Serangan Kutu Hijau Coccus viridis pada Kopi di Jawa Timur Oleh : Dina Ernawati, SP. dan Effendi Wibowo, SP.
Siapa yang tidak kenal dengan kopi? Hampir semua orang di dunia ini mengenalnya.
Kopi
merupakan
suatu jenis minuman berwarna hitam pekat yang mampu memberikan cita rasa unik bagi yang meminumnya. Kebiasaan minum secangkir kopi untuk Gambar 1. Minuman kopi Sumber : www.manfaatkopi.com
merupakan tersendiri
mengawali tradisi bagi
kegiatan dan
penggemar
hobi kopi.
Bahkan tidak sedikit yang menjadi kecanduan karena adanya kandungan kafein yang terdapat dalam kopi. Kafein sendiri adalah senyawa kimia alkaloid dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan zat kafein yang terdapat dalam kopi adalah antara 1 hingga 1,5% (Manfaatkopi, 2014). Di sisi lain, kopi juga bermanfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi secara baik dan tidak berlebihan. Kopi dapat mencegah timbulnya penyakit jantung atau stroke, mencegah penyakit kanker dan diabetes, mencegah resiko kanker mulut dan melindungi gigi, sebagai pembangkit stamina dan energi ekstra, mengurangi rasa sakit kepala, serta dapat mengatasi perubahan suasana hati dan depresi (Manfaatkopi, 2014). Untuk menghasilkan kopi dengan kualitas baik tentu saja harus memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu syarat tersebut adalah bebas dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Salah satu hama yang menyerang tanaman kopi adalah kutu hijau (Coccus viridis) disebut juga kutu tempurung atau kutu lunak. Kutu hijau merupakan hama dari golongan serangga (insecta) ordo Homoptera dan famili Coccidae, dan pemakan segala tanaman (polifag). Hama ini tersebar di daerah tropis dan subtropis terutama di dataran
rendah dan daerah yang memiliki udara kering (Murphy, 2001 cit. Rismayani, 2013).
Kutu hijau (C. viridis) mengeluarkan embun madu yang menyebabkan timbulnya jamur jelaga yang akan menutup daun kopi. Selain menutupi daun,
embun
jelaga
juga
akan
menutupi buah kopi sehingga akan mempengaruhi
proses
asimilasi.
Kutu hijau hidup berkelompok di pangkal daun, tampak kutu kecil berwarna
putih
kehijauan,
dan
banyak semut di sekitarnya. Kutu Gambar 2. Kutu hijau (Coccus viridis) pada ranting tanaman kopi Sumber : Rismayani et al., 2013
hijau
juga
menyerang
tunas
di
bagian bawah daun, terutama dekat tulang
daun
dan
buah
muda.
Kutu menghisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil dan daun baru lambat tumbuh. Akhirnya tanaman mengering dan layu (Rismayani et al., 2013). Kopi di Jawa Timur dibudidayakan di beberapa kabupaten dengan total luas areal 54.113,03 ha. Kabupaten Malang dan Bondowoso merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan budidaya tanaman kopi terluas (lebih dari 10.000 ha), secara berturut-turut yaitu seluas 12.057 ha dan 11.938,22 ha (Gambar 3).
Gambar 3. Peta Luas Areal Kopi di Wilayah Provinsi Jawa Timur pada Triwulan I Tahun 2014 Sumber : Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2014
Berdasarkan proporsi serangannya pada kopi di Jawa Timur, hama ini menduduki peringkat ke-4 dengan proporsi serangan sebesar 12%. Adapun peringkat ke-1 hingga ke-3 secara berturut-turut diduduki oleh serangan penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei), penyakit karat daun kopi (Hemilia vastatrix), dan kutu putih (Planococcus citri) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
H. hampei 19%
H. vastatrik
33%
6%
P. citri 10% 12%
7% 13%
C. viridis X. morigerus Z. coffeae OPT lain
Gambar 4. Proporsi Serangan OPT Utama pada Tanaman Kopi si Wilayah Provinsi Jawa Timur Periode Triwulan I Tahun 2014 Sumber : Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2014
Jika dilihat dari tingkat serangan hama kutu hijau (Coccus viridis) di Provinsi Jawa Timur, maka tidak ada kabupaten yang membudidayakan kopi berada pada kategori tingkat serangan tinggi (red zone) pada periode Triwulan I 2014 (Gambar 5). Kabupaten Ponorogo, Madiun, Kediri, Blitar, Jombang, Mojokerto, Gresik, Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi berada pada kategori tingkat serangan aman (green zone). Kabupaten Pacitan, Ngawi, Malang, dan Pasuruan berada pada kategori tingkat serangan rendah. Sedangkan Kabupaten Magetan berada pada kategori tingkat serangan sedang.
Gambar 5. Peta Tingkat Serangan Coccus viridis pada Kopi di Wilayah Provinsi Jawa Timur pada Triwulan I Tahun 2014 Sumber : Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2014
Terjadi penurunan tingkat serangan sebesar 30,44% berdasarkan data perbandingan tingkat serangan pada Triwulan IV 2013 dan Triwulan I 2014 (Tabel 1). Fluktuasi serangan C. viridis ini salah satunya dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Menurut Hara et al. (2010) cit. Rismayani et al. (2013) kutu hijau akan mencapai jumlah terbanyak pada akhir musim kemarau. Jumlahnya akan berkurang saat mulai musim hujan karena timbulnya jamur patogen.
Tabel 1. Fluktuasi Serangan C. viridis pada Triwulan IV 2013 dan Triwulan I 2014 Nama OPT Luas Serangan Tingkat Serangan Triwulan Triwulan I- Triwulan Triwulan Fluktuasi Ket IV-2013 2014 IV-2013 I-2014 C. viridis 117,80 85,37 0,23 0,16 -30,44 Turun Sumber : Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2014
Pada Triwulan IV 2013 (Oktober – Desember) hingga Triwulan I (2014) berada pada musim hujan yang menyebabkan populasi hama ini turun. Akibatnya, tingkat serangan hama ini juga turun. Jika dilihat dari data perbandingan luas serangan dan luas pengendalian pada Triwulan I 2014 (Tabel 2), tercatat rasio pengendalian sebesar 75,89%. Luas serangan C. viridis pada Triwulan I 2014 seluas 85,37 ha dengan luas pengendalian seluas 64,78 ha. Tabel 2. Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian C. viridis pada Triwulan I 2014 No Nama OPT Perbandingan Persentase LP : LS Luas Serangan Luas Pengendalian Rasio Pengendalian 1 C. viridis 85,37 64,78 75,89% Sumber : Data Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2014
Data ini menunjukkan bahwa walaupun rasio pengendalian C. viridis yang telah dilaksanakan pada Triwulan I 2014 baru sebesar 75,89%, namun telah dapat menurunkan tingkat serangan 30,44%. Hal ini tidak terlepas dari faktor musim hujan yang masih berlangsung pada Triwulan I (Januari – Maret), yang secara langsung berpengaruh terhadap turunnya populasi hama kutu hijau ini dan mengakibatkan turunnya tingkat serangan. Namun, hal ini tidak berarti kita hanya mengandalkan faktor alam saja dalam usaha pengendalian hama ini. Dikarenakan, upaya pengendalian yang telah dilaksanakan saat ini juga turut berpengaruh terhadap dinamika populasi hama ini pada triwulan berikutnya. Pengamatan terhadap keberadaan dan populasi hama ini harus terus dilakukan secara periodik dan berkelanjutan. Data pengamatan inilah yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan tindakan pengendalian. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melestarikan kumbang kubah dan larvanya yang merupakan musuh alami kutu hijau yang ampuh (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002).
Menurut Poole (2005), kumbang kubah Cryptolaemus montrouzieri dilaporkan memangsa kutu hijau (C. viridis). Jamur Verticillium lecanii dapat menyebabkan kematian secara signifikan terhadap kutu hijau pada cuaca yang panas dan lembab. Selain itu, upaya pengendalian dapat dilakukan dengan pengaturan tanaman pelindung dan pemberian insektisida berbahan aktif karbaril.
Daftar Pustaka Bidang Proteksi. 2014. Data Triwulan I. Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, Jombang. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2005. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Kopi. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian, Jakarta. Manfaatkopi. 2013. Manfaat Kopi bagi Kesehatan. www.manfaatkopi.com. Diakses pada tanggal 16 Juni 2014. Poole, M. 2005. Green Coffee Scale Coccus viridis (Green) [Hemiptera: Coccidae]. Department of Agriculture: Farmnote No. 16. State of Western Australia. Rismayani, Rubiyo, dan MSD. Ibrahim. 2013. Dinamika Populasi Kutu Tempurung (Coccus viridis) dan Kutu Daun (Aphis gossypii) pada Tiga Varietas Kopi Arabika (Coffea arabica). Jurnal Littri 19 (4) : 159-166p.