KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN KAMBING JAWA RANDU PADA KELOMPOK TANI SIMPAY TAMPOMAS DESA CIBEUREUM WETAN KABUPATEN SUMEDANG
GALIH SETIA NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kelayakan Usaha Penggemukan Kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013
Galih Setia Nugraha H34114026
ABSTRAK GALIH SETIA NUGRAHA. Kelayakan Usaha Penggemukan Kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA. Dalam menjalankan usaha penggemukan kambing Jawa Randu, Kelompok Tani Simpay Tampomas tidak berbasis pada pengetahuan, kelompok tersebut hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas. Analisis yang digunakan adalah metode analisis non finansial, analisis finansial dan analisis sensitifitas. aspek non finansial menganalisis tentang aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial. Analisis finansial menghitung analisis kelayakan berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Analisis sensitifitas menghitung pengaruh perubahan harga yang terjadi terhadap kelayakan usaha dari penggemukan kambing ini. Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan usaha melalui kriteria investasi menghasilkan NPV sebesar Rp 118 439 681, Net B/C sebesar 1.67 IRR sebesar 26% dan payback periode 4 tahun 3 bulan. Dengan demikian usaha penggemukan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas layak untuk dijalankan secara finansial. Analisis switching value terhadap penurunan harga jual kambing adalah sebesar 5.67% dan kenaikan harga bakalan kambing sebesar 10.72%. Kata kunci : Analisis finansial, analisis non finansial, layak.
ABSTRACT GALIH SETIA NUGRAHA. The feasibility of Business Fattening Goat Jawa Randu in the Farmers Simpay Tampomas Village Cibeureum District Sumedang. Suvervised by JUNIAR ATMAKUSUSMA. In run businesses, fattening goat Jawa Randu, farmer groups simpay tampomas not based on knowledge, the group just rely on the experience and intuition course. The study is to analyze the feasibility of business fattening goatie java randu in the farmers simpay tampomas. The analysis used is a method of analysis non financial sensitivity of financial analysis and analysis. The aspect of non financial analyze about aspects of the market and marketing- the technical aspects, the aspect of management, legal aspects and social aspect. Financial analysis counting analysis based on npv, eligibility criteria irr, net b / c and payback period. Analysis of sensitivity of counting the influence of occurring price change against the feasibility of undertaking of fattening this goat. Based on the result of reckoning analysis of eligibility criteria business through investment produce npv 118 439 681, as much as rp net / c to b 1.67 irr by 26% and 4 years payback a period of three months. Thus the business of fattening done by farmer groups simpay tampomas worthy to be executed financially. Analysis of switching value to a decrease in the selling price of goats are worth 5.67 % and price was going to a goat as much as 10.72%.
Keywords: Analisyis financial, Analisyis non financial, the feasibility.
KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN KAMBING JAWA RANDU PADA KELOMPOK TANI SIMPAY TAMPOMAS DESA CIBEUREUM WETAN KABUPATEN SUMEDANG
GALIH SETIA NUGRAHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul skripsi : Kelayakan Usaha Penggemukan Kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang Nama : Galih Setia Nugraha NIM : H34114026
Disetujui oleh
Ir Juniar Atmakusuma, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karuniaNya berupa kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kelayakan Usaha Penggemukan Kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan alam Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi melalui penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar "Sarjana Ekonomi" (SE) pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan yang melimpah. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak. Namun demikian, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang dapat bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini kearah yang lebih baik sehingga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2013
Galih Setia Nugraha
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Aspek Non Finansial Aspek Finansial Teknik Memperkirakan Risiko KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Konsep Nilai Waktu Uang Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Non Finansial Analisis Finansial Analisis Sensitivitas Analisa Laporan Laba Rugi Asumsi Dasar GAMBARAN UMUM Lokasi dan Keadaan Umum Sejarah Singkat Kelompok Tani Simpay Tampomas Karakteristik Responden Anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas Modal Peternak ketika Memulai Usaha Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Beternak ANALISIS KELAYAKAN USAHA Analisis Aspek Non Finansial Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek Hukum Analisis Aspek Finansial Arus biaya Penerimaan
viii viii viii 1 1 6 6 7 7 8 8 8 9 10 10 10 11 16 17 17 20 20 20 21 22 22 24 26 26 27 28 28 30 31 31 32 33 33 33 34 37 38 39 40 40 44
Analisis kelayakan usaha Analisis Switching Value SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
45 46 46 46 47 48
DAFTAR TABEL
1 Populasi ternak ruminansia di Indonesia tahun 2005–2010 (000 ekor) 2 Komposisi kandungan gizi daging sapi dan daging domba/kambing 3 Harga rata-rata daging di Jawa Barat bulan Februari tahun 2013 4 Perkembangan populasi kambing di Kecamatan Cimalaka 5 Perbedaan pemasaran dan penjualan 6 Bauran pemasaran dari sudut pandang perusahaan dan pasar 7 Jenis data dan sumber data 8 Penggunaan lahan di Desa Cibeureum Wetan 9 Penduduk Desa Cibeureum Wetan berdasarkan mata pencaharian 10 Populasi ternak di Desa Cibeureum Wetan 11 Jumlah modal peternak kambing ketika memulai usaha 12 Tingkat pendidikan formal peternak 13 Tingkat pendidikan non formal peternak 14 Peternak kambing berdasarkan waktu dan pengalaman 15 Biaya investasi hasil swadaya anggota kelompok 16 Biaya investasi perorangan peternak 17 Biaya variabel yang dikeluarkan Kelompok Tani Simpay Tampomas 18 Biaya variabel yang dikeluarkan perorangan peternak 19 Biaya tetap yang dikeluarkan di Kelompok Tani Simpay Tampomas 20 Penerimaan anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas 21 Analisis Kelayakan Usaha 22 Analisis switching
2 3 3 5 12 13 20 29 29 30 32 32 32 33 40 41 42 42 43 44 45 46
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Alur kerangka pemikiran Hubungan antara NPV dan IRR layout Kelompok Tani Simpay Tampomas Pemberian pakan Struktur organisasi Kelompok Tani Simpay Tampomas
19 24 35 36 37
DAFTAR LAMPIRAN
1 Cash flow penggemukan Kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas 2 Laba rugi penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas 3 Analisis sensitivitas penurunan harga kambing 4 Laba rugi penuruan harga kambing 5 Analisis sensitivitas kenaikan harga bakalan kambing 6 Laba rugi kenaikan harga bakalan kambing 7 Investasi penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas 8 Dokumentasi 10 Riwayat hidup
50 51 52
53 54 55 56 57 58
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang dominan dalam kegiatan ekonomi di Indonesia dan juga merupakan mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian mendapat banyak perhatian dari pemerintah, terutama dalam bentuk pembiayaan proyek pertanian, subsidi, serta peraturan-peraturan pajak bagi sarana dan hasil produksi pertanian. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah untuk pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk tujuan pembangunan pertanian secara nasional yang mencakup upaya meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor. Selain tujuan nasional tersebut, pembangunan sektor pertanian juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, mendorong perluasan lapangan kerja, serta mendukung pembangunan daerah. Pengembangan sektor pertanian melalui penilaian proyek bukan bermaksud mengukur semua pengaruh proyek pertanian dalam pencapaian tujuan-tujuan nasioanal, tetapi yang utama, seperti halnya dibidang-bidang lain, yaitu mengidentifikasi biaya-biaya dan benefit dari investasi dibidang pertanian. Terdapat sejumlah kekhususan pada proyek pertanian di Indonesia yang membedakannya dari bidang industri seperti, pemerintah sebagai pelaksana utama, kelompok petani sebagai penerima manfaat. Pada bagian terbesar proyek pertanian, misalnya untuk bendungan, program penyuluhan, penelitian, dan pengembangan, yang memegang peran utama dalam mendesain, melaksanakan dan membiayai proyek adalah pemerintah, sedangkan manfaatnya dirasakan oleh sekelompok orang tertentu, yaitu para petani. Lain halnya dengan bidang industri, dimana suatu proyek biasanya didesain dan direncanakan oleh perusahaan negara ataupun swasta yang meminjam uang dari pemerintah, dan kemudian membayar pinjaman tersebut dari keuntungan yang diperoleh selama operasi. Ringkasnya, aspek pemerataan pendapatan diistimewakan dalam proyek pertanian. Pembangunan sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam ekonomi Indonesia, salah satunya adalah mendukung pertumbuhan pendapatan nasional. Pembangunan sektor pertanian ditopang oleh berbagai subsektor, diantaranya adalah subsektor peternakan. Pencapaian PDB di sektor pertanian sempit (tanaman bahan makanan, perkebunan dan pertanian) pada tahun 2012 mencapai nilai nominal Rp 880.17 triliun, dari nilai tersebut subsektor peternakan menyumbang Rp 146.09 triliun. Kontribusi peternakan terhadap PDB tahun 20112012 adalah sebesar 1.77% dan dalam pembentukan PDB sektor pertanian, subsektor peternakan menyumbang 12.27%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, kontribusi subsektor peternakan mengalami kenaikan dari 11.85% menjadi 12.27% 1.
1
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian 2013
2
Salah satu subsektor peternakan yang dapat mewujudkan masyarakat yang produktif melalui pembangunan peternakan yang tangguh dan berbasis sumberdaya lokal adalah dengan memelihara ternak yang dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat, pemeliharaan relatif sederhana dan membutuhkan modal yang relatif kecil. Salah satu ternak yang berpotensi tersebut adalah dengan beternak kambing. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang akrab dengan peternakan di pedesaan, hampir seluruh pelosok provinsi di Indonesia terdapat ternak kambing yang dipelihara dengan cara dikandangkan untuk dataran tinggi, kombinasi antara dikandangkan dan digembalakan untuk di dataran sedang dan digembalakan sepenuhnya seperti didaerah pesisir atau pantai. Ternak ruminansia penghasil daging utama di Indonesia terdiri dari sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, domba, dan kuda. Berikut perkembangan populasi ternak ruminansia di Indonesia tahun 2005–2010.
Tabel 1 Populasi ternak ruminansia di Indonesia tahun 2005–2010 (000 ekor) Tahun Sapi Sapi Kerbau Kambing Domba Kuda perah potong 2005 361 10 569 2 128 13 409 8 327 386 2006 369 10 875 2 166 13 789 8 979 397 2007 377 11 365 2 246 14 873 9 859 412 2008 457 12 256 1 930 15 147 9 605 392 2009 474 12 759 1 932 15 815 10 198 398 2010 475 13 362 2 010 16 841 10 914 409 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2010)
Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ternak kambing sebagai ruminansia kecil di Indonesia dari tahun 2005-2010 terus mengalami peningkatan. Populasi kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah kambing lokal, yang biasa disebut kambing Kacang yang sudah sangat terkenal sejak tahun 1900-an. Jenis ternak kambing dapat menghasilkan beberapa macam komoditas diantaranya berupa ternak hidup dari hasil reproduksi, daging, susu, maupun limbah kotoran ternak yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Populasi ternak kambing yang berkembang di Indonesia terdiri dari banyak jenis, tetapi pada dasarnya ternak kambing di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu kambing penghasil daging dan penghasil susu. Peningkatan populasi kambing di Indonesia menunjukan bahwa usaha peternakan kambing merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan. Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan taraf hidup serta kesadaran masyarakat untuk hidup sehat, maka tuntutan akan kebutuhan gizi berupa protein hewani juga semakin meningkat. Berikut komposisi kandungan gizi daging sapi dan daging domba/kambing.
3
Tabel 2 Komposisi kandungan gizi daging sapi dan daging domba/kambing Komponen gizi Daging sapi Daging domba/kambing Kolesterol (mg/100 g) 55 – 66 41 – 53 Protein (g/100 g) 23.2 22 – 24 Lemak (g/100 g) 2.8 1.5 – 4.7 Energi (KJ/100 g) 498 477 – 546 Vitamin A (mcg/100 g) < 5.0 5.0 – 8.6 Vitamin B6 (mg/100 g) 0.5 0.1 – 0.8 Vitamin B12 (mcg/100 g) 2.5 1.0 – 2.8 Calcium (mg/100 g) 4.5 6.5 – 7.2 Phospor (mg/100 g) 215 194 – 290 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2009
Berdasarkan informasi pada Tabel 2, diketahui bahwa opini masyarakat yang mengatakan bahwa daging kambing atau domba mengandung kolesterol yang tinggi dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kolesterol tinggi dan menyebabkan penyakit jantung ternyata berbeda dengan informasi yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2009), yang menerangkan bahwa angka kolesterol pada daging kambing dan domba lebih rendah (41 – 53 mg/100 g) dibandingkan daging sapi (55 – 66 mg/100 g). Selain itu berdasarkan data statistik Indonesia yang diterbitkan oleh BPS (2009), konsumsi daging kambing dan domba tahun 2008 adalah sebasar 0.50 kg/kapita dan pada tahun 2009 naik menjadi 0.55 kg/kapita. Berdasarkan informasi tersebut, peluang pasar untuk usaha kambing tujuan produksi daging memiliki prospek yang baik untuk diusahakan. Dari segi harga, daging kambing lebih murah dibanding dengan daging sapi, berikut harga rata-rata daging kambing dan daging sapi di Jawa Barat.
Tabel 3 Harga rata-rata daging di Jawa Barat bulan Februari tahun 2013 Harga rata- rata (rupiah/ kg) Komoditi Peternak Konsumen Daging sapi murni 83 000 90 000 Daging kambing / domba 75 000 78 000 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa harga daging kambing lebih murah dibandingkan dengan harga daging sapi. Saat ini harga daging sapi di Indonesia mengalami fluktuasi yang tinggi, sehingga para konsumen daging banyak mencari alternatif untuk mengkonsumsi daging, salah satu alternatifnya adalah dengan beralih ke daging kambing, karena secara ekonomis harga daging kambing lebih murah dibanding daging sapi. Hal tersebut menunjukan peluang pasar terhadap komoditas daging kambing sangat potensial untuk dikembangkan.
4
Sebagian besar peternak kambing diternakan di wilayah pedesaan yang dipelihara secara tradisional untuk tujuan memperoleh daging. Salah satu Jenis kambing yang biasa dipelihara untuk tujuan produksi daging adalah jenis kambing Jawa Randu yang mampu menghasilkan persentase karkas 44% sampai 51% dari bobot hidup. Kambing Jawa Randu menghasilkan daging berwarna merah dan aromanya lebih tajam daripada daging domba. Daging kambing Jawa Randu umumnya diperoleh dari kambing muda yang berumur 1–2 tahun. Bobot hidup kambing Jawa Randu pada umur satu tahun berkisar antara 12.9–24.7 kg (jantan) dan 11.2–19.7 kg (betina). Usaha ternak tradisional yang dilakukan masyarakat pedesaan telah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui stabilitas penyediaan uang tunai dalam bentuk kolateral dan tabungan ternak. Bagi peternak di daerah pedesaan pembentukan modal sering dilakukan dengan cara menabung dan bantuan pemerintah berupa berbagai macam kredit produksi. Modal dalam bentuk uang tunai dipergunakan peternak untuk membeli sarana produksi, seperti bibit/bakalan kambing, pembuatan kandang, lahan dan lain-lain yang memungkinkan petani melakukan proses produksi. Modal yang dipergunakan oleh peternak dilakukan tanpa mempertimbangkan manfaat yang akan dihasilkan dari modal yang telah dikeluarkan, sebagian besar peternak tersebut hanya mengandalkan perkiraan dan pengalaman untuk mengeluarkan modal tersebut. Kabupaten Sumedang merupakan wilayah yang memiliki sasaran untuk mengembangkan berbagai upaya agribisnis. Langkah tersebut tertuang dalam peraturan daerah Nomor 33 Tahun 2003 Tentang RTRW Kabupaten Sumedang dimana didalamnya mencakup penetapan pengembangan kawasan pertanian yang terbagi kedalam lima kawasan yaitu : a) Wilayah pengembangan Kawasan Agribisnis “Mangkarnata” meliputi wilayah dataran Tinggi di sekitar kaki Gunung Manglayang, Kareumbi, Cakrabuana dan Gunung Tampomas dengan komoditas yang akan dikembangkan meliputi komoditas holtikultura. b) Wilayah Pengembangan Kawasan “Timur” meliputi Kecamatan Tomo, Ujungjaya dan Conggeang dengan komoditas yang akan dikembangkan meliputi, mangga, pisang, sayuran dataran rendah , padi dan palawija. c) Wilayah pengembangan Kawasan ”Utara” meliputi Kecamatan Buahdua, Tanjungkerta, Tanjungmedar, dan Surian dengan Komoditas andalan yang akan dikembangkan meliputi padi, pisang, dan kacang gondola. d) Wilayah Pengembangan Kawasan “Tengah” meliputi Kecamatan Cimalaka, Cisarua, Paseh, Sumedang Selatan, Sumedang Utara dan Ganeas dengan komoditi andalan salak, jeruk, padi dan palawija. e) Wilayah Pengembangan Kawasan “Selatan” meliputi Kecamatan Darmaraja, Situraja, dan Cisitu dengan komoditi andalannya meliputi rambutan, sawo, pisang, padi dan palawija. Komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sumedang masih berupa tanaman pangan, meskipun belum ada rencana untuk menjadikan kambing sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Sumedang, namun di Kecamatan Cimalaka telah terdapat peternakan kambing yang populasinya terus meningkat setiap tahun, berikut data perkembangan populasi kambing di Kecamatan Cimalaka dalam lima tahun terakhir :
5
Tabel 4 Perkembangan populasi kambing di Kecamatan Cimalaka Jumlah Populasi Kambing (ekor) No Tahun Jantan Betina Jumlah 1 2007 539 1 535 2 074 2 2008 596 1 681 2 277 3 2009 641 1 944 2 585 4 2010 994 2 274 3 268 5 2011 1 312 2 485 3 797 Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumedang, 2011
Berdasarkan informasi pada Tabel 4, diketahui bahwa perkembangan populasi kambing di Kecamatan Cimalaka terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Populasi kambing yang ada di Kecamatan Cimalaka pada umumnya adalah jenis kambing Peranakan Etawa dan kambing Jawa Randu yang telah menjadi komoditas unggulan. Desa Cibeureum Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang terdapat usaha agribisnis yang diberi nama “Kelompok Tani Simpay Tampomas” yang mulai merintis agribisnis usaha kecil pada tahun 1997 yang berlokasi di atas lahan bekas galian yang berada di kaki gunung Tampomas. Bapak Uha sebagai ketua kelompok tani atau perintis usaha ternak kambing berawal hanya ingin menghijaukan lahan bekas galian tersebut dengan menanam pohon Kaliandra dan Cebreng yang diharapkan dapat menghijaukan kembali lahan yang tandus sehingga secara perlahan-lahan dapat diperbaiki. Keterbatasan modal dalam membeli pupuk untuk menanam pohon Kaliandra dan Cebreng memunculkan ide untuk melaksanakan mix farming antara usaha penghijauan dengan usaha peternakan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pupuk kandang secara mandiri. Seiring dengan bertambahnya populasi kambing yang diternakan dan banyak yang mengikuti jejak Bapak Uha yaitu beternak kambing, maka Bapak Uha membentuk kelompok tani yang mengusahakan ternak kambing secara intensive. Perkembangan usahatani kecil yang positif ke arah orientasi bisnis ini tidak menutup kenyataan yang ada tentang adanya keterbatasan, seperti keterbatasan sumber daya dalam melihat prospek usaha, kurangnya pemahaman manfaat investasi yang dikeluarkan, informasi pasar yang terbatas, keterbatasan modal, tingkat pendidikan rendah dan lain sebagainya. Keterbatasan para petani kecil yang sering dikatakan bahwa usahatani kecil masih bersifat subsisten atau semi subsisten dengan cara budidaya tradisional, sehingga berusaha tani bukan merupakan usaha melainkan jalan hidup yang dilakukan dari generasi ke generasi. Namun perkembangan penggunaan teknologi modern dan masuknya ekonomi uang di pedesaan mulai mengubah orientasi petani kecil kearah bisnis. Meninjau kondisi tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai studi kelayakan bisnis dengan menganalisis kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas.
6
Rumusan Masalah Usaha peternakan kambing yang telah didirikan sejak tahun 1997 bermula bukan untuk tujuan bisnis melainkan hanya untuk usaha penghijauan bekas galian yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal Bapak Uha, tetapi seiring dengan perkembangan populasi ternak yang dipelihara terus meningkat dan banyak yang mengikuti jejak Bapak Uha memunculkan ide untuk menggemukan kambing secara intensive dan mengarah ke orientasi bisnis. Bapak Uha mewujudkan idenya tersebut dengan membentuk kelompok tani yang diberi nama Simpay Tampomas. Kelompok Tani Simpay Tampomas dalam menjalankan usahanya, tidak berbasis pada pengetahuan, kelompok tersebut hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja. Kelompok Tani Simpay Tampomas sudah mengeluarkan biaya investasi yang cukup besar untuk membeli lahan, pembuatan kandang, membangun saung semi permanen untuk pertemuan kelompok dan investasi lainnya. Melihat kondisi lingkungan yang sangat dinamis dan biaya investasi yang dikeluarkan cukup besar, membuat usaha yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja, perlu dilakukan studi kelayakan bisnis agar dapat diketahui manfaat bersih dari investasi yang ditanamkan serta hasil dari studi kelayakan ini dapat menjadi acuan untuk pihak Kelompok Tani Simpay Tampomas jika akan melakukan penambahan investasi. Usaha ternak kambing yang dipimpin oleh Bapak Uha telah berjalan cukup lama, tetapi Kelompok Tani Simpay Tampomas selama ini tidak pernah melakukan penilaian atas investasi yang sudah dikeluarkan, untuk memastikan seberapa besar manfaat yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas perlu dikaji melalui analisis studi kelayakan untuk mengetahui seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Studi kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa Simpay Tampomas telah memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang telah dijalankan. Berdasarkan uraian di atas, adapun permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas dilihat dari aspek non finansial ? 2. Bagaimana kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas secara finansial ? 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas secara finansial ? Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas dilihat dari aspek non finansial. 2. Menganalisis kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas secara finansial.
7
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas secara finansial. Manfaat Penelitian
1.
2. 3. 4. 5.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : Bagi Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah berguna sebagai masukan untuk menentukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Bagi investor, sebagai informasi dan acuan dalam proses pengambilan keputusan investasi untuk alokasi modal yang akan ditanamkan. Bagi kreditor, pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai salah satu dasar dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan kambing Kelompok Tani Simpay Tampomas yang melakukan budidaya kambing Jawa Randu tujuan produksi daging. Kelompok Tani Simpay Tampomas berlokasi di Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Penelitian ini Mengkaji kelayakan menggunakan alat ukur kelayakan keuangan yang terdiri dari kas masuk dan kas keluar selama umur bisnis dan akan disusun dalam cashflow kemudian dianalisis mengenai kriteria kelayakan investasi dengan menggunakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP). Selain itu, mengkaji mengenai pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum. Perhitungan kelayakan usaha penggemukan kambing dengan adanya kenaikan harga output bakalan kambing dan input penurunan harga jual kambing dengan menggunakan analisis sensitivitas.
8
TINJAUAN PUSTAKA Aspek Non Finansial Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis adalah aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial dan aspek organisasi. Aspek aspek tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu bisnis. hasil penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) yang berjudul “Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko studi kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar Kabupaten Karawang, Jawa Barat adalah pada aspek pasar, penggilingan padi Sinar Ginanjar berpeluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar. Berdasarkan aspek teknis, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk menjaga kualitas beras tidak dilakukan seperti dalam penyimpanan beras. Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat sederhana, namun proses produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari aspek hukum usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sudah melengkapi berkas-berkas perijinan usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek sosial lingkungan dari usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar, dalam mengelola limbah yaitu sekam sudah baik, yaitu dengan mempergunakannya sendiri untuk pembuatan abu gosok dan sebagian untuk masyarakat sekitarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) yang berjudul “ Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompok Tani Dewi Sri” adalah hasil analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dan aspek lingkungan memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan. Aspekaspek tersebut telah memenuhi segala sesuatu dapat mendorong bisnis tersebut berkembang seperti ketersediaan pasar, modal, manajemen yang terorganisir dengan baik serta teknologi yang digunakan juga mendukung usaha tersebut. Aspek Finansial Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis selanjutnya adalah dari aspek finansial. Aspek tersebut merupakan indikator yang paling penting dan yang paling menentukan keberhasilan suatu bisnis karena menyangkut dengan arus kas, alokasi modal dan efisiensi biaya. hasil penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) mengenai aspek finansial adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis finansial layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar Rp. 322
9
915 059. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh penggilingan padi Sinar Ginanjar selama 15 tahun dengan tingkat diskonto 12% sebesar Rp. 322 915 059. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 28%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 28%, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1.83, berdasarkan kriteria penilaian investasi apabila nilai Net B/C lebih dari satu (Net B/C (1,83) > 1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah empat tahun 0.9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8.8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar,sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak dijalankan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) mengenai aspek finansial adalah pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada kondisi normal layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator kriteria investasi yang menunjukkan nilai NPV mencapai Rp 511 329 761,71, IRR mencapai 19.8%, Net B/C mencapai 1.24, dan payback period mencapai enam tahun dua bulan 16 hari. Petani padi anggota Kelompok Tani Dewi Sri yang mengusahakan padi hanya memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 510 347200,43 selama umur bisnis, yakni 15 tahun. Jika petani anggota Kelompok Tani Dewi Sri ingin meningkatkan pendapatannya, maka mereka dapat mengusahakan ternak sapi potong, biogas, dan pupuk organik dalam pertanian terintegrasinya. Jika mereka melaksanakan kegiatan usaha pertanian yang terintegrasi tersebut, maka total manfaat bersih tambahan yang mereka terima adalah Rp 511 329 761,71 selama umur bisnis, yakni 15 tahun dengan nilai investasi pada tahun pertama sebesar Rp 3 055 458 750.
Teknik Memperkirakan Risiko Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009), menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan motode Analisis switching value. Hasil dari analisis switching value dengan pendekatan parameter penurunan harga susu dan kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada dua skenario. Skenario II (modal sendiri) merupakan skenario yang paling sensitive terhadap parameter penurunan harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I (modal sendiri dan pinjaman), masing-masing nilai yang diperoleh skenario I sebesar 30.16% dan 55.43% sedangkan Skenario II sebesar 13.03% dan 18.52%. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti (2011) menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan analisis skenario. Analisis tersebut menggunakan NPV yang diharapkan, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Hasil penelitian dari Novianti terkait dengan analisis risiko adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis pada
10
kondisi risiko layak untuk dijalankan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai Rp. 259 662 572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388 618 762 dan koefisien variasi sebesar 1.50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan mencapai Rp. 59 440 085, dengan standar deviasi sebesar 108 146 306 dan menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1.82. Berdasarkan kriteria penilaian untuk mengukur tingkat risiko, semakin besar nilai NPV yang diharapkan maka semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko harga pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko pada kondisi risiko produksi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) mengenai analisis skenario adalah Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan dengan adanya risiko produksi dan harga output pada padi di Kelompok Tani Dewi Sri. Di mana, pada kondisi pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada kondisi risiko usaha padi menunjukkan bahwa tingkat risiko yang paling tinggi ada pada risiko produksi. NPV yang diharapkan merupakan suatu nilai yang diharapkan oleh pelaku usaha dari suatu investasi yang ditanamkan pada usaha tersebut. Semakin tinggi NPV, maka tingkat risiko yang dihadapi semakin besar. NPV yang diharapkan dari kedua kondisi yang paling tinggi adalah NPV yang diharapkan pada kondisi harga output, yaitu sebesar Rp 699 615 002.53. Risiko yang paling berpengaruh terhadap kelayakan pada usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada analisis skenario adalah risiko produksi padi. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha ternak baru berjalan satu tahun dan belum menghasilkan manfaat atau keuntungan dari aspek finansial.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini disusun melalui dasar pemikiran yang dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian. Berikut adalah kerangka pemikiran teoritis yang akan dijelaskan secara terperinci. Studi Kelayakan Bisnis Analisis suatu kelayakan bisnis perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain saling berkaitan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis. (Nurmalina et al 2009). Studi kelayakan digunakan hampir pada setiap sektor usaha yang akan didirikan, dikembangkan dan diperluas ataupun dilikuidasi, bahkan dibeberapa departemen/instansi pemerintah, pengusulan
11
proyek harus disertai studi kelayakan. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko besar. penilaian investasi termasuk dalam studi kelayakan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya ketelanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena usaha yang tidak layak. Pernyataan seorang ulama besar Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqh Prioritas,"Semua pekerjaan yang baik mesti didahului dengan studi kelayakan, dan harus dipastikan menghasilkan sesuatu yang memuaskan sebelum pekerjaan itu dimulai. karena itu, harus ada perencanaan sebelum melakukannya, perhitungan secara matematis, dan berbagai penelitian sebelum pekerjaan itu dilakukan. Studi kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi, baik pada sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan. Studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan sebuah proyek yang akan dijalankan disebut studi kelayakan proyek, sedangkan studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha disebut studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. jika objeknya adalah pengembangan usaha, berarti usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan disebut studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan, ide bisnis memiliki bermacam-macam bentuk, antara lain : 1. Pendirian usaha baru 2. Pengembangan usaha yang sudah ada, seperti merger, penambahan permodalan, penggantian teknologi, pembukaan kantor baru/cabang, dan sebagainya 3. Pembelian perusahaan dengan cara akusisi. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah bidang kajian dalam studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu, yang dilihat dari fungsi-fungsi bisnis. Aspek yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha dalam penulisan analisis bisnis ini adalah dengan menganalisa setiap aspek yang ada pada perusahaan. Adapun aspek-aspek yang dimaksud antara lain adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek hukum dan aspek finansial. Dengan menganalisa setiap aspek yang ada, maka dapat dilihat kelayakan usaha yang sedang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan bisnis karena sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan produk yang dihasilkan. Pada aspek ini besar permintaan produk serta kecenderungan perkembangan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang perlu diperkirakan secara cermat. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti, dikemudian hari suatu bisnis dapat terancam karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan, baik kekurangan maupun kelebihan permintaan akan menyebabkan kegiatan bisnis tidak dapat beroprasi secara efisien.
12
Menurut Kotler dan Amstrong, pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada seberapa mampu perusahaan memahami kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan memenuhinya secara lebih efektif dan efisien dibanding pesaing. Bagi sebagian orang pemasaran diartikan sebagai kegiatan penjualan, padahal keduanya memiliki pengertian yang sangat berbeda, menurut Kotler dan Amstrong ada empat perbedaan pemasaran dan penjualan.
Tabel 5 Perbedaan pemasaran dan penjualan Faktor No Pemasaran Pembeda 1 Titik awal Pasar sasaran (pasar sasaran 2 Fokus Kebutuhan dan keinginan konsumen 3 Cara mencapai Melakukan pemasaran tujuan terpadu 4 Hasil akhir Berupa keuntungan yang diperoleh melalui volume kepuasaan konsumen
Penjualan Pabrik Produk Melalui promosi yang gencar Berupa keuntungan yang diperoleh melalui penjualan
Sumber : Memenangkan pasar dengan pemasaran efektif dan profitable, 2003
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah bekerja dengan pasar untuk mengaktualisasi potensi pertukaran dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Ada dua pihak utama yang terlibat dalam pemasaran, yaitu pemasar dan prospek. Pemasar adalah pihak yang lebih aktif dalam mengaktualisasi pertukaran. Prospek adalah seseorang atau organisasi yang diidentifikasi oleh pemasar mampu dan ingin terlibat dalam pertukaran. Dengan istilah sehari-hari, prospek itu adalah calon pembeli. Calon pembeli sendiri adalah pasar potensial, yaitu seseorang yang memiliki keinginan terhadap suatu produk. Perusahaan perlu memancing agar pasar sasaran memberikan respons yang diinginkan oleh perusahaan, respon tersebut adalah pasar sasaran mengenal, menyukai, menjadikan produk sebagai pilihan, membeli produk dan menjadi pelanggan yang loyal terhadap produk. Perusahaan harus menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, menetapkan harga yang sesuai bagi pasar sasaran, menyediakan produk pada tempat-tempat yang biasanya didatangi pasar sasaran dan melakukan promosi yang format dan metodenya cocok dengan pasar sasaran tersebut. Langkah langkah tersebut disebut bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi).
13
Tabel 6 Bauran pemasaran dari sudut pandang perusahaan dan pasar Bauran pemasaran Sudut Pandang Perusahaan Sudut Pandang Pasar Produk Jalan keluar masalah konsumen Harga Biaya kepada kepada pelanggan Tempat Menyenangkan, nyaman untuk memperoleh produk Promosi Komunikasi dari perusahaan kepada pelanggannya Sumber : Memenangkan pasar dengan pemasaran efektif dan profitable, 2003
Aspek Teknis Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber bahan baku produksi. Pada aspek teknis faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah lokasi proyek, skala operasi, proses produksi dan layout tempat usaha. Aspek ini bertujuan untuk mengutuhui, memahami, dan mengevaluasi produk yang dihasilkan objek studi. untuk menghasilkan produk diperlukan langkah-langkah praoperasional, seperti desain, pemilihan dan penggunaan material (bahan baku), kriteria dan spesifikasi kualitas, pemilihan perangkat teknologi, mesin dan peralatan yang akan digunakan, proses produksi, pemilihan dan penentuan lokasi tempat usaha, serta layout ruang. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoprasiaannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rencana awal penaksiran biaya investasi, termasuk biaya eksploitasnya. Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari gagasan usaha yang direncanakan secara efisien. Uang, tanah, gedung, mesin, dan bahan baku adalah benda mati tanpa manusia dibelakangnya, faktor produksi tersebut tidak dapat beroperasi. Aspek manajemen perlu memperhatikan deskripsi dari masing masing jabatan dan perhitungan tenaga kerja yang akan digunakan serta struktur organisasi yang jelas dan terperinci. Aspek manajemen juga harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Perencanaan manajemen sangat penting untuk memberikan konsep proses umpan ke muka bagi suatu operasi dan untuk pengendalian. Konsep umpan ke muka adalah untuk memberikan pedoman pada setiap manajer dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Manajemen mencakup manajemen fungsional (pemasaran,operasi, sumber daya manusia) dan manajemen strategi. Aspek manajemen meliputi proses pengambilan keputusan seperti penambahan modal untuk mengembangkan usaha, dalam hal ini pihak manajemen harus mempertimbangkan mengenai kemampuan modal tersebut menghasilkan arus kas bersih yang akan diterima pada tahun mendatang.
14
Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek sosial merupakan aspek dimana terdapat tujuan lain yang bersifat sosial diluar tujuan utama perusahaan untuk mencari laba. Analisis sosial berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial. Dampak positif pembangunan proyek pada masyarakat sekitar antara lain adalah ikut menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan penduduk sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung, peningkatan fasilitas infrastruktur umum dan lain sebagainya. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan bisa berupa pencemaran lingkungan karena limbah, hingga faktor keamanan yang tidak nyaman untuk berinvesatasi. Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan. Aspek Hukum Aspek hukum mencakup status badan hukum perusahaan, izin usaha dan peraturan yang mengendalikan kegiatan usaha. Menurut undang-undang, ada dua macam kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha, yaitu : a) Membuat pembukuan (sesuai dengan pasal 6 KUH Dagang UndangUndang Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan) b) Mendaftarkan perusahaanya (sesuai Undang-Undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan). Di dalam Pasal 6 KUH Dagang menjelaskan makna pembukuan, yakni mewajibkan setiap orang yang menjalankan perusahaan supaya membuat catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan dengan perusahaan, sehingga dari catatan tersebut dapat diketahui hak dan kewajiban para pihak. Sementara itu mengenai dokumen perusahaan di dalam KUH Dagang menggunakan istilah pembukuan, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 menggunakan istilah dokumen perusahaan. Dokumen perusahaan berdasarkan pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 merupakan data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain, maupun terekam dalam bentuk corak apa pun yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Selain itu, di dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 yang dikatakan dokumen perusahaan adalah dari dokumen keuangan dan dokumen lainnya. Dokumen keuangan terdiri dari catatan (neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening, jurnal transaksi harian), bukti pembukuan dan data administrasi keuangan yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu perusahaan. Dokumen lainnya terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan, meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen lainnya.
15
Adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan maka setiap orang atau badan yang menjalankan perusahaan, menurut hukum wajib untuk melakukan pendaftaran tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya sejak tanggal 1 Juni 1985. Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya pada saat menerima izin usaha dari instansi teknis yang berwenang. Perusahaanperusahaan yang wajib didaftar dalam daftar perusahaan adalah berbentuk badan hukum, persekutuan, perorangan, dan perusahaan-perusahaan baru yang sesuai dengan perkembangan perekonomian, sedangkan perusahaan yang ditolak pendaftarannya karena dianggap belum melakukan wajib daftar, tetapi tidak mengurangi kesempatan dalam usaha atau kegiatan selama tenggang waktu kewajiban pendaftaran sejak penolakan pendaftaran. Pihak yang ditolak dapat mengajukan keberatan pada Menteri. Kepada perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya dalam daftar perusahaan, kemudian diberikan tanda daftar perusahaan yang berlaku selama lima tahun sejak dikeluarkannya, dan wajib diperbaharui sekurang-kurangnya dalam waktu tiga bulan sebelum tanggal berlakunya berakhir. Aspek Finansial Aspek finansial merupakan studi aspek keuangan yang bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis penggemukan kambing yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Aspek finansial meliputi analisa laporan laba rugi, metode penyusutan, cash flow dan analisis sensitivitas. a) Analisa Laporan Laba Rugi Laporan laba-rugi adalah laporan yang menunjukkan kegiatan operasi perusahaan pada periode tertentu yaitu, pertama, pendapatan, yang meliputi pendapatan operasi dan non operasi. Kedua, beban-beban yang mencakup harga pokok penjualan, beban operasi, beban bunga, dan pajak. Perhitungan arus dana usaha sebagai hasil investasi dilakukan melalui analisis perkiraan laba-rugi. Dalam perhitungan laba-rugi tergambar semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama jangka waktu tertentu baik yang berhubungan dengan produksi/kegiatan pokok perusahaan. Adanya laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukkan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, selain itu dapat juga digunakan untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point). Laporan laba rugi juga dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow. b) Metode Penyustan Penyusutan adalah bagian dari pengeluaran proyek yang dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek. Penyusutan tidak mengandung unsur pengeluaran uang ataupun sumber riil. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tingkat investasi semula, sehingga bila umur ekonomis proyek sudah selsai, tingkat investasi yang sama dapat dilakukan kembali.
16
c) Cash flow Cash flow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikkan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan pengunaan-penggunaanya. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu bisnis, perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur bisnis. Suatu bisnis dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, maka perlu diukur dengan menggunakan kriteria investasi sebagai berikut : i. Net Present Value (NPV) Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. ii. Internal Rate of Return (IRR) Kelayakan bisnis juga dinilai dari beberapa pengambilan bisnis terhadap investasi yang ditanamkan, salah satunya dapat ditunjukkan dengan mengukur besar Internal Rate Of Return (IRR). IRR adalah tingkat discont rate (DR) yang menghasilkan NPV = 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportinty cost of capital-nya (DR). iii. NetBenefit Cost Ratio ( Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. iv. Payback Period (PP) Metoda ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Metode payback period merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Konsep Nilai Waktu Uang Konsep nilai waktu uang (time value of money) memberikan landasan yang mendasar tentang keuangan yang didasarkan atas perhitungan bahwa nilai uang yang diterima saat ini lebih berharga daripada diterima di masa yang akan datang karena nilai uang yang diterima saat ini memiliki kesempatan lebih besar untuk diinvestasikan. Konsep nilai waktu uang ini berimplikasi terhadap adanya masalah bunga (interst). Sehubungan dengan nilai uang, dikenal dua istilah penting yaitu discounting (diskonto) dan compounding (pemajemukan atau pertumbuhan).
17
discounting atau perhitungan nilai sekarang (present value) menghitung nilai uang yang akan datang berdasarkan nilai sekarang, sedangkan compounding atau pemajemukan adalah menghitung nilai uang yang akan diterima pada masa mendatang berdasarkan bunga berganda atas nilai uang pada saat ini. Kedua istilah ini memiliki keterkaitan terhadap perhitungan nilai uang, baik yang bersifat present value maupun future value. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu usaha dapat dijalankan mengikuti suatu keadaan yang berubah – ubah terhadap hasil dari suatu analisis. Analisis ini bertujuan untuk melihat kembali hasil dari analisis suatu kegiatan investasi apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan didalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau nilai peralihan. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk melihat ambang batas usaha atau proyek dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pola komponen biaya dan harga output baik peningkatan maupun penurunan dari nilai sebelumnya. Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dari hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan didalam perhitungan biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitif tidak terhadap perubahan yang terjadi.
Kerangka Pemikiran Operasional Budidaya penggemukan kambing memiliki beragam potensi baik yang mendukung maupun menghambat bagi pengembangan budidaya penggemukan kambing tersebut di masa yang akan datang. Keberhasilan suatu bisnis bukan hanya dilihat dari jalan tidaknya bisnis (secara kualitatif) namun dibutuhkan perhitungan mendalam mengenai kelayakan finansial dan aspek non finansial terhadap bisnis itu sendiri. Sejauh ini Kelompok Tani Simpay Tampomas belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh dikarenakan belum pernah dilakukan perhitungan secara khusus dari pihak Kelompok Tani Simpay Tampomas sendiri ataupun pihak lain, untuk memastikan seberapa besar manfaat yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas perlu dikaji melalui analisis studi kelayakan untuk mengetahui seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Studi kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa Simpay Tampomas telah memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang telah dijalankan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dilakukan dengan membandingkan fakta yang terjadi di lapangan dengan teori-teori yang terkait melalui kegiatan observasi kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Aspek non finansial menganalisis aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
18
sosial dan lingkungan, aspek hukum. Sedangkan aspek finansial dinilai berdasarkan kriteria kelayakan investasi suatu bisnis yang meliputi NPV, Net B/C, PP dan IRR. Informasi tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kelayakan aspek finansial dan aspek non finansial bagi bisnis penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas. Setelah analisis tersebut dilakukan, selanjutnya melakukan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau nilai peralihan. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk melihat ambang batas usaha dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pola komponen biaya dan harga output baik peningkatan maupun penurunan dari nilai sebelumnya. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada penerimaan usaha. Komponen seperti kenaikan harga bakalan kambing dan penurunan harga jual kambing menjadi fokus pada analisis sensitivitas di penelitian ini. Setelah rangkaian analisis tersebut dilakukan, maka dapat diketahui apakah usaha ternak kambing yang dilakukan Kelompok Tani Simpay Tampomas layak diusahakan atau tidak. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
19
Penggemukan kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas
1. Belum melakukan perhitungan studi kelayakan Bisnis
Meninjau kelayakan usaha penggemukan kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas
Analsisis kelayakan investasi
Aspek finansial NVP IRR NetB/C Payback Period
Aspek non finansial Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis Aspek Sosial dan lingkungan Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial
Layak
Analisis Sensitivitas
Tidak layak
Usaha dapat dikembangankan
Melakukan evaluasi
Gambar2 1Alur Kerangka pemikiran operasional Gambar kerangka pemikiran
20
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di Kabupaten Sumedang yaitu Desa Cibereum wetan yang memiliki luas 47. 068 km2. Pemililahan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja karena lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti dan kemudahan dalam mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam hal aksesibilitas Desa Cibeureum Wetan dilalui oleh Jalan Provinsi yang menghubungkan kota Sumedang dan Cirebon. Peternakan kambing berlokasi di atas lahan bekas galian, tepatnya di Blok Tari Kolot dan Batu Nungku, Dusun Golempang, Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April – Juni 2013 atau selama kurang lebih tiga bulan. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian di Kelompok Tani Simpay Tampomas meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara langsung secara terpadu dengan pihak-pihak yang terkait, dan mengikuti seluruh aktivitas yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Selain data primer, data yang diperoleh adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang relevan. Data sekunder digunakan sebagai pembanding kegiatan yang dilakukan oleh peternak dengan teori untuk kemudian sebagai bahan kajian evaluasi dan koreksi.
Tabel 7 Jenis data dan sumber data Jenis Data Aspek Kajian Aspek Hukum Aspek Pasar dan Pemasaran
Primer
Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek Finansial
Sumber Data Kelompok Tani Simpay Tampomas Kelurahan /Desa Cibeureum Kelompok Tani Simpay Tampomas Masyarakat pasar sasaran Pemasok komoditas Kelompok Tani Simpay Tampomas Kelompok Tani Simpay Tampomas Masyarakat sekitar lokasi peternakan Kelurahan/desa Cibeureum Kelompok Tani Simpay Tampomas Pemasok Kelurahan/Desa Cibeureum
21
Tabel 7 Jenis data dan sumber data (lanjutan) Jenis Data Aspek Kajian Aspek Hukum
Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis Sekunder Aspek Manajemen
Aspek sosial dan Lingkungan Aspek Finansial
Sumber Data
Buku Studi Kelayakan Bisnis Literatur tentang hukum bisnis Peraturan tentang Undang-Undang pendirian usaha Buku Studi Kelayakan Bisnis Literature tentang pasar dan pemasaran Buku Studi Kelayakan Bisnis Buku Manajemen Operasioanl Buku Studi Kelayakan Bisnis Buku Manajemen Sumber Daya Manusia Buku Studi Kelayakan Bisnis Buku studi Kelayakan Bisnis Buku tentang Keuangan dan Akuntansi
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan diskusi. Lokasi pengumpulan data dilakukan di lokasi usaha, perpustakaan IPB, dinas peternakan kabupaten Sumedang, kantor desa Cibeureum Wetan. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tanya jawab langsung dengan anggota kelompok dan narasumber yang lain seperti warga sekitar. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi peternak untuk memperoleh informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi. Sedangkan untuk data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet. Penelitian ini menggunakan teknik dan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu : 1. Teknik observasi untuk memperoleh gambaran mengenai segala hal yang berhubungan dengan budidaya penggemukan kambing dan pemasarannya. 2. Teknik wawancara dengan mensensus seluruh anggota kelompok Tani Simpay Tampomas dan pihak yang berkaitan lainnya. 3. Studi literatur, digunakan untuk memperoleh data-data konsep atau teori yang berkenaan dengan studi kelayakan.
22
Metode Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Data dan informasi yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer melalui program Microsoft Office Excel 2007. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran usaha penggemukan kambing secara deskriptif atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studi kelayakan usaha penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas. Aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkunga. Analisis secara kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat diskonto tertentu. Selain itu, analisis secara kuantitatif ini juga menganalisis adanya risiko investasi pada penggemukan kambing yaitu kenaikan harga output dan penurunan harga input. Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Payback Periode. Perhitungan kelayakan usaha penggemukan kambing dengan adanya kenaikan harga output dan penurunan harga input dengan menggunakan analisis sensitivitas. Analisis Non Finansial Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek dan dianalisis secara deskriftif seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial. 1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis aspek pasar dan pemasaran di Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah analisis kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi pasar dan strategi pemasaran yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi keterkaitan antara pasar input dan pasar output. Analisis aspek pasar dan pemasaran mengkaji bauran pemasaran (Produk, harga, distribusi, promosi) yang diusahakan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Apabila aspek tersebut dapat dipenuhi oleh pihak Simpay Tampomas, maka usaha penggemukan kambing di Simpay Tampomas pada aspek pasar dan pemasaran layak untuk dijalankan. 2. Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi budidaya kambing, besar skala operasi/luas produksi, ketersediaan input, fasilitas produksi, peralatan yang digunakan, dan proses produksi yang dilakukan. Apabila Kelompok Tani Simpay Tampomas melakukan kegiatan produksi sesuai kriteria peternakan kambing yang baik seperti, jarak antara lokasi peternakan dengan lokasi pakan dan pasar relatif terjangkau, jauh dari pemukiman warga, terdapat akses yang mudah dari dan menuju lokasi peternakan, tata letak kandang sudah efektif, serta proses kegiatan budidaya yang baik, maka usaha peternakan kambing layak untuk dijalankan dilihat dari aspek teknis.
23
3. Analisis Aspek Manajemen Aspek ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian usaha dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat dan bentuk organisasi/manajemen di Kelompok Tani Simpay Tampomas. Analisis aspek manajemen digunakan untuk mengindetifikasi kegiatan yang tidak perlu, koordinasi diantara aktivitas yang ada, efisiensi manajemen dan operasi, kesesuaian struktur organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab. Apabila Kelompok Tani Simpay Tampomas dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya maka usaha penggemukan kambing pada aspek manajemen layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen. 4. Analisis Aspek Hukum Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah menganalisis legalitas usaha yang dijalankan dan menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Aspek hukum berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini meliputi badan hukum pengusahaan penggemukan kambing, izin-izin yang dimiliki (Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), izin gangguan, sertifikat tanah atau dokumen lainnya seperti NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak) yang mendukung kegiatan usaha penggemukan kambing. Jika persyaratan hukum seperti izin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas, maka usaha penggemukan kambing di Simpay Tampomas layak untuk dijalankan dilihat dari aspek hukum. 5. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek sosial dan lingkungan dilakukan dengan menganalisis dampak yang ditimbulkan terhadap berjalanya usaha terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat dan anggota kelompok. Analisis dilakukan untuk menilai apakah pengusahaan penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas memiliki dampak positif atau negatif, baik untuk anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas sendiri maupun masyarakat luas, termasuk pemerintah (kontribusi bagi pembangunan daerah). Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis apabila dalam pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik. Analisis ini akan melihat apakah peternakan kambing di Simpay Tampomas mampu memberikan dampak positif bagi berbagai pihak, jika keberadaan peternakan kambing di Simpay Tampomas mampu memberikan dampak yang positif, maka peternakan kambing di Simpay Tampomas layak untuk dijalankan dilihat pada aspek sosial dan lingkungan.
24
Analisis Finansial 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value digunakan untuk menilai manfaat investasi dengan ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek. Jika NPV > 0, maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. Jika NPV = 0, maka manfaat investasi sama dengan tingkat social opportunity cost of capital, secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Berikut hubungan NPV dengan IRR (Nurmalina et al 2009) NPV
5160
IRR
760
I = Discount Rate (%)
0 -260 10
25
30
Gambar 2 Hubungan Antara NPV dan IRR
NPV =
dimana
Bt Bt
Ct Ct
0 0
Ket :
Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat DR (%) n = Umur bisnis
2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan suku bunga maksimal (discount rate) untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang), dengan kata lain Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan
25
dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al 2009)
IRR =
Ket : = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negative = NPV positif = NPV negative 3. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C) Net B/C ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang negatif. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar 1 satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al 2009)
NET B/C =
Ket : Bt =Manfaat pada tahun t Ct= Biaya pada tahun t i = Discount rate (%) t = Tahun n = Tahun 4. Payback Period (PP) Payback of Period (PP) dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Payback Period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. (Nurmalina et al 2009)
26
Payback period = Ket : I = besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Analisis Sensitivitas Analisis switching value mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini dilakukan dengan cara mencoba-coba terhadap perubahan variabel yang terjadi dapat diketahui batasan tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang masih bisa ditolerir, sehingga suatu usaha masih memperoleh laba normal. Switching value perlu dilakukan guna melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kelayakan investasi dari kondisi layak menjadi tidak layak. Analisa Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow. 1. Total Penerimaan (Total Revenue) Penerimaan total (Total Revenue) perusahaan sama dengan jumlah output yang dikalikan harga jual (Masyhuri, 2007). total penerimaan dirumuskan sebagai berikut : TR = P X Q Ket : TR= Total Penerimaan P = Harga per unit output Q = Jumlah output 2. Biaya Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dikeluarkan, sedangkan biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. (Masyhuri, 2007). Total biaya dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC – TVC Ket :
TC = Total biaya TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel
27
3. Penyusutan Beban penyusutan adalah alokasi atas harga perolehan suatu aktiva tetap. Karena hanya merupakan alokasi beban, tidak ada lagi kas yang keluar pada saat beban penyusutan ditetapkan untuk suatu periode tertentu. Salah satu metode perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (straight line) yaitu dengan rumus : Penyusutan = Ket : Harga Perolehan = harga beli aktiva tetap ditambah biaya pemasangan dan semua beban yang terkait dengan pembelian aktiva tetap Nilai sisa = perkiraan harga jual aktiva tetap jika aktiva tersebut telah habis umur ekonomisnya Umur ekonomis = masa pemakaian aktiva tetap yang paling optimal 4. Laba atau Rugi bersih Suatu laporan laba rugi, mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. format paling dasar laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai berikut : Penjualan – Beban = Laba bersih
Asumsi Dasar 1. 2. 3.
Jenis kambing yang diteliti adalah kambing Jawa Randu. Bakalan berumur satu tahun. Investasi yang diperoleh dari hasil hibah atau hadiah di konvesikan dengan harga beli di daerah lokasi peternakan yaitu di Kecamatan Cimalaka. 4. Curahan tenaga kerja tiap peternak 2-3 jam/hari 5. Satu siklus produksi selama empat bulan. 6. Umur proyek adalah lima tahun berdasarkan pada umur kelayakan kandang. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang yang merupakan aset penting dalam usaha jika dijumlahkan merupakan biaya investasi terbesar. 7. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito Bank Indonesia pada bulan Juni 2013 sebesar 5.75%. 8. Tidak adanya perubahan peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan obyek penelitian selama waktu penelitian. 9. Harga peralatan disesuaikan dengan harga beli di Kelompok Tani Simpay Tampomas. 10. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya investasi dan biaya oprasional. Biaya investasi dan oprasional dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnnya. Biaya oprasional terdiri dari biaya tetap dan variabel. 11. Semua aktiva tetap berwujud akan disusutkan kecuali tanah.
28
12. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan metode garis lurus dimana harga beli dibagi umur ekonomis. Sedangkan untuk harga tanah disumsikan sama harga beli dengan harga jual pada ahkir umur proyek. 13. Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu: a) Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010. b) Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun 2010.
GAMBARAN UMUM Lokasi dan Keadaan Umum Desa Cibeureum Wetan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, desa ini termasuk desa pegunungan karena luasannya meliputi sebagian wilayah Gunung Tampomas dari puncak sampai kaki. Secara astronomis Desa Cibeureum Wetan terletak pada koordinat 1070.57’35” – 1070.59’19” BT dan 060. 45’52” – 060.49’12”LS. Batas – batas wilayah Desa Cibeureum Wetan secara administratif adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Cibitung dan Desa Bojongloa Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Ciuyah Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Legok, dan Desa Jambu Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Cibeureum Kulon Desa Cibeureum Wetan dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan kota Bandung dan kota Cirebon, sehingga mobilitas di desa ini cukup pesat. Orbitasi dari desa ke Kecamatan adalah sekitar empat km atau dapat ditempuh dengan 10 menit kendaraan bermotor, sedangkan orbitasi dari desa ke Ibukota kabupaten adalah sekitar 13 km atau dapat ditempuh dengan 30 menit kendaraan bermotor. Desa Cibereum wetan memiliki luas 4.7068 km2 yang dipergunakan untuk berbagai kebutuhan dan fungsinya. Komposisi jenis penggunaan lahan di Desa Cibeureum wetan berdasarkan persebaran dan luas penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
29
Tabel 8 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Penggunaan lahan di Desa Cibeureum Wetan Penggunaan Lahan Luas (km2) Hutan 0.849 Kebun 0.974 Pemukiman 0.298 Ladang 1.282 Sawah Irigasi 0.618 Sawah tadah Hujan 0.103 Semak Belukar 0.282 Tanah Kosong/ Galian C 0.301 Jumlah 4.706
Persentase (%) 18 21 6 27 13 2 6 7 100
Sumber : Peta RBI Sumedang, 2010
Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya, dengan mengetahui komposisi mata pencaharian penduduk disuatu wilayah maka secara umum dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut, adapun komposisi penduduk di Desa Cibeureum Wetan berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9 Penduduk Desa Cibeureum Wetan berdasarkan mata pencaharian Jumlah Persentase No Jenis Mata Pencaharian (0rang) (%) 1 Petani 2 053 57.9 2 Buruh Tani 587 16.8 3 PNS 45 1.3 4 Pengusaha (Industri) 66 1.8 5 Pedagang 103 2.9 6 Peternak 45 1.3 7 Karyawan Perusahaan 411 11.6 8 Pegawai Jasa Lainnya 179 5 9 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 52 1.4 Jumlah 3 541 100 Sumber : Monografi Desa Cibeureum Wetan tahun, 2010
Pada Tabel 10 diketahui bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Cibeureum Wetan adalah dibidang pertanian yaitu sebagai petani (57,9%) dan buruh tani (16,8%), penduduk yang bermata pancaharian sebagai ternak hanya sekitar (1,3%) saja, tetapi pada kenyataan di lapangan hampir setiap penduduk desa terutama yang berprofesi sebagai petani memiliki ternak unggas atau kambing, tetapi ternak tersebut tidak dijadikan sebagai mata pencaharian utama, hanya dijadikan mata pencaharian sampingan saja.
30
Desa Cibeureum Wetan merupakan daerah yang cukup potensial bagi perkembangan usaha ternak. Hal ini dapat dilihat dari kondisi lingkungan yang mendukung dan ketersediaan pakan hijauan yang memadai. Jenis ternak yang terdapat di Desa Cibeureum Wetan adalah sapi, kerbau, kambing, domba, kelinci, angsa, bebek, ayam ras, dan ayam kampung. Populasi ternak di Desa Cibeureum Wetan dapat disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Populasi ternak di Desa Cibeureum Wetan No Jenis Ternak Jumlah (ekor) 1 Sapi 2 Kerbau 3 Ayam kampung 4 Ayam Ras 5 Bebek 6 Kambing 7 Domba 8 Angsa 9 Kelinci
3 1 4 124 7 700 220 341 270 140 114
Sumber : Pemerintah Desa Cibeureum Wetan, 2010
Tabel 10 menunjukkan bahwa ternak ayam ras memiliki populasi terbesar (7 700 ekor) dibandingkan dengan ternak-ternak yang lain. Ternak kambing memiliki populasi terbesar sebagai ternak ruminansia kecil dengan jumlah populasi 341 ekor. Sebagian besar ternak kambing yang terdapat di Desa Cibeureum Wetan adalah berasal dari peternakan yang diusahakan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas.
Sejarah Singkat Kelompok Tani Simpay Tampomas Kelompok Tani Simpay Tampomas merupakan salah satu kelompok peternak yang terdapat di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Terbentuknya kelompok Tani Simpay Tampomas yaitu adanya usaha untuk memanfaatkan lahan kritis, akibat penambangan pasir di lereng gunung Tampomas Kecamatan Cimalaka. Uha Juhari adalah pelopor dari pemanfaatan lahan kritis di gunung Tampomas yang berada di daerah tempat tinggalnya. Pada awalnya kegiatan pemanfaatan lahan kritis yang dilakukan Uha Juhari adalah dengan memelihara kambing Peranakan Etawah. Keberhasilan dalam beternak kambing ternyata banyak mengundang minat dari penduduk sekitarnya, sehingga banyak penduduk di Desa Cibeureum Wetan yang mengikuti jejak Uha Juhari untuk memelihara kambing dilahan kritis sambil berusaha menyuburkan lahan bekas galian disekitar desa tersebut. Pada tahun 1997 dibentuklah kelompok peternak kambing Simpay Tampomas.
31
Kelompok Tani Simpay Tampomas berfungi sebagai wadah untuk proses pembelajaran bagi para peternak di daerah Cibereum dan bagi para peternak di luar daerah Cibereum, selain itu berfungsi sebagai wahana kerja sama diberbagai bidang seperti pengadaan sarana input produksi dan pemasaran. Keberadaan Simpay Tampomas menjadikan para anggota peternak memiliki posisi yang lebih kuat dalam posisi tawar dan mendapatkan kemudahan dalam mengakses pasar. Setiap anggota peternak di Simpay Tampomas telah melakukan kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan oleh berbagi instansi pemerintah atau swasta, dengan adanya kegiatan tersebut, para peternak di Simpay Tampomas memiliki keterampilan yang baik untuk budidaya penggemukan kambing. Kelompok Tani Simpay Tampomas menjadikan para anggotanya teratur dalam hal budidaya, seperti persiapan menjelang idul adha yang pada saat tersebut permintaan kambing meningkat pesat. Penjadwalan produksi yang dilakukan oleh para pernak di Kelompok Tani Simpay Tampomas menjadikan kontinuitas hasil usaha dapat diatur sesuai permintaan. Kelompok Tani Simpay Tampomas memiliki maksud dan tujuan khusus dalam kegiatan usahanya. Adapun maksud dan tujuan dibentuknya Kelompok Tani Simpay Tampomas desa Cibeureum Wetan adalah : Maksud : a) Membentuk wadah belajar bersama bagi anggota kelompok pada khususnya dan anggota masyarakat sekitar kelompok pada umumnya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang usaha ternak. b) Usaha memupuk kerjasama dalam kegiatan usaha ternak kambing. c) Meningkatkan efisiensi pelayanan teknis dari intansi yang terkait. Tujuan : a) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok pada khususnya dan anggota masyarakat pada umumnya. b) Menyerap tenaga kerja di sekitar wilayah peternakan. c) Meningkatkan skala kepemilikan dan produksi ternak. d) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota untuk memanfaatkan sisa usaha pertanian secara umum untuk menunjang usaha ternak kambing atau sebaliknya, memanfaatkan limbah peternakan untuk menunjang usaha budidaya pertanian lainnya e) Membantu usaha pelestarian lingkungan hidup dan reklamasi lahan bekas galian, dengan pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk dan penanaman hijauan makanan ternak. Karakteristik Responden Anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan formal dan non formal, pengalaman beternak dan modal peternak ketika memulai usaha. Modal Peternak ketika Memulai Usaha Peternak kambing di Desa Cibeureum Wetan pada mulanya bukanlah pemodal yang besar, sekitar tujuh peternak hanya mengeluarkan modal
32
baik, ini membuktikan bahwa untuk menjadi peternak kambing lebih baik dan mudah dalam hal permodalan dibanding membudidayakan jenis ternak lain seperti sapi dan kerbau. Besarnya modal dalam bentuk dana yang dikeluarkan ketika memulai usaha oleh para peternak kambing secara umum dapat dilihat pada Tabel 11 :
Tabel 11 Jumlah modal peternak kambing ketika memulai usaha Jumlah Peternak No Besarnya Modal (Rp) (orang) 1 < 3 000 000 7 2 3 000 000-5 000 000 3 3 >5 000 000 2 Jumlah 12 Sumber : Hasil penelitian lapangan, 2013 (diolah)
Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Beternak Peternak dalam hal ini merupakan sumber daya manusia yang menjadi penentu terlaksananya kegiatan budidaya (usaha ternak). Kualitas Sumber daya manusia itu sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman beternak. Kondisi peternak berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12 Tingkat pendidikan formal peternak No 1 2 3
Pendidikan Formal SD SMP SMA Jumlah
Peternak (orang) 6 4 2 12
Sumber : Hasil penelitian lapangan, 2013 (diolah)
Tabel 13 Tingkat pendidikan non formal peternak No 1 2 3
Pendidikan Non Formal Pelatihan Penyuluhan Pelatihan & Penyuluhan Jumlah
Sumber : Hasil penelitian lapangan, 2013 (diolah)
Peternak (orang) 2 2 8 12
33
Dari Tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan formal peternak kambing masih rendah, sebagian besar peternak hanya berpendidikan SD, sedangkan jika dilihat dari aspek pendidikan non formal secara umum peternak kambing Kelompok Tani Simpay Tampomas merupakan tenaga kerja terlatih. Hampir seluruh peternak pernah melakukan berbagai kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan dengan budidaya kambing. Selanjutnya jika ditinjau dari aspek pengalaman dapat dilihat pada Tabel 14 :
Tabel 14 Peternak kambing berdasarkan waktu dan pengalaman No 1 2 3 4
Lama Beternak Kambing <5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 Tahun Jumlah
Peternak (orang) 1 3 6 2 12
Sumber : Hasil penelitian lapangan , 2013 (dioalah)
Informasi pada Tabel 14, menunjukan bahwa pada umumnya peternak kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas merupakan peternak yang memiliki pengalaman beternak kambing 11-15 tahun. Keberadaan peternak yang telah berpengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan bagi peternak lain yang belum berpengalaman.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA Analisis Aspek Non Finansial Aspek Pasar dan Pemasaran 1. Bauran produk Kelompok Tani Simpay Tampomas melakukan usaha penggemukan kambing jenis Jawa Randu dengan pertimbangan jenis kambing Jawa Randu adalah kambing tipe pedaging yang cocok untuk digemukan, kambing Jawa Randu memiliki persentase karkas 44% sampai 51%, selain itu jenis kambing Jawa Randu banyak diminati oleh konsumen di daerah Sumedang tertama para pengumpul atau bandar. Jumlah kambing yang digemukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas sekarang adalah 139 ekor. Proses penggemukan kambing yang dilakukan Kelompok Tani Simpay adalah selama empat bulan. Selain menjual kambing yang telah digemukan, Kelompok Tani Simpay Tampomas juga menjual sebagian kotoran hasil ternaknya. Kotoran ternak tersebut dikumpulkan
34
di bawah kandang selama proses pemeliharaan berlangsung. Kotoran ternak selanjutnya akan diolah dan diproduksi menjadi pupuk organik. 2. Bauran harga Harga jual minimum dari kambing yang dijual oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas merupakan hasil kesepakatan bersama seluruh anggota kelompok tani. Penetapan harga minimum tersebut dilakukan agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat diantara para anggota kelompok tani. Biasanya harga jual kambing setelah empat bulan dibudidayakan adalah Rp 1 700 000. Tawar menawar harga selalu terjadi antara para anggota kelompok tani sebagai produsesn dengan para konsumen pada saat pembelian. Harga yang berlaku dalam pembelian merupakan harga kesepakatan setelah proses tawa menawar. Para anggota kelompok tani biasanya memberikan potongan harga kepada beberapa konsumen yang telah menjadi pelanggan. Sedangkan kotoran kambing yang dijual kepada unit usaha lain sebagai bahan baku pupuk organik dijual dengan harga Rp 500 per kg. harga tersebut merupakan hasil konvensi dari harga kotoran kambing di daerah Kecamatan Cimalaka. Rata-rata Kelompok Tani Simpay Tampomas dapat memproduski 16 680 kg kotoran ternak selama satu siklus produksi atau empat bulan proses penggemukan. 3. Bauran distribusi Anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas menjual dan memasarkan kambing yang dibudidayakannya kepada para pedagang pengumpul lokal. Selain itu, pada waktu-waktu tertentu seperti hari raya Idul Adha, banyak konsumen musiman yang berasal dari wilayah sekitar Kabupaten Sumedang. Seluruh konsumen biasanya datang langsung ke lokasi budidaya untuk memilih kambing yang akan dibelinya. 4. Bauran Promosi Promosi yang dilakukan adalah dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh para pelanggan dari kalangan pengumpul dan dari masyarakat sekitar, sehingga dalam kegiatan promosi ini kelompok tidak mengeluarkan biaya. Aspek Teknis Lokasi Penggemukan Lokasi penggemukan kambing berada di lahan bekas galian wilayah Cibeureum Wetan. Lokasi tersebut memiliki variabel utama yang menjadikan tempat tersebut tepat untuk lokasi penggemukan kambing. Variabel utama yang pertama adalah ketersedian bahan baku, dilokasi tersebut dekat dengan pakan hijauan yang diperoleh dari gunung dengan cara ,menyabit dan membawanya (cut and carry), jenis pakan yang biasa diberikan oleh peternak adalah berupa pakan Gliricidia sepium dan Calliandra calothyrsus. Variabel utama yang kedua adalah pasokan listrik dan air, dilokasi tersebut dekat dengan sumber air dan terjangkau oleh pasokan listrik. Lokasi peternakan Simpay Tampomas tidak dilalui oleh sungai yang dapat dijadikan sebagai sumber air, oleh karena itu kelompok tani Simpay Tampomas menghimpun dana dan membangun embung air untuk dapat menampung air dari embungnya dan dapat disalurkan secara merata ke seluruh lahan peternakan dengan sistem pipanisasi.
35
Luasan Produksi Kelompok Tani Simpay Tampomas saat ini memiliki delapan kandang yang mampu menampung 139 ekor kambing per periode atau selama empat bulan. Tiap kandang bisa ditempati oleh kambing yang dimiliki oleh beberapa peternak, tetapi dalam pemeliharaanya dilakukan oleh masing-masing peternak, hanya kandang saja yang dipakai bersama-sama. Layout Penggemukan Kelompok Tani Simpay Tampomas menggunakan lahan seluas 450 m² khusus untuk budidaya kambing Jawa Randu, lahan tersebut hasil dari penjumlahan dari aktifitas produksi yang menggunkan lahan untuk tujuan penggemukan kambing Jawa randu, hal tersebut dilakukan karena di Kelompok Tani Simpay Tampomas memiliki unit bisnis lain seperti budidaya susu Peranakan kambing Etawa dan budidaya buah naga. Sistem pemeliharaan kambing dikelompok peternak Simpay Tampomas adalah pemeliharaan intensif dimana ternak dikandangkan tanpa digembalakan. Tipe kandang yang digunakan adalah kandang tipe panggung. Kandang tipe panggung ini memiliki celah sehingga kotoran dan air kencing kambing langsung jatuh ke bagian bawah kandang dan memudahkan peternak untuk membersihkannya. Selain itu, ternak terhindar kontak langsung dengan kotorannya. Material yang digunakan memakai kayu dan bambu sebagai bahan untuk membuat kandang kambing. Ukuran luas kandang peternak bervariasi, ukuran luas kandang dilokasi penelitian berkisar antara 8-30 m2. Kandang dibuat sekat-sekat pembatas untuk beberapa ekor kambing. Dalam satu sekatan kandang berisi tiga ekor kambing. Jarak rumah peternak dengan kandang bervariasi antara 10 hingga 2500 m.
B
3
A
G
E
H
F
2
1 Keterangan : 1 : jalan masuk utama 2 : rumah Pertemuan/ kantor 3 : Gudang 4 : Gudang A, B, C, D, E, F, G, H : Kandang
D 4 C
Gambar 3 Layout Kelompok Tani Simpay Tampomas Proses Penggemukan a. Pemberian Pakan Pakan yang diberikan peternak berupa jenis leguminosa dan pakan konsentrat komersial. Jenis leguminosa yaitu berupa Gliricidia sepium dan Calliandra calothyrsus. Pemberian pakan konsentrat yang berupa konsentrat
36
komersial diberikan sekali dalam sehari. Peternak memperoleh pakan jenis leguminosa dari lahan disekitar lokasi peternakan yang ditanami tanaman pakan kambing seperti cebreng dan kaliandra dengan cara menyabit dan membawanya (cut and carry). Rata-rata dari sebagian besar peternak memberikan pakan jenis leguminosa sekitar lima kg/ekor/hari tanpa dicincang dengan rata-rata pemberian sebanyak dua kali dalam sehari. Rata-rata pemberian pakan konsentrat sekitar satu kg per ekor per hari.
Gambar 4 Pemberian pakan Sumber : Kelompok Tani Simpay Tampomas, 2013
b. Pencegahan Penyakit Jenis-jenis penyakit yang biasa menyerang ternak kambing dikelompok peternak Simpay Tampomas antara lain, skabies, flu, mencret, dan sakit mata. Penyakit skabies atau kudis ditandai dengan rasa gatal pada ternak, bulu rontok dan pembentukan kudis. Penyebaran penyakit kudis melalui kontak dengan ternak yang terinfeksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengobatan untuk penyakit skabies yang biasa dilakukan oleh peternak adalah dengan mengolesi oli bekas pada tubuh ternak yang terinfeksi. Penyakit mencret ditandai dengan kotoran ternak yang berwarna hijau muda, hijau kehitaman atau hijau kemerahan. Ternak yang mencret dapat menjadi lemah dan kemudian mati bila tidak segera diberikan pertolongan. Pengobatan untuk penyakit mencret yang biasa dilakukan oleh peternak adalah dengan memberikan pakan berupa daun nangka. Penyakit yang lain yaitu sakit mata dengan gejala mata selalu berair, kelopak mata yang membengkak atau mata menjadi merah. Penyakit tersebut biasa dicegah oleh peternak di Simpay Tampomas menggunakan obat tetes mata yang diteteskan ke mata kambing. Dampak timbulnya penyakit secara umum peternak mencegah dengan membersihkan kandang secara rutin. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak. Peternak membersihkan kandang minimal satu kali dalam sehari yaitu pada waktu pagi hari.
37
Aspek Manajemen Analisis manajemen menekankan pada proses dan tahap yang dilakukan pada proses menjalankan usaha ternak kambing yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Kelompok Tani Simpay Tampomas telah memiliki rencana kerja yang dibuat dalam rapat anggota dengan pola sosial budaya masyarakat desa pada umumnya yaitu dengan cara musyawarah. Kegiatan rapat anggota tersebut dilaksanakan rutin di tempat kediaman ketua kelompok yang terdapat aula khusus untuk berbagai kegiatan anggota kelompok yang salah satunya adalah rapat anggota. Kelompok Tani Simpay Tampomas membuat kesepakan-kesepakatan usaha dari hasil musyawarah. Kesepakan tersebut menjadi acuan kerja dalam proses usaha budidaya penggemukan kambing. Uha Juhari adalah kader tani yang bertugas untuk menggerakan para peternak. Kepemimpinan Uha Juhari sebagai ketua kelompok diterima oleh anggota kelompok karena Uha Juhari memiliki wawasan yang luas dalam bidang budidaya kambing dan kepemimnan Uha Juhari dianggap berhasil dalam memajukan usaha yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Bentuk organisasi peternak kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah hasil dari rapat anggota. Dengan adanya organisasi dalam bentuk Kelompok Tani, maka usaha budidaya penggemukan kambing semakin terhimpun. Berikut struktur organisasi Kolompok Tani Simpay Tampomas periode 2012-2014.
Pelindung Kepala Desa Cibeureum Wetan
Ketua Uha Juhari
Pembina - Kepala UPTD P4 Cimalaka - Kepala UPTD BKP4K Cimalaka
Bendahara Nunung Nur Muharoni
Pakan Taryan
Peralatan Pandi, Wardi
Sekertaris Sudjana Kosim
Pemasaran Ota
SIE. keswan Dudun
SIE.produksi Taryan
Keamanan Asep
ANGGOTA Gambar 5 Struktur organisasi Kelompok Tani Simpay Tampomas
38
a. Kegiatan Usaha Kegiatan usaha penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas mengacu pada kesepakatan-kesepakatan hasil dari musyawarah yang dilakukan rutin oleh para anggota kelompok. Kegiatan usaha di Kelompok Tani Simpay Tampomas meliputi pembuatan kandang, pengadaan pakan hijauan, pemeliharaan ternak, pemberian pakan, pemeliharaan kesehatan, pengolahan limbah dan pemasaran. Kegiatan usaha yang dilakukan para peternak dilakukan oleh masing-masing oleh peternak. Peternak yang akan menjual hasil ternaknya biasanya menghubungi pihak pengumpul yang sudah menjadi konsumen tetap, selanjutnya pengumpul akan mendatangi lokasi peternakan untuk melihat langsung kondisi kambing yang akan dibelinya. b. Pengawasan Kegiatan Usaha Kelompok Tani Simpay Tampomas telah melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya. Pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama para anggota peternak Kegiatan pengawasan usaha dilakukan secara rutin selama satu bulan sekali oleh ketua dengan cara pengontrolan terhadap produksi ternak masing–masing anggota kelompok. Anggota kelompok juga harus mampu mengontrol kegiatan usahanya sendiri dan selanjutnya pengontrolan tersebut dilaporkan dalam rapat anggota. Permasalahan yang menjadi bahan untuk musyawarah anggota kelompok adalah yang berhubungan dengan kesehatan ternak atau renovasi kandang. c. Evaluasi hasil usaha Evaluasi hasil usaha dilakukan bersama melalui rapat anggota yang dilakukan secara rutin sebulan sekali setiap hari selasa minggu kedua. Evaluasi tersebut membahas perkembangan usaha budidaya penggemukan kambing dan memecahkan bersama permasalahan–permasalahan yang ada dalam kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan secara rutin dijadikan bahan revisi dan terhadap rencana kerja, hasil evaluasi tersebut disusun dalam bentuk laporan tahunan. Aspek Sosial dan Lingkungan Usaha budidaya penggemukan kambing yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas memberikan dampak positif bagi berbagai pihak, diantaranya memberikan sarana dan prasaran bagi anggota kelompok agar usaha kambing yang dilakukannya semakin berkembang dan berbagai macam bentuk pelatihan serta penyuluhan yang berhubungan dengan budidaya kambing yang telah banyak dilakukan oleh berbagai instansi. Bentuk pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan diantaranya adalah pelatihan pembuatan lahan kebun rumput, persiapan panen raya Idul Adha, pelatihan kesehatan ternak, pembinaan kelompok, pembimbingan lomba kelompok tani, penyuluhan penguatan kelembagaan. Kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut dapat meningkatkan kualitas kerja peternak kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas. Keberadaan Kelompok Tani Simpay Tampomas juga telah membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk beternak kambing karena dengan adanya kelompok tersebut memudahkan para peternak memasarkan hasil usahanya.
39
Kelompok Tani Simpay Tampomas telah melakukan pertanian secara terpadu di lahan kritis bekas lahan tambang pasir di lereng gunung Tampomas. Kelompok Tani Simpay Tampomas melakukan mix farming budidaya tanaman kaliandra dan cebreng dengan budidaya penggemukan kambing. Limbah yang dihasilkan berupa kotoran hasil penggemukan kambing dijadikan pupuk untuk menanam tanaman kaliandra dan cebreng yang merupakan pakan hijauan untuk kambing. Keberhasil Kelompok Tani Simpay Tampomas dalam menjalankan usaha pertanian dengan memanfaatkan lahan kritis bekas galian C mendapat apresiasi dari pemerintah Kabupaten Sumedang karena dianggap telah membantu program pemerintah untuk mereklamsi lahan bekas galian C. Bentuk apresiasi pemerintah Kabupaten Sumedang adalah dengan bekerja sama untuk menanam kaliandra dan cebreng. Luas lahan yang di proyeksikan dalam kerja sama tersebut adalah 686 Ha. Pemerintah daerah Sumedang menunjuk dinas kehutanan setempat untuk membimbing Kelompok Tani Simpay Tampomas secara teknis. Kerja sama yang dilakukan antara pemerintah daerah Sumedang dengan Kelompok Tani Simpay Tampomas telah memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak diantarnya, program pemerintah untuk mereklamasi lahan bekas galian C dapat dijalankan dan Kelompok Tani Simpay Tampomas dapat memenuhi kebutuhan pakan hijaun secara mandiri. Rata–rata kepemilikan lahan milik anggota peternak adalah sekitar 0.5 – 0.6 Ha yang digunkan untuk menanam pohon kaliandra dan cebreng serta untuk menanam bahan pangan seperti buah naga yang juga diusahakan oleh para peternak sebagai usaha sampingan lainnya. Lahan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah seluas 25.5 Ha. Keselurahan lahan tersebut difokuskan untuk reklamasi lahan, lahan yang digunakan untuk budidaya penggemukan kambing hanya seluas 450 m2. Aspek Hukum Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah usaha yang dibangun sejak tahun 1997 ini bertujuan untuk memberdayakan anggota kelompok bukan pada profitabilitas perorangan, oleh karena sifat usaha yang mengarah ke pemberdayaan bagi anggota kelompok, maka usaha ini belum memiliki perijinan yang bersifat legal, seperti Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), namun Kelompok Tani Simpay Tampomas memiliki kelembagaan formal berupa koperasi. Selain itu, menurut warga sekitar keberadaan lokasi penggemukan di desa mereka tidak mengganggu kenyamanan warga, bahkan warga Cibereum Wetan sangat mendukung keberadaan Kelompok Tani Simpay Tampomas. Kelompok Tani Simpay Tampomas juga mendapat dukungan oleh perangkat desa Cibereum Wetan yaitu dengan Kepala Desa Cibereum Wetan bertindak sebagai pelindung usaha yang dijalankan. Kelompok Tani Simpay Tampomas juga dibina oleh Kepala UPTD P4 Cimalaka dan Kepala UPTD BKP4K Cimalaka.
40
Analisis Aspek Finansial
Analisis aspek finansial dilakukan untuk menghitung biaya investasi, biaya operasional (biaya tetap dan biaya variabel), pendapatan, dan perhitungan kriteria investasi. Analisis kelayakan invesatasi ini disusun sesuai umur teknis kandang yang digunakan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas selama lima tahun. Dana investasi merupakan komponen-komponen mengenai kebutuhan dana bagi kelompok Tani Simpay Tampomas dalam melakukan budidaya penggemukan kambing dengan tujuan memperoleh manfaat dan keuntungan dimasa yang akan datang. Arus biaya Arus biaya untuk usaha penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas daging terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. a.
Investasi Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha penggemukan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah sebesar Rp 226 916 000. Perhitungan biaya investasi pada usaha peternakan ini adalah modal sendiri hasil swadaya. Biaya ini dikeluarkan sekali dan pertama kali sewaktu usaha ini dimulai. Namun, pada usaha ini biaya investasi tidak hanya dikeluarkan pada saat tahun pertama saja. Hal ini dikarenakan umur ekonomis yang lebih pendek dari umur proyek, maka pengadaan peralatan tersebut dilakukan ditengah berjalannya usaha. Investasi dalam usaha budidaya penggemukan kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas dibedakan menjadi dua bagian yaitu biaya investasi yang dikeluarkan bersumber dari swadaya anggota kelompok peternak dan biaya investasi yang dikeluarkan oleh perorangan peternak. Bentuk dari biaya investasi yang dimiliki Kelompok Tani Simpay Tampomas dengan cara swadaya adalah sebagai berikut:
Tabel 15 Biaya investasi hasil swadaya anggota kelompok Harga Biaya Investasi Satuan Jumlah Satuan (Rp) Lahan m2 450 300 000 Gudang m2 36 600 000 Instalasi air unit 1 8 000 000 Instalasi listrik unit 1 1 500 000 Motor roda tiga unit 1 18 000 000 Saung + furniture unit 1 15 000 000 PC unit 1 4 500 000 Printer unit 1 700 000 Total Investasi
Total Biaya (Rp) 135 000 000 21 600 000 8 000 000 1 500 000 18 000 000 15 000 000 4 500 000 700 000 204 300 000
41
Investasi yang dimiliki Kelompok Tani Simpay Tampomas tidak semua didapat dengan cara mengeluarkan uang hasil dari swadaya anggota kelompok, untuk investasi seperti gudang penyimpanan didapat dari bantuan pemerintah Kabupaten Sumedang. Lahan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas juga ada sebagian yang didapat dari hibah pemilik lahan yang sebelumnya lahan tersebut dipergunakan untuk menambang pasir, setelah kandungan pasir di lahan tersebut habis, pemilik lahan menghibahkannya untuk Kelompok Tani Simpay Tampomas. Investasi lainnya yang dikeluarkan oleh perorangan peternak adalah berupa peralatan dan perlengkapan budidaya diantaranya sebagai berikut:
Tabel 16 Biaya investasi perorangan peternak Peternak
Kandang
Uha Kosim Taryan Engkos Ota Entis Umar Dadang Saleh Ajun Ence Itang Jumlah
luas(m2) Rp 26 1 950 000 20 1 500 000 18 1 350 000 12 900 000 26 1 950 000 28 2 100 000 24 1 800 000 28 2 100 000 26 1 950 000 16 1 200 000 22 1 650 000 26 1 950 000 272 20 400 000
Investasi Tempat Sekop Golok Minum Unit Rp Unit Rp Unit Rp 6 36 000 2 120 000 3 150 000 3 18 000 1 60 000 2 100 000 3 18 000 1 60 000 2 100 000 5 30 000 1 60 000 1 50 000 4 24 000 1 60 000 1 50 000 4 24 000 1 60 000 2 100 000 3 18 000 1 60 000 3 150 000 2 12 000 1 60 000 1 50 000 4 24 000 2 120 000 1 50 000 3 18 000 1 60 000 3 150 000 4 24 000 1 60 000 1 50 000 5 30 000 1 60 000 2 100 000 46 276 000 14 840 000 22 1 100 000
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh setiap peternak sebagian besar dibeli dengan bentuk uang tunai, kecuali pembuatan kandang. Tiap peternak secara gotong royong membangun kandang dengan berbahan material kayu dan bambu yang didapat dari gunung Tampomas sekitar lokasi peternakan. Tiap peternak mengeluarkan biaya investasi yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah kambing yang digemukan. b. Biaya operasional Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainnya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari dua komponen utama yaitu, biaya variabel dan biaya tetap.
42
i. Biaya variabel Biaya variabel dalam usaha budidaya penggemukan kambing Jawa Randu pada Kelompok Tani Simpay Tampomas juga dibedakan menjadi dua bagian yaitu biaya variabel yang dikeluarkan bersumber dari swadaya anggota kelompok peternak dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perorangan peternak. Bentuk dari biaya variabel yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas meliputi biaya pembelian bakalan kambing, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, biaya bensin premium untuk kendaraan motor roda tiga dan iuran wajib anggota. Uraian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Biaya variabel yang dikeluarkan Kelompok Tani Simpay Tampomas No Biaya Variabel Biaya/siklus (Rp Biaya/tahun (Rp) 1 Obat-obatan 60 000 180 000 2 Bahan bakar kendaraan 780 000 2 340 000
Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas bersumber dari iuran wajib anggota kelompok dan bantuan dari pemerintah, obatobatan yang ada di Kelompok Tani Simpay Tampomas diantaranya obat tetes mata dan betadin, sedangkan bahan bakar berjenis premium rata-rata pemakaian sehari adalah satu liter. Biaya variabel lainnya yang dikeluarkan oleh perorangan peternak adalah berupa pakan, bakalan, tenaga kerja dan iuran wajib anggota Uraian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Biaya variabel yang dikeluarkan perorangan peternak Biaya Variabel Nama Tenaga Pakan Bakalan Iuran Anggota Kerja Rp Ekor Rp Rp Rp Uha 9 600 000 16 14 400 000 450 000 480 000 Kosim 6 000,000 10 9 000 000 300 000 300 000 Taryan 5 400 000 9 8 100 000 300 000 270 000 Engkos 3 600 000 6 5 400 000 300 000 180 000 Ota 7 800 000 13 11 700 000 450 000 390 000 Entis 8 400 000 14 12 600 000 450 000 420 000 Umar 7 200 000 12 10 800 000 450 000 360 000 Dadang 8 400 000 14 12 600 000 450 000 420 000 Saleh 7 800 000 13 11 700 000 450 000 390 000 Ajun 4 800 000 8 7 200 000 300 000 240 000 Ence 6 600 000 11 9 900 000 450 000 330 000 Itang 7 800 000 13 11 700 000 450 000 390 000 Jumlah/Siklus 83 400 000 139 125 100 000 4 800 000 4 170 000 Jumlah/tahun 250 200 000 417 375 300 000 14 400 000 12 510 000
43
Biaya variabel yang dikeluarkan dalam bentuk uang tunai oleh tiap peternak adalah bakalan kambing sebesar Rp 900 000/ekor dan iuran wajib anggota sebesar Rp 30 000/ ekor ternak yang dimiliki, besarnya iuran wajib anggota tergantung jumlah ternak kambing yang digemukan oleh anggota. Besaran iuran wajib anggota ditentukan oleh musyawarah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelompok. Pakan yang diberikan oleh tiap peternak merupakan kombinasi pakan hijauan dan pakan konsentrat. Peternak memperoleh pakan hijauan jenis leguminosa dari lahan sekitar lokasi peternakan yang ditanami pakan ternak dengan menyabit dan membawanya (cut and carry). Rata-rata dari sebagian besar peternak memberikan pakan jenis leguminosa sekitar 5 kg/ekor/hari tanpa dicincang dengan rata-rata pemberian sebanyak dua kali dalam sehari. Rata-rata pemberian pakan konsentrat sekitar 1 kg/ekor/hari. Pakan hijauan berdasarkan harga jual di Kecamatan Cimalaka adalah Rp 500/kg dan pakan konsentrat berdasarkan harga jual di Kecamatan Cimalaka adalah Rp 2 500. Dalam melakukan proses budidaya seperti, memberikan pakan, memberikan air minum, membesihkan kandang, membersihkan kotoran, tiap peternak melakukan sendirisendiri tanpa dibantu oleh pekerja dari luar. Rata-rata curahan tenaga kerja tiap peternak adalah 2-3 jam/hari.
ii. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam 1 tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan meliputi biaya listrik, perawatan instalasi air, ATK,pajak kendaraan, biaya PBB (Pajak Bumi Bangunan). Rincian biaya tetap usaha penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas ini dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Biaya tetap yang dikeluarkan di Kelompok Tani Simpay Tampomas Biaya/satuan Biaya/Tahun No Biaya Tetap Jumlah (Rp) (Rp) 138 000 1 656 000 1 Biaya listrik 12 35 000 420 000 2 Biaya perawatan instalasi air 12 2 668 750 2 668 750 3 Pajak bangunan 1 270 000 270 000 5 Pajak motor 1 50 000 600 000 6 ATK 12
Biaya tetap seluruhnya dikeluarkan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas, biaya listrik dibayarkan setiap satu bulan sekali, besar tagihan listrik terakhir di Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah sebesar Rp 138 000, listrik digunakan untuk penerangan jalan menuju lokasi peternakan dan penerangan kandang. Biaya instalasi air dilakukan satu bulan sekali yang biasa dilakukan oleh anggota kelompok secara bergiliran. Biaya pajak untuk bangunan dan motor dibayarkan satu tahun sekali. Biaya alat tulis kantor yang biasa digunakan adalah
44
untuk membeli tinta printer, kertas dan alat tulis, biaya tersebut dikeluarkan satu bulan sekali. Seluruh biaya tetap diperoleh dari uang kas kelompok hasil dari iuran wajib anggota dan di kelola oleh bendahara kelompok. Penerimaan Penerimaan menunjukan uang yang masuk sebagai hasil penjualan selama jangka waktu satu tahun. Arus penerimaan yang masuk ke dalam arus kas usaha penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah selama dua siklus produksi pada tahun pertama sebesar Rp 489 280 000 dan pada tahun 2-5 sebesar Rp 739 920 000. Penerimaan tersebut hasil dari penjualan ternak dan penjualan kotoran. Berikut rincian penerimaan dari Kelompok Tani Simpay Tampomas.
Tabel 20 Penerimaan anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas Penerimaan Populasi Nama Anggota Kambing Kotoran (ekor) Rp kg Rp Uha 16 27 200 000 1 920 960 000 Kosim 10 17 000 000 1 200 600 000 Taryan 9 15 300 000 1 080 540 000 Engkos 6 10 200 000 720 360 000 Ota 13 22 100 000 1 560 780 000 Entis 14 23 800 000 1 680 840 000 Umar 12 20 400 000 1 440 720 000 Dadang 14 23 800 000 1 680 840 000 Saleh 13 22 100 000 1 560 780 000 Ajun 8 13 600 000 960 480 000 Ence 11 18 700 000 1 320 660 000 Itang 13 22 100 000 1 560 780 000 Jumlah/Siklus 139 236 300 000 16 680 8 340 000 Jumlah/Tahun 708 900 000 50 040 25 020 000
Penerimaan yang diterima oleh setiap peternak sesuai dengan jumlah kambing yang dipelihara untuk digemukan. Nilai jual ternak yang sudah digemukan selama empat bulan adalah Rp 1 700 000, harga tersebut merupakan harga dasar yang sudah ditentukan oleh seluruh anggota kelompok melalui musyawarah kelompok. Nilai jual kotoran ternak untuk satu kg adalah Rp 500, rata-rata tiap ekor kambing menghasilkan 30 kg/bulan. Selain penerimaan dari hasil penjualan ternak dan penjualan kotoran, penerimaan juga didapat dari nilai sisa sebesar Rp 138 750 000 yang didapat pada akhir umur proyek yaitu lima tahun.
45
Analisis kelayakan usaha Analisis ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar pengembangan dana dalam suatu usaha yang dilakukan. Selain itu, hasil kajian analisis dapat dijadikan sebagai tolak ukur apakah suatu usaha yang akan dilakukan layak atau tidak layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas dapat dilihat melalui nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Pada Tabel 21 dapat dilihat hasil dari perhitungan kriteria investasi tersebut.
Tabel 21 Analisis Kelayakan Usaha No. Kriteria Investasi 1. 2. 4. 5.
Net Present Value Net Benefit-Cost Ratio Internal Rate of Return Payback Period
Kriteria kelayakan Lebih dari 0 Lebih dari 1 Lebih Dari i (DF) Waktu tersingkat
Nilai Rp 118 439 681 1,67 26% 4 tahun 3 bulan
a) Net Present Value(NPV ) NPV digunakan untuk melihat manfaat bersih yang dihasilkan pada suatu usaha atau proyek. Nilai NVP yang diperoleh dari usaha penggemukan kambing Jawa randu adalah sebesar Rp 118 439 681, hal ini menunjukan bahwa usaha penggemukan kambing Jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas memberikan manfaat bersih sebesar Rp 118 439 681 selama 5 tahun dengan tingkat discount rate 5.75%. Usaha penggemukan kambing yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas layak untuk dilaksanakan karena jumlah yang dihasilkan tersebut lebih dari nol. b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Nilai dari perhitungan net B/C yang dihasilkan adalah 1.67, nilai tersebut menunjukan setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas untuk usaha penggemukan kambing Jawa Randu akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.67. Usaha penggemukan kambing yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas layak untuk dilaksanakan karena nilai net B/C yang dihasilkan lebih dari satu. c) Internal Rate of Return (IRR) IRR dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR pada usaha penggemukan kambing Jawa Randu adalah sebesar 26%, nilai tersebut menunjukan bahwa usaha penggemukan kambing Jawa Randu mampu memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan sebesar 26%. Berdasarkan hasil IRR, usaha penggemukan kambing Jawa Randu dinyatakan layak karena IRR yang dihasilkan adalah 26% lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yaitu sebesar 5.75%.
46
d) Payback Period( PP) Jangka waktu pengembalian investasi yang dilakukan pada usaha penggemukan yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah empat tahun tiga bulan. Usaha ini layak karena payback period kurang dari umur bisnis yaitu lima tahun. Analisis Switching Value Analisis switching value usaha penggemukan kambing yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas terhadap penurunan harga kambing yang dapat ditoleransi sehingga usaha ini masih layak untuk dijalankan adalah apabila penurunan harga jual kambing tidak kurang dari Rp1 603 538 atau terjadi penuruna sebesar 5.67% dari harga normal atau harga saat ini sebesar Rp 1700 000, jika penurunan harga jual kambing lebih dari 5.67 % menjadi Rp1 603 538 , maka usaha penggemukan kambing ini tidak layak. Peningkatan harga bakalan kambing yang masih dapat ditoleransi sehingga usaha penggemukan kambing Jawa Randu masih layak dijalankan yaitu apabila harga kenaikan bakalan kambing tidak lebih dari 10.72% atau menjadi Rp 996 461.5415 dari harga bakalan kambing pada kondisi normal atau pada saat ini yaitu sebesar Rp 900 000, jika kenaikan harga bakalan kambing lebih dari 10.72% atau harga naik menjadi Rp 996 461.5415, maka usaha penggemukan kambing jawa Randu di Kelompok Tani Simpay Tampomas tidak layak. Tabel 22 Analisis switching value No. Kriteria Investasi 1. Net Present Value 2. Net Benefit-Cost Ratio 3. Gross Benefit-Cost Ratio 4. Internal Rate of Return 5. Payback Period
Nilai 0 1 1 5.75% 5 tahun
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis terhadap kelayakan aspek non finansial belum layak sepenuhnya karena salah satu kriteria yaitu aspek hukum yang belum memiliki legalitas usaha. Aspek pasar dan pemasaran dinyatakan layak karena dan bauran pemasaran yang dijalankan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas telah berjalan dengan baik. Aspek teknis dinyatakan layak karena kondisi lokasi peternakan yang mendukung keberlangsungan usaha seperti ketersediaan pakan hijauan dan lokasi usaha cukup jauh dari pemukiman warga, selain itu proses produksi yang dijalankan juga sudah sesuai dengan tata cara penggemukan kambing yang baik, seperti penanganan
47
kesehatan yang baik, kebersihan kandang dan komposisi pakan yang diberikan sudah memenuhi nilai gizi yang diperlukan oleh kambing. Aspek manajemen juga dinyatakan layak karena Kelompok Tani Simpay Tampomas sudah menjalankan tugas dan wewenang masing-masing dengan baik sehingga tidak ada pemborosan tenaga kerja serta rangkap jabatan yang dapat mengurangi kinerja manajemen. Aspek sosial dan lingkungan dinyatakan layak karena dengan adanya Kelompok Tani Simpay Tampomas dapat memberikan dampak positif terhadap anggota kelompok tani dengan adanya pelatihan dan penyuluhan sehingga para anggota kelompok mendapat tambahan ilmu dan kemampuan untuk menjadi peternak yang berkualitas dalam menjalankan proses penggemukan kambing, selain itu keberadaan Kelompok Tani Simpay Tampomas memberikan kontribusi kepada program daerah setempat untuk mereklamasi lahan bekas galian C. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha pada Kelompok Tani Simpay Tampomas dinyatakan layak, karena diperoleh Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol, yaitu sebesar Rp 118 439 681 artinya pendapatan bersih yang diterima Kelompok Tani Simpay Tampomas selama umur proyek lima tahun sebesar Rp 118 439 681. Net Benefit Cost Ratio lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,67 artinya setiap pengeluaran satu maka penerimaan yang diterima Kelompok Tani Simpay Tampomas sebesar 1,67. Internal Rate of Return lebih besar dari Discount factor (5,75%) yaitu 26% dan payback periode lebih cepat dari umur usaha yaitu empat tahun tiga bulan. Dengan demikian usaha penggemukan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas layak untuk dijalankan karena sudah sesuai dengan kriteria kelayakan investasi. Analisis switching value penggemukan kambing terhadap penurunan harga jual kambing turun sebesar 5.67%, jika penurunan harga jual kambing lebih dari 5.67%, maka usaha penggemukan ini tidak layak. Selain penurunan harga jual, analisis switching value kenaikan harga bakalan kambing sebesar 10.72%, jika kenaikan harga bakalan kambing lebih dari 10.72% maka usaha ini tidak layak. Saran Hasil switching value penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas memiliki kepekaan yang cukup tinggi terhadap penurunan harga jual kambing kambing yaitu sebesar 5,67%, mengingat proses penentuan harga kambing di Kelompok Tani Simpay berdasarkan kondisi fisik/penampilan yang dilihat oleh pembeli, usaha yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas adalah menjaga kondisi fisik/penampilan kambing dengan memberikan pakan yang teratur dan terjadwal, agar kambing memiliki bobot yang bagus dan fisik/penampilan juga bagus, sehingga bisa mencegah terjadinya salah satu penyebab turunnya harga kambing. Kenaikan harga bakalan juga memiliki kepekaan yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.72%, sebaiknya Kelompok Tani Simpay Tampomas mempunyai beberapa pemasok untuk bakalan kambing yang akan digemukan, jika harga bakalan kambing naik di salah satu pemasok maka, Kelompok Tani Simpay Tampomas harus mencari alternatif pemasok kambing yang lebih murah. Berdasarkan hasil analisis kelayakan bisnis yang dikaji menggunakan analisis finansial, analisis non finansial dan analisis sensitifitas, bahwa usaha
48
penggemukan kambing Jawa Randu layak dan mampu memberikan pemasukan bagi Kelompok Tani Simpay Tampomas dan ketersediaan lahan yang dimiliki Kelompok Tani Simpay Tampomas yang luas sangat memungkinkan pihak Kelompok Tani Simpay Tampomas untuk melakukan perluasan usaha serta dukungan pemerintah Kabupaten Sumedang yang mendukung untuk pengembangan usaha seperti memberikan lahan untuk ditanami pakan ternak bagi Kelompok Tani Simpay Tampomas, untuk itu Kelompok Tani Simpay Tampomas sebaiknya memperluas skala usaha dengan menambah populasi ternak yang akan diusahakan.
DAFTAR PUSTAKA Advendi S & Elsi Kartika S. 2007. Hukum Dalam Ekonomi, Edisi ke-2, Cikal Sakti, Jakarta. Atiqoh, Anni N. 2012. Analisisi Curahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Peternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Kecamatan Cimalaka Sumedang. [Skripsi]. Bogor : Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Total Produksi Nasional Daging. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan. Fariyanti A, Sumantri B. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompo Tani Dewi Sri. Bogor : Program Studi Sains Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Gittinger J Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.Jakarta. Universitas Indonesia. Gray, C, P Simanjuntak, L.K Sabur, P.F.L Maspaitella. 1985. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kotler, P. dan Armstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Masyhuri, 2007. Ekonomi Mikro. Malang: UIN-Malang Press. Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Jakarta. Penebar Swadaya.
49
Novianti, E. 2010. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko.[Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen-IPB. Pahila G.2012. Potensi Pengembangan Budidaya Kambing Etawa (sebagai Komoditas Unggulan Agribisnis) di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. [Skripsi]. Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung. Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Rosid, A. 2009. Evaluasi Kelayakan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (PE), Di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.[Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Siahaan H. 2009. Manajemen Risiko Pada Perusahaan dan Birokrasi. Jakarta: PT Gramedia. Simamora B. 2003. Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Soedomo, M. 1986. Pengembangan Desa Terpadu . Jakarta. Karunika Jakarta. Tandelilin E. 2010. Portofolio dan Investasi edisi pertama. Yogyakarta : Kanisius. Weston dan Brigham. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN 1 Cash flow Penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas INFLOW
Penjualan kambing Penjualan kotoran Nilai sisa Total Inflow OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Gudang Instalasi air Instalasi listrik Motor roda tiga Saung + furniture PC Printer Kandang Tempat minum Sekop Golok TOTAL INVESTASI 2. BIAYA TETAP Biaya listrik Biaya perawatan instalasi air Pajak bangunan Pajak motor ATK TOTAL BIAYA TETAP 3.BIAYA VARIABEL Bibit Pakan Tenaga Kerja Iuran Anggota Obat-obatan Bahan bakar kendaraan operasional TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL BIAYA OPRASIONAL Pajak (25%) TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor = 5.75% PV PV PV + NPV Net B/C IRR PP
1 472,600,000 16,680,000
2 708,900,000 25,020,000
3 708,900,000 25,020,000
4 708,900,000 25,020,000
489,280,000
733,920,000
733,920,000
733,920,000
5 708,900,000 25,020,000 138,750,000 872,670,000
135,000,000 21,600,000 8,000,000 1,500,000 18,000,000 15,000,000 4,500,000 700,000 20,400,000 276,000 840,000 1,100,000 226,916,000
0
276,000 840,000 1,100,000 2,216,000
0
0
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
250,200,000 166,800,000 9,600,000 8,340,000 120,000 1,560,000 436,620,000 442,234,750 8,164,646 677,315,396 -188,035,396 0.945626478 -177,811,249 -177,811,249 296,250,930 118,439,681 1.67 26% 4 tahun 3 bulan
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 14,747,146 675,291,896 58,628,104 0.894209435 52,425,804 (125,385,445)
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 14,747,146 677,507,896 56,412,104 0.845588118 47,701,405 (77,684,040)
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 14,747,146 675,291,896 58,628,104 0.799610514 46,879,648 (30,804,392)
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 14,747,146 675,291,896 197,378,104 0.756132873 149,244,073 118,439,681 9,869,973 3.12 0
Rp
Rp
Rp
Rp Rp
LAMPIRAN 2 Laba rugi Penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas
Uraian
1
PENERIMAAN Penjualan kambing Penjualan kotoran TOTAL PENERIMAAN BIAYA Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Biaya Penyusutan TOTAL BIAYA Laba Sebelum Pajak Pajak Pendapatan Laba Bersih
2
Tahun 3
4
5
472,600,000 16,680,000 489,280,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
436,620,000 5,614,750 14,386,667 456,621,417 32,658,583 8,164,646 24,493,938
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 58,988,583 14,747,146 44,241,438
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 58,988,583 14,747,146 44,241,438
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 58,988,583 14,747,146 44,241,438
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 58,988,583 14,747,146 44,241,438
LAMPIRAN 3 Analisis sensitivitas penurunan harga kambing INFLOW
Penjualan kambing Penjualan kotoran Nilai sisa Total Inflow OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Gudang Instalasi air Instalasi listrik Motor roda tiga Saung + furniture PC Printer Kandang Tempat minum Sekop Golok TOTAL INVESTASI 2. BIAYA TETAP Biaya listrik Biaya perawatan instalasi air Pajak bangunan Pajak motor ATK TOTAL BIAYA TETAP 3.BIAYA VARIABEL Bibit Pakan Tenaga Kerja Iuran Anggota Obat-obatan Bahan bakar kendaraan operasional TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL BIAYA OPRASIONAL Pajak (25%) TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor = 5.75% PV PV PV + NPV Net B/C IRR PP
1 445,783,691 16,680,000
2 668,675,537 25,020,000
3 668,675,537 25,020,000
4 668,675,537 25,020,000
462,463,691
693,695,537
693,695,537
693,695,537
5 668,675,537 25,020,000 138,750,000 832,445,537
135,000,000 21,600,000 8,000,000 1,500,000 18,000,000 15,000,000 4,500,000 700,000 20,400,000 276,000 840,000 1,100,000 226,916,000
0
276,000 840,000 1,100,000 2,216,000
0
0
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
250,200,000 166,800,000 9,600,000 8,340,000 120,000 1,560,000 436,620,000 442,234,750 1,460,569 670,611,319 -208,147,627 0.945626478 -196,829,908 -196,829,908 196,829,907 0 1.00 5.75% 5 tahun
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 4,691,030 665,235,780 28,459,757 0.894209435 25,448,983 (171,380,924)
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 4,691,030 667,451,780 26,243,757 0.845588118 22,191,409 (149,189,515)
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 4,691,030 665,235,780 28,459,757 0.799610514 22,756,721 (126,432,794)
375,300,000 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 654,930,000 660,544,750 4,691,030 665,235,780 167,209,757 0.756132873 126,432,794 (0) (0) -24,874,671,478.78 2
Rp
-1.00
Rp
Rp
Rp Rp
LAMPIRAN 4 Laba rugi penuruan harga kambing
Uraian
1
PENERIMAAN Penjualan kambing Penjualan kotoran TOTAL PENERIMAAN BIAYA Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Biaya Penyusutan TOTAL BIAYA Laba Sebelum Pajak Pajak Pendapatan Laba Bersih
2
Tahun 3
4
5
445,783,691 16,680,000 462,463,691
668,675,537 25,020,000 693,695,537
668,675,537 25,020,000 693,695,537
668,675,537 25,020,000 693,695,537
668,675,537 25,020,000 693,695,537
436,620,000 5,614,750 14,386,667 456,621,417 5,842,275 1,460,569 4,381,706
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 18,764,121 4,691,030 14,073,090
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 18,764,121 4,691,030 14,073,090
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 18,764,121 4,691,030 14,073,090
654,930,000 5,614,750 14,386,667 674,931,417 18,764,121 4,691,030 14,073,090
LAMPIRAN 5 Analisis sensitivitas kenaikan harga bakalan kambing INFLOW
Penjualan kambing Penjualan kotoran Nilai sisa Total Inflow OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Lahan Gudang Instalasi air Instalasi listrik Motor roda tiga Saung + furniture PC Printer Kandang Tempat minum Sekop Golok TOTAL INVESTASI 2. BIAYA TETAP Biaya listrik Biaya perawatan instalasi air Pajak bangunan Pajak motor ATK TOTAL BIAYA TETAP 3.BIAYA VARIABEL Bibit Pakan Tenaga Kerja Iuran Anggota Obat-obatan Bahan bakar kendaraan operasional TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL BIAYA OPRASIONAL Pajak (25%) TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor = 5.75% PV PV PV + NPV Net B/C IRR PP
1 472,600,000 16,680,000
2 708,900,000 25,020,000
3 708,900,000 25,020,000
4 708,900,000 25,020,000
489,280,000
733,920,000
733,920,000
733,920,000
5 708,900,000 25,020,000 138,750,000 872,670,000
135,000,000 21,600,000 8,000,000 1,500,000 18,000,000 15,000,000 4,500,000 700,000 20,400,000 276,000 840,000 1,100,000 226,916,000
0
276,000 840,000 1,100,000 2,216,000
0
0
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
1,656,000 420,000 2,668,750 270,000 600,000 5,614,750
277,016,309 166,800,000 9,600,000 8,340,000 120,000 1,560,000 463,436,309 469,051,059 1,460,569 697,427,627 -208,147,627 0.945626478 -196,829,908 -196,829,908 196,829,907 0 1.00 5.75% 5
415,524,463 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 695,154,463 700,769,213 4,691,030 705,460,243 28,459,757 0.894209435 25,448,983 (171,380,924)
415,524,463 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 695,154,463 700,769,213 4,691,030 707,676,243 26,243,757 0.845588118 22,191,409 (149,189,515)
415,524,463 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 695,154,463 700,769,213 4,691,030 705,460,243 28,459,757 0.799610514 22,756,721 (126,432,794)
415,524,463 250,200,000 14,400,000 12,510,000 180,000 2,340,000 695,154,463 700,769,213 4,691,030 705,460,243 167,209,757 0.756132873 126,432,794 (0) (0) -24,874,691,421.61 2
Rp
-1.00
Rp
Rp
Rp Rp
LAMPIRAN 6 Laba rugi kenaikan harga bakalan kambing
Uraian PENERIMAAN Penjualan kambing Penjualan kotoran TOTAL PENERIMAAN BIAYA Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Biaya Penyusutan TOTAL BIAYA Laba Sebelum Pajak Pajak Pendapatan Laba Bersih
1
2
Tahun 3
4
5
472,600,000 16,680,000 489,280,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
708,900,000 25,020,000 733,920,000
463,436,309 5,614,750 14,386,667 483,437,725 5,842,275 1,460,569 4,381,706
695,154,463 5,614,750 14,386,667 715,155,879 18,764,121 4,691,030 14,073,090
695,154,463 5,614,750 14,386,667 715,155,879 18,764,121 4,691,030 14,073,090
695,154,463 5,614,750 14,386,667 715,155,879 18,764,121 4,691,030 14,073,090
695,154,463 5,614,750 14,386,667 715,155,879 18,764,121 4,691,030 14,073,090
LAMPIRAN 7 Investasi penggemukan kambing di Kelompok Tani Simpay Tampomas No Biaya Investasi Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp) Nilai Sisa (Rp) 1 Lahan m2 450 300,000 135,000,000 5 0 135,000,000 2 Gudang m2 36 600,000 21,600,000 5 4,320,000 0 3 Instalasi air unit 1 8,000,000 8,000,000 3 2,666,667 0 4 Instalasi listrik unit 1 1,500,000 1,500,000 5 300,000 0 5 Motor roda tiga unit 1 18,000,000 18,000,000 5 3,240,000 1,800,000 7 Saung + furniture unit 1 15,000,000 15,000,000 5 2,700,000 1,500,000 8 PC unit 1 4,500,000 4,500,000 5 810,000 450,000 9 Printer unit 1 700,000 700,000 2 350,000 0 Total Biaya Investasi 204,300,000 14,386,667 138,750,000
57
Lampiran 8 Dokumenasi
Pakan hijauan
Figure 2 Lokasi
peternakan
Figure 3
Kambing Jawa Randu Figure 4 Saung
j
Figure 1
pertemuan kelompok
Kandang
Figure 5 Observasi
lapang
59
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Galih Setia Nugraha dilahirkan di Sumedang pada tanggal 1 Maret 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, sebagai anak kandung dari pasangan Bapak Dedi Setiadi dan Ibu Wiwin Tisna Widaningsih. Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai di SDN Licin selama enam tahun pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan tingkat menengah diselsaikan penulis pada tahun 2005 di SMPN 1 Cimalaka. Selanjutnya pendidikan tingkat atas diselsaikan penulis di SMAN 1 Cimakala pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana alih jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.