1
KETERSEDIAAN LIMBAH TANAMAN PANGAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN POPULASI SAPI PERAH DI KABUPATEN BOGOR
FEBRIANTI INDAH MARYANI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk Mendukung Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Febrianti Indah Maryani NIM D24100047
ABSTRAK FEBRIANTI INDAH MARYANI. Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk Mendukung Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ERIKA B. LACONI dan SRI MULATSIH. Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Hasil produk tanaman pangan yang tinggi akan menghasilkan limbah tanaman pangan yang berlimpah. Limbah tanaman pangan dapat menjadi pakan yang potensial. Penelitian ini dilaksanakan di tiga kecamatan (Kecamatan Cibungbulang, Cisarua dan Jonggol) yang mewakili seluruh kecamatan di Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini difokuskan pada limbah tanaman pangan yang biasa digunakan oleh peternak, seperti jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kecamatan yang potensial untuk pengembangan ternak sapi perah dengan indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP), menghitung produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan kualitas sebagai pakan ternak, dan menghitung pengembangan sapi perah di kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan survei lapang serta mengumpulkan data primer dan sekunder dengan metode purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan sebelas kecamatan dari dua belas kecamatan terpilih (Kecamatan Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin, Cibungbulang dan Cisarua) yang potensial berdasarkan metode IKPP yaitu Kecamatan Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin, dan Cibungbulang. Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan kualitas di dua belas kecamatan terpilih untuk bahan kering 445 877.30 ton tahun-1, protein kasar 18966.21 ton tahun-1, dan TDN 171 774.29 ton tahun-1 sebagai sumber hijauan. Pengembangan populasi sapi perah di dua belas kecamatan terpilih 7.21 kali dari populasi awal berdasarkan bahan kering 125 089.98 ST, protein kasar 48 028.60 ST dan TDN 69 651.96 ST. Kata kunci: kapasitas tampung, limbah tanaman pangan, sapi perah
ABSTRACT FEBRIANTI INDAH MARYANI. Availablity Agriculture Waste to Support Dairy Cattle Population Development in Bogor District. Dibimbing oleh ERIKA B. LACONI and SRI MULATSIH. Indonesia is an agricultural country which is abundant with natural and human resources. High agriculture production will produce high agriculture waste. Agriculture waste can be use as potential feed. The study was located at three districs (Cibungbulang, Cisarua dan Jonggol) as representatives all districs in Bogor. This study focused on agriculture waste usualy used by farmers; rice straw, corn waste and cassava waste. The aims of this study were to determine the potential subdistricts to develop dairy cattle feed production concentration index (IKPP), calculate quantity and quality of agriculture waste as animal feed, and calculate
dairy cattle development in selected subdistrict in Bogor District. This study runs by field survey in the farm and collect the primary and secondary data with purposive sampling method. Data were analyzed using descriptive analysis. The results showed eleven of twelve selected potential subdistricts (Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin and Cibungbulang) based on IKPP method. There are twelve selected subdistricts (Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin, Cibungbulang and Cisarua) can produce dry matter 445 877.30 ton year-1, crude protein 18 966.21 ton year-1, and TDN 171 774.29 ton year-1 from agriculture waste by quantity and quality. Expansion of dairy cattle population in twelve selected subdistricts were 7.21 times from population about 125 089.98 AU as dry matter need; 48 028.60 AU as crude protein need and 69 651.96 AU as TDN need. Keywords: agriculture waste, carring capacity, dairy cattle
3
KETERSEDIAAN LIMBAH TANAMAN PANGAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN POPULASI SAPI PERAH DI KABUPATEN BOGOR
FEBRIANTI INDAH MARYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
5
Judul Skripsi : Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk Mendukung Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor Nama : Febrianti Indah Maryani NIM : D24100047
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Erika B Laconi, MS Pembimbing I
Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK M Si Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul βKetersediaan Limbah Tanaman Pangan untuk Mendukung Pengembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogorβ. Penelitian ini terlaksana dengan adanya penelitian unggulan perguruan tinggi lintas fakultas dengan dana BOPTN 2013 yang mendanai penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kecamatan yang potensial untuk pengembangan ternak sapi perah dengan indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP), menghitung produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan kualitas sebagai pakan ternak, dan menghitung pengembangan sapi perah di kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Febrianti Indah Maryani
3
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 METODE 2 Metode Pengumpulan Data 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Analisis Data 2 Identifikasi Pakan 2 Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) 2 Kualitas dan Kuantitas Limbah Tanaman Pangan 3 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bogor 4 Karakteristik Peternak Sapi Perah 5 Identifikasi Pakan 7 Kecamatan Potensial Berdasarkan Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) 8 Produksi Limbah Tanaman Pangan Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas 9 Pengembangan Populasi Sapi Perah 10 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 13 LAMPIRAN 16 RIWAYAT HIDUP 21 21 UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR TABEL 1 Struktur ternak ruminansia Jawa Barat (%) 2 Nilai konversi ternak ruminansia 3 Kebutuhan ternak ruminansia per hari 4 Populasi ternak ruminansia 5 Luas panen dan produksi tanaman pangan tahun 2012 6 Karakteristik umum peternak responden 7 Jenis pakan yang diberikan dan ketersediaan 8 Hasil konversi dan produksi limbah segar tahun 2012 9 Indeks konsentrasi produksi pakan limbah tanaman pangan tahun 2012 10 Kandungan nutrien limbah tanaman pangan 11 Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kandungan nutrien 12 Sisa yang dapat digunakan dari sumber limbah tanaman pangan 13 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansisa (KPPTR)
4 4 4 5 5 6 7 7 8 9 10 10 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan nutrien Kabupaten Bogor Sisa yang dapat digunakan dari sumber limbah tanaman pangan Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) Populasi Ternak Ruminansia Kabupaten Bogor 2012
16 17 18 19 20
1
PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi limbah tanaman pangan yang melimpah untuk mengatasi permasalahan pakan. Salah satu permasalahan pakan adalah ketersediaan sumberdaya pakan seperti ketersediaan rumput dan hijauan pakan yang sangat fluktuatif di sepanjang tahun. Pada musim penghujan rumput dan hijauan pakan sangat melimpah, sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan, selain itu belum dimanfaatkannya limbah tanaman pangan (Tabrany et al. 2004). Limbah tanaman pangan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pakan yang berkualitas sebagai salah satu alternatif dalam penyediaan sumber pakan dan dapat digunakan bagi pengembangan peternakan di Indonesia. Peternakan di Indonesia sebagian besar hanya peternakan rakyat yang berskala kecil. Pengembangan peternakan di Indonesia dapat dilakukan dengan adanya penambahan populasi ternak dari limbah tanaman pangan yang dimanfaatkan sebagai pakan. Menurut FAO (2012) peternakan memegang peran utama dalam sebagian besar kehidupan penduduk yang tinggal di Negara berkembang seperti Indonesia. Akan tetapi, potensi besar ini belum diberdayakan secara optimal. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti belum adanya data dan informasi yang akurat mengenai jumlah dan ketersediaan bahan baku pakan, belum diproduksinya bahan baku pakan yang memiliki komposisi nutrisi dan prosedur pengolahannya sehingga bahan baku pakan yang tersedia masih memiliki mutu dan sifat fisik yang bervariasi dan belum adanya produksi bahan baku pakan skala besar dan efisien khususnya dilokasi yang menjadi sumber bahan baku pakan (Sukria dan Krisnan 2009). Potensi untuk pengembangan peternakan sangat terkait dengan pengembangan suatu wilayah. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dengan produksi tanaman pangan yang melimpah sehingga dari komoditi tanaman pangan tersebut dapat dihasilkan limbah tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Produksi tanaman pangan cukup melimpah dan tersedia setiap saat. Salah satu limbah tanaman pangan yaitu jerami padi, dalam satu kali panen dapat diperoleh jerami padi sebanyak 5-8 ton ha-1. Hal ini bergantung pada lokasi dan varietas padi yang ditanam (LITBANG 2002). Namun, pemanfaatan tanaman pangan sebagai pakan ternak ruminansia masih terbatas. Menurut Syahniar et al. (2011) sebagian dari jerami padi dibakar atau ditinggal di sawah. Kabupaten Bogor memiliki komoditas unggulan di bidang peternakan yang dapat dikembangkan. Setiap wilayah tidak semua jenis ternak dapat dikembangkan, keadaan ini perlu disesuaikan dengan karakteristik dari lokasi pengembangan atas dasar basis ekologinya yang dominan (Taufan et al. 2012). Kabupaten Bogor mempunyai karakteristik geografis yang cocok untuk sapi perah yang berupa pegunungan dan dataran tinggi sehingga memiliki udara yang sejuk. Sapi perah juga dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan seperti jerami padi, limbah dari jagung dan ubikayu sebagai pakan. Selain itu, peternak di Kabupaten Bogor sebagian besar adalah peternak sapi perah yang apabila dilakukan pengembangan populasi sapi perah, peternak sudah terbiasa dengan memelihara sapi perah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menentukan kecamatan yang potensial untuk pengembangan ternak sapi perah dengan indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP), menghitung produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kuantitas dan kualitas sebagai pakan ternak, dan menghitung pengembangan sapi perah di kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor.
2
METODE Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini terdiri dari data primer yang dikumpulkan dengan metode purposive sampling dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan 26 peternak di Kecamatan Cisarua dan Cibungbulang berdasarkan populasi sapi perah dengan panduan kuisioner, sampel limbah tanaman pangan diambil di Kecamatan Cisarua, Cibungbulang dan Jonggol. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2013. Lokasi penelitian di tiga kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu Cisarua, Cibungbulang dan Jonggol. Analisis kandungan nutrien bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis Data Data primer dan sekunder yang diperoleh pada penelitian ini akan dijelaskan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan atau metode mengumpulkan, menyederhanakan dan menyajikan data sehingga bisa memberikan informasi (Mattjik dan Sumertajaya 2002) Identifikasi Pakan dan Pengumpulan Sampel Potensi limbah tanaman pangan diidentifikasi dari satu batang utuh yang ditimbang dan dihitung kemudian tiap bagian potensial untuk pangan dan pakan dipisahkan. Data kuantitas perbagian tanaman akan dikonversi kedalam persen (%) bagian utuhnya. Pengumpulan sampel pakan diambil di tiga kecamatan dari komoditi limbah tanaman pangan yang sering digunakan dan ditimbang dalam keadaan segar. Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) limbah tanaman pangan digunakan untuk menentukan potensi produksi limbah tanaman di kecamatan dengan IKPP tertinggi. Rumus yang digunakan adalah (Syamsu 2006): IKPP
=
πππππ’ππ π π‘ππππππ ππππππ πΎππππππ‘ππ
π
ππ‘πβπππ‘π πππππ’ππ π πππππβ π‘ππππππ πππ πΎππππππ‘ππ Keterangan: Produksi tanaman pangan Kecamatan (ton tahun -1), Rata-rata produksi limbah tanaman per Kecamatan (ton tahun -1), IKPP (ton tahun -1)
IKPP β₯ 1.50 : kategori produksi tinggi; IKPP 0.75 β 1.49 : kategori produksi sedang ; IKPP <0.75 : kategori produksi rendah.
3
Kualitas dan Kuantitas Limbah Tanaman Pangan Kualitas dari limbah tanaman pangan yang dianalisis adalah kandungan bahan kering (BK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK), protein kasar (PK), dan bahan ekstraksi tanpa nitrogen (BETN) dengan metode analisis proksimat (AOAC 2005). Limbah tanaman pangan yang diperoleh dari hasil survei dikeringkan oven 60oC dan dilakukan analisa kimia untuk mengetahui kandungan nutriennya berdasarkan prosedur analisa proksimat. Data TDN diperoleh dengan persamaan (Hartadi et al. 1980): %TDN=92.464-3.338 (SK)-6.945 (LK)-0.762 (BETN)+1.115 (PK)+0.031 (SK)20.133 (LK)2+0.036 (SK) (BETN)+0.207 (LK) (BETN)+0.100 (LK) (PK)0.022 (LK)2 (PK) Produksi limbah tanaman pangan dihitung berdasarkan produksi BK, PK, dan TDN dengan perhitungan sebagai berikut: Produksi total BK (ton tahun-1) = produksi limbah x kandungan BK (%) Produksi PK (ton tahun-1) = produksi total BK x kandungan PK (%) -1 Produksi TDN (ton tahun ) = produksi total BK x kandungan TDN (%) Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Sisa limbah tanaman pangan sebagai sumber hijauan yang dapat digunakan untuk KPPTR (ST) dihitung berdasarkan selisih dari produksi kandungan nutrien limbah tanaman pangan dengan total kebutuhan hijauan ternak ruminansia. Perhitungan total kebutuhan hijauan ternak ruminansia diperlukan total populasi ternak (ST) karena data populasi ternak yang didapatkan dari BPS masih dalam ekor. Populasi ternak dan total kebutuhan hijauan ternak ruminansia dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Populasi ternak (ST) = ππππ’πππ π(ππππ) π₯ π π‘ππ’ππ‘π’π π‘πππππ (%)π₯ πππππ ππππ£πππ π (ππ) Total kebutuhan hijauan ternak ruminansia =Ξ£
(ππππ’πππ π π‘πππππ π₯ ππππ’π‘π’βππ βππππ’ππ π₯ 365) 1000
Keterangan : Populasi (ekor) = sumber dari data BPS Kab.Bogor 2013, Total kebutuhan hijauan ternak ruminansia (ton tahun -1), Populasi ternak (ST), Kebutuhan hijauan (kg/hari)
Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia yang diukur adalah sapi perah. Kapasitas peningkatan populasi sapi perah merupakan jumlah ternak sapi perah yang dapat ditambahkan pada suatu wilayah berdasarkan ketersediaan limbah tanaman pangan sebagai sumber hijauan pakan. Kapasitas peningkatan populasi sapi perah pada suatu kecamatan dihitung berdasarkan sisa limbah tanaman pangan sebagai sumber hijauan yang dapat digunakan dibagi dengan kebutuhan hijauan untuk sapi perah.
4
Tabel 1 Struktur ternak ruminansia Jawa Barat (%) Jenis ternak Sapi potong Sapi perah Kambing Domba
Anak 16.08 22.85 26.66 28.32
Muda 34.72 23.56 26.54 26.41
Dewasa 49.20 53.59 46.79 45.26
Sumber : BPS Indonesia 2013
Tabel 2 Nilai konversi ternak ruminansia Kriteria ternak
Sapi perah/sapi potong (ST ekor-1)
Umur (tahun) < 0.5 <1 0.5-1 1-2 >1 >2
Anak Muda Dewasa
Kambing/domba (ST ekor-1) 0.035
0.25 0.07 0.5 0.14 1
Tabel 3 Kebutuhan ternak ruminansia per hari Kebutuhan ransum Ternak ruminansia Sapi potong1) Sapi perah2) Kambing3)
BK (kg)
PK %
%
TDN kg
%
kg
8.90 12.60
1.12
70.00
6.23
12.40 11.90
1.48
68.00
1.58 13.29
0.21
79.75
H:K
Kebutuhan hijauan BK (kg)
PK
TDN
%
kg
%
kg
30:70 2.67
16.02
0.18
18.60
1.16
8.43
70:30 8.68
53.10
0.78
64.09
5.40
1.26
60:40 0.95
65.01
0.14
59.17
0.75
3)
Domba 1.41 12.27 0.17 79.43 1.12 60:40 0.85 50.72 0.09 59.01 0.66 Keterangan : Data berdasarkan hasil perhitungan sesuai dengan 1)NRC (2000) 2)NRC (2001) 3)NRC (2007) H: Hijauan, K: Konsentrat
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bogor Kabupaten bogor secara geografis, terletak pada posisi antara 6.19o - 6.47o lintang selatan dan 106o 1'-107o 103' bujur timur dan luas sekitar 2301.95 km2 dengan batas wilayah sebelah utara adalah Kota Depok, sebelah barat adalah Kabupaten Lebak, sebelah barat daya adalah Kabupaten Tangerang, sebelah timur adalah Kabupaten Purwakarta, sebelah timur laut adalah Kabupaten Bekasi, sebelah selatan adalah Kabupaten Sukabumi dan sebelah tenggara adalah Kabupaten Cianjur. Suhu udara Kabupaten Bogor pada tahun 2012 rata-rata berkisar antara 25.1oC-26.3oC. Suhu tersebut termasuk kedalam suhu nyaman sapi perah yang tidak melebihi suhu kritis yaitu 27oC (Wu et al. 2003). Kabupaten Bogor masih menitikberatkan pada sektor pertanian terutama komoditas padi. Produktivitas padi
5
yang tinggi dapat dijadikan benteng Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor (BPS Kab.Bogor 2013). Populasi ternak ruminansia (sapi perah, sapi potong, kambing dan domba) di Kabupaten Bogor pada Tabel 4 yang paling sedikit populasinya adalah sapi perah. Peningkatan populasi ternak terjadi untuk sapi perah dan kambing dengan persentase perkembangan yang bernilai positif. Perkembangan yang meningkat dan didukung oleh banyaknya hasil limbah tanaman pangan sehingga peningkatan populasi sapi perah dapat dioptimalkan. Usaha peternakan sapi perah yang ada di Kabupaten Bogor pada umumnya adalah peternakan rakyat. Pakan yang diberikan tidak hanya rumput dan konsentrat, sering diberikan pula limbah tanaman pangan seperti jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu. Jenis komoditas limbah tanaman pangan yang diberikan tergantung dari luas panen dan produksi yang dihasilkan komoditas tanaman pangan tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 5. Pemberian limbah tanaman pangan diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan nutrien dan memenuhi ketersediaan pakan serta mengurangi biaya pakan. Tabel 4 Populasi ternak ruminansia Ternak Sapi perah Sapi potong Kambing Domba
2010 6 085.21 12 752.39 11 147.87 25 766.87
Tahun (ST) 2011 6 378.23 19 117.30 11 582.15 20 359.73
2012 6 743.60 16 870.03 12 223.26 19 674.72
Perkembangan (%) 2010-2011 2011-2012 4.59 5.42 33.29 -13.32 3.75 5.25 -26.56 -3.48
Sumber : BPS Kab.Bogor 2013
Tabel 5 Luas panen dan produksi tanaman pangan tahun 2012 Jenis tanaman pangan Padi Jagung Ubi kayu Ubi jalar
Luas panen (ha) 85 653 512 7 792 3 764
Produksi (ton) 549 155 2 212 159 669 56 254
Sumber : BPS Kab.Bogor 2013
Karakteristik Peternak Sapi Perah Karakteristik peternak sapi perah ditunjukkan pada Tabel 6 berdasarkan survei terhadap 26 responden di dua kecamatan lokasi meliputi Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Cisarua. Sebagian besar peternak berumur 25-49 tahun dengan proporsi 61.54%, berpendidikan perguruan tinggi (46.15%), status usaha peternakan sebagai usaha sampingan (57.69%) dan pengalaman beternak lebih dari lima tahun (80.77%). Namun tingginya peternak dalam kategori usia produktif, dengan pendidikan yang tinggi dan pengalaman beternak yang cukup lama tidak memperbaiki kondisi peternakannya karena usaha peternakannya hanya sebagai sampingan yang sebagian besar tidak memelihara langsung ternaknya. Peternak yang berpendidikan tinggi dengan status usaha peternakan sampingan hanya sebagai pemilik ternak dan mempekerjakan pegawai untuk memelihara ternaknya yang rata-rata berpendidikan hanya tamat SD dan SMP. Hal ini
6
menyebabkan sebagian besar usaha peternakan kurang baik karena ternaknya kurang diperhatikan, sehingga produktivitas ternaknya kurang maksimal. Seperti yang dinyatakan Krishna dan Umiyasih (2006) pada umumnya pemeliharaan sapi dijadikan sebagai usaha sambilan sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi pola pemberian pakan yang seringkali diberikan sesuai kemampuan bukan berdasarkan kebutuhan ternak. Dalam hal ini diperlukan adanya penyuluhan dan pengontrolan secara rutin kepada para peternak dan pekerja. Soedjana (1993) menyatakan, umumnya penduduk pedesaan mencurahkan perhatiannya pada usaha pokoknya sehingga pemeliharaan ternaknya kurang diperhatikan. Tabel 6 Karakteristik umum peternak responden Karakteristik Umur (tahun)
Pendidikan
Status usaha peternakan Pengalaman beternak (tahun)
Kategori 25-49 50-70 >70 SD SMP SMA PT Utama Sampingan 2-5 >5
% 61.54 30.77 7.69 15.38 7.69 30.77 46.15 42.31 57.69 19.23 80.77
Jenis pakan yang diberikan dan ketersediaan pakan berdasarkan survei terhadap 26 responden di dua kecamatan lokasi meliputi Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Cisarua menunjukan bahwa setengah dari responden memberikan pakan dengan kombinasi rumput lapang, rumput gajah dan limbah tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena rumput lapang mudah untuk didapatkan serta dapat menghemat biaya pakan. Menurut Sudono et al. (2003), sapi perah dapat mengkonsumsi berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian, seperti jerami padi, jagung dan hasil sampingan industri, misalnya ampas tahu atau bungkil kelapa dan konsentrat dapat berupa limbah hasil ikutan industri pertanian seperti dedak padi dan pollard. Pakan tambahan yang diberikan oleh peternak seperti ampas tahu sebanyak 80.77% karena mudah didapat dengan harga yang murah. Selain itu, kadar protein kasar ampas tahu cukup tinggi yaitu 23%-29% dari bahan kering dan dapat menggantikan sebagian konsentrat sapi perah komersil (Mathius dan Sinurat 2001). Asal pakan beli dan kebun sendiri sebanyak 69.23%, ketersediaan pakan menurut peternak sebagian besar menyatakan kurang (80.77%), hal ini disebabkan karena kurangnya dalam penggunaan limbah tanaman pangan. Sofyan et al. (2000) menyatakan bahwa kendala pemanfaatan limbah tanaman pangan adalah penggunaanya sebagai pupuk, lokasi yang tersebar, teknologi penggunaannya untuk ternak, umumnya mempunyai protein dan kecernaan yang rendah serta fluktuasi panen yang sering terjadi pada tanaman pangan. Budiarsana et al. (2006) menyatakan bahwa salah satu kendala pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai pakan ternak adalah rendahnya kepemilikan lahan. Sempitnya kepemilikan lahan menjadikan sulitnya ketersediaan pakan saat musim kemarau. Pengaruh iklim dan
7
kondisi ekologi menurut Sajimin et al. (2000) sangat menentukan ketersediaan hijauan sebagai pakan ternak di suatu wilayah sehingga hijauan makanan ternak tidak dapat tersedia sepanjang tahun. Pada musim penghujan produksi hijauan berlimpah dan sebaliknya di musim kering atau kemarau hijauan sebagai sumber pakan ternak harus menghilang. Ketersediaan hijauan secara kuantitas dan kualitas juga dipengaruhi oleh pembatasan lahan tanaman pakan karena penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing dengan tanaman pangan. Tabel 7 Jenis pakan yang diberikan dan ketersediaan Uraian Jenis pakan hijauan R. lapang R. gajah R. lapang dan r. gajah R. lapang, r. gajah dan limbah tanaman pangan R. lapang dan limbah tanaman pangan R. gajah dan limbah tanaman pangan Jenis pakan tambahan Dedak Ampas tahu Dedak dan ampas tahu Tidak menggunakan tambahan Asal pakan hijauan Beli Kebun sendiri Beli dan kebun sendiri Kebun milik orang lain Beli dan kebun milik orang lain Beli, kebun sendiri dan milik orang lain Persepsi ketersediaan pakan hijauan Kurang Cukup Berlimpah
Peternak (%) 0.00 11.54 0.00 50.00 11.54 26.92 0.00 80.77 11.54 7.69 3.85 7.69 69.23 7.69 3.85 7.69 80.77 19.23 0.00
Identifikasi Pakan Potensi limbah tanaman pangan yang teridentifikasi diperoleh dari hasil konversi tanaman pangan seperti padi, ubikayu, dan jagung. Data konversi digunakan untuk mendapatkan produksi segar limbah yang dihasilkan. Tabel 8 Hasil konversi dan produksi limbah segar tahun 2012 Tanaman pangan Padi Ubi kayu Jagung
Limbah tanaman pangan % bagian untuk pakan Bagian tanaman utuh dari tanaman utuh Selain bulir dan akar 80.80 Daun dan ranting 10.84 Daun dan batang 55.46
Produksi limbah segar (ton tahun-1) 1 155 513.65 31 157.73 3 401.10
8
Tabel 8 menunjukkan limbah tanaman pangan yang biasa digunakan untuk pakan hanya bagian-bagian tertentu. Limbah tanaman padi yang biasa diberikan ke sapi perah adalah jerami padi dengan proporsi jerami padi segar sebesar 80.80% dari tanaman utuh yaitu bagian selain bulir dan akar. Proporsi limbah tanaman ubikayu yang digunakan sebesar 10.84% dari tanaman utuh yaitu daun dan ranting. Sedangkan bagian jagung yang digunakan adalah daun dan batang dengan proporsi sebesar 55.56% dari tanaman utuh. Produksi limbah segar jagung lebih sedikit dibandingkan dengan produksi limbah tanaman pangan lainnya, hal ini disebabkan luas panen dari jagung lebih kecil dibandingkan dengan padi dan ubikayu. Tingginya produksi limbah tanaman pangan pada suatu daerah dipengaruhi oleh luas areal panen tanaman pangan yang tinggi khususnya areal panen padi sehingga menghasilkan jerami padi yang lebih banyak (Syamsu 2006). Kecamatan Potensial Berdasarkan Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) Indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP) limbah tanaman pangan menggambarkan tentang konsentrasi produksi limbah tanaman pangan di setiap kecamatan. Indeks konsentrasi produksi pakan dapat dilihat dalam Tabel 9. Tabel 9 Indeks konsentrasi produksi pakan limbah tanaman pangan tahun 2012 Kecamatan Jonggol Sukamakmur Pamijahan Tanjungsari Cariu Cigudeg Sukajaya Jasinga Leuwiliang Rumpin Cibungbulang Cisarua
IKPP
Kategori
3.13 3.11 2.81 2.41 2.39 1.91 1.86 1.83 1.78 1.76 1.64 0.21
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Kecamatan dengan nilai IKPP β₯ 1.50 : kategori produksi tinggi; IKPP 0.75 β 1.49 : kategori produksi sedang ; IKPP <0.75 : kategori produksi rendah. Dua belas kecamatan yang ditampilkan pada Tabel 9 terdiri dari tiga kecamatan lokasi penelitian (Kecamatan Cibungbulang, Jonggol dan Cisarua) dan sembilan kecamatan berdasarkan nilai IKPP dengan kategori tinggi. Indeks konsentrasi produksi limbah tanaman pangan menunjukan bahwa masing-masing dari dua belas kecamatan, sebelas kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki potensi yang tinggi, sedangkan satu kecamatan yaitu Kecamatan Cisarua memiliki kategori produksi rendah untuk limbah tanaman pangan. Kecamatan dengan kategori produksi tinggi,
9
disebabkan oleh jumlah areal panen tanaman pangan yang tinggi sehingga produksi limbah tanaman pangan yang dihasilkan juga tinggi. Jika jumlah areal panen tanaman pangan rendah maka produksi limbah tanaman pangan yang dihasilkan juga rendah seperti yang terjadi pada Kecamatan Cisarua. Indeks konsentrasi pakan ini dapat digunakan sebagai pertimbangan pemusatan pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai pakan ternak ditinjau dari segi produksi. Produksi Limbah Tanaman Pangan Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Kualitas tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 10 kualitas tanaman pangan tersebut merupakan kandungan nutrien limbah tanaman pangan yang diperoleh dari hasil analisis proksimat berdasarkan bahan kering. Kandungan nutrien jerami padi menggunakan data sekunder berdasarkan Tanuwiria et al. (2006), hal ini dikarenakan jerami padi yang didapatkan sebagai sampel telah terkontaminasi sehingga nilai kandungan nutrien untuk jerami padi tidak sesuai. Limbah jagung dan limbah ubikayu memiliki kandungan nutrien yang dapat dilihat pada Tabel 10. Menurut Tanuwiria et al. (2006) kandungan limbah jagung (daun+batang) abu 10.20%, protein kasar 9.90%, lemak kasar 1.80%, serat kasar 27.40%, BETN 50.70% dan TDN 60.00%. Sedangkan kandungan nutrien limbah ubikayu yang dinyatakan oleh Sofyan et al. (2000) yaitu abu 12.10%, protein kasar 24.10%, lemak kasar 4.70%, serat kasar 22.10%, BETN 37.00% dan TDN 68.80%. Wanapat et al. (2009) menyatakan bahwa kandungan nutrien bahan pakan sangat beragam karena bergantung pada varietas, kondisi tanah, pupuk, iklim, lama penyimpanan, waktu panen dan pola tanam. Tabel 10 Kandungan nutrien limbah tanaman pangan Jenis limbah
BK (%)
Jerami padi* Jagung Ubikayu
Kandungan nutrien (100 % BK) Abu
PK
SK
LK
BETN
TDN**
31.01
16.90
4.10
32.50
1.50
45.00
38.33
22.68 37.82
10.22 9.64
11.83 21.91
27.41 23.07
2.04 5.31
48.50 40.06
55.44 60.59
Keterangan : *berdasarkan Tanuwiria et al. (2006) **dihitung berdasarkan rumus Hartadi et al (1980)
Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan nutrien bahan kering, protein kasar dan TDN ditunjukkan pada Tabel 11. Kecamatan dengan produksi limbah tanaman pangan yang paling tinggi adalah Kecamatan Sukamakmur. Hal ini disebabkan karena persentase kandungan nutrien, jumlah luas panen limbah tanaman pangan tinggi dan merata untuk setiap komoditi sehingga jumlah produksi bahan kering, protein kasar dan TDN di kecamatan tersebut tinggi. Menurut Syamsu (2006), tingginya produksi limbah tanaman pangan pada suatu daerah dipengaruhi oleh luas areal panen tanaman pangan yang tinggi khususnya areal panen padi sehingga berpengaruh kepada tingginya total produksi bahan kering limbah tanaman pangan. Menurut Ahmad (2010), perbedaan jumlah produksi bahan kering limbah tanaman pangan dapat disebabkan pada perbedaan pola tanam, jarak tanam, kondisi iklim, kesuburan tanah, dan pengairan lahan.
10
Tabel 11 Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kandungan nutrien Kecamatan Jonggol Sukamakmur Pamijahan Tanjungsari Cariu Cigudeg Sukajaya Jasinga Leuwiliang Rumpin Cibungbulang Cisarua Jumlah
BK 44 285.27 56 760.96 51 080.69 43 822.04 43 386.98 34 689.39 33 846.02 33 216.83 32 388.53 32 008.75 36 588.09 3 803.75 445 877.30
Produksi (ton tahun-1) PK 1 839.57 2 500.44 2 134.41 1 807.41 1 785.45 447.77 1 404.80 1 382.89 1 346.45 1 393.87 1 760.54 162.48 18 966.21
TDN 17 007.50 21 974.67 19 629.35 16 810.52 16 642.57 13 328.66 12 997.63 12 758.26 12 437.67 12 370.82 14 349.71 1 466.91 171 774.29
Keterangan : Penjumlahan dari jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu
Pengembangan Populasi Sapi Perah Tabel 12 menunjukkan jumlah limbah tanaman pangan berdasarkan kebutuhan nutrien yang telah digunakan oleh ternak ruminansia aktual dan jumlah sisa limbah tanaman pangan yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan sapi perah dengan hasil perhitungan positif (+) menunjukkan tingkat ketersediaan berlebih, sedangkan negatif (-) kekurangan. Tabel 12 Sisa yang dapat digunakan dari limbah tanaman pangan Jumlah yang digunakan ternak Sisa yang dapat digunakan -1 ruminansia aktual (ton tahun ) (ton tahun-1) Kecamatan BK PK TDN BK PK TDN Jonggol 5 882.04 604.68 3 929.93 38 403.24 1 234.89 13 077.57 Sukamakmur 4 282.66 422.72 2 722.24 52 478.30 2 077.72 19 252.43 Pamijahan 6 838.59 738.80 4 900.20 44 242.11 1 395.61 14 729.15 Tanjungsari 4 036.81 396.11 2 570.10 39 785.23 1 411.42 14 240.42 Cariu 2 914.52 335.38 2 222.86 40 472.46 1 450.08 14 419.70 Cigudeg 1 578.59 192.00 1 214.38 33 110.90 1 255.77 12 114.28 Sukajaya 1 930.88 229.79 1 504.04 31 915.14 1 175.01 11 493.59 Jasinga 1 975.96 250.23 1 538.05 31 240.88 1 132.67 11 220.22 Leuwiliang 1 785.69 217.03 1 392.35 30 602.84 1 129.42 11 045.32 Rumpin 5 568.48 583.85 3 648.68 26 440.27 810.02 8 722.14 Cibungbulang 6 434.94 658.62 4 448.80 30 153.15 1 101.92 9 900.91 Cisarua 6 338.19 663.26 4 398.66 -2 534.45 -500.78 -2 931.74 Jumlah 49 567.24 5 292.47 34 490.28 396 310.06 13 673.74 137 284.01 Keterangan : Penjumlahan dari jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu
11
Jumlah limbah tanaman pangan yang telah digunakan oleh ternak ruminansia aktual Kabupaten Bogor diasumsikan limbah tanaman pangan diberikan semua sesuai kebutuhan sumber hijauan ternak ruminansia (Tabel 3) dan masih harus disuplai dengan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Sedangkan sisa limbah tanaman pangan yang dapat digunakan merupakan selisih dari produksi limbah tanaman pangan (Tabel 11) dengan jumlah limbah tanaman pangan yang telah digunakan oleh ternak ruminansia aktual. Sisa limbah tanaman pangan yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan sapi perah berdasarkan bahan kering, protein kasar dan TDN yang paling tinggi adalah Kecamatan Sukamakmur. Hal tersebut disebabkan karena produksi limbah tanaman pangan pada Kecamatan Sukamakmur lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya, dan jumlah ternak ruminansia aktual yang telah menggunakan limbah tanaman pangan tersebut sedikit. Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) dalam hal ini adalah sapi perah merupakan jumlah ternak sapi perah yang dapat ditambahkan pada suatu wilayah berdasarkan ketersediaan limbah tanaman pangan sebagai sumber hijauan pakan. Tabel 13 menunjukkan KPPTR sapi perah dengan hasil perhitungan positif (+) menunjukkan sapi perah yang dapat ditambahkan, sedangkan negatif (-) pengurangan/kelebihan dari kapasitas yang dapat didukung oleh produksi limbah tanaman pangan. Tabel 13 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansisa (KPPTR) Kecamatan Jonggol Sukamakmur Pamijahan Tanjungsari Cariu Cigudeg Sukajaya Jasinga Leuwiliang Rumpin Cibungbulang Cisarua Jumlah
BK 12 121.47 16 564.08 13 964.43 12 557.68 12 774.59 10 451.01 10 073.59 9 860.77 9 659.38 8 345.52 9 517.44 -799.96 125 089.98
KPPTR (ST) PK 4 337.51 7 297.94 4 902.03 4 957.58 5 093.34 4 410.86 4 127.18 3 978.46 3 967.04 2 845.17 3 870.46 -1 758.97 48 028.60
TDN 6 634.99 9 767.85 7 472.93 7 224.97 7 315.93 6 146.26 5 831.35 5 692.65 5 603.92 4 425.24 5 023.29 -1 487.44 69 651.96
Keterangan : Penjumlahan dari jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu
Kapasitas peningkatan populasi sapi perah berdasarkan bahan kering, protein kasar dan TDN yang paling tinggi adalah Kecamatan Sukamakmur. Hal tersebut dikarenakan produksi limbah tanaman pangan yang tinggi, populasi ternak aktual yang sedikit, jumlah limbah yang telah digunakan sedikit dan sisa limbah tanaman pangan yang dapat digunakan untuk pengembangan populasi sapi perah tinggi. Pengembangan populasi sapi perah di sebelas kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor sebesar 7.21 kali dari populasi yang ada dengan besar KPPTR yang
12
digunakan berdasarkan kebutuhan protein kasar yaitu 48 028.60 ST yang diasumsikan agar kebutuhan nutrien bahan kering dan TDN dapat terpenuhi. Produksi limbah tanaman pangan (Tabel 11), sisa jumlah limbah tanaman pangan yang dapat digunakan untuk sapi perah (Tabel 12) dan kapasitas peningkatan populasi sapi perah berdasarkan protein kasar lebih rendah dibandingkan dengan bahan kering dan TDN. Hal itu dapat disebabkan karena persentase protein kasar dan didominasi oleh limbah tanaman pangan dengan persentase protein kasar rendah. Kapasitas peningkatan populasi sapi perah (KPPTR) pada Tabel 13 dapat ditambahkan di kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor dengan asumsi limbah tanaman pangan tersebut diberikan semua sebagai sumber hijauan dan ditambahkan dengan konsentrat, selain itu perlu didukung dengan kesesuaian lingkungan khususnya mikroklimat (suhu, kelembapan) kecamatan yang cocok untuk sapi perah dan juga budaya kecamatan setempat dalam beternak. Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk menambahkan KPPTR di kecamatan terpilih yaitu transportasi dan distribusi dalam pengangkutan pakan, luas lahan yang dapat digunakan untuk membuat kandang tambahan, dan edukasi kepada peternak. Kondisi dilapang saat melakukan survei, para peternak memberikan limbah tanaman pangan yang satu dicampurkan dengan limbah tanaman pangan yang lain dan diberikan semua kepada ternak sebagai sumber hijauan. Peternak juga memberikan konsentrat selain limbah tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Namun ada hal yang harus dipertimbangkan sebagai faktor pembatas dalam pemanfaatannya sebagai pakan yaitu nilai nutrien yang rendah seperti kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang tinggi menyebabkan limbah tanaman pangan terbatas untuk digunakan sebagai pakan, disamping juga adanya antinutrisi dan racun yang mungkin terkandung dalam limbah tersebut (Syamsu et al. 2003). Sebaiknya dalam pemberian limbah tanaman pangan, ruminansia hanya mengkonsumsi 10% jerami padi dalam ransum, limbah tanaman jagung 10% dari ransum dan limbah tanaman ubi kayu 20% dari ransum (Taufan et al. 2012). Produksi limbah tanaman pangan, sisa yang dapat digunakan dari limbah tanaman pangan dan KPPTR berdasarkan bahan kering, protein kasar dan TDN pada Kecamatan Sukamakmur tinggi, tetapi lingkungan kecamatan tersebut tidak cocok untuk pengembangan sapi perah. Ketersediaan bahan kering, protein kasar dan TDN di kecamatan tersebut dapat digunakan oleh kecamatan yang cocok untuk pengembangan sapi perah yang dilihat dari karakteristik topografi dan lingkungan mikroklimat (suhu, kelembapan) seperti Kecamatan Cisarua karena pada Kecamatan Cisarua sebagian besar asal pakan hijauan didapatkan dari tempat lain (beli), dengan memanfaatkan teknologi pakan yang murah dan tepat guna seperti pengawetan hijauan sehingga dapat didistribusikan dan juga dapat meningkatkan kualitas dari limbah tanaman pangan. Berbagai metode dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas limbah tanaman pangan tersebut baik secara fisik, kimia maupun biologis (Samadi 2010). Dengan demikian, menjadikan Kecamatan Sukamakmur dan kecamatan lain yang lingkungannya tidak dapat ditempati oleh sapi perah tetapi dapat dijadikan sebagai wilayah dengan potensi pakan dari limbah tanaman pangan yang mendukung pengembangan populasi sapi perah. Apabila kecamatan yang tidak mendukung tetap memelihara sapi perah, kecamatan tersebut dapat membuat atau menyesuaikan lingkungan mikroklimat (suhu, kelembapan) agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sapi perah.
13
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Indeks konsentrasi produksi pakan terdapat di sebelas kecamatan dari dua belas kecamatan terpilih di Kabupaten Bogor yang sangat berpotensi sebagai pertimbangan pemusatan pemanfaatan limbah tanaman pangan dengan kategori produksi tinggi yaitu Kecamatan Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin dan Cibungbulang. Ketersediaan sumber pakan limbah tanaman pangan (jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu) untuk pengembangan populasi sapi perah di dua belas kecamatan terpilih (Kecamatan Jonggol, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, Cariu, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Leuwiliang, Rumpin, Cibungbulang dan Cisarua) di Kabupaten Bogor dengan produksi sebagai sumber hijauan yang perlu ditambahkan konsentrat berdasarkan bahan kering 445 877.30 ton tahun-1, protein kasar 18 966.21 ton tahun-1, dan TDN 171 774.29 ton tahun-1 serta jumlah populasi sapi perah yang dapat ditambahkan sebesar 7.21 kali dari populasi yang ada berdasarkan bahan kering 125 089.98 ST, protein kasar 48 028.60 ST dan TDN 69 651.96 ST. Penambahan tersebut perlu memperhatikan faktor-faktor lain seperti budaya, transportasi dan distribusi, luas lahan, dan mikroklimat. Saran Perlunya sosialisasi dan penyuluhan kepada peternak. Kecamatan dengan produksi limbah tanaman pangan tinggi tetapi lingkungan tidak cocok untuk pengembangan sapi perah dapat dijadikan sebagai daerah industri pakan sehingga produk pakan dapat didistribusikan ke daerah yang ketersediaan pakannya kurang. Penambahan sapi perah tersebut hanya dipenuhi dari kebutuhan sumber hijauan, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah perlu adanya pakan tambahan seperti konsentrat.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad C. 2010. Potensi ketersediaan limbah tanaman pangan dan hasil sampingan industri pertanian sebagai pakan ternak di Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemists. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2013. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2013. Bogor (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor.
14
Budiarsana. 2006. Analisis biaya produksi pada usaha sapi perah rakyat: studi kasus di daerah Bogor dan Sukabumi [skripsi]. Yogyakarta (ID): Univ Gadjah Mada. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2012. Crop Residue Based Densified Total Mixed Ration-A user- friendly approach to utilize food crop byproducts for ruminant production. Roma, Italy (IT): FAO Animal Production and Health Paper. Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosukojo S, Tillman AD. 1980. Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Univ Gadjah Mada. Krishna HN, Umiyasih U. 2006. Identifikasi dan evaluasi kandungan nutrisi bahan pakan inkonvensional asal limbah yang melimpah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Pertanian dan Veteriner. hlm: 872-879. [LITBANG] Badan Litbang Pertanian. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian RI. Mathius IW, Sinurat AP. 2001. Pemanfaatan bahan pakan inkonvensional untuk ternak. J Wartazoa. 11 (2): 20-31. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Pengembangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr. [NRC] National Reasearch Council. 2000. Nutrient Requirement of Beef Cattle 7th. Washington DC (US): National Academy Pr. [NRC] National Reasearch Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle 7th. Washington DC (US): National Academy Pr. [NRC] National Reasearch Council. 2007. Nutrient Requirement of Small Ruminant. Washington DC (US): National Academy Pr. Sajimin I, Kompiang P, Supriyati, Lugiyo. 2000. Pengaruh pemberian berbagai cara dan dosis Bacillus sp. terhadap produktivitas dan kualitas rumput Panicum maximum. Seminar Nasional Teknologi Pertanian dan Veteriner. hlm: 359365. Samadi, Usman Y, Delima M. 2010. Kajian potensi limbah pertanian sebagai pakan ternak ruminansia di Kabupaten Aceh Besar. J Agripet. 10 (2): 45-53. Soedjana TD. 1993. Ekonomi Pemeliharaan Tenak Ruminansia Kecil. Di dalam: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta (ID): Sebelas Maret Univ Pr. Sofyan LA, Aboenawan L, Laconi EB, Djamil A, Ramli N, Ridla M, Lubis AD. 2000. Diktat Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Lab Ilmu dan Teknologi Pakan. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Sudono A, Rosdiana F, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Depok (ID): Agromedia Pustaka. Sukria HA, Krisnan R. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr. Syahniar TM, Antari R, Pamungkas D, Marsetyo, Mayberry DE, Poppi DP. 2011. Nilai pakan jerami padi sebagai pakan basal sapi induk peranakan ongole (PO) dengan level suplementasi leguminosa yang berbeda. Seminar Nasional Teknologi Pertanian dan Veteriner. hlm: 92-98.
15
Syamsu JA, Sofyan LA, Mudikdjo K, Saβid EG. 2003. Daya dukung limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. J Wartazoa. 13 (1): 30-37. Syamsu JA. 2006. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tabrany H, Sofyan LA, Laconi EB, Daryanto A. 2004. Potensi sumberdaya pakan di wilayah Provinsi Jawa Tengah. J Indo Trop Anim Agric. 29 (1): 50-55. Tanuwiria UH, Yulianti A, Mayasari N. 2006. Potensi pakan asal limbah tanaman pangan dan daya dukungnya terhadap populasi ternak ruminansia di wilayah Sumedang. J Ilmu Ternak. 6 (2): 112-120. Taufan PD, Suhardi, Yusuf R, Wibowo A, Pujowati P. 2012. Daya dukung hijauan pakan terhadap pengembangan ternak ruminansia di Kabupaten Kutai Barat. J Teknologi Pertanian. 8 (1): 30-36. Wanapat M, Polyorach S, Boonnop K, Mapato C, Cherdthong A. 2009. Effect of treating rice straw with urea or urea and calcium hydroxide upon intake, digestibility, rumen fermentation and milk yield of dairy cows. Livestock Sci. 125: 238-243. Wu CP, Chen MT, Zhao X, Lu CH. 2003. Functional characterization of mammary gland of holstein cows under humid tropical summer climates. J Anim Sci. 16 (7): 988-995.
16
Lampiran 1 Produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kandungan nutrien Kabupaten Bogor Produksi (Ton thn-1) Kecamatan BK PK TDN Nanggung 24 075.29 994.46 9 237.61 Leuwiliang 32 388.53 1 346.45 12 437.67 Leuwisadeng 16 983.72 704.18 6 519.67 Pamijahan 51 080.69 2 134.41 19 629.35 Cibungbulang 36 588.09 1 760.54 14 349.71 Ciampea 19 902.13 913.37 7 750.20 Tenjolaya 22 110.34 945.81 8 524.00 Dramaga 11 633.78 518.00 4 518.20 Ciomas 6 375.57 280.82 2 469.36 Taman Sari 8 676.83 413.77 3 398.35 Cijeruk 12 714.17 546.91 4 905.71 Cigombong 10 619.34 519.78 4 175.86 Caringin 18 535.50 781.23 7 133.01 Ciawi 12 695.42 532.57 4 881.22 Cisarua 3 803.75 162.48 1 466.91 Mega Mendung 10 583.95 442.76 4 067.85 Sukaraja 2 348.07 302.25 1 157.47 Babakan Madang 5 555.43 417.17 2 366.11 Sukamakmur 56 760.96 2 500.44 21 974.67 Cariu 43 386.98 1 785.45 16 642.57 Tanjungsari 43 822.04 1 807.53 16 810.52 Jonggol 44 285.27 1 839.57 17 007.50 Cileungsi 9 659.66 411.49 3 723.96 Klapa Nunggal 16 508.89 697.07 6 353.11 Gunung Putri 877.32 42.86 344.99 Citeureup 4 552.05 370.87 1 976.68 Cibinong 1 801.92 218.39 871.29 Bojong Gede 725.06 46.83 299.29 Tajur Halang 1 684.34 97.09 680.65 Kemang 2 346.49 142.43 962.01 Ranca Bungur 1 950.02 107.44 782.47 Parung 1 534.56 85.20 616.04 Ciseeng 6 479.70 292.19 2 517.16 Gunung Sindur 4 822.35 277.01 1 964.17 Rumpin 32 008.75 1 393.87 12 370.82 Cigudeg 34 689.39 1 447.77 13 328.66 Sukajaya 33 846.02 1 404.80 12 997.63 Jasinga 33 216.83 1 382.89 12 758.26 Tenjo 24 659.12 1 038.01 9 488.82 Parung Panjang 16 649.47 692.65 6 397.62 Jumlah 722 937.80 31 798.81 279 857.17 Keterangan : Penjumlahan dari jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu
17
Lampiran 2 Sisa yang dapat digunakan dari sumber limbah tanaman pangan Kecamatan Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Taman Sari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Mega Mendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapa Nunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojong Gede Tajur Halang Kemang Ranca Bungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Jumlah
Jumlah yang digunakan ternak ruminansia aktual (Ton thn-1) BK PK TDN 3 784.48 461.70 2 945.50 1 785.69 217.03 1 392.35 1 454.32 178.95 1 132.98 6 838.59 738.80 4 900.20 6 434.94 658.62 4 448.80 1 772.16 206.21 1 355.50 984.79 117.54 745.77 1 454.82 151.65 1 043.63 643.60 71.67 474.06 1 963.73 237.72 1 506.56 4 666.71 490.02 3 231.54 2 725.38 323.18 2 097.64 3 628.91 370.86 2 507.69 4 571.18 447.79 3 042.76 6 338.19 663.26 4 398.66 2 681.05 263.60 1 887.10 1 271.12 144.42 925.17 2 858.02
Sisa yang dapat digunakan (Ton thn-1) BK PK TDN 20 290.81 532.76 6 292.11 30 602.84 1 129.42 11 045.32 15 529.40 525.23 5 386.69 44 242.11 1 395.61 14 729.15 30 153.15 1 101.92 9 900.91 18 129.96 707.16 6 394.71 21 125.56 828.27 7 778.23 10 178.97 366.34 3 474.58 5 731.97 209.16 1 995.29 6 713.10 176.05 1 891.79 8 047.46 56.88 1 674.17 7 893.95 196.60 2 078.23 14 906.59 410.37 4 625.33 8 124.25 84.77 1 838.46 -2 534.45 -500.78 -2 931.74 7 902.90 179.16 2 180.75 1 076.96 157.83 232.29
308.68
1 889.92
2 697.41
108.49
476.19
4 282.66 422.72 2 914.52 335.38 4 036.81 396.11 5 882.04 604.68 5 865.99 571.05 2 499.78 278.12 1 051.86 120.97 2 805.64 316.55 2 407.96 249.67 1 366.66 159.84 1 517.84 169.55 1 327.31 140.74 1 179.78 130.11 574.08 60.98 927.95 107.37 2 071.55 237.08 5 568.48 583.85 1 578.49 192.00 1 930.88 229.79 1 975.96 250.23 823.26 101.63 1 756.07 214.59 110 203.23 11 924.73
2 722.24 2 222.86 2 570.10 3 929.93 3 559.09 1 713.72 751.43 2 029.06 1 595.22 987.18 1 011.54 903.51 820.33 374.75 662.07 1 402.98 3 648.68 1 214.38 1 504.04 1 538.05 628.56 1 319.18 77 034.70
52 478.30 40 472.46 39 785.23 38 403.24 3 793.68 14 009.11 -174.53 1 746.41 -606.04 -641.61 166.50 1 019.18 770.24 960.48 5 551.76 2 750.80 26 440.27 33 110.90 31 915.14 31 240.88 23 835.86 14 893.39 612 734.56
2 077.72 1 450.08 1 411.42 1 234.89 -159.56 418.94 -78.11 54.31 -31.28 -113.02 -72.45 1.69 -22.67 24.22 184.82 39.93 810.02 1 255.77 1 175.01 1 132.67 936.38 478.06 19 874.08
19 252.43 14 419.70 14 240.42 13 077.57 164.87 4 639.38 -406.44 -52.39 -723.93 -687.89 -330.89 58.50 -37.85 241.30 1 855.09 561.19 8 722.14 12 114.28 11 493.59 11 220.22 8 860.26 5 078.44 202 822.46
Keterangan : Penjumlahan dari jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu
18
Lampiran 3 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kecamatan Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Taman Sari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Mega Mendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapa Nunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojong Gede Tajur Halang Kemang Ranca Bungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Jumlah
BK 6 404.52 9 659.38 4 901.65 13 964.43 9 517.44 5 722.48 6 668.00 3 212.85 1 809.22 2 118.90 2 540.07 2 491.62 4 705.07 2 564.31 -799.96 2 494.44 339.93 851.40 16 564.08 12 774.59 12 557.68 12 121.47 1 197.42 4 421.79 -55.09 551.23 -191.29 -202.51 52.55 321.69 243.12 303.16 1 752.34 868.25 8 345.52 10 451.01 10 073.59 9 860.77 7 523.47 4 700.90 193 401.48
KPPTR (ST) PK 1 871.30 3 967.04 1 844.87 4 902.03 3 870.46 2 483.88 2 909.29 1 286.77 734.65 618.37 199.80 690.56 1 441.41 297.76 -1 758.97 629.29 554.37 381.07 7 297.94 5 093.34 4 957.58 4 337.51 -560.45 1 471.52 -274.36 190.78 -109.87 -396.97 -254.49 5.94 -79.64 85.07 649.16 140.25 2 845.17 4 410.86 4 127.18 3 978.46 3 289.01 1 679.18 69 807.10
Keterangan : Penjumlahan dari jerami padi, limbah jagung dan limbah ubikayu
TDN 3 192.34 5 603.92 2 732.97 7 472.93 5 023.29 3 244.40 3 946.34 1 762.85 1 012.33 959.81 849.40 1 054.40 2 346.69 932.76 -1 487.44 1 106.42 117.86 241.60 9 767.85 7 315.93 7 224.97 6 634.99 83.65 2 353.82 -206.21 -26.58 -367.29 -349.01 -167.88 29.68 -19.21 122.42 941.19 284.72 4 425.24 6 146.26 5 831.35 5 692.65 4 495.31 2 576.58 102 903.33
19
Lampiran 4 Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) Kecamatan Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Taman Sari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Mega Mendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapa Nunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojong Gede Tajur Halang Kemang Ranca Bungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang
IKPP 1.32 1.78 0.93 2.81 1.64 1.09 1.21 0.64 0.35 0.47 0.70 0.58 1.02 0.70 0.21 0.58 0.12 0.29 3.11 2.39 2.41 3.13 0.53 0.91 0.05 0.24 0.09 0.04 0.09 0.13 0.11 0.08 0.35 0.27 1.76 1.91 1.86 1.82 1.36 0.92
Kategori Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang
20
Lampiran 5 Populasi Ternak Ruminansia Kabupaten Bogor 2012 (ST) Kecamatan
Sapi Perah
Sapi Potong
Kambing
Domba
Total
Nanggung
17.06
12.70
618.97
1 020.22
1 668.95
Leuwiliang
0.00
9.18
281.09
503.96
794.22
Leuwisadeng
0.00
12.70
252.59
381.4
646.4
787.9
129.7
591.0
128.55
2 789.52
1 109.60
48.70
351.71
929.38
2 439.38
Ciampea
34.12
31.76
213.45
513.41
792.75
Tenjolaya
17.06
46.58
157.68
231.43
452.75
Dramaga
132.21
70.58
69.22
367.97
639.98
0.00
83.28
65.95
185.27
334.50
21.32
54.35
326.86
483.41
885.94
793.28
47.99
377.02
548.65
1 766.95
39.10
33.88
376.00
762.46
1 211.43
499.71
215.97
199.44
622.15
1 537.28
Pamijahan Cibungbulang
Ciomas Taman Sari Cijeruk Cigombong Caringin
984.49
91.75
170.76
436.61
1 683.62
1 089.69
14.82
476.88
789.16
2 370.56
Mega Mendung
324.14
108.69
2.52
710.06
1 145.41
Sukaraja
119.42
26.11
167.59
212.06
525.18
35.54
977.53
442.04
331.45
1 786.56
Sukamakmur
1.42
1 843.55
381.79
715.93
2 942.69
Cariu
0.00
151.04
322.19
914.14
1 387.37
Tanjungsari
3.55
1 719.33
330.88
712.26
2 766.02
Jonggol
0.00
1 964.24
551.24
1 210.90
3 726.39
Cileungsi
1.42
3 045.53
637.46
619.86
4 304.27
Klapa Nunggal
0.00
719.92
401.50
379.26
1 500.67
Gunung Putri
0.00
212.45
174.41
194.08
580.93
Citeureup
25.59
446.07
372.45
638.12
1 482.22
Cibinong
326.27
368.43
249.04
189.12
1 132.86
Bojong Gede
41.23
184.21
239.70
218.58
683.72
Tajur Halang
35.54
475.71
282.77
117.55
911.57
143.59
184.21
142.92
159.30
630.03
0.00
302.79
164.32
223.72
690.82
Parung
13.51
201.15
83.61
60.93
359.20
Ciseeng
13.51
170.80
160.95
151.04
496.31
Ciawi Cisarua
Babakan Madang
Kemang Ranca Bungur
17.77
630.28
419.81
175.91
1 243.77
Rumpin
115.86
1 923.31
717.24
730.34
3 486.75
Cigudeg
0.00
59.29
269.04
399.54
727.86
Sukajaya
0.00
9.88
255.40
599.21
864.49
Jasinga
0.00
28.23
417.75
430.28
876.26
Tenjo
0.00
47.29
161.23
177.65
386.18
Parung Panjang Jumlah
0.00
165.86
346.29
347.14
859.29
6 743.60
16 870.03
12 223.26
19 674.72
55 511.61
Gunung Sindur
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Depok, Jawa Barat pada tanggal 9 Februari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ronnie Tri Bagyanto dan Ibu Marfuah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Sukmajaya IV pada tahun 1998-1999 dan SDN Jurumudi 1 pada tahun 1999-2004. Pendidikan dilanjutkan di SMPN 5 Tangerang pada tahun 2004-2007 kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 108 Jakarta pada tahun 2007-2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Selama kuliah, penulis pernah menjadi Sekretaris Umum II BEM Fakultas Peternakan 2012-2013 dan Sekretaris Departemen Budaya, Olahraga dan Seni BEM Fakultas Peternakan 2011-2012. Penulis pernah mengikuti kegiatan Magang HIMASITER tahun 2011 di Laboratorium Biokimia, Nutrisi dan Mikrobiologi. Kemudian menjadi bagian kepanitiaan di beberapa kegiatan Fakultas Peternakan diantaranya Dekan Cup 2012, Fapet Golden Week (FGW) 2011, FGW 2012, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) 2012, lolos seleksi paper berjudul βFortification Antioxidants Vitamin E and Selenium in the Diet on Blood Profile as Effort to Reduce the Heat Stress of Laying Henβ di The 11th Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting (HISAS 11) Hokkaido Japan tahun 2014, dan lain-lain. Selain itu, penulis juga menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah diantaranya Pengantar Ilmu Nutrisi pada semester 7 tahun 2013, Kebijakan Pengawasan dan Mutu Pakan pada semester 8 tahun 2014, dan Integrasi Proses Nutrisi pada semester 8 tahun 2014.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Erika B. Laconi, MS selaku pembimbing akademik serta pembimbing skripsi dan Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan, sumbangan ide dan materi yang telah diberikan. Kepada Dr Ir Muhammad Ridla, M Agr selaku dosen pembahas seminar dan Dilla Mariestia Fassah, SPt MSc selaku panitia seminar pada tanggal 26 Mei 2014. Kepada Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Dr M. Agus Setiana, MS selaku dosen penguji sidang, dan Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku dosen panitia sidang pada tanggal 12 Agustus 2014. Terima kasih juga pada penelitian unggulan perguruan tinggi lintas fakultas dengan dana BOPTN 2013 yang telah mendanai penelitian ini dan kepada beasiswa Bidik Misi 2010 dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah mendanai studi selama di IPB. Di samping itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, dan adik tercinta atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih sayangnya. Selain itu, kepada M. Rizky Rianda atas doa, bantuan, dan dukungan semangatnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman tim penelitian yaitu Ka Mega, Dizky, Yudika, dan Hendra. Teman-teman yang telah menemani dan memberikan semangat dan bantuan selama penelitian yaitu Ridha Rianti, Ridha P, Amalia, Zurrahmi, Deti serta teman-teman Nutrisi 47 atas semua bantuan dan dukungannya.