Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
PENGARUH SUPLEMENTASI PROBIOTIK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI PERAH DI TINGKAT PETERNAK (The Effect of Probiotic Supplementation to Improve Milk Production and Quality on Dairy Cattle) SUPRIYATI Balai Penelitian Ternak, Bogor ABSTRACT The effect of probiotic supplementation to improve milk production and quality in dairy, cattle was studied. Probiotic mixt (Saccharomyses cerevisiae and Bacillus spp), was given through concentrate. The trial was carried out at the Kelompok Peternak Sapi Perah in Desa Lebak Jaya, Karang Pawitan Garut. Animals were located at individual cages sized 2 x 1.5m2 with made wood floor and concrete feed tray. Twelve cows of Friesien Holland received probiotic treatment at 2 different levels (15g/head/day and 30 g/head/day), 6 animals per treatment. Feeding trial was carried out for 4 weeks with at first week receiving control feeds and week 2 to week 4 receiving treatment feed as probiotic application. Fresh rice straw and Elephant grass 20 kg were given as source of roughes, tofu waste and concentrate was given 5 kg per head/day. Feeds were given twice a day, morning and late noon, meanwhile water was given ad libitum. The result of observation showed that the milk production improved from 15.17 and 16,84 liter/head/day to 17.83 and 20.23 liter/head/day, respectively for animal receiving 15 and 30 g/head/day probiotic. The quality of fat milk could improve from 3.9 to 5%. It could be concluded that the probiotic supplementation improved milk yield around 17.58 to 20.16% and improved milk quality. Keywords: Probiotic, supplement, milk, holstein ABSTRAK Pada percobaan di tingkat peternak ini dipelajari pengaruh suplementasi probiotik dalam peningkatan produksi dan kualitas susu sapi perah. Probiotik yang digunakan adalah campuran Sacharomyses cerevisiae dan Bacillus spp. yang diberikan melalui konsentrat. Percobaan dilakukan di Kelompok Peternak Sapi Perah di Desa Lebak Jaya, Karang Pawitan Garut. Ternak ditempatkan pada kandang individu dengan ukuran kandang 2 x 1,5m dengan lantai kayu dan tempat pakan dari beton. Sebanyak 12 ekor sapi perah FH mendapat perlakuan probiotik dengan dosis yang berbeda (15g/ekor/hari dan 30 g/ekor/hari) dengan masingmasing perlakuan adalah 6 ekor. Percobaan dilakukan selama 4 minggu dengan minggu pertama sebagai kontrol dan minggu ke 2 sampai ke 4 sebagai aplikasi. Jerami padi utuh sebagai pakan dasar diberikan sebanyak 20 kg, ampas tahu dan makanan konsentrat diberikan masing-masing 5kg per ekor/hari. Pakan diberikan 2 kali sehari, pagi dan sore secara terbatas, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Hasil pengamatan ternyata produksi susu meningkat masing-masing dari 15,17 dan 16,84 liter/hari/ekor menjadi 17.83 dan 20,23 liter/ekor/hari untuk ternak yang mendapatkan suplementasi 15 dan 30 g/ekor/hari probiotik. Kualitas lemak susu dapat ditingkatkan dari 3,9 menjadi 5%. Dapat disimpulkan bahwa suplementasi probiotik dapat meningkatkan produksi susu sekitar 17,58 sampai 20,16% dan kualitas lemak susu. Kata kunci: Probiotik, suplemen, susu, sapi perah
PENDAHULUAN Imbuhan pakan berupa prebiotik, probiotik, enzim dan lain-lain; digunakan pada pakan ruminansia untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Probiotik sendiri adalah
206
substrat yang dapat merubah mikro ekologi usus sedemikian rupa sehingga mikroba yang menguntungkan dapat berkembang dengan baik (FULLER, 1992; KARPINSKA, 2001). Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak tercerna dan memberikan keuntungan pada
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
inang melalui simulasi yang selektif terhadap pertumbuhan aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri yang terdapat pada kolon (ROBERFROID, 2000). Mikroorganisme penyusun probiotik yang aktif di saluran pencernaan umumnya adalah kamir dan bakteri. Jenis kamir yang umum digunakan adalah Saccharomyses spp, Aspergilluys niger, Rhizopus oligosporous, Aspergillus oryzae dan Streptomyces. Dari jenis bakteri yang digunakan adalah Bacillus, Lactobacillus dan Pseudomonas. Jenis kamir yang umum digunakan untuk probiotik pada ternak ruminansia adalah Saccharomyses cerevisiae (S. Cerevisiae) (SHIN et al., 1989). Saccharomyses cerevisiae (S. Cerevisiae) merupakan khamir sejati tergolong eukaroit yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atatu bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Kamir ini digunakan sebagai probiotik ternak dengan tujuan meningkatkan kesehatan ternak dan sebagai imunostimulan dalam bentuk imbuhan pakan. Keuntungan S. cerevisieae sebagai probiotik adalah tidak membunuh mikroba bahkan menambahn jumlah mikroba yang menguntungkan. Demikian pula immunostimulan berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara meningkatkan sistem pertahanan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, cendawan , virus dan dan lainnya. AHMAD (2005) dan WINA (2000) mengulas pemanfaatan khamir/ragi yang berupa S. Cerevisiae, sebagai imbuhan pakan ternak ruminansia. Pemberian S. cerevisiae pada ternak perah telah dilaporkan oleh NIKKHAH et al. (2004), DANN et al. (2000) dan pada kambing perah dilaporkan oleh STELLA et al. (2007). Saccharomyses cerevisiae sebagai probiotik umumnya dikombinasikan dengan bakteri atau cendawan lain seperti Bacillus dan Aspergillus (SHIN et al., 1989), dikombinasikan dengan Candida utilis (WIDIAWATI dan WINUGROHO, 2007). Pada percobaan ini dipelajari pengaruh pemberian probiotik Saccharomyses cerevisiae dan Bacillus spp terhadapa produksi dan kualitas susu sapi perah di tingkat lapang.
MATERI DAN METODE Percobaan pemberian pakan dilakukan pada Kelompok Sapi Perah di Desa Lebak Jaya Karang Pawitan, Suci Garut. Lokasi percobaan adalah daerah persawahan. Sapi ditempatkan pada kandang individu dengan ukuran kandang 2 x 1,5 m dengan lantai kayu dan tempat pakan dari beton. Sebanyak 12 ekor sapi perah FH dibagi menjadi 2 kelompok yang mendapat perlakuan probiotik dengan dosis yang berbeda (15g/ekor/hari dan 30 g/ekor/hari). Percobaan dilakukan selama 4 minggu dengan minggu pertama sebagai kontrol dan minggu ke 2 sampai ke 4 sebagai aplikasi. Jerami padi segar dan rumput gajah (1:1) sebagai pakan dasar diberikan sebanyak 20 kg, ampas tahu dan makanan konsentrat diberikan masingmasing 5kg per ekor/hari. Pakan diberikan 2 kali sehari, pagi dan sore secara terbatas, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Ampas tahu diperoleh dari pabrik tahu yang berlokasi di Garut, sedangkan konsentrat makanan konsentrat (mako) produksi KPS Cisurupan Garut. Campuran Biakan Saccharomyses cerevisiae dan Bacillus spp diperoleh dari PT. Esi Cipta Lestari dengan nama Tumbuh Putih yang dicampurkan dalam konsentrat. Adapun cara pemeliharaan seperti apa lazimnya dilakukan oleh kelompok peternak, yang sudah berpengalaman memelihara sapi perah. Pemerahan secara tradisional dilakukan sehari 2 kali (subuh dan siang). Sample susu yang diambil adalah yang sebelum perlakuan untuk Kelompok B. Analisis kualitas susu dilakukan di KUD Cisurupan. HASIL DAN DISKUSI Kualitas pakan dan konsumsi nutrien Kualitas pakan berupa jerami padi, rumput raja, ampas tahu dan konsentrat yang diberikan di lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa kandungan peotein kasar dari makanan konsentrat yang diproduksi oleh KUD Cisurupan dimana Kelompok Peternak Mekar Jaya sebagai anggota cukup tinggi yang mencapai 13,81%.
207
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Tabel 1. Komposisi kimia pakan yang diberikan di lokasi percobaan berdasarkan bahan kering (%) Jenis pakan Jerami padi Rumput raja Ampas tahu Makanan konsentrat (Mako)
Protein kasar 5,10 13,50 18,00 13,81
Serat kasar 47,35 44,25 25,11 15,56
Konsumsi nutrien oleh ternak dapat dilihat pada Tabel 2. Karena pemberian pakan terbatas maka kedua perlakuan mendapatkan konsumsi bahan kering dan nutrien dasar yang sama, yang membedakan konsumsi bahan kering adalah konsumsi imbuhan pakan, dimana
Abu 20,95 3,67 8,40 10,20
Ca 0,15 0,22 0,62 0,56
P 0,28 0,36 0,24 0,24
masing-masing untuk kelompok A dan B mendapatkan 15 dan 30g per ekor/hari probitik.. Ternak tidak diberikan pakan ad libitum dikarenakan keterbatasan pakan dan tenaga yang memelihara.
Tabel 2. Konsumsi nutrien pakan harian yang diberikan di lokasi percobaan berdasarkan bahan kering (%) Parameter Bahan kering (g/e) Protein kasar (g/e) Serat kasar (g/e) Abu (g/e) Calcium (g/e) Posfor (g/e) TDN (g/e)
Kelompok A 8863.1 2853.7 8647.5 1555.5 64.36 72.64 -
Konsumsi bahan kering harian pakan berkisar antara 8863,1 dan 8876.3 g/ekor/hari, telah memenuhi kebutuhan ternak terhadap bahan kering yang menurut NRC (1978) sebesar 8,00–9,00 kg untuk ternak sapi perah Holstein yang berbobot hidup sekitar 350–450 kg. Sedangkan konsumsi protein pada penelitian ini lebih besar dari yang dibutuhkan oleh ternak sapi perah yaitu 2853,7 g dibanding kebutuhan yang drekomendasikan oleh NRC (1978) yaitu 826–867 g untuk ternak yang berbobot hidup 350–450 kg. Demikian pula kkonsumsi harian Ca dan P lebih besar dari pada yang direkomendasikan oleh NRC (1978). Perbedaan konsumsi dengan yang direkomendasikan dikarenaka perbedaan dari breed ternak dan lingkungan. Pada percobaan ini dipergunakan sapi perah FH sedangkan
208
Kelompok B 8876.3 2853.7 8647.5 1555.5 64.36 72.64 -
Kebutuhan 8000-9100 826-864 25 -27 19 -21 2850-3440
yang tercantum dalam NRC yanitu ternak perah Holstein. Produksi dan kualitas susu Pada Tabel 3 dimana ternak–ternak tersebut berstatus fisiologisnya hampir sama sama antara kelompok A dan Kelompok B, terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan S. cerevisiae yaitu pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 produksi susunya meningkat disbanding pada minggu pertama (tidak memperoleh probiotik). Pada Gambar 1 terlihat perkembangan produksi susu harian susu, dimana pada kelompok A (KLP A) produksi susu nya lebih rendah dari pada kelompok B. Pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 terjadi peningkatan produksi untuk kedua kelompok (Gambar 2).
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Tabel 3. Rataan produksi susu selama 4 minggu percobaan Waktu laktasi Jumlah ternak, ekor Produksi minggu ke 1 *, l/h Produksi minggu ke 2**, l/h Produksi minggu ke 3**, l/h Produksi minggu ke 4**, l/h
Kelompok A 6 15,17 ± 1,73 18,29 ± 2,52 17,90 ± 2,00 17,32 ± 2,11
Kelompok B 6 16,84 ± 5,01 18,87 ± 4,75 20,76 ± 5,35 20,58 ± 5,42
Keterangan: *Tanpa penambahan S. Cerevisiae, **Dengan penambahan S. cerevisiae
25.00
liter/hari
20.00 15.00 10.00 5.00
27
25
23
21
19
17
15
13
11
9
7
5
3
1
0.00
Hari ke KLP A
KLP B
Gambar 1. Rataan produksi harian susu selama 4 minggu percobaan
22.00 20.00 liter/hari 18.00 16.00
20.76 18.87 18.29
17.90
16.84
20.58 17.32
15.17
14.00 12.00 10.00
M1
M2
M3
M4
Plus Probiotik
Tanpa Probiotik KLP A
KLP B
Gambar 2. Produksi susu setiap minggu
Peningkatan produksi sebesar 16,32– 17,29% dan 17,87–19,76% masing-masing untuk kelompok A dan kelompok B. Peningkatan produksi ini disebabkan
perbedaan asupan probiotik, dimana untuk kelompok A sebesar 15 g dan kelompok B sebesar 30 g. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh WIDIAWATI dan WINUGROHO
209
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
(2007) bahwa penambahan probiotik yang terdiri dari Bioplus, S. cerevisiae dan Candida utilis pada pakan dapat meningkatkan produksi susu sapi perah sebesar 13%. SUPRIYATI et al. (2007) melaporkan bahwa pemberian onggok yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan produksi susu sapi perah sebesar 3, 91 l dibanding kontrol (14.47 vs 10.56 l/h) di tingkat lapang probiotik Aspergillus niger. Demikian pula ABD EL GHANI (2007) pemberian 3 g ataupun 6 g S.
Cerevisiae pada pakan sapi perah yang berupa alfalfa dan jerami gandum dapat meningkatkan produksi susuu. Pada kambing perah Saanen pemberian S. Cerevisiae sebesar 0,2 g yang setara dengan 4 x 109 CFU per harinya dapat meningkatkan produksi susu sebesar 14,4%, Namun penelitian NIKKAH (2004) penambahan S. Cerevisiae sebesar 3 sampai 12 g pada ransum sapi perah yang mengandung lucerne hay, silage daun jagung dan konsentrat, tidak meningkatkan produksi susu.
Tabel 4. Kualitas susu ternak kontrol dan perlakuan Parameter Jumlah ternak, n Berat jenis Lemak,% Protein kasar, % Total padatan, % SNF (Padatan tanpa lemak),%
Dari hasil analisis kualitas susu ternyata yang sangat berbeda adalah kadar lemaknya yaitu 5,00 dan 3,9% pada susu yang mendapat perlakuan probiotik dan kontrol. Demikian pula kandungan total padatannya lebih tinggi (12,14 vs 11,11%) kandungan proteinnya meningkat dari 3,37 menjadi 3,84%. Kadar lemaknya lebih tinggi juga berat jenisnya lebih tinggi hal ini kemungkinan disebabkan lebih tingginya total padatan dan protein. Sedangkan kandungan SNF-nya tidak nyata berbeda. Peningkatan kualitas lemak susu dari 3,9 menjadi 5,00% dikarenakan terjadinya peningkatkan aktifitas bakteri pada saluran pencernaan. Peningkatan kualitas lemak terjadi pula pada susu sapi perah yang mendapatkan ransom onggok terfermentasi A niger seperti dilaporkan oleh (SUPRIYATI et al., 2007). WIDIAWATI dan WINUGROHO (2007) melaporkan bahwa pemberian probiotik (Bioplus, S. cerevisiae dan C. utilis) dapat meningkatkan kandungan lemak dari 2,92 menjadi 3,03%. NIKKHAH et al. (2004) melaporkan bahwa pemberian S. cerevisiae dari 3 sampai 12 g/h pada sapi perah dapat meningkatkan kualitas lemak susu dan padatan tanpa lemak dan total padatan. Kandungan protein susu meningkat dari 3,37 menjadi 3,84%, hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan aktifitas protease yang
210
Kontrol 6 1,026 3,90 3,37 11,11 7,20
Perlakuan probiotik 6 1,0275 5,00 3,84 12,14 7,24
disebabkan oleh adanya Bacillus spp. Bila probiotik S. cerevisiae yang ditambahkan pada pakan tidak dapat mempengaruhi kandungan protein susu maupun laktosa (NIKKHAH et al., 2004). Dari hasil penelitian ini, pemberian probiotik (kombinasi S. cerevisiae dan Bacillus spp.) ternyata lebih baik disbanding bila hanya single probiotik (S. cerevisiae saj) yang disuplementasi. KESIMPULAN DAN SARAN Suplementasi probiotik S. Cerevisiae dan Bacillus spp pada ransum sapi perah dapat meningkatkan produksi susu dan kualitas susu di tingkat lapang. Untuk itu disarankan bahwa untuk meningkatkan pendapatan peternak dapat melalui peningkatan produksi susu dengan cara suplementasi probiotik. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak DRS. MAMAD selaku Ketua Kelompok Peternak Sapi Perah di Desa Lebak Jaya Karang Pawitan Suci Garut, Bapak IR. MOCH AMAR SOBARI selaku Anggota Kelompok Fungsional Penyuluh Pertanian KPPKabupaten Garut, Bapak IR. LAMBOK MARULI
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
selaku petugas lapang PT Essicipta Lestari dan Bapak ENDANG SACHYA MSC selaku Kepala KPP Kabupaten Garut sehingga terlaksananya penelitian ini. Serta ucapan terimakasih disampaikan kepada PT. Essicipta Lestari Jakarta atas pemberian probiotik untuk percobaan di tingkat lapang. DAFTAR PUSTAKA ABD EL GHANI, A. 2004. Influence of diet supplementation with yeast culture (Saccharomyses cerevisiae) on performance of Zaraibi goats. Small Ruminan Research. 52(3):223–229. (Abstract). AHMAD, R.Z. 2005. Pemanfaatan Saccharomyses cerevisiae untuk Wartazoa. 15(1): 49–55.
khamir ternak.
Dann, H.M., J.K. Drackley, G.C. McCoy, M.F. Hutjens and J.E. Gurrett. 2000. Effect of yeast culture (Saccharomyses cerevisiae) on prepartum intake and postpartum intake and milk production odf Jersey cows. Journal Dairy Science. 83 (1): 123–127. (Abstract). FULLER, R. 1992. Probiotics the scientific Basis. Chapman and Hall. The University Press Cambridge. KARPINSKA, E., B. BLASZAK, G. KOSOWSKA, A. DEGRSKI, M.BINEK and W.B. BORZEMSKA. 2001. Growth of the intesrtinal anaerobs in the newly hatched chicks according to the feeding and providing with normal gut flora. Bull. Vet. Pulaway. 45: 1050109. NIKKHAH, A. M.D. BONADAKI and A. ZALI. 2004. Effect of feeding yeast Saccharomyses cerevisiae on productive performance of lactating Holstein dairy cow. Iranian J. Agric. Sci. 35 (1): 53–60. (Abstract). NRC.1979. Nutrient requirement of dairy cattle. National Requirement Council. USA. ROBERFROID, M.B. 2000. Prebiotics and probiotics: Are they fuctional foods 1-3. Am J. Clin New 71 (Suppl): 16828–16878. SHIN, T. , S. HYUNG, K. KYUN and A. CHOONG. 1989. Effect of CYC on the performance of dairy, beef cattle and swine. Seoul, Korea. STELLA, A, R. PARATTE, L. VALNEGRI, G. CIGALINO, a. G. SONCINI, E. CHEVAUX, V. DELL ORTO, and G. SAVOINI. 2007. Effect of administration of live Saccharomyses cerevisiae on milk production, milk composition, blood metabolites, and faecal flora in early lactating
dairy goats. Small Ruminan Research. 67 (1) : 7–13. (Abstract). SUPRIYATI , I P. KOMPIANG, GUNAWAN, BUDIMAN, A.SOBARI, MAMAD dan B. MAOLANA. 2007. Peningkatan mutu onggok melalui fermentasi sebagai bahan baku pakan sapi perah. Prosiding Seminar Sapi Perah. 2006. (in press). WIDIAWATI, Y. dan M. WINUGROHO. 2007. Pengaruh pemberian konsentrat fermentasi dan probiotik terhadap produksi susu sapi perah di Pondok Rangon. Prosiding Seminar Sapii Perah. 2006. (in press). WINA, E. 2000. Pemanfaatan ragi (yeast) sebagai pakan imbuhan untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. Wartazoa 9 (2): 50–56.
DISKUSI Pertanyaan: 1. Hasil analisis kandungan susu pada perlakuan probiotik dapat meningkatkan lemak sampai 5% (sangat tinggi), tapi SNF masih dibawah standar IPS. Mohon dijelaskan. 2. Apakah peningkatan produksi susu 17,58–20,16% dapat meningkatkan pendapatan peternak dengan pemberian probiotik ditinjau dari input/output? 3. Bagaimana hubungan probiotik dengan meningkatnya kadar lemak susu (3,9 ke 5%) ? Jawaban: 1. Peningkatan kadar lemak tinggi dari 3,9% ke 5% dikarenakan aktivitas enimatis pada rumen meningkat dengan adanya probiotik. Dimana khamir S. cerevisiae memproduksi enzim selulase, sedangkan Bacillus spp memproduksi enzim protease, amylase dan selulase. 2. Dengan meningkatnya produksi susu otomatis meningkatkan pendapatan peternak. Hitungan ekonomi: 3. Harga probiotik 1 kg = Rp. 30.000 Harga probiotik 15 gr/ekor = Rp. 450 4. Bila rataan produksi tanpa probiotik 15 liter/ekor/hari 5. Bila rataan produksi dengan probiotik 18 liter/ekor/hari
211
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
6. Seliih 3 liter/ekor/hari, dengan harga jual = Rp. 14.000. Karena kadar lemak susu tinggi maka perbesaan harga jual 15 liter x (Rp. 4500 – Rp. 3500) = Rp. 15.000.
212
7. Total peningkatan pendapatan = Rp. 29.000/ekor/hari. Bila ada 20 ekor sapi perah, maka peningkatan pendapatan Rp. 580.000