ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT, KLAPANUNGGAL, BOGOR
DWI YUNI ATIK
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015
Dwi Yuni Atik NIM I34110012
ABSTRAK DWI YUNI ATIK. Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN. CSR merupakan bentuk kontribusi perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat partisipasi penerima program UMKM, efektivitas program UMKM, taraf hidup penerima program UMKM, hubungan antara tingkat partisipasi dengan efektivitas program UMKM, efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program, dan tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima program UMKM. Penelitian ini menggunakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi penerima program UMKM tergolong non-participation, efektivitas program UMKM tergolong tinggi dan taraf hidup penerima program UMKM mayoritas rendah. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan efektivitas program UMKM, kemudian juga antara efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program. Selain itu terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima program UMKM. Kata kunci: partisipasi, efektivitas program UMKM, taraf hidup, CSR
ABSTRACT DWI YUNI ATIK. The Analysis of participation level and strandard of living of the beneficaries of UMKM PT ITP program at Lulut Village, Klapanunggal, Bogor. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN. CSR is a kind of the company contribution to increase the welfare of the society. This study tried to analyze the beneficaries’s participation level of UMKM program, the effectiveness of the UMKM program, the beneficaries’s standard of living of UMKM program, the correlation between the participation level and the effectiveness of the UMKM program, the effectiveness of the UMKM program with the standard of living of the program beneficiaries, and the participation level with the standard of living of the UMKM program beneficiaries. This study uses the combination of quantitative and qualitative approaches. The results show the beneficaries participation level of UMKM program is classified to non-participation, the effectiveness of UMKM program is relatively high, and the standard of living of the UMKM program beneficaries is mostly low. There is a correlation between the participation level with the effectiveness of the UMKM program, and between the effectiveness of the UMKM program with the standard of living of the program beneficiaries. There is also a correlation between the participation level with standard of living of the UMKM program beneficaries. Keywords: participation, UMKM program efectiveness, standard of living, CSR
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM UMKM ITP DI DESA LULUT, KLAPANUNGGAL, BOGOR
DWI YUNI ATIK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor” ini dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Sukirman dan Ibunda Sarini atas doa, kasih sayang dan perjuangan untuk penulis, kakak tercinta Rini Utami, serta kepada Adi Kurniawan atas dukungan dan doanya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai pembimbing yang dengan sabar membimbing, memberikan saran, masukan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan hingga penyelesaian laporan skripsi ini. Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir Murdianto, MS sebagai dosen penguji utama dan dosen uji petik, Martua Sihaloho, Sp, MSi sebagai dosen penguji perwakilan departemen, serta Ir Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen uji petik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada PT Indocement Tunggal Prakarsa yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian mengenai program CSR di salah satu desa binaan. Pemerintah Desa Lulut beserta masyarakat Desa Lulut penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang telah membagi cerita, pengalaman hidup serta ilmu kepada penulis. Tidak lupa ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman SKPM 48, terutama kepada Ike Rosmanita, Indah Erina Priska, Maria Magdalena Bagariang, Fitri Hilmi Hikmayanti, Nur Apriyani dan Qoyyimal Jauziyah atas semangat yang diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2015 Dwi Yuni Atik
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka
7 7
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis Penelitian
14
Definisi Operasional
15
PENDEKATAN LAPANGAN
19
Metode Penelitian
19
Lokasi dan Waktu Penelitian
19
Teknik Pengambilan Responden dan Informan
20
Teknik Pengumpulan Data
21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
22
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, PROGRAM CSR DAN LOKASI PENELITIAN 23 Profil Perusahaan
23
Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
27
Profil Desa Lulut
31
Ikhtisar
35
PROGRAM UMKM
37
Perencanaan
37
Pelaksanaan
38
Manfaat Program
39
Evaluasi
39
Ikhtisar
39
TINGKAT PARTISIPASI, EFEKTIVITAS PROGRAM UMKM, DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM 41 Tingkat Partisipasi Penerima Program
41
Efektivitas Program
46
Taraf Hidup Penerima Program UMKM di Desa Lulut
52
Ikhtisar
53
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI, PROGRAM UMKM, DAN TARAF HIDUP
EFEKTIVITAS 55
Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program dengan Efektivitas Program UMKM 55 Hubungan Efektivitas Program UMKM dengan Taraf Hidup Penerima Program 56 Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program UMKM dengan Taraf Hidup Penerima Program 58 Ikhtisar SIMPULAN DAN SARAN
59 61
Simpulan
61
Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
65
RIWAYAT HIDUP
85
DAFTAR TABEL 1
P erbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program.
10
engukuran skor tingkat partisipasi
15
engukuran skor efektivitas program
16
endekatan penelitian
20
enis dan metode pengumpulan data
21
2
P
3
P
4
P
5
J
6
D esa Lulut berdasarkan Dusun, RW, dan RT
32
7
J umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009 dan 2013
32 J
8 umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan pendidikan tahun 2009 dan 2013
32
9
J umlah dan persentase masyarakat Desa Lulut berdasarkan tingkat kesejahteraan tahun 2005
33
10
J umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan etnis dan jenis kelamin tahun 2009.
33
11
J umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan Agama dan jenis kelamin tahun 2009
34
12
L aju perubahan penggunaan lahan di Desa Lulut tahun 2008
35
13
J umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi tahun 2014
41
14
P erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan tingkat partisipasi tahun 2014
42 J
15 umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan program, tahun 2014 16
43 J
umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program, tahun 2014
44
17
J umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan manfaat program, tahun 2014
18 umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi program, tahun 2014 19 umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program, tahun 2014 20 erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan efektivitas program UMKM tahun 2014
45 J
46 J
47 P
48
21
J umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat manfaat program, tahun 2014
49
22
J umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat kesesuaian program, tahun 2014
49 J
23 umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat keberlanjutan program, tahun 2014
50
24
J umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat pemberdayaan, tahun 2014
51
25
S kor taraf hidup dan kategori penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tahun 2014
53
26
J umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan taraf hidup, tahun 2014
27
53 J
umlah dan persentase penerima prgram UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi dan efektivitas program tahun 2014 28 umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement
56 J
Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program dan taraf hidup tahun 2014
57
29
J umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi dan taraf hidup tahun 2014
58
DAFTAR GAMBAR 1
K erangka pemikiran
14
truktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa
26
2
S S
3 truktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup
29
4
P ersentase penerima program berdasarkan tingkat partisipasi dalam program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tahun 2014.
42
5
P ersentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program, tahun 2014
47
DAFTAR LAMPIRAN 1
J adwal pelaksanaan penelitian
65
ketsa Desa Lulut
66
nggota penerima program UMKM di Desa Lulut
67
2
S
3
A
4
H asil penghitungan skor taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa
68
asil uji korelasi Rank Spearman
69
okumentasi
71
uesioner
72
anduan Pertanyaan Wawancara Mendalam
77
ulisan tematik
80
5
H
6
D
7
K
8
P
9
T
63
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia telah dimulai sejak masa pemerintahan kolonial Belanda, ini tidak berselang lama dari revolusi industri yang terjadi di Inggris pada akhir abad ke-19. Sejak saat itu mulai berdiri pabrik-pabrik di Indonesia mulai dari pabrik yang berskala kecil, menengah, hingga berskala besar. Beberapa dasawarsa silam, investasi pembangunan pabrik berskala besar masih terkonsentrasi di kota-kota besar tempat pusat-pusat pemerintahan berada. Belakangan ini, para investor mulai melirik daerah pedesaan untuk menanamkan investasi. Hadirnya industri-industri tersebut berdampak pada perubahan kehidupan masyarakat pedesaan. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan di sektor pertanian yang selama ini telah menjadi tumpuan hidup masyarakat lokal bisa jadi semakin sempit. Sebagai alternatif pilihan, masyarakat lokal mencoba untuk menjadi karyawan di salah satu perusahan yang berdiri di daerahnya tersebut dengan modal pendidikan yang rendah dan kemampuan industrial yang kurang memadai. Keberadaan industri-industri di pedesaan seharusnya mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal, namun kenyataannya karyawan yang dipekerjakan lebih banyak dan bahkan didominasi oleh masyarakat yang berasal dari luar daerah yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari masyarakat setempat. Posisi-posisi tinggi dalam perusahaan pun banyak diisi oleh masyarakat pendatang. Hal ini berarti perusahaan telah gagal dalam menyerap tenaga kerja lokal secara maksimal. Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, perusahaan yang memanfaatkan kekayaan sumber daya alam mempunyai kewajiban untuk memberdayakan masyarakat sekitar tersebut melalui program Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR). Sebagaimana yang terdapat pada Undang-undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab V pasal 74, perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan (UUPT 2007). Berdasarkan aturan yang terdapat pada UU-PT tersebut berarti setiap perusahaan wajib menganggarkan dana perusahaannya untuk mendanai kegiatankegiatan untuk pemberdayaan masyarakat. Adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat dari perusahaan ini diharapkan masyarakat yang tidak mampu mengakses manfaat keberadaan perusahaan secara langsung -dalam hal penyerapan tenaga kerja- bisa mendapatkan manfaat atas keberadaan perusahaan secara tidak langsung melalui keikutsertaan mereka dalam program pemberdayaan tersebut. Berdasarkan UU no 5 tahun 1984 tentang Perindustrian (UU Perindustrian 1984) pembangunan industri di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mendorong adanya teknologi tepat guna, meningkatkan kemampuan masyarakat golongan ekonomi lemah, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja, serta meningkatkan pembangunan daerah. Berdasarkan UU tersebut berarti melalui
2 pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, keberadaan perusahaan harus mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya masyarakat penerima program. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Zainal yang dikutip dalam Laporan akhir studi mengenai persepsi masyarakat desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP; IPB 2011), bahwa pertama, CSR merupakan komitmen bisnis. Kedua, CSR berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat. Ketiga, karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas, pemerintah dan keseluruhan merupakan dimensi-dimensi yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan CSR. Selain itu, pelaksanaan CSR oleh perusahaan juga harus memperhatikan prinsip Triple Bottom Line milik John Elkington yang dikutip oleh Hadi seperti dikutip oleh Saputra (2012). Prinsip Triple Bottom Line ini terdiri dari profit, people dan planet. Menurut pendekatan ini, perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi juga harus berkontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan menjaga kelestarian lingkungan hidup (planet). Akan tetapi kenyataannya banyak perusahaan yang melaksanakan program CSR-nya hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban atau untuk menjaga citra perusahaannya saja. Lebih parahnya lagi setelah terjadi konflik dengan masyarakat lokal, perusahaan baru melaksanakan program CSR. Akibatnya, banyak program pemberdayaan dilaksanakan tanpa persiapan dan perencanaan yang matang. Banyak program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan tidak jarang pula program hanya bersifat top-down dalam arti masyarakat hanya melaksanakan program yang sudah “jadi”. Hal ini berarti masyarakat tidak dilibatkan untuk berpartisipasi penuh dalam keseluruhan rangkaian program, meliputi perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksanaan, hasil, dan evaluasi. Pelaksanaan program CSR yang tidak melibatkan partisipasi aktif dari masyarakatnya akan mengakibatkan program tersebut tidak dapat berkelanjutan dan terlebih akan sulit untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut. Misalnya saja PT Freeport Indonesia. Menurut hasil penelitian Anatan (2009), perusahaan ini menggunakan tanah adat untuk pertambangan sehingga hal ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan justru menghancurkan perekonomian rakyat. PT Indocement Tunggal Prakarsa. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, salah satu perusahaannya terletak di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Sebagai perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam untuk produksinya, PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki beberapa desa binaan yang wajib diberdayakan melalui program-program CSRnya. Salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah Desa Lulut yang terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Berdasarkan laporan akhir studi mengenai persepsi masyarakat desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa tahun (ITP; IPB 2011), penetrasi industri PT Indocement Tunggal Prakarsa selain menyebabkan peningkatan reit pertumbuhan penduduk, juga menggeser rumah tangga pertanian di 12 komunitas desa binaan termasuk Desa Lulut akibat konversi lahan pertanian di daerah tersebut. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat khususnya rumah tangga petani. Berangkat dari kondisi tersebut, keberadaan program CSR menjadi sangat penting dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat lokal secara aktif untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan. Terlebih
3 disaat terjadinya konflik diantara PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan masyarakat desa binaan, termasuk Desa Lulut. Disaat terjadi konflik atau pasca konflik, CSR memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan keharmonisan hubungan diantara perusahaan dan masyarakat. CSR juga berfungsi untuk mencegah terjadinya konflik diantara perusahaan dan masyarakat. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pemberian kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam setiap kegiatan atau pun program yang dilaksanakan oleh perusahaan. Melalui partisipasi aktif, akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) pada diri masyarakat sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan efektif dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Maka dari itu, menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai sejauh mana tingkat partisipasi penerima program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa mampu meningkatkan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut? Masalah Penelitian Program Corporate Social Responsibility merupakan wujud tanggung jawab perusahaan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah operasi perusahaan melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. Salah satu program CSR yang dilaksanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah program UMKM. Setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk program UMKM, seharusnya melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam setiap tahapan program mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi program. Pada setiap tahapan program tersebut perlu dilihat bagaimana tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut? Selanjutnya dari pelakasanaan program CSR ini dapat dianalisis bagaimana efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keberadaan CSR adalah untuk memberikan manfaat kepada masyarakat desa binaan khususnya program UMKM yang diadakan untuk tujuan peningkatan taraf hidup masyarakat. Maka dari itu perlu dianalisis mengenai bagaimana taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut? Program CSR sudah seharusnya melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam setiap tahapan program, namun dalam kenyataannya tidak sedikit yang melibatkan masyarakat hanya sebagai formalitas saja, sehingga program yang dijalankan kurang efektif dan sesuai. Menurut Irwanto dan Prabowo (2010), partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penentu efektivitas program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga menjadi menarik untuk mengkaji sejauh mana hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut? Keberhasilan pelaksanaan suatu program CSR berhubungan dengan kondisi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang terlibat secara langsung dalam proses pelaksanaan program. Hubungan efektivitas program CSR dengan kondisi masyarakat ini sangat luas cakupannya, salah satunya yaitu bidang ekonomi yang hubungannya dengan taraf hidup masyarakat. Melihat kondisi perokonomian
4 masyarakat Desa Lulut saat ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan PT Indocement Tunggal Prakarsa karena hadirnya perusahaan ini telah menyebabkan perubahan mata pencaharian masyarakat yang awalnya mayoritas berada pada sektor pertanian, kini harus beralih ke sektor industri dan jasa karena konversi lahan pertanian yang terjadi (ITP; IPB 2012). Hal ini tentunya menyebabkan perubahan pula pada kondisi taraf hidup masyarakat Desa Lulut, kemudian melalui program CSR inilah tugas perusahaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Lulut. Sehingga pertanyaan yang diajukan yaitu sejauh mana hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut? Selanjutnya melalui pemberian ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pemberdayaan yang diadakan oleh CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang terlibat. Pertanyaan terakhir yang diajukan pada penelitian ini yaitu sejauh mana hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut? Tujuan Penelitian Penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam program UMKM CSR di Desa Lulut ini bertujuan untuk menganalisis lebih mendalam mengenai: 1. Tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut. 2. Efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. 3. Taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut. 4. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut. 5. Hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut. 6. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk banyak pihak, diantara lain: 1. Akademisi Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR dengan taraf hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan mengenai CSR dan taraf hidup. 2. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun dan mengambil keputusan berkaitan dengan program CSR yang dilaksanakan agar sesuai dengan
5 kebutuhan masyarakat dan dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya penerima program CSR. 3. Masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai program CSR yang beroperasi di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan masyarakat untuk lebih memahami keterlibatan dan peran mereka dalam program pemberdayaan tersebut.
6
7
PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Partisipasi 1. Definisi Partisipasi Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan. Menurut Arnstein (1969), partisipasi masyarakat merupakan istilah kategoris untuk kekuasaan warga negara yang merupakan redistribusi kekuasaan yang memungkinkan warga negara miskin ikut dalam proses politik dan ekonomi. Ikut serta dalam proses politik ini meliputi proses pengambilan keputusan, menetapkan tujuan dan kebijakan, melaksanakan program dan merasakan manfaat. Sedangkan Uphoff et al. (1979) menganggap partisipasi adalah sebuah istilah deskriptif yang menjelaskan keterlibatan banyak orang dalam situasi atau aksi yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka seperti pendapatan, rasa aman, dan penghargan diri. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dibedakan bahwa dalam memahami konsep partisipasi, Arnstein menekankan pada redistribusi kekuasaan kepada masyarakat miskin dalam proses politik dan ekonomi, sedangkan Uphoff et al. menekankan pada keterlibatan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Akan tetapi, dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya dengan partisipasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya dapat diukur dari kondisi taraf hidup masyarakat. 2. Tingkatan Partisipasi Keterlibatan masing-masing stakeholder dalam sebuah program CSR memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Menurut Kaho seperti yang dikutip oleh Kali (2011), partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat tahap, yaitu partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, partisipasi dalam proses pelaksanaan, partisipasi dalam pengambilan manfaat, serta partisipasi saat evaluasi. Tingkatan partisipasi menurut Kaho ini hampir sama dengan pandangan Uphoff et al. (1979) yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam implementasi, partisipasi dalam pemanfaatan, dan partisipasi dalam evaluasi. 1. Pengambilan keputusan (decision-making) atau tahap perencanaan Jenis partisipasi ini berpusat pada penggalian ide, perumusan pilihan, melakukan evaluasi pilihan-pilihan tersebut, dan pengambilan keputusan dari pilihan-pilihan tersebut, serta perumusan strategi untuk melaksanakan pilihan yang telah ditetapkan. 2. Implementasi (implementation) Masyarakat pedesaan dapat berpartisipasi dalam aspek pelaksanaan proyek melalui tiga cara, yaitu: kontribusi sumber daya, administrasi dan koordinasi, dan kegiatan program pendaftaran. Kontribusi sumber daya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti penyediaan tenaga kerja, uang tunai, barang-barang material, dan informasi. Semua masukan tersebut penting
8 untuk proyek-proyek yang berusaha untuk menggabungkan sumber daya lokal dalam pelaksanaannya. Partisipasi dalam administrasi dan koordinasi proyek merupakan cara dimana masyarakat dapat berpartisipasi sebagai karyawan lokal, atau sebagai anggota dari berbagai proyek penasehat atau pengambilan keputusan. Kemudian bentuk partisipasi dalam implementasi yang paling umum adalah dengan mendaftar dalam program. 3. Pengambilan manfaat (benefits) Partisipasi masyarakat untuk mendaftar ke dalam suatu proyek dapat menghasilkan paling tidak tiga manfaat yang mungkin, yaitu manfaat material, sosial, dan pribadi. Partisipasi dalam mendapatkan manfaat merupakan tujuan yang diinginkan, hal ini dapat terwujud melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi. Manfaat material pada dasarnya berupa barang-barang privat (private goods), misalnya peningkatan konsumsi, pendapatan, ataupun kepemilikan aset. Sedangkan manfaat sosial pada dasarnya adalah barang publik (public goods), misalnya pelayanan fasilitas seperti sekolah, klinik kesehatan, sistem irigasi, atau pembangunan jalan. Manfaat pribadi biasanya adalah yang paling diinginkan, namun seringkali tidak dapat tercapai karena manfaat ini cenderung hanya dapat dirasakan oleh anggota kelompok atau sektor yang mempunyai lebih banyak kekuatan sosial dan politik. 4. Evaluasi (evaluation) Partisipasi langsung atau tidak langsung dapat terjadi dengan evaluasi proyek-berpusat. Kemungkinan besar masyarakat setempat atau pemimpin lokal tidak akan berpartisipasi dalam mengevaluasi proyek, kecuali evaluasi secara khusus diatur dalam desain proyek. Aparat pemerintah mungkin akan dilibatkan dalam mengulas anggaran tahunan proyek, namun pada level lokal tidak ada yang dilibatkan. Berbeda dengan pendapat tersebut, Arnstein (1969) menganalisis tingkatan partisipasi masyarakat dengan menggunakan tipologi delapan tingkat partisipasi yang diatur dalam pola anak tangga dengan masing-masing anak tangga tersebut menggambarkan tingkat kekuasaan masyarakat dalam menentukan hasil akhir. Delapan anak yangga tersebut secara berurutan dari bawah ke atas yaitu manipulation, therapy, informing, consultation, placation, partnership, delegated power, dan citizen control. Delapan anak tangga ini menggambarkan tipologi tingkatan partisipasi sebagai berikut: 1. Nonparticipation (tidak ada partisipasi) Tipologi yang pertama ini ditempati oleh dua anak tangga terbawah yaitu manipulasi (manipulation) dan terapi (therapy). Dua tingkat nonpartisipasi ini telah didesain oleh beberapa orang untuk menggantikan partisipasi yang sesungguhnya. Tujuan sebenarnya bukan untuk memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan atau pelaksanaan program, tetapi hanya sekedar sosialisasi agar masayarakat tidak marah. 2. Degrees of tokenism (derajat penghargaan) Tingkat partisipasi yang menggambarkan adanya tingkat penghargaan adalah tingkat partisipasi pada anak tangga informasi (informing), konsultasi (consultation), dan placation. Tingkat informasi dan konsultasi, telah memungkinkan masyarakat miskin untuk mendengar dan didengar, namun mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk memastikan bahwa pandangan
9 mereka akan diperhatikan oleh mereka yang berkuasa. Ketika partisipasi dibatasi pada tahap ini maka tidak ada jaminan bagi masyarakat miskin dan masyarakat yang tidak punya kekuasaan untuk bisa mengubah keputusan. Tangga placation menggambarkan penghargaan pada tingkatan yang lebih tinggi. Tingkatan ini memungkinkan masyarakat miskin untuk menasehati atau berpendapat, namun keputusan tetap menjadi hak pemegang kekuasaan (powerholder). 3. Degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat) Tipologi tertinggi ini terdapat tiga anak tangga yaitu partnership, delegated power, dan citizen control. Anak tangga 6, Partnership, memungkinkan masyarakat untuk bernegosiasi dan terlibat tawar-menawar dengan pemegang kekuasaan tradisional. Anak tangga paling atas, yaitu delegasi kewenangan (anak tangga 7) dan kontrol masyarakat (anak tangga 8) memungkinkan warga negara miskin memperoleh kesempatan paling besar dalam pengambilan keputusan. Arnstein menjelaskan partisipasi ke dalam tipologi yang sifatnya bertingkat (hirearkhi) berdasarkan seberapa besar kekuasaan masyarakat untuk mempengaruhi pengambilan keputusan, sedangkan Uphoff et al. menjelaskan partisipasi ke dalam tahapan program, mulai dari tahap pengambilan keputusan hingga pada tahap evaluasi. Keduanya sama-sama dapat digunakan untuk menganalisis seberapa besar partisipasi masyarakat dalam sebuah program pembangunan, khususnya pada program CSR suatu perusahaan. Penelitian ini, penulis menggunakan analisis partisipasi dengan memadukan dari kedua pendapat tersebut. Penulis menggunakan analisis partisipasi dari Uphoff et al. untuk menganalisis pada proses mana saja partisipasi masyarakat dilibatkan dalam program CSR. Kemudian pada setiap proses tersebut dianalisis sejauh mana sejauh mana masyarakat dilibatkan untuk berpartisipasi dalam program CSR dengan melihat pada tipologi delepan tingkat partisipasi dari Arnstein yang meliputi nonparticipation (tidak ada partisipasi), degrees of tokenism (derajat penghargaan), dan degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat). penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1. Corporate Social Responsibility 1. Definisi Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud komitmen perusahaan kepada masyarakat yang berada di sekitar operasi perusahaan. Anatan (2009) menjelaskan konsep CSR menurut The World Business Council for Sustainable Development, yaitu CSR merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Kemudian menurut Nuryana yang dikutip oleh Anugrah (2013), CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
10 Tabel 1 Perbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program. Tingkat partisipasi Nonparticipation
Degrees of tokenism
Degrees citizen power
of
Tahap pengambilan keputusan Masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau hanya sekedar diminta hadir dalam perencanaan program tapi tidak diberi kesempatan untuk memberi pendapat. Masyarakat mempunyai kesempatan untuk mendengar, didengar, bahkan menasehati dan berpendapat pada proses perencanaan, namun pengambilan keputusan tetap berada di tangan pemegang kekuasaan. Masyarakat bernegosiasi dan terlibat tawarmenawar dengan pemegang kekuasaan, atau masyarakat memperoleh kesempatan paling besar dalam pengambilan keputusan saat perencanaan program.
Tahap implementasi
Tahap evaluasi
Masyarakat tidak dilibatkan dalam pelaksanaan program atau hanya sekedar diminta hadir dalam pelaksanaan program namun pelaksanaan tetap dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan.
Tahap pengambilan manfaat Masyarakat tidak ikut menikmati manfaat/hasil, atau pengambilan manfaat hanya sekedar agar masyarakat tidak marah.
Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program, namun kontribusinya masih sangat dibatasi (hanya sekedar melaksanakan intruksi dari pemegang kekuasaan).
Masyarakat mendapat kesempatan untuk memanfaatkan namun masih terbatas, manfaat terbesar masih berada di pihak pemegang kekuasaan.
Masyarakat mempunyai kesempatan untuk mendengar, didengar, bahkan menasehati dan berpendapat pada proses evaruasi.
Masyarakat bernegosiasi dan terlibat tawarmenawar dengan pemegang kekuasaan sehingga masyarakat dapat mempengaruhi pelaksanaan program, atau masyarakat memperoleh kesempatan paling besar dalam pelaksanaan program.
Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat seimbang dengan manfaat yang dirasakan oleh pemegang kekuasaan, atau masyarakat memperoleh kesempatan paling besar dalam pengambilan manfaat.
Masyarakat bernegosiasi dan terlibat tawar-menawar dengan pemegang kekuasaan, atau masyarakat memperoleh kesempatan paling besar dalam proses evaluasi.
Masyarakat tidak dilibatkan dalam evaluasi program atau hanya sekedar untuk formalitas saja
Sumber: Arnstein (1969) dan Uphoff et al. (1979)
Konsep CSR seringkali dihubungkan dengan konsep-konsep pemberdayaan karena perkembangan konsep CSR berkaitan dengan konsep-konsep pemberdayaan. Pardosi (2011) berpendapat bahwa dalam memahami CSR tidak dapat dilepaskan dari pemahaman tentang konsep Community Development (CD) karena pendekatan pelaksanaan pembangunan yang ada pada CD dapat juga diterapkan dalam program CSR. Penjelasan konsep CD ini, Pardosi menggunakan
11 penjelasan prinsip-prinsip CD dari Ife, antara lain pembangunan terintegrasi, penghargaan akan hak-hak azasi manusia, keberlanjutan harus memperhatikan keberlangsungan lingkungan, pemberdayaan merupakan tujuan pembangunan masyarakat, meningkatkan rasa percaya diri, proses terintegrasi, kooperatif, memaksimalkan partisipasi masyarakat dengan tujuan setiap orang dapat terlibat secara aktif sesuai kesanggupan masing-masing, sesuai kebutuhan, serta menjauhkan dari kejahatan. Sementara itu, van Marrewijk (2009) menjelaskan konsep CSR menggunakan konsep Corporate Sustainability (CS). van Marrewijk menganggap konsep CSR dapat disamakan dengan konsep CS, yaitu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Definisi pembangunan berkelanjutan juga dijelaskan oleh The Brundtland Comission seperti dikutip Rahmatullah (2011) yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berkaitan dengan dua konsep yang dapat dapat disamakan atau dapat digunakan untuk menjelaskan konsep CSR tersebut, CSR seharusnya tidak dipandang dari satu sisi saja, CD saja atau CS saja, melainkan harus menggunakan kedua konsep tersebut secara bersamaan karena sebenarnya CSR berkaitan dengan keduanya. Saat implementasi, program CSR harus dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip Community Development agar program yang diberikan efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu program CSR yang dilaksanakan haruslah mempertimbangkan keberlanjutan program (Corporate Sustainability) sehingga setelah perusahaan selesai melaksanakan programnya masyarakat tetap dapat merasakan manfaat yang diberikan dari program tersebut. Berkaitan dengan konsep CSR, Hadi menjelaskan mengenai konsep Triple Bottom Line milik John Elkington yang dikutip dalam Saputra (2012). Prinsip Triple Bottom Line ini terdiri dari profit, people dan planet. Menurut pendekatan ini, perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi juga harus memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan peduli terhadap kelestarian lingkungan (planet). Carroll seperti dikutip Solihin (2009) menjelaskan komponen-komponen tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu pertama, economic responsibilities yang berkaitan dengan tugas menghasilkan barang dan jasa untuk masyarakat secara menguntungkan. Kedua, legal responsibilities, masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku. Ketiga, ethical responsibilities, masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Keempat, masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka melalui berbagai program yang bersifat filantropis. 2. Efektivitas Program CSR Efektivitas program CSR merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan program CSR yang dapat diketahui dengan menggunakan beberapa indikator penilaian. Menurut Pardosi (2011), salah satu parameter penting untuk menilai keberhasilan program CSR adalah seberapa sinkron program CSR dengan program pembangunan yang dirumuskan oleh pemerintah. Akan tetapi menurut Prayogo dan Hilarius (2012) untuk mengukur tingkat keberhasilan korporasi
12 dalam upaya pengentasan kemiskinan sangat sulit untuk dilakukan apabila menggunakan indikator makro seperti indeks kemiskinan atau indeks pembangunan seperti yang digunakan oleh Worldbank, United Nation, ataupun Amartya Sen. Pengukuran tingkat keberhasilan peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan harus dilihat dalam indikator mikro, yaitu dengan melihat program pengentasan kemiskinan itu sendiri. Prayogo dan Hilarius (2012) menggunakan enam aspek penilaian efektivitas program CSR, aspek tersebut meliputi: a. Aspek manfaat: tingkat manfaat program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan pelayanan para penerima program berdasarkan tingkat kebutuhannya. b. Aspek kesesuaian: tingkat kesesuaian program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal. c. Aspek keberlanjutan: tingkat keberlanjutan program dapat dilakukan oleh penerima program jika bantuan selesai atau dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen. d. Aspek dampak: besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program. e. Aspek pemberdayaan: seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi atau majanemen. f. Aspek partisipasi: seberapa besar tingkat keterlibatan masyarakat lokal dalam program. PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki indikator tersendiri dalam menilai efektivitas program CSR yang dilaksanakannya yang melihat dari sisi tingkat kepuasan masyarakat. Tingkat kepuasan masyarakat dinilai berdasarkan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pelaksanaan program CSR yang dibagi ke dalam delapan unsur penilaian, yaitu sosialisasi sebelum implementasi program CSR, proses implementasi program CSR, sumberdaya staf CSR, jadwal dan jenis program CSR, pendanaan program CSR, unsur penunjang program CSR, dampak program CSR, dan keamanan di lingkungan PT ITP. Tingkat kepuasan masyarakat dihitung berdasarkan besarnya harapan masyarakat (tingkat kepentingan) dengan kenyataan yang terjadi (tingkat kinerja) dalam pengimplementasian program CSR (ITP; IPB 2011). Penulis menggunakan pendapat Prayogo dan Hilarius (2012) dalam menganalisis efektivitas program UMKM dan tidak menggunakan indikator efektivitas program yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa karena menurut penulis indikator efektivitas program CSR dari Prayogo dan Hilarius (2012) lebih mudah digunakan untuk menganalisis efektivitas program UMKM dibanding dengan indikator yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa. Selain itu, penulis tidak menemukan penjelasan yang lebih rinci mengenai cara pengukuran efektivitas program CSR yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa, sehingga penulis memutuskan untuk menggunakan indikator efektivitas program menurut Prayogo dan Hilarius (2012). Berdasarkan enam indikator untuk menilai efektivitas program CSR yang dikemukakan oleh Prayogo dan Hilarius (2012) tersebut, penelitian ini hanya menggunakan empat indikator yang meliputi aspek manfaat, aspek kesesuaian,
13 aspek keberlanjutan, dan aspek pemberdayaan. Aspek dampak tidak digunakaan karena akibat positif dari adanya program sudah tercakup ke dalam aspek manfaat. Kemudian, aspek partisipasi dalam penelitian ini juga tidak digunakan untuk menilai efektivitas program CSR karena berdasarkan hasil studi literatur, aspek partisipasi merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas program CSR. Seperti yang dijelaskan oleh Irwanto dan Prabowo (2010) bahwa efektivitas program CSR dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu latar belakang pendidikan responden, kemampuan responden dalam mengerjakan proses daur ulang, partisipasi responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan masyarakat sekitar, pencarian informasi tentang perlombaan, hubungan baik dengan perusahaan, dan peran aktif dari organisasi masyarakat. Taraf Hidup Salah satu tujuan diadakannya program CSR untuk masyarakat sekitar perusahaan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Owolabi dan Olu-Owolabi yang dikutip oleh Azimi (2013) menjelaskan mengenai kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia. Kriteria tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak, harus dilaksanakan dan dipenuhi sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga kelangsungan hidup. Pembahasan taraf hidup pada beberapa hasil penelitian sebelumnya berkaitan dengan variabel kesejahteraan dan variabel kemiskinan. Penelitian Lestari (2010) melihat taraf hidup menggunakan indikator kesejahteraan dari beberapa sumber yang berbeda, salah satunya yaitu BPS yang menjelaskan indikator kesejahteraan yang terdiri dari kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, serta sosial dan budaya. Berdasarkan indikator tersebut, Lestari (2010) mengukur taraf hidup menggunakan indikator tingkat pendapatan, kondisi tempat tinggal, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pemilikan aset. Selanjutnya Sugiharto (2007) menganalisis taraf hidup menggunakan indikator BPS yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan mendapat fasilitas transportasi serta kemudahan akses pendidikan. Berdasarkan berbagai indikator di atas, indikator yang digunakan untuk menganalisis taraf hidup masyarakat dalam penelitian ini yaitu pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, kondisi fasilitas tempat tinggal (yang terdiri dari jenis rumah, status rumah, sumber air bersih, daya listrik yang digunakan, bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari, sumber air bersih, dan kepemilikan barang elektronik), kesehatan keluarga, pendidikan keluarga, dan kepemilikan alat transportasi. Kerangka Pemikiran Program UMKM merupakan salah satu program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa yang termasuk ke dalam program pilar ekonomi. Tujuan dari program ini salah satunya adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa binaan khususnya penerima program UMKM. Taraf hidup masyarakat merupakan
14
Gambar 1 Kerangka pemikiran suatu kondisi yang dapat menggambarkan bagaimana kualitas hidup suatu masyarakat dilihat dari sisi ekonomi. Taraf hidup ini diukur menggunakan beberapa indikator yang kemudian menggolongkan masyarakat ke dalam kategori apakah taraf hidup rendah, sedang, atau tinggi. Taraf hidup tinggi berarti masyarakat telah mampu mengakses sumber daya yang ada sehingga mereka sejahtera. Sebaliknya, taraf hidup rendah berarti masyarakat tidak mampu mengakses sumber daya sehingga mereka tidak sejahtera. Seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut, efektivitas program CSR dan tingkat partisipasi masyarakat berhubungan dengan tingkat kemiskinan masyarakat. Efektifitas program UMKM, yang merupakan salah satu program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, merupakan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi program CSR yang dapat diukur dari nilai aspek manfaat, aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan, serta aspek pemberdayaan (Prayogo dan Hilarius 2012). Efektivitas program CSR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain meliputi latar belakang pendidikan responden, kemampuan responden, partisipasi responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan masyarakat sekitar, pencarian informasi, hubungan baik dengan perusahaan, dan peran aktif dari organisasi masyarakat (Irwanto dan Prabowo 2010). Berdasarkan beberapa faktor tersebut terdapat faktor partisipasi yang menentukan efektivitas program CSR. Tingkat partisipasi penerima program adalah tingkatan keikutsertaan penerima program UMKM dalam tahap-tahap pelaksanaan program UMKM. Peserta program dapat berpartisipasi pada proses pengambilan keputusan (perencanaan), implementasi, pengambilan manfaat, serta dalam proses evaluasi (Uphoff et al. 1979). Empat proses tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pada proses mana saja peserta program telah dilibatkan untuk berpartisipasi, sedangkan untuk mengetahui sejauh mana tingkatan partisipasi peserta program pada setiap proses tersebut, dapat digunakan analisis tipologi tingkatan partisipasi (Arnstein 1969) yang sifatnya hirearkhi dari nonparticipation (tidak ada partisipasi), degrees of tokenism (derajat penghargaan), hingga degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat).
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:
15 1. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka semakin tinggi efektivitas program UMKM. 2. Semakin tinggi efektivitas program UMKM maka semakin tinggi taraf hidup penerima program UMKM. 3. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka semakin tinggi taraf hidup penerima program UMKM. Definisi Operasional 1. Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi adalah persepsi atau penilaian responden terhadap keterlibatan mereka dalam program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tingkatan partisipasi yang dicapai penerima program diukur menggunakan tangga partisipasi Arnstein dari yang terendah sampai tingkat partisipasi tertinggi berturut-turut yaitu non-participation, degrees of tokenism, dan citizen control. Tingkatan partisipasi dilihat pada masing-masing tahapan program yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, dan tahap evaluasi. Setiap tahapan program terdiri dari tiga pernyataan dan masing-masing pertanyaan mewakili satu tingkatan partisipasi. Setiap pernyataan memiliki dua variasi jawaban, yaitu “tidak” dengan skor 1 dan “ya” dengan skor 2. Tabel 2 Pengukuran skor tingkat partisipasi
No
Partisipasi masyarakat
1 2
Tahap perencanaan Tahap pelaksanaan Tahap pengambilan manfaat Tahap evaluasi Skor tingkat partisipasi keseluruhan
3 4
Tangga partisipasi Arnstein (1969) NonCitizen Tokenism partisipation Control (sedang=2) (rendah=1) (tinggi=3) 3 dan 4 5 6 3 dan 4 5 6 3 dan 4
5
6
3 dan 4
5
6
4 sd 6
7 s/d 9
10 s/d 12
2. Efektivitas Program Efektivitas program UMKM merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang dapat diketahui dengan menggunakan empat aspek penilaian responden, yaitu berdasarkan penilaian responden mengenai tingkat manfaat program yang dirasakan responden terhadap pemenuhan ekonomi responden, penilaian responden mengenai tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan responden dan potensi responden, penilaian responden mengenai tingkat keberlanjutan program, dan penilaian responden mengenai tingkat pemberdayaan masyarakat yang dilihat dari bertambahnya pengetahuan dan keahlian responden. Setiap aspek penilaiannya terdapat 6 pernyataan dan masing-masing pernyataan memiliki 3 variasi jawaban yang terdiri dari “tidak setuju” dengan skor 1,
16 “ragu-ragu” dengan skor 2, dan “setuju” dengan skor 3 sehingga pada setiap aspek akan memiliki total skor terendah 6 dan total skor tertinggi 18. Setelah setiap aspek penilaian dikategorikan sesuai dengan kategori rendah (skor 1), sedang (skor 2) dan tinggi (skor 3), selanjutnya dikategorikan menjadi efektivitas program secara keseluruhan. Tabel 3 Pengukuran skor efektivitas program No
Aspek penilaian
1 2
Tingkat manfaat program Tingkat kesesuaian program Tingkat keberlanjutan program Tingkat pemberdayaan Skor efektivitas program keseluruhan
3 4
Rendah (1) 6 s/d 9 6 s/d 9
Sedang (2) 10 s/d 14 10 s/d 14
Tinggi (3) 15 s/d 18 15 s/d 18
6 s/d 9
10 s/d 14
15 s/d 18
6 s/d 9
10 s/d 14
15 s/d 18
4 s/d 6
7 s/d 9
10 s/d 12
3. Taraf Hidup Taraf hidup adalah kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Taraf hidup diukur menggunakan indeks komposit dengan menghitung variabel: (1) Pendapatan rata-rata keluarga per bulan; (2) Pengeluaran rata-rata keluarga per bulan; (3) Status kepemilikan rumah yang ditempati; (4) Jenis rumah yang ditempati; (5) Luas rumah yang ditempati; (6) Daya listrik yang digunakan; (7) Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari; (8) Sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari; (9) Kepemilikan barang elektronik; (10) Tempat berobat ketika keluarga sedang sakit; (11) Pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh kebanyakan dari anggota keluarga; dan (12) Kepemilikan alat transportasi. Variabel (6) dan (8) tidak dimasukkan ke dalam perhitungan indeks komposit taraf hidup karena data yang didapat pada variabel (6) tidak dapat diperbandingkan, yaitu terdapat beberapa responden yang tidak lagi menggunakan listrik dengan sistem besarnya daya tetapi menggunakan listrik dengan sistem isi ulang pulsa. Kemudian untuk data yang diperoleh pada variabel (8) juga tidak dapat diperbandingkan karena data yang diperoleh di lapangan pada variabel tersebut ternyata homogen. Perhitungan taraf hidup dimulai dengan membagi responden ke dalam dua lapisan sosial (bawah dan atas) berdasarkan jumlah modal yang dipinjam pada program UMKM. Responden yang meminjam modal ≤ Rp5 000 000 digolongkan pada lapisan bawah. Sedangkan responden yang meminjam modal > Rp5 000 000 hingga Rp20 000 000 digolongkan pada lapisan atas. Selanjutnya memilih salah satu pilihan jawaban dari setiap variabel yang memiliki skor tertinggi dalam kuesioner. Setelah itu menghitung persentase responden dari masing-masing lapisan sosial yang memiliki jawaban terpilih (jawaban skor tertinggi) tersebut, kemudian membaginya dengan rata-rata persentase dari kedua lapisan sosial lalu dikali 100. Berikut rumus perhitungan taraf hidup (Saputra 2012):
17 Skor taraf hidup = Ket:
= Persentase responden yang memiliki jawaban terpilih (jawaban skor tertinggi) pada tiap lapisan sosial. = Rata-rata persentase dari seluruh lapisan sosial.
Hasil perhitungan dari tiap variabel kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor taraf hidup untuk tiap lapisan sosial. Kemudian skor taraf hidup rendah diberi skor 1 dan skor taraf hidup tinggi diberi skor 2 pada saat proses pengkodean.
18
19
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode sensus menggunakan instrumen kuesioner kepada seluruh populasi penelitian. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut, hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan efektivitas program UMKM tersebut, hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut, serta hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program tersebut. Pendekatan kualitiatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan efektivitas program UMKM tersebut, hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut, serta hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program tersebut. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disajikan secara rinci pada Tabel 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis tingkat partisipasi penerima program pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dan taraf hidup penerima program ini dilakukan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena desa tersebut merupakan salah satu desa binaan CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki 12 desa binaan yang terbagi ke dalam Ring I, Ring II, Ring III. Desa yang termasuk ke dalam area Ring I yaitu Desa Citeureup, Desa Gunung Putri dan Desa Lulut.Area Ring II terdiri dari Desa Tarikolot, Desa Gunung Sari, Desa Pasir Mukti, dan Desa Leuwikaret. Area Ring III terdiri dari Desa Puspanegara, Desa Tajur, Desa Nambo, Desa Bantarjati, dan
20 Desa Hambalang. Penelitian ini dilakukan di Desa Lulut karena desa ini termasuk ke dalam area Ring I dan salah satu area tambang PT Indocement Tunggal Prakarsa terdapat di Desa Lulut sehingga tentunya keberadaan PT Indocement Tunggal Prakarsa memberikan dampak yang besar baik secara langsung maupun tidak langsung pada kehidupan sosial dan lingkungan di Desa Lulut. Pengambilan data, baik primer maupun sekunder dilaksanakan pada bulan September hingga minggu kedua bulan November 2014. Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada bulan November 2014. Selanjutnya dilakukan penulisan draft skripsi pada bulan November 2014 hingga minggu kedua bulan Januari 2015. Kegiatan penelitian ini terdiri dari kegiatan penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada Lampiran 1. Tabel 4 Pendekatan penelitian No
Tujuan
1.
Tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut. Hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan efektivitas program UMKM. Hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut. Hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program tersebut
2. 3. 4.
5.
6.
Pendekatan Kuantitatif Kualitatif √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Teknik Pengambilan Responden dan Informan Penelitian ini menggunakan sumber data dari responden dan informan. Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga yang anggota keluarganya mengikuti program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Alasan pemilihan unit analisis ini dikarenakan analisis taraf hidup erat kaitannya dengan kehidupan rumah tangga. Responden kemudian diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat dan jawabannya dianggap dapat mewakili kondisi dirinya sebagai salah satu anggota dari program UMKM dan kondisi rumah tangganya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor yang mengikuti program UMKM dari PT Indocement Tunggal Prakarsa. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, jumlah penerima program UMKM di Desa
21 Lulut adalah sebanyak 19 orang. Maka dari itu, keseluruhan anggota dari populasi adalah responden dalam penelitian ini. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive). Informan kunci yang dipilih adalah pihak CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, pengurus program UMKM Desa Lulut, serta kepala Desa Lulut. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan dari responden dan informan dengan menggunakan kuesioner maupun wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumendokumen ataupun menggunakan literatur pendukung. Teknik pengumpulan data pada metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan serta penelusuran dokumen. Penggunaan jenis dan metode pengumpulan data disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis dan metode pengumpulan data
No
Kebutuhan data
1
Data penerima program UMKM Desa Lulut
2
3
4
Peta desa dan data monografi Desa Lulut Tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT ITP
Survei (sumber data)
-
√ Sumber data dari wawancara kepada responden menggunakan panduan kuesioner
Efektivitas √ program UMKM Sumber data dari PT ITP wawancara kepada responden menggunakan panduan kuesioner
hidup √ 5 Taraf penerima program Sumber data dari UMKM di Desa wawancara kepada Lulut responden
Metode Data sekunder (sumber data) √ Sumber data dari Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa √ Sumber data dari kantor Desa Lulut
-
-
-
Wawancara mendalam (sumber data)
-
√ Sumber data dari wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. √ Sumber data dari wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. √ Sumber data dari wawancara mendalam kepada
22 menggunakan panduan kuesioner
informan menggunakan panduan pertanyaan.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data sekunder yang diperoleh secara kualitatif seperti profil perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa, gambaran umum Desa Lulut, data monografi Desa Lulut, dan data sekunder lainnya kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan. Data primer yang diperoleh secara kuantitatif di lapangan selanjutnya diolah melalui proses pengolahan data. Proses pengolahan data ini meliputi proses pembuatan kode, pemberian skor, dan kemudian dientri ke dalam Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistic 16.0. Analisis data yang digunakan adalah uji Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat partisipasi penerima program dengan variabel efektivitas program, hubungan antara variabel efektivitas program dengan variabel taraf hidup, serta variabel tingkat partisipasi penerima program dengan variabel taraf hidup. Sebelum dilakukan uji Rank Spearman, terlebih dahulu dilakukan penyusunan tabel frekuensi, kemudian disusun menjadi tabel tabulasi silang, setelah itu dilakukan uji Rank Spearman untuk menguji seberapa besar hubungan antar variabel yang diuji. Data primer yang diperoleh secara kualitatif dikumpulkan dalam sebuah catatan harian, kemudian dilakukan reduksi data dan disusun menjadi sebuah manuskrip tematik yang digunakan sebagai penjelasan data yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif.
23
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, PROGRAM CSR DAN LOKASI PENELITIAN Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan Berdasarkan informasi pada website resmi PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP, tahun terbit tidak diketahui), PT Indocement Tunggal Prakarsa saat ini memiliki tiga lokasi pabrik yaitu pabrik Citeureup yang memiliki 9 buah plant (pabrik), pabrik Cirebon yang memiliki 2 buah plant dan pabrik Tarjun yang memiliki 1 buah plant. Berdirinya 12 buah pabrik yang berada di tiga lokasi berbeda ini melalui proses perjalanan yang panjang. PT Indocement Tunggal Prakarsa berdiri pada tanggal 16 Januari 1985 yang merupakan hasil penggabungan dari enam perusahaan semen yang pada saat itu memiliki delapan buah pabrik semen. Kemudian pada tahun 1989 PT Indocement Tunggal Prakarsa menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1991 PT Indocement Tunggal Prakarsa mengakusisi pabrik yang ke-9 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Selain itu PT Indocement Tunggal Prakarsa juga melakukan penyelesaian pembangunan terminal semen yang terdapat di Surabaya dan memulai usaha beton siap pakai. Tahun 1996, pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat selesai dibangun. Selanjutnya pada tahun 1997 PT Indocement Tunggal Prakarsa menyelesaikan pembangunan pabrik di Citeureup, Bogor, Jawa Barat yang merupakan pabrik yang ke-11 dan pada tahun 1998, PT Indocement Tunggal Prakarsa mengambil alih PT Indo Kodeco Cement untuk dijadikan pabrik yang ke-12 melalui penggabungan usaha. Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 2001, Heidelberg Cement Group melalui anak perusahaannya (Kimmeridge Enterprise Pte.) menjadi pemegang saham terbesar pada PT Indocement Tunggal Prakarsa. Kemudian tahun 2003, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada HC Indocement GmbH. Tahun 2005, PT Indocement Tunggal Prakarsa mengeluarkan produk PCC ke pasar Indonesia dan melakukan penggabungan usaha antara HC Indocement GmbH dengan Heidelberg Cement South-East Asia GmbH. Selanjutnya tahun 2006 Heidelberg Cement South-East Asia GmbH melakukan penggabungan usaha dengan Heidelberg Cement AG sehingga Heidelberg Cement AG menguasai 65.14% saham PT Indocement Tunggal Prakarsa. Satu tahun kemudian, 2007, PT Indocement Tunggal Prakarsa membeli 51% saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah perusahaan tambang agregat yang terletak di Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Tahun 2008 dalam rangka restrukturisasi internal, Heidelberg Cement AG mengalihkan seluruh sahamnya di PT Indocement Tunggal Prakarsa kepada Birchwood Omnia Limited (Inggris), yang merupakan milik Heidelberg Cement Group. Pada tahun ini juga, PT Indocement Tunggal Prakarsa menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission Reduction/CER) untuk pertama kalinya dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih untuk proyek penggunaan bahan bakar alternatif serta menerima Peringkat Hijau Program
24 Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk periode 2007-2008, untuk Pabrik Citeureup dan Peringkat Biru untuk Pabrik Palimanan. Selanjutnya, tahun 2009, Birchwood Omnia Limited (Heidelberg Cement Group) menjual 14.1% sahamnya kepada publik. Melalui anak perusahaannya, PT Dian Abadi Perkasa dan PT Indomix Perkasa, tahun ini PT Indocement Tunggal Prakarsa menguasai 100% saham PT Bahana Indonor, sebuah perusahaan di bidang transportasi laut. Selain itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa meraih peringkat tertinggi, yaitu Peringkat Emas, pada program PROPER 2008- 2009. Peringkat tersebut diraih oleh Pabrik Citeureup, Bogor. PT Indocement Tunggal Prakarsa merupakan perusahaan kedua di Indonesia yang meraih Peringkat Emas sejak program PROPER dimulai tahun 2002. Pabrik Palimanan, Cirebon, memperoleh Peringkat Hijau pada program PROPER 2008-2009. Kemudian tahun 2012 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menerbitkan CER untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa atas keberhasilannya mengurangi emisi dari proyek blended cement untuk periode 2006-2007. Identitas Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki visi dan misi perusahaan yang menjadi identitas perusahaan dan dijadikan landasan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Visi yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah sebagai berikut: “Pemain utama dalam bisnis semen dan beton siap-pakai, pemimpin pasar di Jawa, pemain kunci di luar Jawa, memasok agregat dan pasir untuk bisnis beton siappakai secara mandiri” Kemudian misi yang dimiliki PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah sebagai berikut: “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan” Selain itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa juga memiliki moto atau slogan yang juga menjadi identitas perusahaan. Slogan tersebut yaitu: “Better shelter for a better life (turut membantu kehidupan bermutu)” Pada laporan keberlanjutan (Sustainability Report) tahun 2013 (ITP 2013b) disebutkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki sasaran keberlanjutan yang sederhana, yaitu bertekad untuk menjadi perusahaan semen yang berkelanjutan untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang dengan menganut prinsip keberlanjutan untuk seluruh kegiatan usaha. PT Indocement Tunggal Prakarsa berniat untuk mencapai hasil usaha terbaik (profit), mendukung peningkatan kesejahteraan karyawan dan masyarakat sekitar (people), melestarikan lingkungan alam (planet), serta mengupayakan kepuasan pelanggan (product). Untuk mencapai sasaran tersebut, PT Indocement Tunggal Prakarsa mengandalkan teknologi pabrikasi semen yang unggul sebagai perusahaan kelas dunia dan melakukan penekanan dalam hal pembinaan lingkungan serta kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan lainnya. Penghargaan-penghargaan PT Indocement Tunggal Prakarsa merupakan perusahaan besar yang selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik diantara perusahaan besar lain di Indonesia.
25 Ini dibuktikan dari banyaknya penghargaan yang telah diraih atas prestasinya di berbagai bidang. Sejak tahun 2002 hingga tahun 2014, PT Indocement Tunggal Prakarsa telah meraih lebih dari 90 buah penghargaan. Berikut adalah penghargaan yang diperoleh PT Indocement Tunggal Prakarsa pada tahun 2014: 1. 20 Agustus 2014 - Indocement menerima beberapa penghargaan dalam “Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) Awards” yaitu: a. Terbaik 2 CSR Best Practice for MDGs kategori tingkat Manajemen untuk Alexander Frans b. Terbaik 3 CSR Best Practice for MDGs kategori tingkat Manajemen untuk Jean Christophel c. Terbaik 2 kategori tingkat Pelaku Mitra Perusahaan untuk Nining Nurhayati (Mitra CSR Non-Plant) d. Terbaik 3 kategori tingkat Pelaku Mitra Perusahaan untuk Cicah Nurhayati (Mitra CSR Non-Plant) e. Penghargaan Gold, kategori MDGs Tujuan 7, bidang Program Produk Daur Ulang f. Penghargaan Silver, kategori MDGs Tujuan 7, bidang Penanaman Pohon di atas Lahan yang tidak Produktif dan Bidang Pengembangan Kelompok Simpan Pinjam di Kalangan Kaum Perempuan g. Penghargaan Stan Favorit kategori Informatif 2. Agustus 2014 - Indocement berhasil mempertahankan sertifikasi ISO 14001:2004 3. Juli 2014 - Indocement menerima penghargaan MURI atas “pengiriman semen menggunakan kereta api dengan jarak terpanjang” 4. 20 Juni 2014 - Indocement mendapatkan penghargaan di “Indonesia Green Awards 2014” untuk empat kategori yaitu: a. Mengembangkan dan menggunakan energi baru dan terbarukan (bahan baku dan bahan bakar alternatif dari limbah - biomas dan non-biomas) b. Mempelopori pencegahan polusi (pengembangan tanaman penyerap CO2 atau carbon neutral, seperti jarak pagar, nyamplung, kemiri sunan, trembesi dan pohon besi pantai) c. Mengembangkan pengolahan sampah terpadu (Kampung Hijau Jati Baru RW17 di Bandung dan penanaman pohon dan pengolahan sampah organik menjadi pupuk) d. “Green School” (Sekolah Adiwiyata dan SMP Yasmen Bantarjati di Citeureup, Bogor) 5. 19 Juni 2014 - Semen Tiga Roda untuk kedelapan kalinya meraih penghargaan "Top Brand Award" kategori semen 6. 14 Juni 2014 - Indocement dianugerahi penghargaan MURI atas “roadshow event terbanyak di 96 perguruan tinggi seluruh Indonesia dalam waktu tiga bulan” Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa disajikan dalam gambar berikut ini.
26
(Sumber: Annual Report PT ITP 2013a)
Gambar 2 Struktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Proses Produksi Semen Proses produksi semen dari mulai proses penambangan bahan baku hingga pengepakan melalui proses yang cukup panjang. Selain itu produksi semen membutuhkan bahan baku yang bersifat kering, proporsional, dan homogen sebelum ditransfer ke dalam tanur pembakaran. Hasil pencampuran ini dikenal dengan nama klinker, yang kemudian dihaluskan dengan campuran gipsum di dalam penggilingan semen untuk menghasilkan OPC atau dicampur dengan bahan aditif lainnya untuk menghasilkan tipe semen yang lain. Rata-rata, sekitar 960 kg klinker menghasilkan satu ton OPC. Berikut adalah proses produksi semen tersebut:
27
a. Penambangan Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum. Batu kapur, tanah liat dan pasir silika ditambang dengan cara pengeboran dan peledakan dan kemudian dibawa ke mesin penggiling yang berlokasi tidak jauh dari lokasi tambang (quarry). Bahan yang telah digiling kemudian dikirim melalui ban berjalan (conveyor) atau dengan menggunakan truk. b. Pengeringan dan Penggilingan Semua bahan yang sudah dihancurkan lalu dikeringkan di dalam pengering yang berputar untuk mencegah pemborosan panas. Kadar air dari material tersebut turun sesuai kontrol kualitas yang telah ditentukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Setelah disimpan di Raw Mill Feed Bins, campuran material yang telah mengikuti standar dimasukkan ke dalam penggilingan. Dalam proses penggilingan ini, dilakukan pengambilan contoh setiap satu jam untuk diperiksa agar komposisi masing-masing material tetap konstan dan sesuai dengan standar. Setelah itu tepung yang telah bercampur itu dikirimkan ke tempat penyimpanan. c. Pembakaran dan Pendinginan Tahap berikutnya, material yang telah halus tersebut dikirim ke tempat pembakaran yang berputar dan bertemperatur sangat tinggi sampai menjadi klinker. Setelah klinker ini didinginkan, kemudian dikirim ke tempat penyimpanan. Selama proses ini berlangsung, dilakukukan pemantauan proses pembakaran secara terus menerus dari Pusat Pengendalian. Bahan bakar yang dipergunakan adalah batu bara, kecuali untuk semen putih dan oil well cement yang digunakan adalah gas alam. d. Penggilingan Akhir Klinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gips, kemudian digiling untuk menjadi semen. Penggilingan ini dilaksanakan dengan sistem close circuit untuk menjaga efisiensi serta mutu yang tinggi. Semen yang telah siap untuk dipasarkan ini kemudian dipompa ke dalam tangki penyimpanan. e. Pengantongan Semen dari silo tempat penampungan, selanjutnya dipindahkan ke tempat pengantongan untuk kantong maupun curah. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan mesin pembungkus dengan kecepatan tinggi. Kantong-kantong yang telah terisi dengan otomatis ditimbang dan dijahit untuk kemudian dimuat ke truk melalui ban berjalan, sedangkan semen curah dimuat ke lori khusus untuk diangkut ke tempat penampungan di pabrik, atau langsung diangkut ke pelabuhan untuk disimpan ataupun untuk langsung dikapalkan. Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Sejarah Program CSR Unit Citeureup Kegiatan sosial kemasyarakatan PT Indocement Tunggal Prakarsa sudah dilakukan dari tahun 1974. Hal ini berarti kegiatan sosial kemasyarakatan di Unit Citeureup sudah dilaksanakan sebelum terjadi penggabungan dari enam perusahaan semen yang akhirnya menjadi PT Indocement Tunggal Prakarsa pada tahun 1985. Pada tahun 1974-1990 bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan masih berupa bantuan atau donasi yang sifatnya sebatas charity, belum
28 ada kegiatan pembinaan lingkungan maupun pelatihan. Hal ini berarti keterlibatan atau partisipasi masyarakat hanya sebatas sebagai penerima bantuan, masyarakat tidak mendapat kesempatan untuk berpartisipasi aktif pada setiap kegiatan yang dilaksanakan karena sifatnya hanya sekedar pemberian bantuan sosial. Kegiatan ini dilaksanakan oleh bagian HR-GAD, misalnya pemberian bantuan pada acara 17 Agustus. Kemudian pada tahun 1990 dibentuklah BILIK (Bina Lingkungan) yang berada di bawah sub Security Department. Melalui Bilik ini barulah ada kegiatan-kegiatan pembinaan. Bilik bertugas untuk membina masyarakat guna menciptakan keamanan, maka dari itu Bilik digabung dengan Security Department. Pada tahapan ini pun, masyarakat belum diberikan ruang partisipasi yang sebenarnya karena keterlibatan masyarakat hanya sebagai peserta dalam kegiatan-kegiatan pembinaan. Pelaksanaan Bilik ini bertahan hingga tahun 2001 yang kemudian tahun 2002-2006 diganti menjadi CDO (Community Development Organization). Setelah berubah menjadi CDO, tidak lagi bergabung dengan Security Department melainkan sudah menjadi divisi tersendiri. Pada masa tersebut, kegiatan yang dilaksanakan sudah mulai ada program pengembangan masyarakat.Tahun 20062008, CDO terpisah menjadi sub departemen dari SSCD yang berada di bawah pimpinan Bapak Iwan Sabar. Satu tahun kemudian, yaitu tahun 2009, CDO berubah nama menjadi CSR Departement dan di sinilah mulai ada program Community Development (CD) dan Sustainability Development Program (SDP). Pada saat itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa sudah melaksanakan kegiatan Bilikom sebagai forum komunikasi bersama masyarakat desa binaan. Forum Bilikom ini merupakan wadah yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi yang lebih baik dibanding dengan masa-masa sebelumnya, namun Bilikom yang dilaksanakan masih bersifat komunikasi satu arah yang hanya digunakan sebagai fasilitas penyampaian informasi terkait program yang dilaksanakan. Seperti pada hasil penelitian Dewani (2009) yang menyebutkan bahwa Bilikom sudah dirasa efektif oleh masyarakat desa binaan dalam hal menjalin hubungan komunikasi, menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, namun Bilikom belum mampu memfasilitasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi masyarakat serta cenderung hanya mensosialisasikan program. Berdasarkan fakta di lapangan saat ini, Bilikom yang dilaksanakan tidak hanya berupa sosialisasi program yang dilaksanakan, namun sudah mulai menampung aspirasi dari masyarakat. Akan tetapi, aspirasi yang ditampung masih berkisar pada program prioritas desa yang berupa pembangunan infrastuktur fisik (lihat Lampiran 9, tema ke-2, alinea ke-2). Visi dan Misi Departemen CSR Sebagai sebuah perusahaan yang berorientasi lingkungan, PT Indocement Tunggal Prakarsa mempunyai tanggung jawab moral dan sosial sesuai kemampuan perusahaan dalam mendukung kualitas kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat merasakan manfaatnya dari kehadiran perusahaan. Maka dari itu, CSR merupakan salah satu wujud kebijakan yang dibuat oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa untuk memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitar perusahaan. Dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, CSR memiliki visi dan misi. Visi yang dimiliki Departemen CSR yaitu menjalin
29 hubungan saling mendukung antara perusahan dan masyarakat, khususnya masyarakat dimana unit operasional perusahaan berdiri melalui keterlibatan yang intens dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dan secara khusus masyarakat lokal, menjadi masyarakat yang mandiri sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis. Selanjutnya misi yang dimiliki oleh Departemen CSR yaitu menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan. Struktur Organisasi Departemen CSR Unit Citeureup Struktur organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup dipaparkan pada gambar berikut.
(Sumber: CSR Departement file 2012)
Gambar 3 Struktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup Program CSR Perusahaan Program CSR yang dilaksanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa terdiri dari dua kategori program, yaitu program Community Development (CD) yang mencakup 5 Pilar dan program Sustainability Development Programme (SDP). Program CD 5 Pilar ini mencakup program pendidikan, program kesehatan, program ekonomi, program sosial budaya dan olahraga (sosbudagor), serta program keamanan. Program CD 5 Pilar ini merupakan implementasi dari tujuan yang terdapat dalam MDG’s. Kategori program SDP terdiri dari program P3M (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat), program biogas, Flora Energy Crops, UPK Produktif, Bengkel Motor Terpadu (BMT), serta Rumah Seni dan Budaya (RSB).
30
a.
Program CD 5 Pilar Berikut adalah program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa yang termasuk ke dalam program CD. 1. Program Pendidikan Program-program yang dilaksanakan pada pilar pendidikan mencakup program bantuan pembangunan sekolah, bantuan sarana pendidikan, program Anak asuh dan Beasiswa, program pendidikan keterampilan praktis untuk usaha kecil, dan Program Perpustakaan Mandiri. 2. Program Kesehatan Program yang dilaksanakan pada pilar kesehatan yaitu Puskesmas Keliling dan Penyuluhan Kesehatan, program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Program Operasi Katarak, Khitanan Massal, Program Pembangunan Sarana Air Bersih (SAB), pembangunan Sarana MCK, serta Kampanye berupa Seminar HIV/AIDS dan Narkoba. 3. Program Ekonomi Program ekonomi yang dilakukan terdiri dari Program Pemberian Modal Bergulir, PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) yang merupakan kerjasama dengan Bank Mandiri, Program Pemberdayaan Tenaga Kerja atau Kontraktor Lokal, dan Pemberdayaan UMKM desa binaan melalui Program Local Purchase. 4. Program Sosbudagor Program Sosbudagor (Sosial, Budaya, Agama, Olahraga, dan infrastruktur) yang dilaksanakan meliputi program pembangunan sarana umum (jalan, jembatan, dll), pembinaan olahraga (sepak bola dan bulu tangkis), pembangunan sarana ibadah, serta program Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni). 5. Program Keamanan Program yang dilaksanakan pada pilar keamanan mencakup program pembinaan SDM keamanan lingkungan, program pembangunan pos keamanan lingkungan, serta program bantuan seragam dan kelengkapan SDM keamanan lingkungan.
b.
Program SDP: Berikut adalah program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa yang termasuk ke dalam program SDP. 1. Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) P3M PT Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup didirikan di Desa Tajur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Didirikannya P3M ini bertujuan untuk mengembangkan masyarakat guna memberdayakan dirinya dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan. P3M ini dibangun diatas lahan eks-tambang dan lahan lainnya yang berada di area perusahaan. P3M dijalankan dengan pola kerjasama perusahaan dengan institusi pendidikan dan dinas pemerintahan terkait. 2. Program Biogas
31
3.
4.
5.
6.
Program pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi biogas memberikan alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari di tengah melonjaknya harga minyak tanah. Flora Energy Crops PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki lahan marjinal bekas tambang yang sudah tidak digunakan lagi. Program tanaman penghasil energi alternatif merupakan langkah untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperluas area resapan air dan penyerapan CO2 pada lahan bekas tambang. Selain itu, bagian dari buahnya dapat dijadikan alternative fuels dalam proses produksi semen karena memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi. UPK Produktif Program Pengelolaan Sampah RT Produkrif merupakan bentuk kepedulian dari PT Indocement Tunggal Prakarsa untuk membantu masyarakat memberdayakan diri dalam mengelola sampah secara mandiri yang dapat menghasilkan nilai ekonomi yang bermanfaat. Produk yang dihasilkan oleh UPK Produktif ini yaitu kompos organik, pupuk cair, serta RDF. Produk RDF ini juga dapat dimanfaatkan sebagai alternative fuels dalam proses produksi semen. Program Bengkel Motor Terpadu (BMT) BMT merupakan program pelatihan yang bersifat on the job training bagi masyarakat untuk menciptakan tenaga handal dalam bidang perbengkelan sehingga dapat diserap oleh usaha bengkel yang telah ada ataupun untuk mendirikan usaha perbengkelan sendiri. Rumah Seni dan Budaya (RSB) Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin pesat, pelestarian budaya tradisional Indonesia menjadi penting. PT Indocement Tunggal Prakarsa berkomitmen untuk ikut melestarikan budaya setempat tersebut. Dengan adanya RSB ini, masyarakat sangat terdukung untuk melestarikan budaya tradisional setempat dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Profil Desa Lulut
Kependudukan Desa Lulut merupakan salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa yang terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor dan tergolong dalam area Ring I. Desa Lulut berbatasan dengan beberapa desa lainnya, yaitu sebelah utara Desa Lulut berbatasan dengan Desa Bantarjati dan Desa Nambo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ligarmukti, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Leuwikaret, keempat desa ini terletak pada satu kecamatan yang sama dengan Desa Lulut. Selanjutnya sebelah barat Desa Lulut berbatasan dengan Desa Gunung Sari, Kecamatan Citeureup. Dilihat dari letaknya, Desa Lulut dapat dibilang strategis, yaitu dengan jarak 8 km dari pusat kecamatan, 15 km dari pusat kabupaten, 50 km dari pusat ibu kota negara, namun berjarak 180 km dari ibu kota provinsi. Selain itu saat ini Desa Lulut telah memiliki akses angkot sebagai alat transportasi sehingga mobilitas penduduk bisa lebih mudah.
32 Desa Lulut memiliki wilayah seluas 2 270.25 hektar yang terdiri dari 4 dusun, 8 rukun warga (RW), dan 41 rukun tetangga (RT). Masing-masing dusun terdiri dari 2 RW dan masing-masing RW terdiri dari 4 sampai 6 RT seperti yang terdapat dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6 Desa Lulut berdasarkan Dusun, RW, dan RT No
Dusun
1
Dusun 1
Rukun Warga (RW)
Rukun Tetangga (RT)
RW 1 RT 1, 2, 3, 4, 5, 6 RW 2 RT 1, 2, 3, 4, 5 2 Dusun 2 RW 3 RT 1, 2, 3, 4, RW 4 RT 1, 2, 3, 4, 5, 6 3 Dusun 3 RW 5 RT 1, 2, 3, 4, 5 RW 6 RT 1, 2, 3, 4, 5, 6 4 Dusun 4 RW 7 RT 1, 2, 3, 4, 5 RW 8 RT 1, 2, 3, 4 Sumber: Data Kesejahteraan Keluarga Desa Lulut tahun 2005 (diolah)
Berdasarkan data-data yang ada, jumlah penduduk Desa Lulut dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, baik jumlah penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan (dapat dilihat pada Tabel 7). Jumlah penduduk lakilaki lebih besar dari pada jumlah penduduk perempuan, namun selisihnya tidak menunjukkan ketimpangan yang mencolok. Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009 dan 2013 Tahun No
Jenis kelamin
2009
2013
∑ % ∑ 1 Laki-laki 6 493 0.51 6 631 2 Perempuan 6 340 0.49 6 488 Total 12 833 100.00 13 119 Sumber: Data Profil Desa Lulut tahun 2009 dan 2013 (diolah)
% 0.51 0.49 100.00
Struktur Sosial Melihat data pendidikan masyarakat Desa Lulut, dapat dikatakan bahwa masyarakat desa ini masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah karena masih banyaknya proporsi masyarakat yang hanya tamatan SD/sederajat. Walaupun demikian, selama 5 tahun (dari tahun 2009 hingga tahun 2013) telah terjadi perkembangan, yaitu adanya penurunan jumlah masyarakat yang hanya tamat SD/sederajat dan peningkatan jumlah masyarakat yang memiliki gelar sarjana. Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan pendidikan tahun 2009 dan 2013 Tahun No 1 2 3 4
2009
Pendidikan SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat D2
∑ 3 471 839 248 9
2013 % 75.5 18.3 5.4 0.2
∑ 3 170 879 248 0
% 73.3 20.3 5.7 0
33 5 6 7
D3 10 0.2 S1 19 0.4 S2 0 0.0 Total 4 596 100.0 Sumber: Data Profil Desa Lulut tahun 2009 dan 2013 (diolah)
0 27 2 4 326
0 0.6 0.1 100.0
Data pada Tabel 9 memperlihatkan mengenai tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Lulut. Berdasarkan tabel tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Lulut mayoritas berada pada tingkat Keluarga Sejahtera 2 (KS 2). Walaupun setiap dusun memiliki persentase yang berbeda beda, namun tingkat KS 2 selalu memiliki persentase tertinggi. Meskipun demikian, keluarga yang masih berada pada tingkat Pra Sejahtera dapat dikatakan masih cukup tinggi di setiap dusun. Tabel 9 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Lulut berdasarkan tingkat kesejahteraan tahun 2005 No 1 2 3 4 5
Tingkat kesejahteraan Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera 1 Keluarga Sejahtera 2 Keluarga Sejahtera 3 Keluarga Sejahtera 3 Plus Total
Dusun 1
2
3
Total
4
∑ 49
% 9.4
∑ 53
% 7.3
∑ 56
% 8.8
∑ 45
% 7.2
∑ 203
% 8.1
105
20.1
83
11.4
78
12.3
71
11.4
337
13.4
254
48.6 443
60.8
396
62.5
409
65.9 1 502
60.0
115
21.9 149
20.5
104
16.4
96
15.5
464
18.5
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
100.0 728
100.0
634
100.0
621
0 523
0.0
100.0 2 506 100.0
Sumber: Data Kesejahteraan Keluarga Desa Lulut tahun 2005 (diolah)
Pola Kebudayaan Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Lulut, diketahui bahwa walaupun sudah banyak pendatang di Desa Lulut namun mayoritas penduduknya adalah etnis Sunda sehingga bahasa mayoritas yang digunakan masyarakat seharihari pun bahasa sunda. Seperti yang dapat dilihat pada data Profil Desa tahun 2009 berikut, hanya ada beberapa orang saja yang berasal dari etnis non-sunda. Tabel 10 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan etnis dan jenis kelamin tahun 2009 Laki-Laki Perempuan ∑ % ∑ % 1 Batak 6 0.1 7 0.1 2 Minang 14 0.3 16 0.2 3 Sunda 6 380 98.3 6 385 99.5 4 Jawa 9 0.2 2 0.0 5 Ambon 7 0.1 7 0.1 Total 6 416 100.0 6 417 100.0 Sumber: Data Profil Desa Lulut tahun 2009 (diolah)
No
Etnis
Total ∑ 13 30 12 765 11 14 12 833
% 0.1 0.2 99.5 0.1 0.1 100.0
Meskipun demikian, dibanding dengan beberapa puluh tahun silam, saat ini sudah banyak nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang mulai terkikis.
34 Misalnya saja kebiasaan gorol (gotong royong) yang kini sudah sulit ditemui. Dahulu, setiap ada pekerjaan yang sifatnya umum maupun yang sifatnya pribadi (misal: membangun rumah) selalu dikerjakan secara gorol, namun sekarang apabila ingin membangun rumah maka harus menyewa kuli untuk mengerjakannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Lulut sudah mulai bersifat individualis. Selain itu, agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Desa Lulut adalah agama Islam. Menurut Sjaf (2012), hal ini menyebabkan tokoh agama menjadi salah satu pemimpin informal yang disegani dan dijadikan ujung tombak dalam menyelesaikan masalah dan persoalan yang dihadapi oleh warga Desa Lulut. Adanya mayoritas penduduk yang memeluk agama Islam ini mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana peribadatan seperti masjid atau mushollah dan sanggar. Selain digunakan untuk ibadah sholat, masjid atau mushollah di Desa Lulut banyak digunakan untuk pengajian ibu-ibu (majlis ta’lim), pengajian warga (umum), dan pengajian TPA (Tempat Pendidikan AlQuran). Sementara itu, sanggar hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dalam lingkup keluarga atau kerabat terdekat saja. Tabel 11 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan Agama dan jenis kelamin tahun 2009 Laki-laki Perempuan ∑ % ∑ % 1 Islam 6 399 99.7 6 403 99,7 2 Kristen 14 0.2 11 0,2 3 Katolik 0 0.0 0 0.0 4 Hindu 3 0.1 3 0,1 5 Budha 0 0.0 0 0.0 Total 6 416 100.0 6 417 100.0 Sumber: Data Profil Desa Lulut tahun 2009 (diolah)
No Agama
Total ∑ % 12 802 99.7 25 0.2 0 6 0.1 0 0.0 12 833 100.0
Pola Adaptasi Ekologis Berdirinya PT Indocement Tunggal Prakarsa yang letaknya berdekatan dengan Desa Lulut dan terdapatnya salah satu area tambang (quarry) milik PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut sudah pasti membawa perubahan pada kondisi ekologi desa tersebut. Perubahan yang terjadi yaitu pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan tambang dan lahan non-pertanian lainnya. Hal ini dapat dilihat dari laju perubahan penggunaan lahan sawah, lahan non-sawah, dan lahan non-pertanian di Desa Lulut yang mengalami penurunan. Seperti yang dipaparkan pada data Potensi Desa tahun 2008 (yang telah diolah oleh Sjaf 2012) pada Tabel 12. Melihat data pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa 2.4% lahan sawah di Desa Lulut telah mengalami penurunan luas atau mengalami perubahan fungsi penggunaan. Selanjutnya, lahan bukan sawah (kebun) juga mengalami penurunan sebesar 16.6%. Penyusutan ini dimungkinkan akibat adanya alih fungsi lahan di luar pertanian, seperti perkantoran, perumahan, dan pertambangan. Hal ini juga terjadi pada penggunaan lahan non-pertanian yang mengalami penurunan sebesar 13.4%. Penurunan ini kemungkinan karena beberapa lahan non-pertanian yang awalnya dimanfaatkan oleh warga Desa Lulut kemudian diambil alih pemanfaatannya oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa. (Sjaf 2012)
35 Berkurangnya lahan pertanian, baik lahan sawah maupun lahan non-sawah (kebun), menyebabkan masyarakat Desa Lulut beralih mata pencaharian dari yang awalnya mayoritas masyarakat bekerja pada sektor pertanian kini beralih pada sektor industri dan jasa, sehingga kini hanya sebagian kecil saja yang masih bekerja di sektor pertanian. Tabel 12 Laju perubahan penggunaan lahan di Desa Lulut tahun 2008 Laju perubahan penggunaan lahan (%) Lahan bukan Lahan nonLahan sawah sawah pertanian 1 Leuwikaret 24.6 -3.5 -9.2 2 Lulut -2.4 -16.6 -13.4 3 Bantar Jati -9.7 -6.4 -17.0 4 Nambo 55.8 -34.8 -18.4 5 Kembang Kuning 51.6 -16.9 -6.7 6 Kelapa Nunggal -1.5 -21.5 36.1 7 Ligarmukti 2.7 -16.7 -1.5 8 Bojong 10.1 -26.9 -1.5 9 Cikahuripan -25.0 0.5 3.9 10 Kec. Klapanunggal 2.3 -14.5 -4.6 Sumber: Potensi Desa tahun 2008 (Sjaf 2012) No
Desa
Ikhtisar PT Indocement Tunggal Prakarsa merupakan sebuah perusahaan pertambangan semen yang sudah lama berdiri dan hingga saat ini telah memiliki tiga lokasi pabrik yaitu pabrik Citeureup yang memiliki 9 buah plant (pabrik), pabrik Cirebon yang memiliki 2 buah plant dan pabrik Tarjun yang memiliki 1 buah plant. Bersamaan dengan perkembangannya, PT Indocement Tunggal Prakarsa melakukan kegiatan CSR mulai dari program yang bersifat charity hingga program pengembangan masyarakat sekitar perusahaan. Program CSR yang dilaksanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa terdiri dari dua kategori yaitu program Community Development (CD) yang mencakup 5 Pilar dan program Sustainability Development Programme (SDP). Program CD 5 Pilar ini mencakup program pendidikan, program kesehatan, program ekonomi, program sosial budaya dan olahraga (sosbudagor), serta program keamanan. Program SDP terdiri dari program P3M (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat), program biogas, Flora Energy Crops, UPK Produktif, Bengkel Motor Terpadu (BMT), serta Rumah Seni dan Budaya (RSB). Desa Lulut merupakan salah satu desa yang masuk ke dalam area desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa yang memiliki luas wilayah 2 270.25 hektar dan terdiri dari 4 dusun. Mayoritas latar belakang pendidikan masyarakat Desa Lulut hanya sampai pada taraf SD dan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagian besar berada pada tingkat Keluarga Sejahtera 2 (KS 2). Sampai saat ini, penduduk Desa Lulut mayoritas berasal dari etnis Sunda walaupun sudah mulai banyak pendatang dari luar daerah. Meskipun demikian, nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan di desa ini sudah mulai berkurang akibat industrialisasi. Pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian menyebabkan masyarakat Desa Lulut beralih mata pencaharian dari yang awalnya mayoritas
36 masyarakat bekerja pada sektor pertanian kini beralih pada sektor industri dan jasa, sehingga kini hanya sebagian kecil saja yang masih bekerja di sektor pertanian.
37
PROGRAM UMKM Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu Program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Program ini merupakan program pemberian kredit modal usaha bergulir bagi masyarakat desa binaan. Program ini termasuk dalam pilar ekonomi. Program ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: (1) Membantu pengembangan usaha UMKM yang berdampak pada peningkatan ekonomi bagi masyarakat desa binaan; (2) Menjadikan UMKM mandiri dan dapat berkembang berkelanjutan; (3) Mendorong UMKM untuk berperan dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di desa binaan; (4) Mengintegrasikan antar UMKM dan antara UMKM dengan Program SDP untuk saling bermitra. PT Indocement Tunggal Prakarsa bekerjasama dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Bank Mandiri dalam menjalankan program ini sehingga terdapat dua penggolongan penerima program dalam penelitian ini, yaitu penerima program pinjaman modal bergulir PT Indocement Tunggal Prakarsa (dengan jumlah pinjaman maksimal Rp5 juta) yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut UMKM ITP dan penerima program pinjaman modal bergulir kerjasama PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan PKBL Bank Mandiri (dengan jumlah pinjaman maksimal Rp20 juta) yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut dengan UMKM ITP-Bank Mandiri. Selanjutnya dibahas mengenai berlangsungnya program UMKM mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengambilan manfaat, hingga tahap evaluasi. Perencanaan Sebelum program ini dilaksanakan, pihak PT Indocement Tunggal Prakarsa melalui CSR-nya menginformasikan Program UMKM melalui Bilikom (Bina Lingkungan Komunikasi) bersamaan dengan program-program lainnya. Bilikom merupakan sebuah forum komunikasi dan diskusi antara CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan masyarakat desa binaan yang dilakukan 4 (empat) kali setiap tahunnya, yaitu setiap 3 (tiga) bulan sekali. Melalui forum ini, perusahaan menginformasikan program-program yang akan dilaksanakan selama satu tahun kedepan, selanjutnya juga dapat diketahui perkembangan-perkembangan program yang sedang dilaksanakan, respon masyarakat terhadap program, permasalahan yang terdapat di desa binaan serta dapat mengetahui kebutuhan masyarakat. Bilikom juga membahas mengenai Program Prioritas Desa yang merupakan program pengajuan dari desa kepada perusahaan. Program Prioritas Desa ini berbeda-beda pada tiap desa karena disesuaikan dengan kebutuhan pada masingmasing desa. Bilikom dihadiri minimal oleh 6 unsur sebagai berikut: 1. Unsur pemerintahan; 2. Unsur badan perwakilan desa (BPD); 3. Unsur lembaga pemberdayaan Masyarakat (LPM); 4. Unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda;
38 5. Unsur ibu-ibu PKK; 6. Perwakilan dari perusahaan (CSR Departement, Security Departement, dan karyawan bagian produksi) Rencana pengadaan program UMKM disampaikan pada forum Bilikom di setiap desa, termasuk Desa Lulut, selanjutnya penyebaran informasi kepada masyarakat luas dilakukan oleh unsur-unsur masyarakat yang hadir dalam Bilikom. Sasaran program ini yaitu para pemilik usaha yang ingin mengembangkan usahanya serta masyarakat yang akan memulai usaha. Masyarakat yang berminat untuk mengajukan pinjaman modal harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan dan mendapat rekomendasi dari pemerintahan desa untuk kemudian diseleksi oleh perusahaan mengenai kelayakan calon penerima pinjaman dari aspek potensi usaha. Pelaksanaan Setelah perusahaan melakukan seleksi kelayakan calon penerima pinjaman pada tahap sebelumnya, selanjutnya adalah tahap pencairan pinjaman modal usaha. Besarnya pinjaman modal usaha yang diberikan kepada masing-masing peminjam berbeda-beda disesuaikan dengan skala usaha yang telah dimilikinya. Semakin besar dan potensial usaha yang dimiliki, akan semakin besar pula pinjaman yang dapat diajukan. Pada awal pinjaman, pemohon hanya dapat mengajukan pinjaman paling besar yaitu Rp5 juta. Setelah disetujui, selama proses pembayaran angsuran, penerima program dipantau oleh perusahaan untuk melihat perkembangan usahanya. Apabila pembayaran angsuran lancar dan usahanya berkembang, pemilik usaha dapat mengajukan pinjaman yang jumlahnya lebih besar lagi hingga Rp 20 juta. Pencairan pinjaman ini rata-rata bukan berupa uang, namun berupa barang-barang yang diperlukan untuk menjalankan usaha, ada yang berupa barang dagangan, bahan baku, ada juga yang berupa alat produksi. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak SLM berikut: “Malah dikasihnya berbentuk barang waktu itu, tidak berbentuk uang. Dari sana udah dibelanjain, kita tinggal makek.” – Bapak SLM (lihat Lampiran 9, tema pertama, alinea ke-3). Jenis usaha yang dijalankan oleh penerima program ini ditentukan sendiri oleh penerima program. Kemudian setelah pinjaman modal usaha cair, ada semacam pelatihan mengenai pengelolaan keuangan usaha secara sederhana yang diadakan di P3M (Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat) milik PT Indocement Tunggal Prakarsa yang terletak di bekas tambang Quarry Hambalang. Selain itu juga terdapat kunjungan dari koordinator desa dan staff CSR lainnya untuk melihat dan memantau perkembangan usaha para peminjam. Terkadang juga terdapat wartawan yang mengekspose beberapa usaha dari penerima program UMKM. Sampai saat ini di Desa Lulut terdapat 19 orang yang telah menerima pinjaman modal bergulir tersebut.
39 Manfaat Program Program UMKM yang telah berlangsung sangat memberikan manfaat terutama para penerima program pinjaman. Selain memberikan manfaat kepada penerima program, program ini juga membuka peluang usaha bagi masyarakat untuk dapat bekerja pada penerima program yang memiliki skala usaha besar dan memerlukan karyawan. Program ini juga membantu menyelesaikan masalah pengangguran yang ada di desa binaan. ―Yang paling besar mendapat manfaat program UMKM ya masyarakat penerima program, karena mereka mengalami peningkatan ekonomi, dari yang awalnya menganggur menjadi punya usaha sendiri, dari yang awalnya usaha kurang berkembang jadi lebih berkembang. Kalau pemerintah mendapat manfaat tidak langsung, yaitu berkurangnya pengangguran yang ada di desanya.‖ – Bapak MSN (lihat Lampiran 9, tema ke-3, alinea ke-2). Evaluasi Pada setiap akhir tahun diadakan evaluasi program UMKM yang dilaksanakan oleh staf CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa untuk melihat kelancaran penerima program dalam membayar angsuran pinjamannya sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pencairan pinjaman modal usaha selanjutnya apabila yang bersangkutan ingin mengajukan pinjaman modal usaha lagi. Selain itu hasi evaluasi ini juga dapat digunakan untuk bahan acuan dalam mencairkan pinjaman modal usaha untuk pemohon-pemohon yang baru mengajukan. Sesuai kenyataan di lapangan bahwa adanya kredit macet di suatu desa dapat menghambat pencairan dana bagi pemohon yang baru mengajukan. ―Walaupun udah dikasih banyak keringanan kenyataan di lapangan masih susah buat bayar... Sebenernya enak kalo mereka pada bayar. Sekarang yang menjadi dibebankan itu kepada yang mau minjem-minjem sekarang, yang baru-baru, jadi susah mereka‖— Bapak RSD (lihat Lampiran 9, tema pertama, alinea ke4). Misalnya saja saat ini di Desa Lulut, para calon peminjam kredit Program CSR Indocement susah untuk disetujui karena masih banyaknya kredit macet dari PKBL Bank Mandiri. Sehingga untuk saat ini hanya akan ada satu pemohon yang akan disetujui dan dijadikan percontohan. Apabila percontohan ini lancar, untuk periode berikutnya akan diberi kuota yang lebih banyak. Ikhtisar Program UMKM merupakan salah satu program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa yang termasuk ke dalam program pilar ekonomi. Program pemberian kredit modal usaha bergulir ini bekerja sama dengan program PKBM Bank Mandiri. Program UMKM bertujuan untuk membantu pengembangan usaha
40 UMKM yang berdampak pada peningkatan ekonomi bagi masyarakat desa binaan, menjadikan UMKM mandiri dan dapat berkembang berkelanjutan, mendorong UMKM untuk berperan dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di desa binaan, serta mengintegrasikan antar UMKM dan antara UMKM dengan Program SDP untuk saling bermitra. Program ini disosialisasikan dan melibatkan masyarakat Desa Lulut melalui forum Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Masyarakat Desa Lulut dapat mengajukan permohonan pinjaman modal usaha dengan memenuhi syarat dan prosedur yang ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman.
41
TINGKAT PARTISIPASI, EFEKTIVITAS PROGRAM UMKM, DAN TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM Bab ini menguraikan mengenai tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tingkat partisipasi ini dilihat pada tiap tahapan program menurut Uphoff et al. (1979) yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, serta tahap evaluasi berdasarkan tipologi tangga partisipasi Arnstein (1969) yaitu non-participation, degrees of tokenism, degrees of citizen control. Selanjutnya bab ini memaparkan efektivitas program UMKM pada 4 (empat) dari 6 (enam) aspek menurut Prayogo dan Hilarius (2012) yaitu aspek manfaat, aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan dan aspek pemberdayaan. Kemudian terakhir membahas taraf hidup dari penerima program UMKM di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Tingkat Partisipasi Penerima Program Tingkat partisipasi dianalisis untuk melihat sejauh mana keterlibatan penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM yang diadakan oleh CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa dan bekerja sama dengan PKBL Bank Mandiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tingkat partisipasi ini dilihat pada tiap tahapan program menurut Uphoff et al. (1979) yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, serta tahap evaluasi berdasarkan tipologi tangga partisipasi Arnstein (1969) yaitu non-participation, degrees of tokenism, degrees of citizen control. Tingkat partisipasi diukur menggunakan daftar pernyataan yang terdapat pada kuesioner. Tiap pernyataan mewakili tiap tingkatan. Kuesioner diberikan kepada seluruh penerima program UMKM yang terdapat di Desa Lulut yang berjumlah 19 orang. Apabila dilihat secara keseluruhan, berdasarkan data yang telah didapat, tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM adalah rendah atau dapat dikatakan partisipasi penerima programnya tergolong non-participation (tidak ada partisipasi). Data tingkat partisipasi penerima program UMKM Desa Lulut disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi tahun 2014 No 1 2
Tingkat partisipasi Non-participation Degrees of tokenism Total
∑ 11 8 19
% 57.9 42.1 100.0
Tabel 13 tersebut memperlihatkan mengenai persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasinya dalam keseluruhan tahapan program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 57.9% penerima program berada pada tingkatan non-participation, sedangkan sisanya yaitu 42.1% telah mencapai tingkatan tokenism. Persentase sebaran
42 penerima program UMKM di Desa Lulut secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4, dari gambar tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM tergolong pada tingkatan partisipasi yang kurang baik karena keterlibatan penerima program pada keseluruhan program masih minim. Tingkat partisipasi penerima program UMKM ini dipengaruhi oleh status masing-masing individu dalam pemerintahan desa. Hal ini dapat diketahui dari fakta di lapangan bahwa penerima program UMKM yang juga berstatus sebagai elit desa memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan program UMKM karena mereka terlibat dalam setiap kegiatan Bilikom yang diadakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa.
Gambar 4 Persentase penerima program berdasarkan tingkat partisipasi dalam program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tahun 2014. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penerima program UMKM dibagi ke dalam dua kategori, yaitu penerima program UMKM ITP dan UMKM ITP-Bank Mandiri. Berikut disajikan data mengenai perbandingan tingkat partisipasi antara penerima program UMKM ITP dan UMKM ITP-Bank Mandiri. Tabel 14 Perbandingan jumlah dan persentase penerima program antara UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan tingkat partisipasi tahun 2014 No Tingkat Partisipasi 1 2
Non-participation Degrees of tokenism
UMKM ITP ∑ 9 3
% 75.0 25.5
UMKM ITPBank Mandiri ∑ % 2 28.6 5 71.4
Total ∑ 11 8
% 57.9 42.1
43 Total
12
100.0
7
100.0
19
100.0
Berdasarkan data pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa penerima program UMKM yang tergolong pada UMKM ITP-Bank Mandiri memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dibanding dengan penerima program yang tergolong UMKM ITP. Berdasarkan fakta di lapangan, hal ini terjadi karena penerima program UMKM ITP-Bank Mandiri lebih sering berdiskusi dan dipantau oleh pihak CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa dan hanya sedikit yang mengalami kredit macet sehingga memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk berpartisipasi dibanding dengan penerima program UMKM ITP yang lebih banyak mengalami kredit macet. Tahap Perencanaan Menurut Uphoff et al. (1979), tahap perencanaan merupakan tahap penggalian ide, perumusan pilihan, melakukan evaluasi pilihan-pilihan tersebut, dan pengambilan keputusan dari pilihan-pilihan tersebut, serta perumusan strategi untuk melaksanakan pilihan yang telah ditetapkan. Tahap perencanaan program ini meliputi kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan pada forum bilikom yang diadakan setiap 3 bulan sekali di kantor Desa Lulut serta kegiatan seleksi kelayakan calon penerima pinjaman modal yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan data yang telah didapat di lapangan, tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada tahap perencanaan program UMKM tergolong rendah atau non-participation. Tabel 15 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan program, tahun 2014 No 1 2 3
Tingkat partisipasi pada tahap perencanaan Non-participation Degrees of tokenism Degrees of citizen control Total
∑
%
16 1 2 19
84.2 5.3 10.5 100.0
Tabel 15 tersebut memperlihatkan mengenai persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasinya pada tahap perencanaan program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 84.2% penerima program berada pada tingkat non-partisipasi, 5.3% penerima program berada di tingkat tokenism, dan 10.5% penerima program telah mencapai tingkat citizen control (kontrol masyarakat). Hal ini menunjukkan sebagian besar penerima program UMKM di Desa Lulut tidak ikut serta dalam tahap perencanaan program UMKM. Kemudian sebesar 5.3% penerima program yang berada di tingkat tokenism dan 10.5% penerima program yang berada pada tingkat citizen control telah ikut berkontribusi dalam tahap perencanaan program UMKM karena berdasarkan fakta di lapangan, mereka adalah elit desa seperti ketua RT dan RW sehingga mereka sering mengikuti forum Bilikom di kantor desa. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan program UMKM merupakan tahapan inti dan merupakan bagian terpenting dalam program UMKM. Tahapan ini merupakan tahap pencairan pinjaman modal usaha, penggunaan pinjaman dana untuk
44 menjalankan usaha, serta proses pembayaran angsuran. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 16 terlihat bahwa tingkat partisipasi penerima program UMKM pada tahap pelaksanaan program UMKM tergolong pada tingkat tokenism atau tingkat partisipasi sedang. Tabel 16 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program, tahun 2014 No 1 2 3
Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan Non-participation Degrees of tokenism Degrees of citizen power Total
∑
%
5 10 4 19
26.3 52.6 21.1 100.0
Tabel 16 tersebut memperlihatkan mengenai persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasinya pada tahap pelaksanaan program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 26.3% penerima program berada pada tingkat partisipasi terendah (non-participation), 52.6% penerima program berada pada tingkat partisipasi sedang (degrees of tokenism), dan 21.1% sisanya telah mencapai tingkat partisipasi tertinggi yaitu degrees of citizen control. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar penerima program berada pada tingkat partisipasi tokenisme. Hal ini berarti penerima program UMKM selain mendapat informasi dan pengarahan dari pihak perusahaan, penerima program juga diminta dan didengarkan pendapat serta nasihatnya, namun pengambil keputusan tetap di pihak perusahaan. Kesempatan untuk menyampaikan pendapat pada tahap pelaksanaan program tidak hanya pada saat dilaksanakan forum bilikom saja, tetapi pihak CSR perusahaan juga mengunjungi penerima program untuk melihat perkembangan usaha yang dijalankan oleh penerima program. “Dulu sih ada yang kesini, Pak Usman. Gimana usahanya? Nanya-nanya lah gitu. Ya alhamdulillah lancar.‖ – Bapak SLM (lihat Lampiran 9, tema ke-2, alinea ke-2). Tahap Pengambilan Manfaat Menurut Uphoff et al.(1979), partisipasi masyarakat untuk mendaftar ke dalam suatu proyek dapat menghasilkan paling tidak tiga manfaat yang mungkin, yaitu manfaat material, sosial, dan pribadi. Partisipasi dalam mendapatkan manfaat merupakan tujuan yang diinginkan, hal ini dapat terwujud melalui partisipasi dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada program UMKM ini, tujuan utama yang ingin diwujudkan oleh perusahaan dan penerima program adalah manfaat material yang berupa terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga dan perkembangan usaha yang dimiliki oleh penerima program. Berikut adalah data yang menunjukkan partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada tahap pengambilan manfaat program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa.
45 Tabel 17 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan manfaat program, tahun 2014 No 1 2 3
Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan manfaat Non-participation Degrees of tokenism Degrees of citizen power Total
∑
%
6 5 8 19
31.6 26.3 42.1 100.0
Tabel 17 tersebut memperlihatkan mengenai persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasinya pada tahap pengambilan manfaat program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 31.6% penerima program berada pada tingkat partisipasi terendah (non partisipasi), sebanyak 26.3% penerima program berada pada tingkat partisipasi sedang (tokenisme), dan sebanyak 42.1% sisanya sudah mencapai tingkat partisipasi tinggi (citizen power). Berdasarkan data tersebut terlihat sebagian besar penerima program UMKM di Desa Lulut merasakan bahwa merekalah pihak yang paling besar mendapatkan manfaat adanya program UMKM. Selanjutnya penerima program yang berada di tingkat partisipasi rendah dan sedang pada tahap pengambilan manfaat program adalah penerima program yang sebagian besar mengalami kredit macet atau usahanya sudah tidak berjalan lagi sehingga tidak merasakan manfaat yang maksimal dalam peningkatan ekonomi keluarganya. “Alhamdulilah neng. Dulu selesai acara hajatan nikahnya anak, barang dagangan saya semuanya habis. Saya nggak punya uang buat belanja lagi. Trus saya ikut minjem di Indocement. Ya alhamdulillah sekarang sudah berjalan lagi warungnya.‖ – Ibu ENH (lihat Lampiran 9, tema ke-3, alinea ke-2). Didukung pula dengan pendapat: ― Yang paling besar mendapat manfaat program UMKM ya masyarakat penerima program, karena mereka mengalami peningkatan ekonomi, yang awalnya nganggur jadi punya usaha sendiri, yang awalnya usahanya kurang berkembang jadi lebih berkembang.‖ – Bapak MSN (lihat Lampiran 9, tema ke-3, alinea ke-2).
Tahap Evaluasi Tahap ini merupakan tahap dimana masyarakat dapat memberikan umpan balik dari program dimana mereka terlibat. Menurut Uphoff et al. (1979), kemungkinan besar masyarakat setempat atau pemimpin lokal tidak akan berpartisipasi dalam mengevaluasi proyek, kecuali evaluasi secara khusus diatur dalam desain proyek. Aparat pemerintah mungkin akan dilibatkan dalam mengulas anggaran tahunan proyek, namun pada level lokal tidak ada yang dilibatkan. Pendapat Uphoff et al. ini sesuai dengan yang terjadi pada program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut. Berdasarkan data yang didapat di lapangan, partisipasi penerima program dalam tahap evaluasi program UMKM berada pada tingkat partisipasi yang minim yaitu non-partisipasi.
46 Berikut disajikan data tingkat partisipasi penerima program pada tahap evaluasi program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tabel 18 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi program, tahun 2014 No 1 2
Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi Non-participation Degrees of tokenism Total
∑
%
18 1 19
94.7 5.3 100.0
Tabel 18 tersebut memperlihatkan mengenai persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasinya pada tahap evaluasi program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 94.7% penerima program berada pada tingkat non-partisipasi, kemudian 5.3% penerima program berada pada tingkat partisipasi tokenism, dan tidak ada responden yang mencapai tingkat partisipasi citizen control. Hal ini berarti hampir keseluruhan evaluasi program UMKM dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, evaluasi program UMKM merupakan evaluasi mengenai kelancaran pembayaran angsuran pinjaman modal usaha yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pencairan pinjaman modal usaha periode berikutnya. Berdasarkan fakta di lapangan, tahap evaluasi ini dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak perusahaan dan hasilnya disampaikan kepada perwakilan masyarakat Desa Lulut pada saat diadakan forum Bilikom (lihat Lampiran 9, tema ke-2, alinea pertama). Efektivitas Program Efektivitas program dianalisis untuk mengetahui seberapa efektif program UMKM yang dilakasanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa. Menurut Prayogo dan Hilarius (2012), terdapat enam aspek penilaian yang digunakan untuk menilai efektivitas program CSR. Keenam aspek tersebut yaitu aspek manfaat, aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan, aspek dampak, aspek pemberdayaan, serta aspek partisipasi. Akan tetapi, penelitian ini hanya menggunakan empat diantara enam indikator tersebut yang meliputi aspek manfaat, aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan, dan aspek pemberdayaan. Aspek dampak tidak digunakaan karena akibat positif dari adanya program sudah tercakup ke dalam aspek manfaat. Kemudian, aspek partisipasi dalam penelitian ini juga tidak digunakan untuk menilai efektivitas program CSR karena menurut Irwanto dan Prabowo (2010), aspek partisipasi merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas program CSR. Efektivitas program UMKM merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang dapat diketahui dengan menggunakan empat aspek penilaian penerima program UMKM di Desa Lulut, yaitu berdasarkan penilaian penerima program mengenai tingkat manfaat program yang dirasakan penerima program terhadap pemenuhan ekonomi keluarga mereka, penilaian penerima program mengenai tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan dan potensi penerima program, penilaian penerima program mengenai tingkat keberlanjutan program UMKM, dan penilaian penerima program mengenai tingkat pemberdayaan masyarakat yang dilihat dari bertambahnya
47 pengetahuan dan keahlian penerima program setelah mengikuti program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebelum membahas masing-masing aspek tersebut, berikut adalah data yang memperlihatkan efektivitas program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa secara keseluruhan. Tabel 19 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program, tahun 2014 No 1 2 3
Efektivitas program UMKM Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 6 6 7 19
% 31.6 31.6 36.8 100.0
Tabel 19 tersebut memperlihatkan persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 31.6% penerima program memiliki penilaian yang rendah terhadap efektivitas program UMKM, kemudian sebanyak 31.6% penerima program memiliki penilaian yang sedang terhadap efektivitas program UMKM, dan 36.8% sisanya memiliki penilaian efektivitas program UMKM yang tinggi. Persentase sebaran penerima program secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program, tahun 2014 Berdasarkan Gambar 5 tersebut terlihat bahwa berdasarkan penilaian penerima program UMKM di Desa Lulut, efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa tergolong tinggi, namun antara penerima program
48 yang memiliki penilaian efektivitas rendah, sedang dan tinggi, perbedaan persentasenya tidak terpaut jauh, bahkan penilaian efektivitas rendah dan sedang memiliki persentase yang sama. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas program belum maksimal. Berdasarkan analisis fakta di lapangan, rata-rata penerima program yang mengalami kredit macet pada proses pembayaran angsuran modal pinjaman memberikan penilaian yang kurang baik pada efektivitas program UMKM dikarenakan usaha yang dijalankan mengalami gulung tikar atau kebangrutan. Efektivitas program UMKM atau dapat dikatakan keberhasilan program UMKM berada di tangan penerima program karena penerima program adalah aktor utama dalam pelaksanaan program UMKM. “Keberhasilan terlaksananya program UMKM ini terletak pada penerima program itu sendiri, karena penerima programlah yang menjadi aktor utama, pihak Indocement, Bank Mandiri dan LPM sifatnya hanyalah membantu memberi fasilitas.‖ – Bapak MSN (lihat Lampiran 9, tema ke-3, alinea pertama). Selanjutnya Tabel 20 berikut memaparkan mengenai perbandingan efektivitas program antara UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri. Tabel 20 Perbandingan jumlah dan persentase penerima program antara UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan efektivitas program UMKM tahun 2014 No 1 2 3
Efektivitas Program UMKM Rendah Sedang Tinggi Total
UMKM ITP ∑ 6 4 2 12
% 50.0 33.3 16.7 100.0
UMKM ITPBank Mandiri ∑ % 0 0.0 2 28.6 5 71.4 7 100.0
Total ∑ 6 6 7 19
% 31.6 31.6 36.8 100.0
Berdasarkan Tabel 20 tersebut dapat diketahui bahwa program UMKM ITPBank Mandiri memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibanding program UMKM ITP. Hal ini berhubungan dengan perkembangan dan keberhasilan usaha yang dimiliki oleh penerima program. Penerima program UMKM ITP-Bank Mandiri mayoritas memiliki usaha yang lebih berhasil, lebih berkembang, dan memiliki skala usaha yang lebih besar dibanding dengan penerima program UMKM ITP. Ini dikarenakan penerima program UMKM ITP-Bank Mandiri mendapatkan pinjaman modal yang lebih besar dibanding UMKM ITP. (Lihat Lampiran 9, tema pertama, alinea ke-3) Tingkat Manfaat Program Prayogo dan Hilarius (2012) menyatakan bahwa penilaian aspek manfaat merupakan tingkat manfaat program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima program berdasarkan tingkat kebutuhannya. Tingkat manfaat program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa merupakan penilaian penerima program mengenai manfaat program UMKM untuk meningkatkan perekonomian keluarga penerima program dan pemenuhan kebutuhan ekonomi penerima program. Berikut adalah data yang menyajikan penilaian penerima program UMKM di Desa Lulut mengenai tingkat manfaat program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa.
49 Tabel 21 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat manfaat program, tahun 2014 No 1 2 3
Tingkat manfaat program UMKM Rendah Sedang Tinggi Total
∑
%
8 7 4 19
42.1 36.8 21.1 100.0
Tabel 21 tersebut memperlihatkan persebaran penerima program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat manfaat program. Sebanyak 42.1% penerima program memiliki penilaian yang rendah terhadap tingkat manfaat program UMKM, selanjutnya sebanyak 36.8% penerima program memiliki penilaian yang sedang terhadap tingkat manfaat program UMKM, dan sisanya yaitu sebanyak 21.1% penerima program memiliki penilaian yang tinggi terhadap tingkat manfaat prgram UMKM. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas penerima program UMKM di Desa Lulut memiliki penilaian yang rendah mengenai tingkat manfaat program UMKM dalam memenuhi kebutuhan ekonomi penerima program. Penilaian penerima program pada tingkat manfaat program ini dipengaruhi oleh perkembangan usaha mereka. Penerima program yang mengalami perkembangan usaha yang baik cenderung memberikan penilaian yang baik pula pada manfaat program UMKM. ―....,mereka (penerima program) mengalami peningkatan ekonomi, yang awalnya nganggur jadi punya usaha sendiri, yang awalnya usahanya kurang berkembang jadi lebih berkembang.‖ – Bapak MSN (lihat Lampiran 9, tema ke-3, alinea ke-2). Tingkat Kesesuaisan Program Penilaian efektivitas program CSR pada aspek kesesuaian program merupakan kesesuaian program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal (Prayogo dan Hilarius 2012). Hal ini digunakan pula untuk melihat efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tingkat kesesuaian program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yaitu seberapa sesuai program UMKM terhadap pemenuhan kebutuhan penerima program dalam hal peningkatan dan pemenuhan ekonomi keluarga penerima program. Berikut adalah data mengenai jumlah dan persentase penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan penilaian mereka terhadap tingkat kesesuaian program UMKM. Tabel 22 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat kesesuaian program, tahun 2014 No 1 2 3
Tingkat Kesesuaaian Program UMKM Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 4 5 10 19
% 21.1 26.3 52.6 100.0
50 Tabel 22 tersebut memperlihatkan persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat kesesuaian program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 21.1% penerima program UMKM menilai bahwa kesesuaian program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa terhadap pemenuhan kebutuhan dalam hal peningkatan dan pemenuhan ekonomi masih rendah. Kemudian 26.3% diantaranya menilai sedang mengenai kesesuaian program UMKM ini dan sisanya yaitu 52.6% yang merupakan mayoritas penerima program UMKM di Desa Lulut memiliki penilaian yang tinggi terhadap kesesuaian program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Berdasarkan Tabel 22 tersebut kita dapat menyatakan bahwa tingkat kesesuaian program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa terhadap pemenuhan kebutuhan dalam hal peningkatan ekonomi penerima program di Desa Lulut adalah tinggi. Hal ini berarti penilaian terhadap kesesuaian program tidak begitu ditentukan oleh perkembangan usaha, atau dalam kata lain penerima program yang usahanya kurang berkembang pun menganggap program ini sebenarnya sesuai dengan kebutuhan mereka untuk meningkatkan perekonomian mereka. Seperti halnya kasus usaha Bapak RBD yang saat wawancara diwakili oleh isterinya. Usaha Bapak RBD ini awalnya mengalami perkembangan yang cukup baik, namun karena tertipu oleh rekan kerjanya, akhirnya usaha yang dimiliki oleh Bapak RBD ini harus gulung tikar. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa keluarga Bapak RBD memberikan penilaian yang rendah pada manfaat program karena program ini tidak mampu meningkatkan perekonomian keluarga, namun keluarga Bapak RBD memberikan penilaian yang tinggi pada kesesuaian program UMKM karena keluarga ini menganggap bahwa program ini memang susuai dengan kebutuhan keluarga untuk meningkatkan perekonomian walaupun dalam perjalanannya mengalami kegagalan. Tingkat Keberlanjutan Program Menurut Prayogo dan Hilarius (2012) tingkat keberlanjutan program adalah seberapa kemampuan berlanjutnya program yang dapat dilakukan oleh penerima program jika bantuan telah selesai atau dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen. Apabila dikaitkan dengan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, maka tingkat keberlanjutan program UMKM adalah seberapa kemampuan penerima program UMKM untuk melanjutkan program UMKM (dalam arti melanjutkan usaha yang dimiliki penerima program) apabila pihak PT Indocement Tunggal Prakarsa dan pihak Bank Mandiri menghentikan pemberian bantuan modal bergulirnya. Tabel 23 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat keberlanjutan program, tahun 2014 No 1 2 3
Tingkat keberlanjutan program UMKM Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 8 3 8 19
% 42.1 15.8 42.1 100.0
51 Tabel 23 memperlihatkan persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat keberlanjutan program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 42.1% penerima program memberikan penilaian yang rendah pada tingkat keberlanjutan program ini, selanjutnya 15.8% penerima program memberikan penilaian sedang, dan 42.1% lainnya memberikan penilaian yang tinggi terhadap tingkat keberlanjutan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa penerima program yang memberikan penilaian rendah dan tinggi pada tingkat keberlanjutan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa menunjukkan persentase yang sama besar. Hal ini berarti penerima program yang optimis tetap mampu mengembangkan usahanya dan penerima program yang merasa tidak mampu mengembangkan usahanya apabila PT Indocement Tunggal Prakarsa menghentikan pemberian modal usaha bergulir, persentasenya sama besar. Menurut analisis di lapangan, penilaian mengenai tingkat keberlanjutan program UMKM ini juga dipengaruhi oleh keberhasilan perkembangan usaha yang dimiliki oleh penerima program. Penerima program yang usahanya sudah berkembang baik cenderung optimis mampu melanjutkan usahanya apabila tidak mendapat pinjaman modal usaha lagi dari PT Indocement. Sebaliknya, penerima program yang merasa tidak mampu mengembangkan usahanya apabila PT Indocement Tunggal Prakarsa berhenti atau tidak lagi memberikan pinjaman modal usaha adalah mereka yang usahanya kurang berkembang atau bahkan yang usahanya telah berhenti karena gulung tikar. Seperti kasus usaha ternak ayam petelur yang pernah dimiliki oleh Bapak KD, Bapak MNS dan Bapak UTG yang terpaksa harus berhenti karena ayam petelur yang dimiliki terkena penyakit dan semua ayam mati. Tingkat Pemberdayaan Aspek penilaian efektivitas program UMKM selanjutnya adalah tingkat pemberdayaan. Aspek pemberdayaan dilihat dari seberapa signifikan tingkat pemberdayaan yang dirasakan penerima program yang diakibatkan program, baik dari segi keahlian maupun organisasi atau majanemen (Prayogo dan Hilarius 2012). Pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, tingkat pemberdayaan berarti seberapa berdaya penerima program UMKM yang dilihat dari bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan penerima program dalam hal pengembangan usaha maupun pengelolaan keuangan usaha, akibat adanya program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Berikut disajikan data mengenai penilaian penerima program UMKM di Desa Lulut terhadap tingkat pemberdayaan yang diakibatkan oleh program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tabel 24 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat pemberdayaan, tahun 2014 No 1 2 3
Tingkat pemberdayaan Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 9 5 5 19
% 47.4 26.3 26.3 100.0
52 Tabel 24 ini memperlihatkan persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan tingkat pemberdayaan yang diakibatkan oleh program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sebanyak 47.4% penerima program memberikan penilaian rendah pada tingkat pemberdayaan akibat program UMKM, kemudian 26.3% penerima program memberikan penilaian sedang, dan 26.3% sisanya memberikan penilaian tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar penerima program merasa tidak mengalami pertambahan pengetahuan dan keterampilan dalam hal pengembangan usaha dan pengelolaan keuangan usaha yang diakibatkan dari adanya program UMKM ini. Hal ini terjadi karena pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa baik yang berkaitan langsung dengan usaha yang dimiliki penerima program (misalnya pelatihan kerajinan tangan, pelatihan budidaya ikan hias, dll) maupun pelatihan manajemen keuangan tidak menyentuh keseluruhan penerima program. Selain itu materi pelatihan yang disampaikan kurang lengkap karena hanya memberikan materi yang relevan bagi penerima program yang baru mendirikan usahanya dan tidak memberikan materi yang relevan bagi penerima program yang usahanya sudah berjalan. ―Waktu itu saya pernah diundang seminar, pelatihan gitu lah, di Hambalang. Tapi kalau menurut saya, gimana ya, kalau untuk pengusaha yang sudah berjalan, pelatihan seperti itu kurang tepat. Jadi yang dibahasnya teh seolah-olah kita baru mau mulai buka usaha, nggak dibahas gimana cara ngembangin usaha. Tapi menurut saya pelatihan seperti itu ya bagus, cuma kurang tepat aja materinya.‖ – Bapak SLM (lihat Lampiran 9, tema ke-3, alinea ke-3). Taraf Hidup Penerima Program UMKM di Desa Lulut Taraf hidup menunjukkan seberapa kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Owolabi dan Olu-Owolabi seperti yang dikutip oleh Azimi (2013) menjelaskan mengenai kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia. Kriteria tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak, harus dilaksanakan dan dipenuhi sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga kelangsungan hidup. Penelitian ini mengukur taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa menggunakan indeks komposit dengan melihat variabel pendapatan rata-rata keluarga per bulan, pengeluaran rata-rata keluarga per bulan, status kepemilikan rumah yang ditempati, jenis rumah yang ditempati, luas rumah yang ditempati, bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari, kepemilikan barang elektronik, tempat berobat ketika keluarga sedang sakit, pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh kebanyakan dari anggota keluarga, dan kepemilikan alat transportasi. Selain variabel tersebut, terdapat dua variabel lain yang juga ditanyakan pada saat wawancara, yaitu variabel daya listrik yang digunakan dan sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Variabel daya listrik tidak dimasukkan ke dalam perhitungan indeks komposit karena data yang didapat pada variabel ini tidak dapat diperbandingkan, yaitu terdapat beberapa responden yang tidak lagi
53 menggunakan listrik dengan sistem besarnya daya tetapi menggunakan listrik dengan sistem isi ulang pulsa. Kemudian untuk data yang diperoleh pada variabel sumber air bersih juga tidak dapat diperbandingkan karena data yang diperoleh di lapangan pada variabel tersebut ternyata homogen. Hasil penghitungan indeks komposit taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dapat dilihat pada Lampiran 4. Taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Skor taraf hidup dan kategori penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tahun 2014 No 1 2
Lapisan sosial Bawah Atas
Skor taraf hidup
Taraf hidup
Rendah 811.2 Tinggi 1 188.8 Tabel 25 menunjukkan bahwa taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut berbanding lurus dengan lapisan sosial mereka di dalam program UMKM. Taraf hidup yang tinggi menunjukkan bahwa penerima program memiliki kemampuan yang baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembagian lapisan sosial didasarkan pada besarnya jumlah pinjaman modal bergulir yang didapatkan. Penerima program yang mendapatkan pinjaman modal sebesar ≤ Rp5 000 000 digolongkan ke dalam lapisan sosial bawah, sedangkan penerima program yang mendapatkan pinjaman modal sebesar > Rp5 000 000 s/d Rp20 000 000 digolongkan ke dalam lapisan sosial atas. Pembagian lapisan sosial ini didasarkan pada besarnya pinjaman modal yang didapat karena besarnya pinjaman modal dapat merepresentasikan besarnya usaha yang dimiliki oleh penerima program UMKM. Berikut disajikan data mengenai persebaran penerima program UMKM di Desa Lulut berdasarkan taraf hidup. Tabel 26 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan taraf hidup, tahun 2014 No 1 2
∑ 12 7 19
Taraf hidup Rendah Tinggi Total
% 63.2 36.8 100.0
Tabel 26 memperlihatkan bahwa sebanyak 63.2% penerima program UMKM di Desa Lulut memiliki taraf hidup rendah dan 36.8% penerima program memiliki taraf hidup tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas penerima program UMKM di Desa Lulut berada pada taraf hidup yang rendah. Hal ini terjadi karena rata-rata usaha yang dimiliki oleh penerima program adalah usaha pada skala mikro dan terdapat beberapa penerima program yang mengalami kebangkrutan pada usahanya. Ikhtisar Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa pada program tersebut berada pada derajat non-participation. Tingkat partisipasi penerima program tergolong nonparticipation karena apabila dilihat pada tiap tahapan program menunjukkan tingkat partisipasi yang kurang baik. Pada tahap perencanaan dan evaluasi program UMKM, tingkat partisipasi penerima program berada pada derajat non-
54 participation. Pada tahap pelaksanaan tingkat partisipasi penerima program berada pada derajat degrees of tokenism. Hanya tahap pengambilan manfaat saja yang telah mencapai tingkat degrees of citizen power. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerima program kategori UMKM ITP-Bank Mandiri memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dibanding penerima program UMKM ITP. Efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa berdasarkan hasil penelitian ini tergolong tinggi, namun kurang maksimal karena berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 19 selisih antara penilaian rendah, sedang, dan tinggi sangatlah sedikit. Hal ini dikarenakan penilaian efektivitas program pada masing-masing aspek beragam. Aspek tingkat manfaat program dan tingkat emberdayaan menunjukkan nilai yang rendah, selanjutnya aspek tingkat kesesuaian program menunjukkan nilai tinggi, sedangkan aspek tingkat keberlanjutan program menunjukkan persentase yang sama besar antara penialaian rendah dan tinggi. Selain itu program UMKM ITP dan UMKM ITPBank Mandiri juga menunjukkan efektivitas yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa program UMKM ITP-Bank Mandiri lebih efektif dibanding program UMKM ITP. Taraf hidup penerima program dilihat berdasarkan lapisan sosial mereka dalam program UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taraf hidup penerima program UMKM berbanding lurus dengan lapisan sosial mereka dalam program UMKM. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut mayoritas adalah rendah.
55
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI, EFEKTIVITAS PROGRAM UMKM, DAN TARAF HIDUP Hasil analisis masing-masing variabel dalam penelitian ini yang meliputi tingkat partisipasi penerima program UMKM, efektivitas program UMKM, dan taraf hidup penerima program UMKM telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab ini membahas mengenai hasil analisis hubungan antar variabel tersebut. Pertama, analisis hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM. Kedua, analisis hubungan efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program UMKM. Ketiga, analisis hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM dengan taraf hidup penerima program. Penelitian ini menggunakan tabel tabulasi silang yang didukung dengan uji Rank Spearman untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diuji serta mengetahui seberapa kuat hubungan diantara variabel tersebut. Signifikasi menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diketahui apabila nilai sig (2-tailed) kurang dari nilai alpha. Kekuatan hubungan atau kekuatan signifikasi diketahui dari nilai Corelation Coefficient dengan kriteria sebagai berikut (Bungin seperti yang dikutip Lubis 2013): a. +0,70 – +ke atas : hubungan positif yang sangat kuat b. +0,50 – +0,69 : hubungan positif yang mantap : hubungan positif yang sedang c. +0,30 – +0,49 d. +0,10 –+0,29 : hubungan positif yang tak berarti e. -0,00 – -0,09 : hubungan negatif yang tak berarti f. -0,01 – -0,29 : hubungan negatif yang rendah g. -0,30 – -0,49 : hubungan negatif yang sedang h. -0,50 – -0,69 : hubungan negatif yang mantap i. -0,70 – -ke bawah : hubungan negatif yang sangat kuat Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program dengan Efektivitas Program UMKM Tingkat partisipasi merupakan tingkat keterlibatan masyarakat penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa yang bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri. Efektivitas program UMKM menggambarkan tingkat keberhasilan program UMKM berdasarkan penilaian penerima program. Tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut kemudian dihubungkan dengan efektivitas program tersebut. Tabel 27 berikut merupakan hasil tabulasi silang antara tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut dengan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa.
56 Tabel 27 Jumlah dan persentase penerima prgram UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi dan efektivitas program tahun 2014 No 1 2
Tingkat partisipasi Non Participation Degrees of Tokenism Total
Efektivitas program Rendah Sedang Tinggi ∑ % ∑ % ∑ % 5 45.5 4 36.4 2 18.2 1 12.5 2 25.0 5 62.5 6 31.6 6 31.6 7 36.8
Total ∑ 11 8 19
% 100.0 100.0 100.0
Tabel 27 memperlihatkan hubungan antara tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut dengan efektivitas program UMKM. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penerima program UMKM yang memiliki tingkat partisipasi pada derajat non-participation, mayoritas (45.5%) memberikan penilaian yang rendah pada efektivitas program UMKM, sedangkan penerima program yang telah berada pada derajat degrees of tokenism pada tingkat partisipasinya mayoritas (62.5%) memberikan penilaian yang tinggi pada efektivitas program UMKM. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka semakin tinggi pula penilaian efektivitas program yang diberikan, atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Adanya hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM ini juga didukung oleh uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0,045. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.05 dengan selang kepercayaan 95%. Uji hubungan pada variabel tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.464. Maka dari itu dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang sedang antara partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM (lihat Lampiran 5). Hal ini berarti bahwa tingkat partisipasi yang baik tidak selalu diikuti dengan efektivitas program yang baik pula karena terdapat penerima program yang memiliki tingkat partisipasi tokenisme namun memberikan penilaian yang rendah pada efektivitas program UMKM. Seperti yang terjadi pada Bapak MNL yang merupakan ketua RT dan sering menghadiri forum Bilikom sehingga memiliki tingkat partisipasi pada level tokenisme. Akan tetapi Bapak MNL ini memiliki penilaian yang rendah pada efektivitas program UMKM karena usaha ternak ayam petelur yang dimilikinya sudah tidak berjalan lagi dan mengalami kredit macet. Akan tetapi, tingkat partisipasi yang tinggi cenderung diikuti oleh efektivitas program yang baik. Hubungan Efektivitas Program UMKM dengan Taraf Hidup Penerima Program Taraf hidup penerima program UMKM menunjukkan kemampuan penerima program dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya beserta rumah tangganya.
57 Berikut dibahas mengenai hubungan antara efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut. Tabel 28 berikut merupakan hasil tabulasi silang antara efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut dengan taraf hidup penerima programnya. Tabel 28 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program dan taraf hidup tahun 2014 No 1 2 3
Efektivitas program Rendah Sedang Tinggi Total
Taraf hidup Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 6 100.0 0 0.0 4 66.7 2 33.3 2 28.6 5 71.4 12 63.2 7 36.8
Total ∑ 6 6 7 19
% 100.0 100.0 100.0 100.0
Tabel 28 menunjukkan hubungan antara efektivitas program UMKM di Desa Lulut dengan taraf hidup penerima program UMKM. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penerima program UMKM yang memberikan penilaian rendah pada efektivitas program UMKM semuanya (100%) memiliki taraf hidup yang rendah, kemudian penerima program yang memberikan penilaian sedang pada efektivitas program UMKM mayoritas (66.7%) memiliki taraf hidup yang rendah, sedangkan penerima program UMKM yang memberikan penilaian tinggi pada efektivitas program UMKM mayoritas (71.4%) memiliki taraf hidup yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penerima program memberikan penilaian terhadap efektivitas program UMKM maka semakin tinggi pula taraf hidup penerima program tersebut, atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program. Adanya hubungan diantara kedua variabel ini juga didukung oleh uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0.005. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.01 dengan selang kepercayaan 99%. Uji hubungan pada variabel efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.613. Maka dari itu dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang mantap antara efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program (lihat Lampiran 5). Hal ini berarti bahwa efektivitas program yang baik cenderung diikuti oleh taraf hidup yang baik dan begitu pula sebaliknya, efektivitas program yang rendah juga cenderung diikuti dengan taraf hidup yang rendah, bahkan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 28, penerima program yang memberikan penilaian rendah pada efektivitas program 100% memiliki taraf hidup yang rendah. Akan tetapi, terdapat 28.6% penerima program yang memberikan penilaian tinggi pada efektivitas program UMKM namun memiliki taraf hidup yang rendah. Salah satu penerima program yang termasuk ke dalam 28,6% tersebut adalah ibu ENH. Ibu ENH memberikan penilaian yang tinggi pada efektivitas program UMKM karena program pinjaman modal usaha dari PT Indocement Tunggal Prakarsa telah mampu membangkitkan usahanya kembali
58 dari yang awalnya sempat terhenti karena keterbatasan modal. Ibu ENH memiliki taraf hidup yang rendah walaupun memberikan penilaian efektivitas program yang tinggi karena usaha yang dimiliki Ibu ENH masih berkembang pada skala mikro. Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program UMKM dengan Taraf Hidup Penerima Program Tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut masing-masing telah dibahas pada bagian sebelumnya. Bagian ini membahas mengenai hubungan antara tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut. Tabel 29 berikut merupakan hasil tabulasi silang antara tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut dengan taraf hidup penerima programnya. Tabel 29 Jumlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi dan taraf hidup tahun 2014 No 1 2
Tingkat partisipasi Non Participation Degrees of Tokenism Total
Taraf hidup Rendah Tinggi ∑ % ∑ % 9 81.8 2 18.2 3 37.5 5 62.5 12 63.2 7 36.8
Total ∑ 11 8 19
% 100.0 100.0 100.0
Tabel 29 memperlihatkan hubungan antara tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut dengan taraf hidup penerima program UMKM. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penerima program UMKM yang memiliki tingkat partisipasi pada derajat non-participation, mayoritas (81.8%) memiliki taraf hidup yang rendah, sedangkan penerima program yang telah berada pada derajat degrees of tokenism pada tingkat partisipasinya mayoritas (62.5%) memiliki taraf hidup yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka semakin tinggi pula taraf hidup penerima programnya, atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Adanya hubungan diantara kedua variabel ini juga didukung oleh uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0.051. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.1 dengan selang kepercayaan 90%. Uji hubungan pada variabel tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.454. Maka dari itu dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang sedang antara tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program (lihat Lampiran 5). Hal ini berarti bahwa tingkat partisipasi yang tinggi tidak selalu diikuti dengan taraf hidup penerima program yang tinggi pula. Begitu pula tingkat partisipasi yang rendah tidak selalu diikuti dengan taraf hidup yang rendah pula, seperti yang terjadi pada Bapak UST. Berdasarkan hasil wawancara
59 terstruktur menggunakan instrumen kuesioner, Bapak UST memiliki tingkat partisipasi yang rendah (non-partisipasi) namun memiliki taraf hidup yang tinggi. Hal ini terjadi karena Bapak UST bukan elit desa sehingga tidak hadir dalam forum bilikom yang menyebabkan tingkat partisipasinya dalam program UMKM rendah. Ikhtisar Uji korelasi Rank Spearman dan pengolahan data pada tabel tabulasi silang digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan diantara variabel yang dibahas dalam penelitian ini yaitu variabel tingkat partisipasi penerima program, variabel efektivitas program UMKM, dan variabel taraf hidup penerima program. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0.045. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.05 dengan selang kepercayaan 95%. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0.005. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.01 dengan selang kepercayaan 99%. Selain itu, juga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program UMKM yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0.051. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.1 dengan selang kepercayaan 90%.
60
61
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa terdiri dari dua kategori program, yaitu program Community Development (CD) 5 pilar dan program Sustainability Development Programme (SDP). Program UMKM merupakan program pemberian pinjaman modal usaha bergulir dan termasuk ke dalam kategori program CD 5 pilar yaitu pada pilar ekonomi. Desa Lulut merupakan salah satu desa binaann PT Indocement Tunggal Prakarsa yang juga mendapat program UMKM. Program pemberian kredit modal usaha bergulir ini bekerja sama dengan program PKBM Bank Mandiri. Program UMKM bertujuan untuk membantu pengembangan usaha UMKM yang berdampak pada peningkatan ekonomi bagi masyarakat desa binaan, menjadikan UMKM mandiri dan dapat berkembang berkelanjutan, mendorong UMKM untuk berperan dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di desa binaan, serta mengintegrasikan antar UMKM dan antara UMKM dengan Program SDP untuk saling bermitra. Program ini disosialisasikan dan melibatkan masyarakat Desa Lulut melalui forum Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Desa Lulut memiliki luas wilayah 2 270.25 hektar dan terdiri dari 4 dusun. Mayoritas latar belakang pendidikan masyarakat Desa Lulut hanya sampai pada taraf SD dan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagian besar berada pada tingkat Keluarga Sejahtera 2 (KS 2). Sampai saat ini, penduduk Desa Lulut mayoritas berasal dari etnis Sunda walaupun sudah mulai banyak pendatang dari luar daerah. Meskipun demikian, nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan di desa ini sudah mulai berkurang serta cenderung individualistik akibat industrialisasi. Penduduk Desa Lulut saat ini mayoritas bekerja pada sektor industri dan jasa dan hanya sebagian kecil saja yang masih bekerja di sektor pertanian yang disebabkan pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. Tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tergolong non-participation, terlihat dari tingkat partisipasi penerima program pada tahap perencanaan dan evaluasi program UMKM yang berada pada derajat non-participation, tingkat partisipasi penerima program pada tahap pelaksanaan yaitu degrees of tokenism, dan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan manfaat yang telah mencapai tingkat degrees of citizen power. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerima program kategori UMKM ITP-Bank Mandiri memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dibanding penerima program UMKM ITP. Efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa berdasarkan hasil penelitian ini tergolong tinggi namun belum maksimal. Hal ini terlihat dari aspek tingkat manfaat program dan tingkat pemberdayaan yang menunjukkan nilai rendah, aspek tingkat kesesuaian program yang menunjukkan nilai tinggi, serta aspek tingkat keberlanjutan program yang menunjukkan persentase yang sama besar antara penialaian rendah dan tinggi. Selain itu program UMKM ITP
62 dan UMKM ITP-Bank Mandiri juga menunjukkan efektivitas yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa program UMKM ITPBank Mandiri lebih efektif dibanding program UMKM ITP. Taraf hidup penerima program dilihat berdasarkan lapisan sosial mereka dalam program UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taraf hidup penerima program UMKM berbanding lurus dengan lapisan sosial mereka dalam program UMKM. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut mayoritas adalah rendah. Berdasarkan hasil tabel tabulasi silang yang didukung dengan uji korelasi Rank Spearman, ditemukan adanya hubungan antara tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM, hubungan diantara kedua variabel ini merupakan hubungan positif yang sedang. Selain itu juga terdapat hubungan antara efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program, hubungan diantara dua variabel ini termasuk hubungan positif yang mantap. Berdasarkan hasil tabel tabulasi silang dan uji Ranks Spearman juga ditemukan adanya hubungan positif yang sedang antara tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program UMKM.
Saran Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian mengenai tingkat partisipasi penerima program UMKM dan taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran dari penelitian ini. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas program UMKM memiliki hubungan positif yang mantap (kuat) dengan taraf hidup penerima program UMKM. Maka dari itu, untuk meningkatkan taraf hidup penerima program UMKM, PT Indocement Tunggal Prakarsa seharusnya meningkatkan efektivitas program tersebut. 2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kategori program UMKM ITPBank Mandiri memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibanding UMKM ITP. Maka dari itu, saran yang diajukan untuk meningkatkan efektivitas program UMKM adalah dengan memfokuskan program UMKM pada kategori program UMKM ITP-Bank Mandiri. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai tingkat partisipasi dan taraf hidup masyarakat desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa pada program yang lainnya di di Desa Lulut.
63
DAFTAR PUSTAKA Anatan L. 2009. Corporate Social Responsibility (CSR), tinjauan teoritis dan praktik di Indonesia. JM [Internet]. [Diakses 2014 Mar 15]; 8(2):-. Dapat diakses di http://cls.maranatha.edu/khusus/ojs/index.php/jurnalmanajemen/article/view/220 Anugrah IS. 2013. Pemberdayaan masyarakat (petani) pedesaan dalam perspektif Corporate Social Responsibility (CSR). PPP [Internet]. [Diakses 2014 Mar 15]; 324-351. Dapat diakses di http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_08B_MP_Iwan.pdf Arnstein SR. 1969. A ladder of citizen participation. JAPA [Internet]. [Diakses 35(4): 216-224. Dapat diakses di 2014 Mar 15]; https://www.planning.org/pas/memo/2007/mar/pdf/JAPA35No4.pdf Azimi S. 2013. Partisipasi dan dampak program CSR PTPN VII terhadap taraf hidup masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dewani AP. 2009. Kebijakan, implementasi dan komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Irwanto AK, Prabowo A. 2010. Kajian efektivitas program Corporate Social Responsibility (CSR) Yayasan Unilever Indonesia. JM [Internet]. [Diakses 2014 Mar 15]; 99-110. Dapat diakses di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/32583 [ITP] Indocement Tunggal Prakarsa. [tahun terbit tidak diketahui]. Sekilas Indocement. [Internet]. [Diakses 2014 Okt 7]. Dapat diakses di www.indocement.com _____. 2013a. Kinerja Prima di Pasar yang Kompetitif [Excellent Performance in a Competitive Environment] [Annual report]. [Internet]. [Diakses 2014 Okt 7]. Dapat diakses di www.indocement.com _____. 2013b. Pertumbuhan Berkelanjutan dengan Nilai-nilai Tanggung Jawab yang Kuat [Sustaining Growth with Strong Values of Responsibilities] [Sustainability report]. [Internet]. [Diakses 2014 Sep 7]. Dapat diakses di www.indocement.com [ITP; IPB] Indocement Tunggal Prakarsa; Institut Pertanian Bogor. 2011. Persepsi Masyarakat Desa Binaan terhadap Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa. Bogor (ID): IPB ITP. Kali A. 2011. Analisis partisipasi masyarakat terhadap perencanaan dan pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Mektek [Internet]. [Diakses 2014 Mar 15]; 13(3):161-168. Dapat diakses di http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Mektek/article/view/499 Lestari T. 2010. Konversi lahan pertanian dan perubahan taraf hidup rumah tangga petani (Kasus pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor
64 Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis FLS. 2013. Perilaku ekonomi nelayan rajungan dalam kerangka industrialisasi perikanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pardosi J. 2011. Studi pelaksanaan program Corporate Social Responsibility perusahaan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda. Jurnal Born Administ [Internet]. [Diakses 2014 Mar 28]; 7(2): 222-242. Dapat diakses di http://www.samarinda.lan.go.id/jba/index.php/jba/article/view/75/87 Prayogo D, Hilarius Y. 2012. Efektivitas program CSR/CD dalam pengentasan kemiskinan, studi peran perusahaan geothermal di Jawa Barat. JSM [Internet]. [Diakses 2014 Feb 25];17(1):1-22. Dapat diakses di http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf Rahmatullah. 2011. Pengelolaan program Corporate Social Responsibility pada sektor pertambangan. JAP. [Internet]. [Diakses 2014 Mar 15]; 2(2):-. Dapat diakses di http://ejurnal.fisip-untirta.ac.id/index.php/JAP/article/view/72 Saputra J. 2012. Modal sosial dan tingkat partisipasi dalam program usaha menengah kecil mikro (kasus program tanggungjawab sosial PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sjaf S. 2012. Profil Komunitas Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.Bogor (ID): ITP. Solihin I. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta (ID): Salemba Empat. Sugiharto E. 2007. Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan Desa Benua Baru Ilir berdasarkan indikator Badan Pusat Statistik. JEPP [Internet]. [Diakses 2014 Nov 4]; 13(2): 32-36. Dapat diakses di https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-4-no-1eko.pdf Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Perindustrian. [Internet]. [Diakses 2013 Okt 23]. Dapat diakses di http://bplhd.jakarta.go.id/peraturan/uu/UU%20RI%20NO%2005%20TAHUN %201984.pdf Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. [Internet]. [Diakses pada 2014 Feb 26]. Dapat diakses di http://aria.bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%20Per seroan%20Terbatas.pdf Uphoff NT, Cohen JM, dan Goldsmith AA. 1979. Feasibility and application of rural development participation: a state of the art paper. New York (US): Cornell University. van Marrewijk M. 2009. Concept and definition of CSR and corporate sustainability: between agency and communion. J Busin Ethics. Dalam Corporte Social Responsbility. Ed: Wesley Cragg, Mark S Schwrtz, David Weitzner. Surrey (GB): Ashgate Publishing Limited.
65
LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian Kegiatan Penyusuan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal skripsi Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji petik Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Juni 2014
Sept
Okt
Nov
Des
Jan 2015
66
Lampiran 2 Sketsa Desa Lulut
67
Lampiran 3 Anggota penerima program UMKM di Desa Lulut No 1 2 3 4
Nama ENH MMR ADG ARN
5 6 7 8 9 10 11 12 13
KD ABS BHR MRN UTG MNL MND ENT AIW
14
UST
15
RBD
16
KSN
17
HBR
18 19
SLM MNR
Jenis Usaha Besar pinjaman Alamat Warung sembako Rp 5.000.000 Kp. Lulut RT 04/RW 03 Ikan Hias Rp 5.000.000 RT 01 / RW 05 Warung sembako ≤ 5jt Desa Lulut Kerajinan Limbah Rp 5.000.000 Kp. Lulut Portal RT 05 / Kayu (Truk) RW 04 Usaha ternak ayam ≤ 5jt Desa Lulut Jual sayuran Rp 1.200.000 RT 04 / RW 04 Jual sayuran Rp 1.800.000 RT 04 / RW 04 Jual sayuran keliling Rp 1.500.000 RT 04 / RW 04 Ayam petelur Rp 1.850.000 RT 05 / RW 05 Ayam petelur Rp 1.800.000 RT 05 / RW 05 Warung sembako ≤ 5jt RT 05 / RW 05 Warung kopi Rp 750.000 RT 04 / RW 04 Warung sembako Rp 10.000.000 Kp. Sigedong RT 04 / RW 08 Jual sayuran dan Rp 10.000.000 Kp. Rawa Siluman RT 04/ counter RW 04 Jual beli alat Rp 20.000.000 Kp. Lulut RT 04 / RW 04 konveksi, warung sembako Sewa tenda, Rp 20.000.000 Kp. Lulut RT 01 / RW 06 perlengkapan dan rias pengantin. Home industri Rp 20.000.000 Kp. Lulut RT 02 / RW 03 asesoris kertas Bengkel Motor Rp 20.000.000 Kp Lulut RT 01 / RW 05 Jahit dan konveksi Rp 10.000.000 RW 08
68
68 Lampiran 4 Hasil penghitungan skor taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa
N o
Lapis an Sosial
Jml respo nden ∑
1
Atas
2
Bawah
1
2
3
4
5
7
9
10
11
12
Pendapatan > 3juta
Pengeluaran > 3juta
Status Rumah
Jenis Rumah
Luas Rumah
Bahan Bakar
Permanen
> 150
Gas
Tempat Berobat (Puskesmas)
Pendidikan
Milik sendiri
Barang Elektronik (Lemari Es)
Alat Transportasi (Sepeda motor)
%
H ∑
%
H
∑
%
H ∑
%
H ∑
%
H ∑
7
6
85,7
144
5
71,4
148,1
6
85,7
96,6
7
100
114,3
3 42,9
112,5
12
4
33,3
56
3
25
51,9
11
91,7
103,4
9
75
85,7
4 33,3
87,5
Rata-rata
59,5
48,2
Keterangan: H = Hasil penghitungan skor taraf hidup
88,7
87,5
38,1
%
6 85,7 6
50 67,9
H ∑
%
H ∑
126,3
6
85,7
126,3
73,7
6
50
73,7
67,9
%
H ∑
4 57,1
106, 7
6
93,3
50 53,6
(SMP/Sederajat) %
H
3
42,9
4
33,3 38,1
∑
Total
%
H
112,5
6 85,7
101,4
1188,8
87,5
1 83,3 0
98,6
811,2
84,5
69 Lampiran 5 Hasil uji korelasi Rank Spearman Hasil uji korelasi tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM Correlations Efektivitas
Spearman's rho Tingkat Partisipasi
Correlation Coefficient
Tingkat
Program
Partisipasi
UMKM .464
.
.045
19
19
Sig. (2-tailed) N Efektivitas Program UMKM
*
1.000
Correlation Coefficient
.464
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.045
.
19
19
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil uji korelasi efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program Correlations Efektivitas Program UMKM Spearman's rho
Efektivitas Program UMKM
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) N
Taraf Hidup
Taraf Hidup
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.613
**
.
.005
19
19
**
1.000
.005
.
19
19
.613
70 Hasil uji korelasi tingkat partisipasi penerima program UMKM dengan taraf hidup penerima program Correlations Tingkat Partisipasi Spearman's rho
Tingkat Partisipasi
Correlation Coefficient
1.000
.454
.
.051
19
19
Correlation Coefficient
.454
1.000
Sig. (2-tailed)
.051
.
19
19
Sig. (2-tailed) N Taraf Hidup
Taraf Hidup
N
71
Lampiran 6 Dokumentasi
Usaha warung sembako milik Bapak AIW
Usaha warung milik Bapak UST
Salah satu penerima program UMKM
Usaha warung milik Bapak MND
Usaha konveksi milik Bapak MNR yang sedang tutup
72
Lampiran 7 Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN Judul Penelitian: Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor Nomor responden
: …………………………
Tanggal pengumpulan data
: …………………………
Tanggal entri data
: …………………………
Nama responden
: ………………………...
Jenis kelamin
: …………………………
Umur
: …………………………
Jenis Usaha
: …………………………
Tahun Mulai Usaha
: …………………………
Jumlah Pinjaman
: …………………………
A. Tingkat Partisipasi Beri tanda (√) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai. I. Tahap Perencanaan No
Pernyataan
Tidak (1)
Ya (2)
Tidak (1)
Ya (2)
Tidak (1)
Ya (2)
Peserta program hadir/mengikuti kegiatan perencanaan program UMKM Indocement. Peserta program ikut memberikan pendapat/masukan mengenai 2. rencana pengadaan program UMKM Indocement. Peserta program dan pihak Indocement mengambil keputusan 3. bersama-sama dalam merencanakan program UMKM. II. Tahap Pelaksanaan 1.
No
Pernyataan
Peserta program ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan program UMKM Indocement. Peserta program dimintai pendapat/masukan mengenai 2. pelaksanaan program UMKM Indocement. Peserta program dan pihak Indocement mengambil keputusan 3. bersama-sama saat pelaksanaan program UMKM. III. Tahap Pengambilan Manfaat 1.
No 1. 2.
Pernyataan Peserta program UMKM tidak merasakan manfaat adanya program UMKM. Peserta Program UMKM merasakan manfaat adanya program UMKM, namun hanya sedikit.
73 Manfaat program UMKM yang dirasakan oleh peserta program dan Indocement sama-sama besar atau bahkan lebih besar penerima program. IV. Tahap Evaluasi
3.
No
Tidak (1)
Pernyataan
Ya (2)
Peserta program mengikuti kegiatan evaluasi program UMKM Indocement. Peserta program ikut memberikan pendapat mengenai keberhasilan program UMKM Indocement. Peserta program dan pihak Indocement menilai keberhasilan program UMKM bersama-sama.
1. 2. 3.
B. Efektifitas Program CSR I. Tingkat manfaat program Beri tanda (√) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai. No 1 2 3
4 5 6
Tidak Setuju (1)
Pernyataan
Raguragu (2)
Setuju (3)
Setelah mengikuti program kerdit UMKM saya merasakan peningkatan pendapatan. Setelah mengikuti program UMKM saya lebih mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Setelah mengikuti program UMKM saya lebih mampu membeli barang-barang elektronik (misalnya: televisi, magic jar, lemari es, dll). Setelah mengikuti program UMKM saya lebih mampu membeli alat transportasi (misalnya: sepeda, motor, dll) Setelah mengikuti program UMKM saya lebih mampu menyekolahkan anak-anak saya. Setelah mengikuti program UMKM saya bisa menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung.
II. Tingkat kesesuaian program Beri tanda (√) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai. No 1 2 3 4 5 6
Pernyataan Program UMKM sesuai dengan kebutuhan saya untuk mengembangkan usaha saya. Program UMKM sesuai dengan kebutuhan saya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Program UMKM sesuai dengan kebutuhan saya untuk bisa lebih mandiri. Peraturan dan pelaksanaan program UMKM disesuaikan dengan pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Peraturan dan pelaksanaan program UMKM disesuaikan dengan kondisi perekonomian saya. Pelaksanaan program UMKM disesuaikan dengan
Tidak Setuju (1)
Raguragu (2)
Setuju (3)
74 minat bisnis saya.
III. Tingkat keberlanjutan program Beri tanda (√) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai. No 1 2 3 4
5 6
Pernyataan
Tidak Setuju (1)
Raguragu (2)
Setuju (3)
Apabila pinjaman dana berhenti diberikan, usaha saya akan tetap berjalan. Apabila program UMKM telah berhenti, saya tetap dapat mengelola keuangan usaha saya sendiri Apabila program UMKM telah berhenti, saya tetap mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Apabila program UMKM telah berhenti, saya tetap mampu menyekolahkan anak-anak dari hasil usaha saya. Apabila program UMKM telah berhenti, saya tetap mampu menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk ditabung. Apabila program UMKM telah berhenti, saya tetap dapat mengembangkan usaha saya.
IV. Tingkat pemberdayaan Beri tanda (√) pada pernyataan yang anda anggap sesuai. No 1 2 3 4
5 6
Pernyataan Program UMKM mampu meningkatkan kemandirian saya dalam menjalankan usaha Program UMKM mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya mengenai cara menjalankan usaha. Program UMKM mampu meningkatkan kemampuan saya dalam meningkatkan usaha saya. Program UMKM mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya mengenai cara mengelola keuangan usaha. Program UMKM mampu meningkatkan kemampuan saya mengenai cara memasarkan produk yang saya hasilkan. Program UMKM mampu meningkatkan kemampuan saya dalam menghadapi masalah usaha.
Tidak Setuju (1)
Raguragu (2)
Setuju (3)
75
C. Taraf Hidup Beri tanda (√) pada jawaban yang anda anggap sesuai. Apabila jawaban jatuh pada pilihan “Lainnya” isilah dengan informasi yang sesuai. 1
Berapa rata-rata jumlah pendapatan 1 total keluarga setiap bulan? 2 3
< Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000 > Rp 3.000.000
2
Berapa rata-rata jumlah pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk biaya pendidikan, kesehatan, keagamaan, sosial dan rekreasi setiap bulan?
1 2 3
< Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000 > Rp 3.000.000
3
Apa status kepemilikan rumah yang Bapak/Ibu dan sekeluarga tempati saat ini?
1 2 3
Menumpang Sewa (kontrak) Milik sendiri
4
Apa jenis rumah yang Bapak/Ibu tempati sekarang?
1 2 3
Tidak permanen Semi permanen Permanen
5
Berapa luas rumah yang Bapak/Ibu tempati sekarang?
1 2 3
< 100 m² 100 m² - 150 m² > 150 m²
6
Berapa daya listrik yang Bapak/Ibu gunakan di rumah?
1 2 3
450 watt 900 watt 1200 watt
7
Apa bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari di rumah Bapak/Ibu?
1 2 3 4
Gas Minyak tanah Kayu bakar Lainnya : .....................
8
Dari manakah keluarga Bapak/Ibu mendapatkan sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari?
1 2 3 4
PAM Sumur Mata air Lainnya: .....................
9
Barang elektronik apa saja yang keluarga Bapak/Ibu miliki saat ini? (boleh pilih lebih dari 1)
1 2 3 4 5 6
TV VCD/DVD Player Lemari es Mesin cuci Komputer/Laptop Lainnya: ......................
76
10
Dimana biasanya Bapak/Ibu dan keluarga berobat ketika sedang sakit?
1 2 3
Rumah sakit / Dokter Puskesmas Tidak berobat
11
Apa pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh kebanyakan dari anggota keluarga Bapak/Ibu?
1 2 3 4
Tidak pernah bersekolah atau Lulus SD/Sederajat Lulus SMP/Sederajat Lulus SMA/sederajat Lulus D1 sampai S3
Alat transportasi apa saja yang Bapak/Ibu miliki saat ini?
1 2 3 4
Mobil Sepeda motor Sepeda Lainnya: ...................
12
4
--Terimakasih Atas Partisipasi Anda--
77
Lampiran 8 Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam PANDUAN WAWANCARA “Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor” Informan: Koordinator Program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Daftar Pertanyaan: 1. Sudah berapa lama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. melaksanakan kegiatan CSR secara keseluruhan dan khususnya di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal? 2. Program CSR apa saja yang dilaksanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.? 3. Dari keseluruhan program tersebut, program CSR apa saja yang dilaksanakan di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor? 4. Apakah ada perbedaan jenis program yang dilaksanakan di Desa Lulut dengan program CSR yang dilaksanakan di desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lainnya? 5. Apabila ada perbedaan jenis program antara Desa Lulut dengan desa binaan lainnya, mengapa hal tersebut dibedakan? Apa yang mendasari pembedaan tersebut? 6. Apa alasan dilaksanakannya program UMKM di Desa Lulut? Apakah memperhatikan kebutuhan masyarakat? 7. Apa saja kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan program UMKM di Desa Lulut? 8. Apa saja kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan program UMKM di Desa Lulut? 9. Apa saja kegiatan yang dilakukan pada tahap evaluasi program UMKM di Desa Lulut? 10. Apa syarat masyarakat dapat mengikuti program UMKM ini? A. Tingkat Partisipasi 1. Siapa sajakah yang terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil, dan evaluasi pada program UMKM yang diberikan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.? 2. Program UMKM terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil, dan evaluasi. Pada tahap mana saja anggota program UMKM ikut berpartisipasi? 3. Sejauh mana partisipasi anggota dalam setiap proses tersebut? 4. Apabila pelibatan anggota UMKM hanya pada proses tertentu saja, mengapa hal tersebut terjadi? 5. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi anggota?
78
B. Efektivitas program 1. Apakah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki indikator sendiri dalam menilai efektivitas program CSR yang dilaksanakannya? Apa indikator penilaian yang digunakan dalam menilai efektivitas program UMKM? 2. Manfaat apa yang diperoleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dari pengadaan program UMKM ini? 3. Manfaat apa yang dirasakan oleh pemerintahan desa dari adanya program UMKM? 4. Manfaat apa yang didapatkan oleh anggota program UMKM? 5. Menurut anda siapa yang mendapat manfaat paling besar dari adanya program ini? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? 6. Faktor apa saja yang menentukan keberhasilan program UMKM? 7. Sejauh mana program ini mempertimbangkan/sesuai dengan kebutuhan masyarakat? 8. Bagaimana cara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat? 9. Apabila seandainya nanti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menghentikan program UMKM ini, menurut Anda apakah para anggota UMKM ini akan tetap mampu menjalankan usahanya dengan baik? Mengapa demikian? C. Taraf Hidup 1. Apa saja kriteria/indikator masyarakat disebut sejahtera di Desa Lulut? 2. Berdasarkan kriteria tersebut bagaimana kondisi perekonomian masyarakat di Desa Lulut? 3. Bagaimana sikap masyarakat apabila memperoleh bantuan dana dari CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.? 4. Bagaimana sikap masyarakat apabila mendapat program pemberdayaan dari CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk? 5. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat Desa Lulut?
PANDUAN WAWANCARA “Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor” Informan: Kepala Desa Leuwikaret dan Koordinator Lapangan Program UMKM Desa Leuwikaret Daftar Pertanyaan: A. Tingkat Partisipasi 6. Siapa sajakah yang terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil, dan evaluasi pada program UMKM yang diberikan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.? 7. Program UMKM terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil, dan evaluasi. Pada tahap mana saja anggota program UMKM ikut berpartisipasi?
79 8. Sejauh mana partisipasi anggota dalam setiap proses tersebut? 9. Apabila pelibatan anggota UMKM hanya pada proses tertentu saja, mengapa hal tersebut terjadi? 10. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi anggota? B. Efektivitas program 2. Apakah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki indikator sendiri dalam menilai efektivitas program CSR yang dilaksanakannya? Apa indikator penilaian yang digunakan dalam menilai efektivitas program UMKM? 10. Manfaat apa yang diperoleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dari pengadaan program UMKM ini? 11. Manfaat apa yang dirasakan oleh pemerintahan desa dari adanya program UMKM? 12. Manfaat apa yang didapatkan oleh anggota program UMKM? 13. Menurut anda siapa yang mendapat manfaat paling besar dari adanya program ini? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? 14. Faktor apa saja yang menentukan keberhasilan program UMKM? 15. Sejauh mana program ini mempertimbangkan/sesuai dengan kebutuhan masyarakat? 16. Bagaimana cara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat? 17. Apabila seandainya nanti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menghentikan program UMKM ini, menurut Anda apakah para anggota UMKM ini akan tetap mampu menjalankan usahanya dengan baik? Mengapa demikian? D. Taraf Hidup 6. Apa saja kriteria/indikator masyarakat disebut sejahtera di Desa Lulut? 7. Berdasarkan kriteria tersebut bagaimana kondisi perekonomian masyarakat di Desa Lulut? 8. Bagaimana sikap masyarakat apabila memperoleh bantuan dana dari CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.? 9. Bagaimana sikap masyarakat apabila mendapat program pemberdayaan dari CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk? 10. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat Desa Lulut?
80
Lampiran 9 Tulisan tematik Program UMKM PT ITP Program CSR PT ITP ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu CD (Community Development) program 5 pilar (pilar pendidikan, pilar kesehatan, pilar ekonomi, pilar sosial, budaya, agama dan infrastruktur, dan pilar keamanan) dan program SDP (Sustainability Development Programe). Program 5 pilar dilaksanakan di semua desa binaan dan tidak ada pembedaan perlakuan kepada setiap desa, sedangkan program SDP dilaksanakan sesuai dengan potensi masing-masing desa. Program CSR PT ITP ini pada pelaksanaannya saling berkaitan antara satu program dengan program lainnya. Seperti program pendidikan dan program ekonomi, misalnya saja setelah mengikuti program pelatihan menjahit beberapa penerima program akan juga mengikuti program di bidang ekonomi dengan mengajukan pinjaman dana pada program UMKM. Contoh lainnya yaitu program BMT (Bengkel Motor Terpadu) yang termasuk dalam SDP. Setelah mendapat pelatihan otomotif dan perbengkelan, selain untuk dapat melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan, peserta program BMT dapat juga mendirikan bengkel motor sendiri dengan mengajukan pinjaman dana pada Program UMKM. Program UMKM mulai dilaksanakan pada tahun 2001, termasuk di Desa Lulut. Program UMKM ini diadakan untuk menciptakan usaha-usaha baru dan untuk mengembangkan usaha-usaha yang telah ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: (1) Membantu pengembangan usaha UMKM yang berdampak pada peningkatan ekonomi bagi masyarakat desa binaan; (2) Menjadikan UMKM mandiri dan dapat berkembang berkelanjutan; (3) Mendorong UMKM untuk berperan dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di desa binaan; (4) Mengintegrasikan antar UMKM dan antara UMKM dengan Program SDP untuk saling bermitra. Selain adanya pelatihan ketrampilan yang ada pada program pendidikan, P3M (Pusat Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat) dan BMT, PT ITP juga memberikan pelatihan pembukuan sederhana kepada penerima program agar mereka dapat mengelola dana yang akan mereka dapatkan. Setelah usaha mereka berjalan, PT ITP juga berusaha untuk membantu membukakan peluang pasar bagi mereka dengan cara mengikutsertakan mereka apabila sedang ada pameran-pameran baik di tingkat lokal, regional maupun nasional. Program pinjaman dana bergulir ini terbagi menjadi dua, yaitu program UMKM dari CSR Indocement dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Bank Mandiri yang bekerja sama dengan Indocement. Pada program CSR Indocement, calon penerima hanya dapat mengajukan pinjaman maksimal 5 juta rupiah. Program ini diperuntukkan bagi pemilik usaha yang skala usahanya masih kecil. Sedangkan pada program pinjaman dari Bank Mandiri, calon penerima dapat mengajukan hingga 20juta rupiah. Program ini diperuntukkan bagi pemilik usaha yang sudah cukup besar skalanya, dengan Indocement sebagai penjaminnya. Untuk mengajukan pinjaman ini syaratnya yaitu harus memiliki usaha yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Pemerintah desa setempat dan bertempat tinggal menetap di Desa Lulut untuk pemohon dari Desa Lulut. Pihak PT Indocement Tunggal Prakarsa menginformasikan program UMKM bersamaan dengan program-program lainnya melalui forum Bilikom (Bina Lingkungan
81 Komunikasi). Forum Bilikom ini dilaksanakan sebanyak empat kali dalam setahun setiap tiga bulan sekali. Setelah masyarakat mengajukan pinjaman dan persyaratan yang ditetapkan telah diserahkan pada perusahaan, selanjutnya perusahaan melakukan seleksi kelayakan calon penerima pinjaman dari aspek potensi usaha. Besarnya pinjaman modal usaha yang diberikan kepada masing-masing peminjam berbeda-beda disesuaikan dengan skala usaha yang telah dimilikinya. Semakin besar dan potensial usaha yang dimiliki, akan semakin besar pula pinjaman yang dapat diajukan. Program pinjaman ini terdiri dari dua kategori, yaitu kategori UMKM ITP dengan jumlah pinjaman maksilam Rp5 juta dan kategori UMKM ITP-Bank Mandiri dengan jumlah pinjaman maksimal Rp20 juta yang merupakan kerja sama antara pihak PT Indocement Tunggal Prakarsa dan program PKBL Bank Mandiri. Pada awal pinjaman, pemohon hanya dapat mengajukan pinjaman paling besar yaitu Rp5 juta (UMKM ITP). Setelah disetujui, selama proses pembayaran angsuran, penerima program akan dipantau oleh perusahaan untuk melihat perkembangan usahanya. Apabila pembayaran angsuran lancar dan usahanya berkembang, pemilik usaha dapat mengajukan pinjaman yang jumlahnya lebih besar lagi hingga Rp20 juta (UMKM ITP-Bank Mandiri). Pencairan pinjaman ini rata-rata bukan berupa uang, namun berupa barang-barang yang diperlukan untuk menjalankan usaha, ada yang berupa barang dagangan, bahan baku, ada juga yang berupa alat produksi. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak SLM : “Malah dikasihnya berbentuk barang waktu itu, tidak berbentuk uang. Dari sana udah dibelanjain, kita tinggal makek.” Sebenarnya masyarakat mendapat banyak kenyamanan dari program ini, selain pinjaman dengan bunga yang sangat rendah (di bawah 1%), masyarakat yang mengajukan pinjaman pun tidak perlu memberikan jaminan. Selain itu masyarakat juga diberikan keringanan dalam pembayaran yang disesuaikan dengan kesanggupan masing-masing peminjam. Namun kenyataannya tidak sedikit yang mengalami kasus kredit macet. ―Walaupun udah dikasih banyak keringanan kenyataan dilapangan masih susah buat bayar... Sebenernya enak kalo mereka pada bayar. Sekarang yang menjadi dibebankan itu kepada yang mau minjem-minjem sekarang, yang baru-baru, jadi susah mereka.‖ Untuk para peminjam yang sedang mengalami kemacetan dalam pengembalian kredit pun masih diberi keringanan dalam pembayarannya yaitu boleh membayar sesuai kemampuan dan kesanggupannya. Pak Rosadi mengatakan ―Yang penting ada itikat baik dari peminjam.‖ Itikat baik ini maksudnya ada kemauan dari peminjam yang mengalami kredit macet untuk membayar sisa kreditnya semampu mereka setiap bulannya asalkan rutin. Adanya kasus kredit macet ini akhirnya akan menghambat pencairan dana bagi calon-calon penerima pinjaman yang baru mangajukan. Misalnya saja bulan ini, para calon peminjam kredit Program CSR Indocement susah untuk disetujui karena masih banyaknya kredit macet dari PKBL Bank Mandiri. Sehingga untuk saat ini hanya akan ada satu pemohon yang akan disetujui dan dijadikan percontohan dahulu. Apabila percontohan ini lancar, untuk periode berikutnya akan diberi kuota yang lebih banyak. Dalam pemilihan satu orang percontohan ini pun tidak dipilih secara asal-asalan karena takut nantinya terjadi kredit macet. Tim lapangan ini bertugas menyeleksi calon pemohon. Selain dilihat dari persyaratan administratif, yang tidak kalah penting tim lapangan harus mencari informasi
82 seakurat mungkin mengenai karakteristik individu yang akan mendapat pinjaman, apakah orang tersebut tipikal orang yang susah mengembalikan pinjaman atau tidak, sehingga memenuhi kriteria untuk dijadikan percontohan. Partisipasi Masyarakat dalam Program UMKM Program pinjaman dana bergulir UMKM ini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencanaan meliputi kegiatan sosialisasi dan seleksi kelayakan calon penerima pinjaman. Tahap pelasanaan merupakan tahap pencairan dana dan menjalankan usaha masingmasing. Kemudian tahap evaluasi dilaksanakan untuk melihat kelancaran peserta dalam mengembalikan pinjaman. Hasil evaluasi ini selanjutnya akan berpengaruh pada proses pencairan dana pada periode peminjaman selanjutnya, baik bagi peminjam itu sendiri maupun calon peminjam yang baru dari desa yang sama. Evaluasi biasanya dilakukan oleh pihak CSR itu sendiri untuk melihat kelancaran pembayaran angsuran. Dalam pelaksanaannya, program UMKM ini melibatkan beberapa pihak, yaitu CSR PT ITP, Bank Mandiri, penerima program, dan juga LPM yang mewakili pihak pemerintahan desa. Pada setiap tahapan program, penerima program ikut terlibat. Terdapat forum Bilikom (Bina lingkungan dan komunikasi) yang merupakan wadah diskusi dan komunikasi rutin per tiga bulan antara masyarakat dan PT ITP yang disana juga dihadiri oleh LPM. Menurut Bapak KMN, aspirasi dari pemerintahan desa dan juga masyarakat sebagian menjadi bahan pertimbangan oleh PT ITP dalam mengambil keputusan, namun ada juga yang diabaikan mengingat pula adanya perbedaan aspirasi diantara masyarakat itu sendiri. Pertimbangan ini disesuaikan dengan situasi, kondisi dan juga kebutuhan. Kegiatann sosialisasi program UMKM ini disampaikan pada forum Bilikom kepada pihak-pihhak yang hadir. Kemudian pihak-pihak tersebut menyebarluaskan informasi yang telah didapatkan kepada masyarakat di desanya. Selanjutnya setelah program berjalan, ada kontrol rutin dari koordinator desa untuk sekedar sharing dengan penerima program untuk mengetahui perkembangan berjalannya program tersebut. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak SLM berikut ini: “Dulu sih ada yang kesini, Pak Usman. Gimana usahanya? Nanya-nanya lah gitu. Ya alhamdulillah lancar.‖ Keaktifan masing-masing penerima program pada program UMKM berbeda-beda dan ditentukan oleh karakteristik masing-masing individu penerima programnya karena mereka mendapat perlakuan yang sama dari pihak PT ITP. Seperti yang dikatakan oleh Bapak MSN: “Keaktifan penerima program pada program UMKM ini berbeda-beda, ditentukan oleh karakteristik masing-masing individunya karena mereka mendapat perlakuan yang sama dari kami (CSR)‖ – Bapak MSN Efektivitas Program UMKM Walaupun pro dan kontra di dalam masyarakat mengenai pelaksanaan CSR PT ITP itu pasti ada, namun menurut kaca mata Bapak KMN pribadi, program CSR PT ITP sudah baik, dapat membantu meningkatkan perekonomian warga. Namun untuk program UMKM CSR PT ITP masih belum berjalan karena hanya satu usaha yang berjalan. Sehingga program UMKM ini belum berdampak nyata pada perbaikan taraf hidup masyarakat Desa Lulut. Efektivitas program UMKM atau dapat dikatakan keberhasilan program UMKM berada di tangan penerima
83 program karena penerima program adalah aktor utama dalam pelaksanaan program UMKM. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak MSN berikut ini:“Keberhasilan terlaksananya program UMKM ini terletak pada penerima program itu sendiri, karena penerima programlah yang menjadi aktor utama, pihak Indocement, Bank Mandiri dan LPM sifatnya hanyalah membantu memberi fasilitas.‖ Pihak yang paling besar mendapat manfaat dari program UMKM adalah masyarakat penerima program, karena mereka mengalami peningkatan ekonomi, dari yang awalnnya menganggur menjadi punya usaha sendiri, dari yang awalnya usahanya kurang berkembang menjadi lebih berkembang. Sementara pemerintah mendapat manfaat tidak langsung dari adanya program ini, yaitu melalui berkurangnya tingkat pengangguran di desa. Keberhasilan terlaksananya program UMKM ini terletak pada penerima program itu sendiri, karena penerima programlah yang menjadi aktor utama, pihak PT ITP, Bank Mandiri dan LPM sifatnya hanyalah membantu memberi fasilitas. Seperti yang dikatakan oleh Bapak MSN “Yang paling besar mendapat manfaat program UMKM ya masyarakat penerima program, karena mereka mengalami peningkatan ekonomi, dari yang awalnya menganggur menjadi punya usaha sendiri, dari yang awalnya usaha kurang berkembang jadi lebih berkembang. Kalau pemerintah mendapat manfaat tidak langsung, yaitu berkurangnya pengangguran yang ada di desanya.‖ Selain itu terdapat pernyataan dari Ibu ENH “Alhamdulilah neng, dulu abis acara hajatan nikahnya anak, barang dagangan saya habis. Saya ga punya uang buat belanja lagi. Trus saya ikut minjem di Indocement. Ya alhamdulillah sekarang sudah berjalan lagi warungnya.‖ –Ibu ENH Apabila dilihat dari pertambahan pengetahuan dan keterampilan penerima program, pihak perusahaan juga memberikan pelatihan usaha yang berkolaborasi dengan program-program CSR lainnya seperti program BMT dan P3M. Selain itu penerima program juga diberikan pelatihan keuangan usaha saat mereka mendapat pinjaman modal usaha bergulir. Namun menurut Bapak SLM materi pelatihan keuangan yang diberikan kurang tepat karena hanya menyampaikan materi pengelolaan keuangan bagi usaha yang baru berdiri dan tidak membahas bagaimana cara mengembangkan usaha yang sudah berjalan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak SLM:―Waktu itu saya pernah diundang seminar, pelatihan gitu lah, di Hambalang. Tapi kalau menurut saya, gimana ya, kalau untuk pengusaha yang sudah berjalan, pelatihan seperti itu kurang tepat. Jadi yang dibahasnya teh seolah-olah kita baru mau mulai buka usaha, nggak dibahas gimana cara ngembangin usaha. Tapi menurut saya pelatihan seperti itu ya bagus, cuma kurang tepat aja materinya.‖
Taraf Hidup Keberadaan PT ITP membawa banyak perubahan pada masyarakat Desa Lulut. Dahulu mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, namun sekarang hanya tersisa beberapa orang saja yang masih bekerja sebagai petani. Hal ini disebabkan telah berkurangnya lahan pertanian karena sebagian besar wilayah yang awalnya dimanfaatkan untuk pertanian telah dimiliki oleh PT ITP. Masyarakat Desa Lulut yang awalnyanya bertani, saat ini banyak yang telah beralih pekerjaan ke sektor industri dan jasa. Akan tetapi kebanyakan masyarakat yang bekerja di PT ITP
84 hanyalah sebatas kontraktor, sangat sedikit yang terserap sebagai karyawan sehingga pendapatan rata-rata masyarakat hampir sama dengan standart upah sebagai kontraktor. Keberadaan PT ITP juga membawa perubahan pada kemudahan transportasi. Saat ini keberadaan alat transportasi di Desa Lulut jauh lebih baik dibanding sebelum adanya PT Indocement, karena selain masyarakat telah banyak yang memiliki alat transportasi pribadi, saat ini juga sudah tersedia transportasi umum berupa ojek dan angkutan umum. Ketersediaan alat transportasi juga didukung dengan kondisi jalan desa yang sudah baik. Selain itu saat ini tingkat pendidikan di Desa Lulut sudah mulai membaik. Walaupun masih sangat sedikit yang menempuh bangku kuliah, namun sudah banyak yang lulus pendidikan pada jenjang SMA/SMK/ sederajat. Dilihat dari sisi kesehatan, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan juga semakin mudah karena di Desa Lulut sudah terdapat puskesmas dan bidan.
85
RIWAYAT HIDUP Dwi Yuni Atik lahir di Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 30 Juni 1993. Penulis lahir dari pasangan Sukirman dan Sarini. Pendidikan formal yang pernah dijalani yaitu SD N 1 Sumurboto, Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada tahun 1998-2005. Kemudian pada tahun 2005-2008, penulis bersekolah di SMP N 1 Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah dan tahun 2008-2011 di SMA 1 Blora. Selanjutnya pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekologi Manusia dengan Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan. Selama duduk di bangku kuliah hingga saat ini, selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga pernah aktif sebagai staff pada Koperasi Mahasiswa masa kepengurusan 2011-2012. Selain itu penulis pernah aktif pada Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) pada Divisi Jurnalistik masa kepengurusan 2013-2014. Penulis juga menjadi Asisten Praktikum pada Mata Kuliah Sosiologi Umum semester ganjil tahun ajaran 2014 - 2015.