KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG
HENDRA NUGRAHA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung adalah benar merupakan karya tulis saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang ada dalam tulisan ini berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014 Hendra Nugraha NIM D2410019
ABSTRAK HENDRA NUGRAHA. Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh ERIKA BUDIARTI LACONI dan SRI MULATSIH. Jumlah limbah pertanian berlimpah namun juga berpotensi sebagai sumber hijauan pakan ternak. Penelitian ini bertujuan menentukan daerah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang memiliki potensi pengembangan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan; menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas pakan ternak; dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersediaan nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah. Pengambilan responden menggunakan metode purposive sampling dengan analisis data deskriptif. Limbah pertanian yang menjadi fokus penelitian ini terdiri dari jerami padi, jagung, kubis, dan buncis. Kecamatan yang memiliki indeks kosentrasi produksi pakan kategori tinggi diantaranya Kecamatan Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk, Banjaran, dan Cicalengka dengan jumlah produksi BK 558 066.82 ton tahun-1, PK 21 899.02 ton tahun-1 dan TDN 121 233.49 ton tahun-1. Berdasarkan data dari 16 kecamatan tersebut, 2 kecamatan diantaranya bernilai KPPTR negatif, hanya 14 kecamatan yang berpotensi ditambahkan populasinya sejumlah 18 122.08 ST. Penentuan penambahan yang digunakan berdasarkan ketersediaan TDN. Kata kunci: kapasitas tampung sapi perah, limbah pertanian, sapi perah,
ABSTRACT HENDRA NUGRAHA. Agricultural Waste Availability to Support Dairy Cattle Program Development in Bandung District. Supervised by ERIKA BUDIARTI LACONI and SRI MULATSIH. Agriculture produces many waste which is potential as feed source for livestocks. The research objectives were to determine potential area in Bandung District, West Java for develop dairy cattle based on index concentration of feed production; to estimate production of agriculture waste based on feed quality and quantity, and to evaluate potency of feed source based on availability of nutrient for dairy cattle enhancement. Respondents were selected by using purposive sampling method and descriptive analysis. Agriculture waste observed in this research included rice straws, corn, cabbage, and string beans. Sub districts with high index concentration of feed production were Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk, Banjaran, Cicalengka with total production 558 066.82 ton per years DM, 21 899.02 ton per years CP, and 121 233.49 TDN. Based on data from 16 sub districts, 2 of them had negative value of KPPTR. Only 14 sub districts were potential for increasing population of dairy cattle 18 122.08 AU based on TDN. Keywords: agricultural waste, dairy cattle, dairy cattle carrying capacity
KETERSEDIAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG
HENDRA NUGRAHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Ketersediaan Limbah Pertanian untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Bandung Nama : Hendra Nugraha NIM : D24100019
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi, MS Pembimbing I
Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan tema “Ketersediaan Limbah Pertanian Untuk Mendukung Pengembangan Budidaya Sapi Perah Di Kabupaten Bandung”. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk mengembangkan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan. Menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas sebagai pakan ternak, dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersedian nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian lintas Fakultas. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, September 2014 Hendra Nugraha
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Metode Pengumpulan Data Analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Iklim Limbah Pertanian yang Berpotensi untuk Pakan Peternakan Kabupaten Bandung Kecamatan yang Berpotensi Limbah Pertanian Kualitas Nutrien Limbah Pertanian Kabupaten Bandung Produksi Limbah Pertanian Pengembangan Ternak Sapi Perah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH
vii vii 1 2 2 2 2 4 4 5 5 7 8 9 10 11 11 12 12 14 22 23
DAFTAR TABEL 1 Kebutuhan nutrisi ternak ruminansia 2 Struktur populasi ternak di Jawa Barat 3 Konversi satuan ternak (ST) 4 Jenis limbah pertanian yang digunakan sabagai pakan 5 Produksi segar limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 6 Populasi ternak sapi perah Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 7 Kondisi umum peternak Kabupaten Bandung 8 Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak 9 Indek konsentrasi produksi pakan (IKKPP) di Kabupaten Bandung 10 Kualitas nutrien hasil limbah pertanian 11 Produksi limbah pertanian 12 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi perah
3 3 4 5 5 6 6 7 8 8 9 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Produksi limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2012 Produksi bahan kering (BK) limbah pertanian tahun 2012 Produksi protein kasar (PK) limbah pertanian tahun 2012 Produksi total digestible nutrient (TDN) limbah pertanian tahun 2012 Populasi ternak sapi perah, sapi potong, kambing dan domba Kabupaten Bandung tahun 2012 6 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan bahan kering (BK) tahun 2012 7 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan protein kasar (PK) tahun 2012 8 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan total digestible nutrient (TDN) tahun 2012
14 15 16 17 18 19 20 21
PENDAHULUAN Kebutuhan pangan asal hewan untuk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun-ketahun, termasuk untuk daerah Kabupaten Bandung. Rata-rata kebutuhan pangan asal hewan Kabupaten Bandung mengalami peningkatan dari tahun 20092011 sebesar 12.22% setiap tahunnya (BPPD Kab. Bandung 2012). Peningkatan produksi pangan hewani dapat dilakukan dengan cara peningkatan populasi ternak agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu kendala dalam peningkatan populasi ternak adalah keterbatasan lahan pengembalaan dan penyedian hijauan pakan akibat perubahan fungsi lahan produktif menjadi lahan pemukiman dan kawasan industri. Ketersediaan pakan tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas tetapi juga dilihat dari aspek kelengkapan nilai nutrien dan kontinuitas. Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah memenuhi kebutuhan susu di Jawa Barat dengan populasi 22 701.62 satuan ternak (ST) yang merupakan 30.72% dari total populasi sapi perah di Jawa Barat (BPS Jawa Barat 2013). Daerah tersebut dapat menghasilkan susu sebanyak 62 876 000 liter/tahun (BPS Kab. Bandung 2013). Produksi susu tersebut belum dapat memenuhi permintaan kebutuhan rumah tangga maupun bahan baku industri. Pusat data dan sistem informasi pertanian (2013) menunjukkan bahwa kebutuhan susu nasional baru terpenuhi 40% produksi dalam negeri sedangkan 60% yang lainnya dipenuhi oleh impor susu. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak di Kabupaten Bandung tidak hanya dari tanaman khusus hijauan makanan ternak akan tetapi juga dengan memanfaatkan limbah pertanian yang melimpah sebagai pakan mengingat Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penghasil produk pertanian dengan luas area pertanian 110 021 Ha (BPS Jawa Barat 2012). Hasil panen beberapa komoditas pertanian menghasilkan limbah yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk pemenuhan kebutuhan hijauan. Banyaknya limbah pertanian ini belum dapat di manfaatkan secara maksimal. Rendahnya pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan disebabkan petani segera membakar limbah setelah panen dimana limbah ini berfungsi sebagai pupuk organik (Febrina dan Liana 2008). Limbah pertanian memiliki karakteristik nutrien yang berbeda-beda. Ketersedian limbah pertanian tidak kontinu, akan tetapi melimpah di musim panen. Peternakan rakyat perlu memperhatikan ketersediaan bahan baku pakan lokal, komposisi kimiawi bahan pakan, pengolahan, penyusunan ransum dan kebutuhan ternak. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki basis data mengenai informasi kandungan nutrien dan pola persebaran pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak sebagian besar hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan kuantitas pakan untuk ternak tanpa melihat kecukupan nutrien yang terkandung di dalam pakan. Evaluasi tentang nutrien pakan harus dilakukan untuk menunjang performa ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk mengembangkan ternak sapi perah berdasarkan indeks konsentrasi produksi pakan. Menghitung produksi limbah pertanian berdasarkan kualitas dan kuantitas sebagai pakan ternak, dan mengevaluasi potensi sumber pakan berdasarkan ketersedian nutrien terhadap peningkatan populasi sapi perah.
2 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada bulan Agustus sampai Desember 2013. Analisa nutrien sampel pakan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Intitut Pertanian Bogor. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan panduan kuisioner terhadap 30 peternak rakyat sapi perah di 3 kecamatan di Kabupaten Bandung. Jumlah peternak yang yang diambil memenuhi syarat seperti pendapat Mattjik dan Sumertajaya (2002). Metode yang digunakan purposive sampling berdasarkan populasi ternak sapi perah terbanyak dan peternak yang menggunakan pakan limbah pertanian sebagai pakan, dengan rincian Kecamatan Pasirjambu 10 peternak, Kecamatan Ciwidey 10 peternak, dan Kecamatan Pangalengan 10 peternak. Sampel pakan di tetapkan 4 limbah pertanian yang paling banyak digunakan sebagai pakan ternak. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Peternakan Setempat, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Analisis Data Data primer dan data sekunder yang terkait dengan gambaran umum wilayah, indeks konsentrasi produksi pakan, estimasi kuantitas dan kualitas nutrien bahan pakan, serta kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia dianalisis secara diskriptif Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) Komoditas limbah pertanian yang paling banyak digunakan sebagai pakan ternak diambil dan ditimbang dalam keadaan segar. Tiap bagian dipisahkan dan ditimbang sehingga diketahui proporsinya. Menentukan daerah potensial yang memproduksi hasil limbah tanaman tiap kecamatan di Kabupaten Bandung menggunakan rumus Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) limbah tanaman menurut Syamsu (2006) : IKPP =
produksi limbah pertanian segar kecamatan (ton tahun−1 ) rata − rata produksi limbah pertanian kabupaten (ton tahun−1 )
Wilayah kecamatan dengan angka IKPP ≥ 1.0 merupakan wilayah yang memiliki kategori produksi tinggi pada jenis tanaman dibandingkan wilayah lainnya di dalam sebuah kabupaten. Wilayah kecamatan dengan angka IKPP 0.5 <1.0 termasuk dalam produksi sedang dan wilayah kecamatan dengan angka IKPP <0.5 termasuk dalam kategori produksi rendah. Wilayah yang memiliki angka IKPP tinggi yang akan dianalisa sebagai wilayah berpotensi memiliki produksi limbah pertania.
3 Estimasi Kualitas dan Kuantitas Nutrien Bahan Pakan Sampel limbah pertanian ditimbang dan dikeringkan dalam oven 60 oC. Sampel bahan limbah pertanian dianalisis kandungan nutrien menggunakan metode analisis proksimat (AOAC 2005). Data Total digestible nutrient (TDN) diperoleh dengan perhitungan menggunakan persamaan menurut (Owens et al. 2010). TDN = 0.9918 × PK + 1.272 × LK + 0.0318 × SK + ( 0.8904 × BETN)
Produksi limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan dihitung berdasarkan produksi segar, produksi kering, produksi bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrient (TDN) dengan rumus: Produksi Total BK (ton) Produksi PK (ton) Produksi TDN (ton)
= produksi segar (ton) x kandungan BK (%) = produksi total BK (ton) x kandungan PK (%) = produksi total BK (ton) x kandungan TDN (%)
Data diperoleh berdasarkan kecamatan dengan nilai indeks konsentrasi produksi pakan tinggi. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kebutuhan hijauan per hari ternak ruminansia yang disuplai dari limbah dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1 Kebutuhan nutrisi ternak ruminansia Ternak Sapi Potonga
Kebutuhan Nutrien Ternak / Hari BK PK TDN (kg) (kg) (kg)
Perbandingan (%) Hijauan : Konsentrat
Kebutuhan Hijauan / Hari Bk PK TDN (kg) (kg) (kg)
8.9
1.12
6.23
30 : 70
2.67
0.18
1.16
12.4
1.48
8.43
70 : 30
8.68
0.78
5.40
2.7
0.14
1.43
60 : 40
1.62
0.01
0.93
Dombac 1.61 0.25 a NRC 2000, bNRC 2001, cNRC 2007
1.07
60 : 40
0.97
0.15
0.77
b
Sapi Perah c
Kambing
Kebutuhan ternak sapi potong yang digunakan adalah sapi Angus dengan bobot 325 kg dan pertambahan bobot badan 1.36 kg hari-1 (NRC 2000). Kebutuhan pada sapi perah dengan bobot badan 425 kg pada saat tengah laktasi dan produksi susu 10 liter hari-1 (NRC 2001). Kebutuhan kambing dan domba dengan bobot 50 kg pada saat laktasi dengan jumlah anak 2-3 ekor (NRC 2007). Struktur populasi ternak ruminansia dapat dihitung berdasarkan presentase yang ada pada Tabel 2. Tabel 2 Struktur populasi ternak di Jawa Barat Jenis Ternak
Anak Umur (bulan)
Muda %
Umur (bulan)
%
Dewasa Umur (bulan)
%
Sapi Perah
< 12
22.85
12-24
23.56
> 24
53.59
Sapi Potong
< 12
16.08
12-24
34.72
> 24
49.20
Kambing
<6
26.67
6-12
26.54
>12
46.79
28.33
6-12
26.41
>12
45.26
Domba <6 Sumber: BPS Indonesia 2013
4 Jumlah populasi ternak ruminansia dihitung berdasarkan satuan ternak (ST) dengan konversi pada Tabel 3. Tabel 3 Konversi satuan ternak (ST) Jenis Ternak
Anak Umur
Muda ST
Umur
Dewasa ST
Umur
ST
Sapi Perah
< 1 tahun
0.25
1-2 tahun
0.5
> 2 tahun
1
Sapi Potong
< 1 tahun
0.25
1-2 tahun
0.5
> 2 tahun
1
Kambing
< 6 bulan
0.035
6-12 Bulan
0.07
>12 bulan
0.14
Domba
< 6 bulan
0.035
6-12 Bulan
0.07
>12 bulan
0.14
Sumber: Rohani et al. (2011) Jumlah populasi ternak dihitung berdasarkan satuan ternak (ST). Nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) disuatu kabupaten dihitung dengan rumus KPPTR =
Produksi Nutrien ton − Kebutuhan Nutrien Ruminansia total(ton) Kebutuhan Nutrien Sapi Perah (ton)
Rumus KPPTR ini digunakan sebagai perhitungan peningkatan sapi perah di suatu daerah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Iklim Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa barat Indonesia. Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6o.41’ sampai dengan 7o.19’ lintang selatan (LS) dan di antara 107o.22’ sampai dengan 108o.5’ bujur timur (BT) dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 176 239 km2 (BPS Kab. Bandung 2013). Topografi wilayah di Kabupaten Bandung sebagian besar merupakan pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi dari 500 m sampai 1 812 m, sedangkan morfologinya beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara 1 500 mm sampai dengan 4 000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 12oC sampai 24oC dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau (BPS Kab. Bandung 2013). Kondisi topografi dan demikian sesuai dengan pemeliharaan sapi perah akan tetapi masih terlalu tinggi untuk kelembapan udara. Yani dan Purwanto (2006) menyatakan lokasi yang baik untuk beternak sapi perah adalah wilayah yang memiliki ketinggian sekurang-kurangnya 800 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rataan 18.3 oC dan kelembaban 55%
5 Limbah Pertanian yang Berpotensi untuk Pakan . Kabupaten Bandung memiliki potensi sektor pertanian. Limbah dari sektor pertanian tersebut dapat digunakan untuk menunjang ketersediaan pakan ternak. Jenis limbah pertanian yang biasa digunakan sebagai pakan oleh peternak disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Jenis limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan Kecamatan Ciwidey
Limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan Jerami padi, Kubis
Pasirjambu
Jerami padi, Kubis, Jagung, Buncis
Pangalengan
Jerami padi, Kubis, Jagung
Terdapat potensi limbah pertanian di Kabupaten Bandung. Tiga daerah yang menjadi sampel di penelitian ini yaitu Ciwidey, Pasirjambu, dan Pangalengan menunjukkan keberagaman limbah pertanian yang dihasilkan, diantaranya jerami padi, kubis, buncis, dan jagung (Tabel 4). Potensi dari limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pada pakan ternak. Produksi Segar Limbah Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2010-2012 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Produksi segar limbah pertanian Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 Limbah pertanian Jerami Padi Jagung
Produksi limbah (ton tahun-1) 2012
Tren 2010-2011 (%)
Tren 2011-2012 (%)
2010
2011
1 623 342.28
1 990 495.37
2 323 122.04
18.45
14.32
43 323.38
117 513.08
136 655.78
63.13
14.01 18.72 12.96
2 197.03
2 986.51
3 674.47
26.43
Kubis 32 567.14 Sumber : BPS 2011-2013
50 928.96
58 512.98
36.05
Buncis
Tabel 5 menunjukkan bahwa setiap komoditi tanaman pangan di Kabupaten Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi. Hal ini dikarenakan penerapan teknologi yang lebih baik di bidang pertanian yang membuat efisiensi lahan pertanian menjadi lebih baik setiap tahunnya. Sukartini dan Solihin (2013) melaporkan penggunaan teknologi pertanian seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan obat pembasmi hama dan pupuk dapat meningkatkan rata-rata hasil panen. Teknologi pengolahan limbah pertanian sangatlah dibutuhkan untuk memberikan suatu peningkatan nilai produk yang bermanfaat.
Peternakan Kabupaten Bandung Sektor peternakan Kabupaten Bandung memiliki potensi yang besar pada sapi perah. Populasi ternak sapi perah 30.72 % Jawa Barat berada pada wilayah Kabupaten Bandung (BPS Jawa Barat 2013). Jumlah populasi ternak berdasarkan data BPS 2011-2013 disajikan pada Tabel 6. Sapi perah merupakan komoditas ternak terbesar di Kabupaten Bandung. Peningkatan populasi sapi perah tiap
6 tahunnya mengindikasikan adanya potensi yang baik untuk dikembangkan. Peningkatan sapi perah ini harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan teknologi agar tercapainya kapasitas produksi optimal. Tabel 6 Populasi ternak sapi perah Kabupaten Bandung tahun 2010-2012 Populasi ternak kabupaten Bandung (ST)
Ternak
2010
2011
2012
Sapi Perah
21 112.92
25 876.16
22 701.62
Sapi Potong
11 757.22
26 008.02
19 809.69
Domba
20 503.25
21 220.84
21 545.49
2 128.18
2 202.63
2 333.41
Kambing Sumber : BPS 2011-2013
Pola peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung masih dilakukan dengan cara tradisional. Tabel 7 menunjukkan bahwa peternakan di Kabupaten Bandung didominasi oleh peternak yang berumur antara 25-50 tahun (80% dari total). Peternak di kabupaten Bandung yang memiliki pengalaman beternak di atas lima tahun yaitu 90% dari jumlah peternak. Pengalaman beternak umumnya diperoleh turun-temurun dari orang tuanya. Pengalaman beternak yang lama mengindikasikan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan. Menurut Edwina et al. (2006) semakin lama seseorang memiliki pengalaman beternak akan semakin mudah peternak untuk mengatasi kesulitan. Tabel 7 Kondisi umum peternak Kabupaten Bandung Uraian Umur Peternak Umur >70 50-70 25-50 Pengalaman Beternak < 2 Tahun 2-5 Tahun > 5 Tahun Cara Pemeliharaan Ternak Intensif Semi-Intensif Ekstensif Tingkat Pendidikan SD SMP SMA S1 Penggunaan limbah pertanian Menggunaan Tidak Menggunaan
Peternak (%) 3.33 16.67 80 3.33 6.67 90 100 0 0 60 33.33 6.67 0 100 0
Cara pemeliharaan 100 % peternak secara intensif atau dikandangkan dengan pemberian pakan cut and carry, sehingga dibutuhkan tenaga lebih besar untuk mengambil rumput setiap hari. Hal ini menyebabkan umur produktif peternak yang lebih muda jauh lebih tinggi dibanding umur tua karena tenaga yang dimiliki lebih besar untuk mengambil rumput.
7 Tingkat pendidikan peternak yang rendah (setingkat SD) menyebabkan keingintahuan tentang ilmu baru cenderung rendah, sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas. Peternak cenderung tidak belajar untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Tingkat pendidikan yang relativ tinggi memungkinkan peternak mampu mengadopsi inovasi, penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan usaha ternak (Edwina et al. 2006). Sehinnga harus ada edukasi kepada peternak untuk meningkatkan pengetahuan peternak agar dapat menghasilkan produk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan 100% peternak di Kabupaten Bandung menggunakan limbah pertanian yang terdiri atas sayuran dan jerami padi. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan Indraningsih et al (2005) bahwa 53.5% peternak yang memanfaatkan limbah sayuran sebagai pakan ternak sapi perah di Pangalengan, Jawa Barat. Kecamatan yang Berpotensi Limbah Pertanian Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Bagian limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak Tanaman pangan
Bagian sebagai pakan
Bagian sebagai nonpakan (%) 19.20
Bagian sebagai pakan (%) 80.80
Jerami padi
Selain bulir dan akar
Kubis
Daun rusak
31.78
68.22
Buncis
Daun dan batang
44.27
55.73
Jagung
Daun dan batang
36.07
55.46
Proporsi bagian tanaman pangan secara utuh ditunjukkan pada Tabel 8. Seluruh sampel yang diambil memiliki proporsi >50% dari tanaman utuh sebagai bagian yang dapat dijadikan pakan ternak. Proporsi jerami padi yang tidak dimanfaatkan adalah bulir-bulir padi dan dari akar hingga batang 15 cm di atas akar. Limbah pertanian dari tanaman kubis yang di manfaatkan adalah daun rusak yang di tinggalkan oleh petani di ladang. Limbah pertanian tanaman buncis yang dimanfaatkan adalah daun dan batang yang menjalar, sedangkan limbah pertanian tanaman jagung yang digunakan adalah daun dan batang jagung pada kondisi masih segar. Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) yang bersumber dari limbah pertanian menunjukkan daerah atau kecamatan yang potensial. Wilayah kecamatan dengan angka IKKP ≥ 1.0 merupakan wilayah yang memiliki kategori produksi tinggi. Dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung hanya 16 kecamatan yang memiliki nilai IKPP kategori tinggi (lampiran 1). Tabel 9 menunjukkan 16 kecamatan yang terpilih tersebut diantaranya Kecamatan Ciparay, Paseh, Pangalengan, Anjarsari, Kutawaringin, Rancaekek, Cangkuang, Majalaya, Pacet, Soreang, Pasirjambu, Cimaung, Ciwidey, Solokanjeruk, Banjaran, dan Cicalengka. Wilayah dengan kategori produksi tinggi memberikan sumbangan lebih besar daripada daerah yang termasuk di dalam kategori sedang dan rendah. Kecamatan yang memiliki produksi limbah tertinggi adalah Ciparay.
8 Tabel 9 Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) di Kabupaten Bandung Produksi limbah 2012 (ton tahun-1)
Kecamatan
IKPP
Kategori produksi
Ciparay
189 914.10
2.20
Tinggi
Paseh
149 677.01
1.73
Tinggi
Pangalengan
148 407.40
1.72
Tinggi
Arjasari
134 638.99
1.56
Tinggi
Kutawaringin
131 480.68
1.52
Tinggi
Rancaekek
125 294.62
1.45
Tinggi
Cangkuang
118 433.47
1.37
Tinggi
Majalaya
107 660.96
1.25
Tinggi
Pacet
100 490.37
1.16
Tinggi
Soreang
100 219.10
1.16
Tinggi
Pasirjambu
97 934.77
1.13
Tinggi
Cimaung
97 837.62
1.13
Tinggi
Ciwidey
94 430.68
1.09
Tinggi
Solokanjeruk
93 256.66
1.08
Tinggi
Banjaran
90 044.76
1.04
Tinggi
Cicalengka
89 483.00
1.04
Tinggi
IKPP: Indeks konsentrasi produksi pakan
Produksi limbah pertanian yang berbeda dipengaruhi oleh luas areal tanam dan keadaan lingkungan sekitar. Tanaman dengan perlakuan yang baik di dalam perawatannya akan memberikan hasil yang maksimal yang akan membuat produksi limbah meningkat karena adanya efisiensi dalam penggunaan lahan pertanian. Febrina dan Liana (2008) menyatakan ketersediaan limbah pertanian sangat dipengaruhi oleh pola pertanian tanaman pangan di suatu wilayah
Kualitas Nutrien Limbah Pertanian Kabupaten Bandung Limbah pertanian memiliki kandungan nutrien yang dapat dimanfaatkan dalam upaya mencukupi kebutuhan ternak. Kualitas nutrien pakan berdasarkan berdasarkan analisa proksimat disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Kualitas nutrien hasil limbah pertanian Bahan Pakan Jerami padi Jagung Buncis Kubis
ABU 22.45 8.62 11.83 14.07
BO 77.55 91.38 88.17 85.93
Kandungan nutrien BK 100 % PK LK SK 6.66 0.71 37.68 10.55 2.86 23.16 17.70 2.26 20.16 16.48 4.47 16.97
BETN 32.50 54.82 48.06 48.00
TDN 37.65 63.64 63.86 65.32
BO: bahan organik; PK: protein kasar; LK: lemak kasar; SK: Serat Kasar; BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN: total digestible nutrient
Tabel 10 menunjukkan limbah pertanian dapat digunakan sebagai sumber hijauan untuk ternak ruminansia. Hijauan yang baik digunakan untuk pakan ternak memiliki SK > 18% (Sukria dan Krisna 2009). Hata (2006) menyatakan bahwa
9 kualitas kandungan nutrient jerami padi BK 91.90%, PK 5.36%, Abu 21.51% dan LK 0.91%. Limbah jagung memiliki kandungan PK yang lebih tinggi dan lebih rendah untuk kandungan TDN dibandingkan dengan Sukria dan Krisna (2009) Kandungan nutrient limbah jagung BK 28%, PK 8.2% dan TDN 48%. Menurut Syananta (2009) limbah kubis memiliki kandungan nutrient BK 22.87 %, PK 5.33%, LK 0.61%, SK 48.19% dan abu 2.80%. Hasil kajian menunjukkan kandungan nutrien jerami padi, jagung, dan kubis pada penelitian ini masih standar nilai pada penelitian-penelitian sebelumnya. Produksi Limbah Pertanian Produksi limbah pertanian berdasarkan bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrien (TDN) pada 16 kecamatan di Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Produksi limbah pertanian Produksi limbah pertanian (ton tahun-1)
Kecamatan BK
PK
TDN
Ciparay
60 145.29
2 061.52
11 685.11
Paseh
47 339.71
1 632.15
9 257.69
Pangalengan
19 299.92
1 980.54
8 657.03
Arjasari
41 403.02
1 561.80
8 907.42
Kutawaringin
41 891.56
1 405.26
7 920.94
Rancaekek
39 924.98
1 330.49
7 522.01
Cangkuang
37 369.87
1 304.65
7 402.48
Majalaya
34 279.93
1 146.39
6 483.39
Pacet
30 083.28
1 056.60
6 003.49
Soreang
31 592.28
1 105.70
6 278.62
Pasirjambu
29 427.12
1 056.90
5 852.06
Cimaung
30 553.37
1 077.80
6 112.15
Ciwidey
29 611.73
2 088.82
11 580.30
Solokanjeruk
29 704.62
991.67
5 607.44
Banjaran
28 247.12
1 010.64
5 745.59
Cicalengka
27 193.03
1 088.10
6 217.78
558 066.82
21 899.02
121 233.49
Jumlah
BK: bahan kering; PK: protein kasar; TDN: total digestible nutrient
Kecamatan yang memiliki produksi BK, PK, dan TDN tertinggi adalah kecamatan Ciparay. Tingginya nilai BK pada suatu daerah tidak mencerminkan tingginya nilai PK dan TDN pada daerah. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan nutrien pada masing-masing komoditi. Seperti yang dinyatakan oleh Syamsu et al. (2003) kualitas nutrient limbah pertanian yang rendah dan bervariasi tergantung dari jenis spesiesnya. Apabila suatu komoditi memiliki kandungan nutrien yang tinggi akan menyebabkan produksi nutren tinggi.
10 Pengembangan Ternak Sapi Perah Peningkatan kapasitas tampung ternak sapi perah di Kabupaten Bandung berdasarkan produksi limbah pertanian disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi perah Kecamatan Ciparay
Paseh
Pangalengan
Arjasari
Kutawaringin
Rancaekek
Cangkuang
Majalaya
Pacet
Soreang
Pasirjambu
Cimaung
Ciwidey
Solokanjeruk
Banjaran
Cicalengka
Jumlah
Kandungan BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN BK PK TDN
Total kebutuhan (ton tahun-1) 1 813.49 195.79 303.13 4 356.32 477.13 1 133.08 35 454.77 3 209.08 21 203.09 4 719.03 454.09 2 227.71 2 340.46 250.11 271.99 1 998.02 215.46 269.30 1 010.84 100.97 355.76 1 407.64 148.45 211.43 5 497.87 550.98 723.73 2 765.39 296.35 331.38 11 911.91 1 101.52 6 691.64 1 764.12 180.22 333.65 4 012.65 387.19 1 799.14 2 308.79 244.18 134.09 1 213.06 128.25 159.82 2 231.57 226.41 610.96 84 805.93 8 166.17 36 759.91
Kelebihan nutrien (ton tahun-1) 58 331.80 1 865.73 11 381.98 42 983.39 1 155.03 8 124.61 -16 154.85 -1 228.54 -12 546.06 36 683.99 1 107.71 6 679.71 39 551.10 1 155.15 7 648.94 37 926.96 1 115.03 7 252.70 36 359.03 1 203.68 7 046.72 32 872.30 997.94 6 271.96 24 585.41 505.62 5 279.76 28 826.89 809.35 5 947.24 17 515.21 -44.63 -839.58 28 789.24 897.59 5 778.50 25 599.08 1 701.63 9 781.16 27 395.83 747.48 5 473.35 27 034.06 882.39 5 585.77 24 961.46 861.69 5 606.82 473 260.90 13 732.85 84 473.58
KPPTR Sapi perah (ST) 6 720.25 2 391.96 2 107.77 4 952.00 1 480.80 1 504.56 0.00 0.00 0.00 4 226.27 1 420.14 1 236.98 4 556.58 1 480.96 1 416.47 4 369.46 1 429.53 1 343.09 4 188.83 1 543.18 1 304.95 3 787.13 1 279.41 1 161.47 2 832.42 648.23 977.73 3 321.07 1 037.63 1 101.34 2 017.88 0.00 0.0 3 316.73 1 150.75 1 070.09 2 949.20 2 181.58 1 811.33 3 156.20 958.31 1 013.58 3 114.52 1 131.27 1 034.40 2 875.74 1 104.73 1 038.30 56 384.30 19 238.49 18 122.08
BK: bahan kering; PK: protein kasar; TDN: total digestible nutrient; KPPTR: kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia
11 Limbah pertanian di Kabupaten Bandung dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif sumber hijauan. Produksi bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrient (TDN) di 16 kecamatan yang memiliki potensi produksi limbah pertanian hanya 14 kecamatan yang dapat dilakukan pengembangan populasi untuk sapi perah di wilayah Kabupaten Bandung dapat ditingkatkan hingga kapasitas tampung ternak. Dua kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan Pangalengan dan Pasirjambu tidak dapat ditingkatkan populasinya disebabkan memiliki nilai KPPTR yang negativ. Hal ini mengartikan bahwa adanya populasi yang besar melebihi kapasitas tampung pakan berbasis limbah pertanian di daerah tersebut. Peningkatan populasi ditentukan berdasarkan kecukupan nutrien pakan yang berasal dari limbah pertanian. Menentukan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah mengacu kepada ketersedian produksi TDN. Hal ini dikarenakan ketersedian TDN memiliki nilai KPPTR efektif terkecil dari pada nilai BK dan PK. Perbedaan produksi BK, PK, dan TDN yang ada disebabkan kuantitas dan kualitas nutrien berbeda pada setiap limbah yang digunakan pada ternak dan jumlah produksi tanaman yang berbeda pada setiap kecamatan. Peningkatan populasi ternak sapi perah 18 122.08 ST berpotensi dilakukan berdasarkan ketersediaan TDN di 14 kecamatan di Kabupaten Bandung. Hal ini sebanding dengan 1.13 kali lipat dari populasi awal. Peningkatan populasi ini sesuai dengan kapasitas tampung maksimal pakan berbasis limbah pertanian dengan proporsi 70% dalam kebutuhan pakan ternak yang ada di Kabupaten Bandung, sehingga harus disediakan 30% pakan tambahan (konsentrat) untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan pakan tambahan ini dapat digunakan konsentrat untuk mencukupi kebutuhan nutrien setiap hari. Hal ini di karenakan nutrien pada limbah pertanian yang rendah, sehingga belum dapat mencukupi untuk kebutuhan nutrien sapi perah. Penambahan konsetrat dapat menutupi kekurangan nutrien untuk kebutuhan hidup pokok, reproduksi, dan produksi sapi perah. Peningkatan populasi juga harus diikuti oleh penambahan lahan untuk kandang, akses transportasi menuju wilayah, dan sarana penunjang lainnya untuk kelancaran budidaya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebanyak 16 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Bandung memiliki nilai indeks konsentrasi produksi pakan berbasis limbah pertanian katagori tinggi. Produksi limbah pertanian berupa limbah sayuran dan jerami padi berdasarkan bahan kering sebesar 558 066.82 ton tahun-1 dengan kandungan protein kasar sebesar 21 899.02 ton tahun-1 dan total digestible nutrient 121 233.49 ton tahun-1. Peningkatan populasi ternak sapi perah sebesar 18 122.08 ST sebanding dengan 1.13 kali lipat populasi awal berpotensi dilakukan di 14 dari 16 kecamatan di Kabupaten Bandung dengan penggunaan pakan berbasis limbah pertanian. Peningkatan populasi ternak sapi perah ini harus diimbangi dengan ketersediaan konsentrat, edukasi terhadap peternak, luas area, dan transportasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Penentuan peningkatan populasi ternak tersebut
12 berdasarkan ketersediaan produksi sumber pakan berdasarkan total digestible nutrient. Saran Penggunaan limbah pertanian harus diimbangi dengan adanya teknologi pakan untuk meningkatkan kualitas dan daya simpan. Sehingga kontuinitas limbah dapat terjaga. Pemberian pakan berbasis limbah masih harus diimbangi dengan penggunaan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan pada saat produksi.
DAFTAR PUSTAKA Agus A. 2008. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Yogyakarta (ID): PT Citra Adi Parama. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemists. [BPPD] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung. 2012. Rancangan Kerja Pembangunan Daerah 2012. Bandung (ID). BPPD Kab. Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Jawa Barat dalam Angka Tahun 2013. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Jawa Barat. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2013. Jawa Barat dalam Angka Tahun 2013. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Jawa Barat. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2011. Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2011. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2012. Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2012. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2013. Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2013. Bandung (ID); Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. Edwina S, Cepriadi, Zainina. 2006. Analisis pendapatan peternak ayam broiler pola kemitraan di Kota Pekanbaru. J Peternakan. 3(1):1-9. Febrina D, Liana M. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia pada peternak rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. J peternakan 5 (1):28-7. Hardianto R, Wahyono DE, Anam C, Suryanto, Kartono G dan Soemarsono SR. 2002. Kajian teknologi pakan lengkap (Complete feed) sebagai peluang agribisnis bernilai komersial di pedesaan [makalah seminar]. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian. Hata E. 2006. Produktifitas dan karakteristik karkas kerbau yang diberi pakan jerami padi dengan atau tanpa fermentasi selama penggemukan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Indraningsih, Sani Y, Widiastuti R. 2005. Evaluation of farmers appreciation in reducing pesticide by organic farming practice. J Agric Sci. 6(2):59-68
13 Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr. [NRC] National Research Council. 2000. National Research Council Requirement of Beef Cattle. Washington DC (US): The National Academy of Sciences. [NRC] National Research Council. 2001. National Research Council Requirement Dairy Cattle. Washington DC (US): The National Academy of Sciences. [NRC] National Research Council. 2007. Nutrien Requirement Small Ruminants. Washington DC (US): The National Academy of Sciences. Owens FN, Sapienza DA, Hassen AT. 2010. Effect of nutrien composition of feeds on digestibility of organic matter by cattle. J Anim Sci. 88; E151-E169. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Rohani, Hoddi H, Rombe MB, Ridwan M. 2011 Bahan Ajar Pengelolaan Usaha Peternakan. Makasar (ID): Univ Hasanudin Pr. Sukria HA, Krisna R. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr. Sukartini NM, Solihin A. 2013. Respon petani terhadap perkembangan teknologi dan perubahan iklim: studi kasus subak di Desa Gadungan, Tabanan, Bali. JEKT. 6(2):128-139. Syamsu JA, Sofyan LA, Mudikdjo K, Gumbira SE. 2003. daya dukung limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Jurnal Wartazoa. 13(1):30-37. Syamsu JA. 2006. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syananta FP. 2009. Uji fisik wafer limbah sayuran pasar dan palatabilitasnya pada ternak domba [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yani A, Purwanto BP. 2006. pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi peranakan fries holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Media Petern. 29(1):35-46.
14
LAMPIRAN Lampiran 1 Produksi limbah pertanian Kabupaten Bandung 2012 Kecamatan
Produksi Limbah Pertanian (ton tahun-1) Jagung
Ciwidey
87 827.92
3 567.15
1 386.42
1 649.19
1.09
Rancabali
30 691.38
5 157.00
599.84
3 677.43
0.66
Pasirjambu
90 184.58
1 153.17
693.39
857.86
1.13
Cimaung
93 349.25
3 517.95
15.12
106.68
1.13
Pangalengan
26 470.42
7 138.92
444.05
26 674.52
1.72
Kertasari
10 053.71
2 747.63
44.45
5 961.01
0.63
Pacet
92 011.00
3 501.04
0.00
0.00
1.16
Ibun
66 066.63
3 393.41
0.00
602.15
0.81
Paseh
146 117.54
3 559.46
0.00
0.00
1.73
Cikancung
65 246.00
15 760.05
33.21
63.91
0.94
Cicalengka
77 643.75
10 833.69
4.62
281.04
1.04
Nagrek
54 544.21
17 294.54
0.00
0.00
0.83
Rancaekek
125 231.58
63.04
0.00
0.00
1.45
Majalaya
107 350.38
310.59
0.00
0.00
1.25
93 096.75
159.91
0.00
0.00
1.08
186 180.88
3 716.30
16.93
0.00
2.20
78 026.71
5 884.26
0.00
0.00
0.97
Arjasari
122 121.63
11 175.03
130.92
94.99
1.56
Banjaran
85 635.38
4 335.94
73.45
0.00
1.04
114 685.50
3 696.31
0.00
51.66
1.37
Pameungpeuk
63 524.79
276.76
0.00
0.00
0.74
Ketapang
46 973.42
319.81
0.00
0.00
0.55
Soreang
96 808.50
3 390.33
20.26
0.00
1.16
131 207.42
0.00
128.29
144.97
1.52
Margaasih
43 905.54
2 121.84
0.00
0.00
0.53
Margahayu
3 476.08
287.52
0.00
0.00
0.04
Dayeuhkolot
8 092.63
0.00
0.00
0.00
0.09
Bojongsoang
70 350.71
1 020.94
0.00
0.00
0.83
Cileunyi
60 086.58
6 617.68
30.43
158.06
0.78
Cilengkrang
21 390.96
1 712.85
0.00
648.83
0.28
Cimenyan
24 770.25
13 942.65
53.09
17 540.68
0.67
2 323 122.04
136 655.78
3 674.47
58 512.98
31.00
Solokanjeruk Ciparay Baleendah
Cangkuang
Kutawaringin
Jumlah
Buncis
IKPP
Jerami Padi
Kubis
15
Lampiran 2 Produksi bahan kering (BK) limbah pertanian tahun 2012 Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagrek Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Ketapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
Produksi BK Limbah Pertanian (ton tahun-1) Jerami Padi Jagung Buncis Kubis 27 990.76 773.72 276.80 570.45 9 781.34 1 118.55 119.76 1 272.02 28 741.83 250.12 138.44 296.73 29 750.41 763.04 3.02 36.90 8 436.12 1 548.43 88.66 9 226.72 3 204.12 595.96 8.87 2 061.91 29 323.91 759.38 0.00 0.00 21 055.43 736.03 0.00 208.28 46 567.66 772.05 0.00 0.00 20 793.90 3 418.35 6.63 22.11 24 745.06 2 349.83 0.92 97.21 17 383.24 3 751.19 0.00 0.00 39 911.31 13.67 0.00 0.00 34 212.56 67.37 0.00 0.00 29 669.93 34.68 0.00 0.00 59 335.84 806.06 3.38 0.00 24 867.11 1 276.30 0.00 0.00 38 920.16 2 423.86 26.14 32.86 27 291.99 940.46 14.66 0.00 36 550.27 801.73 0.00 17.87 20 245.35 60.03 0.00 0.00 14 970.43 69.37 0.00 0.00 30 852.87 735.36 4.05 0.00 41 815.80 0.00 25.61 50.15 13 992.70 460.23 0.00 0.00 1 107.83 62.36 0.00 0.00 2 579.12 0.00 0.00 0.00 22 420.77 221.44 0.00 0.00 19 149.59 1 435.38 6.08 54.67 6 817.30 371.52 0.00 224.43 7 894.28 3 024.16 10.60 6 067.32
Total 29 611.73 12 291.68 29 427.12 30 553.37 19 299.92 5 870.86 30 083.28 21 999.75 47 339.71 24 240.99 27 193.03 21 134.43 39 924.98 34 279.93 29 704.62 60 145.29 26 143.41 41 403.02 28 247.12 37 369.87 20 305.38 15 039.80 31 592.28 41 891.56 14 452.92 1 170.19 2 579.12 22 642.21 20 645.72 7 413.25 16 996.36
16 Lampiran 3 Produksi protein kasar (PK) limbah pertanian tahun 2012 Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagrek Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Ketapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
Produksi PK Limbah Pertanian (ton tahun-1) Jerami Padi Jagung Buncis Kubis 1 864.18 81.63 48.99 94.01 325.72 118.01 21.20 209.63 957.10 26.39 24.50 48.90 990.69 80.50 0.53 6.08 280.92 163.36 15.69 1 520.56 106.70 62.87 1.57 339.80 976.49 80.11 0.00 0.00 701.15 77.65 0.00 34.33 1 550.70 81.45 0.00 0.00 692.44 360.64 1.17 3.64 824.01 247.91 0.16 16.02 578.86 395.75 0.00 0.00 1 329.05 1.44 0.00 0.00 1 139.28 7.11 0.00 0.00 988.01 3.66 0.00 0.00 1 975.88 85.04 0.60 0.00 828.07 134.65 0.00 0.00 1 296.04 255.72 4.63 5.41 908.82 99.22 2.60 0.00 1 217.12 84.58 0.00 2.94 674.17 6.33 0.00 0.00 498.52 7.32 0.00 0.00 1 027.40 77.58 0.72 0.00 1 392.47 0.00 4.53 8.26 465.96 48.55 0.00 0.00 36.89 6.58 0.00 0.00 85.88 0.00 0.00 0.00 746.61 23.36 0.00 0.00 637.68 151.43 1.08 9.01 227.02 39.20 0.00 36.99 262.88 319.05 1.88 999.89
Total 2 088.82 674.55 1 056.90 1 077.80 1 980.54 510.94 1 056.60 813.12 1 632.15 1 057.89 1 088.10 974.61 1 330.49 1 146.39 991.67 2 061.52 962.72 1 561.80 1 010.64 1 304.65 680.50 505.83 1 105.70 1 405.26 514.51 43.47 85.88 769.97 799.20 303.20 1 583.70
17 Lampiran 4 Produksi total digestible nutrient (TDN) limbah pertanian tahun 2012 Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagrek Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Ketapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
Produksi TDN Limbah Pertanian (ton tahun-1) Jerami Padi Jagung Buncis Kubis 10 538.52 492.39 176.77 372.62 1 841.34 711.85 76.48 830.89 5 410.65 159.18 88.41 193.83 5 600.51 485.60 1.93 24.10 1 588.10 985.42 56.62 6 026.89 603.17 379.27 5.67 1 346.84 5 520.23 483.27 0.00 0.00 3 963.69 468.41 0.00 136.05 8 766.36 491.33 0.00 0.00 3 914.45 2 175.44 4.23 14.44 4 658.26 1 495.43 0.59 63.50 3 272.39 2 387.25 0.00 0.00 7 513.30 8.70 0.00 0.00 6 440.52 42.87 0.00 0.00 5 585.37 22.07 0.00 0.00 11 169.97 512.98 2.16 0.00 4 681.23 812.24 0.00 0.00 7 326.72 1 542.55 16.69 21.46 5 137.72 598.51 9.36 0.00 6 880.59 510.22 0.00 11.67 3 811.19 38.20 0.00 0.00 2 818.18 44.15 0.00 0.00 5 808.05 467.99 2.58 0.00 7 871.83 0.00 16.36 32.76 2 634.13 292.89 0.00 0.00 208.55 39.69 0.00 0.00 485.52 0.00 0.00 0.00 4 220.71 140.93 0.00 0.00 3 604.91 913.47 3.88 35.71 1 283.36 236.43 0.00 146.60 1 486.10 1 924.58 6.77 3 963.17
Total 11 580.30 3 460.55 5 852.06 6 112.15 8 657.03 2 334.95 6 003.49 4 568.15 9 257.69 108.57 6 217.78 5 659.65 7 522.01 6 483.39 5 607.44 11 685.11 5 493.47 8 907.42 5 745.59 7 402.48 3 849.39 2 862.33 6 278.62 7 920.94 2 927.01 248.24 485.52 4 361.64 4 557.98 1 666.39 7 380.62
18
Lampiran 5
Populasi ternak sapi perah, sapi potong, kambing dan domba Kabupaten Bandung tahun 2012 Populasi Ternak (ST)
Kecamatan Sapi Perah Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagrek Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Ketapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
810.34 503.26 3 254.16 8.53 10 660.95 3 247.05 35.54 2.13 13.51 41.94 192.63 2.84 0.00 2.13 2.84 6.40 41.94 984.49 2.84 108.05 0.00 2.13 0.71 8.53 0.00 0.00 2.13 2.13 408.72 1 702.43 653.25
Sapi Potong
Kambing
42.65 125.11 24.17 302.10 216.09 53.31 1 088.27 290.02 110.18 12 710.26 138.61 120.84 76.06 130.79 147.14 66.82 243.10 49.76 98.09 81.03 147.85 208.98 135.77 114.44 253.05 98.80 105.20 46.91 34.83 863.65 1 826.82
82.02 27.84 119.29 84.26 44.09 29.52 86.04 92.01 472.68 67.91 76.97 47.83 105.75 67.73 29.52 116.96 7.85 118.73 50.26 48.39 60.07 34.47 121.53 92.20 14.76 20.18 18.50 17.84 53.34 51.75 73.14
Domba 554.71 548.56 593.52 570.12 626.74 521.40 1 895.18 1 706.70 1 408.47 317.50 598.29 628.12 767.69 510.66 959.93 665.01 1 590.99 581.69 454.23 217.39 322.00 540.85 1 075.55 910.84 739.52 239.50 57.90 294.01 363.29 546.91 738.23
19 Lampiran 6 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan bahan kering (BK) tahun 2012 Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagrek Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Ketapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
Produksi BK (ton tahun-1) 29 611.73 12 291.68 29 427.12 30 553.37 19 299.92 5 870.86 30 083.28 21 999.75 47 339.71 24 240.99 27 193.03 21 134.43 39 924.98 34 279.93 29 704.62 60 145.29 26 143.41 41 403.02 28 247.12 37 369.87 20 305.38 15 039.80 31 592.28 41 891.56 14 452.92 1 170.19 2 579.12 22 642.21 20 645.72 7 413.25 16 996.36
Total kebutuhan (ton tahun-1) 4 012.65 2 975.27 11 911.91 1 764.12 35454.77 11 543.25 5 497.87 4 219.26 4 356.32 13 374.03 2 231.57 1 606.98 1 998.02 1 407.64 2 308.79 1 813.49 3 844.06 4 719.03 1 213.06 1 010.84 989.18 1 468.68 2 765.39 2 340.46 1 888.49 665.40 279.93 734.30 2 247.31 7 548.66 5 630.75
Sisa BK (ton tahun-1) 25 599.08 9 316.41 17 515.21 28 789.24 -16 154.85 -5 672.39 24 585.41 17 780.49 42 983.39 10 866.97 24 961.46 19 527.45 37 926.96 32872.30 27 395.83 58 331.80 22 299.35 36 683.99 27 034.06 36 359.03 19 316.20 13 571.11 28 826.89 39 551.10 12 564.44 504.79 2 299.19 21 907.92 18 398.41 - 135.41 11 365.61
KPPTR (ST) 2 949.20 1 073.32 2 017.88 3 316.73 0.00 0.00 2 832.42 2 048.44 4 952.00 1 251.95 2 875.74 2 249.71 4 369.46 3 787.13 3 156.20 6 720.25 2 569.05 4 226.27 3 114.52 4 188.83 2 225.37 1 563.49 3 321.07 4 556.58 1 447.52 58.16 264.88 2 523.95 2 119.63 0.00 1 309.40
20 Lampiran 7 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan protein kasar (PK) tahun 2012 Kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagrek Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Ketapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
Produksi PK (ton tahun-1) 2088.82 674.55 1056.90 1077.80 1980.54 510.94 1056.60 813.12 1632.15 1057.89 1088.10 974.61 1330.49 1146.39 991.67 2061.52 962.72 1561.80 1010.64 1304.65 680.50 505.83 1105.70 1405.26 514.51 43.47 85.88 769.97 799.20 303.20 1583.70
Total kebutuhan (ton tahun-1) 387.19 288.20 1101.52 180.22 3209.08 1058.75 550.98 446.51 477.13 940.98 226.41 169.85 215.46 148.45 244.18 195.79 403.48 454.09 128.25 100.97 102.49 151.13 296.35 250.11 194.38 68.48 26.41 77.79 219.19 684.59 500.20
Sisa PK (ton tahun-1) 1701.63 386.36 -44.63 897.59 -1228.54 -547.80 505.62 366.61 1155.03 116.91 861.69 804.76 1115.03 997.94 747.48 1865.73 559.25 1107.71 882.39 1203.68 578.01 354.70 809.35 1155.15 320.13 -25.01 59.47 692.18 580.01 -381.40 1083.50
Kpptr (ST) 2181.58 495.33 0.00 1150.75 0.00 0.00 648.23 470.01 1480.80 149.89 1104.73 1031.75 1429.53 1279.41 958.31 2391.96 716.99 1420.14 1131.27 1543.18 741.04 454.75 1037.63 1480.96 410.42 0.00 76.25 887.41 743.60 0.00 1389.10
21 Lampiran 8 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) sapi perah berdasarkan ketersediaan total digestible nutrient (TDN) tahun 2012 kecamatan Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagrek Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Ketapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
Produksi TDN (ton tahun-1) 11580.30 3460.55 5852.06 6112.15 8657.03 2334.95 6003.49 4568.15 9257.69 6108.57 6217.78 5659.65 7522.01 6483.39 5607.44 11685.11 5493.47 8907.42 5745.59 7402.48 3849.39 2862.33 6278.62 7920.94 2927.01 248.24 485.52 4361.64 4557.98 1666.39 7380.62
Total kebutuhan (ton tahun-1) 1799.14 1107.32 6691.64 333.65 21203.09 6488.69 723.73 333.30 1133.08 5616.46 610.96 164.01 269.30 211.43 134.09 303.13 203.18 2227.71 159.82 355.76 197.28 169.97 331.38 271.99 140.24 87.08 90.22 64.07 939.94 3837.19 2225.03
Sisa TDN (ton tahun-1) 9781.16 2353.23 -839.58 5778.50 -12546.06 -4153.74 5279.76 4234.84 8124.61 492.11 5606.82 5495.64 7252.70 6271.96 5473.35 11381.98 5290.28 6679.71 5585.77 7046.72 3652.11 2692.36 5947.24 7648.94 2786.78 161.16 395.30 4297.56 3618.04 -2170.80 5155.59
KPPTR (ST) 1811.33 435.78 0.00 1070.09 0.00 0.00 977.73 784.23 1504.56 91.13 1038.30 1017.71 1343.09 1161.47 1013.58 2107.77 979.68 1236.98 1034.40 1304.95 676.32 498.58 1101.34 1416.47 516.07 29.84 73.20 795.85 670.01 0.00 954.74
22
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1991 di Bojonegoro, Jawa Timur. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs Sony Witarto Mpd dan Ibu Dra Masruroh. Penulis menempuh pendidikan di SD Babadan 1, SMP Negeri 1 Wlingi, SMA Negeri 1 Talun dan penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada periode 2011-2012. Penulis juga aktif di Klub Sekolah Peternakan Rakyat (K-SPR) pada periode 2013-2014. Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan yaitu Feed Formulation Training 2013. Penghargaan yang pernah diterima penulis yaitu penerima hibah DIKTI tahun 2011 bidang PKM-P dengan judul Pengaruh Penambahan Bawang Putih (Allium Sativum) Dan Limbah Udang Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Pada Telur Itik Lokal. Penulis juga pernah terlibat dalam pengabdian masyarakat dalam rangka IPB Goes to Field (IGTF) di Jombang pada tahun 2013 dan Bojonegoro dalam kegiatan Klub Sekolah Peternakan Rakyat (K-SPR) pada tahun 2014.
23
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi MS dan Dr Ir Sri Mulatsih MSc Agr selaku dosen pembimbing Skripsi, Dr Ir Ahmad Darobin Lubis MSc (Alm) selaku dosen pembimbing akademis, Prof Dr Ir luki Abdullah MSc Agr selaku dosen pembahas seminar yang telah banyak memberi saran dan masukannya, serta Dr Ir Afton Atabani MS dan Dr Ir Lilis Khotijah MSi selaku dosen penguji siding skripsi yang telah memberikan saran beserta masukannya. dan juga seluruh staf dosen pengajar Fakultas Peternakan IPB. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kepada staf Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanankan, serta untuk BOPTN atas nama Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi MS yang telah memberikan dana untuk terlaksanakannya penelitian ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada kedua orang tua (Drs Sony Witarto MPd dan Dra Masruroh), Kakak (Happy Perwira ST dan Hellen Kartika Dewi ST) dan adik (Elva Wahyu Rahmadani) yang selalu memberikan dukungan, doa dan motivasi baik moril maupun material yang diberikan kepada penulis. Tidak lupa kepada Mega Pratiwi Saragi SPt, Febrianti Indah Maryani, Yudika Agustinus Saragi, Dizky Antorida, Siti Syefira Salsabila SPt, Ridha Rianti, Mohammad Rifki Tirta, Rahayu Ambarwati Ninasari, Henryc Firmansyah, Lisa Adiyanti, Rahmad Rahmadoni, Mohammad Yunus SSi, Fatih Kaldani dan Slamet Heri Kiswanto atas segala bentuk bantuannya dalam penelitian ini, serta seluruh teman-teman Fakultas Peternakan khususnya INTP 47 atas doa dan dukungan yang telah diberikan.