ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SIRUP SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU
HARDIAN NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015
Hardian Nugraha NIM H34124050
_________________________ * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
i
ABSTRAK HARDIAN NUGRAHA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Dibimbing oleh SITI JAHROH. Sawo merupakan buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau merupakan salah satu daerah penghasil sawo dan menjadi pionir usaha pengolahan sirup sawo. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Teratai Indah berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis sensitivitas terhadap perubahan kondisi usaha menggunakan analisis switching value. Hasil penelitian menunjukkan semua kriteria pada aspek non finansial dinyatakan layak kecuali skala produksi. Aspek finansial pada kondisi aktual tidak layak untuk dijalankan sedangkan pada rencana pengembangan layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kondisi penurunan jumlah produksi lebih sensitif dibanding kenaikan harga sawo dan gula terhadap kelayakan usaha pengolahan sirup sawo. Kata kunci: aspek finansial, aspek non finansial, nilai pengganti, sirup sawo
ABSTRACT HARDIAN NUGRAHA. Feasibility Analysis of Business Sapodilla Syrup Processing at Women Farmers Group Teratai Indah in Kuantan Singingi District, Riau Province. Supervised by SITI JAHROH. Sapodilla is tropical fruit that has been long known and widely grown in almost all areas of Indonesia. Kuantan Hilir Seberang Sub-district, Kuantan Singingi District, Riau Province is one of the producing regions of sapodilla and becomes a pioneer in sapodilla syrup processing enterprises. The purpose of this research is to analyze business feasibility in Women Farmers Group (KWT) Teratai Indah based on financial and non financial aspects. Moreover, this research also analyzes sensitiveness on business changes using switching value analysis. The result showed that all the criteria on the non financial aspects was feasible except the scale of production. Financial aspects of the actual condition was not feasible, while the development plan was feasible. The sensitivity analysis showed that the reduction in the number of production condition was more sensitive than the price increase of sapodilla and sugar. Keywords: financial aspect, non financial aspects, sapodilla syrup, switching value
iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SIRUP SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU
HARDIAN NUGRAHA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
v Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau Nama : Hardian Nugraha NIM : H34124050
Disetujui oleh
Siti Jahroh, PhD Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
vii
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah studi kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator atas koreksi pada proposal penelitian penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi dan Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi selaku dosen penguji utama dan dosen penguji komisi pendidikan pada ujian skripsi penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ahmad Hilman Dzul Ilmi selaku pembahas dalam seminar penulis, Syoffinal, SP selaku Kepala Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi beserta staf, Bapak Ade Dahlan selaku Kepada Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Ibu Laila selaku Penyuluh Lapang, Ibu Herna Dewita selaku Ketua Kelompok Wanita Tani Teratai Indah, dan Ibu Sutina selaku Ketua Gapoktan Harapan Kita, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf kependidikan program Alih Jenis Agribisnis, Ayahanda Irbandri, Ibunda Rini Widhiastuti, Kakanda Andika Rahayu Susanti serta teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan 3 (tiga) atas kerja sama, motivasi, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Hardian Nugraha
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Buah KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis dan Teknologi Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek Hukum dan Perizinan Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek Keuangan Analisis Nilai Pengganti ( Switching Value Analysis) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani dan Lokasi Penelitian Analisis Kelayakan Non Finansial (Kondisi Aktual) Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis dan Teknologi Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek Hukum dan Perizinan Aspek Sosial dan Lingkungan Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Kondisi Aktual) Aspek Finansial (Kondisi Aktual) Analisis Kelayakan Non Finansial (Rencana Pengembangan) Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis dan Teknologi Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek Hukum dan Perizinan Aspek Sosial dan Lingkungan
x x xi 1 1 4 6 6 6 6 9 10 10 10 11 13 13 16 16 16 17 17 17 19 20 20 21 21 23 23 23 24 24 31 34 35 36 36 38 42 42 43 45 45 45
x Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Rencana Pengembangan) Analisis Finansial (Rencana Pengembangan) Incremental Net Benefit SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
45 46 51 51 51 52 52 55
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013 Rincian jenis dan sumber data Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan Pedoman observasi aspek teknis dan teknologi Karakteristik konsumen dalam pembelian sirup per bulan Hasil perhitungan Importance and Performance Analysis Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) sirup sawo Rangkuman penilaian kelayakan usaha pengolahan sawo MINCIKU Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo Rincian nilai sisa barang investasi Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun Rincian biaya operasional Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sirup sawo Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo Rincian nilai sisa barang investasi (rencana pengembangan) Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun Rincian biaya operasional (rencana pengembangan) Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sawo Nilai switching value usaha pengolahan sawo Incremental Net Benefit usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah
1 2 16 18 20 25 26 29 36 39 39 40 41 42 47 47 48 49 50 50 51
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Hubungan antara NPV dan IRR Kerangka pemikiran operasional Diagram cartesius Importance and Performance Analysis Diagram cartesius IPA atribut produk sirup sawo Diagram alir proses produksi sirup sawo MINCIKU Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Teratai Indah Rancangan layout dapur produksi KWT Teratai Indah
13 15 18 27 33 34 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produksi sawo menurut provinsi seluruh Indonesia 2009-2013 55 Jumlah produksi dan jumlah tanaman sawo di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau 2008-2013 56 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah pada skala minimum 86 kg per bulan 57 Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (kondisi aktual) 59 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (kondisi aktual) 60 Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (rencana pengembangan) 62 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (rencana pengembangan) 63 Laporan arus kas pada kondisi switching value kenaikan harga sawo dan gula (38.34%) 65 Laporan arus kas pada kondisi switching value penurunan jumlah produksi (31.23%) 67 Incremental net benefit usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah 69 Dokumentasi produk sirup sawo MINCIKU 70
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, mengolah maupun penyedia alat dan jasa dalam proses kegiatan tersebut sehingga menghasilkan produk pertanian yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing tinggi. Proses kegiatan yang dilakukan dalam agroindustri mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik maupun kimiawi terhadap bahan nabati maupun hewani, pengemasan, penyimpanan serta pendistribusian. Produk hasil agroindustri tidak harus berupa produk jadi dan siap pakai, termasuk juga produk setengah jadi yang dimanfaatkan oleh sektor industri lain sebagai bahan baku. Agroindustri merupakan bagian kompleks dari industri pertanian mulai dari produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Industri pengolahan khususnya industri makanan dan minuman saat ini berkembang pesat. Kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif pada periode Januari-September 2014 terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa migas sebesar 36.85% dengan angka pertumbuhan tertinggi pada cabang industri tanpa migas mencapai 8.80%1. Jika melihat dari angka Produk Domestik Broto (PDB) dalam kurun waktu 2012 2014, industri makanan dan minuman terus mengalami peningkatan (Tabel 1). Peningkatan ini berdampak positif terhadap pendapatan nasional terutama dari kontibusi penerimaan devisa melalui ekspor mencapai 1.64 miliar dolar AS, peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 7.95%, dan peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA)sebesar 71.34% dibanding tahun 20131. Tabel 1 Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (Miliar Rupiah), 2012-2014 Lapangan Usaha INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri M i g a s Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Kertas dan Barang cetakan Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya
2012 1 972 523.6 254 556.7 130 273.6 124 283.1 1 717 966.9 623 194.6 156 634.1 85 495.4 67 109.5 216 863.8 57 996.3 33 212.7 465 889.1 11 571.4
2013* 2 152 802.8 267 003.5 144 769.7 122 233.8 1 885 799.3 674 269.4 172 422.5 94 651.1 72 781.3 230 236.1 63 973.8 35 746.1 529 828.8 11 890.2
2014** 2 394 004.9 290 286.4 161 457.8 128 828.6 2 103 718.5 776 857.7 186 355.1 106 839.6 80 600.9 242 599.1 67 933.8 38 615.3 590 282.0 13 635.0
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014. * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 1
http://poskotanews.com/2015/01/27/industri-makanan-dan-minuman-berkembang-pesat/ [diakses tanggal 25 Februari 2015]
2 Industri pengolahan yang merupakan bagian dari agroindustri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu produk hasil industri yang permintaannya terus meningkat terutama pada perayaan hari-hari besar seperti puasa dan hari raya adalah sirup 2 . Sirup adalah cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara (Sediadi dan Esti 2000). Saat ini banyak berkembang industri pembuatan sirup baik skala besar seperti sirup merek ABC, Marjan, Kurnia, maupun skala rumah tangga seperti sirup markisa, sirup buah pala, dan sirup jeruk nipis peras. Pembuatan sirup dapat menggunakan buah asli maupun dengan essen rasa buah tertentu. Salah satu jenis buah yang dapat dikembangkan menjadi sirup adalah sawo. Sawo merupakan tanaman buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak ditanam hampir di seluruh Indonesia. Secara nasional, total produksi buah sawo masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan produksi buah-buahan lain (Tabel 2). Hal ini disebabkan belum adanya pengusahaan tanaman sawo secara komersial, sehingga masih mengandalkan hasil panen sawo yang di tanam di pekarangan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbeda dengan daerah asalnya Guatemala (Amerika Tengah) dan beberapa negara lain seperti India, Srilangka, Filipina, dan Venezuela yang sudah membudidayakan buah sawo secara komersial3. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik dalam kurun waktu 2009-2013, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Lampung, dan Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang tercatat menghasilkan sawo dalam jumlah yang cukup banyak dengan total produksi masing-maisng 93 293 ton, 67 649 ton dan 56 514 ton. Tabel 2 Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013 Jumlah Produksi (ton) Tahun Sawo Jambu Biji Jeruk Nenas 2009 127 876 220 202 2 131 768 1 558 196 2010 122 813 204 551 2 028 904 1 406 445 2011 118 138 211 836 1 818 949 1 540 626 2012 135 335 208 151 1 611 784 1 781 889 2013 127 690 170 810 1 411 229 1 837 159 Sumber: Badan Pusat Statistik 2014.
Buah sawo matang biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar. Rasa buah sawo yang manis membuat buah ini banyak penggemarnya. Rasa manis ini disebabkan kandungan gula dalam daging buah sawo mencapai kadar 16-20 persen. Selain gula, daging buah sawo juga terkandung lemak; protein; vitamin A, B, dan C; besi, kalsium, fosfor dan mineral lainnya. Salah satu mineral lainnya 2
Amelita. 2014. Memanfaatkan Peluang Perubahan Perilaku Musiman Konsumen http://www.frontier.co.id/memanfaatkan-peluang-perubahan-perilaku-musiman-konsumen.html [diakses tanggal 25 Februari 2015] 3 Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung. http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/19/0900293/Buah.Sawo.Baik.untuk.Jantung [diakses tanggal 9 Maret 2014]
3 yang baik adalah kalium, yaitu 193 mg/100 g serta memiliki kadar natrium yang rendah, yaitu 12 mg/100 g. Perbandingan kandungan kalium dan natrium yang mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah. Selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya. Kandungan mineral lainnya per 100 gram buah sawo adalah: kalsium (21 mg), magnesium (12 mg), fosfor (12 mg), selenium (0.6 mg), seng (0.1 mg), dan tembaga (0.09 mg). Sawo juga kaya akan vitamin C, yaitu 14.7 mg/100 g. Konsumsi 100 gram sawo dapat memenuhi 24.5 persen kebutuhan tubuh akan vitamin C setiap hari4. Tanaman sawo tidak hanya bermanfaat dari sisi buah yang dihasilkan. Manfaat lain tanaman sawo yakni sebagai tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis, tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga, tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet, dan tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah tangga (Prihatman 2000). Ditinjau dari manfaat yang diperoleh dari tanaman sawo ini, baik manfaat dari hasil buahnya ataupun manfaat lain dari tanaman sawo dapat disimpulkan bahwa tanaman sawo memiliki nilai ekonomi yang patut diperhitungkan. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari hasil buah sawo adalah pengolahan sawo menjadi produk turunan seperti sirup, selai, minuman segar dan lain-lain. Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Pemanfaatan produk pertanian sebagai bahan baku produk olahan pada industri makanan dan minuman baik skala besar maupun rumah tangga akan mempunyai efek ganda yang luas, seperti peningkatan pendapatan masyarakat serta perluasan lapangan pekerjaan yang berdampak pada pertumbuhan sub sektor ekonomi lainnya dan peningkatan pajak bagi pemerintah5. Satu-satunya daerah di Indonesia yang menjadi pionir dalam kegiatan pengolahan sawo adalah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau6. Menurut data Badan Pusat Statistik 2014, Provinsi Riau menempati peringkat ke-13 dalam angka produksi sawo (Lampiran 1). Meskipun berada pada peringkat ke-13, Provinsi Riau khususnya Kabupaten Kuantan Singingi adalah satu satunya daerah yang mengembangkan agribisnis sawo khususnya pengolahan sawo 7 . Tanaman sawo merupakan jenis buah yang banyak ditanam oleh masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi. Data dari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi, pada tahun 2013 tercatat ada 16 006 batang tanaman sawo yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan total produksi buah mencapai 1 147 ton (Lampiran 2). Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang menjadi dua kecamatan sentra produksi sawo. Selama ini masyarakat Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah 4
Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung. http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/19/0900293/Buah.Sawo.Baik.untuk.Jantung [diakses tanggal 9 Maret 2014] 5 Presentasi Dirjen Industri Agro pada rapat kerja Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah Daerah di Jakarta, 22-23 Mei 2013 6 Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi di Taluk Kuantan, Februari 2014 7 http://riaupos.co/5632-daerah-distangan-kuansing-kembangkan-agribisnis sawo.html#.U1SfrYaQa4o [diakses tanggal 21 April 2014]
4 segar ke sejumlah pasar tradisional dan kepada pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang menanam sawo, Dinas Tanaman Pangan (Distangan) Kabupaten Kuantan Singingi berupaya membantu untuk mengembangkan usaha dengan melakukan pelatihan pemasaran dan promosi produk pangan yang dilaksanakan oleh Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan pada bulan Juni 2013 di Teluk Kuantan. Kegiatan pelatihan difokuskan pada pengolahan sawo yang menghasilkan beberapa produk turunan diantaranya sirup sawo, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo, brownies sawo dan cake sawo. Tindak lanjut hasil pelatihan tersebut, pada bulan April tahun 2014 dibentuk empat kelompok wanita tani yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB) pengolahan sawo. Keempat kelompok tersebut beranggotakan ibu rumah tangga dari dua kecamatan sentra produksi sawo. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok usaha binaan Dinas Tanaman Pangan yang didampingi satu orang supervisor yang telah dilatih untuk mengawasi mutu produk yang dihasilkan. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah daerah memberikan bantuan peralatan pengolahan kepada masing masing kelompok. Dengan melakukan pengolahan sawo maka harga jual dapat meningkat, waktu simpan menjadi lama dan jangkauan pemasaran menjadi lebih luas. Sebagai suatu usaha baru, kegiatan pengolahan sawo perlu dilakukan kajian kelayakannya untuk menilai apakah usaha layak untuk dijalankan atau justru mendatangkan kerugian bagi berbagai pihak. Perumusan Masalah Kelompok wanita tani (KWT) Teratai indah adalah satu dari empat kelompok yang dibentuk dan dibina oleh Pemerintah Daerah Kuantan Singingi untuk melakukan kegiatan usaha pengolahan sawo. KWT Teratai Indah berlokasi di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang yang merupakan daerah penghasil buah sawo. Pengolahan sawo yang dilakukan KWT Teratai Indah menghasilkan produk olahan berupa sirup sawo, minuman segar, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo, brownies sawo dan cake sawo. Dari seluruh produk yang mampu diproduksi, sirup sawo yang menjadi produk unggulan dan direncanakan akan menjadi icon produk oleh-oleh dari Kabupaten Kuantan Singingi. Sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha pengolahan sirup sawo ini, bantuan berupa peralatan pengolahan diberikan kepada setiap kelompok wanita tani seperti blender/juicer, kompor gas, timbangan digital, dan peralatan lainnya. Selain peralatan, bantuan lain yang diberikan seperti penyediaan kemasan sirup, label produk, dan pengurusan izin produk untuk mendapatkan sertifikasi pangan (P-IRT) dan pengujian laboratorium untuk kandungan gizi sirup sawo. Produk sirup sawo saat ini belum dijual secara luas. Pemasaran masih sebatas pesanan pada beberapa instansi pemerintah yang akan mengadakan kegiatan. Selain kapasitas produksi sirup sawo saat ini yang baru mencapai 35 kg per bulan untuk menghasilkan 200 botol, pengujian kadaluarsa produk juga belum dilakukan, sehingga pihak KWT belum berani untuk memasarkan sirup sawo tersebut.
5 Produk sirup sawo tergolong produk baru dan belum ada di pasaran. Sebagai produk baru, pihak KWT perlu mengetahui potensi pasar dari produk yang dihasilkan. KWT Teratai Indah perlu mengetahui perkiraan jumlah permintaan dan kemampuan penawaran produk serta kecenderungan perkembangannya dimasa yang akan datang, sehingga pihak KWT bisa memperkirakan penjualan yang diinginkan. Kesalahan dalam mengukur potensi pasar bisa menyebabkan kegagalan usaha yang dijalankan. Banyaknya produk sirup sejenis seperti sirup ABC, Marjan, Markisa, dan sebagainya, tentu memerlukan strategi pemasaran yang tepat agar produk yang dihasilkan KWT Teratai Indah dapat memberikan nilai lebih tinggi dibanding produk pesaing. Potensi sumber daya berupa bahan baku buah sawo yang cukup besar hingga 1 000 ton per tahun tentunya akan menjadi peluang jika usaha pengolahan sirup sawo dikelola dalam skala usaha yang besar. Dalam kegiatan produksi diperlukan mesin-mesin pengolahan yang mampu mengolah dalam skala yang besar seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer. Untuk mendukung kegiatan produksi juga diperlukan ruang produksi yang memadai, tenaga kerja dan manajeman sumber daya yang baik serta perencanaan keuangan yang menguntungkan bagi jalannya usaha. Selain kegiatan produksi, mengukur potensi pasar dan menentukan strategi pemasaran yang tepat juga diperlukan. Jika salah dalam mengukur potensi pasar dan salah dalam menerapkan strategi pemasaran, bisa jadi produk sirup yang diproduksi tidak akan laku terjual. Sawo tergolong tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang kegiatan panen dilakukan setiap pekan untuk dijual ke pasar. Belum adanya pengusahaan budidaya sawo secara komersial berpengaruh terhadap ketersediaannya di pasaran. Usaha pengolahan sirup sawo KWT Teratai Indah masih mengandalkan sawo yang dihasilkan anggota kelompok dan beberapa masyarakat sekitar, sehingga sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Pasokan sawo yang tidak kontinu berdampak pada jumlah produksi olahan sawo yang tidak stabil. Selain jumlah pasokan bahan baku, jika harga sawo dan gula yang menjadi bahan utama berubah, juga akan berpengaruh terhadap kegiatan pengolahan. Kenaikan harga sawo dan gula akan menyebabkan peningkatan biaya produksi yang akan menekan keuntungan semakin kecil pada harga produk yang tetap. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual layak diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan)? 2. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada rencana pengembangan layak diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan)? 3. Bagaimana pengaruh perubahan harga sawo dan gula dan penurunan jumlah produksi terhadap kelayakan usaha pengolahan sirup sawo ?
6 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan). 2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada rencana pengembangan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan). 3. Menganalisis sensitivitas usaha pengolahan sirup sawo terhadap perubahan kondisi seperti kenaikan harga sawo dan gula dan penurunan jumlah produksi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, antara lain : 1. Bagi pelaku bisnis, penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan bisnis atau tidak. 2. Bagi pemerintah, penelitian itu dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya pembinaan masyarakat untuk mengembangkan pengolahan sawo di Kabupaten Kuantan Singingi. 3. Bagi investor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil keputusan apakah akan ikut menanamkan modal pada usaha pengolahan sawo atau tidak. 4. Bagi kreditor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil keputusan apakah akan memberikan kredit pada usaha pengolahan sawo yang diusulkan atau tidak.
TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan perlu dilakukan karena investasi yang ditanamkan bernilai besar dengan jangka waktu pengembalian yang lama (Tinaprilla dan Ariesa 2011). Penilaian dalam kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2009). Namun beberapa penelitian hanya fokus pada aspek finansial saja. Hal ini biasanya dilakukan pada usaha-usaha yang telah berjalan dan ada rencana untuk melakukan pengembangan usaha melalui pemberian bantuan modal dari lembaga keuangan seperti pada penelitian Ikhsan dan Abdussamad (2008) yang meneliti tentang kelayakan pengembangan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan dan Lesmana (2009) yang meneliti tentang analisis finansial jeruk keprok di Kabupaten Kutai Timur. Menurut Lesmana (2009), keberhasilan pengembangan suatu
7 komoditas/usaha akan ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, dan kelayakan secara politis. Aspek Non Finansial Menurut Ibrahim (2009), Jumingan (2009), dan Suliyanto (2010), aspek kelayakan bisnis dari aspek non finansial yang perlu dinilai antara lain aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek lingkungan. Dari ke empat aspek tersebut para peneliti dapat menggunakan seluruh aspek, tetapi dapat juga menggunakan beberapa aspek sesuai dengan kebutuhan penelitian bahkan menambahkan aspek lainnya seperti aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Penelitian yang dilakukan Rustiana (2008) dan Septiani (2009) menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek lingkungan sebagai alat analisis aspek non finansial. Penelitian Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) juga menggunakan aspek yang sama, hanya saja ada penambahan aspek hukum dalam analisis kelayakan non finansial. 1. Aspek pasar dan pemasaran Aspek pasar dan pemasaran menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan (Suliyanto 2010). Penelitian Rustiana (2008) dan Septiani (2009) menganalisis aspek pasar dengan melihat peluang pasar dan strategi pemasaran produk olahan jambu biji dan mangga. Peluang pasar dilihat dari adanya permintaan produk olahan jambu biji (Rustiana 2008) dan mangga (Septiani 2009) dalam bentuk puree dan sari buah oleh industri olahan, restoran, rumah sakit dan tempat wisata. Strategi pemasaran menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari empat komponen yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). Bauran pemasaran pada penelitian Rustiana (2008) meliputi produk puree yang dikemas dalam botol plastik kapasitas 300 gram dan sari buah jambu biji yang dikemas dalam gelas plastik/cup ukuran 200 ml. Harga jual puree Rp8 000 per botol dan harga jual sari buah Rp1 000 per cup. Distribusi produk dilakukan dengan penjualan langsung kepada konsumen baik perseorangan ataupun pesanan dari instansi pemerintah dan swasta yang langsung datang ke kantor Prima Tani Gapoktan KUAT. Promosi dilakukan dengan menetapkan produk minuman hasil olahan Gapoktan KUAT sebagai welcome drink Kabupaten Banjarnegara. Bauran pemasaran pada penelitian Septiani (2009) meliputi produk puree mangga jenis harum manis dengan harga jual Rp14 000 per liter. Penjualan dilakukan langsung kepada konsumen perseoranagn maupun industri tanpa peran distributor ataupun pengecer. Promosi dilakukan dengan memberikan sample gratis serta mengikuti pameran-pameran. 2. Aspek teknis dan teknologi Aspek teknis menganalisis berbagai alternatif yang berkaitan pemilihan lokasi bisnis, kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas infrastruktur, dan faktor-faktor produksi lainnya (Jumingan dan Nurmalina et al. 2009). Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) menganalisis aspek teknis mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, spesifikasi bahan baku dan peralatan, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Aspek teknis dapat dikatakan layak jika lokasi usaha sudah mampu mendukung kelancaran usaha, kapasitas
8 produksi melebihi luas produksi minimal, proses produksi sesuai standar, penggunaan teknologi yang tepat dan adanya penataan layout pabrik yang memperlancar alur produksi (Indyastuti 2010). 3. Aspek manajemen dan sumber daya manusia Aspek manajemen dianalisa untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar 2005). Indyastuti (2010) melakukan penilaian terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam pengolahan usaha gula semut di PD Saung Aren. Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan atau pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi perencanaan mencakup bagaimana melaksanakan pengolahan gula semut yang efisien dan efektif, ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanaan promosi, dan pemasaran yang efektif. Fungsi pengorganisasian melalui jabatan dalam struktur organisasi yang memiliki job description masing-masing. Fungsi pelaksanaan kegiatan mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan gula cetak menjadi gula semut yang berkualitas, kemudian pemasaran serta promosi agar gula semut PD Saung Aren dikenal oleh masyarakat luas serta fungsi pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh komisaris dan pimpinan terhadap kinerja karyawan. Dalam pengkajian aspek manajemen, struktur organisasi, tugas dan wewenang serta kebutuhan tenaga kerja menjadi penilaian kelayakan seperti yang dilakukan pada penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009) dan Napitupulu (2009). 4. Aspek hukum dan perizinan Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis (Suliyanto 2010). Suatu bisnis dikatakan layak secara hukum apabila sudah memiliki badan hukum yang jelas dan perizinan usaha seperti penelitian Indyastuti (2010) pada usaha pengolahan gula semut, dimana badan usaha adalah Perusahaan Dagang (PD) dan sudah memiliki izin pendirian usaha diantaranya Akta Pendirian, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan izin Depkes. 5. Aspek sosial dan lingkungan Aspek sosial dan lingkungan menilai seberapa besar suatu bisnis memberikan dampak terhadap masyarakat maupun alam. Septiani (2009) menyatakan, adanya kegiatan bisnis pengolahan jambu yang dilakukan oleh Gapoktan KUAT dapat meningkatkan pendapatan petani dan ikut membuka lapangan pekerjaan. Sebelum adanya kegiatan pengolahan harga jual jambu kualitas kedua atau grade B paling tinggi Rp800 per kg, namun setelah adanya kegiatan pengolahan harga jual mencapai Rp2 000 per kg. Adanya kegiatan pengolahan jambu juga melibatkan pemuda sebanyak 4-6 orang. Pernyataan tersebut tidak berbeda dengan dampak sosial pada usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu merah pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul di Kota Depok (Napitupulu 2009). Adanya kegiatan usaha tersebut memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Belimbing manis dan jambu merah grade C dibeli oleh perusahann dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Selain itu adanya usaha ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
9 Selain dampak sosial, adanya kegiatan bisnis juga memberikan dampak terhadap lingkungan terutama jika ada limbah pada kegiatan usaha. Pada usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT dan pengolahan belimbing manis CV. WPIU, limbah yang dihasilkan tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Pencucian peralatan tidak menggunakan sabun serta penggunaan bahan-bahan alami sehingga tidak membahayakan lingkungan. Aspek Finansial Selain aspek non finansial, aspek finansial juga menjadi penilaian dalam analisis kelayakan usaha. Aspek finansial membutuhkan beberapa data seperti biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha (Farmayanti dan Dewi 2010). Data yang diperolah kemudian diolah dan dinilai kelayakannya menggunakan kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP) seperti yang dilakukan pada penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009), Napitupulu (2009), dan Indyastuti (2010). Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Bisnis-bisnis pada umumnya dan bisnis-bisnis di bidang pertanian pada khususnya selalu menghadapi risiko usaha, baik itu risiko produksi, risiko harga, dan risiko kelembagaan (Fariyanti dan Sumantri 2010). Penelitian yang dilakukan Rustiana (2008), Septiani (2009), dan Napitupulu (2009) menggunakan analisis switching value atau analisis nilai pengganti untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir sehingga usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Menurut Napitupulu (2009) variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu, kenaikan harga gula pasir dan botol jus, dan penurunan penjualan jus dan sirup belimbing. Rustiana (2008) menilai bahwa variabel penurunan harga puree dan kenaikan harga mangga Harumanis grade C yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Septiani (2009) menilai bahwa variabel kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual dan volume produksi puree dan sari buah jambu biji yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Pengolahan Buah Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Dengan potensi buah yang cukup besar, masih banyak produk buah yang tidak terserap oleh pasar dikarenakan bentuk fisik buah yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen seperti cacat dan ukuran yang kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2009) pada usaha pengolahan jambu biji di Desa Kalinguwu, Jawa Tengah menunjukkan dari 60 persen rata-rata produksi jambu biji grade B tidak seluruh hasil panen dapat laku terjual karena ukurannya yang lebih kecil dari grade A. Penelitian Napitupulu (2009) dan Rustiana (2008) pada usaha pengolahan belimbing dan jambu biji merah di Kota Depok dan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon menunjukkan hal yang sama. Buah belimbing grade C dengan bobot kurang dari 150 gr, jambu biji merah grade C dengan bobot kurang dari 250 gr, dan mangga Harumanis grade C dengan bobot kurang dari 300 gr serta buah cacat kurang
10 diminati oleh konsumen. Dari seluruh hasil panen buah belimbing dan jambu biji merah, yang termasuk grade C mencapai 20 persen dan mangga Harumanis yang termasuk grade C mencapai 25.5 persen. Dalam kondisi tersebut buah yang termasuk dalam grade C tersedia secara berlebihan sehingga diperlukan alternatif untuk memanfaatkannya. Salah satu alternatif tersebut ialah menjadikan buah sebagai produk olahan. Perlakuan pengolahan buah-buahan dapat dilakukan dengan berbagai proses, diantaranya adalah pengeringan, perebusan, penggulaan, penggaraman, penggorengan, fermentasi, pengalengan dan lain sebagainya (Dalapati dan Khairani 2007). Penelitian Napitupulu (2009) dan Septiani (2009) sama-sama mengolah jambu biji merah menjadi produk minuman berupa sari buah, sirup, dan puree. Puree adalah bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah yang dapat digunakan sebagai bahan baku minuman sari buah, es krim, selai, dodol, serta sebagai campuran yoghurt dan permen. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari memeras buah, baik disaring maupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung dapat diminum. Menurut Sediadi dan Esti (2000) dikenal dua macam sari buah, yaitu : 1. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir. 2. Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Setiap bisnis memerlukan adanya studi kelayakan pada saat akan memulai usahanya. Studi kelayakan bisnis merupakan penelahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2009). Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Dalam penelitian studi kelayakan bisnis, tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat bisnis tersebut dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2009). Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika bisnis tersebut mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan (Suliyanto 2010).
11 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam menilai kelayakan suatu bisnis perlu dilakukan penilaian dari berbagai aspek. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) aspek kelayakan non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajeman dan sumber daya manusia, dan aspek hukum. Analisis aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis memiliki keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain, sehingga diperlukan kecermatan agar tidak terjadi kesalahan yang akan berpengaruh terhadap hasil analisis kelayakan secara keseluruhan (Suliyanto 2010). Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran memegang peranan yang sangat penting sebelum memulai. Pada tahap ini besar permintaan produk serta kecendrungan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang diperkirakan dengan cermat (Nurmalina et al. 2009). Aspek pasar menganalisis jenis produk yang akan diproduksi, banyaknya produk yang diminta oleh konsumen serta menganalisis banyaknya produk yang ditawarkan oleh pesaing. Sedangkan analisis aspek pemasaran menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efisien dibandingkan pesaing (Suliyanto 2010). Aspek Teknis dan Teknologi Aspek teknis dan teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) hal yang perlu dianalisis pada aspek teknis dan teknologi adalah (1) pemilihan lokasi pabrik, karena lokasi pabrik yang strategis merupakan salah satu sumber keunggulan bersaing, (2) penentuan skala produksi yang optimal, karena skala produksi yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan, namum sebaliknya skala produksi yang terlalu kecil akan kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan, (3) pemilihan mesin dan peralatan, karena mesin dan peralatan yang digunakan sangat berpengaruh pada keberhasilan proses produksi, (4) penentuan layout pabrik dan bangunan, karena layout yang baik akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi, dan (5) pemilihan teknologi, karena teknologi yang tepat memampukan perusahaan menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dalam waktu yang cepat dan biaya yang lebih murah. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al. 2009). Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa yang menjadi pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi kelayakan bisnis pada masing-masing aspek. Sedangkan manajemen dalam masa operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.
12 Aspek Hukum dan Perizinan Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda, tergantung kompleksitas bisnis yang dijalankan (Suliyanto 2010). Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin (Nurmalina et al. 2009). Aspek hukum suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain. Aspek Sosial dan Lingkungan Dalam aspek sosial dipelajari seberapa besar suatu bisnis memberikan dampak terhadap lingkungan sosial seperti penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya. Sedangkan aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan ekologi disekitar lokasi usaha, apakah adanya bisnis menciptakan lingkuangan semakian baiak ataua semakin buruk seperti polusi udara, tanah, air, maupun suara (Nurmalima et al. 2009). Aspek Finansial (Keuangan) Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Dana untuk membangun bisnis disebut dana modal tetap yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pra-investasi, pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan dana untuk memutar roda operasi bisnis disebut dana modal kerja (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) dalam aspek keuangan juga dilakukan analisis terhadap sumber dana untuk menjalankan bisnis, menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi, kebutuhan modal kerja, memproyeksikan arus kas (cash flow), rugi laba, neraca, dan menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan berdasarkan beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk menentukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan metode yang umum dipakai yaitu metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF) (Nurmalina et al. 2009). Penggunaan discount factor erat kaitannya dengan preferensi waktu atas uang (time preference of money). Sejumlah uang sekarang lebih disukai daripada sejumlah uang yang sama pada tahun (sekian waktu) mendatang. Dalam kriteria investasi, terdapat hubungan antara NPV dan IRR. IRR merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Jika discount rate (DR) berada di bawah nilai IRR yang diperoleh maka nilai NPV yang diperoleh masih bernilai positif yang artinya usaha yang dijalankan masih dinyatakan layak. Sebaliknya jika discount rate (DR) berada di atas nilai IRR yang diperoleh maka nilai NPV yang diperoleh bernilai negatif yang artinya usaha yang dijalankan mengalami kerugian dan dinyatakan tidak layak. Kurva hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 1.
13 NPV
NPV awal
IRR
NPV 1
i = Discount Rate (%)
0 NPV 2 OCC
i1
i2
Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. 2009
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih bisa ditoleransi agar bisnis tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). Bila perubahan nilai pengganti (switching value) menghasilkan nilai NPV tidak sama dengan nol maka bisnis tersebut tidak layak. Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan analisis switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui, misal penurunan harga output 20%. Sedangkan pada analisis switching value justru perubahan tersebut dicari, misal berapa perubahan maksimum dari penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara cobacoba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow, misalnya kenaikan biaya produksi, penurunan volume produksi, dan penurunan harga output. Kerangka Pemikiran Operasional Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang merupakan sentra komoditi sawo di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Selama ini masyarakat Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah segar ke pasar tradisional dan kepada pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Hasil produksi yang cukup banyak serta harga jual sawo yang rendah mendorong pemerintah
14 daerah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Tanaman Pangan berupaya untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya petani yang menanam sawo, dengan melakukan pelatihan pengolahan dan pemasaran produk pangan. Kegiatan difokuskan pada pengolahan buah sawo menjadi berbagai produk olahan. Tindak lanjut dari pelatihan tersebut dibentuk empat kelompok wanita tani yang menjalankan usaha pengolahan sawo. Kelompok Wanita Tani Teratai Indah merupakan kelompok yang paling aktif dalam kegiatan usaha dengan produk unggulannya adalah sirup sawo MINCIKU. Produk sirup sawo tergolong produk baru yang belum pernah ada di pasaran. Sebagai usaha baru, penting dilakukan studi kelayakan bisnis untuk menilai apakah usaha yang baru dijalankan layak dan memberikan keuntungan pada waktu yang ditentukan atau sebaliknya memberikan kerugikan bagi pelaku usaha. Pada penelitian ini, penilaian dilakukan pada aspek-aspek kelayakan yang meliputi aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia dan aspek hukum dan perizinan serta aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dilihat dari kriteria kelayakan investasi seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period (PP). Potensi sumber daya berupa bahan baku buah sawo yang cukup banyak hingga 1 000 ton per tahun, menjadi peluang jika usaha pengolahan sirup sawo ini dilakukan dalam skala usaha besar. Karena itu diperlukan perencanaan pengembangan usaha yang dapat mendatangkan keuntungan baik dinilai hari aspek non finansial maupun aspek finansialnya. Adanya risiko dan ketidakpastian usaha akibat perubahan yang terjadi seperti penurunan jumlah produksi dan kenaikan harga bahan baku, pada penelitian ini dilakukan analisis switching value. Analisis ini dilakukan untuk mengukur perubahan maksimum pada komponen inflow dan outflow yang masih bisa ditoleransi agar bisnis tetap layak untuk dijalankan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi baik kepada pelaku usaha, pemerintah, kreditor maupun investor yang akan berinvestasi pada usaha pengolahan sirup sawo. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
15 Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi ingin menjadikan sirup sawo sebagai produk khas dari Kabupaten Kuantan Singingi Usaha pengolahan sirup sawo di KWT Teratai Indah Rumusan masalah: 1. Adanya investasi pada kondisi aktual belum diperhitungkan kelayakannya 2. KWT Teratai Indah belum mengetahui potensi pasar sirup sawo 3. Adanya rencana pengembangan memerlukan analisis kelayakan secara menyeluruh Analisis Kelayakan Usaha Kondisi Aktual
Rencana Pengembangan
Aspek Non Finansial : Aspek pasar dan pemasaran, meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran Aspek teknis dan teknologi, meliputi lokasi, skala produksi, teknologi pengolahan, proses produksi, dan layout Aspek manajemen, meliputi struktur organisasi, tugas dan wewenang, dan kebutuhan tenaga kerja Aspek hukum dan perizinan, meliputi bentuk badan usaha dan perizinan usaha Aspek sosial dan lingkungan, meliputi pembukaan lapangan pekerjaan dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan ekologi
Aspek Non Finansial : Aspek pasar dan pemasaran, meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran Aspek teknis dan teknologi, meliputi lokasi, skala produksi, teknologi pengolahan, proses produksi, dan layout Aspek manajemen, meliputi struktur organisasi, tugas dan wewenang, dan kebutuhan tenaga kerja Aspek hukum dan perizinan, meliputi bentuk badan usaha dan perizinan usaha Aspek sosial dan lingkungan, meliputi pembukaan lapangan pekerjaan dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan ekologi
Analisis Switching Value : Penurunan jumlah produksi Kenaikan harga bahan baku
Tidak Layak
Layak
Tidak Layak
Layak
Saran dan Perbaikan
Usaha bisa dijalankan
Saran dan Perbaikan
Usaha bisa dijalankan
Aspek Finansial : Inflow berkaitan dengan proyeksi penjualan/penda patan Outflow berkaitan dengan biaya investasi dan biaya operasional
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
Aspek Finansial : Inflow berkaitan dengan proyeksi penjualan/penda patan Outflow berkaitan dengan biaya investasi dan biaya operasional
Analisis Switching Value : Penurunan jumlah produksi Kenaikan harga bahan baku
16
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah, salah satu kelompok yang melakukan usaha pengolahan sirup sawo di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha pengolahan sirup sawo ini merupakan pionir dan baru berjalan kurang dari satu tahun, sehingga dibutuhkan analisis kelayakan untuk melihat layak atau tidak bisnis dijalankan dan prospek usaha tersebut ke depan. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2014. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Rincian data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rincian jenis dan sumber data No Jenis Data Sumber Informasi 1. Aspek pasar dan pemasaran Data tentang kesediaan masyarakat untuk Masyarakat sebagai membeli produk sirup sawo yang dihasilkan pasar sasaran KWT Teratai Indah. Strategi pemasaran produk sirup 2. Aspek teknis dan teknologi Faktor yang menjadi pertimbangan dalam Ketua KWT Teratai pemilihan lokasi usaha, yaitu ketersediaan Indah dan Penyuluh bahan baku, letak pasar yang dituju, sumber Lapang listrik dan air, dan transportasi Hal-hal yang berkaitan dengan skala produksi seperti: kapasitas produksi, kapasitas mesin, dan jumlah tenaga kerja Proses produksi dan layout bangunan 3. Aspek manajemen dan sumber daya manusia Struktur organisasi, rincian tugas dan Ketua KWT Teratai kewajiban setiap jabatan (job description) Indah Jumlah tenaga kerja yang digunakan 4. Aspek hukum dan perizinan Badan hukum usaha Ketua KWT Teratai Perizinan produk dan usaha Indah 5. Aspek sosial dan lingkungan Penambahan kesempatan kerja Ketua KWT Teratai Dampak limbah usaha terhadap lingkungan Indah 6. Aspek keuangan Sumber dana yang digunakan Ketua KWT Teratai Jenis item dan biaya investasi Indah Umur ekonomis setiap item investasi Rincian biaya operasional
17 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan survei. Kedua metode tersebut digunakan untuk mengumpul informasi yang berhubungan dengan data primer menggunakan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan pada ketua KWT Teratai Indah dan Penyuluh Lapang. Alasan memilih ketua KWT Teratai Indah dan Penyuluh Lapang karena dianggap lebih mengetahui tentang usaha pengolahan sirup sawo. Survei dilakukan pada calon konsumen sirup sawo. Penentuan responden menggunakan metode non probability sampling yaitu convinience sampling. Convinience sampling digunakan untuk responden calon konsumen yang dipilih berdasarkan ketersedian dan kemudahan dalam mendapatkannya. Jumlah keseluruhan responden sebanyak 70 orang yang diambil pada beberapa tempat seperti perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, pasar swalayan dan perumahan. Penentuan sampel responden tersebut berdasarkan pada kemampuan peneliti dalam pengambilan data di lokasi penelitian. Umar (2000) menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang menggunakan metode deskriptif-korelasional minimal adalah 30 responden. Data sekunder diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kuantan Singingi yang diminta secara langsung dengan sebelumnya menyampaikan surat pengantar untuk pengambilan data. Metode Analisis Data Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis data yang digunakan pada aspek pasar dan pemasaran adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan potensi pasar, penilaian konsumen terhadap atribut produk dan strategi pemasaran yang akan dijalankan. Potensi pasar merupakan gambaran permintaan produk yang mungkin akan dibeli oleh calon konsumen. Untuk mengetahui potensi pasar dan kemungkinan permintaan dilakukan survei langsung dengan mengisi kuesioner yang terdiri dari karakteristik responden, perilaku konsumen dalam membeli dan keinginan konsumen untuk membeli sirup sawo. Penilaian konsumen terhadap atribut produk dilakukan dengan metode analisis Important and Performance Analysis (IPA). Metode ini digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen dengan cara membandingkan kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari atribut produk sirup sawo. Atribut produk yang dijadikan dasar pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yaitu rasa manis, rasa khas buah sawo, aroma buah sawo, warna sirup sawo, volume produk, desain kemasan, bentuk kemasan, label halal MUI, izin Dinkes/BPOM, kejelasan tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi. Dalam metode ini digunakan dua variabel, yaitu variabel X yang mewakili tingkat kinerja dan variabel Y yang mewakili tingkat kepentingan (harapan). Skor penilaian terhadap kedua variabel tersebut menggunakan skala Likert (Tabel 4). Pilihan jawaban disusun berjenjang dari pilihan sangat tidak penting (1) sampai pilihan sangat penting (5) untuk tingkat kepentingan dan pilihan sangat tidak baik (1) sampai pilihan sangat baik (5) untuk tingkat kinerja.
18 Tabel 4 Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan Skor Tingkat Kinerja (X) Tingkat Kepentingan (Y) 1 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Penting 2 Tidak Baik Tidak Penting 3 Cukup Baik Cukup Penting 4 Baik Penting 5 Sangat Baik Sangat Penting Perhitungan nilai total tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masingmasing atribut dilakukan dengan mengalikan skor dengan jumlah jawaban responden. Selanjutnya nilai total masing-masing atribut dirata-ratakan dengan membagi sebanyak jumlah responden. Nilai rata-rata atribut pada tingkat kepentingan dan tingkat kinerja digunakan untuk pemetaan pada diagram cartesius berikut: Kepentingan (Y)
Kuadran I Prioritas Utama
Kuadran II Pertahankan Prestasi
Kuadran III Prioritas Rendah
Kuadran IV Berlebihan
Kinerja (X) Gambar 3 Diagram cartesius Importance and Performance Analysis Sumber : Umar (2000)
a. Kuadran I (prioritas utama) merupakan kuadran yang memuat atribut yang dianggap penting oleh konsumen namun kinerja dari atribut tersebut belum sesuai dengan harapan konsumen sehingga konsumen tidak puas. Atribut pada kuadran ini menjadi prioritas utama untuk diperbaiki. b. Kuadran II (pertahankan prestasi) merupakan kuadran yang memuat atribut yang dianggap penting oleh konsumen dan kinerja dari atribut tersebut sudah sesuai dengan harapan sehingga konsumen merasa puas dan atribut tersebut harus dipertahankan. c. Kuadran III (prioritas rendah) merupakan kuadran yang memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan kinerja dari atribut pun tidak begitu baik sehingga belum menjadi prioritas untuk diperbaiki. d. Kuadran IV (berlebihan) merupakan kuadran yang memuat atribut yng dianggap kurang penting oleh konsumen namun kinerja dari atribut tersebut sangat baik sehingga konsumen merasa puas. Metode lain yang juga digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen adalah Customer Satisfaction Index (CSI). Metode ini menunjukkan
19 tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dari atribut produk sirup sawo. Langkah-langkah dalam mengukur CSI sebagai berikut: 1. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata kepentingan menjadi angka presentase dari total rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut yang diuji, sehingga diperoleh total WF 100 persen. 2. Menghitung Weighting Score (WS), yaitu perkalian antara nilai rata-rata tingkat kinerja masing-masing atribut dengan WF masing-masing atribut. 3. Menghitung Weighting Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua atribut. 4. Menghitung Satisfaction Index yaitu WT dibagi skala maksimal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu empat (5) kemudian dikalikan dengan 100 persen. Tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan dalam rentang skala. Rentang skala yang digunakan pada penelitian ini berkisar antara 0-100 persen. Menurut Simamora (2010) yang diacu dalam Itradi (2013), rumus rentang skala yang digunakan adalah: m−n RS = b Keterangan : m = skor tertinggi n = skor terendah b = jumlah kelas atau kategori yang dibuat Rentang skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 100% − 0% = 20% 5 0 % - 20% = Sangat Tidak Puas 21% - 40% = Tidak Puas 41% - 60% = Cukup Puas = Puas 61% - 80% 81% - 100% = Sangat Puas RS =
Strategi pemasaran terdiri dari tiga tahap, yaitu penetapan segmentasi pasar (segmenting), penetapan pasar sasaran (targeting), dan penetapan posisi pasar (positioning) (Kotler 1997 dalam Suliyanto 2010). Setelah mengetahui segmen pasar, target pasar dan posisi pasar maka selanjutkan dibuat strategi bauran pemasaran yang merupakan kombinasi dari empat variabel inti dari sistem pemasaran yaitu (1) Product (produk), (2) Price (harga), (3) Promotion (promosi) dan (4) Place (tempat/distibusi). Aspek pasar dan pemasaran dinyatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Suliyanto 2010) : KWT Teratai Indah dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. KWT Teratai Indah memiliki strategi pemasaran yang efektif untuk mencapai penjualan yang lebih tinggi. Aspek Teknis dan Teknologi Analisis data yang digunakan pada aspek teknis dan teknologi adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif pada penilaian lokasi usaha, pemilihan
20 peralatan, mesin dan teknologi, proses produksi, skala produksi dan layout bangunan didasarkan pada penilaian subjektif berdasarkan hasil wawancara di lapangan (Suliyanto 2010). Untuk membantu melakukan survei tentang kondisi teknis dan teknologi, digunakan pedoman survei (Tabel 5) dimana hasil survei disajikan dengan mendeskripsikan kondisi di lapangan. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 5 Pedoman observasi aspek teknis dan teknologi Objek Survei Hasil Wawancara Kondisi ketersediaan bahan baku Kondisi sumber air dan listrik Kondisi ketersediaan tenaga kerja Kondisi sarana transportasi Kondisi mesin, peralatan, dan teknologi yang digunakan Skala produksi Layout tempat usaha
Aspek teknis dan teknologi dinyatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Suliyanto 2010) : Lokasi usaha mampu mendukung kelancaran usaha seperti ketersediaan bahan baku yang cukup, letak pasar dekat, tersedianya sumber air dan listrik, tersedianya sarana transportasi serta tersedianya tenaga kerja. Skala produksi menguntungkan dan dapat menutupi seluruh biaya Proses produksi sesuai standar yang ditetapkan oleh Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi Pemilihan peralatan yang tepat Adanya penataan layout yang memperlancar alur produksi Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Analisis data yang digunakan pada aspek manajeman dan sumber daya manusia adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis bentuk struktur organisasi yang dijalankan KWT Teratai Indah, menganalisis kesesuaian jabatan dengan deskripsi kerja, serta ketersedian tenaga kerja untuk menjalankan usaha pengolahan sawo. Aspek manajemen dan sumber daya manusia dinyatakan layak jika KWT Teratai Indah memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas, serta tersedianya tenaga kerja yang memadai untuk menjalankan usaha. Aspek Hukum dan Perizinan Analisis data yang digunakan pada aspek hukum dan perizinan adalah analisis kualitatif, yaitu membandingkan secara kualitatif antara ketentuan hukum dengan kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan tersebut, dan persyaratan perizinan dan kemampuan memenuhi persyaratan perizinan tersebut. Aspek hukum dinyatakan layak jika KWT Teratai Indah mampu memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang berlaku seperti badan usaha dan perizinan usaha seperti SIUP, TDP, NPWP, izin Depkes dan sebagainya (Suliyanto 2010).
21 Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis data yang digunakan pada aspek sosial dan lingkungan adalah analisis kualitatif. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan dampak usaha usaha terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan ekologi. Aspek sosial dan lingkungan dinyatakan layak jika usaha mampu menambah kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran dan adanya bisnis tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar (Nurmalina et al. 2009). Aspek Keuangan Analisis data yang digunakan pada aspek keuangan adalah analisis kuantitatif dengan memperhitungkan seluruh biaya baik biaya investasi maupun biaya operasional selama menjalankan usaha pengolahan sirup sawo. Selanjutnya dari informasi biaya-biaya tersebut disusunlah cash flow dan laporan laba rugi yang akan dijadikan acuan dalam menentukan kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Menurut Nurmalina et al (2009), aspek keuangan dinyatakan layak jika memenuhi kriteria kelayakan investasi sebagai berikut : 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑛
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡=1
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 (1 + 𝑖)𝑡
Dimana : Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp) t = Tahun kegiatan bisnis (t =1,2,3,…,n) i = Tingkat suku bunga (%) n = Umur proyek Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Suatu bisnis dinyatakan layak jika nilai NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan dan memberikan manfaat dan sebaliknya jika NPV lebih kecil dari 0 (NPV<0) maka bisnis tersebut tidak layak dijalankan. 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai negatif. Net B/C ratio menggambarkan manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : ∑𝑛𝑡=1
𝐵𝑡−𝐶𝑡
∑𝑛𝑡=1
𝐵𝑡−𝐶𝑡
NET B / C =
(1+𝑖)𝑡
(1+𝑖)𝑡
(Bt – Ct) > 0 (Bt – Ct) < 0
22 Dimana : Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp) i = Tingkat suku bunga (%) t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,…n) n = Umur proyek Apabila Net B/C lebih besar dari 1 maka bisnis layak untuk dijalankan, sebaliknya apabila lebih kecil dari 1 maka bisnis tidak layak untuk dijalankan. 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu bisnis tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan bisnis dalam mengembalikan investasi yang ditanamkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 +
𝑁𝑃𝑉1 𝑋 (𝑖2 −𝑖1 ) 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Dimana : i1 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif Sebuah bisnis dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh bisnis tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto, maka bisnis tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas. Semakin cepat investasi modal dapat kembali, maka semakin baik suatu bisnis diusahakan karena modal yang kembali dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang lainnya. Apabila selama bisnis dapat mengembalikan modal sebelum berakhimya umur bisnis, maka bisnis tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika sampai saat bisnis berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya bisnis tersebut tidak dilaksanakan. Kelemahan utama metode ini yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback. Metode Payback Period merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐼 𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 𝐴𝑏 Dimana : I = besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
23 Analisis Nilai Pengganti ( Switching Value Analysis) Analisis switching value digunakan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Analisis switching value digunakan karenakan perubahan yang terjadi dalam usaha pengolahan sirup sawo belum terjadi, sehingga penentuan komponennya didasarkan pada hal-hal yang sangat mempengaruhi usaha seperti penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga bahan baku. Perhitungan pada analisis switching value dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel dengan persentase tertentu sampai dengan nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada kelayakan (NPV, IRR, Net B/C) (Nurmalina et al. 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani dan Lokasi Penelitian Sawo merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat Kuantan Singingi khususnya yang berada di Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang. Selama bertahun-tahun buah sawo dijual oleh masyarakat dalam bentuk segar ke sejumlah pasar tradisional seperti pasar Teluk Kuantan, pasar Lubuk Jambi, dan lain-lain serta pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Melihat jumlah produksi sawo yang cukup besar di dua kecamatan tersebut (Lampiran 2), pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Tanaman Pangan berinisiatif untuk membuat inovasi dari buah sawo dengan mengolah sawo menjadi produk turunan seperti sirup, minuman segar, selai, dodol, dan manisan. Untuk merealisasikan rencana tersebut, pada awal bulan Juni 2013 dikirim dua orang pemandu dari Kecamatan Kuantan Hilir (Ibu Ita) dan dari Kecamatan Kuantan Hilir Seberang (Ibu Sias) untuk mengikuti pelatihan pengolahan sawo pada perusahaan CV. D&D Indonesia yang berada di daerah Jakarta Barat. Tindak lanjut dari pelatihan tersebut, Dinas Tanaman Pangan mengadakan sosialisasi dan pelatihan pemasaran dan promosi produk dari buah sawo kepada masyarakat pada akhir bulan Juni 2013 8 . Setelah dilakukan sosialisasi dan pelatihan, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Tanaman Pangan beserta penyuluh lapang Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang mulai melakukan pembentukan kelompok usaha di masing-masing kecamatan. Bulan April 2014 terbentuklah empat kelompok wanita tani (KWT) yang melakukan usaha pengolahan sawo. KWT Seroja dan KWT Dua Saudara berada di Kecamatan Kuantan Hilir dan dua kelompok lainnya yaitu KWT Aur Kuning dan KWT Teratai Indah berada di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang. Anggota kelompok adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 10 orang tiap kelompok. Pemilihan anggota berdasarkan penilaian pribadi dari motivasi dan keinginan untuk berkegiatan di kelompok. Dari ke empat kelompok, kelompok wanita tani (KWT) Teratai Indah adalah kelompok yang paling aktif dengan ketua kelompok bernama Herna Dewita. KWT Teratai Indah terus berinovasi dalam mengolah sawo. Selain sirup dan minuman segar yang sudah ada permintaannya, saat ini 8
http://kemasanukm.com/news/65/Pelatihan-Pemasaran-dan-Promosi-Produk-Dari-Buah-SawoDinas-Tanaman-Pangan-Kab-Kuantan-Singingi [diakses tanggal 4 Maret 2015]
24 kelompok sedang mengembangkan makanan tradisional berbahan sawo yaitu galamai/dodol sawo, kerupuk sawo, dan keripik sawo. Kabupaten Kuantan Singingi adalah 1 dari 12 kabupaten kota yang ada di Provinsi Riau. Kabupaten Kuantan Singingi pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu, namun setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 53 tahun 1999, Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dengan Ibu Kotanya berkedudukan di Rengat dan Kabupaten Kuantan Singingi dengan Ibu Kotanya berkedudukan di Teluk Kuantan. Kabupaten Kuantan Singingi secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur tengah lintas sumatera dan berada dibagian selatan Propinsi Riau, yang mempunyai peranan yang cukup strategis sebagai simpul perdagangan untuk menghubungkan daerah produksi dan pelabuhan, terutama pelabuhan kuala enok. Dengan demikian Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai peluang untuk mengembangkan sektor-sektor pertanian secara umum, perdagangan barang dan jasa, transportasi dan perbankkan serta pariwisata. Analisis Kelayakan Non Finansial (Kondisi Aktual) Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis aspek pasar dan pemasaran memegang peran yang sangat penting sebelum memulai bisnis karena sumber pendapatan utama dari usaha yang akan dijalankan berasal dari penjualan produk yang dihasilkan. Hasil analisis aspek pasar akan menggambarkan bagaimana potensi pasar sirup sawo. Sedangkan analisis aspek pemasaran akan menjelaskan strategi pemasaran agar produk sirup sawo yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. 1. Potensi pasar Makanan dan minuman merupakan barang konsumsi yang permintaannya terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan konsumsi juga dipengaruhi oleh pendapatan dan selera konsumen yang terus berubah. Selain itu adanya perayaan hari-hari besar keagamaan misalnya puasa ramadhan, hari raya idul fitri, hari raya idul adha, natal dan tahun baru juga menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi masyarakat. Berdasarkan data Bank Indonesia pada Juni dan Juli tahun 2013 yaitu bertepatan dengan bulan ramadhan, konsumsi produk makanan dan minuman mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 6.3% pada Mei 2013 menjadi dua kali lipatnya pada bulan Juni 2013 yaitu menjadi sebesar 12.6%9. Fenomena meningkatnya konsumsi masyarakat pada bulan ramadhan merupakan fenomena konsumtif musiman misalnya untuk produk sirup dan minuman kemasan. Perubahan perilaku konsumsi inilah yang meningkatkan konsumsi makanan dan minuman 2-3 kali lipat. Perilaku konsumtif ini berbeda di bulan-bulan lain misalnya untuk pembelian sirup. Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam mengonsumsi sirup dilakukan survei yang melibatkan 70 responden dengan karakteristik yang terlihat pada Tabel 6. 9
Amelita. 2014. Memanfaatkan Peluang Perubahan Perilaku Musiman Konsumen. http://frontier.co.id/memanfaatkan-peluang-perubahan-perilaku-musiman-konsumen.html [diakses November 2014]
25 Tabel 6 Karakteristik konsumen dalam pembelian sirup per bulan Jumlah Persentase Keterangan (orang) (%) Rentang usia (tahun): 20 – 25 7 10% 26 – 35 31 44% 36 – 45 21 30% 46 – 55 11 16% Jenis kelamin: Pria 28 40% Wanita 42 60% Status pernikahan: Menikah 59 84% Belum menikah 11 16% Pendidikan terakhir: SMA 13 18% Diploma/Akademi 8 11% S1 42 60% S2/S3 7 10% Pekerjaan: PNS 39 56% Wiraswasta 10 14% Pegawai honorer 21 30% Pendapatan per bulan:
Rp5 000 000 9 13% Pengeluaran untuk konsumsi per bulan: < Rp500 000 4 6% Rp500 000 – Rp1 000 000 4 6% Rp1 000 000 – Rp1 500 000 11 16% Rp1 500 000 – Rp2 000 000 23 33% Rp2 000 000 – Rp2 500 000 10 14% > Rp2 500 000 18 26% Hasil survei menunjukkan, sebanyak 54 responden (77%) membeli sirup 1 kali dalam sebulan, 10 responden (14%) 2-3 kali dalam sebulan, dan 6 responden (9%) membeli sirup lebih dari 3 kali dalam sebulan. Adapun rasa sirup yang menjadi pilihan responden, sebanyak 37 responden (53%) memilih sirup rasa jeruk, 19 responden (27%) memilih sirup rasa cocopandan, 8 responden (11%) memilih sirup rasa leci, 4 responden (6%) memilih sirup rasa melon, dan 2 responden (3%) memilih sirup rasa mangga. Dari pilihan rasa tersebut, yang menjadi pertimbangan responden untuk membeli adalah rasa yang disukai sebanyak 65 responden (93%), harga sirup yang terjangkau sebanyak 4 responden (6%), dan kemudahan dalam mendapatkan sirup sebanyak 1 responden (1%).
26 Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau memproduksi sirup sawo dari bahan buah asli. Produk ini baru dikembangkan awal tahun 2014, namun belum dipasarkan secara luas karena masih dalam proses perizinan produk. Untuk menilai apakah produk sirup sawo yang dihasilkan sesuai dengan harapan konsumen, dilakukan survei yang melibatkan 70 responden. Penilaian produk berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari 11 atribut produk sirup sawo yaitu rasa manis, rasa khas buah sawo, aroma buah sawo, warna sirup sawo, volume produk, desain kemasan, bentuk kemasan, label halal MUI, izin Dinkes/BPOM, kejelasan tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi. Hasil penilaian konsumen untuk masing masing atribut diolah menggunakan metode Importance and Performance Analysis (IPA) dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil perhitungan Importance and Performance Analysis Rata -rata Nilai Nilai No Atribut produk Kepentingan Kinerja Kepentingan Kinerja (Y) (X) 1 Rasa manis 274 277 3.91 3.96 2 Rasa khas sawo 303 259 4.30 3.70 3 Aroma buah sawo 286 233 4.09 3.33 4 Warna sirup sawo 260 252 3.71 3.60 5 Volume produk 278 223 3.97 3.19 6 Desain kemasan 300 255 4.29 3.64 7 Bentuk kemasan 298 278 4.26 3.97 8 Label Halal MUI 338 140 4.83 2.00 9 Izin Depkes/BPOM 340 140 4.86 2.00 10 Kejelasan tanggal 343 140 4.90 2.00 kadaluarsa 11 Informasi nilai gizi 329 140 4.70 2.00 Total rata-rata 4.35 3.04 Hasil penilaian konsumen terhadap atribut produk sirup sawo selanjutnya digambarkan ke dalam diagram cartesius untuk menunjukkan atribut-atribut yang perlu diperbaiki, diprioritaskan dan dipertahankan oleh KWT Teratai Indah. Nilai rata-rata kepentingan dan nilai rata-rata kinerja tiap atribut menjadi titik-titik plotting pada diagram cartesius dengan garis tengah sumbu X adalah 3.04 dan garis tengah sumbu Y adalah 4.35. Diagram cartecius hasil Importance and Performance Analysis dapat dilihat pada Gambar 4.
27
Gambar 4 Diagram cartesius IPA atribut produk sirup sawo Keterangan: 1. Rasa manis 7. Bentuk kemasan 2. Rasa khas buah sawo 8. Label halal MUI 3. Aroma buah sawo 9. Izin Dinkes/BPOM 4. Warna sirup sawo 10. Kejelasan tanggal kadaluarsa 5. Volume produk/ukuran saji 11. Informasi nilai gizi 6. Desain kemasan 1) Kuadran I (Prioritas utama) Atribut yang berada pada kuadran I merupakan atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi namun kinerjanya belum sesuai dengan keinginan konsumen. Atribut-atribut ini sangat penting dan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen akan produk sirup sawo. Pihak KWT Teratai Indah perlu memperhatikan dan memperbaiki atribut pada kuadran ini agar tidak mengecewakan harapan konsumen. Adapun atribut tersebut adalah label halal MUI, izin Dinkes/BPOM, kejelasan tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi. Label halal MUI belum tercantum dikemasan sirup sawo karena belum dilakukan pengurusan izin produk halal ke pihak MUI. Namun demikian pihak KWT Teratai Indah menjamin bahwa bahan baku pembuatan sirup sawo berasal dari produk halal sehingga tidak perlu ragu soal kehalalan produk. Akan tetapi atribut ini perlu diperbaiki oleh KWT Teratai Indah agar dapat memenuhi harapan konsumen. Pada label kemasan sudah dibuat tabel bulan dan tahun kadaluarsa produk, tetapi produk sirup sawo belum dilakukan pengujian lebih lanjut terkait kadaluarsa sehingga masih dikosongkan. Atribut ini perlu menjadi prioritas KWT Teratai Indah untuk diperbaiki agar kualitas sirup sawo terjamin.
28 Produk sirup sawo sudah mendapatkan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SP-PIRT) dan hasil uji laboratorium untuk informasi nilai gizi pada bulan Oktober 2014. Karena label sirup sawo yang digunakan saat ini masih label lama sehingga belum tercantum nomor P-IRT dan informasi nilai gizi. Hal tersebut harus diperbaiki oleh pihak KWT Teratai Indah agar produk sirup sawo dapat memenuhi harapan konsumen akan produk yang aman dan bermanfaat. 2) Kuadran IV (Berlebihan) Atribut yang berada pada kuadran IV dianggap kurang penting oleh konsumen namun pelaksanaannya berlebihan. Hal ini berarti atribut ini tidak terlalu dipertimbangkan konsumen bahkan hasilnya sangat memuaskan. Atribut-atribut tersebut adalah rasa manis, rasa khas buah sawo, aroma buah sawo, warna sirup sawo, volume/ukuran saji, desain kemasan, dan bentuk kemasan. Rasa manis sirup sawo memiliki nilai rata-rata kinerja yang lebih tinggi dibanding nilai rata-rata kepentingan. Rasa manis diperoleh dari takaran gula yang tepat dengan perbandingan 1:1 sehingga diperoleh sirup sawo dengan rasa yang sesuai dengan harapan konsumen. Atribut ini memiliki kinerja yang sangat baik bagi konsumen, sehingga pihak KWT Teratai Indah tidak memerlukan perbaikan pada atribut ini. Warna sirup sawo yang memiliki nilai rata-rata kepentingan yang tinggi dan kinerja yang tinggi dimana tingkat kinerja dan tingkat kepentingan memiliki nilai yang hampir sama. Hal tersebut artinya atribut warna sirup sawo sudah sesuai dengan persepsi konsumen sehingga tidak memerlukan perbaikan. Rasa khas buah sawo dan aroma buah sawo sama-sama memiliki nilai rata-rata kinerja yang lebih rendah dari nilai rata-rata kepentingan. Hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi pihak KWT Teratai Indah karena atribut tersebut justru mendekati kuadran lainnya. Rasa khas buah sawo mendekati kuadran II yaitu pertahankan prestasi yang artinya atribut ini dinilai cukup mewakili persepsi konsumen. Sehingga dengan sedikit perbaikan diharapkan rasa khas buah sawo dapat memenuhi kepuasan konsumen. Begitu juga dengan aroma buah sawo yang mendekati kuadran III yaitu prioritas rendah yang artinya calon konsumen cenderung mengabaikan atribut ini sehingga pihak KWT Teratai Indah tidak terlalu memprioritaskan perbaikan pada atribut ini. Ukuran saji, desain kemasan dan bentuk kemasan memiliki nilai ratarata kinerja yang cukup tinggi meskipun masih di bawah nilai rata-rata kepentingan. Hasil survei kepada konsumen menilai bahwa desain kemasan sudah menarik dengan bentuk kemasan botol plastik PET ukuran 360 mili liter yang praktis untuk dibawa. Dengan sedikit perbaikan oleh pihak KWT Teratai Indah diharapkan kedua atribut tersebut dapat bergeser ke kuadran II sehingga tingkat kepuasan konsumen meningkat. Setelah menilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing masing atribut produk, selanjutnya perlu diketahui tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dari atribut produk. Dengan mengetahui tingkat kepuasan konsumen sirup sawo, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja dari KWT Teratai Indah. Pengukuran kepuasan konsumen dilakukan dengan metode Customer Satisfaction Index (CSI) dari
29 hasil penilaian rata-rata kepentingan dan rata-rata kinerja pada metode Importance and Performance Analysis (IPA). Hasil perhitungan CSI dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) sirup sawo No. Atribut Produk Rata-rata WF WS Kepentingan Kinerja 1 Rasa manis 3.91 3.96 0.082 0.342 2 Rasa khas sawo 4.30 3.70 0.090 0.333 3 Aroma buah sawo 4.09 3.33 0.085 0.284 4 Warna sirup sawo 3.71 3.60 0.078 0.280 5 Volume produk 3.97 3.19 0.083 0.265 6 Desain kemasan 4.29 3.64 0.090 0.327 7 Bentuk kemasan 4.26 3.97 0.089 0.354 8 Label Halal MUI 4.83 2.00 0.101 0.202 9 Izin Depkes/BPOM 4.86 2.00 0.102 0.203 10 Kejelasan tanggal 0.102 0.205 4.90 2.00 kadaluarsa 11 Informasi nilai gizi 4.70 2.00 0.098 0.197 Total 1.000 2.972 CSI (%) 59.44 Hasil perhitungan Customer Saticfaction Index (CSI) adalah sebesar 59.44%. Hasil ini menunjukkan indeks kepuasaan konsumen berada tingkat ‘cukup puas’ dalam rentang 41% - 60%. Indeks kepuasaan pada produk sirup sawo tidak lantas menunjukkan bahwa produk ini benar-benar dapat diterima oleh konsumen karena masih ada 40.56% konsumen yang merasa belum puas terhadap kinerja dari atribut produk terutama yang berada pada kuadran I. Pihak KWT Teratai Indah perlu memperbaiki atribut-atribut tersebut sehingga tingkat kepuasan konsumen akan meningkat. Akan tetapi meskipun indeks kepuasan baru mencapai 59.44%, dari hasil survei terharap 70 responden, sebanyak 54 responden (77%) menyatakan berkeinginan untuk membeli sirup sawo dengan jumlah 1-5 botol per bulan. Dengan demikian ini menjadi potensi yang harus dimanfaatkan oleh KWT Teratai Indah untuk memasarkan produk sirup sawo. 2. Strategi pemasaran Strategi pemasaran merupakan suatu cara bagi perusahaan untuk mencapai sebuah tujuan dalam memasarkan produk yang dibuatnya sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Secara umum strategi pemasaran terdiri dari tiga tahap yaitu penetapan segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran, dan penetapan posisi pasar. Segmentasi pasar sirup sawo adalah wilayah Kabupaten Kuantan Singingi khususnya di Teluk Kuantan. Sebagai pusat pemerintahan Teluk Kuantan juga menjadi pusat ekonomi dan kegiatan-kegiatan besar pemerintah, salah satunya Festival Pacu Jalur yang diadakan setiap tahun. Pasar sasaran dari sirup sawo adalah para pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi, masyarakat, dan wisatawan yang berkunjung ke Teluk Kuantan. KWT Teratai Indah memposisikan sirup sawo sebagai produk minuman dengan cita rasa khas buah sawo yang sehat dan
30 menyegarkan dengan kemasan yang praktis dan mudah dibawa untuk dijadikan oleh-oleh khas Kuantan Singingi. 3. Strategi bauran pemasaran 1. Strategi Produk (Product) Sirup sawo adalah produk hasil olahan sari buah sawo. Produk ini tergolong baru dan belum ada yang mengembangkannya. Merek produk sirup sawo yaitu MINCIKU yang merupakan akronim dari minuman ciku. Ciku dalam bahasa daerah Kuantan Singingi artinya sawo. Pemilihan nama minuman ciku atau minuman sawo adalah strategi yang tepat dengan pendekatan bahasa daerah sehingga produk sirup sawo mudah untuk diterima konsumen di wilayah Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis metode IPA, perlu dilakukan perbaikan pada beberapa atribut produk agar produk lebih disukai oleh konsumen. Atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki adalah penulisan label halal, nomor izin Dinkes (SP-PIRT), tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi. Setelah atribut tersebut diperbaiki selanjutnya pihak KWT Teratai Indah perlu mempertimbangkan perbaikan pada atribut desain kemasan dan bentuk kemasan. Desain kemasan dan bentuk kemasan juga menentukan ketertarikan konsumen untuk membeli. 2. Strategi Harga (Price) Harga sirup sawo yang ditetapkan oleh KWT Teratai Indah adalah Rp8 000 per botol. Harga ini dirasa masih sanggup dibeli oleh konsumen. Hal ini dilihat dari karakteristik responden sebanyak 75% pendapatan per bulan di kisaran Rp1 000 000 – Rp5 000 000 dengan pengeluaran konsumsi per bulan Rp1 000 000 – Rp2 500 000 sebanyak 63% responden. 3. Strategi Tempat (Place) Kemudahan konsumen memperoleh suatu produk yang diinginkan sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian bagi konsumen. Hasil survei terhadap 70 responden, sebanyak 52 responden (74%) membeli sirup di swalayan atau mini market, dan sebanyak 18 responden (26%) membeli sirup di toko atau warung kecil. Berdasarkan hasil survei tersebut pihak KWT Teratai Indah harus bekerja sama dengan beberapa swalayan/mini market yang ada di Teluk Kuantan dan beberapa toko atau warung di kecamatan lain. Selain swalayan dan toko, pihak KWT Teratai Indah juga bisa bekerja sama dengan gerai oleh-oleh khas Riau yang ada di kota Pekan baru sebagai langkah ekspansi dimasa yang akan datang. 4. Strategi Promosi (Promotion) Promosi merupakan kegiatan mengomunikasikan dan memperkenalkan produk pada target pasar. Untuk produk yang sudah dikenal konsumen kegiatan promosi dapat dilakukan dengan periklanan melalui televisi atau surat kabar. Untuk produk sirup sawo yang tergolong produk baru kegiatan promosi bisa melibatkan pemerintah daerah dengan menjadi sirup sawo sebagai minuman selamat datang (welcome drink) bagi tamu-tamu yang berasal dari daerah lain. Selain itu juga bisa diikutsertakan dalam kegiatan pameran-pameran baik skala daerah maupun skala nasional. Kegiatan promosi lain adalah dengan memajang spanduk ataupun banner pada swalayan atau toko dimana produk sirup
31 sawo dijual. Dengan demikian produk sirup sawo dapat dikenal luas oleh masyarakat. Aspek Teknis dan Teknologi Analisis dalam aspek teknis dan teknologi meliputi pemilihan lokasi usaha, penentuan skala produksi optimal, teknologi pengolahan, proses produksi dan layout bangunan. 1. Lokasi usaha Tanaman sawo merupakan salah satu jenis tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Kuantan Singingi. Dari populasi tanamam sawo sebanyak 16 006 batang, sebanyak 5 240 batang terdapat di Kecamatan Kuantan Hilir, 4 495 batang di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang dan sisanya 6 271 batang menyebar di 13 Kecamatan lainnya (Distangan 2013). Tanaman sawo adalah tanaman buah yang tidak mengenal musim. Kondisi buah yang tidak berbuah secara bersamaan membuat buah sawo selalu tersedia di pohon. Menurut wawancara dengan Penyuluh Lapang di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, dalam satu batang tanaman sawo bisa menghasilkan rata-rata 4-5 kg buah sawo per minggu. Artinya dalam satu bulan satu batang tanaman sawo bisa menghasilkan rata-rata 16-20 kg buah sawo. Dari 14 (empat belas) desa yang terdapat di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang rata-rata mampu menghasilkan buah sawo segar 1 500 kg per bulan. Hampir seluruh hasil panen saat ini dijual dalam bentuk buah segar di beberapa pasar tradisional seperti pasar Peranap, pasar Teluk Kuantan dan pasar Lubuk Jambi. Melihat potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang sebagai daerah penghasil buah sawo terbanyak, pemerintah daerah melalui Dinas Tanaman Pangan menetapkan Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang sebagai lokasi untuk kegiatan usaha pengolahan sawo karena alasan ketersediaan bahan baku yang cukup memadai. Kegiatan pengolahan sawo salah satunya dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Teratai Indah yang terletak di Desa Koto Rajo Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi. Desa Koto Rajo khususnya dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang umumnya telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung jalannya usaha seperti tersedianya sarana transportasi berupa jalan desa yang di aspal, tersedianya jaringan listrik, sumber air dari sumur galian maupun sumur bor dan prasarana komunikasi berupa tower telepon selular yang menjangkau hingga ke desa-desa. Selain itu jarak lokasi usaha ke pasar Kecamatan Kuantan Hilir Seberang tidak jauh hanya berjarak 500 m, sehingga distribusi baik bahan baku maupun barang hasil produksi lebih dekat dan biaya transportasi yang dikeluarkan tidak besar. Namun jika ingin di jual ke ibukota kabupaten dibutuhkan biaya distribusi yang lebih besar karena jaraknya yang cukup jauh. 2. Pemilihan mesin peralatan Proses produksi sirup sawo yang dilakukan oleh KWT Teratai Indah masih menggunakan alat produksi yang sederhana dan mengandalkan tenaga manusia. Untuk menghaluskan buah sawo, KWT Teratai Indah menggunakan blender rumah tangga dengan kapasitas 2 liter. Buah yang sudah halus
32
3.
4.
kemudian diperas menggunakan saringan kain tipis untuk mendapatkan sari buahnya. Untuk proses pencucian, pengupasan dan pemasakan digunakan alat seperti: pisau, baskom, kompor gas, panci stainlis, dan lain-lain. Demikian juga untuk pembotolan dan pelabelan masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia. Skala Produksi Skala produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Kegiatan produksi di KWT Teratai Indah saat ini dilakukan jika ada pesanan dari konsumen. Kemampuan produksi saat ini rata-rata per bulan sebanyak 35 kg untuk menghasilkan 200 botol sirup sawo. Setelah dilakukan perhitungan dari aspek finansial, kapasitas produksi tersebut belum mampu menutupi biaya pengeluaran yang terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya operasional. Dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan sirup sawo ini mengalami kerugian dan tidak layak diusahakan. Untuk bisa menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan, pihak KWT Teratai Indah perlu meningkatkan kapasitas produksi di atas skala minimum 86 kg per bulan. Dengan demikian usaha pengolahan sirup sawo tersebut layak untuk dijalankan. Proses Produksi Proses produksi sirup sawo terdiri dari 6 tahapan yaitu: penyortiran, pengupasan, perebusan, pembuburan dan penyaringan sari buah, pemasakan, serta pengemasan dan pelabelan. Kegiatan produksi sirup sawo dimulai dengan pemilihan bahan baku sawo yang benar-benar sudah matang. Untuk mendapatkan buah sawo dengan kualitas yang baik, dipilih buah yang sudah tua dipohon dengan ciri-ciri ukuran buah yang maksimal, kulit berwarna coklat muda, bila dipetik mudah terlepas dari tangkainya serta getahnya relatif sedikit (Prihatman 2000). Buah yang telah dipetik kemudian dilakukan pencucian dan pengosokan kulit buah menggunakan sabut kelapa hingga didapat buah yang bersih dan kulitnya halus. Kemudian buah sawo diperam selama 2-3 hari untuk mendapatkan buah sawo yang benar-benar matang. Setelah diperoleh buah sawo yang matang, sawo dikupas menggunakan pisau stainless dan dipotong-potong kecil. Buang biji dan bagian tengah sawo yang berwarna putih. Bagian tersebut banyak mengandung getah, sehingga akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan jika tidak dibuang. Buah yang telah dikupas dan dipotong-potong kecil selanjutnya direndam dalam larutan air garam selama 10 menit. Perendaman tersebut bertujuan untuk mengurangi getah dari buah sawo. Tahapan selanjutnya buah sawo direbus dalam air panas yang ditambahkan air kapur sirih dengan suhu 82 ̊C – 100 ̊C selama 10 menit. Penambahan air kapur sirih bertujuan untuk menjaga tekstur buah sawo agar tidak hancur saat proses perebusan dan untuk mempertahankan warna buah sawo agar tidak berubah. Setelah 10 menit angkat buah sawo, masukkan ke dalam air dingin dan cuci berulang-ulang untuk menghilangkan sisa kapur sirih pada daging buah. Tahapan selanjutnya, daging buah sawo dihancurkan menggunakan mesin blender hingga menjadi bubur buah. Peras bubur buah sawo hingga mendapatkan sari buahnya. Tahapan berikutnya, masak sirup sawo dengan takaran setiap 1 kg daging buah tambahkan 1 kg gula pasir, 750 ml air, 3 gram asam sitrat, 5 gram cmc/pengental, 2 gram natrium benzoate, dan sedikit pewarna pangan
33 berwarna kuning tua. Masak sirup sawo hingga mendidih dengan panas suhu 90 ̊C selama 20 menit. Setelah 20 menit dinginkan sirup sawo hingga suhu 70 ̊C dan sirup sawo siap dikemas dalam kemasan botol yang telah disterilisasi. Alur proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5. Sawo Penyortiran
Sawo matang
Pengupasan Perendaman Perebusan
Pencucian berulang
Air bersih
Pembuburan Pemerasan
Sari buah sawo
Pemasakan sari buah hingga mencapai suhu 90̊ C Penyaringan
Benda asing selain sirup
Pengemasan dan Pelabelan
Sirup Sawo Gambar 5 Diagram alir proses produksi sirup sawo MINCIKU 5.
Layout Bangunan Saat ini KWT Teratai Indah belum memiliki layout bangunan yang sesuai dengan alur produksi. Hal ini dikarenakan kondisi dapur produksi yang berada di Desa Koto Rajo tidak begitu luas. Luas dapur produksi saat ini hanya 12 m2 dengan panjang 4 m dan lebar 3 m. Seluruh kegiatan produksi mulai dari penyortiran hingga pengemasan dilakukan di dapur produksi tersebut. Meskipun belum memiliki layout bangunan, hal tersebut tidak mengganggu proses produksi.
34 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Analisis dalam aspek manajemen dan sumber daya manusia dilakukan untuk mengkaji struktur organisasi, tugas dan wewenang, serta kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan usaha pengolahan sawo. Kelompok Wanita Tani Teratai Indah beranggotakan 10 orang ibu rumah tangga yang berasal dari Desa Koto Rajo. KWT Teratai Indah telah memiliki struktur organisasi untuk menjalankan aktivitas usaha pengolahan sawo (Gambar 6). Meskipun sederhana kegiatan keorganisasian dapat berjalan dengan baik. Kegiatan produksi sirup sawo saat ini masih terbatas jika ada permintaan saja. Dengan terbatasnya anggota kelompok dan jumlah pesanan yang belum banyak, kegiatan produksi masih dilakukan secara gotong royong mulai dari sortasi buah sampai dengan pengemasan. Namun ke depan jika usaha ini sudah berproduksi dalam skala besar, tentunya diperlukan tambahan tenaga kerja dan pembagian tugas secara jelas agar kegiatan produksi dapat berjalan secara efektif. Ketua Herna Dewita
Wakil Ketua Sasmita Rahmilis Sekertaris Sri Erni Sujasmi
Seksi Sarana dan Prasarana Yuhasmi Repis Kus Endang
Bendahara Masita
Seksi Produksi R. Fisna Mayalis
Seksi Pemasaran Hernawati Yusnita
Seksi Humas Herna Dewita Sasmita Rahmilis
Gambar 6 Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Teratai Indah Dalam kegiatan produksi sirup sawo ada 4 pembagian tugas kerja yaitu: bagian pengupasan, pembuburan, pemasakan dan pengemasan. Setiap bagian memerlukan tenaga kerja minimal 2 orang. Tambahan tenaga kerja dapat diperoleh dari anggota keluarga dari kelompok. Adapun deskripsi kerja dan tugas masing-masing bagian sebagai berikut: 1. Tenaga kerja bagian pengupasan a. Deskripsi kerja: melakukan proses persiapan bahan baku utama b. Tugas: - Melakukan sortasi buah sawo yang baik dan benar-benar matang - Melakukan pengupasan kulit sawo dan perendaman dengan air garam - Bertanggungjawab terdapat persiapan dan perawatan peralatan/mesin 2. Tenaga kerja bagian pembuburan a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan sawo menjadi sari buah sawo b. Tugas: - Melakukan perebusan sawo dengan menambahkan air kapur sirih - Melakukan pembuburan sawo menggunakan blender
35 - Melakukan pemerasan bubur sawo untuk mendapatkan sari buah sawo - Bertanggungjawab terdapat persiapan dan perawatan peralatan/mesin 3. Tenaga kerja bagian pemasakan a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan sari buah sawo menjadi sirup sawo b. Tugas: - Melakukan pengukuran/penimbangan sari buah sawo dan bahan tambahan - Melakukan proses pemasakan sirup sawo - Melakukan pengontrolan kualitas sirup sawo - Bertanggungjawab terdapat persiapan dan perawatan peralatan/mesin 4. Tenaga kerja bagian pengemasan a. Deskripsi kerja: melakukan pengemasan produk b. Tugas: - Melakukan sterilisasi botol dan tutupnya - Melakukan pengemasan sirup sawo ke dalam botol - Melakukan penempelan label produk - Bertanggungjawab terdapat persiapan dan perawatan peralatan/mesin Aspek Hukum dan Perizinan Kelompok Wanita Tani merupakan kelembagaan petani yang dibentuk dari, oleh, dan untuk petani. Pembentukan Kelompok Wanita Tani didasarkan para Peraturan Menteri Pertanian No.82/Permentan/OT.140/8/2013. Kelompok Wanita Tani adalah kumpulan ibu-ibu istri petani atau para wanita yang mempunyai aktivitas dibidang pertanian yang tumbuh berdasarkan keakraban, keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya. Kelompok Wanita Tani memiliki tiga fungsi yaitu sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. Kelompok Wanita Tani Teratai Indah Desa Koto Rajo merupakan kelompok usaha yang fokus pada pengolahan sawo. Kelompok ini dibentuk pada bulan April 2014 dan berada dibawah binaan Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi. Olahan sawo yang dihasilkan oleh KWT Teratai Indah antara lain sirup sawo, minuman segar sawo, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo, cake sawo dan brownies sawo. Seluruh produk olahan sawo yang dihasilkan oleh KWT Teratai Indah telah mendapatkan izin produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi berupa Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga/P-IRT dengan nomor registrasi 214140183140. Dengan adanya P-IRT maka produk olahan sawo aman untuk dikonsumsi konsumen. Akan tetapi untuk lebih menyakinkan konsumen, KWT Teratai Indah perlu mendaftarkan produk olahan makanan ke pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kuantan Singingi untuk memperoleh sertifikasi Halal.
36 Aspek Sosial dan Lingkungan Kegiatan usaha pengolahan sawo oleh KWT Teratai Indah memberikan dampak sosial bagi masyarakat. Sawo yang merupakan bahan baku utama pembuatan sirup sawo tidak hanya di pasok dari anggota, namun juga dari masyarakat sekitar lokasi usaha meskipun jumlahnya masih sedikit. Adanya usaha tersebut menambah pendapatan bagi masyarakat. Adanya kelompok tani juga menyerap tenaga kerja baru yang saat ini telah menjadi anggota kelompok tani. Usaha pengolahan sawo menghasilkan limbah berupa kulit sawo. Dengan kapasitas produksi saat ini 35 kg per bulan, limbah tersebut tidak memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Namum ke depan, jika kapasitas produksi terus meningkat, perlu ada penanganan khusus untuk limbah kulit sawo. Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Kondisi Aktual) Hasil analisis kelayakan dari aspek non finansial usaha pengolahan sirup sawo oleh KWT Teratai Indah secara umum dapat dinyatakan layak. Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran pada dua kriteria penilaian yaitu potensi pasar dan strategi pemasaran dapat dinyatakan layak. Namun ada beberapa perbaikan pada kriteria potensi pasar dari hasil penilaian konsumen terhadap produk sirup sawo yaitu pencantuman label halal, nomor P-IRT, tanggal kadaluarsa dan informasi nilai gizi. Analisis pada aspek teknis dan teknologi dapat dinyatakan layak karena lokasi usaha berada di sentra bahan baku, peralatan yang digunakan sudah tepat meskipun sederhana, dan proses produksi sudah sesuai prosedur yang diajarkan. Namun masih terdapat kekurangan pada skala produksi. Skala produksi yang dilakukan belum bisa menutupi seluruh biaya usaha sehingga perlu peningkatan skala produksi agar usaha mendatangkan manfaat. Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat dinyatakan layak karena KWT Teratai indah sudah memiliki struktur organisasi meskipun sederhana, dan dalam kegiatan produksi masih dilakukan dengan sistem gotong royong. Analisis aspek hukum dan perizinan dinyatakan layak karena pembentukan kelompok tidak bertentangan dengan hukum dan produk sirup sawo yang dihasilkan juga sudah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi. Aspek sosial dan lingkungan juga dinyatakan layak karena adanya kegiatan usaha dapat membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat dan limbah yang dihasilkan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Hasil analisis kelayakan aspek-aspek non finansial terangkum dalam Tabel 9. Tabel 9 Rangkuman penilaian kelayakan usaha pengolahan sawo MINCIKU Kriteria Aspek Hasil Keterangan Penilaian Pasar dan Potensi pasar Penilaian konsumen berdasarkan Layak pemasaran perhitungan CSI menunjukkan tingkatan ‘cukup puas’ yaitu 59.44% dalam rentang 41% - 60%. Meskipun masih rendah, 54 responden (77 %) menyatakan keinginannya untuk membeli sirup sawo dalam jumlah 1-5 botol per bulan.
37 Tabel 9 Rangkuman penilaian kelayakan usaha pengolahan sawo MINCIKU (lanjutan) Aspek Pasar dan pemasaran
Teknis dan teknologi
Kriteria Penilaian Strategi pemasaran
Hasil
Keterangan
Strategi utama yang diterapkan untuk produk baru yaitu promosi dan distribusi. Hal-hal yang dilakukan yaitu menjadikan sirup sawo sebagai welcome drink di lingkungan pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi, mengikuti kegiatan pameran dan pemasangan spanduk/banner pada swalayan atau toko yang menjual sirup sawo MINCIKU.
Layak
Lokasi usaha berada di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang yang merupakan sentra penghasil buah sawo di Kabupaten Kuantan Singingi dengan rata-rata produksi 1 500 kg per bulan. Jarak lokasi usaha dengan pasar cukup dekat yaitu 500 m. Infrastruktur pendukung usaha sudah cukup memadai seperti listrik, air dan jalan desa yang diaspal. Peralatan yang digunakan sudah sesuai meskipun sederhana
Layak
Skala produksi saat ini 35 kg per bulan. Jumlah ini masih jauh di bawah skala minimum untuk dinyatakan layak yaitu 86 kg per bulan.
Tidak Layak
Sesuai dengan prosedur Belum memiliki layout bangunan, namun tidak mengganggu proses produksi
Layak Layak
Struktur organisasi yang ada pada KWT Deskripsi kerja masing-masing jabatan Ketersediaan tenaga kerja
Sederhana dan tidak terkendala
Layak
Tidak tertulis namun dapat dipahami perannya
Layak
Anggota kelompok dan keluarga
Layak
Bentuk badan usaha Perizinan usaha
Kelompak Tani
Layak
Sudah memiliki izin produk SP-PIRT
Layak
Kesempatan kerja Dampak lingkungan
Penyerapan tenaga kerja baru yaitu 10 orang IRT sebagai anggota kelompok wanita tani Limbah berupa kulit sawo tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan
Layak
Lokasi usaha
Ketersediaan mesin, peralatan, dan teknologi Kemampuan produksi pada skala produksi yang optimal Proses produksi Layout bangunan Manajemen dan SDM
Hukum dan Perizinan Sosial dan Lingkungan
Layak
Layak
38 Aspek Finansial (Kondisi Aktual) Analisis finansial merupakan bagian akhir dari sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan berdasarkan empat kriteria yang diperoleh dari perhitungan arus kas (cash flow) dalam satu periode tertentu yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Periode. Analisis finansial kondisi aktual dilakukan pada kondisi usaha yang saat ini sedang berjalan. Pada perhitungan kondisi aktual digunakan asumsiasumsi diantaranya sebagai berikut : 1. Umur proyek adalah 10 tahun didasarkan pada umur ekonomis bangunan yang merupakan komponen biaya investasi terbesar dalam usaha pengolahan sirup sawo. 2. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pengolahan sirup sawo ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan dikeluarkan untuk reinvestasi peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. Modal yang digunakan adalah modal sendiri dan bantuan barang-barang investasi dari pemerintah daerah Kabupaten Kuantan Singingi. 3. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank BRI yaitu 7% per tahun dan diasumsikan konstan hingga akhir umur proyek. 4. Nilai sisa ditetapkan sesuai dengan umur ekonomis barang dan penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. 5. Kapasitas produksi aktual rata-rata dalam satu bulan 35 kg untuk menghasilkan 210 botol sirup sawo. 6. Harga jual sirup sawo yang ditetapkan adalah harga konstan tiap tahunnya yaitu Rp8 000. 7. Seluruh produk sirup sawo yang diproduksi terjual habis hingga akhir umur proyek. 8. Dalam satu bulan dilakukan 2 kali produksi dengan waktu kerja selama 2 jam. 9. Anggota aktif sebagai tenaga kerja sebanyak 5 orang 10. Biaya tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan upah harian yang berlaku yaitu Rp100 000 per orang selama sembilan jam kerja, sehingga biaya tenaga kerja per orang per bulan Rp44 444. 11. Tahun pertama dilakukan produksi selama 8 bulan, dan di tahun kedua hingga tahun ke sepuluh dilakukan produksi selama 12 bulan. Penerimaan dan pengeluaran selama usaha pengolahan sirup sawo berjalan menjadi komponen penting untuk menyusun aliran kas (cash flow) yang menjadi acuan dalam menentukan kelayakan usaha. Adapun proyeksi aliran kas (cash flow) usaha pengolahan sirup sawo sebagai berikut: 1. Aliran Penerimaan (Inflow) Aliran penerimaan pada usaha pengolahan sirup sawo KWT Teratai Indah diperoleh dari pendapatan penjualan sirup sawo dan nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur proyek. Pendapatan penjualan diperhitungkan dari perkiraan jumlah produk yang terjual dikalikan dengan harga jual sirup sawo. Jumlah produksi sirup sawo saat ini adalah 210 botol per bulan yang diperoleh dari bahan baku sawo segar sebanyak 35 kg. Jumlah tersebut
39 merupakan kapasitas yang saat ini mampu dibuat oleh KWT Teratai Indah. Harga jual sirup sawo per botol adalah Rp8 000. Pada tahun ke-1 produksi berlangsung selama 8 bulan dengan asumsi 4 bulan masa persiapan. Pada tahun ke-2 sampai tahun ke-10 berlangsung selama 12 bulan. Kegiatan produksi dilakukan 2 kali dalam satu bulan dengan waktu kerja selama 2 jam. Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo dapat dilihat pada Tabel 10. Nilai sisa merupakan nilai barang investasi yang tidak habis pakai selama umur proyek dan diperhitungkan diakhir umur proyek. Dengan asumsi umur proyek 10 tahun, nilai sisa diperoleh dari aset berupa tanah, kompor gas, tabung gas, termometer, ph meter, sepeda motor dan sumur. Pada usaha pengolahan sawo oleh KWT Teratai Indah nilai sisa pada akhir umur proyek adalah Rp4 534 206. Rincian nilai sisa barang investasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 10 Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo MINCIKU Tahun 1 2-10
Produksi (botol) Harga per botol (Rp) 1 680 8 000 *) 22 680 8 000
Pendapatan (Rp) 13 440 000 181 440 000**)
Catatan: *) Produksi 2 520 botol per tahun ; **) Pendapatan Rp20 160 000 per tahun
No. 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 11 Rincian nilai sisa barang investasi Komponen Jumlah Biaya Umur Penyusutan Biaya (Rp) Ekonomis (Rp) Tanah 1 800 000 Kompor 400 000 3 88 889 Tabung gas 150 000 3 33 333 Termometer 30 000 3 6 667 Ph meter 200 000 3 44 444 Sepeda motor 7 500 000 15 466 667 Sumur 3 500 000 15 217 778 Total nilai sisa
Nilai Sisa (Rp) 3 540 872 133 333 50 000 10 000 66 667 500 000 233 333 4 534 206
2. Aliran Pengeluaran (Outflow) a. Biaya Investasi Biaya investasi dalam usaha pengolahan sirup sawo oleh KWT Teratai Indah terdiri dari tanah, bangunan, dan peralatan pengolahan sirup sawo. Biaya investasi dikeluarkan pada awal kegiatan usaha dan dikeluarkan juga pada tahun tertentu untuk reinvestasi sesuai dengan umur ekonomis barang investasi. Seluruh barang investasi selain tanah akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Penyusutan dipengaruhi oleh umur ekonomis dari barang investasi tersebut. Rincian biaya investasi dan penyusutan dapat dilihat pada Tabel 12.
40
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tabel 12 Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun Jumlah Komponen Harga per Umur Penyusutan Jml Satuan Biaya Biaya Satuan (Rp) Ekonomis (Rp) (Rp) Tanah 12 m2 150 000 1 800 000 Bangunan 1 Unit 20 000 000 20 000 000 10 2 000 000 Kompor 1 Unit 400 000 400 000 3 88 889 Blender/Juicer 1 Unit 500 000 500 000 2 250 000 Panci stainlis 1 Set 450 000 450 000 2 225 000 Saringan 2 Unit 10 000 20 000 1 20 000 Baskom 4 Unit 15 000 60 000 2 30 000 Tabung gas 1 Unit 150 000 150 000 3 33 333 Selang gas 1 Unit 80 000 80 000 2 40 000 Timbangan 1 Unit 500 000 500 000 10 50 000 Pisau 3 Unit 30 000 90 000 1 90 000 Termometer 1 Unit 30 000 30 000 3 6 667 Ph meter 1 Unit 200 000 200 000 3 44 444 Heat gun 1 Unit 300 000 300 000 5 60 000 Galon air 2 Unit 50 000 100 000 2 50 000 P-IRT 1 Unit 500 000 500 000 5 Sepeda motor 1 Unit 7 500 000 7 500 000 15 466 667 Instalasi listrik 1 Unit 250 000 250 000 5 50 000 Sumur 1 Unit 3 500 000 3 500 000 15 217 778 Instalasi air 1 Unit 700 000 700 000 5 140 000 Handphone 2 Unit 1 200 000 2 400 000 10 240 000 Total (Rp) 39 530 000 4 102 778 b. Biaya Operasional Biaya operasional yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Besar kecilnya biaya variabel selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun. Pada tahun ke-1 produksi berlangsung selama 8 bulan dan tahun ke-2 sampai tahun ke10 berlangsung selama 12 bulan. Biaya tetap jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun. Biaya tetap yang diperhitungkan yaitu biaya penyusutan barang investasi, biaya listrik, biaya promosi, biaya transportasi, biaya komunikasi dan biaya tenaga kerja. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 13.
41 Tabel 13 Rincian biaya operasional Tahun 1 No Komponen biaya Harga satuan Jumlah Satuan (Rp) Biaya Variabel 1 Sawo 280 Kg 10 000 2 Gula 280 Kg 11 000 3 Air galon 280 Liter 300 4 CMC 1 400 Gram 50 5 Asam sitrat 840 Gram 50 6 Natrium benzoate 560 Gram 50 7 Gas 8 Tabung 21 000 8 Botol dan label 1 680 Botol 1 700 Total Biaya tetap 1 Penyusutan 2 Listrik 8 Bulan 150 000 3 Promosi 8 Bulan 300 000 4 Transportasi 8 Bulan 40 000 5 Komunikasi 8 Bulan 100 000 6 Tenaga kerja 5 Orang 355 556 Total Tahun 2-10 No Komponen biaya Harga satuan Jumlah Satuan (Rp) Biaya Variabel 1 Sawo 420 Kg 10 000 2 Gula 420 Kg 11 000 3 Air galon 420 Liter 300 4 CMC 2 100 Gram 50 5 Asam sitrat 1 260 Gram 50 6 Natrium benzoate 840 Gram 50 7 Gas 12 Tabung 21 000 8 Botol dan label 2 520 Botol 1 700 Total Biaya tetap 1 Penyusutan 2 Listrik 12 Bulan 150 000 3 Promosi 12 Bulan 300 000 4 Transportasi 12 Bulan 40 000 5 Komunikasi 12 Bulan 100 000 6 Tenaga kerja 5 Orang 533 333 Total
Jumlah biaya (Rp) 2 800 000 3 080 000 84 000 70 000 42 000 28 000 168 000 2 856 000 9 128 000 4 102 778 1 200 000 2 400 000 320 000 800 000 1 777 778 10 600 556 Jumlah biaya (Rp) 4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000 4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
3. Analisis Kelayakan Investasi Kriteria kelayakan investasi pada usaha pengolahan sirup sawo KWT Teratai Indah dilihat dari nilai NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period. Analisis ini dilakukan menggunakan metode Discounted Cash Flow dimana
42 seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun di diskonto dengan discount factor (DF). Tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto adalah tingkat suku bunga deposito Bank BRI yaitu sebesar 7%. Dengan metode ini maka akan diperoleh perbandingan manfaat dan biaya dengan nilai kini (present value). Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sirup sawo dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sirup sawo Kriteria Investasi Nilai NPV -Rp63 166 962 IRR Net B/C -0.62 PP -0.52 Berdasarkan kriteria investasi pada Tabel 13, diperoleh nilai NPV minus Rp63 166 962. Nilai NPV ini lebih kecil dari nol yang artinya bahwa usaha pengolahan sirup sawo oleh KWT Teratai Indah pada kondisi aktual tidak layak untuk dijalankan karena mendatangkan kerugian. Begitu juga dengan nilai Net B/C yang diperoleh minus 0.62 artinya setiap Rp1.00 yang dikeluarkan selama umur proyek justru mendatangkan kerugian sebesar minus 0.62. Secara keseluruhan penilaian dari aspek keuangan pada kondisi aktual usaha pengolahan sirup sawo tidak layak untuk dijalankan. Agar usaha pengolahan sirup sawo dapat dinyatakan layak, hal perlu dilakukan KWT Teratai Indah adalah meningkatkan skala produksi. Berdasarkan perhitungan untuk mendapatkan kondisi usaha pada saat NPV= 0, IRR= 7 persen dan Net B/C=1.00 adalah berproduksi pada skala minimum 86 kg per bulan (Lampiran 3). Jika berproduksi di bawah angka tersebut bisnis dinyatakan tidak layak. Analisis Kelayakan Non Finansial (Rencana Pengembangan) Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis pasar dan pemasaran pada rencana pengembangan mengacu pada hasil survei yang dilakukan pada kondisi aktual. Hasil survei menunjukkan sebanyak 54 responden (77%) dari 70 responden, menyatakan berkeinginan membeli 1-5 botol sirup sawo MINCIKU per bulan. Hal ini memperlihatkan adanya potensi permintaan yang cukup besar. Dengan asumsi permintaan sebesar 77%, pembelian sebanyak satu botol per bulan, dan jumlah penduduk Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2014 sebanyak 357 381 jiwa, maka potensi permintaan sirup sawo MINCIKU sebanyak 275 183 botol per bulan. Agar mampu menarik minat konsumen untuk membeli sirup sawo MINCIKU dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat. 1. Strategi Produk (Product) Produk yang ditawarkan adalah sirup sawo dengan merek MINCIKU. Berbeda dengan kondisi aktual, pada rencana pengembangan kemasan sirup dibuat dalam kemasan botol kaca 630 ml. Selain lebih menjamin kualitas produk dan sesuai anjuran dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi, kemasan botol kaca akan terlihat lebih menarik dan mampu bersaing dengan produk sirup lainnya. Label produk akan dibuat lebih
43 menarik serta mencantumkan label halal, nomor izin Dinkes, tanggal kadaluarsa, informasi nilai gizi, komposisi produk dan nama KWT Teratai Indah sebagai produsen sirup sawo. 2. Strategi Harga (Price) Harga sirup sawo MINCIKU yang ditawarkan adalah Rp10 000 per botol. Harga ini lebih mahal dari produk kemasan botol plastik, karena kemasan yang berbeda dan volume produk yang lebih banyak. Harga ini masih cukup terjangkau jika dibandingkan dengan harga produk sirup dipasaran yang berkisar pada harga Rp12 000 – Rp15 000. 3. Strategi Tempat (Place) Penempatan produk mengacu pada hasil survei pada kondisi aktual. Mayoritas responden membeli sirup di swalayan/mini market (74%), dan sisanya di toko/warung (26%). Dengan hasil survei ini pihak KWT Teratai Indah harus bekerja sama dengan banyak swalayan dan toko/warung agar produk sirup sawo MINCIKU dapat dengan mudah dibeli oleh konsumen. 4. Strategi Promosi (Promotion) Kegiatan promosi yang dilakukan tidak berbeda dengan kondisi aktual yaitu mengikuti kegiatan-kegiatan pameran dan memasang spanduk/banner pada swalayan atau toko dimana sirup sawo MINCIKU dijual. Aspek Teknis dan Teknologi Analisis aspek teknis dan teknologi pada rencana pengembangan meliputi lokasi usaha, pemilihan mesin dan peralatan, skala produksi, proses produksi, dan layout bangunan. 1. Lokasi usaha Lokasi usaha pada rencana pengembangan tetap berada di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang. Pilihan lokasi ini karena ketersedian bahan baku sawo yang cukup banyak dengan rata-rata produksi 1 500 kg per bulan. Selain itu sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usaha pun telah tersedia seperti jalan, jaringan listrik, jaringan komunikasi berupa tower telepon selular dan sumber air. 2. Pemilihan mesin dan peralatan Penggunaan peralatan seperti pada kondisi aktual akan tidak efisien jika skala produksi terus meningkat. Diperlukan satu paket mesin pengolahan dengan kapasitas besar untuk menghemat waktu kerja dan tenaga yang dikeluarkan seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer. Mesin pulper dapat memisahkan buah dengan sari buahnya secara langsung, sehingga sari buah yang dihasilkan tidak perlu disaring lagi. Mixing tank digunakan untuk mengaduk secara otomatis campuran sari buah sawo dengan gula, natrium benzoat dan asam sitrat. Mesin ini digerakkan dengan aliran listrik dan gas sehingga proses pemasakan menjadi lebih praktis. Pasteurizer digunakan pada proses pasteurisasi yang berfungsi untuk membunuh mikroba pathogen sehingga produk sirup sawo aman dikonsumsi. Selain ketiga mesin tersebut untuk proses pengemasan digunakan alat penutup botol khusus sehingga produk lebih aman. 3. Skala Produksi Skala produksi pada rencana pengembangan sebanyak 400 kg per bulan. Penentuan skala ini berdasarkan kapasitas minimum mesin pulper yaitu 50
44
5
Gudang Produk Jadi
4
Area Bongkar Muat
Area sortasi, pengupasan, pencucian, dan perendaman
kg/jam. Dengan hari kerja 8 kali dalam satu bulan dan waktu untuk memisahkan sari buah selama 1 jam dari 4 jam waktu kerja keseluruhan, maka ditentukanlah skala produksi 400 kg per bulan. 4. Proses Produksi Proses produksi pada rencana pengembangan tidak berbeda dengan kondisi aktual. Produksi sirup sawo terdiri dari 6 tahapan yaitu penyortiran, pengupasan, perebusan, pembuburan dan penyaringan sari buah, pemasakan dan pengemasan. 5. Layout Bangunan Kondisi bangunan dan layout bangunan yang baik sangat menunjang kegiatan produksi sirup sawo. Adanya penambahan mesin-mesin pengolahan yang berukuran besar tentunya membutuhkan bangunan yang luas. Direncanakan akan dibangun ruang produksi dengan luas 50 m 2. Sekurang-kurangnya terdapat tiga pembagian tempat pada ruang produksi terdiri dari bagian input, bagian proses, dan bagian output. Bagian input terdiri dari penyortiran bahan baku, pengupasan, pencucian, perendaman. Bagian proses terdiri dari perebusan, pembuburan, pemasakan, dan pengemasan. Bagian output yaitu gudang penyimpanan sementara sirup sawo. Rancangan layout bangunan produksi sirup sawo dan kantor Kelompok Wanita Tani (KWT) Teratai Indah dapat dilihat pada Gambar 7.
3 Ruang Produksi
1
2
1
Kantor KWT Teratai Indah & display produk
Area Parkir
Gambar 7 Rancangan layout dapur produksi KWT Teratai Indah Keterangan: 1 = Kompor gas/perebusan 2 = Mesin pulper/pembuburan 3 = Mesin mixing tank/pemasakan 4 = Mesin pasteurizer/sterilisasi 5 = Alat penutup botol/pengemasan
45 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia pada rencana pengembangan tidak berbeda dengan kondisi aktual. Kelompok Wanita Tani (KWT) Teratai Indah dijalankan oleh 10 orang anggota dengan struktur organisasi sederhana (Gambar 6) dan pembagian tugas yang telah sepakai seperti pada kondisi aktual. Aspek Hukum dan Perizinan Analisis aspek hukum dan perizinan pada rencana pengembangan tidak berbeda dengan kondisi aktual. Pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT) tidak bertentangan hukum. Pembentukan kelompok sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 82/Permentan/OT.140/8/2013. Produk sirup yang diproduksi juga sudah mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SP-PIRT) dengan nomor registrasi 214140183140. Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis aspek sosial pada rencana pengembangan akan memberikan dampak sosial yang lebih luas bagi masyarakat. Skala produksi hingga 400 kg per bulan membutuhkan pasokan bahan baku yang kontinu. Jumlah tersebut tentunya tidak akan mampu disediakan oleh anggota kelompok. Bekerja sama dengan masyarakat sekitar lokasi usaha dalam menyediakan pasokan bahan baku akan menjadi tambahan pendapatan. Pengolahan sirup sawo yang menghasilkan limbah berupa kulit sawo tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Selain itu kegiatan pengolahan juga tidak menggunakan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Rencana Pengembangan) Hasil analisis kelayakan dari aspek non finansial usaha pengolahan sirup sawo oleh KWT Teratai Indah secara keseluruhan dapat dinyatakan layak. Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran memperlihatkan adanya potensi permintaan dan strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku konsumen sirup sehingga dapat dinyatakan layak. Analisis pada aspek teknis dan teknologi dapat dinyatakan layak karena lokasi usaha didirikan di sentra bahan baku, peralatan yang digunakan sesuai penggunaan dan kapasitasnya , proses produksi sudah sesuai prosedur yang diajarkan, skala produksi sesuai dengan kapasitas mesin, dan adanya layout bangunan yang mendukung alur produksi. Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat dinyatakan layak karena KWT Teratai indah sudah memiliki struktur organisasi meskipun sederhana dan pembagian tugas. Analisis aspek hukum dan perizinan dinyatakan layak karena pembentukan kelompok tidak bertentangan dengan hukum dan produk sirup sawo yang dihasilkan juga sudah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi. Aspek sosial dan lingkungan juga dinyatakan layak karena adanya kegiatan usaha dapat membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat dan limbah yang dihasilkan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
46 Analisis Finansial (Rencana Pengembangan) Kondisi aktual usaha yang tidak layak mengharuskan KWT Teratai Indah mencari alternatif agar usaha tersebut tetap dapat berjalan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan skala produksi di atas jumlah minimumnya yaitu 86 kg per bulan. Penggunaan blender/juicer pada kondisi aktual tidak efisien jika skala produksi diperbesar. Oleh karena perlu investasi teknologi pengolahan yaitu mesin-mesin pengolahan seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer. Beberapa asumsi yang digunakan pada rencana pengembangan usaha yaitu : 1. Umur proyek adalah 10 tahun didasarkan pada umur ekonomis bangunan yang merupakan komponen biaya investasi terbesar dalam usaha pengolahan sirup sawo. 2. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pengolahan sirup sawo ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan dikeluarkan untuk reinvestasi peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. Modal yang digunakan adalah modal sendiri dan bantuan barang-barang investasi dari pemerintah daerah Kabupaten Kuantan Singingi. 3. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank BRI yaitu 7% dan diasumsikan konstan hingga akhir umur proyek. 4. Nilai sisa ditetapkan sesuai dengan umur ekonomis barang dan penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. 5. Kapasitas produksi 400 kg per bulan dengan asumsi kapasitas minimum mesin pulper 50 kg per jam. 6. Harga jual sirup sawo yang ditetapkan adalah harga konstan tiap tahunnya yaitu Rp10 000 dengan kemasan botol kaca. 7. Seluruh produk sirup sawo yang diproduksi terjual habis hingga akhir umur proyek. 8. Dalam satu bulan dilakukan 8 kali produksi dengan waktu kerja selama 4 jam. 9. Tenaga kerja sebanyak 10 orang 10. Biaya tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan upah harian yang berlaku yaitu Rp100 000 per orang selama sembilan jam kerja, sehingga biaya tenaga kerja per orang per bulan Rp355 556 11. Tahun pertama dilakukan produksi selama 8 bulan, dan di tahun kedua hingga tahun ke sepuluh dilakukan produksi selama 12 bulan. Pada analisis finansial skenario kedua dilakukan sebagai perencanaan dalam mengembangkan usaha pengolahan sirup sawo. Penerimaan dan pengeluaran selama usaha pengolahan sirup sawo berjalan menjadi komponen penting untuk menyusun aliran kas (cash flow) yang menjadi acuan dalam menentukan kelayakan usaha. Adapun proyeksi aliran kas (cash flow) usaha pengolahan sawo sebagai berikut: 1. Aliran Penerimaan (Inflow) Aliran penerimaan diperolah dari pendapatan penjualan dan nilai sisa diakhir umur proyek. Pendapatan penjualan diperhitungkan dari perkiraan jumlah produk yang terjual dikalikan dengan harga jual sirup sawo. Dengan asumsi kapasitas minimum mesin pulper yaitu 50 kg/jam, waktu kerja 1 jam
47 untuk pembuatan sari buah sawo, kegiatan produksi 8 kali dalam satu bulan, maka jumlah produksi dalam satu bulan yaitu 400 kg sawo. Harga jual sirup sawo per botol adalah Rp10 000. Lebih mahal dari kondisi aktual karena pada rencana pengembangan ini kemasan sirup akan diganti dengan botol kaca. Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo dapat dilihat pada Tabel 15. Nilai sisa merupakan nilai barang investasi yang tidak habis pakai selama umur proyek dan diperhitungkan diakhir umur proyek. Dengan asumsi umur proyek 10 tahun, nilai sisa diperoleh dari aset berupa tanah, kompor gas, mesin pulper, tabung gas, termometer, ph meter, sepeda motor dan sumur. Pada usaha pengolahan sawo oleh KWT Teratai Indah nilai sisa pada akhir umur proyek adalah Rp21 080 302. Rincian nilai sisa barang investasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15 Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo MINCIKU (rencana pengembangan) Tahun 1 2-10
Produksi (botol) Harga per botol (Rp) 19 200 10 000 *) 259 200 10 000
Pendapatan (Rp) 192 000 000 2 592 000 000**)
Catatan: *) Produksi 28 800 botol per tahun ; **) Pendapatan Rp288 800 000 per tahun
Tabel 16 Rincian nilai sisa barang investasi (rencana pengembangan) Komponen Jumlah Biaya Umur Penyusutan Nilai Sisa No Biaya (Rp) Ekonomis (Rp) (Rp) - 14 753 635 1 Tanah 7 500 000 177 778 266 667 2 Kompor 400 000 3 3 333 333 5 000 000 3 Mesin pulper 15 000 000 3 166 667 250 000 4 Tabung gas 300 000 3 6 667 10 000 5 Termometer 30 000 3 44 444 66 667 6 Ph meter 200 000 3 466 667 500 000 7 Sepeda motor 7 500 000 15 217 778 233 333 8 Sumur 3 500 000 15 21 080 302 Total nilai sisa 2. Aliran Pengeluaran (Outflow) a. Biaya Investasi Biaya investasi dalam rencana pengembangan ini terdiri dari tanah, bangunan, mesin-mesin pengolahan dan peralatan pengolahan. Biaya investasi dikeluarkan pada awal kegiatan usaha dan dikeluarkan juga pada tahun tertentu untuk reinvestasi sesuai dengan umur ekonomis barang investasi. Luasan tanah pada rencana pengembangan lebih luas dibanding kondisi aktual yaitu 50 m2. Diatas tanah tersebut akan dibangun ruang produksi berukuran 10 x 5 m2. Investasi tanah dan bangunan tersebut dikarenakan adanya penambahan mesin-mesin pengolahan seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer yang berukuran besar sehingga butuh ruang yang lebih luas. Seluruh barang investasi selain tanah akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Penyusutan
48 dipengaruhi oleh umur ekonomis dari barang investasi tersebut. Rincian biaya investasi dan penyusutan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun (rencana pengembangan) No. Komponen Biaya 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tanah Bangunan Kompor Mesin pengolahan Mesin pulper Mesin mixing tank Mesin pasteurizer Alat penutup botol Panci stainlis Saringan Baskom Tabung gas Selang gas Timbangan Pisau Termometer Ph meter Heat gun Galon air P-IRT Halal Uji Lab Sepeda motor Instalasi listrik Sumur Instalasi air Handphone Total (Rp)
Jml
Satuan
50 1 2
M2 Unit Unit
Harga per Satuan (Rp) 150 000 85 000 000 400 000
Jumlah Biaya Umur (Rp) Ekonomis 7 500 000 85 000 000 10 800 000 3
1 1 1
Unit Unit Unit
15 000 000 15 000 000 35 000 000
15 000 000 15 000 000 35 000 000
3 5 5
1 3 10 5 4 1 5 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 2
Set Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
450 000 10 000 15 000 150 000 80 000 500 000 30 000 30 000 200 000 300 000 50 000 500 000 1 000 000 1 000 000 7 500 000 250 000 3 500 000 700 000 1 200 000
450 000 30 000 150 000 750 000 320 000 500 000 150 000 30 000 200 000 300 000 250 000 500 000 1 000 000 1 000 000 7 500 000 250 000 3 500 000 700 000 2 400 000 179 280 000
2 1 2 3 2 10 1 3 3 5 2 5 5 15 5 15 5 10
Penyusutan (Rp) 8 500 000 177 778 3 333 333 3 000 000 7 000 000 100 000 225 000 30 000 75 000 166 667 160 000 50 000 150 000 6 667 44 444 60 000 125 000
466 667 50 000 217 778 140 000 480 000 24 558 333
b. Biaya Operasional Biaya operasional yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Besar kecilnya biaya variabel selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun. Pada rencana pengembangan, kegiatan produksi menggunakan mesin pulper dengan kapasitas 50-100 kg/jam. Dengan asumsi kapasitas minimum mesin pulper yaitu 50 kg/jam, waktu kerja 1 jam untuk pembuatan sari buah sawo, kegiatan produksi 8 kali dalam satu bulan, maka jumlah produksi dalam satu bulan yaitu 400 kg sawo. Pada tahun pertama produksi berlangsung selama 8 bulan dan tahun kedua sampai tahun ke sepuluh berlangsung selama 12 bulan. Biaya tetap jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun. Biaya tetap yang diperhitungkan yaitu biaya penyusutan barang investasi, biaya listrik, biaya promosi, biaya transportasi, biaya komunikasi dan biaya tenaga kerja. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 18.
49 Tabel 18 Rincian biaya operasional (rencana pengembangan) Tahun 1 N Komponen biaya Harga satuan Jumlah biaya o Jumlah Satuan (Rp) (Rp) Biaya Variabel 1 Sawo 3200 Kg 10 000 32 000 000 2 Gula 3200 Kg 11 000 35 200 000 3 Air galon 3200 Liter 300 960 000 4 CMC 16 000 Gram 50 800 000 5 Asam sitrat 9 600 Gram 50 480 000 6 Natrium 6 400 Gram 50 320 000 benzoate 7 Gas 64 Tabung 21 000 1 344 000 8 Botol dan label 19 200 Botol 2 000 38 400 000 Total 109 504 000 Biaya tetap 1 Penyusutan 24 558 333 2 Listrik 8 Bulan 150 000 1 200 000 3 Promosi 8 Bulan 300 000 2 400 000 4 Transportasi 8 Bulan 160 000 1 280 000 5 Komunikasi 8 Bulan 100 000 800 000 6 Tenaga kerja 10 Orang 2 844 444 28 444 444 Total 58 682 778 Tahun 2-10 N Komponen biaya Harga satuan Jumlah biaya o Jumlah Satuan (Rp) (Rp) Biaya Variabel 1 Sawo 4 800 Kg 10 000 48 000 000 2 Gula 4 800 Kg 11 000 52 800 000 3 Air galon 4 800 Liter 300 1 440 000 4 CMC 24 000 Gram 50 1 200 000 5 Asam sitrat 14 400 Gram 50 720 000 6 Natrium 9 600 Gram 50 480 000 benzoate 7 Gas 96 Tabung 21 000 2 016 000 8 Botol dan label 28 800 Botol 2 000 57 600 000 Total 164 256 000 Biaya tetap 1 Penyusutan 24 558 333 2 Listrik 12 Bulan 150 000 1 800 000 3 Promosi 12 Bulan 300 000 3 600 000 4 Transportasi 12 Bulan 160 000 1 920 000 5 Komunikasi 12 Bulan 100 000 1 200 000 6 Tenaga kerja 10 orang 4 266 667 42 666 667 Total 75 745 000
50 3. Analisis Kelayakan Investasi Kriteria kelayakan investasi pada rencana pengembangan usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah dilihat dari nilai NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period. Analisis ini dilakukan menggunakan metode Discounted Cash Flow dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun di diskonto dengan discount factor (DF). Tingkat suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto adalah tingkat suku bunga deposito Bank BRI yaitu sebesar 7%. Dengan metode ini maka akan diperoleh perbandingan manfaat dan biaya dengan nilai kini (present value). Kriteria kelayakan investasi rencana pengembangan usaha pengolahan sawo dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sawo (rencana pengembangan) Kriteria Investasi Nilai NPV Rp257 393 272 IRR 48% Net B/C 3.10 PP 2.82 Berdasarkan kriteria investasi pada rencana pengembangan usaha pengolahan sawo pada Tabel 18, diperoleh nilai NPV sebesar Rp257 393 272. Nilai NPV ini lebih besar dar nol yang artinya bahwa rencana pengembangan usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah menguntungkan dan memberikan manfaat selama umur proyek sebesar Rp257 393 272. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 48%. Nilai IRR ini lebih besar dari tingkat suku bunga yakni 7%. Artinya modal yang ditanamkan pada usaha pengolahan sirup sawo lebih menguntungkan dibanding disimpan di bank dalam bentuk deposito. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 3.10 artinya setiap Rp1 000 yang dikeluarkan selama umur proyek maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp3 100. Sedangkan untuk tingkat pengembalian investasi usaha pengolahan sirup sawo yaitu selama 2.82 atau 2 tahun 10 bulan. Waktu pengembalian investasi tidak melebihi umur proyek selama 10 tahun, sehingga rencana pengembangan usaha pengolahan sawo layak untuk dijalankan. 4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis nilai pengganti (switching value) pada rencana pengembangan usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah dilakukan dengan dua skenario. Skenario yang pertama adalah penurunan jumlah produksi sirup sawo dan skenario yang kedua adalah kenaikan harga bahan baku. Hasil analisis nilai pengganti (switching value) pada kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Nilai switching value usaha pengolahan sawo Skenario kondisi usaha Persentase kepekaan terhadap kondisi usaha (%) Penurunan jumlah produksi 31.23 Kenaikan harga bahan baku 38.34 Berdasarkan hasil analisis switching value diperoleh batas maksimum penurunan jumlah produksi sirup sawo sebesar 31.23%. Dengan rencana produksi 400 kg per bulan, batas maksimum penurunan produksi adalah 275
51 kg per bulan. Jika berproduksi di bawah jumlah tersebut, maka usaha pengolahan sawo dinyatakan tidak layak. Sedangkan batas maksimum kenaikan harga bahan baku utama yaitu sawo dan gula adalah sebesar 38.34%. Dengan harga sawo Rp10 000 dan harga gula Rp11 000, batas maksimum kenaikan harga sawo dan gula adalah Rp13 834 dan Rp15 217. Jika harga sawo dan gula di atas harga tersebut, maka usaha pengolahan sawo dinyatakan tidak layak. Pada kedua kondisi tersebut usaha pengolahan sawo masih dikatakan layak meskipun NPV yang diperoleh adalah Rp0, Net B/C adalah 1 dan nilai IRR adalah 7%. Kondisi penurunan jumlah produksi adalah kondisi yang lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan harga sawo dan gula Incremental Net Benefit Incremental net benefit merupakan manfaat bersih tambahan yang diperoleh dari usaha pengolahan sawo setelah pengembangan (net benefit with project) dikurangi dengan usaha pengolahan sawo tanpa adanya pengembangan (net benefit without project). Total biaya investasi yang dikeluarkan KWT Teratai Indah dengan adanya pengembangan bisnis berbeda dengan biaya investasi yang dikeluarkan tanpa adanya pengembangan bisnis. Hal ini karena adanya penambahan investasi pada mesin-mesin pengolahan seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer. Selain itu adanya mesin tersebut membutuhkan ruang kerja yang luas, sehingga ditambahkan juga investasi bangunan produksi yang baru serta mengubah beberapa biaya investasi lain yang disesuaikan dengan kapasitas mesin setelah pengembangan. Biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan juga berubah akibat kapasitas produksi yang semakin besar. Manfaat bersih tambahan yang diperoleh KWT Teratai Indah setelah adanya pengembangan adalah Rp507 927 429 dengan nilai NPV Rp320 560 234. Adapun perhitungan incremental net benefit dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Incremental Net Benefit usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah No 1 2 3 4 5
Uraian Benefit Cost Net benefit Incremental Net Benefit (Rp) Net Present Value (Rp)
Kondisi Aktual (Rp) 199 414 206 275 943 778 -76 529 572
Kondisi Rencana Pengembangan (Rp) 2 805 080 302 2 373 682 444 431 397 857 507 927 429 320 560 234
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Hasil penilaian kelayakan usaha pengolahan sirup sawo MINCIKU Kelompok Wanita Tani (KWT) Teratai Indah pada kondisi aktual dilihat dari aspek non finansial seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan serta aspek sosial dan lingkungan dapat dinyatakan layak. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada atribut produk sirup sawo seperti pencantuman label halal, nomor registrasi P-IRT, tanggal kadaluarsa
52 produk, dan informasi nilai gizi. Hasil penilaian aspek finansial berdasarkan kriteria investasi pada kondisi aktual tidak layak untuk dijalankan. 2. Hasil penilaian kelayakan usaha pengolahan sirup sawo MINCIKU Kelompok Wanita Tani (KWT) Teratai Indah pada rencana pengembangan dilihat dari aspek non finansial seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan serta aspek sosial dan lingkungan dapat dinyatakan layak. Hasil penilaian aspek finansial berdasarkan kriteria investasi pada rencana pengembangan layak untuk dijalankan. 3. Hasil analisis sensitivitas usaha pengolahan sirup sawo MINCIKU menunjukkan bahwa batas kondisi kenaikan harga sawo dan gula yang masih bisa ditoleransi agar bisnis tetap layak adalah sebesar 38.34%, sedangkan batas kondisi penurunan jumlah produksi yang masih bisa ditoleransi agar bisnis tetap layak adalah sebesar 31.23%. Saran Beberapa masukan yang bisa dipertimbangkan baik dari pihak KWT Teratai Indah maupun pemerintah daerah Kuantan Singingi dapat membantu mengembangkan potensi produk lokal. 1. Perlu pengkajian ulang berkaitan dengan skala produksi agar usaha pengolahan sawo dapat dijalankan dan mendatangkan keuntungan. 2. Berdasarkan penilaian konsumen pada atribut produk seperti label halal, nomor P-IRT, tanggal kadaluarsa dan informasi gizi harus ditampilkan pada label sehingga kepercayaan dan kepuasan konsumen akan produk sirup sawo akan meningkat. 3. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku sawo tidak cukup mengandalkan kemampuan anggota. Pihak KWT Teratai Indah perlu menjalin kerja sama dengan masyarakat/petani sawo untuk mensuplai bahan baku sawo. 4. Perlu dilakukan pelatihan secara rutin kepada anggota KWT Teratai Indah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam industri pengolahan sawo. 5. Diperlukan peran aktif anggota dan komitmen pemerintah daerah Kabupaten Kuantan Singingi dalam mendukung dan mempromosikan sirup sawo MINCIKU sebagai minuman khas Kuantan Singingi melalui berbagai kegiatan pemerintah baik lokal maupun nasional.
DAFTAR PUSTAKA Ariesa FN, Tinaprilla N. 2012. Analisis Kelayakan Restrukturisasi Mesin Pabrik Gula Kremboong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur [Internet]. [2014 02 16]; 2(1):53-68. Dalapati A, Khairani C. 2007. Petunjuk Teknis Pengolahan Buah-Buahan. Sulawesi Tengah (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Dewi TG, Farmayanti M. 2011. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) [Internet]. [2014 02 16]; 1(1):95-111. Fauzian R. 2011. Pengujian Produk Baru dan Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Permintaan (Kasus: Produk Fruit Talk Pineapple Soft
53 Candy), Produksi Lab Percontohan Pabrik Mini, Pusat Kajian Buah Tropika). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gittenger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UIPress. Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta Iksan S, Abdussamad. 2010. Analisis Kelayakan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan [Internet]. [2014 05 23]; 17(3):111-115. Indyastuti Y. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Itradi YT. 2013. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Minuman Sari Buah Jeruk Country Choice di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara Lesmana D. 2009. Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur [Internet]. [2014 05 23]; 6(1):36-43. Morton J. 1987. Sapodilla. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton, Miami, FL. [Internet]. [2014 09 08]; 393-398. Napitupulu DN. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nissa FK. 2013. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Produk Teh Rosela ‘Rozelt’ (Studi Kasus Konsumen Teh Rosela ‘Rozelt’di Sekitar Institut Pertanian Bogor, Dramaga). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB Prihatman K. 2000. Budidaya Tanaman Sawo. Jakarta (ID): Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Rustiana IN. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Puree Mangga (Mangifera Indica L.) (Studi Kasus Pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sediadi A, Esti. 2000. Buku Panduan Teknologi Pangan. Jakarta (ID): Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Septiani R. 2009. Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID): ANDI Sumantri B, Fariyanti A. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompok Tani Dewi Sri [Internet]. [2014 02 16]; 1(2):167-182.
54 Umar H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi-3. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
55
LAMPIRAN Lampiran 1 Produksi sawo menurut provinsi seluruh Indonesia 2009-2013 Propinsi Jawa Barat Lampung Sumatera Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Nusa Tenggara Barat Jawa Timur Sumatera Selatan Aceh Di Yogyakarta Bali Kalimantan Selatan Riau Kalimantan Barat Banten Jambi Bengkulu Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur Kep. Riau Kep. Bangka Belitung Dki Jakarta Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Papua Barat Maluku Maluku Utara Papua Kalimantan Utara Sulawesi Utara Gorontalo Indonesia
2013 16 341 14 012 9 903 12 792 9 291 9 271 9 535 7 225 4 725 4 939 4 399 3 298 3 201 3 039 3 040 2 487 1 899 2 111 1 734 961 948 1 240 455 358 312 142 8 13 5 0 6 0 0 0 127 690
Produksi Tanaman Buah-buahan Total Sawo Peringkat Produksi 2012 2011 2010 2009 25 059 18 917 15 841 17 135 1 93 293 13 569 13 274 14 818 11 976 2 67 649 9 300 10 621 11 762 14 928 3 56 514 11 647 9 315 9 140 9 538 4 52 432 9 398 7 543 6 711 13 833 46 776 5 9 297 9 052 10 076 8 562 46 258 6 10 694 9 777 7 640 8 451 46 097 7 4 621 4 207 6 260 7 863 30 176 8 5 484 5 375 4 992 4 387 24 963 9 5 350 3 821 5 423 5 204 24 737 10 5 063 3 515 4 137 3 992 21 106 11 3 445 3 654 3 472 2 471 16 340 12 3 903 3 266 2 670 2 877 15 917 13 2 543 2 897 3 928 2 648 15 055 14 2 907 2 544 2 956 2 142 13 589 15 3 005 1 938 2 941 2 866 13 237 16 2 552 1 792 2 160 2 413 10 816 17 1 932 1 812 1 995 1 979 9 829 18 1 501 1 412 1 477 1 511 7 635 19 797 751 2 552 867 5 928 20 1 072 1 055 945 953 4 973 21 773 598 235 379 3 225 22 408 456 311 478 2 108 23 695 144 112 254 1 563 24 217 260 159 94 1 042 25 69 94 58 20 383 26 10 13 34 36 101 27 16 19 5 1 54 28 5 13 3 0 26 29 0 0 0 18 18 30 0 3 0 0 9 31 0 0 0 0 0 32 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 34 135 332 118 138 122 813 127 876 631 849
56
Lampiran 2 Jumlah produksi dan jumlah tanaman sawo di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau 2008-2013 No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
Kecamatan
Kuantan Mudik Hulu Kuantan Gunung Toar Pucuk Rantau Singingi Singingi Hilir Kuantan Tengah Sentajo Raya Benai Kuantan Hilir Pangean Logas Tanah Datar Kuantan Hilir Seberang Cerenti Inuman
2008 Jumlah Produksi tanaman (ton) sawo (batang) 298 30.36 165 17.11 71 2.63 987 104.62 200 13.05
2009 Jumlah Produksi tanaman (ton) sawo (batang) 325 24.41 160 13.76 41 2.57 1 150 112.6 271 14.87
2010 Jumlah Produksi tanaman (ton) sawo (batang) 310 21.28 160 8.84 67 3.89 1 150 47.30 340 10.23
2011 Jumlah Produksi tanaman (ton) sawo (batang) 310 21.28 160 8.84 67 3.38 1 150 47.30 340 10.23
2012 Jumlah Produksi tanaman (ton) sawo (batang) 170 9.39 350 26.29 47 2.73 393 16.16 280 25.20
2013 Jumlah Produksi tanaman (ton) sawo (batang) 460 32.2 170 9.6 136 9.9 724 7.8 772 32.2
1 500
28.54
655
54.33
615
46.82
615
46.82
600
45.68
-
-
2 100 5
87.24 0.13
2 500 2 400 5
178.20 221.27 0.11
2 000 4 000 50
105.92 157.07 0.49
2 000 4 000 50
105.92 157.07 0.49
1 030 4 000 75
30.90 157.07 0.74
2 771 5 240 300
683.9 89.6 8.9
264
30.21
324
31.76
314
21.59
314
21.59
262
5.24
362
7.0
5 070
412.13
-
-
-
-
-
-
-
-
4 495
154.7
463 45 11 168
18.93 8.24 753
363 8 194
20.27 674
60 9 066
4.08 428
60 9 066
4.08 428
280 73 7 560
53.62 4.07 377
476 100 16 006
110.6 0.6 1 147
Sumber: Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi.
57
Lampiran 3 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah pada skala minimum 86 kg per bulan Uraian
1
2
3
4
Inflow Sirup sawo Nilai sisa Total Inflow
32 995 266
49 492 900
49 492 900
49 492 900
32 995 266
49 492 900
49 492 900
49 492 900
Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan Kompor Juicer Panci stainlis Saringan Baskom Tabung gas Selang gas Timbangan digital Pisau Termometer Ph meter Heat gun Galon Air Perizinan (P-IRT) Sepeda motor Instalasi listrik Sumur galian Instalasi air Handphone Total Investasi
1 800 000 20 000 000 400 000 500 000 450 000 20 000 60 000 150 000 80 000 500 000 90 000 30 000 200 000 300 000 100 000 500 000 7 500 000 250 000 3 500 000 700 000 2 400 000 39 530 000
Tahun 5
6
7
8
9
10
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900
49 492 900 4 534 206 54 027 105
20 000
400 000 500 000 450 000 20 000 60 000 150 000 80 000
400 000
20 000
500 000 450 000 20 000 60 000
20 000
500 000 450 000 20 000 60 000
150 000 80 000 90 000
90 000
80 000 90 000 30 000 200 000
90 000
90 000
90 000 30 000 200 000
400 000
20 000
500 000 450 000 20 000 60 000
20 000 150 000
80 000 90 000
90 000
90 000 30 000 200 000
300 000 100 000
100 000
100 000
100 000
500 000 250 000 700 000 110 000
1 300 000
890 000
1 300 000
1 860 000
2 080 000
110 000
1 300 000
890 000
58
Lampiran 3 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah pada skala minimum 86 kg per bulan (lanjutan) Uraian Biaya Operasional Biaya Variabel Sawo Gula Air galon CMC Asam sitrat Natrium benzoat Gas Botol dan Label Total Variabel Biaya Tetap Listrik Promosi Transportasi Komunikasi Tenaga Kerja Total Tetap Total Outflow Net Benefit DF 7% PV/Tahun PV (+) PV (-) NPV IRR NET B/C PP
1
2
3
4
6 874 014 7 561 415 206 220 171 850 103 110 68 740 412 441 7 011 494 22 409 285
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
1 200 000 2 400 000 320 000 800 000 1 777 778 6 497 778
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
68 437 063
43 470 594
44 660 594
(35 441 796) 0 935 (33 123 174) 33 123 174 (33 123 174) 0 7% 1.00 2.74
6 022 305 0 873 5 260 115
4 832 305 0 816 3 944 601
Tahun 5
6
7
8
9
10
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
10 311 021 11 342 123 309 331 257 776 154 665 103 110 618 661 10 517 241 33 613 928
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
44 250 594
44 660 594
45 220 594
45 440 594
43 470 594
44 660 594
44 250 594
5 242 305 0 763 3 999 330
4 832 305 0 713 3 445 367
4 272 305 0 666 2 846 817
4 052 305 0 623 2 523 572
6 022 305 0 582 3 505 037
4 832 305 0 544 2 628 454
9 776 511 0 508 4 969 882
59
Lampiran 4 Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (kondisi aktual) Uraian Penerimaan Sirup sawo Total penerimaan
1
2
3
4
13 440 000 13 440 000
20 160 000 20 160 000
20 160 000 20 160 000
20 160 000 20 160 000
Tahun 5
6
7
8
9
10
20 160 000 20 160 000
20 160 000 20 160 000
20 160 000 20 160 000
20 160 000 20 160 000
20 160 000 20 160 000
20 160 000 20 160 000
Pengeluaran Biaya variabel Sawo Gula Air galon CMC Asam sitrat Natrium benzoat Gas Botol dan Label Total variabel Biaya tetap Penyusutan Alsin Listrik Promosi Transportasi Komunikasi Tenaga Kerja Total tetap
2 800 000 3 080 000 84 000 70 000 42 000 28 000 168 000 2 856 000 9 128 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 102 778 1 200 000 2 400 000 320 000 800 000 1 777 778 10 600 556
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
4 102 778 1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 13 849 444
Total pengeluaran
19 728 556
27 541 444
27 541 444
27 541 444
27 541 444
27 541 444
27 541 444
27 541 444
27 541 444
27 541 444
EBIT Biaya bunga EBT Pajak EAT
(6 288 556) 0 (6 288 556) 0 (6 288 556)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
(7 381 444) 0 (7 381 444) 0 (7 381 444)
60
Lampiran 5 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (kondisi aktual) Uraian Inflow Sirup sawo Nilai sisa Total Inflow Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan Kompor Juicer Panci stainlis Saringan Baskom Tabung gas Selang gas Timbangan digital Pisau Termometer Ph meter Heat gun Galon Air Perizinan (P-IRT) Sepeda motor Instalasi listrik Sumur galian Instalasi air Handphone Total Investasi
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10 20 160 000 4 534 206 24 694 206
13 440 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
13 440 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 160 000
20 000
400 000 500 000 450 000 20 000 60 000 150 000 80 000
1 800 000 20 000 000 400 000 500 000 450 000 20 000 60 000 150 000 80 000 500 000 90 000 30 000 200 000 300 000 100 000 500 000 7 500 000 250 000 3 500 000 700 000 2 400 000 39 530 000
400 000
20 000
500 000 450 000 20 000 60 000
20 000
500 000 450 000 20 000 60 000
150 000 80 000 90 000
90 000
80 000 90 000 30 000 200 000
90 000
90 000
90 000 30 000 200 000
400 000
20 000
500 000 450 000 20 000 60 000
20 000 150 000
80 000 90 000
90 000
90 000 30 000 200 000
300 000 100 000
100 000
100 000
100 000
500 000 250 000 700 000 110 000
1 300 000
890 000
1 300 000
1 860 000
2 080 000
110 000
1 300 000
890 000
61
Lampiran 5 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (kondisi aktual) lanjutan Uraian Biaya Operasional Biaya Variabel Sawo Gula Air galon CMC Asam sitrat Natrium benzoat Gas Botol dan Label Total Variabel Biaya Tetap Listrik Promosi Transportasi Komunikasi Tenaga Kerja Total Tetap Total Outflow Net Benefit DF 7% PV/Tahun PV (+) PV (-) NPV IRR NET B/C PP
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
2 800 000 3 080 000 84 000 70 000 42 000 28 000 168 000 2 856 000 9 128 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
4 200 000 4 620 000 126 000 105 000 63 000 42 000 252 000 4 284 000 13 692 000
1 200 000 2 400 000 320 000 800 000 1 777 778 6 497 778
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
1 800 000 3 600 000 480 000 1 200 000 2 666 667 9 746 667
55 155 778
23 548 667
24 738 667
24 328 667
24 738 667
25 298 667
25 518 667
23 548 667
24 738 667
24 328 667
(41 715 778) 0 935 (38 986 708) (24 180 254) (38 986 708) (63 166 962) #NUM! (0.62) (0.52)
(3 388 667) 0 873 (2 959 793)
(4 578 667) 0 816 (3 737 556)
(4 168 667) 0 763 (3 180 256)
(4 578 667) 0 713 (3 264 526)
(5 138 667) 0 666 (3 424 111)
(5 358 667) 0 623 (3 337 108)
(3 388 667) 0 582 (1 972 235)
(4 578 667) 0 544 (2 490 491)
365 539 0 508 185 822
62
Lampiran 6 Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (rencana pengembangan) Uraian Penerimaan Sirup sawo Total penerimaan Pengeluaran Biaya variabel Sawo Gula Air galon CMC Asam sitrat Natrium benzoat Gas Botol dan Label Total variabel Biaya tetap Penyusutan investasi Listrik Promosi Transportasi Komunikasi Tenaga kerja Total tetap Total pengeluaran EBIT Biaya bunga EBT Pajak EAT
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
192 000 000 192 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
288 000 000 288 000 000
32 000 000 35 200 000 960 000 800 000 480 000 320 000 1 344 000 38 400 000 109 504 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 164 256 000
24 558 333 1 200 000 2 400 000 1 280 000 800 000 28 444 444 58 682 778 168 186 778
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
24 558 333 1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 75 745 000 240 001 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
23 813 222 0 23 813 222 0 23 813 222
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
47 999 000 0 47 999 000 0 47 999 000
63
Lampiran 7 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (rencana pengembangan) Uraian
Tahun 1
Inflow Sirup sawo Nilai sisa Total Inflow Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan Kompor Panci stainlis Saringan Baskom Tabung gas Selang gas Timbangan digital Pisau Mesin pulper Mesin mixing tank Mesin pasteurizer Alat penutup botol Termometer Ph meter Galon Air Heat gun P-IRT HALAL Uji Lab Sepeda motor Instalasi listrik Sumur galian Instalasi air Handphone Total Investasi
2
3
4
5
6
7
8
9
192 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
192 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
30 000
450 000 30 000 150 000
30 000
450 000 30 000 150 000
7 500 000 85 000 000 800 000 450 000 30 000 150 000 750 000 320 000 500 000 150 000 15 000 000 15 000 000 35 000 000 1 000 000 30 000 200 000 250 000 300 000 500 000 1 000 000 1 000 000 7 500 000 250 000 3 500 000 700 000 2 400 000 179 280 000
800 000 30 000
450 000 30 000 150 000
30 000
750 000 320 000 150 000
150 000
320 000 150 000 15 000 000
150 000
150 000
800 000 450 000 30 000 150 000 750 000 320 000 150 000 15 000 000
10 288 000 000 21 080 302 309 080 302
800 000 30 000 750 000 320 000 150 000
150 000
150 000 15 000 000
15 000 000 35 000 000 30 000 200 000 250 000
30 000 200 000 250 000
250 000
30 000 200 000 250 000
300 000 500 000 1 000 000
250 000 700 000 2 400 000 180 000
1 350 000
16 960 000
1 350 000
55 330 000
18 130 000
180 000
1 350 000
16 960 000
64
Lampiran 7 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah (rencana pengembangan) lanjutan Uraian
1
2
3
4
32 000 000 35 200 000 960 000 800 000 480 000 320 000 1 344 000 38 400 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
109 504 000
164 256 000
164 256 000
Biaya Tetap Listrik Promosi Transportasi Komunikasi Tenaga kerja
1 200 000 2 400 000 1 280 000 800 000 28 444 444
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
Total Tetap
34 124 444 322 908 444
Biaya Operasional Biaya Variabel Sawo Gula Air galon CMC Asam sitrat Natrium benzoat Gas Botol dan label Total Variabel
Total Outflow Net Benefit DF 7% PV/Tahun PV (+) PV (-) NPV IRR NET B/C PP
(130 908 444) 0.935 (122 344 341) 379 737 612 (122 344 341) 257 393 272 48% 3.10 2.82
Tahun 5
6
7
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
164 256 000
164 256 000
164 256 000
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
51 186 667
51 186 667
51 186 667
215 622 667
216 792 667
232 402 667
72 377 333 0.873 63 217 166
71 207 333 0.816 58 126 395
55 597 333 0.763 42 414 939
9
10
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
48 000 000 52 800 000 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000
164 256 000
164 256 000
164 256 000
164 256 000
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667
51 186 667
51 186 667
51 186 667
51 186 667
51 186 667
51 186 667
216 792 667
270 772 667
233 572 667
215 622 667
216 792 667
232 402 667
71 207 333 0.713 50 769 845
17 227 333 0.666 11 479 300
54 427 333 0.623 33 894 608
8
72 377 333 0.582 42 124 267
71 207 333 0.544 38 732 071
76 677 635 0.508 38 979 022
65
Lampiran 8 Laporan arus kas pada kondisi switching value kenaikan harga sawo dan gula (38.34%) Uraian
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
Inflow Sirup sawo Nilai sisa Total Inflow
192 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
192 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
288 000 000
Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan Kompor Panci stainlis Saringan Baskom Tabung gas Selang gas Timbangan digital Pisau Mesin pulper Mesin mixing tank Mesin pasteurizer Alat penutup botol Termometer Ph meter Galon Air Heat gun P-IRT HALAL Uji Lab Sepeda motor Instalasi listrik Sumur galian Instalasi air Handphone Total Investasi
7 500 000 85 000 000 800 000 450 000 30 000 150 000 750 000 320 000 500 000 150 000 15 000 000 15 000 000 35 000 000 1 000 000 30 000 200 000 250 000 300 000 500 000 1 000 000 1 000 000 7 500 000 250 000 3 500 000 700 000 2 400 000 179 280 000
20 000
450 000 20 000 60 000
20 000
450 000 20 000 60 000
400 000 20 000
450 000 20 000 60 000
20 000
750 000 80 000 150 000
150 000
80 000 150 000 15 000 000
150 000
150 000
400 000 450 000 20 000 60 000 750 000 80 000 150 000 15 000 000
10 288 000 000 21 080 302 309 080 302
400 000 20 000 750 000 80 000 150 000
150 000
150 000 15 000 000
15 000 000 35 000 000 30 000 200 000 250 000
250 000
250 000
250 000
300 000 500 000 1 000 000
250 000
170 000
1 010 000
16 320 000
1 010 000
700 000 2 400 000 55 550 000
17 160 000
170 000
1 010 000
16 320 000
66
Lampiran 8 Laporan arus kas pada kondisi switching value kenaikan harga sawo dan gula (38.34%) lanjutan Uraian
1
2
3
4
44 268 085 48 694 893 960 000 800 000 480 000 320 000 1 344 000 38 400 000 135 266 978
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
Biaya Tetap Listrik Promosi Transportasi Komunikasi Tenaga kerja Total Tetap
1 200 000 2 400 000 1 280 000 800 000 28 444 444 34 124 444
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
Total Outflow
348 671 422
254 257 133
Net Benefit DF 7% PV/Tahun PV (+) PV (-) NPV IRR NET B/C PP
(156 671 422) 0.935 (146 421 890) 146 421 890 (146 421 890) 0 7% 1.00 2.94
33 742 867 0.873 29 472 326
Biaya Operasional Biaya Variabel Sawo Gula Air galon CMC Asam sitrat Natrium benzoat Gas Botol dan label Total Variabel
Tahun 5
6
7
8
9
10
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
66 402 127 73 042 340 1 440 000 1 200 000 720 000 480 000 2 016 000 57 600 000 202 900 467
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
255 097 133
270 407 133
255 097 133
309 637 133
271 247 133
254 257 133
255 097 133
270 407 133
32 902 867 0.816 26 858 540
17 592 867 0.763 13 421 514
32 902 867 0.713 23 459 289
(21 637 133) 0.666 (14 417 736)
16 752 867 0.623 10 432 843
33 742 867 0.582 19 638 656
32 902 867 0.544 17 896 979
38 673 168 0.508 19 659 478
67
Lampiran 9 Laporan arus kas pada kondisi switching value penurunan jumlah produksi (31.23%) Uraian
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
Inflow Sirup sawo Nilai sisa Total Inflow
132 039 617
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
132 039 617
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
198 059 426
Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan Kompor Panci stainlis Saringan Baskom Tabung gas Selang gas Timbangan digital Pisau Mesin pulper Mesin mixing tank Mesin pasteurizer Alat penutup botol Termometer Ph meter Galon Air Heat gun P-IRT HALAL Uji Lab Sepeda motor Instalasi listrik Sumur galian Instalasi air Handphone Total Investasi
7 500 000 85 000 000 800 000 450 000 30 000 150 000 750 000 320 000 500 000 150 000 15 000 000 15 000 000 35 000 000 1 000 000 30 000 200 000 250 000 300 000 500 000 1 000 000 1 000 000 7 500 000 250 000 3 500 000 700 000 2 400 000 179 280 000
20 000
450 000 20 000 60 000
20 000
450 000 20 000 60 000
400 000 20 000
450 000 20 000 60 000
20 000
750 000 80 000 150 000
150 000
80 000 150 000 15 000 000
150 000
150 000
400 000 450 000 20 000 60 000 750 000 80 000 150 000 15 000 000
10 198 059 426 21 080 302 219 139 728
400 000 20 000 750 000 80 000 150 000
150 000
150 000 15 000 000
15 000 000 35 000 000 30 000 200 000 250 000
250 000
250 000
250 000
300 000 500 000 1 000 000
250 000
170 000
1 010 000
16 320 000
1 010 000
700 000 2 400 000 55 550 000
17 160 000
170 000
1 010 000
16 320 000
68
Lampiran 9 Laporan arus kas pada kondisi switching value penurunan jumlah produksi (31.23%) lanjutan Uraian
1
2
3
4
Biaya Operasional Biaya Variabel Sawo Gula Air galon CMC Asam sitrat Natrium benzoat Gas Botol dan label Total Variabel
22 006 603 24 207 263 660 198 550 165 330 099 220 066 924 277 26 407 923 75 306 595
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
Biaya Tetap Listrik Promosi Transportasi Komunikasi Tenaga kerja Total Tetap
1 200 000 2 400 000 1 280 000 800 000 28 444 444 34 124 444
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
Total Outflow
288 711 039
164 316 559
165 156 559
Net Benefit DF 7% PV/Tahun PV (+) PV (-) NPV IRR NET B/C PP
(156 671 422) 0.935 (146 421 890) 146 421 890 (146 421 890) 0 7% 1.00 2.94
33 742 867 0.873 29 472 326
32 902 867 0.816 26 858 540
Tahun 5
6
7
8
9
10
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
33 009 904 36 310 895 990 297 825 248 495 149 330 099 1 386 416 39 611 885 112 959 892
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
1 800 000 3 600 000 1 920 000 1 200 000 42 666 667 51 186 667
180 466 559
165 156 559
219 696 559
181 306 559
164 316 559
165 156 559
180 466 559
17 592 867 0.763 13 421 514
32 902 867 0.713 23 459 289
(21 637 133) 0.666 (14 417 736)
16 752 867 0.623 10 432 843
32 902 867 0.544 17 896 979
38 673 168 0.508 19 659 478
33 742 867 0.582 19 638 656
69
Lampiran 10 Incremental net benefit usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai Indah Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
Benefit Cost Net Benefit Incremental Net Benefit DF 7% Aktual Pengembangan Aktual Pengembangan Aktual Pengembangan 13 440 000 192 000 000 55 155 778 322 908 444 (41 715 778) (130 908 444) (89 192 667) 0.935 20 160 000 288 000 000 23 548 667 215 622 667 (3 388 667) 72 377 333 75 766 000 0.873 20 160 000 288 000 000 24 738 667 216 792 667 (4 578 667) 71 207 333 75 786 000 0.816 20 160 000 288 000 000 24 328 667 232 402 667 (4 168 667) 55 597 333 59 766 000 0.763 20 160 000 288 000 000 24 738 667 216 792 667 (4 578 667) 71 207 333 75 786 000 0.713 20 160 000 288 000 000 25 298 667 270 772 667 (5 138 667) 17 227 333 22 366 000 0.666 20 160 000 288 000 000 25 518 667 233 572 667 (5 358 667) 54 427 333 59 786 000 0.623 20 160 000 288 000 000 23 548 667 215 622 667 (3 388 667) 72 377 333 75 766 000 0.582 20 160 000 288 000 000 24 738 667 216 792 667 (4 578 667) 71 207 333 75 786 000 0.544 24 694 206 309 080 302 24 328 667 232 402 667 365 539 76 677 635 76 312 096 0.508 199 414 206
2 805 080 302
275 943 778
2 373 682 444
(76 529 572)
431 397 857
507 927 429
7
PV/Tahun (83 357 632) 66 176 959 61 863 951 45 595 195 54 034 371 14 903 410 37 231 716 44 096 502 41 222 563 38 793 200 320 560 234
70 Lampiran 11 Dokumentasi produk sirup sawo MINCIKU
Buah sawo matang
Sirup sawo
Selai sawo
KWT Pengolahan sawo
Brownies sawo
Galamai sawo
71
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tembilahan Provinsi Riau pada tanggal 19 Februari 1989 dari Ayah Irbandri dan Ibu Rini Widhiastuti. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dengan kakak bernama Andika Rahayu Susanti. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Rengat Provinsi Riau dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Teknik Komputer melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan lulus tahun 2010. Tahun 2012 penulis diterima dan melanjutkan studi di Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan baik pada saat pendidikan Program Diploma maupun Program Sarjana, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi internal kampus. Tahun 2007-2008 penulis aktif sebagai Anggota Komisi Aspirasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Diploma IPB. Tahun 2008-2009 penulis aktif sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Diploma IPB. Tahun 2012-2013 penulis aktif sebagai Wakil Ketua Forum of Agribusiness Transfer Program Student (FASTER) IPB. Tahun 2013-2014 penulis aktif sebagai Anggota Badan Pengawas Forum of Agribusiness Transfer Program Student (FASTER) IPB.