BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah penyebab kematian kanker
ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika Serikat terkena tumor ganas ovarium tipe epitel, dimana jumlah kasus baru dan angka mortalitas tumor ganas ovarium tipe epitel meningkat setiap tahunnya. Di Amerika Serikat pada tahun 2007 terdapat 22.430 kasus baru tumor ganas ovarium tipe epitel dan sebanyak 15.280 orang meninggal akibat tumor ganas ovarium tipe epitel. Angka kejadian tumor ganas ovarium tipe epitel di Indonesia berdasarkan data Badan Registrasi Kanker pada tahun 2006 mencapai 5,3%.1 Dari tahun 1989-1992 terdapat 1726 kasus kanker ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM, Jakarta dan 13,6% adalah tumor ganas ovarium tipe epitel. Pada umumnya penderita datang sudah dalam stadium II-IV (42,5%). Diketahui juga angka kematian akibat tumor ganas ovarium tipe epitel sebanyak 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi.2 Dari seluruh kanker keganasan ginekologi pada wanita ternyata tumor ganas ovarium tipe epitel mempunyai permasalahan yang paling besar dan angka kematiannya hampir mencapai separuh dari angka kematian seluruh keganasan ginekologik.Hal ini disebabkan tumor ganas ovarium tipe epitel tidak mempunyai gejala klinis yang khas pada awalnya
1
sehingga penderita tumor ganas ovarium tipe epitel datang berobat dalam keadaan stadium lanjut. Diperkirakan 70-80% tumor ganas ovarium tipe epitel baru ditemukan setelah menyebar luas atau telah bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan.3 Beberapa pemeriksaan dilakukan untuk mendiagnosa kanker pada stadium dini dan menurunkan kemungkinan kematian dari tumor ganas ovarium tipe epitel. Beberapa tes dilakukan untuk menemukan kanker pada beberapa orang, walaupun, tidak membuktikan hasil yang signifikan pada percobaan klinis bahwa penggunaan tes ini menurunkan resiko kematian kanker.4 Tumor marker yang biasa digunakan pada tumor ganas ovarium tipe epitel termasuk: CA-125 digunakan untuk membantu diagnosis, penilaian respon terhadap terapi dan monitoring untuk rekurensi; Alphafetoprotein (AFP) dan Beta-hCG digunakan untuk ovarian germ cell tumor, untuk menilai stadium, prognosis dan respon terhadap pengobatan; HE4 dapat digunakan untuk mendiagnosis tumor ganas ovarium tipe epitel pada wanita dengan gejala dan lebih sensitif daripada CA125, dan dapat juga digunakan untuk menilai respon terhadap pengobatan dan monitor rekurensi; Inhibin A & B adalah hormon yang secara normal diproduksi dari jaringan ovarian, namun dapat juga meningkat pada beberapa tipe dari tumor ganas ovarium tipe epitel (mucinous epithelial carcinoma, granulose cell tumors), dapat juga untuk menilai respon dari pengobatan dan monitor rekurensi; CEA dapat juga meningkat pada tumor jinak
2
ovarium tipe epitel dan dapat berguna untuk mengevaluasi respon terhadap pengobatan.5 Kisspeptin adalah penemuan yang relatif baru dalam kontrol hormon reproduksi, dan bisa dibilang penemuan paling penting dalam dekade terakhir di bidang reproduksi biologi. Sebelum diketahui mengenai Kisspeptin, mekanisme terjadinya
pubertas - sekresi gonadotropin
releasinghormone(GnRH) – tetap misteri. Dalam lima sampai enam tahun belakangan ini telah terjadi ledakan besar penelitian dan kemajuan besar dalam pemahaman kita tentang proses ini.5 Sebuah tim peneliti di Hershey, Pennsylvania awalnya diidentifikasi KiSS1, gen encoding Kisspeptin. Mereka memutuskan untuk nama gen ini sebagai pengakuan yang terkenal dengan sebutan KiSS cokelat Hershey. Pada tahun 2001, tiga kelompok independen menunjukkan bahwa G protein-coupled receptor 54 (GPR54) memiliki afinitas tinggi untuk Kisspeptin. Terobosan utama di bidang reproduksi datang pada tahun 2003, ketika dua kelompok menunjukkan bahwa GPR54 sangat penting untuk pubertas normal.6 Pengaruh Kisspeptin pada gonadotropin sekresi adalah melalui sekresi GnRH sebagai GnRH antagonis seperti acyline menghambat kemampuan Kisspeptin untuk menginduksi LH dan FSH.7 Baru-baru ini, produk gen KiSS (Kisspeptin) telah ditemukan menghambat metastasis berbagai tumor via mekanisme yang belum jelas, kemungkinan dengan mengikat reseptor G-protein, GPR54 (AXOR12 dan hoT7T175). GPR54 terletak pada kromosom 19p13,3, famili rodopsin
3
reseptor Gprotein. GPCR54 menginisiasi peningkatan Ca2+ intraselular dan inositol 1,4,5-trifosfat. Sekarang, reseptor in dikenal sebagai reseptor ini dikenal sebagai reseptor Kisspeptin (KiSS1) dengan 7 domain transmembran.8 Kisspeptin akan mengikat GRP54 untuk aktivasi Gαq sehingga terjadi inhibisi kemotaksis FBS, aktivasi ERK1/2, p38 MAPK, formasi serabut stres, fosforilasi kompleks adhesi fokal, penurunan aktivitas MMP, dan penurunan proliferasi sel pada reseptor transfektan. Becker et al. 2005 menunjukkan downregulasi proliferasi sel dan induksi apoptosis KiSS1 melaui GPR54.Dittmer et al. (2006) juga menunjukkan silens KiSS1 pada sel MDA-MB-231 dengan penurunan fosforilasi ERK1/2. Kotani et al. 2001) menunjukkan aktivasi GPR54 dengan fosforilasi oleh FAK dan membentuk kompleks adhesi fokal.9,10 Di Indonesia, belum ada penelitian yang membedakan KiSS1 pada tumor ganas ovarium tipe epitel dan tumor jinak ovarium tipe epitel. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dilakukan.
1.2.
Rumusan Masalah Dari paparan diatas maka diambil suatu rumusan masalah pada
penelitian ini “Apakah terdapat perbedaan ekspresi KiSS1 pada tumor ganas ovarium tipe epitel bila dibandingkan dengan tumor jinak ovarium tipe epitel? Sehingga dengan demikian diharapkan prognosa yang lebih
4
baik pada penderita tumor ganas ovarium tipe epitel agar dapat didiagnosa lebih dini.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan ekspresi imunohistokimia KiSS1 pada tumor ganas ovarium tipe epitel dibandingkan dengan tumor jinak ovarium tipe epitel. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia dan paritas. 2. Untuk
mengetahui
distribusi
frekuensi
sampel
penelitian
berdasarkan stadium tumor ganas ovarium tipe epitel. 3. Untuk mengetahui perbedaan rerata total skor Allred antara tumor ganas ovarium tipe epitel dengan tumor jinak ovarium tipe epitel. 4. Untuk mengetahui perhubungan ekspresi KiSS1 berdasarkan skor Allred dengan kejadian tumor ganas ovarium tipe epitel. 1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis Dapat diketahui bagaimana ekspresi gen KiSS1 pada jaringan ovarium penderita tumor ganas ovarium tipe epitel dan tumor jinak ovarium tipe epitel sebagai dasar pada penelitian selanjutnya.
5
1.4.2. Manfaat Metodologis Dapat diketahui bagaimana pemeriksaan ekspresi gen KiSS1 pada jaringan ovarium dengan pemeriksaan imunohistokimia. 1.4.3. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh data tentang bagaimana ekspresi gen KiSS1 pada jaringan ovarium penderita tumor ganas ovarium tipe epitel dan tumor jinak ovarium tipe epitel sehingga dapat menjadi landasan pilihan pemeriksaan dan mendiagnosis lebih spesifik.
6