BAB 2 LANDASAN TEORI
Teori – teori Umum 2.1
Pengertian Sistem Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi meskipun istilah sistem yang digunakan bervariasi, semua sistem pada bidang – bidang tersebut mempunyai beberapa persyaratan umum, yaitu sistem harus mempunyai elemen, lingkungan, interaksi antar elemen, interaksi antara elemen dengan lingkungannya, dan yang terpenting adalah sistem harus mempunyai tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan persyaratan ini, sistem dapat didefinisikan sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama. Elemen sistem disamping berhubungan satu sama lain, juga berhubungan dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat beberapa definisi sistem yaitu : 1.
Raymond Mcleod (2001, p9) “ Sistem adalah himpunan dari unsur – unsur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dan juga terorganisir “.
9
10
2.
O’Brien (2003, p8) “ Sekumpulan komponen yang berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menerima masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) melalui proses transformasi yang terorganisasi “. Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu : 1.
Komponen sistem. Komponen atau elemen sistem dapat berupa : a. Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan sistem komputer terdiri dari sub sistem perangkat keras, perangkat lunak dan manusia. b. Elemen-elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem. Misalkan bila perangkat keras adalah sistem yang memiliki sub sistem CPU, perangkat I/O dan memori, maka supra sistem perangkat keras adalah sistem komputer.
2.
Batas Sistem Batas sistem merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
3.
Lingkungan luar sistem Lingkungan luar sistem adalah segala sesuatu di luar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.
11
4.
Penghubung Penghubung merupakan media perantara antar subsistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber – sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari suatu subsistem akan menjadi input untuk subsistem lainnya melalui penghubung.
5.
Masukan Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa maintenance input dan sinyal input
6.
Keluaran Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna
7.
Pengolah Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.
8.
Sasaran atau Tujuan Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah komponen – komponen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan.
12
2.2
Pengertian Informasi Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi yang menerimanya. Ada beberapa pengertian tentang Informasi diantaranya adalah: Informasi menurut McLeod (2001, p12) adalah data yang sudah di proses dan mempunyai arti bagi manusia. Informasi menurut Turban (2001, p15) adalah sekumpulan data yang diorganisasikan ke dalam bentuk yang berguna. Informasi menurut O’Brien (2003, p13) adalah data yang telah di proses atau data yang telah memiliki arti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu. Sumber dari informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian dan kesatuan yang nyata. Siklus informasi dapat dijelaskan pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Siklus informasi
13
Adapun fungsi – fungsi informasi adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan pengetahuan bagi si pemakai 2. Untuk mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan pemakai 3. Menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari sesuatu hal. 2.3
Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan dalam menerima, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan pengaturan dalam sebuah organisasi (Laudon, 2004, p8). Sedangkan menurut O’Brien (2005, p6), sistem informasi adalah penggabungan dari manusia, hardware, software dan jaringan komunikasi serta sumber daya data yang mampu mengumpulkan, mengubah, dan membagikan informasi dalam sebuah organisasi. Jadi dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang melakukan pengumpulan data dan analisa data yang ada untuk menghasilkan suatu informasi yang dapat digunakan oleh penerimanya dalam pengambilan keputusan.
2.4
Pengertian Geografi Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Geos dan Graphein. Geos berarti bumi atau permukaan bumi. Sedangkan Graphein berarti mencitrakan atau melukiskan. Berdasarkan asal katanya maka geografi dapat diartikan sebagi pencitraan bumi atau pelukisan bumi.
14
2.5
Sistem Informasi Geografi 2.5.1 Pengertian Sistem Informasi Geografi Definisi SIG (Sistem Informasi Geografi) selalu berkembang, bertambah dan bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu SIG juga merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dan berkembang dengan cepat. Berikut ini adalah definisi – definisi SIG dari berbagai pustaka yang beredar. 1. Eddy Prahasta (2001, p54) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (input), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data – data yang berhubungan dengan posisi
– posisi di permukaan bumi.
2. Burrough (1986) SIG adalah suatu perngkat yang berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil sesuai dengan kebutuhan, men transform dan menampilkan data spasial dari dunia nyata untuk berbagai kebutuhan dan tujuan tertentu.
15
2.5.2 Subsistem SIG Sistem Informasi Geografi dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem, sebagai berikut : a) Data Input Bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi format – format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG. b) Data Output Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data, baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy. Seperti : tabel, grafik, peta, c) Data Management Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit. d) Data Manipulation & Analysis Subsistem ini menentukan informasi – informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG selain itu subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
16
2.5.3 Komponen – komponen SIG SIG merupakan sistem komplek yang, biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem – sistem komputer yang lain ditingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut : 1. Perangkat Keras (Hardware) Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas,
berkemampuan tinggi, memiliki ruang
penyimpanan (Hardisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik – karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC dapat diatasi. Adapun peragkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah : a. CPU Merupakan pusat proses data yang terhubung dengan media penyimpanan dengan ruang yang cukup besar dengan sejumlah perangkat lainnya. b. Memory Unit memory yang mampu menampung data dalam jumlah besar ketika aplikasi melakukan operasi analisis.
17
c.
Hard Disk Merupakan sebuah komponen perangkat keras yang berguna menyediakan ruang untuk penyimpanan data.
d. Digitizer Digunakan untuk mengkonversi data dari peta ke dalam bentuk digital dan memasukkanya ke dalam komputer e. Printer / Plotter Digunakan untuk mencetak hasil dari data yang telah diolah f. Scanner Alat input data yang bertugas mendeteksi cahaya yang kemudian mengkonversikan peta kertas menjadi peta digital. g. VDU (Virtual Display Unit) Merupakan layar monitor berwarna dengan kualitas baik dan resolusi tinggi yang digunakan untuk memudahkan user dalam mengontrol komputer dan perangkat – perangkat lain. 2. Perangkat Lunak (Software) SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing – masing dapat dieksekusi sendiri.
18
3. Data dan Informasi Geografi Data dan informasi geografi sering disebut dengan basis data. Sistem informasi geografi dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung – dengan cara mengimport dari perangkat lunak Sistem Informasi Geografi yang lain – maupun secara langsung – dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari table – table dan laporan. 4. Manajemen Suatu proyek Sistem Informasi Geografi akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang yang memiliki keahlian yang tepat. Manajemen sering disebut juga sumber daya manusia atau brainware.
Gambar 2.2 Komponen – Komponen SIG
19
2.5.4 Kemampuan yang dimiliki Sistem Informasi Geografi Dengan
menggunakan
memperoleh informasi mengenai
Sistem
Informasi
Geografi
dalam
data geografi dalam skala tertentu
mengenai suatu daerah akan menjadi lebih akurat. Hal ini dikarenaka SIG memungkinkan untuk peng-update-an sesering mungkin, seiring dengan perkembangan informasi dari waktu ke waktu. Menurut Paryono (1994, p2), kelebihan Sistem Informasi Geografi adalah sebagai berikut :
1. Data yang disimpan SIG sesuai dengan keadaan dan skala aslinya serta disimpan dalam bentuk digital.
2. Perubahan yang terjadi pada data geografi dapat dilakukan karena SIG bersifat dinamis.
3. Kemampuan yang bersifat analisis dan manipulasi data, model peta dapat diperoleh dengan mudah sebab hanya mengubah rumus analisisnya. Perbedaan Sistem Informasi Geografi dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terletak pada kemampuan analisis data. SIM hanya dapat menganalisis data yang bersifat tekstual seperti laporan dan table – table, sedangkan SIG, selain data tekstual juga dapat menganalisis data spasial.
20
2.6
Pemetaan 2.6.1 Pengertian Peta Pada hakikatnya peta adalah alat peraga. Melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin menyampaikan idenya kepada orang lain. Ide yang dimaksud adalah hal – hal yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Dengan cara menyajikannya ke dalam bentuk peta, diharapkan si penerima ide dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gambaran dari apa yang dilihatnya. 2.6.2 Jenis – Jenis Peta Menurut Depdikbud, Peta dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Peta Topografi Yaitu peta yang mempunyai tujuan untuk menggambarkan permukaan bumi secara umum. 2. Peta Dasar Yaitu sekumpulan data topografi yang ditunjukkan dalam sebuah peta yang memberikan sebuah referensi atau kontekstual informasi kepada pelanggan. 3. Peta Tematik Yaitu peta yang diambil dari berbagai jenis informasi yang dipilih untuk menunjukkan kepada satu atau beberapa tema spesifik. Peta Tematik terbagi menjadi dua yaitu :
21
a. Peta Statistik Peta statistik dibagi menjadi dua, yaitu Peta Statistik Kualitatif yang menggambarkan penyebaran jenis data tanpa memperhitungkan jumlah data, contoh : pembagian lahan. Peta Statistik Kuantitatif yaitu peta yang mencantumkan besaran data yang terdapat di dalamnya. b. Peta Dinamik Yaitu peta yang secara khusus menggambarkan gerakan data secara geografis, contoh : migrasi penduduk. 2.6.3 Komponen Peta Setelah kita memahami konsep dasar dari penyusunan peta tersebut di atas, menjadi semakin mudah untuk menyimak apa saja komponen peta yang baik. Komponen peta terdiri dari : 1. Isi peta Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta tentunya berupa isohyet. 2. Judul peta Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya menjadi "Peta Distribusi Curah Hujan", dan sebagainya.
22
3. Skala Peta dan Simbol Arah Skala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala 1:50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan. 4. Legenda atau Keterangan Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan. 5. Inzet dan Index peta Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet.
23
Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta , dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya. 6. Grid Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid sistem. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta. Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya. Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain : Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer. Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid yang dibuat oleh Amerika (American Mapping Sistem). Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha membuat sistem grid yang seragam dengan sistem UTM grid sistem dan UPS grid sistem (Universal Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic Grid Sistem).
24
7. Nomor peta Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi. 8. Sumber/Keterangan Riwayat Peta Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis,
tanggal/tahun
pengambilan
data
dan
tanggal
pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggung jawabkan. 2.6.4 Perbedaan Peta Tradisional dengan Peta Sistem Informasi Geografi Metode tradisional dalam menampilkan ruang geografis yang penuh dengan data spasial adalah dengan menggunakan peta dengan tema yang berbeda – beda. Sebagai contoh peta kartografi tradisional yang hanya tersedia untuk suatu area tersendiri mungkin tersedia peta geologi, satu peta tanah dan peta topografi yang menunjukkan budaya dan lingkungan
dari
lingkungan
sekitar.
Model
komputer
sering
menggunakan pendekatan yang sama. Sebagai contoh dalam penulisan skripsi ini, investor yang ingin menanamkan modalnya di Kota Jakarta Pusat tentunya akan melihat fasilitas sarana dan prasarana penunjang kegiatan investasi tersebut, seperti layer jalan, layer jaringan listrik, telepon, dan sebagainya. Ini merupakan metode pertama permodelan ruang yang dikembangkan. Metode ini dikenal dengan pendekatan layer dan masih digunakan oleh kebanyakan SIG sekarang ini.
25
Perbedaan peta tradisional dengan peta SIG adalah sebagai berikut : 1.
Pada peta tradisional, informasi yang disajikan terbatas tergantung
pada kertas yang digunakan. Pada peta SIG keterbatasan tergantung pada media penyimpanan. 2.
Pembaharuan pada peta tradisional membutuhkan waktu yang
cukup lama. Sedangkan pada peta SIG, dapat di-update sesuai dengan informasi yang di dapatkan. 3.
Pada peta tradisional, akan sulit di akses apabila informasi dalam
jumlah yang besar disimpan dalam tabel dan peta. Pada peta SIG, kesulitan dalam pengaksesan dapat ditangani dengan cepat. 4.
Pada peta tradisional, lemah dalam integrasi geografi dari peta
dengan berbagai proyeksi dan skala. Pada peta SIG integrasi dapat dilakukan dengan mudah dan efisien dengan menggunakan multi layer proyeksi dan skala tidak menjadi hambatan. 2.7
Analisis Data Pada Sistem Informasi Geografi Ada berbagai macam jangkauan fungsi untuk analisis data yang tersedia dalam kebanyakan paket Sistem Informasi Geografi, termasuk di dalamnya adalah teknik pengukuran (measurement technique), query atribut (attribute query), analsis kedekatan (proximity analysis), operasi overlay (overlay operation), dan analisis model permukaan (surfaces) serta jaringan (networking). Langkah awal penting untuk memahami analisis data spasial dalam Sistem Informasi Geografi adalah mengetahui tentang terminology yang digunakan. Mencari istilah standar menjadi hal yang sulit sejak berbagai paket
26
perangkat lunak Sistem Informasi Geografi seringkali menggunakan kata yang berbeda – beda untuk menjelaskan suatu fungsi yang sama, dan individu dengan latar belakang suatu bidang tertentu cenderung lebih senang menggunakan istilah – istilah sendiri. Adapun terminology yang kami gunakan adalah sebagai berikut : Istilah Entity
Definisi Titik, garis, area individual dalam suatu database SIG
Attribute
Data tentang entity. Dalam SIG vector dapat disimpan dalam database, sedangkan dalam SIG raster nilai suatu sel dalam grid raster merupakan kode numeric yang digunakan untuk mewakili ada tidaknya suatu atribut.
Fitur
Suatu objek dalam dunia nyata yang akan diterjemahkan dalam database Sistem Informasi Geografi.
Layer data
Suatu set data untuk suatu kepentingan dalam suatu SIG. layer data dalam SIG biasanya mengandung data dari satu tipe entity saja.
Gambar
Layer data dalam SIG raster. Harus diingat bahwa setiap sel dalam gambar raster akan membawa suatu nilai tunggal yang berfungsi sebagai kunci atribut
27
yang ada di dalamnya. Sel
Suatu titik atau pixek tunggal dalam gambar raster.
Fungsi atau Operasi
Prosedur analisis data yang dilakukan oleh SIG
Algoritma
Implementasi komputer sebagai urutan aksi yang dirancang untuk memechakan suatu masalah.
Tabel 2.1 Terminologi SIG 2.7.1 Format Penyajian Data Peta Bentuk penyajian data peta geografi dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), antara lain : 1.
Format Vektor Menurut Eddy Prahasta (2001, p158) format vektor adalah format yang menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis, poligon beserta atributnya. Bentuk – bentuk dasar representasi data spasial dalam format vektor didefinisikan oleh sistem koordinat dua dimensi. istilah – istilah dalam format vektor adalah :
a. Titik (Point) Digunakan untuk merepresentasikan fitur yang terlalu kecil untuk dapat direpresentasikan sebagai area yang terdiri dari lokasi geografi dan rincian dari fitur tersebut. Contoh : lokasi gunung berapi, hotel, rumah sakit, restoran, dan sebagainya.
28
b. Garis (Line) Garis merupakan kumpulan dari titik – titik. Digunakan untuk merepresentasikan batas wilayah, sungai, jalan. c. Bidang (Area) Merupakan bidang tertutup oleh garis, biasanya disajikan dalam bentuk poligon digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah.
Gambar 2.3 Format Data Vektor 2. Format Raster Menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel (Picture Element) yang membentuk grid . setiap pixel memiliki atributnya masing – masing termasuk koordinatnya yang unik. Format ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran pixelnya di permukaan bumi. Menurut Eddy Prahasta (2001, p146), entity spasial raster disimpan dalam layer secara fungsionalitas direlasikan dengan unsur – unsur petanya. Contoh sumber entity spasial raster adalah citra satelit, citra radar, dan model ketinggian.
29
Kelebihan format raster yaitu dalam memperoleh data raster lebih mudah dan cepat serta memiliki struktur data yang lebih sederhana. Kekurangannya adalah memerlukan memori yang besar, transfer koordinat dan proyeksi serta representasi hubungan topologi lebih sulit dilakukan. 2.7.2 Queries Melakukan query dalam database SIG untuk menampilkan data adalah bagian dasar dan penting dari kebanyakan proyek SIG. Query menawarkan metode untuk mendapatkan data, dapat dilakukan pada data yang menjadi bagian database SIG ataupun pada data prosedur baru hasil dari analisis data. Query berguna pada setiap tahapan analisis SIG untuk memeriksa kualitas dari pengukuran SIG raster. Secara umum ada dua tipe query yang dapat dilakukan SIG, yaitu spasial dan non spasial. Query non spasial merupakan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan atribut suatu fitur. Misalnya : “ Berapa banyak hotel mewah yang ada di kota Jakarta Pusat ? ”. Merupakan suatu query non spasial karena baik pertanyaan ataupun jawabannya tidak melibatkan komponen analisis dari komponen spasial data. Query ini dapat dilakukan oleh komponen perangkat lunak database sendiri. “ Dimana hotel mewah di kota Jakarta Pusat ? “. Karena informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan “dimana ?”, maka query tersebut merupakan query spasial. Lokasi dari hotel dapat direpresentasikan dalam bentuk peta.
30
Metode menspesifikasi query pada SIG dapat menjadi suatu hal yang sangat interaktif. Pengguna dapat memberi pertanyaan pada peta lewat layar komputer atau menjelajah database lewat serangkaian pertanyaan di dalam query. Query dapat menjadi kompleks dengan kombinasi pertanyaan mengenai area, keliling ataupun jarak terutama dalam SIG vector dimana data disimpan sebagai atribut dalam database, contohnya : “dimanakah hotel dengan tarif murah ?”. Query tunggal dapat dikombinasikan untuk mengidentifikasi entity dalam database yang bias memenuhi kebutuhan dua atau lebih criteria spasial ataupun non spasial, contoh : “dimana hotel mewah di kota Jakarta Pusat yang mempunyai lebih dari 100 kamar ?”. operator Boolean seperti and, or, not, xor, juga bias digunakan. 2.7.3 Reklasifikasi Merupakan variasi dalam ide query pada SIG, dapat digunakan pada query untuk SIG raster. Sebagai contoh: “dimanakan semua area hutan?” Jawabannya dapat diperoleh dengan menggunakan query atau dengan mengklasifikasikan gambar. Reklasifikasi akan ditampilkan di gambar yang baru dengan seluruh area hutan diberikan kode 1 dan semua area yang bukan hutan diberikan kode dengan nilai 0. 2.7.4 Buffering dan Neighbourhood Functions Ada berbagai fungsi dalam SIG yang memungkinkan entity spasial mempengaruhi sekitarnya, ataupun sebaliknya dimana lingkungan sekitar mempengaruhi karakteristik entity. Contoh yang paling umum adalah
31
buffering yaitu pembuatan suatu daerah kepentingan ( zone of interest) di sekitar suatu entity. Fungsi neighbourhood lainnya termasuk penyaringan data (data filtering) yang melibatkan rekalkulasi sel dalam gambar raster didasarkan pada karakteristik sekitarnya. Pertanyan “ hotel mana yang berada 200m dari jalan utama kota Jakarta Pusat?” Pilihan yang pertama yaitu menggunakan daerah buffer yang mengidentifikasi seluruh daerah sampai 200 meter dari jalan utama lalu mencari tahu hotel mana saja yang berada dalam daerah buffer tersebut dan tentunya dengan bantuan query. Alternatif lainnnya yaitu dengan cara mengukur jarak dari setiap hotel ke jalan utama, lalu mengidentifikasi mana yang jaraknya kurang dari 200 meter. Berdasarkan kasus ini terlihat dalam analisis data SIG bisa digunakan lebih dari satu metode, namun yang terpenting adalah pemilihan nama yang paling efisien dan tepat. Jika suatu titik dijadikan buffer (buffering) maka akan terbentuk area lingkaran, buffering pada garis atau area akan menghasilkan suatu area yang baru (gambar). Buffering merupakan suaru konsep yang sederhana namun dengan operasi perhitungan yang rumit dan juga beragam. Sebagai contoh: Andersson (1987) menggunakan buffering pada data tempat perhentian bus dan data populasi untuk mengidentifikasi tempat perhentian bus yang terbaik. Daerah buffer dikalkulasikan dari setiap perhentian bus yang potensial, menggunakan nilai yang mencerminkan berapa jarak orang siap berjalan ke tempat perhentian bus. Populasi kepadatan dalam daerah ini juga menghitung dan akhirnya satu kelompok
32
perhentian bus ditentukan yang meningkatkan tingkat tangkapan dan jangkauan bus terhadap penduduk.
Gambar 2.4 Buffer Zones Arround: a. titik, b. garis, c. polygon Metode daerah buffer sering dipergunakan dalam SIG vector. Sedangkan untuk SIG raster digunakan metode lainnya yaitu dengan memperhitungkan pendekatan dan akan menghasilkan suatu layer data raster baru dimana atribut dari setiap sel merupakan suatu pengukuran jarak. Operasi lainnya dalam SIG raster dimana nilai dari sel tunggal dirubah
sebagai
dasar
pendekatan
disebut
fungsi
tetangga
(neighbourhood fuction). Penyaringan (filtering) merupakan contoh yang digunakan untuk memproses perbadingan terpisah (remotely sensed imagery). Filterisari akan mengubah suatu sel didasarkan pada atribut sel sekitarnya. Ukuran dan bentuk penyaringan ditentukan operator. Umumnya untuk filter berapa kotak, lingkaran dan bentuk tiga dimensi
33
penyaringan menentukan banyaknya sel sekitar yang digunakan dalam proses penyaringan. Filter akan disebarkan ke seluruh bagian data raster dan digunakan untuk kalkulasi ulang nilai dari sel target yang ada dipusatnya. Nilai baru yang diberikan pada sel target diperhitungkan dengan menggunakan berbagai algoritma, misalnya nilai terbesar sel dan nilai yang paling sering muncul
Gambar 2.5 Operasi Filter Raster GIS 2.7.5 Mengintegrasikan data (Map Overlay) Kemampuan
mengintegrasikan
data
dari
dua
sumber
menggunakan overlay peta (map overlay) mungkin merupakan fungsi kunci dari suatu analisis SIG. SIG memungkinkan dua buah layer peta tematik berbedari dari area yang sama saling di overlay satu diatas lainnya untuk membentuk suatu layer baru. Map Overlay pada awalnya merupakan hasil kerja McHarg (1969) dengan banyaknya aplikasi termasuk kemampuan membandingkan secara visual antar layer data. Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh integrasi data dengan map
34
overlay. Untuk menjawab pertanyaan “hotel mana saja yang berada 200 meter dari jalan utama kota Jakarta Pusat?” Langkat pertama adalah dengan melakukan operasi buffering untuk mengetahui daerah dalam jangkauan 200 meter dari jalan utama, lalu fungsi overlay digunakan untuk mengkombinasikan daerah buffer dengan layer data hotel sehingga dapat diidentifikasikan hotel mana saja yang berada dalam daerah buffer. Dengan semakin berkembangnya aplikasi dan analisis SIG, makan akan ada perbedaan menggunakan map overlay antara raster atau vector. Dalam sistem yang berbasis vector, map overlay lebih banyak memakan waktu, lebih kompleks, dan lebih mahal. Sebaliknya dalam sistem berbasis raster bisa dilakukan secara tepat, langsung dan lebih efisien. 1. Overlay Vektor ( Vector Overlay ) Peta vektor sangat berpedoman pada dua disiplin ilmu yaitu geometri dan topologi. Layer data yang nantinya akan di- overlay haruslah benar dan tepat secara topologi sehingga semua garis haruslah bertemu pada satu titik dan batasan dari suatu poligon harus tertutup. Untuk membuat topologi untuk layer data yang baru sebagai hasil proses overlay , perpotongan garis dan poligon dari layer data input haruslah melalui serangkaian perhitungan geometri yang tidak mudah. Gambar (2.7) menampilkan tiga tipe utama dari overlay
vektor : titik dalam
polygon ( point-in-poligon ), garis dalam polygon ( line-in-poligon ) dan poligon dalam poligon (polygon-in-polygon ).
35
Gambar 2.6 Overlay Vektor: (a) Titik dalam Poligon; (b) Garis dalam Poligon; (c) Poligon pada Poligon Overlay titik dalam poligon digunakan untuk mencari tahu poligon dimana suatu titik berada. Contohnya kantor polisi hutan dalam Taman Nasional Ujung Kulon diwakilkan dalam bentuk titik dan Taman Nasional diwakilkan sebagai poligon. Mengguunakan overlay titik dalam poligon dalam layer data vector, memungkinkan untuk
36
mengetahui di daerah poligon manakah setiap kantor polisi hutan berada. Overlay garis dalam poligon lebih sulit dibanding overlay titik dalam poligon. Sebagai contoh kita ingin tahu dimana jalan akan menembus daerah hutan untuk merencanakan pembangunan jalur wisata hutan. Untuk melakukan ini, kita harus meng- overlay kan data tentang jalan
pad
layer yang memuat poligon hutan. Peta hasil
keluaran akan mengandung jalan bercabang menjadi bagian yang lebih kecil yang mewakili jalan di dalam area hutan dan jalan diluar area hutan. Overlay polygon dalam polygon dapat digunakan untuk memeriksa suatu area. Misalnya memeriksa area hutan di pegunungan Jayawijaya. Dua layer data input diperlukan yaitu layer data daerah hutan yang berisi banyak polygon daerah hutan dan layer batasan daerah pegunungan. Tiga jenis keluaran yang mungkin diperoleh antara lain: a. Layer data keluaran dapat mengandung semua poligon dari kedua input peta. Ini terjadi bila menggunakan operator Boolean atau atau dalam kaitannya dengan matematika disebut operasi union . Contohnya “dimanakah area hutan atau area yang masih termasuk daerah pegunungan?” b. Layer data keluaran berisi semua area pegunungan dan area hutan di dalamnya. Batasan dari daerah pegunungan digunakan sebagai ujung-ujung dari peta keluaran dan daerah hutan akan dipotong bila melewati batas tersebut. Dalam matematika disebut
37
operasi idEntiti . Contoh: “dimanakan batasan pegunungan dan dimanakan daerah hutan di dalamnya”. c. Hasil keluaran layer data dapat berupa area yang memenuhi kedua persyaratan, pada contoh di atas yaitu daerah hutan dalam kawasan pegunungan. Sebuah peta keluaran akan dihasilkan menunjukkan seluruh polygon hutan tanpa kecuali
yang
kesemuannya berada dalam batasan kawasan pegunungan dan mememotong poligon hutan yang berada di luar batasan pegunungan. Secara matematis disebut intersect. Contohnya “dimana daerah hutan dalam kawasan pegunungan Jayawijaya?” 2. Raster overlay Dalam struktur data raster, semua data diwakilkan oleh sel. Titik diwakilkan oleh sel tunggal, garis oleh beberapa sel beurutan, dan area oleh sekelompok sel. Overlay peta raster memperkenalkan ide akan adanya peta algebra atau mapematics (Berry,1993). Dengan menggunakan peta algebra , layer input data dapat ditambahkan, dikurangi, dikalikan atau dibagi untuk menghasilkan keluaran data. Operasi matematika dilakukan pada nilai sel tunggal dari dua atau lebih layer input untuk menghasilkan nilai keluaran. Lalu, pertimbangan paling penting dalam overlay
raster
adalah pemograman titik, garis dan area yang
terdapat dalam fitur layer data input secara tepat. Sebagai contoh, empat layer data pada Happy Valley resort telah dikonversi menjadi
38
raster antara lain: lokasi stasiun meteorologikal, jaringan jalan, layer penggunaan daerah dan batasan resort. Stasiun meteorologikal direpresentasikan dalam layer data raster dimana nilai 1 diberikan pada sel yang memiliki stasiun. Jalan diberi kode 2 dalam layer data jalan di sel telah dihubungkan untuk membentuk rangkaian. Setiap sel dalam layer penggunaan lahan mempunyai nilai yang mewakili fungsinya masing-masing, pemukiman diberi nilai 1, air 2, pertanian 4 dan hutan 5. Area resort telah diberi nilai 10 dan disemua data layer nilai 0 diberikan pada darah yang tidak memiliki obyek penelitian. Untuk mencari stasiun meteorologikal mana saja yang ada dalam Happy Valley sama dengan operasi vektor titik dalam poligon, untuk melakukan proses berikut suatu cara akan menggunakan kedua data layer dan peta keluaran akan mengandung sel dengan nilai berikut: a. 0 untuk sel diluar batasan resort dan tidak memiliki stasiun. b. 1 untuk sel memiliki stasiun namun berada di luar batasan resort. c. 10 untuk sel dalam batasan resort namun tidak memiliki stasiun. d. 11 untuk sel dalam batasan resort dan memiliki stasiun meteorological. Untuk operasi yang ekuivalen dengan metode garis dalam poligon dalam layer vektor, bagian jalan yang melewati hutan bisa didapatkan dengan menggunakan layer jalan dan reklasifikasi layer penggunaan lahan yang di dalamnya terdapat are hutan. Dua buah peta
39
akan ditambahkan dan peta keluaran akan mengandung sel dengan nilai: a. 0 untuk sel yang tidak memiliki jalan ataupun hutan. b. 2 untuk sel dengan jalan namun diluar daerah hutan. c. 5 untuk sel dengan hutan namun tanpa jalan. d. 7 untuk sel dimana terdapat jalan dan hutan. Analisis poligon ke polygon dapat dilihat pada gambar Sekali lagi, kode dari layer inputan adalah kunci untuk mengerti hasil keluaran dari overlay raster. Sebagai contoh, menambahkan layer daerah hutan dan batasan resort akan menghasilkan layer dengan kode berikut: a. 0 untuk sel yang berada di luar batasan resort dan tidak memiliki hutan. b. 5 untuk sel yang berada di luar batasan resort dan memiliki hutan. c. 10 untuk sel yang berada dalam batasan resort dan tidak memiliki hutan. d. 15 untuk sel yang berada dalam batasan resort dan memiliki hutan.
40
Gambar 2.7 Proses raster overlay Peta hasil keluaran akan ekuivalen dengan metode polygon dalam polygon dalam GIS vector. Reklasifikasi akan menghasilkan variasi dari peta keluaran tersebut dan beberapa operasi overlay bisa dilakukan. Ada
41
dua masalah yang secara khusus mempengaruhi overlay raster yang perlu dipertimbangkan oleh pengguna yaitu resolusi dan skala pengukuran. Resolusi ditentukan oleh besarnya ukuran sel yang digunakan. Misalnya data satelit SPOT mengumpulkan data dalam resolusi 10 meter. Masalah kedua yaitu skala pengukuran. Operasi
overlay
sembarang dapat
dilakukan pada layer peta. Sebagai contoh, memang dimungkinkan untuk menambahkan,
mengurangkan
atau
mengalikan
dua
peta
satu
menampilkan kode penggunaan lahan menggunakan skala nominal dan lainnya menampilkan kode curah hujan tahunan menggunakan skala rasio. Hasilnya bagaimanapun akan tidak masuk akal karena tidak ada hubungan secara logis antara angka-angka tersebut. 2.8
Data 2.8.1 Pengertian Data Berdasarkan pendapat McLeod (2001, p15), data terdiri dari fakta – fakta dan angka – angka yang relative tidak berarti bagi pemakai. Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta yang sangat berguna sebagai input dari suatu sistem informasi. Data memiliki sifat – sifat antara lain : 1. Shared Data dapat digunakan bersama – sama oleh beberapa pengguna. 2. Integrated Data
merupakan
kesatuan,
sedapat
mungkin
pengulangan sehingga menjadi lebih valid dan benar.
menghindari
42
2.8.2 Jenis – Jenis Data Data menurut sumber awalnya dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Data Lapangan Data ini diperoleh dari pengukuran di lapangan secara lengkap, seperti curah hujan suatu daerah, salinitas air, dan sebagainya.
2. Data Peta Merupakan informasi yang ada pada kertas / film dan dikonversikan ke dalam bentuk digital, misalnya: peta geologi, dan sebagainya.
3. Data Citra Penginderaan Jauh Berupa citra penginderaan jauh, seperti foto udara atau radar yang harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Sedangkan data penginderaan jauh yang diperoleh dari satelit yang sudah berupa data digital dapat langsung digunakan tanpa harus melalui proses pengkonversian lebih lanjut. Data menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi: 1. Data Geografis Biasanya berupa peta yang berasal dari peta analog, foto udara, atau penginderaan jauh, karena itu sering disebut sebagai peta dasar. 2. Data Atribut Merupakan data yang berkaitan dengan peta dasar yang dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Data atribut ini biasanya disimpan dalam bentuk database berupa tabel-tabel.
43
3. Data Digital Merupakan data yang diperoleh dari citra satelit dan radar yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk digital agar mudah diolah oleh sistem computer. Data yang berisi informasi geografis dibagi menjadi tiga konsep topologi, yaitu: Titik (Point), Garis (Line), dan Wilayah (Area). 2.9
Database 2.9.1 Pengertian Database Database, adalah kumpulan data yang berelasi secara logical beserta penjelasan dari data tersebut yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi pada suatu organisasi. (Connolly, p14-15) 2.9.2 Pengertian Tabel Tabel adalah suatu relasi data yang digambarkan dalam kolom dan baris (Connoly, p72). 2.9.3 Pengertian Field Field dalam konteks database biasa disebut dengan atribut. Field merupakan nama kolom dari sebuah table atau relasi (Connoly, p72, p74) 2.9.4 Pengertian Record Record adalah suatu baris data atau informasi dalam sebuah table. Record sering disebut juga dengan tuple. (Connoly,p73). 2.9.5 Pengertian Primary Key Primary key merupakan sebuah atribut atau himpunan atribut yang dipilih untuk mengidentifikasikan tuple – tuple atau record dalam
44
table yang bersifat unik. Unik disini berarti tidak boleh ada duplikat atau key yang sama untuk dua atau lebih tuple atau record dalam sebuah table. (Connoly, p79).
Gambar 2.8 Primary Key
2.9.6 Pengertian Foreign Key Foreign key juga merupakan sebuah atribut atau himpunan atribut dalam suatu table yang menunjuk pada key yang terdapat pada table lain. Foreign key berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara satu table dengan table lainnya. (Connoly, p79).
Gambar 2.9 Foreign Key
2.9.7 Entity Relationship
45
Entity Relationship merupakan hubungan antar data berdasarkan persepsi dunia nyata yang terdiri dari sekumpulan objek dasar yang disebut entity dan hubungan antar objek tersebut. Model Entiti Relationship dalam database menunjukkan bagaimana isi dari database yang harus dibentuk. Salah satu hal penting adalah kardinalitas yang merepresentasikan jumlah suatu entity ke entity lain yang diasosiasikan dalam hubungannya. Jenis mapping kardinalitas antara lain :
1. One to One Sebuah entity di A hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entity di B atau sebaliknya.
2. One to Many Sebuah entity di A diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di B, namun entity di B hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entity di A.
3. Many to One Sebuah entity di A hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entity di B, sedangkan entity di B bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di A.
4. Many to Many Sebuah entity di A bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih di B dan sebuah entity di B juga bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih di A. 2.9.8 Entity Relationship Diagram (ERD)
46
Entity Relationship Diagram (ERD), adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan struktur logical dari database secara keseluruhan. Berikut adalah notasi UML untuk perancangan ERD. NOTASI UML
KETERANGAN Entiti
ENTITI NAME
Entiti dengan atribut primary key. ENTITI NAME ATRIBUT NAME
Entity Primary
dengan key
beberapa diberi
atribut.
tanda
PK.
Alternate Key diberi tanda AK. Komponen
–
komponen
atribut
komposit ditulis dibawahnya dan diletakkan lebih ke kanan, atribut yang mengandung beberapa nilai diberi tanda (min, max) dengan selisih antar nilai tersebut Relasi yang ditandai dengan nama relasi dan panah penunjuk. Binary antara beberapa nilai.
47
Binary Relationship. Tabel 2.2 Notasi UML 2.10
Data Flow Diagram Diagram alir data / DFD adalah gambaran suatu sistem yang menggunakan sejumlah simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui suatu proses yang saling berkaitan (McLeod, 2001, p316). Dengan memakai DFD, analis sistem dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Ada tiga keuntungan memakai aliran data dalam suatu sistem, yaitu : 1. Terhindar dari suatu usaha untuk mengimplementasikan sistem yang terlalu dini. Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran – aliran data sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara teknis. 2. Dapat mengerti lebih dalam hubungan sistem dengan subsistemnya. Analis sistem dapat membedakan sistem dari lingkungan beserta batasan – batasannya. 3. dapat menginformasikan sistem yang berlaku kepada pengguna. DFD dapat digunakan sebagai alat untuk berinteraksi dengan pengguna dalam bentuk representasi simbol – simbol yang digunakan. Symbol – symbol yang digunakan dalam DFD adalah sebagai berikut :
1. Entiti Eksternal
48
Entity eksternal adalah entity yang berada di luar sistem yang memberi data ke sistem atau menerima keluaran dari sistem dan tidak termasuk dalam bagian sistem . Entity ini digambarkan dengan symbol 2. Proses Menggambarkan apa yang dilakukan sistem. Berfungsi mentransformasikan satu atau beberapa data input menjadi satu atau beberapa data output sessuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Dalam penamaan suatu proses digunakan kata kerja dan kata benda. Digambarkan dengan symbol
3. Aliran Data Menggambarkan aliran data dari suatu entity ke entity lain. Symbol anak panah menggambarkan arah aliran data. Digambarkan dengan simbol
4. Penyimpanan Data (Storage) Merupakan data untuk menyimpan data. Proses dapat mengambil data dari atau memberikan data ke data store. Digambarkan dengan
Tingkatan dalam DFD ada tiga, yaitu :
49
1. Diagram Konteks Merupakan level tertinggi yang menggambarkan input dan output suatu sistem. Terdiri dari satu proses dan tidak mempunyai data store. 2. Diagram Nol Merupakan diagram tidak rinci yang diberikan tanda bintang pada akhir nomor. Diagram ini memiliki data store. 3. Diagram Rinci Merupakan kelanjutan atau rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses yang ada sebaiknya tidak lebih dari tujuh dan maksimal Sembilan 2.11
State Transition Diagram STD digunakan untuk menggambarkan diagram dari kebiasaan sistem dengan beberapa jenis pesan dengan proses yang kompleks dan sinkronisasi kebutuhan (Yourdan, 1989, p260-p261). STD memiliki komponen – komponen yang utama yaitu state dan arrow yang mewakili sebuah perubahan state. Setiap kotak persegi panjang mewakili sebuah state dimana sistem tersebut berada. Sebuah state didefinisikan sebagai suatu atribut – atribut atau keadaan suatu sistem pada saat tertentu.
2.12
Sistem Development Life Cycle (SDLC)
50
2.12.1 Pengertian SDLC Sistem Development Life Cycle (SDLC) adalah sekumpulan kegiatan yang dibutuhkan dalam membangun suatu solusi sistem informasi yang dapat member jawaban bagi permasalahan maupun kesempatan bisnis (Turban, 2003, p461) 2.12.2 SDLC Sequential Linear Telah dikembangkan beberapa model proses rekayasa piranti lunak, masing – masing memiliki kekuatan dan kelemahan, akan tetapi semua memiliki fase generik yang sama (Pressman, 2001, p28 – p38). Model proses Sequential Linear, walaupun fleksibel dalam pengertian jumlah dan kepastian tahap yang akan dilakukan, sangat terstruktur dan berkembang secara linear. Model ini sudah menjadi template bagi pengembangan teknik analisis, perancangan, implementasi, pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan yang baik, dan tidak asalasalan. Pada model sekuensial linear ini aktivitas – aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Rekayasa dan pemodelan sistem informasi Rekayasa dan analisis system menyangkut pengumpulan kebutuhan pada tingkat system dengan sejumlah kecil analisis serta desain tingkat puncak. Rekayasa informasi mencakup juga pengumpulan pada tingkat bisnis strategis dan tingkat area bisnis. 2. Analisis kebutuhan perangkat lunak
51
Proses pengumpulan kebuthan diintefikasikan dan difokuskan, khususnya pada perangkat lunak. Untuk memahami sifat program yang dibangun, analis harus memahami domain informasi, tingkah laku, unjuk kerja dan antar muka yang diperlukan kebutuhan baik untuk system maupun perangkat lunak didokumentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan. 3. Desain Proses desain menerjemahkan syarat / kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan kode. 4. Generasi kode Desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk mesin yang bisa dibaca. Langkah pembuatan kode dalam melakukan tugas ini. Jika desain dilakukan dengan cara yang lengkap, pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis. 5. Pengujian Proses pengujian berfokus pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji dan pada eksternal fungsional – yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang akan memberikan hasil actual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan 6. Pemeliharaan
52
Perangkat lunak akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada pengguna. Perubahan akan terjadi karena kesalahan-kesalahan ditentukan, karena perangkat lunak harus disesuaikan untuk mengakomodasi
perubahan-perubahan
di
dalam
lingkungan
eksternalnya atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk kerja.
Permodelan system informasi Analisis
Desain
Kode
Test
Gambar 2.10 Model Sequential Linear 2.12.3 Komponen SDLC Kunci utama dari SDLC adalah perancangan sistem. Dalam perancangan sistem dibutuhkan beberapa tools yang memudahkan penjabaran masalah, aliran data dan penggambaran rancangan proses seperti
State
Transition
Diagram
dan
Data
Flow
Diagram.
Perkembangan terbaru dari tool dalam SDLC seperti UML sudah cukup popular saat ini.
53
2.13
Map Server 2.13.1 Pengertian Map Server Map Server adalah salah satu lingkungan pengembangan perangkat lunak open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi – aplikasi internet – based yang melibatkan data spasial. Map Server mempunyai keunggulan dalam me-render data spasial (citra, data vector dan peta digital lainnya) untuk aplikasi web. 2.13.2 Sejarah Pengembangan pada awalnya, MapServer dikembangkan oleh beberapa personel (team) dari Universitas Minnesota (UMN), di Amerika Serikat, yang pada saat itu tengah bekerjasama di proyek ForNet dengan NASA sebagai penyandang dana. Proyek ForNet ini menghasilkan beberapa tools utama yang dapat diaplikasikan ke berbagai tipe permasalahan yang terkait dengan data spasial pada saat itu. Pada saat yang sama, MapServer dikembangkan dan kemudian digunakan sebagai tool visualisasi data SIG yang memungkinkan penggunaan layanan web, sementara Image View dipakai sebagai tool visualisasi khusus citra satelit beserta data – data tipe raster lainnya. Walaupun demikian, beberapa saat kemudian, karena kedua produknya sangat bermanfaat, “Proyek MapServer” ini dilanjutkan sebagai bagian dari proyek “TerraSIP” – proyek kerja sama antara UMN dengan konsorsium land management interests yang disponsori oleh NASA.
54
2.13.3 Fitur Map Server Dalam menjalankan segala fungsionalitasnya sebagai perangkat lunak Web-Mapping tools, MapServer dilengkapi dengan fitur sebagai berikut : 1. Menghasilkan keluaran output kartografis dengan kualitas advanced.
Penggambaran unsurr – unsur spasial yang selalu terkait dengan skalanya.
Pemberian label untuk setiap unsure spasial, termasuk beberapa pilihan pengaturan jarak seputar label – label yang berdekatan.
Sangat
mudah untuk
di customize,
keluarannya
bisa
dikendalikan oleh template
Menggunakan Truetype fonts
Disediakan mekanisme otomasi penggambaran elemen – elemen peta.
Pembuatan peta tematik dengan menggunakan ekspresi logika dan atau regular yang berbasiskan kelas.
2. Memiliki dukungan beberapa bahasa pemrograman script dan lingkungan pengembangan (IDE) yang popular, seperti : PHP, Phyton, Perl, Ruby, Java, C# 3. Memiliki dukungan beberapa platform sistem operasi computer, seperti : Microsoft Windows (95 hingga XP), Linux / Unix, Mac OS X, Solaris
55
4. Memiliki dukungan banyak tipe data spasial baik raster maupun vector dengan format yang sangat beragam.
TIFF / GeoTIFF, EPPL7, PNG, JPG, GIF, dan masih banyak lagi (lebih dari 30 format) dengan dukungan pustaka GDAL.
ShapeFiles ArcView dan ArcSDE produk ESRI, PostGIS, Oracle Spatial, MySql, dan masih banyak lagi dengan dukungan pustaka OGR.
2.13.4 Arsitektur Aplikasi yang dibangun dengan menggunakan MapServer memiliki tipikal arsitektur sebagai berikut.
Gambar 2.14 Arsitektur aplikasi web-GIS dengan mapserver Pada sistem aplikasi ini, browser (client) mengirimkan request ke web server dalam bentuk request terkait spasial (lokasi (x,y), click kursor, status ON / OFF layer yang akan dimunculkan dan lain sebagainya). Kemudian oleh web server, request terkait spasial ini dikirimkan ke server aplikasi dan MapServer. Setelah itu, MapServer akan membaca mapfile, data peta, dan data eksternal untuk membentuk sebuah gambar
56
yang sesuai dengan request. Setelah gambar ini di – render, file images yang bersangkutan akan dikirimkan ke web – server
sesuai dengan
format tampilan templatenya. Arsitektur MapServer di atas cenderung bercirikan thin – client – fokus pada server – side hingga prosedur – prosedur yang terkait pengelolaan data dan analisis diproses di server, sementara browser-nya hanya menerima hasil request dalam bentuk file HTML standard plus beberapa file images terkait. 2.13.5 Kebutuhan Sistem Untuk menggunakan dan kemudian membangun aplikasi webbased GIS dengan menggunakan MapServer diperlukan keberadaan perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut : 1. Perangkat Lunak Untuk menggunakan MapServer diperlukan dukungan keberadaan beberapa perangkat lunak seperti berikut : 1. Sistem Operasi Microsoft Windows (95 hingga XP) Linux / Unix Mac OS X Solaris 2. Web Server Apache Microsoft IIS / PWS 3. Program aplikasi CGI MapServer itu sendiri.
57
2. Perangkat Keras Agar dapat mengembangkan aplikasi SIG berbasis internet dengan memakai MapServer, penguna bisa menggunakan sistem komputer dengan komponen – komponen terbaik yang sudah beredar di pasaran. Meskipun demikian, jika ditanyakan spesifikasi minimum perangkat keras untuk aplikasi – aplikasi MapServer, jawabanya akan bergantung pada individu aplikasi itu sendiri. Tetapi jika hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan pengembangan dan pembelajaran belaka, sistem komputer yang minimal-pun sudah mencukupi. 3. User Level Untuk melakukan kompilasi, meng-install, atau bahkan kemudian melakukan
konfigurasi
sistem
aplikasi
perangkat
lunak
MapServer beserta beberapa tools pendukungnya, pengguna memerlukan hak administratif atas sistem komputer yang bersangkutan. 4. Data Spasial Untuk mengembangkan aplikasi MapServer, paling tidak, diperlukan beberapa contoh file digital data vector dalam format shapefile ArcView (ESRI). Jika ada, aplikasi MapServer bisa juga disertai dengan contoh file citra digital dalam format TIFF, JPEG, GIF dan lain – lain.
58
Teori – teori khusus 2.14
Investasi 2.14.1 Pengertian Investasi (Penanaman Modal) Investasi (Penanaman Modal) adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing (Undang – Undang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1). 2.14.2 Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. (Undang – Undang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 2). 2.14.3 Pengertian Penanaman Modal Asing Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan modal dalam negeri. (Undang – Undang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 3). 2.14.4 Pengertian Penanam modal Penanam Modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam
59
negeri dan penanam modal asing. (Undang – Undang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 4). 2.14.5 Pengertian Penanam modal dalam negeri Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan Warga Negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia. (Undang – Undang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 5).
2.14.6 Pengertian Penanam modal asing Penanam modal asing adalah perseorangan warga Negara asing, badan usaha asing, dan / atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia. (Undang – Undang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 6)