ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)
SKRIPSI
RIANA SEPTIANI H34051358
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
RINGKASAN RIANA SEPTIANI. Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RACHMAT PAMBUDY).
Komoditi buah-buahan merupakan komoditi strategis yang dapat dikembangkan sebagai komoditi unggulan sektor pertanian dengan perannya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kontribusi terhadap PDB subsektor hortikultura. Namun disisi lain, kebutuhan produk buah-buahan dalam negeri masih banyak dipenuhi oleh produk impor. Kondisi ini menjadikan produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor dengan dengan mengupayakan peningkatan daya saing produk hortikultura khususnya buah-buahan terkait dengan produktivitas, mutu, performan dan efisiensi produksi. Departemen Pertanian melalui Badan Litbang melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) untuk mewujudkan peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing produk pertanian termasuk di dalamnya produk hortikultura. Salah satu lokasi kegiatan Prima Tani adalah di Kabupaten Banjarnegara dengan komoditi yang dikembangkan adalah produk hortikultura jambu biji. Dimana unit usaha pengolahan jambu biji menjadi produk unggulan dalam kegiatan Prima Tani di Kabupaten Banjarnegara. Unit usaha pengolahan jambu biji ini berproduksi dengan memanfaatkan jambu biji grade B, namun hingga saat ini kegiatan produksi tersebut belum dilakukan secara optimal dan kontinu. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis kelayakan usaha pengolahan jambu biji merah dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan; (2) menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan jambu biji merah; (3) menganalisis sensitivitas usaha pengolahan jambu biji merah; serta (4) menganalisis kombinasi tingkat produksi optimal puree dan sari buah jambu biji. Penelitian dilakukan di Gapoktan KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu) yang berlokasi di Desa Kaliwungu. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara kuantitatif untuk menganalisis kelayakan finansial pengolahan jambu biji berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan payback period serta dilakukan analisis switching value. Selain itu untuk mengetahui tingkat produksi dan alokasi sumber daya optimal digunakan program linier yang diolah menggunakan program LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Berdasarkan analisis aspek pasar, sebagai usaha satu-satunya di Kabupaten Banjarnegara bahkan di Karesidenan Banyumas, usaha pengolahan jambu biji memiliki peluang pengembangan usaha dimana masyarakat Kabupaten Banjarnegara maupun Karesidenan Banyumas dapat menjadi target pasar bagi produk olahan jambu biji yaitu puree dan sari buah. Sehingga usaha pengolahan
jambu biji ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar. Dari analisis aspek teknis, pemilihan lokasi pengolahan yang berada di sentra budidaya jambu biji mendukung kelancaran proses produksi. Teknologi pengolahan dapat digunakan dengan mudah oleh pihak Gapoktan KUAT melalui bimbingan teknis dan arahan dari BPTP Jawa Tengah dan BB Litbang Pertanian. Secara teknis pelaksanaan proses produksi tidak menghadapi masalah, sehingga unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis aspek manajemen, usaha pengolahan yang pelaksanaan kegiatan produksinya berada dibawah tanggung jawab Gapoktan KUAT telah layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pembagian kerja yang jelas pada Gapoktan KUAT antara penanggungjawab unit pengolahan jambu biji dengan tenaga kerja pengolahan. Sedangkan dilihat dari aspek sosial dan lingkungan, unit usaha pengolahan jambu biji ini juga layak untuk dijalankan. Usaha pengolahan ini tidak memberikan dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan sekitar serta ikut meningkatkan pendapatan petani jambu biji di Desa Kaliwungu dan membuka kesempatan kerja bagi pemuda Desa Kaliwungu. Hasil analisis aspek finansial untuk kedua skenario menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu ini layak untuk dilaksanakan. Pada skenario I diperoleh nilai NPV selama 10 tahun sebesar Rp 590.245.001,64. Untuk kriteria IRR dan Net B/C adalah tak terhingga sedangkan nilai payback period tidak dapat dihitung. Hal ini dikarenakan nilai Present Value (PV) yang dihasilkan selalu positif, yang berarti usaha pengolahan ini sangat layak untuk dijalankan. Pada skenario II diperoleh nilai NPV, IRR, net B/C, dan PP sebesar Rp 434.181.938,32; 45 persen; 4,20; dan pengembalian biaya investasi selama 5 tahun 7 hari. Hal ini berarti ada atau tidaknya bantuan investasi dari pemerintah, usaha pengolahan jambu biji masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value dilakukan dengan tiga variabel yaitu jumlah produksi puree dan sari buah, biaya bahan baku jambu biji, dan tingkat harga output puree dan sari buah. Pada skenario I dan II usaha masih layak dijalankan jika produksi turun maksimal sebesar 22,2666040506 persen dan 16,379227744 persen, harga bahan baku naik maksimal sebesar 38,854570793 persen dan 21,230039276 persen, dan harga puree dan sari buah turun maksimal sebesar 22,2666040506 persen dan 16,379227744 persen. Dari kedua skenario, perubahan volume produksi dan harga jual produk puree dan sari buah merupakan variabel yang lebih sensitif terhadap tingkat kelayakan usaha. Hasil analisis optimalisasi produksi puree dan sari buah, dengan kendala bahan baku, bahan tambahan, jam kerja mesin, jam tenaga kerja, dan permintaan minimum menunjukkan bahwa kombinasi produksi aktual telah mendekati produksi optimal. Pada kondisi aktual jumlah produksi puree dan sari buah adalah sebesar 5.720 dan 64.050, sedangkan untuk kondisi optimal adalah sebesar 5.720 dan 64.060. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu biji telah berproduksi secara optimal pada skala usaha yang dijalankan. Terdapat nilai dual price pada sumberdaya gula pasir dan botol puree sebesar 7,692 dan 2.931,29 yang menunjukkan perubahan akan terjadi pada nilai fungsi tujuan bila nilai ruas kanan kendala sumberdaya ini berubah satu satuan.
iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)
RIANA SEPTIANI H34051358
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan
KUAT,
Desa
Kaliwungu,
Kecamatan
Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) Nama
: Riana Septiani
NIM
: H34051358
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS NIP. 19591223 198903 1 002
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manjemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)” adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009 Riana Septiani
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 15 September 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Watoro dan Ibu Turipah. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1993 di SDN Kutabanjar IV dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2002. Untuk pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Banjarnegara diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis juga diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tahun 2006 diterima pada Mayor Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan Minor Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan jambu biji serta menentukan tingkat kombinasi optimum dari hasil pengolahan yang dapat memberikan keuntungan maksimum bagi petani. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Mayor Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan skripsi ini, sangat disadari oleh penulis masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi selama proses penelitian. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009 Riana Septiani
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kehadirat Alah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak bekerjasama dan
dibantu oleh berbagai pihak. Karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada: 1.
Papah, Ibu, dan adikku Mely atas semua perhatian, doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan terbaik untuk kalian. I’ll make you always proud of me.
2.
Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3.
Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini.
4.
Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji departemen atas saran dan masukan terhadap penulis.
5.
Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi yang telah menjadi pembimbing akademik selama penulis menjadi mahasiswa di Departemen Agribisnis.
6.
Seluruh dosen serta staf pengajar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.
7.
Bapak Romsidi sebagai ketua Gapoktan KUAT, Bapak Sodikin sebagai seksi bagian pengolahan jambu biji, Bapak Tegun sebagai PPL Kecamatan Banjarnegara, dan Bapak Ngadimin dari BPTP Jawa Tengah terimakasih atas izin, bantuan, informasi, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian.
8.
Gusri Ayu Farsa sebagai pembahas dalam seminar yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini.
9.
Sabahat terbaikku (BCL dan spReiyerS) Septi Budhi Lestari (nCep), Dian Lestari (DeeL), Siti MM (Sweety), Syahra Zulfa (Bajul), Gusri Ayu Farsa (Abel), dan Lysti Fatimah (Umi) atas doa, dukungan, perhatian, dan persahabatan yang telah terjalin. Semoga persahabatan dan kebersamaan indah ini akan abadi selamanya.
10. Teman-teman Gladikarya Desa Cibodas (Putri Kinanty, Ivan Stenley, Bayu Kristianto, dan Kemala). Atas kebersamaan dan pengalaman yang indah selama dua bulan bersama kalian. 11. Teman satu bimbingan dan seperjuangan Prastiwi atas doa, dukungan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 12. Teman-teman AGB 42 atas kebersamaannya selama ini. Sukses selalu untuk kalian semua. 13. Anak-anak HarmonyErz: Verdhut, Mbok, Neina, Jatul, Ntong, Nicha, Meta, Nisa, Ima, Mba Asih, dan Sella. Atas kebersamaan, perhatian, dan dukungannya kepada penulis, Luv u Guys. 14. Teman-teman Omda Banjarnegara (Shely, Diana, Lutfi, Ria, Bayu, Candra, dan lain-lain). 15. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terimakasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
x
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................
Halaman xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xvii
I
PENDAHULUAN ...................................................................... 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Perumusan Masalah.............................................................. 1.3 Tujuan................................................................................... 1.4 Manfaat penelitian ................................................................ 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................
1 1 6 10 11 11
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2.1 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen, dan Aspek Sosial Lingkungan..................................................... 2.2 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Finansial ............................................................................... 2.3 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Sensitivitas .. 2.4 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Optimalisasi Produksi................................................................................
13
III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 3.1 Kerangka Teoritis ................................................................. 3.1.1 Jambu Biji ................................................................... A. Asal usul Penyebaran ............................................. B. Botani dan Morfologi Jambu Biji .......................... C. Jenis Tanaman ........................................................ D. Syarat Tumbuh ....................................................... 3.1.2. Prima Tani .................................................................. 3.1.3 Sistem Agribisnis ........................................................ 3.1.4 Sistem Agribisnis Jambu Biji ..................................... A. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi .................. B. Subsistem Produksi Usahatani ............................... C. Subsistem Pengolahan............................................ D. Subsistem Pemasaran ............................................. E. Subsistem Penunjang ............................................. 3.1.5 Studi Kelayakan Proyek ............................................. 3.1.6 Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek ........................ 3.1.7 Analisis Sensitivitas .................................................... 3.1.8 Teori Produksi ............................................................ 3.1.9 Teori Optimalisasi ...................................................... 3.1.10 Linear Programming ................................................. 3.2 Kerangka Operasional ..........................................................
18 18 18 18 18 19 20 21 22 25 25 26 30 31 33 34 34 38 39 42 43 44
13 14 15 16
IV METODE PENELITIAN ......................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 4.2 Metode Penentuan Sampel ................................................... 4.3 Desain Penelitian .................................................................. 4.4 Data dan Instrumentasi ......................................................... 4.5 Metode Pengumpulan Data .................................................. 4.6 Metode Pengolahan Data ..................................................... 4.7 Definisi Operasional ............................................................. 4.7.1 Analisis Kelayakan Finansial ..................................... A. Net Present Value (NPV) ....................................... B. Internal Rate of Return (IRR) ................................ C. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)........................... D. Payback Period (PP) .............................................. 4.7.2 Analisis Sensitivitas .................................................... 4.7.3 Optimalisasi Produksi .................................................
47 47 47 47 48 48 48 49 49 49 50 51 51 51 52
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. 5.1 Profil Perusahaan.................................................................. 5.2 Struktur Organisasi ............................................................... 5.3 Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........
58 58 60 62
VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ................................... 6.1 Aspek Pasar .......................................................................... 6.1.1 Peluang pasar............................................................... 6.1.2 Strategi Pemasaran ...................................................... 6.2 Aspek Teknis ........................................................................ 6.2.1 Lokasi usaha ................................................................ 6.2.2 Layout bangunan ......................................................... 6.2.3 Proses produksi ........................................................... 6.2.4 Teknologi pengolahan ................................................. 6.2.5 Skala Usaha ................................................................. 6.3 Aspek Manajemen ................................................................ 6.3.1 Bentuk badan usaha .................................................... 6.3.2 Struktur organisasi ...................................................... 6.3.3 Tugas dan wewenang .................................................. 6.3.4 Pengadaan tenaga kerja ............................................... 6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan .............................................. 6.4.1 Aspek Sosial ................................................................ 6.4.2 Aspek Lingkungan ......................................................
65 65 65 67 69 69 70 71 75 76 77 77 77 78 78 79 79 79
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ............................................. 7.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario 1 (Adanya Bantuan Pemerintah) .......................................................................... 7.1.1 Arus Penerimaan (Inflow) ........................................... 7.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ....................................... 7.1.3 Analisis Rugi Laba ..................................................... 7.1.4 Analisis Kelayakan Finansial ..................................... 7.1.5 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ...............
81 82 83 86 92 94 95 xii
7.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario 2 (tidak Adanya Bantuan Pemerintah) ............................................................ 7.2.1 Arus Penerimaan (Inflow) ........................................... 7.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ....................................... 7.2.3 Analisis Rugi Laba ..................................................... 7.2.4 Analisis Kelayakan Finansial ..................................... 7.2.5 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ............... 7.3 Perbandingan Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan II ........................................................................................... 7.4 Perbandingan Hasil Switching Value Skenario I dan II .......
100 101
VIII MODEL OPTIMALISASI PRODUKSI ................................ 8.1 Perumusan Fungsi Tujuan .................................................... 8.2 Perumusan Fungsi Kendala .................................................. 8.2.1 Kendala Bahan Baku ................................................... 8.2.2 Kendala Bahan Tambahan .......................................... 8.2.3 Kendala Jam Kerja Mesin Pengolahan........................ 8.2.4 Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung ......................... 8.2.5 Kendala Permintaan Minimum ...................................
103 103 104 104 105 106 107 107
97 97 97 97 98 99
IX KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI..................................... 108 9.1 Optimalisasi Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji ...... 108 9.1.1 Tingkat Produksi Optimal ........................................... 108 9.1.2 Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Tambahan Optimal 108 9.1.3 Penggunaan Jam Kerja Mesin Pengolahan Optimal ... 110 9.1.4 Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Optimal .... 111 9.1.5 Permintaan pada Kondisi Optimal .............................. 111 9.2 Analisis Status Sumberdaya .................................................. 111 X KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 10.1 Kesimpulan.......................................................................... 10.2 Saran ....................................................................................
113 113 115
xiii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Nilai PDB Subsektor Hortikultura Tahun 2004-2008 .................
1
2
Volume dan Nilai Ekspor Impor Buah-buahan Tahun 20072008 .............................................................................................
2
3
Produksi Jambu Biji Indonesia Tahun 2007................................
4
4
Jumlah Pohon/Rumpun, Produksi, dan Produktivitas Jambu Biji Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2007 .............................................................................................
8
Pemberian Pupuk Anorganik (Kimia) dan Organik (Pupuk Kandang) Untuk Tanaman Jambu Biji ........................................
29
6
Volume Ekspor Jambu Biji Tahun 2002-2008 ............................
33
7
Volume dan Nilai Impor Puree Jambu Biji Tahun 2000-2003 ...
66
8
Perkiraan Produksi dan Pendapatan Penjualan Puree dan Sari Buah Jambu Biji pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
84
Barang-barang Hibah pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
85
10 Nilai Sisa Biaya Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ..................................................................
86
11 Biaya Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
87
12 Biaya Reinvestasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
88
13 Upah Tenaga Kerja per Tahun pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .......................................................
89
14 Pembelian Jambu Biji Kualitas Kedua pada Kapasitas Produksi Maksimum Mesin (dalam satu tahun) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ...................................
90
15 Biaya Produksi pada Kapasitas Produksi Maksimum Mesin (dalam satu tahun) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
91
16 Tabel Pembayaran Angsuran Pinjaman pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ...................................
92
17 Penyusutan Barang-barang Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ...................................
93
18 Hasil Analisis Finansial pada Skenario I Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ...................................
94
5
9
19 Hasil Analisis Switching Value pada Skenario I Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ...................................
95
20 Hasil Analisis Finansial pada Skenario II Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ...................................
98
21 Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ...................................
99
22 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ................
101
23 Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ................
102
24 Harga Produk, Biaya Produksi, dan Keuntungan Rata-Rata per Kemasan Produk pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
104
25 Tingkat Produksi Aktual dan Optimal Pengolahan Jambu Biji (per kemasan) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
108
26 Penggunaan Bahan Baku dan Tambahan pada Kondisi Aktual dan Optimal pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
109
27 Penggunaan Jam Kerja Mesin Pengolahan pada Kondisi Aktual dan Optimal (Menit) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
110
28 Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan Optimal (Menit) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT .........................................................................
111
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Konsep Sistem Agribisnis ...........................................................
24
2
Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi .....
40
3
Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal ........................................................................................
41
4
Diagram Alir Kerangka Pemikiran..............................................
46
5
Skema Sistem Agribisnis Gapoktan KUAT ................................
60
6
Struktur Organisasi Gapoktan KUAT, di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara ........................
61
7
Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ........................
70
8
Layout Bangunan Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT ..........................................................................................
71
Mesin Pengolahan Jambu Biji (1) Mesin Pulper, (2) Mesin Spinner, (3) Mixing Tank dan Pasteurizer ..................................
72
10 Proses Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji .......................
74
11 Mesin Freezer..............................................................................
75
9
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Peta Desa Kaliwungu ..................................................................
119
2
Hasil Olahan LINDO untuk Optimalisasi Produksi Puree dan sari Buah Jambu Biji ...................................................................
120
3
Gambar Puree Jambu Biji ...........................................................
121
4
Gambar Sari Buah Jambu Biji .....................................................
121
5
Laporan Laba Rugi Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji .............
122
6
Cash Flow Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Skenario I .........
123
7
Analisis Switching Value terhadap Perubahan Volume Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 22,2666040506 persen (Skenario I) ...........................................
125
Analisis Switching Value terhadap Perubahan Biaya Bahan Baku (Jambu Biji) sebesar 38,854570793 persen (Skenario I) ...
127
Analisis Switching Value terhadap Perubahan Harga Jual Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 22,2666040506 persen (Skenario I) ..................................................................................
129
10 Cash Flow Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Skenario II .......
131
11 Analisis Switching Value terhadap Perubahan Volume Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 16,379227744 persen (Skenario II) .............................................
133
12 Analisis Switching Value terhadap Perubahan Biaya Bahan Baku (Jambu Biji) sebesar 21,230039276 persen (Skenario II) ..
135
13 Analisis Switching Value terhadap Perubahan Harga Jual Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 16,379227744 persen (Skenario II) ................................................................................
137
8 9
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian berperan besar dalam rangka penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dalam memenuhi hak atas pangan (the right to food) serta menyumbang penerimaan devisa dan pendapatan domestik bruto (PDB). Dalam memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian akan terkait dengan subsektor hortikultura yang termasuk di dalamnya adalah komoditi buahbuahan dan sayuran. Subsektor hortikultura selain berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan juga mampu memberikan kontribusi PDB yang cukup besar dimana nilai dari PDB hortikultura selalu mengalami peningkatan pada tiap tahunnya (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa komoditas buah-buahan menjadi produk yang memberikan sumbangan terbesar PDB pada subsektor hortikultura. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa komoditi buah-buahan merupakan komoditi strategis yang dapat dikembangkan sebagai komoditi unggulan sektor pertanian. Tabel 1. Nilai PDB Subsektor Hortikultura Tahun 2004-2008 No
Kelompok Komoditas
Nilai PDB (Milyar) 2004
2005
2006
2007
2008
1
Buah-buahan
30.765
31.694
35.448
42.362
42.660
2
Sayuran
20.749
22.630
24.694
25.587
27.423
3
Tanamana Biofarmaka
722
2.806
3.762
4.105
4.118
4
Tanaman Hias
4.609
4.662
4.734
4.741
6.091
56.845
61.792
68.638
76.795
80.292
Total
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009
Namun di sisi lain, kebutuhan produk buah-buahan dalam negeri masih banyak dipenuhi oleh produk impor. Meskipun nilai ekspor mengalami peningkatan, pada periode yang sama jumlah impor juga terus meningkat dengan nilai yang lebih besar dari nilai ekspor (Tabel 2). Kondisi ini menjadikan produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor dengan melakukan promosi terkait peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk hortikultura dalam negeri dan memberikan berbagai
kemudahan pada pasar ekspor. Selain itu perlu diupayakan peningkatan daya saing produk hortikultura khususnya buah-buahan terkait dengan produktivitas, mutu, performan dan efisiensi produksi1. Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Impor Buah-buahan Tahun 2007-2008 Tahun
Ekspor Volume (kg)
Impor
Nilai (US$)
Volume (kg)
Nilai (US$)
2007
30.180.849
14.429.532
465.697.437
416.052.453
2008
31.078.693
20.434.454
458.416.183
422.729.798
Total
61.259.542
34.863.986
924.113.620
838.782.251
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009
Dalam rangka mewujudkan peningkatan produktivitas, produksi, dan daya saing produk pertanian dalam hal ini juga mencakup produk hortikultura, maka Departemen Pertanian melalui Badan Litbang melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI). Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi, serta menginformasikan dan menyediakan materi dasarnya. Kegiatan Prima Tani dimulai pada tahun 2005 dan diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi2. Kegiatan Prima Tani dibuat untuk menciptakan suatu sistem agribisnis komoditas
yang terintegrasi,
serentak,
dan
terkoordinasi
dengan
baik.
Pengembangan sistem agribisnis ini dilakukan mulai dari subsistem input, subsistem usahatani, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem penunjang. Melalui kegiatan Prima Tani maka pemerintah akan lebih mudah dalam penyampaian informasi dan inovasi teknologi serta mengontrol sistem
1
Ditjen Hortikultura. www.hortikultura.deptan.go.id. Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008. [20 Juni 2009] 2 Departemen Pertanian. www.litbang.deptan.go.id. Primatani. [19 Januari 2009]
2
agribisnis komoditas yang dikembangkan di suatu wilayah dalam rangka peningkatan produktifitas dan nilai tambah produk. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu lokasi pelaksanaan Prima Tani di Propinsi Jawa Tengah yang telah dirintis sejak tahun 2005. Pemilihan desa di Kabupaten Banjarnegara sebagai lokasi Prima Tani dilakukan oleh BPTP Jawa Tengah yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Litbang Pertanian. Berdasarkan hasil penyusunan PRA (Partisipatory Rural Appraisal) yang dilakukan oleh BPTP Jawa Tengah, Desa Kaliwungu Kecamatan Mandiraja ditetapkan sebagai daerah pengembangan Prima Tani dengan komoditi yang akan dikembangkan adalah produk hortikultura jambu biji. Pelaksanaan kegiatan Primatani di Desa Kaliwungu ini dilakukan melalui Gapoktan KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu). Jambu biji merupakan buah yang enak dan dapat dikonsumsi dalam keadaaan segar maupun dalam bentuk olahan. Jambu biji sangat kaya vitamin C dan beberapa jenis mineral yang mampu menangkal berbagai jenis penyakit degenerative
seperti
kanker usus
besar (kanker kolon), divertikulosis,
aterosklerosis, gangguan jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit batu ginjal, serta menjaga kebugaran tubuh3. Permintaan jambu biji kebanyakan dipasok oleh produsen dari Jawa Barat seperti terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut Jawa Barat memasok 65.131 ton jambu biji atau 36,29 dari total produksi nasional yang besarnya 179.474 ton (BPS, 2008). Sedangkan dilihat dari sisi pesaing dari Jawa Tengah, sentra produksi jambu biji merah belum terbentuk. Pertanaman jambu biji di Jawa Tengah masih tersebar, belum dikelola secara intensif, dan tidak dalam satu kawasan4. Karena itu peluang pengembangan komoditi jambu biji di daerah Jawa Tengah khususnya Kabupaten Banjarnegara relatif besar terlebih keadaan tanah dan kondisi iklimnya sangat mendukung terhadap pengembangan budidaya jambu biji.
3 4
Indofamilyhealth. www.indofamily.com. 1001 Manfaat Jambu Biji. [19 Januari 2009] BPTP Jateng. www.litbang.deptan.go.id. Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Basah di Kabupaten Banjarnegara. [19 Januari 2009]
3
Tabel 3. Produksi Jambu Biji Indonesia Tahun 2007 No
Provinsi*
Produksi (ton)
1
Jawa Barat
65.131
2
NTB
19.075
3
Jawa Tengah
16.549
4
Sumatra Utara
15.660
5
Jawa Timur
14.309
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 (diolah) *provinsi dengan urutan produksi terbesar
Penetapan jambu biji sebagai komoditi unggulan Prima Tani di Kabupaten Banjarnegara juga terkait dengan tipe agroekosistem Desa Kaliwungu yaitu lahan kering dataran rendah iklim basah yang cocok bagi tanaman jambu biji. Selain itu, pengembangan pertanaman jambu di Desa Kaliwungu masih terbuka luas dan masih banyak lahan-lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Kegiatan budidaya jambu biji merah ini sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat Desa Kaliwungu sejak tahun 1980-1985, dan terbukti dengan hasil panen yang diperoleh melimpah. Namun, pada tahun 1985 terjadi serangan virus dan harga jambu menjadi anjlok sehingga produksi pun mulai terhenti. Dengan adanya kegiatan Prima Tani, budidaya jambu biji di Desa Kaliwungu mulai bangkit kembali. Produksi jambu biji di Desa Kaliwungu dikelompokkan berdasarkan ukurannya yaitu jambu biji grade A dan B. Produksi rata-rata jambu biji grade A setiap tahunnya sebesar 40 persen sedangkan untuk jambu biji grade B sebesar 60 persen. Perbandingan harga jual antara jambu biji grade A dan B cukup berbeda jauh dimana harga jual jambu biji grade A dan B terdapat selisih hampir 50 persen (Gapoktan KUAT, 2008). Sedangkan kondisi di pasaran, menunjukkan bahwa jambu biji grade B kurang diminati oleh konsumen. Hal ini terlihat dari tidak seluruh hasil panen jambu biji grade B dapat laku terjual dalam keadaan segar. Dengan kondisi produksi jambu biji grade B yang lebih besar namun harga jualnya rendah dapat menyebabkan penurunan pendapatan bagi petani Desa Kaliwungu. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan pengolahan jambu biji. Selain itu dengan karakteristik 4
jambu biji yang mudah rusak, tidak tahan lama, memakan tempat, memiliki ukuran yang beragam, dan produksinya bersifat musiman sementara konsumsi terjadi sepanjang tahun menjadikan pentingnya proses pengolahan jambu biji. Dengan kegiatan pengolahan maka jambu biji grade B dapat dimanfaatkan dengan baik dan merupakan suatu cara untuk dapat memberikan nilai tambah produk. Dalam usaha peningkatan nilai tambah produk jambu biji, dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk kegiatan pengolahan jambu biji. Selain itu unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT merupakan usaha yang melibatkan banyak pihak baik pemerintah maupun pengurus dan anggota Gapoktan KUAT yang berkepentingan dalam unit usaha ini. Hal ini menjadikan pentingnya dilakukan analisis kelayakan terhadap usaha pengolahan jambu biji. Dengan melakukan analisis kelayakan usaha akan diketahui apakah usaha yang dijalankan akan menghasilkan keuntungan atau malah kerugian. Selain itu dari analisis ini juga menunjukkan bahwa program yang direncanakan pemerintah apakah sudah dimanfaatkan dengan baik oleh Gapoktan KUAT sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal selama kegiatan usaha pengolahan jambu biji ini berjalan. Usaha yang menunjukkan layak untuk dijalankan belum tentu telah berproduksi secara optimal menggunakan sumber daya yang tersedia. Untuk dapat berproduksi secara optimal, pada unit usaha jambu biji Gapoktan KUAT yang menghasilkan dua macam produk puree dan sari buah dengan tingkat keuntungan yang berbeda dapat ditentukan dengan melakukan analisis optimalisasi produksi untuk menentukan kombinasi dari dua produk yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal. Dimana untuk dapat mencapai produksi yang optimal akan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya yang dimiliki unit usaha yang mendukung kegiatan produksi tersebut. Adanya investasi yang besar pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT juga menjadi dasar untuk dilakukan analisis optimalisasi produksi hasil pengolahan agar menghasilkan keuntungan maksimal dari sejumlah sumber daya yang dimiliki oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT.
5
1.2 Perumusan Masalah Gabungan Kelompok Tani “Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu” (Gapoktan KUAT) merupakan sebuah kelembagaan petani yang terletak di Desa Kaliwungu, Kecamatan Madiraja, Kabupaten Banjarnegara. Gapoktan ini dibangun dengan adanya kegiatan Prima Tani yang dirintis oleh Departemen Pertanian melalui BPTP Jawa Tengah sebagai unit percontohan inovasi pertanian baik berupa teknologi, kelembagaan, dan kebijakan yang maju dan strategis. Gapoktan KUAT terdiri dari empat kelompok tani yaitu Kelompok Tani Lohjinawi, Kelompok Tani Mentesing Tani, Kelompok Tani Matsudo Tani, dan Kelompok Tani Portal. Komoditi yang diusahakan oleh anggota kelompok tani bermacam-macam dengan tanaman jambu biji varietas Getas sebagai komoditi unggulan dan paling banyak ditanam oleh anggota Gapoktan KUAT. Selain jambu biji, komoditi lain sebagai pendukung adalah kambing, pisang rajalawe, padi gogo, dan jagung. Pengolahan jambu biji adalah unit usaha yang menghasilkan produk unggulan dari Gapoktan KUAT. Pengolahan jambu ini menghasilkan dua macam produk olahan yaitu puree dan sari buah jambu biji merah. Sari buah jambu biji merupakan produk turunan dari puree dimana proses pengolahan sari buah berbahan dasar puree jambu biji merah. Pengolahan jambu biji merah menjadi puree dan sari buah menggunakan alat berupa mesin pengolahan dan alat pendingin (freezer) untuk hasil olahannya. Sehingga biaya investasi yang dikeluarkan unuk kegiatan pengolahan ini cukup besar. Pelaksanaan usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT memperoleh bantuan mesin pengolahan dan peralatan investasi lainnya dari BPTP Jawa Tengah maupun Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan pengolahan dipersiapkan sejak tahun 2007 yang meliputi persiapan mesin dan pelatihan penggunaan mesin pengolahan tersebut. Untuk kegiatan produksi telah berjalan secara mandiri oleh Gapoktan KUAT dan dipasarkan secara luas di Kabupaten Banjarnegara sejak tahun 2008. Produk puree dan sari buah di Gapoktan KUAT masih diproduksi dalam jumlah sedikit terkait dengan pemasaran produk yang terbatas di sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dimana penjualan produk olahan jambu biji ini masih 6
dilakukan secara langsung. Selain itu, kegiatan produksi pada unit usaha pengolahan ini juga belum dilakukan secara kontinu. Hal ini terjadi terkait dengan produk yang dihasilkan oleh unit usaha Gapoktan KUAT tergolong masih baru yang masih dalam tahap proses perijinan produk ke lembaga-lembaga yang berhubungan dengan keamanan produk pangan. Kondisi ini menyebabkan unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan pemasaran produknya yang menunjukkan terdapat beberapa permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Kegiatan produksi puree dan sari buah jambu biji di Gapoktan KUAT belum dilakukan secara optimal, yang terlihat dari produksi puree dan sari buah jambu biji untuk tahun 2008 baru mencapai kurang dari lima persen dari kapasitas produksi maksimum. Padahal, disisi lain untuk kegiatan pengolahan ini dibutuhkan biaya investasi yang cukup besar. Meskipun untuk biaya investasi merupakan bantuan dari pemerintah, namun jika usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT tidak dilakukan secara optimal maka usaha ini bisa menjadi tidak menguntungkan untuk dijalankan. Selain itu adanya bantuan barang-barang investasi dari pemerintah melalui kegiatan Prima Tani harus dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan sehingga program yang dicanangkan oleh pemerintah tidak sia-sia dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga dengan kondisi seperti ini maka analisis kelayakan secara finansial maupun non finansial usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT menjadi penting dilakukan. Analisis dilakukan untuk menilai apakah usaha ini layak dijalankan dan mendatangkan keuntungan atau malah menimbulkan kerugian. Kegiatan Prima Tani merupakan program yang dilakukan sebagai unit percontohan, yang nantinya jika program tersebut berhasil maka dapat diterapkan pada kelompok tani lain. Hal ini dapat dilakukan melihat bahwa di Banjarnegara masih terdapat beberapa kecamatan yang berpotensi bagi pengembangan jambu biji merah (Tabel 4). Dengan produksi jambu biji dari beberapa kecamatan di Banjarnegara yang cukup besar, memungkinkan untuk dilakukan usaha pengolahan jambu biji seperti yang dijalankan oleh Gapoktan KUAT.
7
Tabel 4. Jumlah Pohon/Rumpun, Produksi, dan Produktivitas Jambu Biji Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2007 Jambu biji No
Kecamatan
Jumlah pohon panen (pohon)
Rata-rata Produksi (Kg/pohon)
Produksi (Kw)
1
Susukan
-
-
-
2
Pwj Klampok
-
-
-
3
Mandiraja
1.000
22.000
2.200
4
Purwonegoro
-
-
-
5
Bawang
421
9.700
2.304
6
Banjarnegara
-
-
-
7
Sigaluh
-
-
-
8
Madukara
100
9.500
9.500
9
Banjarmangu
250
25.000
10.000
10
Wanadadi
4.635
32.500
701
11
Rakit
-
-
-
12
Punggelan
50
3.300
6.600
13
Karangkobar
105
1.000
952
14
Pagentan
-
-
-
15
Pejawaran
1.800
54.000
3.000
16
Batur
-
-
-
17
Wanayasa
-
-
-
18
Kalibening
100
1.300
1.300
19
Pagedongan
-
-
-
20
Pandanarum
125
900
720
8.586
159.200
37.277
Total
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara, 2007
Pada usaha pengolahan jambu biji oleh Gapoktan KUAT yang merupakan usaha binaan pemerintah melalui Prima Tani, investasi usaha seperti alat-alat pengolahan dan bangunan pabrik diperoleh dari bantuan atau hibah pemerintah. Sedangkan bagi kelompok tani lain atau individu yang akan mengusahakan hal yang sama bercermin dari keberhasilan kegiatan Prima Tani, kemungkinan harus mempunyai modal sendiri untuk memulai usaha pengolahan tersebut. Sehingga pada analisis kelayakan dibuat dua skenario dimana skenario yang pertama jika terdapat bantuan dan skenario kedua jika tidak terdapat bantuan pemerintah. Dari 8
hasil analisis finansial tersebut dapat dibandingkan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua skenario yang dibuat. Pengolahan jambu biji sangat dipengaruhi oleh pasokan bahan baku yaitu jambu biji yang dihasilkan oleh petani. Dimana jumlah pasokan jambu biji sendiri juga dipengaruhi oleh kondisi iklim dan curah hujan. Selain jumlah pasokan, harga jambu biji juga akan berpengaruh terhadap kegiatan pengolahan. Di sisi lain, dengan semakin banyaknya produk olahan buah-buahan menjadi puree dan sari buah juga akan berpengaruh terhadap usaha pengolahan jambu biji. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis bagaimana pengaruh dari ketiga variabel terhadap kelayakan proyek apabila terjadi penurunan produksi puree dan sari buah jambu biji, kenaikan harga jambu biji karena langka, serta penurunan harga dari puree maupun sari buah jambu biji akibat persaingan dengan usaha pengolahan jambu biji lain atau produk subtitusinya. Pada Gapoktan KUAT jambu biji yang diolah menghasilkan dua jenis produk baru yaitu puree dan sari buah. Puree adalah bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah. Puree dapat diolah kembali menjadi produk olahan yang diinginkan5. Puree juga dapat digunakan sebagai bahan baku minuman sari buah, es krim, selai, dodol, serta sebagai campuran yoghurt dan permen. Sedangkan sari buah merupakan produk yang siap dikonsumsi dan berbahan dasar puree. Kedua produk olahan jambu biji yang dihasilkan, memiliki karakteristik yang berbeda. Hal tersebut berpengaruh terhadap jumlah permintaan dan target konsumen produk puree dan sari buah jambu biji. Selain itu tingkat keuntungan dari masing-masing produk juga berbeda, sehingga hal ini menyebabkan perlu dilakukan analisis optimalisasi produksi dari usaha pengolahan jambu biji agar mendapatkan kombinasi produk puree dan sari buah jambu biji yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal bagi unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT.
5
Departemen Pertanian. www.litbang.deptan.go.id. 4 Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. [19 Januari 2009]
9
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi dalam usaha pengolahan jambu biji merah adalah: 1. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan jambu biji merah dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pengolahan jambu biji merah apabila dilihat dari dua skenario yaitu skenario 1 adalah adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi dan skenario 2 yaitu tidak adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi? 3. Bagaimana sensitivitas usaha pengolahan jambu biji merah apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya? 4. Bagaimana kombinasi produksi optimal yang dapat menghasilkan keuntungan maksimum bagi petani sekaligus memenuhi permintaan pasar?
1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan jambu biji merah dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan jambu biji merah apabila dilihat dari dua skenario yaitu skenario 1 adalah adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi dan skenario 2 yaitu tidak adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi. 3. Menganalisis sensitivitas usaha pengolahan jambu biji merah apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya 4. Menganalisis kombinasi tingkat produksi optimal puree dan sari buah jambu biji yang dapat memberikan keuntungan maksimum bagi petani.
10
1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Gapoktan KUAT diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya. 2. Bagi kelompok tani dan pihak lain, analisis ini dapat memberikan informasi mengenai usaha pengolahan jambu biji terkait dengan kelayakan dan optimalisasi produksi olahan jambu biji. 3. Bagi investor, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menanamkan investasinya pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. 4. Bagi pemerintah, analisis ini dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi untuk pertimbangan dalam pengembangan unit usaha pengolahan jambu biji di Kabupaten Banjarnegara. 5. Bagi penulis, merupakan pengalaman yang sangat berharga dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan perkuliahan. Selain itu sebagai bahan pembelajaran yang dapat diterapkan nantinya dan memberikan inspirasi untuk mengusahakan jambu biji khususnya pengolahan jambu biji. 6. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai kelayakan usaha pengolahan jambu biji dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian terbatas pada subsistem agribisnis pengolahan jambu biji. Gapoktan KUAT memiliki empat unit usaha pengolahan yaitu pengolahan jambu biji merah, pengolahan jagung, pengolahan pisang rajalawe, dan pupuk organik. Namun penelitian ini hanya dibatasi pada usaha pengolahan jambu biji merah menjadi produk puree dan sari buah yang merupakan produk unggulan dari Gapoktan KUAT. Penelitian ini difokuskan untuk melihat tingkat kelayakan finansial dan non finansial pada usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT dengan dua pola yaitu jika terdapat bantuan atau hibah dari pemerintah dan jika tidak ada bantuan atau hibah dari pemerintah. Dan dilakukan juga analisis optimalisasi produksi 11
untuk menentukan kombinasi dari hasil pengolahan jambu biji yaitu puree dan sari buah yang optimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT sehingga dapat memberikan keuntungan maksimal bagi usaha ini.
12
II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memperoleh penelitian yang mendalam tentang studi kelayakan usaha dan optimalisasi produksi, maka berikut ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan topik tersebut. Dimana topik-topik tersebut menjadi dasar kerangka pemikiran bagi penulis dan memberikan masukan terhadap penelitian yang dilakukan. 2.1 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen, dan Aspek Sosial Lingkungan Utami (2008) melakukan penelitian analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat (studi kasus: koleksi taman obat dan spa kebugaran Syifa, Bogor). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, serta menganalisis kelayakan finansial dan sensitifitas. Dilihat dari aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, Taman Syifa dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Namun aspek manajemen dinilai tidak layak karena tidak terdapat efisiensi tenaga kerja sehingga perlu adanya perbaikan usaha. Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat di Taman Syifa memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp.-50.89.149, net B/C, IRR, dan payback period yang tidak terdefinisi. Hal ini berarti usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat Taman Syifa dinilai tidak layak. Analisis finansial usaha ini dinyatakan tidak layak terkait dengan aspek manajemen dimana Taman Syifa dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja yang berimplikasi pada biaya variabel yang besar pada analisis finansialnya. Penelitian lain terkait dengan kelayakan usaha dilakukan juga oleh Utama (2008) yaitu analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Aspek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah aspek finansial, aspek pasar dan aspek teknis. Berdasarkan aspek pasar dan aspek finansial menunjukkan bahwa usaha layak untuk dijalankan. Namun untuk aspek teknis, usaha ini masih memerlukan banyak perbaikan dalam kegiatan budidaya karena kebanyakan petani masih menggunakan cara tradisional yang beresiko tinggi menyebabkan kegagalan
penen. Adanya kegagalan panen ini akan berpengaruh terhadap analisis finansial yang dapat mengakibatkan usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manjemen, dan aspek sosial lingkungan perlu dikaji untuk menentukan apakah usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Hal ini karena dari aspek tersebut akan berpengaruh juga terhadap aspek finansial dari suatu usaha. Sehingga pada penelitian ini meniliki persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu dilakukan analisis pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. 2.2 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Finansial Utami (2008) melakukan penelitian analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat (studi kasus: koleksi taman obat dan spa kebugaran Syifa, Bogor). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, serta menganalisis kelayakan finansial dan sensitifitas. Dilihat dari aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, Taman Syifa dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Namun aspek manajemen dinilai tidak layak sehingga perlu adanya perbaikan usaha. Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat di Taman Syifa memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp.-50.89.149, net B/C, IRR, dan payback period yang tidak terdefinisi. Hal ini berarti usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat Taman Syifa dinilai tidak layak. Total penerimaan (TR) serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan oleh Taman Syifa lebih kecil dari total biaya variabelnya. Kondisi ini memberi isyarat pada Taman Syifa untuk menutup usahanya. Namun, apabila perusahaan mampu mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 45 persen maka Taman Syifa dapat terus membuka usahanya. Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penyebab usaha menjadi tidak layak tidak hanya karena adanya biaya investasi yang besar dan tidak tertutupi selama umur proyek, namun dapat juga disebabkan oleh biaya variabel yang lebih besar daripada penerimaan. Sehingga pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan skenario adanya bantuan 14
investasi dan tidak adanya bantuan investasi. Skenario ini dilakukan karena ada kemungkinan meskipun biaya investasi tidak dikeluarkan oleh perusahaan, namun usaha dapat menjadi tidak layak jika biaya operasional usaha lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh perusahaan. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah persamaan dalam alat analisis untuk menilai kriteria aspek finansial yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period. 2.3 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Sensitivitas Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan pengolahan puree mangga pada CV Promindo Utama di Cirebon Jawa Barat. Dilihat dari aspek non finansial menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga ini layak untuk dilaksanakan. Dari aspek finansial, usaha pengolahan puree mangga menghasilkan nilai NPV selama 10 tahun sebesar Rp 346.825.522,00 dengan kapasitas mesin sebesar 78.000 kg mangga selama 5 bulan berproduksi, nilai IRR sebesar 87,26%, nilai Net B/C sebesar 6,14 dan payback period lebih singkat dari umur proyek yaitu selama 2 tahun 1,6 bulan. Dengan demikian berdasarkan aspek finansial usaha pengolahan puree mangga ini layak untuk dijalankan. Pada penelitian di CV Promindo Utama juga dilakukan analisis sensitivitas mengggunakan analisis switching value dimana akan dicari perubahan yang mengakibatkan usaha tidak layak pada variabel volume produksi puree mangga, harga jual puree mangga dan kenaikan harga mangga. Hasil analisis stwitching value menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun sebesar 15,08664, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31,896. Dari penelitian terdahulu ini terdapat persamaan yaitu terkait dengan topik penelitian pengolahan buah-buahan yang bersifat musiman. Dimana berdasarkan analisis switching value variabel volume produksi puree mangga, harga jual puree mangga dan kenaikan harga mangga cukup berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Pengolahan jambu biji yang merupakan buah-buahan dengan karakteristik 15
dapat berbuah sepanjang tahun namun juga memiliki waktu panen raya dan waktu langka. Sehingga pada penelitian ini juga perlu dilakukan analisis switching value dimana dilakukan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan untuk pengolahan puree mangga. 2.4 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Optimalisasi Produksi Untuk penelitian mengenai optimalisasi pernah dilakukan oleh Ridyawati (2007) yaitu optimalisasi produksi susu olahan pada KUD Mitrayasa Tasikmalaya. Berdasarkan hasil optimalisasi produksi susu olahan di pabrik MT KUD Mitrayasa, diketahui bahwa pengolahan yang dilakukan masih belum optimal. Untuk mencapai tingkat produksi yang optimal maka produksi susu cup plain dan yoghurt plain masing-masing sebesar 214.170,859 liter dan 1.532 liter. Sedangkan susu cup coklat, cup strawberry, cup vanilla, cup melon, yoghurt strawberry, yoghurt melon, dan susu dingin diproduksi masing-masing sebesar 16.624 liter; 15.657 liter; 5.433 liter; 5.340 liter; 984 liter; 984 liter dan 1.181.593 liter. Dengan berproduksi pada kondisi optimal ini KUD Mitrayasa dapat memperoleh keuntungan tambahan sebesar Rp 202.221.784,00. Hasil analisis dual menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya selain susu segar, lactobacillus, dan lid cup berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Simanjuntak (2007) juga telah melakukan penelitian Optimalisasi Produksi Kapsul Ekstrak Obat Tradisional pada Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di Taman Sringanis, Bogor. Data yang diperoleh diolah dengan model linear programming dengan fungsi tujuan merupakan nilai harga per kapsul dari setiap jenis produk, sedangkan kendala yang dapat dibentuk terdiri dari kendala bahan baku, jam tenaga kerja lapangan, jam kerja mesin ekstrak, upah untuk tenaga kerja lapangan, permintaan dan target produksi, dan cangkang kapsul. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adanya analisis optimalisasi maka terjadi peningkatan penerimaan sebesar 19,14% dari penerimaan aktual. Tingkat produksi optimal dari seluruh aktifitas produksi kapsul tersebut sebesar 330.500 kapsul atau mengalami peningkatan sebesar 54.218 kapsul atau 19,6% dari kondisi aktual. Tingkat produksi kapsul ekstrak ini dapat memenuhi 95% dari target permintaan pasar yang ditetapkan. 16
Persamaan penelitian optimalisasi produksi pengolahan jambu biji di Kabupaten Banjarnegara dengan penelitian terdahulu adalah pada alat analisis yang digunakan untuk menilai optimalisasi produksi dengan metode linear programming yang diolah menggunakan program LINDO. Selain itu terdapat persamaan pada kegiatan penelitian yaitu dilakukan pada subsistem agribisnis pengolahan suatu komoditi. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah adanya perbedaan komoditi yang diteliti dan lokasi tempat dilakukannya penelitian.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1
Jambu Biji
A. Asal usul Penyebaran Jambu Biji (Psidium guajava L) merupakan salah satu produk hortikultura yang termasuk komoditas internasional. Jambu biji ini bukan tanaman asli dari Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vacilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Serikat, dan Uni Soviet pada tahun 1887-1942. Tanaman jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Jepang, Malaysia, Australia, dan Indonesia. Hingga saat ini di Indonesia telah banyak dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa (Prihatman, 2000). B. Botani dan Morfologi Jambu Biji Nama ilmiah Jambu Biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani yaitu “psidium” yang berarti delima dan “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut (Parimin, 2007) : Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium Guajava Linn Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak dengan tinggi
mencapai 3-10 m. Pada umumnya umur tanaman jambu biji hingga 30-40 tahun, dimana tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Batang jambu biji memiliki ciri khusus yaitu berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, dan padat. Sedangkan kulit kayunya halus dan mudah terkelupas. Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat
langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan panjang tangkai berkisar 3-7 mm. Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunga keluar di ketiak daun dengan jumlah bunga disetiap tangkai antara 1-3 bunga. Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang. Warna daging buah umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, atau merah tua dan aroma buah harum saat buah matang. Biji jambu biji pada umumnya cukup banyak, meskipun ada beberapa jenis buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji. Tanaman jambu biji berakar tunggang dimana perakarannya lateral, berserabut cukup banyak, dan tumbuh relatif cepat. Perakaran jambu biji cukup kuat dan penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu berbuah sepanjang tahun. C. Jenis Tanaman Hingga saat ini terdapat lebih dari 97 varietas jambu biji yang tersebar di beberapa negara termasuk di Indonesia. Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan alasan nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya adalah (Parimin, 2007): 1) Jambu sukun. Jambu ini merupakan salah satu jenis jambu biji tanpa biji (triploid) yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali. Ciri jambu sukun tanpa biji antara lain buahnya berbentuk bulat simetris atau persegi panjang. Warna kulit buah hijau muda dan mengkilap setelah matang. Daging buah berwarna putih, tebal, padat, serta bertekstur keras. 2) Jambu Bangkok. Jambu yang berasal dari Bangkok, Thailand ini memiliki buah yang berukuran besar dengan bobot 500-1200 gram per buah. Daging buahnya tebal, berwarna putih, dan bijinya sedikit. Rasa daging buah manis dan enak dengan tekstur yang renyah dan keras. Jenis jambu biji ini sudah banyak tersebar di Indonesia karena merupakan jenis jambu biji unggul. 19
3) Jambu merah getas. Jambu biji merah getas merupakan hasil silangan antara jambu pasarminggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok sebagai hasil temuan dari Lembaga Penelitian Getas, Salatiga Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Jambu biji merah getas memiliki keunggulan yaitu daging buahnya merah menyala, tebal, manis, harum, dan segar. Ukuran buahnya mencapai 400 gram per buahnya. Jambu ini banyak diminati karena selain rasanya yang enak juga dapat meningkatkan trombosit darah pada penderita demam berdarah. 4) Jambu pasarminggu. Jambu biji pasarminggu adalah jenis jambu unggul karena merupakan hasil seleksi kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920-1930. Bobot buah sekitar 150-200 gram dengan bentuk yang agak lonjong. Daging buah berwarna merah, manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Kulit buah tipis dan berwarna hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat matang. 5) Jambu sari, 6) Jambu apel, dan 7) Jambu Palembang.
D. Syarat Tumbuh 1) Iklim dan Ketinggian Tempat Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta ketinggian antara 5-1200 m dpl. Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman ini dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 2328°C disiang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), kondisi yang ideal adalah musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September sedangkan musim buahnya terjadi bulan November-Februari bersamaan dengan musim penghujan. 20
2) Media Tanam Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun tanaman jambu biji akan tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu. 3.1.2. Prima Tani Prima Tani adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyampaian inovasi teknologi pertanian berserta umpan baliknya. Program Prima Tani yang diprakarsai oleh Badan Litbang dibentuk dengan latar belakang bahwa Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan dan menemukan inovasi teknologi, namun di sisi lain berdasarkan evaluasi menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi tersebut kepada masyarakat cenderung melambat, bahkan menurun. Sehingga dengan program Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi (Badan Litbang Departemen Pertanian, 2006). Pelaksanaan
kegiatan
Prima
Tani
pada
intinya
adalah
mengimplementasikan secara terbatas (unit percontohan) inovasi teknis dan inovasi kelembagaan agribisnis di lokasi kegiatan. Dengan adanya peningkatan kinerja pada kedua aspek tersebut diharapkan akan berdampak positif pada kinerja hasil usahatani yang dicapai petani, dan bagi kehidupan masyarakat desa yang berupa peningkatan pendapatan dan peningkatan kesempatan kerja. Kegiatan Prima Tani diimplementasikan menggunakan lima pendekatan yaitu (Badan Litbang Departemen Pertanian, 2006): a. Pendekatan agroekosistem Dalam implementasi Prima Tani harus memperhatikan kesesuaian kondisi lokasi yang meliputi sumber daya lahan, air, wilayah komoditas, dan komoditas dominan. 21
b. Pendekatan agribisnis Memperhatikan keterkaitan subsistem penyediaan input, usaha tani, pascapanen dan pemasaran. c. Pendekatan wilayah Optimisasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan) untuk memudahkan fasiltasi dari pemerintah. d. Pendekatan kelembagaan Dalam pengembangan agribisnis tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input, proses dan output, tetapi juga modal sosial, norma dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani. e. Pendekatan pemberdayaan Masyarakat mengandung arti lebih menekankan pada upaya penumbuhan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya setempat Pada tahap awal tahun 2005 Prima Tani dilaksanakan di 14 Propinsi, mencakup 21 Laboratorium Agribisnis, pada tahun 2006 bertambah menjadi 25 Provinsi yang meliputi 30 desa, dan pada tahun 2007 pelaksanaan Prima Tani diperluas ke 200 Kabupaten di seluruh Provinsi di Indonesia. Salah satu lokasi Prima Tani adalah di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah yang dilaksanakan mulai tahun 2005 hingga tahun 2009. 3.1.3
Sistem Agribisnis Menurut David dan Goldberg (1957), diacu dalam Saragih (2001),
agribisnis didefinisikan sebagai total dari keseluruhan kegiatan operasi di dalam manufaktur dan distribusi pertanian, operasi produksi pertanian, proses dan distribusi komoditi pertanian serta produk olahannya. Agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir (Downey dan Ericson (1992) diacu dalam Suparta, 2001) Agribisnis sebagai suatu sistem dapat diartikan bahwa agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga 22
membentuk suatu totalitas. Hal ini berarti agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas (Hermawan, 2008). Sebagai suatu sistem, maka pembangunan agribisnis tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri atau saling terlepas (decoupling), namun yang harus dilakukan adalah mengembangkannya secara sinergis melalui pembangunan sistem agribisnis yang mencakup beberapa subsistem. Menurut Saragih (2001) subsistem dalam agribisnis adalah sebagai berikut: 1) Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), merupakan subsistem yang menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk. Yang termasuk ke dalam subsistem ini adalah industri-industri yang menghasilkan
barang-barang modal
bagi
pertanian,
seperti
industri
perbenihan/pembibitan, tanaman, ternak, ikan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan), industri alat dan mesin pertanian (agrootomotif). 2) Sub-sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan). Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. 3) Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti industri makanan/minuman, industri pakan, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain. Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian 23
sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk memberikan nilai tambah (value added) dari produksi primer tersebut. 4) Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
5) Sub-sistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) atau subsistem jasa penunjang yang meliputi perkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan kebijakan ekonomi. Konsep agribisnis sebagai suatu sistem, merupakan suatu entitas, yang tersusun dari sekumpulan subsistem yang bergerak secara bersama-sama dan saling tergantung untuk mencapai tujuan bersama. Masing masing subsistem tersebut harus dapat bekerja secara efisien, dimana setiap subsistem menjalin hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem untuk lebih meningkatkan efisiensi usaha dan mencapai tujuan agribisnis (Gambar 1).
Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi: Bibit Pupuk Pakan Obat-obatan Alat dan Mesin Teknologi
Subsistem Produksi Usahatani: Pangan Hortikultura Ternak
Perkebunan
Subsistem Pengolahan Hasil (Agroindustri): Penanganan Pasca Panen Pengolahan Lanjutan
Subsistem Pemasaran Hasil: Perdagangan domestik Perdagangan ekspor
Subsistem Jasa Penunjang: Pengaturan, Penelitian, Penyuluhan, Informasi, Kredit modal, Transportasi, Asuransi agribisnis dan Pasar.
Gambar 1. Konsep Sistem Agribisnis Sumber : Suparta (2001)
24
3.1.4
Sistem Agribisnis Jambu Biji Jambu biji merupakan komoditi yang prospektif untuk dikembangkan
mengingat masih terdapat peluang pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk dapat mengembangkan komoditi jambu biji maka diperlukan suatu sistem agribisnis yang saling terintegrasi sehingga dapat menunjang antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya. Sistem agribisnis jambu biji ini terdiri dari subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi usahatani, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan sub sistem penunjang. A. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Input produksi yang umumnya digunakan oleh petani jambu biji dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu input benih (biji) jambu biji, input bibit jambu biji siap tanam, input sarana produksi, serta input pupuk dan obat-obatan. 1) Input benih (biji) jambu biji Tanaman jambu biji dapat dikembangbiakkan secara generatif melalui biji. Cara tersebut cukup mudah dilakukan oleh petani atau pemulia tanaman. Daya tumbuh (viabilitas) biji dapat dipertahankan sekitar satu tahun pada suhu 8°C dan kelembaban rendah sehingga dapat disimpan sekitar satu tahun sebelum digunakan. Perbanyakan tanaman melalui biji akan mengalami perubahan sifat dari induknya.
Namun
perbanyakan
dengan
biji
biasanya
dilakukan
untuk
mempersiapkan bahan batang bawah sebagai bahan perbanyakan okulasi atau sambung pucuk. Penggunaan biji sebagai batang bawah relatif sangat murah dan mudah dilakukan. 2) Input bibit jambu biji siap tanam Bibit jambu biji dapat diperoleh dengan okulasi (budding), sambung pucuk (grafting), cangkok, dan setek batang atau akar. Harga bibit ditingkat pengusaha atau pedagang bibit berbeda bibit yang ada di tingkat petani. Harga bibit jambu merah getas grade A dijual dengan harga Rp 60.000,00/tanaman, grade B Rp 55.000,00/tanaman, dan grade C Rp 40.000,00/tanaman. Keuntungan yang didapat dengan menggunakan bibit diantaranya adalah:
25
Hasil buah yang dihasilkan akan sama dengan induknya Tanaman lebih cepat berbuah (misalnya dengan cangkok akan berbuah pada umur 3-4 bulan) Tanaman akan lebih cepat besar 3) Input sarana produksi Sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan budidaya jambu biji diantaranya adalah bahan pembungkus buah berupa kertas koran, kertas karbon bekas, kertas minyak, kertas semen, plastik, dan sebagainya. Selain itu juga dibutuhkan alat-alat pertanian seperti cangkul, kored, sprayer, drum, dan ember. 4) Input pupuk dan obat-obatan Pupuk yang digunakan dalam budidaya jambu biji dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik atau kimia. Pupuk organik dapat berupa kompos dan pupuk kandang/hewan. Semetara pupuk kimia yang digunakan diantaranya adalah urea, TSP/SP36, KCl, atau pupuk majemuk NPK. Selain pupuk, juga diperlukan obat-obatan kimia untuk memberantas hama dan penyakit yang muncul selama budidaya jambu biji. Obat-obatan kimia yang sering digunakan oleh petani diantaranya decis, antracol, curacron, dan dithane. B. Subsistem Produksi Usahatani Budidaya jambu Biji 1) Pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam Sebelum membuat lubang, langkah awal adalah mengatur dan menentukan jarak tanam. Jarak tanam pada budidaya tanaman jambu biji tergantung dari tingkat kesuburannya, namun umumnya jarak tanam yang digunakan adalah 4mx4m atau dalam satu hektar ditanami 625 tanaman. Untuk lubang tanam dibuat berukuran 75cmx75cmx75cm. Pembuatan lubang tanam diusahakan pada awal musim kemarau dan selesai pada awal musim hujan atau minimal 15 hari sebelum bibit ditanam. Tanah galian bagian atas (top soil, 20-30 cm dari permukaan tanah) digundukkan di sisi kiri lubang, sedangkan tanah bagian bawah (lebih dari 30 cm) digundukkan di sisi kanan lubang. Pembuatan lubang hendaknya dibuat seawal mungkin sebelum bibit ditanam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari keasaman tanah sekaligus menggemburkan tanah yang baru digali. Setelah mendapatkan cukup sinar 26
matahari, tanah galian lapisan bawah dicampur dan diaduk merata dengan pupuk kandang yang telah matang. Pemberian pupuk kandang membuat tanah menjadi lebih gembur dan subur. Setelah tercampur merata, campuran tanah dan pupuk dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai penuh. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan seminggu sebelum tanam agar terkena sinar matahari serta bebas dari gas asam yang berbahaya bagi tanaman. 2) Penanaman Bibit Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan dan ketika bibit cukup umur untuk ditanam. Untuk mengantisipasi kemungkinan bibit yang mati atau rusak selama proses adaptasi di kebun maka perlu disiapkan bibit cadangan untuk penyulaman. Kebutuhan bibit cadangan yang biasa digunakan sbesar 10% dari kebutuhan normal. Setelah berlangsung selama satu minggu lubang ditutup dengan susunan tanah seperti semula, baru bibit jambu biji mulai ditanam. Penanaman tidak perlu terlalu dalam, dimana batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. 3) Perawatan tanaman Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya, tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan. Hal ini dikarenakan tanaman yang diperhatikan dengan baik akan memberikan hasil yang memuaskan. a)
Penjarangan dan Penyulaman Penyulaman tanaman perlu dilakukan agar populasi tanaman per satuan
luas lahan tetap sama sehingga jumlah produksi tidak berkurang. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan dilakukan penjarangan. b) Penyiangan Rumput atau gulma yang tumbuh di sekitar tanaman perlu disiangi agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penyiangan disesuaikan dngan lebar tajuk tanaman. Diameter penyiangan untuk tanaman yang masih kecil biasanya 0,5-1 m, 27
sedangkan tanaman sedang berdiameter 1,5-2 m, dan tanaman besar lebih dari 2 m. Kedalaman penyiangan rumput biasanya antara 5-10 cm, tetapi hal ini dipengaruhi jenis rumput yang ada. Penyiangan terhadap tanaman yang masih kecil dilakukan setiap bulan sekali. Sementara penyiangan terhadap tanaman yang sudah besar dilakukan antara 2-3 bulan sekali atau disesuaikan dengan keadaan gulma yang ada. c)
Pembubunan Agar tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu
biji, maka perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak. Pembubunan dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap benar-benar kuat. d) Pemangkasan tanaman Agar tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang dan memberi bentuk tanaman, pemangkasan juga berguna untuk memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya. e)
Pemupukan Salah satu faktor penting agar tanaman jambu biji tumbuh optimal, lebih
produktif, dan rajin berbuah sepanjang tahun adalah pemupukan. Secara alami, semua unsur hara yang diperlukan tanaman telah tersedia dalam tanah. Namun, adanya perubahan lingkungan dan berkurangnya unsur hara dalam tanah maka diperlukan pemupukan untuk mengembalikan unsur hara agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman (Tabel 5). f)
Pengairan dan Penyiraman Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan
atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi 28
penyiraman bisa dilakukan saat-saat diperlukan saja. Penyiraman tanaman dapat dilakukan dengan dengan beberapa cara yaitu dengan menggenangi kebun, menggunakan selang, ember atau embrat serta sistem tetes. Tabel 5. Pemberian Pupuk Anorganik (Kimia) dan Organik (Pupuk Kandang) Untuk Tanaman Jambu Biji Umur Tanaman (tahun) 1
2
3
4
5
6
7
>7
Dosis dan jenis Pupuk (tanaman/tahun) 40-50 kg pupuk kandang, 150-200 g urea, 100-150 g TSP, dan 100-150 g KCL. 80-100 kg pupuk kandang, 200-250 g urea, 150-200 g TSP, dan 150-200 g KCL. 80-100 kg pupuk kandang, 200-250 g urea, 300-400 g TSP, dan 300-400 g KCL. 100-120 kg pupuk kandang, 250-300 g urea, 300400 g TSP, dan 300-400 g KCL. 120-160 kg pupuk kandang, 350-400 g urea, 400500 g TSP, dan 400-500 g KCL. 120-160 kg pupuk kandang, 350-500 g urea, 500600 g TSP, dan 500-600 g KCL. 120-160 kg pupuk kandang, 500-600 g urea, 600700 g TSP, dan 600-700 g KCL. 160 kg pupuk kandang, 700 g urea, 700-800 g TSP, dan 700-800 g KCL.
g) Penjarangan buah Jambu Biji Tidak semua buah jambu biji yang terbentuk dipelihara, terutama buah yang telalu lebat atau banyak. Agar ukuran buah yang dihasilkan cukup besar dan memenuhi kualitas pasar maka buah jambu biji perlu dijarangkan. Penjarangan buah dilakukan setelah umur 1,5 bulan dihitung sejak bunga mekar atau buah sebesar kelereng. Buah yang akan dibuang atau dijarangkan adalah buah yang bentuknya abnormal atau cacat, terserang hama dan penyakit, layu atau keriput, serta buah yang terlalu lebat. Dalam setiap tandan cukup dipelihara 2-3 buah.
29
h) Pembungkusan Buah Tujuan pembungkusan buah adalah agar buah lebih mulus, mengkilap, tidak cacat, tidak terserang oleh hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual buah lebih baik serta meningkatkan produksi buah. Bahan pembungkus buah yang dapat digunakan berupa kertas koran, kertas karbon bekas, kertas semen, kertas minyak, plastik dan sebagainya. Panen Jambu Biji Tanaman jambu biji asal cangkok, okulasi, dan sambung pucuk akan segera berbuah ketika berumur 6-12 bulan setelah penanaman. Pada tahun pertama biasanya hanya menghasilkan 2-4 buah/tanaman/tahun. Sementara pada tahun kedua mampu menghasilkan sekitar 10-25 buah/tanaman/tahun. Pada tahun ketiga mampu berproduksi antara 30-45 kg/tanaman/tahun, sedangkan pada umur 4 tahun poduksi berkisar 60-75 kg/tanaman/tahun. Produksi buah akan terus bertambah hingga berumur 6-8 tahun dengan masa produksi hingga 30 tahun. Panen buah harus diperhatikan agar mutu buah lebih baik. Panen buah jambu biji pada umumnya dilakukan berdasarkan perubahan warna kulit buah. Sebaiknya buah dipanen pada umur 109-114 hari setelah bunga mekar untuk konsumsi segar. Sementara untuk olahan seperti sirup, nectar, jeli, jam, dan dodol sebaiknya buah dipanen antara 112-113 hari setelah bunga mekar. Jambu biji mampu berbuah sepanjang tahun. C. Subsistem Pengolahan Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jambu biji dapat diolah menjadi produk baru. Kegiatan pengolahan dilakukan untuk menciptakan produk turunan jambu biji yang lebih variatif dan inovatif. Ada berbagai jenis variasi pengolahan jambu biji yang berguna selain agar produknya lebih awet, juga untuk menghindari adanya rasa bosan dalam mengkonsumsi jambu biji. Produk hasil olahan dari jambu biji antara lain6: 1) Bubur Jambu Biji Bubur (puree) merupakan produk antara dari pengolahan buah-buahan dan merupakan bahan baku industri jus, sirup serta industri pangan 6
Anonim. Jambu Biji. http://www.cktagro.com/editing/artikel_jambu_biji.html. [11 Maret 2009]
30
lainnya. Produk berbentuk bubur akan memudahkan dalam transportasi, mutu produk lebih konsisten dan daya simpan lebih lama sehingga kontinuitas bahan baku untuk industri lanjutan dapat terjamin. 2) Sari Buah Jambu Biji Sari buah atau juice merupakan produk jadi yang langsung dapat dikonsumsi. Sari buah adalah larutan sari dari daging buah jambu biji yang diencerkan sehingga mempunyai cita rasa yang sama dengan buah aslinya. 3) Pasta Pasta jambu biji atau keju jambu biji yang terkenal di Hindia Barat dibuat dengan cara menguapkan daging buah dan dicampur gula, yang kemudian dimakan sebagai kue manis. 4) Pengalengan jambu biji dalam bentuk irisan Produk ini dibuat dari irisan-irisan bagian luar buah tanpa biji yang kemudian dijadikan produk yang dikalengkan. Buah jambu biji dikupas, dibelah dua dan direbus dalam sirup encer, dan terakhir dikemas dengan menggunakan kaleng. 5). Jam (selai) jambu biji D. Subsistem Pemasaran Pemasaran jambu biji merupakan tahapan akhir dalam sistem agribisnis dan merupakan bagian penting karena memegang peranan dalam penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Perjalanan jambu biji dari produsen hingga konsumen melewati rantai pemasaran yang sederhana hingga kompleks. Mata rantai tersebut melibatkan petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen. Berikut ini beberapa sasaran pemasaran dari jambu biji diantaranya adalah (Parimin, 2007): 1). Pedagang Pengumpul Sebagian besar pedagang pengumpul mengetahui tempat atau sentra produksi buah jambu biji. Bahkan, mereka memiliki petani pelanggan yang akan menjual hasil panennya. Ada dua arah penjualan yaitu pengumpul mendatangi kebun petani kemudian melakukan transaksi buah sesuai harga saat itu dan yang kedua yaitu pedagang hanya menunggu di pasar atau tempat transaksi dan petani membawa hasil panen ke tempat tersebut.
31
2). Pasar dalam negeri Pasar dalam negeri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu pasar umum, pasar induk, pasar swalayan, dan pasar khusus. Pasar umum Pasar umum merupakan pasar yang menjual beraneka macam keperluan dan tersebar di beberapa kota kecamatan, kabupaten, propinsi, dan ibukota negara. Di pasar ini harga jambu biji sesuai dengan kualitasnya. Pasar induk Pasar induk adalah pasar yang didominasi oleh salah satu produk hortikultura atau gabungan dari dua atau tiga produk tersebut. Pasar ini biasanya menjadi pusat penampungan berbagai sentra produk hortikultura misalnya buah baik dari pulau Jawa maupun luar Jawa bahkan produk impor. Pasar swalayan Pasar swalayan mampu membeli buah jambu biji dengan harga lebih tinggi dibandingkan pasar umum dan pasar induk. Umumnya pasar swalayan menghendaki kualitas buah yang baik atau grade A. Pasar khusus Pasar khusus adalah pasar yang menerima hasil produksi berdasarkan pesanan, misalnya rumah sakit, hotel, restoran, industri pengolahan hasil panen dan lainlain. Industri pengolahan jambu biji seperti puree, sari buah, dodol, dan lainlain yang semakin berkembang sehingga menjadi target pemasaran jambu biji. 3). Pasar luar negeri Selain di dalam negeri, jambu biji juga diminati oleh konsumen luar negeri baik dalam bentuk segar maupun olahan. Hal ini dapat dilihat dari angka ekspor jambu biji Indonesia yang mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2005 (Tabel 6). Sedangkan untuk tahun 2007 dan 2008 volume ekspor mengalami penurunan. Namun hal ini dapat menjadi suatu peluang untuk mengambil pangsa pasar yang telah ada di luar negeri. Pasar luar negeri buah jambu biji diantaranya adalah Uni Eropa, Amerika, Jepang, Hongkong, dan Singapura.
32
Tabel 6. Volume Ekspor Jambu Biji Tahun 2002-2008 No
Tahun
Volume Ekspor (Kg)
1.
2002
32.052
1.
2003
47.871
2.
2004
106.274
3.
2005
15.277
4.
2006
139.842
5.
2007
37.306
6.
2008
54.434
Sumber : Departemen Perdagangan, 2009
E. Subsistem Penunjang Dalam sistem agribisnis jambu biji terdapat subsistem agribisnis penunjang yang penting dalam mendukung kelancaran dan keberhasilan sistem agribisnis. Lembaga-lembaga yang mendukung sistem agribisnis jambu biji diantaranya yaitu : 1). Bank atau lembaga perkreditan. Bank merupakan salah satu lembaga penunjang sistem agribisnis. Peran bank dalam mendukung perkembangan agribisnis yaitu melalui sarana penyedia kredit kepada petani dan lembaga pertanian lainnya yang memerlukan modal untuk menjalankan usahanya. 2). Pemerintah Pemerintah menjadi lembaga penunjang yang berpengaruh dalam perkembangan sistem agribisnis jambu biji. Pemerintah atau dalam hal ini Dinas Pertanian melalui PPL berfungsi sebagai pembimbing petani dan kelompok tani mulai dari kegiatan budidaya sampai dengan pemasaran. PPL juga membantu petani dalam akses terhadap lembaga-lembaga penunjang. Selain itu, PPL juga berfungsi sebagai fasilitator penghubung petani dengan dinas-dinas terkait mengenai teknologi petanian dan permohonan bantuan. 3). Lembaga Litbang Lembaga penelitian dan pengembangan berperan dalam transfer inovasi teknologi dan informasi terkait dengan komoditi jambu biji dalam subsistem budidaya, pengolahan maupun pemasaran. 33
3.1.5
Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktifitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktifitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) diwaktu yang akan datang dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al, 1999). Pada umumnya sumber-sumber yang tersedia untuk menjalankan proyek adalah terbatas maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Untuk dapat mengambil keputusan pemilihan proyek perlu dilakukan evaluasi atas investasi proyek tersebut. Menurut Husein Umar (2005) studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Pengertian lain dari studi kelayakan proyek adalah analisa untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek-proyek yang mempunyai keuntungan yang layak (Gittinger, 1986). Secara sederhana yang dimaksud dengan biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri dari (Husnan dan Suwarsono, 1999): 1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut manfaat ekonomi). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3. Manfaat sosial proyek bagi masyarakat di sekitar proyek. 3.1.6
Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek Untuk dapat merencanakan dan menganalisa proyek yang efektif harus
mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Proses analisis setiap aspek saling terkait antar satu aspek dengan aspek lainnya sehingga analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi dan berhubungan. Menurut Gittinger (1986) aspek-aspek yang diteliti dalam dalam studi kelayakan 34
proyek meliputi aspek pasar (komersial), aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek finansial. A. Aspek Pasar (Komersial) Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Yang termasuk dalam aspek-aspek pasar dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Sedangkan dari sudut pandang input diperlukan terkait dengan penawaran barang dan jasa untuk kegiatan produksi dalam suatu proyek. Analisis dalam aspek pasar ini mencakup peluang permintaan pasar dan strategi pemasaran produk. B. Aspek Teknis Studi mengenai aspek teknis berkaitan dengan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Analisa aspek ini berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang nyata dan jasa-jasa. Menurut Husein Umar (2005) terdapat tiga masalah pokok yang dihadapi suatu proyek terkait dengan aspek teknis atau kegiatan operasional yaitu: 1) Masalah penentuan posisi perusahaan. Penentuan posisi perusahaan dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat dijalankan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu perlu diputuskan bagaimana posisi perusahaan ditentukan yang meliputi pemilihan strategi berproduksi, penentuan produk yang akan ditawarkan, dan kualitas produk. 2) Masalah desain. Masalah desain mencakup perancangan fasilitas operasi yang akan digunakan, meliputi perencanaan letak pabrik, proses operasi, teknologi yang digunakan, rencana kapasitas mesin yang dipakai, perencanaan bangunan, tata letak (layout) bangunan, dan lingkungan kerja.
35
3) Masalah operasional. Masalah operasional biasanya timbul pada saat proses produksi sudah berjalan, diantaranya adalah rencana produksi, rencana persediaan bahan baku, penjadwalan kerja pegawai, pengawasan kualitas, dan pengawasan biaya produksi. C. Aspek Manajemen Manajemen merupakan proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Studi aspek manajemen dilaksanakan saat pembangunan proyek dan saat proyek dioperasionalkan secara rutin. Dalam aspek ini dilakukan pengkajian mengenai bentuk badan usaha; jenis-jenis pekerjaan, tugas dan wewenang; struktur organisasi; serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. D. Aspek Sosial dan Lingkungan Dalam studi kelayakan proyek diperlukan informasi berkaitan dengan lingkungan perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi proyek. Dalam analisis aspek sosial perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek serta implikasi sosial yang lebih luas dari adanya investasi proyek. Hal-hal penting yang dikaji berhubungan dengan aspek sosial adalah manfaat proyek bagi peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Selain masalah sosial, dalam studi kelayakan juga harus mempertimbangkan masalah dampak lingkungan yang dapat merugikan. Daerah proyek harus dipilih melalui peninjauan secara langsung agar dapat ikut menjaga kelestarian alam. E. Aspek Finansial Tujuan menganalisis aspek keuangan dari studi kelayakan proyek adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Analisis keuangan ini didasarkan pada data proyeksi keuangan atau data keuangan historis. Untuk proyek pada perusahaan yang telah berjalan perhitungan keuangan menggunakan data historis perusahaan sampai pada permulaan proyek, sedangkan 36
untuk proyek yang baru laporan tersebut akan diproyeksikan sampai melewati umur proyek. Aspek finansial proyek dituangkan dalam bentuk arus kas proforma (proforma cashflow) dan laporan laba rugi proforma (proforma income statement). 1) arus kas proforma (proforma cashflow) Laporan cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaanpenggunaannya. Dalam mempertimbangkan suatu investasi proyek perlu diketahui tiga arus kas yaitu (Halim, 2009) : -
Arus kas keluar awal (initial cash outflow), yaitu pengeluaranpengeluaran kas awal yang dilakukan sehubungan dengan dilakukan suatu investasi.
-
Arus kas operasional (operational cash outflow), yaitu penerimaanpenerimaan kas yang diperoleh setelah suatu investasi beroperasi. Disamping penerimaan-penerimaan kas juga terdapat pengeluaranpengeluaran kas yang terjadi setelah suatu investasi beroperasi.
-
Terminal arus kas (terminal cash outflow), yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari nilai sisa (salvage value) suatu investasi dan/atau pengembalian modal kerja (working capital)
2) laporan laba rugi proforma (proforma income statement) Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi dan memberikan gambaran tentang kegiatan-kegiatan dari waktu ke waktu. Melalui analisis terhadap laporan laba rugi dapat diketahui apakah usaha yang akan dijalankan merupakan usaha yang menguntungkan (profitable) dengan melihat proyeksi laba yang dapat diperoleh atau usaha tersebut tidak menguntungkan dilihat dari potensi kerugian (loss) yang dapat ditimbulkan selama beberapa periode ke depan. Pada studi kelayakan finansial juga perlu dianalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Menurut Kadariah, et al. (1999) pada umumnya ada empat 37
metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi yaitu : 1) Net Present Value (NPV), merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. 2) Internal Rate of Return (IRR), merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. 3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif dengan present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor. 4) Payback Period (PP), merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. 3.1.7
Analisis Sensitivitas Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasardasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah et al., 1999). Dalam analisis sensitifitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Menurut Gittinger (1988), proyek pertanian sensitif terhadap perubahan yang diakibatkan dari empat masalah yaitu: 1) Harga Pada setiap proyek pertanian harus diteliti apa yang akan terjadi apabila asumsi mengenai harga jual produk pertanian ternyata keliru. Untuk itu dapat dibuat asumsi alternatif lain mengenai harga jual pada masa yang akan datang dan meneliti pengaruhnya terhadap manfaat sekarang netto yang akan diterima oleh proyek, terhadap tingkat pengembalian secara nilai finansial atau ekonomi, atau terhadap ratio perbandingan manfaat dan investasi netto.
38
2) Keterlambatan pelaksanaan Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir seluruh proyek-proyek pertanian. Keterlambatan ini dapat disebabkan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan atau masalah dan persyaratan administrasi. 3) Kenaikan biaya Proyek-proyek cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan biaya karena biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan yang mungkin faktor diskonto yang digunakan terlalu besar atau karena semua fasilitas sudah tersedia padahal manfaat proyek belum direalisasi. Suatu proyek yang diperkirakan memiliki tingkat pengembalian yang cukup menarik berdasarkan estimasi biaya yang telah diperhitungkan mungkin saja tidak diterima sama sekali bila dalam pelaksanaannya harga-harga telah melonjak naik. 4) Hasil Dalam proyek pertanian terdapat kecenderungan untuk bersikap optimis dalam memperkirakan hasil yang akan diperoleh. Analisis sensitifitas terhadap hasil tidak hanya memberikan informasi yang berguna dalam menentukan apakah proyek harus dilaksanakan, tetapi juga dapat menekankan perlunya perluasan pelayanan yang cukup bila diinginkan proyek dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Suatu variasi pada analisa sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Dalam analisis sensitivitas secara langsung dapat memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisa proyek dan kemudian dapat ditentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Sebaliknya untuk menghitung nilai pengganti harus diketahui berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek sebagaimana ditunjukkan oleh salah satu ukuran-ukuran kemanfaatan proyek. 3.1.8
Teori Produksi Output yang dihasilkan berupa barang atau jasa merupakan hasil
pengkombinasian antara faktor-faktor produksi atau input. Hubungan antara input
39
yang digunakan dalam proses produksi dengan jumlah output yang dihasilkan disebut fungsi produksi (Lipsey,1995). Menurut Buffa dan Sarin (1996), diacu dalam Ridyawati (2007), sistem produksi didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Rangkaian masukan-konversi-keluaran merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem produksi dimulai dari unit terkecil dari kegiatan produksi yang biasanya dinamakan operasi. Proses pengubahan ini secara jelas digambarkan dalam Gambar 2. Masukan: Material Mesin Fasilitas Energi Informasi Teknologi
Proses transformasi atau konversi Manajemen Operasi : Desain sistem Perencanaan dan pengendalian operasi
Keluaran: Produk jasa
Gambar 2. Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi Sumber : Buffa dan Sarin (1996) diacu dalam Ridyawati (2007)
Salah satu tujuan dalam berproduksi adalah bagaimana memperoleh output dengan menggunakan input yang terbatas secara efektif dan efisien untuk dapat mendapatkan hasil yang optimal. Usaha untuk menentukan alokasi sumber daya untuk memperoleh keuntungan maksimal dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan garis isorevenue. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) menunjukkan semua kombinasi keluaran (output) yang dapat diproduksi dengan menggunakan sumberdaya (input) dengan jumlah yang terbatas (Nicholson, 1995). KKP disebut juga isoresources curve karena setiap titik-titik dalam kurva tersebut menunjukkan kombinasi output yang dapat dihasilkan dengan menggunakan input yang sama, sedangkan garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat memberikan penerimaan tertentu kepada perusahaan.
40
X1
KKP TR1 C
A Q1
E
B Q2
TR2 X2
Gambar 3. Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal Sumber: Nicholson (1995)
Keterangan; X1 : Produk 1 X2 : Produk 2 TR1 : Total penerimaan 1 TR2 : Total penerimaan 2 C : Kombinasi produksi yang tidak dapat dicapai E : Kombinasi produksi optimal Q1,2 : Jumlah produk 1 dan 2 yang dihasilkan pada kombinasi optimal A,B : Kombinasi produk yang tidak optimal
Penentuan kombinasi produk optimal untuk memperoleh keuntungan maksimal dapat diilustrasikan pada Gambar 3, dimana perusahaan diasumsikan perusahaan menghasilkan dua produk yaitu X1 dan X2. Perusahaan dapat berproduksi optimal pada titik E dimana pada titik tersebut dapat menghasilkan produk X1 sebesar Q1 dan produk X2 sebesar Q2, sehingga penerimaan yang diperoleh perusahaan akan maksimal yaitu sebesar TR2. Kombinasi produk optimal ini akan dicapai pada saat KKP bersinggungan dengan garis revenue. Pemilihan kombinasi produk selain dari titik E akan mengurangi penerimaan total. Jika perusahaan memilih kombinasi produk yang ditunjuk pada titik A dan B maka penerimaan yang diperoleh hanya sebesar TR1, berarti perusahaan belum dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal. Titik C adalah 41
kombinasi produk X1 dan X2 yang tidak dapat dicapai karena terbatasnya sumberdaya. Menurut Lipsey (1995), batas kemungkinan produksi mengungkapkan tiga konsep yaitu kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak bisa dicapai melebihi batas, pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari sekian titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas, biaya peluang diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah. 3.1.9
Teori Optimalisasi Dalam kegiatan produksi persoalan yang muncul berkenaan dengan
penggunaan sumber secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam keadaan sumber yang terbatas tersebut harus dicapai suatu hasil yang optimum. Hal ini menjadi dasar dilakukannya riset operasi. Menurut Supranto (1988) riset operasi adalah riset dengan penerapan metode ilmiah melalui suatu tim secara terpadu untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam kegiatan operasi suatu sistem organisasi agar diperoleh pemecahan yang optimum. Menurut Supranto (1988) tahapan-tahapan dalam penerapan riset operasi untuk memecahkan persoalan adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan atau menganalisis persoalan sehingga jelas tujuan apa yang akan dicapai (objectives). 2) Pembentukan model matematika untuk mencerminkan persoalan yang akan dipecahkan. Biasanya model dinyatakan dalam bentuk persamaan yang menggambarkan hubungan antara input dan output serta tujuan yang akan dicapai dalam bentuk fungsi objektif. 3) Mencari pemecahan dari model yang telah dibuat dalam tahap sebelumnya, misalnya dengan menggunakan metode simpleks. 4) Menguji model dan hasil pemecahan dari penggunaan model, sering juga disebut melakukan validasi. Harus ada mekanisme untuk mengontrol pemecahan misalnya dengan kriteria tertentu. 5) Implementasi hasil pemecahan.
42
3.1.10 Linear Programming Teknik optimalisasi yang sering digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah optimalisasi adalah teknik Linear programming (LP). Program linear merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Menurut Supranto (1998) linear programming (LP) adalah salah satu teknik dari Riset Operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Model LP mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi sah. Menurut Aminuddin (2005) asumsi-asumsi yang mendasari LP adalah sebagai berikut: 1.
Proportionality, asumsi ini berarti naik turunnya fungsi tujuan dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan.
2.
Additivity, berarti nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dalam program linear dianggap bahwa kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai tujuan yang diperoleh dari kegiatan lain.
3.
Divisibility, berarti keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan.
4.
Deterministic (certainty), berarti bahwa semua parameter yang terdapat dalam program
linear
dapat
diperkirakan
dengan
pasti,
meskipun
dalam
kenyataannya tidak sama persis.
43
3.2 Kerangka Operasional Upaya peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing produk pertanian termasuk produk hortikultura dilakukan oleh pemerintah melalui program Prima Tani yang dilaksanakan di 200 Kabupaten di seluruh Provinsi di Indonesia. Salah satu kabupaten yang menjadi lokasi kegiatan Prima Tani adalah Kabupaten Banjarnegara melalui Gapoktan KUAT. Pelaksanaan kegiatan Prima Tani pada intinya adalah mengimplementasikan secara terbatas (digunakan sebagai unit percontohan) inovasi teknis dan inovasi kelembagaan agribisnis di lokasi kegiatan. Inovasi teknis diharapkan mampu meningkatkan kinerja teknologi yang dilakukan oleh praktisi agribisnis khususnya petani. Sedangkan dari segi kelembagaan diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas petani terhadap pasar input, pasar output, permodalan dan teknologi unggul. Sasaran dari kegiatan Prima Tani adalah petani pelaku kegiatan agribisnis, sehingga kelembagaan berbentuk Gapoktan dipilih sebagai wadah pelaksanaan Prima Tani. Pembentukan Gapoktan KUAT dari masyarakat secara sukarela selain berfungsi sebagai pemersatu petani di Desa Kaliwungu juga berperan banyak dalam kegiatan agribisnis yang dilakukan oleh petani. Dengan adanya Gapoktan, petani memiliki suatu daya tawar yang lebih terhadap pihak lain dalam kegiatan usahataninya. Hal ini dikarenakan adanya suatu kekompakan, visi, misi, dan tujuan yang sama dari petani sebagai anggota Gapoktan menjadikan petani memiliki kekuatan yang lebih untuk meningkatkan posisi tawarnya. Pembentukan Gapoktan juga berguna dalam hal memudahkan penyediaan input atau sarana produksi. Dimana Gapoktan dapat mengkoordinasi semua kebutuhan anggotanya secara bersama-sama sehingga akan terdapat jaminan ketersediaan input sarana produksi bagi petani. Selain itu Gapoktan juga berfungsi dalam kegiatan pasca panen dan pemasaran hasil produksi. Dimana salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat unit pengolahan hasil usahatani. Kegiatan ini akan lebih mudah dilaksanakan dengan adanya dukungan dan kerjasama dari petani anggota Gapoktan. Dengan kegiatan pengolahan ini maka produk akan memiliki harga jual yang lebih dibandingkan hanya sekedar dipasarkan dalam keadaan segar dan dapat memberikan nilai tambah produk.
44
Gapoktan KUAT menjalankan beberapa unit usaha sebagai sarana untuk meningkatkan nilai tambah produk. Unit usaha yang menjadi produk unggulan pada Gapoktan KUAT adalah pengolahan jambu biji yang diolah menjadi puree dan sari buah. Kegiatan pengolahan jambu biji ini dilakukan dengan memanfaatkan jambu biji kualitas kedua atau grade B dengan produksi rata-rata hampir 60 persen dari total di Desa Kaliwungu. Produk puree dan sari buah di Gapoktan KUAT masih diproduksi dalam jumlah sedikit dan belum dilakukan secara kontinu. Kondisi ini terjadi terkait dengan produk yang dihasilkan oleh unit usaha pengolahan jambu biji masih tergolong baru dan dalam proses perijinan serta pendaftaran produk ke lembaga-lembaga yang berhubungan dengan produk pangan. Hal ini menyebabkan unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan pemasaran produknya yang menunjukkan terdapat beberapa permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapokatan KUAT. Kegiatan pengolahan jambu biji mulai berjalan pada tahun 2007 dan merupakan unit percontohan bagi petani atau pihak lain yang akan melakukan kegiatan yang sama. Biaya investasi untuk membeli mesin pengolahan dan mesin pendingin diperoleh dari bantuan pemerintah. Karena melihat biaya investasi yang cukup besar, maka diperlukan analisis kelayakan secara finansial maupun non finansial. Analisis dilakukan untuk menilai apakah usaha ini layak dijalankan dan mendatangkan keuntungan atau malah menimbulkan kerugian. Kelayakan pada usaha pengolahan jambu biji di Gapoktan KUAT belum tentu menunjukkan bahwa usaha tersebut telah berproduksi secara optimal menggunakan sumber daya yang tersedia. Sehingga perlu juga dilakukan optimalisasi produksi dimana akan berimplikasi pada keuntungan yang diperoleh usaha tersebut. Adanya investasi yang besar pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT juga menjadi dasar untuk dilakukan analisis optimalisasi produksi hasil pengolahan agar menghasilkan keuntungan maksimal dari sejumlah sumber daya yang tersedia. Dari analisis optimalisasi produksi akan dicari kombinasi output yang dihasilkan yaitu puree dan sari buah jambu biji yang akan menghasilkan keuntungan maksimal. Secara ringkas kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 45
Program Prima Tani di Kabupaten Banjarnegara
Unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT sebagai upaya peningkatan nilai tambah produk dan pemanfaatan jambu biji grade B dimana hingga saat ini unit usaha pengolahan jambu biji ini belum dapat berproduksi secara optimal Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Non Finansial: 1. Aspek Pasar, meliputi peluang pasar dan strategi pemasaran 2. Aspek Teknis, meliputi lokasi, layout bangunan, proses produksi, teknologi pengolahan, dan skala usaha 3. Aspek Manajemen, meliputi struktur organisasi, tugas dan wewenang, serta kebutuhan tenaga kerja 4. Aspek Sosial dan lingkungan, meliputi pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan dampak lingkungan
Layak
Usaha dapat terus dilaksanakan
Aspek Finansial: 1. Net Present Value (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 4. Payback Period (PP)
Analisa Sensitifitas: - Penurunan produksi puree dan sari buah - Kenaikan harga bahan baku jambu biji - Penurunan harga jual puree dan sari buah
Tidak Layak
Perbaiki dan peningkatan efisiensi usaha
Penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal
Optimalisasi produksi puree dan sari buah jambu biji Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran 46
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu) yang berlokasi di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha pengolahan jambu biji di Gapoktan KUAT yang dibentuk dengan bantuan pemerintah adalah sebagai unit usaha percontohan dan merupakan usaha yang baru, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan dan optimalisasi produksi. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus 2009. 4.2 Metode Penentuan Sampel Pada penelitian dengan metode kasus digunakan narasumber atau responden sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Narasumber berjumlah empat orang dimana narasumber ini merupakan pihakpihak yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Narasumber ini terdiri dari ketua Gapoktan KUAT, ketua seksi pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT, PPL Kecamatan Mandiraja, dan penanggungjawab kegiatan pengolahan BPTP Jawa Tengah. 4.3 Desain Penelitian Rancangan dan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode kasus yaitu suatu metode penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari seluruh personalitas. Subyek penelitian bisa terdiri dari suatu individu, suatu kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Subyek penelitian ini adalah Gabungan Kelompok Tani KUAT dan yang menjadi obyek adalah penanggungjawab dan pengelola unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Dalam penelitian ini yang menjadi kasus adalah kelayakan usaha pengolahan jambu biji serta optimalisasi produk yang dapat dihasilkan dari unit usaha tersebut.
4.4 Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pengelola Gapoktan KUAT yaitu ketua seksi unit usaha pengolahan jambu biji, PPL Kecamatan Mandiraja dan staf BPTP Jawa Tengah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan Gapoktan KUAT terkait dengan data pengeluaran dan pemasukan, rekapan jumlah produksi, jumlah tenaga kerja dan jumlah penjualan. Data sekunder lainnya juga diperoleh dari studi literatur berbagai buku, bahan bacaan dari internet, penelitian sebelumnya dan beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara, Departemen Perdagangan, serta Badan Pusat Statistik. 4.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian yaitu pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Kegiatan pengumpulan data dimulai dari bulan Maret sampai April 2009. Data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung dengan pihak pengelola Gapoktan KUAT yaitu ketua Gapoktan KUAT dan ketua seksi unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. 4.6 Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial pengolahan jambu biji berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Data kuantitatif ini diolah dengan menggunakan komputer program Microsoft Excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Untuk mengetahui tingkat produksi dan alokasi sumber daya optimal digunakan program linier dengan tujuan memaksimumkan keuntungan dari produksi pengolahan jambu biji. Data kuantitatif berupa faktor kendala yang menjadi pembatas, penentuan koefisien input dan output serta penentuan fungsi
48
tujuan diolah dengan bantuan komputer menggunakan program LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan aspek non finansial yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. 4.7 Definisi Operasional 4.7.1
Analisis Kelayakan Finansial Dalam mengukur atau menilai suatu proyek yang akan atau telah didirikan
terdapat beberapa kriteria yang digunakan. Setiap kriteria yang ada dipakai untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu usul proyek dan juga dapat dipakai untuk memberikan urutan (ranking) berbagai usul investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing. A. Net Present Value (NPV) NPV merupakan manfaat bersih tambahan (nilai kini bersih) yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu, yang dirumuskan sebagai berikut (Kadariah et al., 1999):
NPV =
𝑛 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 𝑡=1 (1+𝑖)𝑡
Dimana: Bt = benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t Ct = biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t n = umur ekonomis dari proyek i = social opportunity cost of capital, yang ditunjuk sebagai social discount rate Kriteria penilaian; 1) Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima, karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya 2) Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya
49
3) Jika NPV = 0, maka proyek mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
B. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return. IRR ini berupa tingkat discount rate yang membuat NPV proyek sama dengan nol. IRR juga merupakan hasil bunga yang sesungguhnya yang dijanjikan oleh suatu proyek selama umurnya. Prosedur perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Kadariah et al., 1999): 1. Dipilih nilai discount rate yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang benar, lalu dihitung NPV dari arus benefit dan biaya. 2. Jika hasil dari NPV tadi negatif, hal itu berarti bahwa nilai percobaan I terlalu tinggi (benefit diwaktu yang akan datang di-discount terlalu besar, yang membuat present value biaya melebihi present value benefit), jadi dipilih nilai percobaan I baru yang lebih rendah. 3. Jika sebaliknya present value tersebut positif, diketahui bahwa nilai percobaan I terlalu rendah (benefit diwaktu yang akan datang belum didiscount terlalu besar untuk disamakan dengan present value biaya), jadi dipilih nilai percobaan I baru yang lebih tinggi. 4. Nilai percobaan pertama untuk discount rate dilambangkan dengan i’, yang kedua dengan i”, nilai percobaan pertama untuk NPV dilambangkan dengan NPV’ dan yang kedua dengan NPV”. Asalkan salah satu perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol, maka perkiraan IRR yang dekat diperoleh melalui persamaan berikut:
IRR = i’+
𝑁𝑃𝑉′ 𝑁𝑃𝑉 ′ −𝑁𝑃𝑉"
(i”- i’)
Kriteria penilaian dengan indikator IRR:
Jika IRR > tingkat discount rate yang berlaku maka proyek layak untuk dilaksanakan
Jika IRR < tingkat discount rate yang berlaku maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan 50
C. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara present value positif dengan present value negatif, yang dirumuskan sebagai berikut (Kadariah et al., 1999):
Net B/C =
𝑛 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 𝑡=1 (1+𝑖)𝑡 𝑛 𝐶𝑡 −𝐵𝑡 𝑡=1 (1+𝑖)𝑡
……
[Bt – Ct > 0] [Bt – Ct < 0]
Kriteria investasi berdasarkan net B/C adalah :
Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek tidak menguntungkan
Net B/C = 0, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
D. Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Semakin cepat kemampuan proyek mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek maka proyek semakin baik. Perhitungan payback period adalah sebagai berikut (Umar, 2005):
PP =
𝐼 𝐴𝑏
Dimana : I = biaya investasi Ab = benefit brsih yang diterima setiap tahunnya 4.7.2
Analisis Sensitivitas Analisis sensitifitas adalah suatu alat analisis untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah, 1999). Analisis ini diperlukan karena pada setiap proyek pasti terdapat unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
51
Pada penelitian ini digunakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas yaitu nilai pengganti (switching value). Nilai pengganti ini dilakukan untuk mengukur nilai dari perubahan yang membuat tingkat minimum diterimanya proyek. Perubahan yang diukur adalah perubahan pada penurunan produksi puree dan sari buah, penurunan harga jual puree dan sari buah, serta kenaikan harga bahan baku jambu biji. Perubahan penurunan produksi puree dan sari buah diakibatkan oleh adanya penurunan pasokan buah jambu biji akibat penurunan jumlah panen. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan cuaca, dimana pada musim kemarau panen jambu biji cenderung lebih sedikit dibandingkan pada musim penghujan. Adanya kelangkaan jambu biji pada bulan-bulan tertentu juga menyebabkan terjadinya kenaikan harga bahan baku jambu biji. Sedangkan untuk faktor yang menyebabkan penurunan harga jual puree dan sari buah yaitu adanya persaingan dengan produk sari buah lainnya dan munculnya pesaing-pesaing baru dengan produk yang serupa di masa yang akan datang. 4.7.3
Optimalisasi Produksi Permasalahan optimalisasi produksi dapat diselesaikan salah satunya
menggunakan program linier. Kata sifat linier digunakan untuk menunjukkan fungsi-fungsi matematik yang digunakan dalam bentuk linier dalam arti hubungan langsung dan persis proporsional. Program menyatakan penggunaan teknik matematik tertentu. Sehingga program linier dapat diartikan suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan optimum terhadap persoalan. Bentuk umum model program linear: Optimumkan Z=
𝑛 𝑗=1 𝑐j xj
dengan batasan: 𝑛 𝑗=1 𝑎ij xj ≤ /
Xj ≥ 0,
≥ bi,
untuk i = 1,2,3,..,m untuk j = 1,2,3,…,n
52
atau dapat ditulis secara lengkap sebagai berikut: Optimumkan Z = c1 x1 + c2 x2 + … +cn xn dengan batasan: a11 x1 + a12 x2 + … +a1n xn
≥ ≤ b1
a21 x1 + a22 x2 + … +a2n xn
≥ ≤ b2
. . . am1 x1 + am2 x2 + … +amn xn
≥ ≤ bm
Dimana: Z
= fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal, minimal)
Cj = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan satu satuan unit atau sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap Z n
= macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia
m
= macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
xj
= tingkat kegiatan ke-j
aij = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j bi
= kapasitas sumber i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan Masalah optimalisasi produksi dirumuskan ke dalam program linier
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan Fungsi Tujuan Fungsi tujuan pada penelitian optimalisasi produksi adalah untuk mengetahui kombinasi jenis dan tingkat produksi sari buah dan puree jambu biji yang menghasilkan keuntungan maksimal. Keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntungan sebelum dikurangi biaya tetap atau disebut juga laba kotor. Hal ini berdasar pada tidak adanya perubahan pada biaya tetap apabila terjadi perubahan jumlah produksi sesuai dengan asumsi yang mendasari LP.
53
2) Menentukan Sistem Kendala Dalam penelitian ini permasalahan yang menjadi kendala dalam optimalisasi produksi diantaranya adalah bahan baku, bahan tambahan, jam kerja mesin, permintaan pasar, dan jam tenaga kerja. a.
Bahan baku Penggunaan bahan bagi bagi pembuatan puree maupun sari buah
disesuaikan berdasarkan standar pemakaian dalam memproduksi setiap jenis produk per satuan kemasan yang telah ditetapkan oleh Gapoktan KUAT. Ketersediaan bahan baku berupa jambu biji yang berfluktuasi tergantung musim menjadi koefisien kendala dalam optimalisasi produksi. Dimana nilai sisi kanan (right hand side) dalam kendala tersebut adalah ketesediaan bahan baku jambu biji selama periode 2008. Formulasi modelnya adalah: ∑ajXj ≤ BB Keterangan: aj
= koefisien penggunaan bahan baku jambu biji untuk produk ke-j (kg)
BB = ketersediaan bahan baku selama tahun 2008 (kg) b.
Bahan tambahan Bahan tambahan dalam pembuatan sari buah dan puree dimasukkan ke
dalam variabel kendala karena kegiatan produksi sangat bergantung pada bahanbahan lain seperti asam sorbat, asam sitrat, gula pasir dan kemasan. Hal ini mengingat bahwa di Gapoktan KUAT penyediaan bahan tambahan disediakan dalam jumlah terbatas karena terdapat kebutuhan untuk alokasi dana usaha lainnya. Formulasi modelnya adalah : ∑bijXj ≤ BPi Keterangan: bj = koefisien penggunaan bahan tambahan ke-i untuk satu kemasan produk ke-j (botol, cup), dimana; i=1 untuk asam sorbat (gram), i=2 untuk asam sitrat (gram), i=3 untuk gula pasir (gram), i=4 untuk botol (buah), i=5 untuk label puree (buah), i=6 untuk plastik segel (buah), i=7 untuk cup (buah), dan i=8 untuk plastik seal cup (lembar) BPi = ketersediaan bahan tambahan ke-i selama tahun 2008 (gram, buah, dan lembar) 54
c.
Jam kerja mesin Jam kerja mesin pengolahan merupakan kendala dalam optimalisasi
produksi yang dihadapi Gapoktan KUAT. Mesin ini dapat menjadi kendala karena penggunaan jam kerja mesin yang tidak optimal atau sering menganggur. Koefisien untuk kendala jam kerja mesin adalah jam yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kemasan olahan jambu biji, sedangkan nilai ruas kanannya adalah ketersediaan jam kerja mesin yang dihitung berdasarkan kapasitas kerja mesin per proses produksi selama periode 2008. Formulasi modelnya adalah : ∑cijXj ≤ JM Keterangan: cij = koefisien kebutuhan jam kerja mesin ke-i untuk satu kemasan produk ke-j (botol, cup), dimana; i=1 untuk mesin pulper, i=2 untuk mesin spinner, i=3 untuk mixing tank, i=3 untuk mesin pasteurisasi, i=4 untuk mesin sterilisasi botol, dan i=5 untuk mesin seal cup. JM = ketersediaan jam kerja mesin pada jam kerja normal selama tahun 2008 (menit) d.
Jam tenaga kerja langsung Tenaga kerja pengolahan jambu biji diperhitungkan sebagai kendala
karena adanya keterbatasan jam kerja dari para pekerja. Koefisien untuk kendala jam tenaga kerja adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kemasan puree atau sari buah. Untuk nilai sisi kanan dalam kendala jam kerja yaitu ketersediaan jam kerja yang diperhitungkan berdasarkan jumlah jam kerja dalam waktu satu tahun. Formulasi modelnya adalah : ∑djXj ≤ JTK Keterangan: dj = koefisien kebutuhan jam tenaga kerja untuk satu kemasan produk ke-j (botol, cup) JTK = ketersediaan jam tenaga kerja pada jam kerja normal selama tahun 2008 (menit)
55
e.
Permintaan minimum Permintaan minimum pasar produk sari buah dan puree merupakan jumlah
penjualan masing-masing produk selama tahun 2008. Permintaan pasar dimasukkan ke dalam model sebagai kendala untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dihasilkan agar menghindari kehilangan pangsa pasar yang telah ada. Nilai ruas kanan dalam model linear ini adalah permintaan minimum berdasarkan penjualan periode 2008. Formulasi modelnya adalah : Xj ≤ PPXj Keterangan: PPXj = Jumlah penjualan produk ke-j selama tahun 2008 (botol, cup) 3) Variabel keputusan Variabel keputusan yang akan dicari dalam permasalahan ini adalah terkait dengan jumlah produk hasil pengolahan jambu biji yang akan diproduksi yaitu puree dan sari buah, dimana: X1 = jumlah puree jambu biji yang akan diproduksi X2 = jumlah sari buah jambu biji yang akan diproduksi Setelah fungsi tujuan dan kendala terbentuk, data yang ada diolah dengan menggunakan program LINDO. Analisis yang dilakukan meliputi: 1) Analisis Primal Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat
menghasilkan
keuntungan
paling
besar,
dengan
tetap
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Aktifitas yang tidak termasuk skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. Dengan membandingkan antara kombinasi produk terbaik hasil perhitungan dengan kombinasi produksi aktual akan diketahui apakah selama ini kegiatan produksi perusahaan sudah optimal atau belum. 2) Analisis Dual Analisis dual dapat diketahui dengan melihat nilai slack atau surplus. Nilai ini menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya yang digunakan berubah sebesar satu satuan. Nilai dual atau shadow price juga menunjukkan batas harga tertinggi suatu sumber daya yang masih memungkinkan untuk dilakukan pembelian oleh perusahaan. Dari 56
nilai dual juga dapat diketahui kelebihan atau kekurangan sumberdaya yang dihadapi oleh perusahaan.
57
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Profil Perusahaan Gabungan Kelompok Tani “Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu” atau disingkat dengan Gapoktan KUAT merupakan organisasi profesi yang bersifat sosial ekonomi sebagai lembaga masyarakat yang tumbuh dari bawah dan bersifat independen. Pusat sekretariat organisasi ini terletak di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Gapoktan ini terdiri dari empat kelompok tani yaitu Kelompok Tani Lohjinawi, Kelompok Tani Mentesing Tani, Kelompok Tani Matsudo Tani, dan Kelompok Tani Portal. Gapoktan KUAT didirikan dengan SK pendirian tanggal 15 Februari 2006. Sedangkan untuk kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan KUAT sudah terbentuk sejak tahun 1970-an. Berdasarkan AD/ART Gapoktan KUAT, tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk menyatukan gerak langkah kelompok tani yang ada di desa agar petani kompak dalam berusaha tani, mempermudah petani mendapatkan informasi dan sarana produksi, membantu petani menangani panen dan pasca panen sampai dengan pemasaran, serta membantu petani untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Anggota Gapoktan KUAT terdiri dari para petani maupun dari masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian atau masyarakat yang peduli terhadap petani yang berada di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Ketentuan masayarakat yang dapat bergabung dalam kenggotaan KUAT adalah petani yang aktif memiliki usaha pertanian secara kelompok, wanita tani yang memiliki usaha tani dan keahlian dalam bidang pertanian, pemuda tani yang berprestasi dalam bidang pertanian serta
lembaga-lembaga
yang
mempunyai
kesamaan
cita-cita
dalam
mensejahterakan petani. Dengan adanya pendirian gapoktan ini diharapkan lebih memudahkan koordinasi dari semua kelompok tani yang ada di Desa Kaliwungu. Hal ini terkait dengan dibuatnya program Prima Tani oleh Departemen Pertanian melalui BPTP Jawa Tengah sebagai unit percontohan inovasi pertanian baik berupa teknologi, kelembagaan dan kebijakan yang maju dan strategis bagi petani sebagai pelaku kegiatan agribisnis.
Kegiatan Prima Tani merupakan suatu program yang dibuat oleh pemerintah untuk menciptakan sistem agribisnis dalam suatu kawasan yang harmonis dan serentak. Untuk lebih memudahkan pengembangan sistem agribisnis ini maka seluruh kegiatan berada dibawah koordinasi Gapoktan KUAT. Berbagai kegiatan yang dilakukan dirancang untuk dapat saling mendukung antara satu usaha dengan usaha yang lain sehingga terdapat hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem. Pelaksanaan program Prima Tani berada di bawah bimbingan dan tanggungjawab BPTP Jawa Tengah dengan melibatkan petani, Kepala Desa, dan Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara melalui PPL. Untuk permodalan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan disediakan oleh BPTP Jawa Tengah serta bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Gapoktan KUAT merupakan wadah yang menjalankan sistem agribisnis mulai dari subsistem input hingga subsistem pemasaran. Komoditas utama yang dikembangkan pada Gapoktan KUAT adalah jambu biji merah dan ternak kambing terintegrasi dengan tanaman pangan (padi gogo, jagung, dan pisang) sebagai komoditas pendukung. Penetapan komoditas ini difokuskan pada komoditas-komoditas yang bernilai ekonomis, mempunyai sebaran agroklimat yang luas, dan permintaan pasar yang tinggi. Dari berbagai komoditi yang dihasilkan tersebut, Gapoktan KUAT mengelola empat unit usaha pengolahan yaitu pengolahan jambu biji merah, ceriping pisang rajalawe, kripik jagung dan pupuk organik. Skema sistem agribisnis dalam program Prima Tani di Gapoktan KUAT dapat dilihat pada Gambar 5. Kegiatan agribisnis yang dilakukan di Desa Kaliwungu dirancang untuk menciptakan sistem agribisnis yang terintegrasi. Usaha peternakan kambing selain menghasilkan kambing potong juga dapat memanfaatkan kotoran kambing sebagai pupuk organik. Dimana pupuk ini digunakan oleh petani untuk kegiatan budidaya jambu biji dan tanaman pangan lainnya seperti jagung, pisang rajalawe, dan padi gogo. Sehingga petani akan lebih mudah memperoleh sarana produksi terutama pupuk yang akan berimplikasi pada produksi hasil pertanian. Dari produk yang dihasilkan oleh petani, dilakukan kegiatan pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah produk dan meningkatkan pendapatan petani. Dengan 59
adanya hubungan yang harmonis dan sinergis maka akan ikut mendukung kelancaran dan kontinuitas pada tiap subsistem agribisnis.
Usaha ternak kambing skala rumah tangga
Pengolahan pupuk organik
Pupuk Organik
Budidaya jambu biji
Budidaya tanaman pangan: padi gogo, jagung, pisang rajalawe
Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu
Industri pengolahan jambu biji, ceriping pisang, dan keripik jagung
Gambar 5. Skema Sistem Agribisnis Gapoktan KUAT Jambu biji merupakan komoditi unggulan dari Gapoktan KUAT dan menjadi maskot utama dalam kegiatan Prima Tani. Penetapan jambu biji sebagai komoditi unggulan terkait dengan tipe agroekosistem Desa Kaliwungu yaitu lahan kering dataran rendah iklim basah yang cocok untuk tanaman jambu biji. Selain dijual dalam bentuk segar, jambu biji juga diolah menjadi puree dan sari buah untuk meningkatkan nilai tambah produk. Jambu biji dengan kualitas unggul atau grade A dipasarkan dalam bentuk segar melalui Gapoktan KUAT maupun pedagang pengumpul, sedangkan jambu biji grade B diolah menjadi puree dan sari buah. 5.2 Struktur Organisasi Gapoktan KUAT memiliki struktur organisasi yang cukup lengkap, dimana
tiap
bagian
subsistem
agribisnis
terdapat
pengurus
yang
bertanggungjawab. Struktur organisasi Gapoktan KUAT dapat dilihat pada 60
Gambar 6. Pembentukan struktur organisasi ini dibuat untuk memperjelas pembagian tugas dalam menjalankan kegiatan di Gapoktan KUAT. Pengurus dari Gapoktan KUAT berasal dari warga Desa Kaliwungu yang merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok tani. Pengurus organisasi terdiri dari petani maupun pengurus kelompok tani yang dipilih atas dasar pemilihan langsung oleh perwakilan kelompok tani yang ada di Desa Kaliwungu dengan masa kerja pengurus selama 5 tahun. Seluruh kegiatan Prima Tani di Gapoktan KUAT berada dibawah tanggungjawab Kepala Dasa Kaliwungu. Untuk setiap subsistem agribisnis terdapat pengurus masing-masing yaitu seksi tanaman pangan bertanggung jawab pada seluruh aktifitas budidaya pisang rajalawe, padi gogo, dan jambu biji; seksi peternakan pada seluruh aktifitas usaha ternak kambing dan pengolahannya; seksi taruna tani dan wanita tani pada kegiatan yang dilakukan oleh taruna tani dan wanita tani; serta seksi pengolahan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional pengolahan jambu biji, pisang rajalawe, dan kripik jagung.
Penanggung Jawab Kepala Desa Kaliwungu
Ketua : Romsidi Wakil : Gunarso
Sekretaris Akh. Suswandi & W. Purwanto
Seksi Tanaman Pangan Saryoto
Saprodi Hadiman
Gambar 6.
Seksi Peternakan Muharno
Seksi Taruna Tani dan Wanita Tani Jumar, Rusmini
Bendahara Suswati & Basti Lestari
Seksi Pengolahan Sodikin, Sarinem
Seksi Pemasaran Supriyanto
Struktur Organisasi Gapoktan KUAT, di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara
61
5.3 Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Jambu biji merupakan komoditas unggulan dalam kegiatan Prima Tani di Desa Kaliwungu. Hal ini dikarenakan terdapat peluang pasar yang cukup besar bagi pengembangan usaha jambu biji mengingat di Jawa Tengah sendiri belum banyak terdapat sentra jambu biji. Sehingga kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu kawasan sebagai sentra jambu biji. Selain dipasarkan dalam bentuk segar, jambu biji juga diolah menjadi produk puree dan sari buah. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan nilai tambah produk. Jambu biji yang diolah merupakan jambu biji varietas getas yang sudah matang dengan kualitas kedua atau grade B. Kegiatan pengolahan jambu biji di Gapoktan KUAT mulai berjalan pada tahun 2007. Proses pembangunan unit pengolahan ini melibatkan berbagai pihak yaitu BPTP Jawa Tengah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (BB Litbang Petanian), Dinas Pertanian Jawa Tengah melalui PPL, dan Gapoktan KUAT. BPTP Jawa Tengah dan BB Litbang Petanian berperan dalam menyiapkan teknologi pengolahan, melakukan pembinaan teknis penggunaan teknologi tersebut, serta memantau dan mengevaluasi kegiatan pengolahan. Teknologi pengolahan berupa mesin-mesin, pendingin (freezer), dan peralatan pendukung lainnya merupakan inventarisasi yang berasal dari BPTP Jawa tengah dan Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan pengolahan ini dilakukan dengan teknologi semi manual yaitu menggunakan mesin pulper, spinner, mixing tank dan pasteurizer. Sedangkan untuk pabrik pengolahan dibangun oleh Dinas Pertanian Banjarnegara pada lahan milik pemerintah desa. Pabrik tempat pengolahan jambu biji berukuran 9x6 m digunakan sebagai tempat kegiatan proses produksi dan penyimpanan produk hasil olahan. Produk yang dihasilkan berupa puree dikemas dengan menggunakan botol pastik 300 gram yang disegel, sedangkan untuk sari buah dikemas dengan cup berukuran 200 ml. Produk puree dan sari buah jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Produk ini diolah secara higienis dengan warna dan aroma asli serta pemanis gula pasir. Produk ini telah mendapatkan ijin dari Dinas Perindustrian Kabupaten Banjarnegara, serta mendapatkan nomor registrasi pengawasan kesehatan Depkes RI SP 356/11.10/2007 dari Dinas Kesehatan 62
Kabupaten Banjarnegara. Puree dan sari buah jambu dapat dikonsumsi sebagai minuman kesehatan karena kandungan vitamin C pada jambu bji merah 3 - 6 kali lebih banyak dibandingkan dengan buah jeruk segar. Kegiatan produksi puree dan sari buah di unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT masih belum dilakukan secara kontinu dan produksi juga masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Pada tahun 2008 jumlah produksi hanya mencapai kurang dari lima persen dari kapasitas maksimum dalam berproduksi. Hal ini terkait dengan produk yang dihasilkan oleh unit usaha Gapoktan KUAT tergolong masih baru yang masih dalam tahap proses perijinan produk ke lembaga-lembaga yang berhubungan dengan keamanan produk pangan. Selain itu kondisi pemasaran produk yang masih terbatas di lokasi usaha dan sebagian wilayah di Kabupaten Banjarnegara, sehingga menyebabkan puree dan sari buah jambu biji yang diproduksi menyesuaikan dengan persediaan produk di pabrik. Dengan kondisi produk yang belum diproduksi secara kontinu, maka unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam kegiatan pemasaran puree dan sari buah. Terdapat beberapa permintaan dari industri olahan jambu biji, tempat wisata maupun rumah sakit yang belum dapat dipenuhi oleh unit usaha ini. Hal ini memungkinkan unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT untuk meningkatkan produksinya sehingga dapat memenuhi permintaan yang ada. Pada tahun 2008 jumlah produksi dari puree dan sari buah jambu biji di unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT adalah sebanyak 5.720 botol puree dan 64.050 cup sari buah. Dengan jumlah produksi ini, kebutuhan bahan baku jambu biji yang dibutuhkan yaitu sebanyak 6.100 kilogram jambu biji. Dimana dari produksi yang dilakukan oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT baru mampu menyerap sekitar 11,38 persen dari total produksi jambu biji grade B di Desa Kaliwungu. Dengan adanya ketersediaan bahan baku jambu biji yang belum dimanfaatkan oleh unit usaha jambu biji Gapoktan KUAT menjadi peluang bagi peningkatan jumlah produksi sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Kondisi ini menjadikan perusahaan memiliki rencana untuk dapat meningkatkan produksi hingga mencapai 30 persen dari kapasitas produksi maksimum. Dengan 63
peningkatan sebesar 30 persen unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT telah mencapai skala ekonomis (Gapoktan KUAT, 2009). Selain itu dengan peningkatan produksi hingga 30 persen ini kebutuhan bahan baku masih dapat dipenuhi dari produksi jambu biji yang ada di Desa Kaliwungu dan dapat menyerap hampir seluruh produksi jambu biji grade B yang ada di Desa Kaliwungu
64
VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar perlu dilakukan untuk mengetahui adanya peluang dan potensi pasar bagi suatu produk. Dalam aspek ini akan dikaji mengenai peluang pasar dan juga strategi pemasaran yang dilakukan menyangkut bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. 6.1.1 Peluang pasar Budidaya jambu biji di Kabupaten Banjarnegara belum banyak dilakukan masyarakat secara optimal. Kebanyakan jambu biji yang dijual hanya buah jambu dalam keadaan segar. Kegiatan pengolahan jambu biji oleh Gapoktan KUAT menjadi usaha pengolahan pertama dan satu-satunya di Banjarnegara bahkan pada lingkup yang lebih luas yaitu di Karesidenan Banyumas. Sebagai usaha satusatunya, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi pengembangan usaha dimana masyarakat Kabupaten Banjarnegara maupun Karesidenan Banyumas dapat menjadi target pasar bagi produk olahan jambu biji yaitu puree dan sari buah. Puree
jambu
biji
merupakan
produk
intermediate
yang
dapat
dimanfaatkan oleh industri hilir maupun oleh konsumen akhir. Dalam industri, puree dapat dijadikan bahan baku bagi produk lain seperti dodol, jus, permen, dan lain-lain. Nilai jual puree jauh lebih tinggi dibandingkan produk segarnya. Dengan penggunaan bahan baku jambu biji kualitas kedua, maka melalui pengolahan nilai tambahnya akan meningkat. Namun selain itu, puree juga dapat langsung dinikmati oleh konsumen akhir sebagai selai ataupun sari buah dengan cara menambahkan air secukupnya. Pasar produk puree jambu biji masih sangat terbuka, baik ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Selama ini kebutuhan puree masih banyak dipenuhi oleh produk impor. Hal ini dikarenakan di dalam negeri sendiri belum banyak yang melakukan pengolahan puree jambu biji. Volume dan nilai impor puree jambu biji dapat dilihat pada Tabel 7. Volume dan impor puree jambu biji hanya dilakukan hingga tahun 2003, untuk tahun berikutnya (hingga tahun 2008) volume dan nilai impornya sangat kecil atau tidak terdapat volume impor. Sedangkan untuk ekspor puree jambu biji hanya pernah dilakukan pada tahun 2003 dengan volume 28.617
kg atau senilai 12.724 US$ (Departemen Perdagangan, 2009). Dengan adanya produk puree yang dihasilkan oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT diharapkan dapat menjadi produk subtitusi impor. Tabel 7. Volume dan Nilai Impor Puree Jambu Biji Tahun 2000-2003 No
Tahun
Volume (kg)
Nilai (US$)
1.
2000
534.048
404.879
2.
2001
50.002
56.774
3.
2002
105.903
103.962
4.
2003
88.265
84.653
Sumber : Depertemen Perdagangan, 2009
Sari buah jambu biji merupakan produk akhir berupa minuman siap saji dibuat dari bubur jambu biji yang ditambahkan air dan bahan tambahan lainnya. Untuk target pasar sari buah jambu biji sendiri adalah konsumen akhir yang langsung dapat mengkonsumsinya. Dengan sifat konsumen sekarang ini yang menginginkan kepraktisan maka dapat menjadi peluang pasar bagi produk sari buah jambu biji. Penjualan puree maupun sari buah jambu biji dari Gapoktan KUAT dari awal beroperasi yaitu tahun 2007 hingga 2008 menunjukkan nilai yang semakin meningkat. Pada tahun 2007 penjualan puree dan sari buah hanya sebanyak 621 kg dan 2.500 lt, sedangkan untuk tahun 2008 dapat mencapai 1.716 kg puree dan 12.810 lt sari buah. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan oleh unit usaha Gapoktan KUAT dapat diterima pasar dan terdapat peluang bagi pengembangan usaha dengan melakukan peningkatan produksi. Hingga saat ini produksi yang dilakukan oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT masih dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari lima persen dari kapasitas produksi maksimum. Produksi dilakukan menyesuaikan dengan ketersediaan produk puree dan sari buah jambu biji yang ada di pabrik. Dimana produksi ini hanya dapat memenuhi permintaan konsumen di sekitar lokasi usaha yang membeli secara eceran maupun pesanan namun dalam jumlah yang kecil.
66
Unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk kegiatan pemasaran produknya. Sehingga beberapa permintaan produk olahan jambu biji dari industri olahan jambu biji, tempat wisata, dan rumah sakit belum dapat dipenuhi oleh usaha pengolahan ini. Kondisi ini menunjukkan adanya peluang pasar bagi unit usaha pengolahan jambu biji untuk meningkatkan produksi puree dan sari buah jambu biji karena masih ada permintaan yang belum terpenuhi. 6.1.2 Strategi Pemasaran Dengan adanya kegiatan pengolahan jambu biji menjadi puree dan sari buah maka memungkinkan untuk memasarkan ke area yang lebih luas karena sifat produk yang lebih awet. Selain itu akan lebih memudahkan konsumen untuk mengkonsumsinya bahkan ketika jambu biji sedang tidak musim atau langka. Hal ini dapat menjadi keuntungan dalam memasarkan produk puree dan sari buah jambu biji. Hasil olahan jambu biji khususnya di Banjarnegara belum banyak dikenal oleh masyarakat khususnya untuk puree jambu biji. Karena itu perlu adanya bauran pemasaran yaitu strategi pemasaran yang dilakukan untuk memasarkan suatu produk. Bauran pemasaran ini terdiri dari empat komponen yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). 1) Product (produk) Produk olahan jambu biji yang dihasilkan oleh Gapoktan KUAT berbahan baku jambu biji varietas getas grade B yang telah mengalami penyortiran sehingga terpilih jambu yang matang dan tidak busuk. Hal ini dikarenakan bahan baku berupa jambu akan sangat mempengaruhi kualitas produk puree dan sari buah yang dihasilkan. Selain itu penggunaan jambu varietas getas yang memiliki keunggulan yaitu daging buahnya yang merah menyala, tebal, terasa manis, harum dan segar dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Puree dan sari buah jambu biji dikemas cukup menarik dengan merk dagang Pritanik. Puree dikemas dalam botol plastik berkapasitas 300 gram dengan ditempeli stiker dan disegel. Sedangkan untuk sari buah dikemas dalam gelas plastik berukuran 200 ml. Selain itu, kedua produk juga telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan dengan nomor registrasi Depkes RI SP 356/11.10/2007. 67
Sehingga dengan kemasan yang baik dan produk yang dijamin keamanannya akan lebih menarik minat konsumen untuk mengkonsumsinya. 2) Price (harga) Harga yang ditawarkan oleh Gapoktan KUAT untuk produk pengolahan jambu biji ditetapkan untuk bisa menjangkau semua kalangan masyarakat. Selain itu target pasar dari produk olahan jambu biji tidak hanya kepada konsumen akhir, namun juga kepada industri pegolahan khususnya untuk produk puree. Harga jual dari puree adalah Rp 8.000,00 per botol atau per 300 gr, sedangkan untuk sari buah dijual dengan harga Rp 1.000,00 per cup. Harga puree lebih mahal dibandingkan sari buah karena puree merupakan bubur jambu tanpa campuran apapun. Penetapan harga produk berdasarkan pada biaya per produk ditambah dengan keuntungan yang ingin diperoleh usaha ini. Dengan adanya dua macam poduk olahan jambu biji dan variasi harga tersebut dapat memberikan alternatif pilihan bagi konsumen sesuai dengan kemampuan daya belinya. Sehingga diharapkan semua konsumen dapat menikmati produk olahan jambu biji ini. 3) Place (distribusi) Untuk saat ini distribusi puree dan sari buah dilakukan dengan cara penjualan langsung ke konsumen. Biasanya konsumen baik perorangan ataupun pesanan dari instansi pemerintah dan swasta akan langsung datang ke tempat penjualan produk Gapoktan KUAT yaitu di kantor Prima Tani Gapoktan KUAT atau di pabrik pengolahan. Namun untuk kedepannya, setelah produksi dapat dilakukan dengan kapasitas optimum, Gapoktan KUAT akan menjalin kerjasama dengan industri, tempat wisata, rumah sakit, dan restoran untuk memasarkan produknya. Hal ini dapat dilakukan melihat masih terdapat ketersediaan sumber daya khususnya bahan baku jambu biji yang mendukung unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT untuk meningkatkan produksinya. 4) Promotion (promosi) Agar produk lebih kenal oleh konsumen maka kegiatan promosi penting untuk dilakukan. Untuk mengenalkan produk puree dan sari buah jambu biji produksi Gapoktan KUAT, maka produk ini telah banyak diikutsertakan dalam pameran baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Selain itu promosi
68
dilakukan dari mulut ke mulut oleh konsumen yang telah mengetahui produk Gapoktan KUAT. Promosi juga dilakukan dengan menetapkan produk minuman hasil olahan Gapoktan KUAT sebagai well come drink Kabupaten Banjarnegara. Melalui Surat Bupati nomor 050/0949 tanggal 19 Maret 2008 juga menghimbau kepada lembaga/instansi untuk ikut serta mempromosikan dan menggunakan produk olahan Prima Tani khususnya sari buah jambu biji. Berdasarkan hasil analisis aspek pasar diketahui bahwa potensi pasar bagi hasil pengolahan jambu biji baik puree maupun sari buah sangat potensial bagi pemasaran produk tersebut. Selain itu, sebagai usaha yang baru berjalan dengan produk yang belum banyak dikenal masyarakat, strategi pemasaran meliputi product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi) yang dilakukan oleh Gapoktan KUAT ikut mendukung pengembangan usaha. Dengan demikian, berdasarkan aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan jambu biji ini layak untuk dilaksanakan. 6.2 Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha, desain dan layout bangunan, proses produksi, teknologi pengolahan dan skala usaha. Berikut adalah hasil analisis pada setiap setiap kriteria aspek teknis. 6.2.1 Lokasi usaha Pemilihan lokasi sebagai tempat menjalankan kegiatan usaha merupakan hal yang penting agar kegiatan usaha dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Desa Kaliwungu merupakan wilayah dengan karakterisik yang sesuai bagi kegiatan budidaya jambu biji. Hal ini terbukti pada tahun 1980-an daerah ini menjadi sentra jambu biji dimana dalam satu hari dapat menghasilkan panen kurang lebih sebanyak satu ton. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Desa Kaliwungu dipilih sebagai lokasi usaha pengolahan jambu biji. Dengan lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku yaitu jambu biji maka akan lebih memudahkan dalam penyediaan bahan baku yang dibutuhkan secara kontinu. Desa Kaliwungu telah memiiliki fasilitas sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti sarana transportasi berupa jalan dan angkutan, sarana 69
komunikasi, listrik, dan air. Selain itu di desa ini banyak pemuda yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja pada pabrik pengolahan. Sehingga hal tersebut akan ikut mendukung kelancaran kegiatan usaha pengolahan jambu biji. 6.2.2 Layout bangunan Kegiatan proses produksi pengolahan jambu biji dilakukan pada bangunan pabrik dengan luas sekitar 54 m2. Pabrik pengolahan ini dibangun pada lahan milik pemerintah desa yang diberi hak pakai dengan SK Kepala desa No. 05/VIII/2007 tanggal 3 Agustus 2007 (Gambar 7). Dengan ukuran bangunan yang tidak terlalu luas dan desain yang sederhana, ruangan ditata sesuai dengan alur produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan efisien. Pada bangunan ini hanya dibagi menjadi dua ruangan dimana ruang pertama sebagai tempat pemrosesan dan ruang lainnya sebagai tempat pengemasan dan penyimpanan produk.
Gambar 7. Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Kegiatan pengolahan mulai dari sortasi, pengupasan buah hingga pasteurisasi dilakukan dalam satu ruangan yang selalu bersih dan steril. Setelah proses selesai, produk dikemas di ruangan lainnya yang disatukan dengan ruang penyimpanan untuk memudahkan dalam pengangkutan dari proses pengemasan ke proses penyimpanan dalam lemari pendingin. Layout bangunan dapat dilihat pada Gambar 8.
70
P R
Pendingin
A O C O K M Pintu masuk
I
PERALATAN
N G
PENYARINGAN
CUCI
CUCI PULPER
SPINER
PASTEURISASI
CUCI
Gambar 8. Layout Bangunan Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT 6.2.3 Proses produksi Proses pengolahan jambu biji dilakukan secara mekanik menggunakan teknologi semi manual, yaitu dengan dibantu mesin pulper, spinner, mixing tank dan mesin pasteurisasi (Gambar 9). Mesin pengolahan ini memiliki kapasitas maksimum produksi 100 kilogram jambu biji per satu kali proses produksi. Dimana mesin dapat dioperasikan selama enam jam per hari. Sehingga kapasitas maksimum jambu biji yang dapat diolah setiap harinya adalah sebanyak 600 kilogram.
71
(1)
(2)
(3)
Gambar 9. Mesin Pengolahan Jambu Biji (1) Mesin Pulper, (2) Mesin Spinner, (3) Mixing Tank dan Pasteurizer
72
Pengolahan jambu biji menjadi puree melalui beberapa tahapan yaitu sortasi, pencucian, pengupasan, pembuburan, penyaringan, pencampuran bahan tambahan, pasteurisasi serta pengemasan. Sedangkan untuk sari buah jambu biji dibuat berbahan dasar puree yang kemudian dilakukan pengenceran, pencampuran bahan tambahan, pasteurisasi, penyaringan dan pengemasan. Proses produksi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 10. Proses produksi dimulai dengan melakukan penyortiran untuk memilih buah jambu biji yang sudah matang, sehat, dan tidak busuk. Kemudian buah dicuci dengan air mengalir sambil digosok dengan kain bersih dan terakhir ditiriskan. Buah jambu yang telah bersih kemudian dikupas dan dipotong kecilkecil dengan pisau stainless, selanjutnya digiling dengan mesin pulper yang bertujuan untuk memisahkan biji buah dengan daging buah. Setelah dihasilkan daging buah jambu tanpa biji, kemudian dimasukkan ke mesin spinner untuk menghancurkan daging jambu menjadi bubur yang lebih halus. Tahapan selanjutnya, hancuran buah tersebut ditimbang dengan tujuan untuk menentukan bahan tambahan seperti gula pasir, asam sitrat, asam sorbat sesuai dengan ukurannya. Dimana setiap kg bubur jambu ditambahkan 125 g gula pasir, 1 gram asam sitrat, dan 0,25 gram asam sorbat. Penambahan asam sitrat dan asam sorbat bertujuan untuk mempertahankan warnanya. Pencampuran bahan dilakukan pada mixing tank berkapasitas 60 liter. Setelah semua bahan tercampur, kemudian dilakukan proses pasteurisasi pada mesin pasteurizer hingga mencapai suhu antara 70-80° C. Setelah mencapai suhu 70-80° C selama kurang lebih 15 menit puree siap untuk dikemas dalam botol kemasan yang telah disterilisasi. Sedangkan untuk proses pembuatan sari buah jambu biji merah yaitu dengan menambahkan air masak dengan perbandingan 1 liter puree dicampur air sebanyak 5 liter. Kemudian ditambah 750 g gula pasir, asam sitrat 6 g, dan asam sorbat 1,5 g ke dalam 1 kg puree yang telah dicampur air. Setelah proses pasteurisasi atau pemanasan hingga suhu 70-80° C dilakukan penyaringan dengan kain kasa dan selanjutnya dikemas dengan gelas plastik. Proses terakhir adalah penyegelan gelas plastik dengan plastik seal cup.
73
Buah Jambu Biji
Sortasi
Pencucian
Pengupasan
Pembuburan
Penyaringan
Bahan tambahan
Pemanasan 80-90° C
Pencampuran
Pasteurisasi
Puree
Pengenceran
Pembotolan
Pencampuran
Pasteurisasi
Sari buah
Pengemasan dalam cup Gambar 10. Proses Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji 74
Setelah dikemas, baik puree maupun sari buah diawetkan dengan cara pendinginan atau pembekuan agar tidak mudah rusak. Puree dan sari buah dapat disimpan di dalam almari pendingin atau cooling storage (Gambar 11) dengan suhu 10°C. Penyimpanan puree dan sari buah dalam cooling storage dapat membuat awet selama kurang lebih enam bulan. Namun untuk daya simpan puree dalam penyimpanan beku dapat awet selama satu tahun.
Gambar 11. Mesin Freezer 6.2.4 Teknologi pengolahan Teknologi pengolahan jambu biji dilakukan secara mekanik dimana mesin-mesin pengolahan disediakan oleh BPTP Jawa Tengah. Untuk penggunaan teknologi tersebut dilakukan pelatihan teknis oleh pihak teknisi dari BPTP Jawa Tengah dan dibantu oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (BB Litbang Petanian). Dengan adanya pelatihan dan pantauan langsung maka lebih memudahkan bagi petani atau pihak Gapoktan KUAT untuk mengoperasikan peralatan pengolahan. Teknologi pengolahan ini terdiri dari mesin pulper, spinner, mixing tank, dan pasteurizer. Mesin pulper berfungsi sebagai pemisah antara daging dan biji buah jambu biji. Spinner digunakan sebagai penghancur buah dalam proses pembuburan buah, dengan kapasitas mesin 100 kg per jam. Mixing tank digunakan untuk mencampur bubur buah dengan bahan tambahan seperti gula, asam sitrat, dan asam sorbat. Tangki ini berkapasitas 60 liter dengan daya pengaduk sebesar 375 watt. Sedangkan untuk pasteurizer digunakan pada proses pasteurisasi yang berfungsi membunuh mikroba pathogen. Tangki pasteurisasi berkapasitas 80-100 liter dengan daya pengaduk 200 watt dan menggunakan 75
kompor berbahan bakar gas sebagai pemanas. Setelah melalui proses pasteurisasi dan pengemasan, puree dan sari buah disimpan dalam freezer untuk lebih meningkatkan daya simpan produk. 6.2.5 Skala Usaha Kegiatan pengolahan jambu biji dirancang sebagai usaha kecil-menengah yang berskala pabrik. Namun untuk saat ini, kegiatan produksi puree maupun sari buah belum dilakukan secara optimal. Hal ini dikarenakan sebagai usaha yang baru maka masih dalam proses perijinan produk ke lembaga yang berhubungan dengan produk pangan dan dalam tahapan pengenalan produk kepada konsumen. Kegiatan produksi di unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT pada tahun 2008 masih dalam jumlah kecil yaitu 5.720 botol puree dan 64.050 cup sari buah atau kurang dari 5 persen dari kapasitas maksimum mesin. Dengan jumlah produksi tersebut, unit usaha pengolahan ini hanya baru menyerap bahan baku jambu biji yang ada di Desa Kaliwungu sebanyak 6.100 kilogram jambu biji atau sekitar 11,38 persen dari total produksi jambu biji grade B jambu biji di Desa Kaliwungu. Untuk mencapai skala ekonomis, usaha pengolahan Gapoktan KUAT minimal harus dapat memproduksi 2000 cup sari buah setiap harinya atau sekitar 30 persen dari kapasitas maksimum mesin per tahunnya. Dimana dengan peningkatan tersebut kebutuhan bahan baku masih dapat dipenuhi dari produksi jambu biji grade B yang ada di Desa Kaliwungu. Dengan jumlah produksi tersebut, maka kegiatan pengolahan dapat menutup seluruh biaya operasional produksi dan mendapat keuntungan usaha. Unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT masih dapat melakukan perluasan skala usaha mengingat bahwa kapasitas produksi belum tergarap secara optimal. Selain itu kebutuhan bahan baku jambu biji di Desa Kaliwungu yang ikut mendukung dalam mengoptimalkan kapasitas produksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan Gapoktan KUAT masih sangat berpotensi bagi peningkatan skala usahanya untuk mencapai skala ekonomis. Berdasarkan analisis aspek teknis, pemilihan lokasi pengolahan yang berada di sentra budidaya jambu biji mendukung kelancaran proses produksi 76
karena dekat dengan sumber bahan baku sehingga kontinuitas bahan baku dapat terjamin. Teknologi pengolahan yang digunakan dapat digunakan dengan mudah oleh pihak Gapoktan KUAT dengan adanya bimbingan teknis dan arahan dari BPTP Jawa Tengah dan BB Litbang Pertanian. Secara teknis pelaksanaan proses produksi tidak menghadapi masalah yang dapat menghambat jalannya usaha pengolahan ini. Sehingga dari hasil analisis aspek teknis dapat disimpulkan bahwa unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT layak untuk dijalankan. 6.3 Aspek Manajemen Kajian yang dilakukan dalam aspek manajemen adalah meliputi bentuk badan usaha; struktur organisasi; jenis-jenis pekerjaan, tugas dan wewenang; serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. 6.3.1
Bentuk badan usaha Usaha pengolahan jambu biji merupakan unit usaha yang dijalankan oleh
Gapoktan KUAT. Gabungan kelompok tani adalah organisasi profesi yang bersifat sosial ekonomi sebagai lembaga masyarakat yang tumbuh dari bawah dan bersifat independen. Sebagai organisasi swadaya masyarakat badan usaha ini belum memiliki bentuk badan hukum. Seluruh pengurus Gapoktan bertanggung jawab terhadap kegiatan pengolahan. Untuk kegiatan operasional pengolahan jambu biji berada di bawah tanggungjawab seksi pengolahan. Namun, hingga saat ini belum ada upah yang jelas bagi pengurus Gapoktan yang menjalankan kegiatan pengolahan. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pengolahan jambu biji masuk ke dalam kas Gapoktan dimana kas tersebut digunakan untuk biaya pemeliharaan peralatan maupun membiayai berbagai kegiatan yang dilakukan Gapoktan. Namun untuk kedepannya, akan diperjelas kembali sistem kerja dan upah bagi pengelola kegiatan pengolahan ini. 6.3.2
Struktur organisasi Gapoktan KUAT telah memiliki struktur organisasi yang lengkap dan jelas
dalam
pembagian
tugasnya.
Pengurus
dalam
organisasi
Gapoktan
ini
bertanggungjawab atas seluruh kegiatan dalam sistem agribisnis yang dibangun
77
termasuk unit usaha pengolahan jambu biji. Organisasi ini memiliki ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris, dan seksi untuk setiap subsistem agribisnis. Untuk kegiatan pengolahan jambu biji terdapat satu orang seksi pengolahan yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan operasional pengolahan. Selain itu terdapat tenaga kerja pengolahan yang bertugas menjalankan kegiatan produksi dari mulai penyortiran bahan baku hingga pengemasan produk dan bertanggungjawab terhadap kebersihan pabrik. 6.3.3
Tugas dan wewenang Tugas dan tanggungjawab pengelola unit pengolahan jambu biji adalah
melakukan kegiatan pengolahan secara optimal, memelihara sarana dan prasarana unit pengolahan, menyampaikan laporan kegiatan dan produksi secara berkala kepada organisasi Gapoktan KUAT untuk dilaporkan ke pihak BPTP Jawa Tengah, memasarkan produk puree dan sari buah serta ikut mempromosikan produk tersebut ke tingkat lokal maupun nasional. Sedangkan kewenangan dari pihak pengelola unit pengolahan adalah mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengoptimalkan produksi pengolahan jambu biji. 6.3.4
Pengadaan tenaga kerja Tenaga kerja yang digunakan pada unit usaha pengolahan Gapoktan
KUAT masih terbatas untuk tenaga kerja pengolahan. Dari Gapoktan sendiri terdapat satu orang sebagai penanggungjawab kegiatan produksi dan merangkap juga sebagai tenaga kerja pengolahan. Kebutuhan tenaga kerja adalah sebanyak empat sampai enam orang yang bertugas pada seluruh kegiatan proses produksi dari mulai penyortiran bahan baku hingga pengemasan produk. Berdasarkan
analisis
aspek
manajemen,
usaha
pengolahan
yang
pelaksanaan kegiatan produksinya berada dibawah tanggung jawab Gapoktan KUAT telah layak untuk dilaksanakan. Meskipun untuk pengurus Gapoktan sendiri juga harus mengurus unit usaha pengolahan yang lain seperti pengolahan krupuk jagung dan pisang rajalawe. Namun adanya pembagian kerja yang jelas pada Gapoktan dimana terdapat penanggungjawab unit usaha pengolahan jambu biji dan tenaga kerja pengolahan akan memudahkan dalam proses koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan pada unit usaha pengolahan jambu biji.
78
6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan Dalam menjalankan suatu proyek baik secara langsung maupun tidak langsung akan mendatangkan dampak bagi lingkungan sekitar. Dampak bagi lingkungan sekitar yang perlu dikaji adalah terkait dengan pengaruh dalam aspek sosial berupa peningkatan pendapatan dan perluasan tenaga kerja serta pengaruh terhadap aspek lingkungan mengenai dampak limbah proyek terhadap lingkungan. 6.4.1 Aspek Sosial Dengan adanya kegiatan pengolahan jambu maka dibutuhkan pasokan bahan baku jambu biji yang kontinu. Hal ini akan lebih menguntungkan bagi petani jambu biji di Desa Kaliwungu karena akan ada tempat yang menampung hasil panen mereka. Jambu biji kualitas kedua atau grade B yang biasanya kurang laku terjual, sekarang ini dapat dijual melalui Gapoktan KUAT sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani jambu. Selain itu sebelum ada kegiatan pengolahan, harga jual jambu lokal paling tinggi Rp 800,00 per kg. Namun saat ini dapat mencapai Rp 1.250,00 yang kecil dan yang besar Rp 2.000,00; sedangkan untuk harga jambu getas mencapai Rp 4.000,00 s/d Rp 6.000,00 per kg. Selain menguntungkan bagi petani, adanya kegiatan pengolahan ini juga ikut membuka lapangan pekerjaan. Untuk saat ini kegiatan pengolahan telah melibatkan pemuda tani Desa Kaliwungu sebanyak 4-6 orang. Diharapkan nantinya jika pengolahan jambu biji ini melakukan peningkatan produksi puree dan sari buah jambu biji maka dapat menampung tenaga kerja lebih banyak lagi. 6.4.2 Aspek Lingkungan Adanya kegiatan pengolahan jambu biji hingga saat ini tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar proyek atau pabrik pengolahan. Limbah air dari dari pabrik dialirkan ke sungai, namun limbah ini tidak mencemari lingkungan sungai. Hal ini dikarenakan untuk proses pencucian segala peralatan tidak menggunakan sabun, hanya menggunakan air saja sehingga limbah air tersebut tidak mengandung bahan kimia berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan selama proses produksi sendiri, hampir semua bagian jambu biji akan ikut terproses sehingga tidak menghasilkan limbah produksi. 79
Dilihat dari aspek sosial dan lingkungan, unit usaha pengolahan jambu biji ini layak untuk dijalankan. Usaha pengolahan ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya sehingga tidak memberikan dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan sekitar proyek. Selain itu dengan adanya kegiatan pengolahan ini ikut meningkatkan pendapatan petani jambu biji di Desa Kaliwungu dan membuka kesempatan kerja bagi pemuda Desa Kaliwungu.
80
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek tersebut. Analisis ini dituangkan dalam bentuk arus kas (cash flow) yang disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu. Dari arus kas tersebut dapat diketahui hasil kelayakan usaha pengolahan jambu biji berdasarkan empat kriteria yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Periode. Analisis kelayakan aspek finansial pada usaha pengolahan jambu biji dilakukan pada dua skenario untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari adanya bantuan pemerintah untuk barang-barang investasi pengolahan dengan usaha pengolahan tanpa bantuan pemerintah. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis ini diantaranya adalah: 1.
Analisis finansial pada tahun pertama dilakukan berdasarkan produksi dan penjualan saat ini, dimana produksi hanya mencapai kurang dari 5 persen dari kapasitas produksi maksimum yaitu 5.720 botol puree dan 64.050 cup sari buah. Sedangkan untuk tahun berikutnya produksi meningkat menjadi 5 persen untuk tahun ke-2 dan ke-3, 10 persen pada tahun ke-4 dan ke-5, 20 persen pada tahun ke-6 dan ke-7, dan 30 persen dari kapasitas produksi maksimum untuk tahun selanjutnya.
2.
Kerja maksimum mesin pengolahan yang terdiri dari mesin pulper, spinner, mixing tank, dan pasteurizer adalah enam jam per hari dengan kapasitas jambu biji yang dapat diolah adalah 100 kg per jam. Hal ini berarti kapasitas produksi optimal pengolahan adalah 600 kg jambu biji per hari.
3.
Umur proyek adalah 10 tahun, didasarkan pada umur ekonomis mesin-mesin pengolahan yang merupakan komponen biaya investasi terbesar dan penting dalam kegiatan pengolahan.
4.
Biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama proyek dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.
5.
Rendemen jambu biji menjadi bubur jambu atau puree jambu biji adalah sebesar 70 persen.
6.
Pengolahan jambu biji menjadi puree dan sari buah merupakan satu proses yang saling berhubungan dan tidak dipisahkan, dimana proporsi produk yang dihasilkan menjadi puree dan sari buah adalah 40 persen dan 60 persen dari total jambu biji yang diolah per harinya.
7.
Kegiatan produksi dilakukan dengan jumlah rata-rata hari kerja per bulan adalah 26 hari atau 312 hari per tahun.
8.
Harga jual yang digunakan adalah harga konstan tiap tahunnya yaitu Rp 8.000,00 untuk puree dan Rp 1.000,00 untuk sari buah. Hal ini dikarenakan untuk perubahan harga produk yang mungkin terjadi pada tahun-tahun berikutnya sulit untuk diprediksikan.
9.
Jambu biji yang diolah merupakan jambu biji dengan kualitas kedua. Harga jambu biji ini mengalami fluktuasi dikarenakan kelangkaan, dimana harga untuk bulan Januari sampai Maret adalah Rp 2.000,00/kg, bulan April sampai Juli Rp 4.000,00/kg, dan bulan Agustus sampai Desember Rp 6.000,00/kg.
10. Discount rate yang digunakan adalah sebesar 11 %. Dimana nilai ini merupakan suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh Asosiasi Kelompok Usaha (AKU), tempat usaha pengolahan ini memperoleh pinjaman. 11. Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh barang modal (investasi) yang masih memiliki umur ekonomis pada saat umur proyek habis. 12. Perhitungan pajak penghasilan pada analisis rugi laba berdasarkan UndangUndang No 36 Tahun 2008 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dengan ketentuan bahwa tariff PPh bagi wajib pajak badan adalah tarif tunggal sebesar 28 persen. 13. Satuan puree adalah kilogram, sedangkan untuk sari buah menggunakan satuan liter. Dimana 1 kilogram puree sama dengan 0,833 liter atau 1 liter puree setara dengan 1,2 kg puree.
7.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario 1 (Adanya Bantuan Pemerintah) Pada skenario pertama akan dilakukan analisis finansial untuk kondisi usaha pengolahan yang sebenarnya dimana usaha ini mendapatkan bantuan dari pemerintah baik dari BPTP Jawa Tengah maupun dari Dinas Pertanian Kabupaten
82
Banjarnegara. Bantuan yang diberikan meliputi tanah, bangunan, mesin, dan peralatan produksi lainnya. 7.1.1
Arus Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan pada analisis finansial untuk skenario I terdiri dari empat
komponen yaitu pendapatan penjualan, pinjaman, hibah, dan nilai sisa. 1) Pendapatan Penjualan Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual produk. Pada unit usaha pengolahan ini mesin pengolahan memiliki kemampuan maksimum kerja mesin selama enam jam per hari dengan kapasitas maksimum jambu biji yang diolah adalah sebanyak 100 kg per jam. Sehingga untuk setiap tahunnya dengan mengoperasikan mesin pada kapasitas maksimum, maka dibutuhkan pasokan jambu biji sebanyak 187.200 kg dimana akan dihasilkan produk berupa puree sebanyak 174.720 botol dan 1.965.600 cup sari buah. Namun pada analisis ini digunakan asumsi bahwa dalam umur proyek selama 10 tahun, usaha pengolahan ini hanya mampu mencapai produksi sebesar 30 persen dari kapasitas maksimum mesin. Hal ini dikarenakan unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan hingga saat ini memiliki target peningkatan produksi hanya sebesar 30 persen dimana dengan jumlah tersebut kebutuhan bahan baku jambu biji masih bisa dipenuhi dari produksi di Desa Kaliwungu. Selain itu, pada tingkat produksi ini kebutuhan modal biaya operasional kegiatan pengolahan jambu biji juga masih bisa disediakan oleh Gapoktan KUAT. Untuk tahun pertama pada analisis finansial, pendapatan penjualan diperoleh berdasarkan data penjualan pada tahun 2008 dimana angka ini belum mencapai 5 persen dari kapasitas maksimum produksi. Puree dan sari buah yang diproduksi pada tahun tersebut sebanyak 5.720 botol dan 64.050 cup. Pada tahun berikutnya terjadi peningkatan produksi yaitu 5 persen pada tahun ke-2 dan ke-3, 10 persen pada tahun ke-4 dan ke-5, 20 persen pada tahun ke-6 dan ke-7, dan 30 persen dari kapasitas produksi maksimum untuk tahun selanjutnya (Tabel 8).
83
Tabel 8. Perkiraan Produksi dan Pendapatan Penjualan Puree dan Sari Buah Jambu Biji pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT
Tahun
Produksi
Harga
Pendapatan
Puree/
Puree/
penjualan
tahun
botol
puree/tahun
(botol)
(Rp)
(Rp)
Produksi
Harga
Pendapatan
Sari
Sari
penjualan
Total
Buah/
buah/
sari
Pendapatan/
tahun
cup
buah/tahun
Tahun (Rp)
(cup)
(Rp)
(Rp)
1
5,720
8,000
45,760,000
64,050
1,000
64,050,000
109,810,000
2
8,736
8,000
69,888,000
98,280
1,000
98,280,000
168,168,000
3
8,736
8,000
69,888,000
98,280
1,000
98,280,000
168,168,000
4
17,472
8,000
139,776,000
196,560
1,000
196,560,000
336,336,000
5
17,472
8,000
139,776,000
196,560
1,000
196,560,000
336,336,000
6
34,944
8,000
279,552,000
393,120
1,000
393,120,000
672,672,000
7
34,944
8,000
279,552,000
393,120
1,000
393,120,000
672,672,000
8
52,416
8,000
419,328,000
589,680
1,000
589,680,000
1,009,008,000
9
52,416
8,000
419,328,000
589,680
1,000
589,680,000
1,009,008,000
10
52,416
8,000
419,328,000
589,680
1,000
589,680,000
1,009,008,000
2) Pinjaman Pinjaman ini diperoleh dari Asosiasi
Kelompok
Usaha (AKU)
Banjarnegara sebesar Rp 2.000.000,00 pada bulan Juli ditahun pertama proyek. Pembayaran pinjaman dilakukan dengan sistem pengembalian angsuran kredit selama 12 bulan dengan tenggang waktu waktu (Grace Period) selama dua bulan terhitung sejak tanggal pencairan. Bunga yang harus dibayar adalah sebesar 11 persen per tahun atau sebesar Rp 220.000,00. Sehingga angsuran yang harus dibayar tiap bulan selama 10 bulan berturut-turut yaitu Rp 222.000,00. 3) Hibah Barang-barang investasi dalam kegiatan usaha pengolahan jambu biji berasal dari bantuan atau hibah dari pemerintah baik dari BPTP Jawa Tengah, Dinas Pertanian, dan Pemerintah Desa Kaliwungu. Barang investasi yang berasal dari BPTP Jawa Tengah meliputi mesin-mesin pengolahan, freezer, dan peralatan pendukung lainnya. Untuk bangunan pabrik merupakan bantuan dari Dinas Pertanian sedangkan lahan bangunan adalah milik Pemerintah Desa Kaliwungu. Barang-barang yang diperoleh dari hibah tersebut secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 9. 84
Tabel 9.
Barang-barang Hibah pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT
No
Uraian
Umur Ekonomis
Jml
Satuan
54
m2
Harga per satuan (Rp)
1
Lahan
2
Bangunan
10
3
Mesin pulper
10
1
unit
15,000,000
15,000,000
4
Mesin Spinner
10
1
unit
15,000,000
15,000,000
5
Mesin Pasteurisasi
10
1
unit
35,000,000
35,000,000
6
Pendingin (freezer)
10
2
unit
3,000,000
6,000,000
7
Pemanas (kompor gas)
5
1
buah
300,000
300,000
8
Tabung gas
4
3
buah
500,000
1,500,000
9
Blender
3
1
buah
200,000
200,000
10
Mesin pompa air
4
1
buah
500,000
500,000
11
Meja kerja produksi
3
2
buah
300,000
600,000
12
Panci stainlees besar
4
1
buah
700,000
700,000
13
Panci stainlees kecil
4
3
buah
450,000
1,350,000
14
Panci alumunium
3
1
buah
100,000
100,000
15
Ember besar
1
3
buah
30,000
90,000
16
Ember kecil
1
2
buah
15,000
30,000
17
Keranjang plastic
1
6
buah
65,000
390,000
18
Pisau Stailees
1
4
buah
20,000
80,000
19
Timbangan digital 50 kg
5
1
buah
800,000
800,000
20
Timbangan digital 6 kg
5
1
buah
300,000
300,000
21
Alat Sterilisasi botol
5
1
unit
5,000,000
5,000,000
22
Cup sealer
5
1
unit
1,500,000
1,500,000
23
Troly
5
1
buah
500,000
500,000
24
Sarung tangan
1
4
doz
30,000
120,000
25
Masker
1
2
doz
50,000
100,000
26
Baju kerja
3
5
unit
50,000
250,000
27
Penutup kepala
1
2
doz
50,000
100,000
28
Tempat sampah
2
2
unit
50,000
100,000
29
Gayung
1
2
buah
10,000
20,000
30
Selang air gulung 50 m
5
1
buah
900,000
900,000
Total
50.000
Total (Rp) 2.700.000 84,000,000
173,230,000
4) Nilai Sisa Nilai sisa (salvage value) dari biaya investasi yang dikeluarkan selama umur proyek dan tidak habis terpakai selama umur proyek tersebut dimasukkan ke dalam komponen penerimaan perusahaan. Barang-barang investasi yang masih memiliki nilai sisa pada akhir masa proyek diantaranya adalah tabung gas, 85
blender, mesin pompa air, meja kerja produksi, panci stainless besar, panci stainless kecil, panci alumunium dan baju kerja. Total manfaat yang diperoleh dari nilai sisa adalah sebesar Rp 2.791.667,00. Untuk rincian yang lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Sisa Biaya Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT No
Uraian
Umur Ekonomis
Jml
Harga per satuan (Rp)
Total (Rp)
Penyusutan/ tahun
Nilai Sisa
1
Tabung gas
4
3
500,000
1,500,000
375,000
750,000
2
Blender
3
1
200,000
200,000
66,667
133,333
3
Mesin pompa air
4
1
500,000
500,000
125,000
250,000
4
Meja kerja produksi
3
2
300,000
600,000
200,000
400,000
5
Panci stainlees besar
4
1
700,000
700,000
175,000
350,000
6
Panci stainlees kecil
4
3
450,000
1,350,000
337,500
675,000
7
Panci alumunium
3
1
100,000
100,000
33,333
66,667
8
Baju kerja
3
5
50,000
250,000
83,333
166,667
Total
7.1.2
2,791,667
Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran pada analisis finansial untuk skenario I terdiri dari
biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur proyek diantaranya adalah biaya investasi, biaya operasional, pajak, dan pembayaran pinjaman. 1) Biaya Investasi Biaya investasi dalam usaha pengolahan jambu biji terdiri dari bangunan pabrik, mesin pengolahan, freezer, dan peralatan pendukung lainnya. Biaya investasi terbesar adalah untuk bangunan pabrik sebesar Rp 84.000.000,00 dan satu paket mesin pengolahan berupa mesin pulper, spinner, mixing tank dan pasteurizer seharga Rp 65.000.000,00. Total biaya investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 170.530.000,00. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 11.
86
Tabel 11. Biaya Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT No
Uraian
Umur Ekonomis
Jml
Satuan
Harga per satuan (Rp)
Total (Rp)
1
Bangunan
10
2
Mesin pulper
10
1
unit
15,000,000
15,000,000
3
Mesin Spinner
10
1
unit
15,000,000
15,000,000
4
Mesin Pasteurisasi
10
1
unit
35,000,000
35,000,000
5
Pendingin (freezer)
10
2
unit
3,000,000
6,000,000
6
Pemanas (kompor gas)
5
1
buah
300,000
300,000
7
Tabung gas
4
3
buah
500,000
1,500,000
8
Blender
3
1
buah
200,000
200,000
9
Mesin pompa air
4
1
buah
500,000
500,000
10
Meja kerja produksi
3
2
buah
300,000
600,000
11
Panci stainlees besar
4
1
buah
700,000
700,000
12
Panci stainlees kecil
4
3
buah
450,000
1,350,000
13
Panci alumunium
3
1
buah
100,000
100,000
14
Ember besar
1
3
buah
30,000
90,000
15
Ember kecil
1
2
buah
15,000
30,000
16
Keranjang plastic
1
6
buah
65,000
390,000
17
Pisau Stailees
1
4
buah
20,000
80,000
18
Timbangan digital 50 kg
5
1
buah
800,000
800,000
19
Timbangan digital 6 kg
5
1
buah
300,000
300,000
20
Alat Sterilisasi botol
5
1
unit
5,000,000
5,000,000
21
Cup sealer
5
1
unit
1,500,000
1,500,000
22
Troly
5
1
buah
500,000
500,000
23
Sarung tangan
1
4
doz
30,000
120,000
24
Masker
1
2
doz
50,000
100,000
25
Baju kerja
3
5
unit
50,000
250,000
26
Penutup kepala
1
2
doz
50,000
100,000
27
Tempat sampah
2
2
unit
50,000
100,000
28
Gayung
1
2
buah
10,000
20,000
29
Selang air gulung 50 m
5
1
buah
900,000
900,000
Total
84,000,000
170,530,000
Selain biaya investasi juga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila ada komponen pada biaya investasi yang telah habis umur ekonomisnya sebelum umur proyek berakhir. Namun tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang umur
87
ekonomisnya tidak selama umur proyek. Rincian biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Biaya Reinvestasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT No
Uraian
Umur Ekonomis
Jml
Satuan
Harga per satuan (Rp)
Total (Rp)
1
Tabung gas
4
3
buah
500,000
1,500,000
2
Blender
3
1
buah
200,000
200,000
3
Mesin pompa air
4
1
buah
500,000
500,000
4
Meja kerja produksi
3
2
buah
300,000
600,000
5
Panci stainlees besar
4
1
buah
700,000
700,000
6
Panci stainlees kecil
4
3
buah
450,000
1,350,000
7
Panci alumunium
3
1
buah
100,000
100,000
8
Ember besar
1
3
buah
30,000
90,000
9
Ember kecil
1
2
buah
15,000
30,000
10
Keranjang plastic
1
6
buah
65,000
390,000
11
Pisau Stailees
1
4
buah
20,000
80,000
12
Timbangan digital 50 kg
5
1
buah
800,000
800,000
13
Timbangan digital 6 kg
5
1
buah
300,000
300,000
14
Alat Sterilisasi botol
5
1
unit
5,000,000
5,000,000
15
Cup sealer
5
1
unit
1,500,000
1,500,000
16
Troly
5
1
buah
500,000
500,000
17
Sarung tangan
1
4
doz
30,000
120,000
18
Masker
1
2
doz
50,000
100,000
19
Baju kerja
3
5
unit
50,000
250,000
20
Penutup kepala
1
2
doz
50,000
100,000
21
Tempat sampah
2
2
unit
50,000
100,000
22
Gayung
1
2
buah
10,000
20,000
23
Selang air gulung 50 m
5
1
buah
900,000
900,000
Total
15,230,000
2) Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah 88
produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh unit usaha pengolahan ini terdiri dari biaya pemeliharaan, promosi, dan sewa tanah. Biaya pemeliharaan digunakan untuk seluruh komponen barang-barang investasi, dimana estimasi biaya yang dibutuhkan adalah sebesar 5 persen dari total biaya investasi yaitu Rp 8.526.500,00 per tahunnya. Untuk biaya promosi adalah sebesar Rp 3.000.000,00 per tahunnya dan digunakan dalam rangka memperkenalkan produk melalui pameran-pameran. Untuk biaya tetap lainnya adalah sewa tanah, dimana biaya ini diperhitungkan sebagai opportunity cost karena adanya bantuan pinjaman lahan dari pemerintah desa namun status lahan tersebut tidak menjadi hak milik dari Gapoktan KUAT. Untuk biaya variabel terdiri dari biaya upah tenaga kerja; bahan baku jambu biji; bahan tambahan seperti gula, asam sitrat, dan asam sorbat; kemasan; biaya listrik; dan biaya transportasi. Upah tenaga kerja merupakan biaya untuk tenaga kerja pemproses dari mulai sortasi hingga pengemasan. Asumsi upah yang dibayarkan adalah sebesar Rp 1.500,00 per kilogram jambu biji. Rincian biaya upah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Upah Tenaga Kerja per Tahun pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Jumlah jambu biji
Upah tenaga kerja per
Total upah
yang diproses (kg)
kg jambu (Rp)
(Rp)
1
6,100
1,500
9,150,000
2
9,360
1,500
14,040,000
3
9,360
1,500
14,040,000
4
18,720
1,500
28,080,000
5
18,720
1,500
28,080,000
6
37,440
1,500
56,160,000
7
37,440
1,500
56,160,000
8
56,160
1,500
84,240,000
9
56,160
1,500
84,240,000
10
56,160
1,500
84,240,000
Tahun
Total
637,572,000
89
Bahan baku jambu biji yang digunakan adalah jambu biji kualitas kedua, dimana untuk harga jambu biji mengalami fluktuasi setiap bulannya. Pada musin panen yaitu bulan Januari hingga Maret harga jambu Rp 2.000,00/kg, bulan April sampai Juli Rp 4.000,00/kg, dan bulan Agustus sampai Desember harga jambu mencapai Rp 6.000,00/kg. Sehingga total biaya bahan baku jambu biji yang dibutuhkan pada kondisi kapasitas produksi maksimum adalah sebesar Rp 811.200.000,00 (Tabel 14). Tabel 14. Pembelian Jambu Biji Kualitas kedua pada Kapasitas Produksi Maksimum Mesin (dalam satu tahun) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Bulan
Jumlah jambu biji
Harga jambu
Total biaya bahan
yang diproses (kg)
biji/kg (Rp)
baku (Rp)
Januari
15,600
2,000
31,200,000
Februari
15,600
2,000
31,200,000
Maret
15,600
2,000
31,200,000
April
15,600
4,000
62,400,000
Mei
15,600
4,000
62,400,000
Juni
15,600
4,000
62,400,000
Juli
15,600
4,000
62,400,000
Agustus
15,600
6,000
93,600,000
September
15,600
6,000
93,600,000
Oktober
15,600
6,000
93,600,000
November
15,600
6,000
93,600,000
Desember
15,600
6,000
93,600,000
Total
187,200
811,200,000
Biaya variabel lainnya yang dibutuhkan dalam proses produksi diantaranya adalah bahan tambahan seperti gula, asam sorbat, dan asam sitrat yang penggunaannya disesuaikan dengan ketentuan takaran yang telah ada (Tabel 15). Selain itu terdapat biaya kemasan puree berupa botol, label, dan plastik segel serta kemasan sari buah berupa gelas plastik dan plastik seal cup. Untuk gas LPG yang digunakan dalam kapasitas produksi maksimum adalah sebanyak 128 tabung dalam satu tahun. 90
Tabel 15. Biaya Produksi pada Kapasitas Produksi Maksimum Mesin (dalam satu tahun) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT No
Uraian
1
Gula
2
Kebutuhan
Satuan
55,692
Kg
Asam sorbat
111,384
3
Asam sitrat
4
Harga per satuan (Rp)
Total Kebutuhan (Rp)
7,000
389,844,000
Gram
250
27,846,000
445,536
Gram
60
26,732,160
Botol
174,720
Buah
1,500
262,080,000
5
Label puree
174,720
Buah
150
26,208,000
6
Plastik segel
174,720
Buah
5
873,600
7
Gelas plastik
1,965,600
Buah
100
196,560,000
8
Plastik cup
1,965,600
Buah
100
196,560,000
9
Gas LPG
80,000
10,240,000
128 Tabung
Total
1,136,943,760
Selain biaya produksi, pada biaya variabel juga terdapat biaya listrik dan biaya transportasi. Kapasitas listrik yang digunakan adalah sebesar 2.200 watt dengan biaya abonemen setiap bulannya adalah Rp 63.000,00. Pada tahun pertama biaya listrik adalah sebesar Rp 2.640.000,00, tahun ke-2 dan ke-3 sebesar Rp 2.772.000,00, tahun ke-3 dan ke-4 sebesar Rp 2.904.000,00, tahun ke-5 dan ke-6 sebesar Rp 3.168.000,00, dan Rp 3.432.000,00 untuk tahun-tahun berikutnya. Sedangkan untuk biaya transportasi pada tahun pertama adalah sebesar Rp 1.000.000,00, tahun ke-2 dan ke-3 sebesar Rp 1.500.000,00, tahun ke-3 dan ke-4 sebesar Rp 2.000.000,00, tahun ke-5 dan ke-6 sebesar Rp 2.500.000,00, dan Rp 3.000.000,00 untuk tahun-tahun berikutnya. 3) Pajak Pajak yang harus dibayarkan oleh usaha pengolahan jambu biji ini adalah pajak penghasilan. Besarnya pajak yang ditanggung oleh usaha ini diperoleh melalui analisis rugi laba. 4) Pembayaran Pinjaman Pembayaran pinjaman dilakukan selama 12 bulan sejak pencairan dana dengan waktu tenggang selama dua bulan. Pembayaran ini dimulai pada bulan 91
Oktober di tahun pertama proyek sampai bulan Juli tahun kedua proyek. Besarnya angsuran yang harus dibayar setiap bulannya yaitu pokok pinjaman ditambah biaya bunga adalah sebesar Rp 220.000,00. Tabel pembayaran angsuran secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Tabel Pembayaran Angsuran Pinjaman pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Tahun 1
Bulan
Angsuran
Bunga/bulan
Total
Pokok (Rp)
(Rp)
Angsuran (Rp)
Oktober
200,000
22,000
222.000
November
200,000
22,000
222.000
Desember
200,000
22,000
222.000
Total th ke-1 2
Januari
200,000
22,000
222.000
Februari
200,000
22,000
222.000
Maret
200,000
22,000
222.000
April
200,000
22,000
222.000
Mei
200,000
22,000
222.000
Juni
200,000
22,000
222.000
Juli
200,000
22,000
222.000
Total th ke-2
7.1.3
666.000
1,554,000
Analisis Rugi Laba Analisis rugi laba digunakan untuk meringkas penerimaan dan
pengeluaran usaha selama periode tertentu. Komponen rugi laba terdiri dari pendapatan penjualan, biaya operasional, dan pajak penghasilan. Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi per tahunnya. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 17.
92
Tabel 17. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT No
Uraian
Umur Ekonomis
Jumlah
Total (Rp)
Penyusutan/ tahun
1
Mesin pulper
10
1
15,000,000
1,500,000
2
Mesin Spinner
10
1
15,000,000
1,500,000
3
Mesin Pasteurisasi
10
1
35,000,000
3,500,000
4
Pendingin (freezer)
10
2
6,000,000
600,000
5
Pemanas (kompor gas)
5
1
300,000
60,000
6
Tabung gas
4
3
1,500,000
375,000
7
Blender
3
1
200,000
66,667
8
Mesin pompa air
4
1
500,000
125,000
9
Meja kerja produksi
3
2
600,000
200,000
10
Panci stainlees besar
4
1
700,000
175,000
11
Panci stainlees kecil
4
3
1,350,000
337,500
12
Panci alumunium
3
1
100,000
33,333
13
Ember besar
1
3
90,000
90,000
14
Ember kecil
1
2
30,000
30,000
15
Keranjang plastic
1
6
390,000
390,000
16
Pisau Stailees
1
4
80,000
80,000
17
Timbangan digital 50 kg
5
1
800,000
160,000
18
Timbangan digital 6 kg
5
1
300,000
60,000
19
Alat Sterilisasi botol
5
1
5,000,000
1,000,000
20
Cup sealer
5
1
1,500,000
300,000
21
Troly
5
1
500,000
100,000
22
Sarung tangan
1
4
120,000
120,000
23
Masker
1
2
100,000
100,000
24
Baju kerja
3
5
250,000
83,333
25
Penutup kepala
1
2
100,000
100,000
26
Tempat sampah
2
2
100,000
50,000
27
Gayung
1
2
20,000
20,000
28
Selang air gulung 50 m
5
1
900,000
Total
180,000 11,335,833
Laba bersih sebelum bunga dan pajak diperoleh pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Untuk laba bersih sebelum pajak diperoleh setelah adanya pengurangan bunga dari pinjaman pada tahun pertama dan kedua. Dari nilai tersebut dikurangi dengan pajak penghasilan untuk memperoleh laba bersih setelah pajak. Pembebanan pajak ditentukan penghasilan dihitung berdasarkan UU No 36 Tahun 93
2008 Tentang Pajak Penghasilan Badan Usaha dengan ketentuan bahwa tarif PPh bagi wajib pajak badan adalah tarif tunggal sebesar 28 persen. Berdasarkan analisis rugi laba, usaha pengolahan jambu biji telah dapat memperoleh keuntungan dari tahun pertama proyek dimulai. Rincian proyeksi analisis rugi laba dapat dilihat pada Lampiran 5. 7.1.4
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan
Payback Period. Hasil analisis finansial untuk skenario I dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18.
Hasil Analisis Finansial pada Skenario I Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Kriteria Investasi
Net Present Value (NPV)
Nilai Rp 590.245.001,64
Internal Rate of Return (IRR)
tak terhingga
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)
tak terhingga
Payback Period (PBP)
-
Berdasarkan analisis finansial, usaha pengolahan jambu biji dapat menghasilkan nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 590.245.001,64. Nilai NPV ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu biji ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 590.245.001,64 selama umur proyek yaitu 10 tahun terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku. Hal ini berarti usaha pengolahan ini layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria NPV. Nilai IRR dan Net B/C yang didapatkan adalah tak terhingga. Hal ini dikarenakan nilai Present Value (PV) yang dihasilkan dari mulai tahun pertama hingga tahun kesepuluh bernilai positif sehingga untuk perhitungan IRR, Net B/C maupun Payback Period tidak dapat dilakukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan ini sangat layak untuk dijalankan, karena mempunyai manfaat bersih bernilai positif dari mulai tahun pertama proyek. Perhitungan cash flow untuk analisis kelayakan finansial pada skenario I dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 6.
94
7.1.5
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti
(switching value) yang ditentukan dengan uji coba sehingga menghasilkan nilai NPV yang mendekati nol, IRR mendekati discount rate, dan net B/C sama dengan satu. Analisis nilai pengganti (switching value) ini dilakukan karena selama kegiatan usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT berjalan, belum pernah mengalami perubahan-perubahan yang menimbulkan masalah dan kendala berarti. Hal ini menyebabkan dilakukan nilai pengganti (switching value) terhadap beberapa variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap kelayakan usaha pengolahan jambu biji dengan mencari tingkat minimum dari variabel tersebut yang membuat usaha masih layak untuk dijalankan. Variabel yang dibahas dalam analisis ini adalah variabel yang dianggap signifikan mempengaruhi usaha. Variabel tersebut meliputi jumlah produksi puree dan sari buah, biaya bahan baku jambu biji, dan tingkat harga output puree dan sari buah. Dengan analisis ini akan dicari jumlah minimum puree dan sari buah yang diproduksi, biaya bahan baku maksimum, dan tingkat harga penjualan minimum yang dapat ditolerir sehingga usaha yang dilakukan masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value untuk skenario I dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19.
Hasil Analisis Switching Value pada Skenario I Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Variabel
Nilai Switching Value
Volume Produksi Puree dan Sari Turun
maksimal
sebesar
Buah Jambu Biji
22,2666040506 persen
Biaya bahan baku (jambu biji)
Naik maksimal sebesar 38,854570793 persen
Harga Jual Puree dan Sari Buah Turun Jambu Biji
maksimal
sebesar
22,2666040506 persen
Berdasarkan hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap penurunan volume produksi, kenaikan biaya bahan baku jambu biji, dan penurunan harga jual pada skenario I adalah sebesar 22,2666040506 persen; 38,854570793 persen; dan 22,2666040506 persen. 95
Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut maka usaha pengolahan jambu biji ini menjadi tidak layak untuk dijalankan. Analisis untuk variabel volume produksi puree dan sari buah jambu biji menunjukkan bahwa apabila terjadi penurunan volume produksi melebihi 22,2666040506 persen tiap tahunnya, maka proyek menjadi tidak layak diusahakan. Hal ini berarti batas minimum jumlah puree dan sari buah yang harus diproduksi pada tahun ke-1 adalah sebesar 4.446 botol dan 49.788 cup, tahun ke-2 dan ke-3 sebesar 6.791 botol dan 76.396 cup, tahun ke-4 dan ke-5 sebesar 13.582 botol dan 152.793 cup, tahun ke-6 dan ke-7 sebesar 27.163 botol dan 305.586 cup, serta sebesar 40.745 botol dan 458.378 cup untuk tahun berikutnya. Rincian analisis switching value terhadap penurunan volume produksi puree dan sari buah jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 7. Dilihat dari variabel bahan baku jambu biji, proyek menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga jambu biji pada musim panen raya, panen biasa dan saat langka masing-masing naik melebihi 38,854570793 persen. Hal ini berarti batas maksimum harga jambu biji yang masih dapat ditolerir adalah sebesar Rp 2.777,09 pada panen raya (bulan Januari hingga Maret); Rp 5.554,18 pada penen biasa (bulan April hingga Juli); dan Rp 8.331,27 pada saat langka (bulan Agustus hingga Desember). Rincian analisis switching value terhadap kenaikan biaya bahan baku jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 8. Sedangkan berdasarkan variabel harga jual puree dan sari buah jambu biji, dapat diketahui bahwa proyek menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual baik puree maupun sari buah sebesar 22,2666040506 persen. Harga minimum yang masih dapat ditolerir adalah Rp 6.218,67 untuk puree per botolnya dan Rp 777,33 untuk sari buah per cup. Rincian analisis switching value terhadap penurunan harga jual puree dan sari buah jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan analisis switching value terhadap skenaio I dapat dilihat bahwa tingkat kelayakan usaha pengolahan ini lebih sensitif terhadap perubahan volume produksi dan harga jual puree dan sari buah jambu biji dibandingkan dengan perubahan harga jambu biji yang dapat dilihat dari nilai presentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha pengolahan ini. Hal ini
96
menyebabkan perusahaan harus mampu mempertahankan pasar yang telah dikuasai sehingga produksi yang dilakukan tidak mengalami penurunan. Selain itu produk yang dihasilkan perlu memiliki diferensiasi produk yang membedakan dengan produk lain yang sejenis baik dari segi kualitas maupun kemasan sehingga dengan harga yang stabil tidak membuat konsumen beralih kepada produk lain yang sejenis maupun produk substitusinya.
7.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario 2 (tidak Adanya Bantuan Pemerintah) Analisis kelayakan finansial pada skenario 2 ini dibuat untuk usaha pengolahan yang menggunakan modal sendiri dalam penyediaan biaya investasi. 7.2.1
Arus Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan pada analisis finansial untuk skenario II hanya terdiri
dari tiga komponen yaitu pendapatan penjualan, pinjaman, dan nilai sisa. Untuk nilai dari tiap komponen penerimaan pada skenario II ini adalah sama dengan nilai yang terdapat pada skenario I. Pada skenario ini diasumsikan bahwa seluruh barang-barang investasi seperti bangunan, mesin-mesin pengolahan, dan peralatan pendukung lainnya diperoleh dari modal sendiri, sedangkan untuk lahan menggunakan asumsi sewa. 7.2.2
Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran pada analisis finansial untuk skenario II ini sama hal nya
dengan arus pengeluaran pada skenario I yang terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pajak, dan pembayaran pinjaman. Untuk rincian biaya dan nilai yang dikeluarkan usaha pengolahan jambu biji pada skenario II sama dengan rincian biaya pada skenario I. 7.2.3
Analisis Rugi Laba Analisis rugi laba yang dilakukan untuk skenario II tidak terdapat
perbedaan dengan analisis rugi laba pada skenario I. Hal ini dikarenakan komponen rugi laba yang terdiri dari pendapatan penjualan, biaya operasional, dan pajak penghasilan yang digunakan adalah sama. Untuk rincian proyeksi analisis rugi laba tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.
97
7.2.4
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial pada skenario II dilihat dari kriteria NPV,
IRR, Net B/C, dan Payback Period. Hasil analisis finansial untuk skenario II dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Analisis Finansial pada Skenario II Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Kriteria Investasi Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR)
Nilai Rp 434.181.938,32 45 %
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)
4,20
Payback Period (PBP)
5,02
Berdasarkan hasil analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pengolahan jambu biji pada skenario II ini memperoleh NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 434.181.938,32. Nilai NPV ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu biji ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 434.181.938,32 selama umur proyek yaitu 10 tahun terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku. Hal ini berarti usaha pengolahan ini layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria NPV. IRR yang diperoleh dari analisis finansial skenario II adalah sebesar 45 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor (rate) yang berlaku yaitu 11 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 45 persen. Dengan demikian berdasarkan kriteria IRR, maka usaha ini layak dan menguntungkan untuk dijalankan. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, dimana pada skenario II ini diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 4,20. Nilai Net B/C sama dengan 4,20 menunjukkan setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 4,20 satuan manfaat bersih. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pengolahan jambu biji ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period yang diperoleh adalah sebesar 5,02. Hal ini berarti usaha pengolahan jambu biji pada skenario II memiliki periode pengembalian biaya 98
investasi selama 5 tahun 7 hari. Perhitungan cash flow untuk analisis kelayakan finansial pada skenario II dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 10. 7.2.5
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis switching value pada skenario II menggunakan tiga variabel yaitu
jumlah produksi puree dan sari buah, biaya bahan baku jambu biji, dan tingkat harga output puree dan sari buah. Hasil analisis switching value untuk skenario II dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21.
Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Variabel
Nilai Switching Value
Volume Produksi Puree dan Sari Turun
maksimal
sebesar
Buah Jambu Biji
16,379227744 persen
Biaya bahan baku (jambu biji)
Naik maksimal sebesar 21,230039276 persen
Harga Jual Puree dan Sari Buah Turun Jambu Biji
maksimal
sebesar
16,379227744 persen
Berdasarkan hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap penurunan volume produksi, kenaikan biaya bahan baku jambu biji, dan penurunan harga jual adalah sebesar 16,379227744 persen, 21,230039276 persen, dan 16,379227744 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut maka usaha pengolahan jambu biji ini menjadi tidak layak untuk dijalankan. Analisis untuk variabel volume produksi puree dan sari buah jambu biji menunjukkan bahwa apabila terjadi penurunan volume produksi melebihi 16,379227744 persen tiap tahunnya, maka proyek menjadi tidak layak diusahakan. Hal ini berarti batas minimum jumlah puree dan sari buah yang harus diproduksi pada tahun ke-1 adalah sebesar 4.783 botol dan 53.559 cup, tahun ke-2 dan ke-3 sebesar 7.305 botol dan 82.182 cup, tahun ke-4 dan ke-5 sebesar 14.610 botol dan 164.365 cup, tahun ke-6 dan ke-7 sebesar 29.220 botol dan 328.730 cup, serta sebesar 43.830 botol dan 493.095 cup untuk tahun berikutnya. Rincian
99
analisis switching value terhadap penurunan volume produksi puree dan sari buah jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 11. Dilihat dari variabel bahan baku jambu biji, proyek menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga jambu biji pada musim panen raya, panen biasa dan saat langka masing-masing naik melebihi 21,230039276 persen. Hal ini berarti batas maksimum harga jambu biji yang masih dapat ditolerir adalah sebesar Rp 2.424,60 pada panen raya (bulan Januari hingga Maret), Rp 4.849,20 pada penen biasa (bulan April hingga Juli) dan Rp 7.273,80 pada saat langka (bulan Agustus hingga Desember). Rincian analisis switching value terhadap kenaikan biaya bahan baku jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 12. Sedangkan berdasarkan variabel harga jual puree dan sari buah jambu biji, dapat diketahui bahwa proyek menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual baik puree maupun sari buah sebesar 16,379227744 persen. Harga minimum yang masih dapat ditolerir adalah Rp 6.689,66 untuk puree per botolnya dan Rp 836,21 untuk sari buah per cup. Rincian analisis switching value terhadap penurunan harga jual puree dan sari buah jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 13. Berdasarkan analisis switching value terhadap skenario II dapat dilihat bahwa tingkat kelayakan usaha pengolahan ini lebih sensitif terhadap perubahan volume produksi dan harga jual puree dan sari buah jambu biji dibandingkan dengan perubahan harga jambu biji. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha pengolahan ini. Seperti halnya pada scenario I maka usaha pengolahan jambu biji harus mampu mempertahankan pasar yang telah dikuasai dan meningkatkan kualitas produk seeiring dengan munculnya pesaing sehingga baik jumlah produksi yang dilakukan maupun harga jual tidak mengalami penurunan.
7.3 Perbandingan Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan II Berdasarkan hasil analisis finansial untuk skenario I dan II menunjukkan bahwa kedua skenario tersebut layak untuk dijalankan. Pada skenario I dimana usaha pengolahan ini hanya mengeluarkan dana untuk biaya produksi membuat usaha ini menjadi sangat layak diusahakan karena nilai IRR dan Net B/C yang tak terhingga. Sedangkan pada skenario II dimana semua biaya yang ada merupakan 100
modal sendiri, kegiatan usaha pengolahan jambu biji ini juga masih layak untuk diusahakan. Rincian perbandingan kriteria kelayakan pada kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Kriteria Investasi
Skenario I
Skenario II
Rp 590.245.001,64
Rp 434.181.938,32
Internal Rate of Return (IRR)
tak terhingga
45 %
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)
tak terhingga
4,20
-
5,02
Net Present Value (NPV)
Payback Period (PBP)
Berdasarkan perbedaan komponen penyediaan barang-barang investasi menunjukkan perbedaan nilai NPV yang dihasilkan, dimana pada skenario I dan skenario II terjadi penurunan nilai NPV sebesar 26,44 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya hibah atau bantuan dari pemerintah untuk barang-barang investasi, usaha pengolahan jambu biji masih layak untuk dijalankan dengan memberikan manfaat yang cukup besar. 7.4 Perbandingan Hasil Switching Value Skenario I dan II Berdasarkan analisis switching value pada skenario I dan skenario II dapat dilihat bahwa skenario II lebih sensitif terhadap perubahan. Hal ini terjadi dikarenakan pada skenario II semua komponen biaya merupakan modal sendiri tanpa adanya bantuan atau hibah dari pemerintah. Sehingga untuk usaha pada skenario II harus lebih mengantisipasi dan memperhatikan kemungkinan perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang dianalisis karena perubahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap tingkat kelayakan usaha. Rincian perbandingan hasil
switching value pada kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 23.
101
Tabel 23. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Variabel
Skenario I
Skenario II
Penurunan Volume Produksi 22,2666040506 persen 16,379227744 persen Puree dan Sari Buah Jambu Biji Kenaikan Biaya bahan baku 38,854570793 persen
21,230039276 persen
(jambu biji) Penurunan Harga Jual Puree 22,2666040506 persen 16,379227744 persen dan Sari Buah Jambu Biji
Dari hasil analisis switching value untuk kedua skenario menunjukkan bahwa perubahan volume produksi dan harga jual produk puree dan sari buah merupakan variabel yang lebih sensitif terhadap tingkat kelayakan usaha. Sedangkan untuk variabel harga jambu biji tidak menjadi faktor yang berpengaruh besar terhadap kelayakan usaha pengolahan jambu biji.
102
VIII MODEL OPTIMALISASI PRODUKSI Perumusan model program linier terdiri dari perumusan fungsi tujuan dan fungsi kendala. Ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh unit usaha pengolahan jambu biji selama tahun 2008 yang merupakan periode dari ruang lingkup penelitian ini merupakan nilai ruas kanan (right hand side) dalam perumusan fungsi kendala. 8.1 Perumusan Fungsi Tujuan Tujuan utama dari analisis optimalisasi produksi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kombinasi produksi pengolahan jambu biji yang paling optimum sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang maksimum. Produk yang dihasilkan pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT terdiri dari dua jenis yaitu puree jambu biji dan sari buah jambu biji. Koefisien dalam fungsi tujuan merupakan rata-rata keuntungan yang dihasilkan dari tiap botol puree dan tiap cup sari buah. Nilai tersebut diperoleh dari selisih antara harga jual dengan biaya produksi masing-masing produk. Untuk harga jual dan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku utama, bahan tambahan, kemasan, tenaga kerja, dan biaya listrik menggunakan data pada tahun 2008. Rincian biaya dan keuntungan dari masing-masing produk dapat dilihat pada Tabel 24. Setelah perameter input untuk setiap produk diketahui, maka fungsi tujuan dari model program linier untuk memaksimumkan keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut: Max Z = 3219,74 X1 + 192,30 X2 Keterangan : X1 = puree jambu biji X2 = sari buah jambu biji
Tabel 24.
Harga Produk, Biaya Produksi, dan Keuntungan Rata-Rata per Kemasan Produk pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT
Uraian
Produk Puree Jambu Biji (Rp)
1. Harga
Jual
(per
Sari Buah Jambu Biji (Rp)
8.000,00
1.000,00
1.857,00
247,62
kemasan) 2. Biaya Produksi -
Jambu biji
-
Asam sitrat
18,00
12,00
-
Asam sorbat
18,75
12,50
-
Gula
300,00
200,00
-
Botol
1.500,00
-
-
Label puree
150,00
-
-
Plastik segel
5,00
-
-
Cup
-
100,00
-
Plastik cup
-
100,00
-
Tenaga kerja
642,86
85,71
-
Listrik dan LPG
288,65
50,37
4780,26
807,70
3219,74
192,30
Total 3. Keuntungan
8.2 Perumusan Fungsi Kendala Kendala dalam model program linier untuk optimalisasi produksi pengolahan jambu biji terdiri dari kendala bahan baku, bahan tambahan, jam kerja mesin pengolahan, jam tenaga kerja langsung, dan kendala permintaan minimum. 8.2.1 Kendala Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam unit usaha ini adalah jambu biji, dimana jambu biji ini diperoleh dari petani anggota Gapoktan KUAT yang melakukan budidaya jambu biji. Walaupun buah jambu biji bukan merupakan tanaman musiman namun ketersediaan jambu biji mengalami fluktuasi, dimana pada saat bukan musim panen raya jambu biji yang ada relatif sedikit dipasaran.
104
Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku ini merupakan penggunaan masing-masing jambu biji (kilogram) per kemasan produk. Sedangkan untuk nilai ruas kanan merupakan ketersediaan jambu biji di Gapoktan KUAT dimana nilai ini adalah rata-rata produksi jambu biji grade B dari seluruh anggota Gapoktan selama tahun 2008. Dimana untuk produksi jambu biji grade B adalah sebesar 60 persen dari total produksi di Desa Kaliwungu atau sebanyak 53.559 kilogram. Penggunaan nilai ini digunakan sebagai ketersediaan dari usaha pengolahan dikarenakan untuk produksi jambu biji yang dihasilkan oleh anggota Gapoktan KUAT lebih diutamakan pemasarannya kepada Gapoktan dimana jambu biji ini digunakan sebagai bahan baku pada usaha pengolahan jambu biji. Sehingga fungsi kendala bahan baku dari model program linier ini adalah sebagai berikut: 0,428 X1 + 0,057 X2 ≤ 53.559 8.2.2 Kendala Bahan Tambahan Bahan tambahan dalam pengolahan jambu biji menjadi puree dan sari buah dintaranya adalah asam sitrat (gram), asam sorbat (gram), dan gula pasir (gram). Selain itu bahan lainnya yang masuk dalam kendala adalah kemasan yang terdiri dari botol (buah), label (lembar), dan plastik segel (buah) untuk puree serta cup (buah) dan plastik seal cup (buah) untuk sari buah jambu biji. Dalam pertidaksamaan kendala bahan tambahan ini koefisien ruas kiri merupakan penggunaan bahan tambahan tiap kemasan produk sedangkan ruas kanan merupakan ketersediaan bahan tambahan pada tahun 2008. Pertidaksamaan kendala bahan tambahan adalah sebagai berikut: 1) Asam sitrat 0,3 X1 + 0,2 X2 ≤ 18000 2) Asam sorbat 0,075 X1 + 0,05 X2 ≤ 4000 3) Gula pasir 37,5 X1 + 25 X2 ≤ 1816000 4) Botol puree X1 ≤ 5720
105
5) Label X1 ≤ 8220 6) Plastik segel X2 ≤ 8220 7) Cup X2 ≤ 72000 8) Plastik seal cup X2 ≤ 80000 8.2.3 Kendala Jam Kerja Mesin Pengolahan Kapasitas kerja maksimum mesin pengolahan jambu biji adalah enam jam per hari dan dapat digunakan setiap hari Mesin pengolahan ini terdiri dari beberapa jenis diantaranya mesin pulper, mesin spinner, mixing tank, mesin pasteurizer, mesin sterilisasi botol, dan mesin seal cup. Dalam pertidaksamaan kendala mesin pengolahan, koefisien variabel merupakan waktu yang diperlukan tiap mesin untuk mengolah per kemasan produk yang dalam proses pembuatannya melalui mesin tersebut. Ruas kanan kendala merupakan ketersediaan jam kerja mesin selama tahun 2008 dimana diperoleh dari hasil perkalian jam kerja mesin sehari dengan rata-rata jumlah hari produktif dalam setahun, yaitu 6 jam x 312 hari dan diperoleh nilai RHS sebesar 1872 jam atau 112320 menit dalam satu tahun. 1) Mesin pulper 0,430 X1 + 0,057 X2 ≤ 112320 2) Mesin spinner 0,304 X1 + 0,04 X2 ≤ 112320 3) Mixing tank 0,126 X1 + 0,011 X2 ≤ 112320 4) Mesin pasteurizer 0,126 X1 + 0,011 X2 ≤ 112320 5) Mesin sterilisasi botol 0,126 X1 ≤ 112320 6) Mesin seal cup 0,16 X2 ≤ 112320 106
8.2.4 Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja yang diperhitungkan sebagai kendala adalah tenaga kerja dalam proses pengolahan. Tenaga kerja dalam pengolahan ini berjumlah empat orang dengan jam kerja dalam sehari adalah selama delapan jam. Tenaga kerja dalam proses pengolahan ini tidak memiliki pembagian tugas yang jelas, sehingga semua pekerjaan dilakukan oleh semua pekerja. Dalam pertidaksamaan kendala jam tenaga kerja langsung, koefisien variabel merupakan besarnya jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan per kemasan produk. Sedangkan ruas kanan kendala merupakan jumlah jam kerja yang tersedia selama setahun atau 72 kali proses produksi. Sehingga untuk nilai ruas kanan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi selama setahun dengan jam kerja dari empat orang tenaga kerja yaitu 4 orang x 8 jam x 72 kali proses produksi dan diperoleh nilai RHS sebesar 2304 jam atau 138240 menit. Kendala jam tenaga kerja langsung dapat dirumuskan sebagai berikut: 9,6 X1 + 1,3 X2 ≤ 138240 8.2.5 Kendala Permintaan Minimum Dalam penelitian ini kendala minimum merupakan jumlah penjualan masing-masing produk selama tahun 2008. Hal ini dikarenakan usaha pengolahan ini harus dapat memenuhi permintaan yang sudah ada sehingga menghindari kehilangan pangsa pasar yang telah ada karena kekurangan produksi. Kendala permintaan dirumuskan sebagai berikut: 1) Puree X1 ≥ 5720 2) Sari buah X2 ≥ 64050
107
IX KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI 9.1 Optimalisasi Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji 9.1.1 Tingkat Produksi Optimal Variabel keputusan yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah berapa jumlah produksi puree dan sari buah yang seharusnya dihasilkan oleh unit pengolahan jambu biji agar menghasilkan keuntungan yang maksimal. Hasil olahan optimalisasi produksi dengan kendala yang ada dapat dilihat pada Lampiran 2. Perbandingan tingkat produksi aktual dan optimal pengolahan jambu biji dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Tingkat Produksi Aktual dan Optimal Pengolahan Jambu Biji (per kemasan) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Jenis Produk Puree Jambu Biji Sari Buah Jambu Biji
Tingkat Produksi Aktual
Optimal 5.720
5.720
64.050
64.060
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah produksi yang dilakukan oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT pada tahun 2008 telah mendekati optimal. Hal ini dapat dilihat dari produksi puree sama dengan kondisi optimalnya, sedangkan untuk sari buah hanya selisih 10 cup saja. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada skala usaha yang sedang dijalankan, unit usaha pengolahan jambu biji telah dapat berproduksi secara optimal dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasar. Karena kondisi aktual yang terjadi telah mendekati optimal maka keuntungan yang diperoleh pun hampir sama yaitu sebesar Rp 30.733.727,80 pada kondisi aktual dan Rp 30.735.650,80 pada kondisi optimal. 9.1.2 Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Tambahan Optimal Bahan baku utama dalam usaha pengolahan ini adalah jambu biji. Sedangkan untuk bahan tambahan adalah berupa bahan campuran lain dan kemasan produk. Bahan tambahan ini terdiri dari asam sitrat, asam sorbat, gula
pasir, botol, label, plastik segel, gelas plastik, dan plastik seal cup. Penggunaan bahan-bahan tersebut pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Penggunaan Bahan Baku dan Tambahan pada Kondisi Aktual dan Optimal pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Bahan Baku dan
Aktual
Optimal
Tambahan
Penggunaan
Penggunaan
Slack/surplus
Jambu Biji
6.099,01
6.099,58
47.459,421875
Asam Sitrat
14.526
14.528
3.472
Asam Sorbat
3.631,5
3.632
367,99
Gula Pasir
1.815.750
1.816.000
0
Botol puree
5.720
5.720
0
Label puree
5.720
5.720
2.500
Plastik segel
5.720
5.720
2.500
Cup
64.050
64.060
7.940
Plastik seal cup
64.050
64.060
15.940
Berdasarkan tabel di atas penggunaan bahan baku jambu biji mendekati penggunaan dalam kondisi optimal. Namun penggunaan bahan baku jambu biji belum dimanfaatkan secara optimal dimana dapat dilihat dari nilai slack/surplus yang lebih besar dari nol. Hal ini berarti masih terdapat sisa bahan baku yang memungkinkan bagi usaha pengolahan jambu biji ini memproduksi dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk bahan tambahan lainnya hampir semua masih terdapat sisa. Hal ini dapat dilihat dari nilai slack/surplus yang lebih besar dari nol. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembelian bahan tambahan yang dilakukan oleh unit usaha pengolahan ini belum dilakukan dengan baik. Pada kondisi aktualnya, pembelian bahan tambahan dilakukan dalam jumlah besar terjadi karena terdapat batasan pembelian dan jarak pembelian yang cukup jauh. Namun, bahan tambahan yang memiliki sisa merupakan bahan yang awet sehingga mengurangi risiko adanya kerusakan. Sedangkan untuk bahan tambahan yang tidak memiliki sisa hanya gula pasir dan botol puree. Pembelian gula pasir dilakukan sesuai dengan kebutuhan 109
produksi. Hal ini dikarenakan kondisi pada pabrik pengolahan tidak mendukung untuk melakukan penyimpanan gula pasir dalam jumlah banyak. Untuk pembelian botol puree juga disesuaikan dengan jumlah produksi dikarenakan harga botol tersebut yang relatif mahal Rp 1.500,00 per botol. Sehingga usaha pengolahan melakukan pembelian dengan jumlah terbatas agar dapat mengalokasikan modal untuk kebutuhan lainnya. 9.1.3 Penggunaan Jam Kerja Mesin Pengolahan Optimal Mesin yang digunakan dalam pengolahan ini dipakai untuk kedua produk yaitu puree dan sari buah. Mesin ini terdiri dari mesin pulper, spinner, mixing tank, dan pasteurizer. Sedangkan untuk mesin sterilisasi botol hanya digunakan untuk puree, dan mesin seal cup hanya untuk sari buah saja. Penggunaan mesinmesin dalam pengolahan jambu biji pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Penggunaan Jam Kerja Mesin Pengolahan pada Kondisi Aktual dan Optimal (Menit) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Mesin
Aktual
Optimal
Penggunaan
Penggunaan
Slack/surplus
Mesin pulper
6.110,45
6.111,02
106208.976562
Spinner
4.300,88
4.301,28
108018.718750
Mixing tank
1.425,27
1425,38
110894.617188
Pasteurizer
1.425,27
1425,38
110894.617188
Mesin sterilisasi botol
720,72
720,72
111599.281250
Mesin seal cup
10.248
10.249,6
102070.398438
Penggunaan mesin pada kondisi aktual sudah mendekati kondisi optimal. Namun untuk jam penggunaan mesin pengolahan mesin ini masih tersisa dalam jumlah yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari nilai slack/surplus nya. Kondisi ini terjadi karena kegiatan produksi baru dilakukan enam kali dalam sebulan atau 72 kali dalam setahun. Padahal ketersediaan jam kerja mesin yang dapat dimanfaatkan adalah enam jam per hari yang berarti kegiatan produksi memungkinkan untuk dilakukan setiap hari. Dengan demikian, unit usaha 110
pengolahan ini masih dapat meningkatkan skala usahanya untuk mengoptimalkan produksinya dengan menggunakan mesin yang tersedia. 9.1.4 Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Optimal Tenaga kerja dalam pengolahan ini merupakan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi. Dalam kondisi aktualnya, pekerjaan yang ada belum dibagi-bagi untuk setiap tenaga kerja. Penggunaan jam tenaga kerja aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 28. Dari tabel tersebut tenaga kerja yang digunakan sudah mendekati optimal. Nilai sisa dari jam tenaga kerja relatif sedikit, yang berarti unit pengolahan ini sudah cukup efektif dalam penggunaan tenaga kerjanya. Tabel 28. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan Optimal (Menit) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Keterangan Tenaga Kerja
Aktual
Optimal
Penggunaan
Penggunaan
Slack/surplus
138.177
138.190
50
9.1.5 Permintaan pada Kondisi Optimal Permintaan dalam kondisi aktual merupakan jumlah penjualan selama tahun 2008 yaitu sejumlah 5720 puree dan 64.050 sari buah. Dalam kondisi optimal permintaan yang dapat dipenuhi oleh unit pengolahan jambu biji adalah sebesar 5720 puree dan 64.060 sari buah. Jumlah permintaan dalam kondisi optimal tidak berbeda jauh dari keadaan aktualnya, hal ini terjadi karena ketersediaan sumber daya pada unit pengolahan ini sudah digunakan secara optimal untuk memenuhi pasar yang telah ada. 9.2 Analisis Status Sumberdaya Sumberdaya yang dimiliki oleh unit usaha pengolahan jambu biji akan berpengaruh terhadap otimalisasi produksinya. Untuk mencapai kondisi optimal, maka tingkat produksi akan dibatasi oleh sumberdaya yang paling sedikit jumlahnya. Sehingga dilakukan analisis status sumberdaya untuk mengetahui 111
sumberdaya yang membatasi produksi serta pengaruh terhadap penambahan sumberdaya tersebut. Penggunaan sumberdaya dapat dilihat dari nilai slack atau surplus nya. Dimana jika nilai slack/surplus nya nol, berarti sumberdaya telah terpakai semua dan status sumberdaya ini adalah sebagai sumberdaya pembatas. Dan jika nilai slack nya lebih besar dari nol berarti sumberdaya masih tersisa dan status sumberdaya ini adalah sumberdaya bukan pembatas. Nilai slack juga berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan sumberdaya terhadap fungsi tujuan. Dimana pengaruhnya akan ditunjukkan oleh nilai pada dual price. Nilai ini menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada nilai fungsi tujuan bila nilai ruas kanan kendala sumberdaya ini berubah satu satuan. Sumber daya yang menjadi pembatas dalam penelitian ini adalah gula pasir dan botol puree. Nilai dual price dari masing-masing variabel adalah sebesar 7,692 dan 2.931,29. Nilai dual price 7.692 pada sumberdaya gula pasir menunjukkan bahwa setiap penambahan satu gram gula pasir sedangkan untuk sumber daya lainya tetap maka akan menambahkan nilai fungsi tujuan sebesar 7,692. Untuk nilai dual price 2.931,29 pada sumberdaya botol puree berarti setiap penambahan satu buah botol puree akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar 2.931,29. Adanya sumber daya pembatas menjadikan produksi tidak dapat ditingkatkan lagi. Namun masih ada peluang bagi unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT untuk meningkatkan produksinya dengan menambahkan sumber daya yang menjadi pembatas yaitu gula pasir dan botol puree. Untuk kegitan produksi pada tahun berikutnya kegiatan produksi dapat ditingkatkan sesuai dengan target perusahaan yaitu peningkatan produksi menjadi 30 persen dari kapasitas produksi maksimum didukung oleh ketersediaan sumber daya pendukung lainnya.
112
X KESIMPULAN DAN SARAN 10.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kelayakan usaha dan optimalisasi produksi pengolahan jambu biji, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Hasil analisis aspek non finansial menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu ini layak untuk dijalankan. Ditinjau dari aspek pasar potensi pasar hasil olahan jambu biji baik puree maupun sari buah dinilai berprospek baik di Kabupaten Banjarnegara, nasional maupun luar negeri. Selain itu sebagai usaha yang baru strategi pemasaran meliputi product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi) yang dilakukan oleh Gapoktan KUAT ikut mendukung pengembangan usaha ini. Ditinjau dari aspek teknis, lokasi pengolahan yang berada di sentra budidaya jambu biji mendukung kelancaran proses produksi. Teknologi pengolahan yang digunakan dapat digunakan dengan mudah oleh pihak Gapoktan KUAT dengan adanya bimbingan teknis dan arahan dari BPTP Jawa Tengah dan BB Litbang Pertanian. Berdasarkan analisis dari aspek manajemen, melalui lembaga Gapoktan dengan struktur organisasi yang lengkap memudahkan dalam pembagian pekerjaan dan tugas serta wewenang dari setiap pengurus dan anggota Gapoktan. Sedangkan dilihat dari aspek sosial dan lingkungan, usaha pengolahan ini tidak memberikan dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan sekitar dan memberikan dampak bagi peningkatan pendapatan serta kesempatan kerja bagi masyarakat Desa Kaliwungu.
2.
Hasil analisis aspek finansial untuk kedua skenario menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu ini layak untuk dilaksanakan. Pada skenario I diperoleh nilai NPV selama 10 tahun sebesar Rp 590.245.001,64. Untuk kriteria IRR dan Net B/C adalah tak terhingga sedangkan nilai Payback Period tidak dapat dihitung. Hal ini dikarenakan nilai Present Value (PV) yang dihasilkan selalu positif, yang berarti usaha pengolahan ini sangat layak untuk dijalankan. Pada skenario II diperoleh nilai NPV, IRR, net B/C, dan PP sebesar Rp 434.181.938,32; 45 persen; 4,20; dan pengembalian biaya investasi selama 5 tahun 7 hari. Dari analisis finansial kedua skenario menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan nilai NPV dimana terjadi
penurunan nilai NPV sebesar 26,44 persen pada skenario II. Namun ada atau tidaknya bantuan investasi dari pemerintah, usaha pengolahan jambu biji masih layak untuk dijalankan. 3.
Hasil analisis switching value dilakukan dengan tiga variabel yaitu jumlah produksi puree dan sari buah, biaya bahan baku jambu biji, dan tingkat harga output puree dan sari buah. Pada skenario I usaha masih layak dijalankan jika produksi turun maksimal sebesar 22,2666040506 persen, bahan baku mengalami kenaikan maksimal sebesar 38,854570793 persen, dan harga puree dan sari buah turun maksimal sebesar 22,2666040506
persen.
Sedangkan untuk skenario II usaha masih layak dijalankan jika produksi turun maksimal sebesar 16,379227744 persen, bahan baku mengalami kenaikan maksimal sebesar 21,230039276 persen, dan harga puree dan sari buah turun maksimal sebesar 16,379227744 persen. Dari analisis switching value kedua skenario perubahan volume produksi dan harga jual produk puree dan sari buah merupakan variabel yang lebih sensitif terbadap tingkat kelayakan usaha. 4.
Hasil analisis optimalisasi produksi puree dan sari buah, dengan kendala bahan baku, bahan tambahan, jam kerja mesin, jam tenaga kerja, dan permintaan minimum menunjukkan bahwa kombinasi produksi aktual telah mendekati produksi optimal. Pada kondisi aktual jumlah produksi puree dan sari buah adalah sebesar 5.720 dan 64.050, sedangkan untuk kondisi optimal adalah sebesar 5.720 dan 64.060. Hal ini terjadi dikarenakan untuk beberapa sumber daya yang tersedia sesuai dengan kebutuhan produksi yang dilakukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu biji telah berproduksi secara optimal pada skala usaha yang dijalankan. Namun masih terdapat sisa untuk beberapa sumberdaya dimana yang memiliki nilai sisa paling banyak adalah pada sumberdaya mesin. Terdapat nilai dual price pada sumberdaya gula pasir dan botol puree sebesar 7,692 dan 2.931,29 yang menunjukkan perubahan akan terjadi pada nilai fungsi tujuan bila nilai ruas kanan kendala sumberdaya ini berubah satu satuan. Hal ini berarti usaha pengolahan ini masih dapat meningkatkan skala usahanya dengan memanfaatkan sumberdaya yang masih banyak tersisa dan menambahkan 114
sumber daya yang menjadi pembatas untuk dapat menghasilkan produksi yang optimum dan meningkatkan keuntungan. 10.2 Saran Dari hasil analisis yang telah dilakukan, saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi unit usaha pengolahan jambu biji maupun bagi pembaca adalah sebagai berikut: 1.
Perlu dibuat struktur organisasi tersendiri pada unit usaha pengolahan jambu biji yang berbeda dari Gapoktan namun berada dibawah tanggungjawab Gapoktan KUAT. Pembentukan struktur organisasi akan lebih mempermudah dalam pembagian pekerjaan sehingga masing-masing tugas dari tiap bagian dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini perlu dilakukan melihat bahwa usaha ini memiliki prospek pengembangan ke arah usaha dengan skala yang lebih besar sehingga perlu terdapat pembagian pekerjaan yang lebih jelas dan fokus pada unit usaha pengolahan jambu biji.
2.
Usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT perlu memanfaatkan investasi yang ada dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan produksi sesuai dengan target yaitu sebesar 30 persen dari kapasitas produksi maksimum. Kondisi ini juga didukung dari jumlah sumberdaya yang memiliki sisa dan belum dimanfaatkan secara optimal berdasarkan analisis optimalisasi produksi. Sehingga dari sumberdaya yang dimiliki tersebut dapat lebih dioptimalkan untuk dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan usaha.
3.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan analisis strategi pemasaran pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT sehingga ketika usaha ini melakukan peningkatan jumlah produksi untuk mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki, produk yang dihasilkan akan dapat diterima dan terserap pasar.
115
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. 2007. Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka. Banjarnegara: BPS Kabupaten Banjarnegara. [Deptan]. Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 2009. Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008. Jakarta: Ditjen Hortikultura. [Depdag] Departemen Perdagangan. 2009. Volume Ekspor Jambu Biji. Jakarta: Depdag. [Deptan] Badan Litbang Departemen Pertanian. 2006. http://primatani.litbang.deptan.go.id. [19 Januari 2009].
Prima
Tani.
Aminudin. 2005. Prinsip-prinsip Riset Operasi. Jakarta: Erlangga. Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Husnan S, Suwarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Revisi. Yogyakarta: AMP YKPN. Halim Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hermawan R. 2008. Membangun Sistem Agribisnis. http://mencholeo.wordpress.com. [13 Februari 2009]. Kadariah et al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lipsey RG. 1995. Pengantar Miroekonomi. Jilid I. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Binarupa Aksara. Mulyono S. 1991. Operations Research. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nicholson W. 1995. Teori Mikroekonomi. Jilid I. Edisi Kelima. Jakarta: Binarupa Aksara. Parimin. 2007. Jambu Biji: Budi daya dan Ragam Pemanfaatannya. Depok: Penebar Swadaya. Prihatman K, editor. 2000. Jambu Biji / Jambu Batu. http://www.ristek.go.id. [10 Desember 2008]. Ridyawati S. 2007. Optimalisasi produksi susu olahan (studi kasus unit usaha sapi perah KUD Mirayasa Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis.
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Rustiana IN. 2008. Analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga (Mangifera Indica L) (studi kasus pada CV Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupeten Cirebon, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Saragih B. 2001. Suara dari Bogor Membangun Sistem Agribisnis. Bogor: USESE dan SUCOFINDO. Saragih B. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis di Indonesia dan Peranan Public Relation. http://ejournal.unud.ac.id. [13 Februari 2009]. Simanjuntak WSP. 2007. Optimalisasi produksi kapsul ekstrak obat tradisional (herbal medicine) pada Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) (studi kasus Taman Sringanis, Desa Cimanengah-Cipaku, Kota Bogor) [skripsi]. Bogor: Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Suparta N. 2001. Penyuluhan Sistem Agribisnis Suatu Pendekatan Holistik. http://ejournal.unud.ac.id. [13 Februari 2009]. Supranto J. 1988. Riset Operasi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Umar Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Utama FW. 2008. Analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Utami NL. 2008. Analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat (studi kasus: koleksi taman obat dan spa kebugaran Syifa, Bogor) [skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
117
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Desa Kaliwungu
Lampiran 2. Hasil Olahan LINDO untuk Optimalisasi Produksi Puree dan sari Buah Jambu Biji LP OPTIMUM FOUND AT STEP
3
OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1)
30735650.08
VARIABLE X1 X2
VALUE REDUCED COST 5720.000000 0.000000 64060.000000 0.000000
ROW SLACK OR SURPLUS 2) 47459.421875 3) 3472.000000 4) 367.999969 5) 0.000000 6) 0.000000 7) 2500.000000 8) 2500.000000 9) 7940.000000 10) 15940.000000 11) 106208.976562 12) 108018.718750 13) 110894.617188 14) 110894.617188 15) 111599.281250 16) 102070.398438 17) 50.000000 18) 0.000000 19) 10.000000 NO. ITERATIONS=
DUAL PRICES 0.000000 0.000000 0.000000 7.692000 2931.290039 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
3
120
Lampiran 3. Gambar Puree Jambu Biji
Lampiran 4. Gambar Sari Buah Jambu Biji
121
Lampiran 5. Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Jambu Biji
Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
Pendapatan penjualan
109,810,000.00
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
Total pemasukan
109,810,000.00
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
1. Jambu biji
26,433,333.33
40,560,000.00
40,560,000.00
81,120,000.00
2. Gula
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
8,580,000.00
6. Label puree
7
8
9
10
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
81,120,000.00
162,240,000.00
162,240,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Gelas plastik
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Plastik segel
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
76,311,493.33
115,847,188.00
115,847,188.00
228,054,376.00
228,054,376.00
451,968,752.00
451,968,752.00
677,163,128.00
677,163,128.00
677,163,128.00
INFLOW
OUTFLOW Biaya variabel
5. Botol
Total Biaya variabel
122
Biaya tetap 1. Penyusutan
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
11,335,833.00
2. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
3. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
Total Biaya Tetap
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
23,132,333.00
Total OUTFLOW
99,443,826.33
138,979,521.00
138,979,521.00
251,186,709.00
251,186,709.00
475,101,085.00
475,101,085.00
700,295,461.00
700,295,461.00
700,295,461.00
LABA BERSIH SEBELUM BUNGA DAN PAJAK
10,366,173.67
31,372,479.00
31,372,479.00
89,517,291.00
89,517,291.00
206,306,915.00
206,306,915.00
321,816,539.00
321,816,539.00
321,816,539.00
66,000.00
154,000.00
10,300,173.67
29,034,479.00
29,188,479.00
85,149,291.00
85,149,291.00
197,570,915.00
197,570,915.00
308,712,539.00
308,712,539.00
308,712,539.00
PAJAK penghasilan
2,884,048.63
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
86,439,510.92
LABA BERSIH SETELAH PAJAK
7,416,125.04
20,904,824.88
21,015,704.88
61,307,489.52
61,307,489.52
142,251,058.80
142,251,058.80
222,273,028.08
222,273,028.08
222,273,028.08
4. Sewa tanah
BIAYA BUNGA LABA BERSIH SEBELUM PAJAK
123
Lampiran 6. Cash Flow Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Skenario I Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
109,810,000.00
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman C. Hibah
2,000,000.00 173,230,000.00
D. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 285,040,000.00
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,011,799,667.00
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00 200,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
700,000.00
700,000.00
12. Panci stainlees kecil
1,350,000.00
1,350,000.00
1,350,000.00
124
13. Panci alumunium
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg 19. Timbangan digital 6 kg
800,000.00
800,000.00
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
26,433,333.33
40,560,000.00
40,560,000.00
81,120,000.00
81,120,000.00
162,240,000.00
162,240,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
2. Gula
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
5. Botol
125
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
88,107,993.33
127,643,688.00
127,643,688.00
239,850,876.00
239,850,876.00
463,765,252.00
463,765,252.00
688,959,628.00
688,959,628.00
688,959,628.00
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.63
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
262,188,041.96
138,257,342.12
136,846,462.12
265,772,677.48
268,772,677.48
529,315,108.20
521,265,108.20
745,209,484.20
780,479,138.92
777,479,138.92
22,851,958.04
29,910,657.88
31,321,537.88
70,563,322.52
67,563,322.52
143,356,891.80
151,406,891.80
263,798,515.80
228,528,861.08
234,320,528.08
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
20,587,349.59
24,276,160.93
22,902,038.55
46,482,246.18
40,095,543.48
76,644,448.49
72,926,402.90
114,469,165.69
89,337,592.79
82,524,053.05
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
590,245,001.64
IRR
∞
PV POSITIF
590,245,001.64
PV NEGATIF
126
NET B/C
∞
PAYBACK PERIOD
--
127
Lampiran 7. Analisis Switching Value terhadap Perubahan Volume Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 22,2666040506 persen (Skenario I) Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
131,280,172.05
131,280,172.05
262,560,344.10
262,560,344.10
525,120,688.19
525,120,688.19
787,681,032.29
787,681,032.29
787,681,032.29
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman C. Hibah
85,723,060.82 2,000,000.00 173,230,000.00
D. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 260,953,060.82
131,280,172.05
131,280,172.05
262,560,344.10
262,560,344.10
525,120,688.19
525,120,688.19
787,681,032.29
787,681,032.29
790,472,699.29
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00 200,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00 700,000.00
600,000.00 700,000.00
128
12. Panci stainlees kecil 13. Panci alumunium
1,350,000.00
1,350,000.00
100,000.00
1,350,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg
800,000.00
800,000.00
19. Timbangan digital 6 kg
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
26,433,333.33
40,560,000.00
40,560,000.00
81,120,000.00
81,120,000.00
162,240,000.00
162,240,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
2. Gula
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
129
5. Botol
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
88,107,993.33
127,643,688.00
127,643,688.00
239,850,876.00
239,850,876.00
463,765,252.00
463,765,252.00
688,959,628.00
688,959,628.00
688,959,628.00
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.63
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
262,188,041.96
138,257,342.12
136,846,462.12
265,772,677.48
268,772,677.48
529,315,108.20
521,265,108.20
745,209,484.20
780,479,138.92
777,479,138.92
-1,598,999.87
-7,534,644.82
-6,123,764.82
-4,327,282.88
-7,327,282.88
-6,424,319.00
1,625,681.00
39,126,699.60
3,857,044.88
9,648,711.88
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
-1,440,540.42
-6,115,286.76
-4,477,644.06
-2,850,515.27
-4,348,385.76
-3,434,703.28
783,022.93
16,978,111.67
1,507,814.39
3,398,126.56
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
0.0075
IRR
11.0000%
PV POSITIF
14,910,619.3304
130
PV NEGATIF NET B/C PAYBACK PERIOD
-14,910,619.3228 1.0000 10.0000
131
Lampiran 8. Analisis Switching Value terhadap Perubahan Biaya Bahan Baku (Jambu Biji) sebesar 38,854570793 persen (Skenario I) Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman C. Hibah
109,810,000.00 2,000,000.00 173,230,000.00
D. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 285,040,000.00
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,011,799,667.00
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
700,000.00
700,000.00
12. Panci stainlees kecil
1,350,000.00
1,350,000.00
1,350,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00
600,000.00
132
13. Panci alumunium
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg 19. Timbangan digital 6 kg
800,000.00
800,000.00
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
36,441,572.66
78,283,666.91
78,283,666.91
156,567,333.82
156,567,333.82
313,134,667.64
313,134,667.64
469,702,001.45
469,702,001.45
469,702,001.45
2. Gula
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
5. Botol
133
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
98,116,232.66
165,367,354.91
165,367,354.91
315,298,209.82
315,298,209.82
614,659,919.64
614,659,919.64
915,301,629.45
915,301,629.45
915,301,629.45
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.63
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
272,458,600.17
176,544,521.60
175,133,641.60
342,347,036.44
345,347,036.44
682,463,826.12
674,413,826.12
974,932,561.07
1,010,202,215.79
1,007,202,215.79
12,581,399.83
-8,376,521.60
-6,965,641.60
-6,011,036.44
-9,011,036.44
-9,791,826.12
-1,741,826.12
34,075,438.93
-1,194,215.79
4,597,451.21
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
11,334,594.44
-6,798,572.84
-5,093,217.10
-3,959,655.89
-5,347,611.54
-5,235,110.10
-838,965.20
14,786,235.82
-466,848.54
1,619,150.96
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
0.0048
IRR
11.0000%
PV POSITIF
22,161,174.3721
PV NEGATIF
-22,161,174.3673
134
NET B/C PAYBACK PERIOD
1.0000 10.0000
135
Lampiran 9. Analisis Switching Value terhadap Perubahan Harga Jual Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 22,2666040506 persen (Skenario I) Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
131,280,172.05
131,280,172.05
262,560,344.10
262,560,344.10
525,120,688.19
525,120,688.19
787,681,032.29
787,681,032.29
787,681,032.29
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman C. Hibah
85,723,060.82 2,000,000.00 173,230,000.00
D. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 260,953,060.82
131,280,172.05
131,280,172.05
262,560,344.10
262,560,344.10
525,120,688.19
525,120,688.19
787,681,032.29
787,681,032.29
790,472,699.29
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
700,000.00
700,000.00
12. Panci stainlees kecil
1,350,000.00
1,350,000.00
1,350,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00
600,000.00
136
13. Panci alumunium
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg 19. Timbangan digital 6 kg
800,000.00
800,000.00
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
26,433,333.33
40,560,000.00
40,560,000.00
81,120,000.00
81,120,000.00
162,240,000.00
162,240,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
2. Gula
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
5. Botol
137
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
88,107,993.33
127,643,688.00
127,643,688.00
239,850,876.00
239,850,876.00
463,765,252.00
463,765,252.00
688,959,628.00
688,959,628.00
688,959,628.00
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.63
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
262,188,041.96
138,257,342.12
136,846,462.12
265,772,677.48
268,772,677.48
529,315,108.20
521,265,108.20
745,209,484.20
780,479,138.92
777,479,138.92
-1,598,999.87
-7,534,644.82
-6,123,764.82
-4,327,282.88
-7,327,282.88
-6,424,319.00
1,625,681.00
39,126,699.60
3,857,044.88
9,648,711.88
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
-1,440,540.42
-6,115,286.76
-4,477,644.06
-2,850,515.27
-4,348,385.76
-3,434,703.28
783,022.93
16,978,111.67
1,507,814.39
3,398,126.56
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
0.0075
IRR
11.0000%
PV POSITIF
14,910,619.3304
PV NEGATIF
-14,910,619.3228
138
NET B/C PAYBACK PERIOD
1.0000 10.0000
139
Lampiran 10. Cash Flow Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Skenario II
Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman
109,810,000.00 2,000,000.00
C. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 111,810,000.00
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,011,799,667.00
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00 200,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
700,000.00
700,000.00
12. Panci stainlees kecil
1,350,000.00
1,350,000.00
1,350,000.00
140
13. Panci alumunium
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg 19. Timbangan digital 6 kg
800,000.00
800,000.00
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
26,433,333.33
40,560,000.00
40,560,000.00
81,120,000.00
81,120,000.00
162,240,000.00
162,240,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
2. Gula
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
5. Botol
141
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
88,107,993.33
127,643,688.00
127,643,688.00
239,850,876.00
239,850,876.00
463,765,252.00
463,765,252.00
688,959,628.00
688,959,628.00
688,959,628.00
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.91
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
262,188,042.24
138,257,342.12
136,846,462.12
265,772,677.48
268,772,677.48
529,315,108.20
521,265,108.20
745,209,484.20
780,479,138.92
777,479,138.92
-150,378,042.24
29,910,657.88
31,321,537.88
70,563,322.52
67,563,322.52
143,356,891.80
151,406,891.80
263,798,515.80
228,528,861.08
234,320,528.08
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
-135,475,713.73
24,276,160.93
22,902,038.55
46,482,246.18
40,095,543.48
76,644,448.49
72,926,402.90
114,469,165.69
89,337,592.79
82,524,053.05
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
434,181,938.32
IRR
45%
PV POSITIF
569,657,652.05
PV NEGATIF
-135,475,713.73
142
NET B/C
4.20
PAYBACK PERIOD
5.02
143
Lampiran 11. Analisis Switching Value terhadap Perubahan Volume Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 16,379227744 persen (Skenario II) Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
141,180,855.02
141,180,855.02
282,361,710.04
282,361,710.04
564,723,420.08
564,723,420.08
847,085,130.11
847,085,130.11
847,085,130.11
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman
92,187,988.74 2,000,000.00
C. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 94,187,988.74
141,180,855.02
141,180,855.02
282,361,710.04
282,361,710.04
564,723,420.08
564,723,420.08
847,085,130.11
847,085,130.11
849,876,797.11
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00 200,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
700,000.00
700,000.00
12. Panci stainlees kecil
1,350,000.00
1,350,000.00
1,350,000.00
144
13. Panci alumunium
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg 19. Timbangan digital 6 kg
800,000.00
800,000.00
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
26,433,333.33
40,560,000.00
40,560,000.00
81,120,000.00
81,120,000.00
162,240,000.00
162,240,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
2. Gula
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
5. Botol
145
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
88,107,993.33
127,643,688.00
127,643,688.00
239,850,876.00
239,850,876.00
463,765,252.00
463,765,252.00
688,959,628.00
688,959,628.00
688,959,628.00
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.91
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
262,188,042.24
138,257,342.12
136,846,462.12
265,772,677.48
268,772,677.48
529,315,108.20
521,265,108.20
745,209,484.20
780,479,138.92
777,479,138.92
-168,364,072.22
2,366,038.17
3,776,918.17
15,474,083.09
12,474,083.09
33,178,412.95
41,228,412.95
98,530,797.52
63,261,142.80
69,052,809.80
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
-151,679,344.35
1,920,329.65
2,761,650.01
10,193,257.83
7,402,761.18
17,738,534.44
19,858,011.86
42,755,123.75
24,730,347.79
24,319,327.83
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
0.0044
IRR
11.0000%
PV POSITIF PV NEGATIF
151,679,344.3497 151,679,344.3453
146
NET B/C PAYBACK PERIOD
1.0000 10.0000
147
Lampiran 12. Analisis Switching Value terhadap Perubahan Biaya Bahan Baku (Jambu Biji) sebesar 21,230039276 persen (Skenario II)
Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman
109,810,000.00 2,000,000.00
C. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 111,810,000.00
168,168,000.00
168,168,000.00
336,336,000.00
336,336,000.00
672,672,000.00
672,672,000.00
1,009,008,000.00
1,009,008,000.00
1,011,799,667.00
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00 200,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
700,000.00
700,000.00
12. Panci stainlees kecil
1,350,000.00
1,350,000.00
1,350,000.00
148
13. Panci alumunium
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg 19. Timbangan digital 6 kg
800,000.00
800,000.00
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
31,782,821.50
68,275,752.95
68,275,752.95
136,551,505.90
136,551,505.90
273,103,011.80
273,103,011.80
409,654,517.70
409,654,517.70
409,654,517.70
2. Gula
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
5. Botol
149
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
93,457,481.50
155,359,440.95
155,359,440.95
295,282,381.90
295,282,381.90
574,628,263.80
574,628,263.80
855,254,145.70
855,254,145.70
855,254,145.70
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.91
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
267,799,849.29
166,536,607.62
165,125,727.62
322,331,208.48
325,331,208.48
642,432,170.21
634,382,170.21
914,885,077.21
950,154,731.93
947,154,731.93
-155,989,849.29
1,631,392.38
3,042,272.38
14,004,791.52
11,004,791.52
30,239,829.79
38,289,829.79
94,122,922.79
58,853,268.07
64,644,935.07
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
-140,531,395.76
1,324,074.65
2,224,483.34
9,225,389.96
6,530,808.14
16,167,447.88
18,442,618.57
40,842,430.11
23,007,200.37
22,766,942.76
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
0.0194
IRR
11.0000%
PV POSITIF
140,531,395.7757
PV NEGATIF
-140,531,395.7564
150
NET B/C PAYBACK PERIOD
1.0000 10.0000
151
Lampiran 13. Analisis Switching Value terhadap Perubahan Harga Jual Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 16,379227744 persen (Skenario II)
Tahun
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
141,180,855.02
141,180,855.02
282,361,710.04
282,361,710.04
564,723,420.08
564,723,420.08
847,085,130.11
847,085,130.11
847,085,130.11
I. INFLOW A. Pendapatan penjualan B. Pinjaman
92,187,988.74 2,000,000.00
C. Nilai sisa Total Inflow
2,791,667.00 94,187,988.74
141,180,855.02
141,180,855.02
282,361,710.04
282,361,710.04
564,723,420.08
564,723,420.08
847,085,130.11
847,085,130.11
849,876,797.11
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1. Bangunan
84,000,000.00
2. Mesin pulper
15,000,000.00
3. Mesin Spinner
15,000,000.00
4. Mesin Pasteurisasi
35,000,000.00
5. Pendingin (freezer)
6,000,000.00
6. Pemanas (kompor gas) 7. Tabung gas
300,000.00
300,000.00
1,500,000.00
8. Blender
200,000.00
9. Mesin pompa air
500,000.00
10. Meja kerja produksi
600,000.00
1,500,000.00 200,000.00
1,500,000.00 200,000.00
500,000.00 600,000.00
200,000.00 500,000.00
600,000.00
600,000.00
11. Panci stainlees besar
700,000.00
700,000.00
700,000.00
12. Panci stainlees kecil
1,350,000.00
1,350,000.00
1,350,000.00
152
13. Panci alumunium
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
14. Ember besar
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
90,000.00
15. Ember kecil
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
30,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
390,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
80,000.00
16. Keranjang plastik 17. Pisau Stailees 18. Timbangan digital 50 kg 19. Timbangan digital 6 kg
800,000.00
800,000.00
300,000.00
300,000.00
20. Alat Sterilisasi botol
5,000,000.00
5,000,000.00
21. Cup sealer
1,500,000.00
1,500,000.00
22. Troly
500,000.00
500,000.00
23. Sarung tangan
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
120,000.00
24. Masker
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
25. Baju kerja
250,000.00
26. Penutup kepala
100,000.00
27. Tempat sampah
100,000.00
28. Gayung 29. Selang air gulung 50 m Total biaya investasi
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00
100,000.00 20,000.00
20,000.00
900,000.00
100,000.00
250,000.00 100,000.00
100,000.00 20,000.00
100,000.00
100,000.00
100,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
20,000.00
900,000.00
170,530,000.00
930,000.00
1,030,000.00
2,080,000.00
5,080,000.00
10,230,000.00
2,180,000.00
930,000.00
5,080,000.00
2,080,000.00
1. Jambu biji
26,433,333.33
40,560,000.00
40,560,000.00
81,120,000.00
81,120,000.00
162,240,000.00
162,240,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
243,360,000.00
2. Gula
B. Biaya Operasional Biaya Variabel
12,712,000.00
19,492,200.00
19,492,200.00
38,984,400.00
38,984,400.00
77,968,800.00
77,968,800.00
116,953,200.00
116,953,200.00
116,953,200.00
3. Asam sorbat
908,000.00
1,392,300.00
1,392,300.00
2,784,600.00
2,784,600.00
5,569,200.00
5,569,200.00
8,353,800.00
8,353,800.00
8,353,800.00
4. Asam sitrat
871,560.00
1,336,608.00
1,336,608.00
2,673,216.00
2,673,216.00
5,346,432.00
5,346,432.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,019,648.00
8,580,000.00
13,104,000.00
13,104,000.00
26,208,000.00
26,208,000.00
52,416,000.00
52,416,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
78,624,000.00
5. Botol
153
6. Label puree
858,000.00
1,310,400.00
1,310,400.00
2,620,800.00
2,620,800.00
5,241,600.00
5,241,600.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7,862,400.00
7. Plastik segel
28,600.00
43,680.00
43,680.00
87,360.00
87,360.00
174,720.00
174,720.00
262,080.00
262,080.00
262,080.00
8. Gelas plastik
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
9. Plastik cup
6,405,000.00
9,828,000.00
9,828,000.00
19,656,000.00
19,656,000.00
39,312,000.00
39,312,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
58,968,000.00
10. Gas LPG
320,000.00
640,000.00
640,000.00
1,280,000.00
1,280,000.00
2,560,000.00
2,560,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
5,120,000.00
11. Upah Tenaga Kerja
9,150,000.00
14,040,000.00
14,040,000.00
28,080,000.00
28,080,000.00
56,160,000.00
56,160,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
84,240,000.00
12. Biaya Listrik
2,640,000.00
2,772,000.00
2,772,000.00
2,904,000.00
2,904,000.00
3,168,000.00
3,168,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
3,432,000.00
13. Transportasi
1,000,000.00
1,500,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
1. Pemeliharaan
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
8,526,500.00
2. Promosi
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
3,000,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
270,000.00
88,107,993.33
127,643,688.00
127,643,688.00
239,850,876.00
239,850,876.00
463,765,252.00
463,765,252.00
688,959,628.00
688,959,628.00
688,959,628.00
1. Pajak Penghasilan
2,884,048.91
8,129,654.12
8,172,774.12
23,841,801.48
23,841,801.48
55,319,856.20
55,319,856.20
55,319,856.20
86,439,510.92
86,439,510.92
D. Pembayaran Pinjaman
666,000.00
1,554,000.00
262,188,042.24
138,257,342.12
136,846,462.12
265,772,677.48
268,772,677.48
529,315,108.20
521,265,108.20
745,209,484.20
780,479,138.92
777,479,138.92
-168,364,072.22
2,366,038.17
3,776,918.17
15,474,083.09
12,474,083.09
33,178,412.95
41,228,412.95
98,530,797.52
63,261,142.80
69,052,809.80
0.901
0.812
0.731
0.659
0.593
0.535
0.482
0.434
0.391
0.352
-151,679,344.35
1,920,329.65
2,761,650.01
10,193,257.83
7,402,761.18
17,738,534.44
19,858,011.86
42,755,123.75
24,730,347.79
24,319,327.83
Biaya Tetap
3. Sewa tanah Total biaya operasional C. Pajak
Total Outflow
NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 11% PV/TAHUN NPV
0.0044
IRR
11.0000%
PV POSITIF PV NEGATIF
151,679,344.3497 151,679,344.3453
154
NET B/C PAYBACK PERIOD
1.0000 10.0000
155