STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering)
Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099
2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1
STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Peranian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099
2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Peranian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099
Dilahirkan pada tanggal 16 April 1985 di Manado
Tanggal lulus : 24 Agustus 2006
Disetujui, Bogor, Agustus 2006
Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian
3
RINGKASAN KETSIA APRILIANNY LAYA. F14102099. Studi Kelayakan Usaha Produksi Alat Dan Mesin Pertanian (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering). Di bawah bimbingan Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc. 2006
Pembangunan industri gula merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian. Dengan demikian, pembangunan industri gula diarahkan menuju tercapainya swasembada gula yang mantap dan dinamik. Namun, impor gula masih terjadi karena diperkirakan konsumsi gula terus meningkat sementara produksi gula di Indonesia tidak akan bertambah lagi. Hal ini disebabkan semakin menciutnya lahan tanam tebu (lahan basah) sebagai bahan baku gula khususnya di pulau Jawa. Kedudukan lahan kering sebagai pemasok utama kebutuhan bahan baku tebu pabrik gula di masa mendatang akan semakin penting sejalan dengan semakin menyempitnya lahan sawah yang ditanami tebu. Untuk mengoptimalisasikan waktu kerja dan tenaga kerja, perlu juga dilakukan budidaya tanaman tebu berbasis teknologi yaitu dengan menggunakan peralatan kebun dan mesin budidaya yang sesuai. Alat yang digunakan dalam budidaya tebu khususnya dalam persiapan lahan tanam adalah kair, furrower dan rotary ditcher yang ditarik oleh traktor roda empat. Alat-alat digunakan untuk membuat guludan tanah atau suatu gundukan tanah yang nantinya akan menjadi tempat bibit tebu akan ditanam sekaligus membuat saluran drainase. Kendalanya adalah bahwa alatalat yang telah ada ini sama-sama menghasilkan saluran dengan bentuk V dengan buangan tanahnya menumpuk di kedua sisi saluran. Dengan kondisi ini, limpasan air dari arah melintang saluran akan terhalang oleh tanah di sisi saluran tersebut, sehingga sistem drainase tidak efektif. Oleh karena itu diperlukan alat pembuat saluran drainase, dalam hal ini ditcher lengan ayun (DILA) yang dapat mengatasi masalah tersebut. Mengingat fungsi dan manfaatnya yang sangat membantu dalam proses budidaya tanaman tebu khususnya pada proses persiapan lahan, maka perlu dilakukan suatu perhitungan nilai manfaat (analisis kelayakan usaha) dari DILA tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis tingkat kelayakan usaha produksi DILA sebagai alat pembuat saluran drainase pada budidaya tebu lahan kering berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manejemen/organisasi dan aspek finansial, 2) menganalisis kelayakan usaha produksi DILA dilihat dari kriteria NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period, 3) menganalisis kembali usaha produksi DILA jika terjadi perubahan dalam komponen manfaat dan biaya (analisis nilai pengganti), dan 4) mencoba alternatif cara produksi DILA, yaitu jika hanya memproduksi per unit (skala kecil) dan kemungkinan bagi perusahaan yang telah beroperasi untuk menambah DILA ini sebagai produk tambahan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian dan beberapa toko besi dan material di sekitar Bogor-Jakarta. Data yang diperoleh berupa data primer yang merupakan hasil wawancara langsung dengan pihak yang terkait langsung dengan penelitian
4
serta data sekunder yang diambil dari internet, studi literatur, text book, dll. Pengolahan data dilakukan menggunakan automatic spreadsheet. Analisis dilakukan dengan penilaian aspek pasar, aspek teknis dan menejemen. Sedangkan analisis finansial dilakukan menggunakan kriteria kelayakan investasi berupa perhitungan NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period. Usaha dikatakan layak jika nilai NPV> 0, Net B/C ratio ≥1 ,I RR ≥ discount rate, serta payback period sebelum umur proyek berakhir (semakin cepat semakin baik). Selain itu dilakukan suatu analisis sensitivitas berupa analisis nilai pengganti (switching value analysis) untuk melihat seberapa jauh proyek sensitif terhadap perubahan pada biaya dan manfaat. Analisis lain yang dilakukan adalah mencoba alternatif cara produksi DILA, yaitu jika hanya memproduksi per unit (skala kecil) dan kemungkinan bagi perusahaan yang telah beroperasi untuk menambah DILA ini sebagai produk tambahan. Dari hasil analisis aspek pasar, teknis serta manajemen/organisasi didapatkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan tersedianya pasar yang luas mengingat DILA ini baru pertama kali diproduksi, manajemen pengelolaan perusahaannya juga sederhana, terciptanya lapangan kerja, serta kemudahan penggunaan teknologi dalam proses produksinya. Analisis finansial melalui kriteria kelayakan investasi pada discount rate 16% menghasilkan nilai NPV sebesar Rp –262 645 881, Net B/C ratio sebesar 0.771, dan Payback period > 10 tahun (umur proyek). Dari hasil analisis finansial, dapat disimpulkan bahwa perusahaan pembuat DILA ini tidak layak beroperasi karena akan menghasilkan kerugian. Analisis switching value tidak dapat dilakukan karena perusahaan ternyata tidak layak untuk beroperasi. Oleh karena itu, dilakukan suatu metode trial and error dengan cara menaikkan harga jual. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kenaikkan harga jual akan menyebabkan perusahaan pembuat DILA ini menjadi layak beroperasi (keuntungan normal). Dari hasil perhitungan didaptkan bahwa perusahaan ini akan layak beroperasi jika menaikkan harga jual minimal 22.5% dari harga awal. Alternatif pembuatan DILA dalam skala kecil sesuai kebutuhan akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan membeli DILA yang sudah jadi. Alternatif menjadikan DILA sebagai produk tambahan pada perusahaan yang telah beroperasi sebelumnya menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 7 204 224, B/C ratio 1.011, IRR 29% dan payback period pada tahun ketiga (discount rate16 %). Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah: 1) pendirian perusahaan pembuat DILA yang baru ternyata tidak menguntungkan, oleh karena itu sebaiknya jika ingin mendirikan perusahaan baru, jangan hanya memproduksi DILA sebagai produk utama, melainkan menambah variasi produk yang akan dibuat supaya pangsa pasarnya juga meluas dan pemasukan bertambah, dan 2)jika mendirikan perusahaan pembuat DILA yang baru dianggap tidak menguntungkan maka baik juga jika DILA ini dijadikan salah satu produk tambahan pada perusahaan lain yang telah berproduksi sebelumnya, karena akan jauh lebih menguntungkan
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi. Skripsi yang berjudul “ St udiKe l ayakan Us ahaPr oduks iAl atDan Mesin Pertanian (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering)”disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr.Ir. I Nengah Suastawa, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini 2. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS dan Ir. Mohamad Solahudin, Msi yang telah berkenan menjadi penguji pada ujian skripsi penulis. 3. Orang tua penulis yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis. 4. Alam, Ado, Azmi dan Bang Samsyul selaku rekan penulis selama melakukan penelitian. Terima kasih atas segala bantuan dan semangatnya.membantu penulis. 5. Teman-teman TEP 39 atas segala bantuan dan dukungannya 6. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis tetap berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR. ......................................................................................... i DAFTAR ISI. ...................................................................................................... ii DAFTAR TABEL. ............................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vi BAB I.
PENDAHULUAN. ............................................................................ 1 A. Latar Belakang. ............................................................................. 1 B. Tujuan. .......................................................................................... 3
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA. ................................................................... 4 A. Kondisi Pergulaan di Indonesia...................................................... 4 B. Alat Pembuat Alur Tanam, Guludan dan Saluran Drainase. ........... 6 C. Studi Kelayakan Proyek................................................................. 9 1. Analisis Finansial. ................................................................... 11 2. Kriteria Kelayakan Investasi. ................................................... 12 D. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis).................... 12
BAB III.
METODE PENELITIAN. ................................................................ 14 A. Waktu dan Tempat....................................................................... 14 B. Jenis Data. ................................................................................... 14 C. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data. ................................ 14 1. Analisis Kelayakan Finansial. .................................................. 15 2. Perhitungan Nilai Sisa (Residual Value). ................................. 17 3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)................ 17 4. Asumsi-Asumsi Dasar. ............................................................ 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ........................................................ 20 A. Aspek Pasar, Teknis dan Manajemen............................................ 20 1. Aspek Pasar............................................................................... 21 a. Permintaan dan Penawaran. ................................................... 23 b. Program Pemasaran. .............................................................. 25 b.1. Kapasitas Pemasaran..................................................... 25
7
b.2. Sasaran Pemasaran........................................................ 25 b.3. Standar Harga dan Pola Distribusi................................. 26 2. Aspek Teknis........................................................................... 26 a. Penilaian Lokasi.................................................................. 26 b. Komponen Fisik. ................................................................. 28 b.1. Bangunan...................................................................... 28 b.2. Fasilitas Tenaga Listrik. ................................................ 29 b.3. Pagar............................................................................. 29 b.4. Peralatan/Perlengkapan Lainnya.................................... 29 c. Spesifikasi dan Proses Produksi. ......................................... 29 c.1. Spesifikasi Produk......................................................... 29 c.2. Proses Pembuatan (Produksi). ....................................... 31 c.2.1. Proses Pembuatan Ditcher. ................................... 31 c.2.2. Proses Pembuatan Mekanisme Lengan Ayun. ....... 33 3. Aspek Organisasi dan Manajemen. ............................................. 36 1. Organisasi Pengelola. ............................................................. 36 2. Kebutuhan Tenaga. ................................................................. 37 B. Analisis Kelayakan Finansial ......................................................... 37 1. Arus Tunai (Cash Flow). ........................................................... 38 a. Arus Manfaat (Arus Masuk/Inflow)........................................ 38 b. Arus Biaya (Arus Biaya/Outflow). ......................................... 40 b.1. Biaya Investasi................................................................ 40 b.2. Biaya Operasional........................................................... 40 2. Kriteria Kelayakan Investasi. ...................................................... 42 3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)................................. 44 4. Analisis Finansial Pembuatan DILA Sebagai Produk Tambahan................................................................................... 44 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. ......................................................... 46 A. Kesimpulan. ................................................................................. 46 B. Saran. ........................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 48 LAMPIRAN. ..................................................................................................... 50
8
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Perkembangan jumlah penduduk, produksi, konsumsi dan impor gula Indonesia. ....................................................................................... 5 Tabel 2. Harga eceran gula pasir di pasar domestik 1998-2004 (dalam rupiah per kg)......................................................................................... 6 Tabel 3. Penyusutan dan nilai sisa asset tiap tahun hingga akhir proyek. ............ 39 Tabel 4. Rincian biaya pemeliharaan perusahaan pembuat DILA. ...................... 41 Tabel 5. Rincian biaya operasional perusahaan pembuat DILA. ......................... 42 Tabel 6. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi pada discount rate 16%. ..................................................................................................... 43
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Komponen-komponen yang menentukan harga gula. ......................... 4 Gambar 2. a) Furrower, b) Rotary ditcher. ......................................................... 8 Gambar 3. Bagian-bagian ditcher...................................................................... 30 Gambar 4. Bagian-bagian mekanisme lengan ayun. .......................................... 31 Gambar 5. a) Rangka ditcher, b) Ditcher. ......................................................... 33 Gambar 6. a) Pengeruk tanah, b) Roda mekanisme ........................................... 34 Gambar 7. Ditcher lengan ayun (DILA)............................................................ 35 Gambar 8. DILA (tampak samping).................................................................. 35 Gambar 9. Susunan organisasi perusahaan pembuat DILA................................. 36
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan DILA di Indonesia..................................... 51 Lampiran 2. Biaya investasi perusahaan pembuat DILA. ................................... 53 Lampiran 3. Cash flow analisis kelayakan finansial perusahaan pembuat DILA dengan discount rate 16%. .................................................. 55 Lampiran 4. Cash flow perusahaan pembuat DILA ketika beroperasi pada keuntungan normal (harga jual naik 22.5%) dengan discount rate 16%........................................................................... 57 Lampiran 5. Biaya pembuatan DILA per unit. ................................................... 59 Lampiran 6. Cash flow usaha pembuatan DILA sebagai produk tambahan pada perusahaan yang telah beroperasi. ......................................... 61 Lampiran 7. Aliran pembuatan automatic worksheet.......................................... 63
11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri gula merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian. Dengan demikian, pembangunan industri gula diarahkan menuju tercapainya swasembada gula yang mantap dan dinamik. Namun, hingga saat ini Indonesia masih mengimpor gula guna memenuhi konsumsi dalam negeri. Kenyataan ini tentu mengejutkan ditengah-tengah usaha pemerintah selama ini untuk mengusahakan tercapainya swasembada gula. Impor gula ini terjadi karena diperkirakan konsumsi gula terus meningkat sementara produksi gula di Indonesia tidak akan bertambah lagi. Hal ini disebabkan semakin menciutnya lahan tanam tebu (lahan basah) sebagai bahan baku gula khususnya di pulau Jawa. Menurunnya luasan lahan tanam tebu ini menyebabkan terjadinya pergeseran pertanaman atau budidaya tebu dari lahan sawah ke lahan kering. Oleh sebab itu, peningkatan produksi gula nasional pada saat ini lebih ditekankan pada upaya pengembangan budidaya tebu di lahan kering, baik di pulau Jawa maupun di luar Jawa. Kedudukan lahan kering sebagai pemasok utama kebutuhan bahan baku tebu pabrik gula di masa mendatang akan semakin penting sejalan dengan semakin menyempitnya lahan sawah yang ditanami tebu. Namun, seperti yang diungkapkan Mayasari (2000) dalam penelitiannya, bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan tebu lahan kering, antara lain: kemiringan lahan yang curam dengan tingkat erosi yang tinggi, iklim yang kering, pertumbuhan gulma yang tinggi, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan reaksi tanah yang masam dengan kejenuhan alumunium yang tinggi. Selain itu untuk mengoptimalisasikan waktu kerja dan tenaga kerja, perlu juga dilakukan budidaya tanaman tebu berbasis teknologi yaitu dengan menggunakan peralatan kebun dan mesin budidaya yang sesuai. Salah satu alat yang digunakan dalam budidaya tebu khususnya dalam persiapan lahan tanam adalah kair yang ditarik oleh traktor roda empat. Kair ini
12
digunakan untuk membuat guludan tanah atau suatu gundukan tanah yang nantinya akan menjadi tempat bibit tebu akan ditanam. Alat lain yang digunakan adalah furrower. Furrower ini digunakan untuk membuka dan melempar tanah yang terpotong ke sisi sebelah kanan dan kiri sehingga terbentuk alur tanam. Selain itu pembuatan alur tanaman (sekaligus saluran drainase permukaan) di kebun tebu dapat dilakukan dengan alat khusus berupa rotary ditcher yang ditarik traktor roda empat dan diputar oleh tenaga PTO (Power Take Off) traktor. Saluran yang terbentuk di tepi alur tanam tersebut biasa digunakan sebagai saluran drainase. Saluran (got) drainase tersebut dibuat dalam dua jenis yaitu sejajar arah barisan tanam dan melintang barisan tanam untuk menyalurkan kelebihan air dari barisan-barisan tanam. Baik alat rotary ditcher maupun furrower sama-sama menghasilkan saluran dengan bentuk V dengan buangan tanahnya menumpuk di kedua sisi saluran. Dengan kondisi ini, limpasan air dari arah melintang saluran akan terhalang oleh tanah di sisi saluran tersebut, sehingga sistem drainase tidak efektif. Oleh karena itu diperlukan alat pembuat saluran drainase (ditcher drainase) yang dapat mengatasi masalah tersebut. Untuk mengatasi masalah yang ada, saat ini telah dibuat satu jenis alat yang berfungsi untuk membuat saluran drainase khususnya saluran (got) melintang. Alat ini dilengkapi dengan pengeruk dibagian belakangnya sehingga dapat mengatasi masalah penumpukan buangan tanah pada kedua sisi saluran. Alat yang diberi nama Ditcher Lengan Ayun (DILA) ini akan dapat membuat suatu saluran drainase yang dengan lebih efektif dan efisien. DILA ini juga dioperasikan dengan cara digandeng pada traktor roda empat namun tidak lagi menggunakan tenaga PTO dalam proses penggerakannya. Hal ini tentunya akan meminimalkan dan meringankan kerja
traktor.
DILA
ini baru mulai
dikembangkan dan diujicobakan, oleh karena itu masih belum diproduksi dalam skala besar. Selain dapat menghasilkan bentuk saluran drainase sesuai yang diharapkan, DILA ini akan sangat menguntungkan bagi perkebunan tebu karena dapat menghemat waktu kerja dan biaya.
13
Mengingat fungsi dan manfaatnya yang sangat membantu dalam proses budidaya tanaman tebu khususnya pada proses
persiapan lahan, maka perlu
dilakukan suatu perhitungan nilai manfaat (analisis kelayakan usaha) dari DILA tersebut.
B. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis tingkat kelayakan usaha produksi DILA sebagai alat pembuat saluran drainase pada budidaya tebu lahan kering berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen/organisasi, dan aspek finansial. 2. Menganalisis kelayakan usaha produksi DILA dilihat dari kriteria NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period. 3. Menganalisis kembali usaha produksi DILA jika terjadi perubahan dalam komponen manfaat dan biaya (analisis nilai pengganti). 4. Mencoba alternatif cara produksi DILA, yaitu jika hanya memproduksi per unit (skala kecil) dan kemungkinan bagi perusahaan alat dan mesin pertanian yang telah beroperasi untuk menambah DILA ini sebagai produk tambahan.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Pergulaan di Indonesia Sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok yang dibutuhkan banyak orang, harga gula harus bisa dicapai semua orang dan masih memberikan keuntungan bagi petani. Oleh karena itu, pemerintah turut serta dalam membuat ketentuan mengenai gula dengan tujuan : 1. melindungi produksi agar merangsang peningkatan produksi 2. menjaga kemampuan konsumen, dan 3. mengembangkan tata niaga gula pasir pedagang dalam negeri maupun perdagangan internasional. Namun demikian, menurut Tim Penulis PS (2000) para petani masih lebih tertarik untuk menanam komoditas selain tebu yang dinilai lebih menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan pemerintah masih belum efektif untuk mewujudkan berbagai tujuan di atas. Apabila harga gula tinggi, petani belum tentu memperoleh keuntungan dari tingginya harga tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya komponen yang menentukan harga gula, sebagai berikut :
Biaya tebang dan angkut tebu Nilai yang diterima petani
Harga provenue gula
Biaya penggilingan
Biaya eksploitasi
Harga pokok di PG
Pajak-pajak Dana manajemen
Harga eceran Marjin –distribusi
Gambar 1. Komponen-komponen yang menentukan harga gula (Tim Penulis PS, 2000) Dengan demikian, jika harga pokok di Pabrik Gula (PG) sama, maka harga eceran sangat tergantung dari besar biaya distribusi. Semakin jauh dari PG atau semakin sukar jalan yang ditempuh, maka harga gula eceran semakin tinggi (Tim Penulis PS, 2000).
15
Pada tahun 1930-an, Indonesia pernah dikenal sebagai negara pengekspor gula yang sangat efisien di dunia. Dewan Gula Indonesia mencatat rata-rata produksi perusahaan perkebunan negara pernah mencapai 17,43 ton gula per hektar pada tahun 1940. Produktivitas ini menurun menjadi 10,74 ton gula per hektar pada tahun 1971. Sedangkan kini, rata-rata produksi kebun tebu hanya sekitar 4,7 ton gula per hektar (Hidayati, 2004). Sementara produksi menurun, kebutuhan konsumsi gula nasional terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Tahun 2004, kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga dan industri makanan mencapai 3,3 juta ton per tahun, sedangkan total produksi gula domestik sekitar 2 juta ton per tahun. Tak dapat dihindarkan, bahwa kekurangan pasokan gula sekitar 1,3 juta ton atau 45 % dari kebutuhan nasional dipenuhi dengan impor. Pergerakan volume produksi gula dalam negeri, volume konsumsi masyarakat dan kebutuhan impor gula dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan jumlah penduduk, produksi, konsumsi dan impor gula Indonesia Jumlah Penduduk Produksi (Ribu Konsumsi Impor (Ribu Tahun (Ribu jiwa) ton) (Ribu ton) ton) 1995 193 486 2 059 2 586 544 1996 196 807 2 094 3 193 1 099 1997 199 837 2 191 3 030 578 1998 202 873 1 488 2 327 844 1999 205 004 1 493 2 857 1 398 2000 209 004 1 690 3 223 1 538 2001 212 348 1 727 2 753 1 025 2002 218 980 1 755 3 190 1 435 2003 221 429 1 631 3 321 1 689 2004 224 418 2 051 3 366 1 314 Sumber : Dewan Gula Indonesia, 2004
Dari Tabel 1 di atas diperoleh bahwa impor gula meningkat pada tiap tahunnya. Impor terendah terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 544.000 ton dan peningkatan tajam untuk impor terjadi pada tahun 2003 sebesar 1.689.000 ton atau hampir 50% dari kebutuhan konsumsi dalam negeri. Sedangkan produksi gula terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar 1.488.000 ton.
16
Menurut Widyastutik (2005), berdasarkan gambaran dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa ketergantungan Indonesia sangat tinggi terhadap impor gula dan kecenderungan produksi gula nasional yang rendah karena kondisi permasalahan industri gula nasional, akan menghambat kelangsungan industri pangan nasional pada umumnya. Sedangkan untuk harga eceran gula pasir di pasaran domestik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Harga eceran gula pasir di pasar domestik tahun rupiah per kg) Bulan Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 Januari 1.763 3.500 2.616 3.600 3.857 Februari 1.756 3.388 2.494 3.628 3.784 Maret 1.636 2.875 2.431 3.712 3.632 April 2.100 2.397 2.510 3.790 3.494 Mei 2.238 2.397 2.497 3.926 3.263 Juni 2.316 2.638 2.789 4.069 3.206 Juli 2.788 2.269 3.235 3.823 3.222 Agustus 3.731 2.263 3.410 3.576 3.241 September 3.938 2.438 3.413 3.572 3.313 Oktober 3.669 2.390 3.366 3.875 3.456 November 3.406 2.400 3.566 3.656 3.913 Desember 3.500 2.722 3.545 3.719 3.966 Rata-rata 2.737 2.640 2.989 3.746 3.529
1998-2004 (dalam
2003 3.963 4.269 4.242 4.945 4.544 4.902 4.282 4.059 4.131 4.138 4.175 4.038 4.307
2004 3.941 3.963 3.944 4.025 4.063 4.066 4.065 4.088 4.081 4.094 4.246 4.797 4.114
Sumber : Dewan Gula Indonesia, 2005
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas gula adalah dengan menerapkan program akselerasi bongkar ratoon. Arum Sabil, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, dalam Liliasari (2004) mengatakan bahwa dengan adanya program akselerasi bongkar ratoon ini, produksi tebu petani akan meningkat 100 –150 ton per hektar dari produksi saat ini yang hanya 80 ton per hektar. Peningkatan produksi tebu petani, menurut Arum, tidak akan berhasil jika tidak diimbangi dengan perbaikan pabrik gula. Perbaikan ini antara lain dalam investasi lahan, infrastuktur dan pemanfaatan teknologi (mesin-mesin) yang lebih modern.
17
B. Alat Pembuat Alur Tanam, Guludan dan Saluran Drainase Menurut Pramuhadi (2005) dalam penelitiannya tentang pengolahan tanah pada budidaya tebu lahan kering, tindakan budidaya tebu optimum diawali dengan kegiatan pengolahan tanah optimum sehingga dihasilkan kondisi fisik tanah optimum. Alat-alat pengolahan tanah yang biasa digunakan untuk penyiapan lahan di areal kebun tebu lahan kering adalah bajak subsoiler, bajak piring, bajak singkal, garu piring dan kair (Fauconnier, 1993). Salah satu proses persiapan lahan tanam tebu adalah proses pengkairan. Pengkairan bertujuan membuat alur tanam (guludan) dengan menggunakan alat kair yang digandengkan pada traktor roda empat. Selain pembuatan guludan dan alur tanam, diperlukan juga pembuatan suatu got sejajar dan got melintang yang nantinya akan berfungsi sebagai saluran drainase. Proses pembuatan saluran drainase ini dikenal dengan nama ditching dengan alat berupa ditcher yang juga digandengkan pada traktor roda empat. Pembuatan saluran drainase ini ditentukan oleh topografi, ukuran petakan dan jenis tanah. Fauconnier (1993) mengatakan bahwa tanaman tebu membutuhkan drainase perakaran yang baik. Bagi daerah-daerah yang bertanah poros dan mempunyai muka air tanah dalam (≥ 1m), biasanya tidak dijumpai masalah drainase. Muka air tanah yang yang disarankan adalah ± 40 cm dan idealnya 60 cm. Masalah ini biasanya timbul terutama di daerah tanah berat dengan muka air tanah yang dangkal dan daerah yang datar dimana pembuangan air selalu jadi masalah. Karena fungsinya yang penting tersebut maka sangat perlu dibuat sebuah saluran drainase yang baik. Pembuatan saluran drainase ini biasanya dilakukan setelah pengkairan sedangkan pembuatan kairan dilakukan setelah pembajakan kedua atau setelah penggaruan tergantung dari kondisi tanah. Alat-alat yang berhubungan dengan pembuatan alur, guludan maupun saluran drainase yang umum digunakan pada budidaya tanaman tebu di Indonesia, yaitu furrower, rotary ditcher dan ridger. Koga (1988) dalam Pramuhadi (2005) menyebutkan bahwa suatu furrower mempunyai dua buah sayap menyerupai singkal yang berfungsi untuk membuka
18
dan melempar tanah yang terpotong oleh ujung pisau furrower ke sisi sebelah kanan dan kiri. Hasil akhir pekerjaan ini berupa alur tanah dengan gundukan tanah di sisi kanan dan kiri sepanjang alur yang dibentuk oleh furrower. Kelebihan furrower antara lain : a) dapat digunakan untuk satu atau lebih alur baris b) dapat menggunakan hewan maupun traktor sebagai tenaga penarik c) dapat dikombinasikan dengan implemen yang lain d) dapat digunakan sebagai alat penyiang. Rotary ditcher merupakan implemen pengeruk tanah yang menggunakan sudu yang diputar oleh tenaga PTO traktor dan ditarik oleh traktor roda empat. Rotary ditcher ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : -
mampu dioperasikan pada lahan yang lebih beragam
-
saluran yang dihasilkan lebih tepat dan rapi
-
tidak terjadi penumpukan tanah di kedua sisi saluran
-
draft traktor lebih kecil
-
saluran yang dibentuk dapat di tengah maupun di sebelah kiri atau kanan traktor.
Disamping itu, rotary ditcher ini juga mempunyai beberapa kekurangan, yaitu : -
pemanfaatan PTO memberatkan kerja traktor
-
perawatan harus lebih intensif karena merupakan bagian yang bergerak
-
harga relatif lebih mahal
-
diperlukan maintanance yang lebih intensif sehingga kurang disukai.
(a)
(b) Gambar 2. a) Furrower, b) Rotary ditcher
19
Ridger mempunyai fungsi untuk membuka alur (Smith, 1976). Ada beberapa macam ridger yaitu disk opener, hoe opener, runner opener, lister opener. Smith (1976) mengatakan bahwa alat pembuat alur pada prinsipnya adalah alat perata tanah dan pencetak yang dapat membentuk permukaan tanah dengan tanah yang rata. Prinsip kerja alat pembuat alur adalah mengeruk tanah dan membuangnya ke sisi kanan dan kiri sepanjang alur yang dibuat sehingga akan terbentuk bedengan atau guludan dengan profil yang seragam diseluruh lahan. Alat pembuat alur ini biasa disebut dengan furrower atau ridger.
C. Studi Kelayakan Proyek Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari pengalokasian sumberdaya dari berbagai kebutuhan. Pilihan terhadap suatu sumberdaya timbul karena adanya faktor kelangkaan dan adanya kebutuhan sumberdaya yang semakin meningkat. Menurut Pramudya (1991), proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan menggunakan sejumlah sumber daya untuk memperoleh suatu manfaat (benefit). Didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil (Gittinger, 1986). Karena sumber-sumber yang tersedia dan yang dapat digunakan sifatnya terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan antara berbagai penggunaan kompetitif dari berbagai sumberdaya. Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisa sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang ada pengaruhnya tehadap kemungkinan proyek mencapai sukses (Edris, 1983). Disamping pengkajian mendalam atas semua faktor yang terlibat dalam proyek, studi kelayakan harus dapat menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibanding dengan sumber daya yang diperlukan (Soeharto, 2002) Tujuan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Selain itu, Pramudya (1991) mengatakan bahwa studi kelayakan proyek ini perlu dilakukan untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan pemilihan investasi di dalam suatu proyek yang tepat, dari berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan. Menurut Gray (2002), studi kelayakan proyek dapat juga digunakan untuk
20
mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek. Menurut Edris (1983) ada beberapa aspek penting yang perlu dikaji dalam suatu studi kelayakan proyek, antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional –manajemen - organisasi, aspek finansial dan aspek sosial ekonomi. a. Aspek Pasar Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek pasar ini menempati prioritas pertama dan utama dalam suatu studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya pangsa potensial yang cukup. Pengkajian aspek pasar memang mencakup lingkup yang amat luas, tetapi umumnya dibatasi kepada analisis masalah prakiraan permintaan dan penawaran produk, pangsa pasar serta strategi pemasaran (Soeharto, 1998). b. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Berdasarkan analisa teknis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Pada dasarnya pengkajian aspek teknis ini terdiri dari penentuan letak geografis lokasi, pemilihan teknologi produksi, penentuan kapasitas produksi, denah instalasi dan bangunan instalasi (Soeharto, 2002) c. Aspek Institusional - Manajemen - Organisasi Aspek
institusional
membahas
hal-hal
yang
berkenaan
dengan
pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial masyarakat dan pemerintahan setempat serta susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi dan pemerintahan setempat (Gittinger, 1986). Sedangkan aspek manajemen dan organisasi secara khusus mengkaji pertimbangan-pertimbangan pokok dalam membentuk suatu organisasi, bentuk kepemilikan usaha, skema organisasi, tenaga kerja (beserta spesifikasinya) serta jadwal proyek (Edris, 1983).
21
d. Aspek Finansial Aspek finansial membahas cara untuk memperoleh modal/dana yang diperlukan
untuk
menjalankan
proyek,
serta
bagaimana
proyek
dapat
mengembalikan dana yang telah diperolehnya (Pramudya, 1991) Sedangkan menurut Edris (1983), aspek finansial mencakup bagianbagaian penting seperti : asumsi-asumsi pokok keuangan, jumlah biaya proyek, kebutuhan awal modal kerja, sumber pembiayaan proyek, laporan keuangan dan analisis keuangan. e. Aspek Sosial Ekonomi Menurut
Soeharto
(2002)
pengkajian
aspek
sosial
ekonomi
menitikberatkan pada penelitian masalah biaya (cost), manfaat (benefit) dan kerugian atau beban (disbenefit) dari sudut kepentingan masyarakat/ nasional secara menyeluruh. Sedangkan Edris (1983) mengungkapkan aspek sosial ekonomi ini dalam beberapa hal, seperti : bagaimana proyek berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja dan penghasilan masyarakat sekitar lokasi proyek dengan mengingat perbaikan standar hidup keluarga dan perorangan (aspek sosial) serta pajak-pajak, dengan memperlihatkan bertambah besarnya pendapatan daerah dan pusat yang dapat dipergunakan pemerintah untuk membangun masyarakat.
1. Analisis Finansial Dalam proses mengkaji kelayakan proyek atau investasi dari aspek finansial, pendekatan konvensional yang dilakukan adalah dengan menganalisis perkiraan arus kas keluar dan masuk selama umur proyek (Soeharto, 1998). Menurut Edris (1983) kelayakan finansial harus mengungkapkan secara terperinci apakah proyek akan menguntungkan dalam suasana persaingan yang ada dan dalam perekonomian yang tidak menguntungkan keadaannya. Pramudya (1991) mengatakan bahwa analisis finansial ini dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani, wiraswastawan atau perusahaan. Nilai barang yang digunakan (misal: upah, harga barang) digunakan nilai yang berlaku di pasar (market price).
22
2. Kriteria Kelayakan Investasi Dalam menilai suatu proyek atau usaha, kelayakan suatu usaha produksi sangat penting untuk dilihat agar keefektifan suatu proyek dapat direncanakan dan dianalisis. Mereka yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan suatu proyek atau usaha harus mempertimbangkan banyak aspek yang saling berhubungan dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Menurut Gray (2002), terdapat 3 macam kriteria investasi yang umum digunakan dan dapat dipertanggungjawabkan, yaitu: 1. Net Present Value (nilai bersih sekarang) atau NPV merupakan selisih present value arus manfaat dan biaya dihitung berdasarkan discount rate. 2. Internal Rate of Return (tingkat hasil internal) atau IRR merupakan discount rate yang menjadikan NPV suatu proyek = 0 3. Net Benefit Cost (rasio manfaat biaya netto) atau Net B/C ratio merupakan angka perbandingan arus benefit bersih positif terhadap benefit bersih negatif. Suatu proyek dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika dalam perhitungannya diperoleh NPV > 0, IRR > Discount Rate, Net B/C ≥1 . Tiga kriteria investasi yang disebutkan diatas memperhitungkan nilai waktu dan uang, sedangkan kriteria investasi yang tidak memperhitungkan nilai waktu dan uang adalah pay-back period (periode pengembalian). Menurut Soeharto (1995), pay-back period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selesih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Pay-back period biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Berdasarkan pay-back period ini, suatu proyek yang yang mempunyai periode pengembalian lebih cepat akan lebih disukai dan proyeknya layak dikembangkan (Soeharto, 1995).
D. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Karena dalam analisa proyek banyak diperlukan ramalan (forecasting), maka
perhitungan-perhitungan
biaya
dan
manfaat
mengandung
banyak
23
ketidakpastian. Perubahan yang terjadi pada biaya serta manfaat yang diperoleh akan menimbulkan perubahan nilai NPV, B/C Ratio, dan IRR. Analisa kepekaan atau analisis sensitivitas (sensitiviy analysis) membantu menemukan unsur yang sangat menentukan hasil proyek (the critical elements). Analisa ini dapat membantu mengarahkan perhatian orang pada variabel-variabel yang penting untuk memperbaiki perkiraan-perkiraan dan memperkecil bidang ketidakpastian (Kadariah, 1988). Analisis nilai pengganti atau switching value merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas dengan menentukan elemen-elemen yang mengalami perubahan dalam analisis usaha, yang akan diganti agar usaha dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya dan menghasilkan NPV = 0 (Gittinger, 1986). Analisis nilai pengganti ini mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Analisis nilai pengganti dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Pada analisis nilai pengganti dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang masih memenuhi kriteria minimun kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal yang dimaksud terjadi jika NPV sama dengan nol, nilai IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan dan nilai B/C ratio sama dengan satu.
24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2006 –Mei 2006. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta beberapa Toko Besi, Material dan Teknik di Bogor dan Jakarta. B. Jenis Data Data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa komponen biaya pembuatan DILA, cara pembuatan DILA dan lain-lain diperoleh dari hasil pengamatan (survey) dan perhitungan di lapangan, dan keterangan langsung dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses penelitian ini. Sedangkan data sekunder berupa harga eceran gula, luasan pabrik tebu, rumus perhitungan, tabel nilai discount rate dan lain-lain diperoleh dari Dewan Gula Indonesia, internet, studi literatur serta hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan suatu instansi/lembaga yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan.
C. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Metode pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menyusun daftar variabel yang akan ditabulasikan ke dalam tabel yang telah disediakan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Automatic Spreadsheet. Metode analisis data yang digunakan dalam melakukan perhitungan adalah analisis kelayakan finansial dan analisis sensitivitas. Metode analisis finansial yang dilakukan adalah perhitungan kriteria investasi berupa NPV,IRR, B/C Ratio, dan Pay-back Period. Keempat metode kriteria investasi ini dipilih karena telah mewakili semua aspek penting, seperti nilai waktu dari uang serta evaluasi proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Sedangkan
25
analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan perubahan harga bahan baku dan perubahan harga jual produk.
1. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dari dari proyek pengembangan usaha produksi DILA ini dapat dilihat dari berbagai kriteria kelayakan investasi antara lain:
a. Net Present Value (nilai bersih sekarang) atau NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya yang dihitung berdasarkan discount rate. Dengan demikian apabila NPV bernilai positif, dapat diartikan juga sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh dari proyek, begitu pula sebaliknya jika nilai NPV negatif, menunjukkan kerugian. NPV dapat dihitung dengan persamaan:
B C t NPV t ......................................(1) t 1 i di mana: Bt = Keuntungan tahun ke-t (Aliran kas masuk tahun ke-t) Ct = Biaya tahun ke-t (Aliran kas keluar tahun ke-t) i
= indeks bunga per tahun atau arus pengembalian (rate of return)
Dari hasil perhitungan NPV ini akan dapat diambil keputusan sebagai berikut: -
Jika NPV ≥0 ,ma kapr oy e kl a y a kunt u kdilaksanakan.
-
Jika NPV < 0 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
-
Jika NPV = 0 maka proyek akan mendapat modalnya kembali setelah diperhitungkan discount rate yang berlaku.
b. Internal Rate of Return (tingkat hasil internal) atau IRR merupakan discount rate yang menjadikan NPV suatu proyek = 0. Nilai IRR dapat dihitung dengan persamaan :
26
n
NPV t 1
Bt C t
t 1 IRR
0................................( 2)
dimana: Bt = Keuntungan tahun ke-t (Aliran kas masuk tahun ke-t) Ct = Biaya tahun ke-t (Aliran kas keluar tahun ke-t) i
= IRR = indeks bunga per tahun atau arus pengembalian (rate of return)
Dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut: -
Jika IRR ≥discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan
-
Jika IRR < discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, karena pertumbuhan uang akibat investasi dari proyek tersebut lebih kecil daripada pertumbuhan uang jika ditabung di bank.
c. Net Benefit Cost (Rasio manfaat biaya netto) atau Net B/C ratio merupakan angka perbandingan arus benefit bersih positif terhadap benefit bersih negatif.
Net B/C ratio dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
NPV B C positif NetB / C ..............................(3) NPV B C negatif dimana : n B C t NPVB C positif t untuk semua NPVB-C positif t 1 i t 1 n B C t NPVB C negatif t untuk semua NPVB-C negatif t 1 i t 1
Dari hasil perhitungan Net B/C, pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut :
27
-
Jika B/C ≥1 ,ma kap r oy e kl a y a kun t ukdi l a ks a n a k a n
-
Jika B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
d. Pay-back Period (periode pengembalian) Pay-back period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Pay-back period biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Pay-back period ini dapat dihitung dengan rumus :
V P ......................................................(4) I dimana : P = waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi V = jumlah modal investasi I = Manfaat bersih rata-rata per tahun per periode Semakin cepat modal investasi dikembalikan, maka semakin baik usaha/ proyek tersebut.
2. Perhitungan Nilai Sisa (Residual Value) Menurut Gittinger (1986) dalam suatu kegiatan investasi, tidak semua biaya modal habis digunakan selama periode rencana investasi, sehingga tersisa satu nilai yang disebut nilai sisa (residual value). Nilai sisa dihitung pada saat proyek berakhir berdasarakan perhitungan penyusutan (depresiasi) asset per tahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomisnya. Soeharto (1998) mendefinisikan nilai sisa sebagai harga penjualan asset
pada
akhir
umur
penyusutan
(depresiasi).
Umumnya,
untuk
memudahkan perhitungan, nilai sisa dianggap sama dengan nol. Metode penyusutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis lurus (straight line depreciation). Metode garis lurus ini adalah
28
metode yang mengasumsikan bahwa penyusutan merata sepanjang periode asset masih berfungsi (Soeharto, 1998).
3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan mengubah satu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan menentukan pengaruh perubahan tersebut pada hasil semula. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis nilai pengganti (switching value) yang merupakan bagian dari analisis sensitivitas yaitu dengan melakukan perubahan pada beberapa parameter penting, antara lain kenaikan harga bahan baku pembuatan DILA yang tentunya akan menaikkan biaya operasional dan penurunan harga jual produk yang juga akan mempengaruhi pemasukan perusahaan. Dari hasil yang didapatkan nantinya akan diketahui sejauh mana ketahanan proyek dapat berjalan seiring dengan perubahanperubahan yang terjadi. Dengan melakukan analisis nilai pengganti ini akan didapatkan nilai keuntungan normal, yaitu saat NPV bernilai nol, IRR sama dengan discount rate yang digunakan, dan B/C ratio sama dengan satu.
4. Asumsi-Asumsi Dasar Berikut adalah asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam perhitungan analisis finansial: 1. Biaya investasi, yaitu biaya pembelian mesin dan alat produksi, alatalat kantor dan lain-lain dikeluarkan pada tahun ke-nol. 2. Seluruh data fisik yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang berlaku pada saat penelitian berlangsung yaitu dari bulan Maret hingga Mei 2006. 3. Umur proyek mengikuti dua kali umur ekonomis mesin dan alat produksi yaitu 10 tahun (dengan catatan mesin produksi utama mengalami reinvestasi pada tahun keenam), karena alat dan mesin produksi ini merupakan komponen yang penting dalam produksi DILA.
29
4. Diasumsikan pada tahun pertama, perusahaan sudah berproduksi dan mulai menjual produk untuk waktu penuh. 5. Nilai manfaat dan biaya selama umur proyek diasumsikan tetap. Perubahan yang terjadi akan diperhitungkan dalam analisis nilai pengganti (switching value). 6. Discount rate (bunga bank) yang digunakan sebesar 16%. Nilai ini didapatkan
berdasarkan
pada
tingkat
suku
bunga
rata-rata
peminjaman/kredit dari bank umum di Indonesia tahun 2006, yaitu sebesar 16%. 7. Sumber modal seluruhnya adalah milik sendiri. 8. Besarnya pajak penghasilan ditentukan berdasarkan kriteria pajak dalam pasal 17 UU RI tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas UU no. 7 tahun 1983. Penghasilan bersih < 50 juta rupiah per tahun dikenakan pajak sebesar 10%, penghasilan bersih antara 50 –100 juta rupiah per tahun dikenakan pajak 15 %, dan penghasilan bersih > 100 juta rupiah per tahun dikenakan pajak 30%. Sedangkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah 10% karena DILA ini bukan termasuk barang mewah.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ASPEK PASAR, TEKNIS DAN MANAJEMEN Penelitian yang dilakukan ini cukup luas, mencakup hampir semua aspek penting yang harus dimiliki dan diketahui sebelum memulai sebuah usaha. Proyek pendirian perusahaan pembuat DILA ini direncanakan karena prospek penjualannya yang meyakinkan mengingat alat ini merupakan sebuah produk baru yang sangat bermanfaat dan membantu proses budidaya tanaman tebu. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah menyusun suatu studi kelayakan usaha produksi DILA dilihat dari berbagai aspek, yang nantinya akan menunjukkan apakah usaha ini layak atau tidak layak. Selain perencanaan pendirian perusahaan pembuat DILA yang baru (kasus pertama), juga hendak dianalisis kemungkinan pengembangan DILA ini sebagai produk tambahan pada perusahaan alat dan mesin pertanian yang telah berproduksi sebelumnya (kasus kedua). Pada kasus yang pertama (pendirian perusahaan pembuat DILA yang baru) ada begitu banyak hal yang harus dianalisis mengingat bahwa ini adalah suatu usaha yang menginvestasikan dana yang cukup besar. Hal-hal yang dianalisis mencakup beberapa aspek. Aspek pertama adalah aspek pasar yang merupakan aspek terpenting dalam memulai suatu usaha. Keadaan pasar yang baik tentunya akan menguntungkan dalam memulai suatu usaha. Beberapa hal yang dianalisis dalam aspek pasar ini adalah tentang permintaan dan penawaran produk, serta tentang program pemasaran produk, termasuk didalamnya kapasitas pemasaran (jumlah produksi), sasaran pemasaraan (konsumen) serta standar harga yang berlaku dan pola distribusi produk. Aspek berikutnya adalah aspek teknis yang juga tak kalah pentingnya dari aspek pasar, karena dalam analisis aspek teknis ini tercakup hal-hal yang berkaitan dengan berjalanannya operasioanl perusahaan. Beberapa hal yang dianalisis dalam aspek teknis adalah penilaian lokasi usaha, komponen dan sarana fisik perusahaan seperti bangunan, kendaraan, fasilitas listrik dan lain-lain. Selain
31
itu aspek teknis ini juga menganalisis tentang spesifikasi produk serta cara pembuatan produk, dalam hal ini DILA. Aspek ketiga yang dianalisis adalah aspek manajemen dan organisasi yang erat kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Aspek manajemen dan organisasi ini menganalisis tentang susunan jabatan organisasi pengelola perusahaan serta kebutuhan tenaga kerja, yang mencakup spesifikasi jabatan dan persayaratan untuk mengisi jabatan yang tersedia. Aspek terakhir yang dibahas pada penelitian ini berkaitan dengan pendirian sebuah perusahaan pembuat DILA yang baru adalah aspek finansial. Aspek finansial ini penting karena menyangkut keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan oleh perusahaan sebelum beroperasi, selama beroperasi bahkan pada saat proyek berakhir. Aspek finansial ini nantinya akan menganalisis arus masuk dan keluar dari proyek yang sedang dijalankan, serta menilai kelayakan usaha pembuatan DILA ini dilihat dari beberapa kriteria kelayakan usaha. Selain itu akan dilakukan beberapa percobaan perubahaan harga terhadap beberapa komponen penting untuk melihat sejauh mana usaha yang direncanakan ini dapat bertahan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Sedangkan untuk kasus kedua, dimana DILA diproduksi sebagai produk tambahan pada suatu perusahaan alat dan mesin pertanian yang telah ada. Pada kasus kedua ini, masih perlu dilakukan analisis aspek pasar, aspek teknis, serta aspek finansial, namun pada penelitian ini analisis kasus kedua lebih difokuskan pada aspek finansial. Jika dibandingkan dengan kasus pertama seharusnya pembuatan DILA sebagai produk tambahan ini menghasilkan keuntungan yang lebih besar, karena pada kasus kedua ini perusahaan tidak perlu melakukan investasi berupa bangunan, kendaraan, alat dan mesin produksi, dll. Pada kasus kedua ini juga dimasukkan suatu alternatif bagi perusahaan gula atau perkebunan tebu yang hendak memproduksi (dalam skala kecil) DILA ini untuk kepentingan sendiri.
1. ASPEK PASAR Dalam tujuan untuk mengembangkan suatu usaha, maka aspek pasar dari hasil produksi patut diketahui. Selain mempertimbangkan pasar dari produk yang
32
dihasilkan, perlu juga dilakukan pertimbangan terhadap persaingan usaha yang semakin tajam. Aspek pasar ini sangat penting sehingga menjadi tempat atau prioritas utama dari produsen atau investor untuk mempertimbangkan pendekatan yang akan digunakan untuk merebut minat konsumen. DILA ini dibuat secara semi mekanis, dengan bantuan mesin, namun sebagian besar pengerjaannya dibuat oleh manusia. Hasil akhirnya akan berupa alat pembuat got melintang (DILA) siap pakai. Cara pemakaian alat ini adalah dengan menggandengkannya pada traktor roda 4, sama seperti penggunaan bajak singkal maupun rotari. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, fungsi atau kegunaan DILA ini adalah sebagai pembuat got melintang sekaligus saluran drainase permukaan di kebun tebu, khususnya kebun tebu lahan kering. Keistimewaan dari DILA ini adalah terdapatnya sepasang pengeruk dibagian belakangnya sehingga dapat mengatasi masalah penumpukan buangan tanah pada kedua sisi saluran, yaitu dengan mengangkat tumpukan tanah yang terdapat ditengah saluran dan menaruhnya ditumpukan guludan. Pada alat lain sejenis yang telah ada (furrower, kair maupun rotary ditcher), buangan tanah di kanan dan kiri saluran tampak menumpuk sehingga diperlukan tenaga manual (manusia) untuk menyingkirkan tumpukan tanah itu karena menghalangi jalannya air (menyebabkan kemampatan). Selain itu, DILA ini tidak menggunakan tenaga PTO dalam proses penggerakannya. Hal ini tentunya akan meminimalkan dan meringankan kerja traktor. Dengan melihat aspek pasar yang sangat penting ini, maka perusahaan atau proyek yang dijalankan ini harus mempertimbangkannya sematang mungkin. Untuk DILA ini tentu saja pasarnya adalah perusahaan gula dan kebun tebu di seluruh Indonesia. Namun, mengingat sebagian besar perkebunan/areal tebu terdapat di pulau Jawa, maka target utama pemasaran DILA ini adalah di pulau Jawa. Pulau Jawa ini memberikan kontribusi 67% dari total hasil tebu di seluruh Indonesia. Dengan luas areal tebu yang mencapai 322 445 ha (tahun 2004), diperlukan alat-alat modern seperti DILA ini untuk membantu pengolahan dan persiapan
lahan
tanamnya
sehingga
berpengaruh
dalam
peningkatan
produkstivitas tebu.
33
Dengan melihat luas areal perkebunan tebu yang mencapai 322 445 ha tersebut, tentu saja prospek penjualan alat ini akan sangat baik, karena produk sejenis belum pernah diproduksi dan dipasarkan di dalam negeri. Produk sejenis yang ada (furrower, kair, rotary ditcher) baru dapat dibeli secara impor dengan harga yang lebih mahal, dan kadang kurang sesuai dengan kontur dan jenis tanah kebun tebu di Indonesia. Selain itu, produk sejenis yang telah ada belum dapat memenuhi fungsi yang diinginkan. Mengingat ini adalah perusahaan pertama yang memproduksi DILA pembuat got melintang di Indonesia, maka persaingan belum terlalu berat. Selain itu karena DILA ini merupakan produk yang telah dipatenkan, maka perusahaan pembuat DILA yang akan didirikan ini akan memegang seluruh lisensi penjualan DILA (memonopoli usaha produksi DILA). Jadi diasumsikan bahwa seluruh permintaan dan kebutuhan DILA di Indonesia akan dipenuhi oleh perusahaan pembuat DILA ini. Jika ada perusahaan lain yang ingin memproduksi DILA ini, maka perusahaan lain itu harus membayarkan royalti kepada perusahaan pembuat DILA ini. Kompetitor dari luar negeri untuk produk sejenis sudah cukup banyak, namun produk yang dijual tidaklah sama persis. Persaingan ini dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas produk serta menjual produk dengan harga yang murah, lebih murah dibandingkan produk lain yang sejenis. Harga yang murah sangat penting, karena di Indonesia selama ini konsumen masih lebih mementingkan harga yang murah dibandingkan kualitas produk. Namun tetap, harga yang murah juga harus disertai dengan kualitas produk yang baik.
a. Permintaan dan Penawaran Melihat dari target pemasarannya yang berupa perkebunan dan petani tebu, maka perlu dilakukan suatu perkiraan permintaan. Dengan luas lahan tebu yang mencapai 322 445 ha pada tahun 2004, maka dapat diperkirakan prospek penjualan DILA ini akan baik, mengingat kegiatan pengolahan lahan sebelum tanam merupakan proses yang paling berat dari keseluruhan proses budidaya tanaman tebu. Proses pengolahan lahan ini mengkonsumsi energi sekitar ⅓ d a r i keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya (Suastawa, 2001).
34
Untuk mengurangi konsumsi energi yang besar itu, maka diperlukan suatu sistem pengolahan lahan yang modern menggunakan alat-alat yang modern. Kebutuhan DILA di Indonesia didapatkan dengan menghitung Kapasitas Lapang Efektif (KLE) DILA dan luasan lahan yang harus diolah pada setiap musim tanam. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 1, didapatkan nilai KLE DILA sebesar 5.7 ha/jam. Diasumsikan bahwa dalam satu hari DILA dapat beroperasi selama 5 jam (studi kasus PG Jatitujuh), sehingga DILA dapat mengolah 28.5 ha lahan per hari. Untuk studi kasus kebutuhan DILA di PG Jatitujuh yang memiliki luas lahan plant cane sebesar 1800 ha dan waktu pengolahan lahan efektif tiap tahun selama 105 hari (Hidayat, 2005), maka hanya diperlukan 1 unit DILA dengan asumsi bahwa luas lahan plant cane yang harus diolah adalah sama setiap hari selama waktu pengolahan lahan efektif, yaitu 17.14 ha per hari selama 105 hari. Namun, penggunaan DILA pada PG Jatitujuh dianggap kurang efektif menurut nilai KLE-nya. Dengan kemampuan DILA mengolah lahan seluas 28.5 ha per hari hanya dipakai untuk mengolah lahan seluas 17.14 ha per hari. Perhitungan kebutuhan DILA di Indonesia juga didapatkan dengan menghitung luasan lahan yang mengalami plant cane setiap tahunnya. Diasumsikan tiap tahunnya, lahan tebu yang mengalami plant cane adalah 1/3 dari total luas lahan tebu yaitu sekitar 107 481.667 ha. Namun tidak semua lahan plant cane ini akan diolah menggunakan mekanisasi yang modern. Oleh karena itu, dengan mengasumsikan bahwa 1/3 dari lahan plant cane tersebut akan mengalami pengolahan secara manual (sistem Reynoso), maka luasan lahan plant cane di Indonesia tiap tahunnya adalah 71 654.45 ha (2/3 dari 107 481.667 ha). Mengingat kemampuan DILA mengolah 28.5 ha lahan per hari dengan waktu kerja efektif 105 hari, maka diperlukan 24 unit DILA untuk mengolah lahan seluas 71 654.45 ha dengan asumsi luasan lahan yang diolah adalah sama setiap hari selama 105 hari efektif pengolahan yaitu seluas 682.42 ha. Dari total kebutuhan DILA per tahun yang mencapai 24 unit, maka perusahaan pembuat DILA ini akan memproduksi seluruhnya. Proses produksinya sendiri tidak akan berlangsung sekaligus (24 alat) dalam satu tahun, namun akan dibagi menjadi 2 tahun produksi, dimana setiap tahun perusahaan ini akan
35
memproduksi DILA sebanyak 12 unit. Hal ini disebabkan asumsi bahwa konsumen tidak akan langsung membeli DILA ini pada tahun pertama, melainkan bergantian di tahun pertama dan kedua. Umur ekonomis dari DILA ini adalah 3 tahun. Hal ini diasumsikan berdasarkan beratnya kerja DILA di lapangan serta luasnya lahan yang harus diolah pada setiap musim tanam. Pada tahun ketiga produksi, konsumen dianggap akan membeli DILA ini sebagai stok selain DILA yang sudah dibeli pada tahun sebelumnya. Barulah pada tahun keempat, konsumen yang membeli pada tahun pertama akan melakukan reinvestasi karena umur ekonomis alat yang sudah habis. Jika dibandingkan dengan umur ekonomis alat dan mesin pertanian lain yang biasanya mencapai 5 tahun, maka umur DILA ini dapat dikategorikan cepat. Selain mempertimbangkan kerja DILA yang cukup berat, juga dipertimbangkan dari segi perawatan DILA sendiri. Jika DILA mengalami proses maintanance yang baik, maka umur ekonomisnya juga akan lebih lama. b. Program Pemasaran Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan pasar dari DILA ini, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern antara lain adalah kualitas produk, harga jual dan pemasaran. Sedangkan faktor ekstern meliputi persaingan pasar dan masalah transportasi produk. b.1. Kapasitas Pemasaran Berdasarkan perhitungan total kebutuhan DILA di Indonesia (Lampiran 1), maka tiap tahun perusahaan akan memproduksi 12 unit DILA. Keadaan ini diasumsikan tetap, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan penerimaan yang didapatkan juga tetap selama umur proyek (10 tahun). Harga jual DILA yang ditetapkan adalah sebesar Rp15 253 909/ unit. b.2. Sasaran Pemasaran Sasaran pemasaran DILA ini adalah pabrik gula, petani dan pemilik perkebunan tebu di seluruh Indonesia, khususnya kebun tebu lahan kering. Luas areal kebun tebu di Indonesia tahun 2004 adalah sebesar 322 445 ha, dengan spesifikasi 248 566 ha milik BUMN dan 73 879 ha milik swasta. Luasan areal kebun tebu terbesar sejauh ini masih didominasi pulau Jawa, oleh karena itu target pemasaran terbesar adalah di pulau Jawa.
36
b.3. Standar Harga dan Pola Distribusi Dari perhitungan yang telah dibuat maka diperoleh harga produksi DILA per unitnya adalah sebesar Rp 15 253 909. Harga DILA ini akan menjadi patokan harga untuk penjualan, tentunya setelah ditambahkan dengan persenan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Dengan demikian, proyek diharapkan akan mampu bersaing dalam merebut minat konsumen. Selain itu juga perlu dilakukan peningkatan pelayanan yang baik seperti ketepatan waktu pengiriman, sistem pembayaran, dan kompensasi atas kerusakan produk (penggantian atau servis). Dalam hal penjualan DILA ini, pembayaran akan dilakukan secara tunai atau maksimal jatuh tempo setelah 1 (satu) bulan dengan persyaratan uang muka sebesar minimal 50% dari harga penjualan.
2. ASPEK TEKNIS Kelancaran suatu usaha sangat ditentukan oleh teknis dan teknologi dan dimiliki oleh perusahaan. Jika suatu perusahaan mempunyai aspek teknis yang baik, sudah pasti produksi akan berjalan dengan lancar. Analisa teknis dalam usaha produksi DILA ini dimaksudkan sebagai suatu cara untuk menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam kegiatan yang sedang direncanakan, diusulkan atau sedang dilaksanakan. a. Penilaian Lokasi Pemilihan lokasi merupakan suatu titik awal yang menentukan terhadap keberhasilan suatu industri. Pemilihan lokasi yang salah atau kurang tepat, akan menimbulkan berbagai masalah termasuk tambahan input dan biaya operasional yang lebih besar serta dampak lingkungan yang merugikan. Analisa teknis dalam penilaian dan pemilihan lokasi ini terutama didasarkan atas berbagai pertimbangan kondisi lingkungan. Kriteria utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi proyek antara lain: ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan sumber air, suplai tenaga kerja serta fasilitas transportasi yang memadai. Untuk lokasi proyek dan tempat usaha sendiri direncanakan perusahaan pembuat DILA ini akan menyewa suatu lahan dan bangunan produksinya.
37
Pertimbangan untuk menyewa tempat usaha ini antara lain untuk menghemat biaya investasi, mengingat tingkat produksi DILA per tahun yang tidak terlalu besar. Selain itu perusahaan pembuat DILA ini termasuk dalam skala usaha kecil dengan jumlah karyawan kurang dari 20 orang. Untuk menutupi berbagai biaya operasional dan lainnya, maka diputuskan bahwa perusahaan akan menyewa tempat usaha. Lokasi usaha yang dipilih tentunya harus sesuai dengan kriteria utama yang diharapkan. Selain kriteria utama pemilihan lokasi di atas, masih ada beberapa kriteria pendukung yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi proyek. Pertama lokasi proyek harus memikirkan kondisi iklim dan keadaan tanah. Keadaan tanahnya harus cukup baik dan layak dipakai menjalankan usaha serta iklimnya cukup baik. Kedua mengenai sikap masyarakat setempat (adat istiadat). Lokasi proyek harus terletak agak jauh dari pemukiman penduduk agar kegiatan produksi dan usahanya tidak mengganggu keadaan masyarakat sekitar proyek. Yang ketiga tentang rencana masa depan perusahaan atau rencana perluasan produksi. Lokasi yang dipilih harus mendukung rencana perluasan proyek sewaktu-waktu dengan lokasi proyek tambahan yang berdekatan dengan lokasi proyek yang sudah ada. Sebelumnya telah direncanakan untuk membeli tanah dan mendirikan bangunan sebagai investasi awal dari pembuatan perusahaan pembuat DILA ini. Lokasi perusahaan yang dipilih adalah Jalan Raya Sindang Barang dekat Terminal Bubulak Darmaga Bogor, Terminal Angkutan Umum dan Pasar Laladon. Selain letaknya yang strategis di pinggir jalan dan dekat dengan pusat transportasi, sumber listrik, air dan bahan bakar juga dapat diperoleh dengan mudah. Tenaga kerja yang diperlukan juga mudah diperoleh dengan pemilihan lokasi tersebut, karena daerah Terminal Bubulak Darmaga Bogor itu terletak dipinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau, baik dengan kendaraan umum maupun dengan kendaraan pribadi. Kendala yang ada pada lokasi ini memang pada distribusi dan ketersediaan bahan baku. Bahan baku pembuatan DILA ini didatangkan dari Jakarta, oleh karena itu agak jauh dan membutuhkan biaya tambahan untuk pengangkutannya
38
sampai ke lokasi proyek (Bogor). Kendala yang lain adalah daerah pemasaran yang terletak cukup jauh dari lokasi perusahaan sehingga membutuhkan biaya distribusi yang cukup tinggi serta waktu distrbusi yang juga cukup lama. Namun, pemborosan biaya pengangkutan bahan baku dan pengiriman dapat diimbangi dengan kelebihan-kelebihan lain dari lokasi ini. Alternatif pendirian perusahaan pembuat DILA diatas lahan dan bangunan milik sendiri akan menghasilkan kerugian, mengingat biaya pembelian tanah dan pendirian bangunan usaha yang memakan biaya Rp 735 400 000. Nilai ini cukup besar sebagai investasi awal mengingat pemasukan yang didapatkan perusahaan tiap tahunnya tidak terlalu besar karena kapasitas produksi yang terbatas.
b. Komponen Fisik Komponen fisik perusahaan pembuat DILA yang direncanakan ini terdiri dari: bangunan, fasilitas tenaga listrik, pagar dan perlengkapan lainnya. Untuk bangunan, instalasi listrik serta pagar telah tersedia pada saat penyewaan lokasi produksi, sedangkan peralatan produksi dan perlengkapan kantor dan lain-lain diinvestasi sendiri oleh perusahaan. Seperti telah disebutkan diatas bahwa perusahaan awalnya hendak beroperasi pada lahan dan bangunan milik sendiri, namun dengan biaya invesatsi tanah dan bangunan yang cukup besar tampaknya keuntungan perusahaan tidak akan mampu menutupi biaya investasi bahkan hingga proyek berakhir. b.1. Bangunan Secara umum, konstruksi bangunan dipilih haruslah yang tahan terhadap cuaca dan korosi serta terbuat dari bahan yang ringan tapi kuat. Bangunan yang dimaksud meliputi: bangunan unit produksi (pabrik/bengkel), kantor, gudang penyimpanan bahan baku, gudang penyimpanan stok, kamar mandi, pos satpam, serta musholla. Untuk bangunan pabrik (bengkel) dan gudang, diinginkan bangunan yang sederhana saja dengan atap berupa asbes dan lantai semen, sedangkan untuk kantor dan bangunan lainnya menggunakan atap genting dan lantai keramik.
39
b.2. Fasilitas Tenaga Listrik Listrik sangat diperlukan untuk mengoperasikan peralatan dan mesinmesin produksi serta sebagai sarana penerangan lingkungan, kantor, pabrik dan lain sebagainya. Fasilitas ini dipilih dari jenis yang tahan karat. b.3. Pagar Pagar diperlukan untuk membatasi lokasi dan wilayah pabrik. Pemasangan pagar ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan sebagai batasan wilayah proyek. b.4. Peralatan/ perlengkapan lainnya Termasuk ke dalam kategori ini adalah peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proyek produksi DILA ini tetapi tidak termasuk dalam kategori yang telah disebutkan di atas. Perlengkapan/peralatan yang dimaksud meliputi: alat dan mesin produksi, alat-alat sanitasi, alat transportasi, alat komunikasi, alatalat kantor, dan sebagainya.
c. Spesifikasi dan Proses Produksi c.1. Spesifikasi Produk DILA didisain untuk membentuk saluran drainase berbentuk trapesium. Prinsip kerja dari DILA ini adalah membuka tanah, mengangkat dan menumpahkannya di atas guludan. Mekanisme yang digunakan pada DILA ini adalah suatu DILA yang menggunakan tenaga tarik traktor dengan tiga titik gandeng sebagai mekanisme penggandengannya tanpa menggunakan tenaga PTO. Terdapat dua bagian utama dari DILA ini, yaitu ditcher dan mekanisme lengan ayun. Ditcher tersusun dari beberapa bagian, antara lain: 1. Kaki ditcher yang berfungsi sebagai penyokong sayap 2. Pisau penusuk yang berfungsi untuk membuka tanah pertama dan mengatur dalam pencapaian kedalaman tanah yang diinginkan. 3. Sepasang pisau bajak berbentuk V yang berfungsi untuk memotong tanah dan membentuk profil bagian dasar saluran drainase. Pisau ini nantinya akan disambungkan dengan sayap menggunakan dudukan pisau yang telah disesuaikan dengan kelengkungan sayap.
40
4. Sayap memiliki permukaan lengkung yang lebih landai dari bajak sehingga dapat mengalirkan tanah yang telah dipotong oleh pisau ke arah samping kanan dan kiri ditcher tanpa membalik tanah. Selain itu sayap juga berfungsi untuk membentuk profil bagian kiri dan kanan saluran drainase. Untuk mempertahankan posisi sayap tetap berada ditengah, maka dipasang batang penopang di bagian belakang sayap. 5. Pisau samping berfungsi untuk memotong dan merapikan profil dinding samping saluran drainase. 6. Rangka tarik berfungsi menarik DILA dengan traktor sekaligus sebagai penopang mekanisme lengan ayun.
Rangka tarik
kaki
Sayap
Pisau penusuk Pisau bajak
Stabilizer Pisau samping
Gambar 3. Bagian-bagian ditcher
Sedangkan mekanisme lengan ayun sendiri terdiri dari: 1. Rangka mekanisme yang berfungsi sebagai tempat dudukan lengan ayun. 2. Roda penggerak mekanisme yang berfungsi sebagai sumber gerak translasi dan menghasilkan gaya angkat. 3. Pemegang roda yang berfungsi sebagai tempat roda penggerak mekanisme lengan ayun.
41
4.
Lengan ayun yang berfungsi menjaga pergerakan roda penggerak dan pemegang roda tetap horizontal dan sejajar permukaan lintasan roda.
5. Pipa mekanisme yang berfungsi meneruskan gaya angkat dari lengan ayun ke lengan ayun belakang. 6. Lengan ayun belakang berfungsi untuk menjaga pergerakan pengeruk tetap horizontal dan sejajar permukaan tanah. 7. Pengeruk tanah berfungsi untuk mengeruk tanah dan menggeser serta memindahkan tanah dari dasar alur antara guludan ke puncak guludan. 8. Standar mekanisme lengan ayun yang berfungsi untuk menahan lengan ayun pada posisi terendah.
rangka utama lengan ayun belakang
poros mekanisme
rangka mekanisme
pengeruk roda mekanisme
lengan ayun depan
Gambar 4. Bagian-bagian mekanisme lengan ayun
c.2. Proses Pembuatan (Produksi) c.2.1. Proses Pembuatan Ditcher Pada bagian Ditcher ini, yang pertama kali dibuat adalah kaki ditcher. Kaki ditcher ini terbuat dari plat besi setebal 30 mm yang telah dipotong sesuai dengan pola yang diinginkan. Pada bagian kaki dibuat lubang baut pengunci menggunakan mata bor M23. Kaki ditcher ini nantinya akan dipasang pada suatu
42
dudukan remanen (jig) dan ditempelkan dengan besi siku 30×30 mm tebal 3 mm pada bagian belakangnya menggunakan las titik. Pisau penusuk terbuat dari besi plat ukuran 30 × 5 cm dan tebal 15 mm. Pisau penusuk yang dibuat haruslah sangat tajam. Oleh karena itu, besi plat yang telah dipotong
membentuk pola dasar pisau penusuk harus ditajamkan dan
dikeraskan lagi. Pisau ini kemudian dipasang miring dengan dengan sudut 15o. Pemasangannya dengan cara meratakan pisau dengan ujung atas kaki ditcher. Selanjutnya pembuatan pisau bajak. Pisau ini terbuat dari plat besi setebal 10 mm. Pisau ini dibuat sepasang membentuk huruf V dengan sudut potong 35o. Pisau kemudian ditempelkan pada dudukan pisau dengan cara dilas titik bagian pinggirnya dan dikunci dengan 3 buah baut. Bagian tengah dudukan pisau dilengkungkan sesuai dengan kelengkungan sayap. Dudukan pisau (yang sudah ditempeli pisau bajak) kemudian dipasangkan pada dudukan remanen dan kaki ditcher dengan cara dilas. Sayap ditcher terbuat dari plat besi setebal 8 mm yang mengalami proses pelengkungan. Pelengkungan dilakukan dengan cara memanaskan plat besi menggunakan gas elpiji kemudian dipukul sesuai garis kelengkungan yang diinginkan (diameter 65 cm). Sayap ini terdiri dari dua buah. Keduanya menempel pada badan sisi kanan dan kiri kaki ditcher. Sepasang sayap ini dilengkapi dengan batang penopang dari besi pipa (d=40 mm). Pisau samping ditcher ini terbuat dari plat besi setebal 10 mm. Pisau ini menempel di bagian luar kanan dan kiri sayap dengan kemiringan 55o terhadap horizontal. Bagian terakhir dari ditcher ini adalah rangka ditcher. Konstruksinya berbentuk segitiga. Bahan utama pembuatan rangka ini adalah tiga batang pipa kotak. Pipa kotak berukuran dibentuk dengan cara menangkupkan dua buah besi siku. Kedua batang pipa kotak yang sama panjang disatukan membentuk sudut 28o. Sedangkan tiga titik gandeng terbuat dari plat besi setebal 10 mm yang dilas ke rangka segitiga yang telah dibuat. Dudukan ditcher dibuat dari besi siku ukuran 10 cm × 10 cm, tebal 8 mm dan panjang 40 cm. Pemasangan dudukan ditcher pada dua pipa pipa kotak yang berada ditengah segitga rangka menggunakan baut M16. Untuk mengunci ditcher pada dudukan ditcher, maka digunakan baut M20.
43
Pada rangka ini juga dilengkapi penahan segitiga atas dan bawah yang terbuat dari plat besi setebal 30 mm. Kedua penahan ini dilas pada dua pipa kotak yang berada di tengah rangka segitiga.
(a)
(b)
Gambar 5. a) Rangka Ditcher, b) Ditcher
c.2.2. Proses Pembuatan Mekanisme Lengan Ayun Pembuatan meknisme lengan ayun ini dimulai dengan pembuatan rangka utama (rangka mekanisme) menggunakan besi siku 10 cm x 10 cm (tebal 8 mm) yang disambungkan kedua sisinya dengan cara dilas menggunakan las listrik sehingga berbentuk besi hollow. Untuk menyesuaikan panjang bosh engsel lengan ayun, maka pada rangka ditambahkan beberapa plat. Rangka kemudian dilubangi menggunakan bor pada bagian depan dan belakangnya untuk pemasangan pillow block dan flange. Rangka mekanisme nantinya disambungkan dan dilas mati pada rangka ditcher bagian depan karena rangka mekanisme merupakan dudukan keseluruhan sistem lengan ayun. Proses selanjutnya adalah pembuatan pipa mekanisme menggunakan gerinda potong sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Kemudian, pada pipa mekanisme ini dipasangkan poros bertingkat dengan diameter 3.2 cm dan panjang 100 cm. Proses pemasangannya dilakukan dengan cara dilas. Lengan ayun depan pada mekanisme sendiri dibuat dari besi kanal C yang dipotong sesuai ukuran yang telah direncanakan. Masing-masing lengan ayun ini dipasangkan dengan bosh berdiameter 33 mm dan tebal 9 mm untuk engsel
44
mekanisme. Untuk menyesuaikan dengan ukuran baut (M-16), maka bosh mengalami proses pembubutan. Setelah itu dilakukan proses penyambungan lengan ayun depan dengan pipa mekanisme. Saat penyambungan harus diperhatikan agar posisi bosh untuk engsel sejajar dengan kemiringan pipa Untuk bagian pengeruk sendiri, dibuat dari plat besi yang dilengkungkan dengan jari-jari 448 mm. Proses pelengkungannya adalah dengan memanaskan plat dan memukul plat dari bagian depan di atas landasan yang bertingkat. Jari pada pengeruk sendiri terbuat dari plat besi setebal 1 cm yang dibentuk menggunakan las potong. Pada bagian belakang pengeruk dipasangkan penguat dari siku ukuran 3 cm x 3 cm, sedangkan dudukan belakang pengeruk terbuat dari besi siku ukuran 7 cm x 7 cm (tebal 5 mm) yang sisi-sisinya dipotong membentuk besi kanal C selebar 10 cm. Dudukan ini dilubangi dengan bor diameter 16 mm untuk engsel lengan ayun belakang.
(a)
(b)
Gambar 6. a) Pengeruk tanah, b)Roda mekanisme
Proses selanjutnya adalah pembuatan lengan ayun belakang yang terdiri dari dua bagian potongan. Bagian potongan pertama posisinya miring terhadap arah maju alat, sedangkan posisi bagian potongan kedua sejajar dengan rangka utama bagian depan. Bagian potongan kedua dipotong untuk merampingkan bentuknya dan diperkuat dengan besi siku 3 cm x 3 cm. Sambungan kedua bagian itu diperkuat dengan penambahan besi behel berdiameter 1 cm.
45
Roda mekanisme terbuat dari plat yang dilengkungkan membentuk roda. Setelah itu ditambahkan velg yang dilubangi (bubut) untuk dudukan bosh. Untuk pemegang roda sendiri, digunakan besi kanal yang dilubangi dengan las potong untuk menyambungkan poros roda. Penyambungan poros roda ke pemegang roda (besi kanal) dilakukan pada posisi bersudut 76o, lalu diperkuat dengan menambahkan plat besi pada sisi depan, belakang dan atas poros. Kemudian ujung poros dibubut. Pembuatan komponen pada mekanisme lengan ayun adalah pembuatan standar mekanisme. Standar mekanisme ini terbuat dari besi siku yang dipanaskan dan diubah sudut (diragum) salah satu sisinya kemudian dipukul sisinya yang lain. Standar ini kemudian dilas kuat pada rangka mekanisme. Untuk memperkuat lasan standar pada rangka, maka ditambahkan lagi siku penguat dari besi plat.
Gambar 7. Ditcher lengan ayun (DILA)
Gambar 8. DILA (tampak samping)
46
3. ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN a. Organisasi Pengelola Untuk mengelola proyek produksi DILA ini harus dibentuk suatu organisasi pengelola proyek yang sebagian besar anggotanya profesional dibidangnya masing-masing. Organisasi pengelola ini dipimpin oleh seorang Manajer Produksi merangkap Pemasaran yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi Perusahaan (Komisaris). Struktur organisasi ini sengaja dibuat sederhana guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja dari suatu team work yang kompak dan efektif. Sistem organisasinya juga bersifat kekeluargaan, dimana seluruh staf, baik manajer maupun tukang saling mengenal. Gambar struktur organisasi proyek produksi DILA yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 9.
Komisaris
Manajer Produksi dan Pemasaran (1)
Ahli Las (1)
Bag. Kendaraan (1)
Pandai Besi (1)
Bag. Keamanan (1)
Tukang (2)
Sales (1)
Gambar 9. Susunan organisasi perusahaan pembuat DILA
47
b. Kebutuhan Tenaga Untuk mengisi struktur organisasi pengelola proyek di atas diperlukan 8 orang tenaga (diluar komisaris) dengan berbagai kualifikasi. Bagian produksi yang berkenaan langsung dengan kegiatan pembuatan DILA di pabrik atau bengkel membutuhkan 4 orang. Para calon tenaga kerja ini diambil dari tenaga umum yang mempunyai pendidikan minimal SMU dan berpengalaman untuk ahli las dan pandai besi serta pendidikan minimal SLTP dan berpengalaman untuk tenaga tukang. Karena tingkat teknologi tentang teknis pembuatan DILA ini sudah semakin maju, maka sebagai penanggung jawab proyek produksi DILA yang sekaligus sebagai tenaga ahli dapat direkrut tenaga dalam negeri yang berkualifikasi, yaitu Sarjana Teknik Indukstri yang telah berpengalaman dalam hal pengelolaan usaha produksi (lebih diutamakan produksi usaha sejenis). Untuk mengisi kebutuhan tenaga pada tempat-tempat yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, seperti tenaga keamanan, dan kendaraan diambil tenaga yang berpendidikan minimal tamat SMU. Untuk kebutuhan lain, proyek dapat merencanakan merekrut tenaga harian yang dapat diperoleh dari sekitar lokasi proyek. Tenaga kerja yang ada dianjurkan diambil dari penduduk setempat (yang dekat lokasi proyek). Proyek juga dianjurkan untuk tetap mempertahankan prinsip efisiensi dan efektivitas kerja tanpa melupakan imbalan jasa (gaji). Hal ini penting mendapat perhatian karena secara tidak langsung akan membantu kelangsungan usaha
B. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Sumber daya khususnya dana yang dikeluarkan pada pembangunan perusahaan pembuat DILA ini tidaklah sedikit. Oleh karena itu diperlukan satu perhitungan yang tepat dalam perencanaannya. Analisis finansial ini sangat bermanfaat khususnya bagi pihak-pihak yang terlibat langsung di dalam proyek. Dengan demikian, analisis finansial ini harus dapat mengungkapkan secara terperinci apakah proyek akan menguntungkan atau tidak. Beberapa kriteria kelayakan finansial yang digunakan dalam analisis ini adalah NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period.
48
1. Arus Tunai (Cash flow) Arus tunai (cash flow) pada perusahaan pembuat DILA ini dimulai pada tahun ke-nol yaitu pada saat perusahaan mulai melakukan investasi berupa alatalat produksi, sarana transportasi, dan lain-lain. Arus tunai pada tahun ke-nol seluruhnya adalah arus keluar (outflow), karena pada tahun ke-0 tersebut perusahaan belum mulai berproduksi. Dalam perhitungan arus tunai ini diasumsikan bahwa semua manfaat (inflow) maupun biaya (outflow) selama umur proyek adalah tetap. Sedangkan umur proyek ditetapkan 10 tahun, karena mengikuti umur ekonomis alat dan mesin produksi yang merupakan komponen terpenting dalam proses produksi DILA. Alat dan mesin produksi sendiri sebenarnya memiliki umur ekonomis beragam antara 3-5 tahun. Namun, jika umur proyek hanya 5 tahun, belum terlihat arus kas masuk dan keluar yang stabil. Oleh karena itu, diambil umur proyek 10 tahun, yaitu dengan asumsi perusahaan melakukan sekali reinvestasi pada sarana produksi pentingnya , yaitu pada tahun keenam. Arus tunai ini terdiri dari arus masuk atau manfaat (inflow) dan arus keluar atau biaya (outflow). Cash flow perusahaan pembuat DILA ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
a. Arus Manfaat (Arus Masuk/ Inflow) Pada perusahaan pembuat DILA ini, arus manfaat seluruhnya didapatkan dari hasil penjualan. Beberapa tambahan untuk arus manfaat ini antara lain berasal dari pinjaman bank dan akumulasi nilai sisa di akhir proyek. Manfaat yang berupa hasil penjualan didapatkan dengan mengalikan jumlah DILA yang terjual dengan harga jual. Satu unit DILA pembuat saluran drainase pada budidaya tebu lahan kering ini dijual dengan harga Rp15 253 909 dan dengan jumlah produksi yang tetap sejumlah 12 unit per tahun, maka diperoleh nilai manfaat sebesar Rp 183 046 906 per tahun. Nilai manfaat ini diasumsikan sama dalam setiap tahunnya selama umur proyek (10 tahun).
49
Selain dari hasil penjualan, arus manfaat bisa berasal dari pinjaman bank. Karena asumsi bahwa perusahaan ini didirikan dengan modal sendiri, maka tidak ada arus manfaat yang berasal dari pinjaman bank. Tambahan pada arus manfaat ini juga bisa didapatkan dari akumulasi nilai sisa pada akhir umur proyek. Nilai sisa merupakan nilai asset perusahaan yang tidak habis selama umur proyek dan masih memiliki nilai ekonomis. Pada perusahaan pembuat DILA ini, seluruh asset yang mengalami penyusutan saat umur ekonomisnya habis, diasumsikan mempunyai nilai sisa 10% dari harga awal pembeliannya. Alat dan mesin produksi, serta sarana transportasi memiliki umur ekonomis 10 tahun dan asumsi nilai sisanya sama dengan 10% dari harga awal pembeliannya. Perhitungan nilai sisa asset pada perusahaan DILA ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penyusutan dan nilai sisa asset tiap tahun hingga akhir proyek Keterangan Alat dan mesin produksi Handtools Perlengkapan Kantor Kendaraan
Nilai Beli (Rp) 4 525 000 1 135 000 5 400 000 52 000 000
Umur (tahun) 5 3 5 10
Penyusutan Per tahun (Rp) 905 000 378 333 1 080 000 5 200 000
Nilai Sisa (Rp) 452 500 113 500 540 000 5 200 000
Reinvestasi Alat dan Mesin Produksi Handtools Perlengkapan Kantor
4 525 000 1 135 000 5 400 000
5 3 5
905 000 378 333 1 080 000
452 500 113 500 540 000
Reinvestasi handstools
1 135 000
3
378 333
113 500
Reinvestasi Handtools
1 135 000
3
378 333
113 500
Total Nilai Sisa=
7 639 000
50
b. Arus Biaya (Arus Keluar/ Outflow) Pada perusahaan pembuat DILA ini, arus biaya dikeluarkan pada saat investasi dan juga pada saat operasional perusahaan. b.1. Biaya Investasi Biaya investasi ini adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk memulai suatu proyek. Perusahaan pembuat DILA ini mengeluarkan biaya investasi pada tahun ke-0 yaitu setahun sebelum perusahaan mulai berproduksi. Perusahaan pembuat DILA juga melakukan investasi dengan membeli alat-alat dan mesin produksi untuk menunjang proses produksi. Alat dan mesin produksi ini dibeli seharga Rp5 660 000. Tidak hanya perlengkapan produksi, perusahaan juga membeli perlengkapan kantor dan peralatan penunjang operasional perusahaan lainnya senilai Rp 5 400 000. Biaya investasi lainnya yang dikeluarkan perusahaan pembuat DILA ini adalah pembelian sarana transportasi berupa sebuah mobil truk bekas dan 1 unit sepeda motor bekas senilai Rp 52 000 000. Selain itu perusahaan melakukan pemasangan telepon senilai Rp 450 000. Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk membuat perusahaan pembuat DILA ini adalah Rp 63 510 000. Rincian mengenai biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan pembuat DILA ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Selain biaya investasi yang dilakukan pada tahun ke-0, perusahaan pembuat DILA ini juga perlu menyediakan biaya reinvestasi untuk asset yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek (10 tahun). Asset berupa perlengkapan kantor dan beberapa jenis alat produksi memiliki umur ekonomis lebih kecil dari umur proyek yaitu 3-5 tahun, sehingga perlu di reinvestasi.
b.2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan pembuat DILA setiap tahun selama perusahaan beroperasi. Biaya operasional ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan oleh perusahaan pembuat DILA dalam arti tidak bergantung pada jumlah produksi. Yang termasuk biaya
51
tetap adalah biaya pemeliharaan, gaji karyawan, biaya sewa lokasi usaha, biaya makan, biaya administrasi, perlengkapan sholat, dan perlengkapan kamar mandi. Biaya pemeliharaan ini mencakup pemeliharaan alat dan mesin produksi, sarana transportasi dan perlengkapan kantor. Tidak ada patokan khusus dalam menentukan besarnya biaya pemeliharaan per tahun. Untuk biaya pemeliharaan alat dan mesin produksi diambil biaya pemeliharaan sebesar 3 % dari harga total alat dan mesin produksi sehingga diperoleh nilai Rp 169 800. Sedangkan sarana transportasi diambil 1% dari nilai total pembeliannya. Biaya pemeliharaan perlengkapan kantor adalah 1% dari nilai investasinya. Biaya pemeliharaan ini digunakan untuk keperluan-keperluan pemeliharaan asset, seperti ganti oli kendaraan, servis kendaraan, pergantian spare part alat, dan lain-lain. Rincian biaya pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rincian biaya pemeliharaan asset perusahaan pembuat DILA
No 1 2 3
Uraian Mesin dan Alat-alat Sarana Transportasi Perlengkapan Kantor dan Lain-lain Total=
Nilai (Rp) 5 660 000 52 450 000 5 400 000
63 510 000
% 3 1 1
Biaya pemeliharaan (Rp) 169 800 524 500 54 000
748 300
Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang memiliki hubungan erat dengan tingkat produksi, dan berubah sesuai dengan tingkat produksi. Jika tingkat produksi meningkat, maka biaya variabel juga akan meningkat. Yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya pengerjaan, biaya bahan bakar, biaya listrik, biaya telepon, dan biaya lainlain. Biaya pengerjaan sengaja dibedakan dengan gaji karyawan. Karyawan yang gajinya dimasukkan dalam biaya tetap adalah karyawan yang tidak terlibat langsung dalam proses pembuatan DILA yaitu manajer, sales dan supir. Sedangkan karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi seperti ahli las dan tukang, upahnya dimasukkan ke dalam biaya produksi atau biaya pengerjaan alat.
52
Biaya operasional perusahaan pembuat DILA tiap tahunnya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel per tahun. Rincian biaya operasional perusahaan pembuat DILA per tahun dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rincian biaya operasional perusahaan pembuat DILA Biaya Tetap
Jumlah 1 2 3 4 6 7
8 Biaya Variabel 1 2 3 4 5 6
Pemeliharaan Gaji Karyawan Biaya Makan Biaya Administrasi Perlengkapan Sholat Perlengkapan Kamar Mandi Sewa lokasi usaha
Bahan baku (Material) Bahan Bakar Biaya Listrik Biaya Telepon Biaya lain-lain Biaya Pengerjaan
7
Satuan
Harga satuan (Rp)
orang
5 000
3
paket
40 000
1
paket
10 000
Total per bulan (Rp) 4 800 000 560 000
Total per tahun (Rp) 748 300 57 600 000 6 720 000
200 000
2 400 000 120 000
10 000
120 000 30 000 000
200 810
4
liter kwh
orang
4 500 621
225 000 739 830 200 000 200 000 2 800 000 Total Biaya Operasional=
75 811 000 2 700 000 8 877 960 2 400 000 2 400 000 33 600 000 223 497 260
2. Kriteria Kelayakan Investasi Kriteria kelayakan finansial yang digunakan dalam menilai kelayakan perusahaan pembuat DILA ini adalah NPV, IRR, Net B/C ratio dan Payback Period. Discount rate yang digunakan adalah 16%, yaitu berasal dari tingkat suku bunga rata-rata pinjaman/kredit bank umum di Indonesia tahun 2006. Nilai manfaat bersih didapatkan dari selisih manfaat dan biaya setiap tahunnya serta dikurangi pajak penghasilan sesuai dengan tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Manfaat bersih tersebut kemudian dikalikan dengan discount rate tertentu untuk melihat nilai sekarang (present value) dari manfaat bersih tersebut. Nilai discount rate diperoleh dari tabel discount rate.
53
Setelah nilai manfaat bersih diperoleh, maka bisa dilakukan perhitungan NPV, Net B/C ratio, IRR serta Payback period (Lampiran 3). Pada Lampiran 3, terlihat jelas arus tunai (cash flow) perusahaan pembuat DILA ini. Analisis kelayakan finansialnya dilakukan dengan menggunakan discount rate 16% dan asumsi bahwa manfaat dan biaya tetap selama umur proyek. Hasil perhitungan NPV, Net B/C ratio, IRR serta Payback Period pada perusahaan pembuat DILA ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi pada discount rate 16% NPV
Rp –222 645 881
Net B/C Ratio
0.771
Payback Period
> 10 tahun
Hasil perhitungan analisis finansial pada perusahaan pembuat DILA pada discount rate 16 % menghasilkan NPV sebesar Rp –222 645 881 atau lebih kecil dari pada nol. Hal ini berarti bahwa perusahaan pembuat DILA ini tidak layak untuk dilaksanakan karena akan menghasilkan kerugian dengan nilai sekarang (present value) sebesar Rp 222 645 881 selama umur proyek (10 tahun). Nilai net B/C ratio yang dihasilkan pada discount rate 16% yaitu sebesar 0.771. Nilai itu menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh adalah sebesar 0.771 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai net B/C ratio yang kurang dari 1 ini juga menunjukkan bahwa usaha pembuatan DILA ini tidak layak dilaksanakan. Dari hasil perhitungan tidak didapatkan nilai IRR yang memenuhi, karena nilai IRR yang didapatkan bernilai negatif dan nilainya sangat besar. Oleh karena itu, kriteria IRR tidak dimasukkan dalam perhitungan analisis kelayakan ini, karena tidak didapatkan nilai IRR yang memenuhi. Kriteria kelayakan investasi yang terakhir adalah payback period. Dari hasil analisis payback period berdasarkan nilai sekarang dan pada discount rate 16 % memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu yang lebih besar dari 10 tahun (lebih lama dari umur proyek). Hal ini berarti bahwa usaha ini dapat mengembalikan modal jauh setelah
54
proyek berakhir, sehingga usaha pembuatan DILA ini tidak layak untuk dilaksanakan. Dari hasil analisis kriteria kelayakan investasi (NPV, net B/C ratio, dan payback period) dapat disimpulkan bahwa perususahaan pembuat DILA ini tidak layak beroperasi karena akan menghasilkan kerugian.
3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis switching value atau nilai pengganti perlu dilakukan untuk melihat kembali kelayakan finansial usaha pembuatan DILA ini jika terjadi perubahan dalam komponen manfaat dan biaya. Namun, untuk kasus pembuatan perusahaan pembuat DILA ini, analisis nilai penggantinya tidak dapat dilakukan karena perusahaan ternyata tidak layak beroperasi berdasarkan perhitungan kriteria kelayakan investasi. Mengingat usaha pembuatan perusahaan pembuat DILA ini tidak layak, maka akan dilakukan suatu trial and error (metode coba-coba) yaitu dengan cara mengubah harga jual DILA (menaikkan) sehingga didapatkan batas harga jual minimum yang menjadikan perusahaan pembuat DILA ini menghasilkan keuntungan normal. Keuntungan normal adalah saat NPV bernilai nol, IRR sama dengan discount rate yang digunakan dan net B/C ratio sama dengan satu. Dari hasil trial and error, didapatkan bahwa untuk mencapai keuntungan normal, perusahaan pembuat DILA ini harus menaikkan harga jual hingga 22.5% dari harga awal, yaitu menjadi Rp19 682 772 per unit. Tabel cash flow untuk operasional perusahaan dengan keuntungan normal dapat dilihat pada Lampiran 4.
D. Analisis Finansial Pembuatan DILA Sebagai Produk Tambahan Terdapat dua alternatif yang akan dibahas pada penelitian ini berkaitan dengan pembuatan DILA sebagai produk tambahan. Alternatif yang pertama adalah apabila ada sebuah pabrik gula atau perkebunan tebu yang akan memproduksi DILA ini sendiri. Maka biaya yang dikeluarkan akan lebih rendah dibandingkan jika membeli dari perusahaan pembuat DILA. Biaya produksi DILA per unit dapat dilihat pada Lampiran 5.
55
Sedangkan alternatif yang kedua adalah apabila ada sebuah perusahaan alat dan mesin pertanian yang ingin memproduksi DILA ini sebagai produk tambahan. Hal ini berarti perusahaan tidak lagi mengeluarkan investasi berupa tanah, bangunan, dan lain-lain karena dianggap perusahaan ini telah memiliki semuanya. Perusahaan hanya mengeluarkan biaya untuk membeli alat dan mesin produksi sejumlah Rp 5 560 000. Selain itu, pada kasus kedua ini akan diperhitungkan nilai royalti. Royalti adalah sejumlah persenan yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak penemu alat atau pihak yang telah memiliki hak paten alat tersebut. Royalti ini nanti akan dibagi antara penemu alat, instansi pemilik alat dan tempat alat pertama kali dibuat. Tidak ada patokan khusus dalam penentuan besarnya nilai royalti yang harus diberikan. Oleh karena itu, dalam kasus ini diasumsikan nahwa perusahaan hanya akan memberikan 5% dari keuntungan (manfaat) bersih sebagai royalti. Cash flow untuk alternatif ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari cash flow pada Lampiran 6, pada discount rate 16%, harga jual Rp15 253 909 dan jumlah produk terjual tetap 12 unit per tahun didapatkan nilai NPV sebesar Rp 7 204 224 yang berarti proyek layak untuk dilaksanakan. Perhitungan nilai IRR menghasilkan angka 29% yang jauh lebih besar dari discount rate yang digunakan (16%). Oleh karena itu, proyek dianggap layak beroperasi karena akan menghasilkan keuntungan. Sedangkan untuk nilai net B/C ratio sendiri didapatkan nilai yang lebih besar dari 1 yaitu 1.011. Hal ini juga menunjukkan bahwa usaha pembuatan DILA sebagai produk tambahan. Untuk perhitungan payback period sendiri, didapatkan bahwa aliran kas pada tahun ketiga beroperasi sudah positif. Berarti pada tahun kedua menuju tahun ketiga, usaha sudah dapat mengembalikan modal investasi. Jika dibandingkan dengan analisis finansial perusahaan pembuat DILA (kasus pertama), maka produksi DILA sebagai produk tambahan pada perusahaan alat dan mesin pertanian yang telah beroperasi (kasus kedua) ini jauh lebih menguntungkan. Oleh karena itu, dibandingkan membuat sebuah perusahaan pembuat DILA baru, lebih baik jika DILA ini dijadikan produk tambahan pada perusahaan lain yang telah berproduksi sebelumnya.
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada perusahaan pembuat DILA baik dari aspek finansial maupun non finansial, maka dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Perusahaan pembuat DILA ini layak dilaksanakan berdasarkan penilaian aspek pasar, teknis dan manajemen. Hal ini ditunjukkan dengan tersedianya pasar yang luas mengingat DILA ini baru pertama kali diproduksi, manajemen pengelolaan perusahaannya juga sederhana, terciptanya lapangan kerja, serta kemudahan penggunaan teknologi dalam proses produksinya. 2. Perusahaan pembuat DILA ini tidak layak beroperasi karena hasil analisis finansial
kriteria
kelayakan
investasi
pada
discount
rate
16%
menghasilkan NPV sebesar Rp –262 645 881, Net B/C ratio sebesar 0.771, dan Payback period lebih dari 10 tahun (umur proyek). 3. Dengan kenaikkan harga jual minimal 22.5% dari harga awal akan membuat perusahaan pembuat DILA ini menjadi layak untuk beroperasi. 4.
Alternatif pembuatan DILA dalam skala kecil sesuai kebutuhan akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan membeli DILA yang sudah jadi.
5. Alternatif menjadikan DILA sebagai produk tambahan pada perusahaan pembuat alat dan mesin pertanian yang telah beroperasi menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 7 204 224, IRR 29%, B/C ratio 1.001 dan payback period pada tahun ketiga (dengan discount rate 16%).
57
B. Saran 1. Pendirian perusahaan pembuat
DILA yang baru ternyata tidak
menguntungkan, oleh karena itu sebaiknya jika ingin mendirikan perusahaan baru, jangan hanya memproduksi DILA sebagai produk utama, melainkan menambah variasi produk yang akan dibuat supaya pangsa pasarnya juga meluas dan pemasukan bertambah. 2. Jika mendirikan perusahaan pembuat DILA yang baru dianggap tidak menguntungkan maka baik juga jika DILA ini dijadikan salah satu produk tambahan pada perusahaan lain yang telah berproduksi sebelumnya, karena akan jauh lebih menguntungkan.
58
DAFTAR PUSTAKA Blank, Leland and Anthony Tarquin. Engineering Economy (Fifth Edition). The McGraw-Hill Companies, Inc., NY, USA. Dewan Gula Indonesia. 2004. Perkembangan Produksi Gula Indonesia. Jakarta. Edris, M. 1983. Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Penerbit Sinar Baru. Bandung. Fauconnier R. 1993. Sugarcane. London : The Macmillan Press Ltd. Gittinger, JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta. Gray, Clive et al. 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia Pustaka Utama. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Hidayat, Wahyu. 2005. Manajemen Alat dan Mesin Pertanian di PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh. Laporan Praktek Lapangan. Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Hidayati, Nur. 2004. Kebutuhan tambah, produksi lesu, penyelundupan marak. KOMPAS, 10 Juli : hal 35. Http. www. Deptan. go. id/ ditjenbun/My%20 webs/ Luas_areal.htm. (diakses tanggal 14 Juni 2006) Husnan, S and S. Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan. Yogyakarta. Kadariah. 1986. Evaluasi Proyek (Analisa Ekonomi). Edisi Dua. Lembaga Peneribit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Liliasari, Agustina. 2004. Petani dan pabrik gula saling bergantung. KOMPAS, 10 Juli : hal 37. Mayasari, Fitri. 2000. Pemupukan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung : Studi Khusus Aplikasi Stillage. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Newnan, D.G. 1990. Engineering Economic Analysis (Third Edition). Engineering Press Inc, California. Printed and bounded in Indonesia by Binarupa Aksara, Jakarta. Nursanti, Laster. 2002. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L) Lahan Kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung : Studi Kasus Korelasi Antara Hasil Analisis Pendahuluan Dengan Rendemen Nyata. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
59
Pramudya, B and N. Dewi. 1991. Ekonomi Teknik. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi, IPB, Bogor. Pramuhadi, Gatot. 2005. Pengolahan Tanah Optimum Pada Budidaya Tebu Lahan Kering. Disertasi. Departemen Teknik Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Sastrodihardjo, R.S. 1963. Gula dan Tebu Rakyat. Djawatan Pertanian. Djakarta. Setyamidjaja, D. and H. Azharni. 1992. Tebu : Bercocok Tanam dan Pascapanen. Cetakan pertama. Jakarta : CV. Yasaguna Smith HP, Wilkes LH. 1976. Farm Machinery and Equipments. McGraw-Hill, Inc., NY, USA. Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Erlanggga, Jakarta. Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional (Jilid 1). Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta. Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Erlangga, Jakarta. Suastawa, I.N., W. Hermawan, Desrial, and R.G. Sitompul. 2001. Pedoman Praktikum Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Tim Penulis PS. 2000. Pembudidayaan Tebu Di Lahan Sawah Dan Tegalan. Jakarta : Penebar Swadaya. Widyastutik. 2005. Mungkinkah Indonesia Mencapai Swasembada Gula Secara Berkelanjutan?. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan DILA di Indonesia
200 m
100 m
200 m
30 m
Diketahui : Suatu luasan lahan tebu 200 m × 200 m (2 ha) akan dibuat saluran got melintang (saluran drainase) setiap jarak 30 m menggunakan DILA. Panjang Olah DILA ini adalah 100 m. Kecepatan maju traktor pada lahan adalah 0,57 m/s, sedangkan kecepatan maju traktor pada jalan kebun (waktu belok) adalah 0,74 m/s. Ditanya : Kapasitas Lapang Efektif DILA Waktu tempuh pengolahan = Panjang olah / kecepatan pengolahan = (6×100 m) / 0.57 m/s = 1052.63 sekon Waktu belok
= Panjang belok / kecepatan belok = (5×30 m) / 0.74 m/s = 202.70 sekon.
Waktu total pengolahan
= 1052.63 + 202.70 = 1255.33 sekon = 0.349 jam.
Untuk mengolah 2 ha lahan diperlukan waktu 0.349 jam, maka KLE dari DILA ini adalah:
62
KLE DILA =
LuasLahan (ha ) ............................................................(5) WaktuKerja( jam)
KLE DILA =
2ha 5.7 ha / jam 0.349 jam
Dalam satu hari DILA dapat beroperasi selama 5 jam (studi kasus PG Jatitujuh), sehingga DILA dapat mengolah 28.5 ha lahan per hari. Untuk studi kasus kebutuhan DILA di PG Jatitujuh yang memiliki luas lahan plant cane sebesar 1800 ha dan waktu pengolahan lahan efektif tiap tahun selama 105 hari (Hidayat, 2005), maka hanya diperlukan 1 unit DILA dengan asumsi bahwa luas lahan plant cane yang harus diolah adalah sama setiap hari selama waktu pengolahan lahan efektif, yaitu 17.14 ha per hari selama 105 hari. Untuk kebutuhan DILA di Indonesia sendiri diasumsikan bahwa luas lahan plant cane tiap tahun adalah 1/3 luas lahan tebu total yaitu 107 481.667 ha. Namun tidak semua lahan plant cane itu menggunakan mekanisasi modern dalam pengolahannya. Diasumsikan 1/3-nya masih menggunakan cara manual dalam pengolahan lahannya (sistem Reynoso). Jadi dengan kemampuan DILA mengolah 28.5 ha per hari dengan waktu kerja efektif 105 hari per tahun, maka diperlukan 24 unit DILA untuk mengolah lahan seluas 71 654.45 ha (luas lahan plant cane di Indonesia tiap tahun), dengan asumsi luasan lahan yang diolah adalah sama setiap hari selama 105 hari efektif pengolahan yaitu seluas 682.42 ha.
63
Lampiran 2. Biaya investasi perusahaan pembuat DILA A. MODAL INVESTASI 1. Alat dan Mesin Produksi Gerinda Potong Las Listrik Gerinda Tangan Gerinda Duduk Bor Listrik Duduk Bor Listrik Tangan Penggaris Besi Meteran Busur Derajat Tang Obeng Kembang Obeng Pipih Tespen Kunci Pas Kunci Ring Kunci Ring Pas Penggaris siku Palu Biasa Palu Las Helm Las Regulator Oksigen dan elpiji Selang sambungan tabung gas Blender gas LPG dan Oksigen Bantalan tempa
Harga per unit satuan (Rp)
Jumlah
1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2
buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah set set set buah buah buah buah
1 100 000 800 000 350 000 225 000 900 000 400 000 30 000 25 000 30 000 20 000 15 000 15 000 10 000 120 000 140 000 130 000 30 000 20 000 25 000 45 000
1 100 000 800 000 350 000 225 000 900 000 400 000 30 000 50 000 60 000 40 000 15 000 15 000 10 000 120 000 140 000 130 000 60 000 20 000 50 000 90 000
2 buah
50 000
100 000
5 meter
13 000
65 000
1 buah 1 buah
140 000 750 000
140 000 750 000
Total= 2. Perlengkapan Kantor, Kamar Mandi, Pos Keamanan, dan Musholla antara lain a. Meja Kantor+Kursi b. Kursi Plastik c. Komputer dan Printer d. TV e. Filling Kabinet
Nilai (Rp)
3 5 1 1 1
Unit Buah Unit Unit Unit
5 660 000
275 000 25 000 3 500 000 700 000 250 000 Total =
825 000 125 000 3 500 000 700 000 250 000 5 400 000
64
4. Alat Transportasi dan Komunikasi a. Kendaraan Roda 4 (Truk) b. Kendaraan Roda 2 c. Instalasi Telepon
1 Unit 1 Unit 1 Unit
50 000 000 2 000 000 450 000 Total=
TOTAL INVESTASI
50 000 000 2 000 000 450 000 52 450 000
63 510 000
65
Lampiran 3. Cash flow analisis kelayakan finansial perusahaan pembuat DILA dengan discount rate 16% Cash Flow Uraian A. Manfaat (inflow) 1. Nilai penjualan 2. Nilai Sisa Total Manfaat B. Biaya (OutFlow) 1. Biaya Investasi a. Alat dan Mesin Produksi b. Perlengkapan Kantor, Musholla, kamar mandi, dll c. Alat Transportasi Total Biaya Investasi
2. Biaya Operasional Biaya Tetap a. Pemeliharaan b. Gaji Karyawan c. Biaya Makan d. Biaya Administrasi e. Perlengkapan sholat f. Perlengkapan Kamar Mandi g. Sewa tempat usaha Biaya Variabel a. Bahan Baku b. Biaya Pengerjaan c. Biaya Bahan Bakar d. Biaya Listrik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
190 685 906
4 525 000
1 135 000
7 639 000
5 660 000
1 135 000
5 400 000
1 135 000
5 400 000
52 450 000 63 510 000
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
66
55
e. Biaya Telepon f. Biaya Lain-lain Total Biaya operasional Total Biaya C. Manfaat Bersih sebelum Pajak D. Pajak E. Manfaat Bersih setelah Pajak DF 10% Present Value (PV) PV Manfaat PV Biaya
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
223 497 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
223 497 260
233 422 260
224 632 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
63 510 000
223 497 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
223 497 260
233 422 260
224 632 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
-63 510 000
-40 450 354
-40 450 354
-40 450 354
-41 585 354
-40 450 354
-50 375 354
-41 585 354
-40 450 354
-40 450 354
-33 946 354
-63 510 000
-40 450 354
-40 450 354
-40 450 354
-41 585 354
-40 450 354
-50 375 354
-41 585 354
-40 450 354
-40 450 354
-33 946 354
1
0,8621
0,7432
0,6407
0,5523
0,4761
0,4104
0,3538
0,3050
0,2630
0,2267
-63 510 000
-34 872 250
-30 062 703
-25 916 542
-22 967 591
-19 258 413
-20 674 045
-14 712 898
-12 337 358
-10 638 443
-7 695 638
157 804 738
136 040 461
117 278 153
101 096 806
87 148 632
75 122 450
64 761 995
55 829 306
48 141 336
43 228 495
192 676 988
166 103 164
143 194 694
124 064 397
106 407 045
95 796 496
79 474 894
68 166 664
58 779 779
50 924 133
63 510 000
Total PV Manfaat Total PV Biaya BC Ratio
1149 098 255
NPV
-262 645 881
2 400 000
886 452 374
0,77143
Keterangan : Dengan menggunakan discount rate 16%, didapatkan NPV = Rp –262 645 881 Net B/C = 0.771 Payback Period = > 10 tahun (umur proyek)
67
56
Lampiran 4. Cash flow perusahaan pembuat DILA ketika beroperasi pada keuntungan normal (harga jual naik 22.5%) dengan discount rate 16% Cash Flow Uraian A. Manfaat (inflow) 1. Nilai penjualan 2. Nilai Sisa Total Manfaat B. Biaya (OutFlow) 1. Biaya Investasi a. Alat dan Mesin Produksi b. Perlengkapan Kantor, Musholla, kamar mandi, dll c. Alat Transportasi Total Biaya Investasi
2. Biaya Operasional Biaya Tetap a. Pemeliharaan b. Gaji Karyawan c. Biaya Makan d. Biaya Administrasi e. Perlengkapan sholat f. Perlengkapan Kamar Mandi g. Sewa tempat usaha Biaya Variabel a. Bahan Baku b. Biaya Pengerjaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
236 193 264
243 832 264
4 525 000
1 135 000
7 639 000
5 660 000
1 135 000
5 400 000
1 135 000
5 400 000
52 450 000 63 510 000
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
57 600 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
30 000 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
68
57
c. Biaya Bahan Bakar d. Biaya Listrik e. Biaya Telepon f. Biaya Lain-lain Total Biaya operasional Total Biaya C. Manfaat Bersih sebelum Pajak D. Pajak E. Manfaat Bersih setelah Pajak DF 10% Present Value (PV)
NPV Positif NPV Negatif NPV Net B/C IRR Payback Period (Tahun)
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
223 497 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
223 497 260
233 422 260
224 632 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
63 510 000
223 497 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
223 497 260
233 422 260
224 632 260
223 497 260
223 497 260
224 632 260
-63 510 000
12 696 004
12 696 004
12 696 004
11 561 004
12 696 004
2 771 004
11 561 004
12 696 004
12 696 004
19 200 004
1 269 600
1 269 600
1 269 600
1 156 100
1 269 600
277 100
1 156 100
1 269 600
1 269 600
1 920 000
-63 510 000
13 965 604
13 965 604
13 965 604
12 717 104
13 965 604
3 048 104
12 717 104
13 965 604
13 965 604
21 120 004
1
0,8621
0,7432
0,6407
0,5523
0,4761
0,4104
0,3538
0,3050
0,2630
0,2267
-63 510 000
12 039 748
10 379 237
8 947 763
7 023 657
6 649 024
1 250 942
4 499 312
4 259 509
3 672 954
4 787 905
63 510 050 63 510 000
50
1,00000
16,00002
9,99999
NPV = 50 Net B/C ratio = 1 IRR = 16.00 %
69
Lampiran 5. Biaya pembuatan DILA per unit Jenis Bahan 1. Bahan Baku Besi siku (100×100×8 mm) Besi siku (30×30mm) Besi kanal U (80 × 40 ×4 mm) Besi kanal U ( 100×50×5 mm) Besi pipa (d = 4 cm) Besi Pipa (d = 1 in) Besi poros VCN (d= 4 cm) Besi Poros S45C (d=4 cm) Besi Poros (d=7cm) Besi Behel Pen Kawat (t=5 mm) Plat Baja berbagai ukuran * Plat Roll Roda Bos (ddlm = 15 mm, dluar=33 mm) Elektroda Oksigen Elpiji Cat dasar Cat Zinkromat Pengencer Cat (tiner) Dempul Ampelas Mata gerinda poles (4 inchi) Mata gerinda Potong (14 inchi)
2. Bahan Jadi Baut (d=20mm, p=8 cm) Baut (d=16mm, p=12 cm) Baut (d=18mm, p =20 cm) Baut (d= 12 mm, p = 4 cm) Baut tirus (d=12 cm, p= 4 cm) Bearing UCP 204 (1 inchi)
Kebutuhan
Satuan
Harga/ Satuan (Rp)
Harga (Rp)
3 batang 1 batang
470 000 50 000
1 410 000 50 000
1 batang
195 000
195 000
1 1 1 40 1.78 18 6 10 1 2
batang batang batang cm meter cm batang cm set buah
275 000 250 000 85 000 2 250 104 494 3 111 16 000 200 2 273 000 160 000
275 000 250 000 85 000 90 000 186 000 56 000 96 000 2 000 2 273 000 320 000
14 10 1 0.33 1 1 5 1 4 15
buah kg tabung tabung kaleng kaleng liter kaleng lembar buah
23 000 11 000 65 000 54 000 20 000 35 000 10 000 25 000 1 500 6 600
322 000 110 000 65 000 18 000 20 000 35 000 50 000 25 000 6 000 99 000
34 500 Jumlah Biaya Bahan Baku =
172 500 6 210 500
pasang pasang pasang pasang
4 000 3 000 5 000 2 500
24 000 12 000 20 000 30 000
6 pasang 2 pasang
2 500 18 000
15 000 36 000
5 buah
6 4 4 12
70
Bearing UCF 204 ( 1 inchi) Bearing Roda Per standar
3 Biaya-biaya Tambahan Bubut Poros Penajaman dan sepuh mata pisau Pembuatan Velg Roda Sarung Tangan Kikir
2 pasang 4 pasang 2 pasang
8 bagian 1 2 2 1
bagian bagian pasang buah
18 000 20 000 3 500 Jumlah Biaya Bahan Jadi =
260 000
40 000
320 000
20 000 95 000 10 000 30 000 Jumlah Biaya Tambahan=
20 000 190 000 20 000 30 000
Total Biaya Kebutuhan Material= Biaya Over Head (5%) Biaya Pengerjaan (tukang)
Biaya Total Produksi =
36 000 80 000 7 000
580 000
7 050 500
352 525 3 200 000
10 603 025
71
Lampiran 6. Cash flow usaha pembuatan DILA sebagai produk tambahan pada perusahaan yang telah beroperasi 58
Cash Flow Uraian A. Manfaat (inflow) 1. Nilai penjualan 2. Nilai Sisa Total Manfaat B. Biaya (OutFlow) 1. Biaya Investasi a. Alat dan Mesin Produksi b. Perlengkapan Kantor, Musholla, kamar mandi, dll c. Alat Transportasi Total Biaya Investasi
2. Biaya Operasional Biaya Tetap a. Pemeliharaan b. Gaji Karyawan c. Biaya Makan d. Biaya Administrasi e. Perlengkapan sholat f. Perlengkapan Kamar Mandi Biaya Variabel a. Bahan Baku b. Biaya Pengerjaan c. Biaya Bahan Bakar d. Biaya Listrik e. Biaya Telepon f. Biaya Lain-lain
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
183 046 906
190 685 906
4 525 000
1 135 000
7 639 000
5 660 000
1 135 000
1 135 000
5 400 000
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
748 300
43 200 000
43 200 000
43 200 000
43 200 000
43 200 000
43 200 000
43 200 000
43 200 000
43 200 000
43 200 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
6 720 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
120 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
75 811 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
33 600 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
2 700 000
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
8 877 960
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
2 400 000
72
Total Biaya operasional
179 097 260
179 097 260
180 232 260
179 097 260
189 022 260
180 232 260
179 097 260
179 097 260
180 232 260
5 660 000
179 097 260
179 097 260
179 097 260
180 232 260
179 097 260
189 022 260
180 232 260
179 097 260
179 097 260
180 232 260
-5 660 000
3 949 646
3 949 646
3 949 646
2 814 646
3 949 646
-5 975 354
2 814 646
3 949 646
3 949 646
10 453 646
394 965
394 965
394 965
281 465
394 965
281 465
394 965
394 965
1 045 365
3 554 682
3 554 682
3 554 682
2 533 182
3 554 682
2 533 182
3 554 682
3 554 682
9 408 282
61
179 097 260
Total Biaya C. Manfaat Bersih sebelum Pajak D. Pajak E. Manfaat Bersih setelah Pajak DF 10% Present Value (PV) Royalti (5%) PV
PV Manfaat PV Biaya Jumlah PV Manfaat Jumlah PV Biaya B/C Ratio
NPV
-5 660 000
-5 975 354
1
0,8621
0,7432
0,6407
0,5523
0,4761
0,4104
0,3538
0,3050
0,2630
0,2267
-5 660 000
3 064 381
2 641 708
2 277 334
1 399 054
1 692 430
-2 452 538
896 314
1 084 268
934 714
2 132 703
153 219
132 085
113 867
69 953
84 622
44 816
54 213
46 736
106 635
-5 660 000
2 911 162
2 509 622
2 163 467
1 329 101
1 607 809
-2 452 538
851 499
1 030 055
887 978
2 026 068
-5 660 000
-2 748 838
- 239 216
1 924 251
3 253 352
4 861 161
2 408 623
3 260 122
4 290 177
5 178 156
7 204 224
157 799 057
136 033 670
117 270 405
101 095 177
87 151 015
75 130 185
64 767 401
55 833 966
48 132 730
43 225 368
154 394 190
133 098 439
114 740 034
99 540 673
85 270 537
77 582 723
63 771 496
54 629 224
47 094 158
40 855 698
5 660 000
886 438 974 876 637 171 1,01118
7 204 224
IRR
29%
NPV = Rp 7 204 224 Net B/C ratio =1.011. Payback Period = pada tahun ke-3 IRR = 29% 62
73
Lampiran 9. Aliran pembuatan lembar kerja (worksheet) pada Microsoft Exel a. Kasus 1 (Pada Perusahaan Pembuat Ditcher Lengan Ayun Baru)
-
Masukkan Semua Nilai Biaya Proyek ke Dalam Tabel Perhitungan Kebutuhan Investasi (Tanah, bangunan, peralatan kerja, dll lengkap dengan ukuran dan harga per unit nya) Kebutuhan Bahan Baku produksi (bahan mentah, bahan jadi, dll) Biaya Pembuatan Biaya Tetap (pemeliharaan, gaji karyawan, administrasi, dll) Biaya Variable (kebutuhan bahan baku, bahan bakar, telepon, dll) Penyusutan asset dan umur asset serta nilai sisa asset
Hitung Total Biaya Tiap Tahun - Hitung total investasi - Hitung Total Biaya Pembuatan dan Harga jual Produk - Hitung Biaya Tetap Per Tahun - Hitung Biaya Variabel Per Tahun - Hitung Penyusutan asset Per tahun dan Nilai Sisa di Akhir proyek
Hitung Total Manfaat Tiap Tahun Manfaat diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produk terjual dengan harga jual produk
Cash Flow
-
Perhitungan Pajak Pengalian Dengan Tingkat Diskonto Tertentu Perhitungan Kriteria Kelayakan Investasi (NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback Period) Analisis Sensitivitas
Usaha Layak/Tidak Layak
65
b. Kasus 2 (Produksi Ditcher Lengan Ayun Sebagai Produk Tambahan Pada Perusahaan Alat dan Mesin Pertanian yang Telah Ada).
Masukkan Semua Nilai Biaya Proyek ke Dalam Tabel Perhitungan -
Kebutuhan Bahan Baku produksi (bahan mentah, bahan jadi, dll) Biaya Pembuatan Biaya Tetap (pemeliharaan, gaji karyawan, administrasi, dll) Biaya Variable (kebutuhan bahan baku, bahan bakar, telepon, dll)
Hitung Total Biaya Tiap Tahun - Hitung Total Biaya Pembuatan dan Harga jual Produk - Hitung Biaya Tetap Per Tahun - Hitung Biaya Variabel Per Tahun
Hitung Total Manfaat Tiap Tahun Manfaat diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produk terjual dengan harga jual produk
Cash Flow
-
Perhitungan Pajak Pengalian Dengan Tingkat Diskonto Tertentu Perhitungan Kriteria Kelayakan Investasi (NPV, IRR)
Usaha Layak/Tidak Layak
66