USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG
M LINGGAR PUTRA M
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 M Linggar Putra M NIM F34090080
ABSTRAK M LINGGAR PUTRA M.Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang. Dibimbing oleh SUKARDI. Model bisnis kanvas digambarkan melalui Sembilan blok bangunan dasar yang terdiri dari key partner, key activities, value proposition, customer relationship, customer segment, channels, key resources, cost structure, dan revenue stream. Kesembilan blok tersebut menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang dan membuat alternatif model bisnis yang baru. Data dianalisis dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang yaitu konsep produk oleh-oleh khas Bogor namun belum fokus terhadap segmen pelanggannya. Pembuatan alternatif diusulkan sesuai dengan visi misi perusahaan dan kondisi perusahaan. Alternatif pertama yaitu menerapkan konsep kemitraan. Sementara itu alternatif kedua merupakan gabungan konsep awal dengan konsep penjualan online. Berdasarkan hasil analisis terhadap visi dan misi perusahaan, maka gabungan konsep awal dengan konsep penjualan online merupakan konsep yang sesuai dan cocok untuk diterapkan bila perusahaan telah meningkatkan kapasitas produksinya. Kata Kunci : Lapis Bogor Sangkuriang, Model Bisnis Kanvas, Kemitraan
ABSTRACT M LINGGAR PUTRA M.Business model design of Lapis Bogor Sangkuriang. Supervised by SUKARDI. The business model canvas is described through nine basic building blocks consisting of key partners, key activities, the value proposition, customer relationship, customer segments, channels, key resources, cost structure, and revenue streams. The nine block shows the logic of how a company intends to make money. The purpose of this study is to identify the business model Lapis Bogor Sangkuriang and make new alternative business models. Data were analyzed with qualitative methods. The results showed that the business model Lapis Bogor Sangkuriang the product concept Bogor typical souvenirs but has not focused on customer segments. Making the proposed alternative in accordance with the company's vision, mission and condition of the company. The first alternative is to apply the concept of partnership. While the second alternative is a combination of the original concept with the concept of selling online. Based on the analysis of the company's vision and mission, the initial concept combined with the concept of selling online is a concept appropriate and suitable to be applied when the company has increased its production capacity. Keywords : Lapis Bogor Sangkuriang, Business Model Canvas, Partnerships
USULAN DESAIN MODEL BISNIS LAPIS BOGOR SANGKURIANG
M LINGGAR PUTRA M
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang Nama : M Linggar Putra M NIM : F34090080
Disetujui oleh
Dr Sukardi, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Juni 2013. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Muslich, MSi dan M. Arif Darmawan S.TP M.T. selaku dosen penguji. 3. Ayahanda Taufik Hidayat dan Ibunda Nunung Rohayani, serta Adikku Rizka Asyrafiyani atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. 4. Ibu Rizka Wahyu Romadhona, Bapak Anggara, Ibu Nanda dan seluruh karyawan UMKM Lapis Bogor Sangkuriang yang membantu penulis saat melakukan penelitian ini. 5. Keluarga besar TIN 46 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 6. Teman-teman terdekat, teman kosan, dan organisasi yang telah menemani hari-hari penulis selama menuntut ilmu S1 di IPB. 7. Seluruh motivator penyemangat penulis yang tidak bisa disebutkan satupersatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan penelitian dalam bidang manajemen sumberdaya manusia. .
Bogor, September 2013 M Linggar Putra M
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2
Model Bisnis Kanvas
3
Desain Model Bisnis Kanvas
6
METODE
6
Waktu dan Tempat
6
Metode
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil UMKM Lapis Bogor Sangkuriang
8 8
Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang
10
Analisis SWOT Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang
12
Pembuatan dan Pemilihan Alternatif Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang 15 SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL 1 Kriteria UMKM
3
DAFTAR GAMBAR 1 Desain Model Bisnis Kanvas Lapis Bogor Sangkuriang saat ini 2 Desain Model Bisnis Kanvas dengan Konsep Kemitraan 3 Desain Model Bisnis Kanvas dengan konsep bisnis awal ditambahkan penambahan konsep online selling
12 18 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara semi terstruktur antara peneliti dengan pemilik Lapis Bogor Sangkuriang 2 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara untuk Mendapatkan Profil Umum Lapis Bogor Sangkuriang 3 Daftar Produk konsinyasi yang ada pada outlet
23 25 26
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini semakin pesat, salah satu bisnis yang banyak berkembang saat ini yaitu bisnis yang berbasis makanan dan minuman. Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik selama tahun 2010-2011 jumlah perusahaan yang paling banyak menurut subsektornya adalah perusahaan makanan dan minuman dibandingkan dengan perusahaan subsektor lainnya (BPS, 2011). Salah satu makanan yang cukup banyak peminatnya adalah kue lapis. Kue lapis merupakan cemilan yang banyak disukai orang. Banyak kreasi, cita rasa, modifikasi, bentuk maupun hiasan menjadi salah satu alasan banyaknya animo masyarakat untuk membeli kue lapis. Makin banyak orang yang menggemari kue lapis berarti dari segi bisnis, prospek kue lapis masih cerah dan menjanjikan. Salah satu pengusaha yang menangkap peluang usaha ini adalah Rizka Wahyu Romadhona yang mendirikan suatu usaha Lapis Bogor Sangkuriang di Bogor, Jawa Barat. Salah satu keunikan produk ini adalah menggunakan talas sebagai salah satu bahan baku yang memberikan warna tersendiri pada produk. Selain itu penggunaan talas sebagai salah satu bahan baku menjadi ciri dan kebijakan menggunakan kearifan lokal yang ada. Sebagai suatu bisnis yang sedang berkembang Lapis Bogor Sangkuriang perlu terus mengembangkan usahanya dan bertahan terhadap persaingan usaha. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan bisnis dan memetakan strategi bisnis yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Salah satu cara strategi bisnis yaitu dengan membuat suatu model bisnis. Chesborough dalam Zott dan Amit (2009) mendefinisikan model bisnis sebagai struktur rantai nilai-value chain (an activity based concept), menciptakan value dengan mendefinisikan serangkaian aktivitas mulai dari bahan mentah sampai bahan mentah tersebut sampai ke customer akhir, dimana value yang telah ditentukan ditambahkan dalam keseluruhan aktivitas tersebut. Terlihat begitu pentingnya suatu model bisnis bagi suatu usaha terutama untuk suatu bisnis yang masih berkembang. Suatu model bisnis yang baik diharapkan mampu menjadi strategi pengembangan suatu bisnis karena model bisnis yang baik dapat memberikan pandangan kepada pelaku usaha bagaimana respon pasar terhadap produk yang dimiliki, dan melemahkan daya saing competitor. Selain itu model bisnis juga bermanfaat untuk melihat bisnis pelaku usaha itu sendiri secara utuh dan dapat mengambil keputusan yang baik. Saat ini Lapis Bogor Sangkuriang masih belum memperhatikan model bisnisnya. Untuk itu diperlukan kajian mengenai model bisnis yang sedang dijalankan di Lapis Bogor Sangkuriang agar dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari bisnis yang sedang dilakukan sehingga nantinya dapat dibuat suatu alternatif model bisnis baru untuk perkembangan dan persaingan Lapis Bogor Sangkuriang di dunia bisnis.
2 Perumusan Masalah Dalam rangka mengembangkan bisnis dan memperkuat daya saing usaha, Lapis Bogor Sangkuriang perlu mengetahui seluk beluk bisnis yang sedang di jalaninya. Berdasarkan prospek bisnis, Lapis Bogor Sangkuriang ini memiliki prospek bisnis yang potensial karena memiliki keunggulan dalam hal diversifikasi dan inovasi produk. Namun tetap diperlukan suatu strategi agar bisnis ini dapat bertahan terhadap faktor perubahan dalam berbagai kondisi ekonomi dan persaingan usaha yang semakin ketat. Untuk mampu bartahan dalam persaingan yang ketat, Lapis Bogor Sangkuriang harus memiliki model bisnis yang kuat sehingga dapat mengetahui bisnis yang sedang dijalani dan membuat suatu model bisnis yang baru sesuai dengan kondisi dan tujuan bisnis. Maka permasalahan yang dapat dikaji berdasarkan kondisi tersebut adalah : 1. Seperti apa konsep model bisnis yang sekarang diterapkan di Lapis Bogor Sangkuriang ? 2. Apa saja alternatif model bisnis yang dapat diterapkan oleh Lapis Bogor Sangkuriang di masa mendatang ? Tujuan Penelitian 1. 2.
Mengidentifikasi Model Bisnis UMKM Lapis Bogor Sangkuriang Membuat Alternatif Model Bisnis UMKM Lapis Bogor Sangkuriang di Bogor Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu Lapis Bogor Sangkuriang dalam merumuskan model bisnisnya dan memberikan alternatif bagi model bisnis yang dapat diterapkan untuk masa yang akan datang sehingga Lapis Bogor Sangkuriang dapat mengetahui model bisnis yang sedang dijalaninya saat ini dan dapat merumuskan kebijakan-kebijakan untuk perkembangan usaha Lapis Bogor Sangkuriang di masa yang akan datang.
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Tambunan (2009) UMKM memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) didapat pengertian dan perbedaan antara usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
3 berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. Suatu usaha disebut sebagai usaha mikro bila memiliki aset maksimal lima puluh juta rupiah dan omzet sebesar maksimal tiga ratus juta rupiah. Usaha kecil yaitu usaha yang memiliki asset lebih dari lima puluh juta hingga lima ratus juta dan omzet hingga dua milyar. Usaha menengah adalah usaha yang memiliki asset hingga maksimal sepuluh milyar dan omzet sebesar maksimal lima puluh milyar. Kriteria UMKM dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kriteria UMKM No
URAIAN
KRITERIA
ASET 1 Usaha Mikro Max 50 jt 2 Usaha Kecil > 50 jt-500 jt 3 Usaha Menengah > 500 jt- 10 M Sumber : UU Nomor 20 Tahun 2008
OMZET Max 300 jt > 300 jt-2,5 M > 2, 5 M-50 M
Model Bisnis Kanvas Bisnis adalah suatu kegiatan menyediakan barang dan jasa dengan maksud mendapatkan laba ( Griffin dan Ebert, 2007 ). Suatu bisnis harus berpandangan jauh ke depan. Bisnis yang baik harus mampu menjaga kontinuitas usaha, faktorfaktor yang dapat menjaga kontinuitas usaha antara lain yaitu likuiditas, solvabilitas, soliditas, rentabilitas, maupun crediet waardigheid (Alma, Buchari. 2010). Jika kelima faktor kontinuitas tersebut bisa dijaga, maka bisnis yang dijalankan akan berkembang secara meyakinkan. Pengertian model bisnis dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu model bisnis sebagai metode atau cara, model bisnis sebagai elemen, dan model bisnis sebagai strategi bisnis. Model bisnis sebagai metode yaitu suatu cara untuk menciptakan nilai. model bisnis sebagai elemen yaitu model bisnis terdiri dari komponen produk, manfaat, pendapatan, pelanggan, asset, dan pengetahuan. Model bisnis sebagai strategi bisnis yaitu model bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan strategi bisnis perusahaan. Secara umum, model bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba ( PPM Manajemen, 2012 ).
4 Model bisnis kanvas adalah model yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai serta digambarkan melalui sembilan elemen blok kanvas ( Osterwalder & Pigneur, 2012 ). Sembilan blok ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelayakan finansial. Kesembilan blok kanvas antara lain (Osterwalder & Pigneur, 2012) : 1.
Costumer Segment Elemen ini menggambarkan sekelompok orang yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Pelanggan adalah inti dari semua model bisnis. Tanpa pelanggan (yang dapat memberikan keuntungan), tidak ada perusahaan yang mampu bertahan dalam waktu lama. 2.
Value Propositions Elemen ini menggambarkan gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk pelanggan spesifik. Proposisi nilai menciptakan nilai untuk segmen pelanggan melalui paduan elemen-elemen berbeda yang melayani kebutuhan segmen tersebut. Nilai dapat bersifat kuantitatif (misalnya harga dan kecepatan layanan) atau kualitatif (misalnya desain dan pengalaman pelanggan). Proposisi nilai dapat menyelesaikan masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, proposisi nilai merupakan kesatuan, atau gabungan, manfaat-manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. 3.
Channels Elemen ini menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan proposisi nilai. Saluran komunikasi, distribusi, dan penjualan merupakan penghubung antara perusahaan dan pelanggan. Saluran ini menjalankan beberapa fungsi antara lain : a. Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan b. Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan c. Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik d. Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan e. Memberikan dukungan purnajual kepada pelanggan 4.
Customer Relationships Elemen ini menggambarkan berbagai jenis hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : a. Akuisisi pelanggan b. Retensi (mempertahankan) pelanggan c. Peningkatan penjualan (upselling) 5.
Revenue Streams Elemen ini menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Ada dua jenis arus pendapatan : a. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan
5 b. Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian. 6.
Key Resources Elemen ini menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Aset/Sumber Daya utama dapat berbentuk fisik, finansial, intelektual, atau manusia. 7.
Key Activities Elemen ini menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Aktivitas-aktivitas kunci dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Produksi b. Penyelesaian masalah c. Platform/jaringan. 8.
Key Partnership Elemen ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Kemitraan dapat mengoptimalkan model bisnis. Terdapat empat jenis kemitraan : a. Aliansi strategis antara non-pesaing b. Kemitraan strategis antarpesaing c. Usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru d. Hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan Ada tiga motivasi dalam membangun kemitraan : a. Optimisasi dan skala ekonomi b. Pengurangan resiko dan ketidakpastian c. Akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu. 9.
Cost Structure Elemen ini menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya model bisnis dibedakan menjadi dua kelas, yaitu terpacu nilai (value driven) dan terpacu biaya (cost driven). Model bisnis value driven yaitu berfokus pada penciptaan nilai. Proposisi nilai premium dan layanan pribadi tingkat tinggi biasanya menjadi ciri model bisnis yang terpacu nilai. Model bisnis cost driven yaitu berfokus pada peminimalan biaya. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan struktur biaya seminimal mungkin. Struktur biaya dapat memiliki karakteristik antara lain yaitu biaya tetap, biaya variabel, skala ekonomi, dan lingkup ekonomi. Biaya tetap adalah biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang dihasilkan berbeda-beda. Biaya variable adalah biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume barang atau jasa yang dihasilkan. Skala ekonomi dan lingkup ekonomi sangat menentukan aktivitas dan keuntungan yang diterima suatu bisnis (Osterwalder & Pigneur, 2012).
6 Desain Model Bisnis Kanvas Desain model bisnis adalah suatu cara untuk menghasilkan model bisnis yang lebih baik dan inovatif. Untuk dapat mendesain suatu model bisnis perlu mempertimbangkan serangkaian faktor yang kompleks, seperti pesaing, teknologi, lingkungan legal, dan lain-lain (Osterwalder & Pigneur, 2012). Terdapat teknik-teknik dalam mendesain model bisnis antara lain : wawasan/perspektif pelanggan, pembentukan ide, berpikir visual, prototyping, bercerita, dan skenario. Perspektif pelanggan harus menginformasikan pilihan kita terkait proposisi nilai, saluran distribusi, hubungan pelanggan, dan arus pendapatan. Yang diperlukan dalam teknik desain berdasarkan pembentukan ide adalah suatu proses kreatif untuk membangun sejumlah ide model bisnis dan memilih salah satu diantaranya yang terbaik (Osterwalder & Pigneur, 2012 ). Teknik desain berdasarkan nilai berpikir visual berarti menggunakan alat bantu visual seperti gambar-gambar, sketsa, dan diagram untuk membangun dan mendiskusikan arti. Karena model bisnis adalah sebuah konsep kompleks yang terdiri atas berbagai blok bangunan dan hubungan antarblok bangunan itu, sehingga perlu membuat sketsanya terlebih dahulu. Prototyping merupakan alat bantu ampuh untuk mengembangkan model bisnis baru yang inovatif. Membuat dan memanipulasi porototipe model bisnis akan mendorong untuk mengatasi subjek penting tentang struktur, hubungan, dan logika dalam cara yang tidak tersedia melalui pemikiran dan diskusi. Teknik desain bercerita merupakan alat bantu ideal untuk mempersiapkan diskusi mendalam tentang model bisnis dan logika yang melandasinya. Teknik desain model bisnis dengan skenario berfungsi menginformasikan proses pengembangan model bisnis dengan membuat konteks desain spesifik dan detail (Osterwalder & Pigneur, 2012).
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan April sampai dengan Juni 2013 dimana satu bulan pertama melakukan studi pustaka dan membuat instrumen penelitian. Bulan kedua melakukan pengambilan data, wawancara, observasi di Outlet Lapis Bogor Sangkuriang. Pada bulan ketiga melakukan pengolahan dan analisis data. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada
7 generalisasi (Sugiyono, 2010). Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga metode ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Berikut ini dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Observasi/ Studi Lapangan Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data pendukung tentang keadaan sesungguhnya atau kondisi objektif Lapis Bogor Sangkuriang saat ini dengan pengamatan secara langsung dan nyata mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian. Kelebihan dari studi lapangan adalah peneliti akan mendapatkan data dan pemahaman yang mendalam. Studi lapangan adalah cara terbaik untuk memahami situasi sosial dari sudut pandang para pelakunya. Kelemahan dari studi lapangan ini adalah hanya dapat dilakukan pada satu komunitas pada satu saat. Akibatnya analisis yang dilakukan terbatas sifatnya hanya pada komunitas tertentu. Pada penelitian yang dilakukan di Lapis Bogor Sangkuriang , metode ini dilakukan dengan cara melakukan observasi di bagian outlet. observasi di outlet dilakukan untuk mengetahui pelayanan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan kepada pelanggan. 2. Wawancara Teknik wawancara yang digunakan sebagai metode utama untuk menggali informan berkenaan dengan gagasan, perasaan, dan pikiran informan yang sesuai dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara semi terstruktur, pewawancara sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu yang biasanya berfungsi untuk memulai wawancara. Pewawancara perlu menelusuri lebih jauh suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan oleh partisipan. Urutan pertanyaan dan pembahasan tidak harus sama dengan panduan, semua tergantung pada jalannya wawancara. Sedangkan wawancara tidak terstruktur lebih bersifat untuk menggali informasi lebih dalam selama observasi dilakukan. Tidak ada panduan pertanyaan selama observasi. Pada wawancara tidak terstruktur ini, pewawancara hanya memberikan topik yang akan dibahas dan partisipan diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengungkapkan apapun yang berhubungan dengan topik. Dalam wawancara yang dilakukan di Lapis Bogor Sangkuriang dilakukan wawancara tidak terstruktur dan semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan cara menulis panduan pertanyaan dan menanyakan secara langsung pertanyaan kepada direktur perusahaan dan manajer. Jawaban dari pertanyaan tersebut juga ditulis di kertas dimana panduan pertanyaan juga ditulis. Sedangkan wawancara tidak terstruktur lebih bersifat untuk menggali informasi lebih dalam mengenai kondisi nyata perusahaan. 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh sejumlah data dan informan di lapangan, berupa dokumen-dokumen administratif, yang ditujukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dokumen-dokumen yang diakses dari Lapis Bogor Sangkuriang antara lain data produksi, data produk, data karyawan, data pelanggan, data dari jejaring sosial, dan data dari website.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Lapis Bogor Sangkuriang Lapis Bogor Sangkuriang merupakan suatu usaha yang didirikan oleh Rizka Wahyu Romadhona. Modal awal usaha ini yaitu sebesar Rp.500.000. Usaha ini lama kelamaan berkembang dan berhasil mendirikan outlet pertama nya pada bulan September 2011 di jalan Soleh Iskandar (dekat Yogya Dept.Store), Bogor, Jawa Barat. Outlet kedua dan ketiga nya masing-masing terletak di Jalan Raya Pajajaran No 20E, Bogor dan Rumah Makan Raffles di Puncak. Konsep bisnis yang dijalankan yaitu dengan mengedepankan makanan olahan talas sebagai oleh-oleh khas Bogor. Produk utama yang dihasilkan menggunakan kombinasi antara tepung terigu dengan tepung talas. Saat ini dua jenis produk utama yang dijual yaitu lapis bogor dan brownis talas. Untuk lapis bogor dibedakan menjadi lapis bogor original, lapis bogor topping keju, lapis bogor greentea, lapis bogor blueberry, lapis bogor strawberry, lapis bogor cokelat, lapis bogor tiramisu dan lapis bogor capucino. Sementara untuk brownis, terdapat brownis talas polos dan brownis talas topping keju. Setiap usaha tentu memiliki perencanaan dalam mengembangkan usahanya. Proses perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pembuatan tujuan (goal making process) sekaligus juga merupakan proses pembuatan strategi (strategy making process) (Jones dan George, 2007). Rencana pengembangan bisnis Lapis Bogor Sangkuriang ke depan yaitu dengan menambah kapasitas produksi dan menambah jumlah outlet. Setiap rencana mengacu kepada visi dan misi perusahaan. Visi dan Misi Lapis Bogor Sangkuriang adalah : Visi : Menjadi perusahaan oleh-oleh khas daerah yang mengangkat pangan lokal. Misi : 1. Membina Usaha Kecil menengah khususnya di wilayah Bogor 2. Membuka Cabang di beberapa daerah di Bogor 3. Memberdayakan masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan. Aspek Organisasi Susunan organisasi lapis bogor sangkuriang adalah sebagai berikut : Nama Perusahaan/Usaha : Lapis Bogor Sangkuriang Nama Pemilik/Pimpinan : Rizka Wahyu Romadhona Alamat kantor : Jl Raya Pajajaran No 20E, Bogor Struktur Organisasi Direktur Operasional : Anggara Kasih Manajer : Ananda Supervisi Operasional : Yohana Agustin Supervisi Produksi : Vera Supervisi Keuangan : Siti Rubayah Supervisi Kaizen : Zulia Hajli Selain tersebut di atas, terdapat pula administrasi, customer service, dan frontliner dengan jumlah karyawan saat ini sebanyak 116 orang.
9 Aspek Pemasaran Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2009). Segmentasi pasar untuk usaha ini yaitu untuk semua masyarakat Indonesia, khususnya warga Bogor dan wisatawan yang datang ke Bogor. Target pasar nya lebih diutamakan kepada wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh khas daerah. Dalam positioning produk, lapis bogor sangkuriang diposisikan sebagai oleh-oleh khas kota Bogor yang mengangkat pangan lokal yaitu talas. Selain itu, bauran pemasaran tentu dimiliki oleh lapis Bogor sangkuriang guna meningkatkan kualitas produk dan pelayanan nya. Berikut bauran pemasaran lapis bogor sangkuriang. 1. Product Produk lapis bogor dan brownis talas merupakan suatu inovasi produk baru. Dengan menggunakan tepung talas sebagai subtitusi tepung terigu, diharapkan produk ini mampu bersaing dengan produk lain sejenis dan mampu mengangkat kekhasan lokal daerah Bogor. Mutu produk yang ditawarkan adalah mutu terbaik karena menggunakan bahan-bahan terbaik. Desain kemasan produk juga sangat menarik dan menjadi sarana promosi oleh-oleh khas Bogor. Rata-rata umur simpan produk yaitu tiga hari. 2. Price Harga produk yang ditawarkan antara lain yaitu untuk brownis talas polos dijual dengan harga Rp 27.000,00. Lapis Bogor Original dan Lapis Bogor dengan topping keju masing-masing dijual dengan harga Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00. Sementara untuk lapis bogor greentea dijual seharga Rp 27.000,00. Harga tersebut untuk ukuran 30 cm. 3. Promotion Promosi yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang antara lain : a. Pameran Promosi berupa pameran ini biasanya dilakukan dalam pameranpameran UMKM, pameran produk khas Indonesia, dan pameran produk pangan lainnya. b. Iklan Iklan dilakukan di beberapa media, baik media cetak maupun elektronik. Untuk media cetak dan elektronik ini kebanyakan dari pihak media yang datang langsung ke outlet utama untuk melakukan wawancara dengan pemilik, yang kemudian di tulis sebagai berita di media. c. Kemasan Kemasan selain digunakan untuk mengemas produk juga sebagai sarana promosi, yaitu mempromosikan produk khas oleh-oleh lokal sekaligus mempromosikan Bogor sebagai kota tujuan wisata. 4.
Placement Cara untuk mendistribusikan produk agar sampai ke pelanggan. Sistem distribusi yang dilakukan yaitu secara langsung dan tidak langsung atau melalui perantara. Sistem distribusi langsung yaitu dengan membuka outlet di tempattempat strategis dan dekat dengan pusat kota, sehingga pelanggan dan wisatawan
10 bisa mendapatkan produk dengan membeli di outlet tersebut. Sedangkan distribusi tidak langsung dilakukan oleh agen yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dengan sistem beli lepas tanpa adanya keterikatan secara langsung. 5. People Kriteria sumber daya manusia sebagai asset berjalannya suatu usaha. Kriteria sumber daya manusia yang diutamakan dalam berjalannya usaha ini yaitu yang memiliki „attitude‟ bagus, mau bekerja, serta tekun. 6. Process Proses yang ditampilkan kepada pelanggan agar pelanggan tertarik untuk membeli. Untuk saat ini proses lebih ditampilkan kepada pelayanan terhadap pelanggan yaitu dengan membatasi penjualan produk. Hal ini dikarenakan lebih rendahnya kapasitas produksi dibandingkan dengan permintaan pelanggan. Pelayanan di outlet pun dilakukan dengan adanya musik khas sunda dan tersedia produk-produk khas daerah di etalase-etalase outlet agar pelanggan yang berkunjung pun dihadapkan pada nuansa khas daerah. 7. Physical Evidence Penampilan fisik dari fasilitas pendukung atau sarana dalam menjual produk yang dapat dilihat langsung oleh pelanggan. Outlet di desain sedemikian sehingga tema produk-produk khas daerah akan melekat begitu masuk ke dalam outlet. Elemen-Elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang Lapis Bogor Sangkuriang merupakan unit usaha di bidang pangan dengan produk utama nya brownis talas dan kue lapis talas. Selain produk-produk milik Lapis Bogor Sangkuriang, pada outletnya juga terdapat produk-produk konsinyasi yang merupakan produk dari mitra bisnis. Dari hasil identifikasi elemen-elemen model bisnis kanvas sesuai dengan konsep bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini dapat dilihat sebagai berikut : a. Customer Segment Pada Lapis Bogor Sangkuriang, pelanggan tidak secara spesifik dikhususkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Tetapi Segmen pelanggan Lapis Bogor Sangkuriang adalah warga Bogor serta wisatawan yang berkunjung ke Bogor. b.
Value Proposition Pada Lapis Bogor Sangkuriang, nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan antara lain inovasi produk dan desain kemasan produk. Inovasi produk diberikan dengan cara diversifikasi bahan baku produk yaitu menggunakan tepung talas sebagai bahan kombinasi dengan tepung terigu dalam membuat brownis dan lapis bogor. Desain kemasan produk lapis bogor pun dibuat sangat menarik sehingga mencerminkan bahwa produk tersebut merupakan produk oleh-oleh khas Bogor. c.
Channels Pada Lapis Bogor Sangkuriang, saluran yang digunakan untuk berhubungan dengan para pelanggan antara lain melalui saluran milik perusahaan (owned channels) dan saluran milik partner (partner channels). Saluran yang digunakan pada owned channels meliputi outlet dan media digital. Outlet Lapis Bogor Sangkuriang saat ini berjumlah tiga yang tersebar di
11 wilayah Bogor. Media digital yang digunakan yaitu website, facebook, dan twitter. Namun penggunaan media digital ini masih belum optimal karena belum bisa melayani kepentingan konsumen dalam berinteraksi melalui media digital, selain itu media digital ini masih belum dimanfaatkan sebagai sarana penjualan atau pemesanan secara online. Sementara itu, partner channels meliputi mitra Lapis Bogor Sangkuriang, mitra non Lapis Bogor Sangkuriang, dan reseller. Mitra Lapis Bogor Sangkuriang yaitu mitra yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dengan menitipkan produk-produk mereka di outlet milik Lapis Bogor Sangkuriang. Mitra non Lapis Bogor Sangkuriang yaitu mitra yang bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang dengan menjadi “reseller besar” yang akan menjualkan kembali produk-produk Lapis Bogor Sangkuriang kepada pelanggan. Reseller yaitu mitra yang menjualkan produk Lapis Bogor Sangkuriang langsung kepada pelanggan. Sistem yang digunakan untuk masing-masing mitra ini yaitu berupa konsinyasi. d.
Customer Relationships Pada Lapis Bogor Sangkuriang, customer relationships yang digunakan adalah personal assistance yaitu pelayanan selama penjualan oleh karyawan Lapis Bogor Sangkuriang. Hal ini dapat dilihat pada penjualan di setiap outletnya, produk-produk yang diinginkan oleh pelanggan diambilkan oleh karyawan. Karyawan Lapis Bogor Sangkuriang juga berpartisipasi aktif dalam hal pembelian yang dilakukan pelanggan dengan cara menawarkan dan menyarankan produkproduk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan produk-produk milik mitra lainnya. Selain itu hubungan lainnya adalah pelanggan bisa menyampaikan kritik dan saran terhadap Lapis Bogor Sangkuriang melalui kertas saran yang dititipkan kepada karyawan. e.
Revenue Streams Pada Lapis Bogor Sangkuriang, aliran pendapatan yang masuk ke dalam perusahaan adalah melalui penjualan produk brownis dan lapis bogor serta melalui hasil pembagian laba dengan mitra berdasarkan kesepakatan konsinyasi. Penjualan lapis bogor dan brownis talas di dalam outlet merupakan sumber pendapatan utama Lapis Bogor Sangkuriang. Sedangkan aliran pendapatan yang didapat Lapis Bogor Sangkuriang dari produk konsinyasi meliputi tiga jenis yaitu hasil pembagian laba dari penjualan produk konsinyasi milik mitra, konsinyasi dengan mitra non lapis bogor sangkuriang, maupun konsinyasi dengan reseller. f.
Key Resources Sumberdaya utama yang terdapat pada Lapis Bogor Sangkuriang meliputi fasilitas fisik seperti outlet, peralatan dan mesin, dan mobil pengantar hasil produksi ke outlet. Sumberdaya manusia dan intellectual resources berupa resep pembuatan produk. g.
Key activities Pada Lapis Bogor Sangkuriang, aktivitas utama yang dijalankan untuk mendapatkan nilai tambah adalah produksi brownis talas dan lapis bogor serta penjualan dan pemasaran produk. Selain itu, aktivitas lainnya yaitu seperti
12 mengikuti pameran-pameran produk khas daerah sebagai upaya memperkenalkan produk khas dari daerah Bogor. h.
Key Partnership Mitra utama Lapis Bogor Sangkuriang adalah dengan pemasok bahan baku pembuatan produk. Key partnership lainnya yaitu dengan mitra dan reseller. Selain itu lapis bogor pun menjalin kerjasama dengan dinas budaya dan pariwisata Bogor pada berbagai pameran produk lokal khas Bogor. i.
Cost structure Pada Lapis Bogor Sangkuriang, biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini yaitu biaya produksi (termasuk SDM) dan biaya operasional. Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan faktor-faktor produksi guna menghasilkan produk. Sedangkan biaya operasional meliputi biaya-biaya untuk promosi, pemasaran, dan perawatan mesin produksi. Gambaran model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
20 Warga Bogor
Wisatawan yang datang ke Bogor
Complete Business Model Canvas
Powerpoint Templates
Page 23
Gambar 1. Desain Model Bisnis Kanvas Lapis Bogor Sangkuriang saat ini
Analisis SWOT Elemen-elemen Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang Analisis SWOT adalah analisis tentang kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats). Faktor internal dalam analisis SWOT dibedakan menjadi dua yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan merupakan keunggulan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan competitor lain. Kelemahan adalah kekurangan yang dimiliki perusahaan.
13 Sementara itu faktor eksternal dalam analisis SWOT dibedakan menjadi dua yaitu peluang dan ancaman. Peluang merupakan tren positif yang berada di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan, maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara berkelanjutan (Solihin, 2012). Ancaman adalah individu, kelompok, ataupun organisasi di luar suatu perusahaan yang berupaya untuk mengurangi kinerja yang sudah dicapai perusahaan (Barney dan Hesterly, 2008) Dari hasil identifikasi terhadap elemen-elemen model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang, maka masing-masing elemen dianalisis menggunakan analisis SWOT. Hasil dari analisis SWOT ini dapat digunakan untuk menyempurnakan atau memperbarui model bisnis yang telah ada sebelumnya. Berikut hasil analisis SWOT terhadap kesembilan elemen model bisnis. a.
Customer Segment Kelebihan customer segment yang ada pada Lapis Bogor Sangkuriang saat ini adalah tidak terbatas pada kriteria segmen-segmen tertentu, tetapi lebih luas membidik pelanggan di seluruh bogor pada khususnya maupun wisatawanwisatawan yang datang ke Bogor. Kelemahan dari model customer segment ini adalah masih belum bisa menjangkau keseluruhan segmen pelanggan karena masih terbatasnya kapasitas produksi. Peluang yang bisa diambil yaitu dengan meningkatkan kapasitas produksi sehingga bisa menjangkau kebutuhan segmen pelanggan. Ancaman dari model customer segment ini adalah semakin banyak pesaing yang masuk dalam pasar persaingan kue jenis ini. b.
Value proposition Kelebihan dari produk Lapis Bogor Sangkuriang yaitu merupakan produk inovasi berbasis bahan baku lokal dengan cita rasa yang disukai semua segmen pelanggan. Kelemahannya adalah produk mudah ditiru. Peluang yang bisa dikembangkan yaitu value proposition bisa lebih ditekankan untuk pelangganpelanggan tertentu, misalnya untuk konsumsi suatu acara, acara hotel, dll. Ancamannya yaitu produk mudah ditiru oleh pesaing dan pesaing bisa menempatkan value proposition nya lebih baik. c.
Channels Kelebihan elemen channels yaitu jangkauan pasar luas karena adanya mitra. Kelemahan channels saat ini yaitu banyaknya saluran pemasaran produk tidak bisa dimanfaatkan dengan baik karena masih terbatasnya kapasitas produksi. Peluang yang bisa diterapkan yaitu adanya pemesanan secara online. Ancamannya yaitu pesaing lebih cepat meningkatkan kemampuan mengelola channels. d.
Customer Relationships Kelebihan penerapan customer relationship saat ini yaitu pelayanan yang baik dari karyawan terhadap pelanggan yang datang ke outlet. Pelanggan tidak perlu repot dalam mengambil produk, karena ada karyawan yang melayani pelanggan. Kelemahannya yaitu belum adanya informasi secara jelas ada atau tidak tersedianya produk di outlet, sehingga beberapa pelanggan yang datang harus pulang lagi karena persediaan produk habis. Peluang yang dapat
14 dikembangkan yaitu dengan adanya media informasi yang memberitahukan mengenai persediaan produk di outlet. Ancaman dari penerapan customer relationship saat ini yaitu pesaing dapat menerapkan customer relationship yang lebih baik. e.
Revenue Streams Kelebihan yang ada pada elemen revenue stream saat ini adalah pembayaran langsung setiap transaksi penjualan produk dan mendapatkan laba dari konsinyasi dengan mitra. Kelemahan dari revenue stream saat ini yaitu hanya bersifat sekali transaksi untuk pelanggan dan reseller. Peluang yang bisa dikembangkan terkait revenue stream yaitu dengan menambah jumlah outlet setelah kapasitas produksi ditingkatkan. Ancaman revenue stream saat ini yaitu mitra tidak lagi bekerja sama dengan pihak Lapis Bogor Sangkuriang karena mitra tidak dapat memenuhi perjanjian kerjasama. f.
Key Resources Kelebihan dari key resources adalah tersedianya elemen-elemen untuk produksi dan memiliki sumber daya manusia yang memiliki attitude baik. Kelemahan dari key resources yaitu masih belum bisa memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan. Peluang dari key resources yaitu dengan menerapkan manajemen produksi yang lebih baik agar mengoptimalkan segala aktivitas sumber daya yang dimilikinya. Ancaman key resources saat ini yaitu pesaing lebih baik dalam mengelola key resources nya. g.
Key Activities Kelebihan dari key activities saat ini yaitu mampu mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada, penjualan produk yang bekerja sama dengan mitra dapat meningkatkan margin laba. Kelemahan dari key activities saat ini yaitu masih belum bisa memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan terhadap produk. Peluang yang dapat dicapai yaitu dengan terus memperbaiki manajemen produksi dan meningkatkan kapasitas produksi. Ancaman dari key activities ini yaitu pesaing dengan mudah meniru key activities Lapis Bogor Sangkuriang dengan mudah. h.
Key Partnership Kelebihan dari key partnership saat ini yaitu Lapis Bogor Sangkuriang dikenal baik oleh mitra sehingga banyak mitra yang ingin bekerja sama. Selain itu pemasok bahan baku juga selalu ontime dalam penyediaan bahan baku produksi lapis bogor sangkuriang. Kelemahan dari key partnership yaitu tidak banyak mitra yang memiliki value proposition yang sama dengan Lapis Bogor Sangkuriang. Peluang yang bisa didapatkan yaitu kemudahan bekerja sama dengan partner. Ancaman terhadap key partnership yaitu ketergantungan perusahaan kepada mitra. i.
Cost Structure Kelebihan dari elemen cost structure yaitu biaya menjangkau pasar berkurang karena adanya kerja sama dengan mitra. Kelemahan elemen ini yaitu biaya operasional tidak stabil. Peluang dari cost structure yaitu dengan
15 memanfaatkan media teknologi untuk megurangi biaya pemasaran dan juga memperluas jaringan kerja sama. Ancaman terhadap cost structure yaitu harga bahan baku bisa sewaktu-sewaktu meningkat akibat kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil identifikasi model bisnis kanvas Lapis Bogor Sangkuriang diatas dan hasil dari Analisis SWOT secara kualitatif dari masingmasing elemen model bisnis, maka dapat dilihat bahwa meskipun produk yang ditawarkan merupakan produk khas Bogor, namun secara konsep bisnis, Lapis Bogor Sangkuriang masih belum menerapkan konsep bisnis oleh-oleh khas Bogor Secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan segmen pelanggan yang dibidik masih belum spesifik, selain itu media saluran pemasarannya juga masih belum spesifik menyasar tempat-tempat yang banyak dikunjungi para turis atau wisatawan asing misalnya hotel, restaurant dan tempat wisata di Bogor. Model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang saat ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari model bisnis saat ini adalah Lapis Bogor Sangkuriang memiliki jaringan kerjasama yang kuat dengan mitra, pemasok bahan baku, maupun dinas budaya dan pariwisata Bogor, sehingga selain dapat menambah pendapatan (revenue stream) perusahaan, produk Lapis Bogor Sangkuriang juga semakin dikenal oleh masyarakat luas. Produk Lapis Bogor Sangkuriang sudah memiliki image sebagai produk khas Bogor. Hal itu mengundang media untuk meliput dan menayangkan profil produk Lapis Bogor Sangkuriang yang secara tidak langsung itu merupakan upaya promosi dan pemasaran produk-produk lapis bogor sangkuriang serta dapat membuat produk Lapis Bogor Sangkuriang semakin dikenal secara luas. Sedangkan kelemahan dari model bisnis sekarang adalah kurang memperhatikan customer relationship sehingga loyalitas pelanggan dapat berkurang karena tidak adanya program customer relationship yang baik dari perusahaan. Customer Relationship yang masih kurang terutama dalam hal pemanfaatan media digital sebagai penyedia informasi terkait dengan produk yang tersedia di outlet, maupun dalam hal pemesanan dan penjualan produk secara online. Pelanggan terkadang harus pulang kembali karena produk sudah habis. Hal ini tentu bisa membuat kesan yang kurang baik terhadap pelanggan. Pembuatan dan Pemilihan Alternatif Model Bisnis Pembuatan alternatif model bisnis ini menggunakan metode ideation/idea generation yaitu dengan cara mengeluarkan ide-ide sehingga mendapakan ide yang terbaik. Selanjutnya dalam pemilihan alternatif disesuaikan dengan visi, misi, dan kondisi perusahaan. Dalam pembuatan alternatif model bisnis ini, ada dua alternatif yang dikembangkan untuk Lapis Bogor Sangkuriang, antara lain alternatif model bisnis dengan konsep kemitraan dan model bisnis dengan konsep yang ada saat ini dengan penambahan konsep online selling . Usulan Konsep Kemitraan Lapis Bogor Sangkuriang Ide ini merupakan konsep bisnis yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan memperbesar/ekspansi usaha. Kemitraan yang akan diterapkan disini hanyalah berupa pembukaan cabang/outlet baru oleh mitra tetapi segala aspek bisnis tetap milik perusahaan. Perusahaan bertugas menyuplai produk ke
16 cabang/outlet dan mitra bertugas menyediakan cabang/outlet dan menjual produk di tempat mitra membuka cabang/outlet. Dalam hal ini perusahaan bertindak sebagai franchisor dan mitra berperan sebagai franchisee. Beberapa langkah yang dilakukan untuk menjalin kemitraan (Junaedy, 2011) antara lain : 1. Menyeleksi franchisee 2. Memberikan target penjualan kepada franchisee 3. Memberikan target royalti kepada mitra 4. Meminta komitmen dari mitra Dengan konsep ini, perusahaan menginginkan ekspansi usaha dalam skala yang lebih besar dengan membuka cabang di beberapa tempat di wilayah Bogor. Perusahaan mencoba menjangkau segmen pelanggan di seluruh wilayah Bogor yang selama ini masih belum bisa dijangkau. Konsep model bisnis tersebut bila ditulis pada kesembilan elemen model bisnis kanvas adalah sebagai berikut. a. Customer Segment Pada elemen ini, segmen pelanggan yang ingin dicapai yaitu seluruh warga Bogor. Potensi warga Bogor sebagai pelanggan utama sangatlah menjanjikan. b. Value Proposition Pada elemen ini, nilai yang ingin diberikan sama dengan konsep bisnis saat ini yaitu inovasi produk dan desain kemasan produk. Namun ada penambahan nilai Accessibility, yaitu kemudahan pelanggan untuk mendapatkan produk karena semakin banyaknya cabang/outlet sehingga pelanggan cukup membeli di outlet terdekat. c. Channels Pada elemen ini, saluran yang digunakan yaitu partner channels, melalui cabang/outlet yang dimiliki mitra/franchisee. d. Customer Relationships Pada elemen ini, bentuk customer relationships nya ditunjukan oleh personal assistance di outlet/cabang mitra. e. Revenue Streams Pada elemen ini, arus pendapatan perusahaan diperoleh dari laba konsinyasi hasil penjualan produk di cabang/outlet mitra dan royalti yang diberikan mitra. f. Key Resources Pada elemen ini, sumber daya yang digunakan yaitu sumber daya intelektual sumber daya fisik, dan sumber daya manusia. Perusahan sebagai franchisor menggunakan hak intelektualnya untuk pengembangan bisnisnya. Sumber daya fisik yang digunakan berupa alat transportasi untuk distribusi produk, penambahan peralatan produksi, serta tempat produksi yang cukup besar. Penambahan Sumber daya manusia diperlukan untuk bagian produksi, bagian pengantar produk ke cabang, dan pelatih training sistem bisnis untuk mitra.
17 Selain itu Sumber Daya Manusia yang baik diperlukan untuk pengelolaan bisnis dan pengendalian mutu mengingat dalam sistem ini produk hanya dibuat di outlet pusat dan pabrik secara terpusat sehingga di harapkan produk yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya. g. Key Activities Pada elemen ini, aktivitas yang dilakukan perusahaan antara lain produksi (termasuk pengendalian mutu) dan distribusi produk, pelatihan/training serta melakukan kontrol dan evaluasi pola kemitraan dengan mitra. h. Key Partnerships Mitra yang bekerjasama antara lain franchisee, mitra produk non Lapis Bogor Sangkuriang dan pemasok bahan baku. Setiap franchisee merupakan partner untuk kemajuan dan ekspansi usaha. Mitra non Lapis Bogor Sangkuriang yaitu mitra yang menitipkan produk mereka (selain produk lapis bogor) di setiap outlet Lapis Bogor Sangkuriang dengan sistem konsinyasi. Sementara pemasok bahan baku yaitu pihak yang memasok kebutuhan bahan baku produksi Lapis Bogor Sangkuriang. i. Cost Structure Struktur biaya yang diperlukan antara lain penambahan biaya produksi, karena perusahaan harus memiliki kapasitas produksi yang lebih besar untuk dapat memasok produk ke setiap outlet yang lebih banyak nantinya. Selain itu diperlukan biaya SDM yang lebih besar karena tentu semakin banyak SDM yang terlibat seperti untuk bagian produksi (termasuk pengendalian mutu), bagian pengantar produk ke cabang, ataupun pelatih training sistem bisnis. Biaya lainnya yaitu Penambahan biaya untuk pembelian alat transportasi, dan biaya penambahan fasilitas fisik pendukung produksi. Konsep model bisnis kemitraan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model bisnis ini yaitu perusahaan dapat memperluas usahanya tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk mendirikan cabang/outlet, selain itu perusahaan dapat meningkatkan omzet penjualan produk secara kontinu. Sedangkan kekurangan konsep model bisnis ini yaitu diperlukan Key Resources baru seperti alat transportasi, penambahan fasilitas fisik lainnya, pengelolaan bisnis dan pengendalian mutu yang baik agar produk yang dijual di outlet mitra tetap terjaga kualitasnya. Gambaran desain model bisnis kanvas dengan konsep kemitraan dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
18
20 Warga Bogor
Complete Business Model Canvas
Powerpoint Templates
Page 20
Gambar 2. Desain Model Bisnis Kanvas dengan konsep kemitraan Usulan konsep yang sudah ada saat ini ditambahkan dengan penajaman customer segment dan value propositions serta penambahan konsep online selling Ide ini didasarkan karena kurangnya penajaman pada segmen pelanggan dan sebagai upaya perbaikan pelayanan pada pelanggan. Saat ini segmen pelanggan yang dibidik yaitu warga Bogor dan wisatawan yang datang ke Bogor. Namun pelayanan yang diberikan sejauh ini masih belum bisa menjangkau keseluruhan segmen pelanggan. Selain itu penggunaan media digital sebagai sarana customer relationships dengan pelanggan pun masih belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu dari key activities suatu bisnis yaitu penjualan. Penjualan adalah suatu kegiatan yang mengharuskan perusahaan mengeluarkan sejumlah barang dan jasa baik secara tunai maupun kredit, sehingga menghasilkan sejumlah finansial (Irawati, 2008). Penjualan secara online adalah penjualan yang terjadi di dunia maya, tanpa harus ada proses bertemu antara pelanggan dengan pihak perusahaan. Bila mampu memanfaatkan penggunaan media digital secara optimal tentu hubungan dengan pelanggan akan semakin baik. Saat ini perusahaan diharapkan perlu mengadopsi pendekatan customer relationships di mana perusahaan berupaya untuk mempertahankan para pelanggan yang menguntungkan melalui pengembangan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan ( Solihin, 2012). Karena melalui media digital tersebut pelanggan bisa memberikan masukan untuk perbaikan perusahaan ke depannya. Peran media digital yang diharapkan disini adalah sebagai media informasi terkait dengan produk yang dijual, ketersediaan produk di outlet, maupun pemesanan dan penjualan secara
19 online. Konsep model bisnis tersebut bila ditulis pada kesembilan elemen model bisnis kanvas adalah sebagai berikut. a. Customer Segment Pada elemen ini, segmen pelanggan yang diinginkan yaitu warga Bogor dan wisatawan yang datang ke Bogor. Dalam hal ini tidak terbatas hanya pada wisatawan yang datang ke outlet, tetapi juga diharapkan dapat menjangkau wisatawan yang sedang berada di tempat wisata maupun di tempat mereka menginap (hotel,restoran). Selain itu segmen wedding/event tertentu yang berlangsung di Bogor pun termasuk ke dalam segmen pelanggan yang diinginkan. b. Value propositions Pada elemen ini, nilai yang ingin diberikan antara lain: inovasi produk, tampilan desain kemasan produk, Accessibility dengan delivery order dan informasi ketersediaan produk. c. Channels Pada elemen ini, saluran yang ditambahkan antara lain media online sebagai informasi dan ketersediaan produk, serta saluran distribusi produk delivery order. Sehingga saluran yang digunakan terdiri dari owned channels berupa outlet, partner channels berupa “mitra besar” maupun reseller, media online dan delivery order. Partner channels disini juga bisa berupa penyedia layanan catering untuk acara wedding/event tertentu. d. Customer Relationships Pada elemen ini, bentuk customer relationships nya ditunjukan oleh personal assistance di outlet, pelayanan via media online mengenai pemesanan dan penjualan online maupun informasi ketersediaan produk serta pelayanan personal di tempat delivery. e. Revenue Streams Pada elemen ini, arus pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan produk dan adanya tambahan biaya delivery order. f. Key Resources Pada elemen ini, sumber daya yang digunakan yaitu Sumber daya manusia dan sumber daya fisik. Sumber daya manusia dibutuhkan selain untuk produksi tentu untuk staff logistik, staff IT, dan staff delivery. Sumber daya fisik yang digunakan berupa alat transportasi dan fasilitas fisik lainnya seperti outlet dan peralatan produksi. g.
Key Activities Pada elemen ini, aktivitas yang dilakukan perusahaan antara lain produksi, delivery order, penjualan online, dan logistik.
20 h.
Key Partnerships Mitra yang bekerjasama antara lain pemasok bahan baku, penyedia hosting dan domain, Dinas budaya dan Pariwisata Bogor, serta unit pariwisata dan event tertentu.
i.
Cost Structure Struktur biaya yang diperlukan antara lain biaya produksi, biaya pembelian alat transportasi, biaya hosting dan domain, serta biaya SDM.
Konsep model bisnis awal ditambahkan dengan penambahan konsep online selling ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model bisnis ini yaitu bertujuan mencapai keseluruhan segmen pelanggan dan mengutamakan pelayanan pelanggan dengan selling online dan delivery order. Kelemahan konsep model bisnis ini yaitu diperlukan SDM yang profesional dan diperlukan tambahan biaya yang cukup besar untuk membeli sumber daya fisik seperti alat transportasi. Gambaran desain model bisnis kanvas konsep ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.
20 Wisatawan
Warga Bogor
Complete Business Model Canvas Wedding/event
Powerpoint Templates
Page 23
Gambar 3. Desain Model Bisnis Kanvas awal dengan penajaman customer segment dan value propositions serta penambahan konsep online selling Dari hasil pembuatan alternatif-alternatif model bisnis tersebut, maka dilakukan pemilihan dari model bisnis yang telah diusulkan. Kriteria pemilihan ini didasarkan pada visi, misi, dan kondisi perusahaan.
21 Pada alternatif pertama yaitu konsep bisnis kemitraan, hal ini sesuai dengan misi perusahaan dalam membuka cabang di beberapa daerah di Bogor. Namun hal ini kurang sesuai dengan kondisi perusahaan yang saat ini masih fokus pada peningkatan skala produksi dan pemantapan konsep bisnis yang sudah ada saat ini. Sementara itu pada alternatif kedua yang menerapkan konsep awal dengan penambahan konsep penjualan secara online, hal ini sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Namun hal ini masih belum sesuai dengan kondisi perusahaan. Kondisi perusahaan yang ada saat ini masih belum bisa untuk menjalankan konsep bisnis alternatif dua ini karena masih terbatasnya skala produksi dan sumber daya. Meskipun begitu dari sisi bisnis, konsep alternatif kedua ini cocok untuk diterapkan pada Lapis Bogor Sangkuriang karena sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Selain itu model bisnis alternatif kedua ini memiliki kelebihan dari sisi pelayanan dan kemudahan pelanggan. Penerapan konsep bisnis kedua ini bisa dilakukan bila perusahaan telah mampu meningkatkan kapasitas produksinya. Saat ini perusahaan sedang dalam proses peningkatan kapasitas produksi menjadi empat kali lebih besar dari yang sudah ada. Sementara untuk konsep bisnis yang pertama kurang cocok untuk diterapkan karena perusahaan tidak ingin mengambil resiko besar dengan menjalin mitra di luar internal Lapis Bogor Sangkuriang.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Lapis Bogor Sangkuriang adalah Unit usaha yang bergerak di bidang bisnis pangan dengan produk utama yaitu lapis talas bogor dan brownis talas. Dengan adanya model bisnis kanvas, maka elemen-elemen model bisnis Lapis Bogor Sangkuriang dapat diidentifikasi dengan jelas. Dari hasil identifikasi, maka dapat dilihat bahwa meskipun produk yang ditawarkan merupakan produk khas Bogor, namun secara konsep bisnis, Lapis Bogor Sangkuriang masih belum menerapkan konsep bisnis oleh-oleh khas Bogor secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan segmen pelanggan yang dibidik masih belum spesifik, selain itu media saluran pemasarannya juga masih belum spesifik menyasar tempat-tempat yang banyak dikunjungi para turis atau wisatawan. Sebagai usulan untuk memperbaiki model bisnisnya, maka ada dua alternatif model bisnis antara lain konsep kemitraan dan konsep gabungan awal dengan penajaman customer segment dan value propositions serta penambahan konsep penjualan online. Konsep kemitraan berfokus pada ekspansi usaha tanpa modal internal perusahaan dan menjangkau segmen pelanggan di wilayah Bogor. Kelebihan konsep ini yaitu tidak memerlukan modal besar untuk ekspansi dikarenakan adanya keterlibatan mitra lain. Kelemahan konsep ini yaitu memerlukan sistem pengelolaan bisnis dan pengendalian mutu yang baik, adanya resiko berbedanya antara cabang utama dengan cabang mitra maupun kesulitan
22 perusahaan dalam mengontrol cabang-cabang yang ada. Konsep gabungan awal dengan penambahan konsep penjualan secara online berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan pelanggan dan berupaya untuk menjangkau keseluruhan segmen pelanggan dengan penajaman value propositions. Kelebihan konsep ini yaitu mampu meningkatkan nilai proposisi (value propositions) maupun hubungan dengan pelanggan (customer relationships). Kelemahan konsep ini yaitu diperlukan dana yang cukup besar dalam menjalankannya. Saran Penerapan konsep model bisnis awal dengan penajaman pada customer relationships dan value propositions serta penambahan konsep penjualan online memiliki keuntungan yang besar dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan sehingga baik bila diterapkan. Untuk itu Lapis Bogor Sangkuriang perlu menyiapkan beberapa Sumber daya tepat untuk menjalankan model bisnis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2010. Pengantar Bisnis. Bandung : ALFABETA. Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. Jakarta : BPS. Barney, J., B. dan Hesterly, W.S., 2008. Strategic Management and Competitive Advantage: Concepts and Cases, Ed. 2, Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Christoph Zott and Raphael Amit. 2009. Business Model Design: An Activity System Perspective. Long Run Planning (LRP), http://www.elsevier.com/locate/lrp. (Accessed : 2 Mei 2013) Griffin dan Ebert. 2007. Bisnis. 8th edition. Jakarta : Erlangga (Terjemahan). Irawati, Susan. 2008. Akuntansi Dasar 1 & 2. Bandung : Penerbit Pustaka. Jones, G.R., dan George, J.M.,2007. Essentials of Contemporary Management, Ed. 2, McGraw Hill. Junaedy, Cipto. 2011. Strategi Membeli Bisnis dan Franchise tanpa uang dan tanpa utang. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Kotler. P. dan Keller K.L.2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta : Erlangga Osterwalder, A. dan Pigneur, Y. 2012. Business Model Generation. Jakarta : PT Elex Media Komputindo (Terjemahan). PPM Manajemen. 2012. Business Model Canvas. Jakarta: Penerbit PPM. Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Penerbit Alfabeta. Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia. UU Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
23 Lampiran 1. Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara Semi Terstruktur antara Peneliti dengan Pemilik Lapis Bogor Sangkuriang. (Mei 2013) 1. Bagaimana awal mula usaha LBS ini terbentuk ? LBS terbentuk terinspirasi dari oleh-oleh khas Surabaya yaitu lapis Surabaya dan pertama kali didirikan bulan September 2011, dengan tema usaha produk oleh-oleh khas Bogor. 2. Siapa saja segmentasi pasar dan bagaimana aplikasi nya saat ini ? Segmentasi Pasar : Wisatawan yang berkunjung ke Bogor & penduduk lokal Bogor Aplikasi : Berhasil sebagai produk oleh-oleh dan konsumsi keluarga 3. Menurut Bu Rizka, kenapa orang mau membeli produk ini ? 1. Rasanya enak dan kualitas terjaga 2. Produk ini memiliki positioning sebagai oleh-oleh yang dapat diberikan kepada sanak keluarga dan teman-teman 4. Menurut Bu Rizka, apa kelemahan produk ini di mata pelanggan ? Masa Expired ( Umur Produk ) relatif singkat 5. Selama menjual produk ini, bagaimana cara berkomunikasi dengan pelanggan ? - Melalui Frontliner di outlet - Melalui media sosial ( FB, Twitter ) 6. Apakah media digital juga digunakan untuk berkomunikasi dengan pelanggan ? Ya, FB dan Twitter. Selain itu juga melalui media elektronik seperti TV yang menampilkan acara kuliner dan jalan-jalan 7. Siapa saja partner dalam usaha ini ? - Mitra dan Reseller produk sangkuriang - Mitra produk non sangkuriang (UMKM lainnya) 8. Bagaimana dengan SDM ? Berapa jumlahnya dan bagaimana sistem kerja nya ? Jumlah SDM 116 orang, sistem kerja nya : Administrasi : 08.00-16.00 WIB Produksi : Shift 1 = 07.00-16.00 WIB, Shift 2 = 15.00-24.00 WIB, Shift 3 = 23.00-08.00 WIB Frontliner : Shift 1 = 06.30-15.30 WIB, Shift 2 = 13.00-21.00 WIB 9. Apa saja kendala yang dialami selama menjalani usaha ini ? - Keterbatasan tempat produksi (saat ini) - Mendapatkan pasar/konsumen saat awal memulai bisnis
24 10. Bagaimana sistem manajemen SDM ? -Rekruitmen : masih di handle langsung oleh supervisor tiap divisi/manajer -Training : untuk frontliner dan produksi -Peningkatan SDM : coaching dan seminar 11. Media pemasarannya apa saja ? sudah efektifkah ? - Media elektronik (TV) mengikuti beberapa program acara TV (AN TV, TV one, Trans TV, Trans 7 ) - Media sosial ( FB dan Twitter ) 12. Siapa saja dan dari mana pemasok bahan baku ? Pemasok bahan baku berasal dari wilayah Bogor dan sekitarnya ( Distributor resmi ) 13. Menurut Bu Rizka, biaya apa saja yang harus dikeluarkan untuk operasional ? Biaya Bahan baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya perawatan Mesin dan alatalat, biaya promosi, biaya training 14. Bagaimana rencana pengembangan bisnis ke depan nya ? Melakukan peningkatan kapasitas produksi dan pembukaan cabang outlet lapis bogor di beberapa tempat di wilayah Bogor (Cibinong, Dramaga, air mancur)
25 Lampiran 2. Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara untuk mendapatkan profil UMKM Lapis Bogor Sangkuriang (Mei 2013) Sejarah Terbentuknya Usaha LBS 1. Kapan usaha ini didirikan ? Dimana saja Lokasinya ? Bagaimana sambutan dari konsumen pada awalnya ? Usaha ini didirikan oleh Rizka Wahyu Romadhona (mahasiswa MB IPB) pada bulan September 2011, lokasi awal usaha ini yaitu di jalan sholeh iskandar(dekat yogya store) Bogor.Sambutan awal dari konsumen masih biasa-biasa saja. 2. Konsep Bisnis nya seperti apa ? Kenapa Lapis Bogor ? Konsep bisnis yang dijalankan yaitu dengan mengedepankan makanan olahan talas sebagai oleh-oleh khas Bogor. Lapis Bogor dipilih karena terinspirasi Lapis Surabaya. 3.
Pendiri dari awal hingga sekarang ( yang masih bertahan ) ? Pendiri awalnya yaitu Rizka Wahyu Romadhona dan Suami (Anggara )
4. Produk yang dikembangkan hingga saat ini dan turunan nya ? Dua jenis produk utama yaitu lapis talas bogor dan brownis talas. Untuk lapis bogor dibedakan menjadi lapis bogor original, lapis bogor topping keju, lapis bogor greentea, lapis bogor blueberry, lapis bogor strawberry, lapis bogor cokelat, lapis bogor tiramisu, dan lapis bogor capucino.Sementara untuk brownis, terdapat brownis talas polos dan brownis talas topping keju. 5. Dana awal pendirian usaha ini dari mana ? apa PKM ? Modal awal digunakan untuk apa saja ? Apa ada investor, pinjem ke Bank (sejak kapan) ? Dana awal usaha dari modal pribadi sebesar Rp. 500.000, digunakan untuk membuat produk awal hingga menjualnya. 6. Rencana pengembangan bisnis ke depan ? Rencana pengembangan bisnis yaitu dengan menambah kapasitas produksi dan menambah jumlah outlet. 7. Outlet saat ini ? adakah kemitraan / franchise ? Saat ini terdapat tiga outlet masing-masing berada di jalan soleh iskandar, jl Raya pajajaran, dan di rumah makan raffles Puncak. Tidak ada sistem franchise.
26 Lampiran 3. Daftar Produk konsinyasi yang ada pada outlet
1. Arumanis 2. Bandrek 3. Bajigur 4. Roll Pisang 5. Manisan pala plastic 6. Cheese stik ketan 7. Coklat kecil & besar 8. Kentang asam manis 9. Keripik buah naga 10. Keripik jambu biji 11. Keripik blueberry 12. Keripik anggur 13. Kerupuk kulit 14. Replika 15. Bros kujang 16. Gantungan kujang 17. Kujang kaca 18. Pajangan kujang 19. Kujang layang 20. Beras kencur 21. Kunyit asam 22. Maicih level 3, 5, 10 23. HILEUD 24. Basreng 25. NYERE 26. Karuhun 27. Lumpia 28. Milya 29. Pie talas 30. Pie susu 31. Pie brownis 32. Ciabata roti 33. Sale cincin 34. Sale pipih 35. Singkong geprek 36. Sirup jahe besar 37. Sirup asem jawa 38. Sirup pala besar
41. Cup Cake Panda 42. Sirup pala kecil 43. Sari Pala 44. Juv 500ml 45. Nu green tea 330ml dan 500ml 46. Banser 47. Secang 48. Mochi 49. Rendang telur 50. Pangsit talas 51. Cincau 52. Keripik ubi ungu batatas 53. Stik kentang 54. Es krim gentong 55. Peyek kembang goyang
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 26 Februari 1991 dari Bapak Taufik Hidayat dan Ibu Nunung Rohayani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN Kota Baru IX Bekasi Barat, SMPN 13 Kota Bekasi, SMAN 1 Kota Bekasi, dan diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) 2009 pada program Studi Teknologi Industri Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama masa perkuliahan, penulis turut aktif mengikuti kegiatan di berbagai organisasi intra kampus. Kegiatan tersebut diantaranya adalah sebagai Ketua REDS CUP tahun 2011, Kepala Departemen Bisnis dan Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian tahun 2012. Penulis mengikuti kegiatan praktik lapangan di PT. Agrihalba pada bulan Juli-Agustus 2012. Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian berjudul Usulan Desain Model Bisnis Lapis Bogor Sangkuriang. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang selama ini telah mendukung penulis dalam segala hal.