Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68
ISSN 1978-2365
ANALISIS KONSUMSI LISTRIK DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA ANALYSIS OF ELECTRICITY CONSUMPTION AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) IN INDONESIA I Made Agus Dharma Susila dan Dwi Rahmasari Pribadi Puslitbangtek. Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12230
[email protected]
Abstrak Analisis konsumsi listrik dan indeks pembangunan manusia (IPM) di Indonesia dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi listrik dengan indikator pembangunan sosial berupa IPM di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam analisis ini adalah deskriptif analitik yang menggambarkan secara detail hubungan antara konsumsi listrik dari tiga sektor utama yaitu industri, rumah tangga dan komersial dengan indikator pembangunan sosial berupa dua indikator IPM yaitu umur harapan hidup dan angka melek huruf yang diwakili oleh lama sekolah. Sektor industri mempunyai pengaruh paling besar terhadap umur harapan hidup,dibandingkan dengan sektor komersial dan sektor rumah tangga. Konsumsi listrik total dan rasio elektrifikasi lebih mempengaruhi nilai indikator melek huruf dibandingkan dengan umur harapan hidup. Konsumsi listrik total berkorelasi sangat kuat dengan kedua indikator IPM yaitu umur harapan hidup dan angka melek huruf dan dengan IPM itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r2) lebih dari 0,97. Korelasi anatara rasio elektrifikasi dengan IPM juga kuat yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r2) di atas 0,95. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi listrik dan rasio elektrifikasi di Indonesia mempunyai hubungan yang kuat dengan indikator – indikator IPM. Kata kunci : konsumsi listrik, pembangunan sosial, Indeks Pembangunan Manusia Abstract An analysis on electricity consumption and human development index (HDI) in Indonesia was carried out to investigate correlation between electricity consumption and indicators of human development index. Methodology which is applied on the study is descriptive analytic to describe correlation between the electricity consumption per sector to the indicators of HDI such as life expectancy and education. Electricity consumption of industry sector has a larger influence to life expectancy and commercial and household compared to those of other sectors. The result of the study indicates that electricity consumption and social development in Indonesia has a strong correlation with correlation coefficient (r2) more than 0.97. A strong correlation is also shown by electrification ratio and HDI with correlation coefficient is about 0.95. It is concluded that electricity consumption and electrification ratio have strong relationship with indicators of HDI. Key words: electricity consumption, social development, human development index
konteks
PENDAHULUAN Dalam masyarakat modern, energi listrik sudah
menjadi
mempunyai
kebutuhan
peranan
dasar
penting
yang dalam
pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam
pembangunan
menyatakan
bahwa
sosial,
energi
Niu et
listrik
al
sangat
diperlukan untuk peningkatan kesejahteraan yang
meliputi
peningkatan
kesehatan,
pendidikan, kenyamanan, peningkatan kualitas
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014
61
Ketenagalistrikan Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan Vol. Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61 – 6813 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68 lingkungan, dan peningkatan pengembangan
terhadap konsumsi energi per kapita dengan
diri bagi perempuan. Konsumsi listrik juga
IPM di 120 negara menyatakan bahwa ada
merupakan
yang
hubungan yang sangat kuat antara IPM dengan
mencerminkan tingkat pembangunan sosial
konsumsi energi. Disebutkan juga bahwa untuk
suatu negara[1]. Kanagawa & Nakata juga
Negara-negara miskin, peningkatan akses yang
menyatakan bahwa secara sosio ekonomi,
kecil terhadap energi akan meningkatkan
peningkatan akses terhadap energi modern
pembangunan manusia yang luar biasa[4].
salah
satu
indikator
berupa energi listrik akan meningkatan kualitas hidup secara drastis[2].
Pereira et al melalui studinya terhadap listrik pedesaan dan kemiskinan energi di
Pada dasarnya, standar atau tingkat
Brasil menyimpulkan bahwa ada perubahan
kesejahteraan manusia sebenarnya sulit untuk
profil konsumsi energi dan listrik terhadap
diukur tetapi saat ini ada beberapa indikator
pengurangan kemiskinan energi[5].
yang dapat digunakan untuk mengukurnya. Yang
paling
sederhana
adalah
dengan
Sebaliknya,
melalui
studinya
terhadap
konsumsi listrik di negara-negara industri,
menghitung produksi domestik bruto (PDB) per
Mazur
kapita yang menggambarkan nilai semua
konsumsi energi dan listrik per kapita pada tiga
barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah
dekade
dalam periode waktu tertentu per kapita.
berhubungan
Indikator yang lebih maju adalah dengan
hidup[6].
menghitung indeks pembangunan manusia
menyimpulkan
terakhir
tidak
dengan
Oudraogo
bahwa
peningkatan
berasosiasi
peningkatan
menyatakan
atau
kualitas
bahwa
ada
(IPM) atau human development index (HDI)
hubungan kointegrasi yang positif antara
yang mempertimbangkan umur harapan hidup,
konsumsi listrik dengan Indeks Pembangunan
angka melek huruf, dan PDB[3]. Mengacu pada
Manusia (IPM) atau human development index
UNDP, umur harapan hidup atau angka
(HDI). Secara lebih detail disebutkan bahwa
harapan
perkiraan
peningkatan konsumsi litrik per kapita sebesar
ditempuh
1% akan meningkatkan nilai IPM sebesar
hidup
banyaknya
adalah rata-rata
tahun
yang
dapat
seseorang selama hidup. Sedangkan angka melek huruf atau rata-rata lama sekolah didefinisikan
sebagai
jumlah
tahun
yang
0,22% [7]. Melalui studinya terhadap konsumsi energi,
kesejahteraaan
manusia
dan
digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas
pembangunan ekonomi di beberapa negara di
dalam menjalani pendidikan formal.
Eropa Timur, Jorgenson et al menyatakan
Ada beberapa studi yang mempelajari
bahwa
hubungan
antara
intesitas
energi-
hubungan antara konsumsi energi dan atau
kesejahteraan manusia dengan pertumbuhan
listrik dengan tingkat kesejahteraan manusia.
ekonomi sangat kompleks dan berubah secara
Martinez
dramatis sepanjang waktu. Dan pada beberapa
&
Ebenhack
melalui
studinya
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014 62
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Analisis Konsumsi Listrik dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68 tahun
terakhir
rentang
waktu
studi,
hidup angka melek huruf. Dilakukan juga
menunjukkan peningkatan hubungan yang
analisis hubungan antara rasio elektrifikasi
berlanjut anatara intensitas energi kesejahteraan
dengan dua komponen IPM yaitu
[8]
manusia dengan pembangunan ekonomi .
angka
harapan hidup dan lama sekolah.
Bagaimana dengan tingkat kesejahteraan manusia dan kaitannya dengan konsumsi listrik
METODOLOGI
di Indonesia? Mengacu pada data UNDP tahun 2012,
dengan
nilai
IPM
sekitar
0,929,
Metodologi yang digunakan dalam studi ini
adalah
deskriptif
analitik
yang
Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187
menggambarkan secara detail hubungan antara
negara dan dikategorikan sebagai negara
konsumsi
[9]
dengan pembangunan manusia menengah . Sampai
dengan
tahun
2012,
rasio
listrik
dengan
indikator
pembangunan sosial yaitu IPM. Saat ini, United Nations Development Programme (UNDP)
elektrifikasi di Indonesia mencapai 76% yang
menggunakan
artinya masih ada sekitar 24% rumah tangga
dalam menghitung IPM yaitu umur harapan
yang belum mempunyai akses terhadap energi
hidup, angka melek huruf yang diwakili oleh
listrik. Pertumbuhan konsumsi listrik dari tahun
lama sekolah yang diharapkan dan rata-rata
2004 sampai dengan 2012 sekitar 9% per
lama sekolah serta daya beli yang dicerminkan
tahun. Dan total konsumsi listrik Indonesia
oleh pendapatan nasional kotor per kapita[9].
empat
komponen
indikator
mencapai 173.990 GWh dan masih didominasi
Dalam studi ini yang digunakan dalam
oleh sektor rumah tangga dan industri, masing -
analisis hanya komponen umur harapan hidup
masing 41% dan 35%. Selanjutnya adalah
dan angka melek huruf karena indikator ini
sektor komersil sebesar 18%. Sektor lainnya
secara luas sudah diterima sebagai indikator
seperti
dari masyarakat yang baik dan sudah menjadi
sosial,
penerangan
dan
bangunan
pemerintah mengkonsusmsi sekitar 7%
[10]
.
Sejauh ini, belum ditemukan studi yang
fokus banyak penelitian kesehatan masyarakat, demografi dan pendidikan masyarakat. Saat ini,
mempelajari kaitan antara tingkat kesejahteraan
indikator
manusia dan konsumsi listrik di Indonesia.
digunakan
umur dalam
harapan
hidup
banyak
studi
intensitas
energi
Oleh karena itu, penulis termotivasi
kesejahteraan mausia karena tepat, valid dan
untuk melakukan studi yang berkaitan dengan
handal untuk analisis kesejahteraan manusia
hal tersebut di atas.
serta
Tujuan dari studi ini adalah untuk
sudah
penelitian
mapan
dalam
berbagai
[11]
.
menganalisis hubungan antara konsumsi listrik
Umur harapan hidup mengindikasikan
dengan indikator pembangunan sosial berupa
rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak
IPM di Indonesia. Analisis dibatasi hanya pada
yang masih hidup. Mengingat ketersediaan data
dua komponen dari IPM yaitu umur harapan
dari lembaga nasional terbatas, maka data yang
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014
63
Ketenagalistrikan Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan Vol. Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61 – 6813 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68 dipergunakan mengacu pada beberapa lembaga internasional.
Data
umur
harapan
2010
5,8
0,620
hidup
diperoleh dari basis data Bank Dunia[12] dan
Data konsumsi listrik diperoleh dari
disajikan dalam Tabel 1. Data lama sekolah dan
basis data Badan Energi internasional atau
IPM disajikan pada Tabel 2 berdasarkan
International Energy Agency (IEA)[13] dan
laporan UNDP[9].
disajikan pada Tabel 3. Sedangkan data rasio
1,976 1,931 2,059 2,372 2,537 2,699 2,868 2,949 2,450 2,388 2,495 2,630 2,731 2,797 2,875 2,988 3,126 3,284 3,456 3,567 3,765
63 64 64 65 65 65 66 66 67 67 67 68 68 68 69 69 69 69 70 70 70
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia[9] Tahun
1990 1995 2000 2005
Lama sekolah (tahun) 3,3 4,2 4,8 5,3
IPM
0,479 0,525 0,540 0,575
diperoleh dari data KESDM. Rentang waktu data yang dianalisis adalah dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2010. Tabel 3. Konsumsi listrik Indonesia Tahun
Konsumsi per kapita (kWh)
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
79 85 93 101 114 124 138 153 135 149 159 165 168 165 172 188 191 198 204 197 214
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014 64
49 55 61 68 77 91 97 111 120 128 143 154 155 161 180 182 192 204 213 234 251
Total
Umur harapan hidup
Komersial
GNI PPP per kapita (2005 US$)
Rumah tangga
Tahun
elektrifikasi yang disajikan pada Tabel 4,
Industri
Tabel 1. Pendapatan nasional bruto per kapita dan umur harapan hidup Indonesia[12]
25 27 29 32 36 48 47 50 60 62 68 72 74 82 94 104 111 121 131 142 153
153 168 184 201 227 263 281 314 314 339 371 391 198 408 446 474 493 523 548 573 617
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Analisis Konsumsi Listrik dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68 Tabel 4. Rasio elektrifikasi rata-rata Indonesia[10] Tahun
Rasio elektrifikasi (%)
1990 1995 2000 2005 2010
28 43 57 62 67
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2. Korelasi konsumsi listrik sektor industri per kapita terhadap umur harapan
Hasil
hidup
Korelasi antara umur harapan hidup dengan konsumsi listrik total dan tiap sektor diilustrasikan pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 3.Korelasi konsumsi listrik sektor rumah tangga per kapita terhadap umur harapan hidup Gambar 1. Korelasi konsumsi listrik total per kapita terhadap umur harapan hidup
Gambar 4. Korelasi konsumsi listrik sektor komersial per kapita terhadap umur harapan hidup
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014
65
Ketenagalistrikan Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61Vol. – 6813 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68 Korelasi antara konsumsi listrik per
Dan korelasi rasio elektrifikasi terhadap dua
kapita dengan umur harapan hidup, lama
indikator IPM diilustrasikan pada Gambar 8
sekolah dan IPM disajikan pada Gambar 5
sampai dengan Gambar 10 di bawah ini.
sampai dengan Gambar 7 di bawah ini.
Gambar 8. Korelasi rasio elektrifikasi terhadap Gambar 5. Korelasi konsumsi listrik per kapita
umur harapan hidup
terhadap umur harapan hidup
Gambar 9. Korelasi rasio elektrifikasi terhadap lama sekolah Gambar 6. Korelasi konsumsi listrik per kapita terhadap lama sekolah
Gambar 10. Korelasi rasio elektrifikasi Gambar 7. Korelasi konsumsi listrik perkapita
terhadap IPM
terhadap IPM
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014 66
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Analisis Konsumsi Listrik dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68 Hal yang berbeda terjadi pada hubungan
Pembahasan Secara umum, konsumsi listrik berkorelasi
antara rasio elektrifikasi dengan dua indikator
sangat kuat dengan umur harapan hidup seperti
IPM seperti ditunjukkan pada Gambar 8 sampai
ditunjukkan pada Gambar 1 sampai dengan
dengan Gambar 10. Kedua indikator IPM
Gambar
kuat
tersebut mempunyai korelasi yang sangat kuat
tangga,
dengan rasio elektrifikasi dimana indikator
4.
ditunjukkan
Korelasi oleh
yang
sektor
paling
rumah
kemudian sektor industri dan terakhir sektor
melek
komersial.
dibandingkan indikator umur harapan hidup.
Walaupun
demikian,
berkorelasi
lebih
kuat
analisis
Rasio elektrifikasi juga lebih mempengaruhi
sensitivitas dari konsumsi lisrik masing-masing
nilai indikator melek huruf dibandingkan
sektor
terhadap
mengindikasikan
melalui
huruf
umur
harapan
hidup,
indikator
sektor
yang
paling
menaikkan
umur atau
harapan
hidup.
menurunkan
Dengan
nilai
rasio
mempunyai pengaruh paling besar adalah
elektrifikasi sebesar 10%, nilai indikator melek
sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor
huruf berubah sebesar 6,6% dan indikator umur
komersial dan sektor rumah tangga. Dengan
harapan hidup berubah sekitar 1,2%.
menaikkan atau menurunkan
nilai konsumsi
listrik setiap sektor sebesar 10%, sektor industri
KESIMPULAN DAN SARAN
memberikan pengaruh sebesar 0,79%, diikuti
Kesimpulan
sektor komersial sebesar 0,75%, dan terakhir sektor rumah tangga sebesar 0,52%.
maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi
Korelasi konsumsi listrik total dengan dua indikator
IPM
juga
sangat
kuat
Dari hasil pembahasan atas hasil studi ini
seperti
listrik dan rasio elektrifikasi di Indonesia mempunyai hubungan yang kuat dengan
ditunjukkan pada Gambar 5 sampai dengan
indikator-indikator
Gambar 7. Terlihat bahwa konsumsi listrik total
Sektor industri mempunyai pengaruh paling
berkorelasi lebih kuat terhadap indikator umur
besar terhadap umur harapan hidup, diikuti
harapan hidup dibandingkan terhadap indiator
sektor komersial dan rumah tangga.
pembangunan
manusia.
melek huruf. Akan tetapi jika dilakukan analisis
Terkait dengan IPM, konsumsi listrik total
sensitivitas untuk masing-masing indikator,
dan rasio elektrifikasi lebih mempengaruhi nilai
justru indikator melek huruf lah yang lebih
indikator melek huruf dibandingkan indikator
dipengaruhi oleh konsumsi listrik total. Dengan
umur harapan hidup.
menaikkan atau menurunkan nilai konsumsi
Saran
listrik sebesar 10%, indikator umur harapan
Mengingat
kondisi
kelistrikan
baik
hidup berubah sekitar 0.9% dan indikator
konsumsi listrik maupun rasio elektrifikasi dan
melek huruf berubah sekitar 4.4%.
pembangunan sosial di setiap wilayah berbedabeda maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014
67
Ketenagalistrikan Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dan Energi Terbarukan Vol. Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 61 – 6813 No. 1 Juni 2014 : 61 – 68 untuk membandingkan dan menggambarkan
[7].
secara lebih detail kondisi setiap wilayah.
Ouedraogo,
N.
S.
2013.
Energy
consumption and human development: Evidence from a panel co-integration and
DAFTAR PUSTAKA
error correction model. Energy. Vol. 63:
[1].
28 - 41.
Niu, S., Y. Jia, W. Wang, R. He, L. Hu and
[2].
Y.
Liu.
2013.
Electricity
Giedraitis. 2014. Energy consumption,
level: A comparative analysis based on
human
panel data for 50 countries. Electrical
development in central and eastern
Power and Energy Systems. Vol. 53: 338
European nations: A cautionary tale of
– 347
sustainability. Energy Policy. Vol. 66:
Kanagawa, M. and T. Nakata. 2008.
419 – 427
[5].
economic
the socio-economic impacts in rural
Programme
(UNDP).
areas of developing countries. Energy
development Reports 2013. Tersedia
Policy. Vol. 36: 2016-2029
pada http://hdr.undp.org/en
for
Sustainable
Systems,
Development 2013.
Human
[Diakses
tanggal 25 Februari 2014 ] [10]. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Development Indicators Factsheet. Pub.
Mineral
No. CSS08-15
Listrik.
Martinez, D. M. and B. W. Ebenhack.
http://prokum.esdm.go.id
2008. Understanding the role of energy
tanggal 28 Februari 2014].
(KESDM).
2013.
Statistik
Tersedia
pada [Diakses
consumption in human development
[11]. Dietz, T., E. A. Rosa, and R. York. 2012.
through the use of saturation phenomena.
Environmentally efficient well-being: Is
Energy Policy. Vol. 36: 1430-1435.
there
Pereira, M.G., M.A.V. Freitas and N.F.
Geography. Vo. 32: 21-28.
da Silva. 2010. Rural electrification and
[6].
and
Nations
Center
[9].
well-being
United
University of Michigan. 2013. Social
[4].
Jorgenson, A. K., A. Alekseyko and V.
consumption and human development
Assessment of access to electricity and
[3].
[8].
a
Kuznets
curve?.
Applied
[12]. World Bank. 2013. Human development
energy poverty: Empirical evidences
Reports
from Brazil. Renewable and Sustainable
http://data.worldbank.org/country
Energy Reviews. Vol. 14: 1229-1240
[Diakses tanggal 25 Februari 2014 ]
Mazur, A. 2011. Does increasing energy or
electricity
consumption
improve
2013.
Tersedia
pada
[13]. International Energy Agency (IEA). 2013.
Report.
quality of life in industrial nations
www.iea.org
Energy Policy. Vol. 39: 2568 – 2572
Februari 2014]
Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014 68
Tersedia
[Diakses
tanggal
pada: 25