Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
EFISIENSI PENGGUNAAN JERAMI PADI VS RUMPUT GAJAH TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH (Efficiency on the use of Rice Straw vs Elephant Grass to Milk Production and Dairy Farmers’ Revenue) MARIYONO1 dan ATIEN PRIYANTI2 1
2
Loka Penelitian Sapi Potong, Jawa Timur Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor
ABSTRACT The use of agricultural by-products (rice straw) as one of the basal feed for dairy farmers has not been used optimally. The abundance of its availabiity is very potential as an input substitution for other basal feed (elephant grass), mainly to anticipate shortage of feed during the dry season. A study to evaluate the efficiency of using those feed has been done in the Cooperation Unit of Tani Ternak Suka Makmur, Pasuruan during the 10 month lactation period in 2007. A total of 90 head PFH dairy were divided into two groups, each was fed by elephant grass and rice straw as basal diet. Feed supplement consisted of ‘tofu waste’ and concentrates. Parameters observed were milk production, feed consumption, input cost and output price. Data has been analyzed by Cobb-Douglas production function to evaluate factors that influence gross output and partial budgeting analysis to estimate dairy farmers’ profit. The results showed that both, feeding by elephant grass as well as rice straw to the dairy cattle significantly affect to the gross output along with its feed cost. This feeding strategy did not affected to the average of milk production per lactation. The average of milk production from cows fed by elephant grass and rice straw were 11.11 l/head/day and 10.87 l/head/day, respectively. The average of farmers’ profit over feed cost were Rp. 25.485 and Rp. 26.074. The study emprically concluded that rice straw as basal diet for dairy cattle to dairy cattle could substitute elephant grass without affecting the milk production. Economically, feeding rice straw has slightly increased the revenue, so that the use of rice straw could enhance the economic value added for the farmers. Keywords: Elephant grass, rice straw, Cobb-Douglas production function, revenue ABSTRAK Penggunaan limbah pertanian (jerami padi) sebagai pakan sapi perah belum banyak digunakan oleh peternak. Jumlahnya yang cukup berlimpah merupakan potensi sumberdaya input dalam upaya mensubstitusi pakan basal lain (rumput gajah), utamanya dalam menghadapi musim kemarau. Suatu penelitian di Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur, Pasuruan telah dilakukan selama 10 bulan laktasi pada tahun 2007. Sejumlah 90 ekor sapi PFH dibagi dalam dua kelompok, masing-masing diberi pakan basal rumput gajah dan jerami padi dengan pakan tambahan ampas tahu dan konsentrat. Parameter yang diamati adalah produksi susu per laktasi, konsumsi pakan, biaya input dan harga output. Data dianalisis dengan fungsi produksi CobbDouglas untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai output dan analisis keuangan parsial untuk estimasi keuntungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa baik pemberian rumput gajah maupun jerami berpengaruh nyata terhadap nilai output, demikian pula halnya dengan biaya pakan, namun tidak berbeda nyata terhadap produksi susu. Rata-rata produksi susu adalah 11,11 l/ek/hr dan 10,87 l/ek/hr masing-masing dengan pemberian rumput gajah dan jerami padi. Rata-rata keuntungan per ekor per hari yang diperoleh diatas biaya pakan adalah Rp. 25.485 dan Rp. 26.074. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara empiris pemberian jerami padi dapat mensubstitusi rumput gajah dengan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap produksi susu. Secara ekonomis, pemberian jerami padi memberikan pendapatan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan pemberian rumput gajah. Sehingga, pemanfaatan jerami padi untuk usaha sapi perah dapat lebih ditingkatkan untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi peternak. Kata kunci: Rumput gajah, jerami padi, fungsi produksi Cobb-Douglas, pendapatan
170
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
PENDAHULUAN Usaha sapi perah didominasi oleh usaha peternakan rakyat dengan rata-rata pemilikan sapi yang relatif masih rendah. Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama (35 persen) dalam hal populasi sapi perah di Indonesia, dengan jumlah rumahtangga peternak sapi perah berdasarkan sensus penduduk tahun 2003 sebesar 51,8 ribu orang (DITJENAK, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pemilikan ternak sapi perah di Jawa Timur adalah 2,6 ekor per rumahtangga peternak. Manajemen pemberian pakan pada umumnya dilakukan dengan sistem cut and carry untuk pakan basal, dan pakan tambahan berupa konsentrat dan ampas tahu sesuai dengan ketersediaan di wilayah tersebut. Pakan basal yang biasa diberikan berupa rumput introduksi seperti rumput gajah, rumput raja, setaria dan lainnya, padahal kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan lahan guna menanam rumput introduksi ini semakin berkurang. Hilangnya areal padang penggembalaan umum serta pengurangan lahan sebagai akibat semakin diintensifkannya usaha tanaman pangan dan peningkatan kawasan industri maupun pemukiman mengakibatkan luas areal sumber tanaman pakan ternak semakin berkurang. Dengan demikian, ketersediaan pakan hijauan khususnya pada akhir musim kemarau sampai dengan awal musim penghujan menjadi permasalahan yang selalu terjadi bagi peternak. Di sisi lain, limbah pertanian tanaman pangan seperti jerami padi belum banyak dimanfaatkan oleh peternak sebagai sumber pakan. Jerami padi merupakan sumber energi yang diperlukan ternak ruminansia (sapi perah) berupa komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Melalui proses degradasi dan fermentasi mikrobial dalam rumen, maka komponen-komponen tersebut akan dikonversikan menjadi asam-asam lemak mudah terbang yang selanjutnya dimanfaatkan ternak ruminansia sebagai sumber energi (HARYANTO, 2007). Kontinuitas ketersediaan pakan sumber serat ini sepanjang tahun sangat menentukan produktivitas dan reproduktivitas ternak. Pada umumnya, di waktu musim hujan produksi hijauan pakan ternak melimpah dengan kandungan bahan kering yang rendah, sebaliknya di musim kemarau produksi
tersebut menjadi berkurang, bahkan pada daerah-daerah tertentu tidak berproduksi sama sekali. Oleh karena itu, strategi pengaturan ketersediaan pakan sumber serat perlu mendapat perhatian serius. Salah satu alternatif yang diajukan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah intensifikasi penggunaan jerami padi sebagai sumber pakan berserat, dimana sampai dengan saat ini masih banyak petani yang membakar jerami padi sehingga terbuang bahan organik yang berpotensi menjadi sumber pakan ternak. Jerami padi merupakan hasil ikutan tanaman pertanian yang paling potensial dan terdapat hampir diseluruh daerah di Indonesia dengan produksi sekitar 52 juta ton bahan kering per tahun, dimana sebagian besar dihasilkan di Pulau Jawa dan Bali (MARIYONO, 2007). Selain sebagai pakan ternak, jerami padi di Jawa Timur dipergunakan untuk mulsa (penutup lahan), bahan baku pembuatan kertas dan media budidaya tanaman jamur. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan jerami padi cukup tinggi dan mempunyai potensi sebagai produk yang kompetitif. Pada usaha sapi perah, biaya pakan dapat mencapai 62,5 persen dari total biaya produksi (YUSDJA, 2005), sehingga keuntungan yang diterima oleh peternak juga sangat tergantung dari besaran biaya pakan yang dikeluarkan. Kenaikan harga susu akhir-akhir ini seharusnya dapat dinikmati oleh peternak sapi perah, namun karena terjadi juga peningkatan harga bahan baku pakan seperti rumput gajah dan konsentrat, hal ini mengurangi porsi keuntungan bagi peternak sapi perah. Suatu kajian telah dilakukan untuk mengevaluasi seberapa besar efisiensi penggunaan jerami padi vs rumput gajah sebagai sumber pakan berserat untuk sapi perah. Hal ini dilakukan dalam upaya memanfaatkan limbah pertanian (tanaman pangan) yang belum optimal digunakan, utamanya untuk komplemen pakan basal dalam menghadapi musim kemarau. MATERI DAN METODE Kajian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis data primer yang diperoleh langsung dari Koperasi Usaha Tani Ternak (KUTT) Suka Makmur, Grati, Pasuruan yang
171
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
memiliki sekitar 200 ekor sapi perah FH. Sembilan puluh ekor sapi perah Peranakan Frisien Holstein (PFH) digunakan dalam penelitian ini yang dibagi dalam dua kelompok, masing-masing 45 ekor diberi pakan jerami padi dan rumput gajah. Pakan diberikan dalam bentuk kering dan air minum disediakan tak terbatas. Pengamatan dilakukan selama 13 bulan, yang terdiri dari 10 bulan laktasi dan 3 bulan masa kering yaitu sejak bulan Februari 2007 sampai dengan bulan Maret 2008. Rumput gajah, jerami padi, konsentrat dan ampas tahu yang diberikan untuk setiap ekor ternak berturut-turut adalah: 6 kg, 6 kg, 12,5 kg dan 9 kg per hari. Parameter yang diamati adalah produksi susu, konsumsi pakan, biaya input produksi (pakan) dan harga susu. Pemerahan susu dilakukan dua kali dalam sehari, pagi dan sore hari. Data dianalisis dengan menggunakan model ekonomi yang dirumuskan dalam bentuk persamaan fungsi produksi CobbDouglas dengan menggunakan bantuan program SAS versi 8.12 (SITEPU dan SINAGA, 2006). Model ini sudah banyak dilakukan pada studi terdahulu, salah satunya adalah SANTOSA (1996) yang mengidentifikasi dan menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara berbagai peubah faktor-faktor produksi susu peternakan sapi perah rakyat di daerah kering. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi baik dalam dimensi arah dan besaran parameter, uji statistik dan matematis maupun kelayakan asumsi-asumsi ekonomi yang digunakan (SINAGA, 2003). Model persamaan fungsi produksi CobbDouglas untuk masing-masing perlakuan dapat dituliskan sebagai berikut: Ln_Totali = a0 + a1 Ln_Ratai + a2 Ln_K1i + a3 Ln_K2i + a4 Ln_K3i + a5 Ln_Costi + ei dimana: Total : nilai total susu segar (Rp) Rata : rata-rata produksi susu per laktasi (l) K1 : jumlah rumput gajah/jumlah jerami padi (kg/ekor/hari) K2 : jumlah ampas tahu (kg/ekor/hari) K3 : jumlah konsentrat (kg/ekor/hari) Cost : biaya pakan (Rp/ekor/hari) e : error term i = 1,2...45: pengamatan ternak ke-i
172
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata produksi susu untuk sapi perah yang diberi pakan jerami padi dan rumput gajah selama 10 bulan laktasi tidak berbeda nyata (P>0,05), yaitu masing-masing sebesar 10,87 l/ekor/hari dan 11,11 l/ekor/hari. Variasi produksi susu terendah adalah 7,05 l/ekor/hari dan 5,72 l/ekor/hari, masing-masing dengan pemberian jerami padi dan rumput gajah, sedangkan hal tersebut untuk tertinggi adalah 17,23 l/ekor/hari dan 15,24 l/ekor/hari. Standar deviasi untuk masing-masing pakan jerami padi dan rumput gajah adalah 2,23 dan 2,47. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian jerami padi dan rumput gajah untuk sapi perah tidak mempengaruhi terhadap rata-rata produksi susu yang dihasilkan. Namun, biaya input produksi akan berbeda karena kedua jenis pakan tersebut mempunyai perbedaan harga yang relatif cukup besar, sehingga hal ini akan memberikan dampak terhadap pendapatan yang diterima peternak. Menggunakan pakan basal rumput gajah rata-rata sebanyak 20 kg/ekor/hari dan konsentrat sekitar 3,5 kg/ekor/hari pada usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang menghasilkan produksi susu rata-rata sebesar 10/l/ekor/hari, sehingga memberikan keuntungan per tahun sebesar Rp. 385,300/ekor (PRASETYO, 2005). Mempertimbangkan pemberdayaan sumber pakan lokal secara terpadu, suatu usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Sukoharjo telah memberikan jerami padi fermentasi sebagai pakan ternak. Pemberian jerami padi dan konsentrat masing-masing sebanyak 3 kg dan 5 kg/ekor/hari dapat menghasilkan susu segara rata-rata sebanyak 7 l/hari (SUHARTO, 2000). Dengan periode laktasi selama 300 hari, maka dapat menghasilkan sekitar 2000 liter susu/ekor/periode laktasi dan susu ini dijual langsung kepada konsumen dengan harga Rp. 3000/l. Ketersediaan bahan pakan dalam jumlah yang mencukupi dan murah menjadi faktor dominan dalam menyusun ransum sapi perah agar diperoleh keuntungan yang optimal.
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Rata-rata produksi susu dengan pakan jerami dan rumput gajah
Produksi susu (l/ekor/hari) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 L1 L2 L3
Rumput gajah Jerami padi
L4
L5
L6
L7
L8
L9
L10
Bulan laktasi Gambar 1. Rata-rata produksi susu dengan pakan jerami dan rumput gajah
Namun, hal ini juga harus didasari atas kebutuhan nutrisi ternak sesuai dengan peruntukan produksi (pertumbuhan, susu, dan lain sebagainya). Nilai nutrisi pakan yang berasal dari jerami padi dan rumput gajah disajikan dalam Tabel 1. Sapi induk dapat menghasilkan susu sampai dengan umur kebuntingan 7 bulan tanpa berpengaruh negatif terhadap kebuntingan berikutnya. Penggunaan konsentrat murah/komersial untuk sapi laktasi
dapat diberikan sekitar 1,5 - 3% bobot badan dengan kandungan protein kasar minimal 12%, TDN minimal 60%, serat kasar maksimal 20% dan abu maksimal 10%. Alternatif model pakan yang diberikan untuk sapi induk dengan bobot badan 300 kg, adalah 4 -7 kg konsentrat komersial/dedak padi kualitas baik, 6 kg tumpi jagung, rumput segar 4 kg dan jerami padi kering ad-libitum (+ 5 kg) (MARIYONO, 2007).
Tabel 1. Komposisi nilai nutrisi pakan basal Bahan
BK
PK
LK
SK % BK
Abu
TDN
Rumput gajah
17,52
9,43
2,03
30,60
15,17
53,72
Jerami padi
42,70
6,66
1,58
31,80
23,32
40,48
Ampas tahu
10,46
23,01
3,97
19,10
4,64
68,74
Konsentrat
89,00
16,04
4,12
10,66
8,11
64,65
Sumber: LABORATORIUM NUTRISI, LOKA PENELITIAN SAPI POTONG, GRATI-PASURUAN (2007)
Hasil pendugaan model pada studi ini cukup representatif menjelaskan kinerja produksi susu dengan pemberian pakan yang berbasis jerami padi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas yang menyusun model terhadap peubah terikat mampu menjelaskan variasi peubah sampai 92 persen. Pada derajat bebas masing-masing, uji F menghasilkan kesimpulan bahwa model regresi yang dibangun secara statistik nyata pada taraf nyata 0.0001. Hasil uji t menunjukkan bahwa sebagian besar peubah
penjelas dalam mode persamaan ini berpengaruh terhadap peubah terikatnya masing-masing pada taraf nyata 5 persen dengan arah sesuai harapan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai total susu segar yang merupakan produksi susu selama periode laktasi dikalikan dengan harga berlaku saat ini, dipengaruhi oleh rata-rata produksi susu per laktasi, jumlah jerami padi, ampas tahu dan konsentrat serta biaya pakan (P<0,05) (Tabel 2). Sedangkan hal tersebut pada usaha sapi perah dengan pakan basal
173
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
berupa rumput gajah, jumlah ampas tahu yang diberikan tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) (Tabel 3). Hal ini berarti bahwa faktor input usaha pendukung output yang
dihasilkan sesuai dengan teori produksi dimana fungsi produksi diasumsikan sebagai hubungan antara produksi dan faktor produksi secara kontinyu.
Tabel 2. Hasil estimasi produksi susu dengan pakan jerami padi Peubah Parameter dugaan Standard error 2.393077*) Intercep 0.651453 Ln_rata 0.171871*) 0.027181 *) Ln_K1 0.029239 0.164601 Ln_K2 0.063746 0.194156*) Ln_K3 0.045715 0.189607*) Ln_cost 0.032325 0.167068*) F value = 102.138 Prob > F = 0.0001 R-square = 0.9274 Adj R-square = 0.9183 Test: Numerator : 0,008467 DF: 1 F value : 2,4309 Denominator : 0,003483 DF: 40 Prob>F : 0,1268
Prob > | T | 0.0007 0.0001 0.0001 0.0041 0.0002 0.0001
Keterangan:*P < 0.05
Nilai optimal penggunaan faktor-faktor input ini merupakan permintaan produksi susu terhadap faktor-faktor input tersebut, yang besarnya tergantung dari harga input dan tingkat produksinya. Dengan demikian fungsi permintaan faktor-faktor input adalah fungsi dari harga input dan tingkat produksi (NICHOLSON, 2001). Berbeda dengan hasil studi terdahulu oleh SANTOSA (1996), dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-douglas ternyata jumlah pemberian pakan berupa
konsentrat, bekatul, ketela pohon dan hijauan tidak mempengaruhi terhadap produksi susu yang dihasilkan. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi produksi susu adalah jumlah sapi laktasi dan modal. Fenomena ini memberikan indikasi bahwa kinerja dari produksi susu pada usaha peternakan rakyat masih belum seragam, dalam artian tidak selamanya peningkatan produksi diakibatkan juga oleh peningkatan jumlah pemberian pakan.
Tabel 3. Hasil estimasi produksi susu dengan pakan rumput gajah Peubah Parameter dugaan 2.319724*) Intercep Ln_rata 0.148166*) Ln_K1 0.187297*) Ln_K2 0.098149 Ln_K3 0.227294*) Ln_cost 0.229178*) F value = 112.917 Prob > F = 0.0001 R-square = 0.9323 Adj R-square = 0.9240 Test: Numerator : 0,022653 DF: 1 F value : 5,1920 Denominator : 0,004363 DF: 41 Prob>F : 0,0280 Keterangan:*P<0.05
174
Standard error 0.435635 0.049541 0.023740 0.055265 0.046707 0.031907
Prob > | T | 0.0001 0.0047 0.0001 0.0832 0.0001 0.0001
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Tabel 4. Estimasi pendapatan atas biaya pakan Parameter Rataan produksi susu (l/ekor/bulan) Rataan produksi susu (l/ekor/hari) Pendapatan (Rp/ekor/bulan) Pendapatan (Rp/ekor/hari)
Hasil estimasi fungsi produksi CobbDouglas menghasilkan parameter dugaan yang juga merupakan nilai elastisitas produksi, dimana produksi susu dengan pemberian jerami padi maupun rumput gajah tidak responsif terhadap peubah penjelas karena nilainya dibawah satu (inelastic). Hal ini sejalan dengan uji untuk properties dari fungsi produksi Cobb-Douglas bahwa fungsi produksi ini memiliki constant return to scale (DEBERTIN, 1986). Nilai statistik F masingmasing pada Tabel 2 dan 3 untuk uji ini adalah 2,4309 dan 5,1920 dengan Prob>F berturutturut adalah 0,1268 dan 0,0280. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol bahwa a1+... + a5 = 1 ditolak, sehingga model fungsi produksi susu ini tidak mencerminkan constant return to scale pada level masing-masing sebesar 12,7 persen dan 2,8 persen. SANTOSA (1996) menyatakan hasil yang serupa bahwa koefisien estimasi dari peubah penjelas hampir seluruhnya dibawah satu, yang berarti bahwa fungsi produksi ini kurang responsif terhadap input produksinya. DEBERTIN (1986) menyatakan bahwa faktor produksi ini berada pada tingkat yang rasional, dimana apabila input produksi ditingkatkan maka pertambahan output semakin berkurang, atau sering disebut dengan produktivitas yang semakin berkurang (law of diminishing returns). Estimasi pendapatan atas biaya pakan (Tabel 4) menunjukkan bahwa produksi susu dengan pemberian jerami padi relatif lebih besar dibandingkan dengan produksi susu dengan rumput gajah. Dalam satu bulan, pendapatan tersebut memberikan nilai tambah sebesar hampir Rp. 18 ribu atau sekitar Rp. 216 ribu per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila peternak ingin memperoleh pendapatan yang relatif layak, maka jumlah unit ternak dapat ditingkatkan untuk mencapai skala usaha yang ekonomis per rumahtangga. Sejalan dengan hasil studi SANTOSA (1996) bahwa keuntungan peternak dapat ditingkatkan dengan menaikkan jumlah sapi perah yang
Pakan jerami padi 3 316,87 10,87 795.271 26.074
Pakan rumput gajah 3 388,46 11,11 777.278 25.485
dimiliki sesuai dengan sumberdaya pakan yang tersedia. Inovasi teknologi pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak (HARYANTO, 2007) dengan cara yang lebih aplikatif dapat diintroduksikan kepada peternak sapi perah dalam upaya mengoptimalkan kinerja usaha. Melalui inovasi ini, jerami padi dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama dan dapat dipergunakan untuk mengantisipasi kekurangan rumput hijauan pada musim kemarau. KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian jerami padi sebagai pakan basal ternak sapi perah tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap produksi susu dibandingkan dengan pemberian rumput gajah. Rata-rata produksi susu adalah 11,11 l/ekor/ hari dan 10,87 l/ekor/hari masing-masing dengan pemberian rumput gajah dan jerami padi. Rata-rata pendapatan per ekor per hari atas biaya pakan adalah Rp. 25.485 dan Rp. 26.074 masing-masing dengan pemberian rumput gajah dan jerami padi. Jumlah rumput gajah dan jerami padi serta konsentrat berpengaruh nyata terhadap nilai total produk susu yang dihasilkan. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan basal ternak sapi perah dapat lebih ditingkatkan untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi peternak. Inovasi teknologi pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak dengan cara yang lebih aplikatif dapat diintroduksikan kepada peternak sapi perah dalam upaya mengoptimalkan kinerja usaha. Melalui inovasi ini, jerami padi dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama dan dapat dipergunakan untuk mengantisipasi kekurangan rumput hijauan pada musim kemarau.
175
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
DAFTAR PUSTAKA DEBERTIN, D.L. 1986. Agricultural production economics. MacMillan Publishing Company, New York. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2006. Statistik Peternakan 2006. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta. HARYANTO. 2007. Kecukupan pakan ternak solusi menuju ketahanan pangan nasional. Bahan Orasi Pengukuhan Peneliti Utama sebagai Profesor Riset Bidang Nutrisi Ruminansia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. MARIYONO. 2007. Pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak. Makalah disajikan pada acara Temu Teknologi dalam Penas XII 2007 di Palembang. NICHOLSON, W. 2001. Teori ekonomi mikro: Prinsip dasar dan pengembangannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. PRASETYO, A. 2005. Model usaha rumput gajah sebagai pakan sapi perah di Kecamatan Getasn, Kabupaten Semarang. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor, 16 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
176
SANTOSA, K.A. 1996. Faktor-faktor produksi susu peternakan sapi perah rakyat di daerah kering. Buletin Peternakan, Vol.20, Juni 1996. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. SINAGA, B.M. 2003. Pendekatan kuantitaif dalam penelitian agribisnis: Konsep, model dan metode. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. SITEPU, R.K. dan B.M. SINAGA. 2006. Aplikasi model ekonometrika: Estimasi, simulasi dan peramalam menggunakan program SAS. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. SUHARTO. 2000. Konsep pertanian terpadu (integrated farming systems) mewujudkan keberhasilan dengan kemandirian. Bahan Pelatihan ‘Revitalisasi Keterpaduan Usaha Ternak dalam Sistem Usaha Tani’. Bogor dan Solo, 21 Pebruari – 6 Maret 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. YUSDJA, YUSMICHAD. 2005. Kebijakan ekonomi industri agribisnis sapi perah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian Vol.3 No.3, September 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.