BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki jumlah penduduk terpadat dengan jumlah 10.187.595 jiwa menurut Database Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta 2011. Pertambahan populasi dilatarbelakangi oleh berbagai alasan seperti kelahiran, migrasi, maupun perpindahan orang-orang daerah ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Bertambahnya jumlah penduduk yang pesat menyebabkan kurangnya tempat hunian sehingga para pendatang mencari tempat tinggal seadanya dengan biaya seminimal mungkin. Sehingga daerah-daerah yang masih kosong seperti bantaran kali menjadi tempat tujuan bagi para pendatang dari kalangan ekonomi kelas bawah dan akhirnya menjadi pemukiman liar dan kumuh. Pemukiman kumuh tersebut menimbulkan berbagai permasalahan dibeberapa sektor. Permasalahan yang umumnya terjadi adalah pencemaran lingkungan dan kesemerawutan kawasan. Hal tersebut berakibat pada timbulnya sumber penyakit pada lingkungan tempat tinggal dan memperburuk estetika kawasan. Permasalahan lainnya juga dapat terjadi pada daerah sungai. Kota Jakarta, seperti kota-kota besar di negara berkembang lainnya, sangat sulit mendapatkan ruang terbuka hijau (hanya ada 9.6% ruang terbuka hijau di Jakarta) terutama karena banyaknya perumahan kumuh akibat meningkatnya kepadatan penduduk yang sangat cepat. Keadaan ini berakibat pada terjadinya banyak penyalahgunaan fungsi lahan. Contohnya bantaran
1
2
sungai yang seharusnya menjadi ruang terbuka hijau berubah fungsi menjadi pemukiman liar. Pertumbuhan pemukiman yang tidak terkendali dan liar tersebut juga mengakibatkan berkurangnya area limpasan dan resapan air ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi banjir pada musim hujan. Masalah ini juga berakibat pada penurunan permukaan tanah kota Jakarta yang disebabkan oleh tidak adanya air tanah yang meresap kembali ke dalam tanah. Penanggulangan masalah banjir sudah direncanakan dengan adanya sistem drainase kota dengan metode konvensional. Drainase metode konvensional tersebut didesain untuk kuantitas, yaitu mencegah banjir dengan pembuangan air secepat mungkin. Akan tetapi, metode tersebut tidak dapat mengatasi kualitas aliran air yang rendah dan mengandung polusi sehingga menyebabkan permasalahan. Sistem drainase di Jakarta sekarang ini masi menggunakan sistem drainage konvensional tersebut, limpasan air dialirkan ke selokan maupun sungai yang kemudian langsung dibuang ke laut. Selain itu, permasalahan kualitas air juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan karena banyaknya polutan dari area permukiman yang dibuang ke sungai. Bertambahnya polutan ke dalam sungai membuat dampak yang akan terjadi menjadi semakin kompleks dari hari ke hari. Salah satu pengaruh dari polutan yang terkandung di dalam sungai ialah menurunnya kualitas air yang berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, terutama masyarakat yang menggunakan air sungai secara langsung. Perbaikan sistem drainase konvensional tersebut akan menggunakan pendekatan melalui metode sustainable urban drainage systems (selanjutnya akan disebut sebagai SUDS). SUDS atau sistem drainase yang berkelanjutan
3
adalah teknik pengelolaan air dari berbagai sumber untuk berbagai keperluan, yang berbeda paradigma dengan sistem drainase konvensional. Metode ini berfokus pada pengendalian aliran air di permukaan tanah (air hujan) yang dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan melakukan peresapan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah (mempertimbangkan konservasi air), sebagai sumber air, fasilitas komunitas, potensi penataan ruang luar, serta pemanfaatan air lainnya (seperti bercocok tanam, estetika, dan sebagainya). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, penerapan SUDS di area pemukiman kumuh dan kurangnya pengelolaan air perlu dilakukan. Salah satu area yang memenuhi kriteria untuk perbaikan tersebut ialah di Srengseng, Jakarta Barat. Area tersebut dinilai kurang baik karena banyaknya pemukiman kumuh dimana kualitas infrastrukturnya dan kondisi rumah-rumahnya tidak memenuhi persyaratan suatu permukiman ideal. Contohnya seperti minimnya drainase yang tersedia, pembuangan sampah tidak pada tempatnya, dan pemanfaatan air tanah berlebihan. Menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di kecamatan Srengseng mencapai 46.795 jiwa dengan kepadatan penduduk 9.518,92 jiwa per km2 atau 87 jiwa per ha dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,9%. Penelitian dan perancangan ini ditujukan untuk menerapkan metode SUDS dalam upaya peningkatan kualitas hidup area tersebut.
4
Gambar 1.1 Kondisi Kawasan Srengseng Sumber: Data Olahan Pribadi., 2013
1.2
Masalah/Isu Pokok Jumlah penduduk yang tidak terkendali menyebabkan kurangnya area tempat tinggal yang memadai. Tempat tinggal bagi masyarakat haruslah mendukung
sehingga
dapat
meningkatkan
kualitas
hidup
mereka.
Pembangunan permukiman bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah dapat memecahkan masalah yang ada di kota Jakarta ini. Permbangunan permukiman dilaksanakan dengan memfokuskan pada penerapan dan pengelolaan sistem drainase perkotaan ini tepat sebagai solusi atas permasalahan berupa menurunnya kualitas air dimana air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan sehingga perlu dioptimalisasikan. Sistem drainase kota di Jakarta sekarang ini berupa sistem pengendalian bertumpu pada dua terusan yang melingkari sebagian besar wilayah kota. Terusan (banjir kanal barat dan banjir kanal timur) itu akan menampung semua arus air dari selatan dan dibuang ke laut melalui bagian-bagian hilir kota. Sustainable Urban Drainage Systems (SUDS) adalah metode optimasi yang terbukti efektif digunakan untuk memecahkan masalah-masalah seputar permukiman yang berdekatan dengan sumber air yaitu sungai Pesanggrahan. Pada penelitian ini, SUDS akan diterapkan sebagai solusi yang sesuai dan optimal, sehingga dapat mencapai lingkungan yang berkelanjutan.
5
1.3
Formulasi Masalah Formulasi permasalahan yang terdapat pada penelitian “Perancangan Kawasan Permukiman Melalui Pendekatan Sustainable Urban Drainage Systems di Srengseng Jakarta Barat” ialah sebagai berikut: 1. Apa wujud pengaplikasian metode tersebut ke dalam fungsi dan layout perancangan lingkungan dengan keterkaitannya terhadap bangunan? 2. Berapa hasil perhitungan dari input air hujan dan volume besar tampungan yang harus disiapkan? 3. Bagaimana penerapan konsep sustainable urban drainage systems pada area permukiman padat penduduk sehingga dapat menyelesaikan permasalahan tersebut? 4. Bagaimana mendesain kawasan permukiman di Srenseng dengan konsep sustainable urban drainage systems?
1.4
Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini ialah: • Teori urban • Srengseng (kawasan) • Sustainable Urban Drainage Systems • Water conservation.
1.5
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk merancang permukiman bertitik tolak pada sustainable urban drainage systems sehingga dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan ruang dan aktivitas agar dapat memberikan rasa nyaman. Selain itu, diharapkan dengan topik tersebut dapat menjadi contoh untuk
6
pembangunan-pembangunan selanjutnya sehingga kota Jakarta dapat menjadi kota layak huni. 1.6
Tinjauan Pustaka State of The Art dari pengaplikasian Sustainable Urban Drainage Systems The Effectiveness Of Bio-Pore As An Alternative Eco Drainage Technology To Control Flooding In Malang City (Case Study: Metro SubWatershed) dilakukan oleh Mustika Anggraeni, Gunawan Prayitno, Septiana Hariyani, and Ayu Wahyuningtyas, mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang tahun 2013. Permasalahan yang diangkat ialah bagaimana cara pengelolaan fungsi drainase sebagai bagian dari konsep pembangungan lingkungan berwawasan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji efektivitas penerapan bio-pori sebagai di drainase Metro di kota Malang dengan perbandingan metode non-bio-pori dengan penggunaan biopori. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut yakni kuantitatif dengan studi komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penggunaan bio-pori, air dapat ditampung dan diserap ke dalam tanah sebesar 54.846 m3/detik. An Innovative Sustainable Approach On Urban Drainage System Of Manado City ini dilakukan oleh Liany A. Hendratta, Febrina P.Y. Sumanti, dan Amos Kenda di Manado tahun 2010. Rumusan permasalahan penelitian ialah mengidentifikasi kondisi dan permasalahan sistem infrastruktur drainase yang ada. Tujuannya ialah untuk mengkonseptualisasikan desain inovatif dalam pencapaian sistem drainase yang berkelanjutan sehingga dapat mengatasi permasalahan drainase kota di sub-distrik Tuminting. Metode yang dipergunakan ialah kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan
7
sekunder dari lapangan. Hasil penelitian berupa saran penerapan 3 alternatif desain dimana ketiga desain tersebut dapat berguna sebagai pelayanan pokok drainase perkotaan yang berkelanjutan. Sistem drainase berkelanjutan tersebut tidak hanya untuk mengalirkan kelebihan air dari daerah perkotaan tetapi juga mendukung konservasi tanah dan air. Urban Water Ecosystem Services dilakukan oleh Anna Januchta-Szotak di Poznan University of Technology, Polandia tahun 2012. Rumusan permasalahan penelitian ialah mencapai
keseimbangan
pendekatan yang harus dilakukan untuk
ekosistem
perairan.
Tujuannya
ialah
untuk
memperbaiki kualitas kehidupan dan kualitas air kawasan perkotaan. Metode yang dipergunakan ialah kualitatif dengan pendekatan holistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dari retensi dan penjernihan air di suatu kawasan, restorasi aliran air, dan manajemen air hujan dapat menghasilkan suatu efek sinergi, mencegah banjir, meningkatkan iklim mikro, dan ketersediaan sumber air. Selain itu, budaya perairan dan estetika juga meningkatkan nilai kawasan dan kehidupan masyarakat. Sustainable Drainage Systems: An Integrated Approach, Combining Hydraulic Engineering Design, Urban Land Control And River Revitalisation Aspects Penelitian karya Marcelo Gomes Miguez, Aline Pires Verol, dan Paulo Roberto Ferreira Carneiro, mahasiswa Federal University of Rio de Janeiro, Brasil tahun 2012. Rumusan permasalahan yang dibahas ialah bagaimana cara pengelolaan air sehingga kota dapat terhindar dari banjir yang diakibatkan oleh minimnya sistem drainase dan pembangungan yang cepat. Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan kondisi pengaliran air sebagai revitalisasi kawasan perkotaan dan revitalisasi sungai, meningkatkan kualitas kehidupan komunitas.
8
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut yakni kuantitatif dengan pendekatan rasional berdasarkan data-data.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam penggunaan pengunaan metode hydrological dan hydraulic design dapat berfungsi dalam kondisi tertentu, sehingga memerlukan penelitian bermodel matematik lebih lanjut untuk mendapatkan pemecahan solusi keseluruhan. The Spread Of Sustainable Urban Drainage Systems For Managing Urban Stormwater: A Multi-Level Perspective Analysis dilakukan oleh Céline Patouillard dan Joëlle Forest, mahasiswa Université de Lyon, Prancis tahun 2011. Rumusan permasalahan yang diteliti ialah dari berbagai teknik pengelolaan air hujan, manakah yang lebih tepat untuk mengatasi permasalahan perkotaan seperti erosi permukaan tanah, banjir, gangguan lalu lintas dan aktivitas masyarakat. Tujuan penelitian tersebut ialah untuk membahas halangan dalam penerapan sistem drainase air yang berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan sistem drainase berkelanjutan belum dapat diimplementasikan secara lebih luas sebagai pelengkap maupun pengganti jaringan pembuangan limbah konvensional karena kurangnya kestabilan sosial pendukung penerapan metode tersebut. Pada penelitian ini (Perancangan Kawasan Permukiman Melalui Pendekatan Sustainable Urban Drainage Systems di Srengseng Jakarta Barat) akan membahas mengenai pengaplikasian sustainable urban drainage systems pada kawasan permukiman padat penduduk dengan menerapkan gabungan beberapa metode dari SUDS tersebut. Penelitian dilakukan di Srengseng, Jakarta
Barat.
9
10