1
ANALISIS EFISIENSI KINERJA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) DAN PENDAPATAN PETANI PADI ANGGOTA LKM-A DI KABUPATEN BOGOR
INTAN HAFILIA ANNISA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Efisiensi Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan Pendapatan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2013
Intan Hafilia Annisa NIM H44090066
4
5
ABSTRAK INTAN HAFILIA ANNISA. Analisis Efisiensi Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan Pendapatan Petani Padi Anggota LKM-A Di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NOVINDRA. Salah satu permasalahan pada bidang pertanian adalah sulitnya permodalan bagi petani maka Kementerian Pertanian pada tahun 2008 melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang menyalurkan dana sebesar Rp 100 juta melalui Gapoktan (Gabungan kelompok Tani) sehingga pada tahun ke-3 membentuk LKM-A dan di Kabupaten Bogor terdapat 4 LKM-A. Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis tingkat efisiensi kinerja LKM-A di Kabupaten Bogor, 2) Menganalisis pendapatan petani sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dan analisis pendapatan usahatani R/C Rasio. Hasil analisis efisiensi kinerja didapatkan bahwa ada tiga LKM-A yang efisien (100%) adalah LKM-A Rukun Tani, LKM-A Bina Sejahtera dan LKM-A Mandiri Jaya , sedangkan yang tidak efisien (kurang dari 100%) adalah LKM-A Berkah dengan skor 57.89%, sehingga LKM-A Berkah harus meningkatkan penyaluran petani miskin menjadi 1.73%, penyaluran pertanian menjadi 1.66% dan menurunkan jasa menjadi 5%. Pendapatan atas biaya total petani padi di kabupaten Bogor setelah bergabung dalam LKM-A ada yang mengalami peningkatan yaitu LKM-A Rukun Tani dan LKM-A Mandiri Jaya sedangkan pendapatan atas biaya total yang mengalami penurunan yaitu LKM-A Bina Sejahtera dan LKM-A Berkah. Penurunan pendapatan petani LKM-A Berkah diakibatkan karena pada kinerja LKM-A Berkah tidak efisien dan penerimaan petani setelah tergabung menjadi menurun namun biaya yang dikeluarkan meningkat. Kata kunci : Efisiensi Kinerja, Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
6
ABSTRACT INTAN HAFILIA ANNISA. Performance Efficiency Analysis of Agribussiness Microfinance Institutions (LKM-A) and Paddy Farmer Income of LKM-A Members in Bogor Regency. Supervised by NOVINDRA.
One of the problem in agriculture sector is the difficulty of getting capital for farmers. The Ministry of Agriculture in 2008 is trying to implement Rural Agribusiness Development Program (PUAP) that channeled funds of IDR 100 million through Gapoktan (Association of Farmers Group). In 3rd year, ministry of Agriculture formed LKM-A in Bogor Regency, which consist of 4 LKM-A. This research is conducted to 1) Analyzed the performance of the LKM-A level efficiency in Bogor Regency, 2) Analyzed the income of farmers before and after joined members of the LKM-A in Bogor Regency. This research used Data Envelopment Analysis (DEA) and the analysis of farming income used R/C ratio. Research shows that three LKM-A are efficient (100%): LKM-A Rukun Tani, LKM-A Bina Sejahtera and LKM-A Mandiri Jaya, whereas LKM-A berkah is not efficient (under 100%), LKM-A Berkah’s score is 57.89% so LKM-A Berkah are increased farmer disribution become 1.73%, agriculture distribution become 1.66% and decreased service become 5%. Total farmer’s income in Bogor Regency have increased after joint LKM-A are LKM-A Rukun Tani and LKM-A Mandiri Jaya, wheareas total farmer’s income have lower are LKM-A Bina Sejahtera and LKM-A Berkah. Keywords: Performance Efficiency, Agribussiness Microfinance Institutions, Rural Agribusiness Development Program
7
ANALISIS EFISIENSI KINERJA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) DAN PENDAPATAN PETANI PADI ANGGOTA LKM-A DI KABUPATEN BOGOR
INTAN HAFILIA ANNISA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
8
9 Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan Pendapatan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor Nama
: Intan Hafilia Annisa
NIM
: H44090066
Disetujui oleh
Novindra, SP, M.Si Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
10
11
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul penelitian penulis adalah Analisis Efisiensi Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agrbisnis (LKM-A) Dan Pendapatan Petani Padi Anggota LKM-A Di Kabupaten Bogor yang dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yaitu H. Moch. Ali Nurdin (Alm) dan Hj. Asih Kurniasih, serta kedua kakak yang telah memberikan motivasi, serta do’a; 2. Bapak Novindra, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi; 3. Ibu Pini Wijayanti SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik; 4. Dr. Ir. Aceng Hidayat,M.T selaku dosen penguji utama dan Ibu Hastuti, S.P, M.P, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen; 5. Bapak Ir. Rahmat Hendayana, M.Si dari Balai Besar Pengkajian Pengelolaan Teknologi Pertanian, Bapak Heri dari Badan Penyuluhan Pertanian Pertenakan, Perikanan Kehutanan Kabupaten Bogor, para menejer LKM-A yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi; 6. Rekan satu bimbingan: Alfi, Astari, Citra, Diena, Fitri, Naelis, Reyna, Yuni terimakasih atas berbagi kebersamaan, doa, semangat, bantuan, dan dukungan kalian selama ini; 7. Rayhan Nuris, Aisya, Adinna, Abida, Charra, Rizkiyyah, Luthfi, Aulia Isnaini, Fajar Cahya, April, Gilang Putri dan keluarga besar ESL 46 terimakasih atas berbagai kebersamaan, doa, semangat, bantuan, dan dukungan kalian selama ini; 8. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait. Bogor, Desember 2013 Intan Hafilia Annisa
12
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv I.
II.
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah .......................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
1.4
Manfaat penelitian ..........................................................................
6
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia ............................
7
2.2
Arah Lembaga Keuangan Mikro Kedepan ..................................... 10
2.3
Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis…………………………………….. . 14 3.1.1 Karakteristik LKM-A ………………………………………. 14 3.1.2 Tujuan Pembentukan dan Pengembangan LKM-A ………… 15 3.1.3 Kedudukan LKM-A dalam Gapoktan ……………………… 15 3.1.4 Tahapan pembentukan LKM-A ………………………… ..... 16 3.1.5 Arah dan Strategi Pengembangan LKM-A............................. 18 3.1.6 Efisiensi Kinerja ..................................................................... 19 3.1.6.1 Data Envelopment Analysis (DEA) ........................... 19 3.1.6.1.1 Model Charnes, Cooper, Rhodes (CCR)
23
3.1.6.1.2Model Banker Charnes Cooper (BCC)
26
3.1.7 Konsep Usahatani ................................................................... 28 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional………………………………... . 29
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Pengambilan data .............................................. 31
4.2
Jenis, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ....................... 31
4.3
Metode Pengambilan Sampel .......................................................... 32
13 4.4
V.
Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................
32
4.4.1 Data Envelopment Analysis (DEA) ......................................
33
4.4.2 Analisis Pendapatan Usahatani…….…... .............................
34
4.4.2.1 Analisis R/C Rasio.....................................................
35
GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1
5.2
Gambaran Umum Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) di Kabupaten Bogor ........................................................
36
5.1.1 LKM-A Rukun Tani ..............................................................
36
5.1.2 LKM-A Bina Sejahtera .........................................................
37
5.1.3 LKM-A Berkah .....................................................................
38
5.1.4 LKM-A Mandiri Jaya ............................................................
39
Karakteristik Petani Padi Anggota LKM-A Di Kabupaten Bogor ..
40
5.2.1 Status Pekerjaan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor ..................................................................................... 40 5.2.2 Usia Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor .......
41
5.2.3 Tingkat Pendidikan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor ...................................................................
42
5.2.4 Luas Lahan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor ....................................................................................
42
5.2.5 Tingkat Peminjaman Dana PUAP ..........................................
43
VI. ANALISIS EFISIENSI KINERJA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) 6.1
Kondisi Setiap Aspek LKM-A Pada Masing-Masing LKM-A ......
44
6.2
Analisis Efisiensi Kinerja LKM-A dengan Model Data Envelopment Analysis (DEA) .........................................................
46
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1
Input Produksi Padi Sebelum dan Sesudah Adanya LKM-A ........
49
7.1.1 Benih .....................................................................................
49
7.1.2 Pupuk......................................................................................
50
7.1.3 Pestisida .................................................................................
51
7.1.4 Alat-alat Pertanian .................................................................
51
7.1.5 Tenaga Kerja .........................................................................
52
7.2
Analisis Biaya Usahatani ..............................................................
53
7.3
Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio ...............................
58
14 VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1
Simpulan .......................................................................................... 64
8.2
Saran .............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65 LAMPIRAN ...................................................................................................... 67 RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 86
15
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Jumlah Penerima Dana PUAP Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011 .................................................................................
4
2.
Peta Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Tahun 2002 ..................
9
3.
Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Analisis Efisiensi Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Tehadap Pendapatan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor ..........
13
4.
Kasus Dua Input X1 dan X2 dan satu Output Y (Nilai tetap) ...............
22
5.
Jenis dan Sumber Data .........................................................................
31
6.
Karakteristik Petani Padi Anggota LKM-A Menurut Status Mata Pencaharian Usahatani Padi di Kabupaten Bogor ...............................
41
7.
Sebaran Petani Padi Anggota LKM-A Menurut Golongan Umur .......
41
8.
Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan .....
42
9.
Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luas Lahan Padi ......
42
10.
Tingkat Peminjaman dana BLM-PUAP di LKM-A di Kabupaten Bogor ....................................................................................................
43
11.
Data Kondisi Aspek Organisasi LKM-A Pada Setiap LKM-A ...........
44
12.
Data Kondisi Aspek Pengelolaan LKM-A Pada Setiap LKM-A.........
45
13.
Data Kondisi Aspek Kinerja Pengelolaan LKM-A Pada Setiap LKM-A ................................................................................................
45
14.
Pemilihan Input dan Output Pada LKM-A ..........................................
46
15.
Skor Efisiensi LKM-A dengan Memasukan 3 input dan 2 output.......
46
16.
Rata-Rata Harga Pembelian Benih Padi Sebelum dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A ..................................................................
50
Rata-Rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Kabupaten Bogor .................................................................................
51
Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian yang Digunakan Oleh Petani Responden Anggota di Kabupaten Bogor............................................
52
Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum Dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Rukun Tani .............................................
54
Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum Dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Bina Sejahtera ..........................................
55
Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum Dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Berkah ......................................................
56
17. 18. 19. 20. 21.
16 22.
Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum Dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Mandiri Jaya ............................................. 57
23.
Perhitungan Rata-Rata Penerimaan, Total Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Petani Anggota LKM-A Rukun Tani ........................................ 59
24.
Perhitungan Rata-Rata Penerimaan, Total Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Petani Anggota LKM-A Bina Sejahtera.................................... 60
25.
Perhitungan Rata-Rata Penerimaan, Total Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Petani Anggota LKM-A Berkah ............................................... 61
26.
Perhitungan Rata-Rata Penerimaan, Total Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Petani Anggota LKM-A Mandiri Jaya ...................................... 62
17
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia ..............................................
7
2.
Kedudukan LKM-A dalam Gapoktan ..................................................
16
3.
Efisiensi Frontier Data Pada Tabel 4 ...................................................
22
4.
DMU A yang Inefisiensi Diubah Menjadi Efisien (DMU P) jika Output Y Tetap..............................................................................
23
5.
Perbandingan Model CCR dan Model BCC ........................................
27
6.
Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................
29
7.
Struktur Organisasi LKM-A Bina Sejahtera .......................................
37
8.
Struktur Organisasi LKM-A Mandiri Jaya .........................................
39
9.
Potensi Perbaikan Efisiensi LKM-A ...................................................
47
10.
Proyeksi Perbaikan Efisiensi LKM-A Berkah ....................................
48
18
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data Rekapitulasi Penerima Dana BLM-PUAP Tahun 2008-2012 ..
68
2.
Variabel Kinerja dalam LKM-A .......................................................
69
3.
Kuesioner Penelitian untuk Manager LKM-A ..................................
71
4.
Kuesioner Penelitian untuk Petani ....................................................
74
5.
Data Penerimaan Sebelum Petani Padi Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor ..............................................................................
81
Data Input Produksi Sebelum Petani Padi Anggota Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor ............................................................
82
Data Harga Input Produksi Rata-rata sebelum Petani Padi Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor ...............................
83
Data Input Produksi Sesudah Petani Padi Anggota Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor .............................................................
84
Data Harga Input Produksi Rata-rata sebelum Petani Padi Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor ...............................
85
6. 7. 8. 9.
19
I.
1
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan potensi agraris yang memberikan secara luas untuk memanfaatkan potensi pertanian. Ketergantungan pada pertanian sangat tinggi sebab hampir seluruh kegiatan perekonomian berpusat pada sektor terbesar tersebut dan menurut Badan Pusat Statistik (2012), menunjukan bahwa penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama masih didominasi sektor pertanian. Pada Februari 2012 pekerja disektor pertanian berjumlah 41.20 juta jiwa.1 Sebagai negara agraris, sektor pertanian di Indonesia mempunyai keunggulan komparatif hal itu disebabkan karena 1) Indonesia terletak di daerah khatulistiwa sehingga perbedaan musim menjadi jelas dan periodenya sangat lama, 2) lokasi Indonesia di khatulistiwa maka tanaman cukup memperoleh sinar matahari untuk keperluan fotosintesis, 3) curah hujan umumnya cukup memadai, 4) adanya politik pemerintah yang sedemikian rupa sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian (Soekartawi 2002). Di samping hal tersebut, sektor pertanian dan pedesaan memiliki peran sangat strategis dalam pembangunan nasional. Peran tersebut diantaranya adalah sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian juga merupakan salah satu sektor penggerak pembangunan nasional. Masalah-masalah pertanian yang berada di Indonesia seperti yang tercantum dalam konsep pembangunan nasional, menurut konsep Pembangunan Nasional (2004) bahwa jumlah petani yang pada saat ini mencapai 25 Juta kepala keluarga tani, memiliki pendidikan formal yang rendah, rendahnya pendidikan formal yang dimiliki oleh petani menyebabkan pengetahuan terhadap pemakaian atau penyerapan informasi terhadap teknologi baru menjadi rendah sehingga produktivitas keluarga petani menjadi rendah. Kondisi petani yang seperti ini akan mengakibatkan pertanian di Indonesia sulit untuk dikembangkan. Permasalahan selanjutnya adalah tidak ada organisasi 1
www.erabaru.net/nasional/133-nasional/30293-pertanian-lapangan-pekerjaan-utama-masyarakatindonesia diakses tanggal 12 Desember 2012
2 petani yang berada di pedesaan, ketiadaan tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran petani untuk berorganisasi, salah satu organisasi yang berkembang di pedesaan dan memiliki aktivitas simpan pinjam yang serupa dengan lembaga keuangan mikro adalah koperasi. Sebanyak 30 persen dari 138 000 koperasi di Indonesia juga masih rendah, saat ini baru 22 persen dari masyarakat Indonesia yang sudah dewasa tergabung dalam koperasi tersebut. presentase ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan konsisi di negara-negara maju seperti Amerika yang sebanyak 70 persen dan singapura sebanyak 80 persen yang tergolong dewasa sudah tergabung dalam koperasi. Permasalahan terakhir adalah sulitnya permodalan bagi petani, masalah ini merupakan masalah yang sering terjadi di kalangan petani khususnya petani kecil, hal ini disebabkan karena sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani dan sulitnya dalam persyaratan administrasi untuk memperoleh modal serta dengan jaminan yang memberatkan petani pada lembaga perbankan yang bersangkutan karena lembaga perbankan tidak akan mengambil resiko pada usaha kecil sedangkan kebanyakan petani kecil tidak memiliki jaminan yang sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh lembaga perbankan. Petani untuk mendapatkan modal atau kredit dari lembaga keuangan formal (perbankan) dihadapakan pada persyaratan formal administrasi. Persyaratan formal administrasi ini antara lain adanya persyaratan jaminan atau agunan. Persyaratan yang seperti itu pada umumnya tidak atau belum dimiliki oleh pengusaha kecil. Pada umumnya aset yang mereka miliki terutama aset fisik seperti tanah, rumah dan lain-lain belum memiliki sertifikat. Pada umumnya para petani memiliki aset fisik belum disertifikatkan dan kalaupun ada nilainya sangat kecil, hal ini yang memberatkan adalah mekanisme perbankan yang menurut penduduk pedesaan menyulitkan, sangat birokratis dan transaksi yang mahal. Sementara bagi lembaga keuangan formal sendiri hampir tidak masuk akal melakukan transaksi dengan sektor uasaha yang penuh dengan resiko. Walaupun pemerintah telah memberikan subsidi dalam bentuk suku bunga rendah, namun tetap akan menjadi mahal apabila semua biaya diperhitungkan seperti 1) biaya administrasi, 2) biaya transaksi, 3) jangka waktu yang lama dan 4) bunga bank
3 yang sudah ditentukan kadang terdapat denda bunga akumulatif apabila nasabah menunggak pembayaran (Setyarini 2008). Rendahnya nilai pinjaman biasanya tidak disertai dengan kemudahan dan pelayanan mengenai ketepatan waktu dan ketepatan jumlah, sebab kemudahan dan pelayanan memerlukan biaya namun ada kalanya lembaga-lembaga tersebut hanya memberikan kesempatan meminjam pada waktu tertentu saja dan nasabah atau calon nasabah harus datang sendiri untuk menerima dan membayar pinjamannya. Persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan seperti ada surat
rekomendasi dari pejabat atau instansi tertentu akan menambah biaya perolehan kredit sehingga kredit kecil akan menjadi relatif mahal, hal ini yang mengakibatkan sebagian besar petani kecil lebih tertarik meminjam pada tengkulak. Sejalan dengan permasalahan tersebut Kementerian Pertanianan pada tahun 2008 melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang bertujuan untuk menyalurkan penguatan modal usaha agribisnis sebesar 100 juta rupiah per desa yang diberikan kepada masyarakat melalui Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Sesuai dengan mekanisme pelaksanaan program PUAP, maka pada Tahun ke-1, dana PUAP dimanfaatkan oleh Gapoktan untuk membiayai usaha produktif sesuai dengan usulan anggota secara berjenjang melalui Rencana Usaha Anggota (RUA), Rencana Usaha kelompok (RUK) dan Rencana Usaha Bersama (RUB). Berdasarkan data Kementerian Pertanian terlihat bahwa penyaluran dana BLM PUAP (Bantuan Langsung Mandiri – Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 didistribusikan kepada 44 173 Gapoktan di 33 Propinsi di Indonesia. Propinsi penerima BLM-PUAP terbesar yaitu Propinsi Jawa Tengah dengan jumlah Gapoktan sebanyak 5 687 Gapoktan kemudian Propinsi Jawa Timur yang menduduki peringkat kedua dengan jumlah Gapoktan 5 111 Gapoktan dan Propinsi Jawa Barat menduduki peringkat ketiga dengan jumlah Gapoktan penerima BLM-PUAP sebanyak 3 344 Gapoktan dapat dilihat pada Lampiran 1. Kabupaten Bogor merupakan salah satu lokasi Gapoktan penerima dana BLM-PUAP di Propinsi Jawa Barat, sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 di
4 Kabupaten Bogor penerima dana PUAP mengalami perkembangan yang terus meningkat yaitu ketika tahun 2008 sudah ada 25 Gapoktan yang terbentuk dan mengalami peningkatan yang tajam ketika tahun 2010 hingga 26 gapoktan namun ketika tahun 2011 mengalami penurunan yaitu hanya 25 gapoktan yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penerima Dana PUAP Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2008 – 2011 Tahun 2008 2009 2010 2011
Jumlah Kecamatan 10 13 17 16
Gapoktan 25 23 26 25
Sumber : BP4K, diolah (2013)
Dana penguatan modal usaha PUAP secara terstruktur digulirkan Gapoktan kepada para anggota kelompok tani sebagai peminjaman sehingga pada Tahun ke-2 Gapoktan sudah dapat mengembangkan Unit Usaha Simpan Pinjam (U-S/P). Gapoktan penerima bantuan BLM-PUAP diharapkan dapat menjaga perguliran dana sampai pada fase pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) pada Tahun ke-3. LKM-A yang berhasil ditumbuhkan oleh Gapoktan diharapkan dapat meningkatkan akumulasi modal melalui dana keswadayaan yang dikumpulkan oleh anggota melalui tabungan maupun melalui saham anggota. Pengembangan LKM-A, dalam struktur organisasi Gapoktan sejalan dengan format penumbuhan kelembagaan tani di perdesaan yang tertuang pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 yang mengamanatkan Gapoktan merupakan formal final dari organisasi di tingkat petani di perdesaan yang didalamnya terkandung fungsi-fungsi pengelolaan antara lain unit pengolahan dan pemasaran hasil, unit penyediaan saprodi dan unit usaha jasa permodalan dan lain sebagainya. Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, diarahkan untuk dibina dalam mengembangkan lembaga ekonomi ataupun LKMA sebagai salah satu unit usaha yang dimiliki dalam Gapoktan untuk mengelola dan melayani pembiyaan usaha bagi petani anggota (Direktorat Pembiayaan Pertanian 2011).
5 Gapoktan penerima dana BLM-PUAP di Provinsi Jawa Barat merupakan lokasi yang telah mencapai fase pembentukan LKM-A, per Juni 2012 jumlah LKM-A di Propinsi Jawa Barat sudah mencapai 143 LKM-A dan Kabupaten Bogor merupakan salah satu lokasi Gapoktan penerima BLM-PUAP di Propinsi Jawa Barat yang sedang berkembang menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A). Menurut data dari Badan Penyuluhan Pertanian Pertenakan dan Kehutanan Kabupaten Bogor bahwa di Kabupaten Bogor terdapat tiga kecamatan yang Gapoktan sudah terbentuk menjadi LKM-A yaitu di Kecamatan Ciawi, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Dramaga. 1.2
Perumusan Masalah
Gapoktan di Kabupaten Bogor telah menerima dana PUAP sebesar 100 juta rupiah dan pada tahun 2009 telah berkembang hingga tahap Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yaitu ada empat LKM-A antara lain LKM-A Rukun Tani, LKM-A Bina Sejahtera, LKM-A Berkah dan LKM-A Mandiri Jaya yang berada di Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Ciawi. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi kinerja dari LKM-A yang menyalurkan dana 100 juta rupiah kepada petani anggota, tujuan dilakukan evaluasi kinerja ini adalah untuk menilai apakah pelaksanaan LKM-A berjalan efisien atau tidak. Pemanfaatan dana PUAP dialokasikan untuk pembelian sarana produksi kegiatan pertanian yang dibutuhkan oleh petani anggota. Namun pemanfaatan dana tersebut dikhawatirkan digunakan oleh petani tidak pada tempatnya atau terjadi penyimpangan penggunaan dana tersebut. Bantuan modal usaha yang disalurkan melalui LKM-A diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani padi di Kabupaten Bogor. Berdasarkan kondisi perumusan masalah, maka beberapa pertanyaan penelitian adalah : 1. Bagaimana tingkat efisiensi kinerja LKM-A di Kabupaten Bogor ? 2. Bagaimana pendapatan petani anggota sebelum dan sesudah adanya LKM-A di Kabupaten Bogor ?
6 1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah LKM-A mampu membantu permasalahan dalam sektor pertanian. sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini, antara lain : 1. Menganalisis tingkat efisiensi kinerja LKM-A di Kabupaten Bogor; 2. Menganalisis pendapatan petani padi sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor. 1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai analisis kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) di Kabupaten Bogor. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya : 1. Bagi LKM-A, sebagai bahan masukan perbaikan terhadap perkembangan LKM-A; 2. Bagi Badan Penyuluhan Pertanian, Pertenakan dan Kehutanan diharapkan dapat memberi masukan dan evalusi dan penilian kinerja terhadap kinerja LKM-A; 3. Bagi peneliti diharapkan dapat mempertajam kemampuan menganalisis permasalahan yang ada di kehidupan nyata sesuai dengan materi yang telah didapatkan diperkuliahan; 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian yang diambil sebagai objek penelitian adalah LKM-A di Kabupaten Bogor yaitu terdapat di tiga kecamatan (Kecamatan Ciawi, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Dramaga) yang mengelola dana PUAP 100 juta rupiah. Penelitian ini memfokuskan pada kinerja LKM-A untuk melihat efisiensi dari kinerja LKM-A, pendapatan petani padi sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia
Lembaga keuangan Mikro berdasarkan definisi Microfinance Handbook yang diterbitkan oleh World Bank merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak dilayani oleh lembaga keuangan formal dan telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.2 BRI Unit
Bank
BPR-BKD BPR/BPRS
LKM
BPR- Non BKD
LDKP Formal Kosipa dan USP
Bukan Bank
Non Formal
KSM LSM BMT Arisan
Sumber : Ahlan (2005)
Gambar 1. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia telah ada dan tumbuh sejak 100 tahun lalu dan saat ini menjadi yang terbesar di dunia dari jenis dan jumlahnya (prosiding lokakarya LKM di Indonesia). LKM di Indonesia sangat bervariasi dilihat dari sisi bentuk kelembagaan, tujuan pendirian, budaya masyarakat, kebijakan pemerintah dan sasaran lainnya. Pada Gambar 1 secara 2
https://openknowledge.worldbank.org/bitstream/handle/10986/12383/18771.Pdf?Squence=1 Diakses tanggal 8 Januari 2013
8 umum, LKM di Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu yang bersifat formal dan yang bersifat informal. LKM yang bersifat formal terdiri dari bank dan non-bank. LKM formal yang tergolong bank adalah Badan Kredit Desa (BKD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BRI unit. LKM formal yang tergolong bukan bank adalah Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP), koperasi (Koperasi simpan Pinjam/Kosipa dan Koperasi Unit Desa/KUD), selanjutnya LKM yang bersifat informal terdiri dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) serta berbagai bentuk kelompok arisan dalam masyarakat (Ahlan 2005) Menurut Wijono (2005), pada dasarnya potensi pengembangan LKM masih cukup luas karena : 1. Usaha Mikro dan Kecil belum seluruhnya dapat dilayani atau dijangkau oleh LKM yang ada; 2. LKM berada di tengah masyarakat; 3. Ada potensi menabung oleh masyarkat karena rendahnya penyerapan investasi didaerah, terutama di pedesaan; 4. Dukungan dari lembaga dalam negeri dan internasional yang cukup kuat. Lembaga keuangan Mikro merupakan lembaga yang memiliki potensi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sangat besar khususnya ekonomi pedesaan. Menurut Ashari (2006) terdapat lima alasan yang mendukung pernyataan tersebut. Pertama, LKM berada di pedesaan yang dekat dengan petani atau pelaku ekonomi sehingga petani atau pelaku ekonomi tersebut dapat mengakses LKM dengan mudah. Kedua, petani atau pelaku ekonomi di desa lebih menyukai proses yang singkat dan tidak melalui banyak prosedur. Ketiga, karakteristik usahatani pada umumnya tidak membutuhkan platfond peminjaman yang tinggi, sehingga sesuai dengan kemampuan LKM. Keempat, dekatnya lokasi LKM dan petani memungkinkan pengelola LKM memahami betul karakteristik usahatani sehingga dapat mengucurkan dana secara tepat baik dari segi waktu maupun jumlah. Kelima, terdapat keterkaitan socio-kultural serta adanya hubungan personal-emosional yang dapat mengurangi sifat moral hazard dalam pengembalaian kredit.
9 Walaupun biaya atas dana pinjaman dari LKM lebih tinggi sedikit dari tingkat bunga perbankan, LKM memberikan kelebihan misalnya berupa tiadanya jaminan atau agunan seperti yang dipersyaratkan oleh perbankan bahkan dalam beberapa jenis LKM pinjaman didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjaman beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh LKM, kemudian yang lain adalah pencarian dan pengembalian pinjaman yang fleksibel yang juga sering disesuaikan dengan cash flow peminjaman. Tabel 2. Peta Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Tahun 2002 Jenis
Jumlah
Simpanan
Penyimpanan
Pinjaman
Jumlah peminjaman
Rata-rata Pinjaman
LKM
(Unit)
(Rp miliar)
(Juta rek)
(Rp miliar)
(Juta rek)
(Rp Juta)
BPR
2 148
9 254
5.61
9 431
2.4
3.9
BRI Unit
3 916
27 429
29.87
14 182
3.1
4.57
BKD
5 345
0.38
0.48
0.2
0.4
0
KSP
1 097
85
n.a
531
0.67
0.79
USP
35 218
1 157
n.a
3 629
n.a
n.a
2 272
334
n.a
358
1.3
0.3
264
-
-
157.7
0.02
9.34
3 038
209
n.a
157
1.2
0.13
1 146
188.01
0.29
505.73
0.4
1.27
54 444
38 656
36.25
28 446
9.5
3.05
LDKP Pegadaian BMT Credit Union &NGO TOTAL
Keterangan : n.a = not available Sumber : Ismawan, B (2003) dalam Kusumaningtyas (2011)
Jenis LKM lebih banyak didominasi oleh Unit Simpan Pinjam (USP), namun dari aspek besarnya perputaran pinjaman lebih didominasi oleh perbankan yaitu BRI unit dan BPR. Hal ini terjadi karena skim kredit yang ditawarkan oleh BRI unit dan BPR lebih besar daripada USP, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa dari besarnya kredit yang disalurkan maka dua jenis LKM yang memiliki penyelenggara kredit mikro adalah BRI-Unit dan BPR yang masing-masing menyumbang sebesar 49% dan 33% terhadap total kredit mikro. Jika diamati lebih lanjut segmen kredit mikro papan atas memang sebagian terbesar ditangani BRI meskipun rata-rata pinjamannya hanya Rp 4 570 000 jauh dibawah atas maksimum 50 juta rupiah. Sementara BPR masih merupakan lembaga yang meminjamkan dananya dibawah BRI. Koperasi dan perkreditan lain
10 nampaknya benar-nemar melayani lapisan paling bawah dari pelaku kegiatan produktif karena secara rata-rata menangani peminjaman dibawah Rp 1 000 000. Menurut Wijono (2005) permasalahan yang dihadapi oleh LKM terutama LKM bukan bank pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam hal-hal yang bersifat internal dan eksternal, untuk yang bersifat internal meliputi keterbatasan sumberdaya manusia, manajemen yang belum efektif sehingga kurang efisien serta keterbatasan modal sedangkan faktor yang bersifat eksternal meliputi kemampuan monitoring yang belum efektif, pengalaman yang lemah serta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah yang mengakibatkan jangkuan pelayanan LKM terhadapt usaha mikro belum mampu menjangkau secara luas, sehingga pengembangan LKM yang luas akan sangat penting perannya dalam membantu investasi bagi usaha mikro dan kecil. 2.2 Arah Lembaga Keuangan Mikro Kedepan Pelayanan yang luas serta menjangkau lapisan usaha mikro yang luas akan membawa pasar keuangan lebih bersaing, sehingga ketergantungan usaha mikro terhadap pelepas uang dapat ditekan atau ditiadakan. Pola pengembangan LKM juga harus memberikan pilihan yang luas bagi masyarakat nasabah apakah melaui pola konvensional atau pola bagi hasil (pola syariah). Adapun arah Lembaga Keuangan Mikro kedepannya, antara lain: 1. Mengatasi legal status agar jelas, diarahkan menjadi Bank, Koperasi atau LKM yang saat ini sedang disiapkan RUU LKM; 2. Pengawasan lebih intensif untuk melindungi pihak ketiga (penabung); 3. Pengembangan jaringan melalui penumbuhan keuntungan sekunder, jaringan on line untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat lokal. 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Purnomo (2006) melakukan penelitian tentang Analisis Efisiensi dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA). Penelitian ini
menunjukan bahwa dari 58 pengamatan, hanya 19 pengamatan yang efisien (skor efisien = 100.0), sedangkan 39 pengamatan lainnya pada keadaan inefisiensi
11 (score efisien < 100.0). Dari hasil analisis metode DEA, banyak petani yang tidak efisien dalam penggunaan jumlah input sebesar 67.24% sehingga perlunya penyuluhan kepada petani padi di Jawa Tengah. Pada usaha tani padi sawah di Jawa Tengah MT musim kemarau 2003, petani yang efisien secara teknis dalam penggunaan input hanya 32.76% sedangkan pada tahun 2004 petani yang efisien secara teknis dalam penggunaan input hanya 28.21%. Fianti (2011) melakukan penelitian mengenai Penerapan Metode Frointer Analysis dalam Mengukur efisiensi Kinerja Pada Usaha Skala Mikro dan Kecil, studi Kasus UMK Jamur Tiram di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, responden dalam penelitian ini terdiri dari 5 UMK Budi daya dan 3 UMK pengolahan. Hasil yang didapat bahwa ada 4 UMK Budi daya yang dinilai efisien kinerjanya yaitu sebesar 100% dan hanya 1 yang tidak efisien karena nilai efisien kinerjanya sebesar 22.76%. Pengukuran kinerja UMK pengolahan dengan Frontier Analysis menunjukan ada 2 UMK yang memiliki nilai 100%. Febrian (2011) melakukan penelitian terhadap Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Memanfaatkan Sistem Resi Gudang Studi Kasus Gapoktan Jaya Tani Indramayu. Berdasarkan hasil kajian, pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun yang diterima petani yang memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) yaitu Rp 10 727 502.11 sedangkan pendapatan atas biaya total yang memanfaatkan SRG yaitu Rp 9 815 895.51 lebih besar dari pada pendapatan atas biaya total petani konvensional. Nilai R/C atas biaya tunai petani yang memanfaatkan SRG adalah 2.31 lebih besar dibandingkan dengan petani konvensional yaitu dengan nilai R/C 2.01. Ashari (2008) menyatakan bahwa pembangunan perekonomian perdesaan masih menghadapi kendala terbatasnya modal bagi para pelaku usahanya. LKM memiliki potensi sebagai sumber pembiayaan masyarakat petani/perdesaan walaupun dari sisi ketersediaan dana sebesar lembaga perbankan formal. Keunggulan LKM terletak pada komitmen yang kuat dalam memberdayakan usaha mikro/kecil. Putri dan Lukviarman (2008) dengan penelitian yang berjudul Pengukuran Kinerja Bank Komersial dengan Pendekatan Efisiensi: Studi terhadap Perbankan Go-Public di Indonesia. Penelitian ini menggunakan 51 observasi dan tidak
12 menemukan satupun bank yang konsisten beroperasi secara efisien selama tiga tahun periode penelitian, namun ada satu bank yaitu Bank Lippo yang konsisten beroperasi secara efisien pada dua tahun penelitian yaitu tahun 2003 dan 2004. Hanya sebagian kecil bank komersial di Indonesia yang mampu berkinerja baik. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua analisis yaitu rasio keuangan dan Data Envelopment Analysis mampu menjelaskan perbedaan kinerja diantara bank-bank komersial. Artikel yang membahas terkait Membangun Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Komunitas Petani yang ditulis oleh Hendayana tahun 2008. Percepatan adopsi inovasi memerlukan fasilitas permodalan usahatani yang bisa diakses oleh petani dengan mudah, hingga saat ini permodalan masuh dianggap menjadi kendalanya. Disisi lain untuk mendapatkan modal dengan mengandalkan lembaga keuangan formal yang ada, terkendala persyaratan administrasi sehingga peluangnya kecil. Satu-satunya sumber yang dapat diandalkan adalah lembaga jasa keuangan atau lembaga keuangan mikro (LKM) yang dikelola oleh petani. Namun keberadaan LKM di wilayah masih terbatas.3 Nababan dan Sari (2010) melakukan penelitian berjudul Analisis efisiensi kredit Modal Ventura untuk Nelayan Perikanan Tangkap (Studi Kasus Nelayan di Kabupaten Tegal). Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mengetahui efisiensi relatif nelayan penerima kredit ventura dibandingkan nelayan bukan penerima. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahawa terdapat 7 nelayan yang menerima kredit modal ventura ada 6 nelayan yang memiliki skor 100% atau efisien dalam melakukan usaha perikanan tangkap dan hanya 1 nelayan yang belum efisien mempunyai skor 98.32%, belum efisien karena baru menjadi penerimaan kredit modal ventura selama 1.5 tahun, sedangkan pada nelayan yang tidak menerima kredit modal ventura yang sudah efisien atau memiliki skor 100% ada 2 nelayan sedangkan 16 nelayan belum efisien yaitu berada pada skor 70-96%. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini membahas efisien kinerja dari LKM-A, Indeks kinerja LKM-A dan melihat pendapatan 3
www.litbang.deptan.go.id Diakses tanggal 17 April 2013
13 anggota peminjam dana BLM-PUAP di LKM-A yang berada di Kabupaten Bogor Khususnya Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Ciawi. Untuk melihat efisien kinerja dari LKM-A pada penelitian ini menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) , sedangkan indeks kinerja LKM-A menggunakan Composite Performance Index (CPI) serta analisis pendapatan usahatani untuk melihat pengaruh yang timbul dari LKM-A sebelum dan sesudah adanya program LKM-A. Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Analisis Efisiensi Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Terhadap Pendapatan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor” dengan Penelitian Sebelumnya. No
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
sebelumnya 1.
Purnomo (2006)
Metode pengolahan data menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)
Digunakan untuk kinerja LKM-A
2.
Fianti (2011)
Metode Pengolahan data menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dan Composite Performance Index (CPI)
Digunakan untuk kinerja LKM-A
3.
Febrian (2011)
Metode Pengolahan data menggunakan R/C ratio untuk melihat pendapatan, dan persamaan dalam pemilihan komoditas yaitu Padi
untuk membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A
4.
Ashari (2008)
Membahas terkait LKM-A
5.
Putri dan Lukviarman (2008)
Pengukuran Kinerja dengan pendekatan efisiensi
Efisiensi kinerja LKM-A, indeks kinerja dan pendapatan petani anggota LKM-A sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A Pada penelitian ini untuk pengukuran pada kinerja LKM-A
6.
Hendayana (2008)
Membahas terkait LKM-A
Mendalami efisiensi kinerja LKM-A yang telah ada yaitu di tiga Kecamatan di Kabupaten Bogor
7.
Nababan
Membahas efisiensi dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
Pada penelitian ini menggunakan metode Data envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur Efisiensi kinerja pada LKM-A
Dan Sari (2010)
Sumber : Penulis (2013)
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka teoritis berisi teori-teori dan konsep yang berkaitan dengan penelitian analisis kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) di Kabupaten Bogor. Kerangka teoritis terdiri dari karakteristik LKM-A, tujuan pembentukan dan pengembangan LKM-A, kedudukan LKM-A dalam Gapoktan, tahapan pembentukan LKM-A, arah dan strategi pengembangan LKM-A, penilaian kinerja LKM-A, efisiensi kinerja dan konsep dan pendapatan Usahatani. 3.1.1 Karakteristik LKM-A LKM-A sebagai badan usaha harus memiliki mekanisme yang sederhana sehingga mudah dipahami serta dapat mengakomodasi aktivitas petani setempat. Petani/kelompok tani diberi ruang otonom, untuk menentukan aktivitas ekonomi yang dibutuhkan. Partisipasi yang menyeluruh dalam arti pengelolaannya melibatkan multi ”stakeholder” melalui pertemuan kelompok sejak tahap perumusan kebijakan Keterbukaan informasi, sehingga petani/kelompok tani dapat mengetahui dan memberikan kontribusi bahkan melakukan Kompensasi Pengelolaan
program
dan
dana
harus
transparan
dan
dapat
dipertanggungjawabkan (accountable). Untuk dapat memudahkan pelayanan kepada nasabah (petani), maka pola yang dikembangkan adalah LKM-A yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1.
Tidak
menggunakan
pola
pelayanan
keuangan
seperti
perbankan
konvensional dan juga tidak mengikuti pola koperasi, dengan kata lain pola yang dikembangkan adalah Pola LKM-A bukan Bank Bukan Koperasi (B3K); 2.
Melaksanakan pelayanan kredit/ pembiayaan dengan mensyaratkan adanya peminjaman bukan agunan tetapi semacam personal guarantee dariPPL dan Komite Pengarah Desa (KPD);
3. LKM-A disamping melakukan pelayanan pinjaman pembiyaan juga menampung tabungan atau simpanan anggota kelompok, melakukan penilaian kelayakan usaha yang diajukan oleh calon peminjam dan
15 4.
Membimbing pemanfaatan modal usaha yang diajukan oleh calon peminjam dan membimbing pemanfaatan modal usaha;
5.
Didalam penyelenggaraan administrasi dilakukan secara sederhana tetapi memenuhi syarat akuntabilitas sebagai organisasi publik. Setiap anggota memiliki akses dan kontrol terhadap pengelolaan dana LKM-A;
6.
Untuk mendukung legalitas operasional LKM-A diperlukan duungan surat pengakuan berupa keputusan dari pemerintah daerah setempat, sehingga ada jaminan hukum bagi operasional LKM-A (Hendayana et al 2009).
3.1.2 Tujuan Pembentukan dan Pengembangan LKM-A Tujuan umum pembentukan LKM-A adalah untuk membantu memfasilitasi kebutuhan modal usahatani bagi petani. Secaran khusus pembentukan LKM-A bertujuan untuk (Hendayana et al 2009) : 1. Meningkatkan kemudahan akses petani terhadap skim pembiayan yang disediakan pemerintah atau pihak lainnya; 2. Meningkatkan produktivitas dan produksi usahatani/usaha ternak dalam rangka mendorong tercapainya nilai tambah usahatani; 3. Mendorong pengembangan ekonomi perdesaan dan lembaga ekonomi perdesaan, utamanya Gapoktan. 3.1.3
Kedudukan LKM-A dalam Gapoktan Sesuai dengan misi pembentukan LKM-A untuk mendukung PUAP, maka
LKM-A harus berasal dari Gapoktan pelaksana PUAP. Hal itu dapat dicerminkan dalam Gambar 2 dengan kedudukan LKM-A yang berada di bawah Gapoktan, artinya eksistensi LKM-A adalah sebagai lembaga yang melaksanakan pengelolaan modal milik Gapoktan dan memfasilitasi pembiayaan usaha mikro agribisnis kepada anggota Gapoktan, baik usaha perorangan maupun kelompok. Selain itu LKM-A juga dapat menghimpun dana dari anggota Gapoktan dalam bentuk tabungan. Tabungan anggota ini juga dapat menjadi penyertaan modal LKM-A
dalam
rangka
pembiayaan
usaha
agribisnis.
Dalam
struktur
organisasinya, LKM-A minimal terdiri dari manajer dan bendahara serta Badan Pengawas yang beranggotakan Komite Pengarah Desa. Struktur organisasi tersebut fleksibel, bisa disesuaikan dengan perkembangan organisasi. Jika sudah
16 berkembang, bisa saja dibentuk seksi seksi misalnya seksi pembiayaan, kasir, dst. Namun demikian keputusan tertinggi berada pada Rapat Anggota Gapoktan (Hendayana et al 2009).
Pendampingan teknologi/BPTP
Pengurus GAPOKTAN (ketua,sekretaris,bendahara)
Sesi permodalan/pengelolaan LKM-A
Seksi-seksi
Manajer LKM
Badan Pengawas
Kasir
Bendahara
Unit Pembiayaan
Penyuluh pendamping
Pembukuan
Sumber : Hendayana et al (2009)
Gambar 2. Kedudukan LKM-A dalam Gapoktan 3.1.4 Tahapan Pembentukan LKM-A Adapun pembentukan LKM-A melalui proses dan tahapan-tahapan antara lain (Hendayana et al 2009) : 1.
Identifikasi Pemetaan Kebutuhan Tahap identifikasi pemetaan kebutuhan merupakan tahap awal untuk
memahami karakteristik Kelompok tani yang terhimpun dalam Gapoktan dan kegiatan usahataninya sebagai landasan penentuan pembentukan organisasi LKMA dan penentuan kebutuhan plafon kredit. 2.
Sosialisasi Kegiatan LKM-A Tahap sosialisasi merupakan tahapan lanjutan setelah disepakati akan
ditumbuh kembangkan LKM-A di Gapoktan tersebut. Sosialisasi dilakukan
17 kepada pemangku kepentingan (stakeholders) terutama pengurus Gapoktan dan pengurus kelompok tani dalam Gapoktan tersebut. Titik berat sosialisasi difokuskan pada pemberian pemahaman tentang pentingnya LKM-A dalam mendukung fasilitasi permodalan usahatani. Dalam sosialisasi disampaikan informasi yang lengkap, jelas dan transparan tentang LKM-A memenuhi prinsip prinsip Apa, Mengapa, Dimana, Kapan, Siapa dan Bagaimana? 3.
Pembentukan Pengurus dan Pengelola LKM-A Kepengurusan LKM-A harus dikelola oleh SDM yang berpengalaman di
bidang keuangan mikro. SDM tersebut dapat direkruit dari luar anggota Gapoktan yang memenuhi beberapa kriteria: (a) minimal berpendidikan SLTA; (b) mempunyai pengalaman berusaha minimal 3 tahun; (c) diprioritaskan SDM dari desa setempat, dan (d) berkepribadian baik, beriman, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian terhadap ekonomi desa. 4.
Penyusunan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) AD dan ART sebenarnya merupakan salah satu bentuk landasan hukum
organisasi, yang akan bermanfaat untuk pengembangan organisasi LKM-A ke depan. Oleh karena itu pada tahap awal pembentukan, AD & ART harus sudah dibicarakan. Namun demikian untuk tahap awal, AD & ART jangan menjadi hambatan. Artinya kegiatan bisa jalan terus meski belum ada AD & ART. 5.
Operasionalisasi LKM-A Setelah
terbentuk
kepengurusan
LKM-A,
Gapoktan
mulai
”mensyarakatkan” kepada seluruh anggota di desa tersebut. Tugas tersebut dalam prakteknya dapat disinerjikan dengan kegiatan pendampingan dan pembinaan kegiatan, sehingga selain tercapai prinsip efisien juga efektifitasnya terpenuhi. 6.
Pengembangan LKM-A Tahap ini merupakan tahapan akhir dari suatu proses pembentukan LKM-A
Untuk mendukung pengembangan LKM-A diperlukan: Pendampingan, Penguatan Modal Awal dan Monitoring & Evaluasi (Monev). Pendampingan dilakukan untuk memberikan efek kepercayaan bagi pengurus dan pengelola LKM-A yang baru terbentuk. Petugas pendamping dituntut kemampuannya untuk melakukan dinamisasi LKM-A ke arah pencapaian tujuan. Penguatan modal awal, paling tidak diperlukan untuk mendukung langkah awal operasional. Modal awal
18 diperlukan untuk fasilitasi perlengkapan organisasi, dan mendukung gerak awal organisasi. Modal awal diusahakan dari Dinas teknis terkait. Untuk memantau kinerja pengembangan organisasi LKM-A, diperlukan kegiatan Monev secara berkala, dan juga pada momen-momen kegiatan tertentu. 3.1.5 Arah dan Strategi Pengembangan LKM-A Permasalahan yang dihadapi oleh LKM terutama LKM bukan Bank pada dasarnya dapat digunakan ke dalam hal-hal yang bersifat internal dan eksternal. Bersifat internal meliputi keterbatasan sumberdaya manusia, manajemen yang belum efektif sehingga kurang efisien serta keterbatasan modal sedangkan faktor yang bersifat eksternal meliputi kemampuan monitoring yang belum efektif, pengalaman yang lemah serta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah yang mengakibatkan jangkauan pelayanan LKM terhadap usaha mikro masih belum mampu menjangkau secara luas, sehingga pengembangan LKM yang luas akan sangat penting perannya dalam membantu investasi bagi usaha mikro dan kecil. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat LKM dapat dilakukan melalui : 1.
Perkuatan permodalan dan manajemen lembaga keuangan masyarakat (KSP/USP dan LKM);
2.
Penggalangan dukungan dan fasilitas pembiayaan UKMK dengan lembaga keuangan;
3.
Penggalangan partisipasi berbagai pihak dalam pembiayaan UKMK (Pemda, Luar negeri, dll);
4.
Optimalisasi pendayagunaan potensi pembiayaan UKMK di daerah (bagian laba BUMN, Dana bergulir, Yayasan, Bantuan Luar Negeri);
5.
Peningkatan capacity building LKM;
6.
Training bagi pengelolaan LKM, untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan LKMA;
7.
Perlu adanya lembaga peminjaman untuk meminjam kredit LKM dan tabungan nasabah LKM;
8.
BDS yang mampu memberikan fasilitas manajemen,keuangan,dll. Pengembangan KSP dan LKM kedepan harus diarahkan untuk menjadikan
KAP dan LKM sehat,kuat,merata dan mampu menyediakan kebutuhan
19 pembiayaan usaha mikro dan kecil agar mampu menghadapi tantangan untuk melaksanakan otonomi daerah. Pengendalian dan pembinaan/fasilitas, serta pengembangan
kelembagaan
(organisasi
dan
manajemen),
meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme pengelola KSP/USP-LKM memalui diklat terus menerus sangat diperlukan. Pengembangan kemampuan layanan bagi anggota, meningkatkan jumlah produk keuangan yang didukung dengan pengembangan jejaring. Pengembangan jejaring antara lain meliputi jejaring : 1. Antara KSP/LKM mendayagunakan lembaga simpan pinjam sekunder yang berperan mengatur interlending diantara KSP/USP Koperasi dan LKM; 2. Antara KSP/USP dan LKM dengan lembaga keuangan lain, meningkatkan akses untuk dana pinjam maupun equity. 3.1.6 Efisiensi Kinerja Hasibuan (1993) dalam Fianti (2011) memberikan pengertian efisiensi usaha sebagai menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, atau tidak ada sumberdaya yang terbuang, serta berusaha menggunakan input seminim mungkin. Kinerja adalah hasil kinerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi serta legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono 1999). Pada pembahasan selanjutnya, diperkenalkan suatu metode yaitu metode Data Envelopment Analysis (DEA), metode tersebut berguna untuk melakukan analisis pengalokasian (penggunaan) input-input yang efisien secara teknis (fisik), yaitu untuk menjawab permasalahan 1) dengan output tertentu, bagaimana kombinasi input-input Nang minimum (seharusnya)? dan 2) dengan kombinasi input-input tertentu, berapa output yang maksimum (seharusnya) dapat dihasilkan? (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006). 3.1.6.1 Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis (DEA) diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja yang memerlukan satu macam input atau lebih dan menghasilkan satu macam output atau lebih, secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio antara
20 output terhadap input yang merupakan satuan pengukuran efisiensi atau produktivitas yang bisa dinyatakan secara parsial (misal output penyaluran pertanian, output penyaluran petani miskin). Contoh output dari satu entitas: banyaknya jumlah penyaluran yang disalurkan kepada bidang pertanian dan petani miskin, hal tersebut dapat membantu menunjukan faktor input apa yang paling berpengaruh dalam menghasilkan satu output, hanya saja perluasan pengukuran produktivitas dari parsial ke total akan memmbawa kesulitan dalam memilih input dan output apa yang harus disertakan dan bagaimana pembobotannya (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006). Pengukuran bobot yang bersifat fixed yang diterapkan secara seragam pada semua input dan output dari entitas yang dievaluasi dikenal sebagai konsep “Total Factor Productivity” dalam ekonomi konsep ini berlawanan dengan pembobotan yang bersifat variabel berdasarkan ukuran terbaik yang dimungkinkan untuk setiap entitas yang dievaluasi dalam metode DEA (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006). Konsep yang digunakan DEA menawarkan keunggulan dalam : a) Identifikasi sumber dan tingkat inefisiensi untuk setiap input dan output di suatu entitas; b) Identifikasi benchmark members dan efisien set yang digunakan untuk evaluasi kinerja dan identifikasi inefisiensi. Hanya saja perlu dicatat bahwa keunggulan diatas dapat dicapai dengan asumsi : 1) Entitas yang dievaluasi menggunakan gugus input yang sama untuk menghasilkan gugus output yang sama pula; 2) Data bersifat positif dan bobot juga dibatasi bersifat positif; 3) Input dan output bersifat variabel. Asumsi ke-2 dan ke-3 dapat diperlunak dengan menggunakan penurunan model yang lebih canggih. Bentuk data dengan k input dan l output yang dapat dianalisis dengan Data Envelopment Analysis (DEA) adalah data pasangan (X,Y) dengan kombinasi input X1,...,Xk yang digunakan untuk memproduksi sejumlah output Y1,...,YI (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006).
21 𝑋11 X = [ 𝑋21 𝑋𝑚1
𝑋12 𝑋22 𝑋𝑚2
𝑋1𝑛 𝑋2𝑛 ] 𝑋𝑚𝑛
dan
𝑌11 Y = [ 𝑌21 𝑌𝑚1
𝑌12 𝑌22 𝑌𝑚2
𝑌1𝑛 𝑌2𝑛 ] 𝑌𝑚𝑛
Model DEA paling dasar adalah CCR (Charnes Cooper Rhodes) yang dikembangkan tahun 1978 dan menggunakan asumsi dasar tingkat skala usaha (pengembalian) tetap, dalam model ini untuk setiap entitas pengukuran (DMU = Decision Making Unit) dibentuk virtual input dan output yang pembobotannya vi (untuk input) dan ui (untuk output) memiliki nilai yang belum diketahui. Virtual input = v1.x10 + v2.x20 + ...+ vm.xm0 Virtual output = u1.y10 + u2.Y20 + ... + us.ys0 Nilai bobot u1 dan v1 akan ditentukan dengan menggunakan teknik Linier Programing dengan fungsi tujuan memaksimalkan rasio antara Virtual input dan Virtual Output, dalam hal ini bobot optimal mungkin (dan umumnya akan) berbeda untuk setiap DMU, jadi dalam DEA bobot dihasilkan dari data dan bukan ditentukan sendiri dari awal. Setiap DMU akan diarahkan kepada penggunaan gugus bobot yang akan menghasilkan nilai tujuan terbaik untuk setiap DMU tersebut (Cooper 2002 dalam Purnomo 1978). DEA adalah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari satu unit pengambilan keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input untuk memperoleh satu output yang ditargetkan. DEA merupakan model pemograman linier fraksional yang dapat mencakup banyak output dan input tanpa perlu menentukan bobot untuk setiap variabel sebelumnya tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan fungsional antara input dan output (tidak seperti regresi). DEA menghitung ukuran efisiensi secara skalar dan menentukan level input dan output yang efisien untuk unit yang dievaluasi (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006). DEA merupakan pendekatan non paramentrik dengan menggunakan teknik linier programing sebagai dasar langkah kerja DEA yang juga merupakan langkah kerja penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006) : 1) Identifikasi Decision Making Unit (DMU) atau unit yang akan diobservasi beserta input dan output pembentuknya;
22 2) Membentuk eficiency Frontier dari data yang ada; 3) Menghitung efisiensi tiap DMU diluar eficiency Frontier untuk mendapatkan target input atau output yang diperlukan untuk mencapainya. DEA menghitung efisiensi dari mutu DMU dalam satu kelompok observasi relatif kepada DMU dengan kinerja terbaik dalam kelompok observasi tersebut: Misal kasus dua input X1 dan X2 dan satu output Y (nilai tetap) seperti pada Tabel 4 dibawah ini : Tabel 4. Kasus Dua Input X1 dan X2 dan Satu Output Y (Nilai Tetap) DMU A B C D E X1
X1a
X1b
X1c
X1d
X1e
X2
X2a
X2b
X2c
X2d
X2e
Y
K
k
k
k
k
X2/Y
E
X*2e
Daerah Kemungkinan Produksi A
X*2a
*B D
X*2d X*2c
C Efisiensi Frontier X*1e
X*1a
X*1d
X*1c
X1/Y
Gambar 3. Efisiensi Frontier Data Pada Tabel 4 Gambar 3 diatas menunjukan DMU-DMU mana yang efisien menurut CCR model dan DMU-DMU mana yang tidak efisien serta daerah kemungkinan produksi (production posibility set). Dimana X*ij = Xij / k, i = 1, 2 dan j = a.b. c, d dan e. Pada Gambar 3 terlihat DMU C, D dan E adalah DMU yang efisien dan DMU disepanjang garis C, D dan E adalah DMU yang efisien. DMU A dan B adalah DMU yang tidak efisien dan dapat dilakukan perubahan sehingga menjadi efisien (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006).
23
X2/Y E Q
X*2a X*2p
A P R D
X*1p X*1a
X1/Y
Gambar 4. DMU A yang Inefisiensi Diubah Menjadi Efisien (DMU P) jika Output Y Tetap Pada Gambar 4, DMU A(X*1a , X*2a ) tidak efisien dengan output Y = k tetap, agar DMU menjadi efisien harus digeser ke P (X*1p , X*2p ) yang terletak pada garis Siantar DMU Q dan R. 3.1.6.1.1 Model Charnes, Cooper, Rhodes (CCR) Salah satu model DEA adalah Model Charnes, Cooper, Rhodes (CCR). Secara umum model tersebut adalah (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006) : Maksimumkan h0 =
Dengan syarat h0
∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟0 ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑜
∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗 ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗
≤ 1, j = 1, 2, ... , n
ur > 0 , r = 1, 2, ... , s Vi > 0 untuk r = 1, 2, ... ,m .............................................. (1) Model ini mengevaluasi kinerja relatif dari DMU0 berdasarkan kinerja yang diamati dari j = 1, 2, ..., n DMUs, dalam hal ini DMU dianggap sebagai entitas yang mengubah input menjadi output, sementara yrj xij
> 0 dalam model
merupakan konstanta yang menggambarkan jumlah yang diamati dari rth output dan ith input dari jth DMU dan ditulis DMUj yang merupakan dari j = 1, ... , n entitas yang menggunakan i = 1, ... , m input untuk memproduksi r = 1, ... , j output. Salah satu dari j = 1, 2, ... , n DMUs dipisahkan untuk dievaluasi
24 berdasarkan fungsi tujuan DMU0 dan diposisikan sebagai fungsi yang akan dimaksimumkan dalam model CCR juga dengan syarat dalam model, jadi nilai efisiensi maksimum dari DMUs akan sebesar h*0 ≤ 1 (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006). Numerator dalam model CCR menggambarkan nilai output yang diinginkan dan menggambarkan kumpulan input yang digunakan untuk mendapatkan target output. Nilai 0 ≤ h*0 ≤ 1 diinterpretasikan sebagai nilai efisiensi Dimana h*0 = 1 menggambarkan full efisiensi dan h*0 < 1 menggambarkan adanya inefisiensi, sementara tanda (*) melambangkan nilai optimal yang dihasilkan model. Tidak ada bobot yang ditentukan sebelumnya untuk mendapatkan ukuran kinerja yang bersifat skalar. Nilai optimal dari uh* dan vi* diinterpretasikan sebagai bobot saat solusi dihasilkan oleh model. Nilai uh*, vi* yang dihasilkan dari pemecahan del disebut virtual multipilters dan diinterpretasikan dalam DEA untuk menghasilkan virtual output Y0 = ∑ 𝑢𝑟 ∗ 𝑦𝑟0 (r = 1, ... , s ) dan virtual
input X0 = ∑ 𝑣𝑖 ∗ 𝑥𝑖0 (i = 1, ... , m) sehingga kita dapat menghitung nilai efisiensi h0 = Y0 / X0. Model CCR memperlihatkan h0* adalah nilai tertinggi yang diperbolehkan data untuk sebuah DMU tidak ada pilihan ur* dan vi* lain yang dapat memberikan nilai h0* lebih tinggi sekaligus memenuhi persyaratan model yang membuat evaluasi relatif dengan ∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗 ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗
=
1 untuk j sebagai kondisi pencapaian nilai optimal.
Penilaian efisiensi serupa bisa dihitung untuk tiap j = 1, 2, ... , n DMUs yang terdaftar di dalam persyaratan model dengan memprosisikan mereka dalam fungsi sebagai DMUs satu persatu sementara posisi mereka sebagai persyaratan model tetap dipertahankan. Nilai h0* menjadi penting karena 1 - h0* menggambarkan perkiraan tingkat inefisiensi dari tiap DMUs yang dievaluasi sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasi sumber dan tingkat inefisiensi di setiap input dan output untuk tiap DMUs. Orientasi DEA adalah efisiensi relatif, jadi untuk tiap DMUs yang dievaluasi optimisasi membawa implikasi bahwa evaluasi akan dipengaruhi oleh :
1=
∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗 ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗
,k€k
..................................................................... (2)
25 dimana tanda (*) menunjukan ui dan vi bernilai optimal sehingga h0 merupakan
nilai maksimal untuk DMUs k € k melambangkan subset dari DMUs yang sudah mencapai nilai 1 (full efisien), dengan menggunakan U* dan V* untuk menggambarkan vektor berkomponen ui* dan vi* optimal untuk DMUs dalam model h0* = 1 tidak akan tercapai kecuali DMUs termasuk dalam set k € k. Jika
h0* ≤ 1 maka DMUs adalah inefisiensi relatif terhadap gugus DMUs dalam persamaan (2) yang dapat mencapai 100% efisien dengan nilai U* dan V* yang sama. Model CCR persamaan (1) diatas dapat diubah ke dalam bentuk linier programing dengan fungsi : Maksimumkan ∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟0 Dengan syarat ∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗 - ∑𝑠𝑟=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗 ≤ 0
∑𝑠𝑟=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖0 = 1 , 𝑢𝑖 > 0 , vj > 0 i = 1, 2, ... ,s dan j = 1, 2, ... , m .................................. (3) Persamaan pertama dari j – 1, 2, ...., n persyaratan model (3) didapatkan dari syarat ≤ 1 di model (1), kemudian ∑𝑠𝑟=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖0 = 1 memungkinkan kita untuk menukar brntuk model (1) ke model (3) dan sebaliknya karena adanya kondisi h0*
= ∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟∗ 𝑦𝑟0 dimana tanda (*) menunjukan nilai optimal baik model (1) maupun (3). Model CCR pada persamaan (1) Meng-generalisir ukuran efisiensi 1 output terhadapt 1 input sehingga dapat digunakan untuk kasus banyak output dan banyak
input.
Interpretasi
model
(3)
menggambarkan
tujjuan
untuk
memaksimalkan untuk output terhadap virtual input dengan syarat virtual output ≤ virtual input untuk tiap DMU. Adapun keunggulan dalam metode DEA, antara lain : 1) Bisa untuk menangani banyak input dan banyak output; 2) Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output; 3) DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya; 4) Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. Sedangkan keterbatasan dalam metode DEA, antara lain : 1) Bersifat spesifik;
26 2) Merupakan extreme poin technique, kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal; 3) Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut; 4) Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan; 5) Menggunakan perumusan linier programing terpisah untuk tiap DMU (perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi untuk masalah berskala besar). 3.1.6.1.2 Model Banker Charnes Cooper (BCC) Model DEA lainnya alah model Banker Charnes Cooper (BCC), model BCC ini menggunakan beberapa asumsi dasar dengan bentuk umum sebagai berikut (Cooper 2000 dalam Purnomo 2006) : Min hB Dengan syarat hB x0 – Xλ ≥ 0
Yλ ≥ y0 , eλ = 1 dan λ ≥ 0 ..................................................... (4) Diana hB skalar, X = (xj) € Rmxn dan Y = (yj) € Rmxn dan λ € Rn Model BCC pada persamaan (4) dapat diperluas dengan mengubah syarat eλ = 1 dengan L ≤ eλ ≤ U dimana 0 ≤ L ≤ 1 dan L ≤ U ≤ +∞. Jika L = 0 dan U = +∞ menjadi model CCR, sedangkan jika L = U = 1 menjadi model BCC (Cooper 2002 dalam Purnomo 2006).
a) Model skala usaha bertambah (Increasing return to scale = IRS). Kasus L = 1 dan U = +∞ dikatakan pada keadaan skala usaha bertambah (Increasing return to scale = IRS) atau Non Decreasing Return to scale (NDRS).
b) Model skala usaha berkurang (Decreasing Return to scale DRS). Kasus L= 0 dan U = 1 dikatakan pada keadaan skala usaha berkurang (Decreasing Return to scale DRS).
c) Model skala usaha secara umum (Generalized Return to scale GRS). Kasus L ≤ 1 dan U ≥ 1 dikatakan pada keadaan skala usaha secara umum (Generalized Return to scale GRS). Perbandingan CCR model dan BCC model dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5 dibawah ini :
27 Output CCR - Efisiensi C ̂ 𝑌𝑑 = Y/h
E3 B
E2
E
Y
A E1
BCC - Efisiensi R
0
S
Xdj = h Xi
Xi
Input
Gambar 5. Perbandingan Model CCR dan Model BCC Dari Gambar 5 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut (Cooper 2000 dalam Purnomo 2006) : a) Dua titi E2 dan E3 adalah yang efisien menurut model CCR dan empat titik E1, E2, E3 dan E4 adalah titik yang efisien menurut model BCC; b) Titik A tidak efisien baik menurut model CCR ataupun BCC, dengan menggunakan model CCR. Jika output Y tetap maka titik A (X,Y) digeser ke titik B (Xd,Y) atau ke titik D (efisien menurutmodel BCC). Jika Xi maka titik A (Xi,Y) digeser ke menjadi titik C (Xi, Yd) yang efisien menurut model CCR atau ke titik F yang efisien menurut model BCC; c) Efisiensi tik A menurut model CCR da model BCC : CCR – efisiensi
hCCR =
PB PA
BCC - efisiensi
AS
=
CS
dan
hBCC=
PD PA
maka CCR efisiensi ≤ BCC efisiensi
d) Garis BCC efisiensi adalah E1, E2, E3 dan E4. E1 ke E2 dikatakan pada kondisi skala usaha bertambah (Increasing return to scale), E2 ke E2 dikatakan pada kondisi skala usaha tetap (constant return to scale) dan E3 keE4 dikatakan pada komidi skala usaha berkurang (Decreasing return to scale). Definisi score efisien dari model CCR dan model BCC dari satu DMU adalah h*CCR dan
SE(A) =
h∗CCR h∗𝐁𝐂𝐂
h*BCC, maka skala efisiensi didefinisikan sebagai :
≤1
28 Dari Gambar 5 diatas, maka skala efisiensi titik A adalah :
SE(A) =
PB PA PA PD
=
PB PD
≤1
3.1.7 Konsep Usahatani Ilmu Usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi 2002). Menurut Soekartawi et al (1986) dalam Prihartono (2009) umumnya ciri usahatani yang ada di Indonesia antara lain memiliki lahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan terbatas, dan kurang dinamik sehingga berakibat rendahnya pendapatan usahatani. Usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh, selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah mengembangkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan patong 1973 dalam Prihartono 2009). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya. Soekartawi dkk (1986) dalam Prihartono (2009) menyatakan bahwa besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan, sedangkan pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi antara lain: 1) skala usaha, 2) ketersediaan modal, 3) tingkat harga output, 4) ketersediaan tenaga kerja keluaarga, 5) sarana transportasi, 6) sistem pemasaran, 7) kebijakan pemerintah dan sebagainya. Analisis pendapatan pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Aspek yang digunakan adalah harga yang
29 belaku, dan penyusutan akan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk memperoleh keuntungan maksimum (Hernanto 1989 dalam Permatasari 2011). 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Sulitnya permodalan bagi petani
Ta
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sebesar 100 juta rupiah sejak tahun 2008
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) terbentuk pada tahun 2011
Evaluasi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) di Kabupaten Bogor
Pengukuran efisiensi Kinerja LKM-A – Frontier Analysis (FA)
Pendapatan sebelum dan sesudah – analisis R/C rasio
Rekomendasi dan saran perbaikan terhadap masingmasing Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A)
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
30 Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang mendapatkan bantuan dana PUAP sebesar 100 juta rupiah yang saat ini dikelola oleh LKM-A yang dibentuk dari Gapoktan dari berbagai Kecamatan, LKM-A ini tumbuh pada tahun 2011 hingga saat ini. Oleh sebab itu, Untuk keberlanjutan dari lembaga tersebut dibutuhkan pendekatan melalui sisi kinerja input output dari LKM-A agar dapat diketahui apakah proses yang terjadi di dalam aktivitas LKM-A sudah dapat menempatkan LKM-A menjadi lembaga keuangan yang tidak hanya mampu menyalurkan bantuan modal tetapi juga mampu mensejahterakan anggotanya dengan dilihat dari peningkatan pendapatan anggota yang tergabung dalam LKMA dan berjalan efisien. Pada Gambar 6 secara umum sulitnya permodalan bagi petani dan rendahnya nilai pinjaman. Oleh karena itu pada tahun 2008 pemerintah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang bertujuan untuk mengatasi permodalan petani menjalankan agribisnis, petani difasilitasi dengan cara Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar 100 juta rupiah melalui Gapoktan, Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP diarahkan untuk dapat dibina dan ditumbuhkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan. Evaluasi dalam tumbuhnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) diperlukan yaitu dengan cara melihat efisiensi dalam kinerja LKM-A menggunakan Frontier Analysis (FA) serta melihat pendapatan petani sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A menggunakan analisis R/C Rasio
31
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Pemilihan lokasi pengambilan data dilakukan secara sensus, daerah yang dipilih sebagai tempat pengambilan data mengenai efisiensi kinerja Lembaga keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dilakukan di empat LKM-A yaitu LKM-A Berkah, LKM-A Mandiri Jaya, LKM-A Bina Sejahtera dan LKM-A Rukun Tani yang terdapat di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Ciawi di Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat penelitian tersebut karena masing-masing LKM-A tersebut memiliki dana aset yang besar dan merupakan rekomendasi dari pihak BP4K. Pengambilan data ini dilakukan pada bulan Mei 2013. 4.2 Jenis, Sumber data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan wawancara langsung dengan responden yaitu pengurus LKM-A. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Sarana dan Prasarana Pertanian Kementerian Pertanian, Balai Besar Pengkajian Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Badan Penyuluhan Pertanian Pertenakan dan kehutanan Kabupaten Bogor, selain itu data sekunder juga diperoleh dari penelusuran kepustakaan, internet dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis dan Sumber Data No 1
2
Jenis data Primer a) Kinerja LKM-A b) pendapatan anggota LKM-A Sekunder a) Data LKM-A b)Pembentukan LKM-A
Sumber: Penulis (2013)
Sumber data a) Hasil Kuesioner b) Wawancara
a) Literatur dan referensi yang relevan
32 Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan pengisian kuesioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Penggunaan kuesioner bermanfaat sebagai pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan dan pengisian kuesiner oleh responden akan dipandu oleh peneliti. Kuesioner tersebut akan disebar oleh penulis kepada manager LKM-A dan para anggota yang tergabung dalam LKM-A dan yang berprofesi sebagai petani. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Responden pada penelitian ini adalah Gapoktan penerima dana PUAP yang sudah terbentuk menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A). Di Kabupaten Bogor terdapat 99 Gapoktan namun belum semua terbentuk menjadi LKM-A. Oleh karena itu, Pengambilan sampel LKM-A dalam penelitian ini adalah dengan hasil survei dan rekomendasi dari pihak BP4K yang menunjukan bahwa empat LKM-A yang berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Ciawi. Penentuan responden untuk petani padi setiap LKM-A didasarkan pada petani yang tergabung dalam anggota LKM-A di yang berada di tiga kecamatan. Penentuan ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel bedasarkan kesengajaan untuk mencapai tujuan tertentu (Soekartawi 2002), dalam penelitian ini didapat pada LKM-A Mandiri Jaya jumlah reponden petani padi berjumlah 16 orang, LKM-A Berkah berjumlah 10 petani padi, LKM-A Rukun Tani hanya terdapat 4 petani padi dan LKM-A Bina Sejahtera terdapat 7 yang berprofesi sebagai petani padi. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis data Analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif, dilakukan untuk menjawab tujuan pertama yaitu melihat efisiensi kinerja LKM-A dengan menggunakan Frontier Analysis (FA), tujuan kedua yaitu untuk melihat pendapatan petani sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A menggunakan analisis pendapatan usahatani R/C rasio dengan metode pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel 2007.
33 4.4.1 Data Envelopment Analysis (DEA) Pengolahan DEA dapat diselesaikan dengan menggunakan software Frontier Analysis. Frontier Analysis merupakan ukuran efisiensi relatif yang mengukur inefisiensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien dalam set data
yang ada sehingga dalam Frontier
Analysis dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100%. Hal ini berarti unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Keuntungan lainnya adalah bahwa Frontier Analysis dapat melihat sumber ketidakefisienan dengan ukuran “peningkatan potensial” dari masingmasing input (Hadad dkk 2003). Salah satu metode DEA adalah model CCR, secara umum model tersebut adalah (Cooper et al 2002 dalam Fianti 2006): Epq = Maksimumkan h0 =
Dengan syarat h0
∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟0 ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑜
∑𝑠𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗 ∑𝑚 𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗
≤ 1, j = 1, 2, ... , n
ur > 0 , r = 1, 2, ... , s Vr > 0 untuk r = 1, 2, ... ,m Keterangan : i
= jumlah output pada LKM-A
r = jumlah input pada LKM-A j
= jumlah LKM-A yang dianalisis
yro = nilai output ke-i (i = 1,...,m) dari LKM-A ke-j (j=1,...,n) xio = nilai input ke-i (i = 1,...,s) dari LKM-A ke-j (j=1,...,n) vi = bobot tertimbang bagi nilai output ke-i (i = 1,...,m) dari LKM-A ke-j (j=1,...,n) ur = bobot tertimbang bagi nilai input ke-i (i = 1,...,s) dari LKM-A ke-j (j=1,...,n) Epq = Efisiensi relatif LKM-A ke-q (q=1,...,n) bila dievaluasi menggunakan bobot yang diasosiasikan dengan LKM-A ke-p (p=1,...,n) Pada lampiran 2 terdapat variabel kinerja dalam menjalankan LKM-A dan langkah awal dalam pengolahan data menggunakan DEA adalah identifikasi variabel input dan output yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja pada empat LKM-A karena hasil dari DEA adalah nilai efisiensi kinerja setiap LKM-A
34 sehingga dapat dijadikan acuan dalam peningkatan efisiensi kinerja LKM-A, dari 20 variabel yang terdapat pada Lampiran 2 dalam penelitian ini yang dijadikan variabel input dalam antara lain 1) modal keswadayaan, 2) asset yang dikelola dan 3) jasa sedangkan variabel output dalam penelitian ini antara lain 1) penyaluran untuk usaha pertanian dan 2) penyaluran kepada petani miskin, dan Pada Lampiran 2 menyajikan variabel kinerja pada LKM-A. 4.4.2 Analisis Pendapatan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 2002) : TR = Y.Py Keterangan : TR
= total penerimaan
Y
= produksi yang diperoleh suatu usahatani
Py
= Harga Y
Menurut Hernanto (1991) dalam poetryani (2011) biaya usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan secara tunai sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan dalam usahatani. Rumus biaya usahatani dapat dituliskan sebagai berikut : TB = Bt + Bd Keterangan : TB
= total biaya
Bt
= biaya tunai
Bd
= biaya diperhitungkan
Jadi, perhitungan pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut : Pd tunai = TR – Bt Pd total = TR – TB
35 Keterangan : Pd
= pendapatan usahatani
TR
= total penerimaan
TB
= total biaya
4.4.2.1 Analisis R/C Rasio Untuk mengukur efisiensi usahatani dan keberhasilan dari ushatani dapat dengan menggunakan analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C). Analisis R/C pendapatan terhadap biaya merupakan perbandingan antara total penerimaan yang diperoleh dari setiap satuan uang yang dikeluarkan dalam proses produksi usahatani. Analisis pendapatan dibagi menjadi dua yaitu analissi pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Semakin besar R/C rasio maka semakin menguntungkan usahatani tersebut. perhitungan R/C rasio diformulasikan sebagai berikut : (Rasio atas biaya total) R/C =
(Rasio atas biaya tunai)
R/C =
𝑇𝑃 𝐵𝑇 𝑇𝑃 𝐵𝑡
BT = Bt + Btt Keterangan : TP = total penerimaan usahatani (Rp) BT = biaya total (Rp) Bt = biaya tunai (Rp) Btt = biaya tidak tunai (Rp)
36
V.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) di Kabupaten Bogor Berikut ini akan dijelaskan tentang gambaran umum terkait berdirinya LKM-A, Visi Misi, Struktur Organisasi dari LKM-A yang berada di Kabupaten Bogor yaitu LKM-A Rukun Tani, LKM-A Bina Sejahtera, LKM-A Berkah dan LKM-A Mandiri jaya. 5.1.1 LKM-A Rukun Tani Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani merupakan pengembangan dari unit usaha permodalan yang dikelola oleh Gapoktan Rukun Tani. Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang berada di Kabupaten Bogor yang berhasil mendapatkan dana PUAP sebesar 100 juta rupiah dari Kementerian Pertanian tahun 2009. Dana tersebut dipergunakan untuk membantu permodalan bagi masyarakat di wilayah perdesaan khususnya bagi petani kecil. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Rukun Tani memiliki Visi dan Misi yang sama dengan Gapoktan Rukun Tani. Visi LKM-A Rukun Tani adalah “Terwujudnya Masyarakat Tani Yang Maju dan Sejahtera” sedangkan misi dalam LKM-A Rukun Tani yaitu : 1
Meningkatkan Peran kelompok tani dan Gapoktan dalam peningkatan produksi dan produktivitas usaha tani;
2. Memfasilitasi anggota dalam penyediaan sarana produksi pertanian (saprodi) permodalan dan pemasaran hasil usaha tani; 3. Meningkatkan posisi tawar petani dalam pemasaran hasil usahatani; 4.
Meningkatkan fungsi kelompok tani sebagai wahana belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Struktur Organisasi yang terdapat dalam organisai LKM-A meliputi
Manajer LKM-A, bagian Administrasi Pembukuan, kasir, bagian pembiayaan, kolektor, sedangkan keanggotaan dalam LKM-A Rukun Tani harus merupakan anggota yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani, hal ini dilakukan agar dana yang dipinjamkan oleh LKM-A dapat digunakan secara maksimal pada bagian
37 agribisnis, hingga saat ini anggota dalam LKM-A rukun tani sebanyak 194 orang. Adapun syarat untuk menjadi anggota atau nasabah LKM-A Rukun Tani sebagai berikut : 1. Menjadi anggota Gapoktan rukun Tani dengan membayar simpanan pokok sebabagi tanda masuk kedalam LKM-A yaitu sebesar Rp 50 000 yang selanjutnya mendapatkan kartu anggota; 2. Membayar iuran wajib bulanan sebesar Rp 5 000 per anggota; 3. Harus mematuhi segala ketentuan yang ditetapkan dalam AD/ART Fgapoktan dan ketentuan lainnya dalam pengelolaan dana PUAP; 4. Selanjutnya anggota tersebut akan dipertimbangkan untuk pencairan dana yang akan dipinjam, persetujuan tersebut dari pengurus gapoktan, Manager, serta kolektor LKM-A. 5.1.2 LKM-A Bina Sejahtera Kementerian Pertanian tahun 2009 menyalurkan dana sebesar 100 juta kepada Gapoktan, salah satunya adalah Gapoktan Bina Sejahtera yang berada di Kabupaten Bogor. Pada awalnya seluruh kegiatan ditangani oleh pengurus Gapoktan namun setelah satu tahun berjalan Gapoktan Bina Sejahtera resmi membentuk LKM-A pada tanggal 25 April 2011 yang dinamakan LKM-A Bina Sejahtera. Apabila dilihat dari Petunjuk Teknis Pemeringkat Gapoktan PUAP menuju LKM-A, waktu ideal untuk terbentuknya LKM-A adalah pada tahun ketiga setelah diberikannya dana PUAP tahun 2009 yaitu tepat pada tahun 2011. Manajer Usup
Kasir dan Pembukuan
Kolektor
Heriyanto
Harun
Gambar 7. Struktur Organisasi LKM-A Bina Sejahtera Struktur organisasi LKM-A Bina Sejahtera memiki persamaan dengan LKM-A lainnya yaitu hanya terdiri dari manager, kasir, pembukuan dan kolektor,
38 namum pada LKM-A Bina Sejahtera pembagian kerja kasir dan pembukuan digabungkan pada satu orang. Struktur organisai tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Anggota yang tergabung dalam LKM-A Bina Sejahtera mencapai 130 orang yang terdiri dari 7 kelompok tani yaitu kelompok tani bina sejahtera 1, kelompok tani bina sejahtera 2, kelompok tani bina sejahtera 3, kelompok tani bina mandiri, kelompok tani sugi tani, Kelompok Wanita Tani (KWT) dan kelompok tani mekar sejahtera. Syarat untuk menjadi anggota atau nasabah dalam LKM-A Bina Sejahtera adalah harus menabung sebesar Rp 50 000 dan simpanan sukarela Rp 1 000 per bulan Adapun visi dan misi LKM-A Bina sejahtera dalam menjalankan kegiatan tersebut. Visi LKM-A Bina Sejahtera adalah “Terwujudnya Pembangunan Peternakan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan Sehat” sedangkan untuk misi dalam LKM-A Bina Sejahtera yaitu : 1. Meningkatkan ketersediaan bahan pangan, asal ternak dan ikan secara berkesinambungan; 2. Menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat viteriner. 5.1.3 LKM-A Berkah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Berkah berdiri sejak tahun 2009 yang merupakan Lembaga Keuangan yang berada dibawah Gapoktan Tani Berkah. Struktur organisasi dalam LKM-A berkah terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, penyuluh dan pendamping. Anggota yang tergabung dalam LKM-A sebanyak 115 orang dimana ada syarat untuk menjadi anggota dalam LKM-A Berkah, antara lain setiap anggota harus mengikuti rapat anggota dan membayar iuran pokok, setelah itu dilaksanakan kemudian anggota tersebut mengisi formulir yang telah disetujui oleh kelompok tani, manager dan ketua gapoktan yang pada akhirnya akan ada pencairan dana untuk anggota peminjam. LKM-A Berkah memiliki Visi dan Misi. Visi dalam LKM-A Berkah adalah Menjadi lembaga keuangan yang mendapat ridho Allah SWT, kuat dan dipercaya, sebagai lembaga yang sportif, luwes, dinamis dan adil dalam melaksanakan peraturan. Adapun Misi dalam LKM-A Berkah antara lain:
39 1. Menanamkan keyakinan bahwa Allah adalah sebaik baik pemberi rezeki; 2. Membudayakan kejujuran amanah sabar dan membiasakan tertib dalam muamalah; 3. Memberikan pelayanan optimal mudah cepat tepat aman dan nyaman; 4. Meningkatkan kemampuan nasabah dalam megakses modal, membantu masyarakat pertanian dalam memenuhi kebutuhan akan sarana pertanian; 5. Mengadvokasi nasabah khususnya petani dalam menyelesaikan masalah pertanian. 5.1.4 LKM-A Mandiri Jaya Gapoktan Mandiri Jaya merupakan salah satu Gapoktan di Kabupaten Bogor penerima dana PUAP sebesar 100 juta rupiah dari Kementerian Pertanian tahun 2009. Pada tahun tersebut Gapoktan Mandiri Jaya langsung membentuk LKM-A yang bernama LKM-A Mandiri Jaya, LKM-A tersebut merupakan pengembangan dari unit usaha permodalan yang dikelola oleh Gapoktan Mandiri Jaya. Struktur organisasi yang terdapat pada LKM-A Mandiri Jaya berbeda dengan struktur organisasi pada Gapoktan Mandiri Jaya, hal ini dikarenakan pada struktur organisasi pada LKM-A hanya terdiri dari Manajer, pembukuan, kasir dan kolektor. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Manajer LKM-A Napi
Kasir Normayati
Pembukuan
Kolektor
Dedi Irawan
Napi
Gambar 8. Struktur Organisasi LKM-A Mandiri Jaya Adapun tujuan terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Mandiri Jaya adalah membantu meningkatkan akses kelompok tani untuk memanfaatkan fasilitas yang ada disekitarnya, seperti subsidi benih, subsidi pupuk
40 dan lain-lain, Memberikan arah dan petunjuk kepada Gapoktan tentang pola penyaluran dan pemanfaatan BLM, memberikan petunjuk pemanfaatan dana PUAP dalam rangka penumbuhan usaha anggota serta membangun jaringan pasar. Keanggotaan atau nasabah LKM-A Mandiri Jaya sampai saat ini sebanyak 140 orang yang tergabung dalam Gapoktan Mandiri Jaya yaitu yang terdiri dari 6 kelompok tani antara lain Kelompok Wanita tani (KWT), kelompok tani hurip, kelompok tani setia, kelompok tani mekar, kelompok tani subur jaya dan kelompok tani jaya wisma. Syarat untuk menjadi anggota atau nasabah LKM-A Mandiri Jaya adalah sebagai berikut : 1. Harus menjadi anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Mandiri jaya; 2. Anggota membayar simpanan pokok sebesar Rp 50 000; 3. Anggota Membayar simpanan wajib sebesar Rp 5 000 per bulan; 4. Aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok tani ataupun Gapoktan; 5. Mematuhi peraturan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga; 6. Persetujuan Manager; 7. Fotocopy KTP 1 Lembar; 8. Fotocopy Kartu Keluarga (KK) 1 Lembar. 5.2
Karakteristik Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor
Petani padi anggota LKM-A dalam penelitian ini berjumlah 37 orang yakni, 4 petani padi anggota LKM-A Rukun Tani, 7 petani padi anggota LKM-A Bina Sejahtera, 10 petani padi anggota LKM-A Berkah dan 16 petani padi anggota LKM-A Mandiri Jaya. Karakteristik petani padi anggota LKM-A dilihat dari beberapa kriteria antara lain status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan dan luas lahan serta tingkat peminjaman dana PUAP. 5.2.1 Status Pekerjaan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor Berdasarkan hasil penelusuran secara langsung di empat Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) wilayah penelitian, diperoleh bahwa petani padi anggota LKM-A yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani padi
41 sebanyak 21 petani responden, sedangkan untuk pekerjaan sampingan sebanyak 16 petani responden dan rata-rata pera petani memiliki pekerjaan sampingan seperti buruh. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Petani Padi Anggota LKM-A Menurut Status Mata Pencaharian Usahatani Padi di Kabupaten Bogor Jumlah Petani Padi Anggota LKM-A (Orang) Status Usahatani Padi Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan LKM-A Rukun Tani LKM-A Bina Sejahtera LKM-A Berkah LKM-A Mandiri Jaya
3 4 7 7
1 3 3 9
Jumlah
21
16
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
5.2.2 Usia Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor Berdasarkan kriteria usia, petani padi anggota LKM-A penerima BLMPUAP yang berusahatani padi dibagi tiga kelompok usia, yaitu kelompok usia 025 tahun, kemudian dari umur 26 tahun sampai 50 tahun dan dari 51 tahun hingga umur 80 tahun. Sebaran petani responden penerima BLM-PUAP dari masing masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Petani Padi Anggota LKM-A Menurut Golongan Umur Golongan Umur (Tahun) 0-25 26-50 50-80 Jumlah
Jumlah Petani Padi Anggota LKM-A (orang) 23 14 37
Persentase (%) 62.16 37.83 100
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Bahwa responden yang melakukan kegiatan usahatani padi sebagian besar berada pada usia 26 tahun hingga 50 tahun, artinya petani padi anggota LKM-A di wilayah penelitian ini masih bekerja di usia produktif sehingga dapat menunjang untuk LKM-A berjalan dengan baik.
42 5.2.3 Tingkat Pendidikan Petani Padi Anggota LKM-A di kabupaten Bogor Tingkat pendidikan rendah masih melekat pada karakteristik petani padi pada umumnya. Tingkat sekolah dasar merupakan pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh petani padi anggota LKM-A pada wilayah penelitian. Berdasarkan Tabel 8. dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan para responden sebagian besar pada tingkat Sekolah Dasar (SD), hal ini dibuktikan dengan persentase sebesar 48.64 persen atau sebanyak 18 orang. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan para petani tidak mendapatkan pekerjaan yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan para petani harus bekerja sebagai petani dengan bekal keterampilan dari orang tua. Tabel 8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma Jumlah
Jumlah Petani Padi Anggota LKM-A (Orang) 18 6 12 1 37
Persentase (%) 48.64 16.21 32.43 2.70 100
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
5.2.4 Luas Lahan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor Mengenai luas lahan sawah yang dimiliki oleh petani padi dapat dilihat pada Tabel 9. bahwa hampir semua petani padi yaitu 75.67 persen memiliki luas dibawah 0.5 hektar namun hanya sebanyak 24.32 persen atau 9 orang petani yang memiliki luas 0.5 sampai 2 hektar sedangkan itu tidak ada satu pun responden petani yang memiliki luas lahan diatas 2 hektar. Tabel 9. Jumlah Petani responden Berdasarkan Kriteria Luas Lahan Padi Jumlah Petani Padi Luas Lahan (Ha) Anggota LKM-A Persentase (%) (Orang) < 0,5 28 75.67 0,5 – 2 9 24.32 >2 Jumlah 37 100 Sumber : Data Primer (diolah), 2013
43 5.2.5 Tingkat Peminjaman Dana PUAP Pengajuan pinjaman dana BLM-PUAP di empat LKM-A wilayah penelitian bahwa petani padi anggota LKM-A rata-rata meminjam dana antara Rp 500 000 – Rp 1 000 000 yaitu sebanyak 54.05 persen atau 20 orang. Para petani yang meminjam dana antara Rp 500 000 – Rp 1 000 000 adalah para petani yang memiliki penerimaan yang tidak banyak dan masih dapat mengembalikan uang pinjaman tersebut, namun para petani yang meminjam dana > Rp 1 500 000 hanya petani yang memiliki penerimaan lebih banyak sehingga mampu untuk membayar uang pinjaman tersebut. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Tingkat Peminjaman Dana BLM-PUAP LKM-A di Kabupaten Bogor Pinjaman (Rp) < 500.000 500 000 – 1 000 000 > 1 000 000 – 1 500 000 > 1 500 000 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Jumlah Petani Padi Anggota LKM-A (Orang)
Persentase (%)
-
-
20
54.05
5
13.51
12
32.43
37
100
44
VI. ANALISIS EFISIENSI KINERJA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) 6.1
Kondisi Setiap Aspek LKM-A Pada Masing-Masing LKM-A
Aspek dalam melaksanakan kegiatan LKM-A ada tiga yaitu aspek organisasi, aspek pengelolaan LKM-A dan aspek kinerja pengelolaan LKM-A. Aspek Organisasi untuk mendirikan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) dibutuhkan jumlah anggota, aturan organisasi, rencana kerja, penyelenggaraan rapat anggota, penyelenggaraan rapat akhir tahun, badan hukum dan terdapat pengurus LKM-A. Berdasarkan hasil wawancara, dalam aspek organisasi terutama dalam badan hukum diketahui bahwa hanya ada satu LKM-A yang memiliki badan hukum yaitu LKM-A Rukun Tani sedangkan untuk LKM-A Berkah dan LKM-A Mandiri Jaya sedang dalam proses menuju terbentuknya badan hukum, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data Kondisi Aspek Organisasi LKM-A Pada Setiap LKM-A Nama LKM-A
Jumlah anggota
Aturan Organisasi
Rencana Kerja
Rapat Anggota (per bulan)
Penyelengg araan RAT
Badan Hukum
Pengurus LKM-A
Rukun tani
194
Ada
oleh Gapoktan
1 kali
tepat waktu
Ada
4
Bina Sejahtera
130
Ada
oleh Gapoktan
1 kali
tepat waktu
Tidak ada
3
Berkah
115
Ada
oleh Gapoktan
1 kali
tepat waktu
Dalam proses
4
Mandiri Jaya
140
Ada
oleh Gapoktan
1 kali
tepat waktu
Dalam proses
4
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Adapun aspek pengelolaan mencakup penyaluran pertanian, pembiayaan kepada petani miskin, pencatatan dan pembukuan, pelaporan, pengawasan serta sarana dan prasarana. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada empat LKMA pada penelitian ini sudah memiliki pencatatan dan pembukuan, pelaporan, pengawasan serta sarana prasarana, untuk pengawasan dilakukan oleh BP4K. Penyaluran kepada petani miskin hanya LKM-A Mandiri Jaya yang menyalurkan sebesar 70% sedangkan tiga LKM-A lainnya menyalurkan sebesar 100%.
45 Tabel 12. Data Kondisi Aspek Pengelolaan LKM-A LKM-A Pada Setiap LKM-A Penyaluran Pertanian
Pembiayaan Petani Miskin
Pencatatan dan Pembukuan
Pelaporan
Pengawasan
Sarana dan Prasarana
Rukun tani
80%
100%
Ada
Ada
Ada
Ada
Bina Sejahtera
80%
100%
Ada
Ada
Ada
Ada
Berkah
50%
100%
Ada
Ada
Ada
Ada
Mandiri Jaya
70%
70%
Ada
Ada
Ada
Ada
Nama LKM-A
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Aspek kinerja pengelolaan LKM-A terdiri dari jasa, modal keswadayaan, simpanan sukarela, asset yang dikelola, kumulatif penyaluran, tingkat pembiayaan bermasalah dan waktu pengembalian pinjaman. Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa pada LKM-A Berkah yang memiliki asset terbesar yaitu Rp 326 000 000 dengan modal keswadayaan Rp 55 000 didapat dari simpanan wajib sebesar Rp 50 000 dan simpanan pokok sebesar Rp 5 000 dengan waktu pengembalian selama 3 bulan, sedangkan untuk tiga LKM-A lainnya memiliki waktu pengembalian selama 10 bulan yang menyebabkan asset yang dikelola oleh LKM-A tersebut masih rendah. Tabel 13. Data Kondisi Aspek Kinerja Pengelolaan LKM-A LKM-A Pada Setiap LKM-A Nama LKM-A
Jasa
Modal Keswadayaan (Rp)
Simpanan Sukarela (Rp)
Asset yang dikelola (Rp juta)
Kumulatif penyaluran
Tingkat pembiayaan bermasalah
Waktu pengembali an
1.8
10 670 000
1 000
192.1640
100%
10%
10 bulan
Bina Sejahtera
2
7 150 000
1 000
170
100%
15%
10 bulan
Berkah
20
6 325 000
2 000
326
100%
10%
3 bulan
Mandiri Jaya
2
2 025 000
1 000
135
100%
10%
10 bulan
Rukun tani
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
46 6.2
Analisis Efisiensi Kinerja LKM-A dengan Model Data Envelopment Analysis (DEA)
Metode pengukuran efisiensi relatif dari kinerja dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dengan skenario analisis maximum output. Proses awal analisis dengan penentuan input dan output yang akan digunakan. Input yang digunakan dalam analisis ini ada tiga yaitu modal keswadayaan, asset dan jasa sedangkan output yang digunakan ada dua yaitu penyaluran pertanian, penyaluran kepada petani miskin. Data input dan output yang digunakan dalam analisis Frontier Analysis ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pemilihan Input dan Output Pada LKM-A Penyaluran Pertanian (%)
Penyaluran Petani Miskin (%)
Modal Keswadayaan (Rp)
Jasa (%)
Asset (Rp)
Rukun Tani
80
100
10 670 000
2
192 160 400
Bina Sejahtera
80
100
7 150 000
20
170 000 000
Berkah
50
100
6 325 000
2
326 000 000
Mandiri Jaya
70
70
2 025 000
2
135 000 000
Nama LKM-A
Sumber : Data Primer, 2013
Pengolahan data dalam DEA menggunakan software Frontier Analysis. Hasil yang diperoleh yaitu terdapat dua LKM-A yang belum efisien atau kurang dari 100% yaitu LKM-A Rukun Tani dan LKM-A Berkah sedangkan yang sudah efisien (100%) yaitu ada dua LKM-A antara lain LKM-A Bina sejahtera dan LKM-A Mandiri Jaya, dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Skor Efisiensi LKM-A dengan Memasukan 3 input dan 2 output Nama LKM-A Skor Efisiensi (%) Rukun tani 100 Bina Sejahtera 100 Berkah 57.89 Mandiri Jaya 100 Sumber : Data Primer (diolah), 2013
DEA dapat pula digunakan untuk menghitung perbaikan angka efisiensi dengan cara mengurangi atau menambah input output (Cooper et al, 2004 dalam Hamdan 2007). DEA menghasilkan suatu kesimpulan perbaikan angka efisiensi
47 secara total maupun setiap LKM-A dalam bentuk besaran persentase pengurangan atau menambahan input output tiap variabel. Hasil total potensi perbaikan angka efisiensi ditunjukan dalam pie chart pada Gambar 9 dijelaskan bahwa LKM-A di Kabupaten Bogor agar efisiensi dilakukan dengan cara meningkatkan penyaluran pertanian sebesar 60.93% dan penyaluran petani miskin sebesar 19.02%, kedua hal tersebut didukung dengan penurunan input berupa jasa sebesar 20.05%
Gambar 9. Potensi Perbaikan Efisiensi LKM-A Perbaikan angka efisiensi pada LKM-A yang tidak efisien dengan cara pengurangan atau penambahan input output. Pada LKM-A Berkah awal mulanya menetapkan jasa sebesar 20%, penyaluran petani miskin 100% dan penyaluran pertanian hanya 50% sehingga LKM-A Berkah memperoleh skor efisiensi kinerja 55.89%, untuk meningkatkan kinerja LKM-A Berkah agar efisien dilakukan dengan cara meningkatkan output penyaluran petani miskin sebesar 72.73% yang artinya penyaluran pertanian harus mencapai 173% selanjutnya dengan meningkatkan penyaluran pertanian sebesar 232.99% atau menjadi 166%, kedua hal tersebut didukung oleh pengurangan input berupa jasa menjadi 5% karena jasa
48 awal sebesar 20% dan nilai jasa tersebut tergolong besar untuk petani sehingga hal tersebut beranding lurus dengan kurangnya penyaluran kepada pertanian dan petani miskin, dapat dilihat pada Gambar 10. Inputs/output
actual
Target
potential improvment
Jasa
0.2
0.05
asset
326 000 000
326 000 000
0
modal keswadayaan
6 325 000
6 325 000
0
penyaluran petani mi
1
1.73
72.73
penyaluran pertanian
0.5
1.66
232.99
-76.66
Gambar 10. Proyeksi Perbaikan Efisiensi LKM-A Berkah
49
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Input Produksi Padi Sebelum dan Sesudah Adanya LKM-A Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dikategorikan ke dalam biaya-biaya. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua diantaranya adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai merupakan pengeluaran secara tunai yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa usahatani sedangkan biaya tidak tunai adalah pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani. Biaya tunai meliputi biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dalam keluarga (TKLK) dan angsuran pinjaman, sewa traktor, sewa kerbau, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sedangkan yang termasuk biaya tidak tunai adalah penyusutan alat dan tenaga kerga dalam keluarga (TKDK). 7.1.1 Benih Petani yang menjadi anggota LKM-A rata-rata menggunakan varietas Ciherang, harga benih ditiap LKM-A memiliki perbedaan, seperti di LKM-A Rukun Tani harga benih Rp 8 250 per kilogram, di LKM-A Bina Sejahtera harga benih Rp 8 571 per kilogram, harga benih di LKM-A berkah Rp 5 810 per kilogram sedangkan di LKM-A Mandiri Jaya harga benih adalah Rp 5 250 per kilogram benih. Para petani memilih varietas ciherang karena dapat informasi dari Pemerintah dan mengikuti petani lainnya. Sebelum tergabung dalam LKM-A, petani responden di LKM-A Rukun Tani menggunakan benih sebanyak 95 kilogram untuk luas lahan 1 hektar, sehingga biaya benih yang dikeluarkan sebesar Rp 853 750, LKM-A Bina Sejahtera menggunakan benih sebanyak 101,5 kilogram sehingga biaya yang dikeluargakan adalah Rp 909 455, di LKM-A Berkah para petani menggunakan benih rata-rata 93 kilogram sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli benih adalah Rp 594 975 dan LKM-A Mandiri Jaya menggunakan sebanyak 64 kilogram dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 312 343. Ketika para petani sudah tergabung dalam LKM-A, Petani masih menggunakan varietas Ciherang, namun di LKM-A Rukun Tani para petani tetap menggunakan benih sebanyak 95 kilogram per hektar dengan rata-rata harga
50 benih Rp 8 250 per kilogram dan di LKM-A Berkah masih tetap menggunakan benih sebanyak 93 kilogram dengan harga benih yang sama yaitu Rp 5 810 per kilogram, sedangkan untuk di LKM-A Bina Sejahtera dan LKM-A Mandiri Jaya, para petani tetap menggunakan jumlah penggunaan benih yang sama namun dengan harga benih per kilogram nya yang lebih tinggi yaitu Rp Rp 8 714 untuk LKM-A Bina Sejahtera dan Rp 5 875 untuk LKM-A Mandiri Jaya disajikan dalam pada Tabel 16 bahwa hanya pada LKM-A Bina Sejahtera dan LKM-A Mandiri terjadi perubahan harga benih yang dibeli oleh petani. Tabel 16. Rata-Rata Harga Pembelian Benih Padi Sebelum dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Nama LKM-A
Sebelum tergabung Sesudah tergabung Perubahan (%)
LKM-A Rukun Tani LKM-A Bina Sejahtera LKM-A Berkah LKM-A Mandiri Jaya
8 250.00 8 571.00 5 810.00 5 250.00
8 250.00 8 714.29 5 810.00 5 875.00
0 1.67 0 11.90
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
7.1.2 Pupuk Pupuk yang biasa digunakan oleh petani anggota LKM-A adalah Pupuk Kandang, pupuk Urea, NPK, TSP, Phoska, KCL. Harga pembelian pupuk dan penggunaan pupuk oleh petani sebelum dan sesudah bergabung dalam LKM-A tidak terjadi perubahan yang meningkat. Perubahan hanya terjadi pada harga pembelian pupuk tertentu, seperti pada LKM-A Mandiri Jaya para petani sebelum tergabung dalam LKM-A rata-rata pembelian Pupuk TSP Rp 4 643.75 namun setelah tergabung para petani membeli pupuk rata-rata dengan harga Rp 4 644 dan LKM-A Bina Sejahtera perubahan terjadi pada Pupuk NPK, sebelum tergabung dalam LKM-A rata-rata pembelian pupuk NPK Rp 2 500 sedangkan setelah tergabung Rp 2 571.42, harga rata-rata pembelian Pupuk urea sebelum tergabung adalah Rp 2 914.28 sedangkan setelah bergabung adalah Rp 3 014.28, untuk LKM-A Rukun Tani dan LKM-A Berkah tidak terjadi perubahan dalam harga pembelian pupuk.
51 7.1.3
Pestisida Petani menggunakan pestisida jika terjadi gangguan hama pada proses
budidaya, petani membeli pestisida dalam bentuk kaleng dan dapat digunakan untuk beberapa kali penyemprotan. Biaya untuk pembelian pestisida dimasukkan kedalam komponen biaya tunai. Pestisida yang umumnya digunakan oleh petani, baik sebelum dan sesudah pada LKM-A Rukun Tani tidak terjadi perbedaan saat membeli yaitu dengan harga Rp 58 750 per kaleng, LKM-A Bina Sejahtera Rp 92 142.86, LKM-A Berkah Rp 30 250 dan LKM-A Mandiri Jaya Rp 17 750. 7.1.4
Alat-Alat Pertanian Jenis-jenis alat pertanian yang umumnya digunakan dalam kegiatan
usahatani padi di LKM-A Rukun Tani, LKM-A Bina Sejahtera, LKM-A Berkah dan LKM-A Mandiri Jaya antara lain cangkul, arit, semprotan, garpu, golok. Ratarata jumlah alat pertanian yang dimiliki petani responden adalah sebanyak satu sampai dua. Nilai penggunaan dari masing-masing alat pertanian yang digunakan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Rata-Rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Kabupaten Bogor Nilai Jenis Jumlah yang Harga/ satuan No pembelian Peralatan dimiliki (Rp) (Rp) 1 Cangkul 2 61 621.6 123 243.2 2 Arit 1 38 153.5 38 153.5 3 Semprotan 1 350 000 350 000 4 Garpu 1 90 405.4 90 405.4 5 Golok 1 42 027.03 42 027.03 Jumlah 643 829.13 Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai penggunaan dari alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani responden adalah sebesar Rp 643 829.13. Nilai terbesar dikeluarkan untuk pembelian alat penyemprotan yakni sebesar Rp 350 000 per unitnya. Pengeluaran terbesar kedua adalah pengadaan garpu sebesar Rp 90 405.4, pengadaan cangkul yaitu sebesar Rp 123 243.2, sedangkan untuk pengeluaran golok sebesar Rp 42 027.03, dan terakhir adalah pengadaan arit sebesar Rp 38 153.5.
52 Para petani yang menjadi anggota LKM-A pada umumnya tidak membeli alat-alat pertanian setiap kali musim tanam karena alat-alat pertanian tersebut memiliki umur yang panjang atau dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan alat-alat pertanian yang diperhitungkan. Pada Tabel 18. Dapat dilihat nilai penyusutan dari peralatan yang digunakan oleh petani responden, Peralatan petani pada umumnya memiliki umur ekonomis satu hingga empat tahun. Nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yaitu sebesar Rp 525 961.06 per tahun, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp 30 810.8, nilai penyusutan arit sebesar Rp 12 717.83, nilai penyusutan garpu sebesar Rp 90 405.4, nilai penyusutan golok sebesar Rp 42 027.03, nilai penyusutan semprotan sebesar Rp 350 000. Adapun formulasi perhitungan nilai penyusutan peralatan dilakukan dengan metode garis lurus (Suratiyah 2009) sebagai berikut: Penyusutan =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛
Tabel 18. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian yang Digunakan Oleh Petani Responden Anggota di Kabupaten Bogor Jenis Nilai Umur Nilai No Peralatan Pembelian Peralatan Penyusutan 1 Cangkul 123 243.2 4 30 810.8 2 Arit 38 153.5 3 12 717.83 3 Semprotan 350 000 1 350 000 4 Garpu 90 405.4 1 90 405.4 5 Golok 42 027.03 1 42 027.03 Jumlah 525 961.06 Sumber : Data Primer (diolah), 2013
7.1.5
Tenaga Kerja Tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja
luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga dimasukkan ke dalam biaya tidak tunai sedangkan tenaga kerja luar keluarga dimasukkan ke dalam biaya tidak tunai. Penggunaan tenaga kerja pada petani di daerah penelitian meliputi kegiatan
persiapan
lahan,
pengolahan
tanah,
penanaman,
penyiangan,
53 penyemprotan, pemupukan, dan ketika panen. Kegiatan usahatani padi pada petani sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A menggunakan tenaga kerja pria dan wanita namun dengan upah yang sama. Pada LKM-A Rukun Tani ratarata upah per hari untuk pria adalah Rp 50 000 sedangkan untuk wanita rata-rata upah per hari adalah Rp 20 000, LKM-A Bina Sejahtera rata-rata upah untuk pria per hari sebesar Rp 50 000 dan untuk wanita Rp 15 000 per hari, di LKM-A Berkah rata-rata upah pria per hari sebesar Rp 60 000 dan untuk upah wanita per hari sebesar Rp 30 000, LKM-A Mandiri Jaya upah rata-rata untuk pria sebesar Rp 75 000 per hari sedangkan untuk wanita Rp 30 000 per hari. 7.2
Analisis Biaya Usahatani
Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua diantaranya adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai merupakan pengeluaran secara tunai yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa usahatani sedangkan biaya tidak tunai adalah pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani. Biaya tunai meliputi biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dalam keluarga (TKLK), angsuran pinjaman, sewa traktor, sewa kerbau, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sedangkan yang termasuk biaya tidak tunai adalah penyusutan alat, tenaga kerga dalam keluarga (TKDK) dan biaya sewa lahan. Pada Tabel 19 total biaya usahatani padi yang dikeluarkan petani di LKM-A Rukun Tani sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A masing-masing sebesar Rp 11 508 218.75 per hektar dan Rp 14 829 468.8 per hektar. Pengeluaran terbesar untuk usahatani padi terletak pada pembelian pupuk kandang yaitu Rp 2 125 000 karena para petani anggota LKM-A tidak memiliki hewan ternak yang kotoran hewan tersebut dapat dijadikan pupuk sehingga para petani harus membeli pupuk kandang untuk kebutuhan usahatani padi. Pembayaran biaya angsuran pinjaman mempengaruhi peningkatan biaya tunai setelah para petani anggota LKM-A bergabung dalam LKM-A, rata-rata para petani anggota LKM-A memiliki angsuran pinjaman sebesar Rp 2 000 000. Biaya lain yang menjadi biaya terbesar setelah tergabung dalam LKM-A adalah biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Rp 2 109 375, peningkatan biaya tersebut disebabkan karena pinjaman uang para petani dialokasikan untuk membayar upah TKLK sehingga
54 tidak menggunakan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) kembali, hal ini terlihat terjadi penurunan biaya antara petani sebelum tergabung dalam LKM-A dan sesudah tergabung. Tabel 19. Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Rukun Tani Uraian
Nilai Rata-rata sebelum tergabung LKM-A (Rp)
Nilai rata-rata sesudah tergabung LKM-A (Rp)
B.1 Biaya Tunai 1. Benih
853 750
853 750
2.1 NPK
193 750
193 750
2.2 Urea
1 086 250
1 086 250
2.3 TSP
1 043 750
1 043 750
2.4 Phoska
1 281 250
1 281 250
500 000
500 000
2 125 000
2 125 000
2. Pupuk
2.5 KCL 2.6 pupuk kandang 3. Pestisida Cair 4. Tenaga Kerja Luar Keluarga 5. Iuran Irigasi 6. PBB
58 750
58 750
785 625
2 109 375
87 500
87 500
216 250
216 250
7. Angsuran Pinjaman
2 000 000
8. Sewa kerbau
0
0
9. Sewa Traktor
507 500
507 500
8 870 000
12 063 125
58 750
56 250
2.Biaya Sewa Lahan
2 700 000
2 700 000
3. Penyusutan Peralatan
10 093,75
10 093.8
2 768 843.75
2 766 343.8
11 508 218.75
14 829 468.8
Total Biaya Tunai B.2 Biaya non tunai 1.Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Total Biaya Non Tunai C. TOTAL BIAYA Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Pada analisis usahatani yang dilakukan petani padi anggota LKM-A Bina Sejahtera yang menjadi komponen biaya terbesar adalah TKLK, sebelum tergabung dalam LKM-A adalah Rp 3 137 714 dan setelah tergabung dalam LKM-A menjadi Rp 3 583 429. Peningkatan tersebut terjadi karena para petani telah meminjam uang kepada LKM-A dan pinjaman tersebut dialokasikan untuk membayar upah tenaga kerja., hal tersebut dapat terlihat pada TKDK bahwa sebelum tergabung dalam LKM-A adalah Rp 405 952.4 namun setelah tergabung dalam LKM-A adalah Rp 191 666.7. Para petani padi anggota di LKM-A Bina
55 Sejahtera rata-rata memiliki angsuran pinjaman sebesar Rp 1 166 506.25 sehingga total biaya yang dikeluarkan oleh para anggota LKM-A terjadi peningkatan yaitu menjadi Rp 14 049 305.5 per hektar. Dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Bina Sejahtera Uraian
Nilai Rata-rata sebelum tergabung LKM-A (Rp)
Nilai rata-rata sesudah tergabung LKM-A (Rp)
B. Biaya Usahatani B.1 Biaya Tunai 1. Benih
909 455.78
919 931.97
2.1 NPK
202 381
214 285.7
2.2 Urea
2 435 034
2 501 701
2.3 TSP
230 000
230 000
2.4 Phoska
208 163.3
208 163.28
2.5 pupuk kandang
1 611 905
1 609 524
2. Pupuk
3. Pestisida Cair
92 142.86
58 750
4. Tenaga Kerja Luar Keluarga
3 137 714
3 583 429
5. Irigasi
23 571.43
23 571.43
6. PBB
73 142.86
73 142.86
7. Angsuran Pinjaman 8. Sewa Traktor 9. Sewa Kerbau Total Biaya Tunai B.2 Biaya non tunai 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2. Biaya Sewa Lahan 3. Penyusutan peralatan Total Biaya Non Tunai C. TOTAL BIAYA Sumber : Data Primer (diolah), 2013
1 166 506.25 450 000
450 000
0
0
9 373 510.23
11 039 455.5
405 952.4
191 666.7
2 802 857.1
2 802 857.1
15 326.2
15 326.2
3 224 135.7
3 009 850
12 597 645.93
14 049 305.5
Pada LKM-A Berkah, para petani padi anggota LKM-A memiliki Total biaya yang dikeluarkan sebelum dan sesudah mengalami peningkatan yaitu ketika sebelum tergabung adalah Rp 7 379 174.60 per hektar dan ketika sudah tergabung menjadi Rp 8 344 174.60 per hektar, hal yang mengakibatkan terjadi peningkatan biaya tersebut adanya biaya tambahan yaitu biaya angsuran pinjamn, dimana ratarata para petani meminjam dana Rp 1 400 000. Biaya terbesar yang dikeluarkan terdapat pada pembelian pupuk kandang yaitu Rp 1 750 000, hal tersebut sama
56 dengan LKM-A Rukun Tani karena pada LKM-A berkah para petani tidak memiliki usaha ternak yang kotorannya dapat dimanfaatkan sehingga para petani harus membeli pupuk kandang untuk keperluan usahatani padi. Dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Berkah Uraian
Nilai Rata-rata sebelum tergabung LKM-A (Rp)
Nilai rata-rata sesudah tergabung LKM-A (Rp)
B. Biaya Usahatani B.1 Biaya Tunai 1. Benih
594 975.82
594 975.82
2.1 NPK
186 653.8
186 653.8
2.2 Urea
595 824.18
595 824.18
2.3 TSP
152 500
152 500
43 700
43 700
1 750 000
1 750 000
30 250
30 250
426 000
216 000
55 000
55 000
169 000
169 000
2. Pupuk
2.4 Phoska 2.6 pupuk kandang 3. Pestisida Cair 4. Tenaga Kerja Luar Keluarga 5. Irigasi 6. PBB 7. Angsuran Pinjaman
1 400 000
8. Sewa Traktor
271 000
271 000
9. Sewa Kerbau
80 000
80 000
4 354 903.80
5 544 903.80
1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga
1 821 000
1 596 000
2. Biaya Sewa Lahan
1 187 500
1 187 500
15 770.8
15 770.8
3 024 270.8
2 799 270.8
7 379 174.60
8 344 174.60
Total Biaya Tunai B.2 Biaya Non Tunai
3. Penyusutan alat Total Biaya Non Tunai C. TOTAL BIAYA Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Total biaya yang dikeluarkan oleh petani padi anggota LKM-A Mandiri Jaya sebelum dan sesudah tergabung mengalami penurunan yaitu ketika sebelum tergabung sebesar Rp 8 318 989.03 per hektar dan ketika sesudah tergabung adalah Rp 8 265 240.81 per hektar. Penurunan total biaya tersebut diakibatkan karena para petani mengurangi pemakain TKLK, sebelum tergabung dalam LKMA Rp 1 472 344 dan setelah tergabung dalam LKM-A menjadi Rp 340 781 dan
57 penurunan tersebut terjadi pada penyusutan peralatan, penyusutan peralatan sebelum tergabung Rp 18 160.41 dan setelah tergabung adalah Rp 17 850,69. Dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Total Biaya per hektar para Petani Anggota Sebelum dan Sesudah Tergabung Dalam LKM-A Mandiri Jaya Uraian
Nilai Rata-rata sebelum
Nilai rata-rata sesudah
tergabung LKM-A (Rp)
tergabung LKM-A (Rp)
B. Biaya Usahatani B.1 Biaya Tunai 1. Benih
312 343.75
351 406.25
2.1 NPK
220 963.56
220 964.56
2.2 Urea
258 645.81
258 645.81
2.3 TSP
34 395.8
34 395.8
65 625
65 625
5 000
5 000
2 171 666.7
2 171 666.7
17 750
17 750
1 472 344
340 781
0
0
162 562.5
162 562.5
2. Pupuk
2.4 Phoska 2.5 KCL 2.6 pupuk kandang 3. Pestisida Cair 4. Tenaga Kerja Luar Keluarga 5. Irigasi 6. PBB 7. Angsuran Pinjaman 8. Sewa Traktor
1 062 500 0
0
144 687.5
144 687.5
4 865 984.62
4 835 984.12
932 344
908 906
2. Biaya Sewa Lahan
2 502 500
2 502 500
3.Penyusutan Peralatan
18 160.41
17 850.69
Total Biaya Non Tunai
3 453 004.41
3 429 256.69
C. TOTAL BIAYA Sumber : Data Primer (diolah), 2013
8 318 989.03
8 265 240.81
9. Sewa Kerbau Total Biaya Tunai B.2 Biaya Non Tunai 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga
7.2.1 Gabungan Analisis Biaya Usahatani Selisih terbesar dari total biaya sebelum dan sesudah petani padi tergabung dalam LKM-A terdapat pada LKM-A Rukun Tani yaitu sebesar Rp 3 315 250.05, selisih yang besar tersebut dikarenakan rata-rata para petani menambahkan TKLK dalam kegiatan usahatani dan membayar iuran irigasi serta para petani menyewa traktor, lain halnya dengan LKM-A Mandiri Jaya yang memiliki selisih terkecil yaitu Rp -53 748.22, hal ini dikarenakan para petani di LKM-A Mandiri Jaya tidak sewa traktor dan tidak membayar irigasi karena di daerah tersebut para
58 petani dengan bebas memanfaatkan aliran air yang ada. Para petani padi anggota rata-rata memiliki angsuran pinjaman yang berbeda-beda, di LKM-A Rukun Tani yaitu sebesar Rp 2 000 000 sedangkan yang terkecil pada LKM-A Mandiri Jaya yaitu sebesar Rp 1 062 500, Pinjaman uang kepada LKM-A rata-rata dialokasikan untuk penambahan biaya TKLK dan untuk pembelian pupuk kandang karena para petani anggota LKM-A tidak memiliki hewan ternak yang kotoran ternak tersebut dapat dijadikan pupuk. 7.3
Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio
Pendapatan usahatani didapat dengan cara mengurangkan penerimaan ratarata dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya tidak tunai yang jika digabungkan akan menjadi biaya total usahatani, sedangkan penerimaan ada dua yaitu penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai, namun dalam penelitian ini terdapat tiga LKM-A yang tidak memiliki penerimaan tunai karena petani tersebut hasil produksi dikonsumsi untuk keluarga. Penerimaan tidak tunai didapat dari hasil perkalian dari jumlah padi yang yang dikonsumsi dikali dengan harga yang berlaku saat padi disimpan. Berdasarkan Tabel 23 di LKM-A Rukun Tani para petani sebagian menjual hasil panennya berupa GKP dan untuk konsumsi pribadi. penerimaan tunai didapatkan dari hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual. Sebelum tergabung dalam LKM-A rata-rata menghasilkan produksi sebesar 2 750 kg/Ha sehingga penerimaan tunai sebesar Rp 19 250 000 sedangkan setelah tergabung produksi yang dihasilkan mencapai 4 625 kg/Ha sehingga penerimaan tunai menjadi Rp 32 375 000. Para petani selain menjual hasil panen, adapula yang menyimpan hasil panen atau yang disebut penerimaan non tunai, penerimaan nun tunai didapatkan dari hasil kali antara produksi padi yang tidak dijual dengan harga jual. Penerimaan non tunai sebelum tergabung Rp 5 250 000 dan setelah tergabung dalam LKM-A Rp 6 000 000 sehingga didapatkan total penerimaan usahatani sebelum tergabung Rp 24 500 000 dan setelah tergabung LKM-A Rp 38 375 000.
59 Tabel 23. Perhitungan Rata-rata Penerimaan, Total Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Petani Anggota LKM-A Rukun Tani Nilai Rata-rata sebelum Uraian tergabung LKM-A (Rp)
Nilai rata-rata sesudah tergabung LKM-A (Rp)
A. Penerimaan Usahatani A.1 Penerimaan Tunai A.2 Penerimaan Non tunai Total Penerimaan Usahatani B.1 Total Biaya Tunai B.2 Total Biaya Non Tunai Total Biaya
19 250 000
32 375 000
5 250 000
6 000 000
24 500 000
38 375 000
8 870 000
12 063 125
2 768 843.75
2 766 343.8
11 508 218.75
14 829 468.8
D. PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI
15 760 625
26 311 875
E. PENDAPATAN ATAS BIAYA TOTAL
12 991 781.25
23 545 531.2
F. R/C ATAS BIAYA TUNAI
2.80
3.18
G. R/C ATAS BIAYA TOTAL
2.12
2.58
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Pada pendapatan atas biaya total sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A adalah Rp 12 991 781.25 dan Rp 23 545 531.2, Peningkatan tersebut terjadi karena total penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan. Hasil analisis R/C rasio bahwa R/C rasio atas biaya total sebelum petani tergabung dalam LKM-A adalah 2.12 dan 2.58 untuk ketika petani sudah tergabung dalam LKM-A, nilai 2.12 dan 2.58 memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1.00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2.12 dan Rp 2.58. Berdasarkan dari uraian diatas bahwa R/C rasio sebelum dan sesudah tergabung dalam LKM-A lebih besar dari 1 yang artinya bahwa usahatani para petani layak untuk diusahakan, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 23. Petani yang tergabung dalam LKM-A Bina Sejahtera hanya mendapatkan penerimaan non tunai yang artinya para petani tidak menjual GKP kepada petani namun hasil produksi tersebut disimpan untuk konsumsi rumah tangga sehingga dengan jumlah produksi dikali dengan harga simpan GKP tersebut didapat sebesar Rp 18 586 977.65 dengan hasil produksi 3564.62 Kg/Ha sebelum tergabung dan sesudah tergabung produksi menjadi 4010.88 Kg/Ha sehingga rata-rata penerimaan petani sebesar Rp 13 465 111.76 sehingga pendapatan atas biaya total petani yang tergabung dalam LKM-A Bina Sejahtera sebesar Rp 5 989 331.71 dan terjadi penurunan menjadi Rp -584 193.73, hal ini dikarenakan harga simpan
60 produksi sebelum dan sesudah mengalami penurunan sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan. Analisis R/C rasio terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Hasil perhitungan nilai R/C rasio atas biaya total sebelum petani tergabung dalam LKM-A adalah 1.47 dan 0.95 untuk ketika petani sudah tergabung dalam LKM-A, nilai 1.47 dan 0.95 memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1.00 akan menghasilkan penerimaan sebesar 1.47 dan Rp 0.95, berdasarkan dari hasil R/C rasio terlihat bahwa petani padi anggota LKM-A Bina Sejahtera setelah tergabung dalam LKM-A tidak layak untuk diusahakan karena penerimaan setelah tergabung mengalami penurunan namun dalam biaya mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Perhitungan Rata-Rata Penerimaan, Total Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Petani Anggota LKM-A Bina Sejahtera Uraian
Nilai Rata-rata sebelum tergabung LKM-A (Rp)
Nilai rata-rata sesudah tergabung LKM-A (Rp)
18 586 977.65
13 465 111.76
9 373 510.23
11 039 455.5
3 224 135.7
3 009 850
12 597 645.93
14 049 305.5
9 213 467.41
2 425 656.26
A. Penerimaan Usahatani A.1 Penerimaan Non Tunai B.1 Total Biaya Tunai B.2 Total Biaya Non Tunai Total Biaya D. PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI E. PENDAPATAN ATAS BIAYA TOTAL
989 331.71
-584 193.73
F. R/C ATAS BIAYA TUNAI
1
1.98
1.21
G. R/C ATAS BIAYA TOTAL
1.47
0.95
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 25 Produksi usahatani petani padi pada LKM-A Berkah tidak ada yang dijual namun untuk konsumsi pribadi sehingga penerimaan sebelum tergabung didapatkan Rp 5 360 769.21 dan setelah tergabung Rp 5 360 769.21 hanya pendapatan atas biaya tunai petani yang tergabung dalam LKM-A Berkah Pendapatan atas biaya total sebelum dan sesudah tergabung dalam LKMA bernilai negatif yaitu sebesar Rp -2 018 405.37dan Rp -2 983 405.37, hal ini disebebakan karena penerimaan total lebih kecil dari total biaya yang dikeluarkan oleh petani sehingga menimbulkan nilai negatif sedangkan jika dilihat dari analisis R/C rasio yang terdiri dari R/C atas biaya total dan R/C atas biaya tunai. Hasil perhitungan nilai R/C rasio atas biaya total sebelum petani tergabung dalam LKM-A adalah 0.72 dan 0.64 untuk ketika petani sudah tergabung dalam
61 LKM-A, nilai 0.72 dan 0.64 memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1.00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 0.72 dan Rp 0.64 yang artinya ushatani yang dijalankan oleh petani yang tergabung dalam LKM-A tidak menguntungkan. Tabel 25. Perhitungan Penerimaan, Total Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Petani Anggota LKM-A Berkah Nilai Rata-rata sebelum tergabung LKM-A (Rp)
Nilai rata-rata sesudah tergabung LKM-A (Rp)
A. Penerimaan Usahatani
5 360769.23
5 360 769.23
B.1 Total Biaya Tunai
4 354 903.80
5 544 903.80
B.2 Total Biaya Non Tunai
3 024 270.80
2 799 270.80
Total Biaya
7 379 174.60
8 344 174.60
D. PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI
1 005 865,42
-184 134.57
E. PENDAPATAN ATAS BIAYA TOTAL
-2 018 405.37
-2 983 405.37
F. R/C ATAS BIAYA TUNAI
1.23
0.96
G. R/C ATAS BIAYA TOTAL
0.72
0.64
Uraian
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 26 Petani Padi anggota LKM-A Mandiri Jaya tidak menjual hasil produksi padi melainkan untuk konsumsi pribadi sehingga penerimaan non tunai petani padi anggota LKM-A sebelum tergabung adalah Rp 7 706 458 dan setelah tergabung Rp 11 285 416.7. Pendapatan atas biaya total petani yang tergabung dalam LKM-A Mandiri Jaya sebesar Rp -612 531.03 dan terjadi peningkatan menjadi Rp 3 020 175.89, peningkatan tersebut didukung oleh produksi yang meningkat setelah tergabung dalam LKM-A. Analisis R/C rasio terdiri dari R/C atas biaya total. Hasil perhitungan nilai R/C rasio atas biaya total sebelum petani tergabung dalam LKM-A adalah 0.92 dan setelah tergabung 1.36, nilai 0.92 dan 1.36 memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1.00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.32 dan 1.95. Berdasarkan hasil dari R/C rasio di atas dapat diartikan bahwa setelah tergabung dalam LKM-A para anggota petani padi tersebut layak untuk menjalankan usahatani.
62 Tabel 26. Perhitungan Pendapatan Rata-rata dan R/C Rasio Usahatani Petani Anggota LKM-A Mandiri Jaya Nilai Rata-rata sebelum tergabung LKM-A (Rp)
Nilai rata-rata sesudah tergabung LKMA (Rp)
7 706 458
11 285 416.7
B.1 Total Biaya Tunai
4 865 984.62
4 835 984.12
B.2 Total Biaya Non Tunai
3 453 004.41
3 429 256.69
Total Biaya
8 318 989.03
8 265 240.81
D. PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI
2 840 473.38
6 449 432.58
E. PENDAPATAN ATAS BIAYA TOTAL
-612 531.03
3 020 175.89
F. R/C ATAS BIAYA TUNAI
1.58
2.33
G. R/C ATAS BIAYA TOTAL
0.92
1.36
Uraian A. Penerimaan Usahatani A.1 Penerimaan Non Tunai
Sumber : Data Primer (diolah), 2013
7.3.1 Gabungan Analisis Pendapatan Usahatani Pada Penerimaan usahatani, rata-rata petani padi anggota LKM-A tidak menjual hasil produksi melainkan untuk konsumsi pribadi, hanya para petani di LKM-A Rukun Tani yang menjual hasil panen berupa GKP yaitu Rp 19 250 000 sedangkan setelah tergabung Rp 32 375 000. Sehingga hanya pada LKM-A Rukun Tani pendapatan atas biaya total mengalami peningkatan yang tajam yaitu sebelum tergabung sebesar Rp 12 991 781.25 dan setelah tergabung menjadi Rp 23 545 531.2, berbeda halnya dengan LKM-A Berkah yang mengalami minus yaitu sebelum tergabung Rp -2 018 405.37 dan setelah tergabung Rp -2 983 405.37, hal ini terjadi karena pada LKM-A Berkah penerimaan produksi lebih kecil dari total biaya yang dikeluarkan ketika memanen. Para petani dapat meminjam dana kepada LKM-A untuk menambah sumberdana dalam pembelian sarana input sehingga petani memiliki kesempatan untuk meningkatkan penerimaan dan pendapatan, namun ada petani yang mengalami penurunan pendapatan, hal ini diakibatkan adanya penyalahgunaan dalam pemakaian dana yang seharusnya digunakan untuk membeli sarana input sehingga meningkatkan produksi tetapi digunakan untuk penggunaan lain seperti keperluan rumah tangga untuk usaha selain usahatani. Hal ini menyebabkan petani menanggung biaya angsuran atas pinjaman tersebut sementara penerimaan usahatani menurun sehingga mengakibatkan pendapatan menurun.
63 Jika dilihat dari analisis R/C rasio atas biaya total setelah tergabung dalam LKM-A bahwa dua LKM-A Layak untuk menjalankan usahatani padi karena R/C rasio berada lebih dari satu, antara lain LKM-A Rukun Tani yang memiliki R/C rasio atas biaya total adalah 2.58 dan LKM-A Mandiri Jaya adalah 1.36 sedangkan dua LKM-A lainnya yaitu LKM-A Bina Sejahtera dan LKM-A Berkah tidak layak melakukan usahatani setelah tergabung dalam LKM-A karena memiliki R/C rasio atas biaya total yang kurang dari satu, hal ini dikarenakan penerimaan yang didapat lebih rendah dari biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usahatani.
64
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pada empat LKM-A yang diteliti di Kabupaten Bogor bahwa LKM-A yang tidak efisien dalam kinerja adalah LKM-A Berkah yang disebabkan jasa yang diterapkan oleh LKM-A Berkah adalah 20% dalam penyaluran pertanian pertanian hanya 50%. 2. Pendapatan petani padi di Kabupaten Bogor setelah bergabung dalam LKM-A ada yang mengalami peningkatan (LKM-A Rukun Tani dan LKM-A Mandiri Jaya) sedangkan yang mengalami penurunan (LKM-A Bina Sejahtera dan LKM-A Berkah). Penurunan Pendapatan petani anggota LKM-A Berkah karena kinerja pada LKM-A Berkah tidak efisien dan penerimaan yang dihasilkan lebih rendah daripada biaya yang dikeluarkan setelah para petani tergabung dalam LKM-A. 8.2 Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dapat disarankan : 1. Pada LKM-A Berkah untuk meningkatkan efisiensi kinerja dengan cara dana 100 juta rupiah tersebut lebih disalurkan kepada bidang pertanian dan disalurkan kepada petani miskin, hal tersebut didukung dengan LKM-A Berkah harus mengurangi jasa menjadi 5% karena saat ini LKM-A Berkah menerapkan jasa yang tinggi (20%) dibandingkan LKM-A lain. 2. Peran penyuluh pertanian diperlukan untuk pengawasan dan pembinaan pemberian dana 100 juta rupiah kepada para petani, hal ini dikhawatirkan ada penyalahgunaan penggunaan dana tersebut. Diharapkan juga para pengurus LKM-A tidak saja memberikan dalam bentuk uang kepada para petani namun dapat diberikan dalam bentuk fisik seperti pupuk, pestisida, dan kebutuhan dalam usahatani lainnya.
65
DAFTAR PUSTAKA Abidin Z, Endri. 2009. Kinerja Efisiensi Teknik Bank Pembangunan Daerah : Pendekatan Data Envelopment Analysis. 11(1) : 21-29 Ahlan. 2005. Studi Komperatif sistem pengelolaan kredit antara lembaga keuangan mikro: Upaya Mencari Sistem Lembaga Keuangan Mikro yang Efisien [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ashari. 2006. Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam pembangunan Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pengembangannya. Analisis kebijakan Pertanian (Pusat Analisis Sosial Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pertanian) 4: 144-146. [BP4K] Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. Jumlah Simpanan dan Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis. 2013. Bogor (ID): BP4K Cooper, W.W., L.M. Seiford, dan J. Zhu. 2000. A unified additive model approach for evaluating inefficiency and congestion with associated measurces in DEA. Social-Economic Planning Science, Vol. 34., No. 1, 125. Charnes A, Cooper WW, E. Rhodes. 2002. Measuring The Efficiency Of Decision Making Units. European Journal Of Operational Reseacrh 2:429-444. North-Holland Publishing Company. Direktorat Pembiayaan Pertanian, Dikrektorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian. 2011. Pedoman Penumbuhan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan PUAP. Jakarta (ID) : Kementerian Pertanian Febrian A. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Memanfaatkan Sistem Resi Gudang Studi Kasus Gapoktan Jaya Tani Indramayu [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Fianti, H.M. Yolanda. 2011. Penerapan metode Frontier Analysis dalam Mengukur Efisiensi Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus : UKM Jamur Tiramdi Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hadad,M.D., W. Santoso, D. Ilyas, dan E. Mardanungraha. 2003. Analisis efisiensi Industri perbankan Indonesia Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). http://www.bi.go.id [23 Maret 2013] Hamdan. 2007. Analisis Kebijakan Pengelolaan perikanan Tangkap Berkelanjutan Di kabupaten Indramayu [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hendayana R, Busmatan S, Sunandar N, Jamal E. 2009. Petunjuk Pelaksanaan: Pembentukan dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A). Bogor (ID): Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
66 Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan Regulasi. LP3S: Jakarta (ID). Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya Hernanto F. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya Nababan, BO, Sari YD. 2010. Analisis Efisiensi Kredit Modal Ventura untuk Nelayan Perikanan Tangkap (Studi Kasus Nelayan di kabupaten Tegal). Jurnal Bijak Dan Riset Sosek KP Volume 5 No. 1 Permatasari AR. 2011. Analisis Efisiensi Teknis, Pendapatan dan Peranan Kelembagaan Petani Pada Usahatani Padi Sehat (Kasus: Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Poetryani A. 2011. Analisis Perbandingan Efisiensi Ushatani Padi Organik dengan Organik (Kasus: Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Prawirosentono. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan: Kiat membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan bebad Dunia. BPFE: Yogyakarta Prihartono MK. 2009. Dampak Program PUAP Terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Anggota Gapoktan [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Putri, VR, Lukviarman N. 2008. Pengukuran Kinerja Bank Komersial dengan Pendekatan Efisiensi: Studi terhadap Perbankan Go-Public di Indonesia. Volume 5 No. 1, 37-52. Purnomo, AY Bambang. 2006. Analisis Efisiensi dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus Efisiensi Teknis Penggunaan Lahan, Bibit, Pupuk, Obat-obatan dan Tenaga Kerja Pada Usaha tani Padi Sawah di Jawa Tengah) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Setyarini P. 2008. Analisis Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Swamitra amina dengan Pendekatan Balanced Scoreced (Studi Kasus di Kabupaten Bantul, Yogyakarta) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI Press Soekartawi. 2002. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI Press Subarkah, LA. 2009. Kajian Kinerja Rantai Pasok Lettuce Head (Lactuca Sativa) dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Studi kasus di Pt. Saung Mirwan, Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suratiyah Ken. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Wijono W. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro sebagai salah satu pilar sistem keuangan Nasional: upaya Konkrit memutus rantai kemiskinan. Kajian ekonomi dan keuangan (edisi khusus). Pusat pengkajian ekonomi dan keuangan. Badan pengkajian ekonomi,keuangan dan kerjasama internasional. Departemen keuangan.
67
LAMPIRAN
68 Lampiran 1. Data Rekapitulasi Penerima Dana BLM-PUAP Tahun 2008-2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
PROPINSI ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU KEPULAUAN RIAU BANGKA BELITUNG JAMBI BENGKULU SUMATERA SELATAN LAMPUNG BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR D.I. YOGYAKARTA DKI JAKARTA KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI BARAT GORONTALO SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SULAWESI SELATAN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR MALUKU MALUKU UTARA PAPUA PAPUA BARAT Grand Total
2008 600 502 204 181 47 61 283 289 362 269 298 621 1092 1083 127 15 231 204 342 206 129 132 274 323 235 457 248
2009 254 534 329 215 62 78 369 251 168 233 424 702 1190 925 146 38 210 212 230 159 135 112 233 222 209 493 332
2010 340 393 192 267 41 41 151 139 176 265 115 686 1076 906 47 14 191 172 350 121 141 91 196 245 214 584 60
2011 431 428 139 347 50 64 209 167 160 304 177 694 1327 1243 70 10 289 163 282 159 124 101 183 179 172 514 34
2012 231 351 136 198 12 22 121 83 135 321 137 641 1002 954 45 7 155 58 170 24 56 75 94 133 118 212 4
Total 1856 2208 1000 1208 212 266 1133 929 1001 1392 1151 3344 5687 5111 435 84 1076 809 1374 669 585 511 980 1102 948 2260 678
192
263
224
119
112
910
512 188 144 463 228 10.542
385 155 119 378 119 9.884
431 123 117 271 207 8.587
391 88 88 88 88 88
138 55 59 60 131 6.050
1857 609 527 1260 773 35.151
69 Lampiran 2. Variabel Kinerja dalam LKM-A Variabel ASPEK ORGANISASI 1. Aturan Organisasi (AD/ART)
Definisi Sudah mempunyai
Satuan ordinal
dan memiliki AD/ART
2. Rencana Kerja
3. Rapat anggota berkala 4. Penyelenggaraan RAT
Adanya pembuatan rencana Kerja Pelaksanaan rapat anggota yang terjadwal RAT terlaksana tepat waktu
ordinal
sudah berbadan hukum
1. tidak memiliki AD/ART 2. sudah memiliki AD/ART tetapi belum lengkap 3. sudah memmiliki AD/RT dan disahkan 1. dibuat oleh pihak lain 2. oleh gapoktan 3. partisipatif
Bulan
Bulan
1. tidak dilaksanakan 2. dilaksanakan tidak tepat waktu 3. dilaksanakan tepat waktu
sesuai peraturan
5. Badan Hukum
Keterangan
ordinal
1. tidak ada 2. dalam proses 3. ada
total jumlah pengurus ASPEK PENGELOLAAN LKM-A 1. Penyaluran untuk persentase usaha penyaluran dari dana yang dikelola pertanian untuk Pertanian 2. pembiayaan kepada persentase petani penyaluran dana untuk pembiayaan Miskin kepada petani miskin 6. pengurus LKM-A
orang
persen
persen
70 Lampiran 2 (Lanjutan) 3. Pencatatan dan Pembukuan
Adanya pencatatan dan
ordinal
2. ada tapi tidak lengkap 3. ada dan lengkap
pembukuan dalam mengelola dana 4. Pelaporan
Adanya pelaporan yang
1. tidak ada
ordinal
dibuat oleh pengurus
1. tidak ada 2. kadang-kadang 3. ada
5. Pengawasan dan Pembiayaan (penggunaan sesuai sasaran)
Adanya pengawasan dalam hal pembiayaan (penyaluran
ordinal
2. kadang kadang
dana) 6. Sarana dan Prasarana LKM-A
seperti komputer,kantor. kendaraan operasional, slip
3. ada ordinal
3. ada
simpanan, buku tabungan formulir, buku kas.
rupiah
rupiah
3. Asset yang dikelola
anggota modal PUAP+simpanan+dana
rupiah
4. kumulatif penyaluran
stimulan+laba total penyaluran pinjaman ke
persen
anggota 5. Tingkat pembiayaan bermasalah 6. Waktu pengembalian pinjaman 7. Jasa
1. tidak ada 2. terbatas
tabungan, slip penarikan
KINERJA PENGELOLAAN LKM-A memiliki dana 1. Modal keswadayaan keswadayaan (simpanan pokok,simpanan wajib dan simpanan khusus) adanya simpanan 2. simpanan sukarela sukarela
1. tidak ada
kredit macet
persen
batas pengembalian jasa/ bunga peminjaman uang
Bulan persen
71 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian untuk Manager LKM-A
KUESIONER PENELITIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN 2013
Responden yang terhormat, terimaksih telah menyempatkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Saya bernama Intan Hafilia Annisa mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB sedang melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi Kinerja Lembaga Keuangan
Mikro Agribisnis (LKM-A) dan Pendapatan Petani Padi Anggota LKMA di Kabupaten Bogor”. Bapak/ Ibu mohon kesediannya untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar serta dapat memberikan gambaran data objektif. Informasi Bapak/Ibu sangat berguna bagi untuk penelitian saya. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Tanggal Wawancara : No. Responden : Pertanyaan dengan pilihan berganda, dipilih salah satu dengan memberikan tanda ceklis (√) dalam . I.
II.
IDENTITAS RESPONDEN 1
Nama Gapoktan
:
2
Nama Ketua
:
3
Nama LKM-A
:
4
Nama Manager LKM-A
:
5
Desa
:
6
Kecamatan
:
7
Kabupaten
: BOGOR
KEORGANISASIAN
72
III.
1
Jumlah pengurus
: .......... orang
2
Jumlah anggota
: .......... orang
3
Apakah sudah berbentuk badan hukum ?
4
ada Dalam proses Rencana kerja dibuat oleh :
Tidak ada
Partisipatif Oleh pengurus Gapoktan Dibuat oleh pihak lain 5 Sebulan berapa kali dalam Penyelenggaraan Rapat Anggota ?.... 6 Apakah sudah memiliki aturan organisasi (AD/ART) ? Sudah memiliki AD/ART dan disahkan Sudah memiliki AD/ART tetapi belum lengkap Tidak memiliki AD/ART 7 Penyelenggaraan Rapat Akhir Tahun : Dilaksanakan tepat waktu Dilaksanakan tidak tepat waktu Tidak dilaksanakan PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA 1
Berapa persen penyaluran untuk Usaha Pertanian ?
2
>80% ( tepatnya ................... ) 79 – 50% ( tepatnya .............. ) < 50% ( tepatnya ................ ) Berapa persen pembiayaan kepada petani miskin ? ............ %
3
Apakah ada pencatatan dan pembukuan ?
4
Ada dan lengkap (neraca dan laopran Laba rugi) Ada tapi tidak lengkap (hanya buku khas) Tidak ada Apakah ada pelaporan yang dibuat oleh pengurus ?
5
Ada Kadang-kadang Tidak ada Apakah ada pengawasan dalam hal pembiayaan ?
6
Ada Kadang-kadang Tidak ada Apakah ada sarana dan prasarana dalam LKM-A ? Ada
Terbatas
Tidak ada
73 7
Berapakah modal keswadayaan (simpanan pokok+simpanan wajib) ? Rp. .........................................
8
Berapakah simpanan sukarela ? Rp. ........................ per orang
9
Asset yang dikelola hingga saat ini (maret 2013) ?
Rp. .................................................................... 10 Berapa persen kumulatif penyaluran pinjaman kepada anggota ? ............. % 11 Berapakah tingkat pembiayaan bermasalah ? 10% ( tepatnya ...........) 9,9 – 5% ( tepatnya ...........) < 4,9% ( tepatnya ..............) 12 Berapa persen jasa/ bunga pinjaman? ................ % 13 Jumlah pinjaman yang diberikan kepada anggota : Rp. 100.000 – Rp. 500.000 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 14 Waktu pengembalian pinjaman : ............... bulan
74 Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Untuk Petani
KUESIONER PENELITIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN 2013
Responden yang terhormat, terimaksih telah menyempatkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Saya bernama Intan Hafilia Annisa mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB sedang melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi Kinerja
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan Pendapatan Petani Padi Anggota LKM-A di Kabupaten Bogor”. Bapak/ Ibu mohon kesediannya untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar serta dapat memberikan gambaran data objektif. Informasi Bapak/Ibu sangat berguna bagi untuk penelitian saya. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Tanggal wawancara : No. Responden : I.
Karakteristik Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Responden Alamat Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Provinsi Jenis Kelamin Umur Pendidikan terakhir 1. SD 2. SMP
: .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : .................................................................................. : Bogor : Jawa Barat : 1. Pria 2. Wanita : ..................................... : 3. SMA 5. Sarjana 4. Diploma 6. Pasca Sarjana
10. Jumlah Tanggungan : .............. orang ( ≤ 15 tahun) ............... orang ( ≥ 15 tahun)
75 11. Curahan Waktu bertani : ......................... jam/hari , ............... hari/minggu 12. Luas Lahan Garapan : ..................... Ha 13. Penguasaan Lahan : 1. Pemilik 2. Sewa 3. Penggarap 14. Status Usahatani : 1. Penghasilan utama 2. Penghasilan Sampingan 15. Apa saja masalah Bapak/Ibu dalam usahatani ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ....................................................................................................................... 16. Setelah meminjam modal di LKM-A tani Berkah, apakah masih mendapatkan masalah dalam usahatani? 1. YA 2. TIDAK 17. Jika YA, Apa saja masalah dalam usahatani setalh meminjam modal di LKM-A Tani Berkah? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 18. Apakah alasan Bapak/Ibu meminjam modal di LKM-A Tani Berkah? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ....................................................................................................................... 19. Sudah Berapa Lama menjadi Anggota LKM-A Tani berkah : 1. < 3 bulan 4. > 9 – 12 bulan 2. 3 – 6 bulan 5. > 12 bulan 3. > 6 – 9 bulan 20. Sudah Berapa kali meminjam dana di LKM-A Tani Berkah : ...... kali Besarnya pinjaman : 1. 0 - Rp 500.000 2. > Rp 500.000 – Rp 1.000.000 3. > Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000 4. > Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 5. > Rp 2.000.000 II.
Analisis Usahatani 1. Pola Tanam : 1. Musim Hujan : 2. Musim Kering : 2. Varietas padi yang digunakan : ................ 3. Alasan memilih varietas tersebut : 1. Harga komoditi lebih tinggi 2. Ikut petani lain 3. Bantuan Dinas Pertanian 4. Anjuran pihak tertentu 4. Hama penyakit tanaman yang menyerang dalam satu tahun terakhir 1. ........................................................................................ 2. ........................................................................................ 3. ........................................................................................ 5. Tindakan dalam mengatasi hama dan penyakit :
76 1. ........................................................................................ 2. ........................................................................................ 3. ........................................................................................ 6. Benih : 1. Hibrida 3. Varietas Unggul nasional 2. Varietas Lokal 7. penggunaan benih dan pupuk 8. p No Uraian e n 1 Benih g 2 Pupuk - organik g u n - non organik a a n pestisida
jenis pestisida
satuan fisik
Satuan fisik
Sebelum Harga Satuan Jumlah (Rp)
Sebelum jumlah harga satuan (Rp)
Sesudah Harga Satuan Jumlah ( Rp)
Sesudah jumlah harga satuan (Rp)
- Padat
- Cair
9. Penggunaan peralatan sebelum tergabung dalam LKM-A No
Jenis alat
1 2 3 4 5 Total penyusutan
Nilai Jumlah pembelian (buah) (Rp)
Waktu pembelian (tahun)
Estimasi umur ekonomis (tahun)
biaya penyusutan (Rp)
77 sesudah tergabung dalam LKM-A No
Jenis alat
Jumlah (buah)
Nilai pembelian (Rp)
Waktu pembelian (tahun)
Estimasi umur ekonomis (tahun)
biaya penyusutan (Rp)
1 2 3 4 5 Total penyusutan
10. Biaya usahatani lainnya Sebelum tergabung dalam LKM-A jenis pengeluaran
sistem bayar
musim hujan (Rp)
musim kering (Rp)
Total/Thn (Rp)
musim kering (Rp)
Total/Thn (Rp)
a. Iuran irigasi/beli air b. Iurasn desa c. PBB d. Sewa Lahan e.Sewa Traktor f. Lainnya...... Total
Sesudah tergabung dalam LKM-A jenis pengeluaran a. Iuran irigasi/beli air b. Iurasn desa c. PBB d. Sewa Lahan e.Sewa Traktor f. Lainnya...... Total
sistem bayar
musim hujan (Rp)
78 11. Penggunaan Tenaga Kerja
No 1.
2.
3. 4.
5.
Sebelum tergabung dalam LKM-A
Kegiatan
waktu penyelesaian (jamxhari)
total tenaga kerja (orang)
Asal Tenaga Kerja DK LK L P L P
Sistem Bayar Upah (Rp/HOK) Borongan L P
Persiapan Lahan Pembersihan lahan Pembersihan lahan Persemaian Penanaman benih Pemupukan Pembuatan bedeng Penanaman Pemeliharaan Penyiangan 1 Penyiangan 2 Penyiangan 3 Pemupukan 1 pemupukan 2 Pemupukan 3 Penyemprotan 1 Penyemprotan 2 Penyemprotan 3 Pemanenan Panen Pengangkutan Total
78
No
Sesudah tergabung dalam LKM-A
Kegiatan
waktu penyelesaian (jamxhari)
total tenaga kerja (orang)
Asal Tenaga Kerja DK L
1.
2.
3. 4.
5.
Persiapan Lahan Pembersihan lahan Pembersihan lahan Persemaian Penanaman benih pemupukan Pembuatan bedeng penanaman Pemeliharaan Penyiangan 1 Penyiangan 2 Penyiangan 3 Pemupukan 1 pemupukan 2 Pemupukan 3 Penyemprotan 1 Penyemprotan 2 Penyemprotan 3 Pemanenan Panen Pengangkutan Total
Sistem Bayar
LK P
L
P
Upah (Rp/HOK) L P
Borongan
79
79
80 III. INFORMASI PENJUALAN 1. Hasil yang di jual Hasil Produksi
Jumlah (Kg)
Harga (Rp/Kg)
Nilai (Rp)
Harga (Rp/Kg)
Nilai (Rp)
1. Gabah Kering Panen 2. Gabah Kering Giling 3. Lainnya .........
2. Hasil yang disimpan Hasil Produksi 1. Gabah Kering Panen 2. Gabah Kering Giling 3. Lainnya .........
Jumlah (Kg)
81 Lampiran 5. Data Penerimaan Sebelum Petani Padi Anggota Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor LKM-A
LKM-A Rukun Tani
5000 1000 10000 2000
rata-rata
LKM-A Bina Sejahtera
2000 6000 700 15000 1000 3000 5000
rata-rata
LKM-A Berkah
1000 400 1000 4000 650 700 10000 3000 1000 2000
rata-rata
LKM-A Mandiri Jaya
rata-rata
Sebelum Sesudah Produksi di jual Produksi di jual/Ha Harga Jual Penerimaan Produksi di simpan Produksi di simpan/Ha Harga simpan Penerimaan Produksi di jual Produksi di jual/Ha Harga Jual Penerimaan Produksi di simpan Produksi di simpan/Ha Harga simpan Penerimaan 0,5 1000 2000 7000 14000000 500 1000 2500 2500000 1500 3000 7000 21000000 500 1000 2500 2500000 0,1 500 5000 7000 35000000 250 2500 3000 7500000 1000 10000 7000 70000000 500 5000 3000 15000000 1 3000 3000 7000 21000000 1500 1500 3500 5250000 2500 2500 7000 17500000 1000 1000 3500 3500000 0,2 200 1000 7000 7000000 400 2000 3000 6000000 600 3000 7000 21000000 200 1000 3000 3000000 1175 2750 19250000 662,5 1750 3000 5312500 1400 4625 7000 32375000 550 2000 3000 6000000 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 600 3000 3500 10500000 0,6 0 0 0 0 400 666,6666667 7000 4666666,667 0 0 0 0 1500 2500 3000 7500000 0,07 0 0 0 0 300 4285,714286 7000 30000000 0 0 0 0 150 2142,857143 3500 7500000 1,5 0 0 0 0 1500 1000 5000 5000000 0 0 0 0 2000 1333,333333 5000 6666666,667 0,1 0 0 0 0 1500 15000 7000 105000000 0 0 0 0 1000 10000 3000 30000000 0,3 0 0 0 0 900 3000 3500 10500000 0 0 0 0 1350 4500 2800 12600000 0,5 0 0 0 0 500 1000 7000 7000000 0 0 0 0 2300 4600 2700 12420000 0 0 0 0 728,5714286 3564,62585 5214,285714 23166666,67 0 0 0 0 1271,428571 4010,884354 3357,142857 12455238,1 0,1 0 0 0 0 120 1200 7000 8400000 0 0 0 0 120 1200 7000 8400000 0,04 0 0 0 0 50 1250 5000 6250000 0 0 0 0 50 1250 5000 6250000 0,1 0 0 0 0 150 1500 7000 10500000 0 0 0 0 150 1500 7000 10500000 0,4 0 0 0 0 220 550 6000 3300000 0 0 0 0 220 550 6000 3300000 0,065 0 0 0 0 125 1923,076923 6000 11538461,54 0 0 0 0 125 1923,076923 6000 11538461,54 0,07 0 0 0 0 98 1400 6000 8400000 0 0 0 0 98 1400 6000 8400000 1 0 0 0 0 350 350 7500 2625000 0 0 0 0 350 350 7500 2625000 0,3 0 0 0 0 45 150 4500 675000 0 0 0 0 45 150 4500 675000 0,1 0 0 0 0 50 500 5000 2500000 0 0 0 0 50 500 5000 2500000 0,2 0 0 0 0 100 500 3500 1750000 0 0 0 0 100 500 3500 1750000 0 0 0 0 130,8 932,3076923 5750 5593846,154 0 0 0 0 130,8 932,3076923 5750 5593846,154 0,12 0 0 0 0 22 183,3333333 7000 1283333,333 0 0 0 0 120 1000 7000 7000000 0,05 0 0 0 0 22 440 3000 1320000 0 0 0 0 120 2400 3000 7200000 0,1 0 0 0 0 200 2000 7000 14000000 0 0 0 0 75 750 7000 5250000 1 0 0 0 0 600 600 7000 4200000 0 0 0 0 3000 3000 7000 21000000 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 700 2333,333333 5000 11666666,67 0,4 0 0 0 0 1500 3750 3000 11250000 0 0 0 0 300 750 3000 2250000 0,1 0 0 0 0 300 3000 3500 10500000 0 0 0 0 600 6000 3500 21000000 0,5 0 0 0 0 1200 2400 5000 12000000 0 0 0 0 1200 2400 5000 12000000 0,1 0 0 0 0 120 1200 5000 6000000 0 0 0 0 120 1200 5000 6000000 0,3 0 0 0 0 500 1666,666667 7000 11666666,67 0 0 0 0 1500 5000 7000 35000000 1 0 0 0 0 5000 5000 7000 35000000 0 0 0 0 2500 2500 7000 17500000 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 600 2000 3000 6000000 0,1 0 0 0 0 400 4000 3000 12000000 0 0 0 0 90 900 3000 2700000 0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1000 5000 3000 15000000 1 0 0 0 0 250 250 3000 750000 0 0 0 0 2000 2000 3000 6000000 0,15 0 0 0 0 100 666,6666667 5000 3333333,333 0 0 0 0 150 1000 5000 5000000
Luas Lahan
1200 500 1000 10000 3000 4000 1000 5000 1000 3000 10000 3000 1000 2000 10000 1500
0
0
0
0
638,375
1572,291667
4093,75 7706458,333
0
0
0
0
879,6875
2389,583333
4781,25 11285416,67
81
82
82 Lampiran 6. Data Input Produksi Rata-rata Sebelum Petani Padi Anggota Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor LKM-A
Benih (Kg/Ha) NPK (Kg/Ha) Urea (Kg/Ha)TSP (Kg/Ha)Phoska (Kg/Ha)KCL (Kg/Ha)Pupuk Kandang
30 0 200 0 200 0 1500 1500 LKM-A Rukun Tani 25 250 250 250 125 50 250 0 Rata-rata 95 75 550 437,5 50 0 500 0 41,66666667 0 33,33333333 0 142,8571429 0 1428,571429 0 LKM-A Bina Sejahtera 23,33333333 0 1500 0 80 0 0 500 333,3333333 166,6666667 666,6666667 0 40 400 300 200 Rata-rata 101,5986395 80,95238095 632,6530612 100 100 250 500 0 75 0 0 250 250 0 200 200 50 0 125 0 76,92 153,846 461,538 0 LKM-A Berkah 71,42 0 571,429 0 80 0 350 150 80 0 200 0 150 0 80 40 0 300 0 0 Rata-rata 93,334 70,3846 248,7967 64 83,33333333 0 0 25 100 0 1000 0 100 250 0 0 20 0 0 40 50 100 0 0 37,5 62,5 0 0 150 0 0 0 40 0 300 0 LKM-A Mandiri Jaya 150 250 0 0 50 0 166,6666667 166,6666667 50 25 25 0 50 0 0 0 50 0 0 0 25 0 150 0 10 10 0 0 66,66666667 333,3333333 0 0 Rata-rata 64,53125 64,42708333 102,6041667 14,4791667
200 1000 0 500 425 200 33,33333333 285,7142857 0 0 0 0 74,14965986 0 0 0 50 0 0 150 0 4 0 20,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 166,6666667 0 166,6666667 0 100 0 0 27,08333333
0 1000 0 0 250 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,5
Pestisida
100 1 10 5 1 4 7,5 2 29,625 3 0 1250 0 833,3333333 0 14285,71429 33,33333333 666,6666667 1200 5000 0 833,3333333 4000 1000 747,6190476 3409,863946 0 5000 0 1250 0 15000 0 1250 0 4615,38 0 14285,7 0 1000 0 66,6667 0 200 0 50000 0 9266,77467 83,33333333 50 100 50 100 50 0 50 0 50 0 50 200 50 1000 100 0 50 0 50 10 50 0 50 3000 50 750 50 0 50 0 50 327,7083333 53,125
Penyusutan alat Sewa Kerbau sewa traktor Irigasi 15833,33333 15500 17666,66667 15000 16000 4000 10200 21000 18333,33333 28866,66667 4083,333333 20800 15326,19048 8333,33 6250 15208,3 11250 8333,33 40000 25000 13333,33 13333,33 16666,67 15770,829 11666,66667 12638,88889 5833,333333 2083,333333 46111,11111 54861,11111 10833,33333 13333,33333 48055,55556 15000 9722,222222 8194,444444 6527,777778 16250 16500 8000 17850,69444
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80000 0 0 8000 150000 75000 150000 240000 210000 120000 0 210000 150000 210000 140000 90000 210000 120000 140000 100000 144687,5
600000 0 250000 250000 1000000 100000 180000 0 507500 87500 400000 0 0 50000 100000 10000 250000 0 1000000 45000 800000 30000 600000 30000 450000 23571,4 0 150000 0 0 300000 300000 200000 30000 0 30000 500000 0 1360000 0 300000 30000 100000 0 300000 0 271000 54000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PBB 125000 250000 150000 520000 261250 37000 350000 10000 0 0 35000 80000 73142,9 150000 115000 150000 200000 130000 145000 300000 180000 150000 170000 169000 160000 125000 130000 250000 170000 170000 130000 20000 130000 170000 252000 175000 132000 185000 265000 137000 162563
Tenaga Kerja Biaya Sewa Lahan DK LK 3,5 6,5 3000000 0 29,5 600000 0 21 6000000 1,2 5,85 1200000 2700000 0,833333 25,7 1200000 0 105,7 3600000 52 30 420000 1 84 9000000 3 88 600000 0 32,08 1800000 0 73,8 3000000 2802857,143 44 0 500000 8 7 200000 25 0 500000 0 64 2000000 39 0 325000 52 0 350000 34 0 5000000 24 0 1500000 21,5 0 500000 26 0 1000000 1187500 0 9,7 840000 3,4 16,6 350000 9,9 1,6 700000 20 34 7000000 36 1,4 2100000 4 37,2 2800000 2,9 5,2 700000 0,8 47 3500000 1 25,8 700000 6,9 39 2100000 5,4 26 7000000 63,2 31,2 2100000 0,8 33 700000 16,6 0,8 1400000 8 5,6 7000000 20 0 1050000 2502500
83 Lampiran 7. Data Harga Input Produksi Rata-rata Sebelum Petani Padi Anggota Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor LKM-A
Harga Be nih
Harga NPK
240000 0 2000000 0 175000 625000 1000000 150000 Rata-rata 853750 193750 400000 0 416666,667 0 1142857,14 0 LKM-A Bina Sejahtera 233333,333 0 560000 0 3333333,33 416667 280000 1000000 Rata-rata 909455,7814 202381 700000 625000 375000 0 2125000 0 250000 0 384615,3846 461538 LKM-A Berkah 357142,8571 0 608000 0 400000 0 750000 0 0 780000 Rata-rata 594975,8242 186653,8 416666,667 0 500000 0 500000 750000 160000 0 400000 250000 112500 156250 450000 0 320000 0 LKM-A Mandiri Jaya 450000 625000 350000 0 250000 62500 150000 0 250000 0 125000 0 30000 25000 533333,33 1666667 Rata-rata 312343,7498 220963,563 LKM-A Rukun Tani
Harga ure a 220000 3000000 500000 625000 1086250 1250000 83333,3 3428571 10500000 0 1333333 300 2370791,04 950000 0 500000 250000 1015285 1142857 1400000 500000 200000 0 595814,2 0 2500000 0 0 0 0 0 900000 0 333333 75000 0 0 330000 0 0 258645,813
Harga TSP 0 3750000 425000 0 1043750 0 0 0 0 1250000 0 360000 230000 0 625000 500000 0 0 0 300000 0 100000 0 152500 125000 0 0 92000 0 0 0 0 0 333333,33 0 0 0 0 0 0 34395,833
Harga Phos ka Harga KCLHarga Pupuk KandangHarga Pe s tis ida 250000 2000000 0 2875000 1281250 500000 100000 857143 0 0 0 0 208163,2857 0 0 0 125000 0 0 300000 0 12000 0 43700 0 0 0 0 0 0 0 0 0 333333,3 0 416666,7 0 300000 0 0 65625
0 2000000 0 0 500000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5000
4000000 3500000 1000000 0 2125000 0 0 0 83333,3 6000000 0 5200000 1611904,757 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17500000 1750000 416666,7 500000 500000 0 0 0 500000 5000000 0 0 80000 0 24000000 3750000 0 0 2171666,669
25000 70000 60000 80000 58750 25000 120000 25000 150000 125000 20000 180000 92142,85714 17500 15000 15000 25000 30000 25000 125000 18000 17000 15000 30250 17000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 34000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 18062,5
Te naga Ke rja DK (Rp) LK (Rp) 175000 325000 0 1475000 0 1050000 60000 292500 58750 785625 41666,7 1285000 0 5285000 2600000 1500000 50000 4200000 150000 4400000 0 1604000 0 3690000 405952 3137714 2640000 0 480000 420000 1500000 0 0 3840000 2340000 0 3120000 0 3840000 0 1440000 0 1290000 0 1560000 0 1821000 426000 0 727500 255000 1245000 742500 120000 1500000 2550000 2700000 105000 300000 2790000 217500 390000 60000 3525000 75000 1935000 517500 2925000 405000 1950000 4740000 2340000 60000 2475000 1245000 60000 600000 420000 1500000 0 932344 1472344
83
84
84
Lampiran 8. Data Input Produksi Rata-rata Sesudah Petani Padi Anggota Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor LKM-A
Benih (Kg/Ha)NPK (Kg/Ha)Urea (Kg/Ha)TSP (Kg/Ha) Phoska (Kg/Ha) KCL (Kg/Ha) Pupuk Kandang Pestisida Penyusutan alat Sewa Kerbau sewa traktor Irigasi
30 0 200 0 200 0 1500 1500 25 250 250 250 125 50 250 0 Rata-rata 95 75 550 437,5 50 0 500 0 41,66666667 0 33,33333333 0 142,8571429 0 1428,571429 0 LKM-A Bina Sejahtera 23,33333333 0 1500 0 80 0 0 500 333,3333333 166,6666667 666,6666667 0 40 400 300 200 Rata-rata 101,5986395 80,952381 632,653061 100 100 250 500 0 75 0 0 250 250 0 200 200 50 0 125 0 76,92 153,846 461,538 0 LKM-A Berkah 71,42 0 571,429 0 80 0 350 150 80 0 200 0 150 0 80 40 0 300 0 0 Rata-rata 93,334 70,3846 248,7967 64 83,33333333 0 0 25 100 0 1000 0 100 250 0 0 20 0 0 40 50 100 0 0 37,5 62,5 0 0 150 0 0 0 40 0 300 0 LKM-A Mandiri Jaya 150 250 0 0 50 0 166,6666667 166,6666667 50 25 25 0 50 0 0 0 50 0 0 0 25 0 150 0 10 10 0 0 66,66666667 333,3333333 0 0 Rata-rata 64,53125 64,4270833 102,604167 14,479167 LKM-A Rukun Tani
200 1000 0 500 425 200 33,33333333 285,7142857 0 0 0 0 74,14965986 0 0 0 50 0 0 150 0 4 0 20,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 166,6666667 0 166,6666667 0 100 0 0 27,08333333
0 1000 0 0 250 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,5
100 10 1 7,5 29,625 0 0 0 33,33333333 1200 0 4000 747,6190476 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 83,33333333 100 100 0 0 0 200 1000 0 0 10 0 3000 750 0 0 327,7083333
1 5 4 2 3 1250 833,3333 14285,71 666,6667 5000 833,3333 1000 3409,86 5000 1250 15000 1250 4615,38 14285,7 1000 66,6667 200 50000 9266,77 50 50 50 50 50 50 50 100 50 50 50 50 50 50 50 50 53,125
15833,33333 15500 17666,66667 15000 16000 4000 10200 21000 18333,33333 28866,66667 4083,333333 20800 15326,19048 8333,33 6250 15208,3 11250 8333,33 40000 25000 13333,33 13333,33 16666,67 15770,829 11666,66667 12638,88889 5833,333333 2083,333333 46111,11111 54861,11111 10833,33333 13333,33333 48055,55556 15000 9722,222222 8194,444444 6527,777778 16250 16500 8000 17850,69444
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80000 0 0 8000 150000 75000 150000 240000 210000 120000 0 210000 150000 210000 140000 90000 210000 120000 140000 100000 144687,5
PBB
600000 0 125000 250000 250000 250000 1000000 100000 150000 180000 0 520000 507500 87500 261250 400000 0 37000 0 50000 350000 100000 10000 10000 250000 0 0 1000000 45000 0 800000 30000 35000 600000 30000 80000 450000 23571,4 73142,9 0 150000 150000 0 0 115000 300000 300000 150000 200000 30000 200000 0 30000 130000 500000 0 145000 1360000 0 300000 300000 30000 180000 100000 0 150000 300000 0 170000 271000 54000 169000 0 0 160000 0 0 125000 0 0 130000 0 0 250000 0 0 170000 0 0 170000 0 0 130000 0 0 20000 0 0 130000 0 0 170000 0 0 252000 0 0 175000 0 0 132000 0 0 185000 0 0 265000 0 0 137000 0 0 162563
Tenaga Kerja Biaya sewa Lahan (Rp) DK LK 3,5 10,7 3000000 0 95 600000 0 42 6000000 1 21,05 1200000 2700000 0,833333 25,7 1200000 0 111,1 3600000 22 34 420000 1 96 9000000 3 100 600000 0 41,08 1800000 0 93,8 3000000 2802857,143 43 0 500000 7 7 200000 24 0 500000 0 29 2000000 33,5 0 325000 36 0 350000 54 0 5000000 23 0 1500000 20,5 0 500000 26 0 1000000 1187500 0 11,3 840000 3,4 17,6 350000 9,9 1,6 700000 18 4 7000000 48 0,4 2100000 4 7,2 2800000 4,9 1,2 700000 4,8 2 3500000 1 4 700000 5,9 6 2100000 3,4 6 7000000 43,2 3 2100000 2,8 2 700000 14,6 4,8 1400000 9 1,6 7000000 21 0 1050000 2502500
85 Lampiran 9. Data Harga Pemakaian Produksi Rata-rata Sesudah Petani Padi Anggota Tergabung dalam LKM-A di Kabupaten Bogor LKM-A
Harga Be nih Harga NPK Harga ure a 0 0 625000 150000 193750 0 0 0 0 0 500000 1000000 214285,71 625000 0 0 0 461538 0 0 0 0 780000 186653,8 0 0 750000 0 250000 156250 0 0 625000 0 62500 0 0 0 25000 1666667 220963,56
220000 3000000 500000 625000 1086250 1250000 83333,33 3428571 10500000 0 1800000 450000 2501700,6 950000 0 500000 250000 1015285 1142857 1400000 500000 200000 0 595814,2 0 2500000 0 0 0 0 0 900000 0 333333 75000 0 0 330000 0 0 258645,81
0 3750000 425000 0 1043750 0 0 0 0 1250000 0 360000 230000 0 625000 500000 0 0 0 300000 0 100000 0 152500 125000 0 0 92000 0 0 0 0 0 333333,33 0 0 0 0 0 0 34395,83313
Harga Phoska Harga KCL Harga Pupuk Kandang Harga Pe stisida 250000 2000000 0 2875000 1281250 500000 100000 857143 0 0 0 0 208163,2857 0 0 0 125000 0 0 300000 0 12000 0 43700 0 0 0 0 0 0 0 0 0 333333,3 0 416666,7 0 300000 0 0 65625
0 2000000 0 0 500000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5000
4000000 3500000 1000000 0 2125000 0 0 0 66666,67 6000000 0 5200000 1609523,81 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17500000 1750000 416666,7 500000 500000 0 0 0 500000 5000000 0 0 80000 0 24000000 3750000 0 0 2171666,669
25000 70000 60000 80000 58750 25000 120000 25000 150000 125000 20000 180000 92142,85714 17500 15000 15000 25000 30000 25000 125000 18000 17000 15000 30250 17000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 34000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 17000 18062,5
Te naga Ke rja DK (Rp) LK (Rp) 175000 535000 0 4750000 0 2100000 500000 1052500 168750 2109375 41666,7 1285000 0 5555000 1100000 1700000 50000 4800000 150000 5000000 0 2054000 0 4690000 191666,6714 3583428,571 2580000 0 420000 420000 1440000 0 0 1740000 2010000 0 2160000 0 3240000 0 1380000 0 1230000 0 1500000 0 1596000 216000 0 847500 255000 1320000 742500 120000 1350000 300000 3600000 30000 300000 540000 367500 90000 360000 150000 75000 300000 442500 450000 255000 450000 3240000 225000 210000 150000 1095000 360000 675000 120000 1575000 0 908906,25 340781,25
85
240000 2000000 175000 1000000 Rata-rata 853750 400000 416666,667 1142857,14 LKM-A Bina Sejahtera 233333,333 560000 3333333,33 280000 Rata-rata 909455,7814 700000 375000 2125000 250000 384615,3846 LKM-A Berkah 357142,8571 608000 400000 750000 0 Rata-rata 594975,8242 416666,667 500000 500000 160000 250000 187500 750000 320000 LKM-A Mandiri Jaya 750000 350000 250000 150000 250000 175000 80000 533333,33 Rata-rata 351406,2498 LKM-A Rukun Tani
Harga TSP
86
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Oktober 1991 dari Ayah H. Moch. Ali Nurdin (Alm) dan Ibu Hj. Asih Kurniasih. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi 5 Bogor pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 12 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi di lingkungan Institut Pertanian Bogor seperti Resource And Enviromental Economic Student Association (REESA) pada tahun 2010 hingga 2011, Resource and Enviromental Economics Student Association (REESA) pada tahun 2011 hingga 2012. Selain itu, penulis juga aktif pada berbagai kepanitian kegiatan kemahasiswaan dan kegiatan seminar terkait keilmuan yang ada di lingkungan kampus.