ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” BOGOR
Oleh DEVI FITRIYANA H24066045
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK Devi Fitriyana H24066045. Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor. Di bawah bimbingan Mimin Aminah. Fishing Valley merupakan salah satu alternatif tempat wisata rekreasi keluarga di Bogor dengan menawarkan konsep wisata pemancingan yang unik dan kreatif yaitu tidak hanya menyediakan kolam pemancingan saja namun disediakan juga fasilitas lainnya seperti restoran, bom-bom boat, horse ridding, dan flying fox. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengetahuan perusahaan terhadap konsumen sangat diperlukan dikarenakan konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap jasa yang ditawarkan. Penelitian ini menganalisis tentang perilaku konsumen terutama mengenai proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor yang dilakukan di Fishing Valley, berlokasi di Jl. Pemda Raya No. 107 Bogor dan dilakukan pada bulan Januari sampai Mei 2009. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancingan Fishing Valley, (2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley, (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 100 responden. Analisis data dalam penelitian ini adalah Uji Validitas, Reliabilitas, Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor. Pengolahan data dibantu dengan Microsoft Excel 2007 dan program SPSS versi 15 for windows. Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar konsumen yang berkunjung adalah laki-laki (72%) dengan usia berkisar antara 31-40 tahun (37 %). Dimana status yang sudah menikah sebesar (64%). Daerah asal kedatangan konsumen mayoritas datang dari Bogor (58%). Tingkat pendidikan terakhir dari konsumen sebagian besar adalah lulusan S1 (36%). Konsumen sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta (31%) dan pendapatan terbanyak konsumen berkisar diatas Rp 2.700.000 per bulan (60%). Berdasarkan analisis diketahui bahwa proses pengambilan keputusan konsumen terhadap jasa Fishing Valley dimulai dengan tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. Pada tahap pengenalan kebutuhan, tujuan utama konsumen berkunjung ke Fishing Valley adalah untuk memancing (56%). Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi konsumen paling besar didapatkan melalui keluarga atau teman (63%) dan fokus perhatian tentang Fishing Valley paling besar adalah fasilitas (41%). Pada tahap evaluasi, pertimbangan utama konsumen dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi adalah lokasi yang mudah dijangkau (56%). Tahap pengambilan keputusan, hal yang membuat konsumen pertama kali memutuskan berkunjung ke Fishing Valley adalah lokasi yang mudah dijangkau (62%). Pada tahap pasca pembelian, sebagian besar konsumen menyatakan suka setelah berkunjung ke Fishing Valley (52%) dan puas (59%).
Dari hasil analisis faktor terhadap kelima dimensi jasa wisata Fishing Valley diperoleh faktor yang paling dipentingkan adalah berwujud (tangible) sebesar (0,655), kesigapan (responsiveness) sebesar (0,649), keandalan (reliability) sebesar (0,514), keyakinan atau jaminan (assurance) sebesar (0,414) dan perhatian (empathy) sebesar (0,125). Sementara itu berdasarkan identifikasi terhadap masing-masing faktor diperoleh faktor yang paling dipentingkan pada faktor keandalan (reliability) adalah konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi (0,727). Faktor kesigapan (responsiveness) adalah kecepatan karyawan melayani konsumen dan kemampuan karyawan dalam mengatasi keluhan atau permasalahan yang dialami konsumen memiliki nilai kepentingan yang sama (0,738). Faktor keyakinan atau jaminan (assurance) adalah keramahan dan kesopanan karyawan dalam melayani konsumen (0,734). Faktor berwujud (tangible) adalah kebersihan dan kerapihan lingkungan (0,660) dan faktor perhatian (empathy) adalah keberadaan dan manfaat kotak saran (0,771).
ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DEVI FITRIYANA H24066045
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DEVI FITRIYANA H24066045
Menyetujui,
Mei 2009
Ir. Mimin Aminah, MM Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 13 Juni 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Drs. Syaeful Anwar dan Ani Kristiawati. Penulis memulai pendidikannya dari TK Pertiwi Citeureup pada tahun 1990, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Pajeleran Cibinong. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Cibinong dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Cibinong dan masuk dalam program IPA pada Tahun 2000. Pada Tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Program Studi Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2006 Penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswi di IPB penulis aktif dalam kegiatan organisasi kampus, diantaranya menjadi Ketua Divisi Akademik Himpunan Profesi Ekstensi Manajemen (HIMPRO-EXOM) IPB periode 2007-2008. Selain itu penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai panitia kegiatan seminar ”Positioning Pembiayaan Syariah dalam Pengembangan Sektor Riil“ Tahun 2008 dan koordinator ekstrakulikuler Ekstensi Program Bahasa Inggris dan Mandarin.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahNya yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Proses Pengambilan Keputusan Dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan ”Fishing Valley” Bogor dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bantuan dari berbagai pihak berperan besar dalam pembuatan skripsi ini. Oleh Karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Ir. Mimin Aminah, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji. 3. Hardiana Widiastuti, S.Hut, MM selaku dosen penguji. 4. Dr.Ir. Jono M Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. 5. Bapak Ramly selaku Manajer Fishing Valley yang telah membimbing penulis selama melakukan penelitian. 6. Seluruh karyawan di Fishing Valley yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian. 7. Seluruh
dosen
dan
staf
di
Program
Sarjana
Manajemen
Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. 8. Mamah, Papah, Teh Dini, Putri, Mas Anjar atas kasih sayang, doa dan dukungannya. 9. Eggy atas semangat dan kasih sayangnya. 10. Sahabatku (Putri, Nita, Rara, Gita, Ocha, Chandra dan Erky ) atas dukungan dan perhatiannya serta teman-teman Ekstensi Manajemen angkatan I dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
iv
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Bogor,
Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP........................................................................................ iii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah............................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian................................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................
1 1 2 3 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2.1. Pemasaran ............................................................................................. 2.2. Jasa ....................................................................................................... 2.3. Klasifikasi Jasa...................................................................................... 2.4. Perilaku Konsumen ............................................................................... 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian ........................ 2.6. Pengambilan Keputusan Konsumen...................................................... 2.7. Preferensi Konsumen ............................................................................ 2.8. Pariwisata.............................................................................................. 2.9. Perikanan dan Memancing .................................................................... 2.10. Klasifikasi Sistem Pemancingan.......................................................... 2.11. Analisis Faktor .................................................................................... 2.12. Penelitian Terdahulu............................................................................
5 5 5 6 7 8 10 12 15 15 16 17 18
III. METODE PENELITIAN........................................................................ 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian.............................................................. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 3.3. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 3.4. Metode Pengambilan Sampel ................................................................ 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data................................................... 3.5.1. Uji Validitas ................................................................................... 3.5.2. Uji Reliabilitas................................................................................ 3.5.3. Analisis Deskriptif.......................................................................... 3.5.4. Analisis Faktor ...............................................................................
20 20 22 22 23 23 23 24 25 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 4.1. Gambaran Umum Perusahaan................................................................ 4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan................................................................ 4.1.2. Slogan dan Logo Perusahaan ..........................................................
31 31 32 32
4.1.3. Struktur Organisasi ......................................................................... 4.1.4. Objek Wisata dan Kegiatan Wisata ................................................. 4.1.5. Sistem Pemancingan Fishing Valley Bogor..................................... 4.1.6. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ....................................... 4.3. Karakteristik Konsumen Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor..... 4.4. Analisis Proses Pengambilan Keputusan................................................ 4.4.1. Pengenalan Kebutuhan ................................................................... 4.4.2. Pencarian Informasi........................................................................ 4.4.3. Evaluasi Alternatif.......................................................................... 4.4.4. Pembelian....................................................................................... 4.4.5. Pasca Pembelian ............................................................................. 4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Untuk Berkunjung Ke Fishing Valley.............................................................. 4.6. Implikasi Manajerial..............................................................................
33 34 35 37 37 38 43 43 46 48 50 54 58 68
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73 LAMPIRAN ................................................................................................... 75
vii
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Tingkat Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor Dengan Harga KMO ........ 28 2. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 39 3. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Usia ........................... 40 4. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Status Pernikahan ...... 40 5. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Asal Kedatangan........ 41 6. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ...................................................................................................... 41 7. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Pekerjaan................... 42 8. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Pendapatan ................ 43 9. Hasil Rekapitulasi Karakteristik Konsumen ................................................. 43 10. Tujuan Utama Berkunjung ke Fishing Valley ............................................. 45 11. Manfaat Berkunjung ke Fishing Valley ...................................................... 46 12. Sumber Informasi Konsumen Mengenai Fishing Valley ............................. 47 13. Fokus Perhatian Konsumen Dalam Promosi Fishing Valley ....................... 48 14. Pertimbangan Utama Konsumen Berkunjung ke Fishing Valley ................. 49 15. Prioritas Utama Konsumen Fishing Valley Sebagai Pilihan Untuk Berwisata ................................................................................................... 50 16. Alasan Berkunjung ke Fishing Valley......................................................... 50 17. Cara Memutuskan Berkunjung ke Fishing Valley ....................................... 51 18. Sumber yang Mempengaruhi Konsumen Berkunjung Ke Fishing Valley.... 51 19. Teman Berkunjung Ke Fishing Valley........................................................ 52 20. Frekuensi Berkunjung Ke Fishing Valley ................................................... 52 21. Biaya Selama Berkunjung Ke Fishing Valley ............................................. 53 22. Objek yang Dikunjungi di Fishing Valley................................................... 53 23. Kegiatan Wisata yang Dilakukan Konsumen Di Fishing Valley.................. 54 24. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Fishing Valley.............................. 54 25. Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Fishing Valley.............................. 55 26. Kesediaan Konsumen Untuk Menyarankan Berkunjung dan Mempromosikan Fishing Valley Kepada Orang Lain ................................. 55 27. Keunggulan Fishing Valley ........................................................................ 56 28. Pengaruh Kunjungan Terhadap Kenaikkan Harga di Fishing Valley........... 56 29. Hasil Rekapitulasi Analisis Proses Pengambilan Keputusan ................ Error! Bookmark not defined. 30. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen ........................ 59 31. Nilai Ekstraksi Faktor Keandalan (Reliability) ........................................... 61 32. Nilai Ekstraksi Faktor Kesigapan (Responsiveness) ................................... 62 33. Nilai Ekstraksi Faktor Keyakinan atau Jaminan (Assurance) ...................... 63 34. Nilai Ekstraksi Faktor Berwujud (Tangible) ............................................... 65 35. Nilai Ekstraksi Faktor Perhatian (Empathy)................................................ 67 36. Nilai Ekstraksi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen . 67 37. Hasil Rekapitulasi Analisis Faktor.............................................................. 68
viii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian ............................... 2. Proses Pengambilan Keputusan.................................................................... 3. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................... 4. Logo Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor......................................... 5. Struktur Organisasi Wisata Pemancingan Fishing Valley..............................
ix
8 10 21 33 34
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 2. Hasil Perhitungan Uji Validitas .................................................................... 3. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ................................................................ 4. Hasil Uji Analisis Faktor.............................................................................. 5. Hasil Uji Analisis Faktor Keandalan (Reliability)......................................... 6. Hasil Uji Analisis Faktor Kesigapan (Responsiveness)................................. 7. Hasil Uji Analisis Faktor Keyakinan atau Jaminan (Assurance).................... 8. Hasil Uji Analisis Faktor Berwujud (Tangible)............................................. 9. Hasil Uji Analisis Faktor Perhatian (Empathy) .............................................
x
76 81 82 83 85 87 88 90 92
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara kepulauan terletak di khatulistiwa dengan iklim tropis memiliki kekayaan lingkungan alam berupa sumber daya alam hayati dan non-hayati yang harus dilindungi, dipelihara dan dilestarikan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Semua potensi tersebut merupakan modal bagi pembangunan nasional Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang ditunjang dengan pembangunan pada semua sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dimana keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuan
penyelenggaraan
pendapatan nasional
kepariwisataan
dalam rangka
adalah
untuk
meningkatkan
meningkatkan kesejahteraan
dan
kemakmuran rakyat. Objek wisata sebagai dasar kepariwisataan merupakan suatu bentuk atau aktivitas yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Tanpa adanya daya tarik suatu daerah akan sulit mengembangkan kepariwisataan. Preferensi dan motivasi wisatawan yang berkembang secara dinamis serta kecenderungan wisatawan untuk kembali ke alam menyebabkan pengembangan daya tarik wisata yang berbatasan dengan alam menjadi potensial (Koswara, 2005). Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik. Hal ini sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik. Kecenderungan lain yang terjadi adalah pergeseran orientasi pasar wisatawan pada jenis-jenis produk wisata baru yang menekankan pada aspek kelestarian alam, lingkungan, budaya (Supriadi, 2005).
2
Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Salah satu objek wisata di bidang perikanan yang menarik adalah ojek wisata pemancingan. Bogor merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Jawa Barat. Wisata pemancingan menjadi alternatif pilihan konsumen untuk menghabiskan waktu luang dan melepaskan kejenuhan rutinitas. Salah satu bentuk objek wisata yang terdapat di Bogor adalah wisata pemancingan Fishing Valley. Wisata ini merupakan salah satu wisata rekreasi keluarga di Bogor. Fishing Valley memiliki lahan seluas 3,5 hektar dan menawarkan konsep wisata unik karena selain memancing konsumen juga dapat menikmati keindahan alam dan memilih kegiatan wisata lain yang disediakan. Fasilitas tambahan yang disediakan Fishing Valley diantaranya restoran, bom-bom boat, horse ridding, ATV dan flying fox (outbond). Wisata pemancingan saat ini mulai digemari karena respon masyarakat akan hobi memancing dan seiring perkembangan kebutuhan masyarakat. Peningkatan pengambilan keputusan untuk berwisata merupakan gejala yang menggembirakan. Akan tetapi perkembangan objek wisata lain baik yang sejenis maupun bukan, akan menyebabkan persaingan konsumen semakin tinggi. Konsumen selaku pelaku pembelian, memiliki faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan sehingga mendorong mereka untuk membeli jasa khususnya di tempat wisata. Inovasi dan pengembangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan agar tetap mampu bersaing dengan objek wisata lain sangat diperlukan oleh Fishing Valley. 1.2. Perumusan Masalah Wisata pemancingan Fishing Valley Bogor yang beroperasi mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2009 seiring perkembangan usahanya tidak hanya menawarkan fasilitas utama berupa kolam pemancingannya saja tetapi juga menawarkan berbagai fasilitas tambahan lain seperti restoran, wahana alam, sarana bermain dan horse ridding. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengetahuan perusahaan terhadap kebutuhan konsumen sangat diperlukan
3
dikarenakan konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap jasa yang ditawarkan. Semakin beragamnya keinginan konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley ini akan memungkinkan pemasar dapat mengambil isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli. Selain itu dengan mengerti berbagai partisipan dalam proses pembelian dan pengaruh-pengaruh utama dalam pembelian mereka, para pemasar dapat merancang program pemasaran yang lebih efektif. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka perumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancingan Fishing Valley ? 2. Bagaimanakah proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley ? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley ? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancingan Fishing Valley. 2. Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis sebagai salah satu sarana pengembangan wawasan dan pengalaman dalam menganalisis proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley. 2. Bagi perusahaan Fishing Valley dapat mempermudah pengelola dalam menentukan atau menetapkan langkah-langkah operasional yang harus dilakukan untuk menghadapi persaingan di pasar.
4
3. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan untuk melakukan penelitian pada bidang yang sejenis. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian dilakukan di objek wisata pemancingan Fishing Valley. 2. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup manajemen pemasaran dan mengenai perilaku konsumen. 3. Responden adalah konsumen yang datang ke objek wisata pemancingan Fishing Valley minimal berusia 17 tahun ke atas. 4. Hasil penelitian adalah untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002). Menurut Boyd, et al (2000) pemasaran sebagai suatu proses sosial yang melibatkan kegiatankegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran. 2.2. Jasa Jasa adalah tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun, produksinya dapat dan tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik. Jasa merupakan tindakan atau kinerja yang menghasilkan manfaat bagi pelanggan melalui perubahan yang diinginkan (Kotler, 2000). Menurut Supranto (2001) jasa adalah suatu kerja keterampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki dan pelanggan lebih dapat aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran yaitu terdiri dari intangible (tidak berwujud), inseparability (tidak terpisahkan), variability (bervariasi), perishability (mudah lenyap). Keempat karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Kotler, 2002). 1. Tidak berwujud (Intangible) Merupakan jasa yang tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, para pembeli akan mencari tanda atau bukti dari mutu jasa. Mereka menarik
6
kesimpulan mengenai mutu jasa dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol dan harga yang mereka lihat. 2. Tidak terpisahkan (Inseperability) Umumnya jasa dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana penyedia jasa merupakan bagian dari jasa tersebut. Baik penyedia jasa maupun pelanggan akan mempengaruhi outcome dari jasa tersebut. 3. Bervariasi (Variability) Jasa tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu
diberikan.
Jasa
bersifat
sangat
variabel
karena
merupakan
nonstandarized output yang berarti bahwa terdiri dari banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. 4. Mudah lenyap (Perishability) Jika permintaan terhadap jasa bersifat konstan, maka jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, sehingga bila tidak digunakan maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. pada umumnya permintaan jasa bervariasi dan dipengaruhi faktor musiman. Guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap jasa pada kondisi yang bersifat tidak menentu maka perusahaan harus mengevaluasi kapasitasnya dengan cara substitusi dari persediaan jasanya. 2.3. Klasifikasi Jasa Perusahaan atau instansi menawarkan berbagai jenis jasa kepada pasar, namun jasa dapat menjadi bagian kecil ataupun bagian utama dari tawaran yang diberikan perusahaan. Menurut Kotler (2000) tawaran tersebut diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Produk berwujud murni Penawaran yang diberikan hanya terdiri dari produk fisik, misalnya sabun mandi, pasta gigi atau shampo tanpa adanya jasa atau pelayanan lainnya yang menyertai produk tersebut.
7
2. Produk berwujud yang disertai layanan Penawaran yang terdiri dari suatu produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa layanan untuk meningkatkan daya tarik konsumennya dimana penjualannya tergantung kepada kualitas produk tersebut dan tersedianya pelayanan pelanggan, seperti tersedianya ruang pameran, perbaikan dan pemeliharaan, operator dan lainnya. 3. Campuran Bukan hanya jasa saja yang ditawarkan melainkan barang juga dengan proporsi yang sama. Misalnya seperti pada restoran, kita dapat menikmati makanan dan pelayanannya. 4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan Penawaran yang terdiri dari jasa utama yang disertai jasa tambahan dan barang pendukung lainnya. Seperti, berekreasi di wisata pemancingan. Dalam hal ini berarti kita telah membeli jasa wisata yang dikunjungi dan selama berwisata, kita ditawarkan fasilitas rekreasi dan jasa tambahan yang terdapat di wisata tersebut. Untuk menikmati produk dan jasa yang ditawarkan selama berkunjung, maka kita harus datang ke tempat wisata terlebih dahulu. 5. Jasa murni Produk yang ditawarkan hanya berupa jasa saja, seperti pendidikan, psikoterapi, memijat dan sebagainya. 2.4. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan
yang menganut konsep
pemasaran dengan tujuan
memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh produk dan jasa yang mereka inginkan. Di dalamnya mencakup pembahasan mengenai jenis, alasan, waktu, tempat, dan frekuensi pembelian yang dilakukan serta frekuensi pemakaian suatu produk atau jasa. Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
8
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Proses keputusan konsumen untuk membeli suatu produk tidak terbentuk begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor. Perilaku konsumen berusaha memahami bagaimana konsumen mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Budaya: § Budaya § Sub-budaya § Kelas sosial
Sosial : § Kelompok referensi § Keluarga § Peran dan status
Pribadi : § Umur dan siklus kehidupan § Pekerjaan § Gaya hidup § Kepribadian
Psikologis : § Motivasi § Persepsi § Pembelajaran § Kepercayaan dan tingkah laku
Pembeli
Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Menurut Kotler (2002) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Penjelasan dari faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Budaya Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggotaanggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Kelas sosial adalah pembagian
9
masyarakat yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan kenggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. 2. Sosial Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan diantaranya adalah kelompok primer, seperti teman, keluarga, tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. Sedangkan kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan, cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin. Keluarga mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap perilaku dan motivasi pembeli. Keluarga mempunyai sumber nilai, sikap, tingkah laku, dan aspirasi bagi anggotanya. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya baik keluarga, klub, maupun organisasi. Posisi seseorang dalam kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. 3. Pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, dan keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Orang membeli barang dan jasa yang bebeda sepanjang hidupnya. Pekerjaan dan situasi ekonomi menentukan besarnya pendapatan yang dimiliki seseorang sehingga menggambarkan daya beli orang tersebut, yang akhirnya akan menggambarkan banyaknya jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya.
10
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang
secara
keseluruhan
yang
berinteraksi
dengan
lingkungan.
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. 4. Psikologis Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, dan sikap konsumen. Motivasi timbul disebabkan adanya kebutuhan dan keinginan yang dirasakan konsumen. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan mengartikan masukan
informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu dinamakan kepercayaan dan sikap. 2.6. Pengambilan Keputusan Konsumen Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak dapat muncul begitu saja melainkan melalui suatu tahapan tertentu. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka harus menentukan alternatif pilihan. Keputusan konsumen melewati lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputuan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 2002). Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Pembelian
Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan (Kotler, 2002) Proses pertama pengambilan keputusan adalah pengenalan kebutuhan. Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar
11
dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen. Tahap kedua adalah pencarian informasi yaitu suatu kegiatan termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan konsumen dan pengumpulan informasi dari pasar. Pada tahap ini perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicari konsumen. Menurut Kotler (2002) sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokan menjadi empat yaitu : 1. Sumber pribadi
: Keluarga, teman, tetangga, kenalan
2. Sumber komersial
: Iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan
3. Sumber publik
: Media massa, organisasi penilai konsumen
4. Sumber pengalaman : Penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk Tahap ketiga adalah evaluasi alternatif yaitu proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih konsumen. Pada tahap ini konsumen harus : 1. Menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan 2. Memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan 3. Menilai kinerja alternatif yang dipertimbangkan 4. Memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu pilihan akhir Tahap keempat adalah keputusan pembelian. Tahap ini konsumen mengambil keputusan mengenai apa yang dibeli, kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana cara membayar. Tahap kelima adalah tahap pasca pembelian yaitu tahap yang dilakukan setelah konsumen melakukan pembelian. Setelah melakukan pembelian, maka konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukannya. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sedangkan perasaan tidak
12
puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian dan konsumsi terhadap produk tersebut. 2.7. Preferensi Konsumen Menurut Kotler (2000) preferensi konsumen sebagai suatu pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari beberapa pilihan produk yang ada. Menurut Nicholson (2001) suatu konsep preferensi menyatakan bahwa jika seseorang mengatakan dia lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B. Hubungan preferensi konsumen biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar yaitu : 1. Kelengkapan (Completeness) Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang harus selalu harus bisa menspesifikan apakah : a. A lebih suka daripada B b. B lebih suka daripada A c. A dan B sama – sama disukai Dengan properti ini tiap orang diasumsikan tidak pernah bingung dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif. 2. Transitivitas (Transitivity) Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan. Properti diatas mengasumsikan bahwa konsumen selalu dapat membuat peringkat atas semua situasi dan kondisi mulai dari hal yang paling disukai hingga hal yang paling tidak disukai. 3. Kesinambungan (Continuity) Jika seseorang menyukai A, akan terus menyukai A.
13
Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif yang penting tiap faktor yang terdapat pada wisata pemancingan. Menurut Zeithaml et.al., dalam Umar (2003) faktor yang dapat mempengaruhi preferensi konsumen meliputi faktor
yang
dianalisis
menggunakan dimensi kualitas jasa antara lain : 1. Keandalan (Reliability) Dimensi ini merupakan kondisi yang akan ditawarkan dan mengenai harapan konsumen meliputi kemampuan untuk memberikan pelayanan jasa secara terpercaya dan akurat. 2. Kesigapan (Responsiveness) Dimensi ini merupakan kesigapan karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, meliputi kesigapan karyawan dalam melayani konsumen, kecepatan karyawan dalam menanggapi transaksi dan penanganan keluhan konsumen. 3. Keyakinan atau Jaminan (Assurance) Dimensi ini meliputi kemampuan karyawan atau pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan dan keyakinan konsumen terhadap perusahaan. Dimensi ini merupakan gabungan dari sub dimensi kompetensi (competence), kesopanan (courtesy), dan kredibilitas (credibility). 4. Berwujud (Tangible) Dimensi ini meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan alat-alat komunikasi dari jasa yang ditawarkan. 5. Perhatian (Empathy) Dimensi ini meliputi kesediaan untuk peduli atau memberikan perhatian secara individual kepada konsumen. Perhatian tersebut dapat berupa kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan konsumen dan usaha perusahaan untuk memahami
14
keinginan dan kebutuhan konsumen. Dimensi ini dibangun dari sub dimensi akses, komunikasi dan pemahaman pada konsumen. Preferensi konsumen dipengaruhi oleh karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen adalah sifat-sifat yang membedakan konsumen yang satu dengan konsumen lainnya. Menurut Irawan dan Wijaya dalam Rahayu (2006), perbedaan tersebut meliputi 6 O yaitu : 1. Object (Apa yang Dibeli) Berdasarkan produk atau barang apa yang dibeli dapat digabungkan ke dalam barang konsumsi dan barang industri 2. Objective (Mengapa Membeli) Tujuan konsumen membeli produk dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya faktor sosial, ekonomi dan psikologis. 3. Occupant (Siapa Konsumen) Konsumen dapat dibedakan berdasarkan umur, pendapatan, tingkat pendidikan, mobilitas, selera dan sebagainya. perbedaan masing-masing konsumen perlu dipelajari guna mengembangkan produk agar sesuai dengan kebutuhan konsumen. 4. Occasion (Kapan Membeli) Strategi pemasaran harus menyesuaikan dengan perbedaan tingkat pemakaian, yaitu pemakaian sering, ringan, atau jarang. Tingkat pemakaian akan berbeda pada masing-masing konsumen. 5. Operation (Bagaimana Membeli) Pembelian bukanlah hanya satu tindakan saja bagi konsumen, melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang jenis produk, bentuk, merek, jumlah penjual, waktu dan cara pembayaran. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kebiasaan konsumen. 6. Organization (Siapa yang Terlibat Dalam Pembelian) Salah satu tugas dari bagian pemasaran adalah menentukan siapa yang mengambil keputusan dalam membeli suatu barang dan jasa. Pemasar perlu mengetahui berbagai peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian, yang mencakup pengambil inisiatif (inisiator), pemberi
15
nasehat (influencer), pengambil keputusan pembelian (decider), pelaku pembelian (buyer), dan pengguna produk (user) 2.8. Pariwisata Menurut Yoeti (1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat wisata, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginannya. Sedangkan wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Suyitno, 2001). Suyitno (2001) memberikan batasan produk wisata, yaitu : a. Tidak berwujud (intangible) dalam arti wisata hanya memberikan kesan atau pengalaman kepada wisatawan b. Wisata
tidak dapat diukur
secara
kuantitatif (unmeasurable),
pengukuran melalui kelas wisata, seperti deluxe, standard, economy, atau berdasarkan budget. c. Wisata merupakan produk yang tidak tahan lama dan mudah kadaluarsa (perishable) serta masa jual terbatas d. Tidak dapat disimpan (unstorable) e. Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya f. Proses produksi dan konsumsi terjadi dalam waktu yang sama 2.9. Perikanan dan Memancing Menurut Wudianto (1999) perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Memancing (fishing) adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau di tengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan.
16
2.10. Klasifikasi Sistem Pemancingan Sistem pemancingan yang sering digunakan oleh para pengelola pemancingan ikan air tawar dalam lokasi kolam buatan dikelompokkan sebagai berikut (Wudianto, 1999). 1) Kolam Pancing Kiloan Pemancingan yang menggunakan sistem dengan cara menimbang hasil tangkapan yang diperoleh, kemudian pemancing membayar harga berdasarkan perolehannya. 2) Kolam Pancing Harian Tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar lapak (sewa lapak berikut ikannya) kemudian mulai memancing. 3) Kolam Pancing Lomba Pemancingan yang dikhususkan untuk para pemancing yang akan mencoba
ketangguhannya
dengan
menerapkan
pengetahuan
dan
pengalamannya terhadap pemancing lain tanpa mengurangi keakraban sesamanya. Pada sistem pancing lomba biasanya penyelenggara telah mengisikan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. Kriteria pemenang ditentukan biasanya diadakan mulai dari pagi hingga sore, pada hari Minggu atau pada hari libur. 4) Kolam Pancing Borongan Pemancingan jenis ini menggunakan sistem dengan cara pemancing atau kelompok
pemancing
menyewa
kolam
pancing
yang
waktu
memancingnya, jumlah ikan yang diisikan di kolam pancing berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak atau dapat juga sekelompok pemancing menawar isi kolam pancing milik petani budidaya, lalu dilaksanakan kegiatan memancing. 5) Kolam Pancing Galatama Sistem pemancingan yang mengasah keterampilan konsumen dalam memancing karena ikan hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Kegiatan memancing dilakukan setiap hari
17
dan bersifat perlombaan karena memiliki hadiah sebagai penghargaan untuk pemenangnya. Dalam setiap harinya lomba terbagi dalam beberapa babak, yang lamanya antara 2-3 jam per babak. Setiap babak didapatkan hasil penentuan juara. Ikan yang ditebar pada kolam pemancingan jumlahnya sangat banyak. Ikan yang diperoleh dilepaskan saat itu juga setelah dilakukan penimbangan. 2.11. Analisis Faktor Menurut Wibisono (2000) analisis faktor merupakan salah satu teknik interdependen metrik dalam analisis multivariat. Analisis multivariat didefinisikan sebagai metode aplikasi yang berhubungan dengan sejumlah besar pengukuran atas sebuah objek dalam satu atau lebih sampel yang simultan. Analisis faktor merupakan analisis statistik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan meringkas faktor-faktor yang merupakan dimensi suatu variabel, definisi dan sebuah fenomena tertentu. Analisis faktor menganalisis sejumlah variabel dari satu pengukuran atau pengamatan yang dititikberatkan pada teori dan kenyataan yang sebenarnya dan menganalisis interkolesasi (hubungan) antar variabel tersebut untuk menetapkan apakah variasi-variasi yang tampak dalam variabel tersebut berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah variasi yang ada pada variabel. Analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada set data atau variabel amatan dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai set faktor yang lebih kecil. Pengujian dengan analisis faktor bisa menggunakan data yang berasal dari data primer ataupun data sekunder. Analisis faktor yang berasal dari data primer
melalui
suatu
kuesioner
(angket
pertanyaan)
yang
akan
mengkuantitatifkan data dengan skala likert dan menggunakan rata-rata pembobotan tersebut sebagai data statistik yang akan diolah. Analisis faktor dengan data sekunder bisa menggunakan data yang diperoleh dari dokumentasi. Namun dalam hal ini dimensi data yang
18
digunakan harus disesuaikan dengan definisi suatu variabel atau fenomena yang akan diukur. 2.12. Penelitian Terdahulu Penelitian Prasetia (2005) dengan judul penelitian Kajian Preferensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Taman Bunga Nusantara Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui karakteristik dan proses pengambilan keputusan kunjungan ke Taman Bunga, preferensi pengunjung terhadap atribut agrowisata Taman Bunga Nusantara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke Taman Wisata. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Thrustone, Metode Regresi Logistik, dan Metode Analisis Deskriptif. Setelah dilakukan pengolahan data maka diperoleh bahwa atribut yang paling dipentingkan oleh pengunjung Taman Bunga Nusantara adalah kelengkapan fasilitas yang ada di Taman Bunga Nusantara. Fasilitas yang ada berpengaruh nyata terhadap keputusan untuk berkunjung kembali ke Taman Bunga Nusantara dengan peluang sebesar 48,380 kali dibandingkan dengan pengunjung yang tidak berkunjung kembali. Rahayu (2006) dengan judul penelitian Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Wana Wisata Curug Nangka (WWCN), KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Tujuan dari penelitiannya adalah mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi WWCN, menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian terhadap jasa wisata WWCN, menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut WWCN dan merumuskan upaya-upaya apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola WWCN dalam meningkatkan pelayanan dan pengembangan objek wisata yang dimilikinya. Penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif,
Analisis Faktor dan Regresi Logistik Ordinal.
Berdasarkan analisis faktor terbentuk lima faktor preferensi konsumen terhadap WWCN, diantaranya (1) Faktor fasilitas alam, (2) Faktor pengelolaan dan pelayanan, (3) Faktor aksesabilitas, (4) Faktor motivasi wisata, (5) Faktor daya tarik wisata. Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasaan konsumen dengan model regresi logistik ordinal terdiri dari faktor
19
aksesabilitas, faktor motivasi wisata, faktor daya tarik wisata dan asal kedatangan. Barus (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Preferensi Calon Konsumen Terhadap Atribut Jasa Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (Studi Kasus Program Diploma Di Kotamadya Bogor). Tujuan dari penelitiannya adalah menganalisis proses pengambilan keputusan calon konsumen PSMPK DMIPB, menganalisis preferensi calon konsumen terhadap atribut jasa pendidikan PSMPK DMIPB dan memberikan rekomendasi alternatif kebijakan dalam meningkatkan pelayanan dan pengembangan PSMPK DMIPB. Penelitian ini menggunakan Analisis Faktor dan Uji Crosstab (Tabulasi Silang). Berdasarkan analisis faktor dari lima faktor yang digunakan untuk mengukur sejauh mana keinginan calon konsumen terkait dengan pembelian jasa pendidikan PSMPK DMIPB yaitu, Tangible (berwujud)
sebesar
(0,549),
Reliability
(keandalan)
sebesar
(0,717),
Responsiveness (kesigapan) sebesar (0,672), Assurance (keyakinan) sebesar (0,809), Empathy (perhatian) sebesar (0,481). Perhitungan selanjutnya masih menggunakan analisis faktor terkait dengan atribut-atribut jasa PSMPK DMIPB dan analisis Crosstab dengan menggunakan peubah demografis yaitu jenis kelamin, usia dan pengeluaran per bulan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Langkah pertama dalam penelitian ini dimulai dengan mengetahui visi dan misi dari objek wisata pemancingan Fishing Valley yang akan dicapai. Kemudian mengetahui produk jasa yang ditawarkan oleh Fishing Valley. Hal ini bertujuan agar dapat mempermudah untuk mengidentifikasi produk jasa yang ditawarkan oleh Fishing Valley. Banyaknya jenis tempat pemancingan yang ditawarkan produsen dapat menunjukkan tingginya persaingan yang terjadi dalam industri ini. Oleh karena itu untuk menghadapi tingginya persaingan dan untuk meraih pasar, maka pemasar harus mengetahui secara mendalam mengenai perilaku konsumen yang akan menjadi sasarannya. Pengetahuan akan kebutuhan konsumen terhadap Fishing Valley meliputi karakteristik konsumen, proses dalam
pengambilan keputusan pembelian
dan dimensi jasa
wisata
pemancingan Fishing Valley. Salah satu fokus yang sangat mempengaruhi keberadaan suatu wisata adalah konsumen. Begitu pula dengan Fishing Valley dalam mempertahankan eksistensinya sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumen yang datang ke Fishing Valley. Oleh karena itu sangat penting bagi pemasar untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari konsumen tersebut agar perusahaan mendapatkan informasi yang akurat tentang konsumen. Dalam setiap konsumsinya, konsumen cenderung melalui beberapa tahapan proses pengambilan keputusan terlebih dahulu untuk mencapai kepuasan maksimum. Tahapan yang dilalui konsumen dalam proses keputusan menggunakan produk dan jasa tersebut adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian serta pasca pembelian. Dalam menelaah proses tersebut digunakan analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana, dimana data-data yang diperoleh dari jawaban responden ditransformasikan ke dalam suatu bentuk yang mudah untuk dimengerti dan diterjemahkan.
21
Konsumen memiliki penilaian tersendiri terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam dimensi jasa wisata Fishing Valley. Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap Fishing Valley digunakan analisis multivariate yaitu analisis faktor. Berdasarkan hal tersebut perusahaan dapat menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk meraih, meningkatkan maupun mempertahankan pangsa pasarnya melalui studi preferensi konsumen ini. Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat dalam Gambar 3 . Visi dan Misi Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor Produk Jasa yang Ditawarkan Fishing Valley Tingkat Persaingan Pasar yang Cukup Tinggi
Pengetahuan Akan Kebutuhan Konsumen Terhadap Fishing Valley
Karakteristik Konsumen dan Proses Pengambilan Keputusan
Analisis Deskriptif
Dimensi Jasa Wisata Fishing Valley
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Tempat Wisata
Analisis Faktor
Pengembangan Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai ”Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor” ini dilaksanakan di pemancingan Fishing Valley yang berlokasi di Jl. Pemda Raya No. 107 Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena objek wisata Fishing Valley memiliki konsep wisata yang unik dan kreatif serta memiliki potensi wisata yang cukup besar untuk dikembangkan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2009. 3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang yang diperoleh peneliti langsung dari sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan pada waktu sebelumnya oleh pihak lain atau pihak yang bersangkutan. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi), pemberian kuesioner kepada konsumen dan wawancara kepada pengunjung, dan pengelola setempat. Observasi merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati langsung perilaku dan kegiatan konsumen selama berkunjung ke lokasi wisata pemancingan Fishing Valley dan melihat aktivitas yang dilakukan pihak pengelola. Kuesioner yang diberikan kepada pengunjung dapat berupa pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka berupa pertanyaan yang diberikan dengan memberikan kebebasan jawaban dari responden, sedangkan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disediakan alternatif jawabannya dalam hal ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik konsumen dan preferensi konsumen dalam proses pengambilan keputusan menggunakan jasa wisata pemancingan Fishing Valley. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak pengelola Fishing Valley dan masyarakat serta tokoh masyarakat setempat. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan. Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui
23
kondisi umum lokasi penelitian. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku-buku, majalah, jurnal, internet dan dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian. 3.4. Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan untuk penentuan sampel adalah Purposive Sampling, artinya sampel yang dipilih berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan sebelumnya diantaranya kesediaan responden/konsumen untuk mengisi kuesioner, minimal berusia 17 tahun ke atas karena diasumsikan responden tersebut mampu untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner. Penentuan jumlah responden didasarkan pada pendapat Slovin dengan rumus (Simamora, 2004).
N 1 + N ( e) 2 = 4400 = 97,777 2 1 + 4400 (0,1)
n=
.................................. (1) 100 orang
Keterangan : N = Jumlah Populasi pada Bulan Januari 2009 (data perkiraan) n = Sampel e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir atau diinginkan ditetapkan 10% Berdasarkan rumus penentuan jumlah sampel, jumlah pengunjung wisata pemancingan Fishing Valley yang akan dijadikan responden sebanyak 100 orang 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Exel 2007 dan Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 15. Rincian pengolahan dan analisis data sebagai berikut : 3.5.1. Uji Validitas Tahap awal dalam pengolahan data adalah menguji validitas kuesioner setiap pertanyaan dalam kuesioner. Validitas adalah suatu ukuran yang
24
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Simamora, 2004). Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Kuesioner yang dikatakan sahih, bila memiliki butir-butir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang diinginkan. Apabila ada pertanyaan yang tidak berhubungan, berarti pertanyaan tersebut tidak shahih dan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain yang lebih sahih. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut : n ( XY) – ( X Y) rxy
=
................................... (2) √[ n X2 –
X)2 ] – [n Y2 –
Y)2]
Dengan : rxy = Korelasi antara X dan Y X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total pertanyaan n = Jumlah responden Uji validitas dilakukan pada 30 responden dimana bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner dinyatakan valid dan dapat digunakan. Uji validitas sebaiknya dilakukan secara terpisah pada lembar kerja yang berbeda antara satu konstruk variabel dengan konstruk variabel yang lain sehingga dapat diketahui butir-butir pertanyaan variabel mana yang paling banyak tidak valid. Pengujian validitas diolah dengan menggunakan Microsoft Exel 2007. 3.5.2. Uji Reliabilitas Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner. Kuesioner reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama (Simamora, 2004). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas ini adalah dengan analisis Cronbach s Alpha dengan bantuan Microsoft SPSS versi 15 for Windows. Analisis ini dipergunakan
25
untuk instrumen yang berupa rentangan 1-5. Rumus dari teknik Cronbach s Alpha ditulis sebagai berikut : 2
k r11 =
b
1-
...................................... (3) 2
k -1
1
Dengan : r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyak butir pertanyaan 2 2
1
= Jumlah Ragam total
b
= Jumlah ragam butir
Rumus untuk mencari nilai ragam adalah : X 2
2
–
( X)2 n
=
................................... (4) n
Dimana :
2
= Ragam
n = Jumlah contoh (responden) X = Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor – nomor butir pertanyaan). Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dimana reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach s Alpha lebih dari 0,60. Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPSS versi 15. 3.5.3. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik umum konsumen yang berkunjung dan menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen, mulai dari tahap pengenalan kebutuhan hingga tahap pasca pembelian. Data tentang karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan diperoleh melalui kuesioner. Data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama ke dalam tabel. Data yang telah dikelompokkan ke dalam tabel, selanjutnya jawaban tersebut dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar merupakan jawaban yang paling dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. Dapat dirumuskan sebagai berikut (Afiana, 2006).
26
fi P=
x 100 %
……………………... (5)
fi Dimana
: P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu fi = Jumlah responden yang memilih kategori terstentu fi = Total jawaban
Karakteristik umum yang dilihat meliputi jenis kelamin, status pernikahan, asal kedatangan, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan rata-rata pendapatan keluarga per bulan. Sedangkan analisis mengenai pengambilan keputusan konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan
Fishing
Valley Bogor
meliputi pengenalan
kebutuhan
pengunjung, pencarian informasi yang dilakukan pengunjung terhadap tempat wisata yang dikunjungi, evaluasi alternatif, hasil, dan pasca pembelian pengunjung terhadap Fishing Valley. 3.5.4. Analisis Faktor Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley. Pengolahan analisis faktor ini dibantu dengan program SPSS versi 15 for windows. Secara matematis analisis faktor menyerupai analisis regresi berganda dalam hal adanya kombinasi linear yang diperlihatkan setiap variabel pada faktor-faktor yang mendasarinya. Perbedaanya adalah dalam analisis regresi berganda dikenal dengan adanya dependent variable (varibel tak bebas) dan independent variable (variabel bebas) dimana analisis faktor adalah teknik yang bersifat interdependensi. Metode interdependensi adalah teknik yang mencoba untuk membagi suatu variabel menjadi beberapa kelompok atau untuk memberi arti pada sekelompok variabel (Wibisono, 2000). Menurut Cooper (1998) analisis faktor merupakan deskripsi umum bagi beberapa teknik perhitungan tertentu dimana semua teknik tersebut bertujuan untuk mereduksi (menurunkan) jumlah variabel menjadi jumlah yang mudah ditangani dan memiliki karakteristik pengukuran yang tumpang tindih. Dalam penelitian ini, analisis faktor digunakan untuk menentukan
27
variabel jasa dari objek wisata pemancingan Fishing Valley yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam memilih objek wisata. Ada beberapa teknik analisis interdependensi variabel yang dapat dimasukkan dalam analisis faktor, yaitu (Wibisono, 2000) : 1. Analisis komponen utama (Principle Component Analysis) Merupakan teknik reduksi data yang bertujuan untuk membentuk suatu kombinasi linear dari variabel awal dengan memperhitungkan sebanyak mungkin jumlah variasi variabel awal yang mungkin. 2. Analisis faktor umum (Common Factor Analysis) Merupakan model faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah dimensi dalam data (faktor) yang tidak mudah untuk dikenali. Prinsip kerja analisis faktor adalah dari n variabel yang diamati dimana beberapa variabel mempunyai korelasi maka dapat dikatakan bahwa variable tersebut memiliki p faktor umum (common factor) yang mendasari korelasi antarvariabel dan juga m faktor unik (unique factor) yang membedakan tiap variabel. Faktor umum dilambangkan dengan F1, F2, F3, F4,…,Fm dan faktor unik U1, U2, U3, U4,…., Um. Model matematis dasar analisis faktor yang digunakan untuk setiap variabel independen X1 adalah sebagai berikut (Wibisono, 2000) : m Xi =
Aij Fj+ bi Ui
i = 1,2,3,4,…..p
…………………….. (6)
j-1 Dimana : Xi = variabel independen ke-i Fj = faktor kesamaan ke-j Ui = faktor unik ke-i Aij = koefisien faktor kesamaan Bi = koefisien faktor unik Menurut Wibisono (2000) proses dasar dari analisis faktor adalah sebagai berikut : a. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis. b. Matriks korelasi. Matriks korelasi merupakan matriks yang memuat koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian. Analisis
28
faktor yang baik memiliki nilai korelasi tinggi (rata-rata lebih besar dari |0,3|). Dalam hal ini, determinan matriks yang mendekati nol menunjukkan nilai korelasi tinggi. Selanjutnya perlu diuji apakah matriks korelasi ini merupakan matriks identitas atau bukan karena matriks identitas tidak dapat digunakan untuk analisis berikut. Metode yang biasa dilakukan alah metode metode Bartlett s Test of Sphericity. Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Oikin (KMO). KMO merupakan indeks pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien korelasi parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil daripada jumlah kuadrat koefisien korelasi, maka harga KMO akan mendekati satu, yang menunjukkan kesesuaian penggunaan analisis faktor. Tingkat kesesuaian harga KMO menurut Kaiser dalam Barus (2008) dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor Dengan Harga KMO Harga KMO Tingkat Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor 0,9 Sangat memuaskan 0,8 Memuaskan 0,7 Harga menengah 0,6 Cukup 0,5 Kurang memuaskan < 0,5 Tidak dapat diterima Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Harga MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya. Syarat minimum untuk besarnya nilai MSA adalah sebesar 0,5. c. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni ekstraksi faktor, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel. Untuk mengekstraksi faktor dikenal dengan dua metode rotasi yaitu : 1. Orthogonal
rotation
adalah
ektraksi
faktor
dengan
cara
merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling tegak lurus satu dengan lainnya. Metode ini digunakan bila analisis bertujuan
29
untuk mereduksi jumlah variabel tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor yang diekstraksi. Proses rotasi dengan metode orthogonal dapat dibedakan menjadi Quartimax, Varimax, dan Equimax. 2. Oblique Rotation adalah ekstraksi faktor dilakukan dengan merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling membentuk sudut dengan besar sudut tertentu. Proses rotasi dengan metode oblique dapat dibedakan menjadi Oblimin, Promax, Orthoblique dan lain-lain. Ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jenis-jenis faktor yang akan dipakai. Estimasi faktor dapat menggunakan metode Principal Componen Analysis. Setelah ekstraksi faktor kemudian dilakukan perhitungan nilai eigenvalue, yang menyatakan nilai variansi dari variabel manifes. d. Setelah itu melakukan proses Factor Rotation atau rotasi pada faktor yang terbentuk. Tujuan rotasi ini adalah untuk mempermudah interpretasi dalam nenentukan variabel-variabel mana saja yang tercantum dalam suatu faktor. Metode yang paling sering digunakan adalah metode varimax, bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi dimana satu kolom nilai yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Hal ini berarti di dalam setiap faktor tercakup sedikit mungkin variabel. e. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabelvariabel anggota faktor tersebut. Tahapan dalam interpretasi adalah : 1. Dimulai dari variabel pada urutan pertama dengan menggerakkan faktor paling kiri ke faktor paling kanan pada setiap baris untuk mencari bilangan yang nilai mutlak paling besar dalam baris tersebut. 2. Bilangan yang paling besar menunjukkan dalam faktor mana setiap variabel termasuk. Dengan demikian dapat diketahui variabelvariabel mana yang masuk ke dalam suatu faktor.
30
3. Mengulang point 1 dan 2 sehingga semua variabel telah tercakup dalam faktor – faktor hasil ekstraksi. 4. Bila ada variabel yang belum termasuk ke dalam salah satu faktor maka mengevaluasi variabel yang tidak memiliki bobot yang signifikan tersebut untuk mengetahui relevansi variabel dalam penelitian yang dilakukan atau menginterpretasikan solusi apa adanya tanpa
mengikutkan variabel
yang
bobotnya
tidak
signifikan. f. Bobot faktor. Bobot faktor adalah ukuran yang menyatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Merupakan data mentah bagi analisis lanjutan seperti analisis regresi dan diskriminan. Terdapat dua hasil utama dari analisis faktor. Pertama, nilai communality suatu variabel yaitu jumlah keragaman variabel tersebut yang dijelaskan oleh faktor-faktor utama yang dipilih. Semakin tinggi nilai communality, maka variabel tersebut semakin berpengaruh dalam proses keputusan pembelian. Kedua adalah ekstraksi variabel ke dalam komponen utama. Pada saat menentukan jumlah komponen utama, maka dipilih komponen utama dengan nilai eigenvalue di atas 1,00. Nilai ini menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh variabel yang dianalisis. Pengelompokkan variabel ke dalam komponen utama berdasarkan pada nilai loading terbesar dari variabel tersebut.
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan Wisata pemancingan Fishing Valley merupakan salah satu usaha keluarga yang bergerak dalam bidang agribisnis. Pada tahun 1991, dengan modal pribadi Joseph Hartoyo selaku pemilik membeli lahan seluas 3,5 hektar di wilayah Bogor. Pada awalnya pembelian lahan tersebut dimaksudkan untuk investasi jangka panjang. Namun ketika melihat peluang usaha untuk membangun wisata pemancingan, akhirnya pada tahun 1998 pemilik memutuskan untuk membangun wisata pemancingan Fishing Valley di lahan tersebut dengan tetap memperhatikan konservasi alam di lingkungan sekitar yaitu 40 persen untuk penghijauan dan 60 persen untuk pembangunan tempat wisata. Fishing Valley tidak hanya dijadikan sebagai wisata pemancingan saja, dengan perkembangannya didirikan berbagai fasilitas tambahan seperti restoran, wahana alam, sarana bermain dan horse ridding. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 2002, wisata pemancingan Fishing Valley Bogor untuk pertama kalinya beroperasi. Pada tahun 2008 Fishing Valley menambah fasilitas bermain diantaranya ATV sebagai alternatif pilihan berwisata. Objek wisata pemancingan Fishing Valley merupakan wisata rekreasi keluarga dan kolam pemancingan di Bogor. Fishing Valley memiliki luas lahan sebesar 3,5 hektar diantaranya untuk kolam galatama, kolam harian, kolam kiloan dan pendirian sarana tambahan lainnya seperti restoran, bombom boat, horse ridding, flying fox dan lain - lain. Selain itu, Fishing Valley memiliki website www.fishingvalley.net untuk memudahkan konsumen mencari informasi seputar tempat wisata tersebut. Wisata pemancingan ini letaknya strategis di pinggir jalan raya Pemda Cibinong. Wilayahnya dikelilingi pemandangan sejuk sehingga konsumen juga dapat menikmati keindahan alam yang ada.
32
4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan Visi perusahaan adalah ”Menjadikan Fishing Valley Sebagai Wisata Rekreasi Keluarga dan Kolam Mancing Terbesar di Bogor”. Selain itu, Fishing Valley juga memiliki keinginan untuk selalu berusaha membuat konsumen atau pengunjung merasakan kepuasan melalui fasilitas – fasilitas yang ditawarkan di perusahaan baik fasilitas utama maupun fasilitas tambahan. Sedangkan misi wisata pemancingan Fishing Valley antara lain : 1. Membangkitkan usaha kolam dan wisata pemancingan keluarga di Bogor 2. Melakukan pemekaran usaha ke setiap daerah agar pangsa pasar semakin meningkat 3. Menguatkan tujuan utama perusahaan melalui pelayanan yang berkualitas 4. Melakukan promosi secara berkala ke media massa maupun elektronik untuk menciptakan citra perusahaan yang dikenal masyarakat luas 4.1.2. Slogan dan Logo Perusahaan Slogan memberikan kepercayaan kepada konsumen akan prestasi dan kinerja perusahaan. Wisata pemancingan Fishing Valley Bogor memiliki slogan yaitu ”Mancing Jadi Seru”. Maksud dari slogan tersebut adalah menciptakan image masyarakat bahwa Fishing Valley merupakan wahana wisata memancing yang sangat seru untuk melepaskan kelelahan rutinitas sehari-hari dan juga konsumen dimanjakan dengan wahana lain yang disediakan perusahaan. Selain itu Fishing Valley memiliki logo sebagai media pengenalan merek oleh konsumen dalam wujud identitas perusahaan. Logo Fishing Valley berupa logo bulat berwarna merah dan memiliki gambar ikan yang terletak di dalamnya. Makna dari logo tersebut adalah bahwa pemilik mengharapkan usaha wisata pemancingan ini dapat berjalan terus menerus seperti lingkaran, ikan yang ditawarkan berkualitas ditunjukkan oleh gambar ikan yang segar di dalam logo. Sedangkan warna merah menandakan bahwa wisata pemancingan ini memiliki keberanian yang tinggi dalam melayani konsumen. Logo wisata pemancingan Fishing Valley Bogor ditunjukkan pada Gambar 4.
33
Gambar 4. Logo Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor 4.1.3. Struktur Organisasi Wisata pemancingan Fishing Valley dipimpin oleh pimpinan umum selaku pemilik usaha. Pimpinan umum dibantu oleh seorang manager operasional yang dibantu oleh kepala restoran dan bendahara umum. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5. Pada dasarnya karyawan Fishing Valley dibedakan menjadi dua golongan yaitu karyawan tetap dan karyawan honorer. Tenaga kerja tetap di Fishing Valley secara keseluruhan berjumlah 46 orang, yang terdiri atas 25 karyawan restoran, 6 orang karyawan pemancingan, 6 orang karyawan permainan, 3 orang satpam, 3 orang bagian kebersihan dan 3 orang bagian parkir. Selain itu pada pemancingan pihak Fishing Valley merekrut tenaga honorer sebanyak 70 orang sebagai asisten pemancing (kedi). Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian pada Fishing Valley adalah sebagai berikut : 1. Pimpinan Pimpinan mempunyai tugas pokok untuk membantu manajer dalam hal pelaksanaan
aktivitas
perusahaan.
Selain
itu
mengawasi
dan
mengkoordinir para karyawan dalam melakukan planning yang telah ditentukan, memberi petunjuk dan arah pelaksanaan kegiatan kerja. 2. Manager Operasional Bertugas merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan. Diantaranya melakukan kegiatan promosi wisata
pemancingan,
mengatur
kegiatan
pemancingan,
dan
bertanggungjawab terhadap seluruh aktivitas yang ada di wisata pemancingan. Manager bertanggung jawab kepada pimpinan. Manager yang terdapat di Fishing Valley hanya 1 orang.
34
3. Kepala Restoran Bertanggungjawab terhadap seluruh aktivitas di restoran. 4. Bendahara Umum Bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan perusahaan 5. Karyawan (pemancingan, restoran, dan permainan) Bertugas memberikan pelayanan yang baik, cepat dan tanggap dalam mengatasi keluhan yang dialami konsumen, dan memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen. 6. Perawatan dan Pemeliharaan Bertugas menjaga kebersihan dan keindahan lokasi wisata 7. Satpam & Parkir Bertugas menjaga keamanan dan keselamatan seluruh pihak selama berwisata Pimpinan
Manager Operasional
Kepala Restoran
Bendahara Umum
Karyawan Tetap
Karyawan Honorer
Gambar 5. Struktur Organisasi Wisata Pemancingan Fishing Valley 4.1.4. Objek Wisata dan Kegiatan Wisata Wisata pemancingan Fishing Valley Bogor menyajikan aneka kolam pemancingan yang sangat variatif. Berbagai perlombaan memancing ikan dapat diikuti siapa saja, selain itu juga dapat memancing bersama keluarga
35
untuk bergembira dan kesenangan. Terletak di sebuah lembah asri yang dikelilingi dengan perbukitan, menjadikan Fishing Valley sebagai tempat yang tepat untuk berwisata keluarga. Dengan kesejukan udara ditambah dengan suasana yang nyaman dan alami sangat tepat untuk datang ke Fishing Valley dan mencoba berbagai wahana rekreasi seperti : a. Wahana Utama Fishing Valley merupakan perusahaan yang mengutamakan wisata memancing bagi konsumennya. Wahana wisata utama Fishing Valley Bogor yang ditawarkan ke konsumen adalah kolam pemancingan anak, kolam pemancingan harian untuk acara pribadi, kolam pemancingan galatama untuk perlombaan, kolam pemancingan borongan, dan kolam pemancingan kiloan. b. Wahana Tambahan Wahana tambahan yang dibangun di Fishing Valley bertujuan untuk memberikan kenyamanan lainnya bagi konsumen yang membawa anggota keluarganya untuk sekedar melepaskan kejenuhan rutinitas sehari – hari. Wahana tambahan tersebut antara lain : restoran yang dilengkapi saung dan prasmanan untuk memancing dan menyantap makanan serta saung untuk live musik setiap hari Sabtu atau Minggu, arena bermain anak berupa bom-bom boat, balon air, kiddy ride, ATV, lapangan sepakbola, horse ridding (naik kuda), wisata alam (outbond) berupa flying fox, jembatan gantung, tali temali, dan lain-lain. Terdapat beberapa aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung di kawasan Fishing Valley, diantaranya memancing, berolahraga, menyantap hidangan, fotografi, rekreasi keluarga, outbond, games, bermain air dan lain - lain. 4.1.5. Sistem Pemancingan Fishing Valley Bogor Sistem pemancingan yang diterapkan di Fishing Valley diantaranya : a. Sistem harian, yaitu pemancingan yang menggunakan cara menimbang terlebih dahulu jumlah ikan yang akan dimasukkan ke dalam kolam pemancingan sesuai dengan jumlah pemancing. Kemudian pemancing membayar harga lapak, setelah itu kegiatan memancing dapat dimulai.
36
b. Sistem lomba, yaitu pemancingan yang dikhususkan untuk para pemancing yang akan mencoba ketangguhannya dengan menerapkan pengetahuan dan pengalamannya terhadap pemancing lain tanpa mengurangi keakraban sesamanya. Sebelum memulai memancing, penyelenggara telah mengisi kolam dengan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. Kriteria pemenang ditentukan berdasarkan perolehan terberat per ekor yang didapat peserta lomba mancing. Sehingga, pemancing yang mendapatkan ikan dengan bobot terberat yang menjadi pemenangnya. Lomba biasanya diadakan mulai pagi hingga sore pada hari minggu atau hari libur. c. Sistem borongan, yaitu pada sistem ini mengharuskan pemancing atau kelompok pemancing menyewa kolam pemancingan, dan jumlah ikan yang akan diisikan ke kolam berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Biasanya pemesanan tempat pemancingan dilakukan minimal seminggu sebelumnya. Sedangkan jumlah ikan yang diperlukan untuk sistem ini biasanya dimasukkan pada saat akan dimulai kegiatan memancing agar dapat diketahui penimbangan jumlah ikan yang diperlukan atau dibeli. d. Sistem kiloan, yaitu pada pemancingan ini ikan hasil tangkapan yang diperoleh kemudian ditimbang, lalu pemancing membayar harga berdasar perolehannya. Apabila pemancing tidak memperoleh ikan, maka pemancing ini dikenakan biaya pemancingan. e. Sistem galatama, yaitu pemancingan yang diperuntukkan bagi pemancing yang benar-benar akan mengasah keterampilannya dalam memancing, karena ikan hasil tangkapannya tidak dibawa pulang. Pemancingan ini menyediakan berbagai macam hadiah, tergantung dari pihak pengelola dalam menyediakan bentuk hadiahnya, dapat berupa uang atau barang mewah. Kriteria pemenang pada sistem ini berdasarkan kesepakatan bersama, yaitu antara pemancing dan pengelola pemancingan. Kriteria tersebut diantaranya juara ikan terberat, yaitu bagi pemancing yang mendapatkan pemenangnya.
ikan
dengan
bobot
satuan
terberat
maka
dialah
37
4.1.6. Sarana dan Prasarana Sarana prasarana yang ada saat ini di Fishing Valley adalah : a. Restoran b. Kolam pemancingan c. Saung untuk memancing dan menyantap makanan d. Saung untuk live musik e. Lapak f. Bom bom boat, Balon air, Kiddy ride dan ATV g. Fasilitas wisata alam h. Varietas ikan dan Umpan ikan i.
Kuda
j.
Toilet
k. Mushola. 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kuesioner yang telah disampaikan kepada responden dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian kuesioner dilakukan terhadap 30 orang responden (N=30) yang berkunjung ke wisata pemancingan Fishing Valley Bogor. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Product Moment Pearson pada tingkat kepercayaan 90% ( = 0,1). Validitas kuesioner dilihat dari nilai korelasi (r) antara skor total dengan skor masing – masing pertanyaan. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30, maka nilai r tabel pada taraf signifikan (
= 0,1) = 0,361 (Simamora, 2004). Butir
pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih dari r tabel.
Hasil
pengujian tingkat validitas menunjukkan bahwa r hitung atribut dalam pertanyaan tersebut memiliki nilai korelasi atau r hasil antara 0,370 sampai dengan 0,845 dan tidak ada yang lebih kecil dari r tabel 0,361. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner dinyatakan valid. Setelah kuesioner dinyatakan valid maka dilakukan uji reliabilitas. Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini adalah teknik Cronbach s Alpha yaitu teknik mencari reliabilitas melalui software
38
SPSS 15. Berdasarkan hasil pengujian dengan teknik tersebut menunjukkan bahwa nilai alpha sebesar 0,938 untuk 30 responden. Nilai alpha tersebut lebih besar dari 0,60 hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan pada kuesioner tersebut reliabel. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Suatu alat ukur atau instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik, apabila alat ukur atau instrumen tersebut selalu memberikan hasil yang sama, meskipun digunakan berulang kali oleh peneliti yang sama maupun berbeda (Santoso dan Tjiptono, 2001). 4.3. Karakteristik Konsumen Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam menjual produk barang ataupun jasa adalah kemampuannya dalam menarik konsumen. Seperti halnya perusahan jasa khususnya pada bidang pariwisata, kemampuan untuk dapat menarik minat konsumen merupakan hal yang sangat penting. Semakin banyak konsumen maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh perusahaan. Namun semakin beragamnya fasilitas jasa yang ditawarkan oleh suatu objek wisata membuat konsumen memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap jasa yang ditawarkan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami bagaimana karakteristik konsumen yang berkunjung sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pembeli serta membuat kebijakan-kebijakan yang efektif dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Konsumen yang datang mengunjungi wisata pemancingan Fishing Valley Bogor memiliki beragam karakteristik. Karakteristik konsumen yang beragam akan mempengaruhi pola pikir konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut-atribut yang ditawarkan di wisata pemancingan Fishing Valley dan preferensi konsumen untuk berkunjung. Karakteristik konsumen dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, status, asal, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan rata-rata pendapatan keluarga per bulan. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang disampaikan kepada 100 responden diketahui bahwa sebagian besar konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley adalah
laki-laki sebanyak 72 persen dan
perempuan sebanyak 28 persen. Hal ini disebabkan karena laki-laki lebih
39
dominan menyukai hobi memancing daripada perempuan. Kaum perempuan sebagian besar menyukai berbelanja atau sekedar jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Hal ini dapat menjadi perhatian pihak pengelola untuk menarik minat pengunjung. Pengelola dapat memperbanyak atau menambah fasilitas yang biasanya banyak digemari oleh pengunjung laki-laki seperti flying fox, outbond, ATV dan lain-lain. Data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%) Laki – laki 72 72 Perempuan 28 28 Total 100 100 Sumber : Data primer yang diolah (2009) Selain jenis kelamin, salah satu kondisi kependudukan yang merupakan faktor pendorong orang untuk datang ke objek wisata adalah faktor usia. Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan terhadap usia responden dimana pengunjung wisata pemancingan Fishing Valley yang dijadikan sampel berusia minimal 17 tahun. Hal ini dikarenakan pada batas usia tersebut, mereka dianggap telah mampu menentukan pengambilan keputusan dalam memilih objek wisata. Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut salah satunya usia. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden konsumen secara umum didominasi oleh usia 31-40 tahun sebesar 37 persen, kemudian dengan selisih yang cukup kecil diikuti oleh kelompok usia lebih dari 40 tahun sebesar 28 persen. Karakteristik konsumen wisata pemancingan Fishing Valley berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3. Dikarenakan Fishing Valley memiliki konsep wisata keluarga sehingga segmen yang dituju oleh Fishing Valley adalah keluarga maka usia konsumen yang datang rata-rata diatas 21 tahun. Dominasi tersebut menunjukkan bahwa konsumen Fishing Valley merupakan kelompok yang telah dewasa. Umumnya mereka telah berkeluarga dan memiliki pekerjaan yang tetap. Perbedaan kuantitas terbesar konsumen yang berkunjung ke wisata pemancingan Fishing Valley Bogor tersebut terkait dengan faktor pribadi seperti kepribadian, kehidupan, gaya hidup, dan pekerjaan. Selain itu juga
40
faktor sosial seperti keluarga dan status sosial memiliki pengaruh kuat dalam menentukan perilaku konsumen untuk berkunjung ke Fishing Valley Bogor. Setiap keputusan pembelian yang diambil merupakan keterkaitan dengan pengaruh pribadi dengan status sosial individu. Faktor pendorong lain adalah Fishing Valley merupakan objek wisata bagi keluarga sehingga konsumen dimanjakan dengan kenyamanan emosi berupa wisata alam dan memancing bagi keluarga. Akibatnya konsumen yang memiliki keluarga umumnya lebih banyak kuantitasnya dibandingkan konsumen usia lainnya. Tabel 3. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Usia Usia ( Tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%) 17 – 23 12 12 24 – 30 23 23 31 – 40 37 37 > 40 28 28 Total 100 100 Sumber : Data primer yang diolah (2009) Dilihat dari status pernikahan pada Tabel 4, diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley telah menikah yaitu sebesar 64 persen. Sedangkan sisanya 36 persen menunjukkan belum menikah. Hal ini disebabkan Fishing Valley menekankan pada kenyamanan wisata mancing dan rekreasi bagi keluarga sehingga konsumen yang memiliki keluarga lebih cocok dan sering berkunjung. Selain itu kondisi konsumen yang telah menikah membuat konsumen bertindak lebih bijaksana dalam mengelola waktu dan keuangan sehingga aktivitas memancing harus mendapat persetujuan dari anggota keluarganya. Bahkan terkadang aktivitas memancing dijadikan alat untuk berlibur bersama. Tabel 4. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Frekuensi (orang) Persentase (%) Menikah 64 64 Belum menikah 36 36 Total 100 100 Sumber : Data primer yang diolah (2009) Berdasarkan asal kedatangan, pengunjung Fishing Valley cukup beragam tidak hanya berasal dari daerah lokal kota Bogor, melainkan berasal dari luar kota Bogor yang termasuk dalam wilayah Jadebotabek maupun luar
41
daerah. Dari 100 responden diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden yang datang berasal dari Bogor yaitu sebanyak 58 orang dengan persentase sebesar 58 persen sedangkan konsumen yang berasal dari luar bogor yaitu sebanyak 42 orang atau sebesar 42 persen. Alasan kemudahan dan kedekatan jarak menjadi pertimbangan konsumen. Karakteristik konsumen wisata pemancingan Fishing Valley Bogor berdasarkan asal kedatangan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Asal Kedatangan Asal Kedatangan Frekuensi (orang) Persentase (%) Bogor 58 58 Luar Bogor 42 42 Total 100 100 Sumber : Data primer yang diolah (2009) Karakteristik responden yang diamati selanjutnya adalah pendidikan terakhir. Konsumen Fishing Valley memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang beragam. Pada Tabel 6 dapat dilihat persentase terbesar dari konsumen adalah dengan latar belakang pendidikan S1 sebesar 36 persen. Tabel 6. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi (orang) Persentase (%) SD/SLTP 17 17 SMU/SMK 15 15 Diploma 28 28 SI 36 36 S2 4 4 S3 Total 100 100 Sumber : Data primer yang diolah (2009) Tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk baik barang maupun jasa. Cara berfikir, cara pandang bahkan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Selain itu ketanggapan terhadap suatu informasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka semakin tanggap terhadap informasi. Semakin banyak informasi yang
42
diperoleh konsumen maka semakin besar pengaruhnya dalam pemilihan tempat wisata yang akan dikunjungi. Seperti diperlihatkan pada Tabel 7 bahwa konsumen Fishing Valley memiliki pekerjaan yang beragam. Sebesar 31 persen konsumen bekerja sebagai pegawai swasta dan wiraswasta sebesar 28 persen. Hal ini dapat dipahami karena lokasi Fishing Valley berdekatan dengan perkantoran swasta. Selain itu karyawan swasta dan wiraswasta umumnya memiliki waktu kerja yang sangat padat sehingga memerlukan wisata yang mampu melepaskan kepenatan rutinitas konsumen sehari-hari. Hal ini juga merupakan peluang bagi pengelola dalam upaya promosi Fishing Valley, dimana konsumen yang puas akan menjadi media promosi yang efektif dalam menginformasikan Fishing Valley kepada rekan kerjanya sehingga diharapkan mereka akan tertarik untuk mengunjungi Fishing Valley. Tabel 7. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (orang) Persentase (%) Mahasiswa 5 5 Pelajar 2 2 Pegawai swasta 31 31 Wiraswasta 28 28 PNS 19 19 Pedagang 4 4 Petani 1 1 Lainnya 10 10 Total 100 100 Sumber : Data primer yang diolah (2009) Dari segi pendapatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah rata-rata pendapatan per bulan yang diterima. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula daya beli konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Bila responden telah berkeluarga, maka besarnya pendapatan adalah pendapatan per bulan suami, sedangkan bagi kalangan mahasiswa adalah besarnya uang saku per bulan yang diterima dari orang tua. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen Fishing Valley memiliki pendapatan rata-rata diatas Rp 2.700.000 yaitu sebesar 60 persen. Jenis pendapatan konsumen terbesar kedua adalah Rp 1.800.000-Rp 2.700.000 yaitu sebesar 19 persen. Secara lebih terperinci karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 8.
43
Tabel 8. Karakteristik Konsumen Fishing Valley Berdasarkan Pendapatan Pendapatan Frekuensi (orang) Persentase (%) < Rp 900.000 7 7 Rp 900.000 – Rp 1.800.000 14 14 Rp 1.800.000 – Rp 2.700.000 19 19 > Rp 2.700.000 60 60 Total 100 100 Sumber : Data primer yang diolah (2009) Informasi mengenai tingkat pendapatan dari konsumen ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola Fishing Valley dalam menentukan kebijakan pemasaran yang efektif dalam hal penjualan jasa wisata. Misalnya dalam menentukan kebijakan untuk biaya sewa dari fasilitas yang disediakan oleh pengelola disesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumen. Secara keseluruhan hasil rekapitulasi karakteristik konsumen wisata pemancingan Fishing Valley dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Karakteristik Konsumen Kriteria Secara Keseluruhan Jenis kelamin Laki-laki (72%) Usia 31-40 tahun (37%) Status pernikahan Menikah (64%) Asal kedatangan Bogor (58%) Pendidikan terakhir S1 (36%) Pekerjaan Pegawai swasta (31%) Pendapatan > Rp 2.700.000 (60%) Sumber : Data primer yang diolah (2009) 4.4. Analisis Proses Pengambilan Keputusan Karakteristik dan latar belakang yang beragam akan mempengaruhi pribadi konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk berkunjung ke wisata pemancingan Fishing Valley Bogor. Berdasarkan Engel, et al (1994) model proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen terdiri dari 5 tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. 4.4.1. Pengenalan Kebutuhan Proses pengambilan keputusan oleh seorang konsumen pada umumnya diawali dengan tahap pengenalan kebutuhan, dimana konsumen mencoba mengenal produk atau jasa yang mereka butuhkan hingga alasan yang
44
mendorong mereka untuk mengkonsumsi produk atau jasa tersebut. Dalam menganalisis tahap pengenalan kebutuhan dalam proses pengambilan keputusan konsumen berkunjung ke Fishing Valley dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai tujuan utama berkunjung serta manfaat utama apa yang dicari dari kegiatan yang dipilih apabila berkunjung ke Fishing Valley. Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar konsumen menyatakan bahwa yang menjadi tujuan mereka berkunjung ke Fishing Valley adalah memancing (56%). Hal tersebut dapat dipahami karena fasilitas utama yang ditawarkan dari wisata ini adalah pemancingannya. Mereka mengakui bahwa fasililitas pemancingan yang ditawarkan cukup menarik minat konsumen untuk berkunjung karena disediakan pula hiburan sehingga konsumen yang memiliki hobi memancing tidak merasa jenuh selama melakukan aktivitas memancing. Selain itu Fishing Valley menawarkan aneka kolam pemancingan yang variatif dan berbagai perlombaan memancing ikan dapat diikuti oleh siapa saja baik laki-laki ataupun perempuan. Menurut konsumen memancing bersama keluarga adalah yang paling mengasyikkan. Berdasarkan kondisi tersebut upaya yang dapat dilakukan pihak pengelola untuk meningkatkan jumlah konsumen yang berkunjung diantaranya pengelola harus lebih sering mengadakan kegiatan lomba memancing, memperhatikan kebersihan kolam pemancingan dan menyediakan perlengkapan memancing yang lengkap. Berdasarkan Tabel 10 tujuan berkunjung selanjutnya adalah wisata kuliner (21%). Hasil tersebut diperoleh dari total konsumen laki-laki yan memilih wisata kuliner sebesar 15 persen dan perempuan sebesar 6 persen. Fasilitas yang ditawarkan oleh Fishing Valley selain pemancingan adalah restoran. Banyak konsumen yang memilih datang ke restoran dikarenakan menu masakan yang ditawarkan mempunyai cita rasa yang cukup khas karena didominasi oleh jenis makanan seafood dan juga disediakan aneka minuman. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi pengelola Fishing Valley untuk menjadikan konsumen tetap berkunjung yaitu dengan menjaga cita rasa, kualitas dan berkreasi dari menu masakan yang ada.
45
Tabel 10. Tujuan Utama Berkunjung Ke Fishing Valley Tujuan Utama Frekuensi (Orang) Persentase (%) Memancing 56 56 Menikmati keindahan alam 5 5 Mengisi waku luang 2 2 Wisata kuliner 21 21 Rekreasi 16 16 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) Tujuan lain konsumen dalam melakukan kunjungan adalah untuk rekreasi (16%). Terdapat perbedaan aktivitas pengunjung antara melakukan kegiatan memancing, wisata kuliner dan berekreasi. Konsumen yang mencari hiburan atau rekreasi merupakan konsumen yang khusus memanfaatkan waktu senggang dari kegiatan rutinitas kerja. Responden beralasan berkunjung ke Fishing Valley dapat menghilangkan stres atau ketegangan yang didapat dari kesibukan bekerja di kantor. Manfaat dari rekreasi adalah dapat menambah pengalaman seseorang yang berhubungan dengan emosi dan inspirasi setelah melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan memancing dan wisata kuliner adalah menikmati sebagian tertentu dari fasilitas yang ditawarkan pengelola. Tujuan berkunjung selanjutnya adalah menikmati keindahan alam (5%) dan mengisi waktu luang (2%). Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa manfaat terbesar yang dicari konsumen untuk berkunjung ke Fishing Valley adalah untuk hiburan (78%). Dengan melakukan berbagai kegiatan di tempat wisata tersebut seperti bermain, piknik, fotografi dan sebagainya dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi konsumen. Disamping itu, sebanyak (12%) mencari manfaat berkunjung ke Fishing Valley untuk menambah keterampilan. Mereka dapat melakukan kegiatan memancing, berkuda, ATV, dan outbond dimana semua itu membutuhkan keterampilan. Sementara manfaat untuk memperoleh pengetahuan sebesar (5%), kesehatan (4%) dan hanya (1%) responden yang mencari manfaat berkunjung untuk status sosial.
46
Tabel 11. Manfaat Berkunjung Ke Fishing Valley Manfaat Utama Frekuensi (Orang) Kesehatan 4 Hiburan 78 Status sosial 1 Menambah pengetahuan 5 Menambah keterampilan 12 Total 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
Persentase (%) 4 78 1 5 12 100
4.4.2. Pencarian Informasi Setelah konsumen mengetahui bahwa kebutuhannya dapat terpenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk barang atau jasa, maka konsumen mulai melakukan pencarian informasi. Informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan dapat diperoleh baik dari sumber internal atau yang berasal dari ingatannya sendiri maupun informasi dari luar (eksternal). Dalam tahap ini, sumber informasi memegang peranan sangat penting dalam mempengaruhi responden untuk berkunjung. Secara umum konsumen menerima informasi terbanyak dari suatu produk dari sumber-sumber komersial, yaitu tenaga penjual, iklan, pameran, atau dari sumber umum seperti media massa dan organisasi konsumen. Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diperlihatkan Tabel 12 sumber informasi yang paling dominan adalah informasi dari keluarga atau teman (63%). Informasi ini bersifat informasi dari mulut ke mulut, dapat berupa rujukan atau ajakan untuk berkunjung ke Fishing Valley. Berdasarkan hal tersebut penyampaian informasi melalui mulut ke mulut (word of mouth) merupakan salah satu media promosi yang sangat efektif. Namun mereka kesulitan dalam menyampaikan info tentang Fishing Valley karena selama berwisata konsumen tidak diberikan brosur/leaflet. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut pengelola sebaiknya membagikan brosur atau leaflet kepada konsumen agar mereka dapat memberikan informasi yang jelas seputar wisata pemancingan tersebut.
47
Tabel 12. Sumber Informasi Konsumen Mengenai Fishing Valley Sumber Informasi Frekuensi (Orang) Persentase (%) Media elektronik 17 17 Media massa 9 9 Keluarga atau teman 63 63 Guru atau dosen 2 2 Papan Reklame 3 3 Lainnya 6 6 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) Sarana promosi melalui media elektronik dan media massa masing – masing memiliki persentase (17%) dan (9%). Sementara sumber informasi yang diperoleh melalui sumber lain sebesar (6%), (3%) dari papan reklame dan hanya (2%) responden yang mengetahui Fishing Valley dari guru atau dosen. Fokus perhatian konsumen mengenai promosi Fishing Valley cukup beragam. Pada Tabel 13 terlihat bahwa fasilitas wisata menjadi fokus perhatian yang paling dominan yaitu sebanyak (41%). Fasilitas yang disediakan oleh pengelola berhubungan dengan kenyamanan konsumen ketika berkunjung. Kolam pemancingan yang luas, membuat konsumen merasa nyaman dalam melakukan aktivitas memancing sementara fasilitas lain dapat dijadikan hiburan bagi konsumen yang membawa banyak anggota keluarga. Berdasarkan kondisi tersebut pengelola perlu mengembangkan konsep wisatanya sehingga mereka merasa puas setelah berkunjung ke Fishing Valley. Menurut konsumen perlunya menambah fasilitas tambahan seperti kolam renang, pembangunan sarana olahraga, wahana alam dan sarana bermain. Sehingga konsumen lebih dapat dimanjakan dengan pilihan wisata yang berbeda. Selain itu penambahan fasilitas tersebut dimaksudkan untuk menyiasati semakin maraknya layanan yang ditawarkan objek wisata lain. Pembangunan beberapa fasilitas-fasilitas tersebut menciptakan citra atau image pada konsumen bahwa Fishing Valley merupakan wisata pemancingan keluarga yang memiliki beragam kenyamanan disamping pemancingan. Penganekaragaman sarana bermain anak dirasakan perlu dibangun sebab sebagian besar konsumen Fishing Valley telah menikah dan memiliki anak. Sarana bermain diperlukan untuk mengatasi kejenuhan anak-anak pada
48
saat orang tuanya sedang memancing, diharapkan dengan adanya penambahan fasilitas tersebut kepuasan dan loyalitas konsumen akan meningkat. Penganekaragaman wahana alam juga dianggap perlu untuk menambah variasi permainan wahana alam di samping flying fox, horse ridding, tali temali dan lainnya. Selain itu pembangunan sarana olahraga juga diharapkan mampu membuat konsumen memiliki pilihan aktivitas selain memancing ketika berada di Fishing Valley. Kolam renang dibutuhkan bagi konsumen yang hanya menemani kerabat lainnya yang sedang memancing. Konsumen membutuhkan fasilitas lain yang tidak atau jarang ditemui di kolam pemancingan sejenis lainnya. Sementara itu seperti diperlihatkan pada Tabel 13 konsumen juga memperhatikan aksesabilitas (26%) karena lokasi yang mudah dijangkau tidak akan membuat konsumen malas untuk berkunjung. Sebagian kecil responden memperhatikan keadaan suasana yang segar dan santai (14%), selanjutnya dengan selisih yang tidak terlalu jauh responden memperhatikan pemandangan yang lepas dan indah (10%), harga (6%) dan pelayanan (3%). Tabel 13. Fokus Perhatian Konsumen Dalam Promosi Fishing Valley Persentase Fokus Perhatian Frekuensi (Orang) (%) Pemandangan yang lepas dan indah 10 10 Suasana yang segar dan santai 14 14 Pelayanan 3 3 Fasilitas 41 41 Aksesabilitas 26 26 Harga 6 6 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) 4.4.3. Evaluasi Alternatif Tahap ketiga dari proses pengambilan keputusan yaitu evaluasi alternatif yang didefinisikan sebagai proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini konsumen mengevaluasi pilhan produk atau merek dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi, responden mempertimbangkan
49
berbagai
kriteria
yang pada
akhirnya
akan dipilih
sesuai
dengan
kebutuhannya. Tabel
14
memperlihatkan
sebesar
56
persen
responden
mempertimbangkan lokasi yang mudah dijangkau sebagai faktor utama dalam memilih objek wisata. Menurut konsumen hal itu dikarenakan mereka tidak ingin merasa kelelahan diperjalanan dan mempertimbangkan waktu. Pertimbangan lain dari responden dalam pemilihan tempat wisata adalah kenyamanan yaitu sebesar 31 persen. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 7 persen responden yang mempertimbangkan masalah keindahan alam dan harga 6 persen. Selanjutnya faktor pelayanan bernilai nol karena menurut responden tidak banyak perbedaan pelayanan yang diberikan di setiap objek wisata. Tabel 14. Pertimbangan Utama Konsumen Berkunjung ke Fishing Valley Pertimbangan Utama Frekuensi (Orang) Persentase (%) Lokasi yang mudah 56 56 dijangkau Kenyamanan 31 31 Harga 6 6 Pelayanan Keindahan alam 7 7 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memilih Fishing Valley menjadi prioritas utama bila dihadapkan pada berbagai pilihan objek wisata adalah sebesar (58%). Hal ini menunjukkan bahwa objek wisata pemancingan memiliki daya tarik bagi konsumen. Walaupun begitu, selisih untuk responden yang tidak memilih Fishing Valley sebagai pilihan untuk berwisata tidak terlalu jauh yaitu sebesar (42%). Dapat dilihat pada Tabel 15. Terkait dengan hal tersebut untuk mengantisipasi penurunan jumlah konsumen yang datang ke Fishing Valley, pengelola perlu menetapkan strategi pemasaran dengan mempelajari pesaing serta pelanggan. Perusahaan dapat lebih memperhatikan banyaknya pelanggan yang menunjukkan minat pada pemancingan yang tidak ditawarkan oleh pihak lain. Hal ini menjadi peluang untuk menarik jumlah konsumen yaitu dengan menambah waktu buka yang lebih panjang dibandingkan kolam pemancingan lain. Fishing Valley
50
menetapkan waktu buka pada hari biasa adalah pukul 10.00-21.00 WIB dan hari libur mulai pukul 09.00-21.00 WIB. Tabel 15. Prioritas Utama Konsumen Fishing Valley Sebagai Pilihan Untuk Berwisata Prioritas Utama Frekuensi (Orang) Persentase (%) Ya 58 58 Tidak 42 42 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) 4.4.4 Pembelian Tahap selanjutnya setelah melakukan evaluasi alternatif adalah melakukan proses pembelian. Adapun analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah alasan berkunjung untuk pertama kali, cara memutuskan untuk berkunjung, yang mempengaruhi untuk berkunjung, bersama siapa biasanya berkunjung, frekuensi berkunjung, biaya yang dikeluarkan selama berkunjung, objek yang dikunjungi dan kegiatan wisata yang dilakukan selama berkunjung. Tabel 16 menyajikan alasan untuk berkunjung pertama kali ke Fishing Valley. Sebagian dari responden memutuskan berkunjung ke Fishing Valley dengan alasan lokasi yang mudah dijangkau (62%). Hal ini sesuai dengan keberadaan lokasi Fishing Valley yang mudah dijangkau dengan kendaraan apapun dan tidak terlalu membutuhkan waktu tempuh yang cukup lama. Tabel 16. Alasan Berkunjung ke Fishing Valley Alasan Berkunjung Frekuensi (Orang) Lokasi yang mudah dijangkau 62 Dekat dengan tempat tinggal 20 Pelayanan yang memuaskan Objek wisata yang terkenal 6 Nyaman 12 Total 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
Persentase (%) 62 20 6 12 100
Faktor selanjutnya yang menjadi alasan pengunjung adalah dekat dengan tempat tinggal (20%). Hal ini diungkapkan responden dimana konsumen merasa tidak perlu berfikir lama untuk berkunjung karena lokasi yang cukup dekat. Alasan lain konsumen berkunjung adalah kenyamanan (12%) dan objek wisata yang terkenal (6%).
51
Berdasarkan hasil pengolahan data, sebagian besar dari responden menyatakan bahwa mereka merencanakan dahulu untuk berkunjung ke Fishing Valley (71%). Rutinitas yang dimiliki konsumen menyebabkan konsumen tidak ingin membuang waktu senggangnya. Sementara sisanya sebanyak 29 persen responden memutuskan untuk berkunjung secara mendadak yaitu langsung memutuskan ke lokasi wisata. Tabel 17 memperlihatkan cara konsumen dalam memutuskan berkunjung ke Fishing Valley. Tabel 17. Cara Memutuskan Berkunjung ke Fishing Valley Cara Memutuskan Frekuensi (Orang) Persentase (%) Terencana 71 71 Tidak terencana 29 29 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) Tabel 18 menunjukkan sumber yang paling mempengaruhi konsumen dalam memutuskan berkunjung ke Fishing Valley adalah teman (54%). Melalui pengaruh teman terkadang konsumen dapat langsung berkunjung ke Fishing Valley. Adanya teman yang mengajak ke tempat wisata dapat membina keakraban dan tidak menjadi bosan. Sementara itu pengaruh media sebesar (27%). Selama ini Fishing Valley telah melakukan promosi dengan peliputan yang dilakukan sejumlah stasiun televisi seperti Trans TV, Trans7 dan SCTV. Selain itu juga tersedia media website yaitu www.fishingvalley.net sehingga konsumen dapat mengetahui info Fishing Valley secara langsung melalui media internet. Selanjutnya diikuti pengaruh diri sendiri sebesar (11%), keluarga sebesar (6%), dan lainnya sebesar (2%). Tabel 18. Sumber yang Mempengaruhi Konsumen Berkunjung ke Fishing Valley Sumber yang Mempengaruhi Frekuensi (Orang) Persentase (%) Diri sendiri 11 11 Teman 54 54 Keluarga 6 6 Media 27 27 Lainnya 2 2 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen datang bersama keluarga (70%). Jika dilihat dari jenis wisatanya maka Fishing Valley
52
termasuk ke dalam jenis wisata keluarga dimana sebagian besar konsumen berkunjung yang datang lebih dari satu orang. Hal ini merupakan alasan mengapa sebagian besar konsumen cenderung datang bersama keluarga. Selain bersama keluarga, sebesar (19%) pengunjung datang bersama teman, kemudian diikuti dengan pasangan (7%), dan hanya (4%) konsumen yang memutuskan untuk datang sendiri. Tabel 19. Teman Berkunjung ke Fishing Valley Teman Berkunjung Frekuensi (Orang) Sendiri 4 Keluarga 70 Teman 19 Pasangan 7 Total 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
Persentase (%) 4 70 19 7 100
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yang telah melakukan kunjungan lebih dari satu kali adalah sebesar (53%), dimana sebagian besar dari mereka yang telah berkunjung sebanyak dua kali sebesar (23%), sebanyak tiga kali sebesar (18%), empat kali sebesar 9% dan yang telah berkunjung lebih dari empat kali sebesar (3%). Konsumen yang baru pertama kali melakukan kunjungan sebesar (47%). Tabel 20. Frekuensi Berkunjung ke Fishing Valley Frekuensi Berkunjung Frekuensi (Orang) Pertama kali 47 2 kali 23 3 kali 18 4 kali 9 Lebih dari 4 kali 3 Total 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
Persentase (%) 47 23 18 9 3 100
Dilihat dari besarnya pengeluaran, sebesar (43%) konsumen menghabiskan uangnya selama melakukan kunjungan antara Rp 200.000 – Rp 250.000 dan hanya (2%) konsumen menghabiskan uangnya kurang dari Rp 100.000. secara lebih terinci data mengenai pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 21.
53
Tabel 21. Biaya Selama Berkunjung Ke Fishing Valley Pengeluaran Berwisata Frekuensi (Orang) < Rp 100.000 2 Rp 100.000 – Rp 150.000 8 Rp 150.000 – Rp 200.000 21 Rp 200.000 – Rp 250.000 43 > Rp 250.000 26 Total 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
Persentase (%) 2 8 21 43 26 100
Daya tarik Fishing Valley adalah kolam pemancingannya. Hampir sebagian besar konsumen yang datang melakukan kunjungan ke kolam pemancingan (58%) untuk melakukan aktivitas memancing baik sendiri ataupun bersama keluarga. Hal ini dikarenakan konsep memancing yang ditawarkan oleh pengelola beragam untuk semua kalangan yakni mancing galatama, mancing keluarga, dan mancing sewaan. Mancing galatama disediakan untuk perlombaan yang digelar setiap hari. Untuk keluarga yang ingin memancing ikan dengan penuh keceriaan, pengelola menyediakan sarana tersebut. Sambil menikmati makanan di gazebo, anggota keluarga dapat berkesempatan memancing ikan. Bagi perusahaan atau kelompok yang ingin mengadakan lomba memancing ikan bersama, Fishing Valley menawarkan mancing sewaan. Sisanya sebesar (25%) adalah konsumen yang mengunjungi restoran, (9%) mengunjungi wisata alam, (6%) mengunjungi wahana bermain dan (2%) horse ridding. Tabel 22. Objek yang Dikunjungi di Fishing Valley Objek yang Dikunjungi Frekuensi (Orang) Kolam pemancingan 58 Restoran 25 Wisata alam 9 Wahana bermain 6 Horse ridding 2 Total 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
Persentase (%) 58 25 9 6 2 100
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh konsumen yang datang ke Fishing Valley beraneka ragam. Diantaranya memancing, rekreasi, fotografi, bermain, outbond, makan dan lainnya. Memancing merupakan kegiatan wisata yang paling banyak digemari oleh konsumen (57%). Kegiatan ini dilakukan oleh mereka pada saat mereka berada di lokasi kolam pemancingan. Kegiatan lain
54
yang digemari konsumen adalah makan (14%). Hanya (3%) konsumen yang melakukan kegiatan horse ridding selama berkunjung ke Fishing Valley. Informasi yang lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Kegiatan Wisata yang Dilakukan Konsumen di Fishing Valley Kegiatan Wisata Frekuensi (Orang) Persentase (%) Memancing 57 57 Rekreasi 11 14 Fotografi 3 3 Bermain 7 7 Outbond 5 5 Makan 14 11 Lainnya 3 3 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) 4.4.5 Pasca Pembelian Pada tahap pasca pembelian konsumen akan mengevaluasi alternatif setelah pembelian. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap ini dapat langsung mempengaruhi niat pembelian masa datang, komunikasi lisan dan perilaku keluhan. Hasil dari evaluasi pasca pembelian adalah perasaan puas atau tidak puas setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Adapun proses evaluasi pasca pembelian yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat kesukaan dan kepuasan setelah melakukan kunjungan ke Fishing Valley dan niat untuk merekomendasikan serta mempromosikan Fishing Valley kepada orang lain. Secara umum sebagian besar konsumen yang datang berkunjung menyukai objek wisata pemancingan Fishing Valley (52%), kemudian konsumen yang berpendapat biasa saja sebesar (30%) dan konsumen yang merasa sangat suka sebesar (18%). Tabel 24 menunjukkan tingkat kesukaan konsumen terhadap Fishing Valley. Tabel 24. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Fishing Valley Tingkat Kesukaan Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat suka 18 18 Suka 52 52 Biasa saja 30 30 Tidak suka Sangat tidak suka Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
55
Setelah membeli jasa yang diinginkan dengan melakukan kunjungan ke Fishing Valley maka akan timbul sikap tertentu yang akan berpengaruh terhadap pembelian jasa wisata selanjutnya. Sikap tersebut dapat dilihat melalui tingkat kepuasan yang mereka rasakan setelah melakukan kunjungan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar pengunjung merasa puas setelah berkunjung ke Fishing Valley (59%). Sementara (26%) konsumen merasa biasa dan konsumen yang merasa sangat puas setelah berkunjung adalah sebesar (15%). Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu produk/jasa akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk/jasa tersebut. Sedangkan perasaan tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian dan konsumsi terhadap produk/jasa tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Fishing Valley Tingkat Kepuasan Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat puas 15 15 Puas 59 59 Biasa saja 26 26 Tidak puas Sangat tidak puas Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) Selain itu pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa sebagian besar konsumen Fishing Valley akan menyarankan untuk berkunjung dan mempromosikan Fishing Valley kepada orang lain (96%). Hal ini memberikan dampak positif bagi perusahaan karena apabila mereka bersedia untuk mempromosikanya kepada orang lain maka konsumen yang datang akan semakin banyak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pengelola untuk mempromosikan Fishing Valley adalah dengan memberikan stiker, brosur atau leaflet kepada konsumen yang berisi informasi tentang objek wisata Fishing Valley. Tabel 26. Kesediaan Konsumen Untuk Menyarankan Berkunjung dan Mempromosikan Fishing Valley Kepada Orang Lain Kesediaan Konsumen Frekuensi (Orang) Persentase (%) Ya 96 96 Tidak 4 4 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
56
Tabel 27 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen berpendapat keunggulan wisata pemancingan Fishing Valley terletak pada fasilitasnya yang lengkap (43%). Selain itu keunggulan lainnya adalah kenyamanan sebesar (16%), keindahan alam (11%), harga (9%,) lokasi yang mudah dijangkau (5%), lainnya (2%) dan tidak ada konsumen yang memilih pelayanan. Dari hasil ini pihak pengelola dapat lebih mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen selama berwisata sehingga dapat lebih mengembangkan konsep wisatanya. Pengembangan konsep wisata dalam hal ini diantaranya dengan menambah fasilitas baru yang lebih variatif. Tabel 27. Keunggulan Fishing Valley Keunggulan Frekuensi (Orang) Lokasi yang mudah dijangkau 5 Harga 9 Kenyamanan 16 Fasilitas yang lengkap 43 Keindahan alam 11 Pelayanan Lainya 2 Total 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009)
Persentase (%) 5 9 16 43 11 2 100
Pada Tabel 28 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen tidak terpengaruh apabila terjadi kenaikkan harga di Fishing Valley. Hal ini ditunjukkan dengan kesediaan konsumen yang sebagian besar akan tetap berkunjung ke Fishing Valley walaupun harga naik (86%). Tabel 28. Pengaruh Kunjungan Terhadap Kenaikkan Harga di Fishing Valley Pengaruh Kunjungan Terhadap Frekuensi (Orang) Persentase (%) Kenaikkan Harga Akan tetap berkunjung 86 86 Tidak akan berkunjung kembali 14 14 Total 100 100 Sumber : Data Primer yang diolah (2009) Harga tiket untuk kolam pemancingan galatama antara Rp.100.000Rp.250.000/ronde. Sedangkan wahana bermain seperti bom-bom boat Rp. 7.500, balon air Rp. 10.000, permainan anak-anak Rp 2.000/koin, outbond termasuk flying fox Rp. 15.000/orang untuk 12 permainan. Untuk harga makanan dan minuman restoran bervariatif mulai dari Rp 5.000-Rp 60.000. Berdasarkan hal tersebut, Fishing Valley dapat melakukan kebijakan untuk
57
meningkatkan harga disertai dengan peningkatan pelayanan terhadap konsumen melalui peningkatan fasilitas untuk kegiatan rekreasi, memperbaiki sarana dan prasarana yang kurang layak dan meningkatkan promosi objek wisata pemancingan Fishing Valley. Secara keseluruhan tahap proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil Rekapitulasi Analisis Proses Pengambilan Keputusan Tahap 1. Pengenalan Kebutuhan - Tujuan utama berkunjung - Manfaat Berkunjung 2. Pencarian Informasi - Sumber informasi konsumen - Fokus perhatian konsumen dalam promosi Fishing Valley 3. Evaluasi Alternatif - Pertimbangan utama berkunjung - Prioritas utama konsumen sebagai pilihan untuk berwisata 4. Pembelian - Alasan berkunjung - Cara memutuskan berkunjung - Sumber yang mempengaruhi konsumen - Teman berkunjung ke Fishing Valley - Frekuensi berkunjung - Biaya selama berkunjung - Objek yang dikunjungi - Kegiatan wisata yang dilakukan Pasca Pembelian - Tingkat kesukaan - Tingkat kepuasan - Kesediaan konsumen untuk mempromosikan Fishing Valley - Keunggulan Fishing Valley - Pengaruh kunjungan terhadap kenaikan harga di Fishing Valley
Secara Keseluruhan - Memancing (56%) - Hiburan (78%) - Keluarga / teman (63%) - Fasilitas (41%)
- Lokasi yang mudah dijangkau (56%) - Ya (58%)
- Lokasi yang mudah dijangkau (62%) - Terencana (71%) - Teman (54%) - Keluarga (70%) - > 1 kali (53%) - Rp 200.000 – Rp 250.000 (43%) - Kolam pemancingan (58%) - Memancing (57%)
- Suka (52%) - Puas (59%) - Ya (96%)
- Fasilitas yang lengkap (43%) - Akan tetap berkunjung (86%)
Sumber : Data primer yang diolah (2009)
58
4.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Untuk Berkunjung Ke Fishing Valley Analisis faktor digunakan untuk mereduksi sejumlah variabel yang akan membentuk sejumlah faktor yang lebih sedikit dari variabel sebelumnya. Data yang digunakan untuk analisis ini diperoleh dari tingkat kepentingan terhadap masing – masing faktor yang disebarkan kepada konsumen yang sedang berkunjung ke Fishing Valley. Dalam penelitian ini terdapat 27 variabel dari lima faktor dimensi jasa wisata yang ada. Dapat dilihat pada Tabel 30. Setelah menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis tahap kedua yaitu pengujian korelasi antar variabel dalam preferensi konsumen yang dilakukan dengan metode Barlett s Test of Sphericity dan pengukuran Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA). Barlett s Test of Sphericity digunakan untuk menguji apakah matriks korelasi tersebut merupakan matriks identitas atau bukan, karena matriks identitas tidak dapat digunakan untuk analisis selanjutnya, selanjutnya pengolahan dilakukan dengan tabel Anti-Image Matrix (Anti Image Correlation). Pada pengolahan kelima faktor ini tidak terdapat faktor yang memiliki MSA (angka korelasi yang bertanda ”a”) di bawah 0,5. Dengan demikian faktor-faktor yang ada tidak dikeluarkan dari proses perhitungan sesuai dengan kaidah analisis faktor. Tahap selanjutnya dalam analisis faktor adalah factoring. Metode factoring yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komponen utama (Principle Component Analysis). Metode ini menghasilkan kesimpulan terhadap hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal, sehingga akhirnya dapat dikelompokkan variabel-variabel yang berkorelasi kuat yang merupakan variabel dominan yang mempengaruhi. Setelah proses factoring dilakukan, maka diperoleh nilai communalities. Communalities pada dasarnya adalah jumlah keragaman dari satu faktor mula-mula yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Nilai communalities menunjukkan seberapa baik tiaptiap faktor dijelaskan atau diwakili oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi
59
nilai communalities sebuah faktor, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Berdasarkan hasil pengolahan analisis faktor pada kelima faktor yang sudah terbentuk dapat dilihat pada Total Variance Explained yang menjelaskan dasar jumlah faktor yag didapat dengan perhitungan angka. Eigenvalue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh variabel yang dianalisis. Total eigenvalue dari faktor yang terbentuk akan sama dengan total nilai communalities tiap faktor. Susunan eigenvalue selalu diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil dengan ktiteria bahwa angka eigenvalue dibawah satu tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Sedangkan component matrix menunjukkan distribusi dari faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada Component Matrix menunjukkan nilai factor loading, yaitu nilai yang menunjukkan besar korelasi antar suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Untuk memperjelas posisi suatu variabel agar dapat masuk ke suatu faktor maka dilakukan proses rotasi. Proses rotasi dalam pengolahan data penelitian ini menggunakan rotasi varimax. Tabel 29. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Dimensi Jasa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Keandalan 1. Kemampuan karyawan dalam memberikan (Reliability) pelayanan 2. Kesesuaian pelayanan karyawan dengan janji yang ditawarkan 3. Memberikan informasi seputar wisata pemancingan dengan akurat 4. Harga yang ditawarkan 5. Konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi 6. Sistem pemancingan yang ditawarkan (kiloan, galatama, harian, borongan, dan lomba) 7. Waktu buka wisata pemancingan Kesigapan 1. Kecepatan karyawan melayani konsumen (Responsiveness) 2. Kemampuan karyawan dalam mengatasi keluhan atau permasalahan yang dialami konsumen.
60
Lanjutan Tabel. 30 Dimensi Jasa Keyakinan atau Jaminan (Assurance)
Berwujud (Tangible)
Perhatian (Empathy)
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen 1. Keramahan dan kesopanan karyawan dalam melayani konsumen 2. Keramahan dan perhatian karyawan dalam menerima keluhan konsumen 3. Pengetahuan dan kecakapan karyawan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen 4. Perasaan aman yang dirasakan konsumen selama berada di Fishing Valley 5. Kenyamanan yang dirasakan konsumen selama berwisata 6. Citra atau image Fishing Valley yang baik di masyarakat. 1. Fasilitas utama wisata pemancingan yang memadai, 2. Fasilitas tambahan wisata, 3. Sarana pendukung yang memadai (mushola, toilet, tempat parkir), 4. Tersedia media informasi yang lengkap dan informatif (brosur/leaflet, spanduk, website, papan pengumuman, majalah dinding, daftar harga), 5. Penampilan karyawan yang rapi, bersih dan menarik 6. Lokasi wisata yang strategis 7. Kebersihan dan kerapihan lingkungan 8. Layout dan peralatan yang baik. 1. Keberadaan dan manfaat kotak saran 2. Tersedianya saluran telepon/email untuk Melayani dan menerima keluhan 3. Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan konsumen 4. Fishing Valley selalu berupaya untuk mengenal dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Serangkaian hasil proses analisis faktor pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Faktor Keandalan (Reliability) Berdasarkan pengolahan terhadap 100 responden, nilai ekstraksi terbesar pada faktor ini adalah konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi
61
(0,727), kesesuaian pelayanan karyawan dengan janji yang ditawarkan (0,690), kemampuan karyawan dalam memberikan pelayanan (0,573). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 31 Tabel 30. Nilai Ekstraksi Faktor Keandalan (Reliability) Faktor Initial Kemampuan karyawan 1.000 Kesesuaian pelayanan karyawan 1.000 Memberikan informasi seputar wisata 1.000 Harga yang ditawarkan 1.000 Konsep wisata 1.000 Sistem pemancingan yang ditawarkan 1.000 Waktu buka wisata 1.000 Extraction Method: Principal Component Analysis
Extraction .573 .690 .479 .524 .727 .399 .525
Faktor keandalan merupakan kondisi yang akan ditawarkan perusahaan dan mengenai harapan konsumen. Berdasarkan analisis tersebut faktor yang paling berpengaruh adalah konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi (0,727). Banyaknya jenis wisata yang ditawarkan membuat konsumen perlu mengetahui konsep wisata tersebut apakah sesuai dengan visi dan misi perusahaan dan sesuai dengan harapan yang diinginkan konsumen. Menurut konsumen hal ini sangat penting, dikarenakan dapat memotivasi konsumen untuk berkunjung. Konsep wisata yang jelas dapat memberikan citra perusahaan yang baik dimata konsumen. Dalam hal ini Fishing Valley memiliki konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi, visi wisata pemancingan Fishing Valley adalah ”Menjadikan Fishing Valley sebagai wisata rekreasi keluarga dan kolam mancing terbesar di Bogor”. Sedangkan misi perusahaan adalah membangkitkan usaha kolam dan wisata pemancingan keluarga di Bogor, melakukan pemekaran usaha, memberikan pelayanan yang berkualitas dan melakukan promosi berkala ke media massa maupun elektronik agar lebih dikenal masyarakat luas. Mengenai misi tersebut saat ini Fishing Valley sedang merencanakan pengembangan usaha sejenis di daerah Bandung. Sedangkan dalam faktor ini yang tidak terlalu dipentingkan adalah sistem pemancingan yang ditawarkan (0,399). Hal ini dikarenakan kegiatan memancing di Fishing Valley dapat diikuti oleh siapa saja baik laki-laki atau perempuan, sehingga sistem pemancingan tidak terlalu dipentingkan. Fishing
62
Valley memiliki 5 sistem pemancingan, yaitu sistem kiloan, galatama, harian, borongan, dan lomba. Selain itu konsumen tidak hanya terfokus pada kolam pemancingannya saja tetapi juga pada fasilitas tambahan yang ditawarkan Fishing Valley. Melihat peluang ini maka perusahaan dapat lebih menyediakan beragam wahana yang dapat memotivasi konsumen untuk berkunjung. b. Faktor Kesigapan (Responsiveness) Responsiveness merupakan salah satu faktor yang berisi kesigapan karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap sesuai dengan kebutuhan konsumen. Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh
kecepatan
karyawan
melayani
konsumen
dan
kemampuan karyawan dalam mengatasi keluhan atau permasalahan yang dialami konsumen memiliki nilai ekstraksi sama yaitu 0,738. Dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 31. Nilai Ekstraksi Faktor Kesigapan (Responsiveness) Faktor Initial Extraction Kecepatan karyawan 1.000 .738 Kemampuan Karyawan 1.000 .738 Extraction Method: Principal Component Analysis. Responsiveness sangat dibutuhkan dalam jasa wisata untuk menunjang dalam pelayanan konsumen. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui kedua faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama dikarenakan kedua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam memberikan pelayanan. Kesigapan karyawan dalam kecepatan dan kemampuan karyawan melayani konsumen apabila kinerjanya baik membuat konsumen merasa pelayanan yang diberikan karyawan maksimal dan konsumen tidak merasa kecewa. Pelayanan yang baik akan menjadi daya tarik positif dari konsumen. Untuk menjalankan faktor kesigapan dengan baik harus didukung oleh jumlah karyawan yang ada. Tenaga kerja tetap di Fishing Valley secara keseluruhan berjumlah 46 orang, yang terdiri atas 25 karyawan restoran, 6 orang karyawan pemancingan, 6 orang karyawan permainan, 3 orang satpam, 3 orang bagian kebersihan dan 3 orang bagian parkir. Selain itu pada pemancingan pihak
63
Fishing Valley merekrut tenaga honoran sebanyak 70 orang sebagai asisten pemancing (kedi). Fluktuasi jumlah konsumen yang datang ke Fishing Valley sulit diperkirakan karena tergantung pada jenis hari kunjungan. Pada hari biasa jumlah konsumen rata-rata sekitar 60 sampai 100 orang. Sedangkan pada hari libur jumlahnya sekitar 300 orang. Pada hari libur umumnya karyawan restoran mengalami kesulitan melayani konsumen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pengelola adalah membuat sistem pelayanan dengan membagi area pelayanan untuk masing-masing karyawan restoran atau menambah jumlah karyawan honorer di hari libur. c. Faktor Keyakinan atau Jaminan (Assurance) Dalam rangka meningkatkan motivasi atau niat konsumen untuk berkunjung ke Fishing Valley, pihak pengelola penting dalam memberikan keyakinan kepada konsumen Faktor keyakinan atau jaminan ini mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki karyawan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Faktor ini sangat penting sekali bagi konsumen dalam mencari informasi mengenai Fishing Valley. Tabel 32. Nilai Ekstraksi Faktor Keyakinan atau Jaminan (Assurance) Faktor Initial Extraction Keramahan dan kesopanan 1.000 .734 Keramahan dan perhatian 1.000 .586 Pengetahuan dan kecakapan 1.000 .527 Perasaan aman 1.000 .504 Kenyamanan yang dirasakan 1.000 .622 Citra atau image Fishing Valley 1.000 .692 Extraction Method: Principal Component Analysis. Dari Tabel 33 nilai tertinggi yang diperoleh dari faktor keyakinan atau jaminan adalah keramahan dan kesopanan karyawan dalam melayani konsumen (0,734). Selanjutnya citra atau image Fishing Valley yang baik di masyarakat (0,692), kenyamanan yang dirasakan konsumen selama berwisata (0,622), keramahan dan perhatian karyawan dalam menerima keluhan konsumen (0,586), pengetahuan dan kecakapan karyawan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen (0,527) dan
64
perasaan aman yang dirasakan konsumen selama berada di Fishing Valley (0,504). Banyak perusahaan yang mengutamakan keramahan dan kesopanan karyawan serta keamanan untuk memberikan keyakinan atau jaminan kepada konsumen. Namun konsumen tidak hanya menilai atau melihat satu sisi saja dalam membentuk keyakinan terhadap Fishing Valley, tetapi juga melihat dari keseluruhan yang ada di Fishing Valley. Dari hasil penelitian sebagian besar konsumen menilai faktor keramahan dan kesopanan karyawan dalam melayani konsumen adalah faktor yang paling penting dibandingkan dengan faktor lain. Hal ini penting dikarenakan sikap yang diberikan karyawan tersebut dapat mendukung citra atau image Fishing Valley dimata masyarakat. Sementara itu keramahan karyawan dapat membuat konsumen merasa diperhatikan ketika melakukan aktivitas di tempat wisata sehingga konsumen merasa gembira dan ceria. Konsumen cenderung mendatangi lokasi wisata yang mampu memberikan kenyamanan untuk melepaskan kelelahan. Pada beberapa kasus yang terjadi ada pula yang tidak terlalu nyaman dengan karyawan yang ramah sebab konsumen membutuhkan keadaan yang biasa saja. Namun untuk menjaga citra Fishing Valley di mata konsumen seluruh karyawan diupayakan untuk selalu menunjukkan keramahan dan kesopanan kepada setiap konsumen yang datang. Hal yang tidak terlalu dipentingkan dalam membentuk keyakinan adalah faktor perasaan aman yang dirasakan konsumen selama berada di Fishing Valley (0,504). Menurut konsumen perasaan aman dapat dipengaruhi oleh sikap konsumen itu sendiri selama berwisata dan juga faktor keamanan yang dijaga oleh pengelola. d. Faktor Berwujud (Tangible) Faktor Berwujud (Tangible) adalah penampilan fasilitas fisik seperti kolam
pemancingan,
restoran,
wahana
bermain,
sarana
pendukung,
penampilan karyawan, lokasi wisata, kebersihan lingkungan dan layout. Dari hasil penelitian konsumen menilai faktor kebersihan dan kerapihan lingkungan merupakan faktor yang paling penting (0,660). Peringkat selanjutnya adalah
65
tersedianya media informasi yang lengkap dan informatif (0,651), fasilitas utama wisata pemancingan (0,650), lokasi wisata yang strategis (0,629), layout (0,613) dan peringkat terkecil adalah sarana pendukung (0,427). Dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 33. Nilai Ekstraksi Faktor Berwujud (Tangible) Faktor Initial Fasilitas utama 1.000 Fasilitas tambahan 1.000 Sarana pendukung 1.000 Media informasi yang lengkap 1.000 Penampilan karyawan 1.000 Lokasi wisata 1.000 Kebersihan 1.000 Layout 1.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction .650 .572 .427 .651 .502 .629 .660 .613
Berdasarkan hasil pengolahan data, secara keseluruhan faktor kebersihan dan kerapihan lingkungan dianggap paling penting untuk diperhatikan dikarenakan kebersihan sangat menentukan kenyamanan konsumen saat berwisata. Lokasi yang bersih berdampak positif bagi kepuasan konsumen. Sebaliknya jika lokasi kotor dengan sampah maupun aroma tidak sedap maka konsumen cenderung beralih ke lokasi wisata lainnya. Agar kenyamanan konsumen selama berada di Fishing Valley tidak terganggu pengelola dapat menambah tempat sampah di tempat-tempat yang mudah ditemukan oleh konsumen, menjaga kebersihan toilet, dan menjaga kebersihan kolam. Kebersihan sarana toilet terkadang dijadikan indikator kebersihan seluruh lokasi dalam suatu perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan dapat memberikan tissu dan pewangi ke setiap toilet yang ada di objek wisata pemancingan Fishing Valley. Faktor lain yang dianggap penting adalah tersedianya media informasi yang lengkap dan informatif. Dengan adanya media informasi yang lengkap konsumen dapat mengenal lokasi wisata lebih jauh dan dapat memotivasi kerabat lain untuk datang berkunjung. Sementara itu faktor yang tidak terlalu dipentingkan oleh konsumen adalah sarana pendukung yang memadai (0,427). Menurut konsumen faktor sarana pendukung seperti toilet, areal parkir,
66
mushola mutlak selalu ada di setiap wisata sehingga mereka tidak merasa khawatir saat berkunjung ke wisata pemancingan Fishing Valley. e. Faktor Perhatian (Empathy) Faktor terakhir yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke Fishing Valley adalah faktor empathy. Faktor empathy merupakan perhatian secara individual maupun kelompok yang diberikan perusahaan kepada konsumen. Berdasarkan hasil perhitungan analisis faktor, diperoleh nilai yang paling penting adalah keberadaan dan manfaat kotak saran (0,771). Selanjutnya komunikasi yang lancar antara karyawan dan konsumen (0,732), tersedianya saluran telepon atau e-mail untuk melayani konsumen (0,718) dan Fishing Valley selalu berupaya untuk mengenal dan memenuhi kebutuhan konsumen (0,242). Dapat dilihat pada Tabel 35. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan konsumen menilai faktor keberadaan dan manfaat kotak saran paling penting untuk diperhatikan. Dengan adanya kotak saran dapat membantu perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat memperbaiki kinerja perusahaan melalui kritik dan saran yang diberikan. Di beberapa tempat di Fishing Valley saat ini sudah disediakan kotak saran sebagai upaya untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap wisata pemancingan. Sementara itu faktor komunikasi yang lancar antara karyawan dengan konsumen juga penting untuk diperhatikan. Komunikasi yang lancar antara karyawan
dan
konsumen
terkadang
dibutuhkan
untuk
menghindari
kesalahpahaman. Karyawan memberikan kebebasan kapada konsumen untuk mengemukakan segala keinginannya terlebih dahulu dengan tujuan agar karyawan dapat memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Konsumen yang menganggap tidak terlalu penting karena konsumen cenderung membutuhkan ketenangan tanpa diganggu pertanyaan konsumen. Sebagian kecil konsumen menilai Fishing Valley dapat mengenal dan memenuhi kebutuhan konsumen apabila ketiga faktor sebelumnya sudah dilaksanakan. Sehingga faktor ini nilainya paling kecil (0,242) dibandingkan dengan faktor-faktor seperti keberadaan dan manfaat kotak saran, komunikasi
67
yang lancar antara karyawan dengan konsumen dan tersedianya saluran telepon atau email. Tabel 34. Nilai Ekstraksi Faktor Perhatian (Empathy) Faktor Initial Keberadaan dan manfaat kotak saran 1.000 Tersedia saluran telepon 1.000 Komunikasi yang lancar 1.000 Fishing Valley selalu berupaya mengenal dan memenuhi kebutuhan 1.000 konsumen Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction .771 .718 .732 .242
f. Faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Dari lima faktor yang digunakan untuk mengukur seberapa penting faktor-faktor di wisata pemancingan mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung, diperoleh nilai Keandalan (Reliability) sebesar (0,514), Kesigapan (Responsiveness) sebesar (0,649), Keyakinan atau Jaminan (Assurance) sebesar (0,414), Berwujud (Tangible) sebesar (0,655), Perhatian (Empathy) sebesar (0,125). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 35. Nilai Ekstraksi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Faktor Initial Extraction Reliability 1.000 .514 Responsiveness 1.000 .469 Assurance 1.000 .414 Tangible 1.000 .655 Empathy 1.000 .125 Extraction Method: Principal Component Analysis. Berdasarkan data di atas dapat dilihat faktor yang paling penting mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke Fishing Valley adalah faktor tangible (berwujud). Konsumen menilai fokus utama yang dilihat setelah mengetahui informasi tentang Fishing Valley adalah faktor fisik seperti fasilitas wisata, sarana pendukung, penampilan karyawan, media informasi, lokasi, kebersihan dan layout yang ditawarkan tempat wisata tersebut. Hal ini dikarenakan konsumen tidak ingin aktivitas rekreasi bersama keluarga atau teman menjadi tidak nyaman. Kenyamanan merupakan faktor utama yang diinginkan setiap orang terutama saat meluangkan waktu untuk melepas kepenatan pekerjaan sehari-hari.
68
Sementara itu, hal yang tidak terlalu penting dari kelima faktor adalah faktor empathy (perhatian). Hal itu dikarenakan konsumen pada umumnya lebih mencari kebutuhan yang ingin diperoleh dari jasa wisata yang ditawarkan saat pertama kali berkunjung ke tempat wisata dibandingkan perhatian. Secara keseluruhan hasil rekapitulasi analisis faktor dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 36. Hasil Rekapitulasi Analisis Faktor Faktor Secara Keseluruhan Reliability Konsep wisata (0.727)
Extraction 0,514
Responsiveness Kecepatan karyawan dan kemampuan karyawan (0.738) Assurance Keramahan dan kesopanan (0.734) Tangible Kebersihan dan kerapihan lingkungan (0.660) Empathy Keberadaan dan manfaat kotak saran
0,469 0,414 0,655 0,125
4.6. Implikasi Manajerial Perilaku konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan
yang menganut konsep
pemasaran dengan tujuan
memberikan kepuasan kepada konsumen. Konsumen merupakan salah satu faktor yang dapat mempertahankan keberadaan suatu objek wisata. Berdasarkan hasil analisis proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor, maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya mempelajari perilaku konsumen untuk mengetahui karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan pembelian dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen. Dapat dilihat bahwa karakteristik konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley beragam dan memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap jasa yang ditawarkan. Semakin beragamnya keinginan konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley ini akan memungkinkan pemasar dapat mengambil isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli dan dapat merancang program pemasaran yang lebih efektif. Oleh karena itu peneliti
mengharapkan
Fishing
Valley
dapat
mempertahankan
dan
69
meningkatkan pelayanan jasa yang ditawarkan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh Fishing Valley adalah sebagai berikut : a. Fishing Valley menerapkan sistem pelayanan yang efektif yaitu dengan membagi area pelayanan kepada masing-masing karyawan agar seluruh konsumen dapat terlayani dengan baik. Selain itu untuk mengatasi tingginya jumlah konsumen yang datang pada hari libur Fishing Valley dapat merekrut karyawan honorer sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan maksimal. b. Perlunya penambahan fasilitas wisata yang unik dan tidak ada di kolam pemancingan lain diantaranya kolam renang, sarana olahraga, dan penambahan wahana bermain agar konsumen mempunyai alternatif pilihan objek wisata. Penambahan fasilitas ini dimaksudkan untuk menyiasati semakin maraknya layanan yang ditawarkan objek wisata lain dan membuat konsumen merasa nyaman berwisata di Fishing Valley. c. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sumber informasi yang paling mempengaruhi konsumen dalam memutuskan melakukan kunjungan ke Fishing Valley adalah teman. Berdasarkan kondisi tersebut pengelola dapat melakukan promosi dengan cara memberikan brosur/leaflet yang berisi informasi lengkap tentang Fishing Valley kepada setiap konsumen yang datang. Dengan cara ini diharapkan konsumen yang datang akan mudah menginformasikan Fishing Valley kepada temannya sehingga mereka akan tertarik untuk berkunjung. Selain itu media promosi lain seperti media elektronik yang sudah dijalankan agar lebih terkonsep agar promosi dapat berjalan secara berkala dan efektif. d. Kebersihan lingkungan harus selalu diperhatikan agar kenyamanan konsumen tidak terganggu. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah tempat sampah di tempat-tempat yang mudah ditemukan oleh konsumen, menjaga kebersihan toilet, dan menjaga kebersihan kolam.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar dari konsumen Fishing Valley berjenis kelamin laki-laki (72%) dengan usia konsumen yang datang berkisar antara 31 hingga 41 tahun (37%). Dimana status yang sudah menikah sebesar (64%). Daerah asal kedatangan konsumen mayoritas datang dari Bogor (58%) dan luar Bogor (42%). Tingkat pendidikan terakhir dari konsumen sebagian besar adalah lulusan S1 (36%). Konsumen sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta (31%) dan pendapatan terbanyak konsumen diatas Rp 2.700.000 (60%). b. Proses pengambilan keputusan konsumen terhadap Fishing Valley dimulai dengan tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. Pada tahap pengenalan kebutuhan, tujuan utama konsumen berkunjung ke Fishing Valley adalah untuk memancing (56%). Manfaat yang paling dicari konsumen dari kunjungan ke Fishing Valley adalah hiburan (78%). Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi konsumen paling besar didapatkan melalui keluarga atau teman (63%) dan fokus perhatian tentang Fishing Valley paling besar adalah fasilitas (41%). Pada tahap evaluasi, pertimbangan utama konsumen dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi adalah lokasi yang mudah dijangkau (56%). Fishing Valley dijadikan prioritas konsumen jika dihadapkan pada berbagai pilihan objek wisata (58%). Tahap pengambilan keputusan, hal yang membuat konsumen pertama kali memutuskan berkunjung ke Fishing Valley adalah lokasi yang mudah dijangkau (62%) dan mereka merencanakan sebelumnya untuk melakukan kunjungan (71%). Media yang paling mempengaruhi konsumen untuk berkunjung adalah teman (54%). Sebagian besar dari konsumen telah mengunjungi Fishing Valley lebih dari satu kali (53%) dan biaya yang mereka habiskan selama berkunjung berkisar Rp 200.000 – Rp 250.000 (43%). Kolam pemancingan merupakan objek wisata yang paling
71
banyak dikunjungi oleh konsumen (58%) dan memancing merupakan kegiatan yang paling banyak digemari (57%). Pada tahap pasca pembelian, sebagian besar konsumen menyatakan suka setelah berkunjung ke Fishing Valley (52%) dan puas (59%). Konsumen bersedia untuk berkunjung serta mempromosikan Fishing Valley kepada orang lain (96%). Keunggulan Fishing Valley yang paling dominan adalah faktor fasilitas yang lengkap (43%) dan konsumen tidak terpengaruh dengan adanya kenaikan harga dimana akan tetap berkunjung ke Fishing Valley walaupun harga naik (86%). c. Dari hasil analisis faktor terhadap kelima dimensi jasa wisata Fishing Valley diperoleh faktor yang paling dipentingkan adalah Berwujud (Tangible) sebesar (0,655), sementara itu Kesigapan (Responsiveness) sebesar (0,649), Keandalan (Reliability) sebesar (0,514), Keyakinan atau Jaminan (Assurance) sebesar (0,414) dan Perhatian (Empathy) sebesar (0,125). Berdasarkan hasil pengolahan data, faktor yang paling dipentingkan pada faktor keandalan (reliability) adalah konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi (0,727). Faktor kesigapan (responsiveness) adalah kecepatan karyawan melayani konsumen dan kemampuan karyawan dalam mengatasi keluhan atau permasalahan yang dialami konsumen memiliki nilai kepentingan yang sama yaitu
0,738. Faktor
keyakinan atau jaminan (assurance) adalah keramahan dan kesopanan karyawan dalam melayani konsumen (0,734). Faktor berwujud (tangible) adalah kebersihan dan kerapihan lingkungan (0,660) dan faktor perhatian (empathy) adalah keberadaan dan manfaat kotak saran (0,771). 2. Saran Beberapa saran yang dapat diajukan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk memperbaiki kinerja wisata pemancingan Fishing Valley yaitu : a. Berdasarkan hasil penelitian, media yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan untuk berkunjung ke Fishing Valley berasal dari teman yang pernah berkunjung, maka pengelola Fishing Valley dapat melakukan promosi dengan cara menitipkan brosur atau leaflet yang berisi
72
informasi lengkap tentang Fishing Valley kepada konsumen. Dengan cara ini diharapkan konsumen yang datang akan menginformasikan Fishing Valley kepada temannya sehingga mereka akan tertarik untuk berkunjung. b. Pihak perusahaan perlu memperhatikan faktor yang dinilai tidak terlalu penting yaitu faktor empathy seperti keberadaan dan manfaat kotak saran, tersedia saluran telepon, komunikasi yang lancar dan Fishing Valley yang selalu berupaya mengenal dan memenuhi kebutuhan konsumen. Hal itu dikarenakan faktor empathy merupakan perhatian yang diberikan perusahaan secara individual maupun kelompok kepada konsumen sehingga Fishing Valley dapat mengenal dan memenuhi keinginan serta kebutuhan konsumen. c. Dalam upaya memberikan pelayanan yang maksimal Fishing Valley perlu menerapkan sistem pelayanan dengan membagi area pelayanan pada masing-masing karyawan restoran atau menambah tenaga kerja honorer pada hari libur. d. Pihak perusahaan harus terus mengembangkan konsep wisatanya dengan penambahan fasilitas yang lebih beraneka ragam seperti kolam renang serta
melakukan
inovasi
jenis
hadiah
pada
perlombaan
sistem
pemancingan galatama. Hal itu dimaksudkan untuk menyiasati semakin maraknya layanan yang ditawarkan objek wisata lain dan membuat konsumen semakin nyaman berwisata di Fishing Valley Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Afiana, N. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Jasa (Studi Kasus Super M Fitness Centre Jakarta Timur). Skripsi pada Departeman Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Barus, E.F.S. 2008. Analisis Preferensi Calon Konsumen Terhadap Atribut Jasa Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (Studi Kasus Program Diploma Di Kotamadya Bogor). Skripsi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Boyd,et al. 2000. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global. Jilid 1 Edisi Kedua. Erlangga . Jakarta. Cooper, D.R. 1998. Metode Penelitian Bisnis (Terjemahan). Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Engel,J.F.et al. 1994. Perilaku Konsumen (Terjemahan). Edisi Keenam Jilid 1. Binaputra. Jakarta. Koswara, I.H. 2005. Karakteristik dan Potensi Wisata Agro Jawa Barat. Makalah pada Forum Koordinasi Pengembangan Wisata Agro Jawa Barat. 7 Desember 2005, Bandung. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi Milenium. PT Indeks. Jakarta. .2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi Milenium. PT Prenhalindo. Jakarta. Nicholson, W. 2001. Teori Ekonomi Makro : Prinsip Dasar dan Pengembangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Prasetia, A. 2005. Kajian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ke Taman Bunga Nusantara Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi pada Departemen Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Santoso, S. dan F.Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran Falsafah, Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
74
Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Rineka Cipta. Jakarta. Supriadi, A. 2005. Objek Wisata Sebagai Objek Wisata Minat Khusus. PT Perkebunan Nusantara XII (Persero). Jawa Timur. Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Kansius. Yogyakarta. Rahayu, N. 2006. Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Wana Wisata Curug Nangka, KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. Wudianto, M. 1999. Memancing di Perairan Tawar dan Laut. Cetakan VI. Penebar Swadaya. Jakarta. Wibisono, D. 2000. Riset Bisnis. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Yoeti, O.A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Edisi Revisi. Angkasa. Bandung.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden dan secara sukarela mengisi kuesioner ini. Nama saya Devi Fitriyana (H24066045), mahasiswi Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, pada saat ini sedang melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor“. Kami sangat menghargai kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini. Kami menjamin kerahasiaan Anda yang terkait dengan kuesioner. Hasil survey ini hanya semata – mata digunakan untuk tujuan penelitian dan pendidikan dan bukan untuk tujuan komersial.
I. IDENTITAS RESPONDEN No Responden Nama Jenis Kelamin Usia
: : : a. Laki – laki : a. 17 – 23 tahun b. 24 – 30 tahun Status : a. Menikah Asal (Bogor, Jakarta dll ) : Pendidikan Terakhir : a. SD/SLTP b. SMU/SMK c. Diploma Pekerjaan : a. Mahasiswa b. Pelajar c. Pegawai Swasta d. Wiraswasta Rata – rata pendapatan keluarga/RT Anda per bulan : a. < Rp 900.000 b. Rp 900.000 – Rp 1.800.000 c. Rp 1.800.000 – Rp 2.700.000 d. > Rp 2.700.000
b. Perempuan c. 31 – 40 tahun d. > 40 tahun b. Belum menikah d. S1 e. S2 f. S3 e. PNS f. Pedagang g. Petani h.Lain – lain.................
77
II. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN Petunjuk Umum : Isilah/berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih di bawah ini. A. Pengenalan Kebutuhan 1. Tujuan utama Anda berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley ? a. Memancing d. Wisata kuliner b. Menikmati keindahan alam e. Rekreasi c. Mengisi waktu luang 2. Manfaat utama apa yang Anda cari dari kegiatan yang Anda pilih ? a. Kesehatan c. Status Sosial e. Menambah Ketrampilan b. Hiburan d. Menambah Pengetahuan B. Pencarian Informasi 3. Dari mana Anda tahu tentang Fishing Valley ? a. Media Elektronik (Televisi dan Radio) d. Guru atau Dosen b. Media Massa (koran, majalah, buletin, dsb) e. Papan Reklame c. Keluarga atau teman f. Lainnya............... 4. Jika Anda mendengar/melihat promosi mengenai Fishing Valley, maka yang menjadi fokus perhatian Anda adalah : a. Pemandangan yang lepas dan indah d. Fasilitas b. Suasana yang segar dan santai e. Aksesabilitas c. Pelayanan f. Harga C. Evaluasi Alternatif 5. Pertimbangan apa yang Anda gunakan dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi ? a. Lokasi yang mudah dijangkau c. Harga e. Keindahan alam b. Kenyamanan d. Pelayanan 6. Ketika Anda dihadapkan pada berbagai pilihan objek wisata, apakah Fishing Valley akan menjadi prioritas Anda ? a. Ya b. Tidak D. Keputusan Pembelian 7. Hal – hal apakah yang membuat Anda pertama kali memutuskan untuk mencoba berkunjung ke Fishing Valley ? a. Lokasi yang mudah dijangkau d. Objek wisata yang terkenal b. Dekat dengan tempat tinggal e. Nyaman c. Pelayanan yang memuaskan 8. Bagaimana Anda memutuskan untuk mengunjungi Fishing Valley ? a. Terencana dengan mencari informasi terlebih dahulu tentang Fishing Valley b. Tidak terencana 9. Siapakah yang mempengaruhi Anda berkunjung ke Wisata pemancingan Fishing Valley ? a. Diri sendiri c. Keluarga e. Lainnya..... b. Teman d. Media Iklan 10. Bersama siapakah biasanya Anda berkunjung ke wisata pemancingan Fishing Valley ? a. Sendiri c. Teman – teman b. Keluarga d. Pasangan 11. Berapa kali Anda berkunjung ke kawasan ini ? a. Pertama kali c. 3 kali e. lebih dari 4 kali b. 2 kali d. 4kali
78
12. Berapa besar pengeluaran yang Anda keluarkan selama berkunjung ke Fishing Valley ? a. < 100.000 c. 150.000 – 200.000 e. > 250.000 b. 100.000 – 150.000 d. 200.000 – 250.000 13. Objek apa yang Anda kunjungi selama berada di Fishing Valley ? a. Kolam pemancingan b. Restoran c. Wisata alam/outbond (flying fox, jembatan gantung, tali – temali) d. Wahana bermain (bom – bom boat, balon air, dll) e. Horse ridding 14. Kegiatan apa saja yang Anda lakukan selama berkunjung ke Fishing Valley ? a. Memancing c. Fotografi e. Outbond g. Lainnya......... b. Rekreasi d. Bermain f. Makan E. Evaluasi Pasca Pembelian 15. Apakah Anda benar – benar menyukai objek wisata di Fishing Valley ? a. Sangat suka c. Biasa saja e. Sangat tidak suka b. Suka d. Tidak suka 16. Apakah Anda merasa puas setelah berkunjung ke Fishing Valley ? a. Sangat puas c. Biasa saja e. Sangat tidak puas b. Puas d. Tidak puas 17. Setelah Anda berkunjung ke Fishing Valley, apakah Anda menyarankan untuk berkunjung dan mempromosikan Fishing Valley kepada orang lain ? a. Ya b. Tidak 18. Menurut Anda, apa keunggulan objek wisata pemancingan Fishing Valley ? a. Lokasi yang mudah dijangkau e.Keindahan alam b. Harga f. Pelayanan c. Kenyamanan g.Lainnya...................... d. Fasilitas yang lengkap 19. Jika harga untuk memasuki Fishing Valley mengalami kenaikan, maka Anda ? a. Akan tetap mengunjungi Fishing Valley b. Tidak akan mengunjungi kembali Fishing Valley
79
III. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Pertanyaan : Seberapa penting faktor - faktor ini mempengaruhi preferensi Anda untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley ? Petunjuk
: Mohon diisi dengan memberi tanda ( ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pendapat Anda
Ket : 5 = Sangat Penting 4 = Penting 3 = Cukup Penting
2 = Tidak Penting 1 = Sangat Tidak Penting
Tingkat Kepentingan No
1 2 3 4 5 6 7 1 2
1 2 3 4 5 6
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keandalan (Reliability) Kemampuan karyawan dalam memberikan pelayanan Kesesuaian pelayanan karyawan dengan janji yang ditawarkan Memberikan informasi seputar wisata pemancingan dengan akurat Harga yang ditawarkan Konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi Sistem pemancingan yang ditawarkan (kiloan, galatama, harian, borongan, dan lomba) Waktu buka wisata pemancingan Kesigapan (Responsiveness) Kecepatan karyawan melayani konsumen Kemampuan karyawan dalam mengatasi keluhan atau permasalahan yang dialami konsumen Keyakinan atau Jaminan (Assurance) Keramahan dan kesopanan karyawan dalam melayani konsumen Keramahan dan perhatian karyawan dalam menerima keluhan konsumen Pengetahuan dan kecakapan karyawan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen Perasaan aman yang dirasakan konsumen selama berada di Fishing Valley Kenyamanan yang dirasakan konsumen selama berwisata Citra atau image Fishing Valley yang baik di masyarakat
SP
P
CP
TP
STP
80
1
2
3 4
5 6 7 8 1 2 3 4
Berwujud (Tangibles) Fasilitas utama wisata pemancingan yang memadai : a. Kolam pemancingan dan lapak b. Kelengkapan dan peralatan memancing c. Variasi ikan dan umpan Fasilitas tambahan wisata pemancingan : a. Restoran dilengkapi dengan saung dan prasmanan b. Bom – Bom Boat, Balon air c. Lapangan Sepakbola d. Horse Ridding e. Wisata alam (flying fox, jembatan gantung, tali temali, outbond) Sarana pendukung yang memadai (mushola, toilet, tempat parkir) Tersedia media informasi yang lengkap dan informatif (brosur/leaflet,spanduk, website, papan pengumuman, majalah dinding, daftar harga) Penampilan karyawan yang rapi, bersih dan menarik Lokasi wisata yang strategis Kebersihan dan kerapihan lingkungan Layout dan peralatan yang baik Perhatian (Empathy) Keberadaan dan manfaat kotak saran Tersedianya saluran telepon/e-mail untuk melayani dan menerima keluhan Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan konsumen Fishing Valley selalu berupaya untuk mengenal dan memenuhi kebutuhan konsumen
Saran atau pesan Anda terhadap wisata pemancingan Fishing Valley Bogor ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI KUESIONER INI
81
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Uji Validitas Faktor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
r-hitung 0,415 0,496 0,370 0,504 0,660 0,506 0,623 0,466 0,628 0,405 0,509 0,491 0,562 0,612 0,586 0,845 0,817 0,684 0,659 0,656 0,432 0,412 0,735 0,568 0,684 0,493 0,628 0,604 0,728 0,585 0,576 0,749 0,435
r-tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
82
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .938
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .938
N of Items 33
Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033
Scale Mean if Item Deleted 126.6000 126.7333 126.8667 126.8333 126.8667 127.0667 127.1333 126.6333 126.5333 126.7333 126.8000 126.8333 126.7333 126.7333 126.7333 126.7000 127.0000 127.5000 127.0000 127.3000 127.9333 127.8333 127.1667 126.2000 127.1000 126.8667 126.9667 126.6333 126.9000 127.2000 126.9667 127.0000 126.7000
Scale Variance if Item Deleted 203.283 202.340 204.051 200.971 196.395 198.202 197.844 202.378 198.671 202.133 200.028 200.144 198.961 198.547 199.857 191.183 190.207 192.328 197.310 199.803 202.754 202.489 196.971 202.717 196.714 200.878 198.309 200.447 196.093 199.821 198.102 196.276 202.217
Corrected ItemTotal Correlation .374 .462 .326 .465 .627 .455 .589 .427 .596 .356 .466 .446 .523 .578 .553 .827 .794 .644 .628 .630 .391 .365 .712 .542 .654 .452 .596 .575 .703 .552 .536 .726 .391
Squared Multiple Correlation . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Cronbach's Alpha if Item Deleted .937 .936 .938 .936 .935 .937 .935 .937 .935 .938 .937 .937 .936 .935 .936 .932 .933 .935 .935 .935 .937 .938 .934 .936 .935 .937 .935 .936 .934 .936 .936 .934 .937
83
Lampiran 4. Hasil Uji Analisis Faktor
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.698
Approx. Chi-Square
74.992
df Sig.
10 .000
Anti-image Matrices Reliability Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Reliability
Tangibles
Empathy
.760
-.138
-.091
-.174
-.096
-.138
.750
.038
-.241
-.087
Assurance Tangible
-.091
.038
.778
-.252
-.078
-.174
-.241
-.252
.611
.026
Empathy
-.096
-.087
-.078
.026
.950
-.119
-.255
-.113
Reliability
.775(a)
-.183
Responsiveness
-.183
.698(a)
.050
-.355
-.103
Assurance Tangibles
-.119 -.255
.050 -.355
.686(a) -.365
-.365 .653(a)
-.090 .034
Empathy
-.113
-.103
-.090
.034
.732(a)
Communalities Initial Responsiveness Assurance Tangible Empathy
Assurance
Responsiveness
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Reliability
Responsiveness
Extraction
1.000 1.000
.514 .469
1.000 1.000
.414 .655
1.000 .125 Extraction Method: Principal Component Analysis.
84
Total Variance Explained Component Total
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
% of Variance
Cumulative %
Total
1
2.178
43.552
43.552
2
.940
18.807
62.360
3
.811
16.218
78.578
4
.635
12.707
91.285
5
.436
8.715
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrix(a) Component 1 Reliability Responsiveness Assurance Tangible Empathy
.717 .685 .644
.809 .353 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 1 components extracted.
2.178
% of Variance
Cumulative %
43.552
43.552
85
Lampiran 5. Hasil Uji Analisis Faktor Keandalan (Reliability)
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .643 Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
158.049
df
21
Sig.
.000
Anti-image Matrices Kemampuan karyawan
Antiimage Covari ance
Kemampuan karyawan
Kesesuaian pelayanan karyawan Memberikan informasi seputar wisata Harga yang ditawarkan Konsep wisata Sistem pemancingan yang ditawarkan Waktu buka wisata Antiimage Correla tion
Kemampuan karyawan
Kesesuaian pelayanan karyawan Memberikan informasi seputar wisata Harga yang ditawarkan Konsep wisata Sistem pemancingan yang ditawarkan Waktu buka wisata
Kesesuaian pelayanan karyawan
Memberikan informasi seputar wisata
Harga yang ditawar kan
Konsep wisata
Sistem pemancin gan yang ditawar kan
Waktu buka wisata
.542
-.280
-.119
-.164
-.178
.038
.135
-.280
.535
-.036
.007
.162
-.156
-.168
-.119
-.036
.773
.036
-.100
-.027
-.161
-.164
.007
.036
.682
.120
-.198
-.213
-.178
.162
-.100
.120
.714
-.182
-.228
.038
-.156
-.027
-.198
-.182
.731
.025
.135
-.168
-.161
-.213
-.228
.025
.636
.604(a)
-.520
-.184
-.270
-.286
.061
.229
-.520
.627(a)
-.056
.012
.262
-.250
-.288
-.184
-.056
.817(a)
.049
-.134
-.036
-.230
-.270
.012
.049
.678(a)
.171
-.281
-.323
-.286
.262
-.134
.171
.511(a)
-.252
-.338
.061
-.250
-.036
-.281
-.252
.727(a)
.037
.229
-.288
-.230
-.323
-.338
.037
.613(a)
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
86
Communalities Initial Kemampuan karyawan Kesesuaian pelayanan karyawan Memberikan informasi seputar wisata Harga yang ditawarkan Konsep wisata Sistem pemancingan yang ditawarkan Waktu buka wisata
Extraction 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
.573 .690 .479 .524 .727 .399 .525
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained Component
1 2 3
Initial Eigenvalues Cumu % of lative Total Variance % 2.83 40.484 40.484 4 1.08 15.466 55.950 3 .867 12.381 68.331
4
.764
10.913
79.244
5
.616
8.801
88.045
6
.565
8.071
Extraction Sums of Squared Loadings Cumu % of lative Total Variance % 2.83 40.48 40.484 4 4 1.08 55.95 15.466 3 0
Rotation Sums of Squared Loadings
Total 2.20 3 1.71 4
% of Variance
Cumula tive %
31.467
31.467
24.483
55.950
96.116 100.00 .272 3.884 0 Extraction Method: Principal Component Analysis. 7
Component Matrix(a) Component 1 Kemampuan karyawan Kesesuaian pelayanan karyawan Memberikan informasi seputar wisata Harga yang ditawarkan Konsep wisata Sistem pemancingan yang ditawarkan Waktu buka wisata Extraction Method: Principal Component Analysis. a 2 components extracted.
2 .707
-.270
.717
-.419
.590
.361
.637
-.343
.494
.695
.627
-.079
.655
.311
87
Lampiran 6. Hasil Uji Analisis Faktor Kesigapan (Responsiveness)
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.500
Approx. Chi-Square
25.050 1
df Sig.
.000
Anti-image Matrices Kecepatan karyawan Anti-image Covariance
Kecepatan karyawan Kemampuan Karyawan
Anti-image Correlation
Kemampuan Karyawan
.773
Kecepatan karyawan
-.368
-.368
.773
.500(a)
-.476
-.476
.500(a)
Kemampuan Karyawan a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities Initial
Extraction
Kecepatan karyawan
1.000
.738
Kemampuan Karyawan
1.000
.738
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component 1
Total 1.476
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
% of Variance 73.800
Total 1.476
Cumulative % 73.800
2
.524 26.200 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrix(a) Component 1 Kecepatan karyawan
.859
Kemampuan Karyawan
.859
Extraction Method: Principal Component Analysis. a 1 components extracted.
% of Variance 73.800
Cumulative % 73.800
88
Lampiran 7. Hasil Uji Analisis Faktor Keyakinan atau Jaminan (Assurance)
Factor Analysis
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.653
Approx. Chi-Square
115.253 15
df Sig.
.000
Anti-image Matrices Kerama han dan kesopa nan Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Keramahan dan kesopanan Keramahan dan perhatian Pengetahuan dan kecakapan Perasaan aman Kenyamanan yang dirasakan Citra atau image Fishing Valley Keramahan dan kesopanan Keramahan dan perhatian Pengetahuan dan kecakapan Perasaan aman
Kenyamanan yang dirasakan Citra atau image Fishing Valley a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Kerama han dan perhatian
Penge tahuan dan kecaka pan
Perasaan aman
Kenya manan yang dirasakan
Citra atau image Fishing Valley
.632
-.277
-.031
-.205
.055
.173
-.277
.611
-.206
.050
-.079
-.142
-.031
-.206
.708
-.183
-.038
-.018
-.205
.050
-.183
.682
-.208
-.061
.055
-.079
-.038
-.208
.761
-.209
.173
-.142
-.018
-.061
-.209
.815
.586(a)
-.446
-.047
-.311
.080
.241
-.446
.638(a)
-.313
.078
-.115
-.201
-.047
-.313
.761(a)
-.263
-.052
-.024
-.311
.078
-.263
.676(a)
-.288
-.081
.080
-.115
-.052
-.288
.686(a)
-.265
.241
-.201
-.024
-.081
-.265
.551(a)
89
Communalities Initial
Extraction
Keramahan dan kesopanan
1.000
.734
Keramahan dan perhatian
1.000
.586
Pengetahuan dan kecakapan
1.000
.527
Perasaan aman
1.000
.504
Kenyamanan yang dirasakan
1.000
.622
Citra atau image Fishing Valley
1.000
.692
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Initial Eigenvalues Loadings Compo % of Cumulati % of Cumulati nent Total Variance ve % Total Variance ve % 1 2.411 40.178 40.178 2.411 40.178 40.178 2 1.255 20.915 61.093 1.255 20.915 61.093 3 .778 12.967 74.060 4 .636 10.607 84.667 5 .561 9.350 94.017 6 .359 5.983 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Sums of Squared Loadings % of Cumulati Total Variance ve % 2.177 36.290 36.290 1.488 24.803 61.093
Component Matrix(a) Component 1 Keramahan dan kesopanan Keramahan dan perhatian Pengetahuan dan kecakapan Perasaan aman
2 .628
-.582
.741
-.195
.718
-.109
.710 Kenyamanan yang .566 dirasakan Citra atau image Fishing .358 Valley Extraction Method: Principal Component Analysis. a 2 components extracted.
.012 .550 .751
90
Lampiran 8. Hasil Uji Analisis Faktor Berwujud (Tangible)
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .817 Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
222.146
df
28
Sig.
.000
Anti-image Matrices Fasilitas fisik
Anti-image Covariance
Fasilitas fisik Fasilitas tambahan Sarana pendukung Media informasi yang lengkap Penampilan karyawan Lokasi wisata Kebersihan Layout
Anti-image Correlation
Fasilitas fisik Fasilitas tambahan Sarana pendukung Media informasi yang lengkap Penampilan karyawan Lokasi wisata Kebersihan Layout
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Fasilitas tamba han
Sarana pendu kung
Media informa si yang leng kap
Penam pilan karya wan
Lokasi wisata
Kebersi han
Layout
.493
-.102
-.008
-.098
-.081
-.153
.038
-.174
-.102
.684
.001
-.160
-.110
.010
.023
-.073
-.008
.001
.834
.026
-.042
-.030
-.205
-.059
-.098
-.160
.026
.577
-.182
-.077
-.009
-.072
-.081
-.110
-.042
-.182
.793
.068
.015
.038
-.153
.010
-.030
-.077
.068
.552
-.209
-.077
.038
.023
-.205
-.009
.015
-.209
.650
-.115
-.174
-.073
-.059
-.072
.038
-.077
-.115
.542
.821(a)
-.176
-.013
-.183
-.129
-.294
.068
-.336
-.176
.855(a)
.001
-.255
-.149
.016
.035
-.120
-.013
.001
.796(a)
.037
-.051
-.044
-.278
-.088
-.183
-.255
.037
.840(a)
-.270
-.136
-.015
-.128
-.129
-.149
-.051
-.270
.759(a)
.102
.021
.059
-.294
.016
-.044
-.136
.102
.809(a)
-.348
-.141
.068
.035
-.278
-.015
.021
-.348
.749(a)
-.194
-.336
-.120
-.088
-.128
.059
-.141
-.194
.851(a)
91
Communalities Initial
Extraction
Fasilitas utama
1.000
.650
Fasilitas tambahan
1.000
.572
Sarana pendukung Media informasi yang lengkap
1.000
.427
1.000
.651
Penampilan karyawan Lokasi wisata
1.000
.502
1.000
.629
Kebersihan Layout
1.000
.660
1.000
.613
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Initial Eigenvalues Loadings Compo % of Cumulati % of Cumulati nent Total Variance ve % Total Variance ve % 1 3.341 41.767 41.767 3.341 41.767 41.767 2 1.361 17.011 58.778 1.361 17.011 58.778 3 .853 10.668 69.446 4 .633 7.916 77.362 5 .547 6.832 84.194 6 .474 5.928 90.122 7 .448 5.598 95.721 8 .342 4.279 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrix(a) Component 1
2
Fasilitas fisik
.796
-.129
Fasilitas tambahan
.622
-.430
Sarana pendukung
.407
.511
.725
-.353
.423
-.568
Media informasi yang lengkap Penampilan karyawan Lokasi wisata
.726
.319
Kebersihan
.571
.578
Layout
.773
.125
Extraction Method: Principal Component Analysis. a 2 components extracted.
Rotation Sums of Squared Loadings % of Cumulati Total Variance ve % 2.435 30.437 30.437 2.267 28.342 58.778
92
Lampiran 9. Hasil Uji Analisis Faktor Perhatian (Empathy)
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .728 Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
141.167
df
6
Sig.
.000
Anti-image Matrices Keberadaan dan manfaat kotak saran
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Keberadaan dan manfaat kotak saran Tersedia saluran telepon Komunikasi yang lancar Fishing Valley selalu berupaya m engenal dan memenuhi kebutuhan konsumen Keberadaan dan manfaat kotak saran Tersedia saluran telepon Komunikasi yang lancar Fishing Valley selalu berupaya m engenal dan memenuhi kebutuhan konsumen
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Tersedia saluran telepon
Komunikasi yang lancar
Fishing Valley selalu berupaya mengenal dan memenuhi kebutuhan konsumen
.455
-.180
-.149
-.199
-.180
.461
-.210
.060
-.149
-.210
.476
-.029
-.199
.060
-.029
.839
.730(a)
-.393
-.321
-.322
-.393
.714(a)
-.448
.097
-.321
-.448
.751(a)
-.045
-.322
.097
-.045
.687(a)
93
Communalities Initial Keberadaan dan 1.000 manfaat kotak saran Tersedia saluran 1.000 telepon Komunikasi yang 1.000 lancar Fishing Valley selalu berupaya mengenal 1.000 dan memenuhi kebutuhan konsumen Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction .771 .718 .732 .242
Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component 1 2 3 4
Total % of Variance Cumulative % 2.463 61.583 61.583 .881 22.017 83.600 .345 8.633 92.233 .311 7.767 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction Sums of Squared Loadings Total 2.463
% of Variance 61.583
Component Matrix(a) Component 1 Keberadaan dan manfaat kotak saran
.878
Tersedia saluran telepon
.847
Komunikasi yang lancar
.856
Fishing Valley selalu berupaya mengenal dan memenuhi kebutuhan konsumen Extraction Method: Principal Component Analysis. a 1 components extracted.
.492
Cumulative % 61.583