ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM. D34104050. 2008. Analisis Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Skripsi. Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. Pembimbing Anggota : Ir. Burhanuddin, MM. Sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi pembangunan ekonomi di Negara Indonesia yang merupakan negara agraris. Salah satu subsektor yang paling berperan dalam pembangunan pertanian adalah subsektor peternakan. Salah satu pilar utama dalam subsektor peternakan yang patut dikembangkan adalah usahaternak sapi perah yang menghasilkan komoditi utama berupa produk pangan bergizi tinggi yakni susu. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari susu merupakan peluang bagi pengembangan usahaternak sapi perah karena akan meningkatkan konsumsi susu. Kebutuhan masyarakat akan produk susu ini ternyata belum bisa terpenuhi sepenuhnya oleh produksi nasional, bahkan faktanya Indonesia mengalami defisit 70 persen susu. Tingkat produksi susu nasional yang masih rendah ini merupakan tantangan bagi usahaternak sapi perah untuk melakukan pengembangan produksi. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra pengembangan usahaternak sapi perah karena produksi susu pada propinsi ini mencapai angka 43 persen dari produksi susu nasional. Populasi ternak sapi perah terbesar di Jawa Barat terdapat di Kabupaten Bandung khususnya wilayah Kecamatan Lembang. Daerah ini memiliki rataan produksi susu mencapai 13.384 Kg per hari dan merupakan produksi susu terbesar di Jawa Barat sehingga mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut agar dapat mencapai kemandirian produksi. Usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang sebagian besar merupakan usaha peternakan rakyat berskala kecil dengan ciri kepemilikan ternak sapi perah yang masih rendah serta merupakan usaha yang terintegrasi dengan usaha tani. Kepemilikan ternak yang masih rendah ini berkaitan dengan jenis tenaga kerja yang digunakan yakni didominasi oleh penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga. Skala usahaternak yang masih skala kecil ini berpeluang untuk dilakukan pengembangan. Sehingga diperlukan suatu analisis tentang potensi tenaga kerja keluarga pada rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang untuk mengetahui seberapa besar pengembangan dapat dilakukan berdasarkan potensi tenaga kerja dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) curahan waktu kerja masingmasing tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan untuk pengelolaan usahaternak sapi perah, (2) mengetahui potensi tenaga kerja dalam keluarga untuk pengelolaan usahaternak sapi perah, dan (3) mengetahui pengembangan usahaternak sapi perah rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang berdasarkan potensi tenaga kerja keluarga. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli hingga September 2007 yang didesain sebagai penelitian survey di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Sampel sebanyak 340 Rumah Tangga Peternak dari 5894 Rumah Tangga Peternak di KPSBU yang tersebar di 3 wilayah kerja besar KPSBU, diambil dengan
menggunakan metode Cluster Random Sampling. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif, analisis curahan tenaga kerja dalam keluarga, dan analisis potensi tenaga kerja dalam keluarga. Curahan waktu kerja masing-masing tenaga kerja keluarga untuk pengelolaan usahaternak sapi perah adalah 0,6922 HKP hingga 1,2528 HKP per hari untuk tenaga kerja suami, 0,1959 HKP hingga 0,4541 HKP per hari untuk tenaga kerja istri, 0,0000 HKP hingga 0,1024 HKP per hari untuk tenaga kerja anak kecil, 0,0377 HKP hingga 0,1912 HKP per hari untuk tenaga kerja anak dewasa laki-laki, dan 0,0136 HKP hingga 0,0208 HKP per hari untuk tenaga kerja anak dewasa perempuan. Potensi tenaga kerja dalam keluarga rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang adalah 0,7999 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala satu, 0,4493 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala dua, dan 0,3415 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala 3. Pengembangan usahaternak sapi perah pada masing-masing rumah tangga peternak adalah 2,6469 Satuan Ternak (ST) pada rumah tangga peternak skala satu, 2,0379 ST pada rumah tangga peternak skala duan, dan 1,8317 ST pada rumah tangga peternak skala tiga. Kata-kata kunci : curahan tenaga kerja, tenaga kerja keluarga, kegiatan usahaternak sapi perah, pengembangan usahaternak sapi perah
ABSTRACT Family’s Labour Potential Analysis For Dairy Farm Business Development At Lembang, Bandung Regency Septianingrum, A. P., S. Mulatsih, and Burhanuddin The aims of this research were: (1) to know each family’s labour effusing for dairy farm’s activity, (2) to know family’s labour potential for dairy farm’s activity, (3) to know the development of dairy farm business based on family’s labour potential in Sub District Lembang, Bandung.This research was held on JulySeptember 2007. Primary data was obtained by observation and direct interview using a questioner list. Secondary data was obtained from relevant institutions sources which related with the topic research. The methods are descriptive analyze, labour effusing analyze, and family’s labour potential for dairy farm busineess’s development in Subdistrict Lembang. The effusing for each family’s labour in dairy farm’s activity are 0,6922 Mandays until 1,2528 Mandays for husbands, 0,1959 Mandays until 0,4541 Mandays for wives, 0,0000 Mandays until 0,1024 Mandays for childrens, 0,0377 Mandays until 0,1912 Mandays for adult sons, and 0,0136 Mandays until 0,0208 Mandays for adult daughters. Family’s labour potential for dairy farm’s activity are 0,7999 Mandays at 1st farmer households, 0,4493 Mandays at 2nd farmer households, and 0,3415 Mandays at 3rd farmer households. The dairy farm busineess’s development by family’s labour potential are 2,6469 Animal Unit (AU) at 1st farmer households, 2,0379 AU at 2nd farmer households, and 1,8317 AU 3rd farmer households. Keywords: family’s labour, labour effusing, dairy activity, dairy farm development
ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM D 34104050
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
Oleh : AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM D 34104050
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 04 September 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. NIP. 131 849 397
Ir. Burhanuddin, MM. NIP. 132 232 454
Dekan Fakultas Peternakan
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr. NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 4 September 1986 di Semarang, Jawa Tengah. Penulis adalah anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Trijono Widodo dan Ibu Suharti. Penulis mulai mengenyam pendidikan di TK PGRI 44 Semarang pada tahun 1991 hingga 1992, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri Rogojembangan 03 Semarang pada tahun 1992 hingga tahun 1998. Pendidikan lanjutan pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 3 Semarang. Penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan tingkat atas pada tahun 2004 di SMA Negeri 1 Semarang. Penulis melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor (IPB) Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2004. Selama masa pendidikan penulis pernah mendapatkan beasiswa, yakni pada tahun 1995 hingga 1997 penulis memperoleh beasiswa dari Pemerintah Kota Semarang, tahun 1997 penulis juga memperoleh beasiswa dari Radio Gajahmada Semarang. Tahun 2006 hingga 2007 penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di berbagai organisasi meliputi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) periode 2004-2005 dan periode 2005-2006 sebagai staf kesekretariatan, dan pada periode 2006-2007 sebagai staff Departemen Profesi dan Ilmu Kewirausahaan. Pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman IPB periode 2005-2006 dan periode 2006-2007 menjadi pengurus sebagai staf divisi Pengembangan Minat dan Bakat. Penulis juga merupakan anggota Paguyuban Putra Kota Atlas Semarang (Patra Atlas Semarang). Selain aktif di organisasi, penulis juga mengikuti pentas kesenian baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Puji Syukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT, penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung” inipun telah dapat diselesaikan. Peternakan sapi perah di Indonesia merupakan usaha skala kecil dengan salah satu cirinya adalah kepemilikan ternak yang kecil dan dominasi penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Upaya pengembangan usahaternak sapi perah di Indonesia sangat dituntut untuk memenuhi kebutuhan permintaan susu yang terus meningkat. Upaya pengembangan dapat dilakukan dengan mengamati ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga dari masing-masing rumah tangga peternak. Kecamatan Lembang yang merupakan daerah penghasil susu terbesar di Jawa Barat diharapkan mampu menjadi tulang punggung produksi susu nasional. Usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang ini dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan potensi tenaga kerja dalam keluarga tumah tangga peternaknya. Penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Skripsi ini bukanlah suatu bentuk tulisan yang sempurna dan bebas dari kesalahan. Saran, masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap karya kecil ini menjadi salah satu karya terbaik yang bisa penulis persembahkan terutama untuk keluarga tercinta. Amin!
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ..................................................................................................
ii
ABSTRACT......................................................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv PENDAHULUAN ............................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Permasalahan ....................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................. Kegunaan Penelitian ............................................................................
1 2 3 3
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
6
Usahaternak Sapi Perah ........................................................................ Karakteristik Usahaternak Sapi Perah ........................................ Kesesuaian Iklim untuk Sapi Perah ............................................. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah ....................................... Lahan ........................................................................................... Tenaga Kerja Keluarga.......................................................................... Curahan Tenaga Kerja pada Usahaternak Sapi Perah...........................
5 6 7 7 11 11 12
METODE PENELITIAN ................................................................................
14
Lokasi dan Waktu ................................................................................ Populasi dan Sampel ............................................................................ Desain Penelitian ................................................................................. Data dan Instrumentasi ........................................................................ Analisis Data ........................................................................................ Analisis Deskriptif ...................................................................... Analisis Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga ....................... Analisis Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga.......................... Definisi Istilah.......................................................................................
14 14 14 15 15 15 15 15 16
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................................
19
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
25
Karakteristik Responden ...................................................................... Karakteritik Keluarga ..................................................................
25 25
Tingkat Pendidikan Formal Peternak .......................................... Pengalaman Beternak Peternak ................................................... Kendala Beternak ........................................................................ Sumber Pendapatan Rumah Tangga Peternak Sapi Perah........... Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah ............................................... Penyediaan Bibit.......................................................................... Kepemilikan dan Komposisi Ternak Sapi Perah......................... Pemberian Pakan ......................................................................... Perkandangan............................................................................... Penanganan Penyakit dan Reproduksi......................................... Pemerahan, Produksi Susu, dan Penanganan Pasca Panen ......... Penanganan Limbah .................................................................... Pemasaran Hasil .......................................................................... Tenaga Kerja ........................................................................................ Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Kegiatan Produktif ...................................................................................... Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Usahaternak Sapi Perah...................................................... Curahan Tenaga Kerja untuk Usaha Di Luar Usahaternak Sapi Perah...................................................... Curahan Tenaga Kerja untuk Kegiatan Reproduktif ................... Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah ...............................................................
26 27 27 28 29 29 29 30 32 34 35 37 37 38
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….
48
UCAPAN TERIMAKASIH ………………………………………………….
49
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...
51
LAMPIRAN …………………………………………………………………..
53
39 39 45 46 48
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Rata-rata Efisien Tenaga Kerja Sapi Perah di Kunak Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor .......................................................
13
2. Efisiensi Tenaga Kerja Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Pangalengan .......................................................................................
13
3. Perhitungan Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang (per hari).............................................................................................
16
4. Tingkat Pendidikan Akhir Penduduk Kecamatan Lembang tahun 2006....................................................................................................
19
5. Distribusi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Lembang .........................................................................
20
6. Alokasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Lembang Tahun 2006 ....
20
7. Populasi Ternak Sapi Perah di Kabupaten Bandung pada Tahun 2007 (ekor).........................................................................................
21
8. Populasi Ternak di Kecamatan Lembang tahun 2006 .......................
22
9. Perubahan Jumlah Anggota KPSBU Tahun 2004-2006....................
22
10. Pembagian Rumah Tangga Peternak ke dalam Tiga Skala Usaha Berdasarkan Kepemilikan Ternak Sapi Perah ..................................
25
11. Karakteristik Keluarga Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang ............................................................................................
26
12. Tingkat Pendidikan Formal Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang ............................................................................................
27
13. Pengalaman Beternak Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang ............................................................................................
27
14. Kendala Beternak Berdasarkan Pendapat Peternak Sapi Perah..................................... .............................................................
28
15. Kombinasi Usaha yang dilakukan oleh Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang .........................................................................
28
16. Rata-rata Komposisi Ternak Sapi Perah yang dimiliki oleh Peternak di Kecamatan Lembang ......................................................
30
17. Pemberian Pakan Sapi Perah di Kecamatan Lembang ......................
31
18. Bahan Atap Kandang yang digunakan Peternak di Kecamatan Lembang ............................................................................................
32
19. Jenis Lantai Kandang yang digunakan Peternak di Kecamatan Lembang ............................................................................................
33
20. Posisi Kandang Sapi Perah dari Rumah Peternak .............................
34
21. Umur Beranak Pertama dan Nilai S/C Ternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang .........................................................................
35
22. Rata-rata Kepemilikan Sapi Laktasi dan Produksi Susu ...................
37
23. Alokasi Waktu Rata-rata Masing-masing Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Masing-masing Kegiatan dalam Usahaternak Sapi Perah (HKP)...............................................................................
40
24. Kebutuhan dan Kemampuan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang ....................
44
25. Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Kegiatan Produktif di Luar Usahaternak Sapi Perah (HKP).............................
45
26. Curahan Kerja Masing-masing Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk kegiatan Reproduktif................................................................
46
27. Tenaga Kerja yang Diserap untuk Semua Kegiatan (HKP per hari) ....................................................................................................
47
28. Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang ..............................
48
29. Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Berdasarkan Potensi Tenaga Kerja yang dimiliki Masing-masing Rumah Tangga Peternak..............................................................................................
49
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran ...............................................................
5
2. Pemerahan yang dilakukan Oleh Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang .........................................................................
36
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Peta Kecamatan Lembang .................................................................
55
2. Struktur Organisasi KPSBU Lembang 2007 ....................................
56
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi pembangunan ekonomi di Negara Indonesia yang merupakan negara agraris. Salah satu subsektor yang paling berperan dalam pembangunan pertanian adalah subsektor peternakan. Salah satu pilar utama dalam subsektor peternakan yang patut dikembangkan adalah usahaternak sapi perah yang menghasilkan komoditi utama berupa produk pangan bergizi tinggi yakni susu. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari susu merupakan peluang bagi pengembangan usahaternak sapi perah karena akan meningkatkan konsumsi susu. Kebutuhan masyarakat akan produk susu ini ternyata belum bisa terpenuhi sepenuhnya oleh produksi nasional, bahkan faktanya Indonesia mengalami defisit 70 persen susu, karena dari kebutuhan sekitar 1,4 miliar liter, produksi susu nasional hanya sekitar 350 juta liter/tahun (Gappmi, 2007). Tingkat produksi susu nasional yang masih rendah ini merupakan tantangan bagi usahaternak sapi perah untuk melakukan pengembangan produksi. Usahaternak sapi perah merupakan salah satu bidang usahaternak yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan subsektor peternakan, khususnya di Jawa Barat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra pengembangan usahaternak sapi perah karena produksi susu pada propinsi ini mencapai angka 43 persen dari produksi susu nasional. Populasi ternak sapi perah terbesar di Jawa Barat terdapat di Kabupaten Bandung yang merupakan sentra produksi susu. Salah satu kawasan produksi susu di Kabupaten Bandung berada di wilayah Kecamatan Lembang. Daerah ini berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan susu nasional, rataan produksi susu mencapai 13.384 Kg per hari dan merupakan produksi susu terbesar di Jawa Barat. Daerah ini mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut agar dapat mencapai kemandirian produksi sehingga mampu memenuhi permintaan susu lokal yang selama ini tergantung pada susu impor. Usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang sebagian besar merupakan usaha peternakan rakyat berskala kecil dengan ciri kepemilikan ternak sapi perah yang masih rendah serta merupakan usaha yang terintegrasi dengan usaha tani. Kepemilikan ternak yang masih rendah ini berkaitan dengan jenis tenaga kerja yang
digunakan yakni didominasi oleh penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga. Skala usahaternak yang masih skala kecil ini berpeluang untuk dilakukan pengembangan. Sehingga diperlukan suatu analisis tentang potensi tenaga kerja keluarga pada rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang untuk mengetahui seberapa besar pengembangan dapat dilakukan berdasarkan potensi tenaga kerja dalam keluarga Permasalahan Usahaternak sapi perah merupakan salah satu pilar dari subsektor peternakan yang patut dikembangkan lebih lanjut. Mengingat meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dari susu mengakibatkan peningkatan konsumsi susu. Peningkatan konsumsi susu merupakan potensi sekaligus tantangan bagi pemerintah untuk mampu memenuhi kebutuhan susu dalam negeri. Selama ini sebagian besar kebutuhan susu dalam negeri masih dipenuhi dari impor. Hal ini yang mendesak pemerintah kita harus melakukan usaha pengembangan untuk usahaternak sapi perah untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri. Salah satu wilayah sentra produksi susu di Indonesia adalah Kecamatan Lembang. Usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang didominasi oleh usaha skala kecil. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga masih berperan penting dalam pengelolaan usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang. Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam usahaternak terutama usahaternak sapi perah, sehingga diperlukan suatu analisis untuk mengetahui potensi tenaga kerja dari dalam keluarga untuk pengembangan usahaternak sapi perah. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1.
Bagaimana curahan waktu kerja tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan untuk pengelolaan usahaternak sapi perah rakyat di Kecamatan Lembang?
2.
Bagaimana potensi tenaga kerja dalam keluarga untuk pengelolaan usahaternak sapi perah rakyat di Kecamatan Lembang?
3.
Bagaimana pengembangan usahaternak sapi perah rakyat di rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang berdasarkan potensi tenaga kerja keluarga?
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui curahan waktu kerja masing-masing tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan untuk pengelolaan usahaternak sapi perah rakyat di Kecamatan Lembang
2.
Mengetahui potensi tenaga kerja dalam keluarga untuk pengelolaan usahaternak sapi perah rakyat di Kecamatan Lembang
3.
Mengetahui pengembangan usahaternak sapi perah di rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang berdasarkan potensi tenaga kerja keluarga Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
1.
Pemerintah setempat dalam mengambil keputusan dan kebijakan pengembangan usahaternak sapi perah
2.
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara sebagai bahan evaluasi dalam upaya pengembangan usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang.
KERANGKA PEMIKIRAN Rumah tangga peternak sapi perah memiliki ketersediaan tenaga kerja keluarga. Tenaga kerja keluarga ini digunakan untuk berbagai kegiatan seperti kegiatan produktif atau kegiatan usaha dan kegiatan reproduktif seperti kegiatan mengurus rumah tangga dan bersekolah. Untuk kegiatan produktif, rumah tangga peternak sapi perah ternyata tidak hanya memiliki usahaternak sapi perah saja, tetapi juga memiliki usaha lain seperti usahatani, usahaternak non sapi perah, dan usaha lainnya. Tenaga kerja keluarga memiliki peran yang penting untuk pengelolaan usaha-usahanya. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ini tidak hanya untuk pemeliharaan usahaternak sapi perah saja melainkan juga untuk pengelolaan kegiatan produktif lain termasuk juga curahan waktu untuk kegiatan reproduktif. Kegiatan reproduktif merupakan kegiatan yang bersifat wajib dilakukan setiap hari seperti mengurus rumah tangga bagi istri dan anak dewasa perempuan, juga kegiatan bersekolah bagi tenaga kerja anak. Usahaternak sapi perah memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan susu nasional melalui penambahan jumlah ternak sapi perah yang diusahakan. Usahaternak sapi perah membutuhkan tenaga kerja untuk pengelolaan yang bersifat harian. Potensi tenaga kerja dalam keluarga perlu diketahui untuk melihat seberapa besar peluang pengembangan usahaternak sapi perah pada rumah tangga peternak di Kecamatan Lembang.
Rumah Tangga Peternak Sapi Perah
Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Curahan Kerja
Kegiatan Reproduktif
Kegiatan Produktif
Usahaternak Sapi Perah
Usaha di luar usahaternak sapi perah
Potensi Tenaga Kerja Keluarga
Potensi Tenaga Kerja Keluarga unuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Usahaternak Sapi Perah Karakteristik Usahaternak Sapi Perah Sapi perah merupakan komoditi yang paling efisien dalam mengubah makanan ternak menjadi protein hewani. Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh. Komposisi peternak sapi perah diperkirakan terdiri dari 80 persen peternak kecil dengan kepemilikan sapi perah kurang dari empat ekor, 17 persen peternak dengan kepemilikan sapi perah 4-7 ekor dan tiga persen peternak dengan pemilikan sapi perah dari 7 ekor (Sudono, 1999). Pola pemeliharaan dan usahaternak sapi perah antara lain: (1) usahaternak perah rakyat, dalam usahaternak rakyat biasanya mereka bertempat tinggal jauh di luar kota, di lereng-lereng gunung dimana kehidupan sehari-harinya terutama usaha pertanian sayuran. Mereka memiliki sapi sekitar 2-3 ekor saja. Seluruh kebutuhan akan ternaknya, baik bahan makanan maupun pemeliharaannya diusahakan sendiri. Hijauan Makanan Ternak dipenuhi dari sisa-sisa pertanian atau rerumputan di sekitar pekarangan, (2) Usahaternak perah khusus pengusaha susu, usahaternak perah kecil khususnya pengusaha susu, umumnya mereka bertempat tinggal tidak jauh dari kota besar, memiliki sapi yang relatif banyak, biasanya lebih dari 10 ekor. Kebutuhan akan bahan makanan oleh pembesaran pedet-pedetnya sebagian besar diusahakan sendiri, dan (3) Usahaternak sapi perah komersil, usahaternak sapi perah komersil pada umumnya diselenggarakan di kota-kota besar dan sekitarnya. Kebanyakan usahanya cukup besar. Demikian pula kemampuan dalam segi finansial cukup besar dan kemampuan teknis cukup terampil. (Sudardjat dan Pambudy, 2000) Usahaternak sapi perah di Indonesia didominasi oleh skala kecil dengan kepemilikan ternak kurang dari empat ekor (80%), 4-7 ekor (17%) dan lebih dari tujuh ekor (3%). Hal itu menunjukkan bahwa produksi susu nasional sekitar 64 persen disumbangkan oleh usahaternak sapi perah skala menengah dan usahaternak sapi perah skala kecil. (Swastika, et.al, 2005)
Kesesuaian Iklim untuk Sapi Perah Sudono et al. (2003) menyebutkan bahwa usaha sapi perah hanya bisa dilaksanakan di daerah-daerah tertentu dengan kondisi bahwa syarat hidup sapi FH dan sapi perah dari Eropa lainnya adalah dataran tinggi dengan suhu 15-210 C. Namun peranakan FH dapat hidup di dataran rendah. Sedangkan Sutardi (1981) menyebutkan bahwa sapi perah khususnya sapi perah turunan impor seperti Fries Holland sangat menghendaki lingkungan yang beriklim sejuk untuk produksi susu yang optimal. Lokasi yang baik untuk beternak sapi perah adalah wilayah yang memiliki ketinggian sekurang-kurangnya 800 meter di atas permukaan air laut dengan temperatur rataan 18,30 Celcius dan kelembaban 55 persen. Namun demikian sapi perah FH atau peranakan FH ternyata masih dapat berproduksi pada dataran rendah. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah Penyediaan Bibit.
Bibit sapi perah yang akan dipelihara akan sangat menentukan
keberhasilan dari usaha ini. Pemilihan bibit sebaiknya dipersiapkan. Umur bibit sapi perah yang betina yang ideal adalah 1,5 tahun dengan bobot badan sekitar 300 kilogram. Sementara itu umur pejantan 2 tahun dengan bobot 350 kilogram (Sudono et al., 2003). Menurut penelitian Suherni (2006), upaya peningkatan produksi susu selain ditentukan oleh pakan yang diberikan, juga ditentukan oleh kondisi bibit yang tersedia. Kepemilikan Sapi Laktasi. Persentase kepemilikan sapi laktasi merupakan faktor penting dalam tatalaksana yang baik suatu usahaternak sapi perah untuk menjamin pendapatan peternak. Bila dilihat dari segi persentase pemilikan sapi laktasi masingmasing skala berturut-turut adalah 36,36 persen untuk skala 1, 36,96 persen pada skala 2, dan 34,17 persen pada skala 3. Jumlah ini masih belum mencapai persentase yang baik (Capah, 2008). Menurut sudono, (1999) peternakan sapi perah yang mempunyai sapi laktasi lebih dari 60 persen adalah yang paling menguntungkan. Pemberian pakan. Sudono (2002) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Sapi perah yang produksinya tinggi sekalipun, bila tidak mendapatkan makanan yang cukup baik kuantitas dan kualitasnya maka tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya. Pakan sapi perah terbagi atas dua golongan, yaitu pakan
berserat dan bahan pakan konsentrat (Sudono, 1999). Pakan yang diberikan bertujuan untuk menyeimbangkan ransum dengan menyediakan zat makanan yang rendah nilainya dalam hijauan. Pakan yang terlalu banyak berupa hijauan akan menyebabkan kadar lemak susu tinggi, karena lemak susu tergantung dari kandungan serat kasar dalam pakan (Sudono, 1999). Faktor-faktor yang mempengaruhi keefisienan penggunaan pakan ternak adalah (1) tipe ternak yang digunakan, (2) kesukaan pakan (palatabilitas), dan (3) metode pengelolaan ternak (Williamson dan Payne, 1993). Perkandangan.
Kandang merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
peternakan sapi perah, hal ini menyangkut pada pengawasan dan kesehatan ternak (Agustina, 2007). Sudono (2002) menyebutkan kandang sapi perah yang efektif harus dirancang untuk memenuhi persyaratan dan kenyamanan ternak, enak dan nyaman untuk operator, efisien untuk tenaga kerja dan pemakaian alat-alat dan disesuaikan dengan peraturan kesehatan ternak. Sudono et al. (2003) menjelaskan kandang sapi yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Persyaratan umum kandang untuk kandang sapi perah sebagai berikut: 1) Sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari sehingga kandang tidak lembab. Kelembaban ideal yang dibutuhkan sapi perah adalah 60-70 persen 2) Lantai kandang selalu kering 3) Tempat pakan yang lebar sehingga memudahkan sapi dalam mengkonsumsi pakan yang disediakan 4) Tempat air dibuat agar air selalu tersedia sepanjang hari. Penanganan Penyakit dan Perkawinan.
Program kesehatan pada peternakan
sapi perah hendaknya dijalankan secara teratur, terutama di daerah-daerah yang sering terjangkiti penyakit menular, misalnya Tuberkulosis (TBC), Brucellosis, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Radang Limpa, dan lain-lain. Di daerah-daerah dimana sering terjadi penyakit-penyakit, hendaklah dilakukan vaksinasi secara teratur terhadap penyakit (Sudono, 1999). Beberapa penyakit tidak menyebabkan kematian pada anak sapi. Namun, anak sapi yang lemah dan kurus sangat peka terhadap penyakit dan mudah terserang
penyakit lainnya. Umumnya penyakit-penyakit pada anak sapi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau karena tata laksana pemberian pakan yang buruk (Sudono, et al., 2003). Perkawinan sapi perah dapat dilakukan dengan dua cara, yakni kawin alam dan kawin suntik (inseminasi buatan). Kawin alam biasa dilakukan peternak besar dengan biaya yang relatif mahal karena harus memelihara pejantan. Kawin suntik biasa dilakukan oleh peternak kecil karena biaya yang lebih murah. Tanda-tanda birahi pada sapi penting diketahui oleh peternak untuk menjamin keberhasilan setiap perkawinan. Periode birahi rata-rata 21 hari sekali, tetapi dapat pula sapi-sapi yang memiliki periode bervariasi 17-26 hari. Lama birahi ini berlangsung selama 6-36 jam dengan 18 jam untuk betina dewasa dan 15 jam untuk sapi dara (Sudono et al., 2003). Pemerahan. Menurut (Sudono, 2002), pengaturan jadwal pemerahan yang baik memberi kesempatan bagi pembentukan air susu di dalam ambing secara berkesinambungan, tidak ada saat berhenti untuk mensintesa air susu, sehingga produksinya menjadi maksimal. Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerahan itu, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas susu. Bila sapi diperah empat kali sehari, kadar lemak akan tinggi pada besok paginya pada pemerahan yang pertama. Sudono et al. (2003) menyebutkan bahwa jika sapi diperah dua kali sehari dengan jarak waktu pemerahan sama, maka akan sedikit sekali perubahan susunan susu tersebut. Semakin sering diperah hasil susu akan naik. Pemerahan yang dilakukan lebih dari dua kali sehari, biasanya dilakukan untuk sapi yang berproduksi tinggi. Peningkatan produksi susu akibat pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dibanding sapi yang diperoleh sapi yang diperah dua kali sehari. Produksi Susu dan Penanganan Susu Pasca Panen.
Kemampuan sapi perah
Fries Holland (FH) untuk menghasilkan susu pada sistem pemeliharaan Indonesia masih rendah dengan tingkat variasi produksi yang cukup jauh antar peternakan sapi perah (Centras, 2005). Menurut Sudono (1999), bahwa sapi yang telah dikawinkan dan bunting akan menghasilkan susu yang lebih sedikit daripada sapi setelah melahirkan sampai dia dikawinkan kembali. Pada masa produksi, peternak harus melakukan manajemen secara optimal, sehingga hasil yang diperoleh optimal pula
Sapi-sapi yang beranak pada umur yang lebih tua (3 tahun) akan menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi-sapi yang beranak pada umur muda (2 tahun). Produksi susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sapi sampai sapi itu berumur tujuh tahun atau delapan tahun, yang kemudian setelah umur tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11-12 tahun. Hal ini disebabkan kondisi telah menurun sehingga aktivitas kelenjar ambing sudah berkurang dan senilitas (Sudono, 2002). Meningkatnya hasil susu tiap laktasi dari umur dua sampai tujuh tahun disebabkan bertambahnya besar sapi karena pertumbuhan, jumlah tenunan dalam ambing juga bertambah. Susu sapi segar harus segera ditangani dengan cepat dan benar karena sifat susu segar sangatlah mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk menampung susu adalah milk can. Sebelum dimasukkan ke dalam milk can, susu disaring terlebih dahulu agar bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu tidak terbawa ke dalam wadah. Pendinginan susu pada suhu 40 C bertujuan agar susu dapat tahan lama dan bakteri tidak mudah berkembang biak (Sudono et al., 2003). Penanganan Limbah.
Limbah usaha peternakan sapi perah berasal dari
kotoran sapi perah baik dalam bentuk padat (feces) maupun cair (air seni/urine) serta sisa pakan yang tidak dimakan atau tercecer (Effendi, 2002). Sapi laktasi yang mempunyai bobot badan 450 Kg membutuhkan rumput kurang lebih 30 Kg, konsentrat 6 Kg, air 50 liter per ekor per hari serta menghasilkan limbah berupa feces dan urine kurang lebih sebanyak 25 Kg per ekor per hari (Sudono, 1999). Menurut Widarto dan Suryanta (1995) limbah peternakan limbah peternakan yang berupa feces dan sisa pakan memerlukan penanganan secara khusus. Penangangan yang biasa dilakukan oleh petani/peternak adalah menampung di dalam kolam terbuka sehingga proses fermentasi aerobik dan degradasi senyawa organik berlangsung sangat lambat. Pemasaran dan Distribusi. Untuk mendapatkan keuntungan yang baik dari penjualan susu, maka peternak harus mencari tempat dimana pengangkutan mudah atau mudah menyalurkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat karena susu mudah busuk. Peternak harus dapat menyalurkan susu ke penjual (dealer) di
kota, atau secara teratur membayar pada tingkat harga yang tinggi dan mempunyai reputasi menjual hasil yang berkualitas tinggi (Sudono, 1999). Lahan Lahan merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan peternakan sapi perah, karena lahan dalam peternakan dapat digunakan untuk membangun kandang dan menanam rumput sebagai penyedia hijauan, keberadaan lahan untuk penanaman rumput mutlak diperlukan. Lahan untuk kebutuhan ini disesuaikan dengan jumlah sapi perah yang dilakukan (Sudono et al., 2003). Pada dasarnya lahan harus sesuai untuk ditanami jagung, rumput-rumputan dan leguminosa (Sudono, 1999). Rahayu (1986) menyebutkan bahwa dalam peternakan sapi perah, lahan dibutuhkan terutama untuk penyediaan Hijauan Makanan Ternak (HMT). Ketersediaan lahan secara tidak langsung
mempengaruhi hubungan dengan
penampilan produksi sapi perah melalui hijauan pakan yang dihasilkannya. Tenaga Kerja Keluarga Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang utama. (Mubyarto, 1989). Menurut Simanjuntak (1998) tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik, tenaga kerja berbeda dengan faktor produksi lain. Perbedaan yang utama adalah sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu sendiri. Tenaga kerja menurut Soekartawi (1990) yaitu tersedianya tenaga kerja dalam jumlah yang memadai, kualitas tenaga kerja yang berkaitan dengan pengalaman beternak, penyerapan teknologi. Faktor penting yang juga diperhatikan pada faktor tenaga kerja adalah curahan tenaga kerja. Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berupa tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan. Soekartawi (2002) menyebutkan setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tidak memerlukan tenaga kerja
ahli (skilled). Penafsiran potensi tenaga kerja keluarga petani harus dibedakan antara tenaga kerja laki-laki dewasa (umur lebih dari 15 tahun), tenaga kerja wanita dewasa (umur lebih dari 15 tahun), dan tenaga kerja anak (umur kurang dari 15 tahun). Konversi yang digunakan secara berurutan dari kelompok umur tersebut adalah 1,0 HKP, 0,8 HKP, dan 0,5 HKP dengan rata-rata 8 jam kerja per hari (Soekartawi et al., 1986). Menurut Winaryanto (1990), pemanfaatan tenaga kerja keluarga merupakan masalah mendasar yang akan sangat menentukan bagi kelangsungan pembangunan nasional. Curahan Tenaga Kerja pada Usahaternak Sapi Perah Tenaga kerja diperlukan untuk pemeliharaan usahaternak sapi perah. Pemeliharaan adalah penyelenggaraan semua pekerjaan aau kegiatan yang berhubungan dengan kelanjutan hidup ternak sapi perah (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Pemeliharaan yang rutin dilakukan oleh peternak dimulai dari membersihkan kandang, memandikan sapi, memerah susu, memberikan makanan (hijauan dan konsentrat) mencari atau menyabit rumput dan membawa susu ke tempat penampungan (Gamawati, 1985). Inagurati (1985) menyebutkan bahwa kepala keluarga memiliki peranan utama dalam pemeliharaan ternak. Hampir semua jenis pekerjaan dipegang oleh kepala keluarga, sehingga jam kerja yang dicurahkannya pun paling besar di antara anggota keluarga yang lain. Seorang tenaga kerja di Indonesia cukup menangani 6-7 ekor sapi dewasa untuk mencapai efisiensi penggunaan tenaga kerja. Semakin banyak sapi yang dipelihara dalam suatu peternakan makin efisien tenaga yang dibutuhkan. Usaha peternakan sapi perah modern harus mempunyai tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman (Sudono, 1999). Pola curahan waktu kerja rumah tangga pada dasarnya merupakan pencerminan strategi rumah tangga dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan. Curahan waktu kerja merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk berbagai kegiatan. Dalam kehidupan nyata perilaku individu dalam mengalokasikan waktu kerjanya tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat upah, tetapi juga peubah-peubah sosial ekonomi lainnya (Sabainingrum, 1998)
Perhitungan efisiensi tenaga kerja pada Kunak sapi perah diperoleh dengan melihat perbandingan antara jumlah sapi yang dimiliki dalam Satuan Ternak (ST) serta jumlah curahan tenaga kerja dalam Hari Kerja Pria (HKP). Hasil perhitungan efisiensi tenaga kerja sapi perah di Kunak untuk masing-masing skala dan keseluruhan dijelaskan pada Tabel 1 (Sinaga, 2003). Tabel 1. Rata-rata Efisien Tenaga Kerja Sapi Perah di Kunak Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor No 1 2 3 4
Efisiensi Tenaga Kerja Rataan pemilikan (ST) HKP/hari HKP/ST/hari ST/HKP/hari
Skala 1 5,68 1,16 0,21 4,88
Skala 2 11,43 1,49 0,14 7,35
Skala 3 21,60 2,04 0,09 10,79
Keseluruhan 11,25 1,45 0,13 7,65
Hasil penelitian Sukraeni (1985) menunjukkan bahwa jumlah kebutuhan tenaga kerja pada usahaternak sapi perah di Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung pada rumah tangga peternak skala 1 adalah sebesar 0,51 HKP/ST, pada skala 2 sebesar 0,35 HKP/ST dan pada skala 3 sebesar 0,31 HKP/ST seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Efisiensi Tenaga Kerja Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Pangalengan Efisiensi Tenaga Kerja Skala Kepemilikan Jam kerja per ST (HKP/ST) Jumlah sapi perah/TK
Skala 1 1-2 0,51 1,03
Skala 2 3-4 0,35 1,55
Skala 3 5-6 0,31 1,91
Hartono (2006) mengatakan bahwa curahan tenaga kerja keluarga untuk sapi perah pada masing-masing skala 1, 2, dan 3 adalah 0,65 HKP/ST, 0,37 HKP/ST, dan 0,18 HKP/ST. Hal ini menunjukkan semakin banyak sapi yang dipelihara maka akan semakin efisien. Peningkatan tenaga kerja keluarga di dalam pelaksanaan usaha peternakan sapi perah rakyat pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kerja dari keluarga peternak itu sendiri, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pula hasil produksi usaha peternakan sapi perahnya (Winaryanto, 1990).
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung pada bulan Juli hingga bulan September 2007. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena Kecamatan Lembang merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung. Populasi dan Sampel Populasi adalah semua rumah tangga peternak sapi perah anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) yang tersebar 20 TPK (Tempat Pelayanan Koperasi) di 3 Wilayah Kerja Besar di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung sebanyak 5894 peternak. Pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini diketahui dengan menggunakan rumus Slovin:
Keterangan : n
= Ukuran Sampel (responden)
N
= Ukuran Populasi Peternak Sapi Perah
e
= Taraf Eror
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin (taraf eror 5,26%) diperoleh jumlah sampel untuk dianalisis berjumlah 340 sampel. Sampel tersebut berupa rumah tangga peternak yang kemudian dibagi ke dalam tiga skala usaha sesuai dengan tingkat kepemilikan ternak sapi perah. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif dengan metode yang digunakan adalah survey mengenai usahaternak sapi perah di wilayah kerja Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung.
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun secara terstruktur dan dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan-laporan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung, Kecamatan Lembang, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), dan instansi lain yang terkait, serta literatur yang relevan dengan penelitian ini. Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan keadaan usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang. Analisis Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Analisis ini digunakan untuk menghitung curahan waktu kerja masingmasing tenaga kerja keluarga yang digunakan untuk beberapa kegiatan. Kegiatan yang dihitung curahan waktunya adalah kegiatan produktif dan kegiatan reproduktif. Kegiatan produktif yang dimaksud adalah kegiatan usaha seperti usahaternak sapi perah, usahatani, usahaternak non sapi perah, dan usaha lain. Kegiatan reproduktif yang dimaksud adalah kegiatan rumah tangga untuk tenaga kerja istri dan anak dewasa perempuan, serta kegiatan sekolah untuk semua tenaga kerja anak kecil dan anak dewasa yang masih sekolah. Analisis Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga Analisis ini digunakan untuk mengetahui potensi tenaga kerja dalam keluarga. Potensi tenaga kerja keluarga diketahui melalui hasil pengurangan antara jam kerja masing-masing tenaga kerja dalam keluarga yakni 8 jam dengan jumlah antara curahan kerja kegiatan produktif dan curahan kerja kegiatan reproduktif. Cara perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perhitungan Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang (per hari)
Uraian Ketersediaan Tenaga Kerja (HKP) (A) Curahan Kerja Kegiatan Produktif (HKP) (a) Curahan Kerja Kegiatan Reproduktif (HKP) (b) Jumlah Curahan Kerja (B)=(a)+(b) Potensi TK (HKP) (C)=(A)-(B)
Anak Dewasa Perempuan (4)
Anak Dewasa Laki-laki (5)
Suami (1)
Istri (2)
Anak Kecil (3)
A1
A2
A3
A4
A5
a1
a2
A3
a4
a5
b1
b2
B3
b4
b5
a1+ b1
a2+ b2
a3+ b3
a4+ b4
a5+ b5
C1
C2
C3
C4
C5
Potensi TK dalam keluarga adalah penjumlahan dari potensi masing-masing tenaga kerja dalam keluarga. Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga = C1 +C2 +C3 +C4 +C5
Pengembangan usahaternak sapi perah berdasarkan potensi tenaga kerja keluarga adalah Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga dibagi dengan kebutuhan kerja per ST.
Definisi Istilah Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Sumberdaya adalah segala sesuatu (faktor produksi) yang digunakan dalam usahaternak sapi perah yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya lingkungan yang mendukung usahaternak sapi perah Ternak Sapi Perah adalah ternak sapi yang dapat memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu yakni 10 bulan dalam satu tahun walaupun sudah disapih atau lepas susu
Tenaga Kerja Dalam Keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga sendiri meliputi suami, istri, dan anak dalam rumah tangga peternak sapi perah Ketersediaan Tenaga Kerja adalah total jam kerja tersedia dari seluruh tenaga kerja dalam keluarga pada masing-masing rumah tangga peternak Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga adalah total sisa jam kerja tersedia tenaga kerja keluarga setelah digunakan untuk beberapa kegiatan seperti kegiatan produktif dan kegiatan reproduktif Kegiatan Produktif adalah kegiatan yang dilakukan untuk usaha, seperti usahaternak sapi perah, usahatani, usahaternak non sapi perah, dan usaha lain Kegiatan Reproduktif adalah kegiatan yang wajib dilakukan setiap hari dan tidak bertujuan mendapatkan penghasilan seperti kegiatan mengurus rumah tangga untuk tenaga kerja istri dan anak dewasa perempuan, serta kegiatan sekolah untuk tenaga kerja anak Curahan Tenaga Kerja Usahaternak Sapi Perah adalah total waktu dalam satu hari yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan pemeliharaan ternak sapi perah Alokasi Waktu Tenaga Kerja adalah waktu yang digunakan oleh tenaga kerja per kegiatan pemeliharaan usahaternak sapi perah per hari Hari Kerja Pria (HKP) adalah standar yang digunakan untuk menghitung tenaga kerja yaitu satu hari kerja pria setara sama dengan 8 jam kerja pria dewasa dalam satu hari, 0,8 HKP untuk 8 jam kerja tenaga kerja wanita dewasa dan 0,5 HKP untuk 8 jam kerja tenaga kerja anak-anak Satuan Ternak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi ternak sapi, dimana satu ST setara dengan satu ekor sapi dewasa (laktasi, kering, dan jantan dewasa), 0,5 ST setara dengan satu ekor sapi dara dan jantan muda, dan 0,25 ST setara dengan satu ekor pedet Konsentrat adalah pakan penguat dalam bentuk ransum yang diperoleh peternak dari koperasi
Susu Segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun Produk susu adalah suatu produk yang diperoleh melalui pengolahan susu dengan penambahan sesuatu bahan atau tambahan makanan yang diperbolehkan yang diperlukan bagi proses pengolahan tersebut.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Lembang Kecamatan Lembang merupakan salah satu dari 45 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bandung. Lokasi Kecamatan Lembang berjarak 36,5 kilometer dari pusat Kabupaten Bandung. Batas-batas Kecamatan Lembang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parongpong, sebelah timur dengan Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Cilengkrang, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Bandung, dan Kecamatan Cimenyan (Lampiran 1). Kecamatan Lembang memiliki ketinggian tempat 1.200 sampai dengan 1.257 meter di atas permukaan laut (mdpl). Curah hujan di Kecamatan Lembang cukup tinggi yaitu antara 1800-2500 m/tahun. Kisaran suhu di daerah Kecamatan Lembang antara 15,6-16,80 C pada musim hujan dan 30,5 - 32,70 C pada musim kemarau (rataan suhu mencapai 15-180 C). Keadaan lingkungan yang sedemikian rupa sangat sesuai untuk usaha peternakan sapi perah. Penduduk Kecamatan Lembang pada tahun 2006 berjumlah 109.297 jiwa yang tersebar di 16 desa, namun sebarannya tidak merata. Jumlah penduduk berdasarkan Kepala Keluarga (KK) yaitu sebesar 25.238 KK. Tingkat pendidikan akhir penduduk Kecamatan Lembang didominasi oleh penduduk yang berpendidikan hingga tamat SD/sederajat yaitu sebesar 61,73 persen. Hanya sedikit penduduk yang berpendidikan hingga ke perguruan tinggi yaitu sebesar 0,51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan masih rendah. Tingkat pendidikan akhir penduduk di Kecamatan Lembang ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Akhir Penduduk Kecamatan Lembang tahun 2006 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMU/Sederajat Tamat Akademi/Universitas Jumlah
Jumlah (jiwa) 12.425 10.610 67.467 15.395 2.841 559 109.297
Sumber : Potensi Desa di Kecamatan Lembang, 2006 (data diolah)
Persentase (%) 11,37 9,71 61,73 14,09 2,60 0,51 100,00
Adapun penyebaran penduduk Kecamatan Lembang menurut lapangan usaha tertera pada Tabel 5. Pada Tabel 5 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Kecamatan Lembang sangat beragam. Persentase terbesar dari masa pencaharian penduduk Kecamatan Lembang pada tahun 2006 adalah bidang pertanian yaitu sebesar 20,68 persen, menempati urutan kedua yaitu sebagai buruh sebesar 17,57 persen. Sedangkan penduduk yang bekerja di bidang peternakan sebesar 10,02 persen. Pendapatan per kapita masyarakat Lembang adalah sebesar Rp. 850.678,00 per bulan. Tabel 5. Distribusi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Lembang Jenis Lapangan Usaha Jumlah (jiwa) Persentase (%) Pertanian 7.567 20,68 Buruh Tani 1.137 3,11 Peternakan 3.668 10,02 Pegawai negeri 2.243 6,13 TNI/POLRI 1.674 4,57 Buruh 6.432 17,57 Pensiunan 1.054 2,88 Pedagang 6.336 17,31 Pegawai Swasta 3.276 8,95 Profesi Lain-lain 3.211 8,77 Jumlah 36.598 100,00 Sumber : Kecamatan Lembang, 2007 Kecamatan Lembang terbagi menjadi 16 desa dengan 43 dusun dengan luas total wilayah 10.620 Ha. Proporsi alokasi penggunaan lahan sebagai besar dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas antara lain lahan sawah, lahan basah, lahan kering, perkebunan, tanah untuk fasilitas umum dan tanah hutan. Alokasi penggunaan lahan di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Alokasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Lembang tahun 2006 Penggunaan Lahan Tanah Sawah Tanah Kering Tanah Basah Tanah Perkebunan Tanah Fasilitas Umum Tanah Hutan Lain-lain Jumlah
Luas (ha) 1.587,93 3.499,95 12,75 983,34 568,55 2.742,15 1.225,33 10.620,00
Persentase (%) 14,95 32,96 0,12 9,26 5,35 25,82 11,54 100,00
Sumber : Potensi Desa di Kecamatan Lembang, 2006 (data diolah)
Keadaan Umum Usaha Peternakan Sapi Perah Kecamatan Lembang merupakan sentra bagi peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung di samping Kecamatan Pangalengan di daerah Bandung Selatan. Kecamatan Lembang memiliki populasi sapi perah terbesar di Kabupaten Bandung yaitu sebesar 16.275 ekor yang terdiri dari 14.648 ekor sapi perah betina dan 1.627 ekor sapi perah jantan (Tabel 7). Pada tahun 2007 Kecamatan Lembang merupakan daerah penghasil susu terbesar di Jawa Barat. Tabel 7. Populasi Ternak Sapi Perah di Kabupaten Bandung pada Tahun 2007 (ekor) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22
Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasir Jambu Pangalenngan Kertasari Pacet Paseh Nagreg Solokan Jeruk Ciparay Arjasari Gunung Halu Batujajar Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Lembang Parompong Cisarua Ngamprah Cikalong Wetan Cangkuang Jumlah
Jantan 45 182 415 865 374 3 2 1 19 7 126 14 24 8 170 5 1.627 616 1.054 0 14 23 5.594
Sapi Perah Betina 470 383 3442 10.201 3650 27 26 3 0 39 1353 34 0 80 2.040 9 14.648 4.520 5.229 84 93 104 46.435
Jumlah 515 565 3.857 11.066 1.024 30 28 4 19 46 1.479 48 24 88 2.210 14 16.275 5.136 6.283 84 107 127 52.029
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bandung (2007) Kegiatan subsektor peternakan di Kecamatan Lembang hampir tersebar pada semua desa dengan jumlah penyebaran yang sangat bervariasi masing-masing desa. Populasi ternak terbesar di Kecamatan Lembang pada tahun 2006 adalah populasi ayam. Namun untuk kategori ternak ruminansia baik ruminansia kecil maupun
ruminansia besar populasi sapi perah merupakan populasi terbanyak di Kecamatan Lembang. Data populasi ternak di Kecamatan Lembang terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Populasi Ternak di Kecamatan Lembang Tahun 2006 Jenis Ternak Sapi Ayam Bebek Kuda Kambing Kelinci Burung Domba
Jumlah (ekor) 16.275 46.432 7.910 434 2.467 25.988 948 4.849
Sumber : Potensi Desa Di Kecamatan Lembang (2006) Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU) Usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang tidak lepas dari peran Koperasi susu yang terdapat di Kecamatan Lembang yakni Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU). Koperasi ini merupakan wadah bagi peternak sapi perah di Kecamatan Lembang dan sekitarnya. KPSBU telah berdiri sejak 8 Agustus 1971 yang pada awalnya diprakarsai oleh 35 orang peternak dengan keinginan untuk memperkuat posisi tawar peternak sapi perah di Lembang akibat harga susu yang diterapkan oleh loper susu dan swasta tidak memuaskan. Anggota KPSBU tersebar di 21 TPK (Tempat Pelayanan Koperasi) di Kecamatan Lembang dan sekitarnya. Pada tahun 2006 keanggotaan KPSBU mencapai 6.163 peternak seperti yang tercantum pada Tabel 9. Tabel 9. Perubahan Jumlah Anggota KPSBU Tahun 2004-2006 Tahun 2004 2005 2006
Jumlah (Orang) 5.536 5.784 6.163
Perubahan (%) 4,48 6,55
Sumber : KPSBU (2006) Tahun 2002 KPSBU memulai penerapan harga susu berdasarkan kualitas, penerapan bonus dan denda kepada peternak yang memiliki kualitas susu tidak sesuai dengan standar yang diterapkan. Tahun 2006 KPSBU memperoleh penghargaan “Indonesia Cooperative Award 2006” dari Kementrian Negara Koperasi dan UKM dan Majalah SWA. KPSBU merupakan salah satu koperasi terbaik di Indonesia. Di
Jawa Barat sendiri KPSBU menduduki urutan pertama sebagai koperasi susu terbaik dengan omzet 10 miliar per bulan. KPSBU terus berupaya untuk mencapai tujuan menjadi model koperasi yang dalam mensejahterakan anggotanya dengan membangun manajemen koperasi yang berbasis pada hasil dan berorientasi pada kebutuhan anggota. Sistem manajemen yang telah diterapkan oleh KPSBU antara lain penerapan penilaian prestasi kerja karyawan selama 3 bulan sekali, menerapkan pendidikan dasar perkoperasian bagi anggota maupun calon anggota KPSBU serta dukungan terhadap keterbukaan dan demokrasi bagi anggota KPSBU dengan sistem satu anggota satu suara pada pemilihan pengurus dan pengawas secara langsung. Sebagai koperasi wadah peternak sapi perah, KPSBU selalu berupaya meningkatkan pelayanan terhadap anggotanya. Pelayanan usahaternak sapi perah meliputi pelayanan pra produksi hingga pelayanan pasca produksi. Pelayanan pra produksi meliputi pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi. Pelayanan pasca produksi adalah penerimaan dan pengolahan susu dari peternak baik disetorkan ke IPS maupun diolah sendiri oleh KPSBU. Pelayanan keuangan yang dilakukan oleh KPSBU adalah program simpan pinjam dengan sistem bunga nol persen, dan distribusi bantuan ternak sapi perah dari pemerintah maupun pihak swasta. Kegiatan usaha dan bisnis KPSBU antara lain produksi susu, pemasaran susu, pertokoan dan pembibitan sapi perah. WASERDA (Warung Serba Ada) merupakan unit pertokoan yang menyediakan peralatan-peralatan beternak hingga kebutuhan rumah tangga seperti sembako dan lain-lain. Keberadaan WASERDA ini sangat membantu peternak untuk mendapatkan kebutuhan usahaternak sapi perahnya dan kebutuhan rumah tangga sekaligus dengan sistem pembayaran melalui pemotongan langsung bayaran susu pada tiap tanggal 15 dan tanggal 30 setiap bulannya. Hasil penjualan dari unit usaha dari KPSBU menurut peternak dapat ikut mensejahterakan peternak melalui SHU (Sisa Hasil Usaha) yang semakin meningkat. Kerjasama terus dibina oleh KPSBU baik dengan pemerintah maupun dengan pihak swasta dan organisasi luar negeri untuk meningkatkan mutu pelayanan dari KPSBU untuk anggotanya. Kerjasama yang dibina antara lain dengan PT. Frisian Flag Indonesia sebagai mitra Industri Pengolahan Susu di bawah kerjasama pemerintah Indonesia dan Belanda. KPSBU juga menjalin kerjasama dengan
Canadian Cooperative Association dalam Kemitraan Indonesia Cooperative Development Assistance Programe. KPSBU juga menjalin kerjasama dengan Perhutani untuk pemanfaatan lahan Perhutani bagi penanaman hijauan pakan ternak yang disewakan kepada peternak anggota KPSBU dengan harga terjangkau. KPSBU untuk menjalankan tugas operasionalnya memiliki struktur organisasi yang terdiri dari pengurus, pengawas, manajer, dan karyawan. Struktur organisasi tersebut dengan tiga orang pengurus inti, tiga orang pengawas, dua orang manajer yakni Manajer Teknis dan Operasional serta Manajer Keuangan, dan 269 orang karyawan yang terbagi ke dalam enam unit besar dan 20 sub unit. Struktur organisasi KPSBU dapat dilihat pada Lampiran 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 340 rumah tangga peternak yang terbagi ke dalam 3 skala usaha berdasarkan kepemilikan ternak sapi perah. Kepemilikan ternak sapi perah peternak di Kecamatan Lembang berkisar antara 1 ST hingga 12,75 ST. Peternak skala 1 adalah peternak yang memiliki ternak sapi perah antara 1 – 4,75 ST, peternak skala 2 memiliki ternak sapi perah antara 5 – 8,75 ST, sedangkan peternak skala 3 memiliki ternak sapi perah antara 9,00 – 12,75 ST. Selengkapnya pembagian peternak ke dalam 3 skala usaha ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Pembagian Rumah Tangga Peternak ke dalam Tiga Skala Usaha Berdasarkan Kepemilikan Ternak Sapi Perah Skala Usaha Skala 1 Skala 2 Skala 3 Jumlah
Kepemilikan Ternak (ST) Kisaran Rata-rata 1 – 4,75 3,12 5 – 8,75 5,90 9 – 12,75 10,29
Jumlah (orang) 272 62 6 340
Persentase (%) 80,00 18,24 1,76 100,00
Keterangan : RTP = Rumah Tangga Peternak Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini adalah karakteristik keluarga, pendidikan formal peternak, pengalaman beternak, dan kendala beternak berdasarkan pendapat peternak. Karakteristik Keluarga Karakteristik keluarga digambarkan melalui jumlah orang yang terdapat pada rumah tangga peternak, dan rata-rata umur anggota keluarga. Rata-rata jumlah orang dalam rumah tangga peternak di Kecamatan Lembang adalah 3 hingga 5 orang terdiri dari suami, istri, anak kecil, anak dewasa perempuan, dan anak dewasa laki-laki. Rata-rata umur masing-masing anggota keluarga berbeda antar skala rumah tangga peternak (Tabel 11). Umur suami dan umur istri rata-rata berada pada umur produktif yakni berada antara umur 18 tahun hingga umur 55 tahun. Rata-rata umur suami paling tinggi terdapat pada rumah tangga peternak skala 3, yaitu 44,16 tahun.
Sedangkan rata-rata umur suami terendah terdapat pada rumah tangga peternak skala 1, yaitu 40,43 tahun. Tabel 11. Karakteristik Keluarga Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang Skala 1 Skala 2 Skala 3 Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Uraian Jumlah Umur Jumlah Umur Jumlah Umur (orang) (tahun) (orang) (tahun) (orang) (tahun) Suami 1,00 40,43 1,00 42,56 1,00 44,16 Istri 1,00 35,55 1,00 38,67 1,00 41,4 Anak Kecil 0,61 13,54 0,53 9,26 0,33 10,76 Anak Dewasa Perempuan 0,42 17,67 0,42 17,27 1,17 19,63 Anak Dewasa Laki-laki 0,28 19,87 0,32 19,34 0,50 21,43 Rata-rata umur istri tertinggi terdapat pada rumah tangga peternak skala 3 yaitu 41,40 tahun, sedangkan rata-rata umur istri terendah adalah pada rumah tangga skala 1 yaitu 35,55 tahun. Rata-rata umur anak kecil tertinggi adalah 13,54 tahun. Rata-rata umur tertinggi anak dewasa perempuan adalah 19,63 tahun, sedangkan umur tertinggi dari anak dewasa laki-laki adalah 21,43 tahun. Tingkat Pendidikan Formal Peternak Tingkat pendidikan peternak dapat mempengaruhi pola manajemen usaha dan kemampuan peternak dalam mengadopsi informasi dan teknologi baru. Sebagian besar peternak memiliki tingkat pendidikan formal hingga tingkat Sekolah Dasar yakni sebanyak 84,19 persen pada peternak skala satu, 87,10 persen pada peternak skala dua, dan 83,33 persen pada peternak skala tiga. Hanya satu orang peternak yang menyelesaikan pendidikannya hingga ke tingkat Perguruan Tinggi yakni peternak pada skala dua. Tabel 12 menunjukkan tingkat pendidikan formal dari peternak sapi perah di Kecamatan Lembang.
Tabel 12. Tingkat Pendidikan Formal Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang Pendidikan Formal Tidak Sekolah SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
Skala 1 Skala 2 Skala 3 Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 2 0,74 3 4,84 0 0,00 229 84,19 54 87,10 5 83,33 14 5,15 4 6,45 0 0,00 27 9,93 0 0,00 1 16,67 0
0,00
1
1,61
0
0,00
272
100,00
62
100,00
6
100,00
Pengalaman Beternak Peternak Peternak sapi perah di Kecamatan Lembang memiliki pengalaman beternak berkisar antara 1 hingga 47 tahun. Rata-rata peternak memiliki pengalaman beternak selama 12,71 ± 8,26 tahun. Sebagian peternak memiliki pengalaman beternak 1 – 15 tahun (Tabel 13). Pengalaman beternak yang lama dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi peternak untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam pengelolaan usahaternak sapi perahnya. Tabel 13. Pengalaman Beternak Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang Pengalaman Beternak (tahun) 1 – 15 16 - 31 32 - 47 Jumlah
Skala 1 Jumlah Persentase (orang) (%) 188 69,12 78 28,68 6 2,21 272 100,00
Skala 2 Jumlah Persentase (orang) (%) 37 59,68 23 37,10 2 3,23 62 100,00
Skala 3 Jumlah Persentase (orang) (%) 4 66,67 2 33,33 0 0,00 6 100,00
Kendala Beternak Kendala beternak yang dirasakan oleh sebagian peternak di semua skala adalah sulitnya memperoleh pakan hijauan yaitu sebesar 72,06 persen (Tabel 14). Hal ini terjadi karena pada saat musim kemarau hijauan akan sulit tumbuh. Selain itu keadaan ini didukung pula dengan semakin berkurangnya lahan untuk ditanami hijauan terutama rumput. Hanya sedikit peternak yang menyatakan bahwa masalah
modal usaha kurang dan masalah penyakit yang menjadi kendala beternak mereka. Masalah penyakit dapat teratasi karena adanya pelayanan kesehatan ternak bagi peternak anggota dari KPSBU. Tabel 14. Kendala Beternak Berdasarkan Pendapat Peternak Sapi Perah Kendala Pakan Hijauan Sulit Didapat Penyakit Obat Sulit Didapat Modal Usaha Kurang Air Sulit didapat Jumlah
Skala 1 (orang) 193 6 37 5 31 272
Skala 2 (orang) 47 1 11 0 3 62
Skala 3 (orang) 5 0 1 0 0 6
Jumlah (Orang) (%) 245 72,06 7 2,06 49 14,41 5 1,47 34 10,00 340 100,00
Sumber Pendapatan Rumah Tangga Peternak Sapi Perah Sumber pendapatan rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang berasal sektor pertanian maupun sektor non pertanian. Usaha-usaha yang dilakukan pada sektor pertanian meliputi usahaternak sapi perah, usahatani, dan usahaternak selain sapi perah. Sedangkan usaha selain sektor pertanian adalah usaha lain yang meliputi guru, buruh bangunan, karyawan, PNS, tukang ojeg, warung atau bentuk wiraswasta lainnya. Kombinasi usaha yang dilakukan oleh peternak sapi perah tersaji pada Tabel 15 Tabel 15. Kombinasi Usaha yang dilakukan oleh Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang Skala 1 Skala 2 Skala 3 (RTP) (%) (RTP) (%) (RTP) (%) 160 58,82 39 62,90 2 33,33 57 20,96 7 11,29 2 33,33 5 1,84 1 1,61 0 0,00 4 1,47 1 1,61 0 0,00 1 0,37 0 0,00 0 0,00 18 6,62 8 12,90 2 33,33 1 0,37 2 3,23 0 0,00 26 9,56 4 6,45 0 0,00 272 100,00 62 100,00 6 100,00 : 1 = Usahaternak Sapi Perah 3 = Usahaternak Non Sapi Perah 2 = Usahatani 4 = Usaha Lain
Kombinasi Usaha 1 1,2 1,2,3 1,2,4 1,2,3,4 1,3 1,3,4 1,4 Jumlah Keterangan
Rumah Tangga Peternak skala 1 sebagian besar melakukan usahaternak sapi perah tanpa kombinasi usaha, yakni sebesar 58,82 persen. Hal yang sama terjadi pada Rumah Tangga Peternak skala 2 yakni sebesar 62,90 persen RTP skala 2 melakukan usahaternak sapi perah saja. Sedangkan pada RTP skala 3 kombinasi usaha merata, yakni antara usahaternak sapi perah saja, kombinasi antara usahaternak sapi perah dengan usaha tani, dan kombinasi antara usahaternak sapi perah dengan usahaternak non sapi perah yakni masing-masing sebesar 33,33 persen. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah Tata laksana pemeliharaan ternak sapi perah peternak di Kecamatan Lembang meliputi kepemilikan ternak sapi perah, penyediaan bibit, pemberian pakan, perkandangan, penanganan penyakit dan perkawinan, pemerahan, produksi susu dan penanganan panen, penanganan limbah serta pemasaran dan distribusi hasil susu. Penyediaan Bibit Bangsa sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden di Kecamatan Lembang adalah sapi perah bangsa FH (Fries Holland) dan atau peranakan FH (PFH). Bibit sapi perah betina (calon induk) diperoleh peternak dengan membeli atau menukarkan pedet, terutama pedet jantan dengan sapi dara bunting atau sapi laktasi dari sesama peternak atau dari bandar ternak sapi perah. Hal ini dilakukan peternak untuk mempersingkat waktu pemeliharaan pedet hingga menjadi sapi induk yang menghasilkan susu dengan tujuan memperkecil biaya pemeliharaan. Peternak telah memiliki kriteria khusus dalam memilih sapi calon induk maupun induk sapi perah. Di antaranya adalah kriteria postur tubuh, kulit dan rambut yang halus. Kriteria yang ditentukan ini merupakan pengetahuan secara turun menurun dari orang tua peternak dan hasil pelatihan yang diadakan oleh Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU). Sebagian peternak juga membesarkan sendiri bibit sapi perah hasil perkawinan melalui Inseminasi Buatan (IB), karena riwayat hidup dari bibit sapi perah telah diketahui dari petugas IB. Kepemilikan dan Komposisi Ternak Sapi Perah Ternak sapi perah yang dimiliki oleh peternak terdiri dari enam kategori yaitu Pedet Jantan, Pedet Betina, Dara, Sapi Laktasi, Sapi Kering Kandang, dan Sapi
Jantan Dewasa. Tabel 16 menunjukkan komposisi ternak sapi perah yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga peternak di Kecamatan Lembang. Persentase sapi laktasi merupakan faktor yang penting yang tak dapat diabaikan dalam tata laksana yang baik dalam suatu peternakan untuk menjamin pendapatan peternak. Persentase sapi laktasi pada masing-masing rumah tangga peternak di Kecamatan Lembang sudah tergolong baik karena sudah melebihi angka 60 persen. Yakni masing-masing sebesar 80,80 persen pada RTP skala 1, 76,72 persen pada RTP skala2, dan 74,49 persen. Selengkapnya terdapat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Komposisi Ternak Sapi Perah yang dimiliki oleh Peternak di Kecamatan Lembang Uraian PJ PB SD SL SK JD Jumlah
Ekor
Skala 1 ST
0,31 0,54 0,46 2,52 0,14 0,02
0,08 0,14 0,23 2,52 0,14 0,02
%
Ekor
Skala 2 ST
2,50 4,33 7,42 80,80 4,36 0,59
0,68 0,82 0,84 4,53 0,32 0,26
0,17 0,21 0,42 4,53 0,32 0,26
3,99 3,12 100,00 Keterangan : PJ = Pedet Jantan PB = Pedet Betina
%
Ekor
Skala 3 ST
%
2,87 0,67 0,17 1,62 3,48 0,83 0,21 2,02 7,10 0,83 0,42 4,05 76,72 7,67 7,67 74,49 5,46 1,00 1,00 9,72 4,37 0,83 0,83 8,10 100,0 100,0 7,45 5,91 0 11,83 10,29 0 SD = Sapi Dara SK = Sapi Kering SL = Sapi Laktasi JD = Jantan Dewasa
Pemberian Pakan Pakan yang diberikan peternak untuk sapi perah berupa pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan yang diberikan pada umumnya berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum purpuroides) dan rumput lapang. Hijauan diperoleh peternak dari lahan rumput yang dimiliki, baik milik sendiri maupun lahan rumput sewa, dan pada musim kemarau peternak juga mencari hijauan di tepian jalan, di hutan, bahkan hingga ke kabupaten lain. Jika peternak tidak mendapatkan rumput yang cukup terkadang peternak juga memberikan pakan hijauan tambahan. Pakan hijauan tambahan berupa hasil limbah pertanian seperti jerami padi, daun bunga kol, daun dan batang pisang, serta daun ubi. Pemberian pakan hijauan dilakukan peternak 2 hingga 3 kali dalam sehari, baik setelah pemerahan maupun sebelum pemerahan dan pada siang hari.
Pakan penguat diberikan rata-rata 2 kali dalam sehari, biasanya sesaat setelah pemerahan yakni pagi dan sore hari. Pakan penguat yang biasa diberikan oleh peternak adalah konsentrat, ampas singkong (onggok), dan ampas tahu. Konsentrat yang digunakan diperoleh dari KPSBU. Pada saat penelitian berlangsung terjadi kenaikan harga konsentrat yaitu dari Rp. 825,00/Kg menjadi Rp. 975,00/Kg atau sebesar 18,18 persen. Kondisi tersebut membuat peternak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi pemberian konsentrat dan menambah pemberian ampas tahu atau onggok. Tabel 17. Pemberian Pakan Sapi Perah di Kecamatan Lembang
Skala Usaha Skala 1 Skala 2 Skala 3 Rata-rata
Pakan Penguat Pakan Hijauan Konsentrat Ampas Tahu (Kg/ST/hari) (Kg/ST/hari) (Kg/ST/hari) 49,66 45,55 31,75 42,32
7,98 7,25 8,80 8,01
7,16 6,32 7,47 6,98
Ampas Singkong (Kg/ST/hari) 5,04 4,26 5,77 5,02
Produksi Susu (liter/ekor /hari) 14,93 15,02 14,00 14,89
Pakan yang diberikan oleh peternak adalah hijauan sebesar 42,32 Kg/ST/hari, konsentrat 8,01 Kg/ST/hari, ampas tahu 6,89 Kg/ST/hari, dan ampas singkong 5,02 Kg/ST/hari seperti yang terlihat pada Tabel 17. Pemberian formula ransum yang tepat merupakan hal yang penting dalam efisiensi pemanfaatannya. Pakan yang diberikan dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas dari susu yang diproduksi. Pakan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak yang terkandung di dalam susu akan rendah. Sementara itu jika pakan yang diberikan terlalu banyak hijauan maka akan menyebabkan kadar lemak tinggi karena tingginya kandungan lemak susu tergantung dari tingginya kandungan serat kasar dalam pakan. Sehingga peternak harus mengetahui persentase pemberian pakan yang berupa hijauan dan konsentrat agar produksi susu yang dihasilkan akan semakin tinggi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berdasarkan Tabel 17 formulasi ransum pakan yang dapat memberikan produksi susu yang tinggi adalah formulasi ransum yang diberikan oleh peternak pada rumah tangga peternak skala 2. Tingginya tingkat produksi susu tidak hanya dipengaruhi oleh formulasi ransum saja, namun dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain pula.
Selain pakan hijauan dan pakan penguat peternak juga memberikan mineral atau garam terutama diberikan untuk sapi yang sedang bunting. Mineral dicampurkan dengan pakan penguat sebanyak 30 gram/ekor/hari. Mineral didapatkan dengan membeli di KPSBU dengan harga Rp. 20.000,00 per 20 Kg. Perkandangan Kandang memiliki arti yang sangat penting dalam usahaternak sapi perah. Kandang berfungsi sebagai tempat untuk melindungi sapi perah agar sapi tersebut merasa nyaman dan dapat berproduksi dengan baik. Selain itu kandang juga berfungsi untuk memudahkan peternak dalam pemberian pakan dan pengawasan kesehatan ternak. Kandang sapi perah yang terdapat di daerah peternakan KPSBU sangatlah bervariasi. Tipe kandang yang digunakan oleh peternak responden merupakan tipe kandang permanen. Bahan atap yang digunakan bermacam-macam, yaitu asbes, genteng, asbes dan genteng, seng, serta seng dan genteng. Namun sebagian besar peternak menggunakan atap genteng (86,18%) agar kondisi di kandang tidak terlalu panas bagi sapi perah. Selengkapnya terdapat pada Tabel 18. Tabel 18. Bahan Atap Kandang yang Digunakan Peternak di Kecamatan Lembang Jenis Atap Kandang Asbes Genteng Asbes dan Genteng Seng Seng dan Genteng Jumlah
Skala 1 Jumlah (orang) 10 238 12 4 8 272
Skala 2 Jumlah (orang) 3 50 8 0 1 62
Skala 3 Jumlah (orang) 0 5 1 0 0 6
Jumlah Orang 13 293 21 4 9 340
% 3,82 86,18 6,18 1,17 2,65 100,00
Dinding kandang sapi perah yang dimiliki peternak responden terbuat dari tembok yang dibangun setinggi satu hingga 1,5 meter, dari tembok hingga atap menggunakan kayu dengan tinggi berkisar antara dua hingga tiga meter dari lantai kandang. Jenis lantai kandang yang digunakan responden bermacam-macam seperti yang tercantum pada Tabel 19. Peternak skala 1 sebagian besar menggunakan lantai yang terbuat dari semen, sedangkan pada skala 2 dan skala 3 sebagian peternak
menggunakan lantai dari semen yang dilapisi dengan karet. Penggunaan karet sebagai alas kandang dilakukan untuk memudahkan peternak dalam membersihkan kandang, dan sebagai bahan lantai yang tidak licin bagi ternak dan bertujuan juga agar lantai dari semen tidak mudah rusak. Tabel 19. Jenis Lantai Kandang yang Digunakan Peternak di Kecamatan Lembang Skala1 Jenis Lantai Jumlah Persentase (orang) (%) Papan 8 2,94 Semen 115 42,28 Semen & Karet 42 15,44 Semen & Papan 98 36,03 Semen, Papan, 8 2,94 & Karet Papan & Karet 1 0,37 Jumlah 272 100,00
Skala 2 Jumlah Persentase (orang) (%) 1 1,61 23 37,10 4 8,06 29 46,77
Skala 3 Jumlah Persentase (orang) (%) 0 0,00 2 33,33 0 0,00 4 66,67
3
4,84
0
0,00
1 62
1,61 100,00
0 6
0,00 100,00
Setiap kandang ternak memiliki tempat pakan dan tempat minum sendiri. Air minum untuk ternak biasanya selalu tersedia di kandang sehingga peternak tidak perlu memberikan air minum setiap waktu. Keberadaan dan ketersediaan air pada peternakan sapi perah bersifat sangat penting karena susu yang dihasilkan 87 persen berupa air. Dibutuhkan 3,5 – 4 liter air minum untuk mendapatkan 1 liter susu. Oleh karena itu di lingkungan sekitar lokasi peternakan sapi perah keberadaan air harus diperhitungkan. Air pada peternakan sapi perah biasanya dipergunakan untuk minum, mandi dan membersihkan kandang sapi. Di sekitar kandang pada umumnya memiliki tempat penyimpanan air dalam jumlah besar. Sumber air berasal dari sumur atau sumber air dari alam yang diambil dari mata air pegunungan, namun ada juga peternak yang menggunakan air PAM untuk memenuhi kebutuhan air usahaternak mereka. Peternak membangun kandang terpisah dengan rumah, kandang berada di belakang, samping rumah peternak maupun berada jauh dari rumah peternak. Sebagian besar peternak yakni 59,93 persen peternak skala satu, 54,84 persen peternak skala dua, dan 50,00 persen peternak skala tiga memiliki kandang yang berada di belakang rumah. Posisi kandang yang dimiliki oleh peternak tersaji pada Tabel 20. Kandang berjarak rata-rata 46,81 m dari rumah peternak. Lahan kandang
rata-rata yang digunakan tiap peternak seluas 147,70 m2. Luas kandang per satu ekor sapi dalam satu kandang dengan ukuran 3,0 m × 2,5 m. Ukuran kandang yang ada sudah sesuai dengan kandang ideal untuk satu ekor sapi induk yakni panjang 180200 cm, lebar 135-140 cm. (Sudono, 2003). Tabel 20. Posisi Kandang Sapi Perah dari Rumah Peternak Letak Kandang Belakang Depan Kanan Kiri Jauh Jumlah
Skala 1 Skala 2 Skala 3 Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 163 59,93 34 54,84 3 50,00 38 13,97 8 12,90 2 33,33 15 5,51 4 6,45 0 0,00 39 14,34 10 16,13 1 16,67 17 6,25 6 9,68 0 0,00 272 100,00 62 100,00 6 100,00
Penanganan Penyakit dan Reproduksi Penanganan penyakit oleh peternak biasanya dilakukan dengan tradisional, namun jika dengan obat tradisional peternak tidak dapat menangani penyakit ternaknya, peternak segera menghubungi mantri atau petugas kesehatan dari Koperasi. Penyakit yang sering menyerang sapi-sapi peternak di Lembang adalah kurang nafsu makan, diare, kembung, kaki bengkak, mastitis, Brucellosis. Pelayanan kesehatan ternak dari pihak koperasi tidak dikenakan biaya, karena pihak koperasi telah memiliki anggaran biaya untuk pelayanan kesehatan ternak bagi peternak anggota koperasi. Umur beranak pertama rata-rata sapi perah yang dimiliki peternak baik skala 1, skala 2, maupun skala 3 sudah baik yakni masing-masing 27,49 bulan atau sama dengan 2,29 tahun, 28,55 bulan (2,38 tahun), dan 28,00 bulan (2,33 tahun). Umur beranak pertama yang baik adalah sekitar 2-2,5 tahun, sehingga produksi susu yang dihasilkan akan terus meningkat sampai umur 7 tahun atau 8 tahun (Sudono, 2002). Umur beranak pertama sapi-sapi di Lembang sudah tergolong baik. Selang beranak sapi di wilayah kerja KPSBU Lembang rata-rata adalah 13-14 bulan. Selang beranak tersebut dianggap masih terlalu lama, karena menurut Sudono (2002), selang beranak yang optimal adalah 12-13 bulan.
Tabel 21. Umur Beranak Pertama dan Nilai S/C Ternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang Skala Usaha Skala 1 Skala 2 Skala 3
Umur Beranak Pertama (bulan) 27,49 28,55 28,00
S/C 2,63 2,44 2,50
Kegiatan reproduksi penting untuk diketahui karena dapat menggambarkan tingkat tata laksana reproduksi. Peternak sapi perah di Kecamatan Lembang sudah mengetahui tanda-tanda birahi. Setelah mengetahui bahwa sapi birahi, peternak langsung menghubungi inseminator. Reproduksi ternak sapi perah di Kecamatan Lembang dilakukan dengan Inseminasi Buatan (IB) yang dilakukan oleh petugas Inseminasi Buatan dari KPSBU. Tingkat keberhasilan IB ditunjukkan dengan nilai S/C (Service per Conception). Nilai S/C pada peternak skala 2 lebih tinggi jika dibandingkan dengan peternak pada skala 2 dan skala 3, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 21. Pemerahan, Produksi Susu, dan Penanganan Pasca Panen Pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore. Hal ini dilakukan karena pihak Koperasi melakukan penampungan susu dari peternak sebanyak dua kali dalam sehari. Penampungan susu pada pagi hari berlangsung antara pukul 04.30 hingga pukul 06.30, dan pada sore hari berlangsung pada pukul 15.30 hingga pukul 17.00 di masing-masing Tempat Penampungan Susu (TPS) di setiap Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), maupun Cooling Unit yang terdapat di TPK Nagrak, Pamecelan, dan Pojok, serta di KPSBU. Sehingga peternak melakukan pemerahan pagi antara pukul 03.00 hingga pukul 05.00, dan pemerahan sore pada pukul 14.30 hingga pukul 16.30. Pemerahan dilakukan dengan cara manual menggunakan tenaga tangan manusia seperti yang terlihat pada Gambar 2. Sebelum melakukan pemerahan biasanya peternak mempersiapkan air panas untuk membersihkan peralatan pemerahan, dan untuk membersihkan ambing sapi. Penggunaan air panas ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri dan kotoran yang menempel pada peralatan pemerahan dan ambing sapi. Pemerahan dilakukan setelah pekerjaan memberikan pakan hijauan dan membersihkan kandang, serta memandikan sapi telah selesai. Pada saat pemerahan susu ditampung menggunakan ember plastik, namun beberapa
peternak sudah menggunakan ember Stainless sesuai dengan anjuran penyuluh dari KPSBU. Terdapat juga beberapa peternak yang menampung susu saat pemerahan langsung ke milk can. Pemerahan dilakukan hingga air susu benar-benar habis untuk mencegah timbulnya penyakit mastitis.
Gambar 2. Pemerahan yang dilakukan Oleh Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang Peternak menggunakan vaselin sebagai pelicin untuk memudahkan proses pemerahan. Sebagian peternak juga menggunakan margarin sebagai pengganti vaselin karena penggunaan margarin dirasa cukup aman dan tidak berpengaruh terhadap kualitas susu. Penanganan pasca panen yang dilakukan peternak adalah menyaring susu hasil pemerahan tersebut dengan menggunakan kain, dan dimasukkan ke dalam milk can. Tujuan dari penyaringan adalah agar sisa vaselin dan margarin tidak ikut ke dalam susu yang akan disetorkan ke TPS. Rata-rata produksi susu sapi perah yang dimiliki oleh peternak di Kecamatan Lembang adalah 14,65 liter/ekor/hari. Produksi susu tersebut sudah cukup baik jika dibandingkan dengan produksi susu di peternakan lain seperti di Pondok Rangon yang produksi susu sapi perahnya masih rendah yaitu 7,78 liter/ekor/hari (Rofik, 2005). Produksi susu dipengaruhi juga oleh masa laktasi dan masa kering. Rata-rata sapi perah milik peternak di Kecamatan Lembang memiliki masa laktasi 9,67 bulan dan masa kering 2 bulan. Lamanya masa laktasi dan masa kering ini sudah sesuai dengan standar normal sesuai dengan pendapat Sudono (2002) yang menyebutkan bahwa masa laktasi yang baik adalah 10 bulan dengan masa kering sampai 7 atau 8 minggu. Produksi susu rata-rata sapi perah peternak dari masing-masing skala tercantum pada Tabel 22. Berdasarkan Tabel 22 produksi susu sapi perah peternak skala 3 adalah paling rendah dibandingkan dengan sapi perah peternak skala 1 dan skala 2.
Tabel 22. Rata-rata Kepemilikan Sapi Laktasi dan Produksi Susu Uraian Jumlah Sapi Laktasi/peternak Produksi Susu (liter/ekor/hari)
Skala 1 2,52 14,93
Skala Usaha Skala 2 4,53 15,02
Skala 3 7,67 14,00
Penanganan Limbah Penanganan limbah yang dilakukan peternak sapi perah di Kecamatan Lembang masih sederhana dan pemanfaatannya belum optimal. Sebagian peternak menggunakan limbah petenakannya sebagai pupuk untuk lahan rumput yang dimilikinya dengan cara menumpuk kotoran dan sisa pakan di samping kandang agar mengering. Para peternak membuang limbah peternakannya yang berupa sisa pakan atau kotoran sapi ke selokan atau di sungai yang mengalir di dekat kandang sapinya. Hal ini dilakukan peternak dengan alasan bahwa cara ini merupakan cara yang paling mudah dan praktis yang dapat mereka lakukan. Beberapa TPK di Kecamatan Lembang sudah memiliki peralatan pembuatan biogas yang merupakan bantuan dari kerjasama koperasi dengan pihak swasta. Namun penggunaannya dirasa belum optimal karena belum melibatkan peternak dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan belum terdapatnya manajemen yang baik dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah menjadi biogas. Padahal pembuatan biogas dapat dijadikan sumber tambahan pendapatan bagi peternak sapi perah jika dikelola secara baik oleh kelompok ternak maupun oleh koperasi. Pemasaran Hasil Peternak sapi perah di Kecamatan Lembang memasarkan hasil susunya dengan cara menyetorkan kepada KPSBU. Penyetoran susu harus terus dilakukan peternak sebagai syarat anggota aktif. Peternak menyetorkan hasil susunya ke TPS yang terdapat di masing-masing daerah. Susu yang diterima di masing-masing TPK diuji kualitasnya. Pengujian terhadap kualitas susu meliputi uji alkohol dan berat jenis susu. Kemudian diambil sampel susu dari kelompok peternak yang akan dihitung jumlah mikrobanya. Penetapan harga susu oleh KPSBU kepada peternak bervariasi tergantung dari kualitas susu yang disetorkan, harga susu yang ditetapkan oleh KPSBU berkisar
antara Rp 2.600,00 hingga Rp 3.000,00/liter. Harga susu rata-rata yang diterima peternak adalah Rp 2.769,00/liter pada saat penelitian berlangsung. Kualitas susu sapi ditentukan oleh kadar Total Solid (TS), jumlah kuman, dan keadaan titik beku yang terdapat dalam air susu. Batasan TS yang masih bisa ditolelir adalah 10,86-12,00. Jika nilai TS pada susu yang dihasilkan kurang dari 10,86 maka peternak akan mendapatkan denda, sebaliknya jika TS berada pada kisaran 10,8612,00 tersebut peternak akan mendapatkan bonus sesuai dengan kadar TS susu yang disetorkan. Berdasarkan jumlah kandungan kuman, KPSBU membagi susu dari peternak ke dalam 4 kelompok, yakni B1, B2, M, dan P. Jika susu yang dihasilkan oleh peternak berada pada kelompok B1 atau B2 akan mendapatkan bonus karena kelompok tersebut adalah kelompok susu dengan jumlah kuman yang sedikit, sedangkan susu yang dihasilkan oleh peternak berada pada kelompok M atau P akan mendapatkan denda sekaligus Surat Peringatan (SP). Titik beku yang dianjurkan pada susu adalah -0,520 sampai dengan -0,560 dan tidak terdapat residu antibiotik. Jika terdapat residu antibiotik (+) maka akan dikenakan denda sebesar Rp 200,00/liter susu yang disetorkan. Penetapan harga susu berdasarkan kualitas ini merupakan salah satu pemicu agar peternak dapat berlomba-lomba memperbaiki kualitas susu sapinya agar dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Jika kualitas susu di tingkat peternak sudah semakin baik maka harga jual susu dari koperasi ke IPS juga akan tinggi, karena IPS memberlakukan penetapan harga berdasarkan kualitas susu yang lebih ketat. Tenaga Kerja Peternakan sapi perah di Indonesia merupakan peternakan skala kecil yang salah satu cirinya adalah penggunaan tenaga kerja yang pada umumnya berasal dari dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yang dimaksud meliputi suami, istri dan anak. Tenaga kerja digunakan untuk pemeliharaan ternak sapi perah yang bersifat harian. Curahan waktu kerja dari masing-masing tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni curahan waktu kerja untuk kegiatan produktif dan kegiatan reproduktif. Kegiatan produktif meliputi pengelolaan usahaternak sapi perah, usahatani, usahaternak non sapi perah, dan untuk usaha lain.
Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Kegiatan Produktif Kegiatan produktif yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam bentuk usaha, seperti usahaternak sapi perah, usahatani, usahaternak non sapi perah, dan usaha lainnya. Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Usahaternak Sapi Perah. Pemeliharaan usahaternak sapi perah merupakan kegiatan yang dilakukan secara harian. Kegiatan pemeliharaan antara lain untuk kegiatan memberi pakan hijauan, memberi pakan penguat, memberi air minum, membersihkan kandang, memandikan sapi, pemerahan, pengangkutan susu, mencari hijauan, dan mencacah rumput. Alokasi waktu untuk masing-masing kegiatan pada usahaternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 23. 1)
Memberi Pakan Hijauan Kegiatan pemberian pakan hijauan dilakukan rata-rata 2 kali dalam sehari. Pemberian pakan hijauan dilakukan baik sebelum maupun setelah kegiatan pemerahan dilakukan. Pekerjaan ini lebih banyak dilakukan oleh suami, dengan waktu tertingginya adalah 0,0781 HKP dalam sehari.
2)
Memberi Pakan Penguat Kegiatan pemberian pakan penguat ini meliputi pengambilan pakan penguat yang berupa konsentrat, ampas tahu, dan atau ampas singkong; pencampuran pakan penguat tersebut dan pemberian ke ternak sapi perah. Kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja suami, memerlukan waktu maksimum hingga 0,01128 HKP per hari, yaitu pada rumah tangga peternak skala 3.
Tabel 23. Alokasi Waktu Rata-rata Masing-masing Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Masing-masing Kegiatan Dalam Usahaternak Sapi Perah (HKP) Suami
Istri
Anak Kecil
Kegiatan
40
Skala 1 Pemberian Pakan Hijauan Pemberian Pakan Penguat Pemberian Air Minum Pembersihan Kandang Memandikan Sapi Pemerahan Pengangkutan Susu Mencari Hijauan Mencacah Hijuan Total Skala 2 Pemberian Pakan Hijauan Pemberian Pakan Penguat Pemberian Air Minum Pembersihan Kandang Memandikan Sapi Pemerahan Pengangkutan Susu Mencari Hijauan Mencacah Hijuan Total Skala 3 Pemberian Pakan Hijauan Pemberian Pakan Penguat Pemberian Air Minum Pembersihan Kandang Memandikan Sapi Pemerahan Pengangkutan Susu Mencari Hijauan Mencacah Hijuan Total
Anak Dewasa Laki-laki (HKP) (%)
Anak Dewasa Perempuan (HKP) (%)
Total
(HKP)
(%)
(HKP)
(%)
(HKP)
(%)
(HKP)
(%)
0,0421 0,0512 0,0283 0,0396 0,0361 0,0881 0,0379 0,3500 0,0189 0,6922
6,08 7,40 4,09 5,72 5,22 12,73 5,48 50,56 2,73 100,00
0,0203 0,0254 0,0166 0,0311 0,0343 0,0082 0,0035 0,0526 0,0039 0,1959
10,36 12,97 8,47 15,88 17,51 4,19 1,79 26,85 1,99 100,00
0,0004 0,0006 0,0003 0,0008 0,0001 0,0001 0,0004 0,0009 0,0003 0,0039
10,26 15,38 7,69 20,51 2,56 2,56 10,26 23,08 7,69 100,00
0,0016 0,0016 0,0010 0,0034 0,0037 0,0046 0,0004 0,0194 0,0020 0,0377
4,24 4,24 2,65 9,02 9,81 12,20 1,06 51,46 5,31 100,00
0,0004 0,0006 0,0002 0,0009 0,0020 0,0008 0,0009 0,0070 0,0008 0,0136
2,94 4,41 1,47 6,62 14,71 5,88 6,62 51,47 5,88 100,00
0,0648 0,0794 0,0464 0,0758 0,0762 0,1018 0,0431 0,4299 0,0259 0,9433
6,87 8,42 4,92 8,04 8,08 10,79 4,57 45,57 2,75 100,00
0,0549 0,0643 0,0373 0,0684 0,0941 0,1383 0,0370 0,3750 0,0155 0,8848
6,20 7,27 4,22 7,73 10,64 15,63 4,18 42,38 1,75 100,00
0,0293 0,0348 0,0164 0,0570 0,0415 0,0185 0,0026 0,0855 0,0060 0,2916
10,05 11,93 5,62 19,55 14,23 6,34 0,89 29,32 2,06 100,00
0,0024 0,0027 0,0013 0,0032 0,0027 0,0008 0,0018 0,0040 0,0010 0,0199
12,06 13,57 6,53 16,08 13,57 4,02 9,05 20,10 5,03 100,00
0,0096 0,0109 0,0044 0,0203 0,0161 0,0138 0,0059 0,0202 0,0012 0,1024
9,38 10,64 4,30 19,82 15,72 13,48 5,76 19,73 1,17 100,00
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0048 0,0000 0,0048
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 100,00
0,0962 0,1127 0,0594 0,1489 0,1544 0,1714 0,0473 0,4895 0,0227 1,3025
7,39 8,65 4,56 11,43 11,85 13,16 3,63 37,58 1,74 100,00
0,0781 0,1128 0,0378 0,0785 0,0981 0,2274 0,0368 0,5729 0,0104 1,2528
6,23 9,00 3,02 6,27 7,83 18,15 2,94 45,73 0,83 100,00
0,0458 0,0361 0,0444 0,0722 0,0500 0,0708 0,0056 0,1167 0,0125 0,4541
10,09 7,95 9,78 15,90 11,01 15,59 1,23 25,70 2,75 100,00
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,0052 0,0069 0,0035 0,0208 0,0000 0,0833 0,0194 0,0521 0,0000 0,1912
2,72 3,61 1,83 10,88 0,00 43,57 10,15 27,25 000 100,00
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0208 0,0208
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00
0,1292 0,1559 0,0757 0,3396 0,3313 0,3816 0,0618 0,6417 0,1313 1,9189
6,73 8,12 4,47 8,94 7,72 19,88 3,22 38,65 2,28 100,00
3)
Memberi Air Minum Pemberian air minum sangat penting bagi ternak sapi perah. Kebutuhan air minum ternak sapi perah disediakan oleh peternak secara terus menerus, dengan kualitas air yang cukup baik yaitu berasal dari pegunungan yang dialirkan melalui pipa ke kandang. Tujuan pemberian air minum terus menerus adalah agar sapi perah tersebut dapat minum sepuasnya (ad libitum). Pemberian air minum ini dilakukan dengan menggunakan ember maupun ditempatkan pada tempat minum yang menyatu dengan kandang di bagian depan. Kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh suami dengan waktu tertinggi 0,0378 HKP per hari. Sedangkan tenaga kerja yang paling sedikit melakukan kegiatan ini adalah tenaga kerja anak dewasa perempuan pada rumah tangga peternak skala 1.
4)
Membersihkan Kandang Kegiatan membersihkan kandang dilakukan oleh peternak rata-rata 2 kali dalam sehari. Pembersihan kandang sangat penting dilakukan untuk menjaga kualitas susu dan kesehatan dari sapi. Pekerjaan membersihkan kandang meliputi membersihkan lantai kandang dari kotoran sapi dengan sapu lidi, menyiramnya menggunakan air melalui selang maupun ember, membersihkan tempat pakan dan minum. Pekerjaan ini dilakukan sebelum melakukan pemerahan. Tujuan pembersihan kandang agar susu yang dihasilkan terhindar dari bakteri yang dapat menurunkan kualitas susu dan juga menjaga kesehatan sapi perah. Kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja pria dewasa. Kegiatan ini membutuhkan waktu tertinggi 0,0785 HKP per hari.
5)
Memandikan Sapi Memandikan sapi dilakukan setiap hari sebelum sapi diperah. Memandikan sapi dilakukan dua kali sehari dengan cara menyirami badan sapi dengan air, kemudian digosok dengan sabun dan sikat, selanjutnya dibilas. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan susu yang bersih, dan juga agar sapi tetap sehat. Memandikan sapi dilakukan juga oleh tenaga kerja pria dewasa yang membutuhkan waktu hingga 0,0981 HKP per hari.
6)
Memerah Susu Pemerahan pada usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang dilakukan dua kali dalam sehari yakni pemerahan pagi berlangsung antara pukul 03.00 hingga
pukul 05.00, dan pemerahan sore hari pada pukul 14.30 hingga pukul 16.30. Pemerahan
dilakukan
setelah
pekerjaan
membersihkan
kandang
dan
memandikan sapi telah selesai. Pekerjaan ini biasa dilakukan oleh tenaga kerja pria dewasa karena lebih memiliki pengalaman dibandingkan dengan tenaga kerja wanita dewasa maupun anak. Namun beberapa peternak sudah memulai mengajarkan cara melakukan pemerahan yang baik kepada anaknya, sehingga di beberapa keluarga peternak kegiatan ini juga dilakukan oleh tenaga kerja anak. Pemerahan membutuhkan waktu hingga 0,2274 HKP per hari sesuai dengan jumlah sapi laktasi yang dimiliki oleh masing-masing peternak. Pemerahan yang baik menurut pengalaman peternak berkisar antara 8 menit hingga 10 menit per ekor sapi perah laktasi. Menurut mereka jika waktu pemerahan lebih dari selang waktu tersebut dikhawatirkan susu yang dihasilkan akan lebih sedikit. Untuk menghindari hal tersebut maka yang lebih banyak melakukan pekerjaan ini adalah tenaga kerja pria dewasa karena tenaga kerja pria dewasa lebih cepat dalam melakukan pemerahan dibandingkan dengan tenaga kerja wanita dewasa maupun anak. 7)
Mengangkut Susu ke Tempat Penampungan Pengangkutan susu ke tempat penampungan susu dilakukan setelah pemerahan selesai dilakukan. Kegiatan dilakukan oleh tenaga kerja pria dewasa dan dibantu oleh tenaga kerja anak. Kegiatan ini memerlukan waktu hingga 0,0379 HKP. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan ini tergantung dari jarak lokasi rumah peternak dengan tempat penampungan susu serta medan jalan yang berliku-liku dan terkadang melewati lembah, karena rumah peternak berada di daerah perbukitan.
8)
Mencari Pakan Hijauan Pencarian pakan hijauan banyak dilakukan oleh suami. Pekerjaan ini dilakukan satu kali dalam sehari. Pakan hijauan diperoleh dari lahan rumput yang peternak miliki, dan lahan yang sengaja disewa untuk ditanami hijauan. Peternak mengalami kesulitan dalam mencari hijauan saat musim kemarau karena rumput yang dihasilkan pada lahan rumput yang dimiliki oleh peternak kurang dapat tumbuh sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hijauan untuk ternak sapi perahnya dalam satu hari. Hal tersebut yang menyebabkan peternak
harus mencari hijauan di jalan-jalan atau di perkebunan teh di kabupaten lain secara berkelompok dengan beberapa peternak lain. Biaya menyewa kendaraan untuk mengangkut hijauan ditanggung bersama. Kegiatan mencari hijauan ini memerlukan waktu yang paling banyak yakni hingga 0,5729 HKP per hari. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari hingga siang hari setelah pekerjaan di kandang pada pagi hari telah selesai. Ada beberapa peternak yang lebih menyukai melakukan pekerjaan mencari hijauan setelah memberi pakan ternak pada siang hari. Biasanya pekerjaan ini dilakukan antara pukul 07.00 hingga pukul 12.00 9)
Mencacah Rumput Mencacah rumput pada umumnya dilakukan peternak jika rumput yang akan diberikan untuk sapi perah berukuran panjang. Hal ini dilakukan peternak untuk membantu sapi dalam mencerna rumput. Mencacah rumput dilakukan dengan menggunakan golok. Ada satu peternak pada skala 3 telah menggunakan cooper untuk memotong rumput. Pekerjaan ini memerlukan waktu hingga 0,0189 HKP dalam satu hari. Tenaga kerja suami mendominasi melakukan pekerjaan pemeliharaan ternak
perah. Persentase curahan kerja suami tertinggi digunakan untuk melakukan kegiatan mencari rumput baik pada RTP skala 1, skala 2, maupun skala 3, yaitu masingmasing sebesar 50,56 persen, 42,38 persen, dan 45,73 persen. Begitupun juga pada tenaga kerja istri pada semua rumah tangga peternak, persentase terbesar curahan kerjanya adalah untuk mencari hijauan. Pada RTP skala 1 sebesar 26,85 persen, 29,32 persen pada RTP skala 2, dan 25,70 persen pada RTP skala 3. Peran tenaga kerja anak kecil terbesar dalam pemeliharaan usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang adalah untuk membantu orangtuanya dalam mencari hijauan. Perannya sebesar 23,08 persen pada rumah tangga peternak skala 1, dan 20,10 persen pada rumah tangga peternak skala 2. Peran terbesar dari tenaga kerja anak dewasa laki-laki pada rumah tangga peternak skala 1 adalah untuk kegiatan mencari hijauan yakni sebesar 51,46 persen waktu kerjanya. Pada rumah tangga peternak skala 2 tenaga kerja anak dewasa laki-laki lebih berperan dalam kegiatan pembersihan kandang yakni sebesar 19,82 persen dari total waktu kerjanya. Sedangkan pada rumah tangga peternak skala 3 tenaga kerja anak dewasa laki-laki
lebih berperan dalam kegiatan pemerahan yaitu sebesar 43,57 persen dari total waktu kerjanya. Tenaga kerja anak dewasa perempuan pada rumah tangga peternak skala 1 dan 2 lebih banyak berperan dalam membantu mencari hijauan, sedangkan pada rumah tangga peternak skala 3 berperan pada kegiatan mencacah hijauan. Tenaga kerja yang paling dominan melakukan kegiatan pemeliharaan ternak sapi perah baik di rumah tangga peternak skala 1, skala 2, dan skala 3 adalah tenaga kerja suami. Total curahan kerja suami untuk kegiatan pemeliharaan usahaternak sapi perah sebesar 0,6922 HKP pada rumah tangga peternak skala satu, 0,8848 HKP pada rumah tangga peternak skala dua, dan 1,2528 HKP pada rumah tangga peternak skala 3. Kemampuan tenaga kerja pada masing-masing skala adalah 3,3089 ST/HKP pada skala 1, 4,5354 ST/HKP pada skala 2, dan 5,3632 ST/HKP pada skala 3. kemampuan tenaga kerja ini menunjukkan seberapa banyak ternak sapi perah yang mampu dipelihara oleh satu tenaga kerja pria dewasa. Angka kemampuan tersebut masih jauh dari kemampuan tenaga kerja yang disampaikan Sudono (1999) bahwa satu orang tenaga kerja dewasa mampu menangani 6-7 ekor sapi dewasa per hari. Kebutuhan tenaga kerja untuk pengelolaan satu Satuan Ternak (ST) semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah sapi perah yang dimiliki. Kebutuhan tenaga kerja menunjukkan berapa tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemeliharaan satu satuan ternak sapi perah hari pada masing-masing rumah tangga peternak. Berdasarkan pada Tabel 24 kebutuhan tenaga kerja dalam usahaternak sapi perah di Kecamatan Lembang adalah 0,3022 HKP/ST pada rumah tangga peternak skala 1, pada rumah tangga peternak skala 2 sebesar 0,2205 HKP/ST, dan 0,1865 HKP/ST pada rumah tangga peternak skala 3. Tabel 24. Kebutuhan dan Kemampuan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang Skala Usaha Skala 1 Skala 2 Skala 3
Rata-Rata Ternak Sapi Perah yang Diusahakan (ST) 3,12 5,91 10,29
Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) 0,9433 1,3025 1,9189
Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP/ST) 0,3022 0,2205 0,1865
Kemampuan Tenaga Kerja (ST/HKP) 3,3089 4,5354 5,3632
Curahan Tenaga Kerja untuk Usaha Di Luar Usahaternak Sapi Perah. Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang selain melakukan usahaternak sapi perah juga mempunyai beberapa macam usaha keluarga di luar usahaternak sapi perahnya. Usaha tersebut dibagi menjadi 3 jenis, yakni usahatani, usahaternak non sapi perah, usaha lain di luar usaha pertanian. Usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga peternak adalah menjadi petani sayuran, dan ada juga yang menjadi petani bunga atau petani buah. Daerah Kecamatan Lembang yang berada di daerah perbukitan menjadi cocok untuk usahatani sayuran maupun bunga. Curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk kegiatan produktif yang berupa usaha di luar usahaternak sapi perah terdapat pada Tabel 25. Tabel 25. Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Kegiatan Produktif Di Luar Usahaternak Sapi Perah (HKP) Kegiatan Produktif Non Usahaternak Tenaga Kerja Dalam Sapi Perah Total Keluarga Usahaternak Usaha Usahatani Non Sapi Perah Lain Skala 1 Suami 0,0420 0,0098 0,0662 0,1180 Istri 0,0107 0,0007 0,0055 0,0169 Anak Dewasa Laki-Laki 0,0018 0,0000 0,0000 0,0018 Anak Dewasa Perempuan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Total 0,0545 0,0105 0,0717 0,1367 Skala 1 Suami 0,0161 0,0192 0,0423 0,0766 Istri 0,0000 0,0008 0,0194 0,0202 Anak Dewasa Laki-Laki 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Anak Dewasa Perempuan 0,0000 0,0016 0,0000 0,0000 Total 0,0161 0,0216 0,0617 0,0994 Skala 1 Suami 0,0625 0,1458 0,0000 0,2083 Total 0,0625 0,1458 0,0000 0,2083 Usahatani merupakan jenis usaha yang paling banyak membutuhkan tenaga selain usahaternak sapi perah. Tenaga kerja yang mendominasi kerja pada usahatani di rumah tangga peternak adalah tenaga kerja suami. Pada peternak skala 1 rata-rata suami mencurahkan waktu kerjanya untuk usahatani sebesar 0,0420 HKP, pada skala 2 rata-rata sebesar 0,0161 HKP, dan 0,0625 HKP pada skala 3. Jenis ternak yang diusahakan pada usahaternak non sapi perah yang dilakukan peternak sapi perah di Kecamatan Lembang antara lain ternak kelinci dan atau ternak
domba. Mereka mengusahakan ternak tersebut rata-rata sebagai usaha sampingan, dan hobby. Pengelolaan usahaternak non sapi perah biasanya dikerjakan oleh suami dan istri dibantu oleh anak dewasa perempuan. Penggunaan tenaga kerja untuk usahaternak non sapi perah didominasi oleh tenaga kerja suami. Tenaga kerja suami pada skala 1 rata-rata mencurahkan tenaganya sebesar 0,0098 HKP, 0,0192 HKP pada peternak skala 2, dan 0,1458 HKP pada peternak skala 3. Jenis usaha lain adalah jenis usaha di luar usaha pertanian seperti tukang ojeg, buruh bangunan, tukang kayu dan warung di depan rumahnya. Usaha lain hanya diusahakan oleh rumah tangga peternak pada skala 1 dan skala 2. Rumah tangga peternak skala 3 tidak memiliki usaha lain. Tenaga kerja yang mendominasi pengelolaan usaha lain adalah tenaga kerja suami yakni sebesar 0,0662 HKP pada skala 1 dan 0,0423 HKP pada skala 2. Curahan Tenaga Kerja untuk Kegiatan Reproduktif Tenaga kerja yang melakukan kegiatan reproduktif adalah istri dan anak perempuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, dan kegiatan sekolah untuk tenaga kerja anak yang masih duduk di bangku sekolah. Tenaga kerja suami diasumsikan tidak melakukan kegiatan reproduktif. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan reproduktif adalah sebagai berikut : Tabel 26. Curahan Kerja Masing-Masing Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Kegiatan Reproduktif (HKP/hari) Tenaga Kerja Istri Anak Kecil Anak Dewasa Laki-Laki Anak Dewasa Perempuan Total
Skala 1 0,3037 0,1898 0,2564 0,1143 0,8642
Kegiatan Reproduktif Skala 2 Skala 3 0,3742 0,3833 0,1331 0,1146 0,2399 0,5000 0,1452 0,0667 0,8924 1,0646
Berdasarkan Tabel 26, tenaga kerja yang paling banyak melakukan kegiatan reproduktif adalah tenaga kerja istri dengan nilai 0,3037 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala satu, 0,3742 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala dua. Sedangkan pada rumah tangga peternak skala 3 yang paling tinggi curahan kerja untuk kegiatan reproduktif adalah tenaga kerja anak dewasa laki-laki yakni sebesar 0,3833 HKP per hari.
Penyerapan tenaga kerja pada masing-masing rumah tangga peternak ditunjukkan oleh total besarnya curahan kerja untuk semua kegiatan, baik kegiatan produktif maupun kegiatan reproduktif. Tenaga kerja yang diserap pada masingmasing rumah tangga peternak dapat dilihat pada Tabel 27. Tenaga kerja yang diserap oleh rumah tangga peternak skala 1 adalah sebesar 1,9442 HKP per hari, pada skala 2 sebesar 2,2943 HKP per hari, dan pada rumah tangga peternak skala 3 sebesar 3,1918 HKP per hari. Tenaga kerja yang mendominasi kerja pada rumah tangga peternak adalah tenaga kerja suami terlihat pada jumlah waktu kerja terserapnya. Pada rumah tangga peternak skala 1, suami mencurahkan waktu kerjanya sebesar 0,8102 HKP per hari, sedangkan pada peternak skala 2 dan skala 3 masing-masing adalah 0,9624 HKP per hari, dan 1,4611 HKP per hari. Tenaga Kerja suami pada rumah tangga peternak skala 3 telah melebihi jam kerja. Sedangkan tenaga kerja yang paling sedikit mencurahkan waktu kerjanya adalah tenaga kerja anak dewasa perempuan pada semua skala RTP. Tabel 27. Tenaga Kerja yang Diserap untuk Semua Kegiatan (HKP per hari)
Tenaga Kerja Skala 1 Suami Istri Anak Kecil Anak Dewasa Laki-Laki Anak Dewasa Perempuan Total Skala 1 Suami Istri Anak Kecil Anak Dewasa Laki-Laki Anak Dewasa Perempuan Total Skala 1 Suami Istri Anak Kecil Anak Dewasa Laki-Laki Anak Dewasa Perempuan Total
Kegiatan Produktif Usaha di Luar Usahaternak Usahaternak Sapi Perah Sapi Perah
Kegiatan Reproduktif
Total
0,6922 0,1959 0,0039 0,0377 0,0136 0,9433
0,1180 0,0169 0,0000 0,0018 0,0000 0,1367
0,0000 0,3037 0,1898 0,2564 0,1143 0,8642
0,8102 0,5165 0,1937 0,2959 0,1279 1,9442
0,8848 0,2916 0,0189 0,1024 0,0048 1,3025
0,0776 0,0202 0,0000 0,0000 0,0016 0,0994
0,0000 0,3742 0,1331 0,2399 0,1452 0,8924
0,9624 0,6860 0,1520 0,3423 0,1516 2,2943
1,2528 0,4541 0,0000 0,1912 0,0208 1,9189
0,2083 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,2083
0,0000 0,3833 0,1146 0,5000 0,0667 1,0646
1,4611 0,8374 0,1146 0,6912 0,0875 3,1918
Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Potensi tenaga kerja keluarga adalah total sisa waktu curahan kerja masingmasing tenaga kerja. Sisa waktu curahan kerja merupakan hasil pengurangan dari jam kerja normal dalam 1 hari yakni delapan jam kerja dengan curahan kerja untuk kegiatan produktif dan kegiatan reproduktif. Potensi tenaga kerja perlu diketahui untuk melihat potensi pengembangan usahaternak sapi perah melalui jumlah ternak yang masih memungkinkan untuk ditambahkan sesuai dengan potensi tenaga kerja dalam keluarga. Tabel 28 berikut menunjukkan potensi tenaga kerja dalam keluarga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang. Tabel 28. Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk Pengembangan Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang
Tenaga Kerja
Skala 1 Suami Istri AK AD L AD P Total Skala 1 Suami Istri AK AD L AD P Total Skala 1 Suami Istri AK AD L AD P Total
Jam Kerja (HKP/hari)
Rata-Rata Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Rata-Rata Jumlah Ketersediaan Tenaga Kerja Keluarga (HKP)
Tenaga Kerja yang Diserap (HKP)
Potensi Tenaga Kerja (HKP)
1,0000 0,8000 0,5000 1,0000 0,8000
1,0000 1,0000 0,6103 0,4154 0,2794 3,3051
1,0000 0,8000 0,3052 0,4154 0,2235 2,7441
0,8102 0,5165 0,1937 0,2959 0,1279 1,9442
0,1898 0,2835 0,1115 0,1195 0,0956 0,7999
1,0000 0,8000 0,5000 1,0000 0,8000
1,0000 1,0000 0,5323 0,4194 0,3226 3,2743
1,0000 0,8000 0,2662 0,4194 0,2581 2,7436
0,9624 0,6860 0,1520 0,3423 0,1516 2,2943
0,0376 0,1140 0,1142 0,0771 0,1065 0,4493
1,0000 0,8000 0,5000 1,0000 0,8000
1,0000 1,0000 0,3333 1,1667 0,5000 4,0000
1,0000 0,8000 0,1667 1,1667 0,4000 3,5334
1,4611 0,8374 0,1146 0,6912 0,0875 3,1918
(0,4611) (0,0374) 0,0521 0,4755 0,3125 0,3415
Keterangan : angka dalam kurung menandakan nilai minus AK = Anak Kecil, AD L = Anak Dewasa Laki-Laki AD P = Anak Dewasa Perempuan
Berdasarkan Tabel 28 potensi tenaga kerja dalam keluarga yang dimiliki rumah tangga peternak sapi perah adalah sebesar 0,7999 HKP pada rumah tangga peternak skala satu, 0,4493 HKP pada rumah tangga peternak skala 2, dan 0,3415 HKP pada rumah tangga peternak skala 3. Tenaga kerja yang memiliki potensi terbesar adalah tenaga kerja istri pada rumah tangga peternak skala 1 dan 2. Sedangkan pada rumah tangga peternak skala 3 yang memiliki potensi tenaga kerja paling besar adalah tenaga kerja anak dewasa laki-laki. Potensi tenaga kerja keluarga ini dapat dipergunakan untuk mengetahui jumlah ternak sapi perah yang mungkin ditambahkan untuk upaya pengembangan usahaternak sapi perahnya. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah penambahan ternak sapi perahnya berdasarkan potensi tenaga kerja keluarga. Tabel 29. Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Berdasarkan Potensi Tenaga Kerja yang dimiliki Masing-masing Rumah Tangga Peternak Skala Usaha Skala 1 Skala 2 Skala 3
Potensi TK Keluarga (HKP) 0,7999 0,4493 0,3415
Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP/ST) 0,3022 0,2205 0,1865
Penambahan Ternak Sapi Perah (ST) 2,6469 2,0379 1,8317
Potensi tenaga kerja keluarga pada masing-masing rumah tangga peternak menunjukkan bahwa tiap-tiap rumah tangga peternak masih mampu untuk ditambahkan jumlah ternak sapi perah yang diusahakan. Angka penambahan ternak sapi perah diperoleh dengan cara membagi nilai potensi tenaga kerja dalam keluarga dengan kebutuhan tenaga kerja untuk usahaternak sapi perah pada masing-masing skala rumah tangga peternak (Tabel 29). Rumah tangga peternak pada skala 1 yang memiliki potensi tenaga kerja keluarga sebesar 0,7999 HKP masih dapat ditambahkan ternak sapi perah yang diusahakan sebesar 2,6469 ST. Jumlah ternak sapi perah yang dapat ditambahkan pada rumah tangga peternak skala 2 adalah sebesar 2,0379 ST. Sedangkan pada rumah tangga peternak skala 3 yang memiliki jumlah ternak sapi perah paling banyak hanya mampu ditambahkan ternak sapi perah sebesar 1,8317 ST.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ; 1. Curahan waktu kerja masing-masing tenaga kerja keluarga untuk pengelolaan usahaternak sapi perah adalah 0,6922 HKP hingga 1,2528 HKP per hari untuk tenaga kerja suami, 0,1959 HKP hingga 0,4541 HKP per hari untuk tenaga kerja istri, 0,0000 HKP hingga 0,1024 HKP per hari untuk tenaga kerja anak kecil, 0,0377 HKP hingga 0,1912 HKP per hari untuk tenaga kerja anak dewasa lakilaki, dan 0,0136 HKP hingga 0,0208 HKP per hari untuk tenaga kerja anak dewasa perempuan. 2. Potensi tenaga kerja dalam keluarga rumah tangga peternak sapi perah di Kecamatan Lembang adalah 0,7999 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala satu, 0,4493 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala dua, dan 0,3415 HKP per hari pada rumah tangga peternak skala 3. 3. Pengembangan usahaternak sapi perah pada masing-masing rumah tangga peternak adalah 2,6469 Satuan Ternak (ST) pada rumah tangga peternak skala satu, 2,0379 ST pada rumah tangga peternak skala dua, dan 1,8317 ST pada rumah tangga peternak skala tiga. Saran Saran yang dapat diberikan adalah : 1. KPSBU dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung diharapkan mengadakan pelatihan bagi peternak mengenai pembuatan pakan alternatif untuk mengatasi kekurangan pakan hijauan pada musim kemarau 2. KPSBU untuk lebih memperhatikan distribusi lahan sewa untuk hijauan pakan dengan baik sesuai kepemilikan ternak sapi perah para anggotanya agar peternak sapi perah tidak lagi mencurahkan waktu yang terlalu banyak hanya untuk mencari pakan hijauan di sepanjang jalan atau ke daerah lain.
UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih MSc. Agr dan Bapak Ir. Burhanuddin, MM. selaku pembimbing skripsi atas kesabaran membimbing, motivasi, dan pelajaran-pelajaran yang disampaikan. Terimakasih kepada Ibu Ir. Dewi Ulfah Wardhani MS. selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan nasehat selama penulis menempuh kuliah di IPB. Terimakasih kepada Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku penguji seminar atas masukan dan kritik untuk penyelesaian penyusunan skripsi. Terimakasih juga kepada Ibu Ir. Juniar Atmakusumah, MS dan Bapak Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr. Sc selaku dosen penguji sidang skripsi atas masukannya untuk penyempurnaan skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak (Alm.) Rachyan Gunasah Pratas atas kasih sayang dan nasehat yang sangat berharga untuk penulis. Rasa hormat dan hanya ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan melalui karya kecil ini kepada kedua orangtua tercinta, Bapak Trijono Widodo dan Ibu Suharti atas limpahan kasih sayang, serta doa yang tiada terputus untuk penulis. Kakak-kakak tersayang, Mas Adi W. S.Komp. atas pelajaran dan nilai-nilai kehidupan yang telah disampaikan, Mas Agung H. atas binaan mental untuk menghadapi permasalahan, Mba Arindyah D.T.A. atas kasih sayangnya. Untuk adik penulis Rizki F.P. selamat berjuang, buat Ibu dan Bapak bangga. Kasih sayang InsyaAllah akan selalu penulis curahkan untuk keempat keponakan terimakasih atas keceriaan yang selalu menghibur penulis. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang mendukung selama penelitian, Bapak Iyep Komala S.Pt., Bapak Dr.Ir Amirrudin Saleh, MS, dan Bapak Dr. Ir. Cece Sumantri M.Agr.Sc. atas bimbingan dan informasi tentang penelitian di Lembang. Seluruh pengurus KPSBU, karyawan, dan khususnya seluruh koordinator wilayah KPSBU atas bantuan dan pelayanan yang diberikan kepada seluruh peneliti di KPSBU. Terimakasih kepada Ibu Ai, bapak, Rina, Mirna, dan Adit atas segala fasilitas, kasih sayang, dan kekeluargaan selama penulis melakukan penelitian di Lembang.
Terimakasih untuk sahabat-sahabat di Wisma Lestari ’06 (Mira, Anis, Marlia, Lenny, Yeni dan Delvia) atas kebersamaan, kekeluargaan, dan dukungan semangat yang selalu diberikan untuk penulis. Teman-teman penelitian di Lembang (Irub, Alfian, Anas, Riva, Nikur, Okta, Yuni, Fitri, Adi, Andri, Yongki, dan Ita) atas kerjasama dan kenangan indah selama di Lembang. Kepada teman-teman di SEIP 41, 40, 39 (Bisnis, Ekper, dan Komunikasi) atas kebersamaan, keceriaan dan bantuan selama masa kuliah. Terimakasih juga untuk sahabat-sahabatku dari SMP 3 (Nita, Siska, Fenilia, Gladys, Chyntia, Deviyani, Ria, dan Dhania) atas kebersamaan dan persahabatan, semoga kesuksesan selalu ada untuk kita semua, dan semoga kita bisa menjaga tali silaturahmi. Tak lupa juga adek-adekku Wisma Lestari ‘08 (Kiki, Ana, Meri, Novi, dan Esi) terimakasih atas segala bantuannya. Terimakasih kepada Yustian Purwantono dan keluarga atas kasih sayang, perhatian, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini, semoga citacita kami tercapai tepat pada waktunya, Amien. Penulis sampaikan terimakasih kepada Papa Effendi tercinta (ayah angkat penulis) atas kasih sayang yang sangat besar tercurah bagi penulis di masa kecil. (Semoga papa selalu bahagia di kehidupan barunya). Akhir kata penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu atas kontribusi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amien.
Bogor, September 2008 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Agustina, N. K. 2007. Analisis kelayakan finansial pengembangan usahaternak sapi perah. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Centras. 2005. “Draft rencana induk Rusnas pengembangan sapi perah berbasis sumberdaya lokal.” Makalah. Institut Pertanian Bogor. Bogor Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 2006. Laporan Tahunan 2006. Bandung Efendy, S.G.H. 2002. Analisis kontribusi usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Gamawati, 1985. Efisiensi ekonomik penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha peternakan sapi perah rakyat di Pangalengan. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Gapmmi. 2007.”RI Defisit Satu Miliar Liter Susu”. http://www.gatra.com. [17 Juni 2007] Hartono, B. 2006. Ekonomi rumah tangga peternak sapi perah: studi kasus di Desa Pandesari Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Animal Production, Jurnal Produksi Ternak (8) No. 3 September 2006 : 226-232 Inagurati, U. 1985. Alokasi tenaga kerja dalam pemeliharaan ternak kerbau dan sapi potong. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP2ES. Jakarta Rahayu, S. 1986. Analisis usahaternak sapi perah dalam suatu sistem usahatani (Studi Kasus di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sabainingrum, U. 1998. Curahan kerja dan pendapatan masyarakat pada objek wisata agro salak pondoh Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sinaga, M. R. 2003. Pendugaan fungsi biaya usahaternak sapi perah di kawasan usaha peternakan (Kunak) sapi perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Simandjuntak, A. K. 1986. Pengantar Kuliah Perencanaan Pengembangan Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Simanjuntak, P. J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. edisi ke-2. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Soekartawi, A., Soeharjo, J. L., Dillon dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Anlisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press.Jakarta . 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Sudardjat, S. D. Dan Pambudy, R. 2000. Menjelang Dua Abad Sejarah Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia : Peduli Peternak Rakyat. Yayasan Agroindo. Jakarta Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor . 2002. Budidaya Sapi Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Sudono, A., R.F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak sapi Perah Secara Intensif. Agromedia. Depok Sukraeni, E. 1985. Keefisienan teknis dan ekonomis usahaternak sapi perah rakyat pada beberapa tingkat skala usaha di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suherni, S. 2006. Faktor pendukung dan penghambat usahaternak sapi perah rakyat pada beberapa tingkat usaha di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Swastika, D. K. S., M. O. A. Manikmas, B. Sayaka, K. Kariyasa. 2005. The Status and Prospek of Feed Crops in Indonesia. ESCAP. United Nation Syarief dan Sumoprastowo, 1985. Ternak Perah. Yasaguna. Jakarta Williamson dan Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gdjahmada University Press. Yogyakarta Winaryanto, S. 1990. Peranan penyuluhan dalam pelaksanaan usaha peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kecamatan Lembang
55
Lampiran 2. Struktur Organisasi KPSBU Lembang 2007 RAT Pengurus
M. Peltek & SDM
Unit QC & Adm. Pem
SU Tester
Unit Penanganan Susu
SU Lab
SU Produksi
SU PAD
M. Usaha & Keuangan
Unit HR &
SU. Asset
Pengawas
SU Personalia
Unit ADM,
SU. Pembelian
Kasir SU. Satpam SU. QC
Makter
56
Keterangan : Garis Komando Garis Pelayanan
SU. Penyuluhan
Sie. Kend. Operasional Susu
Garis Konsultasi Garis Pengawasan
Unit Pel. Keu & Peternakan
Unit
SU. Account
Gudang
SU. R. Tel
SU. Korwil
SU. Pembibitan
SU. Keswan IB
Anggota
SU. Perkreditan
SU. Makter