ANALISIS KERAGAAN KONSUMSI IKAN DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2011
YULMIARIS DWI OKTO PUTRI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRACT YULMIARIS DWI OKTO PUTRI. Analysis of Fish Consumption in Indonesia 2005-2011. Under the guidance of YAYUK FARIDA BALIWATI The objective of this study was to analyze fish consumption in Indonesia 2005–2011. The design of this study was the descriptive study. Data used in this study was secondary data based on national social and economic survey (SUSENAS). The study showed average national actual fish consumption 26,04 kg/capita/year, average rural actual fish consumption 25,69 kg/capita/year and average urban actual fish consumption 26,51 kg/capita/year. Average growth rate of national fish consumption is 0,05% per year. Average growth rate of rural fish consumption is -0,05% per year. Average growth rate of urban fish consumption is 0,37% per year. The group of fish that consumed the most is fresh fish (62%) and the less is cooked food (10%). Average national fresh fish consumption is 16,16 kg/capita/year. Average rural fresh fish consumption is 15,74 kg/capita/year. Average urban fresh fish consumption is 16,71 kg/capita/year. Fish consumption from prepared fish is higher in rural (32%) tahunan urban area. Average national prepared fish consumption is 7,25 kg/capita/year. Average rural prepared fish consumption is 8,30 kg/capita/year. Average urban prepared fish consumption is 6,39 kg/capita/year. Fish consumption from cooked food is higher in urban (14%) than rural area. Average national fish consumption from cooked food is 2,63 kg/capita/year. Average rural fish consumption from cooked food is 1,65 kg/capita/year. Average urban fish consumption from cooked food is 3,71 kg/capita/year. Low expenditure group consumed fish lower than high expenditure group. Ideal fish consumption is 32,7 kg/capita/ year or 12,9 gram protein/capita/day.The sufficiency of fish is projected 8,10 million tons at 2015. Keywords: actual fish consumption, expenditure group, ideal fish consumption, rural, urban .
RINGKASAN YULMIARIS DWI OKTO PUTRI. Analisis Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia Tahun 2005 – 2011. Dibimbing oleh YAYUK FARIDA BALIWATI Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis keragaan konsumsi ikan di Indonesia tahun 2005 – 2011. Tujuan khusus penelitian ini antara lain 1) menganalisis konsumsi ikan aktual masyarakat berdasarkan wilayah, 2) menganalisis konsumsi ikan aktual masyarakat berdasarkan golongan pengeluaran dan 3) menganalisis konsumsi ikan ideal masyarakat Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif.Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampau September 2012 di Bogor, Jawa Barat.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berupa data sekunder.Data yang dikumpulkan adalah data konsumsi ikan dari SUSENAS berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran. Data yang diperoleh diolah menggunakan program Microsoft Excell. Metode perhitungan angka konsumsi ikan yang digunakan adalah hasil kajian bersama IPB dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menunjukkan keragaan konsumsi ikan, konsumsi ikan aktual berdasarkan karakteristik wilayah (perkotaan atau pedesaan), serta konsumsi ikan aktual berdasarkan kelompok pengeluaran.Analisis konsumsi ikan ideal dilakukan secara deskriptif berdasarkan kontribusi konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi pangan hewani sesuai dengan AKE.Data konsumsi ikan SUSENAS diolah berdasarkan faktor konversi ikan olahan.konversi ikan awetan ke ikan segar yang digunakan adalah faktor konversi dari Neraca Bahan Makanan (NBM). Selanjutnya, setelah dilakukan konversi ke bentuk ikan segar, dilakukan perhitungan konsumsi tidak tercatat. Total konsumsi ikan dihitung berdasarkan penjumlahan konsumsi setara ikan segar dan konsumsi tidak tercatat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsumsi ikan aktual nasional adalah 26,04 kg/kapita/tahun, rata-rata konsumsi ikan aktual wilayah pedesaan adalah 25,69 kg/kapita/tahun dan rata-rata konsumsi ikan aktual wilayah perkotaan adalah 26,51 kg/kapita/ tahun. Total konsumsi ikan di perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan total konsumsi ikan di pedesaan. Laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual nasional rata-rata adalah 0,05% per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual adalah -0,05% per tahun di pedesaan dan 0,37% per tahun di perkotaan. Rata-rata konsumsi energi dari ikan mencapai 74 Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan di pedesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Rata-rata konsumsi energi dari ikan di pedesaan adalah 75 Kal/kapita/hari sedangkan di perkotaan adalah 74 Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan telah dapat memenuhi 30% AKE pangan hewani. Konsumsi protein dari ikan secara umum mencapai 13,37 gram/kapita/hari. Jumlah ini sudah dapat memenuhi 25% angka kecukupan protein yang dianjurkan. Masyarakat di pedesaan dan perkotaan lebih banyak mengonsumsi ikan dalam bentuk ikan segar. Rata-rata konsumsi ikan segar nasional adalah 16,16 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di pedesaan adalah 15,74 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di perkotaan adalah 16,71 kg/kapita/tahun. Jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun diataranya adalah ikan lainnya, ikan tongkol/tuna/ cakalang, ikan kembung, ikan mujair dan ikan bandeng. Jenis ikan segar yang dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun adalah ikan ekor kuning, ikan teri,
cumi-cumi/sotong, ikan tenggiri, kerang/siput, ikan kakap, ikan baronang, serta jenis udang dan hewan air lainnya. Konsumsi ikan olahan lebih banyak di pedesaan daripada di perkotaan. Rata-rata konsumsi ikan olahan nasional adalah 7,25 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan olahan di pedesaan adalah 8,30 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan olahan di perkotaan adalah 6,39 kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan dari terasi lebih banyak di pedesaan (1,12 kg/kapita/tahun) dibandingkan dengan perkotaan (0,92 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan dari makanan jadi lebih banyak di wilayah perkotaan dibandingkan pedesaan. Rata-rata konsumsi ikan dari makanan jadi nasional adalah 2,63 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan dari makanan jadi di pedesaan adalah 1,65 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan dari makanan jadi di perkotaan adalah 3,71 kg/kapita/tahun. Masyarakat dengan golongan pengeluaran rendah mengonsumsi ikan dengan jumlah yang lebih sedikit daripada masyarakat golongan pengeluaran tinggi. Semakin tinggi pengeluaran maka konsumsi ikan cenderung semakin meningkat. Konsumsi ikan ideal adalah 32,70 kg/kapita/tahun setara dengan 12,9 gram protein per kapita per hari. Konsumsi ikan ideal sudah dapat memenuhi 24,8% angka kecukupan protein. Tingkat konsumsi protein aktual dari ikan sudah dapat memenuhi 100% konsumsi protein dari ikan ideal. Hal ini menunjukkan potensi ikan yang sangat besar dalam upaya pemenuhan kecukupan protein. Kebutuhan ikan untuk dikonsumsi tahun 2015 diproyeksikan mencapai 8,10 juta ton.
Judul Skripsi : Analisis Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia Tahun 2005 2011 Nama
: Yulmiaris Dwi Okto Putri
NIM
: I14080030
Disetujui oleh :
Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS Pembimbing
Mengetahui :
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
ANALISIS KERAGAAN KONSUMSI IKAN DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2011
YULMIARIS DWI OKTO PUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi Dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia Tahun 2005 – 2011” sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. dr. Mira Dewi, S.ked, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan. 2. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, kritik dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Yayat Heryatno, SP, MPS sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, semangat dan do’a kepada penulis. 5. Adikku Risty Sisvareza yang selalu memberikan dukungan dalam setiap kesempatan. 6. Ibu Hj Dona Saskia yang telah berperan penting dalam kelancaran proses kuliah penulis. 7. Pakdang dan Uda Yusra Maiza yang telah memberikan banyak dukungan moril maupun materil selama penulis menjalani kegiatan akademik. 8. Tante
Zulhaimiyati
sekeluarga
yang
selalu
ada
memberikan
perhatian dan do’a selama penulis berada jauh dari orangtua. 9. Novita Dayanti yang sangat membantu di saat-saat terakhir. 10. Seluruh keluarga dimanapun berada, atas segala perhatian dan do’a yang diberikan. 11. Sahabat-sahabat terbaik, Nur Indah F Ibrahim, Puspa Ratih Anggraeni dan Endah Sry Rahayu yang selalu memberi semangat dari jauh.
12. Teman-teman seperjuangan; Sartika dan tim Merah Saga (Asep, Dedes, Suci, dll) serta teman-teman seangkatan GM 45 yang bersama-sama melalui suka dan duka mencapai cita-cita. 13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Yulmiaris Dwi Okto Putri
RIWAYAT HIDUP Penulis, Yulmiaris Dwi Okto Putri, dilahirkan pada tanggal 2 Oktober 1990 di Balai Tangah. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Arismon dan Ibu Rahmayulis. Penulis menyelesaikan pendidikan TK di TK Aisyah Balai Tangah pada tahun 1996. Pada tahun 2002, penulis meyelesaikan pendidikan dasar di SDN 22 Balai Tangah dan MIS Masjid Raya Balai Tangah. Selanjutnya, tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 3 Lintau. Pada tahun 2006, penulis mengikuti Olimpiade Fisika tingkat SMA se-propinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Tahun 2007 penulis mengikuti Olimpiade Matematika SMA se-kabupaten Tanah Datar dan tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Lintau Buo. Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2008. Selama perkuliahan, penulis termasuk anggota divisi
Infokom
Imaserempag
(Ikatan
Mahasiswa
Serambi
Mekkah
Pagaruyung) dan menjabat sebagai Bendahara MLB (Mahasiswa Lintau Bogor) pada tahun 2009. Tahun 2010, penulis tergabung dalam divisi produksi Eco-Agrifarma. Selain itu, penulis termasuk dalam kepanitiaan Senzational (Seminar Gizi Nasional) 2011. Tahun 2009-2010 penulis memperoleh beasiswa PPA. Selanjutnya, pada periode 2010-2011 penulis memperoleh beasiswa reguler KSE (Karya Salemba Empat) dan 2011-2012 penulis memperoleh beasiswa KSE-PGN.
x
DAFTAR ISI No
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 Tujuan .............................................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani ...................................................... 3 Ikan sebagai Sumber Protein Hewani .............................................................. 4 Manfaat Ikan .................................................................................................... 5 Perhitungan Konsumsi Ikan.............................................................................. 7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan ........................................... 8 Pengeluaran Pangan........................................................................................ 9 KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 10 METODE PENELITIAN...................................................................................... 12 Desain, Tempat dan Waktu ........................................................................... 12 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 12 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 12 Definisi Operasional ....................................................................................... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 20 Konsumsi Ikan Aktual berdasarkan Wilayah ................................................... 20 Konsumsi Ikan Aktual Berdasarkan Golongan Pengeluaran........................... 33 Konsumsi Ikan Ideal ....................................................................................... 37 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 40 Kesimpulan .................................................................................................... 40 Saran ............................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 41 LAMPIRAN ........................................................................................................ 45
xi
DAFTAR TABEL No
Halaman
1 Kandungan protein beberapa pangan sumber protein ....................................5 2 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian .......................12 3 Pengolahan dan analisis data .........................................................................12 4 Kategori jenis ikan ..........................................................................................14 5 Faktor konversi ikan olahan dan makanan jadi ke bentuk ikan segar ..............14 6 Golongan pengeluaran berdasarkan SUSENAS .............................................16 7 Garis kemiskinan berdasarkan wilayah (2005-2011) .......................................16 8 Perkembangan konsumsi energi dari ikan per wilayah tahun 2005-2011 berdasarkan kelompok ikan (Kal/kap/hari) .......................................................20 9 Perkembangan konsumsi protein dari ikan per wilayah tahun 2005-2011 berdasarkan kelompok ikan (g/kap/hari) ..........................................................22 10 Perkembangan konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah tahun 20052011 (kg/kapita/tahun)...................................................................................23 11 Laju pertumbuhan konsumsi ikan berdasarkan wilayah (%) ..........................25 12 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun .........................................................29 13 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis ikan segar yang dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun...................................................30 14 Perkembangan konsumsi ikan olahan berdasarkan wilayah (kg/kapita/tahun) ...........................................................................................31 15 Perkembangan konsumsi ikan aktual dari makanan jadi (kg/kapita/tahun) ....33 16 Perkembangan konsumsi ikan ikan aktual berdasarkan golongan pengeluaran tahun 2005-2011 (kg/kapita/tahun) ...........................................34 17 Rata-rata konsumsi ikan berdasarkan golongan pengeluaran kategori miskin dan tidak miskin di pedesaan dan perkotaan (kg/kapita/tahun) ..........35 18 Laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual berdasarkan golongan pengeluaran tahun 2005-2011 ......................................................................36 19 Komposisi konsumsi pangan hewani ideal berdasarkan 12% AKE (Angka Kecukupan Energi) 2000 Kal .........................................................................37 20 Tingkat kecukupan protein berdasarkan konsumsi protein ikan ideal (12,9 gram/kapita/hari) ...........................................................................................38 21 Perbandingan konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi ikan ideal 12% AKE (Angka Kecukupan Energi) 2000 Kal.....................................................38 22 Sasaran/proyeksi angka konsumsi ikan nasional (kg/kapita/tahun) ...............39 23 Sasaran kebutuhan konsumsi ika nasional (juta ton/tahun)...........................39
xii
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1 Kerangka pemikiran keragaan konsumsi ikan di Indonesia tahun 20052011 .............................................................................................................. 11 2 Komposisi konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah .................................. 24 3 Konsumsi berbagai jenis ikan segar (kg/kapita/tahun) ................................... 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1 Jenis ikan dalam SUSENAS ........................................................................... 46 2 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual nasional ........................................................................................................... 47 3 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual pedesaan ........................................................................................................ 49 4 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual perkotaan ........................................................................................................ 51 5 Konsumsi ikan aktual nasional per jenis ikan (kg/kapita/tahun) ....................... 53 6 Konsumsi ikan aktual pedesaan per jenis ikan (kg/kapita/tahun) .................... 54 7 Konsumsi ikan aktual perkotaan per jenis ikan (kg/kapita/tahun) .................... 55 8 Konsumsi ikan aktual dari ikan segar berdasarkan wilayah (kg/kapita/tahun) . 56 9 Konsumsi ikan aktual nasional berdasarkan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun) .............................................................................................. 57 10 Konsumsi ikan aktual pedesaan berdasarkan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun) ........................................................................................... 58 11 Konsumsi ikan aktual perkotaan berdasarkan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun) ........................................................................................... 59
PENDAHULUAN Latar Belakang Kekurangan gizi adalah masalah yang kronis dan berdampak bagi pembangunan.Gizi kurang menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah, miskin, dan pangan yang tersedia tidak cukup (Suhardjo 2005).Salah satu masalah kurang gizi yang terjadi di negara berkembang adalah KEP (Kurang Energi Protein). Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan bahwa masih ada 37% penduduk yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal yaitu 52 gram/kapita/hari. Pada masalah kekurangan protein, banyak kasus yang disebabkan oleh kekurangan protein hewani. Termasuk ke dalam bahan pangan sumber protein hewani adalah telur, daging, susu dan ikan. Pengembangan
subsektor
peternakan
selama
10
tahun
terakhir
menunjukkan hasil yang cukup nyata dalam berbagai aspek, di antaranya produksi daging meningkat dari 1.508.200 ton menjadi 2.613.200 ton atau naik 4,01% per tahun, telur meningkat dari 736.000 ton menjadi 1.149.000 ton atau naik 5,6% per tahun, dan susu meningkat dari 433.400 ton menjadi 550.000 ton atau naik 2,69% per tahun. Dengan tingkat pencapaian produksi tersebut maka tingkat konsumsi masyarakat, khususnya protein hewani asal ternak, meningkat dari 4,19 g menjadi 5,46 g/kapita/hari atau naik 3,08% per tahun (Kusnadi 2008). Potensi sumber daya pangan hewani di Indonesia yang terbesar di Insonesia berasal dari perikanan. Menurut Dahuri (2003), Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya perikanan dengan keanekaragaman spesies tertinggi di dunia. Pengkajian stok ikan di perairan Indonesia menunjukkan bahwa potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia mencapai 6,4 juta ton/tahun. Dengan sumberdaya tersebut, seharusnya bahan pangan khususnya protein hewani dapat tersedia dan dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak
terjadi
masalah kekurangan gizi. Konsumsi ikan per kapita secara global meningkat dari sekitar 9,9 kg pada tahun1960-an menjadi 17 kg pada tahun 2000-an dan mencapai 18,4 kg pada tahun 2009. Pertumbuhan konsumsi ikan global mencerminkan tren konsumsi ikan secara umum. Pasar pangan global, termasuk pasar ikan, telah mengalami perluasan dan perubahan pola menjadi lebih homogen dan terglobalisasi. Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya peningkatan
2
standar hidup, pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan kesempatan perdagangan serta transformasi distribusi pangan (FAO 2012). Sementara di Asia pada 2003 konsumsi ikan perkapita tercatat 18,1 kg, dengan persentase terhadap konsumsi protein hewani 22% dan 7% terhadap konsumsi protein total (FAO 2007). Departemen
Kelautan
dan
Perikanan
pada
tahun
2007
telah
mempublikasikan tingkat konsumsi ikan Indonesia adalah 26,00 kg/kapita/tahun. Penghitungan konsumsi ikan yang dilakukan adalah berdasarkan data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) yang terdiri dari kelompok ikan segar, udang dan hewan air lainnya segar, ikan asin/awetan, serta udang dan hewan air lainnya awetan. Selain kelompok ikan tersebut, perhitungan konsumsi ikan dari kelompok makanan/minuman jadi dilakukan berdasarkan data pengeluaran. Akan tetapi, perhitungan konsumsi ikan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan masih belum memperhitungkan beberapa bahan pangan yang tercatat dalam SUSENAS yang dapat berkontribusi terhadap tingkat konsumsi ikan secara keseluruhan sebagai salah satu pangan sumber protein hewani. Bahan pangan tersebut diantaranya terasi dari kelompok bumbubumbuan, kerupuk dari kelompok konsumsi lainnya, serta nasi campur/nasi rames dan ikan (goreng, bakar, pindang, pepes, dsb) dari kelompok makanan jadi. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji angka konsumsi ikan di Indonesia dengan menambahkan bahan pangan yang belum diperhitungkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, dengan mengkaji angka konsumsi ikan di Indonesia diharapkan dapat diketahui pula angka konsumsi ikan ideal bagi masyarakat. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis keragaan konsumsi ikan di Indonesia tahun 2005 – 2011. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Menganalisis konsumsi ikan tahun 2005-2011 berdasarkan wilayah. 2. Menganalisis konsumsi ikan tahun 2005-2011 berdasarkan golongan pengeluaran. 3. Menganalisis kebutuhan konsumsi ikan ideal tahun 2013-2015.
3
Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang penting serta meningkatkan pengetahuan mengenai keragaan konsumsi ikan di Indonesia tahun 2005-2011 serta peranannya dalam diversifikasi konsumsi pangan sumber protein hewani Indonesia.Selain itu, bagi perguruan tinggi diharapkan sebagai perwujudan realisasi Tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, pengembangan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani Konsumsi pangan merupakan jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu.Dalam aspek gizi, tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh (Suyastrini 2008).Pangan hewani terdiri dari pangan yang berasal dari ikan, daging, telur dan susu. Pengembangan subsektor peternakan selama 10 tahun terakhir menunjukkan hasil yang cukup nyata dalam berbagai aspek, di antaranya produksi daging meningkat dari 1.508.200 ton menjadi 2.613.200 ton atau naik 4,01% per tahun, telur meningkat dari 736.000 ton menjadi 1.149.000 ton atau naik 5,6% per tahun, dan susu meningkat dari 433.400 ton menjadi 550.000 ton atau naik 2,69% per tahun. Dengan tingkat pencapaian produksi tersebut maka tingkat konsumsi masyarakat, khususnya protein hewani asal ternak, meningkat dari 4,19 g menjadi 5,46 g/kapita/hari atau naik 3,08% per tahun (Kusnadi 2008). Konsumsi pangan hewani sangat berkaitan erat dengan kemampuan atau daya beli konsumen karena daging, telur, susu dan ikan merupakan komoditas pangan hewani yang harganya relatif lebih tinggi dibandingkan komoditas pangan
lainnya.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Budiar
(2000)
mengenai
permintaan dan konsumsi sumber protein hewani rumah tangga di pulau Jawa diketahui bahwa ikan mendominasi pengeluaran rumah tangga dibandingkan sumber protein hewani lainnya. Konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani pada suatu rumah tangga rata-rata sekitar 53,11 persen dari total konsumsi pangan hewani. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan telah terjadi pergeseran selera rumah tangga dalam mengalokasikan pengeluarannya untuk mengonsumsi pangan hewani. Hasil
penelitian
Setiawan
(2006)
menggunakan
data
SUSENAS
menunjukkan bahwa sumber protein hewani yang dikonsumsi masyarakat Indonesia
sebagian
besar
berasal
dari
produk
perikanan,
tetapi
ada
kecenderungan konsumsi protein dari ikan semakin berkurang sementara konsumsi protein yang berasal dari produk peternakan semakin meningkat. Sementara, hasil penelitian Ariningsih (2004) mengenai konsumsi protein hewani penduduk Jawa pada masa krisis ekonomi dengan menggunakan metode analisis deskriptif menggunakan tabulasi silang dan grafis data SUSENAS 1999 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan hewani dipengaruhi oleh faktor
4
daya beli, dimana semakin tinggi tingkat pengeluaran, maka semakin tinggi tingkat konsumsi protein hewani. Selain itu, terdapat perbedaan tingkat konsumsi protein hewani di perkotaan dan pedesaan. Konsumsi protein hewani lebih tinggi di daerah perkotaan terkait dengan tingkat pendapatan penduduk perkotaan yang lebih tinggi. Konsumsi pangan hewani yang dianjurkan sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH) adalah 12 persen dari angka kecukupan energi. PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama (Baliwati 2008). Ikan sebagai Sumber Protein Hewani Definisi ikan menurut UU No 45 tahun 2009 pasal 1 adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Menurut Baliwati (2008) ikan adalah komoditas yang berupa binatang air dan biota perairan lainnya. Komoditas ikan adalah yang berasal dari kegiatan penangkapan di laut maupun di perairan umum ( waduk, sungai dan rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya (tambak, kolam, keramba dan sawah) yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang lazim/umum dikonsumsi masyarakat. Menurut Nurjanah dan Abdullah (2010) definisi ikan sampai saat ini masih terus diperdebatkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang. Definisi ikan yang dapat dikutip dari FAO adalah makhluk hidup yang menghabiskan seluruh atau sebagian dari fase hidupnya di dalam air. Ikan dapat dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya, yaitu ikan air tawar dan laut.Perbedaan ikan air tawar dan air laut yang paling nyata adalah faktor salinitas.Pada ikan air tawar, jumlah kandungan garamnya rendah (salinitas rendah), sedangkan pada ikan air laut kandungan garamnya tinggi (salinitas tinggi).Ikan air tawar sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan ikan budidaya dan perairan umum. Ikan laut dikelompokkan menjadi ikan pelagis besar (tuna), pelagis kecil (teri dan lemuru), ikan demersal (pari dan cucut), ikan karang (kerapu, baronang, dan kakap). Dalam UU No 45 tahun 2009, jenis ikan terdiri dari ikan bersirip (pisces); udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea); kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan sebangsanya (mollusca); ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata); tripang, bulu babi dan sebangsanya (echinodermata); kodok dan
5
sebangsanya (amphibia); buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya (reptilia); paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya (mammalia); rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae); dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas; semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi. Ikan sebagai sumber protein hewani memiliki kandungan protein yang baik. Kandungan protein ikan segar lebih banyak dibandingkan telur ayam, susu dan tahu (Tabel 1). Meskipun kandungan protein dalam ikan lebih rendah daripada daging sapi, ikan sebagai sumber protein hewani memiliki potensi yang besar dalam pemenuhan kebutuhan protein. Tabel 1 Kandungan protein beberapa pangan sumber protein Bahan pangan Kandungan protein (g/100 g pangan) Ikan segar 17 Udang, segar 21 Daging sapi 18,8 Ayam 18,2 Telur ayam 12,8 Susu sapi 3,2 Tahu 7,8 Tempe kedelai murni 18,3 Oncom 13 Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2004)
Terkait pemantapan ketahanan pangan serta peningkatan mutu dan keamanan pangan, dari sembilan jenis bahan pangan, ikan termasuk dalam kelompok pangan hewani yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan pangan bergizi tinggi, alami, aman dan menyehatkan.Di tengah krisis impor kedelai sebagai sumber protein, misalnya, ikan sebagai sumber protein hewani dapat menjadi solusi ketahanan pangan dan pemenuhan gizi.Dalam konteks ketahanan pangan, ikan merupakan produk strategis, pertama karena ikan memiliki keunggulan dibandingkan sumber protein hewani lainnya. 100 gram daging ikan mengandung 210 gram Omega-3, sedangkan Omega-3 pada 100 gram daging sapi hanya 22 gram. Kedua, potensi produksi ikan sangat besar mengingat wilayah perairan Indonesia demikian luas.Ketiga, keragaman jenis ikan sangat tinggi dan tersedia sepanjang masa.Keempat, hemat energi sekaligus sumber energi.Kelima, harganya sebagian lebih murah (Hutagalung 2012). Manfaat Ikan Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga
6
mudah dicerna. Hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan sumber protein lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran, dan nilai gizinya tergantung pada jenis kelamin, umur, tingkat kematangan, dan kondisi tempat hidupnya (Adawyah 2007). Ikan, seperti bahan pangan hewani lainnya, mengandung protein dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan bahan pangan nabati sekitar 14 – 20 g/100 g mentah. Sementara pangan nabati seperti nasi hanya mengandung 2,7 g protein/100 g. Dengan kata lain, ikan merupakan sumber protein yang lebih efisien dibandingkan bahan pangan nabati. Selain itu, daya cerna dan konsentrasi asam amino dalam pangan sumber protein adalah determinan dari efekasi penyerapan protein dalam tubuh. Dalam hal ini, protein dari bahan pangan hewani superior dibandingkan pangan nabati. Daya cerna ikan mendekati 5 – 15% lebih tinggi dibandingkan pangan nabati (Kawarazuka 2010). Ikan menyediakan kombinasi yang baik dari asam amino yang sesuai dengan kebutuhan gizi manusia. Ikan mengandung lisin yang tinggi (yang rendah protein nabati) dan asam amino sulfur; inilah yang menyebabkan ikan efisien dalam suplementasi diet tinggi karbohidrat yang rendah protein pada banyak negara. Ikan dalam jumlah kecil jika dikombinasikan dengan diet padi-padian dapat meningkatkan kualitas gizi dari protein nabati dan meningkatkan kualitas gizi dalam diet secara keseluruhan. Selain itu, ikan mengandung banyak vitamin (khususnya A, D dan B) beberapa mineral (khususnya fosfor, kalsium dan zat besi), mineral mikro dan yodium. Kandungan asam lemak tak jenuh rantai panjang pada ikan juga berperan signifikan pada kebutuhan asam lemak esensial pada beberapa kasus dalam menurunkan tingkat kolesterol darah (FAO 2002). Ikan adalah sumber alami asam lemak omega-3 yang mempunyai fungsi mencegah terjadinya penyakit aterosklerosis (Suriawiria 2009). Ikan merupakan sumber utama asam lemak tak jenuh rantai panjang omega-3, eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA), yang sangat penting bagi fungsi dan struktur otak (Devore et al 2009). Sebagai sumber penting asam lemak EPA dan DHA, konsumsi ikan juga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Untuk mencegah kematian akibat penyakit kardiovaskuler, American Heart Association merekomendasikan konsumsi ikan kurang lebih dua kali seminggu (Van Gelder et al 2007).
7
Konsumsi ikan telah diketahui memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat lain dari konsumsi ikan. Hasil penelitian Larsson et al (2011) menunjukkan bahwa konsumsi ikan, khususnya daging ikan, dapat menurunkan risiko stroke pada wanita. Selain itu, konsumsi ikan pada populasi dengan intake ikan dan seafood tinggi berhubungan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 pada laki-laki (Nanri et al 2011). Konsumsi makan siang yang kaya protein dari ikan menurunkan pertambahan intake energi dibandingkan makan siang dengan protein dari daging sapi pada laki-laki dengan berat badan normal (Borzoei et al 2006). Asam lemak omega-3 dan omega-6 yang terdapat dalam ikan dan produk olahannya berperan dalam peningkatan kecerdasan anak (Khomsan 2004). Pada kelompok lanjut usia, diet tinggi ikan dan produk olahannya berhubungan dengan kinerja kognitif yang lebih baik (Nurk et al 2007) Selain
dikonsumsi
langsung,
ikan
dapat
digunakan
sebagai
perisa.Dibandingkan dengan kaldu daging (sapi atau ayam), ikan secara luas dipakai sebagai perisa (flavoring agent) dalam hampir semua masakan Jepang.Perisa atau yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai dashi, umumnya disiapkan
dari katsuo
bushi.Katsuo
bushi
bahkan
sering
mendapat
julukan tahune flavor of Japan.Pembuatan katsuo bushi diawali dengan penghilangan usus, tulang, dan kepala ikan tuna segar. Ikan masih beserta kulitnya kemudian direbus, dan akhirnya diasapi 8-9 jam setiap hari berulang sebanyak 10-15 kali. Setelah pengasapan berakhir, sering diinokulasikan kapang Eurotium
herbarium untuk
menghilangkan
bau
asap
dan
anyir.
Komponen flavor utama dalam katsuo bushi adalah asam inosinat, yang mampu memberikan rasa gurih (Setyorini 2006). Perhitungan Konsumsi Ikan Berdasarkan Direktorat Pemasaran dalam Negeri-Ditjen P2HP (2010), penghitungan konsumsi ikan yang dilakukan adalah dengan menjumlahkan data konsumsi ikan segar dengan konsumsi ikan asin/awetan yang tertera dalam SUSENAS. Formula matematis adalah sebagai berikut: TKI = ∑KIDS + ∑ KIDA + ∑ KIMJ Keterangan: TKI = Total Konsumsi Ikan Indonesia KIDS = Konsumsi Ikan dan Udang Segar KIDA = Konsumsi Ikan dan Udang Asin/Awetan
8
KIMJ
= Konsumsi ikan yang dibeli dalam bentuk olahan/matang dalam kelompok makanan/minuman jadi. Untuk mengetahui kuantitas konsumsi ikan dari kelompok
makanan/minuman jadi digunakan pendekatan “ad hoc”. Formula untuk menghitung konsumsi ikan dan udang dari kelompok makanan/minuman jadi sebagai berikut: KIMJ = ((PIMJ : PIS) x 0,8) x KIDS Keterangan: KIMJ PIMJ PIS 0,8 KIDS
= Konsumsi ikan dari kelompok makanan/minuman jadi = Pengeluaran ikan dari kelompok makanan/minuman jadi = Pengeluaran dari kelompok ikan dan udang segar = Nilai yang digunakan setelah dikurangi faktor jasa dan bumbu, minyak goreng dan lainnya sebesar 20% = Konsumsi ikan dan udang segar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan Selama setengah abad terakhir, konsumsi ikan global dapat dilihat sukses
besar, rata-rata konsumsi ikan per kapita meningkat dari 9,9 kg (setara berat ikan segar) pada tahun 1960-an menjadi 18,4 kg tahun 2009. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antar wilayah; konsumsi terendah adalah di Afrika (9,1 kg/kapita), diikuti oleh Amerika Latin dan Karibia 9,9 kg, Asia 20,7 kg, Eropa 22,0 kg, Amerika Utara 24,1 kg dan Oseania 24,6 kg. Walaupun konsumsi ikan meningkat di negara-negara berkembang dan negara LIFDC (low-income food deficit countries), tingkat konsumsi ikan masih di bawah negara maju. Konsisten dengan kelompok pangan lain, jika harga meningkat, konsumsi ikan akan terpengaruh kuat oleh pertumbuhan ekonomi regional (Muir 2013). .Jumlah
ikan yang dikonsumsi dan jenisnya yang bervariasi antar wilayah
dan negara, mencerminkan tingkat perbedan ketersediaan ikan dan bahan pangan lainnya, termasuk aksesibilitas sumber perikanan sebagai interaksi dari beberapa faktor sosial ekonomi dan budaya.Faktor-faktor tersebut diantaranya tradisi, cita rasa, permintaan, tingkat pendapatan, musim, harga, serta fasilitas dan infrastruktur kesehatan dan komunikasi. Selain itu, perubahan pola konsumsi ikan merupakan hasil dari faktor-faktor berikut, peningkatan standar hidup, pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan kesempatan perdagangan serta transformasi distribusi pangan (FAO 2012). Jumlah dan jenis konsumsi ikan terkait dengan berbagai faktor yaitu: pengetahuan gizi dan teknik pengolahan ikan yang masih terbatas, kemudahan mendapatkan ikan yang bervariasi, harga ikan yang dinilai bergengsi (udang,
9
cumi, kakap merah) cukup mahal dibandingkan daya beli masyarakat pada umumnya, citra/image/gengsi ikan sebagai makanan acara khusus belum berkembang, masih terdapatnya nilai budaya, tabu, mitos, dan pantangan sekelompok masyarakat mengenai dampak negatif konsumsi ikan, dan promosi konsumsi ikan yang belum optimal (Sulistyo et al. 2004). Pengeluaran Pangan Kelompok pengeluaran menurut Badan Pusat Statistik dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran untuk pangan dan bukan pangan. Pengetahuan tentang pengeluaran digunakan sebagai indikator untuk menggambarkan tingkat pendapatan rumah tangga karena pengukuran dan pengumpulan data pendapatan lebih sulit. Proporsi antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga atau masyarakat. Pengeluaran pangan meliputi sembilan kelompok pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani yangterdiri dari ikan dan produk peternakan, kacang-kacangan, sayur dan buah, minyak dan lemak, makanan/minuman jadi, tembakau dan sirih dan kelompok lain-lain terutama berupa bumbu-bumbuan dan bahan minuman. Hasil penelitian Ariani (2004) menunjukkan terjadi peningkatan proporsi pengeluaran untuk ikan segar dari tahun 1993 sampai tahun 2002. Penelitian yang dilakukan Dey et al (2008) mengenai permintaan ikan di Asia dengan menggunakan tahunree-stage budgeting framework menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk ikan lebih banyak pada konsumen yang tergolong berpendapatan tinggi dibandingkan dengan kelompok berpendapatan rendah. Selain itu, kontribusi pengeluaran untuk ikan lebih tinggi di wilayah perkotaan dibandingkan dengan wilayah pedesaan.
KERANGKA PEMIKIRAN Indonesia adalah negara dengan wilayah perairan yang luas dan memiliki potensi sumberdaya perairan yang besar. Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis suatu daerah yang menentukan luas wilayah perairan yang dapat dimanfaatkan. Sektor perikanan juga tergantung pada musim yang akan mempengaruhi produksi. Produksi, ekspor dan impor ikan akan berpengaruh pada ketersediaan ikan untuk dikonsumsi dan jumlah konsumsi aktual di masyarakat. Konsumsi pangan, dalam hal ini adalah konsumsi ikan, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan pola konsumsi pangan. Tingginya pendapatan menunjukkan daya beli dan aksesibilitas terhadap pangan semakin meningkat. Faktor pendapatan dapat dilihat melalui pendekatan pengeluaran pangan. Pengeluaran pangan dapat dipengaruhi oleh harga sebagai hasil dari sistem distribusi, sistem penyimpanan dan industri pengolahan. Masyarakat dengan tingkat pengeluaran yang besar dan tinggal di wilayah dengan sumberdaya ikan yang tinggi akan berbeda jumlah konsumsi ikannya dengan masyarakat dengan tingkat pengeluaran yang rendah atau masyarakat yang tinggal di wilayah dengan sumberdaya ikan sedikit. Pembagian wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan. Selain konsumsi aktual, konsumsi ideal perlu diperhitungkan agar dapat menentukan apakah konsumsi ikan aktual sudah dapat mencukupi kebutuhan protein atau belum mencukupi. Konsumsi ikan ideal akan dapat menentukan jumlah ikan yang seharusnya tersedia untuk dikonsumsi masyarakat. Dari konsumsi ikan ideal dapat ditentukan kebutuhan ikan secara nasional sesuai dengan jumlah penduduk.Secara ringkas, kerangka pemikiran keragaan konsumsi ikan di Indonesia disajikan dalam gambar berikut.
11
- Sistem distribusi - Sistem
-
Produksi
-
Ekspor
-
Impor
Harga
penyimpanan - Industri pengolahan
Ketersediaan Ikan
Konsumsi ikan Pengeluaran
-
Aktual
-
Ideal
Kebutuhan ikan ideal
Penduduk Wilayah -
Pedesaan
-
Perkotaan
Keterangan: = variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keragaan Konsumsi Ikan di Indonesia tahun 2005-2011
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain
studi
penelitian
ini
adalah
studi
deskriptif.Penelitian
ini
menggunakan data sekunder yang berkaitan dengan konsumsi ikan di Indonesia.Penelitian dilakukan bulan Juni sampai September 2012 di Bogor, Jawa Barat. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berupa data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Tabel 2 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian No 1 2
3 4
Jenis Data Konsumsi ikan berdasarkan kelompok ikan segar Konsumsi Ikan ikan berdasarkan kelompok ikan olahan Konsumsi ikan berdasarkan kelompok makanan jadi Penduduk
Tahun
Sumber
2005-2011
SUSENAS, BPS
2005-2011
SUSENAS, BPS
2005-2011
SUSENAS, BPS
2005-2011 2013-2015
BPS BAPPENAS
Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program Microsoft Excell. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menunjukkan keragaan konsumsi ikan, konsumsi ikan aktual berdasarkan karakteristik wilayah (perkotaan atau pedesaan), serta konsumsi ikan aktual berdasarkan kelompok pengeluaran.Analisis
konsumsi
ikan
ideal
dilakukan
secara
deskriptif
berdasarkan kontribusi konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi pangan hewani sesuai dengan AKE. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 3 Pengolahan dan analisis data Tujuan 1
Pengolahan Data a. Menghitung konsumsi energi dan protein aktual dari ikan sesuai dengan kelompok ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional
Analisis Data a. Analisis konsumsi energi dari ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (Kal/kap/hari). b. Analisis konsumsi protein dari ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (g/kap/hari).
13
Tabel 3 (lanjutan) Tujuan
2
3
Pengolahan Data b. Menghitung konsumsi ikan aktual sesuai dengan kelompok ikan berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional
a. Menghitung konsumsi ikan aktual sesuai dengan kelompok ikan berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran.
a.
Menghitung kebutuhan konsumsi ikan ideal.
Analisis Data a. Analisis konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (kg/kapita/tahun) b. Analisis laju pertumbuhan konsumsi ikan berdasarkan wilayah Analisis konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah pedesaan, perkotaan dan nasional (kg/kapita/tahun). a. Analisis konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun) b. Analisis laju pertumbuhan konsumsi ikan berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun). a. Analisis sasaran konsumsi ikan tahun 2013-2015 (kg/kapita/tahun). b. Analisis sasaran kebutuhan ikan untuk dikonsumsi tahun 2013-2015 (ton/tahun).
Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut. 1. Data konsumsi ikan SUSENAS diolah berdasarkan faktor konversi ikan menjadi bentuk ikan segar. Jenis ikan yang dihitung pada SUSENAS adalah 32 jenis (lampiran 1) dan berdasarkan hasil kajian tim IPB-KKP jenis ikan yang dihitung ditambahkan dengan konsumsi ikan dari terasi, kerupuk, ikan (goreng, bakar, pindang, pepes, dsb), dan nasi rames. Jenis ikan yang dihitung dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi ikan segar, ikan olahan dan makanan jadi (Tabel 4). Kelompok ikan segar adalah kelompok ikan hasil produksi perikanan dalam bentuk mentah, terdiri dari berbagai jenis ikan yang tercatat dalam SUSENAS. Kelompok ikan olahan adalah kelompok ikan yang telah mengalami pengolahan baik dalam skala rumah tangga maupun industry, terdiri dari berbagai jenis ikan awetan serta terasi dan kerupuk. Kelompok makanan jadi adalah kelompok ikan yang dapat langsung dikonsumsi, berupa ikan segar maupun ikan olahan yang telah siap saji, terdiri dari ikan (goreng, bakar, pindang, dsb) dan nasi campur/rames.
14
Tabel4 Kategori jenis ikan Kelompok ikan 1. Ikan segar
2. Ikan olahan
3. Makanan jadi
Jenis ikan Ekor kuning Tongkol/tuna/cakalang Tenggiri Selar Kembung Teri Bandeng Gabus Mujair Mas Lele Kakap Baronang Ikan segar lainnya Udang Cumi-cumi/sotong Ketam/kepiting/rajungan Kerang/siput Udang dan hewan air segar lainnya Kembung/peda awetan Tenggiri awetan Tongkol/tuna/cakalang awetan Teri awetan Selar awetan Sepat awetan Bandeng awetan Gabus awetan Ikan dalam kaleng Ikan awetan lainnya Udang (ebi) Cumi-cumi/sotong awetan Udang dan hewan air awetan lainnya Terasi Kerupuk Ikan (goreng, bakar, pindang, dsb) Nasi campur/rames
Pengolahan data konsumsi ikan dari berdasarkan SUSENAS menjadi konsumsi setara ikan segar dilakukan menggunakan faktor konversi. Faktor konversi yang digunakan adalah faktor konversi untuk ikan olahan dan makanan jadi (Tabel 5). Tabel 5 Faktor konversi ikan olahan dan makanan jadi ke bentuk ikan segar No 1 2 3 4 5
Jenis Ikan Kembung/peda awetan Tenggiri awetan Tongkol/tuna/cakalang awetan Teri awetan Selar awetan
Faktor Konversi ke Ikan Segar 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
15
6 7 8 9 10
Sepat awetan Bandeng awetan Gabus awetan Ikan dalam kaleng Ikan awetan lainnya
2.0 2.0 1.7 1.7 2.0
Tabel 5 (lanjutan) No Jenis Ikan 11 Udang (ebi) 12 Cumi-cumi/sotong awetan 13 Udang dan hewan air awetan lainnya 14 Terasi 15 Kerupuk 16 Ikan (goreng, bakar, pindang, dsb) 17 Nasi campur/rames Sumber : NBM, Tim IPB-KKP
Faktor Konversi ke Ikan Segar 1.7 2.5 1.7 1) 2.0 2) 0.1 3) 1.59 4) 0.12
Keterangan: 1) konversi berdasarkan perbandingan hasil olahan dengan bahan mentah 2) konversi berdasarkan perbandingan hasil olahan dengan bahan mentah x % penduduk pulau Jawa 3) konversi berdasarkan Daftar Mentah Masak (DMM) 1.24 x Berat Dapat Dimakan (BDD) 78% 4) konversi berdasarkan asumsi ikan =1/5 dari lauk dalam nasi campur x 1/3 dari total nasi campur X konversi DMM (1.24) x BDD (78%)
Perhitungan konsumsi ikan aktual dalam penelitian ini menggunakan metode perhitungan
hasil KTt = 17% x KsIS
Kementerian
kajian
bersama
Kelautan
dan
Perikanan. Setelah dilakukan konversi ke bentuk ikan segar, dilakukan perhitungan
konsumsi
tidak
tercatat.
Konsumsi
tidak
tercatat
dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:
Konsumsi tidak tercatat diperlukan karena angka konsumsi yang tercantum dalam SUSENAS diduga belum mencakup konsumsi keseluruhan. Angka konversi tak tercatat 17% diperoleh dari persentase penggunaan ikan pada
industri
pengolahan
ikan
terhadap
konsumsi
setara
ikan
segar
dibandingkan dengan persentase konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk terhadap konsumsi setara ikan segar. Konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk digunakan sebagai pembanding karena keduanya mewakili jenis ikan hasil olahan industri. Penggunaan ikan pada industri rata-rata mencapai 4,63 kg/kapita/tahun (20,81% dari konsumsi setara ikan segar) sedangkan konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk rata-rata adalah 0,95 kg/kapita/tahun (4,28% dari konsumsi setara ikan segar). Terdapat selisih yang cukup besar antara penggunaan ikan untuk industri dengan konsumsi ikan dari terasi dan kerupuk sehingga diperoleh angka koreksi konsumsi tidak tercatat sebesar 17%. Angka koreksi ini dapat digunakan untuk perhitungan konsumsi ikan pada tahun-tahun berikutnya. Total konsumsi ikan
16
dihitung berdasarkan penjumlahan konsumsi setara ikan segar dan konsumsi tidak tercatat dengan rumus sebagai berikut. KIA = KsIS + KTt Keterangan: KIA = Konsumsi ikan aktual (kg/kap/tahun) KsIS = Konsumsi setara ikan segar (kg/kap/tahun) KTt = Konsumsi tidak tercatat (kg/kap/tahun) 2. Konsumsi ikan aktual masyarakat diolah berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotaan serta berdasarkan golongan pengeluaran. Data konsumsi yang digunakan adalah data konsumsi ikan hasil koreksi pada langkah pertama. Golongan pengeluaran yang digunakan adalah golongan pengeluaran berdasarkan data SUSENAS tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 seperti Tabel 6. Tabel 6 Golongan pengeluaran berdasarkan SUSENAS Gol
2005
Jumlah pengeluaran (ribu rupiah/kap/bulan ) 2006 2007 2008 2009 2010
1 < 60 < 60 < 100 < 100 < 100 2 60–79 60–79 100–149 100–149 100–149 4 100–149 100–149 200–299 200–299 200–299 5 150–199 150–199 300–499 300–499 300–499 6 200–299 200–299 500–749 500–749 500–749 7 300–499 300–499 750–999 750–999 750–999 8 > 500 > 500 > 1000 > 1000 > 1000 Sumber : SUSENAS 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011
< 100 100–149 200–299 300–499 500–749 750–999 > 1000
2011 < 100 100–149 200–299 300–499 500–749 750–999 > 1000
Konsumsi ikan berdasarkan golongan pengeluaran dapat menunjukkan konsumsi
ikan
sesuai
tingkat
kemiskinan
baik
di
pedesaan
maupun
perkotaan.Garis kemiskinan berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotan adalah pada Tabel 7. Tabel 7 Garis kemiskinan berdasarkan wilayah (2005-2011) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Garis kemiskinan (Rp) Kota Desa 150.799 117.259 174.290 130.584 187.942 146.837 204.896 161.831 222.123 179.835 232.989 192.354 253.016 213.395
Sumber : BPS (2012)
3. Perhitungan konsumsi ikan ideal (kg/kap/tahun) berdasarkan persentase konsumsi pangan hewani. Konsumsi pangan hewani diperoleh dari data SUSENAS. Konsumsi ikan ideal dihitung dengan dasar pendekatan PPH
17
yaitu kebutuhan energi dari sumber protein hewani adalah 12% dari kebutuhan energi harian 2000 Kal (WNPG 2004). Langkah-langkah perhitungan konsumsi ikan ideal adalah sebagai berikut: -
Menghitung komposisi konsumsi ikan terhadap konsumsi pangan hewani sesuai kandungan energi dan protein dengan rumus sebagai berikut.
-
Menghitung
komposisi
ideal
masing-masing
pangan
hewani
berdasarkan kebutuhan energi untuk total konsumsi pangan hewani dengan rumus sebagai berikut.
Untuk menghitung konsumsi ikan ideal per hari dalam satuan gram ikan, digunakan acuan dari kandungan energi dan protein rata-rata seluruh jenis ikan. -
Menghitung konsumsi ikan ideal (kg/kap/tahun) dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan: KI(h) = Konsumsi ikan ideal per hari (g/kap/hari) KI(t) = Konsumsi ikan ideal per tahun (kg/kap/tahun) -
Perhitungan sasaran atau proyeksi konsumsi ikan untuk tahun-tahun berikutnya adalah sebagai berikut.
Keterangan :
-
KIn = konsumsi ikan tahun ke-n (kg/kapita/tahun) KId = konsumsi ikan pada tahun dasar KIs = konsumsi ikan tahun sasaran (konsumsi ideal) KId = konsumsi ikan tahun dasar tn = tahun ke-n td = tahun dasar ts = tahun sasaran Perhitungan kebutuhan ikan untuk dikonsumsi (ton/tahun) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut.
18
-
Perhitungan tingkat kecukupan protein ikan dari konsumsi ikan aktual adalah sebagai berikut.
Keterangan: %TKP = tingkat kecukupan protein ikan KpIA = konsumsi protein ikan aktual (g/kap/hari) AKPi = angka kecukupan protein ideal (g/kap/hari)
Definisi Operasional Ikan adalah salah satu jenis pangan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, terdiri dari kelompok ikan segar, ikan olahan dan makanan jadi. Konsumsi ikan adalah sejumlah ikan yang dikonsumsi masyarakat berdasarkan survey yang dilakukan SUSENAS yang telah dikonversi menjadi setara ikan segar dalam bentuk energi dan protein dengan satuan Kal/kap/hari dan g/kap/hari Konsumsi ikan aktual adalah jumlah konsumsi setara ikan segar dan konsumsi tidak tercatat yang dihitung dengan satuan kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan ideal adalah jumlah ikan yang seharusnya dikonsumsi masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan energi dari ikan berdasarkan perhitungan PPH yaitu kebutuhan pangan hewani sebesar 12% AKE dalam rangka mencapai standar pelayanan minimal (SPM). Kebutuhan ikan ideal adalah jumah ikan yang dibutuhkan untuk dikonsumsi suaya
dapat
memenuhi
konsumsi
ikan
ideal,
dihitung
berdasarkan satuan ton/tahun. Golongan pengeluaran adalah kategori jumlah pengeluaran masyarakat berdasarkan SUSENAS seperti Tabel 6. Pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
19
kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ikan Aktual berdasarkan Wilayah Konsumsi ikan dalam data SUSENAS dapat dibedakan berdasarkan wilayah
pedesaan
dan
perkotaan.Penggolongan
wilayah
pedesaan
dan
perkotaan pada SUSENAS berdasarkan penghitungan skor terhadap tiga variabel potensi desa yaitu kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum (BPS 2012). Berdasarkan PP No 47 tahun 1997, kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Konsumsi energi/kapita/hari,
ikan
aktual
dapat
dihitung
berdasarkan
konsumsi
protein/kapita/hari, gram/kapita/hari dan kg/kapita/tahhu.
Perhitungan konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan konsumsi antara masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Tabel 8 merupakan hasil perhitungan konsumsi energi dari ikan berdasarkan wilayah tahun 2005 sampai dengan tahun 2011. Tabel 8 Perkembangan konsumsi energi dari ikan per wilayah tahun 2005-2011 berdasarkan kelompok ikan (Kal/kap/hari) Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Wilayah Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan
Ikan segar 38 36 39 36 34 38 35 33 37 36 35 37 34 34 35 37 36 37
Ikan olahan 32 37 27 31 34 28 34 38 30 35 40 28 30 35 26 30 34 25
Makanan jadi 5 3 7 5 3 7 6 4 8 8 5 11 7 5 11 7 4 10
Konsumsi aktual 75 77 73 72 71 73 75 75 75 78 80 76 72 73 71 74 75 73
21
Tabel 8 (lanjutan) Tahun 2011
Rata-rata
Wilayah Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan
Ikan segar 36 37 36 36 35 37
Ikan olahan 31 34 27 32 36 27
Makanan jadi 7 4 11 7 4 9
Konsumsi aktual 75 76 73 74 75 74
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi dari ikan mencapai 74 Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan di pedesaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Rata-rata konsumsi energi dari ikan di pedesaan adalah 75 Kal/kapita/hari sedangkan di perkotaan adalah 74 Kal/kapita/hari. Konsumsi energi dari ikan telah dapat memenuhi 30% komposisi ideal pangan hewani (12% AKE atau 240 Kal). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi ikan terutama di pedesaan menyumbang energi yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan energi sehari, khususnya dari pangan hewani. Perkembangan konsumsi energi dari ikan berdasarkan wilayah dapat dilihat pada lampiran 2-4. Konsumsi energi dari kelompok ikan segar dan ikan olahan menunjukkan jumlah yang tidak berbeda jauh secara nasional. Akan tetapi, konsumsi energi dari ikan segar di perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Demikian pula, konsumsi energi dari ikan olahan di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Konsumsi energi dari makanan jadi kurang dari 10 Kal/kapita/hari karena konsumsi ikan dari makanan jadi lebih sedikit daripada kelompok ikan segar dan ikan olahan. Ikan sebagai salah satu pangan sumber protein yang dikonsumsi masyarakat dapat berkontribusi terhadap kecukupan protein umumnya.
Ikan
menyediakan kombinasi yang baik dari asam amino yang sesuai dengan kebutuhan gizi manusia. Ikan mengandung lisin yang tinggi (yang rendah protein nabati) dan asam amino sulfur; inilah yang menyebabkan ikan efisien dalam suplementasi diet tinggi karbohidrat yang rendah protein pada banyak negara. Ikan dalam jumlah kecil jika dikombinasikan dengan diet padi-padian dapat meningkatkan kualitas gizi dari protein nabati dan meningkatkan kualitas gizi dalam diet secara keseluruhan (FAO 2012).Konsumsi protein dari ikan berdasarkan kelompok ikan adalah seperti Tabel 9.
22
Tabel 9 Perkembangan konsumsi protein dari ikan per wilayah tahun 2005-2011 berdasarkan kelompok ikan (gkap/hari) Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata
Wilayah Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan
Ikan segar 6,61 6,36 6,95 6,28 5,86 6,76 6,09 5,70 6,50 6,25 6,06 6,45 5,94 5,83 6,07 6,44 6,33 6,57 6,36 6,37 6,20 6,28 6,07 6,50
Ikan olahan 6,12 7,09 4,98 5,87 6,45 5,12 6,59 7,43 5,69 6,67 7,85 5,41 5,85 6,74 4,90 5,75 6,63 4,81 5,92 6,71 5,10 6,11 6,99 5,14
Makanan jadi 0,77 0,52 1,10 0,74 0,50 1,06 0,88 0,57 1,20 1,14 0,71 1,61 1,12 0,69 1,59 1,09 0,66 1,54 1,11 0,64 1,59 0,98 0,61 1,38
Konsumsi aktual 13,50 13,98 13,03 12,90 12,82 12,93 13,55 13,70 13,39 14,07 14,62 13,47 12,92 13,26 12,56 13,28 13,62 12,92 13,39 13,72 12,89 13,37 13,67 13,03
Berdasarkan Tabel 9, konsumsi protein dari ikan secara umum mencapai 13,37 gram/kapita/hari. Jumlah ini sudah dapat memenuhi 25% angka kecukupan protein yang dianjurkan yaitu 52 gram/kapita/hari. Konsumsi protein dari ikan segar dan ikan olahan, sama halnya dengan konsumsi energi, tidak berbeda jauh. Konsumsi protein dari ikan di pedesaan terutama berasal dari ikan olahan. Rata-rata konsumsi protein dari ikan olahan di pedesaan adalah 6,99 gram/kapita/hari yang berkontribusi 51,14% dari total konsumsi protein dari ikan. Konsumsi protein dari ikan di perkotaan terutama berasal dari ikan segar. Ratarata konsumsi protein dari ikan segar di perkotaan adalah 6,50 gram/kapita/hari yang berkontribusi sebesar 49,88% terhadap keseluruhan konsumsi protein dari ikan. Konsumsi protein dari makanan jadi juga tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah ikan yang dikonsumsi dari makanan jadi tidak terlalu besar. Perkembangan konsumsi protein dari ikan selengkapnya terdapat pada lampiran 2-4. Selanjutnya,
konsumsi
ikan
aktual
dihitung
berdasarkan
satuan
kg/kapita/tahun. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa berdasarkan wilayah, konsumsi ikan aktual mengalami fluktuasi dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Konsumsi ikan aktual tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 27,11
23
kg/kapita/tahun secara nasional, 27,00 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 27,23 kg/kapita/tahun di perkotaan. Konsumsi ikan aktual terendah adalah pada tahun 2009 sebesar 25,18 kg/kapita/tahun secara nasional dan 25,50 kg/kapita/tahun di perkotaan. Sementara, di pedesaan konsumsi ikan aktual terendah terjadi tahun 2006 sebesar 24,36 kg/kapita/tahun. Penurunan konsumsi ikan diduga terjadi karena pada masa krisis terjadi penyesuaian strategi pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut BAPPENAS (2007), dengan daya beli yang menurun, masyarakat
mengurangi
jenis
pangan
yang
harganya
mahal
dan
mensubstitusinya dengan jenis pangan yang relatif murah dan mengurangi konsumsi protein hewani. Tabel 10 Perkembangan konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah tahun 20052011 (kg/kap/tahun) Kelompok ikan Ikan segar
Ikan olahan
Makanan jadi Konsumsi ikan aktual
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional
16,53 17,63 16,98 8,47 5,89 7,28 1,40 2,94 2,08 26,40 26,46 26,34
15,31 17,27 16,23 7,71 6,11 7,01 1,34 2,84 1,99 24,36 26,21 25,23
14,81 16,68 15,72 8,82 6,74 7,81 1,52 3,23 2,35 25,15 26,65 25,88
15,75 16,49 16,11 9,35 6,42 7,93 1,90 4,32 3,07 27,00 27,23 27,11
15,02 15,43 15,22 8,01 5,81 6,95 1,85 4,26 3,01 24,87 25,50 25,18
16,31 16,75 16,52 7,87 5,68 6,81 1,78 4,13 2,91 25,96 26,56 26,25
16,47 16,72 16,35 7,86 5,97 6,92 1,73 4,27 2,99 26,06 26,95 26,27
Ratarata 15,74 16,71 16,16 8,30 6,09 7,25 1,65 3,71 2,63 25,69 26,51 26,04
Secara nasional, konsumsi ikan dari kelompok ikan segar tertinggi adalah pada tahun 2005 (16,98 kg/kapita/tahun) dan terendah adalah tahun 2009 (15,22 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan dari kelompok ikan olahan tertinggi adalah pada tahun 2007 (7,93 kg/kapita/tahun) dan terendah adalah tahun 2010 (6,81 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan dari makanan jadi tertinggi adalah tahun 2008 (3,07 kg/kapita/tahun) dan terendah adalah tahun 2006 (1,99 kg/kapita/tahun). Selengkapnya tercantum pada lampiran 5-7.Peningkatan konsumsi ikan dari kelompok makanan jadi pada tahun 2008 berkaitan dengan meningkatnya partisipasi kerja setiap tahun sehingga semakin banyak orang yang memperoleh kebutuhan pangan dari luar rumah seperti warung makan maupun restoran. Berdasaarkan BPS (2009) tingkat pastisipasi angkatan kerja pada tahun 2008 meningkat menjadi 67,33% dari tahun sebelumnya sebesar 66,99%.
24
Ditjen P2HP (2012) menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya konsumsi ikan Indonesia diantaranya masih rendahnya minat masyarakat untuk makan ikan, ketersediaan ikan yang tidak merata dan kontinu di setiap wilayah, mutu produk yang tersedia masih sangat rendah, sarana dan distribusi pemasaran sangat terbatas, serta peningkatan konsumsi ikan yang masih dipahami secara sektarian belum menyentuh kelembagaan lintas sektoral. Perkembangan konsumsi ikan aktual di wilayah pedesaan tidak terlalu berbeda jauh dengan konsumsi ikan aktual secara nasional.Rata-rata konsumsi ikan aktual masyarakat pedesaan adalah 25,69 kg/kapita/tahun. Sama halnya dengan konsumsi ikan aktual nasional, konsumsi ikan aktual masyarakat pedesaan mengalami fluktuasi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 dan pada tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup stabil. Terkait dengan krisis pangan global tahun 2007-2008, Susilowati dan Rachman (2010) menyatakan bahwa respons masyarakat pedesaan dalam kegiatan usahatani dan pola konsumsi dalam menghadapi peningkatan harga pangan secara umum tidak berubah. Dalam frekuensi yang relatif kecil, masyarakat
pedesaan
menyikapi
peningkatan
harga
pangan
dengan
menurunkan kualitas makanan pokok serta menurunkan kualitas maupun kuantitas lauk pauk. Penurunan kualitas lauk pauk yang paling kentara adalah pada jenis ikan segar, yang pada umumnya mengganti konsumsi ikan dengan jenis ikan yang lebih murah harganya. Konsumsi ikan aktual di wilayah perkotaan memiliki pola yang sama dengan konsumsi ikan aktual di wilayah pedesaan maupun nasional. Pada tahun 2005 sampai 2008, konsumsi ikan aktual masyarakat perkotaan mengalami fluktuasi dan pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami peningkatan. Rata-rata konsumsi ikan aktual masyarakat perkotaan adalah 26,51 kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan di wilayah perkotaan lebih tinggi daripada konsumsi ikan di wilayah pedesaan. Kelompok ikan segar dan makanan jadi lebih banyak dikonsumsi di perkotaan sedangkan konsumsi ikan dari ikan olahan lebih banyak di pedesaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Adam (2007) yang menyatakan bahwa konsumsi ikan pada kelompok rumah tangga di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan yang terjadi karena rumah tangga di daerah perkotaan memiliki kesadaran akan kandungan gizi ikan yang tinggi, tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan preferensi protein yang lebih beragam dibandingkan masyarakat di daerah pedesaan.
25
Laju pertumbuhan konsumsi ikan pedesaan lebih lambat dibandingkan dengan perkotaan maupun nasional. Pertumbuhan konsumsi ikan di pedesaan cenderung mengalami penurunan sedangkan di perkotaan dan nasional cenderung mengalami peningkatan meskipun jumlahnya tidak terlalu besar (Tabel 11). Tabel 11 Laju pertumbuhan konsumsi ikan berdasarkan wilayah (%) Kelompok ikan Ikan segar
Ikan olahan
Makanan jadi Konsumsi ikan aktual
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional
-
-7,35 -2,04 -4,42 -9,04 3,68 -3,71 -4,25 -3,60 -4,33 -7,73 -0,94 -4,21
-3,31 -3,39 -3,14 14,41 10,27 11,41 13,64 13,99 18,09 3,23 1,67 2,58
6,36 -1,11 2,48 5,99 -4,77 1,54 24,94 33,56 30,64 7,36 2,17 4,75
-4,65 -6,45 -5,52 -14,29 -9,48 -12,36 -3,02 -1,19 -1,95 -7,87 -6,33 -7,12
8,59 8,55 8,54 -1,72 -2,21 -2,01 -3,87 -3,13 -3,32 4,35 4,15 4,25
1,01 -0,21 -1,03 -0,20 5,05 1,62 -2,75 3,38 2,75 0,39 1,47 0,08
Ratarata 0,11 -0,77 -0,52 -0,81 0,42 -0,59 4,12 7,17 6,98 -0,05 0,37 0,05
Meskipun konsumsi ikan segar di perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan pedesaan, laju pertumbuhan rata-rata konsumsi ikan segar cenderung lebih meningkat di pedesaan yaitu 0,11% per tahun. Sebaliknya, laju pertumbuhan rata-rata ikan olahan lebih cenderung mengalami peningkatan di perkotaan yaitu 0,042% per tahun dibandingkan dengan pedesaan yang mengalami penurunan 0,81% per tahun walaupun dari segi jumlah, konsumsi ikan olahan lebih banyak di pedesaan. Konsumsi ikan dari makanan jadi di kedua wilayah mengalami pertumbuhan yang cukup cepat dibandingkan dengan kelompok ikan segar dan ikan olahan. Namun, laju pertumbuhannya lebih besar di perkotaan (7,17% per tahun) daripada di pedesaan (4,12% per tahun). Ratarata laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual di pedesaan adalah -0,05% per tahun. Rata-rata laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual di perkotaan adalah 0,37% per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi ikan menunjukkan preferensi kelompok ikan yang berbeda pada wilayah pedesaan dan perkotaan. Laju pertumbuhan ikan segar di pedesaan yang semakin meningkat dibandingkan dengan ikan olahan menunjukkan bahwa masyarakat di pedesaan sudah mulai menyenangi konsumsi ikan segar daripada ikan olahan. Demikian pula di perkotaan, laju pertumbuhan konsumsi ikan olahan yang semaikin meningkat dibandingkan
26
dengan ikan segar menunjukkan bahwa masyarakat di perkotaan sudah mulai meningkatkan konsumsi ikan olahan. Sementara, dari kelompok makanan jadi, laju pertumbuhan di kedua wilayah menunjukkan bahwa konsumsi makanan jadi terus mengalami peningkatan meskipun lebih tinggi di perkotaan daripada di pedesaan. Komposisi konsumsi ikan per kelompok setiap wilayah selengkapnya disajikan pada gambar 2.
20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 pedesaan ikan segar
perkotaan ikan olahan
nasional makanan jadi
Gambar 2 Komposisi konsumsi ikan aktual berdasarkan wilayah Komposisi konsumsi ikan aktual didominasi oleh kelompok ikan segar secara nasional maupun pada wilayah pedesaan dan perkotaan. Konsumsi ikan dari ikan segar mencapai 62% secara nasional. Di perkotaan, konsumsi ikan dari ikan segar sedikit lebih banyak daripada di pedesaan. Sebaliknya, konsumsi ikan olahan lebih banyak di pedesaan daripada perkotaan. Konsumsi ikan olahan di pedesaan mencapai sepertiga dari konsumsi ikan aktual sementara di pedesaan konsumsi ikan olahan hanya sekitar seperempat dari konsumsi ikan aktual. Konsumsi ikan dari makanan jadi mencapai 10% dari konsumsi ikan aktual. Namun, konsumsi ikan dari makanan jadi di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Kontribusi dari kelompok ikan segar pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Adam (2007) yang menunjukkan tingkat partisipasi konsumsi ikan segar di daerah perkotaan lebih besar daripada daerah pedesaan. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa dari segi komposisinya, masyarakat pedesaan lebih banyak mengonsumsi ikan dalam ikan olahan daripada masyarakat perkotaan. Sementara masyarakat perkotaan lebih banyak mengonsumsi ikan dalam bentuk ikan segar dan makanan jadi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat
27
perkotaan terhadap makanan jadi lebih besar dibandingkan masyarakat di pedesaan. Menurut Ariani (2004), tingginya proporsi pengeluaran makanan jadi di kota terkait dengan pola kehidupan masyarakatnya. Jumlah warung/restoran yang menjual makanan jadi sangat banyak yang tersebar di berbagai tempat yang dengan mudah dapat dijumpai dengan harga yang bervariasi tergantung pada daya beli masyarakat. Situasi ini membuat orang cenderung untuk mencari makan di luar rumah, apalagi fungsi makan yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan secara kuantitatif, tetapi juga sebagai sarana komunikasi atau prestise dengan anggota masyarakat yang lain. Konsumsi ikan aktual baik secara nasional maupun berdasarkan wilayah pedesaan dan perkotaan lebih banyak dalam bentuk konsumsi ikan segar. Banyaknya jenis ikan segar yang tercatat dalam SUSENAS adalah 19 jenis seperti yang tercantum dalam Tabel 3. Dengan mengetahui konsumsi ikan berdasarkan jenisnya, dapat dipertimbangkan jenis ikan apa saja yang berpotensi untuk ditingkatkan produksinya, terutama ikan yang berasal dari perikanan budidaya. a. Konsumsi aktual ikan segar Jenis ikan segar yang tercatat dalam SUSENAS adalah sebanyak 19 jenis yang terdiri dari ikan ekor kuning, ikan tuna/tongkol/cakalang, ikan tenggiri, ikan selar, ikan kembung, ikan teri, ikan bandeng, ikan gabus, ikan mujair, ikan mas, ikan lele, ikan kakap, ikan baronang, ikan segar lainnya, udang, cumicumi/sotong, ketam/kepiting/rajungan, kerang/siput serta udang dan hewan air segar lainnya. Ibrahim (2012) menyatakan terdapat 182 jenis ikan yang diproduksi di Indonesia, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Konsumsi masing-masing jenis ikan segar berkisar antara 0,00 sampai 4,20 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar nasional adalah 16,16 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di pedesaan adalah 15,74 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan segar di perkotaan adalah 16,71 kg/kapita/tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8. Jenis ikan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah jenis ikan lainnya, baik di pedesaan, perkotaan maupun nasional. Sementara, jenis ikan yang paling sedikit dikonsumsi masyarakat adalah baronang serta udang dan hewan air lainnya segar (gambar 3). Jenis ikan yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun diataranya adalah ikan lainnya, ikan tongkol/tuna/cakalang, ikan kembung, ikan mujair dan ikan bandeng (Tabel 12). Jenis ikan yang dikonsumsi kurang dari
28
0,5kg/kapita/tahun adalah ikan ekor kuning, ikan teri, cumi-cumi/sotong, ikan tenggiri, kerang/siput, ikan kakap, ikan baronang, serta jenis udang dan hewan air lainnya (Tabel 13).
Gambar 3 Konsumsi berbagai jenis ikan segar (kg/kapita/tahun) Jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih banyak di pedesaan adalah ikan lainnya, ikan tongkol/tuna/cakalang, ikan ekor kuning, ikan teri, ikan gabus, serta kerang/siput. Sementara, jenis ikan segar yang lebih banyak dikonsumsi di perkotaan diantaranya ikan kembung, ikan bandeng, ikan mujair, ikan mas, ikan lele, ikan kakap, udang, cumi-cumi/sotong serta ketam/kepiting/rajungan. Dari gambar 3 diketahui bahwa udang sebagai salah satu unggulan ekspor perikanan Indonesia masih dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, khususnya di pedesaan.Demikian pula dengan ikan tenggiri dan ikan kakap. Ariani (2004) menyatakan bahwa orientasi kebijakan ekspor ikan untuk memperoleh devisa jangan sampai menyebabkan harga ikan domestik menjadi mahal, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat. Jenis ikan lainnya yang banyak dikonsumsi masyarakat di wilayah pedesaan maupun perkotaan menunjukkan bahwa masih terdapat jenis-jenis ikan yang dikonsumsi masyarakat namun tidak tercatat dalam SUSENAS.Salah satu jenis ikan yang tidak tercantum dalam SUSENAS adalah ikan patin.Dalam
29
WPI
(2012)
dijelaskan
bahwa
kebutuhan
pasar
ikan
patin
sangat
besar.Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan ikan patin sebagai salah satu komoditas perikanan program industrialisasi dari jenis komoditas perikanan budidaya. Tabel 12 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun Jenis ikan Ikan segar lainnya Tongkol /tuna/ cakalang Kembung
Mujair
Bandeng
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional
3,49 2,40 3,00 3,04 2,74 2,85 1,53 2,47 1,97 1,44 1,85 1,63 1,22 2,07 1,62
3,22 2,13 2,75 2,56 2,81 2,68 1,58 2,43 1,95 1,46 1,83 1,65 1,03 1,89 1,40
4,13 2,98 3,59 2,23 2,22 2,23 1,15 1,88 1,51 1,06 1,51 1,28 1,38 1,85 1,61
4,20 2,98 3,62 2,72 2,20 2,47 1,35 2,14 1,74 1,29 1,61 1,45 1,32 1,53 1,42
3,96 2,70 3,36 2,38 1,94 2,17 1,37 2,13 1,74 1,27 1,46 1,37 1,20 1,38 1,29
3,68 2,48 3,11 2,76 2,17 2,48 1,59 2,26 1,92 1,28 1,57 1,43 1,54 1,63 1,59
3,89 2,68 3,29 2,68 2,14 2,38 1,34 0,43 1,65 1,58 1,89 1,71 1,28 1,34 1,28
Ratarata 3,80 2,62 3,24 2,62 2,31 2,47 1,42 1,96 1,78 1,34 1,68 1,50 1,28 1,67 1,46
Jenis-jenis ikan segar yang dikonsumsi lebih dari 1 kg/kapita/tahun menunjukkan kecenderungan konsumsi masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan. Konsumsi ikan segar tertinggi adalah jenis ikan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena beragamnya jenis ikan segar yang dikonsumsi masyarakat yang belum terangkum dalam data SUSENAS.
Rata-rata konsumsi ikan lainnya
mencapai 3,24 kg/kapita/tahun. Salah satu jenis ikan laut yang cukup populer dikonsumsi yaitu tongkol (Tahununnus maccoyii).Rata-rata konsumsi ikan tuna/tongkol/cakalang secara nasional adalah 2,47 kg/kapita/tahun. Menurut Ilyas (2011), mengonsumsi ikan tongkol sangat disarankan karena mengandung banyak zat gizi. Kandungan penting yang terdapat dalam ikan ini di antaranya 111 kalori, 24 gram protein, 1 gram lemak, 46 miligram kolesterol, dan 0,7 miligram zat besi. Dengan kandungan protein yang tinggi, ikan tongkol sangat cocok untuk dikonsumsi terutama oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Daging ikan tongkol pun sangat gurih, padat dan mudah diolah menjadi berbagai menu makanan. Jenis ikan yang banyak dikonsumsi umumnya berasal dari ikan laut.Ikan mujair menjadi ikan air tawar yang paling banyak dikonsumsi. Rata-rata konsumsi ikan mujair adalah 1,50 kg/kapita/tahun. Menurut Delgado et al (2003),
30
konsumsi ikan laut telah dibatasi oleh keterbatasan dalam produksi bersamaan dengan tingginya tingkat eksploitasi perikanan tangkap. Oleh karena itu, konsumsi ikan segar dari ikan air tawar berpotensi untuk dikembangkan karena merupakan berasal dari perikanan budidaya. Tabel 13 Perkembangan konsumsi ikan segar berdasarkan jenis yang dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun Jenis ikan Ekor kuning
Teri Cumi-cumi/ sotong Tenggiri
Kerang/siput
Kakap
Baronang Udang dan hewan air lainnya
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional
0,48 0,51 0,49 0,59 0,44 0,52 0,14 0,31 0,22 0,21 0,28 0,24 0,08 0,18 0,13 0,04 0,19 0,11 0,03 0,04 0,03 0,04 0,02 0,03
0,79 0,61 0,73 0,49 0,37 0,43 0,12 0,24 0,18 0,24 0,30 0,24 0,24 0,24 0,24 0,06 0,12 0,12 0,00 0,06 0,06 0,00 0,00 0,00
0,40 0,41 0,40 0,49 0,40 0,45 0,16 0,40 0,28 0,13 0,21 0,17 0,17 0,24 0,21 0,13 0,22 0,18 0,07 0,05 0,07 0,05 0,04 0,04
0,37 0,37 0,37 0,43 0,35 0,39 0,14 0,39 0,26 0,13 0,25 0,19 0,17 0,17 0,17 0,15 0,18 0,17 0,10 0,05 0,07 0,04 0,05 0,04
0,49 0,39 0,44 0,52 0,39 0,46 0,13 0,38 0,25 0,14 0,21 0,17 0,13 0,13 0,13 0,11 0,19 0,15 0,06 0,04 0,05 0,04 0,03 0,03
0,56 0,49 0,52 0,54 0,40 0,47 0,19 0,51 0,34 0,16 0,25 0,20 0,20 0,19 0,20 0,09 0,22 0,16 0,06 0,05 0,05 0,04 0,03 0,04
0,49 0,43 0,49 0,49 0,43 0,43 0,18 0,37 0,24 0,12 0,61 0,18 0,18 0,12 0,12 0,24 0,24 0,24 0,12 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Ratarata 0,51 0,46 0,49 0,50 0,39 0,45 0,15 0,37 0,25 0,16 0,30 0,20 0,17 0,18 0,17 0,12 0,19 0,16 0,06 0,05 0,06 0,04 0,03 0,04
Tabel 13 menunjukkan jenis ikan yang kurang digemari masyarakat karena dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan ekor kuning adalah 0,49 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan teri adalah 0,45 kg/kapita/tahun.
Rata-rata
konsumsi
cumi-cumi/sotong
adalah
0,25
kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan tenggiri adalah 0,20 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi kerang/siput
adalah
0,17 kg/kapita/tahun.
Rata-rata
konsumsi ikan kakap adalah 0,16 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan baronang adalah 0,06 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi udang dan hewan air lainnya adalah 0,04 kg/kapita/tahun. Meskipun dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun, terdapat kecenderungan peningkatan konsumsi masing-masing jenis ikan ini. Salah satu jenis ikan yang dikonsumsi kurang dari 0,5 kg/kapita/tahun adalaa ikan ekor kuning. Ikan ekor kuning berpotensi untuk ditingkatkan
31
konsumsinya karena harganya tergolong murah. Menurut Fadly (2011), harga beli ikan ekor kuning (Redbelly yellowtail fusilier) ukuran diatas 100 gram di tingkat nelayan antara Rp10.000-13.000/kg. b. Konsumsi aktual ikan olahan Jenis ikan olahan yang tercatat dalam SUSENAS merupakan ikan awetan maupun olahan industri seperti terasi dan kerupuk. Total jenis ikan olahan yang diperhitungkan adalah 15 jenis. Ikan olahan menjadi salah satu kelompok ikan yang banyak dikonsumsi di pedesaan.Hal ini terkait banyaknya anggapan masyarakat bahwa ikan olahan khususnya ikan asin adalah makanan bagi kaum tak mampu. Sama halnya dengan konsumsi ikan segar, konsumsi ikan olahan menunjukkan jenis ikan olahan yang banyak dikonsumsi adalah ikan teri awetan (Tabel 14). Jenis ikan olahan dengan konsumsi terendah adalah cumicumi/sotong awetan. Total konsumsi ikan olahan rata-rata adalah 7,25 kg/kapita/tahun. Tabel 14 Perkembangan konsumsi ikan olahan berdasarkan wilayah (kg/kapita/tahun) Jenis ikan Ikan kembung (peda)-awetan Tenggiriawetan Tongkol/ tuna/ cakalangawetan Teri-awetan
Selar-awetan
Sepat-awetan Bandengawetan Gabus-awetan Ikan dalam kaleng-awetan
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional
0,99 0,52 0,77 0,06 0,06 0,06 0,95 0,80 0,88 2,10 1,38 1,77 0,44 0,27 0,36 0,44 0,35 0,40 0,14 0,20 0,17 0,07 0,11 0,09 0,15 0,13 0,14
0,99 0,56 0,79 0,11 0,05 0,09 0,61 0,89 0,73 1,81 1,30 1,60 0,44 0,26 0,35 0,60 0,56 0,59 0,13 0,24 0,18 0,08 0,04 0,06 0,08 0,17 0,12
0,94 0,61 0,78 0,06 0,07 0,07 0,89 0,92 0,91 2,21 1,51 1,87 0,37 0,22 0,30 0,37 0,38 0,37 0,19 0,25 0,22 0,06 0,09 0,07 0,11 0,16 0,13
0,92 0,56 0,75 0,06 0,06 0,06 1,04 1,00 1,02 2,10 1,36 1,75 0,48 0,20 0,34 0,42 0,39 0,41 0,21 0,28 0,24 0,06 0,08 0,07 0,14 0,11 0,13
0,79 0,51 0,66 0,08 0,07 0,07 0,76 0,84 0,80 1,84 1,23 1,55 0,36 0,21 0,29 0,36 0,31 0,34 0,14 0,18 0,16 0,04 0,07 0,05 0,09 0,12 0,11
0,82 0,51 0,67 0,09 0,07 0,08 0,78 0,82 0,80 1,91 1,29 1,62 0,36 0,18 0,28 0,41 0,33 0,38 0,17 0,21 0,19 0,05 0,05 0,05 0,09 0,12 0,11
0,72 0,49 0,61 0,07 0,06 0,06 0,85 0,80 0,83 1,91 1,43 1,68 0,32 0,21 0,26 0,39 0,37 0,38 0,18 0,19 0,20 0,07 0,10 0,08 0,12 0,10 0,11
Ratarata 0,88 0,54 0,72 0,08 0,06 0,07 0,84 0,87 0,85 1,98 1,36 1,69 0,40 0,22 0,31 0,43 0,38 0,41 0,17 0,22 0,20 0,06 0,08 0,07 0,11 0,13 0,12
32
Tabel 14 (lanjutan) Jenis ikan Ikan awetan Lainnya Udang (ebi)awetan Cumicumi/sotongawetan Udang hewan air-awetan lainnya Terasi
Kerupuk Total ikan olahan
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan Nasional
1,79 0,88 1,38 0,03 0,07 0,05 0,03 0,05 0,04 0,02 0,02 0,02 1,13 0,92 1,03 0,11 0,13 0,11 8,47 5,89 7,28
1,48 0,84 1,21 0,03 0,04 0,04 0,03 0,09 0,06 0,01 0,02 0,01 1,21 0,94 1,09 0,08 0,10 0,09 7,71 6,11 7,01
2,27 1,26 1,78 0,09 0,07 0,07 0,01 0,08 0,04 0,03 0,04 0,04 1,11 0,97 1,04 0,09 0,12 0,11 8,82 6,74 7,81
2,49 1,16 1,85 0,09 0,06 0,08 0,02 0,09 0,05 0,03 0,03 0,03 1,17 0,94 1,06 0,08 0,09 0,09 9,35 6,42 7,93
2,24 1,10 1,69 0,08 0,05 0,06 0,02 0,08 0,05 0,03 0,03 0,03 1,09 0,92 1,01 0,06 0,08 0,07 8,01 5,81 6,95
1,86 0,94 1,42 0,07 0,05 0,06 0,03 0,09 0,06 0,04 0,04 0,04 1,09 0,89 0,99 0,07 0,08 0,08 7,87 5,68 6,81
1,86 1,03 1,45 0,07 0,04 0,06 0,03 0,09 0,06 0,12 0,07 0,10 1,05 0,88 0,96 0,06 0,08 0,07 7,86 5,97 6,92
Ratarata 2,00 1,03 1,54 0,07 0,05 0,06 0,02 0,08 0,05 0,04 0,04 0,04 1,12 0,92 1,03 0,08 0,10 0,09 8,30 6,09 7,25
Berdasarkan Tabel 13, konsumsi ikan olahan secara nasional mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Tahun-tahun sebelumnya konsumsi ikan olahan tergolong fluktuatif. Rata-rata konsumsi ikan olahan di pedesaan (8,30 kg/kapita/tahun) lebih tinggi daripada rata-rata konsumsi ikan olahan di perkotaan (6,09 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan olahan tertinggi terjadi pada tahun 2009 di pedesaan, perkotaan maupun nasional. Secara nasional, ikan olahan yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan teri awetan dengan ratarata sebesar 1,69 kg/kapita/tahun. Sementara, jenis ikan olahan dengan konsumsi terendah adalah cumi-cumi/sotong awetan dengan rata-rata sebesar 0,04 kg/kapita/tahun. Apabila dibandingkan antara pedesaan dan perkotaan, jenis ikan olahan dengan konsumsi tertinggi di pedesaan adalah ikan awetan lainnya (2,00 kg/kapita/tahun) sedangkan di perkotaan adalah ikan teri awetan (1,36 kg/kapita/tahun). Jenis ikan olahan dengan konsumsi terendah di pedesaan adalah cumi-cumi/sotong awetan (0,02 kg/kapita/tahun) sedangkan di perkotaan adalah udang dan hewan air awetan lainnya (0,04 kg/kapita/tahun). Konsumsi ikan olahan industri yang diwakili oleh terasi dan kerupuk juga berbeda antara pedesaan dengan perkotaan. Konsumsi ikan dari terasi lebih banyak di pedesaan (1,12 kg/kapita/tahun) dibandingkan dengan perkotaan (0,92 kg/kapita/tahun). Menurut Nwabueze dan Nwabueze (2010), ikan fermentasi (terasi) merupakan
33
sumber protein hewani yang baik. Sementara, konsumsi ikan dari kerupuk lebih banyak di perkotaan (0,10 kg/kapita/tahun) dibandingkan dengan pedesaan (0,08 kg/kapita/tahun). c. Konsumsi ikan aktual dari makanan jadi Makanan jadi yang diperhitungkan dalam konsumsi ikan adalah nasi campur/nasi rames dan ikan (bakar, goreng, pepes, pindang, dsb). Kedua jenis makanan ini memiliki kontribusi yang cukup besar pada total konsumsi ikan sehingga harus diperhitungkan. Tabel 15 Perkembangan konsumsi ikan aktual dari makanan jadi (kg/kap/tahun) Jenis Ikan
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Nasi campur/rames
pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan
1,12 2,46 1,70 0,28 0,48
1,08 2,25 1,59 0,26 0,59
1,27 2,57 1,90 0,26 0,67
1,53 3,36 2,42 0,37 0,95
1,47 3,22 2,32 0,38 1,04
1,38 3,08 2,20 0,39 1,05
1,41 3,39 2,40 0,32 0,88
Ratarata 1,32 2,90 2,07 0,32 0,81
nasional
0,37
0,40
0,45
0,65
0,70
0,71
0,59
0,56
pedesaan perkotaan nasional
1,40 2,94 2,08
1,34 2,84 1,99
1,52 3,23 2,35
1,90 4,32 3,07
1,85 4,26 3,01
1,78 4,13 2,91
1,73 4,27 2,99
1,65 3,71 2,63
Ikan (goreng, bakar, pindang, pepes,dll) Konsumsi makanan jadi
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa konsumsi ikan aktual dari makanan jadi mengalami peningkatan sejak tahun 2006.Konsumsi ikan aktual dari kelompok makanan jadi terbesar adalah di wilayah perkotaan.Rata-rata konsumsi ikan dari makanan jadi nasional adalah 2,63 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi ikan dari makanan jadi di pedesaan adalah 1,65 kg/kapita/tahun. Ratarata konsumsi ikan dari makanan jadi di perkotaan adalah 3,71 kg/kapita/tahun. Konsumsi
ikan
dari
nasi
campur/rames
di
perkotaan
mencapai
2,90
kg/kapita/tahun dan konsumsi ikan (goreng, bakar, pindang, pepes,dsb) mencapai 0,81 kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan dari nasi campur/rames di wilayah pedesaan mencapai 1,32 kg/kapita/tahun dan konsumsi ikan (goreng, bakar, pindang, pepes,dsb)
mencapai 0,32 kg/kapita/tahun. Berdasarkan penelitian
Mauludyani dan Ariani (2012), sejalan dengan peningkatan pendapatan, pengeluaran untuk pangan hewani, buah-buahan, dan makanan/minuman jadi mengalami peningkatan. Konsumsi Ikan Aktual Berdasarkan Golongan Pengeluaran Konsumsi ikan aktual dapat dilihat berdasarkan golongan pengeluaran. Golongan pengeluaran merupakan suatu pendekatan untuk membedakan tingkat pendapatan
masyarakat.
Dalam
SUSENAS
terdapat
delapan
golongan
34
pengeluaran (Tabel 6). Konsumsi ikan aktual berdasarkan golongan pengeluaran menunjukkan bahwa konsumsi ikan secara umum meningkat seiring dengan meningkatnya pengeluaran (Tabel 16). Tabel 16 Perkembangan konsumsi ikan aktual berdasarkan golongan pengeluaran tahun 2005-2011 (kg/kap/tahun) Gol 1
2
3
4
5
6
7
8
Wilayah nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan
2005 12,15 12,53 5,49 11,53 12,19 7,10 15,14 15,55 10,81 18,85 20,34 13,44 23,94 25,45 21,25 28,35 32,10 24,74 33,82 42,12 30,65 38,08 48,96 36,24
2006 4,55 4,55 0,00 10,83 11,24 3,00 14,43 14,97 10,36 15,74 16,03 14,26 20,85 22,03 17,74 26,13 28,30 23,44 32,16 37,16 29,69 36,96 47,61 34,94
2007 10,52 10,87 7,72 14,12 14,63 12,17 18,55 19,91 15,65 23,86 26,49 20,39 30,96 35,84 27,71 36,78 44,72 34,38 40,48 48,84 38,90 46,06 55,00 45,09
2008 9,70 9,78 9,00 14,40 15,06 11,65 18,81 20,14 15,57 24,08 26,24 20,68 30,63 35,35 27,05 36,73 45,13 33,68 39,94 50,46 37,77 43,11 52,32 41,92
2009 7,85 8,03 9,96 11,68 12,23 10,33 15,21 16,11 12,61 20,35 22,16 17,09 27,02 30,67 23,78 33,52 39,96 30,88 37,23 45,75 35,30 42,11 47,79 41,03
2010 8,34 8,41 7,68 12,48 12,97 10,08 15,17 16,06 12,39 19,35 20,78 16,92 25,87 28,34 23,11 33,07 37,97 29,60 37,54 46,56 34,21 42,41 48,53 41,37
2011 7,31 7,51 7,09 11,08 11,78 8,26 13,11 14,12 10,13 17,92 19,24 15,36 24,05 25,93 22,32 31,02 33,95 28,39 35,81 39,47 33,14 39,35 44,01 38,21
Rata-rata 8,63 8,81 6,70 12,30 12,87 8,94 15,78 16,70 12,50 20,02 21,61 16,88 26,19 29,09 23,28 32,23 37,45 29,30 36,71 44,34 34,24 41,15 49,18 39,83
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa konsumsi ikan aktual per golongan pengeluaran lebih tinggi di pedesaan dibandingkan perkotaan. Menurut BPS (2011), pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk, dimana semakin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat perekonomian penduduk. Persentase pengeluaran penduduk perkotaan untuk makanan (44,39%) lebih rendah dibandingkan penduduk pedesaan (58%). Terkait dengan persentase pengeluaran makanan yang lebih tinggi, konsumsi ikan aktual masyarakat pedesaan menjadi lebih tinggi jika disajikan berdasarkan golongan pengeluaran.Masyarakat golongan pengeluaran pertama mengonsumsi ikan dalam jumlah terendah dibandingkan golongan pengeluaran lainnya.Sebaliknya, masyarakat golongan pegeluaran kedelapan mengonsumsi ikan dalam jumlah tertinggi dibandingkan golongan pengeluaran lainnya.Hal ini
35
terjadi baik di wilayah pedesaan, perkotaan maupun nasional. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9-11. Berdasarkan standar garis kemiskinan (Tabel 7), yang termasuk penduduk miskin di perkotaan dan pedesaan tahun 2005 dan 2006 adalah golongan pengeluaran 1, 2, 3 dan 4. Penduduk miskin di perkotaan tahun 2007 adalah golongan pengeluaran 1 dan 2. Penduduk miskin di perkotaan tahun 2008-2011 adalah golongan pengeluaran 1, 2 dan 3. Di pedesaan, yang termasuk penduduk miskin tahun 2007-2010 adalah golongan pengeluaran 1 dan 2 sedangkan pada tahun 2011 adalah golongan pengeluaran 1, 2 dan 3. Konsumsi ikan berdasarkan golongan pengeluaran dengan kategori miskin dan tidak miskin adalah pada Tabel 17. Tabel 17 Rata-rata konsumsi ikan berdasarkan golongan pengeluaran kategori miskin dan tidak miskin di pedesaan dan perkotaan (kg/kapita/tahun) Gol Miskin Tidak miskin
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan
15,15 9,21 37,16 28,22
11,70 6,91 33,78 26,45
12,75 11,85 38,47 33,29
12,42 12,07 38,27 32,22
10,13 10,97 33,74 29,62
2010 10,69 10,05 33,04 29,04
2011 9,65 8,49 29,45 27,48
Ratarata 11,78 9,94 34,84 29,48
Berdasarkan Tabel 17, konsumsi ikan golongan pengeluaran kategori miskin jauh lebih rendah daripada kategori tidak miskin. Di pedesaan, konsumsi ikan rata-rata golongan miskin adalah 11,78 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi ikan rata-rata golongan tidak miskin mencapai 34,84 kg/kapita/tahun. Di
perkotaan,
konsumsi
ikan
rata-rata
golongan
miskin
adalah
9,94
kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi ikan rata-rata golongan tidak miskin mencapai 29,48 kg/kapita/tahun. Perbedaan konsumsi ikan antar golongan pengeluaran menunjukkan adanya ketidakmerataan akses sumber daya baik di pedesaan maupun perkotaan. Masyarakat yang tergolong pada penduduk miskin memiliki akses yang terbatas dibandingkan masyarakat golongan pengeluaran tinggi. Konsumsi ikan yang rendah pada masyarakat yang tergolong miskin masih jauh dari konsumsi ikan ideal sehingga masih perlu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam meningkatkan konsumsi ikan khususnya pada penduduk miskin antara lain dengan pemerataan distribusi ikan serta peningkatan kesejahteraan khususnya nelayan. Menurut Briones et al (2004) peningkatan konsumsi ikan perlu didukung oleh peningkatan pembangunan infrasktruktur dan peningkatan pemasaran ikan.
36
Konsumsi ikan aktual mulai dari golongan pengeluaran 6 sudah dapat mencapai konsumsi ikan ideal. Namun, konsumsi ikan aktual pada golongan pengeluaran 7 dan 8 sudah melebihi angka konsumsi ikan ideal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar konsumsi ikan pada golongan pengeluaran ini sesuai dengan konsumsi ikan ideal adalah diversifikasi konsumsi pangan hewani. Menurut Firmansyah et al (2010) semakin beragam konsumsi pangan hewani, semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia. Setiap tahun, konsumsi ikan masing-masing golongan pengeluaran mengalami kenaikan dan penurunan. Konsumsi tertinggi setiap golongan pengeluaran terjadi pada tahun 2008 sedangkan konsumsi terendah setiap golongan pengeluaran terjadi pada tahun 2006. Berdasarkan Tabel 16, laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual berdasarkan golongan pengeluaran tertinggi adalah golongan pengeluaran ketiga di perkotaan (23,38% per tahun) sedangkan yang terendah adalah golongan pengeluaran pertama di perkotaan (-5,43% /tahun). Tabel 18 Laju pertumbuhan konsumsi ikan aktual berdasarkan golongan pengeluaran tahun 2005-2011 (%) Gol
Wilayah
1
nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan
2
3
4
5
6
7
8
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
-
-62,58 -63,72 -100,00 -6,05 -7,79 -57,72 -4,67 -3,74 -4,14 -16,50 -21,19 6,14 -12,92 -13,41 -16,50 -7,83 -11,83 -5,25 -4,91 -11,77 -3,14 -2,92 -2,75 -3,60
131,41 139,18 30,40 30,15 305,27 28,53 32,97 51,14 51,59 65,29 42,97 48,53 62,65 56,13 40,74 58,01 46,67 25,86 31,42 30,99 24,62 15,53 29,06
-7,77 -10,06 16,54 1,96 2,93 -4,33 1,40 1,16 -0,52 0,91 -0,95 1,44 -1,06 -1,36 -2,36 -0,14 0,90 -2,03 -1,31 3,30 -2,90 -6,41 -4,88 -7,03
-19,09 -17,91 10,63 -18,88 -18,75 -11,26 -19,15 -19,99 -19,01 -15,48 -15,55 -17,35 -11,80 -13,25 -12,09 -8,75 -11,45 -8,32 -6,79 -9,32 -6,54 -2,33 -8,66 -2,13
6,21 4,78 -22,90 6,84 6,05 -2,48 -0,25 -0,33 -1,80 -4,91 -6,23 -1,03 -4,25 -7,57 -2,81 -1,34 -4,99 -4,12 0,83 1,76 -3,07 0,71 1,56 0,83
-12,26 -10,74 -7,63 -11,17 -9,21 -18,04 -13,60 -12,06 -18,19 -7,42 -7,44 -9,22 -7,05 -8,53 -3,43 -6,20 -10,57 -4,11 -4,61 -15,23 -3,12 -7,20 -9,31 -7,63
Ratarata 17,99 17,35 -5,43 10,99 9,28 8,26 20,35 18,22 23,39 11,76 12,35 9,89 8,91 12,19 4,31 3,91 10,29 3,21 2,52 12,33 3,30 4,58 11,73 4,23
37
Masyarakat dengan golongan pengeluaran rendah mengonsumsi ikan dengan jumlah yang lebih sedikit daripada masyarakat golongan pengeluaran tinggi. Hal ini berkaitan dengan daya beli yang berbeda antar golongan pengeluaran baik di pedesaan maupun perkotaan dan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Dey et al (2008) mengenai permintaan ikan di Asia dengan menggunakan tahunree-stage budgeting framework menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk ikan lebih banyak pada konsumen yang tergolong berpendapatan tinggi dibandingkan dengan kelompok berpendapatan rendah. Selain itu, kontribusi pengeluaran untuk ikan lebih tinggi di wilayah perkotaan dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Kebutuhan Konsumsi Ikan Ideal Konsumsi ikan ideal dihitung berdasarkan komposisi konsumsi energi ikan aktual terhadap konsumsi energi pangan hewani sebesar 12% AKE (Tabel 19).Berdasarkan perhitungan, konsumsi ikan ideal adalah 32,70 kg/kapita/tahun atau setara dengan 89,98 gram/kapita/hari. Sementara, berdasarkan Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan target konsumsi ikan tahun 2013 adalah 35,14 kg per kapita per tahun. Angka konsumsi ikan ideal diharapkan dapat menjadi target konsumsi ikan nasional. Oleh karena itu, penetapan target konsumsi ikan yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu memperhatikan konsumsi ideal. Tabel 19 Komposisi konsumsi pangan hewani ideal berdasarkan 12% AKE 2000 Kal (Angka Kecukupan Energi) Jenis Ikan Ruminansia Unggas Telur Susu Total
Konsumsi aktual Kal/kap/hr % 74 45,13 10 6,11 32 19,19 24 14,68 25 14,89 165 100,00
Kal/kap/hr 108 15 46 35 36 240
Konsumsi ideal g/kap/hr Kg/kap/tahun 89,58 32,70 7,09 2,59 26,30 9,60 24,17 8,82 58,57 21,38 205,71 75,08
Konsumsi ikan ideal dihitung berdasarkan persentase konsumsi energi dari ikan aktual terhadap total konsumsi pangan hewani. Konsumsi ikan ideal hasil perhitungan setara dengan 12,9 gram protein/kapita/hari. Konsumsi ikan ideal sudah dapat memenuhi 24,8% angka kecukupan protein. Hal ini menunjukkan potensi ikan yang sangat besar dalam upaya pemenuhan kecukupan protein. Tingkat konsumsi protein dari ikan menunjukkan bahwa konsumsi protein aktual dari ikan sudah dapat memenuhi 100% konsumsi protein dari ikan ideal (Tabel 20).
38
Tabel 20 Tingkat kecukupan protein berdasarkan konsumsi protein ikan ideal (12,9 g/kapita/hari) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Konsumsi protein aktual (g/kap/hari) Pedesaan Perkotaan Nasional 13,98 13,03 13,50 12,82 12,93 12,90 13,70 13,39 13,55 14,62 13,47 14,07 13,26 12,56 12,92 13,62 12,92 13,28 13,72 12,89 13,39
Pedesaan 108,4 99,4 106,2 113,4 102,8 105,6 106,4
TKP (%) Perkotaan 101,0 100,3 103,8 104,4 97,3 100,1 99,9
Nasional 104,7 100,0 105,1 109,0 100,1 102,9 103,8
Angka konsumsi ikan ideal dapat digunakan sebagai pembanding dengan konsumsi ikan aktual untuk menunjukkan apakah kondisi konsumsi ikan aktual sudah dapat memenuhi kebutuhan (Tabel 21).Selain itu, konsumsi ikan ideal dapat digunakan untuk menetapkan target peningkatan konsumsi untuk tahuntahun berikutnya. Tabel 21 Perbandingan konsumsi ikan aktual terhadap konsumsi ikan ideal 12% AKE 2000 Kal (kg/kap/tahun) *)
Konsumsi ikan aktual Selisih (%) Pedesaan Perkotaan Nasional Pedesaan Perkotaan 2005 26,40 26,46 26,34 -23,86 -23,58 2006 24,36 26,21 25,23 -34,24 -24,76 2007 25,15 26,65 25,88 -30,02 -22,70 2008 27,00 27,23 27,11 -21,11 -20,09 2009 24,87 25,5 25,18 -31,48 -28,24 2010 25,96 26,56 26,25 -25,96 -23,12 2011 26,06 26,95 26,27 -25,48 -21,34 rata-rata 25,69 26,51 26,04 -27,29 -23,35 *) selisih terhadap konsumsi ikan ideal (32,70 kg/kapita/tahun) Tahun
Nasional -24,15 -29,61 -26,35 -20,62 -29,86 -24,57 -24,48 -25,58
Konsumsi ikan aktual masih belum memenuhi konsumsi ikan ideal.Secara nasional, rata-rata selisih antara konsumsi ikan aktual dengan konsumsi ikan ideal masih sekitar 25,58% per tahun. Rata-rata selisih konsumsi ikan aktual di perkotaan terhadap konsumsi ikan ideal 23,35% per tahun. Rata-rata selisih konsumsi ikan aktual di pedesaan terhadap konsumsi ikan ideal 27,29% per tahun. Berdasarkan wilayah, konsumsi ikan aktual di perkotaan maupun di pedesaan masih perlu ditingkatkan untuk dapat memenuhi konsumsi ikan ideal. Perlu dukungan semua pihak agar dapat meningkatkan konsumsi ikan di Indonesia agar sesuai dengan konsumsi ikan ideal. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah
dengan
mendukung
program
Gemarikan
yang
telah
dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Angka konsumsi ikan ideal dapat digunakan untuk menetapkan sasaran angka konsumsi ikan pada tahun-tahun mendatang. Sasaran angka konsumsi ikan dapat dihitung dengan interpolasi linier (Tabel 20). Angka konsumsi ikian
39
ideal dijadikan sebagai target konsumsi ikan pada tahun 2015. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah tahun 2011 karena tidak tercapainya target dari proyeksi sebelumnya. Sasaran angka konsumsi ikan nasional hingga tahun 2015 diharapkan dapat tercapai. Tabel 22 Sasaran/proyeksi angka konsumsi ikan nasional (kg/kapita/tahun) Tahun Proyeksi sebelumnya Rrealisasi Proyeksi baru
2008 27,11 27,11 0,00
2009 27,91 25,18 -2,73
2010 28,71 26,25 -2,46
2011 29,51 26,27 26,27
2012 30,30 27,87 27,87
2013 31,10 29,48 29,48
2014 31,90 31,09 31,09
2015 32,7 32,7 32,7
Sejalan dengan sasaran angka konsumsi ikan yang semakin meningkat untuk dapat memenuhi angka konsumsi ideal, implikasi pengembangan teknologi untuk peningkatan produksi ikan menjadi lebih penting di masa depan. Teknologi manajemen perikanan merupakan yang paling diperlukan termasuk teknologi informasi sehingga kegiatan perikanan dapat terdokumentasi dengan baik. Selain itu, perlu dilakukan fungsi perencanaan dan pengawasan kebijakan perikanan di antara kementerian terkait, tidak hanya kementerian perikanan (Delgado et al 2003). Tabel 23 Sasaran kebutuhan konsumsi ikan nasional (juta ton/tahun) Tahun 2013 2014 2015
Jumlah Penduduk 242.376.900 245.021.000 247.623.200
Kebutuhan ikan 7,15 7,62 8,10
Konsumsi ikan ideal juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan
ikan
di
Indonesia.Berdasarkan
Tabel
23,
kebutuhan
ikan
diproyeksikan mencapai 8,10 juta ton pada tahun 2015. Dengan adanya angka kebutuhan konsumsi ikan ini, produksi ikan diharapkan dapat memenuhi target konsumsi ikan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan berupaya melaksanakan program untuk dapat meningkatkan produksi ikan dalam negeri untuk dapat memenuhi kebutuhan ikan pada tahun 2015. Diharapkan pemerintah dapat memprioritaskan peningkatan produksi ikan untuk dapat dikonsumsi penduduk.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan wilayah, konsumsi ikan aktual masyarakat pedesaan lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi wilayah perkotaan. Konsumsi ikan aktual nasional rata-rata sebesar 26,04 kg/kapita/tahun. Konsumsi ikan aktual pedesaan rata-rata sebesar 25,69 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi ikan aktual perkotaan adalah sebesar 26,51 kg/kapita/tahun. Laju pertumbuhan konsumsi ikan nasional adalah 0,05% per tahun, laju pertumbuhan konsumsi ikan di pedesaan adalah -0,05% per tahun dan di perkotaan adalah 0,37% per tahun. 2. Konsumsi ikan aktual berdasarkan golongan pengeluaran menunjukkan bahwa semakin besar pengeluaran maka konsumsi ikan akan semakin meningkat. Sebaliknya, kecilnya pengeluaran menunjukkan konsumsi ikan yang rendah. Hal ini terjadi di wilayah pedesaan, perkotaan maupun nasional. Golongan pengeluaran kategori miskin di pedesaan maupun perkotaan mengonsumsi ikan dalam jumlah yang jauh lebih rendah daipada golongan pengeluaran dengan kategori tidak miskin. Laju pertumbuhan
konsumsi
ikan
aktual
tertinggi
adalah
golongan
pengeluaran ketiga di perkotaan (23,38% per tahun) sedangkan yang terendah adalah golongan pengeluaran pertama di perkotaan (-5,43% /tahun). 3. Konsumsi ikan ideal adalah 32,7 kg/kapita/tahun atau setara dengan 12,9 gram protein/kapita/hari. Konsumsi ikan masyarakat dari tahun ke tahun masih belum mencapai konsumsi ikan ideal sehingga masih perlu ditingkatkan. Tingkat konsumsi protein dari ikan menunjukkan bahwa konsumsi protein aktual dari ikan sudah dapat memenuhi 100% konsumsi protein dari ikan ideal. Kebutuhan ikan untuk dikonsumsi pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 8,10 juta ton. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai angka konsumsi ikan berdasarkan propinsi sehingga dapat diketahui pola konsumsi ikan di setiap wilayah di Indonesia. 2. Perlunya dukungan semua pihak dalam meningkatkan konsumsi ikan agar dapat memenuhi angka konsumsi ideal.
DAFTAR PUSTAKA [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Berdasarkan Hasil SUSENAS Maret 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi di Indonesia Agustus 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Ringkasan Eksekutif Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2011.Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi di Indonesia Maret 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [Ditjen P2HP] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2012. Pengelolaan Kelautan dan Perikanan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi. Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X. Jakarta, 20-21 November 2012. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2002. Consumption of fish and shellfish in tahune region. http://fao.org [12 januari 2013] [FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. Aquaculture in China and Asia. Rome: FAO Fisheries and Agriculture Department. [FAO] Food and Agriculture Organization.2012. Tahune State of World Fisheries and Aquaculture 2012.Rome: FAO Fisheries and Agriculture Department. [KKP]
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
[WPI] Warta Pasar Ikan. 2012. Bisnis patin: Pasar domestik masih besar. Warta Pasar Ikan Maret 2012 (halaman 22-23). [WPI] Warta Pasar Ikan. 2011. Harga beberapa komoditas perikanan di beberapa TPI dan pasar ikan. Warta Pasar Ikan Desember 2011. Adam L. 2007. Analisis Ekonomi Perubahan pola Konsumsi Ikan di Indonesia [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ariani M. 2004. Analisis Perkembangan Konsumsi Pangan dan Gizi (ICASERD Working Paper No. 67). Departemen Pertanian: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
42
Arif C. 2011. Ikan teri. Warta Pasar Ikan November 2011 (halaman 27). Ariningsih E. 2004. Kajian Konsumsi Protein Hewani Pada Masa Krisis Ekonomi di Jawa. (ICASERD Working Paper No. 28). Departemen Pertanian: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Baliwati Y. 2008. Penilaian Ketersediaan Pangan Wilayah. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Budiar S. 2000. Analisis Permintaan dan Konsumsi Sumber Protein Hewani Rumah Tangga di Pulau Jawa [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Borzoei et al. 2006.A comparison of fish and beef protein on satiety in normal weight men.Eur J Clin Nutr 60: 897-902. Briones et al. 2004.Tahune future for fish in tahune food and livelihoods of tahune poor in Asia.NAGA, WorldFish Center Quarterly Vol. 27 No. 3 & 4 Jul-Dec 2004 Dahuri
R. 2003. Keanakaragaman Hayati Laut: Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Aset
Pembangunan
Delgado et al. 2003. Fish to 2020: Supply and Demand in Changing Global Markets. Washington D.C: International Food Policy Research Institute & WorldFish Center. Devore et al. 2009.Dietary intake of fish and omega-3 fatty acids in relation to long-term dementia risk.Am J Clin Nutr 2009;90:170–6. Dey et al. 2008. Demand for fish in Asia: a cross-country analysis. Austr J Agr Resources Economics 52: 321-338. Direktorat Pemasaran Dalam Negeri-Ditjen P2HP.2010.Modul Penghitungan Angka Konsumsi Ikan. Jakarta: Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Fadly. 2011. Belitung Pasok Fillet Ekor Kuning ke Singapura. Warta Pasar Ikan Juni 2010 (halaman 8). Firmansyah et al. 2010. Keanekaragaman dan kecukupan konsumsi pangan hewani dalam hubungannya dengan kualitas sumberdaya manusia keluarga di provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Vol.12 No.1, Hal 63-70. Hutagalung S. 2012. Ketahanan pangan dan peningkatan konsumsi ikan. Warta Pasar Ikan Maret 2012 (halaman 31). Ibrahim N. 2012. Perkembangan Daya Dukung Sumberdaya Ikan di Indonesia Tahun 2005-2010 [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
43
Ilyas. 2011. Manfaat Ikan Tongkol bagi Kesehatan. Warta Pasar Ikan November 2011 (halaman 24-25). Kawarazuka N. 2010. Tahune contribution of fish intake, aquaculture, and smallscale fisheries to improving nutrition: A literature review. Tahune WorldFish Center Working Paper No.2106. Penang: Tahune WorldFish Center. Kusnadi U. 2008.Inovasi teknologi peternakan dalam sistem integrasi tanamanternak untuk menunjang swasembada daging sapi.Jurnal Pengembangan Informasi Pertanian Vol.1(3) Hal 180-205. Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Grasindo. Larsson et al. 2011. Fish consumption and risk of stroke in Swedish women. Am J Clin Nutr 2011;93:487–93. Mauludyani, Ariani M. 2012. Dinamika Strukur Pengeluaran Rumah Tangga Indonesia. Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X. Jakarta, 2021 November 2012. Muir J. 2013. Fish, feeds and food security.Animal Frontier Vol. 3 (1): 28-24. Nanri et al. 2011. Fish intake and type 2 diabetes in Japanese men and women: tahune Japan Public Healtahun Center–based Prospective Study. Am J Clin Nutr 111.012252. http://ajcn.org[ 2 Desember 2012]. Nurjanah, Abdullah A. 2010. Cerdas Memilih Ikan dan Mempersiapkan Olahannya. Bogor: IPBPress. Nurk et al. 2007. Cognitive performance among tahune elderly and dietary fish intake: tahune Hordaland Healtahun Study. Am J Clin Nutr 2007;86:1470–8. Nwabueze AA and Nwabueze EO. 2010. Consumer attitude to fermented fish (Heterotis niloticus) in Ndokwa -East, Delta State, Nigeria. Agric. Biol. J. N. Am. 2010, 1(4): 694-696 PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Setiawan N. 2006. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia (Analisis Hasil Susenas 1999-2004) [skripsi]. Bandung: Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Setyorini
E. 2006. Pangan laut: belajar http://ikanmania.wordpress.com/[ 12 Januari 2013]
dari
Jepang.
Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Sulistyo D, Sunardi E, Wahyono A, Andayani A, Saragih S. 2004. Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal
44
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Suriawiria U.2009. Mencegah Serangan Jantung dengan Omega-3. Di dalam: Suhanda I, editor. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Susilowati SH, Rachman B. 2010.Perkembangan Harga Pangan dan Implikasinya bagi Masyarakat Pedesaan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Suyastrini NM. 2008. Diversifikasi pangan pokok berbasis potensi lokal dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga pedesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 13 No. 1 April 2008 Hal: 51-60 UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Van Gelder et al. 2007. Fish consumption, n-3 fatty acids, and subsequent 5-y cognitive decline in elderly men: tahune Zutphen Elderly Study. Am J Clin Nutr 2007;85:1142–7.
LAMPIRAN
46
Lampiran 1 Jenis ikan dalam SUSENAS No Bahan Pangan SUSENAS C. 1 Ikan Segar Basah
Jenis Komoditi
21
Ekor kuning
22
Tongkol/tuna/cakalang
23
Tenggiri
24
Selar
25
Kembung
26
Teri
27
Bandeng
28
Gabus
29
Mujair
30
Mas
31
Lele
32
Kakap
33
Baronang
34
Lainnya
C. 2 Udang dan Hewan Air Lainnya yang segar 35
Udang
36
Cumi-cumi/sotong
37
Ketam/kepiting/rajungan
38
Kerang/siput
39
Lainnya
C. 1 Ikan Asin/diawetkan 40
Kembung/peda
41
Tenggiri
42
Tongkol/tuna/cakalang
43
Teri
44
Selar
45
Sepat
46
Bandeng
47
Gabus
48
Ikan dalam kaleng
49
Lainnya
C. 2 Udang dan Hewan Air Lainnya yang diawetkan 50
Udang (ebi)
51
Cumi-cumi/sotong
52
Lainnya
47
Lampiran 2 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual nasional Jenis ikan Ekor kuning Tongkol/ Tuna/ Cakalang Tenggiri Selar Kembung Teri Bandeng Gabus Mujair Mas Lele Kakap Baronang Lainnya ikan segar Udang Cumicumi/Soto ng Ketam/Ke piting/Raju ngan Kerang/Si put Lainnya total ikan segar Ikan kembung (peda)awetan Tenggiriawetan Tongkol/T una/Cakal angawetan Teriawetan Selarawetan Sepatawetan Bandengawetan Gabusawetan
2005
2006 E P
2007 E P
2008 E P
2009 E P
2010 E P
2011 E P
E
P
1
0,18
2
0,27
1
0,15
1
0,14
1
0,16
1
0,20
1
0,18
7
1,06
7
1,00
6
0,83
6
0,92
5
0,81
6
0,92
6
0,89
1 1 4 1 5 1 3 2 2 0 0
0,09 0,25 0,95 0,23 0,71 0,26 0,67 0,34 0,32 0,04 0,01
1 1 4 1 4 1 3 2 2 0 0
0,09 0,24 0,94 0,19 0,62 0,24 0,68 0,30 0,30 0,05 0,02
0 1 3 1 5 1 2 2 2 0 0
0,06 0,17 0,73 0,20 0,71 0,22 0,53 0,32 0,31 0,07 0,03
0 1 4 1 4 1 3 2 2 0 0
0,07 0,20 0,84 0,17 0,62 0,20 0,59 0,32 0,32 0,06 0,03
0 1 4 1 4 1 3 2 2 0 0
0,06 0,16 0,84 0,20 0,56 0,23 0,56 0,28 0,36 0,05 0,02
1 1 4 1 4 1 3 2 3 0 0
0,08 0,19 0,92 0,21 0,70 0,22 0,58 0,33 0,39 0,06 0,02
0 1 4 1 4 1 3 2 3 1 0
0,07 0,17 0,79 0,19 0,56 0,24 0,70 0,39 0,43 0,09 0,02
7
1,12
7
1,02
9
1,34
9
1,35
8
1,25
8
1,16
8
1,23
1
0,24
1
0,21
1
0,26
1
0,26
1
0,24
1
0,27
1
0,26
0
0,10
0
0,08
1
0,12
1
0,11
1
0,11
1
0,15
1
0,11
0
0,01
0
0,01
0
0,02
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,02
0
0,02
0
0,02
0
0,01
0
0,02
0
0,01
0
0,01
0
0,00
0
0,02
0
0,02
0
0,01
0
0,01
0
0,02
38
6,61
36
6,28
35
6,09
36
6,25
34
5,94
37
6,44
36
6,36
3
0,62
3
0,64
3
0,63
3
0,61
2
0,53
2
0,54
2
0,49
0
0,05
0
0,07
0
0,05
0
0,05
0
0,06
0
0,06
0
0,05
3
0,71
3
0,59
3
0,73
4
0,82
3
0,64
3
0,64
3
0,67
8
1,62
7
1,46
9
1,71
8
1,60
7
1,42
8
1,48
8
1,54
1
0,28
1
0,28
1
0,23
1
0,27
1
0,23
1
0,22
1
0,20
2
0,31
3
0,46
2
0,29
2
0,32
2
0,26
2
0,29
2
0,30
1
0,14
1
0,15
1
0,18
1
0,20
1
0,13
1
0,15
1
0,16
1
0,11
0
0,08
0
0,09
0
0,09
0
0,07
0
0,06
1
0,11
48
Lampiran 2 (lanjutan) Jenis ikan Ikan dalam kalengawetan Lainnyaikan awetan Udang (ebi)awetan Cumicumi/soto ng-awetan Lainnyaudang hewan air lainawetan Terasi Kerupuk total ikan olahan Nasi campur/ra mes Ikan (goreng, bakar, pindang, pepes,dll) Total Konsumsi mak jadi konsumsi ikan aktual
2005
2006 P
E
2007 P
E
2008 P
E
2009 P
E
2010 P
E
2011 P
E
P
E
1
0,12
1
0,10
1
0,11
1
0,10
1
0,09
1
0,09
1
0,09
5
1,11
4
0,97
7
1,44
7
1,49
6
1,37
5
1,14
5
1,17
0
0,08
0
0,06
1
0,11
1
0,12
0
0,10
0
0,09
0
0,10
0
0,04
0
0,07
0
0,05
0
0,06
0
0,05
0
0,06
0
0,07
0
0,03
0
0,02
0
0,05
0
0,04
0
0,05
0
0,06
1
0,16
5 1
0,85 0,05
5 1
0,89 0,04
5 1
0,85 0,05
5 1
0,87 0,04
5 1
0,83 0,03
5 1
0,82 0,03
5 1
0,79 0,03
32
6,12
31
5,87
34
6,59
35
6,67
30
5,85
30
5,75
31
5,92
4
0,63
4
0,59
5
0,71
6
0,90
6
0,86
5
0,82
6
0,89
1
0,14
1
0,15
1
0,17
2
0,24
2
0,26
2
0,27
1
0,22
5
0,77
5
0,74
6
0,88
8
1,14
7
1,12
7
1,09
7
1,11
75
13,5
72
12,9
75
13,55
78
14,07
72
12,92
74
13,28
75
13,39
49
Lampiran 3 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual pedesaan Jenis ikan Ekor kuning Tongkol/ Tuna/ Cakalang Tenggiri Selar Kembung Teri Bandeng Gabus Mujair Mas Lele Kakap Baronang Lainnya ikan segar Udang Cumicumi/Soto ng Ketam/Ke piting/Raju ngan Kerang/Si put Lainnya total ikan segar Ikan kembung (peda)awetan Tenggiriawetan Tongkol/T una/Cakal angawetan Teriawetan Selarawetan Sepatawetan Bandengawetan Gabusawetan
2005 E P
2006 E P
2007 E P
2008 E P
2009 E P
2010 E P
2011 E P
1
0,18
2
0,30
1
0,15
1
0,14
1
0,18
1
0,21
1
0,18
8
1,13
6
0,95
6
0,83
7
1,02
6
0,89
7
1,03
7
1,00
1 2 3 1 3 1 3 1 2 0 0
0,08 0,32 0,74 0,26 0,54 0,35 0,59 0,27 0,30 0,01 0,01
1 1 4 1 3 1 3 1 2 0 0
0,09 0,27 0,76 0,21 0,45 0,30 0,60 0,24 0,23 0,02 0,00
0 1 3 1 4 1 2 1 1 0 0
0,05 0,19 0,56 0,21 0,61 0,32 0,44 0,22 0,21 0,05 0,03
0 1 3 1 4 1 3 1 1 0 0
0,05 0,21 0,65 0,19 0,58 0,28 0,53 0,26 0,23 0,06 0,04
0 1 3 1 3 1 2 1 2 0 0
0,05 0,17 0,66 0,23 0,53 0,32 0,52 0,22 0,25 0,04 0,02
0 1 4 1 4 1 3 1 2 0 0
0,06 0,20 0,77 0,24 0,68 0,33 0,53 0,27 0,28 0,03 0,02
0 1 3 1 4 1 3 2 2 1 0
0,05 0,17 0,65 0,21 0,56 0,35 0,65 0,32 0,34 0,09 0,05
9
1,30
8
1,20
10
1,54
10
1,57
10
1,48
9
1,37
10
1,45
1
0,18
1
0,14
1
0,16
1
0,17
1
0,16
1
0,18
1
0,17
0
0,06
0
0,05
0
0,07
0
0,06
0
0,06
0
0,08
0
0,08
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,02
0
0,02
0
0,02
0
0,01
0
0,02
0
0,02
0
0,02
0
0,00
0
0,02
0
0,01
0
0,01
0
0,02
0
0,02
36
6,36
34
5,86
33
5,70
35
6,06
34
5,83
36
6,33
37
6,37
4
0,80
4
0,80
3
0,76
3
0,75
3
0,64
3
0,67
3
0,58
0
0,05
0
0,09
0
0,05
0
0,05
0
0,06
0
0,07
0
0,06
4
0,77
2
0,49
3
0,72
4
0,84
3
0,61
3
0,63
3
0,69
10
1,92
8
1,66
10
2,03
10
1,93
9
1,69
9
1,75
9
1,76
2
0,35
2
0,34
1
0,29
2
0,37
1
0,28
1
0,28
1
0,25
3
0,35
4
0,47
2
0,29
2
0,33
2
0,28
2
0,32
2
0,30
1
0,12
0
0,11
1
0,16
1
0,17
1
0,12
1
0,14
1
0,15
0
0,09
1
0,11
0
0,08
0
0,07
0
0,05
0
0,06
0
0,09
50
Lampiran 3 (lanjutan) Jenis ikan Ikan dalam kalengawetan Lainnyaikan awetan Udang (ebi)awetan Cumicumi/soto ng-awetan Lainnyaudang hewan air lainawetan Terasi Kerupuk total ikan olahan Nasi campur/ra mes Ikan (goreng, bakar, pindang, pepes,dll) Total Konsumsi mak jadi konsumsi ikan aktual
E
2005 P
E
2006 P
E
2007 P
E
2008 P
2009 E P
E
2010 P
E
2011 P
1
0,12
0
0,07
1
0,09
1
0,12
0
0,07
0
0,08
1
0,10
7
1,45
6
1,20
8
1,83
9
2,01
8
1,81
7
1,51
7
1,50
0
0,05
0
0,05
1
0,13
1
0,15
1
0,12
0
0,10
1
0,11
0
0,03
0
0,03
0
0,02
0
0,02
0
0,02
0
0,03
0
0,03
0
0,03
0
0,02
0
0,05
0
0,04
0
0,05
0
0,06
1
0,19
5 1
0,93 0,05
6 1
0,99 0,03
5 1
0,91 0,04
6 1
0,96 0,03
5 1
0,90 0,03
5 1
0,90 0,03
5 1
0,86 0,03
37
7,09
34
6,45
38
7,43
40
7,85
35
6,74
34
6,63
34
6,71
3
0,42
3
0,40
3
0,47
4
0,57
4
0,55
3
0,51
3
0,52
1
0,10
1
0,10
1
0,10
1
0,14
1
0,14
1
0,15
1
0,12
3
0,52
3
0,50
4
0,57
5
0,71
5
0,69
4
0,66
4
0,64
77
13,98
71
12,82
75
13,7
80
14,62
73
13,26
75
13,62
76
13,72
51
Lampiran 4 Konsumsi energi (Kal/kap/hari) dan protein (g/kap/hari) dari ikan aktual perkotaan Jenis ikan Ekor kuning Tongkol/ Tuna/ Cakalang Tenggiri Selar Kembung Teri Bandeng Gabus Mujair Mas Lele Kakap Baronang Lainnya ikan segar Udang Cumicumi/Soto ng Ketam/Ke piting/Raju ngan Kerang/Si put Lainnya total ikan segar Ikan kembung (peda)awetan Tenggiriawetan Tongkol/T una/Cakal angawetan Teriawetan Selarawetan Sepatawetan Bandengawetan Gabusawetan
2005 E P
2006 E P
2007 E P
2008 E P
2009 E P
2010 E P
2011 E P
1
0,19
1
0,23
1
0,15
1
0,14
1
0,14
1
0,18
1
0,16
7
1,02
7
1,05
5
0,83
5
0,82
5
0,72
5
0,81
5
0,80
1 1 6 1 6 0 4 2 2 0 0
0,10 0,17 1,20 0,19 0,91 0,15 0,76 0,43 0,34 0,07 0,01
1 1 6 1 5 0 4 2 3 0 0
0,11 0,21 1,18 0,16 0,83 0,13 0,75 0,39 0,41 0,05 0,02
1 1 4 1 5 0 3 2 3 1 0
0,08 0,15 0,91 0,17 0,81 0,11 0,62 0,42 0,41 0,08 0,02
1 1 5 1 4 0 3 2 3 0 0
0,09 0,18 1,03 0,15 0,67 0,11 0,66 0,38 0,42 0,07 0,02
1 1 5 1 4 0 3 2 3 0 0
0,08 0,15 1,03 0,17 0,60 0,12 0,60 0,34 0,48 0,07 0,02
1 1 5 1 5 0 3 2 3 1 0
0,09 0,18 1,09 0,18 0,72 0,11 0,65 0,39 0,50 0,08 0,02
2 3 1 1 4 0 4 2 3 1 0
0,23 0,50 0,21 0,19 0,59 0,13 0,78 0,45 0,52 0,09 0,02
6
0,90
5
0,80
7
1,11
7
1,11
7
1,01
6
0,93
7
1,00
1
0,31
1
0,31
2
0,37
2
0,36
1
0,33
2
0,38
1
0,33
1
0,14
1
0,11
1
0,18
1
0,17
1
0,17
1
0,22
1
0,16
0
0,02
0
0,01
0
0,02
0
0,02
0
0,01
0
0,01
0
0,01
0
0,02
0
0,02
0
0,02
0
0,02
0
0,01
0
0,02
0
0,01
0
0,01
0
0,00
0
0,01
0
0,02
0
0,01
0
0,01
0
0,02
39
6,95
38
6,76
37
6,50
37
6,45
35
6,07
37
6,57
36
6,20
2
0,42
2
0,45
2
0,49
2
0,45
2
0,41
2
0,41
2
0,39
0
0,05
0
0,04
0
0,06
0
0,05
0
0,06
0
0,05
0
0,05
3
0,65
3
0,72
3
0,75
4
0,81
3
0,68
3
0,66
3
0,65
6
1,26
6
1,19
7
1,38
6
1,25
6
1,13
6
1,18
7
1,31
1
0,21
1
0,20
1
0,17
1
0,15
1
0,17
1
0,14
1
0,16
2
0,27
3
0,44
2
0,29
2
0,31
2
0,24
2
0,26
2
0,29
1
0,16
1
0,20
1
0,20
1
0,22
1
0,14
1
0,17
1
0,16
1
0,14
0
0,05
1
0,11
1
0,10
0
0,09
0
0,07
1
0,13
52
Lampiran 4 (lanjutan) Jenis ikan Ikan dalam kalengawetan Lainnyaikan awetan Udang (ebi)awetan Cumicumi/soto ng-awetan Lainnyaudang hewan air lainawetan Terasi Kerupuk total ikan olahan Nasi campur/ra mes Ikan (goreng, bakar, pindang, pepes,dll) Total Konsumsi mak jadi konsumsi ikan aktual
E
2005 P
E
2006 P
E
2007 P
E
2008 P
2009 E P
E
2010 P
E
2011 P
1
0,12
0
0,07
1
0,09
1
0,12
0
0,07
0
0,08
1
0,10
7
1,45
6
1,20
8
1,83
9
2,01
8
1,81
7
1,51
7
1,50
0
0,05
0
0,05
1
0,13
1
0,15
1
0,12
0
0,10
1
0,11
0
0,03
0
0,03
0
0,02
0
0,02
0
0,02
0
0,03
0
0,03
0
0,03
0
0,02
0
0,05
0
0,04
0
0,05
0
0,06
1
0,19
5 1
0,93 0,05
6 1
0,99 0,03
5 1
0,91 0,04
6 1
0,96 0,03
5 1
0,90 0,03
5 1
0,90 0,03
5 1
0,86 0,03
37
7,09
34
6,45
38
7,43
40
7,85
35
6,74
34
6,63
34
6,71
3
0,42
3
0,40
3
0,47
4
0,57
4
0,55
3
0,51
3
0,52
1
0,10
1
0,10
1
0,10
1
0,14
1
0,14
1
0,15
1
0,12
3
0,52
3
0,50
4
0,57
5
0,71
5
0,69
4
0,66
4
0,64
77
13,98
71
12,82
75
13,7
80
14,62
73
13,26
75
13,62
76
13,72
53
Lampiran 5 Konsumsi ikan aktual nasional per jenis ikan (kg/kapita/tahun) Jenis ikan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Ekor kuning Tongkol/tuna/ 2 cakalang 3 Tenggiri 4 Selar 5 Kembung 6 Teri 7 Bandeng 8 Gabus 9 Mujair 10 Mas 11 Lele 12 Kakap 13 Baronang Ikan segar 14 lainnya 15 Udang Cumi16 cumi/sotong Ketam/kepiting/ 17 rajungan 18 Kerang/siput Udang segar 19 lainnya Total ikan segar Ikan kembung 20 (peda)-awetan Tenggiri21 awetan Tongkol/tuna/ca 22 kalang-awetan 23 Teri-awetan 24 Selar-awetan 25 Sepat-awetan Bandeng26 awetan 27 Gabus-awetan Ikan dalam 28 kaleng-awetan Lainnya-ikan 29 awetan Udang (ebi)30 awetan Cumi31 cumi/sotongawetan Lainnya-udang 32 hewan air lainawetan 33 Terasi 34 Kerupuk Total ikan olahan Nasi 35 campur/rames Ikan (goreng, 36 bakar, pindang, pepes,dll) Total makanan jadi Total konsumsi ikan
0,49
0,73
0,40
0,37
0,44
0,52
0,49
Ratarata 0,49
2,85
2,68
2,23
2,47
2,17
2,48
2,38
2,47
0,24 1,02 1,97 0,52 1,62 0,59 1,63 0,98 0,86 0,11 0,03
0,24 0,98 1,95 0,43 1,40 0,55 1,65 0,85 0,79 0,12 0,06
0,17 0,71 1,51 0,45 1,61 0,49 1,28 0,90 0,83 0,18 0,07
0,19 0,79 1,74 0,39 1,42 0,46 1,45 0,90 0,86 0,17 0,07
0,17 0,64 1,74 0,46 1,29 0,51 1,37 0,80 0,97 0,15 0,05
0,20 0,76 1,92 0,47 1,59 0,51 1,43 0,94 1,04 0,16 0,05
0,18 0,67 1,65 0,43 1,28 0,55 1,71 1,10 1,16 0,24 0,06
0,20 0,80 1,78 0,45 1,46 0,52 1,50 0,92 0,93 0,16 0,06
3,00
2,75
3,59
3,62
3,36
3,11
3,29
3,24
0,61
0,55
0,68
0,67
0,62
0,70
0,67
0,64
0,22
0,18
0,28
0,26
0,25
0,34
0,24
0,25
0,08
0,06
0,10
0,07
0,07
0,07
0,06
0,07
0,13
0,24
0,21
0,17
0,13
0,20
0,12
0,17
0,03
0,00
0,04
0,04
0,03
0,04
0,06
0,04
16,98
16,23
15,72
16,11
15,22
16,52
16,35
16,16
0,77
0,79
0,78
0,75
0,66
0,67
0,61
0,72
0,06
0,09
0,07
0,06
0,07
0,08
0,06
0,07
0,88
0,73
0,91
1,02
0,80
0,80
0,83
0,85
1,77 0,36 0,40
1,60 0,35 0,59
1,87 0,30 0,37
1,75 0,34 0,41
1,55 0,29 0,34
1,62 0,28 0,38
1,68 0,26 0,38
1,69 0,31 0,41
0,17
0,18
0,22
0,24
0,16
0,19
0,20
0,20
0,09
0,06
0,07
0,07
0,05
0,05
0,08
0,07
0,14
0,12
0,13
0,13
0,11
0,11
0,11
0,12
1,38
1,21
1,78
1,85
1,69
1,42
1,45
1,54
0,05
0,04
0,07
0,08
0,06
0,06
0,06
0,06
0,04
0,06
0,04
0,05
0,05
0,06
0,06
0,05
0,02
0,01
0,04
0,03
0,03
0,04
0,10
0,04
1,03 0,11 7,28
1,09 0,09 7,01
1,04 0,11 7,81
1,06 0,09 7,93
1,01 0,07 6,95
0,99 0,08 6,81
0,96 0,07 6,92
1,03 0,09 7,25
1,70
1,59
1,90
2,42
2,32
2,20
2,40
2,07
0,37
0,40
0,45
0,65
0,70
0,71
0,59
0,56
2,08 26,34
1,99 25,23
2,35 25,88
3,07 27,11
3,01 25,18
2,91 26,25
2,99 26,27
2,63 26,04
No 1
54
Lampiran 6 Konsumsi ikan aktual pedesaan per jenis ikan (kg/kapita/tahun) Jenis ikan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Ekor kuning Tongkol/tuna/ 2 cakalang 3 Tenggiri 4 Selar 5 Kembung 6 Teri 7 Bandeng 8 Gabus 9 Mujair 10 Mas 11 Lele 12 Kakap 13 Baronang Ikan segar 14 lainnya 15 Udang Cumi16 cumi/sotong Ketam/kepiting/ 17 rajungan 18 Kerang/siput Udang segar 19 lainnya Total ikan segar Ikan kembung 20 (peda)-awetan Tenggiri21 awetan Tongkol/tuna/ca 22 kalang-awetan 23 Teri-awetan 24 Selar-awetan 25 Sepat-awetan Bandeng26 awetan 27 Gabus-awetan Ikan dalam 28 kaleng-awetan Lainnya-ikan 29 awetan Udang (ebi)30 awetan Cumi31 cumi/sotongawetan Lainnya-udang 32 hewan air lainawetan 33 Terasi 34 Kerupuk Total ikan olahan Nasi 35 campur/rames Ikan (goreng, 36 bakar, pindang, pepes,dll) Total makanan jadi Total konsumsi ikan
0,48
0,79
0,40
0,37
0,49
0,56
0,49
Ratarata 0,51
3,04
2,56
2,24
2,73
2,38
2,77
2,68
2,63
0,21 1,30 1,53 0,59 1,23 0,80 1,44 0,76 0,82 0,04 0,03
0,24 1,10 1,59 0,49 1,04 0,67 1,46 0,67 0,61 0,06 0,00
0,13 0,79 1,15 0,49 1,38 0,73 1,06 0,63 0,57 0,13 0,07
0,13 0,86 1,36 0,43 1,32 0,64 1,30 0,73 0,61 0,15 0,10
0,14 0,68 1,37 0,52 1,20 0,73 1,28 0,63 0,68 0,11 0,06
0,16 0,79 1,59 0,54 1,54 0,74 1,28 0,76 0,76 0,09 0,06
0,12 0,67 1,34 0,49 1,28 0,79 1,59 0,92 0,92 0,24 0,12
0,16 0,88 1,42 0,51 1,29 0,73 1,34 0,73 0,71 0,12 0,06
3,50
3,23
4,14
4,21
3,97
3,69
3,90
3,81
0,45
0,37
0,41
0,43
0,41
0,46
0,43
0,42
0,14
0,12
0,16
0,14
0,13
0,19
0,18
0,15
0,05
0,06
0,09
0,05
0,07
0,06
0,06
0,06
0,08
0,24
0,17
0,17
0,13
0,20
0,18
0,17
0,04
0,00
0,05
0,04
0,04
0,04
0,06
0,04
16,98
16,53
15,31
14,81
15,75
15,02
16,31
16,47
0,99
0,99
0,94
0,93
0,79
0,83
0,72
0,88
0,06
0,11
0,06
0,06
0,08
0,09
0,07
0,08
0,95
0,61
0,89
1,05
0,76
0,78
0,85
0,84
2,10 0,44 0,45
1,82 0,44 0,60
2,21 0,37 0,37
2,11 0,48 0,42
1,84 0,36 0,36
1,92 0,36 0,41
1,92 0,32 0,39
1,99 0,40 0,43
0,15
0,13
0,19
0,21
0,14
0,18
0,18
0,17
0,07
0,08
0,06
0,06
0,04
0,05
0,07
0,06
1,80
1,49
2,27
2,50
2,25
1,87
1,87
2,01
0,03
0,03
0,09
0,09
0,08
0,07
0,07
0,07
0,03
0,03
0,01
0,02
0,02
0,03
0,03
0,02
0,02
0,01
0,03
0,03
0,03
0,04
0,12
0,04
1,13
1,21
1,11
1,17
1,09
1,09
1,05
1,12
0,11 8,47 7,28
0,08 7,71 1,12
0,09 8,82 1,08
0,08 9,35 1,27
0,06 8,01 1,53
0,07 7,87 1,47
0,06 7,86 1,38
0,08 8,30 1,41
0,28
0,26
0,26
0,37
0,38
0,39
0,32
0,32
1,40
1,34
1,52
1,90
1,85
1,78
1,73
1,65
2,08 26,34
26,40 1,80
24,36 1,49
25,15 2,27
27,00 2,50
24,87 2,25
25,96 1,87
26,06 1,87
No 1
55
Lampiran 7 Konsumsi ikan aktual perkotaan per jenis ikan (kg/kapita/tahun) Jenis ikan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Ekor kuning Tongkol/tuna/ 2 cakalang 3 Tenggiri 4 Selar 5 Kembung 6 Teri 7 Bandeng 8 Gabus 9 Mujair 10 Mas 11 Lele 12 Kakap 13 Baronang Ikan segar 14 lainnya 15 Udang Cumi16 cumi/sotong Ketam/kepiting/ 17 rajungan 18 Kerang/siput Udang segar 19 lainnya Total ikan segar Ikan kembung 20 (peda)-awetan Tenggiri21 awetan Tongkol/tuna/ca 22 kalang-awetan 23 Teri-awetan 24 Selar-awetan 25 Sepat-awetan Bandeng26 awetan 27 Gabus-awetan Ikan dalam 28 kaleng-awetan Lainnya-ikan 29 awetan Udang (ebi)30 awetan Cumi31 cumi/sotongawetan Lainnya-udang 32 hewan air lainawetan 33 Terasi 34 Kerupuk Total ikan olahan Nasi 35 campur/rames Ikan (goreng, 36 bakar, pindang, pepes,dll) Total makanan jadi Total konsumsi ikan
0,51
0,61
0,41
0,37
0,39
0,49
0,43
Ratarata 0,46
2,74
2,81
2,22
2,20
1,94
2,17
2,14
2,31
0,28 0,68 2,48 0,44 2,08 0,34 1,86 1,24 0,92 0,19 0,04
0,31 0,85 2,44 0,37 1,89 0,31 1,83 1,10 1,10 0,12 0,06
0,21 0,62 1,89 0,40 1,85 0,24 1,52 1,20 1,10 0,22 0,05
0,25 0,72 2,15 0,35 1,53 0,25 1,62 1,08 1,14 0,18 0,05
0,21 0,60 2,13 0,39 1,38 0,28 1,46 0,98 1,28 0,19 0,04
0,25 0,72 2,26 0,40 1,64 0,25 1,58 1,13 1,35 0,22 0,05
0,61 2,01 0,43 0,43 1,34 0,31 1,89 1,28 1,40 0,24 0,06
0,30 0,89 1,97 0,40 1,67 0,28 1,68 1,14 1,18 0,20 0,05
2,41
2,14
2,99
2,99
2,71
2,49
2,68
2,63
0,80
0,79
0,96
0,92
0,84
0,96
0,85
0,87
0,32
0,24
0,40
0,39
0,38
0,51
0,37
0,37
0,12
0,06
0,10
0,09
0,07
0,07
0,06
0,08
0,18
0,24
0,24
0,17
0,13
0,19
0,12
0,18
0,02
0,00
0,04
0,05
0,03
0,03
0,06
0,03
16,98
17,63
17,27
16,68
16,49
15,43
16,75
16,72
0,52
0,56
0,61
0,56
0,51
0,51
0,49
0,54
0,06
0,05
0,07
0,06
0,07
0,07
0,06
0,06
0,80
0,89
0,93
1,00
0,84
0,82
0,81
0,87
1,38 0,27 0,35
1,30 0,26 0,56
1,51 0,22 0,38
1,37 0,20 0,39
1,24 0,21 0,31
1,29 0,18 0,33
1,43 0,21 0,37
1,36 0,22 0,38
0,20
0,24
0,25
0,28
0,18
0,21
0,20
0,22
0,11
0,04
0,09
0,08
0,07
0,05
0,10
0,08
0,13
0,17
0,16
0,11
0,12
0,12
0,10
0,13
0,88
0,84
1,26
1,16
1,10
0,94
1,04
1,03
0,07
0,04
0,07
0,06
0,05
0,05
0,04
0,05
0,05
0,09
0,08
0,09
0,08
0,09
0,09
0,08
0,02
0,02
0,04
0,03
0,03
0,04
0,07
0,04
0,92 0,13 7,28
0,94 0,10 5,89
0,97 0,12 6,11
0,94 0,09 6,74
0,92 0,08 6,42
0,89 0,08 5,81
0,88 0,08 5,68
0,92 0,10 5,97
2,46
2,25
2,57
3,36
3,22
3,08
3,39
2,90
0,48
0,59
0,67
0,95
1,04
1,05
0,88
0,81
2,08 26,34
2,94 26,46
2,84 26,21
3,23 26,65
4,32 27,23
4,26 25,50
4,13 26,56
4,27 26,95
No 1
56
Lampiran 8 Konsumsi ikan aktual dari ikan segar berdasarkan wilayah (kg/kapita/tahun) No
Jenis ikan
Wilayah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1
Ekor kuning
2
3
Tongkol/ Tuna/ Cakalang Tenggiri
4
Selar
5
Kembung
6
Teri
7
Bandeng
8
Gabus
9
Mujair
10
Mas
11
Lele
12
Kakap
13
Baronang
14
ikan segar lainnya
15
Udang
16
Cumi-cumi/ Sotong
17
Ketam/ Kepiting/ Rajungan Kerang/ Siput
pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional pedesaan perkotaan nasional
0,48 0,51 0,49 3,04 2,74 2,85 0,21 0,28 0,24 1,30 0,68 1,02 1,53 2,47 1,97 0,59 0,44 0,52 1,22 2,07 1,62 0,80 0,34 0,59 1,44 1,85 1,63 0,76 1,23 0,98 0,82 0,92 0,86 0,04 0,19 0,11 0,03 0,04 0,03 3,49 2,40 3,00 0,45 0,80 0,61 0,14 0,31 0,22 0,05 0,12 0,08 0,08 0,18 0,13 0,04 0,02 0,03 16,53 17,63 16,98
0,79 0,61 0,73 2,56 2,81 2,68 0,24 0,30 0,24 1,10 0,85 0,98 1,58 2,43 1,95 0,49 0,37 0,43 1,03 1,89 1,40 0,67 0,30 0,55 1,46 1,83 1,65 0,67 1,10 0,85 0,61 1,10 0,79 0,06 0,12 0,12 0,00 0,06 0,06 3,22 2,13 2,75 0,37 0,79 0,55 0,12 0,24 0,18 0,06 0,06 0,06 0,24 0,24 0,24 0,00 0,00 0,00 15,31 17,27 16,23
0,40 0,41 0,40 2,23 2,22 2,23 0,13 0,21 0,17 0,78 0,62 0,71 1,15 1,88 1,51 0,49 0,40 0,45 1,38 1,85 1,61 0,73 0,24 0,49 1,06 1,51 1,28 0,63 1,20 0,90 0,57 1,10 0,83 0,13 0,22 0,18 0,07 0,05 0,07 4,13 2,98 3,59 0,41 0,96 0,68 0,16 0,40 0,28 0,09 0,10 0,10 0,17 0,24 0,21 0,05 0,04 0,04 14,81 16,68 15,72
0,37 0,37 0,37 2,72 2,20 2,47 0,13 0,25 0,19 0,86 0,72 0,79 1,35 2,14 1,74 0,43 0,35 0,39 1,32 1,53 1,42 0,64 0,25 0,46 1,29 1,61 1,45 0,73 1,08 0,90 0,60 1,14 0,86 0,15 0,18 0,17 0,10 0,05 0,07 4,20 2,98 3,62 0,43 0,91 0,67 0,14 0,39 0,26 0,05 0,09 0,07 0,17 0,17 0,17 0,04 0,05 0,04 15,75 16,49 16,11
0,49 0,39 0,44 2,38 1,94 2,17 0,14 0,21 0,17 0,68 0,60 0,64 1,37 2,13 1,74 0,52 0,39 0,46 1,20 1,38 1,29 0,72 0,28 0,51 1,27 1,46 1,37 0,62 0,98 0,80 0,67 1,28 0,97 0,11 0,19 0,15 0,06 0,04 0,05 3,96 2,70 3,36 0,41 0,84 0,62 0,13 0,38 0,25 0,07 0,07 0,07 0,13 0,13 0,13 0,04 0,03 0,03 15,02 15,43 15,22
0,56 0,49 0,52 2,76 2,17 2,48 0,16 0,25 0,20 0,79 0,72 0,76 1,59 2,26 1,92 0,54 0,40 0,47 1,54 1,63 1,59 0,74 0,25 0,51 1,28 1,57 1,43 0,76 1,12 0,94 0,75 1,34 1,04 0,09 0,22 0,16 0,06 0,05 0,05 3,68 2,48 3,11 0,46 0,96 0,70 0,19 0,51 0,34 0,06 0,07 0,07 0,20 0,19 0,20 0,04 0,03 0,04 16,31 16,75 16,52
0,49 0,43 0,49 2,68 2,14 2,38 0,12 0,61 0,18 0,67 2,01 0,67 1,34 0,43 1,65 0,49 0,43 0,43 1,28 1,34 1,28 0,79 0,30 0,55 1,58 1,89 1,71 0,91 1,28 1,10 0,91 1,40 1,16 0,24 0,24 0,24 0,12 0,06 0,06 3,89 2,68 3,29 0,43 0,85 0,67 0,18 0,37 0,24 0,06 0,06 0,06 0,18 0,12 0,12 0,06 0,06 0,06 16,47 16,72 16,35
18
19
Udang dan hewan air lainnya Total ikan segar
Ratarata 0,51 0,46 0,49 2,62 2,31 2,47 0,16 0,30 0,20 0,88 0,89 0,80 1,42 1,96 1,78 0,50 0,39 0,45 1,28 1,67 1,46 0,73 0,28 0,52 1,34 1,68 1,50 0,73 1,14 0,92 0,71 1,18 0,93 0,12 0,19 0,16 0,06 0,05 0,06 3,80 2,62 3,24 0,42 0,87 0,64 0,15 0,37 0,25 0,06 0,08 0,07 0,17 0,18 0,17 0,04 0,03 0,04 15,74 16,71 16,16
57
Lampiran 9 Konsumsi ikan aktual nasional berdasarkan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun) Kelompok ikan Ikan Segar
Ikan olahan
makanan jadi
konsumsi ikan aktual
Gol
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
4,62 7,12 8,85 10,76 14,95 18,46 23,44 25,81 7,52 4,31 5,95 7,07 7,52 7,85 7,31 6,63 0,01 0,09 0,34 1,03 1,46 2,04 3,07 5,63 12,15 11,53 15,14 18,85 23,94 28,35 33,82 38,08
4,42 10,21 13,21 13,91 17,75 22,07 26,61 26,86 4,32 3,86 5,61 5,98 7,28 7,73 7,55 5,64 0,05 0,15 0,43 0,64 1,28 1,80 2,58 5,53 8,78 14,23 19,25 20,52 26,30 31,60 36,74 38,03
5,09 7,07 9,84 13,52 19,49 25,07 27,91 32,40 5,10 6,33 7,40 8,39 8,65 7,82 7,38 6,85 0,32 0,72 1,31 1,95 2,82 3,89 5,19 6,81 10,52 14,12 18,55 23,86 30,96 36,78 40,48 46,06
4,49 7,20 9,42 13,43 18,71 24,11 26,25 28,48 4,73 6,49 8,10 8,54 8,52 7,51 6,67 5,40 0,48 0,71 1,29 2,11 3,40 5,11 7,03 9,24 9,70 14,40 18,81 24,08 30,63 36,73 39,94 43,11
4,20 5,72 7,91 11,44 16,43 21,90 24,58 27,20 3,50 5,37 6,39 7,24 7,63 7,00 6,08 5,10 0,15 0,59 0,91 1,68 2,96 4,62 6,58 9,82 7,85 11,68 15,21 20,35 27,02 33,52 37,23 42,11
5,00 6,53 8,39 11,06 16,08 21,82 25,52 28,86 3,18 5,56 6,05 6,95 7,34 7,31 6,43 5,13 0,16 0,39 0,73 1,34 2,44 3,94 5,60 8,42 8,34 12,48 15,17 19,35 25,87 33,07 37,54 42,41
3,41 5,60 6,87 9,80 14,66 20,20 23,85 25,92 3,83 5,25 5,62 6,99 7,34 7,40 7,02 5,60 0,07 0,23 0,61 1,13 2,04 3,41 4,94 7,84 7,31 11,08 13,11 17,92 24,05 31,02 35,81 39,35
Ratarata 4,46 7,06 9,22 11,99 16,87 21,95 25,45 27,93 4,60 5,31 6,44 7,31 7,76 7,52 6,92 5,76 0,18 0,41 0,80 1,41 2,34 3,55 5,00 7,61 9,24 12,79 16,46 20,71 26,97 33,01 37,37 41,31
58
Lampiran 10 Konsumsi ikan aktual pedesaan berdasarkan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun) Kelompok ikan Ikan Segar
Ikan olahan
makanan jadi
konsumsi ikan aktual
Gol
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
4,87 7,67 9,13 11,67 15,65 21,01 28,74 33,40 7,66 4,45 6,18 7,70 8,38 9,46 10,73 12,85 0,01 0,07 0,25 0,97 1,42 1,63 2,65 2,71 12,53 12,19 15,55 20,34 25,45 32,10 42,12 48,96
0,18 7,18 8,94 9,19 13,20 17,77 25,92 33,77 4,32 3,90 5,65 6,19 7,70 8,81 9,12 9,45 0,05 0,16 0,38 0,66 1,13 1,73 2,12 4,39 4,55 11,24 14,97 16,03 22,03 28,30 37,16 47,61
5,34 7,51 10,82 15,20 22,36 31,11 34,86 40,43 5,23 6,51 7,92 9,66 11,03 10,84 10,30 9,95 0,31 0,60 1,17 1,63 2,45 2,78 3,69 4,62 10,87 14,63 19,91 26,49 35,84 44,72 48,84 55,00
4,58 7,67 10,34 14,79 21,78 30,34 34,64 35,33 4,79 6,73 8,68 9,57 10,86 11,04 11,52 10,88 0,41 0,66 1,11 1,87 2,71 3,75 4,29 6,10 9,78 15,06 20,14 26,24 35,35 45,13 50,46 52,32
4,56 6,21 8,64 12,84 18,86 27,01 31,82 32,61 3,35 5,50 6,67 7,92 9,32 9,31 9,22 8,99 0,11 0,52 0,80 1,41 2,48 3,63 4,71 6,19 8,03 12,23 16,11 22,16 30,67 39,96 45,75 47,79
4,99 7,02 9,14 12,17 17,71 25,57 33,53 34,31 3,28 5,61 6,30 7,48 8,63 9,22 9,01 8,37 0,14 0,35 0,62 1,13 2,00 3,18 4,02 5,86 8,41 12,97 16,06 20,78 28,34 37,97 46,56 48,53
3,83 6,27 7,79 11,01 16,24 22,57 27,44 31,64 3,58 5,35 5,85 7,40 8,13 8,66 8,42 7,65 0,09 0,16 0,49 0,83 1,56 2,72 3,61 4,73 7,51 11,78 14,12 19,24 25,93 33,95 39,47 44,01
Ratarata 4,05 7,07 9,26 12,41 17,97 25,05 30,99 34,50 4,60 5,44 6,75 7,99 9,15 9,62 9,76 9,73 0,16 0,36 0,69 1,21 1,96 2,77 3,59 4,94 8,81 12,87 16,70 21,61 29,09 37,45 44,34 49,18
59
Lampiran 11 Konsumsi ikan aktual perkotaan berdasarkan golongan pengeluaran (kg/kapita/tahun) Kelompok ikan Ikan Segar
Ikan olahan
makanan jadi
konsumsi ikan aktual
Gol
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
0,49 3,53 5,49 7,49 13,86 16,09 21,35 24,49 5,01 3,31 4,30 4,71 5,84 6,50 6,08 5,58 0,00 0,26 1,02 1,24 1,55 2,14 3,22 6,17 5,49 7,10 10,81 13,44 21,25 24,74 30,65 36,24
0,00 0,00 4,26 8,70 9,92 15,15 20,08 24,28 0,00 3,00 5,27 4,99 6,18 6,40 6,82 4,92 0,00 0,00 0,83 0,57 1,65 1,89 2,80 5,75 0,00 3,00 10,36 14,26 17,74 23,44 29,69 34,94
3,21 5,35 7,76 11,30 17,57 23,25 26,60 31,53 4,06 5,65 6,27 6,71 7,07 6,89 6,83 6,51 0,46 1,17 1,62 2,37 3,07 4,24 5,46 7,05 7,72 12,17 15,65 20,39 27,71 34,38 38,90 45,09
3,61 5,25 7,19 11,28 16,38 21,85 24,51 27,59 4,22 5,50 6,66 6,91 6,75 6,22 5,66 4,69 1,17 0,89 1,72 2,49 3,92 5,61 7,59 9,64 9,00 11,65 15,57 20,68 27,05 33,68 37,77 41,92
2,01 4,62 5,72 8,93 14,20 19,96 22,94 26,34 7,53 4,83 5,68 6,00 6,18 5,89 5,31 4,28 0,42 0,88 1,21 2,16 3,40 5,03 7,05 10,41 9,96 10,33 12,61 17,09 23,78 30,88 35,30 41,03
5,15 4,17 6,06 9,16 14,26 19,17 22,56 27,94 2,21 5,32 5,27 6,04 5,91 5,96 5,47 4,58 0,32 0,59 1,06 1,71 2,94 4,47 6,18 8,85 7,68 10,08 12,39 16,92 23,11 29,60 34,21 41,37
2,49 2,92 4,20 7,48 13,26 18,13 21,54 24,70 4,60 4,87 4,95 6,16 6,48 6,22 5,95 4,95 0,00 0,47 0,98 1,71 2,58 4,03 5,66 8,57 7,09 8,26 10,13 15,36 22,32 28,39 33,14 38,21
Ratarata 2,42 3,69 5,81 9,19 14,21 19,08 22,80 26,70 3,94 4,64 5,49 5,93 6,34 6,30 6,02 5,07 0,34 0,61 1,21 1,75 2,73 3,92 5,42 8,06 6,70 8,94 12,50 16,88 23,28 29,30 34,24 39,83