PELUANG PENGEMBANGAN SAPI PERAH BERBASIS PASTURA DI KALIMANTAN TIMUR (Prospect of Pasture-Based Dairy Cattle Development in East Kalimantan) NUR RIZQI BARIROH
dan NooR ROUFIQ AHMADI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Timur ABSTRACT Dairy cattle industry is a prospective business and it gives a prosperity to the farmer if it's managed well . East Kalimantan has potency of agriculture land around 1,958,125 ha . This area can be used for dairy cattle development . In fact, the population of dairy cow declined drastically since 2003 . Extreme climate (air temperature of 22.21-34.6'C, Relative humidity of 74.25-83 .3%, rainfall of 58.56-212 .5 mm/year, wind velocity of 1 .7-7.5 mb) and expensive labour are factors that contribute to its decrease. One of strategies to solve those problem is by introducing pasture-based dairy cattle development . Factors that should be given attention for applying this strategy are choosing a suitable breed, improving environmental quality and feeding good quality of feed all year long . It had proven that Crossbreed could adapt well in tropical climate . Feeding consentrates until 3,000 kg DM/head could increase milk production of pasture-based dairy cattle . The improving of environmental quality can be done by making plenty of shade in pasture area . The estimation of cattle dairy production in pasture-based is around 4617 .7-7259 litte/ha . It means that East Kalimantan can produce milk by 94 .2-1,421 .4 million littre/year if land used for its development is around 10% from the potency . Keywords : Dairy cattle, pature, East Kalimantan ABSTRAK Industri sapi perah merupakan bisnis yang prospektif dan dapat memberikan kesejahteraan kepada petemak jika dikelola dengan baik . Kalimantan Timur mempunyai luas lahan pertanian yang belum dimanfaatkan sebesar 1 .958 .125 ha dan berpotensi untuk pengembangan ternak sapi perah . Pada kenyataannya populasi sapi perah di Kalimantan Timur mengalami penurunan yang sangat tajam . Iklim yang ekstrim (suhu : 22,21-34,60C, RH : 74,25-83,3%, curah hujan: 58,56-212,5 mm/tahun, kecepatan angin : 1,77,5 mb) dan mahalnya tenaga kerja ditengarai menjadi salah satu pemicu penurunan tersebut . Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah dengan pengembangan sapi perah berbasis pasture. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan sapi perah berbasis pasture ini adalah pemilihan breed sapi yang cocok, peningkatan mutu lingkungan serta pemberian pakan berkualitas sepanjang tahun . Crossbred (seperti Holstein dan Sahiwal) terbukti mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan tropis . Penggembalaan dengan sistem rotasi dan pemberian konsentrat ± 3 .000 kg bahan kering/ekor/periode dapat meningkatkan produksi susu sapi di pasture. Peningkatan mutu lingkungan dapat diupayakan dengan membuat banyak naungan di areal pastura . Pola pemeliharaan sapi perah berbasis pastura ini diperkirakan mampu menghasilkan susu sebesar 4.617,7-7 .259 liter/ha atau sekitar 94,2-1 .421,4 juts liter/tahun dengan asumsi lahan yang digunakan untuk pengembangan seluas 10% dari potensi lahan pertanian yang ada di Kalimantan Timur . Kata kunci: Sapi perah, pastura, Kalimantan Timur
PENDAHULUAN
Kenyataan di Indonesia, bisnis di bidang sapi perah tidak mengalami kemajuan selama dua Industri sapi perah merupakan suatu bisnis belas tahun terakhir ini (KHAIRINA, 2007). yang penuh dengan tantangan, tetapi Pada dasamya peluang pengembangan sapi perah di Indonesia cukup besar, tetapi sekarang sebenarnya industri ini mampu meningkatkan taraf hidup yang layak bagi peternak. ini baru terkonsentrasi di pulau Jawa. Pengembangan sapi perah sudah saatnya
425
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
dilaksanakan di luar pulau Jawa yang mempunyai kepadatan penduduk rendah dan lahan untuk peternakan yang cukup luas. Lahan peternakan akan sulit dicari di daerah Jawa yang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tingggi (951 orang/km2), sehingga produksi dari Jawa tidak akan mampu menyuplai kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat. Salah satu propinsi yang patut dipertimbangkan untuk industri sapi perah adalah Kalimantan Timur yang memiliki kepadatan penduduk 14 orang/km2 . Ironisnya perkembangan industri sapi perah di Kalimantan Timur sangat memprihatinkan karena tidak adanya populasi sapi perah sejak tahun 2003 . Kondisi lingkungan yang ekstrim seperti temperatur, kelembaban dan radiasi matahari yang tinggi serta mahalnya tenaga kerja memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap merosotnya industri di sektor ini . Jika ditinjau dari segi luas, lahan Kalimantan Timur memiliki potensi yang cukup besar bagi pengembangan peternakan, termasuk sapi perah . Hal, yang perlu dipikirkan adalah strategi pemeliharaan sapi perah yang
cocok di daerah ini untuk menghasilkan produksi susu yang optimal . PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI SAPI PERAH DI KALIMANTAN TIMUR Kalimantan Timur yang memiliki lahan kering yang belum dimanfaatkan lebih kurang 1 .958 .125 ha (HERIANSYAH et al., 2004) berpotensi untuk pengembangan temak sapi perah. Potensi lahan kering ini belum diimbangi dengan penyebaran penduduk yang tidak seimbang antara daerah kota dan desa kabupaten. Tabel 1 . menunjukkan bahwa kepadatan penduduk yang paling tinggi tetjadi di daerah perkotaan . Komposisi kepadatan penduduk ini mempunyai sisi positif yaitu masih tersedia lahan yang luas untuk pengembangan peternakan, karena lahan tidak dikurangi dengan pemukiman. Sisi negatif yang ditimbulkan adalah kurangnya tenaga kerja untuk usaha peternakan yang berakibat biaya tenaga kerja cenderung sangat tinggi .
Tabet 1 . Penyebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2002 2003 2004 2005
Penduduk (%) Kabupaten Kota 53,5 53,7 53,9 54,2
Jumlah
Kabupaten
46,5
100
46,3 46,1 45,8
100 100
6,89 6,43 6,57
100
7,73
Kepadatan/km 2 Kota 696,7 446,29 451,93 779,39
Rata-rata 10,43 11,03 13,18 14,32
Sumber: BPS KALIMANfAN TIMOR (2006) .
Tabel 2 . Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha (%) Lapangan usaha
2002
2003
2004
2005
Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Listrik, gas dan air Konstruksi Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Lainnya
34,7
36,63
4,71 10,92 0,54
4,04 10
35,2 4,66 10,38
34,02 3,98
Sumber: BPS KALIMANTAN TIMUR (2006)
42 6
6,31 20,45 6,13 1,25 14,85 0,13
0,36 6,91 18,57 6,61 1,19 13,55 2,13
0,4 7,41 18,83 6,11 2,41 14,56 0,04
9,63 0,27 6,7 20,23 6,98 2,6 14,77 0,83
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Tabel 3 . Pengeluaran perkapita/bulan menurut jenis kelompok makanan (Rp) tahun 2003-2005 Jenis makanan Daging Telur dan susu Sumber :
Tahun 2003 9 .476 10.498
2004 10.369 14.842
Prosentase (%)
2005 9 .228 17 .311
4,74 8,89
BPS KALIMANTAN TIMUR (2006)
Selain kepadatan penduduk yang rendah, sektor pertanian juga masih menempati urutan teratas dari lapangan usaha di Kalimantan Timur yang disusul oleh perdagangan (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa bidang usaha pertanian masih diminati sebagian besar penduduk Kaltim . Interest yang tinggi di sektor ini merupakan modal yang besar untuk pengembangan lebih lanjut . Perdagangan yang berkembang juga akan memberikan dukungan yang kuat terhadap pemasaran hasil-hasil pertanian. Konsumsi produk produk peternakan juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi setiap tahunnya (Tabel 3) . Penyebab kenaikan ini dimungkinkan karena penduduk sudah memahami pentingnya gizi bagi kesehatan disamping juga terjadi perbaikan pendapatan. Ironisnya perkembangan sapi perah di Kalimantan Timur mengalami kemunduran yang sangat drastis sejak tahun 2003 (Tabel 4) . Ini terbukti tidak adanya sapi perah setelah kurun waktu tersebut . Kosongnya sapi perah di Kalimantan Timur menyebabkan pemerintah
daerah Kalimantan Timur harus mendatangkan susu dari luar luar provinsi setiap tahunnya . Tabel 4. Perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu di Kalimantan Timur Tahun
Populasi (ekor)
Produksi (ton)
2001 2002 2003
23 24
31,67 31,67
Sumber:
DINAS PETERNAKAN KALTIM (2005)
Ditinjau dari segi iklim, Kalimantan Timur yang terletak di daerah tropis tepatnya di daerah khatulistiwa berhadapan dengan tantangan yang cukup berat jika dibandingkan dengan daerah dingin . Tabel 5 . menunjukkan suhu udara maksimal dan minimal, kelembaban udara, kecepatan angin, serta curah hujan dari lima stasiun cuaca di Kalimantan Timur . Data tersebut mengindikasikan bahwa temak yang berada di Kalimantan Timur mengalami tekanan lingkungan yang cukup tinggi (MATIAS, 1998) .
Tabel 5. Rata-rata suhu udara, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin, curah hujan di Kalimantan Timur Stasiun Samarinda Balikpapan Tarakan Tanjung Selor Tanjung Redeb Nunukan
Uraian Suhu udara (°C) Min Max . Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm/tahun) Kecepatan angin (mb) Sumber:
22,80 34,20 83,3 212,5 1,7
87 107,5 5,0
24,20 31,10 84,10 278,5 7,5
22,5 34,6 84,3 258 3
22,21 34,36 88,5 58,56 6,5
23,63 31,82 74,25 44,24 4,5
BPS KALIMANTAN TIMUR (2006)
Uraian di atas menunjukkan adanya peluang yang cukup bagus, untuk pengembangan industri susu khususnya industri sapi perah, sedangkan tantangan yang dihadapi adalah berupa minimnya tenaga kerja dan ekstrimnya iklim Kalimantan Timur . Salah satu pola pemeliharaan yang dapat diterapkan adalah pola pemeliharaan sapi perah berbasis pastura.
STRATEGI PEMELIHARAAN SAPI PERAH BERBASIS PASTURA Pada umumnya pola pemeliharaan sapi perah yang diterapkan di Indonesia adalah sistem intensif dengan pemberian hijauan secara cut and carry. Pola pemeliharaan berbasis pastura belum jamak dilakukan karena
427
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
sempitnya lahan peternakan di pulau Jawa. Pola pemeliharaan semacam ini diperkirakan akan menghemat biaya tenaga kerja yang pada akhimya akan menghemat biaya produksi . Halhal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sapi perah berLasis pastura adalah peningkatan mutu lingkungan, jenis ternak yang dipelihara serta penyediaan pakan berkualitas sepanjang tahun . Strategi peningkatan mutu lingkungan yang cukup ekstrim (Tabel 5) dapat dilakukan dengan cara banyak menanam pohon-pohon besar sebagai naungan di areal pastura . Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan memberikan suhu, kelembaban yang lebih rendah dibandingkan dengan areal terbuka (Tabel 6) . Tabel 6. Rata-rata suhu dan kelembaban di areal pastura beriklim tropis pada tiga periode grazing Periode grazing
07.00-10.00 10.00-14 .00 14.00-17 .00 Rata-rata SD
Suhu udara (°C)
Kelembaban Relatif (%)
Open
Shade
Open
Shade
34,2 39,2 33,5 35,6 2,5
29,7 32,1 30,2 30,7 1,0
67,0 55,0 65,0 62,3 5,2
79,5 73,0 68,5 73,7 4,5
Sumber : MATIAS (1998) Penurunan suhu udara pada areal yang bernaungan tercatat sekitar 4,9° C dan penurunan kelembaban sebanyak 11,4% . Naungan ini sangat memberikan kontribusi yang cukup besar terutama pada saat puncak suhu udara tinggi yaitu pada jam 10 .00-14 .00 . Penurunan suhu dan kelembaban juga berpengaruh terhadap feed intake dari ternak yang kemudian akan berakibat pada produksi ternak itu sendiri. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jenis ternak perah yang dipelihara . Sapi perah Eropa purebred mempunyai daya adaptasi yang lebih rendah dibandingkan crossbred. Studi menunjukkan bahwa purebred Holstein mempunyai daya adaptasi yang rendah terhadap lingkungan tropis dibandingkan dengan crossbred Holstein x Sahiwal (MATIAS, 1998) . Hal ini terbukti dart tandatanda fisiologi dari ternak dalam menghadapi kondisi tropis seperti tercantum pada Tabel 7.
428
Tabel 7 . Rata-rata frekuensi perapasan (breath/ min) dari purebred dan crossbred sapi perah di bawah iklim tropis Periode grazing
Purebred
Crossbred
07.00 - 10.00 52,4 ,A 42,0b, A 10 .00 -14 .00 68,8`' B 48,5 b. 11 14 .00 -17 .00 77,0`,B 47,8" B Rata-rata 66,0' 46,1 b Keterangan : '.b Huruf yang berbeda pada bans yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata wB
(P<0,05)
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Sumber : MATIAS (1998) Peningkatan pernafasan merupakan respon fisiologi yang pertama kali terlihat pada ternak yang terpapar tekanan lingkungan . Meskipun vasodilation atau berkeringat mungkin terjadi pertama kali tetapi peningkatan pernafasan merupakan hal yang sangat mudah untuk dideteksi . Lebih tingginya rata-rata peningkatan pernafasan yang terlihat pada purebred, mengindikasikan lebih rendahnya toleransi terhadap tekanan lingkungan. Peningkatan pernafasan ini akan membatasi aktivitasnya seperti grazing dan konsumsi tanaman yang dipilih dimana pada area terbuka terdapat banyak pilihan. Crossbred, di sisi lain mempunyai respiration rate yang lebih rendah yang mengindikasikan toleransi yang lebih baik terhadap stress panas (MATIAS, 1998). Tanda tanda fisiologi lain respon ternak terhadap kondisi lingkungan tropis dapat dilihat pada Tabel 8 . Aktivitas grazing menunjukkan perbedaan yang signifikan antara dua bangsa ternak diantara tiga periode grazing. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa aktivitas grazing pada crossbred 30% lebih tinggi (40%) pada jam jam terpanas di area terbuka dimana purebred melakukan aktivitas grazing area yang bernaungan pada jam yang sama . Sapi perah crossbred, karena mempunyai kemampuan bertahan pada suhu yang lebih tinggi maka dapat melakukan seleksi pada area pastura yang lebih baik. Datadata di atas menunjukkan bahwa adaptasi sapi perah lokal yang di-crossbreeding-kan dengan ternak murni menghasilkan bangsa yang lebih unggul pada daerah tropis.
Semiloka Nasional Prospek Indusiri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
Tabel 8.
Persentase rata-rata aktivitas grazing dari purebred dan crossbred sapi perah pada tiga periode grazing di bawah kondisi tropis
Periode grazing
Open
Purebred Shade
Crossbred Shade
Total
Open
07 .00- 10.00
8"
15b
23A
10
5
15 A
10 .00 - 14.00
10'
25 b
35A
40a
5b
45B
14.00 -17.00
43
35
78B
87a
Ob
87c
Rata-rata
45
Total
49
Keterangan : &bHuruf yang berbeda pada bans yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) n.B,c Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Sumber: MATIAS (1998)
Selain kedua hal tersebut di atas, penyediaan pakan yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk pemeliharaan sapi perah di daerah pastura . Produksi susu pada industri berbasis pastura adalah fluktuatif dan mempunyai komposisi susu yang bervariasi . Pengaruh pakan terhadap komposisi susu sangat besar . Kondisi ini dapat diperbaiki dengan perbaikan mutu pakan yang dikonsumsi oleh sapi perah pada pastura . Penggunaan konsentrat sampai dengan 3000 kg BK pada ransum sapi perah terbukti mampu menaikkan produksi susu di Australia selatan (DOWNEY dan DOYLE, 2007). Pakan mempunyai pengaruh besar terhadap nutrisi susu . Konsentrasi protein susu sangat peka terhadap suplementasi energi atau metabolizable energy melalui pakan sereal grain-based dan atau hijauan segar. Konsentrasi laktosa susu menurun sejalan dengan masa laktasi . Konsentrasi laktosa susu dikontrol oleh kebutuhan untuk mempertahankan tekanan osmotic yang sama dengan darah . Perbedaan komposisi mempunyai implikasi yang penting pada stabilitas aroma dan stabilitas panas dari produk (DowNEY dan DOYLE, 2007). Selanjutnya dinyatakan bahwa kekurangan nutrisi pada sapi perah menyebabkan kualitas yang lebih rendah untuk diproses lebih lanjut . Peningkatan intake protein, terutama pada laktasi awal pada saat kebutuhan nutrisi sangat tinggi dan pada saat laktasi akhir dimana ketersediaan hijauan pada pastura rendah akan menurunkan ketidak-sempumaan aroma dari susu dan produk produk sapi perah karena hidrolisa lemak. Dengan demikian, pemeliharaan sapi perah berbasis pastura ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dikembangkan karena produksi susu sudah menjadi masalah dunia
disebabkan meningkatnya persaingan sumber daya alam, urban, dan membanjimya permintaan . Pola pemeliharaan berbasis pastura ini cocok diterapkan pada daerah yang mempunyai sumber daya lahan besar tetapi minim tenaga kerja . PREDIKSI PRODUKTIVITAS SAPI PERAH BERBASIS PASTURA DI KALIMANTAN TIMUR Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi perah yang dipelihara di daerah tropis berproduksi 44% lebih rendah jika dibandingkan pemeliharaan di daerah dingin . FAO (2003) dalam PRABOWo (2008) menyatakan bahwa sapi daerah tropis dapat berproduksi sebanyak 2 .353 liter/tahun. Produksi rata rata susu dari sapi perah di daerah dingin yang dipelihara pada pastura adalah sebanyak 3500 liter/tahun sampai 5500 liter/tahun (DowNEY dan DOYLE, 2007) . Hal ini berarti sapi jenis tersebut mampu menghasilkan susu segar sebanyak 11,5 liter sampai 18 liter/hari . Jika sapi perah dibudidayakan di daerah tropis, maka produksi susu dapat mencapai 2310-3630 liter/tahun atau sebesar 7,57-11,9 liter/hari dengan asumsi 305 hari laktasi. Fluktuasi jumlah dan mutu air susu pada pemeliharaan sapi perah berbasis pastura dapat ditingkatkan dengan perbaikan pakan . Pemberian konsentrat sebanyak 3000 kg bahan kering/periode/ekor terbukti mampu meningkatkan produksi susu. Manajemen pemeliharaan pada pastura juga meningkatkan produksi susu . Penggembalaan cara rotasi menghasilkan produksi yang tinggi . Rotational grazing ini mampu meningkatkan efisiensi sebesar 12% pemanfaatan rumput. Penggunaan robot untuk memindahkan sapi pada pastura
429
Semiloka Nasional Prospek lndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020
dapat mengefisienkan biaya
tenaga kerja
(WESSELING, 2007) .
Tabel 9. Prediksi produktivitas sapi perah berbasis pastura di Kalimantan Timur No . Uraian 1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah
Produksi susu (1/ek/hr) 7,57-11,9 Carrying capacity (ek/ha) 2 Produksi susu (1/ha) 15,14-23,8 Produksi susu (1/ha/th) 4617,7 - 7259 Produksi susu Kalimantan 904,2 - 1 .421,4 Timur (juta liter/th)*
Keterangan : *Asumsi : lahan yang digunakan pastura seluas 195.812,5 ha (10% dari lahan kosong )
Pengembangan sapi perah terutama berbasis pastura ini membutuhkan dukungan yang cukup tinggi dari pemerintah karena sebagian besar petemakan sapi perah di Indonesia pada umumnya dan di Kaltim pada khususnya adalah peternakan rakyat . Di daerah Kalimantan Timur sendiri hal penting yang harus dibenahi adalah infrastruktur, antara lain listrik dan ketersediaan air bersih . Infrastruktur yang baik akan menunjang segala macam kegiatan usaha tani . Listrik dan ketersediaan air bersih akan menjamin produk susu dalam keadaan bersih dan bermutu . Keberpihakan pemerintah terhadap rakyat juga harus tercipta sehingga rakyat mempunyai posisi tawar yang kuat. Kemitraan yang baik dengan perusahaan besar perlu dibangun karena merupakan terobosan untuk pemasaran produk susu . Lembaga di desa yaitu koperasi merupakan lembaga yang sudah ada sejak lama di Indonesia sudah saatnya diberdayakan lagi untuk menyokong ekonomi petani peternak . Kelembagaan yang kuat memungkinkan industri sapi perah akan mencapai keberhasilan.
dingin dan sapi perah daerah panas (misalnya : Holstein x Sahiwal) terbukti mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan tropis . Kombinasi yang cukup dari hijauan pastura (graze herbage) dan suplementasi pakan untuk memproduksi susu digunakan untuk menghasilkan nilai produk yang tinggi. Penggembalaan dengan sistem rotasi dan pemberian konsentrat sampai dengan 3000 kg bahan/ekor/periode dapat meningkatkan produksi susu sapi di pastura . Peningkatan mutu lingkungan dapat diupayakan dengan membuat banyak naungan di areal pastura . Pola pemeliharaan sapi perah berbasis pastura ini diperkirakan mampu menghasilkan susu sebesar 4 .617,7-7 .259 liter/ha atau sekitar 94,2-1 .421,4 juta liter/tahun dengan asumsi lahan yang digunakan untuk pengembangan seluas 10% dari potensi lahan pertanian yang ada di Kalimantan Timur. DAFTAR PUSTAKA
BADAN MAT STATISTIK . 2001 . Statistik Indonesia. BPS . Jakarta . BADAN PusAT STATISTIK. 2006 . Kalimantan Timur Dalam Angka. BPS. Samarinda. DINAs PETERNAKAN KALa 1ANTAN TatuR . 2006. Laporan Tahunan 2005 . Dinas Petemakan. Samarinda. DOWNEY, L AND DoYLE, P.T . 2007. Cow nutrition and dairy product manufacture - implications of seasonal pasture-based milk production. Vol. 62, Iss 1 ; pg . 3,9.
HERIANsYAH, IL SINTAWATI, R .A. SAPTATL 2000 . Karakterisasi dan Analisis Zona Agroekologi (ZAE). Laporan . akhir. BPTP Kalimantan Timur. Samarinda. KHAIRINA. 2007. Susu Sapi Juga Butuh Perhatian . Kompas, 21 Juli 2007 . MATIAS, J.S . 1998 . Behaviour of grazing purebred
KESIMPULAN Pengembangan sapi perah berbasis pastura ini sudah saatnya dikembangkan di luar pulau Jawa. Beberapa hal yang harus diperhatikan pengembangannya adalah pemilihan breed sapi yang cocok, peningkatan mutu lingkungan serta pemberian pakan berkualitas sepanjang tahun. Crossbred antara sapi perah dari daerah
430
and crossbred dairy cows under tropical conditions . Applied Animal Behaviour Sc . Vol . 59 . pp 235-243 .
PRABOWO, H .S . 2008 . Dairy Farming di Pakistan . Buletin Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Jawa Timur II . Edisi X . WESSELINK, W . 2007 . Robotic grazing. dairy today. Philadelphia. Pg 1 .