ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA CIBODAS KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT
YANI LUVITASARI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014
Yani Luvitasari NIM H44100043
ABSTRAK YANI LUVITASARI. Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang memiliki dua kelompok ternak yang tergabung dalam Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) Cikajang. Kondisi usahaternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, masih berupa peternakan rakyat, sehingga sistem pemeliharaannya masih secara tradisional. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Kondisi tersebut menarik untuk dikaji, adapun hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari kondisi peternak di Desa Cibodas ialah mengenai karakteristik peternak, tingkat efisiensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik peternak, analisis linier berganda yang kemudian ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural, analisis pendapatan usahaternak, dan analisis penggunaan input optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik peternak di lokasi penelitian di dominasi oleh peternak laki-laki, rata-rata usia peternak 41-50 tahun, rata-rata tingkat pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar, rata-rata pengalaman beternak selama 11-20 tahun, dengan rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST. Berdasarkan perhitungan pendapatan diketahui bahwa pendapatan peternak tersebut sudah menguntungkan dengan ratarata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penggunaan input pakan hijauan, konsentrat, dan air masing-masing berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen, sedangkan untuk input tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Hasil analisis penggunaan input optimal menunjukkan bahwa penggunaan input di lokasi penelitian masih belum optimal, karena nilai rasio NPM/BKM dari setiap input masih belum menujukkan nilai sama dengan satu.
Kata kunci: faktor produksi, input optimal, koperasi, produksi susu
ABSTRACT YANI LUVITASARI. Analysis of Production Efficiency and Income of Dairy Cattle Breeders at Cibodas Village, Sub-District of Cikajang, Garut. Supervised by YUSMAN SYAUKAT. There are two dairy farmer groups in Cibodas area which are also joined theKoperasiPeternakGarut Selatan (KPGS) Cikajang. The dairy farmers are mostly smallholders, thus the dairy farms are still being maintained traditionally. Therefore, to achieve the maximum profit, the farmers should arrange the production factor allocation efficiently. Therefore, it is interesting to see as also analyzed by the writer, the farmers’ characteristics, production efficiency analysis, and the degree of income analysis. This study uses the descriptive analysis to identify the farmers’ characteristics, the double linier regression which further is being transformed into the natural logarithm form, the farmers’ degree of income analysis, and the optimum input usage analysis. The study is resulting evidences that the dairy farmers in KPGS are dominated by men, with the average age is 41-50 years old, farmers are typically finished their elementary school, with the dairy farming experiences are 11-20 on average, and the owned dairy cows are 1,8 ST. The degree of income analysis shows that with 1,8 ST owned cows per farmer, the dairy business has already profitable. The regression analysis shows that the usage of feed, concentrate, and water are significantly influenced the model with 5 percent alpha, while the worker factor is not significantly proven to influence the model. The optimum input usage analysis shows that input usage has not been optimally used in Cibodas Area, it is showed by the NPM/BKM ratio of each input is not equal with one.
Keywords: cooperative, milk production, production factor, optimum input
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA CIBODAS KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT
YANI LUVITASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkngan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas dukungan dari banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini, penulis meenyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada : 1. Orang tua tercinta (Bapak Maman (Alm),Ibu A’ah Rohayati, dan Bapak Ade Safari), yang telah memberikan doa dan semangat. Semoga karya ini dapat menjadi salah satu persembahan terbaik untuk mereka. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M. Agr dan Rizal Bakhtiar S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. 4. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 5. Segenap pengurus KPGS Cikajang dan peternak di Desa Cibodas yang telah bersedia membantu memberikan informasi terkait penelitian ini. 6. Tegar Nugraha yang selalu memberikan bantuan, motivasi dan semangat. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan di ESL 47, Dian, Dewi,Esya, dan Atika. 8. Sahabat-sahabat Himpunan Mahasiswa Garut Ai, Eva, Shovi, Pika, Tatang, Iman, Ika, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi penulis terima. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.
Bogor, November 2014
Yani Luvitasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xix
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xx
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Teori Ekonomi Produksi
7
Efisiensi Usaha Ternak
8
Pendapatan Usaha Ternak
8
Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah
10
Penelitian Terdahulu
10
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
12 12
Konsep Usaha Peternakan Sapi Perah12 Fungsi Produksi13 Elastisitas Produksi15 Konsep Penggunaan Input Optimal17 Kerangka Pemikiran Konseptual METODE PENELITIAN
19 22
Lokasi dan Waktu Penelitian
22
Jenis dan Sumber Data
22
Metode Pengambilan Contoh
22
Metode Analisis dan Pengolahan Data
23
Analisis Karakteristik Peternak23 Analisis Fungsi Produksi24 Pengujian Statistik25 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah
27
Analisis Penggunaan Input Optimal
29
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
31
Letak Geografis dan Pembagian Administratif
31
Gambaran Umum Penduduk dan Matapencaharian
31
Gambaran Umum KPGS Cikajang
32
Gambaran Umum Peternak Desa Cibodas Anggota KPGS Cikajang
33
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak
37 37
Umur Peternak37 Tingkat Pendidikan38 Pengalaman Beternak39 Jenis Kelamin Peternak Responden40 Analisis Pendapatan Usaha Ternak
40
Analisis Penerimaan Usaha Ternak41 Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak42 Analisis Pendapatan Usaha Ternak45 Analisis Efisiensi Produksi Usaha Ternak
46
Analisis Penggunaan Input Optimal
51
SIMPULAN DAN SARAN
54
Simpulan
54
Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
59
RIWAYAT HIDUP
74
DAFTAR TABEL 1Konsumsi daging, telur, dan susu di Indonesia tahun2008-2009
2
2 Jenis dan metode analisis data
23
3 Perhitungan analisis pendapatan usaha ternak sapi perah
28
4Jadwal kegiatan peternak responden dalam pemeliharaan sapi perah di Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut
35
5
Karakteristik peternak responden berdasarkan Cibodas,Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
usia
di
Desa 37
6 Karakteristik peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
38
7 Karakteristik peternak responden berdasarkan pengalaman beternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
39
8 Karakteristik peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
40
9 Rata-rata penerimaan per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
41
10 Rata-rata biaya produksi per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Ciakajang, Kabupaten Garut
44
11 Rata-rata pendapatan per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
46
12 Hasil pendugaan fungsi produksi susu di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
47
13 Rasio NPM dan BKM usahaternak milik peternak responden di DesaCibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
52
DAFTAR GAMBAR 1 Kurva Produksi
15
2 Kurva daerah produksi
16
3 Penentuan keuntungan dengan penggunaan input optimal
18
4 Kerangka pemikiran operasional
21
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner Penelitian
60
2 Hasil analisis regresi
68
3 Data Karakteristik Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang. Kabupaten Garut
70
4 Data Kepemilikan Sapi Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
71
5 Faktor-Faktor Produksi Usaha Ternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
72
6 Dokumentasi Penelitian
73
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS2014), Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan I-2014 meningkat sebesar 0,95 persen dibandingkan triwulan IV-2013, dari sisi produksi pertumbuhan ini terutama didukung oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang meningkat sebesar 22,70 persen1. Subsektor peternakan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 10,40 persen2. Subsektor peternakan memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Hal ini karena subsektor peternakan memiliki peran penting bagi masyarakat seperti dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah dan juga diiringi oleh peningkatan rata-rata pendapatan penduduk. Produk utama subsektor peternakan adalah daging, telur, dan susu. Komoditi subsektor peternakan yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah sapi perah. Susu sapi perah merupakan salah satu bahan makanan yang menjadi sumber protein hewani. Kebutuhan akan protein hewani masyarakat Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kesadaran gizi masyarakat yang didukung oleh pengetahuan dan teknologi. Data mengenai tingkat konsumsi susu yang terus meningkat dibandingkan komoditas peternakan lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan tingkat konsumsi daging, telur, dan susu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 di Indonesia. Jika dilihat dari tingkat konsumsi nasional, jumlah konsumsi susu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging dan telur. Jumlah permintaan susu tertinggi ialah pada tahun 2011, yaitu sebanyak 3.494,81 ribu ton. Begitu juga jika dilihat dari
1 2
http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05mei14.pdfdiakses tanggal 1 Juni 2014 http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Statistik_Tenaga_Kerja_Perta nian_2013.pdf diakses tanggal 1 Juni 2014
2 konsumsi per kapita, jumlah konsumsis susu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging dan telur. Tabel 1Konsumsi Daging, Telur, dan Susu di Indonesia Tahun2008-2009 Jenis
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Daging
1.643,09
1.732,64
1.654,14
1.753,15
1.753,54
Telur
1.453,04
1.569,81
1255.,70
1.350,38
1.412,78
Susu
2.125,33
2.277,20
3.173,05
3.494,81
2.738,51
Daging
6,43
6,60
6,85
7,08
7,05
Telur
5,35
5,17
5,20
5,51
5,68
Susu
9,51
13,14
13,14
14,26
11,01
Konsumsi Nasional (000 Ton)
KonsumsiPer Kapita (Kg/Kapita/Thn)
Sumber : Departemen Pertanian (2013)
Tingkat konsumsi susu sapi yang tinggi tentunya menimbulkan permintaan yang tinggi pula. Kenyataannya tingkat produksi susu nasional belum dapat memenuhi permintaan susu yang terus meningkat, yang menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor susu sapi untuk memenuhi kekurangan produksi susu di dalam negeri. Menurut data BPS pada tahun 2013, permintaan susu nasional baru terpenuhi sekitar 25 persen saja, sedangkan sisanya sekitar 75 persen berasal dari impor. Hal ini menunjukkan bahwa produksi susu dalam negeri perlu ditingkatkan lagi. Peningkatan produksi susu nasional dapat dilakukan dengan pembinaan dan pengembangan usaha peternakan sapi perah sehingga membuka kesempatan bagi para peternak agar dapat lebih meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari usaha ternak yang dijalankannya. Selain itu, produktivitas produksi susu sapi perah juga dapat dicapai dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Keberadaan usaha peternakan sapi perah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Pengembangan usahaternak tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti aspek produksi, kebijakan, dan kelembagaan. Sebagai negara yang sedang
3 berkembang, mayoritas peternak di Indonesia masih didominasi oleh peternakan rakyat yang berada didaerah pedesaan dengan tingkat daya saing dan tingkat kehidupan yang masih sangat rendah. Hal ini menyebabkan usaha peternakan di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran koperasi sebagai suatu bentuk kelembagaan. Koperasi peternak ini memiliki fungsi dalam membantu para peternak untuk memperoleh bantuan berupa pinjaman dana untuk pengembangan usaha ternak, pelayanan kesehatan ternak, dan juga membantu dalam memasarkan susu hasil produksi yang selanjutnya akan disalurkan oleh koperasi tersebut ke beberapa Industri Pengolahan Susu (IPS). Menurut BPS (2013), provinsi penghasil susu terbesar kedua setelah Jawa Timur adalah Provinsi Jawa Barat. Kemampuan untuk menghasilkan produksi susu di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusi kabupaten dan kota yang tercakup dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah sentra produksi susu sapi di Provinsi Jawa Barat. Kondisi bentang alam Kabupaten Garut sangat memungkinkan untuk meningkatkan produksi susu sapi baik kualitas maupun kuantitasnya. Adapun potensi yang dimiliki Kabupaten Garut untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah yaitu jumlah populasi sapi perah sekitar 21.858 ekor dan luas penggembalaan sekitar 2.651,65 Ha dengan produktivitas lahan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 Ton/Ha3. Berdasarkan uraian diatas, maka susu sapi perah dapat dijadikan sebagai salah satu komoditas strategis oleh pemerintah Kabupaten Garut. Hal ini karena susu merupakan industri peternakan yang berbasis pedesaan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Selain kondisi lahan dan jumlah ternak yang berpotensi, faktor pendukung lainnya ialah adanya sebuah kelembagaan peternak yang ikut berperan dalam pengelolaan peternakan sapi perah di Kabupaten Garut. Koperasi Peternak Garut Selatan Cikajang (KPGSCikajang) merupakan koperasi pertama yang menangani usaha susu sapi di Kabupaten Garut, sehingga KPGS Cikajang memiliki peran penting dalam pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Garut. Peternak anggota KPGS Cikajang terbagi menjadi 37 kelompok, salah satunya adalah
3
http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sda_peternakan. 4 Maret 2014
4 kelompok ternak Ngamplang dan Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Kelompok yang berada di Desa Cibodas tersebut merupakan kelompok yang memiliki kualitas susu paling baik diantara kelompok yang lain. Kualitas tersebut berdasarkan standar kandungan lemak yang terkandung di dalam susu. Standar kandungan lemak yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah sebesar 3,30. Kondisi tersebut menarik untuk dikaji, adapun hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari kondisi peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah mengenai karakteristik peternak, tingkat efisisensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak. Perumusan Masalah Kecamatan Cikajang merupakan salah satu daerah sentra penghasil susu terbesar di Kabupaten Garut. Selain memiliki cuaca yang cocok untuk membudidayakan sapi perah, didukung pula oleh tersedianya lahan yang dapat digunakan untuk menyediakan pakan ternak, sehingga usaha ternak tersebut dapat memberikan prospek yang menjanjikan. Pengembangan usaha ternak tersebut tidak hanya memberikan hasil pada peningkatan produksi susu sapi saja, melainkan juga dapat meningkatkan pendapatan bagi para peternaknya jika dikelola dengan baik. Hal ini juga diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak melalui perolehan dari pendapatan usaha ternak sapi perah yang mereka jalankan. Perolehan pendapatan tersebut salah satunya melalui penjualan susu segar. Sistem penjualan susu segar yang dilakukan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah melalui KPGS Cikajang, yang kemudian disalurkan ke Industri Pengolahan Susu. Pendapatan peternak yang meningkat dapat memberikan kesempatan bagi peternak untuk meningkatkan skala usahanya, sehingga perkembangan usaha ternak susu sapi perah dapat terus berkembang. Pendapatan usaha ternak yang diterima peternak merupakan selisih dari penerimaan penjualan susu dan penjualan sapi yang terjual dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan susu merupakan penerimaan utama yang dijadikan sebagai sumber biaya untuk membiayai biaya produksi
5 usaha ternak sapi perah peternak. Adapun pengeluaran utama yang harus dikeluarkan peternak ialah biaya untuk pembelian pakan konsentrat. Pendapatan peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut salah satunya dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi. Berdasarkan hasil survei di lapangan, yang menjadi kendala dalam biaya produksi yang dikeluhkan peternak di daerah penelitian ialah tingginya harga konsentrat yaitu sebesar Rp 2.100 per kg. Hal ini dikeluhkan oleh peternak karena peternak beranggapan bahwa harga konsentrat hampir setengah dari harga susu yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang, yaitu sebesar Rp 3.900 per liter. Asumsinya apabila kebutuhan pakan konsentrat tinggi, maka biaya produksi akan meningkat dan akan mengurangi pendapatan peternak. Kondisi usaha ternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih berupa peternakan rakyat berskala kecil, sehingga sistem pemeliharaannya masih secara tradisisonal. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Efisiensi usaha ternak tersebut diharapkan dapat meminimumkan biaya produksi. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ? 2) Bagaimana tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ? 3) Bagaimana efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ? Tujuan Penelitian Berdasarkan tujuan umum yang telah dipaparkan, maka tujuan khusus penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikaasi karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.
6 2) Menganalisis tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. 3) Menganalisis efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1) Peternak
sapi
perah,
diharapkan
dapat
menjadi
masukan
dalam
meningkatkan produksi susu dalam usaha ternak sapi perahnya. 2) Para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan dapat memberikan tambahan pengetahuan. 3) KPGS Cikajang dan Pemerintah Kabupaten Garut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan usaha sapi perah. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1) Penelitian ini mencakup tentang analisis efisiensi produksi serta analisis pendapatan usaha ternak sapi perah anggota KPGS Cikajang, Kabupaten Garut. 2) Usaha ternak sapi perah yang diteliti adalah usaha ternak sapi perah anggotaKPGS Cikajang, Kabupaten Garut. 3) Penelitian dilaksanakan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dengan mengambil sample 37 responden peternak.
7
TINJAUAN PUSTAKA Teori Ekonomi Produksi Produksi dalam artian yang umum didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan proses produksi. Produksi dalam artian lebih operasional adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa yang disebut output. Input sebagai faktor produksi merupakan semua benda dan alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan atau menambah daya guna barang. Faktor produksi meliputi sumber daya alam, manusia, modal, dan sumber daya kewirausahaan. Sumberdaya alam meliputi tanah, air, hutan, udara, sinar matahari, dan barang-barang tambang. Sumber daya manusia dibedakan atas sifat kerja dan kualitas kerja. Sumber daya modal dibedakan menurut sifat, fungsi, bentuk, dan menurut sumber. Banyak jenis kegiatan yang terjadi dalam proses produksi karena ada perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Tujuan produksi adalah menjaga kesinambungan usaha, meningkatkan keuntungan, meningkatkan jumlah, mutu, dan metode barang, serta untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Masing-masing
perubahan
tersebut
menentukan
penggunaan input untuk menghasilkan output yang diinginkan. Ada tiga konsep efisiensi dalam penyelenggaraan produksi yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan ekonomis. Efisiensi teknis menyatakan perbandingan output fisik dengan input fisik telah mencapai maksimum. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Efisiensi
8 ekonomis menyatakan kondisi proses produksi telah mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (bukan berupa hasil produk fisik). Pandangan dari konsep efisiensi ekonomi pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila dapat menghasilkan keuntungan maksimum (Soekartawi 1991). Efisiensi Usaha Ternak Menurut Mubyarto (1989), efisiensi usaha ternak merupakan hasil bersih (netto) dari kegiatan usaha ternak yang diperoleh setelah mengurangakan hasil atau pendapatan kotor (bruto) dari produksi dengan jumlah seluruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak. Apabila hasil usahaternak tersebut besar, maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Semakin tinggi rasio berarti usahaternak tersebut semakin efisien. Menurut Yekti (2005), efisiensi ekonomi merupakan rasio antara keuntungan aktual dengan keuntungan potensial yang mungkin dicapai oleh suatu usahatani. Oleh sebab itu,
untuk mengetahuinya perlu dilakukan estimasi
terhadap fungsi keuntungan frontliner. Fungsi keuntungan tersebut menyatakan kemampuan keuntungan maksimum atau potensial apabila sumberdaya digunakan secara optimal. Efisiensi ekonomi suatu usaha ternak dapat dilakukan dengan pendekatan fungsi keuntungan. Tingkat efisiensi usaha ternak dapat diketahui melalui analisis R/C rasio. R/C rasio merupakan rasio penerimaan dan biaya. Analisis R/C rasio dalam usaha ternak biasanya menggambarkan tingkat efisiensi usaha ternak berdasarkan rasio antar variabel biaya yang harus dikeluarkan dan penerimaan yang diterima. R/C rasio dapat menunjukkan rasio yang diterima peternak berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan Usaha Ternak Tujuan usaha ternak adalah untuk memperoleh pendapatan yang sebesarbesarnya dengan menggunakan biaya yang efisien. Tujuan tersebut dapat dicapai antara lain melalui analisis pendapatan dengan cara menghitung semua penerimaan yang diperoleh dengan seluruh biaya pengeluaran, melakukan efisiensi usaha, dan melakukan penataan manajemen yang baik. Unsur pokok yang menjadi bahan analisis dalam pendapatan adalah dengan menghitung penerimaan dan biaya-biaya yang digunakan. Biaya yang dikeluarkan sebagai
9 biaya untuk memperoleh hasil selama periode usaha tertentu disebut sebagai biaya usaha. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Gusasi dan Saade 2006). 1) Biaya Tetap Biaya tetap ialah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usaha secara tetap, tidak tergantung pada besarnya skala usaha seperti pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan kandang, peralatan, listrik dan gaji tetap karyawan yang dinyatakan dalam rupiah selama satu siklus pemeliharaan. 2) Biaya Variabel Biaya variabel ialah biaya yang dikeluarkan tergantung pada jumlah besar kecilnya volume usaha. Semakin besar usaha, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Adapun biaya-biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya, biaya tenaga kerja dan bahan bakar, semuanya dinyatakan dalam rupiah pada periode rata-rata setiap pemeliharaan. Menurut Halcrow (1981), konsep biaya dari segi ekonomi harus dipandang dari kelangkaan dan alternatif penggunaan suatu sumberdaya. Petani dihadapkan pada pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pemilihan komoditas yang akan diusahakan tentunya dilandasi oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi (Yekti 2005). Menurut Rahim dan Hastuti (2007), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang digunakan dalam proses produksi, dengan kata lain pendapatan tersebut meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan yang diperoleh peternak merupakan suatu kriteria dalam menentukan tingkat keuntungan serta keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha ternak. Pendapatan merupakan selisih antara keseluruhan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Perhitungan mengenai penerimaan dan biaya usaha ternak perlu dilakukan sebelum menghitung pendapatan usaha ternak (Soeyatno 2013). Keberhasilan usaha ternak jika dilihat dari segi pendapatan dinilai berdasarkan tingkat efisiensinya, yaitu kemampuan usaha tersebut menghasilkan keuntungan dari setiap
rupiah biaya yang dikeluarkan dan dihitung dengan
10 membandingkan penerimaan dengan biaya atau sering disebut R/C rasio. Unsurunsur yang diperlukan dalam analisis pendapatan usaha ternak sapi perah, yaitu total penerimaan tunai, total penerimaan lain-lain, total biaya tunai, dan total biaya diperhitungkan (Soeyatno 2013). Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Menurut Sudono (1999), peternakan sapi perah lebih menguntungkan dari peternakan lainnya. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari peternakan sapi perah ialah sebagai berikut : 1) Suatu usaha tetap; 2) Sapi perah sangat efisien dalam merubah makanan ternak menjadi protein hewani dan kalori; 3) Jaminan pendapatan tetap; 4) Penggunaan tenaga kerja yang tetap; 5) Sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia; 6) Kotoran sapi perah dapat membantu menjaga kesuburan tanah. Adapun yang mempengaruhi keuntungan peternakan sapi perah ialah sebagai berikut : 1) Skala Usaha Produktif 2) Daya Dukung Sumberdaya Pakan 3) Bibit Sapi Perah 4) Harga Input Produksi dan Output 5) Agroklimat 6) Kualitas Susu 7) Manajemen Budidaya 8) Skala Usaha Selain faktor-faktor diatas, faktor lain yang mempengaruhi pendapatan usaha tenak adalah karakteristik dari peternak itu sendiri. Adapun karaketristik peternak yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah sebagai berikut : (1) skala kepemilikan; (2) umur; (3) tingkat pendidikan; (4) pengalaman beternak; (5) motivasi beternak; (6) jumlah tanggungan keluarga; dan (7) tenaga kerja. Penelitian Terdahulu Heriyatno (2009) melakukan penelitian pada anggota Koperasi Serba Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat mengenai analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak. Menunjukkan bahwa jumlah pemberian pakan
11 konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan, dan masa laktasi berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi perah peternakan, sedangakan besarnya biaya usaha tidak berpengaruh secara nyata, sekitar 40,2 % hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi susu di tingkat peternak dapat dijelaskan oleh fungsi produksi tersebut. Usaha ternak sapi perah yang dijalankan oleh anggota KSU Karya Nugraha memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,11, sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan. Kamiludin (2009) melakukan penelitian mengenai usaha peternakan sapi perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis struktur biaya dan struktur penerimaan peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah, dan 2) Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh oleh peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah, yaitu dengan menghitung rasio penerimaan terhadap total biaya usaha ternak. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa biaya usaha ternak di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen dari biaya variabel terdiri dari biaya pakan, insemenasi buatan dan obat-obatan, perlengkapan, air, dan listrik, sedangakan untuk biaya tetap terdiri dari biaya transportasi, penyusutan bangunan, penyusutan peralatan, penyusutan ternak, penyusutan kendaraan, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja kuar keluarga. Hasil analisis mengenai pendapatan menunjukkan bahwa penerimaan usaha ternak di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang dibagi atas penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai diperoleh dari penjualan susu dan penjualan ternak, sedangkan penerimaan tidak tunai meliputi susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja, serta perubahan nilai ternak.
12
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu sebagai acuan alur berfikir dalam melakukan penelitian. Konsep Usaha Peternakan Sapi Perah Sejarah peternakan sapi perah di Indonesia dibagi menjadi dua masa, yaitu 1) masa pemerintahan Hindia Belanda dari awal abad ke-19 sampai tahun 1940; 2) masa pemerintahan Indonesia merdeka sampai sekarang. Kedua masa tersebut memiliki perbedaan, dimana pada masa pemerintahan Belanda peternakan sapi perah umumnya berbentuk perusahaan susu yang memelihara sapi perah dan menghasilkan susu yang kemudian dijual ke konsumen, sedangkan pada masa pemerintahan Indonesia merdeka selain terdapat perusahaan-perusahaan susu, juga terdapat beberapa peternak sapi perah yang memiliki 2 sampai 3 ekor sapi sebagai usaha sampingan (Sudono 1999). Menurut Mubyarto (1989), pola pemeliharaan peternakan di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok : 1) Peternakan Rakyat Peternakan
yang
budidayanya
dilakukan
secara
tradisional,
pemeliharaannya dilakukan oleh anggota keluarga dengan keterampilan yang masih sederhana. Biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan kandang, dan peralatan-peralatan lain. Tujuan utama pemeiharaan hewan ialah sebagai ternak kerja. 2) Peternakan Semi Komersial Keterampilan yang dimiliki sudah cukup baik. Bahan makanan yang digunakan berupa hasil ikutan panen seperti bekatul, jerami, jagung, dan rumput yang dikumpulkan oleh anggota keluarga sendiri. Tujuan utama pemeliharaan hewan ternak ialah untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi pribadi.
13 3) Peternakan Komersial Dijalankan oleh peternak yang memiliki modal dan sarana produksi yang cukup modern. Sudah dapat membayar tenaga kerja. Makanan ternak yang dipakai dibeli dari luar dalam jumlah yang banyak. Tujuan utama pemeliharaan ternak ialah untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Menurut Priyanti et al (2009) usaha sapi perah di Indonesia sebagian besar didominasi oleh peternakan rakyat. Peternak dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam melaksanakan usahanya, baik dalam bidang produksi maupun pemasaran sehingga dapat menghitung keuntungan dan kerugian yang terjadi. Adapun tujuan dari pemeliharaan sapi perah yang berorientasi bisnis ialah untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang optimal berdasarkan sumberdaya dan nilai investasi yang dimiliki. Menurut Sudono dan Rosdiana (2003), jumlah sapi yang dimiliki oleh peternakan milik rakyat biasanya berjumlah dua sampai tiga ekor. Peternakan milik rakyat tersebut biasanya tidak terlepas dari peran koperasi. Peternakan milik rakyat tersebut tidak lepas dari adanya peran koperasi peternak yang menangani usaha ternak seperti menyediakan pakan konsentrat dan penyaluran susu dari peternak ke IPS. Keperasi sapi perah tersebut tentunya berbeda dengan koperasi biasa, karena koperasi sapi perah beranggotakan peternak sapi perah dimana anggota merupakan pengusaha dan usahanya tersebut menunjang kehidupan koperasi. Fungsi Produksi Menurut Debertin (1986), fungsi produksi merupakan hubungan teknis input menjadi output. Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : y = f(x) dimana : y = output x = input Pengukuran tingkat produktivitas dari suatu proses produksi dapat menggunakan produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) sebagai tolak ukur. Produk marjinal diartikan sebagai perubahan output akibat dari perubahan satu satuan input variabel. Produk rata-rata merupakan produksi total (y) per satuan
14 input variabel. Secara matematis produk marjinal dan produk rata-rata dapat digambarkan sebagai berikut: PM
= 𝜕y/𝜕x
PR
= 𝑦/x
dimana : 𝜕y/𝜕x
= Perbandingan perubahan jumlah input yang digunakan dengan perubahanjumlah output yang diproduksi.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara PM dan PR ialah sebagai berikut (Soekartawi 1990) :
Apabila PM lebih besar dari PR, hal ini menunjukkan bahwa produksi ratarata (PR) masih ada dalam kondisi meningkat.
Apabila PM lebih kecil dari PR, ini berarti bahwa produksi rata-rata (PR) ada dalam kondisi menurun.
Apabila PM sama dengan PR, maka produksi rata-rata (PR) ada dalam kondisi maksimum. Produksi total (PT) maksimum dapat dicapai pada saat PM sama dengan
nol. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : 𝜕𝑦
PT max = fʹ(x) = 𝜕𝑥 = 0 , dan 𝜕2𝑦 𝜕𝑥 2
= fʺ (x) < 0
Selanjutnya PM akan sama dengan PR pada saat PR ada pada kondisi maksimum, dan PR akan mencapai maksimum pada saat turunan pertamanya sama dengan nol. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
15 y
A B
C x
y
D E PR x PM Gambar 1Kurva Produksi Keterangan : A = Produksi total B = Output pada saat PR maksimum C = titik belok D = PM maksimum E : PR maksimum (PR dan PM berpotongan) Elastisitas Produksi Elastisitas produksi (Ep) merupakan
respon
perubahan output dari
perubahan input (Debertin 1986). Elastisitas produksi digunakan untuk mengukur
16 efisiensi.
Secara
matematis
persamaan
elastisitas
produksi
dapat
dirumuskansebagai berikut : Ep = (𝜕y/𝜕x)* x/y = PM/PR dimana : Ep= elastisitas produksi karena 𝜕y/𝜕x adalah PM, maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya PM dari suatu input, misalnya input x. Pembagian daerah dalam fungsi produksi dapat dijelaskan melalui konsep elastisitas produksi. Pada tingkat penggunaan input yang meningkat, elastisitas produksi (Ep) akan berubah karena Epmerupakan nisbah dari PM dan PR. Nilai Eptersebut dapat menunjunkkan daerah produksi. Jika Ep lebihbesar dari satu, maka PM akan lebih besar dari PR, dan hal ini berada pada daerah I. Daerah II dimulai pada titik Ep = 1 dan PM = PR, sedangkan daerah III dimulai pada titik Ep = 0 dan PM juga = 0. Daerah III ini akan selalu terjadi pada saat E p negatif, demikian pula PM juga negatif (Priyanti et al 2009). Kondisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : y
x
y
PR x I
II
PM
III
Gambar 2Kurva daerah produksi
17
I : pada daerah I produksi masih dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah input produksi dan keuntungan maksimum belum tercapai. Daerah tersebut merupakan daerah Irrasional. II : pada daerah II keuntungan maksimum telah tercapai dengan tingkat penggunaan faktor produksi tertentu. Daerah tersebut merupakan daerah Rasional. III:penambahan faktor produksi pada daerah III tidak lagi efisien, sehingga daerah ini disebut daerah Irrasional. Konsep Penggunaan Input Optimal Efisiensi
ekonomi
merupakan
kombinasi
dari
input
untuk
memaksimumkan keuntungan. Tingkat keuntungan maksimum pada peternak dapat diketahui melalui pendekatan penerimaan total dan biaya total, serta dengan menentukan
jumlah
input
optimum.
Maksimisasi
keuntungan
dengan
menggunakan pendekatan penerimaan total dan biaya total secara matematis ditulis sebagai berikut (Debertin 1986) : Π = TR – TC = Py . y - ∑ vi xi - B = Py . f(xi) - ∑ vixi – B dimana : Π
= keuntungan
TR
= total penerimaan (total revenue)
TC
= total biaya (total cost)
x
= jumlah input
PY
= harga output
vi
= harga input
B
= biaya Selain
dengan
menggunakan
pendekatan
diatas,
maksimisasi
keuntungan juga dapat dilakukan dengan menentukan jumlah input optimum. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :
18 1) Necessary Condition ∂π
Π max : ∂x = 0 𝜕𝜋 𝜕𝑥𝑖
𝜕𝑦
= Py . 𝜕𝑥𝑖 - vi = 0 𝜕𝑦
Py . 𝜕𝑥𝑖 = vi NPMi = vi 2) Sufficient Condition Πʺ = 0 𝑑2𝜋 <0 𝑑𝑥2 dimana : PM
= produk marjinal
NPM = nilai produk marjinal Keuntungan maksimal diperoleh ketika NPM sama dengan vi, pada kondisi ini dapat diketahui jumlah input optimal yang harus digunakan oleh preternak untuk memaksimalkan keuntungannya. Jika penggunaan input dalam proses produksi sudah mencapai penggunaan input yang optimal, maka kegiatan produksi yang dilakukan oleh peternak tersebut sudah dapat dikatakan efisien. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
y
NPMi vi
xi*
x
Gambar 3Penentuan keuntungan dengan penggunaan input optimal
19 Keterangan : xi* = penggunaan input optimal Kerangka Pemikiran Konseptual Usaha peternakan sapi perah memiliki potensi yang baik untuk terus dikembangkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan, usaha ternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih berupa peternakan rakyat. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pendapatan peternak, sehingga perlu adanya suatu penelitian mengenai karakteristik peternak, tingkat efisiensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak untuk mengetahui kendala-kendala yang sebenarnya dihadapi oleh para peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian ini melakukan analisis deskriptif terlebih dahulu dengan cara mengidentifikasi karakteristik peternak untuk mengetahui bagaimana karakteristik peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Identifikasi karakteristik peternak didasarkan pada faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan sapi perah, dan pengalaman beternak. Setelah mengidentifikasi karakteristik peternak, selanjutnya dilakukan analisis efisiensi produksi untuk mengetahui apakah penggunaan input-input faktor produksi sudah berada pada tingkat efisien atau tidak. Produksi yang berada pada tingkat efisien dapat menunjukkan hasil produksi yang optimal, dimana produksi optimal tersebut dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Analisis ini menggunakan pendugaan dan pengujian model fungsi Cobb-Douglas terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan. Efisiensi produksi dapat diketahui melalui efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis, dalam penelitian ini hanya mengkaji tingkat efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis tersebut dapat dilihat melalui nilai NPM (nilai produk marjinal) dan BKM (biaya korbanan marjinal) dari faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi. Efisiensi ekonomis tercapai jika nilai NPM
20 = BKM, artinya faktor produksi yang digunakan telah mencapai tingkat optimal sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Selain efisiensi produksi, dilakukan juga analisis pendapatan untuk mengetahui berapa besar keuntungan para peternak dalam usahanya. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output berupa susu sapi, tentunya membutuhkan suatu biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh peternak. Hasil dari produksi peternak yang dijual akan menghasilkan suatu penerimaan. Selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan peternak menjadi pendapatan yang diperoleh oleh peternak sapi perah. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional yang dapat dilihat pada Gambar 4.
21
Usaha ternak di Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut
Sistem peternakan di Desa Cibodas masih bersifat tradisional dengan jumlah kepemilikan sapi yang masih relatif rendah.
Masalah : Bagaimana peningkatan pendapatan peternak ? Bagaimana tingkat penggunaan input optimal ?
Analisis pendapatan usaha ternak
Analisis Deskriftif
Identifikasi Karakteristik Peternak
Analisis Penggunaan Input Optimal
Estimasi Tingkat Pendapatan Usaha Ternak
Rekomendasi untuk peternak dan koperasi
Gambar 4Kerangka pemikiran operasional Keterangan : = hubungan koordinasi = feed back
Estimasi Efisiensi Produksi
22
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), karena Desa Cibodas memiliki kelompok ternak yang menghasilkan kualitas susu yang baik diantara kelompok ternak didesa lainnya. Penetuan standar kualitas susu yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah berdasarkan kandungan lemak yang terkandung didalam susu. Adapun standar jumlah kandungan lemak yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah sekitar 3,30 persen. Pengambilan data dilakukan bulan Juli 2014. Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenis dan sumber data, maka data yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu : data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan dan wawancara dengan responden. Proses wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur, sedangkan data sekunder diperoleh dari intansi-intansi terkait. Metode Pengambilan Contoh Responden dalam penelitian ini adalah peternak anggota KPGS Cikajang yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dan minimal mengusahakan satu ekor sapi perah. Jumlah responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 orang peternak. Pengambilan data dari peternak dilakukan di Kampung Ngamplang dan Kampung Cibodas, Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Hal ini dilakukan dengan alasan karena kedua kampung tersebut memiliki kualitas susu yang baik.
Proses pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode
purposive samplingserta berdasarkan arahan dari ketua kelompok ternak yang ada di Kampung Ngamplang, Desa Cibodas dengan pertimbangan bahwa responden yang akan dijadikan sampel telah memiliki informasi yang dibutuhkan peneliti
23 dan memiliki kesediaan untuk diwawancara. Jenis dan metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2Jenis dan Metode Analisis Data No
Tujuan
Jenis Data (Primer/Sekunder)
Metode Analisis Data
1
Identifikasi karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
Data primer dan sekunder
Analisis deskriptif
2
Analisis tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
Data primer
Analisis pendapatan
3
Analisis tingkat efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
Data primer
Analisis regresi linier berganda
Metode Analisis dan Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil observasi langsung dilapangan, studi literatur, wawancara, dan pengisian kuisioner dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi keadaan umum usaha ternak sapi perah dan karakteristik peternak sapi perah. Analisis kuantitatif meliputi analisis efisiensi dan analisis pendapatan usaha ternak. Tahap analisis yang digunakan ialah dengan transfer data, pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan Minitab, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data. Penilain untuk karakteristikpeternak responden dapat diketahui melalui data primer dan data sekunder yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis Karakteristik Peternak Analisis terhadap karakteristik peternak dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan pertanyaanpertanyaan tersetruktur yang diajukan kepada peternak. Adapun karakteristik yang dianggap penting meliputi umur peternak, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak. Karakteristik tersebut dianggap penting karena akan berpengaruh terhadap pelaksanaan usaha ternak.
24 Analisis Fungsi Produksi Model estimasi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi usaha ternak sapi perah ini adalah model fungsi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobbdouglas merupkan model fungsi produksi yang sering digunakan oleh peneliti dalam melakukan analisis mengenai usaha ternak ataupun usahatani. Alasannya karena perhitungan dan penjelasan fungsi ini lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain dan lebih mudah ditransfer dalam bentuk linier. Selain itu parameter didalam fungsi cobb-Douglas dapat digunakan sebagai elastisitas produksi untuk setiap faktor produksi.Model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha ternak yang dipertimbangkan secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut : y
=b0 . x1b1 . x2b2 . x3b3 x4b4. eu
dimana : y
= produksi susu sapi (liter/ST/hari)
x1
= pakan hijauan (kg/ST/hari)
x2
= pakan konsentrat (kg/ST/hari)
x3
=air (liter/ST/hari)
x4
=tenaga kerja (HOK)
b0
= konstanta
u
= galat
bi
=besaran
parameter, elastisitas dari masing-masing faktor produksi, dimana
i = 1–4 e
= bilangan natural model fungsi produksi Cobb-Douglas diatas selanjutnya dirubah kedalam
fungsilogaritme natural (ln). Adapun bentuk persamaannya adalah sebagai berikut : ln y = ln b0 + b1 ln x1 + b2 ln x2 + b3 ln x3 + b4 lnx4 dimana : ln y
= ln produksi susu sapi (liter/ekor/hari)
ln x1
= ln pakan hijauan (kg/ST/hari)
25 ln x2
= ln pakan konsentrat (kg/ST/hari)
ln x3
= ln air (liter/ST/hari)
ln b4
= ln tenaga kerja (HOK)
ln b0
= ln konstanta
Pengujian Statistik Pengujian fungsi produksi dilakukan untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak. Pengujian model secara statistik antaralain terdiri dari koefisien determinasi, uji-t, dan uji-F. 1. Koefisien Determinasi (R-square) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model. Nilai R-square berkisar antar 0 sampai dengan 1. Jika nilai R-square mendekati 1, maka model tersebut semakin baik, karena semakin besar keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen dan semakin sedikit kergaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel lain diluar model (Gujarati 2003). 2. Uji-t Statistik Uji-t statistik digunakan untuk melihat hubungan atau pengaruh antara variable independen secara individual terhadap variable dependen. Hipotesis yang digunakan : a. Jika hipotesis positif H0 = b0 ≤ 0 : variable independen tidak mempengaruhi variable-variabel dependen secara signifikan. H1 = b1> 0 : variable independen mempengaruhi variable-variabel dependen secara positif dan signifikan. b. Jika hipotesis negatif H0 = b0 ≥ 0 : variable independen tidak mempengaruhi variable-variabel dependen secara signifikan.
26 H1 = b1< 0 : variable independen mempengaruhi variable-variabel dependen secara positif dan signifikan. Pengambilan keputusan uji-t adalah : Jika t-tabel ≥ t-hitung, H0 diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t-tabel < t-hitung, H0 ditolak berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap variabel dependen. 3. Uji F Statistik Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 ( tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama) H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama) Pengambilan keputusan uji F adalah : Apabila F-hitung > F tabel, maka H0 ditolak berarti secara bersama-sama variable independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Apabila F-hitung < F tabel, maka H0 diterima berarti secara bersama-sama variable independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen. Uji Asumsi Klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas. 1. Normalitas Uji ini dilakukan dengan uji normal P-Plot. Mendeteksi dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
27 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2. Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variable independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainnya. Ada tidaknya mulitikolinearitas dapat diprediksi melalui nilai VIF setiap prediktor, yaitu jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka tidak ada multikolinearitas. 3. Autokorelasi Ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson test, dengan hipotesis sebagai berikut : Jika nilai Durbin Watson statistik < DL, atau Durbin Watson statistik > 4 – DL, maka terdapat autokorelasi. Jika nilai DU< Durbin Watson < 4 – DU, maka tidak ada autokorelasi. Jika nilai DL ≤ Durbin Watson ≤ DL atau 4 – DU ≤ Durbin Watson ≤ 4 – DL,berati ragu-ragu. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Analisis pendapatan usaha ternak dapat dilakukan dengan menghitung penerimaan kotor dikurangi biaya total. Selisih yang diperoleh tersebut yang dinamakan penerimaan bersih. Pengeluaran total biaya peternakan sapi perah dibagi menjadi dua, yaitu : (1) biaya tunai dan (2) biaya non tunai. Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh peternak dalam usaha ternak, sedangkan biaya biaya non tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh peternak dalam menjalankan usaha ternaknya, namun ikut diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah berupa pengeluaran untuk pembelian pakan konsentrat, air, kesehatan hewan, dan listrik. Biaya non tunai yang dikeluarkan oleh peternak responden ialah berupa pengeluaran untuk biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan membagi selisih antara nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai.
28 Metode yang digunakan dalam perhitungan penyusutan alat-alat pertanian adalah metode garis lurus. Alasan penggunaan metode ini adalah karena jumlah penyusutan alat diasumsikan sama dan tidak laku untuk dijual kembali. Rumus biaya penyusutan adalah sebagai berikut: Biaya penyusutan =
𝑁𝑏 −𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑛
Keterangan: Nb
= Nilai pembelian (Rp)
n
= Umur teknis (tahun) Perhitungan mengenai analisis pendapatan usaha ternak sapi perah
peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3Perhitungan AnalisisPendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Variabel
Keterangan
A Penerimaan Tunai
Harga x hasil susu dijual (liter) Harga jual sapi pedet Harga jual sapi afkir
B Total Penerimaan
Total A
C Biaya Tunai
a. Pakan Konsentrat b. Kesehatan Hewan c. Air d. Listrik
D Biaya non tunai
Biaya Tetap Penyusutan peralatan Biaya tenaga kerja Pakan Hijauan
E Biaya Total
C+D
F Pendapatan atas biaya tunai B-C G Pendapatan atas biaya total B-E
Nilai (Rp/Tahun)
29 Analisis Penggunaan Input Optimal Penggunaan input yang optimal dalam proses produksi penting untuk diketahui. Hal ini karena dengan menggunakan jumlah input yang optimal peternak dapat mengurangi pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan input produksi, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan. Keuntungan yang maksimal tersebut dapat dipenuhi apabila jumlah input optimal sama dengan jumlah input aktual. Secara matematis kriteria penggunaan input optimal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Π = Py . y –
4 i=1 vi
xi – B
= Py . f(x1, x2, x3, x4)
𝜕𝜋 𝜕𝑥 1
4 i=1 vi
xi – B
= Py . b1 [ b0 x1b1-1 x2b2 x3b3 x4b4] – v1 = 0 𝑦
Py (b1𝑥1) = v1 Py MPP = v1 Karena Py MPP1 = NPM1, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM1/V1 = 1
𝜕𝜋 𝜕𝑥 2
= Py . b2 [ b0 x1b1 x2b2-1 x3b3 x4b4] – v2 = 0 𝑦
Py (b2𝑥1) = v2 Py MPP = v2 Karena Py MPP2 = NPM2, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM2/V2 = 1
𝜕𝜋 𝜕𝑥 3
= Py . b3 [ b0 x1b1 x2b2 x3b3-1 x4b4] – v3 = 0 𝑦
Py (b3𝑥1) = v3 Py MPP = v3 Karena Py MPP3 = NPM3, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM3/V3 = 1
𝜕𝜋 𝜕𝑥 4
= Py . b4 [ b0 x4b1 x2b2 x3b3 x4b4-1] - v = 0 𝑦
Py (b4𝑥4) = v4
30 Py MPP = v4 Karena Py MPP4 = NPM4, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM4/V4 = 1 NPM1/v1 = NPM2/v2 = NPM3/V3 = NPM4/v4 Secara, penentuan penggunaan input optimal untuk setiap input adalah : 𝑁𝑃𝑀𝑖 𝑉𝑖
=1
Dimana : NPM : nilai produk marjinal BKM : biaya korbanan marjinal (vi)
31
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Pembagian Administratif Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak kurang lebih 1 Km dari pusat Kecamatan Cikajang, 27 Km dari Ibukota Kabupaten Garut, 80 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, dan 300 Km dari pusat pemerintahan negara. Desa Cibodas memiliki batas administratif sebagai berikut : Sebelah Utara
: Desa Cikajang
Sebelah Selatan
: Desa Girijaya
Sebelah Barat
: Desa Cikajang
Sebelah Timur
: Desa Giriawas
Desa Cibodas memiliki tofografi yang berbukit-bukit. Suhu udara di daerah ini berkisar antara 20 sampai dengan 25 derajat celsius, sehingga cocok untuk dijadikan sebagai daerah pertanian. Desa Cibodas memiliki curah hujan sedang yang biasanya terjadi di bulan November sampai dengan bulan April, sehingga rentan terkena kekeringan. Desa Cibodas masuk kedalam kategori desa besar untuk desa-desa yang berada di pulau Jawa. Adapun luas wilayah yang ada di Desa Cibodas terdiri dari : Luas tanah
: 216,8 Ha
Luas taman
: 18,5 Ha
Luas pekarangan
: 25,7 Ha
Luas pemukiman
: 21,5 Ha
Luas perkebunan
: 52,5 Ha
Luas prasarana umum : 47,6 Ha Gambaran Umum Penduduk dan Matapencaharian Desa Cibodas memiliki sekitar 2.215 jiwa kepala keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 9.630 jiwa pada tahun 2013 yang terdiri atas 4.836 jiwa penduduk laki-laki dan 4.794 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut Desa Cibodas termasuk kedalam kategori desa besar dengan tingkat
pertumbuhan seitar 0,02 persen pertahun. Komposisi penduduk Desa
Cibodas berdasarkan matapencaharian terdiri atas : buruh tani 160 orang, tani 108
32 orang, pedagang 173 orang, pertukangan 123 orang, PNS 137 orang,wiraswasta 405 orang, dan lain-lain 145 orang. Gambaran Umum KPGS Cikajang KPGS Cikajang merupakan salah satu koperasi susu sapi perah yang terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. KPGS Cikajang merupakan koperasi pertama yang menangani usaha susu sapi di Kabupaten Garut. Awalnya, KPGS Cikajang berdiri sebagai sebuah amalgamasi dari Koperasi pertanian Desa Cikajang, Desa Cikandang, dan Desa Cigedug menjadi KUD Cikajang I. KUD Cikajang I mengalami perubahan anggaran dasar dan mengganti nama menjadi KPGS Cikajang pada tahun 2005. Kegiatan utama KPGS Cikajang ialah pada unit pengolahan usaha sapi perah. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah diperoleh dari para peternak yang merupakan anggota dari KPGS Cikajang yang kemudian disalurkan ke beberapa IPS, seperti : PT. Indolakto, PT. Danone Dairy Indonesia, dan PT. Ultrajaya. Selain menampung dan memasarkan susu segar KPGS Cikajang juga memiliki unit usaha lain sebagai penunjang dalam memenuhi kebutuhan anggotanya serta untuk meningkatkan keuntungan koperasi. Adapun unit usaha lain yang dijalankan oleh KPGS Cikajang, ialah sebagai berikut : 1) Unit usaha sapi perah (unit utama); 2) Unit usaha pakan ternak; 3) Unit usaha simpan pinjam; 4) Minimarket (bekerjasama dengan Yomart); 5) Unit usaha produk pasteurisasi dan yoghurt. Selain memiliki unit usaha, KPGS Cikajang juga memiliki unit pelayanan. Unit pelayanan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Adapun unit pelayanan yang disediakan oleh KPGS Cikajang untuk anggotanya ialah sebagai berikut : 1) Unit pelayanan kredit sapi; 2) Unit pelayanan kesehatan hewan dan reproduksi; serta 3) Unit simpan dan pinjam. Pelayanan lain yang di berikan oleh KPGS Cikajang untuk anggotanya ialah menyediakan mobil penjemputan susu hasil perahan peternak. Penjemputan tersebut dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu sekitar pukul 07.00 WIB dipagi hari dan pukul 15.00 untuk sore hari.
33 Gambaran Umum Peternak Desa Cibodas Anggota KPGS Cikajang Usaha ternak yang dijalankan oleh responden peternak sapi perah di Desa Cibodas pada umumnya merupakan jenis pekerjaan utama bagi para peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Selain itu, usaha ternak tersebut biasanya merupakan usaha yang diwariskan oleh orangtua. Hal ini dapat dilihat dari status kepemilikan lahan dan kandang yang sebagian besar merupakan warisan dari orangtua. Hampir semua kandang yang dimiliki oleh peternak merupakan jenis kandang permanen dengan ukuran 2 meter kali 1,5 meter dengan tinggi sekitar 2 meter. Kandang tersebut biasanya memiliki lokasi yang dekat dengan sumber air baik itu sumur umum, kolam ikan, maupun sungai. Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak sapi perah di lokasi penelitian masih berupa peternakan rakyat, dimana tenaga kerja yang dipakai didalam usaha ternaknya sebagian besar masih menggunakan tenaga kerja keluarga dengan rata-rata kepemelikian sapi laktasi sebanyak 1,32 ST. Sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden ialah sapi perah betina bangsa FH (Frisien Holstein). Pakan yang diberikan oleh peternak adalah hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan biasanya diperoleh peternak dari sekitar hutan atau ada juga yang sengaja menanamnya dilahan disekitar kandang sapi perah milik pribadi. Jenis rumput yang ditanam ialah rumput gajah (pennisetum purpureum), sehingga biasanya pakan hijauan yang digunakan oleh peternak untuk pakan ternaknya merupakan campuran antara rumput gajah dan rumput liar.Hal ini karena jumlah rumput gajah yang ditanam jumlahnya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pakan harian ternak. Pakan tambahan yang diberikan selain hijauan ialah konsntrat. Konsentrat diperoleh peternak langsung dari KPGS Cikajang dengan harga Rp 2.100 per kg. Selain pakan, kebutuhan lain yang diperlukan dalam pemeliharaan sapi perah adalah air. Perbandingan air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 liter susu adalah 3,6 liter. Peternak di Desa Cibodas sebagian besar menggunakan air sumur. Sumur tersebut merupakan sumur umum yang dibuat dari program PNPM, sehingga peternak harus membayar Rp 3.000 per bulan untukdapat memanfaatkan air tersebut. Selain pakan hijauan, konsentrat, dan air, dalam pelaksanaan usahaternak juga dibutuhkan peralatan yang dapat mendukung pelaksanaan usahaternak sapi
34 perah. Adapun peralatan yang digunakan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, ialah sebagai berikut : a. Milk can, yaitu wadah yang digunakan untuk menampung susu saat akan disetorkan ke koperasi. Wadah ini biasanya terbuat dari aluminium khusus, namun juga ada yang terbuat dari plastik dengan kapasitas 10 sampai 15 liter. b. Ember, ember ini digunakan untuk menampung susu segar saat diperah, dapat juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk memandikan sapi, menampung air, membersihkan kandang, dan menampung pakan ternak. c. Sabit, sabit biasanya digunakan untuk memotong rumput untuk pakan ternak. d. Golok, biasanya digunakan untuk memotong kayu saat membetulkan bagian kandang yang rusak. e. Gayung, biasanya digunakan untuk memberi susu sapi dari induk ke anaknya, bisa juga digunakan untuk memandikan dan membersihkan kandang. f. Sapu lidi, biasanya digunakan untuk membersihkan kandang. g. Sikat, biasanya digunakan untuk memandikan sapi dan membersihkan kandang. h. Sepatu boots, digunakan oleh peternak untuk mencari rumput. Selain pakan, air, dan perlatan yang digunakan dalam kegiatan usaha ternak, faktor lain yang dianggap dapat berpengaruh terhadap usaha tani ialah kondisi kesehatan sapi. Penyakit yang sering diderita oleh sapi milik peternak responden di Desa Cibodas antaralain lumpuh (milk fever) dan mastitis. Lumpuh pada sapi biasanya terjadi pasca
melahirkan, penyakit ini disebabkan akibat
kekurangan zat kapur. Sapi yang terjangkit penyakit lumpuh ini biasanya langsung dijual oleh peternak dengan harga yang lebih murah dari harga sapi normal. Penyakit mastitis pada sapi ialah penyakit yang menyerang ambing sapi akibat dari peradangan kelenjar susu. Hal ini dapat menyebabkan megeringnya susu sapi dan berdampak pula pada penurunan pendapatan usahaternak. Menurut Soeyatno (2013), penyakit mastitis dapat disebabkan oleh bakteri yang sterptococcus cocci
35 dan
staphylococus
cocci
yang
masuk
melalui
puting
dan
kemudian
berkembangbiak dikelenjar susu. Masuknya bakteri tersebut dapat disebabkan oleh puting yang ada dalam keadaan terbuka kemudian menyentuh lantai atau dari tangan pemerah yang terkontaminasi bakteri. Pemerahan susu yang dilakukan oleh peternak masih dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan menggunakan tangan. Kegiatan memerah susu biasanya memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk satu ekor sapi. Sebelum melakukan pemerahan tersebut biasanya para peternak melakukan pemeliharaan terhadap sapi itu sendiri, pembersihan kandang, dan memberi pakan. Peternak responden dilokasi penelitian menyebut rangkaian kegiatan tersebut dengan nama “kokomong”. Adapun rangkaian kegiatan yang rutin dilakukan oleh peternak di Desa Cibodas dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4Jadwal Kegiatan Peternak Responden Dalam Pemeliharaan Sapi Perah Di Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut Waktu Kegiatan
Jam
Jenis Kegiatan
Pagi
04.00-05.00
1. Membersihkan kandang sapi 2. Membersihkan sapi sebelum diperah 3. Memberikan pakan dan air 4. Memerah susu
06.00-12.00
1. Menyetorkan susu ke TPS 2. Persiapan Mencari rumput 3. Mencari rumput
Sore
12.00-14.00
1. Istirahat 2. Memberi pakan dan air 3. Membersihkan kandang sapi 4. Membersihkan sapi sebelum diperah 5. Memerah sapi
15.00-15.30
1. Menyetorkan susu ke TPS
17.00
2. Memberi pakan dan air
Jadwal pemeliharaan sapi yang tertera pada Tabel 4 merupakan jadwal yang sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh penyuluh dalam penyuluhan yang diadakan oleh koperasi. Penyuluhan yang diberikan oleh koperasi bertujuan untuk
36 meningkatkan produktivitas susu sapi yang diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan peternak.
37
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakteristik
peternak
dianggap
sebagai
salah
satufaktor
yang
memepengaruhi tingkat pendapatan peternak. Beberapa karakteristik yang dianggap dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan usaha ternak sapi perah meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan pengalaman beternak. Umur Peternak Informasi mengenai umur peternak dianggap penting karena pada umumnya umur dianggap sebagai hal yang memepengaruhi pengetahuan dan sikap dalam menentukan tindakan dalam beternak. Berdasarkan hasil yang diperoleh dilapang, umur peternak yang dijadikan responden dalam penelitian ini berkisar antara 33 sampai 65 tahun. Jumlah umur terbanyak yaitu berada pada kelompok umur 41 sampai 50 tahun dengan jumlah sebnyak 21 orang atau sekitar 56,8 persen. Jumlah presentase umur terendah ialah sebesar 10,8 persen, yang berada pada kelompok umur > 60 tahun. Komposisi sebaran umur tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Usia Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No
Umur (tahun)
Jumlah
Persentase (%)
1
30 – 40
5
13,5
2
41 – 50
21
56,8
3
51 – 60
7
18,9
4
>60
4
10,8
Total
37
100
Berdasarkan komposisi sebaran umur pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa umur peternak sapi perah yang merupakan responden dalam penelitian ini berada pada usia produktif dengan kisaran umur 41 sampai 50 tahun. Hal ini menandakan bahwa para peternak yang ada di lokasi penelitian mempunyai potensi yang tinggi untuk dapat meningkatkan pendapatan dan usaha ternaknya.Menurut Kurniawati
38 (2012), umur merupakan varibel penting yang dapat memepengaruhi kegiatan usaha karena umur berkaitan erat dengan kemampuan fisik serta daya fikir seorang peternak.Selain itu, pada usia tersebut umumnya manusia memiliki rasa ingi tahu dan minat mengadopsi teknologi yang sangat tinggi. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan bagi responden dianggap penting dalam penelitian ini.Hal ini karena tingkat pendidikan dianggap sebagai penentu kualitas sumberdaya manusia tersebut.Sumberdaya manusia dengan kualitas yang baik dapat terlihat dari tingkat pengetahuan, dan penyelesaian masalah yang dihadapi dalam usaha ternaknya.Selain itu tingkat pendidikan yang pernah diperoleh oleh peternak dianggap dapat mempengaruhi penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden dalam penelitian ini adalah di tingkat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 67,57 persen atau sebannyak 25 responden. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain seperti SMP/sederajat dan SMA/sederajat, yaitu sekitar 8,11 persen atau sebnayak 3 orang untuk pendidikan terkhir SPM/sederajat, dan sebnayak 10,81 persen atau sebanyak 4 orang untuk tingkat pendidikan terkahir SMA/sederajat. Sedangkan sisanya yang tidak tamat SD, yaitu sebesar 13,51 persen atau sebanyak 5 orang. Komposisi mengenai tingkat pendidikan peternak responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No
Pendidikan
1
Tidak Tamat SD
2
SD/sederajat
3 4
Jumlah
Persentase (%)
5
13,51
25
67,57
SMP/sederajat
3
8,11
SMA/sederajat
4
10,81
Total
37
100
39 Selain pendidikan formal, para peternak juga memerlukan pendidikan tambahan berupa pendidikan non formal untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha ternaknya.Pendidikan non formal ini biasanya dapat diperoleh oleh peternak melalui penyuluhan yang rutin diadakan oleh koperasi baik itu yang diadakan pada kelompok ternak setiap bulannya maupun yang diluar kelompok ternak yang berlangsung setiap satu tahun sekali di tingkat provinsi. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak responden dianggap dapat mempengaruhi tigkat pengetahuan dan keterampilan peternak.Hal ini karena pengalaman beternak berkaitan dengan lamanya peternak menjalankan usaha ternaknya. Semakin lama pengalaman beternak seorang responden maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Pengalaman beternak di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No
Pengalaman Beternak (tahun)
Jumlah
Persentase (%)
1
1-10
10
27,03
2
11-20
15
40,54
3
21-30
11
29,73
4
>31
1
2,71
Total
37
100
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini paling banyak berkisar antara 11-20 tahun, yaitu sebanyak 15 orang atau sekitar 40,54 persen, sedangkan pengalaman beternak 1-10 tahun mencapai 27,03 persen atau sebnayak 10 orang. Pengalaman beternak antara 2130 tahun sebanyak 11 orang atau sekitar 29,73 persen dan peternak yang pengalaman beternaknya lebih dari 30 tahun hanya ada 1 orang atau sebesar 2,71 persen. Hal ini menujukkan bahwa peternak responden dalam penelitian ini sudah cukup berpengalaman dalam beternak.
40 Jenis Kelamin Peternak Responden Kegiatan usahaternak yang dilakukan oleh peternak responden di Desa Cibodas tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun juga dilakukan oleh kaum perempuan. Hasil penelitian terhadap jenis kelamin peternak di Desa Cibodas menunjukkan bahwa kegiatan usahaternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut didominasi oleh kaum laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 27 orang dengan nilai presentase sebesar 72,97 persen, sedangkan usahaternak yang dijalankan oleh perempuan mempunyai jumlah responden peternak sebanyak 10 orang dengan nilai presentase sebesar 27,03 persen. Adapun kondisi sebaran umum peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki-laki
27
72,97
2
Perempuan
10
72,03
Total
37
100
Analisis Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan usahaternak merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak.Pendapatan yang diperoleh dalam usahaternak tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.Sebelum melakukan perhitungan mengenai pendapatan usahaternak harus dilakukan perhitungan mengenai penerimaan dan biaya dalam usaha ternak tersebut.Pendapatan yang diperoleh merupakan suatu kriteria dalam menentukan tingkat keuntungan serta keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha ternaknya.
41 Analisis Penerimaan Usaha Ternak Penerimaan yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari penerimaan tunai yang diperoleh dari hasil penjualan susu ke koperasi dan penerimaan dari hasil penjualan ternak. Penerimaan tunai yang diperoleh dari hasil penjualan susu merupakan hasil perkalian antara jumlah total produksi susu segar dengan harga jual dari susu tersebut.Sapi ternak yang biasa dijual oleh peternak responden dilokasi penelitian diantaranya terdiri dari sapi pedetdan sapi afkir.Adapun jumlah kepemikian rata-rata sapi yang dimiliki oleh peternak responden dilokasi penelitian sekitar 1,8 ST, dengan rata-rata produksi susu sekitar 14,05 liter per ekor per hari. Harga susu yang diterima oleh setiap peternak berbeda-beda dikarenakan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan peternak juga berbeda-beda. Range harga yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang berkisar antara Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per liter. Penetapan harga tersebut berdasarkan pada kandungan kadar lemak yang terdapat pada susu. Jika kandungan lemak yang terkandung dalam susu rendah, maka harga yang ditetapkan untuk susu tersebut juga rendah. Harga susu yang diterima oleh peternak dilokasi penelitian ialah sebesar Rp 3.900, ini menunjukkan bahwa susu sapi yang diproduksi oleh para peternak memiliki kualitas yang baik. Sumber penerimaan peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9Rata-rata penerimaan per peternak di Desa Cibodas,Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Komponen Penerimaan
Jumlah
Harga (Rp/satuan)
Jumlah (Rp/tahun)
Persentase (%)
a. Penjualan Susu (ltr/tahun)
6.700,37
3.900
26.131.443
78,9
b. Penjualan Sapi Afkir (ekor/tahun)
0,68
7.240.000
4.923.200
14,87
c. Penjualan pedet (ekor/tahun)
0,59
3.500.000
2.065.000
6,23
33.119.643
100
Penerimaan:
Total Penerimaan
42 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata total penerimaan per peternak responden adalah sebesar RP 33.119.643 per tahun yang seluruhnya diterima dari penerimaan tunai. Adapun penerimaan yang diterima dari penjualan susu sapi adalah Rp 26.131.443 per tahun dengan jumlah total produksi susu 6.700,37 liter pertahun. Total produksi susu sapi diperoleh dari hasil kali antara jumlah produksi susu perhari, yaitu sebesar 14,05 liter per ekor per hari, dengan rata-rata kepemilikan sapi laktasi, yaitu sebanyak 1,32 ST dan variabel waktu yang ditentukan untuk menghitung total pendapatan yaitu 360 hari. Penerimaan lainnya yang diperoleh oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah dari penjualan sapi afkir dan sapi pedet. Dilokasi penelitian terdapat sekitar 17 orang dari 37 peternak responden yang menjual sapi afkir dengan jumlah sapi afkir yang dijual sebanyak 25 ekorper tahun dengan rata-rata harga penjualan sapi afkir sekitar Rp 7.240.000 per ekor, sehingga dari penjualan sapi afkir tersebut diperoleh penerimaan sebesar Rp 4.923.200 per tahun. Diketahui untuk penjualan sapi pedet, terdapat sekitar 19 orang dari 37 peternak responden yang menjual sapi pedet, dengan jumlah sapi pedet yang dijual sekitar 22 ekor ternak per tahun. Adapun rata-rata harga penjualan sapi pedet di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sekitar Rp 3.500.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh dari penjualan sapi pedet ialah sebesar Rp 2.065.000 per tahun. Total penerimaan yang diperoleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dari penjualan ternak ialah sebesar Rp 6.988.200 per tahun. Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan dari hasil penjualan susu sapi merupakan sumber penerimaan terbesar yang diterima oleh peternak responden yaitu sekitar 78,9 persen dari total seluruh penerimaan. Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak Biaya dalam usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai.Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petrnak responden dalam penelitian ini meliputi biaya pakan konsentrat, air, biaya kesehatan hewan, dan biaya listrik. Rata-rata penggunaan konsentrat per hari yang digunakanoleh peternak responden ialah sebanyak 5,83 kilogram per ST per hari, harga konsentrat ialah sebesar Rp
43 2.100 per kilogram. Kemudian untuk biaya air yang digunakan dalam usahaternak tersebut ialah sebesar Rp 3.000 per bulan. Biaya tersebut merupakan biaya iuran wajib yang ditetapkan untuk para pengguna sumur PNPM, sedangkan untuk biaya kesehatan hewan, peternak diwajibkan membayar iuran sebesar Rp 15 per liter susu kepada KPGS Cikajang. Biaya non tunai merupakan biaya yang tidak dikeluarkan oleh peternak responden dalam usahaternaknya. Biaya non tunaiyang dihitung dalam penelitian ini meliputi peyusutan peralatan dan tenaga kerja keluarga. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak ini merupakan tenaga kerja keluarga, sehingga biaya untuk pembayaran tenaga kerja tersebut dikategorikan sebagai biaya nontunai.Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja dilokasi penelitian salah satunya adalah mencari rumput untuk pakan ternak, sehingga biaya untuk pakan hijauan tidak dimasukkan kedalam variabel biaya karena sudah termasuk kedalam pembayaran biaya tenaga kerja. Adapun rata-rata penggunaan hijaunan per hari yang digunakan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebanyak
41,55 kilogram per ST per hari.Biaya
penyusutan peralatan yang digunakan oleh peternak responden ialah sebesar Rp 62.191 per bulan, dan untuk biaya upah tenaga kerja ialah sebesar Rp 25.000 per hari. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak responden ialah tenaga kerja keluarga, sehingga biaya untuk pembayaran upah tenaga kerja tersebut dimasukkan kedalam biaya yang tidak tunai. Adapun jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut ialah sebanyak 1,21 HOK. Rata-rata biaya produksi peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 10.
44 Tabel 10Rata-Rata Biaya Produksi Per Peternak Di Desa Cibodas, Kecamatan Ciakajang, Kabupaten Garut Komponen Biaya Produksi
Jumlah
Harga satuan (Rp/satuan)
Jumlah(Rp/tahun)
Persentase(%)
3.802,58
2.100
7.985.418
27,66
b. Air (Rp/bln)
3.000
36.000
0,13
c. Biaya Kesehatan Hewan (Rp/bln)
6.324,32
75.891
0,26
d. Listrik (Rp/bln)
10.000
120.000
0,42
Biaya Tunai : a. Pakan Konsentrat (kg/thn)
Total Biaya Tunai
8.217.309
Biaya non tunai : a. Penyusutan peralatan (Rp/bln) b.Tenaga Kerja (HOK)
1,21
62.191,43
746.297
2,59
25.000
10.890.000
37,71
TotalBiaya non tunai
11.636.297
Biaya Total
19.853.607
100
Berdasarkan Tabel 10dapat kita ketahui bahwa rata-rata total biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut adalah sebesar Rp 19.853.607 per tahun. Total biaya produksi tersebut terdiri atas dua komponen biaya, yaitu biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebesar Rp 8.217.309 per tahun. Biaya tunai tersebut meliputi biaya pakan konsentrat yaitu sebesar Rp 7.985.418 per tahun, biaya air sebesar Rp 36.000 per tahun, biaya kesehatan hewan Rp 75.891 per tahun, dan biaya listrik sebesar Rp 120.000 per tahun. Biaya kesehatan untuk hewan ternak yang dikeluarkan oleh peternak responden di KPGS Cikajang menggunakan sistem subsidi silang antar peternak, sehingga biaya yang dibebankan kepada peternak ialah sebesar Rp 15 dari setiap liter susu yang dihasilkan. Komponen biaya lainnya yang harus dikeluarkan oleh peternak responden ialah biaya non tunai.Besarnya rataan biaya non tunai yang harus dikeluarkan
45 peternak responden untuk kegiatan usaha ternaknya ialah sebesar Rp 11.636.297per tahun. Biaya non tunai tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya tenaga kerja per hari ialah sebesar Rp 25.000 per orang, sehingga besarnya rataan biaya tenaga kerja pertahun ialah Rp 10.890.000, sedangkan untuk biaya penyusutan pealatan ialah sebesar Rp 746.297 per tahun.Jika dilihat dari struktur biaya yang dikeluarkan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk biaya non tunai lebih besar dari pada biaya tunai. Komponen biaya terbesar dalam biaya non tunaitersebut ialah biaya untuk tenaga kerja yaitu sebesar 37,71 persen dari total seluruh biaya produksi. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan usahaternak merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahaternak. Pendapatan usahaternak dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Komponen yang diperlukan dalam analisis pendapatan usahaternak sapi perah ini yaitu total penerimaan tunai, total biaya tunai, dan total biaya. Perhitungan nilai pendapatan peternak responden sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ini dihitung per tahun untuk memperoleh pendapatan yang maksimal. Secara lebih penjelasan mengenai rata-rata pendapatan per tahun peternak respondendalam usahaternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Ciakajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 11.
46 Tabel 11Rata-Rata Pendapatan Per Peternak Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Uraian
Jumlah (Rp/tahun)
Total penerimaan
33.119.643
Tota biaya tunai
8.217.309
Total biaya non tunai
11.636.297
Total biaya
19.853.607
Pendapatan atas biaya tunai
24.902.333
Pendapatan atas biaya total
13.266.036
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa usahaternak yang dijalankan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dikatakan telah memberikan keuntungan bagi peternak responden. Hal ini karena penerimaan peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan oleh peternak responden. Pendapatan yang didapat oleh peternak responden merupakan selisih anatara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Adapun dalam penelitian ini, pendapatan peternak responden dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh peternak responden ialah sebesar Rp 24.902.333 per tahun atau sekitar Rp 2.075.194 per bulan, sedangkan untuk pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak responden ialah sebesar Rp 13.266.036 per tahun atau sekitar Rp 1.105.503 per bulan. Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak responden tersebut dikatakan menguntungkan jika dilihat dari jumlah rata-rata kepemilikan sapi, yaitu sebanyak 1,8 ST. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Ternak Indikator keberhasilan dari usahaternak dapat dilihat dari tingkat efisiensinya.Model fungsi produksi yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor produksi dalam penelitian ini adalah fungsi Cobb-Douglas. Faktor-faktor produksi yang dianggap dapat mempengaruhi produktivitas sapi perah milik
47 peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut yaitu pakan hijauan, pakan konsentrat, air, dan tenaga kerja. Sebagian dari variabelvariabel bebas tersebut dipilih berdasarkan study literatur dari penelitian terdahulu dan sebagian lagi berdasarkan dari hasil pendugaan dilokasi penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Minitab diperoleh hasil pendugaan fungsi produksi seperti pada Tabel 12. Tabel 12Hasil pendugaan fungsi produksi susu di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Variabel
Koefisien Regresi
Simpangan Baku Koefisien
Konstanta
1,5533
0,2192
7,09
0,000
Ln x1
0,17276
0,06303
2,74
0,010
1,5
Ln x2
0,08753
0,01338
6,54
0,000
1,4
Ln x3
0,07530
0,02099
3,59
0,001
1,4
Ln x4
0,05493
0,03999
1,37
0,179
1,1
R-Sq = 75,3%
T-Hit
R-Sq(adj) = 72,3%
P-Value
VIF
Alfa = 5%
Keterangan : y
= Produksi susu (liter/ST/hari)
x1
= Hijauan (kg/ST /hari)
x2
=Konsentrat
x3
= Air (liter/ST /hari)
x4
=Tenaga
(kg/ST /hari)
kerja (HOK)
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan OLS (Ordinary Least Square) fungsi produksi penduga adalah sebagai berikut : y = 1,55 x10,173 x20,0875 x30,0753 x40,0549 Berdasarkan Tabel 12, hasil pendugaan parameter dengan menggunakan software Minitab diperoleh nilai R2 sebesar 75,3 persen. Nilai ini mengartikan bahwa keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu sapi perah
48 di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dijelaskan oleh pakan hijauan, konsentrat, air, dan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 24,7 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Model regresi berganda logaritma natural (ln) ini telah di uji dengan uji asumsi klasik, yaitu normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi tersebut dapat dilihat pada lampiran1. Nilai koefisien yang terdapat dalam model CobbDouglas merupakan nilai elastisitas dari variabel-variabel produksi tersebut. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pakan Hijauan (x1) Pakan hijauan merupakan bahan pakan yang berserat kasar. Penggunaan pakan hijauan dapat membantu meningkatkan produktivitas susu sapi perah sebanyak 8 sampai 10 persen(Makin 2011). Hipotesis mengenai hijauan ialah semakin tinggi penggunaan hijauan, maka semakin tinggi pula produksi susu yang dihasilkan. Berdasarkan hasil regresi tingkat penggunaan pakan hijauan memiliki nilai P-value sebesar 0,010. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, maka tingkat penggunaan hijauan dapat dikatakan berpengaruh secara nyata terhadap produksi susu dilokasi penelitian. Nilai koefisien hasil regresi hijauan memiliki nilai sebesar 0,17276. Nilai koefisien regresi tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa pakan hijauan sebesar satu persen, maka akan meningkatkan produktivitas susu sapi sebanyak 0,17276 persen dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris paribus). Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa setiap penambahan pakan hijauan dapat meningkatkan produktivitas susu. Jika dilihat dari nilai elastisitas produksi, maka pakan hijauan memiliki
nilai elastisitas
diantara 0 dan 1 (0<Ep<1). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi berupa pemberian pakan hijauan berada pada daerah rasional. Rata-rata pemberian pakan hijauan pada sapi perah milik peternak responden ialah sebesar 41,55 kg per ST per hari. Pakan hijauan ini diperoleh responden dengan cara mencari ke padang rumput. Namun apabila peternak responden ingin membeli langsung pakan hijauan dari penjual rumput, penjual
49 tersebut menyediakan rumput dengan harga jual sekitar Rp. 25.000 per 75 kg atau sekitar Rp 333 per kg. 2. Pakan Konsentrat (x2) Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan yang berguna sebagai penguat bagi ternak.Pakan konsentrat biasanya terbuat dari campuran biji-bijian dan campuran limbah pertanian seperti jagung, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, dan hasil ikutan pabrik petanian seperti dedak. Berdasarkan hasil regresi konsentrat memiliki nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata lima pesen. Nilai ini menunjukkan bahwa pakan konsentrat yang diberikan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Nilai koefisien hasil regresi pakan konsentrat memiliki nilai sebesar 0,08753. Nilai koefisien tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa pemberian pakan konsentrat sebesar satu pesen, maka dapat menyebabkan peningkatan produksi susu sapi perah sebesar 0,08753 persen dengan menganggap bahwa faktor lain tetap (ceteris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa perubahan jumlah pakan konsentrat satu satuan akan meningkatkan produksi susu sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 (0<Ep<1) yang menunjukkan bahwa pemberian faktor produksi berupa pakan konsentrat berada pada daerah rasional. Konsentrat memiliki banyak kandungan energi dan protein yang tinggi. Pemberian konsentrat dapat meningkatkan produksi susu sapi karena memiliki jumlah TDN > 75 persen dengan kandungan protein kasar yang lebih besar dari 16 pesen. Berdasarkan hasil pengamatan dilapang, diketahui bahwa para peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih belum memperhatikan jumlah penggunaan pakan konsentrat. Para peternak responden tidak mempunyai takaran yang pasti dan tetap dalam pemberian pakan konsentrat, sehingga pemberiannya hanya berdasarkan perkiraan saja.Hal ini menunjukkan bahwa peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih belum memahami berapa banyak kebutuhan konsentrat yang harus digunakan untuk sapi produksi sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan nutrisi. Adapun jumlah rata-rata penggunaan konsentrat oleh peternak responden
50 di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebanyak 5,83 kilogram per ST per hari. 3. Air (x3) Air merupakan salah satu bahan makanan yang dibutuhkan sapi perah dalam jumlah besar selain energi. Komposisi air susu sapi perah rata-rata pada umumnya sekitar 87 persen nya berupa air dan sekitar 70 persen tubuh sapi terdiri dari air. Jumlah air minum yang diberikan untuk sapi perah tersebut tergantung dari jumlah produksi air susu, temperatur lingkungan, kesehatan hewan, dan macam makanan yang diberikan. Idealnyakebutuhan air untuk produksi air susu adalah 3,6 sampai 4 liter untuk memproduksi 1 liter air susu. Secara keseluruhan air minum yang dibutuhkan berkisar antara 37 sampai 45 liter per hari (Makin 2011). Berdasarkan hasil regresi, variabel air mempunyai nilai P-value sebesar 0,001 lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa air berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Nilai koefisien hasil regresi air memiliki nilai sebesar 0,07530. Nilai koefisien regresi tersebut mengandung arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produktsi berupa pemberian air sebesar satu persen, maka akan meningkatkan produksi susu sapi perah sebanyak 0,07530 persen dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris paribus). Pernyataan inisesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan sebanyak satu liter air dapat meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi memiliki nilai antara 0 dan1 (0<Ep<1) menunjukkan bahwa faktor produksi pemberian air berada pada daerah rasional. Air mutlak dibutuhkan sapi untuk dapat memproduksi susu, maka dari itu dengan adanya peningkatan atau penurunan dalam pemberian air sebesar satu persen pada sapi laktasi akan mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap produksi susu. Adapun rata-rata pemberian air oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebanyak 38,35 liter per ST per hari. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air minum pada sapi dilokasi
51 penelitian sudah sesuai dengan ketentuan jumlah normal pemberian air untuk sapi perah. 4. Tenaga Kerja (x4) Tenaga kerja yang digunakan oleh responden peternak dilokasi penelitian sebagian besar menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Usahaternak yang dijalankan oleh peternak responden masih berupa peternakan rakyat dengan rata rata kepemilikan sapi sebanyak 2,48 ekor. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja dalam kegiatan usahaternak sapi perah diantaranya membersihkan kandang, mencari rumput, memandikan sapi, memberi pakan, dan memerah susu. Berdasarkan nilai variabel tenaga kerja mempunyai nilai P-value sebesar 0,179 lebih besar dari taraf nyata lima persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah produksi susu. Nilai koefisien hasil regresi
tenaga kerja memiliki nilai sebesar 0,05493. Nilai
koefisien ini mengandung arti bahwa setiap penambahan jumlah tenaga kerja sebesar satu persen, makaakan meningkatkan produksi susu sebesar 0,05493 persen dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi susu sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 (0<Ep<1) menunjukkan bahwa tenaga kerja berada pada daerah rasional. Tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi susu karena berkaitan dengan kegiatan pemerahan. Hal ini karena dalam proses pemerahan sapi memerlukan penanganan khusus, misalnya pekerja yang melakukan pemerahan tidak boleh diganti-ganti karena akan memberi dampak negatif pada ternak, yaitu seperti sapi menjadi mudah stress dan menyebabkan menurunnya jumlah produksi susu sapi. Analisis Penggunaan Input Optimal Input optimal ialah penggunaan sejumlah input yang dapat membantu memaksimalkan keuntungan. Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai keuntungan maksimal ada dua, yaitu syarat keharusan (necessary condition) dan
52 syarat kecukupan (sufficient condition). Necessary condition dapat tercapai saat rasio nilai produk marjinal (NPM) terhadap biaya korbanan marjinal (BKM) atau harga faktor produksi sama dengan satu. Nilai produk marjinal diperoleh dari hasil perkalian antara marginal physical product (MPP) dengan harga produk itu sendiri (Py). Besarnya biaya korbanan marjinal sama dengan harga masing-masing input yang digunakan dalam proses produksi. Input yang digunakan dalam penelitian ini antaralain pakan hijauan, pakan konsentrat, air, dan tenaga kerja. Harga setiap kilogram dari input hiajuan tersebut, yaitu sebesar Rp 333, untuk harga konsentrat ialah sebesar Rp 2.100 per kilogram, harga air ialah harga yang ditetapkan sebagai iuran atas penggunaan air dari sumur PNPM yang dibayarkan setiap bulan, yaitu sebesar Rp 3.000, dan untuk biaya input tenaga kerja ialah sebesar Rp 25.000 per hari. Rasio NPM dan BKM untuk usaha ternak peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13Rasio NPM Dan BKM Usahaternak Milik Peternak Responden Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Faktor Produksi
Koefisien Regresi
Input Aktual
NPM
BKM
Rasio NPM/BKM
Input Optimal
Hijauan (kg/hari/ST)
0,17276
41,55
227,89
333
0,68
28,44
Konsentrat (kg/hari/ST)
0,08753
5,83
822,47
2.100
0,39
2,28
Air (ltr/hari/ST)
0,0753
38,35
107,62
100
1,08
41,27
Tenaga Kerja (HOK)
0,05493
1,21
2.489,33
3.125
0,79
0,96
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa NPM dari input pakan hijauan adalah sebesar 227,89. Kondisi ini berarti bahwa setiap penambahan satu kilogram pakan hijauan akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 227,89, dengan biaya korbanan sebesar Rp 333 per kilogram. Tabel 14 juga menunjukkan nilai rasio NPM/BKM dari penggunaan input pakan hijauan, yaitu sebesar 0,68
53 (NPM/BKM<1), ini berarti bahwa pemberian pakan hijauan belum optimal, sehingga peternak responden perlu mengurangi jumlah pemberian pakan hijauan dari 41,55 kilogram per ST per hari menjadi 28,44 kilogram per ST per hari. Nilai produk marjinal untuk input pakan konsentrat ialah sebesar 822,47, ini berarti bahwa setiap penambahan satu kilogram pakan konsentrat dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 822,47, dengan biaya korbanan sebesar Rp 2.100 per kilogram. Rasio NPM/BKM dari penggunaan input pakan konsentrat ialah sebesar 0,39 (NPM/BKM<1). Kondisi ini berarti bahwa penggunaan input konsentrat oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut belum optimal, sehingga peternak responden harus mengurangi penggunaan input pakan konsentrat dari 5,83 kilogram per ST per hari menjadi 2,28 kilogram per ST per hari. Nilai produk marjinal dari penggunaan input air ialah sebesar 107,62, ini berarti bahwa setiap penambahan satu liter air dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 107,62. Biaya korbanan marjinal untuk input air ialah sebesar Rp 100 per hari, sedangkan untuk nilai rasio NPM/BKM dari input air ialah sebesar 1,07 (NPM/BKM>1). Kondisi ini berarti bahwa untuk dapat memaksimalkan pendapatan, maka penggunaan input air oleh peternak responden harus ditambah dari 38,34 liter per ST per hari menjadi 41,27 liter per ST per hari. Nilai produk marjinal dari penggunaan input tenaga kerja ialah sebesar 2.489,33. Kondisi ini berarti bahwa setiap penggunaan satu orang pekerja dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 2.489,33. Biaya korbanan yang dikeluarkan untuk input tenaga kerja ialah sebesar Rp 3.125 per per jam, nilai biaya korbanan tersebut diperoleh dari hasil pembagian jumlah biaya tenaga kerja per hari yaitu sebesar Rp 25.000 dengan rata-rata lama jam kerja, yaitu sekitar 8 jam. Rasio NPM/BKM dari penggunaan ini tenaga kerja ialah sebesar 0,79 (NPM/BKM<1) ini berarti bahwa peternak responden harus mengurangi input tenaga kerja jika ingin memaksimalkan pendapatan usaha ternaknya. Besarnya input tenaga kerja yang harus dikurangi ialah dari penggunaan rata-rata awal sebanyak 1,21 HOK menjadi 0,96 HOK.
54
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Hasil penelitian ini menunjukkan karakeristik peternak di lokasi penelitian didominasi oleh laki-laki, rata-rata usia peternak 41-50 tahun, rata-rata tingkat pendidikan terakhir peternak responden ialah tingkat Sekolah Dasar, dan ratarata pengalaman beternak ialah selama 11-20 tahun.
2.
Rata-rata tingkat pendapatan peternak dengan rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST ialah sebagai berikut: pendapatan atas biaya tunai usahaternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebesar Rp 24.902.333 per tahun atau sebesar Rp 2.075.19 per bulan, sedangkan pendapatan rata-rata atas biaya total sebesar Rp 13.266.036 per tahun atau sekitar Rp 1.105.503 per bulan, dengan demikian usaha ternak yang dijalankan oleh peternak dikatakan menuntungkan dan layak untuk diusahakan.
3.
Pengujian hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen, sedangkan pakan konsentrat, pakan hijauan, dan air berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen.Input yang digunakan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut belum ada pada kondisi optimal karena nilai rasio NPM/BKM dari ke empat input yang digunakan sebagai faktor produksi belum sama dengan 1, sehingga peternak perlu mengurangi jumlah penggunaan input produksi untuk input hijauan, konsentrat, dan tenaga kerja, sedangkan untuk air peternak perlu menambah jumlah penggunaannya. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan:
1.
Berdasarkan
hasil
penelitian
dilapangan
diketahui
bahwa
rata-rata
kepemilikan sapi peternak masih rendah, yaitu sebanyak 1,8 ST. Peternak disarankan untuk meningkatkan skala usahanya dengan menambah jumlah kepemilikan sapi supaya usahaternak yang dijalankan lebih menguntungkan.
55 Adapun yang menjadi kendala dalam penambahan hewan tenak tersebut ialah modal yang dimiliki peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, maka dari itu perlu adanya peran dari pihak KPGS Cikajang yaitu dengan mempermudah proses simpan pinjam kredit usahaternak baik dalam bentuk bantuan pinjaman dana maupun kredit sapi. 2.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa penggunaan input aktual di lokasi penelitian masih belum optimal. Penggunaan input berpengaruh pada penggunaan biaya dan pendapatan yang akan diterima oleh peternak, dengan demikian penyuluhan yang rutin diberikan oleh KPGS Cikajang perlu membahas penggunaan input optimal. Selain penyuluhan, pemberian modul mengenai cara pemberian takaran input juga dirasa dapat membantu
peternak,
karena
berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
karaktersitik dan survei di lapangan peternak di lokasi penelitian cenderung mudah dan mau mengadopsi ilmu-ilmu baru.
56
DAFTAR PUSTAKA Ako A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. PT Penerbit IPB Perss : Bogor. Anisa A. 2008. Analisis Fungsi Biaya dan Efisiensi Usahaternak Sapi Perah di Wilayah Kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Biografi Desa. 2013. Biografi Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. [Internet]. Indonesia (ID). [disadur. 2014 Juni 01]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05mei14.pdf Debertin
DL.
1986
.Agricultural
Production
Economics.
Macmillan
Publishing Company : Universisy of Kentucky. Departemen Pertanian. 2013. Konsumsi Daging, Telur, dan Susu di Indonesia Tahun 2013. [internet]. Indonesia (ID). [disadur Tersedia
pada
2014 Februari 17].
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/nak/pdf-
eisNAK2013/Konsumsi-Daging-Telur-Susu.pdf Doll JP. dan Frank Orazem. 1984. Production Economics Theory with Aplication. United States Copyright : America. Gujarati D. 2003. Ekonomietrika Dasar. Erlangga : Jakarta. Gusasi Achmad dan Muh. Amir Saade. 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Ternak Ayam Potong pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Agrisistem. Halcrow
HG.
1981.
Ekonomi
Pertanian.
Malang
:
Universitas
Muhammadiyah Malang Perss. Heriyatno. 2009. Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
57 Juanda B. 2009. Ekonometrika Pendugaan dan Pemodelan. IPB Press :
Bogor.
Kamiludin A. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Kurniawati R. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Makin M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu : Yogyakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penerbit Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial : Jakarta. Pemerintah Kabupaten Garut. 2014. Sektor Peternakan Kabupaten Garut. [Internet]. Indonesia (ID). [disadur 2014 Maret 2014]. Tersedia pada http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sda_peternakan. Priyanti A, Nurtini S, Firman A. 2009. Analisis Ekonomi dan Aspek Sosial Usaha Sapi Perah dalam Buku Profil Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Padan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Bogor. [Pusdatin Setjen Pertanian] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekertariat Jendral – Kementrian Pertanian.2013. Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013.[Internet]. Indonesia (ID). [ disadur 2014 Juni 01]. Tersedia pada http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id. [Pusdatin Setjen Pertanian] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekertariat Jendral – Kementrian Pertanian.2013. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan Susu. Indonesia (ID). Rahim A. dan Diah Retno Dwi hastuti. 2007/2008.Pengantar,teori,dan kasus ekonomika pertanian. Penebar swadaya: Jakarta.
58 Soekartawi.1993/1991.Agribisnis
:
teori
dan
aplikasinya/soekartawi.
PT
RajaGrafindo Persada: Jakarta. Soeyatno RF. 2013. Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu di Desa Pendesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur.[Thesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Stephanie H. 2012. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Pendekatan
Data
Envelopment
Analysis
(DEA)
Desa
Kertawinangun Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Syarif EK. dan Bagus Harianto. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis
Sapi
Perah. Jakarta Selatan : PT AgroMedia Pustaka. Vidiayanti A. 2004. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktorfaktor Produksi pada Usaha Peternakan Sapi Perah.[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Yekti A. 2005 .Efisiensi Ekonomi Usahatani Melon di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta : Yogyakarta.
59
LAMPIRAN
60 Lampiran 1Kuisioner Penelitian ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH ANGGOTA KPGS CIKAJANG, KABUPATEN GARUT Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor No. Responden : ______ Tanggal Pengisian : ___________ A.
B.
Identitas Responden 1. Nama : ____________________________________________ 2. Umur : _________ tahun 2. Perempuan 3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 4. Alamat :____________________________________________ 5. No. Telepon : _________________ 6. Pendidikan Formal Terakhir : 1. Tidak tamat SD 3. SMP/sederajat 4. SMA/ sederajat 5. DIII/S1 2. SD 7. Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) : ________ orang Karakteristik Peternak 1. Satus kepemilikan hewan ternak : 1. Non pemilik 2. Pemilik 2. Pengalaman beternak : __________ tahun 3. Status usahaternak sapi perah *) : 1. Pekerjaan utama 2. Pekerjaan sampingan *pekerjaan dilihat dari curahan waktu kerja Pekerjaan utama atau sampingan : 1. Beternak komoditi lain _____ 2. Bertani 3. Wiraswasta 4. PNS 5. Lainnya_________ Curahan waktu untuk pekerjaan utama : ______________ jam per hari Besarnya pendapatan dari pekerjaan utama : Rp __________________ Curahan waktu untuk pekerjaan sampingan : __________ jam per hari Besarnya pendapatan dari pekerjaan sampingan : Rp ______________ 4. Tergabung dalam kelompok ternak/koperasi : 1. Ya, mengapa ? 2. Tidak, mengapa ? Nama kelompok ternak/koperasi : ____________________________ Tergabung sejak tahun : ________ Peran dalam kelompok ternak/koperasi : 1. Pengurus 2. Anggota 5. Pernah mengikuti pelatihan :
61
6. 7. 8.
9.
a. Ya Nama pelatihan : ___________________________________ Tahun pelatihan : ___________ b. Tidak Alasan : ________________________________________ Luas lahan : ___________ ha Luas kandang : ________ m2 Status kepemilikan kandang : a. Milik Harga beli : Rp __________________ b. Sewa : Harga sewa : Rp _________________ Jarak kandang ke tempat lain (m) No. Tempat lain Kandang 1
Penyedia pangan
2
Sumber air
3
Penerimaan susu
1.
2.
3. 4.
Lainnya
10. Waktu pemerahan : a. Pagi : ____________ WIB b. Sore : ____________ WIB 11. Data struktur populasi ternak : No Status Sapi 1. 2.
Pedet jantan Pedet betina
3.
Dara
4.
Laktasi
5.
Kering kandang
Jumlah (ekor)
62 6.
Jantan muda
7.
Jantan dewasa
8.
Lainnya
Total 12. Produksi susu : ______________ liter/ekor/hari 13. Input produksi yang digunakan Jenis Input Jumlah Harga Satuan (Rp) A. Pakan 1. Hijauan 2. Konsentrat Lainnya
B. Kesehatan 1. Dokter hewan 2. Obat-obatan 3. Vitamin Lainnya
C. Lainnya
14. Tenaga kerja yang digunakan
Harga Total (Rp)
63 No. 1.
Jenis Tenaga Kerja Keluarga
2.
Non keluarga
15. Kegiatan peternakan No. Jenis Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5 6.
Jumlah (orang)
Jumlah Tenaga Kerja
Upah per Bulan (Rp)
Lama kerja/hari
Jumlah Upah/hari
Memberi pakan Memberi minum Memerah susu Membersihkan kandang Lainnya
Jumlah
Biaya (Rp)
2.
Biaya pemeliharaan kandang Biaya pengairan
3.
Pajak (PBB)
4.
Biaya listrik
5.
Jumlah Upah/bula n
Memandikan sapi Mencari pakan
16. Biaya peternakan lainnya No. Jenis pengeluaran
1.
Total (Rp)
Biaya kandang a. Ember b. Milk can c. Literan
peralatan
64 d. Gayung e. Sabit f. Golok g. Cangkul h. Sekop i. Selang j. Sapu lidi k. Sikat l. Sepatu boots
6.
Biaya transportasi a. Penjualan susu b. Pengadaan pakan
7.
Lainnya
17. Penyusutan peralatan yang digunakan No. Jenis Jumlah Nilai alat (buah) pembelia n (Rp)
1.
Ember
2.
Milk can Literan
3.
Waktu Pembelina (Tahun)
Estimasi Umur Ekonomi s (Tahun)
Biaya Penyusut an (Rp)
65 4. 5.
Gayun g Sabit
6.
Golok
7. 8.
Cangk ul Sekop
9.
Selang
10.
Sapu lidi Sikat
11. 12
Sepatu boots
Total Penyusutan 18. Penerimaan peternak No. Jenis Penerimaan
1. 2. 3. 4.
5.
Penjualan susu ke koperasi (liter) Penjualan susu ke konsumen (liter) Penjualan susu ke loper(liter) Penjualan susu ke kelompok tani (liter) Penjualan ternak a. Afkir b. Pedet jantan c. Jantan muda
Jumlah Penjualan/Bulan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
66 d. Jantan dewasa Lainnya
6.
Lainnya
Total penerimaan 19. Kendala yang dihadapi dalam usahaternak sapi perah a. Terkait dengan input produksi (ketersediaan, harga, cara mendapatkan, sistem pembelian, dll)
b. Terkait dengan usaha ternak atau on farm (ketersediaan air, cuaca, bencana alam, penyakit, dll)
c. Terkait dengan tahap produksi (gagal produksi, keterbatasan tenaga kerja, biaya penyimpanan, dll)
d. Terkait dengan pemasaran (harga, kesulitan memasarkan, sistem penjualan, permintaan rendah, dll)
67 e. Terkait dengan modal
f. Permasalahan lainnya
68 Lampiran 2Hasil analisis regresi Uji Asumsi Kalsik a. Uji normalitas Hipotesis : H0 : Residual menyebar normal H1 : Residual tidak menyebar normal Uji
kenormalan
dengan
menggunakan
uji
Kolmogorov
Smirnov
menghasilkan p-value sebesar > 0,150. Nilai p-value tersebut lebih dari taraf nyata 0,05 sehingga terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal terpenuhi.
Probability Plot of RESI2 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
0,003366 0,2229 37 0,110 >0,150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
b.
-0,50
-0,25
0,00 RESI2
0,25
0,50
0,75
Homoskedastisitas (uji Glejser) H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas Regression Analysis: abs resi versus ln x1, ln x2, ln x3, ln x4 Analysis of Variance Source DF SS Regression 4 0,19722 Residual Error 32 1,78305 Total 36 1,98026
MS 0,04930 0,05572
F 0,88
P 0,484
69 Uji kehomogenan ragam dengan menggunakan uji Glejser menghasilkan pvalue sebesar 0,484. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata (0,05) sehingga sehingga terima H0 artinya uji kehomogenan ragam terpenuhi. c.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson.Hasil menunjukan
bahwa nilai DW sebesar 1,83, dengan jumlah sample 37 (n) dan jumlah peubah bebas 4 (k=4) maka menghasilkan dl = 1,25 dan du= 1,72. Nilai DW pada penelitian ini termasuk ke dalam kategori du
Uji Multikolinearitas Multikolinieritas terjadi pada peubah bebas bila nilai Variance Inflation
Factors (VIF ) lebih dari 10. Nilai VIF untuk setiap peubah bebas pada penelitian ini diperoleh sebesar kurang dari 10.Hal ini menandakan tidak terdapat multikolinieritas antar peubah bebas yang digunakan.
70 Lampiran 3Data Karakteristik Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang. Kabupaten Garut
No.
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pengalaman Beternak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Pudin Hj. Oom Endang Adir Komariah Enjang Dedeh Enan Dede Empud Ade Dasah Komara Koswara Gani Kusmirat Junaedi Ayat Cicin Kholil Nuraisah Entah Cucun Atik Sopanji Tana Suparman Hj. Atam Saepudin Juhana Osid Rosidin Ukan Ahya Nursonjaya Ahmad Nurrohman Ook Buhori Ibih Satibi
42 61 45 55 48 41 44 48 35 60 47 56 40 65 58
41 45 65 39 36 33 44 48 50 48 60 47 71 48 55 65 43 44
L P L L P L P L P L P P L L L L L L P L P L L P L L L L L L L L L L L
SD Tidak Tamat SD SD SD SD SD SD SD SMP Tidak Tamat SD Tidak Tamat SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SMA SMP SMP SD SMA SD Tidak Tamat SD SD SD Tidak Tamat SD SD SD SD SD SD
19 27 5 20 14 9 5 20 23 10 7 28 14 20 12 6 7 5 16 24 14 16 17 10 18 27 26 40 25 23 14 10 26 18 14
43 51
L L
SMA SMA
24 24
36 37
71 Lampiran 4Data Kepemilikan Sapi Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No
Nama
∑ sapi laktasi
∑ sapi jantan
∑ sapi dara
∑ sapi pedet
∑ sapi kering kandang
1
Pudin
2
2
Hj. Oom
2
3
Endang
2
4
Adir
1
1
5
Komariah
1
1
6
Enjang
1
1
7
Dedeh
1
8
Enan
1
9
Dede
2
10
Empud
1
11
Ade
1
1
12
Dasah
3
1
13
Komara
1
14
Koswara
2
15
Gani
2
16
Kusmirat
1
17
Junaedi
1
18
Ayat
1
1
19
Cicin
1
1
20
Kholil
1
21
Nuraisah
1
22
Entah
1
23
Cucun
1
24
Atik
1
25
Sopanji
2
26
Tana
1
1
27
Suparman
1
1
28
Hj. Atam
1
1
1,5
29
Saepudin
2
1
2,5
30
Ebih
1
2
2
31
Osid
1
32
Ukan
3
33
Ahya
1
1
1,5
34
Nursonjaya
1
1
1,5
35
Ahmad N.
1
36
Ook Buhori
1
1
1,25
37
Ibih Satibi
1
1
1,25
Jumlah Rata-rata
1 1 1
2
∑ sapi (ST)
3
3,75
1
2,75
1
1,25
1 1
4,25
1
1,25 1
3,75 1 1,5
1
3,75
1
1,25 2
1
2,25 1
1
1,25
1
1,75 1,75
1
1,25
1
1,5 1 2
1,5
1
2,25
1
1
1,5
1
2,25
3
3,75
1
1
49
2
14
23
4
67
1,324
1
1,0769231
1,277777778
1,33333333
1,81081081
72 Lampiran 5Faktor-Faktor Produksi Usaha Ternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No
Produksi Susu(liter/hari)
∑ sapi (ST)
Hijauan (kg/ST/hari)
Konsentrat (kg/ST/hari)
Air (liter/ST/hari)
Tenaga Kerja (HOK)
1
13
4,25
47,058824
2,3529412
37,6470588
1
2
15
3,75
48
7,1111111
21,3333333
1
3
16
2,75
36,363636
6,0606061
21,8181818
3
4
12
1
40
6,6666667
50
0,875
5
10
1
35
10
40
1
6
15
1
40
10
40
1
7
14
1,25
48
4
64
0,75
8
15
1,25
48
5,3333333
32
0,875
9
27
3,75
53,333333
5,3333333
30
1
10
22
1
35
10
40
0,75
11
16
1,5
33,333333
6,6666667
26,6666668
0,875
12
15
3,75
37,333333
3,5555556
32
2
13
10
1,25
48
5,3333333
32
1
14
15
2
35
8,3333333
30
1
15
10
2,25
44,444444
5,9259259
26,6666667
1
16
15
1
40
6,6666667
40
1
17
10
1,25
40
4
40
1,125
18
12
1,75
40
3,8095238
45,7142857
1
19
20
1,75
40
5,7142857
34,2857143
0,875
20
10
1,25
40
5,3333333
4,26666667
2,25
21
15
1,5
46,666667
3,3333333
66,6666667
1
22
12
1
40
6,6666667
40
2
23
17
1,5
46,666667
4,4444444
40
2
24
16
1,5
33,333333
4,4444444
53,3333333
1,125
25
12
2,25
31,111111
5,1851852
53,3333333
1
26
10
1
40
6,6666667
40
0,875
27
14
1
35
10
40
1,125
28
15
1,5
46,666667
6,6666667
80
1,125
29
12
2,5
40
1,6666667
32
1
30
10
2
40
5
2,5
1
31
15
2,25
44,444444
4,4444444
40
3
32
12
3,75
26,666667
2,6666667
21,3333333
1
33
15
1,5
46,666667
4,4444444
26,6666667
1
34
16
1,5
53,333333
6,6666667
26,6666667
0,875
35
10
1
50
6,6666667
40
1,125
36
15
1,25
48
13,333333
64
1,125
37
12
1,25
40
1,3333333
64
1
Jumlah
520
67
1537,4225
215,82625
1418,89857
44,75
14,05405405
1,810810
41,55195
5,8331417
38,3486101
1,2094594
Rata-rata
73 Lampiran 6Dokumentasi Penelitian
Rumput gajah di sekitar kandang milik peternak
Kondisi di kandang sapi saat akan memberi pakan
Kondisi pengangkutan susu di TPS (Tempat Pengumpulan Susu)
74
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 7 Oktober 1991 dari Bapak Maman (alm) dan ibu A’ah Rohayati. Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara. Pendidikan formal penulis diawali di TK Sejahtera 1998, menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pameungpeuk 02 tahun 2004, setelah itumenyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Pameungpeuk tahun 2007 danmenyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 5 Garut tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai staff Usaha Mandiri Sharia Economic Student Club (SES-C) tahun 2011, sebagai staff Sumberdaya Insani. ShariaEconomic Student
Club (SES-C) tahun 2012,serta
aktif sebagai pengurus dan anggota Himpunan Mahasiswa Garut IPB, juga beberapa kegiatan kepanitiaan di lingkungan kampus.