BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Komunikasi Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi atau dalam
bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan mengenai makna apa yang dipercakapkan (Effendy, 1999: 9). Dari pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi dapat tercipta dengan baik apabila terjadi persamaan persepsi. Menurut Edwin B. Flippo, komunikasi adalah kegiatan mendorong orang-orang lain untuk menafsirkan suatu ide dengan cara yang diinginkan oleh si pembicara atau si penulis (Moekijat, 2003: 3). Berdasarkan pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah sebuah cara yang dilakukan oleh orang-orang untuk mendapatkan sebuah informasi. Terry dan Franklin mengatakan (dalam Moekijat, 2003: 3) komunikasi adalah seni mengembangkan dan mendapatkan pengertian di antara orang-orang. Komunikasi adalah proses menukar informasi dan perasaan diantara dua orang atau lebih, dan penting bagi manajemen yang efektif. 10
11
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
2.1.2
Komunikasi Massa
2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan feed back (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri-ciri massa yaitu; (1) jumlah besar, (2) antara individu, tidak ada hubungan / organisatoris; dan (3) memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Kalau kita berbicara tentang komunikasi massa, tentu media massa tidak akan tertinggal untuk dibicarakan, karena komunikasi massa, hanya dapat berlangsung melalui media massa. Bittner seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat mengatakan bahwa ”komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang” (Rakhmat, 2003: 188). Definisi ini memberikan batasan pada komponen-komponen dari komunikasi massa. Komponen-komponen itu mencakup adanya pesan-pesan, media massa (radio, televisi, film, dan media cetak), dan khalayak.
12
Berdasarkan batasan – batasan tersebut menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan komunikasi massa itu dan Drs. Jalaluddin Rakhmat,M.Sc. telah merangkumnya dalam suatu pengertian sebagai berikut: ”Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2003: 178). Adapun karakteristik dari komunikasi massa adalah sebagai berikut : a.
Komunikasi melalui media massa ditujukan kepada khalayak luas.
b.
Bentuk komunikasi melalui media massa bersifat umum bukan pribadi.
c.
Pola penyampaian pesan secara cepat.
d.
Penyampaian pesan melalui media massa berjalan satu arah.
e.
Kegiatan komunikasi massa dilakukan terencana, terjadwal, dan terorganisasi.
f.
Penyampaian melalui media massa dilakukan secara berkala.
g.
Isi pesan media massa mencakup berbagai bidang kehidupan manusia.
2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa Dengan modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan – pesannya. Karena itu, tidak mengherankan kalau mampu memaksa penontonnya duduk berjam – jam di depan pesawat televisi. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir.
13
Fungsi media massa televisi menurut seorang ahli komunikasi Dr. Harold D. Laswell (1975) melihat fungsi utama media massa sebagai berikut: (Rakhmat, 2003: 178) a) The Surveillance of the environment. Artinya, media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan, atau dalam bahasa sederhana, sebagai pemberi informasi tentang hal – hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas. b) The corellation of the parts of society in responding to the environment. Artinya, media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi dari informasi. Dalam hal ini peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa. c) The transmission of the social heritage from one generation to the next. Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi lainnya Di samping ketiga fungsi utama seperti yang diketengahkan oleh Laswell tersebut, Charles R. Wright (1975), dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective, fungsi media massa dinyatakan sebagai “Communicative acts primarily intended for amusement irrespective of any instrumental effects they might have” . Media massa mempunyai fungsi hiburan. Justru karena fungsi hiburan inilah orang membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Demikian pula Wilbur Schramm (1975) melihat fungsi media massa sebagai sarana promosi atau iklan. “To sell goods for us”.
14
Dari semua definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi media massa adalah sebagai berikut: a)
Sebagai media Berita dan Penerangan
b)
Sebagai media Pendidikan
c)
Sebagai media Hiburan
d)
Sebagai media Promosi
2.1.3
Efek Komunikasi Massa Steven H. Chaffe menyebutkan ada lima hal tentang efek komunikasi massa dan
keberadaanya sebagai benda fisik, yaitu : (Rakhmat, 2003 : 220- 222). a.
Efek Ekonomi Kehadiran media massa menggerakan berbagai usaha – produksi, distribusi – konsumsi “ jasa “ media massa. Kehadiran surat kabar berarti menhidupkan pabrik pensulaplai kertas koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, serta memberi pekerjaan pada wartawan, ahli perancang grafis, pengedar, pengecer, pencari iklan dan sebagainya.
b.
Efek Sosial Berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi menghadirkan status sosial pemiliknya. Di perdesaan, televisi telah membentuk jaringan–jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang menjadi pusat jaringan sosial, yang menghimpun disekitarnya, tetangga dan penduduk desa sosiologi.
15
c.
Efek pada penjadwalan kegiatan Masuknya televisi ke kehidupan masyarakat mengakibatkan beberapa kegiatan sehari-sehari dikurangi dan beberapa kegiatan lainya dihentikan sama sekali, karena waktunya dipakai untuk menonton televisi.
d.
Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Sering terjadi orang juga menggunakan media untuk menghilangkan rasa tidak enak. Misalnya kesepian, marah, kecewa dan sebagainya. Media digunakan tanpa mempersoalan isi pesan yang disampaikannya, media digunakan hanya sekedar untuk menenangkan kembali perasaanya.
e.
Efek pada perasaan orang terhadap media Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Timbulnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitanya dengan pengalaman individu bersama media tersebut.
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul “ Dinamika Komunikasi”, mengatakan bahwa ada tiga dampak dari komunikasi, yaitu : (Effendy, 2003 : 7) 1.
Dampak Kognitif Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan ia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Disini pesan yang ingin disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain
16
perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan. 2.
Dampak Afektif Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan
komuikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, marah dan sebagainya. 3.
Dampaknya Konatif Dampak Konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau kegiatan. 2.1.4
Media Massa
2.1.4.1 Definisi Media Massa Media massa (mass media) merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan secara luas sebagai media pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang mampu menjangkau masyarakat luas (Jeffkins, 2004: 420). 2.1.4.2 Bentuk-Bentuk Media Massa Media massa terbagi atas tiga bagian utama, yaitu media cetak, media elektronik, dan media luar ruang (Angipora, 1999: 346). Tetapi, dalam hal ini hanya media cetak dan media elektronik yang akan dijabarkan.
17
a. Media Cetak Media cetak adalah suatu media yang statis yang mengutamakan pesanpesan visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaram dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama adalah memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya. b.
Media Elektronik Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang
menggunakan alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik terdiri dari: 1.
Radio Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling luwes. Keunggulan radio siaran ini adalah berada di mana saja: di tempat tidur (ketika orang akan tidur atau bangun tidur), di dapur, di dalam mobil, dan berbagaitempat lainnya. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan ke empat, maka radio mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi (Elvinaro, 2004: 115).
18
2.1.5
Televisi Televisi (TV) adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan
memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat-lihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada unsur-unsur film (Effendy, 2000: 124). 2.1.5.1
Konsep Televisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi adalah “Sistem penyiaran
gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar” (Moeliono, 2001: 1162). Dari penjelasan diatas, peneliti berpendapat bahwa televisi adalah sistem penyiaran yang disertai dengan gambar suatu objek yang bergerak dan disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat mengubahnya dengan berkas – berkas cahaya dapat dilihat dan didengar. 2.1.5.2
Karakteristik Televisi Peran media massa penyiaran amat menonjol, hal ini karena media massa
penyiaran, khususnya media massa televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Darwanto, 2007: 42-44 ):
19
a)
Keserempakan Yang dimaksud keserempakan (simultaneusness) ialah dalam waktu yang relatif
sama, khalayak di mana pun berada dapat menerima informasi dari media yang bersangkutan. Untuk ini hanya berlaku bagi media massa elektronik, sedangkan media cetak, masalah teknis, keserempakan tidak dapat terjadi. Salah satu ciri media massa adalah kemampuannya menyampaikan informasi sedini mungkin kepada khalayak. Itulah salah satu penyebab mengapa radio dan televisi sejak ditemukan pertama kali, dapat dengan cepat siarannya berkembang. b)
Mampu meliput daerah yang tidak terbatas Media massa elektronik dapat meliput dan mampu menembus belahan bumi
manapun tanpa gangguan yang berarti. c)
Bisa dimengerti yang buta huruf Kelebihan lain dari media massa elektronik, bisa dimengerti oleh mereka yang
buta huruf, mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja, karena itu mereka tidak mengalami kesulitan saat menonton program siarannya, sebab televisi di dalam susunan gambarnya telah mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar.
20
d)
Bisa diterima mereka yang cacat tubuh Media massa radio dan televisi saling mengisi kekurangan dan kelebihannya,
sehingga kekurangan masing – masing dapat diatasi, sehingga dapat dimanfaatkan mereka yang cacat tubuh pendengaran maupun penglihatan.
2.1.5.3 Program Televisi Ada beberapa jenis program acara televisi, yaitu: a.
Program Drama Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita.
Untuk membedakannya dengan sinetron noncerita adalah: format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah (Soenarto, 2007: 62-63). b.
Program non Drama Program non-drama merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita.
Acara non-drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk program nondramatik ini bisa didapatkan dari keadaan senyatanya, bisa mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian (Soenarto, 2007: 62-63). Program nondrama di televisi menurut Sony Set adalah acara terbanyak yang kita tonton selama hidup kita. Dari tayangan reality show, talkshow, kuis, games, features, star talent
21
search, audisi para bintang, kombinasi program televisi dan sebagainya menghiasi harihari kita dengan wacana (Set, 2008: 20). 2.1.5.4 Desain Produksi Acara Televisi Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran stasiun televisi umum terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistk dan karya jurnalistik. Siaran karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi dengan pendekatan jurnalistik yang mengutamakan kecepatan penyampaian informasi dari sumber pendapat, realitas atau peristiwa yang terjadi (Muda, 2005: 59). a.
Program jurnalistik yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk ke dalam proses penyajian kepada khalayak. Menurut Roland E. Wolesly dan Lawrence R. Campbell di dalam exploring journalism, yang dikutip oleh Askurifai Baksin dalam bukunya, “jurnalistik ialah tindakan diseminasi informasi, opini dan hiburan untuk orang ramai yang sistematik dan dapat dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern” (Wahyudi, 1991: 148). Program jurnalistik antara lain : 1. Berita aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern 2. Berita non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless 3. penjelasan masalah hangat (current affairs), seperti : a. Dialog (wawancara, talkshow, diskusi panel)
22
b. Monolog (pidato, pengumuman, khutbah dan lain-lain) c. Laporan (Wahyudi, 1994: 17) b.
Program artistik yaitu program yang di produksi melalui pendekatan artistik atau rasa keartistikan, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan. Siaran (rangkaian mata acara) program artistik antara lain : 1. Pendidikan atau agama 2. Features 3. Dokumenter 4. Seni dan budaya 5. Hiburan (musik, lawak, akrobat, sinetron dan lain-lain) 6. Iklan / Public service 7. Penerangan umum 8. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya
23
Tabel 2.1 Perbedaan Karya Artistik dan Jurnalistik Karya artistik
Karya jurnalistik
1.
sumber: ide / gagasan
1.
sumber: permasalahan hangat
2.
mengutamakan keindahan
2.
mengutamakan
kecepatan
/
aktualitas 3.
isi pesan bisa fiksi dan non fiksi
4.
penyajian tidak terikat waktu (perencanaan)
5.
sasaran
kepuasan
pemirsa
memenuhi
rasa
kagum
menghargai seseorang 7.
improvisasi tidak terbatas
8.
isi pesan terikat pada kode moral
9.
penggunaan
bahasa
isi pesan harus faktual
4.
penyajian terikat waktu
5.
sasaran kepercayaan dan kepuasan
/
pendengar 6.
3.
bebas
pemirsa 6.
memenuhi rasa ingin tahu pemirsa
7.
improvisasi terbatas
8.
isi pesan terikat pada kode etik
9.
menggunakan
(dramatis)
10.
refleksi daya khayal kuat
11.
isi pesan tentang realitas sosial
bahasa
jurnalistik
(ekonomi kata dan bahasa) 10. refleksi penyajian kuat 11. isi pesan menyerap realitas / faktual
Sumber: (Wahyudi, 1994: 19) 2.1.6
Feature Program features termasuk ke dalam karya siaran artistik, yaitu merupakan
produksi program televisi yang menekankan pada aspek artistik dan estetik, sehingga
24
unsur keindahan menjadi keunggulan dan daya tarik program tersebut. Program features sendiri dapat diartikan sebagai suatu program kreatif, terikat pada dasar-dasar jurnalistik dan juga artistik, dapat mengabaikan segi aktualitas, menyajikan kebenaran atau obyektivitas tetapi kadang-kadang bisa subyektif, cenderung mengandung segi-segi human interest, terutama yang bersifat ringan, menghibur, menyenangkan, merangsang dan menimbulkan emosional perasaan pemirsa. Dan juga memberi, menambah dan meningkatkan informasi tentang kejadian atau peristiwa, masalah, gejala, proses aspekaspek kehidupan, termasuk juga latar belakang (Pratikto, 1984: 15-16). Ada juga yang mengartikan features sebagai suatu program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dalam berbagai format dalam satu produksi sekaligus (Wibowo, 1997: 124). Fungsi features secara umum mencakup lima hal, yaitu: (Sumadiria, 2005: 16) a. Melengkapi sajian berita langsung (straight news) b. Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi c. Penghibur dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan d. Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa e. Sarana ekspresi yang paling efektif dalam memperngaruhi khalayak. Format features sebaiknya disusun berdasarkan urutan logis, dari yang sederhana berkembang semakin rumit, dari yang ringan berkembang semakin berat,
25
dilengkapi dengan musik ataupun sound effect mengenai tema program features tersebut. Meskipun unsur-unsur yang membuat program features ini menjadi terasa segar, harus selalu dipikirkan, misalnya menghasilkan peristiwa atau wawancara yang mengandung humor. Sehingga isi dari keseluruhan acara features itu menjadi menarik untuk ditonton. Semakin berkembangnya jaman dan kebutuhan pemirsa, format program features yang ada di televisi pun semakin banyak jenisnya. Tema program features yang sering ditayangkan televisi saat ini antara lain : (Pratikto, 1984: 99-101) a.
Features human interest: features ini mengandung banyak unsur rasa manusiawi, sentuhan manusiawi. Unsur atau segi yang diutamakan , isi acara langsung menyentuh rasa manusiawi pemirsa. Misalnya keharuan, kegembiraan, kesedihan, kebencian, simpati, cinta dan kasih sayang.
b.
Features biografi: features ini menceritakan tentang riwayat hidup pribadipribadi mereka yang bernilai untuk diceritakan. Mungkin karena meraka tokohtokoh historis yang tetap bertahan lama sesudah mereka tiada. Karena itu sering juga disebut sebagai features sejarah atau riwayat hidup.
c.
Features otobiografi: features ini hampir sama dengan features biografi, bedanya pada features ini memang khusus menceritakan riwayat hidup tokoh-tokoh tertentu. Pada umumnya tokoh-tokoh itu masih hidup, menunjukkan keintimankeintiman pribadi, hal-hal yang bersifat subyektif, dari suatu sudut pandang tertentu, yang mungkin jarang diketahui orang lain.
26
d.
Features perjalanan: features ini menceritakan tentang perjalanan ke tempattempat yang menarik atau masih jarang diketahui umum. Features ini dapat dikatakan juga sebagai features pariwisata.
e.
Features sejarah: features ini mengangkat mengenai sejarah, sering ada kaitannya dengan tokoh-tokoh atau tempat terkenal.
Program “Hidup Ini Indah” merupakan program berformat feature di mana desainnya bersifat artistik. di dalamnya terdapat tiga dimensi yang dapat menarik minat penonton dalam berwirausaha yaitu presenter, tokoh, alur cerita.
27
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Kognitif Sosial Teori sosial kognitif memberikan pengantar kerangka konsep melalui penguji
faktor-faktor yang menentukan dan mekanisme dari dampak yang terjadi. Setiap tindakan manusia dapat menjelaskan langsung hubungan sebab akibat, yang mana tindakan membentuk dan mengendalikan salah satunya, hal ini dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya atau factor dalam diri seseorang (Bryant, 2009: 94). Teori sosial kognitif telah menemukan beberapa pandangan. Pengembangan diri seseorang, keaktifannya, pengaturan diri, dan mencerminkan diri, tidak hanya aktivitas sebelumnya dengan kondisi dan menuntun dari lingkungan sekitarnya atau kekuatan dirinya sendiri (ibid). Berikut adalah bagan segitiga teori sosial kognitif, yang berhubungan secara timbal balik :
Skema segitiga dari hubungan sebab akibat model dari teori sosial kognitif :
Faktor perorangan
Faktor perilaku
Faktor lingkungan sekitar
28
Menurut Jones (1989), fakta bahwa variasi perilaku berdasarkan dari situasi ke situasi lainnya mungkin tidak perlu makna bahwa perilaku adalah pengendalian dari situasi tetapi juga bahwa orang dapat menafsirkan situasi secara berbeda dan bentuk yang sama dari bentuk rangsangan mungkin memancing respon yang lain dari orang yang berbeda atau berasal dari orang yang sama dari waktu yang berbeda. Teori sosial kognitif sangat membantu untuk pemahaman dan prediksi kedua perilaku dari individu dan kelompok dan mengidentifikasi metode pada saat perilaku bisa termodifikasi atau berubah. Berikut ini adalah lima kemampuan kognitif dasar yang merupakan karakteristik manusia (Bryant, 2009: 95). 1.
Symbolising
capability.
Manusia
memiliki
kemampuan
untuk
mentransformasikan pengalaman-pengalamannya menjadi simbol-simbol dan kemampuan untuk memproses simbol-simbol ini. Mereka dapat menciptakan ide-ide yang melampaui pengalaman penginderaannya. Kenyataan bahwa manusia memiliki kemampuan simbolisasi tersebut tidak berarti bahwa mereka selalu rasional. Hasil pemikiran itu dapat baik ataupun buruk, tergantung pada kelengkapan
informasi
yang
dimilikinya.
Semua
symbol-simbol
yang
dikeluarkan akan ditangkap oleh penonton. 2.
Forethought capability. Sebagian besar perilaku manusia diatur oleh pemikiran antisipatifnya
bukan
oleh
reaksinya
terhadap
lingkungannya.
Orang
mengantisipasi konsekuensi perbuatannya dan menentukan tujuannya sendiri. Pemikiran ke depan ini bukan akumulasi konsekuensi-konsekuensi terdahulu, melainkan hasil pemikiran.
29
3.
Vicarious capability. Hampir seluruh kegiatan belajar pada manusia itu bukan melalui pengalaman langsung, melainkan hasil pengamatannya terhadap perilaku orang
lain
beserta
konsekuensinya.
Belajar
melalui
pengamatan
ini
memperpendek waktu yang dibutuhkan manusia untuk belajar berbagai keterampilan. Keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbahasa, demikian kompleksnya sehingga tidak mungkin dapat dipelajari tangpa penggunaan modeling. 4.
Self-regulatory capability. Manusia mengembangkan standar internal yang dipergunakannya untuk mengevaluasi perilaku sendiri. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri ini mempengaruhi perilaku selanjutnya.
5.
Self reflective capability. Kemampuan refleksi diri ini hanya dimiliki oleh manusia. Orang dapat menganalisis berbagai pengalamannya dan mengevaluasi apakah rposes berpikirnya sudah memadai. Jenis pemikiran yang paling sentral dan mendalam yang terjadi dalam refleksi diri ini adalah penilaian orang tentang kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai macam realitas.
Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang observational learning atau proses belajar dengan mengamati. Terkadang perilaku seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis (Baran & Davis, 2000: 184). Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling.
30
Baranowski, Perry, dan Parcel (1997) menyatakan bahwa "reinforcement is the primary construct in the operant form of learning" proses penguatan merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari proses belajar sosial. Di dalam teori kognitif sosial, penguatan bekerja melalui proses efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory effects). Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu, misalnya penangkapan dan vonis hukuman terhadap seorang artis penyanyi terkenal karena terlibat dalam pembuatan video porno. Dengan mengamati apa yang dialami model tadi, akan mengurangi kemungkinan orang tersebut mengikuti apa yang dilakukan sang artis penyanyi terkenal itu. Sebaliknya, Disinhibitory effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu. Misalnya disebuah tayangan kontes adu bakat di sebuah televisi ditampilkan sekelompok pengamen jalanan yang bisa memenangi hadiah ratusan juta rupiah, serta ditawari menjadi model iklan dan bermain dalam sinetron karena mengkuti lomba tersebut. Menurut teori ini, orang juga akan mencoba mengikuti jejak sang pengamen jalanan. Efek-efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Bandura (1986), vicarious reinforcement terjadi karena adanya konsep pengharapan hasil (outcome expectations ) dan harapan hasil (outcome expectancies ). Outcome expectations menunjukkan bahwa ketika kita melihat seorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan
31
perilaku yang sama dengan model. Seperti dikatakan oleh Baranowski dkk (1997), "People develop expectations about a situation and expectations for outcomes of their behavior before they actually encounter the situation" orang akan mengembangkan pengharapannya tentang suatu situasi dan pengharapannya untuk mendapatkan suatu hasil dari perilakunya sebelum ia benar-benar mengalamai situasi tersebut. Selanjutnya, seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk outcome expectancies -- harapan akan hasil. Harapan-harapan ini memeprtimbangkan sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah imabalan/penghargaan atau hukuman. Misalnya, orang memang menganggap bahwa perilaku artis penyanyi yang membintangi video porno memang pantas dihukum, tetapi teori kognitif sosial juga mempertimbangkan kemungkinan perilaku yang sama yang dilakukan orang lain dalam video porno tersebut mendapatkan imbalan misalnya berupa simpati atau bahkan tak diajukan ke pengadilan karena dianggap sebagai korban, meski pada saat melakukan adegan video porno tersebut ia dan si arti penyanyi yang dihukum itu sama-sama melakukannya dengan sadar. Hal ini akan memengaruhi sejauh mana proses belajar sosial akan terjadi. Konsep-konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dari pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep lain yang dikemukakan teori ini yang akan memengaruhi sejauh mana belajar sosial berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi (indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus teori kognitif sosial menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi. Menurut White (1972: 252)
32
identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga berusaha menjadi seperti sang model dengan beberapa kualitas yang lebih besar. Misalnya seorang anak yang mengidolakan seorang atlit sepakbola, mungkin akan meniru atlit tersebut dengan cara menggunakan kostum yang sama dengan atlit tersebut atau mengonsumsi makanan yang dikonsumsi atlit tersebut. Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku trsebut. Kepercayaan ini disebut dengan selfefficacy atau efikasi diri (Bandura, 1977a) dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan tentang cara pembuatan kue bika di televisi yang telah disebutkan di atas. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar membuat kue bika, khususnya bagi mereka yang terbiasa membeli kue bika siap saji dan mempunyai keyakinan bahwa membuat kue bika sendiri merupakan hal yang sia-sia dan tak perlu karena membelinya pun tidak mahal harganya. Dalam hal ini orang tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar memasak kue bika dari televisi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Kognitif_Sosial). Diakses tanggal 26 Mei 2011, pukul 09.42.
2.2.2
Konsep Minat
2.2.2.1 Pengertian Minat Pengertian minat menurut bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat adalah
33
keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku. Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk,1996) membagi definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi dan minat dalam ciri psikologi. (http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/1/pengertian-minat.html) diakses tanggal 27 April 2011 pukul 20.40 WIB. a.
Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang yang relatif stabil, yang cendrung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat langsung membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau topik yang spesifik. Minat pribadi dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas atau topik sebagai pilihan untuk hal yang pasti, secara umum menyukai topik atau aktivitas tersebut, menimbulkan kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut.
b.
Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh konsisi lingkungan.
c.
Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa minat pada definisi ini tidak hanya pada karena seseorang lebih menyukai sebuah aktivitas atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau aktivitas tersebut.
34
Berikut adalah pendapat beberapa ahli berkaitan dengan pengertian minat: a.
Hilgar (1988) Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas.
b.
Andi Marpare Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu.
c.
Sutjipto (2001) Minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut (www.depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm). Diakses pada tanggal 27 April 2011, pukul 20.50 WIB.
d.
Nunnally (Sutjipto, 2001) Menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya; sedangkan Guilford (Sutjipto, 2001) menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu.
35
Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai minat, bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cendrung menetap, dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira. 2.2.2.2 Faktor Timbulnya Minat Berdasarkan teori ”Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer, bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek,subjek atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka kepada objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu (menolakmenerima). Jika ia menerima berarti ia berminat, dan jika menolak berarti ia tidak berminat (Sarwono S.W, 2003: 71). Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari tiga faktor (Sarwono S.W, 2003: 76) : a.
Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang.
b.
Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan
36
diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman. c.
Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.
2.2.2.3 Aspek – Aspek atau Kategori Minat Atkinson dan Hilgard (1976) mengemukakan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif (istilah dari Bloom). Taksonomi afektif Bloom ini meliputi lima kategori (Atkinson,Hilgard, Pengantar Psikologi, 2000) : 1.
Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana penonton menerima isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
2.
Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana penonton menanggapi isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
37
3.
Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan dan komitmen terhadap nilai – nilai tertentu. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana penonton menilai isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
4.
Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana penonton mengorganisasikan isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
5.
Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai. Di dalam penelitian ini adalah bagaimana penonton mencirikan isi program yang berupa presenter, tokoh, dan alur cerita pada program ”Hidup Ini Indah”.
Di dalam penelitian, dimensi yang digunakan adalah minat. 2.3
Kebutuhan dan Keinginan Pemirsa Pada dasarnya, kebutuhan merupakan sesuatu hal yang sifatnya harus segera
dipenuhi. Sedangkan yang dimaksud dengan keinginan adalah sebuah kebutuhan yang dijadikan sebagai refrensi bagi pemirsa terhadap suatu program. Setiap individu pemirsa memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda terhadap suatu program yang ditayangka di televisi. Dominick mengemukakan beberapa kebutuhan dan keinginan pemirsa dalam menonton suatu program televisi diantaranya adalah : (Morissan, 2005: 23)
38
1.
Pengetahuan Seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui sesuatu
atau
memperoleh informasi tentang sesuatu. 2.
Hiburan Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah hiburan. Mayoritas masyarakat mencari hiburan dengan menonton program – program yang ditayangkan di televisi.
3.
Pendidikan Berbagai variasi program yang disiarkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat. Televisi juga merupakan sarana pendidikan yang cukup efektif.
4.
Kepentingan Sosial Kebutuhan ini diperoleh melalui pembicaraan atau program diskusi di suatu stasiun televisi, karena isi media menjadi suatu perbincangan yang hangat.
5.
Pelarian Masyarakat yang menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai dan hiburan, tetapi juga sebagai bentuk pelarian. Masyarakat menggunakan media massa untuk menghindari aktivitas atau permasalahan lain.
39
2.4
Hipotesis
2.4.1
Hipotesis teori Teori “Kognitif Sosial” berasumsi bahwa Isi media dan karakteristik media akan
mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada penelitian ini hanya akan diteliti tentang efek yang ditimbulkan komponen isi media dan karakteristiknya yaitu berupa minat berwirausaha masyarakat setelah menonton program “Hidup Ini Indah”. 2.4.2
Hipotesis Penelitian Bahwa karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” yang terdiri dari presenter,
tokoh, alur cerita, dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk berwirausaha. Semakin menarik karekteristik isi program ”Hidup Ini Indah” maka akan semakin tinggi minat masyarakat untuk berwirausaha setelah menonton program “Hidup Ini Indah”. Ha
Ada pengaruh karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” terhadap minat masyarakat untuk berwirausaha
Ho
Tidak Ada pengaruh karakteristik isi program “Hidup Ini Indah” terhadap minat masyarakat untuk berwirausaha.
40
2.4.3
Hipotesis Statistik Jika koefisien determinasi (R2) antara variabel X dan Y lebih besar dari 0, maka
ada pengaruh variabel topik terhadap variabel minat. Ha= R2XY > 0 Ho: R2XY < 0
2.5
Model Analisis Di dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa orang berminat untuk
berwirausaha tergantung dari karakteristik isinya. Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa minat adalah efek dari karakteristik isi media.
Karakteristik Isi Program “Hidup Ini Indah”: ‐ ‐ ‐
Minat Masyarakat untuk Berwirausaha: ‐
Receiving
‐
Responding
‐
Valuing
‐
Organizing
‐
Characterising
Presenter Tokoh Alur cerita
INDEPENDENT VARIABEL
DEPENDENT VARIABEL