Mohammad Trigestianto dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158 -1164, September 2013
ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PETERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN PURBALINGGA (ANALYSIS OF THE LEVEL OF WELFARE OF BEEF CATTLE BREEDERS IN KABUPATEN PURBALINGGA) Mohammad Trigestianto, Syarifudin Nur, dan Moch. Sugiarto Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan peternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga. Metode penelitian dilakukan dengan cara survey dan wawancara langsung kepada peternak. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu mengambil 3 Kecamatan yang mempunyai populasi sapi terbanyak antara lain Kecamatan Kemangkon, Kecamatan Kutasari, dan Kecamatan Mrebet. Tiap kecamatan kemudian dipilih desa yang banyak terdapat peternak sapi potong. Dari desa tersebut dipilih 20% secara random sampling. Sampel peternak tiap desa diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Analisis data menggunakan rumus Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga peternak (NTPRP). Hasil penelitian peternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga belum sejahtera karena Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Peternak (NTPRP <1) sebanyak 51.42% yang didominasi oleh petani dan buruh tani. Hasil panen petani tiap 4 bulan sekali dengan total pendapatan Rp 4.768.000 atau Rp 1.192.014 dalam satu bulan. Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Peternak (NTPRP <1) disebabkan oleh banyaknya petani yang bekerja sebagai buruh tani yaitu sebanyak 21% dengan rata-rata upah Rp 881.266 atau Rp 15.000 - Rp 20.000 perhari. Pendapatan peternak dalam setahun sekali saat idul adha sebesar Rp 1.962.295 atau jika dibagi 12 bulan pendapatanya bersihnya Rp 165.130 dengan kepemilikan rata-rata 2 ekor ternak sapi. Sedangkan pengeluaran yang dikeluarkan oleh peternak tersebut antara lain untuk konsumsi Rp 769.167 per bulan (69.4%), pendidikan Rp 183.333 per bulan (16.54%), kesehatan Rp 58.000 per bulan (5.24%), Listrik Rp 34.000 per bulan (2.51%), Lainlain Rp 69.484 perbulan (6.27%). Hasil analisis regresi terdapat hubungan antara jumlah keluarga, dan jumlah ternak yang dipelihara terhadap kesejahteraan peternak sapi potong dengan koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0.418. Sehingga H1 dan hipotesisnya dapat diterima. Sedangkan Tingkat pendidikan, pekerjaan peternak dari hasil analisis regresi tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan peternak. Kata Kunci : kesejahteraan, pendapatan, sapi potong, pekerjaan peternak ABSTRACT The study was conducted to determine the level of well-being and the factors that affect the welfare of beef cattle farmers in Purbalingga. Methods of research conducted by survey and interviews directly to farmers. Sampling technique using purposive sampling took 3 District which has the largest cattle population include Kemangkon District, District Kutasari, and District Mrebet. Each district then selected villages there are many breeders of beef cattle. From 20% villages selected by random sampling. Samples were taken every village farmers using simple random sampling method. Analysis of the data using the formula Exchange Household Income breeder (NTPRP). The results of beef cattle breeders in Purbalingga not prosper because Exchange Household Income Breeders (NTPRP <1) as much as 51.42%, which is dominated by farmers and farm workers. Farmers harvest every 4 months with a total revenue of Rp 4.768 million or Rp 1,192,014 in one month. Household Income Exchange Breeders (NTPRP <1) due to the many
1158
Mohammad Trigestianto dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158 -1164, September 2013
farmers who work as farm laborers is as much as 21% with an average wage of Rp 881,266 or Rp 15,000 - Rp 20,000 per day. Income of farmers in the once a year during Eid al-Adha is Rp 1,962,295 divided by 12 months or if its income net Rp 165,130 with an average ownership of 2 heads of cattle. While the expenditure incurred by farmers for consumption include Rp 769,167 per month (69.4%), education Rp 183,333 per month (16:54%), health Rp 58,000 per month (5:24%), Electricity Rp 34,000 per month (2.51%), other Rp 69,484 per month (6:27%). Results of regression analyzes the relationship between family size and the number of animals kept on the welfare of beef cattle breeders with a coefficient of determination (R2) obtained for 0418. So the hypothesis H1 and acceptable. While the level of education, occupation farmer from the results of the regression analysis did not significantly affect the level of welfare of farmers. Key Words : Kesejahteraan, pendapatan, sapi potong, pekerjaan peternak PENDAHULUAN Purbalingga merupakan salah satu daerah Kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai berbagai macam potensi baik sektor peternakan maupun pertaniannya. Sapi potong merupakan usaha yang telah lama digeluti oleh peternak dan berpotensi ekonomi tinggi karena mudah beradaptasi dengan lingkungan, mudah dipelihara dan sanggup mencerna makanan sederhana (Damayanti, 2010). Kebanyakan usaha tersebut didominasi oleh peternak dengan skala kecil dengan kepemilikan antara 1-4 ekor sapi potong (BPS Purbalingga 2011). Bertambahnya jumlah penduduk turut meningkatkan kebutuhan protein hewani asal ternak. Hal ini dapat dilihat dari sapi yang dipotong di Kabupaten Purbalingga yaitu sekitar 3701 ekor selama kurun waktu 2011, (BPS,2011). Kontribusinya dalam menyediakan kebutuhan daging bagi wilayah Purbalingga kemungkinan tidak sebanding dengan penerimaan pendapatan dari sektor penjualan sapi potong. Banyak peternak di Purbalingga yang hidup sederhana dari usaha peternakanya. Walaupun sudah dilakukan usaha pemeliharaan ternak sejak lama tetapi tidak menunjukkan peningkatan. Hal inilah perlu dilakukanya sebuah penelitian tentang tingkat kesejahteraan peternak di Kabupaten Purbalingga. METODE Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu kecamatan terbanyak yang memelihara sapi potong di Kabupaten Purbalingga diambil 3 Kecamatan yang mempunyai populasi ternak terbanyak antara lain Kecamatan Kemangkon, Kecamatan Kutasari, dan Kecamatan Mrebet. Tiap kecamatan kemudian dipilih desa yang banyak terdapat peternak sapi potong. Dari desa tersebut dipilih 20% secara random sampling. Sampel peternak tiap desa diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Responden Responden peternak mengambil sampel di Kecamatan Kutasari, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Kemangkon. Desa Kutasari. peternak sapi potong didominasi umur 46-55 tahun dengan dengan persentase 42%. Peternak menjalankan usaha ternak sapi potong sebagai
1159
Mohammad Trigestianto dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158 -1164, September 2013
sambilan dan pekerjaan utama sebagai petani sebanyak 57%. Adapun jenis usaha lain yang dilakukan peternak yaitu, PNS, buruh. Tabel 1. Jumlah Responden Peternak No Nama Nama Desa kecamatan • Kemangkon Kedungbenda • Kutasari Kutasari • Mbrebet Mangunegara Jumlah Sumber : Data primer 2013
Tingkat Kesejahteraan Peternak Tabel 2. Tingkat kesejahteraan Peternak No NTPRP 1 <1 3 >1 Sumber: Data Primer 2013
Jumlah peternak 56 84 92 232
Jumlah 36 34
Prosentase (%) 24.13 36.20 39.8 100
Slovin 24.13x70=16.9 36.20x70=25.3 39.8x70 = 28 Jumlah
Pembulatan 17 25 28 70
% 51.42 48.48
Hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan utama peternak yaitu sebagai seorang petani. Penerimaan petani dalam 4 bulan tiap panen padi mendapatkan hasil Rp 4.768.000 atau Rp 1.192.014 dalam satu bulan. Hasil (NTPRP <1) disebabkan juga oleh banyaknya petani yang bekerja sebagai buruh tani yaitu sebanyak 21% dengan rata-rata pendapatan Rp 781.266. Artinya petani tersebut tidak mempunyai lahan pertanian sendiri. Menurut Sugiarto (2005), jika (NTPRP > 1) berarti rumah tangga peternak mempunyai kesejahteraan yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistenya atau kebutuhan hidup sehari-hari dan mempunyai potensi untuk memenuhi kebutuhan sekundernya. Selain itu penyebab peternak kurang sejahtera yang didominasi oleh petani karena rendahnya harga gabah yang dibeli oleh tengkulak saat petani mengalami musim panen, gabah dibeli dengan harga Rp 3.700 per kg dari yang biasanya Rp 4.500. Selain itu penyebab menurunya pendapatan peternak diakibatkan oleh terjadinya serangan hama tanaman (hama putih dan hama wereng coklat) yang menyerang padi mereka. Pendapatan peternak Kabupaten Purbalingga di sektor Non Peternak Rp 1.192.000 dalam satu bulan. Pendapatan di sektor peternakan dalam penjualanya satu tahun sekali saat idul adha sebesar Rp 1.962.295 dengan kepemilikan rata-rata 2 ekor ternak. Sedangkan istri peternak apabila tidak bekerja sebagai tani, melakukan pekerjaan sambilan sebagai buruh pabrik dengan upah Rp 400.000- Rp 500.000 per bulan Adapun jenis pengeluaran yang dikeluarkan oleh peternak tersebut antara lain untuk konsumsi Rp 769.167 per bulan, pendidikan Rp 183.333 per bulan, kesehatan Rp 58.000 per bulan, Listrik Rp 34.000 per bulan, Lain-lain 833.810. Karakteristik Rumah Tangga Karakteristik rumah tangga peternak memiliki ciri sebagai berikut: a) rata-rata responden memiliki anggota keluarga 6 orang dengan tanggungan 4 orang, b) sebagian besar mereka
1160
Mohammad Trigestianto dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158 -1164, September 2013
memiliki pendidikan terakhir SD dan hanya sebagian saja yang sudah tamat SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Sumber pendapatan rumahtangga peternak tersebut juga beragam yang ditunjukkkan oleh keaneakaraman jenis pekerjaan dari Kepala Keluarga dan istri mereka. Pekerjaan sebagai petani mendominasi paling utama dengan persentase sebesar 57% dengan responden 40 orang, pekerjaan buruh baik itu buruh pabrik dan buruh tani 21% dengan jumlah responden sebanyak 15 orang, pekerjaan PNS 8% jumlah responden 6 orang, pegawai swasta 1.4% jumlah responden 1dan pekerjaan sebagai seorang peternak 7% jumlah responden 5 orang. Tingkat Pendidikan Tabel 3. Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Potong di Kabupaten Purbalingga No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase % 1 SD 38 54,28 2 SMP 23 32,85 3 SMA 7 10 4 Perguruan Tinggi 2 2,84 Total 70 100,00 Sumber : Sumber data primer 2013 Berdasarkan Tabel diatas bisa dilihat bahwa sebagian besar peternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga hanya berpendidikan Sekolah Dasar (6 tahun). Sehingga struktur industri peternakan sebagian besar merupakan usaha skala rakyat. Hal tersebut menyebabkan pola pikir peternak tidak berkembang dan susah untuk menyesuaikan teknologi yang sudah berkembang pesat saat ini Jumlah Kepemilikan Ternak Tabel 4. Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi Potong di Kabupaten Purbalingga No Jumlah Ternak Jumlah Persentase Penerimaan rata( ST ) ( Orang ) (%) rata Rp 1. 0,75 – 1,75 18 25,72 1.468.371 2. 1,76 – 2,50 33 47,61 1.651.243 3. 2,56 – 3,25 6 8,57 2.658.204 4. > 3,26 8 11,16 5.0610216 Jumlah 70 100,00 Sumber : Data Primer diolah 2013 Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak ST atau jumlah ternak yang dimiliki, semakin banyak pula penerimaan yang diperoleh peternak. Banyaknya peternak yang memelihara ternak dengan jumlah 1.76 ST - 2.50 ST diketahui didalam Tabel didapatkan penerimaan Rp 1.651.000 dalam satu tahun sekali setiap idul adha atau Rp 137.603 setiap bulan. Menurut Suwito (2000) idealnya agar pemeliharaan sapi menguntungkan setidaknya memelihara sapi dewasa 4 ekor dengan ST 4. Ternak yang dimiliki peternak sedikit karena harga bakalan sapi berumur 1.5 tahun harganya 4 juta. Apabila dilihat dari mata pencaharian peternak sebagai petani dengan pendapatan Rp 1.192.014 tentu hal itu sulit.
1161
Mohammad Trigestianto dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158 -1164, September 2013
Jumlah Keluarga Jumlah keluarga adalah anggota keluarga yang menjadi tanggungan peternak. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah keluarga berpengaruh nyata dengan hasil negatif terhadap kesejahteraan. 0.0004 < 0.05. Sehingga apabila jumlah tanggungan keluarga peternak banyak maka pengeluargan pun ikut meningkat. Kebutuhan yang pasti dipenuhi untuk anggota rumah tangga selain makan, sandang dan papan juga kebutuhan-kebutuhan lain seperti kredit membeli motor untuk anak dan biaya untuk kebutuhan anak sekolah. Supriantini (2005) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keejahteraan rumah tangga pedesaan adalah tingkat pendapatan dan tingginya pengeluargan untuk konsumsi rumah tangga. Tabel 5. Jumlah Keluarga No Keluarga 1 1-3 2 4-6 3 7-9 Jumlah Sumber : Data primer 2013
Jumlah 27 41 2 70
Persentase % 38 58 2.8 100
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan Peternak Jumlah kepemilikan ternak, tingkat pendidikan, pekerjaan peternak, jumlah keluarga merupakan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kesejahteraan peternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga. Hasil analisis regresi variabel bebas terhadap tingkat kesejahteraan peternak sapi potong diperoleh persamaan garis regresi sebagai berikut: Y = 1.0721594 + 0.03252088 X1 + 0.01101916 X2 - 0.09044287 X3 - 0.03499321 X4 Keterangan: Y (tingkat kesejahteraan peternak); X1 Jumlah ternak; X2 Pendidikan; X3 pekerjaan; X4 Jumlah keluarga. Hasil analisis regresi berganda berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan peternak sapi potong, didapatkan hasil Nilai R = 0.647 ini berarti bahwa korelasi antara variabel X1, X2, X3, X4 secara bersamaan dengan Y adalah 0.647. hasil analisis juga menunjukkan nilai F = 11.71 dengan signifikansi 0.00 < 0.01. Koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0.41 yang berarti bahwa jumlah kepemilikan ternak dan jumlah keluarga mempengaruhi tingkat kesejahteraan peternak sebesar 41%, sedangkan sisanya 59% dipengaruhi oleh variabel lain di luar yang disebutkan dalam model analisis. Sedangkan Sumbangan efektif yang diberikan variabel X1 jumlah kepemilikan ternak 17.90%, X2 Pendidikan 0.72%, X3 Pekerjaan 2.48%, X4 Jumlah keluarga 20.79 %. Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai signifikansi pengaruh jumlah kepemilikan ternak terhadap tingkat kesejahteraan sebesar 0.000122 < 0.05 yang berarti bahwa jumlah kepemilikan ternak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan peternak. Krisna dan Mansur (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi skala usaha yang dijalankan dan ternak yang dimiliki maka akan semakin besar penerimaan yang akan diterima serta juga dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan.
1162
Mohammad Trigestianto dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158 -1164, September 2013
Jumlah keluarga adalah anggota keluarga yang menjadi tanggungan peternak. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah keluarga berpengaruh nyata dengan hasil negatif terhadap kesejahteraan. 0.0004 < 0.05. Tingkat pendidikan ternak berpengaruh terhadap kesejahteraan peternak. Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai signifikansi pengaruh tingkat pendidikan peternak terhadap tingkat kesejahteraan sebesar 0.48 > 0.05. Pekerjaan peternak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan dengan P value 0.1003 > 0.005. Hal ini karena peternak umumnya mendapatkan uang tambahan dari pekerjaan istrinya sebagai seorang buruh dan anak yang sudah tidak menjadi tanggungan keluarga juga ikut membantu terhadap kebutuhan rumah tangga peternak. SIMPULAN 1. Peternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga termasuk dalam kategori kurang sejahtera dengan Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Peternak (NTPRP) < 1 51.42%. 2. Hasil analisis regresi terdapat hubungan antara jumlah keluarga, dan jumlah ternak yang dipelihara terhadap kesejahteraan peternak sapi potong dengan koefisien determinasi (R 2) diperoleh sebesar 0.418. Sehingga H1 dan hipotesisnya dapat diterima. Sedangkan Tingkat pendidikan, pekerjaan peternak dari hasil analisis regresi tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan peternak. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima ksih kepada Fakultas Peternakan unsoed, pembimbing skripsi, Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Purbalingga dan rekan-rekan satu tim penelitian. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Purbalingga dalam Angka. Kabupaten Purbalingga. Dinas Pendidikan 2003. Undang-undang no.20 Tentang system pendidikan nasional. http: // digilib. Uii.acc.id/download/fe/data statistic pusat2.pdf. (diakses tanggal 30 Mei 2013). Dinas Peternakan dan Perikanan Purbalingga. 2011. Data Jumlah Ternak. Laporan tahun 2011. Direktorat Jenderal Peternakan 2007. Data jumlah Ternak laporan Tahun 2007. Jakarta .http: // digilib. Uii.acc.id/download/fe/data statistic pusat2.pdf. (diakses tanggal 25 Mei 2013). Damayanti, M. Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Firman dan Herlina 2004. Tingkat Daya Beli Masyarakat Terhadap Pendapatan. Puslitbang sosial ekonomi. Bandung Irawan, B. Pantjar, S. Sugiarto. Julia, F.S. Tri, B. Sunarsih. Muhammad, L. Valeriana, D. Chaerul, M. Tjetjep, N. Roosganda, E. Mewa, A. Reni, K.. 2007. Panel Petani Nasional (PATANAS) : Analisis Indikator Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Isbandi 2004. Pendapatan Peternak Sapi Potong Dengan Pemeliharaan Semi Intensif Sebagai Upaya Menyejahterakan Petani Peternak Di Kabupaten Boyolali. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Semarang.
1163
Mohammad Trigestianto dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158 -1164, September 2013
Iskandar, I. 2011. Analisis Program Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat.Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. Krisna, R. dan E. Manshur. 2006. Tingkat Pemilikan Sapi (Skala Usaha) Peternakan dan Hubungannya dengan Keuntungan Usahatani Ternak Pada Kelompok Tani Ternak Sapi Perah Di Desa Tajur Halang. Bogor, . 61-64. Maharani. 2005. Persepsi Dan Partisipasi Petani-Peternak Dalam Penyuluhan Pertanian Swakarsa (Kasus Penyuluhan Swakarsa di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor). Puslitbang.sosial ekonomi pertanian. Bogor Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 60. Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Nurfitri, E. 2008. Sistem Pemeliharaan dan Produktivitas Sapi Potong pada Berbagai Kelas Kelompok Peternak di Kabupaten Ciamis. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Raditya.2006. Analisis Hubungan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Persero Dan Perusahaan Swasta Nasional.Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.http: // digilib. Uii.acc.id/download/fe/manajemenhamidah2.pdf. (diakses tanggal 25 Oktober 2012). Rohaeni 2004. Pendidikan Tinggi Dalam Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Melalui Pembelajaran Efektif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Rosida, I. 2006. Analisis Potensi Sumber Daya Peternakan Kabupaten Tasikmalaya sebagai Wilayah Pengembangan Sapi Potong. Puslitbang.sosial ekonomi pertanian. Bandung. Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya sebagai Hasil IB terhadap Pmberian Jerami Padi Fermentasi dan Konsentrat di Kabupaten Blora. Puslitbang.sosial ekonomi pertanian. Bogor. Sugeng 2000. Analisa Tingkat Kepemilikan Ternak Terhadap Tingkat Pendapatan Sapi PO Di Semarang. Soewandi 2000. Hubungan kebutuhan pangan dan non pangan terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat Blora.Puslitbang sosial ekonomi.Semarang. Sudjana, 2002. Analisis Ilmu Ekonomi Dasar Pertanian Dan Peternakan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Supriyati, M. Rachmat, K,S Indraningsih, TJ. Nurasa. Roosgandha Elizabeth, R. Sajuti. 2000. LHP. Studi Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Komoditas Pertanian Puslit Sos.Ek, Pertanian. Bogor. Sugiarto. 2005. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Menurut Pola Pendapatan dan Pengeluaran di Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
1164