perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI PERAH (Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)
SKRIPSI
Oleh : ISTIQOMAH SETIYANINGRUM H0407045
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI PERAH (Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/ Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh : ISTIQOMAH SETIYANINGRUM H0407045 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan Dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak Sapi Perah (Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)
yang dipersiapkan dan disusun oleh Istiqomah Setiyaningrum H0407045
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 29 Februari 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Anggota I
Anggota II
Ir. Supanggyo, MP NIP. 19471007 198103 1 001
Hanifah Ihsaniyati, SP, M.Si. NIP. 19800302 200501 2 001
Agung Wibowo, SP, MSi NIP. 19760226 200501 1 003
Surakarta, Februari 2012 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 commit to 198601 user 1001
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak Sapi Perah (Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, M.Si selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian dan Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ir. Supanggyo, MP pembimbing utama penulisan skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. 5. Hanifah Ihsaniyati, SP, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing pendamping penulisan yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi. 6. Agung Wibowo, SP, MSi selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan serta saran dan masukan yang membangun yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 7. Seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi. 8. Kepala kantor KESBANG POL dan LINMAS Kabupaten Boyolali, atas izin penelitian di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali yang telah diberikan. commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Camat beserta petugas Kecamatan Musuk dan Bapak Bambang Irawan SP selaku penyuluh peternakan dan Pengurus BPP Kecamatan Musuk, Kepala beserta pengurus KUD Musuk yang telah memberikan perizinan penelitian, informasi, serta bantuan dalam pengumpulan data di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. 10. Ketua Kelompok Tani Subur Desa Sruni (Bp. Marjono), Bp. Yanto, dan peternak sapi perah Desa Sruni yang telah memberikan banyak informasi yang dibutuhkan penulis. 11. Kedua orang tuaku tercinta (Ayahanda Jamil dan Ibunda Srihastuti), adik tercinta (Fuad Sidiq), Mbak Umi dan Titik, Mas Yatno serta seluruh keluarga besar Amat Duki atas kasih sayang, kepercayaan, dukungan, doa, perhatian, dan nasehatnya. 12. Sahabat terbaikku dengan penuh semangat kebersamaan dan ceria kita (Ari Listiana, Galih, Nuryanti, Nur Lailani, Mbk Santi dan Mbk Rohmiyasti), Khoirunisa, Ratih, Shohibun, Lukman, Sixtus, dan seluruh keluarga besar PKP 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan perjuangan bersama kita. 13. Sahabat terindahku ”Kos Fatiha” ( Dek Lilis, Mbk Ika, Mbak Fais)“Kos Rini” (Mbak Ita dan Ita Kaerani) atas segala hal indah yang telah diberikan dan kenangan berharga yang kita lalui bersama. 14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang memerlukan.
Surakarta, Februari 2012
Penulis commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
ii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
ix
RINGKASAN .............................................................................................
x
SUMMARY ................................................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. B. Perumusan Masalah ...................................................................... C. Tujuan Penelitian ......................................................................... D. Kegunaan Penelitian .....................................................................
1 5 5 6
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... B. Kerangka Berpikir ......................................................................... C. Dimensi Penelitian ........................................................................
7 22 24
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ......................................................................... B. Penentuan Lokasi .......................................................................... C. Metode Penentuan Informan ......................................................... D. Sumber Data.................................................................................. E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ F. Validitas Data................................................................................ G. Teknik Analisis Data ....................................................................
26 27 28 30 31 35 37
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Sruni .......................................................... B. Keadaan Penduduk........................................................................ C. Keadaan Pertanian dan Peternakan ............................................... D. Keadaan Sarana Perekonomian .................................................... E. Keadaan Sarana Pendidikan .......................................................... F. Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi ........................... G. Kondisi Khusus Peternakan Desa Sruni ......................................
40 41 45 47 48 49 52
to userSAPI PERAH V. KEBUTUHAN INFORMASIcommit PETERNAK A. Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah ........................................
55
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah ..................................... C. Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi Sapi Perah ............................................................................................. D. Ikhtisar ......................................................................................... VI. PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI A. Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah ......... B. Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah ...... C. Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi Sapi Perah ..................................................................... D. Ikhtisar ......................................................................................... VII. KENDALA PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI A. Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah ......... B. Kendala Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah ...... C. Kendala Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produk Olahan Susu ...................................................................... D. Ikhtisar .........................................................................................
57 59 61 63 72 77 85 87 91 92 96
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... B. Saran .............................................................................................
98 99
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
101
LAMPIRAN ................................................................................................
105
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Data Statistik Susu Nasional ....................................................................... 2 Tabel 2.1 Komponen Kandungan dan Nilai Gizi Susu Sapi ....................................... 15 Tabel 3.1 Data Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2011................................................................. 28 Tabel 3.2 Tabel Jenis Data dan Sumber Data yang Dibutuhkan ................................. 30 Tabel 3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data .................................................. 35 Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sruni ........................ 42 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Umur ............................................ 42 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Tingkat Pendidikan ..................... 43 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Mata Pencaharian ........................ 45 Tabel 4.5 Jumlah Komoditas Tanaman Desa Sruni ................................................... 46 Tabel 4.6 Peternakan di Desa Sruni ........................................................................... 46 Tabel 4.7 Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Sruni ........................................ 47 Tabel 4.8 Keadaan Sarana Pendidikan di Desa Sruni ................................................ 49 Tabel 4.9 Sarana Transportasi di Desa Sruni ............................................................. 50 Tabel 5.1 Matrik Kebutuhan Informasi Informasi Teknis Budidaya Sapi Tabel 5.2 Perah oleh Peternak Sapi Perah Desa Sruni ................................................ 57 Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Permodalan Usaha Peternak Tabel 5.3 Sapi Perah Desa Sruni ................................................................................ 59 Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan Pemasaran Tabel 6.1 Susu Sapi Perah oleh Peternak Sapi di Desa Sruni .................................... 61 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Tabel 6.2 Perah ........................................................................................................... 72 Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah Tabel 6.3 Matrik .......................................................................................................... 77 77 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Tabel 7. 1 Hasil Produksi Sapi Perah .......................................................................... 85 Matrik Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Tabel 7. 2 Perah ........................................................................................................... 96 Matrik Kendala Pencarian Informasi Permodalanm Usaha Sapi Tabel 7. 3 Perah ........................................................................................................... 96 Matrik kendala Pencarian Informasi Pengolahan Dan Pemasaran Produk Olahan Susu ................................................................................... 97
commit to user
vii
85 96 96 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Current Model Used in Sense-Making studies ............................................ 9 Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir Mengenai Penelitian Perilaku Peternak dalam Pencarian Informasi Usaha Sapi Perah Di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali ...................................................... 24 Gambar 3.1 Kegiatan Wawancara dengan Pegawai PPL Musuk dan Pegawai ............... 32 Gambar 3.2 Kegiatan Wawancara dengan Informan Peternak Sapi Perah di Desa Sruni .................................................................................................... 33 Gambar 3.3 Skema Trianggulasi Sumber (Data) ............................................................. 36 Gambar 3.4 Kegiatan Diskusi Kelompok (Review Informan) ........................................ 37 37 Gambar 3.5 Model Analisis Interaktif ............................................................................. 39 39 Gambar 4.1 (a), (b), (c) dan (d) Kondisi Wilayah Desa Sruni......................................... 41 41 Gambar 4.2 (a) dan (b) Jenis Komoditas Tanaman Desa Sruni ..................................... 46 46 Gambar 4.3 Kondisi Ternak Kambing dan Ternak Sapi Perah Desa Sruni..................... 47 47 Gambar 4.4 Bangunan Koperasi Gapoktan “Karya Manunggal” Desa Sruni ................. 48 48 Gambar 4.5 Pasar Hewan di Kabupaten Boyolali .......................................................... 48 48 Gambar 4.6 Sarana Transportasi Desa Sruni .................................................................. 51 51 Gambar 6.1 Kegiatan Peternak Sapi Perah Memulai Mencari Informasi dengan Menemui Sesama Peternak ............................................................. 66 66 Gambar 6.2 Peternak Mencari Informasi dengan Menelusuri ke Teman Sesama Peternak yang Ditemui di TPS KUD Musuk ................................ 67 67 Gambar 6.3 Kegiatan MonitoringInformasi Harga Pakan oleh Peternak dengan Menemui Pemilik Toko Pakan Ternak ........................................... 69 69 Gambar 6.4 Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Kambing oleh Peternak dengan Menemui Pedagang Ternak di Pasar ............................... 69 69 Gambar 6.5 Peternak Melakukan Verifikasi Informasi Pinjaman Modal dengan Petugas Keuangan Bank BRI Cabang Musuk ................................ 75 75 Gambar 6.6 Peternak Mencari Informasi Variasi Tambahan Perasa kepada Pembeli Susu Olahan yang Ditemui Ketika Membeli Susu ........................ 78 Informan Melakukan Kegiatan Monitoring Perkembangan 78 Gambar 6.7 Harga Bahan Baku Pembuatan Susu Pasteriusisasi dengan Menemui Pedagang di Pasar ....................................................................... 82 Peternak Sapi Perah Melakukan Monitoring Perkembangan 82 Gambar 6. 8 Produksi Sabun Susu dan Susu Pasteurisasidengan memilih Berdiskusi bersama Istri .............................................................................. 83 83
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian .........................................
105
Lampiran 2. Matrik Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak Sapi Perah Desa Sruni.............................................
107
Lampiran 3. Peta Daerah Penelitian .........................................................
126
Lampiran 4. Surat Perijinan Penelitian ....................................................
127
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN Istiqomah Setiyaningrum, H0407045 “KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI PERAH (Kasus Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali)”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Ir.Supanggyo, MP dan Hanifah Ihsaniyati, SP, MSi. Masyarakat membutuhkan informasi untuk mengembangkan segala bidang usaha.Ketersediaan pelayanan informasi bagi peternak sapi perah sangat diperlukan dari lembaga informasi dengan menggali dari kebutuhan informasi yang sangat dirasakan peternak sapi perah dan sesuai dengan masalah dan kondisi yang dialami. Lembaga peternakan dan lembaga informasi diharapkan dapat bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan informasi. Dari hasil penelitian terdahulu kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah belum diketahui. Selain itu juga kendala yang ditemui peternak sapi perah perlu ditemukan guna mendapatkan solusi. Sehingga, penelitian ini dapat mendorong pemerintah setempat untuk meningkatkan akses informasi peternak serta para peternak semakin memperluas akses pencarian informasi.Tujuan penelitian Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak Sapi Perah di Desa Sruni untuk (1) menemukan kebutuhan informasi (2) menemukan perilaku peternak sapi perah dalam pencarian informasi(3) mengungkapkan kendala pencarian informasi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi usaha sapi perah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Menggunakan informan penelitian peternak sapi perah, PPL Desa Sruni, Kepala Desa Sruni, dan orang yang terlibat dalam pencarian informasi, serta melihat kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah. Penelitian berlokasi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode, review informan dengan cara diskusi kelompok (FGD). Analisis data menggunakan analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi peternak sapi perah meliputi teknis budidaya sapi, permodalan, serta pengolahan dan pemasaran. Perilaku pencarian informasi peternak sapi perah meliputi tahapan pola Ellis dan bersifat siklik (berputar). Kendala pencarian informasi budidaya sapi yang ditemui peternak lebih berasal dari personal peternak yaitu keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat peternak yang pasif dan malas untuk menelusuri informasi, usia, dan kesibukan kegiatan peternak. Kendala yang berasal dari lingkungan berasal keterbatasan dalam mengakses informasi dari media audio (tv, radio) dan media cetak (buku-buku, majalah). Kendala pencarian informasi permodalan berasal dari personal seperti ketidakaktifan peternak dengan KUD musuk dan ketidaktahuan peternak. Kendala pencarian informasi pengolahan dan informasi pemasaran susu berasal dari personal seperti rasa sungkan, kesibukan kegiatan peternak. Kendala interpersonal ini seperti ketidakterbukaan dari sumber informasi. Kendala lingkungan seperti keterbatasan akses informasi terhadap informasi dan untuk kendala lingkungan yang ditemui adalah keterbatasan akses commit user dengan informasi. informasi pada media audio dan cetak, dantojarak
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY Istiqomah Setiyaningrum, H0407045. “THE NEEDS AND INFORMATION SEEKING BEHAVIOR OF FARMERS DAIRY COWS (The Case of Sruni Village, Musuk Subdistrict, Boyolali Regency)”. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University. Under the guidance of Ir. Supanggyo, MP and Hanifah Ihsaniyati, SP, MSi. People need information to develop all areas of business. Availability of service information for farmers dairy cows is indispensable from the agency information by digging from the need of information perceived farmer dairy cows and in accordance with the conditions and problems encountered. Institute of animal husbandry and the information expected to be collaborating institutions in meeting the needs of the information. From the results of previous research and behavioral information retrieval needs dairy is not yet known. In addition also the constraints encountered farmers need to be found to get the solution. Thus, this research can encourage local governments to enhance access to information as well as the farmers dairy are increasingly expanding access search information. The purpose of the research The Needs And Seeking Behavior Information Of Farmer Dairy Cows in the village of Sruni to (1) find the information needs (2) find the behavior of farmers dairy cows in information retrieval (3) discover information search constraints in an effort to meet the needs of dairy business information. This research uses qualitative approaches with case studies. Village of Sruni, and who were involved in the search for information, as well as looking at the needs and information search behavior of farmers. Using the informant farmers, PPL Sruni, head of the Sruni Village, Village and people involved in the search for information, as well as looking at the needs and information search behavior of farmers. The validity of the data using triangulation source and triangulation methods, review the informant by means of FGD. Data analysis using interactive analysis. The results showed that the information needs farmers dairy cows cultivation, covering technical capital, as well as processing and marketing. Information seeking behavior of farmers covers the stages pattern of Ellis and of the cyclic nature (spinning). Information search constraints encountered cow cultivation farmers more comes from personal economic limitations, the farmers dairy cows that is characteristic of passive characteristics and lazy to search information, age, and the flurry of activity farmers. The constraints that come from the environment comes limitations in accessing information of audio media (tv, radio) and printed media (books, magazines). Search constraints derived from personal information such as capital inactivity farmers dairy with KUD Musuk and ignorance farmers. Search constraints information processing and information marketing milk comes from personal taste like further clarification, the flurry of activities. Interpersonal barriers such as this from undisclosed sources of information. Environmental constraints such as limited access to information and farmers information to environmental constraints encountered farmers information commit user audio and print, with distance access limitations is in marketing and tomedia information. xi
KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI PERAH KASUS DESA SRUNI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI. Istiqomah Setiyaningrum.1 Ir.Supanggyo, MP. 2 Hanifah Ihsaniyati, SP, M.Si..3
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) menemukan kebutuhan informasi (2) menemukan perilaku peternak sapi perah dalam pencarian informasi (3) mengungkapkan kendalakendala pencarian informasi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi usaha sapi perah Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Metode dasar penelitian ini adalah metode kualitatif dengan studi kasus. Validitas data menggunakan triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode, review informan dengan cara diskusi kelompok (FGD) Penelitian berlokasi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi peternak sapi perah dilakukan dengan dengan menemui sumber informasi. Perilaku pencarian informasi peternak sapi perah meliputi beberapa tahapan seperti pola Ellis dan bersifat siklik (berputar). Kendala yang ditemui peternak ketika mencari informasi teknis budidaya sapi perah berasal dari personal peternak yaitu keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat peternak yang pasif dan malas untuk menelusuri informasi, usia, dan kesibukan kegiatan peternak. Untuk kendala yang berasal dari lingkungan berasal keterbatasan dalam mengakses informasi dari media audio (tv, radio) dan media cetak (buku-buku, majalah). Kendala pencarian informasi permodalan berasal dari personal seperti ketidakaktifan peternak dengan KUD musuk dan ketidaktahuan peternak. Kendala pencarian informasi pengolahan dan informasi pemasaran susu berasal dari personal seperti rasa sungkan, kesibukan kegiatan peternak. Kendala interpersonal ini seperti ketidakterbukaan dari sumber informasi. Kendala lingkungan seperti keterbatasan akses informasi peternak terhadap informasi pengolahan dan untuk kendala lingkungan yang ditemui peternak adalah keterbatasan akses informasi peternak terhadap informasi pengolahan dan pemasaran pada media audio dan cetak, dan jarak dengan informasi.
Kata Kunci : Kebutuhan Informasi, Perilaku Pencarian Informasi, Peternak 1. Mahasiswa Jurusan/ Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping
THE NEEDS AND INFORMATION SEEKING BEHAVIOR OF BREEDER DAIRY COWS (The Case Of Sruni Village, Musuk Subdistrict, Boyolali Regency) Istiqomah Setiyaningrum.1 Ir.Supanggyo, MP. 2 Hanifah Ihsaniyati, SP, M.Si..3
ABSTRAK This research aims to (1) find the information needs (2) find the behavior of dairy farmers in information retrieval (3) disclose information search constraints in an effort to meet the needs of dairy business information Sruni Village sub district Musuk Boyolali Regency The basic method of research is qualitative methods with case studies. The validity of the data using triangulation source (data) and the triangulation methods, review the informant by means of group discussion (FGD) research is located in the village of Sruni District Musuk Boyolali Regency. The results showed that the information needs of dairy farmers do with with meet information sources. Information seeking behavior of dairy farmers covers several stages such as the pattern of Ellis and the cyclic nature of the (rotating). Obstacles encountered breeder when seeking technical information cultivation dairy came from personal economic limitations, the breeder that is characteristic of passive breeder characteristics and lazy to search information, age, and the flurry of activities a breeder. For constraints that come from the environment comes limitations in accessing information of audio media (tv, radio) and printed media (books, magazines). Search constraints derived from personal information such as capital inactivity breeder with KUD musuk and ignorance breeders. Search constraints information processing and information marketing milk comes from personal taste like further clarification, the flurry of activities a breeder. Interpersonal barriers such as this from undisclosed sources of information. Environmental constraints such as limited access to information the breeders to information processing and to environmental constraints encountered are the breeders breeder information access limitations to information processing and marketing in audio and print media, and the distance with information. Keywords: Information Needs, Information Seeking Behavior, Breeders 1. Students / Study Program of Agricultural Extension and Communication Faculty of Agriculture, University of Surakarta of March 2. Main Supervisor 3. Accompanying Supervisor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masyarakat membutuhkan informasi untuk mengembangkan segala bidang usaha. Van den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan bahwa mengakses informasi dari berbagai sumber akan membuka wawasan dan membangkitkan motivasi dan kinerja berdasarkan ide-ide baru yang diperoleh. Rachmadi (1988) juga mengemukakan setiap manusia harus hidup dengan informasi yang lebih baik. Informasi merupakan kebutuhan yang penting dalam memfasilitasi masyarakat, bagi perannya di bidang pembangunan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan informasi itu maka masyarakat terdorong
melakukan pencarian informasi terkait dengan
kebutuhan informasi untuk menjalankan usahanya. Adanya sarana media informasi pada masyarakat pedesaan dapat meningkatkan akses terhadap informasi pembangunan khususnya di bidang peternakan. Ketepatan informasi yang diambil dapat menjadi sarana pendidikan yang efektif, karena informasi juga membuka peluang memperbaiki nasib seseorang. Dengan memiliki akses informasi akan mempermudah seseorang mendapatkan keuntungan (Haryatmoko, 2007). Memperoleh keuntungan dalam usahanya masyarakat tidak boleh miskin informasi. Liliweri (2001) manyatakan masyarakat perlu memiliki alat dalam bentuk teknologi agar dia mudah mendapatkan dan mengolah informasi. Menurut Margono (2000) informasi sangat penting bagi masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya di bidang tertentu sesuai dengan permintaan pasar. Mukson (2009) mengungkapkan usaha ternak sapi perah ke depan merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai nilai strategis, mengingat produk susu yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu usaha ternak sapi perah sangat membantu mempertahankan kehidupan masyarakat. Terutama dalam hal sumber ekonomi keluarga, pemasok bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, dan membantu commit to user menjaga kelestarian lingkungan dengan pemanfaatan pupuk organik yang
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
dihasilkan, serta melengkapi kualitas gizi masyarakat yang merupakan salah satu komponen penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sudono (2002) yang menyatakan bahwa produksi susu sapi perah jenis peranakan Fries Holland (PFH) yang diternakkan di Indonesia menghasilkan
hanya
10-12 liter susu/ekor/hari, sedangkan di beberapa negara
tetangga sudah mencapai 20 liter/ekor/hari. Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yang memiliki potensi besar di bidang peternakan sapi, hal itu ditunjukkan dengan besarnya jumlah peternak sapi di kabupaten tersebut. Sekitar 256.560 warga atau (mencapai 30.000 dari 1 juta jiwa atau 25,66 persen) warga Boyolali yang mencapai 1 juta berprofesi sebagai peternak sapi. Peternak tersebut memelihara sekitar 62.130 ekor sapi perah dan 88.910 ekor sapi potong. Dari jumlah sapi perah tersebut, Boyolali dapat menghasilkan sekitar 12.000 liter susu per hari (Anonim, 2010). Selama tiga tahun terakhir, produksi susu nasional meningkat 40 persen. Namun dari hasil susu itu belum dapat mencukupi kebutuhan konsumen, seperti yang dinyatakan oleh Ratnasari (2011) dalam Fortune Indonesia bahwa populasi sapi perah di Indonesia baru mampu memasok 30 persen kebutuhan pasar, sehingga 70 persen permintaan susu harus didatangkan dari luar negeri (New Zealand dan Australia). Kondisi kebutuhan susu 3 tahun ini dapat dilihat pada tabel statistik susu nasional: Tabel 1.1 Data Statistik Susu Nasional Nilai Data Produksi susu Konsumsi susu Kebutuhan Populasi sapi perah
2007 567,682 11,790 3.013,524 374.067
2008 646,953 9,510 2.173,035 457.577
2009 827,249 11,600 2.684,240 474.701
2010
Satuan
927,838 11,820 2.768,244 495.231
Ribu ton Kg/tahun Ton Ekor
Sumber: Departemen Pertanian Peternakan merupakan salah satu sub sektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali merupakan aset non lahan terbesar dalam rumah tangga di pedesaan. Beternak merupakan salah satu strategi hidup yang menguntungkan bagi rumah tangga dan kesejahteraannya bergantung commit banyaktoternak user yang dimiliki (Anonim, 2008). Dengan mengakses informasi peternakan, peternak sapi perah dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
meningkatkan kelangsungan usaha ternak sapi perah di pedesaan. Informasi peternakan yang memadai dan tepat waktu dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengembangan usaha sapi perah lebih lanjut. Adanya informasi peternakan, peternak akan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi penyebab-penyebab sapi perah tidak berproduksi maksimal. Era informasi yang semakin maju pada saat ini, keterbatasan akses peternak terhadap informasi sangat memprihatinkan. Adanya keterbatasan ini membuat peternak sulit mengembangkan usaha sapi perah. Sehingga ketersediaan pelayanan informasi bagi peternak perlu dilakukan. Hasil surve awal penelitian ini peternak di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali masih memerlukan adanya berbagai macam informasi mengenai penanganan penyakit sapi perah, permodalan, dan pemasaran. Produksi susu di kecamatan musuk rata-rata setiap hari menghasilkan 10 – 15 liter tiap ekor. Susu sapi yang berkualitas rendah disebabkan karena pemilihan ransum yang kurang baik dan terjangkitnya penyakit, sehingga peternak hanya bisa menjual kepada pedagang yang harganya tidak sesuai dengan keinginan peternak. Adanya penyediaan layanan informasi dan pemenuhan kebutuhan informasi dari pemerintah setempat (Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali dan BPP Musuk) diharapkan peternak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi susu sapi. Kondisi riil di lokasi penelitian menunjukkan bahwa kebijakan komunikasi yang dijalankan pemerintah daerah Kecamatan Musuk (BPP Musuk) sebagai lembaga informasi peternakan belum memberikan informasi yang efektif bagi peternak. Programa penyuluhan pertanian BPP Musuk tidak disusun bersama peternak secara khusus selain itu kegiatan penyuluhan mengenai ternak sapi perah masih kurang karena pelaksanaan kegiatan penyuluhan lebih mementingkan bidang pangan, holtikultura dan perkebunan. Hal ini disampaikan oleh penyuluh Balai Penyuluh Pertanian Musuk sebagai berikut: “Untuk pertemuan kelompok ternak itu tidak dijadwalkan setiap userkelompok minta penyuluhan ya pasaran itu ya ndak..... commit pokoknyatotiap dilaksanakan....., atau kalau dapat informasi penting langsung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
disampaikan ke kelompok.... karena setiap petani peternak punya kegiatan lain...”. “Kelompok ternak di sini kan juga yo... kelompok pertanian.... orangorangnya ya pertanian juga di peternakan jadi lebih mengarah ke perkebunan atau holtikultura itu....”. “Kalau ternak sapi masalah produksi itu mereka sudah banyak yang bisa dari pengalaman-pengalaman...namun untuk penyakit sapi itu ya bisa dikatakan belum baik karena kebersihan kandang tidak diperhatikan peternak...”
Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa peternak sapi perah di Desa Sruni kebutuhan informasi mengenai masalah usaha sapi perah tidak terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu agar peternak sapi perah mengatasi keterbatasan pengetahuan dalam menjalankan usaha sapi perah, perlu adanya penyediaan berbagai sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Penelitian mengenai kebutuhan dan perilaku pencarian informasi, telah dilakukan oleh Belkin, Ellis, Krikelas, Kuhlthau pada tahun 1980-an. Budiyanto (2000) yang mengkaji Mengenai Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi di Pusat Pelayanan Informasi, Kurniadi (2004) yang mengkaji Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi di Peneliti di Bidang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan, dan Ihsaniyati (2010) yang mengkaji mengenai Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Petani Gurem. Penelitian-penelitian
tersebut,
Budiyanto
menggunakan
pendekakatan
kuantitatif. Kurniadi dan Ihsaniyati menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian Kurniadi menggunakan para peneliti pada bidang ilmu sosial, sedangkan Ihsaniyati menggunakan subyek penelitian petani gurem. Penelitian Nawangsari (2011) dengan subjek petani terong kopek. Untuk menambah khasanah keilmuan diperlukan penelitian serupa dengan obyek penelitian yang berbeda. Sejauh ini kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah belum jelas diketahui. Selain itu juga kendala yang ditemui peternak sapi perah perlu ditemukan guna mendapatkan solusi. Sehingga, penelitian ini akan bermanfaat dan mendorong pemerintah setempat untuk meningkatkan layanan akses informasi peternak serta para commit to user peternak semakin memperluas akses pencarian informasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
B. Perumusan Masalah Akses masyarakat terhadap informasi sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas sapi perah. Peternak sapi perah memerlukan informasi untuk menjalankan usaha sapi perah. Dengan mengakses informasi mengenai teknologi dalam usaha ternak sapi perah, permodalan, dan pemasaran maka peternak sapi perah dapat mengembangkan usaha sapi perah untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal dan berkualitas baik. Susu sapi perah merupakan komoditas peternakan yang unggul di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali, sehingga para peternak tidak akan lepas dari kebutuhan informasi untuk mengembangkan produksi sapi perah. Peternak sapi perah masih mengalami kendala dalam usaha ternak sapi, permodalan dan pemasaran, sehingga perlu ditemukannya informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh peternak sapi perah untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Sejauh ini kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali belum jelas diketahui. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang dapat dirumuskan antara lain: 1. Bagaimana kebutuhan informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana perilaku peternak sapi perah dalam pencarian informasi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali? 3. Bagaimana kendala yang dialami dalam pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali? Tujuan penelitian Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak Sapi Perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali yaitu: 1. Menemukan kebutuhan informasi peternak
sapi perah dalam kegiatan
usaha sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. 2. Menemukan perilaku peternak sapi perah dalam pencarian informasi di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
3. Mengungkapkan kendala dalam pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. C. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Dinas Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Boyolali dan bagi Balai Penyuluh Pertanian di Kecamatan Musuk, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan dalam menentukan kebijakankebijakan selanjutnya serta pemerintah meningkatkan fasilitas layanan akses informasi dalam bidang peternakan. 3. Bagi peternak sapi perah, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbanyak akses dan mencari informasi perkembangan kegiatan usaha sapi perah sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan kualitas susu sapi perah dan meningkatkan harga jual yang tinggi. 4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Informasi Davis (1997) dalam Ihsaniyati (2010) mendefinisikan informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Sebuah pesan memiliki informasi hanya bila ia relevan bagi sesuatu keputusan yang akan diambil saat ini atau di masa mendatang pada penerimanya. Yusup (1995) memaknai informasi dapat berupa data atau fakta, tetapi juga bisa bukan. Oleh karena itu informasi tidak sama dengan data atau fakta. Informasi bisa jadi hanya berupa kesan pikiran seseorang atau bisa sebagai data yang tersusun rapi. Estabrook dalam Yusup (1995) mengartikan informasi suatu rekaman atau fenomena yang diamati, atau bisa berupa putusan-putusan yang dibuat. Yusup (2009) menyatakan bahwa hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat peristiwa atau fenomena tertentu merupakan informasi yang lebih bermakna berita. Berita adalah bentuk-bentuk dari pesan komunikasi. Wersig dan Neveling dalam Pendit (2003) melihat informasi sebagai struktur, proses, pesan, pengetahuan, makna dan efek. Sedangkan pengertian informasi menurut Margono (2000) yang berdasarkan konsep dari Institut Komunikasi Internasional UNESCO, adalah kumpulan dari berbagai keanekaragaman produk dan jasa yang dikemas menjadi suatu aktivitas baru, salah satunya adalah pendayagunaan informasi melalui sumber-sumber informasi yang ada guna menunjang proses produksi dan distribusi produk dan jasa kepada pihak lain. Budiyanto (2000) mendefinisikan informasi merupakan kumpulan data yang terstruktur, saling berkaitan dan dapat dipahami. Information/knowledge could describe and fix reality and that transferring that valuable resource into the minds of participating humans would enable them to act effectively in their work and life commit user environments (Dervin, 1998).toInformation is an answer to one or more questions. Information is conceptualized as that sense
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
created at a specific moment in timespace by one or more humans (Dervin, 1992).
Dervin (1992) mendefinisikan informasi yang mengartikan informasi sebagai sebuah jawaban yang diperlukan individu disaat mengalami situasi bermasalah dalam melintasi ruang dan waktu. Informasi pada definisi ini dipandang dalam paradigma kognitif yaitu sebagai sesuatu yang diciptakan dalam pikiran individu dan berada di dalam individu internal. Kaniki (2003) menyatakan informasi membawa kesadaran bagi penerima data yang relevan dalam konteks tertentu dan mengatasi ketidak pastian. Pengertian informasi menurut Ihsaniyati (2010) merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di saat petani gurem berada dalam situasi bermasalah, yang mengurangi ketidakpastian, dan bermanfaat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. Pengertian informasi dalam penelitian ini merupakan jawaban yang berguna bagi peternak sapi perah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha ternak sapi perah sehingga dapat memberikan manfaat dan dapat meningkatkan produktivitas hasil sapi perah. 2. Kebutuhan Informasi Masyarakat membutuhkan informasi, dimana kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi, kesenjangan atau ketidak berdayaan seseorang dari tuntutan pekerjaan, kehidupan atau lingkungan. Kebutuhan informasi merupakan kesenjangan dalam pengetahuan pengguna saat ini (Devadason dan Lingam, 1996). Menurut Krikelas (1983) dalam Ihsaniyati (2010) mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Belkin (1982) dalam Pendit (2003) menyatakan bahwa upaya menemukan informasi selalu berkaitan dengan tugas dan masalah yang dihadapi seseorang dalam pekerjaan. Information need as an anomalous state of knowledge (ASK). commit to user Information need arises from a recognized anomaly in the user‟s
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
state of knowledge concerning some topic or situation and that, in general, the user is unable to specify precisely what is needed to resolve that anomaly. Wersig has characterized as rooted in a problematic situation. The problematic situation, and other related suggestion emphasize that information need is in fact not a need in itself, but rather a means toward satisfying some more basic need, typically, in the situations with which information science is concerned, the resolution of a problem (Belkin, Oddy, and Brooks, 1982). SITUATIONS
GAP
USE
Gambar 2.1 Current Model Used in Sense-Making studies Sense-Making studies and applications, thus, have all incorporated two or more of the following: Situations:The time-space contexts at which sense is constructed. Gap: The gap seen as needing bridging, translated in most studies as "information needs" or the questions people have as construct sense and move through time space. Use: The uses to which the individual puts newly created sense, translated in most studies as information helps and hurts (Dervin, 1983).
Nicholas (2000) dalam Ihsaniyati (2010) menyatakan kebutuhan informasi terdiri dari tiga macam. Pertama kebutuhan yang tidak disadari dimana kebutuhan ini dialami oleh mereka yang seringkali tidak mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan. Kedua, kebutuhan informasi yang tidak diekspresikan, dimana kebutuhan ini tidak dialami oleh mereka yang sadar membutuhkan informasi tertentu, tetapi tidak dapat atau tidak mau melakukan sesuatu untuk memenuhinya. Ketiga, kebutuhan informasi yang diekspresikan yaitu kebutuhan yang disadari dan diupayakan dipenuhi oleh mereka yang sadar akan kesenjangan antara pengetahuan dan keinginan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Setiap orang memiliki watak, kebiasaan, kemampuan, kecerdasan, dan minat yang berbeda, baik dilihat dari segi psikologi umum, sosial, maupun dari segi-segi lainnya. commit Orang to user dengan pendidikan lebih tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan lebih rendah (Yusup, 1995). Setiap orang mempunyai kebutuhan dan keinginan tertentu sesuai dengan harapan-harapannya memperoleh keuntungan dari pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkannya (Yusup, 2009). Menurut Belkin (1986) dalam Budiyanto (2000) perilaku penemuan informasi dimulai dari adanya kesenjangan dalam diri pencari informasi antara pengetahuan dan kebutuhan informasi yang diperlukannya. Kuhltau (1991) dalam Budiyanto (2000) menyatakan kebutuhan informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan informasi yang diperlukan kondisi kesenjangan tersebut mendorong orang untuk mencari informasi guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Nicholas (2000) menyatakan bahwa seseorang dapat bekerja lebih efektif dengan informasi yaitu sebagai berikut: One can build upon these definitions by adding that it is the information that individuals ought to have to do their job effektively, solve a problem satisfactorily or pursue a hobby or interet happily. The operative word is surely „ought‟. There is an implied value judgement here – the meeting of need is beneficial or necessary to open to the person – and would be recognised as such. We all make assumptions that for people to perform efficiently, effectively, happily etc. They need to be well informed. i.e. that their information needs should be met.
Kebutuhan informasi peternak sapi perah
dalam penelitian ini
diartikan sebagai keinginan peternak untuk mengakses informasi terkait usaha ternak sapi perah, meliputi informasi teknis usaha ternak, permodalan dan pemasaran, yang muncul karena peternak memiliki masalah dalam kegiatan usaha ternak namun tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. 3. Perilaku Pencarian Informasi Krikelas (1983) dalam Kurniadi
(2004) menyatakan perilaku
informasi adalah kegiatan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan commit to user informasi. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang merasa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
bahwa pengetahuan yang dimilikinya saat itu kurang dari pengetahuan yang dibutuhkannya. Perilaku pencarian informasi dapat dilihat dilihat melalui pemilihan sumber informasi. Sumber informasi terdiri dari sumber informasi internal dan eksternal. Sumber internal dapat berupa memori catatan pribadi, hasil pengamatan. Sedangkan sumber eksternal adalah sumber yang didapat dengan cara hubungan langsung dengan sumber terekam atau tertulis. Perilaku informasi merupakan perilaku manusia dalam mencari yang berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, baik pengguna informasi yang pasif dan aktif dalam mencari informasi hal ini seperti perilaku informasi yang didefinisikan Wilson (2000) yaitu: Information Behavior is the totality of human behavior in relation to sources and channels of information, including both active and passive information seeking, and information use. Thus, it includes face to-face communication with others, as well as the passive reception of information as in.
Kuhlthau (2011) menguraikan bahwa pola pencarian informasi sifatnya berjenjang, dimulai dari sesuatu yang tidak jelas, sampai pada tahap kejelasan dari informasi yang dicarinya. Kuhlthau (1999) mengungkapkan model proses pencarian informasi meliputi enam tahap: a) Initiation, when a person first becomes aware of lack of knowledge, information and understanding to solve a complex problem or accomplish an involved project. b) Selection is the second stage, when the task is to identify and select the general area or topic to be investigated. c) Exploration, when which is often the most difficult stage for users and the one most misunderstood by providers of information services and designers of information systems. d) Formulation, which is the turning point of the process when feelings of uncertainty diminish as understanding increases. e) Collection, when interaction between the user and the system functions most effectively and efficiently. f) Presentation, when the task is to complete the search and resolve the problem.
Tahapan ini mengungkapkan bahwa seseorang mengalami proses pencarian informasi secara holistik sebagai interaksi pikiran, perasaan dan tindakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Ellis, Cox dan Hall (1993) dalam Wilson (1999) mengemukakan delapan kategori perilaku pencarian informasi yang dimulai dari: a. Memulai (starting) yaitu kegiatan awal menandakan dimulainya
pencarian informasi. b. Merangkaikan (chaining) yaitu kegiatan yang mengikuti mata rantai
yang menghubungkan alat penelusuran berupa sitasi, indeks, abstrak, dan alat lainnya dengan bahan acuan. c. Menelusur (browsing) yaitu kegiatan penelusuran pada bidang
potensial yang diminati. d. Membedakan (differentiating) yaitu penggunaan sumber-sumber
informasi yang beragam sebagai alat untuk menyeleksi isi dan kualitas bahan. e. Mengawasi
(monitoring) yaitu kegiatan untuk mengikuti dan
mengetahui perkembangan-perkembangan dalam bidang tertentu melalui sumber-sumber informasi yang terpilih. f.
Menyarikan (extracting) yaitu kegiatan yang lebih bersifat sistematis melalui sumber-sumber yang terpilih untuk menemukan informasi yang diminati.
g. Memverifikasi (verifying) atau pengujian ketepatan, yaitu tahap
dimana pencari informasi mengecek apakah informasi yang didapat tepat atau sesuai dengan minatnya . h. Mengakhiri (ending) atau pengakhiran, yaitu tahap dimana pencari
informasi mengakhiri proses kegiatan pencariannya pada saat berakhirnya topik yang ditulisnya. Perilaku pencarian informasi peternak dalam penelitian ini adalah aktivitas perilaku peternak untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah yang berguna untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha ternak sapi perah dan mengurangi ketidak pastian sehingga dapat memberikan manfaat dan dapat meningkatkan produktivitas hasil sapi perah. Model commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
perilaku pencarian informasi dalam penelitian ini mencoba menerapkan model pencarian informasi dari Ellis et all. 4. Kendala Pencarian Informasi Kendala pencarian informasi dapat muncul dari berbagai faktor baik dari kondisi lingkungan maupun kondisi politik. Kendala pencarian disampaikan dari beberapa pendapat. Wilson (2000) mengungkapkan bahwa kendala pencarian informasi muncul dari satu set, berikut pernyataannya: “Wilson‟s then suggests that the barriers that impede the search for information will arise out of the same set of contexts”.
Wilson (1981) dalam Wilson (2000) menyatakan: ”information need was not a fundamental need such as the need for shelter or the need for sustenance, but rather a secondary order need which arose out of the desire to satisfy the primary needs”. Wilson (1981) dalam Wilson (1999) mengusulkan: ”...that the basic needs can be defined as physiological, cognitive or affective. He goes on to note that the context of any one of these needs may be the person him or herself, or the role demands of the person‟s work or life, or the environments (political, economic, technological, etc.) within which that life or work takes place. He then suggests that the barriers that impede the search for information will arise out of the same set of contexts...”
Hampir dapat dipastikan bahwa menurut Wersig (1993) dalam Kurniadi (2004) setiap orang akan mengalami suatu kendala dalam pencarian informasi. Kendala tersebut disebabkan oleh faktor internal pencari informasi sendiri atau disebabkan oleh keduanya yaitu faktor internal dan eksternal. Hanya saja berat ringannya kendala tersebut bagi setiap orang tentu berbeda. Segala tindakan manusia didasarkan pada suatu keadaan yang dipengaruhi oleh lingkungan, pengetahuan, situasi dan tujuan yang ada pada diri manusia. Kendala pencarian informasi menurut Wilson (2000) menyatakan bahwa dalam pencarian informasi, seseorang akan menemui kendala. Kendala tersebut dapat dikategorikan menjadi kendala dalam individu (personal), hubungan antara antar individu (interpersonal) dan lingkungan commit to user (environmental). Adapun yang dimaksud dengan kendala dalam diri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
individu adalah faktor penghambat pencarian informasi yang berasal dari dalam pencari informasi itu sendiri, misalnya faktor ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas, waktu yang dimiliki, pendidikan dan status sosial ekonomi. Kendala yang berasal dari lingkungan pencari informasi antara lain waktu yang terlalu lama dalam memperoleh informasi, fasilitas informasi, keterbatasan koleksi serta politik dan ideologi. Sedangkan kendala antar individu (interpersonal) kemungkinan timbul ketika sumber informasi yang dibutuhkan adalah individu lain namun mengalami kendala di dalam mengakses informasi tersebut. Ihsaniyati (2010) menyatakan bahwa kendala yang ditemui petani gurem pada saat melakukan pencarian informasi antara lain kendala personal yang meliputi keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat, rasa sungkan dan usia. Kendala interpersonal meliputi ketidakpercayaan, ketidakterbukaan dan ketidakakraban. Kendala lingkungan antar lain keterbatasan penyuluh dan penyuluhan pertanian, alur dan waktu pencarian yang panjang, keterbatasan akses petani terhadap media audio dan cetak, dan jarak dengan sumber informasi. Menurut Muatip, et all (2008) hasil dari penelitianya peternak mengakses informasi, informasi yang diperoleh peternak lebih banyak bersifat teknis yang telah mereka kuasai. Informasi baru yang diperoleh belum diaplikasikan karena keterbatasan modal, ketidakberanian dalam mengambil resiko, kurangnya pendampingan oleh penyuluh, atau informasi yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan peternak sapi perah. Pada dasarnya, peternak telah banyak memperoleh informasi tetapi belum mau mengaplikasikan pada usahanya, hal ini terjadi karena peternak kurang memiliki keberanian. Oleh karena itu, peternak perlu didorong untuk berani mengaplikasikan informasi yang diperolehnya. Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung informasi suatu inovasi yang akan diaplikasikan. Kendala yang dihadapi oleh peternak dalam pencarian informasi ini commit user diri peternak maupun dari luar, adalah kendala yang berasal dari todalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
yang ditemui ketika melakukan usaha pencarian informasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan pada usaha ternak sapi perah. 5. Peternak Sapi Perah Peternakan
adalah
kegiatan
mengembangbiakkan
dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut (Anonim, 2011). Peternak sapi perah adalah orang yang melakukan kegiatan usaha mengembangbiakan dan membudidayakan sapi perah untuk diambil manfaatnya. 6. Budidaya Sapi Perah Asupan gizi pangan bagi manusia
yang dibutuhkan salah satunya
adalah protein hewani, termasuk susu. Susu diyakini sebagai satu-satunya makanan yang mempunyai kandungan nutrisi lengkap yang dibutuhkan manusia selama periode awal kehidupan untuk tumbuh dan berkembang anak. Kandungan nilai gizi dalam susu segar sapi perah tiap 100 gram yaitu: Tabel 2.1 Komponen Kandungan dan Nilai Gizi Susu Sapi Komponen Susu Sapi Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Air
Nilai Gizi 61,00 kkal 3,20 g 3,50 g 4,30 g 143,00 mg 60,00 g 1,70 g 130,00 SI 0,03 tiamin (mg) 1,00 mg 88,33 g
` Sumber: Massaidi (2011) Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang penting. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang sedang dalam proses tumbuh, bagi orang dewasa, dan bahkan bagi yang berusia lanjut. Efisiensi usaha ternak tergantung dari peternak itu sendiri dalam kaitannya dengan penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi pengelolaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
usaha secara efisien jika usaha belum efisien, akibatnya adalah adanya faktor-faktor yang tidak menunjang usaha tersebut (Girisonta, 1995). Syukur (2010) mengungkapkan dalam pemeliharaan sapi perah ada beberapa yang perlu diperhatikan: a. Seleksi bibit sapi perah Jenis sapi perah yang biasa dipelihara di Kecamatan Musuk adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri seperti yang sebagai berikut : 1) Warna bulu putih dengan bercak hitam 2) Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg 3) Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas 4) Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture baik 5) Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15 - 18 bulan 6) Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya. b. Penyediaan pakan sapi perah Hijauan sebagai makanan bahan makanan ternak, merupakan salah satu bahan yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan ternak ruminansia. Oleh karena itu hijauan sebagai salah satu bahan makanan sebagai dasar utama dalam perkembangan peternakan, sebab semua jenis hewan ternak hanya bisa hidup dan berkembang, serta berproduksi apabila tersedia makanan yang dimaksud, maka perlu dimiliki adanya pengetahuan dan keterampilan di bidang produksi hijauan makanan ternak (Girisonta, 1980). Sapi yang sehat membutuhkan pakan yang cukup dan berkualitas, pakan yang kaya nutrisi sangat bermanfaat untuk pemeliharaan keseimbangan sapi mampu melaksanakan proses metabolisme secara baik. Sapi muda yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan jumlah pakan yang terus meningkat sampai dicapai kenaikan pertumbuhan maksimal (Akoso, 1996). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c. Kandang dan Peralatan Kandang yang dibuat harus memenuhi syarat antara lain terpisah dari rumah kurang lebih 10 meter, draenase dan ventilasi baik, lantai tidak licin, serta terdapat penampungan kotoran kandang. Girisonta (1980) myatakan bahwa hewan ternak yang bisa hidup aman, tenteram, akan mempunyai efek yang sangat baik bagi perkembangan serta produktivitas untuk keperluan itu maka perlu diciptakan konstruksi kandang yang optimal dan memadai. d. Reproduksi Menurut Dasuki (1983) dalam Nurlina (2007) dengan adanya kegiatan kawin suntik (inseminasi buatan/IB) dari semen pejantan unggul terhadap betina impor dan keturunannya, maka jumlah bibit sapi cepat bertambah, dan pada gilirannya akan mempercepat pula peningkatan jumlah produksi susu. Selain itu menurut Nurlina (2007) Struktur populasi sapi perah diatur lebih seimbang terutama melalui program mengadopsi inseminasi buatan. Keseimbangan komponen struktur populasi dalam peternakan sapi perah rakyat yang tergabung dalam koperasi yang tersebar luas dengan pemilikan kecil, lebih sukar tercapai daripada dalam perusahaan sapi perah. Kendala lainnya adalah masalah penggalakkan fungsionalisasi sapi perah sesuai dengan potensi genetiknya yaitu mengutamakan tujuan produksi susu. Lama kebuntingan sapi rata-rata 280 hari dengan variasi antara 274-291 hari dan akan berakhir dengan terjadinya kelahiran pedet. Kelahiran pedet yang normal terjadi secara alamiah, namun adakalanya tidak normal, dalam keadaan demikian perlu dibantu secara perlahanlahan dengan menarik kaki pedet yang telah terjulur ke arah luar dan bawah. Apabila dengan bantuan masih sulit, sedangkan posisi pedet adalah normal, maka perlu minta bantuan seorang dokter hewan untuk membantu kelahiran apabila posisi kelahiran abnormal (Akoso, 1996). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
e. Pencegah dan pengendali penyakit Ternak dikatakan sehat apabila semua perbuatan hidupnya berjalan serasi dengan diri sendiri dan alam sekitarnya. Setiap makhluk hidup dipengaruhi oleh sesuatu dari luar yaitu iklim, tanah, racun dan lainnya. Bila terjadi pengaruh buruk itu lebih kuat sedangkan badan ternak dalam kondisi lemah, maka perbuatan hidup binatang menjadi goncang. Hal itu karena organ tubuh terganggu sehingga mempengaruhi kerja serta fungsi organ tersebut, yang membuat ternak menjadi sakit. Pencegahan penyakit merupakan tindakan yang pertama dalam melawan suatu penyakit. Metode yang biasa dilakukan antara lain ialah karantina, imunisasi (kekebalan) dan sanitasi (Girisonta, 1980). Ternak sapi dari luar yang masih diragukan kesehatannya biasanya untuk sementara dilakukan karantina. Sesudah benar-benar sehat, barulah sapi itu bisa dimasukkan ke dalam suatu kelompok sapisapi yang sehat, sedangkan sapi yang sakit menular seperti radang mulut dan kuku atau penyakit lainnya harus dilakukan isolasi (pemisahan) di dalam kandang khusus yang jauh dari kelompok sapi sehat. Vaksinasi untuk menanggulangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya infeksi penyakit asal bakteri dan virus, guna meningkatkan kekuatan tubuh dan tercipta kekebalan tubuh. Tindakan higienis (sanitasi) ialah usaha penjagaan kesehatan melalui melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit, baik bakteri, virus, maupun parasit. Tindakan higienis biasa dilakukan oleh para peternak untuk membebaskan infeksi penyakit (Sugeng, 2003). Adapun penyakit-penyakit sapi perah yang dikemukakan oleh Girisonta (1990) antara lain: 1) Tuberculosis (TBC) Penyakit TBC disebabkan bakteri mycobacterium tuberculose yang merupakan penyakit kronis dan masa inkubasi tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sering terjadi sapi yang tampaknya commit to user sehat dan berproduksi tinggi ternyata sapi tersebut mengandung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
kuman kuman TBC. Hal ini sangat membahayakan sapi-sapi lain dan manusia yang minum air susu sapi yang sudah tercemar oleh kuman-kuman TBC. Usaha pencegahan penularan dapat dilakukan dengan mengadakan tes tuberkulinasi secara berkala setiap tahun. Pada hewan yang menunjukan tes positif harus segera diisolir. Pada tingkat permulaan untuk pengobatan dapat diberikan obat-obatan antibiotika, akan tetapi bila penyakitnya sudah terlanjur akan sukar dikendalikan dan sebaiknya sapi itu dimusnahkan. 2) Mastitis (radang kelenjar susu) Mastitis staphylococcus penularannya
disebabkan cocci.
bakteri
Masa
streptococcus
inkubasinya
tidak
coccci
dan
pasti,
cara
bakteri masuk melalui putting ambing sapi dan
berkembang biak pada saluran/kelenjar ambing. Gejala ini akan tampak bila ambing yang terserang bengkak dan bila diraba terasa panas, serta air susu yang dihasilkan encer nafsu makan sapi turun bulu tampak kasar dan kusam. Pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan cara pemerahan yaitu sebelum sapi diperah dibersihkan dahulu dan cara pemerahannya harus betul-betul higienis. Hindarkan kemungkinan hal-hal yang menyebabkan luka pada ambing melalui cara pemerahan maupun adanya lantai kandang yang dapat menyebabkan luka, menjaga kebersihan kandang dan alat-alat untuk pemerahan ambing. Bila sudah akut dapat
diobati dengan penyuntikan
Procainn penicillin G + hydrostreptomycin 2 cc/100 kg berat badan sapi setiap hari. 3) Milk fever (demam susu) Milk fever adalah penyakit yang menimpa sapi-sapi betina yang akan atau sedang melahirkan ataupun sesudah melahirkan. Sebagian besar penyakit ini menimpa sapi-sapi yang sedang berproduksi. Milk fever disebabkan karena kekurangan Ca yang user akut. Hal ini commit akan to menimbulkan gangguan metabolisme
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
mineral,yakni metabolisme Ca yang bisa berakibat kepada seluruh tubuh. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberi pakan atau ransum dengan kandungan Ca, P, Mg dan pengobatan dengan injeksi preparat-preparat Ca secara intravenous (500 cc dengan larutan calcium gluconate 20 persen). f. Pemerahan ambing sapi Susu yang bersih akan didapatkan dengan mengikuti langkah pemerahan yang dikemukakan oleh sebagai berikut: 1) Pemeriksaan terhadap penyakit menular perlu dilakukan karena apabila terdapat penyakit dikhawatirkan dapat menulari manusia. 2) Kesehatan para pekerja harus dijaga yaitu dengan mencuci bersih dan mengeringkan tangan sebelum pemerahan dilakukan serta pekerja tidak menderita penyakit menular. Kuku tangan pekerja harus dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi. 3) Membersihan sapi yang diperah agar kotoran tidak mencemari susu yang dapat merusak kualitas susu (asam). 4) Pemerahan dilakukan 2 kali sehari pada jam-jam yang sudah pasti dilaksankan dan pemerahan yang lembut, sebab dengan adanya kejutan pada sapi akan menurunkan produksi sapi. Mahanta dalam Williamson (1993) sapi perah yang sehat dengan ambing yang sehat memproduksikan susu yang mengandung bakteri yang relatif sedikit. Pada waktu pemerahan susu, dua atau tiga aliran susu yang pertama dari puting mengandung lebih banyak bakteri dari pada aliran susu yang belakangan, oleh karena itu menurut Williamson, aliran susu pertama ini sering dibuang. Sapi perah atau ambing yang sakit mungkin mengakibatkan susu mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang lebih besar. g. Pemasaran susu sapi perah Pemasaran dapat dilakukan melalui kelompok atau koperasi. Produk yang dipasarkan dapat berupa susu dan hasil olahannya, daging commit to lanjut user lagi Rasyaf (1992) menyatakan atau kulit (Syukur, 2010). Lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
bahwa dalam memasarkan hasil peternakan dapat dilakukan melalui beberapa jalan yaitu: 1) Melalui pedagang pengumpul yang datang ke peternakan-peternakan, namun keburukannya adalah harga yang diterima peternak merupakan harga pedagang dan mereka lebih berkuasa dalam menentukan harga. 2) Memasarkan langsung ke pengecer. 3) Memasarkan langsung ke konsumen. 7. Permodalan Modal dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan pinjaman. Modal sendiri terdiri atas modal disetor atau modal saham dan laba ditahan. Pinjaman dapat berupa pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang (Hidayat, 2001). Lebih lanjut sumber modal menurut Sulhadi (2010) meliputi: a. Dana sendiri, melalui mencairkan tabungan, deposito, menjual barang berharga. b. Keluarga, tidak banyak persyaratan, tidak terbebani bunga, jangka waktu fleksibel. c. Lembaga non formal, contohnya pinjaman arisan, PKK, pengajian. d. Kemitraan, bekerjasama dengan pihak yang memiliki modal. e. Lembaga gadai, menggadaikan barang berharga, proses cepat. f. Lembaga non bank, contohnya meminjam dari koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan mikro, tidak memerlukan agunan, jumlah pinjaman bisa dinegosiasi. g. Bank, contohnya KPR, PRK atau multi guna, dan KTA. Relatif aman, jumlah pinjaman bisa besar dan unlimited, prosedur dan persyaratan ketat. Usaha sapi perah dalam penelitian ini adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang dengan memelihara sapi perah sebagai penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik yang dimulai dari kegiatan teknis budidaya sampai pada pemasaran, dan para peternak ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
juga membutuhkan sumber informasi modal untuk mengembangkan usaha sapi perah ini. B. Kerangka Berpikir Kegiatan peternak dalam usaha sapi perah di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyol ali dapat membantu dalam melengkapi kebutuhan pangan dan nutrisi. Peternak harus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi susu sapi
yang
membutuhkan
dihasilkan. informasi
Peternak untuk
dalam
mengusahakan
menangani
sapi
perah
masalah-masalah
yang
dihadapinya yang meliputi teknis usaha sapi perah, permodalan dan pemasaran susu sapi. Peternak sapi perah terdorong untuk melakukan pencarian informasi guna untuk menangani masalah, seperti yang diungkapkan Dervin dalam Ihsaniyati (2010) pada saat melintasi ruang dan waktu, seseorang menghadapi situasi bermasalah. Situasi problematik ini terjadi karena adanya kesenjangan. Kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dengan harapan yang diinginkan menjadi kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi mendorong seseorang melakukan pencarian informasi sehingga kebutuhan informasinya dapat terpenuhi dan seseorang dapat melintasi ruang dan waktu. Dalam penelitian ini perilaku pencarian informasi mengikuti pola Ellis, Cox dan Hall (1993) dalam Wilson (1999) yang mengambarkan 8 strategi perilaku pencarian informasi yang meliputi memulai (starting), merangkaikan (chaining), menelusur (browsing), membeda-bedakan (differentiating), mengawasi (monitoring), menyarikan (extracting), memverifikasi (verifying), dan menyelesaikan (ending). Dimana pada kegiatan (1) Memulai (starting) yaitu kegiatan awal dimana peternak memulai pencarian informasi. (2) Merangkaikan (chaining) yaitu kegiatan peternak yang mengikuti mata rantai yang menghubungkan sarana penelusuran berupa orang terdekat, ahli kesehatan ternak (mantri hewan), dan media lainnya dengan bahan acuan. (3)Menelusur (browsing) yaitu kegiatan penelusuran pada bidang potensial yang diminati. (4) Membeda-bedakan (differentiating) yaitu penggunaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
sumber-sumber informasi yang beragam sebagi alat untuk menyeleksi isi dan kualitas bahan. (5) Mengawasi (monitoring) yaitu kegiatan untuk mengikuti dan mengetahui perkembangan-perkembangan dalam bidang tertentu melalui sumber-sumber informasi yang terpilih. (6) Menyarikan (extracting) yaitu kegiatan yang lebih bersifat sistematis melalui sumber-sumber yang terpilih untuk menemukan informasi yang diminati. (7) Memverifikasi (verifying), atau pengujian ketepatan, yaitu tahap dimana peternak mengecek apakah informasi yang didapat tepat atau sesuai dengan minatnya. (8) Ending atau pengakhiran, yaitu tahap dimana pencari informasi mengakhiri proses kegiatan pencariannya pada saat berakhirnya masalah yang dihadapi peternak atau juga kemungkinan peternak tidak mendapatkan solusi sehingga memilih mengakhiri. Dalam pencarian informasi peternak sering mengahadapi kendala atau hambatan. Seperti yang diungkapkan Ihsaniyati (2010) bahwa kendala yang ditemui pada saat melakukan pencarian informasi antara lain kendala personal, interpersonal, dan lingkungan. Kendala personal yang meliputi keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat, rasa sungkan dan usia. Kendala interpersonal
meliputi
ketidakpercayaan,
ketidakterbukaan
dan
ketidakakraban. Kendala lingkungan antara lain keterbatasan penyuluh dan penyuluhan pertanian, alur dan waktu pencarian yang panjang, keterbatasan akses petani terhadap media audio dan cetak, dan jarak dengan informasi. Alur kerangka berfikir dalam usaha sapi perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali yaitu sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Kebutuhan informasi peternak dalam kegiatan usaha sapi perah : 1) Teknis budidaya sapi perah 2) Permodalan usaha sapi perah 3) Pengolahan susu dan pemasaran hasil produksi sapi perah
Perilaku pencariaan informasi peternak sapi perah: 1. Starting (memulai) 2. Chaining (merangkaikan) 3. Browsing (menelusur) 4. Differentiating (membedakan) 5. Monitoring (mengawasi) 6. Extracting (menyarikan) 7. Verifying (memverifikasi) 8. Ending (menyelesaikan). 9. (Ellis, et all)
Kendala : 1. Personal 2. Interpersonal 3. Lingkungan
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir Mengenai Penelitian Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Peternak dalam Usaha Sapi Perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali C. Dimensi Penelitian 1. Informasi yaitu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul disaat seseorang
berada
dalam
situasi
bermasalah,
yang
mengurangi
ketidakpastian, dan bermanfaat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Kebutuhan informasi yaitu informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi keinginan peternak sapi sehingga mereka mengakses informasi terkait usaha ternak, meliputi informasi teknis usaha ternak, informasi permodalan dan informasi pengolahan dan pemasaran, yang muncul karena peternak memiliki masalah dalam kegiatan usahanya namun tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. 3. Perilaku pencarian informasi peternak dalam penelitian ini adalah aktivitas perilaku peternak untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah yang berguna untuk mengatasi permasalahan commit to user yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha ternak sapi perah dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
mengurangi ketidak-pastian sehingga dapat memberikan manfaat dan dapat meningkatkan produktivitas hasil sapi perah. Model perilaku pencarian informasi dalam penelitian ini mencoba menerapkan model pencarian informasi dari Ellis et all. 4. Kendala yang dihadapi oleh peternak dalam pencarian informasi ini adalah kendala yang berasal dari dalam diri peternak maupun dari luar, yang ditemui ketika melakukan usaha pencarian informasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan pada usaha ternak sapi perah. 5. Usaha sapi perah dalam penelitian ini adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang dengan memelihara sapi perah sebagai penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik yang dimulai dari kegiatan teknis budidaya sampai pada pemasaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Metode penelitian yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu metode penelitian kualitatif yang sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang natural setting (Sugiyono, 2010). Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai kebutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, serta mengadakan analisis data secara induktif. Selain itu pada penelitian kualitatif mengarahkan sasaran pada usaha menemukan teori dari dasar, lebih mementingkan proses dari pada hasil serta memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan rancangan penelitiannya bersifat sementara (Sutopo, 2002). Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” yang maksudnya dalam memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh informan (sumber data) (Sugiyono, 2010). Penelitian ini dianalisis dengan deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2003). Pengembangan deskripsi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan perspektif fenomenologi. Perspektif ini mengarahkan bahwa apa yang dicari peneliti dalam kegiatan penelitiannya bagaimana melakukan kegiatan dalam commit to usermenafsir beragam informasi yang situasi penelitian, dan bagaimana peneliti
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
telah digali dan dicatat. Bagian diskripsi dalam catatan ini meliputi potret informan, rekonstruksi dialog, diskripsi keadaan fisik, struktur tentang tempat, dan barang-barang lain yang ada di sekitarnya. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kasus (case study). Dalam penelitian kualitatif studi kasusnya menurut Sutopo (2002) mengarah pada pendiskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Penelitian
dengan
pengembangan
deskriptif
bertujuan
untuk
mendeskripsikan keadaan atau situasi yang sebenarnya terjadi pada saat ini dengan menganalisis data dari bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat tanpa memotong cerita maupun datanya dengan simbol-simbol angka. Pada penelitian ini akan mendiskripsikan tentang keadaan peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk dalam hal kebutuhan informasi dan perilaku dalam melakukan pencarian informasi mengenai usaha sapi perah serta kendala yang menghalangi pencarian informasi. B. Penentuan Lokasi Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat yang diketahui sebelumnya sesuai dengan tujuan tertentu (Sugiyono, 2010). Lokasi yang diambil adalah Kabupaten Boyolali yang mendapat julukan atau icon “kota susu” sejak tahun 1950. Kemudian memilih Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali dengan pertimbangan karena Kecamatan Musuk adalah salah satu kecamatan terkenal sebagai penghasil susu sapi perah dengan populasi sapi betina (berproduksi) terbanyak yaitu rata-rata sebesar 109.980 liter per bulan di Kabupaten Boyolali dan memilih Desa Sruni karena merupakan desa yang memiliki populasi sapi perah betina berproduksi terbanyak yaitu sejumlah 611 ekor di Kecamatan Musuk. Jumlah populasi sapi betina perah dan jumlah produksi susu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Tabel 3.1 Data Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2011 No
Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Lampar Dragan Karanganyar Jemowo Sangup Mriyan Lanjaran Karangkendal Sumur Keposong Pagerjurang Sukorejo Sruni Cluntang Ringinlarik Kebon Gulo Kembangsari Musuk Sukorame Pusporenggo Jumlah
Produksi susu Populasi sapi betina Produksi susu bertelur (ekor) (liter) /bulan 81 10.980 53 9.540 559 100.620 464 83.520 138 24.840 166 29.880 354 63.720 266 47.880 343 61.740 334 60.120 342 61.560 351 45.100 611 109.980 510 91.800 284 51.120 285 51.300 310 55.000 355 63.900 356 64.000 256 46.080 6.359
1.133.640
Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Musuk 2011 C. Metode Penentuan Informan Penelitian kualitatif, posisi sumber data manusia (informan) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan informan di sini memiliki posisi yang sama, dan informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi ini, sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut sebagai informan dari pada responden (Sutopo, 2002). Syarat yang digunakan untuk memilih informan antara lain, jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota tim yang menentang penelitian (Moleong, 2007). Penelitian Perilaku Pencarian Informasi ini memilih gatekeepers sebagai informan awal, kemudian dilanjutkan dengan snowball sampling. commit to userkebutuhan dan perilaku pencarian Gatekeepers yang terpilih dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
informasi ini adalah penyuluh di kecamatan Musuk, karena dengan pertimbangan penyuluh lebih mengetahui peternak yang aktif dalam mencari informasi. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa informan awal sebaiknya memilih orang yang bisa ”membukakan pintu” untuk menggali keseluruhan medan secara luas (mereka yang tergolong gatekeepers/penjaga gawang). Penentuan informan selanjutnya menggunakan teknik snowball sampling. Moleong (2007), menyebutkan tahapan-tahapan penarikan bola salju (snow ball), yaitu: 1. Menentukan satu atau beberapa informan untuk diwawancarai sebagai titik awal penarikan sampel. 2. Informan selanjutnya ditetapkan berdasarkan pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari informan awal. 3. Demikian seterusnya hingga pada satu peneliti memutuskan jumlah informan sudah mencukupi. Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian kuantitatif. Informan yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Dalam hubungan ini Nasution dalam Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila telah sampai taraf data yang telah memadai dan bila ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi baru. Penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian informasi di Desa Sruni dapat mengumpulkan informan sebanyak 17 orang, yang terdiri dari , 6 orang peternak sapi, 1 orang kepala desa Sruni, 1 orang mantri hewan, 1 orang penyuluh lapang, 1 orang ketua kelompok tani 2 orang petugas KUD Musuk, 2 pemilik toko (toko pakan ternak dan toko bahan-bahan es), 1 orang Mantri Bank BRI Cabang Musuk dan 1 orang petugas Dinas Peternakan dan Perikanan, 1 orang petugas Dinas Kesehatan Boyolali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
D. Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini adalah: sumber data manusia (informan) dan dokumen atau arsip. Tabel 3.2 Tabel Jenis Data dan Sumber Data yang Dibutuhkan Data yang diperoleh Data Pokok 1. Identitas a. Nama b. Umur c. Pekerjaan pokok d. Pekerjaan sampingan 2. Kebutuhan informasi peternak a. Teknis budidaya sapi perah b. Permodalan usaha sapi perah c. Pemasaran hasil produksi 3. Kegiatan pencarian informasi a. Starting (memulai) b. Chaining (merangkaikan) c. Browsing (menelusur) d. Differentiating (membedakan) e. Monitoring (mengawasi) f. Extracting (menyarikan) g. Verifying (memverifikasi) h. Ending (menyelesaikan) 4. Kendala Pencarian Informasi a. Personal b. Interpersonal c. Lingkungan
Cara memperoleh data Pr Sek
Sifat data Kuali
Sumber data
Kuanti
* * * *
* * *
Informan Informan Informan Informan
* * *
* * *
Informan Informan Informan
* * * * * * * *
* * * * * * * *
Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan
* * *
* * *
Informan Informan Informan
Data Pendukung 1. Keadaan Alam 2. Keadaan Penduduk 3. Keadaan Pertanian
*
* * *
* *
Dokumen atau Arsip
1. Sumber Data Manusia (Informan) Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang sangat penting adalah berupa manusia dengan kata-kata dan tindakannya. Penentuan informan dilakukan dengan mendatangi langsung. Moleong (2007) menyebutkan commit to user informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini antara lain PPL Desa Sruni, Kepala Desa dan peternak sapi perah di Desa Sruni, serta orang yang terlibat dalam pencarian informasi oleh peternak sapi perah. Penyuluh Pertanian Lapang Desa Sruni merupakan pihak yang memberikan penyuluhan terkait kegiatan sapta usaha ternak sapi perah. Kepala Desa Sruni, karena mengetahui informasi mengenai kegiatan perilaku peternak dalam mencari informasi yang ada di desa. Peternak di sini adalah peternak sapi perah yang terlibat dalam kegiatan sapta usaha ternak sapi perah yang melakukan pencarian informasi dan dianggap mengetahui tentang masalah yang akan diteliti. 2. Arsip atau Dokumen Sutopo (2002), menyebutkan arsip dan dokumen merupakan bahan tertulis yang bersangkutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu). Bila ia merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut arsip. Penelitian ini membutuhkan dokumen dan arsip yang dapat menjelaskan lebih rinci informasi yang dibutuhkan berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat dan dapat berkembang sesuai keadaan di lapangan. Arsip atau dokumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu yang berasal dari data monografi Desa Sruni, data BPP di kecamatan Musuk dan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini. E. Teknik Pengumpulan data Teknik mengumpulkan data merupakan kegiatan bagaimana dan dengan cara apa data dapat dikumpulkan dengan benar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi pencatatan dan dokumentasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
1. Wawancara Lebih lanjut Moleong (2007) mengartikan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dengan menggunakan teknik wawancara mendalam karena peneliti merasa tidak mengetahui apa yang belum diketahuinya (Sutopo, 2002). Penelitian ini menggunakan wawancara berencana karena peneliti menyusun daftar pertanyaan yang dijadikan pedoman saat melakukan wawancara dan dapat berkembang saat melakukan wawancara. Selain itu menggunakan teknik wawancara mendalam di mana peneliti menghendaki jawaban secara luas dan lebih mendalam dari subyek dan informan karena peneliti merasa belum tahu tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara menggunakan instrumen panduan wawancara.
Gambar 3.1 Kegiatan Wawancara dengan Pegawai PPL Musuk dan Pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Gambar 3.2 Kegiatan Wawancara dengan Informan Peternak Sapi Perah di Desa Sruni 2. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti di lapangan yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Bungin, 2003). Spradley dalam Sutopo (2002) menjelaskan bahwa pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi dua, yakni observasi tak berperan sama sekali dan observasi berperan (yang terdiri dari: berperan pasif, berperan aktif, dan berperan penuh). Dalam observasi tak berperan, kehadiran peneliti sama sekali tidak diketahui oleh subjek yang diamati, sehingga apapun yang dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat tidak akan mempengaruhi segala yang terjadi pada sasaran yang sedang diamati. Pada observasi berperan, kehadiran peneliti di lokasi diketahui oleh informan. Observasi berperan pasif, peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak berperan sebagai commit to user apapun selain sebagai pengamat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
pasif, namun hadir dalam konteksnya. Pada observasi berperan aktif, peneliti memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi berkaitan dengan penelitiannya, dengan mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya yang bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data. Pada penelitian ini menggunakan observasi berperan pasif karena peneliti hanya mengamati kebutuhan informasi dan perilaku peternak dalam mencari informasi serta kendala yang dihadapi peternak sapi perah. 3. Pencatatan Pencatatan merupakan cara pengumpulan data dengan mencatat berbagai informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan penelitian dari sumber-sember data yang berkaitan. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007), adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Pencatatan terhadap apa yang didengar, dialami dan dipikirkan didapat dari hasil wawancara. Sedangkan pencatatan tentang apa yang dilihat dapat berasal dari dokumen dan arsip yang mendukung data-data yang diteliti. Hasil wawancara harus segera dicatat agar tidak lupa atau hilang. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana yang dianggap penting, dan yang tidak penting, data yang sama dikelompokkan (Sugiyono, 2010). Walaupun data yang diperoleh dari hasil wawancara telah terekam dalam bentuk suara, namun peneliti juga tetap menulis data-data penting yang diperoleh baik saat wawancara maupun saat pengamatan sebagai pelengkap hasil rekaman wawancara. Setelah data terkumpul kemudian peneliti memberikan tanggapan terhadap data tersebut berdasarkan teori yang telah ada. Selama kegiatan penelitian ini peneliti juga perlu mendokumentasikan sebagai data bukti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Tabel 3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh Data Pokok 1. Identitas informan 2. Kebutuhan informasi peternak a. Teknis budidaya sapi perah b. Permodalan usaha sapi perah c. Pemasaran hasil produksi sapi perah 3. Kegiatan pencarian informasi a. Starting (memulai) b. Chaining (merangkaikan) c. Browsing (menelusur) d. Differentiating (membedakan) e. Monitoring (mengawasi) f. Extracting (menyarikan) g. Verifying (memverifikasi) h. Ending (menyelesaikan) 4. Kendala Pencarian Informasi a. Personal b. Interpersonal c. Lingkungan Data Pendukung 1. Keadaan Alam 2. Keadaan Penduduk 3. Keadaan Pertanian dan peternakan Aktivitas peternak dalam kegiatan bekerja menjalankan usaha ternak, usaha tani dan usaha lainnya 4. Pola interaksi peternak-peternak, peternak-pedagang, peternak-KUD, peternak-penyuluh, peternak dengan anggota keluarga lainnya, peternak dan kelompok tani 5. Kondisi transportasi dan komunikasi
Teknik Pengumpulan Wawancara, Pencatatan Wawancara, Pencatatan Wawancara, Pencatatan Wawancara, Pencatatan Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi
Pencatatan, Observasi Pencatatan, Observasi Pencatatan, Observasi Observasi Observasi Observasi
Observasi
F. Validitas Data Data yang telah berhasil dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk membuktikan validitas data menggunakan trianggulasi dan review informan. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomologi yang bersifat multiperspektif yaitu menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya menggunakan cara pandang. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dalam Sugiyono (2010) terdapat tiga macam yaitu triangulasi sumber (data), triangulasi metodologi commit to user (teknik), triangulasi waktu. Sedangkan Patton dalam Sutopo (2002)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
menyebutkan ada 4 macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metodologi dan triangulasi teoritis. Triangulasi data sering disebut sebagai triangulasi sumber. Triangulasi sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Triangulasi peneliti adalah menguji validitas hasil penelitian beberapa peneliti. Triangulasi metodologi dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau pengumpulan data yang berbeda. Sedangkan triangulasi teori adalah menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode. Trianggulasi sumber pada penelitian ini menggunakan informan. Informan terdiri dari, PPL Desa Sruni, Kepala Desa Sruni, peternak sapi perah dan orang-orang yang terlibat dalam pencarian informasi di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Triangulasi metode yang digunakan penelitian ini, yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti sesuatu hal, seperti metode wawancara, metode observasi dan juga dicocokan dengan dokumen yang diperoleh di lapang.
review informan
Wawancara
Data
Pencatatan
Observasi
D
Dokumen/Arsip
Aktivitas
Gambar 3.3 Skema Trianggulasi Sumber (Data) Selain itu, penelitian ini juga menggunakan review informan dengan cara diskusi kelompok (FGD). Menurut Sutopo (2002), review informan dilakukan pada saat peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya, walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, maka laporan yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan to user dengan informannya. Hal inicommit dilakukan untuk mengetahui apakah laporan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
yang ditulis merupakan pernyataan atau deskripsi yang bisa disetujui oleh mereka (Sutopo, 2002). Review informan dilakukan dengan diskusi kelompok dimana peneliti mengundang informan peternak sapi perah dan dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2011 jam 10 pagi sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan diskusi kelompok di rumah Ketua Kelompok Tani Subur Desa Sruni.
Gambar 3.4 Kegiatan Diskusi Kelompok (Review Informan) G. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model analisis interaktif, yang berupa: 1. Reduksi Data Menurut Miles dan Huberman (1992), reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis
yang
menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Secara sederhana dapat dijelaskan, dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara,
melalui
seleksi
ketat,
ringkasan
atau
uraian
singkat,
menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Dari lokasi penelitian, data lapang dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. dan laporan lapangan kemudian commitData to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian mencari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Lebih lanjut setelah melakukan reduksi data, peneliti memilah-milah dan menggambarkan kondisi mengenai kebutuhan informasi peternak sapi perah di Desa Sruni, perilaku pencarian informasi, dan kendala pencarian informasi. 2. Sajian Data Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Selain data dalam bentuk kalimat, dalam sajian data ini juga dapat meliputi berbagai matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung narasi. Semuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam bentuk yang lebih kompak (Sutopo, 2002). Penelitian ini disajikan dalam bentuk foto, dan cuplikan pernyataan, dan narasi hasil wawancara. 3. Penarikan Kesimpulan Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian datanya. Bilamana kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti akan mengulangi kembali pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (Sutopo, 2002). Menurut Sutopo (2002), proses analisis dengan tiga komponennya saling menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses user itu tiga komponen tersebut pelaksanaan pengumpulancommit data. toSelain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitiannya. Proses analisis seperti yang disebutkan di atas disebut dengan model analisis interaktif.
Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi data
Penarikan simpulan/ verifikasi Gambar 3.5 Model Analisis Interaktif
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa Sruni Desa Sruni merupakandesa yang terdapat diSebelahTimur Lereng Gunung Merapi dan merupakan salah satu desa di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.Jarak Desa Sruni dari pusat pemerintahan Kecamatan Musuk adalah 5km, dari pusat administrasi dan pemerintahan kabupaten adalah 10 km sedangkan jarak Desa Sruni dari Ibukota Propinsi adalah 77 km. Adapun batas-batas wilayah Desa Sruni di sebelah utara adalahDesa Ringinlarik dan Desa Cluntang, sebelah timur adalah Desa Karang Kendal dan Desa Sukorejo, sebelah selatan adalah Desa Lanjaran dan batas sebelah barat adalah Desa Mriyan. Desa Sruni terletak pada ketinggian 750 m di atas permukaan laut dan berdasarkan kondisi iklimnya dapat digolongkan sebagai wilayah dengan karakteristik lembab dengan curah hujan 2.478 mm/th dan jumlah bulan kering 5 bulan dengan rata rata suhu maksimum/minimum 30C/180C. Luas wilayah Desa Sruni adalah 337,2787 ha yang terdiri dari lahan pertanian dan non pertanian atau tempat fasilitas umum lainnya. Desa Sruni memiliki karakteristik lingkungan berupa dataran tinggi dengan lingkungan kering dan jenis tanah yang pada umumnya termasuk jenis aluvial. Karakter lingkungan wilayah ini mempengaruhi jenis usaha pertaniandan peternakan. Tanah kering sangat cocok untuk pengembangan pertanian tanaman lahan kering, seperti tanaman rumput-rumputan untuk makan ternak,tembakau, bunga mawar, pepaya, cengkeh, cabai, palawija, sawi,dan sayuran. Suhu yang rendah di Desa Sruni juga sangat berpotensi untuk usaha ternak sapi perah dari pada ternak lainnya, usaha ternak merupakan sebagai sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat.
commit to user
40
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Kondisi Lahan Tegal Terasering b. Kondisi Lahan Tegal Terasering c.
b. Kondisi Sungai Kering
c. Kondisi Jalanan
d. Kondisi Jembatan
Gambar 4.1(a), (b),(c) dan (d)Kondisi Wilayah Desa Sruni B. Keadaan Penduduk Keadaan penduduk di suatu daerah erat hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi di daerah tersebut. Desa Sruni berpenduduk 3.367 jiwa dengan 990 Kepala Keluarga (KK). Berikut adalah data keadaan pendudukDesa Sruni menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Adapun penjelasan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut: 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Penduduk merupakan sejumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sruni adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sruni No 1. 2.
Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki 1.602 Perempuan 1.765 Jumlah 3.367 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010
Prosentase (%) 47,58 52,42 100,00
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk lakilaki sebesar 1.602 jiwa (47,58persen) dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.765 jiwa (52,42persen). Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat mempengaruhi pembagian pekerjaan dalam pembangunan termasuk bidang peternakan. Nilai sex ratiosebesar 91 atau 90,76 persen tersebut menunjukkan pekerjaan dalam bidang peternakan yang dikerjakan oleh laki-laki dapat dikerjakan oleh perempuan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk perempuan yang hampir sama dengan jumlah penduduk laki-laki. 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur Penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut jenjang yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia yaitu 0–14 tahun merupakan kelompok umur non-produktif, umur 15–64 tahun merupakan kelompok umur produktif dan penduduk umur 64 tahun keatas adalah kelompok umur sudah tidak produktif(Mantra, 1995). Adapun besarnya jumlah penduduk menurut umur di Desa Sruni yaitu sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Umur No Umur Jumlah Prosentase (%) 1. 0 – 14 775 23,02 2. 15 – 64 2.489 73,92 3. >65 103 3,06 Jumlah 3.367 100,00 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa prosentase terbesar terdapat pada kelompok umur 15-64 tahun yaitu sebesar 73,92 persen atau sebesar 2.489 orang. Umur 15-64tahun tergolong dalam usia produktif sehingga dengan pendudukcommit yang besar maka kontribusi penduduk terhadap to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
pembangunan di Desa Sruni juga besar,jumlah penduduk yang mempunyai prosentase terkecil adalah umurnon produktif yaitu sebesar 3,06 persen atau 103 orang.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan di Desa Sruni dapat dikatakan sejahtera karena jumlah penduduk yang produktif atau bekerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang non produktif atau tidak bekerja sehingga penduduk yang produktif harus mampu memenuhi kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan bagi usia non produktif yang menjadi tanggungan mereka, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan yang lain. 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan di semua sektor. Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas sumber dayamanusia di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka keadaanpenduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek pengetahuannya. Selain itu, penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah dalam menerima suatu inovasi dan perubahan. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran masyarakat dalam menerima inovasi. Apabila dalam suatu masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi dan didukung dengan kesadaran masyarakat untuk berkembang, maka tatanan masyarakat yang lebih baik akan dapat terwujud. Secara rinci tingkat pendidikan penduduk Desa Sruni dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase (%) 1. Tamat Perguruan Tinggi 147 4,36 2. Tamat SLTA 332 9,86 3. Tamat SLTP 329 9,77 4. Tamat SD 1.365 40,54 5. Tidak Tamat SD 921 27,35 6. Belum Tamat SD 160 4,75 7. Belum Sekolah 113 3,35 Jumlah 3.367 100,00 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tingkat pendidikan dapat dikriteriakan menjadi tiga jenis, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dikatakan rendah jika penduduk yang tamat SD ke atas kurang dari 30 persen. Kriteria pendidikan sedang, jika penduduk yang tamat SD ke atas antara 30 persen sampai dengan 60 persen. Pendidikan masuk dalam kriteria tinggi jika penduduk yang tamat SD ke atas lebih dari 60 persen. BerdasarkanTabel 4.3 dapat diketahui bahwa keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sruni adalah tergolong sedang yaitu dengan prosentase tertinggi pada penduduk tamat SD yaitu sebanyak 1.365 orang atau 40,54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran penduduk Desa Sruni akan pendidikan cukup tinggi, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan wilayah tersebut karena pendidikan yang tinggi, maka masyarakatnya memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan akan lebih mudah dalam menerima suatu inovasi dan perubahan. 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Salah satu penunjang keberhasilan pembangunan daerah yaitu tersedianya lapangan pekerjaan bagi penduduk sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah.Keadaan penduduk menurut mata pencaharian adalah jumlah penduduk pada suatu wilayah yang bekerja berdasarkan mata pencaharian tertentu. Mata pencaharian penduduk disuatu wilayah dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam atau potensi lokal, ketersediaan jumlah tenaga kerja, serta kondisi sosial ekonomi penduduk di suatu wilayah tersebut yang meliputi umur, tingkat pendidikan, ketrampilan, modal dan sebagainya. Keadaan penduduk di Desa Sruni berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut :
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Mata Pencaharian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Lapangan Pekerjaan Peternakan Pertanian tanaman pangan Perkebunan Buruh Tani Pengusaha/pengrajin Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang PNS Lain-lain Jumlah
Jumlah (Jiwa) 1024
Prosentase (%) 41,41
204 272 43 798 57 18 17 29 11 2.473
8,25 10,99 1,74 32,27 2,30 0,73 0,69 1,17 0,46 100,00
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 dan BPP Musuk 2010 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sruni bermata pencaharian di sektor peternakan hampir semua penduduk Desa Sruni memiliki ternak sapi perah, hal ini terlihat dari data yang diperoleh diketahui bahwa penduduk yang bermata pencaharian peternak menempati urutan terbesar, yaitu penduduk bermata pencaharian sebagai peternaksebesar 41,41 persen (BPP Musuk, 2010).Penduduk di Desa Sruni bermata pencaharian sebagai peternak karena kondisi geografis yang cocok untuk menjalankan kegiatan usahaternak perah selain bekerja di peternakan masyarakat desa sruni juga melakukan pekerjaan sebagai petani. Mata pencarian sebagai petani tanaman pangan terdapat 8,25 persen dan petani perkebunan ada 10,99 persen. Sehingga masyarakatDesa Sruni dengan bekerja di lahan pertanian juga akan mendapatkan pakan hijauan dari sisa tanaman pertanian untuk diberikan ke ternak sapi yang mereka pelihara. C. KeadaanPertaniandan Peternakan Pertanian dan Peternakan merupakan suatu bidang untuk menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya. Berikut ini data Sruni:
mengenai komoditas pertanian dan peternakan di Desa commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel4.5Jumlah KomoditasTanaman Desa Sruni No
Jenis komoditas
1. 2. 3. 4. 5.
Pangan Sayuran Perkebunan Buah-buahan Lain-lain Jumlah
Jumlah (ha) 37,1000 28,3000 40,4000 26,3400 52,6040 185,2046
Sumber : Monografi Desa Sruni Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.5jenis komoditas yang menggunakan lahan terluas adalah tanaman perkebunan yang berupa cengkeh, sehingga tanaman cengkeh dan tembakau merupakan produk pertanian utama dari desa Sruni. Tanaman lainnya yang ditanam di lahan Desa Sruni adalah rumput gajah untuk pakan ternak dan mawar.
a. Kondisi Mawar
b. Kebun Kebun Cengkeh, Pepaya dan Tembakau
Gambar 4. 2(a) dan (b) Jenis Komoditas Tanaman Desa Sruni Tabel4.6Peternakan di Desa Sruni No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Ternak Sapi perah Sapi Biasa Kambing Domba Ayam Kampung Itik, dan lain lain
Jumlah (ekor) 1.847 10 200 500 30
Sumber : Monografi Desa Sruni Tahun 2010 dan BPP Musuk 2011 Jenis ternak yang diusahakan adalah ternak sapi perah (FH) dari hasil pendataan PPL Musuk tahun 2011 sebesar 1.847 ekor(BPP Musuk, 2011) yang merupakan jumlah ternak terbesar di Desa Sruni1. Ternak lain yang diusahakan masyarakat Desacommit Sruni adalah to usersapi biasa, kambing domba, ayam 1
. Bapak Bambang, Penyuluh BPP Musuk. Wawancara tanggal 8 September 2011 di BPP Musuk “Kondisi peternakan di desa sruni...yaitu dengan jumlah peternak 667 orang, populasi sapi perah itu dari hasil pendataan 1.847ekor .... sapi potongnya 28ekor. sudah melaksanakan IB 20% peternak se Desa Musuk. Dengan ..ee.. kesadaran masayarakat akan kelebihan IB maka sekitar 20% peternak sudah melaksanakan IB.
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
kampung, itik dan ternak lainnya. Jenis ternak yang paling banyak adalah ternak sapi perah(FH). Jumlah populasi ternak di Desa Sruni ini berubahubah atau tidak pasti karena setiap hari masyarakat melakukan aktivitas jual beli2. Rata-rata masyarakat di Desa Sruni lebih banyak beternak sapi perahkarena kondisi lingkungan yang mendukung untuk dapat menghasilkan susu yang dapat membantu perekonomian bagi peternak.
Gambar 4. 3 Kondisi Ternak Kambing dan Ternak Sapi Perah Desa Sruni D. Keadaan Sarana Perekonomian Keberadaan sarana perkonomian di suatu wilayah merupakan salah satu hal yang dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian penduduk. Sarana perkonomian merupakan tempat dimana terjadi kegiatan jual beli atau pemindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang merupakan kegiatan saling menguntungkan diantara kedua belah pihak. Dengan adanya sarana perekonomian maka dapat mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan juga dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Keadaan lembaga perekonomian di Desa Sruni dapat dilihat pada Tabelberikut: Tabel4.7 Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Sruni No. 1. 2. 3.
Jenis Sarana Pasar Umum Toko/Kios/Warung Koperasi Simpan Pinjam
Jumlah 2 16 1
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Desa Sruni dapat dikatakan sudah cukup memadai yaitu commit to2user dengan adanya pasar umum sebanyak buah, toko/kios/warung sebanyak 16
2
. Bapak Bambang, Penyuluh BPP Musuk. Wawancara tanggal 8 September 2011 di BPP Musuk “Kondisi peternakan Desa Sruni... Populasi ini bisa berubah setiap hari karena kegiatan jual beli para peternak, untuk kondisi sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk itu yang pertama... bangsa sapi betina itu berasal dari peranakan saja”
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buah, dan koperasi simpan pinjam sebanyak 1 buah, koperasi ini merupakan koperasi gabungan kelompok tani yang diberi nama Karya Manunggal. Keberadaan sarana perekonomian di Desa Sruni tersebut sangat dibutuhkan karena dengan adanya sarana perekonomian, kegiatan penduduk menjadi lebih lancar, misalnya dalam hal pemasaran hasil-hasil usahatani.
Gambar 4.4 Bangunan Koperasi Gapoktan “Karya Manunggal” Desa Sruni Pasar hewan juga terdapat di Kabupaten Boyolali dimana pasar ini sering digunakan oleh peternak untuk kegiatan jual beli hewan. Pasar hewan hanya ramai pada saat pasaran jawa yaitu hari “ pahing”. Masyarakat memanfaatkan pasar ini selain kegiatan jual beli juga kegiatan mencari informasi mengenai perkembagan harga pedet dan indukan sapi untuk dipelihara.
Gambar 4.5 Pasar Hewan di Kabupaten Boyolali E. KeadaanSarana Pendidikan Sarana pendidikanmerupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar untuk mendapatkan ilmu. Sarana sangat penting dalam suatu commitpendidikan to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wilayah agar tingkat pengetahuan masyarakat lebih tinggi. Sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka masyarakat dapat lebih maju dan berkembang. Adapun lembaga pendidikan di Desa Sruni
yaitu sebagai
berikut: Tabel 4.8 Keadaan Sarana Pendidikan di Desa Sruni No. 1. 2. 3.
Sarana Pendidikan Taman Kanak-kanak SD Negeri SLTP Negeri
Jumlah (unit) 2 3 1
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sarana pendidikan paling banyak di wilayah Desa Sruni yaitu SD Negeri sebanyak 3 unit, dikarenakan tingkat sekolah dasar ini penting sebagai modal awal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain lembaga pendidikan sekolah dasar, di Desa Sruni juga terdapat sarana pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak dua unit sekolah dan SLTP Negeri sebanyak satu unit. Dengan adanya sarana pendidikan di Desa Sruni maka diharapkan penduduk usia sekolah dapat memperoleh pendidikan yang layak. Sehingga kualitas sumber daya manusia yang ada juga semakin baik. F. Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi Sarana transportasi dan komunikasi dapat mendukung penduduk dalam memperlancar perkembangan di suatu wilayah. Penduduk Desa Sruni selalumembutuhkan sarana transportasi dan komunikasi untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Sarana transportasi dan komunikasi sangat membantu untuk berhubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Angkutan masyarakat merupakan faktor yang dapat membantu masyarakat dan memperlancar perkembangan suatu wilayah. Sarana tranportasi merupakan salah satu indikator modernisasi suatu wilayah.Dampak dari modernisasi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Mantra, 1995).Berikut ini adalah sarana transportasi yang dapat digunakan oleh penduduk Desa Sruni:
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Sarana Transportasi di Desa Sruni No. 1. 2. 3.
Sarana Transportasi Mobil/motor Sepeda/ojek Lain-lain
Jumlah (buah) 10 231 59
Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui terdapat tiga jenis sarana transportasi yang terdapat di Desa Sruni. Sarana transportasi tersebut diantaranya, mobil atau motor sebanyak 10 buah, sepeda atau ojek 231 buah, dan lain-lain (bisa berupa truk, dan gluthuk) sebanyak 59 buah. Sarana transportasi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk adalah sepeda motor atau ojek, sedangkan yang paling sedikit adalah mobil atau motor. Sepeda motor/ojek paling banyak dimiliki karena harganya yang terjangkau dan hampir setiap penduduk dapat mengendarainya. Ketersediaan sarana transportasi umum yang ada di Desa Sruniadalah angkutan umum dan ojek. Dengan adanya kendaraan umum yang melintasi Desa Sruni, maka pola arus penumpang dan barang banyak terjadi. Kegiatan warga Desa Sruni untuk mengakses informasi, pusat kegiatan ekonomi, kesehatan, ataupun pemerintahan biasanya dilakukan dengan menggunakan angkutan umum atau mengendarai sepeda motor. Namun dengan keadaan jalan yang sering rusak, maka mempersulit warga untuk pergi ke luar desa.Terlebih lagi jika harus membawa barang hasil panen, air, susu, maupun barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak dari desa ke pasar atau sebaliknya, warga desa akan kesulitan.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.6Sarana Transportasi Desa Sruni Sarana komunikasi yang ada di Desa Sruni diantaranya adalah televisi, radio, dan telepon genggam.Televisi dan radio biasanya dimanfaatkan sebagai tempat mencari hiburan dan informasi-informasi baru sedangkan telepon genggam dimanfaatkan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk sinyal jaringan telepon genggam di Desa Sruni cukup sulit, hanya ada satu operator yang bisa dimanfaatkan masyarakat Desa Sruni. Pusat layanan komunikasi umum di Desa Sruni untuk seperti kantor pos, warung telepon (wartel), dan warung internet (warnet) belum tersedia. Untuk memenuhi kebutuhan yang harus menggunakan ketiga sarana tersebut, biasanya penduduk akan datang ke pusat Kecamatan Musuk atau Kabupaten Boyolali.Informasi yang bersifat umum, misalnya pengumuman adanya lelayu, penduduk akan menggunakan microphone atau bisa juga dengan “gethok tular”. Tingkat kepemilikan telepon genggam(Hp) di desa ini juga masih rendah. Keadaan tersebut membuat warga desa lambat dalam menerima commit to user informasi. Dengan keadaan yang demikian KUD dan BPP Musuk menjadi
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pusat sumber informasi. Keadaan tersebut sedikit tertolong dengan adanya budaya “gethok tular” yang masih sangat kental di Desa Sruni. Dengan adanya budaya tersebut informasi yang didapat oleh sebagian warga dapat meyebar ke warga yang lain. G. Kondisi Khusus Peternakan Desa Sruni Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali merupakan daerah pegunungan bersuhu rendah yang menjadikan usaha ternak perah lebih berkembang dari pada usaha ternak lain. Sapi perah yang menjadi iconnyaKabupaten Boyolali, dari tahun 1950-an sampai sekarang menjadi kabupaten dengan sentra ternak perah yang memproduksi susu di Jawa Tengah. Desa Sruni terletak di lereng Sebelah Timur Gunung Merapi dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai peternak sapi perah dan petani. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dengan hasil susu sapi perah. Hal ini terjadi karena sapi perah membutuhkan kondisi suhu lingkungan yang lebih rendah dibanding dengan ternak lain. Meskipun usaha ternak sapi perah lebih menjanjikan dibanding usaha pertanian, namun Desa Sruni juga memiliki potensi komiditi lain, antara lain mawar, cengkeh, tembakau, sayuran, cabe dan tanaman lainnya. Usaha ternak sapi perah yang dijalankan masyarakat Desa Sruni ini sudah turun temurun, sehingga modal awal yang dimiliki peternak sapi biasanya dalam usaha sapi perah berasal dari warisan orang tua dan menggunakan modal tabungan sendiri yang telah terkumpul. Potensi yang dimiliki
Desa
Sruni
ini
menarik
perhatian
pemerintah
untuk
mengembangkannya sehingga pada tahun 2007 mendapat sapi perah gaduhan sebanyak 41 ekor sapi dari pemerintah. Sebelum Tahun 2010 setiap para peternak dapat memelihara lebih dari 8 ekor sapi, namun saat ini peternak sudah tidak mampu memelihara sebanyak itu karena selain kekurangan air, ternak terkena penyakit yang disebabkan malnutrisi (kelumpuhan, mastitis, dan penyakit lainnya), disisi lain menurut peternak Desa Sruni penyebab ternak sapi saat ini kurang menguntungkan karena,harga jual sapi dan susu commit to user yang rendah ini membuat peternak sapi merasa dirugikan karena biaya
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produksi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Syn sebagai berikut: “Saya lihat situasi kepemerintahan saat ini kurang berhasil...karena ada pihak-pihak yang ingin diuntungkan secara sepihak.... contohnya itu... pemerintah memberi ijin impor sapi dan susu sehingga... ya... dampaknya sapi lokal peternak Indonesia kurang meningkat karena harga jual yang rendah..” (Hasil wawancara dengan Syn tanggal 17 September 2011).
Desa Sruni terdapat kelompok tani yang bergerak dalam melakukan pengolahan limbahsapi dan pengolahan susu sapi, dengan adanya pengolahan ini diharapkan peternak mendapatkan penghasilan tambahan. Peternakan di Desa Sruni memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Peternakan sapi perah yang dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat luas akan tetapi warga
Sruni
tidak
mengetahui
harus
bertindak
bagaimana
untuk
meningkatkan produksi dan nilai jual yang tinggi, karena selama ini produksi susu sapi perah hanya berkisar 10 sampai 12 liter saja padahal harga pakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidak sebanding dengan harga susu. Hal ini membuat para peternak tidak mau menggunakan pakan katul sehingga sapi perah hanya menghasilkan susu rata-rata 10 liter perhari. Seperti informan Skmengungkapkan bahwa: “Sapi yang dimilikisekarang sudah berkurang mbak, karena tidak mampu ngasih pakan, karena pada saat ini harga katul brand itu mahal”(Hasil wawancara dengan Sk 19 September 2011).
Kondisi peternakan sapi perah di Desa Sruni kesehatan dan sanitasi ternak sangat kurang, karena keadaan desa yang sulit sumber air, membuat peternak tidak membersihkan kotoran di badan sapi dan kandang sapi. Kurang perhatiannya akan kebersihan ini dapat menimbulkan beberapa penyakit sapi seperti yang diungkapkan informan Ytmyang juga berperan sebagai mantri hewan : “Peternak kurang memperhatikan kebersihan kandang sapi sehingga sapi sering terkena penyakit kudis/koreng, selain itu peternak enggan untuk melengkapi nutrisi sapi, sapi mudah terkena penyakit lumpuh yang disebabkan mallnutrisi” (wawancara tanggal 24 September 2011).
Keadaan ini juga diperparah dengan kesadaran peternak Desa Sruni commit to user dalam melengkapi kebutuhan nutrisi sapi yang sangat kurang, karena apabila
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nutrisi sapi tidak terpenuhi maka sapi akan mudah terjangkit penyakit dan produksi susu akan rendah. Peternak sapi perah dalam memasarkan susu sapi hanya dijual dalam bentuk susu segar yang langsung disetorkan ke KUD melalui Tempat Penampungan Susu dan pengumpul susu lokal. Disisi lain kalau susu diolah menjadi produk lain dapat memiliki nilai jual yang tinggi.Melihat kondisi yang dialami peternak sapi perah di Desa Sruni, dengan berbagai kesenjangan yang dialami oleh peternak maka sangat perlu untuk dilakukan penelitian mengenai kebutuhan informasi peternak sapi perah, perilaku peternak dalam mencari informasi serta kendala yang dihadapi ketika melakukan pencarian informasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
V. KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK
Para peternak sapi perah dalam melakukan pekerjaan setiap hari akan menemui suatu masalah dalam aktivitas kegiatan beternak sehari-hari, akan tetapi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ini menjadi suatu kesenjangan. Kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dengan kondisi yang dihadapi oleh informan peternak sapi perah Desa Sruni dalam melakukan kegiatan usaha ini menimbulkan suatu kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan peternak meliputi perkembangan ternak sapi perah, penyediaan pakan sapi perah, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan penjualan susu sapi perah, serta pengolahan susu sapi perah dan pemasarannya. Kebutuhan informasi setiap peternak berbeda-beda, sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh peternak. Penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi di Desa Sruni akan dibahas menurut informasi yang dibutuhkan dari peternak. Informasi yang dibutuhkan setiap peternak sapi perah akan berbeda. Dari masingmasing kebutuhan informasi informan peternak sapi perah akan dibahas pada sub bab sebagai berikut: A. Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah Kebutuhan informasi teknis budidaya sapi perah ini muncul karena kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dalam budidaya sapi masih kurang dengan harapan untuk menyelesaikan kondisi masalah pemeliharaan sapi perah yang dihadapi peternak pada saat ini. Informasi teknis budidaya sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak Desa Sruni ini meliputi informasi pada kegiatan penanganan penyakit lumpuh, pakan sapi alternatif dan perkembangan harga “pedet” (bibit sapi). Salah satunya adalah peternak Syn yang mengungkapkan bahwa ia membutuhkan informasi harga bibit sapi sebagai berikut: “butuh itu...informasi perkembangan harga sapi...mbak” karena menurut Syn setiap peternak pasti akan membutuhkan informasi perkembangan harga bibit sapi di daerahnya maupun di daerah lain, hal ini akan berguna untuk mengatasi ketidakpastian atau kekhawatiran commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
peternak dalam kegiatan usaha sapi, ataupun untuk menentukan keuntungan dan kerugian usaha ternak sapi. Selain itu informasi yang dibutuhkan peternak adalah pakan alternatif bagi sapi. Masalah yang dihadapi peternak akan harga pakan katul yang mahal dan tidak sebanding dengan harga susu yang dihasilkan oleh sapi perah membuat peternak mencari pakan alternatif penggganti katul. Salah satu peternak Desa Sruni mengatakan bahwa: “informasi-informasi pakan alternatif selain katul itu penting mbak...” (hasil wawancara dengan Syn, 18 September 2011). Peternak Desa Sruni membutuhkan informasi tentang alternatif pakan sapi selain katul yang juga tidak mengurangi jumlah produksi hasil susu serta sapi tidak mengalami malnutrisi. Informasi lain yang dibutuhkan peternak sapi Desa Sruni adalah penyakit yang sering menyerang sapi yaitu kelumpuhan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh informan (Sk) sebagai berikut: “butuh ...ee... informasi penanganan penyakit sapi lumpuh itu” (hasil wawancara 19 September 2011). Banyak peternak
yang menginginkan informasi penanganan
kelumpuhan pada sapi, karena memang pada saat ini banyak ternak sapi yang terkena penyakit lumpuh. Kebutuhan informasi penyakit lumpuh sapi juga dinyatakan oleh Penyuluh di Desa Sruni yang mengatakan bahwa “...informasi yang dibutuhkan... mengenai penyakit sapi itu ya... kelumpuhan sapi yang sulit cara mencegahnya...mbak” (hasil wawancara 8 September 2011). Menurut Penyuluh pencegahan lumpuh sapi untuk kondisi saat ini sangat sulit karena ada beberapa sikap peternak yang sulit dirubah untuk memakai pakan yang memiliki nutrisi penting dan menjaga kebersihan kandang. Untuk menjaga kebersihan kandang sapi perah sebenarnya sangat sulit dilakukan karena terbatasnya air yang mereka dapatkan3. Peternak menyatakan untuk masalah kurangnya air bersih bukan masalah yang besar, karena peternak masih mampu membeli. Akan tetapi yang menjadi masalah di Desa Sruni adalah harga susu sapi yang terlalu rendah bagi peternak. Hal ini dikuatkan oleh salah satu informan (Sk) sebagai berikut: commit to user
3
. Bapak Bambang, Penyuluh BPP Musuk. Wawancara tanggal 8 September 2011 di BPP Musuk “mengenai penyakit sapi itu ya lumpuh mastitis, kembung perut, itu ya karena kecukupan air yang kurang… disini untuk minum saja susah apalagi untuk membersihkan kandang…”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
“…Kalau mau dikasi katul sama brand ya rugi... lhaa.... harga susunya saja tidak sebanding sama.. katul, sekarang..ee... dibandingkan saja rego katul... 3300 per kilo sedangkan susunya (per liter) cuma 2850 rupiah... padahal 1 sapi itu butuh katul bisa 10 kilo tiap hari... ee... ya ndak kuat lah mbak... jadinya .ee..dikasi itu... bonggol kates…”.
Sebenarnya keinginan peternak sapi perah dalam memperoleh atau mengetahui berbagai informasi untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi sangat tinggi. Akan tetapi peternak kadang beranggapan bahwa pengalaman mereka tidak mampu untuk menjawab masalah yang mereka hadapi yaitu cara mencegah agar sapi tidak mengalami kelumpuhan atau penyakit lainnya seperti demam susu, dan kembung perut. Selain itu peternak selalu membutuhkan informasi mengenai harga-harga pakan sapi, susu sapi, pedet dan induk sapi. Mereka perlu memantau harga tersebut karena peternak kadang takut jika harga sapi atau susu tiba-tiba rendah seperti tahun lalu yang dipengaruhi oleh impor sapi dari luar negeri, hal ini membuat mereka merasa dirugikan4. Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan informasi teknis budidaya sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman lampiran. Tabel 5.1 Matrik Kebutuhan Informasi Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah oleh Peternak Sapi Perah Desa Sruni No. 1. 2. 3.
Jenis Kebutuhan Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah Pengendalian Penyakit Sapi Pakan Alternatif Perkembangan Harga Bibit Sapi Dan Harga Pakan
Kebutuhan Informasi Peternak Sapi Perah
Sumber : Data Primer 2011 B. Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah Kebutuhan informasi mengenai modal tambahan untuk usaha sapi perah ataupun usaha lainnya sangat diperlukan oleh setiap peternak. Setiap kegiatan yang diusahakan oleh peternak tidak akan cukup kalau hanya dicukupi dengan modal sendiri, sehingga peternak memerlukan modal tambahan
melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan commitpermodalan to user ekonominya. Kebutuhan informasi ini meliputi informasi tempat
4
untuk
. Bapak Suyono, peternak sapi perah. Wawancara tanggal 17 September 2011 di kandang sapi perah“pemerintah memberi ijin impor sapi dan susu sehingga... ya... dampaknya sapi lokal peternak Indonesia kurang meningkat karena harga jual yang rendah”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
untuk mengajukan pinjaman, jumlah modal yang akan dipinjam serta informasi bunga dan persyaratan untuk mengajukan pinjaman. Informasi permodalan usaha sapi perah dimanfaatkan oleh peternak untuk menambah atau memperluas usaha baik untuk menambah ternak, membeli pakan ternak atau untuk keperluan rumah tangga mereka. Salah satu peternak Desa Sruni mengungkapkan bahwa membutuhkan informasi mengenai modal yaitu sebagai berikut: “Butuh informasi sumber modal sama jumlah modal niku... dingge nambah usaha sapi perah misalnya beli pakan atau pun untuk beli pedet lagi”(hasil wawancara dengan Yt, 22 September 2011).
Hal ini alasan mengenai sumber modal juga dinyatakan dari petugas KUD yang mengurus keuangan, berikut adalah ungkapan dari petugas KUD: “ Ya ... jumlah modal yang bisa dipinjam… untuk biaya pakan ternak itu... masalae nek nasabah gitu nganune ... makanan, kalau biaya sendiri itu ya.. agak sulit mbak... ya macam-macam ya ada yang pinjem untuk makanan ternak, untuk biaya sekolah juga ada...” Meminjam modal di KUD Musuk peternak harus menyesuaikan antara jumlah pinjaman dengan jumlah produksi susu sapi yang dihasilkan sebagai jaminan pengembalian. Selain itu menurut pegawai Bank BRI peternak membutuhkan informasi mengenai persyaratan mengajukan modal yang akan dipinjam dan waktu jatuh tempo pinjaman. Informasi mengenai permodalan ini juga dibutuhkan oleh peternak lain untuk memperluas usaha memproduksi sabun susu, yogurt dan olahan susu lainnya. Usaha pengelolaan susu ini membutuhkan modal yang tidak sedikit. Sehingga informasi sumber modal ini juga diperlukan yang berasal dari pemerintah ataupun dari instansi lainnya dengan cara pengembalian yang lebih mudah. Peternak yang telah mendapatkan informasi mengenai sumber pinjaman namum petrnak tidak berani mengambilnya karena takut bagaimana cara mengembalikan pinjaman itu karena menurut mereka pendapatan dari sapi perah tidak seberapa. Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan informasi permodalan usaha sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman lampiran. Tabel 5.2 Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Permodalan Usaha Peternak Sapi Perah Desa Sruni No. Jenis Kebutuhan Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah 1. Sumber Modal 2. Besar Bunga Pinjaman 3. Syarat Pinjaman 4. Jangka Pengembalian
Kebutuhan Informasi Peternak Sapi Perah
Sumber : Data Primer 2011 C. Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi Sapi Perah Peternak sapi perah di Desa Sruni tidak cukup hanya dengan informasi dalam kegiatan beternak saja. Mereka masih membutuhkan informasi untuk mengelola hasil susu guna meningkatkan harga jual susu. Sebagaimana informan Mrj sebagai warga masyarakat Desa Sruni, turut prihatin akan kondisi peternakan di desanya di mana kondisi masyarakat belum mengetahui dalam pengolahan susu untuk meningkatkan harga jual dari susu yang dikembalikan dari KUD karena kualitas yang rendah itu, sehingga beliau sangat gigih mencari informasi. Susu sapi kualitas rendah yang dikembalikan dari KUD Musuk membuat peternak merasa sangat dirugikan, karena susu yang tidak diambil oleh KUD itu akan rusak dan hanya akan terbuang sia-sia. Dalam benak peternak (Mrj) bertanya-tanya bagaimana caranya supaya susu yang dikembalikan dari KUD itu bisa dimanfaatkan. Namun ada juga sebagian peternak memilih tidak menyetorkan ke KUD melainkan ke Tengkulak susu dimana harga susu tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan peternak. Peternak
di Desa Sruni mencari informasi dari berbagai sumber
informasi yang sekiranya bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi dirinya dan peternak lain di lingkungannya. Informan mau mengunjungi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali untuk menemukan berbagai macam informasi guna mendapatkan informasi bermanfaat untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, sampai mengikuti diklat ke Batu commit to user Malang di Jawa Timurpun ia turut serta. Penyuluh juga mengakui akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
kegiatan peternak yang mempunyai keinginan mencari informasi untuk meningkatkan nilai jual susu dan jaringan informasi pemasaran. Berikut adalah ungkapan dari Penyuluh Desa Sruni: “ Peternak itu untuk... saat ini membutuhkan informasi...ya mengenai informasi pemasaran.... untuk memasarkan pupuk cair yang dibuat di Kelompok Tani Subur... dan sabun susu...mbak”(hasil wawancara 8 September 2011).
Peternak membutuhkan informasi mengenai cara mengolah susu sapi, mendapatkan ijin dari BPOM, serta pemasaraan produk-produk yang dihasilkannya. Berikut ungkapan salah satu peternak (Mrj) ketika membutuhkan informasi macam cara pengolahan susu sapi agar dapat meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi adalah sebagai berikut: “butuh... informasi gimana caranya ngolah susu supaya harganya lebih tinggi dibanding dengan susu segar”. Dengan mendapatkan informasi pengolahan susu sapi kebutuhan informasi oleh Informan masih belum terselesaikan peternak yang tetap gigih dalam mencari informasi karena masih menemui permasalahan mengenai informasi jaringan pemasaran produk sabun susu, krupuk susu dan juga pupuk organik dari kotoran sapi yang telah dibuat bersama kelompok tani. Informasi mengenai jaringan kerja dalam pemasaran produk-produk itu sangat dibutuhkan, berikut adalah ungkapan Mrj mengenai kebutuhan informasi jaringan pemasaran: “Membutuhkan informasi Jaringan kerja pemasaran produk sabun susu dan produk pupuk cair organik PJPR itu, dan modal untuk memperluas bangunan produksi agar bisa mendapatkan ijin dagang dari BPOM” "Selama ini pemerintah belum membantu dalam penyaluran pemasaran... kalau mau ijin ke BPOM kita harus membayar sekitar 25 jutaan padahal kita hanya peternak kecil.” (hasil wawancara 9 September 2011).
Sama halnya juga dengan kisah yang dialami informan lain yaitu informan Jrw yang juga peternak sapi perah dan juga mengelola susu menjadi minuman segar di warung miliknya. Beliau membutuhkan informasi mengenai variasi rasa dari susu segar olahan yang dijual di warungnya, to useroleh Informan Jrw, “carane bikin berikut yang pernyataan yangcommit diungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
variasi rasa susu supaya susu segar yang dijual di warung laku...” (hasil wawancara 4 November 2011). Informasi pengolahan susu, harga bahan baku pengolahan susu, pemasaran produk olahan susu dan informasi mengenai perkembangan produk olahan susu sangat dibutuhkan oleh peternak sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, karena peternak harus memiliki informasi aktual terkait pengolahan dan pemasaran. Kebutuhan informasi mengenai jaringan pemasaran selalu dibutuhkan peternak sapi perah di Desa Sruni dimana informasi ini merupakan kebutuhan informasi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika melakukan aktivitas pekerjaan mereka. Peternak juga perlu memantau perkembangan dari harga-harga bahan baku untuk pengolahan susu sapi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian dari usaha pengolahan susu yang mereka jalankan. Jenis informasi yang dibutuhkan ini sesuai dengan aktivitas usaha ternak sapi perah setiap peternak Desa Sruni. Setiap peternak sapi perah memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh minat dari peternak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peternak. Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan informasi permodalan usaha sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman lampiran. Tabel 5.3 Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan Pemasaran Susu Sapi Perah oleh Peternak Sapi di Desa Sruni No. 1. 2. 3.
Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan Pemasaran Susu Pengolahan Susu Sapi Pemasaran Produk Olahan Susu Sapi Harga Bahan Baku Pengolahan Susu
Kebutuhan Informasi Peternak Sapi Perah
Sumber: Data Primer 2011 D. Ikhtisar Informasi yang sering dibutuhkan peternak Desa Sruni adalah jenis informasi sumber permodalan, yang mana modal dibutuhkan untuk mempertahankan ataupun untuk memperluas usaha yang dimiliki peternak Desa Sruni. Kebutuhan informasi commitmengenai to user teknis budidaya sapi yang juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
sering dibutuhkan oleh peternak Desa sruni adalah informasi mengenai pencegahan penyakit lumpuh dan pakan alternatif pengganti katul selain itu peternak juga membutuhkan informasi mengenai perkembangan harga pedet, serta harga pakan. Sedangkan untuk kebutuhan informasi mengenai pengolahan susu dan pemasaran produk olahan susu hanya sebagian peternak saja. Hal ini terjadi karena kesibukan peternak
Desa Sruni
yang tidak
mampu untuk memperluas usaha dengan pengolahan susu sapi dan minat peternak untuk meningkatkan harga nilai jual susu sapi. Kebutuhan informasi peternak sapi perah Desa Sruni
merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau informasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peternak. Informasi merupakan kebutuhan mendasar tiap manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan informasi perlu untuk diketahui karena berperan penting dalam memenuhi kebutuhan tersebut dan menjaga agar peternak mendapat informasi yang efektif dan bermanfaat pada aktivitas peternak. Pemenuhan informasi yang dibutuhkan peternak
yaitu informasi
teknis budidaya sapi perah, permodalan usaha sapi dan informasi pengolahan serta pemasaran produk olahan susu peternak sapi perah di Desa Sruni melakukan pencarian informasi ke berbagai sumber informasi yang mereka percayai. Pencarian informasi ini peternak akan memulai dengan beberapa tahapan kegiatan sebelum mengambil atau mempergunakan informasi yang didapat oleh peternak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
VI. PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI
Tahapan pencarian informasi oleh peternak sapi perah melakukan banyak tahapan kegiatan pencarian informasi. Perilaku peternak sapi perah ini merupakan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan informasi guna mengatasi masalahmasalah dalam melakukan kegiatan usaha budidaya sapi perah yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya. Usaha mencari informasi yang dilakukan peternak dengan cara mendatangi atau menggunakan sumber informasi. Melalui pola tahapan seperti yang diungkapkan oleh Ellis et all mengambarkan langkah perilaku pencarian informasi yang meliputi starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berbeda dengan penelitian terdahulu, yang mana bisa melakukan 8 tahapan pencarian informasi, sedangkan di Desa Sruni tidak semua peternak tahapan pencarian informasi, hal ini terjadi karena sangat dipengaruhi perbedaan kebutuhan informasi dan sumber informasi yang ditemui oleh peternak. Setiap informasi yang dibutuhkan peternak berbeda maka tahapan kegiatan yang dilalui peternak untuk memenuhi informasinya juga akan berbeda. Peternak sapi perah Desa Sruni hanya melalui beberapa tahapan saja yaitu starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, verifying, dan ending yang akan diuraikan sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh peternak Desa Sruni dibawah ini. A. Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah Aktivitas pencarian informasi mengenai teknis budidaya sapi perah oleh peternak sapi perah Desa Sruni dilakukan dengan menemui beberapa sumber informasi yang dipercayai oleh peternak misalnya mantri hewan, sesama peternak, pedagang ternak, dan penyuluh. Peternak dalam mencari informasi memilih menemui sumber informasi manusia dari pada melalui media cetak hal ini terjadi karena media cetak yang ada di wilyah Desa Sruni terbatas dan untuk membeli buku-buku mengenai budidaya sapi peternak tidak mampu untuk membelinya. Sehingga peternak mengandalkan pengalaman sendiri dan informasi dari sesama peternak atau mantri hewan. commit to user Aktivitas pencarian informasi dilakukan dengan melalui lima tahapan yaitu
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
starting, browsing, monitoring, verifying, dan ending, berikut tahapan pencarian informasi akan dijelaskan lebih lanjut: 1. Starting (memulai) Tahap Starting atau memulai merupakan langkah awal pencarian informasi yang dilakukan peternak sapi perah Desa Sruni ketika memulai usaha untuk memenuhi kebutuhan informasi. Setiap peternak yang mencari informasi yang dibutuhkan selalu melakukan aktivitas memulai yang merupakan tahap pertama dalam memulai mencari informasi. Sumber informan awal pada aktivitas memulai yang ditemui peternak sapi perah di Desa Sruni antara lain adalah mantri hewan, sesama peternak, pedagang sapi, dan penyuluh. Perbedaan kebutuhan informasi oleh peternak akan mempengaruhi juga pada perbedaan sumber informasi yang dipilih. Peternak Desa Sruni
sebagian besar mencari informasi
masalah teknis beternak sapi, yaitu terutama mencari informasi penanganan penyakit sapi melalui tahapan starting langsung menemui informan yang dipercaya yaitu Penyuluh di Kecamatan Musuk dengan menemui penyuluh peternak berharap mendapatkan informasi yang diinginkannya, hal ini seperti pernyataan yang diungkapkan salah satu informan peternak sebagai berikut: “Mengenai informasi beternak sapi saya langsung menemui penyuluh yang di BPP Musuk karena yang paling dekat dan jaraknya terjangkau, untuk minta materi penyuluhan pencegahan penyakit sapi di Kelompok Tani... “ (Hasil wawancara dengan Mrj, 13 September 2011).
Informan Mrj sebagai peternak dan juga menjabat ketua kelompok tani harus memenuhi kebutuhan informasi anggota kelompoknya yaitu kelompok
“Tani
Subur”
mengenai
kebutuhan
informasi
teknis
pemeliharaan sapi dan inovasi lain untuk menghasilkan suatu produk (seperti pupuk dan cair, biogas). Demi mendapatkan informasi itu maka peternak langsung menemui penyuluh BPP Musuk untuk memberikan materi penyuluhan. Berikut ini adalah pernyataan dari penyuluh BPP Musuk mengenai kegiatancommit mencaritoinformasi ke BPP: user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
“Untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan peternak itu ya...ke sini mbak...untuk minta penyuluhan materi ini misalkan pengolahan limbah sapi itu yang dijadikan pupuk cair atau PJPR.....”(hasil wawancara 8 September 2011).
Informan peternak Desa Sruni memiliki permasalahan dalam menangani penyakit lumpuh pada sapi perah, peternak mengaku lebih mempercayakan kepada mantri hewan yang paling berpengalaman di daerah Sruni yang terdekat, sehingga peternak langsung menemui mantri di Desa Sruni untuk mencari informasi mengenai lumpuh sapi miliknya dan cara mencegahnya. Hal ini seperti yang diungkapkan
salah satu
peternak (Sk) sebagai berikut: “Dulu... saya ya langsung tanya sama mantrinya soal ee.... sapi ..ee.. yang lumpuh itu... tak suruh ngobati gitu... sama tanya... ee... kok bisa lumpuh itu gimana to pak... padahal sudah dikasih obat gini... Kenapa saya langsung ke mantri... ya ....e... disini itu banyak petugas mantri jadi ee ndak usah jauh-jauh cari orang to mbak... ya saya pilih pak Yatman itu karena orangnya yang supel sama terbuka blak-blakan itu istilahe...” (hasil wawancara dengan Sk, 19 September 2011). “Langsung panggil mantri hewan….di Sruni ada 3 orang..jadi tidak nyari jauh-jauh… Kalo manggil ya biasa yang kita suruh ngobati....dulu sewaktu milih yang paling berpengalaman”(hasil wawancara dengan Ds, 24 September 2011).
Sebagai peternak sapi pasti membutuhkan informasi mengenai perkembangan harga bibit sapi di pasaran. Informasi ini dibutuhkan oleh informan karena sebagai peternak perlu mengetahui perkembangan harga sapi, untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan keberlanjutan usaha ternak sapi, mengingat kondisi pada saat musim kemarau perlu menambah biaya produksi untuk membeli pakan ternak. Peternak Desa Sruni memulai mencari informasi dengan menghubungi sesama peternak terdekat atau pedagang sapi di pasar sapi yang ada di Boyolali. Peternak memilih sumber informan yang mengetahui perkembangan harga sapi di pasaran sehingga ia memilih sesama peternak dan pedagang sapi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan (Syn) yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
“Mencari informasi perkembangan harga sapi, saya langsung menemui pedagang sapi di sekitar rumah (blantik)... trus juga menemui pedagang di pasar sapi situ” (hasil wawancara Syn, tanggal 18 September 2011)
Gambar 6.1 Kegiatan Peternak Sapi Perah Memulai Mencari Informasi dengan Menemui Sesama Peternak Informasi mengenai kebutuhan pakan alternatif selain katul yang harganya lebih terjangkau dan tidak mengurangi produksi susu sapi juga dibutuhkan oleh setiap peternak Desa Sruni. Salah satunya adalah informan Syn memulai kegiatan mencari informasi dengan menemui sumber informasi awal yaitu penyuluh yang terpercaya, ia menemui pada saat kegiatan penyuluhan di kelompok tani, berikut pernyataan dari informan: “Nyari tahu di pelatihan saat penyuluhan mengenai pakan sapi selain katul itu, ee kan kalau pake katul terus bisa tidak untung trus saya disuruh nyoba ampas tahu” (hasil wawancara dengan Syn, 18 September 2011).
Pencarian informasi pada tahap starting yang dilakukan oleh peternak belum menemukan beberapa
penyelesaian masalah yang
dihadapi oleh peternak. Informasi yang masih belum lengkap perlu dilakukan beberapa tahapan yaitu aktivitas menelusur informasi lebih lanjut. 2. Browsing (menelusur) Menelusur dapat diartikan sebagai aktivitas menelusur informasi secara semi langsung atau semi terstruktur karena telah mengarah pada kebutuhan informasi yang dicari. Tahap menelusur ini dilakukan oleh commit to user setiap peternak Desa Sruni dengan cara menemui beberapa sumber
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
informasi antara lain pedagang toko pakan ternak di pasar, dan teman sesama peternak. Setelah memulai mencari informasi di kegiatan penyuluhan peternak menemui sesama peternak di desa lain yang juga berada di daerah Boyolali untuk menelusuri informasi mengenai pakan alternatif yaitu ampas tahu. Selanjutnya informan juga mencari informasi orang-orang yang menjual ampas tahu. Selain itu peternak (Syn) juga ingin mendengar langsung dari pengalaman peternak lain yang sudah memakai ampas tahu, apakah ampas tahu bagus untuk sapi-sapinya dan cara memperoleh ampas tahu, sehingga peternak juga bertanya ke teman peternak lain di sekitar Desa Sruni yang sudah pernah menggunakan ampas tahu ketika bertemu pada saat penyetoran susu di TPS. Berikut pernyataan yang diungkapkan Syn: “saya pun ya tanya sama peternak-peternak di desa lain yang sudah pakai ampas tahu pas ketemu di TPS”.
Gambar 6.2 Peternak Mencari Informasi dengan Menelusuri ke Teman Sesama Peternak yang Ditemui di TPS KUD Musuk Peternak
yang
memiliki
masalah
mengenai
penyakit
sapi
(kelumpuhan) itu juga melakukan aktivitas browsing untuk mencari informasi
mengenai
obat-obat
yang
digunakan
untuk
mencegah
kelumpuhan pada mantri Desa Sruni dan penyuluh di kegiatan penyuluhan kelompok tani. Peternak mengaku saat mencari informasi ini sudah menemukan solusi untuk mengatasi kelumpuhan seperti yang di ungkapkan peternak sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
“Saya juga tanya sapi saya itu gimana to pak kok bisa lumpuh?, ternyata masalah sapi itu karena malnutrisi sama kekurangan kalsium…. Lha disini kan wajar to mbak harga pakan saja perkilo ndak sebanding dengan harga jual susunya …” (hasil wawancara dengan Ds, 24 September 2011). “Dulu... saya ya langsung tanya sama mantrinya yang pak Yatman itu...soal ...ee.... sapi ..ee.. yang lumpuh itu... tak suruh ngobati gitu... sama tanya... ee... kok bisa lumpuh itu gimana to pak... padahal sudah dikasih obat gini... Lha kata mantrinya itu disuruh ngasi pakan katul yang ada nutrisinya juga jangan Cuma bonggol kates gitu....ya bener sapi ne malnutrisi....” (hasil wawancara dengan Sk, 24 September 2011).
3. Monitoring (mengawasi) Setelah aktivitas memulai, peternak sapi perah melanjutkan pencariannya
dengan
mengaitkan
(chaining),
browsing
kemudian
monitoring. Monitoring atau mengawasi adalah memantau perkembangan yang terjadi dalam usaha ternak sapi perah yang ditekuni. Peternak sapi perah yang melalui tahapan monitoring pencarian informasi mengenai budidaya sapi adalah kegiatan ketika peternak mengamati harga pakan ternak, perkembangan harga hewan ternak dan kualitas susu yang dihasilkan ternak perah. Kegiatan mengawasi (monitoring) ini dilakukan dengan menemui sesama ternak, dan pedagang katul di toko. Informan peternak di Desa Sruni dalam kegiatan memantau adalah mengamati perkembangan mengenai harga pakan katul dan harga susu sapi dimana kondisi pada saat ini adalah kondisi yang tidak memihak peternak rakyat. Seperti yang sudah diceritakan di awal, peternak (Syn) setelah menemui sesama peternak juga mencari pakan ampas, untuk bisa mendapatkan keuntungan dari hasil setor susu sapi. Syn mengamati perkembangan harga brand, ampas tahu, dan harga bibit sapi dengan menemui pedagang di pasar sekitar Desa Sruni. “Mengamati harga sapi dan harga pakan dengan tanya ke tempat/toko yang penjual pakan di pasar,karena akan berpengaruh juga pada pendapatan dari hasil setor susu,” (hasil wawancara dengan Syn tanggal 18 September 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Gambar 6.3 Kegiatan Monitoring Informasi Harga Pakan oleh Peternak dengan Menemui Pemilik Toko Pakan Ternak Informan peternak lain juga menyatakan bahwa juga memantau perkembangan kambing etawa (kambing perah) di pasar selain harga bibit sapi perah, salah satunya adalah peternak Mrj. Hal ini dilakukan karena Mrj juga memiliki ternak kambing etawa untuk di ambil susunya dan diolah menjadi susu pasteurisasi. Berikut ungkapan Mrj: “Saya juga mengamati harga kambing di pasar mbak... selain sapi perah itu saya juga piara etawa untuk diambil susunya juga... kan harganya bisa lebih mahal... dari pada susu sapi...mbak”. Terus juga susu kambing etawa, dengan membandingkan susu sapi dengan cari-cari informasi ke daerah lain kadang melalui penyuluh atau orang-orang yang berkunjung ke Kelompok Tani Subur”(hasil wawancara 16 September 2011).
Gambar 6.4 Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Kambing oleh Peternak dengan Menemui Pedagang Ternak di Pasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Peternak juga mengaku, dalam mencari berbagai informasi harus berasal dari sumber yang memiliki pengalaman dan sudah pernah membuktikan karena informasi itu akan lebih terbukti dan bermanfaat5. Sehingga peternak lebih yakin dalam menggunakan informasi yang mereka dapatkan. 4. Verifying (memverifikasi) Memverifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan melakukan pengecekan apakah informasi yang didapat dari berbagai sumber telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan. Informasi dari sumber manakah yang akan digunakan oleh peternak sapi perah tergantung dari keakuratan, kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi perah di Desa Sruni. Hasil dari verifikasi yaitu keputusan penggunaan informasi oleh peternak dari sumber informasi terpilih. Informan juga mengaku melakukan pengecekan atau verifikasi ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko ketika peternak telah menggunakan informasi yang diperolehnya. Aktivitas memverifikasi ini dilakukan peternak dengan berkonsultasi kepada penyuluh dan melakukan percobaan sendiri dengan memberikan pakan ampas pada sapi serta mengamati hasil produksi susu sapi setelah pemberian ampas tahu. Berikut ini adalah ungkapan dari salah satu informan (Syn): “Saya juga tanya ke penyuluhnya apa nanti tidak mengurangi jumlah produksi susu sapi karena lemak pada ampas tidak ada.... saya mencoba sedikit.... ternyata produksi susu tetap” (hasil wawancara dengan Syn tanggal 18 September 2011).
5. Ending (menyelesaikan) Ending atau menyelesaikan pencarian informasi merupakan aktivitas pencarian informasi diselesaikan dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh dari sumber informasi yang ditemui peternak Desa Sruni. Pemanfaatan informasi yang dibutuhkan berarti peternak sapi perah dapat menyelesaikan masalah secara tuntas atau sementara. Secara tuntas berarti pencarian informasi ini dihentikan atau diakhiri karena informasi yang dibutuhkan telah didapatkan. commitEnding to user yang bersifat sementara yaitu 5
. Bapak Dasno, peternak sapi perah. Wawancara tanggal 24 September 2011 di rumah Bapak Dasno “Kalo manggil ya biasa yang kita suruh ngobati.. dulu sewaktu milih ya yang paling berpengalaman…Pak Yatman itu…kita tidak … itu ya menurut kemareman saya…”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
pengakhiran pencarian informasi, namun ada keinginan dari peternak Desa Sruni untuk melakukan memulai mencari informasi yang belum lengkap. Aktivitas pencarian informan peternak Desa Sruni mengenai pakan alternatif pengganti katul pun berakhir dengan memilih ampas tahu untuk diberikan ke sapinya, karena tidak akan mempengaruhi produksi susu sapi peliharaanya, informan mengaku bahwa informasi mengenai efek samping ampas tahu terhadap ternaknya sudah terpenuhi seperti yang diungkapkan salah satu peternak sebagai berikut: “Ya sudah terpenuhi sampai saat ini saya ee....masih minta dikirim ampas tahu….” (hasil wawancara dengan Syn, tanggal 18 September 2011). Untuk informasi harga pakan katul dan harga susu sapi ini masih selalu dibutuhkan oleh peternak karena peternak sapi membutuhkan informasi – informasi yang akurat untuk menjawab pertanyaan dalam melakukan aktivitas budidaya sapi. Pengakhiran pencarian informasi oleh peternak lain Desa Sruni ada yang bersifat sementara karena informasi yang didapat belum lengkap atau belum dilakukan oleh peternak. Informan mengaku informasi yang dibutuhkan dan sudah melakukan pencarian namun belum membuahkan hasil adalah informasi mengenai lumpuh sapi seperti yang diungkapkan oleh peternak Sk yaitu: “...Masalah sapi yang lumpuh niku... belum tau sampai sekarang ya akhirnya cuma dijual.... karena diobati mantri ndak...sembuh...kalau harus ngasih pakan yang mahal ya peternak yang ndak sanggup..” (hasil wawancara dengan Sk,tanggal 19 September 2011).
Berbagai jenis informasi yang dibutuhkan peternak sapi perah Desa Sruni diperoleh melalui beberapa tahapan. Tahapan yang dilalui peternak pada saat starting dilakukan dengan menemui sumber informasi awal yaitu mantri hewan, sesama peternak, pedagang sapi dan penyuluh. Tahap Browsing dilakukan dengan menemui pedagang pakan ternak, dan teman sesama peternak. Tahap monitoring dilakukan dengan menemui sesama peternak, dan pedagang pakan/ katul. Tahap verifying dilakukan oleh commit to user peternak dengan cara percobaan sendiri dan menemui penyuluh Sruni.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tahap ending ini meliputi informasi yang terselesaikan dalam bentuk pemanfaatan informasi yang didapat, serta
informasi yang belum
terselesaikan bersifat sementara, yang artinya peternak Desa Sruni akan melakukan pencarian informasi untuk waktu yang akan datang. Sebagian peternak Desa Sruni memilih tidak melanjutkan pencarian informasi karena keterbatasan ekonomi untuk memakai infornasi tersebut sehingga peternak di Desa Sruni mengurungkan dan menunda
niatnya untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan. Akan
tetapi banyak peternak sapi yang masih ingin melanjutkan mencari informasi yang sangat dibutuhkan terkait perkembangan budidaya sapi perah sehingga ketidakpastian dalam budidaya sapi perah yang dialami peternak terselesaikan. Informan peternak hanya melakukan beberapa tahap pencarian informasi hal ini karena terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak saat melakukan pencarian yang nantinya akan dibahas pada pembahasan kendala pencarian informasi. Berikut dibawah ini tercantum tabel matrik perilaku pencarian informasi teknis budidaya sapi perah di Desa Sruni. Tabel 6.1 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah No. 1. 2. 3.
Kebutuhan Informasi Pengendalian Penyakit Pakan Alternatif Perkembangan Harga Bibit Ternak, Pakan, Susu Segar
Strarting
Browsing
Monitoring
Verifying
Ending
Sumber: Data Primer 2011 B. Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah Peternak sapi perah Desa Sruni dalam melakukan suatu usaha pasti akan membutuhkan informasi permodalan. Sebelum mendapatkan modal peternak terlebih dahulu adalah mencari informasi mengenai sumber tambahan untuk permodalan usaha sapi perah. Perilaku peternak mencari informasi mengenai modal untuk usaha sapi perah ataupun usaha lainnya dilakukan dengan menemui commit berbagaito sumber user informasi. Perilaku pencarian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
informasi permodalan usaha ini telah melalui empat tahapan pencarian informasi yaitu starting, monitoring, verifying, dan ending sebagai berikut: 1. Starting (memulai) Tahap starting atau memulai mencari informasi permodalan yang dilalui oleh peternak Desa Sruni dilakukan dengan menemui
sumber
informasi yang ia percayai. Sumber informasi ditemui peternak pada saat memulai yaitu dengan memilih merembug dengan istri atau keluarga mengenai pilihan tempat pinjaman dan besar pinjaman yang akan diminta, karena istri atau keluarga lain sangat penting perannya untuk pertimbangan dan peminjaman. Kemudian peternak bisa langsung melanjutkan mencari informasi melalui pengurus KUD Musuk dan pegawai bank, seperti yang dinyatakan peternak Desa Sruni adalah sebagai berikut: “Iya membutuhkan informasi mengenai pinjaman modal untuk menambah sapi. sehingga awal dalam menentukan pililihan tempat pinjaman merembug dengan istri saya dahulu, mau..di KUD Musuk atau ke bank saja” (Hasil wawancara dengan Try, 13 September 2011). “Membutuhkan informasi mengenai pinjaman modal... Nggeh pertama ya ngrembug keluarga......nak mboten enten jalan keluare... ya... tanya-tanya tetangga niku... modale mau ngambil di penyetoran susu... lokal ya bisa, trus pinjam di KUD Musuk ya bisa mbak....”(hasil wawancara dengan Yt, 22 september 2011).
Peternak sapi di Desa Sruni lainnya yang membutuhkan informasi modal tambahan untuk melanjutkan usaha yang ditekuninya, yaitu sumber modal mengenai pengelolaan susu dan pengelolaan limbah kotoran sapi. Informan peternak sebenarnnya membutuhkan sumber modal dari kelompok tani. Akan tetapi karena kurangnya dana di Kelompok tani maka peternak memulai mencari informasi sumber modal ke tempat lain6. Peternak (Mrj) mengaku memulai mencari informasi langsung ke pegawai Bank BRI Musuk mengenai jumlah pinjaman dan besar bunga pinjaman. Ia melakukan ini agar lebih jelas karena pegawai di Bank lebih mengetahui dan akan melayani dengan baik. Berikut yang diungkapkan oleh Mrj: commit to user 6
. Bapak Marjono, ketua kelompok tani. Wawancara tanggal 16 September 2011 di rumah Bapak Marjono“karena di kelompok tani tidak ada dana ... ee.... untuk dipinjamkan maka... Saya perlu mengamati bunga dari kedua sumber modal itu baik dari bank dan KUD, sehingga saya dapat memilih pinjaman mana yang lebih ringan bagi saya. Baik dari besar persen bunga dan jangka waktu cicilan yang lebih mudah langsung ke pegawai Bank dan KUD”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
“Ya saya langsung mengurus ke BRI.... biar lebih jelas langsung ke petugasnya biar cepat dapat ..ee.. pinjaman” (hasil wawancara 16 September 2011).
Selain informasi sumber modal peternak di Desa Sruni masih melakukan pencarian informasi untuk menyelesaikan dan menjawab masalah-masalah yang dihadapinya. Menurut informan kebutuhan informasi peternak sapi pada tahap starting ini belum terpenuhi. Informan peternak sapi masih melanjutkan tahap pencarian informasi selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan masalah aktivitas yang mereka lakukan. 2. Monitoring (Mengawasi) Mengawasi adalah memantau perkembangan sumber permodalan yang terjadi untuk menambah usaha ternak sapi perah yang ditekuni. Peternak sapi perah yang melalui tahapan monitoring adalah kegiatan ketika peternak mengamati besar bunga pinjaman. Mengawasi dilakukan oleh peternak Desa Sruni dengan mencari informasi dan berdiskusi dengan petugas KUD Musuk dan Bank BRI cabang Musuk. Monitoring
juga dilakukan informan pada
pemilihan sumber
pinjaman. Sebenarnya banyak peternak menginginkan pinjaman di koperasi gapoktan akan tetapi koperasi saat ini sedang vakum sehingga informan memilih informasi di KUD dan Bank, berikut pernyataan dari informan (Mrj): “Karena di kelompok tani tidak ada dana ... ee.... untuk dipinjamkan maka... Saya perlu mengamati bunga dari kedua sumber modal itu baik dari Bank dan KUD, sehingga saya dapat memilih pinjaman mana yang lebih ringan bagi saya. Baik dari besar persen bunga dan jangka waktu cicilan yang lebih mudah langsung ke pegawai Bank dan KUD”(hasil wawancara dengan Mrj, 16 September 2011).
Informan peternak lain juga perlu mengamati besar bunga bank dan besar bunga di KUD untuk pertimbangan pengambilan keputusan pinjaman modal dengan mempercayai informasi dari petugas KUD Musuk dan petugas Bank karena sumber informasi ini lebih mengetahui dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
peternak yakin akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap, seperti pernyataan Try yang disampaikan sebagai berikut: “Saya perlu mengamati bunga dari kedua sumber modal itu baik dari bank dan KUD, sehingga saya dapat memilih pinjaman mana yang lebih ringan bagi saya. Baik dari besar persen bunga dan jangka waktu cicilan yang lebih mudah langsung ke pegawai Bank dan KUD...” (hasil wawancara 8 September 2011).
3. Verifying (Memverifikasi) Memverifikasi diartikan sebagai kegiatan melakukan pengecekan apakah informasi yang didapat dari berbagai sumber telah sesuai atau tempat dengan yang diinginkan. Informasi dari sumber manakah yang akan digunakan oleh peternak sapi perah tergantung dari keakuratan, kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi perah di Desa Sruni. Hasil dari verifikasi yaitu keputusan penggunaan informasi oleh peternak dari sumber informasi terpilih. Kegiatan verifying yang dilakukan oleh peternak dalam mencari informasi modal yaitu dengan mendatangi petugas pegawai KUD dan pegawai Bank, dalam mencari informasi ke sumber informasi dengan harapan peternak akan mendapatkan informasi yang paling akurat dan terpercaya untuk mengambil keputusan. Seperti kisah informan Try melakukan pencarian informasi mengenai besar bunga pinjaman dari dua sumber modal pinjaman.
Gambar 6.5 Peternak Melakukan Verifikasi Informasi Pinjaman Modal dengan Petugas Keuangan Bank BRI Cabang Musuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Informan melakukan pengecekan informasi dengan mendatangi petugas keuangan di KUD Musuk dan Bank BRI di Kecamatan Musuk. Berikut pernyataan informan: “Langsung ngecek dan tanya dengan pengelola pinjaman di KUD Musuk, sama.... yang di Bank BRI Cabang Musuk itu.... mengenai besar yang dipinjam sama bunga dan waktu setornya.... (hasil wawancara dengan Try,13 September 2011). “Pas di Bank BRI Cabang Musuk cicilannya ternyata lebih mudah dan bunga yang tidak terlalu tinggi... dan syaratnya juga tidak rumit.... jadi ya saya meminjam di bank, lagi pula istri juga sudah setuju” (hasil wawancara dengan Mrj, 16 September 2011).
4. Ending (Menyelesaikan) Peternak yang melalui tahap ending atau penyelesaian pencarian informasi ini hampir semua peternak melaluinya antara lain Informan Try mengakhiri pencarian informasi dengan memilih pinjam modal di KUD karena sudah merasa yakin dan cocok dengan informasi yang diberikan oleh petugas seperti yang Try ungkapkan sebagai berikut: “Saya pilih yang pinjam di KUD no... mbak selain bunganya ringan juga syaratnya mudah...” (hasil wawancara 8 September 2011). Berbeda dengan kisah informan Yt dalam mencari informasi tempat pinjaman setelah kegiatan awal dengan merembug bersama keluarga akhirnya langsung menentukan pinjaman di pengumpul setor susu lokal (tengkulak), sebagaimana yang informan ungkapkan: “Ngeeh sampun soale sudah biasa pun kebiasaan niku ngeh mendet modal pinjaman di penyetor lokal niku mawon....ya selain itu cara mengembalikannya ya mudah tinggal memotong bayaran dari susu setoran itu...” (hasil wawancara dengan Yt, 22 September 2011).
Informan Mrj merasa puas dengan informasi pinjaman modal yang diperolehnya di Bank BRI dan mengambil keputusan untuk menambah modal dari pinjaman tersebut. Seperti yang diungkapkan informan Mrj berikut: “Karena sudah yakin dan puas.... langsung memutuskan untuk pinjam modal di Bank BRI “. Informan peternak di Desa Sruni banyak yang merasa puas karena petugas dari Bank BRI juga menjelaskan commit to user berbagai informasi yang diperlukan peternak untuk menambah modal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Selain itu petugas Bank juga menawarkan beberapa pinjaman yang lebih mudah kepada Peternak untuk menambah modal usaha dengan alasan kemanusiaan, berikut seperti yang diungkapkan Mantri Bank BRI Musuk: “Ya memang yang lebih aktif kita jadi kalau saya dan teman-teman yang bekerja dilapang pertimbangannya ya kemanusiaan... kalau dikasih mahal ya kasihan...” (hasil wawancara 27 Desember 2011). Perilaku peternak Desa Sruni dalam mencari informasi permodalan dengan 4 tahapan. Tahap starting dilakukan oleh peternak Desa Sruni dengan menemui keluarga peternak. Tahap monitoring dan tahap verifying dilakukan dengan menemui petugas KUD Musuk dan Bank BRI cabang Musuk. Tahap ending pencarian informasi permodalan ini ada yang belum terselesaikan. Perilaku pencarian informasi permodalan terutama mengenai tempo pinjaman ini masih selalu dibutuhkan oleh peternak sapi7. Informasi sumber modal lain masih dibutuhkan oleh peternak sapi perah di Desa Sruni misalnya dari modal bantuan pemerintah untuk mempermudah dalam perluasan usaha pengolahan susu sapi. Tabel 6.2 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah No. 1. 2. 3. 4.
Informasi Sumber modal Besar Bunga Pinjaman Syarat pinjaman Jangka pengembalian
Strarting
Monitoring
Verifying
Ending
Sumber: Data Primer 2011 C. Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Produk Olahan Susu Usaha yang dijalankan oleh peternak sapi perah di Desa Sruni sangat membutuhkan informasi mengenai pemasaran produk-produk olahan, misalnya informasi pemasaran olahan susu seperti sabun susu, susu pasteurisasi dan krupuk susu.
Pencarian informasi ini dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu starting, chaining, browsing, monitoring, verifying, dan ending : commit to user 7
. Mantri BRI Cabang Musuk, di BRI kantor cabang Musuk. Wawancara 27 Desember 2011. Di kantor BRI Musuk “ sering nasabah di sini nyari informasi untuk jatuh tempo itu mbak… mereka ngak mau tabungan IPTW mereka hangus karena telat setor….”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
1. Starting (Memulai) Peternak Desa Sruni pada aktivitas starting atau memulai mencari informasi pemasaran produk olahan susu sapi dilalui dengan menemui beberapa orang penyuluh yang berada di dinas karena awalnya informasi pengolahan susu juga berasal dari Dinas8. Peternak Desa Sruni sangat berharap untuk memperoleh informasi disana, seperti yang diungkapkan salah satu peternak Desa Sruni (peternak Mrj) sebagai berikut “Untuk pemasaran ya saya langsung menemui dan tanya ke dinas”. Dalam benak peternak pihak Dinas tidak hanya memberi informasi mengenai pengolahan saja tetapi juga memberi informasi mengenai jalur pemasaran produk-produknya. Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali juga mengaku mengenai aktivitas peternak Desa Sruni yang mencari informasi pemasaran produk olahan susu sapi. Berikut ungkapan dari Pegawai Dinas: “ Iya ada mbak yang tanya mengenai informasi pemasaran krupuk susu itu ... tapi pihak dinas kan tidak bisa membantu banyak... jadi kami menyarankan pak Marjo itu tindak ke Dinas Kesehatan untuk mengurus perijinan dagang dulu (BPOM)...” (hasil wawancara 4 November 2011)
Selain informan Mrj ada juga sebagian peternak lain yang juga menjual susu hasil perahan dengan cara menjadikan minuman hangat di warung miliknya sendiri. Peternak ini memulai mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi yang sudah dibahas pada kebutuhan informasi di atas. Saat memulai mencari informasi, informan memilih berkonsultasi dengan keluarga, dan kemudian informan juga menemui beberapa pembeli susu yang juga menjadi pelanggannya, teman sesama pemilik warung. Berikut pernyataan informan: “Perasa susu itu ya tanya sama ibunya anak-anak, mau di variasi dengan rasa apa saja, selain itu ya sama pelanggan di warung kan kalau pembeli suka, bisa laris dagangan kulo mbak” (hasil wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).
Tahapan memulai ini juga dilakukan oleh peternak Desa Sruni untuk mencari informasi mengenai perkembangan harga bahan baku commit to user pembuatan susu. Peternak mengaku sangat membutuhkan informasi ini
8 .
Bapak Marjono, ketua kelompok tani. Wawancara tanggal 16 September 2011 di rumah Bapak Marjono“informasi krupuk susu itu dulu dari dinas….Disnakan…jadi ya saya nyari kesana lagi…”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
dan penting untuk menjalankan usaha pengolahan susu pasteurisasi. Informasi yang dibutuhkan peternak antara lain informasi harga gula, harga bakteri dalam membuat susu pasteurisasi, pencarian informasi ini dilakukan dengan menemui pedagang atau dengan keluarga peternak sendiri9. Informasi mengenai perkembangan susu pasteurisasi ini juga dilakukan dengan berkonsultasi dengan keluarga atau dengan pembeli. 2. Chaining (Merangkaikan) Merangkaikan (chaining) pada kegiatan mencari informasi pengolahan dan pemasaran dilakukan peternak sapi Desa Sruni dengan membentuk pola merangkaikan yang dilakukan peternak sapi perah yaitu mengaitkan ke belakang. Informan dalam mencari informasi perijinan pemasaran masih belum lengkap mereka meneruskan mencari informasi yang belum lengkap dari sumber informasi pertama yang ditemui peternak. Pola mengaitkan ke belakang, informan memilih menanyakan kepada orang-orang dinas yang mengurusi perijinan industri seperti yang dilakukan Mrj, dan orang yang menjadi pembeli dan pelanggan milik informan (Jrw dan Mrj) untuk mencari informasi mengenai variasi rasa dari minuman susu.
Gambar 6.6 Peternak (Mrj) Mencari Informasi Variasi Tambahan Perasa kepada Pembeli Susu Olahan yang Ditemui Ketika Membeli Susu Informan setelah datang ke dinas mendapatkan sumber informasi baru yaitu meminta izin ke Dinas Kesehatan atau Badan POM di Boyolali. Peternak (Mrj) menyatakan bahwa: “setelah dari Dinas itu saya disuruh commit to user untuk minta ijin dulu ke BPOM...”. Informasi dari pembeli atau pelanggan 9
. Bapak Marjono. Ketua kelompok tani. Wawancara 16 September 2011. Di ruang produksi pengolahan susu bapak Marjono “Bahan baku pembuatan susupasteurisasi itu harga gula, bakteri, juga mengamati susu pada proses fermentasin ya berhasil atau tidak…”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
yang ditemui informan Jrw telah memperoleh informasi variasi rasa susu dan Mrj memperoleh variasi rasa untuk susu pasteurisasi yang ia buat. Peternak juga melakukan pencarian informasi dengan mendatangi sesama pemilik warung susu segar, dengan harapan mendapatkan informasi mengenai rasa yang disukai pembeli, yang nantinya
informan akan
mencoba menelusuri untuk mencari informasi di toko bahan-bahan es untuk mendapatkan variasi rasa untuk campuran susu. Berikut pernyataan informan mencari informasi mengaitkan ke depan dengan menanyakan kepada pembeli di warung: “Saya suka nawari sama pelanggan di warung, mau ditambah variasi rasa susu apa yang disukainya. Selain itu saya juga lihatlihat dengan warung yang lainya, sekiranya dapat informasi buat nambah dagangan” (hasil wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).
3. Browsing (Menelusur) Aktivitas menelusur informasi pemasaran secara semi langsung atau semi terstruktur karena telah mengarah pada kebutuhan informasi yang dicari. Tahap menelusur informasi pengolahan susu dan pemasaran yang dilakukan oleh peternak sapi perah Desa Sruni, dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mengunjungi toko bahan es, mengunjungi Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Dinas Kesehatan di Kabupaten Boyolali. Setelah informan memulai mencari informasi tentang variasi perasa tambahan ke pelanggan di warungnya dan belum mendapatkan informasi yang lengkap, informan menelusur ke toko bahan es di daerah Boyolali, ia mencari informasi bahan tambahan perasa yang tepat untuk susu yang dijualnya. Berikut pernyataan informan Jrw: ”Langsung ke toko bahan-bahan es di sekitar pasar Boyolali, saya nanya-nanya mengenai bahan perasa makanan buat susu segar”.
Informan lain (Mrj) melakukan browsing informasi dengan menelusuri ke dinas – dinas yang berada di Kabupaten Boyolali. Dari dinas itu informan mendapatkan informasi dari berbagai pihak. Informan commit to user Mrj belum mendapatkan informasi pemasaran yang memuaskan. Terkait
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
hal ini akan dibahas pada bagian kendala pencarian informasi peternak. Mrj juga menelusuri informasi jaringan pemasaran melalui internet, tetangga terdekat yang bekerja di luar kota dan beberapa orang yang menjadi pelanggannya, teman sesama peserta diklat di Batu Malang, termasuk peneliti sendiri juga diminta untuk mencari tempat pemasaran sabun susu hasil produksinya. 4. Monitoring (Mengawasi) Monitoring (mengawasi) pada bagian pengolahan dan pemasaran ini adalah memantau perkembangan yang terjadi dalam usaha yang dilaksanakan peternak sapi perah dan usaha lain dalam menjual produk pengolahan susu yang ditekuni peternak sapi perah di Desa Sruni. Monitoring dilakukan peternak sapi perah dengan berdiskusi, memonitor perkembangan harga gula atau bahan –bahan untuk pembuatan pengolahan susu dan harga susu sapi, berkonsultasi ke orang yang dianggap tahu dan ahli (pemilik toko bahan-bahan es, sesama teman seprofesi) memonitor perkembangan harga produk di toko atau warung, dan memonitor kualitas bakteri untuk susu pasteurisasi. Peternak ( Mrj dan Jrw) yang melalui tahapan monitoring adalah kegiatan ketika informan peternak mengamati kualitas susu, harga gula yang bagus dan terjangkau dengan cara mengunjungi pedagang di toko dan berkonsultasi dengan teman-teman seprofesi mengenai perkembangan harga susu dan perkembangan macam cara pengolahan susu. Informan Mrj memonitor dengan berkonsultasi teman kelompok tani mengenai perkembangan produk sabun susu, selain itu informan juga mengamati macam produk olahan susu yang disukai para konsumen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Gambar
6.7
Informan Melakukan Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Bahan Baku Pembuatan Susu Pasteriusisasi dengan Menemui Pedagang di Pasar
Informan lain (Jrw) juga mengamati harga susu yang sering dijual oleh pedagang di warung lain, selain itu juga memperhatikan variasi rasa yang digemari oleh pembeli di warungnya. Berikut adalah pernyataan informan: “Saya suka tanya-tanya sesama pedagang susu segar untuk harga susu yang dijual harganya ya harus sama dengan yang lain agar tidak rugi”. “ ya, saya juga memperhatikan variasi rasa yang paling disukai pembeli susu di warung....” (hasil wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).
Informan peternak juga melakukan diskusi dengan istrinya mengenai perkembangan produk sabun susu, krupuk susu dan susu pasteurisasi yang sulit mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan, sehingga peternak memutuskan untuk memproduksi jika ada pesanan saja10. Seperti informan Mrj yang memilih berdiskusi dengan istrinya, karena dalam pembuatan produk produk pengolahan susu, istri juga terlibat didalamnya sehingga harus diambil keputusan bersama.
commit to user 10
. Bapak Marjono. Ketua kelompok tani. Wawancara 16 September 2011. Di rumah bapak Marjono “ya kalu ke pasar luas seperti super market itu mintanya kalu sudah ada no ijin dagang baru bisa nerima… karena kita tidak mampu untuk perijinan itu ya kita produksinya selama ada yang pesan saja mbak…”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Gambar 6. 8 Peternak Sapi Perah Melakukan Monitoring Perkembangan Produksi Sabun Susu dan Susu Pasteurisasi dengan memilih Berdiskusi bersama Istri Monitoring perkembangan produksi sabun susu dan susu pasteurisasi ini juga di ungkapkan oleh istri dari peternak Desa Sruni: “Yo saya sering membahas sama bapak mengenai keputusan usaha sabun ini mbak... kan untuk bisa menembus pasaran yang luas kita harus mendapatkan ijin Dinas, sedangkan kita kan hanya peternak kecil, jadi kalau harus membiayai perijinan yang mahal kita ndak mampu. Perijinan itu kita harus mendaftar 25 juta kita kan hanya peternak kecil jadi ya jangan dibikin sulit, belum lagi syarat bangunan ini... ini kan masih kurang luas, untuk mbangun lagi ya sulit biaya nya…” (hasil wawancara dengan Ptn, 18 September 2011).
5. Verifying (memverifikasi) Memverifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengecekan apakah sumber informasi telah sesuai dengan kebutuhannya informasi yang diinginkan. Sumber informasi mana saja yang akan dipercayai dan dipakai peternak sapi perah, tergantung dari kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi di Desa Sruni untuk menggunakannya. Verifikasi dilakukan peternak untuk perijinan produk olahan susu. Peternak sangat berharap mendapatkan perijinan dari Dinas Kesehatan ataupun di Badan POM untuk produk-produk olahan susu11. Ia gigih untuk mencari informasi dengan menemui orang-orang yang berada di Dinas agar mendapat keringanan mengenai persyaratan untuk perijinan tersebut. Beliau juga menghubungi pegawai dinas di Batu Malang untuk commitapakah to user benar-benar tidak bisa memberi memverifikasi dan memastikan
11
. Bapak Marjono. Ketua kelompok tani. Wawancara 16 September 2011. Di rumah bapak Marjono “saya selalu tanya mbak untuk perijianan di dinkes itu… mbo ya dikasi bantuan gitu…kita hanya peternak kecil jadi ya kalau harus mengeluarkan biaya besar ya tidak mampu”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
ijin, hanya karena terkendala oleh bangunan ruang produksi. Peternak sapi perah di Desa Sruni yang memiliki usaha pengolahan susu menjadi krupuk susu ini juga masih terkendala dalam pemberian ijin karena persyaratan industri yang mana peternak tidak mampu memenuhinya. Peternak selalu meminta keringanan kepada Pemerintah Daerah Boyolali, akan tetapi sampai saat ini belum terkabulkan, sehingga untuk saat ini semua produk hasil pengolahan susu sapi tidak dapat masuk ke pasar yang lebih luas dan ke pasar modern (supermarket)12. 6. Ending (menyelesaikan) Tahap ending atau menyelessaikan pencarian informasi pengolahan dan pemasaran produk olahan susu sapi dilalui oleh peternak Desa Sruni. Peternak sapi perah yang membutuhkan informasi mengenai pengelolaan susu
pasca
panen,
menyelesaikan
pencarian
informasi
dengan
memanfaatkan informasi yang telah diperolehnya. Pemanfaatkan informasi yang dibutuhkan berarti peternak sapi perah dapat menyelesaikan masalah secara tuntas atau sementara. Informan peternak Desa Sruni merasa yakin akan informasi pengolahan susu yang ia dapatkan dari Dinas Peternakan dan Perikanan. Disisi lain ia juga melihat pangsa pasar yang mendukung untuk berwirausaha, maka peternak langsung memakai dan mempraktekkan informasi pengolahan susu yang diperolehnya, seperti yang diutarakan oleh salah satu informan sebagai berikut: “ Dulu saya begitu dikasi tau cara membuatnya dan melihat peluang pasar di Kartosuro yang bagus ya saya langsung mencoba bikin susu pasteurisasi, sampe saat ini....” (hasil wawancara dengan Mrj,16 September 2011).
Informan Jrw pun juga menyelesaikan pencarian informasinya, karena sudah merasa cukup dengan informasi yang telah dicarinya dan siap untuk menggunakan informasi itu. Seperti yang ia ungkapkan sebagai berikut: “Sudah
terselesaikan ya karena sudah marem tadi dengan
informasi yang saya dapat”. Ia merasa marem dengan informasi yang commit to user
12
. Idem 10 halaman 81.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
didapat dari beberapa pelanggannya dan dari toko bahan es yang mereka temui. Peternak belum mampu untuk bisa masuk ke pasaran yang luas (supermarket), karena belum mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan dan Badan POM, maka produk sabun susu, krupuk susu dan susu pasteurisasi hanya melalui pengawasan dan bimbingan PEMDA Boyolali, hal ini seperti yang disampaikan oleh Mrj “...hanya dijual di sekitar sini saja itu pun masih Pengawasan PEMDA Boyolali” (hasil wawancara 16 September 2011). Sulitnya informasi jaringan pemasaran lain, membuat peternak memilih mengakhiri pencarian informasi meskipun informasi yang didapat belum menyelesaikan masalah yang dihadapi, namun peternak masih berusaha untuk mencari informasi pemasaran lain. Tabel 6.3 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi Sapi Perah No. 1. 2. 3.
4.
Informasi Pengolahan Susu Pemasaran Perkembangan Harga Bahan Pengolahan Susu Perkembangan Susu Pasteurisasi
Strarting Chaining
Browsing
Monitoring
Verifying Ending
Sumber: Data Primer 2011 D. Ikhtisar Tahap pencarian informasi yang dibutuhkan peternak Desa Sruni dari berbagai jenis informasi mereka menemui banyak sumber informasi. Sumber informasi yang sering ditemui peternak untuk mencari informasi mengenai teknis budidaya sapi perah adalah teman sesama peternak, penyuluh dan pedagang ternak. Informasi yang belum terselesaikan yaitu mengenai informasi penyakit lumpuh peternak memilih menemui pedagang ternak “blanthik” untuk menjual peternak yang sulit disembuhkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan penyakit sapi ataupun kematian sapi yang dapat merugikan peternak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Tahap pencarian informasi permodalan yang dilalui peternak Desa Sruni ini sebagian besar terselesaikan karena kemudahan pinjaman modal untuk memajukan peternak Desa Sruni meskipun ada beberapa lembaga yang masih kekurangan dana yaitu Koperasi Gapoktan sehingga peternak membutuhkan informasi lembaga yang bisa dijadikan sumber modal usaha pemasaran susu Sumber informasi yang ditemui peternak yang dipercayai bisa memberikan informasi mengenai bunga pinjaman, persyaratan pinjaman dan waktu pengembalian adalah pegawai KUD dan Pegawai Bank. Tahap pencarian informasi mengenai pengolahan dan pemasaran produk olahan susu merupakan informasi yang memerlukan tahapan paling banyak. Pada tahap ending dalam pemasaran produk olahan susu ini masih belum terselesaikan sehingga peternak Desa Sruni perlu melakukan starting lagi guna mencari informasi yang dibutuhkan. Sumber informasi yang dipercayai peternak untuk memberikan informasi mengenai pengolahan susu adalah penyuluh dari Dinas Perternakan dan Perikanan, sedangkan untuk pemasaran atau perijinan dagang peternak harus mengurus atau mencari informasi mengenai cara perijinan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
VII.
KENDALA PENCARIAN INFORMASI PETERNAK SAPI
Variabel kendala yang dihadapi peternak sapi perah di Desa Sruni dalam pencarian informasi dapat berasal dari beberapa faktor. Kendala ini merupakan gangguan atau permasalah yang muncul ketika peternak sapi perah mencari atau menemui sumber informasi dari pencarian informasi teknis budidaya sapi perah, informasi permodalan dan informasi pengolahan dan informasi pemasaran susu. Jenis kendala yang dialami peternak sapi perah ini adalah kendala yang dapat dikelompokkan berasal dari personal, interpersonal, dan lingkungan. A. Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah Pencarian informasi mengenai informasi teknis budidaya sapi perah oleh peternak sapi perah Desa Sruni ini menemui beberapa kendala yaitu: 1. Personal Kendala pencarian informasi teknis budidaya sapi perah yang berasal dari personal atau berasal dari faktor dalam diri peternak sapi perah Desa Sruni antara lain sebagai berikut. a. Keterbatasan Ekonomi Keterbatasan ekonomi bagi peternak sapi perah dapat menjadi kendala dalam mencari sumber informasi ke tempat yang jauh atau keluar kota untuk menghubungi orang-orang yang ahli. Selain itu untuk memakai atau menerapkan informasi yang didapat peternak setelah melakukan pencarian informasi tersebut juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Seperti kisah yang dialami oleh salah satu informan Yt yang merupakan peternak sapi perah di Desa Sruni dan ingin mencari informasi mengenai beternak yang baik melalui pelatihan atau membeli buku-buku untuk menambah informasi di bidang pertanian. Adanya keterbatasan ekonomi yang menghalangi Yt, maka ia tidak membeli buku pedoman beternak dan bertani. Hal ini terjadi karena penghasilan yang rendah dari hasil susu sapi yang diperoleh hanya sedikit serta commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
kebutuhan pakan ternak yang mahal sedangkan harga susu tetap rendah. Berikut adalah ungkapan pernyataan informan: “ Kalau mau ...eee....nyari informasi ke berbagai tempat...ee.... saya tidak sanggup untuk eee biayanya, misale ikut pelatihan yang harus mengeluarkan biaya, ee... menghubungi ee orang yang ahli itu... trus ee membeli buku –buku peternakan....” (hasil wawancara dengan Yt, tanggal 23 September 2011).
Berkaitan dengan keterbatasan ekonomi yang menjadi kendala adalah biaya yang akan dikeluarkan oleh peternak untuk memakai informasi yang telah didapat. Berikut adalah pernyataan peternak sapi perah: “..Meskipun medapatkan informasi tapi bagi kami yang menerapkan itu yang sulit, seperti informasi ransum pakan yang bagus, itu kan butuh biaya, padahal harga susu saja sudah tidak bisa memenuhi itu...” (hasil wawancara dengan Syn, tanggal 18 September 2011).
Kendala
keterbatasan
ekonomi
ini,
maka
peternak
mengurungkan niatnya untuk mencari informasi mengenai penyakit lumpuh. Hal ini dilakukan karena peternak sudah mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk mempergunakan informasi tersebut mahal. Adanya kendala ini bagi peternak di Desa Sruni dapat mengahalangi pencarian informasi. b. Karakteristik/Sifat Karakteristik
atau
sifat
yang
dimiliki
peternak
dapat
menghalangi pencarian informasi. Karakteristik yang dimiliki peternak Desa Sruni adalah sifat pasif dan sulit merubah kebiasaan peternak Desa Sruni dalam memelihara sapi yang dimiliki peternak. Peternak sapi di Desa Sruni mengaku memilih pasif karena kondisi perekonomian yang sulit untuk menerapkan informasi-informasi ataupun anjuran dari penyuluh dan pemerintah setempat. Berikut pernyataan salah satunya informan (Sk) di Desa Sruni, seperti yang ia ungkapkan sebagai berikut: “Dengan kondisi yang saat ini banyak peternak yang memilih pasif saja... Kalau mau nuruti ...ee... teori yang diberikan... malah kita yang susah ....toyauser karna sudah kebiasaan itu... sulit commit mbak dirubah…”(Hasil wawancara 19 September 2011).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Sifat malas dalam mencari informasi dan merasa sudah cukup dengan pengetahuan pemeliharaan sapi yang timbul dari diri peternak Desa Sruni juga menghalangi pencarian informasi budidaya sapi perah yang baik. Hal ini diungkapkan salah satu informan peternak Desa Sruni (Dsn) yang mengaku bahwa,“Mau nyari informasi yang banyak, agak... males ..begini saja sudah lumayan hasil susunya...” (hasil wawancara 24 September 2011). Sikap kolot yang melekat pada sebagian besar peternak sapi perah di Desa Sruni sebenarnya harus dihilangkan, karena akan menghalangi perkembangan dan kemajuan di bidang peternakan. Mereka merasa cukup dengan kondisi yang mereka alami saat ini. Disisi lain banyak potensi yang bisa dikembangkan dari peternakan Desa Sruni13. c. Usia Faktor usia bagi peternak Desa Sruni dalam mencari informasi teknis budidaya sapi perah juga sangat mempengaruhi. Kendala usia yang tua (tidak produktif) dapat mengahalangi pencarian informasi. Hal ini dinyatakan oleh salah satu peternak di Desa Sruni, berikut pernyataan peternak (Dsn) “Umur tua begini... juga sudah tidak punya semangat untuk pergi” (hasil wawancara 24 September 2011). Peternak mengaku umur yang dimiliki peternak sudah tidak memungkinkan untuk menelusuri berbagai informasi ke berbagai tempat sehingga banyak peternak yang hanya mengandalkan informasi-informasi dari pengalaman mereka sendiri. d. Kesibukan Kegiatan Peternak Waktu yang digunakan peternak untuk menyempatkan mencari informasi tidak efisien, sehingga bagi peternak sapi di Desa Sruni merupakan hal yang menghalangi, karena kesibukannya dalam mengurus ternak-ternak dan lahan tegalnya. Banyak informan peternak sapi perah Desa Sruni yang sibuk dalam mengurus ternak dan menyetorkan susu, sehingga dalam mencari informasi mengenai yang commit to user lebih luas menjadi terhambat. 13
. Bapak Yatman, Mantri hewan Desa Sruni. Wawancara 23 September 2011. “ peternak di sini itu ya bisa di bilang rasa anggarbeninya kurang wong dikasih bantuan sapi itu saja tidak mau ngarawat sepertio milknya sendri, pahal kalu mereka mau m enuruti anjuran mereka bisa mengembangkan ternak sperti di jawa timur itu..lagi pula untuk sruni itu kebutuhan akan pangan hijauan itu padahal mencukupi ..”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Informan peternak Desa Sruni mengaku bahwa dengan kesibukannya di ternak, lahan pertanian dan kadang buruh juga merasa terhalangi oleh waktu dalam mencari informasi. Hal ini membuat sebagian besar peternak Desa Sruni
memilih kondisi yang saat
inimereka alami, dimana menjalankan usaha ternak sapi perah dengan informasi yang terbatas. Berikut adalah pernyataan dari informan peternak: “Kulo niku sudah sibuk nyari pakan sapi sama kerja buruh belum lagi ngurusi tegal tanaman cengkeh dan tembakau, jadi ya ndak ada waktu untuk mencari informasi meskipun di TV .. (hasil wawancara dengan Yt, 23 September 2011).
2. Lingkungan Kendala lingkungan merupakan kendala pencarian informasi teknis budidaya sapi perah yang berasal dari luar peternak ketika mengakses informasi peternakan sapi perah. Kendala yang dihadapi peternak yaitu, keterbatasan akses informasi peternak terhadap informasi peternakan pada media audio dan cetak Kendala yang berasal dari keterbatasan dalam mengakses informasi dari media audio (TV, radio) dan media cetak (buku-buku, majalah) ini merupakan keterbatasan atau tidak lengkapnya informasi peternakan yang diambil oleh peternak di Desa Sruni. Bagi peternak Desa Sruni media audio sangatlah terbatas, karena di TV jarang terdapat informasi mengenai harga sapi, sehingga peternak Desa Sruni terkadang mencari informasi dengan menemui sesama peternak ataupun petugas dari KUD di Tempat Penyetoran Susu untuk mengetahui perkembangan sapi. Media cetak yang digunakan peternak Desa Sruni hampir tidak ada, karena peternak menginginkan buku-buku atau majalah mengenai perkembangan peternakan sapi perah akan tetapi karena ekonomi yang tidak cukup membuatnya tidak mampu membelinya. Meskipun di Kabupaten boyolali sudah terdapat fasilitas jaringan internet namun bagi peternak yang memiliki pengetahuan yang terbatas membuat mereka tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
dapat memanfaatkan fasilitas internet untuk mencari infomasi terkait usaha sapi perah. Berikut adalah penyataan salah satu peternak Desa Sruni: “Nyari informasi di internet ya...... ya gak pernah mbak ndak sempat mbak, yo…TV…, lagi pula kalau TV jarang mbak informasi peternakan gitu, mending radio kadang saya mendengarkan informasi harga sapi dan perkembangan sapi ..., Sebenarnya saya pengin ada buku-buku mengenai peternakan tapi ya mahal mbak harganya “ (hasil wawancara dengan Yt, 23 September 2011). “Media informasi ya ada TV sama Radio biasanya ya informasi berita-berita itu, kalau peternakan jarang ada. Internet itu saya tidak pernah, ya karena tidak bisa caranya “(hasil wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).
Kendala pada pencarian infomasi teknis budidaya sapi perah yang dialami oleh peternak Desa Sruni ini meliputi kendala personal dan lingkungan. Kendala interpersonal jarang ditemui oleh peternak karena sumber informasi yang ditemui peternak memiliki interaksi sosial yang tinggi. B. Kendala Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah Pencarian informasi mengenai informasi permodalan usaha sapi perah oleh peternak sapi perah Desa Sruni ini menemui beberapa kendala yang berasal dari personal yaitu: 1. Personal Kendala pencarian informasi permodalan usaha sapi perah yang berasal dari personal atau berasal dari faktor dalam diri peternak sapi perah Desa Sruni adalah sebagai berikut: a. Ketidakaktifan Peternak dengan KUD Musuk Kendala pencarian informasi yang disebabkan karena sebagian peternak tidak aktif dalam KUD Musuk ini membuat peternak Desa Sruni mencari informasi modal ke tempat lain. Karena dengan peternak yang aktif sebagai anggota KUD Musuk akan mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan sumber modal dan informasi perkembangan sapi perah14. Salah satu pegawai di KUD Musuk menyatakan bahwa tidak semua peternak Di Desa Sruni menyetorkan ke KUD sehingga peternak commit to user memilih menjual ke luar daerah Musuk. Sehingga peternak mencari
14
. Petugas keuangan KUD Musuk. Wawancara 22 September 2011. Di Kud Musuk “Kendala pencarian informasi karena ketidak aktifan peternak Desa Sruni dalam menjadi anggota KUD Musuk. Sehingga peternak tidak mendapatkan bantual permodalan, informasi mengenai perkembangan sapi perah, dana sosial dan dana kesejahteraan lainnya...”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
informasi permodalan kepada tengkulak ataupun ke koperasi Gapoktan Desa Sruni. Padahal dengan menjadi anggota KUD Musuk peternak bisa
mendapatkan
berbagai
informasi
dari
penyuluhan
yang
diselenggarakan KUD Musuk. Berikut adalah pernyataan salah satu informan peternak (Yt) yang mengaku tidak bisa mendapatkan informasi permodalan di KUD Musuk karena ketidak aktifan peternak dalam menjadi anggota KUD Musuk. “Lha nangging karna KUD tidak mau nrima susu yang kualitasnya rendah ya saya nga mau ke KUD to... mbak... jadi informasi modal itu ya... keputusannya ke penyetor lokal itu mawon”(hasil wawancara 22 September 2011).
b. Ketidaktahuan Peternak Ketidaktahuan peternak Desa Sruni akan informasi mengenai kemudahan dalam pinjaman modal di Bank BRI Musuk juga menjadi kendala. Hal ini dinyatakan oleh Mantri Bank BRI Musuk bahwa peternak sering tidak mengetahui dengan informasi kemudahan suatu pinjaman di BRI. Sehingga pihak dari BRI harus lebih aktif dalam memberikan informasi- informasi kepada peternak Desa Sruni. Berikut adalah pernyataan dari Mantri Bank BRI: “Cuma kadang mereka memang, karena tidak ada pengalaman atau karena eee... tidak ada keberanian mereka ngak berani menjelaskan ke kita... ee mereka taunya datang ke BRI pinjam.. mau dikasi KUR ya... jalan mau dikasi umum atau biasanya ada, mereka ndak banyak tau... ya memang yang lebih aktif kita jadi kalau saya yang bekerja dilapang pertimbangannya ya kemanusiaan” (hasil wawancara dengan Mantri BRI Musuk, 27 Desember 2011).
C. Kendala Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Produk Olahan Susu Kendala yang ditemui peternak Desa Sruni pada saat mencari informasi mengenai pengolahan dan pemasaran produk susu berasal dari beberapa faktor sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
1. Personal a. Rasa Sungkan Rasa sungkan bagi peternak Desa Sruni dalam menemui pegawai-pegawai dinas memang ada rasa tidak percaya diri, karena peternak beralasan sungkan untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki jabatan. Akan tetapi saat ini peternak sudah terbiasa sehingga rasa sungkan itu bisa diruntuhkan, karena kebutuhan informasi yang mendesak memunculkan keberanian untuk menemui sumber-sumber informasi. Berikut adalah ungkapan dari salah satu informan peternak Desa Sruni: “Bagi saya kalau sudah sangat membutuhkan informasi maka tidak malu atau sungkan lagi... untuk bertanya...mbak. yaa dulu pernah ngak berani ....ee...buat menemui pegawai dinas itu...”(hasil wawancara dengan Mrj, 18 September).
b. Kesibukan Kegiatan Peternak Alur pencarian informasi pemasaran sangat membutuhkan waktu yang panjang, sehingga bagi peternak sapi di Desa Sruni merupak suatu hal yang menghalangi karena kesibukannya dalam mengurus ternak-ternak, pengolahan susu dan mengurus lahan tegalnya. Banyak informan peternak sapi perah Desa Sruni yang sibuk dalam mengurus ternak dan menyetorkan susu, sehingga dalam mencari informasi mengenai jaringan pemasaran yang lebih luas menjadi terhambat. Hal ini disampaikan oleh informan peternak Desa Sruni sebagai berikut: “Untuk mencari informasi yang lebih banyak terutama dalam mencari jaringan pemasaran waktunya ndak cukup... buat ngurusin sapi saja harus pandai-pandai mbagi waktu.... mbak, belum lagi kalau sore saya harus ke Kartosuro jual susu segar dan setor susu pasteurisasi dan di toko. Makanya saya pilih pelihara etawa” (hasil wawancara dengan Mrj,18 September 2011). “Iya alur waktu mencari informasi ngolah susu itu membutuhkan waktu jadi saya ya nyari informasinya yang mudah-mudah saja soalnya sudah sibuk nyari rumput sama merah susu itu, belum lagi saya harus jual ke warung” (hasil wawancara dengan Jrw, 4toNovember 2011). commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
2. Interpersonal a.
Ketidakterbukaan Mencari
informasi
mengenai
pengolahan
susu
dengan
menemui sumber informasi yang dilakukan peternak sapi perah Desa Sruni menemui kendala internpersonal yaitu adanya ketidakterbukaan dari sumber informasi. Ketidakterbukaan dari sumber informasi saat memberikan informasi bagi peternak merupakan kendala, karena dengan ketidakterbukaan sumber informasi akan membuat informasi ini tidak lengkap dan masih menimbulkan pertanyaan di benak informan. Informan peternak Desa Sruni ketika mencari informasi mengenai variasi perasa tambahan pada susu segar kepada sesama teman penjual, mengaku tidak lengkap karena adanya ketidak terbukaan dari sumber informasi. Berikut ungkapan dari salah satu informan peternak (Jrw): “Waktu nanya dengan sesama pedagang susu segar, informasinya ada yang disembunyikan, namanya pedagang mungkin takut disaingi atau gimana..”(hasil wawancara 4 September 2011).
Seperti yang dialami informan Mrj, saat ia berkonsultasi dengan sumber informasi ada ketidakterbukaan dari informan yang ditemuinya sewaktu di Batu Malang seperti yang diungkapkan yaitu: “Sewaktu di Batu... pak Dodi itu kalau tidak saya korek-korek dengan pertanyaan ya tidak memberi informasi yang saya perlukan... misalkan pemasaran ya mbak... sampai saat ini kami belum bisa memasarkan ke daearah yang luas... “ (hasil wawancara 18 September 2011).
3. Lingkungan a. Keterbatasan Akses Informasi Peternak Terhadap Pengolahan dan Pemasaran pada Media Audio dan Cetak
Informasi
Para informan peternak di Desa Sruni jarang mendengarkan informasi pengolahan susu dan pemasaran melalui media televisi dan radio karena sering isinya tidak sesuai dengan bidang peternakan, kalau media cetak yang tersebar di daerah hanya koran harian itu pun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
jarang terdapat berita mengenai perternakan dan pertanian, sehingga para informan tidak menggunakan media cetak. Namun ada seorang peternak yang tidak mau ketinggalan informasi. Informan Mrj tidak mau ketinggalan mengenai informasi sehingga informan mencari informasi di internet baik mengenai pemasaran dan informasi lainnya. “Akses media tidak menjadi kendala, nah kalau radio dan TV sering tidak tepat acaranya kadang pada saat saya memiliki waktu yang longgar kalau melihat TV isi nya hanya sinema dan berita politik untuk berita mengenai peternakan amatlah sedikit. Maka ... saya pilih mencari informasi di internet juga…” (hasil wawancara dengan Mrj,18 September 2011).
b. Jarak dengan Informasi Jarak antara informan peternak Desa Sruni dengan sumber informasi bukanlah hal yang mengahalangi karena waktu itu di beri fasilitas dan dibiayai oleh pemerintah, selain itu juga dia meluangkan sedikit waktunya untuk mengikuti diklat ke Batu Malang dan ikut lomba disana supaya memberikan pengalaman baru bagi kemajuan masyarakat desa sruni. “Saya mau ngikut diklat jauh-jauh ke Batu itu karena .... untuk memajukan peternakan di Sini... supaya tidak selalu terpuruk...mbak” (hasil wawancara dengan Mrj,18 September 2011).
Berbeda dengan kisah Informan Mrj, informan Syn tidak mencari informasi ke luar daerah jauh karena kesibukannya sebagaiman yang ia ungkapkan: “ya karena sudah sibuk di ternak sama tegal” (hasil wawancara dengan Syn 18September 2011). Begitu juga dengan informan Sk, Yt dan Dsn terhalang mengenai jarak sumber informasi yang jauh karena informasi yang mereka cari berbeda-beda. Selain itu informan peternak Desa Sruni tidak mengetahui informasi apa yang akan dicari maka para informan peternak menyatakan merasa cukup dengan keadaan saat ini, meskipun sebenarnya mereka merasakan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak. Para informan pada saat kegiatan diskusi commit to user kelompok menginginkan adanya suatu leaflet atau selebaran mengenai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
informasi perternakan ataupun pertanian dengan bahasa yang mudah dipahami, dari dinas pertanian untuk menambah informasi bagi peternak, karena jarak menempuh yang jauh maka para peternak tidak mencari informasi. D. Ikhtisar Hasil penelitian dari kendala pencarian informasi yang dilakukan peternak sapi perah di Desa Sruni paling banyak ditemui oleh peternak adalah mengenai teknis budidaya sapi perah, sedangkan untuk pemasaran dan pengolahan susu sapi hanya di temui peternak yang melakukan usaha pengolahan susu saja. Peternak Desa Sruni yang paling sering dihadapi adalah kendala pencarian informasi teknis budidaya sapi perah karena kesibukan aktivitas peternak sendiri. Kendala mengenai permodalan usaha sapi perah yang dihadapi oleh peternak Desa Sruni adalah dana koperasi Gapoktan yang tidak mencukupi kebutuhan peternak sehingga peternak mencari sumber modal lainnya. Dari kendala yang dapat disimpulkan dari hasil penenlitian dapat dilihat pada matrik sebagai berikut.
Tabel 7. 1 Matrik Kendala Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah No.
Jenis Informasi
1
Harga sapi
2
Harga obat & pakan
3
Penyakit sapi
Keterbatasan Karakter/ Ekonomi Sifat
Usia
Kesibukan Kegiatan Peternak
Rasa Sungkan
Akses Media Tv/Radio/Majalah / Buku
Sumber: Data Primer 2011 Tabel 7. 2 Matrik Kendala Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah No.
Jenis Informasi
1
Sumber modal
2
Besar Bunga Pinjaman
3
Syarat pinjaman
4
Jangka pengembalian
Sumber: Data Primer 2011
Ketidakaktifan anggota KUD
Ketidaktahuan Peternak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Tabel 7. 3 Matrik kendala Pencarian Informasi Pengolahan Dan Pemasaran Produk Olahan Susu No .
Jenis Informasi
Rasa Kesibukan Kegiatan Sungkan Peternak
1
Pengolahan susu
2
Pemasaran
3
Harga bahan baku
4
Perkembangan susu
Ketidakterbukaan sumber informasi
Sumber: Data Primer 2011
commit to user
Keterbatasan Akses Media Tv/Radio/Majalah/ Buku
Jarak dengan informasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali, peneliti telah menemukan beberapa macam kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni maka dapat disimpulkan antara lain: 1. Kebutuhan informasi peternak sapi perah di Desa Sruni yang meliputi teknis budidaya
(pencegahan penyakit lumpuh, pakan alternatif,
perkembangan harga pedet, dan serta harga pakan), permodalan (sumber modal dan persyaratan pinjaman), informasi mengenai pengolahan susu dan pemasaran produk olahan susu. 2. Perilaku pencarian informasi yang dilakukan peternak sapi di Desa Sruni tidak banyak memerlukan tahapan atau kegiatan pencarian informasi adalah pencarian informasi permodalan. Peternak yang memerlukan paling banyak tahapan adalah pada saat mencari informasi pengolahan dan pemasaran produk olahan susu. Pencarian informasi pengolahan dan pemasaran yang lebih rumit membutuhkan banyak sumber informasi untuk ditemui yaitu keluarga, sesama peternak, pedagang bahan es, konsumen, DISPERTANAK, DINKES dan internet. Kegiatan pencarian informasi dilakukan oleh peternak lebih bersifat siklik atau memutar ketika informasi yang diperolehnya belum terselesaikan. 3. Kendala yang ditemui peternak sapi ketika melakukan pencarian informasi dapat berasal dari personal, interpersonal, dan lingkungan peternak sapi perah. Kendala pencarian informasi berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan informasi dan kerumitan informasi yang dicari. a. Kendala pencarian informasi teknis budidaya sapi perah lebih berasal dari personal peternak yaitu keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat peternak yang pasif dan malas untuk menelusuri informasi, usia, dan commit to user kesibukan kegiatan peternak. Untuk kendala yang berasal dari
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
lingkungan berasal dari keterbatasan dalam mengakses informasi dari media audio (tv, radio) dan media cetak (buku-buku, majalah). b. Kendala pencarian informasi permodalan yang ditemui peternak desa sruni berasal dari kendala personal
seperti ketidakaktifan peternak
dengan KUD musuk dan ketidaktahuan peternak mengenai kemudahankemudahan terkait informasi pinjaman di BRI. c. Kendala pencarian informasi pengolahan dan informasi pemasaran susu berasal dari personal peternak seperti rasa sungkan, kesibukan kegiatan peternak. Kendala interpersonal ini seperti ketidakterbukaan dari sumber informasi yang ditemui peternak sapi perah. Sedangkan kendala lingkungan yang ditemui peternak adalah keterbatasan akses informasi peternak terhadap informasi pengolahan dan pemasaran pada media audio dan cetak, dan jarak dengan informasi. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi peternak sapi perah, agar dapat meningkatkan kegiatan usaha pencarian informasi ternak sapi perah baik dalam budidaya, pengolahan susu maupun pengolahan limbah ternak yang dapat meningkatkan nilai jual, dan permasalahan yang dihadapi lebih diperhatikan terutama masalah nutrisi kebutuhan ternak dan kondisi sanitasi perternakan. 2. Terkait kebutuhan informasi peternak sapi perah saran bagi lembaga informasi pertanian dan pengambil kebijakan (Dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, BPP Musuk, BRI Musuk, KUD Musuk, Koperasi Gabungan Kelompok Tani) agar lebih memperhatikan terhadap kebutuhan informasi dari peternak bagi usaha ternak sapi perah dan agar dijadikannya hasil penelitian ini sebagai acuan dalam memberikan layanan informasi peternak sapi commit perah dito Kecamatan Musuk dan menetapkan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kondisi kebutuhan informasi peternak sapi perah. 3. Terkait perilaku pencarian informasi peternak sapi perah saran bagi lembaga informasi pertanian dan pengambil kebijakan (Dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, BPP Musuk, BRI Musuk, KUD Musuk, Koperasi Gabungan Kelompok Tani) agar lebih memperhatikan terhadap perilaku pencarian informasi dari peternak bagi usaha ternak sapi perah dan agar dijadikannya hasil penelitian ini sebagai acuan dalam memberikan layanan informasi peternak sapi perah di Kecamatan Musuk dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai kondisi perilaku pencarian informasi peternak sapi perah. 4. Sesuai kendala yang ditemui peternak sapi perah dalam pencarian informasi maka bagi lembaga informasi dan pengambil kebijakan atau lembaga informasi Disnakan lebih meningkatkan keakraban dengan peternak sapi perah dan menggiatkan penyuluhan mengenai peternakan, lebih meningkatkan pelayanan informasi bagi peternak sapi perah, dan memberikan media akses pelayanan informasi bagi peternak sapi perah. 5. Bagi peneliti lain, agar mengkaji kembali pola-pola kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi berdasarkan karakteristik peternak dengan pendekatan yang sama atau berbeda dengan penelitian ini, serta mengoreksi kelemahan yang ada pada penelitian ini.
commit to user