ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI YENI MARLIANI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN YENI MARLIANI. D34104051. 2008. Analisis Kontribusi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak Anggota KPSBU Lembang Kabupaten Bandung. Skripsi. Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS Pembimbing anggota : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MAgr Sc. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pilar utama peternakan nasional adalah peternakan rakyat yang secara umum dicirikan dengan terbatasnya penguasaan sumberdaya, rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan dalam mengakses sumber modal, kepemilikan ternak sedikit, masih dikelola dengan cara tradisional dan dilakukan secara turun temurun. Semua ciri-ciri tersebut menyebabkan rendahnya penerapan teknologi, sehingga produktivitas peternak rendah. Menurut Apriyantono (2007), populasi sapi perah di dalam negeri saat ini kurang dari satu juta ekor, dari jumlah tersebut 65 persen merupakan sapi betina dengan 45 persen-nya merupakan sapi laktasi atau sapi dalam keadaan siap berproduksi. Jumlah kebutuhan susu nasional mencapai 1,306 juta ton pertahun, sementara produksi dalam negeri mencapai 342 ribu ton pertahun. Kondisi tersebut menuntut adanya impor susu untuk pemenuhan kebutuhan susu nasional. Kecamatan Lembang merupakan salah satu daerah dengan jumlah peternak sapi perah yang tinggi yakni mencapai 6.000 peternak. Hingga saat ini usahaternak sapi perah yang dilakukan merupakan usaha pendamping bagi usaha lainnya. Pentingnya mengetahui kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga adalah sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan dan kelangsungan usahaternak yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pendapatan usahaternak sapi perah yang diperoleh peternak anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), (2) menganalisis pendapatan rumah tangga peternak anggota KPSBU, dan (3) menganalisis besarnya sumbangan (kontribusi) pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak anggota KPSBU. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Juli hingga September 2007 yang didesain sebagai penelitian survey di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode cluster random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah peternak anggota KPSBU yang berjumlah 5.894 peternak dan terbagi kedalam tiga wilayah kerja yakni Barat, Tengah, dan Timur. Jumlah peternak yang dianalisis 229 peternak. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan usahaternak sapi perah, analisis pendapatan rumah tangga, dan analisis kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak. Rata-rata pendapatan bersih dari usahaternak sapi perah peternak per tahun masing-masing Rp 17.211.860 pada wilayah kerja Barat, Rp 14.449.170 pada
wilayah kerja Tengah, dan Rp 16.556.540 pada wilayah kerja Timur. Rata-rata pendapatan peternak per tahun yang hanya berprofesi sebagai peternak sapi perah masing-masing Rp 16.592.370 pada wilayah kerja Barat, Rp 13.156.387 pada wilayah kerja Tengah, dan Rp 16.074.340 pada wilayah kerja Timur. Rata-rata pendapatan per tahun peternak sapi perah yang juga memiliki usahatani selain sapi perah masing-masing Rp 11.092.821 pada wilayah kerja Barat, Rp 19.180.875 pada wilayah kerja Tengah, dan Rp 18.763.600 pada wilayah kerja Timur. Kontribusi usahaternak sapi perah terhadap rumah tangga masing-masing 59,73 persen, 78,41 persen, dan 75,55 persen. Rata-rata pendapatan per tahun peternak sapi perah yang juga memiliki usaha non pertanian masing-masing Rp 35.789.266 pada wilayah kerja Barat, Rp 23.629.867 pada wilayah kerja Tengah, dan Rp 25.479.841 pada wilayah kerja Timur. Kontribusi usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga masing-masing 70,58 persen, 78,41 persen, dan 57,71 persen. Kata-kata kunci : Pendapatan, rumah tangga peternak, usahaternak sapi perah, wilayah kerja
ABSTRACT Income Contribution Analysis of Dairy Cattle Farm Business Upon Its Total Income from All Activities of the Member KPSBU Farmers Household in Lembang, Bandung Marliani, Y., Z. Moesa, and S. Mulatsih The objectives of this research are : (1) to analyze the amount of income from dairy cattle farm business, (2) to analyze the total income of the farmers household from all activities, covering farm and non farm business, and (3) to analyze the contribution of the farmers household income from its dairy cattle farm business upon its total income from all activities. The research was conducted for three months (July to September 2007) in Lembang, Bandung. The population of this research includes 5.894 farmer household, they are spread in three work area (West, Centre, and East area). Technically, the sampling method used the cluster random sampling method. 229 samples are taken as analyzed objects. Data were analyzed by descriptive analysis, income from dairy cattle farm business analysis, total income of the farmer household analysis, and contribution of the farmer household income from its dairy cattle farm business upon its total income from all activities analysis. The result of income analysis shows that the annually average net income from dairy cattle farm business are Rp 17.211.860 in West area, Rp 14.449.170 in Centre area, and Rp 16.556.540 in East area. In percentages, the average income contribution of dairy cattle farm business to total income from combination of dairy cattle farm business and other farm business excluding dairy cattle farm business is 71,23%, (59,73% in West area, 78,41% in Centre area, and 75,55% in East area). The average contribution of dairy cattle farm business to total income from combination of dairy cattle farm business and non farm business is 63,01%, (70,58% in West area, 60,74% in Centre area, and 57,71% in East area). Keywords : Income, farmer household, dairy cattle farm business, work area
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
YENI MARLIANI D34104051
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
Oleh YENI MARLIANI D34104051
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 31 Maret 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Zulfikar Moesa, MS. NIP. 130 516 995
Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. NIP. 131 849 397
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr. NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Maret 1986 di Sukabumi, Jawa Barat. Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ujang Maman dan Ibu Idah Holidah. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Pondokkaso Landeuh I, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN I Cicurug dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMAN I Cibadak. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di berbagai organisasi meliputi HIMASEIP (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan) periode tahun 2004-2005 dan periode tahun 2006-2007 selaku staff Departemen Kewirausahaan dan staff Departemen Profilus (Profesi, Ilmu dan Kewirausahaan), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada periode tahun 2005-2006 selaku staff Kominfo (Komunikasi dan Informasi), dan Ikatan Mahasiswa Sukabumi (Ikamasi) pada periode tahun 2004-2005 dan periode tahun 2005-2006 selaku staff Hublu (Hubungan Luar). Penulis aktif mengikuti lomba-lomba karya tulis ilmiah meliputi karya ilmiah berjudul “Komersialisasi Pasta Daging Kerbau Berkolesterol Rendah” dalam rangka lomba Proposal Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh DIKTI (Direktorat Jendral Perguruan Tinggi), karya ilmiah yang berjudul “Tablet Hisap Putih Telur” dalam rangka lomba karya ilmiah yang diselenggarakan oleh L-Ramp IPB, karya tulis dengan tema “Corporate Social Responsibility” dalam rangka lomba karya tulis yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), karya tulis “Komersialisasi Chicken Jelly Drink” dalam rangka lomba Bisnis Plan yang diselenggarakan oleh ITB (Institut Teknologi Bandung).
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Peternakan sapi perah di Lembang merupakan gambaran peternakan rakyat yang secara umum dicirikan dengan terbatasnya penguasaan sumberdaya, rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan dalam mengakses sumber modal, kepemilikan ternak sedikit, masih dikelola dengan cara tradisional dan dilakukan secara turun temurun. Kondisi saat ini terjadi ketimpangan antara jumlah kebutuhan susu nasional dengan tingkat produksi dalam negeri, kondisi tersebut menuntut adanya impor susu untuk pemenuhan kebutuhan susu nasional. Usahaternak sapi perah yang dimiliki peternak di Lembang dijalankan dengan usaha-usaha lain, sehingga penting mengetahui kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga. Atas segala rahmat dan karunia Allah SWT, penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kontribusi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak Anggota KPSBU Lembang Kabupaten Bandung” ini pun dapat diselesaikan. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat bermanfaat serta dijadikan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan dan kelangsungan usahaternak yang dilakukan. Bagi para pembaca, skripsi ini tentu bukanlah skripsi yang sempurna dan bebas dari kesalahan. Untuk itu, masukan-masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang sangat penulis nantikan. Akhirnya, kepada Allah segalanya terpulang. Penulis memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan. Amin.
Bogor, Maret 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ..........................................................................................
ii
ABSTRACT .............................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xiii
PENDAHULUAN .................................................................................... Latar belakang .............................................................................. Perumusan Masalah ..................................................................... Tujuan Penelitian........................................................................... Kegunaan Penelitian...................................................................... KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................................
1 1 2 3 3 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... Usaha Peternakan ......................................................................... Usaha Peternakan Sapi Perah ....................................................... Produksi Susu ................................................................... Pakan Ternak .................................................................... Tenaga Kerja .................................................................... Modal ............................................................................... Analisis Pendapatan Usahaternak ................................................ Penerimaan ...................................................................... Biaya ................................................................................ Pendapatan ....................................................................... Kontribusi Usahaternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak............................
6 6 7 8 9 10 11 12 12 13 14
METODE PENELITIAN .......................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ Populasi dan Sampel............................... ....................................... Desain Penelitian........... ................................................................ Data dan Instrumentasi ................................................................ Pengumpulan Data ....................................................................... Analisis Data ............................................................................... Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah ....................................................................... Analisis Pendapatan Rumah Tangga Peternak.................................... ................ Analisis Kontribusi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga peternak.................
16 16 16 16 17 17 17
15
18 18 19
Definisi Istilah ...............................................................................
20
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN.......................................... Kecamatan Lembang...................................................................... Kondisi Geografis dan Administratif................................. Keadaan Demografi .......................................................... Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)............................................................... Keadaan Umum Usaha Peternakan Sapi Perah ........................................................
22 22 22 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ Karakteristik Responden............................ ................................... Umur Peternak Sapi Perah………. ................................. Tingkat Pendidikan Formal Peternak Sapi Perah............................................................ Pengalaman Beternak Sapi Perah ……………………… Alasan Beternak Sapi Perah ………………………….. Kendala Beternak Sapi Perah ………………………….... Sumber Pendapatan Responden ………………………………… Tatalaksana Usahaternak Sapi Perah ……………………………. Kepemilikan Ternak Sapi Perah ……………………..… Perkandangan……………………………………………. Perlengkapan dan Peralatan …………………………….. Pemeliharaan Ternak ………………………………… Penanganan Penyakit dan Reproduksi ………………….. Pemberian Pakan ………………………………………. Pemerahan dan Pemasaran Susu ………………………… Tenaga Kerja yang Digunakan ………………………….. Pendapatan Usahaternak Sapi Perah …………………………… Penerimaan Usahaternak Sapi Perah …………………… Biaya Usahaternak Sapi Perah ………………………….. Pendapatan ………………………………………………. Pendapatan Usahatani Selain Beternak …………………………. Pendapatan Usahaternak Selain Sapi Perah ……………………. Pendapatan Usaha Non Pertanian ………………………………. Pendapatan Rumah Tangga Peternak …………………………… Kontribusi Usahaternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak ……………………………
24 26 28 28 28 28 29 29 30 30 31 31 32 34 34 35 35 36 38 40 40 43 45 46 46 47 47 48
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ Kesimpulan ................................................................................... Saran ...........................................................................................
50 50 50
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
53
LAMPIRAN ............................................................................................
55
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Model Perhitungan Pendapatan Usahaternak Sapi Perah …………………............................ 20 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Lembang (ha) ................................................ 23 3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Lembang ........ 23 4. Klasifikasi Penduduk Kecamatan Lembang Berdasarkan Mata Pencaharian ………………………........ 24 5. Populasi Ternak Sapi Perah di Kabupaten Bandung Pada Tahun 2007 (Ekor)…………………………… …….... 27 6. Karakteristik Responden Menurut Umur ………................. 28 7. Tingkat Pendidikan Formal Responden ……..…................... 29 8. Pengalaman Responden....................................................... .. 29 9. Alasan Beternak Sapi Perah............................................ ....... 29 10. Kendala Beternak Sapi Perah................................................. 30 11. Rata-Rata Pemilikan Sapi Perah dan Produksi Susu ............. 31 12. Rataan Produksi Susu Pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di Beberapa Daerah di Indonesia .............................. 32 13. Rata-Rata Jarak, Luas Kandang dan Lama Penggunaan Kandang Sapi Perah................................................................ 33 14. Rata-Rata Pemberian Pakan ................................................... 36 15. Sumber Tenaga Kerja Usahaternak Sapi Perah....................... 38 16. Curahan Tenaga Kerja Keluarga per Hari Pada Usahaternak Sapi Perah ............................................................................... 39 17. Penjualan Ternak Sapi Perah Selama Satu Tahun .................. 41 18. Rata-Rata Nilai Penjualan Produk Sampingan ....................... 41 19. Pembelian Ternak Sapi Perah Selama Satu Tahun ................. 42 20. Rata-Rata Biaya Pakan serta Biaya Vaselin dan Minyak Tanah Selama Satu Tahun .................................. 44 21. Rata-Rata Biaya Perlengkapan ............................................... 44 22. Rata-Rata Pendapatan Usahaternak Sapi Perah ..................... 45 23. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Selain Beternak yang Dikelola oleh Responden ............................................... 46 24. Rata-Rata Pendapatan Usahaternak Selain Sapi Perah ........... 46 25. Rata-Rata Pendapatan Usaha Non Pertanian .......................... 47 26. Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Peternak .................... 48
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran................................................ 5
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Rata-Rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah (Rp.000/tahun)................................................. 2. Rata-Rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah Tanpa Kombinasi Usaha Lain (Rp.000/tahun) ............................................... 3. Rata-Rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah dengan Kombinasi Usahatani Selain Sapi Perah (Rp.000/tahun) ..................................... 4. Rata-Rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah dengan Kombinasi Usaha Non Pertanian ......................................................... 5. Peta Wilayah Kecamatan Lembang .................................
Halaman 56
57
58
59 60
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan
subsektor
peternakan
merupakan
bagian
yang
tidak
terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pilar utama peternakan nasional adalah peternakan rakyat yang secara umum dicirikan dengan terbatasnya penguasaan sumberdaya, rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan dalam mengakses sumber modal, kepemilikan ternak sedikit, masih dikelola dengan cara tradisional dan dilakukan secara turun temurun. Semua ciri-ciri tersebut menyebabkan rendahnya penerapan teknologi, sehingga produktivitas peternak rendah. Menurut Apriyantono (2007), populasi sapi perah di dalam negeri saat ini kurang dari 1 juta ekor, dari jumlah tersebut 65 persen merupakan sapi betina dengan 45 persen-nya merupakan sapi laktasi atau sapi dalam keadaan siap berproduksi. Jumlah kebutuhan susu nasional mencapai 1,306 juta ton pertahun, sementara produksi dalam negeri mencapai 342 ribu ton pertahun. Kondisi tersebut menuntut adanya impor susu untuk pemenuhan kebutuhan susu nasional. Kecamatan Lembang merupakan salah satu daerah dengan jumlah peternak sapi perah yang tinggi yakni mencapai 6.000 peternak. Hal ini didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai untuk pemeliharaan sapi perah serta sumberdaya alam yang melimpah. Hingga saat ini usahaternak sapi perah yang dilakukan sebagian peternak adalah sebagai pendamping bagi usahatani sayuran dan usahatani padi sawah. Selain itu, masih banyak peternak yang menjadikan ternak sapi perah sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual apabila peternak membutuhkan uang. Penelitian tentang kontribusi usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga sangat diperlukan terutama bagi peternak agar dapat mengetahui seberapa besar usahaternak sapi perah memberikan sumbangan terhadap pendapatan rumah tangga, dengan demikian peternak dapat memperoleh bahan informasi dalam mengambil keputusan dan kelangsungan usahaternak sapi perah yang dilakukannya.
Perumusan Masalah Kecamatan Lembang terletak pada ketinggian antara 1.200 hingga 1.257 meter di atas permukaan laut dan memiliki suhu yang berkisar antara 15,6-16,80C pada musim hujan dan 30,5-32,70C pada musim kemarau (rataan suhu mencapai 15180C). Keadaan ini sangat menunjang dalam budidaya pertanian dan perkebunan. Peternakan sapi perah di Lembang Kabupaten Bandung dimulai sejak zaman Belanda dan memiliki populasi sapi perah terbesar di Jawa Barat, yaitu sebanyak 103.576 ekor dengan 91.150 sapi betina dan 12.426 sapi jantan. Pengelolaan dan pemeliharaan sapi perah adalah salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Petani peternak di daerah ini umumnya merupakan petani peternak kecil dengan kepemilikan ternak dua hingga tiga ekor dan menjadikan usahaternak sapi perah sebagai pendamping bagi usaha lain yang dilakukan. Meningkatnya harga makanan ternak dan biaya angkut pakan menyebabkan biaya produksi usahaternak sapi perah meningkat pula. Hal ini sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan yang diperoleh, pendapatan yang diperoleh petani peternak tidak akan maksimal, selain itu berakibat sulitnya petani peternak untuk melakukan perkembangan usahaternaknya terutama dalam hal memenuhi permintaan susu oleh Industri Pengolah Susu (IPS) yang cukup tinggi. Suatu usaha peternakan memerlukan perhitungan yang cermat dan harus berorientasi kepada perhitungan ekonomi agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik, bertahan lama dan mengalami perkembangan atau perluasan usaha. Sejumlah usaha yang dilakukan peternak menyebabkan peternak mengalami kesulitan dalam menghitung pendapatan dari usahaternak yang dilakukan, umumnya petani peternak tidak melakukan pencatatan terhadap keuangan mereka baik pengeluaran maupun pemasukan. Mereka selalu menganggap untung apabila telah mendapatkan hasil dari usahanya tanpa memperhitungkan faktor-faktor lain misalnya tenaga kerja keluarga. Karena tidak ada informasi khususnya mengenai kontribusi pendapatan dari usahaternak sapi perah yang dilakukan bagi pendapatan rumah tangga peternak, menyebabkan tidak ada pengambilan keputusan terbaik bagi kelangsungan usahaternak sapi perah yang dilakukan, akibatnya usaha yang dilakukan bersifat tetap dan tidak berkembang,
Sejalan dengan waktu, tidak menutup kemungkinan peternak di daerah Lembang meninggalkan usahaternak sapi perah dan beralih melakukan usaha lain yang membutuhkan modal sedikit dan tidak mempunyai biaya yang tinggi, walaupun memiliki daerah yang berpotensi dalam mendukung budidaya pertanian dan perkebunan termasuk usahaternak sapi perah. Permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini yaitu: 1. Berapa besarnya pendapatan yang diperoleh peternak anggota KPBSU Lembang dari usahaternak sapi perah yang dilakukan? 2. Berapa besarnya pendapatan rumah tangga peternak sapi perah anggota KPSBU Lembang? 3. Berapa persen kontribusi pendapatan dari usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak anggota KPSBU Lembang?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis besarnya pendapatan usahaternak sapi perah yang diperoleh peternak anggota KPBSU Lembang 2. Menganalisis besarnya pendapatan rumah tangga peternak sapi perah anggota KPSBU Lembang, dan 3. Menganalisis besarnya sumbangan (kontribusi) pendapatan dari usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak anggota KPSBU Lembang. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Masukan bagi peternak dalam pengembangan usahaternak sapi perah yang dijalankan 2. Masukan bagi pemerintah daerah setempat dalam pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan pengembangan peternakan di daerah Lembang Kabupaten Bandung 3. Bahan Informasi bagi peneliti-peneliti berikutnya
KERANGKA PEMIKIRAN Peternak sapi perah anggota KPSBU umumnya memiliki berbagai jenis usaha di luar peternakan sapi perah dalam mendukung kontinuitas pendapatan untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangganya, sehingga pendapatan rumah tangga terdiri dari pendapatan usaha pertanian (usahatani selain beternak, usahaternak sapi perah, dan usahaternak selain sapi perah) dan usaha non pertanian (buruh bangunan, guru, karyawan, ojeg, pegawai negeri sipil, wirausaha, dan buruh lepas). Berbagai usaha tersebut memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap pendapatan rumah tangga peternak. Kontribusi usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak dapat dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan. Pendapatan dari usahatani selain usahaternak sapi perah diperoleh dengan mengurangkan penerimaan total usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk usaha tersebut. Pendapatan dari usaha non pertanian dilakukan dengan mengurangkan penerimaan total dengan biaya yang dikeluarkan untuk usaha tersebut. Analisis pendapatan rumah tangga peternak dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan yang diperoleh dari berbagai jenis usaha (usaha pertanian dan non pertanian). Kontribusi usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga merupakan perbandingan antara tingkat pendapatan peternak dari usahaternak sapi perah dengan tingkat pendapatan rumah tangga dari keseluruhan aktivitas usaha yang dilakukan keluarga peternak. Gambar 1 adalah kerangka pemikiran yang disusun dalam bentuk bagan.
Rumah Tangga Peternak Sapi Perah
Pendapatan dari Berbagai Jenis Usaha
Usaha Non Pertanian
Usaha Pertanian
Usahaternak Sapi Perah
Usahatani selain Beternak, dan Usahaternak selain Sapi Perah
Pendapatan Rumah Tangga Peternak Sapi Perah
Kontribusi Usahaternak Sapi perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
buruh bangunan, guru, karyawan, ojeg, pegawai negeri sipil, wirausaha, dan buruh lepas
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Menurut
Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
No.940/kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Saragih (2000) membagi tipologi usaha peternakan rakyat menuju industri sebagai berikut : (1) usahaternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dengan pendapatan dari usahaternak kurang dari 30 persen; (2) usahaternak sebagai cabang usaha dalam pertanian campuran dengan tingkat pendapatan dari usahaternak sebesar 30-70 persen; (3) usahaternak sebagai usaha pokok dengan komoditi lain sebagai sampingan dan pendapatan dari usahaternak sebesar 70-100 persen; dan (4) industri peternakan yaitu usahaternak secara khusus dengan tingkat pendapatan dari usahaternak sebesar 100 persen. Berdasarkan hasil penilitian Pamei (1992), peternak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung menjadikan usahaternak sapi perah sebagai usaha sambilan di samping usaha pokoknya, yaitu bertani bunga dan sayur. Usahatani, khususnya usahaternak sapi perah dilakukan dengan pertimbangan kontinuitas pendapatan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Besarnya pendapatan rata-rata peternak per hari adalah Rp.3.320,127 atau Rp.1.287,132 per ekor sapi laktasi per hari. Hasil penelitian Effendi (2002) menunjukkan bahwa sebagian besar peternak di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor menjadikan usahaternak sapi perah sebagai usaha pokok dengan kontribusi pendapatan rata-rata sebesar 71,64 persen. Menurut Kay et al. (2004), manajemen usahatani atau usaha peternakan menyangkut keputusan yang mempengaruhi keuntungan dari bisnis usahatani atau usaha peternakan. Dalam sistem keuangan usaha tani atau usaha peternakan, ada tiga macam aktivitas bisnis yang harus dimasukkan. Pertama, aktivitas produksi. Transaksi keuangan untuk kegiatan produksi berhubungan dengan produksi tanaman dan ternak. Kedua, kegiatan investasi. Kegiatan ini berhubungan dengan pembelian,
penyusutan (depresiasi) dan penjualan kekayaan (asset) berusia lama, misalnya lahan, gedung, mesin dan pemeliharaan ternak. Ketiga, kegiatan pembiayaan, yaitu semua transaksi yang berhubungan dengan peminjaman uang dan pembayaran bunga serta segala macam utang pokok. Usahatani atau usaha peternakan mempunyai beberapa ciri khas yang mempengaruhi prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang digunakan. Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap keseluruhan proses produksi. Selain itu pembagian kerja dan tugas manajemen dalam usahatani dan usaha peternakan jarang dilakukan, kecuali untuk skala usaha besar (Kay et al., 2004). Petani markisa di Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Sumatera Barat banyak menanggung resiko kerugian, terutama jika terjadi kelebihan produksi pada saat panen besar, karena buah markisa mempunyai sifat mudah busuk (Ramdhani, 1998). Hal ini dialami pula oleh peternak sapi perah, karena susu sapi perah pun bersifat mudah busuk atau mudah rusak (Sudono, 1999). Bedasarkan hasil penelitian Pamei (1992), peternak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung selain bertindak sebagai pelaksana kegiatan-kegiatan usahatani, juga bertindak sebagai manajer yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan usahataninya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peternak adalah memerah susu (14,83%) dari waktu kerja total peternak per hari yang digunakan untuk beternak, memberi makan dan minum sapi (11,99%), memandikan sapi (3,64%), membersihkan kandang (8,64%), mencari dan menyabit rumput (38,00%), mengantar susu ke pos penampungan susu (18,14%), serta menyiapkan alat dan perlengkapan (6,28%). Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No.751/Kpts/Um/10/1982 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Susu dalam Negeri, usaha peternakan sapi perah adalah usaha peternakan sapi perah rakyat maupun perusahaan sapi perah. Usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha peternakan sapi perah yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi (dewasa) atau memiliki kurang dari 20
ekor sapi perah campuran, sedangkan perusahaan peternakan sapi perah adalah usaha peternakan sapi perah untuk tujuan komersil dengan produksi utama susu sapi, yang memiliki 10 ekor sapi laktasi (dewasa) atau lebih atau memiliki jumlah keseluruhan 20 ekor sapi perah campuran atau lebih (Pulungan dan Pambudy, 1993). Menurut Sudono (2002), usaha peternakan sapi perah memiliki keuntungankeuntungan dibanding dengan peternakan lainnya, yaitu: 1) merupakan suatu usaha yang tetap, artinya produksi susu dalam suatu peternakan sapi perah tidak banyak bervariasi dari tahun ke tahun (biasanya tidak lebih dari 2%), 2) sapi perah sangat efisien mengubah makanan ternak menjadi protein hewani dan kalori, 3) jaminan pendapatan yang tetap, 4) penggunaan tenaga kerja yang tetap, 5) sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian, misalnya jerami jagung, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas bir, ampas kecap, dan lain-lain, 6) kesuburan tanah dapat dipertahankan. Dibandingkan dengan ayam broiler, ayam petelur, babi, kalkun, sapi daging, dan biri-biri, sapi perah merupakan jenis ternak yang paling efisien mengubah makanan ternak menjadi protein hewani dan kalori dengan persentase efisien sebesar 33,6 persen protein dan 25,8 persen kalori, sedangkan ayam broiler sebesar 16,7 persen dan 5,8 persen, ayam petelur 15,6 persen dan 10,4 persen, babi 12,7 persen dan 4,6 persen, kalkun 12,3 persen dan 5,6 persen, sapi pedaging 8,5 persen dan 2,6 persen, serta biri-biri 5,4 persen dan 2,1 persen (Sudono, 2002). Berdasarkan penelitian Hidayat (2001), besarnya pendapatan setiap hari dari usahaternak sapi perah di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali masih lebih besar bila dibandingkan dengan upah buruh tani yang berlaku di daerah tersebut yaitu sebesar Rp.5000,00 setiap orang per hari. Produksi susu Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 751/kpts/Um/10/1982 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Susu dalam Negeri, produksi sapi perah yang utama adalah susu, disamping bibit sapi perah, daging maupun kandang (Pulungan dan Pambudy, 1993) Menurut Sudono (1999), pada umumnya keuntungan yang diperoleh peternak akan naik dengan naiknya produksi susu, walaupun kebutuhan pakan untuk sapi-sapi yang berproduksi tinggi akan bertambah.
Berdasarkan hasil penelitian Wiyono (1997), keuntungan peternak KPS Bogor dari penjualan susu murni adalah Rp.13,16 per liter dan dari susu pasteurisasi Rp.137,19 per liter. Total keuntungan yang diperoleh adalah Rp.213.587 per hari dengan peningkatan produksi susu sebesar 17,3 persen, maka keuntungan yang diperoleh meningkat menjadi Rp.251.641,56 per hari. Suhartini (2001) mengemukakan bahwa jumlah produksi susu suatu usaha peternakan sapi perah ditentukan oleh jumlah ternak sapi laktasi yang dimiliki. Usaha peternakan saat ini berjalan pada kondisi rata-rata kepemilikan sapi perah relatif kecil dan dibawah skala ekonomis. Hal ini antara lain disebabkan oleh masih mahalnya harga sapi perah, tidak dapat dipungkiri bahwa sapi perah merupakan input utama dalam produksi susu sapi disamping input lainnya seperti pakan dan tenaga kerja. Menurut
penelitian
Putra
(2002),
pendapatan
sebesar
Rp.607.454
disumbangkan oleh rata-rata 2,44 ekor sapi laktasi, artinya setiap ekor sapi laktasi memberikan keuntungan Rp.248.957 per bulan untuk skala usaha kecil sedangkan untuk skala usaha besar dapat memberikan keuntungan Rp.1.372.693 per 4.98 ekor sapi laktasi, artinya setiap satu ekor sapi laktasi dapat memberikan keuntungan sebesar Rp.275.641 per bulannya. Pakan Ternak Menurut Sudono (2002), salah satu faktor yang menentukan keberhasilan peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Sapi perah yang produksi susunya tinggi sekalipun, bila tidak mendapatkan makanan yang cukup baik kuantitas dan kualitasnya,
maka
tidak
akan
menghasilkan
susu
yang
sesuai
dengan
kemampuannya. Cara pemberian pakan yang salah dapat mengakibatkan penurunan produksi, gangguan kesehatan, bahkan dapat juga menyebabkan kematian. Bahan pakan sapi perah terbagi menjadi dua golongan yaitu bahan pakan berserat (hijauan) dan bahan pakan konsentrat untuk pemenuhan TDN (Total Digestible Nutrient), protein, energi, dan pakan tambahan seperti dedak padi dan ampas tahu. Cara untuk memperoleh ransum sapi perah yang murah dan koefisien cerna yang tinggi, digunakan makanan hijauan sebanyak-banyaknya, yaitu 60 persen dari bahan kering yang dibutuhkan terdiri dari hijauan, sedangkan sisanya berasal dari konsentrat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2001), jumlah rata-rata pakan hijauan ternak yang diberikan adalah 62 kg per hari atau 19,92 kg per ST (Satuan Ternak) per hari, konsentrat sebesar 8,54 kg per peternak per hari atau 2,71 kg per ST per hari, ubi kayu sebesar 9,78 kg per peternak per hari atau 3,14 kg per ST per hari, bekatul sebesar 2,6 kg per peternak per hari atau 0,84 kg per ST per hari dan ampas tahu sebesar satu kg per peternak per hari atau 0,32 kg per ST per hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penggunaan pakan ternak adalah (1) tipe ternak yang digunakan (2) kesukaan pakan (palatabilitas) dan (3) metode pengelolaan ternak (Williamson dan Payne, 1993). Berdasarkan penelitian Andri (1992), peternak sapi perah di Pengalengan Kabupaten Bandung mengalami penurunan pendapatan karena pemanfaatan konsentrat oleh ternak kurang efisien, disebabkan peternak memberikan konsentrat dalam jumlah yang sama antara sapi yang memiliki tingkat produksi susu yang berbeda. Tenaga kerja Tenaga kerja atau man power menurut Simanjuntak (1998) adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (Working Age Population). Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. UU No.25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun, sehingga tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Secara umum peternak di daerah Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali berkisar antara 25 sampai 65 tahun atau rata-rata sebesar 46,43 tahun (Hidayat, 2001) Menurut Soekartawi (2002), setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tidak perlu tenaga ahli (skilled). Waktu yang digunakan untuk memelihara satu satuan ternak sapi di Kecamatan Cisarua adalah sebesar 1,416 jam per hari (Pamei, 1992) Bedasarkan penelitian Effendi (2002), peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor menggunakan tenaga kerja keluarga (suami, istri dan
anak) juga menggunakan tenaga kerja keluarga lain (misalnya adik suami atau istri, keponakan), bahkan sebagian peternak memperkerjakan tenaga kerja upahan untuk mengerjakan pekerjaan berat, seperti mencari rumput. Waktu kerja produktif ratarata di Kecamatan Cisarua yang diperoleh yaitu 1,13 HKP atau 9,04 jam. Menurut penelitian Andri (1992), usaha peternakan sapi perah rakyat di Kecamatan Pecet yang tidak menggunakan tenaga kerja keluarga dan yang menggunakan tenaga luar keluarga memiliki R/C masing-masing 2,86 dan 1,95 serta pendapatan bersih atau keuntungan tunai masing-masing Rp.10.385.710 dan Rp.20.498.857 untuk satu masa produksi. Nilai pendapatan bersih untuk keduanya adalah Rp.10.385.710 untuk peternak sapi perah yang tidak menggunakan tenaga kerja keluarga atau sekitar Rp.865.475 setiap bulannya dan Rp.20.498.857 untuk peternak sapi perah yang menggunakan tenaga luar keluarga atau sekitar Rp.1.708.238 setiap bulannya. Modal Modal pertanian dapat berbentuk uang kartal, uang giral, atau dalam bentuk barang yang dipakai di dalam kegiatan produksi di bidang pertanian. Karena modal dalam bentuk uang dapat berfungsi sebagai pengukur, disamping sebagai alat pembayar dan alat penukar, maka dalam fungsinya yang pertama disebut seluruh aset perusahaan bila dikonversikan ke dalam kesatuan mata uang (Kadarsan,1995). Menurut Daniel (2004), dalam arti sehari-hari modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang, yaitu semua harta berupa uang, tabungan, tanah, rumah, mobil, dan lain sebagainya yang dimiliki. Menurut Von Bohm Bawerk dalam Daniel (2004), modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, sebagian kekayaan itu digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan yang sering disebut modal masyarakat atau modal sosial. Berdasarkan hasil penelitian Liyanti (2002), peternak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor menggunakan modal usahatani berupa lahan, ternak sapi perah, kandang, peralatan dan perlengkapan beternak (milk can, sabit, ember, selang dan lain-lain). Tenaga kerja yaitu peternak dan keluarganya merupakan modal manusiawi.
Analisis Pendapatan Usahaternak Analisis pendapatan memerlukan data penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenses) baik yang menyangkut tetap (fixed) maupun biaya operasi (operating expenses). Semuanya dalam perhitungan tunai (cash). Jumlah yang dijual (termasuk yang digunakan untuk keperluan sendiri) dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima, itulah yang disebut penerimaan. Bila penerimaan dikurangi dengan biaya produksi hasilnya dinamakan pendapatan (Hernanto, 1993). Analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan mengukur apakah kegiatan yang dilakukan berhasil atau tidak. Terdapat dua tujuan utama dari analisa pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Penerimaan Menurut Kay et al. (2004), penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama. Boediono (2002), menyatakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan output yang diterima produsen dan jumlah penerimaan dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut. Penerimaan-penerimaan usahatani mencakup banyak hal, yaitu tidak saja penerimaan yang diperoleh langsung dari penjualan produksi, tetapi juga termasuk penerimaan-penerimaan yang berasal dari hasil menyewakan dan atau penjualan benda-benda modal yang kelebihan atau tidak terpakai lagi, menyewakan tenaga ternak, dan penambahan nilai inventori. Penerimaan yang seringkali tidak diperhitungkan adalah penerimaan dalam bentuk fasilitas yang diterima petani dan keluarganya dari usahataninya sendiri (fasilitas menempati tempat tinggal, fasilitas menggunakan kendaraan, dan fasilitas menggunakan produksi usahatani untuk konsumsi) dan penerimaan dalam bentuk hadiah dan subsidi dari pemerintah (Hernanto, 1993). Effendi (2002) dalam penelitiannya menentukan penerimaan usahaternak sapi perah menjadi dua jenis, yaitu penerimaan tunai yang berasal dari penjualan susu, ternak sapi perah, dan kotoran (feces), sedangkan penerimaan tidak tunai berasal dari nilai susu yang dikonsumsi pedet dan keluarga peternak, serta perubahan nilai ternak. Penerimaan terbesar yang diperoleh peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua
berasal dari penjualan susu, yaitu sebesar Rp.39.816.356,25 per peternak per tahun atau sebesar Rp.3.318.029,69 per peternak per bulan dan dipengaruhi oleh jumlah produksi susu yang diterima masing-masing peternak dan jumlah pemilikan sapi laktasi atau sapi betina dewasa. Biaya Boediono (2002) menyatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubahubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Daniel (2004) menyatakan bahwa biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun secara tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, upah kerja untuk pemeliharaan ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida, dan lain-lain. Biaya tidak tunai terdiri dari biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajakpajak. Bedasarkan hasil penelitian Effendi (2002), biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak di Kecamatan Cisarua meliputi biaya pajak, listrik, transportasi, sewa lahan, penyusutan kandang, dan penyusutan milk can. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan peternak terdiri dari biaya pakan, obat-obatan, perlengkapan, tenaga kerja upahan, dan tenaga kerja keluarga. Hasil penelitian Pamei (1992), memperlihatkan bahwa jumlah rata-rata biaya produksi harian per peternak di Kecamatan Cisarua adalah Rp.8.043,073 atau Rp.3.116,262 per ekor sapi laktasi per hari meliputi biaya hijauan, konsentrat dan tenaga kerja, dengan rincian berturut-turut sebesar 18,83 persen untuk biaya hijauan, 62,27 persen untuk biaya konsentrat dan 18,90 persen untuk tenaga kerja. Penelitian Putra (2002), biaya makanan ternak yang dikeluarkan oleh peternak rata-rata sebesar Rp.412.050 per peternak per bulan untuk skala usaha kecil sedangkan untuk skala usaha besar sebesar Rp.775.210 per bulan, pendapatan
peternak untuk skala usaha kecil sebesar Rp.607.454 per bulan atau setara dengan Rp.20.249 per harinya, sedangkan untuk skala usaha besar sebesar Rp.1.372.693 per bulan atau setara dengan Rp.45.756 per harinya Pendapatan Indikator keberhasilan dari usahatani atau usahaternak dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani atau peternak dalam mengelola suatu usahatani atau usahaternak. Semakin besar pendapatan yang diterima petani atau peternak akan semakin besar pula tingkat keberhasilan usahatani maupun usahaternaknya. Pendapatan adalah ukuran perbedaan antara penerimaan dan pengeluaran pada periode tertentu, apabila perbedaan yang diperoleh adalah positif mengindikasikan
keuntungan
bersih
yang
diperoleh,
dan
apabila
negatif
mengindikasikan kerugian (Kay et al., 2004). Saputra (2000) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah luasan usahaternak, tingkat produksi dan tingkat koefisien penggunaan faktor produksi. Pendapatan dari usahaternak sapi perah selain dari susu juga tergantung pada produksi susu per ekor, biaya makanan, biaya tenaga kerja dan jumlah sapi laktasi. Sedangkan Effendi (2002) menunjukkan faktor yang mempengaruhi besarnya penerimaan usahaternak sapi perah adalah jumlah pemilikan sapi perah, banyak sedikitnya jenis dan jumlah produk sapi perah yang dijual, serta produktivitas ternak. Kay et al. (1994), menyatakan bahwa pada umumnya pendapatan bersih usahatani (net farm income) dapat dibedakan menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah pendapatan tunai usahatani yang merupakan selisih antara peneriman tunai total (total cash income) dengan biaya tunai total (total cash expenses). Pendapatan tunai ini masih perlu disesuaikan dengan beberapa pengeluaran non tunai seperti penyusutan dan perubahan inventaris. Selanjutnya yang dimaksud dengan kategori kedua adalah pendapatan bersih usahatani (net farm income) yang merupakan hasil penyesuaian (pengurangan) antara pendapatan tunai dan biaya-biaya non tunai. Pendapatan yang diperoleh petani dapat berasal dari usahatani maupun dari luar usahatani (Soekartawi, 2002). Hasil penelitian Effendi (2002) menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga yang diperoleh peternak sapi perah di Kecamatan Cisarua rata-rata dari
usahaternak non sapi perah sebesar Rp.7.466.950 per peternak per tahun atau Rp.622.245,83 per peternak per bulan dan pendapatan rata-rata dari non usahatani yang diperoleh peternak sebesar Rp.300.614,58 per peternak per bulan. Hasil dari penelitian Pamei (1992), besarnya pendapatan rata-rata peternak per hari adalah Rp.3.320,127 atau Rp. 1.287,132 per ekor sapi laktasi per hari. Kontribusi Usahaternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak Berdasarkan hasil penelitian Hidayat (2001), besarnya kontribusi pendapatan dari usahaternak sapi perah yang dilakukan di Kecamatan Cepogo berada antara 30 sampai 70 persen. Peternak pada pola I yang menjadikan usahaternak sapi perah sebagai usaha sambilan sebesar 57,14 persen, sebagai cabang usaha sebesar 35,71 persen, dan sebagai usaha pokok sebesar 7,15 persen. Pada pola II peternak yang menjadikan usahaternak sebagai usaha sambilan, cabang usaha dan usaha pokok masing-masing secara berurutan sebesar 33,33 persen, 44,45 persen, dan 22,22 persen. Sedangkan untuk pola III yang menjadikan usahaternak sebagai cabang usaha sebesar 66,67 persen dan sisanya sebesar 33,33 persen menjadikan usahaterna sebagai usaha pokok. Hasil penelitian Effendi (2002) menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan rumah tangga peternak di Kecamatan Cisarua sebesar 71,64 persen. Kontribusi usahaternak sapi perah terbesar diperoleh peternak di kelompok Tirta Kencana, yaitu 88,78 persen, karena pendapatan yang diperoleh dari usahaternak sapi perah sangat besar, sedangkan pendapatan dari usaha lain relatif kecil dan hanya sebagai tambahan penghasilan saja. Kontribusi paling kecil bagi peternak di kelompok Baru Sireum (66,60%) karena memiliki usaha-usaha lain yang cukup besar, sehingga kontribusi pendapatan dari usaha-usaha tersebut cukup besar.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa yang berada di Kecamatan Lembang dan merupakan Wilayah Kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung pada bulan Juli hingga September tahun 2007. Kecamatan Lembang ini ditetapkan karena memiliki populasi sapi perah terbanyak di tingkat Jawa Barat dan sebagian besar masyarakatnya melakukan usaha peternakan sapi perah. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini berjumlah 5.894 peternak yang tersebar di Kecamatan Lembang dan merupakan anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) yang masih aktif sebagai anggota. Metode pengambilan sampel menggunakan metode Cluster Random Sampling. Penentuan jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. n=
N 1 + Ne 2
(
)
Keterangan : n N e
= Jumlah sampel = Jumlah populasi = Taraf eror Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (taraf eror
6,5%) diperoleh jumlah sampel untuk dianalisis berjumlah 229 sampel. Sampel yang dianalisis terbagi ke dalam 20 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), 20 TPK tersebut dibagi kembali menjadi tiga wilayah kerja, yakni Wilayah Kerja Barat, Tengah dan Timur. Responden Wilayah Kerja Barat berjumlah 62 peternak tersebar pada TPK Manoko, Citespong, Pojok, Pasar Kemis, Barunagri, Pamecelan, Keramat dan Nagrak. Responden Wilayah Kerja Tengah berjumlah 99 peternak tersebar pada TPK Genteng, Pasir Ipis, Pencut, Bukanagara, Pagerwangi, Cibodas dan Suntenjaya. Responden Wilayah Kerja Timur berjumlah 68 peternak tersebar pada TPK Gunung Putri, Cilumber, Cibogo, Cikawari dan Cibedug. Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian survey yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan
mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, dan politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir, 1999) Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan diperoleh melalui wawancara dengan peternak yang terpilih menjadi responden dan juga dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun secara terstruktur dan dipersiapkan terlebih dahulu, untuk memperoleh gambaran tentang masukan, keluaran, serta besarnya kegiatan usaha peternakan sapi perah, kegiatan usaha ternak non sapi perah, kegiatan usaha tani, dan kegiatan diluar usaha tani dan usaha ternak. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan dari bahan tertulis atau pustaka yang dapat dipercaya dan berhubungan dengan penelitian berupa hasil penelitian, dan data-data pendukung lainnya yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan Kabupaten Bandung, Kantor Kecamatan Lembang, Kantor KPSBU Lembang dan literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung selama tiga bulan yaitu dari bulan Juli hingga September 2007. Data yang mendukung penelitian yang berasal dari dinas-dinas terkait dikumpulkan secara bersamaan sehingga mencukupi kebutuhan penelitian. Analisis Data
Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan objek penelitian secara lengkap. Analisis ini meliputi gambaran kondisi usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung, berupa deskripsi karakteristik peternak, tatalaksana usaha peternakan sapi perah, pendapatan peternak dari usahaternak sapi perah, pendapatan usahatani selain
usahaternak sapi perah, pendapatan usahaternak selain ternak sapi perah, pendapatan di luar usahatani, pendapatan rumah tangga peternak, dan kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak. Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah
Pendapatan usahaternak sapi perah merupakan hasil pengurangan dari penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahaternak sapi perah tersebut. Penerimaan yang diperoleh dari usahaternak sapi perah dibedakan atas peneriamaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan tunai meliputi nilai penjualan susu, ternak sapi perah dan hasil sampingan, sedangkan penerimaan tidak tunai meliputi nilai susu yang dikonsumsi oleh keluarga peternak serta perubahan nilai ternak. Biaya yang digunakan dalam usaha ternak sapi perah juga dibedakan atas biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tunai dibedakan lagi menjadi biaya tetap tunai dan biaya variabel tunai. Biaya tetap tunai meliputi biaya air, listrik (untuk usahaternak sapi perah), telepon (untuk usahaternak sapi perah), sewa dan pajak lahan, serta perawatan kandang, selanjutnya biaya variabel tunai meliputi biaya pakan (hijauan dan penguat), vaselin dan minyak tanah, perlengkapan dan tenaga kerja upahan. Biaya tidak tunai juga dibedakan menjadi biaya tetap tidak tunai dan biaya variabel tidak tunai. Biaya tetap tidak tunai meliputi biaya penyusutan (kandang, peralatan dan ternak), sedangkan biaya variabel tidak tunai adalah biaya tenaga kerja keluarga. Model analisis pendapatan yang akan digunakan dalam pengolahan data disajikan pada Tabel 1. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Peternak
Untuk mengetahui besarnya pendapatan rumah tangga peternak, dilakukan penjumlahan antara pendapatan dari usahaternak sapi perah, pendapatan usahatani selain usahaternak sapi perah, dan pendapatan di luar usahatani. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = X1 + X2 + X3
Keterangan : Y X1
= pendapatan rumah tangga peternak (Rp/peternak/tahun) = pendapatan usaha ternak sapi perah (Rp/peternak/tahun)
X2 X3
= pendapatan usahatani selain usahaternak sapi perah (Rp/keluarga/tahun) = pendapatan diluar usahatani (Rp/keluarga/tahun).
Perhitungan pendapatan dari sumber lain selain usahaternak sapi perah dilakukan sebagai berikut : 1. Pendapatan dari usahatani selain usahaternak sapi perah diperoleh dengan mengurangkan penerimaan total usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk selain usahaternak sapi perah tersebut, 2. Pendapatan dari luar usahatani, meliputi pendapatan dari usaha dagang, wiraswasta, buruh tani, pegawai negeri, dsb : a) Usaha dagang dan wiraswasta diperoleh dengan menilai besarnya pendapatan dalam sebulan sesuai dengan jawaban peternak. b) Buruh tani dihitung dari jumlah hari kerja dalam sebulan dikalikan dengan upah perhari atau berdasarkan upah per bulan yang diperoleh (jika upah yang diperoleh adalah upah bulanan), c) Pegawai negeri diperoleh dari pendapatan bersih yang dibawa pulang peternak sesuai dengan golongan kepegawaian atau jabatan yang bersangkutan. Analisis Kontribusi Pendapatan Usahaternak Sapi perah terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak
Kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : KP =
X x 100% Y
Keterangan : KP X Y
=kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak (%) = pendapatan bersih usahaternak sapi perah (Rp/peternak/tahun), dan = pendapatan rumah tangga peternak (Rp/peternak/tahun)
Tabel 1. Model Perhitungan Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Uraian
Tunai
Penerimaan Penjualan susu Penjualan ternak Penjualan produk sampingan Pembelian ternak Konsumsi keluarga peternak Perubahan nilai ternak Total (-) Biaya variable Pakan hijauan Pakan penguat Vaselin dan minyak tanah Perlengkapan Tenaga kerja upahan Tenaga kerja keluarga Total (-) Biaya tetap Air Listrik Telepon Sewa dan pajak Perawatan kandang Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Penyusutan ternak Total Pendapatan usahaternak
Wilayah Kerja Tidak tunai Inventaris
9 9 9 9 9 9
9
9 9
9 9 9 9 9 9
Total 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
9 9
9 9 9 9 9
9 9
9 9
9 9 9 9 9
9 9
Sumber : Soekartawi et al. (1986) Definisi Istilah
1. Rumah tangga peternak adalah seorang atau sekelompok orang yaitu peternak, istrinya, dan anak-anaknya yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan tinggal bersama serta makan dari satu dapur. 2. Pendapatan usahaternak sapi perah adalah selisih antara penerimaan usahaternak sapi perah dengan total pengeluaran (biaya variabel dan biaya tetap) selama satu tahun meliputi penerimaan dan biaya yang bersifat tunai maupun non tunai. 3. Pendapatan rumah tangga peternak sapi perah adalah penjumlahan pendapatan dari berbagai usaha yang dijalankan, seperti usahaternak sapi perah, usahatani selain beternak, usahaternak selain sapi perah, dan usaha non pertanian selama satu tahun.
4. Perubahan nilai ternak adalah selisih antara nilai ternak pada akhir tahun dengan nilai ternak pada awal tahun. 5. Penyusutan adalah penurunan nilai inventaris yang disebabkan oleh pemakaian selama tahun pembukuan, seperti penyusutan peralatan, kandang, dan ternak. 6. Usaha pokok adalah suatu usaha yang menghasilkan pendapatan lebih dari 70 persen dari pendapatan rumah tangga. 7. Cabang usaha adalah suatu usaha yang menghasilkan pendapatan lebih dari 30 persen hingga 70 persen dari pendapatan rumah tangga. 8. Usaha sambilan adalah suatu usaha yang menghasilkan pendapatan kurang dari atau sama dengan 30 persen dari pendapatan rumah tangga. 9. Biaya pakan hijauan merupakan biaya pembelian pakan hijauan ditambah dengan biaya tenaga kerja untuk mencari rumput serta ditambah biaya transportasi dan pembelian urea. 10. Perlengkapan merupakan input produksi yang digunakan sebagai alat bantu usaha dengan masa ekonomis penggunaannya antara satu bulan hingga satu tahun. 11. Peralatan merupakan input produksi yang digunakan sebagai alat bantu usaha dengan masa ekonomis penggunaannya lebih dari satu tahun. 12. Satuan Ternak adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Lembang Kondisi Geografis dan Administratif
Kecamatan Lembang merupakan salah satu dari 45 Kecamatan di Kabupaten Bandung yang berjarak 36,5 km dari Kabupaten Bandung dan merupakan salah satu kawasan yang sangat cocok dalam pengembangan sapi perah. Kecamatan Lembang berbatasan dengan Kabupaten Subang di sebelah Utara, sebelah Timur dengan Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, sebelah Selatan dengan Kota Bandung dan sebelah Barat dengan Kecamatan Parompong Kabupaten Bandung. Berdasarkan topografinya Kecamatan Lembang memiliki ketinggian tempat 1.200 - 1.257 m dpl. Temperaturnya berkisar antara 15,6-16,8 0C pada musim hujan dan 30,5-32,7 0C pada musim kemarau. Luas total wilayah Kecamatan Lembang 8.952,48 ha yang terdiri dari 16 Desa dan 43 Dusun. Keadaan lingkungan tersebut sangat sesuai untuk usaha peternakan sapi perah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1981) bahwa daerah sejuk dan kering yang sesuai untuk sapi perah adalah pegunungan berketinggian minimal 800 m diatas permukaan laut dan bersuhu 18,30C. Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang terbagi ke dalam enam kategori, yaitu lahan sawah yang meliputi sawah irigasi dan sawah tanah hujan, lahan kering yang meliputi pekarangan, bangunan, halaman, penggembalaan/padang rumput, tegal/ladang dan pemukiman, lahan basah yang meliputi tambak dan kolam/empang, lahan perkebunan yang meliputi perkebunan rakyat dan Negara, lahan fasilitas umum yang meliputi kas desa, lapangan dan perkantoran pemerintah, serta lahan hutan yang meliputi hutan lindung dan hutan produksi. Sebagian besar lahan di Kecamatan Lembang digunakan untuk lahan kering sebesar 3.499,95 ha atau sebesar 39,10 persen. Data penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Lembang (ha) Desa
Lahan Sawah
Lahan kering
Lahan basah
Lahan Perkebunan
Lahan fasilitas umum 10,00 12,42
Lahan hutan
Suka jaya 250,00 2,00 Cikahuripan 586,68 2,00 441,49 Gd Cikahuripan 789,00 225,74 2,50 127,50 5,15 14,39 Jaya giri 16,25 248,08 12,20 527,75 Wangun sari 241,54 0,25 38,00 99,49 Lembang 4,02 631,36 10,00 10,50 5,00 0,59 Pagerwangi 22,90 Kayu ambon 19,42 57,19 19,42 123,02 0,28 Cibogo 4,67 145,59 64,69 47,73 9,66 Cikidang 294,02 22,27 13,16 150,00 Langensari 16,28 27,00 107,22 38,05 16,78 Mekarwangi 319,32 4,50 200,00 Wangunharja 2,00 2,00 157,25 122,21 Cibodas 365,70 2,69 370,00 Suntenjaya 410,56 164,00 889,00 Cikole 215,00 200,00 15,00 Jumlah 1145,67 3.499,95 12,75 983,41 568,55 2.742,15 Sumber : Potensi Desa di Kecamatan Lembang, 2006 (data diolah)
Jumlah 262,00 1.042,59 1.164,28 804,28 379,28 661,47 22,90 219,33 272,34 479,45 205,33 523,82 283,46 738,39 1.463,56 430,00 8.952,48
Keadaan Demografi
Penduduk Kecamatan Lembang pada tahun 2006 berjumlah 109.297 jiwa yang terbagi ke dalam 25.238 kepala keluarga. Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Lembang sebagian besar tamat SD/Sederajat yakni sebesar 61,73 persen, sedangkan masyarakat yang tamat Strata Satu hanya 0,12 persen. Rincian tingkat pendidikan masyarakat Lembang tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Lembang Jumlah Tingkat Pendidikan orang Belum sekolah 12.425 Tidak Tamat SD 10.610 Tamat SD/Sederajat 67.467 Tamat SMP/ Sederajat 15.395 Tamat SMU/ Sederajat 2.841 Tamat Akademi/ Universitas 559 Jumlah 109.297
(%) 11,37 9,71 61,73 14,09 2,59 0,51 100
Sumber : Potensi Desa di Kecamatan Lembang, 2006 (data diolah)
Mata pencaharian masyarakat Lembang terbesar yaitu pada bidang pertanian sebanyak 7.567 orang dengan proporsi 20,68 persen, sedangkan yang bermata pencaharian dibidang peternakan sebanyak 3.668 orang dengan proporsi 10,02
persen. Sisanya bermata pencaharian sebagai buruh tani, pegawai negeri, TNI/POLRI, buruh, pensiunan, pedagang, dan pegawai swasta. Pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan Lembang adalah Rp. 850.678,00 per bulan. Klasifikasi penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Penduduk Kecamatan Lembang Berdasarkan Mata Pencaharian Jumlah Mata pencaharian orang (%) Pertanian 7.567 20,68 Buruh tani 1.137 3,11 Peternakan 3.668 10,02 Pegawai Negeri 2.243 6,13 TNI/POLRI 1.674 4,57 Buruh 6.432 17,57 Pensiunan 1.054 2,88 Pedagang 6.336 17,31 Pegawai Swasta 3.276 8,95 Profesi lain-lain 3.211 8,77 Jumlah 36.598 100 Sumber : Rencana Kerja Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Tahun 2008
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)
Sekitar satu abad yang lalu, peternakan sapi perah di Lembang mulai diperkenalkan oleh Bangsa Belanda, seiring dengan berjalannnya waktu, banyak bangsa pribumi yang mulanya sebagai pekerja mulai memelihara sapi perah sendiri dan pada akhirnya berkembanglah di seluruh Lembang. Jumlah peternak yang semakin banyak mendorong adanya kebutuhan untuk memasarkan produk susu yang dihasilkan. Pada tanggal 8 Agustus 1971, berdirilah sebuah koperasi susu dengan diprakarsai oleh 35 orang peternak, hal ini didorong oleh keinginan untuk memperkuat posisi tawar peternak sapi perah di Lembang akibat harga susu yang diterapkan oleh loper-loper susu dan swasta seringkali tidak memuaskan. Selanjutnya koperasi susu itu dinamakan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara yang saat ini lebih dikenal dengan singkatan KPSBU. Jumlah anggota KPSBU tersebar ke dalam 21 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), pada tahun 2006 keanggotaan mencapai 6.163 orang dengan anggota laki-laki berjumlah 5.189 orang dan perempuan berjumlah 974 orang, serta populasi sapi mencapai 15.947 ekor.
KPSBU memiliki pengaruh penting sebagai salah satu pelaku dalam arena gerakan koperasi nasional. Selain itu KPSBU terus berupaya mencapai tujuan menjadi model koperasi dalam mensejahterakan anggota dengan membangun manajemen koperasi yang berbasis pada hasil dan berorientasi pada kebutuhan anggota. Sistem manajemen yang telah diterapkan oleh KPSBU antara lain penilaian prestasi kerja untuk karyawan yang dapat memotivasi karyawannya menjadi giat bekerja, penyusunan dan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) manajemen, pemberian pendidikan wajib mengenai dasar-dasar koperasi bagi anggotanya dan dukungan terhadap transparansi serta demokrasi anggota dengan sistem satu anggota satu suara pada pemilihaan pengurus dan pengawas. Selama perkembangannya, KPSBU selalu memfokuskan daya usaha untuk melaksanakan peran dan fungsi bagi kepentingan komunitasnya, dalam hal pelayanan, kelangsungan proses produksi, pendidikan anggota, kesejahteraan anggota, dan beasiswa. Pelayanan yang dilakukan oleh KPSBU terhadap anggotanya meliputi pelayanan peternakan yang dimulai sejak praproduksi susu ternak sapi perah dan pelayanan keuangan. Pelayanan yang dimulai sejak praproduksi antara lain pelayanan pemeliharaan kesehatan hewan yaitu dengan pemberian obat cacing secara rutin setiap enam bulan sekali, pelayanan Inseminasi Buatan (IB),
pelayanan
perkembangan populasi dengan adanya program sapi bergulir mandiri, dan pelayanan makanan ternak. Pelayanan keuangan adalah melalui perkreditan sapi bergulir yang berasal dari Menegkop dan UKM, serta program simpan pinjam tanpa bunga dan biaya administrasi. Kegiatan usaha dan bisnis di KPSBU yaitu produksi susu, pemasaran susu, pertokoan (Waserda), dan pembibitan sapi. Usaha-usaha untuk mengembangkan koperasi ini pun terus berlanjut sampai sekarang dengan terjalinnya beberapa kerjasama baik dalam bentuk pemberian pelatihan untuk sumber daya manusia baik karyawan maupun anggota-anggota KPSBU, serta penyediaan alat-alat pendukung dengan pihak asing seperti HVA International Belanda dan Canadian Cooperative Association (CCA).
KPSBU dalam pertumbuhannya mempunyai visi “Menjadi
koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan Anggota” dan misi “Mensejahterakan anggota melalui layanan prima dalam industri persusuan dengan manajemen yang berkomitmen dan meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi
melalui pendidikan, pemberdayaan SDM dan kemitraan strategis”. Visi dan misi ini didukung oleh nilai-nilai yang diterapkan didalamnya yaitu inovatif, dinamis, berorientasi pada kualitas, keterbukaan, keadilan, demokratis dan mandiri, selain itu didukung pula dengan perumusan slogan KPSBU “Murni Koperasinya, Murni Susunya”. Keberhasilan KPSBU dapat terukur dengan diberikannya penghargaan
Indonesia Cooperative Award dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan Majalah SWA pada tahun 2006. Struktur organisasi KPSBU terdiri dari pengurus dan badan pengawas. Pengurus bertugas mengelola koperasi yang dibantu oleh para karyawan, sedangkan badan pengawas bertugas mengawasi pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. Rapat Anggota Tahunan (RAT) memegang kekuasaan tertinggi dalam struktur organisasi koperasi. Pelaksanaan operasional KPSBU mendapat binaan dari Departemen Koperasi dan Dinas Peternakan Tingkat Kabupaten atau Propinsi. RAT dilaksanakan setahun sekali yang berisi laporan pertanggungjawaban pengurus dalam melaksanakan tugasnya, menetapkan kebijakan umum dan membuat rencana kerja. Keadaan Umum Usaha Peternakan Sapi Perah
Kecamatan Lembang merupakan salah satu daerah yang potensial dalam usahaternak sapi perah karena memiliki lingkungan yang mendukung dari segi banyaknya masyarakat yang beternak sapi perah, berdasarkan data pada Tabel 4 dan Tabel 5, jumlah sapi perah yang dimiliki per rumah tangga peternak (RTP) adalah empat hingga lima ekor sapi perah. Pemasaran produk hasil ternak sapi perah seperti susu menjadi hal yang mudah karena di Kecamatan Lembang juga terdapat koperasi peternak sapi perah. Koperasi tersebut memberi pelayanan dan pembinaan untuk keberlangsungan usahaternak sapi perah melalui program-program yang direncanakan. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Bandung pada bulan Juni tahun 2007, dari 45 kecamatan di Kabupaten Bandung terdapat 22 Kecamatan yang memiliki ternak sapi perah. Kecamatan Lembang memiliki populasi ternak sapi perah terbesar yaitu berjumlah 16.275 ekor yang terdiri dari 1.627 ekor jantan dan 14.648 ekor betina. Populasi ini mengalami peningkatan dari tahun 2006 sebesar 499 ekor. Data populasi sapi perah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Populasi Ternak Sapi Perah di Kabupaten Bandung pada Tahun 2007 Sapi Perah (Ekor) No Kecamatan Jantan Betina Jumlah 1 Ciwidey 45 470 515 2 Rancabali 182 383 565 3 Pasir Jambu 415 3442 3857 4 Pangalengan 865 10201 11066 5 Kertasari 374 3650 4024 6 Pacet 3 27 30 7 Paseh 2 26 28 8 Nagreg 1 3 4 9 Solokan Jeruk 19 0 19 10 Ciparay 7 39 46 11 Arjasari 126 1353 1479 12 Gunung Halu 14 34 48 13 Batu Jajar 24 0 24 14 Cileunyi 8 80 88 15 Cilengkrang 170 2040 2210 16 Cimenyan 5 9 14 17 Lembang 1.627 14.648 16.275 18 Parongpong 616 4.520 5.136 19 Cisarua 1.054 5.229 6.283 20 Ngamprah 0 84 84 21 Cikalongwetan 14 93 107 22 Cangkuang 23 104 127 Jumlah 5.594 46.435 52.029 Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bandung 2007
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini berjumlah 229 orang dan terbagi ke dalam 20 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), 20 TPK tersebut dibagi kembali menjadi tiga wilayah kerja, yakni Wilayah Kerja Barat, Tengah dan Timur. Responden Wilayah Kerja Barat berjumlah 62 peternak dan tersebar pada TPK Manoko, Citespong, Pojok, Pasar Kemis, Barunagri, Pamecelan, Keramat dan Nagrak. Responden Wilayah Kerja Tengah berjumlah 99 peternak dan tersebar pada TPK Genteng, Pasir Ipis, Pencut, Bukanagara, Pagerwangi, Cibodas dan Suntenjaya. Responden Wilayah Kerja Timur berjumlah 68 peternak dan tersebar pada TPK Gunung Putri, Cilumber, Cibogo, Cikawari dan Cibedug. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi beternak dan kendala dalam beternak. Umur Peternak Sapi Perah
Sebagian besar umur responden berada pada kisaran 18 hingga 55 tahun sebanyak 207 orang dengan rata-rata berumur 41±11 tahun (Tabel 6). Hal tersebut berarti bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif. Tabel 6. Karakteristik Responden Menurut Umur Wilayah Kerja (orang) Umur (Tahun) Barat Tengah Timur 18-55 56 86 65 56-80 6 13 3
Jumlah (orang) (%) 207 90,39 22 9,61
Tingkat Pendidikan Formal Peternak Sapi Perah
Pada umumnya tingkat pendidikan formal responden di daerah penelitian tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat yakni sebesar 72,05 persen. Responden dengan tingkat pendidikan hingga Diploma dan Perguruan Tinggi (PT) masing-masing hanya mencapai 0,44 persen, dan itu pun terdapat pada Wilayah Kerja Barat, sedangkan responden yang tidak bersekolah sebesar 0,44 persen dan hanya berada pada Wilayah Kerja Tengah. Tingkat pendidikan formal responden tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Formal Responden Wilayah Kerja Barat Tengah Timur Jumlah (orang) (%)
1 1
Tidak Tamat SD 11 6 7 24
Pendidikan (Orang) Tidak Tamat Tamat Tamat SD SMP SMP 37 1 9 71 10 57 3 165 1 22
0,44
10,48
72,05
Tidak Sekolah
0,44
Tamat SMA
Diploma
2 11 1 14
1 1
1 1
6,11
0,44
0,44
9,60
PT
Pengalaman Beternak Sapi Perah
Sebagian besar tingkat pengalaman beternak sapi perah dari responden berkisar antara satu sampai 16 tahun yakni berjumlah 161 orang. Rata-rata total responden memiliki pengalaman beternak selama 13,29 ± 7,90 tahun (Tabel 8). Tabel 8. Pengalaman Responden Pengalaman Wilayah Kerja Beternak (Tahun) Barat Tengah Timur 1 s/d 16 36 73 52 17 s/d 32 24 24 14 33 s/d 48 2 2 2
Jumlah (Orang) (%) 161 70,31 62 27,07 6 2,62
Alasan Beternak Sapi Perah
Alasan responden dalam beternak sapi perah secara umum adalah sebagai usaha kebutuhan utama keluarga yaitu sebesar 88,65 persen. Alasan responden beternak sapi perah karena tidak ada alternatif pekerjaan lain adalah yang paling kecil yaitu 0,87 persen (Tabel 9). Sebagian besar responden merasakan bahwa usahaternak sapi perah memberikan jaminan pendapatan secara berkelanjutan, yakni melalui penjualan susu yang diproduksi oleh sapi perah setiap harinya. Tabel 9. Alasan Beternak Sapi Perah Wilayah Kerja (orang) Alasan Barat Tengah Timur Kebutuhan Utama Keluarga 59 85 59 Tambahan Pendapatan 2 3 1 Tidak ada Pekerjaan Lain 2 Hobi 1 9 8
Jumlah Orang (%) 203 88,65 6 2,62 2 0,87 18 7,86
Kendala Beternak Sapi Perah
Kendala yang dirasakan oleh sebagian besar responden dalam beternak sapi perah adalah sulitnya memperoleh pakan hijauan untuk pakan ternak yaitu sebesar 72,05 persen (Tabel 10). Hal ini terjadi terutama pada musim kemarau, hijauan sulit untuk tumbuh tinggi seperti pada musim penghujan, selain itu keadaan ini didukung pula dengan semakin berkurangnya lahan untuk ditanami hijauan terutama rumput untuk pakan ternak sapi perah. Penyakit yang dapat menyerang sapi perah dan sumber modal untuk usaha tidak dijadikan sebagai kendala yang menghambat usahaternak, terlihat dengan 2,18 persen responden saja yang menyatakan hal tersebut sebagai kendala. Hal ini karena responden mendapat jaminan untuk kesehatan ternak dari KPSBU melalui pelayanan kesehatan yang dilakukan secara teRp.adu, selain itu usaha yang dijalankan secara turun temurun menyebabkan peternak merasa tidak kesulitan dalam memperoleh sumber modal. Tabel 10. Kendala Beternak Sapi Perah Wilayah Kerja (Orang) Kendala Barat Tengah Timur Pakan sulit didapat 34 76 55 Penyakit 5 Obat sulit didapat 13 15 5 Modal usaha kurang 3 1 1 Air sulit di dapat 12 7 2
Jumlah Orang (%) 165 72,05 5 2,18 33 14,42 5 2,18 21 9,17
Sumber Pendapatan Responden
Sumber pendapatan responden berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian. Usaha-usaha yang dilakukan pada sektor pertanian meliputi usahaternak sapi perah, usahaternak selain sapi perah (kelinci, ayam, domba dan kuda), dan usahatani selain beternak seperti sayur (tomat, cabe, kol, burkoli, burkol, jagung), tanaman hias dan buruh tani. Usaha-usaha yang dilakukan responden di luar sektor pertanian meliputi buruh bangunan, guru, karyawan, ojeg, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan wiraswasta (berjualan batu bata, warung, sablon, rumah sewa dan konveksi). Sebagian besar responden melakukan usahaternak sapi perah tanpa kombinasi usaha lainnya yakni sebesar 59,39 persen, terutama responden pada Wilayah Kerja Tengah. Hal ini karena usahaternak sapi perah dirasa telah memberikan jaminan
pendapatan setiap harinya bagi responden. Kombinasi usaha yang dilakukan oleh responden merupakan usaha sambilan dengan tujuan untuk konsumsi rumah tangga, khususnya komoditi hasil usahatani selain beternak seperti tanaman sayur (tomat, cabe, kol, burkoli, burkol dan jagung), selain itu kombinasi yang dilakukan juga untuk menambah penghasilan agar dapat menghidupi keluarga dengan layak. Kombinasi usaha yang umum dilakukan oleh responden adalah usahaternak sapi perah dengan usahatani selain sapi perah meliputi usahatani selain beternak dan usahaternak selain sapi perah (25,76%) dan usahaternak sapi perah dengan usaha non pertanian (12,23%). Kombinasi usaha selain yang telah disebutkan merupakan kombinasi yang dilakukan oleh sebagian kecil responden (2,62%). Tatalaksana Usahaternak Sapi Perah Kepemilikan Ternak Sapi Perah
Umumnya jenis ternak sapi perah yang dipelihara oleh responden adalah FH (Fries Holland). Ternak sapi yang dimiliki oleh responden terdiri dari enam kategori yaitu Pedet Jantan (PJ), Pedet Betina (PB), Dara (D), Sapi Laktasi (SL), Sapi Kering (SK), dan Sapi Jantan Dewasa (JD). Pada penelitian ini semua ternak sapi disetarakan ke dalam Satuan Ternak (ST), dimana satu ST setara dengan satu ekor sapi dewasa atau dua ekor sapi dara atau empat ekor pedet. Secara umum kepemilikan sapi perah mengalami penurunan sebesar 0,28 ST. Hal tersebut terjadi karena semakin meningkatnya kebutuhan hidup rumah tangga peternak dan semakin sulitnya pakan hijauan yang diperoleh, sehingga keputusan untuk menjual sapi perah yang dimiliki merupakan salah satu hal terbaik bagi peternak. Rata-rata pemilikan ternak sapi perah dan produksi susu sapi perah di setiap responden tertera pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-Rata Pemilikan Sapi Perah dan Produksi Susu Wilayah Kerja Barat Tengah Timur Rata-rata
Pemilikan sapi perah tahun 2006 (ST/peternak) 4,51 4,49 4,52 4,51
Pemilikan sapi perah tahun 2007 (ST/peternak) 4,20 4,07 4,43 4,23
Pemilikan sapi laktasi Tahun 2006 (ST/peternak) 3,94 3,66 3,85 3,82
Pemilikan sapi laktasi Tahun 2007 (ST/peternak) 3,32 3,05 3,53 3,30
Produksi susu (l/ekor/hari) 15,59 13,93 15,02 14,85
Saat ini sapi laktasi yang dimiliki responden rata-rata 3,30 ST dengan produksi susu rata-rata 14,85 liter per ekor per hari. Jumlah sapi laktasi ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 0,52 ST. Produktivitas tertinggi terdapat pada Wilayah Kerja Barat (15,59 liter per ekor per hari) dan produktivitas terendah terdapat pada Wilayah Kerja Tengah (13,93 liter per ekor per hari). Tingkat produktivitas ini tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Tabel 12 memperlihatkan rata-rata produksi susu sapi perah di beberapa daerah di Indonesia. Tabel 12. Rataan Produksi Susu Pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di Beberapa Daerah di Indonesia Rataan Produksi Susu Sumber Daerah (liter/ekor/hari) Cepogo, Boyolali 7,07 Hidayat, 2001 Cisarua, Bogor 13,72 Effendi, 2002 Cisarua, Bandung 13,76 Pamei, 1992 Pengalengan 14,73 Kuntara, 1994 Produksi susu sapi perah yang dimiliki responden ini lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah yang dinyatakan oleh Sudono (1999), bahwa produksi susu sapi FH di Indonesia rata-rata mencapai 10 liter per ekor per hari. Produksi susu yang cukup tinggi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi lingkungan seperti iklim dan suhu yang mendukung, kualitas sapi yang bagus, manajemen pemeliharaan yang baik, dan mutu genetik bibit yang baik. Calving
Interval juga termasuk faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi sapi. Calving Interval sapi perah responden pada penelitian ini rata-rata 13 bulan, Calving Interval yang optimal menurut Sudono (2002) yaitu maksimal 13 bulan. Perkandangan
Kandang memiliki arti yang sangat penting dalam usahaternak sapi perah. Kandang berfungsi sebagai tempat untuk melindungi sapi perah agar sapi tersebut merasa nyaman dan dapat berproduksi dengan baik. Selain itu kandang juga berfungsi untuk memudahkan peternak dalam pemberian pakan dan pengawasan kesehatan ternak. Tipe kandang yang digunakan oleh seluruh responden merupakan kandang permanen. Bahan atap yang digunakan bermacam-macam, yaitu genteng (84,72%),
seng (0,87%), asbes (4,80%), gabungan antara genteng dan seng (4,37%) serta gabungan antara genteng dan asbes (5,24%). Dinding kandang sapi perah seluruh responden terbuat dari tembok yang dibangun setinggi 1-1,5 meter, jarak dari tembok hingga atap menggunakan kayu dengan tinggi berkisar antara 2–2,5 meter. Lantai kandang yang digunakan responden bermacam-macam yaitu lantai semen (39,74%), kayu (2,62%), kombinasi semen dengan karet (39,74%), kombinasi semen dengan kayu (13,97%), kombinasi semen, karet dan kayu (3,06%), dan kombinasi karet dengan kayu (0,87%). Sebagian besar responden membuat tempat makan dan minum masing-masing untuk satu ekor. Seluruh responden membangun kandang terpisah dari rumah, rata-rata berjarak 52,07 meter. Kandang yang terpisah dari rumah lebih menyehatkan peternak dan masyarakat sekitarnya, karena bau tidak sedap yang berasal dari kotoran sapi perah tidak akan langsung tercium ke dalam rumah. luas kandang total yang dimiliki oleh peternak rata-rata 31,45 m2 atau 7,43 m2/ST. Tabel 13 menyajikan rata-rata jarak kandang dengan rumah peternak, luasan kandang dan lama penggunaan kandang pada masing-masing wilayah kerja. Tabel 13. Rata-Rata Jarak, Luas Kandang dan Lama Penggunaan Kandang Sapi Perah Lama Jarak Kandang Luas Kandang (m2) Wilayah Kerja Penggunaan dengan Rumah (m) Kandang (tahun) Barat 50,69 128,94 12,61 Tengah 40,62 75,40 8,56 Timur 64,91 71,45 10,72 Rata-rata 52,07 31,45 10,63 Ukuran kandang per satu ekor sapi dewasa rata-rata panjang 1,80 m, lebar 2,5 m, dan tinggi antara 2,5-3 m, namun biasanya peternak menyatukan dua ekor sapi dalam satu blok yaitu dengan ukuran rata-rata panjang 3,5 m, lebar 2,5 m, sedangkan untuk pedet, luas kandangnya adalah setengah dari ukuran kandang sapi dewasa. Lama pemakaian kandang rata-rata 10,63±6,49 tahun. Kebersihan kandang merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan peternak, karena kandang yang bersih akan membuat sapi perah merasa nyaman berada dalam kandang, selain itu kebersihan akan berpengaruh pula pada kualitas susu yang dihasilkan setiap harinya terutama kandungan bakteri yang merupakan
salah satu patokan koperasi dalam menentukan harga susu kepada peternak. Secara umum responden membersihkan kandang dua kali dalam satu hari yang dilakukan sebelum pemerahan susu, sedangkan membersihkan kotoran dilakukan setiap saat yaitu dengan mengalirkannya ke dalam saluran air (parit) atau dikumpulkan pada tempat khusus yang dengan sengaja dibuat oleh peternak dan letaknya tidak jauh dari kandang. Perlengkapan dan Peralatan
Peralatan merupakan input produksi yang digunakan sebagai alat bantu usaha dan penggunaanya lebih dari satu tahun, sedangkan perlengkapan merupakan alat bantu usaha yang masa pemakaiannya kurang dari atau sama dengan satu tahun. Peralatan yang banyak digunakan peternak diantaranya cangkul, sekop, garpu kayu,
milkcan, selang, timbangan, gerobak, gentong plastik, sedangkan perlengkapan terdiri dari ember perah, ember makan, sabit, golok, pikulan, sikat, dan sapu lidi. Umur ekonomis peralatan berkisar antara 2-10 tahun, sedangkan umur ekonomis perlengkapan berkisar antara 1 bulan-1 tahun. Pemeliharaan Ternak
Pemeliharaan sapi perah yang dilakukan responden pada umumnya masih secara sederhana dan pengelolaannya dilakukan sendiri oleh keluarga peternak. Beberapa peternak menggunakan tenaga kerja upahan (tenaga kerja luar keluarga) untuk melakukan pekerjaan berat dan memakan waktu lama, misalnya mencari rumput. Ternak yang dipelihara selalu berada dalam kandang baik siang maupun malam. Responden jarang sekali mengeluarkan sapi perah dari kandangnya. Air minum untuk ternak selalu tersedia di kandang yang bersumber dari sumur atau air pegunungan yang sengaja dialirkan melalui selang, sehingga peternak tidak memberikan air minum setiap waktu (ad libitum). Kegiatan memandikan sapi dilakukan pada saat persiapan kegiatan pemerahan. Hal ini dilakukan agar air susu yang diperah higienis serta terhindar dari kotoran dan bibit penyakit yang dapat menurunkan kualitas air susu. Lama memandikan sapi perah rata-rata 1,032 jam dan tergantung dari jumlah sapi yang dimandikan.
Penanganan Penyakit dan Reproduksi
Penyakit yang sering menyerang ternak sapi perah di Lembang adalah diare, kembung, dan kaki bengkak. Mastitis dan Brucellosis merupakan jenis penyakit yang terkadang menyerang ternak, namun frekuensinya jarang karena jika terdapat gejala maka peternak segera melaporkan kepada mantri yang sudah disediakan oleh KPSBU. Sebagian besar peternak menanggulangi penyakit yang menyerang ternaknya dengan melaporkan kepada mantri (78,17%) dan sebagian lagi menanggulanginya dengan menggunakan obat tradisional (21,83%). Pelayanan kesehatan hewan di KPSBU tidak pernah dipungut biaya sedikit pun. Setiap tahun koperasi selalu menyediakan dana khusus untuk bagian kesehatan hewan dalam memberikan pelayanannya kepada peternak-peternak anggota koperasi. Reproduksi ternak dilakukan dengan kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) yang dilakukan oleh mantri hewan. IB ini tidak dipungut biaya sehingga jika peternak sudah mendapati sapinya menunjukkan gejala-gejala birahi, maka peternak langsung melaporkannya kepada mantri yang bertugas di masing-masing TPK. Pemberian Pakan
Pakan sangat mempengaruhi jumlah produksi susu yang dihasilkan. Oleh karena itu peternak berusaha untuk memberikan pakan secara baik, agar produksi susu yang dihasilkan juga baik. Pada umumnya pakan yang diberikan kepada ternak terdiri dari pakan hijauan yang mengandung serat kasar tinggi dan pakan tambahan yang mengandung serat kasar yang rendah untuk memenuhi kebutuhan protein, energi, dan mineral. Pakan hijauan yang diberikan oleh peternak adalah rumput lapang, rumput gajah (Pennisetum purpureum), daun lamtoro, daun pisang, daun burkol, dan terkadang peternak memberikan batang pisang atau jerami terutama jika terjadi musim kemarau. Pakan hijauan ini biasa didapat oleh peternak dari kebun rumput sendiri, namun jika musim kemarau terkadang peternak harus membeli ataupun mencari ke luar kecamatan Lembang seperti ke daerah Subang. Pakan penguat yang diberikan oleh peternak adalah konsentrat, ampas tahu, dan ampas singkong (onggok). Pemberian pakan hijauan biasa dilakukan oleh peternak tiga kali yaitu ketika pemerahan pagi dan sore serta siang hari. Pemberian hijauan dilakukan setelah pemberian pakan penguat. Pakan penguat diberikan dua kali yaitu pada pagi dan sore hari. Pada pagi hari diberikan setelah pemerahan
sedangkan pada sore hari diberikan sebelum pemerahan. Pakan konsentrat diperoleh peternak dari koperasi. Pada saat penelitian berlangsung sempat terjadi kenaikan harga konsentrat yaitu dari Rp.825,00/Kg menjadi Rp. 975,00/Kg atau sebesar 18,18 persen. Kondisi tersebut membuat peternak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi pemberian konsentrat dan menambah pemberian ampas tahu atau onggok. Jumlah rata-rata pemberian pakan hijauan yang diberikan oleh peternak adalah 49,10 kg per ST per hari, konsentrat 8,79 kg per ST per hari, ampas tahu 3,94 kg per ST per hari, dan ampas singkong (onggok) 3,36 kg per ST per hari. Berdasarkan persentase bahan kering pada pakan yang diberikan, maka perbandingan jumlah hijauan dengan penguat yang diberikan rata-rata 59,02 : 40,98. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan belum sesuai dengan standar yang dianjurkan, yaitu 60 persen hijauan dan 40 persen penguat. Rata-rata dan perbandingan pemberian pakan per wilayah kerja ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-Rata Pemberian Pakan Wilayah Kerja Barat Tengah Timur Rata-rata
Hijauan (kg/ST/hari) 40,07 52,55 54,69 49,10
Pakan Konsentrat Ampas Tahu (kg/ST/hari) (kg/ST/hari) 8,69 8,81 8,86 8,79
8,73 0,37 2,72 3,94
Onggok (kg/ST/hari) 4,45 4,46 1,16 3,36
Perbandingan Pakan Hijauan dan Penguat (%) 51,66:48,34 62,37:37,63 63,02:36,98 59,02:40,98
Pemerahan dan Pemasaran Susu
Pada umumnya pemerahan yang dilakukan oleh responden sebanyak dua kali dalam satu hari yaitu pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan karena pihak koperasi mengumpulkan susu dari peternak dua kali dalam satu hari. Pada pagi hari peternak akan menyetorkan susu sapinya ke tempat penampungan susu pukul 05.00-06.30 WIB, dan pada sore hari pukul 14.30-17.30 WIB. Perbedaan waktu pengambilan susu dari peternak tergantung letak penampungan susu dengan koperasi. Susu yang pertama diangkut adalah susu dari tempat penampungan yang paling jauh menuju tempat penampungan yang terdekat kemudian semua susu di pusatkan di koperasi. Setiap TPK memiliki beberapa Tempat Penampungan Susu (TPS) yang
dikelompokkan berdasarkan letak tempat tinggal peternak. Rata-rata jarak perah pagi dan sore hari adalah 10 jam hingga 11 jam. Peternak anggota KPSBU melakukan pemerahan dengan cara manual, karena rata-rata kepemilikan sapi laktasi 3,30 ST per peternak. Sebelum pemerahan dilakukan, umumnya peternak membersihkan kandang terlebih dahulu, kemudian membersihkan ambing dengan menggunakan lap dan air hangat. Kegunaan membersihkan dengan air hangat yaitu untuk meminimalkan kuman-kuman yang dapat merusak kualitas susu dan berdampak pada rendahnya harga susu yang diperoleh peternak tiap liternya. Pemerahan dilakukan hingga air susu di dalam ambing benar-benar habis, hal ini untuk mencegah penyakit mastitis pada sapi perah. Susu sapi yang diproduksi disetorkan kepada koperasi, yang selanjutnya oleh koperasi dipasarkan kepada Industri Pengolahan Susu (IPS) yang sudah melakukan hubungan kerjasama. Penetapan harga susu oleh koperasi kepada peternak bervariasi tergantung kualitas dari susu sapi yang disetorkan, harga susu yang ditetapkan IPS berkisar antara Rp.2.600 – RP.3.000 per liter. Kualitas susu sapi ditentukan oleh kadar Total Solid (TS), jumlah kuman, dan keadaan titik beku yang terdapat dalam air susu. Batasan Total Solid yang masih dapat ditolerir adalah 10,86-12,00. Jika TS pada susu yang dihasilkan kurang dari 10,86 maka peternak akan mendapatkan denda, sebaliknya jika TS berada pada kisaran 10,86-12,00 peternak akan mendapatkan bonus yang sesuai dengan kadar TS susu yang disetorkan. Berdasarkan jumlah kandungan kuman, koperasi membagi peternak ke dalam empat kelompok yaitu kelompok B1, B2, M, dan P. Jika peternak berada pada kelompok B1 atau B2 akan mendapatkan bonus karena kelompok tersebut adalah kelompok susu dengan jumlah kuman yang sedikit, sedangkan peternak yang berada pada kelompok M atau P akan mendapatkan denda sekaligus surat peringatan. Titik beku susu yang dianjurkan adalah -0,520 s/d -0,560, di luar angka tersebut maka akan dikenakan denda Rp.100 per liter dan diberikan surat peringatan. Syarat-syarat yang diterapkan oleh koperasi terhadap kualitas susu sapi yang disetorkan oleh peternak bertujuan agar peternak terpacu dan berlomba-lomba untuk mendapatkan kualitas susu yang terbaik, sehingga harga jual susu yang diperoleh peternak menjadi tinggi dan pendapatan peternak pun akan meningkat. Alasan lainnya adalah agar susu dari peternak dapat terjual seluruhnya ke IPS, karena syarat
penjualan susu ke IPS lebih ketat lagi. Saat ini koperasi telah mempunyai bagian penjualan susu sendiri yakni menjual susu secara langsung kepada masyarakat dengan harga Rp.3.000 per liter. Selain produk susu segar, koperasi pun telah mengolah susu menjadi yoghurt, hal ini bertujuan untuk memanfaatkan susu yang tidak terjual ke IPS. Pemasaran produk dilakukan secara langsung kepada masyarakat baik yang berada di sekitar Lembang maupun di luar Lembang seperti ke Karawang, Bogor, dan lain-lain. Tenaga Kerja yang Digunakan
Tenaga kerja yang digunakan responden dalam usaha ternak sapi perah yaitu tenaga kerja dalam keluarga (90,83%), tenaga kerja luar keluarga (2,18%), dan kombinasi antara tenaga kerja dalam dan luar keluarga (6,99%). Tenaga kerja dalam keluarga meliputi suami, istri, dan anak. Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan adalah tenaga kerja laki-laki. Upah tenaga kerja luar keluarga berkisar antara Rp. 400.000,00 hingga Rp. 600.000,00 per bulan per orang dengan rata-rata umur 20-40 tahun. Jumlah dan penggunaan sumber tenaga kerja per wilayah kerja ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15. Sumber Tenaga Kerja Usahaternak Sapi Perah Sumber Tenaga Kerja (Orang) Wilayah Kerja Dalam Keluarga Luar Keluarga Dalam & Luar Keluarga Barat 55 7 Tengah 87 3 9 Timur 66 2 Jumlah (orang) 208 5 16 (%) 90,83 2,18 6,99 Tugas yang dikerjakan antara lain pemberian hijauan (6,475 %), pemberian konsentrat (7,356 %), pemberian air minum (3,891 %), membersihkan kandang (11,758 %), memandikan sapi (11,020 %), pemerahan (11,020 %), mengangkut susu ke penampungan (3,806 %), mencari hijauan (39,733 %), dan mencacah rumput (4,942 %). Besarnya waktu kerja produktif per hari pada masing-masing jenis kegiatan tercantum pada Tabel 16. Mencari hijauan menggunakan waktu yang paling banyak karena jauhnya jarak antara rumah peternak dengan lahan kebun rumput. Terutama apabila musim
kemarau, peternak akan mengalami kesulitan mendapatkan hijauan sehingga harus mencari hijauan sampai ke luar kecamatan. Curahan tenaga kerja peternak dalam memelihara ternak sapi perah adalah 1,174 HKP atau 9,39 jam per hari. Wilayah Kerja Barat menghabiskan waktu untuk memelihara ternak sapi perah sebesar 1,143 HKP atau selama 9,14 jam per hari, Wilayah Kerja Tengah menghabiskan waktu sebesar 1,046 HKP atau selama 8,37 jam sehari, dan Wilayah Kerja Timur memiliki waktu yang lebih lama dari waktu kerja produktif rata-rata yakni sebesar 1,332 HKP atau selama 10,66 jam sehari. Ketiga wilayah kerja pada penelitian ini memiliki curahan tenaga kerja melebihi waktu kerja produktif ideal yaitu satu HKP atau delapan jam sehari. Efisiensi penggunaan tenaga kerja dapat dilihat melalui perbandingan antara jumlah sapi perah yang dimiliki (ST) dengan curahan kerja yang digunakan (HKP). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sebesar 3,6 artinya satu orang tenaga kerja menangani sekitar tiga sampai empat satuan ternak sapi perah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja belum efisien bila dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yakni satu orang tenaga kerja menangani sekitar enam sampai tujuh satuan ternak sapi perah (Effendi, 2002). Responden pada Wilayah Kerja Tengah lebih efisien dalam menggunakan tenaga kerja dibandingkan dengan wilayah kerja lainnya, yaitu sebesar 3,9 ST per HKP, diikuti oleh responden yang berada pada Wilayah Kerja Barat dan Timur, masing-masing sebesar 3,7 dan 3,3 ST per HKP. Tabel 16. Curahan Tenaga Kerja Keluarga Peternak per Hari Pada Usahaternak Sapi Perah Jenis Kegiatan Pemberian Hijauan Pemberian Konsentrat Pemberian Air minum Membersihkan kandang Memandikan sapi Pemerahan Mengangkut susu Mencari hijauan Mencacah rumput Total
Barat HKP (%) 0,069 6,037 0,085 7,437 0,039 3,412 0,151 13,211 0,143 12,511 0,137 11,986 0,042 3,675 0,439 38,408 0,038 3,325 1,143 100
Wilayah Kerja Tengah HKP (%) 0,062 5,927 0,072 6,883 0,043 4,111 0,107 10,229 0,101 9,656 0,118 11,281 0,052 4,971 0,458 43,786 0,033 3,155 1,046 100
Rata-Rata Timur HKP (%) 0,097 7,282 0,102 7,658 0,055 4,129 0,156 11,712 0,144 10,811 0,133 9,985 0,040 3,003 0,502 37,688 0,103 7,733 1,332 100
HKP 0,076 0,086 0,046 0,138 0,129 0,129 0,045 0,466 0,058 1,174
(%) 6,475 7,356 3,891 11,758 11,020 11,020 3,806 39,733 4,942 100
Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Penerimaan Usahaternak Sapi Perah
Penerimaan suatu usahatani merupakan hasil perkalian antara total volume produksi dengan harga pasar dari produk tanpa memperhitungkan biaya dari proses produksi. Penerimaan usahaternak sapi perah dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu penerimaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan tunai berasal dari nilai penjualan susu, penjualan ternak sapi perah, dan penjualan produk sampingan (karung dan kotoran sapi), sedangkan penerimaan tidak tunai berasal dari nilai susu yang dikonsumsi keluarga peternak dan perubahan nilai ternak. Besar atau kecilnya penerimaan usahaternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jumlah kepemilikan sapi perah, banyak atau sedikitnya jenis dan jumlah produk sapi perah yang dijual, serta produktivitas ternak yang dimiliki. Nilai penjualan susu merupakan penerimaan terbesar yang diperoleh responden yaitu rata-rata per peternak sebesar Rp.39.119.820 per tahun (Rp.9.248.184,40 per ST per tahun) atau sebesar Rp.3.259.985 per bulan (Rp.770.682,03 per ST per bulan). Responden yang berada di Wilayah Kerja Barat memperoleh penerimaan dari penjualan susu terbesar dari wilayah kerja lainnya, yakni Rp.42.157.380 per peternak per tahun (Rp.10.037.471,43 per ST per tahun) atau Rp.3.513.115 per peternak per bulan (Rp. 836.455,95 per ST per bulan). Penerimaan dari penjualan susu dipengaruhi oleh jumlah produksi susu sapi setiap harinya, jumlah pemilikan sapi laktasi, serta kualitas susu karena hal ini dapat mempengaruhi perolehan harga setiap liter susu yang dijual. Pedet jantan (PJ) merupakan kategori ternak sapi perah yang paling banyak dijual oleh responden, baik responden yang terdapat di Wilayah Kerja Barat, Tengah maupun Timur, masing-masing sebanyak 53 ekor, 115 ekor dan 63 ekor. Wilayah Kerja Tengah memperoleh penerimaan terbesar dari penjualan ternak yaitu Rp.11.555.560 per peternak per tahun. Penjualan ternak sapi perah selama satu tahun pada ketiga wilayah kerja tertera pada Tabel 17.
Tabel 17. Penjualan Ternak Sapi Perah Selama Satu Tahun Wilayah Kerja Kategori Ternak Barat Tengah Harga (Rp./ekor) ekor ST ekor ST Pedet Jantan 2.500.000 53 13,25 115 28,75 Pedet Betina 2.000.000 28 7 46 11,5 Dara 6.500.000 8 4 10 5 Sapi Laktasi 7.500.000 44 44 83 83 Sapi Kering 8.000.000 0 0 6 6 Jantan Dewasa 6.000.000 3 3 2 2 Jumlah (Ekor) 136 71,25 262 136,25
Timur ekor ST 63 15,75 46 11,5 17 8,5 38 38 1 1 4 4 169 78,75
Produk sampingan yang dijual oleh responden adalah karung dan kotoran sapi perah (feces). Karung yang dijual responden diperoleh dari kemasan pakan penguat (konsentrat, ampas tahu, dan onggok) yang dibeli. Penjualan kotoran sapi perah umumnya dilakukan responden tanpa pegolahan terlebih dahulu dan dijual selama tiga bulan sekali setelah diperoleh kotoran dalam jumlah yang banyak. Penjualan kotoran sapi perah merupakan hal yang jarang dilakukan responden (9,61%), pada umumnya responden menggunakan kotoran tersebut untuk pupuk kebun rumput mereka (90,39%). Rata-rata nilai penjualan karung dan kotoran sapi perah tercantum pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-Rata Nilai Penjualan Produk Sampingan Wilayah Kerja Produk Barat Tengah Timur Sampingan (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) Karung 145.335,50 87,09 141.345,46 91,49 149.788,24 91,47 Kotoran 21.548,39 12,91 13.146,10 8,51 13.970,59 8,53 Total 166.883,89 100,00 154.491,56 100,00 163.758,83 100,00 Wilayah Kerja Barat memperoleh penerimaan dari produk sampingan terbesar yaitu Rp.166.880 per peternak per tahun. Hal itu karena kotoran sapi perah yang dijual responden dalam jumlah yang banyak apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Pembelian ternak sapi perah merupakan salah satu komponen penerimaan usahaternak sapi perah, namun sebagai komponen yang bersifat mengurangi penerimaan karena menurut Soekartawi et al. (1986), pembelian ternak dianggap sebagai produk usahaternak yang belum selesai. Data Pembelian ternak sapi perah selama satu tahun di ketiga wilayah kerja tercantum pada Tabel 19.
Wilayah Kerja Barat dan Tengah banyak melakukan pembelian sapi laktasi (SL) masing-masing sebanyak 10 ekor dan 15 ekor. Wilayah Kerja Timur banyak melakukan pembelian pedet betina (PB) yaitu sebanyak 17 ekor. Rata-rata ternak sapi perah yang dijual pada masing-masing wilayah kerja selama satu tahun yaitu 0,75 ST pada Wilayah Kerja Barat, 0,66 ST pada Wilayah Kerja Tengah, dan 0,44 ST pada Wilayah Kerja Timur. Tabel 19. Pembelian Ternak Sapi Perah Selama Satu Tahun Wilayah Kerja Harga Kategori Ternak Barat Tengah (Rp/ekor) Ekor ST Ekor ST Pedet Jantan 2.500.000 3 0,75 Pedet Betina 2.000.000 4 1 6 1,5 Dara 2 1 8 4 6.500.000 Sapi Laktasi 10 10 15 15 7.500.000 Sapi Kering 8.000.000 Jantan Dewasa 6.000.000 Jumlah 16 12 32 21,25
Timur Ekor ST 4 1 17 4,25 11 5,5 6 6 38 16,75
Penerimaan tidak tunai usahaternak sapi perah meliputi nilai susu yang dikonsumsi keluarga responden dan perubahan nilai ternak sapi perah selama satu tahun. Nilai susu yang dikonsumsi keluarga responden diperoleh dengan mengalikan jumlah susu yang dikonsumsi selama tahun 2007 dengan harga jual air susu sapi perah per liter. Wilayah Kerja Timur memiliki tingkat konsumsi susu oleh peternak terbesar yakni 0,28 liter per keluarga per hari, diikuti oleh Wilayah Kerja Barat yakni sebesar 0,18 liter per keluarga per hari dan Wilayah Kerja Tengah yakni sebesar 0,13 liter per keluarga per hari. Perubahan nilai ternak merupakan selisih antara nilai ternak yang dimiliki pada akhir tahun (saat penelitian) dengan nilai ternak pada awal tahun (setahun yang lalu). Nilai ternak pada awal dan akhir tahun dihitung dengan mengalikan stok ternak atau komposisi ternak pada tahun tersebut dengan harga jual ternak sapi perah pada tahun 2007. Wilayah Kerja Barat, Tengah maupun Timur mengalami perubahan nilai ternak yang negatif masing-masing sebesar Rp.1.282.260 pada Wilayah Kerja Barat, Rp.1.974.750 pada Wilayah Kerja Tengah dan Rp.375.000 pada Wilayah Kerja Timur. Hal ini diakibatkan telah terjadi penurunan jumlah kepemilikan sapi perah
selama satu tahun sebesar 0,31 ST pada Wilayah Kerja Barat, 0,42 ST pada Wilayah Kerja Tengah dan 0,09 ST pada Wilayah Kerja Timur. Biaya Usahaternak Sapi Perah
Biaya usahaternak sapi perah dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Kedua jenis biaya tersebut dibedakan lagi menjadi biaya tunai dan tidak tunai. Biaya variabel dalam penelitian ini meliputi biaya pakan (hijauan dan penguat), vaselin dan minyak tanah, perlengkapan, tenaga kerja upahan serta tenaga kerja keluarga. Biaya pakan, vaselin dan minyak tanah, perlengkapan serta tenaga kerja upahan merupakan komponen biaya variabel tunai, sedangkan biaya tenaga kerja keluarga merupakan biaya variabel tidak tunai. Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi biaya air, listrik, telepon, sewa dan pajak lahan, perawatan kandang, serta penyusutan (kandang, peralatan, dan ternak). Biaya air, listrik, telepon, sewa dan pajak lahan, serta perawatan kandang termasuk kedalam biaya tetap tunai, sedangkan biaya penyusutan (kandang, peralatan, dan ternak) termasuk biaya tetap tidak tunai karena tidak dikeluarkan secara langsung (tunai). Biaya pakan (hijauan dan penguat) merupakan komponen biaya terbesar yang dikeluarkan seluruh responden baik yang berada di Wilayah Kerja Barat, Tengah maupun Timur, rata-rata per peternak sebesar Rp.23.425.063,33 per tahun (Rp.5.537.840,03 per ST per tahun) atau Rp.1.952.088,61 per bulan (Rp.461.486,67 per ST per bulan), (76,54% dari biaya produksi total). Responden yang berada di Wilayah Kerja Timur menanggung biaya pakan paling besar yakni Rp.24.292.740 per tahun (Rp.5.483.688,49 per ST per tahun) atau Rp.2.024.395 per bulan (Rp.456.974,04 per ST per bulan), karena jumlah kepemilikan sapi perah di wilayah ini paling besar dari wilayah lainnya. Biaya pakan terkecil dikeluarkan oleh responden Wilayah Kerja Tengah, yaitu sebesar Rp.22.187.430 per tahun (Rp.5.451.457,00 per ST per tahun) atau Rp.1.848.952,50 per bulan (Rp.454.288,08 per ST per bulan). Vaselin dan minyak tanah merupakan komponen yang membantu kelancaran proses pemerahan, proses pemerahan yang dilakukan responden secara manual mengharuskan selalu tersedianya vaselin di kandang. Tingkat kebutuhan vaselin tergantung dari jumlah kepemilikan sapi laktasi. Minyak tanah diperlukan responden untuk memasak air yang nantinya digunakan untuk mencuci ambing sebelum
dilakukan pemerahan dengan tujuan meminimalkan kuman-kuman. Biaya vaselin dan minyak tanah terbesar dikeluarkan oleh responden yang ada di Wilayah Kerja Timur yaitu sebesar Rp.379.630 per peternak per tahun (Rp.89.747,04 per ST per tahun) atau Rp.31.635,83 per peternak per bulan (Rp.7.478,92 per ST per bulan). Rata-rata biaya pakan dan vaselin dan minyak tanah selama satu tahun pada masingmasing wilayah kerja tercantum pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-Rata Biaya Pakan Serta Selama Satu Tahun Biaya Pakan Wilayah Kerja (Rp) Barat 23.795.020,00 Tengah 22.187.430,00 Timur 24.292.740,00 Rata-rata 23.425.063,33
Biaya Vaselin dan Minyak Tanah
(%) 75,54 77,42 76,66 76,54
Biaya Vaselin dan Minyak tanah 319.360,00 136.960,00 379.630,00 278.650,00
Perlengkapan yang digunakan di ketiga wilayah kerja adalah ember perah, ember pakan, sabit, golok, pikulan, sikat dan sapu lidi. Rata-rata biaya perlengkapan di setiap wilayah kerja tercantum pada Tabel 21. Tabel 21. Rata-Rata Biaya Perlengkapan Umur Rata-Rata Biaya Perlengkapan Jenis Harga Ekonomis (Rp/tahun) Perlengkapan (Rp/unit) (Bulan) Barat Tengah Timur Ember perah 10.000 6 53.548,39 46.060,61 57.058,82 Ember pakan 30.000 12 91.935,48 108.787,90 103.676,50 Sabit 25.000 4 191.129,00 223.484,80 238.270,10 Golok 30.000 12 8.225,81 16.060,61 4.411,77 Pikulan 10.000 5 10.677,42 31.414,14 19.147,06 Sikat 5.000 5 1.822,58 3.676,77 3.044,12 Sapu lidi 1.000 1 1.548,39 3.393,94 1.235,29 Total 358.887,07 432.878,77 426.843,66 Biaya tenaga kerja upahan terbesar dikeluarkan oleh responden pada wilayah kerja Tengah yaitu rata-rata sebesar Rp.231.700 per tahun. Besarnya upah yang berlaku adalah Rp.18.888,45 per HKP. Penggunaan tenaga kerja keluarga pun dihitung berdasarkan upah per HKP yang berlaku tersebut. Biaya penyusutan peralatan merupakan komponen biaya tetap terbesar yang ditanggung responden pada Wilayah Kerja Barat selama satu tahun, yaitu sebesar Rp.960.860, biaya tetap terbesar yang di tanggung responden Wilayah Kerja Tengah
selama satu tahun adalah biaya listrik yaitu sebesar Rp.589.230, sedangkan biaya tetap terbesar yang ditanggung responden Wilayah Kerja Timur selama satu tahun adalah biaya penyusutan kandang yaitu sebesar Rp.435.470. Pendapatan
Rata-rata pendapatan usahaternak sapi perah yang diperoleh responden sebesar Rp.16.072.523,33 per peternak per tahun (Rp.3.799.650,90 per ST per tahun) atau Rp.1.339.376,94 per peternak per bulan (Rp.316.637,57 per ST per bulan). Responden yang berada di Wilayah Kerja Barat memperoleh pendapatan terbesar yaitu sebesar Rp.17.211.860 per peternak per tahun ( Rp.4.068.997,64 per ST per tahun) atau sebesar Rp.1.434.321,67 per peternak per bulan (Rp.339.083,14 per ST per bulan). Rata-rata pendapatan usahaternak sapi perah selama satu tahun per wilayah kerja disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-Rata Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Wilayah Kerja (Rp/tahun) Uraian Barat Tengah Penerimaan 48.713.130,00 43.107.620,00 Biaya Variabel 29.061.960,00 26.572.160,00 Biaya Tetap 2.439.310,00 2.086.290,00 Pendapatan 17.211.860,00 14.449.170,00
Timur 48.244.470,00 30.051.730,00 1.636.200,00 16.556.540,00
Hasil analisis pendapatan pada usahaternak sapi perah di ketiga wilayah kerja yaitu Wilayah Kerja Barat, Tengah dan Timur menunjukkan bahwa pendapatan tunai dan pendapatan bersih selalu bernilai positif, hal ini dapat disimpulkan bahwa usahaternak sapi perah yang dijalankan peternak menguntungkan, karena hasil produksi berupa susu dan kotoran ternak dapat diperoleh dan dijual setiap hari, resiko kegagalan dari usaha pun relatif kecil, selain itu peternak dapat memanfatkan waktu luangnya. Pada umumnya responden melakukan usahaternak sapi perah sebagai mata pencaharian utamanya, maka keputusan responden tersebut sudah tepat.
Pendapatan Usahatani Selain Beternak
Pendapatan usahatani selain beternak berasal dari usahatani tanaman hias (bunga dan kaktus), usahatani sayuran (tomat, cabe, kol, burkoli, burkol, jagung) dan buruh
tani.
Komoditi
sayuran
memberikan
rata-rata
pendapatan
terbesar
dibandingkan komoditi lainnya pada pendapatan usahatani selain beternak yaitu sebesar Rp.5.372.142,18 per tahun. Rata-rata pendapatan usahatani selain beternak berdasarkan komoditi disajikan pada Tabel. 23 Tabel 23. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Selain Beternak yang Dikelola oleh Responden Wilayah Kerja (Rp/tahun) Rata-Rata Kategori Ternak Barat Tengah Timur Tanaman Hias 1.860.000,00 3.545.833,00 - 2.702.916,50 Sayuran 5.474.461,54 7.425.333,00 3.216.632,00 5.372.142,18 Buruh Tani 4.200.000,00 3.000.000,00 5.160.000,00 4.120.000,00 Pendapatan terbesar dari usaha sayuran diperoleh responden dari wilayah kerja Tengah yaitu sebesar Rp.7.425.333,00 per tahun. Pendapatan Usahaternak Selain Sapi Perah
Pendapatan yang diperoleh dari usahaternak selain sapi perah merupakan hasil yang diperoleh dari usahaternak selain sapi perah baik secara tunai maupun tidak tunai selama satu tahun. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha ini bervariasi tergantung jumlah dan jenis ternak yang diusahakan serta harga jual yang ditetapkan. Rata-rata pendapatan usahaternak selain sapi perah pada masing-masing wilayah kerja tercantum pada Tabel 24. Tabel 24. Rata-Rata Pendapatan Usahaternak Selain Sapi Perah Wilayah Kerja (Rp/tahun) Rata-Rata Kategori Ternak Barat Tengah Timur Kelinci 2.180.000,00 1.504.750,00 900.000,00 1.528.250,00 Domba - 2.749.000,00 - 2.749.000,00 Kuda - 3.840.000,00 - 3.840.000,00 Buruh ternak - 7.200.000,00 7.200.000,00 Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa usahaternak kelinci adalah usahaternak yang paling banyak dipelihara oleh responden selain ternak sapi perah. Responden yang berada di Wilayah Kerja Barat memperoleh pendapatan dari
usahaternak kelinci yang paling besar dibandingkan dengan wilayah kerja lainnya, yaitu sebesar Rp.2.180.000 per peternak per tahun. Pendapatan Usaha Non Pertanian
Pendapatan usaha non pertanian bersumber dari buruh bangunan, guru, karyawan, ojeg, Pegawai Negeri Sipil (PNS), wirausaha (berjualan batu bata, warung, sablon, rumah sewa dan konveksi) dan buruh lepas. Usaha non pertanian yang paling banyak dilakukan oleh responden di ketiga wilayah kerja adalah buruh bangunan, karyawan, ojeg dan wirausaha. karyawan memberikan rata-rata pendapatan terbesar yaitu sebesar Rp.14.280.000 per tahun dari usaha lainnya. Guru dan PNS merupakan jenis pekerjaan yang sebagian kecil dilakukan oleh keluarga peternak. Rata-rata pendapatan usaha non pertanian pada ketiga wilayah kerja dapat ditunjukkan pada Tabel 25. Tabel 25. Rata-Rata Pendapatan Usaha Non Pertanian Wilayah Kerja (Rp/tahun) Usaha Barat Tengah Timur Buruh bangunan 13.440.000,00 17.640.000,00 10.560.000,00 Guru 840.000,00 Karyawan 18.840.000,00 13.200.000,00 10.800.000,00 Supir 5.400.000,00 11.760.000 8.640.000,00 PNS - 12.000.000,00 Wirausaha 9.460.000,00 8.196.000,00 12.600.000,00 Buruh lepas 4.050.000 -
Rata-Rata 13.880.000,00 840.000,00 14.280.000,00 8.600.000,00 12.000.000,00 10.085.333,33 4.050.000,00
Pendapatan Rumah Tangga Peternak
Pendapatan rumah tangga peternak sapi perah merupakan penjumlahan seluruh pendapatan dari berbagai kombinasi usaha yang dijalankan, meliputi pendapatan usahaternak sapi perah, pendapatan usahatani selain beternak, pendapatan usahaternak selain sapi perah dan pendapatan usaha non pertanian. Nilai pendapatan rumah tangga peternak sapi perah di ketiga wilayah kerja dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya usaha yang dimiliki oleh rumah tangga peternak sapi perah. Kombinasi usaha yang dijalankan oleh responden memberikan variasi besarnya pendapatan rumah tangga yang diperoleh responden. Gambaran mengenai total pendapatan rumah tangga peternak sapi perah berdasarkan kombinasi usaha yang dijalankan disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Peternak (Rp/tahun) Kombinasi Usaha
Jumlah RTP (orang)
Sumber Pendapatan 1
2
3
Total
Kontribusi Sapi Perah (%)
1 1 dan 2 1 dan 3
33 16 10
16.592.370,00 11.092.821,00 25.259.266,00
Wilayah Kerja Barat 7.493.867,00 - 10.530.000,00
16.592.370,00 18.571.688,00 35.789.266,00
100,00 59,73 70,58
1 1 dan 2 1 dan 3
69 19 8
Wilayah Kerja Tengah 13.156.387,00 19.180.875,00 5.281.874,75 14.352.367,00 9.277.500,00
13.156.387,00 24.462.749,75 23.629.867,00
100,00 78,41 60,74
1 1 dan2 1 dan 3
34 24 10
16.074.340,00 18.011.600,00 14.703.841,00
Wilayah Kerja Timur 5.827.800 - 10.776.000,00
16.074.340,00 23.839.400,00 25.479.841,00
100,00 75,55 57,71
Keterangan : 1 = usahaternak sapi perah 12 = usahaternak sapi perah, usahatani selain beternak dan usahaternak selain sapi perah 13 = usahaternak sapi perah dan usaha non pertanian
Kombinasi usahaternak sapi perah dengan usaha non pertanian memberikan rata-rata pendapatan yang besar bagi rumah tangga responden yang berada pada Wilayah Kerja Barat dan Timur, yaitu sebesar Rp.35.789.266 per tahun pada Wilayah Kerja Barat dan Rp.25.4793841 per tahun pada Wilayah Kerja Timur. Kombinasi usahaternak sapi perah dengan usahatani selain sapi perah (usaha bertani selain beternak dan usahaternak selain sapi perah) memberikan nilai pendapatan yang besar terhadap pendapatan rumah tangga responden di Wilayah Kerja Tengah yaitu sebesar Rp.24.462.749,75 per tahun. Kontribusi Usahaternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak
Kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak merupakan perbandingan antara pendapatan dari usahaternak sapi perah dengan pendapatan rumah tangga peternak. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 26. Rata-rata nilai kontribusi usahaternak sapi perah dari kombinasi usahaternak sapi perah dengan usahatani selain sapi perah (usaha bertani selain beternak dan usahaternak selain sapi perah) sebesar 71,23 persen, sedangkan ratarata nilai kontribusi usahaternak sapi perah dari kombinasi usahaternak sapi perah dengan usaha non pertanian sebesar 63,01 persen. Berdasarkan nilai yang diperoleh,
dapat dikatakan bahwa usahaternak sapi perah merupakan usaha pokok bagi rumah tangga responden yang melakukan kombinasi usahaternak sapi perah dengan usahatani selain sapi perah (usaha bertani selain beternak dan usahaternak selain sapi perah). Usahaternak sapi perah dijadikan sebagai cabang usaha bagi rumah tangga responden yang melakukan kombinasi usahaternak sapi perah dengan usaha non pertanian.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Rata-rata pendapatan bersih dari usahaternak sapi perah per peternak per tahun masing-masing Rp.17.211.860 pada Wilayah Kerja Barat, Rp.14.449.170 pada Wilayah Kerja Tengah, dan Rp.16.556.540 pada Wilayah Kerja Timur. 2. Rata-rata pendapatan dari usahaternak sapi perah per tahun pada peternak yang hanya berprofesi sebagai peternak sapi perah masing-masing Rp.16.592.370 pada Wilayah Kerja Barat, Rp.13.156.387 pada Wilayah Kerja Tengah, dan Rp.16.074.340 pada Wilayah Kerja Timur. 3. Rata-rata pendapatan dari usahaternak sapi perah per tahun pada peternak yang juga memiliki usahatani selain sapi perah masing-masing Rp.11.092.821 pada Wilayah Kerja Barat, Rp.19.180.875 pada Wilayah Kerja Tengah, dan Rp.18.763.600 pada Wilayah Kerja Timur. Kontribusi usahaternak sapi perah terhadap rumah tangga masing-masing 59,73 persen, 78,41 persen, dan 75,55 persen. 4. Rata-rata pendapatan dari usahaternak sapi perah per tahun pada peternak yang juga memiliki usaha non pertanian masing-masing Rp.35.789.266 pada Wilayah Kerja Barat, Rp.23.629.867 pada Wilayah Kerja Tengah, dan Rp.25.479.841 pada Wilayah Kerja Timur. Kontribusi usahaternak sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga masing-masing 70,58 persen, 78,41 persen, dan 57,71 persen. Saran
1. Untuk peningkatan pendapatan peternak sapi perah dari sumber lain-lain, salah satunya dari kotoran ternak sapi perah, maka diperlukan pengadaan tempat pengolahan kotoran sapi perah menjadi limbah yang memiliki nilai guna secara merata di seluruh wilayah kerja KPSBU. 2. Koperasi dan Pemerintah Daerah diharapkan mengadakan pelatihan bagi peternak mengenai pembuatan pakan alternatif sebagai upaya memanfaatkan kelebihan hijauan yang terjadi pada musim penghujan sehingga dapat menutupi kekurangan hijuauan pada musim kemarau.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala hikmah, nikmat dan kasih sayang yang tak pernah henti-hentinya mengalir hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, para tabi’in dan orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka dengan baik sampai hari kiamat. Terimakasih kepada Bapak Ir. Zulfikar Moesa MS selaku pembimbing utama dan Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. selaku pembimbing anggota atas bimbingan, kesabaran, perhatian serta motivasi yang telah diberikan. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Basita Ginting S.MA selaku pembimbing akademik atas segala bantuan dan nasihat yang telah diberikan. Terimakasih kepada Bapak Ir. Burhanuddin MM selaku dosen penguji seminar, Bapak Ir. Ujang Sehabudin dan Bapak M. Baihaqi S.Pt. selaku dosen penguji ujian sidang atas kritik dan masukan yang telah diberikan serta terimakasih pula kepada Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku panitia seminar sekaligus panitia ujian sidang atas bantuan dan dukungannya. Karya kecil ini penulis persembahkan kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, atas cucuran keringat dan kebulatan tekad untuk mengantarkan anaknya menuntut ilmu dengan segala kekurangan yang dimiliki. Penulis percaya semua itu tulus ikhlas demi yang terbaik bagi anaknya. Kakak-kakak tersayang (Aa Acep dan Aa Ayi) dan seluruh keluarga terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya. Semoga kasih sayang Allah selalu tercurah pada kita dan senantiasa keridhoan-Nya selalu mengalir hingga mempertemukan kita di JannahNya. Tak lupa penulis haturkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung, kepada Bapak Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr Sc., Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh MS, Bapak Iyep Komala S.Pt., seluruh Staff dan Karyawan KPSBU atas bantuan dan waktu yang telah diluangkan sehingga penelitian yang dilakukan terasa begitu mudah untuk dijalankan. Seluruh keluarga di Lembang (Ibu, Bapak, Rina, Mirna dan Adit), Sahabat-sahabat (Dias, Mphi, Mpha dan Patie), semua penghuni Wisma Lestari (Delvia, Ayu, Lenny, Marlia, Anis dan Mira), teman-teman seperjuangan di Lembang (Irub, Fitri, Nyunyun, Rifa, Okta, Ita, Adi, Andri, Nikur, Yongky, Anas, dan Alfiyan), seluruh keluarga Ikamasi (Ikatan Mahasiswa Sukabumi), teman-teman saat di asrama (Fifi, Ratih dan Rina) dan All my family in
Seiperz terimakasih atas keceriaan, bantuan, semangat dan kebersamaan yang telah terlewati. Seluruh Dosen, Staff Pegawai di Departemen SEIP, Mas Nana, Pak Tibiyan dan seluruh pihak yang telah membantu dan tak mungkin penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas segala ilmu, fasilitas, kesabaran dan dukungan yang telah tercurahkan. Terimakasih atas warna-warna indah kehidupan yang telah tertoreh, sesungguhnya kemuliaan akhirat hanya akan diperoleh dengan amal shalih, hanyalah doa selalu yang mengiring agar Allah mempertemukan kita di JannahNya.
Bogor, Maret 2008
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Andri. 1992. Analisis aspek teknis, fungsi keuntungan dan efisiensi ekonomi relatif usaha peternakan sapi perah rakyat di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Apriyantono, A. 2007. Produksi susu sapi perah hanya 26 persen dari permintaan. http:// www.suarapembaruan.com/news/2007/01/29/ ekonomi/eko06. [25 Mei 2007] Boediono. 2002. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Edisi Kedua Cetakan ke-23. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjahmada. Yogyakarta. Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanaian. Bumi Aksara, Jakarta. Effendi, E. S. H. 2002. Analisis kontribusi usaha peternakan sapi perah terhadap pendapatan rumah tangga peternak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Hidayat, T. 2001. Pola Usaha dan Kontribusi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Skripsi. Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan pertanian dan pembiayaan perusahaan agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kay, R. D., W. M. Edward, dan P. A. Duffy. 2004. Farm Management. macGrawHill Inc. New York. Liyanti, A. 2002. Kajian Strategi Perencanaan Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Agro. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir, M.1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pamei, Y. J. 1992. Analisis Pendapatan dan Fungsi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Skripsi. Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pulungan, I., dan R. Pambudy. 1993. Peraturan dan Undang-undang Peternakan. IPB Press. Bogor.
Putra, K. 2002. Efisiensi produksi susu dan analisis aspek manajemen peternakan sapi perah anggota koperasi peternak sapi Bandung Utara. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ramdhani, S. 1998. Analisis usahatani markisa dalam menunjang peningkatan pendapatan petani. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Saputra, B. 2000. Estimasi Model Peramalan Produksi dan Tingkat Produksi Optimal Sapi Perah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saragih, B. 2000. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. Pusat Studi Pembangunan dan Lembaga Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Simanjuntak, P. J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Edisi Kedua. Lembaga Penelitian. Soekartawi, A. Soeharjo, J. L. Dillon dan J. B. Hardaker,. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudono, A. 2002. Budidaya Sapi Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhartini, S. H. 2001. Dampak kebijakan pemerintah terhadap keragaan industri persusuan di Indonesia. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutardi. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Williamson dan Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjahmada University Press. Yogyakarta. Wiyono, A. 1997. efisiensi ekonomis agribisnis peternakan sapi perah dan optimalisasi penggunaan sumberdaya pada koperasi produksi susu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rata-Rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah (Rp. 000/tahun) Uraian Tunai Penerimaan (A) Penjualan susu Penjualan ternak Produk sampingan Pembelian ternak Konsumsi keluarga peternak Perubahan nilai ternak Total (A) Biaya Variabel (B) Pakan hijauan Pakan Penguat Vaselin & minyak Perlengkapan Tenaga kerja upahan Tenaga kerja keluarga Total (B) Biaya tetap (C) Air Listrik Telepon Sewa dan pajak Perawatan kandang Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Penyusutan ternak Total (C) Pendapatan (A-B-C)
Tidak Tunai
Wilayah Barat Inventaris
42.157,38 8.943,55 166,88 1.420,97
42.157,38 8.943,55 166,88 1.420,97 148,55
148,55
49.846,84
148,55
(1.282,26) (1.282,26)
6.766,81 17.028,21 319,36 358,89 181,81 24.655,08
(1.282,26) 48.713,13
4.406,88 4.406,88
6.766,81 17.028,21 319,36 358,89 181,81 4.406,88 29.061,96
(4.258,33)
59,71 369,10 7,74 432,98 197,04 362,04 960,86 49,84 2.439,31 17.211,86
59,71 369,10 7,74 432,98 197,04
1.066,57 26.125,19
Total
362,04 960,86 49,84 1.372,74 (2.655,00)
Wilayah Tengah Tidak Inventaris Tunai
Tunai
Total
34.876,21 11.555,56 154,49 1.474,75
34.876,21 11.555,56 154,49 1.474,75 109,87
109,87
44.972,50
109,87
3.583,19 3.583,19
1.302,95 20.725,58
Keterangan : Nilai dalam () menunjukkan nilai yang negatif
(3.473,32)
Total
40.325,87 9.551,47 163,76 1.644,56 222,93
222,93
(1.974,75) 43.107,62
10.033,11 14.259,63 379,63 426,84 143,63
-
7.794,26 14.393,17 136,96 432,88 231,70 3.583,19 26.572,16
108,35 381,88 17,65 179,49 279,41
548,86 188,72 45,76 783,34 (2.758,09)
153,91 589,23 8,48 268,50 282,83 548,86 188,72 45,76 2.086,29 14.449,17
153,91 589,23 8,48 268,50 282,83
Wilayah Timur Tidak Inventaris Tunai
40.325,87 9.551,47 163,76 1.644,56
(1.974,75) (1.974,75)
7.794,26 14.393,17 136,96 432,88 231,70 22.943,97
Tunai
48.396,54
25.242,84
966,78 22.186,92
222,93
4.808,89 4.808,89
(4.585,96)
(375,00) (375,00)
(375,00) 48.244,47
-
10.033,11 14.259,63 379,63 426,84 143,63 4.808,89 30.051,73
435,47 181,01 52,94 669,42 (1.044,42)
108,35 381,88 17,65 179,49 279,41 435,47 181,01 52,94 1.636,20 16.556,54
Lampiran 2. Rata-Rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah Tanpa Kombinasi Usaha Lain (Rp. 000/tahun) Uraian Tunai Penerimaan (A) Penjualan susu Penjualan ternak Produk sampingan Pembelian ternak Konsumsi keluarga peternak Perubahan nilai ternak Total (A) Biaya Variabel (B) Pakan hijauan Pakan Penguat Vaselin & minyak Perlengkapan Tenaga kerja upahan Tenaga kerja keluarga Total (B) Biaya tetap (C) Air Listrik Telepon Sewa dan pajak Perawatan kandang Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Penyusutan ternak Total (C) Pendapatan (A-B-C)
Tidak Tunai
Wilayah Barat Inventaris
38.719,53 9.651,52 123,32 1.412,12
38.719,53 9.651,52 123,32 1.412,12 100,45
100,45
47.082,25
100,45
(1.696,97) (1.696,97)
6.914,92 14.590,55 260,92 358,30 126,19 22.250,88
(1.696,97) 45.485,73
4.361,59 4.361,59
6.914,92 14.590,55 260,92 358,30 126,19 4.361,59 26.612,47
(4.261,14)
51,64 374,55 7,27 411,38 134,85 305,46 953,47 42,27 2.280,89 16.592,37
51,64 374,55 7,27 411,38 134,85
979,69 23.851,68
Total
305,46 953,47 42,27 1.301,20 (2.998,17)
Wilayah Tengah Tidak Inventaris Tunai
Tunai
33.935,20 10.391,30 145,26 1.575,36
33.935,20 10.391,30 145,26 1575,36 108,94
108,94
42.896,40
108,94
(2.057,97) (2.057,97)
7.942,76 13.656,81 150,95 410,65 96,38 22.257,55
Keterangan : Nilai dalam () menunjukkan nilai yang negatif
(2.057,97) 40.947,37
Tunai
47.157,15
3.676,02 3.676,02
86,47 287,29 14,12 218,93 313,73
(3.567,08)
170,33 443,74 6,97 205,30 267,63 540,62 177,19 45,65 1.857,43 13.156,37
25.443,39
920,54 20.793,22
325,59
Total
40.140,97 8.823,53 173,32 1.916,18 325,59
325,59
10.742,03 13.827,35 435,33 438,68 -
540,62 177,19 45,65 763,46 (2.821,43)
Wilayah Timur Tidak Inventaris Tunai
40.140,97 8.823,53 173,32 1.916,18
7.942,76 13.656,81 150,95 410,65 96,38 3.676,02 25.933,57
170,33 443,74 6,97 205,30 267,63
1.093,97 19.544,88
Total
544,12 544,12
544,12 48.091,35
5.042,29 5.042,29
10.742,03 13.827,35 435,33 438,68 5.042,29 30.485,68
(4.716,70)
86,47 287,29 14,12 218,93 313,73 372,43 183,20 55,15 1.531,32 16.074,35
372,43 183,20 55,15 610,78 (66,66)
Lampiran 3. Rata-rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah dengan Kombinasi Usahatani Selain Sapi Perah (Rp. 000/tahun) Uraian
Tunai
Penerimaan (A) Penjualan susu Penjualan ternak Produk sampingan Pembelian ternak Konsumsi keluarga peternak Perubahan nilai ternak Total (A) Biaya Variabel (B) Pakan hijauan Pakan Penguat Vaselin & minyak Perlengkapan Tenaga kerja upahan Tenaga kerja keluarga Total (B) Biaya tetap (C) Air Listrik Telepon Sewa dan pajak Perawatan kandang Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Penyusutan ternak Total (C) Pendapatan (A-B-C)
Tidak Tunai
Wilayah Barat Inventaris
37.301,87 7.906,25 194,15 1.031,25
37.301,87 7.906,25 194,15 1.031,25 314,06
314,06
44.371,02
314,06
(3.406,25) (3.406,25)
7.003,82 14.746,16 266,63 344,25 435,26 22.796,12
(3.406,25) 41.278,83
Wilayah Tengah Tidak Inventaris Tunai
Tunai
38.886,32 15.631,58 174,97 842,11
53.850,76 8.038,08 18.308,84 75,14 503,26 592,67
4.624,74 4.624,74
106,31 932,63 12,65 484,61 300,00
(4.310,68)
43,13 273,75 7,50 613,22 302,08 522,76 958,66 44,06 2.765,16 11.092,81
522,76 958,66 44,06 1.525,48 (4.931,73)
27.517,99
1.836,20 24.496,57
Keterangan : Nilai dalam () menunjukkan nilai yang negatif
-
Total
38.886,32 15.631,58 174,97 842,11 -
-
7.003,82 14.746,16 266,63 344,25 435,26 4.624,74 27.420,86
43,13 273,75 7,50 613,22 302,08
1.239,68 20.335,22
Total
(1.131,58) (1.131,58)
(1.131,58) 52.719,18
Tunai
40.595,03 9.875,00 140,80 1.078,33
49.532,50 8.994,72 13.900,50 335,90 389,25 245,37
3.405,72 3.405,72
136,00 495,00 15,00 163,27 197,92
(3.405,72)
106,31 932,63 12,65 484,61 300,00 518,42 214,21 45,79 2.614,62 19.180,85
23.865,74
1.007,19 24.659,57
35,38
Total
40.595,03 9.875,00 140,80 1.078,33 35,38
35,38
8.038,08 18.308,84 75,14 503,26 592,67 3.405,72 30.923,71
518,42 214,21 45,79 778,42 (1.910,00)
Wilayah Timur Tidak Inventaris Tunai
(1.312,50) (1.312,50)
(1.312,50) 49.011,93
4.638,08 4.638,08
8.994,72 13.900,50 335,90 389,25 245,37 4638,08 28.503,08
(4.602,70)
136,00 495,00 15,00 163,27 197,92 509,14 173,92 50,00 1.745,25 18.763,60
509,14 173,92 50,00 733,06 (2.045,56)
Lampiran 4. Rata-Rata Pendapatan Peternak dari Usahaternak Sapi Perah dengan Kombinasi Usaha Non Pertanian (Rp. 000/tahun) Uraian
Tunai
Penerimaan (A) Penjualan susu Penjualan ternak Produk sampingan Pembelian ternak Konsumsi keluarga peternak Perubahan nilai ternak Total (A) Biaya Variabel (B) Pakan hijauan Pakan Penguat Vaselin & minyak Perlengkapan Tenaga kerja upahan Tenaga kerja keluarga Total (B) Biaya tetap (C) Air Listrik Telepon Sewa dan pajak Perawatan kandang Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Penyusutan ternak Total (C) Pendapatan (A-B-C)
Tidak Tunai
Wilayah Barat Inventaris
49.324,35 8.550,00 192,44 1000,00
49.324,35 8.550,00 192,44 1000,00 87,00
87,00
57.066,79
87,00
4.050,00 4.050,00
5.528,95 23.305,26 680,40 314,60 29.829,21
4.050,00 61.203,79
3.994,38 3.994,38
5.528,95 23.305,26 680,40 314,60 3.994,38 33.823,59
(3.907,38)
70,80 284,40 313,38 160,00 268,23 955,12 69,00 2.120,93 25.259,27
70,80 284,40 313,38 160,00
828,58 26.409,00
Total
268,23 955,12 69,00 1.292,35 2.757,65
Wilayah Tengah Tidak Inventaris Tunai
Tunai
27.984,49 13.437,50 96,90 1.900,00
27.984,49 13.437,50 96,90 1.900,00 420,00
420,00
39.618,89
420,00
(4.437,50) (4.437,50)
5.030,09 9.990,75 83,00 401,75 15.505,59
Keterangan : Nilai dalam () menunjukkan nilai yang negatif
(4.437,50) 35.601,39
Tunai
49.664,96
3.344,81 3.344,81
116,40 432,00 36,00 84,30 358,33
(2.924,81)
183,00 682,50 15,00 232,19 479,17 610,63 160,53 35,63 2.398,65 14.352,34
27.866,76
1.027,03 20.771,17
324,00
Total
40.308,60 11.250,00 186,36 2.080,00 324,00
324,00
10.115,65 16.591,30 295,20 476,81 387,80
610,63 160,53 35,63 806,79 (5.244,29)
Wilayah Timur Tidak Inventaris Tunai
40.308,60 11.250,00 186,36 2.080,00
5.030,09 9.990,75 83,00 401,75 3.344,81 18.850,40
183,00 682,50 15,00 232,19 479,17
1.591,86 22.521,44
Total
(1.250,00) (1.250,00)
(1.250,00) 48.738,96
4.425,27 4.425,27
10.115,65 16.591,30 295,20 476,81 387,80 4.425,27 32.292,03
(4.101,27)
116,40 432,00 36,00 84,30 358,33 473,00 190,55 52,50 1.743,08 14.703,85
473,00 190,55 52,50 716,05 (1.966,05)
Lampiran 5. Peta Wilayah Kecamatan Lembang