STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI MESIN SURIMI (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)
HERI SUSANTO F34052282
2011 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
1
STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI MESIN SURIMI (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
HERI SUSANTO F34052282
2011 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2
Judul
: Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri) : Heri Susanto : F34052282
Nama NRP
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Aji Hermawan, MM. NIP. 196809231992031001
Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc NIP.196012111990021001
Mengetahui: Ketua Departemen,
Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP. 196210091989032001
Tanggal Lulus :
3
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri) adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bagian daftar pustaka skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011 Yang membuat pernyataan,
Heri Susanto F34052282
4
Heri Susanto F34052282. Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)”. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Aji Hermawan, MM dan Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc., 2011 RINGKASAN Surimi merupakan daging ikan lumat yang dihasilkan dari proses pemisahan tulang, kulit, dan sisik. Surimi dapat dibuat menjadi berbagai macam produk turunan seperti bakso, sosis, nugget, kaki naga, dan kerupuk ikan. Pembuatan surimi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah daging ikan (fish bone separator). Di Indonesia mesin ini pertama kali diproduksi oleh PT. Samudera Teknik Mandiri yang diberi nama SuritechTM. Pembuatan surimi dengan menggunakan SuritechTM dapat menghemat waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan cara tradisional. Proses pembuatan surimi dilakukan dengan memotong kepala, sirip, dan membuang jeroan ikan kemudian digiling dengan SuritechTM yang menggunakan prinsip tekanan antara belt dan silinder berpori. Ketersediaan bahan baku pembuatan surimi di Indonesia melimpah. Bahan baku surimi dapat dipenuhi dari hasil tangkapan samping (by-catch) yang banyak dihasilkan dari kapal penangkapan udang dan ikan-ikan ekonomis rendah tangkapan nelayan kecil. Menurut Allops (1981), rasio tangkapan udang dan by-catch di daerah tropis rata-rata mencapai 1:12. Purbayanto et al.,(2004), menambahkan bahwa by-catch dari hasil penangkapan udang di perairan Laut Arafuru mencapai 322.186 ton per tahun. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar surimi yang besar, baik dari segi bahan baku maupun untuk dijadikan berbagai bentuk produk olahannya. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan mesin surimi (SuritechTM) di Indonesia. Keberadaan mesin ini akan sangat membantu perkembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang bergerak dibidang makanan olahan ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tingkat kelayakan pengembangan usaha produksi mesin pengolahan surimi (SuritechTM). Ruang lingkup penelitian meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek legalitas dan aspek finansial. Pengembangan industri mesin SuritechTM yang baru didirikan di Kelurahan Sindang Barang, Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur yang mendukung, ketersediaan sumber daya manusia, akses pasar dan sarana penunjang produksi, dan sebagainnya. Kapasitas produksi perusahaan sebesar 8 unit mesin per bulan. Bahan baku yang digunakan berupa motor penggerak, plat besi, plat stainless steel, belt, plat berpori, dan lain-lain yang diperoleh dari daerah Glodok, Jakarta. Perusahaan dapat dijalankan oleh 12 orang tenaga kerja dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Industri menghasilkan limbah padat yang berupa potongan material mesin dengan jumlah yang relatif sedikit dan tidak mencemari lingkungan. Besar investasi yang diperlukan adalah Rp 1.871.111.000 yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp 1.089.935.000 dan modal kerja sebesar Rp 781.176.000. Nilai NPV industri ini sebesar Rp 1.119.328.337. Nilai IRR-nya sebesar 30,38 persen. Nilai net B/C-nya sebesar 1,88. Payback period industri ini adalah selama 3.76 tahun. Break even point (BEP) berada pada Rp 679.484.088 atau pada tingkat produksi 31 unit mesin per tahun. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pengembangan industri mesin SuritechTM ini layak untuk dilanjutkan.
5
A FEASIBILITY STUDY OF SURIMI MACHINE PRODUCTION (A Case of PT. Samudera Teknik Mandiri) Heri Susanto, Aji Hermawan, and Ari Purbayanto Department of Agro-Industrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 222, Bogor, West Java, Indonesia. Email :
[email protected] ABSTRACT Surimi is minced meat of fish resulted from the separation process of bone, skin, and the scales of fish. Surimi can be processed into many kind of derivative products such as meatballs, sausages, nuggets, dragon legs, and fish crackers. Preparation of surimi can be done using fish bone separator which can save time and effort compared to traditional method. In Indonesia, the machine was first produced by PT. Samudera Teknik Mandiri, named SuritechTM. Since its establishment in 2007 the company has not been able to grow rapidly due to various constraints. The purpose of this research is to assess the feasibility of developing the business of SuritechTM machine. The method used in the research was descriptive and analytical feasibility study. The results showed the Suritech TM has potential market in Indonesia. The capacity production is 96 units machine per year and needs 12 workers. The investment required is Rp 1,871,111,000 consisting of fixed asset investment of Rp 1,089,935,000 and working capital of Rp 781,176,000. The NPV is Rp 1,119,328,337 and the IRR value is 30.38 percent. The net B/C is at 1.88. The payback period for the company is 3.76 years. The break even point (BEP) is Rp 679,484,088 or at the level of production of 31 units per year. The financial analysis showed that the development of machinery industry SuritechTM is feasible. Keywords: Surimi, SuritechTM, Production, Feasibility Study, PT.Samudera Teknik Mandiri
6
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan kepada umat manusia. Skripsi dengan judul “Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Dr.Ir. Aji Hermawan, MM. dan Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini,
2.
Dr. Indah Yuliasih, S.TP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan membantu dalam menyempurnakan skripsi ini,
3.
Papa dan Mama tersayang Bapak Suranto dan Karsini serta kakak Yuliani dan adik-adik tercinta Yeni Susanti, Mawan Budianto dan Anita Rusdiana yang telah mencurahkan kasih sayangnya pada penulis sebagai bentuk dukungan moril.
4.
Ir. Beni Purnomo, M.Si, Mas Adi Susanto, S.Pi, M.Si, dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si selaku pihak manajemen PT. Samudera Teknik Mandiri, atas bimbingan, informasi, dan perhatian selama penyusunan skripsi.
5.
Pak Untung dan Dani, selaku teknisi PT. Samudera Teknik Mandiri atas informasi dan bantuan selama penulis mengambil data di workshop.
6.
Sahabat-sahabat terbaikku Doddy Juli Irawan, Putri Kartika Sari, Aero Widiarta, Asep Mulyadiana, dan Aditya Prasetya yang telah memberikan semangat dan motivasi.
7.
Teman-teman IAAS (International Association of Students in Agricultural and Related Sciences), Siti Dewi Yanti, Siti Devi Yanti, Devi Novi Astuti, Titis A.P. Apdini, Sabila Putri Dian, Purnawati Hustina Rachman, Anggara Hidayat, Ahsan A.A. Sihotang, Dias Erfan, Denis Andreas, Sarwar, Muhammad Solihin, Iqdam Nadirman, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan, dukungan dan motivasinya,
8.
Resa Denasta Syarif, atas dukungan dan laptop yang dipinjamkan untuk menyelesaikan penuliskan skripsi,
9.
Teman-teman satu bimbingan Sulistiowati, Rahmawati Pertiwi, dan Shanty Raharjo atas dukungan, motivasi dan masukkannya,
10. Teman-teman Wisma Gizi Abadi, Mahesa Agni, Aab Abdullah, Didin Khomarudin, Fiqy Hilman, dan M.Safi’i, 11. Teman-teman TIN 42, Yahman Faoji, Rachmad Danu Subrata, Oki, Vrika Nurahman, Nailul Abror, dan yang lainnya terimakasih atas dukungan dan semangat kalian.
7
12. Semua pihak yang telah membantu penulisan dari awal hingga penyusunan skripsi ini hingga selesai. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menjadikan kearah yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bogor, Oktober 2011 Penulis
Heri Susanto
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 14 Oktober 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan dari Suranto dan Karsini. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA N I Ternate, Maluku Utara dan pada tahun yang sama masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan memilih mayor Departemen Teknologi Industri Pertanian sebagai pilihan pertama pada tingkat dua dan selanjutnya menekuni bidang Manajemen Industri. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Excecutive Secretary I dan Control Council Local Committee IAAS (International Association of Students in Agricultural and related Sciences), anggota Greda-C TPB (Klub Dekorasi Taman), anggota UVB (UNICEF Volunteer Board) Jakarta, divisi pemasaran News Letter HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri). Selain itu, penulis juga memiliki pengalaman internasional dengan mengikuti seminar di University Putra Malaysia dan lolos seleksi pada International Student Week in Ilmenau (ISWI) di Jerman. Penulis melakukan Praktek Lapang di PT. Mane Indonesia pada tahun 2008 dengan topik “Sistem Jaminan Mutu Flavor di PT. Mane Indonesia” yang merupakan grup dari perusahaan V.M.F (Victor Mane & Fils) yang berpusat di Perancis. Untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)” dibawah bimbingan Dr. Ir. Aji Hermawan, MM dan Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc.
9
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................................................ RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 1.3. Manfaat Penelitian .................................................................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Surimi .................................................................................................................... 2. 2. Industri Pengolahan Surimi .................................................................................... 2. 2. 1. Perkembangan Industri Surimi ................................................................... 2. 2. 2. Perkembangan Industri Mesin Surimi di Indonesia ..................................... 2. 3. Studi Kelayakan Industri ........................................................................................ 2. 3. 1. Aspek Pasar dan Pemasaran ...................................................................... 2. 3. 2. Aspek Teknis dan Teknologi ..................................................................... 2. 3. 3. Aspek Manajemen dan Organisasi ............................................................. 2. 3. 4. Aspek Legalitas ......................................................................................... 2. 3. 5. Aspek Lingkungan .................................................................................... 2. 3. 6. Aspek Finansial ......................................................................................... III. METODOLOGI 3. 1. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 3. 2. Metode Penelitian .................................................................................................. 3. 2. 1. Pengumpulan Data (Penelitian Pendahuluan) ............................................ 3. 2. 2. Analisis Data (Penelitian Utama) ............................................................... IV. PROFIL PERUSAHAAN 4. 1. Sejarah Singkat PT. Samudera Teknik Mandiri ...................................................... 4. 2. Lokasi PT. Samudera Teknik Mandiri .................................................................... 4. 3. Struktur Organisasi ................................................................................................ 4. 4. Ketenagakerjaan .................................................................................................... V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................................................... 5. 1. 1. Potensi Pasar ............................................................................................. 5. 1. 2. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar........................................ 5. 1. 3. Strategi Bauran Pemasaran ........................................................................ 5. 2. Aspek Teknis dan Teknologi.................................................................................. 5. 2. 1. Bahan Baku, Mesin/Peralatan dan Proses Pembuatan ................................ 5. 2. 2. Kapasitas Produksi .................................................................................... 5. 2. 3. Lokasi Pabrik ............................................................................................ 5. 2. 4. Penentuan Tata Letak Pabrik ..................................................................... 5. 3. Aspek Manajemen dan Organisasi ......................................................................... 5. 3. 1. Struktur Organisasi .................................................................................... 5. 3. 2. Kebutuhan Tenaga Kerja ........................................................................... 5. 3. 3. Deskripsi Pekerjaan ................................................................................... 5. 4. Aspek Lingkungan. ................................................................................................
i ii iv vi vii viii 1 3 3 4 6 6 8 11 11 11 13 14 14 15 17 17 17 19 26 26 27 28 29 29 40 43 47 47 51 52 54 57 57 58 59 59
10
Halaman 5. 5. Aspek Legalitas. .................................................................................................... 5. 5. 1. Badan Usaha. ............................................................................................ 5. 5. 2. Pajak. ........................................................................................................ 5. 6. Aspek Finansial. .................................................................................................... 5. 6. 1. Asumsi Perhitungan Finansial. .................................................................. 5. 6. 2. Biaya Investasi. ......................................................................................... 5. 6. 3. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan. .................................................... 5. 6. 4. Biaya dan Prakiraan Penerimaan. .............................................................. 5. 6. 5. Proyeksi Rugi Laba.. ................................................................................. 5. 6. 6. Proyeksi Arus Kas.. ................................................................................... 5. 6. 7. Kriteria Kelayakan Investasi...................................................................... 5. 6. 8 Titik Impas (Break Even Point/BEP)..... ..................................................... 5. 6. 9. Analisis Sensitivitas................................................................................... VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan............................................................................................................ 6. 2. Saran ..................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................................................
60 60 61 61 61 61 62 62 63 64 64 65 65 67 67 68 70
11
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Volume Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Jenis Ikan (2004-2008).......
1
Tabel 2.
Rendemen Surimi Beberapa Jenis Ikan By-catch.......................................................
4
Tabel 3.
Syarat Mutu Surimi Beku...........................................................................................
6
Tabel 4.
Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri..............................
8
TM
Tabel 5.
Spesfikasi Mesin Suritech ......................................................................................
10
Tabel 6.
Volume Ekspor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton)..................................................
30
Tabel 7.
Volume Impor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton)....................................................
31
Tabel 8.
Rasio HTS (by-catch) terhadap udang di Laut Arafuru…………….........................
33
Tabel 9.
Perkembangan Usaha Kecil Menengah dari 2005-2009 (unit)……………………
35
Tabel 10. Prakiraan Pangsa Pasar yang Akan Diraih Berdasarkan Persaingan..........................
38
Tabel 11. Perbandingan Beberapa Jenis Mesin Pengolahan Surimi di Indonesia……………
38
TM
Tabel 12. Hasil Analisis Kinerja Mesin Suritech ………………………………………… TM
45
…….
48
…………………………………
57
Tabel 15. Kebutuhan dan Kualifiasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan oleh PT. Samudera Teknik Dimasa Mendatang………………………………………………………….
58
Tabel 16. Komponen Biaya Investasi Tetap…………………………………………………
62
Tabel 17. Komponen Modal Kerja…………………………………………….........................
62
Tabel 18. Harga dan Prakiraan Penerimaan…………………………………………………
63
Tabel 19. Proyeksi Rugi Laba…………………………………………………………………
64
Tabel 20. Proyeksi Arus Kas…………………………………………………………………
64
Tabel 21. Analisis Sensitivitas Industri Mesin Surimi..…….…………………………………
66
Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin Suritech Tabel 14. Kebutuhan Luas Ruang Industri Mesin Suritech
TM
12
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Aliran Proses Pengolahan Surimi Beku (Tan et al., 1988).........................................
7
Gambar 2.
Diagram Alir Tahapan Penelitian Studi Kelayakan Industri Mesin Surimi………...
18
Gambar 3.
Diagram Alir Proses Analisis Pasar dan Pemasaran Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri..........................................................................................
19
Diagram Alir Proses Analisis Aspek Teknis dan Teknologis Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri…..............................................................................
20
Diagram Alir Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri…...............................................................................
22
Diagram Alir Analisis Legalitas Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri……...............................................................................................................
23
Diagram Alir Analisis Lingkungan Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri.......................................................................................................................
23
Gambar 8.
Struktur Organisasi PT. Samudera Teknik Mandiri………………………………
27
Gambar 9.
Manajemen Pengelola PT. Samudera Teknik Mandiri……………………………
27
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 10. Produk-produk Olahan Surimi……………………………………………………...
32
Gambar 11. Penangkapan Udang Menggunakan Trawl dan Hasil Tangkapannya………………
34
Gambar 12. Mesin Surimi Produksi CV. Archigama…………………………….........................
36
Gambar 13. Mesin Surimi Produksi Pabrikmesin.com…………………………………………..
36
Gambar 14. Mesin Surimi Tipe ZU-200 Produksi China………………………………………
37
Gambar 15. Peta Penyebaran Mesin SuritechTM…………………………………………………
41
Gambar 16. Penghargaan Rintisan Pengembangan Teknologi Industri (SuritechTM) oleh Presiden RI kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc ..............................................
42
Gambar 17. Mesin SuritechTM Produksi PT. Samudera Teknik Mandiri………………………...
44
TM
Gambar 18. Bahan-bahan Pembuatan Mesin Suritech ………………………………………...
47
Gambar 19. Bagian-bagian Mesin SuritechTM……………………………………………………
50
Gambar 20. Aliran Proses Pembuatan Mesin SuritechTM………………………………………..
51
Gambar 21. Kerangka dan Mesin SuritechTM…………………………………………………...
51
Gambar 22. Proses Pengerjaan Mesin SuritechTM secara Manual……………….........................
52
Gambar 23. Bangunan PT. Samudera Teknik Mandiri…………………………………………..
53
Gambar 24. Susunan Tata Letak PT. Samudera Teknik…………………………………………
54
Gambar 25. Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas PT. Samudera Teknik Mandiri………………...
55
Gambar 26. Diagram Keterkaitan Antar Aktivitas Industri Mesin SuritechTM…………………..
56
Gambar 27. Tata Letak Industri Mesin SuritechTM………………….…………………………...
57
Gambar 28. Limbah yang Dihasilkan dari Industri Mesin Suritech
TM
…………………………...
60
13
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Tabulasi Data dan Sumber Data Penelitian…................................................................
71
Lampiran 2. Jenis keputusan untuk pemilihan alternatif lokasi dengan Metode Pembandingan Eksponensial (MPE).......................................................................................................
74
Lampiran 3. Asumsi-asumsi Analisis Finansial.................................................................................
77
Lampiran 4. Rincian Biaya Investasi Industri Mesin Suritech
TM
.......................................................
78
Lampiran 5. Komposisi Modal Kerja…….........................................................................................
80
Lampiran 6. Penyusutan dan Biaya Operasinal……………………..................................................
83
Lampiran 7. Rekapitulasi Produksi.....................................................................................................
85
Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba ………………………………………….………..........................
86
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas ………………………………………………..…………………
87
Lampiran10. Kriteria Kelayakan Investasi…………………………………………..........................
88
14
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha penangkapan ikan dengan menggunakan trawl menghasilkan ikan Hasil Tangkap Samping atau by-catch yang jumlahnya lebih besar dari target tangkapan utama. Kebijakan manajemen penangkapan ikan yang fokus pada target utama operasi seringkali mengambil kebijakan untuk membuang kembali by-catch ke laut. By-catch merupakan berbagai jenis ikan yang ikut tertangkap saat melakukan penangkapan jenis ikan tertentu atau penangkapan udang. By-catch banyak didapati pada penangkapan ikan dengan menggunakan shrimp trawl (pukat udang). Jenis ikan bycatch yang mendominasi adalah jenis ikan demersal yakni jenis ikan yang habitatnya dekat dengan dasar laut seperti kakap merah/bambangan (Lutjanus sp), peperek (Leiognathus sp), manyung (Arius sp), kurisi (Nemipterus sp), kuniran (Upeneus sp), tigawaja (Epinephelus sp), dan bawal (Pampus sp). Berdasarkan data statistika Departemen Perikanan dan Kelautan (2008), jenis-jenis ikan tersebut memiliki volume penangkapan yang cukup besar seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Volume Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Jenis Ikan (2004-2008) Tahun (ton) Jenis Ikan Kakap Merah
2004
2005
2006
2007
2008 109.299
Kenaikan rata-rata (%) 28,53
91.339
97.044
109.312
116.994
Peperek Manyung Kurisi Kuniran Tigawaja
90.859 402.612.293 237.599.441 6.962.115 57.553
88.665 436.652.450 297.757.207 11.998.511 60.117
90.034 496.423.036 313.034.060 21.202.533 53.985
92.249 642.689.544 398.769.123 19.718.032 57.488
80.225 725.878.360 394.064.075 34.760.508 65.303
13,89 7,46 14,16 54,58 3,59
Bawal Hitam Bawal Putih
472.555.885 563.561.109
509.775.188 527.406.878
738.005.030 554.079.512
794.853.828 815.295.314
724.260.628 861.993.816
12,87 12,88
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011) Berdasarkan Tabel 1, beberapa jenis ikan dasar (ikan demersal) yang termasuk dalam kategori by-catch memiliki jumlah yang cukup besar. Rata-rata hasil tangkapan ikan-ikan tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi, penanganan by-catch di kapal penangkapan ikan sampai saat ini masih belum maksimal. Ikan-ikan tersebut biasanya dibuang atau ditangani dengan tidak mengikuti kaidah rantai dingin. Hanya sebagian kecil dari ikan by-catch yang diambil oleh anak buah kapal (ABK) untuk kemudian dibekukan dalam pan selama 3-4 jam. Menurut Latelay dan Malawat (1995), persentase by-catch yang dibuang kembali ke laut dapat mencapai 65,56 persen dari total tangkapan. By-catch yang dinilai kurang memiliki nilai ekonomis dibuang karena tidak tersedia waktu dan tenaga untuk menanganinya. Sedangkan ikan by-catch yang dinilai memiliki nilai ekonomis sebagian dimanfaatkan untuk konsumsi lokal. Nilai ekonomis menjadi salah satu alasan karena nilai jualnya yang tidak sebanding dengan biaya pengangkutan ikan-ikan. Kendala lain yang dihadapi dalam pemanfaatan by-catch adalah kurangnya industri yang bisa menampung dan memanfaatkan by-catch di lokasi yang dekat dengan daerah penangkapan. Menurut Djazuli (2009) dalam ”Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) FAO” telah termuat jelas tentang kode etik penangkapan dan pengolahan ikan yang bertanggung jawab dengan berdasar asas dan standar internasional. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin aspek konservasi, pengolahan dan pengembangan efektif sumberdaya hayati akuatik yang berkenaan dengan pelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati. Berdasarkan hal tersebut maka
1
Departemen Kelautan dan Perikanan menetapkan kebijakan strategi pembangunan perikanan dalam bidang pasca panen dan teknologi pengolahan melalui peningkatan mutu dan pengembangan produk bernilai tambah yang mencakup beberapa hal seperti mengurangi penyusutan (losses) yang sekaligus meningkatkan nilai dan pemanfaatannya serta mengoptimalkan pemanfaatan ikan hasil tangkapan (ikan non ekonomis, hasil tangkap sampingan dan hasil samping proses industri) melalui pengembangan produk bernilai tambah. Tahun 2011 Pemerintah menargetkan pertumbuhan produksi perikanan nasional naik 20-30% setelah membangun minapolitan yang berbasis ikan. Tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan sasaran produksi ikan sebesar 12,26 juta ton. Angka ini meningkat 13% dari produksi tahun 2010 sebesar 10,85 juta ton. Dukungan konsumsi dalam negeri sangat diperlukan untuk membangun alur pemasaran yang kuat, yang bisa membangun kepercayaan pelaku usaha sektor perikanan dari hulu sampai hilir. Peningkatan konsumsi ikan diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkat konsumsi ikan adalah dengan mengembangkan produk olahan ikan, dalam hal ini adalah memanfaatkan ikan by-catch. Menurut Purbayanto et al. (2004), by-catch memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produkproduk olahan yang dapat meningkatkan nilai tambah. Rasio perbandingan ikan tangkapan utama dan by-catch di Indonesia pada bulan Agustus hingga Desember 2004 di perairan Dolak, Kaimana dan sekitar Kepulauan Aru adalah sebesar 1:28, 1:1-13, dan 1:11-41 (Purbayanto et al., 2004). Nilai perbandingan yang besar ini menunjukkan bahwa by-catch di Indonesia memiliki peluang yang besar sebagai alternatif bahan pembuatan produk ikan berbahan baku ikan lumat seperti surimi. Surimi merupakan istilah dalam bahasa Jepang untuk daging ikan yang mengalami proses pelumatan, pencucian (leaching) dengan air, penambahan cryoprotectant, dan penyimpanan beku (Lee, 1986). Surimi dapat dibuat menjadi berbagai macam produk gel ikan (fish jelly product) misalnya bakso ikan, sosis ikan, siomay, dan burger yang spesifikasinya membutuhkan pembentukan gel yang kuat. Melihat begitu banyaknya produk diversifikasi pengolahan surimi maka produk surimi dan industrinya patut untuk mendapat perhatian khusus sehingga dapat lebih berkembang. Selain itu, produk ini juga bisa memberikan nilai tambah sehingga harga jual produk perikanan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi ikan dalam bentuk utuh. Adanya pengembangan diversifikasi produk olahan hasil perikanan juga akan mendukung program gemar makan ikan di kalangan masyarakat. Surimi dapat dibuat dengan menggunakan mesin pemisah tulang dan daging ikan. Pada mulanya pembuatan surimi dikembangkan di Asia Timur. Di Jepang teknologi ini telah berkembang pada awal tahun 1960-an, kemudian proses pembuatan surimi disempurnakan oleh Nishitani Yosuke pada tuhun 1969. Sampai saat ini, Jepang dan Amerika Serikat merupakan produsen utama produk surimi dan produk-produk berbasis surimi. Selain itu, banyak negara-negara pendatang baru yang turut meramaikan perdagangaan surimi di Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, Chili, Kepuluan Faroe, Malaysia dan Indonesia. Pembuatan surimi memerlukan mesin yang dapat membantu proses pelumatan daging ikan. Di Indonesia, mesin surimi dikembangkan oleh PT. Samudera Teknik Mandiri. Mesin yang diberi nama Suritech™ ini merupakan teknologi tepat guna (TTG) untuk diterapkan di masyarakat khususnya masyarakat pesisir yang tempat tinggalnya berdekatan dengan daerah penangkapan. Pengembangan Suritech™ di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif masyarakat pesisir, yaitu dengan mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di kalangan masyarakat pesisir sebagai penggerak roda ekonomi nelayan sehingga akan memicu pertumbuhan usaha-usaha
2
pengolahan yang terkait. Usaha-usaha pengolahan tersebut misalnya pembuatan kerupuk, bakso, otakotak, nugget dan basih banyak lagi produk lainnya. Pengembangan mesin surimi yang dipelopori oleh PT. Samudera Teknik Mandiri sampai saat ini masih dirasa belum bisa berkembang pesat. Permintaan dan penggunaan Suritech™ masih terbatas pada daerah yang terdapat subsidi pemerintah. Keterbatasan permintaan pasar menjadikan produktivitas PT. Samudera Teknik Mandiri rendah. Keterbatasan permintaan ini dapat dikarenakan penggunaan teknologi semacam ini masih tergolong baru bagi masyarakat Indonesia. Penanganan ikan masih cenderung dilakukan dengan cara tradisional seperti pengasinan, pengasapan, dan pengeringan. Perilaku semacam ini dapat mempengaruhi permintaan mesin surimi (SuritechTM). Penggunaan mesin surimi lebih banyak dikenal pada industri skala menengah atas. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan perkembangan teknologi surimi menjadi kendala untuk mengembangkan dan memasarkan mesin SuritechTM di Indonesia. Oleh karena itu, untuk menunjang keberlangsungan industri mesin surimi (Suritech™) diperlukan sebuah penelitian yang mengkaji studi kalayakan usaha tersebut. Studi kelayakan yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis kendalakendala yang dihadapi khususnya dalam bidang manajemen seperti pemasaran dan produksi untuk kemudian mencari solusi dari permasalahan yang ada serta memberikan rekomendasi sehingga dapat menunjang keberlangsungan industri mesin Suritech™. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diketahui usaha-usaha untuk mengoptimalkan potensi peluang dan mengantisipasi hambatan yang mungkin terjadi, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak seperti pelaku usaha penangkapan ikan, industri pengolahan surimi dan PT. Samudera Teknik Mandiri sebagai penyedian mesin utama penunjang pengolahan surimi.
1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkat kelayakan pengembangan usaha produksi mesin pengolahan surimi berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek legalitas dan aspek finansial berdasarkan kriteria NPV, Net B/C ratio, IRR dan Payback Period.
1.3 1. 2. 3. 4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, seperti: Memberikan informasi kelayakan industri mesin surimi berdasarkan kajian nyata di lapangan. Memberi masukan bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan pengembangan usaha industri surimi skala kecil menengah untuk mengembangkan produk-produk olahan ikan. Informasi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian dan kajian lebih lanjut terkait dengan pengembangan surimi. Sarana pembelajaran bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dan mempertajam kemampuan menganalisis permasalahan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surimi Kata surimi berasal dari bahasa Jepang yang telah diterima secara internasional untuk menggambarkan hancuran daging ikan yang telah mengalami berbagai proses yang diperlukan untuk mengawetkannya. Keunggulan dari surimi diantaranya dapat diolah menjadi berbagai macam variasi produk-produk lanjutan dalam berbagai bentuk dan ukuran (Okada, 1992). Surimi merupakan daging lumat yang dicuci berulang-ulang sehingga sebagian besar bau, darah, pigmen dan lemak hilang, termasuk protein yang larut dalam air sebagian besar pun ikut hilang. Umumnya ke dalam surimi ditambahkan bahan untuk meningkatkan sifat elastisitas gel. Cara tersebut dilakukan untuk mendapatkan suatu bahan yang putih, mengurangi bau amis dan memiliki sifat elastis gel yang tinggi (Paranginangin et al., 1999). Pada dasarnya seluruh jenis ikan secara teknis dapat dibuat menjadi surimi, namun untuk ikan berdaging putih yang tidak berbau lumpur, umumnya tidak terlalu amis serta memiliki kemampuan pembentukan gel yang bagus dan memberikan hasil (surimi) yang baik. Sedangkan untuk ikan air tawar juga dapat menjadi bahan baku pembuatan surimi tetapi harus dilakukan pemberokan agar bau lumpur pada produk akhir dapat berkurang (Paranginangin et al., 1999). Pemberokan adalah pembersihan ikan di dalam kolam yang berisi air bersih. Ikan dipuasakan sehingga kotoran dalam tubuh ikan keluar melalui saluran sekresi dan kotoran yang menempel pada tubuh ikan ikut terlepas. Menurut Djazuli (2009), ikan by-catch yang tergolong dalam jenis-jenis ikan demersal memiliki rendemen yang berbeda untuk dijadikan surimi. Beberapa rendemen jenis ikan yang dapat dijadikan surimi seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rendemen Surimi Beberapa Jenis Ikan By-catch Jenis ikan Rendemen (%) Bambangan (Lutjanus sp) 30,56 Tigawaja (Johnius dussumieri) 30,23 Kurisi (Nemiptherus sp) 38,73 Beloso (Saurida sp) 34,47 Lecam (Lethrinus sp) 30,47 Biji Nangka (Upeneus sp) 32,13 Pisang-pisang (Caesio chrysozonus) 31,56 Swangi (Priacanthus tayenus) 30,73 Rata-rata Sumber: Djazuli (2009)
32,00
Kriteria paling penting untuk menentukan kualitas surimi adalah kekuatan gel yang dibentuknya. Kekuatan gel ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis ikan, tingkat kesegaran, pH dan kadar air, pencucian, umur tingkat kematangan gonad, konsentrasi dan jenis penambahan serta suhu dan waktu pemasakan (Suzuki, 1981). Menurut Paranginangin et al. (1999), beberapa keuntungan surimi antara lain adalah sebagai berikut : 1. Surimi dapat digunakan secara langsung untuk pengolahan produk-produk makanan seperti bakso, sosis, kamaboko dan burger. 2. Surimi tidak berbau, bebas tulang dan duri sehingga produk-produk olahan lebih mudah dikonsumsi oleh berbagai tingkat usia.
4
3. 4. 5. 6.
Pasokan dan harganya relatif stabil karena surimi dapat disimpan lama dan ini memudahkan perencanaan produksi olahannya. Biaya penyimpanan, distribusi dan transportasi lebih murah, karena surimi merupakan bagian ikan yang bermanfaat saja. Menghemat waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih murah. Masalah pembuangan limbah lebih kecil.
Tahapan dalam pengolahan surimi adalah penyiangan diantaranya deheading (pembuangan kepala), gutting (pembuangan jeroan dan kotoran), deboning (pembuangan tulang) dan mincing (pelumatan atau pengecilan ukuran partikel) serta penghilangan komponen yang tidak diinginkan. Benjakul et al.(2001), menyatakan bahwa pencucian merupakan tahap kritis dalam proses pembuatan surimi. Pencucian dapat menghilangkan materi yang dapat larut air seperti darah, protein sarkoplasma, enzim pencernaan, garam non organik, dan senyawa organik bermolekul rendah seperti trimetilelamin oksida. Pencucian juga dapat meningkatkan kualitas warna dan aroma, serta meningkatkan kekuatan gel surimi. Komponen utama yang larut dalam air akan hilang dalam jumlah yang banyak pada siklus pencucian pertama kali. Agitasi selama lima menit dalam setiap kali pencucian untuk pencucian sebanyak dua kali dengan rasio air dan daging 3:1 telah dinilai cukup (Lee, 1986). Benjakul et al. (2001) melaporkan bahwa 27% dan 38% protein hilang berturut-turut pada pencucian sebanyak dua kali dan tiga kali dalam proses pengolahan surimi. Pembuatan surimi memerlukan bahan tambahan dengan tujuan tertentu, misalnya meningkatkan konsistensi nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan serta bentuk, tekstur, dan rupa produk (Winarno, 1980). Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan surimi tersebut pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kualitas surimi. Bahan tambahan yang digunakan tersebut adalah hidrogen peroksida (H2O2) dan cryoprotectant yang berfungsi sebagai anti denaturan selama masa penyimpanan beku. Surimi beku dapat dibedakan menjadi dua yaitu mu-en surimi (surimi tanpa garam) dan ka-en (surimi dengan garam). Surimi mu-en dibuat dengan menggiling campuran daging ikan yang telah dicuci dengan air dan dicampur dengan gula dan polyphosphate. Surimi ka-en diolah dengan cara menggiling campuran daging ikan yang telah dicuci dan dicampur dengan gula dan garam (NaCl) dan telah mengalami proses pembekuan. Selain itu, juga terdapat tipe surimi yang tidak mengalami proses pembekuan yang disebut ”Surimi na-ma” (Surimi mentah) (Suzuki, 1981). Standarisasi syarat mutu surimi beku telah ditentukan oleh SNI 01-2694-1992. Di dalam SNI tersebut terdapat beberapa ketentuan seperti bahan baku surimi yang meliputi: a. Rupa dan warna : bersih, warna daging spesifik jenis ikan b. Aroma : segar spesifik jenis c. Daging : elastis, padat dan kompak d. Rasa : netral agak amis Untuk mempertahankan mutu surimi beku dilakukan dengan segera mengolah bahan baku, jika harus terpaksa menunggu proses lebih lanjut harus disimpan dengan es atau air dingin (0-5 oC), kondisi saniter dan higienis. Syarat mutu surimi beku tersebut disajikan pada Tabel 3.
5
Tabel 3. Syarat Mutu Surimi Beku Jenis Uji 1. Organoleptik - Nilai min
Satuan
Persyaratan Mutu 7
2. Cemaran Mikroba - ALT, maks Koloni/g 5 x 105 - Escherichia coli APM/g <3 - Coliform per 25 g 3 - Salmonella *) per 25 g Negarif - Vibrio cholerae *) Negatif 3. Cemaran kimia - Abu total, maks % b/b 1 - Lemak, maks % b/b 0,5 - Protein, min % b/b 15 4. Fisika o - Suhu pusat, maks C -18 oC - Uji lipat, min Grade A 2 - Elastisitas, min g/cm 300 *) jika diperlukan Keterangan : ALT = Alat Lempeng Total; APM = Angka Paling Memungkinkan Sumber : Standarisasi Nasional Indonesia (SNI 01-2694-1992)
2.2 Industri Pengolahan Surimi 2.2.1 Perkembangan Industri Surimi Sejak dimulainya industri pengolahan beku di Jepang tahun 1960, penelitian, teknologi pengolahan dan peralatan mulai dikembangkan (Noguchi, 1982). Proses pemisahan daging ikan dan tulangnya telah lama diperkenalkan sejak 1978 oleh beberapa ahli yang bergerak di bidang pengolahan hasil perikanan. Desain yang dikemukakan oleh Lanier (1992), dalam proses pemisahan antara daging ikan dan tulangnya, ikan dipres diantara sabuk dan berpori. Lumatan daging dan lemak ikan melalui lubang-lubang berpori pada drum sedangkan tulangnya akan menempel pada sabuk dan dinding drum berpori. Tekanan yang digunakan tidak begitu tinggi sehingga ukuran dari lubanglubang dapat diperbesar dari yang biasa digunakan berdiameter 3-5 mm. Hasil yang digunakan memiliki tekstur yang bermacam-macam tergantung dari diameter lubang pada drum (Purbayanto et al., 2004). Pengembangkan meat bone separator (alat pemisah daging ikan) yang cukup sederhana dan murah. Prinsip dasar yang dikembangkan terdiri dari sebuah silinder horizontal berongga, dua silinder berpori yang berhadapan dan memerlukan pompa hidrolik, katup, dan kontrol-kontrol pengoperasian. Proses pemisahan dilakukan dengan adanya tekanan pada silinder berpori dan silinder penekan. Daging ikan akan melalui pori-pori tersebut dan tulangnya akan lengket pada silinder tekan. Proses tersebut dilakukan secara kontinyu (Purbayanto et al, 2004)
6
PROSES IKAN SEGAR Pencucian
TUJUAN
Cuci dalam air es
Penyiangan
Pencucian
Cuci dalam air es
Pemisahan daging
Mendinginkan ikan
Rotary fish washer
Rotary fish washer
Membuang kepala dan isi perut
Pisau
Mesin
Menghilangkan sisik dan darah
Rotary fish washer
Rotary fish washer
Memisahkan daging dari tulang, duri, dan kulit
Meat-bone separator
Meat-bone separator
Tanki leaching
Tanki leaching
Rotary sieve, hidraulic press
Screw press
HANCURAN LUMATAN DAGING (MINCED MEAT) Leaching Air es (1:4) + 0,3% Menghilangkan garam (2 kali) protein larut air, darah, dan bau Pengepresan
Membuang air, mengepres kelebihan air
METODE SEMI MODERN MODERN
Membuang air cucian, mengatur kadar air sampai 8082%
LUMATAN DAGING YANG TELAH DICUCI (LEACHED MEAT) Straining Mengilangkan sisa kulit, duri, dan sisik
Strainer
Pencampuran
3-5% gula halus 0,2%poliposfat
Mengurangi freezedenaturation dan meningkatkan WHC
Mixer
Silent cutter
Pengepakan
Dalam plastik PE
Pengemasan
Manual
Fillling machine
-30oC
Suhu pusat -20oC dalam aktu 4-6 jam
Contact/air blast freezer
Kotak karton – (18oC-20oC)
Mengurangi dehidrasi selama penyimpanan beku
Cold strorage
Pembekuan
SURIMI BEKU
Gambar 1. Aliran Proses Pengolahan Surimi Beku (Tan et al., 1988)
7
Teknologi pengolahan surimi yang digunakan oleh industri saat ini paling banyak menggunakan metode rotary rinser/screw press. Secara umum alir proses pengolahan surimi terdiri dari persiapan bahan baku, penghilangan tulang, pencucian daging lumat, pengurangan kadar air (pengepresan), penapisan (straining), penambahan bahan tambahan dan pembekuan (Gambar 1). Pengolahan surimi memerlukan daging ikan bermutu tinggi. Berbagai cara ditempuh sebagai upaya untuk mempertahankan mutu daging ikan. Penggunaan suhu rendah merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan, baik selama penyiangan, pembilasan, pelumatan hingga pengemasan. Pada penyimpanan jangka pendek, cukup di lakukan dalam peti berinsulasi dengan menyusun ikan secara berlapis yang ditambah hancuran es sampai penuh dengan perbandingan antara ikan dan es adalah 1 : 3. Dengan cara seperti ini suhu ikan dapat dipertahankan rendah (sekitar 0 oC) sehingga kesegaran ikan juga dapat dipertahankan hingga beberapa hari.
2.2.2
Perkembangan Industri Mesin Surimi di Indonesia
Perusahaan yang memproduksi mesin surimi di Indonesia tidaklah banyak. PT. Samudera Teknik Mandiri merupakan perusahaan pertama yang memproduksi mesin surimi di Indonesia. Inovasi teknologi yang dilakukan oleh Tim peneliti Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB ini berhasil menciptakan mesin Suritech TM generasi ke-1 pada tahun 2006. Mesin hasil penelitian yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, Teknologi ini terus mengalami penyempurnaan untuk meningkatkan efektivitas dan performa mesin. Hingga saat ini perusahaan telah menghasilkan mesin Suritech generasi ke-7 yang telah memiliki performa teknis yang tinggi serta telah diuji oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian. Gambar perkembangan mesin SuritechTM dari generasi 1 – 7 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri Gambar Mesin Keterangan Generasi 1 Dibuat pada tahun 2005 dan telah digunakan di Papua Spesifikasi: - Dimensi 1x1x1,5 - Kapasitas 130 kg - Daya 2 HP - Lebar belt 30 cm, tebal 6 ml - Menggunakan pisau pengumpan di dekat corong (pemotong) - Bodi mesin menggunakan kanal - Posisi daging dan tulang bersebelahan - Posisi motor diluar sebelah kanan - Sistem roda gigi dan rantai
8
Tabel 4. Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri (Lanjutan) Gambar Mesin Keterangan Generasi ke 3 Dibuat pada bulan Februari - Maret tahun 2007 dan digunakan oleh BIC-BPPT untuk Pilot Project di Jambi Perbedaan dari G-2: - Tenaga 1 Hp - Motor mesin terletak di sebelah kiri atas - Bodi mesin menggunakan plat besi 6 ml - Posisi corong pengeluaran daging dan tulang terpisah
Generasi 4
Dibuat pada bulan April dan Juni 2007 dan telah digunakan di Aceh atas kerjasama dengan PKSPL dan IPTEKDA LIPI Perbedaan dari G-3: - Posisi motor berada disebelah kanan atas - Terdapat skrap mika untuk membersihkan tulang - Skrap terbuat dari plastik mika setebal 4-6 ml - Tidak ada penutur motor (gear box) dihilangkan
Generasi 5
Dibuat pada Agustus 2007 dan digunakan oleh PT Xaputra Multicon untuk industri pengolahan surimi, Aceh. Perbedaan dari G-4: - Motor yang digunakan 2 HP - Corong pengeluaran daging lebih lebar - Terdapat pintu (celah) untuk membersihkan dari atas
9
Tabel 4. Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri (Lanjutan) Gambar Mesin Keterangan Generasi 6 G-6 telah dipasarkan secara luas. - Motor yang digunakan ½ HP - Tidak menggunakan pisau pengumpan - Menggunakan rol penekan - Kabel input listrik di depan mesin
Generasi 7
A
B
Dipasarkan secara masal. Perbedaan dari G-6: - Casing kanan dihilangkan - Corong pemasukan ikan dihilangkan - Kabel terletak di belakang mesin - Skraper terbuat dari stainless steel setebal 1 cm - Terdapat 2 tipe untuk darat (A) dan di atas kapal (B). - Ukuran lebih lebar untuk penggunaan di atas kapal.
Prinsip kerja mesin SuritechTM adalah memanfaatkan tekanan antara belt dan silinder berpori. Ikan yang telah dibersihkan isi perut dan dipotong kepalanya dimasukkan ke dalam corong input, selanjutnya mengalami tekanan antara belt dan silinder berpori. Daging ikan yang masuk ke dalam silinder berpori akan dikeluarkan ke corong output. Spesifikasi mesin SuritechTM generasi ke 7 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Spesfikasi Mesin SuritechTM Keterangan Spesifikasi Dimensi, berat 720 x 730 x 950 mm, 200 kg Bahan - Stainless steel (sistem proses) - Plat besi (body mesin) Penggerak Motor listrik ½ HP, 1420 rpm Daya listrik 400 - 600 watt, 220 V Transmisi Sistem roda gigi Kapasitas 80 kg/jam bahan baku ikan segar Efektivitas 94,18% (susut hasil 3,40%) (Hasil uji ALSINTAN, 2009) Dibandingkan dengan mesin produk luar negeri (impor), mesin SuritechTM memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: 1. Teknologi tepat guna sehingga sangat sesuai bagi UMKM
10
2. 3. 4. 5.
Bentuk kompak untuk digunakan di darat maupun di atas kapal ikan Kinerja mesin dengan efektivitas pemisahan yang tinggi Harga lebih murah dibandingkan produk yang ada (mesin impor) Mudah dan aman dalam pengoperasian serta perawatan.
2.3
Studi Kelayakan Industri
Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis perencanaan yang sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang memiliki pengaruh terhadap kemungkinan proyek mencapai sukses. Semua data, fakta, dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam studi kelayakan tersebut akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan, dibatalkan atau direvisi. Proyek terdiri dari tahapan pra-konstruksi dan secara teoritis merupakan penentuan perlu tidaknya proyek dilanjutkan (Soeharto, 2002). Sedangkan menurut Husnan dan Suwarsono (2000), studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek investasi dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi nasional. Studi kelayakan proyek perlu dilakukan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan pemilihan investasi di dalam suatu proyek yang tepat, dari berbagai alternatif yang bisa dilaksanakan. Menurut Gray (1993), studi kelayakan proyek juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek. Terdapat beberapa aspek penting yang perlu dikaji dalam suatu studi kalayakan proyek, antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional – manajemen – organisasi -, aspek finansial, dan aspek sosial ekonomi. 2.3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek pasar menempati prioritas pertama dan utama dalam suatu studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya pangsa pasar yang cukup potensial. Sistematika proses pengkajian pasar berturut-turut adalah penilaian (assessment) situasi, penyusunan strategi, pengumpulan data dan informasi serta analisis dan peramalan. Lingkup menyusun startegi termasuk mendefinisikan masalah (problem definition) yang dikaji. Dalam hal ini agar suatu pengkajian aspek pasar dapat efektif harus dilakukan pada jadwal yang tepat, memilih metode yang dapat memberikan hasil akurat, dan memiliki relevansi erat dengan subjek yang dikaji (Soeharto, 2002). Soeharto (2002) menambahkan bahwa studi kelayakan suatu usulan proyek dengan tujuan menghasilkan produk tertentu umumnya membatasi penekanan pada analisa masalah-masalah berikut: 1. Prakiraan penawaran dan permintaan, yang meliputi perincian permintaan, permintaan saat ini dan masa depan, penawaran, konsumen, dan kebijakan, peraturan dan perencanaan pemerintah. 2. Pangsa pasar dan persaingan, yang meliputi pangsa pasar, persaingan dan harga. 3. Strategi pemasaran, yang meliputi segmentasi, targetting, positioning, dan bauran pemasaran. Sutojo (2002), menyatakan bahwa dalam mengkaji aspek-aspek pasar dan pemasaran hal yang perlu diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk di masa yang akan datang, kemungkinan adanya persaingan dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk dan pemasaran. 2.3.2
Aspek Teknis dan Teknologi Aspek teknis dan teknologi merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Tujuan aspek ini adalah apakah secara teknis dan pilihan teknologi serta rencana pelaksanaan proyek
11
telah layak atau tidak layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin (Umar, 2003). Teknologi yang dipilih berdasarkan patokan umum yang dapat dipakai, yaitu dengan mengetahui seberapa jauh penggunaan mesin yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan, kesesuaian dengan bahan mentah yang dipakai, keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam mengoperasikan teknologi, kemampuan antisipasi terhadap teknologi lanjut (Umar, 2003). Soeharto (2002), mengungkapkan bahwa pemilihan teknologi juga dilakukan untuk menentukan teknologi proses produksi yang digunakan, berarti memilih proses dalam menghasilkan produk, menentukan denah, fasilitas penunjang dan desain engineering yang diperlukan. Pada dasarnya dikenal dua macam teknologi proses produksi, yaitu: 1) Proses kontinyu, di mana proses ini umumnya dimaksudkan untuk menghasilkan volume output yang besar dan sifat operasinya berulang-ulang (repetitif). 2) Proses intermitten atau batch, yaitu proses yang menangani bermacam-macam proses yang berbeda. Menurut Umar (2003), hal-hal pokok yang harus dianalisis dalam aspek teknis dan teknologi meliputi rencana kapasitas produksi yang diharapkan dan pemilihan teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan perusahaan, menentukan desain produk yang akan dipilih, penentuan lokasi pabrik, tata letak pabrik yang optimal, berapa luas/skala produksi yang direncanakan serta bagaimana ketersediaan bahan baku yang aman selalu dapat dipergunakan jika dibutuhkan dalam proses. 1) Bahan baku, bahan pembantu, dan bahan pendukung Bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan dibutuhkan agar operasi produksi dalam proyek dapat berjalan lancar. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi standar syarat teknis produksi yang ditentukan, misalnya standar mutu, serta ketersediaannya dalam jumlah yang mencukupi setiap saat apabila dibutuhkan. Biaya pemenuhan bahan baku tersebut tidak boleh melampaui batas maksimal yang dapat ditolerir agar tidak mempengaruhi kemampuan proyek memasarkan produk yang dihasilkan serta memperoleh keuntungan yang wajar (Sutojo, 2002). Sutojo (2002), menambahkan tersediaan bahan baku dan bahan pembantu secara kontinyu dengan tingkat harga yang wajar, merupakan salah satu syarat agar proyek dapat beroperasi secara sehat di bidang teknis dan komersial. Bahan baku dan bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proyek dapat berupa bahan yang belum diproses atau bahan setengah jadi. Pengadaannya dapat dilakukan dari dalam negeri atau dengan mengimpor. Jika bahan baku dan bahan pembantu dapat diperoleh dari dalam negeri hendaknya diperkirakan dari daerah mana saja bahan tersebut diperoleh, apakah bahan tersebut terpusat pada suatu daerah tertentu atau tersebar di berbagai tempat. Perlu diperhatikan bahwa untuk beberapa jenis industri yang direncakan beroperasi dalam skala besar, ada kemungkinan ketersediaan bahan baku tidak dapat terpenuhi seluruh kebutuhan dalam industri tersebut. 2) Kapasitas Produksi Kapasitas produksi didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit beroperasi dalam waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran per satuan waktu. Proses dalam persencanaan kapasitas adalah sebagai berikut: 1. Memperkirakan permintaan di masa depan, termasuk dampak dari perkembangan teknologi, persaingan dan lainnya. 2. Menjabarkan perkiraan itu dalam kebutuhan kapasitas fisik. 3. Menyusun pilihan rencana kapasitas. 4. Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana.
12
5. 6.
Meninjau resiko dan pengaruh strategi atas pilihan rencana. Memutuskan rencana pelaksanaan
3) Penentuan Lokasi Lokasi berdirinya suatu proyek merupakan suatu hal penting bagi perusahaan karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perusahaan yang didirikan tanpa pertimbangan lokasi yang ekonomis dapat mengalami kesulitan dalam menjamin kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab mengapa perusahaan beroperasi secara tidak efisien dan efektif, sehingga biaya produksi menjadi tinggi. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi industri diperlukan suatu pengkajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dari industri tersebut. Menurut Sutojo (2002), lokasi suatu industri sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, letak sumber bahan baku, daerah pemasaran, serta faktor lingkungan. Menurut Behrens (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi analisis lokasi suatu industri dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor utama dan faktor sekunder. Faktor utama akan mempengaruhi secara langsung terhadap kegiatan produksi dan distribusi dari industri yang akan didirikan. Faktor tersebut meliputi letak pasar, sumber bahan baku, tingkat biaya dan ketersediaan fasilitas pengangkutan, biaya dan ketersediaan tenaga kerja serta adanya pembangkit listrik. Sedangkan faktor sekunder merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan selain faktor utama dalam analisis lokasi. Faktor tersebut antara lain rencana masa depan, biaya tanah dan bangunan, kemungkinan perluasan, ketersediaan air, sikap masyarakat didaerah lokasi, dan kondisi iklim. 4) Perencanaan Tata Letak Mesin dan Ruangan Perencanaan tata letak fasilitas merupakan proses perancangan (design) dan pengaturan fasilitas fisik (mesin, peralatan, lahan, bangunan/ruang) untuk mengoptimalkan keterkaitan antara pekerja, aliran bahan, aliran informasi dan metode yang dibutuhkan dalam rangkan mencapai tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis dan aman (Apple, 1990). 2.3.3
Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek manajemen dan organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua yakni manajemen proyek, yaitu pengelolaan kegiatan yang terkait dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek berbentuk fisik, manajemen operasi atau produksi fasilitas hasil proyek. Cakupan manajemen organisasi meliputi pengelolaan kegiatan yang langsung berhubungan dengan memproduksi barang atau memberikan pelayanan. Mulai dari usaha mendapatkan sumber daya, mengkonversi masukan menjadi produk atau pelayanan yang diinginkan. Masukan tersebut dapat terdiri dari bahan mentah, tenaga kerja, material, energy, dan waktu (Soeharto, 2000). Ariyoto (1990) menyatakan bahwa manajemen merupakan cara mencapai tujuan dari sumbersumber yang ada. Sumber-sumber ini adalah uang (modal), mesin dan peralatan, personil (tenaga kerja) dan material. Umar (2003) menambahkan bahwa aspek manajemen adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan perusahaan tujuan dari kajian aspek manajemen adalah mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Manajemen meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, anggota direksi, dan tenagatenaga lainnya (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis dari aspek ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai struktur organisasi perusahaan. dari gambaran tersebut akan
13
diketahui tenaga manajemen apa dan berapa yang diperlukan untuk mengelola proyek secara berhasil (Sutojo, 2002). 2.3.4
Aspek Legalitas Aspek legalitas penting karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku badan usaha untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalkan kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha adalah tentang izin-izin yang harus dimiliki karena dapat dikatakan bahwa izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990). Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan kreditur dan investor bahwa proyek yang akan diuat sesuai dengan peraturan yang berlaku (Umar, 2005). Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), dalam pengkajian aspek yuridis atau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan. Mengacu pada undang-undang wajib daftar perusahaan, perusahaan didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) pengertian perusahaan tdak diberikan penjelasan resmi, tetapi istilah perusahaan mendung istilah ekonomi yang banyak dipakai dalam KUHD. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa “Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta Peraturan pelaksanaannya” Perusahana Terbatas merupakan Perusahaan yang oleh Undang-Undang dinyatakan sebagai Perusahaan yang berbadan Hukum. Dengan status yang demikian maka PT menjadi subyek hukum yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai Badan Hukum, PT memiliki kedudukan mandiri (persona standi in judicio) yang tidak tergantung kepada pemegang sahamnya. Dalam PT hanya orang yang dapat mewakili PT atau Perseroan yangd dapat menjalankan Perusahaan. Hal ini berarti PT dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau hutang (Kholil.staff.uns.ac.id). 2.3.5
Aspek Lingkungan Pembangunan suatu industri hendaknya tetap memperhatikan kepentingan manusia dan lingkungannya. Industri yang baik adalah industri yang berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan dapat mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya. Peningkatan kesadaran terhadap masalah lingkungan mengharuskan setiap proyek/industri untuk melakukan analisis dampak lingkungan. Masalah yang timbul dari suatu proyek industri ke lingkungan diantaranya adalah adanya polusi baik polusi udara, air, dan tanah serta suara. Polusi yang dihasilkan dapat berupa limbah, baik limbah padat maupun cair. Umar (2003) menyebutkan bahwa kajian aspek lingkungan hidup bertujuan menentukan dapat dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antara lain peraturan dan perundang-undangan AMDAL dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan. Proyek yang diperkirakan dapat merusak lingkungan atau menyebarkan polusi jelas tidak layak untuk direalisasikan karena berdampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
14
2.3.6
Aspek Finansial Analisis finansial perlu dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan. Selain itu dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan (Djamin, 1984). Proses pengkajian kelayakan atau investasi dari aspek finansial memerlukan pendekatan konvensional yang dilakukan dengan menganalisis perkiraan arus kas keluar dan masuk selama umur proyek (Soeharto, 1998). Analisis finansial merupakan perbandingan antara pengeluaran dan pemasukan suatu proyek dengan melihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut memberikan sumbangan atau rencana yang positif dalam pembangunan ekonomi nasional (Kadariyah et al., 1999). Menurut Edris (1993), kelayakan finansial harus mengungkapkan secara terperinci apakah proyek akan menguntungkan dalam suasana persaingan yang ada dan dalam perekonomian yang tidak menguntungkan keadaannya. Analisis finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani, wiraswastawan atau perusahaan. Nilai barang yang digunakan (misal: upah, harga barang) menggunakan nilai yang berlaku di pasar (market price). Tujuan analisis finansial yang dilakukan suatu industri adalah untuk mengetahui besarnya biaya yang diperlukan untuk memproduksi persatuan output dari suatu produk. Gambaran tentang struktur permodalan perusahan yang mencakup seluruh kebutuhan modal untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi dapat diperoleh dengan melakukan analisis finansial. Untuk memudahkan analisis ini maka perhitungan biaya dikelompokkan menjadi dua yakni biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi meliputi pembiayaan kegiatan pra investasi, pengadaan tanah, bangunan, mesin dan peralatan, berbagai aset tetap, serta biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan proyek. Biaya modal kerja meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik), biaya administrrasi, biaya pemasaran, penyusutan, dan angsuran bunga. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan, serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993). Pengelompokkan biaya dalam studi kelayakan perlu dilakukan untuk dapat membantu manajemen mencapai tujuan. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan pada hubungan biaya dengan produk, volume produksi, departemen fabrikasi dan periode akuntansi. Untuk menghindari salah perhitungan karena timbulnya hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya, maka ditambahkan biaya lain-lain atau biaya yang biasa disebut dengan biaya kontingensi. Nilai yang lazim digunakan dalam menghitung biaya kontingensi adalah sebesar 10 persen (Sutojo, 2002). Komponen biaya yang berpengaruh terhadap perhitungan kebutuhan biaya suatu industri yakni biaya pokok, biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal, pajak dan asuransi, dan garasi/gudang, dan biaya tidak tetap yang meliputi bahan bakar, biaya perbaikan serta pemeliharaan. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan suatu mesin untuk memproduksi satu unit produk. Pramudya dan Dewi (1992) menambahkan, penyusutan merupakan penurunan nilai suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian (waktu). Penyusutan dilakukan untuk mengalokasikan biaya investasi suatu proyek setiap tahun sepanjang umur proyek tersebut. Penyusutan atau penurunan nilai mesin ini dapat terjadi akibat dari adanya bagian mesin yang rusak atau aus, adanya peningktan biaya operasi, penurunan nilai mesin akibat adanya teknologi baru, dan adanya pengembangan perusahaan. Metode yang digunakan dalam perhitungan nilai penyusutan ada empat yakni metode garis lurus, penjumlahan angka tahun, keseimbangan menurun berganda, dan sinking fund.
15
Metode yang sering digunakan dalam perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (De Garmo et al., 1984). Menurut Pramudya dan Dewi (1992), metode garis lurus merupakan metode yang paling mudah dan cepat untuk menghitung biaya penyusutan karena biaya penyusutan dianggap sama setiap tahun atau penurunan nilai suatu alat tetap sampai pada akhir umur ekonomisnya. Cara menghiutngnya adalah harga awal (baru) dikurangi dengan harga akhir pada akhir umur ekonomisnya dibagi dengan umur ekonomisnya. Menurut Gray et al. (1993), kelayakan suatu usaha produksi sangat penting untuk dilihat agar keefektifan suatu proyek dapat direncanakan dan dianalisis. Untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Ada tiga macam kriteria investasi yang umum digunakan dan dapat dipertanggung jawabkan, yaitu: 1. Net Present Value (nilai bersih sekarang) atau NPV merupakan selisih present value arus manfaat dan biaya dihitung berdasarkan discount rate. 2. Internal Rate of Return (tingkat hasil internal) atau IRR merupakan discount rate yang menjadi NPV suatu proyek = 0. 3. Net Benefit Cost (rasio manfaat biaya netto) atau Net B/C ratio merupakan angka perbandingan arus benefit bersih positif terhadap benefit bersih negatif. Ketiga kriteria investasi yang disebutkan di atas merupakan nilai waktu dan uang. Suatu proyek dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika dalam perhitungan diperoleh NPV > 0, IRR > discount rate, Net B/C ≥ 1. Kriteria investasi yang tidak memperhitungkan nilai waktu dan uang adalah payback period (periode pengembalian). Menurut Soeharto (1995), payback period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Payback period biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Berdasarkan payback period pengembalian yang lebih cepat akan lebih disukai dan proyeknya layak untuk dikembangkan.
16
III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia yang memanfaatkannya karena ketersediaan mesin yang terbatas. Hal ini merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi pembuatan dan pengembangan mesin pengolahan surimi oleh PT. Samudera Teknik Mandiri. Pengembangan industri mesin surimi harus mempertimbangkan kelayakan pendirian industri. Beberapa faktor yang perlu dikaji dalam penilaian kelayakan pada pendirian dan pengembangan industri mesin surimi antara lain analisis pasar dan pemasaran, analisis teknis dan teknologi, analisis manajemen dan organisasi, analisis legalitas, analisis lingkungan, dan analisis finansial. Hasil dari analisis-analisis tersebut dapat memberikan gambaran mengenai permasalahanpermasalahan yang mungkin ada, sehingga dapat disusun rekomendasi pengembangannya. Teknik yang dilakukan dalam pengkajian kelayakan industri mesin surimi diawali dengan melakukan studi pustaka sekaligus mempelajari deskripsi produk dan industri mesin surimi. Kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data-data dan informasi yang dibutuhkan. Data dan informasi dapat berupa data primer dan sekunder yang mencakup faktor-faktor penilaian kelayakan pengembangan industri seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Jika data yang dibutuhkan telah cukup kemudian ditabulasikan dan dilakukan analisis pada setiap aspek. Jika data yang dibutuhkan belum cukup maka dilakukan kembali pencarian dan pengumpulan data. Diagram alir kerangka pemikiran tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis studi kelayakan, kasus di PT. Samudera Teknik Mandiri. Pada analisis studi kelayakan menggunakan beberapa tahapan penting untuk pengembangan industri mesin surimi (SuritechTM). Tahapan tersebut antara lain dengan melakukan analisis masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan kelayakan industri. Aspek-aspek yang dikaji adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan organisasi, aspek lingkungan dan legalitas, dan aspek finansial. Untuk mendapatkan penilaian aspek-aspek kelayakan pendirian dan pengembangan PT. Samudera Teknik Mandiri, maka perlu metode yang perlu dilakukan antara lain: 3.2.1
Pengumpulan Data (Penelitian Pendahuluan) Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu analisis industri. Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah pengambian keputusan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan survei lapangan. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait serta para pakar bidang teknik dan teknologi yang sesuai. Survei lapangan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai aspek ketersediaan bahan baku dan pasar. Data sekunder diperoleh dari laporan, artikel, jurnal, data statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya. Jenis data dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada Lampiran 1.
17
Mulai Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri Pengumpulan data (primer dan sekunder) Survei lapang Data cukup?
Tidak
Ya Tabulasi data Analisis pasar dan pemasaran Segmenting, targetting, positioning, marketing mix
Analisis teknik dan teknologi Ketersediaan bahan baku dan bahan pembantu Penentuan kapasitas produksi dan lokasi Pemilihan teknologi proses mesin dan peralatan Tata letak
Analisis manajemen dan organisasi Struktur organisasi Deskripsi kerja Spesifikasi kerja Kebutuhan tenaga kerja
Analisis lingkungan dan legalitas AMDAL Peraturan pemerintah Perizinan
Analisis finansial Penentuan asumsi Sumber dana dan struktur pembiayaan Biaya investasi Proyeksi aliran kas PBP, IRR, NPV, B/C Ratio, ROI, BEP Analisis sensitivitas
Penyusunan laporan
Selesai Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Studi Kelayakan Industri Mesin Surimi
18
3.2.2
Analisis Data (Penelitian Utama) Analisis dilakukan terhadap data primer dan data sekunder yang meliputi analisis ketersediaan bahan baku, pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan, legalitas, dan finansial. Analisis data dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk table dan gambar. Sedangkan data kualitatif dipaparkan dalam bentuk uraian untuk mendukung data kuantitatif. a) Analisis Pasar dan Pemasaran Aspek pemasaran mengkaji beberapa hal yang meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran. Analisis potensi pasar mencakup pemasaran mesin, pemasaran produk surimi, pasar produk, dan ketersediaan bahan baku pembuatan surimi sebagai komponen penting dalam pengaplikasian mesin dalam suatu usaha. Dari hasil analisis aspek pemasaran ini diperoleh gambaran yang jelas mengenai peluang pasar mesin surimi yang ada di Indonesia dan teknik pemasaran yang tepat untuk mencapai target pemasaran. Strategi pemasaran dilakukan setelah analisis potensi pasar selesai dilakukan. Analisis strategi pemasaran yang dilakukan diantaranya segmentasi (segmentation), penentuan target (targeting), dan penentuan posisi pasar (positioning) serta bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi 4P yakni , Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion (Promosi). Tahapan analisis pasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Mulai
Pencarian Data Data Cukup Ya
Tidak
Analisis Potensi Pasar
Penentuan Strategi Pemasaran
Penentuan Bauran Pemasaran
Selesai Gambar 3. Diagram Alir Proses Analisis Pasar dan Pemasaran Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri b)
Aspek Teknis dan Teknologi Aspek teknis dan teknologi meliputi material dan bahan pembantu dalam pembuatan mesin, teknologi dan mesin yang dipakai, proses produksi mesin, kapasitas produksi, dan kontrol kualitas untuk menjamin kualitas mesin yang telah selesai diproduksi. Hasil analisis aspek teknis dan teknologi dapat menunjang pelaksanaan proyek melalui penilaian apakah secara teknis dan
19
pemilihan teknologi serta pelaksanaan proyek telah layak atau belum pada saat operasional secara rutin.
Mulai Pencarian Data Bahan Baku Mesin Data Cukup
Tidak
Ya Analisis Lokasi Pabrik
Analisis dan Penentuan Kapasitas Optimal
Analisis dan Penentuan Teknologi Proses (Mesin dan Peralatan) Penyusunan Diagram Keterkaitan antar Aktivitas, Kebutuhan Luas Ruang Produksi, Jumlah Mesin, dan Jumlah Operator Penyusunan Tata Letak Perusahaan
Selesai Gambar 4. Diagram Alir Proses Analisis Aspek Teknis dan teknologi Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri Bahan baku mesin dianalisis dengan mengkaji jenis bahan dapat digunakan dalam pembuatan mesin, seperti stenless steal dan motor yang digunakan. Dalam analisis ini juga dicari alternatif bahan subtitusi yang lebih murah namun tetap memberikan mutu mesin yang sama. Analisis Lokasi Pabrik dilakukan untuk menilai dan mencari alternatif lokasi pabrik yang paling baik. Kriteria penting untuk lokasi pabrik yang paling baik adalah apabila lokasi yang bersangkutan dekat dengan bahan baku, pasar, dan memiliki akses transportasi yang mudah. Analisis penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan mempertimbangkan potensi pasar. Hal ini mempertimbangkan penyerapan produk di pasaran. Mengingat mesin surimi masih tergolong teknologi baru bagi masyarakat Indonesia maka dapat dipastikan bahwa penetrasi pasar diawal cukup sulit dilakukan. Akan tetapi seiring dengan adanya promosi yang dilakukan perusahaan maka permintaan mesin akan meningkat. Sehingga dalam analisis aspek ini juga perlu adanya analisis kenaikan kapasitas produksi dan persediaan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dimasa mendatang. Analisis dan pemilihan jenis teknologi dan proses produksi yang dilakukan perusahaan didasarkan pada kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Selain itu juga mempertimbangkan kualitas produk yang dihasilkan dari adanya teknologi yang digunakan. Dalam analisis ini dilakukan pemilihan mesin dan peralatan yang paling sesuai dengan kapasitas produksi yang ingin dicapai perusahaan. Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung
20
kegiatan produksi. Metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan luas ruang produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi serta luasan untuk melaksanakan operasi. Penyusunan diagram keterkaitan antar aktivitas, kebutuhan luas ruang produksi, jumlah mesin, dan jumlah operator dilakukan untuk memberikan rekomendasi ruang kerja yang ideal sehingga dapat memberikan kenyamanan kerja bagi karyawan. Ruang kerja yang tidak nyaman atau terlalu sempit sering kali mempengaruhi bahkan menurunkan produktivitas karyawan. Sehingga secara tidak langsung penilaian aspek ini dapat membantu memberikan masukan untuk meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja karyawan. Penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antaraktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area. Untuk menganalisis keterkaitan antar aktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan aktivitas. Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda sandi sebagai berikut. 1. A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan. 2. E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan. 3. I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan 4. O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan 5. U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat. 6. X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak boleh saling berdekatan. Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak bagan keterkaitan antar aktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada bagan keterkaitan antaraktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antar aktivitas. Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan. 2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan. 3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya. 4. Menentukan faktor atau subfaktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan aliran informasi). 5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antar aktivitas. 6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelah kiri bagan keterkaitan antar aktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan menurut logika ketergantungan kegiatan. 7. Memasukkan derajat hubungan antar aktivitas di dalam kotak yang tersedia.
21
Bagan keterkaitan antar aktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi diagram keterkaitan antar aktivitas. Berikut ini tahapan proses pembuatan diagram keterkaitan antar aktivitas. 1. Mendata semua kegiatan pada template kegiatan diagram keterkaitan antar aktivitas. 2. Memasukkan nomor kegiatan dari bagan keterkaitan antar aktivitas pada sisi pojok dan tengah setiap template kegiatan diagram keterkaitan antar aktivitas untuk menunjukkan derajat kedekatan antar aktivitas. 3. Melanjutkan prosedur untuk setiap template yang tersedia sampai keseluruhan kegiatan tercatat. 4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkan yang A terlebih dahulu, kemudian E, dan seterusnya. 5. Menggambarkan pola aliran sementara. Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi. Menurut Machfud dan Agung (1990), berdasarkan tingkat produksi yang telah ditentukan pada pemilihan teknologi proses, maka dapat ditentukan berapa jumlah mesin yang dibutuhkan pada setiap tahapan proses produksi. c)
Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek manajemen dan organisasi mengkaji berbagai hal yang terkait dengan bentuk badan usaha, tenaga kerja yang dibutuhkan, spesifikasi tenaga kerja, deskripsi tenaga kerja, dan struktur organisasi yang ada serta anggota direksi dan tenaga lain yang diperlukan. Dengan melakukan kajian aspek manajemen dan organisasi ini maka diperoleh gambaran mengenai struktur organisasai perusahaan sehingga diketahui tenaga manajemen apa dan berapa yang diperlukan. Aliran analisis manajemen dan organisasi dapat dilihat pada Gambar 5. Mulai
Mempelajari Tujuan Perusahaan
Pertimbangan: • Data Perkiraan Investasi yang Diperlukan dari Penggunaan Mesin dan Bahan Baku • Data Kapasitas Produksi • Teknologi Proses yang Digunakan
Analisis Bentuk Usaha yang Dipilih
Analisis Struktur Organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja, dan Kebutuhan Tenaga Kerja
Selesai Gambar 5. Diagram Alir Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri
22
d)
Analisis Aspek Legalitas Aspek legalitas yang perlu dikaji dalam hal ini adalah bentuk badan usaha, berbagai akte perusahaan, sertifikat dan izin yang diperlukan. Hal ini dinilai penting karena merupakan cakupan dari syarat legalnya suatu usaha. Perusahaan yang memiliki legalitas berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan meyakinkan kreditur dan investor. Aliran analisis aspek legalitas dapat dilihat pada Gambar 6.
Mulai
Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang tentang Pendirian Usaha
Mengkaji : • Bentuk Usaha yang dijalankan • Akte Perusahaan • Sertifikasi Perusahaan • Izin Pendirian Usaha
Selesai Gambar 6. Diagram Alir Analisis Legalitas Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri e)
Aspek Lingkungan Aspek lingkungan mengkaji dan menganalisis berbagai masalah lingkungan yang timbul akibat berdirinya perusahaan. Masalah tersebut memberikan dampak nyata pada lingkungan sekitar yang berupa pencemaran lingkungan seperti air, tanah, dan udara. Ketiga poin ini perlu dilakukan kajian dalam aspek lingkungan beserta upaya yang dilakukan untuk menanganinya. Hasil dari penilaian berupa evaluasi lingkungan dan masukan yang berupa saran untuk memperbaiki penanganan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Aliran analisis aspek lingkugan dapat dilihat pada Gambar 7. Mulai
Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang tentang Lingkungan Usaha
Analisis Masalah Lingkungan Perusahaan (Air, Tanah, dan Udara)
Selesai
Gambar 7. Diagram Alir Analisis Lingkungan Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri
23
f)
Aspek Finansial Aspek terakhir yang perlu dikaji adalah aspek finansial. Tujuan akhir dari aspek finansial adalah untuk menilai apakah pembangunan proyek perusahaan layak atau tidak secara finansial. Untuk itu perlu dilakukan kajian besarnya kebutuhan modal yang diperlukan perusahaan yang mencakup biaya investasi dan biaya modal kerja. Untuk memperoleh hal tersebut maka dilakukan penilaian berdasarkan kriteria investasi yang mencakup Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (Net B/C) dan payback period. Keempat metode investasi ini dipilih karena telah mewakili semua aspek penting, seperti nilai waktu dan uang serta evaluasi proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Suatu proyek dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika dalam perhitungan diperoleh NPV > 0, IRR > discount rate, Net B/C ≥ 1. Berdasarkan payback period pengembalian yang lebih cepat akan lebih disukai dan proyeknya layak untuk dikembangkan. 1.
Net Present Value (NPV) Net present value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu (Husnan dan Suwarsono, 2000; Hernanto, 1991). Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut. , dengan Bt Ct i t n
= keuntungan pada tahun ke-t (aliran kas masuk tahun ke-t) = biaya pada tahun ke-t (Biaya kas keluar tahun ke-t) = tingkat suku bunga (%) atau arus pengembalian (rate of return) = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n) = umur ekonomis proyek
Proyek dianggap layak dan dapat dijalankan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal atau setelah diperhitungkan discount rate yang berlaku. 2.
Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen (Gray et al., 1993). Menurut Sutojo (2002), IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan penghitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut. , dengan
atau dengan
NPV(+) = NPV bernilai positif NPV(-) = NPV bernilai negatif i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif. , Bt = Keuntungan tahun ke-t (Aliran kas tahun ke-t)
24
Ct = Biaya tahun ke-t (Aliran kas keluar tahun ke-t) i = IRR = indeks bunga per tahun atau arus pengembalian (rate of return). dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut : - Jika IRR ≥ discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan - Jika IRR < discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, karena pertumbuhan uang akibat investasi dari proyek tersebut lebih kecil daripada pertumbuhan uang jika ditabung di bank. 3.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif dan present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al., 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut. , untuk Bt-Ct > 0 , , untuk Bt-Ct < 0
Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999). 4.
Payback Period (PBP) (Periode Pengembalian) Payback Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Payback Period biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Payback Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus : , Dengan : P = waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi V = jumlah modal investasi I = manfaat bersih rata-rata per tahun per periode. Semakin cepat modal investasi dikembalikan, maka semakin baik usaha/proyek tersebut. 5.
Perhitungan Nilai Sisa Menurut Gittinger (1986), dalam suatu kegiatan investasi tidak semua biaya modal habis digunakan selama periode rencana investasi, sehingga tersisa suatu nilai yang disebut nilai sisa (residual value). Nilai sisa dihitung pada saat proyek berakhir berdasarkan perhitungan depresiasi (penyusutan) asset per tahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomisnya. Menurut Soeharto (1998), untuk memudahkan perhitungan maka nilai sisa sebagai harga penjualan asset pada akhir tahun penyusutan dapat diassumsikan sama dengan nol. Metode penyusutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis lurus (straight line depreciation). Metode garis lurus ini adalah metode yang mengasumsikan bahwa penyusutan merata sepanjang periode asset masih berfungsi (Soeharto, 1998).
25
IV. PROFIL PERUSAHAAN 4.1
Sejarah Singkat PT. Samudera Teknik Mandiri PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang inovasi dan produksi mesin pemisah daging dan tulang ikan. Mesin SuritechTM merupakan salah satu teknologi tepat guna yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan Hasil Tangkap Sampingan (HTS) atau by-catch dan ikan-ikan ekonomis rendah hasil dari kegiatan perikanan pantai. Mesin SuritechTM mampu mengolah ikan-ikan tersebut menjadi daging lumat (surimi) yang pada tahap selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai jenis produk olahan lainnya seperti bakso, empek-empek, nugget, sosis, dan kaki naga. SuritechTM merupakan sebuah mesin yang lahir karena terilhami dari jumlah hasil tangkap sampingan (by-catch) di Laut Arafuru yang sangat banyak pada penangkapan udang. Dari hal tersebut, kemudian Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, Eddi Husni, ST, M.Si, Ir. Beni Pramono, M.Si, dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si mewujudkan sebuah teknologi tepat guna untuk memanfaatkan hasil tangkap yang dibuang. Pada awalnya mesin ini diberinama ”Arius Fish Meat Bone Separator”. Mesin ini pertama kali diterapkan di Provinsi Papua pada pilot project kerjasama PEMDA Papua dan PT. Sucofindo pada tahun 2005. Dalam perjalannya, permintaan terhadap mesin ini terus meningkat. Adanya motivasi untuk memajukan perikanan dan pengembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di bidang perikanan, maka improvisasi dan penyempurnaan mesin ini terus dilakukan hingga kemudian lahirlah ”SuritechTM”. Pada tahun 2006 Research Working Group on Coastal Fisheries Develompment dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, IPB yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, dan beranggotakan Eddi Husni,ST M.Si, Ir.Beni Pramono, M.Si, M.Riyanto, S.Pi M.Si dan Adi Susanto S.Pi bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Program IPTEKDA LIPI melakukan pembinaan terhadap 2 UKM di Pelabuhan Ratu. UKM tersebut adalah KUB Tiga Waja yang memproduksi bakso dan KUB Hurip Mandiri yang memproduksi otak-otak, nugget, kerupuk dan abon ikan. Hasil modifikasi dan penyempurnaan mesin Suritech™ kemudian diaplikasikan melalui kedua UKM tersebut. Semangat untuk menjadi penggerak ekonomi masyarakat pesisir melalui teknologi Suritech™ sebagai teknologi tepat guna (TTG), dan keinginan untuk memasyarakatkan Suritech™ keseluruh pelosok tanah air terjawab melalui program Inkubasi RAMP (Recognition and Mentoring Program) pada tahun 2007. Melalui program ini, maka lahirlah workshop khusus yang bergerak dalam pengembangan mesin pemisah daging dan tulang ikan dengan nama PT. Samudera Teknik Mandiri yang memproduksi mesin Suritech™. Dengan slogan The Innovative Technology Manufacturing, Samudera Teknik Mandiri terus berkembang untuk melahirkan inovasi-inovasi teknologi yang menjadi kebutuhan masyarakat, bukan hanya terbatas pada mesin Suritech™ tetapi juga teknologi pasca pengolahan seperti teknologi pembuatan bakso, nugget, otak-otak, empekempek, kerupuk ikan, pengasapan ikan, dan produk olahan lainnya. 4.2
Lokasi PT. Samudera Teknik Mandiri PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM) berlokasi di Vila Ratu Indah, Sindang Barang Pilar I, RT.05/RW.VI, Kelurahan Sindang Barang, Bogor. Lokasi tersebut merupakan lahan sewaan. Luas area perusahaan secara keseluruhan adalah 335 m2 dengan total luas bangunan 89,6 m2 yang terdiri dari bangunan utama 4 x 3,5 m, tempat Workshop 9 x 6 m, rumah jaga 6 x 3 m, dan dua buah kamar mandi yang masing-masing memiliki luas 1,5 x 1,2 m. Bangunan utama merupakan tempat untuk melakukan koordinasi bagi semua anggota tim dan merencanakan langkah-langkah kegiatan
26
perusahaan selanjutnya. Workshop merupakan tempat kerja yang dilengkapi dengan gudang penyimpanan. Sementara itu, rumah jaga diperuntukan bagi karyawan yang sekaligus bertanggung jawab terhadap keamanan barang-barang yang ada. 4.3
Struktur Organisasi Sampai saat ini struktur organisasi PT. Samudera Teknik Mandiri masih sederhana. Perusahaan hanya diisi oleh 4 orang sebagai tenaga manajemen. Hal ini dilakukan perusahaan untuk mengefisienkan tenaga kerja yang ada karena perusahaan masih termasuk dalam skala kecil. Struktur organisasi PT. STM dapat dilihat pada Gambar 8.
Direktur Utama
Tenaga Ahli
Manajer Keuangan, Administrasi, dan Pemasaran
Tenaga Kerja Teknis
Gambar 8. Struktur Organisasi PT. Samudera Teknik Mandiri Dari struktur tersebut, terdiri 4 orang tenaga manajemen perusahaan dan 2 orang tenaga kerja langsung. yakni Direktur Utama, Tenaga Ahli, dan Manajer Keuangan, Administrasi, dan Pemasaran. Direktur Utama PT. STM adalah Ir. Beni Pramono, M.Si, tenaga ahli adalah Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si sedangkan Manajer Keuangan, Administrasi dan Pemasaran adalah Adi Susanto, S.Pi, M.Si. Gambar tim Manajemen pengelola PT. STM dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Manajemen Pengelola PT. Samudera Teknik Mandiri (dari kiri ke kanan : Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, Adi Susanto, S.Pi, M.Si, Ir. Beni Pramono, M.Si, dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si)
27
4.4
Ketenagakerjaan Total tenaga kerja PT. Samudera Teknik sampai saat ini adalah 6 orang. Masing-masing peran memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, yakni sebagai berikut : a. Staf Ahli Tugas : sebagai tenaga konsultan pengembangan mesin dan perusahaan b. Direktur Utama Tugas : bertanggung jawab atas keseluruhan aktivitas dan kegiatan perusahaan termasuk melakukan quality control c. Manajer Administrasi, Keuangan, dan Pemasaran Tugas : sebagai penanggung jawab atas urusan administrasi dan keuangan perusahaan termasuk pembelian bahan baku, penjualan dan pemasaran d. Tenaga Kerja Langsung (Teknisi) Tugas : sebagai tenaga kerja langsung yang bertugas membuat mesin mulai dari pemotongan, pengelasan, perakitan, dan pengemasan
28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Aspek Pasar dan Pemasaran
Penelitian tentang mesin surimi telah dikembangkan sejak tahun 2006 oleh tim peneliti IPB yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. Hasil penelitian telah banyak dipublikasikan melalui berbagai jurnal ilmiah, salah satunya termuat dalam Prosiding Seminar Nasional, Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2009. Dalam prosiding tersebut dimuat hasil penelitian mesin pemisah daging dan tulang ikan untuk pemanfaatan by-catch di atas kapal pukat udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mesin ini memiliki kinerja teknis yang baik untuk digunakan di atas kapal pukat udang. Kemampuan pemisahan daging dan tulang ikan ini berbeda-beda tergantung dari jenis spesies ikan. Selain itu, pengumpanan ikan pada mesin sangat menentukan efisiensi mesin dalam memisahkan daging dan tulang ikan. Pengembangan mesin surimi terus dilakukan. PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM) melihat adanya peluang bahan baku surimi berupa ikan by-catch dan ikan-ikan ekonomis rendah yang potensial di Indonesia. Peluang pasar produk surimi juga semakin meningkat seiring dengan peningkatan permintaan dari produk-produk turunannya. Namun, peningkatan permintaan surimi tersebut belum dibarengi dengan penggunaan teknologi pengolahan surimi yang baik. Pembuatan produk-produk turunan surimi seperti bakso, empek-empek, kerupuk ikan dan lainnya masih banyak dilakukan dengan cara tradisional seperti memfilet dan melumat daging ikan secara manual. Hal ini dilakukan karena kurangnya pengetahuan perkembangan teknologi di bidang pengolahan surimi. Teknologi yang ada di pasaran saat ini masih dikenal mahal sehingga tidak terjangkau oleh industri rumah tangga atau IKM. Untuk itu, PT. STM menawarkan mesin surimi (SuritechTM) dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Mesin ini diciptakan untuk mengatasi dan memberikan alternatif pilihan terbaik dalam membantu proses pengolahan surimi. SuritechTM merupakan pioneer mesin pengolahan surimi (fish bone separator) di Indonesia. Berdasarkan data dan informasi dari Kementerian Perindustrian (2011), sampai saat ini belum tercatat adanya industri lokal yang secara resmi memproduksi dan memasarkan secara masal mesin atau teknologi pengolahan daging ikan yang sejenis dengan SuritechTM. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pemasaran SuritechTM adalah adanya pesaing yang meniru SuritechTM dan pesaing dari produk-produk impor. Hal ini menjadi tantangan SuritechTM untuk meraih pangsa pasar. Tidak hanya persaingan, tantangan lainnya juga perlu dikaji lebih lanjut dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran SuritechTM sehingga PT.STM mampu meraih peluang pasar dengan maksimal dan mendapatkan gambaran nilai kelayakan yang jelas. Analisis yang dilakukan antara lain meliputi potensi pasar, strategi pembentukan dan pengembangan pasar, dan bauran pemasaran yang mencakup strategi 4P (Product, Price, Place, and Promotion). 5.1.1 Potensi Pasar Peluang dan kebutuhan mesin SuritechTM perlu dianalisis dan didekati dengan melihat adanya potensi pasar. Untuk melihat potensi pasar mesin surimi dilakukan pendekatan terhadap variabelvariabel yang dapat mempengaruhi permintaan mesin. Variabel tersebut antara lain perkembangan pasar surimi dan produk olahannya, pasokan bahan baku surimi, pasar mesin pengolahan surimi, persaingan pasar mesin, dan peluang pasar mesin. Masing-masing variabel tersebut saling mempengaruhi dalam mendorong peningkatan permintaan mesin SuritechTM.
29
a)
Pasar Surimi Pasar surimi menjadi hal penting sebagai bahan kajian dalam melihat perkembangan dan peluang meningkatkan pemasaran mesin. Perkembangan pasar surimi dapat mempengaruhi permintaan mesin surimi. Hal ini dikarenakan peningkatan permintaan surimi secara langsung akan turut mempengaruhi permintaan mesin sebagai alat bantu utama dalam memudahkan proses pembuatan surimi. Permintaan produk surimi di pasaran perlu mendapatkan perhatian khusus dari produsen. Minimnya produsen surimi berdampak pada ketidakmampuan untuk memenuhi permintaan pasar. Menurt Djazuli (2009), unit pengolahan surimi di Indonesia masih sangat terbatas antara lain di Jawa Timur, Pulau Moro – Riau, Jakarta, Pekalongan – Jawa Tengah, dan Jambi. Hal ini dapat disebabkan kurangnya pengetahuan adanya teknologi pengolahan surimi oleh masyarakat, sehingga cara pengolahan ikan masih cenderung dilakukan dengan cara tradisional. Industri pengolahan produk-produk surimi atau fish jelly seperti di Jakarta, pada umumnya merupakan industri sampingan pengolahan ikan dengan produksi surimi sebanyak 5 ton per bulan dan beberapa industri skala rumah tangga dengan produksi sebesar 1 – 2 ton per bulan yang dipasarkan untuk kebutuhan domestik. Dari dunia internasional, permintaan surimi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menuntut beberapa negara seperti USA, Singapura, China, Eropa, Korea, Thailand, dan negaranegara lainnya untuk meningkatkan volume impor surimi dari berbagai negara produsen termasuk Indonesia. Peningkatan permintaan surimi tersebut berdampak pada kenaikan nilai ekspor surimi Indonesia, seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Volume Ekspor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton) Negara China Perancis Singapura USA Italia Thailand Vietnam United Kingdom
2006 380,353 699,925 2.305,422 1.357,145 202,900 377,304 198,840 114,864
2007 727,606 1.146,667 4.413,152 17.212,235 216,127 596,162 868,888 367,467
2008 465,297 766,081 5.911,927 21.539,350 160,821 880,081 540,734 187,488
2009 247,436 678,096 4.792,972 21.543,438 116,169 973,626 689,996 298,413
2010 495,291 1.540,899 3.253,675 24.816,911 433,152 661,888 828,357 341,114
Sri Lanka Australia Lain-lain
195,500 80,746 8.451,613
80,919 1.152,316 18.137,701
212,877 1.029,481 23.814,001
28,437 887,225 24.395,572
72,357 1.176,845 32.988,439
Total 14.364,613 Sumber: UN Comtrade (2011)
44.919,240
55.508,138
54.651,380
66.608,928
Volume ekspor surimi Indonesia mengalami kenaikan selama lima tahun terakhir (20062010). Volume ekspor tertinggi ditujukan ke negara Amerika Serikat dengan nilai ekspor mencapai 24.816, 911 ton dan diikuti oleh Singapura yang mencapai 3.253, 675 ton pada tahun 2010. Amerika Serikat merupakan pasar potensial surimi dan produk olahan berbahan dasar surimi terbesar setelah Jepang. Selain itu, Perancis dan Spanyol juga memiliki konsumsi surimi yang cukup besar dengan jumlah konsumsi masing-masing 20.000 dan 18.000 ton per tahun (FAO, 2007). Maraknya permintaan memaksa Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa mengimpor surimi dari negara Asia seperti Indonesia, China, Jepang, Korea Selatan dan lainnya. Sebaliknya volume impor surimi
30
Indonesia selama lima tahun terakhir (2006-2010) telah mengalami penurunan seperti yang terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Volume Impor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton) Negara 2006 2007 2008 Vietnam 9,999 356,422 823,929 USA 8,850 54,131 63,778 Singapore 9,331 11,978 44,968 Malaysia 737 112,436 275,932 Thailand 28 5 26,921 Jepang 2,849 73,423 Lain-lain 13 94,982 269,465 Total 28,958 Sumber : UN Comtrade (2011)
632,803
1.578,416
2009 1.567,807 35,115 29,695 239,681 81,000 10,612 336,709
2010 2.253,119 67,891 18,000 174,458 122,215 9,336 551,458
2.300,619
3.196,477
Penurunan nilai impor surimi dalam negeri dapat disebabkan oleh peningkatan kapasitas produksi surimi dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2008 produksi surimi Indonesia mencapai nilai tertinggi 154.700 ton. Menurut Budiyanto dan Djazuli (2005), 90% produk surimi Indonesia untuk ekspor ke berbagai negara dan 10% untuk domestik. Dari pernyataan tersebut, apabila diasumsikan 30% dari 234,2 juta jiwa penduduk Indonesia (Kompas, 2011) mengkonsumsi surimi dan produk turunannya sebanyak 100 gram per orang per hari maka konsumsi surimi dan produk turunanya per hari dapat mencapai 7.026 ton per hari atau 2.564.490 ton per tahun. Dari volume kebutuhan surimi tersebut, apabila yang terpenuhi dari impor mencapai volume rata-rata 1.547,455 per tahun maka sisa permintaan yang belum terpenuhi adalah sebesar 2.562.942,545 ton per tahun. Angka ini menunjukan besarnya peluang pasar produk surimi yang masih terbuka. Menurut Badan Pusat Statistik (2011), proyeksi jumlah penduduk Indonesia dari tahun 2000 hingga 2025 mendatang akan terus meningkat dari 205,1 juta hingga 273,2 juta. Pertumbuhan jumlah penduduk dapat mempengaruhi peningkatan konsumsi surimi. Jika kebutuhan surimi dikonversikan dengan kebutuhan mesin produksinya (SuritechTM ) dengan volume produksi 480 kg per hari (kapasitas mesin 60 kg/jam dan waktu operasi 8 jam per hari) maka jumlah mesin yang dibutuhkan adalah sebanyak 14.629 buah mesin. b)
Pasar Produk Olahan Surimi Surimi merupakan produk antara (setengah jadi). Selain membuat dan memasarkan surimi, banyak perusahaan yang mengolah dan memasarkan surimi menjadi produk-produk lanjutan seperti bakso, otak-otak, empek-empek, nugget, kerupuk, sosis, dan lainnya. Peningkatan permintaan produk surimi dapat didorong dari peningkatan produk turunan surimi. Di pasar domestik produk olahan surimi (surimi based-product) cukup memasyarakat. Sementara di pasar internasional permintaan akan surimi juga berlanjut pada produk olahan seperti imitation crab meat dan fish cake. Permintaan produk-produk olahan surimi akan sangat mempengaruhi permintaan surimi itu sendiri. Penggunaan mesin surimi sebagai mesin utama pada proses produksi surimi sangat membantu meningkatkan produktivitas produk-produk lanjutan surimi. Sampai saat ini, masih banyak industri kecil menengah (IKM) yang melakukan produksi produk-produk olahan surimi dengan cara manual, terutama pada tahap pembuatan lumatan daging ikan. Sebagai contoh, pada IKM pembuatan kerupuk ikan di Bulu Lawang, Malang. Produktivitas IKM kerupuk ikan ini meningkat setelah menggunakan mesin SuritechTM. Sebelum menggunakan mesin, 40 kg ikan segar dapat diproses menjadi surimi dalam waktu 4 jam dan setelah menggunakan mesin SuritechTM ikan
31
tersebut dapat diproses hanya dalam waktu 30 menit. Dengan demikian IKM kurupuk tersebut dapat menghemat waktu dan tenaga dalam proses produksi. Hal ini juga dapat terjadi pada industri makanan sejenis yang menggunakan lumatan daging ikan atau surimi sebagai bahan baku utamannya. Produk olahan surimi lain yang sangat digemari masyarakat seperti yang terlihat pada Gambar 10. antara lain adalah kaki naga, otak-otak ikan, nugget ikan, dan bakso ikan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2008) produksi beberapa produk olahan surimi dalam negeri tahun 2008 seperti otak-otak ikan adalah sebesar 832,200 ton, nugget ikan 32,140 ton, abon ikan 12,347 ton, dan bakso ikan sebanyak 231,628 ton. Sementara itu produksi bakso ikan saat ini telah menyaingi popularitas bakso daging sapi. Di pelabuhan Ratu yang mengalami kenaikan dari 300-400 kg/jam pada tahun 2010. Peningkatan konsumsi bakso juga dapat terjadi pada produk-produk turunan surimi lainnya. Dengan demikian, hal ini seharusya dapat mempengaruhi permintaan mesin surimi untuk membantu proses produksi produk-produk olahnnya tersebut.
Kaki Naga
Bakso Ikan
Otak-otak
Nugget Ikan
Gambar 10. Produk-produk Olahan Surimi (Koleksi PT. Samudera Teknik Mandiri) c)
Bahan Baku Surimi Ketersediaan bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan sangat diperlukan bagi industri surimi atau produk-produk turunannya. Di Indonesia, bahan baku surimi masih tergolong mudah untuk diperoleh mengingat produksi perikanan bahari yang sangat potensial. Hal ini sangat mendukung dalam produksi surimi setiap tahunnya. Pada tahun 2010 produktivitas perikanan tangkap Indonesia mencapai volume 10.862.802 ton (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010). Dari hasil perikanan tangkap ini, masih terdapat banyak ikan hasil tangkap samping yang harus dibuang kembali ke laut karena bukan merupakan target utama panangkapan. Ikan hasil tangkap samping atau by-catch memiliki jumlah yang tidak kalah besarnya jika dibandingkan dengan hasil tangkapan utama, terutama pada penangkapan udang. Rasio tangkapan utama dengan by-catch bervariasi menurut daerah penangkapan dan waktu. Pada penangkapan udang, Allops (1981) menyatakan bahwa di daerah tropis rasio rata-rata by-catch terhadap udang berkisar 10:1. Menurut Widodo (1997), by-catch bervariasi antara 8 – 13 kali hasil tangkapan udang. Sedangkan menurut Sumiono (2000) rasio udang dan by-catch pada penangkapan
32
di laut Arafuru adalah 1:12 yang sebagian besar berupa ikan demersal. Dalam hal ini, kepulauan Arafuru memiliki potensi yang tinggi sebagai daerah penghasil by-catch. Ikan demersal dapat menghasilkan produk surimi dengan kualitas baik, asal bahan baku yang digunakan sesegar mungkin. Rasio by-catch dan hasil tangkapan udang menurut para ahli dari beberapa daerah di Indonesia adalah seperti yang terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rasio HTS (by-catch) terhadap udang di Laut Arafuru Tahun 1991 1992 1993 1996
1997 2000
Rasio HTS: Udang 8:1 – 13:1 9:1 12:1 7:1 – 8:1 24:1 29:1 13:1 11:1 8:1 12:1
Wilayah Laut Arafuru Sele, Bintuni Dolak, Bintuni, Kaimana, Aru Aru Sele Kaimana Laut Arafuru Aru Kaimana Aru
Sumber Widodo (1991) Iskandar et al.(1993) Badrudin dan Karyana (1993) Widodo (1997)
Suharyanto (1997) Sumiono et al. (2000)
Rasio hasil tangkapan udang dan by-catch setiap tahunnya menunjukkan jumlah yang sangat signifikan. Apabila rasio yang dihasilkan oleh kapal pukat udang adalah 12:1, yang artinya untuk setiap 1 ton udang menghasilkan 12 ton by-catch. Adapun produksi udang diperkirakan sebesar 60.000 ton per tahun, sehingga by-catch yang didapatkan mencapai 300.000 ton per tahun. Berdasarkan hasil penelitian Purbayanto et al., (2004) menunjukkan bahwa potensi ikan by-catch pukat udang di laut Arafuru diperkirakan sebesar 332.186 ton per tahun. Jumlah tersebut hanya mewakili salah satu wilayah dari daerah penangkapan ikan di Indonesia, sehingga angka yang lebih besar akan didapat jika mencakup seluruh perairan wilayah RI. By-catch hasil tangkapan pukat udang sangat beragam. Ikan hasil tangkapan dapat berupa berbagai jenis ikan bernilai ekonomis tinggi dan yang bernilai ekonomis rendah, seperti yang terlihat pada Gambar 11. Jenis ikan ekonomis rendah juga banyak dihasilkan oleh nelayan kecil. Ikan-ikan ini biasanya dijual dipasaran dengan harga yang murah. Untuk itu, jenis ikan ekonomis rendah hasil tangkapan nelayan sangat berpotensi untuk dijadikan bahan baku surimi untuk meningkatkan nilai tambahnnya. Ketersediaan by-catch dan ikan ekonomis rendah yang sangat potensial dapat menjadi penopang keberlanjutan industri surimi dalam negeri.
33
Gambar 11. Penangkapan Udang Menggunakan Pukat Udang dan Hasil Tangkapannya (Koleksi PT. Samudera Teknik Mandiri) d)
Pasar Mesin Surimi Mesin surimi telah dikembangkan sejak tahun 1987. Pemintaan mesin surimi ikut berkembang seiring dengan peningkatan permintaan surimi. Pasar mesin surimi pada dasarnya berasal dari kalangan industri (business to business), yang dapat digolongkan menjadi 2 yakni industri besar dan industri kecil menengah (IKM). Kedua jenis industri ini merupakan pasar potensial untuk memasarkan mesin SuritechTM. Saat ini, mesin surimi lebih banyak digunakan oleh industri besar. Akan tetapi pengolahan surimi pada industri besar, pada umumnya merupakan kegiatan sampingan dari pengolahan ikan. Industri-industri ini menggunakan mesin dengan skala besar untuk mengolah by-catch atau ikan ekonomis rendah. Salah satu industri besar yang telah mengolah surimi adalah PT. Panca Mitra Multi Perdana. Perusahaan ini merupakan produsen produk-produk olahan dan pengawetan ikan seperti filet ikan, cumi, udang, dan surimi. Perusahaan yang berlokasi di Situbondo, Jawa Timur ini memiliki kapasitas produksi sebesar 9.200 ton per tahun untuk fillet ikan dan surimi, dan 2.500 ton per tahun untuk udang dan cumi beku. Pada industri kecil, mesin surimi dapat menunjang kinerja berbagai macam IKM yang bergerak pada bidang pembuatan kerupuk, bakso, empek-empek, dan nugget ikan. Pasar industri kecil menengah ini sangat potensial untuk dijadikan sasaran utama karena jumlahnya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan industri besar. Jumlah IKM di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 52.764.603 (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2011). Jumlah ini meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah IKM dapat dilihat pada Tabel 9.
34
Table 9. Perkembangan Usaha Kecil Menengah dari 2005-2009 (unit) Indikator Usaha Mikro Usaha Kecil (UK) Usaha Menengah (UM)
2006
2007
2008*
2009**
% Perkembangan
45.217.567
48.512.438
49.608.953
50.847.771
52.176.795
15,39
1.694.008
472.602
498.565
522.124
546.675
(63,73)
105.487
36.763
38.282
39.717
41.133
(61,01)
2005
Total 47.017.062 49.021.803 50.145.800 51.409.612 UMKM Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2011) Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
52.764.603
12,22
Perkembangan UMKM atau IKM mengalami peningkatan sebesar 12% dari tahun 2005 hingga 2009. Jika diasumsikan 5% dari jumlah UKM yang ada tersebut bergerak dalam bidang produksi makanan seperti bakso, empek-empek, kerupuk, nugget, dan produk-produk turunan surimi lainnya, maka jumlah mesin yang dapat ditawarkan adalah sebesar 2.638.230 unit mesin. Angka ini menunjukkan bahwa potensi pasar industri mesin surimi ini masih sangat prospektif untuk dikembangkan. e)
Persaingan Pasar Mesin Surimi Mesin SuritechTM merupakan mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi surimi, yakni lumatan daging ikan yang telah terpisah dari tulang, kulit, dan sisiknya. PT.STM merupakan produsen baru yang mempelopori mesin surimi di Indonesia. Menurut Fellows et al. (1996) besarnya pasar untuk suatu bisnis baru harus diperhitungkan pesaing terhadap produk tersebut. Pengetahuan tentang pesaing ini berpengaruh terhadap besarnya pangsa pasar yang dapat dicapai. Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian (2011), sampai saat ini belum tercatat secara resmi produsen mesin sejenis. Akan tetapi, beberapa produsen dalam negeri kemudian muncul sebagai pesaing dengan meniru mesin SuritechTM yang dipasarkan. Selain itu, pesaing juga muncul dari produk luar negeri seperti China. Salah satu pesaing dalam negeri yang muncul adalah CV. Archigama yang berlokasi di Dusun Cambahan Nogotirto Gamping, Sleman, Yogyakarta. Perusahaan yang di pimpin oleh Teguh Ikhwanu ini bergerak di bidang rekayasa industri. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam mesin dan peralatan industri, seperti vacuum dryer, vacuum fryer, deep fryer, mesin perajang tembakau (bal-balan), hydrolic press, screw roll press, pasteurisasi machine, bakery oven, mesin sangrai kopi, spray dryer, fluid bed dryer, freeze dryer, mesin uht, evaporator, pemipih emping, mesin pembuat vco, lemari asam, unit destilasi, dan lain-lain. Mesin-mesin tersebut diproduksi sesuai dengan pesanan dan dapat disesuaikan dengan kapasitas produksi (besar, kecil, atau menengah) yang diinginkan konsumen. Mesin surimi yang diproduksi oleh perusahaan ini diberi Tipe FBS100 (Gambar 8), dan dijual dengan harga sebesar Rp. 26.000.000. Mesin ini dipromosikan melalui website. Akan tetapi tidak ada keterangan yang jelas tentang spesifikasi yang jelas dari mesin tersebut.
35
Gambar 12. Mesin Surimi Produksi CV. Archigama Sumber: http://indonetwork.co.id/Archigama_Indonesia Produsen mesin dalam negeri lainnya adalah Pabrikmesin.com yang merupakan salah satu group dari Kontraktor.com. Perusahaan yang berlokasi di Jalan Raya Suko 56C Sidoarjo, Jawa Timur ini memproduksi mesin-mesin untuk industri pertanian, perikanan, peternakan, dan industri makanan dan minuman. Mesin-mesin yang diproduksi disesuaikan dengan keinginan dan pesanan konsumen. Perusahaan ini berupaya memberikan harga produk yang murah namun tetap berkualitas sesuai dengan standar industri dalam perusahaannya. Harga jual mesin surimi yang diberikan oleh perusahaan adalah 50% lebih murah dari pesaing seperti produksi China, yakni sebesar Rp. 12.500.000. Spesifikasi mesin antara lain memiliki dimensi 800 x 600 x 860 mm, kapasitas produksi 200 kg/jam, daya listrik 1500 watt/engine 5PK, dan memiliki berat 190 kg. Akan tetapi mesin ini tidak memiliki sertifikasi pengujian dari lembaga resmi sehingga perbandingan antara harga dan spesifikasi yang diberikan patut menjadi pertanyaan bagi konsumen. Penampakan mesin yang dijual dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 13. Mesin Surimi Produksi Pabrikmesin.com Sumber : http://pabrikmesin.indonetwork.co.id/ Selain dari dalam negeri, persaingan pemasaran mesin surimi juga datang dari produsen mesin-mesin impor seperti China, Taiwan, Jepang, Jerman, Amerika, dan India. Berbagai cara
36
dilakukan produsen asing untuk memasarkan mesin surimi di Indonesia, baik melalui media internet (online) maupun membuka cabang distributor dalam negeri. Sebagai satu salah contoh, mesin surimi Tipe ZU-200 yang produksi China. Mesin ini dipasarkan dengan menggunakan agen penyalur atau distributor yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Agen-agen distributor tersebut antara lain PT. Toko Mesin Maksindo, CV. Graha Mesin Globalindo, CV. Catur Mitra Perkasa, dan CV. Maxmillian Indo Tehnik. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan penjualan melalui internet (online) dan showroom. PT. Toko Mesin Maksindo memiliki tiga showroom sebagai cabang pemasaran, yakni terletak di komplek kantor dan pergudangan BIZ PARK Ciputra A2 No. 16 Pulogadung - Jakarta Timur, Ruko Laguna Kav 6-7 jalan S.P. Sudarmo 31 Malang - Jawa Timur, dan Jl. Ngagel Raya 77 M Surabaya. Showroom CV. Graha Mesin Globalindo terletak di jalan Kapi Sraba Raya Ruko Kav.3 10B/39 Sawojajar-2 Malang - Jawa Timur. Showroom CV. Catur Mitra Perkasa berlokasi di jalan Bendungan Siguragura Barat Raya No 34 Malang-Jawa Timur, dan showroom CV. Maxmillian Indo Tehnik di jalan Klampok Kasri 2A/10 Malang - Jawa Timur. CV. Maxmillian Indo Tehnik memasarkan tiga jenis mesin surimi produksi China, yakni Tipe ZU-200, Tipe CW-400, dan Tipe CW-300. Mesin surimi Tipe ZU-200 (Gambar 10) dijual dengan harga $2.300 atau setara dengan Rp. 19.724.857 (nilai tukar rupiah dalam Forex Exchange Rate Trading Sofware & Tools pada Jum’at 27 Mei 2011, 1:46 pm adalah $1=Rp.8576,025)). Mesin tersebut memiliki spesifikasi dimensi 800 x 600 x 860 mm, kapasitas 200 kg/jam, daya listrik 1500 watt, 220 V/50Hz/1P, dan berat 190 kg. Mesin Tipe CW 400 memiliki kapasitas 400 kg/jam, menggunakan voltase sebesar 220 V, dan memakai daya sebesar 2200 W. Mesin Tipe CW 300 memiliki kapasitas 300 kg/jam, volatase 220 V, dan menggunakan daya sebesar 2200 W.
Gambar 14. Mesin Surimi Tipe ZU-200 Produksi China Sumber: http://www.alatmesin.com Pesaing yang ada seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, memberikan keunggulan dari beberapa aspek seperti kapasitas produk dan harga. Akan tetapi tidak ada satu pun produk memiliki sertifikasi hasil pengujian performa mesin dari masing-masing yang dipasarkan tersebut. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki pesaing selain penggunaan daya listrik yang besar jika dibandingkan dengan SuritechTM. f)
Peluang Pasar Adanya pesaing akan sangat mempengaruhi besarnya pangsa pasar yang dapat dicapai. Besarnya pencapaian pangsa pasar yang diraih juga dapat dipengaruhi oleh umur bisnis itu sendiri. SuritechTM merupakan sebuah bisnis yang masih tergolong baru. Fellows et al (1996) memperkiraan
37
pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru berdasarkan tingkat persaingan seperti yang terlihat pada Table 10. Tabel 10. Prakiraan Pangsa Pasar yang Akan Diraih Berdasarkan Persaingan Jumlah Pesaing Ukuran Pesaing Jenis Produk Pangsa Pasar (%)
Banyak Besar
Sedikit Kecil
Besar
Tidak Ada
Satu Kecil
Besar
Kecil
S
B
S
B
S
B
S
B
S
B
S
B
0,25
0-5
5-10
10-15
0,25
5-10
10-15
20-30
0-5
10-15
30-50
40-80
100
Sumber : Fellow et al (1996). Ket : S = Sama; B = Beda Berdasarkan hasil analisis pangsa pasar seperti Tabel 5. maka jumlah pesaing SuritechTM tergolong masih sedikit dengan ukuran pesaing kecil dan jenis produk tidak sama. Tidak sama karena masing-masing pesaing memberikan penawaran spesifikasi produk yang berbeda. Dan dengan demikian, pangsa pasar SuritechTM yang dapat diraih adalah sebesar 20-30% atau setara dengan 2.926 – 4.389 unit mesin bila dinilai dari tingkat konsumsi surimi penduduk per hari. Angka ini masih cukup besar sebagai target pencapaian suatu industri mesin yang baru. Perbandingan penawaran masing-masing mesin yang ditinjau dari segi harga dan spesifikasi mesin surimi tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Beberapa Jenis Mesin Pengolahan Surimi di Indonesia Produsen
Gambar dan Tipe Mesin
Spesifikasi Harga : Rp. 26.000.000 (tidak ada keterangan spesifikasi yang jelas)
CV. Archigama
Tipe FBS100
Pabrikmesin.com
Harga : Rp. 12.500.000 Kapasitas : 200 kg/jam Daya Listrik: 1500watt Dimensi: 800x600x860mm Berat : 190 kg
38
Tabel 11. Perbandingan Beberapa Jenis Mesin Pengolahan Surimi di Indonesia (Lanjutan) Harga : $2.300 (Rp. 19.724.857) Kapasitas : 200 kg.jam Daya Listrik : 1500 watt Dimensi : 800x600x860mm Berat : 190 kg
Mesin Produksi China
Tipe ZU 200 Harga : Rp. 22.500.000 Kapasitas : 60-80 kg Daya Listrik : 400-600watt Dimensi : 720x720x950mm Berat : 200 kg Efektivitas : 94,18 (Hasil Uji ALSINTAN, 2009)
PT. Samudera Teknik Mandiri
SuritechTM Generasi 7 Dari Tabel 11, kita bisa melihat bahwa persaingan spesifikasi dan harga penjualan mesin pengolahan surimi dalam negeri cukup ketat. Harga dan kapasitas produksi biasanya menjadi pertimbangan utama dalam pembelian mesin. Harga mesin tertinggi adalah produksi CV. Archigama yakni sebesar Rp. 26.000.000. sedangkan harga terendah dimiliki oleh Pabrikmesin.com yakni senilai Rp. 12.500.000. Penawaran tinggi yang diberikan oleh CV. Archigama tidak barengi dengan keterangan spesifikasi mesin yang jelas sehingga dapat menimbulkan keraguan bagi konsumen yang tertarik akan produk tersebut. Sedangkan Pabrikmesin.com memberikan menawarkan harga yang sangat rendah. Perusahanaan ini juga memberikan gambaran dari kelebihan mesin yang dimilikinya, seperti pemakaian sparepart yang mudah didapatkan di seluruh Indonesia, perawatan mesin yang mudah untuk dibongkar pasang, menggunakan bahan besi baja (bukan cor) sehingga kekuatan struktur rangka lebih besar dan memberikan garansi selama 6 bulan pemakaian di luar motor penggerak. Kelemahan dari penawaran mesin ini adalah tidak adanya sertifikasi hasil uji dari lembaga resmi sehingga spesifikasi dan keandalan mesin tersebut masih perlu dipertanyakan. Jika ditinjau dari segi kapasitas produksi, rata-rata produsen menjanjikan nilai produksi yang cukup besar yakni 200 kg/jam, kecuali SuritechTM yang hanya sebesar 60-80kg/jam. Dengan kapasitas produksi yang besar seperti yang dijanjikan tersebut mesin-mesin pesaing SuritechTM tidak memberikan keterangan adanya hasil uji efektivitas mesin dari lembaga resmi. Sedangkan SuritechTM dengan kapasitas produksi yang tidak terlalu besar tersebut memberikan keterangan hasil pengujian mesin oleh ALSINTAN, Depatemen Pertanian dengan nilai hasil pengujian adalah sebesar 94,18% dan nilai susut hasil sebesar 3,40%. Sehingga pembeli tidak merasa dirugikan dan kecewa dengan kinerja mesin setelah menggunakannya. Dari segi penggunaan daya listrik yang digunakan, rata-rata mesin menggunakan daya yang besar yakni 1500 watt. Daya listrik terkecil digunakan oleh SuritechTM yakni sebesar 400-600 watt. Sedangkan dari segi bahan yang digunakan, rata-rata mesin menggunakan bahan yang tahan karat seperti stainless steel di bagian yang bersentuhan langsung dengan ikan. Prinsip kerja dari masingmasing mesin tersebut sama yakni dengan menggunakan tekanan dari belt dan drum silinder berpori.
39
5.1.2 Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar Aspek pasar dan pemasaran menempati prioritas utama dalam suatu studi kelayakan proyek. Daya proyek untuk memberikan keuntungan (profitability) merupakan titik terpenting dari studi kelayakan, tetapi masalah dasar dari hal ini berasal dari faktor permintaan pasar akan produk yang dihasilkan. Untuk meningkatkan permintaan maka pemasaran SuritechTM perlu difokuskan pada pada sasaran yang akan dituju. Strategi pemasaran yang tepat diperlukan untuk mencapai sasaran yang dituju sehingga program pemasaran yang dilakukan dapat tepat sasaran. Strategi pemasaran dilakukan meliputi segmentasi, targeting, dan positioning. a) Segmentasi Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar menjadi beberapa kelompok pembeli menurut jenis produk tertentu. Setiap perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan pasar, kemudian mengembangkan profil dari setiap segmen dan menentukan daya tarik masing-masing segmen. Mesin surimi merupakan mesin yang dapat digunakan untuk membantu proses produksi surimi. Produktivitas industri pengolahan surimi dapat meningkat dengan menggunakan mesin ini. Kelebihan mesin ini adalah dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi surimi sehingga kapasitas produksi dapat semakin besar. Pasar mesin surimi adalah industri pengolahan makanan yang berbahan baku ikan lumat (surimi). Segmen pasar industri tersebut dapat dibedakan berdasarkan jenis industri pembuatan surimi dan industri pembuatan produk-produk turunan surimi seperti bakso, empek-empek, nugget, sosis dan lain-lain. Kedua jenis industri ini menggunakan mesin surimi sebagai mesin utama dalam melumatkan ikan sebagai bahan baku utama. Pada industri pembuatan surimi biasanya produk yang dihasilkan adalah surimi (produk setengah jadi). Surimi tersebut kemudian dapat dijual pada konsumen pengolahan produk-produk turunan surimi. Sedangkan pada industri pembuatan produk turunan surimi, biasanya mengolah langsung surimi yang dihasilkan menjadi berbagai macam produk yang siap untuk dikonsumsi. Berdasarkan skalanya, industri pengolahan ikan dapat digolongkan menjadi tiga yakni industri besar, Industri Kecil Menengah (IKM), dan Industri Rumah Tangga (IRT). Pada industri besar secara keseluruhan proses produksi dapat dilakukan dengan mesin-mesin modern dengan kapasitas produksi yang besar. Sedangkan IKM dan IRT biasanya merupakan jenis industri padat karya sehingga lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan kapasitas produksi yang lebih kecil. Berdasarkan aspek geografis, industri pengolahan ikan dapat dibedakan menjadi dua yakni yang terletak di daerah pesisir pantai dan yang terletak di daratan cukup jauh jaraknya dengan pantai/laut. Industri perikanan yang letaknya berdekatan dengan pesisir pantai biasanya mengandalkan ikan hasil tangkapan laut sebagai bahan baku utama dari produk-produk yang dihasilkannya. Sedangkan industri yang berjauhan dengan pantai biasanya menggunakan bahan baku dari ikan budidaya air tawar. b)
Targeting Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Penetapan target pasar dapat dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen yang kemudian diberikan perhatian khusus untuk dilayani. Berdasarkan pembagian segmen pasar yang telah disebutkan sebelumnya, maka target pasar yang dipilih adalah industri pembuatan surimi dan industri pembuatan produk-produk turunan surimi dengan skala kecil menengah (IKM) dan Industri Rumah Tangga (IRT). Pemilihan tersebut didasarkan pada besarnya jumlah pangsa pasar yang dapat diraih. Jumlah IKM di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan industri besar.
40
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2011), pada tahun 2009 total UMKM mencapai 52.764.603 sedangkan usaha besar mencapai 4.677 buah industri. Dengan besarnya jumlah UMKM ini diharapkan penentuan dari target yang ditentukan dapat memberikan hasil penjualan yang maksimal. Berdasarkan aspek geografis, lokasi yang dituju adalah di daerah pesisir pantai. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada sumber bahan baku ikan (by-catch) yang dapat menunjang produktivitas industri surimi. Berdasarkan target ini, PT. STM pernah menetapkan perairan laut Arafuru sebagai target pasar. Pertimbangan penentuan target lokasi ini adalah melihat ketersediaan bahan baku bycatch yang melimpah. Menurut Purbayanto et al. (2004), produksi by-catch di perairan Arafuru diperkirakan mencapai 399.082 ton per tahun. Akan tetapi pemasaran di daerah tersebut mengalami kendala terkait dengan dukungan pemerintah setempat terhadap pengembangan industi kecil menengah. Selain Arafuru masih banyak daerah pantai Indonesia yang potensial menghasilkan bahan baku untuk mendukung berdirinya industri surimi, sehingga untuk memperluas pangsa pasar secara umum penentuan target lokasi dapat diperluas menjadi wilayah pesisir pantai Indonesia. Dan sampai saat ini, pengguna mesin SuritechTM telah menyebar di berbagai daerah Indonesia seperti Daerah Istimewa Aceh, Palembang, Bengkulu, Banjarmasin, Pontianak, Ambon, Papua dan lainlain, seperti yang terlihat pada Gambar 11.
Gambar 15. Peta Penyebaran Mesin SuritechTM Sumber: PT. Samudera Teknik Mandiri SuritechTM tidak hanya dapat digunakan di darat. Dudukan mesin SuritechTM yang dapat dibuat kompak dan kokoh terhadap guncangan mesin yang juga dapat digunakan di atas kapal. Maka untuk memperluas cakupan pemasaran dimasa yang akan datang hal ini bisa dijadikan target pasar berikutnya dengan tetap mempertimbangkan ketentuan pemerintah tentang pengolahan ikan di atas kapal penangkapan. Pertimbangan lain dari penentuan target ini adalah pengolahan surimi yang dilakukan di atas kapal dapat menghasilkan surimi yang sangat baik karena menggunakan bahan baku yang masih segar. Menurut Purbayanto (Tim Ahli PT. STM) kapal yang cocok untuk menggunakan SuritechTM adalah kapal dengan ukuran >150 GT (Gross Tonnage). Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010), pada tahun 2010 kapal dengan ukuran 100 – 200 GT diperkirakan mencapai 1.320 buah kapal dan ukuran >200 GT mencapai 350 unit. Purbayanto manambahkan bahwa pada kapal penangkapan udang, biasanya dari 100% ruang penyimpanan hasil tangkapan (cool storage) yang digunakan ± hanya 60%. Dengan demikian 40% ruang penyimpanan tersebut masih kosong dan tidak termanfaatkan sehingga apabila digunakan untuk menyimpan surimi maka ruang tersebut akan lebih bermanfaat.
41
c)
Positioning Persaingan produk merupakan suatu hal wajar dalam pemasaran. Jika dilihat dari pesaing yang muncul dari dalam negeri saat ini belum terlalu banyak. Pesaing-pesaing yang mucul saat ini masih cenderung meniru dari produk (SuritechTM) yang telah ada. Untuk dapat meraih suatu pasar, mesin SuritechTM harus mampu bersaing dan memiliki keunggulan tersendiri sehingga dapat terlihat berbeda di pasar. Untuk itu, SuritechTM memerlukan positioning atau penempatan keunggulan produk agar tercipta persepsi yang dapat membedakan produk SuritechTM dengan produk pesaing lain. Tanpa adanya perbedaan ini, maka SuritechTM akan terlihat sama dengan produk sejenisnya. Positioning PT. STM secara umum dapat dibagi menjadi tiga elemen yakni benefit positioning, image positioning, dan added value positioning. Dengan ketiga elemen ini diharapkan SuritechTM mendapat posisi tersendiri sebagai produk mesin surimi yang berbeda di dalam benak konsumen. Dari ketiga positioning tersebut benefit positioning adalah yang menjadi keunggulan dari SuritechTM. Benefit positioning merupakan positioning yang berhubungan dengan karakteristik SuritechTM yang merupakan produk mesin pengolahan surimi asli buatan dalam negeri dan memiliki harga yang terjangkau. Daya listrik yang digunakan mesin rendah yakni 400-600 watt. Jika dibandingkan dengan pesaingnya yang rata-rata daya yang di gunakan adalah 1500 watt. Dengan daya listrik yang lebih rendah tersebut, mesin ini lebih mudah digunakan oleh kebanyakan masyarakat. Selain itu, produk SuritechTM telah melewati tes pengujian dari lembaga resmi sehingga kehandalan produk tidak perlu diragukan. Dan yang terpenting adalah adanya pelatihan operasi penggunaan mesin yang diberikan. Pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan cara mengoperasikan dan perawatan SuritechTM. Pelatihan dilakukan dengan mengadakan workshop dan uji kinerja penggunaan konsumen. Selain itu, konsumen juga diberikan modul yang berisi petunjuk penggunaan dan perawatan mesin sehingga dapat dengan mudah dipelajari sendiri. Untuk memperkuat benefit positioning PT. STM juga memberikan garansi pembelian atau perbaikan apabila terjadi kerusakan pada mesin selama 6 bulan. Image positioning merupakan positioning yang berhubungan dengan citra produk di mata konsumen. Mesin SuritechTM diproduksi oleh kalangan akademisi (IPB) sehingga memberikan citra yang lebih baik jika dibandingkan dengan produsen mesin sejenis lainnya. Adanya label IPB yang melekat pada SuritechTM memberi kesan bahwa produk ini telah melalui proses penelitian oleh tenaga ahli sehingga kualitasnya lebih terjamin. Selain itu, penemuan mesin ini juga telah menerima penghargaan Rintisan Pengembangan Teknologi Industri dari pemerintah RI pada tanggal 20 Desember 2010 (Gambar 16) sehingga image SuritechTM menjadi lebih baik.
Gambar 16. Penghargaan Rintisan Pengembangan Teknologi Industri (SuritechTM) oleh Presiden RI kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Positioning added value, yakni yang berhubungan dengan nilai tambah produk yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Keunggulan mesin SuritechTM dibandingkan dengan produk impor luar negeri antara lain merupakan teknologi tepat guna yang sesuai untuk IRT atau IKM, memiliki
42
bentuk yang kompak sehingga dapat digunakan di darat maupun di atas kapal, kinerja mesin dengan efektivitas pemisahan yang tinggi, dan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan produk mesin impor serta perawatan yang mudah dan aman dalam pengoperasiannya. 5.1.3 Strategi Bauran Pemasaran Definisi dari bauran pemasaran adalah perpaduan dari tindakan-tindakan produk, harga, distribusi dan promosi dalam memasarkan produk atau melayani konsumen. Bauran pemasaran yang dilakukan oleh PT. STM diharapkan dapat mempengaruhi konsumen agar tertarik, kemudian membeli dan akhirnya puas dengan penggunaannya. Untuk mencapai hal itu, maka penetapan strategi bauran pemasaran yang meliputi strategi produk, strategi harga, strategi tempat, dan strategi promosi harus dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan kondisinya sehingga diperoleh hasil yang optimal. a)
Strategi Produk Produk adalah suatu barang yang ditawarkan dan dapat memberi kepuasan dari keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam hal ini, produk yang ditawarkan adalah SuritechTM yakni mesin pengolahan daging ikan. Alasan penciptaan produk SuritechTM adalah untuk mengatasi permasalahan yang timbul di dunia perikanan Indonesia. Mesin SuritechTM dirancang dengan teknologi modern untuk mengolah by-catch menjadi surimi sehingga dapat memberikan nilai tambah. Untuk dapat memasarkan SuritechTM diperlukan strategi produk, yakni suatu strategi khusus yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul daripada pesaingnya. Mesin SuritechTM termasuk dalam jenis barang industri, yakni barang yang diperlukan oleh industri sebagai konsumennya. Barang industri digolongan menjadi lima, yaitu bahan baku, komponen dan barang setengah jadi, perlengkapan operasi, instalasi, dan perlengkapan ekstra. Dalam hal ini, mesin SuritechTM digolongkan sebagai barang perlengkapan operasi karena berguna untuk membantu proses pengolahan ikan manjadi surimi. SuritechTM dirancang dengan spesifikasi tertentu, yakni menggunakan motor listrik yang memiliki daya kuda sebesar ½ HP, 1420 rpm dengan daya listrik yang digunakan adalah sebesar 400 watt, 220 Volt, bahan yang digunakan stainless steel (sistem proses) dan plat besi (body mesin), dimensi 720 x 783 x 950 mm, kapasitas produksi sebesar 60-80kg/jam, dan memiliki efisiensi pemisahan sebesar 94,18% (susut hasil 3,40%). Bodi mesin terbuat dari plat besi dan dapat digantikan dengan plat stainless steal (sesuai permintaan konsumen). Penampakan SuritechTM seperti pada Gambar 17.
43
Gambar 17. Mesin SuritechTM Produksi PT. Samudera Teknik Mandiri SuritechTM memiliki dua variasi produk yang dapat digunakan di atas kapal dan di darat. Perbedaan dari kedua mesin ini terletak pada dudukan mesin dan bahan bodi mesin yang digunakan, selebihnya spesifikasi yang dimiliki sama. Mesin SuritechTM yang digunakan di atas kapal memiliki dudukan yang lebih kompak. Dudukan mesin ini dibuat rata dan diberikan tempat untuk memasang baut sehingga pada saat terkena ombak mesin tidak mudah goyah. Body mesin yang digunakan untuk di atas kapal lebih banyak menggunakan stainles steel sehingga tidak mudah terjadi korosi (berkarat), karena air laut mengandung garam yang cukup tinggi sehingga memiliki korosifitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan air tawar. Selain itu, beberapa komponen mesin juga dilapisi bahan yang tahan karat. Stabilizer juga ditambahkan untuk menghindari terjadinya over heating motor listrik penggerak mesin SuritechTM yang dapat menyebabkan kerusakan. SuritechTM merupakan barang industri. Menurut Kotler (1993), barang-barang industri harus secara khusus menjalani pengujian produk ekstensif di laboratorium untuk mengukur kinerja keandalan, rancangan, dan biaya operasi. Setelah hasilnya memuaskan, maka perusahaan dapat mengkomersialisasikan produk tersebut dengan menyertakan dalam katalog, mengiklankannya pada jurnal perdagangan, dan menjualnya melalui tenaga pemasaran. Dalam hal ini, pengujian mesin SuritechTM telah dilakukan oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian (BPM Alsintan) yang merupakan lembaga resmi pemerintah dibawah Direktorat Mutu dan Standarisasi, Direktoral Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu metode verifikasi, unjuk kerja, dan pelayanan. Daging lumat hasil pemisahan dengan SuritechTM dibedakan menjadi Grade I dan Grade II. Grade I merupakan ikan yang dihasilkan dari penggilingan ikan dalam satu kali proses. Sementara itu tulang dan kulit ikan hasil pemisahan pada Grade I dimasukkan kembali ke dalam mesin dan hasil pemisahannya dikategorikan sebagai Grade II. Berdasarkan hasil pengujian efektivitas kerja mesin SuritechTM maka secara teknis performa mesin ternyata lebih baik dari yang selama ini menjadi asumsi. Hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi yang mencapai 94,18% dengan nilai susut hasil sebesar 3,4%. Hasil pengujian dan sertifikasi ini menjadi keunggulan dalam pemasaran mesin SuritechTM. Lebih lengkap hasil analisis kinerja mesin SuritechTM dapat dilihat pada Tabel 12.
44
Tabel 12. Hasil Analisis Kinerja Mesin SuritechTM No. Parameter 1. Kapasitas Pengumpanan Grade I (kg/jam) 2. Kapasitas Pengumpanan Grade II (kg/jam) 3. Kapasitas Output Grade I (kg/jam) 4. Kapasitas Output Grade II (kg/jam) 5. Efisiensi Pemisahan (%) 6. Persentase Susut Hasil (%) 7. Konsumsi Daya Pakai (kW) Sumber : Laporan Pelaksanaan Program Inkubasi RAMP
Hasil Rata-rata 84,00 79,00 40,80 31,20 94,18 3,40 0,84
Strategi produk juga dapat ditunjang dengan terus melakukan inovasi, meningkatkan kualitas dan kapasitas mesin secara terus menerus sehingga dapat lebih banyak menarik minat konsumen. Strategi peningkatan inovasi produk merupakan sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan yang berada dalam kondisi persaingan yang syarat teknologi. Optimalisasi dalam proses penelitian dan pengembangan dapat diterapkan untuk mengurangi kelemahan dan menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen. Selain itu, perlu memantau perkembangan pasar dan memperhatikan produk-produk pesaing di pasaran. b)
Strategi Harga Harga adalah satu-satunya variable strategi pemasaran yang secara langsung menghasilkan pendapatan. Penentukan harga suatu produk merupakan keputusan penting dari suatu perusahaan. Oleh karena itu, penempatan harga harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan. Sebagai perusahaan yang berbasis masyarakat, PT. STM menentukan harga mesin Suritech TM berdasarkan pangsa pasarnya, yakni pemerintah, swasta, dan IKM. Sistem subsidi silang digunakan PT. STM dalam menentukan harga dari setiap kalangan tersebut. Biaya adalah seluruh tanggung jawab keuangan yang harus dikeluarkan (baik tetap maupun variabel) untuk membuat suatu produk, sedangkan harga (price) adalah nilai jual per unit produk yang ditawarkan pada konsumen. Pada dasarnya penentuan harga sangat berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan, pengaruh persaingan, dan pembentukan persepsi pelanggan tentang nilai produk yang dihasilkan. Biaya produk menentukan harga terendah, sedangkan persepsi konsumen terhadap nilai produk menentukan harga tertinggi. Penentuan harga dengan sistem subsidi silang yang dilakukan oleh PT. STM tidak terlepas dari ketentuan tersebut. Harga terendah diberikan untuk kalangan IKM dan tertinggi diberikan untuk pemerintah dan swasta. Harga yang ditentukan adalah berkisar antara Rp. 18 – 25 juta. Patokan harga yang diberikan oleh PT. STM sangat bersaing di pasaran. Apabila persaingan harga terjadi dalam pasar maka suatu perusahaan akan menjual dengan harga yang sama dengan pesaingnya. Akan tetapi persaingan non harga lebih mempengaruhi kebijakan penetapan harga mesin SuritechTM adalah perusahaan yang berbasis kemasyarakatan. PT. STM seringkali memantau perkembangan harga yang terjadi di pasaran. Selain mematok harga yang sebanding dengan pesaing, PT. STM juga seringkali melakukan penjualan di bawah harga pesaing. Pemberian harga di bawah pesaing ini dilakukan dengan melihat kemampuan pembeli dan biaya pokok produksi dari mesin itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga idealisme perusahaan sebagai perusahaan yang tidak berorientasi pada keuntungan melainkan berbasis pada kemasyarakatan, namun yang perlu menjadi catatan adalah hal ini tidak boleh merugikan tubuh perusahaan itu sendiri.
45
c)
Strategi Distribusi Workshop atau tempat produksi mesin SuritechTM terletak di Vila Ratu Indah, Sindang Barang Pilar I, RT.05/RW.VI, Kelurahan Sindang Barang, Bogor. Lokasi produksi mesin ini juga sekaligus sebagai lokasi pemasaran. PT. STM tidak memiliki distributor penjualan yang tersebar di wilayah Indonesia. Pemasaran dilakukan secara langsung dengan memberikan workshop dan pelatihan serta melalui media internet (online). Penggunaan tempat produksi tersebut sekaligus digunakan sebagai lokasi pemasaran oleh PT. STM untuk menghemat pengeluaran perusahaan. PT.STM belum memiliki cukup dana untuk mendirikan tempat usaha sendiri. Sejak awal berdirinya PT. STM menggunakan lokasi produksi secara berpindah-pindah dengan sistem sewa. Lokasi yang ditempati saat ini merupakan lokasi ketiga yang disewa oleh perusahaan. Di lokasi ini, perusahaan memproduksi dan memberikan training penggunaan mesin SuritechTM pada konsumen yang datang dan ingin membeli mesin. Tempat produksi dan pemasaran yang dipilih oleh PT. STM ternyata tidak terlalu mempengaruhi penjualan mesin. Media online dan label IPB yang dikenakan memberikan kepercayaan tersendiri pada setiap konsumen yang tertarik untuk membeli mesin ini. Konsumen yang dekat dengan lokasi workshop dan atau tertarik untuk membeli dapat berkunjung dan mendapatkan training langsung untuk melihat kinerja mesin. Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya hingga diterima konsumen akhir. Sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. STM adalah dengan cara pengiriman langsung pada konsumen. Pengiriman barang dilakukan dengan menggunakan jasa pengiriman barang. Konsumen yang memesan mesin harus memberikan uang muka sebanyak 50% dari harga mesin yang disepakati. Setelah mesin sampai pada tangan pembeli maka sisa uang harus dilunasi. Biaya pengiriman ditanggung sepenuhnya oleh pembeli. Pemasaran seperti ini, terlihat kurang efektif. Tetapi jika dilihat dari jenis produknya yang berupa mesin maka pemasaran seperti ini cukup baik untuk menjaga agar tidak terjadi peniruan produk oleh agen-agen distributor. Hal ini masih dinilai layak dilakukan oleh pihak manajemen PT.STM karena perlindungan pemerintah Indonesia dari produk tiruan masih sangat kurang. d)
Strategi Promosi Promosi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi yang mencoba mempengaruhi perilaku konsumen. Peran promosi adalah menjelaskan atau menginformasikan kepada konsumen megenai karakteristik dan keunggulan dari produk yang dimiliki (Perdanawati, 1999). Sebagai industri baru, kegiatan promosi merupakan hal utama yang dilakukan oleh PT.STM untuk mengenalkan SuritechTM pada masyarakat. Secara tidak langsung kegiatan promosi Suritech banyak terbantu dari adanya liputan dari beberapa media elektronik dan cetak seperti TV, internet, dan media masa. Beberapa stasiun televisi yang pernah meliput tentang SuritechTM adalah Metro TV dan TV One. Sedangkan media masa yang pernah meliput tentang SuritechTM antara lain Kompas, Agrina, dan Radar Bogor. Selian itu sementara ini media promosi yang masih terus dikembangkan dan dijalankan PT. STM situs web resmi yakni http://samuderateknik.com/. Melalui media internet ini konsumen yang tertarik dapat langsung mengirimkan e-mail jika ada pertanyaan atau pemesanan produk. Selain itu perusahaan juga melakukan promosi melalui bosur/leaflet yang disebarkan melalui pameran dan workshop yang diadakan perusahaan. Strategi pameran dan kunjungan langsung atau sosialisasi ke lokasi pemasaran merupakan cara yang cukup efektif untuk menarik minat konsumen. Pameran yang pernah diikuti PT. STM adalah Agrinex Expo. Dengan mengikuti pameran dan sosialisasi langsung, perusahaan dapat menunjukan secara nyata bentuk fisik mesin SuritechTM dan cara kerjannya. Demo penggunaan juga dilakukan untuk menunjukan kinerja mesin. Beberapa daerah yang telah dikunjungi antara lain
46
Palembang, Bengkulu, Banjarmasin, Pontianak, dan Ambon. Dari hasil pengamatan terhadap antusiasme masyarakat jenis promosi seperti ini termasuk cukup efektif untuk mempengaruhi pembelian. Promosi juga dilakukan ke dinas pemerintahan setempat. Hal ini merupakan bentuk strategi pemasaran dari bisnis ke pemerintah (Business to Government). Pemerintah biasanya akan membeli mesin untuk disubsidikan pada masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Selain ke pemerintah, pemasaran juga dilakukan ke perusahaan lain (business to business). Pemasaran ini dilakukan pada perusahaan swasta untuk membantuk pelaksanaan program kepedulian perusahaan terhadap masyarakat (Corporate Social Resposibility/CSR). Beberapa perusahaan yang pernah membeli diantaranya adalah adalah PT. Perikanan Nusantara untuk koperasi pengolahan ikan di Tegal dan PT. Conocophilips Indonesia untuk pemberdayaan masyarakat di Kepulauan Anambas. Pada tahun 2010 perusahaan telah menjalankan kerjasama dengan PT. Sanco Indonesia untuk memperluas pemasaran. Perusahaan ini tertarik untuk mengadakan kerjasama setelah melihat promosi PT. STM melalui pameran di Kemayoran. Bentuk kerjasama yang dilakukan hanya sebatas sebagai produsen dan distributor. PT. Sanco memasarkan mesin SuritechTM melalui media internet dan menjualnya lagi dengan harga Rp. 28.000.000. 5.2
Aspek Teknis Dan Teknologi Aspek kedua yang perlu dianalisis adalah aspek teknis dan teknologi. Hal-hal yang dikaji dalam aspek ini meliputi bahan baku, mesin dan peralatan, proses produksi, kapasitas produksi, lokasi proyek, dan perencanaan tata letak pabrik. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), pelaksanaan evaluasi aspek ini seringkali tidak dapat memberikan keputusan yang baku, atau dengan kata lain masih tersedia berbagai alternatif jawaban. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan suatu atau beberapa pengalaman pada proyek lain yang serupa dilokasi lain yang menggunakan teknik dan teknologi serupa. 5.2.1 Bahan Baku, Mesin/Peralatan dan Proses Pembuatan Mesin Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan mesin surimi antara lain stainless steel, besi, karet, ban karet, mur, baut, belt conveyor, screw conveyor, gear box, motor penggerak, saklar, roda transportasi, bearing, puller conveyor, gear, belt, dan pulley. Beberapa gambar bahan baku dapat dilihat pada Gambar 18.
Plat Stainles Steel
Plat Besi
Plat Berpori
Karet Rol
Gambar 18. Bahan-bahan Pembuatan Mesin SuritechTM
47
Mesin dan peralatan yang digunakan merupakan berbagai jenis mesin/peralatan perbengkelan seperti manual stacker, travo las HT 20-P, mesin pelipat logam, tang, obeng, palu, gergaji besi, mal/alat penyetel, kunci-kunci klem, mata bor dan lainnya. Beberapa tampilan gambar dan fungsi mesin dan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin SuritechTM No .
Jenis Mesin/Alat
Gambar
Fungsi Mengangkat mesin ke mobil pengangkutan, memindahkan bahan/benda berat lainnya.
1.
Manual Stracker
Mesin las menggunakan argon. 2.
3.
4.
Travo Las HT 200-P
Mesin Pelipat Kertas
Mal/Alat Penyetel
Melipat lembaran plat besi/stainless steel sebagai bodi dan komponen mesin SuritechTM
Mencetak badan mesin sehingga ukurannya sama dan mengatur ketepatan komponen mesin
48
Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin SuritechTM (Lanjutan.) No Jenis Mesin/Alat Gambar Fungsi Alat dan bahan untuk mengelas
5.
Peralatan Las, Tabung LPG, dan Oksigen
Mengecat bodi mesin
6.
Mesin Cat
Mengahaluskan potongan bahan 7.
Gerindra
8.
Mesin Bor Duduk
Membuat lubang (mengebor bahan)
9.
Alat Pemotong Plat
Memotong lembaran plat besi dan stainless steel
49
Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin SuritechTM (Lanjutan.) No. Jenis Mesin/Alat Gambar Fungsi 10. Peralatan Teknis Membantu mempercepat liannya (tang, obeng, proses pengerjaan mesin kunci, dan lain-lain)
Setelah bahan/material dan alat-alat tersebut siap, langkah selanjutnya adalah pengerjaan mesin yang dilakukan secara berurutan. Langkah awal dilakukan dengan pemotongan masingmasing material sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Hasil pemotongan akan menghasilkan bagian-bagian mesin yang masih terpisah. Dari potongan tersebut kemudian dilakukan pengelasan pada masing-masing bagian sehingga menjadi bagian-bagian utama mesin seperti rangka mesin, penutup badan mesin, corong pemasukan ikan, corong pengeluaran daging ikan, corong pengeluaran tulang ikan, drum pemisah bahan, badan rangka, penutup lintasan drum, seperti yang terlihat pada ilustrasi Gambar 19. Masing-masing bagian kemudian disatukan menjadi suatu rangkaian mesin lengkap. Rangkaian mesin kemudian dilakukan pengujian performa. Setelah dinyatakan baik maka mesin SuritechTM siap untuk dijual. Aliran proses pembuatan mesin SuritechTM dapat dilihat pada Gambar 20 dan hasil rakitan dari komponen mesin dapat dilihat di Gambar 21.
1
5
4
3
2
6
7
8
Keterangan : (1) Penutup Badan Mesin Sisi Kanan, (2) Penutup Badan Mesin Sisi Kiri, (3) Tempat Pemasukan Ikan, (4) Corong Pengeluaran Daging Ikan, (5) Corong Pengeluaran Tulang, (6) Drum Berpori, (7) Belt Conveyor, (8) Karet Transmisi Motor. Gambar 19. Bagian-bagian Mesin SuritechTM (Koleksi PT. Samudera Teknik Mandiri)
50
Material
Pemotongan Plat Besi
Pemotongan Plat Stainless Steel
Pemotongan Plat Berpori
Pengelasan Menjadi Komponen Mesin
Perakitan
Pengujian
Mesin
Gambar 20. Aliran Proses Pembuatan Mesin SuritechTM
a
b
c
Keterangan: (a) Kerangka Mesin SuritechTM, (b) Rangkaian Mesin SuritechTM, (c) Mesin SuritechTM Gambar 21. Kerangkan dan Mesin SuritechTM 5.2.2 Kapasitas Produksi Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Keuntungan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu pangsa pasar yang mungkin diraih, dan faktor internal, yaitu usaha-usaha pemasaran yang dilakukan serta variabel teknik yang berkaitan langsung dengan proses produksi. Menurut UNIDO (1978), kapasitas produksi dapat didefenisikan sebagai volume atau jumlah unit yang dapat diproduksi selama periode tertentu. Kapasitas produksi mesin Suritech TM saat ini adalah sebanyak 2-3 buah mesin per bulan. Kapasitas ini dibuat berdasarkan teknologi yang digunakan dan mempertimbangkan permintaan pasar atau berdasarkan pemesanan konsumen. Berdasarkan aspek pemasaran yang telah dibahas sebelumnya, industri mesin SuritechTM masih dinilai layak untuk terus ditingkatkan. Dikatakan layak karena masih ada peluang pasar yang masih terbuka. Pangsa pasar mesin akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan permintaan
51
akan produk surimi. Untuk mengantisipasi permintaan yang terus berkembang pada tahun-tahun yang akan datang maka perlu ditingkatkan kapasitas produksi secara terus menerus hingga mencapai tingkat produksi optimal. Tingkat produksi atau kapasitas pabrik sangat dipengaruhi oleh teknologi proses yang dipilih. Mesin SuritechTM saat ini masih diproduksi secara konvensional yakni dengan menggunakan tenaga manusia (Gambar 22), sehingga volume produksi mesin masih rendah yakni 2 unit mesin per bulan. Teknologi semacam ini memiliki kelemahan yakni presisi pemotongan yang kurang seragam sehingga dalam pengerjaannya harus dilakukan berulang-ulang. Hal ini menyebabkan terjadinya pemborosan waktu dan tenaga. Oleh karena itu, pada tingkat produksi dan permintaan pasar yang lebih tinggi teknologi yang digunakan diharapkan bisa ditingkatkan sehingga dapat mendukung produktivitas perusahaan. Rencana kapasitas produksi yang ditetapkan dalam penelitian adalah sebanyak 8 unit mesin per bulan atau 96 unit per tahun. Jika dilihat dari peluang pasar yang mencapai 2.926-4.389 maka kapasitas tersebut setara dengan pemenuhan 3,3% dari peluang yang ada. Penentuan kapasitas ini dilakukan sebagai bentuk penetrasi pasar mesin yang masih baru sehingga dikemudian hari kapasitas dapat lebih ditingkatan.
Gambar 22. Proses Pengerjaan Mesin SuritechTM secara Manual 5.2.3 Lokasi Pabrik PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM) berlokasi di Vila Ratu Indah, Sindang Barang Pilar I, RT.05/RW.VI, Kelurahan Sindang Barang, Bogor. Lokasi tersebut merupakan lahan sewaan (bangunan PT.STM seperti pada Gambar 23). Pada dasarnya terdapat prinsip-prinsip dalam penentuan lokasi pabrik, akan tetapi mengingat industri SuritechTM saat ini masih dalam skala kecil maka penentuan lokasi lebih mengutamakan sewa lahan. Pertimbangan lain penentuan lokasi ini adalah jarak dan askes dengan kampus IPB Darmaga. Sebagian besar tenaga manajemen pabrik merupakan staf pengajar IPB, sehingga masih ada tanggung jawab untuk mengajar. Akan tetapi sampai saat ini, perusahaan belum mengalami kendala yang berarti di lokasi ini. Alur distribusi bahan baku dan pengiriman barang masih dapat dilakukan dengan baik.
52
Gambar 23. Bangunan PT. Samudera Teknik Mandiri Untuk lokasi pemasaran SuritechTM, pada awalnya perusahaan menentukan target utama lokasi di daerah perairan Laut Arafuru. Akan tetapi pemasaran di tempat tersebut ternyata mengalami kendala terkait budaya dan etos kerja SDM setempat. Training dan pelatihan penggunaan mesin SuritechTM yang diberikan kurang memberikan hasil maksimal. Hal ini dikarenakan permintaan produk surimi yang masih minim. Selain itu dukungan dari pemerintah setempat juga masih kurang. Seiring dengan perkembangan permintaan pasar di masa yang akan datang, PT. STM perlu memiliki lokasi produksi mesin sendiri. Penentuan lokasi tersebut perlu mempertimbangkan tempat produk dijual; letak bahan baku utama; sumber tenaga kerja; sumber daya seperti air, kondisi udara, tenaga listrik, dan sebagainya; fasilitas transportasi untuk memindahkan bahan baku ke pabrik dan hasil produksi ke pasar; fasilitas untuk pabrik; lingkungan masyarakat sekitar; dan peraturan pemerintah (Umar, 2001). Menurut Beni Purnomo, Direktur Utama PT. STM beberapa alternatif lokasi pabrik yang cocok meliputi daerah Sindang Barang, Dramaga, dan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dari alternatif lokasi tersebut kemudian dilakukan pemilihan lokasi yang paling sesuai dengan membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan. Pemilihan dilakukan dengan menggunakan perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Faktor-faktor yang digunakan antara lain kemudahan mengakses bahan baku, jarak lokasi dengan sarana pendukung, tingkat harga bahan baku, tingkat upah teknisi, biaya pembelian lahan, biaya pendirian bangunan, ketersediaan lahan dan kemungkinan untuk perluasan, kondisi jalan, kemudahan akses pasar dan bahan baku dan lainnya. Sedangkan alternatif lokasi yang ditentukan mencakup Sindang Barang, Dramaga dan Ciampea. Dari hasil perhitungan, diperoleh lokasi yang terpilih adalah tetap berada di Sindang Barang dengan total nilai hasil perhitungan 64.246, diikuti oleh alternatif berikutnya yakni Dramaga dengan total nilai 34.834, dan alternatif terakhir di Ciampea dengan total nilai 34.127. Hasil perhitungan dengan menggunakan MPE secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Proses distribusi industri mesin SuritechTM memerlukan akses yang mudah untuk menyalurkan bahan baku dan produk. Dibutuhkan kemudahan akses transportasi dan pengangkutan yang baik untuk pengiriman produk. Infrastruktur lain yang sangat dibutuhkan adalah tenaga listrik yang memadai karena hampir pada setiap alat produksi membutuhkan aliran listrik. Ketersediaan air
53
bersih juga harus diperhatikan untuk MCK karyawan. Keselurah kriteria kebutuhan pendirian tersebut terpenuhi secara baik pada alternatif pertama yakni di Sindang Barang, Kec. Bogor Barat. Sehingga ke depannya, lokasi ini masih cocok untuk dijadikan kantor pusat produksi mesin SuritechTM. Pemilihan tempat tersebut tidak mengesampingkan faktor biaya transportasi, biaya pembelian lahan, dan biaya pembangunan lahan yang lebih murah. 5.2.4 Penentuan Tata Letak Pabrik Penentuan tata letak pabrik berhubungan erat dengan efisiensi produksi. Tata letak yang baik akan membuat proses produksi berjalan lebih efektif dan efisien. Selain mendukung kelancaran proses produksi, perancangan tata letak juga dapat meminimumkan elemen-elemen biaya seperti biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan, mesin, maupun fasilitas produksi lainnya, biaya pemindahan bahan, biaya produksi, perawatan mesin dan biaya penyimpanan produk setengah jadi. Tipe tata letak pabrik dapat dibagi menjadi dua yaitu tipe tata letak berdasarkan produk (product layout) dan tipe berdasarkan proses (process layout). Industri mesin suritechTM hanya memproduksi satu jenis produk. Tipe tata letak pabrik yang digunakan adalah tipe produk (product layout) yang merupakan tata letak dimana pusat-pusat kerja dan mesin/peralatan disusun satu line sesuai dengan urutan operasi/proses untuk menghasilkan satu jenis produk. Hal ini dapat mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada akhirya dapat menghemat waktu dan biaya. Tata letak PT.STM yang ada saat ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar 24.
1
2
1. 2. 3. 4. 4 5. 6.
3 6
Keterangan: 1. Kantor 2. Kamar Mandi I 3. Tempat Workshop 4. Kamar Mandi II 5. Rumah Jaga 6. Area Parkir
5
Gambar 24. Susunan Tata Letak PT. Samudera Teknik Desain tata letak yang ada saat ini masih sesuai dengan kapasitas perusahaan yang masih kecil. Luas area perusahaan secara keseluruhan adalah 335 m2 dengan total luas bangunan 89,6 m2 yang terdiri dari bangunan utama 4 x 3,5 m, tempat Workshop 9 x 6 m, rumah jaga 6 x 3 m, dan dua buah kamar mandi yang masing-masing memiliki luas 1,5 x 1,2 m. Bangunan utama merupakan tempat untuk melakukan koordinasi bagi semua aggota tim dan merencanakan langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Workshop merupakan tempat kerja yang dilengkapi dengan gudang penyimpanan. Sementara itu rumah jaga diperuntukan bagi karyawan yang sekaligus bertanggung jawab terhadap keamanan barang-barang yang ada. Dengan menggunakan desain tata letak yang sederhana tersebut cukup memudahkan pekerja melakukan aktivitas produksi.
54
Pengaturan tata letak perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mengembangkan pabrik dikemudian hari. Pola aliran bahan yang dilakukan harus sesuai dengan pola aliran proses produksi seperti pemotongan material, pengelasan, perakitan, pengujian, dan pengemasan. Pola aliran ini dapat direkomendasikan dengan melakukan analisis dan merancang aliran antar aktivitas menggunakan Bagan Keterkaitan Antar Kegiatan atau AR-Chart. Keterkaitan antar aktivitas hasil dari proses perancangan kegiatan tersebut digambarkan dalam bentuk bagan dan diagram keterkaitan antar kegiatan yang secara sistematis menunjukan bagaimana kedudukan (letak dan lokasi) suatu kegiatan terkait dengan kegiatan di ruangan lainnya. Dalam merancang hubungan antar kegiatan ini harus mempertimbangkan faktor penting seperti persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk suatu kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasan. Penentuan isi bagan keterkaitan oleh Ir.Beni Pramono (Direktur PT. STM) seperti terlihat pada Gambar 25. 1. Stasiun Penerimaan/pengeluaran 2. Gudang Bahan Baku 3. Gudang Produk 4. Ruang Pemotongan Bahan 5. Ruang Pengelasan 6. Ruang Perakitan 7. Ruang QC (Quality Control) 8. Ruang Pengemasan 9. Sumber Air 10.Kantor 11.Pembuangan Limbah 12.Mushola 13.Toilet
A A U
U A
U
U I U
O A
O
I O O
A
X
O
U
I
X
I
I X A
U
U U
U
A
E
I
U U
U
U
U U
U U
A X
X X
U U
U
X
O
I
U
U
O U X
U
O
X
U
X
I
O
I
X
I
X
X
X
E
U
U
U
U U
U
U
I
U O
A
U
A
U U
O
A
U
I
I X
U
14.Area Parkir Keterangan bagan: 1. A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan. 2. E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan. 3. I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan 4. O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan 5. U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat. 6. X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak boleh saling berdekatan. Gambar 25. Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas PT. Samudera Teknik Mandiri Bagan keterkaitan antar aktivitas tersebut kemudian digunakan untuk merencanakan dan menganalisis keterkaitan antar aktivitas. Informasi yang dihasilkan kemudian diwujudkan dalam bentuk diagram yang disebut diagram keterkaitan antar aktivitas. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang menggambarkan kegiatan yang ada (Apple, 1990). Setiap tamplete mencantumkan informasi mengenai derajat keterkaitan kegiatan yang satu dengan lainnya
55
yang diperoleh dari bagan keterkaitan antar aktivitas. Diagram keterkaitan antar aktivitas industri mesin SuritechTM dapat dilihat pada Gambar 26. A-1
E-2
A-2,3,14
14. Area Parkir X I-3,8,10,13
E
1. Stasiun Penerimaan/ Pengeluaran X O
I
E
I-5
O
I-8,4
A-3,7
E
A-6,8
8. Ruang Pengemasan X
E
E
A-4,6
E
I
I-9
I-4,7
O-2,6,9
O-3,8
A
E-7 9. Sumber Air X
O-3,5 E
I-12,13
O-11
A-13
13. Toilet X O-1,8
E
5. Ruang Pengelasan X
E-9
A-10,12
10. Kantor X I-7,12,14
O
O-3,11
I-11,12
A 11. Ruang Pemotongan Bahan X
I-6,11
7. Ruang Quality Control X
O-2,5,10
E
4. Ruang Pemotongan Bahan X
6. Ruang Perakitan X
I
A-13
A-2,5
O-8,11
A-5,7
3. Gudang Produk X
I-6,14
E-14
2. Gudang Bahan Baku X
O-10
A-1,8
A-1,4
E 12. Mushola X
O
I-9,10
O
Gambar 26. Diagram Keterkaitan Antar Aktivitas Industri Mesin SuritechTM Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan luas ruangan. Luas ruang dihitung berdasarkan kapasitas dan perkiraan kebutuhan luas ruangan yang dibutuhkan oleh tiap-tiap mesin dan peralatan produksi, kebutuhan luas ruangan operator, kelonggaran, kebutuhan luas gudang, kantor, dan ruang-ruangan lainnya. Menurut Beni (Direktur PT. STM) kebutuhan luas ruang industri mesin SuritechTM dengan kapasitas produksi 8 unit mesin per bulan adalah seperti yang terlihat pada Tabel 14. Setelah penentuan luas ruang dilakukan maka langkah selanjutnya adalah penyususunan tata letak seperti yang terlihat pada Gambar 27. Penyusunan ini juga berpatokan pada diagram keterkaitan antar aktivitas.
56
Table 14. Kebutuhan Luas Ruang Industri Mesin SuritechTM Panjang Lebar Luas Nama Ruangan (m) (m) (m2) Gudang Bahan Baku 6 3 18 Area Peralatan Teknis Area Pemotongan Bahan Area Pengelasan Area Perakitan Area Quality Control Ruang Pengemasan Gudang Produk Stasiun Penerimaan/pengeluaran Kantor Area Parkir Mushola Toilet
4 4 3 4 3 4 4 3
3 4 3 3 3 3 3 3
4 9 3 2
12 16 9 12 9 12 12 9
4 3 2,5 1,8 Total
2 3 1
5
15 14
10 6
9
11
7
8
12
4
150% Kelonggaran 27
Jmlah Mesin -
Luas Total (m2) 27
18 24 13,5 18 13,5 18 18 13,5
4 3 2 -
18 24 13,5 18 13,5 18 18 13,5
12 27 7,5 3,6
12 27 7,5 3,6 213,6
Keterangan: 1. Gudang Bahan Baku 2. Tempat Peralatan Teknis 3. Area Pemotongan Bahan 4. Pembuangan Limbah 5. Area Pengelasan 6. Area Perakitan 7. Sumber Air 8. Area Quality Control 9. Area Pengemasan 10. Gudang Produk 11. Kantor 12. Toilet 13. Mushola 14. Area Parkir 15. Stasiun Penerimaan/Pengeluaran
13
Gambar 27. Tata Letak Industri Mesin SuritechTM
5.3
Aspek Manajemen dan Organisasi
5.3.1 Struktur Organisasi Salah satu cara agar organisasi mencapai kemampuan mengelola suatu perusahaan yang baik adalah menentukan struktur formal organisasi. Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antara bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta memperhatikan fungsi dan aktivitas tersebut sampai dalam perusahaan. Struktur organisasi juga memperlihatkan tingkat spesialisasi aktivitas tersebut dan menjelaskan hierarki serta susunan kewenangan sampai pada hubungan laporan. Adanya struktur organisasi yang jelas akan
57
memudahkan dalam sistem koordinasi antar anggota, sehingga masing-masing anggota mengetahui tugasnya secara jelas. Beberapa faktor yang menentukan struktur organisasi, yaitu strategi dan struktur organisasi, teknologi, SDM, dan kapasitas produksi sebagai penentu struktur (Umar, 2001). Secara garis besar rencana pengelolaan perusahaan SuritechTM dapat digolongkan menjadi dua kegiatan yakni core activity dan supporting activity. Core activity perusahaan meliputi kegiatan manajemen perusahaan seperti manajemen keuangan dan manajemen pemasaran. Kegiatan keuangan terdiri dari kegiatan pendanaan, pembukuan, dan pengendalian arus kas perusahaan, sedangkan kegiatan pemasaran terdiri dari kegiatan follow-up order, promosi dan pemasaran hasil produksi, termasuk trasportasi dan pendistribusiannya. Kegiatan dari supporting activity perusahaan terdiri dari produksi meliputi kegiatan-kegiatan pembuatan produk, pengelolaan hasil produksi, perencanaan produksi dan pengendalian mutu, kegiatan pergudangan material dan barang jadi, kegiatan pembelian material, dan kegiatan umum serta personalia. Sebagai industri yang baru berdiri, PT. STM sangat mengoptimalkan sumberdaya manusia yang tersedia. PT. STM saat ini memiliki 2 orang tenaga ahli, 2 orang pengelolaan kegiatan operasional perusahaan dan 2 orang sebagai tenaga teknis. Struktur organisasi PT. STM dapat dilihat pada Gambar 8 di Bab IV tentang profil singkat perusahaan. 5.3.2 Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam industri SuritechTM dapat diklasifikasikan menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi, sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja langsung adalah pekerja (teknisi) sedangkan tenaga kerja tak langsung seperti Direktur, dan Manajer. Direktur Utama PT. STM adalah Ir. Beni Pramono, M.Si sedangkan Manajer Keuangan dan Administrasi adalah Adi Susanto, S.Pi. Perusahaan ini dibantu oleh tenaga kerja ahli yakni Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si. Sedangkan di bagian produksi terdapat dua tenaga kerja yang bertindak sebagai pekerja langsung. Sampai saat ini belum ada kendala yang berarti terhadap susunan organisasi dan kapasitas tenaga kerja. Tetapi, untuk pengembangan produksi dimasa yang akan datang yakni pada kapasitas produksi 8 unit mesin per bulan maka kebutuhan tenaga kerja perlu ditambahkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini perlu dilakukan oleh perusahaan agar pekerjaan yang diberikan tidak memberatkan karyawan yang ada. Dengan demikian diharapkan aktivitas operasional dan produksi perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh PT. STM dimasa yang akan datang seperti terlihat pada Tabel 15. Table 15. Kebutuhan dan Kualifiasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan oleh PT. Samudera Teknik Dimasa Mendatang No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jabatan Direktur Manajer Produksi, Logistik, dan Pemasaran Manajer Administrasi dan Keuangan Teknisi Security Total
Kualifikasi Pendidikan S2
Jumlah Orang 1
S1
1
S1
1
SMK SMP
6 1 12
58
5.3.3 Deskripsi Pekerjaan Pada mulanya susunan awal struktur organisasi PT. STM sangat sederhana yakni hanya terdapat Staf Ahli, Direktur Utama, Manajer Administrasi, Keuangan dan Pemasaran, serta Teknisi. Tugas masing-masing struktur tersebut seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV tentang profil singkat perusahaan. Secara umum deskripsi tugas dan tanggung jawab tersebut telah bagus. Akan tetapi dengan penambahan tenaga kerja seperti Tabel 15, maka klasifikasi tugas dan tanggung jawab perlu dilakukan sesuai dengan jabatan, seperti berikut: a. Staf Ahli Tugas : sebagai tenaga konsultan pengembangan mesin dan perusahaan. b. Direktur Utama Tugas : sebagai penanggung jawab atas keseluruhan aktivitas dan kegiatan perusahaan. c. Manajer Produksi, Logistik, dan Pemasaran Tugas : - Bertanggung jawab atas urusan Produksi dan Logistik (bahan baku, bahan pembantu, transportasi dan distribusi) - Membuat perencanaan produksi minimal 5 tahun ke depan dan mengontrol kontiyuitas produksi - Membuat perencanaan pemasaran untuk tahun-tahun kedepan sekaligus menetapkan sistem pemasaran dan menjalin kerjasama dengan konsumen-konsumen pengguna SuritechTM - Mencari dan menjalin hubungan kerjasama dengan distributor - Bertanggung jawab terhadap usaha-usaha promosi SuritechTM dan mengikuti pameranpameran bisnis d. Manajer Admistrasi dan Keuangan Tugas : - Bertanggung jawab atas segala urusan administrasi yang mencakup pembukuan perusahaan dan maintenance perlengkapan - Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan yang mencakup pembukuan, mengatur pemasukan dan pengeluaran perusahaan - Bertanggung jawab dengan hubungan kerjasama sengan pihak lain e. Teknisi Tugas : - sebagai tenaga kerja langsung yang bertugas membuat mesin. Dalam hal ini teknisi dibagi dalam spesifikasi khusus untuk menangani tiap pekerjaan yang berbeda. Pembagian tersebut meliputi 2 orang di bagian pemotongan, 2 orang pengelasan, 1 orang perakitan, 1 orang quality control dan pengemasan.
5.4
Aspek Lingkungan
Seperti industri lain, industri mesin SuritechTM juga menghasilkan limbah. Akan tetapi limbah yang dihasilkan oleh industri mesin SuritechTM relatif kecil dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah yang dihasilkan lebih banyak berupa limbah padat yakni potongan-potongan bahan yang tidak terpakai dan sisa-sisa kemasan alat (Gambar 28). Limbah seperti ini dapat dengan mudah dikumpulkan untuk kemudian dijual kembali sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah padat juga dihasilkan dari kegiatan administrasi kantor yang berupa kertas, plastik, dan bekas kemasan. Limbah-limbah tersebut hanya berdampak pada penurunan nilai estetika jika tidak dibuang pada tempatnya. Secara keseluruhan limbah padat yang dihasilkan masih dalam jumlah yang kecil sehingga mudah dalam penanganannya.
59
Gambar 28. Limbah Padat yang Dihasilkan dari Industri Mesin SuritechTM Limbah cair yang dihasilkan dari industri mesin SuritechTM adalah limbah hasil pencucian alat dan limbah domestik dari kegiatan sanitasi (MCK). Limbah pencucian peralatan sangat kecil kuantitasnya karena hampir tidak ada alat yang harus dicuci setelah proses produksi atau pembuat mesin. Pencucian hanya dilakukan sesekali pada mesin atau peralatan yang kotor, hal ini dilakukan jika kotoran yang menempel sangat membandel karena mesin lebih banyak dilap dengan kain untuk membersihkannya dari kotoran yang menempel. Dampak lingkungan lain yang dihasilkan oleh industri mesin SuritechTM adalah polusi suara (kebisingan). Kebisingan dihasilkan oleh peralatan yang digunakan pada proses pembuatan mesin, seperti alat pengelas dan palu pemukul. Kebisingan yang dihasilkan oleh alat-alat tersebut masih sangat kecil sehingga masih dapat ditoleransi karena masih dalam batas normal sehingga tidak mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar.
5.5
Aspek Legalitas
Agar pelaksanaan jalannya suatu industri diketahui, maka diperlukan suatu badan usaha sehingga keberadaannya dapat diakui oleh pemerintah. Suatu industri yang layak akan lebih berkembang jika telah memperoleh izin dari pemerintah. Jika suatu industri yang tidak layak tetap direalisasikan, maka akan beresiko besar untuk diberhentikan oleh pihak berwajib atau protes masyarakat. Suatu industri yang telah layak harus melegalkan badan usahan yang dijalankannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku didaerah setempat. 5.5.1 Badan Usaha Kepemilikan bentuk perusahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba, resiko yang akan ditanggung, pembagian pengawasan dan aturan penguasaan perusahaan. Bentuk perusahaan mesin SuritechTM adalah Perseroan Terbatas (PT). Usaha ini didirikan dengan modal usaha sebesar 50.000.000 yang terbagi atas 5.000 saham yang masing-masing memiliki nilai sebesar Rp. 10.000. Saat ini saham yang dimiliki PT. STM masih terbatas kepemilikinya oleh staf dalam organisasi PT.STM itu sendiri. Setiap pemegang surat saham tersebut mempunyai hak atas perusahaan dan setiap pemegang saham berhak atas keuntungan. Badan usaha PT. STM telah terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia tertanggal 5 Mei 2009. Tinggal pengesahan diberikan pada 8 September 2010, dengan Nomor AHU0067611.AH.01.09 yang disahkan oleh Dr. Aidir Amin Daud, SH., MH., DFM selaku Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum. Usaha ini telah mendapatkan surat keterangan domisili usaha dari Kelurahan Padasuka dan Kecapamatan Ciomas. Dari Kelurahan Padasuka PT.STM mendapatkan izin usaha dengan No. 503/140-Ekbang yang disahkan oleh Lurah Subagdjo sedangkan dari kecamatan Ciomas memperoleh surat izin dengan No. 503.517/28/VII/2009 yang disahkan oleh Drs. H. M. Wirakusumah, M.Si.
60
5.5.2 Pajak Semua industri di Indonesia tidak terlepas dari kewajiban pajak. Pajak yang dibebankan untuk suatu perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau lembaga dan untuk usaha tetap. Penentuan besar pajak penghasilan yang dilakukan berdarakan Undang-Undang Perpajakan No.36 tahun 2008 pasal 17 ayat 1b menyatakan bahwa pajak penghasilan suatu badan dalam negeri dan bentuk usaha adalah sebesar 28%.
5.6
Aspek Finansial
Analisis aspek finansial dilakukan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Analisis finansial dilakukan dengan asumsi pengembangan PT. STM pada tahun yang akan datang. Analisis dilakukan dengan menggunakan parameter dari perusahaan yang ada saat ini. Hal ini perlu dilakukan untuk memperhitungkan kemungkinan keuntungan yang tinggi agar harapan untuk mendapatkan nilai lebih pada waktu mendatang dapat tercapai. Parameter yang berasal dari analisis sebelumnya antara lain adalah kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung dan proyeksi harga-harga. 5.6.1 Asumsi Perhitungan Finansial Sebelum analisis ini dilakukan maka perlu diberikan asumsi-asumsi awal sebagai dasar perhitungan nilai-nilai kelayakan finansial yang ada. Asumsi yang dilakukan pada industri mesin SuritechTM (PT. STM) adalah sebagai berikut. a. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun b. Nilai sisa tanah diasumsikan tetap, nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 50% dari nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal. c. Umur ekonomis mesin dan peralatan produksi adalah 10 tahun dan peralatan kantor adalah 5 tahun. d. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan sebesar 10% per tahun dari harga awal. e. Kapasitas produksi sebanyak 8 unit mesin/bulan. f. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8 jam selama 6 hari kerja per minggu. g. Proyek dimulai pada tahun ke-0 (nol) sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1 (satu). h. Kapasitas produksi pada tahun ke-1 adalah sebesar 60%, tahun ke-2 adalah 80%, tahun ke-3 seterusnya adalah 100%. i. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk pajak badan usaha yaitu sebesar 28%. Uraian asumsi lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3. 5.6.2 Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri SuritechTM yang baru. Biaya investasi terbagi atas biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap meliputi biaya perizinan, tanah dan bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan produksi, alat kantor, dan sarana distribusi (transportasi). Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri mesin SuritechTM adalah sebesar Rp 956.560.000,-. Rincian biaya investasi tetap tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. dan rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
61
Tabe 16. Komponen Biaya Investasi No.
Komponen
Nilai Total (Rp)
1
Biaya prainvestasi
2
Tanah dan bangunan
496.000.000
3
Fasilitas Penunjang
15.000.000
4
Mesin dan Peralatan
130.600.000
5
Alat kantor
6
Sarana Distribusi Material
60.000.000
18.000.000
Subtotal Kontingensi 10%
150.000.000 869.600.000 86.960.000
Total
956.560.000
Biaya modal kerja adalah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan industri SuritechTM ini. Pada penelitian ini biaya modal kerja dihitung berdasarkan biaya operasional yang dibutuhkan selama 1 tahun pada kapasitas produksi 60%. Biaya modal kerja meliputi upah tenaga kerja, biaya administrasi, promosi, dan overhead, biaya bahan baku dan bahan penunjang, biaya kemasan, bahan bakar, dan listrik. Modal kerja yang dibutuhkan oleh industri mesin SuritechTM tersebut dapat dilihat pada Tabel 17. dan rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 17. Komponen Modal Kerja No.
Komponen Modal Kerja
1
Upah tenaga kerja
2
Biaya administrasi, promosi, dan overhead
3
Bahan baku dan penunjang
4
Kemasan
5
Listrik
Nilai (Rp/tahun) 261.600.000 15.000.000 429.126.000 4.800.000
Total
68.250.000 778.776.000
5.6.3 Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan Sumber dana yang digunakan untuk berdirinya suatu industri dapat berasal dari dua sumber yakni modal sendiri (investor) dan modal pinjaman. Saat ini PT. STM berjalan atas modal sendiri. Selain itu, perusahaan ini telah mendapatkan bantuan pengembangan usaha dari program inkubasi oleh RAMP (Recognition and Mentoring Program) IPB. Dan untuk pengembangannya dimasa yang akan datang diasumsikan porsi pendanaan (Debt Equity Ratio) yang digunakan adalah 100% dari dana sendiri dan 0% dari pinjaman bank. Dengan demikian total biaya investasi yang diperlukan adalah sebesar Rp 1.735.336.000 yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp 956.560.000 dan biaya modal kerja sebesar Rp 778.776.000. 5.6.4 Biaya dan Prakiraan Penerimaan Biaya yang digunakan dalam analisis finansial ini dikategorikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan intensitas volume kegiatan. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku dan bahan penunjang, biaya kemasan, biaya bahan bakar, biaya listrik, gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dan biaya distribusi material. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya produksi tetap, biaya administrasi umum tetap, dan penyusutan. Rincian biaya penyusutan dan komposisi biaya tetap dan biaya variabel
62
diperlihatkan pada Lampiran 6. Perhitungan biaya per unit produk ditentukan dengan metode full costing yakni melalui persamaan berikut:
Dari persamaan tersebut maka diperkirakan biaya per unit mesin Suritech pada tahun pertama adalah sebesar Rp 16.957.354,- , pada tahun ke-2 sebesar Rp 15.338.266,- pada tahun ke-3 dan seterusnya adalah Rp. 14.366.813,- . Pada tahun ke-1, dan tahun ke-2, prakiraan biaya per unit mesin lebih tinggi daripada tahun ke-3 dan seterusnya dikarenakan kapasitas produksi pada tahun ke-1, dan 2 belum mencapai 100%. Harga jual mesin Suritech per unit yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 22.500.000,-. Dengan harga jual ini maka profit yang diperoleh sebesar 32,69 – 56,61%. Prakiraan penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-1 adalah sebesar Rp. 1.296.000.000,-, tahun ke-2 sebesar Rp. 1.728.000.000, dan pada tahun ke-3 dan seterusnya adalah sebesar Rp. 2.160.000.000. Penerimaan yang diperoleh tersebut semakin tinggi setiap tahunnya sesuai dengan kapasitas dan penjual mesin yang meningkat. Harga dan prakiraan penerimaan dihitung dengan asumsi harga tetap selama periode operasi. Data harga dan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 18. dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 18. Harga dan Prakiraan Penerimaan Tahun ke-
Produksi per tahun (unit)
Biaya per unit produk (Rp/unit)
Harga jual (Rp/unit)
Penerimaan (Rp)
1
58
16.949.411
22.500.000
1.296.000.000
2
77
15.332.309
22.500.000
1.728.000.000
3
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
4
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
5
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
6
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
7
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
8
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
9
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
10
96
12.265.847
22.500.000
2.160.000.000
5.6.5 Proyeksi Rugi Laba Proyeksi rugi laba digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian yang bisa diperoleh dari industri mesin Suritech ini. Proyeksi ini memuat informasi mengenai proyeksi total penerimaan dan pengeluaran. Selisih antara proyeksi total penerimaan dan pengeluaran merupakan nilai earning before interests and taxes (EBIT) atau besarnya laba/rugi sebelum pembayaran bunga dan pajak. Laba bersih merupakan laba yang telah dikurangi dengan pembayaran bunga dan pajak. Besarnya proyeksi rugi laba dapat dilihat pada Tabel 19. dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 7.
63
Tabel 19. Proyeksi Rugi Laba Tahun Total kePenerimaan
Total Pengeluaran
EBIT
Pajak
Laba bersih
1
1.296.000.000
976.286.100
319.713.900
89.519.892
230.194.008
2
1.728.000.000
1.177.521.300
550.478.700
154.134.036
396.344.664
3
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
4
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
5
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
6
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
7
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
8
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
9
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
10
2.160.000.000
1.378.756.500
781.243.500
218.748.180
562.495.320
5.6.6. Proyeksi Arus Kas Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan mengurangi aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu aliran kas awal (initial cash flow) aliran kas periode operasi (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow) (Soeharto, 2000). Aliran kas masuk terdiri dari modal kerja sendiri dan pinjaman (initial cash flow), laba bersih, depresiasi (operatonal cash flow), dan pengembalian modal kerja (terminal cash flow). Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja, dan angsuran pinjaman. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dan kas keluar setiap tahunnya. Secara lebih jelas proyeksi arus kas industri mesin SuritechTM dapat dilihat pada Tabel 20. dan rinciannya dapat dilihat padat Lampiran 8. Tabel 20. Proyeksi Arus Kas Tahun ke0
Total Kas Masuk -
Total Kas Keluar
Aliran Kas Bersih
956.560.000
(956.560.000)
1
274.442.608
155.360.933
119.081.675
2
440.593.264
188.900.133
251.693.131
3
606.743.920
222.439.333
384.304.587
4
606.743.920
222.439.333
384.304.587
5
608.543.920
240.439.333
368.104.587
6
606.743.920
222.439.333
384.304.587
7
606.743.920
222.439.333
384.304.587
8
606.743.920
222.439.333
384.304.587
9
606.743.920
222.439.333
384.304.587
10
1.750.539.920
222.439.333
1.528.100.587
5.6.7. Kriteriak Kelayakan Investasi Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Perhitungan
64
kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih (net cash flow) pada proyeksi arus kas. Discount factor yang digunakan adalah 16%. a.) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukan besarnya penerimaan bersih selama 10 tahun setelah dikalikan dengan discount factor yang dihitung pada masa sekarang. Berdasarkan perhitungan, nilai NPV pada industri mesin SuritechTM adalah sebesar Rp. 825.245.901,- . Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga pendirian industri ini dinilai layak berdasarkan nilai NPV. b.)
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. Proyek dinilai layak dijalankan apabila nilai IRR lebih besar atau sama dengan nilai suku bunga yang berlaku. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai adalah sebesar 30,79% sedangkan nilai suku bunga yang digunakan pada penelitian ini adalah 16%. Dengan demikian, berdasarkan kriterian IRR perusahaan ini layak untuk didirikan. Rincian mengenai IRR industri ini dapat dilihat pada Lampiran 9. c.) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif dan present value yang bernilai negative (modal investasi). Perhitungan Net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net B/C lebih besar dari satu atau sama dengan satu. Berdasarkan hasil perhitungan maka Net B/C kegiatan investasi pengembangan industri mesin SuritechTM adalah sebesar 1,86, yang artinya setiap investasi Rp. 1,- yang dikeluarkan sekarang pada tingkat discount rate 16% akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 1,86,-. d.)
Payback Period (PBP) Payback Period (PBP) merupakan jangkan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar akan menunjukan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Berdasarkan hasil perhitungan PBP industri mesin SuritechTM adalah 3,52 tahun. Ini berarti, semua investasi yang dikeluarkan untuk pengembangan industri mesin SuritechTM akan kembali setelah 3,52 tahun industri ini beroperasi. Berdasarkan nilai PBP maka industri ini layak untuk didirikan karena nilai PBP-nya kurang dari umur proyek (10 tahun). 5.6.8 Titik Impas (Break Even Point/BEP) Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan total penerimaan. Suatu perusahaan dikatakan mencapai titik impas, apabila dari analisis perhitungan rugi laba perusahaan tidak memperoleh untung tetapi juga tidak menderita kerugian (impas). Dapat dikatakan bahwa jumlah penerimaan perusahaan sama dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan tingkat produksi tertentu. Pada analisis pengembangan industri mesin Suritech TM ini titik impas berada pada Rp. 698.340.544 atau pada tingkat produksi 31 unit mesin per tahun. Informasi lebih rinci dapat lihat pada Lampiran 9. 5.6.9 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan
65
variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas pada studi kelayakan usaha produksi mesin pengolahan surimi ini dilakukan pada tiga parameter, yaitu kenaikan harga bahan baku, penurunan harga jual produk, dan kenaikan tingkat suku bunga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode goalseek dari Microsoft excel. Hasil analisis sensitivitas pada industri ini dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Analisis Sensitivitas Industri Mesin Surimi Parameter Sensitivitas Harga bahan baku naik (plat besi) 581% menjadi Rp 10,217,595 per lembar
Kriteria Kelayakan Investasi NPV (Rp)
Suku Bunga
Net B/C
-
16.00%
1.00
Harga jual produk turun 18% menjadi Rp 18,337,652 per unit
-
16.00%
1.00
Tingkat suku bunga naik menjadi 30.37%
-
30.37%
1.00
Berdasarkan analisis sensitivitas tersebut industri mesin surimi memiliki resiko yang cukup rendah terhadap kenaikan harga bahan baku (plat besi), penurunan harga jual produk dan kenaikan tingkat suku bunga. Apabila harga bahan baku (plat besi) mengalami kenaikan sebesar 581% menjadi Rp10.217.595,- industri ini masih layak didirikan. Namun, jika kenaikan harga bahan baku melebihi 581% maka industri menjadi tidak layak. Pada harga jual produk penurunan sebesar 18% atau menjadi Rp 18.337.652,- per unit maka perusahaan masih layak, lebih dari nilai tersebut maka perusahaan akan menjadi tidak layak. Kenaikan tingkat suku bunga hingga menjadi 30.37% masih memberikan nilai kelayakan pada pendirian industry, lebih dari itu perusahaan dinilai tidak layak untuk didirikan.
66
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian usaha pengembangan industri mesin SuritechTM layak untuk dikembangkan. Dari aspek pasar, usaha ini dinilai layak karena potensi pasar yang tersedia masih sangat luas. Sebagai industri baru, usaha ini dinilai layak dengan peluang pasar yang dapat dicapai berkisar 20-30% dari pasar yang ada dan dapat semakin meningkat seiring dengan perkembangan perlusahaan pangsa pasar. Aspek teknis dan teknologi perusahaan dinilai layak dengan kapasitas produksi 8 unit mesin per bulan dengan mempertimbangkan berbagai kriteria sebagai perusahaan baru. Kriteria tersebut antara lain lokasi, luas area perusahaan, teknik dan teknologi yang digunakan. Harga jual mesin per unit adalah Rp. 22.500.000,Aspek manajemen perusahaan yang minim sampai saat ini masih dinilai layak karena pada dasarnya usaha ini tidak memerlukan banyak tenaga kerja kecuali untuk tenaga kerja langsung apabila kapasitas produksi ditambahkan menjadi 8 unit mesin per bulan. Aspek lingkungan dan legalitas perusahaan dinilai sangat layak. Dari aspek lingkungan dinilai layak karena usaha ini tidak menghasilkan cemaran dan merusak lingkungan. Dari segi aspek legalitas menunjukkan bahwa legalisasi perusahaan telah dilakukan sehingga usaha ini dapat dengan mudah untuk dikembangkan pada tahun-tahun yang akan datang. Besar investasi yang diperlukan adalah Rp 1.735.336.000 yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp 956.560.000 dan modal kerja sebesar Rp 778.776.000. Debt equity ratio (DER) yang digunakan adalah 100 persen dana sendiri dan nol persen dana pinjaman bank. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pengembangan industri mesin SuritechTM ini layak untuk dikembangkan. Nilai NPV industri ini sebesar Rp 825.245.901. Nilai IRR-nya sebesar 30,79 persen. Nilai net B/C-nya sebesar 1,86. Payback period industri ini adalah selama 3.76 tahun. Break even point (BEP) berada pada Rp 698.340.544 atau pada tingkat produksi 31 unit mesin per tahun. 6.2 Saran 1. Untuk meningkatkan pemasaran mesin, promosi yang dilakukan sebaiknya lebih intensif sehingga mesin SuritechTM dapat lebih cepat dikenal oleh target pasar dan memastikan pasar untuk tidak salah pilih pada produk lain yang kurang berkualitas (tidak teruji). 2. Menargetkan pasar pada UKM yang berbasis koperasi. Di mana koperasi dapat bertindak sebagai distributor/cabang pemasaran mesin dengan system pemasaran terpadu (termasuk sebagai sarana pemasarannya). 3. Perlu dikaji sistem pembayaran kredit untuk memudahkan pembelian mesin SuritechTM sehingga industri rumah tangga dan industri kecil yang masih berkembang mampu membeli mesin tersebut. 4. Pemerintah terutama lembaga pengujian mutu sebaiknya berperan lebih ketat terhadap produkproduk mesin yang beredar di pasar sehingga tidak merugikan masyarakat. (pelaksanaan hak paten benar-benar dijalankan sehingga tidak terjadi peniruan mesin. 5. Untuk meningkatkan performa mesin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berbagai komponen utama mesin seperti jarak dan ukuran lubang pada drum berpori dan kecepatan putarannya. 6. Kajian tentang pengecilan ukuran mesin sebagai bahan pembanding biaya produksi dan operasi yang mungkin lebih dapat lebih murah. 7. Kajian mengenai system operasi mesin dengan cara di putar manual sebagai pembanding efisiensi tenaga listrik dan produktivitas mesin yang ada saat ini.
67
DAFTAR PUSTAKA Allops, WHL., 1981. Use of Fish By-Catch From Shrimp Trawling; Future Development. In Fish By-Catch-Bonus From The Sea. FAO and IDRC. Apple, James. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Ed. Ke-3. Bandung: Penerbit ITB Ariyoto, K. 1990. Feasibility Study. Mutiara, Jakarta. Behrens, W. dan P. M. Hawranek. 1991. Manual for The Preparation of Industrial Feasibility Studies. United Nations Industrial Development Organization, Vienna. Benjakul SW., Vissesanguan, Ishizaki S. and Tanaka M. 2001. Differences in Gelation Characteristics of Natural Actomysin from to Species of Bideye Snapper, Priacanthus teyenus and P. macracanthus H., and cheftel, J.C,. 1990. Mechanism of Gelation of Sardine Proteins: J Food Sei 66 (9):1311-1317 Budiyanto, D. dan Djazuli, N. 2003. Konsepsi Percepatan Pengembangan Produk Bernilai Tambah. BPPMHP. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Djazuli, N. 2009. Analisis Pengembangan Industri Penolahan Surimi dalam Pemanfaatan By-catch Pukat Udang. IPB. Bogor. Edris, M. 1993. Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru, Bandung. FAO. 2005. Discard in the world marine fisheries: FAO-Fish-Tech.Paper No.470 Food and Agricultural Organization. Review on the State of World Marine Fishing Resouces: FAOFish-Tech. Paper No.35 Giraud V. dan Chateau D. 2007. Worl Surimi Market. Globefish Researh Programme. FAO. Rome – Italy. 1014-9546, v.89. Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press, Jakarta. Gray, C., P. Simanjuntak, L. K. Sabur, P. F. L. Maspatiella, dan R. G. C. Varley. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kadariah, L., Karlina, dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Lanier TC. 1992. Measurement of Surimi Composition and Fuctional Propertis. di dalam Surimi Technology. Lanier TC., Lee CM., editors New York: Marcel Dekker, Inc. Latelay J dan Malawat S., 1995. Laporan Hasil Survei Tentang Jumlah dan Jenis Ikan Serta Pemanfaatan Ikan HTS Pukat Udang Disekitar Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara. BPPL, Ambon. Lee CM. 1986. A pilot plant study of surimi making properties of red hake (Urophycis chuss). Int Symp. On Engineered Seafoods Including Surimi (Martin R and Collete R., eds). National Fisheries Institute, Washington DC, pp. 225-243. Lee CM. 1986. Surimi manufacturing and Fabrication of Surimi Based Products. J. Food Tech. 40 (3): 115-124 Machfud dan Y. Agung. 1990. Perencanaan Tata Letak pada Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Noguchi SF. 1982. The Surimi Manufacturing Process dalam Lanier TC, Lee CM (editors). Surimi Technology. New York: Minaoku. Okada M. 1992. History of Surimi Technology in Japan dalam Lainer TC., and Lee CM., editor. Surimi Technology. Marcel Dekker Inc. Pp. 3-21. Paranginangin R, Wibowo S, FaWzya N. 1999. Teknologi Pengolahan Surimi. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Slipi.
68
Pramudya, B dan Dewi, N. 1992. Ekonomi Teknik. Pengembangan Akademik Program Sarjana. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor Purbayanto A., Wisudo SH., Santoso J., Wahyu RI., Dinarwan, Zulkarnain, Sarmintohadi, Nugraha AD., Soeboer DA., Pramono B. Marpaung A. dan Riyanto M. 2004. Pedoman Umum Perencanaan, Pengelolaan, Pengelolaan, Hasil Tangkap Sampingan Pukat Udang di Laut Arafura provinsi Papua. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua dan PT. Sucofindo. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. Syarat Mutu Bahan Baku Surimi. 01-2693-1992. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Industri. Jakarta: Penerbit Erlangga. Solahudin, S. 1999. Visi Pembangunan Pertanian. Bogor: IPB Press. Sumiono B., 2000. Pengkajian Perikanan Udang Peneid di Laut Arafuru. Balai Kanlut. Jakarta. Sutojo, S. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo. Suzuki T., 1981. Fish and Krill Protein Prcessing Technology. Applied Sie Publ Ltd., London. Tan SM., Mg MC., Fujiwara T., Kok Kuang H. and Hasegawa H. 1988. Handbooks on the Processing of Frozen Surimi and Fish Jelly Products in Southeast Asia. Mariene Fisheries. Research Department-South East Esia Fisheries Development Center. Singapore. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-2 Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Widodo. 1997. Laporan Survei Pengamatan Sumber Daya Perikanan Demersal Menggunakan KM. Bawal Putih II di Perairan Kawasan Timur Indonesia (November 1995 – April 1996) BPPI Semarang (Tidak Diterbitkan). Winarno FG. 1980. Kimia Pangan. Institut Pertanian Bogor. Pusbangtepa-FTDC. Bogor
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Tabulasi Data dan Sumber Data Penelitian No. 1
DATA Aspek Pasar dan Pemasaran - Data perkiraan & penawaran (ekspor – impor) - Data pangsa pasar (harga) dan persaingan - Konsep dan strategi pemasaran
2
Aspek Teknis dan Teknologi - Sumber daya (bahan) yang digunakan, seperti bahan baku, bahan pembantu, , bahan pendukung, standarisasi mutu produk - Kapasitas produksi - Lokasi
3
- Perencanaan tata letak fasilitas (mesin & ruangan) - Teknologi proses produksi dan jenis mesin Aspek Institusional – Manajemen – Organisasi - Struktur dan elemen organisasi - Sumber (inputan) organisasi - Tujuan dan kajian organisasi
SUMBER DATA Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality & quantity) Hasil pemikiran subyektifobyektif, dan adopsi/adaptasi/modifikasi aspek terkait (data sekunder) Data primer dan sekunder (quality & quantity) (data seknder)
METODE PENGUMPULAN Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara)
Penelusuran pustaka (DKP, Dept. Perindustrian, BPS), browsing internet, wawancara, Observasi lapangan
Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality & quantity), hasil pemikiran subyektif-obyektif Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality & quantity)
PT. Samudra Teknik Mandiri, browsing internet, observasi lapangan
Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality)
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
71
- Fungsi dan kebijakan organisasi 4
5
6
Data primer dan sekunder (quality)
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
Data primer dan sekunder (quality) Data primer dan sekunder (quality)
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality & quantity)
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
Data primer dan sekunder (quality), hasil pemikiran subyektif-obyektif Data primer dan sekunder (quality), hasil pemikiran subyektif-obyektif Data primer dan sekunder (quality), hasil pemikiran subyektif-obyektif
Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
- Perhitungan keuntungan dan kelayakan usaha - Analisis Finansial (NPV, IRR, Net B/C, PBP)
Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quality & quantity) Data primer dan sekunder (quantity)
- Perhitungan nilai sisa
Data primer dan sekunder
Aspek Hukum & Legalitas - Izin (sertifikat) legalisasi - Hukum & undang-undang kebijakan usaha (internal & ekternal organisasi) Aspek Lingkungan - Prosedur pengelolaan lingkungan - Standar operasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan - Metode dan Implementasi AMDAL, GMP, ISO, HCCP, dan lain-lain Aspek Lingkungan - Kondisi eksternal lingkungan organisasi ( Demografi, Sosial, & Kependudukan) - Dampak usaha terhadap kependudukan (masyarakat) - Keterkaitan dan hirarki sosial organisasi dengan lingkungan luar
7
Aspek Finansial - Arus kas (biaya) & neraca keuangan
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan
Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey lapangan, analisis dan perhitungan matematik Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi
72
(quantity) - Asumsi dan dampak yang berpengaruh
Data primer dan sekunder (quality), hasil pemikiran subyektif-obyektif
dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey lapangan, analisis dan perhitungan matematik Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey lapangan
73
Lampiran 2. Jenis keputusan untuk pemilihan alternatif lokasi dengan Metode Pembandingan Eksponensial (MPE) Jenis keputusan untuk pemilihan alternatif lokasi dengan Metode Pembandingan Eksponensial (MPE) Jenis Kriteria Keputusan Kelompok Kriteria Kemudahan mengakses bahan baku E Jarak lokasi dengan sarana pendukung produksi A Tingkat harga bahan baku D Tingkat upah teknisi di lokasi tersebut D Tingkat biaya pembelian lahan D Tingkat biaya pendirian bangunan D Ketersediaan lahan untuk kemungkinan perluasan B Kondisi jalan menuju jalan raya B Tingkat pajak bumi dan bangunan D Ketersediaan sumber air B Ketersediaan fasilitas listrik B Kondisi iklim dilokasi C Tingkat adaptasi masyarakat sekitar terhadap introduksi modern B Dukungan masyarakat sekitar lokasi B Orientasi masyarakat sekitar terhadap bisnis komersial D Tingkat sosial masyarakat disekitar lokasi B Ketersediaan sumber daya manusia B Kemudahan akses dengan pasar E Kemudahan akses dengan alat/bahan pembantu E Keterangan: a.
Skala nilai kelompok kriteria Nilai
b.
A
Kelompok Kriteria C
1
Sangat Jauh sekali
2
Sangat Jauh
3
Jauh
4
Agak Jauh
5 6 7
Sedang Agak Dekat Dekat
B Sangat Tidak Baik Sekali Sangat Tidan Baik Tidak Baik Agak Tidak Baik Sedang Agak Baik Baik
8
Sangat Dekat
Sangat Baik
Sangat Sesuai
Sangat Tinggi
9
Sangat Dekat Sekali
Sangat Baik Sekali
Sangat Sesuai
Sangat Tinggi Sekali
Sangat Tidak Sesuai Sekali Sangat Tidak Sesuai Tidak Sesuai Agak Tidak Sesuai Sedang Agak Sesuai Sesuai
D
E
Sangat Rendah Sekali
Sangat Sulit Sekali
Sangat Rendah
Sangat Sulit
Rendah
Sulit
Agak Rendah
Agak Sulit
Sedang Agak Tinggi Tinggi
Sedang Agak Mudah Mudah Sangat Mudah Sangat Mudah Sekali
Tingkat Kepentingan Nilai Jenis Tingkat Kepentingan 1 Sangat Tidak Penting 2 Tidak Penting 3 Sedang 4 Penting 5 Sangat Penting
74
1.
Alternatif Lokasi PT. STM oleh Tenaga Ahli Kode Lokasi Nama Lokasi A B C D E
2. No. Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Tabel Pembobotan oleh Pakar Jenis Kriteria Keputusan
Tingkat Kepentingan
A
Nilai Pemilihan Lokasi B C D E
Kemudahan mengakses bahan baku Jarak lokasi dengan sarana pendukung produksi Tingkat harga bahan baku Tingkat upah teknisi di lokasi tersebut Tingkat biaya pembelian laha Tingkat biaya pendirian bangunan Ketersediaan lahan untuk kemungkinan perluasan Kondisi jalan menuju jalan raya Tingkat pajak bumi dan bangunan Ketersediaan sumber air Ketersediaan fasilitas listrik Kondisi iklim dilokasi Tingkat adaptasi masyarakat sekitar terhadap introduksi modern Dukungan masyarakat sekitar lokasi Orientasi masyarakat sekitar terhadap bisnis komersial Tingkat social masyarakat disekitar lokasi Ketersediaan sumber daya manusia Kemudahan akses dengan pasar Kemudahan akses dengan alat/bahan pembantu
75
Hasil Perhitungan Pemilihan Alternatif Lokasi Pendirian PT. Samudera Teknik Mandiri
No. Kriteria
Tingkat Kepentingan
1
Hasil Perhitungan
Alternatif Lokasi Sindang Barang
Dramaga
Ciampea
4
7
6
7
2
3
5
6
3
5
5
4
4
5
Dramaga
Ciampea
2401
1296
2401
7
125
216
343
6
6
3125
7776
7776
7
5
6
2401
625
1296
4
7
5
6
2401
625
1296
6
4
7
6
6
2401
1296
1296
7
4
6
7
7
1296
2401
2401
8
4
7
5
5
2401
625
625
9
4
7
5
5
2401
625
625
10
4
7
7
7
2401
2401
2401
11
5
8
6
5
32768
7776
3125
12
4
5
6
7
625
1296
2401
13
3
5
6
7
125
216
343
14
3
7
6
7
343
216
343
15
2
3
5
6
9
25
36
16
3
5
6
6
125
216
216
17
4
7
7
7
2401
2401
2401
18
4
8
7
7
4096
2401
2401
19
4
7
7
7
2401
2401
2401
64246
34834
34127
Total Perhitungan Nilai
Sin.Bar
76
Lampiran 3. Asumsi-asumsi Analisis Finansial No
Variabel Asumsi
Satuan
Nilai
1
Umur proyek
Tahun
10
2
Nilai sisa bangunan dari nilai awal
%
50%
3
Nilai sisa tanah dari nilai awal
%
100%
4
Nilai sisa mesin dan peralatan dari nilai awal
%
10%
5
Umur ekonomis mesin dan peralatan
Tahun
10
6
Umur ekonomis peralatan kantor
Tahun
5
7
Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan per tahun dari harga awal
%
10%
13
Biaya Modal
%
16%
14
Kapasitas produksi mesin Suritech
15
Target kapasitas produksi
Unit/Bulan
8
a. Tahun 1
%
60%
b. Tahun 2
%
80%
17
c. Tahun 3 Harga jual Suritech per buah
% Rp
100% 22.500.000
18
Kontingensi
%
10%
20
Kemasan per bulan
21
Harga kemasan
22 23
Unit
8
a. Kayu palet
Unit
50000
b. Plastik (terpal)
Meter
20000
Pajak Biaya Pengiriman
% Unit
28% 500000
77
Lampiran 4. Rincian Biaya Investasi Industri Mesin SuritechTM No 1
Komponen
Jumlah
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Studi kelayakan
1
paket
10.000.000
10.000.000
-
Perizinan
1
paket
25.000.000
25.000.000
-
Transportasi dan komunikasi
1
paket
10.000.000
10.000.000
-
Biaya start-up
1
paket
15.000.000
15.000.000
-
60.000.000
-
Tanah dan bangunan Tanah
350
m2
500.000
175.000.000
175.000.000
Bangunan
214
m2
1.500.000
321.000.000
160.500.000
496.000.000
335.500.000
Total 2 3
Fasilitas Penunjang Instalasi listrik
1
paket
10.000.000
10.000.000
1.000.000
Instalasi air
1
paket
5.000.000
5.000.000
500.000
15.000.000
1.500.000
Total 3 4
Nilai Sisa (Rp)
Biaya prainvestasi
Total 1 2
Nilai Total (Rp)
Mesin dan Peralatan Mesin Produksi Manual Stracker
1
unit
5.500.000
5.500.000
550.000
Travo Las HT 200-P
2
unit
1.700.000
3.400.000
340.000
Mesin Pelipat Logam
1
unit
20.000.000
20.000.000
2.000.000
Mal/Alat Penyetel
1
unit
17.000.000
17.000.000
1.700.000
Peralatan Las
2
unit
1.400.000
2.800.000
280.000
Mesin Bubut
1
unit
34.500.000
34.500.000
3.450.000
Gerinda
4
unit
1.750.000
7.000.000
700.000
Mesin Bor Duduk
2
unit
2.500.000
5.000.000
500.000
Compressor (untuk mengecat)
1
unit
7.000.000
7.000.000
700.000
78
Bor Tangan
2
unit
1.700.000
Subtotal Perlengkapan utilitas
1
paket
25.000.000
Subtotal Total 4 5
340.000
105.600.000
10.220.000
25.000.000
2.500.000
25.000.000
2.500.000
130.600.000
12.720.000
Alat kantor Komputer
2
unit
4.000.000
8.000.000
800.000
Lemari arsip
2
unit
1.500.000
3.000.000
300.000
Meja kursi kantor
1
paket
4.000.000
4.000.000
400.000
Pesawat telepon dan fax
1
unit
1.000.000
1.000.000
100.000
Alat tulis kantor
1
paket
2.000.000
2.000.000
200.000
18.000.000
1.800.000
150.000.000
15.000.000
Total 5 6
3.400.000
Sarana Distribusi Pick up Total 6
Total 1.2.3.4.5.6 Kontingensi 10% Total investasi
1
unit
150.000.000
150.000.000
15.000.000
869.600.000
366.520.000
86.960.000 956.560.000
79
Lampiran 5. Komposisi Modal Kerja No.
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Biaya satuan (Rp)
Total (Rp)
Direktur
1
orang
60.000.000
60.000.000
Tenaga Ahli
2
orang
60.000.000
120.000.000
Manajer Produksi. Logistik. dan Pemasaran
1
orang
36.000.000
36.000.000
Manajer Administrasi dan Keuangan
1
orang
36.000.000
36.000.000
Secutiry
1
orang
9.600.000
9.600.000
A
Biaya Tetap
1
Upah
Total 1 2
261.600.000
Pengeluaran Administrasi Telepon dan Fax
1
unit
10.000.000
10.000.000
Alat Tulis kantor
1
unit
5.000.000
5.000.000
Total 2 3
Promosi
4
Maintenance
15.000.000 1
unit
24.000.000
1
paket
13.060.000
Total 3
24.000.000
Total 4 5
Listrik (non mesin)
1
PBB (2.5%)
13.060.000 13.060.000
paket
2.400.000
Total 5 6
24.000.000
2.400.000 2.400.000
1
paket
12.400.000
Total 6
12.400.000 12.400.000
Total 1+2+3+4+5+6
328.460.000 4
B
Biaya Variabel
1
Bahan baku dan penunjang Plat Besi
48
lembar/tahun
1.500.000
72.000.000
Plat Stainles Steel 304
48
lembar/tahun
1.400.000
67.200.000
80
Plat Stainles Steel 430
36
lembar/tahun
700.000
25.200.000
Plat Berpori
14
lembar/tahun
4.500.000
60.750.000
Elektro Motor Jiayu
96
Unit/tahun
700.000
67.200.000
Bearing UCT207
192
buah/tahun
12.500
2.400.000
Bearing UCF207
576
buah/tahun
7.500
4.320.000
Saklar
96
buah/tahun
9.000
864.000
Roda Transportasi
96
set/tahun
80.000
7.680.000
Belt Conveyor
96
set/tahun
300.000
28.800.000
Gear Box
96
set/tahun
550.000
52.800.000
Gear 1
288
buah/tahun
6.000
1.728.000
Gear 2
96
buah/tahun
7.500
720.000
Mur dan Baut M19
2.304
buah/tahun
2.000
4.608.000
Mur dan baut M10
1.920
buah/tahun
700
1.344.000
Belt
192
buah/tahun
5.000
960.000
Pulley 1
96
buah/tahun
65.000
6.240.000
Pulley 2
96
buah/tahun
10.000
960.000
Cat Ijo Solin
192
kaleng/tahun
47.000
9.024.000
Cat Nippen
192
kaleng/tahun
49.000
9.408.000
Siku 30 x 30
48
batang/tahun
28.500
1.368.000
Siku 40 x 40
48
batang/tahun
52.000
2.496.000
Steker
96
buah/tahun
9.000
864.000
Kabel Eterna
192
meter/tahun
1.000
192.000
96
Unit/tahun
50.000
Total 1 2
Kemasan (kayu dan plastik)
429.126.000
Total 2 3
Teknisi (Tenaga Kerja Langsung)
4.800.000 72
orang/tahun
7.000.000
Total 3 4
Listrik
4.800.000 504.000.000 504.000.000
68.250
kWh
1.000
68.250.000
81
Total 5
68.250.000 Total 1+2+3+4+5
Biaya variabel pada kapasitas 100%
1.006.176.000
1.006.176.000
Biaya variabel pada kapasitas 80%
804.940.800
Biaya variabel pada kapasitas 60%
603.705.600 Modal Kerja per Tahun
Biaya Operasinal 100%
1.334.636.000
222.439.333
33.619.200
Biaya Operasional 80%
1.133.400.800
188.900.133
33.539.200
932.165.600
155.360.933
Biaya operasional pada kapasitas 60%
82
Lampiran 6. Penyusutan dan Biaya Operasinal
1. Penyusutan
Jenis
Nilai Awal
Tanah
Nilai Sisa
Umur ekonomis (tahun)
Penyusutan / tahun
87.500.000
87.500.000
-
Bangunan
535.000.000
267.500.000
10
16.050.000
Mesin dan Peralatan
130.600.000
12.720.000
10
11.788.000
Alat kantor
12.750.000
1.275.000
5
2.295.000
Kendaraan
150.000.000
15.000.000
10
13.500.000
Total
44.578.000
2. Biaya Operasional Komponen
Tahun ke-1
Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4
Tahun ke-5
Tahun ke-6
Tahun ke-7
Tahun ke-8
Tahun ke-9
Tahun ke-10
Biaya Tetap Upah Pengeluaran Administrasi
261.600.000
261.600.000
261.600.000
261.600.000
261.600.000
261.600.000
261.600.000
261.600.000
261.600.000
261.600.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
Promosi
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
Maintenance
13.060.000
13.060.000
13.060.000
13.060.000
13.060.000
13.060.000
13.060.000
13.060.000
13.060.000
13.060.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
PBB (2.5%)
12.400.000
12.400.000
12.400.000
12.400.000
12.400.000
12.400.000
12.400.000
12.400.000
12.400.000
12.400.000
Penyusutan
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
Total biaya tetap
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
Biaya Variabel Bahan baku dan penunjang
257.475.600
343.300.800
429.126.000
429.126.000
429.126.000
429.126.000
429.126.000
429.126.000
429.126.000
429.126.000
Listrik (non mesin)
83
Kemasan (kayu dan plastik) Teknisi (Tenaga Kerja Langsung)
2.880.000
3.840.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
302.400.000
403.200.000
504.000.000
504.000.000
504.000.000
504.000.000
504.000.000
504.000.000
504.000.000
504.000.000
40.950.000
54.600.000
68.250.000
68.250.000
68.250.000
68.250.000
68.250.000
68.250.000
68.250.000
68.250.000
Total biaya variable
603.705.600
804.940.800
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
Biaya operasional
976.743.600
1.177.978.800
1.379.214.000
1.379.214.000
1.379.214.000
1.379.214.000
1.379.214.000
1.379.214.000
1.379.214.000
1.379.214.000
Listrik
84
Lampiran 7. Rekapitulasi Produksi Tahun ke-
Kapasitas Produksi
Produksi per tahun (unit)
Biaya tetap (Rp/tahun)
1
60%
58
373.038.000
603.705.600
10.481.000
16.957.354
22.500.000
2
80%
77
373.038.000
804.940.800
10.481.000
15.338.266
22.500.000
3
100%
96
373.038.000
1.006.176.000
10.481.000
14.366.813
4
100%
96
373.038.000
1.006.176.000
10.481.000
5
100%
96
373.038.000
1.006.176.000
6
100%
96
373.038.000
7
100%
96
8
100%
9 10
Biaya Variabel (Rp/tahun)
Biaya variabel/unit
Biaya per unit produk (Rp/unit)
Harga jual (Rp/unit)
Profit (%)
Penerimaan (Rp)
BEP (Rp)
BEP (unit)
32,69
1.296.000.000
698.340.544
31
46,69
1.728.000.000
698.340.544
31
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
14.366.813
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
10.481.000
14.366.813
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
1.006.176.000
10.481.000
14.366.813
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
373.038.000
1.006.176.000
10.481.000
14.366.813
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
96
373.038.000
1.006.176.000
10.481.000
14.366.813
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
100%
96
373.038.000
1.006.176.000
10.481.000
14.366.813
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
100%
96
373.038.000
1.006.176.000
10.481.000
14.366.813
22.500.000
56,61
2.160.000.000
698.340.544
31
85
Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba Tahun ke-
Komponen 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.296.000.000
1.728.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
1.296.000.000
1.728.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
2.160.000.000
Biaya tetap
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
373.038.000
Biaya variabel Total Pengeluaran EBIT Laba sebelum pajak Pajak penghasilan Laba setelah pajak
603.705.600
804.940.800
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
1.006.176.000
976.743.600 319.256.400
1.177.978.800 550.021.200
1.379.214.000 780.786.000
1.379.214.000 780.786.000
1.379.214.000 780.786.000
1.379.214.000 780.786.000
1.379.214.000 780.786.000
1.379.214.000 780.786.000
1.379.214.000 780.786.000
1.379.214.000 780.786.000
319.256.400
550.021.200
780.786.000
780.786.000
780.786.000
780.786.000
780.786.000
780.786.000
780.786.000
780.786.000
89.391.792
154.005.936
218.620.080
218.620.080
218.620.080
218.620.080
218.620.080
218.620.080
218.620.080
218.620.080
229.864.608
396.015.264
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
A. Penerimaan Penjualan Produk Total Penerimaan B. Pengeluaran
86
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas Tahun ke-
Deskripsi 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A. Kas Masuk Laba setelah pajak
0
229.864.608
396.015.264
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
562.165.920
Penyusutan
0
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
44.578.000
Nilai sisa Pengembalian modal kerja
0
0
0
0
0
1.800.000
0
0
0
0
365.020.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
778.776.000
Total kas masuk
0
274.442.608
440.593.264
606.743.920
606.743.920
608.543.920
606.743.920
606.743.920
606.743.920
606.743.920
1.750.539.920
956.560.000
0
0
0
0
18.000.000
0
0
0
0
155.360.933
188.900.133
222.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
155.360.933
188.900.133
222.439.333
222.439.333
240.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
222.439.333
B. Kas Keluar Investasi/Reinvestasi Modal Kerja Total kas keluar
956.560.000
87
Lampiran 10. Kriteria Kelayakan Investasi Tahun ke-
Aliran kas bersih. Bt-Ct (Rp)
Akumulasi (Rp)
DF
PV (Rp)
PV Kumulatif
0
(956.560.000)
(956.560.000)
1,0000000
(956.560.000)
(956.560.000)
1
119.081.675
(837.478.325)
0,8620690
102.656.616
(853.903.384)
2
251.693.131
(585.785.195)
0,7431629
187.048.997
(666.854.387)
3
384.304.587
(201.480.608)
0,6406577
246.207.682
(420.646.704)
4
384.304.587
182.823.979
0,5522911
212.248.002
(208.398.702)
5
368.104.587
550.928.565
0,4761130
175.259.385
(33.139.317)
6
384.304.587
935.233.152
0,4104423
157.734.841
124.595.524
7
384.304.587
1.319.537.739
0,3538295
135.978.311
260.573.835
8
384.304.587
1.703.842.325
0,3050255
117.222.682
377.796.517
9
384.304.587
2.088.146.912
0,2629530
101.054.036
478.850.553
10
1.528.100.587
3.616.247.499
0,2266836
346.395.347
825.245.901
NPV
825.245.901
Kriteria NPV (Rp) Payback Period (tahun) IRR Net B/C
Nilai 825.245.901 3,52 30,79% 1,86
88