BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Komunikasi Kata komunikasi atau Communication dalam istilah bahasa inggris berasal dari
kata latin communicatus yang berarti menjadi milik bersama atau berbagi. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama – sama. Sehingga dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer (seorang ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan (Fajar, 2009:31). Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm seperti dikutip oleh Suproto, menguraikannya sebagai berikut : “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu"(Suprapto, 2006:2-3). Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
13
14
Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang diciptakan lebih dibandingkan mahluk hidup lainnya, manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, yang artinya manusia tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Dan untuk mendukung jalannya interaksi tersebut maka diperlukan komunikasi sebagai media atau penjembatan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Komunikasi yang sering digunakan dalam aktifitas lingkungan, sebagian besar tentu menggunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Namun yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri. Interaksi
yang
baik
dapat
berjalan
seiring
antar
individu
dapat
mengkomunikasikan pesan secara baik, sehingga komunikan dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Namun tidak sedikit dari individu yang sulit berkomunikasi, sehingga kesalahpahaman informasi menjadi dampak dari lemahnya komunikasi. Sesuai dengan definisi yang dijelaskan oleh Sarah Trenholm dan Arthut Jensen dalam kutipannya, “A process by which a source transmits a messange to a receiver through some channel,” Defnisi tersebut mengandung arti: komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. (Fajar, 2009:31). Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa seorang sumber pesan atau komunikator menyampaikan pesan kepada target sasaran atau komunikan melalui beragam saluran, saluran yang dipakai bisa dilakukan dalam berbagai media, temasuk dengan menjalin hubungan yang baik dengan media.
15
Hovland, Janis & Kelley mendefinisikan “Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus yang biasanya dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah perilaku orang-orang lainnya (khalayak)” (Fajar, 2009:27). Yang berarti pesan yang disampaikan di intepretasikan melalui berbagai bentuk, dapat berbentuk pesan verbal seperti foto-foto, desain gambar flyer yang menarik, advertorial, penukaran kartu nama, dan lain sebagainya. Sehingga target sasaran mengetahui informasi, hingga melakukan suatu tindakan untuk membeli atau memakai jasa tersebut. Dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja mencoba menjabarkan beberapa definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain : 1. Komunikasi
adalah
suatu
proses
melalui
mana
seseorang
(komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Definisi ini seperti yang dikemukakan Hovland, Janis & Kelley. 2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang dikemukakan Berelson dan Stainer. 3. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode.
16
4. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Definisi ini seperti dikemukakan Barnlund. 5. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang disampaikan Ruesch. 6. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan Weaver (Zubair, 2006). Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas, kiranya dapat ditarik benang merah bahwa tiap ahli bisa memiliki pandangan beragam dalam mendefinisikan komunikasi. Komunikasi terlihat sebagai kata yang abstrak sehingga memiliki banyak arti. Kenyataannya untuk menetapkan satu definisi tunggal terbukti sulit dan tidak mungkin terutama jika melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu. Ilmu
komunikasi
merupakan
ilmu
pengetahuan
sosial
yang
bersifat
multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun menjadi banyak dan beragam. Masingmasing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang ada sesungguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri.
17
2.1.1
Tujuan Komunikasi Kegiatan komunikasi bertujuan mengharapkan pengertian , dukungan, gagasan
dan mengubah atau mempengaruhi tindakan. Sedangkan dalam Public Relations, tujuan komunikasi dapat dibedakan menjadi tujuan informasi, intruksi, dan persuasi. Idealnya agar sebuah gagasan dapat
diterima oleh target yang dituju, cara yang digunakan
adalah dengan tidak memaksakan kehendak, tahu lebih secara persuasif. Menurut Effendy (2004: 55) terdapat empat tujuan komunikasi, yaitu : 1.
Mengubah sikap (to change the attitude).
2.
Mengubah opini atau pendapat (to change the opinion)
3.
Mengubah perilaku (to change the behaviour)
4.
Mengubah masyarakat (to change the society).
2.1.2
Proses Komunikasi
Menurut Hovland dalam Effendy (2001: 4) mendefinisikan proses komunikasi sebagai berikut: “the process by which individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individual (communicates)” Definisi tersebut diartikan sebagai berikut: Proses oleh individu (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya berupa simbol verbal) untuk merubah perilaku individu lainnya (komunikan). Dijelaskan bahwa setiap komunikator atau orang yang menyampaikan pesan melakukan penyampaian pesan melalui simbol-simbol secara verbal yang berarti semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih, di mana bahasa verbal adalah
18
sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasan, dan maksud kita, dimana bahasa verbal cenderung lebih menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita (Fajar, 2009:52). Sebagai contoh melalui kata-kata yang datang dari suatu sumber, misalnya yang diucapkan orang yang telah dibacanya dalam media cetak. Sehingga pesan atau informasi yang ingin dibentuk oleh komunikator dapat mempengaruhi perilaku atau keputusan dari komunikan. Menurut Effendy (2003: 33), proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, antara lain: 1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran oleh dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, syarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikann 2.
Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana media kedua (surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, TV, film, dan lain-lain) setelah memakai lambang sebagai media pertama proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan proses komunikasi primer untuk menembus ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat-sifat media yang akan digunakan.
19
2.1.3
Model Komunikasi Marhaeni Fajar (2009: 90) menyatakan bahwa beberapa ahli mendefinisikan
model sebagai berikut: 1. B. Aubrey Fisher mendeskripsikan model sebagai “anologi yang mengabstrasikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting dijadikan model”. 2. Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr juga mengemukakan pendapat mereka bahwa ”model merumuskan teori dan menyarankan hubungan. Suatu model mengimplikasikan teori tentang fenomena yang diteorikan”. Melalui model kita akan lebih mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam konteks individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok atau organisasi maupun konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas.
20
Model Proses Komunikasi Harold Lasswel Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect Sumber: Fiske (2004: 46) Keterangan dari model proses komunikasi adalah: 1. Who (Sender, Communicator, Source) Individu atau kelompok yang bertindak sebagai komunikator dan memiliki kredibilitas yang baik untuk menyampaikan pesan kepada sesorang atau sejumlah orang sebagai komunikan. Dalam hal ini komunikator yang sesuai untuk menyampaikan pesan tentang aktivitas serta informasi yang ada dalam hotel, ialah Manajer PR dan Public Relations Manager (PRM) Grand Sahid Jaya. 2. Says What (Message) Pesan dalam ketegori ini dapat berupa ide, gagasan, opini, maupun informasi. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat berbentuk verbal maupun non-verbal . Isi pesan yang disampaikan oleh divisi PR dapat dalam berbagai bentuk. Pesan mengenai pengenalan produk, program-program yang diadakan oleh hotel, hingga pesan mengenai re-branding hotel, seperti yang dilakukan oleh Grand Sahid Jaya dalam
21
bentuk publikasi. Misalnya : advertorial, press release, fact sheet, news letter, flyer, acara internal maupun eksternal dan lain sebagianya. 3. In Which Channel (Channel, Media) Pesan yang telah dibuat oleh komunikator dikirimkan kepada komunikan melalui saluran komunikasi yaitu media. Dan media yang digunakan untuk mendukung berbagai aktivitas dari kegiatan PR di Grand Sahid Jaya ialah dengan menjaga media relations, Baik itu melalui surat kabar, maupun melalui media majalah. 4. To Whom (Communicant, Receiver) Komunikan yang meneriman pesan dari komunikator. Untuk sasaran penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator di Grand Sahid Jaya adalah karyawan, pemerintah, dan masyarakat sesuai dengan target market dari pihak hotel. 5. With What Effect (Effect, Impact, Influence, Response) Setelah pesan oleh komunikor disampaiakan kepada komunikan melalui media, akan muncul tanggapan atau umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini, penulis memfokuskan pada tanggapan dari masyarakat atas re-branding nama hotel dari Sahid Jaya yang berubah menjadi Grand Sahid Jaya. Menurut peneliti apabila dikaitkan antara model Laswell yang telah dijabarkan di atas dengan penelitian brand awareness dari masyarakat terhadap re-branding nama hotel Grand Sahid Jaya melalui hubungan dengan media. Sebagai seorang praktisi PR harus bisa mengamati serta memilih media mana yang sesuai dipakai dalam saluran komunikasi. Sehingga pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini perihal re-branding nama hotel Grand sahid Jaya oleh divisi PR dapat sampai tepat sasaran kepada
22
masyarkat. Karena segala bentuk komunikasi pasti akan menimbulkan efek atau respon timbal balik.
2.1.4
Karakteristik Saluran Komunikasi Suatu informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator harus dapat
disampaikan secara tepat dan benar kepada komunikan, dan untuk mendukung agar pesan dapat sampai tepat sasaran maka saluran komunikasi adalah jembatan yang tepat. Untuk itu praktisi komunikasi harus bisa terlebih dahulu memahami karakterstik saluran komunikasi. Menurut Marhaeni Fajar (2009: 55) Karakteristik saluran komunikasi dibagi menjadi menjadi tiga, yaitu: 1. Media Cetak Dengan adanya teknologi komunikasi baru, publikasi cetak masih menjadi media utama untuk komunikasi. Terdiri dari majalah, surat kabar, newsletter, surat, tabloid, dan lain-lain. 2. Media Elektronik Menyediakan informasi dalam bentuk audible, visual, dan audio visual yang terdiri dari: radio, televise, satelit, display, video, telekonferensi, hotline, dan internet (blog,facebook, chating, email letter). 3. Komunikasi Tatap Muka
23
Temuan riset menujukkan bahwa karyawan lebih suka komunikasi langsung dengan atasannya ketimbang melaui email, memo, voice mail, atau bentuk lainnya. Studi juga menunjukan bahwa jenis pesan yan paling diingat dan efektif bagi karyawan adalah komunikasi tatap muka. Contoh: Publikasi karyawan, publikasi pidato, rapat, dan pameran.
2.1.5
Karakteristik Publik Dalam Komunikasi Dalam mencapai kesuksesan suatu komunikasi sangat bergantung pada prinsip
pelaksanaan komunikasi yang efektif, untuk membuat komunikasi yang efektif komunikator harus mengamati karakteristik publik. hal-hal yang harus diperhatikan adalah (Fajar, 2009:56-57): 1. Jenis publik (khalayak) yang menjadi sasaran 2. Susunan pesan, tentang cara yang paling tepat dan mudah agar pesan mudah dipahami 3. Saluran apa yang paling sesuai dengan sifat publik yang dituju.
Karakterisik khalayak atau biasa disebut publik dibagi menjadi 2 (dua), yatu: 1. Publik Internal dan 2. Publik Eksternal
24
Ummi Abdurachman mengemukakan pandangannya mengenai pengertian publik: “Publik adalah sekolompok individu yang mempunyai kepentingan dan minat yang sama pada hal yang sama, publik tersebar dimana-mana, tidak saling mengenal, bisa kecil dan bisa besar”. (Publik Umum) (Fajar, 2009:56). Penjelasan atas pendapat Ummi ialah publik yang berarti sekelompok individu atau lebih mempunyai kepentingan yang dipilih karena dinilai menguntungkan bagi dirinya atas sebuah informasi ataupun perihal sesuatu tersebut. Penyebarannya juga tersebar secara luas baik berbeda wilayah, jarak, maupun waktu dalam skala yang besar dan kecil.
Menurut Ummi Abdurachman, publik dibagi menjadi dua: a. Publik Internal, yaitu: Karyawan, keluarga karyawan, pemegang saham (stockholders) b. Publik Eksternal, yaitu: pemerintah, pelanggan, masyarakat sekitar, media atau pers Dan dalam penelitian ini yang menjadi sasaran khalayak dari Grand Sahid Jaya adalah pemerintah, karyawan atau pembisnis, masyarakat sekitar, dan juga media atau pers. Dengan kata lain publik yang dirangkul oleh Grand Sahid Jaya meliputi publik internal dan eksternal.
25
2.2
Definisi Public Relations Hubungan masyarakat atau sering dikenal dengan Public Relations menurut
beberapa pakar dan praktisi berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang dari pengalaman praktek mereka masing-masing. Dalam definisi yang dijabarkan oleh para praktisi bersifat dinamis dan fleksibel mengikuti perkembangan zaman. Menurut Simoes dalam Rumanti (2004:7) mengungkapkan definisi public relations adalah: 1. Public Relations merupakan proses interaksi. Public Relations menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak. 2. Public Relations adalah fungsi manajemen. Public Relations menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, baik internal maupun eksternal. 3. Public Relations merupakan aktivitas di berbagai bidang ilmu (Public Relations adalah multidisiplin ilmu). Public Relations menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik bagi publiknya. 4. Public Relations merupakan profesi profesional dalam bidangnya. Public Relations juga merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus. Public
Relations
bersangkutan.
merupakan
kelangsungan
hidup
organisasi
yang
26
5. Public Relations merupakan penggabungan berbagai ilmu, Public Relations merupakan penerapan kebijaksanaan dan pelaksanaannya melalui interpretasi yang peka atas berbagai peristiwa.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Scott M. Cutlip dan Allen H. Centre, Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya (Ruslan, 2003: 25). Seorang pakar manajemen hotel, William Scholz seperti dikutip oleh Yoeti (2003:33) memberikan definisi tentang PR sebagai berikut; “Public Relations has been described as: the planned effort to influence opinion through socially responsible performance based on mutually satisfactory two-way communication.”
“Suatu perencanaan yang mendorong untuk mempengaruhi opini (masyarakat) melalui pelaksanaan tanggung jawab sosial berdasarkan timbal balik untuk mencapai kepuasan kedua belah pihak.”
(Hubungan Masyarakat telah digambarkan sebagai: upaya terencana untuk mempengaruhi opini melalui kinerja tanggung jawab sosial berdasarkan komunikasi dua arah yang saling memuaskan). Dari definisi yang dijabarkan oleh William Scholz mengenai PR, dijelaskan bahwa kinerja dari seorang PR ialah mempengaruhi opini publik atas citra perusahaan atau organisasi dimana dia bekerja. Dengan beberapa perencanaan yang telah disusun
27
secara sistematis dan di interpretasikan secara simultan untuk memperoleh citra positif yang diharapkan dari perusahaan itu sendiri. Sehingga target atau tujuan dari perusahaan dapat tercapai. Namun dalam menjalankan itu semua harus dilandaskan dengan rasa tanggung jawab sesuai dengan etika-etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan juga kode etik PR itu sendiri. Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka ditarik kesimpulan bahwa seorang public relations adalah orang yang memiliki kontribusi penting dalam suatu organisasi atas peran dan fungsinya dalam pembentukan opini di masyarakat untuk mencapai tujuan organisasi.
2.2.1
Fungsi Public Relations Onong Uchjana Effendy (Ruslan, 2007: 9) mengemukakan tentang fungsi Public Relations pada saat menjalankan tugas dan operasionalnya adalah sebagai berikut: 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik eksternal. 3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasinya. 4. Melayani publik dan menasehati pimpinan demi kepentingan umum. 5. Operasionalisasi dan organisasi public relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik agar tidak terjadi rintangan.
28
Fungsi PR sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, khususnya dalam industri jasa perhotelan. Menurut Oka. A. Yoeti (2003:10), terdapat beberapa fungsi PR hotel secara eksplisit, yakni: 1. Meningkatkan citra hotel di mata khalayak ramai dan tamu hotel. 2. Meningkatkan penjualan secara tidak langsung. 3. Menjaga dan memelihara hubungan baik dengan tamu hotel dan masyarakat. 4. Memberikan informasi tentang kegiatan hotel secara akurat. 5. Menyusun media internal. 6. Menyebarluaskan informasi tentang produk dan jasa kepada konsumen. 7. Menyuplai Koran dan majalah kepada tamu hotel. 8. Mendukung kegiatan pemasaran. 2.2.2 Tujuan Public Relations Menurut Charles S. Steinberg, tujuan Public Relations adalah menciptakan opini publik yang menyenangkan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan atau perusahaan yang bersangkutan (Suhandang, 2004:53)
Jefkins (2003, p.54) mendefinisikan dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan public relations sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut: a. Untuk mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan. b. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
29
c. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru. d. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan masyarakatnya, sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kencaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap niat baik perusahaan. e. Untuk mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan. f. Untuk meyakinkan masyarakat bahwa peusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis. g. Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru. h. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.
Dalam bukunya (2007:7) Rosady Ruslan mengatakan, “tujuan public relations adalah untuk mempengaruhi publiknya, antara lain sejauh mana mereka mengetahui dan mengenal kegiatan lembaga atau organisasi diwakili tersebut tetap pada posisi pertama, dikenal, dan disukai.” Dari tujuan yang dijelaskan oleh beberapa pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa praktisi PR merupakan pionir atau wajah perusahaan di mata publik. Artinya semua aktifitas yang dilakukan oleh PR menghasilkan satu tujuan akhir yakni citra. Dari citra positif yang tebentuk dapat menghasilkan efek-efek positif untuk perusahaan atau instansi dan tentunya dalam hal peningkatkan penjualan.
30
2.2.3
Kegiatan Public Relations Public Relations dalam prakteknya meliputi juga beberapa kegiatan sebagai
lanjutan dari peran PR di sebuah instansi atau organisasi. Dalam aktifitasnya seorang PR mencakup
sebgai
konseptor
(conceptor),
penasihat
(advisor),
komunikator
(communicator), dan juga penilai (evaluator), oleh karena itu menjadi sangat penting bagi seorang praktisi PR untuk dituntut memiliki kemampuan memecahkan berbagai macam masalah yang dihadapinya dalam organisasi (Ruslan, 2007 : 148). Segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh PR ditujukan untuk mencapai target awal perusahaan itu sendiri, yakni untuk membentuk opini publik sesuai dengan citra yang diinginkan oleh perusahaan. Agar aktifitas PR dapat berjalan dengan baik maka sarana komunikasi yang diperlukan ialah melalui hubungan dengan media massa yang baik. Hal itu untuk mempermudah praktisi PR dalam menjalankan fungsinya dalam publikasi dengan media.
2.2.4 Ruang lingkup Public Relations Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya pada suatu organisasi atau perusahaan, public relations memiliki beberapa ruang lingkup pekerjaan. Secara sederhana pekerjaan yang biasa dilakukan PR dapat disingkat menjadi PENCILS (Kriyantono, 2008:21): •
Publication & Publicity, yaitu
memperkenalkan perusahaan kepada publik,
Misalnya dengan membuatu tulisan yang disebarluaskan kepada media. •
Events, mengorganisasikan event atau kegiatan sebagai upaya untuk membentuk citra.
31
•
News, seorang public relations dituntut menguasai teknik-teknik menulis sehingga dpata menghasilkan produk-produk tulisan (Public Relations Writting).
•
Community Invelovement, Public Relations harus membuat program-program yang ditujukan untuk menciptakan keterlibatan komunitas atau masyarakat sekitarnya.
•
Identity-Media, merupakan pekerjaan Public Relations dalam membina hubungan dengan media (pers).
•
Lobbying, Public Relations dituntut mempunyai keahlian persuasi dan negosiasi dengan berbagai pihak
•
Social Investment, pekerjaan Public Relations untuk membuat program-program yang bermanfaat bagi kepentingan dan kesejahteraan sosial.
2.3
Strategi
2.3.1 Pengertian Strategi Pengertian stategi menurut Ruslan (2002: 31) adalah suatu perencenaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Menurut Simandjuntak dkk (2003 : 78-79), strategi selalu diartikan atau disejajarkan dengan kata cara. Straetegi kemudian berarti cara untuk menyelesaikan sesuatu. Perbedaan strategi dan cara dalam arti harafiah adalah bahwa strategi mempunyai arti yang luas dan kompleks.
32
Kata cara dapat dipergunakan dalam banyak kondisi, tetapi strategi adalah cara untuk menyelesaikan sesuatu dalam jangka panjang. Ini kemudian berarti bahwa strategi adalah kegiatan yang dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ada atau aksi dalam organisasi untuk mencapai performa terbaiknya.
2.3.2
Strategi Public Relations Strategi adalah akal atau tipu muslihat untuk mencapai sesuatu maksud dan
tujuan yang telah direncanakan. Menurut S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manajemen Jayakarta, batasan pengertian tentang strategi Public Relations, adalah alternative optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan Public Relations dalam kerangka suatu rencana Public Relations. (Ruslan, 2003 : 110) Strategi Public Relations menurut Soemirat, M.Si dkk dalam bukunya DasarDasar Public Relations (2004:90), istilah strategi manajemen sering pula disebut rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu ke depan untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan Public Relations harus menyatu dengan visi dan misi dari suatu organisasi atau perusahaannya. Public Relations dapat memberikan kontribusinya dalam proses strategic management melalui dua cara. Pertama, melakukan tugasnya sebagai bagian dari strategic management keseluruhan organisasi dengan melakukan survey atas lingkungan dan membantu mendefinisikan misi, sarana, objective organisasi atau perusahaan. Kedua, Public Relations dapat berperan dalam strategic management dengan mengelola
33
kegiatannya secara strategis. Artinya bersedia mengorbankan kegiatan jangka pendek dari arah perusahaan secara menyeluruh.
Untuk memberi kontribusi kepada rencana kerja jangka pendek itu praktisi PR dapat melakukan langkah-langkah : 1.
Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun di
luar perusahaan. 2.
Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perusahaan yang
terjadi secara historis. 3.
Melakukan analisis SWOT (Strength. Weakness, Opportunity, Threats)
Strategi komunikasi dalam Public Relations merupakan panduan antara communication planning (perencanaan komunikasi) dan manajemen komunikasi. Tujuan utama Public Relations mengaju kepada kepentingan pencapaian (target), corporate image (citra perusahaan), dan corporate culture (budaya perusahaan), serta brand image (citra nama).
2.3.3
Strategi Marketing Mix Karena ciri-ciri jasa (yang tak teraba, dan sebagainya), tugas membangun
program pemasaran terpadu dalam industri jasa benar-benar merupakan tantangan. Akan tetapi sebagaimana halnya dalam pemasaran produk, pimpinan perusahaan harus merencanakan dan melaksanakan strategi marketing mix (bauran pemasaran) untuk mencapai pasarannya dan merealisasikan tujuan pemasaran. Adapun menurut Kotler
34
(2002: 265) marketing mix adalah sejumlah alat-alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk memperoleh tanggapan dari pasar sasaran seperti keinginan perusahaan, dimana bauran pemasaran ini adalah kombinasi dari empat variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yakni product (produk), price (harga), place (sistem distribusi), dan promotion (promosi). a. Produk adalah barang dan atau jasa yang ditawarkan di pasar untuk dikonsumsi oleh konsumen. b. Harga Harga hanya merpakan salah satu sarana marketing mix yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Harga bukan hanya semata-mata menuutupi biaya produk dan keuntungan yang diinginkan perusahaan, tetapi yang lebih enting akan menujukan persepsi terhadap suatu produk. c. Distribusi Distribusi merupakan upaya agar produk yang ditawarkan berada pada tempat dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan buaya yang wajar. d. Promosi Promosi merupakan salah satu variabel yang enting dalam pemasaran yang merupakan suatu proses ang berlanjut. Promosi dapat membantu untuk memperbaiki hubungan antara pemasar dan konsumen. Dalam teori marketing mix ini hanya digunakan oleh peneliti untuk pemberian saran kepada Hotel Grand Sahid Jaya di Jakarta untuk lebih mengoptimalkan tujuan perusahaannya.
35
2.4
Pengertian Brand (Merek) Brand sama dengan trade mark atau merek dagang. Menurut Arif Rahman
dalam bukunya Strategi Dahsyat Marketing Mix (Rahman, 2010:176) definisi merek sendiri adalah nama dan atau suatu simbol yang bersifat membedakan seperti logo, cap. Atau kemasan dengan maksud mengidentifikasi produk barang atau jasa. Ada banyak istilah untuk menggambarkan aspek berbeda dari konsep brand mulai dari citra, reputasi, brand value, identitas, dan brand recognition.(Rahman, 2010:176) Secara tidak langsung bersamaan dengan pernyataan di atas muncul pertanyaan lanjutan yakni bagaimanana menginterpretasikan sebuah merek?
Gambar 2.1
(Sumber: Branding Marketing Mix 2009 )
Secara umum terdapat dua hal yang dapat dicapai dengan pemberian suatu merek. Pertama merek menjadi sebuah identitas. Layaknya sidik jari pada setiap manusia yang berbeda-beda, merek membawa pesan yang sama.dan identitas tersebut dibantu dengan
36
kegiatan Public Relations. Kedua, dengan adanya suatu merek produk dapat memiliki posisi yang tegas dalam persaingan. Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 di dalam (Tjiptono, 2005 : 2), Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Menurut Leslie de Chernatony (Tjiptono, 2005 : 8), mengatakan bahwa setidaknya ada 14 interprestasi terhadap merek, yang dikelompokkan menjadi 3 kategori : interprestasi berbasis input (branding dipandang sebagai cara para manajer mengalokasikan sumber dayanya dalam rangka meyakinkan konsumen), interprestasi berbasis output (interprestasi dan pertimbangan konsumen terhadap kemampuan merek memberi iklan nilai tambah bagi mereka), dan interpestasi berbasis waktu (menekankan branding
sebagai yang berlangsung terus-menerus). Ketiga kategori ini kemudian
dijabarkan menjadi 14 macam interprestasi, yakni merek sebagai logo, instrumen hukum, perusahaan shorthand, risk reducer, positioning, kepribadian, serangkaian nilai, visi, penambah nilai, identitas, citra, relasi, dan evoving entity. Sedangkan kamus kosakata interbrand, konsultan branding terkemuka di dunia yang berpusat di New York mendefinisikan brand secara lebih spesifik, yakni: A mixure of attribute, tangible and intangible, symbolized in a trade mark, which if managed propery, creates values and influence. (Interbrand Group, 2003, Par 5). (Suatu perpaduan dari atribut nyata dan abstrak, yang disimbolkan melalui sebuah nama dagang, apabila dikelola dengan tepat dapat menghasilkan nilai dan pengaruh).
37
Sedangkan “Branding” didefinisikan sebagai: Selecting and blending tangible and intangible attributes to differentiatie the product, service corporation in a attractive, meaningful and compelling way. (Interbrand Group, 2003, Par 3). (Pemilihan
dan
pencampuran
atribut-atribut
nyata
dan
abstrak
untuk
membedakan produk, jasa atau perusahaan dengan cara yang menarik, penuh arti dan memaksa) Brand sering kali diasosiasikan sama dengan positioning. Itulah yang menyebabkan banyak yang menyebutkan bahwa brand dan positioning seperti hampir serupa. Namun demikian branding merupakan dasar penyempurnaan dari positioning. Jika positioning mendefinisikan sebuah perusahaan atau produk dalam kaitannya dengan pasar dan pesaing, branding lebih pada upaya untuk menciptakan persepsi unik serta ikatan emosional atau intelektual antara produk dan konsumen akhir (Rahman, 2010:177). Al ries mengatakan, branding yang tepat akan menggeser fungsi penjualan dengan fungsi pembelian (Rahman, 2010:177). Artinya, sebuah usaha tidak lagi perlu menjual tapi konsumenlah yang akan mendatangi usaha tersebut untuk membeli atau menggunakan produk tersebut apabila dalam bidang jasa.
38
Penjelasan lain dikemukakan oleh Philip Kotler tentang sebuah brand Gambar 2.2
Gambar 2.2
(Sumber buku: Strategi Dahsyat Marketing Mix, 2010: 179)
Menurut Marketing American Marketing Association (dalam Rahman, 2010: 179) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mendefinisikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan utnuk membedakannya dari produk pesaing. Namun merek lebih dari sekedar simbol, karena merek juga memiliki 6 tingkatan pengertian sebagai berikut:
•
Atribut
: Merek mengingatkan pada atribut tertentu dari sebuah produk, baik dari program penjualan, pelayanan, maupun kelebihannya. Dan perusahaan menggunakan atribut tersebut sebagai materi
39
iklan mereka. •
Manfaat
: Pelanggan tentu tidak hanya membeli sebatas atribut dari suatu produk melainkan manfaatnya.
•
Nilai
: Merek mewakili nilai dari produknya
•
Budaya
: Merek juga memiliki budaya tertentu, yang dibantu dengan pemanfaatan teknologi
•
Kepribadian
: Merek juga dapat diangap seperti manusia yang memiliki kepribadian dalam identitasnya, yakni merefleksikan sebuah kepribadian tertentu.
•
Pemakai
: Merek juga menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
Dari penjabaran di atas menunjukan bahwa merek adalah suatu hal yang kompleks dan sebuah perusahaan selayaknya memperlakukan merek tidak hanya sebagai suatu nama saja, melainkan melihat merek dalam arah tujuan tertentu. Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada branding nama merek saja, yakni perubahan nama dari Grand Sahid Jaya Hotel.
2.4.1
Kekuatan Nama Merek Hal terpenting dalam pengambilan strategi branding adalah pemberian nama
produk atau servis anda, karena dalam jangka panjang, suatu merek akhirnya tidak lebih dari sekedar nama.
40
Dalam bukunya Positioning: The Battle for Your Mind nama adalah kait yang menggantung merek pada tanggal produk dalam pikiran calon konsumen. (Al Ries, 2002:117) Dalam era positioning, keputusan pemasaran yang paling penting yang dapat Anda buat adalah penamaan suatu produk. Menurut Soehadi (2005), kekuatan nama suatu merek dapat diukur berdasarkan tujuh indikator, yaitu: 1.
Leadership
: Kemampuan untuk mempengaruhi pasar, baik harga maupun atribut non harga.
2.
Stability
: Kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.
3.
Market
: Kekuatan merek untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
4.
Internationality : Kemampuan merek untuk keluar dari area geografisnya.
5.
Trend
: Merek menjadi semakin penting dalam dunia industri.
6.
Support
: Dana yang dikeluarkan relatif besar.
7.
Protection
: Merek tersebut mempunyai legalitas (p.147).
2.4.2
Pengertian dasar Rebranding Menurut pendapat Larslong (2004:16-17) mengatakan bahwa rebranding adalah
tindakan dimana perusahaan mencoba untuk melakukan penempatan posisi atau alokasi secara berbeda dalam pasar. Dimana hal positif yang didapat seperti produk yang benar-
41
benar baru. Bahkan rebranding dapat terjadi dikarenakan hal yang negatif seperti adanya keterbatasan bagi perusahaan untuk berkreasi sendiri. Menurut Pendapat Simon Jonathan (2006:115) rebranding merupakan proses penyegaran. Hal ini disebabkan karena usia produk yang semakin menua, penyegaran melalui perubahan merek adalah keputusan yang perlu di ambil seorang Brand Excekutif Officer. Penjelasan dari para ahli di atas menarik kesimpulan peneliti bahwa Rebranding atau perubahan logo berasal dari kata re- dan branding. Re berarti kembali, sedangkan branding adalah proses penciptaan brand image yang menghubungkan persepsi yang diinginkan oleh perusahaan dengan persepsi di benak pelanggannya. Jadi secara menyeluruh pengertian dari rebranding adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk merubah total atau hanya sekedar memperbaharui sebuah merek yang telah ada menjadi lebih baik. Dengan tidak mengabaikan tujuan awal perusahaan, yaitu berorientasi profit.
Rebranding sebagai sebuah perubahan merek, seringkali identik dengan perubahan logo ataupun lambang sebuah merek. Dengan kata lain, ketika melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai dalam merek itu sendiri.
2.4.3
Alasan Perusahaan Melakukan Rebranding Sebuah perusahaan memerlukan beberapa alasan bagi merek memaksimalkan
upya dari rebranding tersebut. Menurut Fandy Tjiptono (2008:374) dalam bukunya pemasaran strategik mengemukakan beberapa alasan perusahaan melakukan rebranding:
42
1. Menyegarkan kembali atau memperbaiki citra merek. 2. Memulihkan citra setelah terjadinya krisis atau skandal. 3. Bagian dari merger atau akuisisi. 4. Bagian dari de-merger atau spin-off. 5. Mengharmonisasikan merek di pasar internasional 6. Pembaharuan portofolio merek, yaitu suatu merek yang dibuat dengan tujuan memberikan keyakinan. 7. Mendukung arah strategik baru perusahaan.
2.4.4 Peran Public Relations dalam Rebranding Beberapa peran praktisi PR dalam mendukung upaya rebranding menurut Silih Agung Wasesa (2010:122-125). 1. Memberikan edukasi kepada konsumen: •
Edukasi mengenai penggunaan produk yang sudah di luncurkan.
•
Edukasi mengenai produk yang akan di luncurkan.
•
Edukasi manfaat produk.
2. Meluncurkan merek atau produk: 3. Membangun event merek. 4. Mengembangankan pelayanan publik kepada konsumen: •
Mengembangkan akses informaasi konsumen ke perusahaan.
•
Menindak lanjut keluhan, baik langsung maupun dari surat pembaca.
5. Membantu media melakukan tes produk 6. Mengajak media dan masyarakat untuk melihat proses pembuatan produk:
43
•
Memberi kesempatan kepada media dan masyarakat untuk mengetes sendiri kehebatan produk.
7. Mengumumkan penggunaan teknologi yang digunakan oleh produk: •
Menjelaskan komitmen produk untuk menggunakan teknologi tersebut.
•
Memberi harapan pada konsumen mengenai fungsi teknologu terhadap merek.
2.5
Media Relations Public Relations dengan media atau pers mempunyai hubungan yang saling
berkesinambungan, artinya seorang praktisi PR membutuhkan media untuk publikasi, begitu juga sebaliknya media membutuhkan PR untuk mendapatkan suatu berita. Karena berita atau informasi mempunyai nilai jual yang tinggi bagi kedua belah pihak untuk mendapat keuntungan.
2.5.1
Definisi Media Relations Barbara Averiil sebagai mantan PRO Universitas Winconsin-River menyatakan:
“Media relations hanyalah salah satu bagian dari public relations, namun ini bisa menjadi perangkat yang sangat penting dan efisien. Begitu kita bisa menyusun pesan yang bukan saja diterima tetapi juga dipandang penting oleh media lokal, maka kita sudah membuat langkah besar menuju keberhasilan program kita”. (Iriantara, 2005:2829) Averill juga menyebut media relations sebagai bagian dari PR yang merupakan sarana yang sangat penting dan efisien. Hal itu penting karena menopang keberhasilan
44
program, dan efisien karena tak memerlukan banyak daya dan dan untuk menginformasikan program yang hendak dijalankan dengan menggunakan teknik publisitas (iriantara, 2005: 28-29).
2.5.2
Fungsi Public Relations di Media Relations Sebuah perusahaan atau organisasi menggunakan media massa sebagai medium
penyampai pesan dan pencitraan kepada publik, dan pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan dapat di mediasi oleh media massa seperti surat kabar, majalah, dan lain sebagainya, sepert yang dikemukakan oleh Arthur Jensen bahwa, “A process by which a source transmits a message to a receiver through some channel.” (komunikasi adalah sebuah proses dimana sebuah sumber mengirimkan pesan ke penerima melalui saluran tertentu) (Fajar, 2009:31). John Vivian (2008, 344) memberikan perhatian khusus pada posisi media relations. Bahwa public relations memiliki tiga tanggung jawab fungsional; •
Relasi Eksternal. Komunikasi yang dijalin dengan kelompok orang-orang di luar perusahaan, konsumen, dealer, supplier, tokoh masyarakat, orang-orang pemerintahan.
•
Relasi Internal. Komunikasi yang dikembangkan untuk menjaga hubungan optimal antara karyawan, manajer, serikat pekerja, pemegang saham, dan kelompok internal lainnya.
•
Relasi Media. Komunikasi yang dilakukan perusahaan dengan media massa.
2.5.3 Proses Kegiatan Media Relations
45
Sebagai seorang praktisi PR dalam suatu perusahaan secara mutlak perlu menjaga hubungan dengan media untuk mendukung program dan ativitas dari PR itu sendiri. Dan Rosady Ruslan menjelaskan mengenai kerjasama dalam bentuk publikasi dengan pers, yang dapat diwujudkan dengan dua cara, yaitu: 1. •
Kontak Formal Konferensi Pers, yaitu pertemuan khusus dengan pers yang bersifat resmi untuk memberikan informasi, perencanaan besar, menjelaskan masalah yang dihadapi, konfirmasi dan lain-lain.
•
Wisata Pers, yakni wartawan yang telah dikenal baik oleh praktisi PR dari berbagai media meliput berbagai aktivitas tertentu, misalnya pembukaan suatu pabrik, renovasi perusahaan atau meliput proses produksi dan peresmian perusahaan tersebut.
•
Resepsi Pers, suatu acara internal yang diadakan oleh praktisi PR untuk lebih mendekatkan hubungan dengan berbagai media, misalnya perayaan ulang tahun perusahaan, acara buka puasa bersama, tahun baru bersama, serta acara-acara lainnya di luar tugas fungsionalnya masing-masing.
•
Press Briefing, tujuan diadakan pertemuan ini ialah untuk saling berdiskusi, saling memberikan masukan, dan lain sebaginya. Dalam acara ini juga wartawan dapat memanfaatkan kesempatan untuk menggali berita atau informasi sedalam-dalamnya begitu juga sebaliknya diharapakan wartawan juga dapat memberikan berita aktual.
2. Kontak Tidak Formal •
Keterangan pers, dalam keterangan pers ini dapat diperoleh kapan saja. Praktisi PR harus memperhatikan setiap kata dan kalimat dalam memberikan keterangan kepada
46
pers, PR harus tetap berhati dalam memberikan pernyataan kepada pers, karena setiap pernyataan yang telah dikeluarkan oleh PR akan selalu menjadi perhatian bagi pers. •
Wawancara Pers, dalam wawancara pers ini inisiatif datang dari pihak wartawan, dan pihak yang diwawancarai untuk dimintai keterangan, komentar, atau pendapat mengenai suatu hal sifatnya lebih terbatas hanya satu atau dua orang saja.
•
Pertemuan Perkumpulan Pers, acara yang diadakan secara non formal ini ditujukan untuk mengakrabkan antara pihak praktisi PR dengan pers, agar kedua belah pihak dapat saling mengenal satu sama lain sehingga terjalin hubungan yang harmonis (Ruslan, 2007: 186-193). Sebagai PR yang profesional sering kali dituntut untuk dapat berperan aktif dalam
menjalankan setiap peran dan fungsinya, untuk itu peran dari hubungan dengan media perlu dijaga karena dapat berpengaruh bagi aktivitas dari PR itu sendiri. Praktisi PR harus lebih mengetahui dengan seksama jenis media massa mana yang tepat digunakan sebagai sarana publikasi, untuk mencapai tujuan perusahaannya. 2.6
Media Massa Medium artinya alat perantara, dengan bentuk jamak media yang berarti alat-alat
perantara. Media komunikasi adalah alat perantara dalam proses komunikasi atau proses penyampaian isi pernyataan dari komunikator sampai kepada komunikan samapai pada komunikator (Soehoet, 2003:1).
2.6.1
Media Public Relations
47
Untuk mendukung praktisi PR dalam menjalankan fungsi dan kegiatannya, maka dibutuhkan media yang tepat sebagai sarana untuk melakukan publikasi. Jenis media massa ini merupakan prioritas utama sebagai sarana praktisi humas menyampaikan pesan atau informasi kepada khalayak. Berikut ini adalah sarana media yang digunakan oleh praktisi PR (Ruslan, 2007: 195-196).
1. Media Massa •
Media cetak yang bersifat komersial, misalnya surat kabar, tabloid, majalah. Kelebihannya ialah biaya yang dikeluarkan relatif murah, beritanya lebih menyeluruh, jangkauannya luas mencakup pembaca yang tersebar diberbagai tempat dalam waktu yang bersamaan. Kekurangannya komunikasi yang terjadi hanya dapat searah, jangka waktunya relatif singkat.
•
Media elektronik seperti stasiun radio dan stasiun TV. Kelebihan dari media ialah dapat lebih mudah diterima dan diingat oleh pemirsanya karena visualnya terlihat lebih hidup. Kelemahannya karena jangkauan yang terlalu luas, maka sering kali target atau sasaran yang dituju menjadi tidak fokus, biaya yang dikeluarkan juga terhitung mahal.
2. Media Internal Perusahaan Menurut Frank Jefkins dalam buku yang ditulis oleh Rosady Ruslan (2007: 196) terdapat lima model utama mengenai house internal journal, yaitu: •
The Sales Bulletin, merupakan bentuk media regular antara manjer penjualan dengan salesman di lapangan.
48
•
The Newsletter, merupakan media informasi berita yang singkat.
•
The Magazine, merupakan suatu bentuk media yang berisikan feature, artikel, gambar yang diterbitkan secara bulanan.
•
The Tabloid Newsletter, media yang mirip surat kabar popular berisikan berita pokok, dilengkapi dengan gambar menarik.
•
The Wall Newspaper, merupakan media komunikasiinternal yang sering digunakan antar karyawan disebuah perusahaan besar, pabrik, rumah sakit
2.7
Jasa Valari A. Zithalm dan Mary Jo Bitner merangkum jasa sebagai, “jasa itu
mencakup semua aktivitas ekonomi yang keluarannya bukanlah produk atau konstruksi fifik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip intangible (tidak berwujud) bagi pembeli pertamanya” (Yazid, 2003: 2).
2.8
Hotel
2.8.1 Pengertian Hotel Industri perhotelan merupakan bagian dari hospitality industry yakni suatu industri yang menyediakan produk dan jasa kepada pelanggan yang jauh dari rumah (Morrison; 2002:52).
49
Merujuk pada keputusan Dirjen Pariwisata no 14 tahun 1988, yang dimaksud dengan hotel adalah suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagaian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan, minum, serta jasa lain bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial, serta memenuhi persyaratan tertentu (Alma, 2002: 211).
2.8.2 Jenis Hotel Sebagai industri jasa, hotel pun juga memiliki beberapa jenis hotel yang pengelolaannya dilakukan secara komersial sesuai dengan tujuan pelayanan yang ditawarkan kepada publiknya. 1. Residensial Hotel, yaitu hotel yang menerima tamu untuk menginap dalam jangka watu yang lama namun tidak untuk menetap. 2. Tansit Hotel atau Commercial Hotel, yaitu hotel yang menyediakan kamar dan makan pagi bagi para tamu yang sedang melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis dalam jangka waktu yang relatif pendek dan hotel seperti ini sering dijumpai di pusat kota atau terletak pada daerah-daerah yang ramai. 3. Resort Hotel, adalah hotel yang terletak di daerah-daerah peristirahatan atau liburan, dimana akomodasi yang disediakan hanya ada di saat-saat tertentu. (Alma, 2002: 212). Dari beberapa penjabaran dari jenis-jenis hotel di atas, maka Grand Sahid Jaya termasuk dalam kategori jenis Transit Hotel. Hal itu dikarenakan letaknya yang berada di tengah kota Jakarta. Dan dilihat dari fungsinya yang lebih sering dijadikan tempat
50
bagi karyawan dan pembisnis untuk mengadakan pertemuan baik sekedar untuk rapat, seminar, hingga acara-acara besar perusahaan.
2.9
Kerangka berfikir Gambar 2.3
Komunikasi: PR Grand Sahid Jaya
Strategi Public Relations
Re-Branding nama Hotel ‘Grand Sahid Jaya”
Media Relations
Feed Back Print Media:
Majalah, Suratkabar
Brand Awareness kepada Masyarakat
51
Masyarakat aware dengan nama hotel
2.9.1
Masyarakat tidak mengetahui perubahan nama hotel
Penjelasan kerangka berpikir Dari keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut adalah alur dari
kerangka berpikir yang telah digambar di atas: Komunikasi merupakan proses terluar dan umum di sebuah lingkungan, karena komunikasi selalu bergerak dinamis. Penelitian yang digunakan oleh peneliti dikaitkan dengan mengunakan model komunikasi Harlod Laswell yang terdiri dari (5 W+ 1H). Penggunaan model tersebut diterapkan pada penelitian ini untuk melihat adakah pengaruh PR dalam mendukung re-branding nama hotel sehingga masyarakat menjadi aware atas re-branding nama yang telah dilakukan oleh Grand Sahid Jaya. Pada awal komunikasi tentu diperlukan komunikator sebagai pengirim pesan. Pelaku pengiriman pesan pada konteks ini adalah komunikator yang dilakukan oleh PR Grand Sahid Jaya. pada praktek komunikasi praktisi PR memerlukan strategi, startegei PR dilakukan agar pesan yang ditransmisikan dapat tercapai tepat sasaran. strategistrategi juga dapat membantu kegiatan PR yang dilakukan lebih terkonsep dan terstruktur, sehingga perencanaan atau target perusahaan dapat tercapai. Salah satu startegi yang dilakukan PR hotel yaitu dengan menjalin hubungan yang baik dengan media (media relations). Kegiatan-kegiatan PR dalam acara-acara yang diselenggarakan di publikasikan ke media cetak dalam bentuk advertorial, press release, ataupun iklan package hotel. Pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat adalah pengenalan
52
nama baru Hotel Grand Sahid Jaya. Pada akhirnya tujuan dari penelitian untuk melihat apakah masyarakat aware dengan perubahan nama hotel, selain itu feed back apa yang di dapat oleh hotel dari aware nya masyarakat akan nama hotel.