BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Sumber Data
Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:
1.
Buku, artikel majalah, ataupun jurnal yang berhubungan dengan tema tugas akhir yang diangkat.
2.
Website yang terpercaya dan berhubungan dengan tema yang diangkat.
3.
Wawancara dengan Ardiasa Putra selaku pemilik dari Bradley’s British Tea House.
2.1.2 Data Produk
2.1.2.1 Sejarah Teh
Tidak ada sejarah tentang teh yang pasti karena begitu banyak versi, namun menurut (Richardson, L.B., 2014:13) dalam bukunya yang berjudul Modern Tea: A Fresh Look at an Ancient Beverage menuliskan bahwa, “Dari banyak cerita tentang pertama kali teh ditemukan, salah satu nama penemu teh yang paling popular adalah kaisar cina Shennong, dikenal juga sebagai bapak pertanian cina, sebagai orang pertama yang mencelupkan dan meminum teh. Hal ini terjadi pada tahun 2737 sebelum maseihi, ketika kaisar sedang merebus air, hembusan angin membawa beberapa helai daun teh dari semak liar sekitar ke dalam pemanas airnya.
Daripada
memutuskan
untuk
memungut
dan
mencelupkan
membuang daun-daun
nya, tersebut,
kaisar dan
menikmati minuman hasil percobaannya. Tetapi, tidak ada catatan 5
6
resmi ataupun literature cina yang membahas tentang teh pertama tersebut hingga 3000 tahun kemudian. Bagaimanapun, baik mitos ataupun fakta, tanaman teh kemungkinan berasal dari barat daya Cina provinsi Yunnan, di mana pada awalnya daun teh dihargai sebagai obat yang berkualitas.”
Dalam
bukunya,
Richardson,
L.B.
(2014:13)
juga
mengatakan bahwa seluruh dunia telah mengembangkan rasa dari cerita kaisar tentang teh tersebut. Tanaman yang berhasil dikembangkan adalah jenis tanaman Camellia Sinensist.
2.1.2.2 Enam kelas Teh
Seiring perkembangan jaman dan majunya teknologi, tanaman penghasil teh dikembangkan. Hal ini menghasilkan penemuan-penemuan dan cara yang berbeda dalam memproses proses tanaman Camellia Sinensist menjadi teh yang dapat diseduh dan dikonsumsi umat manusia. berdasarkan proses dan rasa yang tercipta, Richardson L.B. (2014:13) mengatakan bahwa hingga saat ini, teh yang dikembangkan melalui tanaman Camellia Sinensist telah digolongkan menjadi enam kelas yitu:
1.
White Tea
2.
Green Tea (Chinese Green Tea & Japanese Green Tea)
3.
Yellow Tea
4.
Oolong Tea
5.
Black Tea
6.
Dark Tea
7
2.1.2.3 Afternoon Tea (Inggris)
Afternoon Tea adalah kegiatan minum teh, diperkenalkan di Inggris pada awal 1840-an. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai makanan mini untuk membendung rasa lapar dan antisipasi makan malam (di Inggris, waktu untuk makan malam adalah pukul 8 malam). Afternoon Tea terdiri dari teh dan ditemani makanan yang terdiri dari sandwich (biasanya dipotong halus seukuran ‘jari’), scone dengan krim dan selai, kue-kue manis dan kue lain. Menariknya, scone (roti khas inggris) tidak umum dikonsumsi pada masa awal Afternoon Tea dan baru diperkenalkan pada abad kedua puluh. Afternoon Tea awalnya dikembangkan sebagai acara sosial swasta untuk wanita yang tarafnya naik di masyarakat. Ketika Ratu Victoria terlibat dalam ritual Afternoon Tea, acara menjadi sangat formal dan resmi, hal ini dikenal sebagai ‘tea receptions’ atau resepsi teh. Resepsi tersebut dapat dihadiri sebanyak dua ratus tamu undangan dengan jam buka 16:00-19:00, di mana para tamu bisa datang dan pergi sesuka hati selama jam buka tersebut; ini adalah asal-usul afternoon tea seperti yang kita kenal. Di Inggris, saat ini Afternoon Tea biasa dinikmati sebagai indulgensi atau untuk merayakan acara khusus seperti ulang tahun, pre-wedding atau pesta merayakan kelahiran bayi bersama dengan sekelompok teman-teman. (Sweet, G. 2015:Online).
8
2.1.2.4 Teh Pada Era Victorian
Setelah ratu Victoria terlibat dalam kegiatan minum teh, afternoon tea party telah menjadi sebuah bagian dari rumah-rumah besar di era Victoria, Inggris, pada abad ke-18. Teh pada era Victoria dijadikan sebagai pelengkap pada beberapa tujuan atau kegiatan. Mulai dari acara kumpul-kumpul wanita untuk sekedar bergosip atau quality time hingga acara besar yang dapat dihadiri lebih dari ratusan orang. Padaera ini, teh merupakan santapan serba guna yang memainkan peran unik dalam kehidupan orang inggris. 2.1.2.5 Penyimpanan Teh
Pada bukunya, Richardson, L.B. (2014:55) mengatakan bahwa teh harus disimpan dalam tempat sejuk, tidak terkena cahaya, kering, dan dalam suhu yang konsisten. Ia juga, menyebutkan bahwa teh bersifat hygroscopic; menyerap uap lembab dari udara, bau, dan wewangian dari benda-benda disekitarnya. Karena itu, teh harus di simpan dalam tempat yang kedap udara yang tertutup rapat seperti tabung keramik, tabung kaleng, atau kantung kertas timah (alumunium foil). Sebagian teh harus di konsumsi antara satu tahun atau tergantung waktu pembelian. Bukan karena teh menjadi buruk, tetapi karena teh akan kehilangan cita rasanya seiring berjalannya waktu. Itulah yang dikatakan oleh Richardson, L.B. (2014:55). Ia juga mengatakan bahwa teh akan kehilangan sedikit kesegarannya setiap kali tempat menyimpannya dibuka. Karena itu, teh harus berada pada tempat yang tidak terlalu besar.
9
2.1.3 Bradley’s British Tea House
2.1.3.1 Sejarah
Gambar 2.1 (Suasana dan Logo Bradley’s British Tea House)
Bradley’s British Tea House adalah sebuah restoran dengan konsep rumah yang menjual berbagai macam teh dan makananmakanan lainnya. Didirikan pada awal Maret 2014 oleh 5 orang lulusan Prasetya Mulya Business School. Terletak di daerah Senopati yang merupakan kawasan strategis bagi para pecinta kuliner dan tempat makan di Jakarta. Beralamat di Jl. Kertanegara No 72, Senopati, South Jakarta, Indonesia. Range harga untuk setiap orang yang datang mulai dari Rp.60.000 – Rp. 250.000. Tempat ini buka dari hari senin sampai dengan minggu pada pukul 14.00 – 22.00 WIB. Konsep rumah teh Inggris diambil karena, di negara tersebut, selain digunakan pada acara khusus bangsawan kerajaan, teh juga memiliki acara sendiri, bukan hanya sebagai teman makan berat. Tea time atau High Tea di Inggris menjadikan teh sebagai bintang dari sebuah acara dan justru makanan lain (Seperti scone, English muffin, dll) menjadi teman hidangan utama nya yaitu teh. Selain itu, teh di Inggris juga dijadikan sebagai minuman yang digunakan untuk bersantai dan melepas rasa lelah.
10
Di Jakarta, sudah banyak mulai bermunculan tempat-tempat yang dapat digunakan untuk menikmati teh. Mulai dari tempat yang hanya menjual teh, hingga tempat yang menjual makanan umum. Untuk bersaing, sebuah tempat harus memiliki keunikan dan cirikhas nya sendiri. Bradley’s melihat selama ini, khususnya di Jakarta, tempat menikmati teh selalu bersifat ‘royal’ dan mewah. Di tempat seperti itu, orang harus pergi dengan busana rapi dan resmi. Bahkan di beberapa tempat, pelanggan tidak diperkenankan menggunakan sandal dan celana pendek. Atas dasar itulah, Bradley’s ingin membuat sesuatu yang berbeda dari tempat teh lain; yaitu tempat minum teh berkonsep rumah. Di rumah, anda boleh menggunakan pakaian santai, tidak perlu kaku, dan lebih nyaman. Hal ini pula yang menjadikan Bradley’s British Tea House sebagai rumah yang nyaman untuk minum teh dimana setiap orang dapat bersantai, berbincang, dan melepas lelah. Berdasarkan dari wawancara dengan Ardiasa (pemilik Bradley’s British Tea House), Nama Bradley berasal dari nama sebuah keluarga yang ada di Inggris. Bradley adalah keluarga Inggris yang biasa-biasa saja, bukan bangsawan. Hal ini diambil berdasarkan konsep dari tea house ini yaitu rumah teh Inggris yang nyaman dan sederhana. Tidak ada unsur ‘royal’ atau aturan khusus lainnya. Hanya sesederhana rumah pada umumnya. Pada tahun 2015, Bradley’s British Tea House sudah mulai untuk melebarkan penjualan mereka yang sebelumnya hanya menyediakan
tempat
nyaman
sebagai
rumah
kedua
para
pembelinya dan mengandalkan teh dari merk terkenal yang sudah ada sehingga pada akhirnya mencetuskan untuk membuat produk teh mereka sendiri. Produk yang akan mereka ciptakan tidak lain menggunakan daun teh dari perkebunan Indonesia namun tetap memegang teguh citra dan jati diri perusahaan sebagai rumah teh Inggris.
11
2.1.3.2 Tea and Coffee Set
1.
Afternoon Tea Set untuk satu orang (1 teko the pilihan, pilih antara 1 muffin, atau 3 cookies, atau 2 scone, 1 kue coklat atau vanilla) Rp. 80.000
2.
High Tea Set A untuk 2 orang (2 teko teh pilihan, 1 muffin, 2 cookies, 2 scone, 1 kue mangkuk coklat atau vanilla, disajikan dengan 2 piring tingkat Rp. 165.000
3.
High Tea Set B untuk 3-4 orang (4 teko teh pilihan, 3 muffin, 4 cookies, 4 scone, 1 kue mangkuk coklat atau vanilla, disajikan dengan 3 piring tingkat) Rp. 320.000
4.
Coffee Set untuk 1 orang (1 cangkir kopi pilihan, 1 apple strudel, 3 cookies) Rp. 60.000
2.1.3.3 Variasi Teh
1.
Naraya White
Rp. 62.000
2.
Malabar Black
Rp. 50.000
3.
English Breakfast
Rp. 50.000
4.
Earl Grey
Rp. 50.000
5.
Prince of Wales
Rp. 50.000
6.
Darjeeling
Rp. 50.000
7.
Jasmine Green
Rp. 50.000
8.
Scottish
Rp. 50.000
9.
Irish
Rp. 50.000
10. Cammomile
Rp. 50.000
11. Pappermint
Rp. 50.000
Harga diatas merupakan harga per teko yang dapat dinikmati untuk dua orang. Sebelas produk tersebut merupakan produk teh dengan brand yang udah ada seperti Taylor, Twinings, Ahmad, dll. Untuk teh produk buatan sendiri, Bradley’s British Tea House
12
masih dalam proses peracikan. Perkebunan yang akan dijadikan sumber dari daun tidak hanya dalam satu temopat melainkan dari berbagai sumber kebun teh yang tersebar luas di Indonesia untuk mencari citarasa yang unik dan berbeda. Namun yang sudah pasti dikeluarkan Bradley’s adalah Nayara White dan Malabar Black. 2.1.3.4 Pemasaran
Hasil dari wawancara dengan pemilik restoran, Bradley’s melakukan promosinya melalui verbal dan media sosial dari pemilik-pemilik restoran. Bradley’s tidak memiliki website ataupun media sosial sendiri, namun ulasan-ulasan diberbagai media sosial tempat mencari kuliner (seperti zomato.com dll) membantu Bradley’s dalam melakukan promosi.
2.1.4 Target Market
2.1.4.1 Primer
Demografi Jenis Kelamin
: Wanita
Umur
: 25 – 35 Tahun
SES
:A–B
Geografi Tinggal menetap di JABODETABEK, Berkegiatan di kota Jakarta
Psikografi Senang bersosialisasi, wisata kuliner, memperhatikan kecantikan, belanja, gossip, aktif pada perkumpulan (arisan, meeting, reuni), menjaga penampilan (salon, fitness), mengendarai mobil, aktif di berbagai media sosial (Instagram, Twitter).
13
2.1.4.2 Sekunder
Demografi Jenis Kelamin
: Wanita dan Pria
Umur
: 17 - 24 Tahun
SES
:A–B
Geografi Tinggal dan menetap di JABODETABEK, Sekolah/kuliah/Bekerja/berkegiatan di kota Jakarta Psikografi Senang bersosialisasi, wisata kuliner, up to date akan tempat hangout baru, aktif di berbagai media sosial (Instagram, Twitter).
2.1.5 Kompetitor
2.1.5.1 Lady Alice Tea Room
Gambar 2.2 (Suasana Lady Alice Tea Room)
14
Sebuah tempat dimana pelanggan akan disuguhkan dengan teh signature mereka sendiri. Lady Alice Tea Room memiliki dua outlet, pertama terletak di Benton Junction – Lippo Village, Tangerang, dan yang kedua terletak di Mall Gandaria City Level 2. Keunggulan atau keunikan dari Lady Alice Tea Room ini adalah, mereka memperkenalkan pastries Hungaria pertama ke Indonesia. 2.1.5.2 TWG Tea Salon and Boutique
Gambar 2.2 (Suasana TWG Tea Salon and Boutique)
Tempat minum teh ini menarik dan juga unik terlebih lagi untuk penggemar high tea. TWG Tea Salon and Boutique menawarkan beberapa macam paket minum teh seperti 1873, Silver Moon, dan juga Tea Party, yang dipasang dengan harga mulai dari 80 ribu rupiah. Di sini, para pelanggan dapat memilih sendiri jenis teh yang akan mereka minum dan juga snack atau kue yang dapat menjadi ‘teman’ minum teh. Selain itu, keunikan dari TWG adalah design yang sangat khas dan sangat mencerminkan karakter dari perusahaan. TWG Tea Salon and Boutique Indonesia terletak di Pacific Place dan Plaza Senayan di Jalan Asia Afrika.
15
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Landasan Teori
2.2.1.1 Kemasan
Kemasan merupakah sesuatu yang sangat penting untuk sebuah produk, berdasarkan penelitian, “Kemasan adalah alat yang melindungi produk dan mempresentasikan tak hanya produk, namun juga merek secara menarik ke suatu kelompok target konsumen.” Itulah yang ditulis Ambrose, G. (2011:11). Berdasarkan
Calver,
G.
(2007:14),
desain
kemasan
menjalankan beberapa pekerjaan sekaligus : mendistribusi dan menjaga, membungkus sebuah produk secara efisien dan efektif, dan bercerita kepada konsumen tentang identitas produk.
2.2.1.2 Teori Kemasan
Untuk membuat suatu kemasan yang baik, diperlukan elemen-elemen yang juga kuat. Roncarelli, S., Ellicott, C. (2010:14) mengatakan bahwa terdapat beberapa elemen-elemen desain grafis yang dapat diterapkan pada desain kemasan, yaitu :
• Color Elemen desain pertama yang pertama diamati konsumen. Warna menciptakan dampak yang paling kuat.
• Shape Elemen desain yang berperan sebagai alat identifikasi brand yang kuat. Bentuk kemasan sebaiknya tidak terlalu bervariasi.
16
• Graphic Elements Elemen seperti logo dan ilustrasi menanamkan brand ke benak konsumen. Variasi bisa dilakukan disini, selama masih terlihat serupa.
• Numbers Angka
adalah
cara
efektif
untuk
membedakan
brand.
Contohnya, banyak merek mobil yang telah sukses lini produknya dengan angka seri, seperti 200, 300 dan 400.
• Words Alat komunikasi yang kurang kuat. Kata adalah apa konsumen lihat terakhir untuk memahami suatu brand. Desainer sebaiknya tidak bergantung hanya pada kata untuk menggambarkan sebuah lini produk.
Selain itu, Roncarelli, S., Ellicott, C. (2010:70) juga menjelaskan bahwa desain kemasan yang didesain secara baik dapat
mengangkat
status
sebuah
produk,
sehingga
dapat
menggerakan konsumen untuk melakukan pembelian. Bahkan, beberapa pemasar telah menggunakan semua uang periklanan untuk desain kemasan. Untuk mencapai ini, terdapat beberapa kualitas yang harus bisa dieksekusi desainer saat merancang sebuah kemasan.
• Desain unik yang membuat produk terlihat menonjol dari kompetitor. • Keuntungan atau alasan untuk membeli, seperti inovasi, harga, atau keunggulan produk dalam sebuah kategori. • Kepribadian atau karakter yang menyenangkan, bermakna dan relevan terhadap konsumen.
17
• Produk yang diinginkan memiliki fitur yang ditingkatkan menggunakan fotografi atau ilustrasi. • Informasi produk yang menarik dan mudah dimengerti. • Kemasan mudah dibuka dan praktis digunakan.
Menurut Ambrose, G. (2011:11), kemasan memfasilitasi permukaan yang mengkomunikasikan informasi mengenai produk dan brand, maka dari itu, kemasan ialah elemen yang vital. Dari penggunaan teks, gambar, dan alat komunikasi lain, kemasan bisa mengartikulasikan atribut dan keuntungan suatu produk kepada konsumen.
Kemasan
juga
berfungsi
untuk
menyampaikan
karakteristik merek yang akan memposisikan dirinya dalam benak konsumen dan pastinya membedakannya dari kompetitor. Kemasan seringkali menjadi alat kontak pertama yang dimiliki antar suatu merek dan konsumen, sehingga adalah suatu hal yang penting untuk kemasan agar dapat menarik perhatian target market dan juga dengan cepat menyampaikan pesan yang merepresentasikan dan mendukung brand.
2.2.1.3 Teori Logo
Logo merupakan tampilan yang menjadi identitas untuk mewakili citra dan pesan yang ingin disampaikan oleh berbagai hal seperti perusahaan hingga seseorang sekalipun. Logo yang baik dapat berperan penting dalam meningkatkan nilai sebuah barang maupun jasa yang ditawarkan sebuah perusahaan. Berdasarkan Airey, D. (2010:38), terdapat 7 resep untuk desain logo yang ikonik, yaitu :
• Keep it simple Solusi paling efektif, karena logo yang sederhana adalah logo yang memudahkan aplikasi ke banyak media.
18
• Make it relevant Logo harus sesuai dengan identifikasi suatu bisnis. Desain harus relevan dengan industri, klien dan target audience yang dihadapi. Pengetahuan akan keterkaitan ini membutuhkan riset yang mendalam, namun investasi waktu yang dikorbankan sesuai dengan apa yang akan dihasilkan. Dengan pengetahuan yang kuat terhadap dunia klien, akan tercipta desain yang sukses membedakan bisnis klien dengan kompetitor.
• Incorporate tradition Desain yang baik adalah desain yang tak lekang oleh waktu. Sebaiknya tinggalkan masalah tren pada industri mode. Desain yang berusia panjang adalah kunci untuk representasi suatu bisnis yang sukses.
• Aim for distinction Logo yang istimewa adalah logo yang dapat dengan mudah dipisahkan dari pesaing. Logo tersebut harus memiliki kualitas atau gaya yang unik yang secara akurat dapat menggambarkan bisnis klien.
• Commit to memory Desain yang kokoh dan ikonik adalah desain yang dapat diingat bahkan hanya dengan pandangan sekilas. Seringkali pandanganpandangan sekilas ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk meninggalkan suatu bekas, suatu kesan yang melekat.
• Think small Desain yang efektif harus bisa mengakomodasi ruang-ruang yang lebih sempit, kecil dan terbatas. Klien biasanya menginginkan logo yang fleksibel, karena dengan logo yang mudah diaplikasikan ke berbagai jenis media, biaya yang
19
dikeluarkan untuk proses percetakan akan berkurang. Idealnya, desain masih dapat berfungsi dan dapat diidentifikasi dengan jelas dengan ukuran sekitar 1 inci tanpa kehilangan detil apapun.
• Focus on one thing Desain ikonik yang berbeda dari kerumunan desain lainnya memiliki 1 fitur yang membuatnya menonjol. Hanya 1 hal yang dibutuhkan suatu desain untuk meninggalkan suatu impresi yang cukup bermakna bagi klien.
2.2.1.4 Teori Ilustrasi
Ilustrasi adalah sebuah 'seni yang bekerja', yang secara visual mengkomunikasikan suatu konteks pada audience. Berdasarkan Male, A. (2007:16), terdapat 3 instruksi dalam proyek pengerjaan ilustrasi.
1. The Rationale Alasan mengapa kita melakukan proyek ini, berikut tema dan kebutuhan
komunikasi
visual
yang
dapat
diidentifikasi.
Rationale seharusnya dapat mengungkapkan berapa besar pengetahuan atau empati yang dimiliki, bersangkutan dengan tema dari proyek.
2. The Aim Apa yang ingin kita lakukan, termasuk hasil apa yang ingin diwujudkan, sejauh mana pekerjaan bisa dikembangkan, presentasi visual / dummies, hingga hasil akhir / finished imagery.
20
3. The Objectives Metodologi pengerjaan proyek, berikut timetable yang jelas, obyektif dari proyek, dan bagaimana proyek dapat memfasilitasi perkembangan profesional maupun akademis.
Salah satu fitur yang menjadi komponen pekerjaan belowthe-line menurut Male, A. (2007:174-176) adalah point of sale. Terutama terbukti dalam ritel dan promosi, iustrasi adalah materi yang diberikan terutama untuk identifikasi, peningkatan visual, promosi tambahan dan informasi yang berkaitan dengan produk atau jasa. Kemasan
merupakan
cabang
dari
desain
dengan
pertimbangan penggunaan ilustrasi yang kreatif dan tepat. Ilustrasi adalah cara ideal untuk memberi suatu jarak antara produk dan kompetitornya. Penggunaan ilustrasi dapat menyediakan idealisasi suatu produk tanpa menyampaikan kebohongan atau hyperrealism yang terkadang ditampilkan fotografi. Cita rasa dari bahasa visual seorang ilustrator dapat meningkatkan
suatu
produk
yang
biasa
dengan
cara
menampilkannya dari sisi kontemporer dan membuatnya menjadi lebih menarik bagi konsumen yang potensial. Penggunaan ilustrasi pada kemasan banyak dijumpai di produk kategori makanan dan minuman. Gambar yang menggugah dan sensitif dapat memberikan karakter yang alami dan 'tidak dipaksa', menekankan rasa dan kualitas yang dimiliki produk.
2.2.1.5 Teori Tipografi
Tipografi tidak lagi hanya berperan sebagai sekedar bagian dari desain, tapi telah diakui sebagai rancangan yang pentingnya berada di urutan pertama. Terdapat beberapa prinsip tipografi
21
menurut Haley, A., Poulin, R., Tselentis, J., Seddon, T., Leonidas, G., Saltz, I., Henderson, K., Alterman, T. (2012:210), yaitu :
• Format Pertama desainer harus paham ukuran dan proporsi halaman atau layar dimana mereka akan bekerja. Dan walaupun tiap format memiliki batasan yang mengandung elemen desain, itu seharusnya tidak membatasi kesempatan-kesempatan untuk menjadi kreatif.
• Typography Selection Salah satu cara terbaik untuk menentukan typeface yang akan digunakan adalah dengan memahami aplikasinya. Tiap typeface memiliki tampilan dan feel yang berbeda-beda, namun penerapannya
pada
akhirnya
menentukan
kegunaannya.
Terdapat 2 jenis type berdasarkan fungsinya :
o Text Type Gunakan typeface yang didesain untuk tujuan membaca yang nyaman, seperti Caslon, Bembo, dan Garamond yang bekerja dengan baik di sebagian besar wilayah buku teks. Times New Roman, walaupun sekarang terlalu sering digunakan, didesain di abad ke-20 untuk berfungsi sebagai typeface koran. Panjang garis, spacing dan leading menjadi faktor readability suatu tulisan, namun dengan menggunakan typeface yang tak lekang oleh waktu seperti yang tercantum diatas adalah awal mula yang baik.
o Display Type Seperti pesan pada poster, iklan dan promosi yang populer di akhir abad ke-19, display type harus bisa mendapatkan
22
perhatian pembaca dengan lebih cepat. Pemanfaatan ukuran tipografi untuk menarik perhatian berlanjut hingga hari ini, dimana ketegasan dapat membantu memotong melalui kebisingan visual yang kompetitif. Display type harus legible, namun karena pembaca dapat mengidentifikasi potongan kecil dengan cepat, bukan berarti legibility menjadi suatu hal yang penting untuk text type. Slab serif seperti Rockwell, Memphis, dan Clarendon memiliki weight dan karakter yang cukup untuk digunakan sebagai display type di headline atau subheadline.
• Reading Direction and Scanning Budaya barat membaca tulisan dari kiri ke kanan, yang membuat pembaca pada umumnya selalu melihat pojok kiri atas saat mulai membaca. Dari sana, pembaca melihat dari kiri ke kanan, lalu turun secara diagonal ke baris berikutnya, dan kembali lagi dari kiri ke kanan. Pola baca berbentuk 'Z' ini sering terlihat saat membaca text type di majalah atau buku, juga pada media digital seperti sebuah konten yang ditemukan dari internet.
• Free Placement Ada banyak cara dalam inisiasi proses komposisi pada suatu format, baik dalam fotografi maupun ilustrasi. Kebanyakan desainer akan memulai dengan membuat grid. Bekerja seperti ini bisa menjadi hal yang menguntungkan, terutama saat sebuah foto atau ilustrasi harus menjadi elemen primer. Bahkan ketika tata letak tipografi diperlukan, meletakkan elemen dengan bebas dalam suatu format dapat membuat komposisi yang menarik dan dinamis.
23
• The Grid Alat yang memudahkan desainer untuk membuat komposisi dengan unity dan variety. Terdapat beragam struktur grid; desainer dapat menggunakannya sebagai pengaturan standar oleh suatu software atau menggunakan sistem grid-nya sendiri menggunakan kolom & modul. Saat menciptakan suatu grid, terdapat beberapa elemen yang harus diperhatikan :
o media o format o use o image size o typographic scope o word count o expandability
• Hierarchy Hirarki tipografi bergantung pada tingkat kepentingan suatu teks di lingkungannya, baik dalam bentuk print maupun di atas layar. Terdapat beberapa faktor yang mengindikasikan hirarki : warna teks, kontras teks dengan background, posisi & orientasi teks, ukuran, weight, dan karakteristik desain letterform.
• Unity & Variety Saat membedakan elemen-elemen di suatu format dan terlihat bahwa elemen-elemen ini cocok satu dengan lainnya, desainer menyebutnya unity. Kebersamaan antar dokumen ini ditemukan di halaman-halaman di dalam buku atau majalah atau area-area pada suatu situs, berkomunikasi pada pengguna bahwa mereka sedang berinteraksi dengan sesuatu sebagai kesatuan yang lengkap. Banyak desainer yang mengenal terminologi Gestalt yang berarti kesatuan yang terorganisasi dilihat sebagai lebih
24
dari jumlah dari bagian-bagiannya, untuk menjelaskan unity di komposisi desain, baik hasil cetak, digital ataupun experiental. Pengulangan ialah salah satu cara untuk mencapai unity lewat warna, bentuk, ukuran, penepatan, susunan, urutan ataupun kedalaman.
• Symmetry & Asymmetry Desainer dapat mencapai komposisi yang seimbang lewat komposisi simetris ataupun asimetris. Layout simetris terjadi saat bagian kiri dan kanan dari suatu komposisi seimbang, sedangkan layout asimetris terjadi saat tidak ada kemiripan antara sisi kiri dan kanan pada komposisi.
• White Space Area yang tidak mengandung teks, gambar, ataupun elemen grafis. White space juga disebut negative space. White space membuat suatu karya menjadi lebih sophisticated, lain dengan layout dengan elemen grafis yang terlalu ramai. White space membantu
pembaca
untuk
fokus
pada
elemen
yang
membutuhkan perhatian lebih. Secara konseptual, white space bisa menyampaikan suatu pesan dari desainer pada audience. White space harus digunakan secara fungsional.
• Contrast Contrast adalah salah satu alat terbaik sebagai pembeda antar elemen grafis. Dengan tipografi, kontras pada ukuran, weight, width, warna, posisi dan typeface hanyalah beberapa cara untuk memisahkan informasi yang ada.
• Typeface Pairing Memasangkan typeface seharusnya lebih tentang contrast daripada similarity. Contohnya, memakai Helvetica & Arial
25
secara bersamaan di satu komposisi yang sama tidak akan menjadi desain yang fungsional, khususnya di hadapan khalayak umum yang tidak akan sadar perbedaan antar letterform.
2.2.1.6 Teori Warna
Menurut Chijiiwa, H. (1987:11), skema warna adalah keseluruhan nuansa dari sebuah lukisan, ilustrasi atau desain grafis, dan sebagian nuansa lebih mudah untuk diwujudkan dari yang lain. Terdapat beberapa kategori warna untuk mempermudah pemilihan skema warna, yaitu :
•
Warm & cool mengacu pada hue atau corak warna.
•
Light & dark mengacu pada shade, jumlah putih atau hitam yang dicampur dengan warna.
•
Vivid & dull mengacu pada kejelasan atau intensitas suatu warna.
2.2.2 Studi Victorian
2.2.2.1 Kelas Sosial
Pada era Victorian, golongan masyarakat dibagi kedalam beberapa golongan atau kelas. Pada bukunya, Mitchell, S. (2009:52), menjelaskan bahwa pada era victoria, kelas dinilai bukan hanya dari jumlah harta, namun dalam perilaku, ucapan, pakaian, pendidikan, dan nilai-nilai. Adapun kelas yang dibagi menjadi tiga pada era Victorian:
1. The Working Classes / Kelas Pekerja Walaupun kelas pekerja bukanlah hal yang sering terlihat dalam kehidupan pada era Victorian, namun setidaknya tiga dari empat
26
orang pada zaman tersebut melakukan pekerjaan manual (buruh pertanian, pembantu rumah tangga, buruh pabrik, dll). Kebanyakan dari mereka yang kemampuan dan keterampilannya kurang baik hanya menghasilkan uang untuk bertahan hidup dan dapat dengan mudah jatuh miskin hanya karena mengobati penyakit, putus hubungan kerja (PHK), ataupun pengangguran yang disebabkan pekerjaan kontrak jangka pendek. Sedangkan orang dengan kemampuan dan keterampilan kerja yang baik dengan perbedaan dalam pendidikan, pelatihan, minat, dan cara hidup (saddlers, pembuat sepatu, tukang roti, dll) terkadang menjadi pengusaha dan mengatur toko-toko mereka sendiri sehingga mereka dapat menempati garis antara kelas pekerja dengan kelas menengah
2. The Middle Classes / Kelas Menengah Kelas menengah tumbuh pesat dan termasuk hal penting selama periode Victoria. Populasinya terdiri dari sekitar 15 persen pada tahun 1837 dan mungkin 25 persen pada tahun 1901. Kelas menengah merupakan kelas yang beragam, didalamnya terdapat orang dari kelas pekerja (yang mencari nafkah dengan kerja fisik) dan elit (yang mewarisi mendarat tanah). Dalam kelas menengah, orang-orang dengan status sosial tertinggi disebut dengan profesional (kadang-kadang disebut sebagai kelas menengah tua atau kelas menengah ke atas). Biasanya mereka hidup di rumah yang layak, lingkungan yang nyaman, dan mengutamakan asas kekeluargaan.
3. The Aristocracy and Landed Gentry / Kaum Bangsawan Aristokrat dan bangsawan terdiri kelas pemilik tanah turuntemurun, yang penghasilannya berasal dari sewa property. Mereka biasanya memiliki ribuan hektar tanah yang disewakan untuk peternakan jangka panjang. Kelas ini tinggal dalam rumah
27
yang mewah beserta pelayan-pelayan. Pada tahun 1842 ada 562 keluarga ternama di Inggris. Adapun gelar bangsawan memiliki lima tingkatan: dari tertinggi ke terendah "mereka duke (istrinya adalah duchess a), Marquess (marchioness), earl (countess), Viscount
(Viscountess),
dan
baron
(Baroness).
Seorang
aristokrat tidak dipromosikan naik pangkat dari rendah ke tinggi; ia terus memegang gelar yang ia mewarisi. Kehidupan kelas ini merupakan kehidupan ideal karena mereka memiliki banyak waktu untuk melakukan kegiatan seperti upacara minum teh, festival lokal, acara olahraga, dan masih banyak lagi.
2.2.2.2 Gaya Hidup
Gaya hidup pada era Victorian sangat menekankan pada pemisahan antara gaya hidup pria dan wanitanya. Roth, C. (2011:Online) mengatakan bahwa, “Secara keseluruhan pada akhir era industri di Inggris, ideologi menjadi terpisah yang membuat antara ruang privat wanita, ruang publik bisnis, perdagangan, dan politik pria tersebar luas. Hal ini dianggap sebagai surga dari dunia bisnis dan politik yang kacau, juga dari dunia pabrik yang kotor. Pada saat itu, kaum berada menciptakan interior domestik yang nyaman dengan kain mewah, tirai berat dan perabot mengkilat yang berhasil mengisolasi penduduk dari dunia luar. Rumah tangga kelas menengah ke atas merupakan ekspresi konkret dari sebuah kehidupan, yang didalamnya terdapat pekerja dan pelayan, dekorasi, perabotan, hiburan menyenangkan, serta pakaian yang layak. Pada masa ini, tubuh perempuan dibalut dengan busana sedemikian rupa dengan tujuan untuk menekankan pemisahan wanita dari dunia kerja.”
28
2.2.2.3 Fashion
Pada masa Victorian, fashion memiliki ciri khas nya sendiri. terdapat beberapa gaya busana yang diterapkan pada masa ini. Pada buku yang berjudul Daily Life in Victorian Era, Mitchell, S. (2009:363) menuliskan bahwa pada awal tahun 1840an, rok yang digunakan wanita memiliki laipsan-lapisan khusus yang disebut patticoat untuk membuat rok mereka mengembang, terlihat tidak berbentuk badan dan terlihat kaku sehingga rok ini menjadikan tubuh wanita tidak terlihat natural jika dibandingkan dengan tren busana sebelumnya yang sangat membentuk tubuh. Selain itu, fashion yang sangat menarik pada era victoria ini adalah busana yang digunakan untuk kegiatan minum teh dirumah yang dilakukan oleh wanita-wanita yang pada jaman tersebut ditinggal suami mereka untuk bekerja. Busana yang khusus untuk minum teh dirumah tersebut tea gown. Menurut buku yang ditulis oleh Mitchell, S. (2009:368) tea gown berbentuk sangat loose dan nyaman. Menurut buku yang ditulis oleh Moffat, M. (2013:28) menuliskan bahwa tea gown dibuat dengan bahan chiffon ataupun sutera yang dikombinasikan dengan pemakaian renda atau brukat dan biasanya tanpa menggunakan korset agar gaun tetap terasa nyaman. Pada era Victorian, pakaian pria pun memiliki ciri khas sendiri. Mitchell, S. (2009:352) mengatakan bahwa, "Dari tahun 1840-an dan seterusnya, orang-orang (pria) di kota (baik untuk bekerja atau untuk malam hari) pada umumnya memakai pakaian berwarna gelap dan polos. Warna terang, kerutan kain, dan kain berbahan halus lenyap dari tren.” Selain itu, penggunaan topi juga menjadi icon pada masa victoria.
29
2.2.2.4 Arsitektur
Arsitektur pada masa victoria dapat dilihat dari gaya bangunan kota yang mengadaptasi gaya Gothic Revival, gaya bangunan
ini
dimaksudkan
untuk
memberikan
atau
mengekspresikan nilai keseriusan, rasa hormat, dan pentingnya inspirasi dari cathedrals pada abad pertengahan (Mitchell, S. 2009:208). Bangunan yang dapat dijadikan contoh adalah bangunan Big Ben dan Gedung Parlemen, yang terlihat sangat tua karena benar-benar dibangun pada 1840-an dan 1850-an.
2.2.2.5 Ornamen
Banyak sekali jenis ornament pada masa victoria, untuk kaum menengah keatas, ornament pada dekorasi rumah ataupun furniture sangatlah penting bagi mereka agar tetap up-to-date. Mitchell, S. (2009:294) mengatakan bahwa, “Dekorasi Jepang merupakan hasrat terbesar untuk beberapa waktu, begitupun dengan pengaruh gaya Timur Tengah dan Yunani Klasik. Sedangkan yang paling lama bertahan adalah gaya perabotan Gothic atau antik.” Gaya perabotan pada era
Victorian biasanya menggunakan ornamen
sulur-sulur yang dipahat menggunakan material kayu.
2.2.5 Analisa S.W.O.T
2.2.5.1 Strength (Kekuatan)
•
Bradley’s British Tea House sudah dikenal masyarakat khususnya yang berdomisili di Jakarta.
•
Bertempat di daerah pusat kota.
•
Branding visual yang cukup baik serta memadai.
•
Hommy (Berbeda dari tea house lain yang bersifat formil)
30
2.2.5.2 Weakness (Kelemahan)
•
Teh produk sendiri baru akan dibuat.
•
Media promosi kurang.
2.2.5.3 Opportunity (Peluang) •
Muncul pada halaman pertama pada mesin pencari google dengan key word ‘Tea House Jakarta’
•
Ulasan dari beberapa akun media sosial yang cenderung baik.
2.2.5.4 Threat (Ancaman)
•
Banyak tempat minum teh lain yang sudah terlebih dahulu memiliki produk teh sendiri. kepuasan konsumen mengenai produk baru belum bisa diprediksi. Sehingga ada kemungkinan terjadi kerugian.