ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK PETIS DI KABUPATEN KENDAL
DANI PRASETYA NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Petis di Kabupaten Kendal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Dani Prasetya Nugraha NIM H34110024
ABSTRAK DANI PRASETYA NUGRAHA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Petis di Kabupaten Kendal. Dibimbing oleh RITA NURMALINA Kerupuk petis merupakan produk makanan tradisional khas Kendal dengan tambahan bumbu petis ikan dan petis udang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, BEP, Payback Period, analisis sensitivitas dan switching value. Seluruh aspek non finansial menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk petis layak dijalanakan kecuali aspek lingkungan dan aspek manajemen. Analisis finansial pada skenario pertama menghasilkan NPV sebesar Rp 681 juta, Net B/C 2.62, IRR 33 persen, PP selama 3.98 tahun dan BEP 54 183.3 kilogram. Pada skenario kedua menghasilkan NPV sebesar Rp 1.47 milyar, Net B/C 5.24, IRR 73 persen, PP selama 2.36 tahun dan BEP 45 140 kilogram. Hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa usaha pada skenario pertama dan skenario kedua layak dijalankan sedangkan skenario ketiga tidak layak karena NPV kurang dari nol. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk petis sensitif terhadap penurunan jumlah produksi kerupuk petis. Kata kunci : IRR, kerupuk petis, NPV, sensitivitas, studi kelayakan.
ABSTRACT DANI PRASETYA NUGRAHA. Feasibility Analysis of Kerupuk Petis Processing Business In Kendal. Supervised by RITA NURMALINA Kerupuk petis is a traditional snack from Kendal with additional of fish’ paste seasoning and shrimp’s paste. This research aims to analyze the feasibility of kerupuk petis processing business. Qualitative method is used to analyze the aspects of market, technical, management and legal, social, economy, culture and environmental. Quantitative method is used to analyze the investment criteria such as NPV, IRR, Net B/C, BEP, Payback Period, sensitivity analysis and switching value. All aspects of non-financials show that business is feasible to operate excepts environmental and management aspects. Financial analysis in the first scenario results in NPV is for Rp 681 millions, Net B/C 2,62, IRR 33 percent, PP is for 3,98 years and BEP is for 54 183,3 kilograms. In the second scenario results NPV is for Rp 1,64 billions, Net B/C 5,42, IRR 73 percent, PP is for 2.36 years and BEP is for 45 140 kilograms. From financial analysis can be concluded that the business in the first scenario and the second scenario are feasible while the third scenario is not feasible because NPV is less than zero. The results of the sensitivity analysis shows that the business of kerupuk petis processing is sensitive to the decreasing of production. Keywords : Feasibility study, IRR, kerupuk petis, NPV, sensitivity.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK PETIS DI KABUPATEN KENDAL
DANI PRASETYA NUGRAHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Petis di Kabupaten Kendal. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku pembimbing, Dr Ir Wahyu Budi Pritna, M.Si selaku pembimbing akademik, Ir Narni Farmayanti, M.Sc selaku penguji utama serta Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku penguji komisi pendidikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Edi Warjiyanto selaku pemilik Perusahaan Kerupuk Petis Cap Abadi, Ibu Yani selaku Staf Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal, dan Bapak Rusyanto yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, kedua kakak, serta Dara atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015 Dani Prasetya Nugraha
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Investasi UMKM
6
Metode Penelitian Kelayakan
7
Struktur Biaya
8
Kelayakan UMKM Pengolahan Pangan
8
KERANGKA PEMIKIRAN
9
Studi Kelayakan Bisnis
9
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
10
Konsep Nilai Waktu Uang
13
Arus Kas (Cahsflow)
13
Analisis Laporan Laba Rugi
14
Break Even Point (BEP)
15
Analisis Kriteria Investasi
16
Analisis Sensitivitas dan Switching Value
17
Kerangka Pemikiran Operasional
18
METODE PENELITIAN
20
Lokasi dan Waktu Penelitian
20
Jenis dan Sumber Data
20
Metode Pengumpulan Data
20
Metode Pengolahan dan Analisis Data
20
Analisis Kelayakan Non Finansial
21
Analisis Kelayakan Finansial
22
Asumsi Dasar
25
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
26
Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum
26
Sejarah Singkat dan Perkembangan Usaha
26
Sumber Daya Manusia
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Analisis Aspek Non Finansial
28
Aspek Pasar
28
Hasil Analisis Aspek Pasar
33
Aspek Teknis
34
Hasil Analisis Aspek Teknis
37
Aspek Manajemen dan Hukum
37
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
38
Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi
38
Hasil Analisis Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi
39
Aspek Lingkungan
39
Hasil Analisis Aspek Lingkungan
40
Analisis Aspek Finansial
40
Aliran Kas/Cashflow
41
Analisis Laba Rugi
49
Analisis Kelayakan Finansial
49
Analisis Sensitivitas dan Switching Value
52
SIMPULAN DAN SARAN
55
Simpulan
55
Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
58
RIWAYAT HIDUP
81
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4.
Volume produksi nasional komoditas perikanan 2009-2014 Produk olahan hasil perikanan tahun 2010-2014 Data potensi produk unggulan daerah Kabupaten Kendal Proyeksi daftar harga kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang pada Perusahaan kerupuk petis Periode Februari 2015 5. Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis pada Perusahaan kerupuk petis tahun 2015 pada skenario I (pengusahaan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang 50%:50%) 6. Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis tahun 2016-2024 pada skenario I (pengusahaan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang 50%:50%) 7. Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis udang pada tahun 2015 pada skenario II (pengusahaan 100% kerupuk petis udang) 8. Proyeksi penerimaan usaha pengoalahn kerupuk petis udang pada tahun 2016-2024 pada skenario II (pengusahaan 100% kerupuk petis udang) 9. Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis udang pada tahun 2015 pada skenario III (pengusahaan 100% kerupuk petis ikan) 10. Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis udang pada tahun 2016-2024 pada skenario III (pengusahaan 100% kerupuk petis ikan) 11. Biaya investasi pada usaha pengolahan kerupuk petis. 12. Rincian pembelian bumbu dapur usaha pengolahan kerupuk petis untuk setiap 1500 kilogram produksi 13. Laba bersih usaha pengolahan kerupuk petis 14. Hasil perhitungan kriteria investasi 15. Hasil analisis titik impas usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I 16. Hasil analisis BEP total usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I 17. Hasil analisis titik impas usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I, II dan III 18. Analisis sensitivitas skenario I 19. Analisis sensitivitas pada skenario II 20. Hasil switching value skenario I, II, dan III
1 2 3 32
41
42 42 43 43 44 45 46 49 49 51 51 52 53 53 54
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Break Even Point (BEP) Hubungan antara NPV dengan IRR Alur kerangka operasional Bangunan pabrik pengolahan kerupuk petis. Bentuk kerupuk petis berdasarkan bahan baku Jenis kerupuk berdasarkan kualitas produk Saluran Pemasaran Kerupuk Petis Kabupaten Kendal Tempat pembuangan limbah cair
15 17 19 26 30 31 32 40
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Diagram alur proses pengolahan kerupuk petis Layout usaha pengolahan kerupuk petis Komponen penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis Komponen biaya investasi, umur ekonomis, dan nilai penyusutan Biaya variabel usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I Biaya variabel usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario II Biaya variabel usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario III Biaya tetap usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I, skenario II, dan skenario III 9. Cashflow usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I 10. Laporan laba rugi usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I 11. Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap penurunan jumlah produksi kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan pada skenario I 12. Analisis sensitivitas penurunan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan sebesar 20 % 13. Analisis sensitivitas peningkatan harga tepung tapioka sebesar 7,46 % pada skenario I 14. Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap peningkatan harga tepung tapioka pada skenario I 15. Cashflow usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario II 16. Laporan laba rugi usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario II 17. Analisis sensitivitas penurunan kerupuk petis udang sebesar 20 % pada skenario II 18. Analisis sensitivitas peningkatan harga tepung tapioka sebesar 7.46% pada skenario II 19. Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap penurunan jumlah produksi kerupuk petis udang pada skenario II 20. Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap peningkatan harga tepung tapioka pada skenario II 21. Cashflow usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario III 22. Laporan laba rugi usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario III 23. Analisis Switching value peningkatan jumlah produksi kerupuk petis ikan pada skenario III
58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
68 69 70 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribinis yang memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan (2014), pada tahun 2013 produksi perikanan Indonesia mencapai 19.5 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15.5 juta ton. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen komoditas perikanan terbesar kedua di dunia setelah China 1. Kontribusi perikanan budidaya memiliki potensi yang cukup besar bagi produksi perikanan Indonesia dibandingkan potensi perikanan tangkap. Ratarata kontribusi perikanan budidaya mengalami peningkatan sejak tahun 2009 hingga 2013 sebesar 9.34 persen sedangkan perikanan tangkap mengalami penurunan sebesar 11.75 persen. Komoditas perikanan nasional yang banyak dihasilkan adalah ikan dan udang. Volume total produksi nasional komoditas perikanan dapat didapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Volume produksi nasional komoditas perikanan 2009-2014 Tahun (ton) Jenis ikan Ikan Udang Binatang berkulit keras lainnya Rumput laut Lainnya
2009
2010
2011
2012
2103
2014*
6 753 504 574 930 65 731
7 804 879 608 298 75 218
8 740 729 661 003 83 026
7 300 988 678 735 74 407
8 115 236 897 298 87 365
8 309 748 847 629 87 000
2 963 556 376 201
3 915 017 546 325
5 170 201 633 377
6 514 854 542 200
9 298 474 609 545
10 234 357 822 605
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan (2014) diolah * Angka sementara
Namun, komoditas perikanan tersebut merupakan produk pangan yang mudah sekali rusak (perishable) dan tidak tahan lama. Kerusakan tersebut terjadi karena adanya kegiatan bakteri, enzimatis, dan oksidasi yang umumnya menimbulkan bau tidak sedap sehingga tidak dapat lagi diolah apalagi di konsumsi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlunya kegiatan pengolahan udang untuk dapat memperlama masa penggunaannya serta memberikan nilai tambah produk. Banyak cara pengolahan dan pengawetan produk perikanan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang tinggi baik secara tradisional maupun modern sehingga dapat dimanfaatkan lebih lama. Usaha pengawetan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu dengan penggaraman, pengeringan, pengasapan, pemindangan, dan pendinginan. Usaha pengawetan juga tidak hanya sebatas pada pengolahan menjadi produk yang masih berbentuk ikan atau udang saja melainkan pengolahan untuk menjadi bentuk lain setelah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti kerupuk (Tresnaprihandini 2006).
1
http://bisnis.liputan6.com/read/2069570/ironi-ri-jadi-produsen-ikan-terbesar-tapi-kalah-ekspordari-cina
2 Dalam proses pengolahan ikan atau udang diperlukan adanya industri pengolahan produk perikanan karena dengan adanya industri pengolahan tersebut produksi perikanan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Industri pengolahan ikan atau udang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah ikan dan udang dan penyimpanan produk olahan menjadi lebih tahan lama serta mendiversifikasikan komoditas perikanan tersebut. Selain itu, industri pengolahan juga merupakan salah satu dari prioritas dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah penghasil produk olahan hasil perikanan cukup tinggi di pulau Jawa. Pada tahun 2013, Kabupaten Jawa Tengah menempati urutan kedua terbesar penghasil produk olahan perikanan setelah provinsi Jawa Timur. Berbagai macam produk olahan perikanan seperti bandeng presto, terasi, kerupuk ikan, kerupuk udang, lumpia udang, abon ikan, petis, dan lain-lain. Tabel 2 Produk olahan hasil perikanan tahun 2010-2014 Provinsi
Tahun (ton)
2010 2011 2012 2013 DKI Jakarta 45 622 424 032 512 967 544 796 Jawa Barat 364 376 187 150 161 076 181 299 Jawa Tengah 199 178 751 726 749 895 732 789 DI Yogyakarta 15 412 53 502 33 725 5 813 Jawa Timur 214 908 597 690 1 484 695 1 465 526 Banten 42 616 519 489 23 040 28 458 Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam angka (2014) diolah
2014* 530 000 185 670 786 540 9 860 1 481 370 40 000
*Angka sementara
Salah satu pengolahan produk hasil perikanan di Jawa Tengah adalah petis. Petis merupakan produk sampingan olahan makanan yang tekstrunya hampir mirip dengan kecap, tetapi umumnya lebih kental. Pembuatan petis sebagian dari pemanfaatan limbah kepala udang dari industri pengolahan udang. Produk petis ini merupakan bahan makanan (bumbu masak) yang sedap, bergizi dan mempunyai nilai yang lebih tinggi 2. Selain itu, produk petis juga dapat digunakan sebagai bumbu tambahan produk makanan ringan seperti kerupuk petis. Kabupaten Kendal merupakan daerah penghasil kerupuk petis. Kerupuk petis yang dihasilkan terdiri atas kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang. Kerupuk petis ikan/udang ini memiliki perbedaan dengan kerupuk ikan/udang yaitu pada kerupuk petis ikan/udang pembuatannya hanya merendamkan kerupuk dengan bumbu yang telah dicampur petis ikan/udang sedangkan kerupuk ikan/udang pada proses pengolahannya mencapurkan daging ikan/udang yang masih segar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kendal merupakan satu-satunya wilayah Jawa Tengah yang menghasilkan kerupuk petis. Kerupuk petis juga merupakan salah satu produk
2
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ipb/Terasi%20dan%20petis.pdf
3 UMKM unggulan daerah yang sedang dikembangkan 3 . Berbagai jenis produk unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 3. Upaya pengembangan produk olahan kerupuk petis tersebut dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kendal dengan cara pendekatan one village one product (OVOP) guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan juga meningkatkan potensi dari UMKM untuk menghasilkan produk yang unggul. Hal ini bertujuan untuk menjadikan kerupuk petis sebagai salah satu makanan khas daerah Kendal. Maka dengan pendekatan one village one product, pemerintah Kabupeten Kendal menetapkan Kecamatan Kendal tepatnya di Desa Sijeruk sebagai sentra industri penghasil kerupuk. Tabel 3 Data potensi produk unggulan daerah Kabupaten Kendal Lokasi (kecamatan) Kaliwungu Cepiring Boja Patebon Pegandon Kendal Patean Plantungan Limbangan
Produk Momoh jeroan dan sumpil Terasi Pisang raja bulu Sawo Kerupuk Rambak Kerupuk petis dan bandeng tanpa duri Jambu biji getas merah Cengkeh Gula aren
Sumber : www.birohumas.jatengprov.go.id (2014) diolah
Upaya peningkatan nilai tambah produk perikanan tersebut mebutuhkan investasi yang cukup besar baik mendirikan ataupun mengembangkan usaha pengolahan kerupuk petis. investasi yang terlibat pun tidak hanya uang saja tetapi juga memerlukan sumber daya yang lainnya. Selain itu, adanya upaya dari Pemerintah Kabupaten Kendal untuk meningkatkan potensi produk unggulan seperti kerupuk petis ini yang dijadikan sebagai makanan khas Kabupaten Kendal. Hal ini menjadikan pentingnya dilakukan analisis kelayakan terhadap usaha pengolahan kerupuk petis di Kabupaten Kendal karena pada pendirian atau pengembangan usaha ini memerlukan analisis yang dapat menghindari atau menanggulangi risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang Perumusan Masalah Kabupaten Kendal salah satu daerah pengrajin pengolah produk perikanan seperti industri pengolahan kerupuk petis. Umumnya industri pengolahan kerupuk petis tergolong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pemasaran produk ini sudah mencapai ke beberapa wilayah seperti Yogyakarta, Semarang, Magelang, Jepara, Pati, Kudus Pekalongan serta sudah mencapai ekspor ke negara Taiwan. Rata rata penjualan pada masing-masing perusahaan setiap harinya mencapai 3 hingga 5 kwintal setiap harinya. Apabila memasuki bulan ramadhan, penjualan meningkat hingga mencapai 1.5 ton per harinya. 3
https://kendalkab.go.id/detail/berita/seputar_pemkab_kendal/id/20140522002/fasilitasi_kegiatan_ wirausaha_kendal_bentuk_plut
4 Berdasarkan hasil wawancara kepada seluruh pengrajin (delapan pengrajin) kerupuk petis di daerah Sentra Industri Kerupuk Kendal (SIKAL) tersebut bahwa harga bahan baku seperti tepung tapioka yang berfluktuasi bahkan cenderung mengalami kenaikan cukup mengkhawatirkan karena kenaikan harga tepung tapioka sebagai bahan baku pembuat kerupuk dapat mempengaruhi kelangsungan usaha mereka. Adanya kejadian tersebut membuat para pengrajin kerupuk mulai melakukan penyesuaian seperti mempertahankan harga yang sama namun menurunkan sedikit kualitas rasa atau meningkatkan harga jual kerupuk petis. Ketergantungan terhadap cuaca khususnya saat masa penjemuran kerupuk menjadikan kualitas dari kerupuk itu menurun dan banyak cacat produk yang menjadikan produksi kurang efisien. Selain itu, adanya persaingan yang ketat mengakibatkan perolehan margin keuntungan menjadi kecil sehingga ada juga perusahaan yang tutup karena tidak mampu menutupi biaya variabel. Hal ini terbukti dengan adanya data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang menyatakan bahwa pada awal tahun 2010 masih terdapat 10 perusahaan pengolahan kerupuk petis dan pada tahun 2014 sekarang ini masih tersisa 8 perusahaan yang masih bertahan dalam usaha pengolahan kerupuk petis. Sebelum merealisasikan investasi tersebut, maka penting untuk dilakukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui lebih awal tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari perencanaan usaha kerupuk petis ini. aspek yang diperlukan dala menganalisis kelayakan usaha kerupuk petis ini adalah aspek finansial dan aspek non finansial. Aspek finansial memiliki berbagai kriteria seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cos Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Sedangkan aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum serta aspek sosial, lingkungan dan ekonomi. Selain itu, penggunaan analisis sensitivitas dan switching value digunakan untuk melihat kepekaan usaha pengolahan kerupuk petis dari adanya kemungkinan perubahan-perubahan pada variable input dan output produksi terutama pada jumlah produksi kerupuk petis serta harga tepung tapioka. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditemukan permasalahan diantaranya sebagai berikut : a. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis berdasarkan analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum serta aspek sosial, lingkungan dan ekonomi? b. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis jika dilihat dari aspek finansial? c. Bagaimana tingkat kepekaan usaha pengolahan kerupuk petis berdasarkan analisis sensitivitas dan switching value pada perubahan produksi kerupuk petis dan perubahan harga tepung tapioka?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan beberapa permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :
5 1.
2. 3.
Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan kerupuk petis. Menganalisis tingkat kepekaan usaha pengolahan kerupuk petis terhadap adanya perubahan produksi kerupuk petis dan perubahan harga bahan baku kerupuk seperti tepung tapioka.
Manfaat Penelitian 1. 2. 3. 4.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya : Pemilik perusahaan, penelitian ini diharapakan menjadi acuan yang bermanfaat dalam menentukan keberlanjutan usaha kerupuk petis. Bagi investor, penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam perencanaan usaha kerupuk petis. Penulis, perusaahaan yang diteliti merupakan salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan. Pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan pembaca dan dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang studi kelayakan bisnis.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bukan berfokus pada evaluasi dari Perusahaan Kerupuk Petis Cap Abadi melainkan sebagai pengambilan data dasar perusahaan untuk dijadikan gambaran untuk mendirikan usaha pengolahan kerupuk petis. Pemilihan Perusahaan Kerupuk Petis Cap Abadi karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang paling besar di kawasan sentra industri pengolahan kerupuk petis. Aspek yang dikaji meliputi aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, Payback Period dan Break Even Point) dan aspek non-finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan. Analisis sensitivitas dan switching value yang digunakan untuk melihat adanya kemungkinan perubahan-perubahan pada variable input dan output produksi terutama pada jumlah produksi kerupuk petis serta harga tepung tapioka
TINJAUAN PUSTAKA Kerupuk petis merupakan produk makanan ringan dengan tekstur yang sedikit kasar dengan penambahan bumbu petis yang berasal dari komoditas perikanan seperti ikan ataupun udang. Penelitian Ningsih et al. (2012) menjelaskan bahwa kerupuk ikan atau udang adalah produk makanan yang berasal dari ikan atau udang yang dicampur dengan tepung tapioka atau tepung terigu serta bahan baku penunjang yang digunakan dalam pembuatan kerupuk ikan atau
6 udang berupa gula, garam, telur, air, mono sodium glutamate (MSG), dan bumbubumbu. Kerupuk juga merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat secara luas baik penduduk dengan pendapatan rendah, pendapatan menengah maupun penduduk dengan pendapatan tinggi (Tresnaprihandini 2006). Selain itu, potensi yang dimiliki kerupuk udang dan ikan menurut Deperindag Pusat (2005) dalam Tresnaprihandini (2006) merupakan komoditas ekspor yang mana negara tujuan ekspor kerupuk Indonesia meliputi Belanda, Perancis, Amerika Serikat, Arab Saudi, Kanada, Taiwan, Cina, Jepang, Belgia, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura, Selandia Baru, Srilangka dan Brunei Darussalam. Para pelaku usaha pengolahan kerupuk olahan udang memiliki cara yang berbeda-beda dalam memasarkan hasil produknya baik secara hasil penelitian Tresnaprihandini (2006) bahwa para pengrajin kerupuk udang dan ikan melakukan kerjasama dengan Disperindag Propinsi Jawa Barat agar produk diikutsertakan dalam berbagai pameran baik skala lokal, regional, maupun internasional (ke Negara Arab Saudi). Namun ada juga yang hanya menjual produknya di pasar dalam negeri seperti Kalimantan, Sumatra, dan wilayah di pulau konsumen dapat datang langsung ke lokasi pengolahan kerupuk atau pelaku usaha menyetor produk ke pasar atau pelanggan (Kusrina 2011). Sedangkan hasil penelitian Prasetyo dan Mukson (2003) pelaku usaha memasarkan produk kerupuk petis hanya pada tingkat kecamatan yang ada di wilayah Kendal dan Kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Kendal.
Investasi UMKM Perkembangan jumlah UMKM selama periode 2003 sampai 2005 menunjukkan pertumbuhan rata-rata 5.41 persen atau tumbuh 1.15 juta unit setiap tahunnya, yakni dari 42.40 juta unit menjadi 43.71 juta unit dan terus meningkat menjadi 44.69 juta unit pada tahun 2005 (Rafinaldy 2006). Menurut Rafinaldy (2006) perkembangan tersebut jumlah UMKM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan investasi UMKM pertahunnya. Pertumbuhan investasi pada skala usaha mikro dan kecil sebesar 45.33 persen dan pada skala usaha menengah sebesar 45.96 persen setiap tahunnya. Hal ini menjadikan perkembangan investasi memberi harapan yang baik pada skala usaha mikro, kecil, dan menengah. Secara umum, UMKM sendiri memiliki akses yang terbatas pada berbagai sumberdaya seperti modal, teknologi, informasi, serta pasar. Dalam hal pendanaan, produk jasa lembaha keuangan sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk kresit investasi sangat terbatas (Rafinaldy 2006). Hal ini menjadikan UMKM sulit untuk meningkatkan kapasitas usaha ataupun mengembangkan produk-produk yang bersaing karena perbankan sendiri memiliki persyaratan pinjaman yang tidak mudah meskipun usaha tersbut tergolong layak karena menurut pandangan pihak perbankan bahwa investasi pada UMKM masih berisiko tinggi. Menurut Marcellina et al. (2012) solusi yang dapat digunakan untuk usaha berskala mikro, kecil dan menengah adalah memalui kredit mikro melalui koperasi. Hasil menunjukkan bahwa adanya penelitian mengenai perkembangan sebuah usaha mikro antara sebelum dan sesudah memperoleh kredit mikro dari
7 Koperasi Enkas Mulia di Kota Semarang mengalami peningkatan sebesar 108 persen. Kemudahan dalam permohonan kredit serta pemberia dana pinjaman dari koperasi tersebut menjadikan perkembangan usaha mikro meningkat jumlahnya.
Metode Penelitian Kelayakan Metode pemilihan lokasi penelitian analisis kelayakan yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya Oktafiyani (2009), Kusrina (2011), Tresnaprihandini (2006) adalah secara sengaja (purposive). Jenis dan sumber data yang digunakan oleh seluruh peneliti tersebut merupakan data primer dan sekunder. Penelitian yang dilakukan mengenai analisis kelayakan usaha sangatlah penting dilakukan karena biaya investasi yang besar dan selalu berkaitan dengan adanya risiko yang dihadapi sehingga sebelum menjalankan usaha perlu dilakukannya kajian apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Penelitian analisis kelayakan usaha menggunakan analisis aspek non finansial dan aspek finansial serta analisis risiko dalam bisnis. Dalam aspek finansial diperlukan adanya analisis keriteria investasi yakni : 1) NPV, 2) Net Benefit-Cost Ratio, 3) Internal Rate of Return, 4) Payback Period. Sedangkan untuk analisis risiko bisnis menurut Nurmalina et al. (2014) dapat digunakan berbagai cara yakni analisis sensitivatas, analisis nilai pengganti (switching value), dan analisis skenario. Pada Septiani (2009) dan Kusrina (2011) menggunakan NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period untuk menganalisis aspek finansial. Hasil penelitian Sarwanto (2011) memberikan penambahan dalam analisis finansial berupa Harga Pokok Produksi (HPP) dan Break Even Point (BEP). Perbedaan terletak pada penggunaan alat analisis risiko dalam bisnis. Pada penelitian Oktafiyani (2009) menggunakan dua analisis yaitu analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti. Pada penelitian Sarwanto (2011) hanya menggunakan analisis nilai pengganti. Kusrina (2011) dan Septiani (2009) hanya menggunakan analisis sensitivitas. Pada penelitian aspek non finansial mengkaji dari beberapa aspek mulai dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Kusrina (2011). Sedangkan pada hasil penelitan Septiani (2009) tidak ada aspek hukum, aspek ekonomi dan budaya. Beberapa peneliti yang mengkaji mengenai analisis kelayakan usaha kerupuk diantaranya ialah Kusrina (2011), Oktafiyani (2009), Widyastono (2006), dan Permana (2010). Penelitan mengenai aspek pasar umumnya mengkaji tentang bauran pemasaran (marketing mix) kerupuk yaitu product, place, price, dan promotion. Penelitian aspek teknis mengkaji mengenai lokasi usaha, skala usaha, layout, pengadaan input, serta proses produksi kerupuk. Aspek manajemen dan hukum meliputi bentuk badan usaha, perizinan, struktur organisasi, sistem upah, serta deskripsi kerja. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya mengkaji mengenai dampak terhadap lingkungan sekitar atau hubungan dengan masyarakat sekitar usaha pengolahan kerupuk. Aspek lingkungan mengkaji tentang dampak terhadap lingkungan alam akibat adanya usaha yang dijalankan.
8 Struktur Biaya Setiap kegiatan produksi yang dijalankan oleh perusahaan tidak terlepas dari biaya. biaya yang dikeluarkan tidaklah sama melainkan kebutuhan biaya tersebut bergantung pada jenis usaha yang dijalankan. Keuntungan yang didapat sebuah perusahaan akan diketahui apabila analisis biaya dilakukan dengan tepat dan akurat. Secara umum, biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2014) komponen biaya tersebut pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga, serta sunk cost . Namun, dalam penyusunan ke dalam arus kas, biaya digolongkan menjadi biaya investasi, biaya operasional (terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap), pembayaran bunga dan modal pinjaman, serta pajak. Pada usaha kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau merupakan usaha perorangan yang modalnya berasal dari modal sendiri sehingga dalam penyusunan arus kas tidak mencantumkan bunga dan modal pinjaman (Oktafiyani 2009). Selain itu pada pengembangan usaha kerupuk perusahaan Ichtiar juga menggunakan modal sendiri (Permana 2010). Pada kedua penelitian tersebut memiliki struktur biaya yang sama yakni terdapat biaya investasi, biaya operasional, serta pembayaran pajak. Pajak sendiri memiliki kebijakan yang berbeda tergantung pada daerah penelitan masing-masing. Menurut Prodjosoehardjo dalam Tresnaprihandini (2006) menyatakan bahwa perusahaan perorangan umumnya modal perusahaan merupaka modal sendiri namun tidak menutup kemungkinan menggunakan modal pinjaman. Tidak adanya pemisah antara modal bunga dan upah tenaga karena dalam kasus perusahaan perorangan ini pemimpin juga sebagai pemilik sendiri jadi tidak dapat diterapkan berapa gaji sebagai pemimpin dan berapa bunga modal yang digunakan. Menurut Mulyadi (1993) biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak mengalami perubahan dalam kisaran volume kegiatan. Banyak atau sedikit jumlah produksi atau penjualan yang dilakukan oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi jumlah biaya dalam periode tertentu (Nurmalina et al. 2014). Contoh biaya tetap adalah premi asuransi, gaji dan jaminan sosial, serta biaya overhead (telepon, listrik, air, alat tulis, pajak, biaya reparasi).
Kelayakan UMKM Pengolahan Pangan Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk walaupun dengan permasalahan yang berbeda cenderung menunjukkan hasil yang meyatakan bahwa usaha pengolahan kerupuk layak untuk dijalankan. Penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu layak untuk dijalankan (Kusrina 2011), penelitian lainnya menyatakan analisis kelayakan pembuatan kerupuk rambak kulit sapi dan kulit kerbau layak untuk dijalankan (Oktafiyani 2009), dan penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha kerupuk Perusahaan Ichtiar juga layak untuk dijalankan. (Permana 2010) . Hasil dari analisis sensitivitas secara keseluruhan mengarah pada perubahan harga bahan baku, volume produksi serta perubahan untuk usaha pengolahan kerupuk . Pada penelitian Kusrina (2011), analisis sensitivitas
9 digunakan untuk melihat sensitivitas perubahan variabel maksimum dalam pendirian usaha pengolahan kerupuk pada perusahaan Cap Dua Gajah seperti perubahan harga tepung tapioka, perubahan harga ikan/udang. Sedangkan pada penelitian Permana (2010) variabel yang digunakan bukan hanya satu variabel bahan baku melainkan seluruh bahan baku. Dari ke-7 penelitian terdahulu memberikan gambaran pada penelitian penulis yang berjudul analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis di Kabupaten Kendal. Analisis tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan serta manfaat yang diterima selama usaha tersebut berjalan. Hasil tersebut diolah kembali untuk mendapatkan hasil analisis laba rugi. Selanjutnya akan dianalisis kembali pada bagian cashflow untuk memperlihatkan seluruh investasi yang diperlukan dalam mendirikan usaha pengolahan kerupuk petis. Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah penggunaan alat analisis mengenai kriteria investasi sepert Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Break Even Point (BEP), dan Payback Period. Selain itu, digunakannya analisis switching value untuk mengukur risiko yang dihadapi perusahaan. Kelayakan non finansial menganalisis dari segi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosialekonomi-budaya, serta lingkungan.
KERANGKA PEMIKIRAN Studi Kelayakan Bisnis Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2003). Bisnis adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit (Nurmalina et al. 2014). Sehingga studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2003). Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan investasi uang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barangbarang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaatmanfaat setelah beberapa periode waktu. Senada hal itu, Gray et al (1992) menyatakan kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber tersebut dapat berbentuk barangbarang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu. Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan dan perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.
10 Suliyanto (2010) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilakasanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dikatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholeder) dibandingkan dampak negative yang ditimbulkan. Dalam arti sempit, keberhasilan ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Jika penelitian dari investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi pelaku investasi maka pelaku akan menjalankan kegiatan investasi tersebut. Sebaliknya, jika kerugian yang dihasilkan dari investasi ini, maka kegiatan ini akan ditinggalkan (Husnan dan Muhammad 2000). Tujuan dilakukannya analisis usaha adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu usaha, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan usaha yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif usaha yang paling menguntungkan, 4) menentukan prioritas investasi (Husnan dan Muhammad 2000).
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Menurut Nurmalina et al. (2014) secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial (keuangan). Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu dan penilaian tidak hanya dilakukan hanya pada satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai. Dengan kata lain, masing-masing aspek tidak berdiri sendiri tetapi saling ebrkaitan satu sama lain. Bila suatu bisnis ada salah satu aspek yang kurang memenuhi kriteria maka perlu diberikan beberapa saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Selain menganalisis kriteria investasi yang telah disebutkan di atas, dalam pengeloalaan bisnis juga dianalisis mengenai kriteria tambahan. Kriteria tersebut yaitu Break Even Point (BEP) dan analisis switching value. a. Aspek pasar Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut dan jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek usaha ke depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi besar. Menurut Nurmalina et al. (2014) aspek pasar mempelajari tentang: 1. Permintaan Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk membeli (Husein 2005). Hal ini berarti bahwa permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang dan jasa yang ditawarkan. Dalam permintaan juga perlu merinci secara total mengenai daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut (Nurmalina et al. 2014).
11 2.
Penawaran Secara umum, penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang dapat mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Husein 2005). 3. Harga Harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertai dengan pemberian jasa (Suliyanto 2010). Menurut Nurmalina et al. (2014) menjelaskan bahwa perlu dilakukannya perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya sehingga dapat terlihat adanya kecenderungan pola perubahan harga dan bentuk polanya. 4. Program pemasaran Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Selain itu, adanya identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle) sehingga perusahaan dapat mengetahui pada tahap apa produk yang akan dibuat (Nurmalina et al. 2014). 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan. Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor, yaitu marketing mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Muhammad 2000). b. Aspek Teknis Analisis secara teknis berhubungan dengan input (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas agar analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek-aspek lain dari analisis proyek hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan (Gittinger 1986). Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan pembangunan bisnis secara teknis dan pengorganisasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2014). Aspek ini bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi perencanaan yang telah dilakukan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak (Husnan dan Muhammad, 2000). Adapun beberapa faktor yang diperlukan dalam menilai aspek teknis ini yaitu lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, tata letak (layout) (Nurmalina et al. 2014) Lokasi usaha untuk perusahaan indsutri mencakup dua pengertian yakni lokasi dan lahan pabrik serta lokasi untuk bukan pabrik. Pengertian kedua menunjuk pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yakni meliputi lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran. Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Penentuan luas produksi sangatlah
12 penting apabila perusahaan menghasilkan berbagai macam produk dan berproduksi untuk pasar. Sementara untuk perusahaan yang terbakukan produk karena peralatan dan mesin menjadi tidak penting dalam penentuan luas produksi. Tata letak (layout) atau disebut juga tata ruang merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan yang mencangkup layout site (layout lahan lokasi bisnis), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya. Proses produksi memiliki tiga jenis proses yaitu 1) proses produksi yang terputus-putus, 2) kontinu, dan 3) kombinasi (Nurmalina et al. 2014). c. Aspek Manajemen dan Hukum Husnan dan Muhammad (2000) menyebutkan pengkajian aspek manajeman pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Bisnis yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya. Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al. 2014). 1. Manajemen dalam Masa Pembangunan Bisnis Manajemen bisnis harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasikan berbagai aktivitas atau kegiatan proyek dan penggunaan sumberdaya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu pelaksana bisnis tersebut, jadwal penyelesaian bisnis, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek. 2. Manajemen dalam Operasi Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. d. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan (Nurmalina et al. 2014). Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Berkaitan dengan hal tersebut, Husein (2005) menyatakan hendaknya usaha juga memiliki manfaat seperti melaksanakan alih teknologi, meningkatkan mutu hidup, dan pengaruh positif terhadap masyarakat sekitar. Sementara dari aspek ekonomi suatu usaha dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam usaha dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat (Nurmalina et al. 2014). e. Aspek Lingkungan Aspek ini memepertimbangkan tentang dampak yang terjadi terhadap lingkungan sekitar apabila adanya suatu bisnis. Analisis terhadap aspek lingkungan berkenaan dengan implikasi yang lebih luas, apakah usaha menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak (Nurmalina et al. 2014).
13 Husein (2005) studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, rencana usaha diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Misalnya adanya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan berdirinya sebuah usaha. f. Aspek Finansial Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad 2000). Penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku. Menurut Husein (2005), analisis aspek keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti halnya ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan besarnya dana yang diperlukan, sumber pendanaan keuntungan yang didapatkan dan dampaknya bagi perekonomian (Nurmalina et al. 2014).
Konsep Nilai Waktu Uang Studi kelayakan bisnis bukan hanya menjelaskan mengenai perbedaan jumlah dari biaya dan manfaat, tetapi waktu dibayarkan dan diterima juga bisa berbeda selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2014). Membandingkan besar biaya dan manfaat sama pentingkknya dengan menilai waktu terdjainya biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang (time value of money). Tidak hanya berlaku pada investasi melainkan segala tindakan yang melibatkan suatu nilai uang. Menurut Nurmalina et al. (2014) alasan mengenai adanya konsep nilai waktu uang adalah adanya inflasi, konsumsi, dan produktivitas. Konsep ini diterapkan pada perhitungan diskonto yang artinya bahwa pada teknik ini dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa biaya sekarang (Gittinger 1986)
Arus Kas (Cahsflow) Aliran kas (cash flow) merupakan istilah dari aliran penerimaan dan pengeluaran dalam usaha . Menurut Nurmalina et al. (2014) aliran kas (cash flow) yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu dan cash flow menjadi bagian penting yang harus diperhatikan oleh manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Laporan ini
14 juga menyediakan dasar untuk menilai kemapuan perushaan membayar utangnya yang jatuh tempo (Carl et al. 2006). Menurut Carl et al. (2006) laporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis aktivitas, yakni : 1. Arus kas dari aktivitas operasi Arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Contoh-contoh semacam itu mencakup pembelian dan penjualan barang dagangan oleh pengecer. 2. Arus kas dari aktivitas investasi Arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar. Contoh-contoh transaksi meliputi penjualan dan pembelian aktiva tetap, seperti peralatan dan bangunan. 3. Arus kas dari aktivitas pendanaan Arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan. Contoh-contoh transaksi seperti itu meliputi penerbitan atau penarikan sekuritas atau efek ekuitas dan utang. Suatu arus kas menurut Nurmalina et al. (2014) terdiri atas beberapa unsur, yakni : 1. Inflow atau arus penerimaan, dimasukkan setiap komponen yang merupakan pemasukan dalam usaha . Komponen tersebut t=yang masuk ke dalam inflow terdiri dari a) Nilai produksi total, b) Penerimaan pinjaman, c) Grants (Bantuan-bantuan), d) Nilai sewa, dan e) Salvage value. 2. Outflow merupakan aliran yang menunjukkan pengurangan kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha baik pada saat di awal pendirian maupun pada saat tahun berjalan. Komponenkomponen yang terdapat dalam outflow, diantaranya adalah: biaya investasi, biaya produksi, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, tanah, bahan-bahan, debt service (bunga dan pinjaman pokok), dan pajak. 3. Manfaat bersih merupakan selisih antara nilai inflow dengan outflow.
Analisis Laporan Laba Rugi Menurut Nurmalina et al. (2014) laporan laba rugi merupakan gambaran kinerja perusahaan dengan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya adalah biaya operasional-variabel dan biaya operasional-tetap.
15
Break Even Point (BEP) Berdasarkan laporan laba rugi dapat dihitung besarnya titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP). Menurut Kuswadi (2006) Break Even Point (BEP) adalah suatu titik atau kondisi saat tingkat volume penjualan (produksi) tertentu, dengan penjelualan tertentu, perusahaan tidak mengalami laba atau rugi, atau impas. Titik impas menggambarkan bahwa saat itu jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya untuk memperoleh hasil tersebut. Selain itu, pada perhitungan titik pulang pokok ini dilakukan untuk menghitung seberapa besar jumlah yang harus di produksi agar usaha ini mencapai laba perusahaan yang mana dalam perhitungan ini tidak berpengaruh terhadap nilai waktu uang (time value of money). Beberapa asumsi dalam analisis break even point menurut Kuswadi (2006) sebagai berikut : 1. Biaya-biaya dapat diidentifikasikan sebagai biaya variabel atau biaya tetap. 2. Biaya tetap akan konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi berubah. 3. Biaya variabel per unit akan tetap sama. Biaya variabel akan berubah secara proporsional dalam jumlah keseluruhan, namun biaya per unitnya tetap sama. 4. Harga jual per unit akan tetap sama, berapa pun banyak unit produk dijual (meskipun kenyataan sering terjadi pemberian diskon untuk pembelian dalam volume yang besar). 5. Perusahaan menjual atau memproduksi hanya satu jenis produk. Jika menjual lebih dari satu jenis produk, harus dianggap sebagai satu jenis produk dengan kombinasi yang selalu tetap. Dengan kata lain bauran penjualannya konstan. 6. Dalam perencanaan atau pada waktu mengestimasi besarnya BEP, barang yang diproduksi dianggap terjual semua dalam periode yang bersangkutan. Jadi tidak ada sisa produk atau persediaan di akhir periode. Nilai BEP dapat diketahui melalui pendekatan grafik sebagai berikut. Biaya dan Pengahasilan TR Titik Impas
II
TC VC
P
FC I Volume Penjualan (Satuan) Q
Gambar 1 Break Even Point (BEP) Sumber: Mulyadi (1993)
16 Keterangan : P = Harga (Price) Y = Kuantitas Produk TR = Penghasilan Total (Total Revenue) TC = Biaya Total (Total Cost) FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) VC = Biaya Variabel (Variabel Cost) I = Daerah Rugi II = Daerah Laba
Analisis Kriteria Investasi Menurut Nurmalina et al. (2014) studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi. Penerapan kriteria investasi yang tepat untuk usaha di Indonesia adalah NPV, Net B/C, IRR dan PP (Gray et al. 1992). Meskipun beberapa investor ataupun ada yang menggunaka Gross B/C dan Profitability Ratio (PV/K). Berikut penjelasan 4 kriteria tersebut sebagai berikut : 1. Nilai Bersih Kini (Net Present Value = NPV) Net present value adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur usaha . Suatu usaha dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol yang artinya usaha menguntungkan atau memberikan manfaat (Nurmalina et al. 2014). 2. Rasio Manfaat Biaya Rasio manfaat biaya adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari usaha tersebut. kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah : • Net B/C > 0, maka NPV > 1, usaha layak atau menguntungkan • Net B/C < 0, maka NPV < 1, usaha tidak layak atau merugikan • Net B/C = 1, maka NPV = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi 3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR) Menurut Nurmalina et al. (2014) IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol dan besaran yang dihasilkan dalam perhitungannya dalam satuan persentase (%). Dengan catatan bahwa NPV bernilai nol ini bukan berarti bahwa usaha mengalami titik impas. Namun, usaha tersebut mengalami keuntungan yang bernilai sangat kecil atau mendekati nilai nol karena pada perhitungan IRR ini berkaitan dengan nilai waktu uang (time value of money). Perhitungan IRR pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah yang menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi yang menghasilkan NPV negatif. Hubungan natara NPV dengan IRR dapat terlihat pada Gambar 2.
17 NPV
NPVocc
IRR
NPV+
i = Discount Rate
NPVOCC
i1
i2
Gambar 2 Hubungan antara NPV dengan IRR Sumber: Nurmalina et al. 2014 (diolah) 4.
Jangka Waktu Pengembalian Modal Investasi (Payback period) Model ini digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi modal kembali, dilihat dari keuntungan bersih usaha sesudah diperhitungkan pajak perusahan. Semakin cepat modal itu dapat kembali maka semakin baik suatu usaha untuk diusahakan. Menurut Nurmalina et al. (2014) masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Selain itu, metode PP ini memeliki beberapa kelemahan, yaitu : 1) diabaikannya nilai waktu uang (time value of money), 2) diabaikannya cash flow setelah payback period .
Analisis Sensitivitas dan Switching Value Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian (Gittinger 1986). Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Penentuan persentase perubahan variabel-variabel penting diketahui berdasarkan data historis perusahaan. Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur tingkat maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih ditoleransi agar usaha masih tetap layak (Nurmalina et al. 2014). Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2014) menyatakan bahwa analisis switching value merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas. Namun, perbedaan yang mendasar adalah pada analisis sesitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik sementara pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari sampai nilai NPV bernilai sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan di dalam komponen inflow atau outflow, maka perubahan tersebut tidak boleh melebihi batas nilai switching value. Dengan kata lain apabila melebihi nilai pengganti tersebut, maka usaha menjadi tidak layak atau NPV<0.
18 Kerangka Pemikiran Operasional Usaha kerupuk petis merupakan usaha pengolahan produk makanan ringan dengan bahan baku tepung tapioka yang ditambahkan dengan bumbu petis udang dan ikan. Penggunaan bumbu petis pada kerupuk ini dengan maksud untuk memberikan nilai tambah karena petis merupakan produk olahan dari air sisa pengasapan ikan serta limbah dari kepala udang. Adanya bentuk dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kendal untuk meningkatkan potensi dari produk UMKM agar dapat menghasilkan produk unggul dan berdaya saing dengan pendekatan one village one product (OVOP) dan Desa Sijeruk menjadi sentra industri kerupuk petis di Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis dengan adanya perubahan harga bahan baku serta perubahan volume produksi perusahaan akibat dari ketergantungan cuaca. Analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis tersebut dilakukan pada 3 skenario. skenario pertama, perusahaan menghasilkan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang dengan proporsi masing-masing 50 persen. Skenario kedua, perusahan hanya memproduksi kerupuk petis udang. Skenario ketiga, perusahan hanya memproduksi kerupuk petis ikan. Ketiga skenario dinilai melalui beberapa aspek seperti aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, dan aspek finansial. Analisis aspek finansial pada usaha pengolahan kerupuk petis meliputi analisis finansial dan analisis nilai pengganti (switching value). Pada analisis finansial menggunakan alat analisis kriteria investasi yang terdiri dari: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PP), dan Break Even Point (BEP). Setelah melakukan kegiatan analisis aspek finansial serta didapatkan hasil mengenai kelayakan usaha pada kondisi saat ini, maka dilakukan analisis switching value untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah dari hasil suatu analisis. Perubahan dari sisi penerimaan/inflow dan sisi pengeluaran/outflow seperti perubahan harga tepung tapioka dan perubahan produksi kerupuk petis. Penentuan variabel ini didasarkan pada fakta lapang bahwa variabel-variabel tersebut merupakan komponen penting dalam struktur biaya dan penerimaan perusahaan. Variabel harga tepung tapioka berpotensi mengalami fluktuatif harga yang dapat menyebabkan perubahan tingkat kelayakan usaha kerupuk petis. Demikian juga pada perubahan volume produksi yang diakibatkan adanya perubahan cuaca dan iklim yang akan menyebabkan pada perubahan penerimaan perusahaan yang pada akhhirnya mempengaruhi tingkat kelayakan usaha. Hasil dari seluruh analisis kelayakan usaha yang meliputi analisis aspek non finansial dan aspek finansial, akan digunakan untuk menentukan apakah usaha pengolahan kerupuk petis di Kabupaten Kendal layak untuk dijalankan atau tidak. Jika hasil analisis adalah layak, maka usaha pengolahan kerupuk petis dapat direalisasikan. Akan tetapi, jika hasil dari analisis adalah tidak layak, maka perusahaan perlu melakukan evaluasi dan solusi sehingga usaha menjadi layak untuk dijalankan. Ringkasan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
19 Peningkatan nilai tambah komoditasi perikanan
Program pemberdayaan UMKM oleh Pemerintah Kabupaten Kendal untuk pengembangan usaha yang sudah ada maupun pendirian usaha di lingkungan sentra produksi
Salah satu produk UMKM yang sedang dikembangkan adalah kerupuk petis
Pendirian usaha pengolahan kerupuk petis
Analisis kelayakan usaha
Skenario I
Skenario II
Skenario III
(Pengusahaan kerupuk petis ikan dan udang 50%:50%)
(Pengusahaan kerupuk petis udang 100%
(Pengusahaan kerupuk petis ikan 100%)
Non Finansial
Finansial
• Aspek pasar • Aspek teknis • Aspek manajemen dan hukum • Aspek sosial-ekonomibudaya • Aspek lingkungan
• Arus kas (cashflow) • Laporan laba rugi • NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. • Break Even Point.
Layak
Tidak layak
Implementasi
Evaluasi
Gambar 3 Alur kerangka operasional
Analisis Sensitivitas dan Switching value
20
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra industri pengolahan kerupuk petis di Desa Sijeruk Kabupaten Kendal dan tepatnya pada Perusahaan Abadi. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa produk kerupuk petis merupakan salah satu produk yang sedang dipromosikan sebagai makanan khas Kabupaten Kendal dan wilayah industri pengolahan kerupuk petis merupakan salah satu wilayah binaan Kabupaten Kendal yang dijadikan sebagai sentra penghasil kerupuk petis serta pada Perusahaan Abadi ini merupakan perusahaan yang terbesar di lingkungan sentra industri pengolahan kerupuk petis karena telah memiliki pabrik sendiri yang sudah terpisah dengan rumah pemilik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2015.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diambil di lokasi penelitian yaitu Perusahaan Kerupuk Petis yang berada di kawasan sentra industri pengolahan kerupuk petis Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dan informasi dari media internet.
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung, pengisian kuisioner dan observasi lapang. Sumber data primer terdiri dari beberapa responden yang relevan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Responden yang diwawancarai antara lain pemilik 8 pemilik perusahaan kerupuk petis, 3 karyawan perusahaan, 2 warga sekitar perusahaan dan pihak terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM serta Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal untuk mendapatkan sumber data sekunder.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif mengenai aspek-aspek non finansial pada usaha pengolahan kerupuk petis yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial yang meliputi data penjualan, biaya-biaya operasional dan investasi yang diolah dengan
21 memanfaatkan program komputer Microsoft excel 2010 dan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk dapat mempermudah pemahaman.
Analisis Kelayakan Non Finansial Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan yang akan digunakan dalam analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis di Perusahaan Kerupuk Petis Cap Abadi. 1.
Aspek Pasar Aspek pasar merupakan urutan pertama dalam studi kelayakan. Analisis aspek pasar dilakukan secara deskriptif meliputi analisis permintaan, penawaran, analisis pesaing, serta bauran pemasaran. Usaha pengolahan kerupuk petis dikatakan layak bila terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih oleh pengrajin kerupuk petis serta terpenuhinya bauran pemasaran seperti produk, harga, promosi, dan distribusi. Potensi pasar dapat diprediksi dari analisis jumlah pelanggan kerupuk petis, wilayah pemasarannya, serta bagaimana saluran distribusi dari peroduk kerupuk petis. Analisis pesaing digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari usaha yang dimiliki pesaing dari usaha sejenis. 2.
Aspek Teknis Aspek teknis meliputi pengoprasian dalam pendirian usaha pengolahan kerupuk petis. Usaha tersebut dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi perusahaan mampu mendukung kegiatan usaha dalam memperoleh laba, luas produksi sudah optimal, lokasi usaha yang mendukung, layout perusahaan yang sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sudah tepat seperti pada pembuatan adonan, penjemuran, pemotongan serta pengemasan. 3.
Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan manajemen pada usaha pengolahan kerupuk petis seperti struktur organisasi, pembagian tugas, dan wewenang karyawan. Aspek manajemen dalam usaha pengolahan kerupuk petis dapat dikatakan layak bila pengelolaan sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha tersebut telah dikelola dengan baik, kegiatan dilakukan sesuai dengan waktu yang diperkirakan, serta kesiapan tenaga kerja dalam menjalankan usaha tersebut. Pada aspek hukum sebuah usaha pengolahan kerupuk layak dilaksanakan bila telah memiliki izin persetujuan lingkungan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), atau pihak Desa, izin dari Dinas Koperasi dan UMKM, dan Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal. 4.
Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi Usaha pengolahan kerupuk petis Perusahaan Kerupuk Cap Abadi dikatakan layak pada aspek sosial dan ekonomi bila mampu meningkatkan kesempatan kerja
22 atau pengurangan pengangguran, pendapatan masyarakat sekitar, serta pendapatan asli daerah Kabupaten Kendal, pendapatan pajak, dan meningkatkan aktivitas ekonomi. Selain itu, pendirian usaha pengolahan kerupuk petis ini juga diharapkan tidak bertentangan dengan budaya lingkungan sekitar yang memberikan dampak yang merugikan misalnya penjaminan mutu produk halal karena masyarakat sekitar umumnya beragama islam. 5.
Aspek Lingkungan Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh dari lingkungan alam sekitar apakah dengan adanya pabrik usaha pengolahan kerupuk petis ini menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak, misalnya dengan pengelolaan limbah cair perusahaan yang kurang baik sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar yang menghasilkan eksternalitas negatif terhadap masyarakat seperti menimbulkan bau kurang sedap.
Analisis Kelayakan Finansial Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Dalam analisis kuantitatif dikaji untuk memperoleh data tentang finansial dalam usaha petis tersebut. Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang (time value of money) dimana sejumlah uang yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa yang akan datang (Nurmalina et al, 2010) sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi nilai uang dengan dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus : 1 𝐷𝐹 = (1 + 𝑖)𝑡 dimana : i = Discount rate (DR) t = Tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh
Dalam menghitung DF perlu diketahui nilai discount rate (DR). Biasanya nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman maka besarnya DR tergantung pada bunga deposito atau bunga pinjaman bank apabila perusahaan tersebut meminjam dana usaha bank yang dituju. Kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Net Present Value (NPV) NPV adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil selisih penerimaan (benefit) dan pengeluaran (cost) selama umur proyek tersebut. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatidf yang dipilih karena adanya kendala biaya modal dimana usaha ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV
23 penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahunnya (Umar, 2001). Menurut Nurmalina et al. (2014) dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑛
𝑁𝑃𝑉 = � 𝑡=1
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 (1 + 𝑖)𝑡
dimana : Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga/Discount Rate t = Tahun (1,2,…,10) n = Umur ekonomis proyek Kelayakan investasi berdasarkan metode NPV terdapat tiga kriteria, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti usaha layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Apabila NPV sama dengan nol maka usaha tersebut dalam keadaan normal (tidak untuk dan tidak rugi). Net Benefeit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan rasio antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif. Secara matematis, rumus yang digunakan adalah 𝐵𝑡−𝐶𝑡 𝑡 𝑡=1 (1+𝑖) 𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶 = 𝐵𝑡−𝐶𝑡 ∑𝑛 𝑡 𝑡=1 (1+𝑖) ∑𝑛
Keterangan : Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun (1,2,…,10) n = Jumlah Tahun
Kriteria kelayakan investasi berdasarkan metode Net B/C terdapat tiga kriteria, yaitu jika Net B/C lebih besar dari satu berarti usaha layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai Net B/C kurang dari satu berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Apabila Net B/C sama dengan satu maka usaha tersebut dalam keadaan normal (tidak untuk dan tidak rugi). Internal Rate of Return (IRR) IRR mengukur tingkat keuntungan internal atas investasi yang telah ditanam. Menurut Nurmalina et al. (2014), IRR menunjukkan tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol dengan satuan persentase. Dengan Perhitungan dapat dilakukan dengan metoda interpolasi di antara tingkat DR yang
24 lebih rendah (NPV positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (NPV negatif). Rumus IRR yang digunakan adalah 𝑁𝑃𝑉
1 𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + 𝑁𝑃𝑉 −𝑁𝑃𝑉 (𝑖2 − 𝑖1 ) 1 2
Keterangan: i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif Kriteria kelayakan berdasarkan IRR : (DR = discount rate) IRR > DR berarti usaha kerupuk petis layak IRR < DR berarti usaha kerupuk petis tidak layak Payback Period (PP) Kriteria ini mengukur jangka waktu dari pengembalian yang diharapkan atas modal/investasi yang telah ditanam. Menurut Nurmalina et al. (2014) metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Rumus yah digunakan dalam payback periods adalah 1
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑠 = 𝐴𝑏
Keterangan: I = Jumlah Modal Investasi Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pengembalian yang diharapkan maka pendirian usaha kerupuk petis. Analisis Titik Impas (Break even Point) Titik impas menggambarkan bahwa saat itu jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya untuk memperoleh hasil tersebut. Laba akan diperoleh perusahaan apabila produksi serta penjualannya melampaui titik impas sedangkan perusahaan merugi apabila penjualannya masih berada di bawah titik impas (Kuswadi 2006). Secara matematis, titik impas atau BEP dalam unit dapat dirumuskan sebagai berikut : BEP𝑢𝑛𝑖𝑡 =
TFC P-AVC
Keterangan : P = Harga jual produk per unit (Price) TFC = Biaya total tetap (Total Fixed Cost) AVC = Rata-rata biaya variabel (Average Variable Cost)
25 Asumsi Dasar Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah sebagai berikut : 1. Umur bisnis yang digunakan adalah 10 tahun. Periode ini ditetapkan berdasarkan pada umur ekonomis dari investasi bangunan yang digunakan untuk produksi kerupuk petis. 2. Produk kerupuk yang dianalisis adalah kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang. 3. Proses persiapan pabrik dilakukan selama 4 bulan sehingga penerimaan tahun pertama (tahun 2015) baru diperoleh perusahaan pada bulan ke lima. 4. Seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri dan bukan dari pinjaman bank. 5. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank BRI pada bulan Maret 2015 yaitu 7 persen. Pemilihan ini didasarkan atas bank yang terdekat dengan pengusaha adalah BRI. 6. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survey lapang yang dilakukan selama penelitian di Perusahaan Abadi. 7. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan dan satu bulan diasumsikan terdiri dari 26 hari kerja. Pada lebaran Idul Fitri dan Idul Adha total libur kerja 7 hari. 8. Penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Februari 2015 9. Produk yang dihasilkan perusahaan adalah kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang dengan ukuran kemasan 250 gram dan 5 kilogram. 10. Dalam analisis finansial dibuat tiga skenario. Skenario pertama merupakan kondisi perusahaan menghasilkan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan dengan proporsi masing masing 50 persen. Skenario kedua merupakan kondisi dimana seluruh kapasitas produksi hanya digunakan untuk menghasilkan kerupuk petis udang. Skenario ketiga merupakan kondisi dimana seluruh kapasitas produksi hanya digunakan untuk menghasilkan kerupuk petis ikan. 11. Harga jual kerupuk petis udang setiap 5 kilogram sebesar Rp 62 000 sedangkan kerupuk petis ikan Rp 50 000. 12. Peningkatan harga tepung tapioka berdasarkan data empiris sebesar 7.46 persen yakni dari Rp 335 000 menjadi Rp 360 000 per 50 kilogram. 13. Penurunan produksi kerupuk petis baik kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang pada musim hujan sebesar 20 persen yaitu 100 kilogram dari 500 kilogram kerupuk yang dihasilkan 14. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni :
15.
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 − 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑓𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang No. 46 Tahun 2013 pasal 2 dan 3, yaitu sebesar 1 % (karena memiliki peredaran
26 bruto tidak melebihi Rp 4 800 000 000 dalam satu tahun pajak) dan berlaku tetap hingga akhir usaha .
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum Usaha pembuatan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang terletak di Desa Sijeruk, Kecamatan Kendal. Lokasi tersebut cukup strategis karena merupakan wilayah sentra penghasil kerupuk petis ikan/udang yang ada di Kabupaten Kendal serta berdekatan dengan jalan raya sehingga akses masuk ke wilayah tersebut mudah. Selain itu, lokasi produksi juga tidak jauh dengan keberadaan lokasi pengolahan petis sehingga memudahkan juga pengusahaan dalam penyediaan input bahan baku berupa petis. Saat ini terdapat delapan perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan yaitu Abadi, Wakhid, Keris, Eco Roso, Selera, Bu Pardi, Rajawali, dan Barokah. Diantara ketujuh perusahaan yang skala usahanya terbilang cukup besar adalah Perusahaan Abadi karena hanya perusahaan ini yang sudah memiliki bangunan produksi sendiri sedangkan perusahaan yang lain rumah tinggalnya sekaligus menjadi pabrik. Alamat lengkap Perusahaan Abadi berada di RT 02 RW 3 Kelurahan Sijeruk, Kecamatan Kendal. Adapun bangunan Perusahaan Abadi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Bangunan pabrik pengolahan kerupuk petis.
Sejarah Singkat dan Perkembangan Usaha Perusahaan Abadi berdiri sudah sejak tahun 1999. Bapak Edi Warjiyanto selaku pemilik perusahaan mengawali usaha pengolahan kerupuk petis masih bersifat rumah tangga yang belum ada merek dagang serta masih menggunakan
27 tenaga kerja dalam keluarga saja yang berjumlah empat orang. Produksi pertama kerupuk petis hanya menggunakan petis ikan saja. Ternyata permintaan dari tahun ke tahun meningkat pesat hingga pada tahun 2004 mendirikan bangunan pabrik sendiri seluas 180 m2 dan memiliki mesin potong kerupuk. Luas lahan untuk penjemuran kerupuk petis adalah 660 m2. Bapak Edi Warjiyanto melakukan inovasi rasa dan produk yang di sesuaikan dengan permintaan konsumen hingga menambah variasi rasa pada kerupuk petis udang dan saat ini kerupuk petis udang menjadi produk yang lebih diminati konsumen karena aroma khas yang kuat dari petis udang. Saat ini sudah memiliki karyawan sebanyak tujuh orang ditambah satu tenaga kerja dalam keluarga. Perkembangan usaha pembuatan kerupuk petis ikan dan udang sangat didukung oleh Pemerintah Kabupaten Kendal. Berdasarkan wawancara dengan staff Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal bahwa kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan ini menjadi salah satu produk unggulan oleh-oleh khas Kabupaten Kendal. Selain itu, bentuk dukungan dari pihak Pemerintah Kabupaten Kendal adalah dengan memberikan fasilitas usaha baik dari segi pemasaran seperti mengikuti pameran produk UMKM serta bantuan teknis seperti perijinan usaha dan sealer.
Sumber Daya Manusia Perusahaan kerupuk petis merupakan perusahaan perorangan yang memiliki struktur organisasi yang tergolong masih sederhana. Dalam mengelola perusahaan Bapak Edi Warjiyanto selaku pemilik Perusahaan Abadi menduduki jabatan sebagai pimpinan perusahaaan. Kemudian dalam bagian pengelolaan, dilimpahkan kepada beberapa bagian seperti bagian produksi, bagian pemasaran dan bagian keuangan. Pada bagian produksi terbagi atas karyawan pemotongan kerupuk, pengulenan adonan, penjemuran kerupuk serta pengemasan. Bagian pemasaran diduduki oleh Bapak Masturi yang merupakan kakak kandung Bapak Edi. Bagian keuangan dipegang oleh Bapak Edi. Terbentuknya strukstur organisasi ini disebabkan adanya pendidikan dan pelatihan untuk para pengrajin kerupuk yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal yang mana kegiatan tersebut dinamakan kegiatan implemetasi gugus kendali mutu (GKM). Dalam proses produksi serta pemasaran, kegiatan tersebut dibantu oleh para karyawan. Dalam pengrekrutan karyawan tenaga kerja, perusahaan tidak melakukan persyaratan khusus seperti syarat pendidikan. Peluang kerja tersedia hanya diinformasikan kepada masyarakat sekitar. Umumnya tenaga kerja yang mendominasi dalam kegiatan produksi adalah seperti kegiatan penjemuran, pemotongan, serta pembumbuan. Pada karyawan bagian membuat adonan kerupuk akan diberikan pelatihan khusus dan selalu dipantau dari Bapak Masturi. Jam kerja karyawan dimulai sekitar pukul 05.30 WIB hingga pukul 15.30 WIB setiap harinya. Dalam seminggu terdapat 6 hari kerja yaitu senin hingga sabtu sehingga untuk hari minggu tidak melakukan kegiatan produksi.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha pengolahan kerupuk petis ikan/udang layak jika dilihat dari aspek-asepk non finansial. Dalam penelitian ini asalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial lingkungan dan budaya, serta aspek ekonomi.
Aspek Pasar Analisis aspek pasar pada sebuah usaha perlu dilakukan karena tidak ada suatu usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan dari suatu produk yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa. Aspek pasar yang dianalisis meliputi analisis permintaan, penawaran, analisis pesaing, serta bauran pemasaran. Permintaan Permintaan yang datang dari masing-masing daerah berasal dari agen, distributor, dan konsumen langsung. Wilayah yang menjadi konsumen kerupuk petis ini khususnya ada di wilayah Jawa Tengah seperti Pati, Kudus, Jepara Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Magelang, Banjarnegara, dan Semarang. Salah satu yang menjadi pelanggan tetap Perusahaan kerupuk petis adalah para agen/distributor kerupuk. Pada kondisi normal, penjualan terhadap agen/distributor ini berkisar antara 45 bal hingga 55 bal per hari atau sebesar 56.25 persen dari total penjulaan. Sedangkan pengecer (pasar lokal, toko kelontong/warung) berkiar antara 25 bal hingga 30 bal atau sebesar 31.25 persen. Sedangkan sisanya yaitu 12.5 persen berasal dari konsumen akhir. Permintaan baik kerupuk petis ikan maupun kerupuk petis udang memiliki jumlah yang sama banyak. Pada saat Lebaran jumlah permintaan kerupuk petis meningkat hingga tiga kali lipat setiap harinya baik kerupuk petis ikan maupun kerupuk petis udang sehingga permintaan tersebut hanya dapat dipenuhi untuk wilayah Kabupaten Kendal saja. Perusahaan kerupuk petis juga melakukan saling kerjasama dengan pihak penghasil kerupuk lain atau menggunakan tenaga kerja borongan untuk memenuhi permintaan pasar. Permintaan ini disebabkan adanya penambahan jumlah pendatang dari luar kota serta budaya dari masyarakat Kabupaten Kendal sendiri ketika bersilaturahmi selalu membawakan kerupuk petis ikan/udang. Peluang pasar juga dapat didukung dari nilai budaya masyarakat Indonesia karena msayarakat Indonesia menyukai produk kerupuk yang disajikan sebagai menu tambahan makanan ataupun camilan. Konsumen kerupuk petis ikan/udang beragam dari berbagai kalangan. Tidak adanya data secara pasti mengenai jumlah permintaan ataupun konsumsi kerupuk petis baik dari Badan Pusat Statistika maupun data dari Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal dan Jawa Tengah yang menyebabkan perhitungan pasar potensial hanya didapat dari wawancara dengan pemilik perusahaan.
29 Penawaran Menurut Husein (2005) penawaran diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Jumlah penawaran pada usaha pengolahan kerupuk petis Perusahaan kerupuk petis disesuaikan dengan jumlah permintaan konsumen. Namun, penawaran kerupuk petis ikan/udang ini terkadang tidak sepenuhnya terpenuhi sesuai permintaan konsumen karena kerupuk petis ikan/udang ini belum mampu memenuhi permintaan pasar terutama saat hari raya lebaran ataupun pada saat musim hujan yang menyebabkan penurunan produksi. Jumlah industri kerupuk petis ikan/udang di Kabupaten Kendal menurut Dinas Perindustrian hanya terdapat delapan perusahaan yang mengusahakan secara komersial. Kedelapan perusahaan tersebut telah memiliki merek dagang masing masing serta sudah memiliki izin pendirian usaha rumah tangga serta. Lokasi yang digunakan sebagai usaha merupakan kawasan sentra Industri Kerupuk Kendal (SIKAL). Dari delapan perusahaan hanya 3 dari 8 perusahaan kerupuk petis yang tergolong cukup besar dalam produksinya yang mencapai lebih dari 300 kilogram setiap harinya. Jumlah penawaran industri dapat dilihat dari jumlah produksi kerupuk petis ikan/udang untuk masing-masing perusahaan. Jika diasumsikan masing masing perusahaan memproduksi kerupuk petis 300 kilogram per harinya maka penawaran industri setiap harinya adalah mencapai 2400 kilogram per harinya. Produk yang ditawarkan untuk setiap perusahaan adalah sama yaitu kerupuk dengan kemasan 250 gram serta kemasan 5 kilogram. Harga jual yang ditawarkan untuk setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada kuatnya aroma dan rasa pada kerupuk petis. Perusahaan kerupuk petis menjual kerupuk petis udang dengan harga Rp 3.300 per 250 gram dan kerupuk petis ikan Rp 2 500 per 250 gram. Sedangkan untuk kemasan 5 kilogram, harga kerupuk petis udang Rp 62 000 dan harga kerupuk petis ikan Rp 50 000. Analisis Pesaing Pesaing merupakan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Perusahaan kerupuk petis memiliki tujuh pesaing antara lain Wakhid, Keris, Eco Roso, Selera, Bu Pardi, Rajawali, dan Barokah. Namun perusahaan Rajawali dan Keris bukan dijadikan sebagai pesaing utama karena pemilik perusahaan merupakan saudara kandung pemilik dan dalam proses produksinya sering melakukan kerjasama dalam penyediaan bahan baku khususnya tepung tapioka serta tidak berebut pasar untuk wilayah pemasaran yang dituju sehingga pemasaran tidak menjadi masalah dalam persaingan perusahaan-perusahaan tersebut karena setiap perusahaan memiliki pangsa pasar yang berbeda beda. Demikian halnya bagi perusahaan lainnyan dalam hal perebutan pasar tidak terlalu ketat. Semua perusahaan memiliki cakupan wilayah pemasaran masing masing dalam arti daerah pemasaran yang berbeda-beda. Hanya saja perlu perluasan wilayah distribusi produk atau pengembangan pasar ke daerah lain yang belum terjangkau seperti wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
30 Bauran Pemasaran Produk Produk utama yang dihasilkan oleh perusahan Abadi adalah kerupuk petis dengan bumbu petis udang dan petis ikan. Kerupuk petis baik ikan dan udang yang dihasilkan mencapai 500 kilogram per periode produksi sehingga dalam satu bulan biasanya berproduksi selama 26 hari, artinya produksi yang dihasilkan perusahaan per bulannya dapat mencapai 13 ton. Proporsi jumlah yang dihasilkan untuk kerupuk petis ikan maupun kerupuk petis udang ialah sama. Perusahaan kerupuk petis dalam memproduksi kerupuk petis ikan dan petis udang ukurannya pun dibedakan. Untuk kerupuk petis ikan ukurannya lebih besar daripada kerupuk petis udang dan bentuknya menyerupai persegi panjang sedangkan kerupuk petis udang bentuknya bulat dan lebih kecil dari kerupuk petis ikan. Contoh kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5. Jumlah kerupuk petis ikan/udang yang dihasilkan perusahaan kerupuk petis ini setiap periode produksi ini mengalami fluktuasi. Kondisi tersebut bergantung dari ketersediaan bahan baku tepung tapioka yang sering kali susah didapatkan dari pihak supplier karena perusahaan tersebut juga mengalami risiko produksi akibat cuaca pada musim hujan. Sehingga para pengrajin kerupuk petis pada kondisi tersebut melakukan pemesanan kepada supplier lainnya meskipun dengan harga yang lebih tinggi. Selain itu, kondisi pada saat musim hujan juga akan mempengaruhi kualitas tepung tapioka yang dampaknya juga berimbas pada kualitas kerupuk yang kurang baik.
(a) Kerupuk petis ikan
(b) Kerupuk petis udang
Gambar 5 Bentuk kerupuk petis berdasarkan bahan baku Apabila jumlah produksi kerupuk petis ikan/udang yang tersedia belum dapat memenuhi keseluruhan permintaan maka perusahaan tetap menjual produk ke semua konsumen namun dengan jumlah proporsi yang lebih sedikit dari jumlah yang telah dipesan oleh konsumen dengan tujuan agar menjaga loyalitas seluruh pelanggan sehinggga para pelanggan tidak berpindah ke perusahaan kerupuk petis dengan merek lain. Produksi akan berjalan normal kembali setiap periode produksinya apabila terjadi pergantian ke musim kemarau .
31 Selain itu, kerupuk petis ikan/udang, Perusahaan kerupuk petis juga memiliki produk sampingan seperti kerupuk BS (Barang Sortir) dari hasil reject oleh pihak pelanggan tetap atau pada masa produksi terdapat kecacatan produk pada saat pemotongan, penjemuran, penyimpanan sementara dan pengiriman barang ke konsumen. Kerupuk BS yang kondisinya masih cukup bagus akan diolah dan diberikan bumbu petis ikan dan udang untuk dijual kembali. Apabila kondisi kerupuk hancur menjadi potongan-potongan kecil dan lembut atau sering disebut produk afkir maka produk tersebut dijual kembali sebagai pakan ternak seperti peternakan lele atau peternak bebek. Kemasan yang digunakan adalah ukuran 250 gram serta lima kilogram. Penggunaan kemasan sesuai dengan pesanan oleh pihak konsumen seperti untuk kemasan 250 gram ditujukan untuk kebutuhan rumah tangga, sedangkan untuk kemasan lima kilogram ditujukan kepada pedagan pengecer.
(a) Kerupuk afkir
(b) Kerupuk petis BS
Gambar 6 Jenis kerupuk berdasarkan kualitas produk Harga Industri kerupuk petis dalam menetapkan harga baik untuk kerupuk petis udang maupun kerupuk petis ikan berdasarkan perbedaan bahan baku yang digunakan serta tingkat keuntungan yang ingin diperoleh perusahaan. Adapun harga pada kerupuk petis udang ini lebih mahal karena harga bahan baku petis udang lebih mahal daripada harga petis ikan. Selain itu dalam memproduksi kerupuk petis udang dibutuhkan bumbu tambahan seperti trasi untuk menimbulkan aroma yang lebih enak dan khas bagi kerupuk petis udang. harga yang ditawarkan perusahaan juga berbeda untuk setiap pelanggan. Pada agen/distributor mendapatkan harga Rp 2 000 lebih murah dibandingkan dengan pengecer/konsumen akhir karena pembeliannya skala besar dan kontinyu. Perbedaan harga juga dilakukan berdasarkan kualitas produk yang berbeda seperti kerupuk BS karena kerupuk BS memiliki bentuk fisik yang agak cacat (pecah/retak). Namun, kerupuk BS ini bukan berarti tidak laku, malah banyak konsumen akhir yang membeli khususnya masyarakat sekitar perusahaan karena dapat membeli dengan harga yang lebih murah dengan rasa yang sama enaknya. Sedangkan produk afkir dijual kepada peternak bebek, ayam atau lele. Adapun harga yang ditetapkan pada saat penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
32 Tabel 4 Proyeksi daftar harga kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang pada Perusahaan kerupuk petis Periode Februari 2015 Jenis Kerupuk Harga (Rp/Bal) Harga (Rp/kg) Harga (Rp/250 gr) Agen/distributor Petis Udang 61 000 12 400 Petis Ikan 49 000 10 000 Pengecer/konsumen akhir Petis Udang 62 000 13 000 3 300 Petis Ikan 50 000 11 000 2 800 BS 22 000 4 400 Afkir 5 000 1 000 Distribusi Perusahaan kerupuk petis mempunyai sales/distributor dalam mendistribusikan kerupuk petis ikan maupun udang. Distribusi produk masih dalam cakupan wilayah Jawa Tengah. Dengan adanya sales untuk memasarkan kerupuk menjadikan keberlanjutan dalam penjualan produk. Namun, konsumen dapat mengunjungi langsung ke lokasi perusahaan untuk membeli kerupuk petis ikan maupun udang secara eceran. Pihak pengecer ataupun distributor juga dalam melakukan pembelian dapat datang secara langsung ke perusahaan atau pemesanan via telepon kemudian pihak perusahaan mengirim barang ke tempat tujuan. II
Perusahaan kerupuk petis
I
Agen/ distributor
Pengecer
Konsumen akhir
III
Gambar 7 Saluran Pemasaran Kerupuk Petis Kabupaten Kendal Pada saluran I ini, perusahaan mengirimkan produk ke distributor atau pihak distributor mengambil sendiri kerupuk petis. Kemudian distributor menjual ke pengecer dan dari pengecer seperti toko, pasar,warung menjual ke konsumen langsung. Jangkauan distributor dalam memasarkan kerupuk petis berada di berbagai wilayah seperti Jepara, Pati, Kudus, Demak, Semarang, Batang, Pekalongan, dan Banjarnegara. Pada saluran II, pengecer biasanya mengambil kerupuk petis dari perusahaan kerupuk petis. Kemudian dari pengecer biasanya baru sampai ke konsumen akhir. Wilayah saluran II ini umumnya ialah beberapa pasar yang ada di Kabupaten Kendal seperti pasar Kendal, pasar Weleri, pasar Pegandon serta beberapa warung atau kios yang berada di sekitar perusahaan kerupuk petis. Saluran III merupakan saluran dimana perusahaan menjual produk kerupuk petis ikan/udang kepada konsumen secara langsung atau tanpa menggunakan perantara. Perusahaan melayani konsumen secara langsung di tempat usaha pembuatannya.
33 Apabila terjadi risiko kerusakan pada kerupuk yang telah terbeli oleh pihak distributor, perusahaan akan bertanggung jawab penuh untuk mengganti kerusakan seperti adanya retak/ pecah sebagian produk saat pengiriman yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Untuk penjualan melalui agen atau distributor (saluran I), perusahaan memberikan potongan harga Rp 1 000 untuk setiap bal atau kemasan lima kilogram. Strategi Promosi Promosi yang dilakukan oleh perusahaan kerupuk petis sudah cukup maju. Terlebih dukungan dari pihak Pemerintah Kabupaten Kendal mempromosikan melalui media internet. Terkadang ketika terdapat pameran mengenai produk UMKM unggulan dari setiap desa, pihak Dinas Perdagangan dan Pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kendal selalu memperkenalkan produk ke kota Besar. Selebihnya pemilik perusahaan mengandalkan kepada beberapa distributornya untuk menawarkan kerupuk petis dan pemilik perusahaan selalu menambah calon distributor agar permintaan kerupuk petis ikan atau udang selalu meningkat dan berlangsung secara kontinu. Untuk meyakinkan konsumen, perusahaan kerupuk petis sudah memiliki izin usaha resmi usaha dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal seperti P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan pertimbangan yang dilakukan dalam menganalisis aspek pasar seperti permintaan, penawaran, analisis pesaing serta bauran pemasaran dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan kerupuk petis ini layak untuk diusahakan. Hal ini disebabkan permintaan dan penawaran masih seimbang untuk kondisi di hari normal dan terkadang jumlah permintaan untuk di musim tertentu misal hari raya lebaran dan musim hujan ini permintaan belum dapat diimbangi dengan penawaran perusahaan. Adapun dari analisis pesaing, perebutan pasar dengan pesaing di dalam industri sejenis tidak terlalu ketat karena setiap persuahaan mempunyai daerah pemasaran yang berbeda-beda. Analisis mengenai produk yaitu berbagai jenis produk yang dipasarkan sesuai dengan permintaan konsumen baik dari segi bentuk, rasa, serta aroma. Analisis mengenai harga yaitu harga yang ditetapkan perusahaan dapat diterima konsumen dengan baik karena dalam penetapannya disesuaikan dengan kualitas produk. Analisis mengenai distribusi yaitu perusahaan memiliki tiga saluran distribusi dimana ketiga saluran tersebut mempermudah perusahaan dalam mendistribusikan ke daerah-daerah pasar yang dituju. Analisis mengenai promosi, perusahaan melakukan promosi yang cukup efektif dengan memanfaatkan media internet serta adanya dukungan dari Dinas Perdagangan serta Dinas Perikanan dan Kelautan yang selalu mengikutsertakan produk kerupuk petis dalam pameran di berbagai wilayah kota besar serta peran serta dari pihak distributor dalam memasarkan produk.
34 Aspek Teknis Penentuan Lokasi Usaha Lokasi usaha pengolahan kerupuk petis pada Perusahaan kerupuk petis ini berada dalam lokasi sentra penghasil kerupuk. Lokasi usaha tersebut juga berdekatan dengan pasar induk di wilayah Kabupaten Kendal (seperti Pasar Weleri. Pasar Kendal dan Pasar Kaliwungu) yang memudahkan dalam pembelian bumbu dapur. Sedangkan untuk pembelian tepung tapioka, pengusaha membeli langsung pada pusat produksi tepung yaitu di Kabupaten Pati dan Lampung serta pada pembelian bumbu petis ikan dan petis udang, pengusaha membeli di Kabupaten Demak. Akses jalan raya yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat memudahkan dalam proses pengiriman barang atau pemesanan bahan baku seperti tepung tapioka yang sekali pengiriman membutuhkan satu truk. Keuntungan lainnya dari pendirian usaha yang berada dalam sentra produksi kerupuk ini adalah saling berbagi informasi antar pengusaha satu dengan yang lainya apabila menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bahan baku tepung tapioka pada musim-musim tertentu serta saling bekerjasama dalam pembelian kerupuk mentah antar pemilik usaha apabila terjadi kekosongan produk. Alasan lainnya karena faktor ketersediaan tenaga kerja yang digunakan berasal dari masyarakat daerah sekitar sentra produksi. Selain itu, ketersediaan air bersih yang berasal dari sumur sehingga perusahaan tidak ada buaya tambahan akibat pemasangan air PAM serta ketersediaan listrik dan komunikasi dengan mudah. Namun, dalam penentuan lokasi tersebut juga terdapat kelemahan yaitu ketersediaan bahan baku yang jauh seperti petis udang yang sengaja dipesan di Demak karena memang daerah tersebut terkenal penghasil petis udang yang enak. Infrastruktur dan Fasilitas Usaha Infrastruktur dan fasilitas usaha pengolahan kerupuk petis ini terdiri dari : 1. Lahan Usaha pengolahan kerupuk petis yang terletak di Desa Sijeruk RT 2 Rw 3 Kecamatan Kendal memiliki luas lahan total adalah 840 m2. Lahan tersebut terdiri dari bangunan seluas 180 m2 dan luas lahan guna penjemuran kerupuk seluas 660 m2. Bangunan tersebut terdiri atas bangunan pengolahan kerupuk mentah, bangunan pembumbuan kerupuk, ruang penyimpanan produk siap jual, tempat parkir kendaraan. 2. Bangunan Pabrik Pengolahan Kerupuk Mentah Bangunan pabrik ini memiliki luas 80 m2 dan digunakan untuk mengolah kerupuk yang berupa adonan menjadi setengah jadi. Selain itu juga guna penyimpanan sementara kerupuk setengah jadi yang masih berbentuk lontong untuk siap dipotong-potong lalu dijemur. Selain itu juga terdapat bagian tempat untuk menyimpang bahan-bahan utama dalam pembuatan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan. Peralatan lainnya ialah seperti alat potong kerupuk, dan blender dalam pembuatan bumbu. Peralatan laun yang mendukung adalah seperti Drum Biru penyimpanan bumbu petis, ember besar guna penampung kerupuk yang telah dipotong, ember kecil putih untuk menampung bumbu yang telah dilumatkan dengan blender. 3. Bangunan Pembumbuan Kerupuk
35 Pada bangunan ini memiliki luas 40 m2 dan digunakan sebagai ruangan penyimpanan sementara kerupuk setengah jadi yang masih dalam masa penjemuran. Setelah kerupuk kering, kerupuk disortir yang kemudian dilakukan pembumbuan kerupuk dan setelah itu dilakukan penjemuran kembali. Lokasi bangunan ini diharapkan dekat dengan lahan penjemuran agar pekerja dapat dengan mudah memindahkan dan mengangkat kerupuk yang telah dijemur. 4. Ruang Penyimpanan Produk Setelah kerupuk yang sudah dibumbui kering, lalu kerupuk dipindahkan ke ruang penyimpanan untuk dikemas lalu disimpan untuk pengangkutan kerupuk keesokan harinya. Pada desain bangunan ini dibuat serapat mungkin agar terhindar dari hewan yang masuk seperti semut dan tikus. Ruangan ini berdekatan dengan lahan parkir agar memudahkan pekerja dalam menata ke kendaraan untuk mengurangi risiko cacat kerupuk saat pengangkutan ke tempat tujuan. 5. Instalasi Listrik dan Air Instalansi listrik dan air digunakan untuk menunjang kebutuhan dalam proses produksi kerupuk petis. Sumber air yang didapat pada pabrik ini berasal dari sumur yang dibangun. Sedangkan pada instalasi listrik, perusahaan hanya butuh sumber tegangan sebesar 900 VA karena penggunaan listrik hanya dibutuhkan untuk penerangan di malam hari atau saat gelap serta blender. 6. Jalan Jalan merupakan infrastruktur penting dalam memperlancar aktivitas usaha. Jalan yang brada disekitar pabrik pengolahan kerupuk petis ini berupa jalan beraspal dengan lebar sekitar 10 m dan cukup ramai sehingga akses keluar masuk kendaraan sangatlah mudah. 7. Kendaraan Usaha ini diasumsikan seperti Perusahaan Abadi yang memiliki 1 kendaraan roda dua serta mobil pick up yang digunakan untuk aktivitas pengiriman barang ke tempat tujuan serta pembelian bumbu dapur. Perawatan kendaraan tersebut rutin dilakukan seperti penggantian suku cadang serta ganti olie sesuai dengan jangka waktu penggantian. Proses Produksi Proses produksi kerupuk petis terdiri dari beberapa tahapan yang terdiri dari pengulenan bahan baku hingga menajdi kerupuk petis ikan dan udang yang siap dipasarkan. diagram alur proses pembnuatan kerupuk petis dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut tahapan yang dilakukan pada proses pengolahan kerupuk petis: 1. Persiapan bahan baku Proses ini mulai mempersiapkan seluruh bahan baku utama maupun bahan baku penunjang dan biasanya karyawan mulai mempersiapkan segala keperluan produksi mulai jam 06.30 WIB. Persiapan yang dilakukan adalah mengupas kulit bawang putih, menakar berbagai bumbu dapur yang dibutuhkan yang kemudian siap untuk dilumatkan dengan blender. 2. Pengulenan dan pencetakan adonan
36 Pengulenan merupakan kegiatan produksi pertama kali untuk merubah bahan baku tepung tapioka menjadi adonan kerupuk yang siap untuk dicetak. Kegiatan ini dilakukan mencampurkan tepung sebanyak 400 hingga 500 kwintal tepung tapioka dengan mencampurkan dengan air mendidih lalu diaduk merata hingga kental. Kemudian setelah adonan kental, adonan tersebut dicetak lonjong menyerupai tabung. 3. Perebusan dan Penirisan Adonan tersebut yang sudah dicetak kemudian direbus selama 20 menit. Setelah itu, adonan diangkat lalu ditiriskan tempat penirisan adonan (sering disebut dengan Andang). 4. Diamkan hingga agak keras Setelah ditiriskan, adonan tersebut didiamkan selama 3 hari di ruangan pabrik tersebut hingga terbentuk coklat muda dan bertekstur keras. 5. Perajangan Setelah adonan mengeras tersebut, langkah selanjutnya adalah perajangan adonan ke mesin pemotong kerupuk. Pada proses pemotongan kerupuk ini dibutuhkan dua tenaga kerja. Pada pengerjaan perajangan ini dilakukan pagi hari sehingga pada saat matahari terbit berkisar antara pukul 08.00 WIB potongan kerupuk tersebut di susun ke lemek (alas buat penjemuran kerupuk) dan siap untuk tahap penjemuran. 6. Penjemuran tahap pertama Penjemuran ini dilakukan di lahan terbuka mulai dari jam 08.00 WIB hingga 15.30 WIB. Penjemuran kerupuk senantiasa dipantau karena penjemuran ini senantiasa dibalik-balik agar pengeringan kerupuk hingga maksimal dan merata. Hasil penjemuran kerupuk yang baik pada saat penjemuran adalah bentuknya tidak rata atau bengkok, sedangkan kerupuk yang kurang sempurna dalam penjemuran disebabkan cuaca mendung biasanya berbentuk datar dan rata. Lama penjemuran apabila cuaca cerah membutuhkan waktu satu hari sedangkan saat cuaca mendung lama penjemuran dapat mencapai tiga hari. Setelah kering, kerupuk di simpan dalam ruang pembumbuan. 7. Pemberian bumbu dan petis Bumbu yang sudah dilumatkan dan dicampur dengan bumbu utama yang ditambah dengan bumbu petis udang dan petis ikan. Proses pembumbuan kerupuk hanya diilakukan dengan mencelupkan ke dalam bumbu tersebut kemudan ditiriskan dengan alat peniris kerupuk (sering disebut dengan Kalo). Setelah ditiriskan kerupuk disusun ke sebuah penampang (sering disebut dengan Regen). Regen ini memang dikhususkan untuk menjemur kerupuk yang sudah dibumbui oleh petis ikan dan udang. 8. Penjemuran tahap kedua Proses penjemuran tahap kedua membutuhkan waktu sekitar satu jam apabila cuaca cerah dan panas. Sedangkan pada saat cuaca mendung membutuhkan waktu kurang lebih lima jam. 9. Pengemasan Kerupuk petis yang sudah kering kemudian diangkut ke ruang pengemasan untuk ditimbang dan dikemas. Pengemasan menggunakan plastik kemasan biasa dengan memasukkan kertas merek dagang atau nama perusahaan dan ditutup rapat menggunakan staples biasa. Untuk kerupuk udang dikemas dengan takaran 250
37 gram kemudian di kemas lagi dalam plastik besar dengan total lima kilogram. Sedangkan kerupuk ikan kemas langsung dengan setiap kemasaan memiliki berat bersih lima kilogram. Layout Layout pada usaha pengolahan kerupuk petis merupakan penataan sumberdaya yang dimiliki perusahaan untuk mempermudah kegiatan produksi. Pada layout perusahaan kerupuk petis terdapat 3 bangunan yang terdiri atas bangunan proses produksi kerupuk mentah, bangunan pembumbuan kerupuk, serta bangunan penyimpanan kerupuk siap dipasarkan. untuk proses mulai dari pengadonan, perebusan, penirisan, pembuatan bumbu dan pemotongan kerupuk semuanya berada bangunan proses produksi kerupuk mentah. Dalam bangunan tersebut terdapat bagian untuk menyimpang tepung. Untuk fasilitas penunjang yang dimiliki perusahaan seperti lahan parkir mobil dan garasi mobil. Sedangkan fasilitas seperti WC, ruang istirahat atau musholla tidak ada. Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah karena karyawan yang bekerja ditujukan ke masyarakat sekitar sehingga saat jam istirahat seluruh karyawan pulang ke rumah masingmasing. Untuk lebih rincinya, layout produksi dapat dilihat pada Lampiran 2 .
Hasil Analisis Aspek Teknis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, aspek teknis usaha pengolahan kerupuk petis layak untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari penentuan lokasi usaha yang sesuai dengan faktor lokasi yang berada di sentra pengrajin kerupuk, faktor kedekatan dengan lokasi pasar Induk yang berada di Kabupaten Kendal, pengadaan bahan baku, faktor ketersedian tenaga kerja, serta faktor sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan infrastruktur dan fasilitas usaha, telah mendukung aktivitas dalam pengolahan kerupuk petis. Proses produksi juga telah berjalan sesuai dengan prosedur mulai dari pengulenan adonanan hingga menjadi kerupuk petis ikan dan udang yang siap dipasarkan. Layout produksi yang ditata dan diatur dengan baik untuk memudahkan dalam proses produksi.
Aspek Manajemen dan Hukum Pada aspek manajemen usaha pengolahan kerupuk petis ini sudah memiliki struktur organisasi yang formal. Pembentukan struktur organisasi ini dibentuk oleh Dinas Perdagangan Kabupaten Kendal yang sedang memberikan berbagai pelatihan mulai dari proses produksi hingga pembagian kerja kepada seluruh pengusaha kerupuk yang berada di kawasan Sentra Industri Kerupuk Kendal (SIKAL). Namun setelah berhentinya pelatihan, pembagian tugas antara pegawai dengan pemilik usaha kembali semula. Pemilik usaha merangkap sebagai pemimpin usaha serta ikut membantu pekerjaan yang dilakukan pegawainya seperti pemotongan kerupuk penjemuran kerupuk hingga pengemasan. Terkadang pemilik usaha juga melakukan kegiatan distribusi ke pasar. Dari segi administrasi, usaha kerupuk petis tidak memiliki pembukan, seluruh aktivitas usaha tidak dicatat secara terperinci hanya pencatatan mengenai pembelian bahan baku serta
38 jumlah penjualan tiap harinya sehingga terdapat beberapa biaya yang seharusnya dihitung namun tidak diperhitungkan dalam proses produksi seperti misal biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya transportasi. Pada aspek hukum, usaha pengolahan kerupuk petis merupakan perusahaan perorangan dengan modal seluruhnya berasal dari modal pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha perorangan ini adalah keuntungan yang didapat dinikmati seluruhnya dari hasil penjualan kerupuk. Namun terdapat juga kelemahan dari bentuk usaha perorangan ini adalah apabila terjadi kerugian maka segala bentuk kerugian ditanggung sendiri oleh pemilik. Dari segi kelegalan usaha, perusahaan memiliki izin usaha yang biasa dimiliki oleh semua usaha yang tergolong industri rumah tangga seperti Surat Izin Usaha Perdaganan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perorangan, serta lolos uji dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal seperti surat izin mengenai Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Selain itu, usaha ini telah memiliki surat akta tanah, surat Pajak Bumi dan Bangunan, serta surat Rekomendasi dari Kelurahan Sijeruk.
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Hasil dari analisis aspek manajemen, usaha pengolahan kerupuk petis ini belum layak karena dalam pembagian tugas dalam kegiatan produksi antara pemilik usaha dan pegawai mengerjakan tugas yang sama dari awal proses produksi sampai menjadi kerupuk petis ikan dan udang serta dilihat dari adminstrasi usaha ini juga belum layak karena belum ada pembukuan yang terperinci untuk seluruh kegiatan usaha. Berdasarkan aspek hukum, usaha pengolahan kerupuk petis ini layak karena telah memenuhi berbagai persyaratan hukum dalam menjalankan aktivitas usahanya seperti adanya Surat Izin Usaha Perdaganan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perorangan, surat izin mengenai Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), serta lolos uji dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Selain itu, usaha ini telah memiliki surat akta tanah, surat Pajak Bumi dan Bangunan, serta surat Rekomendasi dari Kelurahan Sijeruk sehingga memiliki kekuatan secara hukum.
Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi Usaha pengolahan kerupuk petis memberikan berbagai dampak dari aspek sosial, budaya maupun ekonomi. Dari aspek sosial, adanya usaha pengolahan kerupuk petis ini memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar karena dapat meningkatkan peluang kerja dan dapat mengurangi pengangguran. Karyawan seluruhnya berasal dari Desa Sijeruk, Desa Langenharjo, dan Desa Pegulon. Keberadaan usaha pengolahan kerupuk petis sebagai pengrajin kerupuk petis ini tidak bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat sekitar. Menurut pernyataan dari warga sekitar bahwa perusahaan ini tidak mengganggu kebudayaan yang ada selama ini baik dari nilai, norma sosial, keagamaan yang ada di masyarakat. Kerupuk petis ini telah menjadi bagian dari budaya masyarakat sekitar dengan menjadikan kerupuk petis ini sebagai oleh-oleh khas Kendal apabila sedang bersilaturahmi.
39 Dari aspek ekonomi, usaha pengolahan kerupuk petis ini dapat dilihat dengan pendapatan masyarakat yang menjadi karyawan perusahaan. Karyawan Perusahaan kerupuk petis rata-rata berpenghasilan Rp 55 000 hingga Rp 60 000 per harinya untuk karyawan bagian penjemuran, pembumbuan, pemotongan kerupuk, serta pengemasan kerupuk seluruhnya ada enam karyawan yang merupakan tenaga kerja luar keluarga serta satu tenaga kerja dalam keluarga. Perusahaan juga memiliki satu karyawan tetap yang berpenghasilan Rp 88 000 per hari dan setiap tahunnya juga mendapatkan tunjangan hari raya sebesar Rp 1000 000. Seluruh karyawan mendapatkan jatah uang makan sebesar Rp 18 000. Selain pendapatan masyarakat sekitar, adanya usaha pengolahan kerupuk petis ini juga dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah melalui pembayaran retribusi pajak yang setiap bulannya.
Hasil Analisis Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, usaha pengolahan kerupuk petis memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. Hal ini terlihat dari adanya kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dan juga meningkatakan pendapatan daerah Kendal. Selain itu, adanya usaha ini menjadikan kerupuk petis sebagai ikon produk khas daerah Kendal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan kerupuk petis dari aspek sosial, budaya, dan ekonomi layak untuk dijalankan. Aspek Lingkungan Setiap pendirian suatu usaha, perlunya peninjauan dari segi aspek lingkungan guna keberlanjutan suatu usaha yang dijalankan. Dampak yang terjadi adanya suatu usaha terhadap lingkungan sekitar diharapkan memberikan dampak yang positif atau dengan kata lain tidak mencemari lingkungan. Usaha pengolahan kerupuk petis ikan sangat berhubungan dengan lingkungan sehingga harapan berdirinya suatun usaha ini dapat bersahabat dengan lingkungan agar usaha ini dapat bertahan lama. Adanya usaha pengolahan kerupuk petis di lingkungan sentra kerupuk Kabupaten Kendal adalah terkait limbah cair yang belum dikelola dengan baik oleh perusahaan. Sistem pembuangan limbah cair ini disalurkan langsung melalui selokan dari liang tanah dan dibiarkan meresap melalui tanah tersebut. Limbah cairan tersebut berasal dari sisa pembumbuan kerupuk petis yang mana penangangannya hanya disiram dengan air biasa untuk menghilangkan aroma petis ikan dan udang. Hal ini menyebabkan selokan terlihat seperti adanya endapan dan menimbulkan bau yang kurang sedap serta dapat menjadi sarang nyamuk. Maka, pada pendirian pabrik pengolahan kerupuk petis perlu adanya penanganan limbah cair dengan cara pembuatan saluran pembuangan yang tertutup dan langsung mengalir ke pembuangan pusat seperti septic tank agar pencemeran air masih terpusat dan tidak menimbulkan bau.
40
Gambar 8 Tempat pembuangan limbah cair Hasil Analisis Aspek Lingkungan Dari hasil analisis aspek lingkungan, usaha pengolahan kerupuk petis ini tidak layak. Namun, kondisi tersebut dapat diantisipasi apabila terdapat pengolahan limbah cair dari sisa hasil pembumbuan kerupuk petis sehingga pada pendirian usaha kerupuk petis, pengelolaan limbah cair ini dapat dilakukan dengan langkah awal untuk ukuran industri rumah tangga seperti pembuatan saluran pembuangan tertutup yang langsung menuju septic tank agar pencemaran air limbah tidak menyebar dan terkontrol. Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-2398-2002 mengenai perencanaan septic tank dengan sistem resapan, bahwa penyedotan isi dari septic tank (ukuran 1.6 x 0.8 x 1.6 meter) yang dilakukan setiap tiga tahun sekali yang diasumsikan bahwa pembuangan limbah tersebut sama banyaknya dengan limbah yang dihasilkan satu rumah tangga karena limbah sisa pembumbuan kerupuk petis hanya berupa sedikit endapan bumbu dan cairan dalam setiap periode produksi.
Analisis Aspek Finansial Analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis juga dilakukan dengan melihat dari segi keuangan. Kriteria yang digunakan dalam menilai kegiatan investasi ini meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (BEP), serta Payback Period. Sebelum menghitung penilaian kriteria investasi tersebut, terlebih dahulu diproyeksikan ke dalam laporan laba rugi serta aliran kas (cashflow). Aliran kas pada usaha pengolahan kerupuk petis ini diproyeksikan sepuluh tahun kedepan berdasarkan umur ekonomis aset terbesar yaitu bangunan. Penelitian ini menganalisis dimana pengusaha melakukan kegiatan produksi kerupuk petis ikan maupun udang dengan tiga skenario, yaitu skenario pertama merupakan kondisi perusahaan menghasilkan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan dengan proporsi masing masing 50 persen. Skenario kedua merupakan kondisi dimana seluruh kapasitas produksi hanya digunkanan untuk menghasilkan kerupuk petis udang. Skenario ketiga merupakan kondisi dimana seluruh kapasitas produksi hanya digunkanan untuk menghasilkan kerupuk petis ikan. Selain produksi produk, perbedaan dari ketiga kondisi tersebut terdapat pada biaya
41 variabel. Hasil analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari masing-masing produk.
Aliran Kas/Cashflow Arus Penerimaan/Inflow Setiap komponen yang merupakan pemasukan bagi perusahaan selama usaha berlangsung akan dimasukkan dalam komponen penerimaan. Penerimaan dari usaha petis ini diperoleh dari penjualan kerupuk petis ikan, kerupuk petis udang, kerupuk petis ikan BS serta nilai sisa (salvage value). Selain itu apabila dalam proses produksi terdapat sisa pecahan lembut dari kerupuk tersebut juga dapat dikumpulkan dan dijual sebagai pakan ternak ikan lele sebagai penerimaan tambahan. Penerimaan pada tahun pertama berbeda dengan tahun-tahun berikutnya. Pada tahun pertama penerimaan hanya didapat selama delapan bulan. Hal ini diasumsikan pada proses kegiatan produksi dimulai pada bulan kelima karena diasumsikan persiapan untuk mendirikan bangunan beserta pembelian peralatan dilakukan pada bulan pertama hingga keempat. Pada tahun pertama produksi dilakukan selama 201 hari. Pada tahun kedua sampai kesepuluh, penerimaan didapat selama 12 bulan penuh atau selama 305 hari produksi dan penerimaan diasumsikan sama karena keterbatasan data terkait penjualan sebelumnya. Pada skenario I, total produksi kerupuk petis ikan dan udang pada ini sebanyak 500 kilogram setiap periode produksi dengan proporsi jumlah produksi antara kedua jenis kerupuk ini sama yaitu 250 kilogram sehingga setiap 3 hari total produksi yang dihasilkan kerupuk petis sebanyak 1500 kilogram. Namun penjualan yang dilakukan kerupuk petis dibagi menjadi tiga saluran yang memiliki proporsi yang berbeda yakni 56.25 persen untuk agen/distributor dan 43.75 untuk pengecer dan konsumen akhir. Setiap kegiatan produksi kerupuk petis juga terdapat kecacatan produk sebanyak 65 kilogram untuk jenis kerupuk BS serta 35 kilogram untuk jenis afkir. Kondisi ini diasumsikan sama dari tahun pertama hingga tahun kesepuluh. Berikut adalah rincian proyeksi penerimaan dari usaha pengolahan kerupuk petis. Tabel 5 Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis pada Perusahaan kerupuk petis tahun 2015 pada skenario I (pengusahaan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang 50%:50%) Penerimaan Agen/Distributor Kerupuk petis ikan Kerupuk petis udang Pengecer/Konsumen akhir Kerupuk petis ikan Kerupuk petis udang Kerupuk Petis BS Kerupuk afkir Total
Jumlah (Kg)
Harga (Rp)
Penerimaan (Rp)
26 192.81 26 569.69
10 000 12 400
261 928 125 329 464 125
20 372.19 20 665.31 4 355.00 2 345.00 100 500.00
11 000 13 000 4 400 1 000
224 094 062 268 649 062 19 162 000 2 345 000 1 105 642 375
42
Total penerimaan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 1 105 642 375. Pada tahun pertama produksi dilakukan selama 8 bulan dan total produksi sebanyak 201 hari. Harga yang ditawarkan untuk setiap pelanggan berbeda-beda. Harga yang ditawarkan kepada agen/distributor lebih murah daripada harga yang ditawarkan kepada pengecer atau konsumen akhir. Setiap produksi dalam 1500 kilogram terdapat kecacatan produk sebanyak 100 kilogram yakni 65 kilogram untuk jenis kerupuk petis BS dan 35 kilogram untuk kerupuk jenis afkir. Total produksi pada tahun pertama sebanyak 100 500 kilogram. Tabel 6 Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis tahun 2016-2024 pada skenario I (pengusahaan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang 50%:50%) Penerimaan Agen/Distributor Kerupuk petis ikan Kerupuk petis udang Pengecer/Konsumen akhir Kerupuk petis ikan Kerupuk petis udang Kerupuk Petis BS Kerupuk afkir Total
Jumlah (Kg)
Harga (Rp)
Penerimaan (Rp)
39 745.31 40 317.19
10 000 12 400
397 453 125 499 933 125
30 913.02 31 357.81 6 608.33 3 558.33 152 500.00
11 000 13 000 4 400 1 000
340 043 229 407 651 563 29 076 667 3 558 333 1 677 716 042
Total penerimaan pada tahun kedua adalah sebesar Rp 1 677 716 042. Pada tahun kedua produksi dilakukan selama 12 bulan dan total produksi sebanyak 305 hari. Harga yang ditawarkan untuk setiap pelanggan berbeda-beda yang kasusnya sama dengan tahun pertama namun karena jangka waktu yag lebih lama dari tahun pertama sehingga jumlah yang diproduksi lebih banyak. Kondisi kecacatan produk kerupuk diasumsikan sama dengan tahun pertama untuk setiap kali produksi baik yang berupa kerupuk jenis BS maupun jenis afkir. Total produksi pada tahun kedua sebanyak 152 500 kilogram. Pada skenario kedua, perusahaan hanya memproduksi kerupuk petis udang saja sehingga total produksi udang setiap hari adalah 500 kilogram. Harga yang ditawarkan untuk setiap pelanggan berbeda-beda yang kasusnya sama dengan skenario I. Kondisi kecacatan produk kerupuk diasumsikan sama dengan skenario I untuk setiap kali produksi baik yang berupa kerupuk jenis BS maupun jenis afkir. Berikut proyeksi penerimaan perusahaan kerupuk petis pada skenario II. Tabel 7 Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis udang pada tahun 2015 pada skenario II (pengusahaan 100% kerupuk petis udang) Macam Penerimaan Distributor Pengecer Kerupuk petis BS Kerupuk afkir Total
Jumlah (Kg) 52 762 41 038 4 355 2 345 100 500
Harga (Rp) 12 400 13 000 4 400 1 000
Penerimaan (Rp) 652 255 000 533 487 500 19 162 000 2 234 000 1 209 249 500
43 Total penerimaan pada tahun pertama untuk perusahaan kerupuk petis pada skenario II adalah Rp 1 209 249 500. Penerimaan yang diterima oleh perusahaan pada skenario II pada tahun pertama jauh lebih besar daripada perusahaan pada skenario I. Harga yang ditawarkan untuk distributor untuk setiap kilogram kerupuk petis adalah terpaut Rp 600 rupiah lebih murah daripada pengecer maupun konsumen akhir. Jumlah kerupuk petis untuk jenis BS dan afkir sama dengan kondisi pada skenario pertama. Tabel 8 Proyeksi penerimaan usaha pengoalahn kerupuk petis udang pada tahun 2016-2024 pada skenario II (pengusahaan 100% kerupuk petis udang) Macam Penerimaan Distributor Pengecer Kerupuk petis BS Kerupuk afkir Total
Jumlah (Kg) 80 063 62 271 6 608 3 558 152 500
Harga (Rp) 12 400 13 000 4 400 1 000
Penerimaan (Rp) 992 775 000 809 520 833 29 076 667 3 558 333 1 834 930 833
Total penerimaan pada tahun kedua sebesar Rp 1 834 930 833. Total produksi pada tahun kedua sama dengan kondisi perusahaaan pada skenario I yaitu 152 500 kilogram. Jenis kerupuk petis BS dan afkir juga memiliki prorporsi yang sama pada tahun kedua skenario pertama. Sehingga memiliki jumlah penerimaan yang sama. Pada skenario ketiga, perusahaan hanya memproduksi kerupuk petis ikan sehingga total produksinya sama dengan skenario kedua, yaitu 500 kilogram. Setiap produksi, terdapat kecacatan produk diasumsikan sama dengan skenario pertama dan kedua. Kondisi diasumsikan sama dari tahun pertama hingga tahun kesepuluh. Berikut proyeksi penerimaan perusahaan kerupuk petis pada skenario III. Tabel 9 Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis udang pada tahun 2015 pada skenario III (pengusahaan 100% kerupuk petis ikan) Macam Penerimaan Distributor Pengecer Kerupuk petis BS Kerupuk afkir Total
Jumlah (Kg) 52 762 41 038 4 355 2 345 100 500
Harga (Rp) 10 000 11 000 4 400 1 000
Penerimaan (Rp) 527 625 000 451 412 500 19 162 000 2 234 000 1 000 544 500
Total penerimaan dari dari hasil seluruh penjualan produk pada tahun pertama sebesar Rp 1 000 544 500 sedangkan penerimaan pada tahun kedua adalah sebesar Rp 1 834 930 833. Skenario III pada tahun pertama dan tahun kedua memiliki penerimaan paling rendah diantara skenario I dan skenario II. Jumlah kerupuk petis BS dan afkir memiliki proporsi yang sama pada skenario I dan skenario II.
44 Tabel 10 Proyeksi penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis udang pada tahun 2016-2024 pada skenario III (pengusahaan 100% kerupuk petis ikan) Macam Penerimaan Distributor Pengecer Kerupuk petis BS Kerupuk afkir Total
Jumlah (Kg) 80 063 62 271 6 608 3 558 152 500
Harga (Rp) 10 000 11 000 4 400 1 000
Penerimaan (Rp) 800 625 000 684 979 167 29 076 667 3 558 333 1 834 930 833
Penerimaan lainnya dari usaha pengolahan kerupuk petis ini adalah dari nilai sisa (salvage value) yang berada pada akhir tahun usaha . Nilai sisa ini diperoleh dari barang-barang investasi yang tidak habis pakai dan yang masih bernilai dai akhir tahun usaha . Perhitungan nilai sisa ini diperoleh denga cara mengalikan sisa umur ekonomis dari barang investasi setelah usaha selesai dengan penyusutan barang modal pertahun. Total penerimaan dari nilai sisa usaha pengolahan kerupuk petis ini adalah Rp 381 581 667. Nilai penerimaan dari nilai sisa tersebut diasumsikan sama untuk ketiga skenario Barang investasi yang memiliki nilai sisa terbesar adalah tanah, karena nilai tanah setiap tahunnya tidak mengalami penurunan harga dan diasumsikan setiap tahunnya bernilai tetap. Nilai sisa tanah dengan luas lahan 300 m2 sebesar Rp 337 500 000. Sedangkan rincian mengenai nilai sisa seluruh barang modal dapat disajikan pada Lampiran 3. Arus Pengeluaran/Outflow Arus pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat awal pendiriaan usaha hingga berlangsungnya sebuah usaha. Komponen dalam arus pengeluaran ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. 1. Biaya Investasi Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan diawal pendirian usaha. Komponen dari biaya investasi ini akan dilakukan re-investasi apabila umur ekonomis dari barang tersebut kurang dari 10 tahun. Total biaya investasi yang dikeluarkan pada pendirian usaha pengolahan kerupuk petis ini sebesar Rp 523 365 000. Biaya invesatasi yang tergolong besar dalam pengeluarannya adalah pada bangunan dan mesin. Bangunan untuk mendirikan perusahaan petis ini terdiri dari bangunan produksi, penyimpanan, pembumbuan serta penjemuran. Ruang penjemuran ini digunakan juga untuk mengatasi produksi pada saat musim hujan karena pada musim tersebut kecacatan produk sangat besar. Bangunan tersebut dirancang menyerupai green house yang sederhana. Selain itu, pengadaan mesin potong kerupuk sejumlah empat unit. Berikut rincian biaya investasi pada usaha pengolahan kerupuk petis dapat dilihat pada tabel 11.
45 Tabel 11 Biaya investasi pada usaha pengolahan kerupuk petis. No
Investasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tanah Ruang Produksi Ruang penyimpanan Ruang pembumbuan Ruang Penjemuran Septic tank Mesin Potong Blender Pompa Air Stapler Mobil pick up Motor Lampu Timbangan kiloan Timbangan gantung Drum biru Ember kecil Ember tanggung Ember besar Kursi Meja Almari Pisau Gayung Regen Andang
Jumlah (unit) 300 m2 80 m2 45 m2 40 m2 60 m2 2 m3 4 1 1 5 1 1 4 2 1 4 5 5 10 1 1 1 10 4 6 30
Harga (Rp/unit) 1 125 000 50 000 000 10 000 000 10 000 000 14 000 000 2 000 000 4 500 000 255 000 350 000 20 000 91 500 000 10 825 000 35 000 150 000 350 000 300 000 15 000 20 000 35 000 75 000 100 000 100 000 20 000 15 000 40 000 15 000
Total (Rp) 337 500 000 50 000 000 10 000 000 10 000 000 14 000 000 2 000 000 18 000 000 350 000 350 000 100 000 91 500 000 10 825 000 140 000 300 000 350 000 1 200 000 75 000 100 000 350 000 75 000 100 000 100 000 200 000 60 000 240 000 450 000
2. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya ditentukan oleh jumlah outputnya. Pada masing-masing skenario memiliki biaya variabel yang berbeda-beda. Pada skenario pertama, biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp 860 242 875 sedangkan biaya variabel tahun kedua hingga kesepuluh diasumsikan sama yaitu sebesar Rp 1 305 301 875. Pada skenario kedua, biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp 840 932 702 sedangkan biaya variabel tahun kedua hingga kesepuluh diasumsikan sama yaitu sebesar Rp 1 276 000 369. Pada Skenario ketiga, biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp 862 345 000 sedangkan biaya variabel tahun kedua hingga kesepuluh diasumsikan sama yaitu sebesar Rp 1 308 491 667. Komponen biaya variabel ini terdiri dari petis udang, petis ikan, tepung tapioka, bumbu dapur, plastik, karyawan borongan serta bahan bakar. Komponen biaya variabel untuk setiap periode produksinya diasumsikan sama harganya hingga akhir umur usaha . Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6 mengenai biaya variabel yang digunakan perusahaan untuk setiap skenario.
46 a. Petis Petis merupakan input tambahan untuk menambahkan aroma dan rasa pada kerupuk. Petis yang digunakan dalam usaha ini adalah petis ikan dan petis udang. Pemilik usaha memperoleh petis udang ini berasal dari daerah Demak karena daerah tersebut berdasarkan pengalaman pemilik memiliki aroma dan rasa yang lebih enak daripada petis yang dihasilkan di Kabupaten Kendal. Namun, untuk pembelian petis ikan pemilik usaha membeli di wilayah Kendal. Penggunaan petis udang untuk setiap kali produksi kerupuk petis sebanyak 2 kilogram sedangkan untuk petis ikan sebanyak 6 kilogram. Harga petis udang lebih mahal daripada petis ikan. Setiap kilogram petis udang harganya Rp 37 000 sedangkan petis ikan harganya Rp 7 500. Tabel 12 Rincian pembelian bumbu dapur usaha pengolahan kerupuk petis untuk setiap 1500 kilogram produksi No
Uraian
1 2 3 4 5 6
Gula Garam Bawang Ketumbar MSG Pewarna makanan
Jumlah 3 Kg 30 Kg 9 Kg 1 Kg 12 Kg 2 botol
Harga/unit (Rp) 13 000 1 500 12 500 28 000 19 000 2 000
Total (Rp) 26 000 15 000 75 000 28 000 228 000 4 000
b. Tepung tapioka Tepung tapioka merupakan bahan baku utama dalam proses pengolahan kerupuk petis. Tepung tapioka yang dibeli oleh perusahaan kerupuk petis adalah tepung tapioka yang berasal dari Kabupaten Pati. Penggunaan tepung tapioka setiap kali produksi sebesar 500 kilogram atau 10 sak. Harga setiap 50 kilogram tepung tapioka sebesar Rp 335 000 000. c. Bumbu dapur Bahan baku lainnya yang digunakan untuk menghasilkan kerupuk petis udang ini ialah seperti gula, garam, bawang, ketumbar, terasi, Monosodium glutamate (MSG), serta pewarna makanan. Penggunaan berbagai bumbu dapur tersebut untuk setiap 1500 kilogram kerupuk dapat dilihat pada Tabel 12. d. Plastik kemasan Biaya kemasan hanya pada pembelian plastic kemas untuk ukuran seperempat kilogram serta ukuran lima kilogram. Plastik ukuran lima kilogram memiliki dua penggunaan, yaitu untuk mengemas jenis kerupuk petis ikan dan untuk mengemas kerupuk petis udang yang sudah dikemas dengan ukuran plastik seperempat kilogram. Plastik yang digunakan ini tidak dilakukan penyablonan untuk menunjukkan merk dagang. Namun perusaahaan menggunakan kertas merk yang disisipkan ke dalam plastik. Dalam setiap produksi perusahaan mengeluarkan biaya untuk kemasan sebesar Rp 100 000.
47 e.
3.
Bahan bakar Bahan bakar yang digunakan dalam pengolahan kerupuk petis ini adalah kayu bakar serta solar. Kayu bakar ini digunakan untuk perebusan adonan serta solar digunakan sebagai bahan bakar mesin pemotong kerupuk. Untuk pembelian kayu bakar ini setiap 5 hari sekali dengan biaya sebesar Rp 600 000 sedangkan solar untuk setiap 3 hari membutuhkan 8 liter. f. Transportasi pengiriman barang Biaya yang dikerluarkan untuk transportasi ini terdiri dari biaya bahan bakar mobil saja. biasanya biaya ini dikeluarkan ketika saat pembelian bahan baku dan pengiriman kerupuk petis ke pasar sekitar Kendal. Ratarata pengeluran biaya transportasi setiap bulannya adalah sebesar Rp 300 000. g. Karyawan borongan Tenaga kerja ini dibutuhkan apabila saat permintaan meningkat pada musim lebaran atau pada saat musim hujan yang mengakibatkan produksi kurang optimal jika diabndingkan dengan kondisi normal. Selain itu, penggunaan tenaga kerja ini juga dilakukan untuk menghasilkan kerupuk yang akan dibumbui dengan petis udang. Sistem pembayaran tenaga kerja borongan ini dibayar setiap 50 kilogram kerupuk yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk ukuran kerupuk petis ikan sebesar Rp 75 000 sedangkan biaya untuk kerupuk petis udang sebesar Rp 50 000. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dilkeluarkan perusahaan terdiri dari biaya listrik, pulsa telepon, pajak kendaraan biaya perawatan kendaraan, biaya pajak, tunjangan hari raya karyawan, sewa tanah, alat tulis kantor, gaji karyawan, serta peralatan lainnya yang memiliki umur ekonomis kurang dari satu tahun. Penjelasan rinci mengenai biaya tetap adalah sebagai berikut : a. Biaya listrik Biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan setiap bulannya adalah Rp 50 000. Penggunaan listrik dalam usaha pengolahan kerupuk petis hanya pada 1 buah mesin pelumat (blender), lampu yang terdiri dari 4 buah, serta pompa air. b. Biaya pulsa telepon Biaya pulsa ini digunakan untuk menghubungi pihak penyedia bahan baku seperti tepung tapioka, petis ikan dan petis udang. Selain itu juga menghubungi pihak agen yang memasarkan kerupuk petis. Setiap bulannya pemilik usaha mengeluarkan biaya Rp 100 000. c. Gaji karyawan Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari gaji, konsumsi, serta THR untuk setiap tahunnya. Sistem gaji dibayarkan setiap harinya serta pemberian uang konsumsi untuk makanan serta rokok. Tenaga kerja yang mendapatkan tunjangan hari raya hanay ada satun yaitu bagian pengulenan adonan. Upah tenaga kerja yang tinggi adalah pada bagian pengulenan sedangkan yang lainnya seperti pengemasan, penjemuran, dan pemotongan kerupuk upahnya disamakan
48
d.
e.
f.
g.
h.
dan biaya yang dikeluarkan setiap bulannya diasumsikan sama sehingga untuk perhitungan tahun pertama dikalikan dengan 10 bulan dan tahun kedua hingga kesepuluh dikalikan dengan 12 bulan. Rincian gaji karyawan dapat dilihat pada Lampiran 7. Upah manager Kondisi usaha pengolahan kerupuk petis ini diasumsikan memiliki manager dan diberi upah setiap bulannya sebesar Rp 3 000 000. Besar upah tersebut dikondisikan sesuai dengan biaya pengeluaran sehari-hari keluarga pengrajin usaha. Sewa tanah Tanah yang disewa oleh pihak perusahaan kerupuk petis ini digunakan sebagai lahan untuk penjemuran kerupuk dan memiliki total luas 580 m2. Total biaya yang dikeluarkan untuk menyewa lahan ini setiap tahunnya sebear Rp 1 200 000. Biaya sewa tanah ini diasumsikan sama hingga akhir umur usaha . Biaya perawatan kendaraan Kendaraan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan kerupuk petis ini adalah satu kendaraan bermotor dan satu mobil pick up. Perawatan yang rutin dilakukan adalah seperti penggantian oli secara berkala, penggantian suku cadang serta service mesin. Total pengeluaran biaya perawatan kendaraan operasional setiap tahunnya sebesar Rp 2 200 000. Biaya perawatan kendaraan diasumsikan sama mulai tahun pertama hingga akhir umur usaha . Pajak Biaya pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan kerupuk petis antara lain pajak penghasilan, pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, serta pajak mengenai perizinan usaha. Pajak penghasilan usaha pengolahan kerupuk petis ini dikenakan sebesar 1 persen dari peredaran bruto yang diterima karena sesuai Undang-Undang No. 46 Tahun 2013 pasal 2 dan 3 dan berlaku tetap hingga akhir usaha . Pajak untuk kendaraan bermotor sebesar Rp 180 000 sedangkan untuk pajak mobil sebesar sebesar Rp 1 000 000. Biaya pajak bumi dan bangunan sebesar Rp 100 000 dan untuk biaya total pajak perizinan usaha seperti P-IRT dan Depkes sebesar Rp 250 000. Seluruh biaya pajak diasumsikan sama mulai dari tahun pertama hingga akhir umur usaha . Peralatan lainnya Biaya untuk peralatan lainnya seperti alat tulis kantor, alas jemur kerupuk (lemek), serta alat penirisan kerupuk saat pembumbuan (kalo). Setiap tahunnya usaha pengolahan kerupuk petis ini menggunakan 16 buah kalo dengan harga Rp 35 000 setiap unit. Penggunaan lemek setiap tahunnya membutuhkan 240 lemek dengan harga Rp 25 000 setiap unit. Harga yang berlaku sekarang diasumsikan sama hingga akhir umur usaha . Berikut proyeksi biaya tetap usaha pengolahan kerupuk petis ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
49 Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi dapat menggambarkan kinerja usaha pengolahan kerupuk petis selama periode tertentu. Komponen yang terdapat pada laporan laba rugi ialah pendapatan dari penjualan kerupuk petis, biaya operasional yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel, penyusutan barang modal, serta beban pajak. Tarif pajak penghasilan yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2013 pasal 2 dan 3, yaitu sebesar 1 persen. Rincian laporan laba rugi ini akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha sehingga akan berpengaruh juga pada cashflow. Hasil perhitungan laba rugi dari usaha pengolahan kerupuk petis terdapat tiga skenario. Adapun rincian laba bersih pada ketiga skenario dapat dilihat pada Tabel 13 Tabel 13 Laba bersih usaha pengolahan kerupuk petis Tahun 1 2-10 Total
Laba bersih (Rp) Skenario I 75 078 810 132 631 740 1 268 764 472
Skenario II 152 968 739 250 822 926 2 410 375 070
Skenario III -3 859 836 12 849 217 111 783 120
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 13 bahwa pada skenario I, skenario II, dan skenario III tersebut usaha pengolahan kerupuk petis masih menguntungkan. Skenario III perusahaan mendapatkan keuntungan bersih total terkecil yaitu sebesar Rp 111 783 120. Total keuntungan bersih tertinggi pada saat memproduksi seluruhnya kerupuk petis udang yaitu sebesar Rp 2 410 375 070. Sedangkan total keuntungan bersih pada skenario I sebesar Rp 1 268 764 472.
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan suatu usaha dapat dilihat berdasarkan pada kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan Break Event Point (BEP). Pengrajin kerupuk petis di Kecamatan Kendal dalam menjalanka usahanya menggunakan modal sendiri. Analisis kriteria investasi digunakan pada ketiga skenario. Pada setiap skenario usaha pengolahan kerupuk petis tersebut menggunakan cashflow dalam menganalisis kelayakan. Berikut hasil analisis kriteria investasi pada skenario pertama dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil perhitungan kriteria investasi Kriteria investasi NPV(Rp) Net B/C IRR (%) PP (tahun)
Skenario I 681 053 185 2.62 33 3.98
Skenario II 1 473 513 888 5.24 73 2.36
Skenario III (122 077 284) 0.75 3 9.72
50 Pada skenario pertama ini perusahaan memproduksi kedua produk baik kerupuk petis udang maupun kerupuk petis ikan dengan proporsi 50 persen. Hasil perhitungan dari NPV menunjukkan hasil yang positif artinya manfaat bersih yang diterima oleh pengrajin kerupuk petis dalam kurun waktu 10 tahun pada tingkat discount rate 7 persen sebesar Rp 681 053 185. Hasil Net B/C menunjukkan hasil yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 2.62 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar 1 satuan akan menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar 2.62 satuan. Tingkat IRR menunjukkan hasil yang lebih besar dari discount rate artinya tingkat pengembalian investasi dalam kurun waktu 10 tahun sebesar 33 persen sehingga usaha pengolahan kerupuk petis ini memiliki tingkat pengembalian yang lebih besar dari pada opportunity cost of capital. Nilai payback period menunjukkan hasil yang lebih kecil dari umur usaha yang artinya waktu yang dibutuhkan olehusaha pengolahan kerupuk petis untuk mengembalikan investasi selama 3.98 tahun. Pada skenario kedua ini perusahaan hanya memproduksi kerupuk petis udang. Hasil perhitungan dari NPV menunjukkan hasil yang positif artinya manfaat bersih yang diterima oleh pengrajin kerupuk petis dalam kurun waktu 10 tahun pada tingkat discount rate 7 persen sebesar Rp 2 168 748 332. Hasil Net B/C menunjukkan hasil yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 5.24 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar 1 satuan akan menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar 5.24 satuan. Tingkat IRR menunjukkan hasil yang lebih besar dari discount rate artinya tingkat pengembalian investasi dalam kurun waktu 10 tahun sebesar 73 persen sehingga usaha pengolahan kerupuk petis ini memiliki tingkat pengembalian yang lebih besar dari pada opportunity cost of capital. Nilai payback period menunjukkan hasil yang lebih kecil dari umur usaha yang artinya waktu yang dibutuhkan olehusaha pengolahan kerupuk petis untuk mengembalikan investasi selama 2.36 tahun. Pada skenario ketiga ini perusahaan hanya memproduksi kerupuk petis ikan. Hasil perhitungan dari NPV menunjukkan hasil yang negatif artinya kerugian yang diterima oleh pengrajin kerupuk petis dalam kurun waktu 10 tahun pada tingkat discount rate 7 persen sebesar Rp 122 077 284sehingga jika perusahaan hanya menghasilkan kerupuk petis ikan seluruhnya maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan. Nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 0.43 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar 1 satuan maka akan menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar 0.75 satuan yang artinya usaha ini juga tidak layak dilaksanakan karena nilai Net B/C kurang dari 1. Tingkat IRR skenario III pun kurang dari opportunity cost of capital yaitu sebesar 3 persen serta payback period yang juga lebih dari umur bisnis yaitu 9.72 tahun. Break Even Point (BEP) Analisis titik impas atau BEP merupakan suatu analisis untuk melihat kondisi saat tingkat produksi (besarnya pendapatan) sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan dalam menghasilkan kerupuk petis sehingga pada kondisi ini perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Pada skenario pertama, perusahaan diasumsikan menghasilkan dua produk yakni kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang. Hasil analisis titik impas usaha pengolahan kerupuk
51 petis ikan dan kerupuk petis udang dapat dilihat pada Tabel 15 sedangkan hasil analisis pada skenario kedua dan ketiga dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15 Hasil analisis titik impas usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I (pengusahaan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang 50%:50%) Uraian Total biaya tetap (Rp) Total biaya variabel (Rp)* Harga jual per unit (Rp)** Total produksi (Kg) BEP (Kg)
Kerupuk petis udang 91 916 154 402 856 625 12 400 50 250 20 971
Kerupuk petis ikan 91 916 154 381 768 375 10 000 50 250 38 257
*Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4 ** Harga diasumsikan pada harga jual distributor
Hasil diatas menunjukan bahwa nilai BEP dalam kilogram pada kerupuk petis udang sebesar 20 971 artinya jumlah produksi minimum yang harus dihasilkan dan harus habis terjual oleh produsen agar mencapai titik impas adalah sebanyak 20 971 kilogram dan total produksi kerupuk petis udang sudah melebihi batas minimal produksi sehingga perusahaan sudah mendapatkan laba. Sedangkan pada kerupuk petis ikan memiliki nilai BEP sebesar 38 257 kilogram artinya jumlah produksi minimum yang harus dihasilkan dan harus habis terjual oleh produsen agar mencapai titik impas adalah sebanyak 38 257 kilogram dan total produksi kerupuk petis udang sudah melebihi batas minimal produksi sehingga perusahaan sudah mendapatkan laba. Perusahaan pada skenario pertama diasumsikan menghasilkan dua macam produk maka dalam menghitung BEP diasumsikan hanya dijual satu jenis produk karena pada kondisi tersebut biasanya permasalahan yang timbul adalah mencari komposisi penjualan yang dapat memberikan laba maksimum (Kuswadi 2006). Untuk itu, pada skenario pertama dilakukan perhitungan BEP total sebagai berikut : Tabel 16 Hasil analisis BEP total usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I (pengusahaan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang 50%:50%) Uraian Biaya variabel Biaya tetap Total Produksi Total penjualan BEP total (Kg)
Kerupuk petis udang 402 856 625 91 916 154 50 250 623 100 000
Kerupuk petis ikan 381 768 375 91 916 154 50 250 502 500 000
Total 784 625 000 183 832 308 100 500 1 125 600 000 54 183.29
Hasil analisis menunjukkan bahwa BEP total pada skenario pertama sebesar 54 183.29 artinya bahwa jumlah produksi minimum kerupuk petis udang yang harus dihasilkan dan harus habis terjual oleh produsen agar mencapai titik impas adalah sebanyak 54 183.29 kilogram dan total produksi perusahaan melebihi batas minimal produksi sehingga pada skenario kedua ini perusahaan
52 mendapatkan laba. Pada Tabel 19 telah menunjukkan bahwa nilai total produksi usaha pengolahan kerupuk petis lebih dari BEP total sehingga perusahaan telah memperoleh laba. Tabel 17 Hasil analisis titik impas usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I, II dan III Uraian TFC (Rp) TVC (Rp) Total produksi (Kg) Harga per unit (Rp) BEP (Kg)
Skenario I 183 832 308 860 242 875 100 500 11 200 54 183.29
Skenario II 183 832 308 836 910 125 100 500 12 400 45 140
Skenario III 183 832 308 803 870 750 100 500 10 000 91 857
Hasil pada Tabel 17 menunjukkan bahwa BEP dalam kilogram pada skenario kedua sebesar 45 140 kilogram yang artinya bahwa jumlah produksi minimum kerupuk petis udang yang harus dihasilkan dan harus habis terjual oleh produsen agar mencapai titik impas adalah sebanyak 45 140 kilogram dan total produksi perusahaan melebihi batas minimal produksi sehingga pada skenario kedua ini perusahaan mendapatkan laba. Jika skenario ketiga dibandingkan dengan hasil BEP pada skenario pertama dan skenario kedua memiliki nilai yang sangat besar dan melebihi batas total produksinya. Pada Tabel 19 ditunjukkan bahwa BEP dalam kilogram sebesar 91 857 kilogram yang artinya bahwa jumlah produksi minimum kerupuk petis udang yang harus dihasilkan dan harus habis terjual oleh produsen agar mencapai titik impas adalah sebanyak 91 857 kilogram.
Analisis Sensitivitas dan Switching Value Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur seberapa besar perubahan maksimum dari suatu komponen inflow atau perubahan maksimum dari komponen outflow yang masih ditoleransi sehingga usaha masih layak dilaksanakan. Analisis ini merupaka variasi dari analisis sensitivitas. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung secara uji coba sehingga nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan discount rate, dan Net B/C sama dengan satu. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi batas yang ditentukan maka usaha tersebut tidak layak dijalankan. Analisis switching value yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan 2 variabel peubah, yaitu peningkatan harga tepung tapioka serta penurunan volume produksi dengan asumsi ceterias paribus. Penentuan kedua variabel ini disebabkan variabel tersebut dianggap paling berpengaruh penting dalam keberlanjutan usaha sebab tepung tapioka sendiri merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kerupuk serta volume produksi yang dihasilkan bergantung pada cuaca alam. Penentuan harga jual kerupuk petis tidak digunakan dalam analisis switching value karena harga tidak pernah mengalami penurunan dan cenderung mengalami peningkatan harga sesuai dengan peningkatan tepung tapioka.
53 Analisis sensitivitas merupakan suatu analisa yang dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan (Nurmalina et al. 2014). Pada usaha pengolahan kerupuk petis ini terdapat 2 variabel yang digunakan dalam setiap skenario, yaitu penurunan kerupuk petis sebesar 20 persen dan peningkatan harga tepung tapioka sebesar 7.46 persen. Peningkatan harga tepung tapioka berdasarkan data empiris sebesar 7.46 persen. Kejadian ini terjadi pada saat peningkatan harga BBM sehingga harga tepung tapioka yang awalnya januari Rp 335 000, kini pada bulan April meningkat menjadi Rp 360 000 per 50 kilogram. Sedangkan penurunan produksi kerupuk petis terjadi pada saat musim hujan karena pada proses penjemuran kerupuk tidak maksimal sehingga terjadi kecacatan produk. besar penurunan kerupuk petis adalah 20 persen, yaitu sebanyak 100 kilogram dari 500 kilogram dan kondisi ini merupakan kondisi terburuk yang pernah dialami oleh pengrajin kerupuk petis. Asumsi tersebut berdasarkan fakta yang ada di lapang. Berikut analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 18 dan Tabel 19. Tabel 18 Analisis sensitivitas skenario I (pengusahaan kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang 50%:50%) Variabel Kondisi normal Penurunan produksi kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang Peningkatan harga tepung tapioka
Perubahan (%) 20
NPV (Rp 000) 681 053 -1 502 909
7.46
166 174
IRR (%)
Net B/C
33 -
2.62 -
13
1.36
Pada skenario I dengan asumsi ceteris paribus menggunakan 2 variabel peubah, yaitu penurunan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan, serta peningkatan harga tepung tapioka. Hasil analisis sentivitas menunjukkan bahwa penurunan produksi kerupuk petis sebesar 20 persen menyebabkan perusahaan kerupuk petis tidak layak dijalankan karena nilai NPV kurang dari nol yaitu – Rp 1 502 909 100. Sedangkan pada peningkatan harga tepung tapioka sebear 7.46 persen tidak begitu berpengaruh signifikan terhadap kelayakan perusahaan tepung tapioka karena nilai NPV masih berada diatas nol yaitu Rp 166 174 290. Tabel 19 Analisis sensitivitas pada skenario II (pengusahaan 100% kerupuk petis udang) Variabel Kondisi normal Penurunan produksi kerupuk petis udang Peningkatan harga tepung tapioka
Perubahan (%) 20
NPV (Rp 000) 1 473 514 -919 162
7.46
962 449
IRR (%)
Net B/C
73 -
5.24 -
46
3.44
Pada skenario II dengan asumsi ceteris paribus menggunakan 2 variabel peubah, yaitu penurunan kerupuk petis udang serta peningkatan harga tepung
54 tapioka. Hasil analisis sentivitas menunjukkan bahwa penurunan produksi kerupuk petis sebesar 20 persen menyebabkan perusahaan kerupuk petis tidak layak dijalankan karena nilai NPV kurang dari nol yaitu – Rp 919 162 234. Sedangkan pada peningkatan harga tepung tapioka sebear 7.46 persen tidak begitu berpengaruh signifikan terhadap kelayakan perusahaan tepung tapioka karena nilai NPV masih berada diatas nol yaitu Rp 962 448 910. Hasil analisis switching value usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I, II, dan II dapat dilihat pada Tabel 20. Pada skenario I dan skenario II menggunakan 2 variabel peubah, yaitu penurunan kerupuk petis dan peningkatan harga tepung tapioka. Pada skenario ketiga menggunakan komponen variabel peningkatan jumlah produksi karena pada skenario ketiga hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa usaha tidak layak sehingga dengan menggunakan analisis switching value ini dapat mengetahui seberapa besar peningkatan jumlah produksi agar NPV = 0 Tabel 20 Hasil switching value skenario I, II, dan III Variabel Penurunan produksi kerupuk petis ikan dan kerupuk petis udang Penurunan produksi kerupuk petis udang Peningkatan harga tepung tapioka Peningkatan produksi kerupuk petis ikan
Skenario I 6.24
Skenario II -
Skenario III -
9.87 -
12.32 21.51 -
1.24
Berdasarkan hasil analisis switching value pada Tabel 20, skenario I menunjukkan bahwa batas kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis apabila terjadi penurunan jumlah produksi kerupuk petis sebesar 6.24 persen Sedangkan pada variabel peningkatan harga tepung tapioka memiliki nilai pengganti sebesar 9.87 persen yang artinya bahwa peningkatan maksimum harga tepung tapioka agar usaha pengolahan kerupuk petis layak dijalankan sebesar 9.87 persen. Hasil analisis switching value pada skenario II menunjukkan bahwa pada variabel penurunan produksi kerupuk petis sebesar 12.32 persen yang artinya bahwa batas maksimum penurunan kerupuk petis yang masih ditoleransi adalah sebesar 12.32 persen dari total produksi. Sedangkan pada variabel peningkatan harga tepung tapioka sebesar 21.51 persen artinya adalah batas peningkatan maksimum harga tepung tapioka yang masih ditoleransi adalah sebesar 21.51 persen. Namun peningkatan tepung tapioka sebesar 7.46 persen tidak berpengaruh pada kondisi kelayakan perusahaan kerupuk petis baik pada skenario I maupun skenario II sehingga variabel ini tidak sensitif terhadap kelayakan usaha pengolahan kerupuk petis. Sedangkan pada skenario III, usaha pengolahan kerupuk petis dapat dijalankan apabila jumlah produksi kerupuk petis ikan ditingkatkan sebesar 1.24 persen atau melebihi batas tersebut untuk mendapatkan keuntungan perusahaan.
55
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pengolahan kerupuk petis di Desa Sijeruk Kabupaten Kendal maka simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : 1. Berdasarkan aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, serta aspek sosial, budaya dan ekonomi bahwa usaha pengolahan kerupuk petis sudah layak untuk dijalankan. Sedangkan pada aspek manajemen dan aspek lingkungan usaha pengolahan kerupuk petis kurang layak dijalankan. 2. Skenario I menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk petis layak untuk dijalankan karena kelima kriteria mampu dicapai yaitu NPV sebesar Rp 681 juta, Net B/C sebesar 2.62, IRR sebesar 33 persen, PP selama 3.98 tahun dan BEP sebesar 54 183.3 kilogram. Skenario II menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk petis layak untuk dijalankan karena kelima kriteria mampu dicapai yaitu NPV sebesar Rp 1.47 milyar, Net B/C sebesar 5.24, IRR sebesar 73 persen, PP selama 2.36 tahun dan BEP sebesar 45 140 kilogram. Namun, pada skenario III menunjukkan bahwa usaha tidak layak dilaksanakan karena nilai NPV masih kurang dari nol yaitu negatif Rp 292.5 juta. 3. Hasil analisis sensitivitas usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I dan skenario II sangat sensitif terhadap penurunan jumlah produksi kerupuk petis sedangkan peningkatan harga tepung tapioka tidak berpengaruh secara signifikan pada kelayakan usaha. Pada skenario ketiga, usaha dapat dijalankan apabila jumlah produksi kerupuk petis ditingkatkan sebesar 1.24 persen.
Saran 1.
2.
3.
Berdasarkan hasil analisis non finansial karena usaha pengolahan kerupuk petis tidak layak dari aspek manajemen dan lingkungan maka perusahaan kerupuk petis sebaiknya melakukan pencatatan pembukuan mengenai data penjualan, pengeluaran usaha serta data produksi kerupuk petis agar dapat mengetahui secara pasti mengenai total penjualan kerupuk petis, pemasukan dan pengeluaran dari usaha tersebut. Selain itu, dari segi aspek lingkungan dalam pendirian usaha pengolahan kerupuk petis ini perlu meperhatikan limbah cair dari sisa pembumbuan dengan cara pembuatan saluran pembuangan tertutup yang mengalir langsung ke pembuangan terpusan seperti septic tank yang mana cara ini lebih cocok untuk ukuran usaha mikro. Berdasarkan hasil analisis finansial pada skenario ketiga yang menunjukkan bahwa kerupuk petis ikan tidak layak dilaksanakan maka sebaiknya pengrajin kerupuk petis meningkatkan kapasitas produksi kerupuk lebih dari nilai switching value yaitu 10.54 persen. Hal ini dimaksudkan agar usaha pengolahan kerupuk petis layak dalam kriteria investasi serta mendapatkan laba. Berdasarkan penjelasan dalam pembahasan bahwa penurunan produksi kerupuk petis merupakan komponen yang paling sensitif maka pengrajin kerupuk petis sebaiknya melakukan pengawasan lebih pada kegiatan
56 penjemuran kerupuk terutama pada musim hujan agar dapat mengurangi tingkat kerusakan kerupuk petis meskipun.
DAFTAR PUSTAKA Apriyadi A. 2003. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengolahan Ikan Pada Insdutri Kerupuk Ikan/Udang di Indramayu. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Ariesa FN, Tinaprilla N. 2012. Analisis Kelayakan Restrukturisasi Mesin Pabrik Gula Kremboong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. JFA. 2(1): 53-68. Carl S. Warren, James M, Philip E. Fess. 2006. Pengantar Akuntansi. Ed ke-21. Farahmita A, Amanugrahani, Hendrawan T, penerjemah. Jakarta (ID). Salemba Empat. Terjemahan dari : Accounting. Gittinger JP.1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Mangiri K, Stomo S, penerjemah. Jakarta (ID). UI Pr. Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture Project. Gray C, Sabur LK, Simanjuntak P, Haspaitella PFI. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek Ed Ke-4. Yogyakarta (ID): UPP AMP YKPN Husein U. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Ed ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta. Johan S. 2011. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Graha Ilmu. Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Ed ke-2. Jakarta (ID): Prenada Media Group Kusrina R. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramyu, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Marcellina, Linda A, Setiawan, Hendra A. 2012. Analisis Dampak Kredit Mikro Terhadap Perkembangan Usaha Mikro di Kota Semarang [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen Ed ke-2.Yogyakarta (ID): Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Ningsih T, Wisudo SH, Huseini M, Poernomo A, Nurani TW. 2012. Keunggulan Kompetitif UKM Sentra Pengolahan Kerupuk Ikan dan Udang di Indramayu Berbasis Sumber Daya. J Manaje IKM. 7(1) : 44-53. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Oktafiyani IR. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapid dan Kulit Kerbau, Kecamatan Pegandong, Kabupaten Kendal [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
57 Permana B. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Perusahaan Perorangan Ichtiar Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prapti, Chandrawati. 2011. IbM bagi Home Industry Kerupuk Petis di Kelurahan Sijeruk Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Sebagai Embrio Berdirinya Sentra Industri Kerupuk Kendal [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Katolik Soegijapranata. Prasetyo E, Mukson. 2003. Kajian Pemasaran Produk Olahan di Beberapa Kabupaten di Jawa Tengah. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Rafinaldi N. 2006. Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM bagi Penumbuhan Usaha Baru [internet]. [diunduh 2015 Juni 15] ; 29 (22) : 32-41. Tersedia pada: http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2029/penumbuhan_ ush_baru.pdf. Sarwanto. 2011. Kelayakan Usaha Pembesaran Itik Pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Septiani R. 2009. Analisis kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi Tresnaprihandini Y. 2006. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan Pada Perusahaan Candramawa di Kabupaten Kendal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Widyastono P. 2006. Analisis Kelayakan Usaha Penggorengan Kerupuk Studi Kasus Usaha Kecil Sumber Makmur Sentosa di Dramaga. Kabupaten Kendal Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
58 Lampiran 1 Diagram alur proses pengolahan kerupuk petis
Persiapan bumbu
Pengulenan
Perebusan
Penjemuran I
Pemotongan kerupuk
Penirisan
Pembumbuan
Penjemuran II
Pengemasan 250 gram
Pengemasan 5 kg
59 Lampiran 2 Layout usaha pengolahan kerupuk petis
Jalan raya
14
13
12
4
6
5
8
3
11
7
9
10 1 2
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pengulenan Perebusan Rak penirisan Rak penirisan Penyimpanan tepung tapioka Mesin pemotong kerupuk Pembuatan bumbu Penyimpanan bumbu dapur
9. 10. 11. 12. 13. 14.
Pembumbuan kerupuk Penyimpanan hasil penjemuran Keran air Penyimpanan kerupuk Pengemasan kerupuk Garasi kendaraan
60
Lampiran 3 Komponen penerimaan usaha pengolahan kerupuk petis Skenario I No Uraian AGEN/DISTRIBUTOR 1 Kerupuk petis udang 2 Kerupuk petis ikan PENGECER.KONSUMEN AKHIR 1 Kerupuk petis udang 2 Kerupuk petis ikan 3 BS 4 afkir TOTAL
Satuan
Jumlah
Harga/kg
Penerimaan 3 hr
Penerimaan/hari
Penerimaan/thn I
Penerimaan/ thn II
Kg Kg
397 391
12400 10000
4917375 3909375
1639125 1303125
329464125 261928125
499933125 397453125
Kg Kg Kg Kg
308 304 65 35
13000 11000 4400 1000
4009688 3344688 286000 35000
1336563 1114896 95333 11667
268649063 224094063 19162000 2345000 1105642375
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
Skenario II (Kerupuk petis udang) No 1 2 3 4
Uraian Distributor Pengecer BS Afkir TOTAL
Jumlah (kg) 787.5 612.5 65 35
Harga/kg 12400 13000 4400 1000
Penerimaan/ 3 hari 9765000 7962500 286000 35000
Penerimaan/Hari 3255000 2654167 95333 11667
Penerimaan/ Tahun I 654255000 533487500 19162000 2345000 1209249500
Penerimaan/ Tahun II-X 992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
Skenario III (Kerupuk petis ikan) No
Uraian
Jumlah (Kg)
Harga/Kg
Penerimaan/ 3 Hari
Penerimaan/Hari
Penerimaan/ Tahun I
Penerimaan/ Tahun II-X
1
Distributor
788
10000
7875000
2625000
527625000
800625000
2
Pengecer
613
11000
6737500
2245833
451412500
684979167
3
BS
65
4400
286000
95333
19162000
29076667
4
Afkir
35
1000
35000
11667
2345000
3558333
1000544500
1518239167
TOTAL
61 Lampiran 4 Komponen biaya investasi, umur ekonomis, dan nilai penyusutan Komponen Biaya Tanah Bangunan : Pabrik ruang penyimpanan Dapur ruang penjemuran Septic tank Mesin : Mesin Potong Blender Philips Pompa air Stapler Alat Transportasi : Mobil Pick up Motor Peralatan : lampu Timbangan Kiloan Timbangan Gantung Drum biru Ember Kecil Putih kursi kayu meja kecil almari kecil Ember Besar Ember Tanggung Pisau Gayung Regen Andang
Jumlah Fisik
Satuan
Harga Satuan
2
300
m
1125000
80 16 40 60 2
m2 m2 m2 m2 m3
4 1 1 5
unit unit unit unit
4500000 350000 350000 20000
1 1
unit unit
91500000 10825000
4 2 1 4 5 1 1 1 10 5 10 4 6 30
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
35000 150000 350000 300000 15000 75000 100000 100000 35000 20000 20000 15000 40000 15000 total
jumlah total 337500000 0 50000000 10000000 10000000 14000000 2000000 18000000 350000 350000 100000 0 91500000 10825000 0 140000 300000 350000 1200000 75000 75000 100000 100000 350000 100000 200000 60000 240000 450000 548365000
Umur Ekonomis
Nilai Penyusutan per Tahun
Nilai Sisa Akhir Proyek
reinvestasi di tahun ke
337500000 10 10 10 3 10
5000000 1000000 1000000 4666667 200000
0 0 0 9333333 0
5 5 5 5
3600000 70000 70000 20000
0 0 0 0
15 15
6100000 721667
30500000 3608333
2 10 10 5 5 10 10 10 3 3 5 3 2 3
70000 30000 35000 240000 15000 7500 10000 10000 116667 33333 40000 20000 120000 150000 23345833
0 0 0 0 0 0 0 0 233333 66667 0 40000 0 300000 381581667
4,7,10
6 6 6 6
3,5,7,9
6 6
4,7,10 4,7,10 6 4,7,10 3,5,7,9 4,7,10
62 Lampiran 5 Biaya variabel usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I No
Uraian 1
2
3
4 5
Jumlah
Biaya Bahan Baku Petis udang Petis ikan Tepung tapioka Gula pasir Terasi Ketumbar Bawang Garam MSG Biaya Pengemasan Cap Plastik kecil Plastik besar Biaya bahan bakar Solar Kayu bakar Biaya transportasi* Gaji borongan** Total
Satuan
Harga/unit
Biaya/ tahun I
Biaya/tahun II-X
3.75 11.25 1500 3.75 7.5 1 9 30 12
Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg
37 000 7 500 337 500 13 000 20 000 28 000 12 500 1 500 19 000
7437000 3768750 678375000 3266250 8040000 1876000 5025000 2010000 10184000
11285000 5718750 1029375000 4956250 12200000 2846667 7625000 3050000 15453333
5 2000 300
Rim Lembar Lembar
800 85.72 428.57
268 000 11 485 714 8 614 286
406 667 17 428 571 13 071 429
8 1 1 1
Liter Rit Bulan hari
6 500 360 000 300000 208333
3 484 000 24 120 000 2 400 000 41875000 860 242 875
5 286 666.67 36 600 000 3 600 000 63541667 1 305 301 875
*Biaya transportasi per bulan Rp 300 000 ** Gaji borongan Gaji Borongan kerupuk petis udang kerupuk petis ikan per 3 hari Per hari pertahun I (201) per tahun II (305)
Biaya variabel masing-masing unit
biaya/unit
5 5
75 000 50 000
Total biaya 375000 250000 625000 208333 41875000 63541667
kerupuk petis udang Petis Udang 7437000 Petis Ikan Trasi Biaya Variabel lainnya Gaji Borongan Total
502500 8040000 361752125 25125000 402856625
kerupuk petis ikan Petis Ikan 3266250 Biaya Variabel lainnya 361752125 Gaji Borongan 16750000 Total
381768375
63 Lampiran 6 Biaya variabel usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario II bahan baku petis udang petis ikan tepung tapioka Gula Trasi ketumbar Bawang Garam MSG cap plastik kecil plastik besar solar kayu bakar Biaya Transportasi Gaji Borongan
per 3 hari 7.5 3.75 30 3.75 15 1 6 20 8 5 2000 300 8 1 rit
harga/unit 37000 7500 335000 13000 20000 28000 12500 1500 19000 800 86 429 6500 360000
1
750000
*Biaya transportasi per bulan Rp 300 000 **Gaji borongan gaji borongan per 3 hari (10 sak) per hari
biaya/ sak
Total 75000
750000 250000
total
biaya/hari 277500 28125 10050000 48750 300000 28000 75000 30000 152000 4000 171429 128571 52000 360000
92500 9375 3350000 16250 100000 9333 25000 10000 50667 1333 57143 42857 17333 120000
750000
250000
biaya/tahun I 18592500 1884375 673350000 3266250 20100000 1876000 5025000 2010000 10184000 268000 11485714 8614286 3484000 24120000 2400000 50250000
biaya/tahun II 28212500 2859375 1021750000 4956250 30500000 2846667 7625000 3050000 15453333 406667 17428571 13071429 5286667 36600000 3600000 76250000
64
Lampiran 7 Biaya variabel usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario III No
per 3 hari
harga/unit
total
biaya/hari
biaya/tahun I
biaya/tahun II
1
bahan baku petis ikan
15
7500
112500
37500
7537500
11437500
2
tepung tapioka
30
335000
10050000
3350000
673350000
1021750000
3
Gula
3.75
13000
48750
16250
3266250
4956250
4
ketumbar
1
28000
28000
9333
1876000
2846667
5
Bawang
6
12500
75000
25000
5025000
7625000
6
Garam
20
1500
30000
10000
2010000
3050000
7
MSG
8
19000
152000
50667
10184000
15453333
8
cap
5
800
4000
1333
268000
406667
9
plastik kecil
2000
86
171429
57143
11485714
17428571
10
plastik besar
300
429
128571
42857
8614286
13071429
11
solar
8
6500
52000
17333
3484000
5286667
12
kayu bakar
1 rit
360000
360000
120000
24120000
36600000
13
Biaya Transportasi
2400000
3600000
14
Gaji Borongan 1 *Biaya transportasi Rp 300 000 per bulan ** Gaji borongan
33500000
50833333
gaji borongan per 3 hari (10 sak) per hari
biaya/ sak 50000
500000
total 500000 166667
500000
166667
65 Lampiran 8 Biaya tetap usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I, skenario II, dan skenario III No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Uraian Kalo Lemek (alas) Biaya listrik Biaya telpon Pajak pick up Pajak motor Pajak bumi dan bangunan Biaya perawatan pick up Biaya perawatan motor THR Tanah sewa Perpanjangan PIRT Perpanjangan Depkes Gaji karyawan* Upah manager Alat tulis kantor
Satuan Unit Unit Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun M2 Tahun Tahun Hari Hari Bulan
*Gaji karyawan Gaji/hari Pengaduk adonan Pembumbuan, penjemuran, pengemasan Perajangan Total biaya per hari
Jumlah fisik tahun 1 16 240 8 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 201 201 10
Satuan Orang Orang Orang
Jumlah 1 6 2
Jumlah fisik 16 240 12 12 1 1 1 1 1 1 580 1 1 305 305 12
Biaya/unit 106 000 78 000 78 000
Biaya Satuan 35 000 25 000 50 000 100 000 1 000 000 180 000 100 000 2 000 000 200 000 1 000 000 1 200 000 83 333.33 66 666.67 730 000 115 384.62 32 000 Total
Total 106 000 468 000 156 000 730 000
Biaya per tahun pertama 560 000 6 000 000 400 000 800 000 1 000 000 180 000 100 000 2 000 000 200 000 1 000 000 1 200 000 83 333.33 66 666.67 146 730 000 23 192 307.69 320 000 183 832 308
Biaya per tahun kedua 560 000 6 000 000 600 000 1 200 000 1 000 000 180 000 100 000 2 000 000 200 000 1 000 000 1 200 000 83 333.33 66 666.67 222 650 000 35 192 308 384 000 272 416 308
66 Lampiran 9 Cashflow usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I No
Tahun ke-
Uraian
A
INFLOW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1105642375
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1105642375
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
2059297708
380000
14960000
380000
20275000
15340000
380000
14960000
381581667
Salvage value TOTAL INFLOW B
OUTFLOW TOTAL INVESTASI
548365000
TOTAL VC
812229000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
TOTAL FC
183832308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
1544426308
1504861308
1505241308
1519821308
1505241308
1525136308
1520201308
1504861308
1505241308
1519821308
11056424
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
-449840356
156077574
155697574
141117574
155697574
135802574
140737574
156077574
155697574
522699240
0.935
0.873
0.816
0.763
0.713
0.666
0.623
0.582
0.544
0.508
PV
-420411548
136324197.4
127095598.7
107657921.2
111010218.1
90490989
87644288
90838569
84689164
265713789
PV (-)
-420411548
PV(+)
1101464733
NPV
681053185
TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7%
IRR
33%
Net B/C
2.62
PP
3.98
67 Lampiran 10 Laporan laba rugi usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario I No A 1
2
B
Uraian INFLOW Agen/distributor kerupuk petis udang kerupuk petis ikan Pengecer Kerupuk Petis udang Kerupuk Petis Ikan BS Afkir TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL VC TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Laba sebelum pajak Laba setelah pajak Total Laba Bersih
1
2
3
4
329464125 261928125
499933125 397453125
499933125 397453125
499933125 397453125
268649063 224094063 19162000 2345000 1105642375
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
812229000 207278141 1019507141 11056424 86135234 75078810 1268764472
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
Tahun Ke5
6
7
8
9
10
499933125 397453125
499933125 397453125
499933125 397453125
499933125 397453125
499933125 397453125
499933125 397453125
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
407651563 340043229 29076667 3558333 1677716042
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
1232445000 295862141 1528307141 16777160 149408901 132631740
68 Lampiran 11 Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap penurunan jumlah produksi kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan pada skenario I No
Tahun ke-
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
kerupuk petis udang
308915913.8
468753003.5
468753003.5
468753003.5
468753003.5
468753003.5
468753003.5
468753003.5
468753003.5
468753003.5
kerupuk petis ikan
245592038.5
372664536.1
372664536.1
372664536.1
372664536.1
372664536.1
372664536.1
372664536.1
372664536.1
372664536.1
Kerupuk Petis udang
251893801
382226911
382226911.5
382226911.5
382226911.5
382226911.5
382226911.5
382226911.5
382226911.5
382226911.5
Kerupuk Petis Ikan
210117633
318835214
318835214
318835214
318835214
318835214
318835214
318835214
318835214
318835214
19162000
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
2345000
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
A
INFLOW 1
2
Agen/distributor
Pengecer
BS Afkir 3
381581667
Salvage value TOTAL
B
1038026386
1575114665
1575114665
1575114665
1575114665
1575114665
1575114665
380000
14960000
380000
20275000
15340000
1575114665
1575114665
1956696332
380000
14960000
OUTFLOW TOTAL INVESTASI
548365000
TOTAL VC
812229000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
TOTAL FC
183832308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
1544426308
1504861308
1505241308
1519821308
1505241308
1525136308
1520201308
1504861308
1505241308
1519821308
10380264
15751147
15751147
15751147
15751147
15751147
15751147
15751147
15751147
15751147
-516780186
54502211
54122211
39542211
54122211
34227211
39162211
54502211
54122211
421123878
0.935
0.873
0.816
0.763
0.713
0.666
0.623
0.582
0.544
0.508
PV
-482972136
47604341.75
44179845.83
30166563.35
38588388.35
22807036
24388257
31720783
29438897
214078025
PV (-)
-482972136
TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7%
69 PV(+)
482972136
NPV
0
IRR
7%
Net B/C
1.00
PP
9.31
Switching value
6.24 %
Lampiran 12 Analisis sensitivitas penurunan kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan sebesar 20 % No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
kerupuk petis udang
263571300
399946500
399946500
399946500
399946500
399946500
399946500
399946500
399946500
399946500
kerupuk petis ikan
209542500
317962500
317962500
317962500
317962500
317962500
317962500
317962500
317962500
317962500
Kerupuk Petis udang
214919250
326121250
326121250
326121250
326121250
326121250
326121250
326121250
326121250
326121250
Kerupuk Petis Ikan
179275250
272034583
272034583
272034583
272034583
272034583
272034583
272034583
272034583
272034583
19162000
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
2345000
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
A
INFLOW 1
2
Agen/distributor
Pengecer
BS Afkir 3
381581667
Salvage value TOTAL
B
Tahun ke-
Uraian
888815300
1348699833
1348699833
1348699833
1348699833
1348699833
1348699833
380000
14960000
380000
20275000
15340000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1232445000
1348699833
1348699833
1730281500
380000
14960000
1232445000
1232445000
OUTFLOW TOTAL INVESTASI
548365000
TOTAL VC
812229000
1232445000
1232445000
70 TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7% PV
183832308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
1544426308
1504861308
1505241308
1519821308
1505241308
1525136308
1520201308
1504861308
1505241308
1519821308
8888153
13486998
13486998
13486998
13486998
13486998
13486998
13486998
13486998
13486998
-664499161
-169648473
-170028473
-184608473
-170028473
-189923473
-184988473
-169648473
-170028473
196973194
0.935
0.873
0.816
0.763
0.713
0.666
0.623
0.582
0.544
0.508
-621027253
-148177546.2
-138793881.3
-140836919.9
-121227951.1
-126554029
-115201524
-98736956
-92484223
100131184
PV (-)
-621027253
PV(+)
-881881846.8
NPV
-1502909100
Lampiran 13 Analisis sensitivitas peningkatan harga tepung tapioka sebesar 7,46 % pada skenario I No
Tahun ke-
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
kerupuk petis udang
329464125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
kerupuk petis ikan
261928125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
Kerupuk Petis udang
268649063
407651563
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
Kerupuk Petis Ikan
224094063
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
19162000
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
2345000
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
A
INFLOW 1
2
Agen/distributor
Pengecer
BS Afkir 3
Salvage value TOTAL INFLOW
3558333 381581667
1105642375
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
2059297708
71 TOTAL INVESTASI
548365000
380000
14960000
380000
20275000
15340000
380000
14960000
Biaya Variabel tepung tapioka
728981775
1106166375
1106166375
1106166375
1106166375
1106166375
1106166375
1106166375
1106166375
1106166375
TOTAL VC
862835775
1309236375
1309236375
1309236375
1309236375
1309236375
1309236375
1309236375
1309236375
1309236375
TOTAL FC
183832308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
1595033083
1581652683
1582032683
1596612683
1582032683
1601927683
1596992683
1581652683
1582032683
1596612683
TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7% PV
11056424
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
-500447131
79286199
78906199
64326199
78906199
59011199
63946199
79286199
78906199
445907865
0.935
0.873
0.816
0.763
0.713
0.666
0.623
0.582
0.544
0.508
-467707599
69251636.44
64410962.36
49074148.89
56259029.05
39321653
39822479
46145289
42919744
226676948
PV (-)
-467707599
PV(+)
633881889.6
NPV
166174290
IRR
13%
Net B/C
1.36
PP
8.82
72 Lampiran 14 Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap peningkatan harga tepung tapioka pada skenario I No
Tahun ke-
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
kerupuk petis udang
329464125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
499933125
kerupuk petis ikan
261928125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
397453125
Kerupuk Petis udang
268649063
407651563
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
407651562.5
Kerupuk Petis Ikan
224094063
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
340043229
19162000
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
2345000
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
1105642375
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
1677716042
2059297708
380000
14960000
380000
20275000
15340000
380000
14960000
A
INFLOW 1
2
Agen/distributor
Pengecer
BS Afkir 3
381581667
Salvage value TOTAL INFLOW TOTAL INVESTASI
548365000
Biaya Variabel tepung tapioka
745314829
1130950363
1130950363
1130950363
1130950363
1130950363
1130950363
1130950363
1130950363
1130950363
TOTAL VC
879168829
1334020363
1334020363
1334020363
1334020363
1334020363
1334020363
1334020363
1334020363
1334020363
TOTAL FC
183832308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
1611366137
1606436670
1606816670
1621396670
1606816670
1626711670
1621776670
1606436670
1606816670
1621396670
TOTAL OUTFLOW Pajak 1 %
11056424
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
16777160
-516780186
54502211
54122211
39542211
54122211
34227211
39162211
54502211
54122211
421123877
0.935
0.873
0.816
0.763
0.713
0.666
0.623
0.582
0.544
0.508
PV
-482972136
47604341.69
44179845.77
30166563.3
38588388.31
22807036
24388257
31720783
29438897
214078025
PV (-)
-482972136
Net Benefit DF 7%
73 PV(+)
482972136.1
NPV
0
IRR
7%
Net B/C
1.00
PP
9.31
Switching value
9.87%
Lampiran 15 Cashflow usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario II No
Uraian
A
INFLOW Salvage value TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL INVESTASI TOTAL VC Biaya Tetap TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7% PV PV (-) PV(+) NPV IRR Net B/C PP
5 B
1 1209249500
2 1834930833
3 1834930833
4 1834930833
Tahun 5 6 1834930833 1834930833
7 1834930833
8 1834930833
9 1834930833
1209249500
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
10 1834930833 381581666.7 2216512500
548365000 836 910 125
1269 896 458
380000 1269 896 458
14960000 1269 896 458
380000 1269 896 458
20275000 1269 896 458
15340000 1269 896 458
1269 896 458
380000 1269 896 458
14960000 1269 896 458
272416308 1542312766 18349308 274268759 0.873 239556 956
272416308 1542692766 18349308 273888759 0.816 223574 812
272416308 1557272766 18349308 259308759 0.763 197825 411
272416308 1542692766 18349308 273888759 0.713 195278 900
272416308 1562587766 18349308 253993759 0.666 169246 766
272416308 1557652766 18349308 258928759 0.623 161247 818
272416308 1542312766 18349308 274268759 0.582 159626 915
272416308 1542692766 18349308 273888759 0.544 148977 338
272416308 1557272766 18349308 640890426 0.508 325796 194
183832308 1569107433 12092495 -371950428 0.935 -347617222 -347617222 1821131110 1473513888 73% 5.24 2.36
74
Lampiran 16 Laporan laba rugi usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario II N o 1 2 3 4
Uraian INFLOW Distributor Pengecer BS Afkir TOTAL OUTFLOW TOTAL VC
1
2
3
4
654255000 533487500 19162000 2345000 1209249500
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
Tahun 5
6
7
8
9
10
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 1834930833
836910125
1269896458
1269896458
1269896458
1269896458
1269896458
1269896458
1269896458
1269896458
1269896458
TOTAL FC TOTAL OUTFLOW
207278141 1044188266
295862141 1565758599
295862141 1565758599
295862141 1565758599
295862141 1565758599
295862141 1565758599
295862141 1565758599
295862141 1565758599
295862141 1565758599
295862141 1565758599
Pajak 1 % Laba sebelum pajak Laba setelah pajak Total Laba Bersih
12092495 165061234 152968739 2410375070
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
18349308.33 269172234 250822926
75 Lampiran 17 Analisis sensitivitas penurunan kerupuk petis udang sebesar 20 % pada skenario II No
Uraian
A
INFLOW Distributor Pengecer BS Afkir Salvage value TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL INVESTASI TOTAL VC Biaya Tetap TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7% PV PV (-) PV(+) NPV
1 2 3 4 5 B
1
2
3
4
523404000 426790000 19162000 2345000
794220000 647616667 29076667 3558333
794220000 647616667 29076667 3558333
794220000 647616667 29076667 3558333
971701000
1474471667
1474471667
548365000 836 910 125
1269 896 458 272416308 1542312766 14744717 -82585816 0.873 -72133 650
183832308 1569107433 9717010 -607123443 0.935 -567405087 -567405087 -351757147 -919162234
Tahun 5
6
7
8
9
10
794220000 647616667 29076667 3558333
794220000 647616667 29076667 3558333
794220000 647616667 29076667 3558333
794220000 647616667 29076667 3558333
794220000 647616667 29076667 3558333
1474471667
1474471667
1474471667
1474471667
1474471667
1474471667
794220000 647616667 29076667 3558333 381581666.7 1856053333
380000 1269 896 458
14960000 1269 896 458
380000 1269 896 458
20275000 1269 896 458
15340000 1269 896 458
1269 896 458
380000 1269 896 458
14960000 1269 896 458
272416308 1542692766 14744717 -82965816 0.816 -67724 819
272416308 1557272766 14744717 -97545816 0.763 -74417 236
272416308 1542692766 14744717 -82965816 0.713 -59153 480
272416308 1562587766 14744717 -102860816 0.666 -68540 505
272416308 1557652766 14744717 -97925816 0.623 -60983 277
272416308 1542312766 14744717 -82585816 0.582 -48065 697
272416308 1542692766 14744717 -82965816 0.544 -45127 907
272416308 1557272766 14744717 284035851 0.508 144389 424
76 Lampiran 18 Analisis sensitivitas peningkatan harga tepung tapioka sebesar 7.46% pada skenario II No
Uraian
A
INFLOW Distributor Pengecer BS Afkir Salvage value TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL INVESTASI Biaya Variabel tepung tapioka TOTAL VC Biaya Tetap TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7% PV PV (-) PV(+) NPV IRR Net B/C PP
1 2 3 4 5 B
3
1
2
3
4
654255000 533487500 19162000 2345000
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
1209249500
1834930833
1834930833
548365000
Tahun 5
6
7
8
9
10
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 381581666.7 2216512500
380000
14960000
380000
20275000
15340000
380000
14960000
723581910 887142035
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
1097972550 1346119008
183832308 1619339343 12092495 -422182338 0.935 -394562932 -394562932 1357011843 962448910 46% 3.44 3.14
272416308 1618535316 18349308 198046209 0.873 172981 229
272416308 1618915316 18349308 197666209 0.816 161354 507
272416308 1633495316 18349308 183086209 0.763 139675 592
272416308 1618915316 18349308 197666209 0.713 140933 275
272416308 1638810316 18349308 177771209 0.666 118456 463
272416308 1633875316 18349308 182706209 0.623 113780 244
272416308 1618535316 18349308 198046209 0.582 115264 697
272416308 1618915316 18349308 197666209 0.544 107517 321
272416308 1633495316 18349308 564667876 0.508 287048 515
77 Lampiran 19 Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap penurunan jumlah produksi kerupuk petis udang pada skenario II No
Uraian
A
INFLOW Distributor Pengecer BS Afkir Salvage value TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL INVESTASI TOTAL VC Biaya Tetap TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7% PV PV (-) PV(+) NPV IRR Net B/C PP Switching value
1 2 3 4 5 B
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
573671270 467778545 19162000 2345000
870496206 709813215 29076667 3558333
870496206 709813215 29076667 3558333
870496206 709813215 29076667 3558333
870496206 709813215 29076667 3558333
870496206 709813215 29076667 3558333
870496206 709813215 29076667 3558333
870496206 709813215 29076667 3558333
870496206 709813215 29076667 3558333
1062956815
1612944421
1612944421
1612944421
1612944421
1612944421
1612944421
1612944421
1612944421
870496206 709813215 29076667 3558333 381581666.7 1994526088
548365000 836910125
1269896458
380000 1269896458
14960000 1269896458
380000 1269896458
20275000 1269896458
15340000 1269896458
1269896458
380000 1269896458
14960000 1269896458
272416308 1542312766 16129444 54502211 0.873 47604 342
272416308 1542692766 16129444 54122211 0.816 44179 846
272416308 1557272766 16129444 39542211 0.763 30166 563
272416308 1542692766 16129444 54122211 0.713 38588 388
272416308 1562587766 16129444 34227211 0.666 22807 036
272416308 1557652766 16129444 39162211 0.623 24388 257
272416308 1542312766 16129444 54502211 0.582 31720 783
272416308 1542692766 16129444 54122211 0.544 29438 897
272416308 1557272766 16129444 421123877 0.508 214078 025
183832308 1569107433 10629568 -516780186 0.935 -482972136 -482972136 482972136 0 7% 1.00 9.31 12.32%
78 Lampiran 20 Switching value usaha pengolahan kerupuk petis terhadap peningkatan harga tepung tapioka pada skenario II No
Uraian
A
INFLOW Distributor Pengecer BS Afkir Salvage value TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL INVESTASI Biaya Variabel tepung tapioka TOTAL VC Biaya Tetap TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7% PV PV (-) PV(+) NPV IRR Net B/C PP Switching value
1 2 3 4 5 B
3
1
2
3
4
654255000 533487500 19162000 2345000
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
1209249500
1834930833
1834930833
548365000
Tahun 5
6
7
8
9
10
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
992775000 809520833 29076667 3558333
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
1834930833
992775000 809520833 29076667 3558333 381581666.7 2216512500
380000
14960000
380000
20275000
15340000
380000
14960000
818187585 981747710
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
1241528425 1489674883
183832308 1713945018 12092495 -516788013 0.935 -482979451 -482979451 482979451 0 7% 1.00 9.31 21.51%
272416308 1762091191 18349308 54490334 0.873 47593 968
272416308 1762471191 18349308 54110334 0.816 44170 151
272416308 1777051191 18349308 39530334 0.763 30157 503
272416308 1762471191 18349308 54110334 0.713 38579 920
272416308 1782366191 18349308 34215334 0.666 22799 122
272416308 1777431191 18349308 39150334 0.623 24380 860
272416308 1762091191 18349308 54490334 0.582 31713 870
272416308 1762471191 18349308 54110334 0.544 29432 436
272416308 1777051191 18349308 421112001 0.508 214071 987
79 Lampiran 21 Cashflow usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario III No A
INFLOW 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1000544500
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1000544500
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1899820833
380000
14960000
380000
20275000
15340000
380000
14960000
Salvage value TOTAL INFLOW
B
Tahun
Uraian
381581667
OUTFLOW TOTAL INVESTASI
548365000
TOTAL VC
787120750
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
TOTAL FC
183832308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
1519318058
1466761724
1467141724
1481721724
1467141724
1487036724
1482101724
1466761724
1467141724
1481721724
10005445
15182392
15182392
15182392
15182392
15182392
15182392
15182392
15182392
15182392
-528779003
36295051
35915051
21335051
35915051
16020051
20955051
36295051
35915051
402916717
TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7%
0.935
0.873
0.816
0.763
0.713
0.666
0.623
0.582
0.544
0.508
PV
-494185984
31701503
29317380
16276408
25606935
10674836
13049752
21124050
19535408
204822428
PV (-)
-494185984
PV(+)
372108700
NPV
-122077284
IRR
3%
Net B/C
0.75
PP
9.72
80 Lampiran 22 Laporan laba rugi usaha pengolahan kerupuk petis pada skenario III No
Uraian
A
INFLOW Distributor Pengecer BS Afkir TOTAL INFLOW OUTFLOW TOTAL VC TOTAL FC TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Laba sebelum pajak laba setelah pajak Total laba bersih
1 2 3 4
B
1
2
3
4
527625000 451412500 19162000 2345000
800625000 684979167 29076667 3558333
800625000 684979167 29076667 3558333
800625000 684979167 29076667 3558333
1000544500
1518239167
1518239167
787120750 207278141
1194345417 295862141
994398891 10005445 6145609 -3859836 111783120
Tahun 5
6
7
8
9
10
800625000 684979167 29076667 3558333
800625000 684979167 29076667 3558333
800625000 684979167 29076667 3558333
800625000 684979167 29076667 3558333
800625000 684979167 29076667 3558333
800625000 684979167 29076667 3558333
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1518239167
1194345417 295862141
1194345417 295862141
1194345417 295862141
1194345417 295862141
1194345417 295862141
1194345417 295862141
1194345417 295862141
1194345417 295862141
1490207558 15182392
1490207558 15182392
1490207558 15182392
1490207558 15182392
1490207558 15182392
1490207558 15182392
1490207558 15182392
1490207558 15182392
1490207558 15182392
28031609 12849217
28031609 12849217
28031609 12849217
28031609 12849217
28031609 12849217
28031609 12849217
28031609 12849217
28031609 12849217
28031609 12849217
81 Lampiran 23 Analisis Switching value peningkatan jumlah produksi kerupuk petis ikan pada skenario III No A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
INFLOW 1
Distributor
534156470
810535937
810535937
810535937
810535937
810535937
810535937
810535937
810535937
810535937
2
Pengecer
457000535
693458524
693458524
693458524
693458524
693458524
693458524
693458524
693458524
693458524
3
BS
19162000
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
29076667
4
Afkir
2345000
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
3558333
5
Salvage value 1012664005
1536629461
1536629461
1536629461
1536629461
1536629461
1536629461
1536629461
1536629461
1918211127
380000
14960000
380000
20275000
15340000
380000
14960000
TOTAL INFLOW B
Tahun
Uraian
381581667
OUTFLOW TOTAL INVESTASI
548365000
TOTAL VC
787120750
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
1194345417
TOTAL FC
183832308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
272416308
1519318058
1466761724
1467141724
1481721724
1467141724
1487036724
1482101724
1466761724
1467141724
1481721724
10126640
15366295
15366295
15366295
15366295
15366295
15366295
15366295
15366295
15366295
-516780693
54501442
54121442
39541442
54121442
34226442
39161442
54501442
54121442
421123108
TOTAL OUTFLOW Pajak 1 % Net Benefit DF 7%
0.935
0.873
0.816
0.763
0.713
0.666
0.623
0.582
0.544
0.508
PV
-482972610
47603670
44179218
30165977
38587840
22806523
24387778
31720335
29438478
214077634
PV (-)
-482972610
PV(+)
482972610
NPV IRR Net B/C PP Switching value
0 7% 1.00 9.31 1.24 %
1
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Grobogan pada tanggal 19 Juni 1993 sebagai anak ketiga dari tiga saudara dari pasangan Bapak Moch Harso dan Ibu Sri Utami. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 2 Kendal pada tahun 2008 dan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Kendal pada tahun 2011. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalu jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan pada tahun 2011. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat mengikuti kepanitian dalam berbagai skala kampus maupun nasional, konferensi nasional yang diadakan di UGM, project officer Scientific Forum di IAAS LC IPB periode 2012/2013. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) serta aktif dalam kegiatan mengajar private di lingkungan kampus.