Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
ANALISIS EKONOMI PEMBERIAN KREDIT SAPI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Economic Analysis on Dairy Cattle Scheme of Farmers in Pakem SubProvince Sleman Yogya) S. GAYATRI, A. SETIADI, ISBANDI dan K. BUDIRAHARJO Program Studi Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan,Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT Mean of earnings during one year relative minimize that is Rp 3.960.486,29. Mean of Credit the dairy cattle taken by breeder is Rp 5.220.028. Rentability value, that is 21.81%. This value if compared by rate of interest (13%) is bigger, so that can be infered that credit of dairy cattle taken by breeder in Subdistrict Pakem is profit. Analyse the regresion indicate that the value of signifikansi (0.945) >0.05 and that do not have an effect on the reality (P>0.05) to earnings the breeder dairy cattle. Key Words: Dairy Cattle Credit, Income ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis ekonomi pemberian kredit kepada peternak sapi perah di Kecamatan Pakem, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi mendalam. Responden penelitian adalah sebanyak 35 orang peternak yang menerima fasilitas program kredit sapi perah yang dipilih secara random. Analisis data secara deskriptip. Rata-rata pendapatan peternak sapi perah selama satu tahun relatif kecil yaitu Rp. 2.387.134. Ratarata kredit sapi perah yang diambil oleh peternak adalah Rp. 5.220.028. Nilai rentabilitas ekonomi, yaitu sebesar 21,81%. Nilai ini apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga kredit bank sebesar 13% adalah lebih tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa kredit sapi perah yang diambil oleh peternak di Kecamatan Pakem adalah menguntungkan. Analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0,945) >0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kredit sapi perah tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah. Kata Kunci: Kredit Sapi Perah, Tingkat Pendapatan
PENDAHULUAN Bangsa sapi perah yang hidup di Indonesia antara lain adalah Friesian Holstein (FH), Peranakan Friesian Holstein (PFH), Aryshire, Jersey dan Sapi Grati. Namun sapi perah yang biasa dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein atau dikenal dengan FH dengan ciri: warna hitam belang putih, kepala berbentuk panjang, lebar dan lurus, ekor warna putih, tanduk mengarah ke depan dan membengkok ke dalam, temperamen untuk sapi betina jinak dan tenang, untuk sapi jantan agak galak dan panas, serta mempunyai kemampuan berproduksi susu lebih banyak
328
dibanding bangsa sapi lainnya (SIREGAR, 1996). SYARIEF dan SUMOPRASTOWO (1991) menyatakan bahwa, kemampuan berproduksi susu sapi perah FH dapat mencapai lebih dari 5.982 kg per laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 3,7%. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan sub sektor peternakan adalah memberi bantuan kepada petani ternak, yaitu dengan program kredit. Masalah yang sering dihadapi oleh peternak sapi perah di Kecamatan Pakem, Sleman Yogyakarta adalah terbatasnya modal. Sehingga koperasi memberikan fasilitas kredit dan menyediakan sarana produksi yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
ternak dan usaha. Pengembangan usaha ternak sapi perah oleh pemerintah melalui program kredit sapi perah pola KUD/Koperasi mulai tahun 1982, bertujuan untuk menciptakan iklim yang merangsang pertumbuhan usaha produksi susu di dalam negeri menuju swasembada susu. Program ini merupakan program penyuluhan di bidang usaha ternak sapi perah yang ditujukan kepada petani ternak sapi perah agar mampu mengembangkan usahanya sehingga meningkatkan kesejahteraan. Sasaran program kredit sapi perah koperasi adalah anggota atau calon anggota koperasi yang tergolong ekonomi lemah yang sekurangkurangnya mempunyai pengalaman beternak JENDERAL sapi perah (DIREKTORAT PETERNAKAN, 1997). Pengertian kredit bagi petani tidak hanya terbatas sebagai salah satu bentuk memperoleh modal, melainkan juga transaksi pinjammeminjam secara luas yang sebagian besar tidak berarti komersial (“business like”), tetapi sebagai salah satu bentuk tolong-menolong (MUBYARTO, 1995). Masalah kredit dalam pertanian berhubungan erat dengan modal. Cara paling mudah untuk memajukan pertanian dan meningkatkan produksi adalah dengan memperbesar penggunaan modal baik itu modal yang berasal dari luar maupun modal sendiri. Pemerintah berusaha memberikan fasilitas kredit seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) dan juga Kredit Candak Kulak (KCK) agar dapat meningkatkan produksi pertanian dan juga pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis ekonomi pemberian kredit kepada peternak sapi perah yang dapat dilihat dari nilai rentabilitas ekonomi dan pengujian secara statistik dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh kredit sapi perah terhadap tingkat pendapatan peternak. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2004 di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Pengumpulan data berupa data primer dilakukan dengan wawancara berpedoman pada kuesioner dan
data sekunder berupa data tambahan untuk mendukung penelitian ini. Responden penelitian adalah sebanyak 35 orang peternak di lokasi penelitian yang menerima fasilitas program kredit sapi perah yang dipilih secara random. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Analisis ekonomi pemberian kredit kepada peternak sapi perah dapat dilihat dari nilai rentabilitas ekonomi (RE). Pendapatan bersih RE =
x 100% Total modal
Pengujian secara statistik dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh kredit sapi perah terhadap tingkat pendapatan peternak. Y = a + bx Dimana: Y = tingkat pendapatan a = konstanta b = koefisien regresi x = jumlah kredit sapi pada nilai tertentu HASIL DAN PEMBAHASAN IDENTITAS RESPONDEN Beberapa aspek untuk menentukan identitas responden adalah umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang menerima fasilitas kredit dari koperasi di Kecamatan Pekem yang dipilih secara acak berjumlah 35 responden. Data tentang identitas responden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa semua responden berusia produktif, sehingga mudah dalam penerimaan informasi dan teknologi baru. Semakin muda umur petani semakin tinggi semangat untuk mempelajari hal yang belum diketahui. Tingkat pendidikan responden cukup beragam dari yang tidak tamat SD sampai dengan tamat SMA. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan hanya 5,71% berpendidikan sarjana. Hal ini berpengaruh pada pola pikir peternak yang masih mengusahakan ternaknya secara tradisional. Ditinjau dari mata
329
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
pencaharian responden sebanyak 65,71% sebagai petani, 11,42% PNS dan 20% swasta. Hal ini menunjukkan, bahwa usaha ternak sapi perah masih sebagai usaha sampingan yang belum menuju ke arah komersil. Tabel 1. Data identitas responden Jumlah
Identitas responden
Pengeluaran terbesar adalah untuk biaya pakan sebesar 83.86% dari keseluruhan total biaya yang dikeluarkan. Kebutuhan pakan setiap sapi berbeda-beda menurut umur ternak. Ternak sapi yang sedang laktasi membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak untuk memproduksi susu. Semua responden dalam penelitian ini tidak mengeluarkan biaya tenaga kerja karena tenaga kerja yang diusahakan adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga sehingga peternak tidak mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja.
Orang
%
20−30 tahun
2
5,71
30−40 tahun
11
31,42
40−55 tahun
22
62,85
Tidak tamat SD
5
14,28
SD
16
45,71
SMP
8
22,85
Penjualan sapi
3.403.807.41
40,65
4.755.025.97
56,79
Umur
Tingkat pendidikan
Tabel 2. Rata-rata Pendapatan usaha ternak sapi perah Komponen pendapatan
Persentase (%)
Penerimaan
SMA
4
11,42
Penjualan susu
Sarjana
2
5,71
Penjualan kotoran Jumlah penerimaan (a)
Mata pencaharian
Nilai (Rp)
213.333.33
2,54
8.372.166.71
100,00
Biaya produksi
Petani
23
65,71
PNS
5
11,42
Pakan
4.141.208.35
83.86
Swasta
7
20,00
Biaya penyusutan
146.138.57
3.31
Biaya obat-obatan
63.407.15
1.44
PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH Pendapatan usaha ternak sapi perah merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha ini. Besarnya pendapatan usaha ternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 2. Komponen penerimaan dalam usaha ternak sapi perah meliputi penjualan susu, penjualan kotoran dan penjulaan sapi afkir. Penjualan susu merupakan komponen terbesar dalam pendapatan sebesar 56,79%, karena susu merupakan produk utama dari usaha ternak sapi perah dan penerimaan dari hasil penjualan lain merupakan penerimaan sampingan yang diperoleh dari usaha tersebut. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan meliputi: pakan, biaya penyusutan, biaya obat-obatan, dan biaya IB. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan responden yang berjumlah 35 orang adalah Rp 4.411.680,29. Besarnya biaya yang dikeluarkan berbeda menurut tingkat kebutuhan ternak.
330
Biaya IB Jumlah Biaya produksi (b) Pendapatan usaha ternak sapi perah (a-c)
60.925.93
1.38
4.411.680.00
100.00
3.960.486.29
-
Rata-rata produksi susu adalah 7,04 l/ekor/hari atau 4831,13 l/ekor/tahun. Sedangkan rata-rata sapi yang dipelihara oleh peternak adalah 6 ekor atau setara dengan 3,87 UT. Pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Pakem sebesar Rp3.960.486,29. Hal ini tidak berbeda jauh dengan pendapatan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten sebesar Rp 3.847.242.00 (EDDY et al., 2004). Modal yang digunakan untuk ternak sapi perah adalah sebesar Rp 12.683.801,71. Modal ini terdiri dari modal yang berasal dari modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri yang dikeluarkan oleh peternak adalah Rp 7.463.773,14. Modal asing merupakan modal diluar modal sendiri yang dikeluarkan oleh
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
peternak. Dalam penelitian ini modal asing berasal dari jumlah kredit yang dipinjam oleh peternak yang dinilai dengan rupiah yaitu sebesar Rp 5.220.028,57. Peternak di Kecamatan Pakem menerima fasilitas kredit berupa kredit ternak sapi perah. Kredit Sapi Perah (KSP) di Kecamatan Pakem diberikan secara bertahap bekerjasama dengan GKSI. Selain itu PT Bogasari juga ikut memberikan fasilitas kredit sapi perah yang pelaksanaannya dikordinasikan oleh koperasi. Koperasi di wilayah Kecamatan Pakem yang dapat menyalurkan kredit sapi perah untuk diberikan kepada peternak adalah Koperasi Warga Mulya. Sistem pengembalian kredit dilakukan dengan kewajiban peternak untuk menyetor susu 3 liter per hari selama 3 tahun dan menyerahkan pedet keturunannya. Sistem pengembalian kredit seperti ini tentu saja menguntungkan bagi peternak karena peternak tidak harus mengembalikan kredit dalam bentuk uang sehingga dalam perhitungan biaya produksi tidak harus menyertakan aspek pengembalian kredit. Analisis kredit ternak sapi perah di Kecamatan Pakem, Sleman Yogyakarta dapat diketahui dari nilai rentabilitas ekonomi, yaitu perbandingan antara pendapatan usaha ternak sapi perah dengan modal yang digunakan (jumlah antara modal sendiri dan modal asing = jumlah kredit). Nilai rentabilitas ekonomi adalah sebesar 21,81%. Nilai rentabilitas ekonomi ini masih tinggi bila dibandingkan tingkat suku bunga kredit bank sebesar 13%. Berdasarkan hal tersebut, uang atau modal yang ada lebih baik digunakan untuk berusaha daripada ditabung atau didepositokan di bank. Besarnya persentase tingkat rentabilitas ekonomi menunjukkan bahwa usaha ternak sapi perah cukup berhasil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ternak sapi perah di daerah Kecamatan Pakem, Sleman Yogyakarta adalah menguntungkan. Pengujian secara statistik dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh kredit sapi perah terhadap tingkat pendapatan peternak. Nilai R2 = 0,352 artinya 35,2% faktor dari variabel independent (variabel kredit sapi perah) dapat mempengaruhi variasi yang terdapat pada variabel dependent (tingkat pendapatan), sedangkan sisanya sebesar 64,8% dapat
dijelaskan oleh variabel atau faktor lain selain variabel kredit sapi perah. Untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel bebas (independent) dengan variabel dependent digunakan perhitungan analisis regresi sederhana. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh nilai kredit sapi perah terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di daerah Kecamatan Pakem, Sleman Yogyakarta. Hasil analisis regresi dilakukan dengan program komputer SPSS, diperoleh koefisien regresi dan persamaan regresi yang dapat dituliskan sebagai berikut: Y = 5748969 – 0,0482X Koefisien regresi X sebesar -0.0482 yang artinya jika terjadi kenaikan tingkat kredit sapi perah sebesar satu rupiah akan mengakibatkan penurunan tingkat pendapatan peternak sebesar 0,0482. Hasil analisis regresi tentang pengaruh X (nilai kredit sapi perah) terhadap tingkat pendapatan (Y) mempunyai signifikasi sebesar 0,945 dengan nilai t hitung = -0,701. Signifikasi (0,945) ≥ 5%, sehingga diputuskan menerima Ho dan menolak Hl. Artinya hubungan antara variabel X (nilai kredit sapi perah) terhadap tingkat pendapatan (Y) adalah secara non signifikan atau tidak nyata. Sehingga tidak terbukti adanya pengaruh kredit sapi perah terhadap tingkat pendapatan usaha ternak sapi perah. Hal ini dikarenakan peternak tidak harus mengembalikan kredit dalam bentuk uang sehingga dalam perhitungan biaya produksi tidak harus menyertakan aspek pengembalian kredit. Selain itu tujuan jangka pendek kredit sapi perah ini adalah membantu operasional usaha dan kredit bukanlah variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap tingkat pendapatan tetapi terdapat varaibel lain, misalnya harga penjualan susu, biaya operasional, harga pakan. Sehingga kredit sapi perah tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan usaha sapi perah di Kecamatan Pakem, Sleman Yogyakarta. KESIMPULAN DAN SARAN Sistem pengembalian kredit dilakukan dengan kewajiban peternak untuk menyetor susu 3 liter per hari selama 3 tahun dan menyerahkan pedet keturunannya. Nilai
331
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
rentabilitas ekonomi adalah sebesar 21,81%, nilai rentabilitas ekonomi ini masih tinggi bila dibandingkan tingkat suku bunga kredit bank sebesar 13%. Disimpulkan bahwa usaha ternak sapi perah di daerah Kecamatan Pakem, Sleman Yogyakarta adalah menguntungkan. Tetapi apabila dianalisis secara regresi linier kredit sapi perah tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan usaha sapi perah di Kecamatan Pakem, Sleman Yogyakarta. Peternak yang memiliki modal diharapkan lebih memilih menanamkan uangnya untuk pengembangan usaha ternak sapi perah karena usaha ini ternyata cukup menguntungkan. Peternak dapat melakukan peminjaman modal kepada Bank atau koperasi untuk meningkatkan usaha ternak sapi perah. Sehingga diharapkan pihak bank dapat mempermudah persyaratan peminjaman uang dan meningkatkan pelayanan kredit.
DAFTAR PUSTAKA DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 1997. Buku Petunjuk Pelaksanaan Proyek Pengembangan Usaha Sapi Perah Tahap VI. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. EDDY, B.T., L. HAKIM dan S.M. SAYUTI. 2004. Produktivitas Tenaga Kerja Usaha Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. J. Pengembangan Peternakan Tropis, edisi Oktober 2004. MUBYARTO. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi III. LP3ES. Jakarta. SIREGAR, S. 1996. Sapi Perah: Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Cetakan ke5. Penebar Swadaya, Jakarta. SYARIEF, M.Z. dan R.M. SUMOPRASTOWO. 1991. Ternak Perah. CV Yasaguna. Bandung.
DISKUSI Pertanyaan: Nilai rentabilitas 21,81%, merupakan angka rataan pertahun dalam periode 3 tahun, ataukah diprediksi dengan nilai rupiah tahun pertama sampai dengan tahun ketiga? Jawaban: Selama penelitian ini berlangsung. Sistem pengembalian kredit dari petani berjalan selama 3 tahun. Penelitian ini memang menganalis perkembangan selama 1 tahun, namun apabila ingin mengetahui analisis ekonomi selama 3 tahun, pengembalian kredit harus telah selesai dan petani telah dapat mengembalikan kreditnya.
332