BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1
Jenis – jenis cacing tanah Berdasarkan ekologinya, cacing di bagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Kelompok Epigeik - Hidup dan makan bahan organik dilapisan organik (permukaan) - Bergerak secara horizontal - Tidak membentuk saluran(channel) - Tubuhnya berwarna gelap - Kelompok penghancur seresah 2. Kelompok Endogeik - Hidup dilapisan tanah bawah - Makan tanah mineral - Membuat lubang saluran dan tinggal menetap didalamnya - Cast/kotoran dibentuk di dalam saluran tersebut - Warna tubuh merah muda - Kelompok pencampur tanah dengan bahan organik dan memperbaiki struktur tanah sehingga disebut “penggali tanah atau soil engeenering” 3. Kelompok anesik - Hidup di dalam tanah - Makanannya diperoleh dari lapisan organik (atas) - Membuat lubang saluran dalam tanah dengan bagian ujung terbuka ke permukaan tanah - Meninggalkan cast pada permukaan tanah - Warna tubuhnya gelap di bagian atas (dorsal) dan terang dibagian bawahnya (ventral) - Kelompok pencampur tanah dengan bahan organik dan memperbaiki struktur tanah sehingga disebut “penggali tanah atau soil engeenering” (Tim dosen, 2010)
1.2
Gambar organ tubuh cacing tanah ( sebutkan + jelaskan fungsi)
(AnonymousA, 2010)
Keterangan : 1. Mulut/prostomium berfungsi untuk makan tanah dan bahan organik, menghancurkan seresah, tanah mineral, untuk memperoleh nutrisi. 2. Seta (bulu halus) Adalah bulu-bulu halus yang hampir tidak terlihat dan berfungsi untuk membantu cacing masuk ke dalam tanah 3. Peristomium Bagian dari ujung mulut sampai clitellium yang berfungsi untuk membuat lubang atau pori-pori untuk tempat tinggal cacing. 4. Clitellium Bagian dari kepala sampai lambung yang berwarna putih pucat dan mengalami penebalan. Berfungsi untuk produksi cocoon (yaitu telur cacing) 5. Cocoon Adalah telur cacing 6. Periproct Atau dapat disebut anus dari bagian lambung hingga tempat kloaka. Berfungsi untuk tempat pembuangan cast atau kotoran. Dan kotoran tersebutlah yang membuat tanah kita menjadi subur 7. Tempat kloaka Tempat pembuangan kotoran 8. Segmen Adalah bagian-bagian tubuh cacing karena cacing terdiri dari segmen-segmen (anonymousB,2010)
1.3
Syarat Hidup Optimum Cacing Tanah a. Suhu Suhu yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal. Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan pertumbuhan cacing tanah serta perkembangbiakannya akan berjalan sempurna.
b. Kelembapan Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai 30%. Dikarenakan sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan
memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok.Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit.
c. PH Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2. Karena cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati.
d. Habitat Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC.
e. Tekstur Tekstur tanah sangat mempengaruhi kehidupan cacing di dalam tanah. Bila tekstur tanah pasir maka tidak ada cacing tanah, karena kelembapan pada tanah pasir kurang
f. Bahan organik Apabila bahan organik dalam tanah banyak maka kehidupan cacing akan optimum karena bahan organik merupakan makanan bagi para cacing
g. Sinar matahari Apabila sinar matahari yang mengenai tanah terlalu banyak maka kehidupan cacing kurang optimum karena suhu tanah akan panas atau tinggi (Putra, 1999)
1.4
Peran cacing tanah bagi kesuburan tanah Cacing sangat penting pada tanah pertanian. Lahan pertanian yang mengandung banyak cacing tanah didalamnya pada umumnya akan lebih subur karena tanah tersebut yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli pertanian di luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar kimiawi kotoran cacing dan tanah aslinya banyak perbedaannya. Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubanglubang yang dibuat oleh cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah menjadi gembur. (AnonymousC, 2010)
BAB 2 METODE PRAKTIKUM 2.1
Alat dan Bahan Alat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pensil Bulpen Kertas Spidol Planimeter Kamera Planar cage
: untuk menggambar : untuk menulis : sebagai media menulis : untuk memberi tanda pergerakan cacing pada planar cage : untuk mengukur panjang lintasan cacing : untuk mendokumentasikan praktikum : sebagai tempat dimana kita mengamati cacing
Bahan 1. Cacing (epigeig, anesig ) 2. Tanah (ultisol, inceptisols) 3. Seresah
2.2
: bahan pengamatan : media pengamatan : media pengamatan
Komposisi masing-masing planar cage
Komposisi Planar Cage 1 1. Inceptisol 100 % 2. Seresah Komposisi Planar Cage 2 1. Ultisol 100 % 2. seresah Komposisi Planar Cage 3 1. Ultisol 50% 2. Inceptisol 50% 3. Seresah Komposisi Planar Cage 4 1. Ultisol 50% 2. Inceptisol 50% 3. Seresah
Komposisi Planar Cage 5 1. Inceptisol 40% 2. Ultisol 60% 3. Seresah
Komposisi Planar Cage 6 1. Inceptisol 60% 2. Ultisol 40% 3. Seresah
Keterangan : 1. Tanah Inceptisols Tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang ekstrem. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah brown forest, gleihumik, dan glei-humik rendah 2. Tanah Ultisol Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah(<35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah; tidak mempunyai lidah-lidah yang menembus horizon albik atau oksik. Tanah ini sudah berkembang lanjut dibentang lahan yang tua dan stabil atau bahan induk yang terlapuk lanjut. Tanah yang ekuivalen adalah lateritik coklat-kemerahan dan podsolik merahkuning (Sutanto,2005)
2.3
Metode pengamatan pergerakan cacing tanah Siapkan alat dan bahan yang di butuhkan Amati pergerakan cacing pada planar cage Apabila tidak terlihat dapat di lihat dengan bantuan senter Setelah mengetahui jalan cacing beri garis putus-putus sepanjang pergerakan cacing menggunakan spidol warna merah Ulangi perlakuan tersebut jika kita menemukan lintasan cacing pada planar cage Setelah serasa cukup, ukur semua panjang lintasan menggunakan planimeter Penggunaan planimeter tidak boleh terputus (data tidak falid) dan agak ditekan. Setelah diukur dengan planimeter, jumlahkan semua panjang lintasan cacing tersebut. Kemudian timbang berat cacing tersebut Lalu ukur panjang dan diameter cacing-cacing tersebut
Catat semua hasil yang di dapat Buatlah laporan
2.4
Analisis perlakuan planar cage Bahan dan alat disiapkan semua agar kita mudah dalam mulai pengamatan. Amati pergerakan tanah terlebih dulu pada planar cage menggunakan alat bantuan senter apabila sulit untuk melihatnya. Setelah serasa ketemu lintasan cacingnya beri garis putus-putus lintasannya menggunakan spidol merah. Lakukan cara seperti itu pada semua lintasan cacing yang ada di planar cage. Setelah selesai, ukur panjang lintasan pergerakan menggunakan planimeter. Penggunaan planimeter pada planar cage harus sedikit di tekan agar roda pada planimeter dapat bergerak dan menunjukkan angka. Penarikan garis tidak boleh terputus karena jika terputus data yang dihasilkan tidak valid dan pada saat menggunakan planimeter planarcage tidak boleh ditidurkan karena dapat merusak agregat. Setelah semua panjang pergerakan cacing di hitung maka jumlahkan semuanya. Lalu catat hasil pengamatan. Dan itung berat cacing, panjang dan diameter cacingnya. Lalu buatlah laporan.
BAB 3 HASIL PENGAMATAN 3.1
Tabel hasil pengamatan
3.2
Dokumentasi Hasil Planar Cage
BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM 4.1
Analisa pergerakan cacing tanah pada masing-masing planar cage Inceptisol 100 % Selama pengamatan 4 hari pada antara A1 dan A2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari A1 atau A2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 7 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada hari ke 2 dan ke 4 mengalami penurunan dari 75(H3) menjadi 30(H4). . Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain. Dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 11,7 gr menjadi 9.05 gr . Terdapat 1 cocoon
Ultisol 100 % Selama pengamatan 4 hari pada antara B1 dan B2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari B1 atau B2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 13 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada B1 H3 dan H4 mengalami penurunan dari 148 menjadi 98 dan pada B2 mengalami penurunan pada H3 dari 123 menjadi 72. Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain .Dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 12,24 gr menjadi 8,54 gr. Terdapat 2 cocoon
Inceptisol 50% dan Ultisol 50% Selama pengamatan 4 hari pada antara C1 dan C2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari C1 atau C2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing semakin bertambah sedikir yaitu dari 5 menjadi 4 ekor mungin itu dikarenakan ada yang mati. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada C1 pada H2 sudah mengalami penurunan yaitu dari 89 menjadi 37 tetapi pada hari selanjutnya mengalami kenaikan dari 37 menjadi 40(H3) dan 48(H4) dan pada C2 selalu mengalami penurunan pada setiap harinya dri 70 menjadi 46 dan selalu turun mungkin itu di karenakan aktivitas cacing menurun.Dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 10,31 gr menjadi 7,28 gr . Terdapat 2 cocoon
Inceptisol 50% dan Ultisol 50%
Selama pengamatan 4 hari pada antara D1 dan D2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari D1 atau D2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing tetap yaitu berjumlah 5. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada D1 H2 dan H4 mengalami penurunan dari 288(H3) menjadi 130(H4) dan pada D2 selalu mengalami kenaikan kecuali pada H4 turun dari H3 yaitu 198 menjadi 144. . Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain .Dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 11,80 gr menjadi 10,35 gr. Tidak terdapat cocoon.
Inceptisol 40% dan Ultisol 60% Selama pengamatan 4 hari pada antara E1 dan E2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari E1 atau E2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 11 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada E1 H1 dan H2 mengalami penurunan yang sangat drastis dari 325 menjadi 45 dan pada E2 mengalami penurunan pada H2 dari 340 menjadi 99. . Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain.Dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 10,58 gr menjadi 8,56 gr. Terdapat 8 cocoon
Inceptisol 60% dan Ultisol 40% Selama pengamatan 4 hari pada antara F1 dan F2 berbeda hasilnya meskipun 1 plane cage. Itu bisa dikarenakan karena pergerakan cacingnya yang tidak menentu jadi di lihat dari F1 atau F2 beda hasilnya. Dan jumlah cacing bertambah banyak yaitu dari 5 menjadi 9 ekor. Panjang liang semakin lama seharusnya semakin panjang tetapi pada hasil pengamatan hasilnya berbeda pada F1 H2 dan H4 mengalami penurunan dari 185(H1) menjadi 37(H2) dan pada F2 mengalami penurunan pada H2 dari H1 yaitu dari 260 menjadi 72. Itu dapat terjadi karena ada suatu kesalahn mungkin dari pengamatan yang kurang jeli atau faktor-faktor lain .Dan berat cacing awal lebih berat daripada cacing akhir dari 11,53 gr menjadi 9,77 gr. Terdapat 4 cocoon
4.2
Keadaan populasi cacing tanah pada masing-masing planar cage Planar Cage 1 Pada planar cage yang terdiri dari seresah dan 100% tanah Inceptisol populasi cacing bertambah meskipun hanya sedikit yaitu dari 5 ekor menjadi 7 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 11,7 gr menjadi 9.05 gr. itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi
Planar Cage 2
Pada planar cage yang terdiri dari seresah dan 100% tanah Ultisol populasi cacing bertambah banyak yaitu dari 5 ekor menjadi 13 ekor. Pertambahan cacing lebih banyak daripada Planar Cage 1. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 12,24 gr menjadi 8,54 gr. itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi
Planar Cage 3 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 50 % tanah Inceptisol dan 50% tanah Ultisol populasi cacing semakin sedikit yaitu dari 5 ekor menjadi 4 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 10,31 gr menjadi 7,28 gr .itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi
Planar Cage 4 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 50 % tanah Inceptisol dan 50% tanah Ultisol populasi cacing tetap yaitu 5 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 11,80 gr menjadi 10,35 gr. itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi
Planar Cage 5 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 40 % tanah Inceptisol dan 60% tanah Ultisol populasi cacing bertambah banyak yaitu dari 5 ekor menjadi 11 ekor. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 10,58 gr menjadi 8,56 gr. Itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi
Planar Cage 6 Pada planar cage yang terdiri dari seresah, 60 % tanah Inceptisol dan 40% tanah Ultisol populasi cacing semakin bertambah banyak yaitu dari 5 ekor menjadi 9 ekor. Pertambahannya tidak sebanyak pada planar cage 5. Sedangkan berat total cacing mengalami penurunan dari 11,53 gr menjadi 9,77 gr. Itu dapat dikarenakan cacing kurang dapat beradaptasi
4.3
Peran cacing tanah yang dapat diamati pada planar cage Pada planar cage cacing tanah melakukan peranan. Antara lain 1. 2. 3. 4. 5.
Memperbaiki tatanan sirkulasi udara dalam tanah Meningkatkan infiltrasi Membentuk pori-pori tanah Sebagai pengurai Agen bioturbasi
6. Memperbaiki struktur tanah Dengan adanya cacing tanah maka struktur tanah yang rusak dapat diperbaiki lagi 7. Mengangkut bahan organik ke bagian tanah yang lebih dalam 8. Membentuk agregat tanah Dengan bantuan cast cacing dapat membentu agregat tanah 9. Mencampur butiran-butiran tanah bu (Soepardi,1983)
BAB 5 PENUTUP 5.1
Kesimpulan
5.2
Kritik dan Saran 1.Pemakin lama penjelasan semakin jelas 2.Pertahankan cara penjelasannya agar para praktikan mengerti
DAFTAR PUSTAKA AnonymousC.2010.http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Manfaat+Cacing+ Tanah&dn=20090221160704.diakses tanggal 27 November 2010 Putra.F.A.1999.Ny Kartini Hidup Bersama Cacing.Kompas.Jakarta Tim dosen.2010.Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah.Fakultas Pertanian Press.Malang AnonimousA.2010. bagian-bagian cacing.http://suharjawanasuria.tripod.com.diakses tanggal 27 November 2010
AnonymousB.2010.http://www.litbang.deptan.go.id.diakses tanggal 27 November 2010 Sutanto,Rachman..2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Kanisius.Yogyakarta Soepardi,Goerwono.1983.Sifat dan Ciri Tanah.Akademika pressindo.Jakarta