HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA CANDIREJO UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Diajukan untuk Ujian Akhir Program Pendidikan D III Kebidanan Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
OLEH RATIH ISWARDANI NIM. 0131686
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
1
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA CANDIREJO UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Ratih Iswardani (1), Widayati(2), Ninik Christiani(3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
INTISARI
Iswardani, Ratih. 2016; Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Tentang Hak-Hak Reproduksi pada WUS di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. D III Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Pembimbing I. Widayati, S.SiT., M.Keb., II. Ninik Christiani, S.SiT., M.Kes.
Latar belakang: Posisi WUS yang relatif lemah menempatkan mereka pada posisi marginal, sehingga mereka cenderung kurang berdaya, tidak memiliki power dan posisi tawar-menawar yang tinggi untuk mengaplikasikan hak-hak reproduksinya. Pemahaman WUS tentang hak reproduksi diperlukan agar WUS dapat menjaga dan memutuskan segala hal yang berhubungan dengan kesehatannya, sehingga tidak memberikan dampak yang merugikan seperti mengalami masalah dalam reproduksinya. Tujuan penelitian: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada WUS di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Desain penelitian: Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua WUS yang sudah pernah menikah di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 176 responden. Sampel diambil dengan teknik proportional random sampling dan didapat sebanyak 64 responden yang memiliki pasangan. Instrumen yang digunakan saat penelitian adalah kuisioner. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji kendall tau. Hasil penelitian: sebagian besar WUS memiliki tingkat pendidikan dasar sebanyak 49 responden (76,6%). Sebagian besar WUS memiliki pengetahuan cukup sebanyak 30 responden (46,9%). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hakhak reproduksi pada WUS di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang, dengan nilai p = 0,002. Simpulan: dalam penelitian ini pendidikan ibu berhubungan dengan pengetahuan sehingga diharapkan bidan lebih memberikan penyuluhan tentang hak-hak kesehatan reproduksi dengan cara lebih melihat dasar pendidikan ibu sehingga informasi yang disampaikan dapat dimengerti ibu. Kata Kunci : tingkat pendidikan, pengetahuan, hak-hak reproduksi pada WUS
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
1
THE CORRELATION BETWEEN EDUCATION LEVEL WITH KNOWLEDGE ABOUT REPRODUCTION RIGHTS OF FERTILE AGE WOMAN AT CANDIREJO VILLAGE, WEST BARAT DISTRICT SEMARANG REGENCY Ratih Iswardani (1), Widayati(2), Ninik Christiani(3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRACT Iswardani, Ratih. 2016; The Correlation Between Education Level with Knowledge about Reproduction Rights of Fertile Age Woman at Candirejo Village, West Barat District, Semarang Regency. Scientific Paper. D III Midwifery Academy of Ngudi Waluyo. Advisor I: Widayati,S.SiT., M.Keb., Advisor II: Ninik Christiani, S.SiT., M.Kes. Background: Weak position of Fertile Age Women places them on marginal position, so that they tend to have lack of power, and high position to apply their reproduction rights. Fertile Women’s understanding about reproduction rights is extremely required, so that Fertile Women can take care and decide everything about their health, so that it does not give bad impact like experiencing disorder in their reproduction. Purpose of research: Purpose of this research is to identify the correlation between education level with knowledge about reproduction rights of Fertile Age Women at Candirejo Village, West Ungaran District, Semarang Regency. Research design: This research used correlation design with cross sectional approach. The population of this research was all fertile age women who have ever got married at Candirejo Village, West Ungaran District, Semarang Regency as many as 176 respondents. The samples were taken with proportional random sampling technique and it got 64 respondents having a spouse. Instrument used questionnaires. Data was analyzed by using univariat analysis with frequency distribution and bivariate analysis with Kendall Tau test. Result of research: Most of the Fertile Age Women have elementary education level as many as 49 respondents (76.6%). Most of Fertile Age Women have sufficient knowledge as many as 30 respondents (46.9%). There is a significant correlation between education level with knowledge about reproduction rights of Fertile Age Women in Candirejo Village, Ungaran Barat District, Semarang Regency, with p-value = 0,002. Conclusion: In this research, the education of mother is related to knowledge, it is is expected for midwives to give counseling about reproduction health rights by seeing education level of mother so that information submitted can be understood by mothers. Keywords : education level, knowledge, reproduction rights of Fertile Age Women PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak dibahas dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan International Conference on Population and Development (ICPD), di Kairo, Mesir, pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi
tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi (Widyastuti, 2011). Hak-hak reproduksi meliputi sebagian hak-hak azasi manusia yang sudah diakui
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
2
kekuatan hukumnya baik secara nasional maupun internasional. Menurut hasil kesepakatan Konferensi Kependudukan dan Pembangunan Internasional (ICPD) di Kairo tahun 1994, hak-hak ini didasarkan pada pengakuan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, pengarahan anak, menentukan waktu kelahiran anak dan cara untuk mernperolehnya, serta hak untuk mencapai standar tertinggi kesehatan reproduksi dan seksual (Anonim, 2015). Masalah kesehatan reproduksi ini, walau telah memiliki landasan hukum yang kuat, namun dalam prakteknya terdapat kesenjangan antara prinsip-prinsip hukum dengan realitas sosial, karena hak reproduksi banyak dironai masalah relasi sosial. Kekuasaan WUS yang relatif lemah, menempatkaan mereka pada posisi marginal, sehingga mereka cenderung kurang berdaya, tidak memiliki power dan posisi tawarmenawar yang tinggi untuk mengaplikasikan hak-hak reproduksinya. Secara konseptual pemahaman WUS di pedesaan cukup memadai. Mereka berpendapat bahwa rahim sebagai alat reproduksi utama, tempat berlangsungnya proses pembuahan sampai terbentuknya janin. Persepsi lain tentang rahim, mereka kemukakan sebagai alat yang membedakan pria dan wanita. Hakikat wanita terletak pada rahim dan rahim yang subur akan mengangkat harkat martabat seorang wanita, sebab kalau rahimnya mandul akan menimbulkan kurang percaya diri pada seorang wanita (Hidayat, 2005). Sementara itu hubungan seks pada ibuibu berusia lebih dari 40 tahun hubungan berlangsung sebagai kewajiban tanpa mengetahui kondisi kesehatan atau kepuasan pribadi. Ketika suami memerlukan hubungan badan, umumnya ibu-ibu tidak menolak sekalipun ia sendiri, tidak berminat. Alasan tidak berani menolak antara lain tidak sesuai dengan ketentuan agarna, dosa, takut dikutuk malaikat, melanggar nasihat orangtua dan guru agama/ngaji serta takut suami marah. Konsep perkosaan menurut mereka, bila terjadi pemaksaan hubungan badan oleh pria terhadap yang bukan istrinya. Sepanjang pemaksaan itu dilakukan seorang suami walau istrinya menolak, maka kasus tersebut bukan
perkosaan, sebab hal itu sudah menjadi hak suami dan kewajiban istri (Hidayat, 2005). Hak atas kesehatan reproduksi termasuk hak mendapat informasi dan pendidikan yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi, hak atas kebebasan dan keamanan individu untuk mengatur kehidupan reproduksinya, termasuk untuk hamil dan tidak hamil. Selain itu, juga dijamin hak untuk hidup yaitu dibebaskan dari resiko kematian karena kehamilan, hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan, termasuk hak atas keterjangkauan informasi (Anonymous, 2005). Faktor yang mempengaruhi peranan wanita sebagai objek maupun subjek pembangunan kesehatan. Beberapa di antaranya adalah tingkat pendidikan wanita, status ekonomi, dan keterjangkauan serta mutu pelayanan kesehatan. Notoadmojo (2010) mengemukakan bahwa, “Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola berpikir seseorang. Apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi, maka cara berpikir seseorang lebih luas, hal ini ditunjukkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan sehari-hari.” Dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat dalam bertindak dan memilih pelayanan kesehatan yang tepat untuk dirinya. Wanita khususnya WUS seharusnya sangat memperhatikan kesehatannya termasuk kesehatan reproduksi karena wanita nantinya akan mengalami kehamilan. Bila kesehatan reproduksi diperhatikan tentu saja resikoresiko yang mungkin terjadi saat kehamilan dapat diperkecil. Data di Desa Candirejo bulan Oktober 2015 didapatkan 176 WUS Kemudian dilakukan wawancara pada 10 ibu di RW 6 RT 25, ada 3 ibu (30%) yang dimana pendidikannya 2 perguruan tinggi dan 1 SMA ketika ditanya tentang hak reproduksi mengatakan hak ibu untuk menjaga reprokdusinya seperti hamil, melahirkan dan berKB. 7 (70%) ibu yang pendidikannya 2 SMP dan 5 SMA menjawab hak untuk mempunyai anak saja. Secara teori hak-hak reproduksi ibu bermacam-macam termasuk hak untuk mengatur kehamilan, hak untuk bebas dari diskriminasi, hak akan informasi dan merencanakan keluarga. Pemahaman ibu tentang hak reproduksi diperlukan agar ibu
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
3
dapat menjaga dan memutuskan segala hal yang berhubungan dengan kesehatannya sehingga tidak memberikan dampak yang merugikan seperti mengalami masalah dalam reproduksinya. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada WUS di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua WUS yang sudah pernah menikah di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 176 responden. Sampel diambil dengan teknik proportional random sampling dan didapat sebanyak 64 responden yang memiliki pasangan. Instrumen yang digunakan saat penelitian adalah kuisioner. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji kendall tau. HASIL PENELITIAN Tingkat pendidikan wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Tabel 4.1. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang Persentase Pendidikan Frekuensi (%) Dasar 49 76,6 Menengah 13 20,3 Tinggi 2 3,1 Total 64 100,0 Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tingkat pendidikannya dasar sebanyak 49 responden (76,6%) dan tinggi sebanyak 2 responden (3,1%). 1. Pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang Persentase Pengetahuan Frekuensi (%) Kurang 8 12,5 Cukup 30 46,9 Baik 26 40,6 Total 64 100,0 Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden cukup sebanyak 30 responden (46,9%) dan baik sebanyak 26 responden (40,6%). 2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Tabel 4.3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tingkat Pendidikan
Dasar Menengah Tinggi Jumlah
Pengetahuan Kura Cukup ng f % F % 8 16,3 26 53,1 0 0 4 30,8 0 0 0 0 8 12,5 30 46,9
τ Baik f 15 9 2 26
p
Total
% f % 30,6 49 100,0 69,2 13 100,0 100,0 2 100,0 40,6 64 100,0
0.366 0,002
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang pendidikannya dasar pengetahuannya baik sebanyak 15 responden (30,6%), responden yang pendidikannya menengah sebagian besar pengetahuannya baik sebanyak 9 responden (69,2%) dan yang pendidikannya tinggi semua pengetahuannya baik sebanyak 2 responden (100,0%). Berdasarkan uji kendal tau nilai p 0,002 ≤ 0,05 yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan keeratan hubungan 0,366 yang artinya hubungan kedua variabel dalam tingkat rendah.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
4
PEMBAHASAN 1. Tingkat pendidikan wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar WUS tingkat pendidikannya dasar sebanyak 49 responden (76,6%). Pendidikan responden pada penelitian ini kebanyakan pada kategori dasar yaitu berpendidikan SD dan SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2011). Pendidikan menengah sebanyak 13 responden (20,3%) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah pendidikan umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan ( MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan pada penelitian ini juga ada yang menegah dan tinggi sehingga bervariasi. Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yang mendasari sikap dan perilaku seseorang terutama dalam pemeliharaan kesehatannya. Pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang dimana kebanyakan pendidikan ibu dasar sehingga pola pikirnya masih terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya juga. Namun walaupun demikian pendidikan tidak hanya diperoleh dari jenjang pendidikan formal dapat juga informal. Menurut Wahyu Ningnitis (2010), tingkat pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif dalam membentuk manusia seutuhnya agar manusia menjadi sadar akan dirinya dan dapat memanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan taraf hidup. Supaya dapat berfungsi demikian, manusia memerlukan pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi dan dapat mandiri melalui pendidikan. 2. Pendidikan tinggi sebanyak 2 responden (3,1%). Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang di seleggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka. Akademi menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni tertentu. Tingkat pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif dalam membentuk manusia seutuhnya agar manusia menjadi sadar akan dirinya dan dapat memanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan taraf hidup. Supaya dapat
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
5
berfungsi demikian, manusia memerlukan pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi dan dapat mandiri melalui pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan Asiah M.D tahun 2013 dengan judul hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi PUS di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh didapatkan hasil sebagian besar PUS sudah memiliki pengetahuan yang baik tetapi kesadaran untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya masih kurang dan belum mengetahui apa yang harus dilakukan apabila mengalami gangguan pada kesehatan reproduksinya dan penelitian Yuly Sulistyorini (2013), dengan judul peningkatan peran wanita di masyarakat terhadap hak reproduksi pada wanita usia subur di Kota Surabaya dengan hasil penelitian adanya hubungan antara tingkat pendidikan perempuan dan tingkat pendidikan suami dalam hak reproduksi wanita usia reproduksi di Surabaya. 3. Pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar menunjukan pengetahuan responden cukup sebanyak 30 responden (46,9%) dan baik sebanyak 26 responden (40,6%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan responden tentang hakhak reproduksi pada penelitian ini sebagian besar cukup disebabkan responden menapatkan informasi dari tenaga kesehatan informasi lain didapatkan responden dari media seperti iklan di televisi mengenai hakhak reproduksi. Menurut Notoadmojo (2010), informasi yang diperoleh seseorang baik dari media massa dan elektronika dapat menambah pengetahuan orang tersebut mengenai obyek tertentu. Pengetahuan pada penelitian ini masih ada yang kurang disebabkan responden kurang mendapatkan informasi sehingga pengetahuan ibu kurang. Selain itu penyerapan informasi yang kurang dan lingkungan yang kurang mendukung di sekitar ibu dapat mempengaruhi pengetahuan ibu seperti pengalaman keluarga yang tentang hak-hak reproduksi. Menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. Hasil penelitian banyak yang cukup dan baik disebabklan lokasi penelitian berada tidak terlalu pelosok pedesaan dan cenderung dekat perkotaan dimana akses informasi mudah didapatkan, selain itu fasilitas kesehatan juga terjangkau, masyarakatnya terbuka terhadap informasi sehingga pengetahuan responden cenderung meningkat. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Surati (2014), dengan judul gambaran pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit sistem reproduksi bagi PUS dan remaja putri yang bermukim di sekitar Kampus IAIN Ambon dimana hasilnya tingkat pengetahuan rata-rata 42,8% responden yang mampu menjawab benar dan sikap ibu PUS rata-rata 48,8% responden yang mampu menjawab ya. Tingkat pengetahuan rata-rata 56% responden yang mampu menjawab benar dan sikap remaja putri rata-rata 58% responden yang mampu menjawab ya. Pengetahuan ibu PUS dan remaja putri 32% ibu-ibu yang mengetahui cara mengatasi
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
6
penyakit sistem reproduksi dan 36% remaja putri yang mengetahui menagatasi penyakit sistem reproduksi. 4. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Hasil penelitian responden yang pendidikannya dasar sebagian besar pengetahuannya baik sebanyak 15 responden (30,6%), responden yang pendidikannya menengah sebagian besar pengetahuannya baik sebanyak 9 responden (69,2%) dan yang pendidikannya tinggi semua pengetahuannya baik sebanyak 2 responden (100,0%). Pendidikan formal dan non formal juga ikut memberikan banyak manfaat dalam peningkatan pengetahuan dimana seseorang yang pendidikannya cukup akan lebih mudah menyerap informasi sehingga membantu seseorang dalam memutuskan perilaku kesehatannya. Pendidikan dapat menjadi penghambat seseorang dalam menerima informasi Wawan & Dewi (2010), pendidikan menengah dan tinggi membantu responden dalam menyerap informasi yang diberikan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2010), pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah citacita tertentu yang menentukan manusia berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalkan hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Machfoedz, et al (2008) cara orang mengungkapkan apa-apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban baik lisan atau tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu stimulus yang dapat berupa pertanyaan lisan maupun tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi apabila mampu mengungkapkan sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar. Demikian juga bila seseorang hanya mampu menggunakan sedikit informasi dari suatu objek dengan benar maka dikategorikan berpengetahuan rendah tentang objek tersebut. Pengetahuan seseorang diperoleh melalui hasil praktek penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut diperoleh dengan cara mengingat atau mengenal informasi yang ada pada objek tersebut. Hasil penelitian didukung penelitian oleh Nur Bayti Ikhsanita tahun 2013 dengan judul hubungan karakteristik ibu dari WUS dan lingkungan masyarakat dengan kejadian perkawinan usia dini Di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Bulan Januari-Maret Tahun 2013 dengan hasil penelitian beberapa faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia dini di Kecamatan Guntur adalah agama ibu dari WUS (p=0,04), pengetahuan kesehatan reproduksi ibu dari WUS (p=0,001), agama ibu dari dan budaya perkawinan ibu dari WUS (p=0,001). Dan faktor yang tidak berhubungan yaitu media massa / informasi (p=0,73), pendidikan ibu dari WUS (p=0,10) dan sosial ekonomi ibu dari WUS (p=1,00), dan faktor lingkungan masyarakat yaitu budaya perkawinan dalam masyarakat (p=0,10) dan penelitian oleh Asiah M.D tahun
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
7
2013 dengan judul hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi PUS di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dimana hasilnya sebagian besar PUS sudah memiliki pengetahuan yang baik tetapi kesadaran untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya masih kurang dan belum mengetahui apa yang harus dilakukan apabila mengalami gangguan pada kesehatan reproduksinya. Tingkat pendidikan PUS berpengaruh positif terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi dengan nilai r=0,533 > r table = 0,159 (N=144) dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian juga didukung penelitian oleh Yuly Sulistyorini (2013), dengan judul peningkatan peran wanita di masyarakat terhadap hak reproduksi pada wanita usia subur di Kota Surabaya yang hasilnya ada hubungan antara pemberdayaan perempuan dalam hak reproduksi wanita pasangan usia subur di Surabaya (p = 0,008). Uji Chi Square dalam status wanita di keluarga dan masyarakat menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan perempuan dan tingkat pendidikan suami dalam hak reproduksi wanita usia reproduksi di Surabaya. KESIMPULAN 1. Tingkat pendidikan WUS sebagian besar dasar sebanyak 49 responden (76,6%). 2. Pengetahuan responden sebagian besar cukup sebanyak 30 responden (46,9%). 3. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi pada wanita usia subur di Desa Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang (p 0,002). SARAN 1. Bagi Responden Responden yang masih kurang dan cukup pengetahuannya diharapkan meningkatkan pengetahuan dengan mencari sumber informasi baik dari tenaga kesehatan maupun media massa sehingga pengetahuannya dapat meningkat. 2. Bagi Bidan Bidan diharapkan lebih memberikan penyuluhan tentang hak-hak
kesehatan reproduksi dengan cara lebih melihat dasar pendidikan ibu sehingga informasi yang disampaikan dapat dimengerti ibu. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian yang terkait tentang faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang hak-hak kesehatan reproduksinya seperti informasi, umur dan pekerjaan ibu. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi dan Ubbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rhineka Cipta : 2011. Amiruddin, M. Kesehatan dan Hak Reproduksi Perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan : 2003. Arikunto, S. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. Rhineka Cipta : 2006. BKKBN. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. Jakarta : 2010. Departemen Pendidikan Nasional. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2012. Dewantara. Ki Hadjar Dewantara, Ayahku, Jakarta: 2010. Gunawan. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta : 2011. Hidayat. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika : 2010. Kartono Muhammad. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika : 2008. Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta : 2010. Nugroho, Taufan. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta : Nuha Medika : 2010. Paris & Cuningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. Proverawati. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika : 2009. Riwidikdo. Statistik Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cendika Press : 2009 . Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta : 2012.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HAK-HAK REPRODUKSI PADA WANITA USIA SUBUR
8