dengan beberapa alternatif cara penilaian maupun dengan cara wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut dapat digunakan bagi penyelia atau manajer untuk mengelola kinerja karyawan, mengetahui apa penyebab kelemahan maupun keberhasilan dari kinerja karyawan sehingga dapat dipergunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan target maupun langkah perbaikan selanjutnya dalam mencapai tujuan badan usaha. 2.1.2.1 Kinerja Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok dalam suatu perusahaan.Menurut (Mangkunegara, 2002) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pencapaian kinerja yang tinggi akan memberikan kepuasan bagi individu sehingga individutersebut dapat termotivasi untuk selalu berusaha mencapai kinerja yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya.
35
As‟ad (1991) dalam Astuti (2008:26) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.Kinerja individu merupakan hasil kerja individu tersebut dengan mengkombinasikan kemampuan, usaha dan kesempatan dalam melaksanakan tugasnya. Individu yang memiliki kinerja yang tinggi akan selalu berorientasi pada prestasi, memiliki percaya diri, berpengendalian diri, dan memiliki kompetensi. Menurut (Astuti, 2008), kinerja seseorang akan baik jika dia memiliki keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena adanya pemberian gaji/upah dan mempunyai harapan akan masa depan yang lebih baik. 2.1.2.2 Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan faktor utama dalam mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.Penilaian kinerja
individu
sangat
bermanfaat
bagi
dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan.Penilaian kinerja dapat menunjukkan bagaimana kinerja individu secara nyata. Penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu kepada organisasi tempat mereka bekerja. Menurut (Henry Simamora, 2004) dimana penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja
36
individu karyawan. Menurut (Andhika, 2007) berpendapat bahwa terdapat enam indikator yang menjadi alat ukur kinerja individu, yaitu:
1. Kuantitas kerja (quantity) Kuantitas kerja mengukur kinerja dengan cara menilai tingkat
penyelesaianlaporan dan jumlah hasil
kerja
individu. 2.
Kualitas kerja (quality) Kualitas kerja mengukur kinerja dengan cara menilai kualitas laporan dalamhal kesesuaian penyajian dan penyelesaiannya terhadap standar kerja yangberlaku.
3.
Ketepatan waktu (timeliness) Kinerja diukur dengan cara menilai ketepatan waktu individu dalammenyelesaikan tugas-tugasnya.
4.
Pengawasan supervisor (need for supervisor) Kinerja diukur dengan cara menilai apakah individu dapat bekerja denganbaik tanpa diawasi atau sebaliknya.
5.
Efektifitas biaya (cost effectiveness) Kinerja diukur dengan cara menilai seberapa besar biaya yang dikeluarkan dalam menyelesaikan tugas.
6.
Pengaruh rekan kerja (interpersonal impact)
37
Kinerja diukur dengan cara menilai hasil pekerjaan yang dilakukan dalamtim dengan bekerja sama dengan karyawan lainnya. Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan (Astuti, 2008). Penilaian kinerja karyawan oleh perusahaan harus dilakukan sehingga perusahaan dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh karyawan, yaitu apakah prestasi yang dicapai itu baik, sedang, atau kurang.Penilaian prestasi ini sangat penting bagi karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk
menentukan
kebijakan
selanjutnya.Menurut
(Mangkunegara, 2002) menyatakan bahwa “penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematik dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan, penilaian adalah proses penaksiran atau penentuan nilai, kualitas dan status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu”. Berdasarkan
pendapat,
dapat
disimpulkan
bahwa
penilaian prestasi karyawanadalah suatu proses penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan pimpinanperusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. 2.1.2.3 Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan
38
Mangkuprawira
(2002)
dalam
Astuti
(2008:29)
menyebutkan beberapa manfaat penilaian kinerja karyawan, yang meliputi: 1. Perbaikan kinerja Penilaian kinerja memungkinkan suatu organisasi untuk mengetahui tingkat kinerja individu sehingga organisasi tersebut dapat membuat keputusan yang tepat dalam rangka memperbaiki kinerja individu. 2. Penyesuaian kompensasi Organisasi dapat menentukan kompensasi yang akan diberikan kepada setiap individu sesuai dengan kinerja yang telah dicapai oleh individu tersebut. 3. Keputusan penempatan Penilaian kinerja dapat membantu organisasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan penempatan individu dalam organisasi, misalnya mengenai promosi dan rotasi karyawan. 4.
Kebutuhan pelatihan dan pengembangan Dengan mengetahui tingkat kinerja individu melalui penilaian kinerja, Organisasi dapat menentukan perlu tidaknya pelatihan dan pengembangan dilakukan bagi individu dalam organisasi tersebut.
5. Perencanaan dan pengembangan karir
39
Penilaian kinerja dapat menunjukkan ada tidaknya kebutuhan
untuk
melakukan
perencanaan
dan
pengembangan karir bagi individu dalam suatu organisasi. 6.
Defisiensi proses penempatan karyawan Penilaian kinerja individu memungkinkan organisasi untuk menilai ketepatan proses penempatan individu sebagai karyawan dalam suatu organisasi.
7.
Mengindikasikan ketidakakuratan informasi Penilaian kinerja dapat menunjukkan ketidakakuratan informasi yang berhubungan dengan sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi, misalnya informasi mengenai perencanaan informasi
pengembangan dapat
menyebabkan
SDM.Ketidakakuratan penurunan
kinerja
individudalam suatu organisasi. 8.
Mendeteksi kesalahan rancangan pekerjaan Tingkat kinerja individu yang diketahui melalui penilaian
kinerja
dapat
menunjukkan
ada
tidaknya
kesalahan rancangan pekerjaan dalam organisasi. 9. Kesempatan kerja yang sama Penilaian kinerja dapat memberi jaminan kepada setiap individu untuk mendapatkan kesempatan kerja yang sama dan adil dalam suatu organisasi, sesuai tingkat kinerja yang dicapai oleh setiap individu. 10. Tantangan-tantangan eksternal
40
Penilaian kinerja yang dilakukan oleh organisasi dapat menunjukkan kemungkinan adanya faktor-faktor di luar organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja individu. 11. Umpan balik pada sumber daya manusia Penilaian kinerja dapat mendorong individu untuk memberikan umpan balik yang sesuai kepada setiap individu dalam organisasi tersebut.
Menurut (Robbins, 2002) bahwa penilaian kinerja karyawan dalam suatu perusahaan memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1. Membantu
manajemen
dalam
proses
pengambilan
keputusan personalia secara umum. 2. Membantu
manajemen
untuk
memutuskan
program
pelatihan dan program pengembangan karyawan yang dibutuhkan. 3. Membantu manajemen untuk melakukan perbaikan dan pengembangan proses operasi bisnis perusahaan. Menurut (Wuryaningrum, 2007) menunjukkan bahwa penilaian kinerja bermanfaat bagi organisasi untuk mengukur keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan karena pengukuran kinerja organisasi secara tidak langsung ditunjukkan oleh tingkat pencapaian kinerja individu.Penilaian kinerja individu dapat menunjukkan dampak sistem informasi yang diterapkan terhadap
efektifitas
41
penyelesaian
tugas,
membantu
meningkatkan kinerja dan menjadikan pemakai lebih produktif dan kreatif. 2.1.2.4 Variabel yang Mempengaruhi Kinerja Tiffin dan Me. Cormick dalam Andraeni (2005:31) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu: 1. Variabel individual, yang meliputi sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual lainnya. 2. Variabel situasional, yang meliputi: a. Faktor fisik dan pekerjaan, yang terdiri dari metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur dan fentilasi). b. Faktor sosial dan organisasi, yang terdiri dari peraturanperaturan organisasi, sifat organisasi, jenis pelatihan dan pengawasan, sistem upah, dan lingkungan sosial. Dari variabel yang mempengaruhi kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi pada suatu organisasi termasuk dalam faktor fisik dan pekerjaan yang merupakan bagian dari variabel situasional. 2.1.3 Teknologi Goodhue (1995) dalam jumaili (2005:724) mendefinisikan teknologi sebagai alat yang digunakan olehindividu untuk membantu
42
menyelesaikan tugas-tugas mereka.Dalam penelitian sistem informasi, teknologi merujuk pada sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras,perangkat lunak dan data serta dukungan layanan yang disediakan untuk membantu parapemakai dalam menyelesaikan tugasnya.Kecocokan tugas dengan teknologi dapat berhubungan dengan lokabilitas datayang berkaitan dengan kemudahan dalam menemukan data yang dibutuhkan, otoritasdalam mengakases data, ketepatan
waktu
dalam
menyelesaikan
tugas,
kemudahan
dalammengoperasikan sistem dan reliabilitas sistem. 2.1.4 Kepercayaan Kepercayaan adalah hal yang diperlukan bagi pemakai sistem informasi yang baruagar ia merasa teknologi sistem informasi yang baru dapat meningkatkan kinerjaindividu dalam menjalankan kegiatan dalam organisasi/perusahaan. Gerck (2003) dalam Jumaili (2005:725) mempunyai anggapan bahwa model konsepkepercayaan lebih banyak dipakai dalam konteks komunikasi.Gerckmemusatkan pada suatu konsep keterpaduan dari kepercayaan dalam penggunaanrancang bangun komunikasi internet dimana kepercayaan diperlukan dalam konteks ini.Kepercayaan dipertimbangkan sebagai sesuatu yang utama dapat disampaikan denganaturan yang spesifik untuk komunikasi. Claude menciptakan
E.
Shannon
teoriinformasi
(1948) dan
dalam
Jumaili
menyatakan
(2005:725)
bahwa
pokok
permasalahan dalam komunikasi adalah apakahtiruan pesan antara titik awal mulai akan sama pada titik yang lain pada saat pesandikirim
43
sampai. Dalam hal ini kepercayaan atas komunikasi diterapkan dalam suatuteknologi sistem informasi baru yang muncul dari pemakai sistem informasi itudiharapkan bisa meningkatkan kinerja individu. 2.1.4.1 Kepercayaan terhadap Sistem Informasi Baru dalam Evaluasi Kinerja Individual Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Goodhue (1995) dalam Astuti(2008:33) yang mencoba mengukur keberhasilan sistem informasiyangdiimplementasikan dalam organisasi/perusahaan dengan menggunakan evaluasi pemakai.Model ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Gooodhue dan Thompson
(1995)
dalam Astuti
(2008:33)
yang
sebelumnya mencoba melihat hubungan teknologi informasi dengan kinerja (technology to performance chain/TPC).Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pemanfaatan sistem informasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Evaluasi pemakai atas sistem informasi dalam model yang diajukan diukur melalui kecocokan tugas teknologi (task-technology fit/TTF) yang merupakan korespondensi antara kebutuhan tugas, kemampuan individual dan fungsifungsi teknologi dalam sistem informasi dalam perusahaan, Goodhue et al. (1995,1999) dalam Jumaili (2005:724). Penelitian serupa untuk mengukur hubungan kecocokan tugas dan teknologi dengan kinerja juga pernah dilakukan oleh
44
(Sugeng, 1995) serta Jumaili (2005:724) yang menemukan bahwa dari kecocokan tugas dan teknologi berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja. Hanya saja dalam penelitian mereka tersebut tidak menggunakan model TTF secara murni tetapi memasukkan variabel utilization/pemanfaatan dan model ini dikenal dengan model TPC. Penelitian yang dilakukan oleh (Irwansyah, 2003) menggunakan model yang dikembangkan oleh Goodhue (1995) dengan menganalisa hubungan evaluasi pemakai dari kecocokan tugas dan teknologi terhadap kinerja. Perbedaan mendasar dari TTF dengan model TPC adalah dimasukkannya variabel utilization/pemanfaatan pada model TPC sedangkan pada model TTF variabel utilization/pemanfaatan tidak dimasukkan dengan pertimbangan jika penggunaan TTF merupakan suatu pilihan atau keharusan maka variable utilization/pemanfaatan
dapat
tidak
disertakan
sebagai
variabel untuk mengukur kinerja. Menurut (Sugeng, 1995) menyatakan bahwa Utilization merujuk pada keputusan individu untuk menggunakan atau tidak
menggunakan
teknologi
dalam
menyelesaikan
serangkaian tugasnya.Pada model TPC variabel utilization masih merupakan satu hal yang bersifat pilihan, dimana pemanfaatan sistem secara penuh merupakan pilihan bagi pemakai.Logikanya walaupun sistem informasi atau teknologi
45
yang di implementasikan sudah sesuai dengan karakteristik kebutuhan tugas tetapi bila hal tersebut tidak dimanfaatkan secara penuh oleh pemakai maka kinerja juga tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dalam penelitian ini, peneliti melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh (Irwansyah, 2003)dengan menambahkan variabel kepercayaan yang didasarkan pada karakteristik teknologi dan kinerja individu dalam teknologi sistem informasi baru yang diterapkan dan digunakan oleh pemakai sistem tersebut. Sistem perusahaan
informasi sebaiknya
yang
diimplementasikan
memenuhi
karakteristik,
oleh mudah
didapatkan dari staff/personel sistem informasi perusahaan, obyektif dan dianggap dapat memberikan dampak/manfaat pada proses penyelesaian tugas. Secara umum sistem informasi yang diimplementasikan dalam suatu perusahaan seharusnya memudahkan pemakai dalam mengidentifikasi data,
mengakses
data
dan
menginterpretasikan
data
tersebut.Data dalam sistem informasi tersebut juga seharusnya merupakan
data
yang
perusahaan/organisasi
terintegrasi
sehingga
dapat
dari
seluruh
digunakan
unit untuk
berbagai kebutuhan tugas dalam perusahaan, Date dan Marthin (1981, 1982) dalam Jumaili (2005:725).
46
Jumlah sarana komputer dalam perusahaan sangat mempengaruhi
dalam
implementasi
teknologi
sistem
informasi baru pada perusahaan.Dengan lebih banyak fasilitas pendukung yang disediakan bagi pemakai maka semakin memudahkan pemakai mengakses data yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas individu dalam perusahaan/organisasi. Diharapkan dengan teknologi sistem informasi yang baru individu dari perusahaan/organisasi yang merupakan pemakai sistem tersebut menghasilkan out put yang semakin baik dan kinerja yang dihasilkan tentu akan meningkat. 2.2 Rerangka Pemikiran Pekerjaan yang dilakukan pada dunia perdagangan merupakan salah satu pekerjaan atau aktivitas yang selalu dilakukan secara berulang. Karyawan dihadapkan pada rutinitas yang sama dari hari ke hari. Perkembangan sistem informasi dalam organisasi bisnis menjadi sangat penting artinya berkaitan dengan ketepatan waktu dan kebenaran penyediaan informasi yang dibutuhkan pemakai.Perkembangan sistem informasi tersebut perlu didukung banyak faktor yang diharapkan dapat memberikan kesuksesan dari sistem informasi itu sendiri yang tercermin melalui kerpercayaan pemakai sistem informasi.Hal ini bertujuan agar organisasi bisnis dapat memberikan keunggulan kompetitif dan mampu bersaing dengan para kompetitornya.Dalam penggunaan sistem informasi, kepercayaan terhadap sistem informasi itu sendiri sangatlah penting karena adanya kepercayaan itu individu akan merasa yakin dalam melakukan perkerjaannya dan akan mendapat hasil maksimal. Kepercayaan adalah hal yang diperlukan bagi
47
pemakai sistem informasi agar dia merasakan teknologi sistem informasi yang baru dapat meningkatkan kinerja individu dalam menjalankan kegiatan organisasi
atau
perusahaan.Goodhue
(1995)
dalam
Jumaili
(2005)
mengajukan konstruk hubungan kecocokan tugas teknologi untuk dijadikan acuan evaluasi pemakai dalam sistem informasi. Dalam model ini dinyatakan bahwa pemakai akan memberikan nilai evaluasi yang tinggi (positif) tidak hanya dikarenakan oleh karakteristik sistem yang melekat, tetapi lebih kepada sejauh mana sistem tersebut dipercaya dapat memenuhi tugas mereka dan sesuai dengan kebutuhan tugas mereka. 2.3 Perumusan Hipotesis H1: Penerapan teknologi sistem informasi baru berhubungan positif terhadap kinerja individual PT. Sepatu Bata Tbk Surabaya. Kepercayaan terhadap sistem informasi yang baru mencerminkan sikap individu pemakai tentang keyakinan bahwa sistem yang baru ini memang lebih baik dengan sistem sebelumnya. Kepercayaan ini bisa muncul karena kecepatan proses sistem yang baru dalam membatu pekerjaan, dan rasa keadilan dalam penerapan sistem baru ini bisa menilai kinerja individu dengan lebih baik. Goodhue dan Thomson (1995) dalam Jumaili (2005) memberikan bukti empiris tentang hubugan kinerja individual dengan kecocokan tugas teknologi.Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa kinerja berkaitan dengan pencapaian tugas-tugas individu didukung olehteknologi yang ada.Penelitian yang dilakukan (Sugeng, 1997) menemukan hubungan kecocokan tugas dan teknologi yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja individu.
48
Teknologi sistem yang baru yang dipercaya oleh individu dapat meningkatkan kinerjanya akan menghasilkan tingkat pencapaian kinerja yang lebih baik oleh individu. Sistem yang berkualitas tinggi akan mempengaruhi kepercayaan pemakai bahwa dengan sistem tersebut tugas-tugas yang dihadapi akan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat. Karena tugas-tugas relatif lebih mudah dan cepat dikerjakan maka diharapkan kinerja juga akan meningkat. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis kedua yaitu: H2 : Denganadanya kepercayaan terhadap penerapan sistem informasi baru sebagai moderasi akan meningkatkankinerja individual. Dari dua hipotesis diatas maka model penelitian menggunakan variabel moderator yang berperan memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel moderator memberikan efek situasional yang kuat/lemah ketika variabel independen mempengaruhi variabel dependen dan dapat digambarkan sebagai berikut: H1 Penerapan teknologi sistem informasi baru (X1)
Kinerja individual (Y) H2 Kepercayaan terhadap penerapan sistem informasi baru (X2)
Gambar 1 Hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen yang Dimoderasi Oleh Variabel Moderating
49