i
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA WISATA PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” DI BOGOR
SANDHY ALIEF FITRIAWAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA WISATA PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” DI BOGOR adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Sandhy Alief Fitriawan C 44104017
iii
ABSTRAK SANDHY ALIEF FITRIAWAN. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membuat Keputusan Pembelian Pada Wisata Pemancingan ”Fishing Valley” Di Bogor. Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan NARNI FARMAYANTI Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Salah satunya adalah kebutuhan akan hiburan atau pemuas diri. Salah satu bentuk hiburan yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah aktivitas memancing. Wisata pemancingan memiliki nilai lebih yang tidak terdapat pada usaha kolam pemancingan sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi karakteristik konsumen, proses keputusan dan faktor-faktor yang mepengaruhinya sehingga usaha ini dapat terus berkembang. Identifikasi dilakukan dengan cara pembagian kuesioner dan analisis deskriptif. Komponen faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen dilakukan dengan cara analisis terhadap 22 faktor secara kuantitatif menggunakan SPSS. Hasil analisis menunjukkan konsumen kolam pemancingan Wisata Pemancingan Fishing Valley merupakan konsumen yang berada dalam tahap sarang penuh I (keluarga muda) dan sarang penuh II (keluarga separuh tua). Karakteristik konsumen dominan adalah laki-laki dengan usia berkisar antara 27-40 tahun, berpendapatan antara Rp500.000,00– Rp3.000.000,00, berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan berdomisili di Bogor. Konsumen mengambil keputusan melalui keseluruhan tahap yang ada dalam silkus pengambilan keputusan dengan kaidah pemecahan masalah diperluas. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah fasilitas, harga sewa, akses ke lokasi, waktu, suasana hati dan perasaan nyaman di kolam pemancingan.
Kata Kunci : Jasa, Wisata Pemancingan, Keputusan Pembelian, Analisis Faktor
iv
© Hak cipta miliki Sandhy Alief Fitriawan, 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi skripsi ini dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya, tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor
v
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA WISATA PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” DI BOGOR
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Umtuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanaian Bogor
SANDHY ALIEF FITRIAWAN C44104017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
vi
SKRIPSI Judul Skripsi
: Analisis Perilaku Konsumen dalam Membuat Keputusan Pembelian Pada Wisata Pemancingan “Fishing Valley” di Bogor.
Nama Mahasiswa
: Sandhy Alief Fitriawan
Nomor Pokok
: C44104017
Program Studi
: Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan
Disetujui, Komisi Pembimbing Pembimbing 1
Pembimbing 2
Ir. Wawan Oktariza, MS NIP. 19661016 199103 1 004
Ir. Narni Farmayanti, M Sc NIP. 19630228 199003 2 001
Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 19610410 198601 1 002
Tanggal Lulus :
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Juni 1986 dari Ayah yang bernama Syaiful Ramadhan dan Ibu yang bernama Indarwati. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal terakhir yang dilalui penulis adalah SMUN 1 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih program studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi PerikananKelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis juga aktif di beberapa organisasi. Pada tahun 2004-2005 penulis menjadi pengurus di organisasi Al-Marjan sebagai anggota media komunikasi dakwah. Pada tahun 2005-2006 penulis menjadi pengurus di FKM-C sebagai anggota forum komunikasi dan informasi. Pada tahun 2006-2007 penulis aktif menjadi pengurus organisasi mahasiswa HIMASEPA IPB (2006-2007) sebagai anggota departemen pengembangan internal. Pada tanggal 19 Januari 2010, penulis dinyatakan lulus dari Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, setelah mengikuti ujian sidang dengan skripsi yang berjudul ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM
MEMBUAT
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” DI BOGOR.
PADA
WISATA
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil”alamin,puji
syukur
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang selalu tercurahkan sehingga penulis dapat meneyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS
PERILAKU
KONSUMEN
DALAM
MEMBUAT
KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA WISATA PEMANCINGAN ”FISHING VALLEY” DI BOGOR. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi
ini dengan
baik.
Pada
kesempatan
ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada: 1) Ir. Wawan Oktariza, MS dan Ir Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2) Ir. Anna Fatciya, MS dan Tartono, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk skripsi ini. 3) Ayahanda Syaiful Ramadhan dan Ibunda Indarwati tercinta serta kakak dan adikku Sita Annisa Ramadhianti dan Nanda Asyura Rizkiyani yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta kasih sayang dan doa yang tulus; 4) Bapak Ramly selaku Manajer Operasional Wisata Pemancingan Fishing Valley yang telah memberikan bantuan dalampengambilan data penelitian. 5) Teman-teman
SEI
41
dan
FPIK
yang
selalu
memberikan
rasa
kebersamaan, keceriaan dan semangat dalam berjuang menimbang ilmu selama kuliah; 6) Semua pihak yang telah memberikan masukan dan bantuan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari harapan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun diharapkan untuk memperbaiki penulisan ke depan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor,
Januari 2010
Sandhy Alief Fitriawan
ix
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 11 2.1 Pemancingan Secara Umum .................................................................. 11 2.2 Jasa ......................................................................................................... 13 2.3 Perilaku Konsumen .................................................................................. 13 2.4 Proses Keputusan Pembelian .................................................................. 16 2.5 Sikap dan Perilaku ................................................................................... 19 2.6 Analisis Faktor ......................................................................................... 19 2.7 Skala Likert .............................................................................................. 21 2.8 Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................................... 22 III. KERANGKA PENDEKATAN PENELITIAN.................................................. 24 IV. METODOLOGI ............................................................................................. 26 4.1 Metode Penelitian .................................................................................... 26 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 26 4.3 Metode Pengambilan Contoh ................................................................... 27 4.4 Metode Analisis Data ............................................................................... 27 4.4.1 Metode Analisis Deskriptif ............................................................... 28 4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 28 4.4.3 Analisis Faktor ................................................................................ 28 4.5 Konsep dan Pengukuran ........................................................................ 31 4.6 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 33 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 34 5.1 Deskripsi Wisata Pemancingan Fishing Valley.................................... 34 5.1.1 Gambaran Umum ........................................................................... 34 5.1.2 Sejarah ........................................................................................... 35 5.1.3 Visi dan Misi .................................................................................. 36 5.1.4 Struktur Organisasi ....................................................................... 36 5.1.5 Slogan dan Logo ........................................................................... 38 5.1.6 Fasilitas Wisata ............................................................................. 39 5.2 Karakteristik Konsumen Wisata Pemancingan Fishing Valley ........... 43 5.2.1 Jenis Kelamin ................................................................................ 43 5.2.2 Usia ................................................................................................ 44 5.2.3 Tempat Tinggal .............................................................................. 45 5.2.4 Status ............................................................................................. 46 5.2.5 Jumlah Keluarga............................................................................ 47 5.2.6 Pendidikan ..................................................................................... 49 5.2.7 Pekerjaan ....................................................................................... 49 5.2.8 Pendapatan.................................................................................... 51
x
5.2.9 Deskripsi Karakteristik Konsumen ............................................... 52 5.3 Proses Keputusan Konsumen ............................................................... 53 5.3.1 Pengenalan Kebutuhan................................................................. 53 5.3.2 Pencarian Informasi ...................................................................... 56 5.3.3 Evaluasi Alternatif ......................................................................... 59 5.3.4 Proses Pembelian ......................................................................... 62 5.3.5 Evaluasi Hasil ................................................................................ 66 5.3.6 Deskripsi Proses Keputusan Pembelian ...................................... 69 5.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Kolam Pemancingan Fishing Valley ........................................ 71 5.4.1 Faktor Pengaruh Lingkungan ....................................................... 73 5.4.2 Faktor Pribadi ................................................................................ 78 5.4.3 Faktor Psikologis ............................................................................ 79 VI. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 82 6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 82 6.2 Saran ....................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85 LAMPIRAN ........................................................................................................ 87
xi
DAFTAR TABEL Halaman 1. Fasilitas Pariwisata di Bogor ........................................................................ 2 2. Jenis-jenis Ikan Air Tawar Yang Secara Umum Menjadi Target Pemancing Kolam Pemancingan.................................................................. 4 3. Data Jumlah Pengunjung Beberapa Kolam Pemancingan di Bogor .......................................................................................................... 6 4. Usia Konsumen Fishing Valley ................................................................... 44 5. Tempat tinggal Konsumen Fishing Valley .................................................. 46 6. Status Pernikahan Konsumen Fishing Valley ............................................ 47 7. Jumlah Keluarga Konsumen Fishing Valley .............................................. 47 8. Tingkat Pendidikan Konsumen Fishing Valley........................................... 49 9. Jenis Pekerjaan Konsumen Fishing Valley ................................................ 50 10. Tingkat pendapatan Konsumen Fishing Valley ....................................... 51 11. Karakterisktik Dominan Konsumen Fishing Valley .................................. 52 12. Tabel Motivasi Melakukan Aktivitas Memancing ..................................... 53 13. Tabel Alasan Memilih Memancing ............................................................ 55 14. Manfaat yang Dicari oleh Konsumen ....................................................... 55 15. Sumber Informasi Konsumen ................................................................... 57 16. Fokus Perhatian Konsumen ...................................................................... 58 17. Faktor Pertimbangan Memilih Fishing Valley .......................................... 60 18. Tindakan Bila Fishing Valley Tutup .......................................................... 61 19. Tindakan Bila Harga Sewa Fishing Valley Naik ...................................... 62 20. Cara Pembelian Konsumen Fishing Valley .............................................. 63 21. Frekuensi Pembelian Konsumen Fishing Valley ..................................... 64 22. Ketersediaan Waktu Konsumen Fishing Valley ....................................... 65 23. Faktor Yang Pengaruh Pembelian Konsumen Fishing Valley ................ 65 24. Tingkat Kepuasan Konsumen Fishing Valley .......................................... 67 25. Pembelian Kembali .................................................................................... 68 26. Peningkatan Frekuensi Pembelian Konsumen Fishing Valley ............... 69 27. Tahap-tahap proses pengambilan keputusan konsumen ....................... 70 28. Faktor Pembanding Fasilitas Kolam Pemancingan ................................. 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Diagram alir perilaku konsumen. .................................................................... 18 2. Diagram Alir Penelitian .................................................................................. 25 3. Struktur Organisasi Wisata Pemancingan Fishing Valley .......................... 37 4. Logo Wisata Pemancingan Fishing Valley ..................................................... 39 5. Bonus dan Hadiah Juara................................................................................ 40 6. Gambar Fasilitas Wisata Fishing Valley ......................................................... 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Denah Lokasi Wisata Pemancingan Fishing Valley ....................................... 88 2. Tata Letak (Layout) Wisata Pemancingan Fishing Valley .............................. 89 3. Daftar Responden Hasil Penelitian ................................................................ 90 4. Hasil Analisis Faktor ..................................................................................... 93
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Manusia merupakan mahluk sosial yang mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai syarat untuk tetap bertahan hidup. Menurut Abraham Maslow manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan status dan aktualisasi diri (Kotler, 1995). Dewasa ini, kebutuhan manusia dalam kehidupan modern terus berkembang salah satunya adalah kebutuhan akan hiburan atau pemuas diri. Kebutuhan tersebut dapat dikategorikan sebagai kebutuhan fisologis dan sosial. Bentuk kebutuhan tersebut beragam seperti wisata, olahraga, melakukan hobi pribadi, terapi atau tidur. Hal ini memacu perkembangan industri jasa yang bertujuan menyediakan ”alat” untuk memenuhi kebutuhan pemuas diri tersebut. Industri jasa yang muncul pun bervariasi mulai dari jasa pariwisata hingga kepada body therapy. Kota Bogor sendiri memiliki fasilitas kepariwisataan yang cukup lengkap seperti disajikan pada Tabel 1. Tingkat kunjungan wisatawan di Kota Bogor pada tahun 2003 sebanyak 1.571.465 orang terdiri dari 1.529.572 wisatawan nusantara dan 41.893 wisatawan mancanegara. Jumlah tersebut dipastikan akan meningkat seiring perkembangan perekonomian Kota Bogor tahun 2002 menunjukan pertumbuhan sebesar 5,78% meningkat menjadi 6,07% tahun 2003. dan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor tahun 2002 berdasarkan harga berlaku Rp. 3.282.218.410.000,00 pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 3.645.650.790.000,00 dengan pendapatan perkapita Rp. 4.227.462,01 pada tahun 2002 menjadi Rp. 4.605.734,59 pada tahun 2003. Sektor Lapangan Usaha yang memberikan kontribusi bagi peningkatan PDRB Kota Bogor adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 12,35%, Pertanian sebesar 0,40% Pengangkutan dan Komunikasi 10,62% Industri Pengolahan 26,44%, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,06% Perdagangan, Hotel dan Restoran 31.27%, Jasa-jasa 7,37 dan Sektor Bangunan sebesar 8,50% (Dinas Pariwisata dan Seni Kota Bogor, 2008).
2
Tabel 1. Fasilitas Pariwisata di Bogor NO
JENIS FASILITAS
JUMLAH
KETERANGAN
1.
Hotel Bintang 3
2 unit
172 kmr 282 tpt tidur
2.
Hotel Bintang 2
1 unit
44 kmr 90 tpt tidur
3.
Hotel Bintang 1
2 unit
150 kmr 209 tpt tidur
4.
Hotel Melati
34 unit
961 Kmr 1477 tpt tidur
5.
Pondok Wisata
5 unit
60 kmr 136 tpt tidur
6.
Rumah Makan
179 unit
8.780 kursi 3954 meja
7.
Bioskop
6 unit
2.598 kursi
8.
Lapangan Golf
2 lokasi
27 hole
9.
Gedung Pertemuan
3 unit
4.500 kursi
10.
Kolam Renang
11 unit
13 kolam
11.
Lapangan Tenis
11 lokasi
23 lapangan
12.
Karaoke
5 lokasi
55 meja
13.
Biliard
18 lokasi
275 meja
14.
TV Games
18 lokasi
620 mesin
15.
Kios cenderamata
15 lokasi
16.
Biro Perjalanan Wisata
14 biro
17.
Agen Perjalanan
8 agen
18.
Pramuwisata
58 orang
19.
Sanggar Seni
29 sanggar
20.
Tourist Information
1 unit
Centre Sumber : http://www.kotabogor.co.id. 18 Oktober 2008
Sektor jasa wisata dalam bidang perikanan yang ada di Bogor cukup beragam seperti kolam renang, bioskop air, akuarium raksasa, kolam pemancingan, dan lain-lain. Salah satu bentuk hobi yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah aktivitas memancing. Aktivitas ini sudah merupakan suatu yang lumrah, umum, dan tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Walaupun pada mulanya memancing adalah sebuah kegiatan yang serius, bahkan menjadi mata pencaharian bagi beberapa orang. Namun, seiring dengan perjalanan waktu tanpa meninggalkan fungsi awalnya, kini memancing merupakan sebuah alternatif hobi bagi banyak orang (Wudianto, 1999). Kolam pemancingan di Bogor sendiri merupakan salah satu industri jasa yang telah lama ada dan cukup dikenal oleh masyarakat khususnya para hobiis.
3
Aktivitas memancing adalah kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan alat pancing untuk sebuah kesenangan atau sekedar olahraga. Sebenarnya memancing sudah dikenal masyarakat dunia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Sejarah aktivitas memancing sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia. Teknik tertua yang dikenal manusia adalah dengan menggunakan tombak untuk memancing sejak 90.000 tahun SM. Penggunaan jaring ikan sudah dikenal pada 40.000 SM. Sedangkan untuk menggunakan alat pancing yang umum, baru dikenal manusia pada tahun 4000 SM melalui peninggalan-peninggalan masyarakat Mesir kuno (Pitcher, 2002). Memang pada awalnya aktivitas memancing adalah kegiatan untuk mencari makan, akan tetapi hal itu tetap menyediakan kesenangan bagi pelakunya. Memancing merupakan kegiatan yang sifatnya umum dan mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Biaya yang dikeluarkan pun bervariasi dari yang murah hingga yang sangat mahal. Pemancing bisa saja mengeluarkan biaya yang sangat murah ketika melakukan aktivitas memancing, namun ada juga yang bisa mengeluarkan dana hingga jutaan rupiah untuk sekali melakukan aktivitas memancing. Masyarakat Indonesia yang menyukai aktivitas memancing jumlahnya sangat banyak dan berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Akan tetapi di Indonesia belum ada yang melakukan survei untuk mengungkapkan berapa banyak masyarakat yang menjadikan aktivitas memancing sebagai kegemarannya (Setiawan, 2002), namun di Indonesia aktivitas memancing telah memiliki wadah resmi yang diakui pemerintah yaitu Federasi Olahraga Mancing Seluruh Indonesia atau dikenal sebagai FORMASI. Kegiatan memancing sebagai kegiatan hobi lebih dulu berkembang di perairan tawar. Hal ini disebabkan karena prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk memancing di perairan tawar relatif sederhana dibandingkan dengan di laut. Peralatan memancing di perairan tawar yang dapat diperoleh masyarakat dengan mudah serta pengetahuan akan jenis dan ukuran ikan yang menjadi target dan kondisi lingkungan yang sudah dikenal baik menjadi pertimbangan
utama
memilih
aktivitas
memancing
sebagai
hobi
bagi
masyarakat. Memancing dapat dilakukan hampir di setiap perairan umum seperti: sungai, danau, situ, waduk, rawa-rawa, empang, kolam-kolam khusus pemancingan atau bahkan di laut. Jenis ikan yang ditangkap pun sangat
4
beragam sesuai daerah dan habitat tempat dilakukannya aktivitas memancing. Pada Tabel 2 diperlihatkan beberapa jenis ikan tawar yang biasa menjadi target para pemancing. Tabel 2. Jenis-jenis Ikan Air Tawar Yang Secara Umum Menjadi Target Pemancing Kolam Pemancingan No 1
Jenis Belut
Nama Latin Fluta alba
Keterangan Hidup dirawa-rawa, sawah, sungai dan lain-lain.
2
Gabus
Ophtochepalus
sungai.
striatus 3
Gurami
Osphronemus
Clarias batrachus
Lele
Hidup di perairan umum, seperti sungai dan lain-lain. Telah dibudidayakan.
gouramy 4
Dapat ditemukan di danau, rawa, dan
Hidup dirawa-rawa, sawah, sungai dan lain-lain.
5
Mas
Cyprinus carpio
Ikan yang telah umum dibudidayakan.
6
Mujair
Tilapia mossambica
Dapat ditemukan di perairan umum tawar dan payau.
Sumber: Wudianto (1999)
Pada
masa
kini sangat
sulit
menemukan ikan di tempat
pernancingan yang masih alami seperti sungai, atau danau di pulau Jawa, karena alamnya sudah terkontaminasi limbah industri dan sudah banyak terusik oleh tangan manusia. Padahal dari tahun ke tahun animo masyarakat akan kegiatan memancing semakin besar, sebagaimana terlihat dari semakin bertambahnya jumlah anggota klub-klub yang terdaftar di Formasi, pada saat ini jumlah yang terdaftar sebanyak 15 klub tersebar di seluruh Indonesia (Formasi 1996). Aktivitas memancing merupakan bisnis yang potensial, sebagai contoh di Amerika pada tahun 2001 dari 16 persen penduduknya yang telah berusia di atas 16 tahun yang melakukan aktivitas memancing mengeluarkan biaya rata-rata mencapai 1.046 dollar atau sekitar Rp 10 juta per tahun. Di Australia pada tahun 1999 Biro Statistik Australia mencatat biaya memancing mencapai 2,9 milyar dollar Australia dari 4 juta pemancing di Australia
5
(Setiawan, 2002). Trend kegiatan memancing juga terjadi di Indonesia yang dapat dilihat semakin tingginya minat masyarakat akan kegiatan ini. Di sisi lain, lokasi kolam pernancingan alami semakin berkurang maka para pelaku bisnis terutama pemilik kolam-kolam budidaya mengembangkan usahanya menjadi usaha pemancingan (Wudianto, 1999). Para pelaku bisnis melihat hal ini sebagai suatu peluang usaha, untuk menampung animo masyarakat akan kegiatan memancing. Salah satu daerah yang memiliki banyak usaha kolam pernancingan adalah Kota Bogor. Bogor sudah lama dikenal sebagai daerah yang memiliki tempat rekreasi, dan tempat pemancingan di Bogor menjadi alternatif pilihan tempat rekreasi bagi masyarakat. Beberapa pemilik kolam budidaya di Bogor mengembangkan usahanya menjadi usaha pemancingan. Saat ini kolam pemancingan yang merupakan tempat khusus bagi para hobiis memang semakin mudah ditemui di daerah Bogor, namun hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Seni Kota Bogor dan Dinas Pariwisata dan Seni Kabupaten Bogor menyatakan bahwa belum ada data resmi
yang
mengungkapkan
mengembangkan
usahanya
berapa
banyak
kolam
budidaya
menjadi kolam pemancingan.
Data
yang kolam
pemancingan pun masih sulit didapat dikarenakan para pengelola tidak mendaftarkan kolam pemancingannya secara resmi ke Dinas Pariwisata. Pada
perkembangannya
usaha
kolam
pemancingan
mulai
bertransformasi menjadi usaha wisata pemancingan. Wisata pemancingan memiliki nilai lebih yang tidak terdapat pada usaha kolam pemancingan sederhana, yaitu: fasilitas pemasakan ikan yang telah ditangkap, fasilitas tempat yang lebih sejuk, restoran, gazebo untuk keluarga dan kelompok dan fasilitas hiburan tambahan seperti outbond, perahu kayuh, mainan anak dan lain-lain. Wisata pemancingan menghadirkan warna baru dalam aktivitas memancing, di mana memancing tidak hanya sekedar duduk dan menunggu hingga ikan tertangkap, dan memancing bukan lagi hanya kegiatan hobi individual dalam keluarga. Wisata pemancingan menghadirkan konsep memancing yang nyaman dan bersifat kekeluargaan. Para hobiis memancing dapat menjalankan aktivitas hobinya dengan nyaman melalui fasilitas tempat yang luas berudara sejuk dan dapat membawa pulang hasil pancingannya, baik dalam keadan hidup atau sudah dimasak (goreng atau bakar). Para pemancing dapat membawa keluarga dan saudara untuk menikmati fasilitas pemancingan keluarga dan fasilitas hiburan tambahan lainnya.
6
Usaha wisata pemancingan kini semakin banyak digunakan oleh pelaku bisnis pemancingan di Indonesia, baik yang telah memiliki usaha kolam pemancingan sebelumnya maupun yang berencana untuk mengembangkan usaha kolam budidayanya. seperti di kolam pemancingan Mentari di daerah Puncak, wisata pemancingan Lembah Gunung Kujang di Subang dan beberapa kolam pemancingan di daerah lainnya yang mulai mengembangkan usahanya. Menurut pengamatan peneliti, usaha kolam pemancingan yang menggunakan konsep wisata pancing di Bogor hanya Fishing Valley. Tingkat pengunjung Fishing Valley dapat menggambarkan bahwa usaha wisata pemancingan di Bogor dapat terus berkembang pada saat kolam pemancingan sedehana mengalami penurunan pengunjung seperti dilihat pada Tabel 3. Hal ini menunjukkan bahwa usaha wisata pemancingan mampu menggeser pasar kolam pemancingan sederhana di Bogor. Tabel 3. Data Jumlah Pengunjung Beberapa Kolam Pemancingan di Bogor Nama Jumlah pemancing (orang) Pemancingan
2006
2007
2008
Mahoni
3200
3000
2300
Lagena
3300
3000
2600
Djamhur Mas
3500
3200
3000
Tirta Mas
1500
900
750
Alam Asri
1300
700
400
600
200
150
7480
8840
10400
Waskita Fishing Valley
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Pengelola Masing-masing Pemancingan
Wisata Pemancingan Fishing Valley sebagai leader dalam usaha kolam pemancingan di Bogor memiliki karakteristik konsumen yang bervariasi dalam berbagai aspek seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, status keluarga, tempat tinggal dan usia. Perbedaaan tersebut akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula dalam mengambil keputusan pembelian. Usaha jasa ini merupakan usaha yang menjadikan pelayanan kepada konsumen (pemancing) sebagai alat untuk menjaga keberlangsungan usahanya, maka pengelola selalu berupaya untuk membuat konsumennya senang akan tempat pemancingan tersebut. Oleh karena itu penting untuk diteliti karakterisktik masyarakat yang menjadi konsumen utama usaha ini dan perilaku konsumen
7
utama tersebut dalam melakukan keputusan pembelian di wisata pemancingan Fishing Valley sehingga dapat dibentuk strategi pemasaran jasa yang sesuai untuk mengembangkan dan mempertahankan usaha ini sebagai market leader dalam bisnis kolam pemancingan serta menjadikan wisata pemancingan sebagai salah satu sektor pariwisata yang dapat diperhitungkan di Bogor. 1.2 Perumusan Masalah Fishing Valley merupakan usaha wisata pemancingan di kawasan Bogor yang memiliki jumlah pelanggan yang tinggi dan lahan luas sebagai potensi
pengembangan
usahanya.
Usaha
jasa
hiburan
Fishing
Valley
memberikan konsep baru yang segar bagi kolam pemancingan di kota Bogor dengan cara memberikan semua kebutuhan konsumen akan hiburan di kolam pemancingan. Fasilitas yang ditawarkan sangat lengkap mulai dari pilihan kolam hingga service setelah ikan ditangkap. Fishing Valley juga memiliki lokasi yang strategis dengan pemandangan yang indah dan asri serta udara yang segar sehingga memberikan suasana yang nyaman bagi konsumen. Fishing Valley memberikan semua yang diinginkan konsumen baik komunitas hobi memancing ataupun konsumen awam terhadap suatu kolam pemancingan dengan konsep ”wisata pemancingan”. Fishing Valley terletak di Jalan Pemda Raya No.107 Bogor. Usaha ini menawarkan fasilitas yang lebih lengkap dibanding kolam pemancingan lainnya seperti kolam mancing anak, kolam mancing harian untuk pribadi, cafe, gazebo, mushola, live music dan tempat parkir yang luas sehingga memberikan suasana nyaman dan sangat tepat bagi konsumen yang ingin mencari hiburan untuk melepas penat setelah lama beraktivitas. Berdasarkan wawancara dengan pengelola, tujuan Fishing Valley adalah memanjakan konsumen dengan cara menyediakan tempat di mana konsumen dapat berekreasi bersama keluarga dengan
pemandangan
Gunung
Salak
dan
lembah
alam
asri
yang
mengelilinginya. Konsumen dapat bebas memancing dan bermain diiringi dengan alunan seruling sunda dan gemericik air, serta santapan tradisonal Indonesia sambil lesehan di saung yang berada di atas air sehingga memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi konsumennya. Berdasarkan
hasil
wawancara
terhadap
pengelola
kolam
pemancingan dan pengamatan peneliti sendiri, konsumen Fishing Valley meningkat 15 persen tiap tahunnya dengan jumlah pengunjung rata-rata per
8
minggu mencapai 200 orang. Konsumen yang datang ke Fishing Valley berasal tidak hanya berasal dari dalam daerah Bogor sendiri tetapi juga dari luar Bogor dengan proporsi 70 persen dari dalam dan 30 persen dari luar daerah Bogor. Menurut pengelola, konsumen rata-rata berusia 25 tahun dengan proporsi jumlah pendapatan 80 persen menengah ke bawah dan 20 persen menengah ke atas. Fishing Valley menggunakan sistem pemancingan Galatama. Sistem Galatama merupakan pengembangan dari sistem kiloan dan sewa lapak di mana biaya dibebankan kepada pemancing sesuai dengan sesi waktu yang digunakan dan ikan yang terpancing akan ditimbang nantinya bila akan dibawa atau dimasak. Fishing Valley membebankan biaya sebesar Rp150.000,00 per 3 jam dan Rp8.000,00 per kilo ikan yang ditangkap. Menurut pengelola, sistem galatama digunakan karena lebih memberikan keleluasaan bagi pemancing dan memberikan tantangan lebih dengan adanya juara di akhir sesi. Fishing Valley merupakan usaha kolam pemancingan pertama di Bogor yang menggunakan konsep wisata pemancingan. Usaha ini terus tumbuh dan bertahan ketika usaha kolam pemancingan sederhana lainnya mengalami penurunan yang cukup siginifikan. Usaha kolam pemancingan sebagai usaha jasa sangat tergantung pada kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Konsumen yang dimaksud adalah para penggemar aktivitas memancing yang berkunjung ke kolam pemancingan. Kelompok konsumen tersebut bersifat heterogen karena terdiri dari konsumen dengan berbagai latar belakang pekerjaan, pendapatan dan tingkat pendidikan. Konsumen merupakan faktor utama dalam bisnis industri jasa ini. Karakteristik konsumen yang heterogen akan menyebabkan proses pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif pilihan, pembelian dan evaluasi hasil yang berbeda pula. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam faktor pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi lain, keluarga dan situasi), faktor perbedaan pribadi (sumber daya konsumen, motivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi) dan faktor psikologis (pengolahan infomasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku). Karena itu, setiap kelompok konsumen akan memiliki perilaku keputusan pembelian yang berbeda-beda untuk setiap produk jasa yang berbeda sehingga dibutuhkan perlakuan yang berbeda pula bagi pelaku memasarkan jasanya.
usaha untuk
9
Unsur usaha jasa tidak hanya terdiri dari harga, bentuk jasa, tempat penawaran, promosi tetapi juga people, physic dan proses. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur terpenting yang menggambarkan bagaimana jasa diserahkan kepada konsumen. Sikap, keramahan dan pengetahuan karyawan menentukan apakah penyerahan jasa kepada konsumen sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Harapan konsumen sebelum mencoba harus sesuai dengan apa yang didapatkannya selama berada di tempat wisata. Harapan tersebut dipengaruh oleh perilaku konsumen yang berbeda-beda dalam mengambil keputusan pembelian. Konsumen yang terpenuhi harapannya akan merasa puas dan akan datang kembali dan merekomendasikannya kepada orang lain. Usaha penyewaan kolam pemancingan tergolong sebagai usaha jasa, sehingga keputusan terakhir hanya di tangan konsumen sedangkan pengelola kolam hanya menawarkan jasanya dengan pelayanan yang baik. Pengetahuan mengenai perilaku konsumen terdiri atas karakteristik konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan cara konsumen menentukan pembelian yaitu:
Cara konsumen mengenal kebutuhan dengan manfaat, motivasi dan stimulus tertentu.
Cara mencari informasi dan fokus perhatiannya.
Faktor-faktor yang dievaluasi konsumen dalam menentukan alternatif pilihan dan cara mengevaluasi situasi yang berubah.
Cara konsumen melakukan pembelian, frekuensi dan waktunya.
Evaluasi harapan kepuasan konsumen dan komitmennya terhadap usaha. Hal-hal tersebut merupakan hal yang perlu untuk diketahui pelaku
bisnis agar dapat terus bertahan dan memajukan bisnis ini. Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai perilaku konsumen dalam memilih, mengkonsumsi, dan menilai tempat pemancingan sebagai alternatif tujuan rekreasinya. Hal ini penting bagi pengelola dalam upaya memahami perilaku konsumen pada tiaptiap tahap dan pengaruh yang apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Selain itu dengan mengenali dan mengetahui karakteristik konsumen yang heterogen membuat upaya pencapaian tujuan yang dilakukan pengelola kolam pemancingan dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
10
Berdasarkan alasan tersebut perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana karakteristik konsumen di wisata pemancingan Fishing Valley? 2) Bagaimana proses pengambilan keputusan memilih untuk memancing ikan di wisata pemancingan Fishing Valley? 3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan memancing ikan di wisata pemancingan Fishing Valley?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
Mengidentifikasi karakteristik konsumen wisata pemancingan Fishing Valley.
2)
Menganalisis proses keputusan memancing ikan di wisata pemancingan Fishing Valley.
3)
Menganalisis faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan memancing di wisata pemancingan Fishing Valley.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak pengelola kolam pemancingan wisata pemancingan Fishing Valley dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan menyusun strategi pemasaran jasanya. 2. Bagi peneliti sebagai wadah latihan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan merupakan proses pembelajaran yang berharga. 3. Sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang ingin mempelajari dan mendalami teori perilaku dan sikap konsumen. 4. Sebagai sumbangan data dan informasi di dunia Perikanan Indonesia khususnya dalam mempelajari perilaku konsumsi masyarakat Indonesia.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemancingan Secara Umum Pengertian kolam pemancingan menurut Dinas Pariwisata dan Seni Kota Bogor yang sekarang telah berubah nama menjadi Informasi Data Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor tertuang dalam peraturan Daerah Kota
Bogor
Nomor
8
Tahun
2004
tentang
penyelenggaraan
usaha
kepariwisataan, yaitu tempat usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memancing. Usaha Kolam pemancingan air tawar muncul untuk menampung orang-orang yang memiliki hobi memancing, yang kemudian ditangkap para pebisnis dengan menyewakan kolam pemancingan. Ukuran besarnya biaya sewa tegantung pada beberapa hal seperti jumlah ikan yang diisikan ke dalam kolam, kelengkapan fasilitas, kenyamanan yang tersedia, lama waktu (durasi) memancing, dan lain-lain. Wudianto (1999) menyebutkan ada beberapa sistem penyewaan kolam yang umum saat ini, antara lain: a. Sistem sewa lapak Lapak adalah tempat pijakan pada saat memancing. Dalam sewa lapak ini pemancing menyewa tempat kolam pemancingan yang telah diisi ikan oleh pengelola kolam sesuai permintaan konsumen untuk periode waktu tertentu. b. Sistem borong kolam Dalam sistem ini pemancing menyewa kolam sendiri atau bersama-sama untuk periode waktu tertentu. Lama waktu, jumlah, dan jenis ikan yang diisikan ke dalam kolam sesuai dengan kesepakatan antara pemancing dan pengelola kolam. c. Sistem kiloan Beban biaya yang dibebankan dalam sistem ini oleh pengelola kepada pemancing tergantung pada jumlah ikan yang tertangkap dan sesuai harga yang telah disepakati sebelumnya. Usaha kolam pemancingan di daerah Kota Bogor umumnya mengunakan kombinasi dari ketiga sistem kolam di atas sebagai salah satu bentuk pelayanannya kepada konsumen. Sistem pemancingan Galatama merupakan salah satu bentuk perkembangan dari kombinasi sistem yang ada. Pada sistem ini pemancing membayar biaya keikutsertaan untuk setiap sesi memancing dimana biaya ini termasuk dalam sewa lapak, umpan dasar dan administrasi.
12
Pemancing dengan berat tangkapan terberat di akhir sesi akan menjadi juara dan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar jumlah biaya administrasi yang terkumpul pada sesi tersebut. Alat tangkap yang digunakan oleh pemancing yang melakukan aktivitas memancing di kolam pemancingan biasanya terdiri dari satu unit pancing yang terdiri dari joran (rod), gulungan (reel), tali pancing (lines), dan mata pancing. Namun dalam kenyataannya bisa terdiri dari beberapa bagian saja, misalnya tali dan mata pancing, gulungan, tali dan mata pancing, atau joran, tali dan mata pancing. Wudianto (1999) menjelaskan peralatan yang biasa dipakai para pemancing antara lain: a. Joran (rod) Bentuk joran umumnya besar di bagian pangkal, kemudian mengecil pada bagian ujung. Umumnya panjang joran tidak lebih dari 4 m. Bahan yang digunakan untuk membuat joran bisa berbagai macam, mulai dari yang sederhana yaitu kayu atau bambu sampai dengan yang mahal yang berasal dari fiberglass, yang penting bahan yang digunakan memiliki kelenturan dan tidak mudah patah. Joran membantu pemancing untuk menghasilkan arah lemparan yang baik. b. Gulungan (reel) Gulungan merupakan tempat untuk menggulung tali agar tidak kusut dan lebih mudah penggunaanya. Bahan yang digunakan juga berbagai macam seperti kayu, bambu, atau plastik. Pada joran yang modern gulungan sudah menyatu menjadi MW unit dan terbuat dan stainless atau kuningan. Pada umumnya gulungan mampu menampung tali Pancing sepanjang puluhan meter, bahkan sekarang telah ada gulungan yang mampu menampung tali pancing sepanjang ratusan meter. Pada gulungan modern pada sisi dekat pemutar dilengkapi dengan sistem pengunci. Sistem pengunci ini memiliki pengatur yang mampu mengatur tali pancing ketika ditarik oleh ikan, sehingga kemungkinan tali pancing putus semakin kecil. c. Tali pancing (lines) Pada awalnya pemancing menggunakan tali pancing dari bahan serat alami seperti serat kulit goni, serat daun nanas, dan sebagainya. Tali dari bahan tersebut mutunya jelek karena kurang kuat, mudah kusut dan kurang praktis sehingga hanya cocok digunakan untuk ikan-ikan berukuran kecil. Namun pada saat ini telah dibuat tali pancing dari bahan sintetis, tali ini lebih populer
13
dengan sebutan tali nilon. Tali ini berwarna bening transparan dan mempunyai beberapa ukuran. d. Mata Pancing (hook) Mata pancing merupakan bagian paling penting dari satu unit pancing. Tanpa adanya mata pancing, mustahil aktivitas memancing dapat dilakukan. Ada dua jenis mata pancing, yaitu mata pancing yang dilengkapi dengan pengait dan tanpa pengait. Mata pancing yang dilengkapi pengait umumnya digunakan untuk aktivitas memancing yang bersifat olahraga dan hobi. 2.2 Jasa Jasa memiliki beberapa definisi yang bervariasi menurut beberapa pakar. Menurut Phillip Kotler, jasa adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk fisik (Kotler,1995). Definisi jasa menurut Adrian Payne adalah aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau rnanfaat) intangible yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan dalam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik (Kotler,1995). Definisi jasa menurut Christian Gronross adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan". Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan kerapkali terjadi dalam jasa, sekalipun pihak-pihak yang terlibat mungkin tidak menyadarinya. Selain itu, dimungkinkan ada situasi di mana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi langsung dengan perusahaan jasa (Kotler,1995). 2.3 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan
14
dilakukan. Perilaku konsumen ditentukan atau dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individual, dan proses psikologis. Budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi, adalah faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh pada perilaku proses keputusan konsumen. Kotler (1995) menyatakan, bahwa budaya mempunyai pengaruh yang paling meluas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Individu mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui proses sosialisasi. Budaya antara lain menentukan apa, kapan, di mana, dan dengan siapa kita makan. Budaya bersama dengan unsur-unsur lain dari lingkungan, memberi dampak pada semua tahap pengambilan keputusan konsumen. Pekerjaan merupakan salah satu indikator kelas sosial (Engel et al., 1994). Seseorang dipandang tinggi atau rendah pekerjaannya sesuai dengan kelas sosialnya, dan orang yang berada dalam kelas sosial yang sama akan cenderung untuk berperilaku serupa (Kotler, 1995). Perilaku konsumen juga kerap dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, atau teman seprofesi. Disamping itu, perilaku konsumen juga dapat berubah ketika situasi berubah (Engel et al., 1994). Perbedaan individu dalam hal sumberdaya, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perilaku pembelian atau konsumsi merupakan pengaktifan kebutuhan oleh motivasi konsumen berkaitan dengan manfaat yang diharapkan, baik manfaat utilitarian ataupun hedonik. Keputusan konsumen mengenai produk juga sangat dipengaruhi oleh sumberdaya ekonomi (pendapatan) yang dimiliki. Faktor demografi seperti usia, jenis
kelamin,
pendapatan,
dan
kecenderungan perilaku konsumen
pendidikan,
dapat
mempengaruhi
yang berada
pada
masing-masing
kelompok demografi (Engel et al., 1994). Proses psikologis seperti bagaimana orang menerima, mengolah, dan mengerti
komunikasi
pemasaran,
serta
proses
dimana
pengalaman
menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan/atau perilaku, dapat diteliti untuk memahami perilaku konsumen (Engel et al., 1994). Salah satu faktor psikologis yang utama adalah persepsi. Persepsi merupakan proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukanmasukan informasi yang terdiri atas stimuli pemasaran dan stimuli lingkungan (Assael, 1995) untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
15
Persepsi tidak hanya tergantung kepada stimuli fisik, melainkan juga pada lingkungan sekitar dan keadaan individu (Kotler, 1995). Siklus hidup keluarga merupakan gambaran yang tahap hidup seseorang yang mempengaruhi perilakunya dalam mengkonsumsi barang dan jasa (Kotler, 1995). Tahap tersebut terdiri dari 1. Bujangan Muda, tidak tinggal bersama orang tua, sedikit beban keuangan. Pelopor opini mode busana. Beorinentasi rekreasi. Membeli alat-alat dapur dasar, furniture, mobil, perlengkapan untuk mencari pasanagan. 2. Pasangan yang baru menikah Muda, tidak meiliki anak, memiliki itngkat pengeluaran dan rata-rata banyaknya barang yang dibeli tertinggi untuk barang-barang tahan lama. Sangat terpengaruh merk. 3. Sarang penuh 1 Anak bungsu berumur di bawah 6 tahun. Pembelian untuk keperluan rumah tangga berada di titik puncak. Likuiditas aktiva rendah. Tertarik pada produkproduk baru yang diklankan. 4. Sarang penuh 2 Anak remaja. Kurang terpengaruh oleh iklan. Membeli barang dalam kemasan yang lebih besar dan jumlah yang lebih banyak. Membeli banyak makanan, bahan-bahan pembersih, sepeda dan les keterampilan. 5. Sarang penuh 3 Pasangan suami tua dengan anak yang belum mandiri. Posisi keuangan masih baik. Beberapa anak sudah berkerja. Sukar dipengaruhi iklan. Tingkat pembelian tinggi untuk barang-barang tahan lama. 6. Sarang kosong 1 Pasangan suami istri tua. Tidak ada anak yang tinggal bersama. Kepala rumah tangga masih berkerja. Harta keluarga berada di titik puncak. Tertari pada rekreasi dan pendidikan swakarsa. Memberikan hadiah dan sumbangan. Tidak tertariik pada produk baru. 7. Sarang kosong 2 Pasangan suami istri tua. Tidak ada anak yang tinggal bersama. Kepala rumah tangga sudah pensiun. Penghasilan menurun drastis. Berdiam di rumah. Membeli alat kesehatan dan produk kesehatan.
16
8. Hidup Sendiri Dalam angkatan kerja. Penghasilan masih baik namun ada kemungkinan penjualan rumah. 9. Hidup sendiri dan pensiun Pensiun. Penhasilan turun drastis. Kebutuan khusus akan perhatian, kasih sayang dan kemaman 2.4 Proses Keputusan Pembelian Konsumen memiliki cara yang berbeda-beda dalam membeli suatu produk. Tahapan yang dilalui konsumen dalam proses keputusan pembelian adalah:
pengenalan
kebutuhan,
pencarian
informasi,
evaluasi
alternatif,
pembelian, dan hasil (Engel et al., 1994). Proses keputusan konsumen menurut Engel et al. (1995) dimulai ketika konsumen merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual sehingga membangkitkan dan mengaktifkan kebutuhan. Tingkat perbedaan atau ketidaksesuaian tersebut berada di atas ambang, sehingga kebutuhan pun dikenali. Timbulnya kebutuhan dapat dipicu oleh stimuli intern, yaitu kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar, haus, dan lain-lainnya. Selain itu, kebutuhan dapat juga berasal dari stimuli ekstern. Pengenalan dari sebuah kebutuhan tidak lantas menghasilkan suatu tindakan. Menurut Engel et al. (1995) Hal ini akan dipengaruhi oleh beberapa faktor pemicu. Pertama kebutuhan yang dikenal harus cukup penting dan faktor kedua adalah konsumen harus percaya bahwa solusi bagi kebutuhan tersebut ada dalam batas kemampuan seperti jika pemenuhan kebutuhan berada di luar sumber daya ekonomi, maka tindakan tidak akan mungkin dilakukan. Segera setelah konsumen tergerak oleh
suatu stimuli,
maka
kemungkinan ia akan berusaha untuk lebih banyak mencari informasi. Konsumen mendapatkan informasi melalui pencarian internal, yaitu informasi yang disimpan di dalarn ingatan, atau pencarian ekstemal dari lingkungan. Pencarian eksternal dijalankan apabila pencarian internal tidak berhasil. Menurut Kotler (1995), seberapa giat pencarian informasi itu tergantung kepada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang telah dimiliki, kemudahan memperoleh informasi tambahan, penilaian terhadap informasi tambahan, dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian informasi yang
17
dilakukan oleh konsumen yakni faktor situasi, produk eceran, dan faktor konsumen antara lain pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap, serta karakteristik demografi (Hidayat 2005), namun menurut Sumarwan (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian informasi yang ekstensif antara lain faktor risiko produk, karakteristik, konsumen, dan faktor situasi. Menurut Setiadi (2003), sumber-sumber informasi
utama
yang
menjadi
acuan
pertimbangan
konsumen
dapat
diketompokkan kedalam empat kelompok adalah: 1) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2) Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan. 3) Sumber publik: media massa, organisasi konsumen pemeringkat. 4) Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian produk. Tahap selanjutnya konsumen melakukan evaluasi alternatif pilihan. Evaluasi alternatif adalah proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini konsumen harus menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, menilai kinerja dari altematif yang dipertimbangkan, serta memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir. Penentuan kriteria evaluasi tertentu yang akan digunakan oleh konsumen bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan (Engel et al., 1995). Kriteria tersebut bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif konsumen. Tahap selanjutnya dalam proses keputusan pembelian adalah proses pembelian. Menurut Engel et al. (1995) pembelian adalah fungsi dari dua determinan yaitu niat dan pengaruh lingkungan dan/atau perbedaan individu. Niat dapat
dikategorikan
menjadi
dua
yaitu
apabila
niat
pembelian
sudah
direncanakan sebelumnya maka niat ini dimasukkan dalam niat kategori 1. Namun apabila niat pembelian muncul tiba-tiba ketika melihat suatu produk dan tidak terencana walaupun hanya keputusan penentuan merek di toko atau mall masuk ketegori 2. Sumarwan (2003) memasukkan hal seperti disebutkan di atas ke dalam kategori pembelian yang separuh terencana. Dalam tahap pembelian konsumen harus mengambil tiga keputusan: 1) kapan membeli; 2) dimana membeli; dan 3) bagaimana membayar. Tahap kelima atau terakhir adalah konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih telah memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah
18
digunakan. Penilaian ini menghasilkan kepuasan atau ketidakpuasan yang akan berpengaruh terhadap pembelian berikutnya. Apabila seorang konsumen puas maka terdapat kemungkinan ia akan membeli kembali produk kembali atau akan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya rasa ketidakpuasan akan mendorong seorang konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi produk tersebut. Kepuasan merupakan evaluasi pasca konsumsi bahwa alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Sebaliknya ketidakpuasan adalah harapan yang diteguhkan secara negatif. Sikap yang
ditunjukkan
oleh
konsumen
pasca
pembelian
akan
langsung
mempengaruhi niat pembelian masa datang, perilaku lisan, atau perilaku keluhan (Engel et al., 1995). Menurut Kotler (1995), konsumen tidak selalu melalui kelima tahap tersebut dalam membeli suatu produk, terutama dalam pembelian dengan keterlibatan rendah seperti dengan kebanyakan barang yang murah dan sering dibeli. Namun untuk pembelian baru dengan keterlibatan tinggi, umumnya konsumen melalui semua tahap dalam proses pembelian tersebut. Proses Psikologis
Lingkungan
Kebutuhan konsumen akan hiburan Pencarian Informasi Evaluasi terhadap Alternatif Pilihan Pembelian Hasil
Perilaku Konsumen Gambar 1. Diagram alir perilaku konsumen. Sumber: Kotler (1995)
Perbedaan Individu
19
2.5 Sikap dan Perilaku Menurut Engel et al., 1995, melalui tindakan-tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap, yang pada gilirannya akan pula mempengaruhi perilakunya. Kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimilki sesorang tentang sesuatu yang didasari atas pengetahuan, pendapat dan keyakinan nyata. Sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap sesuatu obyek atau gagasan. Sikap akan menempatkan seseorang dalam satu pikiran untuk menyukai
atau
tidak
menyukai
sesuatu,
bergerak
mendekatinya
atau
menjauhinya. Informasi yang dimasukkan orang lain ke dalam pemikiran seseorang, anggap saja misalnya seorang manajer kepada bawahannya, dapat mengubah sikap bawahan atau menggerakkannya untuk melakukan suatu tindakan. Sang manajer perlu mendapatkan respon kognitif, afektif dan perilaku dari bawahan tersebut. Respon kognitif, afektif dan perilaku erat kaitannya dengan lima tahap pengambilan keputusan seseorang. Respon kognitif di mana seseorang berada dalam tahap mempelajari, yaitu tahap mengenal masalah dan tahap mencari informasi-informasi yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah tersebut. Selanjutnya seseorang kan berusaha mencari alternatif-alternatif terbaik sebagai pilihan untuk memecahkan masalah tadi. Tahapan ini disebut sebagai tahapan afektif. Setelah alternatif dipilih, orang itu akan menggunakannya untuk bertindak. Jika tindakannya sesuai dengan apa yang dikehendaki, ia akan menggunakan cara ini untuk kejadian berikutnya atau sebaliknya, ia akan memilih alternatif lain karena pilihannya ternyta tidak sesuai. Kedua tindakan ini termasuk dalam respon perilaku. 2.6 Analisis Faktor Analisis faktor merupakan metode analisis yang melihat seluruh hubungan
inter-dependent
antar
variabel
sehingga
akan
menghasil
pengelompokan atau tepatnya abstraction dari banyak variabel menjadi hanya beberapa variabel baru atau faktor sehingga dapat lebih mudah dikelola (Santoso, 2004). Misalkan terdapat gugus peubah X1, X2,...,Xp dengan masing-masing n pengamatan maka model faktornya dapat ditulis sebagai berikut:
20
X= λ f + e ………………………………………………………………(1) dengan: X = Vektor pengamatan berdimensi P, X' = ( X1,X2,....Xp ) F = Vektor bukan pengamatan yang disebut faktor bersama berdimensi q, F = (f1,f2,…………fp) e = Vektor bukan pengamatan yang disebut faktor unik berdimensi p, e' = (e1,e2,.........ep) λ = Matriks konstanta yang tidak diketahui disebut faktor loading berukuran p x q Teknik Statistik untuk melakukan Analisis Faktor adalah: 1. Bartlett’s Test of Sphericity; uji statistik untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi dalam populasi. 2. Matriks Korelasi 3. Communality; jumlah varian yang disumbangkan oleh variabel terhadap seluruh variabel lainnya. 4. Eigenvalue; jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. Hanya eigenvalue > 1 yang dapat dimasukkan ke model. 5. Scree plot; plot dari eigenvalue sebagai sumbu vertikal dan banyaknya faktor sebagai sumbu datar; untuk menentukan banyaknya faktor yang dapat ditarik (factor extraction). Analisis Faktor dapat digunakan dalam berbagai bidang termasuk bidang pemasaran dan perilaku konsumen. Keunggulan analisis faktor dalam bidang pemasaran dan perilaku konsumen adalah: 1. Atribut subjektif dan obyektif dapat digunakan. 2. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi dimensi tersembunyi atau membangun dimensi yang tidak terlihat secara jelas saat menggunakan direct analysis. 3. Mudah digunakan, murah dan akurat. 4. Berdasarkan input langsung dari konsumen. 5. Fleksibel dalam hal penggunaan dan penamaan dimensi. Sedangkan kelemahan analisis faktor dalam bidang ini adalah: 1. Efektivitas tergantung pada kemampuan peneliti dalam menentukan atribut-atribut yang lengkap dan akurat untuk diteliti. 2. Penentuan faktor yang ditemukan cukup sulit karena dapat berkorelasi
21
tinggi dengan beberap faktor lainnya. 3. Jika variabel yang diteliti tidak berhubungan sepenuhnya, analisis faktor tidak dapat menghasilkan pola jawaban yang bermakna. 4. Jika sekelompok variabel memiliki kemiripan yang dekat tetapi berbeda jauh dengan kelompok lainnya analisis faktor akan mengelompokkannya sebagai satu faktor sehingga hanya teori yang dapat membantu peneliti untuk menjelaskan faktor apa yang dihasilkan dari analisis tersebut. 2.7 Skala Likert Menurut Simamora (2004) Skala Likert, yang juga disebut summatedratings scale, merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam
riset
pemasaran.
Skala
ini
memungkinkan
responden
untuk
mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi. Pilihan jawaban yang digunakan pada penelitian ini adalah lima buah pilihan. Menurut Nazir (2003), prosedur dalam membuat skala Likert adalah sebagai berikut. 1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevan dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai. 2. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti. 3. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi atau tidak menyukainya. Respon tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberikan skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban "setuju" atau "tidak setuju" disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun. 4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan skor dari masing-masing item dari individu tersebut. 5. Respons dianalisi untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya,
22
respon responden pada upper 25 persen dan lower 25 persern dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukan beda yang nyata, apakah masuk ke dalam skor tinggi atau rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan. 2.8 Kajian Penelitian Terdahulu Hidayat (2005) melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian ikan kaleng di Kota Bogor. Dalam penelitiannya Hidayat melihat perilaku konsumen dari proses keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh faktor rasa, keamanan, dalam mengkonsumsi, praktis
dan
mudah
diperoleh.
Berdasarkan
hasil
perhitungan,
Hidayat
memperoleh lima faktor teratas dari sebelas faktor yang diteliti yakni: rasa, keamanan dalam mengkonsumsi, praktis, mudah diperoleh dan kemasan. Aznur (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor dalam proses pengambilan keputusan pembelian di restoran tradisional, dengan studi kasus di restoran Saung Mirah II, kota Bogor. Dalam penelitiannya, Aznur menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen di Restoran Saung Mirah II. Faktor-faktor yang paling dominan terdiri dari variabel budaya/status sosial, saudara, teman/kenalan dan pekerjaan. Di dalam penelitiannya, Aznur juga memberikan rekomendasi strategi bauran pemasaran yang dihasilkan dari penelitian ini bagi pihak restoran, yaitu strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi. Pangastuti (2006) melakukan penelitian mengenai analisis faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan lokasi pembelian dan sikap konsumen terhadap atribut daging sapi segar. Penelitiannya dilakukan di pasar tradisional dan pasar swalayan dengan studi kasus di pasar tradisional Depok Jaya dan pasar swalayan Alfa Depok. Penelitian dilakukan di tingkat konsumen rumah tangga dengan tujuan mengkaji keragaan konsumsi, keragaan penyediaan dan tingkat
pengetahuan
konsumen
dan
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keputusan lokasi pembelian serta bagaimana sikap konsumen terhadap atribut daging sapi. Dari hasil penelitian Pangastuti diketahui bahwa keragaan konsumsi daging sapi segar konsumen rumah tangga di pasar swalayan lebih baik dari pada di pasar tradisionai dengan faktor-faktor yang
23
secara
signifikan
mempengaruhi
adalah
pendapatan,
pendidikan,
umur
responden dan frekuensi pembelian. Diniharyani
(2007)
melakukan
penelitian
mengenai
pengambilan keputusan pembelian dan preferensi konsumen
proses
wisata alam
dengan studi kasus di Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor. Dalam penelitiannya, Diniharyani menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen di Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor. Faktor-faktor yang paling dominan terdiri dari variabel budaya/status sosial, saudara, pendapatan, suasana lokasi dan akses ke lokasi. Lenny (2007) melakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu pelayanan kolam pemancingan dengan studi kasus di kolam pemancingan Nila Kenana Kecamatan Sukambe Kabupaten Subang. Dalam penelitiannya, Lenny menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen di kolam pemancingan Nila Kenana. Faktor-faktor yang paling dominan terdiri dari variabel teman, pendapatan, pekerjaan dan lingkungan.
Di dalam penelitiannya, Lenny juga
memberikan rekomendasi strategi bauran pemasaran yang dihasilkan dari penelitian ini bagi pihak restoran, yaitu strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi. Jika
dibandingkan
dengan
hasil-hasil penelitian diatas maka
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Namun yang membedakan adalah penelitian ini tidak fokus kepada salah satu tempat atau jenis produk tertentu melainkan kepada konsumen wisata pemancingan di daerah Bogor, sehingga penelitian dilakukan pada satu-satunya tempat yang menggunakan konsep wisata pemancingan yang diharapkan mampu memberi gambaran secara umum tentang konsumen wisata pemancingan di daerah Bogor.
24
III. KERANGKA PENDEKATAN PENELITIAN
Konsumen akan berusaha memuaskan kebutuhan atau keinginannya dengan produk yang dapat memberikan manfaat tertentu yang dicarinya. Sebelum sampai kepada tindakan pembelian, konsumen terlebih dahulu melalui proses pengambilan keputusan. Secara umum, tahap-tahap dalam proses
pengambilan
keputusan
tersebut
adalah
pengenalan
kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil. Faktor utama yang mempengaruhi
perilaku
konsumen
adalah
faktor
lingkungan,
perbedaan
individual, serta proses psikologis (Engel et al., 1994). Ketiga faktor ini tentu akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap tiap-tiap individu konsumen. Setelah semua tahap proses pengambilan keputusan dan pembelian dilakukan maka konsumen akan menilai apakah harapannya akan obyek yang dibeli sudah tepenuhi atau belum. Penilaian konsumen akan dinyatakan berupa respon terhadap obyek yang dibelinya menyetujui atau menolaknya. Fishing Valley merupakan kolam pemancingan terbesar di Kota Bogor yang menyajikan konsep “wisata pemancingan” memiliki konsumen yang sangat beraneka ragam; suku bangsa, agama, pekerjaan, usia, tingkat pendidikan, selera, dan sebagainya. Memperhatikan kecenderungan yang terjadi di pasar akan sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam bisnis kolam pemancingan (pengusaha kolam pemacingan, pemodal, dan pemasok). Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat penggunaan jasa kolam pemancingan oleh konsumen, akan membantu pemasaran produk secara tepat. Penelitian difokuskan kepada bagaimana perilaku konsumen kolam pemancingan di wisata pemancingan Fishing Valley dengan adanya pengaruh dari faktor lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis, karena menurut Engel (1994) apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen tercermin pada perilaku konsumen di pasar. Kemudian mengukur nilai perilaku konsumen terhadap produk tersebut. Secara diagram, kerangka pendekatan studi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
25
Kebutuhan
Hiburan/Rekreasi Masyarakat
Wisata Pemancingan Fishing Valley
Konsumen Usaha Jasa
Karakteristik Konsumen (usia, status pernikahan, penidikan, pekerjaan, pendapatan)
Perbedaan Individu
Pengaruh Lingkungan
Proses Psikologis
Proses Keputusan Pembelian - pengenalan kebutuhan - pencarian informasi - evaluasi alternatif -pembelian - evaluasi hasil
Perilaku Konsumen Wisata Pemancingan Fishing Valley
Informasi Strategi Pemasaran Jasa
Keterangan : ……………. : Ruang lingkup penelitian Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Alternatif hiburan lainnya
26
IV. METODOLOGI
4.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus atau studi kasus, yaitu penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 2003). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Studi kasus mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mendukung studi-studi yang besar di kemudian hari. Studi kasus dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan (Nazir 2003). Satuan
kasus dalam penelitian
ini
adalah
konsumen
kolam
pemancingan di wisata pemancingan Fishing Valley, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dihimpun berupa data primer yang diperoleh melalui
wawancara
dan
pengisian
kuesioner
oleh
konsumen
kolam
pemancingan, wawancara dengan pihak pengelola wisata pemancingan Fishing Valley dan juga hasil pengamatan. Selain data primer, dihimpun juga data sekunder yang berfungsi sebagai pelengkap dan pendukung data primer dari Kantor Dinas Pariwisata dan Seni Kota Bogor, Kantor Dinas Pariwisata dan Seni Kabupaten Bogor, wawancara dengan pengelola kolam pemancingan sederhana, hasil-hasil penelitian, buku-buku dan berbagai literatur yang relevan dengan topik penelitian. Jenis pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner bersifat semi terbuka, artinya responden yang terpilih dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner sesuai alternatif piiihan pertanyaan akan tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. Pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden, proses keputusan pembelian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun data sekunder yang dikumpulkan meliputi data pendukung yang didapat dari dinas terkait seperti kantor Kecamatan, Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor,
27
serta data penelitian sebelumnya dan dari literatur yang diperoleh melalui sumber informasi yang berhubungan dengan topik penelitian.
4.3 Metode Pengambilan Contoh Pengambilan responden menggunakan metode purposive sampling (Supranto, 1977). Alasan penggunaan tersebut adalah mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu konsumen kolam pemancingan di wisata pemancingan. Hal ini dilakukan karena tidak seluruh konsumen Fishing Valley menggunakan jasa wisata pemancingan sehingga dapat meningkatkan kemungkian bias hasil penelitian. Responden dipilih dengan pertimbangan yaitu orang dewasa yang dapat membuat keputusan sendiri, mempunyai pendapatan untuk dibelanjakan, sudah pernah menggunakan jasa wisata pemancingan dan setiap rombongan hanya diambil satu responden. Pemilihan Fishing Valley sebagai tempat dilakukannya studi kasus penelitian dengan alasan sebagai berikut:
Jumlah pengunjung yang tinggi dibandingkan kolam pemancingan lainnya di Kota Bogor (200 pengunjung per minggunya).
Memiliki lokasi yang strategis yaitu di Jalan Raya Pemda Bogor sehingga mudah dicapai oleh pengunjung.
Memiliki lahan usaha yang luas sehingga memiliki potensi daya tampung pengunjung yang besar.
Merupakan tempat pertama di Kota Bogor yang menggunakan konsep wisata pancing sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian mengenai perilaku konsumen di Fishing Valley merupakan
penelitian deskriptif-korelational. Sampel atau responden yang direncanakan akan diambil pada penelitian mengenai perilaku konsumen di Fishing Valley oleh peneliti adalah sebesar 50 sampel. Jumlah ini digunakan sesuai dengan metode Gray (Umar, 2003) di mana jumlah minimum sampel untuk metode deskriptif-korelational adalah 30 subyek. 4.4 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam mengolah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini berupa analisis kualitatif berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif beruapa analisis faktor.
28
4.4.1 Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif digunakan untuk data kualitatif yang disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi sederhana seperti tabel, diagram, dan grafik. Data-data tersebut terdiri dari data mengenai karakteristik konsumen dan proses keputusan memancing ikan di kolam pemancingan. Karakteristik konsumen meliputi usia, tempat tinggal, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Sedangkan proses keputusan pembelian meliputi proses pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, tahap pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. 4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Simamora (2004) merumuskan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Pengujiaan validitas pada penelitian ini menggunakan metode Corrected Total Item Corelation. Perhitungan validitas dengan metode Corrected Total Item Corelation rnenggunakan paket program komputer SPSS (Statistical Program for Social Science) 17.0 for windows. Hasil perhitungan setiap variabel akan dibandingkan dengan r label product momen, jika r hitung > r tabel maka variabel tersebut valid. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keandalan kuisioner (Simamora 2004). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode Alpha-Cronbach. Menurut Santoso (2006) apabila nilai r hitung yang diwakili oleh nilai alpha bernilai positif serta lebih besar dari nilai r tabel yakni rt(α;df), maka instrumen penelitian tersebut reliabel. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha υ sampai dengan 1. Perhitungan reliabilitas dengan Alpha-Cronbach menggunakan paket program komputer SPSS (Statistical Program for Social Science) 17.0 for windows. Menurut Santoso (2006), jika angka Alpha-Cronbach lebih besar dari 0.7, dapat dikatakan bahwa kuisioner tersebut reliabel. 4.4.3 Analisis Faktor Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan memancing ikan di wisata pemancingan di Fishing Valley. Proses analisis faktor mencoba mencari
29
hubungan antar sejumlah variabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Singgih dalam Soumokil 2005). Variabel awal yang
diteliti
meliputi
variabel-variabel
yang
dipertimbangkan
dapat
menginterpretasikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan memancing di kolam pemancingan. Variabel-variabel tersebut ditentukan berdasarkan teori perilaku konsumen yang menerangkan mengenai variabei-variabel yang menginterpretasikan perbedaan individu, pengaruh lingkungan dan psikologis. Selain itu, variabel-variabel tersebut ditentukan berdasarkan referensi dari penelitian terdahulu mengenai perilaku konsumen. Variabel-variabel yang dianalisis terdiri dari:
Pengaruh lingkungan X1 = keluarga X2 = teman X3 =lingkungan kerja X4 = fasilitas X5 = harga sewa X6 = tempat parkir X7 = jarak, X8 = akes ke lokasi X9 = cuaca X10= keramaian
Pengaruh Pribadi X11 = waktu X12 = pendapatan X13 = pekerjaan X14 = status pernikahan X15 = umur X16 = gaya hidup X17 = pendidikan .
Psikologis X18 = perasaan hati X19 = tekanan pikiran (stress) X20 = perasaan nyaman di kolam pemancingan X21 = motivasi
30
X22 = persepsi Variabel-variabel tersebut dianalisis menggunakan program SPSS versi 17 for windows. Melalui program SPSS menunjukkan hasil pengolahan variabel-variabel tersebut setelah diuji dengan Bartlett's test of sphericity serta pengukuran MSA (Measure of-Sampling Adequacy). Pengujian ini dilakukan karena hasil analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel. Oleh karena itu, seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel berkorelasi lemah dengan variabel-variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Hipotesis untuk signifikansi Bartletss's Test adalah : Ho = Variabel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut. H1= Variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut. Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan): Angka Signifikan > 0,05 maka Ho diterima Angka Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak Angka MSA berkisar dari 0 sampai 1, dengan kriteria : MSA = 1, Variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. MSA > 0.5, Variabel masih dapat diprediksi lebih lanjut MSA < 0.5, Variabel tidak dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut (variabel dikeluarkan) Setelah
jumlah
variabel
terpilih,
dilakukan
ekstrasi
variabel
menggunakan metode Principal Component yang menghasilkan 7 komponen utama dengan eigenvalue lebih besar dari satu Nilai eigenvalue merupakan jumlah optimal komponen utama yang terbentuk. Menurut Kaiser’s Rule komponen utama dengan nilai eigenvalue terbesar merupakan komponen dengan jumlah total variance explained terbesar sehingga dapat komponen utama yang dipilih dalam penelitian ini adalah komponen 1. Tahap berikutnya adalah mengelola nilai loading factors dari masingmasing variabel dalam komponen utama dan kemudian dilakukan proses rotasi guna memperjelas perbedaan sehingga komponen-komponen utama yang terbentuk tidak berkorelasi (Santoso, 2004). Setelah rotasi dilakukan, dilakukan rangking terhadap variabel dengan batas minimun nilai loading factors ≥ 0,5. Kemudian dilakukan perbandingan setiap variabel dalam ketujuh komponen
31
untuk mengeluarkan variabel yang memiliki nilai loading factors ≥ 0,5 pada lebih dari satu komponen sehingga dihasilkan 6 faktor utama yang tidak berkorelasi. Alat analisis ini dipilih dengan pertimbangan bahwa keunggulan analisis faktor adalah dapat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diduga mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga setiap variabel yang ada harus diperhatikan. Selain itu melalui analisis faktor, manajemen dapat menerapkan skala prioritas dalam mengambil kebijakan. Variabel yang dijadikan data masukan dalam analisis faktor diperoleh dari tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan pemikiran peneliti. 4.5 Konsep dan Pengukuran 1. Konsumen adalah orang yang sedang mengunjungi dan memancing ikan sehingga terkena biaya sewa sesuai kesepakatan dengan pengelola wisata pemancingan Fishing Valley. 2. Responden adalah konsumen terpilih yang memancing di lokasi kolam pemancingan. 3. Kolam pemancingan adalah kolam khusus yang digunakan sebagai pengganti tempat alami untuk kegiatan memancing ikan air tawar, biasanya diisikan ikan sesuai permintaan para pemancing. 4. Lapak adalah tempat atau daerah yang disediakan oleh pengelola kolam untuk tempat memancing. 5. Karakterisitik konsumen adalah kesimpulan tentang data diri konsumen yang diambil dari keseluruhan responden. Karakteristik konsumen diukur melalui variabei usia, alamat tempat tinggal, pendapatan, pendidikan, dan status pernikahan. 6. Usia responden adalah umur responden yang dinyatakan dalam tahun, dihitung sejak responden lahir hingga saat dilakukan wawancara. 7. Alamat responden adalah alamat tempat tinggal terakhir responden ketika dilakukan wawancara. 8. Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden yang menjadi sumber pendapatan responden, jenis dinyatakan sesuai jawaban yang diberikan oleh responden. 9. Pendapatan konsumen adalah jumlah rata-rata uang atau upah yang diterima oleh responden atas pekerjaan yang dilakukan setiap bulannya dan dinyatakan dalam satuan rupiah
32
10. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir atau yang sedang ditempuh oleh responden terhitung sampai dilakukannya wawancara. 11. Status perkawinan adalah identitas responden yang berkaitan dengan ikatan pernikahan responden ketika diadakan wawancara. 12. Pengenalan
kebutuhan
adalah
tahap
awal
proses
pengambilan
keputusan yang dilihat melalui motivasi responden, alasan memilih dan manfaat utama yang dicari responden. 13. Pencarian informasi adalah tahap kedua proses pengambilan keputusan pada penelitian ini dilihat melalui sumber informasi dan fokus perhatian utama. 14. Evaluasi alternatif adalah tahapan ketiga proses pengambilan keputusan dinilai melalui hal yang menjadi pertimbangan responden dan tindakan yang diambil ketika menghadapi masalah. 15. Proses pembelian adalah tahap keempat, pada tahap ini dilihat cara responden memutuskan, pihak yang mempengaruhi dan frekuensi yang dilakukan. 16. Evaluasi pasca pembelian adalah tahap terakhir yang diukur melalui rasa kepuasan setelah mengkonsumsi dan tindakan yang diambil selanjutnya. 17. Harga sewa adalah jumlah rupiah yang harus dibayarkan pemancing sesuai jumlah ikan (Kg) yang diceburkan ke kolam sebagai target. Harga disesuaikan harga ikan di pasaran pada saat itu. 18. Manfaat adalah suatu kegunaan atau faedah yang didapatkan responden bila melakukan aktivitas memancing. 19. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi proses pengambilan keputusan terdiri dari 22 variabel awal yang dikelompokkan kedalam faktor lingkungan, perbedaan individu dan psikologis. 20. Keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan sedarah atau tali perkawinan dan tinggal dalam satu lokasi dengan responden 21. Teman adalah orang-orang yang di sekitar responden yang memberi pengaruh dalam pengambilan keputusan. 22. Waktu adalah sumberdaya yang dimiliki responden dan diperlukan dalam proses memancing, dinyatakan dalam hari. 23. Waktu luang adalah sumberdaya yang dimilki responden di luar kegiatan rutinitas responden.
33
24. Gaya hidup adalah pola dimana seorang responden menghabiskan uang, waktu dan perhatian yang dimiliki. Diukur melalui ada atau tidaknya sumberdaya
milik
konsumen
yang
khusus
dipergunakan
untuk
memancing seperti uang simpanan dan waktu khusus. 25. Kegiatan
terencana
adalah
kegiatan
yang
sudah
dipersiapkan
sebelumnya, dapat dilihat melalui ada tidaknya persiapan khusus sebelum melakukan kegiatan memancing. 26. Kemudahan mencapai lokasi (akses) ditunjukkan dengan sulit tidaknya responden mencapai lokasi kolam pemancingan. Diukur dengan banyaknya petunjuk jalan, angkutan umum, kondisi jalan dan hal lainnya untuk mencapai lokasi. 27. Perasaan hati adalah perasaan yang biasa dirasakan oleh responden setelah berinteraksi dengan orang lain (senang, gembira, marah, kecewa dan lain-lainnya. 28. Tekaman pikiran adalah perasaan yang timbul akibat banyak tidaknya pikiran yang dialami oleh responden berkaitan dengan pekerjaan mereka (stress, atau tidak stress) 29. Perasaan nyaman di kolam pemancingan adalah perasaan yang timbul setelah merasakan pelayanan di kolam pemancingan (nyaman atau tidak nyaman). 30. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong responden untuk melakukan kegiatan memancing di kolam pemancingan 31. Persepsi adalah gambaran atau penilaian responden yang diberikan kepada kolam pemancingan (bagus atau tidak bagus). 4.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di wisata pancing Fishing Valley yang terletak di Jalan Raya Pemda Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2009.
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Wisata Pemancingan Fishing Valley 5.1.1 Gambaran Umum Wisata Pemancingan Fishing Valley merupakan usaha agrowisata yang menawarkan konsep pemancingan dan wisata keluarga dengan fasilitas yang lengkap. Fishing Valley merupakan wisata pemancingan terbesar di Bogor yang dibangun pada lahan seluas 3,5 hektar. Fasilitas-fasilitas wisata yang ditawarkan oleh Fishing Valley berbeda dengan kolam pemancingan yang pada umumnya telah ada di Bogor karena selain dilengkapi dengan fasilitas wisata kolam pemancingan, Fishing Valley juga dilengkapi dengan restoran dan arena bermain. Selain itu, Wisata Pemancingan Fishing Valley hadir dengan rajikan konsep keindahan panorama alam, suasana lembah yang asri, kesejukan udara, suasana yang nyaman dan alami di tengah kolam-kolam pancingan. Konsep wisata pemancingan yang ditawarkan oleh Fishing Valley tergolong unik dan kreatif karena menyatukan tujuan rekreasi mancing, makan dan main dalam satu lokasi agrowisata. Fishing Valley yang terletak di Jalan Pemda Raya Nomor 107 Bogor memiliki lokasi usaha yang cukup strategis. Lokasi usaha Fishing Valley ini berdekatan dengan wilayah Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor dan berbatasan dengan Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Selain itu, Fishing Valley yang juga ditunjang oleh potensi daerah yang baik dengan kondisi udara yang sejuk dan lokasinya yang strategis menjadikan Wisata Pemancingan Fishing Valley ini menjadi salah satu alternatif pilihan konsumen dari wilayah sekitar Jabodetabek untuk menyalurkan hobi memancing dan wisata keluarga. Denah lokasi Fishing Valley dapat dilihat pada lampiran 1. Keberadaan Wisata Pemancingan Fishing Valley sebagai obyek agrowisata perikanan ditunjang oleh ketersediaan kolam-kolam pemancingan yang terdiri dari beberapa sistem pemancingan, restoran yang disajikan dalam bentuk cafe dan serta arena bermain dalam konsep wisata alam. Sebagai obyek wisata pemancingan dan rekreasi keluarga yang dapat dinikmati oleh konsumen setiap hari terutama pada hari-hari libur, Fishing Valley dibuka setiap hari dengan jadwal Senin-Minggu mulai pukul 10.00 - 21.00 WIB dan tetap buka pada hari libur.
35
5.1.2 Sejarah Lahan usaha seluas 3,5 hektar dibeli pada tahun 1982 oleh Bapak Joseph Hartoyo yang merupakan pemilik (owner) Wisata Mancing Fishing Valley. Lahan ini merupakan lahan bekas penambangan pasir dan batu dari Sungai Ciliwung yang tidak digunakan lagi karena sudah tidak ada lagi pasir dan batu yang bisa diangkat. Lahan ini sudah ditinggalkan masyarakat sejak lama dan menjadi kebun alami sebelum dibeli sehingga berharga murah pada masa itu. Pembelian lahan tersebut dimaksudkan untuk investasi jangka panjang. Sebelum didirikan lahan usaha, Bapak Joseph mempercayakan kepada beberapa orang masyarakat sekitar untuk mengelola lahan tersebut yang hanya dijadikan sebagai kebun. Beberapa tahun kemudian pada lahan tersebut dibangun kolam-kolam kecil oleh Bapak Joseph untuk usaha pembesaran ikan. Usaha pembesaran ikan tersebut dimaksudkan untuk menjual ikan konsumsi. Perluasan usaha pada masa itu disesuaikan dengan pembukaan aliran Sungai Ciliwung untuk irigasi beberapa sawah dan kebun di daerah Kabupaten Bogor. Bapak Joseph melihat hal tersebut sebagai suatu kesempatan untuk memperluas usaha karena mengingat pada tahun 1990an tidak banyak kolam budidaya ikan konsumsi di daerah Bogor Utara dan Kabupaten Bogor. Pendirian dan pembangunan Wisata Mancing
Fishing Valley
dilakukan atas ide bersama antara Bapak Ramly dan Bapak Joseph. Bapak Ramly merupakan karyawan kepercayaan yang bekerja pada perusahaan kontraktor milik Bapak Joseph. Pada tahun 1998 tercapai kesepakatan dan kerjasama antara Bapak Joseph dan Bapak Ramly mengenai pengembangan usaha dari usaha pembesaran dan konsumsi menjadi usaha wisata mancing. Perencanaan dan pembangunan wisata pemancingan pada lahan usaha tersebut dimulai pada tahun 1998. Pembangunan usaha tersebut dilakukan secara bertahap dengan membangun kolam pemancingan galatama dan restoran pada tahap awal. Pembangunan saung di atas kolam ikan didasarkan pada keinginan pengunjung dan dilakukan secara bertahap setelah perusahaan beroperasi. Pada 15 Agustus 2005 wisata pemancingan yang diberi nama Fishing Valley ini mulai beroperasi. Pengelolaan usaha dipercayakan oleh pemilik kepada Bapak Ramly sebagai manajer operasional Fishing Valley. Pada pekembangannya, Fishing Valley terus mengalami perluasan lahan usaha dengan penambahan 0,5 hektare ke arah barat yang difungsikan sebagai taman bermain anak dan 1 hektare ke arah selatan sebagai tempat
36
outbond. Menurut Bapak Ramly, saat ini Fishing Valley sedang merencanakan perluasan tahap berikutnya dengan membeli tanah seluas 0,5 hektare ke arah utara yang dimiliki oleh pendopo “Alam” untuk digunakan sebagai kolam pemacingan galatama tambahan dan perluasan gazebo restoran. Fishing Valley terus berusaha mengembangkan usaha sesuai dengan visinya untuk menjadi wisata pemancingan sekaligus wisata keluarga terbesar dan terlengkap di Bogor. 5.1.3 Visi dan Misi Pernyataan
visi
memberikan
dasar
untuk
mengembangkan
pernyataan misi yang komprehensif. Pernyataan misi merupakan pernyataan jangka panjang tujuan perusahaan dan menggambarkan nilai dan prioritas dari suatu usaha. Keunikan konsep Wisata Mancing Fishing Valley sebagai wisata pemancingan, wisata keluarga harus tercermin dalam pernyataan visi dan misi. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer operasional Fishing Valley, usaha ini memiliki visi “Menjadi wisata pemancingan sekaligus wisata keluarga
terbesar
dan
terlengkap
di
Bogor”.
Sedangkan
misi Wisata
Pemancingan Fishing Valley adalah: 1. Membangkitkan keberadaan usaha wisata pemancingan keluarga di Bogor. 2. Menciptakan kepuasan konsumen melalui produk dan pelayanan yang berkualitas. 3. Menguatkan tujuan utama perusahaan melalui pengembangan dan pemeliharaan fasilitas-fasilitas wisata yang ditawarkan. 4. Melakukan promosi secara berkala ke media massa maupun elektronik untuk membangun citra perusahaan yang dikenal masyarakat luas. 5.1.4 Struktur Organisasi Wisata Mancing Fishing Valley tidak memiliki struktur organisasi yang secara jelas dan resmi. Struktur organisasi dapat tergambar melalui pembagian kerja yang berlaku di Fishing Valley. Pembagian kerja yang berlaku di berdasarkan hasil wawancara dengan manajer operasional Fishing Valley cukup sederhana dan telah berfungsi dengan baik. Owner atau Pemilik bertugas menganalisis
laporan
bulanan,
berupa
tabulasi
data
pemasukan
dan
pengeluaran serta menerima saran dari Manajer Operasional untuk kemudian menentukan pilihan dalam mengembangkan usahanya. Manajer Operasional
37
memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur jalannya usaha dan manajerial karyawannya. Struktur organisasi Fishing Valley secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3. Pemilik Fishing Valley
Manajer Operasional Karyawan Restoran (24 Orang)
Karyawan Pemancingan (6 Orang)
Karyawan Permainan (10 Orang)
Koordinator Keamanan (1 Orang)
Caddy (70 Orang)
Bagian Kebersihan (3 Orang)
Bagian Parkir (3 Orang)
Satpam (3 Orang)
Gambar 3. Struktur Organisasi Wisata Pemancingan Fishing Valley Sumber : Manajer Operasional Fishing Valley
Pemilik
dalam
strutur
organisasi
Fishing
Valley
memiliki
kekuasaan tertinggi. Manajer Operasional memiliki kedudukan di bawah pemilik dan mengepalai secara langsung karyawan dan bagian lain yang berada di bawahnya. Jumlah total karyawan Fishing Valley adalah sebanyak 120 orang yang terdiri atas karyawan tetap 47 orang dan karyawan lepas sebanyak 73 orang. Karyawan lepas dalam struktur organisasi ini adalah caddy (70 orang) dan bagian parkir (3 orang). Caddy tidak memiliki jadwal masuk dan jam kerja yang tetap. Gaji caddy tidak ditentukan oleh Fishing Valley tetapi ditentukan melalui negosiasi dengan pemancing yang ingin mengunakan jasanya. Menurut manajer operasional, seluruh pemancing di Fishing Valley menggunakan
jasa
caddy dalam melakukan
kegiatannya.
Berdasarkan
wawancara dengan beberapa caddy yang ada saat melakukan penelitian, honor caddy berkisar antara Rp20.000,00 – Rp35.000,00 per sesi mancing (@3 jam) dengan bonus bila penyewa menjadi juara pada sesi tersebut sebesar 30-40 persen hadiah (umumnya Rp600.000,00 – Rp1.000.000,00). Bagian parkir hanya berkerja pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur lainnya dengan jam kerja yang tidak ditentukan. Gaji bagian parkir tidak ditentukan oleh Fishing Valley melainkan melalui kesukarelaan pemilik kendaraan untuk membayar parkir (@ Rp1.000,00). Rata-rata tingkat pendidikan caddy dan bagian parkir di Fishing Valley adalah SD atau tidak bersekolah. Karyawan tetap dalam struktur organisasi Fishing Valley terdiri atas
38
karyawan restoran (24 orang), karyawan pemancingan (6 orang), karyawan permainan (10 orang), koordinator keamanan (1 orang), bagian kebersihan (3 orang) dan satpam (3 orang). Karyawan tetap memiliki jam kerja pukul 9.0022.00 WIB dengan jadwal masuk kerja setiap hari. Berdasarkan informasi dari manajer operasional, gaji karyawan tetap di Fishing Valley berkisar Rp300.000-Rp1.000.000. Detail gaji tiap bagian tidak diketahui karena manajer operasional tidak bersedia untuk menerangkan lebih lanjut mengenai skema pembagian gaji di Fishing Valley. Satpam di Fishing Valley memiliki jam kerja pukul 20.00-07.00 WIB pada hari Senin hingga Jumat dan 24 jam pada hari Sabtu dan Minggu. Tugas utama satpam adalah jaga malam sehingga
tidak terjadi tindakan pencurian di malam hari. Rata-rata tingkat
pendidikan karyawan tetap di Fishing Valley adalah SMP.
5.1.5 Slogan dan Logo Slogan dapat menimbulkan kepercayaan konsumen akan prestasi dan kinerja suatu perusahaan. Wisata Pemancingan Fishing Valley memiliki slogan
yaitu
'Mancing
jadi Seru!!".
Slogan tersebut
bermaksud
untuk
menciptakan image di benak konsumen bahwa Fishing Valley merupakan obyek wisata mancing yang menjadikan aktifitas memancing lebih dari sekedar memancing dan sangat seru untuk tujuan melepaskan kejenuhan dan memanfaatkan waktu luang. Logo adalah bagian merek yang biasa dikenal dan tak terucapkan, misalnya simbol rancangan atau warna dan huruf yang berbeda dengan yang lainnya. Meningkatkan image perusahaan dapat dilakukan melalui desain kreatif dari sebuah logo yang menggunakan nama perusahaan sehingga dapat menjadi media pengenalan merek oleh konsumen sebagai wujud identitas dan ciri perusahaan. Logo Fishing Valley berupa logo bulat berwarna merah dan di dalamnya terdapat gambar ikan yang berada dalam air. Dalam logo tersebut juga terdapat nama perusahaan yaitu Fishing Valley dan fasilitas wisata yang ditawarkan yang mencakup pemancingan dan restoran. Fasilitas arena bermain tidak tercantum dalam logo tersebut. Makna dari logo tersebut adalah bahwa adanya harapan dari pemilik agar usaha Wisata Pemancingan Fishing Valley ini dapat berjalan dan berkembang secara terus menerus seperti lingkaran. Gambar ikan yang berada dalam air menunjukkan bahwa ikan yang berkualitas adalah produk utama yang ditawarkan di perusahaan baik untuk pemancingan maupun
39
restoran. Sedangkan warna merah menunjukkan bahwa wisata mancing ini memiliki keberanian untuk melayani dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Logo Wisata Pemacingan Fishing Valley dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Logo Wisata Pemancingan Fishing Valley Sumber : http://www.fishingvalley.net
5.1.6 Fasilitas Wisata Fishing Valley merupakan wisata mancing yang menawarkan konsep wisata yang cukup unik dan kreatif. Wisata Mancing Fishing Valley yang merupakan wisata mancing terbesar dan terlengkap di Bogor dilengkapi dengan fasilitas utama dan fasilitas pelengkap sebagai suatu kesatuan fasilitas wisata. Fishing Valley juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang usaha sebagai kesatuan tempat wisata. Produk utama dari Fishing Valley adalah jasa pemancingan dengan menyediakan kolam-kolam pemancingan untuk berbagi sistem pemancingan. Fasilitas pelengkap di Fishing Valley terdiri dari restoran dan arena bermain. Kesatuan fasilitas wisata baik fasilitas utama maupun pelengkap didukung oleh tersedianya fasilitas penunjang yang tersedia di tempat wisata. Layout fasilitas wisata pemancingan Fishing Valley dapat dilihat pada lampiran 2. a. Fasilitas Utama Fishing Valley merupakan usaha jasa agrowisata yang bergerak dalam sektor perikanan sehingga mengutamakan wisata memancing bagi konsumennya. Wisata Pemancingan Fishing Valley mempunyai beberapa kolam pemancingan sebagai fasilitas utama yang disajikan di lokasi usaha. Sistem pemancingan yang tersedia di Fishing Valley terdiri dari sistem pemancingan kiloan, borongan dan galatama.
40
Kolam Pemancingan Galatama merupakan kolam utama dan jantung usaha Wisata Pemacingan Fishing Valley. Galatama di Fishing Valley menggunakan sesi waktu sebesar 3 jam dengan harga tiket Rp100.000,00 Rp200.000,00 per sesinya. Kolam pemancingan ini dibuka hampir setiap hari dengan jadwal sebagai berikut :
Hari Senin dan Kamis; Galatama sistem Paket dibuka pukul 18.00-21.00 WIB dengan harga tiket Rp100.000,00.
Hari Selasa, Jumat, dan Sabtu; Galatama sistem umum (biasa) dibuka pukul 15.00-21.00 WIB dengan harga tiket Rp150.000,00.
Hari Minggu; Galatama sistem umum (biasa) dibuka pukul 10.00-21.00 WIB dengan harga tiket Rp150.000,00 – Rp200.000,00
Hari Rabu; Pemancingan diliburkan dengan maksud perawatan ikan dan kolam. Kolam Borongan hanya digunakan bila terdapat penyewa berupa
rombongan dalam jumlah besar (>50 orang) dan kolam harus dipesan tiga hari sebelumnya. Kolam Kiloan dalam kawasan Fishing Valley hanya digunakan sebagai pelengkap restoran dalam bentuk saung dimana konsumen yang makan di saung dapat melakukan aktivitas hiburan memancing ikan dan dapat langsung dimasak atau dibawa pulang. Harga per kilo ikan yang ditangkap adalah sebesar Rp8000,00. Daftar Bonus dan Hadiah Juara yang dapat diperoleh oleh pemancing dapat lihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bonus dan Hadiah Juara Sumber : Data Primer b. Fasilitas Pelengkap
41
Konsep wisata mancing dan rekreasi keluarga di Fishing Valley ini di lengkapi dengan fasilitas restoran dan arena bermain. Fasilitas pelengkap ini dibangun untuk membangun image Fishing Valley yang tidak hanya hadir sebagai wisata mancing tetapi juga sebagai wisata keluarga yang dapat memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan wisata konsumennya dalam satu lokasi. Restoran yang terdapat di Fishing Valley hadir dengan menu-menu makanan dan minuman yang bervariasi dengan menu ikan sebagai menu utama yang ditawarkan. Restoran disajikan dalam bentuk cafe dan saung. Konsumen dapat menikmati makan sambil memancing di kolam kiloan pada saung-saung yang bangun di atas kolam ikan. Untuk menghibur pengunjung yang menikmati makan di restoran sambil memancing, di Fishing Valley tersedia fasilitas live music yang ada pada hari Sabtu, Minggu dan libur. Pengunjung juga dapat memberikan makan pada ikan-ikan di kolam khusus dengan makanan ikan yang dijual di restoran. Selain restoran, Fishing Valley juga menyediakan fasilitas bermain baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Fasilitas bermain yang terdpatt di Fishing Valley terdiri dari fasilitas outbound (flying fox, shaking bridge, wall climbing, spider web dan kids playground), bom-bom boat, giant mow ball, horse ridding, motor cross anak, dan motor ATV (motor cross roda empat). c. Fasilitas Penunjang Obyek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya. Sarana dan fasilitas yang yang dimiliki Fishing Valley terdiri dari pintu gerbang yang ditandai oleh patung ikan besar dan baliho yang mencirikan keberadaan lokasi Fishing Valley. Dalam lokasi Fishing Valley terdapat gapura berbentuk teko wit unik untuk menuju lokasi outbound. Areal parkir yang tersedia cukup luas yang dimaksudkan agar dapat menampung kendaraan konsumen baik mobil maupun motor terutama saat terjadi lonjakan pengunjung pada hari sabtu, minggu, dan hari libur. Kenyamanan lokasi juga didukung oleh kondisi jalan dalam kawasan Wisata Mancing Fishing Valley yang merupakan jalan permanen (semen). Fishing Valley juga dilengkapi dengan toilet yang menyebar di dalam lokasi wisata dan tempat ibadah (musholla). Untuk mendukung aktifitas para pemancing, perusahaan menyediakan penjualan umpan ikan dalam berbagai jenis dan penyewaan alat-alat pancing. Bentuk
42
fisik fasilitas wisata yang ada di Wisata Pemancingan Fishing Valley dapat dilihat pada Gambar 6.
43
Gambar 6. Gambar Fasilitas Wisata Fishing Valley Sumber : Data Primer
5.2 Karakteristik Konsumen Wisata Pemancingan Fishing Valley 5.2.1 Jenis Kelamin Dari penyebaran 50 kuesioner yang dilakukan kepada konsumen kolam pemancingan yang dapat dilihat pada lampiran 3, didapatkan bahwa seluruh konsumen kolam pemancingan di wisata pemacingan Fishing Valley merupakan laki-laki dewasa (100%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. Dominasi kaum laki-laki di kolam pemancingan merupakan suatu hal yang umum dikarenakan kegiatan ini lebih dahulu dikenal sebagai aktivitas kaum laki-laki. Dalam sejarah memancing, kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mencari bahan makanan sehari-hari yang umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki dan berkembang menjadi kegiatan hiburan atau olahraga bagi para pelakunya. Para pemancing laki-laki umumnya datang dalam satu grup berjumlah 3-5 orang. Para pemancing tersebut ada yang membawa keluarganya masing-masing (istri dan anak) dan ada juga yang tidak. Pemancing laki-laki yang memancing di Fishing Valley umumnya datang dengan membawa persiapan yang lengkap seperti alat pancing pribadi dan campuran umpan dasar sendiri. Tabel 4. Jenis Kelamin Konsumen Fishing Valley Jenis Kelamin Jumlah (orang) Laki-laki 50 Perempuan 0 Total 50
Persentase (%) 100 0 100
Sumber: Data Primer
Pemancing perempuan dalam pengambilan kuesioner penelitian tidak ditemukan (0%). Perempuan dalam penelitian ini ternyata tidak termasuk dalam konsumen kolam pemancingan wisata pemancingan Fishing Valley. Kaum perempuan dalam kawasan wisata Fishing Valley umumnya datang karena diajak oleh suami dan pacar. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang perempuan di dalam kawasan Fishing Valley alasan tidak melakukan kegiatan memancing karena tidak tertarik sebanyak 18 orang (60%), tidak mengerti 8 orang (26,67%), dan bukan kegiatan perempuan 4 orang (13,33%). Hal ini menunjukan bahwa minat kaum perempuan terhadap kegiatan memancing masih sangat kecil atau hampir tidak ada sehingga tidak menjadi target kolam pemancingan.
44
Menurut
Kotler
(1995),
perbedaan
jenis
kelamin
memiliki
pengaruh terhadap cara konsumen menentukan keputusan pembelian. Pria dan wanita pada dasarnya memiliki peran yang berbeda dalam lingkungan masyarakat dan rumah tangga. Walaupun peran kedua tipe gender ini pada perkembangannya dari masa-masa mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti peran wanita yang berubah menjadi pencari nafkah dan peran pria yang berubah menjadi lebih feminin seperti mengurus rumah tangga (memasak, mencuci, dsb). Perubahan peran terjadi akibat pengaruh perkembangan lingkungan sosial dan budaya. Hal ini mengakibatkan perbedaan ini peran dan pria dan wanita pada masa menjadi tidak signifikan. Pada
kasus
kegiatan
memancing
di
kolam
pemancingan
perbedaan peran pria dan wanita pada konsumen terlihat berbeda secara signifikan. Perubahan peran yang dirasakan pada masa ini tidak terjadi pada kegiatan memancing di kolam pemancingan. Hal ini terlihat pada jumlah keseluruhan pemancing adalah pria (100%) dan respon dari konsumen wanita di dalam Fishing Valley yang tidak melakukan kegiatan memancing adalah tidak tertarik, tidak mengerti dan bukan kegiatan perempuan. 5.2.2 Usia Sebaran
usia
konsumen
kolam
pemancingan
wisata
pemancingan Fishing Valley cukup beragam dengan usia 20-26 tahun sebanyak 8 orang (16%), usia 27-33 tahun sebanyak 15 orang (30%), usia 33-40 tahun sebanyak 15 orang (30%), usia 41-47 tahun sebanyak 5 orang (10%), usia 48-54 tahun sebanyak 6 orang (12%) dan usia lebih dari 62-69 tahun sebanyak 1 orang (2%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Usia Konsumen Fishing Valley Usia (tahun) Jumlah (orang) 20-26 8 27-33 15 34-40 15 41-47 5 48-54 6 >54 1 Total 50 Sumber: Data Primer
Persentase (%) 16 30 30 10 12 2 100
45
Usia merupakan salah satu faktor pribadi yang mempengaruhi keputusan pembelian seseorang. Usia merupakan gambaran dari tahap siklus
hidup
keluarga
yang
menggambarkan
perkembangan
mental
kehidupan seseorang. Engel (1995) menyatakan setiap tahap siklus hidup memiliki perilaku yang berbeda dalam menentukan keputusan pembelian. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan posisi keuangan, perhatian terhadap kualitas dan kuantitas alat pemenuhan kebutuhan dan perbedaan terhadap status dalam jenjang kehidupannya. Konsumen kolam pemancingan Fishing Valley secara umum didominasi oleh kelompok umur 27-40 tahun yaitu sebesar 60 %. Menurut Engel (1995), kelompok umur tersebut berada dalam tahap sarang penuh I dan sarang penuh II. Pada tahap tersebut konsumen pada umumnya memiliki posisi keuangan yang baik, sukar dipengaruhi oleh iklan, memiliki anak-anak dalah tahap remaja hingga dewasa dan memiliki tingkat pembelian yang tinggi serta perhatian yang tinggi akan kualitas alat pemenuhan
kebutuhan
hidupnya
termasuk
jasa
hiburan.
Konsumen
kelompok umur 27-40 tahun pada wisata pemancingan Fishing Valley jika dilihat dari tahap tersebut merupakan konsumen potensial utama dari usaha ini. Berdasarkan hasil wawancara, responden berpendapat bahwa pada umumnya umur tidak berpengaruh pada kegiatan memancing. Menurut responden kegiatan memancing merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang baik tua maupun muda. Pertambahan umur tidak akan mengurangi minat terhadap kegiatan memancing di kolam pemancingan. Responden dalam penelitian ini sebagian besar telah memiliki pengalaman memancing sekitar 5-10 tahun. Responden termuda dalam penelitian ini berumur 20 tahun dan yang tertua berumur 65 tahun. 5.2.3 Tempat Tinggal Sebaran tempat tinggal konsumen kolam pemancingan wisata pemancingan Fishing Valley terdiri atas asal Kota Bogor sebanyak 20 orang (40%), asal Kabupaten Bogor sebanyak 28 orang (56%), dan asal Jakarta sebanyak 2 orang (4%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Menurut Engel (1995), jarak lokasi pemenuhan kebutuhan dari
46
tempat
tinggal
mempengaruhi
kekuatan
motivasi
konsumen
dalam
menentukan keputusan pembelian. Kekuatan motivasi akan berpengaruh terhadap
frekuensi
pembelian,
ketersediaan
waktu
pembelian
dan
kesediaan konsumen untuk mengeluarkan biaya yang lebih besar dala m pembelian. Pada umumnya semakin dekat jarak jarak lokasi pemenuhan kebutuhan dari tempat tinggal semakin tinggi motivasi konsumen. Tabel 5. Tempat tinggal Konsumen Fishing Valley Asal Jumlah (orang) Kota Bogor 20 Kabupaten Bogor 28 Jakarta 2 Total 50
Persentase (%) 40 56 4 100
Sumber: Data Primer
Jumlah
konsumen
asal Bogor
masih
mendominasi kolam
pemancingan Fishing Valley yaitu sebesar 96% yang terdiri atas asal Kota Bogor sebesar 40% dan asal Kabupaten Bogor sebesar 56%. Konsumen asal Bogor umumnya datang dengan alasan dekat dari tempat tinggal. Konsumen asal Bogor paling banyak datang pada hari diadakannya Galatama dengan sistem paket yaitu hari Senin dan Kamis. Para pemancing tersebut datang setelah pulang dari kantor atau tempat usaha nya masing-masing dan datang dalam rombongan. Jumlah konsumen asal luar Bogor pada penelitian ini hanya 2 orang (4%) yaitu berasal dari Jakarta, namun berdasarkan informasi dari manajer operasional, Fishing Valley memiliki konsumen asal luar kota Bogor yang umumnya berasal dari Jakarta, Cibubur, Depok, Bekasi dan daerah sekitarnya. Konsumen tersebut umumnya datang pada hari Sabtu, Minggu dan pada hari libur lainnya. Namun jumlah konsumen tersebut tetap tidak melebihi jumlah konsumen asal Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen kolam pemancingan Fishing Valley merupakan konsumen yang menjadikan
jarak
dari
tempat
tinggal
sebagai
salah
satu
faktor
pertimbangan utama dalam menentukan keputusan pembeliannya. 5.2.4 Status Sebaran status pernikahan konsumen kolam pemancingan wisata pemancingan Fishing Valley terdiri atas sudah menikah sebanyak 39 orang (78%) dan belum menikah sebanyak 11 orang (22%). Hal ini dapat
47
dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Status Pernikahan Konsumen Fishing Valley Status Jumlah (orang) sudah menikah 39 belum menikah 11 Total 50
Persentase (%) 78 22 100
Sumber: Data Primer
Status Penikahan suatu individu akan mengubah cara berpikir individu
tersebut
dalam
mengkonsumsi
barang-barang
pemenuhan
kebutuhannya. Tahap siklus hidup keluarga seseorang akan berubah ke tingkat yang lebih tinggi dimana tingkat pengeluaran akan lebih tinggi untuk barang-barang pokok dan tingkat perhatian akan kualitas hidup akan lebih tinggi. Hal tersebut diikuti oleh perkembangan dan perluasan jenis kebutuhan hidupnya. (Kotler, 1995) Konsumen kolam pemancingan Fishing Valley lebih banyak berstatus telah menikah (39%). Hal ini sesuai dengan dengan tingkat usia mayoritas konsumen pada umur 27-40 tahun. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar konsumen yang sudah menikah menyatakan melakukan kegiatan memancing sejak sebelum menikah sebesar 30,77% (12 orang) dan memancing setelah menikah sebesar 60,23% (27 orang). Konsumen yang belum menikah pada umumnya berumur 20-26 tahun. Hal ini menunjukkan pada umumnya konsumen kolam pemancingan Fishing Valley memiliki
faktor
pertimbangan
lain
selain
kebutuhan
pribadi
dalam
melakukan proses keputusan pembelian. 5.2.5 Jumlah Keluarga Sebaran jumlah keluarga konsumen kolam pemancingan wisata pemancingan Fishing Valley terdiri atas 1-2 orang sebanyak 4 orang (8%), 3-4 orang sebanyak 28 orang (56%), 5-6 orang sebanyak 17 orang (34%), dan > 6 orang sebanyak 1 orang (2%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Keluarga Konsumen Fishing Valley Jumlah Keluarga (orang) Jumlah (orang) 1-2 4 3-4 28 5-6 17 >6 1
Persentase (%) 8 56 34 2
48
Total
50
100
Sumber: Data Primer
Jumlah Keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan seorang konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Semakin besar jumlah
anggota
keluarga
semakin
besar
pertimbangan
yang
harus
dilakukan oleh seorang individu dalam melakuakan keputusan pembelian. Handi Irawan dalam penelitiannya mengemukakan lima alasan yang mendorong peningkatan segmen anak yaitu: 1. Terjadinya pergeseran perilaku orang tua. Dahulu pengeluaran untuk anak dianggap biaya. Saat ini pengeluaran untuk anak dianggap sebagai investasi. 2. Terjadi perubahan peran anak dalam proses pembelian. Perubahan initerjadi antara lain karena faktor pendidikan. Orang tua saat ini berpendidikan lebih modern yang menekankan komunikasi dua arah dan lebih demokratis. 3. Perhatian orang tua kepada anaknya semakin besar karena keluarga modern rata-rata anaknya hanya dua atau tiga orang. Setiap orang tua selalu ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. 4. Produsen terus menawarkan suatu yang baru karena persaingan diantara produsen sehingga industri bagi kebutuhan anak dengan sendirinya terus meningkat. Dalam proses pembelian suatu produk anak berpotensi sebagai konsumen sekunder yaitu dapat mempengaruhi orang tua untuk membeli produk yang disukai. Berdasarkan latar belakang tersebut tingkat keeratan hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan pengambilan keputusan pembelian memiliki hubungan yang cukup erat. Mayoritas jumlah keluarga konsumen Fishing Valley adalah 3-4 orang anggota keluarga (56%). Menurut responden, kegiatan memancing tidak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Anak tidak berperan dalam faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian karena kegiatan memancing merupakan kegiatan pemenuhan kebutuhan
hiburan
pribadi.
Prefensi
terhadap
kegiatan
memancing
merupakan hal yang independen. Hal ini menunjukkan hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah tidak berhubungan erat
49
5.2.6 Pendidikan Sebaran Pendidikan konsumen kolam pemancingan wisata pemancingan Fishing Valley terdiri atas SD sebanyak 1 orang (2%), SMP sebanyak 7 orang (14%), SMU sebanyak 15 orang (30%), Diploma sebanyak 10 orang (20%) dan S1 sebanyak 17 orang (34%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat Pendidikan Konsumen Fishing Valley Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SD 1 SMP 7 SMU 15 Diploma 10 S1 17 Total 50
2 14 30 20 34 100
Sumber: Data Primer
Perbedaan
tingkat
pendidikan
dalam
suatu
individu
akan
mempengaruhi bagaimana perilaku individu tersebut dalam mengambil suatu keputusan termasuk keputusan pembelian. Perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan konsumen dalam mencari informasi dalam berbagai media yang mungkin digunakan, kemampuan membuat
faktor
pertimbangan
keputusan
pembelian,
kemampuan
mengevaluasi faktor-faktor tersebut dan kemampuan menilai hasil akhir setelah melakukan keputusan. Pendidikan juga dapat mempengaruhi penempatan individu dalam kelas sosial di Mayarakat (Engel et a, 1995). Konsumen kolam pemancingan Fishing Valley pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi yaitu tingkat pendidikan SMU ke atas (42%). Di Negara Indonesia tingkat pendidikan ini sudah cukup dihargai untuk mendapat pekerjaan dengan gaji yang cukup layak mengingat program pendidikan pemerintah negara Indonesia adalah 9 tahun atau setara SMU. Hal ini menunjukkan konsumen Fishing Valley merupakan konsumen yang dapat melakukan proses keputusan pembelian secara komprehensif. 5.2.7 Pekerjaan Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau
50
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Uang merupakan alat utama dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa. Pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan memiliki peran sebagi penentu ketersediaan waktu dan uang karean setiap tipe pekerjaan tentu menghabiskan waktu dan menghasilkan uang yang berbeda-beda. Sebaran
Pekerjaan
konsumen
kolam
pemancingan
wisata
pemancingan Fishing Valley terdiri atas Pegawal Negeri sebanyak 30 orang (60%), Mahasiswa sebanyak
1 orang (2%), Honorer sebanyak 4 orang
(8%), Swasta sebanyak 9 orang (18%), Pengacara sebanyak 1 orang (2%), Pedagang sebanyak 2 orang (4%), Tukang kayu dan bangunan sebanyak 3 orang (6%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Konsumen Fishing Valley didominasi oleh PNS (60%) hal ini dikarenakan lokasi Fishing Valley berdekatan dengan Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan dilalui oleh angkutan umum yang menuju Kantor tersebut. Umumnya Konsumen yang memiliki pekerjaan sebagai PNS datang setelah pulang dari kerja baik sendiri ataupun dalam satu grup. Berdasarkan hasil wawancara dengan setiap kelompok profesi diketahui kolam pemancingan Fishing Valley pada umumnya konsumen yang memilki profesi sebagai PNS memiliki waktu luang yang lebih banyak dalam melakukan kegiatan memancing. Tabel 9. Jenis Pekerjaan Konsumen Fishing Valley Pekerjaan Jumlah (orang) Pegawal Negeri 30 Mahasiswa 1 Honorer 4 Swasta 9 Pengacara 1 Pedagang 2 Tukang Kayu dan Bangunan 3 Total 50
Persentase (%) 60 2 8 18 2 4 6 100
Sumber: Data Primer
Konsumen Fishing Valley sebagian besar merupakan konsumen yang memiliki pekerjaan tetap. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jenis pekerjaan tidak memiliki pengaruh yang kuat akan keputusan pembelian jasa memancing di Fishing Valley. Setiap orang dapat memancing tanpa harus memperhatikan lapangan pekerjaannya baik pelajar, tukang, pedagang, pegawal negeri, TNI, karyawan swasta maupun bos-bos perusahaan. Memancing seringkali menjadi ajang pertukaran
51
informasi atas berbagai jenis perkerjaan yang ada dan juga menjadi ajang untuk memperat kekerabatan antar karyawan atau pegawal dalam satu lingkungan usaha.
5.2.8 Pendapatan Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pendapatan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pengambilan keputusan karena apabila pengenalan kebutuhan telah diketahui jika tingkat ekonomi tidak mencukupi tidak akan timbul tindakan untuk mengaktifkan kebutuhan. Konsumen kolam pemancingan Fishing Valley memiki sebaran tingkat pendapatan yang cukup merata yaitu pendapatan kurang dari Rp500.000 sebanyak 3 orang (6%), Rp500.001 – 1.000.000 sebanyak 10 orang
(20%),
Rp1.000.001 - 2.000.000 sebanyak
16
orang
(32%),
Rp2.000.001 – 3.000.000 sebanyak 12 orang (24%), lebih dari Rp 3.000.000 sebanyak 9 orang (18%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Tingkat pendapatan Konsumen Fishing Valley Pendapatan (rupiah) Jumlah (orang) Persentase (%) ≤ 500.000 3 6 500.001 – 1.000.000 10 20 1.000.001 - 2.000.000 16 32 2.000.001 – 3.000.000 12 24 > 3. 000.000 9 18 Total 50 100 Sumber: Data Primer
Pendapatan berpengaruh terhadap kesediaan konsumen dalam melakukan
pembelian
dan
pembelian
ulang.
Frekuensi
pembelian
ditentukan oleh seberapa besar konsumen menentukan proporsi kegiatan hiburan
ke
dalam
pengunaan
pendapatannya.
Kisaran
pendapatan
konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah Rp 500.000 – Rp 3 juta. Sebaran tingkat pendapatan yang cukup merata dan rentang pendapatan yang tinggi menunjukkan konsumen kolam pemancingan
52
Fishing Valley memiliki kemampuan pembelian ulang yang berbeda-beda.
5.2.9 Deskripsi Karakteristik Konsumen Berdasarkan delapan aspek di atas yaitu jenis kelamin, usia, tempat tinggal, status, jumlah keluarga, pendidikan, tingkat pendapatan dan pekerjaan dapat disimpulkan bahwa secara umum konsumen kolam pemancingan Fishing Valley meliliki karakteristik yang tergambar dalam Tabel 11. Tabel 11. Karakterisktik Dominan Konsumen Fishing Valley No.
Karakterisktik
1 Jenis Kelamin
Laki-laki
2 Tempat tinggal
Bogor dan Sekitarnya
3 Usia
27-40 tahun
4 Status pernikahan
sudah menikah
5 Jumlah Keluarga
3-6 orang
6 Tingkat Pendidikan
SMU dan lebih tinngi
7 Tingkat Pendapatan
500 ribu - 3 juta rupiah
8 Pekerjaan
Pegawal Negeri Sipil
Karakteristik konsumen kolam pemancingan Fishing Valley bila dilihat berdasarkan teori kelas sosial Coleman dalam Kotler 2004 termasuk ke dalam : Kelas menengah yaitu kelas pekerja kerah putih dan kerah biru yang tinggal di bagian kota yang lebih baik. Kelas ini memiliki itngkat pendapatan yang baik dan seringkali membeli produk yang populer yang mengikuti
trend.
Kelas
ini
banyak
menghabiskan
uang
untuk
”mendapatkan pengalaman yang berharga “ bagi diri sendiri dan keluarga. Kelas pekerja yaitu kelas pekerja kerah biru yang berpenghasilan menengah yang dipengaruhi oleh gaya hidup tanpa memperhatikan pendapatan, latar belakang pendidikan, dan jabatan mereka. Kelas ini seringkali menghabiskan liburan dengan berjalan -jalan di dalam kota atau tempat dekat lainnya. Perilaku kelas ini sangat streotip. Bila dilihat dari pembagian golongan pendapatan di Indonesia dan teori Engel (1995), konsumen kolam pemancingan Fishing Valley
53
merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah (pendapatan ≤Rp 5 juta) dan berada dalam tahap siklus hidup keluarga “sarang penuh II” yang memiliki tingkat perhatian lebih akan kualitas pemenuhan kebutuhan hidupnya dan memiliki tingkat pendapatan yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan lain selain kebutuhan pokok. Tipe konsumen pada umunya ini akan melakukan proses keputusan pembelian yang streotip sehingga perilaku konsumen dominan dapat menggambarkan perilaku keputusan pembelian konsumen lainnya. 5.3 Proses Keputusan Konsumen 5.3.1 Pengenalan Kebutuhan Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan adalah proses pengenalan kebutuhan. Kebutuhan timbul apabila terjadi adanya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual sehingga membangkitkan dan mengaktifkan kebutuhan. Timbulnya kebutuhan dapat dipicu oleh stimuli intern dan stimuli ekstern. Faktor Stimuli internal berasal dari kebutuhan dasar seperti makan dan hiburan. Faktor Ekstern berasal dari lingkungan sekitar seperti keinginan untuk bersosialisasi. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Motivasi atau Alasan Melakukan Aktivitas Memancing di Kolam Pemancingan” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah untuk mengisi waktu luang sebanyak 9 orang (18%), mencari hiburan/rekreasi sebanyak 36 orang (72%) dan diajak teman (menemani teman) sebanyak 5 orang (10%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Tabel Motivasi Melakukan Aktivitas Memancing Motivasi Jumlah (orang) Mengisi Waku Luang 9 Mencari Hiburan / Rekreasi 36 Diajak Teman / Keluarga 5 Latihan untuk event Tertentu 0 Lainnya 0 Total 50
Persentase (%) 18 72 10 0 0 100
Sumber: Data Primer
Alasan utama responden melakukan kegiatan memancing di kolam adalah untuk mencari hiburan atau rekreasi (72%). Hal ini menunjukakkan bahwa dalam proses pengenalan kebutuhan konsumen
54
kolam pemancingan Fishing Valley mendapat pengaruh stimuli intern yang kuat untuk mencari kegiatan hiburan. Stimuli ekstern dalam hal ini ajakan teman atau keluarga dan kegiatan event berpengaruh sangat kecil yaitu hanya sebesar 5%. Aktivasi kebutuhan reponden terjadi akibat keadaan yang berubah. Pengaktifan kebutuhan jenis ini seringkali disebabkan oleh adanya keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan dalam kehidupan seseorang.
Hal
ini
dapat
diakibatkan
oleh
perubahan
perkerjaan,
pendapatan, jumlah keluarga yang memicu timbulnya kebutuhan lain yaitu dalam hal ini kebutuhan akan pemuas diri atau hiburan. Responden
berpendapat
kegiatan
memancing
di
kolam
pemancingan Fishing Valley merupakan suatu kegiatan hiburan yang responden cari untuk dapat melepas lelah setelah berkerja, mengurang i beban pikiran (stress) akibat pekerjaan dan urusan keluarga. Pengenalan responden terhadap kegiatan memancing umumnya berasal dari diri sendiri dan teman. Responden pada umunya telah mengenal kegiatan memancing dari kecil. Pengaktifan
kesadaran
akan
suatu
kebutuhan
akan
mengaktifkan tindakan berikutnya. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Alasan Memilih Memancing di Kolam Pemancingan Sebagai Aktifitas Tujuan” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah karena dekat dari tempat tinggal sebanyak 19 orang (38%), biaya murah sebanyak 3 orang (6%), tempat nyaman sebanyak 23 orang (46%), kualitas dan kuantitas produk sebanyak 1 orang (2%) dan tingkat keramaian sebanyak 4 orang (8%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13. Kegiatan
memancing
di
kolam
pemancingan
dipilh
oleh
responden sebagai tempat pemenuhan kebutuhan hiburan didasari oleh pengetahuan akan kolam pemancingan sebagai tempat yang nyaman (46%). Alasan lainnya adalah kedekatan dengan tempat tinggal (38%). Responden berpendapat bahwa kolam pemancingan sebagai alternatif terbaik dalam mencari kenyamanan hati dan pikiran serta terlepas dari kegiatan sehari-hari yang melelahkan. Pola karakteristik
tindakan
konsumen
pengenalan kolam
kebutuhan
pemancingan
ini
sesuai
dengan
Fishing
Valley
dimana
konsumen didominasi oleh kelas menengah dan kelas pekerja dimana
55
seringkali menghabiskan liburan dengan berjalan-jalan di dalam kota atau tempat
dekat
lainnya
dan
menggunakan
uang
untuk
mendapatkan
pengalaman yang berharga bagi diri sendiri dan keluarga. Tabel 13. Tabel Alasan Memilih Memancing Alasan Jumlah (orang) Dekat dari tempat tinggal Biaya Murah Tempat Nyaman Kualitas dan kuantitas produk Tingkat Keramaian Lainnya Total
19 3 23 1 4 0 50
Persentase (%) 38 6 46 2 8 0 100
Sumber: Data Primer
Setelah mengetahui kategori tempat pemenuhan kebutuhan, konsumen akan mencari manfaat utama yang dicari dari tempat tersebut. Berdasarkan
pertanyaan
mengenai
”Manfaat
yang
Dicari
Dari
Kolam
Pemancingan” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah karena hobi sebanyak 16 orang (32%), hiburan sebanyak 31 orang (62%), dan lainnya sebanyak 3 orang (6%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Manfaat yang Dicari oleh Konsumen Manfaat Jumlah (orang) Hobi Olahraga Hiburan Lainnya Total
16 0 31 3 50
Persentase (%) 32 0 62 6 100
Sumber: Data Primer
Manfaat yang dicari oleh konsumen adalah hiburan (62%) dan hobi (32%). Reponden berpendapat bahwa kegiatan memancing merupakan kegiatan yang menghibur. Kegiatan ini umumnya akan berulang kali dilakukan oleh konsumen sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pad a akhirnya menjadi hobi tersendiri bagi para pelakunya. Pada kasus pemenuhan kebutuhan hiburan, semakin besar stimuli internal maka akan semakin besar motivasi yang timbul untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini menjadi akan lebih ekstrem jika kegiatan pemenuhan tersebut telah berkembang menjadi kegiatan hobi
56
dimana motivasi yang timbul sangat kuat sehingga jarak, waktu, biaya dan faktor-faktor lainnya yang umumnya berpengaruh terhadap keputusan pembelian tidak menjadi faktor pertimbangan utama. Kegiatan memancing digolongkan kepada kegiatan hobi. Hal ini diketahui melalui penelitian penelitian terdahulu dan survey pendahuluan terhadap beberapa orang pemancing. Komunitas hobiis memancing di Bogor ditampung dalam Forum Komunitas Memancing Bogor (FORMABO) yang berada di bawah Forum Komunitas Memancing Indonesia (FORMASI). Mayoritas responden kolam pemancingan
Fishing Valley pada
penelitian ini tidak mengganggap bahwa kegiatan memancing telah menjadi kegiatan dengan tujuan hobi. Responden menyatakan bahwa kegiatan memancing di kolam pemancingan masih merupakan suatu kegiatan mencari hiburan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen kolam pemancingan
Fishing Valley akan mengambil tindakan
yang rasional dalam melakukan tahap-tahap proses keputusan pembelian. Pola
pengenalan
kebutuhan
di
atas
menunjukkan
bahwa
konsumen mencari alat pemuas diri atau hiburan yang memiliki tempat yang nyaman, dekat dari tempat tinggal dan diputuskan secara rasional sehingga pengelola Fishing Valley dalam menetapkan strategi usahanya harus terus menjaga citranya sebagai tempat hiburan keluarga yang memberikan kenyamanan dan kepuasan yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memegang teguh visi dan misi yang dimiliki dan memelihara pola komunikasi yang baik dengan konsumen. 5.3.2 Pencarian Informasi Tahap kedua dalam proses pengambilan keputusan adalah pencarian informasi. Setelah konsumen tergerak oleh suatu stimuli, maka kemungkinan ia akan berusaha untuk lebih banyak mencari informasi. Konsumen mendapatkan informasi melalui pencarian internal, yaitu informasi yang disimpan di dalarn ingatan, atau pencarian ekstemal dari lingkungan. Pencarian eksternal dijalankan apabila pencarian internal tidak berhasil. Menurut Kotler (1995), seberapa giat pencarian informasi itu tergantung kepada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang telah dimiliki, kemudahan memperoleh informasi tambahan, penilaian terhadap informasi tambahan, dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi.
57
Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Sumber Informasi Terhadap Kolam Pemancingan Fishing Valley” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah dari iklan media cetak sebanyak 6 orang (12%), iklan TV sebanyak 1 orang (2%), internet sebanyak 1 orang (2%), teman sebanyak 35 orang (70%), keluarga 4 orang (8%), dan lainnya 3 orang (6%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Sumber Informasi Konsumen Sumber Informasi Jumlah (orang) Iklan Media Cetak Iklan TV Internet Teman Keluarga Lainnya Total
6 1 1 35 4 3 50
Persentase (%) 12 2 2 70 8 6 100
Sumber: Data Primer
Sumber informasi utama responden adalah teman (35%). Responden menyatakan bahwa informasi mengenai kolam pemancingan memang pada umumnya diperoleh dari teman yang tinggal dekat dengan kolam pemancingan atau teman sesama komunitas memancing. Hal ini menunjukkan bahwa pencarian internal berdasarkan pengetahuan pribadi dan ingatan akan lokasi kolam pemancingan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen tidak cukup sehingga dibutuhkan usaha pencarian eksternal. Usaha responden dalam mencari kolam pemancingan cukup aktif dengan adanya usaha pencarian informasi melalui media cetak, tv, dan internet (16%). Informasi dari teman merupakan alternatif terbaik bagi responden untuk menemukan tempat pemancingan yang sesuai dengan tujuan pencarian. Hal ini dikeranakan alternatif usaha pencarian eksternal lainnya mengalami kendala minimnya informasi. Kolam pemancingan yang tersebar di Bogor pada umumnya tidak terdaftar secara resmi di Kantor Adminstratif Kota dan Kabupaten, tidak memiliki iklan yang cukup besar di media cetak, tidak memiliki website pribadi dan tidak melakukan promosi melalui media televisi. Fishing Valley melakukan upaya promosi melalui media cetak,televisi dan internet yaitu melalui iklan di koran-koran dan majalah lokal, liputan oleh
58
stasiun televisi (TransTV dan Indosiar) dan memiliki website pribadi dengan alamat http://www.fishingvalley.net yang diupdate secara berkala. Responden menyatakan lebih mempercayai informasi dari teman sebagai informasi utama dalam menentukan pilhan kolam pemancingan karena mereka menganggap pengalaman sehari-hari yang dirasakan oleh teman sudah cukup untuk mendorong mereka untuk melakukan keputusan pembelian di tempat tersebut. Walaupun demikian, responden menyatakan tetap mencari informasi tambahan dari sumber lain. Setelah memiliki sumber informasi konsumen akan melakukan pencarian terhadap kesuaian tempat yang dituju. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Fokus Perhatian Konsumen Dalam Mencari Informasi Kolam Pemancingan” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah aspek jarak dari tempat tinggal sebanyak 9 orang (18%), harga sewa sebanyak 6 orang (12%), fasilitas sebanyak 30 orang (60%) dan kualitas hasil pancingan sebanyak 5 orang (10%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Fokus Perhatian Konsumen Fokus Jumlah (orang Jarak dari tempat tinggal Harga Sewa Fasilitas Kualitas hasil pancingan Merk dagang Lainnya Total Sumber: Data Primer
9 6 30 5 0 0 50
Persentase (%) 18 12 60 10 0 0 100
Fokus perhatian utama konsumen kolam pemacingan Fishing Valley dalam mencari lokasi pemenuhan kebutuhan adalah Fasilitas kolam pemancingan (60%). Fokus perhatian lainnya adalah jarak dari tempat tinggal (9%), harga sewa (6%) dan kualitas hasil pancingan (5%). Menurut responden faktor fasilitas kolam pemancingan menjadi pertanyaan pertama dalam mencari suatu kolam pemancingan. Hal ini sesuai dengan tahap pengenalan kebutuhan dimana konsumen kolam pemancingan Fishing Valley
memiliki dorongan
motivasi
mencari
hiburan/rekreasi
dengan
kenyamanan sebagai alasan memilih kegiatan memancing sebagai kegiatan pemenuhan motivasinya. Setelah itu, responden akan mengukur jarak dari
59
tempat tinggal dan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan baik untuk biaya sewa dan biaya transportasi. Responden beranggapan fasilitas kolam pemancingan
merupakan
faktor
penentu
yang
sangat
berpengaruh
pemilihan lokasi. Faktor merk dianggap tidak cukup kuat karena kualitas merk dapat berubah sewaktu-waktu. Menurut Engel (1995) termasuk ke dalam kelompok pencarian pembelian-dibantu teman dengan kadar pencarian rendah dan arah pencarian kecil. Hal ini ditunjukkan dari informasi utama berasal dari teman, kurangnya pencarian informasi tambahan dari media lainnya, atribut yang dibandingkan hanya sedikit, dan waktu yang dihabiskan dalam mencari informasi sedikit. Industri jasa hiburan termasuk kolam pemancingan bersifat inelastis sehingga peran promosi melalui media tidak terlalu efektif. Langkah promosi terbaik yang dapat dilakukan oleh pengelola Fishing Valley adalah menjaga kepuasan setiap konsumen yang datang, melakukan komunikasi pemasaran secara intensif melalui pengadaan event -event memancing dan melakukan kerja sama dengan komunitas pemancing yang ada di Indonesia sehingga konsumen secara tidak langsung menjadi media promosi kepada masyarakat luas. 5.3.3 Evaluasi Alternatif Tahap selanjutnya konsumen melakukan evaluasi alternatif pilihan. Evaluasi alternatif adalah proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap ini konsumen harus menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, menilai kinerja dari altematif yang dipertimbangkan, serta memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir. Penentuan kriteria evaluasi tertentu yang akan digunakan oleh konsumen bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan. Kriteria tersebut bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif konsumen. Responden
memiliki
pengetahuan
mengenai
informasi
kolam
pemancingan yang cukup baik dengan bobot 100% (50 orang) menyatakan pernah memancing di tempat lain selain di Fishing Valley dan bobot 84% (42
60
orang) mengetahui paling sedikit lima tempat kolam pemancingan lainnya. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Faktor Pertimbangan Dalam Memilih Fishing Valley Sebagai Lokasi Memancing” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah faktor Fasilitas lengkap sebanyak 20 orang (40%), harga terjangkau sebanyak 15 orang (30%), kualitas hasil tangkapan baik sebanyak 2 orang (4%), pelayanan baik sebanyak 8 orang (16%), dan merk sebanyak 5 orang (10%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Faktor Pertimbangan Memilih Fishing Valley Faktor Jumlah (orang) Fasilitas Lengkap Harga terjangkau Kualitas Hasil Pancingan baik Pelayanan Baik Merk / Reputasi Lainnya Total
20 15 2 8 5 0 50
Persentase (%) 40 30 4 16 10 0 100
Sumber: Data Primer
Faktor pertimbangan responden atas terpilihnya Fishing Valley adalah fasilitas yang lengkap (40%), harga yang terjangkau (30%) dan pelayanan yang baik (16%). Konsumen kolam pemancingan Fishing Valley menentukan evaluasi atas dasar manfaat atau utilitarian dimana konsumen memutuskan
tempat
pemenuhan
kebutuhan
sesuai
dengan
tahap
pengenalan kebutuhan dan tahap pencarian informasi. Konsumen bersikap rasional atas faktor pertimbangan yang ada dan tidak mengejar sesuatu yang hedonis. Menurut
Responden
Fishing Valley dipilih berdasarkan
kelebihan-kelebihannya dalam faktor yang dipertimbangkan dibandingkan kolam pemancingan lainnya. Responden berpendapat Fishing Valley memiliki fasilitas yang lengkap dengan harga yang sesuai dan pelayanan yang baik. Determinan evaluasi alternatif lainnya adalah pengaruh situasi. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Tindakan Konsumen Bila Fishing Valley Tutup Saat Ingin Melakukan Kegiatan Memancing” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah pindah ke tempat pemancingan lain sebanyak 32 orang (64%) dan tidak jadi memancing sebanyak 18 orang (36%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tindakan yang diambil oleh responden apabila Fishing Valley tutup adalah pindah ke tempat pemancingan lainnya (64%). Hal ini
61
menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen kolam pemancingan Fishing Valley merupakan konsumen yang haus akan hiburan berupa aktivitas memancing sehingga tidak terikat pada satu tempat pemenuhan kebutuhan saja. Responden menyatakan masih memiliki alternatif tempat memancing lainnya seperti di Cibubur dan Depok. Hal ini merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pengelola usaha Fishing Valley dalam menentukan jadwal operasional dan jadwal perawatan usahanya. Berdasarkan hasil wawancara tambahan dengan responden mengenai kesesuaian jadwal operasional Fishing Valley responden menyatakan sesuai 100% (50 orang) namun responden juga meminta perawatan yang lebih baik dalam hal kebersihan kolam dan kesediaan ikan memakan umpan. Menurut responden hal ini dapat diatasi melalui jadwal pemeliharaan kolam setengah tahun sekali dan waktu puasa untuk ikan yang lebih panjang. Tabel 18. Tindakan Bila Fishing Valley Tutup Tindakan Jumlah (orang) Pindah ke tempat pemancingan lain Tidak jadi memancing Total
Persentase (%) 32 64 18 36 50 100
Sumber: Data Primer
Determinan berikutnya yang dianggap paling penting dalam menentukan evaluasi alternatif adalah harga. Perubahan harga terutama kenaikan
harga
mempertimbangkan
dapat
sangat
keputusan
mempengaruhi
pembelian
karena
konsumen konsumen
dalam harus
menghitung lagi proporsi biaya yang harus dikeluarkannya dibandingkan proporsi biaya untuk pemenuhan kebutuhan lainnya. Fishing Valley sebagai usaha yang sedang berkembang terus mengalami perluasan baik dari segi lahan usaha, kapasitas usaha, fasilitas dan pelayanan. Seiring semakin dikenalnya Fishing Valley oleh masyarakat luas dan seiring meningkatnya kualitas jasa yang ditawarkan, Fishing Valley dapat melakuakn peningkatan harga sewa kepada para konsumennya. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Tindakan Yang Dilakukan Apabila Fishing Valley Menaikkan Harga Sewa” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah pindah ke tempat pemancingan lain sebanyak 17 orang (34%), tetap memancing di Fishing Valley sebanyak 25 orang (50%), dan tidak jadi memancing sebanyak 8 orang (16%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19.
62
Tabel 19. Tindakan Bila Harga Sewa Fishing Valley Naik Tindakan Jumlah (orang) Pindah ke tempat pemancingan lain Tetap Memancing di Fishing Valley Tidak jadi memancing Total
17 25 8 50
Persentase (%) 34 50 16 100
Sumber: Data Primer
Tindakan yang diambil oleh responden apabila harga sewa Fishing Valley naik adalah tetap memancing di Fishing Valley (50%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen kolam pemancingan Fishing Valley merupakan konsumen yang memiliki loyalitas yang cukup baik dan memiliki porsi penghasilan tersendir yang telah disediakan untuk mengisi kebutuhan hiburan. Fishing Valley memiliki potensi kehilanggan 34% konsumen apabila menaikkan harga sewa. Jumlah ini cukup besar sehingga sebaiknya Fishing Valley mempertahankan harga sewa yang telah ditetapkan saat ini. Menurut responden yang memilih untuk pindah ke tempat pemancingan lain responden akan mencari alternatif baru tempat pemancingan yang memiliki fasilitas yang sama atau lebih baik dengan harga yang lebih terjangkau. 5.3.4 Proses Pembelian Tahap selanjutnya dalam proses keputusan pembelian adalah proses pembelian. Pembelian adalah fungsi dari dua determinan yaitu niat dan pengaruh lingkungan dan perbedaan individu. Niat dapat dikategorikan menjadi dua yaitu apabila niat kategori 1 dan niat ketegori 2. Dalam tahap pembelian konsumen harus mengambil tiga keputusan : 1) kapan membeli; 2) dimana membeli; dan 3) bagaimana membayar. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Cara Melakukan Pembelian Jasa Kolam Pemancingan Fishing Valley” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah terencana sebanyak 25 orang (50%), tergantung situasi (mood) sebanyak 17 orang (34%), dan mendadak (tidak terencana) sebanyak 8 orang (16%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20. Sebagian besar konsumen kolam pemancingan Fishing Valley melakukan pembelian dengan cara terencana (50%). Menurut responden kegiatan memancing di kolam pemancingan merupakan kegiatan yang memiliki persiapan tersendiri mulai dari persiapan biaya yang diguna kan,
63
persiapan alat pancing dan umpan yang digunakan serta komunikasi dengan
caddy
yang
biasa
digunakan.
Responden
yang
melakukan
pembelian dengan cara tergantung situasi (mood) berpendapat bahwa memancing merupakan kegiatan untuk mencari hiburan dan menghilangkan stress sehingga hanya dilakukan seusai mood atau keinginan saja. Persiapan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan responden yang melakukan pembelian terencana hanya saja responden tipe ini tidak melakukan perencanaan biaya dan sesi waktu yang akan digunakan sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden konsumen yang melakukan pembelian tidak terencana di Fishing Valley dipengaruhi oleh hobi dan beban stress. Konsumen tipe ini merupakan konsumen yang mengkosumsi
berdasarkan
impuls
kegairahan
dan
stimulus
akan
pemenuhan kebutuhan hiburan berupa aktivitas memancing di kolam pemancingan. Tabel 20. Cara Pembelian Konsumen Fishing Valley Cara Pembelian Jumlah (orang) Terencana Tergantung Situasi (Mood) Mendadak (Tidak Terencana) Total
25 17 8 50
Persentase (%) 50 34 16 100
Sumber: Data Primer
Hal di atas menunjukkan bahwa konsumen kolam pemancingan Fishing Valley pada umunya melakukan pembelian dengan niat kategori 1 dimana pembelian dilakukan dengan cara terencana sebagian atau sepenuhnya. Konsumen telah memiliki tujuan yang tetap, mengetahui produk dengan jelas dan memiliki persiapan waktu dan biaya yang baik. Setelah cara pembelian diketahui faktor lain yang perlu diketahui adalah
seberapa
sering
konsumen
melakukan
pembelian.
Berdasarkan
pertanyaan mengenai ”Frekuensi Melakukan Aktivitas Memancing di Kolam Pemancingan Fishing Valley” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah setiap hari sebanyak 4 orang (8%), 2-3 kali seminggu sebanyak 6 orang (12%), 1 kali seminggu sebanyak 15 orang (30%), 1 kali sebulan sebanyak 15 orang (30%), dan lainnya sebanyak 10 orang (20%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21. Frekuensi pembelian responden menunjukkan pembelian paling sering diulang sebanyak 1 kali setiap minggunya (30%) satu kali setiap bulannya
64
(30%). Frekuensi pembelian berhubungan erat dengan cara pembelian konsumen yang terencana, tingkat pendapatan konsumen
hanya
dapat
melakukan
dan kesediaan waktu khusus dimana pembelian
sesuai dengan
proporsi
penggunaan pendapatan dan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut responden pada umumnya pembelian dilakukan pada hari yang sama dan waktu yang sama setiap minggu atau bulannya. Konsumen dengan frekuensi pembelian tertinggi (setiap hari dan 2-3x seminggu) pada penelitian ini adalah konsumen dengan tingkat penghasilan rendah >Rp500 ribu-Rp1 juta, tingkat pendidikan rendah (SMP ke bawah), tidak memiliki pekerjaan tetap dan pada umumnya memutuskan pembelian dengan cara mendadak atau tergantung mood. Konsumen dengan frekuensi pembelian dominan (1x seminggu dan 1x sebulan) adalah konsumen dengan tingkat penghasilan Rp1 juta-Rp3 juta, tingkat pendidikan tinggi (SMU ke atas), memiliki pekerjaan tetap (umumnya PNS) dan memutuskan pembelian dengan cara terencana. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen dengan pendapatan dan tingkat pendidikan rendah pada kasus ini cenderung mengambil tindakan ekstrem dalam menentukan keputusan pembelian. Hal ini terjadi karena konsumen dalam kelas ini mengenal kebutuhan memancing sebagai kegiatan hobi sehingga biaya dan waktu tidak menjadi faktor pertimbangan utama. Tabel 21. Frekuensi Pembelian Konsumen Fishing Valley Frekuensi Jumlah (orang) Setiap Hari 4 2-3x seminggu 6 1x seminggu 15 1x sebulan 15 Lainnya 10 Total 50
Persentase (%) 8 12 30 30 20 100
Sumber: Data Primer
Setelah cara pembelian diketahui, konsumen akan mengukur ketersediaan waktu yang dapat digunakan untuk melakukan pembelian. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Waktu yang Digunakan Untuk Melakukan Aktivitas Memancing di Kolam Pemancingan” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah waktu khusus sebanyak 29 orang (58%), sesuai keinginan sebanyak 10 orang (20%), hanya jika ada event sebanyak 4 orang (8%), dan lainnya sebanyak 7 orang (14%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 22.
65
Tabel 22. Ketersediaan Waktu Konsumen Fishing Valley Ketersediaan Waktu Jumlah (orang) Waktu Khusus Sesuai Keinginan Hanya jika ada event Lainnya Total
29 10 4 7 50
Persentase (%) 58 20 8 14 100
Sumber: Data Primer
Sebagian besar konsumen kolam pemancingan Fishing Valley menyatakan membutuhkan waktu khusus atau waktu yang telah disiapkan untuk hiburan dalam melakukan pembelian (58%). Hal ini sesuai dengan cara pembelian konsumen yang terencana. Responden berpendapat perlu disediakan waktu khusus untuk melakukan kegiatan memancing. Hal utama yang menghalangi konsumen dalam menyediakan waktu untuk memancing adalah pekerjaan. Mayoritas konsumen Fishing Valley adalah pegawal negeri sipil (PNS). PNS memiliki kisaran waktu kerja dari pagi hingga sore hari dan intensitas kesibukkanyang cukup tinggi membuat konsumen tidak memiliki waktu lebih banyak melakukan kegiatan memancing. Konsumen yang menjawab sesuai keinginan (20%) pada umumnya merupakan pedagang, tukang dan pengusaha yang memiliki waktu yang lebih luang banyak dibandingkan dengan konsumen yang berprofesi sebagai PNS. Faktor lain yang mempengaruhi proses pembelian adalah pengaruh situasi eksternal. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Pihak yang Paling Mempengaruhi dalam Melakukan Aktivitas Memancing di Kolam Pemancingan Fishing Valley” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah iklan sebanyak 2 orang (4%), teman sebanyak 39 orang (76%), keluarga sebanyak 8 orang (16%), dan pengelola sebanyak 2 orang (4%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Faktor Yang Pengaruh Pembelian Konsumen Fishing Valley Faktor Jumlah (orang) Persentase (%) Iklan 2 4 Teman 38 76 Keluarga 8 16 Pengelola 2 4 Total 50 100 Sumber: Data Primer
Faktor terbesar yang memepengaruhi pengambilan keputusan
66
pembelian akhir konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah Teman (76%). Responden berpendapat teman berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan akhir. Teman dianggap memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan sumber lainnya dan ada atau tidaknya teman dalam melakukan kegiatan memancing juga mempengaruhi frekuensi kedatangan ke kolam pemancingan. Hal ini menunjukkan impuls luar pembelian konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah teman. Proses pembelian di atas menunjukkan bahwa konsumen Fishing Valley melakukan pembelian secara terencana dengan penentuan jadwal terlebih dahulu sehingga pengelola Fishing Valley harus melakukan komunikasi
dengan
konsumen-konsumen
potensialnya
(konsumen
dominan) agar jadwal kunjungan yang dinginkan oleh konsumen dapat diketahui dengan tepat. Penjadwalan event-event sosial dapat digunakan untuk meningkatkan frekuensi pembelian karena faktor pengaruh situasi akhir adalah teman. 5.3.5 Evaluasi Hasil Tahap kelima atau terakhir adalah konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih telah memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Penilaian ini menghasilkan kepuasan atau ketidakpuasan yang akan berpengaruh terhadap pembelian berikutnya. Apabila seorang konsumen puas maka terdapat kemungkinan ia akan membeli kembali produk kembali atau akan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya rasa ketidakpuasan akan mendorong seorang konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi produk tersebut. Kepuasan merupakan evaluasi pasca konsumsi bahwa alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Sebaliknya ketidakpuasan adalah harapan yang diteguhkan secara negatif. Sikap yang
ditunjukkan
oleh
konsumen
pasca
pembelian
akan
langsung
mempengaruhi niat pembelian masa datang, perilaku lisan, atau perilaku keluhan Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Motivasi atau Alasan Melakukan Aktivitas Memancing di Kolam Pemancingan” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah sangat puas sebanyak 30 orang (60%), puas sebanyak 8 orang (16%) dan biasa saja sebanyak 12 orang (24%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 24. Tingkat kepuasaan responden dalam hal ini konsumen kolam
67
pemancingan
Fishing
Valley
terhadap
hasil pembelian
jasa
adalah
tergolong baik dengan dominasi pernyataan sangat puas sebesar 60% dan puas 16%. Tidak ada responden yang memilih tidak puas dan sangat tidak puas (0%) menunjukkan bahwa secara keseluruhan performa usaha Fishing Valley saat ini sudah baik. Tabel 24. Tingkat Kepuasan Konsumen Fishing Valley Tingkat Kepuasan Jumlah (orang) Sangat Puas Puas Biasa Saja Tidak Puas Sangat Tidak Puas Total
30 8 12 0 0 50
Persentase (%) 60 16 24 0 0 100
Sumber: Data Primer
Responden berpendapat Fishing Valley memiliki fasilitas yang lengkap sehingga memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan hiburan memancing seperti:
Restoran dekat sehingga mudah memesan makanan.
Pelayanan restoran yang cukup cepat.
Ketersediaan caddy yang cukup banyak.
Ketersediaan lapak yang banyak (lebih dari 60 lapak) sehingga dapat menampung jumlah rombongan yang cukup banyak.
Udara yang sejuk dan susasana yang nyaman.
Tidak ramai oleh suara kendaraan.
Bisa membawa keluarga karena adanya fasilitas bermain anak.
Pekerja yang ramah.
Kelengkapan
fasilitas
penunjang
seperti
umpan
dasar
dan
campurannya serta alat pancing dan kelengkapannya.
Pembagian hadiah yang cukup besar.
Cukup ramai sehingga bisa bersosialisasi dan lebih seru. Saran bagi pengelola Fishing Valley untuk lebih meningkatkan
kepuasan konsumen adalah perbaikan terhadap: Atap yang kurang lebar sehingga sewaktu hujan dapat mengenai pemancing. Toilet dan Mushola dalam kawasan kolam pemancingan hanya satu. Kebersihan toilet dan mushola kurang terjaga.
68
Dalam setengah tahun ini ikan kurang rakus dalam memakan umpan. Kebersihan kolam selain hari sabtu dan minggu kurang terjaga seperti adanya sampah pastik dan benang di tengan kolam pemancingan. Saran dari konsumen mengenai hal-hal di atas seringkali kurang didengar. Setelah konsumen menilai apakah keputusan pembelian telah sesuai dengan yang diharapkan, konsumen akan mengambil tindakan pasca pembelian. Berdasarkan pertanyaan mengenai ”Kemungkinan Konsumen untuk Datang Kembali dan Melakukan Pembelian” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah ya sebanyak 47 orang (94%) dan tidak sebanyak 3 orang (6%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Pembelian Kembali Pembelian Ya Tidak Total
Jumlah (orang) 47 3 50
Persentase (%) 94 6 100
Sumber: Data Primer
Hampir seluruh responden menyatakankan melakukan pembelian berulang
ke
kolam
pemancingan
Fishing
Valley
(94%).
Responden
berpendapat tidak ada hal lain yang tidak memungkinkan mereka untuk tidak kembali ke
Fishing Valley karena penilaian hasil awal yang
menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi. Hal ini merupakan umpan balik yang baik bagi pengelola usaha untuk terus memepertahankan kualitas usahanya. Tindakan lain yang akan diambil konsumen setelah melakukan menyetujui pembelian ulangan adalah peningkatan atau pengurangan fekuensi pembelian.
Berdasarkan
pertanyaan
mengenai ”Kemungkinan Perubahan
Frekuensi Pembelian konsumen kolam pemancingan Fishing Valley” terhadap 50 orang responden, diketahui jawaban responden adalah ya sebanyak 32 orang (64%) dan tidak sebanyak 18 orang (36%) untuk kemungkinan peningkatan frekuensi dan tidak sebanyak 50 orang (100%) untuk kemungkinan pengurangan frekuensi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 26. Responden
sebagian
besar
menyatakan
bahwa
frekuensi
pembelian akan meningkat dalam waktu 6 bulan ke depan (64%). Umumnya responden yang menyatakan akan meningkatkan pembelian merupakan konsumen yang memiliki frekuensi kunjungan 1x seminggu dan 1x sebulan.
69
Responden merespon kualitas jasa kolam pemancingan Fishing Valley dengan rencana menyediakan kapasitas waktu dan persiapan yang lebih dibandingkan sebelumnya. Kemungkinan tingkat pembelian kembali dan peningkatan frekuensi pembelian yang tinggi menunjukkan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley merupakan konsumen yang loyal. Tabel 26. Peningkatan Frekuensi Pembelian Konsumen Fishing Valley Jumlah Persentase (%) Peningkatan Frekuensi Ya 32 64 Tidak 18 36 Total 50 100 Pengurangan Frekuensi Ya 0 0 Tidak 50 100 Total 50 100 Sumber: Data Primer
Tahap evaluasi hasil di atas menunjukkan bahwa tingkat komunikasi yang dilakukan oleh pengelola Fishing Valley berada pada tingkat biasa dan hanya satu arah (Umar, 2003). Pengelola sebaiknya meningkatkan tingkat komunikasi menjadi reaktif atau kemitraan sehingga timbul ikatan yang lebih erat dan meningkatakan loyalitas konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan kotak saran pada wilayah usaha, mendengarkan secara baik keluhan yang disampaikan oleh konsumen dan berusaha mengadakan perbaikan dan peningkatan kualitas sesuai dengan keluhan yang ada. Peningkatan loyalitas akan meningkatkan kemungkinkan pembelian ulang yang lebih tinggi dan respon yang lebih positif terhadap perubahan situasi seperti kenaikan harga dan jadwal usaha yang berubah. 5.3.6 Deskripsi Proses Keputusan Pembelian Berdasarkan penjelasan tahap-tahap proses pengambilan keputusan di atas, dapat digambarkan bahwa perilaku konsumen kolam pemancingan Fishing Valley dalam mengambilan keputusan melalui keseluruhan tahap yang
ada
dalam
siklus
pengambilan
keputusan
yaitu
pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif dan evaluasi hasil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 27.
70
Tabel 27. Tahap-tahap proses pengambilan keputusan konsumen I. Tahap Pengenalan Kebutuhan 1. Motivasi
Mencari Hiburan Mengisi Waktu luang Tempat Nyaman Dekat dari tempat tinggal Hiburan
2. Alasan Memancing 3. Manfaat yang dicari
Hobi II. Tahap Pencarian Informasi 1. Sumber Informasi
Teman Media cetak
2. Fokus Perhatian
Faslilitas Jarak dari tempat tinggal III. Tahap Evaluasi Alternatif
1. Faktor Memilih
Fasilitas Lengkap Harga Terjangkau
2. Tindakan bila tutup
Pindah ke tempat pemancingan lain
3. Tindakan bila Harga Naik
Tetap Memancing di Fishing Valley IV . Tahap Pembelian
1. Cara Pembelian
Terencana
2.Waktu Pembelian
Waktu khusus
3. Fekuensi Pembelian
1x seminggu dan 1x sebulan V. Tahap Hasil
1. Tingkat Kepuasan
Sangat Puas
2. Pembelian Ulang
Ya
3. Peningkatan Frekuensi Pembelian
Ya
4. Pengurangan Frekuensi Pembelian
Tidak
Proses pengambilan keputusan konsumen mengikuti kaidah pemecahan masalah yang diperluas yaitu: Adanya keterlibatan dan resiko yang tinggi dalam pengenalan kebutuhan ditunjukkan dengan kebutuhan akan hiburan diaktifkan oleh stimuli internal yang kuat dan kemudian mencari solusinya. Sumber informasi yang digunakan lebih dari satu dan informasi diproses kembali secara aktif. Konsumen melakukan evaluasi dengan mempertimbangkan atribut yang lebih menonjol dibandingkan atribut lainnya dan alternatif yang dirasakan berbeda cukup signifikan. Pembelian dilakukan secara terencana di tempat yang telah diplih melalui proses keputusan sebelumnya dan komuniasi dengan tempat
71
penjualan seringkali diperlukan yang ditujukkan dengan pemesanan tempat. Kepuasan
akan
hasil
pembelian
sanagt
meningkatkan frekuensi pembelian ulang
penting dan
sehingga
akan
akan menghasilkan
loyalitas. 5.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Kolam Pemancingan Fishing Valley Proses pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan pembelian barang dan jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor -faktor tersebut dapat berasal dari dalam individu tersebut dan dapat juga berasal dari luar. Menurut Engel (1995), faktor-faktor tersebut dapat di kategorikan menjadi faktor pengaruh lingkungan, faktor perbedaan pribadi dan faktor psikologis. Ketiga kategori faktor tersebut menjadi dasar bagi konsumen dalam mengambil tindakan pada setiap tahap proses keputusan pembelian yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif dan evaluasi hasil pembelian. Setiap proses pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk barang dan jasa yang berbeda memiliki komponen faktor yang berbeda. Komponen faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan merupakan hal yang diteliti setiap pelaku usaha dalam menjalankan usahanya karena hal ini merupakan dasar untuk menentukan strategi pemasaran usahanya. Berdasarkan analisis terhadap survey pendahuluan, wawancara dengan para pemancing dan pelaku usaha kolam pemancingan serta penelitian-penelitian
terdahulu
didapatkan
22
faktor
yang
mungkin
mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan terhadap jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Faktor-faktor tersebut adalah:
Faktor Pengaruh lingkungan X1 = keluarga X2 = teman X3 = lingkungan kerja X4 = fasilitas X5 = harga sewa X6 = tempat parkir X7 = jarak
72
X8 = akses ke lokasi X9 = cuaca X10= keramaian
Faktor Pengaruh Pribadi X11 = waktu X12 = pendapatan X13 = pekerjaan X14 = status pernikahan X15 = umur X16 = gaya hidup X17 = pendidikan .
Faktor Psikologis X18 = perasaan hati X19 = tekanan pikiran (stress) X20 = perasaan nyaman di kolam pemancingan X21 = motivasi X22 = persepsi Dari hasil Analisis Faktor menggunakan program SPSS ver. 17
for Windows dari 22 faktor di atas diketahui angka signifikansi Bartletss's Test adalah kurang dari 0,05 dan angka MSA lebih besar dari 0, 5 sehingga variabel-variabel di atas sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya komponen-komponen utama diektraksi menggunakan metode Principal Component dengan batasan eigenvalue lebih besar dari 1. Proses ini menghasilkan 7 (tujuh) komponen utama dengan proporsi terbesar yang mewakili penjelasan dari variabel-variabel yang ada. Kemudian ketujuh komponen tersebut dibandingkan dengan setiap loading factor variabel yang ada untuk mengetahui kelompok komponen utama. Tahap berikutnya adalah rotasi menggunakan metode varimax untuk memperjelas perbedaan sehingga
komponen-komponen
utama
yang
terbentuk
tidak
saling
berkorelasi. Tahap akhir proses ini adalah membandingkan nilai pengaruh dari setiap variabel yang (22 variabel) terhadap tujuh komponen utama yang terbentuk. Hasil proses di atas menunjukkan terdapat enam faktor yang memiliki nilai lebih dari 0,5 dan tidak berkorelasi dengan komponenkomponen utama lainnya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor suasana hati (0,665), faktor waktu (0,616), faktor akses ke lokasi (0,611), faktor perasaan
73
nyaman di kolam pemancingan (0,594) faktor fasilitas kolam pemancingan (0,543) dan faktor harga sewa (0,501). Hasil lengkap analisis faktor dapat dilihat pada lampiran 4.
5.4.1 Faktor Pengaruh Lingkungan 5.4.1.1 Fasilitas Fasilitas merupakan prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap sebagai suatu alat. fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu. Fasilitas merupakan salah satu faktor pertimbangan yang mungkin dianalisa oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Fasilitas dapat menjadi faktor pembanding yang mebedakan antara satu produk barang dan jasa dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil analisis faktor, fasilitas kolam pemancingan
berpengaruh
nyata
sebesar
54,3%
terhadap
proses
pengambilan keputusan terhadap jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Faktor
fasilitas
kolam
pemancingan
terhadap
proses
pengambilan keputusan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley berkaitan erat dengan tahap pencarian informasi dan evaluasi alternatif yang
dilakukan
konsumen.
Pada
tahap
pencarian
informasi
yang
merupakan tahap konsumen mencari pengetahuan terhadap lokasi, kualitas dan informasi alat pemenuhan kebutuhan hiburan yang diinginkannya sesuai dengan tahap pengenalan kebutuhan diketahui fokus perhatian dominan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah fasilitas (60%). Kualitas fasilitas alat pemenuhan kebutuhan menjadi faktor penguat yang
mendorong
konsumen
melakukan
tindakan
untuk
mengambil
keputusan pembelian sesuai dengan stimuli kebutuhan awal. Pada tahap evaluasi alternatif yang merupakan tahap konsumen membandingkan alternatif-alternatif yang telah diketahui dengan berbagai faktor pertimbangan yang diyakininya diketahui faktor pertimbangan utama dalam memilih lokasi alat pemenuhan kebutuhan hiburan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah fasilitas kolam pemancingan (40%). Berdasarkan responden, Fishing Valley dipilih karena memiliki fasilitas yang tidak dimiliki oleh kolam pemancingan pada umumnya. Faktor perbandingan fasilitas kolam pemancingan Wisata Pemancingan Fishing Valley terhadap
74
kolam pemancingan lain dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Faktor Pembanding Fasilitas Kolam Pemancingan Fishing Valley* No. Fasilitas Kolam Pemancingan Lain** 1. Lapak Pemancingan kapasitas besar kapasitas lebih sedikit lapak lebar lapak sempit ada atap tidak ada atap terawat tidak terawat 2. Kolam Pemancingan bersih seringkali kotor luas kurang luas 3. Ikan banyak seringkali sedikit besar Kecil agresif memakan kurang agresif umpan 4. Restoran ada tidak ada 5. Tempat Bermain Anak ada tidak ada 6. Live Music ada tidak ada 7. Pelayanan lengkap Seadanya 8. Akses ke lokasi mudah seringkali sulit 9. Aksesoris dan Umpan lengkap seringkali tidak ada 10. Suasana lokasi sejuk Panas tidak ribut Ribut Sumber: * Hasil Pengamatan ** Informasi Dari Responden
Tingkat kesesuaian fasilitas yang didapatkan oleh konsumen terhadap fasilitas yang diharapkan akan menentukan tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan konsumen akan menentukan apakah konsumen akan melakukan pembelian ulangan atau tidak. Pada tahap evaluasi hasil pembelian, diketahui tingkat kepuasan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah sangat puas (60%) dan puas (16%). Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas kolam pemancingan Fishing Valley sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Tingkat kepuasan akan fasilitas ini memicu kemungkinan pembelian ulang sebesar 94% dan kemungkinan peningkatan frekuensi pembelian sebesar 64%. Hal-hal di atas menunjukkan bahwa faktor fasilitas kolam pemancingan
memiliki
pengaruh
yang
cukup
besar
dalam
proses
pengambilan keputusan kolam pemancingan Fishing Valley sehingga harus terus dijaga kualitasnya oleh pelaku usaha kolam pemancingan Fishing Valley. Kelengkapan dan kualitas fasilitas kolam pemancingan Fishing
75
Valley menjadi faktor penentu apakah konsumen akan terus melakuakan keputusan pembelian di Fishing Valley. 5.4.1.2 Harga Sewa Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa di samakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Harga sewa berkaitan
erat
dengan
kemampuan
seseorang
dalam
membeli alat
pemenuhan kebutuhannya. Hal ini dapat digambarkan ke dalam tingkat pendapatan seseorang dan proporsi terhadap setiap kategori kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Berdasarkan hasil analisis faktor harga sewa kolam pemancingan berpengaruh nyata sebesar 50,1% proses pengambilan keputusan terhadap jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Harga sewa jasa kolam pemancingan Fishing Valley berkisar antara Rp100.000,00 hingga Rp200.000,00. Harga akan mempengaruhi keputusan
konsumen
untuk melanjutkan
tindakan
setelah
mengenal
kebutuhan dirinya. Jika tingkat ekonomi masih mencukupi untuk melakukan kegiatan pemenuhan tambahan (dalam hal ini hiburan) maka konsumen akan melanjutkan tidakan keputusan pembelian, jika tidak maka akan konsumen
akan
menunda
atau
menghentikan
tindakan
keputusan
pembelian sesuai dengan kekuatan motivasi akan pemenuhan kebutuhan tersebut. Pada tahap pengenalan kebutuhan diketahui konsumen kolam pemancingan Fishing Valley mengambil tindakan berdasarkan stimulus internal hiburan yang kuat yaitu mencari (72%). Tindakan berdasarkan stimulus internal yang kuat akan menciptakan dorongan motivasi yang kuat sehingga
konsumen
cenderung
memenuhi kebutuhannya.
akan
berusaha
Berdasarakan
dengan
wawancara,
aktif
untuk
sebagian
besar
responden menyatakan akan melanjutkan tindakan keputusan pembelian jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Jika keadaan ekonomi tidak mencukupi maka responden akan aktif berusaha untuk mencari sumber tambahan sehingga tindakan keputusan
pembelian dapat dilakukan.
Selama proses terjadi responden menunda atau mengurangi frekuensi pembelian. Faktor harga sebagai faktor pertimbangan dalam tahap proses pengambilan keputusan adalah sebagai alasan memilih memancin g (6%), fokus perhatian dalam mencari informasi (12%), faktor pertimbangan
76
evaluasi
altenatif
(30%)
dan
alasan
tetap
memancing
di
kolam
pemancingan Fishing Valley (50%) bila harga naik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ekonomi konsumen kolam pemancingan Fishing Valley pada umumnya telah mencukupi biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan. Tingkat pendapatan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley berkisar antara Rp5.000.000,00 hingga Rp3.000.000,00 (76%)
dengan
tingkat
pendapatan
Rp2.000.000,00
(32%).
Responden
dominan
Rp1.000.001,00
berpendapat
harga
sewa
hingga yang
ditetapkan oleh jasa kolam pemancingan Fishing Valley saat ini sudah sesuai dengan tingkat pendapatan yang mereka miliki. Mayoritas konsumen kolam pemancingan Fishing Valley merupakan konsumen yang loyal karena walaupun harga naik, responden menyatakan tetap akan memancing di kolam pemancingan Fishing Valley (50%). Namun demikian, diketahui bila harga
sewa
naik
pada
tahap
evaluasi
alternatif
responden
yang
menyatakan akan pindah ke kolam pemancingan lain adalah sebesar 34%. Hal ini menunjukkan bahwa harga sewa menjadi faktor yang sensitif dalam melakukan keputusan pembelian kolam pemancingan Fishing Valley.
5.4.1.3 Akses Ke Lokasi Akses mengacu kepada jalan atau terusan. Akses ke lokasi dalam kasus ini adalah tingkat keterbukaan suatu lokasi usaha. Tingkat keterbukaan digambarkan oleh seberapa jauh lokasi dari pusat kota, ukuran jalan menuju lokasi, keberadaan transportasi untuk mencapainya, dan keberadaan petunjuk-petunjuk jalan untuk mencapai lokasi. Dalam proses pengambilan keputusan pembelian akses ke lokasi merupakan faktor pengaruh lingkungan mempengaruhi kekuatan motivasi, arah pencarian informasi, faktor pertimbangan evaluasi alternatif, intensitas pembelian dan kepuasan hasil pembelian. Konsumen yang rasional akan memilih lokasi dengan akses yang lebih terbuka. Berdasarkan hasil analisis faktor, akses ke lokasi kolam pemancingan berpengaruh nyata sebesar 61,1% proses pengambilan keputusan terhadap jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Wisata Pemancingan Fishing Valley memiliki akses ke lokasi yang sangat terbuka. Fishing Valley terletak di Jalan Pemda Raya Nomor 107 Bogor yang tidak jauh dari pintu keluar toll Bogor Outer Ring Road (± 2 km) dan pintu keluar toll Cibinong (± 5 km) dan merupakan jalan utama menuju Kantor
77
Pemerintah Kabupaten Bogor yang padat penduduk sehingga informasi mengenai tempat ini mudah didapat. Jalan ini memiliki ukuran yang cukup lebar yaitu memiliki 2 (dua) lajur kendaraan dan kepadatan kendaraan yang tidak terlalu ramai sehingga resiko kemacetan lebih kecil. Lokasi Fishing Valley dapat diakses menggunakan kendaraan pribadi roda empat dan dua tanpa terkecuali. Transportasi umum yang dapat digunakan adalah angkutan umum bernomor 08 biru tujuan Bogor-Citeurup yang dapat ditemukan di jalan-jalan utama Kota dan Kabupaten Bogor. Fishing Valley memiliki petunjuk jalan yang dapat dilihat secara jelas pada setiap persimpangan setelah keluar dari toll dan ketika konsumen melewati Jalan Pajajaran Kota Bogor. Petunjuk jalan juga dapat dilihat melalui website resmi yang menyediakan map bagi konsumen asal luar dan dalam Bogor. Fishing Valley juga telah terdaftar secara resmi di Kantor Pemerintahan Kabupaten Bogor
sehingga
memiliki
keterbukaan
informasi
yang
cukup
baik.
Berdasarkan wawancara, responden menyatakan Fishing Valley memiliki akses yang baik. Responden tidak kesulitan untuk mencari, menemukan dan mencapai lokasi alat pemenuhan kebutuhan hiburan yang mereka inginkan. Hal ini merupakan faktor keunggulan Fishing Valley dibanding kolam pemancingan lainnya di Kota Bogor Pada tahap pengenalan kebutuhan, keterbukaan akses ke lokasi kolam pemancingan Fishing Valley mempengaruhi alasan memilih kegiatan memancing. Responden berpendapat jarak dari tempat tinggal tidak lebih berpengaruh dibanding kemudahan akses mencapai lokasi. Hal ini dapat dilihat dari daerah asal konsumen Fishing Valley yang beragam jaraknya baik dari dalam maupun luar Bogor. Kemudahan akses ke lokasi memperkuat motivasi mencari hiburan karena tahap pencarian informasi dapat dilakukan dengan lebih mudah. Semakin sulit akses diperoleh pada umumnya kekuatan motivasi akan semakin turun dan akan berpengaruh terhadap
frekuensi
pembelian.
Kemudahan
mencapai
lokasi
akan
meningkatkan frekuensi pembelian dan kemungkinan pembelian ulangan. Fishing Valley memilki tingkat frekuensi kunjungan yang cukup tinggi yaitu hingga 2-3 x seminggu dan kemungkinan pembelian ulangan sebesar 94%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin terbuka akses yang dimiliki oleh suatu lokasi usaha maka akan semakin tingi kemungkinan frekuensi pembelian. Responden berpendapat akses ke lokasi dapat mempengaruhi kepuasan
78
hasil pembelian karena jika akses sulit (macet dan petunjuk tidak jelas) maka kenikmatan kegiatan untuk mencari hiburan menjadi berkurang.
5.4.2 Faktor Pribadi 5.4.2.1 Waktu Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Waktu berpengaruh nyata sebesar 61,6% proses pengambilan keputusan terhadap jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Setipa individu memilki proporsi pembagian waktu yang berbeda dalam kehidupannya. Besarnya waktu luang yang dimilki oleh seseorang berkaitan erat dengan besarn ya waktu yang dipergunakan untuk melakukan proses pengambilan keputusan pembelian. Semakin besar waktu luang yang dimiliki, semakin besar waktu yang mungkin dapat dipergunakan untuk melakukan proses keputusan sehingga proses dapat menjadi lebih rumit mengingat kemungkinan atribat yang dibandingkan bertambah banyak. Pada tahap pengenalan kebutuhan, waktu berpengaruh terhadap kesempatan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley untuk berpikir mengenal kebutuhannya. Semakin besar waktu luang yang ada sema kin besar kesempatan konsumen untuk berpikir mengenai dirinya sendiri. Pengaktifan kebutuhan akan hiburan timbul ketika konsumen merasa terjadi ketidaksesuaian dengan keadaan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat melalui motivasi yang timbul yaitu mencari hiburan (72%) dan manfaat utama memancing adalah hiburan (62%). Responden menyatakan tahap ini dilalui dengan cepat karena pada umumnya konsumen kolam pemancingan Fishing Valley telah mengenal kegiatan memancing selama 5-10 tahun. Pada tahap pencarian informasi diketahui konsumen kolam pemancingan Fishing Valley melakukan kegitan pencarian dibantu teman dengan kadar pencarian rendah. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menggunakan waktu yang sedikit dalam mencari informasi lokasi alat pemenuhan kebutuhan. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen kolam pemancingan Fishing Valley pada umumnya tidak banyak melakukan perbandingan melakukan perbandingan merk (0%) dan pada tahap
79
pembelian diketahui frekuensi pembelian dominan adalah 1x seminggu (30%) dan 1x sebulan (30%) dengan karakteristik pembelian umumnya dilakukan pada pola hari dan jam yang sama. Pada tahap ini juga diketahui waktu yang dipergunakan konsumen dalam melakukan proses pembelian adalah waktu khusus (58%). Hal diatas menunjukkan bahwa walaupun konsumen kolam pemancingan Fishing Valley memilki tingkat ekonomi yang sesuai untuk membayar harga alat pemenuhan kebutuhan hiburan, konsumen tidak memiliki waktu luang yang cukup sehingga proses pengambilan keputusan pembelian dilakukan dalam jangka waktu yang tidak lama. Faktor utama yang menghabiskan waktu konsumen adalah pekerjaan. Profesi dominan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah PNS dan pekerja tetap lainnya. Jam dan hari kerja suatu pekerjaan merupakan ketentuan yang tidak dapat dirubah oleh seorang pekerja tetap, terutama PNS yang memiliki jadwal kerja yang diatur secara nasional oleh pemerintah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah status pernikahan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah sudah menikah (78%). Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan lain selain pemenuhan kebutuhan pribadi. Menurut Kotler (2004), perubahan status keluarga seseorang akan mengubah kebutuhan dan perilaku seorang konsumen.
5.4.3 Faktor Psikologis 5.4.3.1 Suasana Hati (Mood) Suasana hati atau mood adalah kondisi emosional seseorang dalam jangka waktu relatif lama. Mood berbeda dengan emosi sederhana yang tidak spesifik, tidak intense dan umunya dibangkitkan oleh hanya beberapa stimulus atau event tertentu. Mood juga berbeda dengan kondisi temperamental atau karakterisktik pribadi seseorang. Mood dapat bertahan hingga berjam-jam, berhari-hari hingga berbulan-bulan. Mood dapat berpengaruh positif atau negatif dalam kehidupan seseorang. Gangguan jangka panjang kepada mood seseorang dapat menyebabkan depresi dan penyakit mental disorder lainnya. Rober Thayer dalam wikipedia menyatakan mood terjadi akibat dua faktor yaitu energi dan tension. Seseorang bisa saja menjadi aktif atau lelah dalam keadaan high tension atau dalam keadaan tenang (calm). Pada umumnya seseorang akan merasakan keadaan terbaik dalam keadaan calm-energy. Stress bukan
80
merupakan salah satu bentuk mood disorder. Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Banyak hal yang bisa memicu stres muncul seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, Pre Menstrual Syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan mengadakan konsultasi kepada psikiater atau beristirahat total. Suasana hati atau mood berpengaruh nyata sebesar 66,5% proses pengambilan keputusan terhadap jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Suasana hati menggambarkan kondisi emosi konsumen. Pengaruh psikologi pada umumnya menjadi stimuli internal yang mendasari terjadinya proses
keputusan
pengenalan
pembelian.
kebutuhan
Mood
konsumen
berkaitan dimana
erat
dengan
konsumen
tahap
berusaha
membandingkan kondisi yang ada dengan kondisi yang diharapkan. Kebutuhan akan kegiatan memancing menurut responden timbul akibat mood yang buruk dimana kondisi kehidupan sehari-hari menjadi tekanan bagi pelakunya. Aktifasi kebutuhan ini menjadi dorongan untuk melakukan tahap proses pengambilan keputusan berikutnya. Mood memicu keaktifan konsumen dalam mencari informasi dan mengevaluasi alternatif pilihan. Mood juga mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian dan merasakan kepuasan hasil pembelian. Berdasarkan wawancara, responden menyatakan melakukan tahap pembelian dipengaruhi oleh mood. Semakin buruk mood maka akan semakin tinggi frekuensi pembelian yang dilakukan. Bagi responden kegiatan memancing di kolam pemancingan Fishing Valley diyakini sebagai kegiatan yang efektif untuk menyegarkan suasana hati. Tahap evaluasi hasil pembelian umumnya dilakukan dalam keadaan terbaik yaitu calm-energy sehingga kepuasan dapat dinilai secara rasional dan komprehensif. Menurut responden hal ini terjadi sebagai efek pemuliha n mood yang didapat selama tahap pembelian terjadi. 5.4.3.2 Perasaan Nyaman di Kolam Pemancingan Kenyamanan merupakan kondisi dimana seseorang merasakan hal yang diperolehnya telah sesuai dengan keinginan. Perasaan nyaman merupakan suatu hal yang selalu diinginkan oleh setiap orang. Perasaan nyaman merupakan faktor kedua yang mempengaruhi stimulus internal
81
dalam melakukan proses pengambilan keputusan pembelian. Perasaan Nyaman di Kolam Pemancingan berpengaruh nyata sebesar 59,4% proses pengambilan keputusan terhadap jasa kolam pemancingan Fishing Valley. Perasaan nyaman di kolam pemancingan memiliki pengaruh yang berbeda dengan mood sebagai suatu stimulus internal. Mood menggerakkan konsumen untuk mengambil tidakan keputusan pembelian dengan keinginan mengubah kondisi yang ada sedangkan perasaan nyaman merupakan kondisi atau hasil yang diinginkan oleh seorang konsumen. Pada tahap pengenalan kebutuhan, perasaan nyaman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan konsumen memilih kegiatan memancing sebagai kegiatan yang dipilih untuk mengubah kondisi yang ada atau sebagai alat pemenuhan kebutuhan hiburan. Hal ini ditunjukkan dengan pilihan alasan konsumen ”tempat yang nyaman” sebesar 46%). Konsumen kolam pemancingan Fishing Valley pada umumnya memiliki pengetahuan bahwa kolam pemancingan merupakan tempat yang nyaman. ”Tempat yang nyaman” menurut konsumen adalah tempat bersantai yang sejuk dan alami dan dapat bersosialisa si tanpa memandang status yang ada pada seseorang. Pengetahuan ini terbentuk atas dasar pengalaman pribadi dan lingkungan sosial. Perasaan nyaman di kolam pemancingan akan menjadi tujuan dasar konsumen melakukan tahap-tahap proses keputusan berikutnya. Fokus perhatian utama dalam mencari informasi dan faktor pertimbangan utama dalam evaluasi alternatif pilihan konsumen kolam pemancingan Fishing Valley adalah fasilitas. Kelengkapan dan kualitas fasilitas suatu alat pemenuhan kebutuhan merupakan gambaran awal apakah alat tersebut dapat mewujudkan hal ingin dicapai oleh konsumen (dalam hal ini perasaan nyaman). Pada umumnya semakin lengkap dan semakin tinggi kualitas fasilitas suatu usaha maka akan semakin besar kemungkinan harapan konsumen akan terpenuhi. Perhatian konsumen kolam pemancingan Fishing Valley akan fasilitas merupakan tindak lanjut dari efek faktor psikologis perasaan nyaman. Responden dalam penelitian berpendapat semakin lengkap fasilitas suatu kolam pemancingan maka akan semakin besar persaan nyaman yang didapat dan Fishing Valley merupakan
tempat
yang
memberikan
kepuasan
yang
diharapkan.
82
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Konsumen kolam pemancingan Wisata Pemancingan Fishing Valley merupakan konsumen yang berada dalam tahap sarang penuh I dan sarang penuh II. Karakteristik konsumen dominan adalah laki -laki dengan usia berkisar antara 27-40 tahun, berpendapatan antara Rp500.000,00 - Rp3.000.000,00, berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan berdomisili di Bogor, 2. Perilaku konsumen kolam pemancingan Wisata Pemancingan Fishing Valley dalam pengambilan keputusan pembelian mengikuti kaidah pemecahan masalah yang diperluas dan dalam prosesnya konsumen melalui keseluruhan tahap yang ada keputusan yaitu
tahap pengenalan
dalam siklus pengambilan
kebutuhan. Tahap pencarian
informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap pembelian dan tahap evaluasi hasil. Pada tahap pengenalan kebutuhan, kebutuhan konsumen kolam pemancingan wisata pemancingan Fishing Valley dikenal melalui motivasi mencari hiburan. Konsumen memilih aktivitas memancing di kolam pemancingan dari aktivitas hiburan lainnya dengan alasan kolam pemancingan dianggap sebagai tempat yang nyaman dimana semua individu dapat berinteraksi tanpa memperdulikan status umur, pekerjaan, pendapatan, dan sebagainya. Manfaat utama yang dicari konsumen dari aktivitas memancing di kolam pemancingan adalah hiburan. Pada tahap pencarian
informasi,
konsumen melakukan proes
pencarian informasi dengan kada rendah dan arah pencarian kecil dimana sumber informasi utama adalah teman dan fokus perhatian dalam mencari informasi adalah fasilitas kolam pemancingan. Pada tahap evaluasi alternatif, faktor pertimbangan utama konsumen meilih fishing valley adalah fasilitas fishing valley yang lengkap. Bila Fishing Valley tutup pada saat ingin memancing maka konsumen relatif akan mencari tempat pemacingan lain. Konsumen Fishing
83
Valley merupakan konsumen yang cukup loyal karena apabila harga sewa dinaikkan konsumen tetap akan memilih Fishing Valley sebagai alternatif utama yang dicari. Pada
Tahap
pembelian,
konsumen
Fishing
Valley
melakukan
pembelian dengan cara terencana dan menggunakan waktu yang telah
disediakan
khusus
untuk
melakukan
aktivitas
hiburan.
Konsumen Fishing Valley umumnya melakukan pembelian secara terjadwal yaitu satu kali seminggu dan satu kali sebulan pada hari yang hampir sama setiap bulannya. Pada tahap evaluasi hasil, konsumen menytakan sangat puas dengan pembelian yang dilakukan di Fishing Valley dan konsumen berencana untuk melakukan pembelian kembali dan melakukan peningkatan frekuensi pembelian. Faktor-faktor yang berpengaruh perilaku pengambilan keputusan kolam pemancingan Wisata Pemancingan Fishing Valley terdiri atas fasilitas kolam pemancingan, harga sewa, akses ke lokasi kolam pemancingan, waktu, suasana hati dan perasaan nyaman di kolam pemancingan. 6.2 Saran 1. Untuk
menigkatkan
kepuasan
konsumen,
pelaku
usaha
Wisata
Pemancingan Fishing Valley perlu memberikan perhatian lebih terhadap perawatan fasilitas utama yang menjadi jantung usahanya yaitu Kolam Pemancingan Galatama. Faktor kebersihan kolam dan kurang rakusnya ikan memakan umpan menjadi faktor yang dirasakan oleh konsumen semakin berkurang
kualitasnya
setiap tahun.
Hal ini dapat
diatasi dengan
menjadwalkan pengurasan kolam dan puasa ikan secara berkala. 2. Untuk
menigkatkan
kepuasan
konsumen,
pelaku
usaha
Wisata
Pemancingan Fishing Valley perlu mengadakan perbaikan dan penambahan fasilitas-fasilitas penunjang kolam pemancingan yaitu pelebaran atap lapak, perawatan kebesihan toilet dan musholla serta penambahan toilet dan mushola di lokasi kolam pemancingan. 3. Pelaku usaha Wisata Pemancingan Fishing Valley perlu memberikan perhatian lebih kepada keluhan konsumen mengingat usaha ini merupakan usaha
jasa
yang
menjadikan
konsumen
sebagai
faktor
utama
84
keberlangsungan usaha. Pelaku usaha Wisata Pemancingan Fishing Valley harus menjaga kondisi suasana lokasi usaha yang diinginkan oleh konsumen dengan cara menjaga kualitas fasilitas, ketertiban di dalam lokasi, keramahan dan kualitas pelayanan yang dimiliki. Fishing Valley juga harus menyediakan kotak kritik dan saran di dalam lokasi usaha dan memberikan respon positif terhadap keluhan konsumen sehingga tingkat kepuasan konsumen dapat terjaga 4. Pelaku
usaha
Wisata
Pemancingan
Fishing
Valley
sebaiknya
mempertahankan harga sewa karena harga merupakan faktor yang sensitif dan dapat memberikan potensi kehilangan konsumen sebesar 34%. 5. Pelaku usaha Wisata Pemancingan Fishing Valley perlu memperbaiki dan menambah petunjuk-petunjuk ke lokasi usaha karena petunjuk-petunjuk yang ada saat ini dirasakan konsumen cukup kurang jumlahnya dan mulai pudar dimakan usia. 6. Pelaku usaha Wisata Pemancingan Fishing Valley perlu melakukan komunikasi lebih intensif dengan konsumen mengingat sebagian besar konsumen (62%) belum menjadikan memancing sebagai kegiatan hobi utama. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan komunitas pemancing di dalam dan luar Bogor dan melakukan event-event pemancingan. Komunikasi akan menimbulkan rasa keterikatan dan akan mengarahkan konsumen kepada tindakan hobi. 7. Perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa analisis nilai keyakinan konsumen terhadap produk jasa Fishing Valley dan analisis bauran strategi pemasaran sehingga dapat dihasilkan strategi pemasaran yang tepat bagi pengelola Fishing Valley untuk mengembangkan usahanya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Aznur, L. 2006. Analisis Faktor-Faktor dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsurnen di Restoran Tradisional, [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bowerraan, M. 1994. Martin Bowerman's Fishing Australia. Revised colur edition. New South Wales: National Book Distributors and Publishers. [Disnakkan] Dinas Peternakan dan Perikanan. 2005. Laporan kegiatan Kota Bogor 2005. Bogor : Dinas Petemakan dan Perikanan Kota Bogor. Engel, JF, et al. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1. ed ke-6. Jakarta : Binarupa Aksara. Teriemahan : Consumen Behaviour. Engel, JF, et al. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. edisi ke-6. Jakarta : Binarupa Aksara. Terjemahan : Consumen Behaviour Hidayat, F. 2005. Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Ikan Kaleng di Kotamadya Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. http://www.fishingvalley.net. Logo dan Lokasi Wisata Pemancingan Fishing Valley. Diunduh 20 Desember 2008 http://www.kotabogor.go.id. Daftar Fasilitas Pariwisata di Kota Bogor. http://www.kotabogor.go..id/view?id/contents/pariwisata.html. Diunduh 18 Oktober 2008. Kartono, K. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju. Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo. Terjemahan : Marketing Management Lingga, P. 2002. Ikan Mas Kolam Air Deras. Cetakan XIX. Jakarta: Penebar Swadaya. Mutmainah. 2006. Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Produk Agar-agar di Market Place Matahari di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Nasution, S. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Ed. l, cet-6. Jakarta : Bumi Aksara Pangastuti, W. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengarulu Keputusan Lokasi Pembelian dan Sikap Konsumen Terhadap Atribut Daging Sapi Segar (studi kasus di pasar tradisional Depok Jaya dan pasar swalayan Alfa Depok). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
86
Pitcher, TJ, Hollingworth, CE. 2002. Fishing For Fun: Where's The Catch?. Di dalam : Recreational Fisheries: Ecological, Economic and Social Evaluation volume 8. Pitcher, TJ & Hollingworth, CE, editor. UK: Blackwell Science, Oxford. Pitcher, TJ, Hollingworth, CE. 2002. Recreazional Fisheries : Ecological, Economic and Social Evaluation UK: Blackwell Science, Oxford. Rangkuti, F. 2002. Riset Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Setiadi, NJ. 2005. Perilaku Kosumen Konsep dani Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana Setiawan,
B. 2002. “Mancing”, Bisnis yang Menggiurkan. www.kompas.com/kompascetak/0208/03/iptek. Retrieved: 6 juni 2006.
Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Sitorus, D. 2005. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Pembelian Teh Merek Frestea di Kecamatan Bogor Tengah. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Soumokil, IE. 2005. Analisis Perilaku Konsumen dan Kualitas Pelayanan Cafe Corica (studi kasus : Corica Automall, Plaza Indonesia dan Jl. Sampit V. Jakarta). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Korsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia Susanto, H. 1999. Budidaya ikan di Pekarangan. Cetakan XV. Jakarta: Penebar Swadaya. Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dun Perilaku Konsumen. Cetakan ke-4. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Walpole, RE. 1982. Pengantar Statistika, ed ke-4. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan : Statistics Wudianto, Maniswara, Anung WAP. 1999. Memancing di Perairan Tawar dan Laut. Cetakan VI. Jakarta: Penebar Swadaya.
87
Lampiran
88
Lampiran 1. Denah Lokasi Wisata Pemancingan Fishing Valley
89
Lampiran 2. Tata Letak (layout) Wisata Pemancingan Fishing Valley
90
35
L
Bogor
PNS
Diploma
2jt-3jt
2
40
L
Cibinong
PNS
S1
>3jt
3
33
L
Cibinong
Pedagang
SMP
1jt-2jt
4
31
L
Swasta
SD
500rb-1jt
5
38
L
PNS
SMU
>3jt
6
47
L
PNS
SMP
1jt-2jt
7
36
L
PNS
S1
1jt-2jt
8
45
L
PNS
SMU
1jt-2jt
9
34
L
Pasir Jambu Jl. Darmais RT 5 RW 1 No. 2 Kedung Halang Jl. Gunung Batu Loji No. 26 Bogor Cibinong II Ciomas Bogor Klapanunggal Kab. Bogor Sindang Barang Kota Bogor
PNS
S1
2jt-3jt
10
35
L
Karadenan
PNS
Diploma
2jt-3jt
11
29
L
Bogor
PNS
S1
2jt-3jt
12
35
L
Jl. Segar III
PNS
SMU
1jt-2jt
13
33
L
Cibinong
PNS
SMU
1jt-2jt
14
31
L
Pemda Bogor
PNS
SMU
1jt-2jt
15
33
L
Sukahati
Honorer
SMU
500rb-1jt
16
27
L
Bogor
Honorer
S1
>500000
17
33
L
Cibinong
PNS
S1
2jt-3jt
18
25
L
PNS
S1
1jt-2jt
19
40
L
Bogor Bukit Mekar Wangi C13 No. 34
PNS
S1
2jt-3jt
20
26
L
PNS
Diploma
1jt-2jt
21
53
L
Cimanggu Permai Jl. Raya Laladon RT 03; RW 01
PNS
SMU
2jt-3jt
22
35
L
Sukahati-Cibinong
Diploma
>3jt
23
39
L
Villa Bogor Indah
PNS Pengacar a
S1
>3jt
24
38
L
Bogor Asri
PNS
S1
>500000
Status
Pendapatan (rupiah)
Pendidikan
Pekerjaan
Usia (tahun)
1
Alamat
No
Jenis Kelamin
Lampiran 3. Daftar Responden Penelitian
sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah belum menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah belum menikah sudah menikah sudah menikah belum menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah
91
20
27
PNS
S1
1jt-2jt
L
Sukahati Cipayung RT 02 RW01
Pedagang
SMU
500rb-1jt
24
L
Cimanggu Permai
Swasta
Diploma
500rb-1jt
28
22
L
Pelajar
S1
>500000
29
23
L
Swasta
SMU
500rb-1jt
30
24
L
Cikaret Cibing Kampung Kandang Cibinong Pondok Rajeg Cibinong
Swasta
S1
1jt-2jt
31
25
L
Swasta
SMP
500rb-1jt
32
27
L
PNS
Diploma
1jt-2jt
33
50
L
PNS
Diploma
2jt-3jt
34
52
L
Karadenan Kp. Pisang Perum Visar Indah Permai Cimandala P.C.11 02/09 Sukaraja Kab. Bogor Sindang Barang Kab. Bogor
PNS
SMU
1jt-2jt
35
37
L
PNS
Diploma
2jt-3jt
36
43
L
PNS
SMU
2jt-3jt
37
37
L
Sukahati Kp. Pahlawan RT 02/17 Cil-Bar Bogor Pondok Rumput RT 01/12 No. 09 Bogor Utara
PNS
SMU
1jt-2jt
38
39
L
Honorer
SMU
1jt-2jt
39
44
L
Tm. Pagelaran Ciomas Ciricing Cemerlang Blok V/9 RT 07/4 Ciriung Cibinong
PNS
SMP
500rb-1jt
40
33
L
PNS
SMU
1jt-2jt
41
49
L
Swasta
SMU
500rb-1jt
42
38
L
Cileungsi Kab. Bogor Jl. Pangkalan RT 06/08 Bogor Utara Griya Katulampa GII 19
Swasta
Diploma
>3jt
43
29
L
Pasir Jambu
Swasta
SMP
500rb-1jt
44
30
L
Ds. Pasir Jambu
SMP
500rb-1jt
45
65
L
Jakarta
Swasta Pensiuna n
SMU
>3jt
46
48
L
Cibinong
Swasta
S1
>3jt
47
27
L
Cibinong
Tukang
SMU
500rb-1jt
Status
26
Pendapatan (rupiah)
L
Pendidikan
32
Pekerjaan
Usia (tahun)
25
Alamat
No
Jenis Kelamin
Lanjutan Lampiran 3
belum menikah belum menikah belum menikah belum menikah belum menikah belum menikah sudah menikah belum menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah belum menikah sudah menikah sudah menikah sudah menikah
92
45
L
Pomad
PNS
SMU
1jt-2jt
49
52
L
Kedung Badak
PNS
S1
>3jt
50
28
L
Kedung Badak
Swasta
S1
2jt-3jt
Status
Pendapat an (rupiah)
Pendidika n
Pekerjaan
Usia (tahun)
48
Alamat
No
Jenis Kelamin
Lanjutan Lampiran 3
sudah menikah sudah menikah sudah menikah
93
Lampiran 4. Hasil Analisis Faktor VAR00022
VAR00021
VAR00020
VAR00019
VAR00018
VAR00017
VAR00016
VAR00015
VAR00014
VAR00013
VAR00012
VAR00011
VAR00010
VAR00009
VAR00008
VAR00007
VAR00006
VAR00005
VAR00004
VAR00003
VAR00002
VAR00001
Correlation Matrix
Correlation VAR00001 1.000 .251 .198 .143 .281 .300 .439 .156 .203 -.071 .377 .195 .088 .318 .132 .081 .067 .312 .190 .265 -.113 .030 VAR00002 .251 1.000 .504 .282 .270 .372 -.037 .170 -.219 .090 .268 .193 .174 -.182 -.294 -.156 -.227 .429 -.002 .337 -.135 -.218 VAR00003 .198 .504 1.000 .289 .111 .441 .070 .282 .032 .045 .135 -.019 .220 -.094 -.158 .056 -.125 .453 .130 .108 -.074 -.435 VAR00004 .143 .282 .289 1.000 .241 .203 .130 .367 .022 .139 .133 .080 .001 -.010 -.285 -.124 -.031 .456 .349 .517 .316 .034 VAR00005 .281 .270 .111 .241 1.000 .278 .114 .303 .202 .248 .192 .308 .205 -.055 .007 .040 -.063 .239 .129 .192 .068 .073 VAR00006 .300 .372 .441 .203 .278 1.000 .314 .399 .178 .131 .410 .262 .525 .247 .136 .296 .191 .329 -.107 .096 -.106 -.043 VAR00007 .439 -.037 .070 .130 .114 .314 1.000 .256 .332 -.055 .340 .271 .166 .240 .133 .181 .141 .176 .004 .096 -.024 .111 VAR00008 .156 .170 .282 .367 .303 .399 .256 1.000 .095 .317 .232 .191 .219 .066 -.055 -.047 -.034 .381 .421 .198 .201 -.044 VAR00009 .203 -.219 .032 .022 .202 .178 .332 .095 1.000 .207 .231 .202 .211 .198 .164 .167 .157 .083 .169 .118 .478 .370 VAR00010 -.071 .090 .045 .139 .248 .131 -.055 .317 .207 1.000 .270 .346 .164 .139 .092 -.054 -.005 .182 .436 .478 .172 .107 VAR00011 .377 .268 .135 .133 .192 .410 .340 .232 .231 .270 1.000 .767 .207 .086 -.052 .098 -.025 .230 .075 .271 -.095 .000 VAR00012 .195 .193 -.019 .080 .308 .262 .271 .191 .202 .346 .767 1.000 .369 .014 .030 -.020 -.039 .149 .108 .266 -.012 .024 VAR00013 .088 .174 .220 .001 .205 .525 .166 .219 .211 .164 .207 .369 1.000 .346 .227 .136 .117 -.024 -.136 -.118 -.059 .001 VAR00014 .318 -.182 -.094 -.010 -.055 .247 .240 .066 .198 .139 .086 .014 .346 1.000 .643 .455 .549 .039 .151 .015 .140 .356 VAR00015 .132 -.294 -.158 -.285 .007 .136 .133 -.055 .164 .092 -.052 .030 .227 .643 1.000 .641 .704 -.081 .024 -.190 .057 .127
94
VAR00022
VAR00021
VAR00020
VAR00019
VAR00018
VAR00017
VAR00016
VAR00015
VAR00014
VAR00013
VAR00012
VAR00011
VAR00010
VAR00009
VAR00008
VAR00007
VAR00006
VAR00005
VAR00004
VAR00003
VAR00002
VAR00001
Lanjutan Lampiran 4
Correlation VAR00016 .081 -.156 .056 -.124 .040 .296 .181 -.047 .167 -.054 .098 -.020 .136 .455 .641 1.000 .712 -.186 -.223 -.191 .056 .126 VAR00017 .067 -.227 -.125 -.031 -.063 .191 .141 -.034 .157 -.005 -.025 -.039 .117 .549 .704 .712 1.000 .029 -.041 -.088 .129 .077 VAR00018 .312 .429 .453 .456 .239 .329 .176 .381 .083 .182 .230 .149 -.024 .039 -.081 -.186 .029 1.000 .543 .440 .141 -.150 VAR00019 .190 -.002 .130 .349 .129 -.107 .004 .421 .169 .436 .075 .108 -.136 .151 .024 -.223 -.041 .543 1.000 .480 .384 -.035 VAR00020 .265 .337 .108 .517 .192 .096 .096 .198 .118 .478 .271 .266 -.118 .015 -.190 -.191 -.088 .440 .480 1.000 .312 .208 VAR00021 -.113 -.135 -.074 .316 .068 -.106 -.024 .201 .478 .172 -.095 -.012 -.059 .140 .057 .056 .129 .141 .384 .312 1.000 .487 VAR00022 .030 -.218 -.435 .034 .073 -.043 .111 -.044 .370 .107 .000 .024 .001 .356 .127 .126 .077 -.150 -.035 .208 .487 1.000
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.593 528.107
df
231
Sig.
.000
95
Lanjutan Lampiran 4 Anti-image Matrices VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 0001 0002 0003 0004 0005 0006 0007 0008 0009 0010 0011 0012 0013 0014 0015 0016 0017 0018 0019 0020 0021 0022 Anti-
VAR0
.385 -.077 -.036
.033 -.154 -.003 -.101 -.011 -.079
.180 -.069
.038
.047 -.094 -.046
.047
.001
.045 -.059 -.101
.097
.002
image 0001 Covari VAR0 ance 0002 VAR0
-.077
.383 -.087
-.036 -.087
.042 -.069 -.014
.319 -.057
.092 -.034
.066
.023
.134 -.020 -.030
.028
.028 -.001
.012 -.091
.077 -.081 -.052
.002
.025
.030 -.058 -.005
.026 -.123
.113 -.105
.015
.009 -.018
.149
.059 -.019
.022 -.029 -.032
.103
.012 -.062 -.023 -.016 -.124 -.089
.009
.028 -.019 -.078 -.031
.010 -.072
0003 VAR0
.033
.042 -.057
.456 -.121 -.012 -.058 -.036
.089
0004 VAR0
-.154 -.069
.092 -.121
.551 -.018
.079 -.076 -.081 -.104
.100 -.087 -.020
.079 -.015 -.097
.072 -.068
.020
.065
.035 -.022
.041 -.119 -.010 -.006 -.046
.002 -.092
.092 -.037
.045 -.009
.039 -.064
.077 -.042
.079
0005 VAR0
-.003 -.014 -.034 -.012 -.018
.328
.007 -.128 -.032 -.005 -.053
-.101
.066
.007
.548 -.156 -.135
-.011
.023 -.019 -.036 -.076 -.128 -.156
.455
.125 -.090 -.037
.038 -.046
.054
.022
.023 -.022
.023 -.124
.098 -.092 -.024
-.079
.134 -.078
.125
.370 -.081 -.069
.049 -.090
.079
.014
.030 -.052 -2.02 -.029
.039 -.172 -.078
0006 VAR0
.028 -.058
.079
.069
.029 -.067
.024 -.039 -.002 -.046
.011
0007 VAR0 0008 VAR0 0009
.089 -.081 -.032 -.135
96
Lanjutan Lampiran 4 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 0001 0002 0003 0004 0005 0006 0007 0008 0009 0010 0011 0012 0013 0014 0015 0016 0017 0018 0019 0020 0021 0022 Anti-
VAR0
.180 -.020 -.031
.059 -.104 -.005
.069 -.090 -.081
.397 -.039 -.007
.000 -.047 -.050
.033 -.003
.065 -.077 -.170
.088 -.010
image 0010 Covari VAR0 ance 0011 VAR0
-.069 -.030
.038
.010
.025 -.019
.030
.100 -.053
.022 -.087
.029 -.037 -.069 -.039
.041 -.067
.038
.213 -.170
.049 -.007 -.170
.087 -.049
.223 -.131
.064 -.066
.068 -.052
.036 -.023
.021
.020
.039
.025
.033 -.015
.001 -.021 -.035 -.030 -.004
.059
.082
0012 VAR0
.047 -.072 -.058 -.029 -.020 -.119
.024 -.046 -.090
.000
.087 -.131
.348 -.131 -.011
.002
.031
.052
.020
.031
.004 -.072
.038
.003 -.131
0013 VAR0
-.094
.028 -.005 -.032
.079 -.010 -.039
.054
.079 -.047 -.049
-.046
.028
.026
.103 -.015 -.006 -.002
.022
.014 -.050
.047 -.001 -.123
.012 -.097 -.046 -.046
.023
.030
.068 -.131
.263 -.079
.001 -.056
0014 VAR0
.064 -.052 -.011 -.079
.253 -.080 -.061 -.029 -.020
.031 -.014
.027
0015 VAR0
.033 -.066
.033
.059
.001 -.080
.233 -.133
.117 -.005
.008 -.019 -.054
0016 VAR0
.001
.012
.113 -.062
.072
.002
.039 -.022 -.052 -.003
.036 -.015
.002 -.056 -.061 -.133
.245 -.099
.060 -.026 -.020
.102
0017 VAR0 0018
.045 -.091 -.105 -.023 -.068 -.092 -.064
.023 -2.02
.065 -.023
.001
.082
.004 -.029
.117 -.099
.293 -.125 -.005
.017 -.038
97
Lanjutan Lampiran 4 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 0001 0002 0003 0004 0005 0006 0007 0008 0009 0010 0011 0012 0013 0014 0015 0016 0017 0018 0019 0020 0021 0022 Anti-
VAR0
-.059
.077
.015 -.016
.020
.092
.077 -.124 -.029 -.077
.021 -.021
.031 -.072 -.020 -.005
-.101 -.081
.009 -.124
.065 -.037 -.042
.060 -.125
.020 -.035
.052
.038
.088
.039 -.030
.020
.003 -.014 -.019 -.020
.011 -.024 -.078 -.010
.025 -.004
.031 -.131
.254 -.058 -.071
.103
image 0019 Covari VAR0 ance 0020 VAR0
.097 -.052 -.018 -.089
.035
.045
.098
.039 -.170
.079 -.092 -.172
.031
.008 -.026 -.005 -.058
.321 -.042 -.075
.017 -.071 -.042
.338 -.124
0021 VAR0
.002
.002
.149
.009 -.022 -.009
.027 -.054
.102 -.038
.103 -.075 -.124
.336
0022 Anti-
VAR0 .545a -.200 -.104
.078 -.334 -.009 -.220 -.026 -.210
.462 -.242
.128
.129 -.297 -.148
.158
.003
.134 -.187 -.288
.270
.004
image 0001 Correl VAR0 ation 0002 VAR0
-.200 .711a -.248
.100 -.151 -.038
-.104 -.248 .555a -.148
.219 -.105
.145
.056
.356 -.051 -.105
.088
.089 -.005
.038 -.273
.247 -.230 -.143
.005
.097
.112 -.175 -.017
.090 -.450
.403 -.344
.053
.027 -.055
.456
.138 -.061
.068 -.072 -.092
.304
.036 -.185 -.063 -.048 -.325 -.227
.022
.067 -.051 -.226 -.086
.034 -.198
0003 VAR0
.078
.100 -.148 .720a -.242 -.030 -.115 -.079
.215
0004 VAR0 0005
-.334 -.151
.219 -.242 .523a -.043
.144 -.152 -.179 -.222
.293 -.248 -.045
.207 -.041 -.271
.196 -.170
.053
.154
.082 -.052
98
Lanjutan Lampiran 4 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 0001 0002 0003 0004 0005 0006 0007 0008 0009 0010 0011 0012 0013 0014 0015 0016 0017 0018 0019 0020 0021 0022 Anti-
VAR0
-.009 -.038 -.105 -.030 -.043 .748a
.016 -.332 -.092 -.015 -.200
.151 -.353 -.035 -.021 -.168
.006 -.297
.320 -.114
.136 -.027
.107 -.159
.205 -.101
.184
image 0006 Correl VAR0 ation 0007
-.220
.145
VAR0
-.026
.056 -.051 -.079 -.152 -.332 -.312 .633
-.210
.356 -.226
.067 -.115
.144
.016 .637a -.312 -.300
a
.149
.084 -.191
.055 -.104 -.004 -.128
.027
.304 -.212 -.117
.120 -.116
.156
.065
.071 -.066
.063 -.364
.256 -.234 -.061
.304 .475a -.211 -.246
.169 -.251
.253
.047
.102 -.172 -6.14 -.095
.114 -.487 -.222
0008 VAR0
.215 -.179 -.092 -.300
0009 VAR0
.462 -.051 -.086
.138 -.222 -.015
.149 -.212 -.211 .538a -.135 -.024 -.003 -.147 -.157
.109 -.009
.190 -.242 -.475
.241 -.027
0010 VAR0
-.242 -.105
.097 -.061
.293 -.200
.084 -.117 -.246 -.135 .542a -.781
.319 -.206
.277 -.298
.157 -.093
.090
.077
.145
.093
0011 VAR0
.128
.034
.112
.068 -.248
.151 -.191
.120
.169 -.024 -.781 .525a -.472
.281 -.219
.146 -.062
.004 -.087 -.132 -.110 -.014
.209
.258
0012 VAR0
.129 -.198 -.175 -.072 -.045 -.353
.055 -.116 -.251 -.003
.319 -.472 .500a -.433 -.036
.007
.106
.156
.059
.092
.016 -.278
.131
.011 -.440
0013 VAR0 0014
-.297
.088 -.017 -.092
.207 -.035 -.104
.156
.253 -.147 -.206
.281 -.433 .605a -.307
.003 -.222
99
Lanjutan Lampiran 4 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 VAR0 0001 0002 0003 0004 0005 0006 0007 0008 0009 0010 0011 0012 0013 0014 0015 0016 0017 0018 0019 0020 0021 0022 Anti-
VAR0
.158 -.005 -.450
.036 -.271 -.168 -.128
.071
.102
.109 -.298
.146
.209
.003 -.329 .557a -.557
.450 -.023
.031 -.067 -.193
image 0016 Correl VAR0 ation 0017 VAR0
.003
.038
.403 -.185
.196
.006
.107 -.066 -.172 -.009
.134 -.273 -.344 -.063 -.170 -.297 -.159
.063 -6.14
.157 -.062
.190 -.093
.004
.007 -.222 -.243 -.557 .587a -.370
.258
.016 -.108
a
.450 -.370 .622
.239 -.093 -.068
-.457 -.017
.355
.054 -.123
0018 VAR0
-.187
.247
.053 -.048
.053
.320
.205 -.364 -.095 -.242
-.288 -.230
.027 -.325
.154 -.114 -.101
.239 -.457 .569a -.204 -.241
.090 -.087
.106 -.278 -.078 -.023
.077 -.132
.156
.131
.241
.145 -.110
.059
.011 -.047 -.067 -.068
.027 -.061 -.222 -.027
.093 -.014
.092 -.440
.352
0019 VAR0
.256
.114 -.475
.109
.031 -.093 -.017 -.204 .670a -.129 -.228
0020 VAR0
.270 -.143 -.055 -.227
.082
.136
.184 -.234 -.487
.054 -.241 -.129 .552a -.368
0021 VAR0
.004
.005
.456
.022 -.052 -.027
0022
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
.092 -.193
.355 -.123
.352 -.228 -.368 .474a
100
Lanjutan Lampiran 4 Communalities Initial
Extraction
VAR00001
1.000
.720
VAR00002
1.000
.787
VAR00003
1.000
.715
VAR00004
1.000
.619
VAR00005
1.000
.342
VAR00006
1.000
.764
VAR00007
1.000
.718
VAR00008
1.000
.629
VAR00009
1.000
.673
VAR00010
1.000
.769
VAR00011
1.000
.768
VAR00012
1.000
.814
VAR00013
1.000
.691
VAR00014
1.000
.681
VAR00015
1.000
.835
VAR00016
1.000
.724
VAR00017
1.000
.778
VAR00018
1.000
.720
VAR00019
1.000
.879
VAR00020
1.000
.806
VAR00021
1.000
.781
VAR00022
1.000
.799
Extraction Method: Principal Component Analysis.
101
Lanjutan Lampiran 4 Total Variance Explained
Cumulativ
Variance
20.437
4.496
20.437
20.437
3.034
13.790
13.790
2
3.546
16.118
36.555
3.546
16.118
36.555
2.297
10.440
24.230
3
2.529
11.496
48.051
2.529
11.496
48.051
2.253
10.240
34.470
4
1.783
8.106
56.157
1.783
8.106
56.157
2.238
10.174
44.645
5
1.353
6.152
62.308
1.353
6.152
62.308
2.215
10.069
54.714
6
1.252
5.690
67.998
1.252
5.690
67.998
2.184
9.929
64.643
7
1.051
4.779
72.777
1.051
4.779
72.777
1.790
8.134
72.777
8
.885
4.024
76.801
9
.856
3.891
80.692
10
.812
3.689
84.381
11
.598
2.717
87.098
12
.529
2.404
89.502
13
.481
2.186
91.688
14
.405
1.841
93.528
15
.326
1.484
95.012
16
.252
1.144
96.156
17
.187
.849
97.005
18
.184
.834
97.840
19
.157
.714
98.553
20
.131
.596
99.149
21
.106
.483
99.633
22
.081
.367 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
e%
Total
20.437
% of
e%
4.496
% of
Total
Cumulativ
Loadings
Variance
Squared Loadings e%
Cumulativ
Variance
Rotation Sums of Squared
1
% of
Total
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of
102
Lanjutan Lampiran 4
103
Lanjutan Lampiran 4 Component Matrix
a
Component 1
2
3
4
5
6
7
VAR00018
.665
-.270
.063
.405
-.119
-.139
-.055
VAR00011
.616
.053
-.245
-.494
-.072
-.275
.033
VAR00008
.611
-.092
.054
.151
.184
.167
-.400
VAR00020
.594
-.265
.434
-.009
-.071
-.215
.379
VAR00004
.543
-.295
.244
.281
-.125
.197
.211
VAR00005
.501
-.038
-.037
-.163
.094
.198
.115
VAR00002
.467
-.442
-.390
.119
.037
.049
.451
VAR00003
.449
-.278
-.414
.448
.060
.226
-.100
VAR00015
.022
.832
-.018
.222
.170
-.251
-.019
VAR00016
.044
.766
-.195
.228
.039
.032
.208
VAR00017
.058
.765
.000
.373
.062
-.159
.146
VAR00014
.243
.742
.093
.193
-.013
-.143
.065
VAR00009
.364
.386
.323
-.263
-.138
.355
-.269
VAR00006
.417
.220
-.489
.578
.084
.279
.075
VAR00019
.482
-.177
.555
.283
.099
-.335
-.324
VAR00022
.053
.381
.553
-.330
-.183
.301
.336
VAR00013
.366
.321
-.393
-.183
.388
.328
-.085
VAR00012
.551
.055
-.140
-.629
.162
-.256
.001
VAR00010
.475
-.007
.328
-.172
.590
-.238
.009
VAR00001
.522
.145
-.186
.020
-.583
-.227
.012
VAR00007
.426
.306
-.146
-.162
-.544
.032
-.314
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 7 components extracted.
104
Lanjutan Lampiran 4 Component Transformation Matrix Component
1
2
3
4
5
6
7
1
.091
.500
.453
.446
.454
.147
.332
2
.858
-.340
-.165
.089
.065
.285
.166
3
-.031
.042
.452
-.497
-.072
.703
-.217
4
.367
.343
.364
.061
-.720
-.294
-.080
5
.123
-.170
.220
.339
.264
-.119
-.842
6
-.253
-.006
-.264
.626
-.425
.539
-.062
7
.202
.698
-.559
-.188
.126
.111
-.310
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.