ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR (Kasus Program CSR PT Holcim Indonesia, Desa Bantarjati)
RIZA RYANDA I34120164
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Riza Ryanda NIM I34120164
ABSTRAK RIZA RYANDA. Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakteristik Program CSR. Di bawah bimbingan MAHMUDI SIWI Perusahaan sebagai organisasi yang berada di lingkungan masyarakat memiliki peranan untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi. Melalui kegiatan CSR, perusahaan dapat turut berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan sosial, lingkungan, serta ekonomi. Pelaksanaan kegiatan CSR saat ini sudah diwajibkan bagi setiap perusahaan khususnya yang bergerak dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sudah diatur dalam undang-undang oleh pemerintah. Pada saat ini tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan CSR mengacu pada perbedaan karakteristik program CSR. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat keberhasilan dengan karakteristik program CSR. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan menggunakan analisis korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR pada non penerima program. Hasil lain menunjukkan bahwa pada penerima program tidak terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR. Kata kunci: CSR, keberhasilan CSR, karakteristik CSR. ABSTRACT RIZA RYANDA. Analysis of Relationship between the Level of Success and CSR Program Characteristics. Supervised by MAHMUDI SIWI Company as an organization that usually appear in society has an important role to contribute in a social problem that occured. Through CSR program, a corporate can participate in solving social problem, environmental problem, and economic problem. The implementation of CSR is now required for every company, especially those company that engaged in the utilization of natural resources and is set ini law by the government. Nowadays, the level of success of CSR activities lead to the different characteristics of CSR program. This study aim to see the correlation between the level of success with the CSR program characteristics. This study used a quantitative method and supported by qualitative data in Bantarjati Village, Klapanunggal Subdistrict, Bogor used rank spearman correlation analysis. The result of this sudy reveal a correlation between the level of success and CSR program characteristics on non beneficiaries respondent. Another result showed that on the beneficiaries there is no correlation between the level of success and CSR program characteristics. Keywords:CSR, the success of CSR, CSR characteristics.
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR (Kasus Program CSR PT Holcim Indonesia, Desa Bantarjati)
RIZA RYANDA I34120164
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
ix
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakteristik Program CSR” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengebangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. 2.
3. 4.
5.
6.
Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini Bapak Dadang Sudjana dan Ibu Aryani Sismin Satyaningtijas selaku orang tua, serta Regi Ryanda dan seluruh keluarga yang selalu memberikan saran, dukungan, do’a untuk penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi Kepada pemerintah Desa Bantarjati, tokoh masyarakat, serta seluruh responden yang telah membantu proses penyelesaian skripsi M. Rizki Rachmasaputra yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta seluruh anggota Beskem Foundation, Wulan Mustika, Yudhiansyah Eka Saputra, Widya Hasian, Yunita Wini Damayanti sebagai teman seperjuangan setiap saat dalam proses penulisan skripsi ini Para sahabat Hana Hilaly, Andi Putri, Nadya Apriella, Almira Devina, Meliani Rosalina, Tazkiyah Syakira dan Inez Kania yang selama beberapa tahun ini selalu memberikan dukungan kepada penulis. Pihak lain yang turut membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
Bogor, Juni 2016
Riza Ryanda NIM. I34120164
xi
DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Definisi dan Karakteristik CSR Kinerja CSR Community Development dalam CSR Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Teknik Penentuan Informan dan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Desa Penelitian Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Kondisi Ekonomi dan Ketenagakerjaan Kondisi Pendidikan Profil Pelaksanaan CSR Holcim Gambaran Umum Holcim CSR Holcim Gambaran Responden Penelitian Ikhtisar TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR Tingkat Efektivitas Program CSR Holcim Tingkat Kesesuaian Program CSR Holcim Tingkat Keberlanjutan Program CSR Holcim Tingkat Pemberdayaan Program CSR Holcim Tingkat Partisipasi Program CSR Holcim Tingkat Keberhasilan Program CSR Holcim Ikhtisar KARAKTERISTIK PROGRAM CSR Ikhtisar HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR Ikhtisar SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
1 1 2 3 4 5 5 8 10 11 12 13 13 13 13 14 15 16 19 19 22 22 23 25 25 26 27 31 33 33 34 35 37 38 39 40 41 42 43 44 45 45 45 47
xii
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
49 57
DAFTAR TABEL 1.
Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial
6
2.
Perbandingan Model Pengukuran Kinerja CSR
9
3.
Kebutuhan Data dan Metode Pengumpulan Data
14
4.
Definisi Operasional
16
5.
Daftar kepala desa beserta tahun jabatan di Desa Bantarjati
19
6. 7.
Jumlah dan persentase lahan menurut tata guna Desa Bantarjati tahun 2016 Jumlah sarana dan prasarana pemerintah Desa Bantarjati 2016
20 20
8.
Panjang sarana dan prasarana perhubungan di Desa Bantarjati 2016
20
9.
Jumlah sarana dan prasarana olah raga Desa Bantarjati 2016
21
10.
Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Desa Bantarjati 2016
21
11.
Jumlah tenaga medis Desa Bantarjati 2016
21
12.
Jumlah sarana dan prasarana rumah ibadah Desa Bantarjati 2016
22
13.
Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian masyarakat Desa Bantarjati tahun 2016 Jumlah dan persentase sarana dan prasarana perekonomian dan perdagangan di Desa Bantarjati tahun 2016 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Bantarjati 2016
14. 15. 16.
23 23 24
18.
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Islam di Desa Bantarjati tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Bantarjati 2016 Jumlah investasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk
19.
Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
28
20.
Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat usia
28
21.
Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan
28 29
24.
Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan status dalam keluarga Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis program
29 29
25.
Bentuk Bantuan Program CSR Holcim di Desa Bantarjati
33
26.
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat efektivitas program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016
34
17.
22. 23.
24 24 27
xiii
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kesesuaian program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberlanjutan program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pemberdayaan program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik CSR di Desa Bantarjati 2016 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR Holcim dan karakteristik program CSR di Desa Bantarjati 2016 Korelasi antara keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR
35 36 37 38 39 41 43 44
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran
11
DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Desa Bantarjati
49
2. Dokumentasi penelitian
50
3. Tulisan tematik
51
xiv
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak terlepas dengan berbagai bidang yang ada, salah satunya adalah bidang perekonomian. Sistem ekonomi kerakyatan yang dianut oleh perekonomian di Indonesia membutuhkan peran dari berbagai pihak. Suherman (2006) menjelaskan bahwa peran dunia usaha cukup strategis dalam membantu pemerintah dalam menggerakkan, bahkan mempercepat laju roda perekonomian daerah. Menurut Prasetyo (2009) pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya bertumpu pada kekuatan dan potensi domestik (ekonomi rakyat), sehingga rentan terhadap gejolak eksternal. Salah satu bentuk kegiatan perekonomian adalah adanya kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan maupun perindustrian. Pada dasarnya perusahaan dan industri didirikan untuk kegiatan usaha yang dilakukan tersebut memiliki tujuan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Selain sebagai penggerak perekonomian, perusaahan juga memiliki kontribusi yang besar pada masyarakat yaitu dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha tersebut seringkali perusahaan juga memiliki dampak yang negatif terhadap para pemangku kepetingan yang terlibat seperti kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan bagi masyarakat. Pihak perusahaan dalam menanggapi dampak negatif tersebut diwajibkan untuk membuat sebuah komitmen yang telah disepakati bersama yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (selanjutnya akan ditulis dengan CSR). Tanggung jawab sosial perusahaan telah dijelaskan dalam UU No.40 tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (PT) ayat 1 yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dilanjutkan dengan ayat 2 yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Siregar (2007) menjelaskan bahwa bagian terpenting dari program CSR adalah aturan yang mewajibkan programnya harus berkelanjutan (sustainable). Siregar (2007) menyatakan salah satu contoh program CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan semangat keberlanjutan antara lain pengembangan Bio Energi, perkebunan rakyat, dan pembangkit listrik tenaga air swadaya masyarakat. CSR merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk dapat menciptakan keseimbangan kepada masyarakat dan lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan usahanya. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan harus dapat bersikap adil tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga bagi para pemangku kepentingan lainnya seperti pekerja, konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Merujuk pendapat Sukada et.al (2007) CSR didefinisikan sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom lines) dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar.
2
Penerapan CSR juga dapat berfungsi sebagai jembatan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan lingkungannya. Para stakeholder terkait, dalam hal ini masyarakat lokal, juga memiliki hubungan yang erat dengan pengimplementasian program CSR dari suatu perusahaan karena hal tersebut berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan masyarakat lokal setempat. Kesejahteraan dan taraf hidup para stakeholder juga menjadi bagian penting dalam pengimplementasian program CSR suatu perusahaan. Perkembangan CSR di Indonesia masih membutuhkan perhatian lebih karena menurut Mapisangka (2009) di antara ribuan perusahaan yang ada diindikasikan belum semua perusahaan benar-benar menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya. Mapisangka (2009) juga menjelaskan bahwa dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi yang dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh pihak CSR perusahaan. Menurut Saidi et.al (2003) sumbangan sosial perusahaan memiliki dua dimensi yaitu karitas (charity) dan filantropi, dimana karitas adalah bantuan yang sifatnya sesaat, sedangkan filantropi adalah sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang memiliki wilayah konsesi yang berbatasan langsung dengan tempat tinggal penduduk adalah PT. Holcim Indonesia Tbk. (selanjutnya disebut Holcim). Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tersebar di beberapa wilayah Indonesia salah satunya berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, perusahaan Holcim tersebut juga telah menjalankan kegiatan CSR sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Keberhasilan suatu program CSR yang dijalankan perusahaan Holcim tidak hanya dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan saja, tetapi juga pada masyarakat lokal setempat yang dapat dilihat berdasarkan karakteristik program CSR yang dilaksanakan perusahaan. Fenomena tersebut memunculkan suatu pertanyaan yaitu, bagaimana hubungan tingkat keberhasilan CSR perusahaan dengan karakteristik program CSR? Rumusan Masalah Penelitian Keberadaan sebuah perusahaan terutama yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan sumber daya alam seharusnya memiliki dampak yang baik bagi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut beroperasi khususnya terhadap kesejahteraan kehidupan masyarakatnya. Namun tidak jarang pula perusahaan tersebut justru memberikan dampak yang negatif bagi masyarakatnya. Budimanta et al. (2004) menjelaskan bahwa CSR adalah tentang nilai standar yang dilakukan berkaitan dengan beroperasinya korporat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan yang beroperasi khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam memiliki tanggung jawab pada lingkungannya terhadap dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan operasinya tersebut. Berbagai perusahaan memiliki standar pelaksanaan CSR
3
yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Dody Prayogo dan Hilarius (2012), kegiatan CSR yang dilaksanakan diukur melalui enam variabel yaitu tingkat efektivitas, tingkat keberlanjutan, tingkat kesesuaian, dampak kesejahteraan, tingkat partisipasi, dan tingkat pemberdayaan. Kegiatan perusahaan yang dilaksanakan oleh pihak CSR tersebut memiliki tujuan untuk menjembatani hubungan antara perusahaan dengan masyarakat. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang melaksanakan CSR adalah Holcim. Keadaan ini melahirkan pertanyaan mengenai, bagaimanakah keberhasilan program CSR yang dilakukan perusahaan Holcim? Keberhasilan program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan yang diukur berdasarkan variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan perbedaan pendapat dalam masyarakat disekitarnya. Terdapat masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan yang berpendapat bahwa program CSR perusahaan merupakan sebuah tanggung jawab yang harus dilakukan dan terdapat pula masyarakat yang menganggap CSR sebagai bentuk kepedulian sosial, serta masyarakat yang menganggap pihak CSR perusahaan sebagai mitra dalam bekerja sama membangun desa. Hal tersebut tergantung pada karakteristik program CSR yang dilaksanakan. Saidi (2003) menjelaskan bahwa terdapat tiga karakteristik pelaksanaan program CSR yaitu karitas (charity), filantropi (philanthropy), dan corporate citizenship. Setiap karakteristik memiliki ciri kegiatan yang berbedabeda satu sama lain. Berdasarkan fenomena tersebut, maka muncullah pertanyaan kedua mengenai, bagaimana karakteristik program CSR yang dilakukan perusahaan Holcim di Desa Bantarjati? Studi tentang korporasi maupun tentang CSR sebelumnya telah banyak dilakukan. Keberadaan CSR dalam lingkungan masyarakat diharapkan tidak hanya sekedar aktivitas kewajiban perusahaan semata tetapi juga lebih mengedepankan kesadaran perusahaan dalam upaya memberdayaan masyarakat. Saidi (2003) menyatakan bahwa kedermawanan sosial perusahaan juga berhubungan dengan beberapa hal, antara lain adalah motivasi yang mendorong perusahaan untuk melakukan kedermawanan sosial, cara pengambilan keputusan dan nilai-nilai yang akan dicapai dalam memberikan sumbangan. Kedua rumusan permasalahan sebelumnya mengenai tingkat keberhasilan CSR dan karakteristik program CSR apabila dihubungkan akan memunculkan pertanyaan khusus ketiga yaitu mengenai, bagaimana hubungan tingkat keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR yang dilaksanakan di pedesaan? Tujuan Penelitian Penulisan skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakterisik Program CSR” ini memiliki rumusan tujuan: 1. Melakukan analisis mengenai keberhasilan program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan. 2. Melakukan analisis mengenai karakteristik program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan. 3. Melakukan analisis mengenai hubungan pelaksanaan keberhasilan Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan perusahaan terhadap karakteristik program CSR.
4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai hubungan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility terhadap karakteristik program CSR. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat membantu atau mengarahkan masyarakat dalam menyikapi keberadaan program Corporate Social Responsibility suatu perusahaan yang berada di sekitar pemukiman masyarakat. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility yang dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Definisi dan Karakteristik Corporate Social Responsibility (CSR) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WS-SD) di Johannesburg Afrika Selatan 2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)1 . Konsep CSR sebetulnya bukan merupakan konsep baru dalam dunia bisnis, di tingkat internasional Philip Kotler telah mengungkapkan bahwa CSR hendaknya bukan merupakan aktivitas yang hanya merupakan kewajiban perusahaan secara formalitas kepada lingkungan sosialnya, namun CSR seharusnya merupakan sentuhan moralitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya sehingga CSR merupakan denyut nadi perusahaan (Ambadar 2008). Definisi CSR menurut pendapat Jalal (2010) seperti yang dikutip Nasdian (2014) bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya manajemen yang dijalankan oleh perusahaan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan dengan meminimumkan dan mengkompensasi dampak negatif serta memaksimalkan dampak positif pada setiap pilar. Menurut Ambadar (2008) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Bangun (2010) menjelaskan secara singkat bahwa CSR merupakan suatu komitmen sukarela yang berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi secara positif kepada pelanggan, karyawan, masyarakat, lingkungan, serta stakeholders lainnya secara seimbang. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people) (Nasdian 2014). Moratis dan Cochius (2011) seperti yang dikutip Nasdian (2014) menjelaskan bahwa secara umum tuntutan dan harapan terhadap CSR bersifat multidimensional: (1) turut menyumbang pembangunan ekonomi (dimensi ekonomi); (2) melebihi kewajiban hukum/regulasi (dimensi kesukarelaan); (3) kepedulian terhadap lingkungan dalam pengelolaan operasi bisnis (dimensi lingkungan); (4) mengintegrasikan kepentingan sosial dalam operasi bisnis (dimensi sosial); dan (5) interaksi dengan pemangku kepentingan perusahaan (dimensi pemangku kepentingan). Menurut Wibisono (2007) manfaat penerapan tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, mendapatkan 1 Mapisangka, A. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. [Internet]. [diunduh 13 September 2015]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang. Vol. 1, No.1. Dapat diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/ANDI_MCSR.pdf
6
lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi, mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan, melebarkan akses terhadap sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan dan peluang mendapatkan penghargaan. Menurut Saidi (2003) terdapat tiga karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial, yaitu charity, philanthropy, dan Good Corporate Citizenship (GCC). Tabel 1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Paradigma
Motivasi
Misi
Pengelolaan
Charity Agama, tradisi, adaptasi
Norma, etika dan hukum universal
Pencerahan diri & rekonsiliasi dengan ketertiban sosial
Mengatasi masalah setempat
Mencari dan mengatasi akar masalah
Memberikan kontribusi kepada masyarakat
Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat
Terencana, terorganisir dan terprogram
Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
Kepanitiaan
Yayasan/dana abadi/ profesionalitas
Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat luas dan perusahaan
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Hibah ( sosial & pembangunan serta keterlibatan sosial)
Pengorganisasian
Penerima manfaat
Kontribusi
Insipirasi
Philanthropy
Good Corporate Citizenship (GCC)
Kewajiban
Kepentingan bersama
Saidi (2003) menjelaskan bahwa karitas (charity) biasanya dimaksudkan untuk memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan mendesak seperti menolong korban bencana alam dengan memberikan bantuan uang. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik program CSR yang bersifat charity hanya memberikan bantuan pada masyarakat yang sifatnya sementara dan hanya sekedar untuk merespon kebutuhan masyarakat. Selain itu Saidi (2003) juga menjelaskan bahwa philanthropy merupakan hibah yang
7
ditujukan untuk kegiatan yang bersifat investasi sosial sehingga philanthropy diharapkan mampu menghasilkan penguatan masyarakat dan sekaligus modal sosial. Dalam melakukan investasi sosial perusahaan tidak hanya melihat cash donation sebagai satu-satunya bentuk sumbangan yang bisa diberikan, tapi melihat peluang-peluang lain dalam memberikan bantuan dalam bentuk non-cash. Salah satu kegiatan CSR yang memiliki karakteristik philanthropy adalah melalui peningkatan kapasitas dan peningkatan peluang ekonomi bagi masyarakat. Berbeda dengan karakteristik charity, philanthropy tidak hanya berupa bantuan yang sifatnya sementara melainkan lebih mengarah kepada keberlanjutan kegiatan CSR yang tujuannya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat sekitar. Saidi (2003) menjelaskan bahwa philanthropy sifatnya lebih eksternal dan kurang melihat aspek internal perusahaan. Karakteristik program CSR yang lain adalah good corporate citizenship (GCC) dimana karakteristik ini memiliki cakupan arti yang lebih luas dibandingkan dengan karakteristik charity dan philanthropy. Ambadar (2008) menjelaskan bahwa dalam aktualisasi (GCC) maka kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis dan lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat seperti pemberdayaan. Sukada et.al (2007) menjelaskan bahwa corporate citizenship mengacu pada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat, berkenaan dengan hak dan tanggung jawab masing-masing. Konsep corporate citizenship sebetulnya lebih luas dari CSR karena mengandung pengertian hak dan kewajiban selain itu juga memandang perusahaan sebagai pihak yang menjamin dipenuhinya hak-hak warga negara yang berada di wilayah jangkauan operasinya (Sukada et.al 2007). Kotler dan Lee dalam Ambadar (2008) mengajukan enam prakarsa sebagai pesan utama CSR, untuk melakukan tindak kebajikan sebagai bagian dari kegiatan perusahaan, dalam rangka pencapaian bisnis, yaitu: 1. Cause promotions, inisiatif perusahaan untuk mengalokasikan dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain, untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial tertentu, atau dalam rangka rekruitmen sukarelawan. 2. Cause-related marketing, komitmen perusahaan untuk mendonasikan sejumlah presentase tertetu dari pendapatan tertentu untuk hal yang berkaitan dengan penjualan produk. 3. Corporate social marketing, upaya perusahaan memberi dukungan pada pembangunan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang ditujukan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka memperbaiki kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan dan lainnya. 4. Corporate philanthropy, pemberian sumbangan sebagai kegiatan amal (charity), yang sering kali dalam bentuk hibah tunai, donasi dan/atau dalam bentuk barang. 5. Community volunteering, perwujudan dukungan dan dorongan perusahaan kepada karyawan, mitra pemasaran dan/atau anggota franchise untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk membantu kegiatan sosial tertentu. 6. Socially responsible business practics, adopsi praktek-praktek bisnis yang bersifat diskresi serta berbagai investasi yang mendukung pemecahan masalah sosial tertentu.
8
Berdasarkan artikel How Should Civil Society (and Government) Respond to Corporate Social Responsibility? dalam Ambadar (2008) menelaah motivasi yang mendasari kalangan bisnis menerima konsep CSR tanpa memahami fungsi yang sebenarnya. Pertama bersifat akomodatif, kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik, seadanya (superficial), dan tidak lengkap (partial). CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk memengaruhi wacana. Namun program CSR yang bersifat wacana sudah bermanfaat sebagai langkah awal dalam proses “metamorfosa” menjadi program CSR yang benar. Menurut Widiyanto (2007) seperti yang dikutip Ardianto dan Machfudz (2011) terdapat dua bentuk praktek CSR di Indonesia. Pertama, tanggung jawab institusional perusahaan yang terikat dengan peraturan perundang-undangan, seperti BUMN, yang disyaratkan memberikan sumbangan keuntungan dari tahun ke tahun atau pengusaha hak pengawasan hutan (HPH) diwajibkan melaksanakan program pembinaan masyarakat desa yang berada di sekitar kawasan hutan. Kedua, adalah tanggung jawab sukarela yang tidak terikat dengan peraturan perundang-undangan, tetapi tetap dilaksanakan karena dianggap penting oleh perusahaan. Penelitian mengenai pelaksanaan CSR di Indonesia sudah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mapisangka (2009) mengenai implementasi CSR yang dilakukan dengan mengukur pelaksanaan CSR berdasarkan tiga variabel yaitu Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program. Hasil penelitian Mapisangka (2009) menyatakan bahwa dari ketiga variabel yang diukur tersebut, variabel corporate relation program menjadi variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap peningkatan kesejahteraan hidup di masyarakat lingkungan perusahaan. Selain itu, penelitian lain juga dilakukan oleh Ariefianto (2015) mengenai pelaksanaan CSR terhadap keberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariefianto (2015), keberhasilan pelaksanaan program CSR PT Semen Indonesia Tbk yang dibagi ke dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pembangunan sarana umum mampu meningkatkan keberdayaan masyarakat disekitar perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan adanya pengusaha-pengusaha baru setelah adanya program CSR yang kemudian dapat menolong diri sendiri dan orang lain. Peneliti lain mengenai pelaksanaan program CSR dilakukan oleh Wahyuningrum et.al (2011) yang menyatakan bahwa program CSR memiliki pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap perubahan perilaku masyarakat. Kinerja CSR Praktik CSR di Indonesia diharapkan dapat membantu masyarakat untuk berkembang. Pelaksanaan CSR tersebut masih mengalami beberapa permasalahan yang sering terjadi. Permasalahan terbesar dalam pelaksanaan CSR di Indonesia adalah kegiatan CSR yang dilakukan oleh sebuah perusahaan masih banyak yang berupa bantuan yang sifatnya sementara dan belum mengedepankan konsep pemberdayaan. Selain itu, masih terdapat banyaknya kegiatan atau program CSR yang tidak berkelanjutan. Hal tersebut berarti bahwa dalam proses pelaksanaannya, kegiatan CSR perlu dievaluasi. Fadilah (2009) menjelaskan bahwa perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar
9
(core value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu (1) ketangguhan ekonomi, (2) tanggung jawab lingkungan dan (3) akuntabilitas sosial. Fadilah (2009) juga menyatakan apabila kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability report). Dalam prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan jenis ini, misalnya laporan CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan lingkungan (environment report) atau laporan sosial dan lingkungan (soccial and environment report) (Fadilah 2009). Rahmadhani et.al (2011) menjelaskan salah satu model pengukuran kinerja CSR yang sering digunakan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan Global Reporting Initiative (GRI). Model pengukuran kinerja GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang harus dilakukan oleh perusahaan (Rahmadhani et.al 2011). Melalui laporan ini akan terungkap apakah perusahaan sudah menjalankan akuntabilitas sosial dan lingkungan secara optimal (Fadilah 2009). Tabel 2. Perbandingan model pengukuran kinerja CSR Model Pengukuran Kelebihan Kelemahan Kinerja Dapat mengidentifikasi keseluruhan stakeholder dalam perusahaan. Dapat mengidentifikasi stakeholder want and need dan stakeholder Tidak dapat memberikan contribution pada PRISM panduan/pedoman keseluruhan stakeholders. mengukur kinerja CSR. Mempertimbangkan dan memperhatikan ukuran kinerja lain seperti strategi, proses, dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan. Indikator kinerja CSR GRI hanya dapat melakukan identifikasi terhadap keinginan dan kebutuhan stakeholders. GRI merupakan standar Indikator kinerja CSR internasional yang dapat GRI tidak dapat GRI memberikan mengidentifikasi panduan/pedoman stakeholders secara mengukur kinerja CSR lengkap. Indikator kinerja CSR GRI tidak dapat melakukan identifikasi kontribusi stakeholders. Sumber: Ramadhani et.al (2011)
10
Menurut Prayogo dan Hilarius (2012) dalam sejumlah implementasi program CSR/CD beragam variabel digunakan untuk menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program. Pada konteks ini, program CSR/CD korporasi harus dilihat sebagai sebuah proses dalam pengertian bagaimana korporasi berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Variabel proses yang digunakan dalam studi ini adalah: 1. Effectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya. 2. Relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal. 3. Sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial maupun manajemen. 4. Impact dimaksudkan seberapa besar dan luasan geografis akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan. 5. Empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi. 6. Participation dimaksudkan sebaai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan. Berdasarkan penjelasan GRI (2002) seperti yang dikutip Ramadhani et.al (2011) kerangka pelaporan GRI mengandung isi umum dan sektor yang secara spesifik telah disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan dapat diaplikasikan secara umum dalam melaporkan kinerja keberlanjutan dari sebuah organisasi. Selain dengan menggunakann standar pengukuruan GRI, kinerja CSR juga dapat diukur dengan menggunakan model pengukuran kinerja PRISM. Kennerley and Neely (2002) seperti yang dikutip Ramadhani et.al (2011) menjelaskan bahwa model pengukuran kinerja PRISM merupakan salah satu model pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun tiga dimensi yang memiliki lima bidang sisi, yaitu dari sisi stakeholder satisfaction, strategies, processes, capabilities dan stakeholder contribution. Ramadhani et.al (2011) menjelaskan kelebihan dan kelemahan dari GRI dan PRISM pada tabel 2. Community Development (Comdev) dalam CSR Merujuk pada pendapat Shardlow (1998) seperti yang dikutip Ambadar (2008) pemberdayaan masyarakat (Comdev) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Comdev sering kali diimplementasikan dalam bentuk (a) proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab (Payne 2008) seperti yang dikutip (Ambadar 2008).
11
Dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, pihak perusahaan melalui kegiatan Corporate Social Responsibility sering dikaitkan dengan masalah pemberdayaan masyarakat atau comdev. Menurut Ambadar (2008) comdev diyakini merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain: community relation. Hal tersebut juga disebabkan karena dalam pelaksanaan Comdev, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan. Comdev juga merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Menurut Ambadar (2008) diharapkan dengan aktivitas CSR yang bernapaskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan disamping untuk mencapai profit optimum, tetapi juga dapat bermanfaat bagi komunitas. Kerangka Pemikiran Kerangka permikiran dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tingkat keberhasilan program CSR yang dijalani perusahaan. Tingkat keberhasilan CSR perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prayogo dan Hilarius (2012) tetapi hanya lima variabel yang digunakan untuk mengukur keberhasilan CSR dalam penelitian ini yaitu variabel efektivitas, kesesuaian, keberlanjutan, pemberdayaan, dan partisipasi. Pengukuran keberhasilan CSR dengan menggunakan kelima variabel tersebut dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan kegiatan CSR suatu perusahaan dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan dapat mengacu pada perbedaan karakteristik mengenai sejauh mana pelaksanaan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan. Karakteristik pelaksanaan program CSR tersebut menurut Saidi (2003) dibagi berdasarkan charity, philanthropy, maupun corporate citizenship. Menurut Saidi (2003) karitas (charity) biasanya dimaksudkan untuk memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan mendesak sementara philanthropy adalah hibah yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial. Corporate citizenship mengacu pada hubungan timbal balik antara masyarakat dan perusahaan berkaitan dengan kewajiban dari masingmasing pihak. Keberhasilan Program CSR: (X) 1. Tingkat Efektivitas 2. Tingkat Kesesuaian 3. Tingkat Keberlanjutan 4. Tingkat Pemberdayaan 5. Tingkat Partisipasi Keterangan:
Karakteristik CSR: 1. Charity 2. Philantrophy 3. Corporate Citizenship
: berhubungan Gambar 2. Kerangka Pemikiran
12
Karakteristik program CSR yang bersifat charity adalah ketika motivasi perusahaan melakukan program CSR didasarkan karena agama dan tradisi sementara misi dalam melakukan kegiatan CSR tersebut hanya mengatasi masalah sesaat. Karakteristik philanthropy adalah ketika aktvitas CSR didorong oleh norma dan etika hukum, bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban semata. Selanjutnya karakteristik corporate citizenship adalah ketika misi perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR adalah untuk memberikan kontribusi pada masyarakat. Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk melihat apa sebenarnya hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR yang dijalankan perusahaan dengan karakteristik program CSR di pedesaan. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah: 1. Tingkat keberhasilan CSR yang diukur berdasarkan tingkat efektivitas, tingkat kesesuaian, tingkat keberlanjutan, tingkat pemberdayaan, dan tingkat partisipasi memiliki hubungan karakteristik program CSR di pedesaan.
13
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei dengan cara mengambil sample dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Data kualitatif diperoleh dengan cara wawancara mendalam dan observasi untuk dapat membantu penyusunan pertanyaan dalam pembuatan kuesioner. Setelah kuesioner diperbaiki, selanjutnya dapat dilakukan proses pengumpulan data yang sesuai dengan metode kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berguna untuk menggali informasi mendalam mengenai data kuantitatif yang telah diambil sebelumnya. Penelitian survei digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat keberhasilan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan karakteristik program CSR di pedesaan. Pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatori yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian eksplanatori dapat menjelaskan mengenai bagaimana korelasi antara dua atau lebih variabel maupun kekuatan hubunganya. Lokasi dan Waktu Waktu pelaksanaan penelitian yaitu terhitung dari pengambilan data sekunder pada bulan Februari 2016, kemudian pengambilan data primer yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada awal bulan April 2016. Penulisan draft skripsi pada bulan April 2016 hingga awal Mei 2016. Kegiatan penelitian ini terdiri dari penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Lokasi penelitian bertempat di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal sebagai desa operasional CSR PT Holcim di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara purposive karena lokasi ini termasuk salah satu lokasi operasional CSR PT Holcim. Selain itu, pemilihan lokasi juga dikarenakan Desa Bantarjati memiliki program yang dijalankan oleh pihak CSR dari perusahaan Holcim, sehingga penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik program CSR terhadap proses implementasi CSR dalam satu desa kepada pihak penerima program dan bukan penerima program CSR. Teknik Penentuan Informan dan Responden Subjek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Unit analisis yang diambil adalah individu penerima manfaat dan bukan penerima manfaat di desa tersebut yang dipilih secara purposive. Sample yang dipilih adalah individu
14
penerima program dan bukan penerima program yang dipilih secara cluster sampling dengan jumlah total responden sebanyak 60 responden. Pemilihan metode sampling ini dilakukan dengan mempertimbangkan apabila dilakukan perbandingan antara penerima program dan bukan penerima program CSR dari perusahaan Holcim dalam satu desa yang sama. Pemilihan terhadap informan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan dengan menggunakan cara ini memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah memenuhi untuk data yang diperlukan. Pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petugas kecamatan, aparatur desa, pihak perusahaan, dan tokoh masyarakat setempat, yang dianggap mengetahui dengan jelas mengenai pelaksanaan program CSR di Desa Bantarjati. Teknik Pengumpulan Data Tabel 3. Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian Sumber Data Metode No. Kebutuhan Data Pengumpulan Primer Sekunder Data 1. Gambaran umum lokasi Data Studi penelitian monografi dokumen desa 2. Sejarah tata guna, Elit desa, Data Studi penguasaan, dan masyarakat monografi dokumen, pemilikan lahan. setempat, desa, hasil survei tokoh penelitian (kuesioner), masyarakat. akademis. wawancara mendalam (daftar pertanyaan) 3. Keadaan kesejahteraan Elit desa, BPS, Studi masyarakat masyarakat monografi dokumen, setempat, desa, hasil survei tokoh penelitian (kuesioner), masyarakat. akademis. wawancara mendalam (daftar pertanyaan) 4. Kegiatan CSR yang PT. Holcim Studi dilakukan korporasi dokumen 5. Respons dan pandangan Masyarakat Survei masyarakat terhadap setempat, elit (kuesioner), pelaksanaan program desa, tokoh wawancara CSR masyarakat. mendalam (daftar pertanyaan)
15
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat langsung di lapangan melalui proses wawancara mendalam, survei, dan observasi yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Data primer juga dapat diperoleh dengan bantuan kuesioner kepada penerima program dan bukan penerima program CSR perusahaan PT Holcim serta wawancara yang dilakukan terhadap informan yang sudah ditentukan. Sebelumnya akan dilakukan uji coba penggunaan kuesioner kepada 10 responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel. Hasil dari uji coba kuesioner tersebut akan dilihat hasil validitas dan hasil realibilitas sebagai masukan untuk menyempurnakan dan memperbaiki pertanyaan dalam kuesioner. Setelah kuesioner diperbaiki, kemudian dilakukan wawancara kuesioner kepada sampel penelitian. Hasil dari wawancara kuesioner tersebut kemudian dituang ke dalam catatan harian yang berisi uraian rinci. Hasil wawancara terstruktur dari pertanyaan dalam kuesioner menjadi dasar merumuskan panduan pertanyaan wawancara mendalam dengan informan. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor kelurahan dan kantor Kecamatan Klapanunggal. Data sekunder dokumendokumen yang terkait dengan penelitian ini dapat berupa data monografi lokasi penelitian, program-program CSR yang dilaksanakan, serta data penerima program CSR desa. Data sekunder dalam penelitian dapat diperoleh juga melalui buku, internet, skripsi/thesis, serta hasil riset dan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Data sekunder yang dapat digunakan untuk memperkuat data kuantitatif dan kualitatif diperoleh melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian.Penjelasan mengenai kebutuhan data dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Unit analisis yang diambil adalah individu penerima program CSR dan bukan penerima program dari Desa Bantarjati yang dipilih secara purposive. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excell 2007 dan SPSS 22. Aplikasi Microsoft Excell 2007 akan digunakan untuk membantu pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden pada masing-masing variabel secara tunggal, sedangkan aplikasi SPSS 21 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal. Dalam penelitian ini, uji Rank Spearman digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Proses penyajian data dapat berupa narasi, diagram, dan matriks. Proses verifikasi adalah langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dari hasil yang telah
16
diolah pada tahap reduksi data. Pendekatan kualitatif akan dikumpulkan dengan menggunakan panduan pertanyaan sebagai acuan atau pemandu dalam melakukan wawancara mendalam. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan pengamatan di lapangan akan dituang ke dalam catatan lapang. Tabel 4. Definisi operasional Indikator
Definisi
Definisi Operasional & skor Kategori
Skala Pengukuran
1. Keberhasilan Program CSR adalah hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan program CSR yang dapat dilihat berdasarkan lima variabel. Keberhasilan program CSR 1. Rendah = Ordinal Tingkat perusahaan dengan kaitannya dalam skor < 15 Efektivitas mengatasi permasalahan yang ada di 2. Sedang = masyarakat. skor 15 17 3. Tinggi = skor >17 Keselarasan maupun kecocokan 1. Rendah = Ordinal Tingkat skor < 15 antara program CSR yang Kesesuaian dilaksanakan dengan kebutuhan yang 2. Sedang = skor 15 – 17 ada dalam masyarakat. 3. Tinggi = skor > 17 Tingkat keberlanjutan
Kelangsungan pelaksanaan program 1. Rendah = CSR yang dapat berjalan secara terus skor < 13 2. Sedang = menerus. skor 13 – 15 3. Tinggi = skor > 15
Ordinal
Tingkat Pemberdayaan
Kemampuan program CSR dalam hal 1. Rendah = meningkatkan kemampuan atau skor < 14 2. Sedang = keberdayaan masyarakat. skor 14 - 16 3. Tinggi = skor > 16
Ordinal
Tingkat Partisipasi
Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program CSR, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi, menikmati hasil. Partisipasi
1. Rendah = skor < 13 2. Sedang = skor 13 - 17 3. Tinggi = skor > 17
Ordinal
17
Indikator
Definisi
Definisi Operasional & skor Kategori
Skala Pengukuran
mengikuti teori Uphoff. 2. Karakteristik program CSR adalah ciri khas yang melekat pada program CSR yang dilaksanakan perusahaan berdasarkan sifat kegiatan atau bantuan yang diberikan. Kegiatan CSR yang dilakukan Rendah = Ordinal Charity berdasarkan suatu kewajiban berupa skor < 22 hibah sosial dan mengatasi masalah sesaat. Ordinal Philathropy Kegiatan CSR yang dilakukan berdasarkan kepentingan bersama Sedang = skor berupa hibah pembangunan dan 22 - 25 mengatasi permasalahan dari akarnya. Kegiatan CSR yang dilakukan Tinggi = skor Ordinal Corporate berdasarkan kepentingan bersama > 25 Citizenship berupa hibah pembangunan serta keterlibatan sosial dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.
18
19
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Desa Penelitian Desa Bantarjati merupakan desa yang berdiri sejak tahun 1985. Pada sejarah desa yang tercatat, Desa Bantarjati dan Desa Nambo merupakan satu desa yang disebut Desa Nambo. Desa Nambo kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi dua desa, yang satu terletak di sebelah timur dan tetap bernama Desa Nambo. Sementara di bagian barat, kemudian dikenal dengan nama Desa Bantarjati. Pemekaran ini terjadi pada tahun 1984 hingga 1985. Awalnya, sebelum dimekarkan, pemerintahan Desa Nambo masih berada dalam satu struktur organisasi. Kemudian setelah dimekarkan, pemerintahan Desa Nambo dan Desa Bantarjati menjadi terpisah dengan struktur organisasi masingmasing. Terdapat lima kali pergantian pemerintahan, yaitu pada tahun: 1985, 1995, 2003, 2008, dan 2014. Berikut kepala desa yang pernah menjabat di Desa Bantarjati: Tabel 5 Daftar kepala desa beserta tahun jabatan di Desa Bantarjati Nama Kades Tahun Menjabat H. Salih 1985-1995 M. Achri 1995-2008 Saprudin Prawiranegara 2008-sekarang Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa yang terletak di sekitar wilayah operasional Holcim. Desa ini termasuk dalam kawasan regional 2 Holcim. Letak desa ini lebih dekat terhadap perusahaan ITP sehingga desa Bantarjati juga termasuk ke dalam wilayah operasional ITP dalam wilayah regional 1. Bahkan sebagian besar lahan yang terdapat di desa ini sudah dibeli oleh perusahaan ITP. Desa Bantarjati juga merupakan salah satu desa yang menjadi desa binaan Holcim melalui program CSR. Secara geografis, Desa Bantarjati berbatasan langsung dengan Desa Lulut dan Nambo. Disebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri. Disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Citeureup. Akses menuju desa ini dapat ditempuh melalui kawasan industri ITP atau melalui wilayah timur, dengan melewati wilayah Desa Nambo. Desa ini juga berbatasan dengan sungai Cigede di sebelah utara yang menjadi perbatasan antara Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Citeureup. Keberadaan perusahaan semen di desa ini bukan menjadi hal yang baru bagi masyarakat. Apabila dilihat secara geografis, Desa Bantarjati berbatasan langsung dengan pabrik semen ITP. Berdasarkan keterangan staf desa, sekitar 70 persen lahan di desa ini juga sudah merupakan lahan yang sudah dibeli oleh perusahaan semen tersebut. Dalam tata administrasi, Desa Bantarjati terbagi atas 3 dusun, 5 RW, dan 16 RT, serta dalam sistem pembagian kampung, Bantarjati terdiri atas 3 kampung mengikuti jumlah dusun di desa ini. Dalam data yang dicantumkan pada potensi Desa Bantarjati, desa ini memiliki luas yang paling kecil dalam satu kecamatan
20
yaitu hanya sekitar 367 Ha dengan perincian tata guna lahan sebagaimana terlampir pada tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase lahan menurut tata guna Desa Bantarjati tahun 2016 Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Persawahan 30 8 Kebun 15 4 Tegalan 5.5 1,5 Perumahan 75 20,4 Pekarangan 25 7 Perkantoran 0.5 0,1 Lainnya 216 59 Total 367 100.00 Sumber : Profil Desa Bantarjati tahun 2016
Aset desa lainnya yang terdapat di Bantarjati adalah sarana dan prasarana pemerintahan desa, jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, bangunan umum lainnya serta fasilitas olah raga. Tabel 7 Jumlah sarana dan prasarana pemerintah Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Pemerintah Desa Jumlah (unit) Kantor desa 1 Balai Pertemuan/Aula 1 Poskamdes 1 Gedung Posyandu 9 Gedung MCK 1 Selanjutnya terdapat beberapa sarana dan prasarana perhubungan yang menghubungkan lokasi antar desa, lokasi luar desa, bahkan wilayah desa dengan kecamatan. Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan tersebut didukung oleh berbagai pihak, baik pemerintah, swadaya masyarakat serta bantuan dari beberapa korporasi di sekitar Bantarjati, terutama Holcim. Pembangunan jalan ini diantaranya merupakan bantuan dari Holcim. Terdapat jalan yang dibangun secara swadaya oleh warga khususnya pada kegiatan betonisasi jalan setapak di setiap RT di desa, juga jalan yang dibangun dengan bantuan dana dari PNPM. Tabel 8 Panjang sarana dan prasarana perhubungan di Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Perhubungan Panjang (Km) Jalan Kabupaten 3 Jalan Desa 1 Irigasi 3 Pada bidang olah raga, terdapat pula beberapa sarana dan prasarana olah raga yang cukup lengkap di Bantarjati yang dapat diakses oleh seluruh warga.
21
Sarana yang paling banyak tersedia adalah lapangan bulu tangkis dan lapangan tenis meja. Tabel 9 Jumlah sarana dan prasarana olah raga Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Olahraga Jumlah (unit) Lapangan Sepak Bola 1 Lapangan Bulu Tangkis 6 Lapangan Basket 2 Lapangan Bola Volly 2 Lapangan Tenis 0 Lapangan Tenis Meja 5 Selanjutnya di bidang kesehatan, terdapat beberapa sarana dan prasarana kesehatan di Bantarjati, mulai dari sarana yang berupa posyandu hingga poliklinik. Tabel 10 Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Kesehatan Puskesmas BKIA Rumah Bersalin Poliklinik Posyandu
Jumlah (unit) 0 0 1 9
Fasilitas kesehatan yang tersedia di poliklinik maupun posyandu ini, merupakan pemberian dari berbagai pihak, dan termasuk Holcim, yang secara berkala memberikan bantuan khususnya pada posyandu. Tabel 11 Jumlah tenaga medis Desa Bantarjati 2016 Tenaga Medis Desa Dokter Bidan Dukun Beranak Kader Posyandu
Jumlah (jiwa) 2 1 3 45
Tenaga kesehatan yang tersedia di desa ini masih didominasi oleh kader posyandu, dan untuk tenaga medis, sudah ada dokter dan bidan yang melakukan praktek di sarana kesehatan desa. Wilayah pelayanan kader posyandu di desa ini dibagi berdasarkan RT dan RW dimana para kader tersebut tinggal.
22
Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Desa Bantarjati dihuni sebanyak 7.264 jiwa. Rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan terlihat didominasi oleh laki-laki, dengan RJK 106 per 100 orang perempuan. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2015 adalah 3733 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3531 jiwa. Apabila dilihat dari komposisi usia penduduk, Desa Bantarjati didominasi oleh usia produktif. Rasio beban tanggungan di desa ini adalah sekitar 46, yang berarti tiap satu individu usia produktif, memiliki beban tanggungan sejumlah 46 orang. Penduduk yang mendiami Desa Bantarjati didominasi oleh suku Sunda, dengan agama mayoritas Islam. Kebanyakan warga menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Selanjutnya, terdapat beberapa sarana dan prasarana peribadatan di Desa Bantarjati. Sarana peribadatan yang tersedia di desa ini hanya mesjid, musholla, majlis taklim dan pondok pesantren karena berdasarkan keterangan staf desa hampir 98 persen masyarakat di desa ini beragama Islam. Adapun aktivitas keagamaan warga dilakukan di rumah-rumah ibadah. Terdapat aktivitas pengajian rutin warga, yaitu setiap hari Selasa untuk kaum ibu-ibu. Tabel 12 Jumlah sarana dan prasarana rumah ibadah Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Peribadatan Jumlah (unit) Masjid 8 Musholla 20 Majelis Taklim 7 Pondok Pesantren 7 Gereja 0 Wihara 0 Pura 0 Berdasarkan keterangan dari kepala desa tahun 2016, tidak banyak pendatang yang menetap tinggal di desa Bantarjati. Kebanyakan dari mereka hanya tinggal dalam kurun waktu yang singkat karena bekerja di perusahaan dekat desa ini berada sehingga tidak menyebabkan pertambahan jumlah penduduk dalam jumlah yang besar. Kondisi Ekonomi dan Ketenagakerjaan Mata pencaharian utama masyarakat Desa Bantarjati didominasi oleh sektor pegawai pada perusahaan swasta. Hal tersebut diduga karena kondisi desa yang dikelilingi oleh berbagai industri, sehingga akses warga terhadap sektor industri menjadi lebih tinggi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa sarana dan prasarana perekonomian di Bantarjati yang terdata sebagai bentuk usaha milik warga baik penduduk asli Bantarjati maupun pendatang yang memiliki unit usaha di dalam batas wilayah Desa Bantarjati.
23
Tabel 13 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian masyarakat Desa Bantarjati tahun 2016 Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) Penduduk Pegawai Negeri Sipil TNI/Polri Pegawai Swasta Pensiunan Petani Wiraswasta Belum bekerja Lainnya Total
15 2 1729 12 165 567 3906 868 7264
0,2 0,02 23.8 0.16 2.27 7.84 53.77 11.94 100.00
Bentuk atau kegiatan usaha perekonomian masyarakat Desa Bantarjati dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14 Jumlah dan persentase sarana dan prasarana perekonomian dan perdagangan di Desa Bantarjati tahun 2016 Fasilitas Perekononian / Perdagangan Bank/ATM Pasar Warung Kios/Toko Warung Nasi Toko Bahan Material Pangkalan Material Warnet Bensin Eceran
Jumlah (unit) 1 0 127 10 27 3 11 5 10
Kondisi Pendidikan Dalam batas Desa Bantarjati, terdapat sembilan fasilitas umum berupa sarana dan prasarana pendidikan yang dapat diakses oleh seluruh warga Bantarjati, yang terdiri dari, 5 Taman Kanak-Kanak, 2 Sekolah Dasar, dan 2 SLTP. Seluruh fasilitas pendidikan tersebut tidak hanya menerima murid dari Desa Bantarjati saja, tetapi juga terbuka bagi warga desa sekitar Bantarjati. Selain pendidikan formal, terdapat pula fasilitas pendidikan agama di Bantarjati. Sarana pendidikan agama di desa ini terdapat 9 PAUD, 1 Madrasah Ibtidaiyah, 7 pondok pesantren dan 7 Majelis Taklim. Sarana pendidikan agama yang paling banyak tersedia adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
24
Tabel 15 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Bantarjati 2016 Sarana dan Prasarana Pendidikan Jumlah (unit) TK 5 SD 2 SMP 2 SMA 0 Perguruan Tinggi 0 Fasilitas pendidikan yang tersedia di PAUD merupakan pemberian bantuan dari berbagai pihak, terutama Holcim yang secara berkala mengadakan pelatihan bagi tutor atau pengajar PAUD di desa Bantarjati. Tabel 16 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Islam di Desa Bantarjati tahun 2016 Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam
Jumlah (unit)
PAUD MI MTS MAN Pondok Pesantren Majelis Taklim
9 1 0 0 7 7
Berdasarkan data yang diperoleh dari potensi Desa Bantarjati tahun 2016, masih banyak warga yang tidak sekolah. Disusul oleh tingkat pendidikan SLTA/Sederajat. Tabel 17 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Bantarjati 2016 Tingkat Pendidikan Tidak/Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SLTP /Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat DI/DII/DIII Tamat Perguruan Tinggi/ S1 Tamat S2 dan S3 Total
Jumlah (jiwa) 3950 556 1595 1654 23 37 5 7820
Persentase (%) 50.5 7.1 20.4 21.2 0.3 0.5 0.1 100.00
25
Profil Pelaksanaan CSR Holcim Gambaran Umum Holcim Pada tahun 1971 perusahaan Holcim ini bernama PT Semen Cibinong yang sering dikenal dengan semen kujang. Pada awalnya perusahaan ini merupakan perusahaan semen swasta pertama yang beroperasi di Indonesia. Terdapat beberapa penghargaan yang diraih perusahaan ini sebelum berganti nama menjadi Holcim. Perusahaan ini pernah mendapatkan sertifikat internasional bidang sistem mutu atau International Standard Operation (ISO) dari Sociate Generate de Surveillance (SGS) untuk pabrik Narogong dan Cilacap. Selain itu perusahaan ini juga pernah memperoleh ISO 14001 atau sertifikasi internasional di bidang sistem manajemen lingkungan pada pabrik Narogong dan Cilacap. Penghargaan lain yang diterima oleh perusahaan ini adalah pencapaian terbaik di bidang teknologi informasi dari Hewlett Packard. Perusahaan ini juga pernah mendapatkan medali emas di konservasi mutu Indonesia pada tahun 2000. Pada tahun 2001 perusahaan semen ini mulai menjadi bagian dari grup Holcim dan pada tanggal 1 Januari 2006 perusahaan resmi menjadi PT Holcim Indonesia Tbk. PT Holcim Indonesia Tbk menjadi perusahaan di Grup Holcim Asia Pasifik yang memperoleh akreditasi ISO 9001 dan ISO 14001 untuk seluruh operasionalnya. Saat ini Holcim Indonesia memiliki karyawan sebanyak 2.782 jiwa dan mengoperasikan pabrik semen di Narogong Jawa Barat, Cilacap Jawa Tengah, dan Tuban Jawa Timur. Selain itu Holcim juga memiliki fasilitas penggilingan semen di Ciwandan, Banten dan di Johor Baru, Malaysia dengan kapasitas produksi semen jadi seluruhnya mencapai 11 juta ton semen. Holcim Beton, entitas anak yang seluruh sahamnya dipegang Holcim mengelola beberapa tambang agregat terbesar di Indonesia di samping memasok produk beton siap pakai untuk wilayah Jabodetabek hingga Surabaya di Jawa Timur. Holcim Indonesia adalah perusahaan terbuka, bagian dari Holcim Group yang berkedudukan di Swiss. PT Holcim Indonesia Tbk adalah produsen semen terbesar ketiga dilihat dari penjualan dan pangsa pasar Indonesia, fasilitas dan jaringan yang terpadu dan terkemuka yang juga mengoperasikan unit usaha beton siap pakai dan agregat. Saham Holcim Indonesia 80,65 persen dipegang oleh Holderfin B.V. dan 19,35 persen saham lainnya dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Holcim Indonesia menjadi anggota Asosiasi Semen Indonesia (ASI), dan sebagai unit usaha di bawah Holcim Group, perusahaan aktif sebagai anggota World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dan anggota pendiri Cement Sustainability Initiative (CSI). Visi Holcim adalah untuk membangun solusi yang berkelanjutan bagi masa depan masyarakat. Sedangkan misi yang dibawa oleh korporasi ini adalah bahwa Holcim Indonesia akan terus tumbuh menjadi perusahaan yang bermanfaat bagi para pemangku kepentingannya melalui; 1) menyediakan solusi pembangunan berkelanjutan bagi masing-masing segmen pelanggan, 2) peduli akan keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan, dan 3) mengembangkan kemampuan karyawan, melakukan inovasi untuk menjadi yang terbaik dan membentuk jaringan yang terpadu. Nilai-nilai Holcim adalah kekuatan, kinerja, dan semangat.
26
CSR Holcim Sebagai perusahaan yang dipengaruhi undang-undang tentang perseroan, Holcim memiliki sebuah Departemen atau divid CSR yang dikenal dengan divisi Community Relation. Tim community relations dan tim communications terjun untuk ikut mengatasi berbagai persoalan di masyarakat, dan memberi warga kesempatan mengecap manfaat yang dirasakan bersama oleh semua pihak. Pihak community relations (comrel) menyadarkan warga akan pentingnya kesehatan dan keselamatan diri, serta pendidikan yang lebih baik. Selain itu tim comrel mengajak masyarakat untuk berswadaya terkait berbagai persoalan pembangunan guna meningkatkan taraf hidup semua pemangku kepentingan. Pelaksanaan CSR Holcim Pabrik Narogong yang dilakukan oleh divisi community relation dibagi ke dalam beberapa wilayah. Wilayah pertama yang termasuk ke dalam ring satu diantaranya terdapat Desa Nambo, Desa Kembang Kuning, dan Desa Klapanunggal. Sementara wilayah yang terdapat pada ring dua yaitu Desa Bantarjati, Desa Cikahuripan, serta Desa Lulut. Sedangkan untuk ring tiga terdiri dari Desa Leuwi Karet, Desa Bojong, dan Desa Linggarmukti. Pembagian wilayah ring tersebut didasarkan pada jarak terdekat dari lokasi perusahaan Holcim. Kegiatan CSR PT Holcim dilaksanakan oleh bagian Community Relation yang meliputi berbagai bidang diantaranya: 1. Pendidikan Program yang dilaksanakan pada bidang ini berupaya untuk membantu meningkatkan kualitas masyarakat di desa binaan sekitar wilayah Holcim. Program yang dijalankan dalam bidan ini adalah program beasiswa. Beasiswa diberikan kepada anak-anak yang tergolong tidak mampu khususnya yang memiliki prestasi di sekolahnya yang berasal dari tingkat SMP hingga anak tersebut selesai menjalani pendidikan tingkat SMA. Holcim memberikan 1.491 beasiswa kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu di daerah sekitar ketiga pabrik Holcim yang tengah mengenyam pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Selain pendidikan formal, pilar pendidikan juga mengadakan pelatihan-pelatihan bagi warga masyarakat desa binaan, seperti pelatihan keterampilan menjahit, pelatihan kepada tutor atau pengajar PAUD, serta pelatihan tata rias. Pelatihan-pelatihan tersebut diselenggarakan melalui kegiatan posdaya yang juga merupakan binaan dari CSR Holcim. Kegiatan lain yang begerak di bidang pendidikan adalah program kejuruan berbasis usaha atau Enterprise-based Vocational Education (EVE) dan program pengembangan lulusan perguruan tinggi atau Graduate Development Program (GDP) yang telah berjalan masing-masing selama 10 dan 9 tahun. Program diselenggarakan dalam rangka meningkatkan taraf pendidikan sekaligus menghasilkan teknisi profesional bagi Holcim. Siswa EVE berjumlah 343 orang, dimana 217 diantaranya telah lulus sedangkan 126 lagi tengah menempuh pendidikan. 2. Pemberdayaan Ekonomi Kegiatan CSR Holcim yang diadakan pada bidang ekonomi bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan menyesuaikan pada potensi desa setempat. Kegiatan yang dilakukan oleh CSR Holcim dalam bidang ini yaitu
27
mencakup pemberian modal bagi pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti warung melalui dana bergulir dan juga pemberian alat produksi kerajinan. 3. Infrastruktur Pada bidang infrastruktur, CSR Holcim memberikan bantuan matrial seperti semen dan bahan bangunan lainnya untuk digunakan membangun sarana. Kegiatan yang telah dilakukan oleh CSR Holcim dalam bidang infrastruktur yaitu betonisasi jalan setapak, pembangunan gedung sekolah serta fasilitas olahraga. 4. Sosial Perusahaan Holcim juga memperhatikan kehidupan sosial masyarakat di desa binaannya. Kegiatan atau bantuan yang dilakukan oleh pihak CSR Holcim dalam bidang ini adalah pembangunan sarana MCK, pemberian tempat sampah, juga pemberian alat pengahancur sampah. Selain itu, Holcim juga memberikan bantuan rutin kepada warga yang kurang mampu seperti anak yatim piatu dan janda tidak mampu berupa bantuan dana. Holcim juga memberikan bantuan kepada masyarakat di desa binaannya seperti pemberian hewan qurban dan bahan sembako setiap hari lebaran. Kegiatan lain yang dilaksanakan dalam bidang ini adalah melakukan pelayanan kesehatan pada warga masyarakat desa binaan Holcim. Kegiatan yang dilaksanakan secara rutin setiap bulannya oleh Holcim adalah pemberian makanan tambahan pada setiap posyandu. Bantuan kesehatan lainnya pun juga dilaksanakan oleh Holcim dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat desa yaitu adalah kegiatan pengobatan gratis. Dana yang tersalurkan untuk kegiatan program CSR Holcim dapat diketahui pada tabel 18. Tabel 18 Jumlah investasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk No. Tahun Jumlah Dana (Rp juta) 1. 2012 15.343 2. 2013 38.476 3. 2014 37.949 Sumber: Laporan kegiatan CSR PT Holcim Indonesia Tbk Tabel 18 menggambarkan bahwa terdapat fluktuasi selama dua tahun terhadap jumlah investasi CSR Holcim. Dimulai dari tahun 2012 dimana besar investasi CSR yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 15.343 juta. Kemudian pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah dana investasi yang cukup besar menjadi Rp 38.476 juta. Selanjutnya pada tahun 2014 terjadi penurunan yang jumlahnya tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar Rp 37.949 juta. Gambaran Responden Penelitian Dari enam puluh responden yang terpilih secara acak, terdapat 69 persen responden dengan jenis kelamin perempuan dan 31 persen responden berjenis kelamin laki-laki. Pemilihan responden sebenarnya tidak mempermasalahkan
28
jenis kelamin mengingat unit analisis penelitian ini adalah individu penerima dan non penerima program CSR. Tabel 19 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki 19 31.7 Perempuan 41 68.3 Total 60 100.0 Sebaran usia responden menyebar dari usia 18 tahun hingga 61 tahun. Usia responden dikategorikan ke dalam tiga tingkatan berdasarkan rataan usia seluruh responden, yaitu usia <36 tahun yang termasuk usia muda, usia 36 tahun sampai dengan 45 tahun termasuk ke dalam tingkatan usia sedang, dan usia >45 tahun termasuk ke dalam usia tua. Tabel 20 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat usia Usia Jumlah (n) Persentase (%) Muda (<36 tahun) 17 28.3 Sedang (36-45 tahun) 22 36.7 Tua (>45 tahun) 21 35.0 Total 60 100.0 Berdasarkan pendidikan terakhir responden, terdapat 15 persen responden yang tidak tamat sekolah dasar, selanjutnya sebanyak 30 persen responden yang tamat sekolah dasar dan sederajat, kemudian 13,3 persen responden yang tamat sekolah menengah pertama dan sederajat, lalu 20 persen responden yang tamat sekolah menengah atas dan sederajat, sisanya sebanyak 21,7 persen responden tamat perguruan tinggi. Tabel 21 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) Tidak tamat SD 9 15.0 Tamat SD/sederajat 18 30.0 Tamat SMP/sederajat 8 13.3 Tamat SMA/sederajat 12 20.0 Tamat perguruan tinggi 13 21.7 Total 60 100.0 Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini beragam. Terdapat 1,7 persen responden yang bekerja sebagai petani, 3,3 persen responden yang bekerja sebagai buruh tani, kemudian 6,7 persen responden yang bekerja sebagai pegawai negeri, lalu terdapat sebanyak 28,3 persen responden bekerja sebagai wirausaha,
29
dan sisanya sebanyak 60 persen responden termasuk ke dalam kategori lainnya dimana responden tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Tabel 22 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%) Petani 1 1.7 Buruh tani 2 3.3 Pegawai negeri 4 6.7 Wirausaha 17 28.3 Lainnya 36 60.0 Total 60 100.0 Jumlah responden penelitian apabila dikategorikan berdasarkan status dalam keluarga, terdapat 33,3 persen responden yang berperan sebagai kepala rumah tangga, lalu 61,7 persen responden berperan sebagai istri atau ibu dalam keluarga, kemudian sebanyak 3,3 persen responden sebagai anak dalam keluarga, dan sisanya sebanyak 1,7 persen sebagai anggota keluarga lainnya. Tabel 23 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan status dalam keluarga Status dalam Keluarga Jumlah (n) Persentase (%) Kepala rumah tangga 20 33.3 Istri/ibu 37 61.7 Anak 2 3.3 Anggota keluarga lainnya 1 1.7 Total 60 100.0 Berdasarkan jenis program yang diikuti oleh responden, terdapat 11,7 persen responden yang mengikuti program yang bergerak dibidang ekonomi, selanjutnya sebanyak 13,3 persen responden mengikuti program dibidang pendidikan, kemudian sebanyak 8,3 persen responden mengikuti program bidang kesehatan, lalu 1,7 persen responden mengikuti program bidang lingkungan dan sisanya sebanyak 65 persen responden termasuk ke dalam penerima program bidang lainnya dan bukan penerima responden. Tabel 24 Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis program Jenis Program Jumlah (n) Persentase (%) Ekonomi 7 11.7 Pendidikan 8 13.3 Kesehatan 5 8.3 Lingkungan 1 1.7 Lainnya/tidak ada 39 65.0 Total 60 100.0
30
Pelaksanan program CSR di Desa Bantarjati tergambar dalam empat bidang pelaksanaan program CSR Holcim. Program-program atau kegiatan yang berjalan diuraikan dalam bentuk bantuan yang bersifat langsung pada masyarakat. Bantuan yang bergerak dibidang sosial dan kesehatan adalah bantuan pengobatan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu serta bantuan pemberian makanan tambahan bagi keluarga yang memiliki balita. Selanjutnya di bidang infrastruktur, CSR Holcim memberikan bantuan langsung kepada pihak pemerintahan desa dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Menurut Kepala Desa Bantarjati, bantuan yang diberikan oleh CSR Holcim untuk bidang infrastruktur adalah berupa bantuan bahan bangunan dan material seperti semen kemudian masyarakat berswadaya untuk membangun sarana dan prasarana di desa. “... kalau bantuan dari Holcim itu mereka suka ngebantuin buat ngebangun jalan ya ngasih bahannya aja, jadi masyarakat yang swadaya ngerjainnya...” (SP, Kepala Desa Bantarjati) Bantuan yang diberikan dalam bidang pemberdayaan ekonomi, yaitu dana bergulir berupa bantuan permodalan. Pemberian dana diberikan kepada warga yang memiliki usaha. Bantuan lainnya adalah pada bidang pendidikan. Berdasarkan keterangan warga, program beasiswa dari CSR Holcim dilakukan dengan cara sistem seleksi di awal, kemudian setelah itu anak tersebut akan menerima beasiswa sejak SMP hingga anak tersebut lulus SMA. Berdasarkan keterangan responden, bantuan yang diperoleh berupa pemberian dana sebesar Rp 100 000 setiap bulannya. Bantuan dana tersebut diambil setiap tiga bulan sekali, sehingga beberapa responden menyatakan kekecewaannya terhadap bantuan yang diberikan karena merasa bantuan tersebut jumlahnya terlalu kecil. “... iya anak ibu suka dapet tuh bantuan dari Holcim Cuma seratus ribu sebulan, diambilnya tiap tiga bulan sekali kecil banget neng kaya ga kerasa tapi alhamdulillah anak ibu mah suka juara lomba lari sampe tingkat provinsi jadi suka dapet hadiahnya juga...” (Un, orang tua penerima beasiswa Desa Bantarjati) Bantuan pelatihan juga diberikan CSR Holcim kepada warga Desa Bantarjati. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan menjahit, pelatihan mengajar bagi tutor PAUD, serta pelatihan tata rias. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui ada sekitar delapan orang penerima bantuan pelatihan tata rias di Desa Bantarjati dan empat orang penerima bantuan pelatihan mengajar tutor PAUD, sementara belum ada data yang diterima mengenai jumlah peserta pelatihan menjahit di Desa Bantarjati. Peserta pelatihan tersebut kemudian tidak disalurkan untuk bekerja pada bidang yang terkait setelah masa pelatihan sudah selesai.
31
IKHTISAR Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu yang terbagi ke dalam kategori penerima program dan bukan penerima program di Desa Bantarjati. Sampel yang diambil, merupakan hasil pengacakan dari kerangka sampling atas program CSR yang dijalankan perusahaan Holcim di Desa Bantarjati yang terbagi ke dalam empat bidang yaitu bidang infrastruktur, bidang pemberdayaan ekonomi, bidang pendidikan, dan bidang sosial. Dari total responden terdapat sebanyak 31,7 persen responden dengan jenis kelamin laki-laki dan sebanyak 68,3 persen responden berjenis kelamin perempuan. seluruh responden yang berjumlah 60 ini tersebar dalam sepuluh jenis bantuan yang diberikan Holcim di Desa Bantarjati.
32
33
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR Pengukuran tingkat keberhasilan program CSR adalah pengukuran yang dilakukan terhadap lima variabel, yaitu tingkat efektivitas, tingkat kesesuaian, tingkat keberlanjutan, tingkat pemberdayaan, dan tingkat partisipasi. Pelaksanaan CSR Holcim di Desa Bantarjati dilakukan berdasarkan empat bidang yaitu bidang pemberdayaan ekonomi, pendidikan, sosial, dan infrastruktur. Bantuan yang dibagi berdasarkan bidang tersebut dapat dilihat pada tabel 25. Tabel 25 Bentuk Bantuan Program CSR Holcim di Desa Bantarjati No Bidang 1 Pemberdayaan ekonomi 2 Pendidikan
3 Sosial
4 Infrastruktur
Bentuk Program / Kegiatan Bantuan dana bergilir Bantuan alat produksi Beasiswa Pelatihan keterampilan Bantuan perlengkapan Santunan Pengobatan gratis Pemberian PMT Betonisasi jalan Pembangunan MCK
Dalam pelaksanaan CSR Holcim baik di Desa Bantarjati maupun di desa binaan lainnya, Holcim selalu mengadakan FKM (Forum Komunikasi Masyarakat). FKM adalah sebuah forum komunikasi antara stakeholder yang memiliki kepentingan dalam pelaksanaan CSR Holcim, baik pihak Holcim sendiri, pemerintahan desa, tokoh masyarakat Bantarjati, serta perwakilan masyarakat desa. Pengukuran program CSR dilakukan terhadap lima variabel, yaitu tingkat efektivitas program, tingkat kesesuaian program, tingkat keberlanjutan, tingkat pemberdayaan program, serta tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program. Dari masing-masing pengukuran kuantitatif, akan diperoleh data frekuensi masingmasing variabel. Tingkat Efektivitas Program CSR Holcim Efektivitas program CSR Holcim adalah keberhasilan program CSR perusahaan dengan kaitannya dalam mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Program CSR seharusnya dapat menyelesaikan berbagai masalah yang timbul di Desa Bantarjati, baik permasalahan sosial maupun masalah lingkungan di desa. Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa responden yang termasuk ke dalam penerima program sebanyak 20 persen menyatakan bahwa tingkat efektivitas program CSR berada pada tingkatan sedang, sementara 26,7 persen lainnya menyatakan efektivitas program berada pada tingkat sedang dan sisanya sebanyak 53,3 persen responden penerima program menyatakan bahwa efektivitas program CSR sudah berada pada tingkatan tinggi. Kecenderungan responden
34
penerima program menyatakan bahwa efektivitas program sudah berada pada tingkat tinggi. Tabel 26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat efektivitas program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Tingkat Efektivitas Program Rendah Sedang Tinggi Total
Status Responden Penerima Program Non Penerima Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) (%) (n) (%) 6 20.0 13 43.3 8 26.7 4 13.3 16 53.3 13 43.3 30 100.0 30 100.0
Total Jumlah Persentase (n) (%) 19 31.7 12 20.0 29 48.3 60 100.0
Responden yang bukan merupakan penerima program sebesar 43,3 persen menyatakan bahwa efektivitas program CSR berada pada tingkatan rendah, sementara 13,3 persen lainnya menyatakan efektivitas berada pada tingkat sedang dan sisanya sebanyak 43,3 persen sudah menyatakan bahwa efektivitas berada pada tingkat tinggi. Secara keseluruhan responden menyatakan bahwa tingkat efektivitas program CSR sudah berada pada tingkatan tinggi. Hal tersebut dikarenakan pandangan masyarakat yang merasa bahwa bantuan yang diberikan Holcim sudah dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Selain itu, tidak sedikit pula masyarakat yang memiliki pandangan bahwa terdapat suatu masalah yang sampai saat ini belum dapat teratasi oleh pihak Holcim yaitu masalah pengangguran warga. Perusahaan belum dapat merespon permintaan masyarakat mengenai keinginan warga untuk bekerja di Holcim. “kalo bantuan dari Holcim mah neng, masyarakat sudah sangat terbantu. Cuma satu aja yang sampai saat ini belum direspon, tentang penerimaan pekerja aja sih. Masyarakat disini susah untuk bisa bekerja disana...” (AS, 50) Holcim telah merespon kebutuhan masyarakat dan juga telah menerima beberapa warga Desa Bantarjati sebagai pekerja di Holcim. Berdasarkan keterangan warga, peluang bekerja bagi masyarakat desa di Holcim sangat sulit karena jumlah warga yang bekerja di Holcim sangat sedikit. Tingkat Kesesuaian Program CSR Holcim Tingkat kesesuaian program adalah keselarasan maupun kecocokan antara program CSR yang dilaksanakan dengan kebutuhan yang ada pada masyarakat. Pemilihan bantuan maupun kegiatan yang dilaksanakan seharusnya sudah sesuai dengan apa yang masyarakat butuhkan sehingga dapat mengembangkan kemampuan masyarakat di Desa Bantarjati. Bantuan yang diberikan Holcim merupakan permintaan langsung dari masyarakat desa dengan mekanisme pengajuan proposal kepada pihak comrel Holcim. Selanjutnya pihak Holcim menentukan urgensi kebutuhan masyarakat yang paling dibutuhkan untuk merealisasikan kebutuhan masyarakat desa tersebut.
35
Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kesesuaian program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Tingkat Kesesuaian Program Rendah Sedang Tinggi Total
Status Responden Penerima Program Non Penerima Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) (%) (n) (%) 3 10.0 11 36.7 11 36.7 14 46.7 16 53.3 5 16.7 30 100.0 30 100.0
Total Jumlah (n) 14 25 21 60
Persentase (%) 23.3 41.7 35.0 100.0
Berdasarkan tabel 27, dapat diketahui bahwa responden yang termasuk ke dalam penerima program, sebanyak 10 persen responden menyatakan bahwa kesesuaian program CSR Holcim berada pada tingkat rendah, sedangkan 36,7 persen lainnya menyatakan kesesuaian program berada pada tingkat sedang, dan sisanya sebanyak 53.3 persen menyatakan bahwa program CSR Holcim sudah berada pada tingkat tinggi. Kecenderungan penerima program sudah menyatakan bahwa program CSR sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Responden yang bukan termasuk penerima program, sebanyak 36,7 persen menyatakan bahwa program CSR Holcim berada pada tingkat rendah, sementara 46,7 persen lainnya menyatakan kesesuaian program berada pada tingkat sedang dan sisanya sebanyak 16,7 persen responden menyatakan program CSR Holcim berada pada tingkat tinggi. Kecenderungan responden yang bukan termasuk penerima program menyatakan bahwa kesesuaian program berada pada tingkatan sedang. Secara garis besar, dapat dilihat bahwa tingkat kesesuaian program CSR Holcim berada pada tingkatan sedang. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Desa Bantarjati yang merasa bahwa kebutuhan masyarakat belum dapat terpenuhi secara keseluruhan karena adanya program CSR Holcim terutama mengenai hal ketenagakerjaan. Masyarakat dapat menyampaikan kebutuhan kepada pihak Holcim melalui pertemuan FKM yang dilaksanakan di kantor desa. Selain dihadiri oleh perwakilan masyarakat desa, tim community relation Holcim juga turut hadir dalam pertemuan FKM tersebut. Melalui pertemuan FKM di desa, memungkinkan terjadinya komunikasi yang terbuka antara masyarakat dan Holcim. “kalo FKM mah biasanya suka ada tiga sampai empat kali neng di desa. Biasanya yang dateng itu ada BPD, LPM, perangkat desa, sama perwakilan warga seperti ketua RT dan ketua RW.” (AM, 34) Tingkat Keberlanjutan Program CSR Holcim Keberlanjutan pelaksanaan program CSR dapat dilihat dari kelangsungan program tersebut dapat berjalan pada suatu waktu tertentu. Pengamatan terhadap keberlanjutan program dilakukan dengan mengetahui pandangan masyarakat pada kelangsungan program dalam jangka waktu tiga tahun terakhir.
36
Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberlanjutan program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Status Responden Total Tingkat Penerima Program Non Penerima Keberlanjutan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Program (n) (%) (n) (%) (n) (%) Rendah 2 6.7 13 43.3 15 25.0 Sedang 13 43.3 15 50.0 28 46.7 Tinggi 15 50.0 2 6.7 17 28.3 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Berdasarkan tabel 28 dapat diketahui bahwa responden yang termasuk sebagai penerima program sebanyak 6,7 persen menyatakan keberlanjutan program CSR Holcim di Desa Bantarjati berada pada tingkat rendah, sementara sebanyak 43,3 persen lainnya menyatakan keberlanjutan program CSR berada pada tingkat sedang, serta sisanya sebanyak 50 persen responden menyatakan keberlanjutan program CSR berada pada tingkat tinggi. Kecenderungan responden yang merupakan penerima program menyatakan bahwa keberlanjutan program CSR Holcim di Desa Bantarjati sudah berada pada tingkatan tinggi. Responden lainnya yang bukan termasuk penerima program sebanyak 43,3 persen menyatakan keberlanjutan program CSR Holcim masih berada pada tingkat rendah, sementara 50 persen responden lainnya menyatakan keberlanjutan berada pada tingkat sedang dan sisanya sebanyak 6,7 persen responden sudah menyatakan keberlanjutan berada pada tingkatan tinggi. Responden yang bukan termasuk penerima program cenderung menyatakan tingkat keberlanjutan program CSR Holcim berada pada tingkat sedang. Keseluruhan responden memiliki pandangan bahwa keberlanjutan program CSR Holcim berada pada tingkatan sedang. Hal tersebut dapat disebabkan karena terdapat beberapa program atau kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, dan terdapat pula program yang berlangsung hanya pada awal program atau kegiatan saja. Berdasarkan data kualitatif yang sudah terkumpul dapat dikatakan bahwa program yang dapat berjalan terus menerus menurut masyarakat adalah program beasiswa atau anak asuh. Program tersebut diberikan kepada penerima beasiswa selama enam tahun yaitu ketika penerima berada di tingkat SMP hingga SMA. Program atau kegiatan lain dari CSR Holcim yang menurut warga hanya dapat berjalan diawal saja adalah kegiatan pelatihan menjahit dan pelatihan tata rias yang dilaksanakan melalui posdaya yang berada di Desa Bantarjati. Masyarakat berpandangan bahwa seharusnya setelah pelatihan tersebut selesai dilaksanakan, peserta pelatihan dapat disalurkan pada kegiatan usaha tertentu oleh pihak Holcim. “kalo disini mah neng kebanyakan programnya cuma berjalan di awal saja. Tapi alhamdulillah kalo program beasiswa mah biarpun gak gede juga tapi tetap sangat membantu apalagi sampe lulus SMA.” (AC, 59) Kegiatan lain dari CSR Holcim yang dirasakan oleh masyarakat secara berkelanjutan adalah bantuan pembangunan MCK dan betonisasi jalan setapak.
37
Bantuan hanya diberikan sekali untuk pembangunan sarana dan prasarana tersebut kemudian Holcim memberikan bantuan berikutnya dengan pembangunan sarana dan prasarana yang berbeda. Tingkat Pemberdayaan Program CSR Holcim Pengukuran tingkat pemberdayaan program CSR Holcim bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan dan kapasitas pada masyarakat di Desa Bantarjati. Tabel 29
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pemberdayaan program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Status Responden Total Tingkat Penerima Program Non Penerima Pemberdayaan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Program (n) (%) (n) (%) (n) (%) Rendah 7 23.3 14 46.7 21 35.0 Sedang 9 30.0 13 43.3 22 36.7 Tinggi 14 46.7 3 10.0 17 28.3 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa responden yang merupakan penerima program terdapat sebanyak 23,3 persen responden menyatakan pemberdayaan program CSR Holcim berada pada tingkat rendah, sementara sebanyak 30 persen lainnya menyatakan pemberdayaan program berada pada tingkat sedang, dan sisanya sebanyak 46,7 responden menyatakan bahwa program CSR Holcim sudah dapat memberdayakan masyarakat di Desa Bantarjati. Responden lain yang bukan merupakan penerima program terdapat sebanyak 46,7 persen yang menyatakan bahwa pemberdayaan program CSR Holcim di Bantarjati berada pada tingkat rendah, sedangkan 43,3 persen lainnya menyatakan pemberdayaan program CSR berada pada tingkat sedang dan sisanya sebanyak 10 persen menyatakan pemberdayaan program CSR Holcim sudah termasuk pada tingkatan tinggi. Kecenderungan responden yang bukan merupakan penerima program menyatakan pemberdayaan Holcim masih berada pada tingkat rendah dan belum mampu memberdayakan masyarakat. Secara garis besar keseluruhan responden berpendapat bahwa pemberdayaan program CSR Holcim di Desa Bantarjati berada pada tingkat sedang. Hal tersebut dikarenakan pihak Holcim melaksanakan kegiatan pelatihan bagi masyarakat Desa Bantarjati tetapi berdasarkan keterangan dari responden terlihat bahwa tidak terdapat kegiatan pendampingan. Kegiatan pendampingan yang tidak dilakukan oleh pihak Holcim setelah melaksanakan kegiatan pelatihan dari posdaya menyebabkan masyarakat merasa bahwa kemampuan dalam melakukan kegiatan hasil dari pelatihan tersebut tidak dapat tersalurkan dengan baik.
38
“...kalo pelatihan sih memang suka ada neng, tapi ya setelah itu pesertanya gak disalurin lagi jadi ya percuma ikutan pelatihan. Pesertanya ada yang jadi bisa, yang enggak juga ada...” (LS, 35) Tingkat Partisipasi Program CSR Holcim Pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat partisipasi adalah pengukuran peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program CSR yang dimulai pada tahap perencanaan program, pelaksanaan program, dan monitoring serta evaluasi program. Keterlibatan masyarakat pada setiap tahapan program dapat menyatakan bahwa pelaksanaan program telah melibatkan seluruh lapisan masyarakat secara sadar. Tabel 30 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Tingkat Partisipasi Program Rendah Sedang Tinggi Total
Status Responden Penerima Program Non Penerima Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) (%) (n) (%) 3 10.0 20 66.7 8 26.7 5 16.7 19 63.3 5 16.7 30 100.0 30 100.0
Total Jumlah Persentase (n) (n) 23 38.3 13 21.7 24 40.0 60 100.0
Berdasarkan tabel 30 dapat diketahui bahwa sebanyak 10 persen responden yang merupakan penerima program menyatakan bahwa partisipasi dalam program CSR berada pada tingkat rendah, sementara responden lainnya sebanyak 26,7 persen menyatakan partisipasi pada program CSR Holcim berada di tingkat sedang, dan sisanya sebanyak 63,3 persen responden menyatakan partisipasi dalam program CSR Holcim di Desa Bantarjati sudah berada pada tingkatan tinggi. Kecenderungan responden yang merupakan penerima program menyatakan bahwa partisipasi pada program CSR sudah berada pada tingkat tinggi. Responden lain yang bukan merupakan penerima program dapat diketahui bahwa sebayak 66,7 persen responden menyatakan bahwa tingkat partisipasi dalam program masih rendah, sementara 16,7 persen responden lainnya menyatakan bahwa tingkat partisipasi program berada pada tingkatan sedang, kemudian sisanya sebanyak 16,7 persen responden menyatakan bahwa tingkat partisipasi sudah berada pada tingkatan tinggi. Responden yang bukan tergolong penerima program cenderung menyatakan bahwa partisipasi dalam program CSR Holcim di Desa Bantarjati masih rendah. Secara keseluruhan responden menyatakan bahwa tingkat partisipasi program sudah berada pada tingkat tinggi, akan tetapi terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan dengan responden yang menyatakan tingkat partisipasi program yang masih rendah. Perbedaan yang tidak begitu signifikan tersebut dikarenakan oleh masyarakat yang memiliki pandangan bahwa informasi mengenai pelaksanaan program yang diberitahukan kepada perwakilan
39
masyarakat melalui pertemuan FKM sudah disalurkan dengan baik kepada seluruh masyarakat serta responden yang memiliki pandangan bahwa pelaksanaan program CSR sudah melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Responden lain yang memiliki pandangan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program CSR rendah dikarenakan oleh pandangan bahwa informasi mengenai program-program CSR dalam pertemuan FKM yang dilaksanakan tidak disalurkan dengan baik kepada masyarakat luas, sehingga mereka merasa tidak dilibatkan sama sekali dalam pelaksanaan program CSR. “...iya suka ada sih pertemuan di desa mah, tapi yang ikut cuma ketua RT dan ketua RW saja, masyarakat mah gak pernah ikut. Nggak pernah dengar informasi apa-apa kalo di kampung sini mah...” (II, 51) Berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui wawancara dengan informan, warga Desa Bantarjati menyampaikan kebutuhan dan keinginan mereka dalam FKM mengenai program CSR kemudian keputusan akhir terkait program diputuskan secara bersama-sama dengan pihak desa. Tingkat Keberhasilan Program CSR Holcim Tingkat keberhasilan program merupakan total pengukuran dari lima variabel pengukuran kinerja CSR Holcim. Variabel tersebut adalah tingkat efektivitas, tingkat kesesuaian, tingkat keberlanjutan, tingkat pemberdayaan, dan tingkat partisipasi. Total nilai kelima variabel tersebut kemudian akan digolongkan menjadi tingkatan rendah, tingkat sedang, dan tingkat tinggi. Tabel 31 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016 Status Responden Total Tingkat Penerima Program Non Penerima Keberhasilan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase CSR (n) (%) (n) (%) (n) (%) Rendah 4 13.3 14 46.7 18 30.0 Sedang 6 20.0 13 43.3 19 31.7 Tinggi 20 66.7 3 10.0 23 38.3 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebanyak 13,3 persen responden yang merupakan penerima program menyatakan bahwa keberhasilan CSR Holcim di Desa Bantarjati berada pada tingkat rendah, sementara sebanyak 20 persen lainnya menyatakan bahwa keberhasilan CSR Holcim berada pada tingkat sedang, kemudian sisanya sebanyak 66,7 persen responden menyatakan keberhasilan CSR Holcim sudah berada pada tingkat tinggi. Kecenderungan responden yang merupakan penerima program menyatakan keberhasilan CSR Holcim berada pada tingkat tinggi. Responden yang bukan merupakan penerima program terdapat sebanyak 46,7 persen yang menyatakan bahwa keberhasilan CSR Holcim berada pada tingkat rendah, sementara 43,3 persen lain menyatakan keberhasilan Holcim
40
berada pada tingkat sedang, kemudian sisanya sebanyak 10 persen menyatakan keberhasilan CSR Holcim sudah berada pada tingkat tinggi. Kecenderungan responden yang bukan penerima program menyatakan bahwa keberhasilan CSR Holcim di Desa Bantarjati masih berada pada tingkat rendah. Secara keseluruhan, keberhasilan CSR Holcim di Bantarjati termasuk dalam tingkat tinggi. Tingginya penilaian responden terhadap variabel mengindikasikan bahwa pelaksanaan CSR Holcim di Desa Bantarjati sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan penilaian terhadap lima variabel pelaksanaan keberhasilan CSR, terdapat dua variabel yang memiliki nilai tinggi yaitu variabel tingkat efektivitas dan tingkat partisipasi. Sementara variabel lainnya dinyatakan tidak tergolong tinggi dalam penerapannya. Program CSR Holcim yang dilaksanakan cenderung masih bersifat mengatasi masalah sesaat. Subjek penerima program CSR sudah tersebar di masyarakat Desa Bantarjati sehingga tidak hanya masyarakat miskin saja yang merasakan adanya manfaat dari program yang dijalankan. IKHTISAR Dari lima variabel pelaksanaan program CSR Holcim yang diukur, hanya terdapat dua variabel yang menurut responden memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, yaitu tingkat efektivitas program dan tingkat partisipasi. Hal ini didukung dengan adanya mekanisme pengajuan proposal oleh masyarakat pada pihak Holcim melalui pertemuan FKM untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang terdapat pada masyarakat. Sehingga masyarakat merasa bahwa pelaksanaan kegiatan CSR Holcim sudah efektif karena sudah dapat menyelesaikan atau merespon kebutuhan masyarakat yang sebelumnya sudah diajukan melalui proposal tersebut. Tingginya tingkat partisipasi dikarenakan masyarakat merasa bahwa Holcim sudah mencoba melakukan komunikasi yang terbuka dengan masyarakat melalui pertemuan FKM yang diadakan di kantor desa selama tiga bulan sekali. Pertemuan tersebut dihadiri oleh tokoh masyarakat dan beberapa perwakilan warga lalu kemudian informasi yang disampaikan dalam pertemuan disampaikan kepada masyarakat luas sehingga masyarakat mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan CSR di Desa Bantarjati.
41
KARAKTERISTIK PROGRAM CSR Karakteristik CSR merupakan ciri khas yang melekat pada program CSR yang dilaksanakan perusahaan berdasarkan sifat kegiatan atau bantuan yang diberikan. Pengukuran yang dilakukan pada karaketristik program CSR dapat memberikan gambaran sejauh mana pelaksanaan program CSR telah dilaksanakan di Desa Bantarjati. Hal tersebut dapat diketahui melalui pendapat responden terhadap proses pelaksanaan program CSR Holcim di Desa Bantarjati. Tabel 32 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik program CSR di Desa Bantarjati 2016 Karakteristik Program CSR Charity Philanthropy Corporate Citizenship Total
Status Responden Penerima Program Non Penerima Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) (%) (n) (%)
Total Jumlah (n)
Persentase (%)
5
16.7
10
33.3
15
25.0
10
33.3
8
26.7
18
30.0
15
50.0
12
40.0
27
45.0
30
100.0
30
100.0
60
100.0
Berdasarkan tabel 32 dapat diketahui bahwa sebanyak 16,7 persen responden yang merupakan penerima program menyatakan bahwa pelaksanaan CSR Holcim di Desa Bantarjati berada pada tahap charity, sementara sebanyak 33,3 persen lainnya menyatakan bahwa pelaksanaan CSR Holcim berada pada tahap philanthropy, kemudian sisanya sebanyak 50 persen responden menyatakan pelaksanaan program CSR sudah berada pada tahap Corporate Citizenship. Kecenderungan responden penerima program menyatakan bahwa pelaksanaan CSR Holcim di Desa Bantarjati berada pada tahap Corporate citizenship. Responden lainnya yang bukan merupakan penerima program sebanyak 33,3 persen menyatakan bahwa pelaksanaan CSR Holcim di Desa Bantarjati berada pada tahap charity, kemudian sebanyak 26,7 persen lainnya menyatakan CSR berada pada tahap philanthropy, sementara sisanya sebanyak 40 persen responden menyatakan pelaksanaan program CSR sudah berada pada tahap Corporate Citizenship. Kecenderungan responden yang bukan termasuk penerima program menyatakan bahwa pelaksanaan CSR Holcim di Desa Bantarjati berada pada tahap Corporate citizenship. Secara garis besar, masyarakat cenderung menyatakan bahwa kegiatan CSR Holcim berada pada tahap corporate citizenship. Hal tersebut dikarenakan oleh pandangan responden yang menyatakan bahwa motivasi Holcim dalam melakukan kegiatan CSR adalah berdasarkan pencerahan diri dengan ketertiban sosial. Selain itu, sebagian besar responden juga menyatakan bahwa bentuk kontribusi program CSR merupakan sebuah hibah pembangunan dan sosial.
42
Masyarakat juga berpandangan bahwa tujuan Holcim melakukan program CSR adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada pada masyarakat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan data yang diperoleh di lapangan karena berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan di lapang, pelaksanaan CSR masih berupa pemberian bantuan yang sifatnya sementara dan belum sampai pada tahap pemberdayaan masyarakat desa. Selain itu, kegiatan CSR yang berjalan di Desa Bantarjati belum dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini didukung dari keterangan beberapa responden yang menyatakan bahwa kegiatan yang diadakan melalui posdaya biasanya hanya berjalan diawal saja kemudian tidak dilanjutkan kembali karena beberapa hal.
IKHTISAR Berdasarkan hasil pencarian data dengan metode kuantitatif, karakteristik program CSR di Desa Bantarjati sudah berada pada tingkat corporate citizenship. Responden penerima program sebagian besar menyatakan bahwa bentuk kontribusi program CSR merupakan sebuah hibah pembangunan dan sosial. Masyarakat juga berpandangan bahwa tujuan Holcim melakukan program CSR adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada pada masyarakat. hal tersebut tidak sejalan dengan pengamatan yang dilakukan di lapang. Berdasarkan hasil observasi kegiatan CSR Holcim yang dilaksanakan masih berada pada tahap charity karena bantuan yang diberikan hanya bersifat sementara dan belum menerapkan konsep pemberdayaan dalam pelaksanaannya. Hal ini didukung dengan rendahnya penilaian masyarakat akan tingkat pemberdayaan dan tingkat keberlanjutan program CSR dalam pengukuran tingkat keberhasilan program CSR Holcim. Sebagian besar pembagian bantuan dilakukan melalui pemerintah desa, untuk memastikan bahwa bantuan disalurkan secara merata dan tepat sasaran pada masyarakat yang membutuhkan. Tetapi hal tersebut dapat menjadi celah bagi pihak yang memiliki relasi kedekatan dengan perangkat desa untuk mendapatkan bantuan yang diberikan.
43
HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN CSR TERHADAP KARAKTERISTIK PROGRAM CSR Pengukuran terhadap tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR Holcim diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik rank spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa nilai korelasi antara variabel tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik CSR pada masyarakat penerima program adalah sebesar 0.145. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel itu merupakan hubungan yang lemah. Hasil nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0.444> α (0.05). Hal tersebut berarti hubungan antara kedua variabel tersebut adalah tidak signifikan karena nilai α lebih besar dari 0.05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR pada masyarakat penerima program di Desa Bantarjati. Bagi masyarakat yang bukan penerima program, dapat diketahui bahwa hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan nilai korelasi antara variabel tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR adalah sebesar 0.398*. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut adalah hubungan yang moderat. Hasil nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0.029< α (0.05). Hal tersebut berarti hubungan antara kedua variabel adalah nyata dan signifikan karena nilai α lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR pada masyarakat bukan penerima program di Desa Bantarjati. Pengukuran terhadap tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR yang diberikan oleh masyarakat setelah adanya kegiatan CSR Holcim secara kuantitatif tergambar dalam tabulasi silang berikut: Tabel 33 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik program CSR di Desa Bantarjati 2016
Non Penerima Program Penerima Program
Status Responden
Karakteristik Program CSR Charity Philanthropy Corporate Citizenship Total Charity Philanthropy Corporate Citizenship Total
Tingkat Keberhasilan CSR Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 6 42.9 3 23.1 1 33.3 5 35.7 2 15.4 1 33.3 3 21.4 8 61.5 1 33.3 14 100.0 13 100.0 3 100.0 2 50.0 1 16.7 2 10.0 1 25.0 2 33.3 7 35.0 1 25.0 3 50.0 11 55.0 4 100.0 6 100.0 20 100.0
Berdasarkan hasil tabulasi silang, dapat diketahui bahwa pada responden yang merupakan penerima program ketika tingkat keberhasilan CSR Holcim
44
rendah, karakteristik program CSR di Desa Bantarjati berada pada tingkat charity. Ketika tingkat keberhasilan CSR Holcim sedang, karakteristik program CSR berada pada tingkat corporate citizenship sedangkan ketika tingkat keberhasilan CSR Holcim tinggi karakteristik program CSR juga berada pada tingkat corporate citizenship. Data yang dapat dilihat berdasarkan responden yang tidak termasuk sebagai penerima program adalah ketika tingkat keberhasilan CSR rendah, karakteristik program CSR di Desa Bantarjati cenderung berada pada tingkat charity. Ketika tingkat keberhasilan CSR sedang karakteristik program CSR berada pada tingkat corporate citizenship, kemudian ketika keberhasilan CSR Holcim tinggi, sebaran responden merata pada charity, philanthropy, dan corporate citizenship. Tabel 34
Penerima Non Penerima
Korelasi antara tingkat keberasilan CSR Holcim karakteristik program CSR Karakteristik Program CSR
dengan
0.145 0.398*
Hasil yang ditunjukkan pada tabel 34 dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan CSR Holcim yang memiliki hubungan nyata dan signifikan dengan karakteristik program CSR adalah pada responden yang bukan merupakan penerima program. Sedangkan pada responden yang merupakan penerima program terlihat bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh penerima program yang mengharapkan bantuan yang lebih dari kegiatan CSR Holcim. Penerima program merasa belum tercukupi akan bantuan yang diberikan dari CSR Holcim. Sementara pada responden yang bukan merupakan penerima program merasa bahwa bantuan Holcim yang diberikan pada penerima sudah mencukupi kebutuhan masyarakat tersebut. IKHTISAR Pengujian statistik yang dilakukan terhadap hubungan antara tingkat keberhasilan CSR di Desa Bantarjati terhadap karakteristik program CSR yang dilaksanakan memperlihatkan ada korelasi yang nyata pada responden yang bukan merupakan penerima program tetapi tidak ada korelasi yang nyata pada responden yang merupakan penerima program. Karakteristik CSR yang terukur berada pada tingkatan corporate citizenship kemudian pengukuran yang dilakukan terhadap lima variabel pelaksanaan program CSR Holcim tergolong dalam tingkatan rendah, sedang, dan tinggi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang serta uji korelasi rank spearman. Terdapat nilai uji korelasi rank spearman yang menunjukkan bahwa variabel pengukuran tingkat keberhasilan berkorelasi nyata dengan karakteristik program CSR, yaitu pada responden bukan penerima program dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,398*. Sementara pada responden penerima program tidak terdapat korelasi antara kedua variabel yang diukur.
45
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan penilaian dari lima variabel pelaksanaan kegiatan CSR Holcim terdapat dua variabel yang memiliki nilai tinggi yaitu variabel tingkat efektivitas dan tingkat partisipasi. Hal tersebut didukung dengan keterangan warga bahwa Holcim sudah dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di Desa Bantarjati khususnya mengenai infrastruktur di desa. Selain itu dengan adanya Forum Komunikasi Masyarakat, seluruh lapisan warga merasa sudah dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan CSR Holcim di Desa Bantarjati. Berdasarkan hasil pencarian data dengan metode kuantitatif, karakteristik program CSR di Desa Bantarjati sudah berada pada tingkat corporate citizenship. Responden penerima program sebagian besar menyatakan bahwa bentuk kontribusi program CSR merupakan sebuah hibah pembangunan dan sosial. Masyarakat juga berpandangan bahwa tujuan Holcim melakukan program CSR adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada pada masyarakat. hal tersebut tidak sejalan dengan pengamatan yang dilakukan di lapang. Berdasarkan hasil observasi kegiatan CSR Holcim yang dilaksanakan masih berada pada tahap charity karena bantuan yang diberikan hanya bersifat sementara dan belum menerapkan konsep pemberdayaan dalam pelaksanaannya. Hal ini didukung dengan rendahnya penilaian masyarakat akan tingkat pemberdayaan dan tingkat keberlanjutan program CSR dalam pengukuran tingkat keberhasilan program CSR Holcim. Pengujian statistik yang dilakukan terhadap hubungan antara tingkat keberhasilan CSR Holcim di Desa Bantarjati dengan karakteristik program CSR memperlihatkan terdapat korelasi yang nyata pada responden yang bukan termasuk penerima program. Sedangkan pada responden penerima program tidak terdapat korelasi yang nyata pada variabel karakteristik program CSR. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang serta uji korelasi rank spearman. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang serta uji korelasi rank spearman. Terdapat nilai uji korelasi rank spearman yang menunjukkan bahwa variabel pengukuran tingkat keberhasilan berkorelasi nyata dengan karakteristik program CSR, yaitu pada responden bukan penerima program dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,398*. Sementara pada responden penerima program tidak terdapat korelasi antara kedua variabel yang diukur. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang bisa dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan: 1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis dukungan masyarakat terhadap keberadaan perusahaan Holcim serta dampaknya terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat di desa. 2. Perlu adanya sosialisasi dan pendampingan secara rutin kepada masyarakat Desa Bantarjati terkait pelaksanaan kegiatan CSR Holcim.
46
3.
Pelaksanaan kegiatan CSR Holcim sebaiknya lebih mengedepankan mengenai pemberdayaan masyarakat di Desa Bantarjati tidak hanya memberikan bantuan yang sifatnya sementara dan belum memperhatikan mengenai pemberdayaan serta peningkatan kapasitas masyarakat.
47
DAFTAR PUSTAKA Abidin H, Prihatna A, Saidi Z, Suprapto RA, Supomo S, Kurniawati. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan. Jakarta (ID): PIRAMEDIA Ambadar J. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Jakarta (ID): Alex Media Komputindo. Ardianto E, Machfudz D. 2011. Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta (ID): Alex Media Komputindo. Ariefianto L. 2015. Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Semen Indonesia Tbk dan Dampaknya terhadap Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Pancaran. [internet]. [diunduh pada 5 November 2015]. 4 (2), 115134. Tersedia pada: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/viewFile/1556/1272 Bangun P. 2009. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kualitas Kehidupan dan Lingkungan Perusahaan. Jurnal Akuntansi. [Internet]. [diunduh 2 Oktober 2015]. 9 (2), 95-110. Diunduh dari: http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Akun/article/viewFile/699/679 Budimanta A, Prasetijo A, Rudito B. 2004. Corporate Social Responsibility Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta (ID): Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD). Fadilah S. 2009. Keberhasilan Kegiatan Corporate Social Responsibility Melalui Pengungkapan dan Audit Corporate Social Responsibility. Jurnal Telaah dan Riset Akuhtansi. 2 (2), 117-132. Mapisangka A. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. JESP. [Internet]. [diunduh 13 September 2015]. 1 (1), 39-47. Tersedia pada: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/ANDI_MCSR.pdf Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Prasetyo PE, Maisaroh S. 2009. Model Strategi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Trikonomika. 8 (2), 103116. Tersedia pada: http://www.jurnal.fe.unpas.ac.id/ojs/index.php/trikonomika/article/viewFil e/78/77 Prayogo D, Hilarius Y. 2012. Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi Masyarakat. 1(17), 1-22. Ramadhani A, Suwignjo P, Trisunarno L. 2011. Perancangan Model Pengukuran Kinerja Corporate Social Responsibility berdasarkan Integrasi Model Pengukuran Kinerja Prism dan Indikator Kinerja GRI (Studi Kasus PT. Semen Gresik (Persero), Tbk). Institut Teknologi Sepuluh November. [Prosiding]. [internet]. Diunduh pada tanggal 20 Januari 2016. Tersedia pada: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-16545-Paper-pdf.pdf Singarimbun M, Sofian E. 1989. Metode penelitian survei. Jakarta (ID): LP3ES. Siregar CN. 2007. Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility pada Masyarakat Indonesia. Jurnal Sosioteknologi.
48
[internet]. [diunduh pada 18 Oktober 2015]. 6 (12), 285-288. Diunduh dari: http://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/article/download/984/594 Suherman M. 2006. Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menurunkan Angka Kemiskinan di Jawa Barat. MIMBAR. [internet]. [diunduh pada 1 Oktober 2015]. 22 (3), 317-332. Diunduh pada: http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/download/217/160 Sukada S, Wibowo P, Ginano K, Jalal, Kadir I, Rahman T. 2007. Membumikan bisnis berkelanjutan memahami konsep &praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta (ID): Indonesia Business Links. Wahyuningrum Y, Noor I, Wachid A. 2011. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Administrasi Publik. [internet]. [diunduh pada 2 Oktober 2015]. 1(5), 109115. Dapat diunduh dari: http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view /340/194 Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility. Gresik (ID): FASCHO PUBLISHING
49
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Desa Bantarjati
50
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Gambar 3. Penerima Bantuan BMT
Gambar 4. Penerima Bantuan Fasilitas PAUD
Gambar 5. Green Posdaya Jaya Bersama
Gambar 6. Wawancara Responden
51
Lampiran 3. Tulisan Tematik Pelaksanaan CSR Holcim Desa Bantarjati merupakan sebuah desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan beberapa perusahaan besar salah satunya adalah perusahaan tambang Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant. Sebagai sebuah perusahaan yang kegiatannya berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam, Holcim melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility atau CSR yang telah diatur dalam undang-undang. Desa Bantarjati merupakan salah satu wilayah operasional Holcim yang berada pada kawasan regional dua. Holcim sudah menjalankan kegiatan CSR di Desa Bantarjati sudah lebih dari dua periode masa pemerintahan. “Holcim itu sudah lama menjalankan kegiatan CSR-nya disini. Saya saja menjabat sudah dua periode, Holcim sudah ada semenjak saya belum menjabat di Desa Bantarjati”, SP 51 tahun. Selama ini Holcim telah memberikan bantuan kepada masyarakat baik pada bidang sosial, pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan. Dalam melaksanakan kegiatannya, Holcim bersama dengan warga Desa Bantarjati memiliki sebuah forum komunikasi yang dinamakan FKM atau Forum Komunikasi Masyarakat. Forum tersebut diadakan guna membangun komunikasi yang terbuka antara pihak Holcim dengan masyarakat desa. “FKM itu Forum Komunikasi Masyarakat biasanya diadakan pertemuan dengan warga setiap tiga atau empat bulan sekali, yang hadir perwakilan dari warga aja misalnya ketua RT dan RW”, AM 44 tahun. Dalam forum tersebut kemudian akan dibahas mengenai kebutuhankebutuhan masyarakat yang ingin diajukan kepada pihak Holcim. kemudian Holcim akan merundingkan sekiranya kebutuhan berdasarkan tingkat urgensi paling penting. Warga desa lalu membuat proposal yang kemudian akan diserahkan kepada pihak Holcim. Selama proses pelaksanaan kegiatan CSR berlangsung, terdapat perwakilan dari pihak Community Relation Holcim yang bertugas memantau dan mendampingi masyarakat berdasarkan pembagian wilayah tertentu yang dikenal dengan comrel officer. “Selama ini bantuan Holcim yang sudah ada itu biasanya diutamakan bidang infrastruktur, seperti pembangunan MCK, betonisasi jalan setapak, serta fasilitas lainnya. Kalo Holcim itu ngasih bantuan matrialnya aja jadi masyarakat yang swadaya mengerjakan” SP 51 tahun.
52
“ ada juga bantuan sosial seperti hewan qurban satu ekor sapi, sembako lebaran. PAUD juga mendapat bantuan dari Holcim terus ada program beasiswa dan anak asuh juga untuk pendidikannya” SN 44 tahun. Bantuan CSR Holcim dalam bidang pendidikan yaitu berupa program beasiswa. Beasiswa diberikan kepada siswa yang berprestasi melalui seleksi awal kemudian diberikan secara berkelanjutan dari mulai siswa tersebut menginjak tingkat sekolah menengah pertama hingga selesai tingkat sekolah menengah atas. Bantuan beasiswa yang diberikan adalah uang sebesar Rp 100.000 dalam satu bulan dan biasanya dapat diambil dalam waktu tiga bulan sekali. Jumlah yang diberikan tersebut dirasakan masih kurang oleh beberapa orang tua penerima. “Cuma dikasih seratus ribu neng sebulannya gak kerasa ibu mah kayak sedikit aja, itu juga kan diambilnya setiap tiga bulan sekali. Jadi sekali ambil dapet tiga ratus ribu, tapi ya disyukurin aja kita mah neng alhamdulillah biar sedikit juga bisa ngebantu.” IM 54 tahun. Namun, juga terdapat beberapa penerima beasiswa yang mengatakan bahwa program beasiswa tersebut sangat membantu. “anak ibu mah alhamdulillah dapet beasiswa dari Holcim udah dua orang, yang pertama kakaknya sekarang udah selesai SMA. Yang sekarang adiknya juga dapet lagi beasiswa dari Holcim. Ibu ngerasa kebantu sekali dengan beasiswa ini.” AC 59 tahun. Kegiatan lain dari CSR Holcim di Desa Bantarjati diadakan melalui Green Posdaya binaan Holcim. Terdapat tiga posdaya di Bantarjati yaitu Posdaya Nusa Indah, Posdaya Dahlia, dan Posdaya Jaya Bersama. Kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Holcim dilaksanakan melalui posdaya. Peserta pelatihan pun tidak terbatas hanya bagi anggota posdaya saja tetapi diperbolehkan apabila terdapat warga non anggota yang ingin mengikuti pelatihan. Holcim pernah mengadakan beberapa kegiatan pelatihan diantaranya pelatihan tata rias, pelatihan mengajar bagi tutor PAUD, pelatihan budidaya jamur, serta pelatihan menjahit. “pernah diadakan pelatihan menjahit disini waktu itu diadain selama sepuluh kali pertemuan. Pihak dari Holcim nya juga suka dateng setiap pelatihan. Tapi sayangnya setelah pelatihannya selesai, pesertanya gak disalurin lagi buat bekerja. Jadi gatau sampe sekarang tetep bisa menjahit atau engga, yang bisa mah bisa, yang enggak juga ada.” LS 35 tahun. “kalau di Posdaya Dahlia mah pernah dari Holcim ngasih pelatihan cara budidaya jamur. Waktu itu ada perwakilan dari posdaya ini
53
yang dikirim ke IPB buat belajar cara menanamnya, tapi sayang dia kurang bisa menjelaskan lagi cara menanamnya ke anggota posdaya yang lain. Setelah dicoba nanem disini cuma sekali panen aja karena gak ada lahan buat nanemnya lagi dan kebetulan belum dapet bibit lagi dari Holcim.” SE 43 tahun. Sampai saat ini kegiatan yang dilaksanakan di setiap posdaya sedang tidak berjalan. Hal tersebut dikarenakan pergantian comrel officer Holcim yang bertugas di Desa Bantarjati. Anggota kepengurusan posdaya pun sampai saat ini belum pernah diganti karena tidak semua masyarakat mendukung berjalannya kegiatan posdaya. Terdapat masyarakat yang merasa tidak diuntungkan dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dari posdaya. “kan kalo ibu mah mikirnya dari pada nganggur gitu mendingan ikutan aja posdaya, kan lumayan nambah kegiatan juga dari pada diem ngerumpi aja. Tapi disini mah sedikit yang mau ikutan paling itu-itu lagi orangnya.” SE 43 tahun. Kegiatan CSR Holcim lainnya yang pernah dilaksanakan di Desa Batarjati di bidang infrastruktur adalah betonisasi jalan setapak serta pembangunan MCK dan WC umum. Bantuan ini diberikan oleh Holcim melalui mekanisme pangajuan proposal dari masyarakat pada kegiatan pertemuan FKM di kantor desa. Sampai saat ini sudah terdapat tiga jalan setapak dan empat jalan lingkungan yang dibangun beton dari bantuan Holcim yang tersebar di beberapa kampung. “alhamdulillah sekali ibu merasa bersyukur ini sama Holcim dikasih bantuan MCK. Sebelumnya mah disini susah kalau mau ke air, kalo kepepet malah harus di kebun. Maklum disini mah kampungnya jauh.” IM 54 tahun. Sementara pada bidang sosial, CSR Holcim memberikan santunan kepada anak yatim dan dhuafa. Selain itu, CSR Holcim juga memberikan bahan sembako setiap hari raya lebaran dan seekor sapi setiap hari raya idul Adha. “Holcim suka ngasih santunan buat anak yatim disini, sama janda yang ditinggal suami meninggal juga dikasih. Warga yang lansia juga suka dapet santunan biasanya dalam bentuk uang atau bahan sembako.” SP 54 tahun. Dalam bidang ekonomi, Holcim memberikan bantuan dana bergilir bagi yang membutuhkan modal untuk usaha. Selain itu Holcim juga memberikan bantuan alat produksi bagi warga Desa Bantarjati. “ibu mah dari dulu juga minjem uang ke Holcim lewat BMT, alhamdulillah sekarang warung nasinya berkembang. Ini spanduk
54
juga dikasih dari Holcim depan warung ibu katanya ibu salah satu nasabah terbaik.” MN 55 tahun. Karakteristik Program CSR Kegiatan CSR Holcim yang berjalan di desa diharapkan turut berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, lingkungan, dan ikatan sosial masyarakat desa. Adanya kegiatan CSR yang berjalan di Desa Bantarjati menimbulkan respons dan makna yang berbeda di masyarakat. Respons ekonomi yang timbul di Desa Bantarjati dapat dilihat dengan kegiatan usaha baru yang timbul di desa setelah adanya kegiatan CSR Holcim. “Disini itu yang pernah minjem ke BMT Holcim ada banyak, tapi mungkin yang berkembang ya cuma dua warung nasi aja disini mah.” MN 55 tahun. “ibu juga dulu pernah minjem ke BMT buat modal usaha konveksi, tapi udah engga sekarang gak jalan lagi karena gak laku.” SN 44 tahun. Kegiatan usaha yang paling menonjol di Desa Bantarjati adalah usaha rumah makan atau warung nasi. Hal tersebut dikarenakan di sekitar wilayah Bantarjati terdapat beberapa perusahaan dengan karyawan yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga usaha yang paling berkembang adalah rumah makan. Selain itu, terdapat pula usaha perbengkelan dan warung sembako di sepanjang jalan utama desa. “gak ada lagi disini usaha yang masih jalan yang dapet bantuan BMT Holcim ya Cuma dua warung nasi, satu lagi ada disana. Alhamdulillah katanya ibu nasabah terbaik terus kemarin dipasang spanduk ini sama Holcim.” EM 60 tahun. Sedangkan respons lingkungan yang timbul di masyarakat dapat dilihat dari kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan di Desa Bantarjati dilaksanakan melalui kegiatan yang diadakan oleh Posdaya. “pernah ada disini kegiatan menanam tanaman obat di halaman rumah masing-masing dari posdaya, bibitnya juga dikasih dari Holcim kayak nanam cabai dan tomat gitu.” UM 53 tahun. “disini mah susah ngajakkin orang-orangnya. Ini aja saya sudah nyoba nanam cabai dan tomat di depan rumah, niatnya mah buat ngasih contoh biar yang lain ikutan tapi gak ada yang ikutan.” SA 37 tahun.
55
Berdasarkan keterangan dari warga, kegiatan penanaman tanaman obat tersebut hanya bergerak diawal saja kemudian tertenti karena warga tidak mendapatkan bibit untuk meneruskan penanaman. “sekarang mah kegiatan penanaman kayak gini biasanya Cuma dibentuk diawal saja seterusnya mah diam gak berjalan lagi. Ibarat kata mah tukcing, dibentuk terus cicing.” SE 43 tahun. “ini juga setelah saya tanam tapi karena gak ada lagi bibitnya dan gak keurus jadi pada mati semua tanamannya.” SA 37 tahun. Mengenai kesadaran warga akan pentingnya menjaga lingkungan, masih banyak warga yang kurang menyadari akan pentingnya lingkungan. Tidak sedikit pula warga yang mau memperbaiki keadaan lingkungannya dengan cara bekerja bakti. “kalau bicara soal kesadaran mah sadar gak sadar warga disini. Yang sadar mah sadar, yang enggak juga banyak.” “suka diadakan kerja bakti biasanya setiap hari Jum’at namanya Jumsih atau Jum’at bersih. Biasanya sih digilir setiap RT per minggunya. Kerja baktinya dari pagi sampai sebelum shalat Jum’at.” AN 42 tahun. Masih terdapat warga yang mau mengikuti kegiatan kerja bakti setiap hari Jum’at menandakan masih terdapat warga yang sadar akan pentingnya lingkungan. Tetapi sampai saat ini belum terdapat sebuah organisasi atau lembaga yang bergerak khusus di bidang lingkungan saja. “masih lumayan banyak sih warga yang ikutan kerja bakti tapi sampai sekarang belum pernah ada tuh organisasi yang khusus bergerak di bidang lingkungan mah paling dari posdaya aja.” SA 37 tahun. Selanjutnya mengenai respons sosial masyarakat dapat dilihat dari ikatan silaturahmi baik antar warga maupun antara warga dengan pihak Holcim. Berdasarkan pengamatan di lapang ikatan silaturahmi antar masyarakat setelah adanya kegiatan CSR Holcim biasa-biasa saja. “ikatan silaturahmi masyarakat disini mah biasa-biasa saja sih. Kalau dengan pihak Holcim mungkin ada yang semakin erat tapi kebanyakan mah enggak. Biasanya sih paling orang desa yang lebih sering ketemu sama orang Holcimnya.” MM 51 tahun.
56
Masyarakat Desa Bantarjati mendukung kegiatan CSR Holcim yang berjalan apabila kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. “saya sih ngedukung sekali kalau memang ada kegiatan CSR dari Holcim di desa ini. Ya manfaatnya juga kan pasti untuk masyarakat desa sini juga.” MM 51 tahun. Masyarakat Desa Bantarjati memaknai CSR Holcim sebagai corporate citizenship. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pengamatan yang dilakukan di lapangan. Bantuan yang diberikan dari Holcim masih bersifat Charity dan sementara. Berdasarkan observasi di lapang, bantuan CSR Holcim belum mengembangkan nilai pemberdayaan masyarakat didalam pelaksanaan kegiatannya seperti yang seharusnya pada corporate citizenship.
57
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 29 Desember 1994. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara yang terlahir dari pasangan Dadang Sudjana dan Aryani Sismin Satyaningtijas. Penulis memiliki satu kakak kandung yang bernama Regi Ryanda. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2006 di SDN Polisi 1 Bogor, sekolah menengah pertama pada tahun 2009 di SMPN 2 Bogor, dan sekolah menengah atas pada tahun 2012 di SMAN 7 Bogor. Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Talenta Mandiri (UTM) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan diantaranya Accer BEM FEMA sebagai sekretaris divisi EGAF, Generasi Muda 2014, KPM Gabung Antar Angkatan 2013. Penulis merupakan salah seorang penerima beasiswa PPA-BBM.