ANALISIS FLUKTUATIF SERANGAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS 2013 Oleh ; Effendi Wibowo, SP dan Erna Zahro’in, SP
PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO Busuk buah (pod rot )merupakan penyakit terpenting dalam budidaya kakao di Indonesia. Kerugian yang ditimbulkan berkisar antara 26-50% (Semangun, 2000). Penyakit ini dapat menyerang pada berbagai umur buah, sejak buah masih kecil sampai menjelang masak. Warna buah akan berubah umumnya dari ujung buah atau dekat tangkai yang
dengan
keseluruh
cepat
buah,
dan
akan
meluas
buah
akan
membusuk dalam waktu 14-22 hari (Purwantara,1992 dalam Semangun,2000). Buah menjadi hitam, dan pada serangan berat jamur akan masuk kedalam buah yang mengakibatkan biji kakao juga membusuk. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora(Butl.). PENGARUH CUACA TERHADAP TINGKAT SERANGAN PENYAKIT Wilayah Jawa Timur pada bulan agustus ini umumnya mengalami musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan
Geofisika menyatakan bahwa untuk
tingkat ketersediaan air pada wilayah dibagi menjadi tiga, yaitu
aman, sedang, dan
kurang. Wilayah yang memiliki tingkat ketersediaan air sedang yaitu Magetan, Ngawi, Madiun,
Ponorogo,
Pacitan,
Trenggalek,
Tulungagung,
Blitar,
Kediri,
Bojonegoro, Jombang, Lamongan, Tuban, Gresik, Kodya Surabaya,
Nganjuk,
Probolinggo,
Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi, sedangkan wilayah yang memiliki ketersediaan air kurang yaitu Bojonegoro, Lumajang, Banyuwangi, dan Sumenep. Kondisi iklim sangat penting, karena merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi perkembangan penyakit busuk buah kakao. Kelembaban yang tinggi akan membantu pembentukan spora dan meningkatkan infeksi, infeksi hanya dapat terjadi kalau pada permukaan buah terdapat air. Hal ini dapat berasal dari air hujan, tetapi dapat
juga terjadi karena pengembunan uap air pada permukaan buah (Purwantara dan Pawirosoemardjo, 1990). Serangan busuk buah kakao di Jawa Timur masih menunjukkan tingkat serangan yang tinggi pada beberapa wilayah, seperti pada peta serangan berikut: Peta tingkat serangan P. palmivora diwilayah Jawa Timur Kabupaten yang memiliki tingkat serangan tinggi yaitu
Malang, Jombang dan
Banyuwangi., sedangkan yang memiliki tingkat serangan sedang adalah Ngawi, Magetan, Kediri, dan Mojokerto. Kabupaten
Jombang
termasuk
dalam
kategori
wilayah
yang
memiliki
ketersediaan air sedang, tetapi pada bulan agustus ini tingkat serangan busuk buah kakao di kecamatan Wonosalam masuk kategori tingkat serangan tinggi, sedangkan kecamatan Bareng dan Ngoro pada tingkat sedang.
Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya sanitasi (pemangkasan) dan perawatan tanaman. Kebun terlalu rimbun sehingga kelembaban cenderung tinggi karena sinar matahari tidak bias masuk menembus kebun. Selain itu pemangkasan terhadap tanaman pelindung juga harus dilakukan secara rutin. Jika kondisi kebun lembab, hal ini mengakibatkan jamur P. palmivora berkembang dengan baik.
Gambar : Peta tingkat serangan P. palmivora di Kabupaten Jombang Selain Jombang,serangan tinggi juga terjadi di Malang yaitu di kecamatan Kasembon, Ngantang, Wonosari, Kalipare, Donomulyo, Ponco kusumo, Wajak, Tirtoyudo dan Sumbermanjing.
Gambar : Peta tingkat serangan Phytophthora palmivora Pada Kabupaten Malang Wilayah Kecamatan Kasembon Kab Malang Kecamatan Wonosalam
Kab. Jombang.
berbatasan langsung dengan
Berdasarkan data pengamatan, kedua
kecamatan ini memiliki tingkat serangan tinggi, begitupula kecamatan Ngantang yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kasembon juga menunjukkan tingkat serangan tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah endemis serangan penyakit busuk buah kakao. Sebagai peringatan, perlu waspada untuk wilayah- wilayah yang berbatasan langsung dengan ketiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Kepung,dan Kandangan di Kab. Kediri sedang di Kab. Mojokerto
kecamatan yang berbatasan langsung adalah
kecamatan Jatirejo. Kecamatan Wilayah sebelah barat
kabupaten Malang,
berbatasan langsung
dengan kabupaten Blitar yaitu kecamatan Wlingi dan Dok, memiliki tingkat serangan sedang dan perlu waspada untuk kecamatan Selorejo, Kesamben, Binangun dan Wates, yang masih pada kategori aman, karena berbatasan langsung dengan daerah endemic, tidak menutup kemungkinan akan terjadi serangan juga. Pada sebelah timur kabupaten Malang berbatasan langsung dengan kabupaten Pasuruan yaitu pada kecamatan Pasrujambe, Senduro dan Tempusari tiga wilayah ini sudah endemik serangan busuk buah kakao, pada tingkat serangan tinggi. Sedangkan
Kecamatan Pronojjiwo tingkat serangan sedang, hal ini dikhawatirkan terjadi endemic karena diapit beberapa kecamatan yang mempunyai tingkat serangan tinggi. Hampir semua wilayah perkebunan kakao di Kabupaten Banyuwangi terdapat serangan penyakit busuk buah kakao dengan tingkat serangan tinggi, seperti pada gambar di bawah ini
Gambar : Peta tingkat serangan P. palmivora Pada Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi memiliki tingkat ketersedian air sedang,sedangkan tingkat serangan penyakit busuk buah hamper merata disemua wilayah yang membudidayakan kakao. Hal ini diduga perkembangan penyakit dipengaruhi oleh letak kabupaten Banyuwangi yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga angin malam yang menuju ke darat membawa uap air cukup tinggi, sehingga menyebabkan kelembababan yang tinggi pula. Perlu di waspadai pada sebelah barat Kabupaten Banyuwangi yakni Kabupaten Jember,
dan sebelah Utara Banyuwangi yang
berbatasan dengan kabupaten
Bondowoso, yakni pada Kecamatan Sempol, agar petani menjaga kebersihan kebun agar penyakit busuk buah tidak menyebar diwilayahnya. PENGELOLAAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO Pengelolaan Penyakit Busuk Buah Kakao ini dapat dilakukan dengan cara;
1. Mengurangi kelembaban kebun, dengan cara sanitasi yang baik, meliputi perbaikan
drainase,
pemangkasan,
pengaturan
pohon
pelindung
dan
pengendalian gulma. 2. Memanen buah yang masak secara teratur, missal seminggu sekali sambil membersihkan buah sakit. Buah sakit dipendam cukup dalam, paling sedikit tertutup tanah setebal 10cm. 3. Mengubur seresah kulit kakao ke dalam rorak. 4. Penyemprotan dengan Fungisida yang mengandung tembaga, atau protektan yang mengandung asam fosfit, Mankozep, dll. 5. Pada beberapa kajian,
pemanfaatan jamur Trichoderma yang dikompositkan
dalam pupuk kandang mampu mengurangi tingkat serangan penyakit oleh jamur P. palmivora. 6. Pada daerah-daerah waspada yang tersebut diatas, pembinaan dan bimbingan pada kelompok tani perlu di tingkatkan, dalam menghadapi ancaman penyakit busuk buah. 7. Perlunya pemahaman pengelolaan penyakit, agar terhindar dari ancaman penyakit busuk buah kakao. DAFTAR PUSTAKA Pawirosoemardjo, S dan A Purwantara .1989, Gejala penyakit Vascular streak dieback pada tanaman kakao di Indonesia. Menara Perkebunan. Hal 57 (3), 74-78 Semangun, H.2000. Penyakit penyakit Tanaman perkebunan di Indonesia.Gadjah mada university press. Yogyakarta.