BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA PALU
7
BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I – 2008
KANTOR BANK INDONESIA PALU
BANK INDONESIA PALU
8
BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil
Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan
1. 2. 3.
Tugas Bank Indonesia Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Mengatur dan mengawasi bank
Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : 0451 - 421181 Fax : 0451 - 421180 Email :
[email protected];
[email protected] Homepage : www.bi.go.id
BANK INDONESIA PALU
9
KATA PENGANTAR BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
KATA PENGANTAR
Dengan dikeluarkannya UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004, tugas pokok Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Adapun dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut Kantor Bank Indonesia di daerah mempunyai peranan yang cukup besar. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di daerah, Kantor Bank Indonesia Palu berperan memberikan informasi dan masukan kepada stakeholders khususnya pemerintah daerah antara lain dengan menyusun Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah yang diterbitkan secara triwulanan. Kajian ini dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan sekaligus diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi stakeholders di daerah. Adapun materi kajian ini meliputi perkembangan makroekonomi regional, perkembangan pembayaran,
inflasi,
perkembangan
perbankan,
perkembangan ketenagakerjaan dan
perkembangan
kesejahteraan
sistem
masyarakat,
keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan inflasi yang disajikan dengan data terkini (up to date). Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Oleh sebab itu kepada pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini diucapkan terima kasih. Palu, Mei 2008 BANK INDONESIA PALU TTD Suparmo Pemimpin
BANK INDONESIA PALU
i 10
ISI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAFTAR REGIONAL
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.................................. i
Daftar Isi
................................................ ii
Daftar Tabel Daftar Grafik
.............................................. iv .................................................................. v
Ringkasan Eksekutif
............................................................... 1
BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL........................................ 8
1. Permintaan Daerah
......................................................... 9
2. Penawaran Daerah
............................................................. 13 ....................................................... 17
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN................................................................ 22
1. Perkembangan Moneter
........................................................... 23
2. Perkembangan Perbankan
..................................................... 24
2.1. Aset dan Jaringan Kantor
...................................................... 24
2.2. Penghimpunan Dana
...................................................... 25
2.3. Penyaluran Kredit 2.4. Kolektibilitas Kredit
.................................................... 27 ............................................................ 29
Boks : Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
1. Perkembangan Uang Kartal
.......................................... 32
................................................... 32
2. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan........................................ 34 3. Perkembangan Kliring Lokal................................................................. 34 4. Perkembangan BI-RTGS....................................................................... 36
BANK INDONESIA PALU
ii 11
ISI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAFTAR REGIONAL
BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT............................................................. 37
1. Perkembangan Ketenagakerjaan.......................................................... 38 2. Kemiskinan.......................................................................................... 40 ..................................................... 42
BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI
1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi
.............................................. 45 ................................................ 45
2. Prospek Inflasi..................................................................................... 46 3. Prospek Perbankan
....................................................................... 46
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
BANK INDONESIA PALU
iii 12
DAFTAR TABEL BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
PDRB Menurut Penggunaan ADH Konstan 2000........................... 9
Tabel 1.2.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan ADH Konstan 2000....................................................................... 10
Tabel 1.3.
Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulawesi Tengah....... 14
Tabel 1.4.
PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000..................... 14
Tabel 1.5.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000....................................................................... 15
Tabel 2.
Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa................... 19
Tabel 3.1.
Perkembangan Komponen Uang Beredar Regional (Miliar Rp)...... 24
Tabel 3.2.
Perkembangan Total Aset Perbankan (Miliar Rp)........................... 24
Tabel 3.3.
Perkembangan Dana Perbankan Berdasarkan Golongan Pemilik... 26
Tabel 3.4.
Penghimpunan Dana Perbankan (Miliar Rp)...................................26
Tabel 3.5.
Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar Rp)
Tabel 3.6.
Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Sulawesi Tengah
............ 27
(Miliar Rp)..................................................................................... 29 Tabel 3.7.
Kolektibilitas Kredit Bank Umum (Miliar Rp)
.................... 30
Tabel 3.8.
Perkembangan NPLs Gross Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi............................................................................ 30
Tabel 3.9.
Kolektibilitas Kredit BPR (Juta Rp)
............................ 31
Tabel 4.1.
Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar)
............ 34
Tabel 4.2.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
............ 35
Tabel 5.1.
Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah................................... 37
Tabel 5.2.
Perkembangan Ketenagakerjaan
Tabel 5.3.
Perkembangan Indikator-Indikator Kemiskinan di
...........
39
Provinsi Sulawesi Tengah.............................................................. 40
BANK INDONESIA PALU
iv 13
DAFTAR GRAFIK BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1.
Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah .....
Grafik 1.2.
Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah
... 8
Tahun 2007-2008......................................................................... 11 Grafik 1.3.
Perkembangan Ekspor Antar Negara Sulawesi Tengah.................. 12
Grafik 2.1.
Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y)
Grafik 2.2.
Inflasi dan Sumbangan Inflasi Per-Kelompok
.......... 17
Triwulan I-2008 (q-t-q).................................................................. 18 Grafik 2.3.
Disagregasi Inflasi Kota Palu (y-o-y)
...........
18
Grafik 3.1.
Perkembangan Suku Bunga
..........
22
Grafik 3.2.
Distribusi Kantor Bank di Sulawesi Tengah Triwulan I-2008........... 25
Grafik 4.1.
Perkembangan Inflow-Outflow
Grafik 4.2.
Perkembangan PTTB
Grafik 4.3.
Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Kota Palu.............................. 36
Grafik 5.1.
Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).................... 38
Grafik 5.2.
Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja
.............................................. 33 ................................. 33
Berdasarkan Sektor Ekonomi........................................................ 39 Grafik 5.3.
Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah
Grafik 6.1.
Perkembangan DAU di Sulawesi Tengah....................................... 43
Grafik 6.2.
Perkembangan DAK di Sulawesi Tengah....................................... 44
BANK INDONESIA PALU
..................... 40
v 14
RINGKASAN REGIONAL EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I2008
Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 ini Perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh 5,99% (y-o-y)
diperkirakan tumbuh sebesar 5,99% (y-o-y), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,93% (y-o-y).
Peningkatan
pertumbuhan
tersebut
didorong
oleh
peningkatan kinerja pada sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Sektor
pertanian
mengalami
peningkatan
pertumbuhan
terutama pada subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Hal ini dapat dikonfirmasi dari angka ramalan (ARAM) I-2008 produksi beberapa komoditas pangan di Sulawesi Tengah. Produksi dan produktifitas lahan tanaman padi, ubi kayu, jagung, ubi jalar dan kacang hijau di Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi daripada tahun 2007. Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa terjadi pada jasa-jasa pemerintahan umum maupun swasta dan salah satunya didukung dengan masih berlanjutnya program bantuan kesehatan dari Pemerintah, sedangkan peningkatan pertumbuhan sektor bangunan dapat dikonfirmasi dari kenaikan realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah periode Januari-Maret 2008. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dapat dikonfirmasi dari membaiknya penyaluran kredit perbankan pada triwulan laporan.
BANK INDONESIA PALU
1 15
RINGKASAN REGIONAL EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan pertumbuhan...
konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 5,98% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 5,90% (y-o-y). Konsumsi
rumah
tangga
merupakan
kontributor
utama
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dengan sumbangan sebesar 3,61%. Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga makanan, sedangkan konsumsi rumah tangga non makanan mengalami perlambatan pertumbuhan seiring dengan kecenderungan turunnya daya beli masyarakat. Kenaikan harga minyak mentah dan komoditas pangan dunia secara langsung ataupun tidak langsung menyebabkan kenaikan harga berbagai bahan makanan sehingga alokasi pendapatan masyarakat untuk konsumsi non makanan relatif berkurang. Laju inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) tahunan Kota Palu Laju inflasi IHK tahunan Kota Palu tercatat sebesar 9,08% (y-o-y)...
pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 9,08% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,13% (y-o-y) maupun laju inflasi nasional sebesar 8,17% (y-o-y). Peningkatan inflasi tersebut secara umum disebabkan oleh beberapa faktor antara lain terbatasnya pasokan, berlanjutnya peningkatan harga komoditas internasional (seperti emas, beras, kedelai, crude palm oil dan gandum), kenaikan biaya produksi dan transportasi, kebijakan pemerintah menaikkan harga barang administered prices (rokok) serta relatif meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara itu secara triwulanan, laju inflasi Kota Palu tercatat sebesar 1,49% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 3,84% (q-t-q). Penurunan suku bunga deposito 1 bulan masih berlanjut di
Penurunan suku bunga deposito 1 bulan masih berlanjut
Sulawesi Tengah selama triwulan I-2008, kendati BI Rate stabil, sejalan dengan berlanjutnya penurunan suku bunga penjaminan
BANK INDONESIA PALU
162
RINGKASAN REGIONAL EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
deposito rupiah dari triwulan sebelumnya. Suku bunga penjaminan yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada bulan Maret 2007 tercatat sebesar 8,00%, lebih rendah dibandingkan akhir tahun 2007 sebesar 8,25%. Stabilnya BI Rate juga tidak menghalangi berlanjutnya penurunan suku bunga kredit perbankan untuk semua jenis penggunaan di Sulawesi Tengah. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 14,26% atau turun 15 bps dibandingkan bulan Desember 2007 sebesar 14,41%. Dari DPK perbankan tumbuh sebesar 14,66% (y-o-y)
sisi
penghimpunan
dana,
stabilnya
BI
Rate
dan
kecenderungan turunnya suku bunga deposito dan Dana Pihak Ketiga (DPK) lainnya relatif tidak mempengaruhi penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan. Sampai dengan bulan Maret 2008, DPK perbankan Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 14,66% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan simpanan jenis tabungan. Hal ini sekaligus mencerminkan kepercayaan masyarakat yang masih tinggi terhadap perbankan di tengah tren penurunan suku bunga simpanan. Berdasarkan jenis simpanan masyarakat, DPK perbankan Sulawesi Tengah masih didominasi jenis tabungan. Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit masih terus
Kredit perbankan pada triwulan I-2008 tumbuh 30,74% (y-o-y)
berakselerasi dan secara tahunan tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007. Kredit perbankan pada triwulan I-2008 tumbuh 30,74% (y-o-y), lebih tinggi daripada triwulan I-2007 sebesar 17,39% (y-o-y). Outstanding kredit sempat menurun pada bulan Januari dan Februari 2008 terkait pelunasan kredit, khususnya untuk jenis kredit modal kerja, dan kembali meningkat pada bulan Maret 2008. Total penyaluran kredit perbankan Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp4.893,36 miliar. Berdasarkan
jenis
penggunaannya,
kredit
perbankan
masih
didominasi kredit konsumsi (50,96%) dan kredit modal kerja (42,95%), sedangkan kredit investasi masih terbatas dengan pangsa BANK INDONESIA PALU
173
RINGKASAN REGIONAL EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
6,09%. Pertumbuhan kredit perbankan selama triwulan laporan mencerminkan semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan dan meningkatnya pembiayaan ke sektor riil. Pertumbuhan kredit yang cukup menggembirakan pada triwulan I-2008 ikut mempengaruhi adanya peningkatan kualitas kredit. Kualitas kredit bank umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari turunnya rasio Non Performing Loans (NPLs) gross bank
umum
pada
triwulan
laporan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya, yaitu dari 6,30% menjadi 5,57%. Sementara itu secara net, NPLs bank umum tercatat sebesar 2,86%. Sementara itu, kualitas kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sedikit memburuk, tercermin dari peningkatan NPLs gross yaitu dari 1,70% pada triwulan IV-2007 menjadi sebesar 1,76% pada triwulan laporan. Apabila dihitung secara netto, NPLs BPR berada pada angka 0,80% atau masih di bawah batas indikatif 5%. Perkembangan uang kartal masuk (inflow) dan uang kartal Jumlah inflow dan outflow turun dibandingkan triwulan sebelumnya
keluar (outflow) di Bank Indonesia Palu pada triwulan I-2008 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah inflow di Bank Indonesia Palu pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp327,85 miliar atau turun -16,78% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp393,97 miliar. Sementara itu, jumlah outflow tercatat sebesar Rp180,32 miliar atau turun -82,70% dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar Rp1.042,44 miliar. Penurunan inflow dan outflow tersebut terkait dengan kebijakan Bank Indonesia (khususnya di Kota Palu) yang hanya menerima setoran dari
bank-bank untuk uang kartal yang
tidak layak edar, sedangkan untuk uang kartal yang layak edar dikelola oleh masing-masing bank dan dilakukan kerjasama antar bank dalam pengelolaan uang kartal melalui Focus Group Discussion (FGD).
BANK INDONESIA PALU
4 18
RINGKASAN REGIONAL EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
Selama triwulan I-2008, jumlah warkat kliring naik 4,29% yaitu dari 29.436 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 30.698 lembar. Sementara itu, nominal perputaran kliring tercatat turun -17,59%
dibandingkan
triwulan
IV-2007
sehingga
menjadi
Rp1.352,93 miliar. Kenaikan jumlah warkat kliring mengindikasikan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian daerah. Aliran dana keluar (outflow) dari Kota Palu melalui Bank Aliran dana keluar melalui BI-RTGS turun -23,73% dibandingkan triwulan sebelumnya
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp4.010,85 miliar atau turun -23,73% dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar Rp5.258,92 miliar dengan volume transaksi sebanyak 4.425 transaksi. Sementara itu, aliran dana masuk (inflow) juga turun -26,72% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi Rp3.230,90 miliar dengan volume transaksi sebanyak 2.984 transaksi. Nominal dan volume transaksi melalui BI-RTGS diperkirakan akan semakin meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian di Sulawesi Tengah. Perkembangan Gini Ratio di Sulawesi Tengah menunjukkan
Angka Gini Ratio Sulawesi Tengah memburuk
bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya mampu memperbaiki ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tengah. Hal ini tercermin dari memburuknya angka Gini Ratio Sulawesi Tengah tahun 2007 dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 0,30 menjadi 0,32. Pada tahun 2007, 40% masyarakat Sulawesi Tengah dengan pendapatan terendah menikmati kue ekonomi di atas 17% (20,88%) sehingga ketimpangan tahun 2007 masih relatif rendah. Kinerja operasi keuangan Pemerintah Daerah di Sulawesi
Realisasi belanja daerah selama triwulan I-2008 diperkirakan masih relatif rendah...
Tengah (dari sisi belanja daerah) selama triwulan I-2008 diperkirakan masih relatif rendah, terutama untuk realisasi belanja barang dan modal. Hal ini merupakan siklus tahunan yang polanya hampir sama dengan triwulan I tahun sebelumnya. Pada awal tahun diperkirakan setiap Pemerintah Daerah masih melakukan persiapan tender untuk pengadaan barang dan belanja modal. Hal lain yang menyebabkan
BANK INDONESIA PALU
5 19
RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
masih
relatif
rendahnya
realisasi
belanja
daerah
adalah
keterlambatan pengesahan Perda APBD di beberapa daerah di Sulawesi Tengah dan masih terbatasnya pejabat pembuat komitmen yang bersertifikasi. Sementara itu, realisasi belanja pegawai diperkirakan sesuai dengan rencana karena bersifat rutin. Dari sisi pendapatan daerah, dana perimbangan masih Dana perimbangan masih merupakan sumber utama pendapatan daerah...
merupakan sumber utama pendapatan daerah di Sulawesi Tengah dengan kontribusi sangat besar. Sebagai informasi, pada tahun 2006 kontribusi dana perimbangan terhadap pendapatan daerah seluruh Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah mencapai 92,45%, sedangkan pada tahun 2007 kontribusinya sedikit menurun menjadi 90,73%. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Perekonomian
Sulawesi
Tengah
pada
triwulan
II-2008
diperkirakan tumbuh positif dan sedikit mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2007. Di sisi sektoral, penurunan pertumbuhan akan terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasajasa diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan. Dari sisi permintaan, kegiatan yang diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu konsumsi Pemerintah, investasi dan ekspor, sedangkan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan mengalami tekanan yang cukup berat terkait dengan rencana Pemerintah menaikkan harga BBM subsidi. Namun demikian, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh positif karena Pemerintah berupaya mempertahankan daya beli masyarakat dengan program bantuan kepada masyarakat.
BANK INDONESIA PALU
6 20
RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Berdasarkan data dan perkembangan terkini, inflasi IHK Inflasi IHK tahunan Kota Palu pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami kenaikan...
tahunan (y-o-y) Kota Palu pada triwulan II-2008 diperkirakan akan mengalami kenaikan. Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan akibat pengaruh kenaikan BBM industri (non subsidi) dan rencana kenaikan BBM subsidi, gangguan pasokan serta masih tingginya harga beberapa komoditas dunia. Berdasarkan perkembangan berbagai indikator perbankan sampai dengan akhir triwulan laporan, perbankan Sulawesi Tengah pada tahun 2008 diperkirakan masih tetap stabil dengan beberapa pencapaian antara lain pertumbuhan kredit di atas 20% dan NPLs netto di bawah 5%. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati karena berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan kredit dan kualitas kredit yaitu kenaikan suku bunga dan kenaikan harga BBM subsidi.
BANK INDONESIA PALU
7 21
TABEL INDIKATORREGIONAL EKONOMI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
TABEL INDIKATOR EKONOMI PROPINSI SULAWESI TENGAH
a. Inflasi dan PDRB Indikator
2007
2006
Triwulan III
2008 Triwulan IV
Triwulan I
MAKRO Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu PDRB
harga konstan (miliar Rp)
- Pertanian
152,86
159,17
165,29
167,75
8,69
5,94
8,13
9,08
12.671,55
3.547,85
3.848,98
3.130,72
5.579,78
1.487,79
1.692,47
1.323,15
- Pertambangan dan Penggalian
328,29
112,84
116,89
128,24
- Industri Pengolahan
819,32
222,89
229,23
236,15
- Listrik dan Air Bersih
97,73
26,27
29,93
24,25
819,59
243,50
270,75
195,65
1.640,65
473,88
508,63
412,67
- Pengangkutan dan Komunikasi
889,46
248,07
247,29
246,98
- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
570,89
161,36
180,57
139,20
1.925,84
571,25
573,22
424,43
7,82
9,08
7,65
5,99
202,16
89,85
50,07
38,86 *)
177.743,68
65.359,52
32.903,27
25.953,31 *)
6,29
0,04
0,08
0,01 *)
2.681,99
53,94
0,13
11,11 *)
- Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran
- Jasa-Jasa Pertumbuhan PDRB tahunan (%) Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non-Migas (Ton) Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) Volume Impor Non-Migas (Ton) Ket. : *) Posisi Januari-Februari 2008
BANK INDONESIA PALU
22
TABEL INDIKATORREGIONAL EKONOMI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
b. Perbankan Indikator
Tahun 2006
2007 Triwulan III
2008 Triwulan IV
Triwulan I
PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Miliar Rp)
5.940,16
6.621,16
6.713,79
6.668,16
DPK (Miliar Rp)
4.476,61
4.984,40
5.171,15
5.137,35
- Tabungan (Miliar Rp)
2.108,10
2.252,23
2.933,15
2.653,52
- Giro (Miliar Rp)
1.407,93
1.780,41
1.285,46
1.539,85
931,58
951,76
952,54
943,98
Kredit (Miliar Rp) - Berdasarkan Lokasi Proyek
3.837,49
4.694,44
5.070,84
5.019,34 *)
- Modal Kerja
1.684,80
1.987,43
2.141,90
2.025,51 *)
- Konsumsi
1.859,99
2.313,68
2.495,57
2.553,76 *)
- Investasi
292,70
393,33
433,37
440,07 *)
- LDR (%)
85,72
94,18
98,06
99,34 *)
- Deposito (Miliar Rp)
Kredit (Miliar Rp)
3.587,51
4.298,29
4.600,06
4.759,70
- Modal Kerja
Berdasarkan Bank Pelapor
1.666,32
1.933,60
2.050,24
2.081,21
- Konsumsi
1.704,35
2.122,79
2.264,42
2.382,98
- Investasi
216,84
241,90
285,40
295,51
- LDR (%)
80,14
86,24
88,96
92,65
Kredit UMKM (Miliar Rp)
3.257,53
3.864,71
4.115,89
4.194,79
Kredit Mikro
1.670,68
1.941,99
2.013,62
2.099,13
Kredit Kecil
822,35
1.072,88
1.125,23
1.194,28
Kredit Menengah
764,50
849,84
977,04
901,38
NPLs gross (%)
6,74
6,88
6,30
5,57
NPLs netto (%)
2,85
3,73
3,61
2,86
104,80
170,87
193,07
224,17
40,07
56,40
54,50
72,56
- Tabungan (Miliar Rp)
7,89
11,46
11,58
13,43
- Deposito (Miliar Rp)
32,18
44,94
42,92
59,13
Kredit (Miliar Rp)
75,43
118,72
113,07
133,66
- Modal Kerja
12,08
16,30
17,35
20,21
- Konsumsi
60,98
100,05
93,28
110,91
BPR : Total Aset (Miliar Rp) DPK (Miliar Rp)
- Investasi
2,37
2,37
2,44
2,54
75,43
118,72
113,07
133,66
Rasio NPLs gross (%)
4,44
1,88
1,70
1,76
Rasio NPL Netto (%)
3,57
1,09
0,79
0,80
188,26
210,51
207,48
184,21
Kredit UMKM
LDR (%) Ket. : *) Posisi Februari 2008
BANK INDONESIA PALU
23
TABEL INDIKATORREGIONAL EKONOMI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
c. Sistem Pembayaran Indikator
2006
2007 Triwulan III
2008
Triwulan IV
Triwulan I
SISTEM PEMBAYARAN Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp)
183,00
585,70
216,72
421,23
Inflow (Miliar Rp)
2.317,25
Outflow (Miliar Rp)
3.310,35
274,16
393,97
327,85
540,84
1.042,44
180,32
492,90
99,96
91,94
85,90
- Inflow (Miliar Rp)
13.145,98
4.498,76
4.408,78
3.230,90
- Outflow (Miliar Rp)
Pemusnahan Uang (Miliar Rp) Transaksi RTGS
17.566,98
4.787,68
5.258,92
4.010,85
Nominal Kliring (Miliar Rp)
3.435,83
1.381,52
1.641,77
1.352,93
Volume Kliring (Lembar)
137.602
34.730
29.436
30.698
13,96
21,89
27,86
22,72
Rata-Rata Harian Volume Kliring (Lembar)
558
543
504
523
Rata-Rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (%)
0,50
0,33
0,37
0,21
Rata-Rata Harian Volume Cek/BG Kosong (%)
0,78
0,61
0,84
0,53
Rata-Rata Harian Nominal Kliring (Miliar Rp)
BANK INDONESIA PALU
24
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 ini diperkirakan sebesar 5,99% (y-o-y), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,93% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja pada sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan terutama pada subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Hal ini dapat dikonfirmasi dari angka ramalan (ARAM) I-2008 produksi beberapa komoditas pangan di Sulawesi Tengah. Produksi dan produktifitas lahan tanaman padi, ubi kayu, jagung, ubi jalar dan kacang hijau di Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan lebih 1
tinggi daripada tahun 2007 . Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa terjadi pada jasa-jasa pemerintahan umum maupun swasta dan salah satunya didukung dengan masih berlanjutnya program bantuan kesehatan dari Pemerintah, sedangkan peningkatan pertumbuhan sektor bangunan dapat dikonfirmasi dari kenaikan realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah periode Januari-Maret 2008. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dapat dikonfirmasi dari membaiknya penyaluran kredit perbankan pada triwulan laporan. q- t-q
15,00
y-o-y 10,00
Persen(% )
5,00 0,00 Tr III-05
Tr IV-05
Tr I-06
Tr II-06
Tr III-06
Tr IV-06
Tr I-07
Tr II-07
Tr III-07
Tr IV-07
Tr I-08
-5,00 -10,00 -15,00 -20,00 -25,00
1
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000
Sumber data : BPS Sulteng
BANK INDONESIA PALU
8 25
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
1. PERMINTAAN DAERAH
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 5,98% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 5,90% (y-o-y). Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dengan sumbangan sebesar 3,61%. Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga makanan, sedangkan konsumsi rumah tangga non makanan mengalami perlambatan pertumbuhan seiring dengan kecenderungan turunnya daya beli masyarakat. Kenaikan harga minyak mentah dan komoditas pangan dunia secara langsung ataupun tidak langsung menyebabkan kenaikan harga berbagai bahan makanan sehingga alokasi pendapatan masyarakat untuk konsumsi non makanan relatif berkurang. Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) *)
Rincian 1.Konsumsi RT - Makanan - Non Makanan 2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 3.Konsumsi Pemerintah 4.PMTB 5.Ekspor - Antar Propinsi - Antar Negara 6.Impor - Antar Propinsi - Antar Negara PDRB
Tr I 1.781,42 1.114,20 667,22 32,10 355,98 481,56
2007 Tr II 1.895,93 1.200,06 695,87 39,49 410,64 644,96
** )
Tr III 2.049,47 1.245,56 803,91 47,58 517,39 692,14
Tr IV 2.235,31 1.342,62 892,69 48,16 658,72 793,06
2008 Tr I 1.887,92 1.162,01 725,91 33,62 373,25 514,72
521,49 282,66 238,83 218,85 218,84 0,01
564,91 122,57 442,34 222,57 222,45 0,12
569,95 130,64 439,31 328,68 328,54 0,14
573,74 234,11 339,63 460,01 460,00 0,01
547,71 319,76 227,95 226,64 226,63 0,01
2.953,70
3.333,36
3.547,85
3.848,98
3.130,58
Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara **) Data sangat sementara
Program stabilisasi harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah pada awal Februari 2008 untuk beberapa komoditas pangan pokok (beras, minyak goreng, kedelai dan tepung terigu) terlihat belum cukup efektif untuk meredam dampak kenaikan harga komoditas pangan dunia, termasuk di Sulawesi Tengah. Dampak kenaikan harga pangan dunia masih cukup besar, dan implementasi kebijakan Pemerintah tersebut memerlukan waktu dan tidak mudah. Untuk itu diperlukan koordinasi berbagai pemangku kepentingan untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan BANK INDONESIA PALU
9 26
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
pangan yang lebih terencana untuk mewujudkan ketahanan pangan, misalnya melalui penetapan lahan pertanian yang tidak dapat dikonversi untuk penggunaan lain dan perlindungan kesejahteraan petani. Kebijakan tersebut diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat, dan akhirnya akan mendorong peningkatan pertumbuhan berbagai kegiatan ekonomi, termasuk konsumsi rumah tangga. Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga non makanan dikonfirmasi oleh beberapa prompt indicator antara lain penurunan volume penjualan motor dan mobil. Pada triwulan laporan, volume penjualan motor tumbuh 15,93% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 24,74% (y-o-y). Sementara itu, volume penjualan mobil tumbuh 23,90% (y-o-y) atau melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 51,96% (y-o-y). Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) *)
Rincian 1.Konsumsi RT - Makanan - Non Makanan
* *)
2007 Tr I 5,90 4,06 9,14
8,32 7,41 9,92
Tr III 7,88 7,40 8,63
Tr IV 5,64 5,12 6,44
2008 Tr I 5,98 4,29 8,80
Tr II
2.Konsumsi Lembaga Nirlaba
3,79
6,16
2,79
3,25
4,73
3.Konsumsi Pemerintah
5,97
7,43
6,41
5,26
4,85
4.PMTB
6,78
9,22
7,81
7,97
6,89
5.Ekspor - Antar Propinsi - Antar Negara
4,92 196,62 -40,55
11,93 49,77 4,60
12,82 -53,78 97,39
13,47 24,13 7,13
5,03 13,13 -4,55
6.Impor - Antar Propinsi - Antar Negara
4,84 4,86 -83,67
6,06 17,64 -99,44
0,56 1,52 -95,69
1,56 6,76 -99,95
3,56 3,56 6,98
5,93
9,11
9,08
7,65
5,99
PDRB Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara (y-o-y) **) Data sangat sementara (y-o-y)
Pada triwulan I-2008 konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 4,85% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 5,97% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan akibat adanya aturan baru dari Pemerintah Pusat tentang mekanisme penyaluran dana perimbangan dan pertumbuhan dana perimbangan tahun 2008 (terutama DAK) yang lebih rendah dibandingkan tahun 2007. Sebagaimana diketahui, sebagian besar pendapatan daerah bersumber dari dana perimbangan.
BANK INDONESIA PALU
10 27
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
Investasi pemerintah dan swasta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 6,89%(y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 6,78% (y-o-y). Kegiatan investasi sebagaimana tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan ini memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi (share of growth) sebesar 1,13%. Peningkatan pertumbuhan investasi dikonfirmasi oleh peningkatan penjualan truk, peningkatan realisasi pengadaan semen dan pertumbuhan kredit investasi. 120.000 101.413 100.000
Ton
80.000
91.136 72.373
80.892
79.074
60.000 40.000 20.000 Tr.1
Tr.II
Tr.III
Tr.IV
2007
Tr.I 2008
Grafik 1.2. Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah Tahun 2007 - 2008
Penjualan truk di Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 tercatat sebanyak 69 unit atau naik 130,00% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebanyak 30 unit. Realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah periode JanuariMaret 2008 tercatat sebanyak 91.136 ton, meningkat 25,93% dibandingkan periode Januari-Maret 2007 sebanyak 72.373 ton. Sementara itu, penyaluran kredit investasi pada triwulan I-2008 mencapai Rp298,04 miliar atau tumbuh 29,82% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2007 sebesar 10,09% (y-o-y). Hal ini menunjukkan semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan, terutama dalam pembiayaan yang bersifat produktif. Untuk terus meningkatkan pertumbuhan investasi di Sulawesi Tengah, dibutuhkan berbagai stimulus dari Pemerintah Daerah misalnya penyediaan infrastruktur yang memadai (terutama listrik, pelabuhan dan jalan), kemudahan berinvestasi, jaminan keamanan untuk berusaha dan menghilangkan high cost economy. Dengan berbagai stimulus tersebut, investasi di Sulawesi Tengah diharapkan tetap tumbuh positif dan menjadi salah satu motor penggerak perekonomian daerah sehingga mampu menyediakan lapangan kerja dan mendorong perkembangan sektor lain. BANK INDONESIA PALU
11 28
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
2
Pertumbuhan ekspor di Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 diperkirakan sebesar 5,03% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,92% (y-o-y). Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya kinerja ekspor antar negara pada triwulan laporan, walaupun masih tumbuh negatif. Pada triwulan I-2008 ekspor antar negara tumbuh -4,55% (y-o-y), membaik dibandingkan triwulan I-2007 sebesar -40,55% (y-o-y). Di sisi lain, ekspor antar propinsi tumbuh sebesar 13,13% (y-o-y) sehingga secara neto ekspor memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,88%. Berdasarkan data Ditjen Bea dan Cukai, nilai ekspor antar negara Sulawesi Tengah periode JanuariFebruari 2008 tumbuh 44,77%, membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh -49,77%. Ekspor antar negara Sulawesi Tengah periode Januari-Februari 2008 masih didominasi komoditas kakao yaitu sekitar 76,96%. 60,00
Nilai Ekspor Non Migas
53,44 50,00
Nilai Ekspor Kakao 48,82
38,86
Juta USD
40,00
29,91
30,00
26,84 24,09
20,00
10,00
Jan-Feb.2006
Jan-Feb.2007
Jan-Feb.2008
Grafik 1.3. Perkembangan Ekspor Antar Negara Sulawesi Tengah
Untuk meningkatkan nilai ekspor non-migas Sulawesi Tengah, khususnya komoditas kakao, dalam jangka menengah Pemerintah Daerah dan stakeholders lainnya perlu berupaya melakukan peremajaan tanaman kakao untuk meningkatkan produksi sekaligus mengupayakan adanya industri pengolahan kakao. Industri tersebut nantinya tidak hanya berpotensi memperbaiki kinerja ekspor non-migas, namun juga akan menambah lapangan kerja baru dan berperan penting mengurangi angka kemiskinan. Pembiayaan industri pengolahan kakao dapat melibatkan Pemerintah Daerah sentra produksi kakao, investor dan perbankan.
2
Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar propinsi.
BANK INDONESIA PALU
12 29
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
Kegiatan impor Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 3,56% (y-o-y) atau turun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,84% (y-o-y). Hal tersebut didorong oleh turunnya pertumbuhan impor antar propinsi yaitu dari 4,86% (y-o-y) pada triwulan I-2007 menjadi 3,56% (y-o-y). Sementara itu, impor antar negara tumbuh sebesar 6,98% (y-o-y), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2007 yang tumbuh sebesar -83,67% (y-o-y). Komoditas impor antar negara Sulawesi Tengah pada triwulan ini didominasi oleh buah-buahan dan ikan olahan. 2. PENAWARAN DAERAH
Perekonomian Sulawesi Tengah dari sisi penawaran pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 5,99% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,93% (y-o-y). Sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor pedagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Namun demikian, sektor pertanian masih memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan (share of growth) terbesar yaitu 2,03%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,00%) dan sektor jasa-jasa (0,69%). Sektor pertanian pada triwulan I-2008 tumbuh sebesar 4,80% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 4,68% (y-o-y). Sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan terutama pada subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Hal ini dapat dikonfirmasi dari angka ramalan (ARAM) I-2008 produksi beberapa komoditas pangan di Sulawesi Tengah. Produksi dan produktifitas lahan tanaman padi, ubi kayu, jagung, ubi jalar dan kacang hijau di Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi daripada tahun 2007.
BANK INDONESIA PALU
13 30
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
Tabel 1.3. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulawesi Tengah Keterangan
ASEM 2007
ARAM I 2008
Padi (sawah dan ladang) Luas Panen (ha)
200.273
Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton)
200.233
41,94
42,45
839.945
849.907
37.813
40.473
Jagung Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton)
27,27
29,97
103.117
121.287
Sumber : BPS Sulteng
Sektor jasa-jasa pada triwulan I-2008 tercatat tumbuh 5,08% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 3,48% (y-o-y). Dalam struktur PDRB Sulawesi Tengah, sektor ini memiliki pangsa 13,56% atau terbesar kedua setelah sektor pertanian. Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa terjadi pada jasa-jasa pemerintahan umum maupun swasta dan salah satunya didukung dengan masih berlanjutnya program bantuan kesehatan dari Pemerintah. Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) *)
* *)
Tr I 1.262,58
Tr II 1.419,71
Tr III 1.487,79
Tr IV 1.692,48
2008 Tr I 1.323,13
2.Pertambangan&Penggalian
106,96
103,91
112,84
116,89
128,22
3.Industri Pengolahan
223,62
211,02
222,89
229,23
236,13
23,18
23,92
26,27
29,93
24,23
5.Bangunan
181,74
206,42
243,50
270,75
195,63
6.Perdag, Hotel&Restoran
383,44
429,57
473,88
508,62
412,65
7.Angkutan&Komunikasi
237,67
243,44
248,07
247,29
246,96
8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan
130,74
144,59
161,36
180,57
139,20
9.Jasa-Jasa
403,77
550,78
571,25
573,22
424,43
2.953,70
3.333,36
3.547,85
3.848,98
3.130,58
Rincian 1.Pertanian
4.Listrik&Air Bersih
PDRB Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara **) Data sangat sementara
2007
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 7,62% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,55% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya pertumbuhan pada seluruh subsektor, terutama subsektor perdagangan besar dan eceran. Hal ini dapat dikonfirmasi oleh kenaikan volume bongkar muat barang, baik melalui angkutan laut (pelabuhan laut Pantoloan, Donggala dan Tolitoli) maupun angkutan udara (bandara Mutiara dan Bubung). BANK INDONESIA PALU
14 31
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
Volume muat barang dengan angkutan laut dan udara tercatat naik 15,27% (y-o-y), sedangkan volume bongkar barang naik 6,92% (y-o-y). Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) *)
* *)
Tr I 4,68
Tr II 7,16
Tr III 7,67
Tr IV 1,53
2008 Tr I 4,80
32,52
36,11
37,46
31,13
19,90
5,99
8,09
8,31
10,56
5,60
12,80
6,08
5,91
0,33
4,62
5.Bangunan
7,60
10,06
14,38
8,19
7,66
6.Perdag, Hotel&Restoran
6,55
8,53
8,23
13,76
7,62
7.Angkutan&Komunikasi
4,20
17,13
6,44
12,16
3,92
8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan
6,43
8,79
8,80
8,24
6,47
9.Jasa-Jasa
3,48
7,58
8,61
15,18
5,08
5,93
9,11
9,08
7,65
5,99
Rincian 1.Pertanian 2.Pertambangan&Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik&Air Bersih
PDRB Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara (y-o-y) **) Data sangat sementara (y-o-y)
2007
Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan I-2008 mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh 3,92% (y-o-y), lebih rendah daripada triwulan I-2007 sebesar 4,20% (y-o-y). Perlambatan tersebut akibat melambatnya pertumbuhan subsektor komunikasi. Sementara itu, subsektor angkutan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 2,50% (y-o-y) pada triwulan I-2007 menjadi 2,65% (y-o-y). Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 19,90% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 35,52% (y-o-y). Perlambatan tersebut terjadi
pada
subsektor pertambangan dan subsektor
penggalian. Subsektor pertambangan tumbuh 36,72% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 77,51% (y-o-y) seiring dengan semakin terbatasnya ruang untuk meningkatkan produksi minyak bumi di Lapangan Tiaka di Kabupaten Morowali. Subsektor penggalian pada triwulan ini tumbuh 5,66% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 9,11% (y-o-y). Sektor industri pengolahan pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 5,60% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 5,99% (y-o-y). Perlambatan tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan subsektor kayu dan hasil hutan lainnya, subsektor kertas dan barang cetakan, subsektor pupuk, kimia dan barang BANK INDONESIA PALU
15 32
BAB1. 1.PERKEMBANGAN PERKEMBANGANMAKROEKONOMI MAKROEKONOMIREGIONAL REGIONAL BAB
dari karet serta subsektor barang lainnya. Subsektor kayu dan hasil hutan lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan seiring dengan sulitnya bahan baku. Sementara itu, subsektor kertas dan barang cetakan dan subsektor pupuk, kimia dan barang lainnya diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan mendatang terkait dengan penyelenggaraan ujian sekolah dan perguruan tinggi serta masa tanam padi. Pertumbuhan sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2008 diperkirakan sebesar 4,62% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,80% (y-o-y). Perlambatan tersebut didorong oleh subsektor listrik terkait dengan adanya gangguan pasokan energi listrik selama triwulan laporan. Sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2008 memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0,04%. Sektor bangunan pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 7,66% (y-o-y), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 7,60% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut dikonfirmasi oleh kenaikan realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk sektor konstruksi pada triwulan I-2007 tumbuh 79,52% (y-o-y), lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,22% (y-o-y). Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 6,47% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,43% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan sektor ini didorong oleh subsektor bank dan subsektor sewa bangunan. Subsektor bank pada triwulan ini tumbuh 9,12% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 9,05% (y-o-y), sedangkan subsektor sewa bangunan tumbuh 4,23% (y-o-y) atau lebih tinggi daripada triwulan I-2007 sebesar 4,00% (y-o-y). Pertumbuhan subsektor bank dapat dikonfirmasi dari membaiknya penyaluran kredit perbankan pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan kredit perbankan bertumbuh 30,74% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 yang tumbuh 17,39% (y-o-y).
BANK INDONESIA PALU
16 33
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Laju inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) tahunan Kota Palu pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 9,08% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,13% (y-o-y) maupun laju inflasi nasional sebesar 8,17% (y-o-y). Peningkatan inflasi tersebut secara umum disebabkan oleh beberapa faktor antara lain terbatasnya pasokan, berlanjutnya peningkatan harga komoditas internasional (seperti emas, beras, kedelai, crude palm oil dan gandum), kenaikan biaya produksi dan transportasi, kebijakan pemerintah menaikkan harga barang administered prices (rokok) serta relatif meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara itu secara triwulanan, laju inflasi Kota Palu tercatat sebesar 1,49% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 3,84% (q-t-q). 20
K o ta P a lu
18 16
N a s io n a l
Persen (%)
14 12 10 8 6 4 2 0 T r I- 0 5
T r I I- 0 5
T r III -0 5
T r IV - 0 5
T r I- 0 6
T r II - 0 6
T r III- 0 6
T r IV - 0 6
T r I- 0 7
T r II -0 7
T r I II- 0 7
T r IV -0 7
T r I- 0 8
G r a fik 2 .1 . P e rk e m b a n g a n In f la s i T a h u n a n (y - o -y )
Berdasarkan kelompoknya, kontributor utama inflasi pada triwulan laporan adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,46%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,36% serta kelompok bahan makanan sebesar 0,32%. Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bakar tercatat sebesar 2,02% (q-t-q), terutama didorong oleh peningkatan harga sebagian besar bahan bangunan dan gas elpiji. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat sebesar 2,29% (q-t-q), terutama didorong oleh peningkatan harga semua jenis rokok terkait dengan penyesuaian tarif spesifik BANK INDONESIA PALU
17 34
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
rokok per-1 Januari 2008, sedangkan inflasi pada kelompok bahan makanan tercatat sebesar 0,95% (q-t-q), terutama didorong oleh kenaikan harga beras, mie kering instan, daging ayam ras, susu, tahu mentah, tempe, cabe rawit dan minyak goreng. 0,51
Transpor
Inflasi (q-t-q)
0,06
Sumbangan
0,82
Pendidikan
0,04 2,45
Kesehatan
0,10 2,14
Sandang
0,15 2,02
Perumahan
0,46 2,29
Makanan Jadi
0,36 0,95
Bahan Makanan
0,32 -
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00 Persen (%)
Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan Inflasi Per-Kelompok Triwulan I-2008 (q-t-q )
Pada kelompok administered prices laju inflasi tahunan pada triwulan laporan mencapai 6,94% (y-o-y), meningkat bila dibandingkan dengan triwulan IV-2007 sebesar 6,58% (y-o-y). Demikian juga secara triwulanan, inflasi kelompok harga yang dikendalikan pemerintah (administered prices) meningkat yaitu dari 0,30% (q-t-q) menjadi 2,09% (q-t-q). Peningkatan inflasi administered prices pada triwulan I-2008 disebabkan kenaikan harga rokok terkait
penyesuaian tarif spesifik rokok
per-1 Januari 2008 dan kenaikan harga gas elpiji seiring dengan naiknya biaya transportasi. Dari sisi distribusi, gangguan pasokan minyak tanah yang terjadi pada triwulan sebelumnya sudah dapat teratasi seiring dengan membaiknya pasokan sebagaimana tercermin dari relatif stabilnya harga komoditas tersebut. 50,00
IHK administered prices 40,00
volatile foods core
Persen(%)
30,00
20,00
10,00
1
2
3
4
5
6
7
2003
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
2004
8
9
10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
2005
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2006
2
3
4
5
6
7
2007
8
9
10 11 12 1
2
3
2008
(10,00)
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Palu (y-o-y)
BANK INDONESIA PALU
18 35
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Secara tahunan, laju inflasi volatile food meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi volatile food meningkat dari 11,15% (y-o-y) pada triwulan IV-2007 menjadi 13,97% (y-o-y). Sementara itu secara triwulanan, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar -1,94% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 10,63% (q-t-q). Deflasi tersebut disebabkan menurunnya harga berbagai komoditas ikan segar dan buah-buahan, bawang putih, bawang merah, gula merah serta cabe merah seiring dengan meningkatnya pasokan. Dari sisi fundamental, laju inflasi inti (core inflation) secara tahunan meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2008, inflasi inti mencapai 7,95% (y-o-y) dari 7,41% (y-o-y) pada triwulan IV-2007. Dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, inflasi inti disebabkan oleh tekanan dari inflasi impor dan meningkatnya ekspektasi inflasi seiring dengan peningkatan harga komoditas internasional. Nilai tukar rupiah yang cenderung menguat pada akhir triwulan laporan membantu mengurangi tekanan dari faktor eksternal. Pada bulan Maret 2008 ratarata kurs tengah rupiah tercatat Rp9.185/USD, menguat dibandingkan bulan Desember 2007 sebesar Rp9.334/USD. Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa 2007 Kelompok
2008
Tr III
Tr IV
Tr I
q-t-q
y-o-y
q-t-q
y-o-y
q-t-q
y-o-y
Umum
1,60
5,94
3,84
8,13
1,49
9,08
Bahan Makanan
0,96
4,74
8,41
10,54
0,95
12,91
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
0,70
4,66
0,11
3,90
2,29
6,02
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
2,92
10,40
2,16
10,70
2,02
9,52
Sandang
1,63
6,64
5,78
10,16
2,14
11,02
Kesehatan
0,22
8,06
3,60
9,56
2,45
8,22
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
6,14
7,76
1,33
9,19
0,82
9,81
0,92
1,46
0,08
1,23
0,51
1,71
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Sulteng, diolah
BANK INDONESIA PALU
19 36
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi triwulanan tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan yaitu sebesar 2,45% (q-t-q) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,29% (q-t-q). Dari sisi kontribusinya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan sumbangan inflasi terbesar yaitu sebesar 0,46%, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,36% dan kelompok bahan makanan sebesar 0,32%. Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2008 mengalami inflasi sebesar 0,95% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,41% (q-t-q). Inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (3,53%), subkelompok daging dan hasil-hasilnya (3,61%), subkelompok ikan diawetkan (23,16%), subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (2,14%), subkelompok kacang-kacangan (57,49%) serta subkelompok lemak dan minyak (15,88%). Sementara itu, subkelompok ikan segar, subkelompok sayursayuran,
subkelompok
buah-buahan,
subkelompok
bumbu-bumbuan
dan
subkelompok bahan makanan lainnya mengalami penurunan harga (deflasi). Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan harga beras, mie kering instan, daging ayam ras, susu, tahu mentah, tempe, cabe rawit dan minyak goreng. Beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi pada kelompok bahan makanan antara lain kenaikan harga pangan internasional, terbatasnya pasokan dan meningkatnya harga bahan baku. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,29% (q-t-q) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,11% (q-t-q). Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh peningkatan harga semua jenis rokok terkait dengan penyesuaian tarif spesifik rokok per-1 Januari 2008. Laju inflasi triwulanan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 2,02% (q-t-q), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,16% (q-t-q). Inflasi kelompok ini didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 3,22% (q-t-q), dan subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 1,27% (q-t-q). Adapun komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu
BANK INDONESIA PALU
20 37
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
sebagian besar bahan bangunan, kontrak rumah, sewa rumah dan gas elpiji. Faktorfaktor yang mempengaruhi kenaikan harga komoditas tersebut yaitu meningkatnya harga bahan baku dan biaya produksi, kenaikan biaya transportasi dan penyesuaian harga terhadap kenaikan harga komoditas lainnya (kontrak rumah dan sewa rumah). Kelompok sandang pada triwulan I-2008 mengalami inflasi sebesar 2,14% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 5,78% (q-t-q). Inflasi pada kelompok sandang didorong oleh kenaikan pada subkelompok sandang wanita sebesar 1,12% (q-t-q) dan subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 8,36% (q-t-q). Adapun komoditas yang mengalami inflasi pada triwulan laporan yaitu baju kaos, pembalut wanita dan emas perhiasan. Kenaikan harga emas terkait dengan kenaikan harga komoditas internasional. Sementara itu, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 2,45% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,60% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini disebabkan kenaikan harga pada subkelompok obat-obatan (4,30%) dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika (3,45%). Adapun komoditas yang memberikan sumbangan inflasi yaitu jamu, pasta gigi, sabun mandi dan shampo. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I-2008 mengalami inflasi sebesar 0,82% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 1,33% (q-t-q). Inflasi kelompok ini disebabkan oleh kenaikan harga pada subkelompok jasa
pendidikan (1,00%),
subkelompok
perlengkapan/peralatan
pendidikan (1,77%) dan subkelompok rekreasi (0,07%). Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga yaitu biaya sekolah dasar, biaya SLTP, biaya SLTA, buku tulis bergaris, pulpen dan majalah berkala. Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan sebesar 0,51% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 0,08% (q-t-q). Kelompok ini mengalami inflasi paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Inflasi terjadi pada subkelompok sarana dan penunjang transpor serta subkelompok jasa keuangan, sedangkan subkelompok lainnya relatif tidak mengalami perubahan harga. Komoditas yang mengalami kenaikan harga (inflasi) yaitu ban luar motor, perbaikan ringan kendaraan, kartu ATM dan kartu kredit.
BANK INDONESIA PALU
21 38
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN
Nilai tukar rupiah secara rata-rata relatif stabil selama triwulan I-2008. Rupiah sempat menguat di akhir Februari 2008, namun melemah di awal Maret 2008. Dengan perkembangan tersebut, rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang triwulan I-2008 melemah 0,21% dari triwulan sebelumnya menjadi Rp9.258/USD. Pelemahan rupiah selama triwulan I-2008 banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama kenaikan harga minyak mentah dunia yang memicu kekhawatiran terhadap peningkatan permintaan valas untuk impor minyak mentah dan mengancam kesinambungan fiskal Pemerintah. Sementara itu sepanjang triwulan laporan, BI Rate stabil pada level 8,00%. Level BI Rate tersebut diimplementasikan dalam operasi moneter Bank Indonesia melalui lelang SBI 1 bulan dan 3 bulan serta instrumen terkait. Penurunan suku bunga deposito 1 bulan masih berlanjut di Sulawesi Tengah selama triwulan I-2008, kendati BI Rate stabil, sejalan dengan berlanjutnya penurunan suku bunga penjaminan deposito rupiah dari triwulan sebelumnya. Suku bunga penjaminan yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada bulan Maret 2007 tercatat sebesar 8,00%, lebih rendah dibandingkan akhir tahun 2007 sebesar 8,25%. Stabilnya BI Rate juga tidak menghalangi berlanjutnya penurunan suku bunga kredit perbankan untuk semua jenis penggunaan di Sulawesi Tengah. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 14,26% atau turun 15 bps dibandingkan bulan Desember 2007 sebesar 14,41%. BI Rate r deposito 1 bln perbankan Sulteng
18,00
r tabungan perbankan Sulteng r kredit perbankan Sulteng
15,00
Persen (%)
12,00 9,00 6,00 3,00 0,00 7
8
9
10 11 12
2005
1
2
3
4
5
6
7
2006
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
2007
8
9
10 11
12
1
2
3
2008
Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga
BANK INDONESIA PALU
22 39
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Dari sisi penghimpunan dana, stabilnya BI Rate dan kecenderungan turunnya suku bunga deposito dan Dana Pihak Ketiga (DPK) lainnya relatif tidak mempengaruhi penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan. Sampai dengan bulan Maret 2008, DPK perbankan Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 14,66% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan simpanan jenis tabungan. Hal ini sekaligus mencerminkan kepercayaan masyarakat yang masih tinggi terhadap perbankan di tengah tren penurunan suku bunga simpanan. Berdasarkan jenis simpanan masyarakat, DPK perbankan Sulawesi Tengah masih didominasi jenis tabungan. Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit masih terus berakselerasi dan secara tahunan tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007. Kredit perbankan pada triwulan I-2008 tumbuh 30,74% (y-o-y), lebih tinggi daripada triwulan I-2007 sebesar 17,39% (y-o-y). Outstanding kredit sempat menurun pada bulan Januari dan Februari 2008 terkait pelunasan kredit, khususnya untuk jenis kredit modal kerja, dan kembali meningkat pada bulan Maret 2008. Total penyaluran kredit perbankan Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp4.893,36 miliar. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit perbankan masih didominasi kredit konsumsi (50,96%) dan kredit modal kerja (42,95%), sedangkan kredit investasi masih terbatas dengan pangsa 6,09%. Pertumbuhan kredit perbankan selama triwulan laporan mencerminkan semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan dan meningkatnya pembiayaan ke sektor riil. 1. PERKEMBANGAN MONETER
Perkembangan moneter di Provinsi Sulawesi Tengah antara lain tercermin dari komponen-komponen uang beredar regional. Pada akhir triwulan I-2008 uang giral tercatat sebesar Rp1.539,84 miliar atau naik 19,79% dibandingkan akhir triwulan IV-2007 sebesar Rp1.285,46 miliar. Peningkatan uang giral tersebut terutama karena kenaikan giro milik Pemerintah Daerah dan badan/lembaga Pemerintah terkait dengan realisasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), termasuk dana perimbangan. Sementara itu, posisi uang kuasi mengalami penurunan sebesar -6,86% yaitu dari Rp3.940,18 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar
BANK INDONESIA PALU
23 40
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Rp3.670,06 miliar. Penurunan tersebut didorong oleh berkurangnya DPK perbankan jenis tabungan. Tabel 3.1. Perkembangan Komponen Uang Beredar Regional (Miliar Rupiah) Komponen
Des.2005
Des.2006
Uang Giral 942,28 Uang Kuasi 2.455,11 - Deposito 844,16 - Tabungan 1.610,95 Sumber : Bank Indonesia Palu
1.407,93 3.079,74 963,76 2.115,98
Jun 1.695,77 3.140,87 981,24 2.159,63
2007 Sept 1.780,41 3.260,38 996,69 2.263,69
Des 1.285,46 3.940,18 995,45 2.944,73
Mar.2008 1.539,84 3.670,06 1.003,11 2.666,95
2. PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kondisi perbankan Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan I-2008 masih menunjukkan perkembangan yang relatif baik sebagaimana tercermin dari berbagai indikator kinerja perbankan seperti perkembangan aset, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan kredit, perkembangan kualitas kredit dan Loans to Deposit Ratio (LDR). 2.1. ASET DAN JARINGAN KANTOR
Aset perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 mencapai Rp6.892,33 miliar atau turun -0,21% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp6.906,86 miliar. Penurunan aset tersebut disebabkan berkurangnya DPK perbankan. Kelompok Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat masih mengalami pertumbuhan aset tertinggi (q-t-q) yaitu sebesar 16,11% seiring dengan menariknya suku bunga simpanan yang ditawarkan BPR, sedangkan bank umum swasta dan bank umum pemerintah secara triwulanan mengalami penurunan aset. Pangsa terbesar aset perbankan masih pada kelompok bank umum pemerintah yaitu sebesar 84,05%. Hal ini disebabkan jaringan kantornya yang lebih banyak dan menyebar hampir di semua kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Tabel 3.2. Perkembangan Total Aset Perbankan (Miliar Rupiah) Keterangan Bank Umum Pemerintah Bank Umum Swasta BPR Total
5.237,31
Jun 5.513,89
2007 Sept 5.756,94
Des 5.796,07
702,86
781,48
864,22
917,72
61,06
104,80
148,72
170,87
193,07
224,17
4.535,53
6.044,97
6.444,09
6.792,03
6.906,86
6.892,33
Des.2005
Des.2006
3.940,33 534,14
Mar.2008 5.792,81 875,35
Sumber : Bank Indonesia Palu
BANK INDONESIA PALU
24 41
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Berdasarkan daerah bank pelapor, aset perbankan tumbuh positif (q-t-q) di Kabupaten Donggala (2,90%) dan Kabupaten Poso (11,32%). Sementara itu, aset perbankan di Kota Palu, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Tolitoli tercatat turun masing-masing -0,67%, -1,78% dan
0,76%. Adapun pangsa terbesar aset
perbankan masih terdapat di Kota Palu yang mencapai 58,10%, sedangkan yang 3
terkecil di Kabupaten Donggala yaitu 6,10% . Jaringan kantor bank selama triwulan I-2008 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah ATM perbankan bertambah 2 buah sehingga menjadi 82 ATM yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Dari jumlah tersebut, sebagian besar kantor bank terdapat di Kota Palu yaitu sebanyak 37 kantor. Dari sekitar 105 kecamatan yang ada di Sulawesi Tengah, belum seluruhnya memiliki jaringan kantor bank. Untuk itu Bank Indonesia Palu akan berupaya mendorong perbankan untuk memperluas jaringan kantornya terutama di daerah/kecamatan yang belum tersentuh layanan perbankan, tentunya dengan memperhitungkan faktor cost dan benefit. 37
Palu 6
Tojo Unauna
24
Parigi Moutong 4
Buol
14
Tolitoli 13
Donggala 12
Poso 6
Morowali
18
Banggai 3
Banggai Kepulauan 0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jumlah Bank
Grafik 3.2. Distribusi Kantor Bank di Sulawesi Tengah Triwulan I-2008
2.2. PENGHIMPUNAN DANA
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 secara keseluruhan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. DPK pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp5.209,90 miliar atau turun -0,30% (q-t-q) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya sebesar Rp5.225,65 miliar. DPK yang mengalami penurunan adalah jenis tabungan (-9,43%), sedangkan jenis deposito dan giro tercatat meningkat masing-masing sebesar 0,77% dan 19,79%. 3
Data perbankan di Kabupaten Morowali dan Kabupaten Buol tidak ditampilkan karena hanya terdapat 1 buah kantor bank pelapor
BANK INDONESIA PALU
25 42
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Sementara itu secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 14,66% (y-o-y). Semua jenis DPK diperkirakan akan meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian daerah dan realisasi penyaluran dana perimbangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Tabel 3.3. Perkembangan Dana Perbankan Berdasarkan Golongan Pemilik di Bank Umum (Miliar Rupiah) Golongan Pemilik
2007
Des.2006
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Perusahaan Swasta Perorangan Lainnya Jumlah
Mar.2008
Sept
Des
314,01 520,22 209,69 3.180,91 222,78
58,95 1.132,81 99,76 3.457,82 235,05
72,70 586,36 233,18 4.067,72 210,35
55,83 937,62 156,92 3.686,61 300,36
4.447,61
4.984,39
5.170,31
5.137,34
Sumber : Bank Indonesia Palu
Berdasarkan struktur atau komposisi penempatan DPK, masyarakat Sulawesi Tengah masih lebih banyak menempatkan dananya dalam bentuk tabungan yaitu sebesar 51,19%, disusul kemudian dalam bentuk giro sebesar 29,56% dan dalam bentuk deposito sebesar 19,25%. Masyarakat lebih banyak menempatkan dananya dalam bentuk tabungan antara lain disebabkan jangka waktu penarikan tabungan lebih fleksibel melalui ATM maupun kantor bank dan hadiah yang ditawarkan bank cukup banyak. Dengan struktur dana pihak ketiga yang didominasi oleh dana jangka pendek, maka respon perbankan Sulawesi Tengah terhadap kebijakan tingkat bunga yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) relatif cepat. Tabel 3.4. Penghimpunan Dana Perbankan (Miliar Rupiah) Keterangan Bank Umum Pemerintah - Giro - Deposito - Tabungan Bank Umum Swasta - Giro - Deposito - Tabungan BPR - Deposito - Tabungan Total DPK
2.897,78 890,40 608,57 1.398,81
2006 Des 3.851,76 1.348,88 674,32 1.828,56
Jun 4.172,91 1.621,57 698,53 1.852,81
2007 Sept 4.330,45 1.702,62 704,17 1.923,66
Des 4.444,85 1.190,82 701,35 2.552,68
460,20 51,88 203,66 204,66
595,84 59,05 257,25 279,54
613,97 74,20 242,63 297,14
653,95 77,80 247,58 328,57
726,30 94,64 251,18 380,48
726,40 97,38 249,98 379,04
39,41 31,94
40,07 32,18
49,76 40,08
56,39 44,93
54,50 42,92
72,56 59,13
Des.2005
Mar.2008 4.410,94 1.442,46 694,00 2.274,48
7,47
7,89
9,68
11,46
11,58
13,43
3.397,39
4.487,67
4.836,64
5.040,79
5.225,65
5.209,90
Sumber : Bank Indonesia Palu
BANK INDONESIA PALU
43 26
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Berdasarkan daerah bank pelapor, DPK perbankan pada triwulan I-2008 tumbuh positif di Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai masingmasing sebesar 23,84% (q-t-q), 7,42% (q-t-q) dan 3,49% (q-t-q). Sementara itu, DPK Perbankan di Kota Palu dan Kabupaten Tolitoli tercatat turun masing-masing -2,95% (q-t-q) dan -7,65% (q-t-q). Pangsa penghimpunan DPK terbesar masih terdapat di Kota Palu yaitu sebesar 54,67% dan yang terkecil di Kabupaten Donggala sebesar 6,68%. Pertumbuhan DPK perbankan di berbagai kabupaten/kota di Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain aktivitas perekonomian daerah, jaringan kantor bank, serta realisasi pendapatan dan belanja daerah. 2.3. PENYALURAN KREDIT
Penyaluran kredit pada triwulan I-2008 bertumbuh sebesar 3,82% (q-t-q). Secara tahunan, kredit perbankan tumbuh 30,74% (y-o-y), lebih tinggi daripada triwulan I-2007 sebesar 17,39% (y-o-y). Outstanding kredit sempat menurun pada bulan Januari dan Februari 2008 terkait pelunasan kredit, khususnya untuk jenis kredit modal kerja, dan kembali meningkat pada bulan Maret 2008. Sumber pertumbuhan kredit pada triwulan I-2008 antara lain karena penggunaan plafon kredit baru yang disetujui oleh perbankan. Plafon kredit baru yang disetujui (kumulatif) selama triwulan laporan tercatat sebesar Rp855,60 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp749,68 miliar. Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar Rupiah) Keterangan Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Sektor Ekonomi - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Listrik, Gas&Air - Konstruksi - Perdag., Rest&Hotel - Pengangkutan - Jasa-Jasa - Lain-Lain Kelompok Bank - Bank Umum Pemerintah - Bank Umum Swasta - BPR Sumber : Bank Indonesia Palu
BANK INDONESIA PALU
Des.2005
Des.2006
3.101,80 1.376,59 206,86 1.518,35 3.101,80 212,67 16,77 113,17 67,39 1.051,37 29,93 78,89 1.531,61 3.101,80 2.723,33 324,34 54,13
3.662,94 1.678,40 219,21 1.765,33 3.662,94 203,67 12,14 107,18 82,11 1.337,18 26,76 115,13 1.778,77 3.662,94 3.186,40 401,11 75,43
Jun
2007 Sept
Des
4.083,11 1.863,91 225,27 1.993,93 4.083,11 192,32 16,86 117,41 103,94 1.518,11 33,40 97,38 2.003,69 4.083,11 3.518,34 465,53 99,24
4.417,02 1.949,90 244,27 2.222,85 4.417,02 214,89 14,78 88,94 0,25 180,03 1.576,57 33,95 77,35 2.230,26 4.417,02 3.763,13 535,17 118,72
4.713,13 2.067,59 287,84 2.357,70 4.713,13 170,78 33,72 105,50 0,25 164,57 1.760,78 31,14 80,01 2.366,38 4.713,13 4.012,67 587,39 113,07
Mar.2008 4.893,36 2.101,42 298,04 2.493,90 4.893,36 214,04 36,48 101,79 0,25 140,47 1.658,60 40,13 195,44 2.506,16 4.893,36 4.152,02 607,68 133,66
27 44
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Distribusi kredit per-sektor ekonomi maupun jenis penggunaan dan kelompok bank tidak mengalami perubahan yang berarti dari waktu ke waktu. Berdasarkan sektor ekonomi, kredit perbankan pada triwulan laporan masih didominasi sektor lain-lain (51,22%), sektor perdagangan (33,89 %) dan sektor pertanian (4,37%). Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 42,95%, kredit investasi sebesar 6,09% dan kredit konsumsi sebesar 50,96%. Pada triwulan laporan kredit konsumsi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,78% (q-t-q), diikuti kredit investasi sebesar 3,54% (q-t-q) dan kredit modal kerja sebesar 1,64% (q-t-q). Pangsa terbesar penyaluran kredit masih pada bank umum pemerintah yang mencapai 84,85%, diikuti bank umum swasta dan BPR masing-masing dengan pangsa 12,42% dan 2,73%. Berdasarkan daerah bank pelapor, pangsa terbesar penyaluran kredit masih berada di Kota Palu yaitu sebesar 56,23%. Hal ini disebabkan jumlah kantor bank yang lebih banyak, infrastruktur lebih memadai dan kegiatan perekonomian yang lebih berkembang sebagai ibukota propinsi. Loans to Deposit Ratio (LDR atau rasio kredit terhadap DPK) perbankan di Sulawesi Tengah pada akhir triwulan I-2008 tercatat sebesar 93,92% atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 90,19%. Kenaikan LDR perbankan disebabkan pertumbuhan kredit pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan usaha yang menggunakan kredit perbankan. Kredit UMKM
Perbankan, termasuk di Sulawesi Tengah, memiliki peranan besar dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah terutama melalui pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Oleh sebab itu Bank Indonesia Palu terus berupaya mendorong perbankan untuk meningkatkan pembiayaan/kredit kepada UMKM melalui berbagai program dan kegiatan antara lain workshop/seminar UMKM, pameran perbankan dan produk UMKM, pelatihan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), survei dan riset komoditas unggulan daerah, memfasilitasi pembentukan skema penjaminan kredit serta memfasilitasi
kerjasama BPR dengan bank
umum/lembaga lain (linkage program). Linkage program merupakan kerjasama bank
BANK INDONESIA PALU
28 45
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
umum dengan BPR untuk meningkatkan peran dan kontribusi perbankan dalam penyaluran kredit dan mendukung pengembangan UMKM serta meningkatkan efisiensi dan kemampuan SDM BPR yang dilandasi semangat kemitraan. Berbagai upaya tersebut tampaknya cukup berhasil, tercermin dari perkembangan kredit UMKM selama triwulan I-2008. Kredit UMKM perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp4.328,45 miliar atau 88,46% dari total kredit. Dibandingkan dengan akhir tahun 2007, kredit UMKM bertumbuh 2,35%. Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) Keterangan Kredit Mikro
Des.2005
Des.2006
2007 Sept 2.060,70
Des 2.126,69
Mar.2008
1.358,85
1.746,11
Kredit Kecil
714,93
822,35
1.072,88
1.125,23
Kredit Menengah
847,90
764,50
849,84
977,04
901,38
2.921,68
3.332,96
3.983,42
4.228,96
4.328,45
Kredit UMKM
2.232,79 1.194,28
Sumber : Bank Indonesia Palu
Sampai dengan akhir triwulan laporan, jumlah UMKM yang dibiayai perbankan Sulawesi Tengah diperkirakan sekitar 131.076 unit usaha atau 23,22% dari keseluruhan unit usaha di Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, jumlah unit usaha di Sulawesi Tengah sebanyak 564.408 unit usaha yang terdiri dari 193.630 unit usaha non-pertanian dan 370.778 unit usaha pertanian. Implementasi Sistem Penjaminan Kredit terkait dengan Instruksi Presiden No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan akan semakin meningkatkan penyaluran kredit UMKM. KUR merupakan kredit/pembiayaan kepada UMKM baru dan koperasi untuk kegiatan produktif yang bersifat individu, kelompok, kemitraan dan atau kluster dengan plafon kredit maksimal Rp500 juta. 2.4. KOLEKTIBILITAS KREDIT
Pertumbuhan kredit yang cukup menggembirakan pada triwulan I-2008 ikut mempengaruhi adanya peningkatan kualitas kredit. Kualitas kredit bank umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari turunnya rasio Non Performing Loans (NPLs) gross bank umum pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari
BANK INDONESIA PALU
29 46
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
6,30% menjadi 5,57%. Sementara itu secara net, NPLs bank umum tercatat sebesar 2,86%. Tabel 3.7. Kolektibilitas Kredit Bank Umum (Miliar Rupiah)
3.587,51
Jun 3.983,87
2007 Sept 4.298,30
Des 4.600,06
3.143,55
3.451,17
3.728,77
4.082,28
4.230,30
237,66
202,19
248,08
273,78
228,20
264,36
Kurang Lancar
41,47
20,02
31,28
31,72
35,86
26,95
Diragukan
32,19
23,26
28,70
36,82
21,25
24,61
Macet
74,30
198,49
224,64
227,21
232,47
213,48
NPLs Gross (%)
4,85
6,74
7,14
6,88
6,30
5,57
NPLs net (%)
1,49
2,85
3,79
3,73
3,61
2,86
Kolektibilitas
Des.2005
Des.2006
Jumlah Kredit
3.047,67
Lancar
2.662,05
Dalam Perhatian Khusus
Mar.2008 4.759,70
Sumber : Bank Indonesia Palu
Kredit sektor perdagangan pada triwulan I-2008 masih memberikan sumbangan NPLs terbesar yaitu sebesar Rp138,22 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kontribusi kredit sektor perdagangan terhadap pembentukan NPLs gross mengalami penurunan yaitu dari 55,21% menjadi 52,15%. Di sisi lain, kontribusi kredit sektor perindustrian, sektor jasa-jasa dan sektor lain-lain dalam pembentukan NPLs gross cenderung meningkat. Tabel 3.8. Perkembangan NPLs Gross Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi (Miliar Rupiah) Keterangan Pertanian
Desember 2006 Nominal % NPL 14,60 7,32
Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan
Desember 2007 Nominal % NPL 27,16 16,47
Maret 2008 Nominal % NPL 20,89 10,07
3,82
31,48
0,48
1,41
0,48
1,30
29,54
27,62
12,31
11,73
11,99
11,82
-
-
-
-
-
-
5,26
6,41
21,63
13,15
16,74
11,92
135,37
10,18
159,89
9,14
138,22
8,40
Pengangkutan
0,81
3,03
1,03
3,31
0,80
1,99
Jasa-Jasa
3,79
3,34
3,39
4,35
14,25
7,38
Lain-Lain
48,58
2,83
63,70
2,80
61,68
2,58
241,77
6,74
289,59
6,30
265,05
5,57
Total Sumber : Bank Indonesia Palu
Sementara itu, kualitas kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sedikit memburuk, tercermin dari peningkatan NPLs gross yaitu dari 1,70% pada triwulan IV-2007 menjadi sebesar 1,76% pada triwulan laporan. Apabila dihitung secara netto, NPLs BPR berada pada angka 0,80% atau masih di bawah batas indikatif 5%.
BANK INDONESIA PALU
30 47
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Tabel 3.9. Kolektibilitas Kredit BPR (Miliar Rupiah) Kolektibilitas
Des.2005
Des.2006
Lancar 53,22 Kurang Lancar 0,35 Diragukan 0,36 Macet 0,19 NPLs Gross (%) 1,67 Sumber : Bank Indonesia Palu
72,08 1,71 1,30 0,34 4,44
Jun 96,90 0,68 1,20 0,46 2,36
2007 Sept 116,49 0,64 0,88 0,72 1,88
Des 111,14 0,73 0,48 0,72 1,70
Mar.2008 131,30 1,07 0,40 0,88 1,76
Untuk memitigasi risiko kredit atau kemungkinan peningkatan NPLs maka perbankan di Sulawesi Tengah dapat menempuh beberapa langkah sebagai berikut : -
Peningkatan fungsi manajemen risiko di bidang perkreditan antara lain dengan membentuk unit manajemen risiko kredit dan mengikuti sertifikasi manajemen risiko.
-
Optimalisasi pemanfaatan informasi kredit untuk mengurangi informasi asimetris sehingga dapat memitigasi risiko kredit lebih dini. Bank umum maupun BPR yang menjadi bank pelapor Sistem Informasi Debitur (SID) dapat memanfaatkan SID yang berguna dalam mendukung pengambilan keputusan.
-
Meningkatkan keahlian SDM dan infrastruktur untuk mendukung ekspansi kredit.
-
Restrukturisasi dan hapus buku untuk menahan kenaikan kredit bermasalah.
-
Memastikan kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Kredit (PPPK).
-
Menjaga permodalan yang memadai untuk mengatasi berbagai risiko.
-
Melakukan penjaminan kredit bekerjasama dengan lembaga penjaminan kredit yang sudah ada seperti PT. Askrindo (Persero) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum SPU).
BANK INDONESIA PALU
31 48
BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Boks PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Dalam rangka implementasi Sistem Penjaminan Kredit terkait dengan Instruksi Presiden No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM, telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama tentang Penjaminan Kredit / Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi pada tanggal 9 Oktober 2007 antara 6 Departemen Teknis (Departemen Keuangan, Departemen
Pertanian,
Departemen
Kehutanan,
Departemen
Kelautan
dan
Perikanan, Departemen Perindustrian dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM) dengan Lembaga Penjamin Kredit (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT Asuransi Kredit Indonesia) dan 6 Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Bukopin dan Bank Syariah Mandiri). Gubernur Bank Indonesia, Menko Perekonomian dan Menteri Negara BUMN turut menandatangani Nota Kesepahaman tersebut sebagai pihak yang mengetahui. Selain itu, telah ditandatangani juga Perjanjian Kerjasama antara Lembaga Penjamin Kredit (LPK) dengan masing-masing Bank Pelaksana. Penjaminan kredit / pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi tersebut di atas dikenal sebagai Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Adapun ketentuan Program KUR sebagai berikut : ü Plafon kredit maksimal Rp500 juta ü Suku bunga kredit / margin pembiayaan maksimal 16% efektif per tahun ü Imbal jasa penjaminan / premi ditetapkan sebesar 1,5% per tahun dan menjadi beban APBN ü Pembagian risiko penjaminan : LPK 70% dan Bank 30% ü Penjaminan dilakukan secara otomatis oleh LPK ü Pemberian fasilitas kredit / pembiayaan oleh Bank diutamakan kepada UMKM dan Koperasi yang diarahkan oleh Komite Kebijakan (Kementerian Terkait, Menko Perekonomian, Meneg BUMN, Kepala Bappenas dan Kepala BPKP) ü UMKM dan Koperasi yang dapat dijamin oleh LPK adalah usaha produktif yang bersifat individu, kelompok, kemitraan dan atau cluster, layak dibiayai namun belum bankable BANK INDONESIA PALU
49
BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
ü Bank melakukan penilaian kelayakan usaha dan memutuskan pemberian kredit / pembiayaan Untuk mendukung keberhasilan Program KUR, Bank Indonesia telah melakukan beberapa hal sebagai berikut : ü Menetapkan kebijakan / ketentuan untuk mendukung pelaksanaan penjaminan ü Membantu melakukan monitoring perkreditan melalui Sistem Informasi Debitur (SID) ü Bersama Bank Pelaksana menyusun kriteria usaha yang feasible namun tidak bankable. Kriteria usaha yang tidak bankable adalah usaha dengan jaminan kurang dan persyaratan administrasi tidak lengkap ü Memfasilitasi perbankan dengan sektor riil antara lain melalui bazar intermediasi dan bantuan teknis Pada tanggal 24 April 2008, bertempat di Kantor Bank Indonesia Palu, Bank Indonesia menyelenggarakan Workshop Pembiayaan Sektor Riil sekaligus sosialisasi Program KUR kepada berbagai pemangku kepentingan yaitu Pemerintah Daerah, asosiasi dunia usaha, perbankan dan instansi / lembaga terkait. Pemateri pada workshop tersebut adalah Bank Indonesia, LPK, Bank Pelaksana, Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan dan Askindo (Asosiasi Kakao Indonesia) Provinsi Sulawesi Tengah. Komoditas yang menjadi fokus workshop tersebut adalah kakao dan rumput laut dengan pertimbangan sebagai berikut : ü Sulawesi Tengah merupakan penghasil kakao utama di Indonesia dan kakao mendominasi ekspor antar negara Sulawesi Tengah ü Lahan pengembangan budidaya kakao di Sulawesi Tengah cukup tersedia ü Banyak wilayah perairan Sulawesi Tengah yang cocok untuk budidaya rumput laut ü Jumlah petani yang terlibat dalam budidaya / produksi kakao relatif besar ü Kebutuhan kakao dan rumput dunia terus meningkat ü Perkembangan harga kakao dan rumput cukup menjanjikan Kegiatan workshop tersebut diharapkan dapat mendukung keberhasilan Program KUR sekaligus mampu memberdayakan sektor riil / UMKM.
BANK INDONESIA PALU
50
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran nasional, berbagai kebijakan telah dilakukan oleh Bank Indonesia, baik dalam transaksi pembayaran tunai maupun non tunai. Perkembangan transaksi pembayaran tunai diketahui melalui aliran uang kartal masuk dan aliran uang kartal keluar di Bank Indonesia, sedangkan perkembangan transaksi pembayaran non tunai dapat diketahui melalui aktivitas kliring dan BI-RTGS. Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Dalam hal ini, kebijakan Bank Indonesia, termasuk di Propinsi Sulawesi Tengah, diarahkan untuk memenuhi ketersediaan uang kartal dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, menjaga kualitas yang layak edar (clean money policy), melakukan tindakan untuk menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu dan meningkatkan pelayanan perkasan. Di bidang pembayaran non-tunai, Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan valuta asing (valas). Penyelenggaraan kliring tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh Bank Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia. Selain penyelenggaraan kliring, penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank dalam mata uang rupiah dan valas diselenggarakan juga oleh Bank Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia. 1. PERKEMBANGAN UANG KARTAL (INFLOW / OUTFLOW)
Perkembangan uang kartal masuk (inflow) dan uang kartal keluar (outflow) di Bank Indonesia Palu pada triwulan I-2008 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah inflow di Bank Indonesia Palu pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp327,85 miliar atau turun -16,78% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp393,97 miliar. Sementara itu, jumlah
BANK INDONESIA PALU
32 51
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
outflow tercatat sebesar Rp180,32 miliar atau turun -82,70% dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar Rp1.042,44 miliar. Penurunan inflow dan outflow tersebut terkait dengan kebijakan Bank Indonesia (khususnya di Kota Palu) yang hanya menerima setoran dari bank-bank untuk uang kartal yang tidak layak edar, sedangkan untuk uang kartal yang layak edar dikelola oleh masing-masing bank dan dilakukan kerjasama antar bank dalam pengelolaan uang kartal melalui Focus Group Discussion (FGD). 1400
Inflow
1200
Outflow
Miliar Rp
1000 800 600 400 200 0 Tr I-05
Tr II-05
Tr III-05 Tr IV-05
Tr I-06
Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06
Tr I-07
Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07
Tr I-08
Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow
Dalam rangka menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia Palu melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang rupiah yang dimusnahkan adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran dan uang yang sudah tidak layak edar. Jumlah uang yang dimusnahkan dapat dilihat dari jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Selama triwulan I-2008, jumlah uang kertas yang dimusnahkan di Bank Indonesia Palu mencapai Rp85,91 miliar atau turun -6,56% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp91,94 miliar. Inflow
700 46,14
50,00
PTTB
600
45,00
Rasio PTTB Thd Inflow
41,35 36,50
500
40,00 35,00
400
26,30
29,04
29,62
30,00 25,00
22,40
300
20,00 17,63
16,44
200
23,35
20,46
20,06
Persen (%)
Miliar Rp
32,42
15,00 10,00
100
5,00
-
0,00
Tr I-05
Tr II-05
Tr III-05
Tr IV-05
Tr I-06
Tr II-06
Tr III-06
Tr IV-06
Tr I-07
Tr II-07
Tr III-07
Tr IV-07
Tr I-08
Grafik 4.2. Perkembangan PTTB
BANK INDONESIA PALU
52 33
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Untuk memperluas layanan penukaran uang sampai ke daerah-daerah terpencil di Sulawesi Tengah, Bank Indonesia Palu sejak 16 Oktober 2006 telah melakukan kerjasama penukaran uang rupiah tidak layak edar dengan PT.Pos Indonesia (Persero) yang untuk tahap awal melayani masyarakat yang berada di daerah Tentena, Beteleme, Kolonedale, Bungku dan Tomata. Bank Indonesia Palu berharap kerjasama tersebut berhasil sehingga dapat dikembangkan di seluruh wilayah Sulawesi Tengah terutama daerah terpencil di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Tolitoli. Selama ini Bank Indonesia Palu dan PT.Pos Indonesia (Persero) telah melakukan penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang kerjasama tersebut dengan menggunakan leaflet maupun spanduk. 2. PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN
Selama triwulan I-2008 jumlah uang palsu yang ditemukan sebanyak 5 lembar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 10 lembar. Untuk meminimalisir jumlah uang palsu, Bank Indonesia Palu telah menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait dan secara berkesinambungan melaksanakan kegiatan sosialisasi mengenai pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat. Tujuan dari sosialisasi tersebut adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat umum tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah, sehingga masyarakat diharapkan aktif membantu mengamankan uang rupiah dari pemalsuan. Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) 2007
2008
Pecahan Mata Uang (Nominal)
2005
2006
Tr II
Tr III
Tr IV
Tr I
Rp100.000
108
3.459
9
2
3
2
Rp50.000
15
14
1
4
6
3
Rp20.000
10
2
1
1
1
-
Rp10.000
11
1
-
-
-
-
Jumlah
144
3.476
11
7
10
5
Sumber : Bank Indonesia Palu
3. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL
Pasal 16 Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 tahun 2004 menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan valas. Adanya kliring diharapkan dapat meningkatkan penggunaan BANK INDONESIA PALU
34 53
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
instrumen pembayaran giral dan mendorong masyarakat untuk menyimpan dana di bank. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penyelenggaraan kliring untuk transaksi antar bank adalah memberikan alternatif bagi masyarakat dalam melakukan suatu pembayaran yang aman, efektif dan efisien, dan bagi bank merupakan salah satu layanan kepada nasabah dan dapat menjadi salah satu sumber fee based income (pendapatan di luar bunga). Dalam rangka meningkatkan kecepatan dan keakuratan settlement sehingga lebih memberikan kepastian dalam penyelesaian transaksi serta meminimalkan risiko kegagalam settlement, maka sejak September 2006 Kantor Bank Indonesia Palu telah menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Terlaksananya transmisi arus dana melalui SKNBI secara real time, otomatis akan mempercepat perputaran uang (velocity of money) dan mengurangi floating dana karena tidak ada lagi penundaan (time lag) dalam settlement sebagaimana terjadi pada sistem kliring lokal. Sementara itu, penerapan SKNBI di Kota Tolitoli dan Kota Luwuk telah dimulai sejak bulan November 2007. Selama triwulan I-2008, jumlah warkat kliring naik 4,29% yaitu dari 29.436 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 30.698 lembar. Sementara itu, nominal perputaran kliring tercatat turun -17,59% dibandingkan triwulan IV-2007 sehingga menjadi Rp1.352,93 miliar. Kenaikan jumlah warkat kliring mengindikasikan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian daerah. Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Keterangan
2006 Tr III
2007 Tr IV
Tr III
Tr IV
2008 Tr I
Perputaran Kliring - Lembar
34.079
30.500
34.730
29.436
30.698
- Nominal (Miliar Rp)
886,74
1.079,94
1.381,52
1.641,77
1.352,93
Rata-Rata Harian Perputaran Kliring - Lembar
541
510
543
504
523
14,08
18,04
21,89
27,86
22,72
- Lembar (%)
0,59
1,17
0,61
0,84
0,53
- Nominal (%)
0,33
0,80
0,33
0,37
0,21
- Nominal (Miliar Rp) Persentase Rata-Rata Tolakan Cek dan BG Kosong per-hari
Sumber : Bank Indonesia Palu
BANK INDONESIA PALU
35 54
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Untuk rata-rata warkat tolakan cek/BG kosong per-hari tercatat sebesar 0,53% (turun -36,90% dibandingkan triwulan sebelumnya), sedangkan rata-rata nominal tolakan
cek/BG
kosong
per-hari
tercatat
sebesar
0,21%
(turun
-43,24%
dibandingkan triwulan sebelumnya). Guna menjamin kepercayaan masyarakat terhadap cek dan bilyet giro (BG), Bank Indonesia telah menyempurnakan aturan pelaksana tata usaha Daftar
Hitam Nasional (DHN) melalui Surat Edaran
No.9/13/DASP tanggal 15 Juni 2007. Dengan dikeluarkannya peraturan DHN ini diharapkan akan tercipta efisiensi dalam administrasi DH yaitu hanya satu kali penerbitan DH secara nasional setiap periode penerbitan. Bagi bank tentunya akan mempercepat dan memudahkan bank dalam proses identifikasi calon nasabah yang akan membuka atau memperoleh fasilitas rekening giro dengan memanfaatkan data nasabah yang tercantum dalam DHN. 4. PERKEMBANGAN BI-RTGS
Aliran dana keluar (outflow) dari Kota Palu melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp4.010,85 miliar atau turun -23,73% dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar Rp5.258,92 miliar dengan volume transaksi sebanyak 4.425 transaksi. Sementara itu, aliran dana masuk (inflow) juga turun -26,72% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi Rp3.230,90 miliar dengan volume transaksi sebanyak 2.984 transaksi. Nominal dan volume transaksi melalui BI-RTGS diperkirakan akan semakin meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian di Sulawesi Tengah. Inflow Outflow
6.000,00
Net Outflow
5.000,00
Miliar Rp
4.000,00 3.000,00 2.000,00 1.000,00 Tr I-06
Tr II-06
Tr III-06
Tr IV-06
Tr I-07
Tr II-07
Tr III-07
Tr IV-07
Tr I-08
(1.000,00)
Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Kota Palu
BANK INDONESIA PALU
36 55
BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang dalam beberapa tahun terakhir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional diharapkan dapat memberikan dampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat, baik melalui penciptaan lapangan kerja maupun peningkatan pendapatan. Di sisi tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi akan membuka lapangan kerja sehingga angkatan kerja yang ada dapat diserap dan memiliki pendapatan. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi daerah yang terjadi tidak serta merta mampu menyebabkan penciptaan lapangan kerja secara signifikan sehingga pendapatan yang terjadi hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat. Di sisi pendapatan, pertumbuhan ekonomi daerah akan menciptakan pendapatan bagi setiap pelaku usaha. Namun demikian, pendapatan yang tercipta tidak dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas. Penilaian dampak pertumbuhan ekonomi terhadap perbaikan kesejahteraan salah satunya adalah melalui tingkat distribusi ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini 4
Ratio . Tabel 5.1. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah 2005
Keterangan
2007
40%
40%
20%
40%
40%
20%
populasi
populasi
populasi
populasi
populasi
populasi
dengan
dengan
dengan
dengan
dengan
dengan
pendapatan
pendapatan
pendapatan
pendapatan
pendapatan
pendapatan
terendah
menengah
tertinggi
terendah
menengah
tertinggi
Gini Ratio
Gini Ratio
Sulteng
21,85
38,07
40,08
0,30
20,88
39,09
40,04
0,32
Nasional
18,81
36,40
44,78
0,36
19,10
36,11
44,79
0,36
Sumber : BPS 4
Gini Ratio merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan. Nilai Gini Ratio terletak antara 0 dan 1, dimana nilai yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah (distribusi pendapatan merata), dan sebaliknya. Distribusi pendapatan di Indonesia dibagi atas tiga kelompok yaitu kelompok teratas, menengah dan terendah. Menurut Bank Dunia, distribusi pendapatan timpang manakala kelompok pendapatan terendah hanya menikmati kue ekonomi kurang dari 17%.
BANK INDONESIA PALU
37 56
BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Berdasarkan perkembangan Gini Ratio pada tabel 5.1 dapat dikemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya mampu memperbaiki ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tengah. Hal ini tercermin dari memburuknya angka Gini Ratio Sulawesi Tengah tahun 2007 dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 0,30 menjadi 0,32. Pada tahun 2007, 40% masyarakat Sulawesi Tengah dengan pendapatan terendah menikmati kue ekonomi di atas 17% (20,88%) sehingga ketimpangan tahun 2007 masih relatif rendah. 1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaaan di Sulawesi Tengah posisi Agustus 2007 menunjukkan adanya perbaikan. Pada bulan Agustus 2007 tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah tercatat 8,39% atau lebih rendah dibandingkan bulan Agustus 2006 sebesar 10,31%, dan bahkan masih di bawah TPT nasional sebesar 9,11%. Faktor utama yang mempengaruhi perbaikan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi. 12,00
10,31 10,00
8,90 7,71
Persen (%)
8,00
6,00
5,85
4,00
2,00
Agts.2004
Nop.2005
Agts.2006
Agts.2007
Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah
Sumber : BPS Sulteng
Pada bulan Agustus 2007, persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup berarti. Pada Agustus 2007 penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 59,60%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2006 sebesar 68,90%. Hal ini disebabkan karena faktor cuaca yang kurang baik ditandai dengan meningkatnya gelombang pasang sehingga kegiatan di sektor pertanian menurun khususnya subsektor perikanan. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja di sektor industri, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan dan sektor jasa kemasyarakatan mengalami peningkatan yang signifikan.
BANK INDONESIA PALU
57 38
BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
1.200.000 1.000.000
Jumlah
800.000 600.000 400.000 200.000
Ju m la h
Pe ng an gk ut da an n Ja sa Pe ru sa ha an Ja sa Ke m as ya ra ka ta n Ke ua ng an
Pe rd ag an ga n
Ba ng un an
A ir da n
Li st rik ,G as
In du st ri
Pe rta m ba ng an
Pe rta ni an
-
Agustus 2006 Agustus 2007
Grafik 5.2. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber : BPS Sulteng
Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 tercatat sebanyak 53.318 orang atau naik 5,85% dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan terdapat
40 orang tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK), lebih rendah daripada triwulan IV-2007. Pada triwulan laporan juga terdapat pengiriman TKI asal Sulawesi Tengah ke luar negeri sebanyak 6 orang tenaga kerja. Tabel 5.2. Perkembangan Ketenagakerjaan 2006 Tr IV 27
Tr I 24
Tr II -
Tr III 314
Jumlah Kasus PHK
-
-
24
16
82
2
Jumlah TK yang di PHK
-
-
26
36
198
40
44.776
44.864
45.631
46.079
50.369
53.318
Indikator Tenaga Kerja Jumlah TKI
Pencari Kerja yang Terdaftar**)
2007 Tr IV -
2008 Tr I*) 6
Sumber : Disnakertrans Sulteng Ket : *) Angka sementara
Sementara itu, Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp670.000 per-bulan atau naik 8,94% dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp615.000. Namun demikian, angka tersebut masih berada di bawah angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Sulawesi Tengah tahun 2008. Dibandingkan dengan rata-rata UMP se-Indonesia (Rp747.244 per-bulan), UMP Sulawesi Tengah lebih rendah 10,34%.
BANK INDONESIA PALU
39 58
BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
UMP (Rupiah) KHL (Rupiah) UMP / KHL (%)
850.000 800.000 750.000
110,00% 100,00%
700.000 650.000
90,00% 80,00%
600.000 550.000
70,00%
500.000 450.000
60,00%
400.000 350.000
50,00%
300.000
40,00%
250.000
30,00%
200.000 150.000
20,00%
100.000 50.000
10,00%
-
0,00% 1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Grafik 5.3. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah
2. KEMISKINAN
Beberapa indikator kemiskinan di Sulawesi Tengah tahun 2007 menunjukkan perkembangan positif. Persentase penduduk miskin turun dari 24,09% tahun 2006 menjadi 22,42% tahun 2007. Penurunan tersebut terjadi di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya masing-masing dari 6,49% menjadi 4,47% dan dari 2,00% menjadi 1,38%. Tabel 5.3. Perkembangan Indikator Indikator Kemiskinan di Propinsi Sulawesi Tengah Keterangan
2004
2005
2006
2007
486,30 70,50 415,80
527,50 73,20 454,30
566,10 76,60 489,50
557,50 67,10 490,40
21,69 15,33 23,33
21,80 14,41 23,76
24,09 15,52 26,37
22,42 12,86 24,97
Indeks Kedalaman Kemiskinan (%) Kota Desa
4,03 3,19 4,73
4,18 2,26 4,64
6,49 2,71 7,47
4,47 2,15 5,08
Indeks Keparahan Kemiskinan (%) Kota Desa
1,14 0,96 1,37
1,20 0,63 4,18
2,00 0,72 6,49
1,38 0,57 1,60
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Kota Desa Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Desa
Sumber : BPS Sulteng
Dalam rangka mengatasi rawan pangan dan penurunan daya beli masyarakat, termasuk di Provinsi Sulawesi Tengah, maka sejak pertengahan tahun 1998 sampai dengan saat ini Pemerintah Pusat telah menugaskan Perum Bulog untuk melaksanakan penyaluran Raskin (beras untuk keluarga miskin). Berdasarkan data BANK INDONESIA PALU
40 59
BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
tahun 2006, di Sulawesi Tengah terdapat 211.373 rumah tangga miskin (RTM) yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Jumlah RTM paling banyak terdapat di Kabupaten Donggala (50.378 RTM), sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Buol (11.857 RTM). RTM adalah sasaran atau penerima Raskin yang disalurkan Perum Bulog Divisi Regional Sulteng tiap bulan. Jatah Raskin tahun 2008 awalnya adalah sebanyak 10 kg/bulan/RTM dengan harga tebus Rp1.600/kg. Terkait dengan kebijakan stabilisasi pangan tahun 2008, jatah Raskin saat ini ditingkatkan menjadi 15 kg/bulan/RTM.
BANK INDONESIA PALU
41 60
BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 6 KEUANGAN DAERAH
Kinerja operasi keuangan Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah (dari sisi belanja daerah) selama triwulan I-2008 diperkirakan masih relatif rendah, terutama untuk realisasi belanja barang dan modal. Hal ini merupakan siklus tahunan yang polanya hampir sama dengan triwulan I tahun sebelumnya. Pada awal tahun diperkirakan setiap Pemerintah Daerah masih melakukan persiapan tender untuk pengadaan barang dan belanja modal. Hal lain yang menyebabkan masih relatif rendahnya realisasi belanja daerah adalah keterlambatan pengesahan Perda APBD di beberapa daerah di Sulawesi Tengah dan masih terbatasnya pejabat pembuat komitmen yang bersertifikasi. Sementara itu, realisasi belanja pegawai diperkirakan sesuai dengan rencana karena bersifat rutin. Dari sisi pendapatan daerah, dana perimbangan masih merupakan sumber utama pendapatan daerah di Sulawesi Tengah dengan kontribusi sangat besar. Sebagai informasi, pada tahun 2006 kontribusi dana perimbangan terhadap pendapatan daerah seluruh Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah mencapai 92,45%, sedangkan pada tahun 2007 kontribusinya sedikit menurun menjadi 90,73%. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). DAU adalah komponen dana perimbangan terbesar. Pada tahun 2006, kontribusi DAU terhadap pendapatan daerah mencapai 77,78%, dan pada tahun 2007 kontribusinya sedikit menurun menjadi 75,22%. DAU yang diterima Pemerintah Daerah se-Sulawesi Tengah tahun 2008 sebesar Rp4.049,96 miliar atau naik 12,24% dibandingkan DAU tahun 2007 sebesar Rp3.608,22 miliar. Realisasi penyaluran DAU tahun 2008 sampai dengan triwulan I-2008 diperkirakan telah mencapai 25,00% atau sekitar Rp1.012,49 miliar dengan asumsi realisasi setiap bulan mencapai seperduabelas dari besaran DAU (sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.04/PMK.07/2008).
BANK INDONESIA PALU
42 61
BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
DAU (Miliar Rp) Kenaikan (%) 4.500,00
90,00 4.049,96
3.500,00
Miliar Rp
80,00
3.608,22
70,00
3.262,73
3.000,00
60,00
2.500,00
50,00
2.000,00
40,00
1.500,00
30,00
1.000,00
20,00
500,00
10,00
-
Persen (%)
4.000,00
2006
2007
2008
Grafik 6.1. Perkembangan DAU di Sulawesi Tengah Sumber : Depkeu
Sementara itu, DAK merupakan komponen dana perimbangan terbesar kedua setelah setelah DAU. Tahun 2006 kontribusi DAK terhadap pendapatan daerah mencapai 6,97%, tahun 2007 kontribusi DAK meningkat menjadi 9,80%, dan tahun 2008 diperkirakan akan semakin meningkat. Tahun 2008, DAK yang dialokasikan ke seluruh daerah di Sulawesi Tengah mencapai Rp578,98 miliar atau naik 23,72% dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp467,96 miliar. DAK dialokasikan untuk bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana Pemerintahan Daerah serta lingkungan hidup. Namun demikian, dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan No.04/PMK.07/2008 tanggal 28 Januari 2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah, realisasi DAK untuk Sulawesi Tengah berpotensi lebih rendah daripada DAK yang telah ditetapkan/dialokasikan Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan Pemerintah Pusat telah menetapkan bahwa penyaluran DAK dilakukan dalam empat tahap yaitu : -
Tahap I sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan setelah Perda APBD diterima Dirjen Perimbangan Keuangan, paling cepat disalurkan bulan Februari.
-
Tahap II sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap I diterima Dirjen Perimbangan Keuangan.
-
Tahap III sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap II diterima Dirjen Perimbangan Keuangan.
-
Tahap IV sebesar 10% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III diterima Dirjen Perimbangan Keuangan.
BANK INDONESIA PALU
43 62
BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Berdasarkan
data
Dirjen
Perimbangan
Keuangan-Depkeu,
dari
10
kabupaten/kota dan 1 provinsi di Sulawesi Tengah yang mendapatkan alokasi DAK, hanya 6 kabupaten/kota yang telah mendapatkan realisasi DAK tahap I pada bulan Februari 2008 yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Donggala, kabupaten Poso, Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong dengan nilai keseluruhan mencapai Rp101,02 miliar. Berdasarkan peraturan yang ada, daerah lainnya yang tidak mendapatkan penyaluran DAK tahap I berpotensi tidak mendapatkan DAK. Permasalahan yang diperkirakan menjadi kendala dalam penyaluran DAK tahun 2008 antara lain Perda APBD belum disahkan dan laporan penggunaan DAK tahun sebelumnya belum disampaikan kepada Pemerintah Pusat. DAK (Miliar Rp) Kenaikan (%)
700,00
160,00
600,00
140,00
Miliar Rp
100,00
400,00
80,00 300,00
60,00
200,00
Persen (%)
120,00
500,00
40,00
100,00
20,00
-
2006
2007
2008
Grafik 6.2. Perkembangan DAK di Sulawesi Tengah Sumber : Depkeu
Pada tahun 2008 ini, dana bagi hasil pajak yang akan diterima daerah-daerah di Sulawesi Tengah diperkirakan mencapai Rp303,49 miliar atau naik 18,31% dibandingkan tahun 2007 sekitar Rp256,51 miliar. Dana bagi hasil pajak tersebut sebagian besar berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sementara itu, dana bagi hasil sumber daya alam yang diterima Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan sebesar Rp32,15 miliar atau meningkat 79,92% dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp17,87 miliar. Dana bagi hasil sumber daya alam tersebut berasal dari minyak bumi di Kabupaten Morowali sehingga kabupaten tersebut mendapatkan alokasi terbesar yaitu 40% atau sekitar Rp12,86 miliar, sedangkan Pemerintah Provinsi mendapatkan alokasi 20% atau sekitar Rp6,43 miliar dan daerah lainnya mendapatkan masingmasing 4,44% atau sekitar Rp1,43 miliar.
BANK INDONESIA PALU
44 63
BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI
1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh positif dan sedikit mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2007. Di sisi sektoral, penurunan pertumbuhan akan terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan. Musim yang mendukung dan produktifitas yang meningkat akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan di sektor pertanian. ARAM I-2008 yang dibuat oleh BPS Sulawesi Tengah memperkirakan produktifitas tanaman padi meningkat dari 41,94 kwintal/ha menjadi sekitar 42,45 kwintal/ha. Selain itu, pencetakan sawah baru di beberapa daerah di Sulawesi Tengah, berlanjutnya subsidi pupuk dan benih serta kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras sedikit banyak ikut mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian. Di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, peningkatan pertumbuhan didorong oleh semakin meningkatnya kegiatan perekonomian pada triwulan mendatang. Sementara itu di sektor jasa-jasa, peningkatan pertumbuhan terutama akan didorong oleh jasajasa pemerintahan umum seiring dengan meningkatnya belanja daerah dan semakin bertambahnya program bantuan Pemerintah kepada masyarakat sebagai kompensasi rencana kenaikan BBM subsidi di akhir triwulan II-2008. Dari sisi permintaan, kegiatan yang diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu konsumsi Pemerintah, investasi dan ekspor, sedangkan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan mengalami tekanan yang cukup berat terkait dengan rencana Pemerintah menaikkan harga BBM subsidi. Namun demikian, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh positif karena Pemerintah
BANK INDONESIA PALU
45 64
BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
berupaya mempertahankan daya beli masyarakat dengan program bantuan kepada masyarakat. Konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan seiring dengan meningkatnya realisasi belanja daerah antara lain untuk mendukung pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini didukung dengan waktu pengesahan Perda APBD yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, investasi mengalami peningkatan pertumbuhan seiring dengan semakin meningkatnya realisasi belanja modal Pemerintah dan swasta, sedangkan peningkatan pertumbuhan ekspor Sulawesi Tengah terutama didukung peningkatan produksi kakao dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun 2007. 2. PROSPEK INFLASI
Berdasarkan data dan perkembangan terkini, inflasi IHK tahunan (y-o-y) Kota Palu pada triwulan II-2008 diperkirakan akan mengalami kenaikan. Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan akibat pengaruh kenaikan BBM industri (non subsidi) dan rencana kenaikan BBM subsidi, gangguan pasokan serta masih tingginya harga beberapa komoditas dunia. Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, khususnya di Sulawesi Tengah (Kota Palu), Bank Indonesia Palu mendorong perlunya suatu koordinasi antar pemangku kepentingan untuk turut berperan mengendalikan kestabilan pergerakan harga di daerah melalui pembentukan Forum Pengendalian Inflasi Daerah. Untuk tahap awal, Bank Indonesia Palu telah mengundang berbagai pemangku kepentingan pada bulan April 2008. 3. PROSPEK PERBANKAN
Berdasarkan perkembangan berbagai indikator perbankan sampai dengan akhir triwulan laporan, perbankan Sulawesi Tengah pada tahun 2008 diperkirakan masih tetap stabil dengan beberapa pencapaian antara lain pertumbuhan kredit di atas 20% dan NPLs netto di bawah 5%. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati karena berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan kredit dan kualitas kredit yaitu kenaikan suku bunga dan kenaikan harga BBM subsidi. BANK INDONESIA PALU
46 65
BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
LAMPIRAN
BANK INDONESIA PALU
66
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Inflasi
Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu periode. Umumnya inflasi diukur dengan melihat perubahan harga sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi
baik
oleh
sisi
permintaan
maupun
sisi
penawaran. Inflasi month to month
Adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat (m-t-m).
Inflasi year to date
Adalah
inflasi
yang
mengukur
perbandingan
harga
perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya (inflasi kumulatif), dan sering disingkat (y-t-d). Inflasi year on year
Adalah
inflasi
yang
mengukur
perbandingan
harga
perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya (inflasi tahunan), dan sering disingkat (y-o-y). Inflasi quarter to quarter
Adalah
inflasi
yang
mengukur
perbandingan
harga
perubahan Indeks Harga Konsumen pada akhir triwulan yang bersangkutan
dibandingkan
IHK akhir triwulan
sebelumnya (inflasi triwulanan), dan sering disingkat (q-t-q). Inflasi inti (core inflation)
Adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan hargaharga secara umum dan lebih bersifat permanen.
BANK INDONESIA PALU
67
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Inflasi volatile foods
Adalah inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktorfaktor tertentu.
Inflasi administered prices
Adalah inflasi kelompok komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Uang kartal
Adalah uang kertas, uang logam, komemoratif koin dan uang kertas komemoratif yang dikeluarkan oleh bank sentral yang menjadi alat pembayaran yang sah di suatu negara.
Uang kuasi
Adalah kewajiban sistem moneter dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening valuta
asing
milik
penduduk.
Berdasarkan
standar
penyusunan dan penyajian statistik secara internasional yang terbaru, BPR/BPRS dimasukkan sebagai anggota sistem moneter sehingga tabungan dan deposito yang ada di BPR/BPRS diperhitungkan sebagai uang kuasi. Uang giral
Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
LDR
Adalah rasio total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan giro. LDR singkatan dari Loans to Deposit Ratio.
NPLs
Adalah
kredit-kredit
di
perbankan
yang
tergolong
kolektibilitas tidak lancar, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. NPLs singkatan dari Non Performing Loans. PPAP
Adalah
sejumlah
dana
yang
dialokasikan
untuk
mengantisipasi tidak tertagihnya aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Aktiva produktif dalam hal ini adalah kredit. PPAP singkatan dari Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.
BANK INDONESIA PALU
68
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Cash Inflow
Adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank-bank umum.
Cash outflow
Adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses penarikan tunai bank umum dari giro di Bank Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.
Net flow
Adalah selisih antara outflow dan inflow.
PTTB
Adalah kegiatan pemusnahan uang atau Pemberian Tanda Tidak Berharga, sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
PDB-PDRB
Adalah sebuah analisis perhitungan pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala nasional disebut Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk skala regional/daerah disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
DAU
DAU singkatan dari Dana Alokasi Umum. DAU merupakan transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horisontal (antar daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
DAK
DAK singkatan dari Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan transfer
yang
bersifat
khusus (specific
grant)
untuk
memenuhi pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan atau kepentingan nasional. Bagi Hasil
Merupakan dana perimbangan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara pusat dan daerah) yang dilakukan melalui pembagian hasil antara pemerintah pusat dan daerah penghasil, dari sebagian penerimaan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam.
BANK INDONESIA PALU
69