ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN FISH NUGGET
AGNI AFTON ADIYOGA C34060855
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
RINGKASAN AGNI AFTON ADIYOGA. C34060855. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Fish Nugget Dibimbing oleh BUSTAMI IBRAHIM dan PIPIH SUPTIJAH Produk makanan olahan yang ada di Indonesia sudah banyak ragam dan jenisnya. Beberapa jenis makanan olahan yang diminta seperti bakso, otak-otak, sosis dan nugget. Salah satu produk olahan yang memiliki gizi yang baik bagi kesehatan adalah fish nugget. Adanya perubahan perilaku sebagian besar masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seperti fish nugget, merupakan suatu peluang yang prospektif bagi produsen untuk memasarkan produknya. Konsumen merupakan seluruh individu rumah tangga yang membeli atau mendapatkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi. Perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Keputusan konsumen melewati lima tahapan. Yang pertama adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Pengujian yang dilakukan meliputi 3 analisis, yaitu analisis deskriptif, analisis spearman rank correlation dan Mann-Whitney. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui screening responden. Sebagian besar responden yakni 61% yang menjawab adalah berjenis kelamin laki-laki. Lalu 50% responden menjawab bahwa mereka telah menikah dan 50% yang lain menjawab mereka belum menikah. Mayoritas responden yakni sebesar 47% memiliki pendidikan minimal Sarjana. Range pendapatan Rp. 2 juta hingga 5 juta merupakan jawaban terbanyak para responden, yakni 38%. Dan mayoritas responden yakni 31% menjawab bahwa mereka memiliki pekerjaan pegawai swasta. Terdapat lima belas variabel yang diuji untuk mengetahui korelasi atau hubungan langsung keputusan pembelian. setelah dilakukan uji spearman rank correlation didapat hanya lima variabel yang memiliki nilai p-value kurang dari nilai alpha 0,1. Kelima variabel tersebut adalah pendapatan perbulan dengan nilai p-value sebesar 0,06. Yang kedua adalah motivasi utama dalam mengkonsumsi fish nugget dengan nilai p-value sebesar 0,03. Lalu manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi fish nugget dengan nilai p-value 0,08. Yang keempat adalah variabel pengaruh iklan terhadap pembelian dengan nilai p-value 0,04. Dan terakhir adalah variabel keputusan jika harga naik dengan nilai p-value 0,08. Uji non-parametrik dilakukan untuk melihat perbandingan antara produk fish nugget komersil dengan produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan. Analisis yang digunakan adalah Mann-Whitney. Dari keemapt atribut, yaitu rasa, warna, tekstur dan aroma memiliki nilai asympot sigma (2-tailed) kurang dari nilai alpha o,1. Sehingga dari keempat atribut, produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
iii
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN FISH NUGGET
Oleh: Agni Afton Adiyoga C34060855
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skirpsi yang berjudul “ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN FISH NUGGET” ini belum pernah diajukan pada Perguruan Tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.
Bogor, September 2012
Agni Afton Adiyoga C34060855
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc dan ibu Dr. Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berharga demi kelancaran penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl. Biol selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen Teknologi Hasil Perairan, dosen penguji penulis dan juga dosen yang membimbing ketika penulis mengalami keterpurukan serta memberikan semangat untuk terus maju ketika menghadapi kegagalan. Terima kasih pak. 3. Seluruh keluarga, terutama ibu dan ayah penulis yang telah memberikan pelajaran tentang kehidupan dan dukungan moril. Tidak lupa kepada kakak penulis Dany Novarandy, SH dan adik penulis Irving Noor Triraka. 4. Terima kasih yang tak berkecukupan kepada Dini Nur Oktavianti, SE dalam suka dan duka bersama. Menggantung cita, cinta dan asa setinggi angkasa. 5. Teman-teman satu kost Wisma Lestari yaitu Marolop Hasudungan S.Hut, Kemas Roby Wirawan S.Hut, Bagus Ferry Agrayanto S.Hut dan lainnya. 6. Teman-teman THP 43 terutama Vickar Muhammad S.Pi, Fauzi Iriawan S.Pi, Achmad Rizal S.Pi, Rio Tampubolon S.Pi, Trias Alvinoor S.Pi, Rudi Setiawan S.Pi, Hendra Sakti Nasution S.Pi, Wahyu Ramadhan S.Pi. 7. Mbak Vera dari Statistic Consultant yang sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak
Bogor, September 2012
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 1988 dari pasangan suami istri Noor Achroni dan Darsih Tulus Yuningsih.
Penulis
merupakan
anak
kedua
dari
tiga
bersaudara. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di TK Al-Madinah tingkat A (tahun 1992-1993), TK Islam PB. Soedirman tingkat B (tahun 1993-1994), kemudian lanjut di SD Islam PB. Soedirman Jakarta (tahun 1994-2000). Penulis melanjutkan pendidikan menengah bawah di SLTP Islam PB. Soedirman Jakarta (tahun 20002003) dan meneruskan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 48 Jakarta (tahun 2003-2006). Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya adalah anggota BMC (Barracuda Music Club) periode 2008-2009, anggota HIMASILKAN (Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan) periode 20082009, anggota komunitas Ladang Seni periode 2009-2011. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan seperti menjadi wakil ketua pada acara ”Sound of Roots” yang diadakan pada tahun 2010, menjadi anggota divisi dokumentasi pada acara ”Gemar Makan Ikan” yang diadakan pada tahun 2008. Penulis memiliki keahlian menyelam jenjang Open Water Scuba Diver bersertifikasi internasional. Penulis juga biasa mengisi artikel-artikel tentang musik pada portal berita di internet dan beberapa majalah musik. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor penulis melakukan penelitian berjudul ”Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Fish Nugget”.
vii
DAFTAR ISI
Daftar Isi .......................................................................................................... vii Daftar Tabel ...................................................................................................... ix Daftar Gambar .................................................................................................. x
1 PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4 2.1 Fish Nugget ................................................................................................ 4 2.2 Definisi Konsumen ..................................................................................... 8 2.3 Perilaku Konsumen .................................................................................... 8 2.4 Peran Pembelian ......................................................................................... 9 2.5 Mekanisme Dalam Proses Keputusan Pembelian ...................................... 10 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ............................ 14 2.7 Peran Merek ............................................................................................. 16 2.8 Uji Validitas ............................................................................................. 17 2.9 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 18
3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 19 3.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 19 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 19 3.3 Alat dan Bahan ......................................................................................... 20 3.4 Uji Validitas ............................................................................................. 20 3.5 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 21 3.6 Analisis Deskriptif ................................................................................... 22 3.7 Analisis Spearman Rank Correlation ........................................................ 22 3.8 Analisis Mann-Whitney............................................................................ 23
viii
4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 24 4.1 Pengujian Instrumen Kuesioner ................................................................ 24 4.2 Karakteristik Konsumen ........................................................................... 26 4.3 Proses Pengambilan Keputusan ................................................................ 30 4.4 Analisis Korelasi yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian................... 41 4.5 Perbandingan Dengan Produk Lain .......................................................... 43 4.6 Uji Non-Parametrik Untuk membandingkan Kedua Produk ...................... 48
5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 53 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 53 5.2 Saran ........................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
LAMPIRAN……………………………………………………………………..57
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1. Hasil Uji Validitas Terhadap Kuesioner ....................................
24
2. Hasil Uji Reliabilitas Terhadap Kuesioner ................................
25
3. Variabel dan Nilai p-value serta pengaruhnya............................
42
4. Nilai Mean atau rataan dari masing-masing produk …………..
50
5. Atribut, nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruhnya ………
50
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin ……………
26
2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan ……….
27
3. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendidikan Terakhir …….
28
4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan Perbulan ……
29
5. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan ……………….
30
6. Motivasi Utama Konsumen Membeli Fish Nugget ……………..
31
7. Manfaat Yang Ingin Didapat Konsumen Fish Nugget ………….
32
8. Sumber Informasi Konsumen Terhadap Produk Fish Nugget …..
33
9. Media Paling Mempengaruhi Pembelian Fish Nugget ………….
34
10. Pengaruh Iklan Terhadap Pembelian Fish Nugget …………….
35
11. Pertimbangan Awal Konsumen Terhadap Pembelian …………
36
12. Cara Memutuskan Pembelian Produk Fish Nugget ……………
37
13. Kepuasan Konsumen Terhadap Produk ……………………….
38
14. Respon Konsumen Terhadap Kenaikan Harga ………………...
39
15. Respon Konsumen Jika Produk Tidak Tersedia ……………….
40
16. Atribut Rasa Dari Produk Fish Nugget Komersil ………………
44
17. Atribut Rasa Dari Produk Fish Nugget THP …………………...
45
18. Atribut Warna Dari Produk Fish Nugget Komersil …………….
45
19. Atribut Warna Dari Produk Fish Nugget THP …………………
46
20. Atribut Tekstur Dari Produk Fish Nugget Komersil …………...
46
21. Atribut Tesktur Dari Produk Fish Nugget THP ………………..
47
22. Atribut Aroma Dari Produk Fish Nugget Komersil ……………
47
23. Atribut Aroma Dari Produk Fish Nugget THP …………………
48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ..................................................................
58
2. Uji Validitas ...............................................................................
61
3. Uji Reliabilitas ………………………………...........................
64
4. Daftar Nilai R-Tabel untuk kuesioner ……………..…………..
65
5. Analisis Deskriptif .......................................................................
66
6. Uji Korelasi ……………………………………………………..
74
7. Uji Non-Parametrik ……………………………………………..
76
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Produk-produk olahan yang ada di Indonesia saat ini sudah banyak diproduksi dan dikembangkan. Para produsen dibidang makanan olahanpun berlomba-lomba untuk memenuhi permintaan pasar yang saat ini sudah tergolong tinggi. Makanan olahan sudah mengalami pergeseran ke arah yang lebih baik karena tuntutan masyakat yang telah dinamis dan praktis, sehingga masyarakat tidak perlu repot-repot lagi dalam penggunaannya, karena produk-produk makanan olahan diproduksi dalam bentuk mudah diolah dan cepat saji. Beberapa produk-produk olahan yang memiliki banyak permintaan oleh masyarakat antara lain bakso, otak-otak, sosis, dan nugget . Produk-produk olahan yang berada di pasaran luas masih banyak yang berbahan dasar ayam dan red meat (daging sapi, domba dan kambing). Sayangnya, produk yang diolah menggunakan bahan baku tersebut mempunyai kandungan kolestrol yang tinggi, asam lemak jenuh yang tinggi dan dengan kandungan omega-3 yang rendah. Jika dikonsumsi oleh masyarakat dalam jumlah yang banyak dan dengan frekuensi yang sering, maka dapat mengakibatkan kanker dan stroke pada konsumen tersebut (Mesra 1994). Seiring dengan perkembangan zaman, gaya hidup masyarakat pada saat ini ikut mengalami perubahan. Selain dari kecenderungan yang lebih memilih hal-hal praktis dan mudah dalam pemakaian, masyarakat dewasa ini memiliki gaya akan hidup sehat. Baik dari hidup sehat dengan berolahraga, maupun hidup sehat dari apa yang mereka konsumsi. Selain produk olahan yang mudah dan praktis dalam pembuatan, produk olahan juga harus bergizi, memiliki kandungan kolestrol yang rendah, asam lemak jenuh yang rendah dan kandungan omega-3 yang tinggi seperti AA, DHA dan EPA. Salah satu produk olahan yang menjadi alternatif yang bergizi adalah fish nugget yang rendah kolestrol, rendah asam lemak jenuh dan kandungan omega-3 yang tinggi (Sianipar 2003). Produk ini merupakan salah satu bentuk produk olahan dari daging ikan yang digiling halus (surimi) dan diberi bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat, kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu
2
setelah itu dikukus, dipotong, dicelupkan ke dalam batter, breading lalu digoreng atau disimpan terlebih dahulu ke dalam freezer sebelum akhirnya digoreng. Daging ikan giling yang dipakai sebagai bahan utama fish nugget dapat berasal dari ikan air tawar maupun ikan laut yang segar dan telah dibuang kepala, sisik, sirip, isi perut dan tulangnya (Sianipar 2003). Adanya perubahan perilaku sebagian besar masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi misalnya fish nugget, merupakan suatu peluang prospektif bagi produsen untuk memasarkan produknya. Oleh karena itu, pemasar perlu mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian fish nugget, karena menganalisis perilaku konsumen merupakan salah satu prinsip utama yang mendukung pengembangan strategi pemasaran.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian Perkembangan zaman dan gaya hidup masyarakat yang ingin praktis dan sadar akan kesehatan, mendorong para produsen untuk menghasilkan produk olahan yang praktis dan sehat. Persaingan di industri fish nugget cukup ketat, hal ini dapat dilihat dari berbagai merk, jenis dan ragam bentuk fish nugget untuk menarik perhatian konsumen. Persaingan tersebut mengharuskan produsen selalu berorientasi kepada kepentingan konsumen, yaitu dengan mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen. Produsen fish nugget memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai konsumennya dalam menghadapi persaingan yang ketat. Pengetahuan ini akan mendorong upaya pemasaran yang dilakukan menjadi terfokus dan efektif, sehingga produsen fish nugget perlu mengetahui dan memahami tahapan-tahapan dalam proses keputusan pembelian konsumennya, serta mengetahui variabelvariabel yang mendorong masyarakat untuk membeli fish nugget. Masyarakat sebagai konsumen, merupakan salah satu target pasar yang harus dipertimbangkan oleh para produsen. Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis (Engel et al. 1995) . Untuk itu
3
perlu dilakukan penelitian mengenai analisis perilaku konsumen dalam keputusan pembelian fish nugget.
1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dalam memilih produk fish nugget komersil yang dibeli dengan melihat variabelvariabel yang saling berhubungan. b. Melihat tingkat kepuasan konsumen dari produk fish nugget yang akan diberikan.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fish Nugget Fish nugget adalah suatu produk olahan dari bahan dasar daging ikan yang digiling halus dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu selanjutnya dicelupkan ke dalam batter, breading kemudian digoreng atau disimpan terlebih dahulu dalam ruang pembeku (freezer) sebelum digoreng. Daging giling berasal dari ikan segar yang telah dibuang kepala, sisik/kulit, sirip, isi perut dan insang serta setelah dipisahkan dari tulangnya (Mesra 1994). Pada dasarnya produk fish nugget sama seperti nugget ayam atau nugget udang. Perbedaannya hanya terletak pada bahan baku yang digunakan dan karakteristik yang dimiliki oleh bahan baku tersebut (Aswar 1995). Fish nugget juga dapat dibedakan antara bahan baku ikan laut dan ikan tawar. Fish nugget dengan bahan baku ikan laut memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan bahan baku ikan tawar. Hal ini disebabkan oleh tekstur yang lebih kompak dan juga pengaruh adaptasi dari sistem osmoregulasi air laut (Rumaniah 2002).
2.1.1 Tahapan pembuatan fish nugget Dalam pembuatan fish nugget terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Rumaniah 2002) : a. Penyiangan dan Pencucian. Penyiangan adalah membuang bagian yang tidak diperlukan yaitu kepala, sisik/kulit, isi perut dan insang. Penyiangan dan pencucian dilakukan pada dasarnya adalah untuk menghilangkan segala kotoran, darah dan lendir dari ikan yang merupakan sumber bakteri pembusuk dan bakteri patogen. b. Filleting. Tahapan ini adalah tahapan memisahkan daging dari tulang ikan serta kulitnya, sehingga didapat daging bersih tanpa tulang dan kulit atau sisiknya. c. Pencucian. Pencucian terhadap fillet ini bertujuan untuk menghilangkan protein sarkoplasma yang terdapat pada daging ikan tersebut. Selain itu,
5
pencucian bertujuan untuk mendapat tekstur yang kompak. Proses pencucian ini menghasilkan bahan baku berupa surimi. d. Penggilingan. Tahapan ini bertujuan untuk menghaluskan dan melembutkan surimi, sehingga memudahkan pencampuran dengan bahan tambahan lain untuk membentuk adonan. e. Pengadonan dan Pencetakan. Pengadonan merupakan proses pencampuran surimi yang telah digiling dengan bawang putih, gula, garam dan merica untuk memberikan rasa (seasoning). Bahan lain yang juga ditambahkan adalah tepung tapioka, telur serta karagenan. Setelah adonan homogen lalu dicetak dan diberikan tepung panir. f. Pengukusan. Adonan lalu dikukus selama 45 menit pada suhu 100 0C, agar teksturnya menjadi lebih padat. g. Penggorengan. Pada tahapan terakhir ini, bahan yang telah dikukus didinginkan terlebih dahulu untuk menurunkan suhunya, lalu digoreng pada suhu 180
0
C selama tiga menit. Tujuan penggorengan adalah untuk
mematangkan, meningkatkan cita rasa, mengeringkan, memberikan warna yang baik dan untuk membunuh mikroba yang tadinya terdapat dalam adonan.
2.1.2 Bahan pengikat Bahan pengikat merupakan bahan yang digunakan dalam industri makanan untuk mengikat air yang terdapat dalam adonan. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam makanan adalah tepung. Fungsi bahan pengikat adalah untuk memperbaiki stabilitas emulsi, menurunkan penyusutan akibat pemasakan, memberikan warna yang terang, meningkatkan elastisitas produk, membentuk tekstur yang padat dan menarik air dari adonan. Pembentukan adonan atau lebih tepatnya pengembangan adonan dipengaruhi kandungan protein dalam tepung terigu (Fennema 1996). Pembentukan adonan atau lebih tepatnya pengembangan adonan dipengaruhi kandungan protein dalam tepung terigu. Menurut Fennema (1996) protein dalam tepung terigu dapat dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan kelarutannya, yaitu :
6
a. Glutenin, merupakan jenis protein yang tidak larut dalam air, garam maupun alkohol. b. Globulin, merupakan jenis protein yang mempunyai sifat larut dalam garam tapi tidak atau sedikit larut dalam air. c. Glindin, merupakan jenis protein yang bersifat larut dalam larutan alkohol 70-90%. d. Albumin, jenis protein yang larut dalam air.
2.1.3 Bumbu-bumbu Penambahan garam diperlukan untuk mendapat gel lumat yang baik. Garam yang ditambahkan pada daging ikan pada umumnya adalah berkisar 2-3 % dari berat daging ikan (Watanabe et al. 1974). Penggunaan garam pada konsentrasi 1 % hingga 2 % mengakibatkan produk daging ikan yang kurang kompak dan agak lunak. Hal ini disebabkan oleh protein miofibril dalam daging ikan yang belum sepenuhnya terkontraksi sehingga membentuk gel tidak sempurna. Pada penggunaan garam dengan konsentrasi 3 % hingga 4% didapat produk daging ikan yang kompak dan kenyal. Walaupun pada konsentrasi 4 % rasa dagingnya terlalu asin (Romadhonna 2000). Bawang putih (Allium sativa L.) berfungsi sebagai penambah aroma dan cita rasa produk yang dihasilkan. Bau yang khas pada bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengandung komponen sulfur. Karakteristik bawang putih muncul apabila terjadi pemotongan atau perusakan jaringan. Bawang putih sangat mudah dijumpai pada daerah-daerah tropis di sepanjang garis khatulistiwa. (Palungku dan Budiatri 1992). Lada atau merica (Piper nigrum) adalah bahan pangan yang biasa ditambahkan pada bahan makanan sebagai penyedap masakan. Lada digemari karena mempunyai sifat penting, yaitu rasanya yang pedas dan aroma yang khas. Rasa pedas pada lada yang dihasilkan berasal dari zat piperin dan piperinin serta khavisin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan alkaloida. Merica sangat digemari oleh orang-orang yang tinggal di iklim sub-tropis karena dapat menghangatkan suhu badan (Rismunandar 1993).
7
2.1.4 Predusting, battering dan breading Predusting banyak digunakan untuk meningkatkan daya adhesi batter. Proses ini sangat penting untuk produk basah atau memiliki permukaan yang berminyak misalnya daging bagian dada dan drumstick. Predusting biasanya mengandung tepung atau campuran tepung batter dan kemungkinan bumbubumbu jika diinginkan (Sidiq 2005). Predusting biasanya diaplikasikan dengan menggunakan drum breader, tetapi metode ini lebih sesuai diaplikasikan untuk daging yang banyak mengandung otot sebagai akibat gaya mekanis yang terjadi pada drum breader. Metode lainnya adalah dengan menggunakan springkle applicator. Metode ini digunakan untuk produk cetakan karena tidak banyak mengalami tekanan mekanis (Sidiq 2005). Batter adalah campuran yang terdiri dari air, tepung pati dan bumbubumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk setelah dimasak. Coating dapat digunakan untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpanan. Ada dua jenis batter yang dapat digunakan yaitu jenis yang beragi dan yang tidak beragi. Jenis yang beragi digunakan untuk coating karena memiliki level viskositas yang tinggi, sehingga breading tidak perlu dilakukan. Batter yang beragi salah satunya adalah tempura. Sedangkan jenis yang tidak beragi biasa dikombinasikan prosesnya dengan breading dan tingkat viskositasnya dapat diatur (Fellow 1992). Breading adalah campuran tepung, pati dan bumbu berbentuk kasar dan diaplikasikan sebelum digoreng. Terdapat lima jenis utama breader yaitu American bread crumbs, Japanese bread crumbs, crackermeal, flour breaders, dan extruded crumbs (Fellow 1992). Fungsi utama dari batter dan breading secara keseluruhan adalah untuk memperbaiki penampakan dan memperbaiki karakteristik produk, misalnya kerenyahan tekstur maupun warna yang lebih menarik. Batter dan breading juga dapat meningkatkan nilai gizi dari suatu produk pangan dan menambah kenikmatan ketika mengkonsumsi produk tersebut. Batter dan breading juga bertujuan untuk menjaga kelembaban produk pangan. Tepung roti yang digunakan harus segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, berwarna cemerlang,
8
berbentuk serpihan yang rata dan tidak mengandung benda asing (Badan Standardisasi Nasional 1999).
2.2 Definisi Konsumen Menurut Kotler dan Armstrong (1997), konsumen terdiri dari seluruh individu rumah tangga yang membeli atau mendapatkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi. Konsumen itu sendiri dapat digolongkan ke dalam kelompokkelompok yang berbeda berdasarkan usia, pendapatan, pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera. Pengelompokan ini sangat bermanfaat bagi pemasaran dalam merencanakan strategi pemasaran. Sedangkan menurut UndangUndang Nomor 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen digolongkan menjadi dua jenis, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen individu juga mungkin membeli barang dan jasa untuk teman, saudara atau orang lain. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu pemakainya disebut pemakai akhir atau konsumen akhir. Sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit). Semua organisasi ini harus membeli produk, peralatan, dan jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya (Suwarman 2003).
2.3 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Sumarwan 2003). Sedangkan menurut Engel et al. (1995), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsikan dan
9
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Perilaku konsumen dapat disimpulkan yaitu semua kegiatan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan barang dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Perilaku konsumen dalam mengambil keputusan tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang nantinya akan membentuk perilaku proses keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan antara lain : lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis (Suwarman 2003). Perilaku konsumen menurut Mowen (1995) adalah interaksi dinamis dari pengaruh, kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhannya. Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang dan jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan tersebut.
2.4 Peran Pembelian Perilaku manusia dalam melakukan proses pembelian cukup sulit untuk didefinisikan. Hal ini disebabkan karena terlalu kompleksnya hal-hal yang mempengaruhi manusia untuk mengkonsumsi atau membeli suatu produk. Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu tahapan tertentu. Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasikan siapa yang membuat keputusan pembelian atau siapa yang berperan dalam pembelian dan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelian tersebut. Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembelian tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli (Kotler dan Armstrong 1997)
10
Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli, yaitu : a. Pemrakarsa (initiator) adalah orang yang pertama kali menyarankan untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu. b. Pemberi pengaruh (influence) adalah orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan. c. Pengambil keputusan (decider) adalah orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian. d. Pembeli (buyer) adalah orang yang melakukan pembelian yang nyata. e. Pemakai (user) adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan.
2.5 Mekanisme Dalam Proses Keputusan Pembelian Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak dapat muncul begitu saja, melainkan melalui suatu tahapan tertentu. Seseorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka harus menentukan alternatif pilihan. Menurut Kotler dan Armstrong (1997) keputusan konsumen melewati lima tahapan. Yang pertama adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
2.5.1 Pengenalan kebutuhan Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh faktor internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang timbul pada tingkat yang cukup tinggi, sehingga terjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh faktor eksternal, misalnya contoh iklan-iklan atau pengaruh dari orang lain (Kamenetz 2006). Terkadang terdapat ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan aktual dengan kondisi yang digunakan. Menurut Engel et al. (1995), pada saat ketidaksesuaian ini melebihi ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali. Seandainya ketidaksesuaian itu berada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan pun tidak terjadi. Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini menurut Swastha dan Handoko (2000) ditunjukkan terutama untuk mengetahui
11
adanya kebutuhan dan keinginan yang tidak terpuaskan, jika kebutuhan tersebut diketahui maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Adanya kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut sering diketahui secara tiba-tiba pada saat konsumen sedang berjalanjalan ke toko atau sedang berbelanja atau pada saat memperoleh informasi dari sebuah iklan, media lain, tetangga ataupun dari teman.
2.5.2 Pencarian informasi Konsumen yang tertarik kepada suatu produk mungkin akan mencari lebih banyak informasi. Jika dorongan itu kuat dan produk memuaskan, maka konsumen tersebut akan membelinya lagi dikemudian hari. Jumlah pencarian informasi yang dilakukan bergantung pada kekuatan dorongan si konsumen, jumlah informasi yang dimulai, kemudahan memperoleh lebih banyak informasi, nilai yang ditempatkan pada informasi tambahan dan kepuasan yang didapat dari pencarian (Mankins 2005) Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) atau melakukan pengambilan informasi dari lingkungan sekitarnya (lingkungan eksternal). Menurut Engel et al. (1995), pencarian informasi adalah suatu kegiatan termotivasi dan pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan konsumen dan pengumpulan informasi utama yang akan dicari konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (1997), sumber-sumber informasi yang diperoleh konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : a. Sumber pribadi
: keluarga, teman, kenalan
b. Sumber komersial
: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan
c. Sumber publik
: media massa, organisasi penilai konsumen
d. Sumber pengalaman
: penanganan, pengkajian dan pemakaian produk
Menurut Swastha dan Handoko (2000), pencarian informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal. Pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan harga atau kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif mungkin hanya dengan membaca suatu iklan di majalah atau surat kabar tanpa mempercayai
12
tujuan khusus dalam pikirannya tentang gambaran produk yang diinginkan. Pencarian informasi internal tentang sumber-sumber pembelian dapat berasal dari pelopor opini (opinion leader). Sedangkan informasi eksternal dapat berasal dari media massa (majalah, surat kabar, radio dan televisi) dan sumber-sumber informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan (publikasi, iklan, informasi dari pedagang).
2.5.3 Evaluasi alternatif Evaluasi alternatif menurut Sumarwan (2003) adalah bagaimana seorang konsumen memproses informasi untuk sampai pada memilih suatu merek tertentu. Evaluasi alternatif bergantung pada pribadi konsumen dan situasi pembelian tertentu. Konsumen terkadang membuat keputusan pembelian sendiri, misalnya konsumen meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu, wiraniaga atau orang lain yang terpercaya. Menurut Engel et al. (1995), evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses evaluasi suatu alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Terdapat empat komponen dasar dalam proses evaluasi alternatif, yaitu (1) Menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatifalternatif, (2) Memutuskan alternatif yang akan dipertimbangkan, (3) Menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan dan (4) Memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat keputusan akhir. Hasil akhir dari proses evaluasi alternatif pada keterlibatan tinggi adalah pembentukan sikap umum terhadap masing-masing alternatif. Sedangkan pada situasi keterlibatan rendah, proses evaluasi alternatif hanya melibatkan pembentukan sedikit kepercayaan kepada alternatif pilihan.
2.5.4 Keputusan membeli Setelah tahap evaluasi alternatif, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian adalah tahap untuk membeli yang paling disukai oleh konsumen. Terdapat dua faktor yakni bisa berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dimana faktor ini adalah faktor yang
13
mempengaruhi konsumen untuk segera membeli tanpa pikir panjang. Faktor yang kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan aspek-aspek pendapatan, harga dan manfaat produk yang dibeli (Pruden et al. 2004) Keputusan untuk membeli di sini merupakan proses dalam pembelian yang nyata. Jadi setelah tahap-tahap di muka dilakukan, maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak, bila konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya (Swastha dan Handoko 2000). Konsumen mungkin juga akan membentuk suatu maksud membeli dan cenderung membeli merek yang disukainya. Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan membeli, di mana membeli dan bagaimana membeli. Menurut Kotler dan Armstrong (1997), terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian. Pertama adalah faktor sikap atau pendirian orang lain dan kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi atau tidak diinginkan. Faktor pertama, mempengaruhi alternatif yang disukai seseorang namun tergantung pada intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya. Sedangkan untuk faktor kedua, yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi atau tidak diinginkan. Adanya faktor ini dapat mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan dilakukan konsumen (Kotler dan Armstrong 1997)
2.5.5 Perilaku pasca pembelian Tahap ini adalah tahap yang dilakukan setelah konsumen melakukan pembelian. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah melakukan pembelian, maka konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukannya. Hasil evaluasi pasca pembelian
dapat
berupa
kepuasan
atau
ketidakpuasan.
Kepuasan
dan
14
ketidakpuasan terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya (Kotler dan Armstrong 1997). Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya dan cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang akan bersangkutan terhadap orang lain. Sedangkan apabila konsumen dalam melakukan pembelian tidak merasa puas dengan produk yang telah dibelinya ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh konsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen tidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari informasi tambahan mengenai produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi. Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa produsen hanya boleh menjanjikan apa yang dapat diberikan berupa produknya sehingga konsumen terpuaskan (Keller dan Berry 2003).
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Proses keputusan konsumen untuk membeli suatu produk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah faktor-faktor kebudayaan, sosial, personal dan psikologi (Kotler dan Armstrong 1997). Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda pula. Dengan kata lain, adanya faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor lain kurang berpengaruh.
2.6.1 Faktor kebudayaan Kebudayaan adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Menurut Engel et al. (1995), budaya mengacu kepada nilai, gagasan, sikap dan simbol lain yang membentuk individu untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, perilakunya dapat dipelajari dari lingkungan sekitarnya, sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada daerah
15
tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula. Dalam perilaku konsumen, budaya mempengaruhi tiga faktor, yaitu : (1) konsumsi, (2) budaya mempengaruhi bagaimana individu dalam pengambilan keputusan dan (3) variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari sebuah produk. Oleh karena itu, pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen. Masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil atau kelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum. Sub-budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak sub-budaya membentuk segmen pasar yang penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang dibuat untuk kebutuhan mereka. Sebagai contoh sub-budaya yang ada di Amerika adalah kaum hispanik, Afrika-Amerika, Asia-Amerika dan konsumen dewasa (Russel 2005).
2.6.2 Faktor sosial Kelompok rujukan adalah kelompok yang dijadikan pembanding baik yang pernah ditemui atau tidak, yang mempengaruhi sikap seseorang. Seseorang sering dipengaruhi kelompok rujukan di mana ia tidak menjadi anggotanya. Pemasar dalam hal ini berupaya mengidentifikasikan kelompok rujukan untuk pasar sasarannya. Kelompok ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan ia telah menjadi objek penelitian yang ekstensif (Kotler dan Armstrong 1997). Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian. Keluarga sangat penting di dalam studi perilaku konsumen karena dua alasan. Pertama, keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk konsumen. Kedua, keluarga memberikan pengaruh utama pada sikap dan perilaku konsumen.
2.6.3 Faktor pribadi Seseorang akan mengubah keinginannya dalam membeli barang dan jas selama hidupnya. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan
16
usia. Keinginan untuk membeli dipengaruhi oleh jenjang hidup seseorang di dalam keluarga, sehingga pemasar hendaknya memperhatikan perubahan yang terjadi, yang berhubungan dengan tingkat hidup seseorang. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasikan kelompok profesi yang mempengaruhi minat lebih terhadap produk mereka. Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga, sehingga indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resisi, pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya (Keller dan Berry 2003).
2.6.4 Faktor psikologis Kebutuhan-kebutuhan yang ada tersebut tidak cukup untuk memotivasi seseorang untuk bertindak pada saat tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasaan. Menurut Kotler dan Armstrong (1997) adalah proses bagaimana seseorang individu mengorganisasikan, memilih dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap rangsangan yang sama karena tiga proses persepsi yaitu selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
2.7 Peranan Merek Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna dan kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Tjiptono (2005) memberikan empat hal pokok yang harus diperhatikan dalam sebuah merek (brand), yaitu (1) recognition atau tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, (2) reputation atau tingkat dan status yang cukup baik bagi sebuah merek karena telah terbukti mempunyai track-record yang baik, (3) affinity atau hubungan emosional yang
17
timbul antara sebuah merek dengan konsumennya dan (4) domain atau seberapa lebar scope dari produk yang mau menggunakan merek yang bersangkutan. Tjiptono (2005) mengemukakan bahwa terdapat empat konsep merek, pertama intangible product, yaitu merupakan basis pilihan konsumen yang rasional. Kedua adalah basic brand yang bertujuan untuk mewujudkan penjualan dalam lingkungan yang kompetitif. Basic brand adalah atribut-atribut
yang
mampu mengajak atau menstimulasi konsumen pertama kali untuk memilih produk pertama kali. Tjiptono (2005) lebih lanjut memberikan contoh basic brand bahwa produk harus dikemas dengan rapi dan menarik. Ketiga adalah augmented brand yang bertujuan untuk memperluas merek dalam meningkatkan nilainya. Keempat adalah potential brand yaitu menambahkan berbagai atribut tambahan yang berperan dalam membentuk prefrensi dan loyalitas pelanggan.
2.8 Uji Validitas Validitas menunjukkan suatu hasil dari sebuah alat pengukuran untuk melihat pengukuran yang ingin diukur (Umar 2003). Setelah kuesioner tersebut tersusun maka langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Pengujian validitas terhadap kuesioner dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur. Suatu alat ukur yang valid atau tingkat keabsahannya tinggi secara otomatis biasanya diandalkan (reliable). Namun sebaliknya, suatu pengukuran yang handal belum tentu memiliki keabsahan tinggi (Rangkuti 1997). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan yang ada saling berhubungan antara konsep dengan kenyataan empiris. Uji validitas dilakukan pada orang responden. Setelah kuesioner tersusun dan teruji validitasnya, dalam prakteknya belum tentu data yang dikumpulkan adalah data yang valid. Beberapa hal yang dapat mengurangi validitas data antara lain cara mewawancarai dan keadaan responden sewaktu wawancara dilakukan adalah hal-hal yang perlu diperhatikan (Umar 2003).
2.9 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar 2003). Setiap
18
alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Semakin kecil kesalahan pengukuran, maka semakin reliabel alat pengukur tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin besar kesalahan pengukuran, maka semakin tidak reliabel alat pengukuran tersebut. Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui antara lain dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Pada penelitian sosial, kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran cukup besar karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya kesalahan pengukuran harus diperhitungkan. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Umar 2003).
19
3 METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Secara ringkas, penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap analisis. Analisis pertama adalah menganalisis proses keputusan yang dilakukan konsumen dengan menggunakan analisis deskriptif. Data-data yang diperoleh dari jawaban responden ditransformasikan ke dalam suatu bentuk yang mudah untuk dimengerti dan diterjemahkan. Analisis ini meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Analisis kedua menggunakan analisis Spearman Rank Correlation untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diuji dengan pengaruh keputusan pembelian. Analisis terakhir menggunakan uji statistik non-parametrik. Yang diuji adalah dua sampel independen, sehingga analisis yang digunakan adalah analisis Mann-Whitney. Pada instrumen kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner akan diberikan kode untuk mempermudah menganalisisnya. Terdapat pertanyaan dengan kode P1 hingga P28. Kode pertanyaan P1 dan P2 adalah screening awal. Kode pertanyaan P3 hingga P9 adalah screening profil responden. Kode pertanyaan P10 hingga P19 adalah pengujian terhadap produk fish nugget komersil. Kode pertanyaan P20 hingga P27 adalah uji organoleptik terhadap kedua produk yang disajikan. Dan pertanyaan terakhir dengan kode P28 adalah pertanyaan untuk memilih produk mana yang lebih disukai.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini tidak dilakukan di dalam lingkup kampus Institut Pertanian Bogor, namun dilakukan di luar kampus Institut Pertanian Bogor. Yaitu di pusat perbelanjaan atau supermarket yang menjual fish nugget komersil merek X. Sasaran yang dituju adalah responden yang membeli fish nugget komersil tersebut. Responden yang diinginkan berjumlah 100 orang. 30 responden pertama bertujuan untuk menguji apakah kuesioner yang diberikan kepada responden valid atau tidak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011.
20
3.3 Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kuesioner, meja, kursi dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah dua jenis produk fish nugget, yaitu produk fish nugget dalam kemasan dari Teknologi Hasil Perairan dengan produk fish nugget komersil yang sudah ada di pasaran.
3.4 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir di dalam suatu pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Setelah kuesioner akhir terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar 2003). Adapun metode statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson dan analisa regresi. Hipotesis statistik ini adalah: H0: Tidak ada hubungan (korelasi) antara x dan y H1: Terdapat hubungan (korelasi) antara x dan y Uji Validitas akan sahih jika nilai r-hitung lebih besar daripadi nilai rtabel. Nilai r-tabel yang digunakan adalah 0,3061 (Junaidi 2000), karena menggunakan alpha sebesar 0,1. (dapat dilihat pada Lampiran 4). Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi product moment pearson berikut:
rxy =
n XY X Y
n X X 2
2
n Y Y
Keterangan: rxy = Korelasi antar X dan Y n
= Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total
2
2
....................(1)
21
Uji validitas dilakukan pada 30 responden. Penilaian didasarkan pada nilai skor atau poin, dimana poin tertinggi adalah 5 untuk menjawab A, dan terkecil adalah 1 jika menjawab E. Pertanyaan untuk uji validitas hanya pertanyan dengan kode P10 hingga P19. Pertanyaan dibagi menjadi menjadi tiga kategori. Pertanyaan P10 dan P11 untuk mengetahui alasan mengapa konsumen membeli produk fish nugget komersil tersebut. Pertanyaan P12 hingga P15 untuk mengetahui pengetahuan konsumen terhadap produk. Dan kategori terakhir P16 hingga P19 untuk mengetahui kepuasaan konsumen terhadap produk. Kemudiaan semua skor ditotal dan dimasukkan ke dalam rumus di atas dengan menggunakan program SPSS 16 . Perhitungan skoring yang dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.5 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach berikut:
σ2 k 1 σ 12 k 1
r11 =
.....................................................(2)
Keterangan: r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan
σ 2 = σ 12
Jumlah ragam butir
= Jumlah ragam total
Mencari nilai ragam menggunakan rumus berikut:
σ2 =
X
X
2
2
n
n
........................................................(3)
22
Keterangan: n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden. Sama seperti uji validitas, uji reliabilitas juga dilakukan hanya kepada pertanyaan dengan kode P10 hingga P19 dimana nilai korelasi yang dihitung dinyatakan sahih apabila nilai r lebih dari 0,3061 dan semakin sahih jika semakin mendekati 1,00. Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPSS 15 (Umar 2003).
3.6 Analisis Deskriptif Dalam penelitian ini, data karakteristik konsumen fish nugget komersil yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan, serta proses keputusan pembelian yang mencakup pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan pasca pembelian yang dilakukan konsumen fish nugget komersil akan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena dinilai mampu untuk menggambarkan karakteristik konsumen suatu produk dan bagaimana proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen fish nugget komersil. Pengolahan analisis karakteristik konsumen dan keputusan pembelian fish nugget pada penelitian ini menggunakan alat perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2007. Hasil analisis tersebut akan menampilkan mayoritas karakteristik konsumen fish nugget komersil dan hal-hal utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam proses pembelian fish nugget. Dalam analisis deskriptif yang diuji adalah pertanyaan dengan kode P3 hingga P9 yang mana itu adalah screening untuk para responden. Dan juga pertanyaan dengan kode P10 hingga P19.
3.7 Analisis Spearman Rank Correlation Uji korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diuji dengan pengaruh keputusan pembelian. Jawaban responden tentang variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian. Menurut Sugiyono (2005), korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk
23
menguji nyatanya asosiatif bila masing-masing peubah yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar peubah tidak harus sama. Data masukan dalam analisis rank spearman diperoleh dengan menjumlahkan nilai yang diberikan oleh responden secara horizontal terhadap variabel yang terdapat dalam setiap kuadran Kartesius (Xi) dan total penilaian responden terhadap keputusan pembelian (Yi).
3.8 Analisis Mann-Whitney Mann-Whitney merupakan analisis yang termasuk dalam uji nonparametrik. Analisis ini untuk membandingan pemusatan dua buah sampel yang diasumsikan mempunyai bentuk yang sama, maka digunakanlah uji dua sampel independen yaitu analisis Mann-Whitney. Dalam kelompok uji dua sampel independen, analisis Mann-Whitney adalah analisis terkuat yang digunakan sebagai alternatif uji parametrik T-test (Daniel 1990). Berikut ini adalah hipotesis dengan menggunakan analisis Mann-Whitney : H0 : dua sampel independen berasal dari populasi yang sama (dengan nilai rata-rata sama). H1 : dua sampel independen berasal dari populasi yang berbeda (dengan nilai rata-rata berbeda)
24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Instrumen Kuesioner Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk menguji beberapa analisis yang diinginkan. Namun kuesioner sebelum digunakan harus melalui tahapan uji validitas dan reliabilitas agar data yang nanti dihasilkan tepat dan akurat. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan.
4.1.1 Uji validitas Uji validitas dilakukan untuk menentukan apakah kuesioner yang digunakan menghasilkan data yang valid atau tidak. Uji validitas akan sahih atau valid dengan menguji 30 sampel awal terlebih dahulu. Jika terdapat pertanyaan yang tidak valid, maka pertanyaan kuesioner harus diganti dan menggantinya dengan pertanyaan yang valid. Tujuannya adalah agar data yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan. Berikut ini adalah hasil dari uji validitas terhadap kuesioner penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Uji Validitas terhadap kuesioner Kode Pertanyaan
Nilai r-hitung
P10
0,91
P11
0,87
P12
0,67
P13
0,75
P14
0,37
P15
0,33
P16
0,78
P18
0,88
P19
0,80
25
Hasil dari nilai r-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabel, yaitu 0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan valid apabilai nilai r-hitungnya lebih besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada lampiran 2).
4.1.2 Uji reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Sebuah alat ukur seperti kuesioner dapat dinyatakan sahih apabila hasil dari uji reliabilitas alat ukur tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan melihat nilai r-hitungnya. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabelnya Berikut ini adalah hasil pengukuran uji reliabilitas terhadap kuesioner penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas terhadap kuesioner Kode Pertanyaan
Nilai r-hitung
P10
0,448
P11
0,476
P12
0,615
P13
0,669
P14
0,476
P15
0,550
P16
0,540
P17
0,568
P18
0,468
P19
0,413
Setelah didapat nilai r-hitungnya, kemudian kita bandingkan dengan nilai r-tabelnya yaitu sebesar 0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan reliabel apabila nilai r-hitungnya lebih besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada Lampiran 3.
26
4.2 Karakteristik Konsumen Penelitian ini menggunakan karakteristik konsumen yang dilihat dari jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata perbulan dan pekerjaan.
4.2.1 Jenis kelamin Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan jenis kelamin adalah mayoritas laki-laki sebanyak 61% dan sisanya berjenis kelamin perempuan adalah 39% . Hal ini menjelaskan bahwa laki-laki lebih banyak mengkonsumsi fish nugget komersil jika dibandingkan perempuan. Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen laki-laki lebih banyak membeli produk fish nugget komersil tersebut dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini karena laki-laki kebanyakan lebih peduli akan kesehatan untuk menunjang pekerjaannya yang membutuhkan banyak energi. Tidak hanya para laki-laki, perempuan juga sebenarnya sadar akan pentingnya kesehatan (Irawan 2003). Namun, ketika melakukan penelitian ini, laki-laki yang menjawab kuesioner paling banyak dari 100 responden.
4.2.2 Status pernikahan Karakteristik konsumen fish nugget
komersil
berdasarkan status
pernikahan, ternyata konsumen yang sudah menikah dengan konsumen yang belum menikah memiliki prosentase yang sama yaitu 50% . Karakteristik
27
konsumen fish nugget komersil berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Karakteristik konsumen berdasarkan status pernikahan
Dari 100 responden yang menjawab kuesioner, terdapat perbandingan yang sama yaitu 50 responden menjawab sudah menikah dan 50 responden juga menjawab belum menikah. Hal ini tidak mempengaruhi terhadap keputusan pembelian, hanya untuk screening mengenai status pernikahan responden saja. Tujuannya hanya untuk mengumpulkan data dari semua responden apakah mereka sudah berkeluarga atau belum. Biasanya orang yang telah berkeluarga dan memiliki anak, maka mereka akan memberikan asupan makanan yang bergizi untuk anak mereka. Orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anak mereka dalam perkembangannya, baik dalam pertumbahan badannya dan juga perkembangan kecerdasan otak (Simamora 2004).
4.2.3 Pendidikan terakhir Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dan yang paling banyak respondennya adalah konsumen yang berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi mulai dari Strata 1 hingga Strata 3 yaitu sebesar 47% . Kemudian disusul oleh konsumen dengan pendidikan terakhir diploma sebesar 26% . Setelah diploma kemudian konsumen dengan pendidikan terakhir SLTA dengan nilai 25% . Terakhir adalah konsumen dengan pendidikan SLTP sebesar 2% . Berikut ini adalah gambar karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar 3.
28
Gambar 3 Karakteritik konsumen berdasarkan pendidikan terakhir
Status pendidikan dari 100 orang responden sebagian besar menjawab bahwa mereka memiliki pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi, mulai dari Strata satu hingga Strata tiga. Screening ini dapat menentukan faktor keputusan pembelian, apabila hasil dari nilai p-value nya lebih kecil daripada nilai alpha. Pada umumnya, orang yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mempedulikan kesehatan diri mereka sendiri. Karena mereka paham akan pentingnya makanan yang sehat untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu, dengan mengkonsumsi makanan sehat dapat membantu memaksimalkan kerja otak, sehingga pekerjaan mereka dapat dikerjakan dengan baik. Sebagian besar masyarakat modern saat ini sudah menerapkan pola makan sehat, seperti gemar makan ikan. Tidak hanya dalam bentuk nugget, sudah banyak hasil diversifikasi dari olahan ikan (Nugroho 2003).
4.2.4 Pendapatan perbulan Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendapatan ratarata perbulan yang paling besar prosentasenya adalah responden dengan pendapatan rata-rata perbulan dengan range Rp. 2.000.000 hingga Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 38% . Diurutan kedua adalah pendapatan rata-rata perbulan di atas Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 29%. Kemudian disusul oleh pendapatan rata-rata perbulan dengan range Rp. 500.001 hingga Rp. 2.000.000 . Terakhir adalah pendapatan rata-rata perbulan kurang dari Rp. 500.000 yaitu sebesar 10 %. Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan rata-rata perbulan yang dapat dilihat pada Gambar 4.
29
Gambar 4 Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan perbulan
Mayoritas responden, yaitu sebesar 38 orang mereka memiliki pendapatan perbulan rata-rata 2.000.000 hingga 5.000.000 rupiah. Dan sebanyak 29 orang menjawab mereka memiliki pendapatan perbulan yaitu di atas 5.000.000 rupiah. Hal ini akan sangat mempengaruhi faktor keputusan pembelian. Jika nilai p-value nya lebih kecil daripada nilai alpha. Hasilnya dapat dilihat pada pembahasan selanjutnya mengenai analisis korelasi variabel. Orang yang mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi, maka perilakunya cenderung akan memanjakan dirinya. Banyak dari mereka cenderung lebih memilih produk yang kaya nutrisi walaupun harganya lebih mahal. Perilaku konsumen seperti ini sudah banyak dilakukan dewasa ini, seperti mengkonsumsi nugget berbahan dasar ikan (Rangkuti 2008).
4.2.5 Pekerjaan Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pekerjaan responden yang paling besar adalah responden dengan pekerjaan pegawai swasta yaitu sebesar 31% . Yang kedua adalah responden dengan pekerjaan lainnya saitu sebesar 24% . Lainnya di sini adalah pekerjaan yang berupa dokter, psikiater, ibu rumah tangga, pensiunan dan sebagainya. Kemudian disusul oleh responden dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebesar 17%. Responden dengan pekerjaan mahasiswa dan pelajar serta responden dengan pekerjaan pegawai negeri memiliki prosentase yang sama yakni 14%. Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 5.
30
Gambar 5 Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan
Untuk pekerjaan, screening ini tidak langsung mempengaruhi terhadap faktor keputusan pembelian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana responden memiliki pekerjaan yang dapat menentukan pendapatan perbulannya. Cara pandang seseorang terhadap mengkonsumsi barang dan jasa dapat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dimiliki orang tersebut (Irawan 2003).
4.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian terjadi apabila seseorang merasakan membutuhkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam proses tersebut terdapat langkah-langkah yang umumnya dilakukan seseorang jika ingin memutuskan membeli yang diinginkannya. Proses keputusan pembelian ini meliputi lima tahap, antara lain : (a) pengenalan kebutuhan, (b) pencarian informasi, (c) evaluasi alternatif, (d) keputusan pembelian dan terakhir (e) pasca pembelian. Data mengenai proses pengambilan keputusan diperoleh dari konsumen yang melakukan pembelian fish nugget komersil.
4.3.1 Pengenalan kebutuhan Kebutuhan terhadap sesuatu muncul ketika terjadinya gap antara keadaan yang diinginkan dan keadaan sekarang. Gap inilah yang menyebabkan ketegangan dan mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk menguranginya. Kebutuhan yang ada tidak secara otomatis menimbulkan tindakan. Faktor-faktor tingkat kepentingan, motivasi, manfaat dan tujuan seseorang akan mempengaruhi
31
tindakan tersebut. Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan produk fish nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat motivasi utama pembelian dan manfaat yang ingin didapat. Motivasi utama konsumen terhadap pembelian dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6 Motivasi utama konsumen membeli fish nugget
Berdasarkan hasil penelitian, motivasi utama konsumen dalam membeli fish nugget komersil adalah kesehatan karena gizinya yang baik, yaitu sebesar 39% . Untuk motivasi kedua yang banyak dimiliki konsumen adalah lauk pauk sebagai alternatif pengganti lauk yaitu sebesar 27% . Motivasi ketiga dari responden yang menjawab karena sekedar ingin mencoba yaitu sebesar 21%. Dan alasan terakhir adalah karena pengaruh dari teman yaitu sebesar 12% . Sehingga dapat dilihat bahwa produk fish nugget komersil banyak dikonsumsi karena gizinya yang baik. Dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab kuesioner telah sadar dan peduli akan kesehatan mereka. Selain itu, yang menjawab lauk pauk juga merupakan responden yang peduli akan kesehatan. Mereka terbukti menjadikan fish nugget sebagai pangan alternatif yang bergizi, menggantikan nugget yang berbahan dasar ayam atau sosis berbahan dasar daging sapi yang memiliki kandungan gizi lebih sedikit. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, maka perilakunya akan memilih barang atau jasa yang mengutamakan kesehatan bagi dirinya. Kesadaran akan pentingnya makanan yang sehat telah menjadi gaya hidup yang berkembang dengan pesat hingga saat ini. (Santoso dan Fandy 2006).
32
Gambar 7 Manfaat yang ingin didapat dari konsumen fish nugget
Hasil penelitian mengenai manfaat yang dicari oleh konsumen dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil ditunjukkan pada Gambar 7. Sebanyak 46% konsumen mengkonsumsi fish nugget komersil berpendapat bahwa produk fish nugget komersil ini memiliki gizi yang lebih baik daripada nugget ayam. Manfaat lain yang diinginkan oleh konsumen adalah sebagai lauk pauk atau makanan alternatif pengganti lauk yang biasanya dikonsumsi secara luas yaitu sebesar 33% . Manfaat ketiga yakni sebesar 13% yang diinginkan konsumen adalah sebagai camilan atau kudapan. Manfaat terakhir yang diharapkan dari para konsumen adalah sekedar ingin mencoba produk fish nugget komersil tersebut yaitu sebesar 8% , sehingga dapat disimpulkan konsumen mencari produk fish nugget komersil tersebut dengan tujuan mencari gizinya yang baik, karena menurut mereka produk fish nugget komersil memiliki gizi yang lebih baik daripada nugget ayam. Konsumen yang mempu secara finansial akan lebih memilih produk yang menyehatkan, walaupun harganya cenderung lebih mahal (Rangkuti 2008).
4.3.2 Pencarian informasi Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah pencarian informasi terhadap produk tersebut. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika seseorang merasa bahwa kebutuhannya dapat dipenuhi dengan cara membeli atau
33
mengkonsumsi produk tertentu. Proses pencarian informasi dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Pada tahap ini, konsumen mengharapkan akan mendapatkan pengetahuan tentang produk secara lengkap sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat pula. Tahap pencarian informasi produk fish nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat sumber informasi produk, media yang mempengaruhi dan pengaruh iklan terhadap tindakan pembelian. Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil penelitian sumber informasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Sumber informasi konsumen terhadap produk fish nugget
Mayoritas konsumen memperoleh informasi tentang produk fish nugget komersil melalui teman atau sahabat mereka, yaitu sebesar 40% . Konsumen dengan sumber informasi dari keluarga dan media massa (TV, radio, koran) memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 28% . Sumber informasi dari internet dari seluruh konsumen adalah sebesar 4% . Ini menunjukkan bahwa teman atau sahabat merupakan sumber informasi terbesar konsumen dalam mencari informasi produk fish nugget komersil. Konsumen biasanya akan lebih mempercayai orangorang terdekatnya dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Daripada iklan-iklan yang terdapat di media massa. Orang-orang terdekat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mencari dan mengkonsumsi sebuah produk. Salah satu komunikasi yang sangat ampuh dalam memasarkan produk adalah dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Produsen yang sadar akan pentingnya komunikasi dari mulut ke mulut dapat menciptakan peluang yaitu konsumen tetap yang selalu membeli produk mereka (Santoso dan Fandy 2006).
34
Gambar 9 Media yang paling mempengaruhi pembelian fish nugget
Gambar 9 di atas menunjukkan hasil penelitian mengenai media yang paling mempengaruhi dalam pembelian produk fish nugget komersil. Dapat dilihat bahwa media yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian konsumsi fish nugget komersil adalah teman atau sahabat yaitu sebesar 35% . Media selanjutnya yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian fish nugget komersil adalah keluarga yaitu 34%. Media ketiga yang mempengaruhi pembelian fish nugget komersil konsumen adalah media massa (TV, radio, koran) yaitu sebesar 28% . Media yang paling sedikit mempengaruhi konsumen dalam pembelian fish nugget komersil adalah internet yaitu sebesar 3% . Hal ini menunjukkan teman dan sahabat merupakan media yang paling mempengaruhi dalam pembelian fish nugget komersil. Teman dan sahabat menjadi sumber informasi utama dan juga media yang paling mempengaruhi dalam pembelian fish nugget komersil. Kedua variabel ini mempunyai hasil yang sama dimana orangorang terdekat akan mempengaruhi satu dengan yang lainnya dengan cara memberikan informasi sebuah produk yang disukainya. Komunikasi dari mulut ke mulut adalah salah satu langkah jitu dalam memasarkan sebuah produk, karena mempunyai sifat kepercayaan yang tinggi. Komunikasi dari mulut ke mulut juga memiliki kelebihan lain, yaitu akan mempengaruhi konsumen lain dari yang belum mengetahui tentang produk tersebut menjadi tahu karena pengaruh yang diberikan. Konsumen setia biasanya akan mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk yang menjadi kesukaannya. Pendekatan seperti ini harus disadari betul oleh para produsen untuk menjadi produsen dengan nama besar dan konsumen yang banyak (Simamora 2004).
35
Gambar 10 Pengaruh iklan terhadap pembelian fish nugget
Gambar 10 di atas menunjukkan pengaruh iklan yang ada di media massa terhadap pembelin fish nugget komersil. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 73% konsumen fish nugget komersil terpengaruh oleh iklan terhadap pembelian, sisanya sebesar 23% konsumen fish nugget komersil merasa tidak terpengaruh terhadap iklan fish nugget komersil yang ada. Ini menunjukkan bahwa iklan pada sebuah produk sangat berpengaruh terhadap pembelian suatu produk tersebut. Demikian pula dengan produk fish nugget komersil yang sebagian besar konsumen menyatakan iklan sangat berpengaruh terhadap pembelian. Iklan yang menarik akan mempengaruhi konsumen dalam pembelian, terutama pembelian untuk pertama kalinya. Iklan yang menarik akan membuat rasa ingin tahu konsumen menjadi sangat tinggi, dan itu dapat menyebabkan terjadinya pembelian. Iklan yang menarik merupakan media yang paling ampuh untuk mendapatkan banyak konsumen, baik iklan media cetak ataupun media massa seperti radio dan televisi (Nugroho 2003)
4.3.3 Evaluasi alternatif Proses evaluasi alternatif terjadi ketika konsumen sudah memiliki cukup banyak informasi mengenai suatu produk. Evaluasi alternatif dimulai dengan pembentukan dan perubahan dalam kepercayaan mengenai produk dan atributnya yang kemudian diikuti dengan peralihan dalam sikap terhadap tindakan pembelian. Konsumen akan menetapkan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk membandingkan produk yang ada. Gambar 11 menunjukkan kriteria yang pertama kali konsumen pertimbangkan dalam pembelian produk fish nugget komersil.
36
Gambar 11 Pertimbangan awal konsumen terhadap pembelian
Pada gambar di atas terlihat sebanyak 45% konsumen menyatakan bahwa gizi dari produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan awal dalam membeli produk ini. Kemudian sebanyak 40% konsumen menyatakan bahwa rasa dari produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan kedua tertinggi setelah gizinya. Lalu pertimbangan yang selanjutnya adalah dari segi harganya yaitu sebanyak 13% dari total keseluruhan konsumen. Hanya 2% saja yang menjawab kemasan menarik adalah pertimbangan awal konsumen dalam membeli produk fish nugget komersil tersebut. Konsumen terkadang mempertimbangkan berbagai aspek sebelum melakukan pembelian agar tidak merasa dirugikan, contohnya seperti aspek mutu atau kualitas. Perlu bagi mereka untuk mengetahui hal-hal yang mereka anggap penting. Sebagian besar konsumen akan mempertimbangkan aspek harga sebelum membeli barang atau jasa. Aspek kesehatan juga sangat penting bagi konsumen-konsumen yang tidak mempertimbangkan aspek harga dari barang atau jasa tersebut (Rangkuti 2008)
4.3.4 Keputusan pembelian Tahap berikutnya dalam proses keputusan pembelian adalah pembelian atau proses pembeliannya itu sendiri. Setelah konsumen memiliki berbagai alternatif mengenai produk yang dibutuhkannya maka keputusan pembelian dapat dilakukan. Pada proses keputusan pembelian, konsumen mengambil keputusan mengenai cara pembelian produknya, frekuensi pembelian dan apakah konsumen tersebut puas dengan produk yang dibelinya. Pengambilan keputusan pembelian untuk cara pembelian produk fish nugget komersil ditunjukkan pada Gambar 12.
37
Gambar 12 Cara memutuskan pembelian produk fish nugget
Pada gambar di atas terlihat bahwa sebanyak 31% konsumen melakukan pembelian produk fish nugget komersil secara mendadak, artinya niat membeli produk tersebut muncul ketika melihat produk itu terdapat di supermarket atau outlet-outlet yang menjualnya. Kemudian sebanyak 26% konsumen melakukan pembelian produk fish nugget komersil secara terencana, artinya konsumen melakukan pembelian yang sudah direncanakan sebelumnya. Lalu sebanyak 24% konsumen melakukan pembelian produk fish nugget komersil melihat situasi terlebih dahulu atau tergantung situasi, artinya konsumen ingin membeli produk tersebut namun ada beberapa pertimbangan yang harus konsumen pikirkan dahulu sebelum membeli. Dan sebanyak 19% konsumen membeli produk fish nugget komersil hanya sesekali saja. Konsumen yang puas terhadap suatu barang dan jasa, maka perilakunya adalah dia tidak akan ragu untuk membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa tersebut dikemudian hari (Rangkuti 2008).
4.3.5 Pasca pembelian Evaluasi alternatif tidak hanya terjadi sebelum pembelian, tetapi akan tetap berlaku setelah terjadinya proses pembelian. Pemakaian produk memberikan informasi baru mengenai produk yang akan dibandingkan dengan kepercayaan dan sikap yang ada. Konsumen akan mengevaluasi hasil yang diperoleh apakah sesuai atau tidak dengan harapan mereka. Kepuasan atau ketidakpuasan adalah hasil dari tahap pasca pembelian. Perilaku pasca pembelian juga dapat dilihat ketika konsumen dihadapkan pada situasi jika harga dari suatu produk tersebut
38
mengalami kenaikan dan jika ketersediaan produk tersebut tidak ada. Gambar 13 menunjukkan tingkat kepuasan konsumen pada produk fish nugget komersil.
Gambar 13 Kepuasan konsumen terhadap produk
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 100 konsumen produk fish nugget komersil, sebanyak 100% menyatakan puas terhadap produk tersebut. Tidak satupun konsumen yang menyatakan tidak puas terhadap produk tersebut. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa konsumen merasa puas setelah proses pembelian yang mereka lakukan. Kepuasan yang dirasakan konsumen diharapkan akan membentuk sikap positif terhadap produk fish nugget komersil dan memberikan dorongan untuk melakukan pembelian yang berkelanjutan. Untuk konsumen yang merasa kurang ataupun tidak puas, kemungkinan terbesar adalah dia tidak akan membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa tersebut berkelanjutan. Namun, puas atau tidak puasnya kosumen terhadap suatu barang dan jasa biasanya ditentukan oleh selera atau kesukaan pribadi konsumen tersebut. Tentunya, tiap masing-masing konsumen mempunyai selera yang berbedabedapula. Produsen haruslah membuat produk yang bisa dikonsumsi untuk para konsumen dari berbagai kalangan (Nugroho 2003). Permintaan pasar yang tinggi adalah sasaran utama dari para produsen untuk berlomba-lomba menciptakan produk terbaik yang dapat diberikan kepada para konsumen. Penting bagi para produsen untuk menciptakan dan menjaga mutu yang baik dari produknya agar konsumen selalu membeli produk mereka dan tidak berpaling kepada produk lain. Kepuasan dari suatu konsumen akan mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk tersebut, karena kepuasan adalah yang dicari oleh setiap konsumen (Tjiptono 2008).
39
Gambar 14 Respon konsumen terhadap kenaikan harga
Gambar 14 menunjukkan data mengenai tindakan yang akan diambil konsumen jika harga produk fish nugget komersil mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil penelitian, konsumen yang menjawab tetap membeli dengan tetap membeli namun jarang dalam pembelian mempunyai prosentase yang sama yakni 34% , artinya konsumen tesebut mayoritas masih tetap membeli. Lalu sebanyak 24% konsumen menyatakan tidak jadi membeli jika harga produk fish nugget komersil tersebut naik. Hanya 8% saja yang menjawab mencari produk lain yang lebih murah. Kenaikan harga suatu barang dan jasa akan sangat mempengaruhi konsumen terhadap pembelian. Kenaikan harga tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Sebagian besar alasan mengapa harga dapat naik karena produsen mengalami kenaikan bahan baku produksi. Hal ini juga dapat menyebabkan konsumen menjadi berpaling dari produk tersebut. Apalagi jika terdapat penurunan mutu, tetapi tidak semua konsumen akan berpaling dari produk tersebut. Pengaruh kepuasan terhadap produk tersebutlah yang menyebabkan konsumen tersebut tetap bertahan (Tjiptono 2008). Kenaikan harga produk yang disertai penurunan mutu biasanya akan membuat pelanggan tidak akan mengkonsumsi produk itu kembali dikemudian hari. Hal tersebut akan menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Itulah sebabnya konsumen akan mencari produk lain yang mempunyai mutu atau kualitas lebih baik. (Simamora 2004).
40
Gambar 15 Respon konsumen jika produk tidak tersedia
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 15 sebanyak 35% konsumen menyatakan tidak jadi membeli produk fish nugget komersil tersebut. Lalu sebanyak 26% konsumen akan mencari outlet lain yang menyediakan produk fish nugget komersil. kemudian sebanyak 20% akan tetap menunggu sampai stok produk fish nugget komersil tersedia kembali. Dan sisanya sebanyak 19% konsumen menjawab akan mencari produk lain yang menyediakan produk fish nugget komersil dengan merek lain. Barang dan jasa yang jarang atau tidak tersedia di pasaran dapat mempengaruhi konsumen terhadap pembelian. Biasanya pelanggan tetap atau yang biasa membeli barang atau jasa tersebut akan mempunyai waktu khusus dalam pembelian. Ketidaktersediaan barang atau jasa tersebut secara terus menerus, akan menyebabkan kepercayaan pelanggan tetap tersebut menurun. Produsen hendaknya menjaga kestabilan jumlah produknya di pasaran (Santoso dan Fandy 2006). Pada masa-masa tertentu seperti hari raya dan libur panjang, sering terjadi pasokan yang tidak stabil di pasar. Banyak wilayah yang terjadi penumpukan, sementara di wilayah lain banyak yang kekurangan. Hal ini membuat konsumen kesulitan dalam mencari produk yang diinginkan. Kestabilan jumlah produk sangat penting dilakukan oleh produsen agar konsumen tidak tergoda untuk memilih produk lain. Banyak dari produsen yang ketika produknya laris di pasaran lalu meningkatkan jumlah produksi tetapi terjadi penurunan mutu. Tentunya hal ini tidak diharapkan oleh para konsumen (Tjiptono 2008).
41
4.4 Analisis Korelasi yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Fish Nugget Untuk mengetahui hubungan atau korelasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dapat
menggunakan uji
Spearman
Correlation. Menurut Kotler (1997), analisis Spearman Correlation digunakan ketika terdapat dua variabel pengukuran (dalam hal ini adalah variabel x dan y) dan satu variabel nominal yang disembunyikan. Uji ini merupakan uji alternatif non-parametrik, dan digunakan ketika data tidak menemukan asumsi terhadap normalitas atau sebuah hubungan yang membentuk garis lurus. Pada penelitian ini jumlah variabel yang akan dianalisis sebanyak 15 variabel dan termasuk di dalamnya terdapat atribut-atribut produk fish nugget komersil tersebut. Variabel yang akan dianalisis antara lain usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan perbulan, pekerjaan, motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget, manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi fish nugget komersil, sumber informasi pertama mengenai produk, media yang paling mempengaruhi produk fish nugget komersil, fokus atau pertimbangan awal konsumen, pengaruh iklan terhadap pembelian, cara dalam memutuskan pembelian produk, keputusan jika harga naik dan terakhir adalah keputusan ketika produk fish nugget komersil tersebut tidak tersedia. Variabel yang diuji merupakan pertanyaan-pertanyaan dari instrumen kuesioner. Variabel yang diuji adalah pertanyaan dengan kode P3 hingga P19. Namun terdapat pertanyaan yang tidak masuk dalam kriteria ini, yaitu pertanyaan kepuasan terhadap produk fish nugget dengan kode P17. Pertanyaan ini tidak masuk kriteria dalam analisis spearman rank correlation karena memiliki nilai 100% . Nilai tersebut tidak dapat dihitung karena tidak terdapat nilai pembandingnya yang lain. Tabel 3 menunjukkan ringkasan nilai p-value atau p-hitung yang dimiliki setiap variabel yang diteliti. Nilai p-value atau p-hitung dari variabel yang diteliti merupakan nilai korelasi dari Uji Spearman Correlation. Hasil perhitungan nilai p-value atau p-hitung yang ditunjukkan dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut ini adalah Tabel 3 dapat dilihat di bawah ini:
42
Tabel 3. Variabel dan Nilai p-value serta pengaruhnya No
Variabel
Nilai pvalue
Pengaruh
1
Usia
0,55
Tidak Signifikan
2
Jenis kelamin
0,15
Tidak Signifikan
3
Status pernikahan
0,65
Tidak Signifikan
4
Pendidikan terakhir
0,29
Tidak Signifikan
5
Pendapatan rata-rata perbulan
0,06
Signifikan
6
Pekerjaan
0,15
Tidak Signifikan
7
Motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget
0,03
Signifikan
8
Manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi
0,08
Signifikan
9
Sumber informasi pertama mengenai produk
0,5
Tidak Signifikan
10
Media yang paling mempengaruhi produk
0,52
Tidak Signifikan
11
Fokus atau pertimbangan awal konsumen
0,14
Tidak Signifikan
12
Pengaruh iklan terhadap pembelian
0,04
Signifikan
13
Cara dalam memutuskan pembelian produk
0,12
Tidak Signifikan
14
Keputusan jika harga naik
0,08
Signifikan
15
Keputusan ketika produk tidak tersedia
0,4
Tidak Signifikan
Berdasarkan Tabel 3 di atas, terdapat 10 variabel dengan nilai p-value atau p-hitung yang lebih besar dari nilai alpha (α). Interpretasi dari variabel dengan nilai p-value atau p-hitung yang lebih besar dari nilai alpha (α) adalah variabel tersebut tidak mempunyai korelasi dan tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Hanya terdapat lima variabel yang memiliki nilai p-value atau p-hitung di bawah atau kurang dari nilai alpha (α) 0,1. Kelima variabel tersebut adalah pendapatan rata-rata perbulan, motivasi dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil, manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil tersebut, pengaruh iklan terhadap pembelian produk fish nugget komersil, dan terakhir keputusan konsumen jika harga produk fish nugget komersil naik.
43
Variabel pendapatan perbulan memiliki nilai p-value sebesar 0,06, sehingga memiliki interpretasi bahwa pendapatan perbulan mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget memiliki nilai p-value sebesar 0,03. Motivasi konsumen dalam mengkonsumsi produk komersil fish nugget mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi fish nugget komersil memiliki nilai p-value sebesar 0,08. Manfaat yang dicari konsumen dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel pengaruh iklan terhadap pembelian fish nugget memiliki nilai p-value sebesar 0,04. Interpretasinya adalah bahwa pengaruh iklan terhadap pembelian mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel keputusan jika harga naik memiliki nilai p-value sebesar 0,08, sehingga memiliki interpretasi keputusan atau respon konsumen jika harga produk fish nugget komersil tersebut naik mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
4.5 Perbandingan Dengan Produk Lain Produk fish nugget komersil merupakan produk fish nugget yang telah dikenal secara luas dan memang produk yang sudah terdapat di pasaran, baik pasar tradisional maupun pasar modern. Produk fish nugget komersil dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun di supermarket. Produk fish nugget komersil memiliki segmentasi pasar yang luas, namun produk ini lebih difokuskan kepada masyarakat dengan tingkat penghasilan di atas UMR, sehingga produk ini dapat dengan mudah ditemukan di supermarket seperti Carrefour, Giant dan Hypermart. Sementara produk fish nugget yang akan menjadi pembanding adalah produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Produk ini merupakan hasil produksi dari Mas Rizky yang bekerja pada Unit Produksi Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fish nugget ini diproduksi dengan menggunakan bahan dasar ikan lele (Clarias sp.).
44
Terdapat empat atribut yang akan dibandingkan antara produk fish nugget komersil dengan produk fish nugget buatan Departemen Teknologi Hasil Perairan yaitu, rasa, warna, tekstur dan aroma. Sebenarnya atribut yang akan diuji dapat lebih banyak daripada keempat atribut tersebut, namun fokus perhatian dari para konsumen dan penilaian utama yang akan dinilai adalah atribut rasa, warna, tekstur dan aromanya saja. Penilaian yang dinilai berdasarkan rating atau tingkat kepentingan produk tersebut. Rating tertinggi diberikan nilai 5 yaitu jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban sangat penting. Rating kedua diberikan nilai 4 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban cukup penting. Rating ketiga diberikan nilai 3 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban biasa saja. Rating keempat diberikan nilai 2 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban tidak terlau penting. Rating terakhir diberikan nilai 1 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban sangat tidak penting.
4.5.1 Perbandingan atribut rasa Atribut pertama yang dinilai konsumen adalah rasanya. Rasa merupakan hal pertama yang biasanya menjadi fokus perhatian dari sebuah produk oleh pasar konsumen. Atribut rasa produk fish nugget komersil yang dinilai oleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Atribut rasa produk fish nugget komersil
Gambar 16 memperlihatkan sebanyak 52% konsumen menjawab sangat enak. Kemudian sebanyak 42% konsumen menjawab cukup enak. Hanya 6% saja yang menjawab biasa saja. Secara keseluruhan rasa dari fish nugget komersil dinilai sangat enak oleh konsumen. Selanjutnya produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat pada Gambar 17.
45
Gambar 17 Atribut rasa produk fish nugget THP
Gambar 17 menunjukkan sebanyak 44% konsumen menjawab cukup enak. Lalu sebanyak 38% konsumen menjawab sangat enak. Sedangkan sisanya sebanyak 18% menjawab biasa saja.
4.5.2 Perbandingan atribut warna Atribut selanjutnya yang akan dibandingkan adalah atribut wana. Warna yang menarik pada sebuah produk akan memberikan interpretasi yang baik bagi para konsumen. Atribut warna produk fish nugget komersil yang dinilai oleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Atribut warna produk fish nugget komersil
Gambar 18 menunjukkan sebanyak 32% konsumen menjawab warna dari produk fish nugget komersil sangat menarik, dan 47% konsumen menjawab warnanya cukup menarik. Sedangkan 21% konsumen menjawab biasa saja. Hasil uji produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat pada Gambar 19.
46
Gambar 19 Atribut warna produk fish nugget THP
Dari Gambar 19 di atas, hasil penelitian menunjukkan sebanyak 17% konsumen menjawab warna dari produk fish nugget Departemen THP sangat menarik, dan sebanyak 60% konsumen menjawab cukup menarik. Sedangkan 17% konsumen menjawab biasa saja, dan sisanya 2% konsumen yang menjawab warna dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan dengan jawaban tidak terlalu menarik.
4.5.3 Perbandingan atribut tekstur Atribut ketiga yang dinilai adalah tekstur kedua produk tersebut. Atribut tekstur produk fish nugget komersil yang dinilai langsung oleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Atribut tekstur produk fish nugget komersil
Gambar 20 menunjukkan sebanyak 35% konsumen menjawab tekstur dari produk fish nugget komersil sangat kompak, dan sebanyak 50% konsumen menjawab cukup kompak, serta sisanya sebanyak 15% konsumen yang menjawab
47
bahwa tekstur dari produk fish nugget komersil biasa saja. Produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan yang diteliti memperlihatkan hasil seperti yang tercantum pada Gambar 21.
Gambar 21 Atribut tekstur produk fish nugget THP
Data menunjukkan bahwa sebanyak 20% konsumen menjawab dengan jawaban sangat kompak, dan sebagian besar konsumen, yaitu sebanyak 51% , menjawab cukup kompak. Konsumen yang menilai biasa saja sebanyak 29% .
4.5.4 Perbandingan atribut aroma Atribut terakhir yang dinilai adalah atribut aroma masing-masing produk tersebut. Hasil penilaian atribut aroma yang dinilai langsung oleh para responden pada produk fish nugget komersil dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Atribut aroma produk fish nugget komersil
Gambar 22 menunjukkan sebanyak 51% konsumen menjawab aroma dari produk fish nugget komersil ini sangat harum, kemudian sebanyak 39% konsumen
48
menjawab cukup harum, dan hanya 10% konsumen yang menjawab biasa saja. Sebagai pembanding adalah fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23 Atribut aroma produk fish nugget THP
Gambar 23 menunjukkan hasil penelitian dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan, hanya 19% konsumen yang menjawab sangat harum, dan sebanyak 61% menjawab bahwa aroma dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan itu cukup harum. Konsumen yang menilai biasa saja sebanyak 20% .
4.6 Uji Non-Parametrik untuk Membandingkan Kedua Produk Uji statistik non-parametrik, memberikan hasil yang relatif lebih rendah dibanding dengan uji parametrik. Untuk meningkatkan kebaikan hasil ujinya, ukuran sampel harus diperbesar. Akan tetapi bagaimanapun juga uji nonparametrik sangatlah mudah dimengerti dan relatif lebih sederhana dibandingkan dengan uji parametrik. Menurut Daniel (1990), uji non-parametrik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu : 1) Uji sebuah sampel yang dibandingkan dengan menggunakan suatu distribusi tertentu, misalnya chi-kuadrat, binominal, normal dan distribusi lainnya. 2) Uji untuk dua grup independen (bebas) atau lebih. Perbandingan pemusatan dari dua buah distribusi yang diasumsikan mempunyai bentuk yang sama. Analisis Mann-Whitney digunakan untuk uji dua sampel independen. 3) Uji variabel berpasangan (paired) atau berhubungan (related) yang dipergunakan untuk membandingkan dua variabel untuk masing-masing
49
subjek. Biasanya digunakan uji Wilcoxon yang merupakan versi nonparametrik uji-T berpasangan atau dependen.
Pada penelitian ini terdapat empat atribut yang dianalisis dari masingmasing produk fish nugget yaitu atribut rasa, warna, tekstur dan aroma. Sebenarnya dapat ditambahkan dengan atribut-atribut yang lain agar analisisnya lebih baik, tetapi atribut yang biasanya menjadi fokus paling utama oleh para konsumen adalah keempat atribut tersebut. Perbedaan rasa pasti akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Rasa yang lebih enak dari dua produk pastinya yang akan lebih dipilih oleh seorang konsumen. Pertimbangan rasa dari sebuah produk akan menjadi tolak ukur utama bagi para konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Lalu warna yang menarik dari sebuah produk pasti akan menjadi pertimbangan dari seorang konsumen. Rasa yang enak namun memiliki warna atau kenampakan yang tidak menarik tentunya tidak akan menjadi prioritas, sehingga warna yang baik akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kemudian tekstur dari produk fish nugget yang baik adalah produk yang memiliki tekstur tidak terlalu keras (alot) dan tidak terlalu lembek. Tekstur sebuah produk juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian dari seorang konsumen. Terakhir yang menjadi pertimbangan konsumen adalah aroma sebuah produk. Aroma berkaitan erat dengan ekspektasi seseorang, maksudnya adalah jika aroma yang menggugah selera tentu akan memiliki harapan bahwa produk tersebut enak rasanya. Keempat atribut ini sangat berkaitan erat dengan penginderaan seseorang terhadap sebuah produk. Tentunya setiap
konsumen
sangat
berharap
produk
yang
dikonsumsinya
tidak
mengecewakan dari keempat atribut tersebut. Kepuasaan terhadap suatu produk akan menentukan keputusan pembelian di kemudian hari. Untuk memudahkan pencarian nilai p-value, maka semua hasil scoring dijumlahkan dan kemudian dicari nilai mean atau rataannya. Nilai mean didapat dengan menjumlahkan semua hasil scoring yang telah dinilai oleh para konsumen lalu dibagi dengan jumlah data yang digunakan. Jumlah data dari masing-masing produk berjumlah 100. Total dari kedua produk fish nugget yang diuji yaitu 200 data. Tabel 4 yang menunjukkan nilai mean dari masing-masing produk.
50
Tabel 4 Nilai mean atau rataan dari masing-masing produk Atribut
Komersil
THP
Rasa
4,460
4,200
Warna
4,410
3,920
Tekstur
4,200
3,910
Aroma
4,410
3,990
Setelah nilai mean didapatkan maka nilai asymtot sigma (2-tailed) dari masing-masing atribut dapat dicari. Selang kepercayaan yang digunakan adalah 90% atau alpha 0,1 dan H0 ditolak jika nilai asymtot sigma (2-tailed) lebih kecil dari nilai alpha. Selajutnya H1 diterima jika nilai asymtot sigma (2-tailed) lebih kecil dari nilai alpha. Kemudian dapat dilihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan nyata antara fish nugget komersil dengan fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, sehingga akan memberikan interpretasi bahwa produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan. Tabel 5 menunjukkan nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruh produk fish nugget komersil terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
Tabel 5 Atribut, nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruhnya Atribut
Asymp.Sig. (2-tailed)
Pengaruh
Rasa
0,011
Signifikan
Warna
0,066
Signifikan
Tekstur
0,004
Signifikan
Aroma
0,000
Signifikan
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa semua atribut yang ada menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai alpha 0,1. Pada atribut rasa, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,011, sehingga memiliki interpretasi, atribut rasa produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
51
Pada atribut warna, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,066, sehingga memiliki interpretasi, atribut warna produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Pada atribut tekstur, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,004, sehingga memiliki interpretasi, atribut tekstur produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Pada atribut aroma, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,000, sehingga memiliki interpretasi, atribut tekstur produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan (dapat dilihat pada Lampiran 6). Nilai mean atau rataan dari produk fish nugget komersil lebih tinggi dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan pada keseluruhan atribut. Produk fish nugget komersil lebih diminati oleh para konsumen, jika dibandingkan dengan produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan. Dari kelima variabel yang memberikan pengaruh berbeda nyata dan hasil signifikan terhadap pembelian fish nugget komersil, yaitu pendapatan rata-rata perbulan, motivasi utama dalam pembelian fish nugget komersil, manfaat yang ingin didapat dalam mengkonsumsi fish nugget komersil, pengaruh iklan terhadap pembelian dan keputusan jika harga naik maka dapat dilakukan inovasi terhadap produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan jika dikombinasikan dengan keempat atribut untuk mencipatakan produk yang enak dan bisa diterima oleh masyarakat luas. Produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan harus menciptakan rasa yang lebih disukai oleh para konsumen. Bahan baku utama fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan adalah ikan lele. Sebaiknya bahan baku diganti menjadi ikan laut agar rasanya menjadi lebih enak walaupun harga dari produk akan naik. Jika kita melihat motivasi utama dan manfaat yang ingin didapat dari mengkonsumsi fish nugget komersil adalah keutamaan gizinya, maka Produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan juga harus mengutamakan aspek gizi dan kesehatannya. Perlu dilakukan inovasi, yaitu
52
dengan menambahkan sayur-sayuran dalam formulanya, tidak menambahkan pengawet dan juga pewarna. Konsumen dengan pendapatan rata-rata perbulan yang tinggi akan membeli produk yang bergizi baik tanpa memperdulikan harga dari produk tersebut. Inovasi selanjutnya adalah fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan perlu membuat kemasan produk yang menarik dan melakukan promosi, karena pengaruh iklah terhadap pembelian sangat menentukan keputusan pembelian. Departemen Teknologi Hasil Perairan juga harus dapat mengontrol kondisi harga dan ketersediaan produk jika nanti dilepas dipasaran. Kondisi harga yang tidak stabil dan sering mengalami kenaikan akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Ketersediaan produk juga harus dikontrol agar nantinya konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Dengan melihat kelima variabel dan keempat atribut yang dinilai oleh para konsumen fish nugget komersil, bukan tidak mungkin jika produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan akan menjadi competitor pada perdagangan produk nugget berbahan dasar ikan. Saat ini sudah banyak konsumen yang memiliki gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan sehat dalam keseharian mereka. Peluang ini lah yang harus dimanfaatkan bagi Departemen Teknologi Hasil Perairan untuk menciptakan produk yang lebih baik lagi kedepannya. Institut Pertanian Bogor yang memiliki harapan untuk mengabdi kepada masyarakat luas dapat dilakukan oleh Departemen Teknologi Hasil Perairan dengan cara memproduksi dan memasarkan produk-produk unggulannya yang bermutu tinggi dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan.
53
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Mayoritas dari konsumen fish nugget komersil adalah konsumen pria, lalu konsumen dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi, konsumen yang berpendapatan perbulan rata-rata Rp 2.000.000 hingga Rp 5.000.000 dan konsumen dengan pekerjaan pegawai swasta. Keputusan pembelian ditentukan oleh kesadaran terhadap kesehatan dan gizi yang terkandung di dalamnya. Manfaat yang dicari konsumen adalah gizinya yang jauh lebih baik dari nugget ayam. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi utama konsumen adalah dari teman atau sahabat. Iklan produk fish nugget komersil berpengaruh juga terhadap pembelian produk fish nugget komersil. Pada tahap evaluasi, alternatif gizi menjadi fokus atau pertimbangan awal konsumen terhadap pembelian. Pada tahap pembelian, konsumen melalukan pembelian secara mendadak ketika melihat produk tersebut ada. Selanjutnya pada tahap pasca pembelian, konsumen akan lebih senang jika harga produk fish nugget komersil tersebut tidak mengalami kenaikan. Jika produk tidak tersedia, maka konsumen mengambil tidakan untuk tidak jadi membeli. Dari seluruh variabel yang ada, hanya lima variabel yang memiliki korelasi atau hubungan yang jelas terhadap keputusan pembelian yaitu pendapatan perbulan konsumen, motivasi konsumen dalam membeli produk fish nugget komersil, manfaat yang dicari konsumen dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil, pengaruh iklan dalam pembelian dan keputusan yang diambil jika harga naik. Yang terakhir adalah produk fish nugget komersil masih lebih diminati oleh konsumen daripada fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Berdasarkan keempat atribut yang dibandingkan, maka rasa, warna, tekstur dan aroma produk fish nugget komersil lebih baik daripada produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
5.2 Saran Departemen Teknologi Hasil Perairan perlu melakukan inovasi terhadap produk fish nugget yang telah dibuat. Inovasi perlu dilakukan agar dari segi rasa,
54
warna, tekstur dan aromanya bisa lebih baik, serta produk yang bisa memenuhi kebutuhan kesehatan konsumen. Selanjutnya perlu dikembangkan kemasan yang menarik dan promosi yang intensif melalui berbagai cara yang dapar dilakukan, antara lain melalui media massa dan sosial. Dengan begitu produk fish nugget Teknologi Hasil Perairan dapat menjadi produk yang bisa diterima di masyarakat luas dan menguasai pasar.
55
DAFTAR PUSTAKA
Aswar. 1995. Pengolahan fish nugget dari ikan nila merah. [Skripsi]. Jurusan Pengolahan Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Badan Standardisasi Nasional. 1999. Rancangan Standar Nasional Indonesia. RSNI No.90-TAN-1999. Udang Breaded Beku. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Daniel WW. 1990. Applied Non-Parametric Statistics. 2nd edition. PWSKENT Publishing Company : Boston Engel J. Blackwell, Miniard. 1995. Perilaku Konsumen Jilid II. Edisi Keenam. Binarupa Aksara : Jakarta. Fellow PJ. 1992. Food Processing Technology Principle and Practices. Frying. Wood Head. Publishing Limited, England. 331-339. Fennema OR. 1996. Food Chemistry 3rd Edition. Marcel Dekker Inc. : New York. Irawan H. 2003. Indonesian Customer Satisfaction. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta Junaidi. 2000. Tabel R (Koefisien Korelasi Sederhana). Jakarta. http://www.junaidichaniago.wordpress.com [28 November 2011] Kamenetz A. 2006. The Network Unbond. Fast Company, Juni 2006, hal. 69-73 Keller E, Berry J. 2003. The Influentals. New York Press : New York. Kotler P, Armstrong G. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. Prehallinda : Jakarta. Mankins MC. 2005. Turning Great Strategy into Great Performance. Harvard Bussiness Review. 65-72. Mesra. 1994. Chicken Nugget and Shrimp Nugget. Buletin Hero, Mei 1994. Jakarta. Hal. 37-41. Mowen. 1995. Perilaku Konsumen. Pustaka Ilmu : Jakarta. Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen; Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta : Prenada Media. Palungku R, Budiarti A. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Penebar Swadaya : Jakarta Pruden D. Vavra, Terry G. 2004. Controlling Grapevine. Marketing Managenment. Prime Media Reps Brandweek, hal 16-17.
56
Rangkuti F. 2008. Measuring Customer Satisfaction. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Romadhonna H. 2000. Kemampuan pembentukan gel protein ikan mujair (Oreochromis massambicus) dan ikan patin (Pangasius sp.) pada berbagai suhu dan waktu pemanasan. [Skripsi]. Jurusan Pengolahan Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Rismunandar. 1993. Lada, Budidaya dan Tataniaganya. Penebar Swadaya : Jakarta. Rumaniah. 2002. Kajian proses pembuatan fish nugget dari ikan mas (Cyprinus carpio). [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Russel J. 2005 Big Spenders : Top 50 Advertise in Hispanic TV. Print Media : California. Santoso S dan Fandy T. 2006. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Elex Media Komputindo. Sianipar DT. 2003. Pengaruh kombinasi bahan pengikat dan bahan pengisi terhadap sifat fisik, kimia serta palabilitas fish nugget dari ikan tuna (Thunnus obesus) [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Sidiq. 2005. Aplikasi curtain frying sebagai pengganti deep fat frying pada penggorengan nugget champ di PT. Charoen Phokphand Indonesia Chicken Processing Plan. [Skripsi]. Departemen Ilmu Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Simamora B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung. Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia : Jakarta. Swastha, Handoko. 2000. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. BPFE : Yogyakarta. Tjiptono F. 2005. Brand Management Analysis Strategy. Andi Offset : Yogyakarta. Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi : Jakarta. Umar H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT.Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Watanabe FW, Ebine H, Okada M. 1974. New Protein Food Technology. New Protein Food. Japan International Agency : Tokyo.
57
LAMPIRAN
58
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Kuesioner inimerupakan bahan yang digunakanuntukpenelitianmengenai “ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN FISH NUGGET” gunapenyelesaiantugasakhir yang dilakukan:
Nama : Agni Afton Adiyoga NIM : C34060855 DepartemenTeknologiHasilPerairan FakultasPerikanadanIlmuKelautan InstitutPertanian Bogor Penelitianinisangatpentingdalampenyusunanskripsipenulis, makapenulismengharapkankesediaanAndadalamberpartisipasidanmembantupenulisdalam pengisiankuesionerini.Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis semata.Ataspartisipasinya, penulisucapkanterimakasih. Petunjuk : - Beritanda (X) padajawaban yang sesuai dengan pilihan Anda - Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tulislah jawaban Anda pada tempat yang telahdisediakan A. SCREENING (P1)ApakahAndapernahmengkonsumsi nugget? (kode P1) a. Ya (terus) b. Tidak (stop) Terimakasih (P2)ApakahAndapernahmengkonsumsifish nugget? a. Ya (terus) b. Tidak (stop) Terimakasih B. PROFIL RESPONDEN (P3)Nama : (P4)Usia : (P5)JenisKelamin : (P6)Status Pernikahan : a. BelumMenikah b. SudahMenikah (P7)Pendidikanterakhir ( ) SD ( ) Diploma ( ) SLTP ( ) PerguruanTinggi (S1, S2, S3) ( ) SLTA (P8)PendapatanPerbulan ( ) Rp. 0 – Rp.500.000 ( ) Rp 500.001 – Rp. 2.000.000 ( ) Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000 ( ) di atasRp. 5.000.000 (P9)Pekerjaan ( ) PelajardanMahasiswa ( ) Wiraswasta ( ) PegawaiNegeri ( ) Lainnya, sebutkan ( ) PegawaiSwasta
59
(P10)Apa motivasi/alasan utama Anda dalam mengkonsumsi fish nugget? a. Kesehatan karena gizinya d. Sekedar ingin mencoba b. Lauk pauk e. Lainnya, sebutkan …… c. Pengaruh dari teman (P11)Manfaatapa yang Andacaridalammengkonsumsifish nugget? a. Gizinyalebihbaikdaripadanuggetayam b. Sebagaimakananpengganti (laukpauk) c. Sebagaicamilan d. Hanyainginmencoba e. Lainnya, sebutkan …….. (P12)Dari manaAndamengetahuipertama kali produkfish nugget? a. Keluarga d. Internet b. Teman e. Lainnya, sebutkan …… c. Media massa (televisi, radio, koran, dll) (P13)Media apa yang paling mempengaruhiAndadalammembelifish nugget? a. Keluarga d. Internet b. Teman e. Lainnya, sebutkan ….. c. Media massa (televisi, radio, koran, dll) (P14)Jikapertama kali melihatataumendengarpromosimengenaiprodukfish nugget, maka yang menjadifokusperhatianAndaadalah ...... a. Gizi (AKG, nilaigizi) d. Kemasan yang menarik b. Rasa e. Lainnya, sebutkan …… c. Harga (P15)BagaimanaiklanmempengaruhiAndadalampembelianfish nugget? a. MembuatAndamembeli b. Tidakberpengaruh (P16)BagaimanacaraAndadalammemutuskanpembelianfish nugget? a. Terencana (sudahdirencanakansebelumnya) b. Mendadak (saatmelihatprodukfish nuggetdanberniatmembelinya) c. Tergantungsituasi d. Sesekalisajakalausedanginginmenikmati e. Lainnya, sebutkan …… (P17)ApakahAndapuasdenganprodukfish nugget tersebut? a. Puas b. Tidak (P18)Jikahargaprodukfish nugget tersebutnaik, makaAndaakan ….. a. Akan tetapmembeli b. Tetapmembelinamunjarang-jarangdalampembelian
60
c. Tidakjadimembeli d. Mencariproduk lain yang lebihmurah e.Lainnya, sebutkan ….. (P19)Jikaprodukfish nuggettersebuttidaktersedia, makaAndaakan …… a. Mencariketempat lain yang menyediakan b. Menunggusampaistoknyaadakembali c. Tidakjadimembeli, lain kali saja d. Mencariproduk lain e. Lainnya, sebutkan ……. Uji Organoleptik Produk fish nugget komersil Atributatribut
Evaluasi 5
4
3
2
1
Rasa(P20) Warna(P21) Tekstur(P22) Aroma(P23) Keterangan :
5 = Sangatpenting 4 = Cukuppenting 3 = Biasasaja
2 = Tidakterlalupenting 1 = Sangattidakpenting
Produk B (Produk THP) Atributatribut
Evaluasi 5
4
3
2
1
Rasa(P24) Warna(P25) Tekstur(P26) Aroma(P27) Keterangan :
5 = Sangatpenting 2 = Tidakterlalurpenting 4 = Cukuppenting 1 = Sangattidakpenting 3 = Biasasaja (P28) Melaluiujiorganoleptik di atas, produkmanakah yang lebihAndaSukai? a. Produk A b. Produk B
61
Lampiran 2. Uji Validitas
A. Tabel Scoring Untuk Validitas Kuesioner P10
P11
Tot1 P12
P13
P14
P15
Tot2 P16
P17
P18
P19
Tot3
5
5
10
3
3
5
1
12
2
1
4
5
12
4
4
8
5
5
3
1
14
3
1
2
2
8
2
3
5
4
5
5
1
15
3
1
3
3
10
2
4
6
3
3
2
0
8
4
1
4
2
11
4
4
8
3
3
5
1
12
4
1
4
3
12
2
2
4
4
4
4
0
12
2
1
4
2
9
4
4
8
3
3
4
1
11
3
1
3
3
10
5
5
10
3
3
5
1
12
5
1
5
5
16
2
2
4
5
5
3
0
13
4
1
3
3
11
4
4
8
3
3
4
1
11
4
1
4
5
14
3
3
6
4
4
4
0
12
5
1
4
4
14
4
4
8
5
5
4
0
14
3
1
3
3
10
5
4
9
5
5
3
1
14
2
1
2
2
7
4
5
9
5
5
5
1
16
3
1
4
3
11
4
5
9
3
3
5
1
12
5
1
4
5
15
2
2
4
3
5
4
1
13
2
1
4
4
11
2
3
5
4
3
4
1
12
5
1
4
3
13
2
5
7
4
4
5
1
14
4
1
4
3
12
5
5
10
4
4
5
0
13
4
1
5
5
15
5
5
10
3
3
5
1
12
5
1
5
5
16
5
5
10
3
3
5
1
12
2
1
4
4
11
4
4
8
4
4
4
0
12
4
1
5
4
14
3
3
6
4
4
4
0
12
3
1
3
3
10
62
5
5
10
5
5
5
1
16
5
1
5
5
16
4
5
9
4
4
4
0
12
4
1
4
3
12
4
3
7
4
4
4
1
13
5
1
5
4
15
2
3
5
5
5
4
1
15
5
1
5
2
13
2
5
7
3
5
5
1
14
2
1
2
2
7
2
5
7
4
4
4
1
13
4
1
4
3
12
5
5
10
4
3
5
1
13
3
1
5
5
13
63
B. Hasil Uji Validitas
Correlations P10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
tot1 Keterangan 0,91 0,00 Valid 30,00 0,87 0,00 Valid 30,00
Correlations P12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P15 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
tot2 Keterangan 0,67 0,00 Valid 30,00 0,75 0,00 Valid 30,00 0,37 0,04 Valid 30,00 0,33 0,07 Valid 30,00
Correlations P16 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P18 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N P19 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
tot3 Keterangan 0,78 0,00 Valid 30,00 0,88 0,00 Valid 30,00 0,80 0,00 Valid 30,00
64
Lampiran 3. Uji Reliabilitas Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100,0
0
,0
30
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.561
10
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P10
28,8667
10,809
,481
,448
P11
28,3667
12,033
,429
,476
P12
28,5333
16,326
-,119
,615
P13
28,4333
17,978
-,350
,669
P14
28,1333
12,809
,490
,476
P15
31,7000
15,252
,195
,550
P16
28,7667
13,082
,238
,540
P17
31,4000
16,179
,000
,568
P18
28,5000
12,259
,475
,468
P19
28,9000
10,714
,586
,413
65
Lampiran 4. Daftar Nilai R-Tabel untuk kuesioner
Nilai r-tabel untuk df=(n-2)=28 Df=(n2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tingkat SignifikasiUjiDuaArah 0,1 0,05 0,02 0,01 0,9877 0,9969 0,9995 0,9999 0,9000 0,9500 0,9800 0,9900 0,8054 0,8783 0,9343 0,9587 0,7293 0,8114 0,8822 0,9172 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348 0,4973 0,5760 0,6581 0,7079 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835 0,4575 0,5324 0,6120 0,6614 0,4409 0,5140 0,5923 0,6411 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055 0,4000 0,4683 0,5425 0,5897 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487 0,3598 0,4227 0,4921 0,5368 0,3515 0,4132 0,4815 0,5256 0,3438 0,4044 0,4716 0,5151 0,3365 0,3961 0,4622 0,5052 0,3297 0,3882 0,4534 0,4958 0,3233 0,3809 0,4451 0,4869 0,3172 0,3739 0,4372 0,4785 0,3115 0,3673 0,4297 0,4705 0,3061 0,3610 0,4226 0,4629 0,3009 0,3550 0,4158 0,4556 0,2960 0,3494 0,4093 0,4487
66
Lampiran 5. Analisis Deskriptif Frequency Table Apakah anda pernah mengkonsumsi nugget Valid Percent
Frequency Percent Valid Ya
100
100,0
Cumulative Percent
100,0
100,0
Apakah anda pernah mengkonsumsi fish nugget Valid Percent
Frequency Percent Valid Ya
100
100,0
Cumulative Percent
100,0
100,0
Jenis Kelamin Cumulative Percent
Frequency Percent Valid laki-laki perempuan Total
61
61,0
61,0
39
39,0
100,0
100
100,0
Status Pernikahan Frequency Percent
Cumulative Percent
Valid Belummenikah
50
50,0
50,0
Sudahmenikah
50
50,0
100,0
100
100,0
Total
67
Pendidikan Terakhir Cumulative Percent
Frequency Percent Valid SLTP
2
2,0
2,0
SLTA
25
25,0
27,0
Diploma
26
26,0
53,0
PerguruanTinggi
47
47,0
100,0
100
100,0
Total
Pendapatan per bulan Frequency Percent
Cumulative Percent
Rp. 0 – Rp.500.000
10
5,0
100
Rp 500.001 – Rp. 2.000.000
23
11,5
33.0
Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000
38
19,0
71,0
di atasRp. 5.000.000
29
14,5
100,0
100
50,0
Missing System
100
50,0
Total
200
100,0
Valid
Total
Pekerjaan Frequency Percent
Cumulative Percent
Valid PelajardanMahasiswa
14
14,0
14,0
PegawaiNegeri
14
14,0
28,0
PegawaiSwasta
31
31,0
59,0
Wiraswasta
17
17,0
76,0
Lainnya
24
24,0
100,0
100
100,0
Total
68
Motivasi konsumsi fish nugget Frequency Percent Valid Sekedaringinmencoba
Cumulative Percent
21
21,0
21,0
Pengaruhdariteman
13
13,0
34,0
Laukpauk
27
27,0
61,0
Kesehatankarenagiziny a
39
39,0
100,0
100
100,0
Total
Manfaat yang di cari dalam konsumsi fish nugget Frequency Percent
Cumulative Percent
Valid Sekedaringinmencoba
8
8,0
8,0
Sebagaicemilan
13
13,0
21,0
Sebagaimakananpengga nti (laukpauk)
33
33,0
54,0
Gizinyalebihbaikdari nugget ayam
46
46,0
100,0
100
100,0
Total
Sumber informasi pertama tentang produk fish nugget Frequency Percent Valid Internet
Cumulative Percent
4
4,0
4,0
Media masa (TV, Radio, Koran)
28
28,0
32,0
Teman
40
40,0
72,0
Keluarga
28
28,0
100,0
100
100,0
Total
69
Media yang paling mempengaruhi membeli fish nugget Frequency Percent Valid Internet
Cumulative Percent
3
3,0
3,0
Media masa (TV, Radio, Koran)
28
28,0
31,0
Teman
35
35,0
66,0
Keluarga
34
34,0
100,0
100
100,0
Total
Fokus perhatian ketika pertama kali mendengar informasi fish nugget Cumulative Percent
Frequency Percent Valid KemasanMenarik
2
2,0
2,0
Harga
13
13,0
15,0
Rasa
40
40,0
55,0
Gizi
45
45,0
100,0
Total
100
100,0
Pengaruh Iklan terhadap pembelian Frequency Valid
Missing
Percent
Cumulative Percent
Tidakterpengaruh
27
13,5
27,0
Membuatandamembeli
73
36,5
100,0
Total
100
50,0
System
100
50,0
200
100,0
Total
Cara dalam memutuskan pembelian fish nugget Frequency Percent Valid Sesekalisaja Tergantungsituasi
Cumulative Percent
19
19,0
19,0
24
24,0
43,0
70
Mendadak
31
31,0
74,0
Terencana
26
26,0
100,0
100
100,0
Total
Kepuasan terhadap produk fish nugget Frequency Percent Valid Puas
100
Cumulative Percent
100.0
100.0
Keputusan jika harga fish nugget naik Frequency Percent Valid Cariproduk lain yang lebihmurah
Cumulative Percent
8
8,0
8,0
Tidakjadimembeli
24
24,0
32,0
Tetapbelinamunjarangd alampembelian
34
34,0
66,0
Tetapbeli
34
34,0
100,0
100
100,0
Total
Keputusan yang di ambil jika produk fish nugget tidak tersedia Frequency Percent Valid Cariproduk lain
Cumulative Percent
19
19,0
19,0
Tidakjadimembeli, lain kali saja
35
35,0
54,0
Menunggusampaistokn yaadakembali
20
20,0
74,0
Mencariketempat lain yang menyediakan
26
26,0
100,0
100
100,0
Total
71
Rasa A Frequency Percent Valid Biasasaja
Cumulative Percent
6
6,0
6,0
CukupPenting
42
42,0
48,0
SangatPenting
52
52,0
100,0
100
100,0
Total
Warna A Frequency Percent Valid Biasasaja
Cumulative Percent
21
21,0
21,0
CukupPenting
47
47,0
68,0
SangatPenting
32
32.0
100,0
100
100,0
Total
Tekstur A Frequency Percent Valid Biasasaja
Cumulative Percent
15
15,0
15,0
CukupPenting
50
50,0
65,0
SangatPenting
35
35,0
100,0
100
100,0
Total
Aroma A Frequency Percent Valid Biasasaja
Cumulative Percent
10
10,0
10,0
CukupPenting
39
39,0
49,0
SangatPenting
51
51,0
100,0
100
100,0
Total
72
Rasa B Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Biasasaja
18
18,0
18,0
CukupPenting
44
44,0
62,0
SangatPenting
38
38,0
100,0
100
100,0
Total
Warna B Frequency Percent Valid Tidakterlalupentin g
Cumulative Percent
2
2,0
2,0
Biasasaja
21
21,0
23,0
CukupPenting
60
60,0
83,0
SangatPenting
17
17,0
100,0
100
100,0
Total
Tekstur B Frequency Percent Valid Biasasaja
Cumulative Percent
29
29,0
29,0
CukupPenting
51
51,0
80,0
SangatPenting
20
20,0
100,0
100
100,0
Total
Aroma B Frequency Percent Valid Biasasaja
Cumulative Percent
20
20,0
20,0
CukupPenting
61
61,0
81,0
SangatPenting
19
19,0
100,0
100
100,0
Total
73
Produk yang lebih disukai Frequency Percent
Cumulative Percent
Valid A
74
74,0
74,0
B
26
26,0
100,0
100
100,0
Total
74
Lampiran 6. Uji Korelasi Uji Spearman Correlation II. Spearman Correlatioan Correlations Spearman's rho Usia
JenisKelamin
Status Pernikahan
PendidikanTerakhir
Pendapatan per bulan
Pekerjaan
Motivasikonsumsi fish nugget
Manfaat yang di caridalamkonsumsi fish nugget
Correlation Coefficient p-value N Correlation Coefficient p-value N Correlation Coefficient p-value N Correlation Coefficient p-value N Correlation Coefficient p-value N Correlation Coefficient p-value N Correlation Coefficient p-value N Correlation Coefficient p-value N
Sumberinformasipertamatentangpr oduk fish nugget Correlation Coefficient p-value N Media yang paling mempengaruhimembeli fish nugget Correlation Coefficient p-value N Fokusperhatianketikapertama kali mendengarinformasi fish nugget Correlation Coefficient p-value
Keputusanmemb eli A 0,06 0,55 100,00 0,15 0,15 100,00 0,05 0,65 100,00 0,11 0,29 100,00 0,19 0,06 100,00 0,14 0,15 100,00 0,21 0,03 100,00 0,18 0,08 100,00 0,07 0,50 100,00 0,06 0,52 100,00 0,15 0,14
75
PengaruhIklanterhadappembelian
Cara dalammemutuskanpembelian fish nugget
Keputusanjikaharga fish nugget naik
Keputusan yang di ambiljikaproduk fish nugget tidaktersedia
100,00 0,20 0,04 100,00
N Correlation Coefficient p-value N
0,16
Correlation Coefficient p-value N
0,12 100,00 0,18
Correlation Coefficient p-value N
0,08 100,00 0,09
Correlation Coefficient p-value N
0,40 100,00
Keputusan membeli A Correlations r hitung Spearman's rho Usia 0,06 JenisKelamin 0,15 Status Pernikahan 0,05 PendidikanTerakhir 0,11 Pendapatan per bulan 0,19 Pekerjaan 0,14 Motivasikonsumsi fish nugget 0,21 Manfaat yang di caridalamkonsumsi fish nugget 0,18 Sumberinformasipertamatentangproduk fish nugget 0,07 Media yang paling mempengaruhimembeli fish nugget 0,06 Fokusperhatianketikapertama kali mendengarinformasi fish nugget 0.15 PengaruhIklanterhadappembelian 0,2 Cara dalammemutuskanpembelian fish nugget 0,16 Keputusanjikaharga fish nugget naik 0,18 Keputusan yang di ambiljikaproduk fish nugget tidaktersedia 0,09
r tabel 0,1654 0,1654 0,1654 0,1654 0,1654 0,1654 0,1654
p-value
0,55 0,15 0,65 0,29 0,06 0,15 0,03
Pengaruh TidakNyata TidakNyata TidakNyata TidakNyata SignifikanNyata TidakNyata SignifikanNyata
0,1654
0,08
SignifikanNyata
0,1654
0,5
TidakNyata
0,1654
0,52
TidakNyata
0,1654 0,1654
0,14 0,04
TidakNyata SignifikanNyata
0,1654 0,1654
0,12 0,08
TidakNyata SignifikanNyata
0,1654
0,4
TidakNyata
76
Lampiran 7. Uji Non-Parametrik (membandingkan kedua produk) Group Statistics produ k Rasa
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error Mean
A
100
4,4600
,61002
,06100
B
100
4,2000
,72474
,07247
A
100
4,1100
,72328
,07233
B
100
3,9200
,67689
,06769
Tekstur A
100
4,2000
,68165
,06816
B
100
3,9100
,69769
,06977
Aroma A
100
4,4100
,66810
,06681
B
100
3,9900
,62757
,06276
Warna
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks produk Rasa
Warna
Tekstur
Aroma
N
Mean Rank Sum of Ranks
A
100
109,96
10996,00
B
100
91,04
9104,00
Total A B Total A B Total A B Total
200 100 100 200 100 100 200 100 100 200
107,32 93,68
10731,50 9368,50
111,42 89,58
11142,50 8957,50
117,35 83,65
11735,00 8365,00
Test Statisticsa Mann-Whitney U
Rasa
Warna
4.054E3
4.318E3
Tekstur 3.908E3
Aroma 3.315E3
77
Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
9.104E3 -2.541 ,011
9.368E3 -1.836 ,066
8.958E3 -2.913 ,004
8.365E3 -4.522 ,000
a. Grouping Variable: produk Keterangan : A adalah produk fish nugget komersil B adalah produk fish nugget dari Departemen Teknologi Perairan