Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Menurut Lowie dalam Koentjaraningrat (2000:5) seorang antropolog Amerika Serikat, kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan karena kreativitasnya sendiri melainkan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal dan informal. Kebudayaan Indonesia memang jauh berbeda dengan kebudayaan Jepang. Kebudayaan Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, mengenal agama yang berbeda-beda, mengenal berbagai logat dan bahasa yang sukar dipahami oleh orang yang tidak memakainya. Sedangkan kebudayaan, agama dan bahasa Jepang adalah seragam dan dipahami oleh semua orang Jepang dimanapun mereka tinggal. Jepang memiliki begitu banyak kebudayaan yang khas, dan dijaga hingga sekarang.
Gemba Kaizen merupakan filosofi dan budaya masyarakat Jepang
ditempat kerja dan sudah diakui efektifitasnya dalam meningkatkan daya saing perusahaan Jepang. Kaizen merupakan salah satu contoh kebudayaan orang Jepang dalam bekerja dan dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut Gemba Kaizen dalam Multiply, Inc (2008), gemba kaizen ini kebanyakan diterapkan di industri-industri berskala besar maupun kecil. Dengan menggunakan konsep kaizen tersebut Jepang mampu membuktikan bahwa Jepang telah menjadi salah satu negara industri yang maju.
1
Setelah Perang Dunia kedua, Jepang harus benar-benar mulai dari awal lagi. Baik manajer dan karyawan menghadapi tantangan baru setiap hari, yang berarti setiap hari ada kemajuan. Dalam berusaha, diperlukan kemajuan yang tidak ada akhirnya dan kaizen menjadi sikap hidup orang Jepang (Imai, 1992:5). Kaizen ditulis dalam bahasa Jepang dengan memakai huruf kanji 改 dan 善. 改 artinya adalah perubahan dan 善 artinya adalah baik. Jadi Kaizen adalah
perbaikan atau perubahan yang berkesinambungan dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan keluarga, dalam lingkungan sosial dan di tempat kerja. Apabila diterapkan di tempat kerja Kaizen berarti perbaikan berkesinambungan yang melibatkan semua orang di perusahaan, baik itu manajer ataupun karyawan. Filsafat kaizen berpandangan bahwa cara hidup kita dalam kehidupan sosial ataupun rumah tangga hendaknya berfokus pada perbaikan secara terus-menerus. Kaizen (改善) merupakan alat yang mempersatukan filsafat, sistem, dan alat untuk memecahkan masalah yang dikembangkan di Jepang selama 30 tahun pada suatu perusahaan, untuk berbuat lebih baik lagi. Kaizen ( 改 善 ) dapat dimulai dengan menyadari bahwa setiap perusahaan mempunyai masalah. Kaizen (改善) memecahkan masalah dengan membentuk kebudayaan perusahaan dimana setiap orang dapat mengajukan masalahnya dengan bebas (Imai, 1992:XViii). Konsep Kaizen ( 改善 ) sangat penting untuk menjelaskan perbedaan antara pandangan Jepang dan pandangan Barat mengenai manajemen. Perbedaan yang paling penting adalah Kaizen (改善) pada Jepang mengungkapkan cara berfikirnya orang Jepang yang berorientasi pada proses, sebaliknya pandangan barat berorientasi pada hasil kerja.
2
Gemba dalam bahasa Jepang berarti tempat yang sebernarnya atau tempat dimana kejadian terjadi. Dalam terminologi manajemen istilah ini digunakan untuk merujuk tempat kerja. Dalam manufaktur, biasanya digunakan untuk mengacu pada tempat kerja di pabrik. Gemba kaizen berarti mengamati, menemukan dan memecahkan masalah secara langsung di tempat kejadian pada saat itu juga (Imai, 1992:166). Menurut Indonesia Naik Peringkat Sebagai Tujuan Investasi Jepang dalam LKBN ANTARA (2007), sejak 1967 hingga 2007 total jumlah investasi Jepang mencapai sebesar 40 miliar dolar AS, dan hubungan perdagangan kedua negara masih memberikan surplus bagi Indonesia sebesar 14.2 milyar dolar AS. Survei terbaru Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menempatkan Indonesia di urutan kedelapan dari daftar negara tujuan investasi Jepang, yang berarti naik satu tingkat dari posisi sebelumnya. Kenaikan peringkat ini membuktikan Jepang menaruh kepercayaan terhadap upaya-upaya perbaikan iklim investasi di Indonesia. PT. Nippon Ceramics Indonesia merupakan perusahaan industri otomotif yang berasal dari Jepang yang terletak di kawasan Industri Cikarang. Perusahaan ini menghasilkan produk berupa filter penyaring emisi gas kendaraan bermotor, namun pada pertengahan tahun 2007 perusahaan tersebut mengalami masalah terhadap produk jadi tersebut. Setelah dilakukan tes melalui optical gauge, produk berupa filter tersebut tidak dapat berfungsi. Optical gauge merupakan sebuah alat untuk menguji kelayakan filter yang telah diproduksi. Hal ini jelas memberikan dampak yang berbahaya bagi kita semua apabila kondisi produk yang seperti ini tidak segera ditangani oleh perusahaan tersebut. 3
Akan tetapi, PT. Nippon Ceramics Indonesia berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan melakukan konsep gemba kaizen. Alasan perusahaan tersebut melakukan gemba kaizen adalah untuk menemukan penyebabnya dan dapat menanggulanginya secara permanen dengan biaya yang rendah. Ada dua macam pendekatan dalam memecahkan masalah, yaitu: a.
Pendekatan dengan inovasi, yang menerapkan teknologi dan berbiaya tinggi. Seperti : komputer canggih dan beberapa perangkat kerja lainnya yang disertai pembelanjaan dengan dana yang besar.
b.
Pendekatan dengan akal sehat, teknik-teknik sederhana yang tidak melibatkan banyak biaya. Pendekatan seperti ini dinamakan Kaizen.
Kaizen berarti penyempurnaan. Titik awal penyempurnaan adalah menyadari kebutuhan akan hal itu. Asalnya dari kesadaran akan adanya masalah. Apabila menyadari
adanya
masalah
berarti
menyadari
adanya
kebutuhan
akan
penyempurnaan. Kaizen mengutamakan kesadaran akan adanya masalah dan memberikan cara untuk mengidentifikasi masalah (Imai, 1992:9). Adapun teori mengenai kesempatan untuk melakukan kaizen pada suatu perusahaan menurut Liker (2006:309) dalam bahasa Inggris, yang berbunyi ”The inverse of a problem is an opportunity. It’s become a clise, it means we often dont deal with the fact that we have a problem. It could be realized if the organizational focuses in continous improvement (kaizen).” Artinya, ”setiap timbulnya masalah merupakan sebuah kesempatan. Ungkapan ini terbilang klise, terkadang kita tidak ingin menghadapi kenyataan bahwa kita memiliki masalah. Tetapi itu bisa menjadi
4
kenyataan apabila budaya organisasi (perusahaan) berorientasi kepada perbaikan berkesinambungan (kaizen).” Gemba kaizen terdiri dari beberapa unsur dalam penerapannya, yang penulis tulis dalam skripsi ini adalah unsur-unsur yang berkaitan pada kasus yang hanya terjadi di PT. Nippon Ceramics Indonesia. Adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: a. Lima aturan emas Lima butir aturan emas merupakan sekumpulan kata kunci dalam penerapan kaizen di gemba, lima aturan emas terdiri dari: 1. Pergi ke gemba 2. Periksa gembutsu 3. Temukan akar permasalahan 4. Lakukan penanggulangan sesaat 5. Standarisasi b. Kegiatan pasar pagi (Asaichi) Pasar pagi gemba umumnya digunakan untuk memperagakan produk cacat atau gagal dari hari sebelumnya, dengan cara ini penanggulangan dapat dipikirkan dan dijalankan. c. Empat M (4 M) Merupakan empat sumber daya yang perlu diperhatikan di gemba. yang terdiri dari Manusia, Mesin, Material dan Metode. d. Lima R (5R) Lima R (5R) merupakan singkatan dari lima istilah Jepang yang berkaitan dengan pemeliharaan tempat kerja. Lima langkah pemeliharaan tempat kerja 5
dalam bahasa Jepang disebut dengan 5S (Seiri, seiton, seisou, seiketsu, sitsuke). e. Standarisasi Bila terjadi kesalahan di gemba, seperti menghasilkan produk cacat atau mengecewakan konsumen, manajemen wajib mencari akar penyebabnya, mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan tersebut, dan mengubah prosedur kerja guna menghapuskan masalah tersebut.
Latar belakang dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui pengaruh penerapan gemba kaizen dalam penanggulangan masalah produk gagal yang terjadi di PT. Nippon Ceramics Indonesia, bagaimana gemba kaizen mampu menemukan penyebabnya, kemudian menanggulanginya secara permanen agar tidak terjadi hal yang serupa di kemudian hari.
1.2
Rumusan Permasalahan Dari data tersebut di atas menarik penulis untuk melakukan penelitian mengenai penerapan gemba kaizen di PT. Nippon Ceramics Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti mengenai penerapan gemba kaizen dalam menanggulangi masalah produk gagal yang terjadi di PT. Nippon Ceramics Indonesia.
1.3
Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti tentang penerapan gemba kaizen pada PT. Nippon Ceramics Indonesia. Dalam hal ini penulis akan membatasi permasalahan pada 6
penerapan gemba kaizen dalam menanggulangi masalah produk gagal yang terjadi di PT. Nippon Ceramics Indonesia, bagaimana penerapan gemba kaizen dapat menemukan penyebabnya, kemudian dapat menanggulanginya secara permanen.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui lebih dalam lagi mengenai gemba kaizen dan penerapannya dalam menanggulangi masalah produk gagal yang terjadi di PT. Nippon Ceramics Indonesia. Manfaat penelitian ini adalah penulis mengharapkan para pembaca dan pembelajar budaya Jepang lainnya memahami konsep gemba kaizen pada perusahaan Jepang dan peranannya dalam mencari penyebab, dan menanggulangi secara permanen setiap permasalahan produksi suatu perusahaan.
1.5
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan memaparkan fakta-fakta berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil survey langsung melalui wawancara dan kuisioner. Selain itu penulis juga menggunakan internet untuk mengumpulkan data penunjang, serta melakukan studi kepustakaan.
1.6
Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut :
7
Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai topik dari penelitian yang penulis lakukan meliputi latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang akan dipakai untuk menganalisis data-data yang dihasilkan dari lapangan. Teori yang akan penulis pakai adalah teori mengenai gemba kaizen dan unsur-unsur penerapannya khususnya yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi di PT. Nippon Ceramics Indonesia.
Bab 3 Analisis Data Bab ini merupakan analisis data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan kuisioner, kemudian penulis hubungkan dengan teori-teori yang sesuai untuk menjawab permasalahan penelitian ini yaitu penerapan gemba kaizen dalam menanggulangi produk gagal yang terjadi di PT. Nippon Ceramics Indonesia.
Bab 4 Simpulan dan Saran Bab ini berisi mengenai penarikan simpulan isi skripsi sebagai jawaban permasalahan penelitian. Disamping itu dimasukkan pula saran-saran untuk memajukan wawasan bagi pembelajar budaya Jepang khususnya mengenai manajemen Jepang yaitu gemba kaizen. 8
Bab 5 Ringkasan. Pada bab ini penulis akan membahas isi keseluruhan skripsi secara ringkas dan jelas, serta memberikan penjelasan singkat hasil dari penelitian yang penulis lakukan.
9