SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP. Coklat, makanan lezat yang disukai banyak orang. Dihidangkan dalam berbagai bentuk penyajian, baik berupa coklat, kue maupun sebagai bahan campuran makanan. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dibidang perkebunan, selain menjadi sebagai sumber devisa negara ketiga setelah sawit dan karet, kakao juga mampu mendorong perkembangan wilayah dan agroindustri di daerah-daerah yang sebelumnya masih belum berkembang. Kakao pembuat
sebagai
bahan
cokelat
ini
baku
utama
mengalami
kecenderungan peningkatan produksi di dunia selama beberapa tahun terakhir. Bahkan diprediksi akan terus mengalami peningkatan hingga beberapa tahun ke depan. Pada 2010-2011 produksi kakao dunia telah mencapai 4,01 juta ton dan diprediksi akan mencapai 4,2 juta ton Gambar 1. Buah Kakao
pada 2015-2016 (FAO, 2011 cit. Rachbini, 2011).
Total produksi kakao dunia pada 2009 sebesar 4.182.131 ton. Pantai Gading, Indonesia, Ghana, dan Nigeria menguasai lebih dari 75 persen produksi kakao dunia. Sejak 2006 Indonesia telah melampaui Ghana sebagai negara produsen kakao kedua terbesar di dunia. Pertumbuhan jumlah produksi kakao yang lebih kecil dari pertumbuhan luas areal menunjukkan bahwa terdapat penurunan produktivitas lahan kakao. Produktivitas yang semakin menurun ini disebabkan oleh berbagai macam hal (Rachbini, 2011). Beberapa permasalahan yang dihadapi komoditas ini antara lain masih rendahnya produktivitas komoditas kakao yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : (a) penggunaan benih asalan, belum banyak digunakan benih klonal, (b) masih tingginya serangan hama PBK (penggerek buah kakao), hingga saat ini belum ditemukan klon kakao yang tahan terhadap hama PBK, (c) sebagian besar perkebunan berupa perkebunan rakyat yang dikelola masih dengan cara tradisional dan (d) umur tanaman kakao sebagian besar sudah tua, di atas 25 tahun jauh di atas usia paling produktif 13-19 tahun (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Selain masalah di atas, penyakit busuk
buah
Phytophthora
yang
disebakan
palmivora
juga
oleh sangat
merugikan produksi kakao. Patogen ini menyerang
jaringan
menyebabkan berubah
biji
warna,
internal kakao
buah
dan
berkerut
dan
buah-buah
yang
sakit
akhirnya menjadi hitam dan mumi (Guest, 2007 cit. Ramlan, 2010). Menurut Sukamto dan Pujiastuti (2004) patogen dapat masuk ke dalam buah dan menyebabkan biji menjadi busuk dan menurunkan kualitasnya. Di Indonesia, penyakit busuk buah kakao yang
disebabkan
oleh
P.
palmivora
menyebabkan kerugian yang cukup berarti
Gambar 2. Gejala Serangan Busuk Buah Kakao
terutama di daerah yang beriklim basah.
Gambar 3. Peta tingkat serangan Phytophthora palmivora pada tanaman kakao di Jawa Timur
Dari gambar di atas terlihat bahwa di wilayah Jawa Timur ada tiga kabupaten yang serangan penyakit busuk buahnya tinggi yaitu Banyuwangi, Malang dan Jombang. Daerah
Banyuwangi merupakan wilayah paling timur Provinsi Jawa Timur yang tingkat serangan P. palmivora tinggi, sedangkan kabupaten di sebelahnya yaitu Jember dan Lumajang tingkat serangannya dalam taraf aman. Namun demikian Kabupaten Malang yang merupakan wilayah di sebelah barat Lumajang mengalami serangan busuk buah yang tinggi, sebelah barat laut kabupaten Malang adalah Jombang yang juga mengalami serangan yang tinggi. Kabupaten Kediri yang bersebelahan dengan Jombang sudah mengalami serangan dengan tingkat sedang, oleh karena itu perlu diwaspadai perkembangan dan penyebaran P. palmivora dengan cara monitoring sehingga apabila ada perubahan tingkat perkembangan dan penyebaran P. palmivora bisa segera diambil tindakan lebih lanjut. Monitoring harus dilakukan di semua wilayah baik yang tidak ada
serangan maupun yang sudah ada
serangan.
Gambar 4. Peta tingkat serangan Phytophthora palmivora pada tanaman kakao di Kabupaten Banyuwangi.
Di Kabupaten Banyuwangi hampir semua wilayah mengalami serangan tingkat tinggi dan sedang. Perkembangan P. palmivora sangat mungkin menjadi cukup pesat sebab sporangium cendawan ini dapat tersebar oleh percikan air hujan, angin, semut, seranggaserangga yang terbang, tikus, kelelawar, alat-alat pertanian dan tanah yang terkontaminasi, dan lain-lain (Guest, 2007 cit.
Ramlan, 2010). Banyuwangi berada di dekat perairan
Samudera Hindia dan Selat Bali, adanya angin dari
laut yang setiap hari berhembus
memudahkan persebaran sporangium ke tempat lain.
Gambar 5. Peta tingkat serangan Phytophthora palmivora pada tanaman kakao di Kabupaten Malang
Kabupaten Malang juga terserang penyakit busuk buah kakao dibeberapa kecamatan, terutama didaerah perbatasan. Kabupaten ini juga berbatasan dengan laut sehingga memungkinkan adanya angin yang berhembus dari laut dan memudahkan persebaran
sporangium. Selain
adanya angin,
kelembaban
sangat mendukung
perkembangan cendawan. Dengan perkembangan cendawan yang cukup pesat maka memungkinkan semakin banyak pula tanaman terserang mengingat banyak cara penularan inokulum dari buah sakit ke buah yang sehat, oleh sebab itu harus dijaga kelembaban dengan cara pemangkasan tanaman kakao agar tetap terjaga kelembaban kebun tidak terlalu tinggi. Sanitasi juga salahsatu pencegahan perkembangan penyakit busuk buah, sebab dengan sanitasi dapat mengurangi inokulum pada buah-buah terserang yang ada ditanah.
Gambar 6. Peta tingkat serangan Phytopthora palmivora pada tanaman kakao di Kabupaten Jombang
Kabupaten Jombang merupakan daerah yang bebatasan langsung dengan Kabupaten Malang. Kecamatan Wonosalam berbatasan langsung dengan kecamatan Kasembon yang tingkat serangannya juga tinggi. Di kecamatan Bareng dan Ngoro tingkat serangan penyakit busuk buahnya sedang, perlu adanya antisipasi jangan sampai terjadi peningkatan serangan. Menurut Ramlan (2010) berbagai komponen teknologi untuk pengelolaan penyakit busuk buah kakao telah tersedia, seperti pengaturan kerapatan tanaman kakao; sanitasi kebun dan tanaman; pemangkasan dan pengaturan pohon penaung; panen sering; pemanfaatan mikroorganisme antagonis; dan penggunaan fungisida. Komponen-komponen teknologi tersebut dapat dikombinasikan satu sama lain yang kompatibel agar diperoleh hasil yang lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA Rachbini D. J., Bustanul A., Ahmad E. Y., Enny S. H., Eko L., Ahmad H. F. Abra P., Ghani T., dan Imaduddin A. 2011. Outlook Industri 2012: Strategi Percepatan dan Perluasan Agroindustri. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Ramlan. 2010. Pengelolaan Penyakit Busuk Buah Kakao. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI Dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010. Suryani D. dan Zulfebriansyah. 2007. Komoditas Kakao : Potret dan Peluang Pembiayaan. Economic Review. No. 210. Diunduh 7 Desember 2011.