BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak di olah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman (Purwono dan Purnawati, 2007). Pangan di kenal sebagai bahan pokok jika di makan secara teratur oleh suatu kelompok penduduk dalam jumlah cukup besar untuk menyediakan bagian terbesar dari konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan (Suhardjo, dkk., 1985). Dan menurut saya, pangan merupakan bahan-bahan pokok yang wajib di konsumsi oleh manusia dengan jumlah yang seimbang dan untuk memberikan energi pada tubuh. Secara nasional pangan pokok terbagi menjadi dua, yaitu pangan beras dan pangan non beras. Pangan beras adalah suatu kebutuhan bahan pangan dasar beras yang selalu di konsumsi manusia (Purba, 2016). Pangan non beras adalah suatu kebutuhan bahan pangan manusia selain beras, seperti: kelompok non beras padipadian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain. Pada penelitian ini yang di maksud dengan pangan non beras adalah pangan yang mengandung karbohidrat atau energi yang hampir sama dengan beras dan dapat
1 Universitas Sumatera Utara
2
menggantikan peran beras di masyarakat dan mendukung salah satu program kerja Dinas Ketahanan Pangan yaitu, diversifikasi bahan pangan sumber kalori kepada masyarakat. Di lihat dari Tabel 1.1 bahwa pangan non beras sumber kalori, antara lain: jagung, tepung terigu dan kelompok umbi-umbian. Tabel 1.1 Kandungan Pangan dalam Energi Per Gram No. Kelompok Pangan Energi Per Gram Karbohidrat Lemak 1 Beras 4,16 8,37 2 Jagung 4,03 8,37 3 Tepung terigu 3,78 8,37 4 Umbi-umbian 4,03 8,37 5 Kacang-kacangan 4,07 8,37 dan Biji-bijian 6 Daging 3,87 9,02 7 Telur 3,68 9,02 8 Ikan 4,11 9,02 9 Sayuran 3,57 8,37 10 Buah-buahan 3,60 8,37 11 Susu 3,87 8,79 12 Lemak dan minyak 8,84 13 Serba-serbi 4,00 9,00 Sumber: Depkes, 1995
Protein 3,82 2,73 3,59 2,78 3,47 4,27 4,36 4,27 3,47 3,36 4,27 4,00
Peningkatan produksi beras dan non beras dalam negeri dipengaruhi oleh ketersediaan input yang cukup. Input produksi, antara lain: lahan, tenaga kerja, modal dan teknologi. Menurut Suhardjo, dkk. (1985) ketersediaan pangan tergantung pada, antara lain: cukup lahan untuk menanam tanaman pangan, penduduk untuk menyediakan tenaga, uang untuk menyediakan modal pertanian yang diperlukan dan tenaga ahli terampil untuk membantu meningkatkan baik produksi pertanian maupun distribusi pangan yang merata. Lahan
merupakan salah satu indikator penting dalam pertanian. Banyaknya
asumsi yang mengatakan bahwa luas lahan yang cukup besar berakibat terhadap hasil produksi pertanian yang juga dapat meningkat. Tetapi penerapan pertanian
Universitas Sumatera Utara
3
dengan luas lahan tidak dapat digunakan lagi melihat konversi lahan pertanian tiap tahunnya meningkat di Kota Medan. Adapun luas lahan pertanian di Kota Medan tahun 2015 sebesar 5.456 ha dengan urutan terbesar terdapat di Kecamatan Medan Labuhan sebesar 1.187 ha, Medan Belawan sebesar 686 ha, Medan Tuntungan sebesar 681 ha, masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Kab. Deli Serdang sebesar 41.881 ha dan Kab. Simalungun sebesar 41.469 ha. Ketersediaan pangan berhubungan erat terhadap produksi, cadangan pangan, impor dan ekspor. Untuk produksi domestik pangan beras dan non beras di Kota Medan dapat di lihat pada Tabel 1.2 dimana padi sawah atau beras masih mendominasi lahan pertanian yang ada di Kota Medan dengan jumlah produksi sebesar 14.212 ton. Pangan non beras urutan ke dua yang paling banyak diproduksi adalah jagung sebesar 355 ha dengan jumlah produksi 1.419 ton dan ketela pohon sebesar 113 ha dengan jumlah produksi 2.838 ton. Tabel 1.2 Luas Panenan dan Jumlah Produksi Pertanian Menurut Jenis Tanaman Tahun 2015 Jumlah Produksi Jenis Tanaman Luas Panenan (Ha) (Ton) 1. Padi Sawah 3.373 14.212 2. Padi Ladang 3. Jagung 355 1.419 4. Ketela Pohon 113 2.838 5. Ketela Rambat 57 543 6. Kacang Tanah 86 82 7. Kacang Kedelai 8. Kacang Hijau 27 27 9. Sayur-Sayuran 1.233 11.813 10. Buah-Buahan 1.410 5.864 JUMLAH 6.654 36.798 Sumber: BPS Kota Medan dalam Angka 2016 Peranan stok/cadangan pangan merupakan salah satu cara yang paling umum untuk memelihara persediaan pangan yang tetap sepanjang waktu tertentu. Sistem
Universitas Sumatera Utara
4
penyimpanan pangan semacam itu membantu tercapainya paling sedikit lima tujuan untuk produksi pertanian. Ia membantu memelihara: (1) persediaan pangan tetap untuk konsumsi rumah tangga; (2) kecukupan pangan untuk memenuhi kebutuhan darurat yang disebabkan cuaca buruk, penyakit, dan serangan mendadak pada pangan oleh serangga dan rodensia; (3) cukup pangan biji untuk benih pada musim tanam berikutnya; (4) cadangan yang cukup untuk sistem perdagangan yang umum; (5) dan hasil pertanian dan harga pangan yang lebih mantap. Tujuan yang terakhir ini mungkin lebih mudah di capai melalui persediaan cadangan gabah nasional dan melalui kebijaksanaan harga dan perdagangan (Suhardjo, dkk., 1985). Menurut Ariani (2010) peningkatan penduduk menuntut adanya peningkatan ketersediaan pangan agar pangan yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pangan yang disediakan tersebut sesuai amanat UU Pangan harus sampai pada upaya pemenuhan kebutuhan pangan pada tingkat rumah tangga dan individu. Berdasarkan Teori Malthus adanya hubungan antara penduduk dan keterbatasan sumber alam/pangan, dengan bunyi “penduduk akan tumbuh menurut deret ukur sedangkan sumber pangan hanya akan berkembang menurut deret hitung”. Konsumsi pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan dengan mudah suatu wilayah termasuk tahan atau rawan pangan, di lihat dari penyebaran konsumsi pangan yang sampai pada masyarakat dan kandungan gizi masyarakat setempat. Konsumsi masyarakat yang tidak beragam memicu penurunan kualitas makanan aman, beragam dan berimbang. Pada Tabel 1.3 dapat di lihat tingkat konsumsi beras dan non beras di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
5
Tabel 1.3 Tingkat Konsumsi Beras dan Non Beras di Kota Medan Tahun 2016 No. Jenis Makanan Tingkat Konsumsi Gram/Kapita/Hari Kg/Kapita/Tahun 1 Padi (Beras) 245,74 89,69 2 Jagung Muda 8,35 3,05 3 Tepung Gandum (terigu) 24,82 9,06 4 Ubi jalar 3,45 1,30 5 Ubi kayu 5,89 2,15 6 Kentang 11,09 4,05 7 Sagu (Tepung sagu) 1,32 0,50 8 Lainnya (Tapioka dan Ubi 0,98 0,36 kayu gaplek) JUMLAH 301,64 110,16 Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, 2016 Konsumsi pangan karbohidrat paling tinggi masih ditempati komoditi beras dengan 89,69 kg/kapita/tahun. Konsumsi pangan kedua ialah tepung gandum (terigu) sebesar 9,06 kg/kapita/tahun dan kentang sebesar 4,06 kg/kapita/tahun. Peningkatan konsumsi non beras terhadap pangan yang banyak diperoleh dari impor dapat mematikan produksi domestik non beras lainnya. seperti tepung gandum yang merupakan urutan kedua pangan terbesar yang di konsumsi, padahal pada Tabel 1.2 bahwa gandum tidak diproduksi di Kota Medan sehingga dalam pemenuhan konsumsi tepung gandum di Kota Medan diperoleh dari impor. Kondisi tersebut dapat mematikan produksi ketela pohon yang merupakan produksi kedua terbesar di Kota Medan (pada Tabel 1.2). Analisis ketersediaan beras dan non beras dibutuhkan untuk dapat menentukan kebijakan di bidang pertanian, seperti: produksi bahan makanan dan distribusi, mengatasi permasalahan ketergantungan impor untuk pemenuhan ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan. Adanya asumsi, jika daerah-daerah sentra produksi pemasok pangan beras dan non beras untuk Kota Medan mengalami
Universitas Sumatera Utara
6
krisis pangan, maka Kota Medan akan terkena dampaknya dan dapat beresiko besar, seperti: jumlah komoditi beras dan non beras yang tersedia di pasar hanya sedikit tidak mampu memenuhi ketersediaan, harga yang melambung tinggi, status gizi masyarakat yang dapat terganggu, dll. Sehingga besar harapan di Kota Medan tingkat ketersediaan beras dan non beras sesuai standart Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan termasuk daerah tahan pangan. 1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah tingkat ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan sesuai standart?
2.
Berapa besar rasio antara ketersediaan beras dan non beras dengan konsumsi dan tingkat ketahanan komoditi beras dan non beras di Kota Medan?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk menganalisa tingkat ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan sesuai standart.
2.
Untuk menganalisa besar rasio antara ketersediaan beras dan non beras dengan konsumsi dan tingkat ketahanan komoditi beras dan non beras di Kota Medan.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat di petik dari penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
7
1.
Dari aspek teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengetahui tingkat ketersediaan beras dan non beras yang sesuai standart.
2.
Dalam aspek praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu pemerintah dalam mengetahui jumlah ketersediaan beras dan non beras yang harus dipenuhi di masyarakat.
3.
Dalam aspek informasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan acuan bagi pengambilan keputusan dan pembuat kebijakan dalam tingkat ketersediaan beras dan non beras.
1.5
Keaslian Penelitian
Manfaat yang dapat di petik dari penelitian ini adalah: 1.
Model penelitian : penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan tabel Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 2016.
2.
Variabel penelitian : penelitian ini menggunakan total ketersediaan komoditi beras dan non beras, rasio ketersediaan aktual beras dan non beras dengan ketersediaan AKG kota medan tahun 2016 dan rasio ketersediaan beras dan non beras dengan konsumsi di Kota Medan.
3.
Jumlah observasi/sampel (n) : penelitian ini menggunakan sampel jumlah penduduk Kota Medan pertengahan tahun 2017.
4.
Waktu penelitian : penelitian ini dilakukan pada tahun 2016
5.
Lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara