ANALISIS EFEKTIVITAS STRATEGI PROMOSI MELALUI ELEMEN-ELEMEN DESAIN KEMASAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG
NADIA NUR SORAYA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Nadia Nur Soraya NIM I34090079
ABSTRAK NADIA NUR SORAYA. Analisis Efektivitas Strategi Promosi Melalui ElemenElemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. Dibimbing oleh YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang, efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang, dan menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas strategi promosi melalui elemenelemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling dengan pendekatan kuantitatif, dan didukung oleh data kualitatif. Hasil dari metode EPIC model menunjukkan bahwa elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang efektif sebagai pengembangan strategi promosi. Perhitungan nilai pada setiap dimensi dan EPIC rate dinyatakan efektif berdasarkan rentang nilai antara 2.6 dan 3.25. Hasil penelitian tentang hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang menunjukkan bahwa karakteristik konsumen dalam hal pendidikan memiliki hubungan pada dimensi empati, persuasi, dan dampak. Kata kunci: efektivitas, elemen-elemen desain kemasan, karakteristik konsumen, komunikasi pemasaran
ABSTRACT NADIA NUR SORAYA. Effectiveness of Analysis Promotion Strategies Through Packaging Design Elements of Lapis Bogor Sangkuriang Supervised by YATRI INDAH KUSUMASTUTI. This study aimed to analyze the characteristics of consumers of Lapis Bogor Sangkuriang, the effectiveness of promotional strategies through packaging design elements of Lapis Bogor Sangkuriang, and to analyze the relationship between consumer characteristics on the effectiveness of promotional strategies through packaging design elements of Lapis Bogor Sangkuriang. The sampling method used in this study is accidental sampling with a quantitative approach, and supported by qualitative data. Result from EPIC model method showed that the design of Lapis Bogor Sangkuriang elements packaging was effective as a promotional strategies. The calculation of scores on each dimension and EPIC rate are said to be effective based on the range of values between 2.6 and 3.25. Results of research on the relationship between consumer characteristics with the effectiveness of promotional strategies through packaging design elements of Lapis Bogor Sangkuriang showed that the characteristics of consumers in terms of education have relationships on the dimensions of empathy, persuasion, and impact. Keywords: effectiveness, packaging design elements, the characteristics of consumers, marketing communications
ANALISIS EFEKTIVITAS STRATEGI PROMOSI MELALUI ELEMEN-ELEMEN DESAIN KEMASAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG
NADIA NUR SORAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang : Nadia Nur Soraya : I34090079
Disetujui oleh
Ir Yatri Indah Kusumastuti, MSi
Pembimbing
2 2 JUL 20 3
Tanggal Lulus: _ _ _ _ _ __
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang : Nadia Nur Soraya : I34090079
Disetujui oleh
Ir Yatri Indah Kusumastuti, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus: ________________
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini berjudul “Analisis Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang.” Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ir Yatri Indah Kusumastuti, MSi sebagai pembimbing yang telah memberikan waktu, saran, dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian penelitian skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih pula kepada ibunda Susilowati, ayahanda Syamsuhari, serta adik Farahiyah Nur Filailly atas doa dan kasih sayang yang selalu dilimpahkan kepada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Siti Chairunnisa dan Relita Resa selaku teman sebimbingan yang selalu menyemangati, kemudian Karina Heza, Tiara Anjakusuma, Jajang Soemantri yang menjadi teman diskusi, serta kepada seluruh keluarga besar KPM 46 atas kebersamaan selama ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Rizka Wahyu Romadona dan Bapak Anggara selaku pemilik usaha Lapis Bogor Sangkuriang serta Mbak Nanda sebagai manajer Lapis Bogor Sangkuriang dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Semoga penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2013 Nadia Nur Soraya
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pemasaran Komunikasi Desain Visual Produk Kemasan Jenis Kemasan Pangan Usaha Kecil dan Menengah Perilaku Konsumen Efektivitas Promosi dengan EPIC Model Hasil Studi Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Konseptual Definisi Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Teknik Pemilihan Responden Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan Data GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Perusahaan Produk Lapis Bogor Sangkuriang Desain Kemasan Produk Lapis Bogor Sangkuriang KARAKTERISTIK KONSUMEN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Usia Jenis Kelamin Pendidikan Status Pekerjaan Pendapatan Wilayah Tempat Tinggal ANALISIS EFEKTIVITAS STRATEGI PROMOSI MELALUI ELEMENELEMEN DESAIN KEMASAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG DENGAN METODE EPIC MODEL Dimensi Empati (Empahty) Dimensi Persuasi (Persuation) Dimensi Dampak (Impact)
vii viii ix 1 1 3 4 4 5 5 6 6 7 8 8 9 10 11 12 13 13 14 19 19 19 20 20 23 23 25 25 27 28 29 30 32 33 34
37 37 40 42
DAFTAR ISI (lanjutan) Dimensi Komunikasi (Communication) EPIC Rate HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN ANALISIS EFEKTIVITAS STRATEGI PROMOSI MELALUI ELEMENELEMEN DESAIN KEMASAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Empati Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Empati Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Empati Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Empati Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Empati Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak
45 47
49
51
52
52
53
53
53
54
54
55
55
56
56
57
DAFTAR ISI (lanjutan) Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
57
58
58
59
59
59
60 61 61 61 63 75
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Model komunikasi pemasaran Konsep produk total Kerangka pemikiran penelitian Bagan struktur organisasi usaha Lapis Bogor Sangkuriang Beberapa macam rasa produk kue Lapis Bogor Sangkuriang Bentuk desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang Logo Lapis Bogor Sangkuriang Persentase usia konsumen weekday Persentase usia konsumen weekend Persentase jenis kelamin konsumen weekday Persentase jenis kelamin konsumen weekend Persentase pendidikan konsumen weekday Persentase pendidikan konsumen weekend Persentase status pekerjaan konsumen weekday Persentase status pekerjaan konsumen weekend Persentase pendapatan konsumen weekday Persentase pendapatan konsumen weekend Persentase wilayah tempat tinggal konsumen weekday Persentase wilayah tempat tinggal konsumen weekend Hasil perhitungan total nilai rata-rata dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi
5 6 12 24 25 26 26 29 29 30 30 31 31 32 32 33 34 35 35 47
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22
Karakteristik demografi dan subbudaya di Indonesia Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang dalam jumlah dan persentase Karakteristik usia konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik jenis kelamin konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik pendidikan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik status pekerjaan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik pendapatan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik wilayah tempat tinggal konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Persentase dimensi empati penggunaan elemen-elemen desain kemasan dengan metode EPIC model Frekuensi dimensi empati konsumen terhadap elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang Persentase dimensi persuasi penggunaan elemen-elemen desain kemasan dengan metode EPIC model Frekuensi dimensi persuasi konsumen terhadap elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang Persentase dimensi dampak penggunaan elemen-elemen desain kemasan dengan metode EPIC model Frekuensi dimensi dampak konsumen terhadap elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang Persentase dimensi komunikasi penggunaan elemen-elemen desain kemasan dengan metode EPIC model Frekuensi dimensi komunikasi konsumen terhadap elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Jumlah dan persentase keefektifan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi Korelasi antara karaktersitik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati Korelasi antara karaktersitik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi persuasi Korelasi antara karaktersitik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak Korelasi antara karaktersitik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi
10 27 28 30 31 32 33 34 38 39 41 42 44 44 46 47 49
50 52 54 56
58
4
DAFTAR LAMPIRAN 1 Lokasi denah penelitian di Lapis Bogor Sangkuriang pusat 2 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013 3 Perhitungan rata-rata respon dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi 4 Kerangka sampling responden (konsumen Lapis Bogor Sangkuriang 5 Kemasan produk Lapis Bogor Sangkuriang 6 Dokumentasi
65 66 67
69 71 73
PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi yang efektif sangat diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan di era yang sedang berkembang saat ini. Kurniawan (2006) mengemukakan komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang prosesnya akan berlangsung dengan melibatkan unsur-unsur yaitu sumber, pesan, saluran, penerima dan efek, sehingga komunikasi yang efektif sangat diperlukan untuk meningkatkan kegiatan pemasaran yang dilakukan produsen kepada konsumen. Komunikasi pemasaran merupakan kegiatan komunikasi yang bertujuan menyampaikan pesan dari produsen kepada konsumen melalui berbagai media agar tercapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan penjualan produk. Menurut Kusumastuti (2009) tujuan komunikasi dalam komunikasi pemasaran ialah: (1) memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan; (2) mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk. Konsumen diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran; (3) membujuk konsumen (pelanggan) untuk melakukan pembelian; (4) menunjukkan perbedaan (differentiating) produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain; dan (5) menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Kotler (1987) dalam Cenadi (1999) mengatakan bahwa dalam prinsip pemasaran dikenal 4 elemen penting dalam strategi pemasaran, yaitu: product (produk), price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi). Dewasa ini banyak pakar pemasaran yang menganggap kemasan (packaging) sebagai P kelima dalam elemen strategi pemasaran. Kemasan memiliki fungsi terlibat langsung dengan konsumen, sehingga kemasan harus dapat mempengaruhi tindakan positif konsumen di tempat penjualan. Kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Sekarang ini kemasan juga berfungsi sebagai media komunikasi. Kemasan dapat pula berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Fungsi kemasan yang sangat penting menyebabkan konsep fungsional pengemasan harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai ke pemakai akhir. Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: faktor pengamanan, faktor ekonomi, faktor pendistribusian, faktor komunikasi, faktor ergonomik, faktor estetika, faktor identitas, faktor promosi, dan faktor lingkungan (Kartajaya 1999). Saat ini dengan semakin majunya teknologi di pasaran banyak beredar produk pangan dalam kemasan. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pada pasal 30 ayat 1 menyebutkan bahwa pemberian label pada produk pangan yang dikemas merupakan keharusan untuk memudahkan konsumen dalam memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk yang dikemas sebelum konsumen memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsinya.
42 Ketentuan pangan ini berlaku bagi pangan yang telah melalui proses pengemasan akhir dan siap diperdagangkan. Kemasan mempunyai daya tarik, menurut Wirya (1999) dapat digolongkan menjadi dua yaitu daya tarik visual yang pada penampilan kemasan mencakup unsur-unsur grafis untuk menciptakan suatu kesan dan daya tarik praktis merupakan efektifitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Elemen-elemen kemasan menurut Nugroho (2006) dalam Natadjaja (2007) terdiri atas : warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, tipografi, dan tata letak. Sehubungan dengan hal tersebut, tidak semua produsen Usaha Kecil Menengah dapat menciptakan desain kemasan yang menarik bagi konsumen. Menurut BPS (1994), usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau menengah. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar. Departemen Perindustrian melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia, mendefinisikan usaha kecil berdasarkan nilai asetnya. Usaha kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunannya), bernilai kurang dari 600 juta rupiah. Departemen Perdagangan membatasi usaha kecil berdasarkan modal kerjanya, yaitu kurang dari 25 juta rupiah. Keterbatasan dana menyebabkan UKM memiliki peluang bersaing untuk meningkatkan kualitas desain kemasan produk UKM masih kurang. Menurut Lakoro (2006), produk hasil olahan pertanian yang dihasilkan oleh produsen dari UKM kurang memperhatikan desain kemasan dari produk tersebut sehingga konsumen kurang mengetahui keunggulan-keunggulan dari produk hasil olahan pertanian yang mereka hasilkan. Padahal produk-produk hasil olahan pertanian yang kini digemari oleh konsumen diharapkan dapat dikemas dengan semenarik mungkin, sehingga dapat timbul keingintahuan dan ketertarikan dari konsumen untuk mencoba dan memutuskan untuk melakukan pembelian produk tersebut. Hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan pangsa pasar dan keberadaan produk tersebut. Perilaku konsumen merupakan semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi (Sumarwan 2002). Menurut Ayerseptian (2010), kemasan yang menarik merupakan kombinasi antara inovasi pada bentuk, pemilihan warna yang cerah atau menarik, pengunaan huruf yang khas, dan penggunaan ilustrasi yang menggambarkan produk tersebut. Kemasan tidak hanya dapat menarik konsumen tetapi juga konsumen dapat memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai suatu produk sebelum membeli produk tersebut. Lapis Bogor Sangkuriang merupakan salah satu usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang olahan pangan pertanian. Usaha ini sebelumnya merupakan anggota binaan UPP Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor berdasarkan nomor anggota 16 5B. 11 pada 26 September 2011. Lapis Bogor Sangkuriang memproduksi berbagai
3 macam kue lapis yang terdiri dari 8 macam yaitu lapis rasa keju, lapis rasa stroberi, lapis rasa blueberry, lapis rasa tiramisu, lapis rasa coklat, lapis rasa green tea, brownies original, dan brownies keju. Salah satu keunikan dari kue lapis ini ialah menggunakan tepung talas sebagai salah satu komposisi bahan baku yang bertujuan untuk mendukung diversifikasi pangan. Jenis talas yang digunakan sebagai tepung talas ialah talas BogorColocasia Esculenta L. Schoot yaitu jenis umbi asli Bogor. Bahan kemasan produk Lapis Bogor Sangkuriang terbuat dari bahan art carton. Bentuk dari kemasan produk berbentuk persegi panjang disesuaikan dengan isi dari kue lapis. Terdapat berbagai macam desain warna kemasan Lapis Bogor Sangkuriang yaitu perpaduan warna ungu dan kuning, dominasi hijau, dan dominasi coklat. Desain warna kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada warna ungu dan kuning digunakan untuk mengemas lapis rasa keju, lapis rasa stroberi, lapis rasa blueberry, lapis rasa tiramisu, dan lapis rasa coklat, sedangkan desain warna kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada warna dominasi hijau digunakan untuk mengemas lapis rasa green tea. Desain warna kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada warna dominasi coklat digunakan untuk mengemas brownies original dan brownies keju. Desain kemasan produk juga menggunakan logo serta berbagai macam informasi mengenai produk. UKM ini telah memiliki desain kemasan yang cukup baik dan produknya sudah dikenal, sehingga desain kemasan yang diinformasikan oleh produsen ke konsumen dirasa relevan untuk dikaji dalam penelitian efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan. Perumusan Masalah Bahan kemasan produk Lapis Bogor Sangkuriang terbuat dari bahan art carton. Bentuk dari kemasan produk berbentuk persegi panjang disesuaikan dengan isi dari kue lapis. Warna kemasan produk memiliki berbagai macam yaitu perpaduan warna ungu dan kuning, dominasi hijau, dan dominasi coklat. Desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang juga menggunakan logo serta berbagai macam informasi mengenai produk. UKM ini telah menggunakan desain kemasan tersebut selama 2 tahun dan belum ada perubahan desain, sehingga desain kemasan yang diinformasikan dari produsen ke konsumen dirasa relevan untuk dikaji dalam penelitian efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibangun beberapa masalah penelitian yang dapat dirumuskan oleh pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1.Bagaimana karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang? 2. Bagaimana efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis BogorSangkuriang? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang?
4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang. 2. Menganalisis efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak, antara lain: 1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Penelitian ini dapat memberi masukan kepada UKM Lapis Bogor Sangkuriang mengenai desain kemasan produk yang efektif, selain itu memberi masukan kepada UKM tersebut mengenai elemen-elemen desain kemasan produk yang telah dapat menarik, memberi informasi, serta pengetahuan kepada konsumen ataupun sebaliknya pada elemen-elemen desain kemasan yang masih perlu perbaikan. Penelitian ini juga dapat berguna untuk menambah pengetahuan desain kemasan yang efektif bagi UKM lainnya sehingga usahanya dapat lebih berkembang. 2. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai produk UKM Lapis Bogor Sangkuriang melalui elemenelemen desain kemasan produk tersebut. Penelitian mengenai elemen-elemen desain kemasan produk UKM ini pula diharapkan dapat menarik masyarakat untuk membeli produk UKM. 3. Para akademisi Penelitian ini dapat memberi penjelasan mengenai efektivitas strategi promosi pemasaran produk pertanian melalui elemen-elemen desain kemasan UKM, sehingga dapat dijadikan topik penelitian selanjutnya dan sebagai literatur bagi penulisan ilmiah yang berkaitan.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pemasaran Menurut Tjiptono (2008), suatu bentuk komunikasi pemasaran merupakan hakikat promosi. Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Secara garis besar, proses komunikasi pemasaran dapat dijelaskan dalam Gambar 1. Pemahaman
Gagasan MEDIA ENCODE
PESAN
DECODE
FEEDBACK
DECODE PENERIMA
PENGIRIM ENCODE
Response
Pemahaman GANGGUAN Gangguan fisik Masalah semantik Perbedaan budaya Ketiadaan feedback Efek status
Gambar 1 Model komunikasi pemasaran Kusumastuti (2009) menjelaskan tujuan komunikasi dalam komunikasi pemasaran ialah: (1) memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan; (2) mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk. Konsumen diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran; (3) membujuk konsumen (pelanggan) untuk melakukan pembelian; (4) menunjukkan perbedaan (differentiating) produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan perusahaan lain; dan (5) menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama menurut Tjiptono (2008), yaitu untuk menyebarkan (komunikasi informatif), mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen (komunikasi persuasif), dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang (komunikasi mengingatkan kembali), selanjutnya tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan tahap-tahap dalam proses pembelian yang terdiri atas: 1. Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan 2. Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut
64 3. Mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya 4. Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak membeli 5. Tidak lanjut (follow-up) membeli kembali atau pindah merek Kusumastuti (2009) menyebutkan bahwa dalam komunikasi pemasaran terdapat hal yang penting dan tidak dapat diabaikan, yaitu segmentasi. Segmentasi memiliki ciri seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan batasan geografis. Komunikasi Desain Visual Desain komunikasi visual adalah desain yang mengomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual. Desainer komunikasi visual berusaha untuk mempengaruhi sekelompok pengamat. Mereka berusaha agar kebanyakan orang dalam target grup (sasaran) tersebut memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut, oleh karena itu, desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan dimengerti oleh target grup tersebut. Dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi visual mempunyai tiga fungsi dasar (Cenadi 1999), yaitu sebagai sarana identifikasi, sarana informasi dan instruksi, serta sebagai sarana presentasi dan promosi. Produk Tjiptono (2008) mengemukakan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Barang Merek Kemasan
Produk= =
Label
Kepuasan Pelanggan
Pelayanan Jaminan
Gambar 2 Konsep produk total
Produk dapat pula didefinisikan oleh Tjiptono (2008) sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produknya, konsep produk total meliputi barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan jaminan dapat dilihat lebih rinci pada Gambar 2.
73 Kemasan Kotler (1987) dalam Cenadi (1999) mengatakan bahwa dalam prinsip pemasaran dikenal empat elemen penting dalam strategi pemasaran. Empat elementer sebut meliputi: product (produk), price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi), namun dewasa ini banyak pakar pemasaran yang menganggap kemasan (packaging) sebagai P kelima dalam elemen strategi pemasaran. Cenadi (1999) juga menyatakan bahwa kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah, bungkus, atau kemasan suatu produk, sehingga terdapat tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu: (1) kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan; (2) kemasan dapat melaksanakan program pemasaran; dan (3) kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan. Hermawan Kartajaya dalam Cenadi (2000), seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, dulu orang bilang “packaging protects what it sells (kemasan melindungi apa yang dijual).” Sekarang, “packaging sells what it protects (kemasan menjual apa yang dilindungi).” Kartajaya (1999) juga memaparkan kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Perkembangan fungsional kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi. Konsumen akan menangkap kesan yang dikomunikasikan oleh kemasan sebelum mencoba isinya, sehingga kemasan produk baru tersebut harus mampu “beradu” dengan kemasan produk-produk lainnya. Nugroho (2006) dalam Natadjaja (2007) mengemukakan bahwa elemen-elemen kemasan terdiri atas: 1. Warna Konsumen melihat warna jauh lebih cepat dari pada melihat bentuk atau rupa. Kemudian warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat penjualan. Warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari jarak jauh dan direkomendasikan sebagian besar kemasan karena memilik daya tarik dan dampak yang lebih besar. Tapi selain unsur keterlihatan harus dipertimbangkan pula faktor kekontrasan terhadap warna-warna pendukung lainnya. 2. Bentuk Bentuk majalah merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Namun tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kemasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produk, pertimbangan mekanis, kondisi marketing, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan kemasan tersebut. 3. Merek atau logo Identitas suatu produk sangat diperlukan sekali. Hal ini untuk membedakan kemasan yang kita buat dengan kemasan yang lain. Tujuan lain dengan adanya merek atau logo adalah mengenalkan produk kita kepada masyarakat dalam bentuk nonproduk. Misalnya dalam pamflet, spanduk dan alat komunikasi yang lain. Dengan adanya simbol-simbol dalam merek atau logo, maka masyarakat akan cepat mengenali produk kita. Membuat sebuah logo hendaknya yang simpel,
84 yang menggambarkan ciri khas, mudah untuk dijelaskan, menggugah, mengandung keaslian dan tidak mirip dengan logo-logo produk lain. 4. Ilustrasi Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah kemasan karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata. Ilustrasi dalam hal ini termasuk fotografi, dapat mengungkapkan suatu yang lebih cepat dan lebih efektif daripada teks. Pembubuhan ilustrasi dalam suatu produk media harus didasarkan pada fungsinya yang khas. Suatu kemasan dipandang akan lebih berdaya tarik bila dibubuhi ilustrasi kecuali untuk kondisi tertentu mungkin tidak diperlukan ilustrasi. 5. Tipografi Teks pada produk media merupakan pesan kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan produk yang ditawarkan dan sekaligus mengarahkan sedemikian rupa agar konsumen bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Tipe huruf harus disesuaikan dengan tema dan tujuan dari produk itu sendiri. Maka disinilah diperlukan kejelian dalam memilih huruf atau font yang sesuai atau menjiwai dari produk tersebut. 6. Tata letak Menata letak berarti meramu seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu.
Jenis Kemasan Pangan Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM (2011), kemasan pangan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar kemasan pangan tersebut dapat berupa plastik, logam atau paduan logam, kertas atau karton, karet, keramik, selofan dan kaca. Pada setiap jenis kemasan, ada persyaratan tertentu yang harus diikuti supaya dihasilkan kemasan yang aman bagi kesehatan. Tidak semua bahan pengemas aman untuk pangan dan terhadap kesehatan. Syarat keamanan kemasan pangan menurut BPOM (2011) adalah sebagai berikut: (1) kemasan pangan tidak boleh bersifat toksik dan tidak meninggalkan residu terhadap pangan, harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan pangan; (2) senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan pangan terkemas; (3) bentuk, ukuran dan jenis kemasan dapat memberikan efektivitas; dan (4) bahan kemasan tidak mencemari lingkungan hidup.
Usaha Kecil dan Menengah BPS (1994) mengemukakan usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai
93 industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau menengah. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar. Kriteria UKM menurut UU No.9 tahun1995 yaitu: (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200 000 000 tidak termasuk tanah dan bangunan tepat usaha; (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1 000 000 000; (3) milik warga negara Indonesia; (4) berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; dan (5) berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak memiliki badan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, meggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi (Sumarwan 2002). Para pemasar perlu mengetahui perilaku konsumen agar dapat memasarkan produk usahanya dengan baik. Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian atau mengkonsumsi suatu barang. Mempelajari kebutuhan konsumen dapat memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keunggulan produk, penentuan harga, saluran pemasaran, dan pesan iklan serta bauran pemasaran lainnya. Konsumen memiliki karaketristik yang dapat dilihat berdasarkan demografi (nilai-nilai, kepercayaan, ide, sikap, dan tindakan dari seorang individu), ekonomi (pendapatan dan pengeluaran), dan sosial pengelompokkan masyarakat ke dalam kelas atau kelompok yang berbeda) pada Tabel 1. Sumarwan (2002) juga menyatakan bahwa semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Pemasar harus memahami distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Seseorang yang berumur relatif muda, lebih cepat menerima sesuatu yang baru. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Besarnya daya beli seorang konsumen dapat dilihat dari jumlah pendapatan. Hal tersebut menyebabkan para pemasar perlu mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasarannya. Besar kecilnya pendapatan yang diterima konsumen dipengaruhi olah tingkat pendidikan dan pekerjaan. Pekerjaan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh. Pendidikan formal penting dalam membentuk pribadi dengan wawasan berpikir yang lebih baik, semakin tinggi pendidikan formal maka seseorang akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan tentang gizi (Sumarwan 2002). Hal ini berdampak positif terhadap ragam pangan yang akan dikonsumsi.
4 10
Tabel 1 Karakteristik demografi dan subbudaya di Indonesia No
Karakteristik Demografi
1
Usia
2
Agama
3
Suku Bangsa
4 5 6 7
Warga Indonesia Keturunan Pendapatan Jenis Kelamin Status Pernikahan
8
Jenis Keluarga
9
Pekerjaan
10
Lokasi Geografi
11
Jenis Rumah Tangga
12
Kelas Sosial
Contoh Subbudaya Anak-anak, Remaja, Dewasa Awal, Dewasa Lanjut, Lansia Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha Sunda, Jawa, Bali, Batak, Melayu, Dayak, Minahasa, Bugis Pribumi, Tionghoa, India, Arab Miskin, Menengah, Kaya Laki-laki, Wanita Lajang, Menikah, Janda, Duda Orang Tua Tunggal, Orang Tua Lengkap, Keluarga dengan satu anak, dua anak Dosen, Guru, Buruh, Karyawan, Dokter, Akuntan, Montir, Pengacara Jawa, Luar Jawa, Kota, Desa Rumah Tangga Keluarga, Bukan Rumah Tangga Keluarga (tinggal sendiri, tinggal bersama teman di asrama) Kelas Atas, Kelas Menengah, Kelas Bawah
Sumber : Sumarwan (2002) Efektivitas Promosi dengan EPIC Model Efektivitas menjelaskan pada taraf tercapainya hasil. Kata kunci efektivitas adalah efektif karena pada akhirnya keberhasilan perusahaan diukur dengan konsep efektivitas. EPIC Modelmerupakan model teori yang digunakan untuk menganalisis dampak komunikasi dalam promosi. Durianto, at al. (2003) menjelaskan bahwa metode EPIC model terdiri dari empat dimensi: a. Dimensi empati (empathy) menginformasikan, apakah konsumen menyukai promosi, dan bagaimana konsumen melihat hubungan promosi tersebut dengan pribadi mereka. Dimensi ini melibatkan afeksi dan kognisi konsumen. Variasi tanggapan afeksi dapat berupa penilaian positif, negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kognisi mengacu pada proses mental dan struktur pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan seseorang terhadap lingkungannya. b. Dimensi persuasi (persuation) menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu promosi untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasar dapat memperoleh pemahaman tentang dampak promosi terhadap keinginan konsumen untuk membeli suatu produk yang ditawarkan. c. Dimensi dampak (impact) menunjukkan apakah suatu produk bisa terlihat lebih menonjol dari pada produk lain, dan apakah suatu promosi dapat mengikutsertakan konsumen dalam pesan yang disampaikan. Tujuan dari dimensi dampak adalah peningkatan product knowledge (pengetahuan produk) yang dicapai konsumen melalui tingkat
113 keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk dan atau proses pemilihan. Konsumen memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. d. Dimensi komunikasi (communication) memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, kekuatan kesan yang ditinggalkan dan kejelasan promosi. Proses dimulai ketika sumber komunikasi promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan, kemudian meng-enkoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol yang paling tepat (menggunakan kata, gambar, atau tindakan). Pesan selanjutnya ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai media, seperti pertunjukan televisi dan bentuk promosi lainnya. Penerima pesan atau konsumen, jika digiring ke suatu promosi, harus mendekoding atau menerjemahkan maknanya. Pada akhirnya konsumen dapat mengambil tindakan, seperti pergi ke toko atau melakukan pembelian. Hasil Studi Terdahulu Hasil penelitian Ardian (2011) mengenai “Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Elemen Desain Kemasan Susu Pasteurisasi FAPET” menunjukan penambahan atribut pencantuman keterangan informasi netto produk, pencantuman kode produksi dan tanggal kadaluarsa, penulisan huruf pada kemasan dapat dibaca jelas pencantuman label “Halal” dan pencantuman nomor pendaftaran produk dari BPOM dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Atribut yang dikembangkan oleh PT D-Farm Agriprima karena memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan telah dapat memuaskan kepentingan konsumen adalah atribut nama produk kemasan, adanya logo produk, adanya keterangan macam-macam rasa produk, pencantuman komposisi produk, adanya informasi cara penyimpanan produk, adanya alamat produsen, dan pencantuman alamat lengkap tempat produksi produk. Hasil studi terdahulu selanjutnya ialah hasil penelitian Alfia (2012) menunjukan bahwa tingkat efektivitas desain Chocodot tergolong pada kategori sedang. Pada elemen merek, anatomi, tipografi, aspek legal, bentuk dan ukuran kemasan, cukup efektif. Namun pada elemen warna dan ilustrasi masih dikatakan kurang efektif. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara desain kemasan dengan minat beli konsumen. Terdapat hubungan nyata pula antara elemen warna dan elemen ilustrasi dengan minat beli konsumen.
412 Kerangka Pemikiran Kemasan dapat terlibat langsung dengan konsumen dalam strategi pemasaran, sehingga kemasan mempengaruhi tindakan positif konsumen di tempat penjualan. Kartajaya (1999) menjelaskan bahwa kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Sekarang ini juga kemasan sudah juga berfungsi sebagai media komunikasi. Kemasan dapat pula berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Elemen-elemen kemasan menurut Nugroho (2006) dalam Natadjaja (2007) terdiri atas: warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, tipografi, dan tata letak, namun tidak semua produsen usaha kecil menengah (UKM) dapat menciptakan desain kemasan yang menarik bagi konsumen. Keterbatasan dana menyebabkan UKM memiliki peluang bersaing untuk meningkatkan kualitas desain kemasan produk UKM masih kurang. Padahal Lakoro (2006) mengemukakan produk-produk hasil olahan pertanian yang kini digemari oleh konsumen diharapkan dapat dikemas dengan semenarik mungkin, maka dapat timbul ketertarikan dari konsumen untuk memutuskan untuk melakukan pembelian produk tersebut agar dapat mempengaruhi peningkatan pangsa pasar dan keberadaan produk tersebut. Kusumastuti (2009) menyebutkan bahwa dalam komunikasi pemasaran terdapat hal yang penting dan tidak dapat diabaikan, yaitu segmentasi. Segmentasi konsumen memiliki ciri seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan batasan geografis. Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dan menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dengan metode EPIC model. Kerangka dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Elemen-Elemen Desain Kemasan Produk
Kesesuaian warna Ketepatan bentuk kemasan Kesesuaian logo atau merek Ketepatan ilustrasi Ketepatan tipografi Kesesuaian tata letak Kelengkapan informasi
Efektivitas Strategi Promosi melalui EPIC model
Empati (empathy) Persuasi (persuasion) Dampak (impact) Komunikasi (communication)
Karakteristik Konsumen Keterangan : : Berhubungan
Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan per bulan
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
133 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dibangun hipotesis-hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dinilai efektif dari dimensi empati. 2. Diduga strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dinilai efektif dari dimensi persuasi. 3. Diduga strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dinilai efektif dari dimensi dampak. 4. Diduga strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dinilai efektif dari dimensi komunikasi. 5. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik konsumen terhadap efektivitas strategi promosi melalui dimensi empati pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. 6. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik konsumen terhadap efektivitas strategi promosi melalui dimensi persuasi pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. 7. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik konsumen terhadap efektivitas strategi promosi melalui dimensi dampak pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. 8. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik konsumen terhadap efektivitas strategi promosi melalui dimensi komunikasi pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. Definisi Konseptual Elemen-elemen desain kemasan produk: 1.Kesesuai warna Konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk atau rupa. Kemudian warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat penjualan. Warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari jarak jauh dan direkomendasikan sebagian besar kemasan karena memilik daya tarik dan dampak yang lebih besar. Tapi selain unsur keterlihatan harus dipertimbangkan pula faktor kekontrasan terhadap warna-warna pendukung lainnya. 2. Ketepatan bentuk kemasan Bentuk merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Namun tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kemasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produk, pertimbangan mekanis, kondisi marketing, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan kemasan tersebut. 3. Kesesuaian merek atau logo Identitas suatu produk sangat diperlukan sekali. Hal ini untuk membedakan kemasan yang kita buat dengan kemasan yang lain. Tujuan lain dengan adanya merek atau logo adalah mengenalkan produk kita kepada masyarakat dalam bentuk nonproduk. Dengan adanya simbol-simbol dalam merek atau logo, maka masyarakat akan cepat mengenali produk kita.
4 14 4. Ketepatan ilustrasi Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah kemasan karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa katakata. Ilustrasi dalam hal ini termasuk fotografi, dapat mengungkapkan suatu yang lebih cepat dan lebih efektif daripada teks. Pembubuhan ilustrasi dalam suatu produk media harus didasarkan pada fungsinya yang khas. 5. Ketepatan tipografi Teks pada produk media merupakan pesan kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan produk yang ditawarkan dan sekaligus mengarahkan sedemikian rupa agar konsumen bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Tipe huruf harus disesuaikan dengan tema dan tujuan dari produk itu sendiri. 6. Kesesuaian tata letak elemen desain kemasan Menata letak seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu. 7. Kelengkapan informasi elemen desain kemasan Kelengkapan informasi yang dicantumkan dalam kemasan, meliputi: komposisi produk, nomer customer servise, alamat media sosial Lapis Bogor Sangkuriang, alamat website Lapis Bogor Sangkuriang, nomer Dinas Kesehatan, tanggal kadaluarsa produk, rasa produk, deskripsi daerah-daerah wisata dan institusi pendidikan di Bogor, deskripsi talas, dan deskripsi teh hijau.
Definisi Operasional Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik konsumen adalah keadaan spesifik pembeli yang berkaitan langsung dengan dirinya sehingga dapat diukur dengan: a. Usia adalah lamanya seseorang hidup yang terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Variabel usia termasuk jenis data ordinal. Pengukuran dinyatakan dalam tahun denngan kategori menurut Havighurts (1950) dalam Mugniesyah (2009) yaitu: (1) Masa remaja berusia 13-18 tahun, diberi skor: 1 (2) Masa dewasa awal berusia 18-30 tahun, diberi skor: 2 (3) Masa pertengahan berusia 30-50 tahun, diberi skor: 3 (4) Usia tua berusia lebih dari 50 tahun, diberi skor: 4 b. Jenis kelamin adalah sifat fisik responden seperti yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki oleh responden serta identitas seksual yang melekat pada diri responden. Variabel jenis kelamin termasuk jenis data nominal. Jenis kelamin dapat dibedakan atas: (1) Laki-laki, diberi skor: 1 (2) Perempuan, diberi skor: 2 c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Variabel pendidikan termasuk jenis data ordinal. Pengukuran
3 15 pendidikan dinyatakan dalam tahun, berdasarkan lamanya responden mendapatkan pendidikan formal yang dapat dibagi menjadi: (1) Pendidikan rendah meliputi SMP dan SMA, diberi skor: 1 (2) Pendidikan sedang meliputi diploma, diberi skor: 2 (3) Pendidikan tinggi meliputi sarjana, diberi skor: 3 d. Status pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan yang dijalani oleh responden ketika penelitian berlangsung. Variabel pekerjaan termasuk jenis data ordinal. Pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Tidak bekerja meliputi mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga, diberi skor: 1 (2) Bekerja meliputi pegawai negeri, pegawai swasta, dan wirausaha), diberi skor: 2 e. Pendapatan perbulan adalah hasil berupa materi yang diperoleh konsumen dari pencaharian usaha dalam waktu sebulan. Tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan hasil data yang telah didapatkan di lapangan. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Pendapatan per bulan digolongkan menjadi: (1) Pendapatan rendah (antara Rp200 000 sampai Rp2 800 000), diberi skor: 1 (2) Pendapatan sedang (antara Rp2 800 001 sampai Rp5 500 000), diberi skor: 2 (3) Pendapatan tinggi (lebih dari Rp5 500 001 ), diberi: skor 3 f. Wilayah tempat tinggal adalah letak geografis tempat konsumen tinggal. Diukur dengan skala nominal. Wilayah tempat tinggal dibedakan menjadi: (1) Luar Bogor (Jakarta, Depok, dan Solo), diberi skor: 1 (2) Dalam Bogor, diberi skor: 2 2. Efektivitas strategi promosi dengan menggunakan EPIC model merupakan model teori yang digunakan untuk menganalisis dampak komunikasi dalam promosi melalui elemen-elemen desain kemasan. a. Dimensi empati dimensi empati (empathy) menginformasikan apakah konsumen menyukai suatu promosi dan menggambarkan bagaimana konsumen menghubungkan promosi dengan pribadi mereka. Elemenelemen desain kemasan dari dimensi empati menjelaskan: (1) kesesuaian warna; (2) ketepatan bentuk kemasan; (3) kesesuaian logo atau merek; (4) ketepatan ilustrasi; (5) ketepatan tipografi; (6) kesesuaian tata letak elemen desain kemasan; dan (7) kelengkapan informasi elemen desain kemasan yang digunakan telah disukai oleh konsumen. a. Sangat tidak setuju diberi skor: 1 b. Tidak setuju diberi skor: 2 c. Setuju diberi skor: 3 d. Sangat setuju diberi skor: 4 b. Dimensi persuasi (persuation) menginformasikan apa yang disampaikan suatu promosi dapat menghasilkan peningkatan atau penguatan informasi
4 16 yang ingin disampaikan pihak penjual kepada konsumen. Elemen-elemen desain kemasan dari dimensi persuasi menjelaskan: (1) kesesuaian warna; (2) ketepatan bentuk kemasan; (3) kesesuaian logo atau merek; (4) ketepatan ilustrasi; (5) ketepatan tipografi; (6) kesesuaian tata letak elemen desain kemasan; dan (7) kelengkapan informasi elemen desain kemasan yang digunakan dapat membuat konsumen tertarik. a. Sangat tidak setuju diberi skor: 1 b. Tidak setuju diberi skor: 2 c. Setuju diberi skor: 3 d. Sangat setuju diberi skor: 4 c. Dimensi dampak (impact) yang menunjukkan apakah suatu produk bisa terlihat lebih menonjol dibandingkan produk yang lainnya sehingga konsumen melakukan pembelian produk. Kesamaan maksud dan tujuan pihak produsen dan konsumen setelah melakukan upaya promosi pula merupakan tujuan dimensi ini. Elemen-elemen desain kemasan dari dimensi dampak menggambarkan konsumen paham pada: (1) kesesuaian warna; (2) ketepatan bentuk kemasan; (3) kesesuaian logo atau merek; (4) ketepatan ilustrasi; (5) ketepatan tipografi, (6) kesesuaian tata letak elemen desain kemasan yang digunakan; dan (7) kelengkapan informasi elemen desain kemasan yang digunakan dapat membuat konsumen ingin mengetahui produk lebih jauh. a. Sangat tidak setuju diberi skor: 1 b. Tidak setuju diberi skor: 2 c. Setuju diberi skor: 3 d. Sangat setuju diberi skor: 4 d.Dimensi komunikasi (communication) memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, kekuatan kesan yang ditinggalkan dari pesan tersebut. Elemen-elemen desain kemasan dari dimensi komunikasi menggambarkan konsumen mengerti mengenai: (1) kesesuaian warna; (2) ketepatan bentuk kemasan; (3) kesesuaian logo atau merek; (4) ketepatan ilustrasi, (5) ketepatan tipografi; (6) kesesuaian tata letak elemen desain kemasan yang digunakan sesuai dengan produk tersebut; (7) kelengkapan informasi elemen desain kemasan yang digunakan dapat membuat konsumen mengetahui banyak informasi tentang produk. a. Sangat tidak setuju diberi skor: 1 b. Tidak setuju diberi skor: 2 c. Setuju diberi skor: 3 d. Sangat setuju diberi skor: 4 Jumlah pernyataan untuk efektivitas strategi promosi berjumlah 28 dengan masing-masing tujuh pernyataan pada setiap dimensi. Akumulasi skor dapat dikategorikan menjadi sangat tidak efektif (STE) dengan akumulasi skor 7-12, tidak efektif (TE) dengan akumulasi skor 13-18, efektif (E) dengan akumulasi skor 19-24, dan sangat setuju (SS) dengan akumulasi skor 25-28.
173 Teknik analisis untuk mengevaluasi efektivitas elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dengan EPIC model dari Durianto et al. (2003) menggunakan analisis tabulasi sederhana dan penghitungan rata-rata terbobot. 1. Analisis Tabulasi Sederhana Data yang diperoleh kemudian diolah ke bentuk persentase dengan rumus: P = fi X 100 % ∑ fi Keterangan : P = persentase responden yang memiliki kategori tertentu fi = jumlah responden yang memilih kategori tertentu ∑ fi = banyaknya jumlah responden 2. Skor Rataan Setiap jawaban dari pertanyaan yang diperoleh dari responden diberikan bobot. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. Rumus : x = ∑fi . wi ∑fi Dimana: x = rata-rata berbobot fi = frekuensi wi = bobot Rentang skala penilaian digunakan untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor setiap variabel. Bobot alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkat terdiri dari kisaran antara 1 hingga 4 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi yang positif. Penentuan rentang skala dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rs = R (bobot) M Dimana: R (bobot) = bobot terbesar - bobot terkecil = banyaknya kategori bobot M
4 18 Rentang nilai skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak empat kategori, maka rentang skala penilaian yang didapat ialah sebagai berikut: Rs = (4-1) / 4 = 0.75 Sehingga posisi keputusannya menjadi: STE
1
TE
1.75 Keterangan : STE = TE = E = SE =
E
2.5
Sangat Tidak Efektif Tidak Efektif Efektif Sangat Efektif
SE
3.25
4
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian analisis efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei. Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan pemilik dan manajer Lapis Bogor Sangkuriang serta penelusuran dokumen (buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian dan situs internet). Lokasi dan Waktu Penelitian analisis efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dilakukan di pusat penjualan Lapis Bogor Sangkuriang, jalan Pajajaran Komplek Ruko Bantar Kemang nomer 20 O. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan memilih lokasi penelitian tersebut disebabkan Lapis Bogor Sangkuriang merupakan usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak di bidang produk olahan pangan pertanian. Usaha ini sebelumnya merupakan anggota binaan UPP Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor. UKM ini telah menggunakan desain kemasan selama 2 tahun dan belum ada perubahan desain, sehingga desain kemasan yang diinformasikan dari produsen ke konsumen dirasa relevan untuk dikaji dalam penelitian dan desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dapat membantu memecahkan perumusan masalah, tujuan, dan hipotesis pada penelitian ini. Penelitian ini membagi responden berdasarkan pada pembagian waktu pengambilan data yaitu lima hari untuk hari kerja atau weekday dan dua hari untuk hari libur atau weekend selama periode bulan April 2013 dalam pengambilan data.
Teknik Pemilihan Responden Penelitian ini menggunakan accidental sampling dalam menentukan responden. Metode accidental sampling ialah teknik dimana peneliti memilih sampel secara spontanitas atau siapa saja yang dianggap dapat mewakili populasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkannya (Rianse dan Abdi 2009). Sampel diambil dari konsumen yang berada pusat penjualan Lapis Bogor Sangkuriang, jalan Pajajaran Komplek Ruko Bantar Kemang nomer 20 O yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti bila dipandang pengunjung tersebut cocok dengan sumber data. Hal ini dikarenakan tidak terdapat data terperinci mengenai konsumen yang berada pusat penjualan Lapis Bogor Sangkuriang dan jumlah konsumennya berbeda setiap harinya. Pemilihan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang sebagai responden didasarkan pada konsumen yang telah membeli produk Lapis Bogor Sangkuriang di outlet pusat, responden merupakan konsumen yang bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian yang diberikan oleh peneliti, tidak buta warna, dan dapat membaca. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 45 orang yang didasarkan pada jumlah minimum pengambilan responden dalam penelitian
220 sosial sebanyak 30 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pembeli Lapis Bogor Sangkuriang. Pemilihan sampel diperoleh dari 10 persen pembeli yang dianggap sudah dapat mewakili rata-rata pembeli Lapis Bogor Sangkuriang setiap harinya. Pembeli Lapis Bogor Sangkuriang berjumlah kurang lebih 450 pembeli, sehingga didapat jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 45 orang. Perhitungan untuk menentukan jumlah responden dapat dilihat sebagai berikut:
Perhitungan penentuan jumlah responden: 10/100 X 450 = 45 responden
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner penelitian yang diberikan oleh peneliti kepada konsumen dan wawancara yang dilakukan peneliti ke pemilik serta manager UKM Lapis Bogor Sangkuriang. Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa tujuan pembuatan kuesioner ialah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei. Pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan wawancara mendalam dengan UKM Lapis Bogor Sangkuriang untuk mengkaji tentang profil usaha dan profil elemen desain kemasan produk Lapis Bogor Sangkuriang. Informan pada penelitian ini merupakan pemilik dan manajer Lapis Bogor Sangkuriang. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen perusahaan dan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini.
Teknik Pengolahan Data Data hasil kuesioner yang telah terkumpul kemudian dilanjutkan pada tahap pengkodean data. Perhitungan persentase jawaban responden dibuat dalam bentuk tabulasi setelah tahap pengkodean dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis tabulasi untuk mengetahui strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan yang digunakan Lapis Bogor Sangkuriang dengan tingkat efektivitas yang diukur dengan dimensi empati (empathy), pesuasi (persuation), dampak (impact), dan komunikasi (communication). Data tersebut kemudian dihitungdengan analisis tabulasi sederhana EPIC model. Pengolahan data lainnya dengan menggunakan software SPSS for Windows versi 16.0. uji kolerasi Rank Spearman. Teknik analisis untuk mengevaluasi efektivitas elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dengan EPIC model dari Durianto et al.
21 (2003) menggunakan analisis tabulasi sederhana dan penghitungan rata-rata terbobot. 1. Analisis tabulasi sederhana Data yang diperoleh kemudian diolah ke bentuk persentase dengan rumus: P = fi X 100 % ∑ fi Keterangan : P = persentase responden yang memiliki kategori tertentu fi = jumlah responden yang memilih kategori tertentu ∑ fi = banyaknya jumlah responden
2. Skor rataan Setiap jawaban dari pertanyaan yang diperoleh dari responden diberikan bobot. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. Rumus: x = ∑fi . wi ∑fi Dimana; x = rata-rata berbobot fi = frekuensi wi = bobot Rentang skala penilaian selanjutnya digunakan untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor setiap variabel. Bobot alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkat terdiri dari kisaran antara 1 hingga 4 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi yang posistif, kemudian dihitung rentang skala dengan rumus sebagai berikut: Rs = R (bobot) M Dimana: R (bobot) = bobot terbesar - bobot terkecil M = banyaknya kategori bobot
222 Rentang nilai skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak empat, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah: Rs = (4-1) / 4 = 0.75 Posisi keputusannya dijelaskan pada rentang dibawah ini: STE
1
TE
1.75
E
2.5
SE
3.25
4
Keterangan : STE TE E SE
= Sangat Tidak Efektif = Tidak Efektif = Efektif = Sangat Efektif
Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menguji hubungan antara karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang (skala ordinal) seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan per bulan dengan penilaian konsumen melalui dimensi empati (empathy), persuasi (persuation), dampak (impact), dan komunikasi (communication) yang merupakan skala ordinal.
Rumus korelasi Rank Spearman:
Dimana: ρ atau rs : koefisien korelasi Spearman Rank di : determinan : jumlah data atau sampel n Pengujian korelasi Rank Spearman dalam pengambilan keputusan mengenai hubungan antar variabel melalui nilai signifikansi atau probabilitas atau α yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0.05), artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan tingkat kesalahan sebesar 5 persen. Apabila angka signifikansi hasil penelitian < 0.05 maka H0 ditolak, sehingga hubungan kedua variabel signifikan. Angka signifikansi hasil penelitian > 0.05 maka H0 diterima, sehingga hubungan kedua variabel tidak signifikan.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Perusahaan Lapis Bogor Sangkuriang merupakan salah satu usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang olahan pangan pertanian yang didirikan pada bulan September 2011. Pendiri dan pemilik usaha ini ialah Rizka Wahyu Romadhona. Pemilik usaha merupakan salah satu finalis Wirausaha Muda Mandiri dan mahasiswi Sekolah Pascasarjana Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor. Usaha ini sebelumnya merupakan anggota binaan UPP Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor berdasarkan nomor anggota 16 5B. 11. Bentuk badan hukum usaha yaitu commanditaire vennootsckap (CV). Visi dari Lapis Bogor Sangkuriang ialah wealth, quality, service, and innovation serta memiliki misi: (1) mengangkat dan mempromosikan konten, budaya, dan pariwisata lokal; (2) membangun perusahaan yang terus bergerak mengikuti perkembangan global; (3) membangun kemitraan dalam jangka waktu panjang; dan (4) mengedukasi dan mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah dengan inovasi berkelanjutan. Toko pusat usaha terletak di jalan Pajajaran Komplek Ruko Bantar Kemang nomer 20 O (depan Balai Binarum), selain itu terdapat dua toko cabang Lapis Bogor Sangkuriang di jalan Sholeh Iskandar (100 meter dari Yogya department store, depan putaran balik) serta di jalan raya Puncak nomer 113 Bogor. Usaha kecil dan menengah ini mengawali usahanya di outlet jalan Sholeh Iskandar dengan tempat produksi lapis yang masih terbatas. Sistem penjualan usaha dimulai dari mulut ke mulut pada komunitas kampus Pascasarjana IPB. Usaha ini semakin berkembang dengan cara membuka pasar baru konsumen, sehingga tidak hanya menjual produk pada konsumen lingkup kampus saja. Usaha yang dilakukan Lapis Bogor Sangkuriang agar semakin berkembang dengan cara mendaftarkan produk usaha ke Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, UPP Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor, dan Dinas Perindustrian. Sejak mendaftarkan produk ke Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, usaha ini mulai mencantumkan konten budaya lokal dan visit Bogor pada desain kemasan produk kemudian usaha ini juga sering ikut serta dalam pameran. UPP Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor dan Dinas Perindustrian juga memberi fasilitas dalam mengikuti pameran pada usaha ini. Dahulu usaha kecil dan menengah ini memiliki 20 reseller kemudian saat ini menjadi 5 mitra. Promosi yang dilakukan Lapis Bogor Sangkuriang lainnya dengan memasang iklan di media cetak. Pada awal tahun 2013, outlet pusat usaha yang awalnya berada di jalan Sholeh Iskandar kemudian dipindah ke jalan Pajajaran Komplek Ruko Bantar Kemang nomer 20 O (depan Balai Binarum). Setiap hari usaha ini mendapatkan omzet penjualan sekitar Rp95 000 000 dari seluruh penjualan kue lapis. Lapis Bogor Sangkuriang telah memiliki berbagai sertifikat dari berbagai instansi, diantara yaitu: (1) sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPPIRT) P-IRT nomer 3063271021122 berdasarkan surat keputusan kepala badan pengawas obat dan makanan RI nomer HK 00.005 16640; (2) sertifikat usaha kecil menengah anggota binaan UPP-LPPM dengan nomer anggota 16 5B. 11;
2 24 (3) sertifikat produk pangan industri rumah tangga P-IRT nomer 8153271031122 nomer HK 00.055.1640; (4) sertifikat halal nomer: 012010511111 mulai dari 16 November 2011 sampai 15 November 2013; dan (5) sertifikat kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja dengan nomer pendaftaran perusahaan: KK022596. Struktur organisasi usaha terdiri atas direktur utama, direktur operasional, manajer utama, manajer sales dan marketing, kaizen, manajer operasional, manajer pengembangan sumberdaya manusia, manager keuangan, supervisor outlet, customer service, leader outlet, frontliner, produksi, supervisor produksi, leader produksi, supir, distribusi, supervisor operasional, dan admin. Gambar bagan struktur organisasi usaha Lapis Bogor Sangkuriang dapat dilihat pada Gambar 4. Direktur Utama Direktur Operasional Manajer Utama
Manajer Sales dan Marketing
Kaizen
Produksi Supervisor Outlet
Leader Outlet
Frontiner
Customer Service
Manajer Operasional
Supir
Supervisor Produksi
Supervisor Operasional
Leader Produksi
Admin
Manajer Pengembangan Sumberdaya Manusia
Distribusi
Produksi
Gambar 4 Bagan struktur organisasi usaha Lapis Bogor Sangkuriang
Manajer Keuangan
25 25 Produk Lapis Bogor Sangkuriang Lapis Bogor Sangkuriang memproduksi berbagai macam kue lapis yang terdiri dari 8 macam yaitu lapis rasa keju, lapis rasa stroberi, lapis rasa blueberry, lapisrasa tiramisu, lapis rasa coklat, lapis rasa green tea, brownies original, dan brownies keju (Gambar 5). Setiap hari lapis uaha ini memproduksi sebanyak 3700 kue lapis. Kue lapis original yang diproduksi setiap hari sebanyak 3212 kue, dengan berbagai rasa yaitu rasa keju, rasa stroberi, rasa blueberry, rasa tiramisu, dan rasa coklat. Kue lapis rasa green tea yang diproduksi setiap hari sebanyak 200 kue, lalu kue lapis rasa brownies yang diproduksi setiap hari sebanyak 288 kue.
Gambar 5 Beberapa macam rasa produk kue Lapis Bogor Sangkuriang Salah satu keunikan dari kue lapis ini ialah menggunakan tepung talas sebagai salah satu komposisi bahan baku yang bertujuan untuk mendukung diversifikasi pangan. Jenis talas yang digunakan sebagai tepung talas ialah talas BogorColocasia Esculenta L. Schoot yaitu jenis umbi asli Bogor. Desain Kemasan Produk Lapis Bogor Sangkuriang Bahan kemasan produk terbuat dari bahan art carton. Bentuk dari kemasan (Gambar 6) berbentuk persegi panjang disesuaikan dengan isi dari kue lapis. Terdapat berbagai macam desain warna kemasan Lapis Bogor Sangkuriang yaitu perpaduan warna ungu dan kuning, dominasi hijau, dan dominasi coklat. Proses pembuatan kemasan dengan sketsa atau desain menggunakan aplikasi komputer photoshop atau corel yang disertai pula packaging concept atau konsep kemasan Desain warna kemasan ungu dan kuning digunakan untuk mengemas lapis rasa keju, lapis rasa stroberi, lapis rasa blueberry, lapis rasa tiramisu, dan lapis rasa coklat. Desain warna dominasi hijau digunakan untuk mengemas lapis rasa green tea. Desain warna dominasi coklat digunakan untuk mengemas brownies original dan brownies keju. Desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang juga menggunakan logo serta berbagai macam informasi mengenai produk.
226
Gambar 6 Bentuk desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang
Gambar 7 Logo Lapis Bogor Sangkuriang Desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang menggunakan logo dengan gambar pemuda yang membawa talas (Gambar 7). Pemuda pada logo tersebut dimaksudkan sebagai Sangkuriang. Sangkuriang merupakan tokoh yang berasal dari Jawa Barat, sehingga produk Lapis Bogor Sangkuriang ingin memberi kesan bahwa produk tersebut berasal dari Jawa Barat. Penggunaan gambar talas yang dibawa pemuda tersebut bertujuan agar talas yang merupakan bahan baku dari produk lapis, dapat memberi kesan bahwa produk tersebut berasal dari Bogor. Hal ini disebabkan talas merupakan produk pertanian yang terkenal berasal dari Bogor. Logo Lapis Bogor Sangkuriang juga bertujuan sebagai Brand Awareness kepada konsumennya. Desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang di bagian depan mencantumkan ilustrasi potongan kue lapis yang bertujuan agar konsumen mengetahui isi dari produk. Desain kemasan pada bagian lainnya terdapat ilustrasi tempat pariwisata di Bogor bertujuan untuk mempromosikan tempat pariwisata yang ada di Bogor, selain itu terdapat keterangan informasi komposisi produk bertujuan untuk menjelaskan bahan baku produk kuliner kue Lapis Bogor Sangkuriang. Desain kemasan pada bagian samping terdapat nomer telepon customer service agar konsumen mudah menghubungi Lapis Bogor Sangkuriang untuk memesan produk, memberi komplain mengenai produk, serta memberi saran. Desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang juga mencantumkan alamat sosial media seperti alamat twitter dan facebook, alamat website, agar Lapis Bogor Sangkuriang ingin mendapatkan feedback dan keinginan konsumen terhadap produk dan sebagai media promosi produk.
27
KARAKTERISTIK KONSUMEN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang pada penelitian analisis efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan terdiri atas karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, dan wilayah tempat tinggal. Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori weekday dan kategori weekend. Tabel 2 Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang dalam jumlah dan persentase Kategori
Jumlah
Persentase
Usia Masa remaja (13-18 tahun) Masa dewasa awal (18-30 tahun) Masa pertengahan (30-50 tahun) Usia tua (>50 tahun)
5 25 14 1
11.1 55.6 31.1 2.2
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
9 36
20 80
Pendidikan Pendidikan rendah (SMP dan SMA) Pendidikan sedang (diploma) Pendidikan tinggi (sarjana)
27 6 12
60.0 13.3 26.7
Status Pekerjaan Tidak bekerja (mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga) Bekerja (pegawai negeri, pegawai swasta, wirausaha)
29 16
64.4 35.5
Pendapatan Rendah (Rp200 000-Rp2 800 000) Sedang (Rp2 800 001-Rp5 500 000 ) Tinggi (>Rp5 500 001 )
28 13 4
62.2 28.9 8.9
Wilayah tempat tinggal Luar Bogor (Jakarta, Depok, Solo) Dalam Bogor
5 40
11.1 88.9
Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 2. Karakteristik usia konsumen Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas masa remaja sebanyak 5 orang (11.1 persen), masa dewasa awal sebanyak 25 orang (55.6 persen), masa pertengahan sebanyak 14 (31.1 persen), dan usia tua
228 sebanyak 1 orang (2.2 persen). Karakteristik jenis kelamin konsumen meliputi laki-laki dengan jumlah 9 orang (20 persen) dan perempuan dengan jumlah 36 orang (80 persen). Tingkat pendidikan dari konsumen terdiri atas pendidikan rendah yang meliputi tamatan SMP dan SMA sebanyak 27 orang (60 persen), pendidikan sedang yang meliputi tamatan diploma sebanyak 6 orang (13.3 persen), dan pendidikan tinggi yang meliputi tamatan sarjana sebanyak 12 orang (26.7 persen). Karakteristik status pekerjaan konsumen pada penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu tidak bekerja yang meliputi mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga sebanyak 29 orang (64.4 persen) dan bekerja yang meliputi pegawai negeri, pegawai swasta, dan wirausaha sebanyak 16 orang (35.5 persen). Karaktersitik tingkat pendapatan konsumen terdiri atas pendapatan rendah sebanyak 28 orang (62.2 persen), pendapatan sedang sebanyak 13 orang (28.9 persen), dan pendapatan tinggi sebanyak 4 orang (8.9 persen). Karakteristik wilayah tempat tinggal konsumen terdiri atas konsumen yang tinggal di wilayah luar Bogor yang meliputi kota Jakarta, Depok, dan Solo sebanyak 5 orang (11.1 persen) dan konsumen yang tinggal di wilayah dalam Bogor sebanyak 40 orang (88.9 persen). Usia Mayoritas konsumen di waktu weekday pada Tabel 3 berusia 18-30 tahun dengan jumlah 18 orang, konsumen berusia 30-50 tahun dengan jumlah konsumen 11 orang. Konsumen berusia 13-18 tahun berjumlah 3 orang dan tidak ada konsumen yang berusia lebih dari 50 tahun pada konsumen di waktu weekday. Konsumen di waktu weekend pada Tabel 3 pula mayoritas konsumen berusia 1830 tahun dengan jumlah 7 orang. Konsumen berusia 30-50 tahun dengan jumlah 3 orang, lalu konsumen berusia13-18 tahun dengan jumlah 2 orang dan konsumen berusia lebih dari 50 tahun dengan jumlah 1 orang. Tabel 3 Karakteristik usia konsumen Usia (tahun)
Jumlah Weekday
Jumlah Weekend
Jumlah Total
13-18
3
2
5
18-30
18
7
25
30-50
11
3
14
> 50
0
1
1
Total
32
13
45
Gambar 8 menunjukkan persentase mayoritas konsumen pada waktu weekday terdiri atas mayoritas konsumen Lapis Bogor Sangkuriang berusia 18-30 tahun dengan jumlah 56.2 persen, konsumen berusia 30-50 tahun dengan jumlah konsumen 34.4 persen. Konsumen berusia 13-18 tahun berjumlah 9.4 persen dan
29 tidak ada konsumen yang berusia lebih dari 50 tahun pada konsumen di waktu weekday.
34,4%
9,4% 56,2%
Usia 13-18 tahun Usia 18-30 tahun Usia 30-50 tahun
Gambar 8 Persentase usia konsumen weekday
Persentase konsumen di waktu weekend dapat dilihat pada Gambar 9. Konsumen berusia 18-30 tahun dengan jumlah 53.8 persen, konsumen berusia 30-50 tahun dengan jumlah 23.1 persen. Konsumen berusia13-18 tahun dengan jumlah 15.4 persen dan konsumen berusia lebih dari 50 tahun dengan jumlah 7.7 persen.
23,1%
7,7% 15,4%
53,8%
Usia 13-18 tahun Usia 18-30 tahun Usia 30-50 tahun Usia > 50 tahun
Gambar 9 Persentase usia konsumen weekend
Jenis Kelamin Karakteristik jenis kelamin konsumen Lapis Bogor Sangkuriang pada Tabel 4 di waktu weekday menunjukkan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas 25 orang perempuan dan 7 orang laki-laki dari jumah total responden sebanyak 32 orang. Konsumen Lapis Bogor Sangkuriang pada Tabel 4 di waktu weekend terdiri atas perempuan dengan jumlah 11 orang dan laki-laki dengan jumlah 2 orang dari jumah total responden sebanyak 13 orang.
230 Tabel 4 Karakteristik jenis kelamin konsumen Jenis Kelamin
Jumlah Weekday
Jumlah Weekend
Jumlah Total
Laki-laki Perempuan
7 25
2 11
9 36
Total
32
13
45
Persentase karakteristik jenis kelamin konsumen di waktu weekday (Gambar 10) menunjukkan karakteristik konsumen perempuan sebanyak 78.1 persen dan laki-laki sebanyak 21.9 persen. Persentase karakteristik jenis kelamin konsumen di waktu weekend (Gambar 11) menunjukkan karakteristik konsumen perempuan dengan jumlah 84.6 persen dan laki-laki dengan jumlah 15.4 persen.
21,9% Laki-laki
78,1%
Perempuan
Gambar 10 Persentase jenis kelamin konsumen weekday
15,4% 84,6%
Laki-laki Perempuan
Gambar 11 Persentase jenis kelamin konsumen weekend
Pendidikan Karakteristik pendidikan konsumen di waktu weekday (Tabel 5) menunjukkan konsumen dengan pendidikan rendah sebanyak 17 orang, konsumen dengan pendidikan sedang sebanyak 6 orang dan konsumen dengan pendidikan tinggi sebanyak 9 orang dari total konsumen pada weekday sebanyak 32 orang. Karakteristik pendidikan konsumen di waktu weekend (Tabel 5) menunjukkan konsumen dengan pendidikan rendah sebanyak 10 orang, tidak ada konsumen dengan pendidikan sedang, dan konsumen dengan pendidikan tinggi sebanyak 3 orang dari total konsumen pada weekend sebanyak 13 orang.
31 Tabel 5 Karakteristik pendidikan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Pendidikan
Jumlah Weekday
Jumlah Weekend
Jumlah Total
Rendah
17
10
27
Sedang
6
0
6
Tinggi
9
3
12
32
13
45
Total
Persentase karakteristik konsumen pada weekday (Gambar 12) menunjukkan konsumen dengan pendidikan rendah sebanyak 53.1 persen, konsumen dengan pendidikan sedang sebanyak 18.8 persen, dan konsumen dengan pendidikan tinggi sebanyak 34.4 persen. Karakteristik konsumen di waktu weekend menunjukkan persentase konsumen (Gambar 13) dengan pendidikan rendah sebanyak 76.9 persen, tidak ada konsumen dengan pendidikan sedang, dan konsumen pendidikan tinggi sebanyak 23.1 persen.
34,4%
53,1%
Rendah Sedang
18,8%
Tinggi
Gambar 12 Persentase pendidikan konsumen weekday
23,1% Rendah 76,9%
Tinggi
Gambar 13 Persentase pendidikan konsumen weekend
32 2 Status Pekerjaan Karakteristik pekerjaan pada konsumen di waktu weekday tediri atas responden yang tidak bekerja sebanyak 18 orang dan responden yang bekerja sebanyak 14 orang dari total responden sebanyak 32 orang (Tabel 6). Karakteristik pekerjaan pada konsumen di waktu weekend terdiri dari responden yang tidak bekerja sebanyak 11 orang dan responden yang bekerja sebanyak 2 orang dari total responden pada waktu weekend sebanyak 13 orang (Tabel 6). Tabel 6 Karakteristik status pekerjaan konsumen Status Pekerjaan
Jumlah Weekday
Tidak bekerja
Jumlah Weekend
Jumlah Total
18
11
29
Bekerja
14
2
16
Total
32
13
45
Persentase karakteristik pekerjaan dari konsumen pada weekday (Gambar 14) tediri atas responden yang tidak bekerja sebanyak 56.3 persen dan responden yang bekerja sebanyak 43.7 persen. Persentase karakteristik konsumen dari segi pekerjaan di waktu weekend (Gambar 15) terdiri dari responden yang tidak bekerja sebanyak 84.7 persen dan responden yang bekerja sebanyak 15.4 persen.
43,7% 56,3%
Tidak Bekerja Bekerja
Gambar 14 Persentase status pekerjaan konsumen weekday
15,4% Tidak Bekerja 84,7%
Bekerja
Gambar 15 Persentase status pekerjaan konsumen weekend
33 Pendapatan Karakteristik pendapatan konsumen di waktu weekday pada Tabel 7 terdiri dari konsumen yang tergolong berpendapatan rendah sebanyak 18 orang, konsumen yang tergolong berpendapatan sedang sebanyak 11 orang, dan konsumen yang tergolong berpendapatan tinggi 3 orang dari total konsumen pada waktu weekday sebanyak 32 orang. Karakteristik pendapatan konsumen di waktu weekend pada Tabel 7 menunjukkan konsumen yang tergolong berpendapatan rendah sebanyak 10 orang, konsumen yang tergolong berpendapatan sedang sebanyak 2 orang, dan konsumen yang tergolong berpendapatan tinggi 1 orang dari total konsumen pada waktu weekend sebanyak 13 orang. Tabel 7 Karakteristik pendapatan konsumen Pendapatan
Jumlah Weekday
Jumlah Weekend
Jumlah Total
Rendah
18
10
28
Sedang
11
2
13
Tinggi
3
1
4
Total
32
13
45
Persentase karakteristik pendapatan konsumen di waktu weekday (Gambar 16) terdiri dari konsumen yang tergolong berpendapatan rendah sebanyak 56.2 persen, konsumen yang tergolong berpendapatan sedang sebanyak 34.4 persen, dan konsumen yang tergolong berpendapatan tinggi sebanyak 9.4 persen.
9,4% Rendah 34,4%
56,2%
Sedang Tinggi
Gambar 16 Persentase pendapatan konsumen weekday Persentase karakteristik pendapatan konsumen menunjukkan di waktu weekend (Gambar 17), konsumen yang tergolong berpendapatan rendah sebanyak 76.9 persen, konsumen yang tergolong berpendapatan sedang sebanyak 15.4 persen, dan konsumen yang tergolong berpendapatan tinggi sebanyak 7.7 persen.
2 34
15,4%
7,7% Rendah
76,9%
Sedang Tinggi
Gambar 17 Persentase pendapatan konsumen weekend
Wilayah Tempat Tinggal Karakteristik konsumen berdasarkan wilayah tempat tinggal di waktu weekday (Tabel 8) terdiri atas konsumen yang berasal dari luar wilayah tempat tinggal di Bogor sebanyak 5 orang dan konsumen yang berasal dari dalam wilayah tempat tinggal di Bogor sebanyak 27 orang dari jumlah total konsumen di waktu weekday sebanyak 32 orang. Data pada Tabel 8 menunjukkan di waktu weekend seluruh konsumen berasal dari dalam wilayah tempat tinggal di Bogor sebanyak 13 orang. Tabel 8 Karakteristik wilayah tempat tinggal konsumen Wilayah Tempat Tinggal Luar Bogor Dalam Bogor Total
Jumlah Weekday
Jumlah Weekend
Jumlah Total
5
0
5
27
13
40
32
13
45
Persentase karakteristik konsumen berdasarkan wilayah tempat tinggal di waktu weekday pada Gambar 18 terdiri atas konsumen yang berasal dari luar wilayah tempat tinggal di Bogor sebanyak 15.6 persen dan konsumen yang berasal dari dalam wilayah tempat tinggal di Bogor sebanyak 84.4 persen.
35
15,6% Luar Bogor Dalam Bogor
84,4%
Gambar 18 Persentase wilayah tempat tinggal konsumen weekday
Persentase data pada Gambar 19 menunjukkan di waktu weekend seluruh konsumen Lapis Bogor Sangkuriang berasal dari dalam wilayah tempat tinggal daerah Bogor sehingga persentasenya sebanyak 100 persen.
Dalam Bogor 100,0%
Gambar 19 Persentase wilayah tempat tinggal konsumen weekend
37
ANALISIS EFEKTIVITAS STRATEGI PROMOSI MELALUI ELEMEN-ELEMEN DESAIN KEMASAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG DENGAN METODE EPIC MODEL Pengukuran pada tingkat efektivitas strategi promosi melalui elemenelemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang bertujuan agar mengetahui seberapa efektif desain kemasan yang dibuat oleh perusahaan kepada konsumennya. Lapis Bogor Sangkuriang merupakan usaha kecil menengah yang memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas desain kemasan produk, sehingga analisis tingkat efektivitas strategi promosi dapat menentukan kekurangan yang ada pada kemasan Lapis Bogor Sangkuriang saat ini. Hal tersebut diperlukan agar konsumen dapat lebih memperoleh informasi dari produk dengan lebih baik lagi serta Lapis Bogor Sangkuriang selaku produsen dapat meningkatkan penjualan produknya. Pengukuran tingkat keefektivan menggunakan analisis EPIC model. Metode EPIC model merupakan model teori yang digunakan untuk menganalisis dampak komunikasi dalam promosi. Durianto et al. (2003) yang menjelaskan bahwa metode EPIC model terdiri dari empat dimensi yaitu : dimensi empati (empathy), dimensi persuasi (persuation), dimensi dampak (impact), dimensi komunikasi (communication).
Dimensi Empati (Emphaty) Dimensi empati merupakan dimensi yang bertujuan memberi informasi bahwa konsumen menyukai promosi yang dilakukan produsen dan bagaimana konsumen melihat hubungan promosi tersebut dengan pribadi mereka. Pernyataan untuk menguji dimensi empati pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas tujuh pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut terdapat pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak ada konsumen yang memilih kategori sangat tidak setuju (STS) melalui pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati. Konsumen yang memilih kategori tidak setuju (TS) dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 7.62 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 0.32 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi empati sebanyak 0 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi empati sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi empati sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi empati sebanyak 2.86 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 1.27 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 1.27 persen. Konsumen yang memilih kategori setuju (S) pada Tabel 9 dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 79.37 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan
2 38 sebanyak 11.43 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi empati sebanyak 13.02 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi empati sebanyak 11.11 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi empati sebanyak 11.43 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi empati sebanyak 9.21 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 12.06 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 11.11 persen. Tabel 9 Persentase dimensi empati penggunaan elemen-elemen desain kemasan dengan metode EPIC model Pernyataan Elemen-Elemen Desain Kemasan
STS
Persentase (%) TS S
SS
Warna desain kemasan
0
0.32
11.43
2.54
Bentuk kemasan
0
0
13.02
1.27
Logo Sangkuriang
0
0.95
11.11
2.22
Ilustrasi desain kemasan
0
0.95
11.43
1.90
Tipografi
0
2.86
9.21
2.22
Tata letak desain kemasan
0
1.27
12.06
0.95
Kelengkapan informasi kemasan
0
1.27
11.11
1.90
Jumlah
0
7.62
79.37
13.02
Konsumen yang memilih kategori sangat setuju (SS) pada Tabel 9 dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 13.02 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan sebanyak 2.54 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi empati sebanyak 1.27 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi empati sebanyak 2.22 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi empati sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi empati sebanyak 2.22 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi empati sebanyak 1.90 persen. Kesimpulan data pada Tabel 9 menunjukkan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang telah menyukai elemen-elemen desain kemasan yang meliputi warna kemasan dari desain kemasan, bentuk kemasan,logo Sangkuriang, ilustrasi produk Lapis Bogor Sangkuriang, tipografi tulisan teks (“Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor”), tata letak desain kemasan, dan kelengkapan informasi desain
39 kemasan. Berikut merupakan ungkapan beberapa konsumen yang menyukai elemen desain kemasan: “... Warna kemasan, warnanya baik, cerah, terang. Gambarnya juga sesuai isi. Informasi sudah baik...” (IH, 42) “...Suka dengan warna kemasan terlihat cerah dan keseluruhan atribut yang ditampilkan kemasan...” (IKA, 21)
Pengukuran untuk memperoleh skor rata-rata respon dimensi empati ialah dengan memberikan bobot pada setiap jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. Tabel 10 Frekuensi dimensi empati konsumen terhadap elemen-elemen desain kemasan Atribut
Bobot
Frekuesnsi Empati E3 E4 E5
E1
E2
1
0
0
0
0
Tidak setuju
2
1
0
3
Setuju
3
36
41
Sangat setuju
4
8
45
Sangat tidak setuju
Total
E6
E7
0
0
0
3
9
4
4
35
36
29
38
35
4
7
6
7
3
6
45
45
45
45
45
45
Perhitungan rata-rata respon dimensi empati dapat dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan melalui dimensi empati ialah sebagai berikut: x (Etotal) = 3.16 + 3.09 + 3.09+ 3.07 + 2.96 + 2.98 + 3.04 = 21.39 = 3.06 7 7 Hasil perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang melalui dimensi empati sebanyak 3.06. Nilai total rata-rata 3.06 pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dapat dinyatakan efektif berdasarkan rentang nilai efektif antara 2.6 sampai 3.25.
240 Dimensi Persuasi (Persuation) Dimensi persuasi berguna untuk menginformasikan apa yang disampaikan suatu promosi agar dapat menghasilkan peningkatan atau penguatan informasi yang ingin disampaikan pihak penjual kepada konsumen. Pernyataan untuk menguji dimensi persuasi pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas tujuh pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut terdapat pada Tabel 11. Tabel 11menunjukkan bahwa konsumen yang memilih kategori sangat tidak setuju (STS) dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 0.32 persen. Jumlah persentase tersebut hanya terletak dari pernyataan warna desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 0.32 persen. Konsumen yang memilih kategori tidak setuju (TS) dari pernyataan elemenelemen desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 20.32 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 1.27 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi persuasi sebanyak 33.49 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi persuasi sebanyak 5.40 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi persuasi sebanyak 2.22 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi persuasi sebanyak 2.86 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 2.54 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 2.54 persen. Hasil dari Tabel 11 menunjukkan konsumen yang memilih kategori setuju (S) dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 70.48 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan sebanyak 11.43 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi persuasi sebanyak 9.87 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi persuasi sebanyak 8.57 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi persuasi sebanyak 10.16 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi persuasi sebanyak 9.52 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 10.80 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 10.16 persen. Konsumen yang memilih kategori sangat setuju (SS) pada Tabel 11 dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 8.88 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan sebanyak 1.27 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi persuasi sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi persuasi sebanyak 0.32 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi persuasi sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi persuasi sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi persuasi sebanyak 1.59 persen.
41 Tabel 11 Persentase dimensi persuasi penggunaan elemen-elemen desain kemasan dengan metode EPIC model Pernyataan STS Warna desain kemasan
Persentase (%) TS S
SS
0.32
1.27
11.43
1.27
Bentuk kemasan
0
33.49
9.87
0.95
Logo Sangkuriang
0
5.40
8.57
0.32
Ilustrasi desain kemasan
0
2.22
10.16
1.90
Tipografi
0
2.86
9.52
1.90
Tata letak desain kemasan
0
2.54
10.80
0.95
Kelengkapan informasi kemasan
0
2.54
10.16
1.59
0.32
20.32
70.48
8.88
Jumlah
Kesimpulan data pada Tabel 11 menunjukkan elemen-elemen desain kemasan yang meliputi warna kemasan dari desain kemasan, bentuk kemasan, logo sangkuriang, ilustrasi produk Lapis Bogor Sangkuriang, tipografi tulisan teks (“Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor”), tata letak desain kemasan, dan kelengkapan informasi desain kemasan dapat menarik konsumen. Berikut merupakan ungkapan beberapa konsumen: “... Kemasan lapis bogor yang warna ungu dan kuning yang mencolok buat saya tertarik dan cukup mencirikan khas Bogor...” (RZ, 23) “...Pada kemasan rasa keju, warna kemasan kuning dan ungu udah dapat diingat sebagai kekhasan yang nunjukkin kalo kemasan ini kemasan lapis bogor..” (TS, 38) Pengukuran untuk memperoleh skor rata-rata respon dimensi persuasi ialah dengan memberikan bobot pada setiap jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. Perhitungan ratarata respon dimensi persuasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang melalui dimensi persuasi ialah sebagai berikut: x (Ptotal) = 2.96 + 2.82 + 2.64 + 2.98 + 2.93 + 2.89 + 2.93 = 20.15 = 2.88 7 7
242 Tabel 12 Frekuensi dimensi persuasi konsumen terhadap elemen-elemen desain kemasan Atribut
Bobot P1
P2
Frekuensi Persuasi P3 P4 P5
P6
P7
Sangat tidak setuju
1
1
0
0
0
0
0
0
Tidak setuju
2
4
11
17
7
9
8
8
Setuju
3
36
31
27
32
30
34
32
Sangat setuju
4
4
3
1
6
6
3
5
45
45
45
45
45
45
45
Total
Hasil perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang melalui dimensi persuasi sebanyak 2.88. Nilai total rata-rata 2.88 pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dapat dikatakan efektif berdasarkan rentang nilai efektif antara 2.6 sampai 3.25.
Dimensi Dampak (Impact) Dimensi dampak yang menunjukkan apakah suatu produk bisa terlihat lebih menonjol dibandingkan produk yang lainnya sehingga konsumen melakukan pembelian produk. Kesamaan maksud dan tujuan pihak penjual dan konsumen setelah melakukan upaya promosi juga menjadi tujuan dimensi ini. Pernyataan untuk menguji dimensi dampak pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas tujuh pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut terdapat pada Tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa tidak ada konsumen yang memilih kategori sangat tidak setuju (STS) pada pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak. Konsumen yang memilih kategori tidak setuju (TS) dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 12.36 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi dampak sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi dampak sebanyak 2.22 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi dampak sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi dampak sebanyak 0.63 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 2.54 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 2.22 persen. Konsumen yang memilih kategori setuju (S) pada Tabel 13dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 73.98 persen.
43 Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan sebanyak 8.89 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi dampak sebanyak 10.48 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi dampak sebanyak 10.16 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi dampak sebanyak 11.43 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi dampak sebanyak 11.43 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 10.48 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 11.11 persen. Tabel 13 menunjukkan pula bahwa konsumen yang memilih kategori sangat setuju (SS) dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 13.63 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan sebanyak 4.44 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi dampak sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi dampak sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi dampak sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi dampak sebanyak 2.22 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 1.27 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi dampak sebanyak 0.95 persen. Kesimpulan data pada Tabel 13 menunjukkan elemen-elemen desain kemasan yang meliputi warna kemasan dari desain kemasan, bentuk kemasan, logo Sangkuriang, ilustrasi produk, tipografi tulisan teks (“Lapis Bogor, OlehOleh Cita Rasa Bogor”), tata letak desain kemasan, dan kelengkapan informasi desain kemasan dapat diingat oleh konsumen dan terlihat berbeda dibanding produk lainnya. Berikut merupakan ungkapan beberapa konsumen Lapis Bogor Sangkuriang: “...Warna kuning terang bisa ngebuat saya tau mbak, kalo kemasan ini, kemasan lapis bogor sangkuriang. Karena saya udah coba kue lapis yang pake kemasan kayak lapis bogor sangkuriang tapi kemasan lainnya tuh sama aja. Ga mencolok kayak produk ini .” (SF, 24) “...Udah pernah beli warna kemasan yang ijo dan kemasan kuning ungu. Ternyata rasanya nyesuaiin sama tempat kemasan. Trus jadi lebih tau kalo di Bogor itu ada tempat-tempat rekreasi lain ya selain Istana Bogor...” (IF, 28)
244 Tabel 13 Persentase dimensi dampak penggunaan elemen-elemen desain kemasan dengan metode EPIC model Pernyataan
Persentase (%) TS S
STS
SS
Warna desain kemasan
0
0.95
8.89
4.44
Bentuk kemasan
0
1.90
10.48
1.90
Logo Sangkuriang
0
2.22
10.16
1.90
Ilustrasi desain kemasan
0
1.90
11.43
0.95
Tipografi
0
0.63
11.43
2.22
Tata letak desain kemasan
0
2.54
10.48
1.27
Kelengkapan informasi kemasan
0
2.22
11.11
0.95
Jumlah
0
12.36
73.98
13.63
Pengukuran untuk memperoleh skor rata-rata respon dimensi dampak ialah dengan memberikan bobot pada setiap jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. Tabel 14 Frekuensi dimensi dampak konsumen terhadap elemen-elemen desain kemasan Atribut
Bobot I1
I2
Frekuensi Dampak I3 I4 I5
I6
I7
Sangat tidak setuju
1
0
0
0
0
0
0
0
Tidak setuju
2
3
6
7
6
2
8
7
Setuju
3
28
33
32
36
36
33
35
Sangat setuju
4
14
6
6
3
7
4
3
45
45
45
45
45
45
45
Total
Perhitungan rata-rata respon dimensi dampak dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang melalui dimensi dampak ialah sebagai berikut: x (Itotal) = 3.24+ 3.00 + 2.98 + 2.93 + 3.11 + 2.91 + 2.91 = 21.08= 3.11 7 7
45 Hasil perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang melalui dimensi dampak sebanyak 3.11. Nilai total rata-rata 3.11 pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dapat dikatakan efektif berdasarkan rentang nilai efektif antara 2.6 sampai 3.25.
Dimensi Komunikasi (Communication) Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan dari pesan tersebut. Pernyataan untuk menguji dimensi komunikasi pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas tujuh pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut terdapat pada Tabel 15. Tabel 15menunjukkan bahwa tidak ada konsumen yang memilih kategori sangat tidak setuju (STS) pada pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi. Konsumen yang memilih kategori tidak setuju (TS) dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 10.15 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi komunikasi sebanyak 0.95persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi komunikasi sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi komunikasi sebanyak 1.59 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi komunikasi sebanyak 0.32 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 3.17 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 1.27 persen. Konsumen yang memilih kategori setuju (S) pada Tabel 15 dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 75.24 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan sebanyak 11.43 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi komunikasi sebanyak 11.43 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi komunikasi sebanyak 10.16 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi komunikasi sebanyak 10.79 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi komunikasi sebanyak 10.79 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 10.16 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 10.48 persen. Tabel 15 menunjukkan pula bahwa konsumen yang memilih kategori sangat setuju (SS) dari pernyataan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 14.60 persen. Jumlah persentase tersebut meliputi persentase pernyataan warna desain kemasan sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan bentuk kemasan yang digunakan pada dimensi komunikasisebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan bentuk logo Sangkuriang pada dimensi komunikasi sebanyak 2.22 persen. Persentase pernyataan ilustrasi produk pada dimensi komunikasi sebanyak 1.90 persen. Persentase pernyataan tipografi tulisan
246 teks “Lapis Bogor, Oleh-Oleh Cita Rasa Bogor” pada dimensi komunikasi sebanyak 3.17 persen. Persentase pernyataan tata letak desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 0.95 persen. Persentase pernyataan kelengkapan informasi desain kemasan pada dimensi komunikasi sebanyak 2.54 persen. Tabel 15 Persentase dimensi komunikasi penggunaan elemen-elemen desain kemasan pada EPIC model Pernyataan STS
Persentase (%) TS S
SS
Warna desain kemasan
0
0.95
11.43
1.90
Bentuk kemasan
0
0.95
11.43
1.90
Logo Sangkuriang
0
1.90
10.16
2.22
Ilustrasi desain kemasan
0
1.59
10.79
1.90
Tipografi
0
0.32
10.79
3.17
Tata letak desain kemasan
0
3.17
10.16
0.95
Kelengkapan informasi kemasan
0
1.27
10.48
2.54
Jumlah
0
10.15
75.24
14.60
Kesimpulan data pada Tabel 15 menunjukkan elemen-elemen desain kemasan yang meliputi warna kemasan dari desain kemasan, bentuk kemasan, logo Sangkuriang, ilustrasi produk, tipografi tulisan teks (“Lapis Bogor, OlehOleh Cita Rasa Bogor”), tata letak desain kemasan, dan kelengkapan informasi desain kemasan telah dapat memberikan informasi kepada konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen dapat mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan dari pesan tersebut. Berikut merupakan ungkapan beberapa konsumen Lapis Bogor Sangkuriang: “... Gambar potongan lapisnya bikin jadi tau kalo isinya itu seperti gambar. Awalnya gatau sih tulisan dibelakangnya (kemasan) tentang apa, tapi pas dibaca saya jadi tau vitamin ditalas. Kalo di kemasan yang ijo ada keterangan khasiat teh ijonya. ..” (MSH, 21) “... Secara keseluruhan kemasan udah baik kok, udah ada label dari dinas kesehatan dan label–label lainnya jadi bisa buat saya pembeli yakin. Tapi nomer telepon yang ada di kemasan pas saya mau pesen susah buat dihubungin ya...” (SH, 27) Pengukuran untuk memperoleh skor rata-rata respon dimensi komunikasi ialah dengan memberikan bobot pada setiap jawaban responden dari pertanyaan yang
47 diberikan. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. Tabel 16 Frekuensi dimensi komunikasi konsumen terhadap elemenelemen desain kemasan Atribut
Bobot C1
C2
C3
Frekuensi C4 C5
C6
C7
Sangat tidak setuju
1
0
0
0
0
0
0
0
Tidak setuju
2
3
3
6
5
1
10
4
Setuju
3
36
36
32
34
34
32
33
Sangat setuju
4
6
6
7
6
10
3
8
45
45
45
45
45
45
45
Total
Perhitungan rata-rata respon dimensi komunikasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang melalui dimensi komunikasi ialah sebagai berikut: x (Itotal) = 3.07 + 3.07 + 3.02 + 3.02 + 3.20 + 2.84 + 3.09 = 21.31= 3.04 7 7 Hasil perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang melalui dimensi komunikasi sebanyak 3.04. Nilai total ratarata 3.04 pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dapat dikatakan efektif berdasarkan rentang nilai efektif antara 2.6 sampai 3.25. EPIC Rate EPIC rate digunakan untuk mengetahui nilai keseluruhan dimensi. Seluruh hasil perhitungan total nilai rata-rata dijumlahkan agar memperoleh nilai EPIC rate. Hasil perhitungan total nilai rata-rata elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati sebanyak 3.06, dimensi persuasi sebanyak 2.88, dimensi dampak sebanyak 3.10, dan dimensi komunikasi sebanyak 3.04 seperti pada Gambar 20. 3,2 3 2,8 2,6 Dimensi empati
Dimensi persuasi
Dimensi dampak
Dimensi komunikasi
Gambar 20. Hasil perhitungan total nilai rata-rata dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi
248 Hasil perhitungan memperoleh nilai EPIC rate sebesar 3.02 (Lampiran 3). Nilai EPIC rate 3.02 pada elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dapat dikatakan efektif berdasarkan rentang nilai efektif antara 2.6 sampai 3.25. Berikut merupakan ungkapan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang : “... Secara keseluruhan kemasan udah baik kok, udah ada label –label lainnya jadi bisa buat saya pembeli yakin. Tapi nomer telepon yang ada di kemasan pas saya mau pesen susah buat dihubungin ya...” (SH, 27)
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN ANALISIS EFEKTIVITAS STRATEGI PROMOSI MELALUI ELEMEN-ELEMEN DESAIN KEMASAN LAPIS BOGOR SANGKURIANG Penelitian ini menguji hubungan antara karakteristik konsumen dengan penilaian analisis efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. Indikator dari karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang meliputi: usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Indikator dari penilaian efektivitas strategi promosi menggunakan EPIC model berupa dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. Tabel 17 Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang Kategori Usia Masa remaja (13-18 tahun) Masa dewasa awal (18-30 tahun) Masa pertengahan (30-50 tahun) Usia tua (>50 tahun)
Jumlah
Persentase
5 25 14 1
11.1 55.6 31.1 2.2
Pendidikan Pendidikan rendah (SMP dan SMA) Pendidikan sedang (diploma) Pendidikan tinggi (sarjana)
27 6 12
60.0 13.3 26.7
Status Pekerjaan Tidak bekerja (mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga) Bekerja (pegawai negeri, pegawai swasta, wirausaha)
29 16
64.4 35.5
Pendapatan Rendah (Rp200 000-Rp2 800 000) Sedang (Rp2 800 001-Rp5 500 000 ) Tinggi (>Rp5 500 001 )
28 13 4
62.2 28.9 8.9
Karakteristik dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 17 yang meliputi: usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Usia adalah lamanya seseorang hidup yang terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Karakteristik usia konsumen Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas masa remaja sebanyak 5 orang (11.1 persen), masa dewasa awal sebanyak 25 orang (55.6 persen), masa pertengahan sebanyak 14 (31.1 persen), dan usia tua sebanyak 1 orang (2.2 persen). Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan dari konsumen terdiri atas pendidikan rendah yang meliputi: tamatan SMP dan SMA sebanyak 27 orang (60 persen), pendidikan sedang yang meliputi: tamatan diploma
50 sebanyak 6 orang (13.3 persen), dan pendidikan tinggi yang meliputi: tamatan sarjana sebanyak 12 orang (26.7 persen). Status pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan yang dijalani oleh responden ketika penelitian berlangsung. Jenis pekerjaan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang pada penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu tidak bekerja yang meliputi: mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga sebanyak 29 orang (64.4 persen) dan bekerja yang meliputi: pegawai negeri, pegawai swasta, dan wirausaha sebanyak 16 orang (35.5 persen). Pendapatan per bulan adalah hasil berupa materi yang diperoleh konsumen dari pencaharian usaha dalam waktu sebulan. Tingkat pendapatan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang terdiri atas pendapatan rendah sebanyak 28 orang (62.2 persen), pendapatan sedang sebanyak 13 orang (28.9 persen), dan pendapatan tinggi sebanyak 4 orang (8.9 persen). Tabel 18 Jumlah dan persentase keefektifan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Empati Sangat tidak efektif (skor 7-12) Tidak efektif (skor 13-18) Efektif (skor 19-24) Sangat efektif (skor 25-28)
0 0 42 3
0 0 93.3 6.7
Persuasi Sangat tidak efektif (skor 7-12) Tidak efektif (skor 13-18) Efektif (skor 19-24) Sangat efektif (skor 25-28)
0 11 31 3
0 24.4 68.9 6.7
Dampak Sangat tidak efektif (skor 7-12) Tidak efektif (skor 13-18) Efektif (skor 19-24) Sangat efektif (skor 25-28)
0 3 39 3
0 6.7 86.7 6.7
Komunikasi Sangat tidak efektif (skor 7-12) Tidak efektif (skor 13-18) Efektif (skor 19-24) Sangat efektif (skor 25-28)
0 4 37 4
0 8.9 82.2 8.9
51 Tabel 18 menunjukkan jumlah dan persentase keefektifan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi. Jumlah pertanyaan untuk menguji efektivitas strategi promosi berjumlah 28 dengan masing-masing tujuh pernyataan pada setiap dimensi. Akumulasi skor dapat dikategorikan menjadi sangat tidak efektif (STE) dengan akumulasi skor 7-12, tidak efektif (TE) dengan akumulasi skor 13-18, efektif (E) dengan akumulasi skor 19-24, dan sangat efektif dengan akumulasi skor 25-28. Hasil penilaian efektivitas elemen-elemen desain kemasan yang diberikan konsumen terhadap dimensi empati pada penilaian efektif pada akumulasi skor 19-24 sebanyak 42 orang dan penilaian sangat efektif pada akumulasi skor 25-28 sebanyak 3 orang. Hasil penilaian efektivitas elemen-elemen desain kemasan yang diberikan konsumen terhadap dimensi persuasi pada penilaian tidak efektif pada akumulasi skor 13-18 sebanyak 11 orang, penilaian efektif pada akumulasi skor 19-24 sebanyak 31 orang dan penilaian sangat efektif pada akumulasi skor 25-28 sebanyak 3 orang. Hasil penilaian efektivitas elemen-elemen desain kemasan yang diberikan konsumen terhadap dimensi dampak pada penilaian tidak efektif pada akumulasi skor 13-18 sebanyak 3 orang, penilaian efektif pada akumulasi skor 19-24 sebanyak 39 orang dan penilaian sangat efektif pada akumulasi skor 25-28 sebanyak 3 orang. Hasil penilaian efektivitas elemenelemen desain kemasan yang diberikan konsumen terhadap dimensi komunikasi pada penilaian tidak efektif pada akumulasi skor 13-18 sebanyak 4 orang, penilaian efektif pada akumulasi skor 19-24 sebanyak 37 orang dan penilaian sangat efektif pada akumulasi skor 25-28 sebanyak 4 orang. Jumlah penilaian efektivitas elemen-elemen desain kemasan yang diberikan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang tersebut selanjutnya akan diuji dengan karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang untuk mengetahui hubungan antara karakteristik konsumen terhadap penilaian analisis efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan.
Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Empati Hubungan karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji Rank-Spearman. Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang yang akan diuji terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan per bulan. Dimensi empati merupakan dimensi yang bertujuan memberi informasi bahwa konsumen menyukai promosi yang dilakukan produsen dan bagaimana konsumen melihat hubungan promosi tersebut dengan pribadi mereka. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah keragaman karakteristik konsumen memiliki hubungan dengan penilaian efektivitas elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati. Hasil pengujian hubungan karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati disajikan pada Tabel 19.
2 52 Tabel 19 Korelasi antara karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati
Karakteristik konsumen
Dimensi Empati Koefisien Nilai α Korelasi
Usia
0.035
0.411
Tingkat Pendidikan
0.318
0.017*
Status Pekerjaan
0.174
0.127
Tingkat Pendapatan
0.124
0.208
Keterangan: * berhubungan signifikasi pada α< 0.05
Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui ElemenElemen Desain Kemasan pada Dimensi Empati Hasil uji statistik pada Tabel 19 menunjukkan bahwa usiadengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.411. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa usia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati tidak dilihat dari usia sehingga konsumen yang memiliki usia berapapun memberi penilaian yang sama terhadap dimensi empati. Konsumen dari berbagai umur menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang disukai oleh konsumen dan telah sesuai dengan pribadi mereka. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan pada Dimensi Empati Hasil uji statistik pada Tabel 19 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.017. Nilai signifikasi (α) lebih kecil dari 0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati. Hasil tersebut menujukkan hubungan positif yang searah, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen, semakin tinggi pula efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati. Menurut Sumarwan (2002) memaparkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang, dan seseorang yang memiliki pendidikan lebih baik, maka akan lebih responsif terhadap informasi. Berikut merupakan ungkapan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang kategori berpendidikan tinggi :
53 “...Warnanya udah baik, cerah, terang. Gambarnya juga udah sesuai sama isinya. Informasinya udah baik juga. Tapi logo Sangkuriangnya kok rada mirip logo produk gula...” (IS, 42) Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan pada Dimensi Empati Hasil uji statistik pada Tabel 19 menunjukkan bahwa pekerjaan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.127. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati tidak dilihat dari pekerjaan sehingga konsumen yang memiliki kategori bekerja maupun tidak bekerja memberi penilaian yang sama terhadap dimensi empati. Konsumen Lapis Bogor Sangkuriang dari berbagai pekerjaan menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang disukai oleh konsumen dan telah sesuai dengan pribadi mereka. Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan pada Dimensi Empati Hasil uji statistik pada Tabel 19 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.208. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi empati tidak dilihat dari segi tingkat pendapatan sehingga konsumen yang memiliki pendapatan rendah, sedang, dan tinggi memberi penilaian yang sama terhadap dimensi empati. Konsumen dari berbagai tingkat pendapatan menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang disukai oleh konsumen dan sesuai dengan pribadi mereka.
Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hubungan karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemenelemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji RankSpearman. Karakteristik konsumen yang akan diuji terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan per bulan. Dimensi persuasi berguna untuk menginformasikan apa yang disampaikan suatu promosi agar dapat menghasilkan peningkatan atau penguatan informasi yang ingin disampaikan pihak penjual kepada konsumen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah keragaman
254 karakteristik konsumen memiliki hubungan dengan penilaian efektivitas elemenelemen desain kemasan pada dimensi persuasi. Hasil pengujian hubungan karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Korelasi antara karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi persuasi
Karakteristik konsumen
Usia
Persuasi Koefisien Nilai α Korelasi -0.045
0.384
Tingkat Pendidikan
0.315
0.017*
Status Pekerjaan
0.154
0.156
Tingkat Pendapatan
0.143
0.174
Keterangan: * berhubungan signifikasi pada α< 0.05
Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui ElemenElemen Desain Kemasan pada Dimensi Persuasi Hasil uji statistik pada Tabel 20 menunjukkan bahwa usia dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.384 dengan koefisien korelasi sebesar -0.045. Pada hubungan ini terlihat adanya hubungan negatif antara kedua variabel, dimana semakin tinggi usia konsumen, maka makin rendah penilaian efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hasil uji statistik pada Tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.017. Nilai signifikasi (α) lebih kecil dari 0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi. Hasil tersebut menujukkan hubungan positif yang searah, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen, semakin tinggi pula efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi. Menurut Sumarwan (2002) memaparkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang, dan seseorang yang memiliki
55 pendidikan lebih baik, maka akan lebih responsif terhadap informasi. Berikut merupakan ungkapan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang kategori berpendidikan tinggi: “...Warna sangat menarik, sehingga sangat mudah untuk diingat. Rasa dari kuenya sendiri juga terjamin kualitasnya...” (DW, 29) “...Kemasan yang keju, warnanya udah menarik...” (TS, 38)
Hubungan antara Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hasil uji statistik pada Tabel 20 menunjukkan bahwa pekerjaan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.156. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi persuasi tidak dilihat dari pekerjaan sehingga konsumen yang memiliki kategori bekerja maupun tidak bekerja memberi penilaian yang sama terhadap dimensi persuasi. Konsumen dari berbagai pekerjaan menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang telah menarik. Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Persuasi Hasil uji statistik pada Tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.174. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi persuasi tidak dilihat dari segi tingkat pendapatan sehingga konsumen yang memiliki pendapatan rendah, sedang, dan tinggi memberi penilaian yang sama terhadap dimensi persuasi. Konsumen dari berbagai tingkat pendapatan menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang telah dapat menarik konsumen
256 Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hubungan karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemenelemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji Rank-Spearman. Karakteristik konsumen yang akan diuji terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan per bulan. Dimensi dampak menunjukkan apakah suatu produk bisa terlihat lebih menonjol dibandingkan produk yang lainnya sehingga konsumen melakukan pembelian produk. Kesamaan maksud dan tujuan pihak penjual dan konsumen setelah melakukan upaya promosi juga menjadi tujuan dimensi ini. Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sumarwan (2002) bahwa dalam pengambilan keputusan pembelian produk, konsumen akan mencari informasi yang banyak hanya jika ia dalam situasi keterlibatan yang tinggi terhadap produk yang dicarinya atau ketika ia melakukan pemecahan masalah yang diperluas. Ada tiga faktor yang menetukan proses pencarian informasi melalui faktor risiko produk, karakteristik konsumen, dan faktor situasi. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah keragaman karakteristik konsumen memiliki hubungan dengan penilaian efektivitas elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak. Hasil pengujian hubungan karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Korelasi antara karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak
Karakteristik konsumen
Usia
Dampak Koefisien Nilai α Korelasi -0.181
0.117
Tingkat Pendidikan
0.274
0.034*
Pekerjaan
0.127
0.203
0.00
0.500
Tingkat Pendapatan
Keterangan: * berhubungan signifikasi pada α< 0.05
Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui ElemenElemen Desain Kemasan pada Dimensi Dampak Hasil uji statistik pada Tabel 21 menunjukkan bahwa usia dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi persuasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.117 dengan koefisien korelasi sebesar -0.181. Pada hubungan ini terlihat adanya hubungan negatif antara kedua variabel, dimana semakin tinggi usia konsumen
57 Lapis Bogor Sangkuriang, maka makin rendah penilaian terhadap efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak. Penilaian keefektifan terhadap strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan dinyatakan dapat dinilai menonjol dibandingkan produk yang lainnya oleh konsumen usia sedang dan rendah. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hasil uji statistik pada Tabel 21 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.034. Nilai signifikasi (α) lebih kecil dari 0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak. Hasil tersebut menujukkan hubungan positif yang searah, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen, semakin tinggi pula efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak. Sumarwan (2002) memaparkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang, dan seseorang yang memiliki pendidikan lebih baik, maka akan lebih responsif terhadap informasi. Berikut merupakan ungkapan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang kategori berpendidikan tinggi: “...Warna sangat menarik, sehingga sangat mudah untuk diingat. Rasa dari kuenya sendiri juga terjamin kualitasnya...” (DW, 29)
Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hasil uji statistik pada Tabel 21 menunjukkan bahwa pekerjaan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.203. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak tidak dilihat dari pekerjaan sehingga konsumen yang memiliki kategori bekerja maupun tidak bekerja memberi penilaian yang sama terhadap dimensi dampak. Konsumen dari berbagai pekerjaan menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang terlihat lebih menonjol dibandingkan produk yang lainnya sehingga konsumen melakukan pembelian produk.
258 Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Dampak Hasil uji statistik pada Tabel 21 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.500. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi dampak tidak dilihat dari segi tingkat pendapatan sehingga konsumen yang memiliki pendapatan rendah, sedang, dan tinggi memberi penilaian yang sama terhadap dimensi dampak. Konsumen dari berbagai tingkat pendapatan menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang telah dapat lebih menonjol dibandingkan produk yang lainnya sehingga konsumen melakukan pembelian produk.
Hubungan antara Karakteristik Konsumen dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hubungan karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemenelemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji RankSpearman. Karakteristik konsumen Lapis Bogor Sangkuriang yang akan diuji terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan per bulan. Dimensi komunikasi merupakan dimensi yang bertujuan memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan dari pesan tersebut. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah keragaman karakteristik konsumen memiliki hubungan dengan penilaian efektivitas elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Korelasi antara karakteristik konsumen dengan penilaian keefektifan elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi
Karakteristik konsumen
Usia
Komunikasi Koefisien Nilai α Korelasi -0.102
0.252
Tingkat Pendidikan
0.077
0.308
Pekerjaan
0.000
0.500
-0.057
0.355
Tingkat Pendapatan
59 Hubungan antara Usia dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui ElemenElemen Desain Kemasan pada Dimensi Komunikasi Hasil uji statistik pada Tabel 22 menunjukkan bahwa usia dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.252 dengan koefisien korelasi sebesar -0.102. Pada hubungan ini terlihat adanya hubungan negatif antara kedua variabel, dimana semakin tinggi usia konsumen Lapis Bogor Sangkuriang, maka makin rendah penilaian efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hasil uji statistik pada Tabel 22 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.308. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi tidak dilihat dari tingkat pendidikan sehingga konsumen yang memiliki kategori pendidikan rendah, pendidikan sedang, pendidikan tinggi memberi penilaian yang sama terhadap dimensi komunikasi. Konsumen dari berbagai tingkat pendidikan menilai elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang memberikan informasi yang mudah diingat dan dipahami oleh konsumen. Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hasil uji statistik pada Tabel 22 menunjukkan bahwa pekerjaan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi dampak memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.500. Nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0.05 maka H0diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi. Strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan pada dimensi komunikasi tidak dilihat dari pekerjaan sehingga konsumen yang memiliki kategori bekerja maupun tidak bekerja memberi penilaian yang sama terhadap dimensi komunikasi.
2 60 Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Efektivitas Strategi Promosi melalui Elemen-Elemen Desain Kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada Dimensi Komunikasi Hasil uji statistik pada Tabel 22 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi memiliki nilai signifikasi (α) sebesar 0.355 dengan koefisien korelasi sebesar -0.057. Pada hubungan ini terlihat adanya hubungan negatif antara kedua variabel, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang, maka makin rendah penilaian efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi komunikasi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mayoritas konsumen Lapis Bogor Sangkuriang berusia 18-30 tahun atau tergolong dewasa awal, berjenis kelamin wanita, berpendidikan rendah yang meliputi tamatan SMP dan SMA, tidak bekerja yang meliputi mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga, tergolong pada pendapatan rendah, dan tinggal di wilayah dalam Bogor. 2. Tingkat efektivitas penggunaan strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang dengan menggunakan metode EPIC model menunjukkan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang efektif pada setiap dimensi berdasarkan rentang nilai efektif antara 2.6 sampai 3.25. Nilai EPIC rate menunjukkan elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang efektif berdasarkan rentang nilai efektif antara 2.6 sampai 3.25. 3. Hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik konsumen dengan efektivitas strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang menunjukkan bahwa karakteristik konsumen dari segi pendidikan mempunyai hubungan dengan dimensi empati, persuasi, dan dampak. Hal ini menyebabkan konsumen yang memiliki pendidikan tinggi, sedang, rendah tidak memiliki kesempatan yang sama dalam menilai dimensi empati, persuasi, dan dampak pada strategi promosi melalui elemen-elemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang. Hasil tersebut menujukkan hubungan positif yang searah, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen, semakin tinggi pula efektivitas strategi promosi melalui elemenelemen desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang pada dimensi empati, persuasi, dan dampak.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan saran yaitu : 1. Lapis Bogor Sangkuriang sebaiknya menggunakan logo yang lebih menggambarkan logo berciri khas berasal dari Bogor. Konsumen Lapis Bogor Sangkuriang beranggapan bahwa logo sangkuriang lebih menjelaskan berasal dari tokoh Jawa Barat dan mirip dengan logo merek gula. 2. Label kemasan sudah mencantumkan komposisi produk, nomer customer servise, alamat media sosial Lapis Bogor Sangkuriang, alamat website Lapis Bogor Sangkuriang, nomer Dinas Kesehatan, tanggal kadaluarsa produk, rasa produk, deskripsi daerah-daerah wisata dan institusi pendidikan di Bogor, deskripsi talas, dan deskripsi teh hijau. Namun sebaiknya menambahkan alamat cabang tempat penjualan Lapis Bogor Sangkuriang lainnya pada kemasan. 3. Bahan kemasan sebaiknya terbuat dari bahan yang lebih kuat supaya pada saat konsumen membeli dalam jumlah yang banyak, bahan kemasan dapat menopang isi kue.
2
DAFTAR PUSTAKA Alfia F Z. 2012. Hubungan desain kemasan chocodot dengan minat beli konsumen. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 80 hlm. Ardian Rio. 2010. Analisis kepuasan konsumen terhadap atribut elemen desain kemasan susu pasteurisasi Fapet. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 66 hlm. Ayerseptian Rifki. 2010. Persepsi konsumen mengenai desain kemasan dan brand image Ultramilk. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 122 hlm. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Cermat memilih kemasan pangan untuk menghindari keracunan. [bentuk media] [internet]. [diunduh 8 Januari 2013] Format/Ukuran: PDF/60.5KB. Tersedia pada: http://ik.pom.go.id/wp-content/uploads/2011/11/cermat-memilih-kemasanpangan.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 1994. Usaha kecil dan menengah. Jakarta [ID]. Cenadi C S. 1999. Elemen-elemen dalam desain komunikasi visual. Nirmana. [internet]. [29 Desember 2012]. 01(01): 1-11. Tersedia pada: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/view/16036/16028 Cenadi C S. 2000. Peranan desain kemasan dalam dunia pemasaran. Nirmana. [internet]. [24 Oktober 2012]. 02(01): 92-103. Tersedia pada: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/view/16056/16048 Departemen perindustrian melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia Durianto D, Sugiarto, Widjaja AW, Supratikno H. 2003. Invasi pasar dengan iklan yang efektif. Jakarta [ID]: PT Gramedia Pustaka Indonesia. 144 hlm. Kartajaya H. 1999. Marketing plus 2000 siasat memenangkan persaingan global. Jakarta [ID]: PT. Gramedia Pustaka Utama. 539 hlm. Kurniawan Eko. 2006. Studi analisis ini pemberitaan media massa tentang lingkungan hidup dan implikasinya terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan di kabupaten Bangka. [tesis].[internet]. [dikutip tanggal 2 November 2012]. Semarang [ID]: Universitas Diponegoro. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/15499/1/Eko_Kurniawan.pdf Kusumasuti YI. 2009. Komunikasi bisnis. Bogor [ID]: IPB Press. 201 hlm. Lakoro Rahmatsyam. 2006. Studi komunikasi visual pada kemasan makanan ringan. [internet]. [30 Desember 2012]. -: 1-31. Tersedia pada:
264 http://www.its.ac.id/personal/files/pub/709ramokStudi%20Komunikasi%20 Visual %20pada%20Kemasan%20Makanan%20Ringan.pdf Mugniesyah S S. 2006. Modul kuliah: materi bahan ajar pendidikan orang dewasa.Tidak diterbitkan. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Natadjaja Cristine. 2007. Analisa elemen grafis desain kemasan Indomie goreng pasar lokal dan ekspor. [internet]. [24 Oktober 2012]. 9 (01): 20-30. Tersedia pada: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/viewArticle/17069 Rianse U, Abdi. 2009. Metodologi penelitian sosial dan ekonomi (teori dan aplikasi). Bandung [ID]: CV Alfabeta. 315 hlm. Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode penelitian survai. Edisi ke-1. Jakarta [ID]: LP3ES. 336 hlm. Sumarwan U. 2002. Perilaku konsumen: teori dan penerapannya dalam pemasaran. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia. 368 hlm. Tjiptono Fandy. 2008. Strategi pemasaran. Edisi ke-3.Yogyakarta [ID]: CV. Andi Offset. 588 hlm Undang-undang No. 7 tahun 1996 pasal 30 ayat 1tentang pangan [internet]. [7 September 2013]. Tersedia pada: http://ditjennak.deptan.go.id/download.php?file=UU7_1996.. Undang-undang No. 9 tahun1995 mengenai kriteria usaha kecil dan menengah [internet]. [7 September 2013]. Tersedia pada: hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_1995.pdf Wirya. 1999. Kemasan yang menjual. Jakarta [ID]: PT. Gramedia Pustaka Utama.
65 Lampiran 1 Lokasi denah penelitian di Lapis Bogor Sangkuriang pusat
2 66 Lampiran 2 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draf skripsi Uji petik Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Maret April 1 2 3 4 1 2 3 4
Mei 1 2
3
4
Juni 1 2
3
4
Juli 1 2
Ket.
67 Lampiran 3 Perhitungan rata-rata respon dimensi empati, persuasi, dampak, dan komunikasi Perhitungan rata- rata respon dimensi empati: x (E1) = (1x0) + (2x1) + (3x36) + (4x8) = 142 = 3.155 ≈ 3.16 45 45 x (E2) = (1x0) + (2x0) + (3x41) + (4x4) = 139 = 3.088 ≈ 3.09 45 45 x (E3) = (1x0) + (2x3) + (3x35) + (4x7) = 139 = 3.088 ≈ 3.09 45 45 x (E4) = (1x0) + (2x3) + (3x36) + (4x6) = 138 = 3.066 ≈ 3.07 45 45 x (E5) = (1x0) + (2x9) + (3x29) + (4x7) = 133 = 2.955 ≈ 2.96 45 45 x (E6) = (1x0) + (2x4) + (3x38) + (4x3) = 134 = 2.977 ≈ 2.98 45 45 x (E7) = (1x0) + (2x4) + (3x35) + (4x6) = 137 = 3.044 ≈ 3.04 45 45 Perhitungan rata- rata respon dimensi persuasi: x (P1) = (1x1) + (2x4) + (3x36) + (4x4) = 133 = 2.955 ≈ 2.96 45 45 x (P2) = (1x0) + (2x11) + (3x31) + (4x3) = 127 = 2.822 ≈ 2.82 45 45 x (P3) = (1x0) + (2x17) + (3x27) + (4x1) = 119 = 2.644 ≈ 2.64 45 45 x (P4) = (1x0) + (2x7) + (3x32) + (4x6) = 134 = 2.977 ≈ 2.98 45 45 x (P5) = (1x0) + (2x9) + (3x30) + (4x6) = 132 = 2.933 ≈ 2.93 45 45 x (P6) = (1x0) + (2x8) + (3x34) + (4x3) = 130 = 2.888 ≈ 2.89 45 45 x (P7) = (1x0) + (2x8) + (3x32) + (4x5) = 132 = 2.933 ≈ 2.93 45 45 Perhitungan rata-rata respon dimensi dampak: x (I1) = (1x0) + (2x3) + (3x28) + (4x14) = 146 = 3.244 ≈ 3.24 45 45 x (I2) = (1x0) + (2x6) + (3x33) + (4x6) = 135 = 3.00 45 45 x (I3) = (1x0) + (2x7) + (3x32) + (4x6) = 134 = 2.977 ≈ 2.98 45 45 x (I4) = (1x0) + (2x6) + (3x36) + (4x3) = 132 = 2.933 ≈ 2.93 45 45 x (I5) = (1x0) + (2x2) + (3x36) + (4x7) = 140 = 3.111 ≈ 3.11 45 45
268 x (I6) = (1x0) + (2x8) + (3x33) + (4x4) = 131 = 2.911 ≈ 2.91 45 45 x (I7) = (1x0) + (2x7) + (3x35) + (4x3) = 131 = 2.911 ≈ 2.91 45 45 Perhitungan rata-rata respon dimensi komunikasi: x (C1) = (1x0) + (2x3) + (3x36) + (4x6) = 138 = 3.066 ≈ 3.07 45 45 x (C2) = (1x0) + (2x3) + (3x36) + (4x6) = 138 = 3.066 ≈ 3.07 45 45 x (C3) = (1x0) + (2x6) + (3x32) + (4x7) = 136 = 3.022 ≈ 3.02 45 45 x (C4) = (1x0) + (2x5) + (3x34) + (4x6) = 136 = 3.022 ≈ 3.02 45 45 x (C5) = (1x0) + (2x1) + (3x34) + (4x10) = 144 = 3.20 45 45 x (C6) = (1x0) + (2x10) + (3x32) + (4x3) = 128 = 2.844 ≈ 2.84 45 45 x (C7) = (1x0) + (2x4) + (3x33) + (4x8) = 139 = 3.088 ≈ 3.09 45 45 Perhitungan untuk mendapatkan nilai EPIC rate ialah sebagai berikut: EPIC rate = x (Empati) + x (Persuasi) + x (Dampak) + x (Komunikasi) 4 EPIC rate = 3.06 + 2.88 + 3.10 + 3.04 = 3.02 4
69 Lampiran 4 Kerangka sampling responden (konsumen Lapis Bogor Sangkuriang) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama Novianti Adhi Lena Titania Hermawan Denis Dhella Hernawati Isti Susi Ririn Muthii Indah Yusmaniar Fatimah Yuyun Indri Adi Nia Teti Fadhilah Lisna Dede Ina Menik Yetri Agun Shanti Ayu Dewi Lusi Wahyu Astri Ifan Erni Dewi Lanna Silvi Cut Yaman
Jenis Kelamin P L P P L P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L P P P P L P L P P P P P L
Usia (tahun) 22 22 22 25 43 14 15 35 42 52 23 21 21 21 21 42 34 34 35 38 24 31 20 28 21 30 25 27 18 18 29 32 35 34 35 29 20 25 18 20
Kategori Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Depok Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Jakarta Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Jakarta Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Jakarta Bogor
2 70 41 42 43 44 45
Pringgo Sri Gustin Alan Deddy
L P P L L
21 20 20 20 20
Bogor Bogor Solo Bogor Bogor
71 71 Lampiran 5 Kemasan produk Lapis Bogor Sangkuriang A Bentuk kemasan Lapis Bogor Sangkuriang
B Desain kemasan Lapis Bogor Sangkuriang tampak depan dan belakang
(Tampak depan)
(Logo Sangkuriang)
(Tampak belakang)
2 72 C Informasi melalui elemen-elemen desain kemasan
73 73 Lampiran 6 Dokumentasi
74
2
75
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 April 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ir Syamsuhari, MSi dan Susilowati, SH. Penulis menamatkan pendidikan di taman kanak-kanak Pujokusuman Yogyakarta, SD Negeri Panaragan 1 Bogor, SMP Negeri 2 Bogor, dan SMA Negeri 5 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan minor Kewirausahaan Agribisnis dari Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif sebagai reporter dan redaktur senior Koran Kampus IPB selama tahun 20092012, pengurus Divisi Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-llmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) IPB periode 20112012, dan pengajar di Komunitas Sanggar Juara IPB periode 2010-2012. Penulis pernah menjadi pengajar Tanaman Obat dan Keluarga (TOGA) yang diselenggarakan oleh Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB di SD Cihideung Ilir Ciampea Bogor pada tahun 2013. Penulis juga menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi pada semester ganjil, semester genap, dan semester pendek periode 2012-2013. Penulis aktif mengikuti kepanitiaan di beberapa event, diantaranya panitia acara Socialpreneurship for Indonesia by Children Festival Sanggar Juara Festival pada tahun 2011 dan 2012; panitia acara HIMASIERA Olah Talenta (HOT) IPB pada tahun 2012; ketua panitia Pelatihan Jurnalistik HIMASIERA pada tahun 2012; panitia Divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi (PDD) Writing Day BEM FEMA IPB pada tahun 2011; panitia Divisi Hubungan Masyarakat acara Communication Day yang diselenggarakan oleh Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan pada tahun 2011; panitia Divisi Tata Tertib pada Masa Perkenalan Departemen (MPD) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada tahun 2011 dan panitia Divisi Tata Tertib pada Masa Perkenalan Fakultas (MPF) di Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2011.