BAB 2 LANDASAN TEORI
Teori-teori Dasar 2.1
Pengertian Sistem Terdapat beberapa pengertian yang berbeda mengenai definisi sistem, diantaranya menurut O’ Brien (2003, p8) adalah sekumpulan komponen yang berhubungan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menerima masukan dan menghasilkan keluaran melalui proses transformasi yang terorganisasi. Sedangkan sistem menurut McLeod (2001, p9) adalah sekumpulan elemen yang terintegrasi dalam maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Suatu sistem merupakan kesatuan dari sekumpulan komponen yang saling bekerjasama dengan menerima masukan dan menghasilkan keluaran dengan proses yang terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan yang sama.
2.2
Pengertian Informasi Ada beberapa definisi dari informasi, diantaranya adalah menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi bentuk yang memiliki arti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu. Informasi menurut McLeod (2001, p12) adalah data yang telah diproses, atau data yang telah memiliki arti. Informasi menurut Turban (2001, p15) adalah sekumpulan data yang diorganisasikan ke dalam bentuk yang berguna.
11
12 Perlu dijelaskan definisi data menurut Turban (2001, p15), adalah fakta atau deskripsi dari hal, kejadian, kegiatan dan transaksi yang ditangkap, disimpan dan dikelompokkan, tetapi tidak diorganisasikan untuk menghasilkan pengertian tertentu. Singkatnya, data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai (McLeod, 2001, p12). Pada dunia teknologi informasi umumnya data telah dikonversi menjadi bentuk digital. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah sekumpulan data yang diproses menjadi bentuk yang berguna bagi pengguna tertentu.
2.3
Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi menurut Davis (1999, p5) dapat diartikan sebagai kesatuan dari hardware, software, brainware, sumber data dan komponenkomponen prosedural yang bertujuan untuk menyediakan data dan informasi yang akurat bagi orang yang tepat pada waktu yang sesuai. Sistem informasi menurut Turban (2001, p15) mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menganalisis informasi untuk tujuan tertentu yang terdiri dari masukan (data, instruksi) dan keluaran (laporan, hasil perhitungan). Sistem informasi menurut Laudon (2002, p7) adalah komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan (atau menampilkan), memproses, menyimpan
dan
mendistribusikan
informasi
untuk
mendukung
proses
pengambilan keputusan, koordinasi dan kontrol di dalam organisasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sistem informasi mengolah masukan dan menghasilkan keluaran yang berguna bagi pengguna.
13 Sistem
informasi
dengan
kemampuan
yang
baik
harus
dapat
menyediakan pemrosesan transaksi yang cepat dan tepat, kapasitas besar dan akses penyimpanan yang cepat, komunikasi cepat, mengurangi informasi yang berlebihan, dapat melalui hambatan, menyediakan dukungan dalam pengambilan keputusan dan kompetitif (O’Brien, 2002, p18).
2.4
Pengertian Geografis Menurut Kurikulum 1994, geografis berasal dari kata “Geographia” yang diambil dari bahasa Yunani. “Geographia” sendiri berasal dari dua kata yaitu “Geo” yang berarti bumi dan “Graphein” yang berarti mencitrakan sesuatu atau melukiskan. Jadi, secara harfiah Geografis artinya ilmu yang mempelajari pencitraan dan penggambaran bumi. Dari sudut pandang ilmu, geografis merupakan segala sesuatu yang terkait dengan keruangan bumi. Tekanan utama Geografis bukanlah pada substansi, melainkan pada sudut pandang spasial. Produk akhir geografis adalah wilayah-wilayah (region) sebagai perwujudan dari persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari sesuatu yang terdapat di permukaan bumi. Secara harfiah, Geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi. Sedangkan kata Geografis artinya adalah segala sesuatu yang bersangkut paut dengan Geografi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997).
14 2.5
Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.5.1
Pengertian SIG Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah rangkaian kegiatan pengumpulan, penataan, pengolahan dan proses analisis data/fakta spasial sehingga diperoleh informasi spasial untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatu masalah dalam ruang muka bumi tertentu. Sistem ini sudah ada sebelum komputer ditemukan dan merupakan kegiatan rutin seorang ahli geografi. SIG didefinisikan oleh Rhind (Burrough, 1986, p28) sebagai suatu sistem komputer yang dapat menampung dan menggunakan data yang menjelaskan keadaan di permukaan bumi. Menurut Universitas Bina Nusantara (SP223, p01/02-06), definisi SIG secara umum adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. Menurut Heywood (2002, p12), secara singkat dijelaskan SIG dapat digunakan untuk memberi nilai tambah bagi data spasial. Dengan melakukan
pengaturan
dan
memperlihatkan
data
secara
tepat,
menggabungkannya dengan data lain, melakukan analisis terhadap data, dan menghasilkan data baru yang berguna, pada gilirannya SIG dapat memberikan informasi yang berguna untuk membantu pembuatan keputusan.
15 Dapat ditarik kesimpulan bahwa SIG adalah suatu sistem terkomputerisasi yang mampu mengolah data spasial sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan keputusan.
2.5.2
Komponen SIG SIG dapat disajikan sebagai suatu paket software dimana komponen-komponen pendukungnya menjadi alat yang digunakan untuk mengmasukkan, memanipulasi, menganalisis dan menghasilkan data (Heywood, 2002, p13). Ada 4 komponen utama SIG yang harus dipenuhi, yaitu: •
Perangkat Keras (hardware)
•
Piranti Lunak (software)
•
Data
•
Pelaksana SIG
Perangkat keras dan perangkat lunak adalah komponen penting dalam SIG, namun aspek-aspek data yang baik juga harus dipenuhi sehingga proses manajemen dan analisis data dapat dilakukan dengan baik oleh pelaksana SIG yang bertanggung jawab.
16 2.5.2.1
Komponen Hardware SIG Meskipun dapat dijalankan mulai dari portable PC sampai multi-user supercomputers, namun ada beberapa komponen utama hardware SIG yaitu: 1.
Central Processing Unit (CPU) Pusat pemrosesan dengan kemampuan yang memadai dalam menjalankan perangkat lunak (software).
2.
Memory Unit memory yang mampu menampung data dalam jumlah besar ketika aplikasi melakukan operasi analisis. Juga dapat diartikan sebagai storage unit yaitu ruang penyimpanan, diantaranya berupa disk drive atau tape drive.
3.
Virtual Display Unit (VDU) Layar monitor berwarna dengan kualitas baik dan resolusi tinggi untuk sebagai media representasi maupun interaksi dengan user.
4.
Peralatan input dan output data i.
Scanner, alat input data yang mendeteksi cahaya, digunakan untuk mengkonversikan peta kertas menjadi peta digital.
ii.
Digitizer, alat untuk mengkonversikan peta menjadi peta digital berbasis vektor.
17 iii.
Keyboard, alat untuk memasukkan data ke dalam file pada terminal komputer.
iv.
Plotter, alat serupa printer yang mempunyai kemampuan lebih tinggi yang mampu mencetak peta vektor.
Gambar 2.1 Komponen Hardware SIG
Dengan menggunakan scanner, peta berupa kertas dikonversikan ke dalam bentuk yang bisa disimpan ke dalam komputer, masih berupa file raster. Lalu dengan menggunakan digitizer, peta tersebut dikoversikan ke dalam bentuk digital, proses ini disebut ‘digitasi’. Hasil proses digitasi berupa file digital akan dilengkapi dengan data atributiknya melalui proses input data menggunakan keyboard yang dilakukan oleh pelaksana aplikasi SIG. VDU digunakan untuk menampilkan data sebagai media interaksi dengan pelaksana aplikasi SIG, pada hampir semua kegiatan dalam SIG.
18 Central processing unit dan memory yang memadai diperlukan dalam setiap kegiatan aplikasi SIG; untuk menampung proses input (scanning, digitasi, input data), menganalisis data, menampilkan data pada VDU, dan proses menghasilkan output (ke storage media, print hasil proses). Disk drive dan tape drive dihubungkan ke komputer sebagai media penyimpanan berbagai macam data, baik sebelum maupun data hasil analisis SIG. Fungsi plotter untuk merepresentasikan hasil pemrosesan data pada media kertas.
2.5.2.2
Komponen Software SIG Perangkat lunak (software) SIG memungkinkan user untuk
memasukkan,
menyimpan,
mentransformasikan,
menganalisis, dan menghasilkan keluaran data.
Data Input
Geographic Database
Query Input
Transformation Display and Reporting
Gambar 2.2 Komponen Software SIG
19 Dalam software SIG, terdapat 5 teknik dasar yaitu: 1.
Input dan verifikasi data Mencakup masukan data dari peta, observasi lapangan dan sensor melalui keyboard, digitizer, scanner dan transfer data elektronik, kemudian mengkonversi data dari bentuk awal menjadi bentuk digital yang dapat digunakan pada SIG.
Gambar 2.3 Input dan Verifikasi Data SIG
2.
Manajemen Data Database merupakan sekumpulan data yang saling berhubungan. Kegiatan manajemen data mencakup penyimpanan, pengorganisasian dan pencarian kembali data menggunakan Database Management Systems (DBMS).
20
Gambar 2.4 Bagan Database SIG
3.
Keluaran data dan presentasi Merupakan cara data ditampilkan dan bagaimana hasil analisis dilaporkan kepada user, mulai dari penyajian data dalam bentuk cetakan maupun bentuk digital. Data direpresentasikan sebagai peta, tabel, maupun statistik (grafik maupun diagram).
Gambar 2.5 Bagan Output Data SIG
21 4.
Transformasi data Merupakan proses mengubah representasi dari sebuah entity atau sekumpulan data, mengubah proyeksi dari layar peta atau mengkoreksi kesalahan sistematik akibat proses digitasi. Dua operasi utama yang dilakukan adalah: -
Menghilangkan kesalahan pada data atau untuk menjaga agar data yang ditampilkan adalah data terkini atau untuk menghubungkan data dengan data lainnya.
-
Melakukan analisis yang diaplikasikan pada data untuk memenuhi kebutuhan user dalam memperoleh laporan geografis.
Gambar 2.6 Bagan Transformasi Data SIG
22 5.
Interaksi dengan user Sistem harus dapat berinteraksi dengan user. Interaksi paling sederhana adalah menunjuk dan mengeklik dengan mouse, ini merupakan cara paling efisien menampilkan fungsi yang kompleks pada pengguna awam. Cara lainnya adalah dengan meminta user memasukkan perintah sederhana. Interaksi dalam sistem SIG ditujukan untuk memudahkan untuk menerima pertanyaan dan menyajikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan user.
2.5.2.3
Manajemen Data SIG Dalam pengolahan data SIG, terdapat 2 jenis data, yaitu data spasial dan data non-spasial (attribute) yang saling melengkapi. Data spasial adalah data keruangan yang menjelaskan posisi suatu objek di permukaan bumi yang mempunyai acuan lokasi berdasarkan sistem koordinat tertentu. Data atribut merupakan deskripsi dari suatu keruangan. Data ini digunakan untuk melengkapi objek-objek yang terpetakan. Data ini pada umumnya dipresentasikan secara tekstual dalam bentuk tabel-tabel.
23 2.5.2.4
Jenis Data SIG Data spasial disajikan dalam bentuk titik (node), garis (arc), dan bidang (polygon) melalui 2 model, yaitu: •
Model Data Raster Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial menggunakan struktur matriks atau pixel (picture cells) yang tersusun membentuk grid. Umumnya sel-sel berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang, tetapi bisa juga berupa segitiga atau persegi
enam.
Akurasi
pada
model
raster
sangat
bergantung pada resolusi (jumlah pixel yang termuat dalam suatu gambar) yang digunakan. •
Model Data Vektor Pengertian secara matematis, vektor adalah sebuah garis lurus yang mempunyai besaran dan arah. Dalam penggambaran data SIG, sebuah garis lurus antara dua data koordinat pada data digital adalah sebuah vektor, begitu halnya dengan titik, garis, dan area yang dibangun dari gabungan garis-garis vektor (polygon). Struktur vektor memungkinkan penyajian yang lebih mendetil dibandingkan
struktur
raster,
tetapi
membutuhkan
perangkat yang lebih mahal dan lebih rumit dalam penggunaannya.
24
Gambar 2.7 Perbandingan Model Raster dengan Vektor
25 Tabel 2.1 Perbedaan Vektor dengan Raster RASTER
VEKTOR
1. Perolehan Data
Cepat
Lambat
2. Volume data
Besar
Kecil
Medium
Baik
Sederhana
Kompleks
5. Akurasi Geometris
Rendah
Tinggi
6. Analisis Jaringan Linier
Kurang
Baik
7. Analisis Area / polygon
Baik
Kurang
8. Kombinasi Layer Data
Baik
Kurang
Sederhana
Kompleks
3. Grafis 4. Struktur Data
9. Generalisasi
Sumber: SP223 – Sistem Informasi Geografi
2.5.2.5
Sumber Data SIG Secara umum, data yang digunakan dalam suatu sistem apapun, tak terkecuali dalam SIG harus memenuhi kualitas data dari segi kebenaran, kelengkapan dan keterpaduan data yang dapat dilihat dari beberapa aspek (Turban, 2003, p355):
Ketepatan (accurate)
Keamanan (secure)
Keterkaitan (relevant)
Kebaruan (timely)
Kelengkapan (complete)
Kehandalan (consistent)
26 Menurut Paryono (1994, pp4-pp5), sistem informasi geografis memerlukan data masukan agar dapat berfungsi dan memberikan informasi lain hasil analisisnya. Data masukan tersebut dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu: a. Lapangan Data ini diperoleh langsung dari pengukuran lapangan secara langsung, seperti misalnya pH tanah, salinitas air, curah hujan suatu wilayah, dan sebagainya. b. Peta Informasi yang telah terekam pada peta kertas atau film, dikonversikan ke dalam bentuk digital. Misalnya peta geologi, peta tanah, dan sebagainya. Apabila data sudah terekam dalam bentuk peta (digital), tidak lagi diperlukan data lapangan, kecuali untuk pengecekan kebenarannya. c. Penginderaan jauh Citra penginderaan jauh yang berupa foto udara atau radar dapat
diinterpretasikan
terlebih
dahulu
sebelum
dikonversikan ke dalam bentuk digital. Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah diadakan koreksi seperlunya.
27 2.5.3
Analisis SIG 2.5.3.1
Fungsi Analisis SIG Kemampuan SIG adalah dalam manipulasi terhadap data spasial dan data atributik dalam proses analisisnya. a) Fungsi analisis atribut: Menghasilkan data berupa angka-angka yang dapat disajikan dalam bentuk laporan, statistik, dan data kuantitatif lainnya. b) Fungsi analisis spasial: Bertujuan untuk menghasilkan data spasial baru dengan informasi baru yang dihasilkan dari data spasial yang menjadi masukannya.
Setiap analisis dalam SIG dijalankan agar mampu memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan user (Heywood 2004, pp109-pp136), seperti:
Lokasi (Ada apa di ....?)
Kondisi (Dimana letaknya?)
Kecenderungan (Apa yang telah berubah sejak ....?)
Pola (Pola spasial apa yang terjadi?)
Permodelan (Bagaimana jika....?)
28 2.5.3.2
Analisis Data SIG Dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan oleh SIG, user dapat memperoleh informasi yang diinginkan. Hal tersebut dilakukan dengan cara memanipulasi data geografis, baik data spasial maupun data atributiknya. Berikut adalah contoh dari analisis yang dilakukan dalam SIG terhadap data spasialnya:
Gambar 2.8 Contoh Analisis Buffering
Point Buffering buffer radius
buffer radius
Polygon Buffering
buffer radius
Line Buffering
Gambar 2.9 Jenis Buffering
29
Gambar 2.10 Contoh Analisis Overlay
Analisis overlay pada dasarnya menggunakan operasi Boolean yang dapat digambarkan dengan baik oleh Diagram Venn seperti berikut ini:
Gambar 2.11 Operasi Boolean A AND B
Gambar 2.12 Operasi Boolean A OR B
Gambar 2.13 Operasi Boolean A NOT B
Gambar 2.14 Operasi Boolean A XOR B
30 Analisis terhadap data spasial berdasarkan pada salah satu operasi boolean, namun bisa juga merupakan gabungan dari dua atau lebih operasi yang dilakukan terhadap suatu data spasial untuk menghasilkan data spasial baru. Analisis terhadap data atribut terdiri dari manajemen database, segala bentuk input data atributik, dan manipulasi terhadap database (add, update, delete, query, view).
2.5.4
Keuntungan Penggunaan SIG Informasi geografis yang disajikan pada peta konvensional boleh jadi merupakan informasi yang lebih murah dari segi biaya. Namun peta konvensional
merupakan
hasil
manipulasi
untuk
memudahkan
pembacaan sehingga tidak lagi menampakkan keasliannya.
Berikut adalah beberapa keuntungan penggunaan SIG (Yousman, 2004) : 1. SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail atau tema yang diinginkan, menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan perbaikan data dengan lebih cepat dan memodelkan data serta menganalisis suatu keputusan. 2. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan untuk menampilan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-atributnya.
31 3. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi menjadi beberapa layer data spasial. Dengan layer, permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali atau dimodelkan dalam bentuk 3 dimensi berdasarkan data ketinggiannya.
Perlu ditambahkan, keuntungan menggunakan SIG menurut Paryono (1994, p4), adalah metode penyimpanan digital yang dimiliki oleh SIG dapat menyimpan data seperti apa adanya. Perubahan yang dilakukan pada data keruangan juga mudah dan dapat secara cepat dilakukan, hal ini membuat informasi geografis tersebut cukup dinamis. Dengan kemampuan manipulasi dan analisis data, model-model suatu peta dapat dengan mudah diperoleh dan boleh dikatakan murah, sebab yang dilakukan hanya mengubah rumus analisisnya dan tidak mengubah data asli yang ada. Kemajuan teknologi yang pesat membuat kapasitas penyimpanan data digital semakin besar dan perkembangan teknologi grafik mampu menyajikan informasi yang lebih banyak dan bervariasi.
2.6
Pemetaan 2.6.1
Pengertian Peta Di lingkungan pendidikan sekolah, peta berfungsi sebagai alat peraga,
media pembelajaran, catatan visual permanen, alat komunikasi, dan alat analisis. Jika kita melakukan pembahasan materi tentang letak dan luas suatu wilayah menggunakan peta, tentu kita akan lebih cepat memahami materi tersebut (Kurikulum 1994).
32 Dengan menggunakan peta dan data-data statistiknya, kita dapat dengan mudah dan cepat memperoleh data tentang informasi geografi yang berkaitan dengan suatu negara, atau kita dapat membandingkan luas suatu negara dengan negara lainnya.
2.6.2
Jenis-jenis Peta Menurut Depdikbud, Peta dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Peta Topografi, yaitu sebuah peta yang mempunyai tujuan untuk memotret atau menggambarkan permukaan bumi secara umum.
2. Peta Dasar, yaitu sekumpulan data topografi yang ditunjukkan dalam sebuah peta yang memberikan sebuah referensi atau kontekstual informasi kepada pelanggan.
3. Peta Tematik, yaitu peta yang diambil dari berbagai jenis informasi yang dipilih untuk menunjukkan kepada satu atau beberapa tema spesifik. Terbagi menjadi dua, yaitu Peta Statistik dan Peta Dinamik. a. Peta Statistik dibagi menjadi dua, yaitu Peta Statistik Kualitatif yang
menggambarkan
penyebaran
jenis
data
tanpa
memperhitungkan jumlah data (contoh: pembagian lahan), dan Peta Statistik Kuantitatif yang mencantumkan besaran data yang terdapat di dalamnya b. Peta Dinamik, yaitu peta yang khusus menggambarkan gerakan data secara geografis (contoh: migrasi penduduk).
33 2.6.3
Syarat-syarat Peta Pada hakekatnya peta merupakan alat peraga, catatan visual permanen, alat komunikasi, dan alat analisis. Dengan demikian, untuk pembuatan peta harus dipenuhi syarat-syarat berikut;
Secara Umum: a) Jelas dan tidak membingungkan b) Mudah dimengerti maknanya c) Memberi gambaran mirip dengan wujud dan letak sebenarnya d) Sedap dipandang, menarik, rapi, dan bersih
Secara Khusus: -
Judul Peta
-
Skala Peta
-
Orientasi Peta
-
Sumber Peta
-
Tahun Pembuatan Peta
-
Inset Peta
-
Warna Peta
-
Tulisan (Lettering)
-
Garis Tepi Peta
-
Garis Astronomi
-
Legenda Peta.
34 2.6.4
Skala Peta Skala ada dua macam, yaitu skala angka dan skala garis. a) Skala angka (numerik) Skala angka adalah perbandingan jarak yang dinyatakan dengan angka. Berdasarkan besarnya skala angka yang digunakan, peta dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut: -
Peta kadaster/peta teknik, berskala 1:100 – 1:5.000
-
Peta skala besar, berskala < 1:5.000 – 1:250.000
-
Peta skala sedang, berskala < 1:250.000 – 1:500.000
-
Peta skala kecil, berskala < 1:500.000 – 1:1.000.000
-
Peta skala tinjau (geografis), berskala < 1:1.000.000
b) Skala garis (grafis) Skala garis adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak di lapangan yang ditunjukkan dalam bentuk garis 0
1
0
8
2
3
4
5 cm (Skala Peta
1 : 800.000)
24 40 km Gambar 2.15 Contoh Simbol Skala Garis
Berdasarkan Pasal 30 PP No. 10 Thn 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah, ditetapkan “Peta wilayah daerah kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, berpedoman pada tingkat ketelitian minimal berskala 1:50.000.”
35 2.7
System Development Life Cycle 2.7.1
Pengertian SDLC Systems Development Life Cycle (SDLC) adalah sekumpulan kegiatan yang dibutuhkan dalam membangun suatu solusi sistem informasi yang dapat memberi jawaban bagi permasalahan maupun kesempatan bisnis (Turban, 2003, p461). Definisi SDLC menurut IEEE adalah : The application of a systematic, disciplined, quantifiable approach to the development, operation, and maintenance of software; that is, the application of engineering to software.
2.7.2
Jenis-jenis SDLC Telah dikembangkan beberapa model proses rekayasa piranti lunak, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, akan tetapi seluruhnya memiliki serangkaian fase generik yang sama (Pressman, 2001, pp28-38). Berikut adalah jenis SDLC yang umum digunakan: 1. Linear Sequential Model 2. Prototyping Model Konstruksi Prototype berguna sebagai mekanisme untuk mengetahui kebutuhan langsung user piranti lunak secara lebih lanjut serta mendeteksi
kelemahan-kelemahannya
dikembangkan lebih lanjut.
sehingga
sistem
dapat
36 3. RAD (Rapid Application Development) Rapid Application Modeling merupakan adaptasi dari Linear Sequential Modeling terhadap tahap pengembangan software yang menggunakan waktu yang sempit. 4. Incremental Model Penggabungan elemen konvensional Linear Sequential Model dengan filosofi interatif pada Prototyping. 5. Spiral Model Model ini dibagi menjadi beberapa framework yang disebut task regions, masing-masing mendefinisikan satu set kegiatan tertentu. 6. Concurrent Development Model
2.7.3
The Spiral Model Spiral Model yang pertama kali diusulkan oleh Boehm merupakan terobosan dari software development yang menggabungkan sifat iteratif dari Prototyping Model dengan sifat keteraturan dan aspek pengendalian yang dimiliki oleh Linear Sequential Model. Spiral Model memungkinkan pembaharuan versi software dalam waktu yang sempit. Semakin tinggi tingkat iterasi, maka semakin lengkap pula versi software yang dihasilkan.. Model ini dibagi menjadi beberapa framework yang disebut task regions, masing-masing mendefinisikan satu set kegiatan tertentu.
37
Gambar 2.16 Bentuk Umum Spiral Model
Secara umum, framework Spiral Model adalah sebagai berikut: a. Customer Communication; disini perlu dijalin komunikasi yang efektif antara user dan developer. b. Planning; Mengetahui sumber daya, tenggat waktu, dan informasi lain. c. Risk Analysis; Menentukan resiko teknis dan non-teknis. d. Engineering; Membangun satu atau lebih bagian gambaran dari aplikasi. e. Construction and Release; Membangun, mencoba, install, dan menyediakan dukungan bagi user (contoh: dokumentasi dan pelatihan). f. Customer Evaluation; Mengumpulkan feedback dan evaluasi terhadap software selama tahap Engineering maupun tahap setelahnya.
38 Kelebihan dari Spiral Model adalah biaya dan penjadwalan disesuaikan dengan feedback yang didapat dari tahap Customer Evaluation, juga terjalin hubungan yang efektif antara Developer dan User, selain itu model ini juga dapat digunakan sepanjang masa pakai software yang dihasilkannya. Namun model ini belum digunakan secara luas seperti halnya Linear Sequntial maupun Prototyping, dan akan memerlukan beberapa tahun sebelum keunggulan penting dari Spiral Model ini dapat diterima tanpa keraguan (Pressman, 2001, p38).
2.7.4
Komponen SDLC Kunci utama dari SDLC adalah Perancangan Sistem. Dalam perancangan sistem, dibutuhkan beberapa tool yang memudahkan penjabaran masalah, aliran data dan penggambaran rancangan proses seperti State Transition Diagram dan DataFlowDiagram. Perkembangan terbaru dari tool dalam SDLC seperti UML cukup populer sekarang ini.
2.7.5
State Transition Diagram Menurut Jeffrey. A et al (1996, p364), State Transition Diagram (STD) menggambarkan bagaimana suatu proses dihubungkan satu sama lain dalam waktu yang bersamaan. STD atau ‘Diagram Aliran Data’ digambarkan dengan sebuah kondisi yang berupa komponen sistem yang menunjukkan bagaimana kejadian-kejadian tersebut dari satu state ke state yang lain.
39 Menurut Pressman (2001, p317), STD menggambarkan kebiasaan dari suatu sistem dengan menggambarkan kondisi dan kejadian yang menyebabkan perubahan suatu kondisi. Selain itu, dapat dikatakan STD menunjukkan tindakan yang diambil sebagai akibat dari suatu kejadian. Ada 2 macam simbol yang menggambarkan proses dalam State Transition Diagram, yaitu : a)
Gambar persegi panjang menunjukkan kondisi (state) dari sistem.
Gambar 2.17 Notasi State b)
Gambar panah menunjukkan transisi antar state. Tiap panah diberi label dengan ekspresi aturan. Label yang diatas menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi terjadi. Label yang bawah menunjukkan aksi yang terjadi akibat dari kejadian tadi.
Gambar 2.18 Notasi Perubahan State
Gambar 2.19 Contoh State Transition Diagram
40 State adalah suatu gambaran keadaan. State terbagi menjadi 3 bagian : Initial state (state awal), normal state, dan final state (state akhir). Initial state dan final state tidak harus dibuat hanya satu buah. Condition adalah suatu event (kejadian) pada lingkungan luar yang dapat dideteksi oleh sistem. Action adalah yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap condition. Action akan menghasilkan keluaran, tampilan pesan pada layar, hasil kalkulasi, dan lain-lain.
41 Teori-teori Khusus 2.8
Database 2.8.1
Pengertian Database Database adalah suatu kumpulan dari data yang berhubungan secara logis beserta deskripsinya, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah organisasi. Database merepresentasikan entity, atribut, dan relasi logis antar entity. (Connolly et al, 2002, p14). Untuk memungkinkan pengguna untuk menetapkan, membuat, memelihara
dan
mengendalikan
akses
dalam
database,
maka
digunakanlah Database Management System (DBMS). Sekilas fungsi DBMS adalah: i.
Penanganan dan Manajemen File, yaitu membuat, menghapus, dan mengubah stuktur database.
ii.
Menambah, meng–update dan menghapus record.
iii.
Ekstraksi informasi dari data, yaitu sorting, summarizing, dan data querying.
2.8.2
iv.
Pemeliharaan keamanan dan integritas data
v.
Pembangunan aplikasi.
Pengertian Data Dictionary Kendall (2005): ’Data dictionary is a main method for analysing the data
flows and data stores of data–oriented systems. It is a reference work of data about data (metadata). It collects, coordinates, and confirms what a specific data term means to different people in the organization.’
42 Menurut O’Brien (2003, p91), Data Dictionary adalah suatu daftar terorganisasi tentang komposisi aliran data, dan data store yang digunakan pada DFD.
2.9
Tata Ruang 2.9.1
Pengertian Tata Ruang Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah
nasional, ruang wilayah Daerah Tingkat I, dan ruang wilayah Daerah Tingkat II, yang mencakup perkotaan dan pedesaan, baik direncanakan maupun tidak, yang menunjukkan adanya hierarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Penataan ruang adalah proses perencanaan, pelaksanaan rencana, dan pengendalian pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
2.9.2
Pembagian Tata Ruang di Kota Depok Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kota di wilayah Kota Depok
selain berdasarkan adanya potensi kecenderungan (trend oriented), mengarah pula pada faktor pembentukan ruang yang optimal (target oriented). Konsep struktur tata ruang Kota Depok di masa yang akan dating dikembangkan melalui pengolahan potensi pengembangan infrastuktur, luasan wilayah dan jenis kegiatan yang akan berkembang sesuai dengan fungsi kota yang dituju. Adapun perencanaan tata ruang di Kota Depok menggunakan pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) menjadi 12 (dua belas) BWK yang dibagi berdasarkan karakteristik fisik dan perkembangannya.
43 Ke-dua belas BWK tersebut adalah: I.
BWK Beji, dengan fungsi utama kawasan perdagangan dan jasa
II.
BWK Tugu, dengan fungsi utama sebagai kawasan permukiman
III.
BWK Mekarsari, fungsi utama sebagai sub pusat kota dan permukiman
IV.
BWK Sukatani, fungsi utamanaya sebagai kawasan permukiman
V.
BWK Mekarjaya, fungsi utamanya sebagai kawasan permukiman
VI.
BWK Jatijajar, fungsi utama sebagai sub pusat kota dan permukiman
VII.
BWK Sukmajaya, fungsi utamanya sebagai kawasan permukiman
VIII.
BWK Pancoran Mas, dengan fungsi utama sebagai kawasan pendidikan dan agribisnis
IX.
BWK Sawangan, dengan fungsi utama sebagai sub pusat kota, kawasan permukiman dan agribisnis.
X.
BWK Bojongsari, dengan fungsi utama sebagai sub pusat kota, kawasan wisata, dan permukiman.
XI.
BWK Rangkapan Jaya, dengan fungsi utama sebagai sub pusat kota dan kawasan permukiman.
XII.
BWK Cinere, dengan fungsi utama sebagai sub pusat kota dan kawasan permukiman.
2.9.3
Pengertian Alokasi Alokasi adalah menentukan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat. Dalam hubungannya dengan konteks keruangan dan tata kota, alokasi adalah penentuan pembagian ruang dan peruntukan penggunaan lahan kota (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997).
44 2.10
Industri 2.10.1 Pengertian Industri Industri secara garis besar adalah suatu unit atau kelompok usaha bisnis yang memiliki sistem atau pendekatan tentang memperoleh keuntungan. Secara khusus didefinisikan sebagai areal produksi yang memusatkan usahanya di bidang pabrikasi. (Wikipedia). Kawasan industri menurut RTRW Kota Depok adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukan bagi pengembangan industri beserta fasilitas penunjangnya.
2.10.2 Manfaat Industri Tujuan pembangunan industri di Indonesia adalah untuk hal-hal berikut: a. Memenuhi kebutuhan masyarakat b. Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat c. Memperkokoh struktur ekonomi nasional d. Meningkatkan penerimaan devisa untuk negara. e. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha f. Menaikkan peranan pasar dalam negeri dan luar negeri g. Mengurangi
ketergantungan
impor
menggunakan produksi dalam negeri
dengan
lebih
banyak
45 2.10.3 Klasifikasi Industri Klasifikasi industri menurut jumlah tenaga kerja (Kurikulum berbasis kompetensi) meliputi: 1)
Industri Rumah Tangga Industri Rumah Tangga adalah industri di lingkungan rumah tangga yang merupakan bagian dari Industri Kecil. Jumlah tenaga kerja industri ini adalah antara 1 sampai 4 orang berasal dari lingkungan keluarga atau tetangga di sekitarnya. Industri Rumah Tangga sering disebut sebagai Home Industry dan biasanya merupakan usaha sampingan.
2)
Industri Kecil Industri Kecil adalah industri yang sistem kerjanya masih tradisional dengan tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang, peralatannya sederhana, dan pembagian kerjanya belum jelas. Hasil Industri Kecil pada umumnya secara langsung dapat dipakai oleh konsumen.
3)
Industri Sedang Industri Sedang adalah industri yang memilki tata laksana dan peralatan cukup modern, modalnya cukup besar, pembagian kerjanya jelas, tenaga kerjanya antara 20 sampai 99 orang, dan menjadi mata pencaharian pokok. Industri Sedang juga disebut sebagai ‘Industri Menengah’ dan pada umumnya menghasilkan bahan baku, tetapi ada yang dapat menghasilkan barang jadi.
46 4)
Industri Besar Industri Besar adalah industri yang memiliki tata laksana, peralatannya modern, modalnya besar, pembagian kerjanya jelas, tenaga kerjanya lebih dari 100 orang, sebagian hasilnya untuk ekspor, dan menjadi mata pencaharian pokok. Industri Besar yang sering disebut sebagai ‘Industri Modern’ pada umumnya menghasilkan bahan baku, tetapi ada yang dapat menghasilkan barang jadi yang secara langsung dapat dipakai oleh konsumen.
Tabel 2.2 Ciri-Ciri yang Mencolok dari Perbedaan Industri Industri Kecil
Industri sedang
Industri Besar
2. Jumlah tenaga kerja
1. Jumlah tenaga kerja
1. Jumlah tenaga kerja
antara 1 s.d 19 orang
antara 20 s.d 99 orang
Lebih dari 100 orang
3. Modal relatif kecil
2. Modal cukup besar
2. Modal besar
4. Peralatan sederhana
3. Peralatan menengah
3. Peralatan modern
5. Sebagai pekerjaan sambilan
4. Sebagai pencaharian pokok
4. Banyak tenaga ahli
6. Pengolahan tradisional
5. Pembagian kerja jelas
5. Manajemen teratur
Memiliki tenaga ahli
6. Sebagai produsen
7. Tenaga kerjanya dari lingkungan keluarga
Sumber: Buku Geografi Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, hal. 197
kebutuhan besar
47 2.11
Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau berfungsi sebagai perlindungan ekosistem, pengamanan lingkungan dari pencemaran, penciptaan iklim mikro, perlindungan
tata
air,
meningkatkan
citra
estetika
lingkungan,
menciptakan kebersihan dan kesehatan, sarana rekreasi, dan sarana produksi. Berdasarkan pasal 13 Perda Kota Depok No. 12 Tahun 2001 tentang RTRW 2000-2010, ruang terbuka hijau terdiri dari kawasan lindung/alami, hijau buatan, dan hijau. Prosentase luas keseluruhan ruang terbuka hijau sampai tahun 2010 diserahkan sebesar 50,12% dari luas wilayah Kota Depok. Keberadaan ruang terbuka hijau sejalan dengan visi Kota Depok dalam usaha pelestarian lingkungannya. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan habitat setempat maupun untuk tujuan perlindungan yang lebih luas.
2.11.1 Koefisien Dasar Hijau Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah prosentase berdasarkan perbandingan jumlah luas luas area hijau terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencaan yang dikuasai sesuai dengan RTRW.
48 2.12
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) no. 27 tahun 1999. Ketentuan AMDAL di Kota Depok ditangani pengawasan, pengaturan dan pelaksanaannya oleh Dinas Kesehatan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Kota Depok.