FAKULTAS ILMU REKAYASA PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PROMOSI JAMU BUYUNG UPIK MELALUI DESAIN KEMASAN
JURNAL GENAP 2013
Disusun Oleh:
Febri Laksono 207000080
JAKARTA
2013
1
ABSTRAK
Keberadaan jamu tradisional sudah tidak aneh bagi masyarakat Indonesia. Sejak jaman dahulu, nenek moyang kita sudah banyak mengkonsumsi jamu tradisional untuk menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali kealam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku alam perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku kimia. Di Indonesia, industri jamu memiliki asosiasi yang diakui pemerintah sebagai asosiasi bagi pengusaha jamu dan obat bahan alam di Indonesia yaitu Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu). Anggota GP Jamu terdiri dari produsen, penyalur dan pengecer. Hingga saa ini GP Jamu menghimpun
908
anggota,
(IndustriObatbahanalam/IOT)
yang dan
terdiri 833
dari industri
75
unit
kecil
industri (Industri
besar Kecil
Obatbahanalam/IKOT). Permasalahan dari penelitian ini adalah kurangnya eksistensi jamu dikalangan masyarakat yang disebabkan oleh banyak sebab serta ingin mengajak masyarakat kembali mengkonsumsi jamu tradisional, yang tidak menimbulkan efek samping dengan dikemas secara higienis. Tujuan penelitian ini adalah agar mampu menciptakan benefit point baru yang signifikan dan dapat berpikir secara sistematis serta konseptual berdasarkan pijakan yang objektif, bukan semata-mata pertimbangan subjektif, bahkan asumtif saja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu berdasarkan pendekatan deskriptif secara umum berdasarkan hasil analisa awal dan prosedur penelitian yang dilakukan untuk memperoleh jawaban yang sesuai dengan permasalahan atau tujuan penelitian. Menjabarkan rancangan atau gambaran mengenai rangkaian penelitian yang dilakukan. Karena judul ini berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Simpulan dari penelitian ini adalah kurangnya promosi produk jamu Buyung Upik, yang mempertanyakan kehigienisan pembuatan produk dan desain dari produk yang terlalu banyak ornamen. Penampilan kemasan mempengaruhi keyakinan masyarakat untuk membelinya, karena itu diperlunya perancangan kemasan yang dapat memberikan keyakinan masyarakat untuk membeli dan mengkonsumsinya. Kata kunci: Desain Kemasan, Perancangan Komunikasi Visual, Promosi
2
A. PENDAHULUAN Situasi kesehatan di Indonesia menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari hewan atau tumbuhan (galenik) dan campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengolahan jamu antara lain adalah direbus atau digodok, dikeringkan atau dikonsumsi langsung. Keberadaan jamu tradisional sudah tidak aneh bagi masyarakat Indonesia. Sejak jaman dahulu, nenek moyang kita sudah banyak mengkonsumsi jamu tradisional untuk menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali ke alam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku alam perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku kimia. Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan jamu tradisional di Indonesia cukup melimpah. Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 30.000 spesies tanaman obat dari total 40.000 spesies yang ada di di seluruh dunia. Walaupun Indonesia baru memanfaatkan sekitar 180 spesies sebagai bahanbakubaku, industri jamu tradisional tidak memiliki ketergantungan impor. obat bahan alam dari sekitar 950 spesies yang berkhasiat sebagai obat. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa dari segi ketersediaan bahanbaku, industri jamu tradisional tidak memiliki ketergantungan impor. Selain untuk konsumsi nasional, jamu tradisional juga berpotensi untuk di ekspor.Negara tujuan ekspor, menurut data Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu), yaitu Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Vietnam, Hongkong, Taiwan, Afrika Selatan, Nigeria, Arab Saudi, Timur Tengah, Rusia dan Cile. Ekspor jamu tradisional tersebut sebagian besar masih dilakukan oleh industri jamu yang cukup besar. Di Indonesia, industri jamu memiliki asosiasi yang diakui pemerintah sebagai asosiasi bagi pengusaha jamu dan obat bahan alam di Indonesia yaitu Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu). Anggota GP Jamu terdiri dari produsen, penyalur dan pengecer. Hingga saat ini GP Jamu menghimpun 908 anggota, yang terdiri dari 75 unit industri besar (Industri Obat bahan alam/IOT) dan 833 industri kecil (Industri Kecil Obat bahan alam/IKOT).
3
B. PERMASALAHAN Kurangnya eksistensi jamu Buyung Upik dimasyarakat, karena jamu buyung upik kurang mempublikasikan produknya. Sekarang masyarakat banyak yang beralih ke multivitamin yang lebih modern dan lebih evisien. Distribusi jamu buyung upik sendiri mayoritas ditoko jamu, pendisribusiannya belum sampai ke apotik besar. Kemasannya kurang begitu modern dan kurang menarik minat konsumen anak-anak. Para ibu yang memiliki anak kecil kurang mempercayai produk jamu buyung upik karena kurang higienis. Data yang diperoleh berasalkan dari hasil wawancara oleh orang tua dan para pedagang jamu. Ingin mengajak masyarakat kembali mengkonsumsi jamu tradisional, yang tidak menimbulkan efek samping dengan dikemas secara higienis. Oleh karena itu dengan cara mengganti daya tarik packaging. Produk jamu Buyung Upik merupakan salah satu suplemen multivitamin dari ekstrak tumbuh-tumbuhan herbal yang alami pertama di indonesia yang bersifat jamu. C. TUJUAN PENELITIAN Mampu menciptakan benefit point baru yang signifikan. Dapat berpikir secara sistematis dan konseptual atas dasar pijakan yang objektif, bukan semata-mata pertimbangan subjektif, bahkan asumtif saja. D. METODE PENELITIAN Metode penulisan yang dipakai penulis pada penulisan ini yaitu dengan metode penulisan kualitatif. Penulisan kualitatif yaitu berdasarkan pendekatan deskriptif secara umum berdasarkan hasil analisa awal dan prosedur penelitian yang dilakukan untuk memperoleh jawaban yang sesuai dengan permasalahan atau tujuan penelitian. Teknik Pengumpulan Data dengan melakukan wawancara ke masyarakat dan observasi. Sedangkan teknik analisis menggunakan kompenensial yang lebih Menekankan pada kontras atau mengidentifikasi karakter yang menunjukkan adanya perbedaan antar elemen dalam suatu domain. N O 1 2 3 4 5
4
Katagori Karakterristik Kemasan Bentuk Warna Ukuran Tulisan Jarak Pandang
Tidak Standar
Standar
V V -
V V V
Dari hasil analisis yang didapat bahwa dari bentuk kemasan yang kurang menarik mempengaruhi keyakinan masyarakat untuk membeli, dari segi warna yang ditampilkan pada kemasan yang dulu kurang memberikan daya tarik, untuk ukuran kemasan sudah cukup, sedangkan untuk tulisan keterangan yang berada dalam kemasan sudah cukup dan jarak pandang untuk melihat kemasan sudah mencukupi. Menjabarkan rancangan atau gambaran mengenai rangkaian penelitian yang dilakukan. Karena judul ini berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa wawancara ke ibu rumah tangga mereka mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan anaknya, tapi mereka tidak sadari bahwa obat chemical yang biasa mereka kasih buat anaknya lebih banyak efek samping dari pada obat tradisional (jamu). Peneliti bertanya kebeberapa responden, mereka kebanyakan mempertanyakan apa masih ada jamu buyung upik atau tidak, hampir semua yang penulis tanya mereka menjawab apa masih ada jamu buyung upik. Kurangnya keyakinan masyarakat terhadap jamu buyung upik membuat produk tidak dipilih dari segi penampilan kemasan juga membuat tidak meyakinkan masyarakat untuk memilih. Serta promosi diproduk jamu buyung upik bahwa mereka masih ada atau tidak dan belum masuknya ke apotik. Hampir kebanyakan jamu buyung upik berada diwarung jamu.
E. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Philip Khotler (457) “pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah,kemasan atau pembungkus sebuah produk”. Bila dihubungkan dengan pemasaran, Mittleman mengatakan “packaging is crusial. It’s the salesman. It’s the last thing the customers see before they make a purchase decision.” Jika dihubungkan dengan fungsi desain, packaging menurut Mendiola B. Wiryawan berada di urutan keempat, dengan fungsi untuk “melindungi” (tiga fungsi desain sebelumnya adalah mengidentifikasi, menginformasikan, dan membujuk). Mengemas merupakan tindakan membungkus atau menutupi suatu barang atau sekelompok barang. Cellophan, kertas, tekstil, kaca, palstik, kain dan logam adalah beberapa material kemasan dari ratusan material yang ada yang digunakan untuk tujuan pengemasan. Kotak, kaleng, pembungkus, karton, tas, toples dan tube
5
merupakan beberapa dari ratusan bentuk kemasan yang ada (Klimchuk and Krasovec 34). Sedangkan kemasan, mengacu pada objek fisik itu sendiri karton, kontainer atau bungkusan. Kata “kemasan” mengimplikasikan hasil akhir proses mengemas. Kemasan merupakan kata benda sebuah objek. Mengemas merupakan kata kerja, mencerminkan sifat medium yang selalu berubah (Klimchuk and Krasovec 34). Promotion Mix atau bauran promosi adalah Kombinasi strategi yang paling baik dari unsur-unsur promosi yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Philip Kotler dan Gary Armstrong (2004), menyatakan bahwa: “Bauran promosi merupakan bauran tertentu pemasangan iklan (advertising), penjualan personal (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan alat-alat pemasaran langsung (direct marketing) yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasangan iklan dan pemasaran”.
Menurut Basu Swastha (1999), promotional mix adalah: “Kombinasi Strategi yang paling baik dari variabel-variabel Periklanan, Personal Selling dan alat Promosi lainnya, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan”.
F. HASIL PENELITIAN Menurut analisa hasil data produk ini kurangnya media promosi di produk jamu buyung upik sehingga masyarakat kurang mengetahuinya bahwa produk ini masih ada atau tidak. Pendistribusiannya sangat kurang, kebanyakan berada diwarung-warung jamu. Masyarakat juga kurang yakin terhadap kehigienisan jamu dan komposisinya. Desain Packaging terlalu banyak ornamen dan tidak simpel. Dari tiga puluh responden yang diwawancara ke ibu rumah tangga mereka mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan anaknya, tapi mereka tidak menyadari bahwa obat chemical yang biasa mereka konsumsi buat anaknya lebih banyak efek samping dari pada obat tradisional (jamu). Saya bertanya kebeberapa orang, mereka kebanyakan mempertanyakan apa masih ada jamu buyung upik atau tidak, hampir semua yang saya tanya mereka menjawab seperti itu. Kurangnya
6
promosi diproduk jamu Buyung Upik bahwa mereka masih ada atau tidak dan belum masuknya ke apotik. Hampir kebanyakan jamu buyung upik berada diwarung jamu. Dari hasil survey dan wawancara pertama berupa fakta bahwa masyarakat kurang tahu masih adanya Buyung Upik atau tidak dan kurangnya promosi ke media-media, menurut teori pemasaran kurangnya promosi terhadap produk tersebut ke public agar konsumen tahu. Hasil dari survey masyarakat juga packaging atau label jamu buyung upik kurang menarik. G. DESAIN
7
Logo Jamu Buyung Upik
Warna Korporat Logo Jamu Buyung Upik
Logotype Jamu Buyung Upik
Standar Ukuran Minimum Logo Jamu Buyung Upik
Grid Logo Jamu Buyung Upik
Elemen Estetis Jamu Buyung Upik
Aplikasi Kemasan Pada Rasa Strawberry
Aplikasi Pada Kemasan Yang Lama
H. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari data yang diperoleh produk Jamu Buyung Upik kurangnya promosi produk, mempertanyakan kehigienisan pembuatan produk dan desain dari produk yang terlalu banyak ornamen. Ibu tidak menyadari terhadap efek samping obat kimia. Pengolahan Jamu yang masih kurang higienis. Jamu Buyung Upik adalah salah satu sub brand dari PT. JAMU CAP JAGO yang produknya multivitamin khusus anak-anak yang berbentuk jamu pertama di indonesia. Produk ini yang dulunya lumayan cukup terkenal sekarang masyarakat sudah mulai melupakannya. Karena media promosi produk tersebut yang sangat minim, beserta packing yang sudah ketinggalan dan tidak simple.
8
Packing yang baru adalah salah satu inovasi untu menjadi daya tarik untuk konsumen. Dengan dibuat simpledan lebih modern, beserta pewarnaan kemasan yang menampilkan kesan ceria dan menarik untuk anak. Tetapi tidak lupa dengan ke efisienannya. Adapun, desain yang akan dihasilkan tetap menampilkan simple dan modern. Banyak referensi yang digunakan antara lain buku-buku tentang layout, packing juga menjadi referensi untuk menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Jonathan Sarwono. (2006). METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Rangkuti , Freddy, 2009, Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Surianto Rustan, S.Sn, 2009, Mendesain LOGO, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Kartajaya, Hermawan,2004, Hermawan Kartajaya On Brand, Jakarta, Mizan Pustaka. Neumeier, Marty, The Brand Gap, How To Bridge The Distance between Business Strategy And Design Aaker, David.A ,2005, Brand Equety, dalam Fandy Tjiptono (Ed.), Brand
Manegement & Strategy (hlm. 39), Jakarta, Penerbit Andi Girard, T., Korgaonkar, P., & Silverblatt, R., 2003, Relationship of type of
product, shopping orientations, and demographics with preference for
9
shopping on the Internet. Journal of Business and Psychology, 18(1), 101121. Surianto Rustan, S.Sn, 2008, LAYOUT Dasar dan Penerapannya, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Marianne R. Klimchuk , Sandra A. Krasovec, 2006, Packaging Design: Succesful Product Branding from Concept to Shelf, Jakarta, PT Penerbit Erlangga. Roger Fawcett – Tang, Daniel Mason, 2007, Experimental Formats & Packaging, Roto Vision
10